BAB II KAJIAN TEORITIK. diperlakukan sama dan sederajat, tidak adanya intervensi terhadap sesama tetapi memberikan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORITIK. diperlakukan sama dan sederajat, tidak adanya intervensi terhadap sesama tetapi memberikan"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1. PENDAHULUAN Keadilan merupakan suatu nilai moral di dalam kehidupan bermasyarakat, yang selalu diimpikan oleh setiap manusia ada di dunia ini, karena merupakan nilai yang dapat mengatur relasi yang baik antar individu, relasi dalam hal ini adalah menghargai dan menghormati hak masing-masing individu, melihat orang lain sebagai sesama ciptaan Tuhan yang patut untuk diperlakukan sama dan sederajat, tidak adanya intervensi terhadap sesama tetapi memberikan kebebasan untuk berkarya dan berkreasi, tidak adanya diskriminasi, dan sebagainya sehingga keadilan berguna dan bermanfaat bagi semua warga masyarakat. Untuk memahami lebih mendalam mengenai konsep keadilan sosial dalam kitab Amos 6:1-7 dalam perspektif teori keadilan. Terlebih dahulu saya akan memaparkan mengenai teori-teori keadilan. Teori-teori keadilan yang akan dikaji di sini adalah teori-teori keadilan modern. Membicarakan mengenai keadilan, tentu sudah bukan hal yang baru dan asing, Aristoteles, Ulpianus, dan tokoh-tokoh keadilan lainnya telah membahas akan hal tersebut, yang kemudian terus berkembang oleh para penerusnya hingga saat ini, demi menjawab persoalan sosial yang terjadi dalam konteksnya masing-masing. Misalnya saja, konsep keadilan yang dikembangkan oleh Notohamidjojo, yang mana bertolak dari pemikirannya Ulpianus yakni keadilan akan terwujud apabila setiap orang mendapatkan hak dan bagiannya masing-masing. 11

2 Dalam bukunya Kreativitas yang Bertanggungjawab, Notohamidjojo memahami keadilan dalam enam 1 bagian yang sebelumnya juga telah diuraikan oleh Aristoteles yakni; 1) Justitia cummutativa; di mana masing-masing individu menerima bagiannya dengan mengingat persamaan, misalnya prestasi dibalas dengan prestasi atau jasa dibalas dengan jasa. Artinya bahwa dapat dikatakan adil apabila setiap orang diperlakukan sama tanpa memandang kedudukan dan sebagainya. 2) Justitia distributiva; merupakan keadilan yang memberikan kepada masing-masing bagiannya dalam memperhitungkan perbedaan mutu atau kualitas setiap manusia. pada umumnya keadilan seperti ini diterapkan dalam lapangan hukum publik, dalam arti pemerintah membagi/memberi kewajiban bagi warganya berdasarkan kualitasnya.3) Justitia vindicativa; setiap individu berhak mendapat ganti rugi yang sebanding dengan kejahatan atau pelanggaran yang dialaminya ataupun sebaliknya apabila ia yang melakukan kejahatan, ia berhak untuk menggantinya. 4) Justitia creativa; setiap individu diberikan kebebasan untuk berkreasi sesuai dengan daya kreativitasnya. 5) Justitia proctectiva; setiap manusia berhak mendapat perlindungan secara pribadi dan yang terakhir adalah6) Justitia legalis; keadilan ini menuntut ketaatan kepada undang-undang negara yang adil. Pendekatan Notohamidjojo dengan bertujuan untuk memberikan kepada setiap individu hak dan bagiannya, kebebasan untuk berkreasi tanpa ada intervensi dari pihak manapun, dan setiap hak dan kebebasan dari setiap individu tentunya harus dilindungi oleh hukum atau 1 Pemahaman akan keadilan menurut Notohamidjojo dikutip dari Ulpianus dan hukum Romawi (Justianus) yakni justicia, bahwa keadilan merupakan kehendak yang menetap untuk memberikan kepada masing-masing haknya atau bidangnya (Justicia est constants et purpetua volunts ius suum cuique Tribuens). O. Notohamidjojo, Kreativitas yang Bertanggungjawab, (Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana, 2011), Sebelumnya Aristoteles mendekati masalah keadilan dari segi persamaan dan membaginya dalam lima (5) bagian tanpa justitia proctiva yang baru ditambahkan oleh Notohamidjojo sehingga menjadi enam bagian. Bandingkan Elisabeth Nurhaini Butarbutar, Konsep Keadilan dalam Sistem Peradilan Perdata, Mimbar Hukum Volume 21, Nomor 2, Juni 2009,

3 undang-undang negara yang adil. Jika hal tersebut yang dilakukan maka, kehidupan yang adil dan damai akan terwujud dalam kehidupan bermasyarakat. Notohamidjojo dalam pemahamannya mengenai keadilan, membaginya dalam enam bagian, sedangkan Karen Lebacqz, memahami keadilan dalam enam pendekatan 2 yakni; 1. Utilitarian menurut John Stuart Mill, penekanannya pada bagaimana suatu tindakan dapat memberikan manfaat yang maksimal atau sebesar-besarnya bagi semua; 2. Teori Kontrak menurut John Rawls, baginya keadilan berarti memberikan kepada masing-masing individu sesuai dengan struktur dasar yang dapat menguntungkan pihak-pihak yang kurang beruntung (batasannya adalah kesetaraan hak-hak politik, kesetaraan kesempatan, dan pelestarian yang adil bagi generasi masa depan); 3. Teori Hak menurut Robert Nozick, di mana keadilan berarti bahwa setiap individu diberikan kebebasan untuk memilih sesuai dengan dengan hak dan keinginan masing-masing; 4. Pendekatan Katolikisme, menurut aliran ini, keadilan berarti memberikan kepada masing-masing individu sesuai dengan martabat mereka sebagai makhluk ciptaan Allah; 5. Pendekatan Protestan menurut Reinhold Niebuhr, keadilan berarti memberikan kepada masing-masing individu sesuai prinsip kebebasan, khususnya kesetaraan, yang diimbangi kasih dan keadilan, dan ke-6. Pendekatan Teologi Pembebasan menurut Jose Porforio Miranda, keadilan berarti memberikan kepada masing-masing individu sesuai dengan campur tangan Tuhan di dalam sejarah, dalam membebaskan orang miskin dan tertindas. Lanjutnya, dalam enam pendekatan tersebut dapat dipersempit hanya menjadi dua bagian yakni Liberalisme (utilitarian, teori kontrak, dan teori hak), yakni memberikan kebebasan pada setiap individu atau kelompok untuk mendapatkan bagian dan haknya tanpa terkecuali dan pada 2 Karen Lebacqz, Teori-teori Keadilan: Analisis Kritis Pemikiran J.S. Mill, J. Rawls, R. Nozick, R. Niebuhr, J.P. Miranda (Bandung: Nusa Media, 2014), 3. 13

4 akhirnya dapat memberikan manfaat bagi semua anggota masyarakat; dan teologi Kristen (katolikisme, protestanisme, dan teologi pembebasan), dimana setiap individu-individu dalam suatu masyarakat diperlakukan dengan penuh kasih, setara, dan adil sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang sama derajatnya. Intinya dari pendekatan yang digunakan oleh Lebacqz ialah mengutamakan pada kebebasan individu maupun kelompok dalam menerima hak dan bagiannya sebagai makhluk ciptaantuhan yang sama kedudukannya. Setelah melihat pada pemahaman dari Notohamidjojo, yang bertolak dari para tokohtokoh pendahulu teori keadilan. Thobias Messakh dalam bukunya Konsep keadilan dalam Pancasila, membangun konsep keadilannya dalam pendekatan keadilan modern yang dalam delapan pendekatan 3 yakni; 1. Keadilan Liberal dari Robert Nozick, mengutamakan pada hak kebebasan individual dalam proses perolehan dan pemilikan perorangan. 2. Keadilan Sosialis dari Kai Nielsen. Konsep keadilannya berdasarkan pada konsep mengenai ekualitas (kesederajatan), yang merupakan nilai paling utama dalam konsep keadilan sosialisme. 3. Keadilan Kesejahteraan perspektif Utilitarian dari John Stuart Mill. Penekanannya ialah kebebasan untuk mendatangkan kebahagiaan dan sebesar-besarnya jumlah warga masyarakat harus mampu memperoleh kebahagiaan. Kebebasan tidak dihargai pada dirinya sendiri, tetapi berdasarkan manfaatnya. 4. Keadilan Kesejahteraan perspektif teori kontrak sosial dari John Rawls. Konsep keadilan ini lebih melihat pada kesejahteraan dan perlindungan hak bagi kelompok masyarakat yang paling kurang beruntung; 5. Keadilan Komunitarian dari Michael J. Sandel. Titik berangkat dari konsep komunitarian adalah masyarakat, dengan prioritas paling utama adalah kebaikan bersama (common good) artinya bahwa, segenap warga masyarakat sebagai satu keutuhan merupakan tujuan paling utama; 6. Keadilan Gerakan Perempuan dari Thobias A. Messakh, Konsep Keadilan dalam Pancasila (Salatiga: Satya Wacan University Press, 2007), 14

5 Susan Moeller Okin. Tujuannya adalah untuk menghargai dan melindungi kemanusiaan terutama perempuan dan anak-anak; 7. Keadilan dalam perspektif Kristen menurut Reinhold Niebuhr dan 8. Karen Lebacqz. Keduanya sama-sama menjadikan realitas kehidupan manusia, dosa, dan ketidakadilan, sebagai titik berangkat konsep keadilan. Melihat pada pendekatan yang ditawarkan oleh Messakh, dari ke-8 teori keadilan tersebut jika dibandingkan dengan pendekatannya Lebacqz, ada beberapa pendekatan yang sama, misalnya pendekatan Utilitarian dari Mill, Libertarian dari Nozick, dan Kontrak sosial dari Rawls, maupun pendekatan dari perspektif Kristen. Namun ada beberapa pendekatan dari Messakh, yang tidak ada pada pendekatan yang diusung oleh Lebacqz, yakni feminisme dari Susan Okin, Sosialis dari Nielsen, dan Komunitarian dari Sandel. Jadi, dari kedelapan pendekatan yang ditawarkan oleh Messakh bila digabungkan dengan pendekatan dari Lebacqz maka, saya melihat sebenarnya hanya ada lima pendekatan yakni; 1. Kesejahteraan perspektif Utilitarian; 2. Libertarian; 3. Kesejahteraan perspektif Kontrak Sosial; 4. Sosialisme, yang di dalamnya terkandung Komunitarian, Feminisme, dan Sosial. Penggabungan ini dengan alasan bahwa inti permasalahan yang digumuli dari ketiga pendekatan ialah bagaimana setiap manusia diperlakukan setara dan sederajat (equality) di dalam kehidupan bermasyarakat; 5. Perspektif Kristen. Maka, dalam penulisan saya akan memaparkan lima pendekatan mengenai keadilan, bukan berarti bahwa kelima pendekatan inilah yang paling benar dari semua teori keadilan yang ada, tetapi setidaknya menjadi pintu masuk bagi saya untuk dapat memahami konsep keadilan dalam Amos 6:

6 2.2. TEORI-TEORI KEADILAN Teori Keadilan Menurut Robert Nozick Konsep keadilan Nozick adalah sebuah konsep yang berangkat dari keadilan Individual, didukung oleh teori kontrak sosial John Locke yang berpandangan bahwa setiap orang merupakan insan yang bebas mengatur dan mengurus kehidupannya sesuai dengan kehendaknya sendiri, tanpa bergantung pada orang lain atau kehendak dari institusi sosial manapun, artinya bahwa kebebasan setiap individu haruslah dihormati dan dihargai dalam kehidupan bermasyarakat, namun pada sisi yang berbeda kebebasan individu tidak boleh membahayakan kehidupan, kebebasan, dan harta milik sesamanya. 4 Bagi Nozick tujuan dari kehidupan bermasyarakat adalah perlindungan terhadap hak individual setiap warga masyarakat. Setiap individu memiliki kebebasan untuk mengatur dan mengurus kehidupannya. Dalam konteks tersebut, negara tidak begitu diperlukan sebab baginya negara diperlukan hanya untuk membantu setiap orang melindungi hak-hak individualnya. 5 Artinya bahwa kepentingan individual merupakan perhatian utama dari Nozick, kebebasan dari setip individu-individu untuk memperoleh hak-hak dan bagiannya harus didukung dan dilindungi oleh negara sehingga kebebasannya tidak diganggu maupun mengganggu kebebasan orang lain. Konsep keadilan seperti ini, jika dikaitkan dengan pendekatan Notohamidjojo disebut sebagai justicia protectiva bahwa dalam suatu masyarakat setiap manusia secara pribadi diberikan kebebasan dan kebebasan tersebut harus dihargai dan dihormati bahkan kebebasan tersebut diberi perlindungan sehingga tidak disewenang-wenangkan dalam batas-batas tertentu oleh siapapun. Selain justitia protectiva, pendekatan yang hampir sama dengan konsep keadilan 4 Robert Nozick, Anarchy, State and Utopia (Chicago: Basic Books, 1974), Thobias Messakh, Konsep Keadilan dalam Pancasila.,

7 Nozick adalah justitia creativa, dimana kebebasan individu masih menjadi prioritas yang utama dimana setiap kebebasan individu tersebut diberikan kebebasan untuk berkereasi sesuai dengan daya kreativitasnya masing-masing tanpa ada intervensi dari pihak lain. Inti konsep keadilan Nozick adalah setiap orang tidak boleh dikorbankan oleh siapapun, termasuk negara dalam mencapai sesuatu tanpa persetujuan dari pribadi itu sendiri. Walaupun dapat dikatakan demi kepentingan bersama/kepentingan umum. Karena itu Nozick tidak mengenal kepentingan umum atau kepentingan atas nama masyarakat. Dengan demikian berarti bahwa, apabila semua tindakan yang dilakukan selagi tidak mengorbankan dan memanfaatkan orang lain dalam masyarakat tersebut, maka tidak akan ada saling menyakiti, saling mnengganggu maupun saling membunuh, dikarenakan masing-masing individu hidup menurut kehendaknya masing-masing. 6 Dalam realitas hidup bermasyarakat ada masyarakat yang mampu memanfaatkan hak kebebasannya untuk mensejahterahkan dirinya, tetapi ada pula yang tidak mampu memanfaatkan hak kebebasannya dalam persaingan pasar cari untung sehingga ia jatuh miskin dan menderita. Nozick tidak peduli terhadap realitas sosial. Namun pada sisi yang sama, dalam penegakan pasar cari untung ini, kemungkinan besar hilangnya penghargaan akan orang lain sebagai sesama ciptaan Tuhan yang mulia. Jadi, orang tidak lagi melihat sesamanya sebagai subjek-subjek melainkan subjek-objek, karena meskipun ada sesama yang menderita kelaparan karena merugi dalam pasar tersebut, hal tersebut dipandang tetap adil, selagi masih dalam proses yang adil. 7 Konsep keadilan Nozick selain tidak peduli terhadap mereka yang paling kurang beruntung dalam masyarakat dan pembatasan terhadap daya eksploitasi kelompok kuat dalam 6 Ibid., Karen Lebacqz, Teori-teori Keadilan.,

8 masyarakat, walaupun sebenarnya konsepnya merupakan perlindungan bagi kebebasan individual setiap manusia, justru akan mengakibatkan ketidak-bebasan bagi mereka yang lemah dalam masyarakat. 8 Melihat akan hal tersebut, tentunya menjadi suatu pertanyaan besar, dimanakah peran negara? Menjawab pertanyaan tersebut, Nozick menekankan hak keotonomian individu yang sedemikian kuat sehingga keterlibatan negara dalam hal ini kehidupan bermasyarakat harus sekecil mungkin. Maka dapat dikatakan bahwa tugas negara hanyalah menjadi penjaga bukan menentukan sesuatu. 9 Negara tidak dapat melarang setiap individu tersebut dalam mencapai kebebasannya. Negara hanya bertugas dalam menjaga dan melindungi individu-individu agar tidak terjadi tindakan yang mengorbankan individu-individu tersebut. Jadi masyarakat yang dimaksud bukanlah sebuah masyarakat yang bekerja sama, atau masyarakat yang mengutamakan kepentingan bersama, namun menurut Nozick masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat yang berjuang sendiri-sendiri, tanpa mengganggu kepentingan orang lain dalam memilhara kepentingan kehidupannya. Dengan demikian, yang ada hanyalah kepentingan individu-individu dengan kepentingan individualnya. Hal ini disebabkan oleh karena setiap kepentingan individual memiliki nilai yang tinggi yang tidak bisa ditawar-menawar. Hal ini menurut Galston, sebagai hyperindividualisme yaitu pandangan yang secara berlebihan menekankan keterpisahan antar individu dalam masyarakat. Dalam pandangan ini setiap individu hanya mengejar kepentingannya sendiri-sendiri tanpa peduli pada kepentingan bersama dalam masyarakat ), 3. 8 Thobias Messakh, Konsep Keadilan dalam Pancasila., Robert Nozick, Anarchy, State, and Utopia., William A. Galston, Justice and Human Good (Chicago and London: The University of Chicago Press, 18

9 Menurut Nozick, dalam masyarakat dimana beberapa orang hidup melimpah ruah sedangkan orang lain hidup menderita tentulah suatu keadaan yang tidak setara, tidak merata, dan tidak ideal, karena itu diperlukannya kejelian untuk melihat keadaan sosial secara jernih. Baginya, suatu bentuk ketidakadilan apabila orang kaya tadi dipergunakan hanya sebagai sarana atau alat untuk memenuhi kebutuhan orang miskin demi mengatasi kemiskinan. 11 Nozick menyetujui bahwa dalam membantu orang miskin merupakan panggilan moral dan kewajiban solidaritas hidup bermasyarakat, tetapi di lain pihak perlu juga kajian mendalam untuk memahami mengapa anggota masyarakat tersebut menjadi miskin. Apakah kemiskinan yang mereka alami adalah karena kemalasan atau kegagalannya dalam membenahi diri dan sebagainya. Dengan demikian Nozick tetap mengedepankan pandangan Kant mengenai filsafat moral Konsep Keadilan Berdasarkan Hak Perolehan dan Pemilikan Individu yang Bebas. Konsep keadilan Nozick berdasarkan pada hak kepemilikan individu yang bebas untuk memperoleh dan memiliki secara personal apa yang menjadi kebutuhan hidupnya. Dalam konsep keadilannya, Nozick membentuk sebuah prinsip dasar yakni apapun yang dilakukan/apapun yang dimunculkan dari sesuatu yang adil melalui cara-cara yang adil adalah adil, oleh karena itu apabila dalam sebuah masyarakat ada yang kaya dan ada yang miskin, tidak akan menjadi masalah selagi kekayaan tersebut diperoleh dengan adil. 13 Misalnya dalam contoh pemain basket oleh Nozick, 14 setiap orang ingin menonton permainan basket, namun masing-masing orang harus memberikan $ 1. Tidak perlu melihat apakah setelah orang tersebut memberi dia miskin 11 K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis (Yogyakarta: Kanisius, 2000), Bagi Kant, penilaian dan tindakan moral harus dapat dibenarkan oleh dengan argumentasi yang rasional. Hal inilah yang kemudian dipakai oleh Nozick dalam menganalis teori keadilannya. Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika Sejak Zaman Yunani sampai Abad ke-19 (Yogyakarta: Kanisius, 2013), Robert Nozick, Anarchy, State and Utopia., Karen Lebacqz, Teori-teori Keadilan.,

10 atau kaya, baginnya hal tersebut adalah adil, karena pada satu sisi si pemain basket telah memberikan pertontonan basket bagi mereka, dan pada sisi yang berbeda penonton harus membayar karena mereka telah menonton permainan tersebut. Walaupun setelah itu si pemain semakin kaya dari mereka, Nozick melihat bahwa kesenjangan seperti ini tetap adil karena mucul dari hal-hal yang adil. Konsep dengan contoh seperti ini, jika dilihat dalam pendekatannya Notohamidjojo, merupakan keadilan distributif (justitia distributive) dan keadilan komutatif (justitia kommutativa). Di dalam proses distribusi akan tampak ada dua pihak, yaitu pembagi dan penerima. Di sini posisi pembagi kelihatan lebih tinggi dibandingkan dengan penerima. Ditinjau dari sudut pertukaran, pekerja menukarkan tenaganya dengan uang. Analogi pertukaran jasa dengan uang ini mirip dengan proses jual beli barang. Pihak pertama memiliki barang atau jasa dan pihak lain memiliki uang. Persamaan prinsip keadilan distributif dengan keadilan komutatif akan menjadi sangat jelas bila kaidah distribusi yang digunakan adalah ekuitas pada hubungan dua pihak. Tentunya pandangan ini sangat berbeda jauh dari apa yang ditekankan oleh Rawls yang mana ia lebih mengutamakan pada mereka yang paling kurang beruntung dalam masyarakat. Mereka yang memiliki kelebihan harusnya membagi dengan mereka yang kurang beruntung tersebut. Jelasnya, Nozick menolak semua prinsip keadilan yang mengatur akan kesetaraan kepemilikan, karena menurutnya prinsip seperti ini hanya melihat pada hasilnya saja dan mengabaikan proses dalam mencapai hasil tersebut. Konsep keadilan Nozick juga bertolak dari pemikiran John Locke, mengenai keadilan yang didasarkan pada hak kebebasan Individu dalam memperoleh dan memiliki secara personal apa yang menjadi kebutuhan hidupnya. Saya bebas untuk memperoleh apapun dengan cara apapun selain tidak mengganggu orang lain dalam prosesnya. Karena tidak adil bagi saya untuk 20

11 mencapai sesuatu yang begitu terbatas, karena pencapaian tersebut akan memperburuk kondisi orang lain. Tidak adil apabila saya mengambil sesuatu yang terbatas dan meniadakan pada orang lain dan tentu hal tersebut akan sangat menyakiti atau memperburuk keadaan orang lain. 15 Dalam bukunya, Anarchy, State, and Utopia, yang menjadi sorotan Nozick adalah mengenai pajak. Pajak baginya ekuivalen dengan kerja paksa. Membayar pajak sama seperti dipaksa bekerja demi orang lain. 16 Karena itu ia sangat mengkritik prinsip keadilan distributif yang menuntut pajak walaupun dengan alasan untuk memberikan pada pihak-pihak yang kurang beruntung, tetap saja bagi Nozick, merupakan sebuah pemaksaan atau perampasan hak orang lain dan akan merusak secara moral. Karena itu, baginya keadilan bukanlah distributif melainkan sepenuhnya bergantung pada pencapaian dan pengalihan kepemilikan yang adil. Mengenai kekayaan alam, bagi Nozick setiap individu dalam menjalani kehidupannya, memiliki kemampuan dan tenaga dalam menggali/menggarap kekayaan alam bagi kehidupannya masing-masing. 17 Siapa yang rajin tentu dia mendapatkan hasil yang banyak sedangkan siapa yang malas tentunya dia akan jauh dari kehidupan yang sejahtera. Titik tolaknya bagi Nozick yakni ia tidak menerima bahwa ada orang yang lain yang dikorbankan bagi kepentingan bersama, bukan manna yang diturunkan langsung dari surga, yang tinggal dibagi-bagi kepada orang lain, sehingga tidak perlu bekerja dan mengeluarkan tenaga. Jika melihat ini dalam keseharian kita, tentu tidak jauh berbeda karena, bagaimana bisa mendapatkan sesuatu jika tidak berusaha. Dari penjelasan singkat di atas, jelas bahwa yang paling utama dalam konsep keadilan Nozick adalah proses yaitu dengan cara bagaimana seseorang memperoleh atau memiliki 15 Ibid., Robert Nozick, Anarchy, State, and Utopia., Ibid.,

12 sesuatu, dan ia sangat menolak keadilan sosialis yang menekankan akan kesejahteraan bersama, sebab menurutnya konsep-konsep seperti demikian hanyalah bersifat pemaksaan, di mana orang dipaksa untuk mengorbankan apa yang menjadi miliknya bagi kepentingan orang lain. Dengan demikan setiap orang mempunyai hak untuk bebas mengusahakan dan memiliki apa yang diperlukan bagi kehidupannya. Bagi Nozick negara tidak perlu mengatur siapa dapat apa, tetapi negara memberikan kebebasan bagi warganya untuk berusaha dengan bebas tanpa ada intervensi dari pihak lain, sehingga setiap individu mempunyai hak untuk dengan bebas mengusahakan dan memiliki apa yang yang diperlukan bagi kehidupannya. Tidak boleh ada warga masyarakat yang tanpa sepengetahuannya dan persetujuannya, hak perolehan dan pemilikannya dikurangi untuk membantu orang lain. Bagi saya inilah yang menarik dari pemikirannya Nozick, setiap individu diberikan hak kebebasan untuk memiliki, bertindak dan memilih apa yang dibutuhkannya dan hak tersebut dilindungi dan dijamin oleh negara sehingga jika ada yang melanggar akan mendapat hukuman sehingga pengeksplotasian terhadap individu-individu dapat terhindarkan. Hal ini juga ditekankan oleh Notohamidjojo, yang disebut justitia vindicativa, setiap individu yang melakukan pelanggaran dan kejahatan harus dihukum sesuai dengan kejahatan yang telah diperbuat. Karena jika tidak ada perlindungan dan jaminan dari negara maka, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam suatu masyarakat atau negara tidak akan terciptanya suatu persekutuan yang adil, damai dan sejahtera, justru yang terjadi adalah eksploitasi terhadap sesama manusia, diperalat untuk memenuhi hasrat dan kepentingan tertentu saja. Karena itu konsep keadilan sosialis perlu hadir untuk menjawab akan persoalan tersebut yakni konsep keadilan yang menjadikan kesederajatan dan kesetaraan sebagai nilai dasarnya. 22

13 Teori Keadilan Menurut Kai Nielsen Kesedarajatan dan kesetaraan atau perlakuan yang sama pada setiap insan manusia merupakan nilai yang paling utama dalam konsep keadilan sosialisme. Konsep keadilan berdasarkan pada ekualitas, menekankan pada perlakuan yang sama bagi semua manusia, sehingga tidak terkesan bahwa ada kelompok yang kaya dan kelompok miskin, oleh karena itu, dalam kehidupan bermasyarakat perlu untuk adanya ekualitas dalam kemampuan dan kesempatan antar warga masyarakat untuk dapat mengelola sumber-sumber kehidupan yang tersedia. Dalam pengelolaannya harus ada ekual di situ; jika tidak maka akan timbulnya sistem memonopoli dan penindasan akan sesama, bahkan akan munculnya berbagai kelas dalam masyarakat. Oleh karena itu menurut Nielsen, tidak sekedar dalam arti hak perlindungan yang sama bagi setiap warga masyarakat akan tetapi, terutama dalam arti adanya suatu kondisi yang ekual bagi segenap warga masyarakat, sehingga segenap warga mampu memenuhi kebutuhannya se-optimal mungkin sama seperti sesamanya Ekualitas atau Kesetaraan Konsep ekualitas mengandung dua arti yaitu; ekualitas sebagai tujuan dan ekualitas sebagai hak. Ekualitas sebagai tujuan adalah kondisi yang harus dicapai. Dalam kondisi yang harus dicapai tersebut ekualitas sebagai hak dapat ditegakkan. Prinsip ini juga yang ditekankan oleh Niebuhr, yang melihat bahwa kebebasan dan ekualitas menjadi standar nilai dalam konsep keadilan yang menjadikan kasih kepada sesama sebagai sumber acuan. Karena jika tidak demikian baginya, ketidakadilan dan ketidakbebasan akan sulit bahkan tidak dimiliki oleh 18 Kai Nielsen, Equality and Liberty:A Defence of Radical Egalitarianism (New Jersey: Rowman and Allandheld, Publisher, 1985),

14 mereka yang lemah dalam masyarakat, atau dalam bahasanya Ralws, mereka yang paling kurang beruntung. 19 Dalam konsep keadilan Nielsen, ada beberapa prinsip penting yang ditekankan yakni; pertama, setiap individu mempunyai hak kebebasan dan kesempatan (kesempatan bekerja, menentukan nasib sendiri, partisipasi politik dan ekonomi) yang sama dengan sesamanya. Kedua, setiap ketentuan yang dibuat harus berdasarkan pada ketentuan nilai-nilai bersama, agar bisa dinikmati secara bersama-sama menurut kemampuan dan kondisi personal setiap anggota masyarakat. Artinya bahwa beban kehidupan bermasyarakat harus ditanggung secara bersamasama. Tujuan dari prinsip kedua Nielsen adalah untuk mengurangi kesenjangan kebutuhan pokok, mengurangi kesenjangan barang yang menjadi sumber atau dasar perbedaan yang pada akhirnya menimbulkan kesenjangan, juga perbedaan antara warga masyarakat. 20 Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan dari kedua prinsip ini adalah untuk mencapai keadaan dimana tidak ada lagi perbedaan yang besar tetapi menciptakan kesetaraan antar warga masyarakat. Dalam kedua prinsip tersebut, setiap orang memiliki hak untuk bagian yang sama, kelimpahan yang cukup, hak mendapat sumber daya yang sama untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun bukan berarti bahwa segenap warga masyarakat akan menggunakan haknya tersebut. Secara rasional setiap orang akan menggunakan haknya untuk mencari kekayaan, kekuasaan, dan sebagainya, karena mereka merasa perlu untuk mencapai apa yang mereka inginkan, namun tidak semua yang dituntut akan sama hasilnya karena kebutuhan setiap orang sangat berbeda. Dengan demikian kebebasan harus diberikan kepada masing-masing individu untuk berkreasi sesuai dengan daya kreativitasnya dalam kehidupan bermasyarakat karena jika 19 D. B. Robertson, ed., Love and Justice: Selection from the Shorter Writings of Reinhold Niebuhr (Louisville, Kentucky: Westminster/John Knox Press, 1957), Kai Nielsen, Equality and Liberty:A Defence of Radical Egalitarianism., Bandingkan dengan Thobias Messakh, Konsep keadilan dalam Pancasila,

15 kebebasan setiap individu tersebut dibatasi maka hanya akan menimbulkan problem ketidakadilan, inilah yang oleh Notohamidjojo disebut sebagai justitia creativa. 21 Artinya bahwa setiap individu berhak dan bebas untuk melaksanakan berkreasi demi mendapatkan apa yang diinginkan dan diperlukan sesuai kebutuhannya. Nielsen dalam menerapkan konsep keadilannya, ia juga menekankan bagaimana adanya moralitas cinta akan sesama. Dengan adanya moralitas cinta akan sesama tersebut bagi Nielsen tidak akan ada kelas-kelas dalam warga masyarakat. Orang tanpa rasa cinta kepada sesamanya, sulit untuk menerima dan menjalankan konsep keadilan ekualitas. 22 Karena masyarakat yang adil adalah menghargai dan menghormati akan orang lain sebagai sesama ciptaan Tuhan yang sama derajatnya, meniadakan monopoli kekuasaan, kepentingan individual, perampasan hak, maupun pemerasan dan penindasan akan sesama. 23 Bagi Nielsen, dalam konsep keadilan Ekualitas ada dua prinsip atau asas yakni: pertama, Nielsen menempatkan ekualitas kebebasan dan ekualitas kesempatan dalam satu paduan. Secara implisit, Nielsen hendak mengemukakan bahwa kebebasan tanpa peluang sama saja dengan tidak ada kebebasan. Jadi kebebasan akan bermanfaat jika ada ekualitas kebebasan. Dari asas yang pertama inilah, hak dari masing-masing individu diberikan kebebasan. Misalnya: hak menentukan nasib sendiri, hak memperoleh pekerjaan yang layak, hak berpartisipasi dalam bidang politik dan ekonomi, dan sebagainya. artinya bahwa adanya moralitas yang menghargai otonomi dan harga diri dari masing-masing individu. Kedua, mengatur hasil kerjasama dalam 21 O. Notohamidjojo, Kreativitas yang Bertanggungjawab., Pandangan Nielsen selengkapnya sebagai berikut: what I am predicting is that a person who has a good understanding of what morality is, has a good knowledge of facts, is not ideologically mystified, takes an impartial point of view, and has and attitude of impartial caring, would, if not conceptually confused, come to accept the abstract egalitarian thesis. I see no way of arguing someone into such an egalitariansm so does not in this general way have a love of humankind. Ibid., Bandingkan Ricardo Antoncich, Iman & Keadilan: ajaran sosial gereja dan praksis sosial iman (Yogyakarta: Kanisius, 1990),

16 masyarakat. Hasil itu digunakan untuk membiayai berbagai perlengkapan institusional masyarakat, dana untuk berbagai kebutuhan dan kepentingan umum, dan sisanya dibagikan kepada anggota masyarakat berdasarkan prinsip ekualitas (disesuaikan dengan kebutuhan). Semua anggota masyarakat juga secara ekualitas (disesuaikan dengan kemampuan dan situasi personal) berkewajiban menanggung biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan hidup bermasyarakat. 24 Kedua asas tersebut akan dapat terlaksana apabila ekualitas dijadikan sebagai tujuan utamanya, sebab jika tidak maka hanya akan menjadi slogan belaka. Dengan demikian yang diperlukan di sini adalah bagaimana manusia melakukan suatu pekerjaan yang bervariasi dan lebih pada peran sosial yang berbeda, mengembangkan peran sosial, dan memperbaiki ketidaksetaraan dan ketidakadilan dalam posisi yang menindas dan mendominasi bahkan mengeksploitasi sesamanya demi kepentingan-kepentingan tertentu dan dapat mewujudkan suatu masyarakat yang semakin seimbang dan selaras dan dengan demikian semakin adil. 25 Konsep keadilan sosialis pada dasarnya melihat pada konsep ekualitas. Konsep ekualitas mengandung dua arti yakni ekualitas sebagai tujuan dan ekualitas sebagai hak (rights). Untuk mencapai ekualitas sebagai hak, terlebih dahulu harus diciptakan ekualitas kondisi, agar setiap orang mampu mengakses sumber-sumber penghidupan secara ekual. Tidak ada dominasi dan eksploitasi. Ekualitas sebagai hak merupakan isi konsep keadilan egalitarianisme, yakni: 1. setiap orang mempunyai hak kebebasan dasar dan peluang partisipasi (ekonomi dan politik) yang ekual dengan sesamanya; 2. beban dan hasil masyarakat ditanggung dan dinikmati secara ekual menurut kemampuan dan kondisi personal setiap anggota masyarakat. 3. Dasar moralitas dari 24 Thobias Messakh, Konsep Keadilan dalam Pancasila., Franz Magnis Suseno, Kuasa & Moral (Yogyakarta: Kanisius, 2001),

17 konsep keadilan yang berdasarkan nilai ekualitas adalah cinta kepada sesama atau cinta kemanusiaan. Implikasinya adalah bahwa orang yang tidak memiliki cinta kepada kemanusiaan, tidak mungkin mau menerima dan mampu melaksanakan keadilan ekualitas. 26 Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa kesetaraan merupakan nilai yang penting dan utama dari konsep keadilan sosialis. Selagi masih ada penindasan, dominasi, dan eksploitasi terhadap sesama maka selama itu juga masyarakat belum dapat dikatakan sebagai suatu masyarakat yang adil. Dalam pandangan Nielsen bahwa tanpa ekualitas kondisi, tidak akan ada ekualitas hak yang mana dalam kesetaraan ekonomi, masing-masing individu memiliki kebebasan hak yang sama dalam mengelola atau mengakses sumber-sumber kehidupan yang tersedia. Tidak ada individu atau kelompok tertentu yang sedemikian besar kekuasaannya, sehingga pada akhirnya akan menguasai orang lain. Oleh karena itu dalam suatu masyarakat yang berkeadilan ekualitas, faktor ekonomi dikendalikan secara ketat agar tidak terjadi monopoli dan penindasan. Menurut konsep keadilan sosialis, untuk mencapai masyarakat yang berkeadilan ekualitas maka diperlukan intervensi negara, namun ia menolak bentuk-bentuk negara sistem kapitalis karena dalam negara sistem kapitalis, manusia tidak akan melihat sesama sebagai manusia tetapi melihatnya sebagai objek (sesuatu yang menghasilkan atau tidak). Bagi kelompok ini, negara sosialis merupakan sistem yang lebih memungkinkan, karena dalam sistem sosialis akan munculnya masyarakat tanpa kelas, hak perolehan dan kepemilikan dibatasi agar tidak menimbulkan atau terciptanya dominasi dalam kehidupan bermasyarakat. 26 Thobias Messakh, Konsep Keadilan dalam Pancasila.,

18 Teori Keadilan menurut John Rawls Menurut Karen Lebacqz, teori dari Rawls yang dalam bukunya A Theory of Justice, merupakan suatu teori alternatif mengenai keadilan dengan harapan untuk menjawab kelemahan dari utilitarianisme, dengan tetap mengutamakan kepentingan pribadi individu tanpa mempertaruhkan kesejahteraan atau hak-haknya demi kebaikan banyak orang, sehingga Rawls menawarkan sebuah teori keadilan yang disebut justice as fairness. 27 Keadilan sebagai kesetaraan dari Rawls, berdasarkan pada teori kontak sosial Jean J. Rousseau dan teori rasional moralnya Imanuel Kant. Tujuannya dalam menggunakan teori kontrak sosial adalah memberikan interpretasi prosedural bagi konsep Kant mengenai pilihan otonom sebagai basis prinsip etika. 28 Bertolak dari pemikiran Kant, Rawls melihat bahwa setiap manusia sebagai insan otonom, rasional, dan moral. Sebagai insan yang otonom, setiap individu pastinya memiliki kebebasan untuk mengatur hidupnya secara rasional tanpa ada intervensi dari pihak manapun, artinya bebas dalam menentukan apa yang baik bagi dirinya secara rasional. 29 Dan mempunyai kemampuan pertimbangan moral, kemampuan ini dimaksudkan untuk dapat menimbang dan memutuskan suatu keputusan yang baik bagi dirinya sendiri maupun bagi sesamanya dalam membangun kehidupan bersama dalam suatu masyarakat. Berdasarkan pada penyampaian Kant, bahwa manusia sebagai makhluk yang rasional tentu mempunyai kebutuhan dasarnya maing-masing yaitu: a. hak-hak akan kebebasan dasar (misalnya kebebasan berpikir dan kebebasan nurani); b. kebebasan bergerak dan kebebasan memilih pekerjaan; c. kekuasaan dan hak-hak prerogatif yang bertanggung-jawab; d. pendapatan dan kekayaan; e. basis harga diri. Menurut Rawls bahwa setiap individu dalam masyarakat 27 Karen Lebacqz, Teori-teori Keadilan., Ibid., Thobias Messakh, Konsep Keadilan dalam Pancasila.,

19 tentunya saling membutuhkan satu dengan yang lain, selain itu juga kebutuhan yang paling mendasar yakni kebutuhan akan barang-barang sosial (social goods). 30 Oleh karena itu, agar kebutuhan tersebut dapat dirasakan oleh mayarakat secara adil maka terlebih dahulu harus menyepakati asas keadilan yang dapat mengatur pendistribuan yang adil. Pendistribusian yang adil, maksudnya adalah memberikan pada masing-masing individu sesuai dengan bagian dan haknya seperti yang dikemukakan oleh Notohamidjojo dalam bukunya Kreativitas yang Bertanggungjawab. Pandangan Rawls mengenai masyarakat yang didasarkan pada teori kontrak sosial. Baginya suatu masyarakat yang rasional dan bermoral akan membangun dan membentuk masyarakat yang adil dari generasi ke generasi (a fair system of cooperation from one generation to the next). 31 Dengan tujuan agar setiap anggota masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya secara lebih baik dibandingkan dengan bekerja secara individu dan untuk menjaga serta dapat memilihara kerjasama sosial yang ada, maka diperlukan suatu asas yang dapat mengatur kehidupan bersama dalam suatu masyakat yakni keadilan. Kerjasama sosial yang dimaksudkan oleh Rawls adalah kerjasama resiprositas (timbal-balik) tidak sama dengan kerjasama yang lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri tetapi kepentingan bersama. 32 Ketika berbicara tentang ketentuan-ketentuan sosial yang mengatur kehidupan bersama, Rawls sebenarnya sedang menekankan upaya untuk merumuskan prinsip-prinsip yang mengatur distribusi hak dan kewajiban di antara segenap anggota suatu masyarakat. Penekanan terhadap masalah hak dan kewajiban, yang didasarkan pada suatu konsep keadilan bagi suatu kerja sama sosial, menunjukan bahwa teori keadilan Rawls memusatkan perhatian pada bagaimana 30 Ibid., John Rawls, A Theory of Justice (Cambridge, Massachusstts: Harvard University Press, 1971), Ibid.,

20 mendistribusikan hak secara seimbang di dalam masyarakat sehingga setiap orang berpeluang memperoleh manfaat darinya dan secara nyata, serta menanggung beban yang sama. Karenanya, agar menjamin distribusi hak dan kewajiban yang berimbang tersebut, Rawls juga menekankan pentingnya kesepakatan yang fair di antara semua anggota masyarakat. Hanya kesepakatan fair yang mampu mendorong kerja sama sosial. 33 Demikian, kesepakatan yang fair adalah kunci untuk memahami rumusan keadilan Rawls. Masalahnya, bagaimana kesepakatan yang fair itu bisa diperoleh? Rawls memandang bahwa kesepakatan yang fair hanya bisa dicapai dengan adanya prosedur yang tidak memihak. Hanya dengan suatu prosedur yang tidak memihak itulah prinsip-prinsip keadilan bisa dianggap adil. Karenanya, bagi Rawls, keadilan sebagai fairness adalah keadilan prosedural murni. 34 Dalam hal ini, apa yang dibutuhkan oleh mereka yang terlibat dalam proses perumusan konsep keadilan hanyalah suatu prosedur yang tidak memihak, ataupun tidak adanya kepentingankepentingan di dalamnya, karena hanya dengan begitulah akan mampu menjamin hasil akhir yang adil Prinsip-Prinsip Keadilan Rawls berpendapat bahwa, menghadirkan sebuah masyarakat yang setara atau sebuah masyarakat yang tertata baik, yang hidup sesuai dengan aturan yang berlaku dalam masyarakat, tentu didasarkan pada suatu prinsip keadilan dan yang juga menjadi poin utama bagi Rawls, 33 Ibid., Menurut Andre Ata Ujan, Rawls ingin menegaskan bahwa prosedural yang sifatnya tidak memihak merupakan satu-satunya jaminan untuk suatu hasil akhir yang adil bagi semua pihak. Rawls bahkan berpendapat bahwa prosedural seperti ini mampu menjamin lahirnya prinsip-prinsip pertama keadilan yang dapat diterima oleh siapapun melalui refleksi sistematik atas prinsip-prinsip tersebut. Andre Ata Ujan, Keadilan dan Demokrasi: Telaah Filsafat Politik John Rawls (Yogyakarta: Kanisius, 2001),

21 dalam prinsip keadilannya adalah melindungi pihak-pihak yang paling kurang beruntung dalam masyarakat. Ada dua Prinsip keadilan menurut Rawls 35 yakni; pertama: setiap orang memiliki sebesar-besarnya kesederajatan hak akan kebebasan sejauh yang diatur dalam sistem kesederajatan kebebasan dasar untuk semua. Kedua: ketidak-sederajatan sosial-ekonomi diatur sedemikian rupa sehingga: a. Bermanfaat sebesar-besarnya bagi warga masyarakat yang paling kurang beruntung, konsisten dengan prinsip menabung yang adil, b. Dikaitkan dengan jabatan dan posisi yang terbuka untuk semua berdasarkan syarat semua memiliki kesempatan yang adil. Rawls mempunyai dua argumen untuk prinsip-prinsip keadilannya. Argumen yang pertama adalah mengkontraskan teorinya dengan apa yang dianggapnya sebagai ideologi yang kini berlaku dalam keadilan distributif yaitu, cita-cita tentang persamaan kesempatan. Ia berpendapat bahwa teorinya lebih cocok dengan kesimpulan intuisi-intuisi tentang keadilan, dan bahwa teorinya memberi penjelasan yang lebih baik atas cita-cita yang pasti tentang fairness. Argumen yang kedua, Rawls mengatakan bahwa prinsip-prinsip keadilannya lebih unggul karena merupakan hasil sebuah kontrak sosial. Ia bahkan mengklaim bahwa jika orang dalam suatu keadaan pra-sosial tertentu dipaksa memutuskan mana prinsip-prinsip yang harus mengatur masyarakat mereka, mereka akan memilih prinsip-prinsipnya. 36 Bagi Rawls, keadilan sebagai keberimbangan (fairness) yang dibangun di atas dua prinsip, yakni: pertama, kesetaraan hak bagi setiap orang untuk meraih kebebasan, penunaian hak dan kewajiban; kedua, ketimpangan sosial dan ekonomi dapat diterima sejauh hal itu memberikan keuntungan besar bagi semua orang, khususnya bagi warga masyarakat yang paling kurang beruntung, serta tidak eksklusif pada 35 John Rawls, A Theory of Justice., Will Kymlicka, Pengantar Filsafat Politik Kontemporer: Kajian khusus Teori-teori Keadilan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004),

22 segelintir orang. Meskipun Rawls, tidak mengangkat fakta ketimpangan sosial ekonomi yang selalu melekat dalam setiap sistem kemasyarakatan, namun baginya hal itu adalah musuh besar keadilan sosial jika menghadirkan kerugian, sekalipun bagi sekelompok kecil anggota masyarakat. 37 Kebebasan-kebebasan yang ada diharuskan setara, karena warga suatu masyarakat yang adil mempunyai hak-hak dasar yang sama. Dari prinsip ini, dapat dilihat bahwa Rawls menginginkan sebuah masyarakat yang adil, setara dan tidak adanya intervensi dari pihak manapun untuk memperoleh kebebasan dasar tersebut dan dalam menjalankan kebebasankebebasan dasarnya dalam meningkatkan prospek kehidupannya, terkecuali bagi mereka yang berdasarkan undang-undang, ada hak kebebasan dasarnya dibatasi. Akan tetapi pembatasan ini bersifat sementara dan hanya dibolehkan untuk membatasi pelanggaran terhadap hak kesederajatan kebebasan segenap warga masyarakat. Pada prinsip yang kedua dari Rawls, yakni keadilan bagi institusi-institusi: Ketidaksetaraan sosial dan ekonomi disusun sedemikian rupa agar mereka dapat, (a) memberi keuntungan terbesar bagi pihak yang kurang beruntung, sesuai prinsip penghematan yang adil, dan (b) dilekatkan pada jawaban dan jabatan pemerintahan yang terbuka bagi semua orang berdasarkan kondisi kesetaraan yang adil. Ketidak-setaraan sosial dan ekonomi, contohnya ketidak-setaraan dalam kekayaan dan otoritas, akan menjadi adil jika menghasilkan pengkompensasian keuntungan bagi setiap orang, khususnya bagi anggota-anggota masyarakt yang kurang bertuntung. 38 Lanjutnya kelompok yang paling kurang beruntung dalam masyarakat menjadi prioritas utamanya sehingga prospek kesejahteraan meningkat, maka otomatis dengan 37 Janianton Damanik, Menuju Pelayanan Sosial yang Berkeadilan, Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, Vol. 15, Nomor 1, Juli 2011, John Rawls, A Theory of Justice.,

23 sendirinya prospek kesejahteraan hidup kelompok masyarakat diatasnya pun mengalami peningkatan. Oleh karena itu masyarakat sebagai persekutuan kerjasama seharusnya saling peduli satu terhadap yang lain dan saling memberi manfaat antar anggota masyarakat sehingga dapat terciptanya suatu masyarakat yang adil. Dalam prinsip-prinsip tersebut, yang menjadi prioritas utama adalah prinsip ekualitas kebebasan. Dimana kesederajatan kebebasan menjadi yang utama, artinya bahwa tidak boleh ada individu yang dikorbankan dengan alasan apa pun. Ketidak-sederajatan kebebasan diantara anggota masyarakat ditolerir untuk sementara sepanjang untuk mengendalikan berkembangnya ketidak-sederajatan akan kebebasan dan menciptakan kesederajatan hak akan kebebasan yang lebih besar dalam masyarakat. Dengan demikian berarti bahwa kesederajatan kebebasan tidak boleh memperdalam jurang ketidakadilan sosial-ekonomi antar warga masyarakat. 39 Menurut Keraf, asumsi yang dikembangkan Rawls merupakan suatu kenyataan bahwa dalam masyarakat dijumpai ketidaksamaan sosial ekonomis sehingga perlu diatur sedemikian rupa agar menguntungkan terutama orang-orang yang the least advantaged. Di samping itu sekaligus pula melekat pada jabatan-jabatan dan posisi-posisi yang terbuka bagi semua orang dalam keadaan yang menjamin persamaan peluang yang fair. Ia menganggap keadilan sebagai kesamaan yang fair. 40 Kesamaan yang fair artinya bahwa semua atau masing-masing tersebut menerima haknya tanpa pandang kedudukan, kelas, dan sebagainya. 41 Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa konsep keadilan Rawls memusatkan perhatiannya pada pendistribusian hak secara seimbang di dalam masyarakat sehingga setiap orang berpeluang memperoleh manfaat darinya dan secara nyata, serta menanggung beban yang 39 Thobias Messakh., Konsep Keadilan., A. S. Keraf, Pasar Bebas, Keadilan, dan Peran Pemerintah (Yogyakarta: Kanisius, 1996), Bandingkan dengan justitia cummatativa dari Notohamidjojo. 33

24 sama. Karenanya, agar menjamin distribusi hak yang berimbang tersebut, Rawls juga menekankan pentingnya kesepakatan yang fair di antara semua anggota masyarakat. Hanya kesepakatan fair yang mampu mendorong kerja sama sosial. Menurut saya, yang menarik dari konsep keadilan yang diusung oleh John Rawls memprioritaskan mereka yang kurang beruntung dalam masyarakat yang diperlakukan dengan tidak adil, dan inilah yang membedakannya dengan konsep keadilan yang ditawarkan oleh Nozick. Oleh karena itu menurut saya, peraturan-peraturan dalam masyarakat atau undangundang seharusnya mampu melihat persoalan yang ada dalam masyarakat sehingga mereka yang lemah mendapatkan perlindungan serta perlakuan yang adil. Namun perhatian atau keberpihakan pada mereka yang kurang beruntung bukan hanya mercy rasa ibah tapi bagaimana mampu memberdayakan masyarakat yang ada misalnya dengan memberikan pekerjaan, dapat bersekolah mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dan sebagainya Teori Keadilan John Stuart Mill (Konsep Keadilan Utilitarianisme) Utilitarianisme klasik berakar di paruh kedua abad ke-19 dan paruh kedua abad ke-20. Mashab ini diasosiakan dengan nama-nama filsuf terkenal seperti Jeremy Bentham, James Mill, John Stuart Mill, Henry Sidgwick dan G. E. Moore. 42 Dari antara mereka para tokoh Utilitarianisme hanya John Stuart Mill yang menghubungkan utilitarianisme dengan keadilan. Ide dasar dari utilitarianisme yakni bahwa yang benar untuk dilakukan adalah yang menghasilkan kebahagiaan dan kebaikan bersama seperti yang disampaikan oleh Mill, kemanfaatan atau prinsip kebahagiaan terbesar menyatakan bahwa tindakan yang benar jika 42 Karen Lebacqz, Teori-teori keadilan.,

25 cenderung memperbesar kebahagiaan bukan sebaliknya mengurangi kebahagiaan. Kebahagiaan yang dimaksudkan adalah kesenangan dan bebas penderitaan atau tidak ada rasa sakit. 43 Kaum utilitarian secara tradisional telah mendefinisikan utiliti dalam pengertian kebahagiaan (happiness), dengan slogan yang umum yakni the greatest happiness of the greatest number (kebahagiaan terbesar untuk jumlah yang terbesar). 44 Istilah utilitarianisme berasal dari kata bahasa Latin utilis artinya berguna, manfaat. Aliran ini berpendapat bahwa baik buruknya suatu tindakan bergantung dari berguna atau manfaatnya, tapi manfaat tersebut harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. 45 Jeremy Bentham merupakan salah satu tokoh peletak dasar dari utilitarianisme, mengawali teorinya dengan pernyataan: Nature has placed mankind under the governance of to sovereign masters, pain and plesure, it is for them alone to point out what we ought to do, as well as to determine what we shall do. On the other hand the standard of right and wrong. On the other chain of causes and effects, are fastened to their throne. They govern us in all we do, in all we say, in all we think. 46 Pernyataan Bentham di atas menunjukkan bahwa manusia cenderung pada dua hal yaitu rasa sakit dan kesenangan, karena tujuan akhir manusia pada umumnya adalah untuk mencapai kebahagiaan. 47 Bentham percaya bahwa asas kebahagiaannya itu berlaku baik bagi tindakan-tindakan individu maupun pemerintah, dan, jika 43 John Stuart Mill, Utilitarinianism, ( New York: Bobbs-Merrill, 1957), Will Kymlicka, Pengantar Filsafat Politik., Yohanes Wisok, Etika Mengalami Krisis, Membangun Pendirian, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), John Stuart Mill, Utilitarianism, On Liberty, Essay on Bentham, edited with an Introduction by Mary Warnock, (New York: New American Liberty, 1962), Menurut Messakh, motivasi dasar setiap orang dalam bertindak adalah mencapai kebahagiaan dan menghindari penderitaan. Thobias Messakh, Konsep keadilan dalam Pancasila.,

26 diterapkan dalam pemerintah, hal itu mensyaratkan bagaimana memaksimalkan kebahagiaan terbesar bagi sebagian terbesar masyarakat. 48 Dalam membuktikan bahwa kebahagiaan adalah tujuan hidup, ia mengklaim bahwa lewat pembentukan alamiah manusia, namun ia juga mengakui bahwa hal tersebut tidak dapat dibuktikan secara langsung. 49 Hal ini juga diakui oleh Mill, namun ia menawarkan sebagai argumennya fakta bahwa setiap orang secara universal sungguh mengharapkan kebahagiaan. 50 Karena itulah tujuan akhir hidup manusia adalah kebahagiaan, dan setiap insan manusia tentunya menginginkan kebahagiaan. Dalam kaitannya dengan keadilan, utilitarianisme melihat dua asumsi dasar yakni; pertama ialah sebuah tindakan yang dikatakan bermoral diukur dari sejauhmana ia diarahkan pada kebahagiaan. Pada pemahaman inilah Mill selangkah lebih maju dari Bentham. Mill berpendapat bahwa kebahagiaan bukan hanya kesenangan melainkan juga penderitaan. Asumsi kedua, suatu tindakan dikatakan benar ditentukan oleh kontribusinya terhadap kebahagiaan. 51 Oleh karena itu, sesuatu yang paling utama bagi manusia menurut Bentham adalah bahwa harus bertindak sedemikian rupa sehingga menghasilkan akibat-akibat baik sebanyak mungkin dan sedapat-dapatnya mengelakan akibat-akibat buruk. Karena kebahagianlah yang baik dan penderitaanlah yang buruk. Kebahagiaan tercapai jika ia memiliki kesenangan dan bebas dari kesusahan. Suatu perbuatan dapat dinilai baik atau buruk sejauh dapat meningkatkan atau mengurangi kebahagiaan sebanyak mungkin orang. 48 Ian Shapiro, Asas Moral dalam Politik (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), Karen Lebacqz, Teori-teori keadilan., John Stuart Mill, Utilitarinianism., Karen Lebacqz, Teori-teori keadilan.,

27 Utility (kegunaan), menurut Bentham, adalah setiap objek yang cenderung menghasilkan manfaat, keuntungan, kesengan, kebaikan, dan kebahagiaan bagi pihak yang kepentingannya telah dipertimbangkan dengan matang, atau menghindarkan yang bersangkutan dari kejahatan, pemderitaan, kemalangan, atau ketidak-bahagiaan. Bila pihak yang bersangkutan adalah masyarakat pada umumnya maka kebahagiaan dimaksud adalah kebahagiaan adalah kebahagiaan masyarakat; bila pihak yang bersangkutan adalah perorangan maka kebahagiaan yang dimaksud adalah kebahagiaan perorangan. 52 Namun yang menjadi kelemahan dari pemaparan Bentham adalah ia hanya membahas sebatas pada masalah kebahagiaan. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana menghasilkan kebahagiaan terbesar bila hanya menekankan pada yang hedonis tanpa menerima rasa sakit, sedangkan secara realistis penderitaan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindarkan, keduanya sudah bagaikan koin mata uang dengan dua sisi yang tidak terpisahkan. 53 John Stuart Mill adalah penerus aliran utilitarianisme, dalam karyanya yang berjudul utilitarianism ia mengakui bahwa apa yang dikemukakan Bentham, bahwa prinsip utama dari utilitarian adalah mendatangkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya (the greatest happiness) bukan mendatangkan penderitaan. 54 Namun yang membedakan anatara Bentham dan Mill adalah terkait dengan usaha untuk mengukur kebahagiaan atau manfaat sebuah tindakan. Baginya tidak cukup hanya dengan kuantitatif seperti yang disampaikan oleh Bentham, tetapi kualitas juga diperlukan dalam mengukur kebahagiaan atau manfaat sebuah tindakan. Artinya bahwa akan 52 John Stuart Mill, Utilitarianism, On Liberty., 34. Lih. dalam Thobias Messakh, Konsep keadilan., Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika., John Stuart Mill, Utilitarianism, On Liberty.,

BAB IV KONSEP KEADILAN SOSIAL AMOS 6:1-7 DALAM PERSPEKTIF TEORI KEADILAN. Robert Nozick, John Stuart Mill, John Rawls, Kai Nielsen, dan Karen Lebacqz.

BAB IV KONSEP KEADILAN SOSIAL AMOS 6:1-7 DALAM PERSPEKTIF TEORI KEADILAN. Robert Nozick, John Stuart Mill, John Rawls, Kai Nielsen, dan Karen Lebacqz. BAB IV KONSEP KEADILAN SOSIAL AMOS 6:1-7 DALAM PERSPEKTIF TEORI KEADILAN 4.1. Pendahuluan Setelah mencoba memaparkan mengenai konsep-konsep keadilan dari beberapa tokoh, dan menganalisa konsep keadilan

Lebih terperinci

John Rawls dan Konsep Keadilan. Muhammad Luthfi

John Rawls dan Konsep Keadilan. Muhammad Luthfi John Rawls dan Konsep Keadilan Muhammad Luthfi John Rawls adalah salah satu pemikir politik liberal kontemporer yang memberikan warna baru pada spektrum liberalisme global saat ini. Magnum Opus Rawls yang

Lebih terperinci

PROBLEMATIK & TEORI KEADILAN. Bacaan yang dianjurkan : The Liang Gie, 1982, Teori-teori Keadilan, Penerbit Supersukses, Yogyakarta

PROBLEMATIK & TEORI KEADILAN. Bacaan yang dianjurkan : The Liang Gie, 1982, Teori-teori Keadilan, Penerbit Supersukses, Yogyakarta PROBLEMATIK & TEORI KEADILAN Bacaan yang dianjurkan : The Liang Gie, 1982, Teori-teori Keadilan, Penerbit Supersukses, Yogyakarta CONTOH KASUS Anggap aja ini martabak Tugas : Bagilah martabak ini untuk

Lebih terperinci

KONSEP KEADILAN SOSIAL DALAM AMOS 6:1-7, DALAM PERSPEKTIF TEORI KEADILAN

KONSEP KEADILAN SOSIAL DALAM AMOS 6:1-7, DALAM PERSPEKTIF TEORI KEADILAN KONSEP KEADILAN SOSIAL DALAM AMOS 6:1-7, DALAM PERSPEKTIF TEORI KEADILAN TESIS Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Oleh: RISON BEEH 752014018

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anderson, Bernhard. Understanding The Old Testament. Prentice Hall: Englewood Cliffs, 1957.

DAFTAR PUSTAKA. Anderson, Bernhard. Understanding The Old Testament. Prentice Hall: Englewood Cliffs, 1957. DAFTAR PUSTAKA Anderson, Bernhard. Understanding The Old Testament. Prentice Hall: Englewood Cliffs, 1957. Antoncich, Ricardo. IMAN & KEADILAN: Ajaran Sosial Gereja dan Praksis Sosial Iman. Yogyakarta:

Lebih terperinci

APPROACHES TO ETHICS AND JUSTICE. By : Dora Rizky Erlina Devvy Alifia Putri

APPROACHES TO ETHICS AND JUSTICE. By : Dora Rizky Erlina Devvy Alifia Putri APPROACHES TO ETHICS AND JUSTICE By : Dora Rizky Erlina 135020100111011 Devvy Alifia Putri 135020100111017 Outline Pendahuluan Etika Individual Bersifat instruktif Teori yang melibatkan orang/agen yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL TEORI ETIKA PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL Beberapa konsep yang memerlukan penjelasan, antara lain: perilaku moral (moral behavior), perilaku tidak bermoral (immoral behavior), perilaku di luar kesadaran

Lebih terperinci

Business Ethic & Good Governance

Business Ethic & Good Governance Modul ke: Business Ethic & Good Governance Philosophical Ethics and Business Fakultas PASCA Dr. Antonius Dieben Robinson Manurung, MSi Program Studi MANAGEMENT www.mercubuana.ac.id Utilitarianisme Dikembangkan

Lebih terperinci

Distribusi Pendapatan

Distribusi Pendapatan Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan Distribusi Pendapatan pendapatan seseorang tergantung pada supply dan demand tenaga kerjanya, yang pada tergantung pada kemampuan alaminya, modal, kompensasi perbedaan,

Lebih terperinci

Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi

Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi Pertemuan 1 Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi 1.1. Norma Norma (dalam sosiologi) adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan oleh Robert Nozick dalam bukunya Anarchy, State, and Utopia, keadilan

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan oleh Robert Nozick dalam bukunya Anarchy, State, and Utopia, keadilan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keadilan merupakan hasrat manusia dalam budaya dan bangsa manapun. Tak satupun anggota masyarakat dari seluruh bangsa di dunia yang tidak menginginkan perlakuan yang

Lebih terperinci

Disarikan dari Ashur, dan Berbagai Sumber Yang Relevan

Disarikan dari Ashur, dan Berbagai Sumber Yang Relevan Disarikan dari Ashur, dan Berbagai Sumber Yang Relevan Tanggung jawab sosial perusahaan mempunyai kaitan yg erat dg penegakan keadilan dlm masyarakat umumnya dan bisnis khususnya. Tanggung jawab sosial

Lebih terperinci

ETIKA BISNIS (Teori Etika )

ETIKA BISNIS (Teori Etika ) ETIKA BISNIS (Teori Etika ) Disusun oleh Kelompok I : 1. Putu Sulastra 13810331180412 2. Kadek Suarjana 13810331180415 3. Nengah Mertapa 13810331180418 4. Pande Nyoman Kartika 13810331180426 Kelas : Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aristoteles merupakan salah seorang filsuf klasik yang mengembangkan dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin bahwa politik

Lebih terperinci

BAB IV KESEPAKATAN ANTARA SUKU-SUKU DI ISRAEL DENGAN DAUD DALAM 2 SAMUEL 5:1-5 PERBANDINGANNYA DENGAN KONTRAK SOSIAL MENURUT JEAN JACQUES ROUSSEAU

BAB IV KESEPAKATAN ANTARA SUKU-SUKU DI ISRAEL DENGAN DAUD DALAM 2 SAMUEL 5:1-5 PERBANDINGANNYA DENGAN KONTRAK SOSIAL MENURUT JEAN JACQUES ROUSSEAU BAB IV KESEPAKATAN ANTARA SUKU-SUKU DI ISRAEL DENGAN DAUD DALAM 2 SAMUEL 5:1-5 PERBANDINGANNYA DENGAN KONTRAK SOSIAL MENURUT JEAN JACQUES ROUSSEAU Pada dasarnya kesepakatan yang dimaksudkan dalam bagian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diajukan dalam rumusan masalah skripsi. Dalam rumusan masalah skripsi ini,

BAB V PENUTUP. diajukan dalam rumusan masalah skripsi. Dalam rumusan masalah skripsi ini, BAB V PENUTUP Pada bab V penulis menyimpulkan keseluruhan pembahasan dalam skripsi. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban atas pertanyaan penulis ajukan dalam pembatasan masalah. Disamping itu penulis

Lebih terperinci

HUKUM DAN KEADILAN Jamal Wiwoho Prasetyo Hadi P Sasmini

HUKUM DAN KEADILAN Jamal Wiwoho Prasetyo Hadi P Sasmini HUKUM DAN KEADILAN Jamal Wiwoho Prasetyo Hadi P Sasmini Hukum dan Keadilan 1 KEADILAN? Keadilan = justice (Inggris) = justitia (Latin) Atributif, Tindakan, Orang Adil (Bhs Indonesia) = al adl (bhs Arab)

Lebih terperinci

Etika Sosial. Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si

Etika Sosial. Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si Etika Sosial Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si Bagian I PANDANGAN TENTANG INDIVIDU DAN MASYARAKAT 1. INDIVIDUALISME Nilai tertinggi manusia adalah perkembangan dan kebahagiaan individu.

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Etika Michael Hariadi / Teknik Elektro

Dasar-Dasar Etika Michael Hariadi / Teknik Elektro Dasar-Dasar Michael Hariadi / 1406564332 Teknik Elektro Sama halnya antara karakter dan kepribadian, demikian juga antara etika dan moralitas yang penggunaan sering menjadi rancu. berasal dari bahasa Yunani,

Lebih terperinci

REFLEKSI TERHADAP MAKNA KEADILAN SEBAGAI FAIRNESS MENURUT JOHN RAWLS DALAM PERSPEKTIF KEINDONESIAAN

REFLEKSI TERHADAP MAKNA KEADILAN SEBAGAI FAIRNESS MENURUT JOHN RAWLS DALAM PERSPEKTIF KEINDONESIAAN RUANG KAJIAN REFLEKSI TERHADAP MAKNA KEADILAN SEBAGAI FAIRNESS MENURUT JOHN RAWLS DALAM PERSPEKTIF KEINDONESIAAN Fadhilah Abstrak Tujuan penulisan ini adalah untuk menambah referensi dan khasanah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk sosial karena merupakan bagian dari masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami kecelakaan lalu lintaspun pasti

Lebih terperinci

I. Bisnis Dan Etika. Softskill Etika Bisnis #

I. Bisnis Dan Etika. Softskill Etika Bisnis # 1 I. Bisnis Dan Etika Apakah benar jika dalam berbisnis terlalu banyak mementingkan etika, maka akan semakin jauh tertinggal oleh kompetitor? Pernyataan ini jelas sangat salah. Bayangkan saja jika salah

Lebih terperinci

Teori Hak Asasi Manusia. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga

Teori Hak Asasi Manusia. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Teori Hak Asasi Manusia R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Pokok Bahasan Mengenal apa itu teori HAM Memahami sejumlah pendekatan

Lebih terperinci

etika sederhana teologi ekonomi

etika sederhana teologi ekonomi etika sederhana teologi ekonomi Latar belakang kasus ekonomi (bisnis) dan teologi (gereja). Perkembangan sejak awal - pertengahan - reformasi. Eka darmaputra kewirausahaan - bambang harjono Eka dharmaputra

Lebih terperinci

Kapita Selekta Ilmu Sosial

Kapita Selekta Ilmu Sosial Modul ke: Kapita Selekta Ilmu Sosial Fungsi Sistem Komunikasi Politik Fakultas ILMU KOMUNIKASI Finy F. Basarah, M.Si Program Studi Penyiaran Fungsi Sistem Komunikasi Politik Kapita Selekta Ilmu Sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masyarakat dewasa ini dapat dikenali sebagai masyarakat yang berciri plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, kelompok budaya dan

Lebih terperinci

Pertemuan 1 TINJAUAN UMUM

Pertemuan 1 TINJAUAN UMUM Pertemuan 1 TINJAUAN UMUM Pembahasan 1. Pengertian Etika 2. Etika,Moral dan Norma Moral 3. Etika Yang Berkembang di Masyarakat Kontrak Perkuliahan Tugas untuk nilai UAS berupa pembuatan Blog/web Konten

Lebih terperinci

Pengertian etika = moralitas

Pengertian etika = moralitas Pengertian etika Meet-1 Creat By.Hariyatno.SE,Mmsi 1. Pengertian Etika Etika berasal dari dari kata Yunani Ethos (jamak ta etha), berarti adat istiadat Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik,

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya Politik Nasional Berlandaskan Pekanbaru,

Lebih terperinci

sebelumnya, yaitu Zaman Pertengahan. Walau demikian, pemikiran-pemikiran yang muncul di Zaman Pencerahan tidaklah semuanya baru.

sebelumnya, yaitu Zaman Pertengahan. Walau demikian, pemikiran-pemikiran yang muncul di Zaman Pencerahan tidaklah semuanya baru. Ada beberapa teori-teori demokrasi yaitu : 1. Teori Demokrasi Klasik Demokrasi, dalam pengertian klasik, pertama kali muncul pada abad ke-5 SM tepatnya di Yunani. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi dilakukan

Lebih terperinci

TUJUAN NEGARA. Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara

TUJUAN NEGARA. Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara IDEOLOGI POLITIK TUJUAN NEGARA Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara tersebut MINGGU DEPAN 1. Ideologi : Anarkisme dan Komunisme

Lebih terperinci

BAB IV. Diakonia dan Warung Tiberias

BAB IV. Diakonia dan Warung Tiberias BAB IV Diakonia dan Warung Tiberias Seperti kita ketahui bersama, bahwa kemiskinan adalah sebuah masalah yang amat sangat penting untuk mendapatkan perhatian dari semua pihak dan elemen masyarakat termasuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN

BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN 84 BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN Keyakinan agama dewasa ini telah dipinggirkan dari kehidupan manusia, bahkan harus menghadapi kenyataan digantikan oleh ilmu pengetahuan. Manusia modern merasa tidak perlu

Lebih terperinci

Pertemuan 1. Pembahasan. 1. Norma 2. Budaya 3. Etika 4. Moral 5. Struktur Etika

Pertemuan 1. Pembahasan. 1. Norma 2. Budaya 3. Etika 4. Moral 5. Struktur Etika Pertemuan 1 Pembahasan 1. Norma 2. Budaya 3. Etika 4. Moral 5. Struktur Etika 1 1.1. Norma Manusia adalah makhluk ciptaan Allah Manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan diantaranya adalah kebutuhan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP ETIKA, DAN ETIKA BISNIS

RUANG LINGKUP ETIKA, DAN ETIKA BISNIS RUANG LINGKUP ETIKA, DAN ETIKA BISNIS 1 2 3 4 Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu 5 atau kelompok mengenai apa yang benar dan salah berdasarkan standar moral. Standar moral ialah standar yang

Lebih terperinci

TEORI TEORI ETIKA EGOISME) 1. DEONTOLOGI 2. TELEOLOGI (UTILITARIASME dan 3. HAK 4. KEUTAMAAN

TEORI TEORI ETIKA EGOISME) 1. DEONTOLOGI 2. TELEOLOGI (UTILITARIASME dan 3. HAK 4. KEUTAMAAN TEORI TEORI ETIKA 1. DEONTOLOGI 2. TELEOLOGI (UTILITARIASME dan EGOISME) 3. HAK 4. KEUTAMAAN TEORI DEONTOLOGI BERASAL DARI BAHASA YUNANI DEON=KEWAJIBAN Kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Suatu

Lebih terperinci

PANCASILA PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PANCASILA PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi. PANCASILA Modul ke: PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA ABSTRACT Menjelaskan ideologi

Lebih terperinci

Etika Bisnis dan Globalisasi

Etika Bisnis dan Globalisasi Etika Bisnis dan Globalisasi Globalization: the process by which the economic and social systems of nations are connected together so that goods, services, capital, and knowledge move freely between nations.

Lebih terperinci

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia BAB IV Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia 4.1. Diakonia sebagai perwujudan Hukum Kasih Gereja dapat dikatakan sebagai gereja apabila dia sudah dapat menjalankan fungsinya, yaitu

Lebih terperinci

KEADILAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM: JOHN RAWL

KEADILAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM: JOHN RAWL KEADILAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM: JOHN RAWL SERI FILSAFAT ILMU - Bagaimana hukum memandang keadilan Oleh : Abdul Fickar Hadjar Untuk dapat melihat bagaimana hukum memandang keadilan, maka kita tidak dapat

Lebih terperinci

Pengertian Etika. Nur Hidayat TIP FTP UB 2/18/2012

Pengertian Etika. Nur Hidayat  TIP FTP UB 2/18/2012 Nur Hidayat http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id TIP FTP UB Pengertian Etika Berasal dari Yunani -> ethos artinya karakter, watak kesusilaan atau adat. Fungsi etika: Sebagai subjek : Untuk menilai apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak merupakan semua hal yang harus kalian peroleh atau dapatkan. Hak bisa berbentuk kewenangan atau kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Hak yang diperoleh merupakan akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tersebut didasarkan pada Pasal 28 UUD 1945, beserta

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tersebut didasarkan pada Pasal 28 UUD 1945, beserta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dan segala bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD 1945. Pandangan tersebut didasarkan

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Aliran-Aliran Sosialisme

Prinsip-Prinsip Aliran-Aliran Sosialisme KRITIK TERHADAP SISTEM EKONOMI SOSIALISME fakta Sosialisme Muncul Akibat Kezhaliman Kapitalisme thd Masyarakat Prinsip-Prinsip Aliran-Aliran Sosialisme (1) Mewujudkan Kesamaan (Equity) Secara Riil (2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pekabaran Injil adalah tugas dan tanggung jawab gereja di tengah dunia. Gereja dipanggil untuk menjadi pekabar Injil (kabar sukacita, kabar

Lebih terperinci

KEADILAN DAN KESENJANGAN belajar dari Amartya Sen. Alois A. Nugroho

KEADILAN DAN KESENJANGAN belajar dari Amartya Sen. Alois A. Nugroho KEADILAN DAN KESENJANGAN belajar dari Amartya Sen Alois A. Nugroho Bertolak dari Teori Keadilan John Rawls A) each person has an equal right to a fully adequate scheme of equal basic liberties which is

Lebih terperinci

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima : 29 September 2014; disetujui : 13 Oktober 2014 Indonesia adalah negara yang berdasar

Lebih terperinci

BAB V A. KESIMPULAN. Praktik kloning selama ini selalu dikhawatirkan akan memberikan efek yang

BAB V A. KESIMPULAN. Praktik kloning selama ini selalu dikhawatirkan akan memberikan efek yang BAB V A. KESIMPULAN Praktik kloning selama ini selalu dikhawatirkan akan memberikan efek yang buruk terhadap seluruh aspek kehidupan manusia. Praktik kloning masih menjadi perdebatan. Manfaat yang didapatkan

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA. Modul ke: 06Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA. Modul ke: 06Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Modul ke: HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA Fakultas 06Teknik Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU A. PENGERTIAN HAK DAN KEWAJIBAN Hak adalah kekuasaan seseorang untuk melakukan sesuatu untuk melakukan

Lebih terperinci

otaknya pasti berbeda bila dibandingkan dengan otak orang dewasa. Tetapi esensi otak manusia tetap ada pada otak bayi itu, sehingga tidak pernah ada

otaknya pasti berbeda bila dibandingkan dengan otak orang dewasa. Tetapi esensi otak manusia tetap ada pada otak bayi itu, sehingga tidak pernah ada KESIMPULAN UMUM 303 Setelah pembahasan dengan menggunakan metode tiga telaah, deskriptif-konseptual-normatif, pada bagian akhir ini, akan disampaikan kesimpulan akhir. Tujuannya adalah untuk menyajikan

Lebih terperinci

ETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO

ETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO ETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO Beberapa Definisi Etika, dari bahasa Yunani ethos, artinya: kebiasaan atau watak Moral, dari bahasa Latin mos (jamak: mores), artinya: cara hidup atau kebiasaan /adat.

Lebih terperinci

01FEB. Template Standar Business Ethics and Good Governance

01FEB. Template Standar Business Ethics and Good Governance Modul ke: Fakultas 01FEB Template Standar Business Ethics and Good Governance Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan sebagai subjek pelaksana cita-cita perjuangan bangsa. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan sebagai subjek pelaksana cita-cita perjuangan bangsa. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembicaraan tentang anak dan perlindungannya tidak akan pernah berhenti sepanjang sejarah kehidupan, karena anak adalah generasi penerus bangsa yang dipersiapkan sebagai

Lebih terperinci

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A.Pengertian perjanjian pada umumnya a.1 Pengertian pada umumnya istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari istilah Overeenkomst

Lebih terperinci

FIF 2315: FILSAFAT POLITIK SEMESTER GENAP 2014/2015 (18 Februari-18 Mei 2015) Kelas A: Senin. R.: B101, Waktu:

FIF 2315: FILSAFAT POLITIK SEMESTER GENAP 2014/2015 (18 Februari-18 Mei 2015) Kelas A: Senin. R.: B101, Waktu: FIF 2315: FILSAFAT POLITIK SEMESTER GENAP 2014/2015 (18 Februari-18 Mei 2015) Kelas A: Senin. R.: B101, Waktu: 07.30-09.10 Agus Wahyudi Kantor : R. 508, FISIPOL UGM Telepun : 901198 Email : awahyudi@ugm.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA Oleh : DENY KURNIAWAN NIM 11.11.5172 DOSEN : ABIDARIN ROSIDI, DR, M.MA. KELOMPOK E PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

Lebih terperinci

Moral Akhir Hidup Manusia

Moral Akhir Hidup Manusia Modul ke: 07Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Katolik Moral Akhir Hidup Manusia Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Program Studi Psikologi Bagian Isi TINJAUAN MORAL KRISTIANI AKHIR HIDUP MANUSIA (HUKUMAN

Lebih terperinci

KONTRAK KULIAH ETIKA PROFESI D O S E N : M A I M U N A H, S S I, M K O M

KONTRAK KULIAH ETIKA PROFESI D O S E N : M A I M U N A H, S S I, M K O M KONTRAK KULIAH ETIKA PROFESI D O S E N : M A I M U N A H, S S I, M K O M KULIAH 1. Kuliah selama 2 x 50 menit 2. Keterlambatan masuk kuliah maksimal 30 menit dari jam masuk kuliah 3. Selama kuliah tertib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak hak sebagai manusia

Lebih terperinci

MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim

MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim Jika Tuhan itu ada, Mahabaik, dan Mahakuasa, maka mengapa membiarkan datangnya kejahatan?

Lebih terperinci

Liberalisme dan Komunitarianisme: Konsep tentang Individu dan Komunitas

Liberalisme dan Komunitarianisme: Konsep tentang Individu dan Komunitas Liberalisme dan Komunitarianisme: Konsep tentang Individu dan Komunitas Oleh : Ridha Aida Abstract Nowadays, liberalism and communitarianism are the most famous maintreams in political philosophy discourses.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: harga tanah. Lembaga pertanahan berkewajiban untuk melakukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: harga tanah. Lembaga pertanahan berkewajiban untuk melakukan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada Bab IV, maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Aktor Penyelenggara Pengadaan Tanah

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN. Ada tiga hal dari realitas hidup bersama secara khusus dalam teks

BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN. Ada tiga hal dari realitas hidup bersama secara khusus dalam teks BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Ada tiga hal dari realitas hidup bersama secara khusus dalam teks Etika Nikomakea IX, 12, yaitu faktor yang menyebabkan hidup bersama, sarana yang menunjang hidup bersama

Lebih terperinci

PANCASILA. Pancasila Sebagai Sistem Etika. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

PANCASILA. Pancasila Sebagai Sistem Etika. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen PANCASILA Modul ke: Pancasila Sebagai Sistem Etika Fakultas Ekonomi dan Bisnis Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id 1. Pengertian Etika Istilah etika sering pula

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

PENGERTIAN FILSAFAT (1) PENGERTIAN FILSAFAT (1) Jujun S. Suriasumantri, orang yang sedang tengadah memandang bintang-bintang di langit, dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi; atau orang yang berdiri di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA. Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria,

BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA. Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria, BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria, Saparua-Maluku, dalam bab I dan landasan teori pada bab II serta

Lebih terperinci

3. Apa arti keadilan? 4. Apa arti keadilan menurut keadaan, tuntutan dan keutamaan? 5. Apa Perbedaan keadilan komutatif, distributive dan keadilan

3. Apa arti keadilan? 4. Apa arti keadilan menurut keadaan, tuntutan dan keutamaan? 5. Apa Perbedaan keadilan komutatif, distributive dan keadilan 3. Apa arti keadilan? 4. Apa arti keadilan menurut keadaan, tuntutan dan keutamaan? 5. Apa Perbedaan keadilan komutatif, distributive dan keadilan legal? 6. Sebutkan sasaran yang dikritik Nabi Amos! 7.

Lebih terperinci

Pertanyaan. 1. Apa itu etika? 2. Apa itu ekonomi? 3. Apa sumberdaya dan lingkungan? 4. Dan, bagaimana mereka semua berhubungan?

Pertanyaan. 1. Apa itu etika? 2. Apa itu ekonomi? 3. Apa sumberdaya dan lingkungan? 4. Dan, bagaimana mereka semua berhubungan? Pertanyaan 1. Apa itu etika? 2. Apa itu ekonomi? 3. Apa sumberdaya dan lingkungan? 4. Dan, bagaimana mereka semua berhubungan? Etika Etika adalah batasan yang dibebankan masyarakat atasnya anggota Etika

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA ABSTRAK Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila telah membawa dampak yang luas dan mendasar bagi kehidupan manusia Indonesia.

Lebih terperinci

Bu and Go a. b. c. d. e.

Bu and Go a. b. c. d. e. MODUL PERKULIAHAN Bu sinesss Ethic and Corporate Go overnance a. Introduction: Ethical Theories and Traditions b. Utilitarianism: Making Decision Based on Ethical Consequences c. Deontology: An Ethics

Lebih terperinci

BAB XI MEMAKNAI HIDUP BERNEGARA. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi.

BAB XI MEMAKNAI HIDUP BERNEGARA. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi. BAB XI Modul ke: MEMAKNAI HIDUP BERNEGARA Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi MEMAKNAI HIDUP BERNEGARA A. PENDAHULUAN MEMAKNAI? -Memberi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENDIDIKAN Kebijakan pendidikan merupakan upaya memecahkan problem pendidikan melalui serangkaian tindakan yg ditetapkan.

KEBIJAKAN PENDIDIKAN Kebijakan pendidikan merupakan upaya memecahkan problem pendidikan melalui serangkaian tindakan yg ditetapkan. KEBIJAKAN PENDIDIKAN Kebijakan pendidikan merupakan upaya memecahkan problem pendidikan melalui serangkaian tindakan yg ditetapkan. Azas dalam kebijakan pendidikan: keadilan & kesejahteraan. Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara yang berlandaskan atas dasar hukum ( Recht Staat ), maka

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara yang berlandaskan atas dasar hukum ( Recht Staat ), maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam penjelasan UUD 1945 dijelaskan bahwa Negara Indonesia merupakan Negara yang berlandaskan atas dasar hukum ( Recht Staat ), maka Negara Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti memiliki tujuan hidup. Tujuan tersebut menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti memiliki tujuan hidup. Tujuan tersebut menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap manusia pasti memiliki tujuan hidup. Tujuan tersebut menjadi salah satu patokan untuk pengambilan keputusan-keputusan serta tindakan-tindakan dalam hidupnya.

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin NEGARA = State (Inggris), Staat (Belanda),Etat (Perancis) Organisasi tertinggi

Lebih terperinci

ETIKA DALAM BIROKRASI. Bahan Kuliah 7 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 21 Maret 2007

ETIKA DALAM BIROKRASI. Bahan Kuliah 7 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 21 Maret 2007 ETIKA DALAM BIROKRASI Bahan Kuliah 7 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 21 Maret 2007 Kenapa Etika dalam Birokrasi Birokrasi diandalkan menjadi pelindung dan pengayom masyarakat, bersifat jujur dan adil,

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK KELOMPOK 8 MUH. IDRUS AZHARIL RIDAWAN FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAGIAN 3 TELAAH NORMATIF

BAGIAN 3 TELAAH NORMATIF BAGIAN 3 TELAAH NORMATIF 229 Pada bagian normatif ini, pertama-tama akan dijelaskan tentang jenjang pemahaman moral dari para responden. Penjelasan ini adalah hasil analisis atas data penelitian dengan

Lebih terperinci

HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA. : IRVAN AGUSTIAN PRATAMA NIM : Kelompok : C Program Studi : STRATA 1 : Teknik Informatika

HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA. : IRVAN AGUSTIAN PRATAMA NIM : Kelompok : C Program Studi : STRATA 1 : Teknik Informatika HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA Nama : IRVAN AGUSTIAN PRATAMA NIM : 11.11.4733 Kelompok : C Program Studi : STRATA 1 Jurusan : Teknik Informatika DOSEN PEMBIMBING : Drs. Tahajudin Sudibyo STIMIK AMIKOM

Lebih terperinci

BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Modul ke:

BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Modul ke: BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Modul ke: PHILOSOPHICAL ETHICS AND BUSINESS Fakultas Dr. Achmad Jamil PASCASARJANA Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengertian ETIKA. Norma-norma,

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 116) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup

Bab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tokoh Penokohan merupakan suatu bagian terpenting dalam membangun sebuah cerita. Penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan tokoh dalam cerita, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang misterius dan kompleks. Keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang misterius dan kompleks. Keberadaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk hidup yang misterius dan kompleks. Keberadaan dan cara beradanya mengandung sejumlah teka-teki yang sudah, sedang dan akan terus dicari jawabannya.

Lebih terperinci

TEORI POLITIK DAN IDEOLOGI DEMOKRASI

TEORI POLITIK DAN IDEOLOGI DEMOKRASI 9 TEORI POLITIK DAN IDEOLOGI DEMOKRASI Pengantar Setelah memperbicangkan hakekat kekuasaan dan negara, kuliah selanjutnya akan memperdalam beberapa perdebatan yang berkaitan dengan konseo-konsep demokrasi.

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA. Novia Kencana, S.IP, MPA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA. Novia Kencana, S.IP, MPA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA Novia Kencana, S.IP, MPA novia.kencana@gmail.com Ideologi mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana

BAB V KESIMPULAN. sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana BAB V KESIMPULAN Tidak dapat dipungkiri, setelah dianutnya gagasan hak asasi dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), masyarakat internasional sejak saat itu telah memiliki satu standar bersama dalam

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH

@UKDW BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH Berhadapan langsung dengan perkembangan ekonomi pasar global, tentunya masyarakat Indonesia bukanlah masyarakat yang posisinya berada di luar lingkaran praktekpraktek

Lebih terperinci

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA MENJAGA KESEIMBANGAN ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA ( WNI )

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA MENJAGA KESEIMBANGAN ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA ( WNI ) MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA MENJAGA KESEIMBANGAN ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA ( WNI ) Disusun Oleh DHANI RATIKA 133184006 PENDIDIKAN FISIKA FISIKA 2013 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 menjelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 menjelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 menjelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip Negara hukum adalah menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan

Lebih terperinci

Oleh: DUSKI SAMAD. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol

Oleh: DUSKI SAMAD. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Oleh: DUSKI SAMAD Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) serentak yang sudah berjalan proses saat ini adalah sarana demokrasi untuk melahirkan pemimpin

Lebih terperinci

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER l Edisi 001, Oktober 2011 Edisi 001, Oktober 2011 P r o j e c t i t a i g D k a a n MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER Ihsan Ali Fauzi 1 Edisi 001, Oktober 2011 Informasi Buku: Abdullahi Ahmed An- Na`im,

Lebih terperinci

d. Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan Berkembang.

d. Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan Berkembang. BAB II PEMBAHASAN A. Hak Dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Menurut UUD 1945. Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk berserikat

Lebih terperinci

KODE ETIK PSIKOLOGI. Teori Etika, Etika Deskriptif dan Etika Normatif. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

KODE ETIK PSIKOLOGI. Teori Etika, Etika Deskriptif dan Etika Normatif. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Modul ke: KODE ETIK PSIKOLOGI Teori Etika, Etika Deskriptif dan Etika Normatif Fakultas PSIKOLOGI Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Questions 1. Apa yang

Lebih terperinci

MODUL 8 PANCASILA SEBAGAI ETIKA

MODUL 8 PANCASILA SEBAGAI ETIKA MODUL 8 PANCASILA SEBAGAI ETIKA (Penyusun: ) Standar Kompetensi : Pancasila sebagai Sistem Etika Indikator: Mampu melakukan kajian dengan proses kajian pemanfaatan literatur yang dapat menghasilkan kajian

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok

Lebih terperinci

Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Pelanggaram HAM dan Pengingkaran Kewajiban

Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Pelanggaram HAM dan Pengingkaran Kewajiban Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Pelanggaram HAM dan Pengingkaran Kewajiban Nama Kelompok: 1. Rizeki Amalia 2. Setiawan Hartanto 3. Rizki Saputra 4. Sarah Julianti 5. Yessy Dwi Yulianti 6. Yuniar

Lebih terperinci