BAB IV KONSEP KEADILAN SOSIAL AMOS 6:1-7 DALAM PERSPEKTIF TEORI KEADILAN. Robert Nozick, John Stuart Mill, John Rawls, Kai Nielsen, dan Karen Lebacqz.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV KONSEP KEADILAN SOSIAL AMOS 6:1-7 DALAM PERSPEKTIF TEORI KEADILAN. Robert Nozick, John Stuart Mill, John Rawls, Kai Nielsen, dan Karen Lebacqz."

Transkripsi

1 BAB IV KONSEP KEADILAN SOSIAL AMOS 6:1-7 DALAM PERSPEKTIF TEORI KEADILAN 4.1. Pendahuluan Setelah mencoba memaparkan mengenai konsep-konsep keadilan dari beberapa tokoh, dan menganalisa konsep keadilan sosial dari Amos 6:1-7, maka pembahasan dalam bab berikut, saya akan melihat keduanya dalam suatu perbandingan, untuk melihat persamaan dan perbedaannya dengan teori-teori keadilan yang telah disampaikan dalam bab sebelumnya yakni; Robert Nozick, John Stuart Mill, John Rawls, Kai Nielsen, dan Karen Lebacqz. Pembahasan dalam bab keempat ini, mencakup dua poin yakni dengan memulainya dari konsep keadilan sosial dalam Amos 6:1-7, lalu melihat konsep keadilan sosial Amos 6:1-7 dalam perspektif teori-teori keadilan Konsep Keadilan Sosial Amos 6:1-7 Amos merupakan seorang Nabi yang menyuarakan dengan keras mengenai keadilan sosial. Ia berasal dari Tekoa dan diutus oleh Yahweh untuk bernubuat di Israel Utara pada masa pemerintahan Raja Yerobeam II pertengahan abad ke-8 SZB. Ia merupakan salah satu dari sekian banyaknya nabi yang menyuarakan keadilan dalam zamannya. Salah satu bentuk suara kenabian yang disampaikan ialah melawan ketenteraman yang palsu dalam umat Israel, sebagai persoalan ketidakadilan sosial. Amos dalam membangun konsep keadilan sosialnya, tidak terlepas dari konteks kehidupan masyarakat Israel (Utara) sebagai tempat di mana ia bernubuat yakni dalam konteks 116

2 masyarakat agraris, di mana lebih menggantungkan hidup kepada hasil pertanian dan dapat menjadi pengaruh bagi kehidupan sehari-harinya baik ekonomi, keagamaan, dan sebagainya. Konteks masyarakat agraris menurut struktur kelasnya Lenski, kekuasaan tertinggi dipegang oleh raja dengan sistem kerajaan yang bersifat hierarki. Dengan demikian, walaupun mereka merupakan bagian yang paling kecil dalam populasi masyarakat, tetapi mereka dapat menguasai hampir keseluruhan dari kekayaan dalam masyarakat. 1 Dalam konteks pada masyarakat seperti demikian, bukanlah sebuah persoalan jika raja memperoleh kekayaan yang semakin besar dan rakyat yang miskin terus hidup dalam kondisi yang demikian, itu sesuatu wajar dan sah. Bahkan segala aspek kehidupan dipengaruhi dan dipegang oleh raja yang dianggap sebagai wakil Allah dalam kehidupan masyarakat, segala sesuatu dilakukan berdasarkan pada ketetapan dan persetujuan dari raja dan selalu dianggap baik bagi masyarakatnya. 2 Dengan sistem pemerintahan yang dipegang dan dikuasai oleh raja dan para bangsawan dalam konteks Israel, dilihat oleh Amos sebagai suatu masalah srtuktur kekuasaan yang tidak adil. Bagaimana bisa, mereka yang bekerja tetapi tidak merasakan dan menikmati hasil pekerjaan tersebut, tetapi diberikan kepada raja dan para bangsawan. Amos melihat bahwa kekuasaan yang dimiliki oleh para pemegang kuasa rupanya tidak digunakan untuk kepentingan bersama, melainkan hanya untuk kepentingan penguasa semata. Inilah yang menjadi kritikan dari Amos, celakah mereka yang merasa tenteram dari hasil dari pekerjaan orang lain. Kalimat ini dengan ditujukan kepada para kaum elit yang memiliki segala sesuatu baik itu kuasa maupun kekayaan, hidup dengan damai dan tanpa adanya gangguan. 3 1 Gerhard E. Lenski, Power and Privilege: A Theory of Social Stratification (Capel Hill and London: The University of North Carolina Press, 1984), Franz Magnis-Suseno, Kuasa & Moral (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), Eka Darmaputera, Mencari Allah: Pemahaman Kitab Amos tentang Mencintai Keadilan dan Kebenaran (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012),

3 Ketidakadilan yang dilakukan oleh para pemimpin atau penguasa dengan hidup berfoyafoya dalam segalah kemakmuran mereka, dengan cara merampas hak hidup atau hak asasi orang lain, merupakan inti dari Amos A, jadi bukan semata-mata karena perlakuan yang sewenang terhadap mereka yang lemah, tetapi yang dikecam di situ adalah karena para pemimpin atau penguasa mengambil hak tanah atau hak hidup dari sesamanya, karena tidak mampu membayar hutang kepada penguasa. Para petani kesulitan dalam melunasi hutang tersebut, dikarenakan bunga yang diberikan terlalu besar, harus memenuhi berbagai kebutuhan hidup, membayar pajak, sewa tanah, belum lagi ditambah dengan hasil pertanian yang gagal panen. Belum lagi dengan perampasan hak tanah oleh penguasa, untuk diberikan kepada para pemimpin-pemimpin di bawahnya semakin menambah segala penderitaan para petani, sehingga Amos begitu keras mengecam segalah perbuatan para penguasa di Israel. Mereka hidup dengan aman, tenteram, dan sejahtera dari hasil kerja keras para petani, tetapi mereka masih merampas hak hidup para petani, dan menambah penderitaan para petani. Kecaman keras oleh Amos A dalam melihat persoalan ketidakadilan sosial yang ada dalam konteks kehidupan Israel dianggap sebagai pelanggaran akan perjanjian Allah yakni perampasan hak tanah atau hak asasi dari para petani demi kepentingan dari para penguasa, bahkan dengan merampas hak hidup dari para petani, pada akhirnya para petani terpaksa hidup hanya bergantung selamanya dan selalu diperbudak pada penguasa. Oleh karena itu, tidak salah jika Amos sangat keras mengecam kehidupan mereka sebagai ketenteraman yang penuh dengan kepalsuan semata yakni, hilangnya penghargaan akan hak hidup dan hak milik orang lain, tidak ada lagi solidaritas hidup bersama, lunturnya nilai keseimbangan hak dan kewajiban sebagai umat Allah, penindasan dan korupsi yang membuat mereka memperbudak sesama di sekitarnya, ibadah yang palsu juga menjadi perhatian dari Amos, dimana mereka kelihatannya rajin 118

4 beribadah tetapi di lain pihak ada kesenjangan sosial di tengah-tengah masyarakat dan sebagainya. Hal-hal seperti demikian, dilihat Amos bukanlah cara yang tepat dalam mencapai ketenteraman yang sesungguhnya tetapi justru akan menimbulkan ketidakadilan sosial dalam masyarakat. Sehingga Amos mengecamnya sebagai rasa tenteram yang palsu. Dari ketenteraman yang palsu atau bentuk ketidakadilan sosial yang membuat mereka dibenci dan pada akhirnya dihukum oleh Allah, ditambah lagi dengan seruan pertobatan dari Amos, tidak mereka dengarkan, sehingga dalam ay.7 dikatakan bahwa, pada akhirnya mereka akan pergi ke pembuangan sebagai kepala barisan dan berakhirlah segala ketenteraman yang mereka yang alami. 4 Pembuangan Israel pada akhirnya terbukti, dengan kejatuhan bangsa Israel ke dalam kekuasaan bangsa Asyur pada tahun 722 SZB. Jadi, konsep keadilan sosial menurut Amos 6:1-7, sesungguhnya menekankan pada penghargaan akan hak asasi dari setiap orang, sikap solidaritas terhadap sesama sebagai ciptaan Tuhan, karena dengan mempedulikan dan menghargai orang lain sebagai sesama ciptaan yang sama, maka ketidakadilan yang sudah sebutkan di atas, dapat dihindari dari kehidupan bersama. Alasan kenapa saya berani mengatakan hal yang demikian, karena menurut saya, walaupun dalam konteks masyarakat feodal, penindasan dan kekerasan yang terjadi merupakan sesuatu yang sah dan wajar, tetapi sebaiknya hak untuk hidup dari para petani, sebaiknya tidak diambil demi kepentingan penguasa, hak hidup yang dimaksudkan adalah hak kepemilikan akan tanah, yang merupakan pemberian dari Allah ketika mereka dibebaskan dari perbudakan di Mesir dan masuk ke tanah perjanjian dengan Allah yakni tanah Kanaan. Mengambil hak tanah orang lain sama halnya dengan melanggar perjanjian dengan Allah. 4 Ibid.,

5 Bila memperhatikan dengan baik dalam konteks kehidupan Israel, kaum elit rupanya lebih mengutamakan kepentingan-kepentingan mereka dibandingkan demi kepentingan bersama semua umat, akibatnya mereka yang kaya semakin kaya, dan mereka yang miskin akan semakin miskin. Hal ini dikarenakan berbagai tindakan yang tidak adil melalui pemutarbalikan kebenaran oleh mereka yang kaya, salah contohnya adalah mereka menjual orang miskin hanya karena hutang yang sangat kecil yang digambarkan Amos Sepasang kasut. Tidak lagi melihat sesamanya sebagai manusia yang sama dengan mereka, melainkan sebagai sesuatu yang dapat menghasilkan uang bagi mereka. Dalam stratifikasi sosial dari Lenski, begitu jelas diperlihatkan bahwa kaum penguasa, walaupun dengan jumlah yang paling kecil dari populasi masyarakat, namun mereka memiliki sampai 90% kekayaan dalam masyarakat. Artinya bahwa penguasa yang mengatur dan mengontrol segalah kehidupan dan kekayaan dalam masyarakat. Para petani yang hanya hidup bermodalkan tanah sebagai kekayaan merekapun diambil oleh para penguasa untuk segala kepentingan hidup mereka. Bila dilihat dalam konteks keadilan sosial Amos, ini merupakan suatu perbuatan yang sangat kecam dan jahat, karena mereka telah merampas hak hidup orang lain. Perampasan hak hidup oleh para penguasa merupakan poin yang paling dikecam oleh Amos, ia melihat bahwa dengan sistem tersebut, akan merusak hubungan antar sesama manusia (kaum penguasa versus para petani), hilangnya penghargaan akan sesama, yang sudah dianggap hanya sebagai budak 4.2. Konsep Keadilan Sosial Amos 6:1-7 Dalam Perspektif Teori Keadilan Persoalan mengenai keadilan dalam suatu komunitas tidak akan pernah berakhir selama di dalam masyarakat, kita belum mampu melihat orang lain sebagai sesama ciptaan Tuhan yang 120

6 patut dan seharusnya dihormati dan dihargai, kepentingan-kepentingan individu memang perlu tetapi, baiklah kita juga mampu melihat dan memperhatikan kepentingan sesama di sekitar yang lebih membutuhkan. Menurut Notohamidjojo 5, keadilan sosial merupakan tahap awal dalam menunaikan kewajiban kita untuk mengasihi sesama di sekitar kita. Artinya bahwa hal mengasihi akan sesama sebagai ciptaan yang sama baru akan terjadi jika kita mampu berlaku adil dengan sesama misalnya memberikan padanya apa yang menjadi haknya dan memperlakukan semua sama tanpa ada diskriminasi. Keadilan sosial memang sudah merupakan suatu persoalan yang kompleks, karena langsung menyentuh pada kehidupan bersama dalam suatu komunitas, tidak hanya mencakup nilai-nilai sosial tetapi juga mencakup nilai-nilai hukum, ekonomi, etika, teologi, dan sebagainya. Nama-nama seperti; John Stuart Mill, John Rawls, Robert Nozick, Kai Nielsen, dan Karen Lebacqz merupakan para tokoh yang tidak asing di telinga, ketika kita membahas mengenai keadilan. Kepentingan diri sendiri oleh para penguasa serta perampasan hak hidup para petani oleh penguasa, yang dikecam oleh Amos A, sebagai suatu bentuk ketidakadilan sosial dalam konteks kehidupan bersama umat Israel. Kehidupan bersama yang hendak ditekankan oleh Amos dalam nubuatnya adalah menghargai dan menghormati hak hidup semua orang tanpa terkecuali, baik itu kalangan atas, menengah, maupun kalangan bawah sekalipun. Kepentingan individu dalam konteks Amos 6:1-7, tidak terlalu mendapatkan perhatian yang begitu besar, tetapi justru kepentingan bersama berdasarkan pada ketetapan janji Allah yang diutamakan Notohamidjojo, Kreativitas yang Bertanggungjawab (Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana, 2011), 121

7 Berbicara mengenai kebutuhan bersama, John Stuart Mill dalam membangun konsep keadilannya, mengusung sebuah tema besar yakni utilirarianisme, yang dikembangkan dari Bentham dengan prinsip utamanya adalah the greatest happiness for the greatest number. Konsep keadilan yang dibangun oleh Mill, bahwa keadilan utilitarianisme tidak mengejar akan kepentingan pribadi semata akan tetapi kepentingan bersama sebagai warga masyarakat. Artinya setiap individu dalam masyarakat harus memiliki kesempatan yang sama untuk mampu mengakses sumber-sumber penghidupan untuk mencapai kebahagiaannya. Keadilan berdasarkan pada utilitarian tidak mengijinkan orang mengejar kebahagiaan individualnya dengan nafsu egoisme karena kebahagiaan individual setiap orang dipenuhi dalam relasinya dengan utilitas bersama dalam masyarakat (social utility) sehingga terciptanya kehidupan bersama dalam masyarakat yang adil. 6 Sedangkan John Rawls, lebih kepada mereka yang disebutnya the last advantage atau mereka yang paling kurang beruntung dalam masyarakat. Artinya bahwa disebut keadilan apabila mampu memberikan manfaat terhadap kelompok yang paling sedikit atau mereka yang paling kurang beruntung. Tidak diperbolehkan adanya pendistribusian kebebasan atau kesejahteraan mereka dengan kesejahteraan orang lain. Maksudnya bahwa, kesejahteraan orang lain jangan dikorbankan, seperti yang dibangun oleh Mill, yang tidak begitu mempedulikan kesejahteraan dari individu-individu, asalkan dapat mendatangkan kebahagiaan bagi sebagian besar orang. Sedangkan bagi Rawls, kebebasan yang setaralah yang harus diutamakan, jika pendistribusian tidak setara, maka distribusi yang tidak setara diperbolehkan asalkan itu 6 Kebahagiaan individual bukanlah hal yang utama dalam konsep keadilan Mill. Lanjutnya semua umat manusia seharusnya saling membantu untuk dapat membedakan mana yang baik dan buruk, dan mampu meningkatkan martabat manusia bukan merendahkan. Dengan artian bahwa, kepentingan individu hanya akan mendatangkan kesejahteraan bagi dirinya sendiri, sehingga tidak begitu menjadi perhatian dari Mill. Menurutnya yang utama adalah bagaimana dapat mendatangkan kebaikan dan kepentingan yang lebih besar bagi seluruh masyarakat. John Stuart Mill, On Liberty: Perihal Kebebasan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), 146,

8 memihak pada mereka yang kurang beruntung dan mampu merubah kondisi mereka lebih baik dari sebelumnya. 7 Hal ini juga yang menjadi penekanan dari Magnis-Suseno, bahwa tuntutan utama dalam menciptakan keadilan sosial dalam suatu komunitas masyarakat adalah keberpihakan kepada mereka yang paling lemah. 8 Jadi menurut hemat saya, konsep keadilan yang dibangun J.S. Mill, Rawls, sebenarnya menekanakan pada sistem pendistribusian yang setara, menghadirkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, namun yang menjadi pembeda adalah Rawls lebih menekankan pada kesejahteraan bagi mereka yang lemah dan kurang beruntung dalam masyarakat. Sedangkan Mill, memang memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya, tetapi kurang melihat pada kebebasan dari setiap individu. Hal ini yang ditekankan oleh Notohamidjojo, dalam buku Kreativitas yang Bertanggungjwab, bahwa pendistribusian yang adil adalah ketika kita mampu memberikan kepada masing-masing individu apa yang menjadi hak dan kewajibannya. Misalnya sistem distribusi kesetaran yang digunakan oleh Rawls, sebagai langkah untuk dapat menghadirkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakatnya, walaupun terkhususnya bagi mereka yang kurang beruntung. Jika dikaitkan dengan konsep keadilan sosial yang ada dalam Amos, khususnya Amos 6:1-7, di mana sikap yang ditekankan adalah penghargaan akan hak asasi dari masing-masing individu, solidaritas hidup terhadap bersama. Bertolak dari sistem yang ada, bahwa yang 7 Keadilan sebagai kesetaraan menjadi bagian yang berbeda dari konsep utilitarian. Dalam prinsip keadilan yang dibangun oleh Rawls lebih mengutamakan hak bukan manfaat. Bagi Rawls, keadilan bukan dengan mengorbankan sesamanya untuk kepentingan pihak yang lebih besar tetapi sebagai insan otonom, rasional, dan moral, manusia dapat membangun suatu kerjasama yang adil dengan sesamanya dengan bertujuan agar setiap anggotamasyarakat dapat memenuhi kebutuhannya secara baik dan saling memberik manfaat, dibandingkan dengan bekerja secara individu. Karen Lebacqz, Teori-Teori Keadilan: Analisis Kritis Pemikiran J.S. Mill, J. Rawls, R. Nozick, R. Niebuhr, J.P. Miranda (Bandung: Nusa Media, 2014), 61-62; bnd. Thobias Messakh, Konsep Keadilan dalam Pancasila (Salatiga: Satya Wacana University Press, 2007), Franz Magnis-Suseno, Kuasa & Moral.,

9 memegang kekuasaan dalam masyarakat adalah para pemimpin, namun kesenangan pribadi tidak boleh menjadi hal yang utama dalam kehidupan masyarakat di Israel, tidak boleh ada yang merasa aman, damai, sejahtera secara individu, dengan merampas hak milik dari mereka yang lemah. Tetapi bagaimana memperhatikan sesama mereka yang kurang beruntung dalam masyarakat (mereka yang miskin dan lemah), bukan sebaliknya mereka diperbudak dan diperalat untuk memenuhi kepentingan dari mereka yang kaya dan kuat dalam masyarakat. Solidaritas bersama dalam bangsa Israel, yang coba diangkat oleh Amos adalah pengahargaan kepada orang lain sebagai sesama ciptaan Tuhan yang patut diperlakukan dengan adil, tidak diperbolehkan merampas hak hidup dengan menindas atau memperbudak orang lain demi kepentingan individualnya, karena pada awalnya merekapun adalah bangsa yang ditindas dan diperbudak, tetapi karena kasih Allah, mereka akhirnya dibebaskan dari tanah perbudakan di Mesir, haruslah dipakai sebagai titik tolak dalam membangun kehidupan bersama mereka. Korupsi dan suap yang dipraktekan oleh para penguasa,yang dikecam oleh Amos, juga merupakan salah satu akibat dari kepentingan individual dari para pemimpin, mereka membelokkan hukum-hukum di pengadilan demi mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya dan memperalat sesama demi kesenangan pribadinya. Ini pula yang dikecam oleh John Suart Mill dalam membangun konsep keadilannya, bahwa tidak boleh ada orang lain yang dikorbankan demi kebahagiaannya individual semata, tetapi seharusnya memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi semua anggotanya, terkhususnya kepada mereka yang paling kurang beruntung dalam masyarakat seperti yang ditekankan oleh Rawls. Dalam sistem distribusi, ia menegaskan bahwa tidak diperbolehkan seseorang memperkaya diri sendiri dengan mengorbankan sesamanya, tetapi harusnya bekerja sama dan saling memberi manfaaat. 124

10 Dari penjelasan yang ada, menurut saya, bahwa apa yang disampaikan oleh Amos dalam konteks Israel adalah bagaimana menghargai hak asasi dari masing-masing individu sebagai ciptaan Tuhan, yang seharusnya diperlakukan dengan adil, baik, dalam kehidupan bersama. Diperlakukan dengan adil di sini yang saya maksudkan adalah tidak melakukan segala kecurangan demi mengambil dan merampas hak milik para petani (Am. 2:6-8). Seperti halnya Kai Nielsen, dalam menerapkan konsep keadilannya, menekankan bagaimana adanya moralitas cinta akan sesama. Menurutnya, dengan adanya moralitas cinta akan sesama tersebut makatidak akan ada kelas-kelas dalam warga masyarakat. Orang tanpa rasa cinta kepada sesamanya, sulit untuk menerima dan menjalankan konsep keadilan ekualitas. Karena masyarakat yang adil adalah menghargai dan menghormati akan orang lain sebagai sesama ciptaan Tuhan yang sama derajatnya, meniadakan monopoli kekuasaan, kepentingan individual, perampasan hak, maupun pemerasan dan penindasan akan sesama. Kepentingan individual rupanya menjadi hal yang tidak begitu menjadi perhatian oleh Amos dalam menyuarakan suara kenabiannya, ia lebih memilih untuk mementingkan kepentingan bersama umat Israel dalam kehidupan bersama. Dengan demikian saya berkesimpulan bahwa konsep keadilan yang dibangun oleh Nozick tidak sama dengan konsep keadilan sosial dalam Amos 6:1-7. Sama halnya dengan konsep keadilan John Stuart Mill, yang menekankan pada kebahagiaan bagi kelompok terbesar dalam masyarakat, lalu menjadi pertanyaannya sekarang adalah dimanakah kelompok terkecil, apakah mereka diabaikan atau dilupakan. Sebab dalam Amos, keadilan yang dimaksudkan adalah melihat semua orang itu sebagai bagian dari umat Allah, dibebaskan dari perbudakan di Mesir, sehingga patut diperlakukan dengan adil dan setara, tanpa ada keberpihakan kepada yang lain. 125

11 Berbeda dengan John Rawls, yang menjadikan kebebasan dan kesetaraan demi kepentingan individu maupun kelompok (kepentingan bersama), walaupun ia lebih menekankan kepada kelompok yang paling kurang beruntung atau kelompok kecil dalam masyarakat. Menurut saya akan menjadi lengkap jika mampu menggabungkan antara pandangan dari John Stuart Mill dan John Rawls, lalu membandingkannya dengan konsep keadilan sosial dalam Amos 6:1-7. Atau seperti yang ditawarkan oleh Kai Nielsen, yang pada dasarnya melihat pada konsep ekualitas atau keadilan egalitarianisme. Dalam konsep ekualitas Nielsen, masing-masing individu mampu mengakses sumber-sumber penghidupan secara ekual: 1. setiap orang mempunyai hak kebebasan dasar dan peluang partisipasi (ekonomi dan politik) yang ekual dengan sesamanya; 2. beban dan hasil masyarakat ditanggung dan dinikmati secara ekual menurut kemampuan dan kondisi personal setiap anggota masyarakat. 3. Dasar moralitas dari konsep keadilan yang berdasarkan nilai ekualitas adalah cinta kepada sesama atau cinta kemanusiaan. Implikasinya adalah bahwa orang yang tidak memiliki cinta kepada kemanusiaan, tidak mungkin mau menerima dan mampu melaksanakan keadilan ekualitas. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa kesetaraan merupakan nilai yang penting dan utama dari konsep keadilan Sosialis. Selagi masih ada penindasan, dominasi, dan eksploitasi terhadap sesama maka selama itu juga masyarakat belum dapat dikatakan sebagai suatu masyarakat yang adil, karena lebih mengutamakan kepentingan individu semata dan cenderung mengabaikan solidaritas yang telah dibangun dalam kehidupan bersama. Namun, jika penekanannya hanya semata pada kesetaraan, maka hal ini tidak dapat disamakan dengan konsep keadilan sosial Amos 6:1-7, yang berangkat dari konteks masyarakat feodal, dimana pengakuan akan kekuasaan raja sebagai yang tertinggi merupakan sesuatu yang wajar dan sah. 126

12 Sedangkan yang ditawarkan oleh Notohamidjojo, bahwa kebebasan seharusnya menjadi bagian yang terpenting dalam kehidupan bersama, dimana setiap orang berhak untuk diperlakukan setara dengan orang lain tanpa ada terkecuali, bahkan dalam distribusipun harus demikian, setiap orang diberikan hak sesuai dengan kemampuannya. Bukan dengan sistem pilih kasih. Dan dalam pendistribusian tersebut, harus dilindungi oleh hukum yang berlaku sehingga jika ada kecurangan maka akan mendapatkan gancaran dan hukuman yang setimpal. Bila dikaitkan dengan konteks dalam Amos 6:1-7, hukum sepertinya belum bisa menjadi pelindung yang baik bagi warganya. Karena para pemimpin hukum masih mementingkan kepentingan pribadinya, sehingga dengan mudah diberi dan menerima suap dari para kaum elit. Sehingga hukum dapat diatur sesuai dengan keinginan mereka. Inilah yang dikecam oleh Amos sebagai pemerintahan kekerasan (ay.3). Menurut saya, konsep keadilan dari Karen Lebacqz, yang menekankan pada peran pembebasan, yakni menegakan keadilan dengan cara membebaskan warga masyarakat dari penindasan dan ketidakadilan. Ada hal menarik dari konsep keadilan Lebacqz, yakni mendekati konsep keadilannya dari pengalaman-pengalaman mereka yang mengalami ketidakadilan tersebut, karena bagi saya, langkah yang digunakan Lebacqz merupakan suatu langkah yang sangat baik dan cocok dalam membangun suatu konsep keadilan karena suara dan pengalaman mereka mengenai ketidakadilan dan keadilan bersumber dari pengalaman yang nyata, bukan hanya sekedar konstruksi akal-budi belaka. Bagaimana jika hal ini dilihat dalam konsep keadilan sosial Amos 6:1-7, menurut saya ada hal yang sama di situ yakni, melihat dari konteks sejarah politik bangsa Israel, yang awalnya bergabung dengan Yehuda menjadi satu kerajaan besar tapi pada akhirnya memisahkan diri dan membentuk satu kerajaan sendiri yakni Israel (Utara) karena merasa diperlakukan dengan tidak adil oleh sistem kekuasaan dinasti Daud yang menjadikan 127

13 Yerusalem dan Sion sebagai sentral pemeritahan dan ibadah. Bukan hanya sekedar itu saja, tetapi umat Israel juga diperlakukan dengan tidak adil oleh pemerintahan Salomo yang dianggap sebagai Firaunnya bangsa Israel, yang menegakan sistem kerja paksa serta memungut pajak yang besar dari masyarakat, mengakibatkan penderitaan yang teramat besar bagi bangsa Israel, mereka harus rela menjual segalah yang dimiliki bahkan diri mereka demi memenuhi kebutuhan hidup dan membyar pajak tersebut. Menurut saya, seharusnya ini menjadi pengalaman yang baik bagi mereka untuk membangun satu kehidupan bersama yang damai, adil, dan tenteram seperti yang diharapkan sebelumnya ketika memisahkan diri dari Yehuda, yakni mendatangkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh umat bukan sebaliknya mereka yang kuat justru menjadi penjajahpenjajah dan penindas yang baru dalam masyarakat, sehingga memperbudak mereka yang lemah dan miskin dalam masyarakat KESIMPULAN Seruan dan protes para nabi terhadap berbagai bentuk tindakan ketidakadilan sosial pada zaman Perjanjian Lama bukanlah hal yang baru di telinga kita. Mereka secara keras, dan tegas mengecam berbagai tindakan yang penuh dengan ketidakadilan dan penindasan, diskriminasi, perampasan hak hidup orang lain, penyuapan terhadap hakim-hakim di pengadilan, monopoli tanah, perbudakan terhadap kaum yang lemah dalam masyarakat, semua bentuk ketidakadilan sosial ini bukan dilakukan oleh bangsa luar tetapi dilakukan oleh mereka yang tidak lain adalah sesama sebangsa mereka. Keadilan sosial yang dibicarakan oleh Amos adalah, ketika kita menganggap orang lain sebagai sesama ciptaan Tuhan yang seharusnya diperlakukan dengan adil, tidak ada lagi 128

14 perampasan hak asasi atau hak hidup dari sesama, hidup jujur (melakukan yang baik dan jauhi yang jahat), dengan tujuannya adalah dalam kehidupan bersama, adanya sikap solidaritas dengan orang lain, menghargai hak milik, sehingga penindasan yang berujung pada perbudakan kepada orang lemah dapat dihindari. Solidaritas dalam suatu komunitas bersama adalah ketika di dalamnya keadilan dan kesetaraan dijunjung tinggi dan mampu untuk diterapkan. Kesetaraan dan keadilan bagi semua umat memang menjadi perhatian utama dari Amos, dengan merombak struktur yang ada dalam masyarakat Israel yang penuh dengan ketidakadilan sosial dan penindasan kepada mereka yang lemah dan miskin dalam masyarakat. Dengan merombak struktur kekuasaan yang ada bukan berarti, untuk melawan mereka yang kaya atau para elit semata, tetapi perjuangan tersebut demi mereka yang lemah dan tertindas. Perjuangan untuk melawan mereka yang mengalami ketidakadilan sosial demi suatu kehidupan yang adil, damai, dan tenteram, bukan tenteram yang hanya kelihatan dari luarnya saja, tetapi ketenteraman yang sejati, yang mampu diwujudkan dalam kehidupan yang adil dengan sesama ciptaan Tuhan. Dalam Amos 6:1-7, digambarkan bahwa kondisi Israel pada waktu itu, hidup dalam kondisi yang makmur dan tenteram. Namun rupanya kemakmuran dan ketenteraman tersebut, hanya menjadi milik individu-individu dari para penguasa. Ketenteraman tersebut dilihat oleh nabi Amos, bahwa ketenteraman tersebut rupanya dibangun di atas penderitaan dan kekerasan terhadap orang miskin dan yang lemah, oleh karena itu penghukuman dari Allah tidak akan luput dari mereka. Menurut saya, dari setiap konsep keadilan yang dibangun oleh masing-masing tokoh tidak pernah terlepas dari konteks di mana ia berada dan menggumuli akan persoalan dalam 129

15 masyarakat. Sehingga tidak heran jika dalam pemaparannya, terkadang berbeda antara satu dengan lainnya. Lebacqz, menggambarkannya dengan enam peneliti buta yang meneliti seekor gajah, dan menghasilkan pandangan berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Sehingga ketika membandingkannya dengan konsep keadilan sosial yang ada dalam kitab Amos 6:1-7, ada yang sangat bertentangan tetapi ada juga yang memiliki kemiripan. Bagi saya, yang utama bukan untuk mencari mana yang benar dan mana yang salah tetapi, bagaimana kita dapat memahami akan konsep keadilan ini dengan baik, sehingga bukan untuk mencari kekurangan dari masing-masing teori karena masing-masing teori berbeda konteksnya. Amos yang berangkat dari kehidupan masyarakat agraris dengan sistem pemerintahan yang hierarki, tentu akan berbeda dengan para tokoh teori keadilan yang bertolak dari kehidupan modern, dengan sistem pemerintahan yang demokrasi, dengan menjunjung tinggi akan kebebasan dan kesetaraan. Namun yang menjadi poin pentingnya adalah mereka samasama berbicara dan mengangkat mengenai persoalan keadilan yang tujuannya adalah mendatangkan kehidupan bersama yang adil, damai, dan tenteram. Keadilan akan tercapai bukan hanya sekedar dengan semakin banyaknya teori atau ideologi semata tetapi bagaimana sikap empati, keberpihakan, kepedulian, serta berani untuk merasakan apa yang mereka rasakan. Dengan demikian, kita akan mampu memahami keadilan yang sesungguhnya seperti apa, dan mampu untuk menentukan langkah apa yang tepat untuk memperjuangkan suara dari mereka yang mengalami ketidakadilan. 130

KONSEP KEADILAN SOSIAL DALAM AMOS 6:1-7, DALAM PERSPEKTIF TEORI KEADILAN

KONSEP KEADILAN SOSIAL DALAM AMOS 6:1-7, DALAM PERSPEKTIF TEORI KEADILAN KONSEP KEADILAN SOSIAL DALAM AMOS 6:1-7, DALAM PERSPEKTIF TEORI KEADILAN TESIS Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Oleh: RISON BEEH 752014018

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan oleh Robert Nozick dalam bukunya Anarchy, State, and Utopia, keadilan

BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan oleh Robert Nozick dalam bukunya Anarchy, State, and Utopia, keadilan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keadilan merupakan hasrat manusia dalam budaya dan bangsa manapun. Tak satupun anggota masyarakat dari seluruh bangsa di dunia yang tidak menginginkan perlakuan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. diperlakukan sama dan sederajat, tidak adanya intervensi terhadap sesama tetapi memberikan

BAB II KAJIAN TEORITIK. diperlakukan sama dan sederajat, tidak adanya intervensi terhadap sesama tetapi memberikan BAB II KAJIAN TEORITIK 2.1. PENDAHULUAN Keadilan merupakan suatu nilai moral di dalam kehidupan bermasyarakat, yang selalu diimpikan oleh setiap manusia ada di dunia ini, karena merupakan nilai yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seringkali kita mendengar dan membaca bahwa negara kita yaitu negara Indonesia adalah negara yang beragama. Dikatakan demikian, karena pada umumnya setiap warga negara

Lebih terperinci

DOA PEMBUKAAN. Alat tulis Buku Agama Katolik Lembar refleksi. Nabi Elia menegur rakyatnya yang menyembah berhala Kepada dewa Baal.

DOA PEMBUKAAN. Alat tulis Buku Agama Katolik Lembar refleksi. Nabi Elia menegur rakyatnya yang menyembah berhala Kepada dewa Baal. Pastikan di atas meja hanya ada : Alat tulis Buku Agama Katolik Lembar refleksi DOA PEMBUKAAN dari buku Agama hlm.. 45 Nabi Elia menegur rakyatnya yang menyembah berhala Kepada dewa Baal. Nabi Yesaya memperingatkan

Lebih terperinci

3. Apa arti keadilan? 4. Apa arti keadilan menurut keadaan, tuntutan dan keutamaan? 5. Apa Perbedaan keadilan komutatif, distributive dan keadilan

3. Apa arti keadilan? 4. Apa arti keadilan menurut keadaan, tuntutan dan keutamaan? 5. Apa Perbedaan keadilan komutatif, distributive dan keadilan 3. Apa arti keadilan? 4. Apa arti keadilan menurut keadaan, tuntutan dan keutamaan? 5. Apa Perbedaan keadilan komutatif, distributive dan keadilan legal? 6. Sebutkan sasaran yang dikritik Nabi Amos! 7.

Lebih terperinci

Saudara-saudari yang dikasihi Yesus Kristus.

Saudara-saudari yang dikasihi Yesus Kristus. Introitus : Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak- anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan, dengan melakukan kebenaran dan keadilan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aristoteles merupakan salah seorang filsuf klasik yang mengembangkan dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin bahwa politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL TEORI ETIKA PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL Beberapa konsep yang memerlukan penjelasan, antara lain: perilaku moral (moral behavior), perilaku tidak bermoral (immoral behavior), perilaku di luar kesadaran

Lebih terperinci

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH Bahwa pengakuan atas martabat yang melekat pada dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua anggota keluarga manusia adalah landasan bagi

Lebih terperinci

ANTROPOLOGI ALKITAB (Pelajaran 12) By Dr. Erastus Sabdono. Pemulihan Gambar Diri (Bagian 4)

ANTROPOLOGI ALKITAB (Pelajaran 12) By Dr. Erastus Sabdono. Pemulihan Gambar Diri (Bagian 4) ANTROPOLOGI ALKITAB (Pelajaran 12) By Dr. Erastus Sabdono Pemulihan Gambar Diri (Bagian 4) Proses keselamatan dalam Yesus Kristus pada dasarnya adalah proses menjadikan manusia unggul bagi Tuhan. Manusia

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK 32 BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK A. Hak dan Kewajiban antara Orang Tua dan Anak menurut UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan

Lebih terperinci

BAB III KONSEP KEADILAN SOSIAL DALAM AMOS 6:1-7. pada pembahasan mengenai ketidakadilan dalam kitab Amos, sehingga kita dapat mengetahui

BAB III KONSEP KEADILAN SOSIAL DALAM AMOS 6:1-7. pada pembahasan mengenai ketidakadilan dalam kitab Amos, sehingga kita dapat mengetahui BAB III KONSEP KEADILAN SOSIAL DALAM AMOS 6:1-7 3.1. Pendahuluan Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan konsep keadilan dalam kitab Amos 6:1-7, tetapi sebelumnya akan dibahas mengenai pribadi Amos dan

Lebih terperinci

UKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan BAB I 1. 1. Latar Belakang Permasalahan Pendeta dipandang sebagai tugas panggilan dari Allah, karenanya pendeta biasanya akan dihormati di dalam gereja dan menjadi panutan bagi jemaat yang lainnya. Pandangan

Lebih terperinci

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Mukadimah Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

C. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999

C. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999 6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan Hak mendapatkan pengajaran Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat C. Konsep

Lebih terperinci

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA MUKADIMAH Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari Taurat, para Nabi, dan Tulisan-tulisan, atau yang diringkas sebagai Tanak Taurat,

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari Taurat, para Nabi, dan Tulisan-tulisan, atau yang diringkas sebagai Tanak Taurat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitab suci Ibrani atau yang biasa disebut oleh orang kristen, Alkitab perjanjian Lama terdiri dari Taurat, para Nabi, dan Tulisan-tulisan, atau yang diringkas sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (stratifikasi sosial), yang mana terdiri dari kelas atas, kelas menengah dan

BAB I PENDAHULUAN. (stratifikasi sosial), yang mana terdiri dari kelas atas, kelas menengah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dalam setiap komunitas masyarakat memiliki struktur sosial yang mengkategorikan anggota masyarakatnya ke dalam kelas sosialnya masingmasing (stratifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menjelaskan dengan tegas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechstaat) dan bukan berdasarkan atas kekuasaan (machstaat).

Lebih terperinci

Relasi Tuan dan Hamba Eksposisi 1 Ptr. 2:18-20 Ev. Calvin Renata, M.Div.

Relasi Tuan dan Hamba Eksposisi 1 Ptr. 2:18-20 Ev. Calvin Renata, M.Div. Relasi Tuan dan Hamba Eksposisi 1 Ptr. 2:18-20 Ev. Calvin Renata, M.Div. Mulai dari 1 Ptr. 2:11, Petrus berbicara mengenai hal yang praktis yaitu etika bagaimana manusia harus hidup dengan sesamanya. Pertama,

Lebih terperinci

APA ITU PERJANJIAN LAMA?

APA ITU PERJANJIAN LAMA? APA ITU PERJANJIAN LAMA? Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani. Proses penulisan kitab-kitab PL---> tradisi lisan (berita dari mulut ke mulut) dan belum ditulis (meski tidak untuk semua kitab diawali

Lebih terperinci

Seperti Musa, Paulus rela kehilangan keselamatannya sendiri untuk menyelamatkan bangsa Israel.

Seperti Musa, Paulus rela kehilangan keselamatannya sendiri untuk menyelamatkan bangsa Israel. Lesson 10 for December 9, 2017 Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus, bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati. (Roma 9:1-2)

Lebih terperinci

PROBLEMATIK & TEORI KEADILAN. Bacaan yang dianjurkan : The Liang Gie, 1982, Teori-teori Keadilan, Penerbit Supersukses, Yogyakarta

PROBLEMATIK & TEORI KEADILAN. Bacaan yang dianjurkan : The Liang Gie, 1982, Teori-teori Keadilan, Penerbit Supersukses, Yogyakarta PROBLEMATIK & TEORI KEADILAN Bacaan yang dianjurkan : The Liang Gie, 1982, Teori-teori Keadilan, Penerbit Supersukses, Yogyakarta CONTOH KASUS Anggap aja ini martabak Tugas : Bagilah martabak ini untuk

Lebih terperinci

John Rawls dan Konsep Keadilan. Muhammad Luthfi

John Rawls dan Konsep Keadilan. Muhammad Luthfi John Rawls dan Konsep Keadilan Muhammad Luthfi John Rawls adalah salah satu pemikir politik liberal kontemporer yang memberikan warna baru pada spektrum liberalisme global saat ini. Magnum Opus Rawls yang

Lebih terperinci

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 6 SD Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya,

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak

Lebih terperinci

PEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA

PEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA PEDOMAN POKOK NILAI-NILAI PERJUANGAN YAYASAN LBH INDONESIA DAN KODE ETIK PENGABDI BANTUAN HUKUM INDONESIA Diterbitkan oleh Yayasan LBH Indonesia Jakarta, 1986 KETETAPAN No. : TAP 01/V/1985/YLBHI T e n

Lebih terperinci

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS. diperbudak. Budak tidak hanya diartikan sebagai seorang pekerja, namun menjadi budak berarti

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS. diperbudak. Budak tidak hanya diartikan sebagai seorang pekerja, namun menjadi budak berarti BAB V REFLEKSI TEOLOGIS Sistem perbudakan merupakan fenomena universal yang terjadi hampir di seluruh bagian dunia. Perbudakan pada umumnya berbicara perihal tuan yang memperbudak dan hamba yang diperbudak.

Lebih terperinci

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

Perayaan Dwiabad Agama Baha i: Pentingnya Persatuan Manusia. Musdah Mulia

Perayaan Dwiabad Agama Baha i: Pentingnya Persatuan Manusia. Musdah Mulia 1 Perayaan Dwiabad Agama Baha i: Pentingnya Persatuan Manusia Musdah Mulia Hari ini umat Baha i di seluruh dunia berada dalam suka cita merayakan dwiabad atau genap 200 tahun kelahiran Baha ullah. Untuk

Lebih terperinci

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J. 1 RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal 25-28 Paul Suparno, S.J. Suster Mistika dikenal oleh orang sekitar sebagai seorang yang suci, orang yang dekat dengan Tuhan,

Lebih terperinci

KITAB PENGKHOTBAH 23 JULI 2012 GPIB JEMAAT IMMANUEL BEKASI PDT. ALEX LETLORA.

KITAB PENGKHOTBAH 23 JULI 2012 GPIB JEMAAT IMMANUEL BEKASI PDT. ALEX LETLORA. KITAB PENGKHOTBAH 23 JULI 2012 GPIB JEMAAT IMMANUEL BEKASI PDT. ALEX LETLORA. PENDAHULUAN. Nama asli dalam bahasa Ibrani adalah Qo Helet, sedangkan bahasa Inggrisnya adalah Ecclesiastes. Qo Helet dapat

Lebih terperinci

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari...

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Yohanes 12 Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Yesus Diurapi di Betania Persepakatan untuk Membunuh Lazarus Yesus Dielu-elukan di Yerusalem Beberapa Orang Yunani Mencari Yesus Yesus Memberitakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tersebut didasarkan pada Pasal 28 UUD 1945, beserta

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tersebut didasarkan pada Pasal 28 UUD 1945, beserta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dan segala bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD 1945. Pandangan tersebut didasarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Dalam bab ini, penulis melihat hal penting yang harus dilakukan dalam upaya

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Dalam bab ini, penulis melihat hal penting yang harus dilakukan dalam upaya BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS IV. 1. Analisa Dalam bab ini, penulis melihat hal penting yang harus dilakukan dalam upaya untuk menganalisis panggilan Yehezkiel sebagai penjaga berdasarkan teori

Lebih terperinci

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO Membangun kembali fundamental ekonomi yang sehat dan mantap demi meningkatkan pertumbuhan, memperluas pemerataan,

Lebih terperinci

PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN)

PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) NAMA : HARRY FITRI USMANTO NPM : 38412209 KELAS : 1ID08 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

TAHUN B - Hari Minggu Prapaskah V 22 Maret 2015 LITURGI SABDA

TAHUN B - Hari Minggu Prapaskah V 22 Maret 2015 LITURGI SABDA TAHN B - Hari Minggu Prapaskah V 22 Maret 2015 LTRG SABDA Bacaan pertama (Yer 31 : 31-34) Aku akan mengikat perjanjian baru, dan takkan lagi mengingat dosa mereka. Bacaan diambil dari Kitab Yeremia Beginilah

Lebih terperinci

Disarikan dari Ashur, dan Berbagai Sumber Yang Relevan

Disarikan dari Ashur, dan Berbagai Sumber Yang Relevan Disarikan dari Ashur, dan Berbagai Sumber Yang Relevan Tanggung jawab sosial perusahaan mempunyai kaitan yg erat dg penegakan keadilan dlm masyarakat umumnya dan bisnis khususnya. Tanggung jawab sosial

Lebih terperinci

MTPJ 9-15 Agustus 2015

MTPJ 9-15 Agustus 2015 MTPJ 9-15 Agustus 2015 TEMA BULANAN: Membangun Solidaritas Kebangsaan TEMA MINGGUAN: Kebahagiaan Bangsa yang Ber-Tuhan Bahan Alkitab: Ulangan 33 : 24 29 ALASAN PEMILIHAN TEMA Bangsa Indonesia adalah bangsa

Lebih terperinci

MTPJ 3-9 Agustus 2014

MTPJ 3-9 Agustus 2014 MTPJ 3-9 Agustus 2014 TEMA BULANAN: Berdemokrasi Dalam Ekonomi Yang Berkeadilan TEMA MINGGUAN: Etika Pelaku Ekonomi Bahan Alkitab: Kisah Para Rasul 16:13-18; Amsal 10:15-16 ALASAN PEMILIHAN TEMA Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya, suku, ras dan agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia. Berbagai

Lebih terperinci

d. Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan Berkembang.

d. Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan Berkembang. BAB II PEMBAHASAN A. Hak Dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Menurut UUD 1945. Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk berserikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya untuk mewujudkan kekuasaan warga negara untuk dijalankan oleh pemerintahan

Lebih terperinci

etika sederhana teologi ekonomi

etika sederhana teologi ekonomi etika sederhana teologi ekonomi Latar belakang kasus ekonomi (bisnis) dan teologi (gereja). Perkembangan sejak awal - pertengahan - reformasi. Eka darmaputra kewirausahaan - bambang harjono Eka dharmaputra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh

BAB I PENDAHULUAN. menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Hidup bersama dalam masyarakat merupakan hakekat manusia sebagai makhluk sosial. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu

Lebih terperinci

Oleh: DUSKI SAMAD. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol

Oleh: DUSKI SAMAD. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Oleh: DUSKI SAMAD Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) serentak yang sudah berjalan proses saat ini adalah sarana demokrasi untuk melahirkan pemimpin

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Modul ke: PANCASILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Fakultas 10FEB Melisa Arisanty. S.I.Kom, M.Si Program Studi MANAJEMEN PANCASILA SEBAGAI ETIKA BERNEGARA Standar Kompetensi : Pancasila sebagai Sistem

Lebih terperinci

NABI DAN FUNGSINYA Para nabi yang digunakan Allah adalah manusia yang tidak jauh berbeda dengan kita. Di bawah ini kita akan mempelajari sedikit latar

NABI DAN FUNGSINYA Para nabi yang digunakan Allah adalah manusia yang tidak jauh berbeda dengan kita. Di bawah ini kita akan mempelajari sedikit latar NABI DAN FUNGSINYA NABI DAN FUNGSINYA Para nabi yang digunakan Allah adalah manusia yang tidak jauh berbeda dengan kita. Di bawah ini kita akan mempelajari sedikit latar belakang, kehidupan, dan kepribadian

Lebih terperinci

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA MENJAGA KESEIMBANGAN ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA ( WNI )

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA MENJAGA KESEIMBANGAN ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA ( WNI ) MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA MENJAGA KESEIMBANGAN ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA ( WNI ) Disusun Oleh DHANI RATIKA 133184006 PENDIDIKAN FISIKA FISIKA 2013 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA BAB

Lebih terperinci

TAHUN AYIN ALEPH. Minggu I. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

TAHUN AYIN ALEPH. Minggu I. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. TAHUN AYIN ALEPH Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Matius 6:33) Minggu I Pada tanggal 8 September 2010, kalender orang Yahudi berubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

Etika Sosial. Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si

Etika Sosial. Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si Etika Sosial Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si Bagian I PANDANGAN TENTANG INDIVIDU DAN MASYARAKAT 1. INDIVIDUALISME Nilai tertinggi manusia adalah perkembangan dan kebahagiaan individu.

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya Politik Nasional Berlandaskan Pekanbaru,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke 20 bukan hanya menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia, akan tetapi dalam hal gerakan-gerakan anti penjajahan yang bermunculan di masa ini menarik perhatian

Lebih terperinci

MTPJ 05 s/d 11 Oktober 2014

MTPJ 05 s/d 11 Oktober 2014 MTPJ 05 s/d 11 Oktober 2014 TEMA BULANAN: Keadilan Yang Gerejawi TEMA MINGGUAN: Mengusahakan Keadilan Mencerminkan Hidup Takut Tuhan 05 s/d 11 Oktober 2014 Bahan Alkitab : Mazmur 85:10-14; I Timotius 6:11-12

Lebih terperinci

BUTIR BUTIR PANCASILA YANG TERBARU BESERTA CONTOH PENGAMALAN

BUTIR BUTIR PANCASILA YANG TERBARU BESERTA CONTOH PENGAMALAN BUTIR BUTIR PANCASILA YANG TERBARU BESERTA CONTOH PENGAMALAN Butir butir Pancasila yang dahulu ada 36 butir sekarang diubah menjadi 45 butir pancasila. Dan sekarang ini masyarakat banyak yang belum tahu

Lebih terperinci

Persembahan yang hidup. Kel.7:16a, Rm. 6:12-14, Rm. 12:1-2. Ev. Bakti Anugrah, M.A.

Persembahan yang hidup. Kel.7:16a, Rm. 6:12-14, Rm. 12:1-2. Ev. Bakti Anugrah, M.A. Persembahan yang hidup Kel.7:16a, Rm. 6:12-14, Rm. 12:1-2 Ev. Bakti Anugrah, M.A. Peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir adalah suatu tipologi / gambaran tentang apa yang akan terjadi dalam kehidupan

Lebih terperinci

Seri Terang Ilahi: Mengapa Saya Ada di Dunia? Page 1 of 7 Kurt De Haan (BAGIAN KEDUA)

Seri Terang Ilahi: Mengapa Saya Ada di Dunia? Page 1 of 7 Kurt De Haan (BAGIAN KEDUA) Seri Terang Ilahi: Mengapa Saya Ada di Dunia? Page 1 of 7 BAGIAN 3. PEKERJAAN Oleh sebab itu aku membenci hidup, karena aku menganggap menyusahkan apa yang dilakukan di bawah matahari, sebab segala sesuatu

Lebih terperinci

INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM)

INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM) Jamuan Ilmiah tentang Hukum Hak Asasi Manusia bagi Tenaga Pendidik Akademi Kepolisian Semarang Jogjakarta Plaza Hotel, 16 18 Mei 2017 MAKALAH INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM) Oleh: Despan Heryansyah,

Lebih terperinci

Berkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit

Berkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit Berkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit 19 Februari 2008 Jakarta 1 Berkenalan dengan Kitab Wahyu Sedikit tentang Sastra Apokaliptik Kitab terakhir dalam Alkitab bernama: Wahyu. Ini sebetulnya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latarbelakang Sistem pemerintahan 1 dalam suatu negara dapat mengalami perubahan, bahkan dapat dikatakan tidak akan pernah bertahan kekal 2. Meskipun dari segi waktu sistem itu sudah

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kewajiban yang harus dilaksanakan dan dipenuhi. Hak dan kewajiban manusia sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kewajiban yang harus dilaksanakan dan dipenuhi. Hak dan kewajiban manusia sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tumbuh dan berkembang dalam berbagai lingkungan, seperti: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Peran manusia dalam

Lebih terperinci

TEORI TEORI ETIKA EGOISME) 1. DEONTOLOGI 2. TELEOLOGI (UTILITARIASME dan 3. HAK 4. KEUTAMAAN

TEORI TEORI ETIKA EGOISME) 1. DEONTOLOGI 2. TELEOLOGI (UTILITARIASME dan 3. HAK 4. KEUTAMAAN TEORI TEORI ETIKA 1. DEONTOLOGI 2. TELEOLOGI (UTILITARIASME dan EGOISME) 3. HAK 4. KEUTAMAAN TEORI DEONTOLOGI BERASAL DARI BAHASA YUNANI DEON=KEWAJIBAN Kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki martabat yang berbeda beda dengan manusia yang lainnya karena Tuhan menciptakan manusia dengan sikap,perilaku dan fisik yang berbeda. Dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diajukan dalam rumusan masalah skripsi. Dalam rumusan masalah skripsi ini,

BAB V PENUTUP. diajukan dalam rumusan masalah skripsi. Dalam rumusan masalah skripsi ini, BAB V PENUTUP Pada bab V penulis menyimpulkan keseluruhan pembahasan dalam skripsi. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban atas pertanyaan penulis ajukan dalam pembatasan masalah. Disamping itu penulis

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J.

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. Isi singkat 1. Semangat mistik 2. Semangat kenabian 3. Spiritualitas

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012 Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERAYAAN NATAL NASIONAL DI PLENARY HALL JAKARTA CONVENTION

Lebih terperinci

Beginilah Firman Tuhan, Allah semesta alam,

Beginilah Firman Tuhan, Allah semesta alam, 1 Tahun C Hari Minggu Biasa XXVI LITURGI SABDA Bacaan Pertama Ams. 6 : 1a. 4-7 Yang duduk berjuntai dan bernyanyi akan pergi sebagai orang buangan. Bacaan diambil dari Kitab Amsal: Beginilah Firman Tuhan,

Lebih terperinci

1. Hak Asasi Manusia dalam Nilai Ideal Sila-Sila Pancasila

1. Hak Asasi Manusia dalam Nilai Ideal Sila-Sila Pancasila 1. Hak Asasi Manusia dalam Nilai Ideal Sila-Sila Pancasila Nilai ideal disebut juga nilai dasar berkaitandengan hakikat kelima sila Pancasila, yaitu: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, Keadilan.

Lebih terperinci

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dalam Kehidupan Bernegara. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dalam Kehidupan Bernegara. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. PANCASILA Modul ke: Makna dan Aktualisasi Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dalam Kehidupan Bernegara Fakultas Ekonomi dan Bisnis Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini ada sebuah gaya hidup tertentu yang berkembang di dalam masyarakat modern dan sangat digandrungi oleh masyarakat dalam ruang lingkup pemuda-remaja. Gaya

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

A. Kegunaan Mempelajari Moral Kelompok

A. Kegunaan Mempelajari Moral Kelompok A. Kegunaan Mempelajari Moral Kelompok Sebagaimana telah diutarakan, bahwa hubungan interpersonal yang cukup lama dapat meninggalkan kesan-kesan yang mendalam terhadap sesama anggota kelompok dan juga

Lebih terperinci

REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN

REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN BEKERJA UNTUK YANG KECANDUAN REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN Setiap reformasi yang benar mendapat tempat dalam pekerjaan keselamatan dan cenderung mengangkat jiwa kepada satu kehidupan yang baru

Lebih terperinci

Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq

Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq Pada Jumat, 17 Rabiul Awal 83 H (702 M), lahir seorang manusia suci dan penerus risalah Nabi Muhammad Saw. Pada hari yang bertepatan dengan maulid Rasulullah

Lebih terperinci

MTPJ Edisi 28 Desember '14-03 Januari '15

MTPJ Edisi 28 Desember '14-03 Januari '15 MTPJ Edisi 28 Desember '14-03 Januari '15 TEMA BULANAN : Hidup UntukMenghidupkan TEMA MINGGUAN : Hidup Yang Mengutamakan Kasih Memasuki Era Baru Bahan Alkitab: Yesaya 63:7-14 ALASAN PEMILIHAN TEMA Dipenghujung

Lebih terperinci

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA Modul ke: 10 Fakultas TEKNIK AKTUALISASI SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA. ( DALAM BIDANG POLITIK, EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, HANKAM SERTA HUKUM

Lebih terperinci

Revolusi Paradigma Pendidikan Monday, 31 August :21

Revolusi Paradigma Pendidikan Monday, 31 August :21 Kemanakah arah pendidikan nasional kita? Tidak jelas yang dituju. Centang perenang kebijakan pendidikan baik karena aktor maupun sistemnya membuat arah pendidikan nasional tidak pernah jelas yang mau dicapai.

Lebih terperinci

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima : 29 September 2014; disetujui : 13 Oktober 2014 Indonesia adalah negara yang berdasar

Lebih terperinci

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada 130 BAB V ANALISA ATAS PANDANGAN SHAIKH MUHAMMAD AL-GHAZAli> memang tidak akan mungkin dilupakan dalam dunia pemikiran Islam. Karena

Lebih terperinci

Surat 3 Yohanes (Bagian 66) Friday, March 17, 2017

Surat 3 Yohanes (Bagian 66) Friday, March 17, 2017 Surat 3 Yohanes (Bagian 66) Friday, March 17, 2017 3 Yoh. 1:11 1:11 Saudaraku yang kekasih, janganlah meniru yang jahat, melainkan yang baik. Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari Allah, tetapi barangsiapa

Lebih terperinci

(Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia)

(Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia) 86 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Materi Kuliah HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA (Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia) Modul 11 Oleh : Rohdearni Tetty Yulietty Munthe, SH/08124446335 86 87 1. Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

Salah Kaprah tentang Individualisme. Jumansyah

Salah Kaprah tentang Individualisme. Jumansyah Salah Kaprah tentang Individualisme Jumansyah Individualisme adalah konsep yang kerap disalahpahami karena lebih sering didefinisikan secara curiga ketimbang obyektif. Kecurigaan yang umumnya dalam pandangan

Lebih terperinci

Monday, 23 September, 13 IBADAH DAN KEPEDULIAN SOSIAL

Monday, 23 September, 13 IBADAH DAN KEPEDULIAN SOSIAL IBADAH DAN KEPEDULIAN SOSIAL PENDAHULUAN Ibadah hanya dipahami dalam kaitan antara orang percaya dengan Allah Ibadah mempunyai aspek vertikal (manusia-allah) yang mempengaruhi hubungan antar sesama (manusiamanusia)

Lebih terperinci

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT Title? Author Riendra Primadina Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov 2010 14:10:06 GMT Author Comment Hafizhan Lutfan Ali Comments Jawaban nya...

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA. Modul ke: 06Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA. Modul ke: 06Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Modul ke: HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA Fakultas 06Teknik Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU A. PENGERTIAN HAK DAN KEWAJIBAN Hak adalah kekuasaan seseorang untuk melakukan sesuatu untuk melakukan

Lebih terperinci

Islam dalam Tatanan Kehidupan Bermasyarakat

Islam dalam Tatanan Kehidupan Bermasyarakat Islam dalam Tatanan Kehidupan Bermasyarakat Kampungmuslim.org Di dalam al-quran, Adam adalah nama dari Nabi Adam [as]. Namun Adam juga digunakan al-quran untuk menyebut umat manusia. Atau manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk sosial karena merupakan bagian dari masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami kecelakaan lalu lintaspun pasti

Lebih terperinci

Kebun Anggur Nabot 1 Raja-raja 21 Ev. Bakti Anugrah, M.A.

Kebun Anggur Nabot 1 Raja-raja 21 Ev. Bakti Anugrah, M.A. Kebun Anggur Nabot 1 Raja-raja 21 Ev. Bakti Anugrah, M.A. Pasal 21 ini dapat kita bagi ke dalam beberapa bagian: Ayat 1-4 menyatakan tawaran Raja Ahab yang ditolak oleh Nabot. Ayat 5-10 adalah tipu muslihat

Lebih terperinci

APPROACHES TO ETHICS AND JUSTICE. By : Dora Rizky Erlina Devvy Alifia Putri

APPROACHES TO ETHICS AND JUSTICE. By : Dora Rizky Erlina Devvy Alifia Putri APPROACHES TO ETHICS AND JUSTICE By : Dora Rizky Erlina 135020100111011 Devvy Alifia Putri 135020100111017 Outline Pendahuluan Etika Individual Bersifat instruktif Teori yang melibatkan orang/agen yang

Lebih terperinci

Business Ethic & Good Governance

Business Ethic & Good Governance Modul ke: Business Ethic & Good Governance Philosophical Ethics and Business Fakultas PASCA Dr. Antonius Dieben Robinson Manurung, MSi Program Studi MANAGEMENT www.mercubuana.ac.id Utilitarianisme Dikembangkan

Lebih terperinci

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS BAB V REFLEKSI TEOLOGIS Menurut Kejadian 1:27, 1 pada dasarnya laki-laki dan perempuan diciptakan dengan keunikan masing-masing. Baik laki-laki dan perempuan tidak hanya diberikan kewajiban saja, namun

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 9

BAHAN TAYANG MODUL 9 Modul ke: Fakultas TEKNIK MAKNA DAN AKTUALISASI SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK, EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, HANKAM SERTA HUKUM DAN HAM ) SEMESTER GASAL TAHUN

Lebih terperinci