BAB I PENDAHULUAN. menetapkan cetak biru (blue print) postur kekuatannya (Keputusan Kasal Nomor
|
|
- Inge Muljana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 HULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN TNI Angkatan Laut sebagai bagian dari sistem pertahanan negara telah menetapkan cetak biru (blue print) postur kekuatannya (Keputusan Kasal Nomor Kep/2/II/2006). Penetapan cetak biru postur kekuatan tersebut selain didasarkan pada luas area penugasan yang mencakup seluruh wilayah perairan dalam yurisdiksi nasional, juga didasarkan atas prediksi ancaman yang kemungkinan akan terjadi. Komponen utama postur kekuatan TNI Angkatan Laut adalah Alat Utama Sistem Senjata atau yang disebut Alutsista, terdiri dari: kapal perang (KRI), pesawat udara, kendaraan tempur marinir dan persenjataan perorangan (Peraturan Kasal Nomor Perkasal/24/IV/2011). Pemenuhan terhadap kebutuhan alutsista sebagai komponen utama postur kekuatan TNI Angkatan Laut tetap selalu memperhatikan faktor kondisi dan kebijakan pemerintah, sehingga realisasi pengadaannya harus dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan berdasarkan skala prioritas. Dengan dasar tersebut TNI Angkatan Laut dalam mewujudkan postur kekuatan, untuk periode tahun 2010 s/d 2024 diarahkan untuk terwujud kekuatan pokok minimum (Minimum Essensial Force/MEF) (Peraturan Kasal Nomor Perkasal/24/IV/2011). Di samping itu, Pemerintah juga telah menetapkan kebijakan untuk mengurangi pengadaan Alutsista dari luar negeri dan meningkatkan pengadaan Alutsista dari dalam negeri sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. Pada pasal 43 ayat 1: Pengguna wajib menggunakan alat
2 2 peralatan pertahanan dan keamanan produksi dalam negeri, sedangkan pada pasal 9 yang berbunyi: Industri Pertahanan bertanggung jawab untuk membangun kemampuan dalam menghasilkan alat peralatan pertahanan dan keamanan. TNI Angkatan Laut mendukung kebijakan ini dengan melaksanakan pengadaan kapal-kapal perang yang diproduksi dari galangan kapal nasional (Peraturan Kasal Nomor Perkasal/16/XII/2014). Khusus untuk kebutuhan kapal perang (KRI), TNI Angkatan Laut telah mengambil aksi nyata yaitu dengan pengadaan kapal-kapal dari galangan kapal nasional. Hal ini dapat dilihat dari catatan pembangunan kapal-kapal berikut ini: BCM di PT Dock Koja Bahari, KCR-60 di PT PAL, PC di PT Palindo Marine dan PT Citra. Walaupun pembangunan kapal-kapal oleh galangan nasional masih belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan serta waktu penyelesaian yang selalu mundur dari jadwal yang seharusnya, TNI Angkatan Laut tetap berkomitmen untuk mendukung pemberdayaan industri pertahanan nasional (Peraturan Kasal Nomor Perkasal/16/XII/2014). Salah satu program pembangunan kekuatan TNI Angkatan Laut adalah pemenuhan akan kapal (KRI) jenis Perusak Kawal Rudal (PKR). Kapal perang jenis PKR merupakan kapal kombatan atau kapal penempur yang di dalamnya dilengkapi dengan sistem persenjataan yang mampu untuk melaksanakan peperangan melawan pesawat udara, kapal permukaan, kapal selam dan peperangan elektronika. Kapal perang jenis PKR juga didisain mampu melaksanakan pertempuran, baik dalam suatu gugus tugas maupun pertempuran secara mandiri. Dalam operasi pendaratan amfibi, kapal perang jenis PKR ini
3 3 juga dapat digunakan untuk melaksanakan bantuan tembakan kapal yaitu bombardir ke pantai sebelum pasukan Marinir didaratkan. Dalam perspektif teknis, fisik kapal perang jenis PKR dapat dibagi ke dalam dua bagian besar yaitu bagian bangunan badan kapal dan pendorongan yang dikelompokkan ke dalam bagian platform, sedangkan bagian navigasi, komunikasi dan persenjataan, dikelompokkan ke dalam Sewaco (Sensor, Weapon And Command Control) (Peraturan Kasal Nomor Perkasal/24/IV/2011). Selama ini pemenuhan terhadap kebutuhan KRI jenis PKR adalah dengan jalan mendatangkan kapal perang dari luar negeri, baik dalam kondisi bekas maupun dalam keadaan baru. Hal ini dikarenakan industri galangan kapal dalam negeri (nasional) belum pernah ada yang membangun/memproduksi kapal perang jenis PKR. Saat ini TNI AL tengah mengadakan 2 (dua) unit kapal PKR dari galangan kapal Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) Belanda. Dalam membangun kapal-kapal tersebut, DSNS membentuk suatu konsorsium yang mengintegrasi pemasok bahan baku, vendor-vendor peralatan sewaco dan pendukung kebutuhan keuangan melaksanakan proyek pembangunan kapal sesuai fungsi dan tugas masing-masing. DSNS melaksanakan tugas dan fungsi pembangunan kapal bagian platform, yang juga tetap didukung oleh vendor-vendor lain. Sedangkan untuk bagian combat system dilaksanakan oleh Thales, yang juga didukung vendorvendor lain. DSNS sebagai galangan kapal bertindak sebagai main contractor dan menjadi lead integrator dalam menyelesaikan seluruh kegiatan proyek pembangunan kapal. Terhadap kebutuhan kapal PKR ini, pemerintah sangat ingin
4 4 kapal tersebut dapat dibangun secara mandiri oleh PT PAL Indonesia (Persero). Namun berdasarkan catatan produksi PT PAL Indonesia (Persero), kapal-kapal perang yang telah dibangun berjenis Fast Patrol Boat 57 (FPB-57), seperti: KRI Hiu, KRI Todak, KRI Layang dan KRI Lemadang. Selain itu PT PAL Indonesia (Persero) juga pernah membangun 2 (dua) unit kapal jenis Landing Platform Dock (LPD) dengan panjang 125 meter yang dirancang sebagai kapal angkut personel (Mirna, 2009). Berdasarkan pengalaman DSNS Belanda dalam membangunan kapal perang jenis PKR, pembangunan sebuah kapal kombatan yang kompleks seperti kapal perang jenis PKR memerlukan kesiapan teknologi dan tata kelola yang mampu mengelola sebuah konsorsium yang melibatkan banyak vendor maupun pemasok. Mengingat PT PAL Indonesia (Persero) merupakan sebuah perusahaan galangan kapal dimana kompetensi utamanya adalah membangun platform kapal, seperti halnya DSNS, maka seharusnya PT PAL Indonesia (Persero) mampu membangun kapal perang jenis PKR dengan cara yang sama, yang dilakukan oleh DSNS (PT PAL Indonesia (Persero), Company Profile ). PT PAL Indonesia (Persero) belum memiliki pengalaman membangun kapal perang jenis PKR tersebut, maka perlu dilaksanakan sebuah penelitian untuk kesiapan PT PAL Indonesia (Persero) untuk mengemban rencana strategis tersebut. Penelitian dilaksanakan dengan judul Studi Kelayakan PT PAL Indonesia (Persero) untuk Pembangunan Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) Dalam Rangka Ketahanan Alutsista TNI Angkatan Laut. Melalui penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini, diharapkan
5 5 peneliti mampu menguraikan secara mendalam setiap akar permasalahan yang muncul sekaligus menformulasikan solusi pemecahannya. Dengan demikian penelitian ini akan memberikan manfaat yang besar bagi organisasi TNI. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan utama yang menjadi pokok penelitian ini adalah kesiapan, kendala dan strategi PT PAL Indonesia (Persero) untuk melaksanakan proyek pembangunan kapal perang jenis PKR secara mandiri dalam rangka ketahanan alutsista TNI Angkatan Laut. Berdasarkan permasalahan utama tersebut, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kesiapan PT PAL Indonesia (Persero) dalam membangun kapal perang jenis PKR yang dibutuhkan oleh TNI AL? 2. Apa yang menjadi kendala PT PAL Indonesia (Persero) untuk mampu melaksanakan pembangunan kapal perang jenis PKR? 3. Bagaimana strategi PT PAL Indonesia (Persero) dalam membangun kapal perang jenis PKR? 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan fokus pada proses pendeskripsian strategi yang ditempuh PT PAL Indonesia (Persero) untuk mencapaian kesiapan yang dibutuhkan dalam membangun kapal perang jenis PKR, mengingat perusahaan galangan kapal tersebut tidak memiliki pengalaman membangun kapal perang yang membutuhkan integrasi dari sistem yang sangat kompleks.
6 6 Penelitian tentang kesiapan PT PAL Indonesia (Persero) dalam membangun kapal perang jenis PKR dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif ini belum pernah dilaksanakan oleh peneliti lainnya. Meskipun demikian, terdapat beberapa penelitian tentang kemampuan PT PAL Indonesia (Persero), yang terkait dan sangat berguna sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut antara lain: penelitian Mirna (2009) yang berjudul: Kajian Efisiensi Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis PT. PAL Indonesia, penelitian Bakhtiar, A.I., (2014) dengan judul Analisis Pemilihan Galangan Kapal Nasional Untuk Pembangunan Kapal Perang Kelas Sigma Berdasarkan Multi Kriteria dengan Metode Fuzzy AHP, penelitian Traymansah, Soejitno dan Pribadi (2012) dengan judul Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Terampil Untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal Baru di Galangan-Galangan Kapal di Surabaya, penelitian Esti Perwitasari (2003), dengan judul Strategi Peningkatan Mutu Produk Divisi Kapal Niaga di PT PAL Indonesia, penelitian Abimanyu Hilmawan (2010) dengan judul Budaya organisasi: Faktor Kesuksesan PT PAL Menjadi Perusahaan Kelas Dunia. Penelitian-penelitian terdahulu yang menjadi landasan pustaka penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 1.1 di bawah ini. Selain itu terdapat beberapa penelitian yang tidak secara langsung terkait dengan PT PAL, namun sangat terkait dengan variabel-variabel penelitian, meliputi: penelitian Ruuska et al (2013) dengan judul Supplier Capabilities in Large Shipbuilding Projects, penelitian Chou Chia-Chan (2012) berjudul The Assessment of a Country s Manufacturing Capability: The Case of Shipbuilding in
7 7 Taiwan, penelitian Wu Mei-Ying dan Yung-Chien (2010) berjudul A Study of Supplier Selection Factors for High-Tech Industries in the Supply Chain. Tabel 1.1: Tinjauan Pustaka Penelitian No Penelitian Terdahulu Masalah Variabel Hasil Penelitian Kelemahan dan Celah Penelitian Mendatang Bakhtiar, Penentuan model Costs, labor Model penentuan Metode Choquet A.I. (2014) pengambilan keputusan Characteristics, lokasi integral dapat multi kriteria (MCDM) Infra- pergudangan mengakomodasi untuk penentuan lokasi structure, menggunakan variabel kualitatif pergudangan. Markets, metode Choquet dan kuantitatif. Macro integral Terjadi environ-ment ketergantungan antar variabel, shingga disarankan metode ANP untuk penelitian lanjutan. 2. Mirna A.K. (2009) 3. Traymansah, Soejitno dan Pribadi (2012) 4. Esti Perwitasari (2003) 5. Abimanyu Hilmawan (2010) Kajian Efisiensi Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis PT. PAL Indonesia Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Terampil Untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal Baru di Galangan- Galangan Kapal di Surabaya Strategi Peningkatan Mutu Produk Divisi Kapal Niaga di PT PAL Indonesia Budaya organisasi: Faktor Kesuksesan PT PAL Indonesia Menjadi Perusahaan Kelas Dunia Sistem keuangan BUMN, pasar modal Tenaga kerja, ketrampilan, pembangunan kapal baru Mutu produk divisi kapal niaga Budaya organisasi, kinerja karyawan PT PAL PT PAL Indonesia sebagai salah satu BUMNIS yang memproduksi kapal perang dan kapal niaga memperlihatkan tingkat efisiensi yang rendah. Penurunan ketrampilan tenaga kerja karena keterlambatan material (logistik) Strategi peningkatan mutu produk. Budaya organisasi karyawan PT PAL diwarnai faktor iman dan takwa Tingkat efisiensi hanya dari faktor keuangan, perlu memperhatikan faktor produksi, logistik, dll. Fokus pada ketrampilan tenaga kerja, namun tidak meneliti tentang kesiapan galangan kapal dari faktor lain, misal fasilitas produksi, dana, dll. Mutu produk satu divisi, tidak mewakili PT PAL keseluruhan Pengukuran hanya pada kinerja karyawan, bukan pada kinerja perusahaan.
8 8 Penelitian-penelitian dalam Tabel 1.1 memiliki fokus penelitian dan pendekatan analisis yang berbeda, namun memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam memperkuat tinjauan pustaka dan landasan teori dalam perspektif yang saling melengkapi. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang sangat berharga dalam mengoptimalkan strategi yang ditempuh PT PAL Indonesia (Persero) dalam membangun kapal perang jenis PKR. Tabel 1.1 akan didiskusikan lebih detail pada Bab II (Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori) untuk diperoleh jaminan terhadap keaslian penelitian ini. 1.4 Tujuan penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui kesiapan PT PAL Indonesia (Persero) dalam membangun kapal perang jenis PKR yang dibutuhkan oleh TNI AL. 2. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi PT PAL Indonesia (Persero) untuk mencapai kesiapan yang dibutuhkan dalam membangun kapal perang jenis PKR sesuai dengan kebutuhan TNI AL. 3. Mengetahui strategi yang perlu ditempuh oleh PT PAL Indonesia (Persero) untuk mengatasi kendala-kendala yang ada agar dicapai kesiapan dalam membangun kapal perang jenis PKR sesuai dengan kebutuhan TNI AL untuk mendukung ketahanan alutsista TNI AL.
9 9 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini sangat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi perkembangan dan pengembangan disiplin ilmu Ketahanan Nasional di tanah air, khususnya hal yang terkait dengan penguasaan dan pengembangan teknologi alutsista di dalam negeri dalam rangka memperkuat ketahanan nasional. 2. Manfaat Praktis a. Kementerian Pertahanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berharga kepada Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan dalam mengolaborasikan dan menyinergikan program pembangunan kapal perang jenis PKR yang melibatkan banyak elemen bangsa, seperti: KKIP, Kementerian Pertahanan, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian BUMN, Akademisi (Perguruan Tinggi), Lembaga-Lembaga Penelitian dan Pengembangan (LIPI, Ristek, Dewan Riset Nasional), serta perusahaan-perusahaan galangan kapal perang (BUMN) baik dari dalam maupun luar negeri. b. TNI Angkatan Laut Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang sangat berharga bagi TNI Angkatan Laut selaku pengguna alutsista
10 10 dalam menetapkan kebijakan untuk mendukung sepenuhnya perkuatan kemandirian industri strategis pertahanan nasional melalui pengadaan dan penggunaan alutsista buatan dalam negeri. c. PT PAL Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan masukan bagi PT. PAL Indonesia dalam mengoptimalisasi strategi pembangunan kapal perang jenis PKR sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan permintaan dan kebutuhan dari stakeholder yang terkait.
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6 6.1 Kesimpulan Dalam pembahasan tentang kesiapan PT PAL Indonesia (Persero), penelitian ini menemukan bahwa PT PAL Indonesia (Persero) pada prinsipnya memiliki kesiapan
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN PT PAL INDONESIA (PERSERO) DALAM PEMBANGUNAN KAPAL PERUSAK KAWAL RUDAL (PKR) GUNA MENDUKUNG KETAHANAN ALUTSISTA TNI AL
Prasetya Nugraha, Armaidy Armawi, Edhi Martono -- Studi Kelayakan PT PAL Indonesia (Persero) Dalam Pembangunan Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) Guna Mendukung Ketahanan Alutsista TNI AL JURNAL KETAHANAN
Lebih terperinciPemenuhan Alutsista dan Kemandirian Industri Pertahanan. Tubagus Hasanuddin (Wakil Ketua Komisi I DPR RI)
Pemenuhan Alutsista dan Kemandirian Industri Pertahanan Tubagus Hasanuddin (Wakil Ketua Komisi I DPR RI) Pendahuluan Kemandirian Alutsista merupakan hal krusial dalam membangun kapasitas dan kredibilitas
Lebih terperinciRENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA
Lampiran Surat Nomor: Tanggal: PENANGGUNGJAWAB: TENTARA NASIONAL INDONESIA RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA 2016 2019 NO. A. BATAS MARITIM, RUANG LAUT, DAN DIPLOMASI MARITIM A.2 PENGUATAN DIPLOMASI
Lebih terperincidalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap
BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun 1983, merupakan tonggak awal cita-cita bangsa Indonesia membangun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perjalanan panjang telah ditempuh industri pertahanan dalam memenuhi kebutuhan sarana pertahanan. Sejak ditetapkannya Keputusan Presiden nomor 59 tahun 1983,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertambahnya tekanan sebesar 1 atmosfer. Semakin dalam perairan maka semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situasi dan kondisi lingkungan dasar laut tidaklah mudah diketahui secara pasti tanpa didukung ketersediaan peralatan dan teknologi yang memadai. Beberapa faktor yang
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5343 PERTAHANAN. Industri. Kelembagaan. Penyelenggaraan. Pengelolaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 183) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciFUNGSI PENTING PERSEDIAAN UNTUK PERUSAHAAN TEKSTIL
FUNGSI PENTING PERSEDIAAN UNTUK PERUSAHAAN TEKSTIL Oleh: Ir. R. Budi Setiawan, M.M., CISCP Senior Consultant at Supply Chain Indonesia Persediaan secara umum dapat didefinisikan sebagai barang yang disimpan
Lebih terperinciINDUSTRI PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN
INDUSTRI PERTAHANAN KEMENTERIAN PERTAHANAN 1 MASTER PLAN INDUSTRI PERTAHANAN 2010-2029 TRANSISI POSTUR IDEAL PENCAPAIAN POSTUR MEF 2015-2019 2020-2024 Mendukung MEF Peningkatan kemampuan kerjasama produksi.
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA
2012, No.362 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA 1. Latar belakang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic State) terbesar di dunia, memiliki 17.508 pulau besar dan kecil, luas wilayah darat 1,937 juta km2, luas laut 5,8
Lebih terperinciKreativitas dan Inovasi
Teori Dan Definisi Kreativitas dan Inovasi Kreativitas: Kemampuan seseorang dalam mengembangkan ide atau cara baru untuk memecahkan masalah lebih efektif dan atau lebih efisien Pendorong kreativitas berkait
Lebih terperinciPERMASALAHAN DALAM MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN INDUSTRI PERTAHANAN
PERMASALAHAN DALAM MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN INDUSTRI PERTAHANAN Radhana Dwi Wibowo 1 Abstrak: Semenjak disahkan pada Tanggal 2 Oktober 2012, sudah tiga tahun Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 2012 menjadi
Lebih terperinciMENDORONG INOVASI DOMESTIK MELALUI KEBIJAKAN LINTAS LEMBAGA
MENDORONG INOVASI DOMESTIK MELALUI KEBIJAKAN LINTAS LEMBAGA PENDAHULUAN Kunci kemajuan suatu bangsa sesungguhnya tidak hanya ditentukan oleh potensi dan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi suatu industri sangat penting demi memberikan nilai tambah baik bagi industri itu sendiri maupun bagi
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA CATATAN RAPAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI I DPR RI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA CATATAN RAPAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI I DPR RI Tahun Sidang : 2010-2011 Masa Persidangan : I Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi I DPR RI dengan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kapal yang bernama MARINE ESTABLISHMENT (ME) dan diresmikan oleh
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat P.T. PAL INDONESIA P.T. PAL INDONESIA (PERSERO), bermula dari sebuah galangan kapal yang bernama MARINE ESTABLISHMENT (ME) dan diresmikan oleh pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin maju dan berkembangnya kondisi perekonomian menyebabkan persaingan di dunia bisnis menjadi semakin ketat. Persaingan tersebut menuntut para pelaku bisnis melakukan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN PP 38/2003, PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 146 TAHUN 2000 TENTANG IMPOR DAN ATAU PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK TERTENTU DAN ATAU PENYERAHAN JASA KENA PAJAK TERTENTU YANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.
I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan pada tanggal 17 agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No.56, hal ini merupakan bukti bahwa Indonesia telah menjadi
Lebih terperinciB A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1
B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada
Lebih terperincidalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan
BAB V KESIMPULAN Secara keseluruhan, upaya kelima negara China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Korea Utara dalam meningkatkan kekuatan pertahanannya dilakukan untuk memberikan daya gentar terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada saat ini dunia sudah memasuki era globalisasi dan pasar bebas dimana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini dunia sudah memasuki era globalisasi dan pasar bebas dimana diikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Era globalisasi dan pasar bebas
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi
1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi : Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Penelitian perancangan model pengukuran kinerja sebuah sistem klaster agroindustri hasil laut dilakukan dengan berbagai dasar dan harapan dapat dijadikan sebagai perangkat bantuan untuk pengelolaan
Lebih terperinciLatar Belakang Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal baru hingga tahun Sering terjadinya overload job yang mengakibatkan seringnya terjadi kete
ANALISA KEBUTUHAN TENAGA KERJA TERAMPIL UNTUK MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI PEMBANGUNAN KAPAL BARU DI GALANGAN GALANGAN KAPAL DI SURABAYA Oleh : Dicky Hari Traymansah Dosen Pembimbing : Sri Rejeki Wahyu
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 146 TAHUN 2000 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 146 TAHUN 2000 TENTANG IMPOR DAN ATAU PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK TERTENTU DAN ATAU PENYERAHAN
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 146 TAHUN 2000 TENTANG IMPOR DAN ATAU PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK TERTENTU DAN ATAU PENYERAHAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.183, 2012 PERTAHANAN. Industri. Kelembagaan. Penyelenggaraan. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5343) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang produksi kapal beserta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT PAL Indonesia Persero adalah perusahaan manufaktur Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang produksi kapal beserta komponen-komponen pendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia 15-59 tahun berada di urutan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. telekomunikasi dan jaringan di wilayah indonesia. Secara umum kegiatan utama
BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 3.1. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Telkom merupakan BUMN yang bergerak di bidang jasa layanan telekomunikasi dan jaringan di wilayah indonesia. Secara umum kegiatan
Lebih terperinciSATU TAHUN UU INDUSTRI PERTAHANAN MENEROPONG KEKUATAN ALUTSISTA INDONESIA
SATU TAHUN UU INDUSTRI PERTAHANAN MENEROPONG KEKUATAN ALUTSISTA INDONESIA Oleh Dr. Timbul Siahaan Staf Ahli Menhan Bidang Sosial Jakarta, 2 Oktober 2013 NO PASAL YG MENGAMANATKAN ATURAN PELAKSANAAN I ATURAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PEMBANGUNAN INDUSTRI ALUTSISTA KAPAL
TUGAS AKHIR MN 141581 ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PEMBANGUNAN INDUSTRI ALUTSISTA KAPAL IRFAN FATHURROHMAN NRP. 4109 100 091 Ir. Triwilaswandio W.P., M.Sc. JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN Fakultas Teknologi Kelautan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diciptakan dan disampaikan kepada user dari sudut struktural. Sebuah supply chain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kalakota dalam Hardiyanto (2010) definisi manajemen rantai suplai (supply chain management) adalah sebuah proses payung di mana produk diciptakan dan disampaikan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Teknologi. Industri. Pengguna. Pembinaan.
No.227, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Teknologi. Industri. Pengguna. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PEMBINAAN TEKNOLOGI DAN INDUSTRI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 data statistik bahan baku aspal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Sebuah bisnis tidak terlepas dari adanya persaingan. Persaingan merupakan salah satu faktor pendorong bagi suatu perusahaan untuk mengembangkan usahanya.
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN 2010-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pertahanan negara merupakan salah satu fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Lingkup suatu proses pengadaan dalam pelaksanaan proyek konstruksi menempati nilai dengan porsi terbesar dari total keseluruhan nilai proyek. Lingkup tersebut
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan nusantara yang disatukan oleh wilayah perairan yang sangat luas dengan batas-batas, hak-hak, dan kedaulatan yang ditetapkan
Lebih terperinciLAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:
LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah nilai bobot antara - dimana: Tidak berhubungan sama sekali. Sangat sedikit hubungannya. Sedikit hubungannya Cukup berhubungan. Memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia bisnis sekarang ini terus bersaing untuk menciptakan berbagai kebutuhan pelanggan (customer) yang semakin tinggi, dan semakin cerdas dalam memilih kebutuhannya.
Lebih terperinciTATA KELOLA KEAMANAN LAUT INDONESIA DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN POROS MARITIM DUNIA
TATA KELOLA KEAMANAN LAUT INDONESIA DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN POROS MARITIM DUNIA Oleh: Laksdya TNI Dr. Desi Albert Mamahit, M. Sc. Universitas Pertahanan Indonesia Dipresentasikan pada Pertemuan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. proyek ini adalah metode kontrak umum (generally contract method), dengan
BAB IV Bab IV Analisis dan Pembahasan ANALISIS DAN PEMBAHASAN Proyek studi kasus adalah proyek konstruksi bangunan gudang yang berfungsi sebagai sarana penyimpanan beras. Proyek gudang ini memiliki kapasitas
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terletak di antara
BAB I PENGANTAR 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terletak di antara Benua Asia dan Benua Australia, dan di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, kondisi
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb
No.580, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Pengamanan Perbatasan. Pengerahan Tentara Nasional Indonesia. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGERAHAN
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN INDUSTRI GALANGAN KAPAL SWASTA DALAM MENDUKUNG KEBUTUHAN ALUTSISTA TNI AL
ANALISIS KEMAMPUAN INDUSTRI GALANGAN KAPAL SWASTA DALAM MENDUKUNG KEBUTUHAN ALUTSISTA TNI AL ANALYSIS CAPABILITIES PRIVATE SHIPYARD IN SUPPORT OF MAIN EQUIPMENT WEAPON SYSTEM NAVY (CASE STUDY AT PT.PALINDO
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan pengelolaan cash flow proyek, dan tentunya juga cost of money yang akan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkup pengadaan dalam proyek konstruksi yang menempati porsi dengan nilai terbesar akan berpengaruh secara langsung terhadap struktur pendanaan dan pengelolaan
Lebih terperinciBab III Analisa dan Kerangka Usulan
Bab III Analisa dan Kerangka Usulan III.1 Perencanaan Strategis dalam Pengembangan CIF III.1.1 Kendala Pengembangan CIF Pembangunan dan pengembangan CIF tentunya melibatkan banyak sekali aspek dan kepentingan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciMANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI
MANAJEMEN TRANPRTASI DAN DISTRIBUSI PENDAHULUAN Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat menentukan apakah produk
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. Kuesioner Portfolio Domain Bisnis
L1 LAMPIRAN 1 Kuesioner Portfolio Domain Bisnis Kuesioner ini dibuat dan disebarkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi dengan judul Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi
Lebih terperinciLAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan
LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah skor antara dimana: Tidak berhubungan sama sekali Sangat sedikit hubungannya Sedikit berhubungan Cukup berhubungan Memiliki hubungan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT Dan Liris merupakan industri yang bergerak di bidang textile yang memproduksi benang, kain dan juga pakaian jadi. Pada bagian textile khususnya divisi Weaving
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Terampil untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal Baru di Galangan-galangan Kapal di Surabaya Dicky Hari Traymansah,
Lebih terperinciBAB IV Sistem Pengadaan Barang yang Sedang Berjalan di Logistic Section pada PT RCTI
BAB IV Sistem Pengadaan Barang yang Sedang Berjalan di Logistic Section pada PT RCTI 4.1 Definisi Logistic Logistik berasal dari bahasa Yunani Logos yang berarti rangsum, kata, kalkulasi, alasan, cara
Lebih terperinciBab IV Hasil Perhitungan, Analisis, dan Diskusi
Bab IV Hasil Perhitungan, Analisis, dan Diskusi Pada bab ini dijelaskan tentang hasil simulasi yang didapatkan beserta diskusi mengenai hasil simulasi tersebut. IV.1 Instrument data Penggunaan peta wilayah
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Ditinjau dari sisi geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Ditinjau dari sisi geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) dengan wilayah yang sangat luas, terbentang dari Sabang sampai Merauke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategis untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan untuk merealisasikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Supply Chain Management (SCM) merupakan salah satu faktor kunci strategis untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan untuk merealisasikan tujuan organisasi yang
Lebih terperinciMenuju Ekosistem Industri Elektronika Indonesia yang Solutif, Mandiri, dan Inspiratif
Buku Awardee LPDP Chapter IV: Menuju Ekosistem Industri Elektronika Indonesia yang Solutif, Mandiri, dan Inspiratif Rachmad Vidya W. P. Mahasiswa S2 Teknik Elektronika ITB Asisten Peneliti di Pusat Mikroelektronika
Lebih terperinciManajemen Tranportasi dan Distribusi. Dosen : Moch Mizanul Achlaq
Manajemen Tranportasi dan Distribusi Dosen : Moch Mizanul Achlaq Pendahuluan Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat
Lebih terperinciMATRIKS TARGET KINERJA PEMBANGUNAN TAHUN 2012
Sublampiran E dari Lampiran Peraturan Menteri Pertahanan Nomor : Tanggal : MATRIKS TARGET KINERJA PEMBANGUNAN TAHUN 2012 PERKIRAAN PRIORITAS/FOKUSPRIORITAS/KEGIATAN RENCANA RENCANA PRAKIRAAN MAJU NO INDIKATOR
Lebih terperinciAnalisa Kebutuhan Tenaga Kerja Terampil untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal Baru di Galangan- Galangan Kapal di Surabaya
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-331 Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Terampil untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal Baru di Galangan- Galangan Kapal di Surabaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada Bab I ini Penulis akan membahas beberapa pokok bahasan yang
BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini Penulis akan membahas beberapa pokok bahasan yang meliputi Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia bisnis sekarang ini terus bersaing untuk menciptakan berbagai kebutuhan customer yang semakin tinggi, dan semakin cerdas dalam memilih kebutuhannya. Mulai
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Lukas Dwiantara, SIP, M.SI. dan Rumsari Hadi Sumarto, SIP. (2004:4)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pesatnya kemajuan teknologi dan semakin ketatnya persaingan dalam dunia bisnis membuat suatu perusahaan harus bekerja keras diantara perusahaanperusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan baik jasa, dagang maupun industri selalu berusaha mengikuti
17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan baik jasa, dagang maupun industri selalu berusaha mengikuti perkembangan dunia usaha saat ini agar tetap hidup dan berkembang. Semakin tingginya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi informasi yang terintegrasi telah banyak memberikan kontribusi kepada perkembangan bisnis saat ini. Semua proses bisnis dalam suatu organisasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Arus globalisasi saat ini, menyebabkan perusahan menghadapi lingkungan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus globalisasi saat ini, menyebabkan perusahan menghadapi lingkungan bisnis yang kompleks dan mengalami perkembangan dengan cepat. Pengaruh globalisasi juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1-1
BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Masalah Saat ini masalah perbatasan antar negara kerap kali terjadi konflik, baik itu pelanggaran perjanjian wilayah perbatasan maupun adanya imigran-imigran gelap
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 6 PENINGKA^TAN KEMAMPUAI\ PERTAHANAI\
BAB 6 PENINGKA^TAN KEMAMPUAI\ PERTAHANAI\ BAB 6 PENINGKATAN KEMA MPUAN PERTAIIANAN A. KONDISI UMUM Upaya peningkatan kemampuan pertahanan telah diupayakan melalui'pembangunan dan pengembangan kekuatan
Lebih terperinciBab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD
Bab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD Angkatan Darat merupakan bagian dari sistem pertahanan darat yang dimiliki TNI dan mengambil peran yang tetap di wilayah pertahanan darat, oleh sebab
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Latar belakang.
Bab I Pendahuluan Naskah ini disusun sebagai tugas akhir Program Magister Studi Pembangunan Alur Studi Pertahanan pada Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) di Institut Teknologi
Lebih terperinciMateri 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA. deden08m.com 1
Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA deden08m.com 1 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA: Posisi Perusahaan dalam Industri (1) Rencana bisnis yang efektif harus mendefinisikan secara jelas di mana posisi perusahaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian 15 16
Lebih terperinciDEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Direktorat Lalu lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Jalan Medan Merdeka Barat No 8 Jakarta 10110 1 1. Cetak Biru Pengembangan Pelabuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Material sebagai salah satu sumber daya yang dibutuhkan merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material sebagai salah satu sumber daya yang dibutuhkan merupakan kebutuhan yang diperlukan untuk keberlangsungan dan kelancaran opersional suatu perusahaan atau bisnis.
Lebih terperinciBAB VIII PENUTUP. a. Direktorat Pembekalanan Makanan (Ditbekkan) yang merupakan bagian integral
BAB VIII PENUTUP 8.1 Kesimpulan a. Direktorat Pembekalanan Makanan (Ditbekkan) yang merupakan bagian integral dari Badan Pembekalan (Babek) TNI punya posisi strategis sebab membantu kelancaran arus logistik
Lebih terperinciKEMANDIRIAN PT.PAL INDONESIA (PERSERO) SEBAGAI INDUSTRI STRATEGIS PERTAHANAN NASIONAL DALAM PEMBUATAN KAPAL SELAM DIESEL ELECTRIK KLAS 209
KEMANDIRIAN PT.PAL INDONESIA (PERSERO) SEBAGAI INDUSTRI STRATEGIS PERTAHANAN NASIONAL DALAM PEMBUATAN KAPAL SELAM DIESEL ELECTRIK KLAS 209 THE INDEPENDECE OF PT. PAL INDONESIA (PERSERO) AS NATIONAL DEFENCE
Lebih terperinciPembahasan Materi #6
1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Latar Belakang Kunci Sukses SCM Organisasi Organisasi Manajemen Logistik Fungsi dan Kegunaan Pengendalian Logistik Organisasi Konvensional dan Logistik Mengelola
Lebih terperinciEnterprise Resource Planning (ERP)
Enterprise Resource Planning (ERP) ERP adalah sebuah system informasi perusahaan yang dirancang untuk mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan untuk proses bisnis lengkap.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang hal-hal yang mendasari penelitian diantaranya yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
Lebih terperinciPENGUASAAN TEKNOLOGI PERTAHANAN MELALUI ALIH TEKNOLOGI
PENGUASAAN TEKNOLOGI PERTAHANAN MELALUI ALIH TEKNOLOGI Penulis : Kolonel Czi Ir. Imam Soleh Hadi.,M.M 1. Teknologi Militer saat ini berkembang sangat pesat, bahkan beberapa Negara industri tidak mampu
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN JASA MARITIM BERBASIS PERKAPALAN DI SELAT MALAKA
Kode : w.23 PEMBERDAYAAN JASA MARITIM BERBASIS PERKAPALAN DI SELAT MALAKA KOORDINATOR : KOLONEL INF JEFRI BUANG BALITBANG KEMENTERIAN PERTAHANAN RI 2012 Saat ini sekitar 96% angkutan ekspor impor dan 55%
Lebih terperinciBAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak
BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V A. Sejarah PT Pertamina ( Persero ) Sejarah PT Pertamina ( Persero ) dibagi menjadi beberapa sesi sebagai berikut: 1. Tahun 1957 Masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri konstruksi dianggap sebagai industri yang memiliki tingkat fragmentasi tinggi. Terpecah-pecahnya suatu proyek konstruksi ke dalam beberapa paket pekerjaan
Lebih terperinciKeinginan Aburizal Bakri untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa terpandang, terhormat & bermartabat
Keinginan Aburizal Bakri untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa terpandang, terhormat & bermartabat menggagas blueprint cetak biru menuju negara kesejahteraan 2045, digabungkan dengan Nilai-nilai Pancasila,
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM :
PENGUKURAN KINERJA SUPPY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SCOR DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT LOTUS INDAH TEXTILE INDUSTRIES SURABAYA SKRIPSI Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pendahuluan dari penelitian yang diuraikan menjadi enam sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
Lebih terperinciBELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari
Lebih terperinciDAFTAR PERTANYAAN EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT KE-2 (ACQUIRE AND IMPLEMENT)
LAMPIRAN 119 120 DAFTAR PERTANYAAN EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT KE-2 (ACQUIRE AND IMPLEMENT) Studi Kasus Pada PT. SURYA RENGO CONTAINERS - DEMAK NAMA RESPONDEN
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan
L1 LAMPIRAN 1 Kuesioner Domain Bisnis Kuesioner ini dibuat dan disebarkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan Menggunakan
Lebih terperinci