Bab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD"

Transkripsi

1 Bab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD Angkatan Darat merupakan bagian dari sistem pertahanan darat yang dimiliki TNI dan mengambil peran yang tetap di wilayah pertahanan darat, oleh sebab itu TNI AD sangat memiliki peranan penting dalam sistim pertahanan darat. Sampai saat ini Ranpur menjadi bagian peralatan utama dalam sistem pertahanan darat. Guna mendukung kesiapan peralatan TNI AD. Institusi ini memiliki kesatuan yang khusus menangani peralatan seperti, senjata dan optik, munisi, kendaraan dan teknologi mekanik, penanganan pemeliharaan dan perawatan dilakukan oleh Direktorat Peralatan Angkatan Darat. II.1 Direktorat Peralatan Angkatan Darat Direktorat peralatan Angkatan Darat sebagai otoritas yang khusus menangani materiil tersebut berpedoman pada dua motto yaitu meningkatkan: Daya gerak dan kecepatan tembak pasukan, kedua motto tersebut merupakan dua daya yang mendukung tercapainya tugas pokok satuan TNI pada umumnya dan satuan TNI Angkatan Darat pada khususnya. Direktorat Peralatan Angkatan Darat yang mendapat tugas sebagai pelaksanaan memelihara dan perawatan peralatan Angkatan Darat berupaya meningkatkan kualitas sesuai peran dan fungsi yang diemban. Peranan tersebut semakin jelas dengan telah dikeluarkanya Undang-Undang TNI yang mengatur peran TNI sebagai mana yang tertuang dalam Undang-Undang TNI Nomor 34 Tahun 2004 ayat (d ) menyatakan bahwa TNI dibangun dan dikembangkan secara profesional sesuai kepentingan politik negara, mengacu pada nilai dan prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan ketentuan hukum internasional yang sudah diratifikasi, dengan dukungan anggaran belanja negara yang dikelola secara transparan dan akuntabel. Setelah disahkanya Undang-Undang TNI Nomor 34 Tahun 2004, maka tuntutan tugas TNI AD secara profesional semakin jelas termasuk Direktorat Peralatan 8

2 yang berada didalamnya berupaya meningkatkan mutu pelayanan dalam rangka mendorong kelancaran tugas tersebut. Bidang kendaraan merupakan salah satu bagian pembinaan Direktorat Peralatan Angkatan Darat. Peningkatan kualitas bidang kendaraan yang dilaksanakan adalah untuk mengoptimalkan kemampuan daya gerak dan kecepatan tembak pasukan. Selama ini Direktorat Peralatan menjamin kesiapan operasional Ranpur pada tiaptiap daerah yang menjadi rawatan diseluruh Indonesia. Kendaraan yang besar jumlahnya serta daerah yang luas menjadi masaalah tersendiri dalam pelaksanaan tugas tersebut. Kendaraan (Peralatan) Angkatan Darat yang dimaksud terdiri dari kendaraan umum, kendaraan tempur dan kendaraan yang khusus digunakan dilingkungan kesatuan Angkatan Darat. Peran lain Direktorat Peralatan Angkatan Darat adalah menyelenggarakan fungsi staf teknis di bidang perencanaan, pengendalian, pengawasan dan penghapusan kendaraan tempur. Pemeliharaan kendaraan khususnya kendaraan tempur telah menjadi salah satu masalah yang cukup signifikan saat ini, hal tersebut disebabkan jumlah kendaraan tempur sebagian besar sudah dalam kategori uzur sehingga armada tersebut harus dikenakan perawatan berat lanjut (retrofit) yang kewenangan tersebut hanya dimiliki dan dapat dikerjakan oleh bengkel tingkat empat (kelas IV), bengkel ini hanya berjumlah satu buah di Indonesia, yaitu Bengkel Pusat Peralatan Angkatan Darat yang berlokasi di Bandung. Permasalahan yang dihadapi institusi Ditpalad adalah kapasitas perbaikan Ranpur pada Bengkel Pusat Peralatan Angkatan Darat yang terbatas, bilamana dihadapkan dengan jumlah kendaraan tempur saat ini yang mencapai lebih dari 1000 unit. Apabila akan dilakukan upgrade (retrofit) pada bengkel kelas IV maka bengkel ini tidak akan mampu menampung pekerjaan retrofit tersebut bila waktu yang dialokasikan dalam sebuah perencanaan adalah sepuluh tahun lamanya waktu pengerjaan. Perencanaan sepuluh tahun kegiatan upgrade pada sebuah kegiatan tersebut bertujuan untuk menghindari batas kemampuan maksimum pemakaian sebuah Ranpur setelah di upgrade. 9

3 II.1.1 Sejarah Peralatan Angkatan Darat Peralatan Angkatan Darat sebagai satuan bantuan administrasi dilingkungan Tentara Nasional Angkatan Darat Angkatan Darat, Kelahirannya tidak terlepas dari sejarah perjuangan Tentara Nasional Angkatan Darat sebagai induknya dan perjuangan bangsa Indonesia pada umumnya. Tanggal 17 Agustus 1945 adalah hari proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dan 5 Oktober 1945 President Republik Indonesia mengeluarkan DEKRIT tentang berdirinya Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Dengan dikuarkanya DEKRIT tersebut maka segera pimpinan TKR segera membentuk jawatan jawatan diantaranya Jawatan Teknik yang menangani peralatan militer bekas dari pemerintahan Belanda dan Jepang yang ditinggal menjadi bagian milik TKR tersebut. Sejalan dengan perkembangan waktu maka organisasi organisasi yang berada dalam jawatan TKR turut mengalami perubahan juga, seperti Tentara Keamanan Rakyat (TKR) berganti nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI), kemudian berubah kembali menjadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Ini terjadi di era tahun delapan puluhan, serta pada tahun terjadinya krisis moneter tahun 1997 perubahan kembali terjadi berganti nama dari ABRI menjadi Tentara Nassional Indonesia (TNI) pada tahun 1998, perubahan besar juga terjadi seperti reformasi, sehingga sistem dalam tubuh TNI telah menunjukan perubahan yang sangat berarti dan keluarnya POLRI dalam tubuh organisasi TNI. Dalam organisasi TNI saat ini terdapat tiga Angkatan yang terdiri dari : Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Maka di dalam organisasi TNI tidak terdapat lagi POLRI. Kemudian Doktrin TNI turut mengalami perubahan dan perubahan tersebut menyangkut pandangan terhadap ancaman yang mungkin terjadi terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pemahaman tersebut banyak mendapat perhatian yang serius bahwa TNI telah ikut mereformasi organisasinya sesuai yang diamanatkan dalam Undang-undang TNI. Seiring dengan perubahan yang terjadi bagian teknik peralatan terutama pada organisasi Angkatan Darat turut mengalami beberapakali perubahan. Direktorat Peralatan Angkatan Darat (Ditpalad) telah menyesuaikan fungsinya sebagai badan yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan perawatan materiil yang 10

4 dimiliki Angkatan Darat agar senantiasa selalu siap digunakan dalam setiap pelaksanaan tugas. Materiil yang dimaksud antara lain Munisi, kendaraan dan senjata dilingkungan Angkatan Darat. Sebagai badan bantuan administrasi telah mengukuhkan hari jadinya tiap tanggal 10 Juli sebagai hari jadi Korps (Kesatuan PALAD), dengan sebuah PATAKA PALAD yang bertuliskan DWI CAKTI BHAKTI VICAYA YUDHA KARYA YWNA, maksudnya PALAD menjamin Dua daya ( Daya gerak dan Daya Tembak ), PALAD juga menjamin bentuk pemeliharaan alat perang, berbakti serta berkarya untuk perdamaian, masa sekarang dan masa mendatang. Dalam setiap pelaksanaan tugasnya Direktorat Peralatan tidak terlepas dari petunjuk dan ketentuan yang berlaku. II.1.2 Petunjuk Induk Peralatan Beberapa bagian yang telah disampaikan diatas merupakan sejarah perjalanan Direktorat Peralatan Angkatan Darat dalam rangka mendukung kegiatan TNI AD untuk mengamankan negara dari setiap ancaman. Perubahan yang telah dilakukan merupakan bagian dari kegiatan penyempurnaan organisasi dalam mendukung kegiatan tersebut secara efektif dan efisien. Adapun ketentuan yang dijadikan pedoman dasar dalam setiap pelaksanaan tugas meliputi : Ketentuan pokok penyelenggaraan peralatan, Kosnsepsi dasar Penyelenggaraan peralatan, Pembinaan peralatan, dan Penggunaan peralatan. 1. Ketentuan pokok penyelenggaraan peralatan. Ketentuan pokok penyelenggaraan peralatan mencakup tiga bagian sebagai berikut : Peran peralatan, tugas yang diemban, fungsi dan azas. Adapun penjelasanya sebagai berikut : 1) Peran Direktorat Peralatan merupakan bagian integral dari TNI AD yang berperan sebagai satuan bantuan Administrasi dalam rangka pembinaan dan penggunaan materiil peralatan guna mendukung tugas pokok TNI AD selaku alat pertahanan Negara. 2) Tugas Direktorat Peralatan mempunyai menyelenggarakan pembinaan fungsi peralatan TNI AD dalam rangka mendukung tugas TNI AD agar senantiasa dalam kondisi siap. 11

5 3) Fungsi Direktorat Peralatan memiliki dua peran yaitu sebagai fungsi pembekalan dan fungsi pemeliharaan. a) Fungsi pembekalan Direktorat Peralatan. Menyelenggarakan segala usaha, kegiatan dan pekerjaan untuk pemberian dukungan materiil peralatan yang dibutuhkan oleh komando/kesatuan dalam rangka melaksanakan tugas sesuai kebutuhan organisasi guna kesiapan dan kesiagaan penggunaan kekuatan. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi : Penentuan kebutuhan,pengadaan barang, Penimbunan, Pemeliharaan dalam masa penyimpanan, Distribusi, Pemilahan/Slooping dan terakhir Penghapusan. b) Fungsi Pemeliharaan. Menyelenggarakan segala usaha, kegiatan dan pekerjaan yang dilakukan guna menjamin materiil peralatan selalu berada dalam kondisi siap pakai atau kegiatan untuk memulihkan kembali ke kondisi siap pakai sehingga materiil selalu dalam keadaan siap untuk digunakan. Kegiatan yang di lakukan meliputi : Pemeliharaan dan pencegahan,pemeriksaan,penentuan kondisi dan klasifikasi,perbaiakan,percobaan,pengujian, dan peningkatan kemampuan. 4) Azas. a) Berhasil dan berdaya guna. Maksud adalah pembinaan dan penggunaan materiil peralatan yang digunakan harus diarahkan pada pencapaian tugas TNI AD secara berhasil dan berdaya guna. b) Prioritas. Maksudnya adalah pemberian dukungan dan pelayanan yang dilaksanakan dengan skala prioritas. c) Kenyal. Maksudnya adalah penyelenggaraan fungsi peralatan harus mampu menyesuaikan dengan kebutuhan dan perubahan keadaan yang terjadi. d) Sederhana. Maksudnya adalah penyelenggaraan fungsi peralatan harus sederhana dalam tata cara, prosedur dan mekanisme 12

6 penyelenggaraannya, dengan mengutamakan hasil daya guna yang maksimal. 5) Prinsip. a) Terintegrasi. Penyelenggaraan fungsi peralatan dilaksanakan secara terpadu yang meliputi antar aspek dalam fungsi peralatan dan aspek logistik lainya. b) Sesuai tuntutan perkembangan. Penyelenggaraan peralatan dilaksanakan sesuai dengan tuntutan perkembangan organisasi dan sistim dari kesatuan yang dilayani, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. c) Pelayanan aktif. Penyelenggaraan peralatan dilaksanakan dengan cara pelayanan aktif untuk menjamin kesiapan materiil peralatan pada kesatuan-kesatuan yang dilayani. d) Memanfaatkan potensi yang ada. Semua potensi yang ada dimanfaatkan untuk pembinaan kemampuan personel dalam rangka mendukung fungsi peralatan. 2. Konsepsi dasar Penyelenggaraan peralatan. 1) Kebijakan. Kebijakan yang di tentukan dalam penyelenggaraan peralatan adalah sebagai berikut : a) Penyelenggaraan pembinaan direalisasikan melalui upaya pemberian dukungan bekal dan pelayanan pemeliharaan untuk materiil peralatan guna meningkatkan kesiapan materiil yang ada serta mengadakan materiil baru dengan mengutamakan produksi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan satuan-satuan TNI AD. b) Penyelenggaraan penggunaan peralatan sebagai bagian dari penggunaan kekuatan TNI AD di dasarkan pada permintaan dari pihak yang berwenang guna mendukung pelaksanaan operasi militer TNI baik dalam rangka operasi militer untuk perang maupun operasi militer selain perang dengan memperhatikan kemampuan dan batas kemampuan serta dinamika perubahan lingkungan strategis. 13

7 2) Strategi. Pelaksanaan pembinaan dan penggunaan peralatan sebagai penjabaran dari kebijakan yang telah ditetapkan berorientasi kepada proses pembekalan dan pemeliharaan materiil peralatan sesuai dengan skala prioritas dan kemampuan yang ada dalam memenuhi kebutuhan satuan pengguna untuk menunjang pelaksanaan tugas TNI AD dalam menghadapi tuntutan dan tantangan tugas di masa depan serta agar semua unsure peralatan dapat dibina secara terpadu sehingga mampu berperan secara berhasil dan berdaya guna. 3) Penyelenggaraan. Guna mewujudkan peralatan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya, maka penyelenggaraan peralatan yang meliputi kegiatan pembekalan dan pemeliharaan materiil binaan yaitu kendaraan, senjata dan optik, munisi dan bahan peledak serta peralatan teknologi mekanik baik untuk pembinaan maupun penggunaan diselenggarakan sesuai ketentuan yang berlaku serta mengacu kepada tugas TNI AD. 3. Pembinaan Peralatan. Pembinaan Peralatan yang dimaksud adalah merupakan peralatan yang menjadi rawatan pertanggung jawaban Direktorat Peralatan terhadap peralatan TNI AD yang digunakan satuan. Sebagai penanggung jawab materiil agar memudahkan dalam pelaksanaanya membagi lagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut : Golongan pembekalan, Jenis pembekalan, dan Tingkat pembekalan. 4. Penggunaan peralatan. Secara umum penggunaan peralatan merupakan perwujudan tampilan TNI AD sebagai komponen kekuatan TNI dalam menyelenggarakan pertahanan darat. Peralatan militer digunakan dalam operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang. 14

8 5. Tataran kewenangan. Dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan penggunaan peralatan diatur sesuai hierarki yang berlaku dilingkungan TNI AD mulai dari tingkat pusat sampai daerah. Ketentuan dan tahapan pelaksanaan terhadap perawatan, pemeliharaan kendaraan tempur serta materiil lainnya telah disesuaikan pada program dan anggaran yang disediakan pemerintah. Secara teknis kendaraan maupun peralatan lainya memiliki batas waktu atau lamanya penggunaan terhadap alat tersebut. Kondisi peralatan yang siap digunakan adalah hal yang sangat diinginkan oleh satuan pengguna. II.2 Perawatan Ranpur Alokasi penggunaan waktu pengerjaan sepuluh tahun merupakan batas teknis kemampuan sebuah kendaraan beroperasi, apabila batas teknis ini dilampaui maka dikhawatirkan kesiapan dari Ranpur menjadi tidak optimal. Dengan adanya batasan teknis ini maka kemampuan bengkel kelas IV di Indonesia yang hanya berjumlah satu buah dengan kapasitas perawatan ranpur jenis tank sebanyak 16 ranpur per tahun tidak akan bisa melayani keseluruhan armada ranpur TNI AD yang ada. Pada saat ini tingkat kesiapan kendaraan tempur hanya mencapai angka rata-rata sekitar 10% untuk keseluruhan armada, (kondisi yang dipersyaratkan Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah 85%) suatu tingkat kondisi yang mengkhawatirkan. Kondisi ini sangat tidak tepat untuk sebuah tugas melindungi seluruh wilayah Indonesia dari setiap ancaman yang mungkin timbul sewaktu waktu. Tingkat kesiapan ranpur yang rendah ini mengakibatkan pemerintah RI memutuskan untuk membeli 28 unit panser jenis angkut personil VAB dari Negara Perancis dengan kondisi baru sebagai salah satu upaya untuk memenuhi standar Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam menjalankan misi perdamaian di negara Libanon pada tanggal 28 Oktober Dengan harapan kendaraan 15

9 tersebut selama mendukung pelaksanaan tugas personel TNI dapat berlangsung aman dan tidak mendapat gangguan soal kendaraan. Perbaikan berat pernah dilakukan dengan bekerjasama pihak asing dan pengerjaan tetap dilakukan di Indonesia dalam hal ini dilaksanakan di Bangdung. Berdasarkan hasil yang diperoleh selama kegiatan itu berlangsung dan sampai selesainya kegiatan tersebut, maka data tersebut yang menjadi acuan dalam proses pengolahan dilakukan. Proses perawatan berat Ranpur TNI AD pernah dilakukan untuk 32 buah Ranpur jenis tank AMX buatan Perancis dari tahun 1994 sampai tahun 1996 oleh Singapore Automotive Engineering bekerja sama dengan Bengpuspalad sebagai mitra lokal. Dengan adanya pengalaman tersebut maka dapat diperkirakan bahwa kapasitas perawatan berat Ranpur jenis tank di Bengpuspalad sekitar 16 unit untuk Ranpur jenis tank dalam waktu satu tahun. Bila jumlah ranpur tank berkisar 700 unit berarti waktu yang diperlukan sekitar 30 tahun pengerjaan untuk menyelesaikan perbaikan Ranpur tank tersebut. Berarti siklus perawatan Ranpur diundur dari siklus teknis sebesar 10 tahun menjadi 30 tahun yang tentu saja mengurangi kesiapan dari Ranpur tersebut. Solusi yang mungkin dapat dilakukan dalam rangka mempersingkat waktu pengerjaan upgrade nantinya adalah dengan menambah jumlah bengkel dan memberikan kewenangan yang serupa dengan Bengkel Pusat Peralatan Angkatan Darat saat ini. Kewenangan tersebut diberikan kepada daerah yang akan ditentukan sesuai hasil skenario. Hak dan kewajibanya sama dengan bengkel yang telah ada. Kajian ini akan berusaha menjawab pertanyaan tentang jumlah optimum bengkel yang dapat melakukan kegiatan upgrade kendaraan tempur dan menitik beratkan pada masalah manajemen makro perawatan kendaraan tempur serta keekonomian proyek dalam kurun waktu yang ditentukan. Kemudian dengan berbagai skenario yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan perawatan kendaraan tempur di masa yang akan datang, sehingga kendaraan tempur TNI Angkatan Darat dapat mencapai kondisi siap yang diinginkan. 16

10 Melihat perkembangan kemajuan teknologi saat ini serta tuntutan Undang- Undang TNI nomor 34 tahun 2004, tentang profesionalisme prajurit dalam menegakan keamanan dan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara maka semakin diharapkan peran nyata TNI dalam menjaga keamanan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tuntutan tersebut menginginkan peranan prajurit TNI kedepan agar lebih baik. Dengan harapan tersebut Direktorat Peralatan Angkatan Darat sebagai badan yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan perawatan peralatan Angkatan Darat sangat diharapkan dapat memberikan mutu pelayanan secara maksimum dan terus menerus. Kesiapan tersebut akan meninggikan moril personel dalam setiap pelaksanaan tugas tersebut. Kesiapan prajurit pada umumnya sangat bergantung pada kondisi peralatan yang digunakan selama melaksanakan tugas, keadaan demikian diharapkan dapat memberikan dukungan sistem perawatan dan peralatan yang memadai sehingga peralatan tempur siap untuk digunakan oleh prajurit dalam melaksanakan tugasnya. Sudah tentu yang menjadi pertanyaan kita adalah seberapa besar tingkat kesiapan yang dikendaki terhadap peralatan yang digunakan prajurit TNI Angkatan Darat untuk melaksanakan tugas tersebut. Pada umumnya personel menginginkan peralatan yang mereka gunakan tidak terdapat gangguan yang berarti. Bila akan digunakan tidak perlu harus diperbaiki terlebih dahulu, langsung dapat digunakan pada saat yang diinginkan. Gambaran kondisi ini adalah harapan hampir semua personel yang bertugas di medan operasi. Kondisi ini dapat diartikan dengan tingkat kesiapan 100%. Artinya tidak ada keraguan dalam penggunaan peralatan tersebut. Banyak kriteria lain yang dapat dijadikan pedoman dalam mengartikan tingkat kesiapan peralatan yang akan digunakan personel. Dengan tidak terpenuhinya beberapa kriteria penilaian yang dimaksud maka Pemerintah Indonesia berupaya memutuskan untuk membeli beberapa unit panser amphibi jenis angkut personil dari Negara Perancis untuk tugas penjaga 17

11 perdamaian, dengan harapan kendaraan tempur tersebut dapat membantu prajurit TNI dan meningkatkan moril personel yang bertugas. Pemerintah Indonesia terutama TNI tidak dapat mengandalkan penggunaan kendaraan tempur yang ada, kondisi dan penggunaannya sudah lebih dari sepuluh tahun, dikhawatirkan akan terjadi kerusakan selama melaksanakan tugas-tugas di negara Lebanon. Keputusan pemerintah Indonesia untuk membeli beberapa unit kendaraan baru sangat tepat dan disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Pengadaan dan pembelian panser telah disepakati dari negara Perancis karena kendaraan tersebut pernah dimiliki sebelumnya dalam jumlah yang sama sebagai kendaraan angkut personel. Keputusan itu sebagai bentuk kesungguhan dan kesiapan pemerintah Indonesia dalam menerima mandat Perserikatan Bangsabangsa. Tugas dan misi perdamaian yang diemban oleh Pemerintah dan TNI selama ini sangat mengharumkan bangsa dan negara di dunia Internasional. Hal ini menunjukan kesan bahwa nama baik Bangsa dan Negara telah dipertaruhkan untuk tugas dan kesuksesan selama misi penjaga perdamaian di Lebanon. Peran aktif Pemerintah melalui TNI dalam misi penjaga perdamaian dunia seperti yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 perlu di puji atas kesuksesan selama ini. II.3 Kondisi kendaraan tempur Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk mempertahankan kondisi kendaraan tempur yang ada, mulai dari cara pemeliharaan, mengganti sebagian sampai mengganti seluruh bagian yang rusak berat. Kondisi untuk mempertahankan kualitas kendaraan agar selalu siap digunakan menjadi masaalah utama dalam sistim perawatan kendaraan tempur. Usaha TNI AD untuk mempertahankan kondisi kesiapan Ranpur pada kisaran 80% sangat sulit dicapai secara maksimal, karena seiring dengan berjalannya waktu maka jumlah Ranpur yang membutuhkan perawatan besar dan semakin menumpuk karena keterbatasan kapasitas bengkel, dikhawatirkan ke depan bahwa kesiapan Ranpur Indonesia tidak akan mencapai tingkat yang ideal apabila sistem perawatan ranpur tidak segera dipikirkan secara terencana. 18

12 Pelaksanaan upgrade yang pernah dilakukan hanya dipusatkan pada daerah Bandung yang merupakan satu-satunya bengkel khusus menangani perbaikan tersebut, sedangkan kendaraan tempur itu posisinya berada hampir ditiap daerah yang menjadi pusat pasukan tempur seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Sebuah contoh ilustrasi diatas menunjukan bahwa untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut memerlukan waktu yang cukup lama guna penyelesaian pekerjaan tersebut, yaitu lebih dari dua puluh tahun. Keadaan ini tidak dapat diabaikan dan menjadi perhatian sebagai pokok bahasan, sungguh sangat tidak tepat bila sistem pelayanan perawatan tidak segera dibuat dan teknis penyelesainya, dalam menghadapi tugas pengamanan negara dimasa datang. Kesiapan personel menghadapi tantangan tugas perlu mendapatkan perhatian serius, solusi yang tepat adalah dengan mempersiapkan perangkat yang diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan. Model simulasi merupakan cara yang paling mudah untuk dibahas dalam mengatasi problem waktu pada setiap kegiatan,di samping akan memaksimalkan penggunaan biaya. Tantangan terhadap penggunaan waktu sesingkat mungkin merupakan sebuah strategi menhadapi serangan musuh yang tak dapat diduga. Dengan melakukan simulasi optimasi dari berbagai kemungkinan guna mendapatkan model lokasi sesuai yang di inginkan maka diharapkan hasil tersebut dapat menjawab berbagai permasalahan seperti yang telah diterangkan. Selanjutnya seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia, maka konsep pengembangan mutu pelayanan terhadap pemeliharaan dan perawatan peralatan kendaraan tempur Angkatan Darat yang diberikan agar disesuaikan dengan desain dalam konteks Negara Kepulauan. 19

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar belakang.

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar belakang. Bab I Pendahuluan Naskah ini disusun sebagai tugas akhir Program Magister Studi Pembangunan Alur Studi Pertahanan pada Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) di Institut Teknologi

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Identifikasi masalah dan model pendekatannya

Bab III Metodologi III.1 Identifikasi masalah dan model pendekatannya Bab III Metodologi III.1 Identifikasi masalah dan model pendekatannya Salah satu permasalahan utama dalam lingkungan Tentara Nasional Angkatan Darat (TNI AD) Republik Indonesia adalah dalam bidang peralatan,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Perhitungan, Analisis, dan Diskusi

Bab IV Hasil Perhitungan, Analisis, dan Diskusi Bab IV Hasil Perhitungan, Analisis, dan Diskusi Pada bab ini dijelaskan tentang hasil simulasi yang didapatkan beserta diskusi mengenai hasil simulasi tersebut. IV.1 Instrument data Penggunaan peta wilayah

Lebih terperinci

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru

BAB I PENGANTAR. Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi membawa banyak perubahan pada hampir segala bidang di Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru menyebabkan arus informasi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. samapta dalam rangka proses regenerasi kepemimpinan di tubuh TNI AD.

BAB I PENGANTAR. samapta dalam rangka proses regenerasi kepemimpinan di tubuh TNI AD. 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan bagi meningkatkan prajurit TNI AD bertujuan untuk kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan jasmani yang samapta dalam rangka proses regenerasi

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.175, 2015 Pertahanan. Misi Pemeliharaan Perdamaian. Pengiriman. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2015 TENTANG PENGIRIMAN MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Perencanaan. Penentuan. Kebutuhan Materiil. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Perencanaan. Penentuan. Kebutuhan Materiil. Pembinaan. No.121, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Perencanaan. Penentuan. Kebutuhan Materiil. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG I. UMUM VETERAN REPUBLIK INDONESIA Undang-Undang Nomor 15 Tahun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan nasional Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan nasional adalah untuk melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang berambisi untuk menjajah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PERSYARATAN PENGAJUAN USUL GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN BAGI PRAJURIT DAN

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Sejarah militer menorehkan catatan panjang tentang betapa pentingnya

BAB I PENGANTAR. Sejarah militer menorehkan catatan panjang tentang betapa pentingnya BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sejarah militer menorehkan catatan panjang tentang betapa pentingnya peran logistik perbekalan. Salah satu gambaran tentang peran perbekalan dapat dilihat dalam perang

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014

Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014 Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA FAREWELL PRESIDEN DENGAN PERWIRA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.403, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Pengamanan. Wilayah Perbatasan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGAMANAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Lembaga Kepresidenan adalah sebuah lembaga yang menjadi titik sentral dari pelaksanaan kegiatan pemerintahan di Indonesia, oleh karena

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. Penelitian. Pengembangan. Materiil. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. Penelitian. Pengembangan. Materiil. Pembinaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. Penelitian. Pengembangan. Materiil. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diplomasi yang dibawa oleh TNI yang bergabung dalam Kontingen Garuda adalah

BAB V PENUTUP. diplomasi yang dibawa oleh TNI yang bergabung dalam Kontingen Garuda adalah BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tugas pokok TNI tidak hanya sebagai pasukan perang, tetapi juga menjadi pasukan pemelihara perdamaian dalam menjalani

Lebih terperinci

MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA Tim Teknis PWP dalam KLH

MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA Tim Teknis PWP dalam KLH RAKOTER TNI TAHUN 2009 Tema Melalui Rapat Koordinasi Teritorial Tahun 2009 Kita Tingkatkan Pemberdayaan Wilayah Pertahanan di Jajaran Komando Kewilayahan TNI CERAMAH KETUA TIM TEKNIS KETAHANAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan nasional Indonesia adalah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Teknologi. Industri. Pengguna. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Teknologi. Industri. Pengguna. Pembinaan. No.227, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Teknologi. Industri. Pengguna. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PEMBINAAN TEKNOLOGI DAN INDUSTRI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 5 2010 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu tentang Pertahanan dan Keamanan, Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.398, 2016 KEMHAN. Pasukan. Misi Perdamaian Dunia. Pengiriman. Kebijakan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGIRIMAN

Lebih terperinci

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA Materi Kuliah Sistem Politik Indonesia [Sri Budi Eko Wardani] Alasan Intervensi Militer dalam Politik FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL 1. Nilai dan orientasi perwira

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 121 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bab terakhir ini, peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan rekomendasi dari penulisan skripsi yang berjudul " Refungsionalisasi Tentara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang TNI (Tentara Negara Indonesia) dalam negara kita mengemban tugas sebagai alat pertahanan negara. Yang dimaksud pertahanan negara adalah segala usaha untuk menegakkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 3-2002 lihat: UU 1-1988 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 51, 1982 (HANKAM. POLITIK. ABRI. Warga negara. Wawasan Nusantara. Penjelasan

Lebih terperinci

Pembendaharaan Negara (Lembaran Negara tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

Pembendaharaan Negara (Lembaran Negara tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355); PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN GERAKAN ACEH MERDEKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP. a. Direktorat Pembekalanan Makanan (Ditbekkan) yang merupakan bagian integral

BAB VIII PENUTUP. a. Direktorat Pembekalanan Makanan (Ditbekkan) yang merupakan bagian integral BAB VIII PENUTUP 8.1 Kesimpulan a. Direktorat Pembekalanan Makanan (Ditbekkan) yang merupakan bagian integral dari Badan Pembekalan (Babek) TNI punya posisi strategis sebab membantu kelancaran arus logistik

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN Ignatius Mulyono 2

PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN Ignatius Mulyono 2 PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN 2010 2014 1 Ignatius Mulyono 2 1. Misi mewujudkan Indonesia Aman dan Damai didasarkan pada permasalahan bahwa Indonesia masih rawan dengan konflik.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pertahanan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA TENTANG KEGIATAN KERJASAMA DI BIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

Rancang Bangun alat kendali penembakan dengan menggunakan Remote Kontrol untuk awak penembak di kendaraaan Panser

Rancang Bangun alat kendali penembakan dengan menggunakan Remote Kontrol untuk awak penembak di kendaraaan Panser DINAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AD LABORATORIUM LAPORAN KEMAJUAN Rancang Bangun alat kendali penembakan dengan menggunakan Remote Kontrol untuk awak penembak di kendaraaan Panser BAB I. PENDAHULUAN 1.

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le

2017, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le No.1209, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Pemberian Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan bagi Prajurit TNI, WNI Bukan Prajurit TNI, dan WNA. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1318, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pembangunan. Pertahanan Negara. Perencanaan. Sistem. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBINAAN PEMELIHARAAN MATERIIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN GERAKAN ACEH MERDEKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

ACUAN KONSTITUSIONAL SISTEM PERTAHANAN NEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 1

ACUAN KONSTITUSIONAL SISTEM PERTAHANAN NEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 1 ACUAN KONSTITUSIONAL SISTEM PERTAHANAN NEGARA Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 1 LANDASAN KONSTITUSIONAL Sebagaimana ditentukan dalam Alinea ke-iv Pembukaan UUD 1945, tujuan pembentukan Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budi Setiawan Marlianto, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budi Setiawan Marlianto, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini tujuan individu untuk bekerja tidak hanya mencari uang saja, melainkan untuk memenuhi kebutuhan yang lain seperti kebutuhan untuk dihargai, membentuk

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA 2012, No.362 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA 1. Latar belakang

Lebih terperinci

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat mempertahankan kemerdekaan, banyak orang Indonesia berjuang untuk membentuk pasukan mereka sendiri atau badan perjuangan Masyarakat. Tradisi keprajuritan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA Disusun Oleh: I Gusti Bagus Wirya Agung, S.Psi., MBA UPT. PENDIDIKAN PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA U N I V E R S I T A S U D A Y A N A B A L I 2016 JUDUL: PENDIDIKAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb No.580, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Pengamanan Perbatasan. Pengerahan Tentara Nasional Indonesia. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGERAHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699,2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699,2012 PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG STANDARDISASI PELAYANAN ADMINISTRASI PERMOHONAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN

Lebih terperinci

Naskah Akademik Struktur Organisasi TNI Masa Depan Tim Penyusun:

Naskah Akademik Struktur Organisasi TNI Masa Depan Tim Penyusun: Naskah Akademik Struktur Organisasi TNI Masa Depan Tim Penyusun: Andi Widjajanto Edy Prasetyono Hargyaning Tyas Heru Cahyono Ikrar Nusa Bhakti Kusnanto Anggoro M. Hamdan Basyar Moch. Nurhasim Riza Sihbudi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Pemeliharaan Amunisi. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Pemeliharaan Amunisi. Pedoman. No.386, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Pemeliharaan Amunisi. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMELIHARAAN AMUNISI

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi : Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sosial. Didalamnya sekaligus terkandung makna tugas-pekerjaan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sosial. Didalamnya sekaligus terkandung makna tugas-pekerjaan yang harus 1 2 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia didirikan oleh para pendiri bangsa ini dengan tujuan yang sangat mulia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

Amanat Presiden RI pada Peringatan HUT TNI Ke-64, Senin, 05 Oktober 2009

Amanat Presiden RI pada Peringatan HUT TNI Ke-64, Senin, 05 Oktober 2009 Amanat Presiden RI pada Peringatan HUT TNI Ke-64, 05-10-09 Senin, 05 Oktober 2009 Â AMANAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN TNI KE-64 DI MABES TNI, CILANGKAP, JAKARTA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PEMERINTAH DAN GERAKAN ACEH MERDEKA PRESIDEN, Dalam rangka pelaksanaan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Wonosobo terletak antara 7 o 11 dan 7 o 36 Lintang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.190, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. Wilayah. Penataan. Penetapan. Perencanaan. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA

Lebih terperinci

KEMENHAN. Pembina Administrasi. Veteran. Dukungan.

KEMENHAN. Pembina Administrasi. Veteran. Dukungan. No.1085, 2014 KEMENHAN. Pembina Administrasi. Veteran. Dukungan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG DUKUNGAN KEPADA PEMBINA ADMINISTRASI VETERAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2012, No.190.

2012, No.190. 21 2012, 190 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN TANDA JASA DAN TANDA KEHORMATAN 2012, 190 22 DAFTAR LAMPIRAN A. BENTUK DAN JENIS

Lebih terperinci

berkualitas agar siap untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya pokok dan personil, materiil terutama alutsista, dan fasilitas yang

berkualitas agar siap untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya pokok dan personil, materiil terutama alutsista, dan fasilitas yang E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) 1. Pengembangan Integratif Terwujudnya postur TNI yang siap melaksanakan tugas pokok dan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1045, 2012 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Rencana Kerja. Tahun 2013. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PERTAHANAN NEGARA

Lebih terperinci

No.1086, 2014 KEMENHAN, Pemakaman. Veteran. Penyelenggaraan

No.1086, 2014 KEMENHAN, Pemakaman. Veteran. Penyelenggaraan No.1086, 2014 KEMENHAN, Pemakaman. Veteran. Penyelenggaraan PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMAKAMAN VETERAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk

Lebih terperinci

No.1121, 2014 KEMENHAN. Senjata Api. Pemeliharaan. Pedoman.

No.1121, 2014 KEMENHAN. Senjata Api. Pemeliharaan. Pedoman. No.1121, 2014 KEMENHAN. Senjata Api. Pemeliharaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMELIHARAAN SENJATA API DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.529, 2016 KEMHAN. Veteran. Tanda Kehormatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG TANDA KEHORMATAN VETERAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN 2010-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pertahanan negara merupakan salah satu fungsi

Lebih terperinci

SEJARAH DAN PENGARUH MILITER DALAM KEPEMIMPINAN DI INDONESIA

SEJARAH DAN PENGARUH MILITER DALAM KEPEMIMPINAN DI INDONESIA SEJARAH DAN PENGARUH MILITER DALAM KEPEMIMPINAN DI INDONESIA Latar belakang Sejarah awal terbentuknya bangsa Indonesia tidak lepas dari peran militer Terdapat dwi fungsi ABRI, yaitu : (1) menjaga keamanan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA 2012, No.86 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA 1. Latar Belakang.

Lebih terperinci

2 Ruang lingkup Penyelenggara Pelayanan Publik merupakan salah satu aspek penting yang perlu dijabarkan agar tidak menimbulkan kerancuan dalam penerap

2 Ruang lingkup Penyelenggara Pelayanan Publik merupakan salah satu aspek penting yang perlu dijabarkan agar tidak menimbulkan kerancuan dalam penerap TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 215) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Gerakan Dewan Banteng meledak pada tanggal 15 Februari 1958 dengan

BAB V KESIMPULAN. Gerakan Dewan Banteng meledak pada tanggal 15 Februari 1958 dengan BAB V KESIMPULAN Gerakan Dewan Banteng meledak pada tanggal 15 Februari 1958 dengan diumumkannya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) sebagai wujud protes atau koreksi Sumatera Tengah terhadap

Lebih terperinci

PERBAIKAN PENGHASILAN PENSIUN BAGI PARA PURNAWIRAWAN A.B.R.I. Peraturan Pemerintah Nomor: 34 Tahun 1968 Tanggal: 19 November 1968

PERBAIKAN PENGHASILAN PENSIUN BAGI PARA PURNAWIRAWAN A.B.R.I. Peraturan Pemerintah Nomor: 34 Tahun 1968 Tanggal: 19 November 1968 PERBAIKAN PENGHASILAN PENSIUN BAGI PARA PURNAWIRAWAN A.B.R.I. Peraturan Pemerintah Nomor: 34 Tahun 1968 Tanggal: 19 November 1968 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dianggap perlu untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950- BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-1959) sangat menarik untuk dikaji. Militer adalah organ yang penting yang dimiliki

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT I. PENDAHULUAN

LAPORAN SINGKAT I. PENDAHULUAN LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI (BIDANG : PERTAHANAN, LUAR NEGERI, TENTARA NASIONAL INDONESIA, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, DEWAN KETAHANAN NASIONAL, BADAN INTELIJEN NEGARA, LEMBAGA SANDI NEGARA, LEMBAGA

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. strategis guna menghadapi tantangan tugas ke depan. Sistem pertahanan negara

BAB I PENGANTAR. strategis guna menghadapi tantangan tugas ke depan. Sistem pertahanan negara 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Peran Koramil dalam proses pemberdayaan wilayah pertahanan sangat strategis guna menghadapi tantangan tugas ke depan. Sistem pertahanan negara Indonesia yang menganut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hadirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintahan

Lebih terperinci

BUPATI KETAPANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 1 TAHUN 2016

BUPATI KETAPANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 1 TAHUN 2016 BUPATI KETAPANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKARTA UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA NEGARA JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR- LESTE TENTANG AKTIFITAS KERJA SAMA DIBIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 34 TAHUN 1968 TENTANG PERBAIKAN PENGHASILAN PENSIUN BAGI PARA PURNAWIRAWAN ANGKATAN BERSENJATA. PRESIDEN, Menimbang : bahwa dianggap perlu untuk memperbaiki dan mengubah besarnya

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL Jakarta, 16 Oktober 2012 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA I. UMUM Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR VII/MPR/2000 TENTANG PERAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DAN PERAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa

Lebih terperinci

PRESENTASI DARI MENTERI PERTAHANAN RI DI GEDUNG DEPARTEMEN PERTAHANAN Senin, 04 Pebruari 2008

PRESENTASI DARI MENTERI PERTAHANAN RI DI GEDUNG DEPARTEMEN PERTAHANAN Senin, 04 Pebruari 2008 PRESENTASI DARI MENTERI PERTAHANAN RI DI GEDUNG DEPARTEMEN PERTAHANAN Senin, 04 Pebruari 2008 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PRESENTASI DARI MENTERI PERTAHANAN RI DI GEDUNG DEPARTEMEN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a. bahwa pertahanan negara

Lebih terperinci

MENILIK URGENSI PEMBENTUKAN BADAN SIBER NASIONAL: TINJAUAN DARI SATU SUDUT PERSPEKTIF AKADEMIK

MENILIK URGENSI PEMBENTUKAN BADAN SIBER NASIONAL: TINJAUAN DARI SATU SUDUT PERSPEKTIF AKADEMIK MENILIK URGENSI PEMBENTUKAN BADAN SIBER NASIONAL: TINJAUAN DARI SATU SUDUT PERSPEKTIF AKADEMIK Oleh: Mayor Laut (E) Ditya Farianto, M.T. 1 Menilik urgensi pembentukan Badan Siber (Cyber) Nasional (BSN/BCN)

Lebih terperinci