BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik Buaya dipilih sebagai tema dalam pembuatan karya seni grafis karena keunikan bentuk fisik dan beberapa sifat yang dimiliki olehnya. Bentuk buaya bisa dikatakan mirip dengan cicak dengan ukuran raksasa. Secara umum bentuk buaya memiliki moncong yang panjang, berbadan panjang dengan dilapisi sisik tanduk, memiliki empat kaki dan berekor. Keunikan bentuk fisik buaya meliputi bagian kepala yang pipih dan memanjang. Diujung kepalanya terdapat dua lobang hidung yang sedikit agak menonjol. Kedua mata buaya juga terletak pada sisi atas kepalanya. Hal tersebut dikatakan unik karena buaya dapat merendam seluruh tubuhnya kedalam air, tanpa mengganggu pernapasan dan penglihatannya. Selain itu, kedua rahang buaya dilengkapi sejumlah gigi yang ukurannya bisa bermacam-macam. Gigi tersebut tetap akan terlihat meski mulut buaya dalam keadaan mengatup. Tidak layaknya manusia, lidah buaya tidak dapat menjulur keluar, sebab lidah buaya menempel sepanjang mulutnya. Rasa kagum muncul ketika mendapatkan beberapa hal diatas tidak dimiliki oleh hewan lainnya. Beberapa sifat yang dimiiki buaya juga memberikan kesan tersendiri sehingga dapat menumbuhkan inspirasi untuk berkarya seni. Jika mendapatkan situasi yang berbahaya, induk buaya bisa memasukkan anaknya ke dalam mulut. Bukan untuk dimakan, tetapi supaya anaknya aman dari bahaya tersebut. Buaya merupakan hewan yang paling setia. Bahkan dia hanya akan kawin sekali dalam seumur hidupnya. Maka buaya dijadikan simbol dalam pernikahan adat betawi dengan adanya salah satu syarat bagi mempelai laki-laki untuk menyiapkan roti buaya di dalam pernikahan tersebut. Berdasarkan keunikan bentuk dan beberapa sifat buaya yang beragam diatas, penulis menangkapnya dalam bentuk ide, kemudian mengembangkan 18

2 keunikan tersebut dan menjadikannya tema dalam penciptaan karya seni grafis sebagai karya Tugas Akhir Tematik a. Pengertian Buaya Dalam sebuah situs bernama wikipedia menyebutkan bahwa pengertian buaya adalah sebagai berikut :... buaya adalah reptil bertubuh besar yang hidup di air. Secara ilmiah, buaya meliputi seluruh spesies anggota suku Crocodylidae, termasuk pula buaya sepit (Tomistoma schlegelii). Meski demikian nama ini dapat pula dikenakan secara longgar untuk menyebut buaya aligator, kaiman dan gavial; yakni kerabat-kerabat buaya yang berlainan suku. Dikenal pula beberapa nama daerah untuk menyebut buaya, seperti misalnya buhaya (Sd.); buhaya (bjn); baya atau bajul (Jw.); bicokok (Btw.), bekatak, atau buaya katak untuk menyebut buaya bertubuh kecil gemuk; senyulong, buaya jolong-jolong (Mly.), atau buaya julung-julung untuk menyebut buaya ikan; buaya pandan, yakni buaya yang berwarna kehijauan; buaya tembaga, buaya yang berwarna kuning kecoklatan; dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris buaya dikenal sebagai crocodile. Nama ini berasal dari penyebutan orang Yunani terhadap buaya yang mereka saksikan di Sungai Nil, krokodilos; kata bentukan yang berakar dari kata kroko, yang berarti batu kerikil, dan deilos yang berarti cacing atau orang. Mereka menyebutnya cacing bebatuan karena mengamati kebiasaan buaya berjemur di tepian sungai yang berbatu... ( b. Macam-macam Buaya Ordo Crocodilia dibagi dalam 3 famili: aligator (Alligatoridae), mencakup aligator sejati dan kaiman, buaya biasa (Crocodilidae) dan gavial (Gavialidae) yang hanya diwakili oleh satu spesies. Keseluruhannya ada 8 genus yang terdiri dari 21 spesies yang telah dikenal (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989:167). 1. Aligator Aligator, suatu kelompok buaya yang disebut sebagai sisa peninggalan zaman purba yang hanya mencakup dua spesies dengan sejumlah variates yang keseluruhannya lebih dari 30, yang termasuk

3 20 dalam ordo Crocodilia. Aligator berbeda dari buaya biasa berkar rumus dan letak gigi dan juga bentuk moncongnya, meskipun hal ini kurang bisa diandalkan. Pada aligator, deretan gigi pada rahang bawah tepat menancap di bagian dalam deretan rongga gigi rahang atas, sehingga hanya gigi atasnya yang tampak, ketika moncongnya tertutup. Sebaliknya kedua deretan gigi buaya biasa lazimnya terlihat pada saat mulutnya terkatup, dan semua giginya saling menangkup. Terutama gigi besar keempat dari depan sangat jelas mencuat, bahkan melampaui garis rahang atas, terletak tepat di belakang liang hidungnya (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989:167). 2. Kaiman Kaiman, sejenis buaya daerah tropis yang masih berkerabat dengan aligator dan termasuk ordo Crocodilia. Di luar pengertian ilmiah, kaiman biasanya secara keliru disebut aligator. Kaiman sebagai sebuah kelompok memang berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan buaya-buaya lainnya, meskipun memiliki ciriciri umum yang serupa. Ekornya yang kekar dapat dikibaskan ke samping kiri-kanan, hingga mendorongnya melaju di air dengan kecepatan tinggi. Punggungnya memiliki kulit yang keras dan yang diperkuat lagi dengan lempengan-lempengan tulang. Pada kerongkongannya terdapat sebuah katup dari daging yang dapat tertutup untuk memungkinkannya bernapas dengan ujung hidung yang menyembul di permukaan air. Lubang hidungnya juga berkatup luar dan matanya memiliki pelindung ganda berupa kelopak mata dan selaput jernih yang dapat digerakkan. Gigi rahang bawahnya dapat masuk tepat ke dalam celah rahang atasnya ketika moncongnya tertutup (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989: ). 3. Buaya Biasa Buaya biasa (Ing : Crocodiles), hewan yang bersama-sama dengan aligator, kaiman, dan gavial atau buaya sepit termasuk ordo

4 21 Crocodilia. Buaya biasa mencakup 13 spesies. Perbedaan buaya biasa dengan aligator dan kaiman terletak pada gigi keempat yang besar di rahang bawah. Gigi ini dapat masuk tepat ke dalam sebuah alur di bagian luar rahang atas, hingga masih dapat dilihat meskipun mulutnya tertutup. Lagi pula, gigi pada rahang atas dan bawah terletak kurang lebih serasi, hingga semua gigi rahang bawah saling menangkup dengan gigi rahang atas. Kedua tulang rusuk pada ruas pertama tulang belakang bagian leher terbuka lebar. Perisai atau sisik tulangnya biasanya terbatas pada bagian perut sampai ke bagian depan dadanya (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989: ). 4. Gavial India Gavial India (Gavialis gangeticus), jenis buaya yang berbeda dari semua buaya hidup lainnya oleh karena memiliki moncong yang luar biasa panjang, hingga menyerupai sebuah paruh. Panjangnya bisa mencapai enam kali lipat dibandingkan dengan lebarnya. Panjang gavial India dewasa bisa mencapai 6 m. Pada setiap sisi rahang atasnya terdapat 29 buah gigi dan pada setiap sisi bawahnya ada 26 buah gigi. Semua giginya berukuran hampir sama dan bahkan gigi rahang bawahnya yang keempat tidak secara nyata kelihatan lebih besar, seperti halnya pada aligator dan buaya biasa. Gigi keempat ini juga tidak secara tepat masuk ke dalam suatu celah atau lubang rahang atas. Ketika mulut gavial India ini tertutup, maka gigi itu pun saling menangkap satu sama lain dan mencuat ke luar pada suatu lekukan rahangnya (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989:176). Bagian belakang tengkoraknya menunjukkan beberapa perbedaan dengan buaya biasa. Kedua lubang pelipis gavial India ini berbentuk bundar dan berukuran sama dengan lubang mata. Oleh karena ciri ini dan ciri-ciri lainnya itulah maka sebagian dari para ilmuwan cenderung untuk berpendapat bahwa gavial India masih berkerabat dengan buaya laut yang sekarang sudah punah dari famili

5 22 Teleosauridae, yang hidup di Zaman Jura (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989:177). Bagian lain tubuh gavial India ini tidak terlalu berbeda dengan buaya-buaya lainnya. Sisik-sisik pada tengkuknya tidak terpisah tetapi justru berhubungan dengan sisik punggungnya, suatu ciri yang juga terdapat pada buaya sepit Sunda, meskipun buaya ini sebenarnya termasuk buaya biasa (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989:177). Imajinasi yang dituangkan pada karya seni grafis ini meliputi imajinasi dimana objek buaya dapat bermain gitar, dapat menjahit, dapat bermain tenis, dan masih banyak pemikiran, konsep dan fantasi yang membentuk perubahan wujud sesuai dengan ide penulis. c. Karakteristik Bentuk Buaya Crocodilia, ordo reptilia atau bangsa buaya yang memiliki kesesuaian untuk hidup dalam air tawar, laut, dan darat. Pertama kali reptilia ini muncul pada Zaman Trias, dan merupakan wakil satu-satunya kelompok Archosauria yang masih lestari. Pada semua anggota ordo ini, lubang hidung dan mata terletak pada sisi atas kepala, sehingga memungkinkannya merendam hampir seluruh badannya dalam air, tanpa mengganggu pernapasan dan penglihatannya. Rahangnya yang panjang dilengkapi dengan gigi berbentuk kerucut. Pada bagian luar, tubuhnya dilindungi oleh sisik tanduk yang bagian bawahnya dilapisi setidaktidaknya pada bagian punggung, oleh lempengan sisik tulang. Tungkai belakang lebih panjang daripada tungkai depannya. Jari-jemari kedua tungkai tersebut memiliki selaput jaringan, dan ekornya mengalami banyak penyesuaian sebagai alat pendorong dalam air (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989:165). Kepalanya yang pipih berujung pada suatu moncong yang lazimnya panjang. Kedua rahangnya dilengkapi sejumlah gigi yang ukurannya bisa bermacam-macam. Tengkoraknya memiliki lubang pelipis (foramen temporal) atas dan bawah yang jelas dan sama sekali tidak terdapat lubang

6 23 mata berbentuk buah cemara (foramen pineal). Selama hidupnya, gigi baru terus tumbuh dan menyingkirkan gigi yang lama dari rongganya. Lidahnya terlekat erat pada alas rongga mulut dan tidak bisa terjulur ke luar moncong. Lubang hidungnya sebelah dalam bermuara pada bagian belakang langit-langit (palatum), masuk ke dalam tenggorok. Pada bagian depan organ ini terdapat katup kulit yang bisa menutup lubang hidung tersebut dari rongga mulutnya. Dengan demikian hewan ini masih bisa bernapas, kendati mulutnya terbuka di dalam air, oleh sebab lubang hidung bagian luar terletak pada ujung moncong yang menyembul di permukaan air, pada saat hewan tersebut terendam dalam air. Matanya terletak pada bagian atas sisi kepalanya, dan telinganya, kebalikan dari semua reptilia lainnya, terlindung oleh suatu katup kulit sehingga tidak kemasukan air (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989:165). Punggungnya berlapiskan perisai-perisai tanduk yang kurang lebih persegi, yang tersusun dalam deretan melintang dan melajur yang agak teratur, dengan suatu perisai yang umumnya berukuran lebih besar di deretan tengah. Di bawah perisai tersebut terdapat lempengan kulit yang kuat, lebih kecil daripada sisik tanduk (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989:165). Tubuhnya berujung pada ekor berotot pipih yang menjalur panjang. Pada tepi permukaan ekor bagian atas, terdapat dua deretan tonjolan sisik yang menyatu menjadi deretan tunggah kira-kira pada pertengahan ekor (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989:165). Bagian perut buaya tertutup sisik tanduk persegi yang lebih kecil, yang tersusun dalam deretan melintang dan melajur, yang kurang lebih teratur (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989:165). 2. Konsepsi a. Simplifikasi Bentuk-bentuk objek pada karya penulis mengacu pada bentuk surealis. Penulis berusaha untuk membebaskan fikirannya dari bentuk realis kemudian menuangkan setiap bagian dari objek untuk menghasilkan bentuk

7 yang dirasakan penulis, dengan bentuk yang sederhana tanpa mengacu bentuk aslinya. Seperti pada bentuk kulit buaya yang tanpa sisik. b. Imajinasi Imajinasi yang dituangkan pada karya seni grafis ini meliputi imajinasi dimana objek buaya dapat bermain gitar, dapat menjahit, dapat bermain tenis, dan masih banyak pemikiran, konsep dan fantasi yang membentuk perubahan wujud sesuai dengan ide penulis. 24 c. Garis Di setiap karya penulis menggunakan garis nyata dan garis semu. Garis nyata berwarna hitam digunakan sebagai kontur pada bidang-bidang berwarna guna mendapatkan kesatuan karya. Sedangkan garis semu terjadi karena adanya pertemuan antara warna satu dengan warna lainnya. Garis juga digunakan untuk dapat menghasilkan tekstur ekpresi. d. Bidang Bentuk bidang yang digunakan terdiri dari bidang geometrik dan bidang organik. Bidang geometrik digunakan saat membuat bentuk bidang berupa lingkaran dan segi empat pada beberapa karya. Sedangkan bidang yang sering dimunculkan pada karya adalah bidang organik. Bidang ini digunakan untuk menghasilkan bentuk bebas dan tidak beraturan. e. Tekstur Tekstur pada karya merupakan kesatuan yang tidak boleh terpisahkan. Dalam karya ini tekstur yang digunakan adalah tekstur semu. Tekstur ini dihasilkan dari efek cetak saring, sehingga kekasaran raut bersifat kasar semu. Hasil cetakan ini akan menghasilkan tekstur kasar semu pada karya, atau lebih tepatnya tekstur ekpresi.

8 25 B. IMPLEMENTASI RUPA 1. Media Menciptakan karya seni merupakan wujud ekpresi dari suatu ide atau gagasan. Medium dibutuhkan dalam menciptakan karya seni yang memiliki kaidah, rasa, dan nilai estetik yang akan disampaikan kepada penghayat. Melalui teknik seni grafis cetak tinggi, penulis menggunakan medium tinta rubber di atas kertas. Penulis lebih memilih tinta rubber karena memiliki kepekatan yang maksimal dibanding dengan jenis tinta lainnya. Selain itu tinta rubber juga mudah didapat dengan harga yang terjangkau. Hal ini akan memudahkan dalam proses mencetak dan mendapatkan ketajaman warna yang diinginkan. Penulis menciptakan karya cetak saring menggunakan metode blok multi screen/kain kasa. Untuk mempercepat proses cetak, penulis menggunakan enam screen/kain kasa untuk enam warna pada setiap karyanya. Pewarnaan yang dilakukan adalah mencetak dari warna hitam untuk outline yang kemudian dilanjutkan pada lima warna lainnya. Selain menggunakan medium di atas, juga dibutuhkan kertas duplex glossy sebagai medium cetakan. Kertas ini dirasa yang paling tepat untuk pencetakan karena memiliki tekstur permukaan yang halus dan rata. Dalam hal tersebut juga dibutuhkan bahan seperti SCSP untuk afdruk klise, Kaporit + Kostic untuk menghapus klise, binder dan pigmen serta alat-alat seperti rakel, mangkuk, dan sendok. 2. Proses Pembuatan Karya Adapun proses lengkap pembuatan karya sebagai berikut : a. Penulis membuat sketsa pada kertas sebagai acuan. Sketsa ini hanya berupa outline dari gambaran karya yang nantinya akan diubah menjadi bentuk digital menggunakan aplikasi CorelDraw sebelum dilakukan pewarnaan.

9 26 b. Langkah kedua adalah pewarnaan sketsa. Pewarnaan sketsa dilakukan dengan aplikasi CorelDraw guna mempermudah dalam merumuskan konsep warna pada karya. c. Dari sketsa warna yang sudah jadi, dipisah bidang berdasarkan warna yang sudah ada. Bidang warna hitam dikelompokkan dengan yang hitam, begitu juga dengan warna lainnya. Dalam setiap karya ini terdapat enam bagian warna yang ada. d. Proses selanjutnya yaitu pembuatan klise. Dari masing-masing bidang warna yang dikelompokkan diatas kemudian di print ke kertas HVS seukuran dengan screen/kain kasa yang sudah disiapkan. Hasil print pada kertas HVS ini merupakan lembaran klise yang nantinya diafdruk pada screen/kain kasa. e. Setelah lembaran klise sudah didapat, maka proses selanjutnya adalah mengafdruk klise pada screen/kain kasa. Untuk mengafdruk klise pada screen/kain kasa dengan cara mengoleskan SCSP pada seluruh bagian screen dan dikeringkan di ruangan gelap atau tidak tembus cahaya dan teduh. Jika screen sudah kering, klise film dipasang dengan posisi terbalik pada permukaan screen. Kemudian dillakukan penyinaran selama sekitar 50 hingga 60 detik. Usai penyinaran, screen dibawa ke tempat teduh, lalu disemprot dengan air pada bagian desain klise yang dikehendaki. Screen kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari kurang lebih selama 15 menit. f. Langkah selanjutnya yaitu persiapan mencetak karya pada kertas Duplex Glossy. Sebelum mencetak, maka tinta rubber disiapkan dengan adonan warna yang sudah dikehendaki. Tinta rubber dicampur dengan pigmen dan binder guna mendapatkan warna yang sesuai keinginan.

10 27 g. Kemudian pada proses pencetakan. Kertas Duplex Glossy sebagai medium diletakkan pada meja dengan permukaan rata. Lalu screen dipasang di atas kertas tersebut. Cat dituangkan ke dalam screen kemudian disaput menggunakan rakel. Dalam proses mencetak penulis mendahulukan warna hitam atau bagian outline dari karya. Gunanya untuk mempermudah dalam mencetak warna-warna lainnya, karena sudah ada kontur dari bidang warna tersebut. Setelah warna outline dicetak, maka dilanjutkan pencetakan warna-warna lainnya hingga semua warna sudah tercetak pada medium. h. Proses terakhir adalah penjemuran kertas hasil cetakan tersebut. Karya yang sudah kering sudah siap untuk diberi pigura. 3. Penyajian Karya Pengertian penyajian sebuah karya rupa, berbeda dengan penyajian makalah dalam kegiatan seminar atau diskusi. Dalam konteks ini penulis mengerjakan pemberian bingkai yang sesuai, baik kesesuaian dengan ukuran maupun bentuk visual karya. Pertama, karena karya yang dibuat merupakan karya grafis, penulis memberikan pembuatan label dibawah karya. Label ini dimulai dari nomor cetakan, media yang digunakan, judul karya, nama pencipta, serta tahun pembuatannya. Selanjutnya karya dibingkai menggunakan pigura kaca. Penulis menggunakan pigura berwarna hitam dan dari bahan kayu. Warna hitam dipilih karena dapat digunakan sebagai penetralan sehingga karya terlihat lebih semarak, terkesan rapi dan indah. Kaca yang digunakan berupa kaca doff (non reflection) sehingga tidak mengkilap atau memantulkan sinar apabila terkena pantulan cahaya.

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis 1. Tema Karya yang di Angkat Penulis mengangkat bentuk visualisasi gaya renang indah ke dalam karya seni grafis karena berenang merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teori Penulis menjadikan burung hantu sebagai sumber tema dalam penciptaan karya seni karena burung hantu memiliki beragam

Lebih terperinci

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran.

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran. Proses Sumber Persiapan gagasan Sketsa Pengalaman Ide atau Gagasan Karya Pewarnaan Konsultasi BAB I I I Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN Media Teknik massa Pencetakan A. Implementasi Teoritik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Tikus termasuk dalam mamalia kecil, memiliki setidaknya 28 famili. Tikus dimasukkan dalam Ordo Rodentia yang artinya Hewan Pengerat. Ada sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik. yang berasal dari hasil pengalaman dan pengamatan lingkungan kemudian

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik. yang berasal dari hasil pengalaman dan pengamatan lingkungan kemudian BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Dalam menciptakan karya seni, seorang pencipta memperoleh ide berasal dari hasil pengalaman dan pengamatan lingkungan kemudian melalui proses

Lebih terperinci

BAB III IKAN LELE SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoristis

BAB III IKAN LELE SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoristis BAB III IKAN LELE SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teoristis Penulis mengangkat Ikan Lele sebagai tema dalam seni grafis, karena ikan lele adalah ikan air tawar yang memiliki bentuk

Lebih terperinci

Amfibi mempunyai ciri ciri sebagai berikut :

Amfibi mempunyai ciri ciri sebagai berikut : Amfibi merupakan kelompok hewan dengan fase hidup berlangsung di air dan di darat.,yang merupakan kelompok vertebrata yang pertama keluar dari kehidupan alam air. Amfibi mempunyai ciri ciri sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Kucing adalah hewan yang memiliki karakter yang unik dan menarik. Tingkah laku kucing yang ekspresif, dinamis, lincah, dan luwes menjadi daya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis Alasan penulis mengangkat momen keluarga sebagai sumber ide dalam penciptaan seni grafis, sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan YME yang telah memberi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN 39 A. Skema proses Berkarya BAB III METODE PENCIPTAAN PRA - IDE EKSTERNAL MELIHAT, MENGAMATI IDE (GAGASAN) INTERNAL : MEMORI KENANGAN PENGALAMAN STUDI PUSTAKA: BUKU, KORAN, INTERNET KONTEMPLASI (PERENUNGAN)

Lebih terperinci

A. Implementasi Teoritik

A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Lebah Madu adalah serangga kaya manfaat, dalam klasifikasi dunia binatang, lebah dimasukan dalam Ordo Hymenoptera yang artinya sayap bening.

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis 1. Tematik Kisah dongeng tentang Raja Arthur memiliki sesuatu yang membuat penulis memiliki sebuah pandangan tertentu yang membawa penulis untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis 1. Tematik Penciptaan ide pada karya seni diperoleh dari hasil pengalaman dan pengamatan disekitar. Melalui proses perenungan ditemukan

Lebih terperinci

1. DUGONG BUKAN PUTRI DUYUNG

1. DUGONG BUKAN PUTRI DUYUNG 1. DUGONG BUKAN PUTRI DUYUNG Istilah dugong sering dikacaukan dengan istilah lain seperti ikan duyung dan putri duyung. Dalam khasanah ilmiah, istilah dugong adalah satwa mamalia yang hidup di perairan

Lebih terperinci

BAB III. A. Implementasi Teoritis

BAB III. A. Implementasi Teoritis BAB III A. Implementasi Teoritis Penciptaan karya seni merupakan usaha untuk merealisasikan suatu keinginan, pikiran, perasaan dan sebuah harapan tertentu yang ada dalam batin seniman yang diwujudkan melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Gagasan atau ide merupakan hal yang harus dimiliki seorang pencipta karya seni dalam proses penciptaan karya seni. Subjektifitas dari seorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Ide dalam proses penciptaan karya seni dapat diperoleh dari hasil pengalaman pribadi maupun pengamatan lingkungan. Kemudian, melalui proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Pada dasarnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan pada umumnya ada tiga elemen dalam berkomunikasi yaitu pembicara, pendengar dan sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Berawal dari ketertarikan penulis terhadap para pemain dari film animasi Legend Of The Guardian yang tidak lain adalah burung hantu. Meskipun film ini berjenis

Lebih terperinci

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016 INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK DAN PEMULASARAN JENAZAH RUMAH SAKIT DR. KARIADI Jl. Dr. Sutomo No. 16 Semarang. Telp. (024) 8413993 PRO JUSTITIA VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016 Atas permintaan tertulis

Lebih terperinci

BAB III ANGSA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS TEKNIK CETAK SARING. A. Implementasi Teoritis

BAB III ANGSA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS TEKNIK CETAK SARING. A. Implementasi Teoritis BAB III ANGSA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS TEKNIK CETAK SARING A. Implementasi Teoritis Penulis mengangkat karya ini karena ketertarikan penulis terhadap kebiasaankebiasaan dalam

Lebih terperinci

JMSC Tingkat SD/MI2017

JMSC Tingkat SD/MI2017 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan cara menyilang (X)abjad jawaban pada lembar jawaban kerja yang disediakan. 1. Pada sore hari jika kita menghadap pada matahari, bayangan tubuh kita tampak lebih...

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

- Rakel dengan lebar sesuai kebutuhan. - Penggaris pendek atau busur mika untuk meratakan emulsi afdruk;

- Rakel dengan lebar sesuai kebutuhan. - Penggaris pendek atau busur mika untuk meratakan emulsi afdruk; CARA SABLON MANUAL ALAT DAN BAHAN CETAK SABLON Alat: - Meja sablon, selain digunakan untuk menyablon meja ini digunakan pada saat afdruk screen. Bagian utama meja adalah kaca (tebal 5 mm), lampu neon 2

Lebih terperinci

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud) Seni Rupa Bab 1 Pembelajaran Menggambar Flora, Fauna, dan Alam Benda Kompetensi Inti KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Tema kekerasan terhadap anak (child abuse) akan diwujudkan dalam suatu bentuk karya seni rupa. Perwujudan tema tersebut didukung dengan adanya

Lebih terperinci

Sablon MUDAH. Mendesain membuat. Kain Kertas Besi lastik. Kain Kertas Besi Plastik. Kain Kertas Besi Plastik. Kain Kertas Besi Plastik

Sablon MUDAH. Mendesain membuat. Kain Kertas Besi lastik. Kain Kertas Besi Plastik. Kain Kertas Besi Plastik. Kain Kertas Besi Plastik lastik MUDAH & Mendesain membuat Sablon Desa Sambirejo, Kec. Bringin, Kab. Semarang www.kampungbudaya.co.cc L angkah menya BLON 1. Menyiapkan bahan dan peralatan 2. Membuat Film Negatif (Gambar di kertas

Lebih terperinci

CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA

CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA BAB 1 CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA Tujuan Pembelajaran: 1) mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus hewan dengan lingkungannya; 2) mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN A. Riset Ide Kemunafikan merupakan salah satu fenomena dalam masyarakat, oleh karena itu riset idenya merupakan forming dari beberapa kasus yang terjadi di masyarakat berdasarkan

Lebih terperinci

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS SENI BUDAYA MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS Nama : Alfina Nurpiana Kelas : XII MIPA 3 SMAN 84 JAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Karya 1 1. Bentuk, yang merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata.

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Pada Hewan

Sistem Pencernaan Pada Hewan Sistem Pencernaan Pada Hewan Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada hewan

Lebih terperinci

BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoritis BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teoritis Penulis mengangkat karya yang bertemakan masa kanak-kanak dalam penciptaan karya seni grafis, karena masa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoririk 1. Tematik Suatu ide penciptaan karya seni dapat ditemukan dimana dan kapan saja, itu semua tergantung pada seniman itu sendiri. Salah satu penemuan itu

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI IKAN Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI Suatu usaha pengenalan dan deskripsi yang teliti serta tepat terhadap spesies, dan memberi

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN KARYA

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN KARYA 35 BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN KARYA Dalam proses pembuatan karya seni, konsep adalah hal terpenting yang menjadi acuan dalam berkarya, yang menjadi dasar sebuah pemikiran. Konsep dari karya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Tujuan kami menulis makalah ini ialah untuk menginformasikan lebih dalam mengenai karya seni rupa dua dimensi.

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Tujuan kami menulis makalah ini ialah untuk menginformasikan lebih dalam mengenai karya seni rupa dua dimensi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latar belakang kami menulis makalah ini ialah untuk menjelaskan karya seni rupa dua dimensi secara lebih rinci. Penjelasan karya seni rupa dua dimensi akan meliputi

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Ide atau gagasan Wajah merupakan bagian vital dalam anggota tubuh manusia yang tidak dapat disamakan fungsinya dengan anggota tubuh yang lain. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan dalam praktek pembelajaran dikelas V SD Negeri 3 Grabagan Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan dengan jumlah

Lebih terperinci

TAHAP. Kehidupan Reptilia. Meneroka Orbit Membongkar. Buku Sneak Peak! Menaakul

TAHAP. Kehidupan Reptilia. Meneroka Orbit Membongkar. Buku Sneak Peak! Menaakul TAHAP 1 Kehidupan Reptilia Meneroka Orbit Membongkar Buku Sneak Peak! Menaakul Kandungan Apakah reptilia?...6 Mengawal suhu badan...8 Sisik atau cangkerang...9 Lapisan telur...10 Apakah buaya?...12 Sifat

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA A. Implementasi Teoritis Mengamati anak-anak baik dalam kehidupan dirumah ataupun diluar rumah, memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa kecil

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA Tubuhmu memiliki bentuk tertentu. Tubuhmu memiliki rangka yang mendukung dan menjadikannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Gitar merupakan salah satu alat musik yang terkenal di dunia dan membawa keindahan kepada hidup manusia melalui nada-nada indah yang dihasilkannya. Dalam buku

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PROSES PENCIPTAAN. Dari definisi tentang proses penciptaan kreativitas terdapat tahapan-tahapan untuk

BAB III METODOLOGI DAN PROSES PENCIPTAAN. Dari definisi tentang proses penciptaan kreativitas terdapat tahapan-tahapan untuk BAB III METODOLOGI DAN PROSES PENCIPTAAN A. Kerangka Kerja Penciptaan Dari definisi tentang proses penciptaan kreativitas terdapat tahapan-tahapan untuk mewujudkan kreativitas, tahapan-tahapan proses penulis

Lebih terperinci

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d.

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. 1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. menegakkan tubuh 2. Tulang anggota gerak tubuh bagian atas dan bawah disebut.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Informasi Geografis 2.1.1. Pengertian dan Konsep Dasar Prahasta (2001) menyebutkan bahwa pengembangan sistem-sistem khusus yang dibuat untuk menangani masalah informasi

Lebih terperinci

Sistem Respirasi Pada Hewan

Sistem Respirasi Pada Hewan Sistem Respirasi Pada Hewan Alat respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat 02 dapat berdifusi masuk dan sebaliknya C02 dapat berdifusi keluar. Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Berikut adalah hasil karya Tugas Akhir Jessy Jasmine Fitria Program Studi Sarjana Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB dengan judul EKSPLORASI TEKNIK

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN 1. Tematik A. Implementasi Teoritis Kehidupan dunia anak-anak yang diangkat oleh penulis ke dalam karya Tugas Akhir seni lukis ini merupakan suatu ketertarikaan penulis terhadap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. daerah yang berlumpur dan pada ekosistem mangrove. Ikan gelodok hanya

TINJAUAN PUSTAKA. daerah yang berlumpur dan pada ekosistem mangrove. Ikan gelodok hanya 21 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Deskripsi Ikan Ikan gelodok adalah ikan yang hidup di habitat intertidal ditemukan di daerah yang berlumpur dan pada ekosistem mangrove. Ikan gelodok hanya ditemukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN Manusia membuat suatu karya seni dengan maksud dan tujuan yang berbeda beda, perkembangan karya seni dan penggunaannya sendiri tidak lepas dari perkembangan manusia. Karya seni

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENCIPTAAN. Dari definisi tentang proses penciptaan kreativitas terdapat tahapantahapan

BAB III METODOLOGI PENCIPTAAN. Dari definisi tentang proses penciptaan kreativitas terdapat tahapantahapan 48 BAB III METODOLOGI PENCIPTAAN A. Kerangka Kerja Penciptaan Dari definisi tentang proses penciptaan kreativitas terdapat tahapantahapan untuk mewujudkan kreativitas, tahapan-tahapan proses penulis dalam

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Siklus I)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Siklus I) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Siklus I) Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Negeri Karangasem 0 Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahun Alam Kelas /Semerter : IV / 1 Waktu : 4 X 3 Menit ( 2 x Pertemuan) I.

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI

ANATOMI DAN FISIOLOGI ANATOMI DAN FISIOLOGI Yoedhi S Fakar ANATOMI Ilmu yang mempelajari Susunan dan Bentuk Tubuh FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari alat atau jaringan

Lebih terperinci

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI Komponen Ya Dilakukan Tidak Pengertian Gerakan/sentuhan yang diberikan pada bayi setiap hari selama 15 menit, untuk memacu sistem sirkulasi bayi dan denyut

Lebih terperinci

TUGAS PRAKARYA: SABLON

TUGAS PRAKARYA: SABLON TUGAS PRAKARYA: SABLON Pengertian Sablon Kata sablon berasal dari bahasa Belanda yaitu schablon yang merupakan suatu teknik cetak-mencetak suatu desain grafis dengan menggunakan kain gasa atau biasa disebut

Lebih terperinci

1. Ciri Khusus pada Hewan

1. Ciri Khusus pada Hewan Makhluk hidup memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri yang membedakan beberapa makhluk hidup dengan makhluk hidup lain disebut ciri khusus. Ciri khusus tersebut berfungsi untuk mempertahankan hidup di dalam

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinilitas Topeng betawi adalah kedok yang di pakai dalam tari topong tunggal yang biasanya digunakan sebagai penggambaran tentang kehidupan masyarakat betawi melalui watak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 I. BENIH PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL BENIH DAN BIBIT TERNAK YANG AKAN DIKELUARKAN A. Semen Beku Sapi

Lebih terperinci

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN Kompetensi yang hendak dicapai: Siswa dapat memahami bagian tubuh manusia dan hewan, menjelaskan fungsinya, serta mampu mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di SD Cokrowati Kecamatan Todanan Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

TEKNIK DASAR CETAK SABLON

TEKNIK DASAR CETAK SABLON TEKNIK DASAR CETAK SABLON Noor Fitrihana, ST & Widihastuti, M.Pd widihastuti@uny.ac.id PENDAHULUAN Sablon (Screen Printing) merupakan salah satu teknik cetak yang cukup berkembang di masyarakat. Hampir

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN 28 BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Pemilihan Ide Pengkaryaan Bagan 3.1. Proses berkarya penulis 29 Seni adalah manifestasi atau perwujudan keindahan manusia yang diungkapkan melalui penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Pemberian layanan agar anak dapat tumbuh

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition

Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition David G. Itano 1 1 Pelagic Fisheries Research Programme, Honolulu, Hawaii Translation by

Lebih terperinci

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias 7.3 Cahaya Cahaya, apakah kamu tahu apa itu cahaya? Mengapa dengan adanya cahaya kita dapat melihat lingkungan sekitar kita? Cahaya Matahari yang begitu terang dapat membentuk pelangi setelah hujan berlalu?

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Penemuan ide berkarya diawali ketika penulis teringat sewaktu masih kecil yang pernah diceritakan oleh ibu, tentang kisah sosok Puteri yang cantik dari negeri

Lebih terperinci

BAB X ISOMETRIK. Otot-otot Wajah terdiri dari :

BAB X ISOMETRIK. Otot-otot Wajah terdiri dari : 116 BAB X ISOMETRIK Otot-otot Wajah terdiri dari : 1. Occopito Froratalis : otot-otot pada tulang dahi yang lebar yang berfungsi membentuk tengkorak kepala bagian belakang 2. Temporalis : otot-otot di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Kuda adalah hewan yang sangat berguna dalam keseharian sebagian besar manusia, baik itu tenaga, daging bahkan susunya, sejak dahulu memang kuda sudah diandalkan

Lebih terperinci

Kegiatan Semester 1. 3) Keriklah lendir (kambium) hingga bersih. 4) Keringkan dahan yang disayat selama 2-4 hari. Kegiatan Semester 1 1

Kegiatan Semester 1. 3) Keriklah lendir (kambium) hingga bersih. 4) Keringkan dahan yang disayat selama 2-4 hari. Kegiatan Semester 1 1 Kegiatan Semester 1 Pada awal setiap semester, kamu akan mendapatkan kegiatan semester. Di Semester 1 Kelas VI ini, kamu akan mempelajari perkembangbiakan makhluk hidup. Makhluk hidup berkembang biak untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN 26 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Proses berkesenian atau dalam hal ini adalah berkarya seni grafis tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan alam, karya grafis merupakan manifestasi

Lebih terperinci

LATIHAN PERNAFASAN. Pengantar

LATIHAN PERNAFASAN. Pengantar LATIHAN PERNAFASAN Pengantar 1. Teknik pernafasan: kembangkan perut pada saat menarik nafas dalam, dan kempiskan perut pada saat membuang nafas. 2. Sebaiknya bernafas melalui hidung. 3. Biarkan dada mengikuti

Lebih terperinci

I. Produk Sablon Kertas

I. Produk Sablon Kertas {jcomments on}sablon kertas adalah salah satu jenis ketrampilan cetak sablon, yang termasuk kedalam kelompok Cetak Sablon Basis Minyak, dengan memahami cetak sablon kertas maka akan sangat mudah untuk

Lebih terperinci

RPP KELAS KONTROL. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP KELAS KONTROL. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran LAMPIRAN RPP KELAS KONTROL Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Materi Pokok Kelas / Semester Alokasi Waktu : Ilmu Pengetahuan Alam : Kerangka Tubuh Manusia : IV / I : 3 x 35 menit Standar Kompetensi

Lebih terperinci

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis A. Pemilihan Ide Pengkaryaan BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Lingkungan Pribadi Ide Lingkungan Sekitar Kontemplasi Stimulasi Sketsa Karya Proses Berkarya Apresiasi karya Karya Seni Bagan 3.1 Proses

Lebih terperinci

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN

3.1. MATERI 1 - GAMBAR DAUN BAB 3: TANAMAN POHON Dalam proses belajar menggambar, umumnya dapat dimulai dengan belajar menggambar alam benda yang ada di sekitar kita dan yang paling dekat dan sering di temui adalah tanaman pohon,

Lebih terperinci

Pengertian sticker dan jenisnya

Pengertian sticker dan jenisnya 1 Prakarya dan Kewirausahaan 4 Pengertian sticker dan jenisnya A. Pengertian sticker Pengertian sticker adalah sejenis label yang dicetak pada sepotong kertas, plastik atau bahan lainnya dengan perekat

Lebih terperinci

Ayo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma

Ayo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1 Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma Peta Konsep Ciri khusus mahkluk hidup 1. Mencari makan 2. Kelangsungan hidup 3. Menghindari diri dari Hewan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA RINGKASAN Sablon getah pelepah pisang adalah sablon yang cat nya terbuat dari bahan dasar getah pelepah pisang yang kemudian di cetak di kaos berwarna putih polos. Keunggulan dari Sablon getah pelepah

Lebih terperinci

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan PANCA INDERA Pengelihatan 1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan (tembus cahaya) yang disebut

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN DUA DIMENSI NON PROJEKSI

MEDIA PEMBELAJARAN DUA DIMENSI NON PROJEKSI MEDIA PEMBELAJARAN DUA DIMENSI NON PROJEKSI Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga Fakultas Teknik UNY Email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Kompetensi yang ingin dicapai Menyebutkan macam-macam

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.2

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.2 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.2 1. Bagian mata yang berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke dalam mata adalah... Pupil

Lebih terperinci

Medium, Bahan, dan Teknik Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi

Medium, Bahan, dan Teknik Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi Medium, Bahan, dan Teknik Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi Anggota Kelompok : 1. 2. 3. 4. Alifiannisa A.W. (03) Nurul Khairiyah (23) Ulinnuha Mastuti H. (32) Yunita Dwi A. (33) X MIA 5 SMA Negeri 1 Mejayan

Lebih terperinci

Elemen Elemen Desain Grafis

Elemen Elemen Desain Grafis Elemen Elemen Desain Grafis Desain grafis sebagai seni dekat dengan apa yang kita sebut sebagai keindahan (estetika). Keindahan sebagai kebutuhan setiap orang, mengandung nilai nilai subyektivisme. Oleh

Lebih terperinci

BAB II AMFIBI, REPTIL & PENGETAHUAN ANAK-ANAK TENTANG AMFIBI DAN REPTIL

BAB II AMFIBI, REPTIL & PENGETAHUAN ANAK-ANAK TENTANG AMFIBI DAN REPTIL BAB II AMFIBI, REPTIL & PENGETAHUAN ANAK-ANAK TENTANG AMFIBI DAN REPTIL II.1 Klasifikasi Makhluk Hidup Klasifikasi makhluk hidup merupakan cara pengelompokan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri tertentu.

Lebih terperinci

BIOLOGI VERTEBRATA. Rizka Apriani Putri, M.Sc JURDIK BIOLOGI, FMIPA UNY Rizka Apriani Putri, M.Sc

BIOLOGI VERTEBRATA. Rizka Apriani Putri, M.Sc JURDIK BIOLOGI, FMIPA UNY Rizka Apriani Putri, M.Sc BIOLOGI VERTEBRATA JURDIK BIOLOGI, FMIPA UNY rizka_apriani@uny.ac.id 2016 Classis : Reptilia Mata Kuliah : BIOLOGI VERTEBRATA / FMIPA UNY rizka_apriani@uny.ac.id Reptilia : Terminologi Repere (Latin :

Lebih terperinci

BAB X PINTU DAN JENDELA

BAB X PINTU DAN JENDELA A. Pendahuluan BAB X PINTU DAN JENDELA Pintu dan jendela merupakan konstruksi yang dapat bergerak, bergeraknya pintu atau jendela dipengaruhi oleh peletakan/penempatan, efisiensi ruang dan fungsinya. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM Penyandang buta warna tentu memiliki sesuatu hal yang mempengaruhinya dalam proses pembuatan karya visualnya. Adler (seperti dikutip Damajanti,

Lebih terperinci

Pengertian 8/22/2015. Oleh Maria Etik Sulistiyani. Kerajinan

Pengertian 8/22/2015. Oleh Maria Etik Sulistiyani. Kerajinan Kerajinan dari Bahan Alam Oleh Maria Etik Sulistiyani Pembuatan Produk Kerajinan dari bahan alam Tanah Liat Serat Kayu Bambu Kulit Logam Batu Rotan Kemasan Produk Berdasarkan teknik, bahan, alat, dan prodesur

Lebih terperinci

JENIS_JENIS TIKUS HAMA

JENIS_JENIS TIKUS HAMA JENIS_JENIS TIKUS HAMA Beberapa ciri morfologi kualitatif, kuantitatif, dan habitat dari jenis tikus yang menjadi hama disajikan pada catatan di bawah ini: 1. Bandicota indica (wirok besar) Tekstur rambut

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM RESPIRASI PADA IKAN

MAKALAH SISTEM RESPIRASI PADA IKAN MAKALAH SISTEM RESPIRASI PADA IKAN OLEH : MUSTAIN FAKULTAS BUDIDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PERIKANAN PONTIANAK 2012 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup memerlukan

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Tinjauan Umum Kerbau Kerbau rawa memberikan kontribusi positif sebagai penghasil daging, terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air 3 5 m

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 02-6730.2-2002 Standar Nasional Indonesia Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar induk kodok lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok disusun

Lebih terperinci

BAB III PROSES BERKREASI BATIK GEOMETRIS. Banyak teknik yang digunakan para seniman untuk menunjang pembuatan

BAB III PROSES BERKREASI BATIK GEOMETRIS. Banyak teknik yang digunakan para seniman untuk menunjang pembuatan 31 BAB III PROSES BERKREASI BATIK GEOMETRIS A. Teknik Berkarya Seni Lukis dan Media Banyak teknik yang digunakan para seniman untuk menunjang pembuatan karyanya, begitu juga dalam seni lukis. Teknik dibedakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES (pra Rancangan Pabrik,kgrtas kgrajinan dari enceng gondok. BAB III PERANCANGAN PROSES Perancangan pabrik home industri ini menghasilkan produk kertas kerajinan yang siap dibuat untuk kerajinan yang unik.

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Waktu merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari rutinitas kehidupan manusia, tanpa waktu manusia akan sulit menjalankan kewajibannya. Waktu adalah

Lebih terperinci

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang 54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di peternakan merpati di area Komplek Alam Sinar Sari, Desa Sinarsari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini berlangsung selama bulan

Lebih terperinci

Syarat daun pisang yang digunakan :

Syarat daun pisang yang digunakan : Pengertian Samir adalah dekorasi pada hidangan khusus dengan menggunakan lipatan daun agar mendukung penampilan hidangan sehingga mempunyai nilai tersendiri dan memperindah hidangan tersebut. Syarat daun

Lebih terperinci