V. ANALISIS DAN SINTESIS
|
|
- Farida Johan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 33 V. ANALISIS DAN SINTESIS 5.1. Aspek Biofisik Topografi Kemiringan lahan memiliki pengaruh yang cukup kuat di dalam proses perencanaan tapak sehingga menjadi bahan pertimbangan utama dalam pengembangan tapak secara umum. Menurut Booth (1983) lereng diklasifikasikan menjadi 4 bagian sebagai berikut. 1. Datar (1-5%) Kondisi lereng seperti ini cocok digunakan untuk berbagai ruang dan fungsi eksterior. Lereng ini memiliki fleksibilitas maksimum untuk pengembangan serta dapat menampung berbagai elemen tapak yang masif seperti bangunan, lahan parkir, dan lapangan olah raga tanpa menimbulkan permasalahan lereng. 2. Berlereng (5-10%) Kondisi lereng seperti ini cocok digunakan untuk berbagai fungsi lahan walaupun kewaspadaan perlu dilakukan dalam penempatan elemen yang harus disesuaikan dengan arah dan orientasi lereng. Drainase pada umumnya baik, tetapi drainase yang tidak terkontrol dapat menimbulkan erosi. Lereng ini cocok untuk jalur jalan. 3. Bergelombang (10-15%) Kondisi lereng ini agak curam untuk berbagai penggunaan dan fungsi lahan. Kelandaian perlu dijaga untuk mencegah erosi. Semua elemen bangunan harus ditempatkan paralel terhadap kontur guna meminimalkan cut dan fill serta penyesuaian visual terhadap topografi. 4. Curam (>15%) Lereng di atas 15% terlalu curam untuk berbagai penggunaan dan fungsi lahan. Namun, adaptasi yang tepat dan sensitif terhadap lereng ini dapat menciptakan solusi arsitektural dan pemandangan yang menarik. Kondisi topografi pada tapak termasuk dalam kategori datar (1-5%), sehingga dapat dipastikan bahwa tapak ini memang cocok digunakan untuk berbagai ruang dan fungsi eksterior (dalam hal ini kaitannya dengan perancangan lanskap ruang terbuka).
2 Sistem Drainase dan Pengelolaan Sampah Tapak ini telah memiliki sistem drainase yang terletak di sekitar Jalan Kecubung dan Jalan Pakuan Indah. Berdasarkan hasil survei diperoleh data bahwa saluran air yang lancar hanya di sekitar 35% rumah penduduk. Sistem pengelolaan sampah pada tapak dilakukan oleh petugas kebersihan dari Pemkot Bogor dengan menggunakan truk sampah yang biasa datang sekali dalam seminggu (Tabel 1). Akan tetapi, jumlah tempat sampah di tapak ini amat minim dan biasanya hanya terdapat di depan rumah yang berada dalam kompleks perumahan saja. Sementara, warga yang bertempat tinggal di luar kompleks perumahan umumnya menggunakan kantong plastik sebagai pengganti tempat sampah baru kemudian dibuang ke tempat sampah di daerah kompleks perumahan dosen IPB agar ikut dibersihkan oleh petugas kebersihan Pemkot Bogor (Tabel 2). Tabel 1. Periode Pengambilan Sampah Periode Pengambilan Sampah Responden Jumlah % 1. Seminggu sekali Dua minggu sekali Tidak ada Tidak tahu 1 5 Total Tabel 2. Tempat Pembuangan Sampah Warga RT 01/08 Tempat Sampah Responden Jumlah % 1. Di dalam rumah Di pekarangan Di luar pekarangan Tidak ada tempat sampah 6 30 Total Tanah Jenis tanah pada tapak ini adalah Latosol Cokelat Kemerahan yang dapat dibuktikan dengan melihat Peta Tanah Semi Detil Daerah Parung-Depok-Bogor- Ciawi (Lampiran 8). Pada peta tersebut terdapat data yang menyebutkan bahwa daerah tapak memiliki tanah dengan nomor kode 22 yang berarti jenis tanahnya
3 35 adalah Latosol Cokelat Kemerahan. Tanah yang berbahan induk tuf andesit ini bereaksi sedang hingga sangat masam, di samping memiliki drainase sedang dan tekstur yang halus, tanah ini juga miskin akan basa-basa yang dapat dipertukarkan. Berdasarkan kelas kesesuaian wilayah, tanah jenis ini sangat sesuai untuk ditanami dengan tanaman semusim, tanaman tahunan, dan padi sawah (Lembaga Penelitian Tanah, 1979) Vegetasi dan Satwa Keadaan vegetasi pada tapak jika dilihat pada satu sisi (pintu masuk Jalan Kecubung atau pintu masuk Perumahan Dosen IPB LAMPIRI ), memang cukup tertata dengan baik walaupun masih kurang dalam hal perawatan. Akan tetapi, jika dilihat secara keseluruhan sebagai suatu kesatuan kawasan (dalam hal ini adalah RT), akan diperoleh banyak hal untuk dikritiki. Penggunaan tanaman Rhoeo discolor, Sansevieira sp., dan Durantha repens di tepi jalan pada Jalan Kecubung sebenarnya cukup bagus, tetapi belum mencerminkan satu kesatuan dengan kompleks Perumahan Dosen IPB LAMPIRI sehingga bagi orang awam masih ada kesan bahwa jalan ini terpisah dari kompleks Perumahan Dosen tersebut. Bahkan, pada pintu masuk kompleks Perumahan Dosen tersebut yang terlihat cukup mencolok adalah tanaman palempaleman. Jenis tanaman di pekarangan diklasifikasikan menjadi jenis tanaman hias dan nonhias. Contoh jenis tanaman nonhias, antara lain, pohon buah, tanaman sayur, bumbu, obat-obatan, umbi, tanaman industri, dan tanaman lain yang menunjukkan banyak fungsi untuk produksi di pekarangan. Vegetasi yang biasa ditemukan di pekarangan warga RT 01/08, antara lain: pohon buah (jambu, mangga, mengkudu, kedondong cina, mahkota dewa, markisa, kelapa), tanaman hias (euphorbia, sutra bombay, taiwan beauty, pisang hias, melati belanda, bougenville, aglaonema, kamboja), tanaman penutup tanah (lili paris, bawangbawangan, adam hawa, pandan, lidah mertua, jawer kotok, lidah buaya, Dieven bacchia, keladi, talas), perdu (teh-tehan, pangkas kuning), palem-paleman (palem merah, palem putri), dan kaktus. Data vegetasi ini diambil melalui survei langsung dan untuk lebih lengkapnya dapat dirujuk pada Lampiran 7.
4 36 Dahulu tapak ini didominasi oleh vegetasi karena merupakan daerah persawahan sehingga satwanya pun merupakan satwa yang biasa dijumpai pada kawasan persawahan umumnya. Namun, seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan fungsi lahan pada tapak sehingga daerah yang tadinya merupakan areal persawahan kini menjadi areal perumahan. Satwa yang biasa dijumpai di persawahan kini pun seakan ikut musnah dan menghilang terdorong oleh roda perubahan. Akan tetapi, pada titik-titik tertentu masih dapat terdengar suara kicauan burung. Berdasarkan frekuensi jenis tanaman pekarangan di tempat penelitian, dapat disimpulkan bahwa jumlah jenis tanaman hias terhadap jenis tanaman nonhias meningkat akibat adanya urbanisasi. Diasumsikan bahwa perubahan struktur vegetasi ini terjadi karena adanya perbaikan tingkat infrastruktur dan kondisi sosial ekonomi Aksesibilitas dan Sirkulasi Aksesibilitas menuju tapak cukup baik. RT 01/08 Kelurahan Baranangsiang bersinggungan langsung dengan Jalan Pakuan, yaitu jalan raya trayek Angkutan Perkotaan 06 jurusan Ramayana-Ciheuleut. Transportasi di wilayah Bogor, baik di dalam kota maupun antara kota dan kabupaten, dilayani oleh mobil-mobil kecil angkutan kota (disingkat "angkot"). Dengan semakin besarnya jumlah mobil angkutan kota, Bogor sering juga disebut sebagai "kota sejuta angkot" (Wikipedia Indonesia, 2007). Walaupun disebut kuldesak, pada salah satu sudut di ujung Jalan Kecubung terdapat sebuah jalan setapak yang menjadi sirkulasi utama warga RT 01/08 di kawasan Ciheuleut. Jalan setapak ini telah dilapisi oleh beton berkat salah satu program dari Kelurahan Baranangsiang serta partisipasi warga RT 01/08. Jalan ini tidak terlalu lebar sehingga meskipun kendaraan seperti sepeda dan motor masih dapat masuk, cukup menyulitkan ketika harus melewatinya. Selain itu, pada tepi jalan ini tidak terdapat saluran pembuangan seperti selokan/got. Vegetasi di sepanjang jalan pun amat jarang ditemui kecuali jika pengguna tapak melewati pekarangan rumah warga. Jarak antara pintu masuk Perumahan Dosen IPB LAMPIRI dan pintu masuk Jalan Kecubung sendiri hanya diselingi oleh dua buah rumah. Namun, bila
5 37 kita ingin berpindah dari kawasan yang satu menuju kawasan yang lain harus melalui jalan raya Jalan Pakuan atau memutar lewat jalan setapak di Kampung Ciheuleut. Jika kita memilih melalui pinggiran jalan raya, kita akan menapaki jalanan berbatu yang amat jarang vegetasinya. Jalan raya di depan pintu masuk Jalan Kecubung dan Perumahan Dosen IPB LAMPIRI itu merupakan jalan menurun ke arah utara sehingga jika hujan turun, air akan mengalir deras dari arah selatan menuju utara. Daerah permukiman sendiri terletak di dataran yang lebih tinggi. Walaupun pada daerah yang terdapat bangunan topografinya relatif datar, jalanan aspal di depan rumah warga Jalan Kecubung dan Jalan Pakuan Indah merupakan dataran yang menurun ke barat sehingga jika hujan turun, airnya pun mengalir deras dari timur ke barat dan bergabung menambah derasnya aliran air di jalan raya yang mengalir dari selatan ke utara (Lampiran 9). Oleh karena itu, sebaiknya pada kawasan tepi jalan raya ini ditanami dengan tanaman-tanaman dan dibuatkan saluran air yang tersambung antara Jalan Pakuan dan Jalan Kecubung dan Jalan Pakuan Indah untuk meminimalisirkan laju air hujan di Jalan Pakuan. Tepi kiri Jalan Pakuan Indah telah ditanami oleh sederetan pohon palem sehingga tampak menarik karena keseragamannya itu. Akan tetapi, pada tepi kanan jalannya tidak terlihat adanya pembatas antara jalan dan tepi jalan, melainkan terlihatnya pembagian jalan yang diaspal dengan tanah dan rerumputan. Kesatuan dan keseimbangan itu amat penting, oleh karenanya tepi kanan Jalan Pakuan Indah pun sebaiknya dirancang dan ditata agar dapat mencapai kesatuan dan keseimbangan yang dimaksud. Sementara itu, terdapat beberapa rumah yang terletak di sepanjang kanan Jalan Pakuan Indah yang tidak dihubungkan dengan jalur sirkulasi yang jelas dari jalanan aspal menuju ke rumah itu sehingga warga biasanya melintasi rerumputan atau jalanan tanah yang terjadi secara alami karena terlalu sering diinjak. Di tempat tersebut sebaiknya dibuat jalur jalan tersendiri agar jelas sirkulasinya Aspek Pekarangan Berdasarkan hasil survei, diperoleh data bahwa 60% rumah warga di tapak ini tidak berpekarangan. Walaupun demikian, ada sebagian warga yang
6 38 mengakalinya dengan menaruh pot-pot berisi tanaman di depan rumah atau digantung di teras depan rumah mereka. Selain itu, tidak ada ukuran serta bentuk pekarangan yang sama persis pada tapak ini. Berdasarkan hasil survei, sebanyak 55% warga setempat menyatakan bahwa lanskap yang cocok untuk pekarangan rumah di daerah RT 01/08 adalah yang sederhana (tidak rumit rancangannya, tidak mahal biaya pembuatannya, dan tidak menggunakan tanaman yang unik). Menurut Cherry dan Don (2007), tidak ada rumus yang baku dalam menata taman sehingga kita tak perlu takut bereksperimen. Bila pilihan dan perpaduan tanaman dianggap kurang cocok, kita dapat menukar posisi penanaman atau sekalian mengganti jenis tanamannya (Lampiran 10). Jika bentuk rumah tinggal tinggi atau bertingkat, pertimbangkan penggunaan tanaman berbatang tunggal dan dapat tumbuh tinggi sehingga tidak menghalangi pandangan tetapi mengisi kekosongan ruang Aspek Penghijauan Berdasarkan hasil survei, diperoleh data bahwa 95% dari total responden yang diambil secara simple random sampling dari warga setempat setuju dengan adanya perancangan lanskap ruang terbuka di RT 01/08. Alasan yang dikemukakan, antara lain, dengan adanya penghijauan lingkungan akan terasa lebih segar, sejuk, bersih, dan tidak membosankan. Sementara 5% lainnya tidak setuju karena khawatir tanaman-tanaman yang ada hanya akan dirusakkan oleh anak-anak saja. Wilayah permukiman dengan koefisien daerah bangunan (KDB) tinggi dianjurkan untuk ditanami dengan tanaman produktif di halaman-halaman terbatas yang sesuai dengan spesifikasi letaknya. Wilayah permukiman dengan KDB rendah sebaiknya ditanami dengan tanaman produktif atau tanaman lindung. Pada wilayah jalur jalan umum dianjurkan untuk menghijaukan area sekitarnya, yaitu di kanan dan kiri jalan Aspek Kebijakan Pengembangan Tata Ruang Provinsi Jawa Barat Dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat, terdapat beberapa
7 39 pokok kebijakan yang berpengaruh dan terkait langsung dengan Kota Bogor, yaitu sebagai berikut. 1) Kota Bogor diarahkan sebagai Kota Hierarkhi II A dengan kegiatan utamanya adalah permukiman dan perdagangan regional yang merupakan pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya. 2) Kota Bogor termasuk kota yang dilalui oleh pengembangan Jalan Tol Bogor - Sukabumi - Padalarang. 3) Jalur kereta api Bandung Cianjur Sukabumi Bogor Jakarta harus diaktifkan kembali. Kebijakan yang ada telah meletakkan Kota Bogor sebagai kota yang mempunyai kedudukan yang penting dan memiliki nilai strategis yang tinggi sehingga dalam pengembangannya sangat perlu diperhatikan batasan, potensi fisik dan lingkungannya, serta sosial budaya masyarakatnya seperti yang tercantum di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor Tahun Anggaran 1999/2000 (BAPPEDA Pemerintah Kota Bogor, 2000). Visi adalah cara pandang jauh ke depan atau suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan. Visi Kota Bogor seperti tercantum dalam Rencana Strategis Kota Bogor Tahun adalah Kota Jasa yang Nyaman dengan Masyarakat Madani dan Pemerintahan Amanah (BAPPEDA Pemerintah Kota Bogor, 2004). Visi tersebut mengandung makna sebagai berikut. 1) Kota Bogor akan diarahkan untuk menjadi suatu kota yang aktivitas masyarakatnya terutama bergerak di sektor jasa. Sebagai kota jasa, Kota Bogor harus menjadi suatu kota yang nyaman (bersih, indah, tertib, dan aman), serta berwawasan lingkungan sehingga di setiap sudut mana pun di Kota Bogor setiap orang dapat merasakan kenyamanan sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi ini ditandai oleh tingkat kebersihan kota yang tinggi dan tingkat pencemaran lingkungan yang rendah, serta tingkat pelanggaran terhadap peraturan yang rendah. 2) Masyarakat madani berarti bahwa masyarakat Kota Bogor harus memiliki derajat kualitas kehidupan yang tinggi baik dari segi keimanan, pendidikan
8 40 dan keterampilan, kesehatan, dan daya beli masyarakat, yang tercermin dari tingginya indeks pembangunan manusia (IPM). 3) Pemerintah yang amanah berarti kepemerintahan yang baik dan senantiasa mengacu pada kepentingan masyarakat. Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan sesuai visi yang ditetapkan agar tujuan organisasi dapat tercapai dan berhasil dengan baik. Misi Kota Bogor adalah sebagai berikut: 1) mengembangkan perekonomian masyarakat dengan titik berat pada jasa yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada; 2) mewujudkan kota yang bersih, indah, tertib, dan aman dengan sarana dan prasarana perkotaan yang memadai dan berwawasan lingkungan; 3) meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan berketerampilan; 4) mewujudkan pemerintahan kota yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi supremasi hukum. Misi yang kedua bertujuan meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana/prasarana transportasi, meningkatkan ketertiban, kelancaran, dan keselamatan lalu lintas sekaligus angkutan jalan, meningkatkan kebersihan kota, meningkatkan penataan ruang dan pertanahan, meningkatkan pengendalian pemanfaatan sumber daya air, meningkatkan kualitas lingkungan dan keindahan kota, meningkatkan kualitas sarana/prasarana lingkungan permukiman, meningkatkan perlindungan masyarakat dari bencana, serta meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat. Sasaran misi tersebut adalah tersedianya jaringan jalan yang memadai, menurunnya pelanggaran, kemacetan, dan kecelakaan lalu lintas sekaligus angkutan jalan, tercipta dan terpeliharanya kebersihan kota, terciptanya tata ruang yang sesuai dengan peruntukannya dan meningkatnya kepastian hukum atas kepemilikan tanah masyarakat, meningkatnya pengendalian sumber daya air dan irigasi, tercegahnya perusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup, tertatanya taman dan kawasan hijau terbuka, meningkatnya penerangan kota, meningkatnya kualitas lingkungan permukiman, tercegah dan tertanggulanginya bencana, menurunnya jumlah
9 41 pelanggaran keamanan/ketertiban umum, serta tertatanya pedagang kaki lima (PKL). Kebijakan yang dikeluarkan sehubungan dengan misi kedua itu adalah meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana/prasarana transportasi, meningkatkan kinerja pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan, meningkatkan kebersihan kota, memberdayakan sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, menerapkan rencana tata ruang secara utuh, menjaga kelestarian dan peningkatan kualitas lingkungan hidup dan keindahan kota, meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yang memenuhi syarat kesehatan, meningkatkan pemulihan masyarakat yang terkena bencana, serta menciptakan rasa tertib, aman dan nyaman di masyarakat. Program strategis dari misi kedua itu adalah pengembangan sarana dan prasarana transportasi, penataan lalu lintas dan angkutan jalan, peningkatan kebersihan, penataan pedagang kaki lima, dan peningkatan sarana dan prasarana lingkungan permukiman. Program dasarnya adalah penataan ruang dan pertanahan, pengelolaan sumber daya air dan irigasi, pengelolaan dan pengendalian pencemaran sumber daya alam dan lingkungan hidup, penataan taman dan penghijauan kota, peningkatan penerangan kota, penanggulangan bencana, dan peningkatan dan pemeliharaan keamanan dan ketertiban. Rencana perancangan lanskap ruang terbuka ini diharapkan dapat menunjang visi Kota Bogor, misi Kota Bogor (terutama misi kedua), visi Kelurahan Baranangsiang, dan visi RT 01/08 secara umum dengan salah satu pedomannya berupa kebijakan Pemerintah Kota Bogor. Kebijakan di dalam merencanakan dan merancang yang ditempuh harus berorientasi 1) menyerasikan pengembangan kegiatan pelayanan tapak yang dapat mengakomodasi dan mampu melayani penduduk yang tinggal di tapak tersebut dan wilayah sekitarnya; 2) meningkatkan pengelolaan sumber daya alam untuk perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan hidup; 3) meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan dengan pelibatan masyarakat secara efektif dalam setiap kegiatan pengembangan; 4) menata taman dan menghijaukan tapak.
VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
46 VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. Perencanaan Alokasi Ruang Konsep ruang diterjemahkan ke tapak dalam ruang-ruang yang lebih sempit (Tabel 3). Kemudian, ruang-ruang tersebut dialokasikan ke dalam
Lebih terperinciBAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi
BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek
Lebih terperinciBAB V ANALISIS SINTESIS
BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,
Lebih terperinciSKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A
i SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A34203053 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinci3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi
3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware
Lebih terperinciANALISIS DAN SINTESIS
55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan
Lebih terperinciANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai
Lebih terperinciBAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN
BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN 6.1. Struktur Peruntukan Lahan e t a P Gambar 6.1: Penggunaan lahan Desa Marabau 135 6.2. Intensitas Pemanfaatan Lahan a. Rencana Penataan Kawasan Perumahan Dalam
Lebih terperinciBAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa
BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari
Lebih terperinciKELURAHAN SELINDUNG BARU
Tabel II.21 Ruang Terbuka Hijau Kelurahan Selindung Baru N0. JENIS RTH LOKASI LUAS (M 2 ) 1. Pekarangan SMP 7 RT.01 10.000,0 2. Pekarangan Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan RT.01 4.771,0 3. Kuburan
Lebih terperinciBAB IV VISI DAN MISI
BAB IV VISI DAN MISI 4.1. VISI DAN MISI KOTA BOGOR Dalam penyusunan Visi dan Misi Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor tidak terlepas dari Visi dan Misi Kota Bogor, adapun Visi, Misi Kota Bogor adalah sebagai
Lebih terperinciVI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung
VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas
42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari di daerah perkotaan, seringkali muncul
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari di daerah perkotaan, seringkali muncul berbagai macam permasalahan. Permasalahan-permasalahan yang muncul berkembang tersebut disebabkan
Lebih terperinciKONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A
KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )
IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah kependudukan yang saat ini banyak dihadapi oleh banyak negara berkembang termasuk Indonesia adalah pertambahan penduduk yang relatif cepat.
Lebih terperinciBAB IV ANALISA TAPAK
BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,
Lebih terperinciBAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN
BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar
Lebih terperinciPERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A
PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi
Lebih terperinciPenjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV
Kelurahan/Desa : Caile Kota/kabupaten : Bulukumba NO Substansi 1 Apa Visi Spatial yang ada di dalam RPLP? Bagaimana terapan visi tersebut ke dalam Rencana Teknis Penataan Lingkungan Permukiman kita? Status
Lebih terperinciTERMINAL BIS KOTA BEKASI
LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TERMINAL BIS KOTA BEKASI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh : BUDI NUR ROCHMAN L2B 002 196 Periode
Lebih terperinciPERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN
PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciRENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL
RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan
Lebih terperinciBAB III ANALISA. Lokasi masjid
BAB III ANALISA 3.1. Analisa Tapak 3.1.1. Lokasi Lokasi : Berada dalam kawasan sivitas akademika Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang KDB : 20% KLB : 0.8 GSB : 10 m Tinggi Bangunan : 3 lantai
Lebih terperincialami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan.
23 1. Potensi Wisata Gunung Sulah Potensi wisata merupakan segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata baik alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Data Umum Jalur sepeda adalah jalur lalu lintas yang khusus diperuntukan bagi pengguna sepeda, dipisahkan dari lalu lintas kendaraan bermotor untuk meningkatkan keselamatan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan dalam memenuhi salah satu persyaratan teknis prasarana jalan. Saluran drainase jalan raya berfungsi
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.
Lebih terperinciII PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG
II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG A. Penataan Taman Kota Dalam Konteks Ruang Terbuka Hijau Pembangunan perkotaan, merupakan bagian dari pembangunan nasional, harus
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
127 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini merupakan akhir dari seluruh tahapan studi yang telah dilakukan. Bab ini berisi temuan dan kesimpulan studi yang menjelaskan secara umum mengenai ketersediaan
Lebih terperinciSTUDIO 3 PERENCANAAN & PENGEMBANGAN WILAYAH KELURAHAN GANDUS 1
STUDIO 3 PERENCANAAN & PENGEMBANGAN WILAYAH Raghanu Yudhaji 2014280001 Retno Kartika Sari 2014280003 Resty Juwita 2014280021 Antya Franika 2014280013 Aprido Pratama 2014280024 Khoirurozi Ramadhan G 2014280005
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga
19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.
Lebih terperinciIII METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.
III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI
BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI Keadaan sungai Deli yang sekarang sangat berbeda dengan keadaan sungai Deli yang dahulu. Dahulu, sungai ini menjadi primadona di tengah kota Medan karena sungai ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM
I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. TINJAUAN UMUM Sistem transportasi merupakan suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dayeuhkolot merupakan kawasan perkotaan di Kabupaten Bandung yang berada di sisi Sungai Citarum. Berdasarkan sejarah, Dayeuhkolot yang dalam bahasa sunda berarti kota
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN OBJEK
18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,
Lebih terperinciPEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B
PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-17-2004-B Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara sedang berhenti dengan pengemudi tidak meninggalkan kendaraannya (Direktorat Jendral
Lebih terperinciMATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK
HANDOUT PERKULIAHAN MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU PROF. Dr. H. MAMAN HILMAN, MPd, MT. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
Lebih terperinci3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS
3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau
BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di wilayah perkotaan. Salah satu aspek
Lebih terperinciPERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III
BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM
Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan dan pertumbuhan jumlah penduduk, industri dan perdagangan merupakan unsur utama dalam perkembangan kota Pematangsiantar. Keadaan ini juga
Lebih terperinciJENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN A. Ketampakan Lingkungan Alam dan Buatan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
Lebih terperinciALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEMACETAN Analisis Posisi dan Peran setiap Elemen dalam Pengolahan Horizontal
VII. ALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEMACETAN 7.1. Analisis Posisi dan Peran setiap Elemen dalam Pengolahan Horizontal 7.1.1. Analisis Posisi dan Peran setiap Elemen Faktor Analisis
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI PASAR LOKAL DI KECAMATAN CIKAMPEK
83 BAB IV ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI PASAR LOKAL DI KECAMATAN CIKAMPEK 4.1 Metode Pemilihan Alternatif Lokasi Pasar Lokal 4.1.1 Penentuan Titik Titik Permintaan (Demand Point) Titik permintaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir dan Pedestrian Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1996) yang menyatakan bahwa parkir adalah suatu
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(www.thefreedictionary.com/underpass;
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Underpass Underpass adalah tembusan di bawah sesuatu terutama bagian dari jalan atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(www.thefreedictionary.com/underpass; 2014). Beberapa
Lebih terperinciSite Site planning Site condition
ANALISIS TAPAK pengertian Site adalah suatu wilayah/bentang tempat suatu fasilitas/fungsi/bangunan akan dibangun. Site planning adalah suatu proses perencanaan tapak/site untuk mengolah tapak/bentang dan
Lebih terperinci5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG
Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 4.1. Deskripsi Lokasi Perumahan Taman Nirwana terletak di pinggir kota Klaten. Untuk mencapai lokasi dapat dilalui dengan kendaraan bermotor sedang,
Lebih terperinciBAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler
BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga
Lebih terperinciNOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya merupakan sarana transportasi darat yang membentuk jaringan transportasi untuk menghubungkan daerah-daerah, sehingga roda perekonomian dan pembangunan dapat
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA
BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting
BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting
Lebih terperinciMinggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI
1 Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI Membuat analisa pada tapak, mencakup orientasi matahari, lingkungan, sirkulasi dan entrance, kontur. Analisa Zoning, mencakup zona public, semi public dan private serta
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan
Lebih terperinciVI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET
42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,
Lebih terperinciBAB VI DATA DAN ANALISIS
BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai
Lebih terperinciPERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT
PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai
Lebih terperinciPENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado
PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado Windy J. Mononimbar Program Studi Arsitektur dan Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciAR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS
BAB 4 ANALISIS 4.1. Analisis Kondisi Fisik Tapak 4.1.1. Tinjauan Umum Kawasan Kawasan Kelurahan Lebak Siliwangi merupakan daerah yang diapit oleh dua buah jalan yaitu Jalan Cihampelas (di sebelah barat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERANCANGAN
4.1 ANALISIS LOKASI TAPAK BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Dalam perancangan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap penilaian atau evaluasi mulai dari kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standart peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi barang dan penumpang yang telah berkembang sangat dinamis serta berperan di dalam menunjang
Lebih terperinciBAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI
63 BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI 7.1 Dampak Ekologi Konversi lahan pertanian ke pemukiman sangat berdampak negatif terhadap ekologi. Secara ekologis, perubahan telah terjadi
Lebih terperinciTerdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:
Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada tempat tertentu yang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk kepentingan menurunkan penumpang/orang
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KAWASAN Tinjauan Kawasan Kebon Kacang Raya dan Kebon Kacang 30 3.1 Gambaran Kawasan Proyek Nama : Kawasan Kebon Kacang dan sekitarnya. Lokasi : Jl. Kebon Kacang Raya dan Jl.Kebon Kacang
Lebih terperinciPERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A
PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciIV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN
92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ruang merupakan kajian ilmu geografi yang meliputi seluruh aspek darat, laut maupun udara. Alasan mengapa ruang menjadi kajian dari geografi, karena ruang merupakan
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang juga dikenal sebagai Undang-Undang Otonomi Daerah mendorong setiap daerah untuk menggali
Lebih terperinciPENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN
PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA
I. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA Awal mulanya jalan hanya berupa jejak manusia dalam menjalani kehidupannya dan berinteraksi dengan manusia lain (jalan setapak). Baru setelah manusia menggunakan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang
BAB IV ANALISIS 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang Skema 1 : Organisasi ruang museum Keterkaitan atau hubungan ruang-ruang yang berada dalam perancangan museum kereta api Soreang dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN
BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN Rancangan Sekolah Luar Biasa tipe C yang direncanakan berlokasi di Kabupaten Klaten. Perencanaan suatu pembangunan haruslah mengkaji dari berbagai aspek-aspek
Lebih terperinciBAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. Kendaraan Rencana Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya. Dalam perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan rencana
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN
RANCANGAN LAMPIRAN I : PERATURAN BUPATI MAGETAN NOMOR : TANGGAL : INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN VISI : Terwujudnya kesejahteraan masyarakat Magetan yang adil, mandiri dan bermartabat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan
Lebih terperinciTahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam
Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Untuk penentuan prioritas kriteria dilakukan dengan memberikan penilaian atau bobot
Lebih terperincidi kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Persimpangan jalan adalah simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat, dimana arus kendaraan dari berbagai pendekat bertemu dan memencar meninggalkan
Lebih terperinciB A B 4 A N A L I S I S
B A B 4 A N A L I S I S Pada bab ini saya ingin melakukan analisis terhadap data yang sudah didapat dari studi kasus berdasarkan tiga teori pada bab sebelumnya. Pertama, saya ingin melihat hubungan keempat
Lebih terperinci2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinci