BAB I PENDAHULUAN. Pelacuran merupakan salah satu fenomena sosial dalam masyarakat yang sangat
|
|
- Yuliana Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelacuran merupakan salah satu fenomena sosial dalam masyarakat yang sangat kompleks, baik dari segi sebab-sebabnya, prosesnya maupun implikasi sosial yang ditimbulkannya. Pelacuran dengan berbagai versinya merupakan bisnis yang abadi sepanjang zaman. Karena disamping disebut sebagai profesi yang tertua, jasa pelacuran pada hakekatnya tetap dicari oleh anggota masyarakat yang tidak terpenuhi kebutuhan seksualnya. Pelacuran tidak terlepas dari gaya hidup seseorang. Gaya hidup mampu menjelaskan pandangan seseorang akan suatu hal seperti status sosial, serta berbagai corak baik lama maupun yang baru dalam sebuah budaya modern. Gaya hidup merupakan ciri dari sebuah dunia modern, bisa dikembangkan melalui pola perilaku manusianya itu sendiri atau dengan melalui benda serta orang lain. Gaya hidup mampu memahami (menjelaskan sesuatu tapi bukan berarti membenarkan) apa yang orang lakukan, mengapa mereka melakukannya, dan apa yang mereka lakukan bermakna bagi dirinya ataupun orang lain (Chaney. 1996:40). Masalah prostitusi adalah masalah struktural. Permasalahan mendasar yang terjadi dalam masyarakat adalah mereka masih memahami masalah prostitusi sebagai masalah moral. Mereka tidak menyadari persepsi moral ini akan mengakibatkan sikap "menyalahkan korban" yang ujungnya menjadikan korban semakin tertindas. Di antara alasan penting yang melatarbelakangi adalah kemiskinan yang sering bersifat struktural. Struktur kebijakan tidak memihak kepada kaum yang lemah sehingga yang miskin semakin miskin, sedangkan orang yang kaya semakin menumpuk harta kekayaannya.
2 Banyak budaya yang menyebabkan wanita akhirnya menjadi PPS (Perempuan Pekerja Seks). (Koentjoro 2004:45) menyebutkan bahwa dalam penelitiannya yang dilakukan di Indramayu, terdapat budaya yang menganggap bekerja sebagai PPS adalah baik dan justru mendapat dorongan orangtua dan keluarga. Bahkan, keluarga menyelenggarakan slametan agar anaknya mendapat banyak pelanggan dan dapat mengirimi uang untuk keluarga di rumah. Pada masa kerajaan-kerajaan Jawa perdagangan perempuan pada saat itu merupakan bagian pelengkap dari sistem pemerintahan feodal. Dua kerajaan yang sangat lama berkuasa di Jawa berdiri tahun 1755 ketika kerajaan Mataram terbagi menjadi Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Kekuasaan raja yang tidak terbatas ini juga tercermin dari banyaknya selir yang dimilikinya. Beberapa orang dari selir tersebut adalah putri bangsawan yang diserahkan kepada raja sebagai tanda kesetiaan. Sebagian lagi adalah persembahan dari kerajaan lain, dan ada juga selir yang berasal dari lingkungan masyarakat kelas bawah yang dijual atau diserahkan oleh keluarganya dengan maksud agar keluarga tersebut mempunyai keterkaitan dengan keluarga istana. Bentuk industri seks yang lebih terorganisir berkembang pesat pada periode penjajahan Belanda. Kondisi tersebut terlihat dengan adanya sistem perbudakan tradisional dan perseliran yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan pemuasan seks masyarakat Eropa. Umumnya aktifitas ini berkembang di daerah-daerah sekitar pelabuhan di Nusantara ini. Pemuasan seks untuk para serdadu, pedagang, dan para utusan menjadi isu utama dalam pembentukan budaya asing yang masuk ke Nusantara. Aktifitas pelacuran semakin meningkat secara drastis pada abad ke-19, terutama setelah diadakannya pembenahan hukum agraria pada tahun 1870, dimana pada masa saat itu perekonomian negara jajahan terbuka bagi para penanam modal swasta. Selama pembangunan
3 jalan kereta api yang menghubungkan kota-kota di Jawa seperti Batavia, Bogor, Cianjur, Bandung, Cilacap, Yogyakarta dan Surabaya pada tahun 1884, tak hanya aktivitas pelacuran saja yang timbul untuk melayani para pekerja bangunan di setiap kota yang dilalui kereta api, tetapi juga pembangunan tempat-tempat-tempat penginapan dan fasilitas lainnya meningkat bersamaan dengan meningkatnya aktifitas pembangunan konstruksi jalan kereta api. Oleh sebab itu dapat dimengerti mengapa banyak kompleks pelacuran tumbuh di sekitar stasiun kereta api hampir di setiap kota. Pada masa pendudukan Jepang, banyak perempuan dewasa dan anak-anak sekolah yang tertipu atau dipaksa memasuki dunia pelacuran. Bangsa Jepang menawarkan pendidikan dan kehidupan yang lebih baik di Tokyo atau kota-kota besar di Indonesia lainya kepada sejumlah pelajar perempuan. Banyak calon yang berparas menarik dan cerdas yang berasal dari keluarga kalangan atas untuk mencoba tawaran pihak pihak Jepang ini. Koentjoro (1989:3) mengidentifikasi 11 kabupaten di Jawa yang dalam sejarah terkenal sebagai pemasok perempuan untuk kerajaan; dan sampai sekarang daerah tersebut masih terkenal sebagai sumber wanita pelacur untuk daerah kota. Daerah-daerah tersebut adalah Kabupaten Indramayu, Karawang, dan Kuningan di Jawa Barat; Pati, Jepara, Grobogan dan Wonogiri di Jawa Tengah; serta Blitar, Malang, Banyuwangi dan Lamongan di Jawa Timur. Kecamatan Gabus Wetan di Indramayu terkenal sebagai sumber pelacur; dan menurut sejarah daerah ini merupakan salah satu sumber perempuan muda untuk dikirim ke istana Sultan Cirebon sebagai selir. Beberapa wanita pekerja seks komersial menikmati perannya sebagai wanita pekerja seks komersial. Wanita pekerja seks komersial dianggap sebagai pekerjaan yang menjanjikan karena dengan menjadi wanita pekerja seks komersial, uang dapat dengan mudah diperoleh sehingga kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi meskipun mereka mengalami konflik dalam dirinya.
4 Keluarga memberikan peluang bagi wanita untuk memainkan berbagai peran. Wanita pekerja seks komersial yang berkeluarga berperan sebagai istri bagi suami, ibu bagi anakanaknya, sebagai pengatur rumah tangga dalam keluarga, dan juga berperan sebagai wanita bekerja. Wanita pekerja seks komersial selalu mengalami konflik dalam dirinya, baik konflik kepentingan antara rasa membutuhkan uang dan perasaan berdosa, atau juga karena adanya perasaan tidak aman akan statusnya sosialnya sebagai pekerja seks komersial dalam masyarakat (Koentjoro 1996:50). Banyaknya resiko yang harus dihadapi juga dapat memicu munculnya konflik dalam diri wanita pekerja seks komersial. Resiko yang dihadapi wanita pekerja seks komersial berasal dari resiko fisik dan resiko seksual, maupun resiko sosial. Resiko fisik dan resiko seksual yang dihadapi wanita pekerja seks komersial antara lain berhubungan dengan resiko penularan penyakit infeksi menular seksual (selanjutnya disebut IMS) dan resiko kehamilan. Kehidupan seorang wanita pekerja seks komersial merupakan fenomena yang tidak dapat diterima sebagian kalangan masyarakat. Wanita pekerja seks komersial dipandang sebagai makhluk yang menyandang stereotip negatif dan dianggap tidak pantas menjadi bagian dari masyarakat. Masih sering ditemui bahwa bila suatu rumah tangga yang dalam keluarganya tersebut terdapat wanita pekerja seks komersial maka akan dijauhi dalam lingkungannya. Bahkan seperti dalam suatu acara di televisi mengisahkan bahwa ada seseorang wanita yang dulunya dipaksa menjadi wanita penghibur bagi tentara Jepang pada jaman dahulu, sampai sekarang sering diejek dan dikucilkan oleh masyarakat karena dia dianggap sebagai pelacur. (Annaregina diakses pada tanggal 1 Juni pukul Wib.) Koentjoro (1996:50) mengemukakan bahwa wanita pekerja seks komersial merasa tidak aman pada statusnya sebagai wanita pekerja seks komersial dan merasa khawatir apabila
5 statusnya diketahui masyarakat. Hutabarat (2004:76) dalam penelitiannya menemukan bahwa adanya keinginan untuk tidak diasingkan dari lingkungan menyebabkan wanita pekerja seks komersial menutupi status sebagai wanita pekerja seks komersial dengan berpura-pura menjadi anggota masyarakat biasa sehingga interaksi dengan lingkungan sekitar tetap terjaga. Fenomena prostitusi hingga kini masih menjadi masalah yang belum terselesaikan. Upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah, baik upaya preventif maupun upaya yang bersifat represif dan kuratif untuk menanggulangi masalah prostitusi belum menampakkan hasil maksimal hingga kini (Kartono, 2005:266). Belum adanya satu program terpadu dari pemerintah untuk mengatasi masalah prostitusi menyebabkan fenomena wanita pekerja seks komersial terus tumbuh dengan subur, yang dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah wanita pekerja seks komersial setiap tahunnya. Praktik prostitusi yang dilakukan secara terang-terangan hingga praktik prostitusi terselubung menambah jumlah wanita pekerja seks komersial di Indonesia. Salah satu contohnya ialah Dolly Dolly atau Gang Dolly adalah nama sebuah kawasan lokalisasi pelacuran yang terletak di daerah Jarak, Pasar Kembang, Kota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia., yaitu sebagai lokalisasi pelacuran yang terbesar di Asia Tenggara. Di kawasan lokalisasi ini, wanita penghibur "dipajang" di dalam ruangan berdinding kaca mirip etalase. Konon lokalisasi ini adalah yang terbesar di Asia Tenggara lebih besar dari Patpong di Bangkok, Thailand dan Geylang di Singapura. Bahkan pernah terjadi kontroversi untuk memasukkan Gang Dolly sebagai salah satu daerah tujuan wisata Surabaya bagi wisatawan mancanegara. Di Medan salah satu Lembaga yang fokus menangani Perempuan Pekerja Seks seperti P3M (Perempuan Peduli Pedila Medan) sangat concern atau memerhatikan nasib kaum perempuan pekerja seks. Ini terbukti dengan berbagai langkah bijak atau program-program
6 terpadu seperti penyuluhan atau sosialisasi kondom (Outreach Kondom), memberikan pelayanan klinik kesehatan fisik bagi perempuan pekerja seks, memberikan bimbingan konseling dalam membantu perempuan pekerja seks mampu menjalani interaksi dengan lingkungannya, dan pelatihan keterampilan bagi perempuan pekerja seks yang bertujuan untuk membantu perempuan pekerja seks lebih menyadari masih banyak pekerjaan yang halal diluar sana. Fokus saya dalam penelitian ini adalah Losmen Serasi Baru. Losmen ini merupakan salah satu losmen yang terdapat di Jalan Rupat, Medan yang menyediakan pelayanan pekerja seks perempuan sebanyak 26 pekerja seks perempuan kepada pekerja pasar terkhusunya, tukang becak. Hal ini yang membedakannya dengan losmen lainnya, Losmen Serasi Baru lebih melayani konsumen dari kelas menengah ke bawah, namun tidak menutup kemungkinan jikalau masyarakat kelas atas untuk memasuki Losmen Serasi Baru ini. Tarif yang ditawarkan kepada konsumen berkisar Rp Rp berdasarkan rentang waktu lamanya melakukan hubungan seks baik itu shorttime atau pun longtime. Selain itu, indikator menetapkan tarif tergantung usia perempuan pekerja seks atau pendekatan yang dilakukan oleh konsumen kepada perempuan pekerja seks. Semakin tinggi tarif yang disepakati antara kedua belah pihak berarti menunjukkan perempuan pekerja seks mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan keluarganya. Sebaliknya semakin rendah tarif yang disepakati, perempuan pekerja seks semakin menambah jam kerja untuk mencari pendapatan yang lebih, serta meningkatkan aktivitas pelayanan seksnya kepada konsumen lain. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah, maka penulis tertarik melihat kehidupan sosial ekonomi perempuan pekerja seks yang hasilnya akan dituangkan dalam penelitian berjudul Tinjauan Kehidupan Sosial Ekonomi Perempuan Pekerja Seks (PPS) Dampingan Perempuan Peduli Pedila Medan (P3M).
7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh penulis pada latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah bagaimana Tinjauan Kehidupan Sosial Ekonomi Perempuan Pekerja Seks (PPS) dampingan Perempuan Peduli Pedila Medan (P3M). 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi kehidupan sosial ekonomi perempuan pekerja seks (PPS) dampingan Perempuan Peduli Pedila Medan (P3M) dilokalisasi Losmen Serasi Baru Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah 1. Secara akademis, dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam menambah referensi dan kajian serta studi komparasi bagi peneliti atau mahasiswa yang tertarik terhadap penelitian yang berkaitan dengan kehidupan sosial ekonomi pekerja seks komersial. 2. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka membantu program-program yang dibuat pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat guna memberdayakan pekerja seks komersial agar berfungsi sosial kembali.
8 1.4 Sistematika Penulisan Penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan kajian penelitian terdahulu, menguraikan secara teoritis variabel-variabel yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tipe penelitian, pendekatan dan kedudukan penelitian, lokasi penelitian, unit analisis dan informan, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana penulis melakukan penelitian. BAB V : ANALISA DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya. BAB VI : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman modern seperti saat ini membawa masyarakat harus bisa beradaptasi dalam segala aspek kehidupan. Modernisasi pada dasarnya dapat membawa dampak positif dan negatif
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kontra dalam masyarakat. Prostitusi di sini bukanlah semata-mata merupakan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sekarang ini keberadaan wanita tuna susila atau sering disebut PSK merupakan fenomena yang tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human trafficking) merupakan fenomena yang. berkembang secara global dan merupakan dampak negatif dari semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan orang (human trafficking) merupakan fenomena yang berkembang secara global dan merupakan dampak negatif dari semakin berkembangnya peradaban masyarakat.
Lebih terperinciB A B 1 P E N D A H U L U A N. Perdagangan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan terjadi
B A B 1 P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Perdagangan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan terjadi hampir di seluruh belahan dunia ini, dan merupakan tindakan yang bertentangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prostitusi merupakan persoalan klasik dan kuno tetapi karena kebutuhan untuk menyelesaikannya, maka selalu menjadi relevan dengan setiap perkembangan manusia dimanapun.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai penanggulangannya, merupakan masalah yang sangat kompleks. Penularan HIV- AIDS saat ini tidak hanya terbatas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia akan bermanfaat bagi manusia tersebut. Kemajuan dunia informasi dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia yang sangat berkembang dan maju saat ini, membawa manusia untuk selalu mengikuti perkembangan dunia. Untuk mengikuti perkembangan dunia manusia harus mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kota Surabaya merupakan ibukota Provinsi Jawa Timur, tempat
BAB I PENGANTAR. Latar Belakang Kota Surabaya merupakan ibukota Provinsi Jawa Timur, tempat berpusatnya pemerintahan daerah, politik, perdagangan, industri, pendidikan, dan kebudayaan sehingga tidak mengherankan
Lebih terperinciBAB II SEJARAH MAKAM KEMBANG KUNING DAN FENOMENA PELACURAN
BAB II SEJARAH MAKAM KEMBANG KUNING DAN FENOMENA PELACURAN 2.1 Sejarah Makam Kembang Kuning Secara umum makam yang ada di Surabaya dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Pembagian dari makam ini berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelacuran adalah salah satu penyakit masyarakat yang sudah ada sejak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelacuran adalah salah satu penyakit masyarakat yang sudah ada sejak lama. Pelacuran selain sebagai perbuatan melanggar hukum, penyakit masyarakat, juga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena perilaku seks bebas di kalangan remaja mengakibatkan terjadinya kecenderungan meningkatnya pelaku seks pranikah, penderita HIV/AIDS, dan kasus Aborsi. Fenomena
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep dan strategi pembangunan kesehatan telah mengalami pergeseran, yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah berorientasi kepada
Lebih terperinciDINAMIKA KOGNISI SOSIAL PADA PELACUR TERHADAP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
DINAMIKA KOGNISI SOSIAL PADA PELACUR TERHADAP PENYAKIT MENULAR SEKSUAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : WENY KUSUMASTUTI
Lebih terperinciFaktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual
Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual a. Penyebab penyakit (agent) Penyakit menular seksual sangat bervariasi dapat berupa virus, parasit, bakteri, protozoa (Widyastuti, 2009).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial, yang berarti saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain. Di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial tersebut
Lebih terperinciBAB I. merupakan jenis pekerjaan yang setua umur manusia itu sendiri.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membicarakan pelacuran sama artinya membicarakan persoalan klasik dan kuno tetapi karena kebutuhan untuk menyelesaikannya maka selalu menjadi relevan dengan setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah mahkluk sosial, di manapun berada selalu terdapat penyimpangan-penyimpangan sosial yang dilakukan oleh anggotanya, baik yang dilakukan secara
Lebih terperinciA. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang handal guna mendukung pembangunan.
A. PENDAHULUAN a. Latar Balakang Pelaksanaan pembangunan di Indonesia sangat diperlukan dari semua pihak, tidak juga dalam investasi yang berjumlah besar tapi juga di perlukan ketersediaan sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang. Timur yang teridentifikasi menjadi wilayah terkonsentret HIV dan AIDS selain Malang
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Kabupaten Banyuwangi merupakan Kabupaten yang terletak diujung timur pulau jawa yang mempunyai nilai potensial dan sangat strategis karena berdekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan Restorasi Meiji di Jepang yang berdampak pada proses modernisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendudukan Jepang di Indonesia merupakan bagian dari rangkaian politik imperealismenya di Asia Tenggara. Kedatangannya di Indonesia merupakan bagian dalam usahanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, sehingga pembangunan tersebut harus mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia termasuk membangun generasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikucilkan dari kehidupan masyarakat. Penyimpangan dari norma norma
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemenuhan kebutuhan seks di luar lembaga perkawinan dianggap sebagai sebuah tindakan yang menyimpang dari nilai, aturan, dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Lebih terperinciBAB III PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 1999 SERTA LOKALISASI DOLLY
BAB III PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 1999 SERTA LOKALISASI DOLLY A. Perda Nomor 7 Tahun 1999 Prostitusi adalah suatu masalah sosial yang sulit untuk diatasi sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN , , ,793
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV dan AIDS pada saat ini merupakan salah satu permasalahan sosial yang ada di kalangan masyarakat luas. Peningkatan penyebaran HIV dan AIDS saat ini semakin mengkuatirkan.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PSK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DENGAN KONDOM DI OBYEK WISATA BANDUNGAN
KARAKTERISTIK PSK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DENGAN KONDOM DI OBYEK WISATA BANDUNGAN STIKES Aisyiyah Surakarta Latar Belakang: Tujuan: Metode: Hasil: Simpulan: Background: Objective:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang menyediakan tempat atau memudahkan terjadinya praktek prostitusi. Dalam
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Praktek prostitusi merupakan perbuatan yang merusak moral dan mental dan dapat menghancurkan keutuhan keluarga, namun dalam hukum positif sendiri tidak melarang pelaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19
Lebih terperinciPERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENUTUPAN GANG DOLLY OLEH TRI RISMAHARINI (WALIKOTA SURABAYA)
PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENUTUPAN GANG DOLLY OLEH TRI RISMAHARINI (WALIKOTA SURABAYA) SKRIPSI Diajukan sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Insidensi infeksi HIV-AIDS secara global cenderung semakin meningkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki posisi vital di tengah-tengah keluarga dengan segala fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman modern ini, keberadaan kaum waria seakan penuh dengan nilai-nilai negatif dalam pribadi seseorang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkotaan maupun di pedesaan. Eksisnya pasar tradisional di tengah-tengah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar tradisional merupakan salah satu institusi ekonomi yang penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini terlihat dari tetap eksisnya pasar tradisional baik di perkotaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu pasar mengalami evolusi bentuk tempat dan cara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar sebagai suatu bentuk pelayanan umum tempat terjadinya transaksi jual beli barang bagi masyarakat, merupakan salah satu cerminan perekonomian dan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi
Lebih terperinciMOTIVASI MELACURKAN DIRI PADA ANAK DI BAWAH UMUR
MOTIVASI MELACURKAN DIRI PADA ANAK DI BAWAH UMUR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : UMI SALIMATUL HUSNA F 100040109 Kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah perilaku yang menyimpang dari norma, selalu menjadi bahan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah perilaku yang menyimpang dari norma, selalu menjadi bahan yang menarik untuk menjadi bahan perbincangan, apalagi yang berhubungan dengan seksual, masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditemukan kasus-kasus baru yang muncul. Acquired Immuno Deficiency
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kasus HIV/AIDS di Indonesia saat ini tergolong tinggi. Banyak ditemukan kasus-kasus baru yang muncul. Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah sesuatu yang sangat sakral. Kesakralan itu berada dalam proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan menjalaninya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu negara yang maju dari benua Eropa. Republik Perancis saat ini adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan suatu hal yang dinantikan dalam kehidupan manusia karena melalui sebuah pernikahan dapat terbentuk satu keluarga yang akan dapat melanjutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Keunikan yang dimiliki Indonesia tak hanya merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau, namun juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bidang usaha pelayanan jasa. Sehingga menuntut adanya persaingan atas pelayanan jasa dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu strategi dalam usaha menarik para konsumen.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Merokok adalah suatu budaya yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok adalah suatu budaya yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Hampir seluruh lapisan masyarakat mengkonsumsi rokok, baik kaya, miskin, tua, muda, hampir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu
Lebih terperinciPERANAN DINAS KESEJAHTERAAN RAKYAT PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERANCANA DALAM UPAYA PENANGANAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL
PERANAN DINAS KESEJAHTERAAN RAKYAT PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERANCANA DALAM UPAYA PENANGANAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL (Studi di Kecamatan Banjarsari, Surakarta) Usulan Penelitian Untuk Skripsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Gambaran umum pernikahan usia dini di Jawa Barat menurut Kepala seksi advokasi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Santoso (dalam BKKBN) mengatakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Prostitusi mungkin terasa menyebalkan ketika kita akan membahas hal ini,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prostitusi mungkin terasa menyebalkan ketika kita akan membahas hal ini, karena dimasukan sebagai penyakit masyarakat yang enggan orang membahasnya, terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan system dan fungsi, serta proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Di masa lalu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafiking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia. Ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lagi dan diubah menjadi PMS (penyakit menular seksual) karena seiring dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kelamin (veneral diseases) merupakan suatu fenomena yang telah lama kita kenal seperti sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma venerum dan granuloma inguinal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. HIV/AIDS menjadi epidemik yang mengkhawatirkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV/AIDS menjadi epidemik yang mengkhawatirkan masyarakat dunia. Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun di seluruh bagian dunia terus meningkat meskipun
Lebih terperinciKERJASAMA INDONESIA END CHILD PROSTITUTION IN ASIAN TOURISM
KERJASAMA INDONESIA END CHILD PROSTITUTION IN ASIAN TOURISM ( ECPAT) DALAM MENANGANI MASALAH EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK (ESKA) DI SEKTOR PARIWISATA INDONESIA RESUME Disusun Oleh: Valentina Oki
Lebih terperinci3740 kasus AIDS. Dari jumlah kasus ini proporsi terbesar yaitu 40% kasus dialami oleh golongan usia muda yaitu tahun (Depkes RI 2006).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immuno-defiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak merupakan modal utama bagi suatu negara dalam mempersiapkan kondisi negara yang kuat, aman dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis, maupun
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Cirebon adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada dipesisir utara Jawa Barat dan termasuk ke dalam wilayah III (Cirebon,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masih terdapat banyak penyakit di dunia yang belum dapat diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan kesehatan yang sebelumnya
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kondisi sehat individu tidak bisa hanya dilihat dari kondisi fisik saja melainkan juga kondisi mental dan kondisi sosial. Dalam kasus anak-anak yang mengidap HIV/AIDS memperhatikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. kosmetik telah berkembang dari sekedar perubahan penampilan fisik. Sebelumnya,
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Semakin banyak orang Jepang baik tua, muda, wanita, dan pria menjalankan bedah kosmetik saat mereka tidak suka dengan apa yang mereka lihat di kaca. Makna bedah kosmetik
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. dengan data sekunder dari internet dan buku, diketahui bahwa persepsi. keputusan rasional yang terdiri dari enam langkah.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pengambilan keputusan penutupan Gang Dolly sebagai kebijakan yang dipilih oleh Risma dapat diterima oleh masyarakat Surabaya sebagai orang-orang yang terkena dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu wilayah baru dapat dikatakan sebagai negara apabila wilayah tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum, pengakuan dari negara lain, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS dapat diartikan sebagai kumpulan dari gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untukmemenuhi berbagai kebutuhan manusia tersebut dalam kehidupan seharihari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yaitu makhluk yang tidak dapat dipisahkan dari berbagai macam kebutuhan pokok terutama dari kebutuhan pokok yang dapat digunakan sebagai alat tukar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, Kementerian Pariwisata mempublikasikan bahwa industri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir, Kementerian Pariwisata mempublikasikan bahwa industri pariwisata selalu menempati urutan ke-4 atau ke-5 penghasil devisa bagi Negara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aspek perekonomian, jasa angkutan yang cukup serta memadai sangat diperlukan sebagai penunjang pembangunan ekonomi. Tanpa adanya transportasi sebagai
Lebih terperinci2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari seseorang
Lebih terperinciPROSES PELAYANAN SOSIAL BAGI WARIA MANTAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI YAYASAN SRIKANDI SEJATI JAKARTA TIMUR
PROSES PELAYANAN SOSIAL BAGI WARIA MANTAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI YAYASAN SRIKANDI SEJATI JAKARTA TIMUR Oleh: Chenia Ilma Kirana, Hery Wibowo, & Santoso Tri Raharjo Email: cheniaakirana@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prostitusi merupakan fenomena yang tiada habisnya. Meskipun telah dilakukan upaya untuk memberantasnya dengan menutup lokalisasi, seperti yang terjadi di lokalisasi
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. penelitian dilapangan yakni penulis menemukan bahwa praktek prostitusi memberi
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisa pada bab-bab sebelumnya, maka ada beberapa hal pokok yang dapat disimpulkan oleh penulis dengan berdasarkan pada temuan-temuan penelitian dilapangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi di masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa pendidikan seks perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum, hal ini telah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yaitu Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan mengaktualisasikan dirinya. Kesehatan juga berarti keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kaum marjinal digambarkan sebagai suatu kelompok sosial tertentu yang keberadaannya dianggap sebagai kelompok masyarakat yang memiliki status sosial paling rendah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang saat ini sedang dalam tahap tinggal landas dari negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang saat ini sedang dalam tahap tinggal landas dari negara berkembang menjadi negara maju. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mengubah
Lebih terperinciPerdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia
0 P a g e 1 Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia Perdagangan manusia (atau yang biasa disebut dalam udang-undang sebagai perdagangan orang) telah terjadi dalam periode yang lama dan bertumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan mesin-mesin yang digerakkan dengan tenaga uap. Orang-orang tidak dapat membantah dan menyangkal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serviks merupakan bagian penghubung vagina uterus. Kelenjar serviks berfungsi sebagai pelindung terhadap masuknya organisme lain yang bersifat parasit pada saluran vagina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia. Saat ini total populasi penduduk Tiongkok tahun 2015 kurang lebih 1,49 milyar jiwa. Jumlah populasi
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah HIV dan AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian yang sangat serius. Ini terlihat dari jumlah kasus AIDS yang dilaporkan setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat muslim semakin kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang dihadapi ataupun ditanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbelanja melalui internet (online shopping). Maraknya fenomena online
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, seluruh aspek dari kehidupan manusia jika dimanfaatkan dengan sunguh-sunguh akan dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Sejak beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Pribumi sangat tergantung pada politik yang dijalankan oleh pemerintah kolonial. Sebagai negara jajahan yang berfungsi sebagai daerah eksploitasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pramuwisata atau Pemandu Wisata (Tour Guide), karena sebuah perjalanan wisata
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sektor penentu suksesnya sebuah perjalanan wisata adalah Pramuwisata atau Pemandu Wisata (Tour Guide), karena sebuah perjalanan wisata tidak akan lengkap
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tudingan sumber permasalahan dalam upaya mengurangi praktek prostitusi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pekerja Seks Komersial Kaum perempuan sebagai penjaja seks komersial selalu menjadi objek dan tudingan sumber permasalahan dalam upaya mengurangi praktek prostitusi (Departemen
Lebih terperinciPERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK
PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK (Studi Kasus di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulia.manusia diciptakan sebaik-baik bentuk dan diberikan perlengkapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang paling mulia.manusia diciptakan sebaik-baik bentuk dan diberikan perlengkapan untuk bertahan hidup seperti otak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin ketat menuju kearah penguasaan pasar secara luas, Baik itu perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam perkembangan bisnis perusahaan sektor jasa, khususnya perhotelan pada sekarang ini menunjukkan adanya gejala persaingan yang semakin ketat menuju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi ciri khas Yogjakarta. Di Yogjakarta kurang lebih terdapat 116
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota pelajar merupakan image yang menjadi ciri khas Yogjakarta. Di Yogjakarta kurang lebih terdapat 116 perguruan tinggi yang tiap tahunnya menarik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia seringkali terjadi konflik yang tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia seringkali terjadi konflik yang tidak dapat dihindarkan dan sulit untuk diselesaikan. Umat manusia diberikan akal dan pikiran agar dapat memecahkan
Lebih terperinciBAB VII CATATAN REFLEKSI PENDAMPINGAN. yang melatarbelakanginya. Dari persoalan ekonomi, pendidikan, agama, budaya,
BAB VII CATATAN REFLEKSI PENDAMPINGAN A. Nikah Sirri: Problem yang Kompleks Praktik nikah sirri di Indonesia tidak terlepas dari rantai permasalahan yang melatarbelakanginya. Dari persoalan ekonomi, pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah suatu penyakit yang fatal. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus atau
Lebih terperinci