SISTEM PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN MASA PENDUDUKAN JEPANG DI AMBARAWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTEM PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN MASA PENDUDUKAN JEPANG DI AMBARAWA"

Transkripsi

1 SISTEM PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN MASA PENDUDUKAN JEPANG DI AMBARAWA Debby Ade Cahya Wijaya, Wahyu Purwiyastuti, Emy Wuryani FKIP Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Kristen Satya Wacana ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pendidikan dan pengajaran di Sekolah Rakyat masa pendudukan Jepang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah Jepang menerapkan kebijakan baru dalam pendidikan yang berbeda dengan pemerintahan sebelumnya (Belanda) yaitu penghapusan sistem diskriminasi dan dualisme dalam pendidikan. Salah satunya dengan menyeragamkan pendidikan di tingkat sekolah dasar menjadi satu jenis sekolah yang dinamakan Kokumin Gakko atau Sekolah Rakyat (SR). Di Ambarawa terdapat SR Kranggan dan SR Pasekan. Tujuan dan kurikulum pendidikan SR merupakan implementasi dalam mewujudkan cita-cita pembentukan lingkungan Asia Timur Raya. Perubahan dalam sistem pendidikan membawa dampak bagi anak-anak di Ambarawa karena meningkatnya minat belajar. Pelaksanaan pembelajaran berkaitan erat dengan pendidikan yang menekankan pada nilai kesetiaan dan ketaatan. SR merupakan lahan yang paling subur bagi pemerintah Jepang untuk menanamkan paham atau pengaruhnya melalui pengajaran, sehingga murid dapat dibentuk menjadi kader-kader untuk merealisasikan cita-cita Jepang atas Kemakmuran Asia Timur Raya. Kata kunci: Pendidikan, Sekolah Rakyat, Pendudukan Jepang PENDAHULUAN Pendudukan Jepang memberikan pengaruh terhadap kehidupan sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, serta pendidikan. Dalam bidang pendidikan, pemerintah Jepang mendayagunakan bidang ini untuk menanamkan pengaruhnya, seperti: pemerintahan Jepang sadar akan pentingnya peran kaum pemuda dalam menciptakan lingkungan baru dimana kepentingan Jepang akan akan terwujud apabila semangat itu tumbuh didalam jiwa setiap pemuda di Indonesia, salah saru sarana yang dipakai untuk mempengaruhi kaum muda ialah sarana pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan khusus. Yang dimaksud dengan pendidikan umum ialah, sekolah rakyat (Sekolah Dasar) dan sekolah menengah. Pendidikan khusus yang dimaksud adalah pelatihanpelatihan yang diadakan oleh Jepang (Sartono Kartodirdjo, Marwati Djoned Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, 2008:43). Pengadaan kembali pendidikan formal bagi anak-anak Indonesia khususnya pada jenjang Sekolah Dasar oleh pemerintah Jepang telah diatur dan ditetapkan dalam Undang-Undang No.12 dan Aturan tentang Sekolah (Kan Pō, 2603/1943, hal 12, 33). Salah satu ciri yang menonjol dalam penyelenggaraan pendidikan masa pemerintahan Jepang adalah dengan menghapuskan sistem diskriminasi dan dualisme dalam pendidikan yang menekankan perbedaan yang menyolok antara pendidikan di Masa Pemerintahan Belanda. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan ialah metode sejarah dalam bentuk deskriptif naratif. Metode sejarah terdiri dari empat langkah, yaitu heuristik, 78

2 Widya Sari Edisi Khusus Vol. 16, No. 3, Juni 2014: verifikasi (kritik), interpretasi, dan historiografi. Tahap pertama yaitu heuristik dalam tahap pertama ini dimaksudkan untuk mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang berkaitan dengan tema atau topik penulisan sehingga ditemukan sumber primer dan sumber sekunder. Kemudian tahap berikutnya adalah verifikasi atau kritik sumber, dari tahap nimaka penulis dapat mengetahui sejauh mana sumber sejarah itu dapat dipercaya dan bagaimana kualitas sumber sejarah tersebut. Tahap yang dilakukan selanjutnya adalah interpretasi yaitu menetapkan makna dan saling hubungan atau keterkaitan dari fakta-fakta yang telah diverifikasi. Dalam interpretasi, diusahakan penetili untuk bersikap objektif dan sedapat mungkin menghindari penelitian yang subjektif. Tahap yang ke empat dan merupakan tahap yang terakhir yakni historiografi, di dalam langkah ini penulis menampilkan fakta-fakta yang dapat dipercaya kedalam bentuk cerita sejarah sehingga mendapat gambaran secara kronologis atau sistematis mengenai proses penafsiran awal hingga akhir penelitian yang kemudian ditarik kesimpulannya. HASIL DAN PEMBAHASAN Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Rakyat Sekolah Rakyat merupakan lembaga pendidikan formal di tingkat sekolah dasar yang didirikan oleh pemerintahan Jepang tahun Pendidikan di tingkat Sekolah dasar ini diselengarakan dengan maksud untuk menanamkan jiwa Jepang dan membetuk kader atau generasi Indonesia yang pada akhirnya diharapkan akan membantu pemerintah Jepang dalam perang Asia Timur Raya untuk mencapai Kemenangan/Kemakmuran bersama Asia Timur Raya. Pendidikan Sekolah Rakyat mulai dibuka setelah beberapa bulan Jepang menguasai Indonesia. Pendidikan sekolah dasar, merupakan salah satu bagian yang banyak dimanfaatkan oleh pemerintahan militer Jepang sebagai sarana untuk mendoktrinasi massa. Melalui Oendang-Oendang No.12 yang dikeluarkan pada tanggal 22 April 1942, sekolah-sekolah pada masa pemerintahan Belanda tidak diijinkan dibuka selama pendudukan Jepang. Sekolah dasar pada masa pemerintahan Belanda seperti Volksshcool (Sekolah Desa), Sekolah Kelas Dua atau sekolah pribumi lengkap (Volledige Tweede Klas School), Hollands Inlandse School (HIS), Schakelschool di masa pendudukan Jepang semua berganti nama menjadi Sekolah Rakyat (Kan Pō, 2603/1943, hal 12, 33) Penyeragaman pendidikan (pengabungan sekolah-sekolah yang berbeda namun dalam jenjang pendidikan yang sama menjadi satu sekolah) yang dilakukan oleh pemerintah Jepang, mengidentifikasi bahwa diskriminasi telah dihapus atau dihilangkan dalam sistem pendidikan. Penyeragaman pendidikan juga difungsikan agar memudahkan dalam pengawasan sekolah-sekolah tersebut (Sartono Kartodirdjo, 1975:170). Dalam Osamu Seirei No.10 Bagian VIII Tentang mengoeroes dan mengawasi sekolah rak jat Pasal 27-32, di jelaskan: sekolah rakyat merupakan sekolah yang berada di bawah pengawasan Syuutyookan (Residen/gubernur)/Tokubetu Sityoo (Walikota istimewa) serta Sityoo (Walikota), Gaku-Ku (badan hukum dalam pendidikan di setiap daerah yang bentuk oleh Kentyoo dan diurus serta diawasi oleh Sontyoo, di dalam Gaku-Ku diangkat beberapa pegawai atas seijin Kentyoo, badan hukum ini dibentuk dengan maksud mengadakan pengawasan dan peninjauan sekolahsekolah rakyat yang dilakukan oleh Son 79

3 Sistem Pendidikan dan Pengajaran Masa Pendudukan Jepang di Ambarawa (Debby Ade CW, Wahyu Purwiyastuti, Emy Wuryani) atau beberapa Gaku_Ku di dalam Son tersebut, kecuali daerah Kooti) dan guruguru sekolah rakyat juga turut bertanggung jawab dalam kepengurusan sekolah rakyat. Untuk mengurus dan mengawasi sekolah rakyat, Gaku-Ku mengadakan Gaku-Ku Linkai (sidang pengurus Gaku-Ku) dan mengangkat Lin (pengurus) yang ditunjuk oleh Kutyoo, Kokumin Gakkootyoo dan Sontyoo yang bersangkutan di dalam Gaku-Ku tersebut. Pada Si juga diadakan Kyooiku Sinkoo Linkai (badan untuk memajukan pendidikan) yang bertugas memecahkan masalah-masalah pendidikan yang terjadi di daerah-daerah di bawah pemerintahan Si serta mengadakan usahausaha yang mengarah kepada kemajuan pendidikan rakyat. Penjelasan tersebut memberikan gambaran tentang bagaimana mengawasi dan mengurus pendidikan sekolah rakyat di setiap daerah-daerah dibawah Si (pemerintahan kota), yang tidak hanya guru-guru di sekolah rakyat tersebut yang bertanggung jawab untuk mengurus tetapi tidak terlepas juga dari pengawasan pemerintahan ditingkat Syuu (karesidenan) hingga Ku (desa) (Tjahaja, 9 Sigatu 2605/1945 kol 1) Pendidikan ditingkat sekolah dasar masa pendudukan Jepang ditempuh dalam kurun waktu 6 tahun. Undang-undang No.12 beserta aturan tentang sekolah (Sekolah Rakyat) menjelaskan bahwa pendidikan tingkat sekolah dasar mulai dibuka kembali pada tanggal 29 April 1942 terbagi menjadi 2 tipe (Kan Pō, No.Istimewa 2603/1943, hal 12, 33), yaitu a. Syotoo Kokumin Gakko (sekolah Pertama) yang setara dengan volks school atau sekolah desa masa pemerintahan Belanda, lama pendidikan 3 tahun. b. Kokumin Gakko (sekolah rakyat), yang setara dengan vervolg school (sekolah lanjutan), volledige tweede klas school (sekolah pribumi lengkap) masa pemerintahan Belanda, lama pendidikan 6 tahun. Setelah dikeluarkannya Osamu Seirei No.10 Bagian X Pasal 46-49, tingkat pendidikan atau susunan sekolah dasar yang terdapat 2 tipe yaitu sekolah pertama atau Syotoo Kokumin Gakko dan sekolah rakyat (Kokumin Gakko) dianggap Sekolah Rakyat yang terdiri dari 2 bagian (Tjahaja, 7 Sigatu 2605/1945 kol 5), meliputi: a. Bagian pertama sekolah rakyat disebut Syootoka. Pada jenjang sekolah rakyat yang disebut Syootoka (bagian pertama) ini merupakan sekolah tahap pertama atau setara dengan sekolah dasar pada pendidikan jaman sekarang yakni kelas 1 sampai kelas 3, Syootoka harus ditempuh untuk dapat melanjutkan ke sekolah rakyat dibagian kedua. b. Bagian kedua sekolah rakyat disebut Kootooka (bagian kedua). Setelah menyelesaikan pendidikan pada bagian pertama sekolah rakyat atau Syootoka maka dapat melanjutkan ke sekolah bagian kedua ini atau Kootooka. Kootooka merupakan sekolah lanjutan dari Syootoka yakni kelas 4 sampai kelas 6. Kesempatan belajar yang terbuka lebar bagi penduduk pribumi tanpa ada pembedaan status sosial dalam sistem persekolahannya serta didukung dengan biaya pendidikan yang relatif lebih murah dibandingkan dengan biaya pendidikan masa pemerintaan Belanda yang mengakibatkan jumlah muridnya meningkat, faktor lain yang mempengaruhi adalah adanya dorongan dari pemerintah. Kebijakan Jepang merangsang perhatian penduduk desa. Sadar akan suasana baru dibawah pemerintahan baru ini, dibawah tekanan kuat pimpinan desa, semakin banyak orang 80

4 Widya Sari Edisi Khusus Vol. 16, No. 3, Juni 2014: tua yang menyekolahkan anak-anak mereka (Aiko Kurasawa, 1993:362) Pada masa pemerintahan Jepang, guru sebagai pendidik memilki peran untuk melaksanakan propaganda karena memiliki kemampuan berpidato yang baik. Media propaganda dilingkungan sekolah salah satunya adalah nyanyian. Sebelumnya pemerintahan Jepang mengadakan latihan atau kursus guru-guru perwakilan dari Ken (kabupaten) dan Si (kotapraja) di seluruh Jawa dan Madura sebagai bentuk indoktrinasi. Penanaman ideologi tentang kemakmuran bersama Asia Timur Raya/Hakko Iciu. Konsepsi Hakko Iciu sangat penting diajarkan kepada guru, hal itu dikarenakan guru sebagai pendidik akan mengarahkan pemikiran muridnya ke dalam cita-cita tersebut. Di Ambarawa terdapat diantaranya dua sekolah rakyat yaitu Sekolah Rakyat Kranggan dan Sekolah Rakyat Pasekan. Gedung sekolah rakyat Kranggan dan Pasekan masih sangat sederhana, bangunan sekolahnya hanya terbuat dari gedhek atau dinding yang terbuat dari anyaman bambu dengan Pekarangan yang sangat luas (wawancara Kadinem, 05/10/2013 dan wawancara Djaman, 04/02/2014). Berdasarkan ketetapan dalam Osamu Seirei No.10 tahun 2605/1944 Bagian VII Tentang Kelengkapan Sekolah pasal (Tjahaja, 9 Shigatsu 2605/1945, kol 1), sekolah rakyat yang didirikan atau telah berdiri harus memenuhi kelengkapan penunjang untuk kegiatan belajar seperti pekarangan sekolah, alatalat sekolah dan tempat berolahraga. Semua kelengkapan tersebut dipergunakan untuk berbagai macam kegiatan: a. Menjalankan latihan keprajuritan b. Pendidikan rakyat c. Penjagaan daerah d. Penjagaan keamanan e. Usaha produksi f. Kesehatan atau untuk pekerjaan amal Sistem Pendidikan Sekolah Rakyat Landasan pendidikan masa pendudukan Jepang adalah Hakko Iciu (Kemakmuran bersama di Asia Timur Raya). Dalam pendidikan umum khususnya di tingkat sekolah dasar atau Sekolah rakyat oleh pemerintahan Jepang telah dirumuskan tujuan pendidikan yang sejalan dengan Hakko Iciu. Aturan-aturan dalam tujuan pendidikan sekolah rakyat dimuat dalam Osamu Seirei No. 10 Bagian 1 Pasal 1, sebagai berikut: Kokimin Gakko atau (Sekolah Rakjat) diadakan dengan Maksoed oentoek megadjarkan ilmoe pengetahoean oemoem, berdasarkan tjiita-tjiita pembentoekan lingkoengan Asia Timoer Raja serta oentoek memberi latihan dasar, agar rakjat menjadi rakjat negara baroe jang akan dibentoek di kemoedian hari. (Tjahaja, 7 Sigatu 2605) Tujuan pendidikan yang didirikan oleh pemerintahan Jepang tidak terlepas dari kepentingannya unuk memenuhi tenaga kerja serta tenaga militer. Inti dari pembelajaran tersebut akan membentuk murid mempunyai jiwa dan semangat Jepang (Nippon Seishin) termasuk bushido yaitu berbakti kepada pemerintahan Jepang (pemimpin) dan orang tuanya. Murid-murid siswa sekolah rakyat adalah anak-anak yang telah berumur genap 6 tahun ke atas. Pendaftaran murid sekolah rakyat (SR), dilakukan dengan cara: calon murid SR harus mendaftar terlebih dahulu ke sekolah seorang diri atau didampingi orang tua, kemudian calon murid akan dimintai keterangan mengenai data prbadi, setelah semua data-data sudah lengkap, secara resmi terdaftar 81

5 Sistem Pendidikan dan Pengajaran Masa Pendudukan Jepang di Ambarawa (Debby Ade CW, Wahyu Purwiyastuti, Emy Wuryani) menjadi murid SR. Dalam hal ini Di SR Pasekan agak berbeda, karena kecenderungan anak-anak di Desa Pasekan yang tidak mau bersekolah, oleh sebab Pendaftaran calon murid-murid sekolah rakyat dilakukan oleh Kepala Dusun/bekel (termasuk dalam pemerintahan Ku atau pemerintahan di tingkat kelurahan) setempat yakni dengan mendatangai rumah anakanak yang telah cukup umur untuk bersekolah (kira-kira berusia 6 tahun ke atas) dengan maksud memerintahkan anak tersebut untuk bersekolah (wawancara Djaman, 04/02/2014). Tekanan dari pemerintahan desa tersebut mengakibatkan anak-anak di desa tersebut menuruti apa yang telah diperintahkan kepala dusun yaitu bersekolah. Mayoritas murid-murid sekolah rakyat berasal dari Desa-desa di sekitar sekolah rakyat yang didirikan Keinginan Jepang untuk menyebarluaskan dan mengajarkan bahasa mereka kepada penduduk secara luas, dilakukan salah satunya dengan cara menjadikan bahasa Jepang sebagai mata pelajaran wajib dalam pendidikan sekolah. Kebijakan yang diambil pemerintah Jepang dimaksudkan agar murid-murid dapat memahami segala sesuatu atau semua yang terkait dengan Jepang (kehidupan, semangat dan kebudayaan Jepang). Pelajaran bahasa Jepang mulai diajarkan pada murid-murid sekolah rakyat di kelas 3 sampai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Di samping itu, mata pelajaran yang diajarkan adalah Bahasa Jawa, berhitung, Menulis, Pekerjaan tangan, Gerak badan (Taiso), seni suara/menyanyi, olahraga, menggambar, Budi pekerti, Sejarah, Ilmu bumi, Kebersihan dan Kesehatan, Badan Manusia, ilmu alam, Bahasa Nippon/Jepang, bahasa melayu dan beris-berbaris. Penerbitan buku-buku sekolah oleh Kantor pengajaran berada dalam pengawasan pemerintahan militer pusat atau Gunseikanbu karena hanya buku terbitan Gunseikanbu dipakai sebagai buku pelajaran resmi sekolah-sekolah pada waktu itu, hal ini ditujukan dalam Upaya untuk menyediakan buku-buku pelajaran sebagai penunjang dalam kegiatan belajar mengajar agar selaras dengan kurikulum yang ditetapkan pemerintahan Jepang. (Tjahaja, 7 Sigatu 2605/1945 kol 5). Kegiatan belajar mengajar di Sekolah Rakyat Kranggan berlangsung dari pukul dan di Sekolah Rakyat Pasekan dimulai pukul Kegiatan pembelajaran diawali dengan upacara yang dilakukan setiap hari dengan mengibarkan bendera Kokki atau bendera kebangsaan Jepang. Pengibaran bendera Kokki di iringi dengan lagu kebangsaan Jepang Kimigayo, sebagai satu rangkaian dari upacara, murid-murid sekolah rakyat Pasekan mengucapkan sumpah setia terhadap kaisar Jepang, yang berbunyi: Warera wa Sin Jawa no Gakko to nari (kulo sedoyo dados murid ting Jawa baru/kami semua menjadi siswa sekolah Jawa baru), Dai Toa sensoo ni manabi (kulo sedoyo sinau kagem menang utawi jaya/kami belajar untuk kemenangan atau kejayaan (Asia Timur Raya) yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan gerak badan atau taiso. Awal pembelajaran dibuka dengan terlebih dahulu guru melakukan roll Call atau absensi. Selanjutnya, guru memberi perintah kepada murid-muridnya untuk mengambil sikap duduk yang tegak dan mengkondisikan kelas agar tenang, dengan memejamkan mata guru dan murid mengheningkan cipta dengan mengucapkan kalimat berbahasa Jepang secara bersama-sama. (wawancara Kadinem, 22/01/2014 dan wawancara Djaman, 04/02/2014). Kewajiban yang tidak luput diterapkan oleh pemerintah Jepang kepada 82

6 Widya Sari Edisi Khusus Vol. 16, No. 3, Juni 2014: murid-murid sekolah adalah menanam, merawat dan memanen pohon jarak, menurut kadinem, sebagai bagian dari pembelajaran, menanam jarak merupakan suatu kewajiban bagi murid-murid sekolah sehingga setiap 1 kali dalam seminggu murid sekolah rakyat Kranggan diwajibkan mengumpulkan bidji jarak yang berada di pinggir-pinggir jalan dan disekitar kompleks sekolah dibawah pengawasan guru. Akhir tahun pengajaran, muridmurid sekolah rakyat Kranggan dan Pasekan menerima raport atau hasil belajar selama satu tahun mereka belajar (baik di kelas 1, 2, 3) yang mencakup nilai akademik (ilmu pengetahuan/kepandaian) dan non akdemik (kelakuan) (wawancara Sukesi, 25/01/2014 dan wawancara Djaman, 04/02/2014). Menjelang akhir kependudukan, kegembiraan dan minat terhadap pendidikan harus dihentikan akibat tekanan ekonomi dan murid-murid mulai drop out (Aiko Kurasawa, 1993:362). Keadaan yang semakin sulit memaksa murid-murid sekolah turun tangan untuk membantu orang tunya di sawah sehingga mereka terpaksa harus mengorbankan pendidikannya untuk dapat membantu orang tuanya demi memenuhi kepentingan akan wajib serah padi kepada Jepang (wawancara Karmi, 05/022014). SIMPULAN Pemerintahan Jepang merombak secara total sistem pendidikan dengan menerapkan kebijakan yang baru dan sesuai dengan tujuan propaganda Jepang di Indonesia. Diskriminasi dan dualisme pendidikan dihapus atau dihilangkan. Formasi dan sistem pendidikan di sekolah yang baru menimbulkan antusiasme belajar yang sangat baik bagi anak-anak di Ambarawa. Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang telah dirancang sebagai bagian dalam pelaksanaan konsepsi Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Tujuan pendidikan di sekolah rakyat merupakan realisasi Hakko Iciu yaitu mengajarkan ilmu pengetahuan berdasarkan cita-cita pembentukan lingkungan Asia Timur Raya. DAFTAR PUSTAKA BUKU Kurasawa, Aiko Mobilisasi Dan Kontrol: Studi Tentang Perubahan Sosial di Pedesaan Jawa Jakarta: PT Grasindo Sartono Kartodirdjo, Marwati Djoned Poesponegoro, Nugroho Notosusanto Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI: Jaman Jepang dan Jaman Republik Indonesia ( edisi pemuktahiran). Jakarta: Balai pustaka. KORAN DAN MAJALAH Kan Po, No.Istimewa tanggal 3 Boelan 3 Syowa 13 (2603/1943), hal 12,13 Tjahaja, No.84 Sabtu 7 Shigatsu 2605 kol 5 Tjahaja, No.85 Senin 9 Shigatsu 2605 kol 1 WAWANCARA Wawancara Kadinem, 05/10/2013 di Panjang Lor Ambarawa, 22/01/2014 di Panjang Lor Ambarawa Wawancara Sukesi, 25/01/2014 di Panjang Lor Ambarawa Wawancara Djaman, 04/02/2014 di Tambak Selo Kelurahan Pasekan Kec. Ambarawa Wawancara Karmi, 04/02/2014 di Tambak Selo Kelurahan Pasekan Kec. Ambarawa 83

BAB V PENUTUP. Penyeragaman pada tingkat atau jenjang pendidikan dilaksanakan secara

BAB V PENUTUP. Penyeragaman pada tingkat atau jenjang pendidikan dilaksanakan secara BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan pembahasan tulisan ini dapat diketahui bahwa masa pemerintahan Jepang tahun 1942-1945 memberikan pengaruh dan perubahan terutama dalam bidang pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan satu dari sekian bangsa yang pernah mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa yang dijajah bangsa lain.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu dari permasalahan yang telah dirumuskan maka bentuk dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Rakyat. Jepang dalam perang Asia Timur Raya untuk mencapai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Rakyat. Jepang dalam perang Asia Timur Raya untuk mencapai BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Rakyat Sekolah Rakyat merupakan lembaga pendidikan formal di tingkat sekolah dasar yang didirikan oleh pemerintahan Jepang tahun

Lebih terperinci

Judul : Beikoku kouri kumiai pada masa pendudukan Jepang di Surakarta Kochi tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Judul : Beikoku kouri kumiai pada masa pendudukan Jepang di Surakarta Kochi tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Judul : Beikoku kouri kumiai pada masa pendudukan Jepang di Surakarta Kochi tahun 1942-1945 Nama : Iwan Haryanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat Jepang menguasai Indonesia yang bermula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jepang-pun dapat dengan mudah masuk ke wilayah Indonesia. Jepang datang ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jepang-pun dapat dengan mudah masuk ke wilayah Indonesia. Jepang datang ke 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedatangan bangsa Eropa ke bumi Nusantara pada mulanya sekedar mencari rempah-rempah. tetapi, keuntungan yang berlipat ganda membuat mereka menjadi buta dan lupa diri.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa

BAB III METODOLOGI. Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa BAB III METODOLOGI A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa Pendudukan Jepang Tahun 1942-1945 mengambil lokasi di Salatiga. B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pendidikan Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di

BAB V PENUTUP. pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di 118 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang dalam kaitannya dengan pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di sekolah-sekolah yang dikelola oleh Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Pendidikan sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan sarana ataupun alat untuk mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena Jerman adalah anggota Pakta Tiga Negara (sankoku doumei) 1 yang

BAB I PENDAHULUAN. karena Jerman adalah anggota Pakta Tiga Negara (sankoku doumei) 1 yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemenangan Jerman tahun 1940 pada Perang Dunia II di Eropa memicu militer Jepang untuk segera memulai perang di kawasan Asia Pasifik. Hal itu karena Jerman adalah anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia. Pendidikan juga diperlukan jika ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Pendidikan itu diperoleh dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun , BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun 1974-2007,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Blokade ekonomi adalah perang ekonomi yang pernah diterapkan oleh Napoleon Bonaparte di Eropa pada saat memerintah Prancis tahun 1806-. Penulis ingin mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. masalah bagi sebuah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Husin Sayuti

I. METODE PENELITIAN. masalah bagi sebuah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Husin Sayuti I. METODE PENELITIAN A. Metode yang digunakan Penggunaan metode dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang penting, hal ini dikarenakan metode merupakan faktor yang penting dalam memecahkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. itu, dikumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan tema

BAB III METODOLOGI. itu, dikumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan tema BAB III METODOLOGI A. Bentuk dan Strategi Penelitian Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Louis Gottschalk, 1986: 32). Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2012 DAN HUT KE-67 PGRI

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2012 DAN HUT KE-67 PGRI PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2012 DAN HUT KE-67 PGRI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN AGAMA PENGURUS BESAR PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

MENINGKATKAN NILAI KEINDONESIAN MELALUI UPACARA BENDERA DI SEKOLAH DASAR

MENINGKATKAN NILAI KEINDONESIAN MELALUI UPACARA BENDERA DI SEKOLAH DASAR MENINGKATKAN NILAI KEINDONESIAN MELALUI UPACARA BENDERA DI SEKOLAH DASAR Bertika Kusuma Prastiwi, S.Pd.Jas, M.Or Dosen PJKR bertikakusuma@gmail.com Abstrak Tujuan dari artikel ini untuk menginformasikan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2013 DAN HUT KE-68 PGRI

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2013 DAN HUT KE-68 PGRI PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2013 DAN HUT KE-68 PGRI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN AGAMA PENGURUS BESAR PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2014 DAN HUT KE-69 PGRI

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2014 DAN HUT KE-69 PGRI PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2014 DAN HUT KE-69 PGRI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN AGAMA PENGURUS BESAR PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul relevansi pemikiran Mohammad Hatta di KUD Grabag pada era reformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

penelitian ini mengambil objek dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa

penelitian ini mengambil objek dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa 21 A. Metode yang digunakan Berdasarkan permasalahan yang penulis rumuskan maka untuk memperoleh data yang diperlukan sehingga data relevansinya dengan tujuan yang akan dicapai. Pada penelitian ini penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada Desember 1941, Jepang menyerang Honolulu, Hawai, negara bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada Desember 1941, Jepang menyerang Honolulu, Hawai, negara bagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Desember 1941, Jepang menyerang Honolulu, Hawai, negara bagian ke-50 Amerika Serikat, dari udara. Pada waktu itu juga Amerika dan Inggris menyatakan perang

Lebih terperinci

BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG OTENTIK DAN KETERKAITANNYA DENGAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN NASIONALISME BANGSA INDONESIA

BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG OTENTIK DAN KETERKAITANNYA DENGAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN NASIONALISME BANGSA INDONESIA BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG OTENTIK DAN KETERKAITANNYA DENGAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN NASIONALISME BANGSA INDONESIA Bab keempat yang merupakan hasil kajian penulis terhadap fakta-fakta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Skripsi ini berjudul Peranan Pesantren Syamsul Ulum Dalam Revolusi Kemerdekaan di Sukabumi (1945-1946). Untuk membahas berbagai aspek mengenai judul tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya bagi manusia untuk mencapai suatu tingkat kemajuan, sebagai sarana untuk membebaskan dirinya dari keterbelakangan, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Ambarawa-Bawen dengan pertimbangan pemilihan lokasi penelitian tersebut adalah: 1. Sekolah Pendidikan Guru Mendut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode historis. Menurut Kuntowijoyo, (1994: xii), metode sejarah adalah petunjuk pelaksanaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan Nasional merupakan salah satu tujuan dari kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan Nasional merupakan salah satu tujuan dari kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional merupakan salah satu tujuan dari kemerdekaan Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Pembukaan Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan

Lebih terperinci

Jalannya Kegiatan di Luar Maupun di Dalam Kelas. TK Tunas Rimba 3 Tangen Sragen

Jalannya Kegiatan di Luar Maupun di Dalam Kelas. TK Tunas Rimba 3 Tangen Sragen Lampiran 1 Jalannya Kegiatan di Luar Maupun di Dalam Kelas TK Tunas Rimba 3 Tangen Sragen (1) Pukul 07.15 WIB. Guru menyuruh siswa berkumpul di halaman untuk mengikuti upacara bendera hari senin. Saya

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. tahun lebih dalam kebangkitan. Hal ini ditandai dengan berdirinya suatu

BAB I PENGANTAR. tahun lebih dalam kebangkitan. Hal ini ditandai dengan berdirinya suatu BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang sudah mencakup Seratus tahun lebih dalam kebangkitan. Hal ini ditandai dengan berdirinya suatu organisasi Boedi Utomo

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan di Indonesia, peran pemuda tidak dapat diabaikan begitu saja. Hal ini dapat kita ketahui dari sejak masa lahirnya Budi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua,

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelum pemekaran, desa ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DI SEKOLAH

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DI SEKOLAH PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DI SEKOLAH Disampaikan pada Pelatihan Pembina Pasukan Pengibar Bendera Tingkat SMP/MTs, SMA/MA dan SMK Kabupaten Bintan Tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian Historis karena

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian Historis karena 21 A. Metode yang digunakan Berdasarkan permasalahan yang penulis rumuskan maka untuk memperoleh data yang diperlukan sehingga data relevansinya dengan tujuan yang akan dicapai. Pada penelitian ini penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana manusia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang PERIODISASI SEJARAH Apakah yang disebut dengan periodisasi? Pertanyaan tersebut kita kembalikan pada penjelasan sebelumnya bahwa sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia dalam konteks waktu. Untuk

Lebih terperinci

Daerah Tempat Tinggalku, Negara Kesatuan Republik Indonesia Negaraku

Daerah Tempat Tinggalku, Negara Kesatuan Republik Indonesia Negaraku Bab V Daerah Tempat Tinggalku, Negara Kesatuan Republik Indonesia Negaraku Ayo bersama mencintai NKRI! Sumber: bipa.ut.ac.id Gambar 5.1 Peta Indonesia Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketegangan antara Jepang dan Amerika. Jepang merupakan negara kecil yang

BAB I PENDAHULUAN. ketegangan antara Jepang dan Amerika. Jepang merupakan negara kecil yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembatasan impor minyak oleh Amerika memunculkan ketegangan antara Jepang dan Amerika. Jepang merupakan negara kecil yang sangat bergantung pada impor karena

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mencapai tujuan, maka langkah-langkah yang ditempuh harus sesuai dengan

III. METODE PENELITIAN. mencapai tujuan, maka langkah-langkah yang ditempuh harus sesuai dengan 25 III. METODE PENELITIAN Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau yang sering disebut dengan metode. Metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, maka langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dengan judul skripsi Peranan Polisi Pengawas Aliran Masyarakat Ditengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain dalam satu negara. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara permanen dari pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan untuk membentuk kepribadian peserta didik seperti yang dimaksud dalam tujuan gerakan pramuka tidak dapat dilaksanakan dalam waktu yang singkat secara sekaligus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1952 Jepang mulai menata kembali kehidupan politiknya setelah tentara Amerika Serikat mulai menduduki Jepang pada tanggal 2 September 1945 karena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Salatiga. Pertimbangan lokasi penelitian adalah : 1. Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur ada di Salatiga. 2. Salatiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan merupakan komunitas hidup dinamik

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan merupakan komunitas hidup dinamik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan merupakan komunitas hidup dinamik yang berperan menumbuhdewasakan kadar intelektual, emosional dan spiritual para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksternal dan internal yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu di

BAB I PENDAHULUAN. eksternal dan internal yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun lambat. Perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh adanya faktor eksternal dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Kedudukan Opsir Cina dalam Pemerintahan Hindia Belanda di Batavia antara Tahun 1910-1942. Bab ini berisi

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 35 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji skripsi yang berjudul Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang ini, yaitu metode historis

Lebih terperinci

BAB 7: SEJARAH PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA. PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

BAB 7: SEJARAH PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA.  PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI www.bimbinganalumniui.com 1. Berikut ini adalah daerah pertama di yang diduduki oleh tentara Jepang... a. Aceh, Lampung, Bali b. Morotai, Biak, Ambon c. Tarakan, Pontianak, Samarinda d. Bandung, Sukabumi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Jawa merupakan mata pelajaran muatan lokal yang wajib

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Jawa merupakan mata pelajaran muatan lokal yang wajib 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jawa merupakan mata pelajaran muatan lokal yang wajib diterapkan di propinsi Jawa Tengah. Keterampilan menulis aksara Jawa merupakan salah satu kompetensi dasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. tersebut dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan objek studi.

METODOLOGI PENELITIAN. tersebut dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan objek studi. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengertian Metodologi Dalam melakukan suatu penelitian, dapat digunakan berbagai macam metode, dimana metode tersebut dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan

Lebih terperinci

1. Menyiapkan format pembelajaran yang dibutuhkan Guru Mata Pelajaran

1. Menyiapkan format pembelajaran yang dibutuhkan Guru Mata Pelajaran 1. WAKASEK URUSAN KURIKULUM A. PROGRAM UMUM 1. Menyiapkan format pembelajaran yang dibutuhkan Guru Mata Pelajaran 2. Membantu kepala sekolah mengurus kegiatan kurikulum intrakurikuler dan ekstrakurikuler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pernah statis. Sejak lahir bahkan sejak pembuahan hingga meninggal dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pernah statis. Sejak lahir bahkan sejak pembuahan hingga meninggal dunia selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial yang berfikir, makhluk instability (Subadi 2008:83). Manusia sebagai makhluk individu tidak pernah statis.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Museum Palagan Ambarawa yang terletak di Jalan Pemuda km.04 Kelurahan Panjang Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana 20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana metode tersebut merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

Nomor : 05/Panhapernas/VIII/2010 Jakarta, 16 Agustus Perihal : Bulan Bakti Hari Perumahan Nasional - HAPERNAS 2010

Nomor : 05/Panhapernas/VIII/2010 Jakarta, 16 Agustus Perihal : Bulan Bakti Hari Perumahan Nasional - HAPERNAS 2010 Nomor : 05/Panhapernas/VIII/2010 Jakarta, 16 Agustus 2010 Lampiran : 1 (satu) berkas Kepada Yth : Gubernur, Bupati/ Walikota di Seluruh Indonesia Perihal : Bulan Bakti Hari Perumahan Nasional - HAPERNAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yanti Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yanti Nurhayati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena yang terdapat dikalangan masyarakat seperti saat ini, telah menunjukan adanya penurunan budaya dan karakter bangsa. Hal ini terlihat dari gaya hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Kesimpulan Seiring dengan berkembangnya teknologi, kemajuan jaman, dan globalisasi, ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Lebih terperinci

Kondisi Jepang semakin melemah ketika pada bulan februari 1944, pasukan-pasukan

Kondisi Jepang semakin melemah ketika pada bulan februari 1944, pasukan-pasukan Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Kedudukan Jepang semakin terdesak oleh Sekutu dalam Perang Dunia II di Asia Pasifik. Kondisi Jepang semakin melemah ketika pada bulan februari 1944, pasukan-pasukan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan atau budaya yang berasal dari bahasa sansekerta buddayah memiliki arti sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Kebudayaan yang pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki awal abad ke 20, mulai muncul sebuah trend baru mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki awal abad ke 20, mulai muncul sebuah trend baru mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Memasuki awal abad ke 20, mulai muncul sebuah trend baru mengenai penulisan karya karya historiografi yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan atau badan usaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945) merupakan bagian periode yang penting menyangkut bangsa Indonesia. Pada masa tersebut telah

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama TUNAS INDONESIA RAYA disingkat TIDAR, selanjutnya disebut Organisasi. 2. Organisasi ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode merupakan suatu cara yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai

III. METODE PENELITIAN. Metode merupakan suatu cara yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai III. METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu cara yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami obyek sasaran yang dikehendaki dalam

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA SALINAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada umumnya mengalami perubahan baik secara cepat maupun secara lambat. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan adanya faktor yang menunjang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA BOJONGGENTENG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

EKSISTENSI SANGGAR TARI KEMBANG SORE PUSAT - YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati

EKSISTENSI SANGGAR TARI KEMBANG SORE PUSAT - YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati EKSISTENSI SANGGAR TARI KEMBANG SORE PUSAT - YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Pengaruh era globalisasi sangat terasa di berbagai sendi kehidupan bangsa Indonesia, tidak terkecuali di Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendudukan Jepang di tahun Proses pembentukan tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pendudukan Jepang di tahun Proses pembentukan tersebut terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses terbentuknya Organisasi Militer di Indonesia, ditandai dengan masa pendudukan Jepang di tahun 1942-1945. Proses pembentukan tersebut terjadi ketika bangsa Jepang

Lebih terperinci

PENDUDUKAN JEPANG DI JAWA BARAT TAHUN

PENDUDUKAN JEPANG DI JAWA BARAT TAHUN PENDUDUKAN JEPANG DI JAWA BARAT TAHUN 1942-1945 SKRIPSI Oleh: ENY NOPY YANTI NIM 060210302093 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yaitu suatu cara atau metode yang dimaksudkan dan terdapat dalam suatu ilmu

III. METODE PENELITIAN. yaitu suatu cara atau metode yang dimaksudkan dan terdapat dalam suatu ilmu III. METODE PENELITIAN Metode Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik maka perlu adanya metode ilmiah, yaitu suatu cara atau metode yang dimaksudkan dan terdapat dalam suatu ilmu yang disebut

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengakuan Keberadaan Masyarakat Hukum Adat Menurut UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengakuan Keberadaan Masyarakat Hukum Adat Menurut UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Pengakuan Keberadaan Masyarakat Hukum Adat Menurut UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 Pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Lebih terperinci

KIPRAH POLITIK PAGUYUBAN PASUNDAN PERIODE

KIPRAH POLITIK PAGUYUBAN PASUNDAN PERIODE BAB I PENDAHULUAN Dalam bab Pendahuluan ini penulis akan menguraikan secara garis besar mengapa judul KIPRAH POLITIK PAGUYUBAN PASUNDAN PERIODE 1927-1959 ini menarik dan perlu untuk diangkat serta dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. program indoktrinasi wajib mengenai ideologi negara Pancasila bagi semua

BAB I PENDAHULUAN. program indoktrinasi wajib mengenai ideologi negara Pancasila bagi semua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agama selalu menjadi isu sensitif bagi pemerintahan Orde Baru. Untuk mendorong keseragaman ideologis, pada tahun 1978 pemerintah memulai satu program indoktrinasi

Lebih terperinci

Laporan Berkala April-Mei 2014

Laporan Berkala April-Mei 2014 Laporan Berkala April-Mei 2014 Satu bulan cepat berlalu Herlina, Huei Ming dan Joshina mengunjungi Kalimantan untuk Yayasan Kota Palem dalam bulan april yang lalu. Tepat satu bulan lamanya perjalanan mereka,

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG PENDIDIKAN BERKARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG PENDIDIKAN BERKARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG PENDIDIKAN BERKARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang : a. bahwa pendidikan

Lebih terperinci