BAB I PENDAHULUAN. ketegangan antara Jepang dan Amerika. Jepang merupakan negara kecil yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. ketegangan antara Jepang dan Amerika. Jepang merupakan negara kecil yang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembatasan impor minyak oleh Amerika memunculkan ketegangan antara Jepang dan Amerika. Jepang merupakan negara kecil yang sangat bergantung pada impor karena tidak memiliki sumber daya alam yang bisa mendukung industrinya. Apabila tidak bisa mendapatkan minyak maka industri yang sedang berkembang di Jepang akan terpuruk. Oleh karenanya Jepang pun mencari jalan untuk mendapatkan suplai minyak. Jepang pun bermaksud untuk mencari sumber penghasil minyak ke daerah Selatan seperti Indonesia yang pada saat itu berada di bawah kekuasaan Hindia-Belanda. Invasi 1 ke daerah Selatan merupakan bagian dari usaha Jepang untuk membangun suatu kawasan Asia Raya di samping pentingnya daerah jajahan penghasil minyak di kawasan Selatan untuk mendukung perang Asia Pasifik. Demi kelancaran invasi ke daerah selatan, Jepang pun merencanakan berbagai strategi. Pasukan militer Jepang pun bergerak menuju daerah-daerah penghasil minyak di Kalimantan dan Sumatera, yaitu Tarakan dan Balikpapan serta Palembang 2. Setelah berhasil mengalahkan pasukan militer Hindia-Belanda, kekuasaan pun secara resmi beralih ke tangan Jepang. 1 Hal atau perbuatan memasuki wilayah negara lain dengan mengerahkan angkatan bersenjata dengan maksud menyerang atau menguasai negara tersebut. 2 Nojiri, Tadamura. Taiheiyou Sensou Hikiwake Ron. (Tokyo: Genshuu Shuppansha, 2012), hlm

2 2 Pendudukan Jepang di Indonesia meskipun cukup singkat tetapi membawa pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan Indonesia. Pada masa pendudukannya, Jepang berusaha merebut simpati rakyat Indonesia dengan tujuan untuk menghimpun massa demi kepentingan perang. Jepang pun berusaha menghilangkan segala pengaruh Barat pada semua bidang, mulai dari politik dan pemerintahan, ekonomi, sampai tatanan sosial masyarakat. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah militer Jepang di Indonesia mempunyai tujuan utama untuk menghapus pengaruh-pengaruh Barat khususnya Belanda di kalangan rakyat Indonesia dan juga memobilisasi rakyat demi kepentingan Jepang 3. Untuk menghilangkan pengaruh Barat, pihak Jepang melarang pemakaian bahasa Belanda dan bahasa Inggris. Bahasa Jepang diupayakan agar bisa berkembang di masyarakat, akan tetapi tidak banyak rakyat yang mampu menguasai bahasa Jepang 4. Karena penyebaran bahasa Jepang di kalangan rakyat sangat lambat dan juga sangat sulit untuk berkomunikasi dengan rakyat menggunakan bahasa Jepang, penggunaan bahasa Indonesia pun menjadi tak terhindarkan. Penguasa Jepang menaruh perhatian atas bahasa yang digunakan dalam menjalankan propaganda karena perbedaan bahasa bisa menghambat penyerapan pesan propaganda. Pemerintah Jepang pun mulai menyiapkan propaganda yang efektif untuk meyakinkan rakyat bahwa Indonesia dan Jepang merupakan saudara seperjuangan 3 Ricklefs, M. C. Sejarah Indonesia Modern , terj. (Jakarta: Serambi, 2005). hlm Ibid., hlm. 410.

3 3 dalam perang yang luhur untuk membentuk suatu tatanan baru di kawasan Asia 5. Propaganda merupakan cara yang tepat untuk mempengaruhi sikap, pandangan, dan perilaku orang lain. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, propaganda dijalankan untuk mencapai tujuan yang diinginkan Jepang. Demi tercapainya tujuan, propaganda tentunya membutuhkan teknik yang tepat agar menjadi efektif seperti yang yang diharapkan. Sejak awal pendudukannya, propaganda merupakan kewajiban pokok dan merupakan salah satu hal yang paling penting dari pemerintahan militer Jepang. Langkah awal yang dilakukan oleh pemerintah militer Jepang adalah membentuk suatu departemen propaganda yang bertugas untuk menyampaikan informasi serta kegiatan yang bersifat propaganda. Departemen propaganda ini kemudian dibagi ke dalam beberapa badan yang memiliki kewajiban serta fungsi masing-masing dalam kegiatan propaganda. Departemen propaganda, Sendenbu, dibentuk sebagai bagian dari pemerintahan militer (Gunseikanbu) pada Agustus Jaringan propaganda tersebut dikembangkan ke setiap daerah di Jawa. Staf propaganda Jepang pun dikirim ke kota-kota besar untuk menjalankan misi propaganda. Dari setiap kota tersebut juga didirikan badan-badan propaganda daerah agar dapat menjangkau daerah-daerah pelosok 7. Ketika menduduki Indonesia, Jepang memanfaatkan berbagai sarana sebagai media propagandanya. Orang-orang yang terlibat dalam propaganda 5 Ibid. 6 Kurasawa, Aiko. Mobilisasi dan Kontrol: Studi Tentang Perubahan Sosial di Pedesaan Jawa (Jakarta: PT Grasindo, 1993), hlm Ibid., hlm. 232.

4 4 memiliki latar belakang yang berbeda. Mulai dari reporter dan editor surat kabar, penyair, novelis, penyiar radio, produser film, bahkan juga guru. Guru-guru sekolah, para seniman, tokoh-tokoh yang anti-belanda dipekerjakan untuk tujuan propaganda pemerintah pendudukan Jepang 8. Jepang menganggap media audiovisual merupakan media yang paling efektif bagi penduduk desa yang pada masa itu kebanyakan masih buta huruf dan kurang berpendidikan. Film, sandiwara, dan juga radio banyak digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan propaganda. Majalah, surat kabar, buku, dan media tulis lainnya dianggap akan lebih berdampak pada masyarakat kota yang sudah lebih terdidik. Dengan demikian, Jepang lebih sering menggunakan cara mengirim kelompok-kelompok propagandis yang berpindah dari satu daerah ke daerah lain sambil melakukan pertunjukan yang menarik penonton karena menyadari bahwa penduduk desa haus akan hiburan 9. Pertunjukan kesenian yang diadakan memiliki fungsi utama sebagai alat propaganda dan komunikasi, sedangkan fungsi sebagai hiburan serta seni menjadi nomor dua. Pertunjukan yang diadakan oleh propagandis Jepang salah satunya adalah sandiwara. Ketika Jepang menduduki Indonesia, sandiwara modern di Indonesia belum memiliki sejarah yang panjang. Kelompok sandiwara pertama dibentuk oleh orang Indo-Eropa, baru setelah itu berkembang secara perlahanlahan di kalangan pribumi. Pada awalnya, sandiwara Indonesia hanya berupa tarian, nyanyian, dan musik tradisional saja. Baru kemudian sekitar tahun 1920-an 8 Nagazumi, Akira. Pemberontakan Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1988), hlm Kurasawa, Op. Cit., hlm. 237.

5 5 terdapat perubahan yang cukup berarti bagi perkembangan sandiwara. Hal ini ditandai dengan munculnya kelompok-kelompok baru yang menampilkan cerita berdialog dengan topik-topik yang mencerminkan kehidupan sehari-hari 10. Masih kurang berkembangnya sandiwara Indonesia tentu saja menjadi kesempatan yang baik bagi pemerintah pendudukan Jepang untuk memanfaatkannya. Jepang pun kemudian melakukan terobosan-terobosan untuk mengembangkan sandiwara Indonesia meskipun dengan maksud tertentu di baliknya. Pemerintah pendudukan Jepang pertama-tama berusaha meningkatkan kualitas serta mengubah gambaran mengenai sandiwara. Pada masa itu, sandiwara belum begitu diperhatikan oleh kalangan terpelajar. Kaum terpelajar menganggap sandiwara kurang begitu berharga dibandingkan dengan bentuk kesusastraan lainnya seperti novel dan puisi serta dianggap sebagai hiburan murahan bagi kaum tak terpelajar. Jepang kemudian mengangkat standar sandiwara menjadi seni panggung 11. Sebuah organisasi yang khusus menangani propaganda di bidang kesenian yang merupakan cabang luar Sendenbu, yaitu Keimin Bunka Shidosho pun didirikan oleh pemerintah Jepang. Keimin Bunka Shidosho merupakan satu badan yang bertujuan untuk mempromosikan kesenian asli Indonesia, memperkenalkan dan menyebarkan kebudayaan Jepang, serta mendidik dan melatih para ahli kesenian 12. Para pengarang, pelukis, musikus, dan juga dramawan dikumpulkan dalam wadah Keimin Bunka Shidosho dan dikerahkan untuk membuat sajak, lagu- 10 Ibid., hlm Ibid. 12 Djawa Baroe, No. 8 thn (1943), hlm. 8.

6 6 lagu, lukisan, sandiwara, slogan-slogan yang dapat digunakan untuk membangkitkan semangat serta menambah kepercayaan rakyat pada keunggulan bala tentara Jepang 13. Meskipun Keimin Bunka Shidosho menjadi wadah bagi pengembangan sandiwara Indonesia, para seniman sandiwara tidak bisa sepenuhnya bebas untuk membuat sandiwara yang sesuai dengan keinginan mereka. Hal ini dikarenakan pemerintah pendudukan Jepang memberlakukan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh para seniman. Aturan yang dikeluarkan berkaitan dengan jenis cerita apa yang boleh dipentaskan dan juga tema apa yang harus ditekankan. Naskah sandiwara yang telah dihasilkan juga harus diperiksa oleh badan sensor sebelum ditampilkan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini akan membahas mengenai propaganda yang dijalankan oleh pemerintah Pendudukan Jepang di Indonesia dengan menggunakan sandiwara sebagai salah satu media. Media audio-visual diyakini oleh pemerintah Jepang sebagai media yang efektif dalam menyebarkan pesan propaganda. Penulis juga tertarik dengan sikap seniman sandiwara dengan adanya berbagai macam kebijakan yang dibuat pemerintah pendudukan Jepang dalam bidang sandiwara. Tema ini menjadi menarik untuk dikaji karena dapat menambah khazanah pengetahuan sejarah Indonesia pada masa pendudukan Jepang. hlm Rahmanto, B. Politik Penguasa dan Siasat Pemoeda. (Yogyakarta: Kanisius, 1994),

7 7 1.2 Rumusan Masalah Pada saat menduduki Indonesia, Jepang melangsungkan propaganda pada semua bidang yang ada. Semua itu dilakukan dengan tujuan untuk mengambil simpati rakyat Indonesia dan juga mempengaruhi rakyat agar mau mendukung Jepang pada perang Pasifik. Media propaganda yang dianggap cukup efektif adalah audio-visual, salah satunya adalah sandiwara. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana pemerintah pendudukan Jepang memanfaatkan sandiwara sebagai media propagandanya di Indonesia? 2. Bagaimana sikap seniman sandiwara dengan adanya berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pendudukan Jepang? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini tidak akan membahas mengenai sandiwara secara umum. Penelitian ini difokuskan pada pembahasan mengenai sandiwara yang dijadikan sebagai media propaganda oleh pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia pada kurun waktu 1942 hingga Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai bagaimana pemerintah pendudukan Jepang memanfaatkan sandiwara sebagai salah satu media propagandanya di Indonesia serta memaparkan sikap seniman sandiwara terhadap berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pendudukan Jepang sehubungan dengan propaganda melalui sandiwara.

8 8 1.4 Tinjauan Pustaka Sudah ada beberapa penelitian dalam bentuk buku maupun laporan hasil penelitian yang membahas mengenai sandiwara pada pemerintahan pendudukan Jepang di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1942 sampai tahun Buku yang ditulis oleh Cahyaningrum Dewojati pada tahun 2012 berjudul Drama: Sejarah, Teori, dan Penerapannya, menjelaskan mengenai seluk beluk drama, mulai dari jenis-jenisnya, sejarah perkembangannya, hingga penerapan teori untuk pengkajian teks sandiwara secara akademis. Di dalam buku tersebut dijelaskan mengenai konsep serta genre drama, sejarah drama dan teater Barat, perkembangan drama di Indonesia serta macam-macam teater tradisional. Dalam pembahasan mengenai sejarah drama di Indonesia, disinggung pula sandiwara pada masa pendudukan Jepang. Artikel berjudul Drama di Masa Pendudukan Jepang ( ): Sebuah Catatan Tentang Manusia Indonesia di Zaman Perang yang ditulis oleh M. Yoesoef pada tahun 2010, menjelaskan adanya nuansa propaganda yang cukup kuat pada naskah sandiwara yang dipentaskan pada masa pendudukan Jepang. Naskah sandiwara pada masa itu sebagian besar menceritakan mengenai peristiwa yang berkaitan dengan tentara Jepang, pentingnya membantu tentara Jepang, semangat pemuda untuk ikut bergabung dalam tentara Pembela Tanah Air serta propaganda tentang upaya pembangunan budaya Timur dan mengikis budaya Barat. Dijelaskan pula bahwa hampir semua sandiwara yang ditulis pada masa Jepang mengungkapkan semangat zaman yang digerakkan oleh dinas propaganda pemerintah militer Jepang.

9 9 Penelitian oleh Dewi Yuliati pada tahun 2010 yang berjudul Sistem Propaganda Jepang di Jawa menjelaskan mengenai sistem propaganda Jepang telah dipersiapkan secara matang dari tingkat pemerintahan pusat sampai ke daerah-daerah. Lembaga-lembaga, metode, materi, dan kemasan materi propaganda merupakan jaringan integral yang sulit untuk dipisahkan, karena semua itu dikontrol secara ketat dengan pemberlakuan undang-undang yang sangat mengikat kebebasan arus komunikasi pada masa itu. Propaganda dalam bentuk kesenian sangat diutamakan oleh Jepang karena kesenian dengan nilai entertainingnya dapat mengurangi kesadaran khalayak bahwa mereka telah diindoktrinasi. Tinjauan pustaka selanjutnya adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Rivai Idris yang berjudul Fasisme Jepang di Panggung Sandiwara Indonesia ( ) pada tahun Dalam penelitian ini dijelaskan mengenai kebijakan fasisme Jepang yang menjadikan sandiwara sebagai salah satu sarana propaganda mereka. Disebutkan juga mengenai peran sandiwara modern sebagai kendaraan untuk mempengaruhi pikiran masyarakat Jakarta. Seni sandiwara digunakan sebagai penyalur bakti kepada pemimpin agar mendukung peperangan serta mewujudkan cita-cita politik Jepang. Berdasarkan data yang ditemukan, penelitian yang membahas mengenai propaganda pemerintah pendudukan Jepang melalui sandiwara telah ada. Namun, yang membahas lebih jauh mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang dalam menjalankan propaganda melalui sandiwara sejauh ini belum ditemukan. Penulis juga akan memaparkan mengenai sikap para seniman sandiwara pada

10 10 masa itu dalam menerima kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang. Dengan demikian penelitian ini tidak akan mengulangi apa yang telah dilakukan oleh para penulis di atas. 1.5 Kerangka Teori Penelitian ini nantinya akan memaparkan bagaimana propaganda melalui sandiwara yang dilaksanakan oleh pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia dalam rentang waktu tahun Pemerintah pendudukan Jepang melakukan berbagai cara demi tercapainya tujuan propaganda. Selain dalam bidang politik dan pemerintahan, Jepang juga tidak segan-segan menggunakan kesenian serta kesusatraan sebagai media propaganda mereka. Berbagai kebijakan mengenai propaganda pun diambil oleh pemerintah pendudukan Jepang. Dengan dalih mengembangkan kebudayaan Timur 14, Jepang mencoba menarik simpati kalangan seniman, tak terkecuali seniman sandiwara. Propaganda diartikan sebagai penerangan (paham, pendapat) yang benar atau salah yang dikembangankan dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu, biasanya disertai dengan janji yang muluk-muluk 15. Tujuan dari porpagandis adalah untuk mengontrol sikap dari sebuah kelompok dan pada akhirnya dapat mengontrol tindakan mereka 16. Propaganda adalah usaha atau kegiatan di mana komunikator 17 telah mempunyai 14 Pada masa pendudukan Jepang terdapat istilah Dai toua bunka yang berarti kebudayaan Asia Timur Raya. 15 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat 2014, hlm Doob, Leonard W. Propaganda its Psychology and Technique. (New York: Henry Holt and Company, 1943), hlm Orang atau kelompok orang yang menyampaikan pesan kepada komunikan.

11 11 niat untuk memulainya mengendalikan sikap dan tingkah laku orang lain. Cara yang digunakan adalah dengan menyebarkan berita yang telah diatur sedemikian rupa yang tujuannya untuk menarik perhatian. Berita yang disebarkan, diharapkan untuk bisa merangsang emosi baik yang rasional maupun yang irasional 18. Lasswell berpendapat bahwa perubahan sikap yang dilakukan oleh propagandis 19 cenderung berupa sikap yang disengaja, sehingga kegiatan dalam mengubah sikap seseorang ini berbeda dengan pendidikan. Propaganda bukan suatu cara yang sengaja dilakukan untuk membuat pendengar merenungkan apa yang disampaikan, menganalisa apa yang disampaikan atau dikemukakan, memikirkan apa yang dikemukakan dan juga tidak untuk dicari kelemahan atau dicari permasalahannya sehingga bisa mengajukan pertanyaan. Jika diperhatikan lebih jauh, sebenarnya propaganda mengundang orang untuk mengubah sikap dan tingkah laku atau memperteguh sikap dan tingkah lakunya dan untuk melibatkan orang pada suatu bentuk kegiatan 20. Untuk mengetahui dan lebih mengerti mengenai pengaruh kebijakan dan sikap para seniman sandiwara terhadap propaganda Jepang, penulis menggunakan konsep kekuasaan. Kekuasaan dianggap sebagai suatu kemampuan dari pelaku untuk mempengaruhi tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku pelaku terakhir tersebut menjadi sesuai dengan keinginan dari pelaku yang memiliki kekuasaan. Dalam hal ini pelaku bisa berupa seseorang, sekelompok 18 Sunarjo, Djoenaesih S. Propaganda (Konsep dan strategi di Uni Soviet). (Yogyakarta: Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, 1980), hlm Orang yang pekerjaan tetapnya melakukan propaganda. 20 Sunarjo, Op. Cit., hlm.10.

12 12 orang, atau suatu kolektivitas. Jadi, A mempunyai kekuasaan atas B jika A dapat menyebabkan B untuk bertindak sesuai dengan keinginan A 21. Pengaruh dapat dilihat sebagi bentuk khusus atau bentuk lunak dari kekuasaan. Pengaruh berusaha mencapai tujuannya dengan jalan meyakinkan (persuasi) dan membujuk, atau dengan cara lain misalnya memberikan informasi yang lengkap, atau menyediakan konsultasi atau tenaga ahli. Pengaruh biasanya tidak merupakan satu-satunya faktor yang menentukan tingkah laku pelaku, akan tetapi sering bersaing dengan pengaruh lain, dan bagi pelaku masih terbuka alternatif lain untuk bertindak atau memilih. Sekalipun pengaruh sering kurang efektif daripada kekuasaan, pengaruh kadang-kadang mengandung unsur psikologis dan menyentuh hati karena itu sering kali cukup membawa hasil Metode Penelitian Dalam melaksanakan penelitian mengenai penggunaan sandiwara sebagai media propaganda pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia ini menggunakan metode historis yang meliputi pengumpulan data, verifikasi data, analisis, serta pemaparan hasil analisis. Tahap awal dalam penelitian sejarah adalah pengumpulan data. Data dikumpulkan melalui studi pustaka, yaitu mencari data dari buku, majalah, dan juga surat kabar yang berkaitan dengan masa pendudukan Jepang di Indonesia. Dari data yang berhasil diperoleh kemudian diklasifikasikan 21 Budiardjo, Miriam. Aneka Pemikiran tentang Kuasa dan Wibawa. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1991), hlm Ibid., hlm. 11.

13 13 sebagai data primer dan data sekunder. Data-data utama yang digunakan dalam penelitian ini berupa: 1. Majalah dwimingguan Djawa Baroe. 2. Surat kabar Soeara Asia. 3. Majalah Keboedajaan Timoer. 4. Nomor Kenang-kenangan 1 Tahoen Soeara Asia. Majalah dan surat kabar yang terbit selama kurun waktu antara tahun 1942 hingga 1945 tersebut menjadi acuan bagi penulis dalam memperoleh informasi mengenai kegiatan propaganda selama masa pendudukan Jepang di Indonesia. Majalah dan surat kabar tersebut dapat diakses di Perpustakaan Nasional RI. Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan sumber literatur berupa buku, artikel, serta jurnal berbahasa Indonesia maupun yang berbahasa Jepang. Datadata tersebut kemudian diverifikasi dan kemudian dipilih yang memiliki relevansi terhadap tema yang sedang dibahas. Setelah data-data pendukung penelitian diperoleh, maka selanjutnya dilakukan analisis data. Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah penyajian hasil analisis. Analisis data penelitian kualitatif berlangsung mulai dari awal penelitian sampai penelitian berakhir yang dituangkan dalam laporan. Interpretasi atau penafsiran data dilakukan dengan mengacu kepada rujukan teoritis yang berhubungan dengan masalah penelitian.tahap terakhir adalah penyusunan hasil penelitian dalam bentuk historiografi.

14 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembaca dalam memahami alur pembahasan, maka penelitian ini akan diuraikan dalam beberapa bab pembahasan dengan sistematika sebagai berikut: Bab I berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori yang digunakan, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II berupa penjelasan mengenai awal kedatangan Jepang di Indonesia serta badan propaganda bentukan pemerintah pendudukan Jepang. Bab III berisi penjelasan mengenai perkembangan sandiwara pada masa sebelum kemerdekaan. Pada bab IV akan dipaparkan mengenai berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Jepang dalam bidang sandiwara. Analisis pengaruh kebijakan pada seniman sandiwara juga akan dibahas pada bab ini. Bab V merupakan penutup yang berupa kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada Desember 1941, Jepang menyerang Honolulu, Hawai, negara bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada Desember 1941, Jepang menyerang Honolulu, Hawai, negara bagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Desember 1941, Jepang menyerang Honolulu, Hawai, negara bagian ke-50 Amerika Serikat, dari udara. Pada waktu itu juga Amerika dan Inggris menyatakan perang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jepang-pun dapat dengan mudah masuk ke wilayah Indonesia. Jepang datang ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jepang-pun dapat dengan mudah masuk ke wilayah Indonesia. Jepang datang ke 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedatangan bangsa Eropa ke bumi Nusantara pada mulanya sekedar mencari rempah-rempah. tetapi, keuntungan yang berlipat ganda membuat mereka menjadi buta dan lupa diri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena Jerman adalah anggota Pakta Tiga Negara (sankoku doumei) 1 yang

BAB I PENDAHULUAN. karena Jerman adalah anggota Pakta Tiga Negara (sankoku doumei) 1 yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemenangan Jerman tahun 1940 pada Perang Dunia II di Eropa memicu militer Jepang untuk segera memulai perang di kawasan Asia Pasifik. Hal itu karena Jerman adalah anggota

Lebih terperinci

FASISME JEPANG DI PANGGUNG SANDIWARA INDONESIA ( ) KERTAS KARYA. Dikerjakan RIVAI IDRIS NIM :

FASISME JEPANG DI PANGGUNG SANDIWARA INDONESIA ( ) KERTAS KARYA. Dikerjakan RIVAI IDRIS NIM : FASISME JEPANG DI PANGGUNG SANDIWARA INDONESIA (1942-1945) KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H RIVAI IDRIS NIM : 092203003 PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pada 20 Agustus tahun 1746 oleh Gubernur Jenderal G.W.Baron Van Imhoff mendirikan Kantor Pos dengan tujuan untuk lebih menjamin keamanan surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

Judul : Beikoku kouri kumiai pada masa pendudukan Jepang di Surakarta Kochi tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Judul : Beikoku kouri kumiai pada masa pendudukan Jepang di Surakarta Kochi tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Judul : Beikoku kouri kumiai pada masa pendudukan Jepang di Surakarta Kochi tahun 1942-1945 Nama : Iwan Haryanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat Jepang menguasai Indonesia yang bermula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Jepang dan Italia melawan Sekutu membawa pengaruh terhadap perubahan situasi negara-negara

PENDAHULUAN. Jepang dan Italia melawan Sekutu membawa pengaruh terhadap perubahan situasi negara-negara PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Keberhasilan Jepang menghancurkan pangkalan laut Amerika di Pearl Harbour merupakan awal keterlibatan Jepang di Perang Dunia Kedua. Pecahnya Perang Dunia Kedua yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia dengan segala kompleks persoalan hidup sebagai objeknya, dan bahasa sebagai mediumnya. Peristiwa dan

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan budaya dan juga memiliki berbagai macam kesenian. Keberagaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia terlahir

Lebih terperinci

BAB 7: SEJARAH PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA. PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

BAB 7: SEJARAH PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA.  PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI www.bimbinganalumniui.com 1. Berikut ini adalah daerah pertama di yang diduduki oleh tentara Jepang... a. Aceh, Lampung, Bali b. Morotai, Biak, Ambon c. Tarakan, Pontianak, Samarinda d. Bandung, Sukabumi,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. Perkembangan jaman dan teknologi ini juga berimbas kepada proses berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman/waktu. Baik itu seni bahasa atau sastra, seni gerak (acting), seni rias

BAB I PENDAHULUAN. zaman/waktu. Baik itu seni bahasa atau sastra, seni gerak (acting), seni rias BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap segi kehidupan manusia tidak terlepas dari kesenian. Dan kesenian itu sendiri tidak pernah mati dan menghilang atau pun habis termakan zaman/waktu. Baik

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sansekerta yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ludruk merupakan seni kesenian tradisional khas daerah Jawa Timur. Ludruk digolongkan sebagai kesenian rakyat setengah lisan yang diekspresikan dalam bentuk gerak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

Indikator. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Materi Pokok dan Uraian Materi. Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang.

Indikator. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Materi Pokok dan Uraian Materi. Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Indikator Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang Dampak Kebijakan Imperialisme Jepang di Indonesia Uji Kompetensi 2. Kemampuan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang telah melakukan hubungan dengan Hindia-Belanda (sekarang Hindia Belanda), jauh sebelum tahun 1942. Di mana hubungan yang dibina merupakan perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian penting dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan refleksi atau cerminan kondisi sosial masyarakat yang terjadi di dunia sehingga karya itu menggugah perasaan orang untuk berpikir tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. viii. 1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. hlm. viii. 1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena modern yang terjadi di awal millennium ketiga ini yang lebih popular dengan sebutan globalisasi memberikan perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. media atau saluran tertentu. (A. Muis, 2001 : 37) Masyarakat dapat mendengarkan informasi tentang kesehatan, pendidikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. media atau saluran tertentu. (A. Muis, 2001 : 37) Masyarakat dapat mendengarkan informasi tentang kesehatan, pendidikan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Radio merupakan media massa auditif, yakni dikonsumsi telinga atau pendengaran. Radio sebagai sarana komunikasi yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,

Lebih terperinci

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi seni adalah sebagai media komunikasi, dimana dalam setiap unsur seni memiliki pesan yang ingin dikomunikasikan kepada penikmatnya, baik tersirat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam suatu negara selalu menjadi salah satu faktor utama kemenangan atau kekalahan suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam bidang teknologi dan informasi, hampir semua masyarakat baik yang berada di daerah pekotaan maupun yang

Lebih terperinci

2. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMP/MTs

2. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMP/MTs 2. KOMPETENSI INTI DAN BAHASA INDONESIA SMP/MTs KELAS: VII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Media massa saat ini tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat dan telah menjadi konsumsi sehari-hari. Televisi sebagai bagian dari media massa elektronik telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Sekutu memutus jalur suplai dari udara maupun laut mengakibatkan pertahanan Jerman-Italia dapat dikalahkan di Afrika Utara. Sehingga kemenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di dunia ini mengalami perkembangan, mulai dari informasi, teknologi, gaya hidup, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menganalisis diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menganalisis diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menganalisis diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu menganalisis dengan baik dan benar, oleh karena itu menganalisis disebut kegiatan produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, pencerahan,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi

Bab 1. Pendahuluan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 latar belakang Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi kedisiplinan dalam tatanan hidup umat manusia sebagai makhluk sosial secara menyeluruh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Pendudukan Jepang di Indonesia. Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Pendudukan Jepang di Indonesia. Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pendudukan Jepang di Indonesia Dalam usahanya membangun suatu imperium di Asia, Jepang telah meletuskan suatu perang di Pasifik. Pada tanggal 8 Desember 1941

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemimpin atau seorang Leader tentu sudah tidak asing di telinga masyarakat pada umumnya, hal ini disebabkan karena setiap manusia yang diciptakan didunia ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku adalah sebuah media penyambung ilmu yang efektif bagi pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain menambah banyak ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Komunikasi bukan hanya sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan panca inderanya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan secara legal bagi ilmu pengetahuan dan pengobatan, narkotika. banyak pula dipakai secara illegal atau disalahgunakan.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan secara legal bagi ilmu pengetahuan dan pengobatan, narkotika. banyak pula dipakai secara illegal atau disalahgunakan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awalnya penggunaan narkotika ditujukan untuk kepentingan umat manusia, khususnya di bidang pengobatan. Namun sekarang ini, selain penggunaan secara legal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tingkat kesukaan atau afektif merupakan salah satu komponen proses komunikasi massa yaitu efek. Efek adalah hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG DATANGNYA JEPANG

LATAR BELAKANG DATANGNYA JEPANG LATAR BELAKANG DATANGNYA JEPANG Jepang datang ke Indonesia karena: Ingin menguasai wilayah Asia-Pasifik pada Perang Dunia II Menyerahnya Belanda ke tangan Jepang pada 8 Maret 1942, di Kalijati Mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang setiap jamannya. Film adalah sebuah produk seni yang memiliki kebebasan dalam berekspresi, juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa bersejarah 10 November 1945 yang dikenal dengan Hari Pahlawan. Pertempuran tiga pekan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari setiap orang pada umumnya, sehingga mereka sulit membayangkan hidup tanpa media, tanpa koran pagi, tanpa majalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat. Kesenian adalah ekspresi seseorang untuk berhubungan dengan orang lain (Sumardjo, 1992:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia telah menjadi sistem pertukaran informasi yang pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia telah menjadi sistem pertukaran informasi yang pesat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia telah menjadi sistem pertukaran informasi yang pesat dan semakin besar. Dengan keterbukaan informasi, seseorang dapat dengan mudah dan cepat mengakses informasi

Lebih terperinci

atau sesuatu hal berupa objek yang mempunyai kedudukan, fungsi di masyarakat ( departemen pendidikan dan kebudayaan : 1999:955)

atau sesuatu hal berupa objek yang mempunyai kedudukan, fungsi di masyarakat ( departemen pendidikan dan kebudayaan : 1999:955) 10 Dari kedua pendapat diatas maka penulis mengartikan Partisipasi adalah keikut sertaan (tindakan) yang dilakukan Lembaga, Institusi ataupun individu dalam suatu peristiwa. B. Konsep Peranan Peranan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Disadur dari

BAB I PENDAHULUAN. 1 Disadur dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi digital membawa dampak pada industri perfilman secara luas. Film tidak hanya dibuat sebagai media hiburan, tetapi juga sebagai bentuk komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik perhatian umat manusia karena berbagai hal. Jepang mula-mula terkenal sebagai bangsa Asia pertama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, namun merupakan puncak dari suatu proses. Berkembangnya negara-negara fasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar km 2. Kepulauan Jepang

BAB I PENDAHULUAN. pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar km 2. Kepulauan Jepang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari kira-kira 4000 pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar 370.000 km 2. Kepulauan Jepang terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 1 PENYANTUNAN BAGI KELUARGA MENINGGAL ATAU LUKA BERAT KECELAKAAN LALU LINTAS DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENGAMBILAN PUTUSAN HAKIM Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan lagi, dimana arus modernisasi tidak mengenal batasan antar kebudayaan baik regional, nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1952 Jepang mulai menata kembali kehidupan politiknya setelah tentara Amerika Serikat mulai menduduki Jepang pada tanggal 2 September 1945 karena

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS DRAMA CD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK

2015 EFEKTIVITAS DRAMA CD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan bahasa Jepang di Indonesia cukup pesat dari tahun ke tahun, hal ini bisa dilihat dari survei yang dilakukan oleh The Japan Foundation yang berpusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sama halnya dengan Indonesia, Filipina merupakan sebuah negara dengan sejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. Sama halnya dengan Indonesia, Filipina merupakan sebuah negara dengan sejarah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sama halnya dengan Indonesia, Filipina merupakan sebuah negara dengan sejarah yang panjang. Perjuangan rakyat Filipina dalam melepaskan diri dari penjajahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu.komunikasi massa

BAB I PENDAHULUAN. atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu.komunikasi massa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah kebutuhan dasar bagi manusia. Komunikasi dapat dikatakan sebagai suatu perilaku interaksi yang terjadi di dalam diri seseorang atau di antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945) merupakan bagian periode yang penting menyangkut bangsa Indonesia. Pada masa tersebut telah

Lebih terperinci

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan negara di Asia yang pernah menjadi Negara imperialis. Dengan usaha melakukan politik ekspansi ke kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat pemirsanya ketagihan untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan.

BAB I PENDAHULUAN. membuat pemirsanya ketagihan untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian internal dari sistem tatanan

Lebih terperinci

Ruko Jambusari No. 7A Yogyakarta Telp. : ; Fax. :

Ruko Jambusari No. 7A Yogyakarta Telp. : ; Fax. : FILM Sebagai Media Belajar Oleh : Teguh Trianton Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia lainnya agar dapat mempertahankan hidupnya. Ia harus mendapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia lainnya agar dapat mempertahankan hidupnya. Ia harus mendapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia menjadi bagian dari kehidupan sosial, harus berkomunikasi dengan manusia lainnya agar dapat mempertahankan hidupnya. Ia harus mendapat informasi tentang

Lebih terperinci

STUDI TENTANG TENTARA REPUBLIK INDONESIA PELAJAR KOMPI 3200/PARE SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

STUDI TENTANG TENTARA REPUBLIK INDONESIA PELAJAR KOMPI 3200/PARE SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna STUDI TENTANG TENTARA REPUBLIK INDONESIA PELAJAR KOMPI 3200/PARE SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah hal yang mendasar yang diperlukan manusia dalam hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan informasi di era globalisasi ini, komunikasi menjadi sebuah kegiatan penting. Informasi sangat dibutuhkan dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum Teori umum membantu peneliti menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori adalah himpunan konsep, definisi, dan proposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, kesehatan, keamanan termasuk juga kecelakaan kerja. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, kesehatan, keamanan termasuk juga kecelakaan kerja. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Melakukan manajemen resiko berarti merencanakan masa depan dengan lebih sistematis, matang dan terencana. Kita semua menginginkan jaminan kemakmuran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan Aceh Merdeka atau sering kita dengar dalam penyebutan GAM ataupun AGAM adalah organisasi yang dianggap separatis yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni lukis merupakan salah satu bagian dari cabang seni yang memiliki unsur dua dimensi dan sangat terkait dengan gambar. Secara historis terlihat bahwa sejak

Lebih terperinci

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi kepada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media massa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesanpesan dari sumber kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

Pertemuan 1 PENGERTIAN PENYIARAN

Pertemuan 1 PENGERTIAN PENYIARAN Pertemuan 1 PENGERTIAN PENYIARAN BROADCASTING SEBAGAI OBJEK STUDI ILMU KOMUNIKASI Apa sebenarnya komunikasi itu? Menurut pendapat Carl I Hovland yang mengetengahkan definisinya mengenai Science of Communication

Lebih terperinci

BAB I. seseorang dan begitupun sebaliknya serta dengan adanya interaksi tersebut kita

BAB I. seseorang dan begitupun sebaliknya serta dengan adanya interaksi tersebut kita BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan medium manusia untuk mencapai sesuatu. Kita juga tidak dapat menghindari komunikasi. Dengan komunikasi kita dapat mempengaruhi seseorang

Lebih terperinci

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI. Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI. Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI Pertemuan 4 MODUL Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI POKOK BAHASAN PERKEMBANGAN SURAT KABAR DESKRIPSI Pokok bahasan perkembangan surat kabar. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mengikuti pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya

BAB I PENDAHULUAN. menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Film atau gambar bergerak adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual. Film lebih dahulu menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi, industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial lain, kegiatan berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN NOMOR : PM. 27/HK.001/MKP/2011 TANGGAL : 25 April 2011 STAF AHLI MENTERI KEBUDAYAAN DAN INSPEKTORAT JENDERAL SEKRETARIAT

Lebih terperinci

DAKWAH MULTIMEDIA PENDAHULUAN

DAKWAH MULTIMEDIA PENDAHULUAN DAKWAH MULTIMEDIA PENDAHULUAN Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses, dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Di zaman kemajuan sekarang ini dakwah tidaklah cukup disampaikan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil ciptaan dan kreativitas pengarang yang menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil ciptaan dan kreativitas pengarang yang menggambarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan dan kreativitas pengarang yang menggambarkan segala peristiwa yang dialami masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Pengarang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010. PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra. dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi

PENDAHULUAN. Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra. dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi estetika. Apapun bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media Massa saat ini, telah menjadi bagian penting dalam hidup. keseharian masyarakat. setiap orang pasti pernah menonton televisi,

BAB I PENDAHULUAN. Media Massa saat ini, telah menjadi bagian penting dalam hidup. keseharian masyarakat. setiap orang pasti pernah menonton televisi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media Massa saat ini, telah menjadi bagian penting dalam hidup keseharian masyarakat. setiap orang pasti pernah menonton televisi, mendengarkan radio, membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mula-mula kedatangan tentara Jepang disambut gembira dan diterima

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mula-mula kedatangan tentara Jepang disambut gembira dan diterima 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mula-mula kedatangan tentara Jepang disambut gembira dan diterima dengan tangan terbuka oleh rakyat Indonesia yang memang sudah sangat merindukan kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Puisi merupakan salah satu genre sastra yang lahir karena kecintaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Puisi merupakan salah satu genre sastra yang lahir karena kecintaan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan salah satu genre sastra yang lahir karena kecintaan penyair terhadap bahasa (Aftarueddin, 1982:16). Puisi merupakan pernyataan perasaan yang imajinatif,

Lebih terperinci