HIERARCHICAL CLUSTERING VIA MINIMAX LINKAGE PADA PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI PULAU MADURA BERDASARKAN INDIKATOR PEMERATAAN PENDIDIKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HIERARCHICAL CLUSTERING VIA MINIMAX LINKAGE PADA PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI PULAU MADURA BERDASARKAN INDIKATOR PEMERATAAN PENDIDIKAN"

Transkripsi

1 HIERARCHICAL CLUSTERING VIA MINIMAX LINKAGE PADA PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI PULAU MADURA BERDASARKAN INDIKATOR PEMERATAAN PENDIDIKAN Padmi Ganifandari, Dwiatmono Agus W. Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA-ITS, Dosen Jurusan Statistika FMIPA-ITS, Abstrak Pulau Madura secara geografis sangat strategis berada di antara Laut Jawa dan Selat Madura yang menyimpan banyak potensi. Madura terdiri dari empat kabupaten, yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu daerah dan pemerataan pendidikan sangat diperlukan karena dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata. Hal ini mendorong penelitianpenelitian mengenai pemerataan pendidikan semakin dikembangkan, salah satunya dalam hal pengelompokkan kecamatan berdasarkan indikator pemerataan pendidikan. Pengelompokkan kecamatan penting dilakukan dalam rangka membantu pihak terkait membuat perencanaan dan kebijakan yang sesuai, Pada penelitian ini digunakan metode single, complete, average, dan minimax linkage, kemudian dilakukan perbandingan antara keempat metode tersebut. Hasil analisis data indikator pemerataan pendidikan di kecamatan-kecamatan pulau Madura menunjukkan bahwa metode minimax linkage merupakan metode pengelompokkan terbaik dengan jumlah kelompok optimum sebanyak 3. Kata kunci : minimax linkage, pemerataan pendidikan, Madura. Pendahuluan Jembatan Suramadu adalah jembatan yang melintasi Selat Madura, menghubungkan Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan, tepatnya timur Kamal). Menurut Keputusan Presiden Nomor 79 Tahun 003 tentang tujuan dibangunnya jembatan Suramadu adalah untuk lebih meningkatkan pembangunan di Pulau Madura, sebagai upaya dalam memacu perluasan kawasan industri, perumahan, dan sektor lainnya, serta mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan menghubungkan Pulau Jawa dan Madura. Tujuan tersebut dapat tercapai jika terdapat sumber daya manusia (SDM) yang kreatif dan memiliki tingkat pendidikan yang optimal. Tingkat pendidikan warga Madura selama kurun waktu sampai sekarang ini, merupakan salah satu indikator penting akan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) lokal yang handal. Oleh karena itu, pemerataan pendidikan sangat diperlukan karena dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata. Hal ini mendorong penelitian-penelitian mengenai pemerataan pendidikan semakin dikembangkan, salah satunya dalam hal pengelompokkan kecamatan berdasarkan indikator pemerataan pendidikan. Pengelompokkan kecamatan penting dilakukan dalam rangka membantu pihak terkait membuat perencanaan dan kebijakan yang sesuai, khususnya untuk kecamatan di pulau Madura. Upaya pengelompokkan ini diharapkan mampu menggabungkan kecamatan yang memiliki kesamaan pada beberapa indikator pemerataan pendidikan. Metode pengelompokkan yang biasa digunakan pada hierarchical clustering yaitu single linkage, complete linkage, average linkage, dan sebagainya. Namun pada tahun 0, Jacob Bien dan Robert Tibshirani memperkenalkan metode hierarchical clustering via minimax linkage. Minimax linkage memiliki beberapa kelebihan, salah satunya yaitu robust terhadap gangguan berupa outlier. Untuk mendapatkan hasil pengelompokkan yang baik, penelitian ini melakukannya pada beberapa metode hierarchical clustering, kemudian dipilih hasil yang terbaik. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan kelompok-kelompok kecamatan dan permasalahanpermasalahannya yang perlu mendapatkan perhatian dalam upaya pemerataan pendidikan dan diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengambil suatu kebijakan tentang pendidikan. Tujuan pada penelitian ini antara lain, mendapatkan karakteristik kecamatan dengan analisis statistika deskriptif, membandingkan hasil pengelompokkan kecamatan dengan metode hierarchical clustering dengan single linkage, complete linkage, average linkage, dan minimax linkage dan mendapatkan

2 kecamatan yang berkelompok dan menganalisis kaerakteristik kecamatan berdasarkan hasil pengelompokkan terbaik, dan mengelompokkan kecamatan di tiap kabupaten dengan metode minimax linkage.. Tinjauan Pustaka Untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini, perlu adanya pendalaman teori yang akan diuraikan sebagai berikut.. Analisis Faktor Uji asumsi yang digunakan sebelum melakukan analisis faktor yaitu pengujian kecukupan data dan uji korelasi antar variabel. Secara statistik pengujian kecukupan data atau sampel dapat diidentifikasi melalui nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) dan Measure of Sampling Adequency (MSA). Hipotesis dari KMO adalah sebagai berikut : H 0 : Jumlah data cukup untuk difaktorkan H : Jumlah data tidak cukup untuk difaktorkan Statistik uji : KMO = p p rij i j p p p p rij i j i j a ij MSA = p rij j p p rij j j Dimana : i =,, 3,..., p dan j =,,..., p serta i j r ij = Koefisien korelasi antara variabel i dan j a ij = Koefisien korelasi parsial antara variabel i dan j Jika nilai KMO dan MSA > 0,5 maka data cukup untuk difaktorkan. Secara umum data yang dapat digunakan untuk analisis faktor yaitu sampel data pengamatan yang digunakan harus melebihi jumlah variabel (Hair, Black, Babin, dan Anderson, 00). Pengujian korelasi antar variabel dilakukan dengan uji Bartlet, hipotesis yang digunakan sebagai berikut (Morrison, 005). H 0 : Matriks korelasi merupakan matriks identitas H : Matriks korelasi bukan matriks identitas p 5 Statistik uji : hitung ( n ) ln R () 6 Daerah Penolakan :, p( p) Keputusan : Tolak hipotesis H 0 jika hitung, p( p) Dimana, n = Jumlah observasi p = Jumlah variabel = Determinan dari matriks korelasi Analisis faktor pada prinsipnya digunakan untuk mereduksi data, yaitu proses untuk meringkas sejumlah variabel menjadi sedikit dan menamakannya sebagai faktor. Apabila terdapat vektor acak x = (x, x,..., x p ) mempunyai matrik korelasi R dan memiliki nilai mean μ maka model analisis faktor adalah : X F F F m m X p p pf pf Dimana : F j = Common factor ke-j L ij = Loading factor ke-j dari variabel ke-i ε j = specific factor ke-i pm F m p a ij () (3)

3 i =,,..., p dan j =,,..., m Nilai eigenvalue yang dijadikan acuan untuk menentukan banyaknya faktor yang terbentuk adalah nilai eigenvalue yang lebih besar dari satu. Rotasi faktor memiliki tujuan untuk menyederhanakan struktur dengan mentransformasi faktor untuk mendapatkan faktor baru yang lebih mudah untuk diinterpretasikan. Metode rotasi ada dua macam yaitu rotasi orthogonal, dan rotasi oblique. Rotasi orthogonal ada 3 macam yaitu varimax, quartimax dan equamax. (Dillon dan Goldstein, 98 diacu dalam Purwaningsih, 00). Prosedur dari metode varimax dengan meminimalkan jumlah variabel yang mempunyai loading tinggi pada suatu faktor (Norusis, 986 diacu dalam Purwaningsih, 00).. Analisis Cluster Analisis cluster atau biasa disebut analisis kelompok digunakan untuk mengelompokkan objek pengamatan berdasarkan karakteristik-karakteristik yang dimiliki. Pengelompokkan dilakukan dengan memaksimalkan kehomogenan objek pengamatan dalam satu cluster sekaligus memaksimalkan keheterogenan antar cluster. Analisis kelompok terdiri atas prosedur hirarki dan non-hirarki. Prosedur cluster hirarki terdiri atas dua metode yaitu agglomerative dan divisive. Adapun beberapa algoritma metode agglomerative yang digunakan untuk membentuk kelompok (cluster) adalah single linkage, complete linkage, dan average linkage (Johnson dan Winchern, 007). Untuk menghitung jarak antar kelompok digunakan suatu fungsi yang disebut jarak (distance). Salah satu distance adalah dengan menggunakan fiungsi jarak Euclidean dimana formulanya sebagai berikut (Johnson dan Winchern, 007) : d ij p x ik x jk k a. Single Linkage Metode pautan tunggal (single linkage) prosedurnya berdasarkan jarak minimum, dengan rumus sebagai berikut (Johnson dan Winchern, 007) : d min( d, d ) (5) ( i, j) k ik jk dimana : - d ik = jarak antara kelompok i dan k - d jk = jarak antara kelompok j dan k b. Complete Linkage Complete linkage adalah proses clustering yang didasarkan pada jarak terjauh antar obyeknya ( maksimum distance). d max( d, d ) (6) ( i, j) k ik jk c. Average Linkage Average linkage adalah proses clustering yang didasarkan pada jarak rata-rata antar obyeknya (average distance). d average( d, d ) (7) ( i, j) k ik jk d. Minimax Linkage Bien dan Thibshirani (0), minimax linkage merupakan metode hierarchical clustering yang dikembangkan dari metode single, complete, dan average linkage serta centroid linkage. Minimax linkage adalah pengelompokkan berdasarkan nilai minimum dari jarak yang maksimum. Definisi minimax linkage antar dua cluster G dan H yaitu : d ( G, H ) min max d ( x, x') (8) xg H x' G H Sifat-sifat minimax linkage yaitu :. Dendrogram dari minimax linkage tidak memiliki inversions.. Minimax linkage menghasilkan k-group yang terstruktur dengan baik. Sebuah linkage dapat menghasilkan k-group yang terstruktur dengan baik jika pada cluster C,,C k jarak antar semua anggota cluster lebih kecil daripada jarak antar cluster (homogenitas dalam cluster lebih besar daripada heterogenitas antar cluster). Hierarchical clustering akan terbentuk setelah proses penggabungan sebanyak n k. 3. Adanya jarak antar anggota cluster yang sama tidak mempengaruhi bentuk cluster dan memiliki sifat transformasi monoton. Transformasi monoton akan memelihara jarak antar anggota cluster, 3 ()

4 paling tidak mendekati jarak awalnya. Single dan complete linkage juga memiliki kedua sifat tersebut, sedangkan average linkage tidak memilikinya. Kedua sifat ini menunjukkan bahwa minimax linkage robust terhadap gangguan, misalnya gangguan berupa outlier. Fisher dan Van Ness (97) menyatakan bahwa aspek pengukuran jarak pada cluster lebih penting daripada kepadatan (jumlah) point dalam cluster.. Minimax linkage memenuhi sifat reducibility. Gordon (987), clustering yang menggunakan linkage juga membutuhkan sifat reducibility, dimana untuk setiap cluster G, G, H, d(g G, H) min{ d(g, H), d(g, H)} (9) Reducibility menunjukkan bahwa cluster baru yang terbentuk yaitu G G memiliki jarak sejauh mungkin dengan H, daripada jarak antara G atau G terhadap H. Misalkan, jika J dan H memilki jarak yang dekat sebelum penggabungan G dan G maka J dan H akan tetap tetap dekat setelah G dan G digabung (Murtagh, 983). Algoritma : Mulai dengan C 0 = {{x },,{x n }} dan d({x i },{x j }) = d(x i,x j ) untuk semua i j Untuk l =,,n :.Temukan sebuah pasangan (G, G ) yang memiliki jarak terdekat (RNN / reciprocal nearest neighbor).hitung d(g G, H) untuk semua HC l 3. Ulangi langkah (), dengan G dan G awal telah berkelompok Dimana l adalah jumlah pengamatan. Pemilihan metode cluster yang terbaik dapat dilakukan dengan analisa cluster. Analisa cluster bisa diperoleh dari kepadatan cluster yang terbentuk (cluster density). Kepadatan suatu cluster bisa ditentukan dengan variance within cluster (Vw ) dan variance between cluster (Vb ) (Man, Lim, Jian, Yue, 009 diacu dalam Martiana, Rosyid, Agusetia, 00). Varian tiap tahap pembentukan cluster bisa dihitung dengan rumus : n Vc yi yc nc i (0) Dimana : V c = varian pada cluster c c = k, dimana k = jumlah cluster n c = jumlah data pada cluster c y i = data ke-i pada suatu cluster y c = rata-rata dari data pada suatu cluster Selanjutnya dari nilai varian diatas, kita bisa menghitung nilai variance within cluster (Vw ) dan nilai variance between cluster (Vb ) dengan rumus : c Vw n i V i Vb N c i c c i n i i y y Dimana : N = jumlah semua data n i = jumlah data cluster i V i = varian pada cluster i y = rata-rata dari yi Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan cluster yang ideal adalah batasan variance, yaitu dengan menghitung kepadatan cluster berupa variance within cluster (Vw ) dan variance between cluster (Vb ). Cluster yang ideal mempunyai Vw minimum yang mempresentasikan internal homogeneity dan maksimum Vb yang menyatakan external homogeneity. Vw V Vb () ()

5 Penentuan jumlah cluster optimum dapat ditentukan dengan pola pergerakan varian. Identikasi pola pergerakan varian merupakan metode untuk memperoleh cluster yang mencapai global optimum (Arai, Barakbah, 007). Posisi yang mungkin untuk menemukan global optimum pada pergerakan varian, dikelompokkan menjadi yaitu hill-climbing dan valley-tracing (Noor dan Hariadi, 009). Pada valley-tracing didefinisikan bahwa kemungkinan mencapai global optimum terletak pada tahap ke-i, jika memenuhi persamaan berikut : v v v v i i i i (3) Dimana V i = varian pada cluster ke-i hasil perbandingan Vw dengan Vb, i =..k, dan k tahap terakhir pembentukan cluster. Selanjutnya, baik dengan pendekatan metode valley-tracing maupun hill-climbing dilakukan identifikasi perbedaan nilai tinggi ( ) pada tiap tahap, yang didefinisikan dengan : v v xv i i i () Nilai digunakan untuk menghindari local optima, dimana persamaan ini diperoleh dari maksimum yang dipenuhi pada persamaan. Untuk mengetahui keakuratan dari suatu metode pembentukan cluster pada hierarchical method, baik menggunakan valley-tracing maupun hillclimbing, digunakan persamaan berikut. max nilai _ terdekat _ ke _ max Dimana : Nilai terdekat ke max ( ) adalah nilai kandidat max ( ) sebelumnya. Nilai φ yang lebih besar dari, menunjukkan cluster yang terbentuk merupakan cluster yang wellseparated / terpisah dengan baik. Jika nilai φ bertanda negatif berarti global optimum yang ditentukan telah benar dan cluster yang terbentuk terpisah dengan baik (Arai, Barakbah, 007)..3 Definisi Operasional Indikator Pemerataan Pendidikan Puspowati (009), menurut UU no 0 tahun 003, pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Definisi operasional enam variable tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :. APK (Angka Partisipasi Kasar) Hasil perhitungan APK digunakan untuk mengetahui banyaknya anak yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu. APK = jumlah murid jenjang tertentu jumlah penduduk usia sekolah. APM (Angka Partisipasi Murni) Indikator APM digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan yang sesuai. Kelompok umur untuk usia SD 7- tahun, SMP 3-5 tahun, SMA 6-8 tahun. Besarnya APM di suatu daerah dapat dihitung dengan rumus berikut : APM = jumlah murid usia jenjang tertentu jumlah penduduk usia sekolah 3. Rasio Murid-Guru Indikator rasio murid dengan guru digunakan untuk menggambarkan beban kerja guru dalam mengajar. Indikator ini juga dapat digunakan untuk melihat mutu pengajaran di kelas karena semakin tinggi nilai rasio ini berarti semakin berkurang tingkat pengawasan atau perhatian guru terhadap murid sehingga mutu pengajaran cenderung semakin rendah. Rasio Murid_Guru = jumlah murid jumlah guru. Rasio Murid-Kelas Indikator rasio murid dengan kelas digunakan untuk menggambarkan kepadatan kelas pada suatu jenjang pendidikan. Rasio Murid_Kelas = jumlah murid jumlah ruang kelas (6) (7) (8) (9) (5) 5

6 5. Rasio Murid-Sekolah Indikator rasio murid dengan sekolah digunakan untuk menggam-barkan rata-rata daya tampung per sekolah. Rasio Murid_Sekolah = jumlah murid jumlah sekolah 6. Angka Shift Angka yang diperoleh memberikan gambaran tentang waktu penyelenggaraan proses belajar mengajar. jumlah rombongan belajar Angka Shift = () jumlah ruang kelas Apabila angka shift >, maka waktu penyeleng-garaan proses belajar mengajar tidak dilakukan pada waktu yang bersamaan (lebih dari satu kali).. Penelitian Sebelumnya Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan yang berkaitan dengan pengelompokkan kecamatan berdasarkan indikator pemerataan pendidikan, di antaranya adalah penelitian Puspowati (009) yang meneliti pengelompokkan kecamatan di kabupaten Malang berdasarkan indikator pemerataan pendidikan. Dalam peneitiannya, Puspowati menggunakan data kecamatan di kabupaten Malang dan menggunakan metode self organizing maps (SOM). Pada penelitian saat ini akan digunakan data kecamatan di pulau Madura dan menggunakan metode hierarchical clustering via minimax linkage. Penelitian tentang metode hierarchical clustering via minimax linkage telah dilakukan oleh Jacob dan Tibshirani (0). Minimax linkage memiliki beberapa kelebihan, antara lain dendrogram dari minimax linkage tidak mempunyai susunan yang terbalik dan robust terhadap beberapa gangguan pada dataset. Dengan demikian, pengelompokkan kecamatan di pulau Madura dengan metode hierarchical clustering via minimax linkage dapat menghasilkan kelompok-kelompok kecamatan yang memiliki homogenitas tinggi. 3. Metodologi Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder mnegenai indikator pemerataan pendidikan 00/0 yang didapat dari Dinas Pendidikan Jawa Timur. Variabel penelitian yang digunakan yaitu APK (Angka Partisipasi Kasar), APM (Angka Partisipasi Murni), rasio murid dengan guru, rasio murid dengan kelas, rasio murid dengan sekolah, dan angka shift untuk jenjang SD, SMP, dan SMA. Variabel-variabel tersebut dihitung untuk masing-masing kecamatan di pulau Madura. Kabupaten Bangkalan memiliki 8 kecamatan, Sampang memilki kecamatan, Pamekasan memiliki 3 kecamatan, dan Sumenep memiliki 7 kecamatan. Jadi, terdapat 7 kecamatan di pulau Madura. Setelah data terkumpul dan variabel penelitian ditentukan maka langkah-langkah dalam menganalisis data adalah sebagai berikut.. Melakukan analisis statistika deskriptif yaitu rata-rata, varians, nilai minimum, nilai maksimum, dan boxplot dari masing-masing variabel.. Membandingkan hasil pengelompokkan kecamatan di pulau Madura berdasarkan indikator pemerataan pendidikan dengan metode hierarchical clustering dengan single linkage, complete linkage, average linkage, dan minimax linkage dan mendapatkan kecamatan di pulau Madura yang berkelompok berdasarkan hasil pengelompokkan terbaik dengan langkah- langkah sebagai berikut. a. Mereduksi dimensi data dengan menggunakan analisis faktor. Analisis faktor juga berguna untuk menghilangkan korelasi jika antar variabel pada data terdapat korelasi. Sebelum melakukan analisis faktor, terlebih dahulu melakukan uji KMO dan MSA serta uji Bartlett pada data. b. Melakukan pengelompokkan kecamatan-kecamatan di pulau Madura berdasarkan indikator pemerataan pendidikan dengan menggunakan metode hierarchical clustering dengan single linkage, complete linkage, average linkage, dan minimax linkage. c. Membandingkan hasil pengelompokkan dengan semua metode menggunakan nilai variance within cluster dan variance between cluster. d. Menentukan jumlah cluter optimum pada metode terbaik dengan valley-tracing. (0) 6

7 3. Melakukan analisis terhadap karakteristik kecamatan hasil pengelompokkan terbaik dalam upaya pemerataan pendidikan di Pulau Madura.. Melakukan pengelompokkan kecamatan-kecamatan di tiap kabupaten pulau Madura dengan metode minimax linkage.. Analisis dan Pembahasan Hasil analisis statistika deskriptif kecamatan-kecamatan di pulau Madura pada Tabel menunjukkan bahwa nilai rata-rata tertinggi merupakan rata-rata dari variabel rasio murid dan sekolah tingkat SMA dengan nilai varians yang sangat tinggi pula yaitu 533,60, nilai minimumnya adalah 0 dan nilai maksimumnya adalah 63. Nilai minimum menunjukkan bahwa terdapat kecamatan di pulau Madura yang belum memiliki sekolah tingkat SMA dan nilai maksimum menunjukkan bahwa terdapat kecamatan yang memiliki jumlah murid sebanyak 63 pada satu sekolah tingkat SMA. Nilai minimum yang bernilai nol menunjukkan terdapat kecamatan di pulau Madura yang belum memiliki sekolah tingkat SMA dan semua kecamatan-kecamatan di pulau Madura telah memiliki sekolah tingkat SD dan SMP karena nilai minimum tidak menunjukkan angka nol. Tabel Nilai Rata-Rata, Varians, Minimum (Min), dan Maksimum (Maks) Variabel-Variabel Indikator Pemerataan Pendidikan Variabel Rata- Rata- Varians Min Maks Variabel Rata Rata Varians Min Maks APK SD 76,6 505,99 33,3 3,59 Murid/Kelas SMP 30,6 56,7 6,6 75,5 APM SD 66,9 393,69 7,78 09,39 Murid/Sekolah SMP 7, Murid/Guru SD 7,99 7,37 5,8 88,7 Angka shift SMP,5 0, 0,6 3,5 Murid/Kelas SD,9 65,69,09 5,07 APK SMA, 97, ,39 Murid/Sekolah SD 6, 9, 67, 9,3 APM SMA,3 67,9 0 5,69 Angka shift SD,5 0, 0,8 3,6 Murid/Guru SMA 7,93,9 0,9 APK SMP 37,67 665,3 6,7 56,68 Murid/Kelas SMA 35,7 6, APM SMP 5,59 9,08,76,63 Murid/Sekolah SMA 08,8 533, Murid/Guru SMP 8,33,6 3,07 6,09 Angka shift SMA 0,93,77 0 Keragaman data terutama adanya outlier pada setiap variabel indikator pemerataan pendidikan dapat diketahui melalui boxplot. Agar keragaman dapat dilihat secara serentak, maka keragaman masing-masing variabel perlu disajikan secara bersama dalam satu diagram yaitu pada Gambar.. 8 Data APK SD APM SD Murid/Guru SD Murid/Kelas SD 7 Murid/Sekolah SD Angka shift SD APK SMP APM SMP Murid/Guru SMP Murid/Kelas SMP Murid/Sekolah SMP Angka shift SMP APK SMA APM SMA Murid/Guru SMA Murid/Kelas SMA Murid/Sekolah SMA Angka shift SMA Gambar Boxplot Variabel-Variabel Indikator Pemerataan Pendidikan di Kecamatan-Kecamatan Pulau Madura Outlier yang paling banyak terdapat pada variabel APM dan angka shift tingkat SMP. Pada variabel APK tingkat SMP, APK, dan APM tingkat SMA serta beberapa variabel lainnya juga terdapat

8 pengamatan yang outlier, akan tetapi jumlahnya tidak sebanyak pada variabel APM dan angka shift tingkat SMP.. Analisis Faktor pada Variabel-Variabel Indikator Pemerataan Pendidikan Uji kecukupan data secara keseluruhan yang digunakan adalah Kaiser-Meyer-Olkin (KMO). Hipotesis dari KMO adalah sebagai berikut : H 0 : Jumlah data indikator pemerataan pendidikan cukup untuk difaktorkan H : Jumlah data indikator pemerataan pendidikan tidak cukup untuk difaktorkan Pengujian kecukupan data keseluruhan dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan sehingga diperoleh nilai KMO sebesar 0,670, jadi dapat disimpulkan bahwa asumsi kecukupan data indikator pemerataan pendidikan keseluruhan telah terpenuhi dan data indikator pemerataan pendidikan pada kecamatan-kecamatan di pulau Madura cukup untuk difaktorkan. Pengujian kecukupan data pada masing-masing variabel indikator pemerataan pendidikan dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan. Hasil perhitungan nilai MSA (Tabel ) yang telah dilakukan menghasilkan nilai MSA yang lebih besar dari 0,5 untuk semua variabel indikator pemerataan pendidikan, maka hasil uji MSA terpenuhi oleh masing-masing variabel. Tabel Uji Kecukupan Data pada Masing-Masing Variabel Indikator Pemerataan Pendidikan No Variabel MSA No Variabel MSA APK SD 0,656 0 Murid/Kelas SMP 0,68 APM SD 0,67 Murid/Sekolah SMP 0,756 3 Murid/Guru SD 0,78 Angka shift SMP 0,69 Murid/Kelas SD 0,75 3 APK SMA 0,586 5 Murid/Sekolah SD 0,73 APM SMA 0,589 6 Angka shift SD 0,653 5 Murid/Guru SMA 0,75 7 APK SMP 0,6 6 Murid/Kelas SMA 0,598 8 APM SMP 0,609 7 Murid/Sekolah SMA 0,69 9 Murid/Guru SMP 0,839 8 Angka shift SMA 0,5 Uji korelasi yang digunakan adalah uji Bartlett dengan hipotesis : H 0 : Matriks korelasi data indikator pemerataan pendidikan merupakan matriks identitas H : Matriks korelasi data indikator pemerataan pendidikan bukan matriks identitas Uji korelasi data indikator pemerataan pendidikan yang telah dilakukan menghasilkan nilai P- value sebesar 0,000. Maka dapat dikatakan bahwa antar variabel pada data indikator pemerataan pendidikan di kecamatan-kecamatan pulau Madura saling berkorelasi. Cara untuk menentukan jumlah faktor yang tepat untuk mewakili variabilitas data indikator pemerataan pendidikan yaitu dengan mengidentifikasi nilai eigenvalue pada gambar scree plot. Gambar scree plot yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar Eigenvalue Factor Number Gambar Scree Plot Variabel-Variabel Indikator Pemerataan Pendidikan di Kecamatan-Kecamatan Pulau Madura 8

9 Pada Gambar dapat diketahui bahwa jumlah faktor yang tepat untuk mewakili variabel indikator pemerataan pendidikan di kecamatan-kecamatan pulau Madura yaitu sebanyak lima faktor. Penggunaan lima faktor akan mewakili 79,9 % variabilitas data. Pembagian variabel-variabel ke dalam kelompok faktor tertentu dilakukan dengan memilih nilai loading faktor terbesar antara loading faktor,, 3,, dan 5. Loading faktor yang digunakan adalah loading faktor yang telah dirotasi varimax. Nilai loading faktor yang telah dirotasi varimax dan yang telah diurutkan berdasarkan nilai loading faktor terbesar dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Nilai Loading Faktor dengan Rotasi Varimax Variabel Faktor Faktor Faktor 3 Faktor Faktor 5 APK SD 0,98-0,077-0,078-0,03-0,077 APM SD 0,96 0,00-0,0-0,0-0,05 Murid/Guru SD 0,88 0,069 0,7 0,05 0,67 Murid/Kelas SD 0,88 0,08 0,6 0,03 0,6 Murid/Sekolah SD 0,8-0,8-0,9 0,095-0,03 Angka shift SD 0,005 0,96 0,9 0,03 0,00 APK SMP -0,05 0,96 0, 0,0 0,00 APM SMP -0,08 0,69 0,6-0,3-0,038 Murid/Guru SMP -0,077 0,573 0,3-0,57-0, Murid/Kelas SMP 0,08 0,7 0,79-0,056-0,8 Murid/Sekolah SMP -0,003 0,5 0,79-0,066-0,086 Angka shift SMP -0,7 0,35 0,737-0,9-0,73 APK SMA -0,059 0,6 0,7-0,07 0,038 APM SMA -0,8 0,73-0,9 0,08-0,057 Murid/Guru SMA 0,00 0,08 0,8-0,96-0,67 Murid/Kelas SMA 0,0 0,06 0,08-0,9-0,09 Murid/Sekolah SMA 0,0-0,09-0,067-0,3-0,898 Angka shift SMA -0,9 0,38 0,399-0, -0,773 Keterangan : angka yang dicetak tebal merupakan nilai tertinggi dari masing-masing loading faktor Penentuan variabel akan dikelompokkan pada faktor,, 3, atau 5 berdasarkan nilai mutlak loading faktor terbesar dari masing-masing variabel. Faktor dapat disebut sebagai faktor murid SD, sedangkan faktor dapat diberi nama faktor murid SMP. Faktor 3 disebut faktor fasilitas SMP dan faktor disebut faktor murid SMA, serta faktor 5 disebut faktor fasilitas SMA.. Analisis Cluster pada Kecamatan-Kecamatan di Pulau Madura Hasil dendrogram pada pengelompokkan kecamatan-kecamatan di pulau Madura menjadi satu kelompok dengan metode single linkage, complete linkage, average linkage, dan minimax linkage yaitu sebagai berikut. (a) (b) 9

10 (c) Gambar 3 Dendrogram Single Linkage (a), Complete Linkage (b), Average Linkage (c), Minimax Linkage (d) Kecamatan-Kecamatan Pulau Madura Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa kecamatan yang bergabung terakhir adalah kecamatan Camplong () kabupaten Sampang. Minimax linkage adalah pengelompokkan berdasarkan nilai minimum dari jarak yang maksimum. Dendrogram dari metode minimax linkage memiliki susunan yang lebih teratur jika dibandingkan dengan dendrogram dari metode single, complete, dan average linkage. Cluster yang ideal mempunyai Vw minimum yang mempresentasikan internal homogeneity dan maksimum Vb yang menyatakan external homogeneity. Perbandingan nilai Vw yang minimum dan nilai Vb yang maksimum menghasilkan suatu nilai variance yang minimum. Pemilihan metode cluster terbaik dilakukan dengan menentukan peringkat pada setiap jumlah cluster yang terbentuk pada keempat metode berdasarkan nilai variance yang terkecil. Jumlah peringkat pada metode single, complete, average, dan minimax linkage dapat dilihat pada Tabel. Tabel Jumlah Peringkat Atas dan Bawah pada Metode Single, Complete, Average, dan Minimax Linkage Peringkat (d) Metode Pengelompokkan Single Complete Average Minimax Atas 36,6% 60,56% 7,65% 77,6% a Bawah 63,38% 39,% 5,35%,5% Keterangan : a merupakan jumlah peringkat atas terbanyak Metode minimax linkage merupakan metode terbaik daripada metode single, complete, dan average linkage karena memiliki jumlah peringkat atas terbanyak yaitu sebanyak 77,6% dan jumlah peringkat bawah sebanyak,5%. Setelah itu, dilakukan penentuan jumlah cluster optimum dengan pergerakan variance pola valley-tracing. Nilai variance yang digunakan merupakan hasil perbandingan variance within cluster (Vw ) dan variance between cluster (Vb ). Perbedaan nilai tinggi ( ) pada tiap jumlah cluster dengan metode minimax linkage ditampilkan pada Gambar. 0

11 beda tinggi jumlah cluster Gambar Perbedaan Nilai Tinggi pada Tiap Jumlah Cluster dengan Metode Minimax Linkage Perbedaan nilai tinggi yang maksimum yaitu ketika jumlah cluster sebanyak 3 dengan perbedaan nilai tinggi sebesar 0,037. Hal ini berarti bahwa jumlah cluster yang optimum pada pengelompokkan kecamatan-kecamatan berdasarkan indikator pemerataan pendidikan dengan metode minimax linkage yaitu sebanyak 3 cluster. Keakuratan dari suatu metode pembentukan cluster pada hierarchical method menggunakan valley-tracing dapat diketahui dengan menggunakan persamaan 5, didapatkan nilai φ yaitu -0,378. Nilai φ yang bertanda negatif berarti global optimum yang ditentukan telah benar dan clusteryang terbentuk terpisah dengan baik..3 Analisis Karakteristik Tiap Kelompok Kecamatan-Kecamatan di Pulau Madura Hasil pengelompokkan dengan metode minimax linkage menghasilkan jumlah kelompok yang optimum yaitu sebanyak 3 kelompok.tiap kelompok memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Kelompok terdiri dari kecamatan Camplong kabupaten Sampang. Kecamatan Camplong memiliki nilai angka shift >. Hal ini berarti bahwa waktu penyelenggaraan proses belajar mengajar tidak dilakukan pada waktu yang bersamaan (lebih dari satu kali). Kebijakan yang sesuai untuk kecamatan Camplong yaitu penambahan ruang kelas untuk pendidikan tingkat SMA. Kelompok terdiri dari kecamatan Kota Sumenep kabupaten Sumenep. Kota Sumenep merupakan kecamatan yang memiliki nilai-nilai tinggi untuk tiap variabel indikator pemerataan pendidikan sehingga dapat dijadikan contoh. Kelompok 3 terdiri dari kecamatan-kecamatan di pulau Madura selain kecamatan Camplong dan Kota Sumenep. Secara umum, kelompok 3 memiliki karakteristik yaitu variabel-variabel indikator pemerataan pendidikan tingkat SMA memiliki nilai varians yang cukup tinggi sehingga fasilitas untuk jenjang pendidikan SMA perlu ditingkatkan dalam upaya pemerataan pendidikan tingkat kecamatan.. Pengelompokkan Kecamatan-Kecamatan Tiap Kabupaten di Pulau Madura Pengelompokkan kecamatan-kecamatan tiap kabupaten di pulau Madura menggunakan metode minimax linkage. Penentuan jumlah kelompok yang optimum pada masing-masing kebupaten menggunakan valley-tracing. Perbedaan nilai tinggi ( ) pada tiap jumlah cluster dengan metode minimax linkage ditampilkan pada Gambar beda tinggi beda tinggi jumlah cluster jumlah cluster 0 (a) (b)

12 beda tinggi jumlah cluster 0 beda tinggi jumlah cluster (c) (d) Gambar 5 Perbedaan Nilai Tinggi pada Tiap Jumlah Cluster pada Pengelompokkan di Bangkalan (a), Sampang (b), Pamekasan (c), dan Sumenep (d) Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa jumlah cluster yang optimum pada kabupaten Bangkalan yaitu sebanyak 3 kelompok dengan nilai keakuratan yaitu sebesar -0,8, pada kabupaten Sampang sebanyak kelompok dengan nilai keakuratan -,3, pada kabupaten Pamekasan sebanyak 3 kelompok dengan nilai keakuratan -0,56, dan pada kabupaten Sumenep sebanyak kelompok dengan nilai keakuratan 8,887. Hal ini berarti bahwa cluster yang terbentuk pada tiap kabupaten di pulau Madura telah terpisah dengan baik Kesimpulan Hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian ini memperoleh kesimpulan yaitu varians tertinggi terdapat pada variabel rasio murid dengan sekolah tingkat SMA dan SMP yang berarti bahwa terdapat kesenjangan yang cukup tinggi antar kecamatan dan metode minimax linkage merupakan metode pengelompokkan terbaik dengan jumlah kelompok optimum sebanyak 3 dan hasil pengelompokkan kecamatan di pulau Madura sebagai berikut. Kelompok : kecamatan Camplong kabupaten Sampang. Kelompok : kecamatan Kota Sumenep kabupaten Sumenep. Kelompok 3 : kecamatan-kecamatan di pulau Madura selain kecamatan Camplong dan Kota Sumenep. Karakteristik kecamatan-kecamatan di pulau Madura berdasarkan kelompok yaitu : kelompok memiliki nilai angka shift untuk pendidikan jenjang SMA yang cukup tinggi sehingga perlu adanya penambahan ruang kelas untuk pendidikan tingkat SMA, kelompok memiliki nilai-nilai tinggi untuk tiap variabel indikator pemerataan pendidikan sehingga dapat dijadikan contoh oleh kecamatan lain, dan kelompok 3 memiliki nilai varians yang cukup tinggi untuk variabel-variabel indikator pemerataan pendidikan tingkat SMA sehingga fasilitas untuk jenjang pendidikan SMA perlu ditingkatkan. Hasil pengelompokkan kecamatan di kabupaten Bangkalan dengan metode minimax linkage dan valleytracing menghasilkan jumlah kelompok yang optimum sebanyak 3 kelompok, kabupaten Sampang sebanyak kelompok, kabupaten Pamekasan sebanyak 3 kelompok, dan kabupaten Sumenep sebanyak kelompok. 6. Saran Agar mendapatkan karakteristik pendidkan yang lebih lengkap, disarankan untuk melakukan survei langsung mengenai kualitas pendidikan untuk tiap kecamatan. Penggunaan berbagai cara untuk membandingkan metode pengelompokkan perlu dilakukan agar hasil yang didapat lebih optimal. 7. Daftar Pustaka Arai, K., Barakbah, A.R Cluster Construction Method Based on Global Optimum Cluster Determination with The Newly Defined Moving Variance. Reports of the Faculty of Science and Engineering, Saga University. 36() : 9-5 Bien, J. dan Tibshirani, R. 0. Hierarchical Clustering With Prototype via Minimax Linkage. Journal of the American Statistical Association

13 Dillon, W., Goldstein, M. 98. Multivariate Analysis Methods and Application. Canada : John Wiley and Sons, Inc Fisher, L., Van Ness, J. 97. Admissible Clustering Procedures. Biometrica 58() : 9-0 Gordon, A.D A Review of Hierarchical Classification. Journal of Royal Statistical Society, Ser. A 50() : 9-37 Hair, J. F., Black, W.C., Babin, B.J., Anderson, R.E. 00. Multivariate Data Analysis. New Jersey : Upper saddle river Johnson, R.A., Winchern, D.W Applied Multivariate Statistical Analysis. USA : Pearson Education International Man L, Chew Lim T, Jian S, Yue L Supervised and Traditional Term Weighting Methods for Automatic Text Categorization. Pattern Analysis and Machine Intelligence, IEEE Transactions on. 3() : Martiana, E., Rosyid, N., Agusetia, U. 00. Mesin Pencari Dokumen dengan Pengklasteran secara Otomatis. TELKOMNIKA 8() : -8 Morrison, D.F Multivariate Statistical Methods Fourth Edition. USA : Thomson Learning, Inc Murtagh, F A Survey of Recent advances in Hierarchical Clustering Algorithms. The Computer Journal 6 : Noor, M. H., Hariadi, M Image Cluster Berdasarkan Warna untuk Identifikasi Kematangan Buah Tomat dengan Metode Valley Tracing. Seminar Nasional Informatika 009 Norusis, M.J Advanced Statistics SPSS/PC+ for the IBM PC/XT/AT. Michigan Avenue Chicago Illinois Purwaningsih, A. 00. Penentuan Rotasi yang Sesuai dalam Analisis Faktor dengan Analisis Procrustes. Pusat Pengembangan Teknologi Informasi dan Komputasi, BATAN Puspowati, T Algoritma Self Organizing Maps (SOM) untuk Pengelompokkan Kecamatan di Kabupaten Malang berdasarkan Indikator Pemerataan Pendidikan [tesis]. Surabaya : Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember 3

Hierarchical Clustering via Minimax Linkage pada Pengelompokkan Kecamatan di Pulau Madura berdasarkan Indikator Pemerataan Pendidikan

Hierarchical Clustering via Minimax Linkage pada Pengelompokkan Kecamatan di Pulau Madura berdasarkan Indikator Pemerataan Pendidikan JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2011 Padmi Ganifandari 1308 100 044 Hierarchical Clustering via Minimax Linkage pada Pengelompokkan Kecamatan di Pulau Madura berdasarkan

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN INDIKATOR DALAM PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN METODE MINIMAX LINKAGE

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN INDIKATOR DALAM PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN METODE MINIMAX LINKAGE Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 02 (2016), hal 253-260 PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN INDIKATOR DALAM PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Qonitatin Nafisah, Novita Eka Chandra Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Islam Darul Ulum Lamongan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR TERHADAP DATA PENGGUNAAN WEB PERSONAL DOSEN ITS DAN PERBANDINGAN TERHADAP PENCAPAIAN IPK DAN LAMA STUDI MAHASISWA

ANALISIS FAKTOR TERHADAP DATA PENGGUNAAN WEB PERSONAL DOSEN ITS DAN PERBANDINGAN TERHADAP PENCAPAIAN IPK DAN LAMA STUDI MAHASISWA Seminar Nasional Statistika IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 ANALISIS FAKTOR TERHADAP DATA PENGGUNAAN WEB PERSONAL DOSEN ITS DAN PERBANDINGAN TERHADAP PENCAPAIAN IPK DAN LAMA STUDI

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR Saintia Matematika Vol. 2, No. 1 (2014), pp. 1 11. IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR Aswin Bahar, Gim Tarigan, Pengarapen Bangun Abstrak. Pernikahan dini merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya. 2.1 Matriks Sebuah matriks, biasanya dinotasikan dengan huruf kapital tebal seperti A,

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN)

PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN) Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 507 516. PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN) Juliarti Hardika,

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENDIDIKAN FORMAL WAJIB BELAJAR 12 TAHUN MENGGUNAKAN CLUSTER HIERARCHY

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENDIDIKAN FORMAL WAJIB BELAJAR 12 TAHUN MENGGUNAKAN CLUSTER HIERARCHY TUGAS AKHIR SS 145561 PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENDIDIKAN FORMAL WAJIB BELAJAR 12 TAHUN MENGGUNAKAN CLUSTER HIERARCHY PUSPA DESI TRI ANDINI NRP 1314 030

Lebih terperinci

Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur

Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur Nama : Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur Dimas Okky S. (1307030006) Dosen Pembimbing : Dr.Dra.Ismaini Zain, MSi PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Partisipasi

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM DENGAN MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTER Artanti Indrasetianingsih Dosen Program Studi Statistika, FMIPA

Lebih terperinci

Pemetaan Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota Jawa Timur dengan Metode Fuzzy K-Means Clustering

Pemetaan Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota Jawa Timur dengan Metode Fuzzy K-Means Clustering Pemetaan Sektor Perikanan Laut Kabupaten/ Kota Jawa Timur dengan Metode Fuzzy K-Means Clustering R.A. Norromadani.Y 1, Farizi Rahman 2, M. Basuki Rahmat 3 1 Program Studi Manajemen Bisnis, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

CLUSTER POTENSI SEKTOR PERIKANAN PADA PERAIRAN UMUM DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

CLUSTER POTENSI SEKTOR PERIKANAN PADA PERAIRAN UMUM DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 CLUSTER POTENSI SEKTOR PERIKANAN PADA PERAIRAN UMUM DI JAWA TIMUR TAHUN 2016 R.A. Norromadani Yuniati 1), Farizi Rachman 2) 1 Program Studi Manajemen Bisnis, Jurusan Teknik Bangunan Kapal, Politeknik Perkapalan

Lebih terperinci

Universitas Negeri Malang Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia.

Universitas Negeri Malang   Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia. 1 PERBANDINGAN JUMLAH KELOMPOK OPTIMAL PADA METODE SINGLE LINKAGE DAN COMPLETE LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE: Studi Kasus pada Data Pembangunan Manusia Jawa Timur Yuli Novita Indriani 1, Abadyo

Lebih terperinci

TEMU KEMBALI INFORMASI BERDASARKAN LOKASI PADA DOKUMEN YANG DIKELOMPOKKAN MENGGUNAKAN METODE CENTROID LINKAGE HIERARCHICAL

TEMU KEMBALI INFORMASI BERDASARKAN LOKASI PADA DOKUMEN YANG DIKELOMPOKKAN MENGGUNAKAN METODE CENTROID LINKAGE HIERARCHICAL TEMU KEMBALI INFORMASI BERDASARKAN LOKASI PADA DOKUMEN YANG DIKELOMPOKKAN MENGGUNAKAN METODE CENTROID LINKAGE HIERARCHICAL Nadia Damayanti 1, Nur Rosyid Mubtada i, S.Kom, M.Kom 2, Afrida Helen S.T, M.Kom

Lebih terperinci

Analisis Cluster, Analisis Diskriminan & Analisis Komponen Utama. Analisis Cluster

Analisis Cluster, Analisis Diskriminan & Analisis Komponen Utama. Analisis Cluster Analisis Cluster Analisis Cluster adalah suatu analisis statistik yang bertujuan memisahkan kasus/obyek ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai sifat berbeda antar kelompok yang satu dengan yang lain.

Lebih terperinci

KAJIAN FAKTOR PENYEBAB PENDERITA HIPERTENSI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS FAKTOR DI KOTAMADYA MEDAN (Studi Kasus : RSUP H.

KAJIAN FAKTOR PENYEBAB PENDERITA HIPERTENSI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS FAKTOR DI KOTAMADYA MEDAN (Studi Kasus : RSUP H. Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 2, No. 4 (2014), pp. 333 343. KAJIAN FAKTOR PENYEBAB PENDERITA HIPERTENSI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS FAKTOR DI KOTAMADYA MEDAN (Studi Kasus : RSUP H. Adam Malik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang saling berkorelasi. Analisis peubah ganda dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang saling berkorelasi. Analisis peubah ganda dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Peubah Ganda Analisis peubah ganda merupakan metode statistika yang menganalisis secara bersama-sama variabel yang cukup banyak yang diamati pada setiap individu atau

Lebih terperinci

WEB MINING UNTUK PENCARIAN DOKUMEN BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN HILL CLIMBING AUTOMATIC CLUSTER

WEB MINING UNTUK PENCARIAN DOKUMEN BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN HILL CLIMBING AUTOMATIC CLUSTER WEB MINING UNTUK PENCARIAN DOKUMEN BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN HILL CLIMBING AUTOMATIC CLUSTER Hervilorra Eldira 1, Entin Martiana K 2., S.Kom M.Kom, Nur Rosyid M 2., S.Kom 1 Mahasiswa, 2 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

MESIN PENCARI DOKUMEN DENGAN PENGKLASTERAN SECARA OTOMATIS

MESIN PENCARI DOKUMEN DENGAN PENGKLASTERAN SECARA OTOMATIS ISSN: 693-6930 4 MESIN PENCARI DOKUMEN DENGAN PENGKLASTERAN SECARA OTOMATIS Entin Martiana, Nur Rosyid, Usmaida Agusetia Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT MAHASISWA ASAL LUAR BALI KULIAH DI FMIPA UNIVERSITAS UDAYANA BALI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT MAHASISWA ASAL LUAR BALI KULIAH DI FMIPA UNIVERSITAS UDAYANA BALI FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI MINAT MAHASISWA ASAL LUAR BALI KULIAH DI FMIPA UNIVERSITAS UDAYANA BALI DAIMATUL KHOIRIYAH 1, MADE SUSILAWATI 2, DESAK PUTU EKA NILAKUSMAWATI 3 1, 2, 3 Jurusan Matematika

Lebih terperinci

Fuzzy C-means Clustering menggunakan Cluster Center Displacement

Fuzzy C-means Clustering menggunakan Cluster Center Displacement Fuzzy C-means Clustering menggunakan Cluster Center Displacement Fitri Hidayah Sundawati 1), Jadi Suprijadi 2), Titi Purwandari 3) 1) Mahasiswa Statistika Terapan, UniversitasPadjadjaran-Indonesia 2) Pengajar

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PENGKLASTERAN UNTUK MENENTUKAN BIDANG TUGAS AKHIR MAHASISWA TEKNIK INFORMATIKA PENS BERDASARKAN NILAI

PENGGUNAAN METODE PENGKLASTERAN UNTUK MENENTUKAN BIDANG TUGAS AKHIR MAHASISWA TEKNIK INFORMATIKA PENS BERDASARKAN NILAI PENGGUNAAN PENGKLASTERAN UNTUK MENENTUKAN BIDANG TUGAS AKHIR MAHASISWA TEKNIK INFORMATIKA PENS BERDASARKAN NILAI Entin Martiana S.Kom,M.Kom, Nur Rosyid Mubtada i S. Kom, Edi Purnomo Jurusan Teknik Informatika

Lebih terperinci

Rotasi Varimax dan Median Hirarki Cluster Pada Program Raskin di Kabupaten Lombok Barat

Rotasi Varimax dan Median Hirarki Cluster Pada Program Raskin di Kabupaten Lombok Barat Jurnal Matematika Vol. 5 No.1, Juni 2015. ISSN: 1693-1394 Rotasi Varimax dan Median Hirarki Cluster Pada Program Raskin di Kabupaten Lombok Barat Desy Komalasari Fakultas MIPA Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

Analisis Faktor dan Pengelompokan Kecamatan berdasarkan Indikator Mutu Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar di Kabupaten Sidoarjo

Analisis Faktor dan Pengelompokan Kecamatan berdasarkan Indikator Mutu Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar di Kabupaten Sidoarjo JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) D-236 Analisis Faktor dan Pengelompokan Kecamatan berdasarkan Indikator Mutu Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar di Kabupaten

Lebih terperinci

LABORATORIUM DATA MINING JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA. Modul II CLUSTERING

LABORATORIUM DATA MINING JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA. Modul II CLUSTERING LABORATORIUM DATA MINING JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Modul II CLUSTERING TUJUA PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mempunyai pengetahuan dan kemampuan dasar dalam

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. survei yang dilakukan BPS pada 31 Oktober Langkah selanjutnya yang

BAB III PEMBAHASAN. survei yang dilakukan BPS pada 31 Oktober Langkah selanjutnya yang BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam skripsi ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari buku saku Ikhtisar Data Pendidikan Tahun 2016/2017. Data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Data

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang BAB III PEMBAHASAN Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang dimiliki. Asumsi-asumsi dalam analisis cluster yaitu sampel

Lebih terperinci

DATA MINING DAN WAREHOUSE A N D R I

DATA MINING DAN WAREHOUSE A N D R I DATA MINING DAN WAREHOUSE A N D R I CLUSTERING Secara umum cluster didefinisikan sebagai sejumlah objek yang mirip yang dikelompokan secara bersama, Namun definisi dari cluster bisa beragam tergantung

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN DESA/KELURAHAN DI KOTA DENPASAR MENURUT INDIKATOR PENDIDIKAN

PENGELOMPOKAN DESA/KELURAHAN DI KOTA DENPASAR MENURUT INDIKATOR PENDIDIKAN E-Jurnal Matematika Vol. (), Mei, pp. - ISSN: - PENGELOMPOKAN DESA/KELURAHAN DI KOTA DENPASAR MENURUT INDIKATOR PENDIDIKAN Ni Wayan Aris Aprilia A.P, I Gusti Ayu Made Srinadi, Kartika Sari Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

BAB III K-MEANS CLUSTERING. Analisis klaster merupakan salah satu teknik multivariat metode

BAB III K-MEANS CLUSTERING. Analisis klaster merupakan salah satu teknik multivariat metode BAB III K-MEANS CLUSTERING 3.1 Analisis Klaster Analisis klaster merupakan salah satu teknik multivariat metode interdependensi (saling ketergantungan). Oleh karena itu, dalam analisis klaster tidak ada

Lebih terperinci

Model Regresi Multivariat untuk Menentukan Tingkat Kesejahteraan Kabupaten dan Kota di Jawa Timur

Model Regresi Multivariat untuk Menentukan Tingkat Kesejahteraan Kabupaten dan Kota di Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Model Regresi Multivariat untuk Menentukan Tingkat Kesejahteraan Kabupaten dan Kota di Jawa Timur M.Fariz Fadillah Mardianto,

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR. Gangga Anuraga ABSTRAK

ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR. Gangga Anuraga ABSTRAK ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR Gangga Anuraga Dosen Program Studi Statistika MIPA Universitas PGRI Adi Buana Surabaya E-mail : ganuraga@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RESIKO PADA KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DI BAWAH NORMAL DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

ANALISIS FAKTOR RESIKO PADA KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DI BAWAH NORMAL DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 557 566. ANALISIS FAKTOR RESIKO PADA KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DI BAWAH NORMAL DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Siti Andri Yanti, Agus Salim Harahap, Suwarno

Lebih terperinci

PENENTUAN ROTASI YANG SESUAI DALAM ANALISIS FAKTOR DENGAN ANALISIS PROCRUSTES. Anik Purwaningsih *

PENENTUAN ROTASI YANG SESUAI DALAM ANALISIS FAKTOR DENGAN ANALISIS PROCRUSTES. Anik Purwaningsih * PENENTUAN ROTASI YANG SESUAI DALAM ANALISIS FAKTOR DENGAN ANALISIS PROCRUSTES Anik Purwaningsih * ABSTRAK PENENTUAN ROTASI YANG SESUAI DALAM ANALISIS FAKTOR DENGAN ANALISIS PROCRUSTES. Ide dasar dari analisis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Analisis Faktor Analisis faktor merupakan salah satu metode statistik multivariat yang mencoba menerangkan hubungan antara sejumlah variabel-variabel yang saling independen antara satu

Lebih terperinci

ANALISIS KELOMPOK METODE HIRARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN,,

ANALISIS KELOMPOK METODE HIRARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN,, 1 ANALISIS KELOMPOK METODE HIRARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KOTA/KABUPATEN DI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN,, Universitas Negeri Malang E-mail: desypurwaningyas@ymail.com Abstrak: Dengan

Lebih terperinci

Togu P. Marpaung, Normalina Napitupulu, Rachmad Sitepu

Togu P. Marpaung, Normalina Napitupulu, Rachmad Sitepu Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 289 298. ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN MASYARAKAT KOTA MEDAN KE PERPUSTAKAAN UMUM KOTA MEDAN Togu P. Marpaung, Normalina Napitupulu,

Lebih terperinci

(M.8) STRATEGI PENILAIAN SAHAM BERDASARKAN UKURAN TINGKAT LIKUIDITASNYA SEBAGAI ACUAN PENDUKUNG INDEKS LQ45

(M.8) STRATEGI PENILAIAN SAHAM BERDASARKAN UKURAN TINGKAT LIKUIDITASNYA SEBAGAI ACUAN PENDUKUNG INDEKS LQ45 (M.8) STRATEGI PENILAIAN SAHAM BERDASARKAN UKURAN TINGKAT LIKUIDITASNYA SEBAGAI ACUAN PENDUKUNG INDEKS LQ45 Muhammad Rifqi Syauqi PT Bursa Efek Indonesia Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190 rifqi.syauqi@idx.co.id

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan hipotesis nolnya adalah antar peubah saling bebas. Statistik ujinya dihitung dengan persamaan berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan hipotesis nolnya adalah antar peubah saling bebas. Statistik ujinya dihitung dengan persamaan berikut: . Menyiapkan gugus data pencilan dengan membangkitkan peubah acak normal ganda dengan parameter µ yang diekstrimkan dari data contoh dan dengan matriks ragam-peragam yang sama dengan data contoh. Proses

Lebih terperinci

Klasifikasi Kecamatan Berdasarkan Nilai Akhir SMA/MA di Kabupaten Aceh Selatan Menggunakan Analisis Diskriminan

Klasifikasi Kecamatan Berdasarkan Nilai Akhir SMA/MA di Kabupaten Aceh Selatan Menggunakan Analisis Diskriminan Statistika, Vol. 15 No. 2, 87-97 November 215 Klasifikasi Kecamatan Berdasarkan Nilai Akhir SMA/MA di Kabupaten Aceh Selatan Menggunakan Analisis Diskriminan Fitriana A.R. 1, Nurhasanah 2, Ririn Raudhatul

Lebih terperinci

PENGGEROMBOLAN SMA/MA DI KOTA PADANG BERDASARKAN INDIKATOR MUTU PENDIDIKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTER ENSEMBLE

PENGGEROMBOLAN SMA/MA DI KOTA PADANG BERDASARKAN INDIKATOR MUTU PENDIDIKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTER ENSEMBLE Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 13 23 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENGGEROMBOLAN SMA/MA DI KOTA PADANG BERDASARKAN INDIKATOR MUTU PENDIDIKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTER

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. linier, varian dan simpangan baku, standarisasi data, koefisien korelasi, matriks

BAB II KAJIAN TEORI. linier, varian dan simpangan baku, standarisasi data, koefisien korelasi, matriks BAB II KAJIAN TEORI Pada bab II akan dibahas tentang materi-materi dasar yang digunakan untuk mendukung pembahasan pada bab selanjutnya, yaitu matriks, kombinasi linier, varian dan simpangan baku, standarisasi

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: PERBANDINGAN KINERJA METODE COMPLETE LINKAGE DAN AVERAGE LINKAGE DALAM MENENTUKAN HASIL ANALISIS CLUSTER (Studi Kasus: Produksi Palawija Provinsi Kalimantan Timur 2014/2015) Silvia Ningsih 1, Sri Wahyuningsih

Lebih terperinci

Analisis Faktor Terhadap Resiko Kejadian Diare pada Anak Balita di Kota Ambon

Analisis Faktor Terhadap Resiko Kejadian Diare pada Anak Balita di Kota Ambon Statistika, Vol. 15 No. 2, 59-64 November 2015 Analisis Faktor Terhadap Resiko Kejadian Diare pada Anak Balita di Kota Ambon Ferry Kondo Lembang 1, Yuanita Samangun 2 1,2Jurusan Matematika Fakultas MIPA

Lebih terperinci

Semakin besar persentase CCR yang dihasilkan, maka tingkat akurasi yang dihasilkan semakin tinggi (Hair et. al., 1995).

Semakin besar persentase CCR yang dihasilkan, maka tingkat akurasi yang dihasilkan semakin tinggi (Hair et. al., 1995). 3 fungsi diskriminan cukup untuk memisahkan k buah kelompok. Karena fungsi-fungsi diskriminan tidak saling berkorelasi, maka komponen aditif dari V masing-masing didekati dengan khi-kuadrat dengan V j

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu penelitian 4.2. Data dan Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu penelitian 4.2. Data dan Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian dilakukan terhadap pengunjung Daiji Raamen yang terletak di Jalan Pajajaran No. 7. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE EKSPLORATORI KOMPONEN UTAMA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE EKSPLORATORI KOMPONEN UTAMA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE EKSPLORATORI KOMPONEN UTAMA Rina Fitrianita Rizki 1, Susiswo 2 Universitas Negeri Malang E-mail: rin.bluey.7@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Pada Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung)

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Pada Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015, Halaman 697-704 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL

Lebih terperinci

Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016

Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016 Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016 Rana Amani Desenaldo 1 Universitas Padjadjaran 1 rana.desenaldo@gmail.com ABSTRAK Kesejahteraan sosial adalah

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI KENTANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI KENTANG Saintia Matematika Vol. 1, No. 5 (2013), pp. 445 457. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI KENTANG Sartika, Henry Rani Sitepu, Pengarapen Bangun Abstrak. Analisis faktor merupakan suatu

Lebih terperinci

(M.6) FUZZY C-MEANS CLUSTERING DENGAN ANALISIS ROBUST

(M.6) FUZZY C-MEANS CLUSTERING DENGAN ANALISIS ROBUST (M.6) FUZZY C-MEANS CLUSTERING DENGAN ANALISIS ROBUST 1Nor Indah FitriyaNingrum, 2 Suwanda, 3 Anna Chadidjah 1Mahasiswa JurusanStatistika FMIPA UniversitasPadjadjaran 2Jurusan Statistika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS FAKTOR KLASIK DAN ANALISIS FAKTOR ROBUST UNTUK DATA INFLASI KELOMPOK BAHAN MAKANAN DI JAWA TENGAH

PERBANDINGAN ANALISIS FAKTOR KLASIK DAN ANALISIS FAKTOR ROBUST UNTUK DATA INFLASI KELOMPOK BAHAN MAKANAN DI JAWA TENGAH ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 343-352 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PERBANDINGAN ANALISIS FAKTOR KLASIK DAN ANALISIS FAKTOR ROBUST

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENCARIAN TUGAS AKHIR DENGAN METODE HILL CLIMBING AUTOMATIC CLUSTER TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN PENCARIAN TUGAS AKHIR DENGAN METODE HILL CLIMBING AUTOMATIC CLUSTER TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PENCARIAN TUGAS AKHIR DENGAN METODE HILL CLIMBING AUTOMATIC CLUSTER TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Strata 1 Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Oleh : Arief Yudissanta ( ) Pembimbing : Prof. Susanti Linuwih Mstat.PHD

Oleh : Arief Yudissanta ( ) Pembimbing : Prof. Susanti Linuwih Mstat.PHD TUGAS AKHIR Oleh : Arief Yudissanta (1307 030 019) Pembimbing : Prof. Susanti Linuwih Mstat.PHD PENGELOMPOKAN SEKOLAH DASAR BERDASARKAN RATA-RATA NILAI UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL DI SETIAP

Lebih terperinci

PENENTUAN KEMIRIPAN TOPIK PROYEK AKHIR BERDASARKAN ABSTRAK PADA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA MENGGUNAKAN METODE SINGLE LINKAGE HIERARCHICAL

PENENTUAN KEMIRIPAN TOPIK PROYEK AKHIR BERDASARKAN ABSTRAK PADA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA MENGGUNAKAN METODE SINGLE LINKAGE HIERARCHICAL PENENTUAN KEMIRIPAN TOPIK PROYEK AKHIR BERDASARKAN ABSTRAK PADA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA MENGGUNAKAN METODE SINGLE LINKAGE HIERARCHICAL Nur Rosyid M, Entin Martiana, Damitha Vidyastana, Politeknik Elektronika

Lebih terperinci

Analisis Pengelompokan dengan Metode K-Rataan

Analisis Pengelompokan dengan Metode K-Rataan 511 Analisis Pengelompokan dengan Metode K-Rataan Titin Agustin Nengsih Fakultas Syariah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Abstrak Analisis pengelompokkan adalah salah satu metode eksplorasi data untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Untuk dapat melakukan penelitian ini, langkah awalnya adalah mengetahui visi dan misi serta tujuan yang ingin dicapai oleh BReAD Unit. BReAD

Lebih terperinci

CAPAIAN PEMBELAJARAN (Learning outcome) : Mampu menganalisis data dengan metode statistika yang sesuai

CAPAIAN PEMBELAJARAN (Learning outcome) : Mampu menganalisis data dengan metode statistika yang sesuai CAPAIAN PEMBELAJARAN (Learning outcome) : Mampu menganalisis data dengan metode statistika yang sesuai Penguasaan Pengetahuan 5.1 Mampu mengidentifikasi permasalahan multivariat 5.2 Mampu menerapkan konsep

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Kualitas Multivariate Air Minum (Studi Kasus di PDAM Gresik)

Analisis Pengendalian Kualitas Multivariate Air Minum (Studi Kasus di PDAM Gresik) J. Math. and Its Appl. ISSN: 19-65X Vol., No. 1, May. 5, 47 59 Analisis Pengendalian Kualitas Multivariate Air Minum (Studi Kasus di PDAM Gresik) Nuri Wahyuningsih, Dwi Pusdikarta Jurusan Matematika Institut

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DETEKSI OUTLIER PADA ALGORITMA HIERARCHICAL CLUSTERING

IMPLEMENTASI DETEKSI OUTLIER PADA ALGORITMA HIERARCHICAL CLUSTERING IMPLEMENTASI DETEKSI OUTLIER PADA ALGORITMA HIERARCHICAL CLUSTERING Yoga Bhagawad Gita 1, Ahmad Saikhu 2 1,2 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Cluster Analysis. Hery Tri Sutanto. Jurusan Matematika MIPA UNESA. Abstrak

Cluster Analysis. Hery Tri Sutanto. Jurusan Matematika MIPA UNESA. Abstrak S-17 Cluster Analysis Hery Tri Sutanto Jurusan Matematika MIPA UNESA Abstrak Dalam analisis cluster mempelajari hubungan interdependensi antara seluruh set variabel perlu diteliti. Tujuan utama analisis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penerapan algoritma hierarchical clustering dan k-means untuk pengelompokan desa tertinggal.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan rangkaian dari langkah-langkah yang diterapkan dalam penelitian, secara umum dan khusus langkah-langkah tersebut tertera pada Gambar flowchart

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN PADANG LAWAS

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN PADANG LAWAS Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 2, No. 4 (2014), pp. 323 332. ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN PADANG LAWAS Ida Yanti Hasibuan, Pengarapen Bangun, Ujian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Traveling Salesmen Problem (TSP) Travelling Salesman Problem (TSP) merupakan sebuah permasalahan optimasi yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan seperti routing. Masalah

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Analisis interaksi antarvariabel 0 Interdependence 0 Deteksi multikolinearitas

Pendahuluan. 0 Analisis interaksi antarvariabel 0 Interdependence 0 Deteksi multikolinearitas Pendahuluan 0 Analisis interaksi antarvariabel 0 Interdependence 0 Deteksi multikolinearitas Tujuan 0 Tujuan utama: 0 Menjelaskan struktur hubungan di antara banyak variabel dalam bentuk faktor/variabel

Lebih terperinci

Analisis Faktor-Faktor Penentu Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kota Manado Menggunakan Analisis Faktor

Analisis Faktor-Faktor Penentu Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kota Manado Menggunakan Analisis Faktor Analisis Faktor-Faktor Penentu Mutu Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kota Manado Menggunakan Analisis Faktor Chirdy Onibala 1, Marline Paendong, Djoni Hatidja 3 1 Program Studi Matematika, FMIPA, UNSRAT

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA UNIVERSITAS PAKUAN TERHADAP PELAYANAN PARKIR KAMPUS

ANALISIS FAKTOR TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA UNIVERSITAS PAKUAN TERHADAP PELAYANAN PARKIR KAMPUS ANALISIS FAKTOR TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA UNIVERSITAS PAKUAN TERHADAP PELAYANAN PARKIR KAMPUS Sintya Dwi Rosady 1, Fitria Virgantari, Ani Andriyati Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPUTUSAN SISWA SMA MELANJUTKAN STUDI S1 DI UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPUTUSAN SISWA SMA MELANJUTKAN STUDI S1 DI UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPUTUSAN SISWA SMA MELANJUTKAN STUDI S1 DI UNIVERSITAS UDAYANA Made Susilawati 1), I Putu Eka Nila Kencana 2), Ni Made Dwi Yana Putri 3) 1) Jurusan Matematika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Penerapan Analisa Faktor dalam Membentuk Faktor Laten yang Mempengaruhi Prestasi Mahasiswa di Jurusan Matematika FMIPA Universitas Sriwijaya

Penerapan Analisa Faktor dalam Membentuk Faktor Laten yang Mempengaruhi Prestasi Mahasiswa di Jurusan Matematika FMIPA Universitas Sriwijaya Jurnal Penelitian Sains Volume 12 Nomer 3(A) 12301 Penerapan Analisa Faktor dalam Membentuk Faktor Laten yang Mempengaruhi Prestasi Mahasiswa di Jurusan Matematika FMIPA Universitas Sriwijaya Oki Dwipurwani,

Lebih terperinci

PENGELOMPOKKAN KABUPATEN DI PROVINSI BALI BERDASARKAN PERKEMBANGAN FASILITAS PARIWISATA

PENGELOMPOKKAN KABUPATEN DI PROVINSI BALI BERDASARKAN PERKEMBANGAN FASILITAS PARIWISATA E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.3, Agustus 2013, 53-58 ISSN: 2303-1751 PENGELOMPOKKAN KABUPATEN DI PROVINSI BALI BERDASARKAN PERKEMBANGAN FASILITAS PARIWISATA NOVA SARI BARUS 1, I PUTU EKA NILA KENCANA

Lebih terperinci

ANALISIS KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIERARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASAR INDIKATOR KESEHATAN

ANALISIS KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIERARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASAR INDIKATOR KESEHATAN 1 ANALISIS KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIERARKI UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASAR INDIKATOR KESEHATAN, dan, Universitas Negeri Malang Email: lina_ninos26@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

REDUKSI VARIABEL KRITERIAALTERNATIF RESTORAN DENGAN METODE FACTOR ANALYSIS

REDUKSI VARIABEL KRITERIAALTERNATIF RESTORAN DENGAN METODE FACTOR ANALYSIS REDUKSI VARIABEL KRITERIAALTERNATIF RESTORAN DENGAN METODE FACTOR ANALYSIS Ai Nurhayat, S.Si.,MT. Jurusan Teknik Industri Sekolah tinggi Teknologi Bandung ABSTRAK Pada tahun 2017 telah terjadi kenaikan

Lebih terperinci

Program Studi Pendidikan Ekonomi FE UNY

Program Studi Pendidikan Ekonomi FE UNY LEMBAR KERJA Topik: Uji Validitas dengan Analisis Faktor Tujuan: Untuk menguji tingkat validitas konstruk seperangkat instrumen, kuesioner atau angket Contoh Masalah: Apakah butir-butir yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis Komponen Utama adalah suatu prosedur untuk mereduksi dimensi data dengan cara mentransformasi variabel-variabel awal yang berkorelasi menjadi sekumpulan variabel

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Profile Responden

BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Profile Responden BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Profile Responden Pada penelitian ini, peneliti telah menyusun profile responden yang dibagi kedalam beberapa macam, yakni berdasarkan: 1. Nama pusat kebugaran langganan responden

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA PENELITIAN. responden. Data deskriptif ini nantinya dapat menggambarkan keadaan ataupun

BAB V ANALISIS DATA PENELITIAN. responden. Data deskriptif ini nantinya dapat menggambarkan keadaan ataupun BAB V ANALISIS DATA PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Responden Bagian ini menjelaskan mengenai data deskriptif yang diperoleh dari responden. Data deskriptif ini nantinya dapat menggambarkan keadaan ataupun

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM TUJUAN ANALISIS FAKTOR

GAMBARAN UMUM TUJUAN ANALISIS FAKTOR GAMBARAN UMUM TUJUAN ANALISIS FAKTOR 1. Latar Belakang Analisis faktor adalah alat analisis statistik yang dipergunakan untuk mereduksi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu variabel menjadi beberapa set

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis statistik multivariat adalah metode statistik di mana masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis statistik multivariat adalah metode statistik di mana masalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Analisis statistik multivariat adalah metode statistik di mana masalah yang diteliti bersifat multidimensional dengan menggunakan tiga atau lebih variabel

Lebih terperinci

PENINGKATAN KINERJA ALGORITMA K-MEANS DENGAN FUNGSI KERNEL POLYNOMIAL UNTUK KLASTERISASI OBJEK DATA

PENINGKATAN KINERJA ALGORITMA K-MEANS DENGAN FUNGSI KERNEL POLYNOMIAL UNTUK KLASTERISASI OBJEK DATA PENINGKATAN KINERJA ALGORITMA K-MEANS DENGAN FUNGSI KERNEL POLYNOMIAL UNTUK KLASTERISASI OBJEK DATA Heri Awalul Ilhamsah Jurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo Madura Kampus Universitas Trunojoyo

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH CLUSTER OPTIMAL PADA MEDIAN LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE

PENENTUAN JUMLAH CLUSTER OPTIMAL PADA MEDIAN LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 2 (2016), hal 97 102. PENENTUAN JUMLAH CLUSTER OPTIMAL PADA MEDIAN LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE Nicolaus, Evy Sulistianingsih,

Lebih terperinci

Bab 4 ANALISIS FAKTOR TEORITIS DAN APLIKATIF

Bab 4 ANALISIS FAKTOR TEORITIS DAN APLIKATIF Bab 4 ANALISIS FAKTOR TEORITIS DAN APLIKATIF Analisis Multivariat untuk analisis identifikasi, prediksi, eksplorasi, deskripsi: 1. Principle Component Analysis (PCA) 2. Factor Analysis 3. Cluster Analysis

Lebih terperinci

INDEPT, Vol. 1, Februari 2011 ISSN

INDEPT, Vol. 1, Februari 2011 ISSN FAKTOR-FAKTOR DOMINAN PROMOSI YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI KONSUMEN DALAM MEMBELI SUATU PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP Melia Eka Lestiani, ST, MT. Pembantu Dekan I, Fakultas Teknik Universitas Nurtanio

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS Text dan Web Mining - FTI UKDW - BUDI SUSANTO 1 ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS Budi Susanto (versi 1.3) Text dan Web Mining - FTI UKDW - BUDI SUSANTO 2 Tujuan Memahami konsep analisis clustering Memahami

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN PROPINSI DI INDONESIA BERDASARKAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN NASIONAL

PENGELOMPOKAN PROPINSI DI INDONESIA BERDASARKAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN NASIONAL PENGELOMPOKAN PROPINSI DI INDONESIA BERDASARKAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN NASIONAL Oleh: M. ALFIN FANANDRI (1310 030 045) DOSEN PEMBIMBING Dr. Brodjol Sutijo

Lebih terperinci

Pemetaan Prioritas Berbasis Penggalian Data Multidimensi Menggunakan WEBSOM (Priority Mapping Based on Multi-dimensional Data Mining Using WEBSOM)

Pemetaan Prioritas Berbasis Penggalian Data Multidimensi Menggunakan WEBSOM (Priority Mapping Based on Multi-dimensional Data Mining Using WEBSOM) Pemetaan Prioritas Berbasis Penggalian Data Multidimensi Menggunakan WEBSOM (Priority Mapping Based on Multi-dimensional Data Mining Using WEBSOM) ITS,08-07-2010 NINIK WIDAYATI Latar Belakang Masalah Pembuatan

Lebih terperinci

(2.1) keterangan: i = Banyaknya faktor yang terbentuk; (i=1,2,3,...,k)

(2.1) keterangan: i = Banyaknya faktor yang terbentuk; (i=1,2,3,...,k) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Faktor Menurut J. Supranto (2004), analisis faktor merupakan teknik statistika yang utamanya dipergunakan untuk mereduksi atau meringkas data dari variabel yang banyak

Lebih terperinci

Penggunaan Analisis Faktor (Factor Analysis) dengan Aplikasi Program SPSS 11.5

Penggunaan Analisis Faktor (Factor Analysis) dengan Aplikasi Program SPSS 11.5 Penggunaan Analisis Faktor (Factor Analysis) dengan Aplikasi Program SPSS 11.5 Oleh: Muji Gunarto (mgunarto@hotmail.com) I. Pendahuluan (Landasan Teori) Analisis faktor adalah salah satu analisis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Masalah dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya didasarkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya didasarkan pada hubungan satu variabel atau dua variabel saja, akan tetapi cenderung melibatkan banyak variabel. Analisis

Lebih terperinci

Teknik Reduksi Dimensi Menggunakan Komponen Utama Data Partisi Pada Pengklasifikasian Data Berdimensi Tinggi dengan Ukuran Sampel Kecil

Teknik Reduksi Dimensi Menggunakan Komponen Utama Data Partisi Pada Pengklasifikasian Data Berdimensi Tinggi dengan Ukuran Sampel Kecil Teknik Reduksi Dimensi Menggunakan Komponen Utama Data Partisi Pada Pengklasifikasian Data Berdimensi Tinggi dengan Ukuran Sampel Kecil Ronny Susetyoko, Elly Purwantini Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODE SERVQUAL. Secara umum alur penelitian yang dilakukan, disajikan pada diagram berikut. start

BAB III METODE SERVQUAL. Secara umum alur penelitian yang dilakukan, disajikan pada diagram berikut. start 26 BAB III METODE SERVQUAL Secara umum alur penelitian yang dilakukan, disajikan pada diagram berikut start Pembuatan kuisioner I dan penyebaran Uji Q cochran Pembuatan kuisioner II Penyebaran kuisioner

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: M-14 ANALISIS K-MEANS CLUSTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN /KOTA DI JAWABARAT BERDASARKAN INDIKATOR MASYARAKAT

PROSIDING ISSN: M-14 ANALISIS K-MEANS CLUSTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN /KOTA DI JAWABARAT BERDASARKAN INDIKATOR MASYARAKAT M-14 ANALISIS K-MEANS CLUSTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN /KOTA DI JAWABARAT BERDASARKAN INDIKATOR MASYARAKAT Soemartini 1, dan Enny Supartini 2 1,2) Departemen Statistika FMIPA UNPAD Bandung tine_soemartini@yahoocom,

Lebih terperinci

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 3, No.2, September 2014

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 3, No.2, September 2014 APLIKASI METODE-METODE AGGLOMERATIVE DALAM ANALISIS KLASTER PADA DATA TINGKAT POLUSI UDARA Oleh: Dewi Rachmatin Jurusan Pendidikan Matematika, UniversitasPendidikan Indonesia dewirachmatin@upi.edu ABSTRAK

Lebih terperinci

Volume 1, Nomor 2, Desember 2007

Volume 1, Nomor 2, Desember 2007 Volume 1, Nomor 2, Desember 2007 Barekeng, Juni 2007. hal.18-24 Vol. 1. No. 2 ANALISIS FAKTOR STUDI KASUS : UNTUK MENGETAHUI FAKTOR-FAKTOR DASAR YANG MEMPENGARUHI PELAYANAN PADA FMIPA UNPATTI FRANCIS Y

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis cluster merupakan teknik multivariat yang mempunyai tujuan utama untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Analisis cluster

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS FAKTOR. berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal

BAB III ANALISIS FAKTOR. berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal BAB III ANALISIS FAKTOR 3.1 Definisi Analisis faktor Analisis faktor adalah suatu teknik analisis statistika multivariat yang berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pembagian Kelas Kuliah Mahasiswa dengan Kombinasi Metode K-Means dan K-Nearest Neighbors

Perancangan Sistem Pembagian Kelas Kuliah Mahasiswa dengan Kombinasi Metode K-Means dan K-Nearest Neighbors Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Perancangan Sistem Pembagian Kelas Kuliah Mahasiswa dengan Kombinasi Metode K-Means dan K-Nearest Neighbors Gede Aditra

Lebih terperinci

ANALISIS KLASTER KECAMATAN DI KABUPATEN SEMARANG BERDASARKAN POTENSI DESA MENGGUNAKAN METODE WARD DAN SINGLE LINKAGE

ANALISIS KLASTER KECAMATAN DI KABUPATEN SEMARANG BERDASARKAN POTENSI DESA MENGGUNAKAN METODE WARD DAN SINGLE LINKAGE ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman 801-810 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS KLASTER KECAMATAN DI KABUPATEN SEMARANG BERDASARKAN

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kualitas Pelayanan Akademik Menggunakan Analisis Faktor

Analisis Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kualitas Pelayanan Akademik Menggunakan Analisis Faktor Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Analisis Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kualitas Novi Rustiana Dewi Jurusan Matematika FMIPA Universitas Sriwijaya E-mail: nrdewimath09@gmail.com

Lebih terperinci

Dhiani Tresna Absari,ST. Dosen Jurusan Teknik Informatika Universitas Surabaya

Dhiani Tresna Absari,ST. Dosen Jurusan Teknik Informatika Universitas Surabaya PERENCANAAN PEMBUATAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING PADA STUDI KELAYAKAN PEMBUKAAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN KOTA (SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN KOTA)

Lebih terperinci