F. Analisa Kritikal. Tinjauan Kritikal. Tinjauan terhadap Proses Perencanaan Proyek

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "F. Analisa Kritikal. Tinjauan Kritikal. Tinjauan terhadap Proses Perencanaan Proyek"

Transkripsi

1 F. Analisa Kritikal Tinjauan Kritikal Kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon mengalami berbagai dinamika dilapangan, yang memerlukan proses adaftif manajemen terhadap sumberdaya dan penyesuaian metode penyampaian pesan konservasi dalam Kampanye Pride itu sendiri. Pada bagian ini, terdapat beberapa kegiatan yang merefleksikan hal-hal yang telah berjalan dengan baik dan hal-hal yang mungkin dilakukan lebih baik dimasa yang akan datang, dan diharapkan akan menjadi sumber yang berharga untuk Manajer-Manajer Kampanye lain yang menjalankan kampanye bertema sama, serta lembaga saya sendiri saat kami bergerak maju dengan menggunakan proses Pride untuk mengatasi isu-isu lain. Bab ini akan meninjau: (i) proses perencanaan dan (ii) proses pelaksanaan dengan membingkainya dalam 3K (Kapasitas, Konstituen, Konservasi) Rare. Pada bagian ini juga akan melihat beberapa perangkat yang digunakan untuk menyampaikan pesan, menyoroti perangkat-perangkat yang efektif dan yang tidak efektif, serta pelaksanaan BROP. Tinjauan terhadap Proses Perencanaan Proyek Tahapan Kampanye Pride di lapangan diawali dengan proses penyusunan dokumen perencanaan, untuk menyusun sebuah dokumen perencanaan yang baik, memerlukan partisipasi dan kontribusi pemikiran atau peran seluruh pihak yang berkepentingan terhadap kelestarian hutan Ujung Kulon sebagai habitat Badak Jawa. Untuk itu semua, menjadi sangat penting melakukan proses transfer informasi mengenai kegiatan Kampanye Pride kepada para pihak. Manajer Kampanye melakukan kegiatan sosialisasi Kampanye Pride kepada staf di internal Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Lembaga Non Pemerintah sebagai mitra kerja seperti WWF Proyek Ujung Kulon, dan Mahasiswa Universitas Matlaul Anwar serta Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Materi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi adalah, apa yang dimaksud kegiatan Kampanye Bangga? Apa tujuan dan capaian yang akan didapat diakhir program? Bagaimana posisi Manajer Kampanye? Siapa saja khalayak targetnya? Apa peran yang diharapkan oleh masing-masing pihak? dan Bagaimana proses pencapaiannya?. Sosialisasi di internal Balai Taman Nasional Ujung Kulon, menitikberatkan kepada peran yang diperlukan dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon dalam pelaksanaan program ini, dan mencari celah yang tepat untuk mengintegralkan kegiatan Kampanye Bangga dengan kegiatan yang sudah dilaksanakan di Taman Nasional Ujung Kulon. MoU program Kampanye Bangga yang ditandatangani antara Rare dengan Balai Taman Nasional Ujung Kulon, tidak menyebutkan bahwa Rare akan memberi dana inti sebesar US$ untuk kegiatan tersebut, tetapi akan dipenuhi oleh Balai Taman Nasional Ujung Kulon. Persepsi yang ada di benak sebagian staf Balai Taman Nasional Ujung Kulon tidaklah sama dengan

2 isi MoU, sebagian staf berpikir bahwa kegiatan Kampanye Bangga sudah dibiayai oleh Rare sebagai mitra kerja, sebagaimana yang pernah terjadi pada kegiatan Kampanye Bangga periode sebelumnya. Pemikiran seperti itu sangatlah wajar, karena memang di Taman Nasional Ujung Kulon pernah ada kegiatan Kampanye Bangga pada tahun 2003 sampai 2005, saat itu Rare memberikan dana inti untuk memproduksi material Kampanye Bangga, tetapi pemikiran itu akan menjadi penghambat Manajer Kampanye dalam menjalankan kegiatan Kampanye Pride, jika tidak ada penjelasan atau sosialisasi kepada mereka. Dengan menjelaskan kondisi yang sebenarnya, Manajer Kampanye berharap ada proses umpan balik dari seluruh staf Balai Taman Nasional Ujung Kulon bahwa Kampanye Bangga adalah program yang terintegral dan menjadi satu kesatuan dengan program lain yang sudah berjalan di Taman Nasional Ujung Kulon dalam menjalankan visi dan misi lembaga, sehingga memerlukan peran serta dan kerjasama semua bagian yang ada di internal Balai Taman Nasional Ujung Kulon. Selain itu, penjelasan mengenai posisi Manajer Kampanye dalam menjalankan Kampanye Pride sangatlah penting untuk dilakukan, karena setelah selesai menjalankan program ini, Manajer Kampanye juga akan mendapatkan gelar MA (Master of Art) dari Universitas et el Paso Texas. Pada saat itulah tantangan awal yang dirasakan oleh Manajer Kampanye dalam melaksanakan Kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon, tantangan-tantangan tersebut menjadi pembelajaran secara personal bagi Manajer Kampanye dalam mengatur strategi dan mengatasi permasalah yang akan timbul dikemudian hari, dengan bentuk MoU Kampanye Pride seperti itu antara Balai Taman Nasional Ujung Kulon dengan Rare, ada beberapa kendala teknis dilapangan pada saat mengimplementasikannya. Komitmen yang diberikan Balai Taman Nasional Ujung Kulon atas program Kampanye Pride memang sangat tinggi seperti yang telah disepakati dalam MoU, tetapi ada kendala sistem keuangan yang diterapkan pihak lain (Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara) yang tidak bisa diintervensi oleh pihak Balai Taman Nasional Ujung Kulon, dalam hal penarikan dana tidak bisa setiap saat terpenuhi, ada beberapa persyaratan dan proses yang memerlukan waktu 1 minggu, sehingga setiap pelaksanaan kegiatan Kampanye Pride yang akan dilakukan, tidak bisa dilakukan tepat pada waktunya. Dilain sisi, Balai Taman Nasional Ujung Kulon juga memiliki prioritas kegiatan yang harus dilaksanakan sesuai dengan anggaran yang telah diusulkan dalam Rencana Kerja Anggaran Kementrian dan Lembaga (RKAKL), sehingga Manajer Kampanye hanya bisa memanfaatkan program yang sudah ada untuk bersinergi dengan kegiatan Kampanye Pride, kondisi ini tidak ideal dalam sebuah pengelolaan manajemen proyek yang sudah direncanakan dengan capaian target telah ditentukan seperti Kampanye Pride, waktu yang ada hanya habis untuk proses negosiasi dan menjalin jejaring kerja, padahal Kampanye Pride perlu pemikiran yang fokus, dilain sisi Manajer Kampanye hanya manusia biasa, yang terkadang menemui permasalah lain sehingga pikiran menjadi tidak fokus. Kondisi ini tidak akan terjadi jika MoU untuk Kampanye Pride dikemudian hari, lembaga mitra seperti Rare dapat memberikan dana inti sepenuhnya. Pada dasarnya seluruh proses sosialisasi kegiatan Kampanye Pride yang dilakukan kepada staf Balai Taman Nasional Ujung Kulon adalah sangat penting, oleh karena itu pada saat penyusunan dokumen perencanaan awal, sangat besar peran serta yang diberikan oleh lembaga maupun staf Taman Nasional Ujung Kulon, diantaranya : Lembaga berkomitmen memfasilitasi upaya Manajer Kampanye dalam membangun jejaring kerja dan kerjasama dengan mitra potensial yang diperlukan, peran aktif staf Taman Nasional Ujung Kulon ditunjukkan pada saat diskusi konsensus membahas strategi pengurangan ancaman,

3 Lembaga secara integral memasukkan kegiatan Kampanye Bangga dalam salah satu misi Taman Nasional Ujung Kulon, Lembaga mengeluarkan kebijakan yang dapat mendukung keberhasilan capaian Kampanye Bangga (misalnya : membentuk Lembaga Konservasi Desa) serta memberi kesempatan kepada Manajer Kampanye untuk berperan aktif mengkolaborasikan program Kampanye Bangga dengan kebijakan Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon. Kampanye Bangga dilaksanakan selama 2 tahun, dengan tahapan kegiatan dan target yang sudah ditentukan, tidak mungkin seorang Manajer Kampanye mampu mengelola seluruh kegiatan tersebut, diperlukan banyak sumberdaya manusia dan komitmen semua pihak, sesuai dengan perannya masing-masing. Manajer Kampanye menganggap penting proses sosialisasi Kampanye Pride kepada mitra kerja Balai Taman Nasional Ujung Kulon dan Universitas yang ada disekitarnya. Tujuannya adalah menjadikan kepemilikan kegiatan Kampanye Pride secara bersama, sehingga akan mendapatkan sumberdaya manusia yang memiliki tanggung jawab yang kuat terhadap kelestarian hutan Ujung Kulon serta mendapatkan komitmen kerjasama dari mitra dalam mencapai tujuan konservasi bersama. Pada saat menerima materi sesi perkuliahan dan menyusun rencana operasional awal, Manajer Kampanye sudah berpikir bahwa beberapa kegiatan pemasaran sosial akan memerlukan banyak sumberdaya manusia dan keuangan, seperti kegiatan kunjungan sekolah, program radio, pengajian ibu-ibu dan pertemuan komunitas petani. Begitupula dengan kegiatan survey pra-kampanye dan pertemuan pemangku kepentingan pertama. Sebanyak 40 orang peserta berpartisipasi dalam pertemuan pemangku kepentingan pertama dan membantu untuk mengembangkan model konsep awal untuk kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Mereka berasal dari beragam bagian dari masyarakat luas, termasuk perwakilan dari lembaga mitra, tokoh masyarakat, pemerintah setempat, khalayak-khalayak sasaran yang potensial dan anggota-anggota masyarakat yang terpercaya. Taman Nasional Ujung Kulon berdekatan dengan 19 Desa yang ada di Kecamatan Cimanggu dan Kecamatan Sumur, dari 19 desa terdapat 14 desa yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, jarak antara desa satu dengan yang lainnya sangat dekat, ada 1 akses jalan yang menghubungkan desa satu dengan yang lainnya, sehingga sebagian besar orang saling tahu satu sama lain dan dinamika kelompok tidak menjadi masalah. Sepanjang sesi kegiatan pertemuan pemangku kepentingan tersebut, sama sekali tidak muncul konflik dan hampir seluruhnya positif. Manajer Kampanye Pride berusaha keras untuk menjadi fasilitator yang netral dan tidak bersikap menghakimi. Ketika dimintai pendapat, para peserta menyukai proses pemodelan aktual dan penggunaan dinding lekat. Bagi sebagian peserta, pertemuan itu adalah kali pertama bagi mereka dimintai masukan dan masukannya ditulis sendiri kemudian ditempelkan ke dinding tempel. Rasa kepemilikan untuk Model Konsep dan program ini diyakini tumbuh, yang kemudian muncul dalam kesediaan mayoritas peserta untuk berperan dalam implementasi kegiatan Kampanye Pride. Model Konsep awal yang telah tersusun diakhir pertemuan pemangku kepentingan awal, kemudian divalidasi dengan para pemangku kepentingan yang tidak hadir pada saat pertemuan awal, agar mendapatkan input terhadap data yang mereka miliki, sebagai contoh dalam konsep model awal diperoleh hasil bahwa perburuan menjadi ancaman terhadap habitat Badak Jawa, padahal menurut data yang dimiliki oleh Balai Taman Nasional Ujung Kulon dan pihak kepolisian, kegiatan perburuan yang mengancam terhadap habitat Badak

4 Jawa sudah tidak ditemukan dalam 1 periode terakhir, hal ini menjadi pertanyaan, perburuan apakah yang dimaksud peserta pada saat itu. Apakah perburuan Badak Jawa? Atau perburuan satwa lain? Setelah mendapatkan input dan klarifikasi dari perwakilan peserta pertemuan pemangku kepentingan pertama, ternyata perburuan yang dimaksud adalah perburuan babi hutan, perburuan Babi Hutan belum mengancam habitat Badak Jawa karena dilakukan di sawah garapan mereka. Proses analisa Peringkat Ancaman yang dihasilkan di atas Model Konsep berlangsung dengan baik. Perluasan lahan garapan yang digunakan untuk sawah didalam kawasan hutan menduduki peringkat ancaman pertama, yang dapat mengancam habitat Badak Jawa, karena memiliki scope dan dampak konservasi sangat tinggi. Pembuatan peringkat ancaman menggunakan perangkat lunak Miradi, piranti lunak Miradi tak hanya membuat penjajakan Peringkat Ancaman dapat dibuat dengan mudah, tetapi juga sangat visual. Perangkat lunak Miradi juga memudahkan untuk mengisolasi rantai-rantai faktor yang bersangkutan dan untuk mengeditnya kembali dengan penambahan wawasan yang diperoleh dari percakapan terarah (wawancara mendalam), yang dilaksanakan untuk memvalidasi langkah-langkah awal proses perencanaan. Pemeringkatan ancaman juga telah mendapatkan input dari para ilmuwan, melalui proses wawancara mendalam yang dilakukan dengan bertatap muka langsung atau melalui . Pilihan pengelolaan dan proses BRAVO juga berjalan lancar. BRAVO digunakan sebagai dasar untuk menilai efektifitas dan efesiensi sebuah pilihan pengelolaan yang akan digunakan untuk mengurangi ancaman konservasi tersebut. Bagi Manajer Kampanye, BRAVO adalah hal baru yang dikenal dan sangat membantu dalam menganalisa permasalahan secara kritis dari sudut pandang yang lebih komprehensif. Bravo memberikan gambaran kepada Manajer Kampanye tentang sumberdaya yang harus dimiliki, tantangan dan potensi sumberdaya yang dapat diperoleh dalam mengimplementasikan pilihan pengelolaan tersebut. Dalam mendapatkan enumerator atau pewawancara, Manajer Kampanye menunjuk satu orang staf Taman Nasional Ujung Kulon yang bertugas membuat pengumuman melalui media internet dan menggunakan jejaring kemitraan yang dimiliki oleh Taman Nasional Ujung Kulon, bahwa kami memerlukan 30 volunteer untuk bekerja sebagai pewawancara kegiatan survey pra-kampanye. Manajer Kampanye juga membuat kriteria, bahwa pewawancara tidak boleh petugas dari Taman Nasional Ujung Kulon, karena untuk menghindari bias atas jawaban yang dikemukakan oleh responden, apabila pewawancara berasal dari petugas Taman Nasional Ujung Kulon, jawaban yang disampaikan oleh responden cenderung defensif dan didominasi perasaan takut, untuk menjawab realita yang sebenarnya. Semua pewawancara berasal dari komunitas mahasiswa, dari Universitas Gajah Mada, Institut Pertanian Bogor, Universitas Matlaul Anwar dan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Sebelum pelaksanaan kegiatan suvey, kami mengadalkan kegiatan pelatihan selama 1 hari, pelatihan tersebut lebih banyak untuk memberikan pemahaman tentang cara untuk melaksanakan survey acak terpilih, kegiatan teknis pada saat implementasi serta maksud dari setiap pertanyaan, baik pertanyaan terbuka, pertanyaan pilihan maupun pertanyaan berjenjang. Sementara tiadanya pewawancara profesional sangat disayangkan, penggunaan relawan untuk mengelola kuesioner survei adalah praktik umum. Manajer Kampanye memiliki pengawas-pengawas dari staf Taman Nasional Ujung Kulon yang selalu dekat

5 dengan mereka setiap saat untuk menjawab pertanyaan dan untuk memastikan tatacara pengambilan sample diikuti. Untuk memenuhi jumlah responden yang disarankan Rare, Manajer Kampanye mengumpulkan data kependudukan hasil sensus penduduk yang terakhir yaitu tahun 2005, dan perkembangan jumlah penduduk yang dilaporkan pihak desa kepada pihak kecamatan setempat. Tidak mudah menjalankan kegiatan wawancara, diperlukan kesabaran, konsentrasi dan tenaga yang prima, karena setiap pewawancara dalam mencari responden yang akan diwawancarai tidak menggunakan alat transportasi tetapi dilakukan dengan berjalan kaki. Disatu kampung Desa Kramatjaya, pewawancara mengalami kesulitan dalam mendapatkan responden dan melakukan wawancara, hampir 90 % masyarakat yang tinggal dikampung tersebut tidak mau diwawancarai, setelah mendengar bahwa mereka diwawancarai untuk kepentingan pihak Balai Taman Nasional Ujung Kulon, sikap mereka ditunjukkan dengan menutup pintu rumah dan mengucapkan kalimat tidak bersedia diwawancarai, setelah mendapatkan kasus tersebut Manajer Kampanye memberikan saran kepada pewawancara untuk berkoordinasi dengan Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) Ds. Kramatjaya, untuk menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan wawancara dan membantu mensosialisasikan pada masyarakat. Waktu pelaksanaan survey yang seharusnya diselesaikan 5 hari, menjadi tertunda 2 hari dikarenakan ada tambahan waktu untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Survey pra-kampanye dilakukan di 15 desa yang ada di Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu, dari 15 desa tersebut, ada 10 desa yang menjadi target Kampanye Pride, yaitu Ds. Ujungjaya, Ds. Tamanjaya, Ds. Cigorondong, Ds. Tunggaljaya, Ds. Padasuka, Ds. Mangkualam, Ds. Kramatjaya, Ds. Tugu, Ds. Cibadak, dan Ds. Rancapinang. Sedangkan 5 desa lainnya adalah desa pembanding, yang terdiri dari Ds. Sumberjaya, Ds. Kertajaya, Ds. Kertamukti, Ds. Citangkil dan Ds. Cimanggu. Desa pembanding digunakan untuk membantu menunjukkan kontribusi kesuksesan Kampanye Pride. Proses penyusunan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam survey pra-kampanye mendapatkan masukan dari Rare, untuk membantu menyusun pertanyaan yang mudah dipahami oleh pewawancara maupun responden, pertanyaan disusun berdasarkan pengelompokkan sasaran SMART, hal ini untuk memudahkan dalam pengolahan analisa data. Input balik dari Rare sangat membantu Manajer Kampanye dalam memperbaiki pertanyaan, sehingga hasil survey pra-kampanye sebagai dasar untuk membuat hipotesa diawal kegiatan kampanye menjadi lebih baik, pertanyaan survey dibuat dengan menggunakan piranti Survey Pro, sehingga memudahkan dalam melakukan edit atau perbaikan terhadap input yang diterima dari Rare. Dalam tahapan perencanaan kegiatan Kampanye Bangga di Taman Nasional Ujung Kulon, Manajer Kampanye melihat adanya beberapa hal kritis yang hendaknya dikemudian hari dapat diperbaiki atau menjadi bahan pertimbangan dalam pelaksanaan Kampanye Bangga berikutnya, antara lain : 1. Dokumen perencanaan yang telah dibuat belum menjadi sebuah dokumen yang bisa menjadi acuan pelaksanaan kegiatan Kampanye Bangga, selain jumlah halaman yang terlalu tebal atau banyak, isinya juga kurang fokus. Sebaiknya, dokumen perencanaan dibuat lebih praktis dan isinya lebih fokus. Pengertian praktis disini adalah, dokumen

6 perencanaan yang sudah tersusun dibuat seperti buku panduan yang bisa dibuka dan dibawa setiap saat oleh Manajer Kampanye, begitupula dengan isinya juga harus fokus, agar dokumen perencanaan menjadi fokus, Manajer Kampanye menganggap pembahasan interpesona, penggunaan Miradi untuk pemeringkatan ancaman, dan proses suatu kegiatan yang telah dilaksanakan hendaknya tidak perlu ditulis secara detail. Dalam prakteknya, Manajer Kampanye menggunakan dokumen perencanaan hanya pada bagian-bagian yang memang sangat diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan Kampanye Pride, seperti model konseptual, rantai hasil, rencana monitoring dan sasaran-sasaran SMART yang akan diperoleh, selebihnya Manajer Kampanye kurang optimal dalam membaca isi dokumen perencanaan yang lainnya. 2. Sebaiknya yang menjadi pewawancara kegiatan survey kuantitatif adalah Manajer Kampanye itu sendiri, agar persepsi dan pemahaman terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dibuat didalam kuisioner sama antara survey pra dan paska kampanye, karena pertanyaan dan hasil dari kegiatan survey tersebut sangat berpengaruh pada hipotesa awal kegiatan Kampanye Bangga. Waktu yang diperlukan memang akan lebih lama untuk mengumpulkan hasil survey kuantitatif tersebut, tetapi hasil yang didapat jauh lebih baik daripada menggunakan pewawancara dari volunteer yang belum pernah memiliki pengetahuan sama sekali tentang teknik mewawancarai. Pelatihan yang dilakukan bagi pewawancara belum membantu mengurangi hasil yang bias, konsistensi dan pemahaman terhadap pertanyaan yang telah dibuat Manajer Kampanye sulit untuk dipertahankan, karena ada semangat yang berbeda dalam usaha melakukan kegiatan survey kuantitatif. Manajer Kampanye menginginkan hasil survey tidak bias dan berjalan sesuai dengan yang diharapkan, dilain sisi tenaga volunteer berpikir bagaimana kegiatan survey ini cepat selesai dilaksanakan. Ini fakta yang terjadi dilapangan, yang pernah dialami oleh Manajer Kampanye di Taman Nasional Ujung Kulon. 3. Kegiatan pertemuan dengan pemangku kepentingan berjalan lancar dan tidak menemui kendala yang sangat berarti, hal ini dikarenakan Manajer Kampanye melakukan koordinasi dengan pihak pemerintah Kecamatan Cimanggu, agar pihak kecamatan yang mengundang para peserta, bukan Kepala Taman Nasional, tujuannya adalah agar para peserta yang diundang, datang dengan membawa semangat untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di Taman Nasional Ujung Kulon secara bersama-sama, dan bukan datang untuk mengharapkan uang saku semata. Karena tidak dipungkiri, jika Taman Nasional Ujung Kulon mengundang masyarakat untuk berperan serta dalam suatu kegiatan, orientasi peserta adalah mendapatkan uang transport dan uang saku, sehingga kontribusi yang diharapkan sangat kurang. 4. Penandatanganan kerjasama antara lembaga mitra dengan Rare dalam menjalankan kegiatan Kampanye Pride, hendaknya seperti yang telah kami uraikan diatas, belajar dari pembelajaran yang telah dialami oleh Taman Nasional Ujung Kulon.

7 Tahap Pelaksanaan Analisa kritis terhadap tahap pelaksanaan kegiatan Kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon, akan disampaikan dalam 3 bagian, yang menjadi tolok ukur Rare dalam menilai keberhasilan Kampanye Pride, yaitu Kapasitas, Konstituen dan Konservasi. 1. Kapasitas Program Kampanye Pride secara keseluruhan telah banyak memberikan pengaruh pada peningkatan kapasitas diri maupun peningkatan kapasitas pada lembaga Balai Taman Nasional Ujung Kulon, baik pada saat sesi kuliah pertama dengan materi-materi kepemimpinan, pada saat penyusunan dokumen perencanaan dan pada tahap implementasi. Sebelum menjadi Manajer Kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon, saya telah bekerja 7 tahun lebih sebagai tenaga fungsional Pengendali Ekosistem Hutan, sebuah jabatan fungsional yang memiliki tugas pokok untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati, kemasyarakatan dan pengembangan profesi. Rincian pekerjaan tersebut sebenarnya mengarahkan seorang staf di lapangan menjadi tenaga yang profesional sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Namun, tidak demikian realita dalam pelaksanaannya, karena sumberdaya (kesempatan dan perlengkapan) serta peningkatan kapasitas kurang optimal dimiliki oleh staf di lapangan. Dengan mengikuti kegiatan Kampanye Bangga, Manajer Kampanye memiliki kesempatan untuk meningkatan kapasitas diri, diantaranya adalah : Pada saat memasuki fase kuliah pertama, kapasitas Manajer Kampanye dalam membawakan presentasi dihadapan khalayak umum sangatlah rendah, begitu pula pada saat melaksanakan perannya sebagai fasilitator kegiatan stakeholder workshop kampanye mini di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, kurang fokus, kurang menguasai teknik fasilitator, dan rasa percaya diri yang kurang adalah beberapa hal yang dimiliki oleh Manajer Kampanye pada saat memulai program Kampanye Bangga. Seiring dengan diberikannya materi tentang membuat presentasi yang baik, dan bagaimana cara menguasai audien dengan tenang, Manajer Kampanye dapat membuktikan dan merasakan bahwa rasa percaya diri dan kemampuan menguasai keadaan didepan khalayak umum telah meningkat dan dimiliki Manajer Kampanye. Selama menjalankan kegiatan Kampanye Bangga, Manajer Kampanye pernah membawakan materi presentasi dihadapan tenaga penyuluh kehutanan seluruh Provinsi Banten di Hotel Mambruk Pantai Anyer, dengan tenang dan percaya diri, kemudian pada saat diberi kesempatan Rare untuk mempresentasikan hasil konservasi kegiatan Kampanye Bangga di Taman Nasional Ujung Kulon, tepatnya pada tanggal 9 Agustus 2010 Manajer Kampanye tidak merasakan sedikitpun perasaan takut atau khawatir berhadapan dengan khalayak umum yang menghadiri acara tersebut. Peningkatan kapasitas diri yang paling besar dirasakan oleh Manajer Kampanye adalah kemampuan untuk bernegosiasi dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap kelestarian hutan Taman Nasional Ujung Kulon, diantaranya pada saat Manajer Kampanye berhasil dalam bernegosiasi dengan pihak radio Krakatau FM, WWF Ujung Kulon serta dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Banten. Hasil negosiasi itu antara lain, Radio Krakatau FM bersedia

8 menjalin kerjasama dengan pihak Taman Nasional Ujung Kulon selama 1 tahun 3 bulan (bulan Oktober 2009 sampai dengan Desember 2010), untuk membantu menyebarluaskan pesan konservasi melalui program Iklan Layanan Masyarakat, Talkshow interaktif dan live report kegiatan Taman Nasional Ujung Kulon. Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Banten memberikan bantuan alat pompa air untuk demplot tanaman kedelai sebanyak 2 buah dan berkomitmen untuk meneruskan beberapa kegiatan intensifikasi pertanian disekitar Taman Nasional Ujung Kulon, melalui perubahan anggaran APBD tahun 2010, hal itu pernah disampaikan oleh Kepala Distanak Propinsi Banten kepada Manajer Kampanye pada saat menghadiri kunjungan Menteri Kehutanan di Pulau Peucang, pada bulan Juni Sedangkan WWF telah berkomitmen mambantu Manajer Kampanye untuk melaksanakan kegiatan penyadaran, melalui kegiatan kunjungan sekolah, kegiatan pengajian ibu-ibu dan patroli berbasis masyarakat. Membangun proses negosiasi tidak boleh menyerah pada asumsi, dan harus kritis terhadap asumsi-asumsi yang dibuatnya sendiri (Nanangpm, 2010). Pada poin ini Manajer Kampanye mendapatkan pengalaman berharga, dalam bernegosiasi sangat penting mengedepankan pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan asumsi-asumsi tersembunyi dan mempengaruhi pihak lain agar lebih partisipatif dalam diskusi, pertanyaan disampaikan dengan pilihan kata yang tidak berpotensi merusak hubungan. Sebelum menjadi Manajer Kampanye, negosiasi dipersepsikan sebagai suatu upaya untuk menyelesaikan konflik (kuadran menang-kalah), sehingga seringkali digunakan untuk mengahadapi permasalahan yang terjadi dilapangan, antara pihak Taman Nasional Ujung Kulon dengan pihak lain yang melakukan perusakan habitat Badak Jawa. Proses negosiasi tersebut tidak menguntungkan dalam menjalankan kegiatan Kampanye Bangga di Taman Nasional ujung Kulon, diperlukan negosiasi kolaborasi (kuadran menang-menang), yang bertujuan untuk mengatasi masalah dengan menciptakan penyelesaian melalui konsensus atau kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang berkepentingan (Wordpress, 2009). Belajar menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan dalam bernegosiasi adalah poin terpenting dalam pembelajaran ini, agar tidak terjebak pada asumsi saja, tetapi juga mendapatkan kesepakatan yang diinginkan untuk memenuhi kebutuhan yang kita perlukan dalam mencapai tujuan kita. Dalam upaya meningkatkan kapasitas lembaga Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Manajer Kampanye telah melakukan transfer kapasitas kepada beberapa staf Taman Nasioanal Ujung Kulon, Manajer Kampanye selalu memberikan masukan bagaimana teknik fasilitator yang baik pada saat menyusun Kesepakatan Pengelolaan Hutan Partisipatif, memberi masukan tentang susunan acara kegiatan workshop agar menghasilkan rencana tindak lanjut, mengajak beberapa staf berperan serta dalam kegiatan pertemuan pemangku kepentingan pertama, serta mengajak lembaga untuk membantu menganalisa masalah dan mengatur strategi penyingkir halangan.

9 2. Konstituen Kampanye Bangga di Taman Nasional Ujung Kulon berhasil membangun peran serta masyarakat untuk terlibat dalam menyelematkan hutan Ujung Kulon, kegiatan sekolah yang dilaksanakan setiap bulan di 20 Sekolah Dasar, mengajak kurang lebih 500 siswa siswi untuk mengikuti kegiatan sekolah dan membantu menyebarluaskan pesan konservasi, begitu pula dengan guru dan tenaga volunteer dari Kelompok Swadaya Masyarakat Kanopi dan Sahabat Ujung Kulon. Pengajian bulanan untuk ibu-ibu dan keterlibatan siswa, kelompok petani serta instansi desa dalam kegiatan penanaman pohon adalah wujud peran serta mereka yang paling nyata dilapangan. Selain kegiatan survey pra dan paska kampanye. Didalam pelaksanaan kegiatan strategi penyingkir halangan, peran konstituen sangat kurang dalam ikut menerapkan kegiatan intensifikasi pertanian, dalam diskusi informal dengan beberapa perwakilan kelompok tani yang dipilih secara acak, menyebutkan bahwa mereka tidak mau berperan serta untuk menerapkan kegiatan intensifikasi pertanian jika belum melihat keberhasilan dari kelompok tani lain. Dalam teori difusi inovasi kelompok ini tergolong sebagai kelompok yang tertinggal atau terlambat untuk mengadopsi (Laggard), kelompok ini memiliki karakter, kurang giat dalam mencari informasi mengenai gagasan-gagasan baru, paparan media yang meeka miliki sangat sedikit dan hanya mengandalkan komunikasi interpersonal dalam menerima gagasan baru, dan bergantung pada hasil evaluasi subyektif dari anggota pengadopsi lainnya. Hal ini dikarenakan, mereka memiliki keterbatasan modal sehingga sangat berhati-hati dalam menggunakan modal yang dimilikinya, mereka tidak mau mengambil resiko kegagalan, menunggu keberhasilan kelompok tani lain dalam menerapkan intensifikasi pertanian melalui tanaman kedelai adalah pilihan mereka untuk mengurangi resiko. Selain itu, hambatan psikis juga menjadi alasan mereka untuk tidak mau berperan serta dalam kegiatan penerapan intensifikasi pertanian, mereka pernah mengalami kekecewaan pada saat menerapkan program jagung hibrida, ternyata hasilnya tidak bisa dipasarkan. Jika Manajer Kampanye diberi kesempatan untuk mengulang kegiatan Kampanye Bangga ditempat yang sama, maka penggunaan media radio dan spanduk akan dikurangi untuk desa target primer kampanye pride, karena media tersebut kurang efektif untuk menigkatkan peran serta khalayak sasaran target, media cetak yang paling sesuai adalah lebar fakta yang memberikan informasi keberhasilan dan keuntungan ekonomi atau ekologi apabila menerapkan intensifikasi pertanian. Sedangkan media elektronik yang paling ideal adalah membagikan CD, yang berisi keberhasilan program intensifikasi pertanian didesa tetangga, 3. Konservasi Pada bulan Juni 2010, terjadi penurunan kegiatan perluasan lahan garapan untuk sawah didalam kawasan hutan Ujung Kulon oleh petani di desa target primer Kampanye Pride sebanyak rata-rata 89% dari tahun 2008, dan volume luas lahan yang dirambah menurun rata-rata 99% dari tahun Keberhasilan dalam memperoleh hasil konservasi dan pengurangan ancaman konservasi, tidak semata-mata hanya ditentukan oleh kegiatan Kampanye Bangga saja. Manajer Kampanye diawal melaksanakan

10 kegiatan Kampanye Bangga ini, telah bekeyakinan bahwa keberhasilan konservasi akan sulit terwujud jika tidak mampu melibatkan banyak pihak untuk berperan serta. Pada awal tahun 2009, Balai Taman Nasional Ujung Kulon mengeluarkan kebijakan untuk mengatasi perluasan lahan garapan didalam kawasan melalui kegiatan Kesepakatan Pengelolaan Hutan Partisipatif (KPH Partisipatif), kegiatan tersebut pada intinya adalah itikat baik dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon untuk melibatkan peran serta masyarakat dalam menyelesaikan masalah di hutan Ujung Kulon, yaitu dengan memberikan akses kepada petani penggarap didalam kawasan untuk tetap menggarap lahannya dengan kesepakatan tidak boleh memperluas lahannya, ada konsekwensikonsekwensi jika kedua belah pihak melanggar kesepakatan tersebut. Dalam kegiatan ini, Manajer Kampanye memiliki peran aktif untuk mengkolaborasikan kegiatan ini dengan strategi pengurangan ancaman lainnya. KPH Partisipatif telah dilaksanakan dan disepakati, kemudian timbul pertanyaan yang sangat penting dari khalayak target Kalau saya sudah tidak memperluas lahan lagi dan mentaati kesepakatan dengan Taman Nasional Ujung Kulon, lalu bagaimana saya bisa mencukupi kebutuhan hidup saya jika saya bertambah anggota keluarganya? Dari pertanyaan yang sederhana tersebut dan melihat kembali konsep model yang telah dibuat, Manajer Kampanye memutuskan bahwa strategi penyingkir halangan yang paling diperlukan untuk memperkuat strategi pengurangan ancaman melalui kegiatan KPH Partisipatif adalah kegiatan penerapan intensifikasi pertanian, sebagai insentif yang diberikan kepada khalayak target kampanye pride yang telah bersedia menghentikan perluasan lahan garapan didalam kawasan hutan Ujung Kulon. Pembelajaran yang paling penting adalah, bagaimana seorang Manajer Kampanye mampu melihat strategi pengurangan ancaman secara menyeluruh tanpa mengedepankan egoisme, karena Manajer Kampanye menyakini bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan konservasi adalah keberhasilan yang diperoleh tidak dengan sendiri, tetapi banyak pihak. Oleh karena itu, Manajer Kampanye yang berasal dari lembaga pengelola kawasan konservasi sangat ideal untuk mengintegralkan seluruh kegiatan Kampanye Bangga dengan kebijakan lembaganya, karena Manajer Kampanye memiliki waktu dan kesempatan yang lebih banyak, serta memiliki kedekatan emosional yang akan berpengaruh dalam setiap hasil diskusi. Mengintegralkan kegiatan Kampanye Bangga dengan program yang ada di lembaga sangat penting untuk dilakukan, karena Kampanye Bangga tidak hanya dilaksanakan selama 2 tahun tetapi selamanya, dan yang bisa melaksanakan itu adalah lembaga mitra Rare itu sendiri.

G. Tindak Lanjut. Pendahuluan

G. Tindak Lanjut. Pendahuluan G. Tindak Lanjut Pendahuluan Program Kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon telah menunjukkan hasil yang positif, dalam mencapai perubahan perilaku maupun dampak konservasi, sebagai contoh terdapat

Lebih terperinci

TOR RISET KUANTITATIF IDENTIFIKASI KEPENTINGAN DALAM RANGKA PRIDE CAMPAIGN TNUK BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

TOR RISET KUANTITATIF IDENTIFIKASI KEPENTINGAN DALAM RANGKA PRIDE CAMPAIGN TNUK BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON TOR RISET KUANTITATIF IDENTIFIKASI KEPENTINGAN DALAM RANGKA PRIDE CAMPAIGN TNUK BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Jl. Perintis Kemerdekaan No. 51 Labuan Pandeglang Banten 42264 1 I. PENDAHULUAN 1. Latar

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010

LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010 LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010 A. Latar Belakang Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang terletak di Semenanjung kepala burung di ujung Barat Pulau Jawa (Provinsi

Lebih terperinci

D. Kegiatan Kampanye

D. Kegiatan Kampanye D. Kegiatan Kampanye Kampanye Pride yang dilaksanakan di Taman Nasional Ujung Kulon, menggunakan bermacam-macam media dan kegiatan-kegiatan tertentu, untuk menyampaikan pesan konservasi kepada Khalayak

Lebih terperinci

BAB VI F. ANALISA KRITIS

BAB VI F. ANALISA KRITIS BAB VI F. ANALISA KRITIS Bab Analisa Kritis ini akan mengulas hal-hal yang telah berjalan dengan baik pada saat tahap-tahap perencanaan dan pelaksanaan serta dibagian mana perbaikan-perbaikan dapat dilakukan.

Lebih terperinci

E. Hasil Kampanye. Strategi dalam mengukur capaian hasil Kampanye Pride, memiliki beberapa tujuan utama, yaitu :

E. Hasil Kampanye. Strategi dalam mengukur capaian hasil Kampanye Pride, memiliki beberapa tujuan utama, yaitu : E. Hasil Kampanye Hasil Kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon diukur dengan berbagai metode, yaitu dengan melakukan survey kuantitatif pra dan paska Kampanye Pride melalui wawancara khalayak dengan

Lebih terperinci

MATRIK PEMANGKU KEPENTINGAN

MATRIK PEMANGKU KEPENTINGAN MATRIK PEMANGKU KEPENTINGAN # Peserta/ Pemangku kean Nama, posisi, dan rincian kontak peserta Isu-isu Kunci Sumbangan Potensial Motivasi untuk Hadir Konsekuensi Tidak Mengundang 1 10 Kepala Desa Kamirudin,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu: 1. Tahap Perencanaan, yang dilaksanakan pada bulan September 2006 Februari 2007, dilaksanakan di Aceh

Lebih terperinci

F. ANALISA KRITIKAL. Tinjauan Kritikal. Tinjauan terhadap Proses Perencanaan Proyek

F. ANALISA KRITIKAL. Tinjauan Kritikal. Tinjauan terhadap Proses Perencanaan Proyek F. ANALISA KRITIKAL Analisa Kritikal memberikan kesempatan untuk melihat hal-hal yang telah berjalan dengan baik pada saat tahap-tahap perencanaan dan pelaksanaan kampanye dan di bagian mana perbaikan-perbaikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kriteria keberhasilan pembangunan adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan partisipasinya dalam pembangunan itu sendiri. Pembangunan di bidang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa Taman

Lebih terperinci

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan

Lebih terperinci

STRATEGI TINDAK LANJUT

STRATEGI TINDAK LANJUT VII. STRATEGI TINDAK LANJUT Pendahuluan Kampanye tahap pertama yang dilakukan di Kompleks hutan rawa gambut Sungai Putri baru saja berakhir Juli 2010 lalu. Beberapa capaian yang dicatat dari kampaye tersebut:

Lebih terperinci

G. RENCANA TINDAK LANJUT

G. RENCANA TINDAK LANJUT G. RENCANA TINDAK LANJUT Rencana Tindak Lanjut Kampanye adalah strategi yang diartikulasikan dengan jelas dari langkah-langkah yang perlu diterapkan oleh lembaga mitra dalam periode 1-3 tahun untuk membangun,

Lebih terperinci

Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon.

Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon. DATA MITRA BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON PERIODE 2011 S/D 2014 1. PT KHARISMA LABUAN WISATA Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon. Jangka

Lebih terperinci

17.0 PESAN KAMPANYE Strategi pembuatan pesan Pesan-pesan Inti dan Slogan-slogan. G. Strategi Kampanye

17.0 PESAN KAMPANYE Strategi pembuatan pesan Pesan-pesan Inti dan Slogan-slogan. G. Strategi Kampanye 17.0 PESAN KAMPANYE 17.1 Strategi pembuatan pesan Strategi pembuatan pesan bagi petani dan masyarakat akan membantu memandu semua pesan yang dirancang agar dapat mencapai sasaran kampanye kami. Strategi-strategi

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS 8.1. Rancangan Program Peningkatan Peran LSM dalam Program PHBM Peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM belum sepenuhnya diikuti dengan terciptanya suatu sistem penilaian

Lebih terperinci

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU YAYASAN SEKA APRIL 2009 RANGKUMAN EKSEKUTIF Apa: Untuk mengurangi ancaman utama terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pemerintah Kota Bandung, dalam hal ini Walikota Ridwan Kamil serta Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, telah menunjukkan pentingnya inovasi dalam dalam program

Lebih terperinci

Pengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 3,5%) Pengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 13,9%) Pengetahuan Positif terbentuk

Pengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 3,5%) Pengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 13,9%) Pengetahuan Positif terbentuk RENCANA PEMANTAUAN Rencana Pemantauan yang baik akan membantu kita secara akurat dan tepercaya menilai dampak intervensi proyek kita untuk menentukan apakah proyek telah mencapai tujuan dan sasarannya,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP 4.1. Visi dan Misi SKPD 4.1.1. Visi Filosofi yang mendasari pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta seperti tercantum

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Jaringan Media Komunitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Data Balai Pemantapan Kawasan Hutan Jawa-Madura tahun 2004 menunjukkan bahwa kawasan hutan Jawa seluas 3.289.131 hektar, berada dalam kondisi rusak. Lahan kritis di dalam

Lebih terperinci

5. EVALUASI EFEKTIVITAS PENGELOLAAN

5. EVALUASI EFEKTIVITAS PENGELOLAAN 5. EVALUASI EFEKTIVITAS PENGELOLAAN Evaluasi efektivitas pengelolaan dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap 4 aspek dalam siklus pengelolaan yaitu: perencanaan, masukan, proses, dan keluaran. Setiap

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP 6.1 Prioritas Aspek yang Berperan dalam Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis

Lebih terperinci

Menyelamatkan Daerah Aliran Sungai (DAS): Saatnya Bertindak Sekarang

Menyelamatkan Daerah Aliran Sungai (DAS): Saatnya Bertindak Sekarang Konferensi Pers dan Rumusan Hasil Workshop 21 Juli 2009 Menyelamatkan Daerah Aliran Sungai (DAS): Saatnya Bertindak Sekarang Jakarta. Pada tanggal 21 Juli 2009, Departemen Kehutanan didukung oleh USAID

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG [- BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG P embangunan sektor Peternakan, Perikanan dan Kelautan yang telah dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Garut dalam kurun waktu tahun 2009 s/d 2013 telah memberikan

Lebih terperinci

BAB 6. Analisa Kritis Kampanye

BAB 6. Analisa Kritis Kampanye BAB 6. Analisa Kritis Kampanye Bab Analisa Kritikal memberikan kesempatan untuk melihat hal-hal yang telah berjalan dengan baik pada saat tahap-tahap perencanaan dan pelaksanaan dan di bagian mana perbaikan-perbaikan

Lebih terperinci

D. Analisis Ancaman. 4.0 Peringkat Ancaman 4.1 Lingkup, Intensitas, dan Ketakberbalikan 4.2 Rantai Faktor

D. Analisis Ancaman. 4.0 Peringkat Ancaman 4.1 Lingkup, Intensitas, dan Ketakberbalikan 4.2 Rantai Faktor Sebagian besar lokasi menghadapi sangat banyak ancaman. Sumberdaya konservasi sangat langka dan kompetensi sering terbatas. Tantangan umum untuk manajer sumber daya adalah menentukan yang mana dari banyak

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

6.1. Tinjauan Kritikal

6.1. Tinjauan Kritikal 6. ANALISA KRITIS Bab Analisa Kritikal memberikan kesempatan untuk melihat hal-hal yang telah berjalan dengan baik pada saat tahap-tahap perencanaan dan pelaksanaan dan di bagian mana perbaikan-perbaikan

Lebih terperinci

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM. PERATURAN BUPATI KABUPATEN SIKKA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIKKA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

G. RENCANA TINDAK LANJUT

G. RENCANA TINDAK LANJUT BAB VII G. RENCANA TINDAK LANJUT Rencana Tindak Lanjut Kampanye adalah strategi yang diartikulasikan dengan jelas dari langkah-langkah yang perlu diterapkan oleh lembaga mitra dalam periode 1-3 tahun untuk

Lebih terperinci

1/12 COLABORATIVE MANAGEMENT UNTUK KAWASAN EKOSISTEM ESENSIAL DI KABUPATEN PEMALANG

1/12 COLABORATIVE MANAGEMENT UNTUK KAWASAN EKOSISTEM ESENSIAL DI KABUPATEN PEMALANG 1/12 COLABORATIVE MANAGEMENT UNTUK KAWASAN EKOSISTEM ESENSIAL DI KABUPATEN PEMALANG Nama Diklat : Dikpim III Angk XXX Tahun : 2017 Ruang lingkup inovasi : Kabupaten/Kota Cluster inovasi : Kehutanan & Lingkungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL Rapat SAC ke-10 di Pangkalan Kerinci, Riau - Indonesia, 23-25 Mei 2017 ANGGOTA SAC TURUT

Lebih terperinci

3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN 3.1. TAHAP I KESELAMATAN YANG BERDASARKAN HANYA PADA PERATURAN PERUNDANGAN

3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN 3.1. TAHAP I KESELAMATAN YANG BERDASARKAN HANYA PADA PERATURAN PERUNDANGAN 3. TAHAP TAHAP PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN Semua organisasi organisasi yang terlibat dalam kegiatan nuklir jelas memiliki perhatian yang sama terhadap pemeliharaan dan peningkatan keselamatan. Tetapi

Lebih terperinci

Rencana Strategis (RENSTRA)

Rencana Strategis (RENSTRA) Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2014 Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN

Lebih terperinci

REVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi

REVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi REVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi Pembelajaran Akselerasi Bertindak Melihat Mendengar Merasa Siklus Belajar

Lebih terperinci

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA 7.1 Kerangka Umum Analytical Network Process (ANP) Prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa ditetapkan berdasarkan pilihan atas variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 31 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penentuan Lokasi Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling) difokuskan pada kawasan yang berada di hulu sungai dan

Lebih terperinci

19.0 TEORI PERUBAHAN. H. Teori Perubahan

19.0 TEORI PERUBAHAN. H. Teori Perubahan 19.0 TEORI PERUBAHAN H. Teori Perubahan Penjelasan Mengenai Teori Perubahan (maksimum 175 kata) Untuk mempertahankan keberadaan Hutan Geumpang sebagian Kawasan Blang Raweu, suatu kawasan yang kaya akan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian tentang Evaluasi Kompetensi Pustakawan Pelayanan Referensi di Perpustakaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional (TN) Gunung Merapi ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN SENTRA HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan Program MBS di Jawa Barat Pendidikan merupakan hal penting bagi perkembangan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. maka penduduk setempat dapat menggagalkan upaya pelestarian. Sebaliknya bila

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. maka penduduk setempat dapat menggagalkan upaya pelestarian. Sebaliknya bila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama dari pengelolaan taman nasional adalah untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan menyediakan jasa ekosistem. Sebuah taman nasional memegang peranan yang

Lebih terperinci

Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal

Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal 19.0 TEORI PERUBAHAN H. Teori Perubahan Penjelasan Mengenai Teori Perubahan (maksimum 175 kata) Untuk menghentikan kawasan hutan dan memelihara area hutan Taman Nasional Gunung Leuser Wilayah SPTN VI Besita

Lebih terperinci

METODOLOGI KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian

METODOLOGI KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian Lapangan dilaksanakan di Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Propinsi NTB, yang dimulai sejak Praktek Lapangan I (dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia adalah Negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat banyak. Salah satunya adalah keanekaragaman jenis satwanya. Dari sekian banyak keanekaragaman

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat) IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat) Taman Nasional Bukit Barisan Selatan memiliki daerah pembagian wilayah yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai desain media komunikasi untuk pendidikan konservasi berdasarkan preferensi masyarakat dan efeknya terhadap perubahan pengetahuan,

Lebih terperinci

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau No. 6, September 2001 Bapak-bapak dan ibu-ibu yang baik, Salam sejahtera, jumpa lagi dengan Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama.

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suaka Alam Pulau Bawean ditunjuk dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 76/Kpts/Um/12/1979 tanggal 5 Desember 1979 meliputi Cagar Alam (CA) seluas 725 ha dan Suaka

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1 KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1 1. PENDAHULUAN Program TFCA- Sumatera merupakan program hibah bagi khususnya LSM dan Perguruan Tinggi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI 5.1 Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utama Tabel 5.1 Area Beresiko Kabupaten Madiun Penilaian terhadap area beresiko untuk Kabupaten Madiun

Lebih terperinci

Rosita Tariola (Mona)

Rosita Tariola (Mona) Mengikuti Program Kampanye Pride sangat menantang juga menyenangkan. Pelajaran yang saya peroleh di kelas selama pelatihan benar-benar diaplikasikan di lapangan bersama masyarakat. Saya 'dipaksa' untuk

Lebih terperinci

PENILAIAN MANDIRI TENTANG KOMPETENSI FISPH

PENILAIAN MANDIRI TENTANG KOMPETENSI FISPH Form. 04 FISPH /FISCM PENILAIAN MANDIRI TENTANG KOMPETENSI FISPH Pengantar Tujuan dari penilaian mandiri ini adalah untuk membantu Anda menemukan tingkat kompetensi Anda terhadap dimensi kunci pengajaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian program dan kegiatan DAK pada Dinas Kehutanan Pasaman

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian program dan kegiatan DAK pada Dinas Kehutanan Pasaman BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari uraian program dan kegiatan DAK pada Dinas Kehutanan Pasaman Barat maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Implementasi program dan kegiatan DAK pada Dinas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama BAB V PENUTUP Semua analisa dan pembahasan didasarkan pada dokumen dan data yang diperoleh dari penggalian informasi dari staf tersebut mendukung hubungan antara penerapan model penilaian kinerja staf

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1230, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Kelompok Tani Hutan. Pembinaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.57/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELOMPOK

Lebih terperinci

Materi dan isi Acara Festival Jawa Kidul Mandalamekar, 2 5 Juni No Kegiatan Ringkasan 1 Talkshow di Ruyuk FM tentang Festival Desa Jawa Kidul

Materi dan isi Acara Festival Jawa Kidul Mandalamekar, 2 5 Juni No Kegiatan Ringkasan 1 Talkshow di Ruyuk FM tentang Festival Desa Jawa Kidul Materi dan isi Acara Festival Jawa Kidul Mandalamekar, 2 5 Juni 2012 No Kegiatan Ringkasan 1 Talkshow di Ruyuk FM tentang Festival Jawa Kidul Talkshow ini akan dilangsungkan melalui radio Ruyuk FM dan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada kegiatan Praktek Lapangan 2 yang telah dilakukan di Desa Tonjong, penulis telah mengevaluasi program atau proyek pengembangan masyarakat/ komunitas yang ada di

Lebih terperinci

AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti

AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti Pendekatan advokasi yang dilakukan oleh Advance Family Planning (AFP) fokus pada upaya memperoleh quick wins (keputusan-keputusan berkaitan dengan kebijakan atau

Lebih terperinci

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI ANALISIS INSTITUSI KONSERVASI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL UJUNG KULON, DESA TAMANJAYA, KAMPUNG CIBANUA, KECAMATAN SUMUR, KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN MONIKA BR PINEM PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cagar Biosfer Cagar biosfer adalah suatu kawasan meliputi berbagai tipe ekosistem yang ditetapkan oleh program MAB-UNESCO untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

Kebun Energi sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar dan lumbung pangan dalam penyelamatan hutan di Bali Barat

Kebun Energi sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar dan lumbung pangan dalam penyelamatan hutan di Bali Barat Kebun Energi sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar dan lumbung pangan dalam penyelamatan hutan di Bali Barat Wisma Cinta Alam, Balai Taman Nasional Bali Barat, Gilimanuk Sabtu, 17 Oktober 2009 Yayasan

Lebih terperinci

Executive Summary EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI

Executive Summary EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI Desember, 2011 KATA PENGANTAR Laporan ini merupakan Executive Summary dari kegiatan Pengkajian Model Kelembagaan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBAR INFORMASI JARINGAN MASYARAKAT HUTAN KORIDOR GUNUNG SALAK-HALIMUN

LEMBAR INFORMASI JARINGAN MASYARAKAT HUTAN KORIDOR GUNUNG SALAK-HALIMUN 1 LEMBAR INFORMASI JARINGAN MASYARAKAT HUTAN KORIDOR GUNUNG SALAK-HALIMUN SEKARANG KITA BERSAMA!!!! LANGKAH AWAL UNTUK PENGELOLAAN HUTAN KORIDOR SALAK-HALIMUN YANG ADIL, SEJAHTERA, DAN LESTARI Apa itu

Lebih terperinci

TELAAHAN PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN PERIKANAN: TUGAS PUSAT ATAU TUGAS DAERAH?

TELAAHAN PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN PERIKANAN: TUGAS PUSAT ATAU TUGAS DAERAH? TELAAHAN PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHAN PERIKANAN: TUGAS PUSAT ATAU TUGAS DAERAH? Oleh: Mochamad Wekas Hudoyo, API, MPS PENYULUH PERIKANAN MADYA PUSAT PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN A. JUSTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan lingkungan. Kegiatan wisata alam itu sendiri dapat

Lebih terperinci

H. Teori Perubahan 19.0 Teori Perubahan

H. Teori Perubahan 19.0 Teori Perubahan Merupakan sesuatu yang kritis untuk memiliki ide yang jelas bagaimana kampanye Pride kita akan menciptakan yang bertahan lama untuk konservasi keanekaragaman hayati. Salah satu cara untuk melakukan hal

Lebih terperinci

Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan www.bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang

Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan www.bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang Pemimpin : Lakukan NetWORK Bukan NetSit Atau NetEat Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan www.bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang Dalam rangka meningkatkan nilai dan kualitas kehidupan,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa hutan disamping

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP 4.1. Visi dan Misi 4.1.1. Visi Bertitik tolak dari dasar filosofi pembangunan daerah Daerah Istimewa Yogyakarta,

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan di Indonesia telah sejak lama mengedepankan peningkatan sektor pertanian. Demikian pula visi pembangunan pertanian tahun 2005 2009 didasarkan pada tujuan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA FORUM ORANGUTAN INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA FORUM ORANGUTAN INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA FORUM ORANGUTAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Umum 1. Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar FORINA. 2. Anggaran Rumah Tangga ini merupakan penjabaran dan menjadi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.43/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN

Lebih terperinci