BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), pada tahun 2012 terdapat sekitar 14 juta kasus kanker dan 8,2 juta dari kasus-kasus tersebut berakhir dengan kematian. Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh kanker adalah kanker paru-paru dengan jumlah kematian sebanyak 1,59 juta [1]. Kanker paru-paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Kanker paru-paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Pada awalnya, sel-sel normal di paru-paru dan bagian lain dari tubuh, tumbuh dan membelah membentuk sel-sel baru. Ketika selsel normal menjadi tua atau rusak, sel-sel tersebut akan mati dan akan digantikan dengan sel-sel baru. Terkadang proses ini tidak berjalan dengan baik. Sel-sel baru terbentuk meskipun tubuh tidak membutuhkannya dan sel-sel yang lama tidak mati seperti yang seharusnya. Dengan demikian, akan terjadi penumpukan sel. Penumpukan sel ekstra sering membentuk suatu massa di jaringan yang disebut tumor. Tumor di paru-paru terdiri dari dua jenis yaitu jinak dan ganas. Sebelum menentukan jenis tumor, perlu dikenali morfologi lesi dari masing-masing jenis tumor tersebut yaitu tumor yang bukan kanker (jinak) dan tumor yang bersifat ganas atau yang dikenal dengan kanker. Kanker paru berasal dari paru-paru dan bisa juga dari organ tubuh selain paru-paru. Kanker yang berasal dari paru-paru disebut kanker paru-paru primer dan yang berasal dari luar paru-paru disebut kanker paruparu sekunder. Biasanya, kanker paru-paru primer hanya berjumlah satu pada area paru-paru, sedangkan kanker paru-paru sekunder berjumlah lebih dari satu. Untuk penelitian ini akan membahas tentang morfologi kanker paru-paru primer. Gambaran morfologi kanker paru-paru primer terdiri dari beberapa komponen yaitu ukuran tumor, penyangatan, tepi irregular spiculated, lobulated, 1

2 air bronchograms, ground glass opacity, dan densitas. Proses identifikasi kanker paru-paru dengan gambaran morfologi tersebut dapat dilakukan dengan metode pencitraan atau yang dikenal dengan Computed Tomography (CT) image. Hasil CT Scan paru-paru dapat menggambarkan tingkat keganasan dari kanker. Peningkatan dalam pemanfaatan CT Scan paru-paru dapat meningkatkan jumlah penemuan nodul paru soliter, yang didefinisikan sebagai lesi bulat < 3cm dan dikelilingi oleh parenkim paru [2]. Penelitian ini hanya beberapa komponen gambaran morfologi kanker paru primer yaitu shape dan Ground Glass Opacity. Ground-glass opacity (GGO) adalah area yang mengalami sedikit peningkatan densitas yang bersifat homogen, yang tidak jelas (kabur) dan terletak di dasar bronchial atau pada tepi vaskuler pada High Resolution CT (HRCT). Secara patologis, GGO mungkin disebabkan oleh pengisian udara secara parsial, penebalan interstitial dengan peradangan, oedema, fibrosis, neoplastic proliferation, kondisi pernapasan normal atau peningkatan volume darah pada kapiler paru. GGO dapat diklasifikasikan menjadi pure GGO (pggo) dan mixed GGO (mggo) berdasarkan pada komponen solid. GGO dapat terjadi pada kondisi paru-paru jinak seperti pneumonia, focal fibrosis dan haemorrhage, tetapi saat ini telah mendapat perhatian khusus karena dapat mengindikasikan adanya keberadaan awal kanker paru-paru. Kasus yang paling sering muncul diantaranya bronchioloalveolar carcinoma (BAC) dan adenocarcinoma dengan komponen dominan yaitu BAC [3]. Pure GGO didefinisikan sebagai meningkatnya area nodular paru melalui struktur parenkim normal termasuk saluran udara dan pembuluh darah yang kelihatan. Nodul yang terdiri dari komponan ground-glass dan solid disebut part-solid GGN [4]. Salah satu fitur yang digunakan untuk melakukan klasifikasi lesi adalah fitur shape. Shape dibagi menjadi empat jenis yaitu round, oval, polygonal dan complex [5]. Fitur-fitur yang digunakan radiolog untuk mengklasifikasi jenis lesi merupakan fitur yang juga sering digunakan dalam bidang pengolahan citra. Untuk melakukan klasifikasi terhadap jenis lesi tersebut dapat beberapa 2

3 metode, misalnya Support Vector Machine (SVM) [6] [7] [8], K-Nearest Neighbor (K-NN) [9], Radial Basis Function Network (RBFN) [10], dan lain-lain. Sebelum melakukan klasifikasi, citra hasil CT scan harus melalui tahap ekstraksi fitur terlebih dahulu. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk ekstraksi fitur GGO adalah fitur tekstur berbasis histogram [11] [12] atau Gray Level Co-occurrence Matrices (GLCM) dan lain sebagainya [13]. Untuk mengetahui shape dari suatu lesi dapat beberapa metode momen invariant, antara lain momen hu, momen zernike, momen jarak ke pusat hingga fitur circularity yang dapat digunakan untuk menghitung kebulatan suatu objek [14] [15] [16] [17] [18] [19] [20] [21] [22]. Penelitian ini akan GLCM untuk mendapatkan fitur GGO dan fitur shape akan diperoleh dengan metode momen zernike dan circularity. GLCM pertama kali diusulkan oleh Haralick pada tahun 1973 dengan 28 fitur untuk menjelaskan pola spasial dan perhitungan tekstur pada orde kedua. Berdasarkan namanya, metode ini bekerja dengan menghitung nilai derajat keabuan pada suatu citra. Pengukuran tekstur pada orde pertama perhitungan statistika dan didasarkan pada nilai piksel citra asli semata, dan tidak memperhatikan hubungan ketetanggaan piksel. Tetapi GLCM bekerja dengan memperhitungkan hubungan antara satu piksel dengan piksel disebelahnya (ketetangaan piksel). Momen zernike digunakan untuk menyatakan bentuk objek dan memiliki beberapa kelebihan yaitu tidak bergantung terhadap rotasi, andal terhadap derau memiliki redundansi yang minimum. Selanjutnya fitur circularity (sifat bundar) adalah perbandingan antara rerata jarak Euclidean dari sentroid terhadap tepi area dan deviasi standar jarak dari sentroid ke tepi area [21]. Berdasarkan metode-metode yang telah digunakan dalam penelitianpenelitian sebelumnya, maka penelitian ini akan Citra CT scan paruparu untuk melakukan ekstraksi dan klasifikasi morfologi kanker paru-paru primer yaitu GGO dan shape. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat membantu radiolog untuk melakukan klasifikasi terhadap jenis resiko pasien dan dapat dijadikan second opinion dikarenakan masing-masing radiolog memiliki sudut pandang yang berbeda-beda terhadap suatu lesi paru-paru. Second opinion yang dimaksudkan merupakan alat bantu yang dapat digunakan sebagai bahan 3

4 pertimbangan bagi radiolog dalam melakukan pengenalan terhadap karakteristik lesi paru-paru. Selain itu, terdapat juga permasalahan dimana fitur dari lesi tersebut terlihat mirip sehingga sulit untuk bisa mengetahui jenis resiko kanker. 1.2 Perumusan masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Tingginya resiko kematian yang disebabkan oleh kanker paru-paru menuntut para radiolog untuk dapat mengenali jenis lesi pada kasus kanker paru-paru primer dengan baik berdasarkan hasil CT scan. Tetapi kenampakan karakteristik lesi GGO dan shape pada citra CT scan cenderung hampir sama sehingga terkadang radiolog melakukan kesalahan dalam mengenali karakteristik lesi tersebut. 2. Belum adanya second opinion yang dapat dijadikan panduan dalam mengenali karakteristik lesi GGO dan shape. Hal ini dapat dilihat dengan proses pengenalan yang dilakukan oleh radiolog secara manual. 1.3 Keaslian penelitian Pada bagian ini diberikan kajian mengenai beberapa penelitian yang bertujuan untuk melakukan pengenalan morfologi kanker paru-paru. Selain itu, juga diberikan kajian mengenai metode-metode yang telah diterapkan baik pada citra CT maupun pada citra yang berbeda. Kajian dilakukan untuk memberikan informasi mengenai perbedaan dan kebaruan antara penelitian-penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan pada saat ini. Penelitian yang dilakukan oleh Katsumata dkk [11] yang mengusulkan sebuah sistem untuk mendeteksi area GGO dengan menghitung empat fitur statistik dari fitur densitas dan satu fitur bentuk. Penelitian ini 31 dataset citra thorax abnormal yang diperoleh dari Multi Detector row CT (MDCT). Fitur statistik yang dihitung antara lain mean, standard deviation, skewness dan kurtosis. Dari keempat fitur tersebut diperoleh tingkat akurasi 79% dengan tingkat False Positive (FP) sebesar 1,3. Kemudian, digunakan fitur bentuk yang dihitung 4

5 Minimum Directional Difference Filter (Min-DD) untuk mengurangi tingkat FP. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa sistem yang diusulkan tersebut dapat digunakan di bidang medis. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Bastawrous dkk [12], beberapa fitur morfologi dan graylevel. Fitur morfologi yang dihitung antara lain area, compactness, dan irregularity. Kemudian, fitur graylevel terdiri dari mean intensity value dan maximum intensity value. Penelitian ini 715 slice citra CT yang berisi 25 nodul GGO dan diklasifikasi template matching dan diperoleh sensitivitas 92% dengan FP 0,76 per slice. Selanjutnya, digunakan metode ANN untuk mengurangi tingkat FP. Setelah ANN, FP dapat dikurangi dari 0,76 menjadi 0,25 per slice tetapi metode ini mengurangi tingkat sensitivitas menjadi 84%. Penelitian yang dilakukan Yokota dkk [13], juga melakukan deteksi area GGO pada citra CT berdasarkan fitur statistik dengan menghitung keempat sudut dari metode GLCM antara lain energy, entropy, inertia dan correlation. Metode yang diusulkan, diterapkan pada 31 citra CT yang diperoleh dari LIDC. Dengan metode tersebut diperoleh akurasi 93%. Hal ini disebabkan karena area pembuluh darah dihilangkan terlebih dahulu 3D line filter. Selain metode-metode yang digunakan untuk mengukur tingkat GGO, terdapat juga beberapa metode yang dapat digunakan untuk deteksi keabnormalan pada paru-paru. Fesharaki dan Pourghassem [14] melakukan ekstraksi fitur dengan memanfaatkan fitur bentuk yaitu Fourier Descriptor, Invariant Moments dan Zernike Moments. Penelitian ini citra x-ray dan dibagi menjadi citra untuk training dan 562 citra untuk testing. Kemudian, klasifikasi Bayesian Rule dan diperoleh akurasi 82,87%. Penelitian yang dilakukan Asadi dkk [15] metode digital holographic untuk klasifikasi dan mengenali sel leukemia pada citra blood cells. Data yang digunakan untuk training sebanyak 800 citra berbeda dari 4 jenis leukemia. Tahap ekstraksi Zernike Moments. Kemudian, untuk klasifikasi sel leukemia, digunakan K-Nearest Neighbor (KNN) dan minimum mean 5

6 distance yang bertujuan untuk membandingkan tingkat akurasi tertinggi. Dari hasil penelitian, diperoleh akurasi tertinggi dengan KNN yaitu mencapai 93%. Kemudian, Sharma dan Khanna [16] mengusulkan sebuah sistem untuk klasifikasi keganasan pada citra mammogram. Sebelum diklasifikasi, citra tersebut diekstraksi Zernike moment. Penelitian ini citra mammogram dari Image Retrieval in Medical Application (IRMA) dan Digital Database for Screening Mammography (DDSM). Setelah proses ekstraksi, dilakukan klasifikasi SVM dengan kernel RBF (Radial Basis Function) terhadap masing-masing database. Hasil yang diperoleh yaitu sensitivitas 99% dan spesifisitas 99% untuk IRMA. Sensitivitas 97% dan spesifisitas 96% untuk DDSM. Metode yang diusulkan dibandingkan dengan fitur tekstur yaitu GLCM dan Discrete Fourier Transform (DCT) dan hasil yang diperoleh adalah metode yang diusulkan memberikan kinerja yang lebih baik. Tahmasbi dkk [17], juga melakukan klasifikasi massa jinak dan ganas pada citra mammogram dengan Zernike moment. Penelitian ini dataset dari Mammographic Image Analysis Society (MIAS) yang terdiri dari 322 citra digital yang terdiri dari payudara kiri dan kanan dari 161 wanita yang berbeda. Tahap awal yang dilakukan adalah praproses yang terdiri dari dua cara yaitu citra grayscale untuk ekstraksi fitur Zernike moment sebagai deskriptor mass margin dan citra biner untuk sebagai deksriptor mass shapes. Klasifikasi Multi-Layer Perceptron (MLP) yang dilatih dengan aturan pembelajaran Back Propagation (BP) dan Opposition-based Learning (OBL). Spesifisitas dan sensitivitas yang dicapai dari kedua cara tersebut yaitu 97,5% dan 97,6%. Pengenalan shape dapat dilakukan dengan metode-metode yang telah disebutkan tetapi ada penelitian yang juga melakukan pengenalan shape dengan metode yang berbeda yaitu dengan menghitung nilai kebulatan (circularity). Weiqiang, dkk [22] melakukan analisis terhadap shape dan boundary beberapa metode yaitu polygonal modeling dan index of lobule untuk 6

7 memperoleh boundary, kemudian fractal dimension dan circularity digunakan untuk memperoleh shape. Massa shape terdiri dari irregular dan sub-circular kemudian massa boundary terdiri dari spiculate, microlobulate dan smooth. Penelitian dilakukan 93 citra mammogram yang terdiri dari 54 citra benign dan 39 malignant yang diperoleh dari MIAS. Fitur bentuk juga banyak digunakan dalam bidang-bidang selain citra medis. Kale dkk [18], melakukan pengenalan tulisan tangan Devanagari fitur bentuk yaitu Zernike moments. Dalam penelitian ini, tidak ada dataset yang tersedia sehingga tulisan huruf Devanagari dibuat sendiri. Dataset terdiri dari basic dan compound character sehingga terdapat karakter yang akan diklasifikasi. Setelah ekstraksi fitur, SVM dan KNN digunakan untuk klasifikasi dan diperoleh akurasi yang tinggi yaitu SVM mencapai 98,37% dan KNN mencapai 95,82%. Sedangkan Chen dan Li [19] melakukan pengenalan sidik jari 7 momen Hu. Penelitian ini database DB1 dari FCV2002. Database DB1 terdiri dari 800 citra sidik jari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode yang diusulkan dapat membedakan masing-masing sidik jari. Sementara itu, Trbali dkk [20], juga momen Zernike untuk melakukan klasifikasi massa jinak dan ganas pada citra mammogram. Dataset diperoleh dari Mammography Image Analysis Society (MIAS) yang berisi 322 citra digital mammogram yang terdiri dari payudara kiri dan kanan dari 161 wanita. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu tahap praproses, segmentasi,ekstraksi fitur kemudian klasifikasi. Setelah klasifikasi, akurasi yang diperoleh mencapai 90,4% dengan sensitivitas 92% dan spesifisitasi 96%. Fu dan Han [23], mengusulkan metode untuk menghitung kebulatan berbasis pada morfologi matematika dan kode rantai. Metode tersebut dapat digunakan untuk citra biner sehingga tahap awal yang dilakukan adalah proses binarisasi metode Otsu. Selanjutnya metode morfologi yaitu opening dan closing dan proses deteksi tepi dan ekstraksi kontur. Selanjutnya metode kode rantai diterapkan pada tepi citra untuk mendapatkan kebulatan 7

8 (circularity). Hasil penelitian menunjukkan bahwa algoritme yang diusulkan sederhana dan efektif serta cukup akurat. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan lebih cenderung citra mammogram untuk klasifikasi tingkat keganasan kanker payudara ataupun untuk melakukan pengenalan terhadap karakter tulisan tangan maupun pada citra yang bukan citra medis sementara untuk citra CT pada kasus kanker paru-paru belum banyak dilakukan. Berikut ini adalah beberapa penelitian yang telah dilakukan yang dirangkum pada Tabel 1.1 Tabel 1. 1 Perbandingan keaslian penelitian No Peneliti Data Metode Keterangan 1. Katsumata dkk. [11], Bastawrous dkk [12], Penelitian ini Ekstraksi empat fitur statistik (mean, 31 dataset thorax standard deviation, abnormal yang skewness,kurtosis) dan diperoleh dari satu fitur bentuk Multi Detector (Minimum Directional row (MDCT) Difference Filter) 715 slice citra Ekstraksi fitur CT yang berisi morfologi (area, 25 nodul GGO compactness, dan irregularity) dan fitur diperoleh sensitivitas graylevel (mean intensity value dan maximum intensity value) Dapat disimpulkan bahwa sistem yang diusulkan dapat digunakan di bidang medis Klasifikasi template matching, 92% dan FP 0,76/slice. Metode ANN dapat mengurangi tingkat FP menjadi 0,25/slice tetapi mengurangi tingkat sensitivitas menjadi 84% Tabel 1. 2 Perbandingan keaslian penelitian (lanjutan) No Peneliti Data Metode Keterangan 8

9 3. Yokota dkk. [13], Metode diterapkan pada 31 citra CT yang diperoleh dari LIDC Menghitung keempat sudut dari metode GLCM antara lain energy, entropy, inertia dan correlation. Kemudian area Dengan metode GLCM dan 3D line filter, diperoleh akurasi 93% pembuluh darah dihilangkan 3D line filter. 4. Fesharaki Penelitian ini Ekstraksi fitur bentuk Klasifikasi dan yaitu Fourier Pourghasse citra x-ray Descriptor, Invariant Bayesian Rule dan m [14], dan dibagi Moments dan Zernike diperoleh akurasi menjadi Moments. 82,87% citra untuk training dan 562 citra untuk testing. 5. Asadi dkk. Testing Ekstraksi fitur bentuk Tingkat akurasi [15], Zernike tertinggi diperoleh 800 citra yang Moments. Klasifikasi dengan berbeda dari 4 KNN KNN jenis leukemia. dan minimum mean yaitu mencapai 93% distance Tabel 1. 3 Perbandingan keaslian penelitian No Peneliti Data Metode Keterangan 9

10 6. Sharma dan Penelitian ini Ekstraksi Hasil yang diperoleh Khanna Zernike yaitu sensitivitas 99% [16], citra moment dan klasifikasi dan spesifisitas 99% mammogram SVM untuk IRMA. dari IRMA dan dengan kernel RBF Sensitivitas 97% dan DDSM. pada masing-masing spesifisitas 96% database untuk DDSM. 7. Tahmasbi Dataset Ekstraksi fitur pada Hasil yang diperoleh dkk. [17], diperoleh dari citra mammogram yaitu spesifisitas 2011 Mammography Zernike mencapai 97,5% dan Image Analysis moment. Klasifikasi sensitivitas mencapai Society (MIAS) Multi- 97,6%. yang terdiri dari Layer Perceptron 322 citra (MLP). payudara kiri dan kanan. 8. Weiqiang 93 citra Menggunakan fractal Klasifikasi dkk.[22], mammogram dimension dan menghasilkan massa 2008 dari circularity untuk shape dan boundary Mammography mengetahui shape dari dapat dibedakan Image Analysis massa dengan akurasi Society (MIAS) 92,5% yang terdiri dari 54 citra benign dan 39 citra malignant Tabel 1. 4 Perbandingan keaslian penelitian No Peneliti Data Metode Keterangan 10

11 9. Kale dkk. Dataset terdiri Ekstraksi fitur untuk SVM dan KNN [18], 2013 dari basic dan pengenalan tulisan digunakan untuk compound tangan Devanagari klasifikasi dan character Zernike diperoleh akurasi sehingga moment, SVM dan yang tinggi yaitu terdapat KNN digunakan untuk SVM mencapai karakter. klasifikasi 98,37% dan KNN mencapai 95,82% 10. Chen dan Li Penelitian ini Ekstraksi fitur Hasil penelitian [19], menunjukkan bahwa database DB1 momen Hu. metode yang dari FCV2002. diusulkan dapat Database DB1 membedakan terdiri dari 800 masing-masing sidik citra sidik jari. jari 11. Trbali dkk. Dataset Ekstraksi fitur massa Akurasi yang [20], 2014 diperoleh dari jinak dan ganas pada diperoleh mencapai Mammography citra mammogram 90,4% dengan Image Analysis momen sensitivitas 92% dan Society (MIAS) Zernike, kemudian spesifisitasi 96%. yang terdiri dari klasifikasi 322 citra neural payudara kiri network. dan kanan. 12. Fu dan Han [23], 2012 Citra berbentuk bundar Menggunakan operasi morfologi matematika dan kode rantai untuk memperoleh fitur circularity Algoritme yang diusulkan sederhana dan efektif serta cukup akurat. Tabel 1. 5 Perbandingan keaslian penelitian No Peneliti Data Metode Keterangan 11

12 12. Penelitian Data yang Ekstraksi fitur yang Melakukan pengujian yang akan digunakan digunakan adalah fitur dengan dilakukan terdiri dari 30 berbasis Gray Level citra Co-occurrence metode ekstraksi fitur Matrices (GLCM) GLCM dan fitur untuk GGO kemudian bentuk. Kemudian Zernike Moment dan circularity untuk metode klasifikasi shape. Selanjutnya MLP untuk klasifikasi mengenali jenis lesi. metode Multilayer Perceptron. Perbedaan antara penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian ini akan metode-metode ekstraksi fitur dari metode-metode yang sudah ada pada citra CT scan paru-paru untuk mengenali morfologi lesi kanker paru-paru primer yaitu GGO dan shape yang dapat dijadikan parameter dalam menentukan tingkat keganasan dan jenis resiko pasien. Selain itu, untuk berupaya meningkatkan akurasi maka dilakukan proses seleksi fitur yang dilakukan secara otomatis. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan utama dalam penelitian ini adalah : - Menerapkan metode ekstraksi fitur berdasarkan metode yang telah digunakan sebelumnya untuk mengenali morfologi lesi GGO dan shape pada kasus kanker paru-paru primer. - Menggunakan metode klasifikasi yang bertujuan untuk memperoleh tingkat akurasi yang signifikan dalam mengenali karakteristik morfologi lesi paruparu. - Meningkatkan akurasi pengenalan jenis lesi yang dapat dilakukan melalui beberapa tahap - Evaluasi terhadap hasil klasifikasi. 12

13 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh radiolog sebagai second opinion dalam mengenali karakteristik morfologi kanker paru-paru primer sehingga dapat menentukan jenis resiko pasien dan tindakan seperti apa yang harus dilakukan. 13

14 14

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit penyebab kematian paling tinggi di dunia, berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 terdapat sekitar 14 juta kasus

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan proses penyakit yang terjadi karena sel abnormal mengalami mutasi genetik dari DNA seluler. Sel abnormal membentuk klon dan berproliferasi secara abnormal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kontribusi penelitian. Masalah-masalah yang dihadapi berkaitan dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Tumor paru adalah tumor pada jaringan paru yang dapat bersifat jinak maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer maupun sekunder.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade ini. Kanker paru merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal yang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade ini. Kanker paru merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker paru telah menjadi salah satu kanker yang sering terjadi dalam beberapa dekade ini. Kanker paru merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal yang tak terkendali pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir Kanker payudara merupakan salah satu penyebab kematian yang sering dialami oleh wanita pada usia lanjut. Tercatat bahwa pada tahun 2011, terdapat lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan berlebihan atau perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel jaringan pada bagian tubuh tertentu. Kanker payudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksinya parasit malaria terhadap sel darah merah. Parasit malaria tergolong jenis parasit dari genus Plasmodium,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi mycobacterium tuberculosis complex (bakteri berbentuk basil lurus, sedikit melengkung, tidak berspora dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. melakukan pengamatan dan analisis dari gambar yang didapat. Untuk bisa mendapatkan

BAB 3 METODOLOGI. melakukan pengamatan dan analisis dari gambar yang didapat. Untuk bisa mendapatkan BAB 3 METODOLOGI 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah 3.1.1 Analisis Kebutuhan Dalam melakukan analisa gambar mammogram, biasanya dokter secara langsung melakukan pengamatan dan analisis dari gambar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penglihatan manusia memiliki akurasi yang besar dalam mengenali

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penglihatan manusia memiliki akurasi yang besar dalam mengenali BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem penglihatan manusia memiliki akurasi yang besar dalam mengenali objek 3 dimensi. Sistem penglihatan manusia dapat membedakan berbagai macam objek 3 dimensi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman i ii iii iv vi viii ix xi xii xiii

DAFTAR ISI. Halaman i ii iii iv vi viii ix xi xii xiii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... PRAKATA DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR SINGKATAN... INTISARI.. i ii iii iv vi viii ix xi xii xiii

Lebih terperinci

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA Yusti Fitriyani Nampira 50408896 Dr. Karmilasari Kanker Latar Belakang Kanker

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL...viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR SINGKATAN. x INTISARI xi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Eksperimen Pada penelitian ini, eksperimen dilakukan dua kali, dimana setiap eksperimen memiliki perbedaan pada pembagian dari kelas-kelas kanker. Eksperimen pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkontrol pada jaringan paru. Munculnya kanker ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. terkontrol pada jaringan paru. Munculnya kanker ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker paru adalah penyakit pertumbuhan jaringan yang tidak dapat terkontrol pada jaringan paru. Munculnya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal,

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah jenis kanker yang dimulai pada sel-sel payudara sebagai sekelompok sel kanker, yang kemudian dapat menyerang jaringan di sekitarnya atau menyebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab utama mortalitas di dunia (sekitar 13% dari seluruh penyebab mortalitas), diperkirakan angka mortalitas sekitar 7,9 juta kematian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Wajah Pengenalan wajah adalah salah satu teknologi biometrik yang telah banyak diaplikasikan dalam sistem keamanan selain pengenalan retina mata, pengenalan sidik jari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan ilmu biomedikal telah mendorong banyak penelitian dilakukan untuk menghasilkan alat bantu diagnosa berbasis komputer. Salah satunya yaitu pendeteksian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Saluran pernapasan pada manusia terdiri dari rongga hidung, faring, laring, trakea, percabangan bronkus dan paru-paru (bronkiolus, alveolus). Paru-paru merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi terhadap para wanita semenjak beberapa dekade terakhir ini. Tentunya hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi terhadap para wanita semenjak beberapa dekade terakhir ini. Tentunya hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar yang terjadi terhadap para wanita semenjak beberapa dekade terakhir ini. Tentunya hal ini menjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki + 30.000 spesies tumbuh-tumbuhan ([Depkes] 2007). Tumbuh-tumbuhan tersebut banyak yang dibudidayakan sebagai tanaman hias. Seiring

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN... III PERNYATAAN... IV PRAKATA... V DAFTAR ISI... VI DAFTAR GAMBAR... IX DAFTAR TABEL... XII INTISARI...

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN... III PERNYATAAN... IV PRAKATA... V DAFTAR ISI... VI DAFTAR GAMBAR... IX DAFTAR TABEL... XII INTISARI... DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN... III PERNYATAAN... IV PRAKATA... V DAFTAR ISI... VI DAFTAR GAMBAR... IX DAFTAR TABEL... XII INTISARI... XIV ABSTRACT...XV BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

Reduksi Fitur Untuk Optimalisasi Klasifikasi Tumor Payudara Berdasarkan Data Citra FNA

Reduksi Fitur Untuk Optimalisasi Klasifikasi Tumor Payudara Berdasarkan Data Citra FNA Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Reduksi Fitur Untuk Optimalisasi Klasifikasi Tumor Payudara Berdasarkan Data Citra FNA Made Satria Wibawa 1), Kadek Dwi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyerang saluran pencernaan. Lebih dari 60 persen tumor ganas kolorektal

BAB I PENDAHULUAN. yang menyerang saluran pencernaan. Lebih dari 60 persen tumor ganas kolorektal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker kolorektal ( colo rectal carcinoma) atau yang biasa disebut sebagai kanker usus besar merupakan suatu tumor ganas terbayak diantara tumor lainnya yang menyerang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh manusia. Hal itu dapat dipicu oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah dari

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh manusia. Hal itu dapat dipicu oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman ini, semakin banyak penyakit yang bermunculan dan terjangkit pada tubuh manusia. Hal itu dapat dipicu oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah dari makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker payudara merupakan diagnosis kanker yang paling sering terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker payudara merupakan diagnosis kanker yang paling sering terjadi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan diagnosis kanker yang paling sering terjadi pada wanita di dunia. Angka kejadian kanker payudara meningkat lebih dari 20% sejak tahun 2008.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesehatan dewasa ini tidak bisa dipisahkan dengan teknologi yang terus berkembang. Pengembangan teknologi yang erat kaitannya dengan dunia kesehatan atau dunia

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. arsitektur, prosedur, dan hasil model Radial Basis Function Neural Network untuk

BAB III PEMBAHASAN. arsitektur, prosedur, dan hasil model Radial Basis Function Neural Network untuk BAB III PEMBAHASAN Bab III merupakan pembahasan yang meliputi proses penelitian yaitu arsitektur, prosedur, dan hasil model Radial Basis Function Neural Network untuk klasifikasi stadium kanker payudara,

Lebih terperinci

Metode Segmentasi Paru-Paru dan Jantung Pada Citra X-Ray Thorax

Metode Segmentasi Paru-Paru dan Jantung Pada Citra X-Ray Thorax Metode Segmentasi Paru-Paru dan Jantung Pada Citra X-Ray Thorax Abstrak Segmentasi citra merupakan salah satu tahapan dalam pengolahan citra yang penting, terutama dalam dunia medis. Apabila seorang dokter

Lebih terperinci

Klasifikasi Mutu Telur Berdasarkan Kebersihan Kerabang Telur Menggunakan K-Nearest Neighbor

Klasifikasi Mutu Telur Berdasarkan Kebersihan Kerabang Telur Menggunakan K-Nearest Neighbor Klasifikasi Mutu Telur Berdasarkan Kebersihan Kerabang Telur Menggunakan K-Nearest Neighbor Puspa Rizky Trisnaningtyas 1, Maimunah 2 Program Studi Teknik Komputer Universitas Islam 45 Bekasi, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengurangi adanya false positive dan false negative. False positive dalam hal ini

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengurangi adanya false positive dan false negative. False positive dalam hal ini 34 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah Dalam proses diagnosis kanker payudara dibutuhkan akurasi yang tinggi untuk mengurangi adanya false positive dan false negative. False positive dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit mematikan yang disebabkan oleh dari genus dengan perantara nyamuk Anopheles betina. Berdasarkan data WHO, pada tahun 2014 sendiri telah terjadi

Lebih terperinci

Fourier Descriptor Based Image Alignment (FDBIA) (1)

Fourier Descriptor Based Image Alignment (FDBIA) (1) Fourier Descriptor Based Image Alignment (FDBIA) (1) Metode contour tracing digunakan untuk mengidentifikasikan boundary yang kemudian dideskripsikan secara berurutan pada FD. Pada aplikasi AOI variasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara

BAB I PENDAHULUAN. saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Departemen Kesehatan,

Lebih terperinci

Journal of Control and Network Systems

Journal of Control and Network Systems JCONES Vol. 5, No. 1 (2016) 158-163 Journal of Control and Network Systems Situs Jurnal : http://jurnal.stikom.edu/index.php/jcone IDENTIFIKASI JENIS PENYAKIT DAUN TEMBAKAU MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di bidang pendidikan, keamanan, perkantoran, bahkan pada bidan g

BAB 1 PENDAHULUAN. di bidang pendidikan, keamanan, perkantoran, bahkan pada bidan g BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarangini dunia berada di era digital. Era dimana hampir setiap aspek dalamkehidupan manusia sangat berhubungan erat dengan teknologi komputasi baik di bidang pendidikan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Data medis manusia adalah salah satu data yang paling bermanfaat

BAB 1 PENDAHULUAN. Data medis manusia adalah salah satu data yang paling bermanfaat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Data medis manusia adalah salah satu data yang paling bermanfaat namun sulit dari semua data biologis untuk menggali dan menganalisis informasi. Tiga perempat miliaran

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan sistem otomatis dalam dunia industri dan non-industri yang semakin kompleks menyebabkan permintaan pasar terhadap teknologi machine vision semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas langkah-langkah dari implementasi dan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang klasifikasi aktivitas menggunakan algoritma k-nearest neighbor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem analog menjadi sistem komputerisasi. Salah satunya adalah sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem analog menjadi sistem komputerisasi. Salah satunya adalah sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi digital pada era ini berkembang sangat pesat. Hampir setiap tahun telah ditemukan ataupun dikembangkan sebuah inovasi teknologi baru.

Lebih terperinci

pola-pola yang terdapat pada suatu daerah bagian citra. Tekstur juga dapat membedakan permukaan dari beberapa kelas.

pola-pola yang terdapat pada suatu daerah bagian citra. Tekstur juga dapat membedakan permukaan dari beberapa kelas. Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup penelitian ini adalah: 1. Objek citra adalah data citra daun tumbuhan obat dan citra pohon tanaman hias di Indonesia. 2. Dalam penelitian ini operator MBLBP yang

Lebih terperinci

Kombinasi Teknik Ekstraksi Fitur pada Sistem Temu Kembali Citra Mammogram

Kombinasi Teknik Ekstraksi Fitur pada Sistem Temu Kembali Citra Mammogram Kombinasi Teknik Ekstraksi Fitur pada Sistem Temu Kembali Citra Mammogram Diana Purwitasari Teknik Informatika - FTIF, Institut Teknologi Sepuluh Nopember diana@if.its.ac.id Anugrah Nahari Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbesar penyebab kematian antara lain kanker paru, payudara, kolorektal, prostat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbesar penyebab kematian antara lain kanker paru, payudara, kolorektal, prostat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di seluruh dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Lima jenis kanker

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang kwh-meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besarnya pemakaian energi listrik pada suatu bangunan atau gedung [1]. Berdasarkan sistem pembayarannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendarahan Otak adalah suatu kondisi dimana terdapat darah di jaringan otak baik itu di dalam otak (Intracerebral) maupun diantara lapisan-lapisan pelindung otak (Cranial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Produk industri dirancang untuk melakukan fungsi atau tugas tertentu dalam memenuhi kebutuhan pengguna. Seorang pengguna (user) produk industri memiliki harapan

Lebih terperinci

Pengenalan Spesies Tanaman Berdasarkan Bentuk Daun Menggunakan Metode Klasifikasi Move Median Center (MMC) Hypersphere

Pengenalan Spesies Tanaman Berdasarkan Bentuk Daun Menggunakan Metode Klasifikasi Move Median Center (MMC) Hypersphere PRESENTASI TUGAS AKHIR Pengenalan Spesies Tanaman Berdasarkan Bentuk Daun Menggunakan Metode Klasifikasi Move Median Center (MMC) Hypersphere Yusuf Ardiansjah (5107100156) Dosen Pembimbing : Nanik Suciati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks atau sering disebut dengan kanker leher rahim adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks atau sering disebut dengan kanker leher rahim adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks atau sering disebut dengan kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada leher rahim, yaitu organ yang menghubungkan rahim dengan vagina. Penyakit

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR...

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii PERNYATAAN... iii LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... iv BERITA ACARA TUGAS AKHIR... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Eksperimen Pada penelitian ini dilakukan eksperimen sebanyak dua kali. Eksperimen pertama dilakukan untuk menguji keberhasilan klasifikasi ROI ke dalam jenis keabnormalan,

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. dibutuhkan. Tidak hanya untuk memudahkan proses penyimpanan dan

Bab I. Pendahuluan. dibutuhkan. Tidak hanya untuk memudahkan proses penyimpanan dan Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang Dewasa ini, kebutuhan akan sebuah teknologi yang mampu menganalisis dan mengklasifikasikan berbagai citra ke dalam kelas-kelas yang sesuai sangat dibutuhkan. Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau yang disebut dengan cardiomegaly. Pemantauan pembesaran jantung

BAB I PENDAHULUAN. atau yang disebut dengan cardiomegaly. Pemantauan pembesaran jantung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung merupakan pembunuh yang paling berbahaya saat ini yang menjadikannya sebagai penyebab kematian nomor satu di dunia (WHO, 2012). Salah satu tanda penyakit

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Bab IV berisi pembahasan yang meliputi proses penelitian yakni hasil

BAB IV PEMBAHASAN. Bab IV berisi pembahasan yang meliputi proses penelitian yakni hasil BAB IV PEMBAHASAN Bab IV berisi pembahasan yang meliputi proses penelitian yakni hasil model Radial Basis Function Neural Network untuk diagnosa kanker otak, hasil klasifikasi, dan ketepatan hasil klasifikasinya.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka tentang identifikasi iris mata ataupun identifikasi citra digital sudah pernah dilakukan sebelumnya, berikut merupakan tabel perbandingan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini bagi sebagian masyarakat kendaraan bermotor

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini bagi sebagian masyarakat kendaraan bermotor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini bagi sebagian masyarakat kendaraan bermotor jenis mobil ataupun sepeda motor tidak lagi menjadi kebutuhan sekunder, melainkan telah menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori yang sesuai dengan penelitian printer forensik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori yang sesuai dengan penelitian printer forensik BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan menguraikan tentang tinjauan pustaka dan landasan teori yang sesuai dengan penelitian printer forensik 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian printer forensik untuk

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. III, No. 2 (2013), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. III, No. 2 (2013), Hal ISSN : Analisis Fraktal Citra Mammogram Berbasis Tekstur Sebagai Pendukung Diagnosis Kanker Payudara Muspika Helja 1), Nurhasanah 1), Joko Sampurno 1) 1) Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Segmentasi Bagian Paru-Paru di Citra 2D CT-Scan

Segmentasi Bagian Paru-Paru di Citra 2D CT-Scan Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Segmentasi Bagian Paru-Paru di Citra 2D CT-Scan Naser Jawas STIKOM Bali Jl. Raya Puputan no.86 Renon Denpasar e-mail: naser.jawas@stikom-bali.ac.id

Lebih terperinci

Klasifikasi Massa pada Citra Mammogram Berdasarkan Gray Level Cooccurence Matrix (GLCM)

Klasifikasi Massa pada Citra Mammogram Berdasarkan Gray Level Cooccurence Matrix (GLCM) IJCCS, Vol.8, No.1, January 2014, pp. 59~68 ISSN: 1978-1520 59 Klasifikasi Massa pada Citra Mammogram Berdasarkan Gray Level Cooccurence Matrix (GLCM) Refta Listia* 1, Agus Harjoko 2 1 Prodi S2/S3 lmu

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Identifikasi Masalah Identifikasi permasalahan ini bahwasanya diambil dari sudut pandang masyarakat tentang objek (batik) yang dikenal dari segi pola dan gambar

Lebih terperinci

Ektraksi Fitur Citra Paru-Paru Menggunakan Gray Level Co-ocurance Matriks

Ektraksi Fitur Citra Paru-Paru Menggunakan Gray Level Co-ocurance Matriks Ektraksi Fitur Citra Paru-Paru Menggunakan Gray Level Co-ocurance Matriks Tri Deviasari Wulan Sistem Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya tridevi@unusa.ac.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Klasifikasi Citra Paru-Paru dengan Ekstraksi Fitur Histogram dan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Klasifikasi Citra Paru-Paru dengan Ekstraksi Fitur Histogram dan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Klasifikasi Citra Paru-Paru dengan Ekstraksi Fitur Histogram dan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Hasan Bisri (1108 100 703) Page 1 Pendahuluan Latar Belakang: Pengolahan citra digital dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pengolahan Citra Citra disebut sebagai gambaran dari objek yang telah mengalami perubahan dalam pengolahan. Pengolahan citra digital adalah suatu metode yang digunakan

Lebih terperinci

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra atau image adalah suatu matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya (yang disebut sebagai elemen gambar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Sampel Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah sampel beras B, 1 buah sampel beras C, dan 2 buah sampel beras D. 1. Data Pengujian Mutu Beras

Lebih terperinci

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 Permasalahan CBIR ( Content Based Image Retrieval) akhir-akhir ini merupakan salah satu bidang riset yang sedang berkembang pesat (Carneiro, 2005, p1). CBIR ini menawarkan

Lebih terperinci

Implementasi Deteksi Seam Carving Berdasarkan Perubahan Ukuran Citra Menggunakan Local Binary Patterns dan Support Vector Machine

Implementasi Deteksi Seam Carving Berdasarkan Perubahan Ukuran Citra Menggunakan Local Binary Patterns dan Support Vector Machine JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-346 Implementasi Deteksi Seam Carving Berdasarkan Perubahan Ukuran Citra Menggunakan Local Binary Patterns dan Support Vector

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Operator descriptor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Operator descriptor Tabel 1 Operator descriptor Operator (P, R) Ukuran Blok (piksel) Kuantisasi Sudut (8, 1) 3 x 3 45 derajat (8, 2) 5 x 5 45 derajat (16, 2) 5 x 5 22.5 derajat (24, 3) 7 x 7 15 derajat Penentuan ukuran blok

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses pengujian dari sistem yang dirancang terhadap beberapa citra dijital replika kulit. Pengujian terhadap sistem ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengolahan citra pada masa sekarang mempunyai suatu aplikasi yang sangat luas dalam berbagai bidang antara lain bidang teknologi informasi, arkeologi, astronomi, biomedis,

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 263

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 263 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 263 DETEKSI KANKER KOLOREKTAL (KANKER USUS BESAR) MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL COOCCURENCE MATRIX DAN K-NEAREST NEIGHBOR BERBASIS

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH Rikko Ismail Hardianzah 1), Bambang Hidayat 2), Suhardjo 3) 1),2) Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh dan bersifat ganas. Sel-sel tersebut dapat tumbuh lebih lanjut serta menyebar ke bagian tubuh

Lebih terperinci

terdapat tiga tahapan pemeriksaan secara dini yaita (1) pemeriksaan sendiri, (2) pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga medis yang bertujuan untuk men

terdapat tiga tahapan pemeriksaan secara dini yaita (1) pemeriksaan sendiri, (2) pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga medis yang bertujuan untuk men APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA Yusti Fitriyani Nampira Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI

KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis kelainan pada tulang punggung manusia bermacam-macam, bergantung pada faktor umur, kebiasaan, dan kecelakaan/virusbakteri. Skoliosis adalah kelainan tulang belakang

Lebih terperinci

Identifikasi Tanda Tangan Dengan Ciri Fraktal dan Perhitungan Jarak Euclidean pada Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur

Identifikasi Tanda Tangan Dengan Ciri Fraktal dan Perhitungan Jarak Euclidean pada Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur Identifikasi Tanda Tangan Dengan Ciri Fraktal dan Perhitungan Jarak Euclidean pada Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur Cahya Hijriansyah 1, Achmad Solichin 2 1,2 Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

Ekstraksi Fitur Warna, Tekstur dan Bentuk untuk Clustered- Based Retrieval of Images (CLUE)

Ekstraksi Fitur Warna, Tekstur dan Bentuk untuk Clustered- Based Retrieval of Images (CLUE) Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Ekstraksi Fitur Warna, Tekstur dan Bentuk untuk Clustered- Based Retrieval of Images (CLUE) I Gusti Rai Agung Sugiartha

Lebih terperinci

Atthariq 1, Mai Amini 2

Atthariq 1, Mai Amini 2 IDENTIFIKASI IKAN KERAPU BERDSARKAN POLA KULIT DENGAN METODE GLCM DAN EUCLIDEAN DISTANCE Atthariq 1, Mai Amini 2 1,2,3 Teknologi Informasi dan Komputer, Politeknik Negeri Lhokseumawe, Jalan banda Aceh-Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman merupakan bagian penting dalam ekosistem, berbagai jenis tanaman telah digunakan selama berabad-abad dalam bidang pangan, papan, maupun obat-obatan. Gloria Samantha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum adalah 4-8 %, nodul yang ditemukan pada saat palpasi adalah %,

BAB I PENDAHULUAN. umum adalah 4-8 %, nodul yang ditemukan pada saat palpasi adalah %, BAB I PENDAHULUAN Nodul tiroid merupakan permasalahan yang sering dijumpai dalam masyarakat dengan angka kejadian yang semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Pada banyak penelitian dikemukan bahwa

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Arsitektur dan Model Fuzzy Neural Network untuk Klasifikasi Stadium

BAB III PEMBAHASAN. A. Arsitektur dan Model Fuzzy Neural Network untuk Klasifikasi Stadium BAB III PEMBAHASAN A. Arsitektur dan Model Fuzzy Neural Network untuk Klasifikasi Stadium Kanker Payudara Fuzzy Neural Network (FNN) adalah gabungan sistem fuzzy dengan Artificial Neural Network (ANN).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organ dalam tubuh seperti Computed Tomography (CT) scan, Digital

BAB I PENDAHULUAN. organ dalam tubuh seperti Computed Tomography (CT) scan, Digital BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jaman menghantarkan masyarakat dunia masuk ke era globalisasi dimana tidak ada keterbatasan ruang dan waktu yang melingkupi berbagai aspek. Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

(Adaptive Neuro- akurasi 58,33% untuk 9 kelas output

(Adaptive Neuro- akurasi 58,33% untuk 9 kelas output BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tulisan tangan merupakan hasil dari pikiran bawah sadar manusia yang menggambarkan atau mencerminkan karakter kepribadian manusia. Ilmu yang mempelajari tentang tulisan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan meliputi studi kepustakaan dan penelitian laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari teori atau informasi

Lebih terperinci

1. Pendahuluan Perumusan Masalah Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, masalah yang dapat dirumuskan adalah:

1. Pendahuluan Perumusan Masalah Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, masalah yang dapat dirumuskan adalah: 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Wajah manusia dapat menunjukkan dimorfisme seksual yang cukup jelas [1][2][3][4][5]. Wajah pria dan wanita memiliki bentuk dan tekstur yang berbeda, dan petunjuk yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sel Darah Merah Sel yang paling banyak di dalam selaput darah adalah sel darah merah atau juga dikenal dengan eritrosit. Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter

Lebih terperinci

Klasifikasi Daun Dengan Perbaikan Fitur Citra Menggunakan Metode K-Nearest Neighbor

Klasifikasi Daun Dengan Perbaikan Fitur Citra Menggunakan Metode K-Nearest Neighbor Klasifikasi Daun Dengan Perbaikan Fitur Citra Menggunakan Metode K-Nearest Neighbor Febri Liantoni Jurusan Teknik Informatika, Institut Teknologi Adhi Tama, Surabaya, Indonesia febri.liantoni@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang komputer merupakan suatu bidang yang tidak akan pernah berhenti dan selalu berkembang kegunaanya hingga sekarang ini. Teknologi baru dan aplikasi baru selalu

Lebih terperinci

Klasifikasi Daun Dengan Perbaikan Fitur Citra Menggunakan Metode K-Nearest Neighbor

Klasifikasi Daun Dengan Perbaikan Fitur Citra Menggunakan Metode K-Nearest Neighbor Klasifikasi Daun Dengan Perbaikan Fitur Citra Menggunakan Metode K-Nearest Neighbor Febri Liantoni Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya, Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syaraf pusat yang mengkoordinir, mengatur seluruh tubuh dan pemikiran manusia.

BAB I PENDAHULUAN. syaraf pusat yang mengkoordinir, mengatur seluruh tubuh dan pemikiran manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otak adalah bagian penting dari tubuh manusia karena otak merupakan syaraf pusat yang mengkoordinir, mengatur seluruh tubuh dan pemikiran manusia. Cidera sedikit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Digital [3] Citra atau gambar didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y), di mana x dan y adalah koordinat bidang datar, dan harga fungsi f di setiap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. terutama asap rokok. Menurut World Health Organization (WHO), kanker

BAB II KAJIAN TEORI. terutama asap rokok. Menurut World Health Organization (WHO), kanker BAB II KAJIAN TEORI A. Kanker Paru Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, terutama asap rokok. Menurut World

Lebih terperinci

Segmentasi Region Growing Untuk Deteksi Nodul Sebagai Indikasi Kanker Paru

Segmentasi Region Growing Untuk Deteksi Nodul Sebagai Indikasi Kanker Paru Segmentasi Region Growing Untuk Deteksi Nodul Sebagai Indikasi Kanker Paru Rodiah 1, Ferhat Nuh Riza 2 1,2 Universitas Gunadarma, Jl.Margonda Raya 100 Pondok Cina Depok 1 rodiah@staff.gunadarma.com 2 bluespreak@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, teknologi di bidang medis saat ini semakin berkembang. Teknologi sendiri sudah menjadi kebutuhan di segala bidang khususnya bidang biomedis.

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI...

BAB II LANDASAN TEORI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN HASIL TESIS... iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iv PERSEMBAHAN... v MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii SARI...

Lebih terperinci