ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBERHASILAN KEMITRAAN PETERNAKAN AYAM RAS PEJANTAN DI NARATAS PS CIAMIS DIENY ASTRI UTAMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBERHASILAN KEMITRAAN PETERNAKAN AYAM RAS PEJANTAN DI NARATAS PS CIAMIS DIENY ASTRI UTAMI"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBERHASILAN KEMITRAAN PETERNAKAN AYAM RAS PEJANTAN DI NARATAS PS CIAMIS DIENY ASTRI UTAMI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa karya ilmiah berjudul Analisis Faktor- Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Kemitraan Peternakan Ayam Ras Pejantan di Naratas PS Ciamis adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir karya ilmiah ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2016 Dieny Astri Utami NIM H

4 4 ABSTRAK DIENY ASTRI UTAMI. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Kemitraan Peternakan Ayam Ras Pejantan di Naratas PS Ciamis. Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA. Naratas PS menerapkan sistem kemitraan pola makloon dengan 300 peternak di Kabupaten Ciamis, Banjar dan Tasikmalaya selama 30 tahun. Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan, menganalisis proses kemitraan dan faktorfaktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis proses kemitraan, penilaian keberhasilan kemitraan melalui diagram radar dan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian, Naratas PS selaku inti menyediakan sapronak dengan sistem kredit, pembinaan dan jaminan pasar. Peternak menyediakan kandang, tenaga kerja dan perlengkapan kandang. Penilaian terhadap keberhasilan kemitraan antara Naratas PS dengan peternak mitra menunjukkan adanya gap pada beberapa indikator. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel dukungan fasilitas, saling ketergantungan dan pengalaman beternak berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan kemitraan. Rekomendasinya, perusahaan tetap mempertahankan atau meningkatkan kinerja dari variabel yang memiliki pengaruh dan berkontribusi paling besar dalam keberhasilan kemitraan. Kata kunci: ayam ras pejantan, kemitraan pola makloon, metode diagram radar, regresi linier berganda. ABSTRACT DIENY ASTRI UTAMI. Analysis of Determining Factors in the Success of Rooster Poultry Partnership in Naratas PS Ciamis. Supervised by NETTI TINAPRILLA. Naratas PS has been employing the management fee partnership system with 300 breeders in Ciamis, Banjar and Tasikmalaya for 30 years. The purpose of this research is to describe and analyze the partnership process and the determining factors in the success of the partnership itself. The method used in this research are the partnership process analysis, the radar chart to evaluate the success of the partnership, and the multiple linear regression analysis. According to the research, Naratas PS as the core, provides poultry facilities with credit system, resource development, and market assurance for the breeders. The breeders need to prepare cages, labor force, and equipment. The assessment of the success of partnership between Naratas PS and the breeders shows gaps in several indicators. Based on the result, variables that significant and positively to influence the successful of partnerships are facility support, dependency and experience. The recommendation that company retains and improving performance of indicators variable that have highest influence or contribute. Key words: rooster, management fee of partnership, the radar chart method, multiple linear regression analysis

5 5 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBERHASILAN KEMITRAAN PETERNAKAN AYAM RAS PEJANTAN DI NARATAS PS CIAMIS DIENY ASTRI UTAMI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

6 6

7

8

9 i PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam karya ilmiah ini ialah kemitraan, dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Kemitraan Peternakan Ayam Ras Pejantan di Naratas PS Ciamis. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing, Bapak Dr Amzul Rifin, SP. MA selaku dosen evaluator kolokium, Bapak Dr Ir Suharno, M. Adev dan Bapak Maryono, SP, Msc selaku dosen penguji sidang skripsi yang telah banyak memberi kritik dan saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak H. Daradjat, Bapak Didik, Ibu Imas dan Bapak Ade Rosadi selaku perwakilan dari pihak perusahaan Naratas PS yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2016 Dieny Astri Utami

10 ii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL iii DAFTAR GAMBAR iii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 5 Manfaat Penelitian 5 Ruang Lingkup Penelitian 5 TINJAUAN PUSTAKA 6 Kemitraan Peternakan Ayam Ras Pejantan 6 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Kemitraan 7 KERANGKA PEMIKIRAN 9 Kerangka Pemikiran Teoritis 9 Kerangka Pemikiran Operasional 14 METODE PENELITIAN 16 Lokasi dan Waktu Penelitian 16 Jenis dan Sumber Data 16 Metode Pengumpulan Sampel dan Pengumpulan Data 17 Metode Analisis dan Pengolahan Data 18 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 25 Gambaran Umum Perusahaan 25 Karakteristik Responden 28 HASIL DAN PEMBAHASAN 29 Proses Kemitraan pada Naratas PS 29 Analisis Kondisi Keberhasilan Kemitraan pada Naratas PS 31 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Kemitraan 33 SIMPULAN DAN SARAN 37 Simpulan 37 Saran 38 DAFTAR PUSTAKA 39 LAMPIRAN 42

11 iii DAFTAR TABEL 1 PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun (juta Rp) 1 2 Populasi ternak menurut jenis di Jawa Barat tahun Hasil tinjauan pustaka mengenai faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan 8 4 Aspek dan indikator penilaian terhadap hubungan kemitraan 12 5 Data primer penelitian faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan peternakan ayam ras pejantan di Naratas PS Ciamis 16 6 Data sekunder penelitian faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan peternakan ayam ras pejantan di Naratas PS Ciamis 17 7 Rentang skala sebaran jawaban responden 19 8 Keberhasilan kemitraan sebagai variabel terikat (Y) dalam penelitian 20 9 Variabel bebas (X) yang diduga dalam penelitian Karakteristik peternak mitra Naratas PS Hasil pendugaan fungsi keberhasilan kemitraan antara Naratas PS dengan peternak mitra 34 DAFTAR GAMBAR 1 Bagan kerangka pemikiran operasional 15 2 Struktur organisasi Naratas PS 26 3 Diagram radar persepsi terhadap pencapaian keberhasilan kemitraan 31 DAFTAR LAMPIRAN 1 Panduan pertanyaan penelitian 42 2 Kuesioner penelitian 45 3 Penilaian antara Naratas PS dengan peternak mitra terhadap pencapaian keberhasilan kemitraan 54 4 Hasil uji regresi linier berganda faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan 56 5 Dokumentasi peneltiian 59

12

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Agribisnis peternakan merupakan kegiatan penyediaan dan distribusi sarana produksi ternak, proses produksi (budidaya) ternak, penanganan pascapanen, pengolahan dan pemasaran hasil ternak primer ataupun produk yang dihasilkan dari pengolahan hasil ternak primer. Agribisnis peternakan memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi terhadap pendapatan regional. Berdasarkan data statistik tahun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), tingkat pertumbuhan kontribusi sektor peternakan terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat nilainya terus meningkat dibandingkan sektor lain. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku tahun dan tingkat pertumbuhan PDRB disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun (juta Rp) Tingkat Pertumbuhan Tahun Lapangan Usaha (%) Tanaman bahan makanan Tanaman perkebunan Peternakan dan hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Sumber: Pusat Data dan Analisa Pembangunan Jawa Barat 2015 (diolah) Adanya peranan agribisnis peternakan terhadap PDRB Jawa Barat menyebabkan sektor peternakan menjadi salah satu sektor usaha yang banyak diminati oleh pelaku-pelaku usaha di Jawa Barat. Data Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) tahun menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah populasi dari berbagai jenis ternak mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan jumlah populasi ternak tersebut mengindikasikan bahwa semakin meningkatnya aktivitas bisnis peternakan. Perkembangan jumlah populasi ternak menurut jenis di Jawa Barat dari tahun 2010 hingga 2014 disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, salah satu komoditi peternakan yang jumlah populasinya terus meningkat dan memiliki populasi terbanyak di Jawa Barat yaitu ayam ras pedaging. Ayam ras pedaging merupakan jenis ras ayam yang berperan dalam memproduksi daging ayam. Ayam ras pedaging terdiri dari ayam broiler dan ayam ras pejantan. Saat ini, ayam ras pedaging yang berkembang pesat di Jawab Barat yaitu ayam ras pejantan.

14 2 Tabel 2 Populasi ternak menurut jenis di Jawa Barat tahun Jenis Tahun Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kambing Domba Babi Kuda Ayam Buras Ayam Ras Petelur Ayam Ras Pedaging Itik Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015 Ayam ras pejantan sering disebut substitusi dari ayam kampung karena tekstur daging ayam pejantan hampir sama dengan ayam kampung. Selain tekstur daging yang menyerupai daging ayam kampung, harga jual ayam ras pejantan cukup tinggi dan persaingan pasar relatif masih longgar dibandingkan dengan ayam broiler. Dari sisi pemeliharaan, ayam ras pejantan tidak jauh beda dengan ayam broiler. Dalam waktu hari, ayam ras pejantan ini sudah dapat dipanen. Bedanya, ayam ras pejantan hanya mengalami penyusutan sekitar 5 persen per ekor sedangkan ayam broiler mencapai 7 persen per ekor saat distribusi ke lokasi tujuan (Anep 2013). Keunggulan dari ayam ras pejantan tersebut membuat usaha peternakan ayam ras pejantan semakin berpotensi dan berkembang secara luas di wilayah Jawa Barat. Usaha ini berkembang dengan pesat di beberapa wilayah Jawa Barat, salah satunya yaitu Kabupaten Ciamis. Kabupaten Ciamis merupakan produsen ayam pedaging terbesar ke-2 di Jawa Barat setelah Kabupaten Bogor. Klaster ayam pedaging yang dikelola para peternak di Kabupaten Ciamis juga merupakan lokasi usaha ayam ras pejantan terbesar di wilayah Priangan Timur. Hampir 70 persen kebutuhan ayam ras pejantan di wilayah Priangan Timur dipenuhi oleh produsen ayam ras pejantan di Kabupaten Ciamis (BI 2012). Sebagian besar, pelaku usaha peternakan ayam ras pejantan di Kabupaten Ciamis berbentuk peternakan rakyat yang pada umumnya memiliki beberapa permasalahan seperti permodalan yang terbatas, teknologi budidaya sederhana, dan kurangnya manajemen sumberdaya. Peternakan rakyat dengan skala ekonomi kecil ini masih dihadapkan pada permasalahan pasar yang tidak sempurna seperti biaya transaksi yang tinggi dan ketidakjelasan informasi pasar, serta permasalahan ketersediaan sarana produksi peternakan seperti DOC, pakan, obat obatan, dan vitamin. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut yaitu dengan adanya kerjasama dalam bentuk kemitraan. Landasan peraturan mengenai kemitraan ini diatur oleh Peraturan Pemerintah RI No. 44 tahun 1997 yang menyebutkan bahwa kemitraan merupakan kerjasama antara usaha kecil dengan perusahaan besar yang memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Artinya, diperlukan suatu kerjasama yang produktif antara peternak rakyat yang memiliki lahan dan tenaga kerja dengan perusahaan besar yang mempunyai modal dan tenaga ahli, dibawah pengawasan pemerintah dengan

15 3 tujuan untuk menggali potensi peternakan. Adanya kemitraan ini, peranan perusahaan besar sebagai mitra peternak rakyat diharapkan dapat menjamin kepastian pasokan sarana produksi dan harga jual produk, serta adanya jaminan pasar atas produk yang dihasilkan. Bentuk kemitraan yang dijalin antara peternak rakyat dengan perusahaan besar (Poultry Shop) di Kabupaten Ciamis terbagi menjadi dua pola diantaranya pola makloon dan pola inti plasma. Hubungan peternak makloon (plasma) dengan Poultry Shop (PS) memakai sistem upah per ekor berdasarkan indeks performa ayam. Peternak hanya menyediakan kandang, peralatan kandang dan tenaga kerja, sedangkan kebutuhan sarana produksi peternakan (sapronak) seperti day old chick (DOC), pakan, dan obat-obatan semuanya dipenuhi oleh PS. Sebaliknya pada pola inti plasma, hubungan kerja tidak menggunakan model upah per ekor melainkan kontrak kerja dengan sistem jual beli. Semua kebutuhan peternak dipenuhi oleh PS, lalu ayam hasil pembesaran dibeli oleh PS sesuai harga pasar dipotong dengan nilai bahan baku. Selain dalam bentuk kemitraan, usaha peternakan ayam ras pejantan di Kabupaten Ciamis juga berkembang dalam pola mandiri. Pada pola ini, modal usaha sepenuhnya ditanggung peternak. Peternak menyediakan kandang, peralatan, tenaga kerja dan sapronak serta memasarkan sendiri hasil ternaknya (BI 2012). Salah satu perusahaan besar peternakan ayam ras pejantan yang melakukan kemitraan pola makloon di Kabupaten Ciamis yaitu Naratas PS. Naratas PS merupakan perusahaan yang berhasil menerapkan sistem kemitraan pola makloon dengan asas kepercayaan dan kekeluargaan serta tanpa agunan dalam bentuk apapun selama kurang lebih 30 tahun. Saat ini, Naratas PS bermitra dengan 300 peternak rakyat yang tersebar di Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, dan Banjar. Dalam praktiknya, Naratas PS sering memberikan fasilitas pelayanan kepada peternak plasma misalnya dalam bentuk pembinaan dari tenaga ahli mengenai teknis pmeliharaan, perawatan, pencegahan penyakit, dan pengobatan ayam ras pejantan. Selain itu, Naratas PS juga selalu melibatkan peternak plasma dalam hal perencanaan, monitoring, controlling dan evaluasi produksi ayam. Kemampuan dan pencapaian Naratas PS dalam menjalankan usaha kemitraan ini membuat pemilik perusahaan dipercayai oleh para aktivis perunggasan yang berada di wilayah Priangan Timur sebagai Ketua Umum dan Dewan Penasehat Kerukunan Perunggasan Priangan Timur. Keberhasilan kemitraan yang dicapai oleh Naratas PS tentu tidak terlepas dari berbagai faktor pendorong keberhasilan kegiatan kemitraan. Faktor-faktor pendorong keberhasilan kegiatan kemitraan ini seperti faktor internal, faktor eksternal, dan elemen pendukung kemitraan lainnya. Karena itu, perlu dikaji lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa saja yang memengaruhi keberhasilan kemitraan peternakan ayam ras pejantan di Naratas PS. Perumusan Masalah Sistem kemitraan dalam usaha peternakan ayam ras pejantan merupakan perihal jalinan kerjasama antara peternak kecil dengan perusahaan yang disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar. Dalam

16 4 pelaksanaannya, sistem kemitraan ini harus didasarkan pada prinsip saling memerlukan, menguntungkan dan memperkuat satu sama lain. Pada dasarnya, faktor pendorong peternak melakukan pola kemitraan yaitu tersedianya sarana produksi peternakan, tenaga ahli, modal kerja dari inti, dan terjaminnya pemasaran. Bantuan seperti inilah yang sebagian besar diupayakan pihak perusahaan agar pelaksanaan usaha tersebut dapat berjalan dengan baik serta pencapaian tujuan yang memuaskan dari kedua belah pihak. Namun kenyataannya, sering kali pihak inti (perusahaan) tidak bertanggung jawab terhadap pihak plasma atau peternak kecil. Hal ini disebabkan adanya ketidakseimbangan posisi tawar (bargaining position) antara pihak inti dengan plasma pada perjanjian yang telah disepakati, walaupun kadang kesepakatan tersebut tidak dilakukan pembahasan secara detail terkait substansi perjanjian. Perusahaan inti dengan peran yang lebih kuat, baik dari modal, sumberdaya manusia, dan manajemen menentukan seluruh isi perjanjian, sedangkan peternak hanya dapat menerima saja karena faktor kebutuhan (Julianto 2014). Peranan perusahaan inti yang lebih dominan sering mengakibatkan liberalisasi kemitraan yang terlihat dari penguasaan harga input (DOC, pakan, obat-obatan dan vitamin) dan output (ayam) oleh perusahaan inti tanpa transparansi kepada plasmanya. Sehingga, plasma tidak bisa mengevaluasi atau mengendalikan kualitas input dan terkadang dipaksa menerima harga input atau harga ayam hasil panen yang telah ditentukan oleh perusahaan inti. Akibatnya, peternak kecil merasa dirugikan sehingga kebanyakan usaha peternakan ayam dengan sistem kemitraan hanya berlangsung dalam waktu yang relatif singkat (SPI 2007). Selain itu, permasalahan dalam kemitraan ini juga terjadi karena tidak adanya keterlibatan dari Dinas Peternakan setempat sebagai wakil pemerintah dan selaku pembina peternak. Bahkan dalam lalu lintas ternak ayam yang diangkut tidak disertai surat keterangan sehat dari dokter hewan. Pengangkutan ternak ayam juga terkadang tidak disertai laporan ke Dinas Peternakan setempat untuk dilakukan inspeksi terhadap kesehatan ternak ayam. Berbeda halnya dengan perusahaan Naratas Poultry Shop (PS) di Kabupaten Ciamis. Naratas PS menerapkan kemitraan pola makloon dengan tujuan memajukan peternakan ayam ras rakyat di Kabupaten Ciamis. Kemitraan usaha yang diterapkan Naratas PS juga lebih menekankan pada asas kekeluargaan dan kepercayaan yang berbeda dengan kemitraan unggas pada umumnya. Seluruh kebutuhan sapronak seperti pakan, DOC, dan obat-obatan dipasok oleh Naratas PS dengan sistem kredit. Peternak plasma hanya perlu menyediakan kandang dengan kapasitas ekor, peralatan kandang dan tenaga kerja. Dalam menerapkan pola kemitraan yang hanya berasaskan kekeluargaan dan kepercayaan, ternyata Naratas PS ini mampu bermitra dengan peternak rakyat ayam ras selama 30 tahun. Saat ini, Naratas PS bermitra dengan 300 peternak rakyat yang tersebar di Kabupaten Ciamis, Banjar dan Tasikmalaya. Sebagian besar dari 300 mitra tersebut telah bermitra selama lebih dari 5 tahun dengan Naratas PS. Kemitraan Naratas PS yang dilakukan selama 30 tahun dengan 300 mitra ini menunjukkan keberhasilan kemitraan pada usaha peternakan ayam. Keberhasilan kemitraan pada peternakan ayam ras pejantan di Naratas PS tidak terlepas dari berbagai proses dan upaya-upaya dalam mewujudkannya, serta faktor pendorong keberhasilan kegiatan kemitraan seperti faktor internal, faktor eksternal dan elemen pendukung kemitraan lainnya. Oleh karena itu, Naratas PS

17 5 harus memahami faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan pada usaha peternakan ayam ras pejantan. Hal ini diperlukan agar perusahaan Naratas PS mampu mengidentifikasi sejauh mana tingkat pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap keberhasilan kemitraan pada usahanya. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan suatu permasalahan yang akan diteliti, yaitu: 1. Bagaimana proses kemitraan yang berlangsung pada peternakan ayam ras pejantan di Naratas PS? 2. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan pada peternakan ayam ras pejantan di Naratas PS? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan dan menganalisis proses kemitraan yang berlangsung pada peternakan ayam ras pejantan di Naratas PS. 2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan pada peternakan ayam ras pejantan di Naratas PS. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada Naratas PS untuk mengetahui apakah ada kesenjangan penilaian atas pencapaian keberhasilan kemitraan antara Naratas PS dengan peternak mitra dan mengetahui faktor apa saja yang memberikan dampak paling berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan kemitraan. Implikasinya, Naratas PS dapat melakukan evaluasi dan perbaikan dalam pencapaian keberhasilan kemitraan. Bagi peneliti selanjutnya yang memiliki topik sejenis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi penelitiannya. Ruang Lingkup Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan pada peternak mitra perusahaan Naratas PS dengan pertimbangan bahwa Naratas PS merupakan perusahaan inti yang telah melakukan kerjasama usaha dalam bentuk kemitraan paling lama di Ciamis. Objek yang diteliti adalah proses kemitraan, pencapaian keberhasilan kemitraan dan faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan. Lingkup objek penelitian ini dibatasi pada keberhasilan kemitraan dari sudut pandang peternak mitra melalui tingkat hubungan kemitraan usaha yang diberi bobot dan nilai berdasarkan aspek manajemen dan manfaat.

18 6 TINJAUAN PUSTAKA Kemitraan Peternakan Ayam Ras Pejantan Kemitraan pada peternakan ayam ras pejantan merupakan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan, saling memerlukan dan saling memperkuat antara pihak perusahaan besar dan peternak rakyat. Umumnya, perusahaan besar berperan dalam memberikan kepastian pasokan DOC, sarana produksi peternakan (pakan, obat-obatan, vitamin), memberikan bantuan teknis melalui tenaga ahli dan teknologi serta memberikan jaminan pasar. Sedangkan peran peternak rakyat hanya menyediakan lahan untuk pembangunan kandang dan tenaga kerja (Sumarno et al. 2013). Bentuk lain dari kemitraan peternakan ayam ras pedaging yaitu pola inti plasma. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitrifani (2003), PS Sukahati selaku pihak inti memberikan modal berupa sarana produksi peternakan tanpa jaminan kepada pihak plasma. Pihak plasma hanya menyediakan kandang, peralatan, dan tenaga kerja. Plasma berkewajiban menjual hasil panen ayam kepada inti dengan plasma mendapatkan penerimaan dari upah bonus. Hastuti (2002), menyatakan bahwa terdapat dua macam pola kemitraan inti-plasma yang dilakukan oleh Koperasi Peternakan Unggas (KPU) Mitra Jaya Priangan di Bandung, yaitu pola kemitraan semi mandiri (penetapan harga pakan, DOC dan hasil panen sama dengan harga pasar) dan pola kemitraan usaha management fee (harga pakan, DOC dan hasil panen ditetapkan melalui harga garansi). Kemitraan pada ayam ras pedaging (broiler) juga dilakukan antara PT Wijayakusuma dengan beberapa peternak kecil yang berada di Kabupaten Gunungkidul. Selama menjalankan kemitraan PT Wijayakusuma, budidaya ayam broiler dikembangkan dengan kecenderungan ke arah integrasi vertikal dengan pertimbangan banyaknya usaha ternak skala kecil, keuntungan yang diperoleh dan mengurangi resiko usaha. Pola kemitraan yang dibangun PT. Wijayakusuma dengan peternak mitra adalah pola inti plasma yaitu kerjasama kemitraan antara perusahaan inti dengan peternak plasma dijalankan berdasarkan perjanjian yang telah disepakati dan ditandatangani kedua belah pihak. Perusahaan inti memiliki kewajiban untuk menyediakan sarana produksi ternak, melakukan pembinaan, dan memasarkan hasil panen peternak plasma sedangkan kewajiban peternak plasma adalah menyediakan kandang, memelihara ayam broiler, melaporkan kepada inti jika terjadi kematian atau serangan penyakit, menggunakan sarana produksi ternak dari inti, dan menjual hasil panen kepada inti (Anshory 2016). Pada dasarnya pola kemitraan menguntungkan peternak kecil. Dalam pola kemitraan inti plasma, inti cenderung berbentuk perusahaan pengelola yang menyediakan sarana produksi dan menjamin pemasaran, sehingga hal ini akan memberi kemudahan bagi peternak dalam melakukan usaha budidaya (Saodah 2000). Hasil analisis deskriptif dan usahatani menunjukkan kemitraan dengan pola PIR atau inti plasma pada peternakan ayam ras pedaging cenderung dapat meningkatkan pendapatan peternak selaku pihak plasma (Kartika 2005, Maulana 2008). Selain itu, hasil penelitian Priyono et al. (2004) menyimpulkan bahwa manfaat yang paling dirasakan peternak setelah bermitra inti plasma yaitu adanya jaminan pasar.

19 7 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Kemitraan Keberhasilan usaha kemitraan tidak terlepas dari berbagai faktor pendorong keberhasilan kegiatan kemitraan seperti faktor internal, faktor eksternal, karaketeristik kemitraan, partisipasi peternak dan elemen pendukung kemitraan yang merupakan suatu aspek penting dalam mendukung keberhasilan kemitraan. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan dilakukan pada usaha kemitraan peternakan ayam ras di Kecamatan Bajeng, Bajeng Barat dan Pallangga Kabupaten Gowa. Faktor-faktor yang diduga dalam model regresi berganda yaitu variabel perjanjian kontrak kerjasama, pelaksanaan kerjasama dan motivasi melalui sikap terhadap kemitraan. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan variabel motivasi melalui sikap terhadap kemitraan sebagai faktor yang signifikan terhadap keberhasilan usaha kemitraan peternakan ayam ras di Kecamatan Bajeng, Bajeng Barat dan Pallangga Kabupaten Gowa (Mursidin et al. 2015). Selain itu, Priyono et al. (2004) melalui uji korelasi rank spearman menduga adanya hubungan antara tingkat kemitraan dengan tingkat penerimaan peternak dari usahanya. Faktor pendukung keberhasilan kemitraan terdiri dari faktor adanya perjanjian tertulis yang mengikat kedua belah pihak, kredit diberikan dalam bentuk sapronak, sapronak diantar langsung ke lokasi kandang dan pembimbingan oleh tenaga ahli dari perusahaan inti. Berdasarkan hasil penelitiannya dapat disumpulkan bahwa faktor yang mendorong keberhasilan kemitraan peternakan ayam ras pedaging pada PT Primatama Karya Persada di Kota Bengkulu ini yaitu variabel sapronak diantar langsung ke lokasi kandang. Merujuk pada penelitian Listiana (2010), kemitraan antara PT GGLC dan peternak sapi di Kabupaten Lampung Tengah yang telah terjalin sejak tahun 1990 dapat dikatakan berhasil. Hal ini terlihat dari penilaian responden terhadap keberhasilan kemitraan yang meliputi keberhasilan dalam pemeliharaan ternak, meningkatkan pendapatan dari penjualan sapi maupun limbahnya, mengembangkan jejaring sosialnya, dan memanfaatkan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Pencapaian keberhasilan kemitraan PT GGLC tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut yaitu faktor internal, faktor eksternal, karakteristik kemitraan, partisipasi peternak dan elemen pendukung kemitraan. Kemudian faktor-faktor ini dianalisis menggunakan metode analisis jalur. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan berpengaruh langsung dalam mendorong keberhasilan kegiatan kemitraan penggemukan sapi potong (Y) yaitu elemen pendukung kemitraan (X5), saling menghargai antara peternak dan PT GGLC (X5.1), kesesuaian tujuan dan pelaksanaan kegiatan kemitraan (X5.2) dan transparansi informasi aturan kegiatan kemitraan (X5.4) serta saling ketergantungan antara peternak dan PT GGLC (X5.3). Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan juga dilakukan pada kemitraan pembenihan jagung hibrida antara PT. DuPont Indonesia dan petani jagung di Kecamatan Pakis. Faktor-faktor yang diduga memengaruhi keberhasilan kemitraan diantaranya variabel proses sosial, membangun saling kepercayaan dan komitmen, karakteristik perusahaan mitra, jaminan pasar dan kepastian harga, manfaat dan nilai tambah, serta konsolidasi kelembagaan di tingkat petani. Faktor-faktor ini kemudian dianalisis menggunakan metode ordinal logistic regression. Hasil menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh

20 8 positif dan signifikan terhadap keberhasilan kemitraan pembenihan jagung hibrida antara PT. DuPont Indonesia dan petani jagung yaitu variabel jaminan pasar dan kepastian harga serta konsolidasi kelembagaan di tingkat petani (Rustandi et al. 2011). Faktor-faktor yang diduga memengaruhi keberhasilan kemitraan dari hasil penelitian sebelumnya lebih jelas disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Peneliti Mursidin et al Priyono et al Listiana 2010 Rustandi et al Hasil tinjauan pustaka mengenai faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan Faktor-Faktor yang Diduga Metode Analisis yang Digunakan Faktor yang Berpengaruh Siginifikan Motivasi melalui sikap terhadap kemitraan Variabel perjanjian kontrak kerjasama Regresi linier berganda Pelaksanaan kerjasama Motivasi melalui sikap terhadap kemitraan Adanya perjanjian tertulis Uji korelasi rank Sapronak diantar yang mengikat kedua belah spearman langsung ke lokasi pihak kandang Kredit diberikan dalam bentuk sapronak Sapronak diantar langsung ke lokasi kandang Pembimbingan oleh tenaga ahli dari perusahaan inti Faktor internal Analisis Jalur Faktor internal: kekosmopolitan (X1.5) dan sikap peternak (X1.6) Faktor eksternal Karakteristik kemitraan Partisipasi peternak Elemen pendukung kemitraan Variabel proses sosial Ordinal logistic regression Membangun saling kepercayaan dan komitmen Karakteristik perusahaan mitra Jaminan pasar dan kepastian harga Manfaat dan nilai tambah Konsolidasi kelembagaan di tingkat petani Elemen pendukung kemitraan: saling menghargai (X5.1), kesesuaian tujuan dan pelaksanaan kegiatan kemitraan (X5.2), transfaransi informasi aturan kegiatan kemitraan (X5.4) dan saling ketergantungan (X5.3). Jaminan pasar dan kepastian harga Konsolidasi kelembagaan di tingkat petani

21 9 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Kemitraan Konsep kemitraan menurut Hafsah (1999) merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama, dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Pada umumnya, kemitraan merupakan perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997 Pasal 1 tentang ketentuan umum kemitraan, menyatakan kemitraan sebagai bentuk kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah dan atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kemitraan merupakan strategi bisnis yang dilakukan melalui suatu hubungan atau jalinan kerjasama usaha antara dua pihak atau lebih dengan prinsip saling menguntungkan, saling membutuhkan, dan saling memperkuat yang disertai adanya pembinaan dan pengembangan. Konsep kemitraan ini dapat terjadi karena kedua belah pihak berusaha untuk saling melengkapi kekurangan atau kelemahannya melalui pemanfaatan kelebihan dari masing-masing pihak. Tujuan, Sasaran dan Manfaat Kemitraan Pada dasarnya, maksud dan tujuan kemitraan yaitu membantu para pelaku kemitraan dalam mengadakan kerjasama yang saling menguntungkan (win-win solution) dan bertanggung jawab. Arti saling menguntungkan ini bukan berarti para pelaku dalam kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi adanya posisi tawar yang setara berdasarkan peran masingmasing. Ciri dari kemitraan usaha terhadap hubungan timbal balik bukan sebagai buruh dan majikan atau atasan dan bawahan, melainkan sebagai adanya pembagian risiko dan keuntungan yang proporsional (Hafsah 1999). Menurut Hafsah (1999), tujuan ideal kemitraan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan yaitu (1) meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, (2) meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, (3) meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil, (4) meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional, (5) memperluas kesempatan kerja dan (6) meningkatkan ketahanan ekonomi nasional. Sasaran kemitraan agribisnis yaitu terlaksananya kemitraan usaha dengan baik dan benar bagi pelaku-pelaku agribisnis terkait di lapangan sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia. Manfaat yang dapat dicapai dari usaha kemitraan (Hafsah 1999) antara lain: a. Produktivitas Dalam model kemitraan, perusahaan besar dapat mengoperasionalkan kapasitas pabriknya secara full capacity tanpa perlu memiliki lahan dan pekerja

22 10 lapangan sendiri, karena biaya untuk keperluan tersebut ditanggung oleh petani. Peningkatan produktivitas bagi petani biasanya dicapai secara simultan yaitu dengan cara menambah unsur input baik kualitas maupun kuantitasnya dalam jumlah tertentu dan diperoleh output dalam kualitas dan kuantitas yang berlipat. b. Efisiensi Dalam kaitannya dengan kemitraan, perusahaan dapat mencapai efisiensi melalui penghematan tenaga dalam mencapai target tertentu dengan menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh petani. Sebaliknya, bagi petani yang umumnya relatif lemah dalam hal kemampuan teknologi dan sarana produksi, dengan bermitra petani dapat menghemat biaya produksi melalui teknologi dan sarana produksi yang disediakan oleh perusahaan. c. Jaminan Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas Kualitas, kuantitas dan kontinuitas sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan produktivitas di pihak petani yang menentukan terjaminnya pasokan pasar dan menjamin keuntungan perusahaan. Ketiga jaminan tersebut juga merupakan pendorong keberhasilan kelangsungan kemitraan ke arah penyempurnaan. d. Risiko Kemitraan dilakukan untuk mengurangi risiko yang dihadapi oleh kedua belah pihak. Kontrak akan mengurangi risiko yang dihadapi oleh pihak inti jika harus mengandalkan pengadaan bahan baku sepenuhnya dari pasar terbuka. Perusahaan inti juga akan memperoleh keuntungan lain karena mereka tidak harus menanamkan investasi atas tanah dan mengelola pertanian yang sangat luas. Pola-Pola Kemitraan Dalam berbagai model kemitraan yang dikembangkan di Indonesia, terutama di Kementerian Pertanian, selalu melibatkan dua hubungan, yaitu adanya hubungan dagang dan pembinaan. Dalam sebagian besar model, usaha besar selalu harus memberikan pembinaan atau bimbingan teknis, manajemen, bantuan permodalan, dan pemasaran hasil. Sampai saat ini telah dirumuskan tujuh model kemitraan usaha yang dijalankan oleh departemen-departemen dan direktoratdirektorat teknis (Saptana, Daryanto 2013) seperti berikut: 1. Pola Inti Plasma Model ini merupakan hubungan kemitraan antara peternak rakyat dengan perusahaan peternakan (perusahaan pembibitan, perusahaan pakan ternak, dan perusahaan budidaya skala besar) bertindak sebagai inti dan peternak rakyat selaku plasma. Perusahaan inti berkewajiban melakukan bimbingan teknis dan manajemen usaha sesuai rekomendasi agar diperoleh hasil secara opimal. Pembinaan juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas manajemen kelompok plasma terutama dalam manajemen usahaternak dan kebersihan lingkungan kandang. 2. Pola Sistem Pertanian Kontrak (Contract Farming) Pada model ini terjadi hubungan kerjasama antara kelompok usaha kecil (UK) dengan perusahan inti (perusahaan industri peternakan, perusahaan

23 11 peternakan skala besar) berskala menengah (UM) dan besar (UB) yang dituangkan dalam suatu perjanjian kontrak jual beli secara tertulis untuk jangka waktu tertentu, sehingga sistem ini sering disebut sebagai kontrak beli. Dalam model ini, peternak plasma berkewajiban untuk menghasilkan ayam sesuai dengan kebutuhan secara individu, dan menerima pembayaran sesuai dengan yang disepakati dalam kontrak. Perusahaan pembeli wajib membeli seluruh ayam dari peternak plasma sesuai dengan harga yang telah disepakati. Model ini banyak dijumpai pada peternak ayam skala besar yang sering juga membawahi peternak-peternak kecil dengan perusahaan peternakan yang sudah terintegrasi secara vertikal atau antara peternak broiler individu skala cukup besar dengan perusahaan peternakan. 3. Pola Subkontrak Dalam model ini, UK memproduksi komponen dan atau jasa yang merupakan bagian dari produksi UM atau UB. Model kemitraan ini menyerupai pola kemitraan contract farming tetapi pada pola ini kelompok usaha kecil tidak melakukan kontrak secara langsung dengan perusahaan pengolah (processor) tetapi melalui agen atau pedagang. Dalam pengembangan pola ini, UM atau UB meningkatkan keterampilan teknis dan manajemen usaha, menjamin kepastian pasar yang dapat menjamin kelangsungan usahanya, daya inovasi dan kewirausahaan UK sebagai upaya UM atau UB untuk lebih meningkatkan dan pemberdayaan UK. 4. Pola Dagang Umum Hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra. Dalam pola ini, kelompok mitra berperan sebagai pemasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra, sedangkan perusahaan mitra berperan dalam memasarkan hasil produksi kelompok mitra. 5. Pola Keagenan Pada model ini kelompok mitra (UK) diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha perusahaan mitra (UM atau UB). Keunggulan dari hubungan pola kemitraan ini adalah berupa keuntungan dari hasil penjualan, ditambah komisi yang diberikan oleh perusahaan mitra. Model ini dijumpai pada penyaluran sapronak terutama pakan ternak, biasanya Poultry Shop yang bertindak sebagai agen dan Poultry Shop sebagai penyalur dan pengecer hanya menjual jenis pakan dari produksi perusahaan tertentu atau merk tertentu (Charoen Phokphan Indonesia, Japfa Comfeed, Gold Coin). 6. Pola Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA) Hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja. Perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal dan atau sarana untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditi pertanian. Syarat kelompok mitra pada pola ini yakni menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja, sedangkan syarat perusahaan mitra yaitu menyediakan biaya, modal, dan teknologi untuk usaha komoditi pertanian.

24 12 7. Pola Vendor Dalam model ini, UM dan UB menggunakan hasil produksi yang merupakan bidang keahlian UK untuk melengkapi produk yang dihasilkan UM dan UB. Mereka dapat memesan produk yang diperlukan sesuai spesifikasi yang telah dikuasai oleh UK. Pengembangan pola vendor yang dilakukan UM atau UB diarahkan untuk dikembangkan melalui teknologi baru, untuk mendapatkan hasil yang baik, dan mendapatkan jaminan pasar yang pasti. Pola vendor menggerakkan keahlian yang ada pada UK untuk menunjang UM dan UB. Model ini ditemukan pada usahaternak ayam yang menghasilkan karkas dengan spesifikasi tertentu untuk memasok konsumen institusi seperti fried chicken (KFC, CFC), supermarket, hypermarket, dan restoran atau rumah makan tertentu. Indikator Keberhasilan Kemitraan Indikator keberhasilan kemitraan berkaitan erat dengan pola kemitraan yang diterapkan perusahaan. Pola kemitraan mendasari latar belakang kemitraan, tujuan kemitraan dan ketentuan-ketentuan dalam kemitraan. Indikator keberhasilan kemitraan usaha pertanian diatur dalam SK Mentan No. 944/Kpts/OT. 210/10/1997 tentang Pedoman Penetapan Tingkat Hubungan Kemitraan Usaha Pertanian. Tingkat hubungan kemitraan usaha pertanian ini diberi bobot dan nilai berdasarkan aspek manajemen dan manfaat. Aspek dan indikator penilaian terhadap hubungan kemitraan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Aspek dan indikator penilaian terhadap hubungan kemitraan Aspek Indikator Faktor yang Dinilai Nilai Faktor Maksimum Proses Perencanaan Perencanaan kemitraan 100 manajemen Kelengkapan perencanaan 50 kemitraan Pengorganisasian Bidang khusus 25 Kontrak kerjasama 125 Pelaksanaan dan Pelaksanaan kerjasama 50 efektivitas kerjasama Efektivitas kerjasama 150 Jumlah nilai maksimum aspek proses manajemen kemitraan 500 Manfaat Ekonomi Pendapatan 100 Harga 50 Produktivitas 50 Risiko usaha 50 Teknis Mutu 50 Penguasaan teknologi 50 Sosial Keinginan kontinuitas kerjasama 75 Pelestarian lingkungan 75 Jumlah nilai maksimum aspek manfaat 500 Total 1000 Sumber: Badan Agribisnis Pertanian, Departemen Pertanian 1998 dalam Pratiwi (2003).

25 13 Hasil dari nilai tingkat hubungan kemitraan dibagi dalam empat kategori yaitu: 1) kategori kemitraan Pra Prima (pemula) merupakan kemitraan yang tidak menguntungkan kedua belah pihak dengan nilai rata-ratanya kurang dari 250, 2) kategori kemitraan Prima merupakan kemitraan jangka pendek yang cenderung menguntungkan pihak inti dibandingkan plasma dengan nilai rata-rata , 3) kategori kemitraan Prima Madya merupakan kemitraan jangka menengah dan jangka panjang dimana pihak inti hanya berperan dalam pemasaran hasil dengan nilai rata-rata , dan 4) kategori kemitraan Prima Utama dengan nilai ratarata lebih dari 750 (semakin mendekati 1000) merupakan kemitraan jangka panjang dimana pihak inti menyediakan sarana produksi pertanian, manajemen hingga pemasaran hasil yang menunjukkan keberhasilan kemitraan yang memenuhi prinsip win-win solution. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Kemitraan Pada pelaksanaan kemitraan di bidang agribisnis terdapat banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan pengembangan kemitraan. Salah satu faktor tersebut yaitu karakteristik peternak (faktor internal) terhadap kemitraan. Karakteristik peternak menggambarkan keadaan peternak yang berhubungan dengan keterlibatannya dalam mengelola kemitraan, misalnya dalam pengambilan keputusan. Menurut Hafsah (1999), karakteristik peternak yang dapat memengaruhi keberhasilan kemitraan terdiri dari usia, tingkat pendidikan, lamanya berternak dan sikap peternak. Keberhasilan kemitraan juga dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal yang menggambarkan upaya yang menunjang keberhasilan kemitraan seperti dukungan fasilitas dan dukungan teknologi. Menurut Hasyim (2005), keberhasilan suatu kegiatan kemitraan juga didukung oleh elemen pendukung lain agar kemitraan berjalan sesuai dengan prinsip kemitraan (saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling menguntungkan). Elemen pendukung kemitraan ini diantaranya: 1. Adanya rasa saling menghargai antara inti dan plasma. Secara teoritis, rasa saling menghargai akan sulit dibangun selama pendekatan kekuatan dan perasaan ingin menguasai tetap ada. Karena itu, rasa saling menghargai antara peserta sangat penting dan perlu dibangun. 2. Kesesuaian tujuan dan pelaksanaan kegiatan kemitraan. Ketika harapan dan kebutuhan yang berbeda pada kepentingan yang berbeda, kesesuaian ini perlu dipelihara. 3. Kesalingtergantungan antara inti dan plasma. Sikap saling tergantung ini mampu membangun rasa kebersamaan dan semangat saling membantu. Kesalingtergantungan terbentuk jika informasi dan pasar terbuka. Petani plasma tergantung kepada inti pada pengadaan input dan pasar produk, perusahaan inti tergantung kepada petani plasma pada produk plasma yang memasok kebutuhan industri perusahaan inti, dan kelompok tani diperlukan keduanya sebagai fasilitator dan penengah terjadinya konflik. 4. Adanya transparansi atau keterbukaan informasi dari inti kepada plasma. Tanpa tranparansi akan menimbulkan salah paham yang mungkin berakibat pada konflik kepentingan. Transparansi informasi yang menyangkut informasi teknologi, pasar, harga, kualitas, besaran produk, pendapatan, dan

26 14 berbagai variabel produksi lainnya serta transparansi kebijakan harus lengkap dan jelas. Kerangka Pemikiran Operasional Kemitraan dalam usaha peternakan ayam ras pejantan merupakan strategi bisnis yang dilakukan melalui jalinan kerjasama usaha antara pihak poultry shop (PS) dan peternak plasma dengan prinsip saling menguntungkan, saling membutuhkan, dan saling memperkuat yang disertai adanya pembinaan dan pengembangan oleh pihak PS. Pada dasarnya, faktor pendorong peternak melakukan pola kemitraan yaitu tersedianya sarana produksi peternakan, tenaga ahli, modal kerja dari inti, dan terjaminnya pemasaran. Bantuan-bantuan tersebut sebagian besar diupayakan pihak perusahaan PS agar pelaksanaan kerjasama usahanya dapat memuaskan kedua belah pihak. Namun kenyataannya, sering kali pihak inti (perusahaan) tidak bertanggung jawab terhadap pihak plasma atau peternak kecil. Hal ini disebabkan adanya ketidakseimbangan posisi tawar (bargaining position) antara pihak inti dengan plasma pada perjanjian yang telah disepakati. Perusahaan inti dengan peran yang lebih kuat, baik dari modal, sumberdaya manusia, dan manajemen menentukan seluruh isi perjanjian, sedangkan peternak hanya dapat menerima saja karena faktor kebutuhan. Peranan perusahaan inti yang lebih dominan sering mengakibatkan liberalisasi kemitraan yang terlihat dari penguasaan harga DOC oleh perusahaan inti, ketidakjelasan produksi DOC yang dihasilkan dan ketidakjelasan jumlah mitra. Disisi lain, peternak kecil terkadang dipaksa menerima harga DOC dan harga ayam hasil panen yang ditentukan oleh perusahaan inti. Akibatnya, peternak kecil merasa dirugikan sehingga kebanyakan usaha peternakan ayam dengan sistem kemitraan hanya berlangsung dalam waktu yang relatif singkat. Terkadang tidak adanya keterlibatan dari Dinas Peternakan setempat sebagai wakil pemerintah dan selaku pembina peternak dalam lalu lintas ternak ayam yang diangkut seperti tidak disertai surat keterangan sehat dari dokter hewan dan laporan ke Dinas Peternakan setempat untuk dilakukan inspeksi terhadap kesehatan ternak ayam. Berbeda halnya dengan perusahaan Naratas Poultry Shop (PS) di Kabupaten Ciamis. Naratas PS mampu menerapkan sistem kemitraan pola makloon dengan hanya berasaskan kekeluargaan dan kepercayaan selama kurang lebih 30 tahun. Saat ini, Naratas PS bermitra dengan 300 peternak rakyat yang tersebar di Kabupaten Ciamis, Banjar dan Tasikmalaya. Sebagian besar dari 300 mitra tersebut telah bermitra selama lebih dari 5 tahun dengan Naratas PS. Kemitraan Naratas PS yang dilakukan selama 30 tahun dengan 300 mitra ini menunjukkan keberhasilan kemitraan pola makloon pada usaha peternakan ayam ras. Perbedaan dari kedua pernyataan ini menjadi dasar pemikiran bagaimana proses kemitraan pola makloon di Naratas PS sehingga mampu bertahan selama 30 tahun dan faktor apa saja yang memengaruhi keberhasilan kemitraan pola makloon tersebut. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis proses kemitraan, analisis kinerja (keberhasilan) kemitraan dan faktor-faktor yang memengaruhi

27 15 keberhasilan kemitraan. Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pemikiran oprasional dapat dilihat seperti pada Gambar 1. Peternak - Modal terbatas - Teknologi sederhana - Informasi pasar terbatas Perusahaan inti - Modal besar - Teknologi modern - Jaminan pasar Pelaksanaan kemitraan oleh Naratas PS Faktor-faktor keberhasilan kemitraan yang diduga: 1. Faktor internal (usia, tingkat pendidikan, pengalaman beternak) 2. Faktor eksternal (dukungan fasilitas, dukungan teknologi) 3. Elemen pendukung kemitraan (saling menghargai, saling ketergantungan, transparansi informasi) Keberhasilan kemitraan Indikator keberhasilan: 1. Aspek proses manajemen kemitraan (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan efektivitas kerjasama) 2. Aspek manfaat (ekonomi, teknis, dan sosial) 1. Analisis Kualitatif: Analisis proses dan persepsi pencapaian keberhasilan kemitraan 2. Analisis Kuantitatif : Analisis faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan Rekomendasi untuk: Naratas PS dalam melakukan evaluasi dan perbaikan dalam pencapaian keberhasilan kemitraan, sehingga terpenuhinya prinsip kemitraan yang saling membutuhkan, memperkuat dan menguntungkan. Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran operasional

28 16 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Naratas PS Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa Kabupaten Ciamis merupakan produsen ayam pedaging terbesar ke-2 di Jawa Barat dan sentra peternakan ayam ras pejantan di wilayah Priangan Timur. Selain itu, Naratas PS merupakan produsen ayam ras pejantan yang telah lama menerapkan sistem kemitraan dengan jumlah plasma paling banyak dibandingkan perusahaan lain yang sejenis di wilayah Kabupaten Ciamis. Penelitian dilakukan selama 2.5 bulan yaitu dari awal bulan April hingga pertengahan bulan Juni Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif atau data yang bentuknya bukan angka yang digunakan meliputi gambaran umum perusahaan, proses kemitraan pada Naratas PS, faktorfaktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan yang bentuknya bukan angka, dan konsep kemitraan. Selanjutnya data kuantitatif atau data numerik yang digunakan meliputi kontribusi sektor peternakan terhadap PDRB Jawa Barat, perkembangan populasi ternak di Jawa Barat, keberhasilan kemitraan dan faktorfaktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan yang bentuknya numerik. Data kualitatif dan kuantitatif tersebut bersumber dari data primer dan data sekunder. Rincian data primer dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Data primer penelitian faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan peternakan ayam ras pejantan di Naratas PS Ciamis No Jenis Data Primer Sumber 1 Gambaran umum perusahaan Naratas PS 2 Gambaran proses kemitraan Naratas PS 3 Karakteristik peternak plasma Peternak mitra 4 Persepsi (penilaian) keberhasilan kemitraan Peternak mitra dan Naratas PS 5 Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan Peternak mitra kemitraan usaha peternakan ayam ras pejantan 6 Harga input (DOC, obat-obatan, pakan) dan output (ayam pejantan) Pedagang di Pasar Tasikmalaya dan Ciamis Data primer diperoleh dari pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak perusahaan. Selain itu, data primer juga diperoleh dari wawancara dengan memberikan kuesioner kepada peternak mitra Naratas PS sebagai responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi perusahaan, jurnal, skripsi,

29 17 tesis, dan buku. Data sekunder juga diperoleh dari lembaga atau instansi seperti Pusat Data dan Analisa Pembangunan Jawa Barat (Pusdalisbang), Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjenak) dan Direktorat Pengembangan Usaha Departemen Pertanian, penulusuran internet dan literatur lain yang terkait dengan tujuan penelitian. Rincian data sekunder terkait penelitian disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Data sekunder penelitian faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan peternakan ayam ras pejantan di Naratas PS Ciamis No Jenis Data Sekunder Sumber 1 Daftar nama peternak mitra Naratas PS 2 Dokumentasi terkait gambaran umum perusahaan dan Naratas PS proses kemitraan 3 PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2010 hingga 2014 Pusdalisbang (Jawa Barat Dalam Angka) 4 Populasi ternak menurut jenis di Jawa Barat tahun Ditjenak 2010 hingga Pola-pola kemitraan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian 6 Konsep kemitraan, tujuan, sasaran dan manfaat kemitraan, indikator keberhasilan kemitraan, faktorfaktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan, analisis regresi linier berganda Buku, Jurnal, Skripsi, Tesis Metode Pengumpulan Sampel dan Pengumpulan Data Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan metode non probability sampling karena semua anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden. Teknik non probability sampling yang digunakan yaitu purposive sampling. Responden pada penelitian ini yaitu peternak mitra yang diawasi dan dikontrol oleh tujuh orang technical service (TS) dari Naratas PS, sehingga peternak mitra terbagi kedalam tujuh kelompok. Kemudian, sampel dari masing-masing kelompok dipilih secara sengaja (purposive) yaitu peternak mitra yang sedang beternak ayam ras pejantan dan lokasi peternakannya berdekatan. Hal ini berdasarkan pertimbangan kemudahan akses dan kenyamanan peneliti dalam proses wawancara dengan peternak. Ukuran responden diperoleh dari perhitungan secara matematis menggunakan rumus Slovin berikut: Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir

30 18 Jumlah peternak mitra perusahaan Naratas PS yaitu 300 peternak yang dibawahi oleh tujuh orang TS. Enam orang TS membawahi 40 peternak dan satu orang TS yang lain membawahi 60 orang peternak. Tingkat kesalahan yang dapat ditolerir (e) ditentukan sebesar 10 persen atau 0.1, maka jumlah sampel yang dibutuhkan minimal sebesar: Metode pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden yaitu pihak perusahaan dan peternak mitra Naratas PS. Kuesioner diberikan kepada 75 peternak dari tujuh cluster dengan teknik pengambilan sampel bagi masing-masing kelompok TS diambil secara proporsional yaitu: a. Sampel yang diambil dari enam cluster TS yang membawahi 40 peternak berjumlah 10 peternak. b. Sampel yang diambil dari satu cluster TS lain yang membawahi 60 peternak berjumlah 15 peternak. Metode Analisis dan Pengolahan Data Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis dan mengolah data dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan untuk mendeskripsikan proses kemitraan di Naratas PS dan menganalisis kondisi keberhasilan kemitraannya. Analisis data kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan. Pengolahan analisis kualitatif dan kuantitatif tersebut menggunakan aplikasi pada komputer. Analisis Proses Kemitraan Analisis proses kemitraan ini dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara langsung dengan pihak Naratas PS (stakeholder) dan peternak plasma dengan menggunakan panduan pertanyaan dan kuesioner serta studi dokumentasi terkait proses kemitraan. Analisis ini dilakukan mengingat tidak semua praktik kemitraan dapat saling menguntungkan kedua belah pihak dan berlangsung lama karena terjadi kecurangan, ketidakpatuhan dan ketidakseimbangan posisi tawar antara perusahaan inti dengan peternak plasma. Padahal dalam konsepnya, kemitraan merupakan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan kedua belah pihak yang bermitra (win-win solution). Fokus utama analisis ini diantaranya deskripsi umum perusahaan, kontrak kemitraan (hak dan kewajiban), ketentuanketentuan kemitraan, bentuk kebijakan atau bantuan apa saja yang diberikan oleh Naratas PS kepada peternak plasma dan mekanisme kemitraannya.

31 19 Dalam analisis proses kemitraan juga dilakukan analisis kondisi keberhasilan kemitraan melalui metode radar. Metode analisis ini disebut radar karena cara penilaian keberhasilan kemitraan dilakukan dengan menggunakan visualisasi diagram radar (spider-web). Pembuatan diagram ini berdasarkan pengelompokan kriteria keberhasilan kemitraan yang diperoleh dari pernyataanpernyataan yang diajukan kepada responden dalam kuesioner menggunakan skala likert. Skala likert merupakan alat untuk mengukur sikap dalam suatu penelitian. Sikap yang dimaksud berupa persepsi atau penilaian antara Naratas PS dengan peternak mitra terhadap keberhasilan kemitraan yang dicapainya. Pada analisis ini, skala likert untuk tingkat keberhasilan kemitraan aktual dimulai dari nilai 1 sampai 4 dengan keterangan nilai 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju, dan 4 = sangat setuju. Interpretasi dari setiap pernyataan yang digunakan dalam kuesioner ditentukan berdasarkan rentang skala menurut Simamora (2005) dengan rumus sebagai berikut: Analisis ini menggunakan skala likert dari 1 sampai 4 sehingga berdasarkan rumus tersebut, nilai rata-rata yang diperoleh sebesar Dengan demikian, rentang skala yang diperoleh untuk interpretasi pada analisis kondisi keberhasilan kemitraan antara Naratas PS dengan peternak plasma dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Rentang skala sebaran jawaban responden Rentang Skala Pernyataan Jawaban Sangat tidak setuju Tidak setuju Setuju Sangat setuju Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Kemitraan Analisis ini dilakukan dengan menggunakan bantuan alat analisis regresi linier berganda. Taraf nyata yang digunakan dalam penelitian yaitu 10 persen karena penelitian bidang sosial ekonomi mengandalkan daya ingat dari responden, sehingga sulit untuk menentukan tingkat kepercayaan data yang tinggi pada bidang sosial dibandingkan penelitian ilmu pasti. Analisis regresi linier berganda ini mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan sebagai variabel bebas (independent) dengan keberhasilan kemitraan sebagai variabel terikat (dependent). Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu keberhasilan kemitraan yang diuraikan dalam aspek proses manajemen kemitraan (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan efektivitas kerjasama) dan aspek manfaat (secara ekonomi, teknis dan sosial). Masing-masing aspek kemitraan diberi bobot sesuai ketetapan dari tingkat hubungan kemitraan dan dinilai sesuai dengan keadaan sebenarnya. Hasil dari nilai tingkat hubungan kemitraan tersebut menjadi

32 20 data dengan skala pengukuran rasio. Rincian variabel terikat (Y) yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Keberhasilan kemitraan sebagai variabel terikat (Y) dalam penelitian Variabel Aspek Indikator Faktor yang Dinilai Keberhasilan kemitraan Proses manajemen Perencanaan Perencanaan kemitraan Kelengkapan perencanaan (Y) kemitraan Pengorganisasian Bidang khusus Kontrak kerjasama Pelaksanaan dan efektivitas Pelaksanaan kerjasama Efektivitas kerjasama kerjasama Manfaat Ekonomi Pendapatan Harga Produktivitas Risiko usaha Teknis Mutu Penguasaan teknologi Sosial Keinginan kontinuitas kerjasama Pelestarian lingkungan Variabel bebas (X) dalam penelitian yaitu faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan. Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan terdiri dari faktor internal, faktor eksternal dan elemen pendukung kemitraan. Masing-masing faktor tersebut diuraikan menjadi beberapa sub variabel. Data variabel bebas yang diperoleh dalam penelitian ini berskala ordinal dan rasio. Rincian variabel bebas (X) yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Variabel bebas (X) yang diduga dalam penelitian Variabel Sub Variabel Indikator Faktor internal Usia (X 1.1 ) Usia responden saat penelitian berlangsung (X 1 ) Tingkat pendidikan (X 1.2 ) Pendidikan terakhir responden Pengalaman beternak (X 1.3 ) Lamanya responden berternak ayam ras pejantan Faktor eksternal Dukungan fasilitas (X 2.1 ) Ketersediaan pakan, obat-obatan, kandang (X 2 ) Dukungan teknologi (X 2.2 ) Teknologi budidaya - Pakan - Pengobatan - Pemeliharaan Elemen Saling menghargai (X 3.1 ) Ketaatan dalam memenuhi standar perusahaan pendukung - Umur panen kemitraan (X 3 ) - Bobot panen - FCR - IP Saling ketergantungan (X 3.2 ) Transparansi informasi (X 3.3 ) Modal, teknologi, risiko kegagalan Informasi teknologi, kebijakan, pasar, harga, kualitas

33 21 Berdasarkan uraian variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X) sebelumnya, maka bentuk persamaan regresi linier berganda yang diduga dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: Keterangan: Y = Keberhasilan kemitraan (nilai dari ) = Konstanta = Koefis y,,,.3 X 1.1 = Umur (tahun) = Tingkat pendidikan (tahun) X 1.2 X 1.3 = Pengalaman beternak (tahun) X 2.1 = Dukungan fasilitas (skor dalam skala 1-4) X 2.2 = Dukungan teknologi (skor dalam skala 1-4) X 3.1 = Saling menghargai (skor dalam skala 1-4) X 3.2 = Saling ketergantungan (skor dalam skala 1-4) X 3.3 = Transparansi informasi (skor dalam skala 1-4) Dalam banyak prosedur statistik seperti regresi, korelasi Pearson, uji t dan lain sebagainya mengharuskan data minimal berskala interval. Oleh karena itu, variabel bebas yang mempunyai data berskala ordinal seperti variabel dukungan fasilitas, dukungan teknologi, saling menghargai, saling ketergantungan dan transparansi informasi harus diubah kedalam bentuk interval untuk memenuhi persyaratan prosedur uji statistik. Data ordinal ada variabel-variabel tersebut diubah kedalam bentuk interval melalui metode suksesif interval (MSI) yang merupakan proses mengubah data ordinal menjadi data interval. Selain itu, untuk mendapatkan koefisien regresi (parameter) linier terbaik yang tidak bias maka harus memenuhi kriteria syarat metode penduga Ordinary Least Square (OLS). Menurut Gujarati (2006) Adapun asumsi OLS tersebut diantaranya: a. Tidak ada autokolerasi (digunakan untuk data time series, biasanya autokorelasi tidak terlalu penting digunakan untuk data cross section) b. Tidak terdapat multikolinier dalam variabel independen c. Komponen error tidak berpola acak atau random, menyebar normal (normalitas) dengan nilai tengah nol, ragamnya homogen (Homoskedastisitas). A. Pengujian Signifikansi Model Pengujian ini untuk mengetaui apakah semua variabel X bersama-sama berpengaruh nyata terhadap keberhasilan kemitraan atau model signifikan dalam menjelaskan variabel Y. Uji statistik yang digunakan yaitu uji F yang secara matematis dapat diuraikan sebagai berikut: ( )

34 22 Keterangan: k = Jumlah variabel termasuk intercept n = Jumlah pengamatan atau responden Hipotesis yang digunakan dalam uji F ini yaitu: H 0 : 1 2 i = 0 H 1 : y Jika F-hitung > F-tabel (k-1, n-k) pada taraf nyata 10 persen maka tolak H 0, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel X secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap keberhasilan kemitraan atau model signifikan dalam menjelaskan keberhasilan kemitraan (variabel Y). Untuk memperkuat pengujian, dihitung besarnya koefisien determinasi (R 2 ). Semakin tinggi nilai R 2 berarti model dugaan yang diperoleh semakin akurat untuk meramalkan keberhasilan kemitraan atau dengan kata lain tingkat kesesuian antara data aktual dengan ramalannya semakin besar. Nilai R 2 maksimal adalah 1 (100 persen) dan minimal adalah 0. Nilai R 2 mengukur besarnya keragaman total data yang dapat dijelaskan oleh model, sisanya (1-R 2 ) dijelaskan oleh komponen error. Perhitungan koefisien determinasi dapat dituliskan sebagai berikut: B. Pengujian Signifikansi Parameter Pengujian untuk masing-masing parameter yang digunakan yaitu uji-t yang menguji secara statistik bagaimana pengaruh nyata dari setiap variabel bebas (X) yang digunakan secara terpisah terhadap keberhasilan kemitraan (variabel Y). Hipotesis yang digunakan dalam uji-t ini yaitu: H 0 : i = 0 (variabel bebas ke-i tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat). H 1 : i v b b b -i berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat). Jika nilai t-hitung > t- b α, -k-1) atau P-v < α maka tolak H 0, artinya variabel bebas (X) yang diduga berpengaruh nyata terhadap keberhasilan kemitraan (variabel Y) dalam model. maka dan t-hitung < t- b α, -k-1) atau P-v > α, y v b b b X y b y terhadap keberhasilan kemitraan (variabel Y) dalam model.maka terima H 0. C. Pengujian Homoskedastisitas Homoskedastisitas adalah kondisi dimana komponen error pada model regresi memiliki ragam yang sama untuk setiap variabel independen. Asumsi ini dapat dilihat berdasarkan tingkat penyebaran nilai-nilai residual terhadap nilainilai prediksi. Jika penyebarannya tidak membentuk pola yang sistematis seperti linier atau kuadratik, maka keadaan asumsi tersebut telah terpenuhi, jika asumsi ini tidak terpenuhi maka hasil uji signifikansi koefisien regresi setiap variabel independen tidak valid atau akurat.

35 23 D. Pengujian Multikolinieritas Multikolinieritas dapat diartikan adanya hubungan linier diantara variabel independen. Uji signifikansi koefisien regresi menjadi tidak valid, jika terdapat hubungan linier antar variabel independen, terdapat banyak cara untuk menguji adanya multikolinier, yaitu dengan koefisien determinasi (R 2 ) yang tinggi namun dari uji-t banyak variabel bebas yang tidak signifikan atau dapat juga diukur dengan Variance Inflation Faktor (VIF). Jika VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa model dugaan ada multikoliniearitas dan jika VIF < 10 maka model dugaan terbebas dari adanya multikolinieritas. Hipotesis Penelitian Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran operasional, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan antara Naratas PS dengan peternak mitranya yaitu sebagai berikut: a. Variabel Usia (X1.1) Usia merupakan karakteristik individu peternak yang dapat menggambarkan pengalaman dan kemampuan dalam dirinya sehingga terdapat keragaman perilaku berdasarkan usia seseorang. Semakin peternak bertambah usianya (semakin tua), maka semakin tidak produktif dalam melakukan kegiatan usaha ternaknya. Hal ini karena rentang usia produktif seseorang yaitu tahun, lebih dari usia ini maka seseorang dikatakan semakin tidak produktif. Dugaan sementara untuk variabel usia terhadap keberhasilan kemitraan yaitu berpengaruh negatif (-). b. Variabel Tingkat Pendidikan (X1.2) Tingkat pendidikan yaitu jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh peternak. Semakin tinggi pendidikan peternak, maka semakin tinggi pula pengetahuan dan keahliannya dalam melakukan kegiatan usaha ternaknya. Dugaan sementara untuk variabel tingkat pendidikan terhadap keberhasilan kemitraan yaitu berpengaruh positif (+). c. Variabel Pengalaman Beternak (X1.3) Pengalaman beternak yaitu lamanya usaha ternak (dalam tahun) yang telah dilakukan oleh peternak. Pengalaman usaha ternak dihitung mulai dari peternak melakukan usaha ternak baik sebagai usaha pokok maupun sampingan. Semakin lamanya usaha ternak yang dijalankan oleh peternak maka semakin berpengalaman dalam hal pengetahuan, keahlian dan keterampilan usaha ternaknya. Dugaan sementara untuk variabel pengalaman beternak terhadap keberhasilan kemitraan yaitu berpengaruh positif (+). d. Variabel Dukungan Fasilitas (X2.1) Dukungan fasilitas merupakan sarana dan prasarana yang ada dalam kemitraan yang berkaitan dengan upaya untuk menunjang keberhasilan program kemitraaan. Bentuk dukungan fasilitas yang disediakan oleh

36 24 pihak perusahaan inti misalnya ketersediaan pakan, ketersedian obatobatan dan ketersediaan kandang untuk peternak mitra. Semakin tinggi skor atas dukungan fasilitas, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan kemitraan. Dugaan sementara untuk variabel dukungan fasilitas terhadap keberhasilan kemitraan yaitu berpengaruh positif (+). e. Variabel Dukungan Teknologi (X2.2) Dukungan teknologi yaitu peralatan dan perlengkapan ketersediaan maupun cara yang dapat digunakan oleh peternak dalam pelaksanaan program kemitraan. Bentuk dukungan teknologi yang biasanya diberikan oleh perusahaan inti berupa teknologi budidaya, sistem pemasaran dan kelembagaan dalam usaha ternak. Semakin tinggi dukungan teknologi, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan kemitraan. Dugaan sementara untuk variabel dukungan teknologi terhadap keberhasilan kemitraan yaitu berpengaruh positif (+). f. Variabel Saling Menghargai (X3.1) Variabel saling menghargai direpresentasikan dalam bentuk ketaatan dalam melaksanakan segala bentuk peraturan kemitraan antara pihak perusahaan dengan peternak mitranya. Dalam penelitian ini, bentuk saling menghargai dideskripsikan melalui ketaatan peternak dalam memenuhi standar panen perusahaan misalnya umur dan bobot panen, nilai FCR dan nilai IP. Semakin tinggi skor atas ketaatan dalam memenuhi standar panen perusahaan, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan kemitraan. Dugaan sementara untuk variabel saling menghargai terhadap keberhasilan kemitraan yaitu berpengaruh positif (+). g. Variabel Saling Ketergantungan (X3.2) Saling ketergantungan merupakan kemampuan pihak yang bermitra untuk membangun rasa kebersamaan dan semangat saling membantu antara peternak dan perusahaan. Variabel saling ketergantungan direpresentasikan dalam bentuk mekanisme penanggungan biaya atas modal usaha ternak, pemanfaatan teknologi yang diberikan pihak perusahaan kepada peternak mitra, dan mekanisme penanggungan risiko usaha. Semakin tinggi skor atas rasa saling ketergantungan, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan kemitraan. Dugaan sementara untuk variabel saling ketergantungan terhadap keberhasilan kemitraan yaitu berpengaruh positif (+). h. Variabel Transparansi Informasi (X3.3) Variabel ini dideskripsikan melalui banyaknya transparansi informasi seperti informasi teknologi, kebijakan, harga, kualitas, pendapatan dan risiko kegagalan usaha. Semakin tinggi skor atas transparansi informasi, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan kemitraan. Dugaan sementara untuk variabel transparansi informasi terhadap keberhasilan kemitraan yaitu berpengaruh positif (+).

37 25 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Singkat dan Lokasi Naratas PS Naratas PS merupakan perusahaan yang bergerak di bidang ternak unggas yang berdiri sejak tahun 1981 di Ciamis oleh Bapak H. Daradjat dengan tujuan komersil dalam bentuk perusahaan pribadi. Pada awalnya, perusahaan ini berupa toko penyedia pakan dan obat-obatan ternak. Lalu, sekitar tahun 1987-an, pemilik mulai mengembangkan usahanya melalui kerjasama dengan peternak rakyat ayam ras pejantan dan broiler dalam bentuk kemitraan pola makloon. Bentuk kemiraan pola makloon ini merupakan bentuk kerjasama antara Naratas Poultry Shop (PS) sebagai pihak inti dan peternak rakyat di ayam ras pejantan maupun broiler sebagai pihak plasma. Naratas PS sebagai pihak inti menyediakan sapronak dengan sistem kredit, jaminan pasar, dan pembinaan sedangkan peternak rakyat sebagai pihak plasma menyediakan kandang, peralatan kandang dan tenaga kerja. Pada periode awal pengembangan usaha hingga tahun 2008, Naratas PS bekerjasama dengan 854 peternak rakyat yang tersebar luas di daerah Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya dan Banjar. Dari 854 peternak rakyat ini, setiap bulan Naratas PS mampu memproduksi hingga ekor ayam pedaging dengan 70 persen dari jumlah tersebut yaitu ayam ras pejantan dan sisanya ayam broiler. Sejak tahun 2010, Naratas PS memfokuskan usahanya pada budidaya ayam ras pejantan saja, sehingga banyak peternak ayam broiler yang memutuskan kerjasamanya dengan Naratas PS. Saat ini, Naratas PS bekerjasama dengan 300 peternak ayam ras pejantan dan mampu memproduksi hingga ekor per bulan. Naratas PS memiliki dua kantor yaitu pertama head office yang terletak di Jalan Raya Cikoneng No. 175 Cikoneng, Ciamis yang digunakan sebagai kantor pelayanan administrasi, obat-obatan, konsultasi peternak terhadap permasalahan yang dihadapinya selama pemeliharaan, dan pengambilan upah pemeliharaan yang biasa dikenal dengan beberes. Kantor yang kedua terletak di Jalan Raya Cimari Km. 8 Cikoneng, Ciamis berfungsi sebagai kantor pemasaran, tempat dropshiping DOC dari perusahaan pembibitan, penyaluran DOC, pakan dan garasi transportasi pengangkut ke peternak. Kedua kantor ini mulai beroperasi pada pukul hingga WIB. Sarana dan Prasarana Naratas PS Naratas PS memiliki lahan seluas ±1572 m 2 yang digunakan untuk berbagai bangunan dan fasilitas seperti dua bangunan kantor, gudang DOC, gudang pakan, mushola, garasi, dan lahan parkir. Sebagai penunjang kegiatan operasional seperti distribusi DOC, pakan, dan pengangkutan hasil panen serta pemasarannya, Naratas PS memiliki beberapa kendaraan. Kendaraan yang dimiliki Naratas PS seperti truck double bak terbuka, truck double box, truck engkle bak terbuka, truck engkle box, mobil dan motor.

38 26 Struktur Organisasi Naratas PS Struktur organisasi pada Naratas PS tergolong sederhana karena bentuk perusahaan ini yaitu perusahaan perseorangan (Gambar 2). Bapak H. Daradjat selaku pemilik berperan langsung dalam memimpin perusahaan dan dibantu oleh seorang general manager yang membawahi manajer administrasi, manajer produksi dan manajer pemasaran. Naratas PS mempunyai 37 karyawan yang terdiri dari seorang general manager, tujuh orang TS, tujuh orang bagian administrasi, dua orang bagian pemasaran, 11 supir, 14 kenek, tiga orang bagian keamanan (satpam) dan dua orang bagian kebersihan (office boy). Setiap bagian memiliki tugas masing-masing. Bagian pembukuan dan keuangan bertugas dalam pencatatan transaksi keuangan perusahaan dengan peternak. Semua bentuk pencatatan produksi dan keuangan perusahaan dilakukan secara manual dan komputerisasi. Bagian pemasaran bertugas dalam pemasaran ayam, mengatur persediaan ayam yang dipasarkan dan aktif dalam mencari serta mengumpulkan informasi mengenai keadaan pasar. Bagian technical service (TS) bertanggung jawab dalam kelancaran produksi dan pemeliharaan setiap peternak (cek kelayakan peternak, infrastruktur, rekomendasi kesehatan dan penanganan penyakit) kontrol harian, dan memberikan pembinaan serta mengatasi masalahmasalah yang terjadi pada peternak selama pemeliharaan. Pemilik General Manager Manajer Administrasi Manajer Produksi Manajer Pemasaran Bag. Pembukuan Bag. Keuangan Technical Service DOC dan Pakan Bag. Pemasaran Gambar 2 Struktur organisasi Naratas PS Sumber: Naratas Poultry Shop 2016 Kerjasama Naratas PS Perusahaan Naratas PS menjalin hubungan kerjasama dengan beberapa perusahaan seperti perusahaan pembibitan dalam penyediaan DOC (PT. Malindo Feedmill, PT. Multibreeder Adirama Indonesia, CV. Missouri, PT. Charoend Pokhphand Indonesia, PT. Wonokoyo Jaya Corporindo, PT. Extravet) dan

39 27 perusahaan pakan (PT. Japfa Comfeed Indonesia, PT. Charoend Pokhphand Indonesia, PT. Gold Conn Indonesia). Selain itu, Naratas PS juga bekerjasama dengan perusahaan obat dan peralatan peternakan seperti PT. Romindo Primavetcom, PT. Sambe Farma, PT. Medicon, PT. Sarana Unggas Jaya, PT. Ekasapta, PT. Metrovet dan lain-lain. Bidang Usaha Naratas PS Naratas PS bergerak dalam bidang usaha peternakan unggas khususnya ayam ras pejantan. Dalam menjalankan usahanya, Naratas PS ini melakukan kemitraan pola makloon dengan peternak rakyat sebagai plasma dan Naratas PS sebagai inti. Naratas PS selaku perusahaan inti menyediakan kebutuhan DOC, pakan, obat-obatan, vaksin, memberikan pelayanan dan pembinaan pada peternak mitra. Peternak mitra cukup menyediakan kandang dengan kapasitas hingga ekor (boleh lebih), peralatan dan perlengkapan kandang serta tenaga kerja. Selama periode pemeliharaan (47-53 hari), Naratas PS melalui technical service (TS) melakukan pengawasan, pengecekan dan penjajakan ke lokasi peternak mitranya setiap dua minggu sekali. Selain itu, setiap awal bulan pemilik Bapak H. Daradjat bersama dengan general manager Bapak Didik mengadakan pertemuan rutin dengan para peternak mitranya. Setiap TS memberikan perwakilan peternak yang dibawahinya untuk menghadiri acara pertemuan tersebut. Biasanya dalam acara pertemuan ini membahas permasalahanpermasalahan yang dihadapi oleh peternak dan pemaparan mengenasi isu-isu penting dunia perunggasan yang disampaikan oleh pemilik dan general manager. Hal ini bertujuan agar pihak perusahaan dengan peternak mitra saling transparan, percaya, dan menghargai satu sama lain terhadap semua informasi yang berkaitan dengan usaha ternak ayam ras pejantan. Selain menyediakan bantuan DOC, pakan, obat-obatan, pinjaman untuk membuat kandang dan pembinaan, Naratas PS juga memberikan bantuan dalam pemasaran hasil. Naratas PS biasanya menetapkan syarat berat hidup ayam ras pejantan yang siap dipanen sesuai dengan permintaan dari bandar atau broker yaitu antara ons ( gram) dengan umur panen hari. Untuk mengetahui apakah berat hidup ayam telah memenuhi syarat yang diinginkan bandar, TS bersama dengan peternak melakukan sampling terhadap 10 ekor dari seluruh populasi ayam yang terdapat di setiap peternak. Cara sampling-nya, ayam hidup dimasukkan ke dalam karung atau diikat bagian kakinya kemudian ditimbang. Apabila telah memenuhi syarat berat hidup, maka TS langsung menghubungi bagian pemasaran dan sore atau keesokan harinya kandang siap untuk dipanen dan ayam dalam keadaan hidup dikirim ke bandar atau broker sesuai pesanan. Hingga saat ini, pasar yang dituju oleh Naratas PS yaitu Bandung, Sumedang, Purwakarta, Jakarta dan pasar lokal yang berada di Ciamis dan Tasikmalaya.

40 28 Karakteristik Responden Karakteristik responden yang akan dijelaskan dalam penelitian ini meliputi karakteristik jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, skala usaha, dan pengalaman usaha ternak. Informasi karakteristik responden didapat berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada 75 peternak mitra Naratas PS. Responden tersebut yaitu yang sedang bermitra dan membudidayakan ayam ras pejantan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik peternak mitra Naratas PS pada Tabel 10. Peternak mitra yang menjadi sampel umumnya berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak persen dan sisanya sebanyak persen berjenis kelamin perempuan. Data ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak yang membudidayakan ayam ras pejantan dan menjadi peternak mitra Naratas PS dibandingkan dengan perempuan. Karakteristik peternak mitra berdasarkan usia terbagi menjadi tiga kelas berdasarkan batas usia minimal dan maksimal. Peternak mitra yang menjadi sampel umumnya memiliki rata-rata usia tahun yang merupakan usia produktif. Hal ini berarti peternak-peternak yang melakukan kerjasama merupakan peternak-peternak produktif yang ingin mencoba melakukan perubahan mengikuti keinginan perusahaan mitranya. Tabel 10 Karakteristik peternak mitra Naratas PS No Peternak Mitra Karakteristik Kategori Jumlah Persentase Responden (orang) (%) 1. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Usia tahun tahun > 49 tahun Tingkat Pendidikan SD (6 tahun) SMP (7 tahun) 3 4 SMP (8 tahun) SMP (9 tahun) SMA (12 tahun) D3 (15 tahun) Skala Usaha ekor ekor ekor 6 8 > ekor Pengalaman Beternak 1-5 tahun tahun Pada karakteristik tingkat pendidikan peternak mitra, persentase tertinggi terdapat pada tingkat pendidikan SMP (9 tahun) sebesar persen dan persentase tertinggi kedua yaitu peternak mitra dengan tingkat pendidikan SD sebesar persen. Hal ini karena lokasi tempat tinggal peternak mitra tidak terlalu mementingkan pendidikan dan banyak pula yang ingin melanjutkan pendidikan tapi memiliki keterbatasan dana.

41 29 Jika dilihat dari skala usaha, mayoritas peternak mitra memiliki skala usaha ternak ayam ras pejantan yang relatif kecil (peternak rakyat). Sebagian besar peternak mitra membangun kandang di lahan yang sama dengan tempat tinggalnya, sehingga kapasitas kandang hanya cukup untuk kisaran hingga ekor ayam. Apabila ditinjau dari pengalaman beternak ayam ras pejantan, hampir persen peternak mitra memiliki pengalaman beternak ayam ras pejantan kurang dari 5 tahun, sedangkan peternak yang memiliki pengalaman lebih dari 5 tahun sebanyak persen dari total sampel peternak mitra. Hal ini karena pengalaman beternak ayam ras pejantan tidak menjadi syarat mutlak peternak untuk melakukan kemitraan dengan Naratas PS. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Kemitraan pada Naratas PS Kegiatan kemitraan yang dilakukan oleh Naratas PS dengan peternak mitra yaitu kemitraan dengan pola makloon. Pola makloon disebut juga sistem management fee. Sistem ini berkembang pesat di daerah Priangan Timur seperti Tasikmalaya, Ciamis dan Banjar. Pada pola makloon, Naratas sebagai perusahaan inti menyediakan sarana produksi peternakan untuk peternak mitra seperti DOC, pakan, dan obat-obatan dengan sistem kredit. Peternak mitra sebagai plasma hanya menyediakan kandang kapasitas hingga ekor, perlengkapan kandang dan tenaga kerja. Prosedur dan syarat untuk menjadi peternak mitra pun tidak rumit. Calon peternak mitra cukup memiliki kandang dan memiliki niat yang baik untuk usaha budidaya ayam ras pejantan. Peternak tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) pun, jika dapat dipercaya bisa menjadi peternak mitra Naratas PS. Calon peternak mitra mendatangi kantor Naratas PS yang berlokasi di Cikoneng untuk mengurus administrasi. Kemudian, pihak perusahaan yang diwakilkan oleh seorang TS menjajaki lokasi usaha calon peternak mitra. Jika calon peternak mitra telah memenuhi kriteria penilaian TS, maka proses perjanjian kerjasama pun dapat dilakukan. Perjanjian (kontrak) kerjasama pada kemitraan ini tidak dilakukan secara tertulis melainkan secara lisan. Selain itu, Naratas PS tidak menuntut jaminan dalam bentuk apapun kepada peternak mitranya. Artinya, kerjasama ini dibentuk berdasarkan asas kepercayaan dan kekeluargaan. Hal ini karena Naratas PS ingin lebih menekankan bahwa perusahaan ini merupakan milik bersama, peternak dan perusahaan saling mengetahui untung atau rugi yang dialami oleh perusahaan. Isi dari perjanjian kerjasama antara Naratas PS dengan peternak mitra yaitu semua ketetapan atau aturan yang berkaitan dengan prosedur penyediaan DOC, obat-obatan, pakan, standar umur panen, FCR, IP, besar kecilnya keuntungan yang dihitung per ekor ayam, besarnya subsidi jika mengalami kerugian, pemasaran dan sistem pembayaran yang disampaikan secara lisan. Pada proses penyediaan DOC, pakan dan pemasaran hasil ternak, peternak mitra mengunjungi kantor yang terletak di Jalan Raya Cimari Km. 8 Cikoneng, Ciamis. Jumlah DOC

42 30 disesuaikan dengan kapasitas kandang dan jumlah pakan disesuaikan dengan kebutuhan selama proses pemeliharaan. DOC dan pakan biasanya diambil sendiri oleh peternak mitra. Setiap pengambilan DOC dan pakan dicatat oleh karyawan perusahaan khususnya bagian DOC dan pakan. Kemudian, dilakukan cross check antara karyawan bagian DOC dan pakan dengan karyawan bagian administrasi dan pembukuan yang berada di kantor Cikoneng. Hal ini dilakukan agar pada saat pembukuan dan pelunasan kredit atas sapronak dapat menghasilkan hitungan yang sesuai dengan pengambilan sapronak oleh peternak mitra. Proses penyediaan obat-obatan, pelayanan administrasi, pelunasan kredit sapronak dan pembayaran keuntungan, konsultasi, serta pertemuan rutin antara peternak dengan pemilik maupun pembina, peternak mitra dapat mengunjungi kantor yang terletak di Jalan Raya Cikoneng No. 175 Cikoneng, Ciamis. Biasanya, pelunasan kredit sapronak dan pembayaran keuntungan atau biasa disebut beberes ini diberikan setelah hasil panen ayam dikirim ke bandar atau broker. Namun, terkadang ada beberapa peternak mitra melakukan pelunasan kredit sapronak dan pembayaran keuntungan seminggu setelah panen karena hal tak terduga seperti terpakai untuk memenuhi kebutuhan keluarga peternaknya (biaya sekolah, biaya hidup dan lain-lain) dan telatnya pembayaran dari bandar atau broker. Naratas PS juga memberikan ketetapan lain seperti standar umur panen ayam, nilai standar FCR, IP, besar kecilnya keuntungan dan subsidi jika mengalami kerugian. Standar umur panen ayam ras pejantan yang ditetapkan perusahaan yaitu hari, bobot panen ayam ons (kurang lebih gram), nilai FCR 2.2 dan nilai IP lebih dari 60. Sebagai inti, Naratas PS menjamin pasar hasil panen dari para peternak yang dibeli di atas harga titik impas (BEP). Biasanya, besar kecilnya keuntungan bagi peternak mitra tergantung pada kondisi harga pasar ayam ras pejantan, bobot ayam, umur panen, nilai feed convertion ratio (FCR) dan indeks performa (IP) selama periode pemeliharaan. Keuntungan dihitung dari setiap ekor ayam yang terpanen. Jika bobot dan umur panen ayam, nilai FCR dan IP baik (sesuai atau melebihi standar), serta harga pasar bagus, maka setiap peternak mitra memperoleh keuntungan Rp hingga Rp per ekor. Sebaliknya, jika terjadi kerugian atau musibah, peternak tidak dibayang-bayangi hutang karena seluruh risiko ditanggung Naratas PS selaku pihak inti. Peternak yang mengalami gagal panen atau menghasilkan bobot dan umur panen ayam, nilai FCR serta IP dibawah standar, tetap akan mendapatkan keuntungan karena adanya sistem subsidi silang yang diberikan pihak Naratas kepada peternaknya. Subsidi silang dilakukan oleh perusahaan karena mengingat peternak mitra sudah kerja dan mengeluarkan biaya untuk membeli sekam dan minyak tanah selama pemeliharaan ayam ras pejantan. Besarnya subsidi silang yang diberikan Naratas PS kepada peternak mitra yaitu Rp 400 hingga Rp 500 per ekor. Sistem subsidi silang ini merupakan salah satu cara Naratas PS dalam menjaga hubungan kekeluargaan antara perusahaan dengan peternak, menghindari kecurangan-kecurangan dan diharapkan peternak bersifat transparan terhadap perusahaan dan hasil produksi dapat berkembang semakin baik.

43 31 Analisis Kondisi Keberhasilan Kemitraan pada Naratas PS Kondisi keberhasilan kemitraan pada Naratas PS dilakukan melalui penilaian keberhasilan kemitraan dengan menggunakan visualisasi diagram radar (spider-web). Pembuatan diagram ini berdasarkan pengelompokkan kriteria keberhasilan kemitraan yang diperoleh dari pernyataan-pernyataan yang diajukan kepada pihak perusahaan Naratas PS dan peternak mitra dalam kuesioner yang menggunakan skala likert. Hasil kuesioner dengan menggunakan skala likert ini mampu menunjukkan sikap berupa persepsi atau penilaian antara Naratas PS dengan peternak mitra terhadap pencapaian keberhasilan proses kemitraannya (Lampiran 3). Kondisi pencapaian keberhasilan proses kemitraan pada Naratas PS yang disajikan pada diagram radar menunjukkan bahwa secara garis besar, persepsi mengenai pencapaian keberhasilan kemitraan dari pihak perusahaan dengan mitra tidak jauh berbeda. Hal ini terlihat dari 20 indikator pencapaian keberhasilan hanya ada beberapa indikator yang terlihat ada perbedaan penilaian antara pihak perusahaan dan peternak mitranya (Gambar 3). Indikator yang memiliki selisih atau gap terbesar yaitu indikator r (sistem pembayaran dilakukan sesuai kontrak kerjasama) sebesar Pada indikator ini, perusahaan memberikan penilaian sebesar 3.06 (setuju) sedangkan peternak mitra memberikan penilaian sebesar 3.48 (sangat setuju). Perbedaan penilaian ini karena perusahaan menganggap bahwa masih ada sebagian peternak mitra yang melakukan sistem pembayaran tidak sesuai dengan kontrak misalnya peternak mitra telat dalam pelunasan kredit atas sapronaknya. Jika ditinjau dari pihak peternak mitra, hampir seluruh peternak mitra yang menjadi responden dalam penelitian ini telah melakukan sistem pembayaran yang sesuai dengan kontrak. s t a b c r d q e p f Perusahaan Naratas PS o g Peternak mitra n h m i l k j Gambar 3 Diagram radar persepsi terhadap pencapaian keberhasilan kemitraan Naratas PS

44 32 Selisih atau gap juga terlihat pada indikator m yaitu bentuk kerjasama lengkap dan jangka panjang serta memuat ketentuan hak dan kewajiban yang jelas. Besarnya gap penilaian antara perusahaan dengan peternak mitra terhadap indikator ini sebesar Perusahaan memberikan nilai 2.71 (setuju) untuk indikator m karena perusahaan mengakui bahwa penyampaian ketentuan hak dan kewajiban antara kedua belah pihak yang bermitra dijelaskan secara lisan dengan jelas dan lengkap kepada peternak mitra. Sebaliknya, peternak mitra memberikan nilai 2.29 (tidak setuju) karena mereka merasa bahwa bentuk kerjasama yang terjalin dalam kemitraan ini belum sepenuhnya lengkap dan jelas. Terkadang, ketidakberadaan ketentuan hak dan kewajiban bermitra secara tertulis ini mengakibatkan informasi yang simpang siur dan tidak tersebar secara merata kepada semua peternak mitra. Penilaian perusahaan dan peternak mitra terhadap indikator f yaitu mutu produksi dari kemitraan menjadi lebih baik dibandingkan dengan sebelum atau di luar program kemitraan, memiliki gap penilaian sebesar Besarnya gap ini tidak terlalu jauh, baik pihak perusahaan dan peternak mitra memberikan penilaian terhadap indikator ini sebesar 3.53 dan 3.32 (sangat setuju). Keduanya merasa bahwa sebelum bermitra, peternak rakyat yang awalnya tidak mementingkan standar panen ayam ras pejantan (bobot panen, umur panen, nilai FCR dan IP) menjadi sangat peduli terhadap standar panen. Hal ini tentu dapat meningkatkan mutu produksi para peternak rakyat setelah bermitra dengan Naratas PS. Hasil dari diagram radar ini juga dapat menunjukkan kesamaan penilaian antara pihak Naratas PS dengan peternak mitra terhadap indikator keberhasilan kemitraan yang belum berhasil. Berdasarkan hasil penelitian, indikator keberhasilan kemitraan antara Naratas PS dengan peternak mitra yang belum berhasil yaitu indikator c (harga input dari perusahaan lebih murah dibandingkan dengan harga pasar) dengan penilaian dari Naratas PS dan peternak mitra sebesar 2.06 dan 1.92 (tidak setuju). Pada kenyataannya, input atau sapronak seperti DOC, pakan, dan obat-obatan disediakan oleh Naratas PS melalui sistem kredit dengan harga yang sama dengan harga pasar. Sama halnya dengan harga jual, pihak Naratas PS menetapkan harga jual ditingkat peternak yang sama dengan harga pasar, sehingga indikator d (harga jual ditingkat peternak lebih tinggi dari harga pasar) termasuk dalam kategori belum berhasil. Hal ini juga terlihat pada penilaian Naratas PS dan peternak mitra terhadap indikator d yaitu sebesar 1.94 dan 1.92 (tidak setuju). Penentuan harga input dan harga jual tersebut dilakukan oleh pihak Naratas PS tanpa adanya persetujuan dari peternak mitra, sehingga indikator s (penentuan harga dilakukan atas persetujuan peternak mitra) sebagai indikator keberhasilan kemitraan dikatakan belum berhasil. Perusahaan dan peternak mitra memberikan penilaian yang hampir sama terhadap indikator ini yaitu sebesar 2.18 dan 2.11 (tidak setuju). Selain itu, jika terjadi risiko usaha seperti kerugian karena kondisi harga pasar atau indeks performa ayam panen buruk seluruhnya ditanggung oleh Naratas PS. Pihak peternak mitra sama sekali tidak merasakan kerugian tersebut, sehingga indikator e (risiko usaha dibagi secara proporsional antara perusahaan dengan peternak mitra) belum berhasil. Penilaian yang diberikan pun menunjukkan bahwa kedua belah pihak menyatakan tidak setuju untuk indikator

45 33 keberhasilan kemitraan ini dengan nilai masing-masing sebesar 1.29 dan 1.40 (tidak setuju). Penilaian perusahaan dan peternak mitra terhadap indikator k (kontrak kerjasama yang tertulis antara perusahaan dengan peternak mitra) juga menunjukkan bahwa indikator keberhasilan kemitraan ini belum berhasil. Baik perusahaan dan peternak mitra memberikan nilai 1.00 dan 1.08 yang menyatakan bahwa kedua belah pihak sangat tidak setuju atas indikator k. Hal ini karena, kontrak kerjasama antara pihak Naratas PS dan peternak mitra memang hanya disampaikan secara lisan tanpa ada bukti secara tertulis yang disahkan secara hukum. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Kemitraan Pada bagian ini akan dibahas mengenai faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan yang merupakan jawaban dari hipotesis penelitian. Model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan Naratas PS dengan peternak mitra yaitu model fungsi regresi linear berganda. Model ini dipilih karena dapat menjelaskan pengaruh beberapa variabel atau peubah bebas terhadap variabel atau peubah terikat. Variabel-variabel bebas yang diduga mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kemitraan dalam penelitian ini terdiri dari 8 variabel bebas yaitu usia, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, dukungan fasilitas, sarana dan prasarana, dukungan teknologi, saling menghargai, saling ketergantungan, dan transparansi informasi. Masing-masing peubah diuji menggunakan uji regresi linear berganda dengan satu variabel terikat yaitu keberhasilan kemitraan. Variabel usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman beternak merupakan faktor internal yang memengaruhi keberhasilan kemitraan. Dukungan fasilitas, sarana dan prasarana merupakan faktor eksternal yang memengaruhi keberhasilan kemitraan, sedangkan saling menghargai, saling ketergantungan, dan transparansi informasi merupakan elemen pendukung kemitraan. Sebelum dilakukan pengujian model, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang sesuai dengan OLS untuk diuji secara statistik. Berdasarkan hasil analisis, pendugaan model fungsi keberhasilan kemitraan antara Naratas PS dengan peternak mitra secara statistik telah memenuhi asumsi OLS yang dapat dilihat pada Tabel 11 dan Lampiran 4. Asumsi OLS yang terpenuhi yaitu: 1. Tidak adanya multikolinier diantara variabel bebas karena masingmasing variabel bebas memiliki nilai VIF < Ragamnya homogen, dilihat dari scatterplot yang menunjukkan titiktitik residual dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat menyebar dan tidak membentuk pola tertentu. 3. Komponen errornya menyebar normal dilihat dari histogram yang berbentuk seperti lonceng tidak cenderung di salah satu sisi.

46 34 Tabel 11 Hasil pendugaan fungsi keberhasilan kemitraan antara Naratas PS dengan peternak mitra Variabel Koefisien Standar Nilai t-hitung Regresi Error Signifikansi VIF Konstanta Usia (X1.1) Tingkat Pendidikan (X1.2) Pengalaman beternak (X1.3) * Dukungan fasilitas (X2.1) * Dukungan teknologi (X2.2) Saling menghargai (X3.1) Saling ketergantungan (X3.2) * Transparansi informasi (X3.3) *) berpengaruh signifikan f y α b Berdasarkan hasil penelitian, pendugaan model fungsi keberhasilan kemitraan antara Naratas PS dengan peternak mitra sebagai berikut: X X X X X X X X Keberhasilan Kemitraan (Y) Keberhasilan kemitraan pada penelitian ini merupakan variabel terikat yang diuraikan dalam aspek proses manajemen kemitraan (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan efektivitas kerjasama) dan aspek manfaat (secara ekonomi, teknis dan sosial). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai keberhasilan kemitraan dari 75 peternak responden sebesar Artinya, kemitraan antara Naratas PS dengan peternak mitra tergolong pada kategori kemitraan Prima Utama karena nilai rata-rata lebih dari 750 (semakin mendekati 1000). Kategori kemitraan Prima Utama ini merupakan kemitraan jangka panjang dimana pihak inti menyediakan sarana produksi pertanian, manajemen hingga pemasaran hasil yang menunjukkan keberhasilan kemitraan yang memenuhi prinsip win-win solution. Dukungan Fasilitas (X2.1) Dukungan fasilitas memiliki nilai koefisien positif yang paling besar diantara faktor-faktor lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan fasilitas paling responsif terhadap peningkatan keberhasilan kemitraan. Selain itu, dukungan fasilitas berpengaruh nyata terhadap keberhasilan kemitraan, sehingga semakin tinggi dukungan fasilitas maka keberhasilan kemitraan semakin meningkat. Dukungan fasilitas yang disediakan oleh perusahaan Naratas PS telah dirasakan oleh semua peternak responden. Rata-rata nilai hasil kuesioner dari 75 peternak responden terhadap dukungan fasilitas sebesar 2.93 yang artinya bahwa dukungan fasilitas yang

47 35 diberikan Naratas PS sudah mendukung kegiatan usaha peternak mitranya. Adanya dukungan fasilitas ini dapat meningkatkan keberlangsungan usaha dan kontinuitas hasil produk, sehingga efektifitas kerjasama dalam kemitraan semakin terealisasikan dengan baik. Dukungan fasilitas yang biasanya diberikan oleh perusahaan berupa penyediaan sapronak seperti DOC, pakan dan obat-obatan. Adapula beberapa peternak responden yang diberikan pinjaman oleh Naratas PS untuk membuat bangunan kandang dalam usaha ternaknya. Saling Ketergantungan (X3.2) Saling ketergantungan memiliki nilai positif dan berpengaruh nyata terhadap keberhasilan kemitraan, sehingga semakin tinggi rasa saling ketergantungan maka keberhasilan kemitraan semakin meningkat. Saling ketergantungan ini direalisasikan melalui mekanisme penanggungan biaya atas modal usaha ternak, pemanfaatan teknologi yang diberikan pihak perusahaan kepada peternak mitra, dan mekanisme penanggungan risiko usaha. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata nilai terhadap variabel ini sebesar 2.77 yang artinya bahwa antara Naratas PS dengan peternak mitra sudah saling ketergantungan. Pada umumnya, peternak mitra menanggung biaya kandang, sedangkan sapronak disediakan oleh perusahaan dengan sistem kredit dan biaya pemasaran ditanggung oleh perusahaan. Selain itu, teknologi yang ada sepenuhnya disediakan oleh Naratas PS sebagian besar telah dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh peternak responden. Risiko kegagalan usaha peternakan ayam ras pejantan sepenuhnya ditanggung oleh Naratas PS. Hal ini membuat peternak mitra merasa ketergantungan terhadap tanggungan biaya, penyediaan teknologi dan tanggungan risiko dari Naratas PS. Disisi lain, perusahaan memberikan penyediaan teknologi, penanggungan biaya modal dan risiko ini agar pihak peternak mitra berkeinginan untuk melanjutkan kerjasama dan memberikan kontinuitas hasil produksi kepada Naratas PS. Pengalaman Beternak (X1.3) Pengalaman beternak memiliki nilai koefisien yang positif. Pengalaman beternak ini berpengaruh nyata terhadap keberhasilan kemitraan antara Naratas PS dengan peternak mitra. Hal ini karena, semakin lama peternak mitra dalam menjalankan usaha ternaknya semakin banyak pula pengalaman usahanya. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata peternak responden telah beternak ayam ras pejantan selama 4 tahun. Sebagian besar, performa ayam dari peternak responden yang masih dalam tahun awal beternak tidak terlalu baik. Umur, bobot panen ayam, nilai FCR dan IP masih dibawah standar yang ditetapkan perusahaan. Sebaliknya, peternak responden yang sudah cukup lama beternak menghasilkan hasil panen yang cukup memenuhi standar bahkan ada yang melebihi standar perusahaan. Usia (X1.1) Usia memiliki nilai koefisien yang negatif, sehingga semakin peternak bertambah usianya (semakin tua), maka semakin tidak produktif dalam melakukan

48 36 kegiatan usaha ternaknya. Hal ini karena rentang usia produktif seseorang yaitu tahun, lebih dari usia tersebut maka seseorang dikatakan semakin tidak produktif. Jika peternak tidak produktif, maka kontinuitas, produktivitas dan mutu hasil produksi akan menurun sehingga mengakibatkan penurunan tingkat keberhasilan kemitraan. Berdasarkan hasil penelitian, kisaran usia peternak mitra yaitu tahun masih dalam rentang usia produktif dengan usia rata-rata yaitu 41 tahun. Seharusnya, usia peternak dibawah 41 tahun lebih produktif dibandingkan peternak yang berusia diatas 41 tahun. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan beberapa peternak yang berusia diatas 41 tahun semakin produkktif dilihat dari indeks performa yang dicapai melebihi standar perusahaan dan sangat berpengalaman dalam usaha ternak. Adapula peternak dengan usia diatas 41 tahun ini yang tidak produktif. Peternak usia dibawah 41 tahun ada yang semakin produktif dan ada juga yang tidak produktif dilihat dari performa hasil panen ayam dan pengalaman usaha ternaknya. Hal ini mengakibatkan variabel usia tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan kemitraan. Tingkat Pendidikan (X1.2) Tingkat pendidikan memiliki koefisien yang positif, sehingga semakin tinggi pendidikan peternak, maka semakin tinggi pula pengetahuan dan keahliannya dalam melakukan kegiatan usaha ternaknya. Sebagian besar, peternak responden memiliki tingkat pendidikan SD (6 tahun) dan SMP (9 tahun). Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa peternak responden dengan tingkat pendidikan SD memiliki pengetahuan dan keterampilan usaha ternak ayam ras pejantan lebih baik dibandingkan dengan peternak yang memiliki tingkat pendidikan SMP, SMA maupun D3. Hal ini terlihat dari kontinuitas, produktivitas dan mutu hasil panen ayamnya. Tetapi ada juga peternak yang berpendidikan SMP, SMA, D3 menghasilkan kontinuitas, produktivitas dan mutu hasil panen ayam yang lebih baik dibandingkan dengan peternak yang berpendidikan SD. Oleh sebab itu, variabel pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan kemitraan. Dukungan Teknologi (X2.2) Dukungan teknologi memiliki nilai koefisien positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor atas dukungan teknologi, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan kemitraan. Bentuk dukungan teknologi yang biasanya diberikan oleh perusahaan Naratas PS berupa teknologi budidaya, sistem pemasaran dan kelembagaan dalam usaha ternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai variabel ini sebesar 3.33 yang artinya dukungan teknologi yang diberikan Naratas PS sangat mendukung usaha peternak mitranya. Namun, masih ada peternak yang diberi dukungan teknologi lebih dari 3 aspek (pakan, obat-obatan, pemeliharaan, pemasaran dll) akan tetapi memberikan nilai keberhasilan kemitraan yang kecil kisaran dan ada juga peternak yang memberikan nilai keberhasilan kemitraan yang tinggi kisaran Sehingga, dukungan teknologi ini belum berpengaruh nyata terhadap keberhasilan kemitraan.

49 37 Saling Menghargai (X3.1) Saling menghargai direpresentasikan dalam bentuk ketaatan peternak dalam memenuhi standar panen perusahaan misalnya umur dan bobot panen, nilai FCR dan nilai IP. Variabel ini memiliki nilai koefisien positif yang artinya semakin taat dalam memenuhi standar panen perusahaan, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan kemitraan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai variabel ini sebesar 3.93 yang artinya antara Naratas PS dengan peternak mitra sudah sangat saling menghargai. Akan tetapi, ada peternak mitra yang memenuhi dan melebihi standar panen, merasakan keberhasilan kemitraan yang cukup tinggi (kisaran ) dan ada juga yang memberikan nilai yang cukup kecil (kisaran ) ataupun sebaliknya. Oleh sebab itu, variabel saling menghargai belum berpengaruh nyata terhadap terhadap keberhasilan kemitraan. Transparansi Informasi (X3.3) Transparansi informasi memiliki nilai koefisien positif yang artinya semakin tinggi skor atas transparansi informasi, maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan kemitraan. Variabel ini dideskripsikan melalui banyaknya transparansi informasi seperti informasi teknologi, kebijakan, harga, kualitas, pendapatan dan risiko kegagalan usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ratarata nilai variabel ini sebesar 3.46 yang artinya pihak perusahaan sangat transparan dalam menyampaikan semua informasi terkait kegiatan kemitraan dan usaha. Peternak responden yang merasakan banyaknya transparansi informasi cenderung memberikan nilai yang cukup tinggi, tetapi ada juga yang memberikan nilai kecil terhadap keberhasilan kemitraan. Namun, ada juga peternak responden yang merasakan kurangnya transparansi informasi memberikan nilai cukup tinggi terhadap keberhasilan kemitraan. Sehingga, variabel transparansi informasi untuk penelitian ini belum berpengaruh nyata terhadap keberhasilan kemitraan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Kemitraan yang dijalankan oleh Naratas PS dengan peternak mitra yaitu kemitraan dengan pola makloon. Kemitraan dengan pola ini merupakan kerjasama antara pihak perusahaan inti dengan plasma dimana Naratas PS sebagai perusahaan inti menyediakan sapronak melalui sistem kredit, pembinaan dan jaminan pasar kepada peternak sebagai pihak plasma. Peternak plasma cukup menyediakan kandang dengan kapasitas sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh Naratas PS, tenaga kerja, dan peralatan serta perlengkapan kandang. Sistem kemitraan yang terjalin berdasarkan asas kekeluargaan dan kepercayaan, sehingga peternak plasma tidak perlu memiliki agunan dalam bentuk apa pun. Syarat dan prosedur kemitraan tergolong sederhana, lengkap dan praktis. Akan tetapi, perjanjian kerjasama antara pihak Naratas PS dengan peternak plasma tidak dilakukan secara tertulis melainkan disampaikan secara

50 38 lisan. Peternak plasma tidak akan merasakan kerugian karena seluruh kerugian usaha ditanggung oleh Naratas PS. Naratas PS membeli hasil panen ayam dari peternak diatas harga BEP. Besar kecilnya keuntungan yang diperoleh peternak plasma dihitung per ekor ayam yang ditentukan dari performa ayam panen seperti umur, bobot panen, nilai FCR dan IP. Jika kondisi harga dan performa ayam panen bagus, keuntungan peternak pun tinggi. Sebaliknya jika kondisi harga ayam dan performa ayam panen buruk, peternak masih mengalami keuntungan walaupun kecil karena adanya sistem subsidi silang yang diterapkan oleh Naratas PS. Secara garis besar, pencapaian keberhasilan kemitraan antara Naratas PS dengan peternak plasma sudah baik. Hal ini terlihat dari sedikitnya selisih atau gap penilaian antara Naratas PS dengan peternak mitranya. Perbedaan persepsi terhadap indikator keberhasilan kemitraan yang memiliki gap cukup besar terdapat pada indikator 1) sistem pembayaran dilakukan sesuai kontrak kerjasama; 2) bentuk kerjasama lengkap dan jangka panjang serta memuat ketentuan hak dan kewajiban yang jelas; dan 3) mutu produksi dari kemitraan menjadi lebih baik dibandingkan dengan sebelum atau di luar program kemitraan. Selain itu, indikator keberhasilan kemitraan yang belum berhasil terdapat pada indikator 1) harga input dari perusahaan lebih murah dibandingkan dengan harga pasar; 2) harga jual ditingkat peternak lebih tinggi dari harga pasar; 3) risiko usaha dibagi secara proporsional antara perusahaan dengan peternak mitra; 4) kontrak kerjasama yang tertulis antara perusahaan dengan peternak mitra; dan 5) penentuan harga dilakukan perusahaan atas persetujuan peternak mitra. 2. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap keberhasilan kemitraan antara Naratas PS dengan peternak plasma terdapat pada dukungan fasilitas, saling ketergantungan dan pengalaman beternak. Ketiga faktor yang berpengaruh secara nyata tersebut memiliki pengaruh positif terhadap keberhasilan kemitraan. Faktor yang paling responsif dalam memengaruhi keberhasilan kemitraan yaitu faktor dukungan fasilitas karena faktor ini memiliki nilai koefisien tertinggi dibandingkan faktor lain yang berpengaruh nyata. Dukungan fasilitas yang disediakan oleh perusahaan Naratas PS telah dirasakan oleh semua peternak responden. Adanya dukungan fasilitas ini dapat meningkatkan keberlangsungan usaha dan kontinuitas hasil produk, sehingga efektifitas kerjasama dalam kemitraan semakin terealisasikan dengan baik. Dukungan fasilitas yang biasanya diberikan oleh perusahaan berupa penyediaan sapronak seperti DOC, pakan dan obat-obatan. Adapula beberapa peternak responden yang diberikan pinjaman oleh Naratas PS untuk membuat bangunan kandang dalam usaha ternaknya. Faktor lain seperti usia, tingkat pendidikan, dukungan teknologi, saling menghargai dan transparansi informasi tidak memengaruhi keberhasilan kemitraan secara nyata. Saran 1. Naratas PS seharusnya memperbaiki atau melengkapi kontrak kerjasama dengan peternak plasma, sehingga aspek-aspek penting dalam kontrak kerjasama terpenuhi. Aspek-aspek penting yang harus terpenuhi dalam suatu kontrak kerjasama diantaranya; a) kepentingan kedua belah pihak yang

51 39 bermitra dinyatakan dan dilindungi, b) biaya kontrak kerjasama yang lebih murah, c) kontrak dinyatakan dengan tegas (dalam kontrak tertulis) sehingga terjamin keabsahan dan kepastiannya serta mampu memberikan kekuatan hukum untuk kedua belah pihak yang bermitra, d) adanya skema penyelesaian sengketa (pelanggaran yang dilakukan oleh salah satu pihak yang bermitra), dan e) Addendum yaitu adanya penambahan pernyataan atau peraturan dalam kontrak kerjasama karena belum diatur dalam perjanjian pokoknya. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mengurangi kesenjangan atau gap penilaian antara Naratas PS dengan peternak plasma terhadap pencapaian keberhasilan kemitraan yang terjalin. 2. Pihak perusahaan sebaiknya lebih memerhatikan dukungan fasilitas seperti dalam penyediaan sapronak (DOC, pakan dan obat-obatan) dan pinjaman untuk membuat bangunan kandang. Perusahaan perlu juga memerhatikan rasa saling ketergantungan melalui penanggungan biaya atas modal usaha ternak, pemanfaatan teknologi yang diberikan pihak perusahaan kepada peternak mitra, dan mekanisme penanggungan risiko usaha. Hal ini karena kedua faktor tersebut berpengaruh nyata dan pengaruhnya positif terhadap keberhasilan kemitraan. Peternak yang memiliki pengalaman usaha ternak ayam ras pejantan juga patut diperhatikan, karena faktor ini berpengaruh nyata dan positif terhadap keberhasilan kemitraan. 3. Untuk peneliti yang memiliki topik sama dengan penelitian ini, bisa memasukkan variabel lain yang belum digunakan dalam pendugaan model fungsi keberhasilan kemitraan. Variabel lain tersebut diantaranya dukungan aparat pemerintah setempat, karakteristik kemitraan (kejelasan program, efektivitas pembinaan, kinerja fasilitator), dan partisipasi peternak (lingkup keterlibatan, bentuk kontribusi). DAFTAR PUSTAKA Anep Ayam ras pedaging: budidaya pejantan lebih menguntungkan [komunikasi singkat]. Berita Jabar. [diunduh 2016 Januari 20]. Tersedia pada: Anshory DR Komparasi Pendapatan Usahaternak Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [BI] Bank Indonesia Klaster Ayam Ras di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Tasikmalaya (ID): BI. Fitrifani E Analisis Kemitraan dan Efisiensi Ekonomi Usaha Ternak Ayam Broiler di Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

52 40 Gujarati D Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid 1. Mulyadi J, penerjemah; Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Basic Econometric. Ed ke-iii. Hafsah MJ Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi. Jakarta (ID): Pustaka Sinar Harapan. Hastuti R Pola Kemitraan Plasma-Inti pada Koperasi Peternak Unggas (KPU) Mitra Jaya Priangan Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung [skripsi]. Bogor (ID): Pertanian Bogor. Hasyim H Pengembangan Kemitraan Agribisnis: Konsep, Teori dan Realita dalam Ekonomi Biaya Transaksi. Lampung (ID): Pusat Penerbitan Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Julianto Melindungi peternak unggas dalam pola kemitraan inti plasma [konunikasi singkat]. Tabloid Sinartani Online. [diunduh 2015 Oktober 11]. Tersedia pada: Kartika D Analisis Kemitraan Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging PT Inti Agro Prospek [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Listiana I Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Keberhasilan Kemitraan Penggemukan Sapi Potong antara PT. Great Giant Livestock Company (GGLC) dan Peternak Sapi di Kabupaten Lampung Tengah [tesis]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret. Maulana ML Analisis Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan Inti Plasma (Studi Kasus Peternak Plasma dari Tunas Mekar Farm di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Mursidin, Sudirman I, Baba S Keberhasilan usaha kemitraan peternak ayam broiler (ayam ras pedaging) di Kabupaten Gowa. E-Journal Universitas Hasanuddin. [internet]. [diunduh 2015 September 26]. Tersedia pada: Pratiwi YS Kajian Pelaksanaan Kemitraan antara Petani dengan Perusahaan dalam Mengembangkan Usahatani dan Strategi Pemasaran Sayuran Substitusi Impor (Studi Kasus: Petani Mitra Cibodas Mandiri Kec. Pacet, Kab. Cianjur, Jawa Barat). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Priyono BS, Nufus N, K Dessy Performan pelaksanaan kemitraan PT Primatama Karya Persada dengan peternak ayam ras pedaging di kota Bengkulu. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. [internet]. [diunduh 2015 Oktober 11];6(2): Tersedia pada: [Pusdalisbang] Pusat Data dan Analisa Pembangunan Jawa Barat Jawa Barat Dalam Angka. [internet]. [diunduh 2015 September 26]. Tersedia pada:

53 Jawa Barat Dalam Angka. [internet]. [diunduh 2015 September 26]. Tersedia pada: Jawa Barat Dalam Angka. [internet]. [diunduh 2015 September 26]. Tersedia pada: Jawa Barat Dalam Angka. [internet]. [diunduh 2015 September 26]. Tersedia pada: 4. Jawa Barat Dalam Angka. [internet]. [diunduh 2016 Maret 12]. Tersedia pada: 5. Jawa Barat Dalam Angka. [internet]. [diunduh 2016 Maret 12]. Tersedia pada: Rustandi Y, Isyunani, Likah S Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan kemitraan pembenihan jagung antara PT DuPONT Indonesia dengan petani jagung di Kecamatan Pakis Kabupaten Malang. Jurnal. [internet]. [diunduh 2015 Oktober 10]. Tersedia pada: malang.ac.id/pdf/analisis-faktor-terhadap-keberhasilan-kemitraan- Pembenihan-Jagung.pdf. Saodah O Analisis Pola Kemitraan dan Kelayakan Usaha Peternak Plasma pada Kegiatan Agribisnis Ayam Broiler (Studi Kasus di Desa Purwasari Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Saptana, Daryanto A Dinamika Kemitraan Usaha Agribisnis Berdaya saing dan Berkelanjutan. Bogor (ID): Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Simamora B Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. [SPI] Serikat Petani Indonesia Tentang pembaruan agrarian dan pembangunan pedesaan [ulasan]. Publikasi SPI. [diunduh 2015 Oktober 11]. Tersedia pada: http// Sumarno, Hartono B, Nugroho BA, Utami HD v partnership farming system of broiler industry in Gerbangkertasusila, East Java, Indonesia. Journal of Economics and Sustainable Development. [internet]. [diunduh 2016 Januari 18];4(10): Tersedia pada:

54 42 LAMPIRAN Lampiran 1 Panduan pertanyaan penelitian ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBERHASILAN KEMITRAAN PETERNAKAN AYAM RAS PEJANTAN DI NARATAS PS CIAMIS PANDUAN PERTANYAAN Untuk Mengetahui Gambaran Perusahaan, Proses dan Kinerja Kemitraan Oleh Dieny Astri Utami Hari/Tanggal Wawancara : Nomor Responden : Nama Responden : Jabatan di Perusahaan : Alamat : DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

55 43 I. Pertanyaan terkait profil usaha 1. Sejak kapan perusahaan mulai berdiri? 2. Alasan berdirinya perusahaan? 3. Dimanakah lokasi kantor pertama kali didirikan dan pernahkah berpindah tempat, alasannya? 4. Berapa karyawan yang dimiliki saat perusahaan didirikan dan hingga saat ini? 5. Berapa peternak plasma yang dimiliki pada awal berdiri dan hingga saat ini? 6. Siapa saja rekan/mitra dalam hal menyediakan faktor-faktor produksi ayam ras pejantan di perusahaan? 7. Bagaimana struktur organisasi perusahaan? II. Pertanyaan terkait proses kemitraan A. Perencanaan 1. Sejak kapan kemitraan dengan peternak dilaksanakan? 2. Apa yang mendorong perusahaan melaksanakan kemitraan dengan peternak? 3. Apa sasaran perusahaan melakukan kemitraan dengan peternak? 4. Apa tindakan yang dilakukan perusahaan dalam melakukan kemitraan dengan peternak? 5. Tujuan apa yang ingin dicapai dengan adanya kemitraan? 6. Pola kemitraan seperti apa yang dijalankan oleh perusahaan dengan peternak? 7. Bagaimana prosedur/mekanisme kemitraan yang dilakukan oleh perusahaan? 8. Apa persyaratan peternak untuk dapat bekerjasama dengan perusahaan? 9. Apakah perusahaan mencari tahu data dan informasi berakitan dengan ayam ras pejantan, potensi sumberdaya yang mendukung, tingkat penguasaan teknologi, permodalan, pengalaman usaha ternak yang dimiliki oleh peternak mitra? 10. Apakah perusahaan menanyakan atau mencari tahu kebutuhan peternak mitra? 11. Apakah perusahaan mencari tahu data dan informasi berkaitan dengan risiko usahatani yang dijalankan oleh peternak mitra (misalnya: risiko terkena penyakit dan lain-lain)? 12. Apakah perusahaan menjelaskan secara sistematik dan terperinci mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dalam kemitraan yang terjalin? 13. Apakah peternak mitra dilibatkan dalam penyusunan rancangan kegiatan kemitraan oleh perusahaan? 14. Apakah perusahaan mengadakan pertemuan usaha atau perundingan sebelum terjadi kontrak kerjasama? 15. Apakah ada komunikasi awal sebelum bermitra dengan peternak mitra mengenai keuntungan bermitra? 16. Apakah perusahaan dan peternak mitra bersama-sama menetapkan tujuan dan target dalam kemitraan yang terjalin? 17. Apakah perusahaan dan peternak mitra mempersiapkan tindakan atau kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan dan target program kemitraan?

56 44 B. Pengorganisasian 1. Divisi/bagian mana yang terkait dengan program kemitraan dengan peternak? 2. Adakah bagian dari perusahaan yang secara khusus menangani pembinaan kepada peternak mitra? 3. Apakah perusahaan membentuk bagian khusus untuk menangani hubungan kemitraan (misalnya: penanggung jawab umum dalam penyediaan pakan, DOC, obat-obatan, sarana produksi perternakan dll)? 4. Apakah ada perjanjian tertulis yang mencantumkan hak dan kewajiban peternak mitra dalam kemitraan dengan perusahaan? 5. Bagaimana bentuk perjanjian kerjasama kemitraan antara perusahaan dengan peternak? 6. Apa hak dan kewajiban peternak mitra dan perusahaan? C. Pelaksanaan dan Efektivitas Kerjasama 1. Apakah perusahaan memberikan bimbingan/pembinaan khususnya dalam teknik dan teknologi budidaya? Bagaimana bentuk pembinaan/bimbingan yang diberikan perusahaan? 2. Apakah perusahaan memberikan bantuan dalam permodalan? Bagaimana bantuan permodalan yang diberikan kepada peternak mitra? 3. Adakah pendampingan secara teknis/non teknis dari perusahaan saat budidaya dan panen ayam ras pejantan? 4. Apakah perusahaan memberikan sarana produksi kepada peternak mitra? Bagaimana penyediaan sarana dan prasarana produksi untuk peternak mitra? 5. Apakah peternak mitra harus memberikan jaminan dalam kemitraan dengan perusahaan? 6. Apakah pemberian modal dan sarana produksi dari perusahaan dapat dioptimalkan oleh peternak mitra untuk menjalankan usahaternaknya? 7. Apakah ada pembagian risiko usahaternak antara perusahaan dengan peternak mitra? 8. Apakah perusahaan mengevaluasi kemajuan yang dirasakan oleh peternak mitra setelah panen? 9. Apakah perusahaan memberikan informasi mengenai harga input produksi, insentif/bonus, Standard Operational Product (SOP) kemitraan seperti tatalaksana pemeliharaan ayam ras pejantan, FCR (feed convertion ratio), dan IP (indeks performan)? 10. Apakah perusahaan ikut serta dalam menentukan harga produk peternak mitra? 11. Apakah dalam pelaksanaan kemitraan, peternak mitra menjual semua hasil produknya kepada perusahaan? Mengapa hal tersebut dilakukan? 12. Bagaimana bentuk pengawasan atau kontrol yang dilakukan perusahaan atas bantuan modal, DOC, pakan, obat-obatan, sarana produksi peternakan dll yang diberikan? 13. Kendala apa saja yang pernah dihadapi selama menjalankan kemitraan dan apa solusi yang dilakukan perusahaan untuk mengatasi kendala tersebut? 14. Bagaimana prosedur pengembalian modal kredit yang diberikan kepada peternak mitra?

57 45 Lampiran 2 Kuesioner penelitian KUESIONER PENELITIAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBERHASILAN KEMITRAAN PETERNAKAN AYAM RAS PEJANTAN DI NARATAS PS CIAMIS Oleh Dieny Astri Utami Hari/Tanggal Wawancara : Nomor Responden : Nama Responden : Alamat : Desa/Kelurahan : Kecamatan : Kabupaten : Provinsi : DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

58 46 A Identitas Responden 1 Nama peternak : 2 Umur : tahun 3 Pendidikan terakhir : tahun 4 Lamanya usaha ternak ayam ras pejantan : tahun 5 Lamanya bermitra : tahun 6 Lokasi usaha peternakan : B Pertanyaan terkait usaha ternak dan kemitraan 1 Kapasitas kandang : Skala usaha (jumlah ayam yang diternak per periode usaha) 2 Sebelum bermitra : ekor 3 Setelah bermitra : ekor Saling menghargai (cross check standard IP dan FCR) 13 Bobot timbang saat panen (bobot ayam dari seluruh populasi saat panen) 14 Jumlah pakan yang dikonsumsi seluruh ayam per periode usaha 15 Jumlah ayam awal atau saat DOC masuk (check in) kandang : : : kg kg ekor 16 Jumlah ayam saat dipanen : ekor 17 Jumlah ayam mati : ekor 18 Umur panen ayam : hari 19 Dibeli oleh Naratas PS dengan harga 20 Limbah yang dihasilkan : : Rp 21 Bentuk pengolahan limbah : Saling ketergantungan 22 Risiko kegagalan usaha : 23 Penanggung risiko : 24 Proporsi penanggungan risiko :

59 Dukungan fasilitas ketersediaan sarana dan prasarana 1. Bagaimana mekanisme penyediaan pakan dalam usaha ternak ayam Anda? a. Disediakan sendiri tanpa bantuan/pinjaman b. Disediakan oleh mitra c. Disediakan pinjaman oleh mitra d. Disediakan pinjaman dan dibina untuk membuat pakan sendiri 2. Bagaimana mekanisme penyediaan obat-obatan dalam usaha ternak ayam Anda? a. Disediakan sendiri tanpa bantuan/pinjaman b. Disediakan oleh mitra c. Disediakan pinjaman dan mencari obat sendiri d. Disediakan pinjaman oleh mitra 3. Bagaimana mekanisme pengadaan bangunan kandang dalam usaha ternak ayam Anda? a. Disediakan sendiri tanpa bantuan/pinjaman b. Disediakan oleh mitra c. Diberi pinjaman untuk membuat kandang d. Diberi pinjaman dan kandang ditentukan mitra 26. Dukungan teknologi 4. Apakah Anda mendapatkan dukungan teknologi budidaya (pakan, obatobatan, pemeliharaan dll) dari Naratas PS? a. Tidak ada b. Ada 1 aspek c. Ada 2-3 aspek d. > 3 aspek 27. Saling menghargai (ketaatan dalam melaksanakan peraturan kemitraan) 5. Apakah antara peraturan standar panen (FCR, IP) yang ditetapkan oleh Naratas PS dengan hasil panen Anda sudah sesuai? a. Tidak sesuai sama sekali b. Hanya 50 % dari standar yang tercapai c. Hanya 75 % dari standar yang tercapai d. > 75 % dari standar telah tercapai 28. Saling ketergantungan 6. Bagaimana mekanisme penanggungan biaya atas pengadaan modal usaha yang dilakukan pada kemitraan ini? a. Seluruh biaya ditanggung peternak b. Seluruh biaya ditanggung peternak dengan mendapat pinjaman c. Peternak menanggung biaya kandang, pakan, obat-obatan dan DOC yang lain di tanggung perusahaan d. Peternak menanggung biaya kandang, pakan, obat-obatan dan DOC yang lain ditanggung perusahaan dan kerugian diatasi bersama 7. Apakah teknologi yang disediakan oleh pihak Naratas PS telah dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Anda dan peternak lainnya? a. Tidak ada teknologi dari Naratas PS yang dimanfaatkan peternak b. Peternak mencari teknologi sendiri diluar kemitraan

60 48 c. Teknologi belum dimanfaatkan secara baik d. Teknologi yang ada sepenuhnya disediakan oleh Naratas PS dan peternak memanfaatkan sebaik-baiknya untuk kegiatan kemitraan 8. Bagaimana mekanisme dalam penanggungan risiko usaha peternakan ayam ras pejantan antara Naratas PS dengan Anda selaku peternak plasma? a. Sepenuhnya ditanggung peternak b. Sepenuhnya ditanggung Naratas PS c. Hanya sebagian kerugian yang ditanggung Naratas PS d. Seluruh kegagalan dan kerugian ditanggung bersama antara peternak dan Naratas PS 29. Transparansi Informasi 9. Apakah ada transparansi informasi teknologi dalam kemitraan ini? a. Tidak ada b. Ada 1 aspek c. Ada 2 3 aspek d. > 3 aspek 10. Apakah ada transparansi informasi kebijakan mengenai: harga, pasar, risiko kegagalan, pengembalian modal dll dalam kemitraan ini? a. Tidak ada b. Ada 1 aspek c. Ada 2 3 aspek d. > 3 aspek 11. Apakah ada transparansi informasi pasar (pasar lokal, pasar pusat, pemasaran ternak, pemasaran hasil limbah, pasar pakan dan obat-obatan dll) dalam kemitraan ini? a. Tidak ada b. Ada 1 aspek c. Ada 2 3 aspek d. > 3 aspek 12. Apakah ada transparansi informasi harga seperti harga DOC, pakan, obatobatan dll dalam kemitraan ini? a. Tidak ada b. Ada 1 aspek c. Ada 2-3 aspek d. > 3 aspek 13. Apakah ada transparansi informasi kualitas seperti standar FCR, bobot ayam kesehatan, kualitas kandang dan pakan dalam kemitraan ini? a. Tidak ada b. Ada 1 aspek c. Ada 2-3 aspek d. > 3 aspek

61 49 Kuesioner terkait keberhasilan kemitraan melalui tingkat hubungan kemitraan Berilah tanda silang (X) pada pilihan yang paling sesuai No FAKTOR YANG DINILAI ASPEK PROSES MANAJEMEN KEMITRAAN 1 PERENCANAAN A. Perencanaan Kemitraan (1) Bila penyusunan rencana dilakukan oleh Naratas PS bersama mitra peternak (2) Bila penyusunan rencana dilakukan oleh Naratas PS secara sepihak (3) Bila penyusunan rencana dilakukan oleh mitra peternak B. Kelengkapan Perencanaan (1) Bila lingkup perencanaan meliputi enam aspek (pemasaran, pembinaan teknologi, bimbingan, sarana produksi peternakan, prasarana peternakan dan permodalan) (2) Bila lingkup perencanaan meliputi lima aspek (pemasaran, pembinaan teknologi, bimbingan, sarana produksi peternakan dan pra sarana peternakan) (3) Bila lingkup perencanaan meliputi empat aspek (pemasaran, pembinaan teknologi, bimbingan, sarana produksi peternakan) (4) Bila lingkup perencanaan meliputi tiga aspek (pemasaran, pembinaan teknologi, bimbingan) (5) Bila lingkup perencanaan meliputi dua aspek (pemasaran, pembinaan teknologi) (6) Bila lingkup perencanaan meliputi salah satu aspek pemasaran atau aspek lainnya 2 PENGORGANISASIAN Bidang Khusus (1) Bila ada bidang khusus atau unit khusus yang menangani kegiatan kemitraan (2) Bila tidak ada bidang khusus atau unit khusus yang menangani kegiatan kemitraan Kontrak Kerjasama a. Keberadaan (1) Bila ada kontrak kerjasama antara Naratas PS dengan peternak mitra secara tertulis (2) Bila tidak ada kontrak kerjasama antara Naratas PS dengan peternak mitra secara tertulis melainkan secara lisan (3) Bila tidak ada kontrak kerjasama antara Naratas PS dengan peternak mitra secara tertulis maupun lisan b. Isi kontrak kerjasama (1) Bila meliputi aspek kualitas, produktivitas, kontinuitas hasil, harga, sistem pembayaran, sarana produksi, permodalan dan sanksi (2) Bila hanya sebagian besar dari delapan aspek di atas termuat dalam isi kontrak kerjasama (3) Bila tidak memuat ke delapan aspek di atas dalam kontrak kerjasama 49

62 50 50 No FAKTOR YANG DINILAI c. Bentuk kerjasama (1) Bila lengkap dan jangka panjang serta memuat ketentuan hak dan kewajiban yang jelas (2) Bila lengkap dan jangka panjang namun tidak memuat ketentuan hak dan kewajiban yang jelas (3) Bila sederhana, jangka panjang dan memuat ketentuan hak dan kewajiban yang jelas lengkap dan jangka panjang serta memuat ketentuan hak dan kewajiban yang jelas (4) Bila sederhana, jangka panjang dan tidak memuat ketentuan hak dan kewajiban yang jelas (5) Bila lengkap, jangka pendek dan memuat ketentuan dan kewajiban yang jelas (6) Bila lengkap, jangka pendek namun tidak memuat ketentuan dan kewajiban yang jelas (7) Bila sederhana, jangka pendek serta tidak memuat hak dan kewajiban yang jelas 3 PELAKSANAAN DAN EFEKTIFITAS KERJASAMA Pelaksanaan Kerjasama (1) Bila pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perjanjian dan dilakukan secara transparan (2) Bila pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perjanjian tetapi tidak dilakukan secara transparan (3) Bila pelaksanaan tidak dilakukan sesuai dengan perjanjian dan tidak dilakukan secara transparan B. Efektifitas Kerjasama (1) Kejelasan Peranan a) Bila adanya kejelasan masing-masing pihak yang bermitra dengan instansi terkait b) Bila tidak adanya kejelasan masing-masing pihak yang bermitra dengan instansi terkait (2) Kontinuitas Suplai a) Bila adanya kontinuitas komoditi / ayam ras pejantan dari peternak mitra kepada Naratas PS b) Bila tidak adanya kontinuitas komoditi / ayam ras pejantan dari peternak mitra kepada Naratas PS (3) Kualitas Suplai a) Bila adanya kualitas suplai / ayam ras pejantan yang sesuai standar b) Bila tidak adanya kualitas suplai / ayam ras pejantan yang sesuai standar (4) Sistem Pembayaran a) Bila Sistem pembayaran dilakukan sesuai dengan kontrak kerjasama b) Bila Sistem pembayaran dilakukan tidak sesuai dengan kontrak kerjasama (5) Cara Pembayaran a) Bila dilakukan secara tunai b) Bila dilakukan 1 minggu kemudian c) Bila dilakukan 1-4 minggu kemudian d) Bila dilakukan lebih dari 4 minggu

63 51 No FAKTOR YANG DINILAI (6) Ketergantungan / penentuan harga a) Bila penentuan harga dilakukan oleh pembina b) Bila penentuan harga dilakukan oleh perusahaan mitra diketahui oleh pembina c) Bila penentuan harga dilakukan oleh perusahaan mitra tanpa melibatkan kelompok mitra atau dinas / instansi terkait ASPEK MANFAAT 1 EKONOMI A. Pendapatan (1) Bila pendapatan kelompok mitra dari ayam ras pejantan / komoditi yang dimitrakan meningkat dibandingkan dari sebelumnya (2) Bila pendapatan kelompok mitra dari ayam ras pejantan / komoditi yang dimitrakan tetap (3) Bila pendapatan kelompok mitra dari ayam ras pejantan / komoditi yang dimitrakan berkurang dibandingkan dari sebelumnya B. Harga (ditingkat peternak) / jaminan harga (1) Bila harga lebih tinggi dari harga pasar (2) Bila harga sama dengan harga pasar (3) Bila harga lebih rendah dari harga pasar C. Produktivitas (1) Bila produktivitas melalui kemitraan lebih tinggi dari produktivitas di luar kemitraan (2) Bila produktivitas melalui kemitraan sama / lebih rendah dari produktivitas di luar kemitraan D. Risiko Usaha (1) Jika ada masalah risiko usaha dibagi secara proposional antara perusahaan mitra dengan kelompok mitra (2) Jika ada masalah risiko usaha ditanggung oleh perusahaan mitra saja (3) Jika ada masalah risiko ditanggung oleh kelompok mitra (4) Jika ada masalah risiko usaha dibagi secara tidak proposional 2 TEKNIS A. Mutu (1) Bila mutu produksi dari kemitraan ini lebih baik dibandingkan dengan sebelum / diluar program kemitraan (2) Bila mutu produksi dari kemitraan ini sama saja dengan sebelum / diluar program kemitraan (3) Bila mutu produksi dari kemitraan ini lebih rendah dibandingkan dengan sebelum / diluar program kemitraan B. Penguasaan Teknologi (1) Bila pengetahuan dan keterampilan kelompok mitra mengenai penanganan komoditi yang dimitrakan meningkat dibandingkan dengan sebelum program kemitraan (2) Bila pengetahuan dan keterampilan kelompok mitra mengenai penanganan komoditi yang dimitrakan sama dengan sebelum program kemitraan (3) Bila pengetahuan dan keterampilan kelompok mitra mengenai penanganan komoditi yang dimitrakan menurun dibandingkan dengan sebelum program kemitraan 51

64 52 52 No FAKTOR YANG DINILAI SOSIAL A. Keinginan Kontinuitas Kerjasama (1) Bila perusahaan mitra ataupun kelompok mitra ada kemungkinan untuk meneruskan kerjasama (2) Bila perusahaan mitra tidak ingin melanjutkan kerjasama, tetapi kelompok mitra ingin melanjutkan kerjasama (3) Bila perusahaan mitra ingin melanjutkan kerjasama, tetapi kelompok mitra tidak ingin melanjutkan kerjasama (4) Bila perusahaan mitra maupun kelompok mitra tidak ingin melanjutkan kerjasama B. Pelestarian Lingkungan (1) Bila konservasi tanah,air, lingkungan pertanian dan penanganan limbah sesuai dengan pedoman teknis dan kaidah / peraturan yang berlaku (2) Bila penanganan limbah sesuai dengan peraturan yang berlaku tetapi penanganan konservasi tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku (3) Bila tidak melakukan penanganan limbah tapi penanganan konservasi (4) Bila tidak melakukan penanganan konservasi dan penanganan limbah

65 53 Kuesioner terkait penilaian atas pencapaian keberhasilan kemitraan antara Naratas PS dengan peternak mitra Berilah tanda checklist pada kolom yang paling sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: 1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Setuju 4 = Sangat setuju No Pernyataan Keberhasilan secara ekonomi 1 Meningkatnya pendapatan peternak mitra dari penjualan ayam ras pejantan 2 Meningkatnya produktivitas dan skala usaha peternak mitra 3 Harga input dari perusahaan lebih murah dibandingkan dengaan harga pasar 4 Harga jual ditingkat peternak lebih tinggi dari harga pasar (jaminan harga) 5 Risiko usaha dibagi secara proporsional antara perusahaan dengan peternak mitra Keberhasilan secara teknis 1 Mutu produksi dari kemitraan menjadi lebih baik dibandingkan dengan sebelum atau di luar program kemitraan 2 Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan peternak mitra dalam mengadopsi teknologi dibandingkan sebelum program kemitraan Keberhasilan aspek manajemen A Perencanaan 1 Penyusunan rencana kemitraan dilakukan oleh perusahaan bersama peternak mitra 2 Lingkup perencanaan meliputi enam aspek (pemasaran, pembinaan teknologi, bimbingan, sarana produksi peternakan, prasarana peternakan dan permodalan) B Pengorganisasian 3 Adanya bidang atau unit khusus yang menangani kegiatan kemitraan 4 Kontrak kerjasama yang tertulis antara perusahaan dengan peternak mitra 5 Isi kontrak kerjasama meliputi aspek kualitas, produktivitas, kontinuitas hasil, harga, sistem pembayaran, sarana produksi, permodalan, sanksi, dan bonus 6 Bentuk kerjasama lengkap dan jangka panjang serta memuat ketentuan hak dan kewajiban yang jelas C Pelaksanaan dan Efektivitas Kerjasama 7 Pelaksanaan kemitraan dilakukan sesuai dengan

66 54 No Pernyataan perjanjian dan dilakukan secara transparan 8 Adanya kejelasan peranan dari masing-masing pihak yang bermitra dengan instansi terkait 9 Adanya kontinuitas ayam ras pejantan dari peternak mitra kepada perusahaan 10 Kualitas pasokan ayam ras pejantan yang sesuai dengan standar (FCR, IP) 11 Sistem pembayaran dilakukan sesuai kontrak kerjasama 12 Penentuan harga dilakukan perusahaan atas persetujuan peternak mitra Keberhasilan di bidang sosial peternak 1 Perusahaan ataupun peternak mitra ada kemungkinan untuk melanjutkan kerjasama 2 Konservasi tanah, air, lingkungan peternakan dan penanganan limbah sesuai dengan pedoman teknis dan peraturan yang berlaku Lampiran 3 Penilaian antara Naratas PS dengan peternak mitra terhadap pencapaian keberhasilan kemitraan Indikator* Persepsi (Penilaian) Perusahaan Peternak Mitra Selisih a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u

67 55 *) Keterangan: Indikator Keberhasilan Kemitraan 1. Keberhasilan secara ekonomi a = meningkatnya pendapatan peternak mitra dari penjualan ayam ras pejantan. b = meningkatnya produktivitas dan skala usaha peternak mitra. c = harga input dari perusahaan lebih murah dibandingkan dengan harga pasar. d = harga jual ditingkat peternak lebih tinggi dari harga pasar (jaminan harga). e = risiko usaha dibagi secara proporsional antara perusahaan dengan peternak mitra. 2. Keberhasilan secara teknis f = mutu produksi dari kemitraan menjadi lebih baik dibandingkan dengan sebelum atau di luar program kemitraan. g = meningkatnya pengetahuan dan keterampilan peternak mitra dalam mengadopsi teknologi dibandingkan sebelum program kemitraan. 3. Keberhasilan aspek manajemen Perencanaan h = penyusunan rencana kemitraan dilakukan oleh perusahaan bersama peternak mitra. i = lingkup perencanaan meliputi enam aspek (pemasaran, pembinaan teknologi, bimbingan, sarana produksi peternakan, prasarana peternakan dan permodalan). Pengorganisasian j = adanya bidang atau unit khusus yang menangani kegiatan kemitraan. k = kontrak kerjasama yang tertulis antara perusahaan dengan peternak mitra. l = isi kontrak kerjasama meliputi aspek kualitas, produktivitas, kontinuitas hasil, harga, sistem pembayaran, sarana produksi, permodalan, sanksi dan bonus. m = bentuk kerjasama lengkap dan jangka panjang serta memuat ketentuan hak dan kewajiban yang jelas. Pelaksanaan dan Efektivitas Kerjasama n = pelaksanaan kemitraan dilakukan sesuai dengan perjanjian dan dilakukan secara transparan. o = adanya kejelasan peranan dari masing-masing pihak yang bermitra dengan instansi terkait. p = adanya kontinuitas ayam ras pejantan dari peternak mitra kepada perusahaan. q = kualitas pasokan ayam ras penjantan yang sesuai dengan standar (FCR, IP). r = sistem pembayaran dilakukan sesuai kontrak kerjasama. s = penentuan harga dilakukan perusahaan atas persetujuan peternak mitra. 4. Keberhasilan di bidang sosial peternak t = perusahaan ataupun peternak mitra ada kemungkina untuk melanjutkan kerjasama. u = konservasi tanah, air, lingkungan peternakan dan penangan limbah sesuai dengan pedoman teknis dan peraturan yang berlaku.

68 56 Lampiran 4 Hasil uji regresi linier berganda faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan kemitraan Variables Entered/Removed Model Variables Entered Variables Removed Method 1 X3.3, X2.1, X3.1, X1.1,. X1.2, X3.2, X2.2, X1.3 a a. All requested variables entered. Enter Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson a a. Predictors: (Constant), X3.3, X2.1, X3.1, X1.1, X1.2, X3.2, X2.2, X1.3 b. Dependent Variable: Y ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression a Residual Total a. Predictors: (Constant), X3.3, X2.1, X3.1, X1.1, X1.2, X3.2, X2.2, X1.3 b. Dependent Variable: Y Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) X X X X X X X X a. Dependent Variable: Y

69 57 Collinearity Diagnostics a Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions (Constant) X1.1 X1.2 X1.3 X2.1 X2.2 X3.1 X3.2 X a. Dependent Variable: Y Residuals Statistics a Minimum Std. Maximum Mean N Deviation Predicted Value Residual Std. Predicted Value Std. Residual a. Dependent Variable: Y

70 58

71 59 Lampiran 5 Dokumentasi peneltiian Ayam ras pejantan Proses wawancara dan penyebaran kuesioner di beberapa peternak Salah satu TS di Naratas PS Wawancara dan penyabaran kuesioner dengan pihak Naratas PS

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin pesat dan memberikan kontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Unggas khususnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian dan Pola Kemitraan Usaha Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemitraan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan usaha pertanian adalah

Lebih terperinci

PERFORMAN PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. PRIMATAMA KARYA PERSADA DENGAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KOTA BENGKULU

PERFORMAN PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. PRIMATAMA KARYA PERSADA DENGAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KOTA BENGKULU ISSN 1411 0067 Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 6, No. 2, 2004, Hlm. 111-115 111 PERFORMAN PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. PRIMATAMA KARYA PERSADA DENGAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KOTA BENGKULU

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA Muhammad Sujudi 1) Dhyvhy29@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Enok Sumarsih 2) sumarsihenok@gmail.com

Lebih terperinci

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS"

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS" Oleh : Imas Nur ' Aini21 Abstrak Usaha peternakan ayam ras yang telah berkembang dengan pesat ternyata tidak disertai dengan perkembangan pemasaran

Lebih terperinci

CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN

CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN PENDAHULUAN Sektor pertanian (dalam arti luas termasuk peternakan, perikanan dan kehutanan) merupakan sektor yang paling besar menyerap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan umum Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan manusia agar dapat hidup sehat, karena manusia memerlukan protein. Pemenuhan kebutuhan protein dalam tubuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

Kemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember

Kemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember Kemitraan Agribisnis Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember www.adamjulian.net KEMITRAAN AGRIBISNIS Teori Kemitraan Menurut Martodireso, dkk, (2001) dalam Agribisnis Kemitraan Usaha Bersama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas ayam broiler merupakan primadona dalam sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Komoditas ayam broiler merupakan primadona dalam sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas ayam broiler merupakan primadona dalam sektor peternakan di Indonesia jika dibandingkan dengan komoditas peternakan lainnya, karena sejak pertama kali diperkenalkan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor ini dapat diwujudkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangkan pemikiran konseptual dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu konsep kemitraan, pola kemitraan agribisnis, pengaruh penerapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan dalam pembangunan perekonomian di Indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh petumbuhan di sektor industri dan sektor pertanian. Sektor industri dan sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan Kemitraan merupakan sebuah istilah konsep kerjasama yang dikenal di Indonesia. Di negara lain terdapat tiga mekanisme dasar yang digunakan untuk

Lebih terperinci

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN 6.1. Pola Kemitraan CV TMF Kemitraan antara peternak ayam di daerah Cibinong pada dasarnya adalah sama dengan semua kemitraan yang dijalankan di semua daerah kemitraan CV TMF.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Menurut Xiaoyan dan Junwen (2007), serta Smith (2010), teknologi terkait erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor petenakan merupakan salah satu sub sektor yang berperan serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan subsektor peternakan seperti

Lebih terperinci

PENGARUH KEMAMPUAN KEWIRAUSAHAAN DAN SISTEM KEMITRAAN TERHADAP MOTIVASI PETERNAK AYAM PEDAGING DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS

PENGARUH KEMAMPUAN KEWIRAUSAHAAN DAN SISTEM KEMITRAAN TERHADAP MOTIVASI PETERNAK AYAM PEDAGING DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS PENGARUH KEMAMPUAN KEWIRAUSAHAAN DAN SISTEM KEMITRAAN TERHADAP MOTIVASI PETERNAK AYAM PEDAGING DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS Ilham Rasyid, Amrulah, Muhammad Darwis Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk dari tahun ke tahun menjadikan kebutuhan pangan juga semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan pangan tersebut tidak hanya terbatas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

Bahan Kuliah ke 9: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad KEBIJAKAN DALAM INDUSTRI TERNAK NON RUMINANSIA

Bahan Kuliah ke 9: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad KEBIJAKAN DALAM INDUSTRI TERNAK NON RUMINANSIA Bahan Kuliah ke 9: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad KEBIJAKAN DALAM INDUSTRI TERNAK NON RUMINANSIA Pohon Industri Ayam Ras Bagan Roadmap Pengembangan Komoditas Visi Menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

BAGI HASIL KEMITRAAN AYAM PEDAGING PADA PT. X DI KABUPATEN MAROS, PROPINSI SULAWESI SELATAN

BAGI HASIL KEMITRAAN AYAM PEDAGING PADA PT. X DI KABUPATEN MAROS, PROPINSI SULAWESI SELATAN BAGI HASIL KEMITRAAN AYAM PEDAGING PADA PT. X DI KABUPATEN MAROS, PROPINSI SULAWESI SELATAN PRODUCTION SHARING IN BROILER PARTNERSHIP IN PT. X IN MAROS REGENCY, SOUTH SULAWESI PROVINCE Mathina Ranggadatu¹,

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. Sumber : I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia sejak tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain ikan dan telur, guna memenuhi kebutuhan akan protein.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Risiko Berbagai definisi dapat diberikan kepada kata risiko itu. Namun, secara sederhana artinya senantiasa mengena dengan kemungkinan

Lebih terperinci

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Peternak. Pemberdayaan. Hewan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 6) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

JIIP Volume 2 Nomor 2, Desember 2016, h

JIIP Volume 2 Nomor 2, Desember 2016, h ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER POLA KEMITRAAN DI DESA BONTOMATENE KECAMATAN MARUSU KABUPATEN MAROS Iskayani, Veronica Sri Lestari, Wempie Pakiding Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Konsumsi Telur dan Daging Broiler pada Beberapa Negara ASEAN Tahun 2009

PENDAHULUAN. Tabel 1. Konsumsi Telur dan Daging Broiler pada Beberapa Negara ASEAN Tahun 2009 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak perusahaan yang bergerak di bidang perunggasan, baik dari segi pakan unggas, komoditi unggas, dan pengolahan produk unggas dalam skala besar

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Tujuan Sasaran RPJMD Kinerja Utama Program dan Kegiatan Indikator

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG Nidya Diani *), Iskandarini **), Luhut Sihombing ***) *) Alumni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan pembiayaan yang berdampak pada pemberhentian usaha. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan pembiayaan yang berdampak pada pemberhentian usaha. Melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan peternakan ayam broiler 1 secara mandiri di Indonesia cenderung marginal, dalam artian keterbatasan dukungan pendanaan serta relatif sederhana. Adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian dalam arti luas yang bertujuan untuk pemenuhan pangan dan gizi serta

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI 06 164 001 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2011 PERBANDINGAN

Lebih terperinci

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN Peluang di bisnis peternakan memang masih sangat terbuka lebar. Kebutuhan akan hewani dan produk turunannya masih sangat tinggi, diperkirakan akan terus

Lebih terperinci

KEMITRAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING: KAJIAN POSISI TAWAR DAN PENDAPATAN TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister

KEMITRAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING: KAJIAN POSISI TAWAR DAN PENDAPATAN TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister KEMITRAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING: KAJIAN POSISI TAWAR DAN PENDAPATAN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS Diajukan oleh :

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA (Studi Kasus Peternak Plasma dari Tunas Mekar Farm di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI MUHAMAD LUCKY MAULANA

Lebih terperinci

V. KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING

V. KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING V. KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING 5.1. Profil Perusahaan Inti Perusahaan inti yang beroperasi di Kabupaten Karanganyar terdiri dari empat perusahaan yaitu Gema Usaha Ternak (anak cabang

Lebih terperinci

PERANAN KEMITRAAN DALAM PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER

PERANAN KEMITRAAN DALAM PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PERANAN KEMITRAAN DALAM PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER Kasus : Kemitraan Ternak Cibinong dengan CV Tunas Mekar Farm, Kecamatan Ciluar, Bogor, Jawa Barat. Oleh : RIZKY FEBRIDINIA H 34076132 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis ayam kampung pedaging merupakan bisnis yang penuh gejolak dan beresiko. Peternakan unggas memiliki peranan yang sangat penting dalam pemenuhan gizi masyarakat.

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan sektor yang berpeluang sangat besar untuk dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan khususnya protein hewani. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian ( off farm) seperti biokimia, agrokimia (pupuk dan pestisida), alat

BAB I PENDAHULUAN. pertanian ( off farm) seperti biokimia, agrokimia (pupuk dan pestisida), alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agribisnis sebagai salah satu sektor perekonomian unggulan pemerintah memiliki peranan penting dalam meninggakatkan taraf hidup masyarakat. Hal ini di karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal merupakan bagian yang sangat penting untuk membangun, mempertahankan, dan mengembangkan sebuah bisnis. Lingkungan eksternal juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

KESINAMBUNGAN USAHA BISNIS KEMITRAAN AYAM RAS PEDAGING (Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor) SKRIPSI Intani Dewi

KESINAMBUNGAN USAHA BISNIS KEMITRAAN AYAM RAS PEDAGING (Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor) SKRIPSI Intani Dewi KESINAMBUNGAN USAHA BISNIS KEMITRAAN AYAM RAS PEDAGING (Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor) SKRIPSI Intani Dewi PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan usaha ternak ayam di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1970 an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, yang kemudian mendorong

Lebih terperinci

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA Nurhidayati Ma rifah Sitompul *), Satia Negara Lubis **), dan A.T. Hutajulu **) *) Alumini Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data strategis Kabupaten Semarang tahun 2013, produk sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data strategis Kabupaten Semarang tahun 2013, produk sayuran yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Semarang memiliki potensi yang besar dari sektor pertanian untuk komoditas sayuran. Keadaan topografi daerah yang berbukit dan bergunung membuat Kabupaten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 dikatakan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT 7.1. Kinerja Lembaga Penunjang Pengembangkan budidaya rumput laut di Kecamatan Mangarabombang membutuhkan suatu wadah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, 1 BAB I PENDAHULUAN Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, mengalami pasang surut, terutama pada usaha kemitraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya fluktuasi harga

Lebih terperinci

PERSEPSI PENGUSAHA ATAS PENGARUH KESEDIAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP LABA

PERSEPSI PENGUSAHA ATAS PENGARUH KESEDIAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP LABA PERSEPSI PENGUSAHA ATAS PENGARUH KESEDIAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP LABA (Studi Kasus Pada Industri Ayam Potong Model Plasma di Kab. Semarang) Oleh : Nama : BAMBANG JATMIKO NIM : P. 100020006 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2010-2014 adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS Ajat 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi iis.iisrina@gmail.com Dedi Sufyadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan pangan hewani asal ternak (daging, telur dan susu) dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran

Lebih terperinci

KONTRIBUSI USAHA PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

KONTRIBUSI USAHA PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH KONTRIBUSI USAHA PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Hanny Siagian STIE Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan 20212 hanny@mikroskil.ac.id Abstrak Usaha peternakan memberi kontribusi terhadap

Lebih terperinci

[Perencanaan Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

[Perencanaan Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Perencanaan Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta)

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) SKRIPSI MEYLANI LESTARI H34066081 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

ANALISA TINGKAT KEPUASAN KEMITRAAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAYANAN PERUSAHAAN INTI (Kasus di Peternak Mitra Duta Technovet)

ANALISA TINGKAT KEPUASAN KEMITRAAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAYANAN PERUSAHAAN INTI (Kasus di Peternak Mitra Duta Technovet) ANALISA TINGKAT KEPUASAN KEMITRAAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAYANAN PERUSAHAAN INTI (Kasus di Peternak Mitra Duta Technovet) RANGGA NUDRIAN YUDHABASKARA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) Muhammad Febri Anggian Siregar, Iskandarini, Hasman Hasyim Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara. terus menerus ke arah yang lebih baik dari keadaan semula. Dalam kurun

Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara. terus menerus ke arah yang lebih baik dari keadaan semula. Dalam kurun 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara terus menerus ke arah yang lebih baik dari keadaan semula. Dalam kurun waktu yang cukup panjang yakni hampir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia Beberapa penelitian yang mengkaji permasalahan usaha ternak ayam buras banyak menunjukkan pertumbuhan produksi ayam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PERMENTAN/PK.240/5/2017 TENTANG KEMITRAAN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PERMENTAN/PK.240/5/2017 TENTANG KEMITRAAN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PERMENTAN/PK.240/5/2017 TENTANG KEMITRAAN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu

Lebih terperinci