BAB I PENDAHULUAN. Koperasi kredit (Credit Union) adalah salah satu jenis koperasi. Di

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Koperasi kredit (Credit Union) adalah salah satu jenis koperasi. Di"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini semakin banyak pilihan yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada masyarakat untuk memperoleh modal usaha, baik itu melalui lembaga perbankan maupun pegadaian. Namun kini untuk memperoleh pinjaman modal usaha terutama bagi usaha kecil menengah juga dapat diperoleh melalui Credit Union. Koperasi kredit (Credit Union) adalah salah satu jenis koperasi. Di Indonesia, koperasi kredit masuk ke dalam jenis koperasi jasa yakni jasa usaha keuangan. Namun dari segi kegiatan terdapat perbedaan antara koperasi yang satu dengan yang lainnya. Demikian juga koperasi kredit mempunyai kekhasan dibandingkan dengan koperasi simpan pinjam lainnya, di mana prinsip-prinsip koperasi internasional menjadi landasan dalam kegiatan koperasi kredit. Gagasan koperasi kredit lahir pertama kali sekitar pertengahan abad ke 19 di benua Eropa tepatnya di negara Jerman, gagasan ini lahir di tengah-tengah kondisi sosial ekonomi yang cukup suram. Pada saat itu masyarakat Jerman mengalami musim paceklik yang berkepanjangan sehingga banyak petani menjadi miskin karena tidak berdaya melawan keadaan. Lintah darat menjadi tempat bagi mereka untuk berlindung dengan bunga pinjaman yang tinggi tak dapat dielakkan lagi. Kondisi sosial ekonomi yang semakin memburuk ini menimbulkan sebuah gagasan pada diri seorang Walikota di Flammersfield Jerman Barat yang bernama Friedrich Wilhelm Raiffeisen untuk membangun koperasi kredit. Tujuan didirikannya koperasi ini adalah untuk memerangi praktek rentenir (lintah darat) yang telah merugikan masyarakat banyak terutama bagi petani dan pedagang

2 kecil. Melalui kegiatan koperasi ini, mereka yang memerlukan uang dapat tertolong dengan cara yang cepat dan mudah. Gerakan koperasi kredit yang bermula di Jerman ini kemudian berkembang pesat ke pelbagai negara (Tim BK3I, 2007). Koperasi kredit sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, tetapi sudah ada sejak tahun 1960-an. Kegiatan koperasi kredit ini masuk ke Indonesia pada saat kondisi perekonomian baru mulai pulih dari kondisi inflasi. Dapat dimengerti bila kondisi perekonomian masyarakat, terutama di daerah pedesaan masih sangat rendah (miskin). Oleh karena itu, para pemerhati kondisi ekonomi masyarakat memilih untuk membentuk koperasi kredit sebagai salah satu upaya dalam membangun ekonomi. Dengan anggapan, apabila anggota masyarakat dapat bergabung dalam koperasi kredit maka terbuka peluang untuk mengumpulkan modal melalui simpanan yang dapat dipakai dalam membangun ekonominya menjadi lebih baik dari sebelumnya (Tim BK3I, 2007). Ketika kondisi perekonomian yang melanda Indonesia kian terpuruk, berbagai macam cara oleh berbagai pihak baik itu Pemerintah, LSM luar negeri maupun dalam negeri, serta Lembaga Keuangan yag ada baik Bank maupun Koperasi, terus berusaha agar usaha kecil dan menengah tetap eksis menjalankan roda usahanya. Fakta berbicara bahwa selama krisis berjalan hanya usaha kecil menengah yang masih bertahan sehingga dapat menampung tenaga kerja yang berhenti dari perusahaan besar. Usaha-usaha kecil ini didukung oleh lembaga keuangan mikro (Elias, 2007). Perubahan kondisi moneter terjadi awal pemerintahan Orde Baru, di mana ekonomi negara kita cenderung ke arah stabil pada tahun Pada awal itu

3 beberapa orang penggerak ekonomi masyarakat mulai memikirkan pengembangan koperasi kredit dan mereka memutuskan untuk menghubungi Dewan Koperasi Kredit Sedunia atau World Council of Credit Union (WOCCU) yang berpusat di Kanada. Dalam pertemuan tersebut mereka mendiskusikan mengenai perkenalan dan perkembangan gagasan koperasi kredit di Indonesia sebagai sarana sekaligus wahana dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sebagai tindak lanjut, akhirnya mereka bersepakat membentuk wadah yang bernama Credit Union Counselling Office (CUCO) pada awal Januari Agar mendapatkan legalitas dari pemerintah, CUCO menghadap Direktur Jenderal Koperasi Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi yang pada saat itu dijabat oleh Ir.Ibnoe Soedjono, untuk menjajaki kemungkinan dikembangkannya Credit Union di Indonesia dan berlindung di bawah naungan Undang-Undang Perkoperasian yaitu UU NO.12/1967. Direktur Jenderal Koperasi memberikan tanggapan yang positif dan memberikan restu kepada CUCO untuk melanjuti kegiatannya mengembangkan Credit Union di Indonesia dengan menyesuaikan diri kepada ketentuan-ketentuan dalam UU No.12/1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian di Indonesia. Tahun 1981 diselenggarakan Konferensi Nasional Koperasi Kredit Indonesia, di mana dibentuk organisasi baru yang bernama Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) dengan kepengurusan yang bersifat demokrasi (Tim BK3I, 2007). Para penggerak koperasi kredit di Indonesia maupun di negara-negara maju seperti Amerika dan Kanada berprinsip bahwa orang-orang yang hendak menjadi anggota koperasi harus melalui satu tahapan pendidikan awal yang disebut latihan dasar. Aspek pendidikan dalam lingkup pengembangan koperasi

4 kredit sangat penting mengingat bahwa koperasi kredit adalah gerakan ekonomi melalui kegiatan pendidikan. Pendidikan di sini lebih bersifat diskusi antara calon anggota koperasi kredit dengan para pengurus mengenai cara berkoperasi. Selain membahas mengenai kegiatan koperasi, materi pendidikan juga berisikan mengenai hak dan kewajiban anggota. Dapat dikatakan bahwa keberadaan Credit Union memiliki manfaat bagi masyarakat. Namun sebagian orang beranggapan bahwa CU sama artinya dengan koperasi simpan pinjam atau lembaga keuangan lain. Namun, bagi mereka yang bergelut dalam bidang ini tentulah menampik dugaan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Mariah Achmad bahwa manfaat CU bagi anggota adalah untuk mengubah pola pikir. Maksudnya dari yang terbiasa instan (langsung memanfaatkan uang saat mendapatkan pinjaman) menjadi menciptakan modal terlebih dulu dengan menabung secara rutin, jika telah tercipta modal atau tabungan maka dapat memanfaatkan atau meminjam. Inilah yang tidak ditemukan di lembaga keuangan lainnya ( Koperasi kredit berkembang dengan begitu pesatnya keseluruh daerah di penjuru tanah air, seperti yang ada di: Nusa Tenggara Timur di daerah kerja PUSKOPDIT BEKATIGADE ENDE-NGADA terdapat 62 kopdit dengan anggota sebanyak orang (7,7% dari penduduk dewasa Ende-Ngada). Mungkin tidak banyak orang yang yang mengetahui bahwa di satu provinsi yang kecil seperti Nusa Tenggara Timur, banyak koperasi primer dan organisasi sekunder yang berusaha di sektor jasa keuangan. Walaupun integrasi vertikal yang dikembangkan di lingkungan gerakan koperasi kredit di NTT masih

5 terbatas pada organisasi pelayanan jasa keuangan, namun dapat dikatakan bahwa pengembangan koperasi di daerah ini semakin maju melangkah menuju pengembangan gerakan koperasi kredit yang terpadu menurut konsepsi Raiffeisen (Hendriques, 2007). Credit Union mulai diperkenalkan di Kalimantan Barat pada tahun 1975 dibawa oleh seorang Pastor Katolik asal Jerman yang bertugas di Indonesia. Melalui gereja Katolik, diadakan pelatihan pembentukan CU sehingga terbentuk 40 kelompok. Namun pasang dan surut selalu ada, satu demi satu CU berguguran lantas hilang. Kemudian pada tahun 1985 dilakukan sosialisasi ulang dan pelatihan, yang kemudian dibentuklah CU Khatulistiwa Bhakti sebagai CU pertama di Kalimantan Barat yang berdiri pada tanggal 12 Mei Menurut data Badan Koordinasi Koperasi Daerah Kalimantan (BK3D), saat ini sudah ada 48 CU yang menjadi anggota organisasi tersebut. BK3D yang diibaratkan sebagai Bank Indonesia CU tersebut, saat ini memiliki anggota yang tersebar pada tujuh Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat. Kemunculan CU dibeberapa tempat tidak terlepas dari kesuksesan yang diraih oleh CU perintis dalam menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Keberadaan CU perintis seperti Khatulistiwa Bhakti, agaknya menjadi pondasi yang kokoh sehingga dapat memunculkan CU-CU lain yang juga mengalami perkembangan yang pesat ( Antara.co.id/arc/2007). Satolop merupakan salah satu koperasi kredit yang terbesar di Tapanuli Utara yang berdiri tahun Satolop yang dalam bahasa Batak artinya seia sekata, memiliki prinsip bahwa kemiskinan, kesengsaraan dan

6 kebodohan masyarakat bisa hilang asal jalan pikiran mereka dipersatukan untuk membangun kemandirian. Pendirian koperasi kredit Satolop ini tidak terlepas dari kemiskinan petani di desa, yang dulu sedang marak sistem ijon. Rakyat harus kerja keras hanya untuk membayar bunga pinjaman, dari situ timbul pikiran bagaimana agar rakyat terbebas dari lingkaran setan pinjam meminjam dalam sistem ijon. Akhirnya mereka bersepakat untuk mengumpulkan dana sedikit demi sedikit dan sesudah terkumpul dapat digunakan di antara mereka secara bergantian. Kini kemiskinan di kalangan petani Tapanuli Utara mulai terkikis dengan bantuan koperasi kredit Satolop ( Seperti yang dialami oleh Netty Sianturi yang merupakan salah seorang anggota CU Satolop Siborongborong yang telah berhasil dalam pertanian. Keberhasilan Netty menjadi seorang petani semenjak manjadi anggota CU. Selain melakukan simpan pinjam, CU ini juga memberikan pendidikan dan pelatihan kepada setiap anggotanya. Di mana pelatihan yang diikutinya telah mengajarkan cara pembuatan pupukkompos bokasi atau bahan kompos yang difermentasikan dengan perlakuan bakteri. Dari hasil pelatihan yang diikuti Netty inilah yang membuat ia mempraktekkan langsung ke lahan miliknya sehingga ia menjadi berhasil (Kompas, 2008). Kegiatan Credit Union di Sumatera Utara sudah ada sejak tahun Credit Union pertama adalah CU Cinta Mulia yang berada di Pematang Siantar. Kepercayaan anggota merupakan salah satu faktor penting dalam mempertahankan keberlangsungan kegiatan CU. Seiring dengan semakin

7 tingginya tingkat kepercayaan masyarakat akan keberadaan CU, maka jumlah lembaga keuangan ini terus bertambah dari tahun ke tahun. Dari hasil data BK3D kini terdapat 83 CU yang bernaung di bawahnya. BK3D (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah) merupakan badan yang mengawasi semua koperasi-koperasi primer yang ada di Sumatera Utara, yang berpusat di Pematang Siantar. BK3D ini sudah menjadi anggota BK3I (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia) yang berpusat di Jakarta. Walaupun CU-CU ini bernaung di bawah BK3D, namun dalam menjalankan kegiatannya CU ini berbeda satu dengan yang lainnya sesuai dengan AD/ART (AnggaranDasar/Anggaran Rumah Tangga). AD/ART ini memuat mengenai : (a) daftar nama pendiri, (b) nama dan tempat kedudukan, (c) maksud dan tujuan serta bidang usaha, (d) ketentuan mengenai keanggotanya, (e) ketentuan mengenai Rapat Anggota, (f) ketentuan mengenai pengelolaan, (g) ketentuan mengenai permodalan, (h) ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya, (i) ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha, (j) ketentuan mengenai sanksi. Berikut ini adalah nama-nama CU yang bernaung di bawah BK3D yang berada di wilayah Medan-Langkat, seperti Karya Murni (Binjai), Harapan Kita (Belawan), Rukun Damai (Medan), Cinta Kasih (P.Brayan), CU Karya Murni (Medan), Tunas Karya (Delitua) dan Karya Bersama (Delitua) CU Cinta Kasih merupakan salah satu koperasi kredit yang ada di wilayah Medan yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa keuangan. CU ini berdiri pada tahun 1990 yang berawal dari sebuah perkumpulan doa agama Katolik di lingkungan St.Bonaventura yang berada di wilayah Pulo Brayan. Adapun alasan

8 dibentuknya CU di lingkungan St.Bonaventura ini karena melihat sebagian besar anggota perkumpulan tersebut masih tergolong ekonomi lemah (miskin). Melihat kondisi perekonomian anggotanya yang begitu rendah, membuat Pastor Hubertus Tamba selaku pemimpin doa di lingkungan tersebut, merasa tergugah dan akhirnya menyarankan untuk membentuk suatu koperasi yang bersifat simpan pinjam di antara para anggota perkumpulan tersebut. Dengan uang yang ditabung bersama itu nantinya dapat dipinjamkan kepada mereka yang memerlukan modal untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Dengan adanya koperasi simpan pinjam ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup anggotaanggotanya agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Untuk menunjang hal tersebut maka setiap calon anggota maupun anggota wajib menerima pendidikan mengenai pengetahuan koperasi kredit, karena melalui pendidikanlah dapat merubah pola pikir para anggotanya untuk berkoperasi yang baik. Anggota merupakan pilar-pilar yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan CU Cinta Kasih dalam menjalankan kegiatannya. Di mana keberhasilan ini dapat dilihat dari kesediaan para anggotanya dalam melaksanakan kewajiban dan hak sebagai anggota secara bertanggung jawab, dalam hal simpan pinjam serta partisipasi anggota dalam mengikuti pendidikan yang diadakan CU bagi anggota maupun calon anggota. Selama 3 tahun sejak berdirinya CU Cinta Kasih telah mengalami kemajuan, hal ini terlihat dari kehidupan anggotanya yang menjadi lebih baik dari sebelumnya karena mereka memanfaatkan pinjaman uang dari CU Cinta Kasih sebagai modal usaha. Pada saat ini CU Cinta Kasih telah mengalami perkembangan yang semakin pesat, hal ini terlihat dari jumlah anggotanya yang terus bertambah dan

9 dibukanya kantor cabang atau yang lebih dikenal dengan sebutan TPK (Tempat Pelayanan Khusus). Anggota-anggota CU kebanyakan memanfaatkan pinjaman yang ada sebagai modal usaha untuk mengembangkan aktivitas kegiatan ekonomi mereka. Tujuan CU Cinta Kasih untuk meningkatkan taraf hidup anggotanya agar menjadi lebih baik dari sebelumnya dapat terlaksana, jika para anggotanya dapat memanfaatkan dengan baik pinjaman yang ada sebagai modal usaha. Seperti yang telah diuraikan di atas, CU Cinta Kasih merupakan salah satu koperasi kredit yang terdapat di Sumatera Utara, sebenarnya tidak hanya menyangkut persoalan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup akan tetapi juga menyangkut masalah membangun modal sosial. Artinya, selain menyangkut aktivitas ekonomi juga menyangkut pembentukan modal sosial dalam CU Cinta Kasih dengan para anggotanya, sehingga dapat terciptanya hubungan kerjasama terutama bagi usaha kecil menengah. Hal inilah yang menjadi alasan penulis memilih CU Cinta Kasih, di sini penulis meneliti mengenai pemanfaatan modal sosial yang terjadi dalam CU. 1.2 Ruang Lingkup Masalah dan Lokasi Penelitian Penelitian mengenai masalah yang berkaitan dengan koperasi telah banyak dikaji oleh ilmu sosial maupun ilmu-ilmu lainnya, seperti halnya kegiatan KUD maupun Bantuan Koperasi Kredit terhadap UKM. Namun penelitian mengenai modal sosial yang tercipta dalam koperasi kredit masih jarang diteliti khususnya dari perspektif antropologi. Berdasarkan uraian di atas, yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah:

10 1. Mendeskripsikan CU Cinta Kasih Memaparkan mengenai sejarah pendirian dan segala bentuk kegiatan yang ada dalam CU Cinta kasih. 2. Bagaimana modal sosial dimanfaatkan Memaparkan mengenai hubungan kerjasama yang terjalin antara pihak CU dengan para anggotanya. 3. Proses sosialisasi yang dilakukan kepada para anggotanya Memaparkan mengenai proses pengenalan CU Cinta Kasih terhadap anggota baru. Dari berbagai CU yang bernaung di bawah BK3D yang berada di wilayah Medan-Langkat, penulis memilih CU Cinta Kasih yang berada di wilayah Pulo Brayan Medan dalam penelitian ini, karena penulis melihat CU ini yang merupakan salah satu Kopdit primer yang berpusat di kota Pematang Siantar telah mengalami kemajuan yang sangat baik dalam melaksanakan kegiatannya. Hal ini terlihat dari sejak didirikan pada tanggal 5 Mei 1990 telah memiliki jumlah anggota yang semakin bertambah dari tahun ke tahun. Pada awalnya CU ini hanya beranggotakan 20 orang, namun kini telah berkembang menjadi orang dari 23 unit dan 19 kelompok yang ada hingga kepada pengelolaan simpan pinjam yang juga mengalami peningkatan, terutama peminjaman uang yang bersifat produktif yang bertujuan sebagai penambah modal terutama bagi usaha kecil menengah. Selain itu di dalam CU ini penulis melihat terjalinnya hubungan kerjasama yang baik antara CU dengan para anggotanya, dengan kepercayaan

11 yang diberikan anggota kepada CU dalam hal menyimpan uang mereka dan juga sebaliknya CU memberikan kepercayaan kepada anggota dalam hal peminjaman. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini untuk memberikan masukan kepada usaha kecil menengah untuk memperoleh modal usaha dengan suku bunga yang layak serta proses peminjaman yang mudah dilakukan. Hal ini dapat mereka temukan bila mereka menjadi anggota CU Cinta Kasih Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. untuk menambah wacana dalam memahami Credit Union sebagai kegiatan koperasi yang bersifat simpan pinjam yang di dalamnya terbentuk modal sosial. 2. memberi masukan kepada pemerintah untuk mengembangkan koperasi kredit agar berperan sebagai sumber modal bagi usaha kecil menengah. 1.4 Tinjauan Pustaka Manusia sebagai mahluk sosial tidak pernah terlepas dari manusia yang lainnya, di dalam kehidupan sehari-harinya manusia mengadakan interaksi sosial dengan sesamanya. Karena hubungan dengan orang lain dalam suatu masyarakat sangatlah penting, dengan hidup bermasyarakat manusia dapat saling melengkapi dan proses sosial yang terjadi dari hubungan ini akan menimbulkan kekuatan yang besar yang bersifat mempererat di antara mereka seperti halnya kasih sayang, saling menghargai dan saling membutuhkan.

12 Kegiatan tolong menolong ini sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia, yang secara nyata dapat dilihat dari salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia yang hidup dari bercocok tanam di ladang yakni suku bangsa Sumbawa (Koentjaranigrat, 1992). Interaksi ini terjadi berdasarkan pola tindakan tertentu yang disebut dengan sistem sosial. Sistem-sistem sosial itu terdiri dari aktivitasaktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan tata kelakuan. Kebudayaan sebagai sebuah konsep yang menyatu dalam kehidupan manusia selalu berhubungan dengan kebutuhan hidupnya. Kebudayaan yang merupakan seperangkat sistem pengetahuan atau sistem gagasan yang berfungsi menjadi pedoman bagi sikap dan perilaku manusia sebagai anggota atau warga dari kesatuan sosial, tumbuh, berkembang dan berubah sesuai dengan kebutuhan hidup manusia (Sairin, 2002). Secara sederhana Bronislaw Malinowski dalam Sairin (2002), mengatakan bahwa kebutuhan hidup manusia itu dapat dibagi pada tiga kategori besar yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan biologis, sosial dan psikologis. Walaupun ketiga kebutuhan itu tampak terpisah namun sebenarnya ketiganya adalah tiga serangkai yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Sejalan dengan pertumbuhan manusia sebagai mahluk sosial, manusia memiliki kebutuhan yang semakin banyak dan beranekaragam. Kebutuhankebutuhan hidup tersebut dapat dipenuhi dengan baik apabila adanya pendapatan yang mendukung, namun tidak semua kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh masyarakat terutama bagi masyarakat yang ekonomi lemah. Dalam hal inilah keberadaan koperasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat agar dapat memenuhi

13 kebutuhan mereka, terutama koperasi yang bergerak dalam kegiatan simpan pinjam. Koperasi kredit dapat didefinisikan sebagai badan usaha yang dimiliki oleh sekumpulan orang dalam suatu ikatan pemersatu yang bersepakat untuk menabungkan uang mereka sehingga menciptakan modal bersama guna dipinjamkan diantara mereka dengan bunga yang layak serta untuk tujuan produktif dan kesejahteraan (Tim BK3I, 2007). Berikut ini merupakan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan Credit Union (CU): Credit Union (CU) Ora et Labora CU Ora et Labora berdiri sejak tahun Ide pembentukan CU ini diawali sosialisasi Yayasan Pijer Podi (YAPIDI) yang berada di Kabanjahe. Dinamai Ora et labora, yang berarti bekerja sambil berdoa. Semula CU ini hanya diminati oleh beberapa orang dengan tujuan utamanya adalah untuk membantu mengatasi masalah ekonomi dan terhindar dari rentenir-rentenir. Secara keseluruhan CU ini dikelola oleh para perempuan yang berada di desa Bukit dan anggotanya pun terdiri dari perempuan saja yang bekerja sebagai petani. Walaupun ada anggota pria di dalam CU ini, tetapi mereka semua diwakili oleh satu nama yaitu kaum bapak. Adapun alasan mengapa hanya perempuan yang dijadikan anggota dan pengurus dalam CU ini, karena pada umumnya di tempat ini perempuan lebih banyak berperan dalam urusan uang, lebih jujur, lebih baik, lebih dipercayai dan lebih hemat akan uang bila dibandingkan dengan pria. Sehingga dalam pengelolaan simpan pinjam lebih ideal diserahkan kepada perempuan.

14 Setiap anggota memiliki hak dan kewajiban yang sama, misalnya setiap anggota berhak meminjam uang di CU sesuai dengan saham yang dimilikinya. Sedangkan yang menjadi kewajiban bagi setiap anggota CU terutama bagi anggota baru wajib membayar uang pangkal, membayar iuran wajib dan mengikuti semua aturan yang berlaku di dalam CU. Dengan adanya kegiatan CU Ora et Labora ini membuat masyarakat desa Bukit khususnya kaum perempuan banyak dikenal dengan kegiatan koperasi yang mereka miliki. Dengan berdirinya CU ini di desa Bukit membuat penduduknya merasa sangat terbantu dalam hal perekonomian (Bangun, 2007: ). Credit Union Benih Kekelengen Credit Union Benih Kekelengen ini berdiri sejak tanggal 10 Februari 2002 di Kabanjahe yang anggotanya kebanyakan pria yang bekerja sebagai petani dibandingi wanita. CU ini merupakan koperasi simpan pinjam yang mempunyai program pendidikan dan pembinaan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan. Anggota CU Benih Kekelengen merupakan pilar-pilar yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan CU. Keberhasilan CU ini dalam menjalankan kegiatannya diukur dari kesediaan anggotanya untuk melaksanakan hak dan kewajiban secara bertanggung jawab (Ketaren, 2007: ). Dalam setiap usaha individu untuk memperoleh sumberdaya tertentu, membangun jaringan hubungan memainkan peranan yang sangat penting. Di dalam jaringan ini terjalin kerjasama, di mana masing-masing pihak mempunyai kepentingan tertentu (Ahimsa-Putra, 1994). J.A. Barnes dalam Koentjaranigrat (1990) mengatakan jaringan sosial sebagai suatu rangkaian hubungan-hubungan interaksi dan kaitan-kaitan para

15 warganya sebagai individu yang bebas dengan individu-individu lain di dalam komunitas lain. Mitchell dalam Siahaan (1998) membedakan tiga macam jaringan sosial yaitu hubungan-hubungan yang bersifat kategori, hubungan-hubungan yang terwujud dari hubungan pribadi dan hubungan-hubungan yang terwujud dalam struktur. Kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama di dalam berbagai komunitas disebut modal sosial. Modal sosial merupakan salah satu isu yang menarik yang banyak dibicarakan dan dikaji belakangan ini. Dari hasil penelitian disebutkan bahwa modal sosial akan bernilai ekonomis, jika dapat memberikan manfaat bagi individu atau kelompoknya misalnya dalam memperoleh bantuan atau pinjaman yang bersifat informal. Modal sosial diyakini sebagai salah satu komponen utama dalam menggerakkan kebersamaan, mobilitas ide, kesaling percayaan dan kesaling menguntungkan untuk mencapai kemajuan bersama. Pada modal sosial, lebih menekankan pada potensi kelompok dan pola-pola hubungan antara individuindividu dalam suatu kelompok dan antar kelompok dengan ruang perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai dan kepercayaan antar sesama yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma kelompok. Robert D.Putnam dalam Hasbullah (2006) mengartikan modal sosial sebagai perekat bagi setiap individu dalam bentuk norma, kepercayaan dan jaringan kerja, sehingga terjadi kerjasama yang saling menguntungkan untuk mencapai tujuan bersama. Modal sosial juga dipahami sebagai pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki bersama oleh komunitas, serta pola hubungan yang memungkinkan sekelompok individu melakukan satu kegiatan yang produktif.

16 Menurut Lesser, modal sosial ini sangat penting bagi komunitas karena (1) memberikan kemudahan dalam mengakses informasi bagi anggota komunitas, (2) menjadi media power sharing atau pembagian kekuasaan dalam komunitas, (3) mengembangkan solidaritas, (4) memungkinkan mobilisasi sumber daya komunitas, (5) memungkinkan pencapaian bersama dan, (6) membentuk prilaku kebersamaan dan berorganisasi komunitas. Modal sosial merupakan suatu komitmen dari setiap individu untuk saling terbuka, saling percaya, memberikan kewenangan bagi setiap orang yang dipilihnya untuk berperan sesuai dengan tanggung jawabnya ( Eva Cox dalam Hasbullah (2006) mendefinisikan modal sosial sebagai suatu rangkaian proses hubungan antar manusia yang ditopang oleh jaringan, norma-norma dan kepercayaan sosial yang memungkinkan efisien dan efektifnya koordinasi dan kerjasama untuk keuntungan dan kebajikan bersama. James Coleman dalam Hasbullah (2006:7) mendefinisikan konsep modal sosial sebagai varian entitas, terdiri dari beberapa struktur sosial yang memfasilitasi tindakan dari para pelakunya, apakah dalam bentuk personal atau korporasi dalam suatu struktur sosial. Francis Fukuyama dalam Hasbullah (2006:8) menekankan pada dimensi yang lebih luas mengenai modal sosial yaitu segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan dan di dalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang tumbuh dan dipatuhi. Meskipun masing-masing tokoh yang mempopulerkan konsep modal sosial memiliki perbedaan penekanan terhadap unsur-unsur yang membentuknya, namun intinya konsep modal sosial memberikan penekanan pada kebersamaan

17 masyarakat untuk mencapai tujuan memperbaiki kualitas kehidupan dan senantiasa melakukan perubahan dan penyesuaian secara terus menerus. Dalam proses perubahan dan upaya untuk mencapai tujuan, masyarakat senantiasa terikat pada nilai-nilai dan norma yang dipedomani sebagai acuan bersikap, bertindak dan bertingkah laku serta berhubungan dengan pihak lain. Beberapa acuan nilai dan unsur yang merupakan ruh modal sosial antara lain sikap yang partisipatif, sikap yang saling memperhatikan, saling memberi dan menerima, saling percaya mempercayain dan diperkuat oleh nilai-nilai dan norma yang mendukungnya. Dengan kata lain inti telaah modal sosial terletak pada bagaimana kemampuan masyarakat dalam suatu entitas atau kelompok untuk bekerjasama membangun suatu jaringan untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama tersebut diwarnai oleh suatu pola interrelasi yang timbal balik dan saling menguntungkan dan dibangun di atas kepercayaan yang ditopang oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial yang positif dan kuat (Hasbullah, 2006 ). Adapun unsur-unsur pokok dalam modal sosial adalah sebagai berikut: 1. Partisipasi dalam suatu jaringan Modal sosial tidak dibangun hanya satu individu, melainkan akan terletak pada kecenderungan yang tumbuh dalam suatu kelompok untuk bersosialisasi sebagai bagian penting dari nilai-nilai yang merekat. Modal sosial akan kuat tergantung pada kapasitas yang ada dalam kelompok masyarakat untuk membangun sejumlah asosiasi berikut membangun jaringannya. Salah satu kunci keberhasilan membangun modal sosial terletak pada kemampuan sekelompok orang dalam suatu asosiasi atau perkumpulan yang melibatkan diri dalam suatu jaringan hubungan sosial.

18 2. Timbal balik Modal sosial senantiasa diwarnai oleh kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri. Dimana seseorang atau banyak orang dari suatu kelompok memiliki semangat untuk membantu yang lain tanpa mengharapkan imbalan seketika. 3. Kepercayaan Trust atau rasa percaya adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosial yang didasari oleh perasaan yakni bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya. 4. Norma sosial Norma-norma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk prilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Pengertian norma itu sendiri adalah sekumpulan aturan yang diharapkan dapat dipatuhi dan diikutin oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Norma-norma ini biasanya terinstusionalisasi dan mengandung sangsi sosial yang dapat mencegah individu berbuat sesuatu yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku di masyarakatnya. Aturan-aturan kolektif tersebut biasanya tidak tertulis tapi dipahami oleh setiap anggota masyarakatnya dan menentukan pola tingakah laku yang diharapkan dalam konteks hubungan sosial. 5. Nilai-nilai Nilai adalah suatu ide yang telah turun temurun dianggap benar dan penting oleh anggota kelompok masyarakat. Misalnya, nilai harmoni, prestasi, kerja keras,

19 kompetisi dan lainnya, merupakan contoh-contoh nilai yang sangat umum dikenal dalam kehidupan masyarakat. 6. Tindakan yang proaktif Salah satu unsur penting modal sosial adalah keinginan yang kuat dari anggota kelompok untuk tidak saja berpartisipasi tetapi senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan mereka dalam suatu kegiatan masyarakat. Ide dasar dari premise ini, bahwa seseorang atau kelompok senantiasa kreatif dan aktif. Mereka melibatkan diri dan mencari kesempatan-kesempatan yang dapat memperkaya, tidak saja dari sisi material tapi juga kekayaan dalam hubungan-hubungan social dan menguntungkan kelompok tanpa merugikan orang lain. Mereka cenderung tidak menyukai bantuan-bantuan yang sifatnya dilayani, melainkan lebih memberi pilihan untuk lebih banyak melayani secara proaktif. Robert D.Putnam dalam Hasullah (2006) mengatakan bahwa rasa percaya (mempercayai) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosial yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya. Menurut Perry (2000:16), kepercayaan seringkali digunakan untuk menentukan ciri-ciri hubungan jaringan, tetapi dalam praktiknya ada sedikit kesepakatan terhadap organisasi mana yang paling banyak menggunakan keyakinan. Sejumlah penelitian percaya bahwa jauh lebih sulit bagi perusahaan besar dibandingan perusahaan kecil untuk membentuk kepercayaan ke dalam perhitungan.

20 Di Indonesia, hasil survei tentang usaha-usaha kecil menunjukkan bahwa setengah dari usaha-usaha ini bermula dari usaha rumah tangga (Sumintarsih, 2003). Alice Dewey, menunjukkan pentingnya hubungan sosial para pedagang dengan berbagai pihak. Seperti yang dikatakan oleh Geertz dalam Sumintarsih (2003) dalam suatu organisasi kerja, hubungan-hubungan kerja yang stabil hanya terdapat pada unsur-unsur yang membentuk kelompok kerja bukan pada kelompok kerja itu sendiri secara keseluruhan. Artinya, kelangsungan suatu hubungan kerja sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang mengikat individuindividu tersebut dalam jaringan kerjasama. CU Cinta Kasih dalam menjalankan kegiatannya berlandaskan pada sikap saling percaya dan kerjasama antara sesama anggota, pengurus dan pengawas. Kepercayaan merupakan faktor penting pada lembaga keuangan, dengan menciptakan kepercayaan dan memastikan bahwa kepercayaan itu dapat dipertahankan maka lembaga tersebut dapat bertahan lama. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Eva Cox dalam memahami modal sosial dalam CU Cinta Kasih. Di mana modal sosial dalam CU Cinta Kasih merupakan modal utama bagi setiap orang yang ingin menjadi anggota CU tersebut. 1.5 Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan secara terperinci mengenai CU Cinta Kasih dan manfaat modal sosial yang terdapat di dalamnya serta proses sosialisasi yang dilakukan kepada anggotanya.

21 Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara. Observasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengamati hubungan kerjasama yang terjalin antara CU dengan para anggotanya, seperti dalam proses simpan pinjam. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tanya jawab kepada informan yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan mengenai CU Cinta Kasih. Wilayah kerja CU Cinta Kasih meliputi kota Medan, yang dibagi menjadi 23 unit dan 19 kelompok yang dikoordinir oleh seorang kepala unit yang tugasnya sebagai perpanjangan tangan pengurus CU dengan anggotanya, seperti menjadi kolektor, penghubung dan sebagainya. Namun dalam penelitian ini penulis memilih unit Brayan dan sekitarnya dalam memperoleh data penelitian, yang terdiri dari unit PBB (beranggotakan 103 orang), unit Jl Mawar (beranggotakan 91 orang), unit Jl Bersama (beranggotakan 241 orang) dan kelompok Kapt Muslim (beranggotakan 132 orang). Data- data dalam penelitian ini diperoleh melalui: Informan pangkal: Pertama kali penulis mengetahui mengenai CU Cinta Kasih dari seorang kerabat yang telah menjadi anggota CU, ia menceritakan mengenai CU Cinta Kasih serta manfaat dan keuntungan yang akan didapat bila menjadi anggota terutama bagi mereka yang memerlukan pinjaman modal. Dari penjelasannya tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai CU Cinta Kasih. Ketika pertama kali datang ke kantor CU, penulis bertemu dengan salah satu pengawas keuangan CU dan beliau memberikan informasi mengenai kegiatan CU Cinta Kasih. Dari informan inilah, akhirnya penulis dapat menentukan siapa saja yang dijadikan informan, seperti pimpinan CU, kepala unit, serta anggota CU yang telah melakukan peminjaman sebagai modal usaha.

22 Informan kunci: Informasi mengenai segala bentuk kegiatan CU Cinta kasih, penulis peroleh dari ketua CU. Data-data yang berkaitan dengan modal sosial, diperoleh dari pihak CU beserta anggotanya baik itu anggota yang dijadikan informan kunci maupun informan biasa, dan untuk data yang berkaitan dengan sosialisasi penulis peroleh dari pengurus CU dan anggotanya. Sedangkan untuk memilih anggota CU sebagai informan kunci, maka terlebih dulu menemui kepala unit untuk mendapatkan informasi mengenai siapa saja anggota CU yang dijadikan informan. Berdasarkan jumlah anggota dari setiap unit yang berada di wilayah Pulo Brayan dan sekitarnya, maka penulis menetapkan 6 orang informan dalam penelitian ini. Adapun kriteria dari anggota CU yang menjadi informan dalam penelitian ini penulis tentukan dari: lamanya menjadi anggota CU (antara 2-10 tahun), besarnya pinjaman (sebesar Rp7juta-Rp150juta), kegiatan usaha yang dilakukan (dalam hal ini usaha-usaha yang dapat meningkatkan penghasilan), adanya kemajuan usaha setelah memperoleh pinjaman dari CU (usaha yang semula hanya kecil-kecilan tetapi setelah memperoleh pinjaman dari CU menjadi berkembang), dan hubungan sosial yang terjadi dalam CU Cinta Kasih. Dengan demikian anggota CU yang menjadi informan kunci adalah: (1) Ahmad Sarianto (usaha panglong) dari unit Jl Mawar yang telah menjadi anggota CU selama 2 tahun, (2) Yusdi Surya (usaha pendistribusian barang dagangan) dari unit Jl Mawar yang telah menjadi anggota CU selama 3 tahun, (3) Godlin Sipayung (pedagang) dari kelompok Kapt Muslim yang telah menjadi anggota CU selama 2 tahun, (4) P.Situmorang (usaha angkutan umum) dari unit Jl Bersama yang telah menjadi anggota CU selama 9 tahun, (5) Sumiati (pedagang) dari unit

23 Jl Mawar yang telah menjadi anggota CU selama 8 tahun, (6) Gerhad Tinambunan (pedagang) dari unit PBB yang telah menjadi anggota CU selama 3 tahun. Dalam memperoleh data dari informan kunci, penulis melakukan wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide) yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam melakukan wawancara, penulis menggunakan alat bantu wawancara berupa buku catatan kecil dan kamera. Buku catatan di sini digunakan untuk mencatat poin-poin penting dari hasil wawancara, hal tersebut dimaksudkan agar penulis dapat lebih mudah dalam menyusun data. Sedangkan kamera digunakan untuk memperoleh dokumentasi yang berkaitan dengan usaha-usaha yang dilakukan anggota yang telah mengalami kemajuan setelah memperoleh pinjaman modal dari CU Cinta Kasih. Informan biasa: Penulis mendapatkan informasi-informasi tambahan untuk melengkapi data yang diperlukan. Yang diperoleh dari informan biasa yang terdiri dari karyawan maupun anggota CU yaitu: Chrispinus (pengawas keuangan CU), M.Manurung (kepala unit) dari unit Sp. Kim, Desriani (anggota) dari unit PBB, Theresia (anggota) dari unit P. Brayan, Rosalyana (anggota) dari unit PBB, Jimmy. R (anggota) dari unit P.Brayan, M.Naibaho (kolektor), Yenita (karyawan). Pengalaman Penulis Dalam Memperoleh Data di Lapangan Hal pertama yang penulis lakukan adalah mendatangi kantor CU Cinta Kasih agar dapat bertemu dengan pimpinan CU. Ketika sampai di kantor CU, penulis tidak bertemu dengan beliau karena tidak berada di tempat. Namun kedatangan penulis tidak sia-sia karena penulis bertemu dengan salah satu pengawas CU yaitu bapak B.Panjaitan, beliau menanyakan alasan penulis datang ke kantor CU dan penulis kemudian menjelaskan maksud dari kedatangan penulis

24 yang ingin melakukan penelitian mengenai CU Cinta Kasih. Setelah mendengar penjelasan dari penulis, kemudian beliau menceritakan sedikit mengenai CU Cinta Kasih. Keesokan harinya penulis kembali mendatangi kantor CU, dan akhirnya penulis dapat bertemu dengan ketua CU yang bernama bapak HPM. Parhusip. Penulis diizinkan menghadap beliau yang sedang berada diruangan, sesampai diruangan ternyata beliau tidak sendirian melainkan bertiga dengan para pengurus CU di antaranya bapak M.Pandiangan (selaku wakil ketua) dan bapak D.Sirait (selaku sekretaris). Mereka kemudian menanyakan alasan yang ingin bertemu dengan ketua, penulis mencoba menjelaskan tujuan kedatangan. Dengan mengatakan bahwa penulis adalah seorang mahasiswa yang ingin melakukan penelitian mengenai CU Cinta Kasih yang bertujuan untuk kepentingan skripsi. Setelah mendengar penjelasan penulis, mereka memberikan respon yang baik dan mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di CU Cinta Kasih. Dalam mendapatkan informasi dan data-data yang berhubungan dengan CU Cinta Kasih, penulis tidak mengalami hambatan karena pihak CU sendiri sangat membantu penulis dalam memberikan data yang diperlukan. Kemudian penulis mulai menemui anggota-anggota CU yang dijadikan informan dalam penelitian ini. Sebelumnya penulis telah menentukan terlebih dulu siapa saja anggota CU yang dijadikan informan. Sedangkan untuk memilih anggota CU sebagai informan kunci, maka penulis terlebih dulu menemui kepala unit untuk mendapatkan informasi mengenai siapa saja anggota CU yang dijadikan informan. Berdasarkan jumlah anggota CU yang mencapai orang dari 23 unit dan 19 kelompok ini, maka penulis terlebih dulu memilih di antara

25 mereka untuk dijadikan informan. Di sini penulis memilih unit Brayan dan sekitarnya yang menjadi wilayah penelitian, sehingga penulis menemui kepala unit untuk memperoleh informasi mengenai anggota. Setelah memperoleh informasi mengenai anggota, maka akhirnya penulis menetapkan 6 orang informan tetap dalam penelitian ini dan sebagian lagi anggota menjadi informan biasa. Dalam mendapatkan data dari anggota, penulis sama sekali tidak mendapatkan kesulitan karena anggota-anggota ini merespon dengan baik niat penulis yang menjadikan mereka sebagai informan dalam penelitian ini. Sebagian informan penulis temui ketika mereka sedang berada di kantor CU dan mereka bersedia meluangkan waktu untuk diwawancari oleh penulis. Bagi informan kunci, penulis mendatangi langsung agar dapat bertemu dan melihat usahanya yang berhasil sehingga penulis dapat mendokumentasikan usaha mereka. Di sini penulis juga dibantu oleh salah satu kolektor CU yang bernama M.Naibaho, beliau bersedia meluangkan waktunya untuk menemani penulis mendatangi sebagian informan karena penulis tidak mengetahui alamat mereka.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjalankan usaha ataupun produksinya. Namun dengan suku

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjalankan usaha ataupun produksinya. Namun dengan suku BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam sejarahnya rentenir atau tengkulak adalah pemodal yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, atau dengan kata lain berada dalam lingkungan masyarakat. Kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Credit union merupakan salah satu lembaga keuangan yang bergerak di bidang simpan pinjam. Dana dihimpun, dikelola, dan digunakan oleh anggotanya sendiri. Credit union

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM CU CINTA KASIH. Credit Union (CU) yang lazim disebut koperasi kredit merupakan kumpulan

BAB II GAMBARAN UMUM CU CINTA KASIH. Credit Union (CU) yang lazim disebut koperasi kredit merupakan kumpulan BAB II GAMBARAN UMUM CU CINTA KASIH 2.1 Sejarah Pendirian CU Cinta Kasih Koperasi kredit/credit Union berasal dari bahasa Yunani (Credere) yang berarti kepercayaan, dengan demikian dasar koperasi kredit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada zaman sekarang ini, terjadi krisis ekonomi global yang hampir terjadi di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada zaman sekarang ini, terjadi krisis ekonomi global yang hampir terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, terjadi krisis ekonomi global yang hampir terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Salah satu akibat terjadinya krisis ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal sosial Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang masyarakat dan komunitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan latar belakang. Perorangan, perusahaan, negara atau bangsa di dunia ini

BAB I PENDAHULUAN. dan latar belakang. Perorangan, perusahaan, negara atau bangsa di dunia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan keperluan kredit mempunyai berbagai corak ragam alasan dan latar belakang. Perorangan, perusahaan, negara atau bangsa di dunia ini mempunyai berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan Credit Union. Credit Union (CU), diambil dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan Credit Union. Credit Union (CU), diambil dari bahasa Latin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perekonomian Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 menganut prinsip kekeluargaan,

Lebih terperinci

DASAR-DASAR KOPERASI KREDIT

DASAR-DASAR KOPERASI KREDIT DASAR-DASAR KOPERASI KREDIT Bab 2 dari Buku Dasar-Dasar Manajemen Koperasi Kredit (Credit Union) Disalin dan ditata letak oleh bagian Pendidikan dan Pelatihan Pusat Koperasi Kredit Bali Artha Guna www.puskopditbag.org

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan perekonomian masyarakat pedesaan pada umumnya ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan perekonomian masyarakat pedesaan pada umumnya ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan perekonomian masyarakat pedesaan pada umumnya ditandai dengan permodalan yang lemah. 1 Hal ini disebabkan oleh aktivitas ekonomi yang cenderung monoton,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbankan, tetapi juga dapat dilakukan melalui Credit Union atau lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perbankan, tetapi juga dapat dilakukan melalui Credit Union atau lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilihan menabung dewasa ini semakin banyak, tidak hanya pada lembaga perbankan, tetapi juga dapat dilakukan melalui Credit Union atau lembaga keuangan yang

Lebih terperinci

sejarah timbulnya Koperasi, yaitu :

sejarah timbulnya Koperasi, yaitu : Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan (decision maker) dan instansi terkait lainnya dalam menyusun kebijakan untuk meningkatkan kualitas Credit Union (CU). 2. Sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan upaya pemberdayaan ekonomi perempuan melalui pengembangan modal sosial di Suara Ibu Peduli dan mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Modal Sosial Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan membagun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap individu

Lebih terperinci

RANGKUMAN PERTEMUAN TIM CREDIT UNION MINAHASA dan BEBERAPA CATATAN PENDIDIKAN DASAR CREDIT UNION BAREROD GRATIA YOGYAKARTA

RANGKUMAN PERTEMUAN TIM CREDIT UNION MINAHASA dan BEBERAPA CATATAN PENDIDIKAN DASAR CREDIT UNION BAREROD GRATIA YOGYAKARTA 1 RANGKUMAN PERTEMUAN TIM CREDIT UNION MINAHASA dan BEBERAPA CATATAN PENDIDIKAN DASAR CREDIT UNION BAREROD GRATIA YOGYAKARTA Yogyakarta, 23-24 Oktober 2010 I. PENDIDIKAN DASAR CREDIT UNION Pendidikan Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.LatarBelakang. Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan sifat kekeluargaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.LatarBelakang. Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan sifat kekeluargaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakang Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan sifat kekeluargaan dan kegotongroyongan, sifat tersebut dijadikan dasar atau pedoman pelaksanaan koperasi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial Modal sosial adalah hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS 53 EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat baik perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian koperasi adalah badan usaha yang memiliki anggota orang atau badan hukum yang didirikan dengan berlandaskan asas kekeluargaan serta demokrasi ekonomi. Koperasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan, permasalahan, dan faktor lain yang dimiliki oleh pelakunya.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan, permasalahan, dan faktor lain yang dimiliki oleh pelakunya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses adaptasi merupakan bagian dari kehidupan manusia. Untuk dapat bertahan hidup di dalam lingkungannya manusia harus mampu beradaptasi. Proses adaptasi satu dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR. tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran

BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR. tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Bank Plecit Bank plecit merupakan koperasi simpan pinjam yang memberikan tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran

Lebih terperinci

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Kecamatan Kahayan Kuala merupakan salah satu wilayah Kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan praktek-praktek yang telah dilakukan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM CREDIT UNION (Studi deskriptif mengenai Kopdit/CU Cinta Kasih di Pulo Brayan, Medan) D I S U S U N

PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM CREDIT UNION (Studi deskriptif mengenai Kopdit/CU Cinta Kasih di Pulo Brayan, Medan) D I S U S U N PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM CREDIT UNION (Studi deskriptif mengenai Kopdit/CU Cinta Kasih di Pulo Brayan, Medan) D I S U S U N OLEH: MARIA SUSANTHY KABAN 030905022 DEPARTEMEN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG Deskripsi dan Perkembangan Kegiatan KUSP Gotong Royong RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari didirikan pada tahun 1993. Pada awalnya, KUSP (KUSP) Gotong Royong

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Bertahan Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman bagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya dan modal yang dimiliki

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kelembagaan Pertanian (Djogo et al, 2003) kelembagaan adalah suatu tatanan dan pola hubungan antara anggota masyarakat atau organisasi yang saling mengikat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja. Usaha yang memiliki 1-4 orang tenaga kerja dikelompokkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PEREKONOMIAN BERBASIS KERAKYATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI PAPUA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 Sebagian besar penduduk miskin di Indonesia adalah perempuan, dan tidak kurang dari 6 juta mereka adalah kepala rumah

Lebih terperinci

BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO. 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro

BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO. 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro 46 BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro Modal sosial merupakan hal yang penting dalam membentuk suatu kerjasama,

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Nama Organisasi Asosiasi Antropologi Indonesia disingkat AAI selanjutnya disebut AAI. Pasal 2 Makna AAI adalah wadah tunggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling membantu membangun kesejahteraan hidup telah berabad-abad dikenal

BAB I PENDAHULUAN. saling membantu membangun kesejahteraan hidup telah berabad-abad dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Bekerjasama (ko-operasi) atau usaha bersama di bidang ekonomi untuk saling membantu membangun kesejahteraan hidup telah berabad-abad dikenal orang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka BAB I PENDAHULUAN A. Later Belakang Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang berjuang dalam bidang ekonomi dengan menempuh jalan yang tepat dan mantap dengan tujuan membebaskan diri para anggotanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia semenjak jaman kemerdekaan selalu dilandaskan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia semenjak jaman kemerdekaan selalu dilandaskan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia semenjak jaman kemerdekaan selalu dilandaskan pada asas demokrasi dimana rakyat ikut berpartisipasi. Perekonomian di Indonesia dilandaskan dari

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PERDESAAN

BAB VI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PERDESAAN BAB VI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PERDESAAN 6.1. Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Dampak Sosial 6.1.1. Analisis Uji Hipotesis Penelitian Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini bank memiliki peranan yang strategis dalam menunjang roda perekonomian. Bank sebagai lembaga keuangan, merupakan wadah yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan kesejahteraan masyarakat telah menumbuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan di Indonesia didominasi oleh sistem bunga. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan di Indonesia didominasi oleh sistem bunga. Hampir semua BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Sistem perbankan di Indonesia didominasi oleh sistem bunga. Hampir semua perjanjian di bidang perekonomian dikaitkan dengan bunga. Akibat sistem bunga yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Koperasi Di Indonesia Credit Union atau dikenal sebagai koperasi kredit ada di Indonesia sejak tahun 1970an dan mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa kebutuhan hidup manusia dapat dibagi atas tiga kategori besar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bahwa kebutuhan hidup manusia dapat dibagi atas tiga kategori besar yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan zaman kebutuhan manusia semakin banyak dan beranekaragam. Bronislaw Malinowski dalam Sairin (2002), mengatakan bahwa kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Dayak. Istilah Dayak tersebut digunakan untuk menyebut orang non-

BAB I PENDAHULUAN. asli Dayak. Istilah Dayak tersebut digunakan untuk menyebut orang non- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nek Sawak merupakan suatu dusun yang ada di Desa Melawi Makmur, Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, dengan berpenduduk asli Dayak. Istilah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Strategi Strategi adalah perencanaan induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permodalan yang pada umumnya rata-rata relatif lemah. Munculnya kendala

BAB I PENDAHULUAN. permodalan yang pada umumnya rata-rata relatif lemah. Munculnya kendala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kemandirian kehidupan desa, khususnya dalam meningkatkan pembangunan di bidang perekonomian. Salah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL PADA KOPERASI MELALUI PUK (PEREMPUAN USAHA KECIL) DI MASARAN SRAGEN

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL PADA KOPERASI MELALUI PUK (PEREMPUAN USAHA KECIL) DI MASARAN SRAGEN PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL PADA KOPERASI MELALUI PUK (PEREMPUAN USAHA KECIL) DI MASARAN SRAGEN Disusun oleh : TINUK AMBARWATI B 100 050 103 FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Indonesia dilanda krisis pada tahun 1998, pemerintah baru tersadar bahwa usaha besar yang dibangga-banggakan justru sebagian besar mengalami kebangkrutan

Lebih terperinci

JURNAL KEDUDUKAN CREDIT UNION CINDELARAS TUMANGKAR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN

JURNAL KEDUDUKAN CREDIT UNION CINDELARAS TUMANGKAR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN JURNAL KEDUDUKAN CREDIT UNION CINDELARAS TUMANGKAR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN Diajukan oleh: JOANNES TUWUH SAPUTRO NPM : 10 05 10411 Program Studi : Ilmu Hukum Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Landasan, dan Jenis Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang Koperasi tahun 1967 No. 12 tentang Pokokpokok Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Kemasyarakatan Menurut Selo Soemarjan (1964), istilah lembaga kemasyarakatan sebagai terjemahan dari Social Institution, istilah lembaga kecuali menunjukkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan jika ingin berkembang harus mengelola sumber daya yang dimilikinya, termasuk sumber daya manusia. Karena sumber daya manusia merupakan aset utama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedudukannya sebagai pemilik, simpanan sukarela), dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedudukannya sebagai pemilik, simpanan sukarela), dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Anggota Sesuai dengan peran ganda yang ditandai oleh prinsip identitas, maka partisipasi anggota dapat dibagi menjadi dua, yaitu dapat berupa partisipasi kontributif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa at-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha usaha produktif dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa pembangunan koperasi merupakan tugas bersama antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Sosial Secara umum, pengertian lembaga sosial adalah suatu sistem norma untuk mencapai tujuan tertentu yang oleh masyarakat dianggap penting. Sistem norma itu mencakup

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini yang merupakan bagian penutup dari laporan penelitian memuat kesimpulan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang perlu dikemukakan demi keberhasilan proses

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berkenaan dengan tujuan pertama dari kajian ini yaitu menganalisis keberhasilan dan kelemahan dalam pelaksanaan program pemberdayaan dan pengembangan ekonomi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Dewasa ini banyak badan usaha yang berdiri di tengah-tengah pertumbuhan ekonomi, misalnya perusahaan negara, perusahaan swasta lainnya.

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN DANA PENGUATAN MODAL UNTUK USAHA EKONOMI PRODUKTIF MASYARAKAT MISKIN SERTA PENGUSAHA MIKRO DAN KECIL DI PROVINSI BALI GUBERNUR

Lebih terperinci

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA BANJAR Menimbang : a. Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tujuan, kebutuhan dan cita-cita yang ingin dicapai, dimana masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tujuan, kebutuhan dan cita-cita yang ingin dicapai, dimana masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup yaitu sebagai seorang individu dan mahluk sosial. Sebagai seorang individu manusia mempunyai beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan perekonomian Indonesia beberapa tahun terakhir sempat mengalami keterpurukan. Hal tersebut diakibatkan oleh terjadinya krisis ekonomi dibeberapa negara yang

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SIMPANAN DAN TUNGGAKAN KREDIT TERHADAP KESEJAHTERAAN ANGGOTA KOPERASI KREDIT (STUDI KASUS : CREDIT UNION LANTANG TIPO)

PENGARUH JUMLAH SIMPANAN DAN TUNGGAKAN KREDIT TERHADAP KESEJAHTERAAN ANGGOTA KOPERASI KREDIT (STUDI KASUS : CREDIT UNION LANTANG TIPO) PENGARUH JUMLAH SIMPANAN DAN TUNGGAKAN KREDIT TERHADAP KESEJAHTERAAN ANGGOTA KOPERASI KREDIT (STUDI KASUS : CREDIT UNION LANTANG TIPO) Sabinus Beni Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Shanti Bhuana Bengkayang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali diperkenalkan pada Tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal (BIMAS). Tujuan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA Masyarakat Telematika Indonesia The Indonesian ICT Society ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA Anggaran Dasar MASTEL MUKADIMAH Bahwa dengan berkembangnya teknologi, telah terjadi konvergensi bidang Telekomunikasi,

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN MANUSIA MELALUI KOPDIT

PEMBANGUNAN MANUSIA MELALUI KOPDIT PEMBANGUNAN MANUSIA MELALUI KOPDIT Bab 2 dari Buku Dasar-Dasar Manajemen Koperasi Kredit (Credit Union) Disalin dan ditata letak oleh bagian Pendidikan dan Pelatihan Pusat Koperasi Kredit Bali Artha Guna

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN DANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN DANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN DANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. b. c. bahwa sesuai Peraturan

Lebih terperinci

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang Bab Dua Kajian Pustaka Pengantar Pada bab ini akan dibicarakan beberapa konsep teoritis yang berhubungan dengan persoalan penelitian tentang fenomena kegiatan ekonomi pedagang mama-mama asli Papua pada

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal. sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal. sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup, serta baiknya pengelolaan sumber daya alam yang ada. diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model

BAB I PENDAHULUAN. hidup, serta baiknya pengelolaan sumber daya alam yang ada. diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan ekonomi yang bersifat kerakyatan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, lebih fokus untuk tujuan mengurangi kemiskinan, pengangguran, kesenjangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

BAB II KOPERASI PEGAWAI NEGERI (KPRI) SERAI SERUMPUN KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT

BAB II KOPERASI PEGAWAI NEGERI (KPRI) SERAI SERUMPUN KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT BAB II KOPERASI PEGAWAI NEGERI (KPRI) SERAI SERUMPUN KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT A. Sejarah Ringkas Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah

Lebih terperinci

Abstrak. Kualitas Pelayanan, Kemampuan Pengurus, Partisipasi Anggota, Sisa Hasil Usaha (SHU).

Abstrak. Kualitas Pelayanan, Kemampuan Pengurus, Partisipasi Anggota, Sisa Hasil Usaha (SHU). Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Serba Usaha (KSU) di Kecamatan Denpasar Selatan Nama : I Gede Andika Miarta NIM : 1306105118 Abstrak Koperasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Koperasi merupakan badan usaha yang dikelola bersama secara kekeluargaan dengan prinsip koperasi sebagai landasan kegiatannya. Sebagaimana

Lebih terperinci

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat yang tidak mengerti apa sebenarnya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 10 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 10 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 10 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 144 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro tergolong jenis usaha yang tidak mendapat tempat di bank, rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan dari pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia terkenal sebagai Negara agraris dimana mayoritas penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia terkenal sebagai Negara agraris dimana mayoritas penduduknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terkenal sebagai Negara agraris dimana mayoritas penduduknya menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap

Lebih terperinci

A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH

A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH Bahwa Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga telah menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. disebabkan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. disebabkan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Dewasa ini pajak merupakan suatu hal yang wajib untuk dipahami dengan baik, itu terjadi karena pajak sudah menjadi bagian penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik tetapi juga pada bentuk produk yang ditawarkan. Upaya bank untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. yang baik tetapi juga pada bentuk produk yang ditawarkan. Upaya bank untuk menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia perbankan masa sekarang ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut dapat dilihat dengan banyaknya bank baru di Indonesia, sehingga persaingan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada kegiatan Praktek Lapangan 2 yang telah dilakukan di Desa Tonjong, penulis telah mengevaluasi program atau proyek pengembangan masyarakat/ komunitas yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor baik pengusaha besar maupun pengusaha kecil telah memainkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor baik pengusaha besar maupun pengusaha kecil telah memainkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Dalam krisis perekonomian di jaman sekarang ini para pengusaha di berbagai sektor baik pengusaha besar maupun pengusaha kecil telah memainkan peran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG. PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG. PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang sejak dahulu kala menjadi tulang punggung operasi badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. utama yang sejak dahulu kala menjadi tulang punggung operasi badan usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan bertambah pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya, kegiatan bank menjadi semakin canggih dan

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG), sering seringkali. terutama organisasi yang sudah berbadan hukum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG), sering seringkali. terutama organisasi yang sudah berbadan hukum. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG), sering seringkali yang kita ingat adalah penerapan GCG dalam perusahaan swasta atau BUMN. Namun pada realitanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi pertama kali muncul di Eropa pada awal abad ke-19. Ketika itu,

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi pertama kali muncul di Eropa pada awal abad ke-19. Ketika itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi pertama kali muncul di Eropa pada awal abad ke-19. Ketika itu, terutama di negara-negara Eropa yang menerapkan sistem perekonomian kapitalis, kaum buruh sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Krisis moneter yang melanda Negara Indonesia pada tahun 1998 lalu, berimbas banyak terhadap perekonomian masyarakat. Jumlah orang miskin dan pengangguran

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci