BAB I PENDAHULUAN. asli Dayak. Istilah Dayak tersebut digunakan untuk menyebut orang non-

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. asli Dayak. Istilah Dayak tersebut digunakan untuk menyebut orang non-"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nek Sawak merupakan suatu dusun yang ada di Desa Melawi Makmur, Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, dengan berpenduduk asli Dayak. Istilah Dayak tersebut digunakan untuk menyebut orang non- Muslim atau non-melayu (King, 1993: 29), atau juga dikatakan oleh Ian Charles Stewart dan Yudit Shaw untuk menyebut lebih dari 200 suku sakat di pedalaman Kalimantan (Nihin, 1994: 233), atau sekitar 450 subsuku yang tersebar di seluruh Kalimantan (Ukur, 1992: 27). Suku Dayak merupakan kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan sosial lain berdasarkan identitas kebudayaannya, khususnya bahasa (Nihin, 1994: 234). Namun meskipun terdapat sejumlah perbedaan di antara suku-suku tersebut, Dayak mempunyai banyak kesamaan sehingga ada kemungkinan untuk mengkaji kebudayaan Dayak sebagai satu kesatuan (Ukur, 1992: 27-28). Kesamaan yang dimiliki oleh masyarakat Dayak dan masyarakat Nek Sawak khususnya yaitu dimungkinkan terbentuk dari kondisi yang melingkupi kehidupan masyarakatnya, yang umumnya memiliki matapencaharian sebagai seorang petani. Penghasilan yang tidak menentu dari kegiatan bertani ladang dan karet tersebut, membuat A. Dj. Nihin (1986: 239) menggambarkan masyarakat Dayak sebagai masyarakat yang memiliki keterbatasan sarana, prasarana, arus informasi, dana, transformasi hingga jenis barang-barang kebutuhan, yang dapat melahirkan keterpencilan, serta tingkat kehidupan yang relatif rendah dan lemah. 1

2 Keterbatasan-keterbatasan tersebut yang kemudian ditafsirkan oleh Hamid (1986: 3) bahwasanya akan menghasilkan permodalan yang lemah. Akibatnya, kekurangan modal ini sangat membatasi ruang gerak aktivitas usaha dari masyarakat, yang ditujukan untuk meningkatkan pendapatan mereka. Kurangnya modal yang dimiliki masyarakat kemudian memunculkan pihak-pihak baru yang berperan sebagai penanam modal. Tentu saja pihak-pihak tersebut dapat menguras keuntungan yang tidak sedikit dari kelemahan masyarakat tersebut. Seperti halnya dengan kredit perorangan, yang pada umumnya mampu memberikan pinjaman dengan bunga tinggi; atau bank, yang mana meminta sebuah jaminan sertifikat tanah sebagai ganti dari penanaman modal tersebut. Pihak penanaman modal yang seperti itu, tentunya akan semakin memberikan beban kepada masyarakat pedesaan. Letak Dusun Nek Sawak yang berada di pedalaman Kalimantan Barat dan jauh dari pusat pemerintahan, tidak menutup kemungkinan adanya campur tangan dari kedua penanam modal tersebut. Di mana campur tangan yang dilakukan akan memberi pengaruh terhadap kehidupan sosial dan/atau ekonomi masyarakat di sana. Sebaliknya, kebiasan-kebiasan dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Nek Sawak juga memungkinkan memberi pengaruh kepada para penanam modal tersebut. Pengertian menabung sebagai penyimpanan untuk masa depan dengan mempertahankan atau menambah nilai ekonomis simpanan yang masyarakat pedesaan miliki, belum menjadi kebiasaan mereka (Florus, P. 1994: 225). Hal tersebut yang kemudian akan berpengaruh dalam kelangsungan dari penanam modal. 2

3 Bunga pinjaman yang rendah dan adanya pendidikan yang ditujukan pada perubahan mental dan sikap masyarakat untuk memecahkan masalah-masalah keuangan yang mereka hadapi (Bamba, 2001: 108) merupakan pihak penanam modal yang pastinya diimpikan oleh masyarakat pedesaan. Penanam modal yang demikian disebut oleh FY. Khosmas sebagai (2010) paripurna dari ekonomi kerakyatan baru atau Credit Union. Dikatakan demikian karena, secara nasional Credit Union (CU) di Indonesia kini bukan lagi sekedar lembaga keuangan, tetapi sudah menjadi gerakan ekonomi karena besar dan luasnya dampak yang dihasilkannya, bahkan hampir seluruh pedalaman Kalimantan Barat, yang sangat sulit dijangkau lembaga keuangan lainnya, sudah ada pelayanan Credit Union (Carollina, 2013:2). B. Tinjauan Pustaka Pembahasan mengenai Credit Union; baik berupa artikel, skripsi, tesis, ataupun tulisan dalam bentuk lainnya, yang diterbitkan ataupun tidak, kini tengah menjamur. Pasalnya sistem paripurna dari ekonomi kerakyatan baru tersebut dimungkinkan menjadi alternatif untuk lemahnya permodalan masyarakat pedesaan. Tumbuhnya koperasi tersebut memberikan peluang bagi masyarakat untuk mendapatkan dana, membantu memecahkan masalah keuangan, dan paling tidak menggantikan peran kredit perorangan yang sebelumnya banyak meminjamkan uang kepada masyarakat (khususnya pedesaan) semakin berkurang (puskopdit, 2009). Credit Union bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan/simpanan anggota dalam bentuk simpanan wajib, pokok, 3

4 dan sukarela, secara terus menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggotanya secara mudah, cepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan (Anoraga dan Widiyanti, 1993). Penjelasan lain mengenai Credit Union yang juga disampaikan oleh Ayub Barombo (2012) dalam penelitiannya di Pontianak yang menyebutkan bahwa, anggota Credit Union dididik agar terjadi perubahan pola pikir dalam mengatur ekonomi rumah tangga. Anggota dididik untuk merancang masa depannya dengan hidup hemat dan tekun berusaha. Lebih dalam dari penelitian tersebut, Ayub Barombo hanya memberikan penjelasan mengenai Credit Union saja, dan tanpa memberikan kesimpulan atas apa yang telah ditelitinya. Credit Union menjadi popular di Indonesia ketika sulitnya masyarakat mengakses dana dari perbankkan, karena tujuan dari didirikannya jenis koperasi kredit tersebut yaitu untuk memberikan kesempatan kepada para anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan biaya bunga yang ringan. Dengan demikian masyarakat di Kalimantan Tengah dalam studi Carollina (2013) menyebutkan bahwa anggota dari Credit Union dapat menggunakan kredit yang diambilnya sebagai modal usaha (80%), membeli barang produksi (10%), dan membeli barang konsumsi (10%). Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Zulkarnain Lubis (2007), di mana dia membandingkan kehidupan petani anggota Credit Union dengan petani bukan anggota di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Ternyata petani anggota Credit Union memiliki modal pertanian dan belanja sehari-hari yang lebih besar, dibandingkan dengan petani bukan anggota. Penghasilan anggota yang bergabung 4

5 dengan Credit Union cenderung lebih besar dari pada non anggota. Pendapatan yang besar tersebut sebagian disisihkan sebagai tabungan. Tetapi Lubis tidak menerangkan mengapa anggota Credit Union berpenghasilan besar. Terdapat banyak lembaga keuangan yang saling bersaing menawarkan kredit kepada masyarakat, terlebih masyarakat pedesaan. Namun masyarakat memiliki berbagai pertimbangan dalam mengambil kredit tersebut, salah satunya yaitu adanya kemudahan memperoleh pinjaman, seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Monica Carollina (2013) di Kalimantan Tengah terhadap ketertarik masyarakat mengikuti Credit Union. Faktor-faktor lain dalam pertimbanagan masyarakat mengakses kredit juga di jelaskan oleh Hudi Sartono, dkk (2010: 41), yaitu: mata pencaharian dan status ekonomi, kedekatan dengan pengelola kredit, kebijakan pengelola kredit, jaringan kerja/usaha, aktivitas dalam suatu kelompok, dan informasi. Berperan atau tidaknya lembaga keuangan dalam kehidupan masyarakat bergantung kepada bagaimana masyarakat tersebut memanfaatkan kredit yang ia ambil. Karena tidak sedikit dari masyarakat mengambil kredit hanya untuk gali lubang tutup lubang, atau mengambil kredit untuk menutup kredit yang lainnya. Sehingga benar adanya jika masyarakat dalam penelitian Hudi Sartono, dkk (2010: 41) diatas menempatkan mata pencaharian, yang juga secara tidak langsung menyebutkan pendapatan di dalamnya, sebagai faktor pertama dalam pertimbangan mengambil kredit. 5

6 C. Rumusan Masalah Melihat sekilas dari gambaran umum diatas yang terjadi di masyarakat Dayak dan sosial-ekonomi yang ada di pedesaan Indonesia, menuntun penulis untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kehidupan sosial-ekonomi dan budaya yang ada pada masyarakat Nek Sawak, dilihat dari peran masyarakat dan lingkungan serta lembaga keuangan Credit Union disana. Sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut di lapangan, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Siapa masyarakat Nek Sawak yang mengikuti Credit Union, dan siapa yang tidak mengikutinya? Mengapa mereka mengikuti Credit Union dan mengapa pula mereka ada yang tidak mengikuti? D. Kerangka Pemikiran Credit Union merupakan koperasi kredit yang bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dari para anggotanya untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada anggota-anggotanya yang memerlukan bantuan modal (Baswir, 1997), dengan mudah dan ongkos (bunga) yang ringan (Anoraga dan Widiyanti, 1993). Lembaga keuangan yang diadobsi dari Jerman tersebut, di Indonesia sudah menjadi gerakan ekonomi karena besar dan luasnya dampak yang dihasilkannya, bahkan hampir seluruh pedalaman Kalimantan Barat yang notabene sangat sulit dijangkau lembaga keuangan lainnya, sudah terdapat pelayanan Credit Union (Carollina, 2013: 2). Dampak yang juga dirasakan oleh masyarakat Nek Sawak, khususnya mereka yang mengikuti keanggotaan Credit Union tersebut. Selain itu adanya sifat terbuka dalam keanggotaan Credit Union, menjadikan lembaga 6

7 tersebut sudah banyak merambah ke daerah terpencil, dimana anggotanya juga berasal dari kelas menengah kebawah yang berprofesi sebagai buruh ataupun petani karet dan/atau petani kelapa sawit (Jatiku agustus 2014). Bagi anggota Credit Union di Nek Sawak, mengikuti keanggotaan Credit Union tersebut merupakan upaya mereka untuk berubah dari masyarakat tradisional menjadi modern. Dimana hal tersebut kemudian menjadi perhatian dalam penelitian ini. Berangkat dari pemahaman mengenai masyarakat tradisional dan modern itu sendiri melalui tulisan Nawir (2013: 77), yang menjelaskan bahwa: Masyarakat tradisional selalu diidentikkan dengan dengan masyarakat desa, meskipun tidak semua masyarakat desa bersifat tradisional. Yang mana mereka masih kental dengan adat istiadat setempat yang dianut secara turun temurun. Dalam masyarakat tradisional individu tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Mereka berhubungan dengan alam secara langsung dan terbuka. Serta masyarakat modern disebutkan sebagai masyarakat yang lebih mengedepankan rasionalitas dan lebih terbuka akan hal-hal baru. Masyarakat modern (futurist, developmentalis) berusaha agar anggota masyarakat mempunyai pendidikan yang cukup tinggi-akademis. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat Nek Sawak tersebut didorong oleh keinginan mereka sebagai masyarakat tradisional untuk menjadi masyarakat yang maju dan berkembang seiring dengan perubahan zaman masyarakat tradisional (Narwi, 2013: 78). Dimana masyarakat Nek Sawak dengan berpendudukkan masyarakat Dayak, yang pada umumnya, hanya mampu mengandalkan perekonomian mereka dari praktik pertanian atau perladangan berpindah-pindah (Lebar, 1972; King, 1985; Conley, 1973, dsb) dan berburu (Nihin, 1994: 141). 7

8 Selain itu, pendapatan dari masyarakat yang bersifat bulanan atau setelah hasil panen dijual kepada tokeh atau tengkulak tersebut menyebabkan manajemen pendistribusian pendapatan rumah tangga petani kurang baik. Tidak ada upaya saving money (menabung) untuk keberlanjutan hidup petani (Astri, 2013: 9). Hal tersebut dikarenakan pengertian menabung sebagai penyimpanan untuk masa depan dengan mempertahankan atau menambah nilai ekonomis simpanan yang masyarakat pedesaan miliki, belum menjadi kebiasaan mereka (Florus, 1994: 225). Sehingga keadaan yang demikian digambarkan oleh A. Dj. Nihin sebagai kondisi kehidupan masyarakat dengan keterbatasan sarana, prasarana, arus informasi, dana, transformasi maupun jenis barang-barang kebutuhan, yang kemudian melahirkan keterpencilan, tingkat kehidupan yang relatif rendah dan lemah (Nihin, 1994: 239). Untuk melihat perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat Nek Sawak, maka digunakan teori Selo Soemardjan yang mana menjelaskan bahwa perubahan sosial merupakan segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompokkelompok dalam masyarakat (dalam Soekanto, 1990 : 337). Pernyataan tersebut kemudian dikuatkan dengan penjelasan Narwi yang mana menyebutkan perkembangan masyarakat tradisional menuju masyarakat modern tersebut ditandai dengan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Narwi, 2013: 78). Sedangkan di dalam Credit Union juga terdapat pendidikan yang ditujukan pada perubahan mental dan sikap masyarakat untuk memecahkan 8

9 masalah-masalah keuangan yang mereka hadapi (Bamba, 2001: 108) dan pendidikan yang bertujuan untuk memiliki sifat hemat dan gemar menabung serta untuk membebaskan para anggotanya dari jeratan para rentenir (Baswir, 1997). E. Metode Penelitian Penelitian yang dimaksudkan sebagai pencarian data untuk penyusunan tulisan ini, dilakukan oleh penulis di sebuah dusun yang berada di pedesaan Kalimantan Barat, yaitu Dusun Nek Sawak. Pada tanggal 3 Juli Agustus 2014, penulis melaksanakan tugas pengabdian kepada masyarakat atau yang biasa disebut dengan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di dusun tersebut. Untuk memanfaatkan waktu senggang ketika KKN, penulis mencoba untuk belajar dan memahami mengenai Credit Union. Saat itu, penelitian yang penulis lakukan sekedar wawancara dengan beberapa warga saja, seperti perangkat desa, kolektor Credit Union, dan beberapa masyarakat Nek Sawak pada umumnya. Pertanyaan wawancara yang diajukan oleh penulis kepada informan pun masih sederhana dan belum mencakup tema penulisan ini. Respon yang begitu baik dan informasi yang menarik dari informan, membuat penulis bertekad untuk melanjutkan penelitian tersebut sebagai bahan penulisan skripsi ini. Pada tanggal 26 Desember Maret 2015, penulis melanjutkan penelitiannya mengenai Credit Union di tempat yang sama, yaitu Dusun Nek Sawak, namun dengan lingkup penelitian yang lebih kecil lagi yaitu RT 2. Hal tersebut dikarenakan tempat tinggal penulis selama masa penelitian yang berada 9

10 di RT 2 Nek Sawak, sehingga dengan demikian penulis dapat dengan mudah melakukan observasi partisipan yang dilakukan oleh penulis dengan melihat, mengamati dan ikut serta dalam aktivitas informan, dengan tujuan untuk membangun interaksi yang dimaksudkan memperoleh timbal balik dari informan, yang mana menjadi salah satu metode pengambilan data dalam penelitian tersebut. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara yang dilakukan dengan memilih informan secara sengaja, dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai pengetahuan dan pemahaman yang berkaitan dengan Credit Union serta perubahan sosial-ekonomi dari anggota sebagai dampak dari Credit Union tersebut. Dari 43 KK yang menduduki RT 2 Nek Sawak, penulis menempatkan 11 KK anggota Credit Union dan 5 KK bukan anggota Credit Union sebagai informan. Serta untuk mendapatkan data mengenai Credit Union dalam masyarakat Nek Sawak, penulis menambahkan 3 kolektor Credit Union serta 5 perangkat desa dan tokoh masyarakat sebagai informan. Dan untuk kelancaran penelitian, penulis menggunakan bantuan alat perekam, kamera serta alat tulis sebagai pencatat data. Pemilihan informan dan pengambilan sampel oleh penulis yang berdasarkan KK ini dikarenakan sebutan anggota Credit Union dalam tulisan ini ditujukan kepada mereka yang mampu membayar biaya, baik biaya administrasi maupun setoran setiap bulannya. Karena pada kenyataannya terdapat remaja maupun anakanak yang juga mengikuti Credit Union, namun pembayaran biaya serta angsuran Credit Union mereka ditanggung oleh orang tua mereka. Sehingga dalam tulisan 10

11 ini penulis tidak dapat menjadikan remaja atau anak-anak anggota Credit Union tersebut sebagai sampel penelitian. Penelitian ini termasuk kedalam kategori penelitian campuran, dimana penulis melakukan analisis data dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Dalam metode kualitatif, penulis melakukan deskripsi yang menggambarkan kondisi dan kenyataan tentang keanggotaan Credit Union di dalam masyarakat Nek Sawak, berdasarkan fakta dan data sebagaimana adanya dilapangan. Disamping itu, penulis juga melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan pokok bahasan penelitian untuk analisis data tersebut. Selain itu, dengan berbekal data penduduk tahun 2015 yang didapat dari ketua RT 2 Nek Sawak dan kemudian dilanjutkan dengan sensus penduduk RT 2, penulis melakukan pembuatan wealth ranking dengan bantuan salah satu perangkat desa. Wealth ranking dibuat untuk mengetahui seberapa banyak aset (ladang, karet, dan sawit) yang dimiliki oleh masyarakat. Data tersebut kemudian penulis olah dan analisis dengan uji anova dan crosstabs (chi square) untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara beberapa aspek sosial-ekonomi dalam masyarakat Nek Sawak tersebut dengan keanggotaan dalam Credit Union. 11

BAB I PENDAHULUAN. perbankan, tetapi juga dapat dilakukan melalui Credit Union atau lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perbankan, tetapi juga dapat dilakukan melalui Credit Union atau lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilihan menabung dewasa ini semakin banyak, tidak hanya pada lembaga perbankan, tetapi juga dapat dilakukan melalui Credit Union atau lembaga keuangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang

BAB I PENDAHULUAN. meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Nek Sawak terdapat satu sekolah dasar bernama SD N 11 Nek Sawak, meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang ingin melanjutkan ke

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Dewasa ini banyak badan usaha yang berdiri di tengah-tengah pertumbuhan ekonomi, misalnya perusahaan negara, perusahaan swasta lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling membantu membangun kesejahteraan hidup telah berabad-abad dikenal

BAB I PENDAHULUAN. saling membantu membangun kesejahteraan hidup telah berabad-abad dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Bekerjasama (ko-operasi) atau usaha bersama di bidang ekonomi untuk saling membantu membangun kesejahteraan hidup telah berabad-abad dikenal orang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.LatarBelakang. Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan sifat kekeluargaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.LatarBelakang. Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan sifat kekeluargaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakang Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan sifat kekeluargaan dan kegotongroyongan, sifat tersebut dijadikan dasar atau pedoman pelaksanaan koperasi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu daerah yang didiami masyarakat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan beberapa temuan dalam penelitian ini, peneliti mengambil. kesimpulan yaitu:

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan beberapa temuan dalam penelitian ini, peneliti mengambil. kesimpulan yaitu: BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan beberapa temuan dalam penelitian ini, peneliti mengambil kesimpulan yaitu: 1) CU TPK Desa Tumbang Manggo berperan sebagai lembaga pembiayaan untuk membantu anggota

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 Sebagian besar penduduk miskin di Indonesia adalah perempuan, dan tidak kurang dari 6 juta mereka adalah kepala rumah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Koperasi Di Indonesia Credit Union atau dikenal sebagai koperasi kredit ada di Indonesia sejak tahun 1970an dan mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan bagian yang menunjang perekonomian nasional dengan

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan bagian yang menunjang perekonomian nasional dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan di bidang perekonomian senantiasa mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Pembangunan ekonomi nasional menjadi tolak ukur kemajuan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB II BEBERAPA BIDANG PERMASALAHAN GAMPONG. peserta KKN ke masyarakat. Sebagai pengabdian diri kepada masyarakat,

BAB II BEBERAPA BIDANG PERMASALAHAN GAMPONG. peserta KKN ke masyarakat. Sebagai pengabdian diri kepada masyarakat, BAB II BEBERAPA BIDANG PERMASALAHAN GAMPONG A. Pendidikan, Agama, Ekonomi, dan Sosial Budaya Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilaksanakan dengan penerjunan mahasiswa peserta KKN ke masyarakat. Sebagai pengabdian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan Credit Union. Credit Union (CU), diambil dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan Credit Union. Credit Union (CU), diambil dari bahasa Latin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perekonomian Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 menganut prinsip kekeluargaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian koperasi adalah badan usaha yang memiliki anggota orang atau badan hukum yang didirikan dengan berlandaskan asas kekeluargaan serta demokrasi ekonomi. Koperasi

Lebih terperinci

sejarah timbulnya Koperasi, yaitu :

sejarah timbulnya Koperasi, yaitu : Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan (decision maker) dan instansi terkait lainnya dalam menyusun kebijakan untuk meningkatkan kualitas Credit Union (CU). 2. Sebagai bahan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEUANGAN. Swiss Confederation. Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia

PERENCANAAN KEUANGAN. Swiss Confederation. Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia PERENCANAAN KEUANGAN ASET Aktiva/Harta/Kekayaan yang dimiliki, misalnya : uang tunai, tanah, sepeda motor, pohon kakao. LIABILITAS hutang yang dimiliki, misalnya tagihan untuk membayar pinjaman. PENDAPATAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan TINJAUAN PUSTAKA Koperasi Unit Desa (KUD) Pembangunan masyarakat di perdesaan turut mempercepat tingkat kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Petani sebagai salah satu mata pencaharian, semakin hari semakin tidak digemari

BAB I PENDAHULUAN. Petani sebagai salah satu mata pencaharian, semakin hari semakin tidak digemari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petani sebagai salah satu mata pencaharian, semakin hari semakin tidak digemari terutama oleh para generasi muda. Petani dalam konteks pergaulan sosial, ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 34 provinsi. Menurut survey terakhir yang dilakukan BPS pada tahun 2010 penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usaha tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat. yang setia dan menguntungkan pihak bank. Dengan demikian, pihak bank

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usaha tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat. yang setia dan menguntungkan pihak bank. Dengan demikian, pihak bank 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang bekerja dengan cara mengumpulkan dana dari masyarakat untuk kemudian meminjamkannya lagi kepada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan tersebut adalah sektor negara, swasta dan koperasi. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan tersebut adalah sektor negara, swasta dan koperasi. Untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang melaksanakan berbagai kegiatan usaha dalam tata kehidupan. Ketiga sektor kekuatan tersebut adalah

Lebih terperinci

SMAM 3 LHOKSEUMAWE LEMBAGA KEUANGAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN BUKAN JUDUL MATERI LAT. SELESAI BANK (LKBB) Indikator: Membdakan Lembg Keu Bank & LKBB

SMAM 3 LHOKSEUMAWE LEMBAGA KEUANGAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN BUKAN JUDUL MATERI LAT. SELESAI BANK (LKBB) Indikator: Membdakan Lembg Keu Bank & LKBB LEMBAGA KEUANGAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK () Definisi Bank Menurut Kuncoro dalam bukunya Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi (2002: 68), Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk konsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk konsumsi manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh, Myanmar, Kamboja,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendidikan juga bergerak dalam bidang perekonomian. Sesuai dengan tujuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendidikan juga bergerak dalam bidang perekonomian. Sesuai dengan tujuan 91 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Diantara kegiatan pengajian An-Naml di Kelurahan Giwangan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, selain bergerak dalam pemberdayaan bidang pendidikan juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia, hal ini

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia, hal ini sesuai dengan kondisi wilayah Republik Indonesia sebagai negara agraris. Sektor pertanian memberikan

Lebih terperinci

(Damanik dan Sasongko. 2003). dimana TR adalah total penerimaan dan C adalah total biaya. TR didapat dari P x Q

(Damanik dan Sasongko. 2003). dimana TR adalah total penerimaan dan C adalah total biaya. TR didapat dari P x Q II. TINJAUAN PUSTAKA Setiap pedagang berusaha untuk memaksimalkan laba usaha dagangnya. Untuk mencapai hal tersebut maka pedagang perlu menambah modal untuk memperbanyak jenis maupun jumlah dagangannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan perekonomian Indonesia beberapa tahun terakhir sempat mengalami keterpurukan. Hal tersebut diakibatkan oleh terjadinya krisis ekonomi dibeberapa negara yang

Lebih terperinci

Pelatihan Literasi Keuangan Masyarakat

Pelatihan Literasi Keuangan Masyarakat Pelatihan Literasi Keuangan Masyarakat Diselenggarakan oleh PT Home Credit Indonesia, Bekerjasama dengan PPKM dan UNJ Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh bagian dari modul ini. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor negara, sektor swasta, dan sektor koperasi. Koperasi adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor negara, sektor swasta, dan sektor koperasi. Koperasi adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia terdapat tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam tatanan kehidupan perekonomian. Ketiga sektor tersebut adalah sektor negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup yang layak merupakan dambaan kehidupan setiap orang. Terpenuhinya

BAB I PENDAHULUAN. Hidup yang layak merupakan dambaan kehidupan setiap orang. Terpenuhinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hidup yang layak merupakan dambaan kehidupan setiap orang. Terpenuhinya kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I Lembaga Keuangan

BAB I Lembaga Keuangan BAB I Lembaga Keuangan Sejak dahulu kegiatan perekonomian telah berjalan, bahkan sebelum ditemukannya sebuah alat ukur, alat tukar. Perekonomian tradisional dilakukan dengan sistem barter, yaitu sistem

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : IRMA NURYANI L2D 001 436 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

PERANAN CREDIT UNION SEBAGAI LEMBAGA PEMBIAYAAN MIKRO

PERANAN CREDIT UNION SEBAGAI LEMBAGA PEMBIAYAAN MIKRO PERANAN CREDIT UNION SEBAGAI LEMBAGA PEMBIAYAAN MIKRO Studi Kasus: Pada Usaha UMKM Di Desa Tumbang Manggo Kecamatan Sanaman Mantikei, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2013 Oleh: Monica

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia terkenal sebagai Negara agraris dimana mayoritas penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia terkenal sebagai Negara agraris dimana mayoritas penduduknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terkenal sebagai Negara agraris dimana mayoritas penduduknya menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap

Lebih terperinci

PROGRAM PELAYANAN KEUANGAN MIKRO LEMBAGA BINA SWADAYA DI KECAMATAN KIARACONDONG BANDUNG

PROGRAM PELAYANAN KEUANGAN MIKRO LEMBAGA BINA SWADAYA DI KECAMATAN KIARACONDONG BANDUNG PROGRAM PELAYANAN KEUANGAN MIKRO LEMBAGA BINA SWADAYA DI KECAMATAN KIARACONDONG BANDUNG OLEH: USWATUN HASANAH 1 & RISNA RESNAWATY 2 1. Mahasiswa Program Studi Magister (S-2) Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sejarah dan Definisi Koperasi 2.1.1 Sejarah Koperasi Menurut Amidipradja Talman (1985:22) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan koperasi adalah : Badan usaha yang berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diakui bahwa usaha kecil dan menengah mempunyai peran penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang mutlak yang

Lebih terperinci

DRAF WAWANCARA MODAL SOSIAL DALAM OPERASIONAL CREDIT UNION

DRAF WAWANCARA MODAL SOSIAL DALAM OPERASIONAL CREDIT UNION DRAF WAWANCARA MODAL SOSIAL DALAM OPERASIONAL CREDIT UNION Idenditas Nama : Pekerjaan : Pertanyaan (Untuk Nasabah) 1. Sejak kapan anda mengenal CU Cinta Kasih,? 2. Apa yang mendasari anda pada akhirnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah terdapat beberapa jenis bank yang di Indonesia :

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah terdapat beberapa jenis bank yang di Indonesia : 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jenis Fungsi dan Peranan Perbankan A. Jenis Bank Berikut ini adalah terdapat beberapa jenis bank yang di Indonesia : 1. Bank Sentral Bank sentral adalah suatu institusi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995 dan 1,9

I. PENDAHULUAN. dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995 dan 1,9 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet (Havea brasiliensis) merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

PENGURUS DEWAN PIMPINAN KETUA WAKIL KETUA SKRETARIS WAKIL SEKRETARIS BENDAHARA 3 ORANG ANGGOTA MENEJER KABID KEUANGAN ANGGOTA DILAYANI

PENGURUS DEWAN PIMPINAN KETUA WAKIL KETUA SKRETARIS WAKIL SEKRETARIS BENDAHARA 3 ORANG ANGGOTA MENEJER KABID KEUANGAN ANGGOTA DILAYANI RAPAT ANGGOTA TAHUNAN (RAT) PENGURUS DEWAN PIMPINAN KETUA WAKIL KETUA SKRETARIS WAKIL SEKRETARIS BENDAHARA 3 ORANG ANGGOTA BADAN PENGAWAS KETUA SEKRETARIS ANGGOTA PENGURUS PARIPURNA KOMISARIS-KOMISARIS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG. PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG. PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjalankan usaha ataupun produksinya. Namun dengan suku

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjalankan usaha ataupun produksinya. Namun dengan suku BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam sejarahnya rentenir atau tengkulak adalah pemodal yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, atau dengan kata lain berada dalam lingkungan masyarakat. Kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Berupa metode deskriftif eksploratif dan jenis penilitian yang digunakan adalah kuantitatif. Penelitian deskriftif eksploratif adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini aktivitas manusia yang berhubungan dengan menabung sangatlah penting, adanya tabungan masyarakat maka dana tersebut tidaklah hilang, tetapi dipinjam atau dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana termaktub dalam ideologinya, yaitu Pancasila. Kelima sila

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana termaktub dalam ideologinya, yaitu Pancasila. Kelima sila 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan nilai-nilai yang mengakar sebagaimana termaktub dalam ideologinya, yaitu Pancasila. Kelima sila dalam Pancasila tersebut,

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS IV. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Gambaran Obyek Penelitian Lokasi Pemukiman Kampung Pancuran yang secara adminstratif berada di wilayah Kelurahan Kutowinangun Kecamatan Tingkir. Kampung ini di kelilingi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas

BAB I PENDAHULUAN. koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permodalan yang pada umumnya rata-rata relatif lemah. Munculnya kendala

BAB I PENDAHULUAN. permodalan yang pada umumnya rata-rata relatif lemah. Munculnya kendala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kemandirian kehidupan desa, khususnya dalam meningkatkan pembangunan di bidang perekonomian. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan, permasalahan, dan faktor lain yang dimiliki oleh pelakunya.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan, permasalahan, dan faktor lain yang dimiliki oleh pelakunya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses adaptasi merupakan bagian dari kehidupan manusia. Untuk dapat bertahan hidup di dalam lingkungannya manusia harus mampu beradaptasi. Proses adaptasi satu dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Bertahan Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman bagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya dan modal yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, beranggotakan masyarakat yang umumnya berekonomi lemah yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, beranggotakan masyarakat yang umumnya berekonomi lemah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi adalah suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian, beranggotakan masyarakat yang umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela

Lebih terperinci

Pengelolaan Keuangan. Pengelolaan keuangan adalah tindakan untuk mencapai tujuan keuangan di masa yang akan datang.

Pengelolaan Keuangan. Pengelolaan keuangan adalah tindakan untuk mencapai tujuan keuangan di masa yang akan datang. Pengelolaan Keuangan Pengelolaan keuangan adalah tindakan untuk mencapai tujuan keuangan di masa yang akan datang. Edukasi Keuangan Pengelolaan keuangan merupakan bagian penting dalam mengatasi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rasional, karena pada kenyataannya ratio antara jumlah wajib pajak dengan

BAB I PENDAHULUAN. rasional, karena pada kenyataannya ratio antara jumlah wajib pajak dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dari tahun ke tahun, senantiasa memberikan tugas kepada Direktorat Jendral Pajak untuk menaikkan penerimaan pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara sangat berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara sangat berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu negara, dengan adanya pembangunan dapat diketahui suatu negara mengalami kemajuan atau kemunduran. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS 10 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank Bank sebagai suatu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien, yang dengan berasaskan demokrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan latar belakang. Perorangan, perusahaan, negara atau bangsa di dunia ini

BAB I PENDAHULUAN. dan latar belakang. Perorangan, perusahaan, negara atau bangsa di dunia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan keperluan kredit mempunyai berbagai corak ragam alasan dan latar belakang. Perorangan, perusahaan, negara atau bangsa di dunia ini mempunyai berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan permodalan yang lemah. Hal ini disebabkan oleh aktivitas ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan permodalan yang lemah. Hal ini disebabkan oleh aktivitas ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di Indonesia tidak lepas dari peranan sektor industri yang sangat mempengaruhi kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan penyaluran kredit dan investasi. Kegiatan perkreditan dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan penyaluran kredit dan investasi. Kegiatan perkreditan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan zaman dan teknologi saat ini semakin pesat dan menyeluruh merupakan tantangan tersendiri bagi negara berkembang seperti Indonesia. Negara berkembang dituntut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedudukannya sebagai pemilik, simpanan sukarela), dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedudukannya sebagai pemilik, simpanan sukarela), dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Partisipasi Anggota Sesuai dengan peran ganda yang ditandai oleh prinsip identitas, maka partisipasi anggota dapat dibagi menjadi dua, yaitu dapat berupa partisipasi kontributif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada zaman sekarang ini, terjadi krisis ekonomi global yang hampir terjadi di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada zaman sekarang ini, terjadi krisis ekonomi global yang hampir terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, terjadi krisis ekonomi global yang hampir terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Salah satu akibat terjadinya krisis ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mereka yang memiliki uang atau modal baik di pedesaan maupun di. menyebabkan ekonominya semakin melemah.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mereka yang memiliki uang atau modal baik di pedesaan maupun di. menyebabkan ekonominya semakin melemah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi lahir pada permulaan abad ke 19 (sembilan belas), sebagai reaksi terhadap sistem revolusi industri dan penerapan sistem kapitalis, pada saat itu ada sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Hal ini terjadi karena manusia mempunyai kepentingan-kepentingan yang berbeda, dan perubahan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berakhirnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa. PNPM-MP

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA MELAWI MAKMUR KECAMATAN MELIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA MELAWI MAKMUR KECAMATAN MELIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DESA MELAWI MAKMUR KECAMATAN MELIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SANGGAU, Menimbang : a. bahwa dalam upaya peningkatan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BUNGA TABUNGAN

PERHITUNGAN BUNGA TABUNGAN 7 Desember 206 3 Pada pertemuan ke-9 telah dibahas tentang kegiatan usaha simpan pinjam, kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun dana dan menyalurkannya melalui usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisi serta budaya. Keragaman suku bangsa di Indonesia menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. tradisi serta budaya. Keragaman suku bangsa di Indonesia menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagi macam suku dan terdiri dari beberapa propinsi yang memiliki adat istiadat dan budaya yang berbeda antara satu propinsi

Lebih terperinci

MEMBANGUN MASYARAKAT YANG CERDAS, MANDIRI, DAN SEJAHTERA

MEMBANGUN MASYARAKAT YANG CERDAS, MANDIRI, DAN SEJAHTERA MEMBANGUN MASYARAKAT YANG CERDAS, MANDIRI, DAN SEJAHTERA BIDANG KEGIATAN: 1. PEMBUATAN SANITASI: 2 MCK, 1 TEMPAT CUCI & PENAMPUNGAN AIR 2. PENDIRIAN USAHA BERSAMA PENJUALAN SEMBAKO 3. PELATIHAN PENGURUS

Lebih terperinci

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Blog:

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Blog: Pokok Bahasan 3 PENENTUAN KEGIATAN EKONOMI Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP Email: asyahza@yahoo.co.id; syahza.almasdi@gmail.com Guru Besar Universitas Riau Pandangan Klasik, Keynes

Lebih terperinci

KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA

KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA Ascosenda Ika Rizqi Dosen, Universitas Merdeka Pasuruan, Jl. H. Juanda 68, Kota Pasuruan Abstrak Desa merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Allah SWT. Yaitu mengenai pencatatan dalam transaksi jual-beli dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Allah SWT. Yaitu mengenai pencatatan dalam transaksi jual-beli dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Islam merupakan risalah yang diturunkan Allah SWT kepada Muhammad SAW. Berbagai petunjuk dan pedoman yang mengandung hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan

Lebih terperinci

Tabungan, Investasi dan Sistem Keuangan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Tabungan, Investasi dan Sistem Keuangan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Tabungan, Investasi dan Sistem Keuangan Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Untuk membuka Usaha membutuhkan Investasi. Definisi Investasi secara Makro adalah terkait dengan barang modal, diantaranya: a. Pembelian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan

BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan 51 BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya. Harga pasaran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan UMKM di Indonesia dilihat dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan UMKM di Indonesia dilihat dari tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan UMKM di Indonesia dilihat dari tahun ketahun berkembang pesat, hal ini dikarenakan UMKM memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dayak. Suku Dayak sendiri terbagi dalam kelompok-kelompok kecil,

BAB I PENDAHULUAN. Dayak. Suku Dayak sendiri terbagi dalam kelompok-kelompok kecil, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar penduduk yang mendiami pulau Kalimantan pada umumnya dan Provinsi Kalimantan Barat pada khususnya adalah suku Dayak. Suku Dayak sendiri terbagi dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SIMPANAN DAN TUNGGAKAN KREDIT TERHADAP KESEJAHTERAAN ANGGOTA KOPERASI KREDIT (STUDI KASUS : CREDIT UNION LANTANG TIPO)

PENGARUH JUMLAH SIMPANAN DAN TUNGGAKAN KREDIT TERHADAP KESEJAHTERAAN ANGGOTA KOPERASI KREDIT (STUDI KASUS : CREDIT UNION LANTANG TIPO) PENGARUH JUMLAH SIMPANAN DAN TUNGGAKAN KREDIT TERHADAP KESEJAHTERAAN ANGGOTA KOPERASI KREDIT (STUDI KASUS : CREDIT UNION LANTANG TIPO) Sabinus Beni Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Shanti Bhuana Bengkayang,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO I. UMUM Sektor jasa keuangan merupakan sektor yang memiliki keterkaitan dengan

Lebih terperinci

Wanita Pertiwi Gebangsari. Berdasarkan analisis data penelitian dan berdasarkan

Wanita Pertiwi Gebangsari. Berdasarkan analisis data penelitian dan berdasarkan Penelitian ini berfokus pada partisipasi ibu rumah tangga dalam Koperasi Wanita Pertiwi Gebangsari. Berdasarkan analisis data penelitian dan berdasarkan keseluruhan temuan di lapangan yang diperoleh dari

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO I. UMUM Sektor jasa keuangan merupakan sektor yang memiliki keterkaitan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KAYONG UTARA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Credit union merupakan salah satu lembaga keuangan yang bergerak di bidang simpan pinjam. Dana dihimpun, dikelola, dan digunakan oleh anggotanya sendiri. Credit union

Lebih terperinci

Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi yaitu:

Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi yaitu: Koperasi Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan

Lebih terperinci

Undang-Undang tentang LKM tersebut mengamanatkan beberapa materi pengaturan teknis lebih lanjut terkait kegiatan usaha LKM, tata cara memperol

Undang-Undang tentang LKM tersebut mengamanatkan beberapa materi pengaturan teknis lebih lanjut terkait kegiatan usaha LKM, tata cara memperol TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. OJK. Lembaga Keuangan. Mikro. Penyelenggaraan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 343) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian 28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan yang sangat cepat menuntut kita untuk selalu siap dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat. Indonesia sebagai negara yang sedang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dalam prosedur laporan pelaksanaan simpan pinjam yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan sebuah bagian penting dari sebuah promosi agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan sebuah bagian penting dari sebuah promosi agar dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan sebuah bagian penting dari sebuah promosi agar dapat memberikan sebuah kepastian bahwa khalayak dapat menerima berbagai informasi yang

Lebih terperinci

PELAPORAN KEUANGAN CREDIT UNION. Abstrak

PELAPORAN KEUANGAN CREDIT UNION. Abstrak PELAPORAN KEUANGAN CREDIT UNION Abstrak Koperasi merupakan soko guru perekonomian. Koperasi bertujuan untuk memajukan kesejahteraan masyarakat pada umumnya, dan anggota pada khususnya. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB II KOPERASI PEGAWAI NEGERI (KPRI) SERAI SERUMPUN KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT

BAB II KOPERASI PEGAWAI NEGERI (KPRI) SERAI SERUMPUN KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT BAB II KOPERASI PEGAWAI NEGERI (KPRI) SERAI SERUMPUN KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT A. Sejarah Ringkas Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang memiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah kegiatan ekonomi. Menurut Ismail (2010: 10) menyebutkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Landasan, dan Jenis Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang Koperasi tahun 1967 No. 12 tentang Pokokpokok Perkoperasian bahwa : Koperasi Indonesia

Lebih terperinci

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT A. Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat atau BPR memiliki sejarah yang panjang didalam timeline industri perbankan di Indonesia. Awalnya BPR dibentuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 15 TAHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 15 TAHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 15 TAHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM CREDIT UNION (Studi deskriptif mengenai Kopdit/CU Cinta Kasih di Pulo Brayan, Medan) D I S U S U N

PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM CREDIT UNION (Studi deskriptif mengenai Kopdit/CU Cinta Kasih di Pulo Brayan, Medan) D I S U S U N PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM CREDIT UNION (Studi deskriptif mengenai Kopdit/CU Cinta Kasih di Pulo Brayan, Medan) D I S U S U N OLEH: MARIA SUSANTHY KABAN 030905022 DEPARTEMEN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan taraf hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak saat ini terus dilakukan. Berbagai upaya ke arah itu khususnya di bidang

Lebih terperinci