Mitologi Wewaran Posted by Ochie - 16 Jan :16

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mitologi Wewaran Posted by Ochie - 16 Jan :16"

Transkripsi

1 Mitologi Wewaran Posted by Ochie - 16 Jan :16 Shri Danu D.P (I wayan Sudarma) Om Swastyastu Wewaran adalah bahasa Sansekerta dari urat kata wara di duplikasikan (Dwipurwa) dan mendapat akhiran an (we+wara+an). Kata wara banyak memiliki arti seperti: terpilih;terbaik; unggul. Wara juga berarti hari; mulia; utama. Dari uraian di atas wewaran dapat diartikan perhitungan hari-hari. Tentang hari-hari dalam Wariga ada sepuluh jenis yang dipergunakan dalam padewasan yaitu pemilihan hari baik untuk memulai suatu pekerjaan atau yajña. Mengenai mitologi (cerita) lahirnya wewaran dikemukakan dalam Lontar Medangkamulan dan Lontar Bagawan Garga. Dalam Lontar tersebut di atas diuraikan kelahiran wuku dan juga menceritakan para Dewa dan Rsi adalah berwujud menjadi wewaran sebagai berikut : Kunang kang rumuhan, sang hyang ekataya, maka linggan taliwang ke, nga, sang hyang timira, maka pepet, nga, sang hyang wacika, dadi waya. Sang hyang manacika, dadi byantara, punika sang hyang tri kursika maka lingga triwara. Sang hyang caturlokapala, dadi catur wara, sri bhegawan bhregu; laba bhagawan kanwa; jaya bhagawan janaka; manala bhagawan narada. Sang hyang garga, ka, sang korsika, u, sang hyang metri, pa. Sang kurusya, pwa. Sang hyang pratanjala, wa, dadi pancawara. 1 / 10

2 Mwang sadrsi, indra dadi tungleh, baruna dadi aryang. Yama dadi paniron: hyang bajra dadi was. Sang hyang airawana dadi maulu. Mwah saptarsi, slokanya : Radityanca candrayatam kujayenca rabudyattam wraspati tamnca saniscara gunatryam, kunang sang hyang baskara dadi, ra, sang hyang candra dadi, ca, sang hyang anggara, sang hyang udaka dadi, bu; sang hyang suraguru dadi Wra; sang hyang bregu dadi su, sang hyang wasurama dadi, sa (Lontar Medangkamulan; lembar 10 a -10 b). Artinya : Tersebutlah saat dahulu Sang Hyang Ekayata sebagai perwujudan Taliwangke. Sang Hyang Timira menjadi Pepet, Sang Hyang Kalima menjadi Menga, keduanya menjadi Dwiwara. Sang Hyang Cika menjadi Dora; Sang Hyang Wacika menjadi Waya, Sanh Hyang Manacik menjadi Byantara; itulah Sang Hyang Tri Kursika berwujud menjadi Triwara. Sang Hyang Caturlokapala menjadi Caturwara, Sri adalah Bhagawan Bhregu, Laba adalah Bhagawan Kanwa, jaya adalah Bhagawan Janaka, Mandala adalah Bhagawan Narada. Sang Hyang Garga menjadi Kliwon, Sang Hyang Korsika menjadi Umanis, Sang Hyang Metri menjadi Pahing, Sang Hyang Kurusya menjadi Pon, Sang Hyang Pratanjala menjadi Wage. Jadi Pnacawara adalah perwujudan dari Sang Hyang Pancakorsika. Dan lagi Sad Rsi berwujud menjadi Sadwara yaitu Indra menjadi Tungleh, Bharuna menjadi Aryang, Kuwera menjadi Urukung, Bayu menjadi Paniron, Hyang Bajra menjadi Was, Sang Hyang Ajrawana menjadi Maulu. Selanjutnya dalam sloka Sapta Rsi dinyatakan Sang Hyang Baskara menjadi Radite, Sang Hyang Candra menjadi Coma, Sang Hyang Anggara menjadi Anggara, Sang Hyang Udaka menjadi Buda, Sang Hyang Suraguru menjadi Wraspati, Sang HyangBregu menjadi Sukra, Sang Hyang Wasurama menjadi Saniscara. Mitologi di atas tidak menyebutkan tentang Ekawara, Astawara, Sangawara dan Dasawara. Oleh karena itu agak berbeda dengan mitologi lahirnya wewaran berdasarkan Lontar Bhagawan Garga sebagai berikut : Hana ta dewa anglayang, guru tunggal, ingaran sang hyang licin, suksma nirmala, endah snenya maring sunya, pantaranya rumawak tuduh, yan ta sang hyang licin, rumaga rama tan sahayebu. Mayoga sang hyang licin, hana bhagawan bregu, mayoga bhagawan bregu hana rwa mimitan, nga, rahayu mimitan, rupanya kadi tunggal, nga, dewakala, rahu mawak ketu lwirya: sang hyang rahu hangadakna, 2 / 10

3 kala kabeh, sang hyang ketu ika hamijil kna dewakabeh, mwang wewaran (Transkripsi Lontar Bhagawan Garga, 3-4). Artinya : Ada tersebut sinar suci melayang-layang, beliau itu dewa suci yang disebut Sang Hyang Licin, wujudnya sangat gaib dan sangat suci, bermacam-macam wujudnya di alam yang kosong ini, itulah sebabnya berwujud Sang Hyang Tuduh, Ia itulah juga Sang Hyang Licin, beliau yang ada pertama kali, tanpa ayah dan ibu. Beryogalah Sang Hyang Licin, lahirlah dua hal yaitu positif dan negatif, wujudnya seperti tunggal (satu)adalah Dewa Kala; yaitu Sang Hyang Rahu dan Sang Hyang Ketu. Sang Hyang Rahu menciptakan semua Kala, Sang Ketu itu menciptakan para Dewa dan Wewaran. Selanjutnya diuraikan bahwa Sang Hyang Licin sebenarnya menjadi Ekawara yaitu Luang. Kemudian lahir wuku Sinta dan Sungsang maka ada Dwiwara yaitu Menga, Pepet; inilah yang menyebabkan adanya baik buruk (ala ayu). Sang Hyang Menga menjadi siang adalah Sang Hyang Rahu; Hyang Pepet menjadi malam adalah Sang Hyang Ketu. Ada wuku Tambir lahirlah Triwara yaitu Dora, Waya, Byantara. Sesungguhnya Dora adalah Kala, Waya adalah Manusa dan Byantara adalah Dewa. Ada wuku Kulawu lahirlah caturwara yaitu Sri, Laba, Jaya, Mandala; sesungguhnya adalah Batari Gangga, Sang Hyang Bayu, Sang Hyang Sang kara, Sang Hyang Kancanawidhi. Ada wuku Wariga lahirlah Pancawara, yaitu : Umanis, Pahing. Pon, Wage, Kliwon. Sebenarnya adalah Sang Hyang Iswara Sang Hyang Brahma, Sang Hyang Mahadewa, Sang Hyang Wisnu, Sang Hyang Siwa. Ada wuku Pahing lahirlah Sadwara yaitu: Tungleh Aryang, Urukung, Paniron, Was, Maulu. Sesungguhnya Tungleh adalah Antabuta; Aryang adalah Padabuta; Urukung adalah Anggabuta; Paniron adalah Malecabuta;Was adalah Astabuta; Maulu adalah Matakabuta. 3 / 10

4 Ada wuku Bala lahirlah Saptawara yaitu: Radite, Coma, Anggara Buda, Wraspati, Sukra, Sanicara; sebenarnya adalah Sang Hyang Banu, Hyang Candra, Sang manggala, Hyang Buda, Hyang Wraspati, Bhagawan Sukra, Dewi Sori. Ada wuku Kulantir, lahirlah Astawara yaitu: Sri, Indra, Guru, yama, Ludra, Brahma, Kala, Uma. Sebenarnya adalah Batari Giriputri, Hyang Indra, Sang Hyang Guru, Sang Hyang Yama, Hyang Ludra, Hyang Brahma, Hyang Kalantaka, Sang Hyang Amerta. Ada wuku langkir lahirlah Sangawara yitu: Dangu, Jangur, Gigis, Nohan, Ogan, Erangan, Urungan, Tulus, Dadi. Sebenarnya Buta Urung; Jangur adalah Buta Pataha; Gigis adalah Buta Jingkrak; Erangan adalah Buta Jabung; Urungan adalah Buta Kenying; Tulus adalah Sang Hyang Saraswati; Dadi adalah Sang Hyang Dharma. Ada wuku Uye, lahirlah Dasawara yaitu Pandita, Pati, Suka Duka, Sri Manuh, Manusa, Raja, Dewa, Raksasa. Sebenarnya Sang Hyang Aruna adalah Pandita; Kala adalah Pati; Smara adalah Suka; Durga adalag Duka; Sang Hyang Basundari adalah Sri; Kalalupa adalah Manuh; Sang Hyang Suksmajati adalah Manusa; Kalatangis adalah Raja; Sang Hyang Sambu adalah Dewa; Sang Kalakopa adalah Raksasa. (Transkripsi Lontar Bhagawan Garga, 4-5). Berdasarkan uaraian kelahiran wewaran tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa semua wewaran itu dalah ciptaan Sang Hyang Widhi melalui yoganya. Pada mulanya beliau disebut Sang Hyang Licin yang beryoga lahirlah Bhagawan Bregu. Bhagawan Bregu beryoga lahirlah Sang Hyang Rahu dan Sang Hyang Ketu. Sang Hyang Rahu beryoga lahirlah para Kala dan Sang Hyang Ketu beryoga lahirlah para Dewa dan Wewaran. Maksudnya adalah Sang Hyang Widhi itu tunggal tidak ada duanya yang diwujudkan dengan Ekawara adalah Luang. Luang artinya kosong. Pada mulanya belum ada apa-apa atau alam ini kosong; yang ada hanya kekosongan (luang), itu adalah sebenarnya perwujudan Sang Hyang Widhi yang tunggal disebut juga Paramasiwa dalam Saptaloka beliau berkedudukan pada Satyaloka. Pada tingkat ini beliau suci nirmala belum terpengaruh oleh apapun juga sehingga disebut dengan Nirguna Brahma. Dari yoganya Sang Hyang Widhi ada Bhagawan Bregu, beliau ada pada tingkat Mahaloka, saat itu Sang Hyang Widhi sudah terpengaruh oleh hal-hal maya. Bhagawan Bregu beryoga lahirlah Sang Hyang Rahu dan Sang Hyang Ketu. Pada tingkatan Mahaloka Sang Hyang Widhi diberi gelar Sadasiwa yang disebut dengan Saguna Brahma karena sudah terpengaruh oleh maya. Itulah sebebnya muncul dua kekuatan Cetana Acetana, Purusa Predana atau Sang Hyang Ketu dan Sang Hyang Rahu. 4 / 10

5 Berpadunya dua kekuatan ini pada jenjang Siwatama yang disebut dengan Gunakarya barulah muncul ciptaan yaitu Sanag Hyang Rahu beryoga lahir para Kala?Bhuta dan Sang Hyang Ketu beryoga lahirlah para Dewa dan Wewaran, demikian seterusnya. Selain cerita lahirnya wewaran di atas dalam Lontar Bhagawan Garga juga menyebut tentang hurip/neptu dari tiap-tiap wewaran yang ada sebagai berikut: Kunang ikang wewaran kabeh sakeng yoganira sang hyang ketu, ika wak dewa kabeh ri mangke sang hyang ketu. Mwang sang hyang rahu kinon denira sang hyang licin magawe ana abeking trimandalanya, iwasira, awargadesa ring wayabya pranahnya, tan ana madani ikang awarga wayabya teja kadi surya koti. Kinon ta ya kabeh mwang dewa kabeh tekeng wewaran agrebat desa ri wayabya, neher sira sang hyang sangkara jumunjung ring wayabya. Ika ingadu kala lawan dewa, sang hyang rahu, sang hyang ketu, angadu prangira kabeh arebat awarga wayabya. Rame kang prang silih suduk, nyakra, enak adameng kasaktennya. Pejah tang kala kabeh, ingurip mwah denira sang hyang adikala, sidhi Yoganya (Transkripsi Lontar bhagawan Garga,7). Artinya : Demikianlah tentang wewaran semuanya lahir dari yoganya Sang Hyang Ketu, begitu juga para Dewa ada karena Sang Hyang Ketu. Sedangkan Sang Hyang Rahu disusruh oleh beliau Sang Hyang Licin untuk mengadakan ciptaan yang memenuhi Trimandala, lalu beliau menjadi warga desa yang bertempat di arah Wayabya (Barat laut), tidak akan menyaingi keluarga desa di wayabya, bersinar seperti matahari sebanyak sepuluh ribu. Diperintahkannya semua para dewa dan wewaran untuk menyerang desa yang ada di wayabya, lalu beliau Sang Hyang Sangkara berdiri (ada) di wayabya. Itu di adu oleh para kala melawan para dewa, Sang Hyang Rahu, Sang Hyang Ketu, sebagai pemimpin perang menyerbu seluruh warga yang ada di wayabya. Sangatlah seru 5 / 10

6 pertempuran itu saling tusuk menusuk, panah memanah, semua mengeluarkan kesaktiannya, matilah kala semuanya, kehidupan kembali oleh Sang Hyang Adikala yang telah berhasil yoganya. Selanjtnya setelah para kala hidup semuanya, lagi terjadi peperangan yang sangat dasyat, sehingga akibatnya banyak diantara dewa, wewaran terbunuh menjadi korban perang, tetapi akhirnya juga kembali dihidupkan. Oleh karena Kala dihidupkan hanya sekali saja, itulah sebabnya Sang Hyang Kala mempunyai hurip 1 (satu). Hyang Sangkara dibunuh oleh Kala Mretiu sekali, itulah sebabnya sehingga mempunyai urip 1 (satu). Batara Siwa dibunuh oleh Kala Ekadasabumi delapan kali, itu sebabnya Kliwon mempunyai urip 8 (delapan), Hyang Iswara dibunuh oleh Kala Sanjala lima kali, oleh karenanya Umanis mempunyai urip 5 (lima). Hyang Brahma terbunuh oleh Kala Wisesa sembilan kali, itulah sebabnya Pahing mempunyai urip 9 (sembilan), Hyang Mahadewa dibunuh oleh Kala Agung tujuh kali, karenanya Pon mempunyai urip 7 (tujuh). Hyang Wisnu dibunuh oleh Kala Dasamuka empat kali, oleh karena itu Wage mempunyai urip 4 (empat). Demikian pula Saptawara, Hyang Aditya dibunuh oleh Kala Limut lima kali, karenanya Radite mempunyai urip 5 (lima). Hyang Candra terbunuh oleh Kala Angruda empat kali, karenanya Coma mempunyai urip 4 (empat). Sang Manggal dibunuh oleh Kala Enjer tiga kali, oleh sebab itu Anggara mempunyai urip 3 (tiga).sang Buda terbunuh oleh Kala Salongsongpati tujuh kali, karenanya Buda mempunyai urip 7 (tujuh). Sang Hyang Wraspati terbunuh oleh Kala Amengkurat delapan kali, itulah sebabnya Wraspati mempunyai urip 8 (delapan). Sang Hyang Kawia terbunuh oleh Kala Greha enam kali, oleh karenanya Sukra mempunyai urip 6 (enam), Dewi Sori terbunuh oleh Kala Telu sembilan kali, itulah sebabnya Saniscara mempunyai urip 9 (sembilan). Begitu pula Astawara, Hyang Giriputri dibunuh oleh Kala Luang enam kali, karenanya mempunyai urip 6 (enam), Hyang Guru dibunuh oleh Kala Durgastana delapan kali, oleh sebab itu Guru mempunyai urip 8 (delapan), Hyang Yama dibunuh oleh Kalantaka sembilan kali, karenanya Yama mempunyai urip 9 (sembilan). Hyang Rudra terbunuh oleh Kala Pundutan tiga kali, sehingga Ludra mempunyai urip 3 (tiga), Hyang Brahma dibunuh oleh Kala Agni tujuh kali, sehingga Brahma mempunyai urip 7 (tujuh). Hyang Kala terbunuh oleh Hyang Guru sekali, sehingga kala mempunyai urip 1 (satu). Hyang Mreta terbunuh oleh Kala Padumarana empat kali, sehingga Uma mempunyai urip 4 (empat). Lain lagi halnya Sangawara, Dangu terbunuh 5 kali. Jangur terbunuh 6 kali, Gigis terbunuh 8 kali, Nohan terbunh 1 kali (sekali). Ogan terbunuh 8 kali, Erangan terbunuh 3 kali, Urungan 7 kali. Tulus terbunuh 9 kali, Dadi terbunuh 4 kali. Itulah semuanya menjadi uripnya masing-masing. 6 / 10

7 Mengenai Sadwara, Tungleh terbunuh 7 kali, Aryang terbunuh 6 kali, Urukung terbunuh 5 kali, Paniron terbunuh 8 kali, Was terbunuh 9 kali, Maulu terbunuh 3 kali Begitu pula halnya Caturwara, Hyang Angga terbunuh 4 kali, sehingga Sri mempunyai urip 4 (empat), Hyang Bayu terbunuh 5 kali, sehingga Laba mempunyai urip 5 (lima). Hyang Purusa dibunuh 9 kali, sehingga Jaya mempunyai urip 9 (sembilan), Hyang Kencanawidi terbunuh 7 kali, sehingga mandala mempunyai urip 7 (tujuh) (Transkripsi Lontar Bhagawan Garga, 8). Demikian cerita kehidupan Wewaran berperang melawan Kala semuanya yang akhirnya dihidupkan kembali oleh Hyang taya, itulah sebabnya semua wewaran mempunyai urip/neptu seperti telah tersebut di atas. Dari sinilah kiranya Padma Anglayang yang juga disebut dengan pengider-ngider, setiap arahnya mempunyai urip tertentu. Sehubungan dengan terciptanya alam semesta yang keadaannya sudah stabil, sempurna dan sejahtera artinya masing-masing dari benda-benda alam (Brahmanda) telah berdiri sendiri-sendiri disebut dentan Swastika sebagai lambang suci agama Hindu. Lambat laun dari Swastika itulah berkembang menjadi lukisan Padma Anglayang, artinya tunjung terbang melayang-layang di awang-awang mengedari matahari (Suryasewana). Daunnya yang delapan menjadi 8 (delapan) arah dari bumi yaitu : 1. Purwa (Timur). 2. Gneya (Tenggara). 3. Daksina (Selatan). 4. Nairiti (Barat Daya). 5. Pascima (Barat). 6. Wayabya (Barat Laut). 7. Uttara (Utara). 7 / 10

8 8. Airsanya (Timur Laut). Dalam Sapta loka yaitu tingkat keempat dari atas atau dari bawah Sang Hyang Widhi itu disebut Loka Pala artinya pemimpin alam. Dalam kepemimpinan ini Sang Hyang Widhi digelari bermacam-macam menurut tempat dan tugasnya, misalnya Panca Brahma, Panca Dewata, Nawa Dewata atau Dewata Sangga. Di antara gelar-gelar Sang Hyang Widhi itu di sini akan diuraikan tentang Nawa Dewata atau Dewata Sanga yang berhubungan langsung dengan Padma anglayang atau Pangider-ider sebagai berikut : 1. Sang Hyang Iswara bertempat di Timur. 2. Sang Hyang Maheswara bertempat di Tenggara. 3. Sang Hyang Brahma bertempat di Selatan. 4. Sang Hyang Rudra bertempat di Barat daya. 5. Sang Hyang Mahadewa bertempat di Barat. 6. Sang Hyang Sangkara bertempat di Barat Laut. 7. Sang Hyang Wisnu bertempat di Utara. 8. Sang Hyang Sambhu bertempat di Timur Laut. 9. Sang Hyang Siwa bertempat di Tengah (Pelajaran Agam Hindu Bali III 1961, 14-16). Terutama para Dewata Sanga inilah diperintahkan oleh Sang Hyang Widhi untuk menjaga semua penjuru mata angin dunia supaya stabil dengan memiliki urip masing-masing seperti yang telah diuraikan dalam Lontar Bhagawan garga seperti di bawah ini: 1. Sang Hyang Iswara melawan para Kala, beliau terbunuh oleh Kala Sanjaya 5 kali, tetapi dihidupkan 5 kali oleh Sang Hyang taya. Sang Iswara diperintahkan oleh Sang Hyang Widhi mengatur memimpin alam bagian Timur. Itulah sebabnya dalam pangider-ngider arah Timur mempunyai 5 (lima). 8 / 10

9 2. Sang Hyang Maheswara atau Sang Hyang Wraspati terbunuh oleh Kala Amengkurat 8 kali, dihidupkan oleh Sang Hyang Taya 8 kali, sehingga Sang Hyang Maheswara yang memimpin arah Tenggara mempunyai urip 8 (delapan). 3. Sang Hyang Brahma terbunuh 9 kali oleh Kala Wiwesa, kemudian dihidupkan 9 kali oleh Sang Hyang Taya, sehingga Hyang Brahma yang diperintahkan memimpin arah Selatan mempunyai urip 9 (sembilan). 4. Sang Hyang Rudra dibunuh 3 kali oleh Kala Pundutan dan dihidupkan juga 3 kali oleh Sang Hyang Taya, sehingga Sang Hyang Rudra memperoleh tugas dibagian Barat daya mempunyai urip 3 (tiga). 5. Sang Hyang Mahadewa dibunuh 7 kali oleh Kala Agung, tetapi dihidupkan kembali oleh Sang Hyang Taya 7 kali, sehingga Sang Hyang Mahadewa yang ditugaskan memimpin arah Barat mempunyai urip 7 (tujuh). 6. Sang Hyang Sangkara terbunuh oleh Kala Mretiu sekali, kemudian dihidupkan juga sekali oleh Sang Hyang Taya, sehingga Sang Hyang Sangkara yang ditugaskan memimpin arah Barat Laut mempunyai urip 1 (satu). 7. Sang Hyang Wisnu dibunuh oleh Kala Dasamuka 4 kali, juga dihidupkan kembali oleh Sang Hyang Taya, sehingga Sang Hyang Wisnu yang ditugaskan menagtur atau memimpin arah Utara mempunyai urip 4 (empat). 8. Sang Hyang Sambhu atau Sang Hyang Kawia dibunuh oleh Kala Greha 6 kali kemudian dihidupkan kembali oleh Sang Hyang Taya 6 kali, sehingga Sang Hyang Sambhu yang ditugaskan memimpin arah Timur Laut mempunyai urip 6 (enam). 9. Sang Hyang Siwa terbunuh 8 kali oleh Kala Eka Dasabumi, dihidupkan kembali oleh Sang Hyang Taya 8 kali juga, sehingga Sang Hyang Siwayang ditugaskan di bagian Tengah sebagai proses mempunyai urip 8 (delapan). Dari uarain diatas maka timbullah Padma Anglayang atau pangider-ngider yang menunjukkan setiap arah itu memiliki urip/neptu tertentu dan akhirnya menjadi patokan yang nantinya diikuti oleh Wewaran maupun Wuku. (Transkripsi Lontar Bagawan Garga, 7). ============================================================================ 9 / 10

10 Re:Mitologi Wewaran Posted by gadis lee min hoo - 16 Jan :34 oooo gitu yachh oke thanks infonya yachh ============================================================================ Re:Mitologi Wewaran Posted by mas - 16 Jan :53 oh gtu ya ochie!akhrinya pngetahuan ku brtmbh lg deh!hehehehe...!!! ============================================================================ Re:Mitologi Wewaran Posted by gadis lee min hoo - 17 Jan :03 bagusssssslalaahh mantappplaaahh ============================================================================ Re:Mitologi Wewaran Posted by Ochie - 17 Jan :36 thanks all ============================================================================ 10 / 10

DEWATA NAWASANGA: Dewa Siwa sebagai Pusat Jagat Raya

DEWATA NAWASANGA: Dewa Siwa sebagai Pusat Jagat Raya DEWATA NAWASANGA: Dewa Siwa sebagai Pusat Jagat Raya Dewata Nawasanga adalah Sembilan Dewa Penguasa Penjuru Mata Angin yang merupakan perwujudan Hyang Widdhi, berpusat pada adalah Dewa Siwa. UTTARA / UTARA

Lebih terperinci

Aplikasi Kalender Bali Berbasis Mobile Application pada Android Platform

Aplikasi Kalender Bali Berbasis Mobile Application pada Android Platform Aplikasi Kalender Bali Berbasis Mobile Application pada Android Platform Ida Ayu Putri Pradnyani Jurusan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Udayana email :rhanie_pink@yahoo.com Abstrak Kalender

Lebih terperinci

Pengembangan Aplikasi Kalender Saka Bali pada Sistem Operasi Machintos

Pengembangan Aplikasi Kalender Saka Bali pada Sistem Operasi Machintos Pengembangan Aplikasi Kalender Saka Bali pada Sistem Operasi Machintos I Putu Cahya Prawira, Gusti Made Arya Sasmita, I Putu Agung Bayupati Jurusan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Udayana

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Kalender Bali Berbasis Mobile Application Pada Blackberry Platform

Aplikasi Sistem Kalender Bali Berbasis Mobile Application Pada Blackberry Platform Aplikasi Sistem Kalender Bali Berbasis Mobile Application Pada Blackberry Platform I Ngurah Putu Wiara Prayana Destra Jurusan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Udayana e-mail : wiara.prayana@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waterfall model. Model waterfall merupakan model proses pengembangan sistem yang klasik dan bersifat sistematis, proses dilakukan secara berurutan dari satu tahap ke tahap

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA

DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXX di Depan Museum Bajra Sandhi Tahun 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara,

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA TUGAS AGAMA DEWA YADNYA NAMA ANGGOTA KELOMPOK 7 KETUT ALIT WIRA ADI KUSUMA (05) ( KETUA ) NI LUH LINA ANGGRENI (27) ( SEKETARIS ) NI LUH DIAH CITRA URMILA DEWI (14) I PUTU PARWATA (33) SMP N 2 RENDANG

Lebih terperinci

JMP : Volume 7 Nomor 1, Juni 2015, hal TIGA CARA MENENTUKAN NAMA WUKU DALAM PAWUKON SAKA

JMP : Volume 7 Nomor 1, Juni 2015, hal TIGA CARA MENENTUKAN NAMA WUKU DALAM PAWUKON SAKA JMP : Volume 7 Nomor 1, Juni 2015, hal. 30-47 TIGA CARA MENENTUKAN NAMA WUKU DALAM PAWUKON SAKA Agung Prabowo Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jenderal Soedirman

Lebih terperinci

DUDONAN UPAKARA/UPACARA LAN RERAHINAN SUKA DUKA HINDU DHARMA BANJAR CILEDUG DAN SEKITARNYA TAHUN 2015

DUDONAN UPAKARA/UPACARA LAN RERAHINAN SUKA DUKA HINDU DHARMA BANJAR CILEDUG DAN SEKITARNYA TAHUN 2015 NO TANGGAL DINA/WUKU DUDONAN UPAKARA/UPACARA LAN RERAHINAN SUKA DUKA HINDU DHARMA BANJAR CILEDUG DAN SEKITARNYA TAHUN 2015 RERAINAN/ PIODALAN/PUJAWALI UPAKARA SANE KATUR PINANDITA SANE MUPUT TEMPEK PENGAREP

Lebih terperinci

SAPUH LEGER. Oleh : Ketut Sri Gangga Dewi

SAPUH LEGER. Oleh : Ketut Sri Gangga Dewi SAPUH LEGER Oleh : Ketut Sri Gangga Dewi 1011326011 TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 TARI JURUSAN TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2014 SAPUH LEGER Oleh : Ketut Sri Gangga

Lebih terperinci

Bab V. Penutup. Unsur penanggalan yang ada dalam prasasti merupakan suatu sistim

Bab V. Penutup. Unsur penanggalan yang ada dalam prasasti merupakan suatu sistim 135 Bab V Penutup Unsur penanggalan yang ada dalam prasasti merupakan suatu sistim penanggalan yang terus berkembang. Pada awal digunakannya dikenal lima unsur penanggalan yang kemudian berkembang hingga

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI KALENDER BALI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID

PERANCANGAN APLIKASI KALENDER BALI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID PERANCANGAN APLIKASI KALENDER BALI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID I Ketut Suwintana 1), Putu Manik Prihatini 2) 1 Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Bali, Bukit Jimbaran, Kuta Selatan, 80364 Telp.

Lebih terperinci

SURAT KETERANGAN. Nomor:...

SURAT KETERANGAN. Nomor:... SURAT KETERANGAN Nomor:... Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :... NIP :... Pangkat/Gol :... Jabatan :... Menyatakan bahwa Nama :... NIP :... Pangkat/Gol :... Jabatan :... memang benar telah menyusun

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk

Lebih terperinci

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Kompetensi Inti KD Lama KD Baru 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan contoh-contoh ciptaan

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk

Lebih terperinci

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Perayaan kemenangan dharma melawan

Lebih terperinci

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari

Lebih terperinci

BAB II KALENDER CANDRA SUNDA

BAB II KALENDER CANDRA SUNDA BAB II KALENDER CANDRA SUNDA II.1 Kalender II.1.1 Definisi Kalender Kalender sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia dimana hal tersebut merupakan suatu alat yang digunakan untuk memberi nama

Lebih terperinci

02. Sang Hyang Bramana Wasesa Sang Hyang Bramana Wasesa kemudian menciptakan sosok yang bernama Sang Hyang Toya Wasesa.

02. Sang Hyang Bramana Wasesa Sang Hyang Bramana Wasesa kemudian menciptakan sosok yang bernama Sang Hyang Toya Wasesa. - v. 2 - Menuturkan tentang proses terciptanya Kahyangan, digelarnya Alam Semesta, Penciptaan Bumi dan Manusia, juga struktur pengelolaan serta hirarki dalam Alam Semesta. Tulisan ini dimaksudkan agar

Lebih terperinci

BAB III PENANGGALAN SUNDA. Orang Sunda diperkirakan telah mengenal sistem perhitungan dengan

BAB III PENANGGALAN SUNDA. Orang Sunda diperkirakan telah mengenal sistem perhitungan dengan BAB III PENANGGALAN SUNDA A. Sejarah Penanggalan Sunda Orang Sunda diperkirakan telah mengenal sistem perhitungan dengan bukti ditemukannya situs Kawali di Ciamis, 1 disamping itu orang Sunda telah mengenal

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA HINDU

PENDIDIKAN AGAMA HINDU Kurikulum 2004 PANDUAN MATERI UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2004/2005 SD PENDIDIKAN AGAMA HINDU DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN Hak Cipta pada

Lebih terperinci

ABREVIASI DALAM BAHASA BALI : CARA MEMBACA DAN MEMAHAMI SINGKATAN DALAM NASKAH BERAKSARA BALI (BAGIAN I) Oleh

ABREVIASI DALAM BAHASA BALI : CARA MEMBACA DAN MEMAHAMI SINGKATAN DALAM NASKAH BERAKSARA BALI (BAGIAN I) Oleh ABREVIASI DALAM BAHASA BALI : CARA MEMBACA DAN MEMAHAMI SINGKATAN DALAM NASKAH BERAKSARA BALI (BAGIAN I) Oleh I Ketut Ngurah Sulibra JURUSAN SASTRA BALI ABSTRAK Penggunaan singkatan dalam komunikasi sehari-hari

Lebih terperinci

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa CIPANAS PRESS 2014 Diterbitkan oleh Cipanas Press (STT Cipanas) Jl. Gadog I/36 Cipanas Cianjur 43253 Jawa Barat Indonesia Cetakan

Lebih terperinci

Aplikasi Markerless Augmented Reality Dewata Nawa Sanga Berbasis Android

Aplikasi Markerless Augmented Reality Dewata Nawa Sanga Berbasis Android Aplikasi Markerless Augmented Reality Dewata Nawa Sanga Berbasis Android I Wayan Andis Indrawan, I Putu Agung Bayupati, Desy Purnami Singgih Putri Program Studi Teknologi Informasi Universitas Udayana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri dari beragam suku, ras, budaya, dan agama. Salah satu di antaranya adalah suku Bali yang

Lebih terperinci

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa

AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA. Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa AGUS SANTOSO PERNIKAHAN ARJUNA Sebuah Epik Arjunawiwaha Karya Mpu Kanwa STT CIPANAS 2014 Diterbitkan oleh STT Cipanas Jl. Gadog I/36 Cipanas Cianjur 43253 Jawa Barat Indonesia Cetakan pertama: April 2014

Lebih terperinci

Sistim Penanggalan Pada Prasasti Medang

Sistim Penanggalan Pada Prasasti Medang Sistim Penanggalan Pada Prasasti Medang Sistim penanggalam pada prasasti prasasti Medang merupakan suatu sistim penanggalan yang terdiri dari beberapa unsur penanggalan. Jumlah terbanyak unsur yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai salah satu penyimpanan naskah-naskah kuna warisan nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai penyimpanan naskah-naskah

Lebih terperinci

Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang N0. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang N0. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang N0. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat

Lebih terperinci

GAME EDUKASI DEWATA NAWA SANGA BERBASIS ANDROID

GAME EDUKASI DEWATA NAWA SANGA BERBASIS ANDROID GAME EDUKASI DEWATA NAWA SANGA BERBASIS ANDROID TUGAS AKHIR Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan dalam rangka menyelesaikan Pendidikan Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Teknologi Informasi

Lebih terperinci

PENENTUAN HARI BAIK PERKAWINAN DI BALI BERBASIS LOGIKA FUZZY

PENENTUAN HARI BAIK PERKAWINAN DI BALI BERBASIS LOGIKA FUZZY PENENTUAN HARI BAIK PERKAWINAN DI BALI BERBASIS LOGIKA FUZZY I Ketut Suwintana 1 1 Politeknik Negeri Bali E-mail: tutswint@pnb.ac.id 1 Abstrak Masyarakat Bali sangat percaya dengan baik buruknya hari sebagai

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/ Semester Materi Pkk Alkasi Waktu : SMA Negeri 1 Bntang : Pendidikan Agama Hindu : X/I : Nilai-nilai Yajňa dalam Ramayana :

Lebih terperinci

TUTUR BHUWANA KOSA: KAJIAN SEMIOTIKA. Ni Wayan Sri Santiati Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ABSTRAK

TUTUR BHUWANA KOSA: KAJIAN SEMIOTIKA. Ni Wayan Sri Santiati Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ABSTRAK 1 TUTUR BHUWANA KOSA: KAJIAN SEMIOTIKA Ni Wayan Sri Santiati Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ABSTRAK Tutur Bhuwana Kosa is one of the oldest manuscript belonging to the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah yang mendasari penelitian yang dilakukan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan

Lebih terperinci

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah 1. Pengertian Atman adalah. a. Percikan terkecil dari Sang Hyang Widhi Wasa b. Tidak terlukai oleh api c. Tidak terlukai oleh senjata d. Tidak bergerak e. Subha Karma Wasa 2. Fungsi Atman dalam mahluk

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu

Lebih terperinci

Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn

Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn Konsepsi sangamandala menentukan sembilan tingkatan nilai ruang pada sembilan zone bumi atau tata zoning tapak. Sembilan zona ini lahir berdasarkan

Lebih terperinci

MIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk

MIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1 MIMAMSA DARSANA Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1. Pendahuluan Agama Hindu berkembang ke seluruh dunia dengan kitab sucinya Weda, disesuaikan dengan budaya lokal (local genius). Sebagai payung dalam

Lebih terperinci

NYEPI: MENCIPTAKAN BHUTA HITA MENUJU ALAM SUNYA. Oleh: Ida Made Windya, S. Ag (Pembimas Hindu Kanwil Kemenag Jawa Timur)

NYEPI: MENCIPTAKAN BHUTA HITA MENUJU ALAM SUNYA. Oleh: Ida Made Windya, S. Ag (Pembimas Hindu Kanwil Kemenag Jawa Timur) NYEPI: MENCIPTAKAN BHUTA HITA MENUJU ALAM SUNYA Oleh: Ida Made Windya, S. Ag (Pembimas Hindu Kanwil Kemenag Jawa Timur) Ri hěněng ikanang amběk tibrālit mahěning ahö/ Lěngit atisaya sunya jñana naśraya

Lebih terperinci

KONSEP KOSMOLOGI HINDU DALAM TEKS BHUANA KOSA

KONSEP KOSMOLOGI HINDU DALAM TEKS BHUANA KOSA KONSEP KOSMOLOGI HINDU DALAM TEKS BHUANA KOSA Oleh : I Gusti Made Widya Sena * ) ABSTRACT Salah satu kebenaran yang tersurat dalam Kitab Suci Veda adalah ajaran atau konsep tentang kosmologi atau penciptaan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA I GUSTI NGURAH WIRAWAN, S.Sn., M.Sn NIP : 198204012014041001 INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 ABSTRAK Saradpulagembal, seperti halnya sesajen

Lebih terperinci

Sekilas tentang LONTAR SIWAGAMA

Sekilas tentang LONTAR SIWAGAMA Sekilas tentang LONTAR SIWAGAMA Siwagama merupakan teks yang tergolong jenis tutur yang juga disebut Purwagamasasana. Siwagama merupakan salah satu karya Ida Padanda Made Sidemen dari Geria Delod Pasar,

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar UPACARA NILAPATI BAGI WARGA MAHA GOTRA PASEK SANAK SAPTA RSI DI BANJAR ROBAN DESA TULIKUP KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut

Lebih terperinci

34. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMP

34. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMP 34. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini. Agama Hindu merupakan agama yang mempercayai banyak dewa dan dewi yang tersebar menurut fungsinya

Lebih terperinci

TUMPEK PENGARAH SEBAGAI SALAH SATU SARANA UNTUK MELESTARIKAN TUMBUH-TUMBUHAN Oleh Dra. Ni Luh Yaniasti, M.Hum. 9

TUMPEK PENGARAH SEBAGAI SALAH SATU SARANA UNTUK MELESTARIKAN TUMBUH-TUMBUHAN Oleh Dra. Ni Luh Yaniasti, M.Hum. 9 TUMPEK PENGARAH SEBAGAI SALAH SATU SARANA UNTUK MELESTARIKAN TUMBUH-TUMBUHAN Oleh Dra. Ni Luh Yaniasti, M.Hum. 9 Abstrak: Pelestarian tumbuh-tumbuhan oleh umat Hindu di Bali, pada hakikatnya merupakan

Lebih terperinci

Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan

Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Salah satu perayaan agama hindu

Lebih terperinci

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL.

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL. MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL. H DISUSUN OLEH: I WAYAN AGUS PUJAYANA ORANG SUCI Orang suci adalah

Lebih terperinci

DUDONAN KARYA PADUDUSAN AGUNG, TAWUR TABUH GENTUH, MAMUNGKAH LAN NGENTEG LINGGIH RING PURA DALEM, PRAJAPATI, SEGA, CATUS PATA, LAN PURA ULUN SUWI

DUDONAN KARYA PADUDUSAN AGUNG, TAWUR TABUH GENTUH, MAMUNGKAH LAN NGENTEG LINGGIH RING PURA DALEM, PRAJAPATI, SEGA, CATUS PATA, LAN PURA ULUN SUWI DUDONAN KARYA PADUDUSAN AGUNG, TAWUR TABUH GENTUH, MAMUNGKAH LAN NGENTEG LINGGIH RING, PRAJAPATI, SEGA, S PATA, LAN PURA ULUN SUWI NO RAHINA HARI & TANGGAL DAUH ACARA, UPACARA PENGENTER / MUPUT GENAH PENGIRING

Lebih terperinci

MEMAKNAI WATUGUNUNG DAN OEDIPUS SANG RAJA SEBAGAI MITOS TENTANG WAKTU YANG MELAMPAUI WAKTU. Oleh: Jean Couteau 1

MEMAKNAI WATUGUNUNG DAN OEDIPUS SANG RAJA SEBAGAI MITOS TENTANG WAKTU YANG MELAMPAUI WAKTU. Oleh: Jean Couteau 1 MEMAKNAI WATUGUNUNG DAN OEDIPUS SANG RAJA SEBAGAI MITOS TENTANG WAKTU YANG MELAMPAUI WAKTU Oleh: Jean Couteau 1 Abstract It is very interesting to compare Oedipus and Watugunung myths. Both of them have

Lebih terperinci

Ketuhanan (Brahma Vidyaa) Dalam Perspektif Hindu Oleh I Ketut Subagiasta*)

Ketuhanan (Brahma Vidyaa) Dalam Perspektif Hindu Oleh I Ketut Subagiasta*) Ketuhanan (Brahma Vidyaa) Dalam Perspektif Hindu Oleh I Ketut Subagiasta*) Abstract The God in the perspective of Hinduism the called Brahma Vidyaa. If want to know about the God in the Hinduism, so can

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA 51 BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA A. Ajaran Agama Hindu tentang Penghormatan kepada Lembu Dalam pandangan agama Hindu binatang lembu merupakan binatang yang dihormati dan diagungkan. Lembu merupakan binatang

Lebih terperinci

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru)

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru) BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru) Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang

Lebih terperinci

II. PEMBAHASAN 2 JURNAL PENJAMINAN MUTU

II. PEMBAHASAN 2 JURNAL PENJAMINAN MUTU memberikan kebahagiaan yang semu sehingga masyarakat terlena. Nietzsche lebih ekstrim menyatakan Tuhan telah mati serta Stackhouse menyatakan bisakah Tuhan dipercaya? Jika benar Tuhan ada dan Maha Kuasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disediakan oleh alam dengan segala fenomenanya dan bisa timbul dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang disediakan oleh alam dengan segala fenomenanya dan bisa timbul dari manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penciptaan sebuah karya seni bersumber dari segala hal yang ada di alam makrokosmos (bumi) dan mikrokosmos (manusia), sifatnya tidak terbatas. Sumber yang disediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan

Lebih terperinci

KONSEP KETUHANAN DALAM GEGURITAN SUCITA Oleh Ni Luh Adik Puspita Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

KONSEP KETUHANAN DALAM GEGURITAN SUCITA Oleh Ni Luh Adik Puspita Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KONSEP KETUHANAN DALAM GEGURITAN SUCITA Oleh Ni Luh Adik Puspita Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak This research is ronducted based on the outhor s interest in the text of Geguritan Sucita

Lebih terperinci

ASPEK TUTUR DALAM GEGURITAN LODHA I Gede Angga Giri Pratama Sastra Bali Fakultas Sastra Universitas Udayana. Abstrak

ASPEK TUTUR DALAM GEGURITAN LODHA I Gede Angga Giri Pratama Sastra Bali Fakultas Sastra Universitas Udayana. Abstrak 1 ASPEK TUTUR DALAM GEGURITAN LODHA I Gede Angga Giri Pratama Sastra Bali Fakultas Sastra Universitas Udayana Abstrak Geguritan Lodha is a kind of tutur that is packaged in the form of geguritan. This

Lebih terperinci

wujud yang dapat ditangkap secara konkret. Jadi, seni adalah suatu imajinasi maupun pikiran

wujud yang dapat ditangkap secara konkret. Jadi, seni adalah suatu imajinasi maupun pikiran Bentuk Seni Lukis Prasi I Oleh Drs. I Nyoman Wiwana, dosen PS Seni Rupa Murni Bentuk merupakan syarat mutlak dalam karya seni. Khususnya seni rupa, yang merupakan kesenian yang hanya dapat dinikmati dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. (berasal) dari Yokyakarta (wawancara Kodi 24 September 2009). -B- Banten persembahan atau sesajen untuk upacara di Bali.

DAFTAR ISTILAH. (berasal) dari Yokyakarta (wawancara Kodi 24 September 2009). -B- Banten persembahan atau sesajen untuk upacara di Bali. 96 DAFTAR ISTILAH -A- Ancur adalah bahan perekat dan penghalus bahan pewarna Bali yang khusus dikirim (berasal) dari Yokyakarta (wawancara Kodi 24 September 2009). -B- Balih-balihan sekuler. Banten persembahan

Lebih terperinci

Rerajahan Kawisesan dalam Teks Ajiblêgodawa : Sebuah Kajian Etnosemiotika

Rerajahan Kawisesan dalam Teks Ajiblêgodawa : Sebuah Kajian Etnosemiotika Rerajahan Kawisesan dalam Teks Ajiblêgodawa : Sebuah Kajian Etnosemiotika I Wayan Rasna Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja-Bali Email: wayanrasna@ymail.com Abstract This study aims to analyze the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Kelas : IX/Sembilan Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu Semester : I Standar : Sradha 1. Memahami Awatara, Dewata 1.1 Menguraikan pengertian Awatara, Dewa 1.2 Menguraikan

Lebih terperinci

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Luh Setiani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar niluhsetiani833@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang penuh dengan keanekaragaman Suku Bangsa, Bahasa, Agama, dan Kebudayaan. Keberagaman budaya bangsa Indonesia bukan berarti untuk

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn PAMERAN: KOLABORASI INTERNASIONAL ALL GREE VS TAPAK TELU THE INDONESIAN INSTITUTE OF THE ARTS

Lebih terperinci

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD 27. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan dirumuskan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Desain Stage Properti Tari Kreasi Baru Satrianing Ganesha PENCIPTA : Cokorda Alit Artawan, S.Sn.,M.Sn DIPENTASKAN PADA PARADE GONG KEBYAR DEWASA DUTA

Lebih terperinci

Kajian Fungsi, Bentuk Dan Makna Angkul-Angkul Rumah Adat Penglipuran Bagian I

Kajian Fungsi, Bentuk Dan Makna Angkul-Angkul Rumah Adat Penglipuran Bagian I Kajian Fungsi, Bentuk Dan Makna Angkul-Angkul Rumah Adat Penglipuran Bagian I Kajian Fungsi, Bentuk Dan Makna Angkul-Angkul Rumah Adat Penglipuran Di Desa Adat Penglipuran - Kecamatan Kubu Kabupaten Bangli

Lebih terperinci

LONTAR AJI SWAMANÐALA

LONTAR AJI SWAMANÐALA LONTAR AJI SWAMANÐALA Inilah Sang Hyang Aji Swamandala mengajarkan tentang baik dan buruk, seperti memperbaiki parhyangan, hari baik bila menyelenggarakan karya, seperti makiis, mañcawalikrama pada waktu

Lebih terperinci

UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR

UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR Oleh : Ni Komang Ayu Sri Ratna Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar I Ketut Sudarsana Institut Hindu

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM :

ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM : ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM : 201202011 PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 Abstrak Tridatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN HASTA BRATA

KEPEMIMPINAN HASTA BRATA KEPEMIMPINAN HASTA BRATA Konon menurut cerita, ketika Raja Rama meninggal, tersebar kabar, bahwa mahkota beliau yang memiliki 8 permata telah hilang. Semua orang jadi sibuk mencari. Termasuk Arjuna. Dan

Lebih terperinci

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TIRTA AMERTA

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TIRTA AMERTA DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TIRTA AMERTA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXIII di Depan Gedung Jaya Sabha Denpasar Tahun 2011 OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn

Lebih terperinci

Bali. Pola Tata Ruang Tradisional

Bali. Pola Tata Ruang Tradisional Bali Pola Tata Ruang Tradisional Konsep Sanga Mandala Konsep Tri Angga pada lingkungan Konsep Tri Angga pada Rumah Tata Ruang Rumah Tinggal Konsep tata ruang tradisional Pola tata ruang tradisional Bali

Lebih terperinci

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI Oleh : DEWA AYU EKA PUTRI 1101605007 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka merupakan bab yang memaparkan mengenai teori-teori penunjang yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan Game Edukasi Dewata Nawa Sanga Berbasis Android 2.1

Lebih terperinci

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN Agama Hindu merupakan agama yang ritualnya dihiasi dengan sarana atau upakara. Ini bukan berarti upakara itu dihadirkan semata-mata untuk menghias pelaksanaan

Lebih terperinci

PURUSADA SANTHA (BABAK I)

PURUSADA SANTHA (BABAK I) DESKRIPSI KARYA TARI ORATORIUM PURUSADA SANTHA (BABAK I) Oleh : I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn. Produksi ISI Denpasar dipergelarkan dalam rangka Dharma Santi Nasional,Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 HASIL KARYA/ IMPLEMENTASI Kegiatan implementasi atau penerapan dilakukan dengan dasar yang telah direncanakan, pada penerapan sistem yang diusulkan tentu harus disediakan

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA - 446 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA - 1254 - D. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan FPTK IKIP Singaraja Edisi Januari Tahun 2004 (ISSN )

Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan FPTK IKIP Singaraja Edisi Januari Tahun 2004 (ISSN ) KOMPUTERISASI SISTEM KALENDER CAKA BALI Oleh I Made Candiasa ABSTRAK Sistem Kalender Caka Bali telah berhasil diimplementasikan ke dalam bentuk perangkat lunak komputer. Proses pengerjaan dimulai dan pencarian

Lebih terperinci

PEMAHAMAN UMAT HINDU TENTANG HARI RAYA SARASWATI DI KOTA PALU PROPINSI SULAWESI TENGAH

PEMAHAMAN UMAT HINDU TENTANG HARI RAYA SARASWATI DI KOTA PALU PROPINSI SULAWESI TENGAH PEMAHAMAN UMAT HINDU TENTANG HARI RAYA SARASWATI DI KOTA PALU PROPINSI SULAWESI TENGAH IG M. SUARNADA Program Studi Pendidikan Agama Hindu STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah Email: suarnada66@gmail.com

Lebih terperinci

TUMPEK KANDANG SEBAGAI SARANA PELESTARIAN TERNAK Oleh Ni Putu Sri Wahyuni, S.P., M.M.A. 9

TUMPEK KANDANG SEBAGAI SARANA PELESTARIAN TERNAK Oleh Ni Putu Sri Wahyuni, S.P., M.M.A. 9 TUMPEK KANDANG SEBAGAI SARANA PELESTARIAN TERNAK Oleh Ni Putu Sri Wahyuni, S.P., M.M.A. 9 Abstrak: Dalam pelestarian ternak oleh peternak di Bali dapat dilakukan secara niskala dan sekala. Secara niskala

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

Tutur Medang Kemulan: Analisis Struktur dan Fungsi

Tutur Medang Kemulan: Analisis Struktur dan Fungsi Tutur Medang Kemulan: Analisis Struktur dan Fungsi I Wayan Agus Wirawan 1*, I Wayan Suardiana 2, Putu Sutama 3 123 Prodi Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya Unud 1 [e-mail: e-mail:aguswirawan108@gmail.com]

Lebih terperinci

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa nilai sosial

Lebih terperinci

Memaknai Tumpek Wayang Menyongsong Tahun Baru 2017

Memaknai Tumpek Wayang Menyongsong Tahun Baru 2017 Memaknai Tumpek Wayang Menyongsong Tahun Baru 2017 Oleh I Gede Mugi Raharja Dosen Prodi Desain Interior FSRD ISI Denpasar Abstrak Merupakan suatu hal yang kebetulan perayaan menyongong Tahun Baru 2017

Lebih terperinci

TAMAN WISATA PURA MERU CAKRANEGARA LOMBOK

TAMAN WISATA PURA MERU CAKRANEGARA LOMBOK North TAMAN WISATA PURA MERU CAKRANEGARA LOMBOK 1 2 Arah Sembahyang 3 4 Petunjuk/Legend: 1. Meru. 2. Pesimpangan. 3. Balai Banten dan Pawedana. 4. Candi Bentar. Gambar Pola Tata Ruang Pura Meru Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan salah satu pulau yang dikenal dengan beragam tradisi yang dimilikinya. Hal tersebut menjadikan Bali memiliki daya tarik tersendiri di mata pariwisata

Lebih terperinci

EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Dewa Ayu Putu Warsiniasih Institut Hindu Dharma

Lebih terperinci

Pupuh 1 (bait 1-5) : Manggala dipersembahkan kepada Dewa Wisnu yang menjelma menjadi manusia pada zaman Dwapara.

Pupuh 1 (bait 1-5) : Manggala dipersembahkan kepada Dewa Wisnu yang menjelma menjadi manusia pada zaman Dwapara. RINGKASAN KEKAWIN KRESNAYANA Pupuh 1 (bait 1-5) : Manggala dipersembahkan kepada Dewa Wisnu yang menjelma menjadi manusia pada zaman Dwapara. Pupuh 2 (bait 1-8) : Ada suatu kerajaan yang bernama Dwarawati

Lebih terperinci

Kapan Boleh Menikah? Koran TOKOH No. 514/Tahun X, November Usia Perkawinan Menurut Hukum Adat Bali

Kapan Boleh Menikah? Koran TOKOH No. 514/Tahun X, November Usia Perkawinan Menurut Hukum Adat Bali Kapan Boleh Menikah? Koran TOKOH No. 514/Tahun X, 16 22 November 2008. Kapan Boleh Menikah? Usia Perkawinan Menurut Hukum Adat Bali DEWASA atau belumnya seseorang niscaya sudah ditentukan batasnya. Sebelum

Lebih terperinci

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM N0M0R218/HK/2016 TENTANG

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM N0M0R218/HK/2016 TENTANG BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM N0M0R218/HK/2016 TENTANG PENETAPAN PESERTA UTSAWA DHARMA GITA TINGKAT PROVINSI BALI WAKIL KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016 W BUPATI KARANGASEM,

Lebih terperinci

NUMERALIA BAHASA JAWA KUNO. Dewa Ayu Carma Miradayanti. Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra Universitas Udayana. Abstract

NUMERALIA BAHASA JAWA KUNO. Dewa Ayu Carma Miradayanti. Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra Universitas Udayana. Abstract 1 NUMERALIA BAHASA JAWA KUNO Dewa Ayu Carma Miradayanti Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra Universitas Udayana Abstract The numerable research of ancient Javanese is based on the unique things which appear

Lebih terperinci