Ketuhanan (Brahma Vidyaa) Dalam Perspektif Hindu Oleh I Ketut Subagiasta*)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ketuhanan (Brahma Vidyaa) Dalam Perspektif Hindu Oleh I Ketut Subagiasta*)"

Transkripsi

1 Ketuhanan (Brahma Vidyaa) Dalam Perspektif Hindu Oleh I Ketut Subagiasta*) Abstract The God in the perspective of Hinduism the called Brahma Vidyaa. If want to know about the God in the Hinduism, so can to read in the some resources of literatures or manuscript like as in the purana manuscript, the kuturan tattwa manuscript, the gong wesi manuscript, the buana kosa manuscript, the kusumadewa manuscript, and in the siwagama manuscript. Acording to some manuscript of Hinduism, that the named of God so much name, but the God in reality is one the called esa or ekam, namely Agni, Yama, Matarisva, Sang Hyang Tunggal, Hyang Niskala, Hyang Widhi Wasa, Ranying Hatalla Langit, Hyang Dewata, Mohotara, and so on. In the manuscript of Siva Purana that the named of God the called tri murti as the three manifestation of God, like as Deva Brahmā, Deva Vişņu, and Deva Śiva. And in the Kuturan Tattwa manuscript that the God named Bhatara Bayu, Bhatara Sambhu, Bhatara Brahma, Bhatara Visnu, Bhatara Ludra, and Bhatara Isora. Then in the Buana Kosa manuscript be doctrine the God called the Śaiva Siddhānta. In the Kusumadewa imanuscript named of God namely Iswara and Dewi Uma, Maheswara and Dewi Laksmi, Brahma and Dewi Saraswati, Rudra and Dewi Santani, Mahadewa and Dewi Saci, Sangkara and Dewi Warahi, Wisnu and Dewi Sri. Sambhu and Dewi Uma, Hyang Siwaditya and Dewi Saci, Hyang Sunya, Hyang Ardhanaresvari, and Hyang Arcana. So also in the Siwagama manuscript that the God named Bhatara Guru, and in the Gong Wesi manuscript known named of the God so much like as the Sanghyang Yamadipati, the Sanghyang Mahadewa, the Sanghyang Mahayukti, and others name, but realy the God only one or the ekam. Key words : Brahma Vidyaa, Perspective of Hinduism I. Pendahuluan Ketuhanan dalam perspektif Hindu dinamai Brahma Vidyaa. Kata Brahma berarti Tuhan, sedangkan vidyaa berarti pengetahuan. Jadi Brahma Vidyaa adalah pengetahuan tentang ketuhanan dalam agama Hindu. Dalam istilah yang lazim dikenal dalam ilmu ketuhanan dinamai teologi (teology). Menurut Pudja (1999:3) bahwa theology atau Brahma Vidyaa adalah ilmu tentang Tuhan. Dalam istilah lainnya yang juga sering dipakai untuk memahami ilmu tentang ketuhanan dinamai Kajnanan. Para penekun spiritual Hindu yang memahami kajnanan adalah mereka yang taat dan bhakti kehadapan Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai kemahakuasaan Tuhan (prabhawa). Apakah Tuhan dalam Hindu ada banyak? Sesungguhnya Tuhan dalam pandangan Hindu adalah Esa atau Tunggal. Beliau memiliki banyak nama. Beliau memiliki banyak sebutan. Beliau juga memiliki banyak gelar (bahu namah). Dalam Rgveda I dijelaskan bahwa Ekam Sad Vipra Bahudha Vadanti Agnim Yamam Matarisvanam Ahuh, Tuhan Yang Esa, para arif bijaksana mengatakannya banyak (nama), Agni, Yama, Matarisva (Pudja, 1999:12). Beliau 1

2 *) Prof. Dr. I Ketut Subagiasta, adalah Ketua STAHN-TP Palangka Raya Kalimantan Tengah. adalah esa (ekam). Oleh karena Beliau adalah esa atau tunggal, maka sering Beliau digelari Sang Hyang Tunggal. Beliau juga bersifat abstrak yang lazim disebut Hyang Niskala. Beliau diberi gelar Hyang Widhi Wasa, juga Ranying Hatalla Langit, Hyang Dewata, Mohotara, dan masih banyak sebutan Beliau. Dalam hakikat ketuhanan dalam Hindu bahwa Beliau juga diberi gelar Nirguna Brahman atau Tuhan yang tanpa wujud, namun demikian dalam keyakinan bahwa Beliau dapat memiliki wujud yang dinamai Saguna Brahman. Perwujudan Tuhan dalam agama Hindu dinamai murti atau manifestasi Tuhan. Apakah yang ada di dunia ini diciptakan oleh Tuhan? Dalam pandangan Hindu, bahwa semua yang ada diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Brahma Sutra I.1.2 dinyatakan Janmadyasya yatah (Tuhan ialah dari mana mula (asal) semua ini (Pudja, 1999:10). Dikatakan juga bahwa Tuhan atau Brahman adalah Sat Cit Ananda Brahman, sesungguhnya Tuhan adalah kebenaranpengetahuan-tak terbatas (Mahanirvana Tantra) (Pudja, 1999:11). Jadi Tuhan juga diberi gelar sat atau cit. Dalam mantra bahwa Beliau disimbulkan dengan aksara suci (pranava) berupa OM atau ONG. Dimanakah Beliau dimuliakan? Beliau dipuja dan dipuji oleh umat Hindu bertempat di tempat suci. Beliau dapat dipuja dimana saja, kapanpun, dan oleh umat Hindu dimanapun mereka berada. Kesucian pikiran dan ketulusan hati merupakan dasar utama dalam memuja dan memuji Beliau, tentunya bilamana menggunakan media atau sarana pemujaan juga merupakan hal yang diperlukan oleh para bhakta untuk memusatkan pikirannya kehadapan-nya. Beliau bersifat wyapi wyapaka nirwikara, yang dalam realitanya adalah Beliau abstrak dan ada dimana-mana. Maka dari itu, para sedharma atau umat Hindu menuja Beliau adalah di pura, mandir, balai, sanggah, dan sebagainya. Semua itu merupakan tempat pemujaan Beliau sesuai dengan kondisi masing-masing (desa kala patra). Dimanapun umat Hndu berada, memiliki kewajiban untuk memuja dan memuji Beliau untuk memohon tuntunan dan anugerah-nya. Dengan ingat Tuhan berarti umat Hindu berbhakti kepada Tuhan. Apakah Tuhan dihormati, dipuja, dan dimulaikan oleh umat Hindu dengan cara sembahyang saja? Cara yang dianjurkan adalah dengan memuja atau dengan mengucapkan doa-doa atau mantra untuk memuji kebesaran Beliau. Namun demikian, masih ada lagi cara yang diberikan untuk menuju-nya. Bisa dengan kerja atau karma marga. Bisa juga dengan berbhakti atau pemujaan (bhakti marga). Selain itu juga dengan cara menekuni pengetahuan suci ketuhanan atau belajar ajaran agama Hindu dan iptek yang semakin maju sebagai wahana untuk menuju kepada-nya yakni jnana marga. Bagi para penekun spiritual atau cara meditasi, yoga, tapa, japa, dan sebagainya secara spiritual juga dapat dilakukan guna menuju-nya yang dinamai yoga marga. Dengan demikian bahwa menuju Tuhan ada banayak jalan, ada banyak cara, dan ada banyak sarana yang bisa digunakan, yang tepenting adalah ketulusan hati, kemuliaan prilaku, kanirmalan wacana, dan kesucian pikiran dari para bhakta atau umat Hindu. Apakah Tuhan membenci umatnya? Tuhan tidak pernah membenci umatnya. Tuhan juga tidak marah pada umatnya. Tuhan adalah maha pengasih. Tuhan adalah maha pemberi. Tuhan adalah maha pengampun. Tuhan adalah maha penyayang. Tetapi umat Hindu mesti memahami dan menyadari bahwa Tuhan memiliki kekuatan yang maha dahsyat, gaib, niskala, dan memiliki kekuatan untuk mengembalikan semua ciptaan-nya kepada diri-nya yakni pralaya atau pralina. Kemahakuasaan tersebut tidak bisa dilawan, tidak bisa dibantah, dan tidak bisa ditolak. Jika 2

3 Beliau mengendaki, maka Beliau dapat melakukannya tanpa persetujuan dari umat- Nya. Umat mesti menaati dan mengikuti perintah Beliau. Jadi umat Hindu tidak boleh alpaka parama wisesa atau umat Hindu tidak boleh menentang kehendak Beliau (Tuhan). Umat Hindu wajib menaati segala ajarannya. Beliau memiliki kekuatan yang bersifat niskala, gaib, dan parama wisesa. II. Pembahasan 2.1 Konsep Ketuhanan Dalam Perspektif Hindu Ada banyak susastra atau sumber pustaka suci Hindu, baik dalam bahasa Sansekerta, bahasa lokal, maupun dalam bahasa internasional, bahwa Beliau merupakan Yang Esa dan ajarannya patut ditaati untuk kerahayuan, kebahagiaan, dan kesejahteraan umat manusia pada umumnya dan umat Hindu yang mengagungkan Hyang Widhi Wasa, Ranying Hatalla Langit, atau Brahman. Dalam paparan singkat berikut ini dicoba diuraikan konsep ketuhanan dalam beberapa susastra Hindu, seperti dalam purana, kuturan tattwa, gong wesi, buana kosa, kusumadewa, dan siwagama Ketuhanan Dalam Siva Purana Dalam Śiva Purāņa atau Vāyu Purāņa juga ada diuraikan bagaimana keagungan Deva Śiva ketika bersama ketiga deva yang lainnya dalam tri murti yakni Deva Brahmā, Deva Vişņu, dan Deva Śiva sendiri. Dalam sumber ini dijelaskan bahwa bermula dari keingintahuan dari Deva Vişņu tentang apa yang terjadi dan apa yang dilakukan oleh Deva Brahmā. Dari rasa ingin tahu tersebut, maka akhirnya Deva Vişņu secara perlahan-lahan untuk memasuki perut Deva Brahmā, begitu sebaliknya Deva Brahmā pun akhirnya bergantian untuk memasuki perut Deva Vişņu untuk membuktikan tentang keindahan alam yang ada di tengah perutnya masing-masing. Dalam perutnya itu dijumpai pohon teratai yang indah dan mengagumkan. Namun apa yang terjadi akhirnya Deva Brahmā tidak bisa keluar sama sekali dari perut Deva Vişņu. Akhirnya Deva Brahmā punya akal yang jitu dengan mengecilkan badannya dengan cara menduduki bunga teratai yang ada di tengah perut Deva Vişņu, yang akhirnya bisa keluar melalui pusar-nya dengan selamat, saat itulah akhirnya Deva Brahmā dinamai Padmayoni. Setelah perbincangan antara Deva Vişņu dengan Deva Brahmā begitu suci dan seriusnya, maka hadirlah Deva Śiva di antara perbincangan kedua deva itu. Saat itu baik Deva Vişņu dan Deva Brahmā akhirnya menyembah Deva Śiva serta dengan keagungan-nya akhirnya memberikan anugerah berupa kerahayuan serta telah memaafkan kehilafan yang dilakukan oleh Deva Vişņu dan Deva Brahmā yang selanjutnya telah berjanji untuk berbhakti dan hormat kepada Deva Śiva Ketuhanan Dalam Kuturan Tattwa Dalam Kuturan Tattwa ada diajarkan tentang konsep ketuhanan dalam Hindu, bahwa Hyang Widhi Wasa dengan berbagai prabhava Beliau atau murti dari Hyang Widhi dalam gelar-nya yang beraneka yakni Bhatara Bayu, Bhatara Sambhu, Bhatara Brahma, Bhatara Visnu, Bhatara Ludra, Bhatara Isora, termasuk dalam gelar Beliau sebagai Hyang Pasupati. Dalam sumber ini walaupun Beliau diajarkan bahwa nama Beliau ada banyak, namun umat Hindu pada hakikatnya memuja dan memuliakan Beliau sebagai Yang Esa, Tuhan hanya satu, nama boleh banyak dan beraneka. Beliau intinya adalah tunggal Ketuhanan Dalam Buana Kosa Naskah Buana Kosa terdiri atas sebelas bab (eka dasa adhyaya), 486 sloka yang berbahasa Sansekerta yang artinya 3

4 diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa Kuna dan saat ini telah pula ada terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia. Secara utuh bahwa isinya lebih menekankan pada paham ketuhanan Śiva yang dalam naskah tersebut diistilahkan dengan nama Brahmā Rahasyam (mengenai rahasia Tuhan Śiva), di antaranya : mengenai Brahmā Rahasya, Jñāna Siddhānta, Bhasma Mantra, Jñāna Sang Kşepa, Bhuwana Koşan, dan Siwopadesa. Kemudian jika dirinci lagi inti ajarannya adalah alam sepi (sunya), kelepasan (moksha), ciptaan Śiva (sresti), Tuhan Śiva ada dimana-mana (vyapi vyapaka), lima unsur alam (panca maha bhuta), lima unsur alam yang tak berwujud (panca tan matra), lima unsur dalam tubuh (panca pada), tujuh pulau (sapta dwipa), tujuh lautan (sapta sagara), tujuh gunung (sapta parvata), tiga kualitas dalam karakter (tri guna), lima indriya pekerja pikiran (panca buddhindriya), lima unsur pekerja badan (panca karmendriya), empat spirit umat manusia (catur atman), tujuh alam (sapta loka), tiga alam (tri loka atau tri bhuwana), tiga kenyataan Tuhan Śiva (tri kona), lima aksara Tuhan Śiva (Panca Aksara Brahma), tiga wujud Tuhan Śiva (tri murti), aksara suci Tuhan Śiva (Ongkāra), penggunaan abu suci (bhasma), sikap tetanganan saat memuja Tuhan Śiva (mudra), pengetahuan niskala (jñāna niskala), pelaksanaan meditasi (yoga), doa suci kepada Tuhan Śiva (mantra), aksara suci Tuhan Śiva (praņava), saat kematian orang suci dan yogi, tentang nyata (sakala) dan tidak nyata (niskala), tiga huruf suci Tuhan Śiva (tri aksara), tentang titik (vindu), dan tentang kemuliaan ajaran Śaiva Siddhānta. Demikian inti sari naskah buana kosa sebagai sumber ajaran dan pembangkit spiritual bagi umat Hindu Ketuhanan Dalam Kusumadewa Ajaran teologi Hindu (Brahma Widya) sangat banyak diajarkan dalam naskah Kusumadewa. Terutama pada bagian-bagian mantra suci (saa) yang disuratkan pada bagian awal, inti, dan sampai akhir dari naskah ini sangat kaya memuat ajaran teologi Hindu. Hal tersebut dapat dibaca secara berurutan pada mantra-mantra serta dalam jenis-jenis upacara yang dihaturkan melalui perantara pamangku, bahwa ada banyak menyebutkan nama-nama Tuhan Yang Maha Esa dalam sebutan sesuai ajaran agama Hindu, baik yang diajarkan dalam pustaka suci Veda maupun sumber susastra Hindu lainnya. Semua mantra atau saa selalu diawali dengan ucapan aksara suci Ong. Kata Ong merupakan aksara pranava Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa. Kata Ong mengandung makna yang sama dengan kata Om sebagai simbol aksara suci Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang secara teologis memiliki makna untuk mengagungkan, memuliakan, menghormati, serta wujud bhakti kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Setelah dicermati pada mantra-mantra dalam naskah Kusumadewa bahwa bahasa yang digunakan adalah bahasa agama Hindu secara campuran. Sebagian mantra ada yang berbahasa Sansekerta dan sebagian juga berbahasa Bali yang dipadukan dengan pengaruh dari bahasa Kawi atau bahasa Jawa Kuna. Dalam mantra untuk membersihkan dupa dimohonkan kehadapan Dewa Brahma untuk menyucikan sarana dupa guna memberikan sinar suci. Dalam menghaturkan banten prayascita ada disebutkan mengenai pemujaan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa dalam wujud Beliau sebagai Bhuta, seperti : Sang Kala Purwa, Sang Kala Sakti, Sang Kala Prajamuka, Sang Bhuta Preta, dan Sang Kala Ngulaleng. Selain itu juga ditujukan kehadapan Dang Guru Iswara beserta Beliau yang menempati lima arah mata angin dengan gelar Beliau sebagai Sadyotjata, Bamadewa, Tatpurusa, Aghora, dan Isana. Dalam menghaturkan banten pabeyakala ditujukan kehadapan wujud (murti) Tuhan Yang Maha Esa sebagai Hyang Kala, seperti : Hyang Kala- 4

5 Kali, Bhatara Kala Sakti, Kala Putih, Sang Kala Abang, Sang Kala Jenar, Sang Kala Ireng, Sang Kala Amancawarna, Sang Kala Anggapati, Sang Kala Karogan-rogan, Sang Kala Sepeten, Sang Kala Gering, Sang Kala Pati, Sang Kala Sedahan, dan sebagainya. Kemudian dalam menghaturkan tetabuhan bahwa hal itu ditujukan kehadapan Hyang Siva, Hyang Sadasiva, serta kehadapan Hyang Parama Siva. Seperti telah disinggung di atas, bahwa dalam menghaturkan dupa juga ditujukan kehadapan Hyang Brahma, Hyang Visnu, dan Hyang Isvara. Selain itu juga ditujukan kehadapan Hyang Mahadewa, Hyang Rudra, Hyang Iswara, Hyang Sangkara, Hyang Sambhu, Hyang Maheswara, Hyang Baruna, Hyang Taya, Hyang Widhyadhara-Widhyadhari. Kemudian dalam wujud Beliau sebagai pemberi anugerah, maka Tuhan Yang Maha Esa disebutkan bergelar Hyang Pasupati yang bersthana di gunung Mahameru yang dirapalkan dengan mantra untuk memuja semua kekuatan Beliau dengan mantra : Ong Ang, Ang ya namah svaha, Sa, Ba, Ta, A, I, Na, Ma, Śi, Wa, Ya. Demikian juga pada pamangku untuk memohon kehadiran Tuhan Yang Maha Esa untuk turun ke kahyangan maka dalam pujanya itu agar segera hadir wujud Beliau yakni : Iswara dan Dewi Uma, Maheswara dan Dewi Laksmi, Brahma dan Dewi Saraswati, Rudra dan Dewi Santani, Mahadewa dan Dewi Saci, Sangkara dan Dewi Warahi, Wisnu dan Dewi Sri. Sambhu dan Dewi Uma, Hyang Siwaditya dan Dewi Saci, Hyang Sunya, Hyang Ardhanaresvari, dan Hyang Arcana. Pada saat ngabejiang ditujukan kehadapan Bhatara Samodaya. Saat pangeresikan ditujukan kehadapan Hyang Siva Guru. Juga saat menghaturkan lis dan isuh-isuh ditujukan kehadapan Hyang Siva dan Hyang Taya. Saat menghaturkan Beyakaonan ditujukan kehadapan Sang Hyang Galacandu, Dewa Bayu, Hyang Bamadewa. Saat nebusin ditujuka kehadapan Hyang Surya Candra. Saat majaya-jaya tirtha ditujukan kehadapan Dewi Gangga dan Hyang Parama Siwa. Dalam memuja tirtha kakuluh memohon kepada Hyang Siva guna memberikan kasiddhian. Dalam menyucikan sesajen sesuai dengan uncaran mantranya ditujukan kehadapan Dwi Gangga, Dewa Iswara, Dewa Brahma, Dewa Mahadewa, Dewa Wisnu, Dewa Siwa, Hyang Tri Murti, Hyang Eka, dan Sang Hyang Suci Nirmala Jnana. Saat menghaturkan datengan tegak linggih ditujukan kehadapan Sang Sedahan Panyarikan dan Hyang Siva. Selanjutnya saat mensthanakan Tuhan pada Sajen Suci ditujukan kehadapan Hyang Siva, Hyang Pulacek, Sang Hyang Wisesa, Sang Kasuhun Dewa Kala sakti, Dewa Ganapati, Bhatara Korsika, Bhatara Gana Sakti, Sang Hyang Kumara, Dewa Wisnu, Dewa Brahma, Dewa Mahadewa, Dewa Siwa, Dewa Sambhu, Dewa Rudra, Sang Hyang Suklapaksa, Sang Hyang Besawarna, Dewa Baruna, Dewa Maheswara, Sang Hyang Dharma, Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang Pramana, dan Sang Hyang Lokanatha. Selanjutnya dalam menstanakan para dewa ditujukan kehadapan Dewa Brahma, Dewa Wisnu, Dewa Iswara, Dewa Rudra, Dewa Sri Guru Jagat, dan Dewa Siwa Natha. Kemudian saat pamangku menghaturkan upacara piodalan ditujukan kepada Hyang Ongkara, Hyang Sakaram, dan Hyang Siddhi. Demikian juga saat menghaturkan bebangkit ditujukan kepada Tuhan dalam wujudnya sebagai Hyang Durgha Bucarya, Hyang Kala Bucarya, Hyang Bhuta Bucarya, Hyang Drembhamoha, Hyang Kala Wisaya, Hyang Kala Ngadang, Sang Kala Katung dengan kekuatan Beliau yang berjumlah tiga belas yakni : Sang, Bang, Tang, Ang, Ing, Nang, Mang, Sing, Wang, Yang, Ang, Ung, dan Mang. Demikian juga saat mempersembahkan gelar sanga ditujukan kepada Tuhan dengan wajud-nya sebagai Bhuta Dengen, Hyang Pasupati,Sang Bhuta Dangdang, Sang Bhuta 5

6 Brahma, Sang Bhuta Putih, Sang Bhuta Janggitan, Sang Bhuta Bang, Sang Bhuta Langkir, Sang Bhuta Kuning, Sang Bhuta Lembukanya, Sang Bhuta Ireng, Sang Bhuta Karuna, dan sebagainya. Lalu saat menghaturkan Segehan Agung ditujukan kepada Sang Hyang Purusangkara, Sang Kala Sakti, Sang Hyang Rudra, Sang Kala Wisesa, Sang Hyang Durghadewi, Sang Hyang Kala Dengen Agung, dan Sang Hyang Kala Bhuta Bhukti. Terakhir pada saat membagikan tirtha memohon kepada Dewa Brahma, Dewa Wisnu, Dewa Iswara, Dewa Siwa, Dewa Sadasiwa, Dewa Paramasiwa Ketuhanan Dalam Siwagama Naskah Śiwāgama menceritakan tentang teologi Hindu dengan menyebutkan gelar Ida Sanghyang Widhi (sebagai asal dan tujuan dari semua yang ada, karena Beliau memiliki kekuatan hukum abstrak atau rtam niskala, vidhi berarti hukum abadi) atau Sanghyang Titah. Selain itu, Tuhan juga disebut sebagai Sang Adisuksma yang diyakini sebagai pencipta alam semesta beserta dengan isinya, yang diyakini juga Beliau sebagai kekuatan utama (adi) yang memiliki sabda suci, mulia, dan maha kuasa (Suksma). Sebutan Tuhan yang lainnya adalah Śunya yang tiada lain adalah gelar Beliau dalam kondisi abstrak atau niskala. Kata śunya adalah bahasa Saksekerta yang artinya kosong atau nol. Maksudnya bahwa segala yang ada ini dengan berbagai bentuk dan wujudnya awalnya dari kosong atau śunya, karena śunya itu tiada lain adalah Tuhan Yang Maha Esa. Selain sebutan Sanghyang Śunya, juga digelari Sanghyang Titah. Yang dimaksudkan Sanghyang Titah adalah Tuhan itu sendiri yang memiliki sabda niskala uttama atau suara gaib yang utama. Apapun perintah Beliau, maka segala ciptaan-nya mesti patuh, tunduk, turut, serta tidak bisa menolak. Begitulah perintah Tuhan Yang Maha Esa. Beliau sebagai penentu terakhir. Beliau juga yang mengendalikan yang Beliau ciptakan (utpeti), Beliaulah yang memeliharanya, menjaganya, melindunginya, serta membesarkannya (sthiti), yang pada gilirannya, akhirnya Beliau pula yang menitahkan untuk kembali ke asalnya yakni Sanghyang Titah sendiri (pralina atau pralaya). Apapun cara Beliau lakukan, itulah rtam vidhi. Bisa saja kembali kepada Beliau melalui utama, biasa, atau jalan musibah atau bencana alam. Semua itu Beliau yang menitahkan. Ciptaan-Nya ini tinggal menunggu perintah saja. Dalam naskah Śiwāgama juga dijelaskan bahwa Tuhan Yang Maha Esa memiliki aksara suci atau pranava yakni Om. Aksara Om adalah penunggalan dari tri aksara, antara lain : aksara A atau Ang, aksara U atau Ung, dan aksara M atau Mang. Ketiga aksara suci setelah disandhikan menjadi AUM atau AUNG (Om atau Ong). Aksara suci Om ini merupakan aksara untuk memuliakan Tuhan Yang Maha Esa. Om sebagai aksara yang digunakan pada saat puja atau mantra. Orang suci, sedharma, atau penganut Hindu selalu mengucapkan aksara suci Om pada saat memuja dan menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Seperti saat memuja Sanghyang Śiwa, diucapkanlah mantra suci : Om Om Śiwāya namah, Om Om Sadaśiwāya namah, Om Om Paramaśiwāya namah. Atau dengan mantra suci : Om Hrang Hring sah Paramaśiwā ditya ya namah. Mantra suci tersebut sebagai puja untuk menghormati Tuhan Yang Maha Esa yang bergelar Sanghyang Śiwa. Sanghyang Śiwa juga digelari Bhatara Śiwa, yang dalam kekuatan Beliau sebagai maha tahu, maha adil, dan maha saksi. Dalam gelar Beliau sebagai maha saksi, maka Beliau bergelar Bhatara Śiwa Raditya atau Sanghyang Surya. Sanghyang Surya hadir sebagai saksi terhadap semua ciptaan Beliau dengan sinar suci yang maha cemerlang, yang memberikan sinar kehidupan kepada semua ciptaan-nya. Saat Beliau hadir sebagai saksi terhadap 6

7 ciptaan-nya, maka Beliau dimuliakan, dihormati, dan disembah dengan puja mantra suci Surya Astawa (mantra khusus memuliakan Hyang Widhi atau Hyang Siwa dalam wujud Beliau sebagai Hyang Surya atau Hyang Śiwa Raditya). Dalam realitas kehidupan masyarakat Hindu, Beliau dihormati atau dipuja setiap hari terutama saat pagi hari (subhaha samayam puja). Bagi pandita, atau orang suci (sulinggih) memiliki tata krama pemujaan kehadapan Beliau melalui aktivitas Surya Sevana. Begitulah rasa bhakti dan penghormatan umat Hindu kehadapan Sanghyang Śiwa Raditya secara rutin setiap hari (prati dinam puja ya Śiwa Raditya). Jadi gelar Sanghyang Śiwa Raditya merupakan kekuatan Beliau untuk menyaksikan segala perilaku ciptaan-nya, Beliau sebagai saksi perilaku kebaikan dan keburukan yang diperbuat oleh segala ciptaan Beliau. Naskah Śiwāgama sesungguhnya sarat dengan nilai teologi Hindu, oleh karena dalam naskah inilah sebutan Tuhan Yang Maha Esa bisa dipahami dan dihayati oleh umat Hindu sesuai kondisi, tempat, serta waktu yang terjadi secara kearifan lokal di Bali pada khususnya maupun di Indonesia pada umumnya. Sekali lagi bahwa gelar Tuhan Yang Maha Esa yang tersurat dalam naskah Śiwāgama sebagai media suci untuk menghormati dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Beliau digelari Sanghyang Taya, oleh karena Beliau dalam kondisi niskala atau tidak nyata (Taya Tayañca Vijñeyah). Beliau digelari sebagai Sanghyang Tunggal oleh karena sesungguhnya eksistensi Beliau adalah Esa atau Ika (adwityam). Beliau digelari juga Sanghyang Catur Dewata yaitu Sanghyang Kusika, Sanghyang Garga, Sanghyang Metri, dan Sanghyang Kurusya, yang tiada lain adalah Sanghyang Acintya (Beliau yang tak terpikirkan), tetapi Beliau mampu menciptakan berbagai hal dari empat/segala penjuru. Beliau diberi gelar Bhatara Guru, oleh karena kekuasaan Beliau untuk menuntun umat manusia menjadi cerdas, cendekiawan, pintar, arif, prajna, wisesa, terampil, dan bijaksana. Kekuatan Beliau mampu memberikan anugerah pengetahuan suci dan berbagai teknologi dari berbagai dimensi sesuai desa kala patra. Beliau pula menjadikan umat manusia menjadi insan atau sumber daya manusia yang berkualitas (suputra, suputri, sadhu gunawan, buddhiman, buddhiwati, manusia Indonesia seutuhnya, manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa). Pada saat kehadiran Beliau, maka manusia memuliakannya melalui puja suci Sarasvati Astawa, sehingga umat manusia menjadi Brahmacarya, menjadi Pandita, menjadi Dang Acarya, menjadi Tri Kang Sinanggah Guru, menjadi Catraverti atau Vidyarti (sisya atau mahasisya), dan mengikuti kegiatan aguronguron sesuai dengan sasana masing-masing. Begitulah nilai teologi Hindu yang terkandung dalam naskah Śiwāgama, yang sesungguhnya sebagai tuntunan moral dan spiritual bagi umat Hindu, sekaligus merupakan pustaka suci sebagai pedoman untuk meyakini dan percaya dengan keesaan Ida Hyang Widhi Wasa. Diyakini bahwa Beliau adalah Esa atau Tunggal. Tetapi dalam naskah ini bahwa Beliau dimuliakan dengan gelar yang beraneka (bahu vadanti). Gelar Beliau yang lainnya adalah Sanghyang Mahadewa, Sanghyang Iswara, Sanghyang Mretyunjaya, Bhatara Sadhana, Bhatari Nini, Bhatari Uma, Bhatari Sri, Bhatari Mahadewi, Bhatara Wisnu, Bhatara Siwa, Sanghyang Indra, Bhatara Brahma, Bhatara Gana, Sanghyang Dharma, Bhatara Guru, Sanghyang Kala, Bhatara Parameswara, Sanghyang Ghana, Sanghyang Kumara, dan sebagainya. Dalam wujud Beliau sebagai Sanghyang Kala, maka Beliau bergelar Sang Bhuta Kedap, Sang Bhuta Gelap, Sang Bhuta Tatit, Sang Bhuta Kilap, Sang Bhuta Dadali, Sang Bhuta Kawanda, Sang Bhuta Syama, Sang Bhuta Semang, Sang Bhuta Sendu, Sang Bhuta Kubandha, Sang Bhuta Girindi, dan yang lainnya. 7

8 2.1.6 Ketuhanan Dalam Gong Wesi Nama Beliau (Tuhan) jika dalam pawukon sesuai Tutur Gong Besi juga beraneka nama atau sebutan Tuhan, yakni saat wuku Sinta bergelar Sanghyang Yamadipati, Landep bergelar Sanghyang Mahadewa, Ukir bergelar Sanghyang Mahayukti, Kulantir bergelar Sanghyang Langsur, Tolu bergelar Sanghyang Bayu, Gumbereg bergelar Sanghyang Cakra, Wariga bergelar Sanghyang Semara, Warigadean bergelar Sanghyang Maha Resi, Julungwangi bergelar Sanghyang Sambhu, Sungsang bergelar Sanghyang Gana, Dunggulan bergelar Sanghyang Kamajaya, Kuningan bergelar Sanghyang Indra, Langkir bergelar Sanghyang Kala, Medangsia bergelar Sanghyang Brahma, Pujut bergelar Sanghyang Guretno, Pahang bergelar Sanghyang Tantra, Krulut bergelar Sanghyang Wisnu, Merakih bergelar Sanghyang Suranggana, Tambir bergelar Sanghyang Siwa, Medangkungan bergelar Sanghyang Basuki, Matal bergelar Sanghyang Sakra, Uye bergelar Sanghyang Kuwera, Menail bergelar Sanghyang Citragatra, Perangbakat bergelar Sanghyang Bisma, Bala bergelar Sanghyang Bhatari Durga, Ugu bergelar Sanghyang Singajatma, Wayang bergelar Bhatari Sri, Kelawu bergelar Bhatara Sedhana, Dukut bergelar Sanghyang Agni, dan pada wuku Watugunung Beliau bergelar Sanghyang Anantabhoga dan Sanghyang Naga Gini. III. Penutup Ajaran ketuhanan dalam agama Hindu adalah esa, tunggal, ekam. Susastra Hindu telah mengajarkan bahwa Tuhan dalam Hindu tiada duanya, tetapi esa atau ekam. Gelar Beliau memang banyak dan beraneka, tetapi Beliau selalu tunggal. Beliau maha pengasih dan maha pemberi. Beliau dapat dipuja dimana-mana dengan ragam tempat suci sesuai kondisi masing-masing. Beliau tidak pernah membenci umat-nya, tetapi sebaliknya Beliau mengasihi umat-nya. Terkait materi Ketuhanan Hindu di Pura Besakih, dapat dibaca dalam tulisan berjudul Saiva Siddhanta and Besakih Temple : A Study. Demikian tulisan singkat ini, semoga bermanfaat. DAFTAR PUSTAKA Donder, I Ketut Brahmavidya : Teologi Kasih Semesta. Surabaya:Paramita. Maswinara, I Wayan Sistem Filsafat Hindu (Sarva Darsana Samgraha). Surabaya:Paramita. Ngurah, IGM, dkk Buku Pendidikan Agama HinduUntuk Perguruan Tinggi. Surabaya:Paramita. Pudja, Gede Theologi Hindu (Brahma Widya). Surabaya:Paramita. Subagiasta, I Ketut, Saiva Siddhanta and Besakih Temple : A Study. Disertasi Program Doktor pada Allahabad University, Uttar Pradesh, India Saiva Siddhanta di India dan di Bali. Surabaya:Paramita Etika Pendidikan Agama Hindu. Surabaya:Paramita Reformasi Agama Hindu Dalam Perubahan Sosial di Bali Surabaya:Paramita. Tim Penyusun Tattwa Jnana. Surabaya:Paramita Buku Pelajaran Agama Hindu. Jakarta:Hanuman Sakti. Watra, I Wayan Pengantar Filsafat Hindu (Tattwa I). Surabaya:Paramita. 8

DEWATA NAWASANGA: Dewa Siwa sebagai Pusat Jagat Raya

DEWATA NAWASANGA: Dewa Siwa sebagai Pusat Jagat Raya DEWATA NAWASANGA: Dewa Siwa sebagai Pusat Jagat Raya Dewata Nawasanga adalah Sembilan Dewa Penguasa Penjuru Mata Angin yang merupakan perwujudan Hyang Widdhi, berpusat pada adalah Dewa Siwa. UTTARA / UTARA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri dari beragam suku, ras, budaya, dan agama. Salah satu di antaranya adalah suku Bali yang

Lebih terperinci

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA TUGAS AGAMA DEWA YADNYA NAMA ANGGOTA KELOMPOK 7 KETUT ALIT WIRA ADI KUSUMA (05) ( KETUA ) NI LUH LINA ANGGRENI (27) ( SEKETARIS ) NI LUH DIAH CITRA URMILA DEWI (14) I PUTU PARWATA (33) SMP N 2 RENDANG

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007.

DAFTAR PUSTAKA. Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007. DAFTAR PUSTAKA Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007. Kasiran, Moh. 2010. Metodologi Penelitian, Malang: UIN Maliki Press. Sugiono.2011.

Lebih terperinci

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD 27. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan dirumuskan

Lebih terperinci

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Kompetensi Inti KD Lama KD Baru 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan contoh-contoh ciptaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA Oleh Ni Made Ardani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar made.ardani6@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

(Perspektif Teologi Hindu)

(Perspektif Teologi Hindu) IMPLEMENTASI KONSEP PEMUJAAN SAGUNA BRAHMAN DI PURA SAMUANTIGA DESA BEDULU KECAMATAN BLAHBATUH KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Teologi Hindu) Oleh : Ni Nyoman Sriani komingriani@yahoo.com Institut Hindu

Lebih terperinci

DUDONAN UPAKARA/UPACARA LAN RERAHINAN SUKA DUKA HINDU DHARMA BANJAR CILEDUG DAN SEKITARNYA TAHUN 2015

DUDONAN UPAKARA/UPACARA LAN RERAHINAN SUKA DUKA HINDU DHARMA BANJAR CILEDUG DAN SEKITARNYA TAHUN 2015 NO TANGGAL DINA/WUKU DUDONAN UPAKARA/UPACARA LAN RERAHINAN SUKA DUKA HINDU DHARMA BANJAR CILEDUG DAN SEKITARNYA TAHUN 2015 RERAINAN/ PIODALAN/PUJAWALI UPAKARA SANE KATUR PINANDITA SANE MUPUT TEMPEK PENGAREP

Lebih terperinci

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Ni Putu Sri Ratna Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I EKSISTENSI PALINGGIH RATU AYU MAS SUBANDAR DI PURA DALEM BALINGKANG DESA PAKRAMAN PINGGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Teologi Hindu) OLEH : I NENGAH KADI NIM. 09.1.6.8.1.0150 Email

Lebih terperinci

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru)

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru) BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru) Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang

Lebih terperinci

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA - 1254 - D. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA - 446 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA HINDU

PENDIDIKAN AGAMA HINDU Kurikulum 2004 PANDUAN MATERI UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2004/2005 SD PENDIDIKAN AGAMA HINDU DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN Hak Cipta pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan

Lebih terperinci

TUTUR BHUWANA KOSA: KAJIAN SEMIOTIKA. Ni Wayan Sri Santiati Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ABSTRAK

TUTUR BHUWANA KOSA: KAJIAN SEMIOTIKA. Ni Wayan Sri Santiati Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ABSTRAK 1 TUTUR BHUWANA KOSA: KAJIAN SEMIOTIKA Ni Wayan Sri Santiati Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ABSTRAK Tutur Bhuwana Kosa is one of the oldest manuscript belonging to the

Lebih terperinci

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL.

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL. MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL. H DISUSUN OLEH: I WAYAN AGUS PUJAYANA ORANG SUCI Orang suci adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk

Lebih terperinci

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Luh Setiani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar niluhsetiani833@gmail.com

Lebih terperinci

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Perayaan kemenangan dharma melawan

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN...

DAFTAR ISI... SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN... 2 DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... i ii LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... iii iv v vi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini. Agama Hindu merupakan agama yang mempercayai banyak dewa dan dewi yang tersebar menurut fungsinya

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar UPACARA NILAPATI BAGI WARGA MAHA GOTRA PASEK SANAK SAPTA RSI DI BANJAR ROBAN DESA TULIKUP KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan

Lebih terperinci

EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Dewa Ayu Putu Warsiniasih Institut Hindu Dharma

Lebih terperinci

Mahapuja Satyabuddha

Mahapuja Satyabuddha Mahapuja Satyabuddha Seorang sadhaka Tantrayana, setiap kali bersadhana, harus memberikan persembahan. Dalam Catur Prayoga, merupakan Persembahan Mandala. Saya pernah berkata, Manusia di dunia ini, kalau

Lebih terperinci

UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR

UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR Oleh : Ni Komang Ayu Sri Ratna Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar I Ketut Sudarsana Institut Hindu

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa nilai sosial

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA

DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXX di Depan Museum Bajra Sandhi Tahun 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara,

Lebih terperinci

Jadi keenam unsur kepercayaan (keimanan) tersebut di atas merupakan kerangka isi Dharma (kerangka isi Agama Hindu). Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu

Jadi keenam unsur kepercayaan (keimanan) tersebut di atas merupakan kerangka isi Dharma (kerangka isi Agama Hindu). Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu 4.1 Dasar Kepercayaan Hindu Bersumber Pada Atharwa Weda Dasar kepercayaan (keimanan) dalam agama Hindu disebut Sraddha, yang dinyatakan di dalam ayat suci Atharwa Weda berikut.

Lebih terperinci

TUTUR WIDHI SASTRA DHARMA KAPATIAN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI. Corresponding Author

TUTUR WIDHI SASTRA DHARMA KAPATIAN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI. Corresponding Author TUTUR WIDHI SASTRA DHARMA KAPATIAN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI Gusti Ayu Putu Ardiyanti 1*, Ida Bagus Rai Putra 2, I Nyoman Supatra 3 [123] Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Unud 1

Lebih terperinci

MIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk

MIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1 MIMAMSA DARSANA Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1. Pendahuluan Agama Hindu berkembang ke seluruh dunia dengan kitab sucinya Weda, disesuaikan dengan budaya lokal (local genius). Sebagai payung dalam

Lebih terperinci

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu Oleh : Hj. A. Nirawana Abstract Menggapai nirwanan adalah sebuah tujuan spiritual dalam agama hindu. Tulisan berikut ingin menelusuri sejauhmana makna nirwana dan langkahlangkah pencapaiannya bagi penganut

Lebih terperinci

GAYATRI MANTRAM FUNGSI DAN BERKAHNYA BAGI YANG MENGUCAPKAN

GAYATRI MANTRAM FUNGSI DAN BERKAHNYA BAGI YANG MENGUCAPKAN GAYATRI MANTRAM FUNGSI DAN BERKAHNYA BAGI YANG MENGUCAPKAN OM AWIGHNAM ASTU NAMO SIDDHAM Sudah banyak diantara umat Hindu yang mengenal dan hafal mantra Gayatri, namun belum semua diantara yang hafal dan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA I GUSTI NGURAH WIRAWAN, S.Sn., M.Sn NIP : 198204012014041001 INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 ABSTRAK Saradpulagembal, seperti halnya sesajen

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU PEMBELAJARAN AGAMA HINDU I KETUT SUDARSANA iketutsudarsana@ihdn.ac.id www.iketutsudarsana.com Secara etimologi agama berasal dari bahasa sanskerta, yaitu dari kata a dan gam. a berarti tidak dan gam berarti

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar TRADISI PERSEMBAHYANGAN TANPA MENGGUNAKAN API DI PURA KAHYANGAN ALAS KEDATON DESA PAKRAMAN KUKUH KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN. Secara geografis lokasi penelitian ini berada di Jl. Ketintang Wiyata

BAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN. Secara geografis lokasi penelitian ini berada di Jl. Ketintang Wiyata BAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN A. Lokasi Secara geografis lokasi penelitian ini berada di Jl. Ketintang Wiyata Selatan No. 200 i Kelurahan Ketintang Kota Surabaya, dengan luas wilayah 297 Ha. Ketinggian

Lebih terperinci

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari I Ketut Sudarsana > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari Ajaran Tri Kaya Parisudha dapat dilaksanakan dengan cara memberikan arahan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 13

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 13 EKSISTENSI PURA BEJI AGUNG TEGALTAMU DESA BATUBULAN KECAMATAN SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR ( Kajian Teologi Hindu ) Oleh Dewa Ayu Made Santika Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Pura Beji

Lebih terperinci

NASKAH DHARMA WACANA REMAJA PUTRA CINTA KASIH OLEH: PUTU NOPA GUNAWAN UTUSAN KOTA MAKASSAR UTSAWA DHARMA GITA PROVINSI SULAWESI SELATAN

NASKAH DHARMA WACANA REMAJA PUTRA CINTA KASIH OLEH: PUTU NOPA GUNAWAN UTUSAN KOTA MAKASSAR UTSAWA DHARMA GITA PROVINSI SULAWESI SELATAN NASKAH DHARMA WACANA REMAJA PUTRA CINTA KASIH OLEH: PUTU NOPA GUNAWAN UTUSAN KOTA MAKASSAR UTSAWA DHARMA GITA PROVINSI SULAWESI SELATAN 2011 1 CINTA KASIH ( Oleh: PUTU NOPA GUNAWAN)** Om Swastyastu Dewan

Lebih terperinci

DOA SEHARI-HARI MENURUT HINDU

DOA SEHARI-HARI MENURUT HINDU DOA SEHARI-HARI MENURUT HINDU Pada umumnya, sebelum melakukan persembahyangan baik dengan puja Trisandya maupun Panca Sembah didahului dengan penyucian badan dan sarana persembahyangan. Urutannya sebagai

Lebih terperinci

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Balinese Lamak PENCIPTA : Ni Luh Desi In Diana Sari, S.Sn.,M.Sn PAMERAN The Aesthetic Of Prasi 23 rd September 5 th October 2013 Cullity Gallery ALVA

Lebih terperinci

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR (Analisis Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Made Agus Sutrisna Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89 UPACARA MAPAG TOYA DI PURA BEDUGUL DESA PAKRAMAN NYANGLAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Teologi Hindu) Oleh I Nyoman Hari Mukti Dananjaya, I Pt. Sudharma, I Md. Adi Surya Pradnya Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai salah satu penyimpanan naskah-naskah kuna warisan nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai penyimpanan naskah-naskah

Lebih terperinci

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) OLEH: KOMANG HERI YANTI email : heryan36@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak Tri Hita Karana pada hakikatnya adalah sikap hidup

Lebih terperinci

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN KEMBANG MERTA DESA CANDIKUNING KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN Oleh I Putu Hendra Yogi Swasgita hendrayogi.pcc@gmail.com

Lebih terperinci

Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan

Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Salah satu perayaan agama hindu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang penuh dengan keanekaragaman Suku Bangsa, Bahasa, Agama, dan Kebudayaan. Keberagaman budaya bangsa Indonesia bukan berarti untuk

Lebih terperinci

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROVINSI BALI PEDOMAN PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI TAHUN SAKA 1938

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROVINSI BALI PEDOMAN PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI TAHUN SAKA 1938 PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROVINSI BALI PEDOMAN PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI TAHUN SAKA 1938 Om Swastyastu, Sehubungan dengan Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1938 yang jatuh pada Hari : Rabu, Tanggal :

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si Art Exhibition Indonesian Institute of the Arts Denpasar Okinawa Prefectural University of Art OPUA

Lebih terperinci

NYEPI: MENCIPTAKAN BHUTA HITA MENUJU ALAM SUNYA. Oleh: Ida Made Windya, S. Ag (Pembimas Hindu Kanwil Kemenag Jawa Timur)

NYEPI: MENCIPTAKAN BHUTA HITA MENUJU ALAM SUNYA. Oleh: Ida Made Windya, S. Ag (Pembimas Hindu Kanwil Kemenag Jawa Timur) NYEPI: MENCIPTAKAN BHUTA HITA MENUJU ALAM SUNYA Oleh: Ida Made Windya, S. Ag (Pembimas Hindu Kanwil Kemenag Jawa Timur) Ri hěněng ikanang amběk tibrālit mahěning ahö/ Lěngit atisaya sunya jñana naśraya

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN APLIKASI MOBILE PEMBELAJARAN MANTRA HARI RAYA HINDU TUGAS AKHIR

PEMBANGUNAN APLIKASI MOBILE PEMBELAJARAN MANTRA HARI RAYA HINDU TUGAS AKHIR PEMBANGUNAN APLIKASI MOBILE PEMBELAJARAN MANTRA HARI RAYA HINDU TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Drajat Sarjana Teknik Informatika oleh : KOMANG ANANTA WIJAYA 11 07 06639

Lebih terperinci

34. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMP

34. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMP 34. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

KONSEP KOSMOLOGI HINDU DALAM TEKS BHUANA KOSA

KONSEP KOSMOLOGI HINDU DALAM TEKS BHUANA KOSA KONSEP KOSMOLOGI HINDU DALAM TEKS BHUANA KOSA Oleh : I Gusti Made Widya Sena * ) ABSTRACT Salah satu kebenaran yang tersurat dalam Kitab Suci Veda adalah ajaran atau konsep tentang kosmologi atau penciptaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Penelitian lapangan ini mengkaji tiga permasalahan pokok. tentang bunyi-bunyian pancagita yang disajikan dalam upacara

BAB V KESIMPULAN. Penelitian lapangan ini mengkaji tiga permasalahan pokok. tentang bunyi-bunyian pancagita yang disajikan dalam upacara BAB V KESIMPULAN 1. Kesimpulan Penelitian lapangan ini mengkaji tiga permasalahan pokok tentang bunyi-bunyian pancagita yang disajikan dalam upacara odalan di Kabupaten Karangasem yaitu beberapa faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah yang mendasari penelitian yang dilakukan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan

Lebih terperinci

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah 1. Pengertian Atman adalah. a. Percikan terkecil dari Sang Hyang Widhi Wasa b. Tidak terlukai oleh api c. Tidak terlukai oleh senjata d. Tidak bergerak e. Subha Karma Wasa 2. Fungsi Atman dalam mahluk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA 51 BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA A. Ajaran Agama Hindu tentang Penghormatan kepada Lembu Dalam pandangan agama Hindu binatang lembu merupakan binatang yang dihormati dan diagungkan. Lembu merupakan binatang

Lebih terperinci

AKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG

AKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG 1 AKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG 2007-2014 I Ketut Winata Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Budaya winatasejarah11@yahoo.com

Lebih terperinci

TUMPEK KANDANG SEBAGAI SARANA PELESTARIAN TERNAK Oleh Ni Putu Sri Wahyuni, S.P., M.M.A. 9

TUMPEK KANDANG SEBAGAI SARANA PELESTARIAN TERNAK Oleh Ni Putu Sri Wahyuni, S.P., M.M.A. 9 TUMPEK KANDANG SEBAGAI SARANA PELESTARIAN TERNAK Oleh Ni Putu Sri Wahyuni, S.P., M.M.A. 9 Abstrak: Dalam pelestarian ternak oleh peternak di Bali dapat dilakukan secara niskala dan sekala. Secara niskala

Lebih terperinci

Kata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu

Kata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu ESENSI LINGGA YONI DI PURA BATUR NING DESA PAKRAMAN SAYAN, KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR OLEH: I NYOMAN SUDIANA Email : sudiana_syn@yahoo.com Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I I Ketut

Lebih terperinci

Memaknai Ulun Danu dalam Kebudayaan Bali

Memaknai Ulun Danu dalam Kebudayaan Bali Memaknai Ulun Danu dalam Kebudayaan Bali Oleh I Gede Mugi Raharja Dosen Prodi Desain Interior FSRD ISI Denpasar Abstrak Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-39 pada 2017 bertemakan Ulun Danu (hulu danau). Tema

Lebih terperinci

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya 1 UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya Kelahiran Bodhisattva berikut menunjukkan bagaimana sebagai seorang pertapa, beliau mempraktikkan kemurahan hati dan pemberian secara terusmenerus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Tutur adalah 'nasehat' atau 'bicara'. Kata perulangan

Lebih terperinci

TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT

TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT PURA TAMAN NARMADA BALI RAJA DI DESA PAKRAMAN TAMANBALI, BANGLI, BALI (Sejarah, Struktur, dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal) Oleh : Ni Wayan Eka Krisna Yanti, (NIM 0914021029), (niwayanekakrisnayanti@yahoo.com)

Lebih terperinci

SOP Pelayanan Kedukaan Tradisi Veda (Vaisnava)

SOP Pelayanan Kedukaan Tradisi Veda (Vaisnava) Jl. Pondok Bambu Batas No 14 RT 001 RW 012 Kelurahan Pondok Bambu Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur Email : pitra2014@yahoo.com Website : SOP Pelayanan Kedukaan Tradisi Veda Oleh: TIM Ashram Vaisnava

Lebih terperinci

DALAM PROSESI SURYA SEVANA

DALAM PROSESI SURYA SEVANA E-JOURNAL JAPA DALAM PROSESI SURYA SEVANA DAN PEGANGGAN PARA SULINGGIH PADA KALI YUGA DI DENPASAR UTARA PERSPEKTIF TEOLOGI HINDU Oleh : LUH PUTU MULIANI HANDAYANI govindamohini@yahoo.com ABSTRAK Ritual

Lebih terperinci

David J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama,

David J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama, IDG Windhu Sancaya Pura Besakih: Di antara Legenda dan Sejarah Penguasa Bali IDG Windhu Sancaya* Judul buku : Pura Besakih; Pura, Agama, dan Masyarakat Bali Penulis : David J. Stuart Fox Penerjemah: Ida

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waterfall model. Model waterfall merupakan model proses pengembangan sistem yang klasik dan bersifat sistematis, proses dilakukan secara berurutan dari satu tahap ke tahap

Lebih terperinci

Sekilas tentang LONTAR SIWAGAMA

Sekilas tentang LONTAR SIWAGAMA Sekilas tentang LONTAR SIWAGAMA Siwagama merupakan teks yang tergolong jenis tutur yang juga disebut Purwagamasasana. Siwagama merupakan salah satu karya Ida Padanda Made Sidemen dari Geria Delod Pasar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta menyalin dan menciptakan karya-karya sastra baru. Lebih-lebih pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. serta menyalin dan menciptakan karya-karya sastra baru. Lebih-lebih pada zaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan dan tidak bosan-bosannya membaca, menerjemahkan, menghayati, mengkaji, serta menyalin dan

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Hindu adalah agama yang telah menciptakan kebudayaan yang sangat kompleks di bidang astronomi, ilmu pengetahuan, filsafat dan lain-lain sehingga timbul

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn PAMERAN: KOLABORASI INTERNASIONAL ALL GREE VS TAPAK TELU THE INDONESIAN INSTITUTE OF THE ARTS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. dasarkan bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. dasarkan bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarkan bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

Lebih terperinci

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI I Wayan Dirana Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar diranawayan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. 1. Sejarah Berdirinya Pura Tirtha Gangga Suraba. dalam Islam disebut dengan musholla. Pada waktu itu dibangunlah Pura yang

BAB III PENYAJIAN DATA. 1. Sejarah Berdirinya Pura Tirtha Gangga Suraba. dalam Islam disebut dengan musholla. Pada waktu itu dibangunlah Pura yang BAB III PENYAJIAN DATA A. Profil Pura Tirta Gangga Surabaya 1. Sejarah Berdirinya Pura Tirtha Gangga Suraba Pura Tirta Gangga yang terletak di Jalan Kertajaya Gubeng X/6 Surabaya Jawa Timur dibangun pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdoa dan sembahyang merupakan kewajiban yang utama bagi manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan, Do a atau sembahyang merupakan wujud rasa syukur, memohon perlindungan,

Lebih terperinci

Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan

Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan Laporan kemajuan HIBAH UDAYANA MENGABDI Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan Oleh IR. I WAYAN SUKERAYASA (196411031991031001) IR. I NYOMAN SURATA, MT. (195310301986011001)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tidak mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia. Setiap kebudayaan adalah hasil dari ciptaan

Lebih terperinci

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TIRTA AMERTA

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TIRTA AMERTA DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TIRTA AMERTA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXIII di Depan Gedung Jaya Sabha Denpasar Tahun 2011 OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka merupakan bab yang memaparkan mengenai teori-teori penunjang yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan Game Edukasi Dewata Nawa Sanga Berbasis Android 2.1

Lebih terperinci

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXII Di Depan Gedung Jaya Sabha Denpasar 12 Juni 2010 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn.

Lebih terperinci

HARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH

HARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH TATA IBADAh HARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH Minggu 14 Mei 201 TATA IBADAH PERSIAPAN - Memastikan kesiapan; semua yang akan melayani - Prasarana ibadah ( P1 ) - Doa pribadi warga jemaat - Prokantor mengajarkan

Lebih terperinci

PEMENTASAN WAYANG LEMAH PADA UPACARA CARU BALIK SUMPAH DI DESA PAKRAMAN KENGETAN KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

PEMENTASAN WAYANG LEMAH PADA UPACARA CARU BALIK SUMPAH DI DESA PAKRAMAN KENGETAN KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) PEMENTASAN WAYANG LEMAH PADA UPACARA CARU BALIK SUMPAH DI DESA PAKRAMAN KENGETAN KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) I Putu Gede Buda Adnyana Institut Hindu Dharma Negeri

Lebih terperinci

GAME EDUKASI DEWATA NAWA SANGA BERBASIS ANDROID

GAME EDUKASI DEWATA NAWA SANGA BERBASIS ANDROID GAME EDUKASI DEWATA NAWA SANGA BERBASIS ANDROID TUGAS AKHIR Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan dalam rangka menyelesaikan Pendidikan Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Teknologi Informasi

Lebih terperinci