NYEPI: MENCIPTAKAN BHUTA HITA MENUJU ALAM SUNYA. Oleh: Ida Made Windya, S. Ag (Pembimas Hindu Kanwil Kemenag Jawa Timur)
|
|
- Vera Dewi Sugiarto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 NYEPI: MENCIPTAKAN BHUTA HITA MENUJU ALAM SUNYA Oleh: Ida Made Windya, S. Ag (Pembimas Hindu Kanwil Kemenag Jawa Timur) Ri hěněng ikanang amběk tibrālit mahěning ahö/ Lěngit atisaya sunya jñana naśraya ya wěkasan/ Swayéng umiběki tan ring rat mwang déha tuduhana/ Ri pangawakira sanghyang tattwadhyatmika katěmu// (Nirartaprakerta) (Ketika hati telah heneng, hening, halus dan cemerlang/ kemudian menyusup ke alam sunya, alam yang sempurna/ fikiran lalu bagaikan telah meliputi seluruh alam namun tidak diketahui dari mana datangnya/ orang yang telah mencapai tingkat itu adalah orang yang telah menemui hakikat kerohanian yang tertinggi). Hari raya nyepi datang setahun sekali, yaitu pada Pananggal 1 Sasih Waiśaka sehari setelah Tilem Caitra. Hari ini dijadikan sebagai Tahun Baru Śaka ditandai dengan pelaksanaan Brata Penyepian. Dengan demikian hari raya Nyepi tidak sekedar pergantian Tahun Śaka, tetapi benar-benar dilandasi oleh nilai-spiritual. Wawasan kesemestaan dengan melihat posisi Surya dan Candra, renungan tentang ruang dan waktu sebagaimana tertuang dalam pelaksanaan bhuta yajña (persembahan kepada Bhuta dan Kala, pelaksanaan ajaran yoga dengan melaksanakan yama dan niyama brata membangun visi dan spirit untuk menghadapi masa datang. Terlebih lagi sepi atau sunya adalah sebuah kata kunci dalam ajaran agama Hindu yang mengandung makna kesempurnaan (purna). Oleh karena itu Nyepi senantiasa menyajikan bahan renungan kepada kita, lebih lanjut mendorong kita untuk lebih mendalami ajaran agama Hindu. Nyepi Mencapai Alam Sunya-Nirbana Istilah sunya dan nirbana adalah istilah kunci untuk memahami Śiwa-Buddha Tattwa. Masyarakat mengetahui bahwa masing masing istilah tersebut adalah khas milik agama masing-masing, yaitu Sunya untuk Śiwa dan Nirbana (nirwana) untuk Budha.
2 Lontar Bhuana Sangksepa ada menyuratkan tentang Paramatattwa (kebenaran yang tertinggi) dalam agama Śiwa, yang disebut juga sebagai Sunyata atau Moksa, artinya tingkat dimana telah terjadi pembebasan dari segala ikatan, meniadakan semua bentuk paham: (na bhumir na jalam vyapih na tejo na ca marutah; na surya candra sarvepi nākasam nāntaram bhavet; na buddhih nāhamkarah na visnuh na brahma na iswaram; na niste na madyôttamah na miwa dewata punah). Sangat menarik perhatian kita pada tingkat ini Tri Murti tidak ada lagi. Hal ini dapat dipahami karena Tri Murti adalah aspek dari Parama Siwa dan semuanya telah kembali pada Parama-tattwa. Pada tingkat Parama Tattwa inilah terjadi kemanunggalan antara Śiwa dan Budha atau Śiwa Budha adalah kebenaran yang Tunggal. Dalam hal ini kita memahami mengapa lontar Bhuwana Kosa menerangkan suatu keadaan Sunya-Nirbana yang dianggap sebagai moksa, disebut sebagai Śiwa. Jadi Sunya- Nirbana adalah suatu keadaan persatuan dengan Śiwa:... hana ta pada sunya ya sinangguh sunya ya sinangguh kamoksan, nga, wisesa ya, ya Śiwa ngaranya; sunyaśca nirbhanadhikasciwanggatwe,... Dalam uraian di atas telah jelas bagi kita, bahwa Sunya dan Nirwana adalah sama. Dalam kitab-kitab Budhis, nirwana mempunyai makna suatu keadaan Santa, sementara itu Bhuwana Kosa sebuah lontar yang bercorak Śiwa menyebutkan bahwa keadaan yang tertinggi juga disebut Param brahma Mahasuksma Santa Parinirmala. Dalam hal ini menarik untuk dicatat Pernyataan Mpu Tantular dalam karyanya Kakawin Sutasoma yang bercorak Buddha. Beliau menulis: Sunyakara diwangga nirmala siran nirbana nirlaksana. Disini kata sunya dan nirbana dideretkan dalam menjelaskan makna ajaran tersebut. Sebelumnya Empu Tantular ada menulis: nirbana ya rinĕgĕp iran mantukéng Budha loka (nirbana itulah yang dipikirkan untuk kembali ke alam Budha). Pemakaian istilah Sunya maupun Nirbana oleh seorang wiku seperti itu tentulah bukan kekacauan istilah, namun sang wiku benar-benar memahami makna istilah tersebut. Hal ini tampak juga dalam tradisi sastra kidung, sebagaimana disuratkan oleh Ida Pedanda Nyoman Pidada penggubah Kidung Tantri Nandaka Harana. Dalam karya sastra yang ditulis pada awal abad ke 18 ini ada disuratkan: parok ning parama pinuh ring nirbana sunya kang ginung. Sementara itu dalam Kidung Tantri Manduka Prakarana ada disuratkan: paramārta nirbana sunya niscala śiwajati.
3 Demikianlah pada tingkat tertentu istilah sunya maupun nirbana tidak lagi menjadi ciri khas agama Śiwa maupun Budha. Kedua istilah penuh makna itu dipakai bergantian, atau dipakai bersamaan oleh para Wiku. Sangat menarik pula apa yang tersurat dalam Bhagawad Gita V Dalam kitab ini tersurat adanya istilah Brahma-Nirwana. Yo'ntah sukho 'ntar-ārāmas, tathāntar jyotir eva yah, sa yogï brahma-nirvānam, brahma bhûto 'dhigacchati. (dia yang menemui kebahagiaan pada dirinya, dan tentram pada dirinya, cahaya ada pada dirinya, hanya yogi semacam ini yang menjadi suci, mencapai nirwana bersatu dengan Brahman). Labhante brahma-nirvānam, ŗşayah kşiņa kalmaşāh chinna dvaidhā yatātmānah, sarva bhüta hite ratāh (Orang suci yang dosanya telah dimusnahkan, keragu-raguannya dihapus, pikirannya dipusatkan, kebahagiaannya berbuat kebajikan bagi mahluk semua dia akan mencapai nirwana bersatu dengan Brahman). Brahma nirwana sebagaimana disuratkan di atas adalah sesuatu yang dicita-citakan oleh para resi atau yogi, sesuatu yang dapat dicapai oleh para yogi setelah melakukan proses penyucian diri, proses yoga. Dalam Kakawin Dharma Sunya disuratkan bagaimana seorang Wiku yang telah mencapai tingkat itu: ambĕk sang wiku siddha tan pahingan tumutuga ri kamurtining taya/ tan linggar humĕnĕng licin mamĕpĕking bhuwana sahananing jagatraya/ norānglor kiduling kidul tělasana sira juga paměkas niraśraya/ kěwat kéwala sunya nirbhana lěngöng luput inangěn-angěn winarnaya// (Bathin seorang wiku yang telah mencapai tingkat kesempurnaan tidak terbatas, telah sampai pada wujud ketiadaan/ tidak goyah, diam, halus, memenuhi segala isi ketiga dunia/tidak utara, selatannya selatan telah habis, beliau adalah hakekat kebebasan/ hanya yang satu, yaitu sunya nirbana yang indah yang bebas dari pikiran, yang tak terkatakan). Sunya nirbana adalah hakikat tujuan yang ingin dicapai oleh penganut Śiwa maupun Budha. Karena Sunya Nirbana adalah satu, disinilah makna sesungguhnya dari ucapan Jinatwa kalawan Siwatwa tunggal. Nyepi Pemujaan Bhutapati Menciptakan Bhuta-hita
4 Sudah kita catatkan di atas bahwa upacara yang sangat penting diadakan dalam rangka menyambut hari raya nyepi adalah Bhuta Yajña. Upacara ini dilaksanakan pada Tilem Caitra, ketika bumi bulan dan matahari dalam satu garis lurus atau surya dalam posisi tegak ditengah-tengah (wiswayana). Bhuta yajña adalah persembahan kepada Bhuta. Ada lima unsur bhuta sebagai perwujudan dari Acetana mendapat perhatian penting dalam pemikiran Hindu. Alam semesta (bhuwana agung) dan juga diri manusia sendiri (bhuwana alit) dibentuk dari lima unsur yang disebut Panca Maha Bhuta, terdiri atas Prthiwi (unsur padat), apah (unsur air), teja (unsur api), bayu (unsur angin), dan akasa (ether). Panca Maha Bhuta dibentuk oleh unsur-unsur sangat halus yaitu Panca Tan Matra, terdiri atas gandha (unsur bau), rasa (rasa), sparsa (sinar), rupa (rupa) dan sabda (suara). Semua unsur tersebut berstruktur, bersistem dan harmoni. Namun dalam perjalanan waktu, termasuk karena tindakan dan perbuatan manusia, unsur-unsur tersebut boleh jadi disharmoni. Oleh karena itu dalam setiap kurun waktu tertentu diadakan upacara mengharmoniskan unsurunsur yang membangun alam semesta, diadakan upacara Bhuta Yajña. Harapan yang ingin dicapai adalah Bhuta Hita atau Jagad Hita, Sarwaprani Hita, keharmonisan yang akan memberikan kerahayuan hidup bagi manusia dan mahluk lainnya. Bhuta yajña diadakan pada tempat dan waktu terpilih (pangala desa, subha diwasa). Penyelenggaraannya dilakukan di sebuah tempat yang secara simbolis dianggap sebagai madhyanikang bhuwana (tengahnya dunia), di sebuah natar (lebuh, pempatan) dimana prthiwi (bumi, tanah) akasa (langit) bertemu. Manusia yang hidup diantara Bhuta dan Dewa, dengan melaksanakan Bhuta Yajña diharapkan menyadari dirinya yang pada hakekatnya cahaya Tuhan yang berasal dan akan kembali kepada Sang Maha Cahaya. Bukan sebaliknya jatuh dalam kegelapan (bhuta). Tetapi Bhuta perlu dijaga keharmonisannya (somhya) dengan berbagai upaya sebagaimana diajarkan dalam ajaran agama. Bhuta Yajña juga diselenggarakan karena manusia menjadikan bhuta juga tan matra sebagai objek indrianya. Obyek indria diupayakan dalam keadaan bhuta-hita, dengan demikian kerahayuan hidup akan dapat dicapai. Setelah Bhuta menjadi somya, maka Hyang Bhutapati yang juga adalah Hyang Pasupati, Hyang Jagatpati disthanakan lalu dipuja. Dengan demikian pelaksanaan Bhuta Yajña
5 pada hakikatnya adalah juga untuk memuja Hyang Siwa, yang didahului dengan proses penyucian bhuwana. Uraian ringkas di atas diharapkan telah dapat memberikan gambaran bahwa sesungguhnya perayaan hari raya nyepi dengan segala prosesnya pada hakikatnya adalah pemujaan kepada Hyang Siwa. Bhuta yajña yang dilaksanakan pada Tilem Caitra, ketika bhumi, bulan dan matahari dalam posisi wiswayana adalah upacara untuk mencapai bhuta-hita, selanjutnya memuja Hyang Siwa (Wiswa), beliau disebut juga Bhutapati. Pada hari raya nyepi umat Hindu diharapkan dapat memasuki alam sunya-nirbana, alam yang tertinggi, alam yang heneng dan hening. Keesokan harinya adalah Ngembak Gni, yang secara spiritual menghidupkan kembali api suci dalam diri untuk terus menerus membakar kekotoran pikiran (mala), yang pada akhirnya diharapkan tercapainya kesucian pikiran (nirmala), karena pada pikiran yang suci itulah diyakini Hyang Siwa bersthana. Om Namah Siwaya
BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach
BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri dari beragam suku, ras, budaya, dan agama. Salah satu di antaranya adalah suku Bali yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA AJARAN AWATARA DALAM AGAMA HINDU DAN TASHAWUF ISLAM
BAB IV ANALISA DATA PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA AJARAN AWATARA DALAM AGAMA HINDU DAN TASHAWUF ISLAM A. Konsep Ketuhanan Ajaran Awatara dalam Agama Hindu Konsepsi Ajaran Awatara dalam Agama Hindu mengatakan
Lebih terperinci3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah
1. Pengertian Atman adalah. a. Percikan terkecil dari Sang Hyang Widhi Wasa b. Tidak terlukai oleh api c. Tidak terlukai oleh senjata d. Tidak bergerak e. Subha Karma Wasa 2. Fungsi Atman dalam mahluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku
Lebih terperinciBHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan
Lebih terperinciKARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL
KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Balinese Lamak PENCIPTA : Ni Luh Desi In Diana Sari, S.Sn.,M.Sn PAMERAN The Aesthetic Of Prasi 23 rd September 5 th October 2013 Cullity Gallery ALVA
Lebih terperinciTUGAS AGAMA DEWA YADNYA
TUGAS AGAMA DEWA YADNYA NAMA ANGGOTA KELOMPOK 7 KETUT ALIT WIRA ADI KUSUMA (05) ( KETUA ) NI LUH LINA ANGGRENI (27) ( SEKETARIS ) NI LUH DIAH CITRA URMILA DEWI (14) I PUTU PARWATA (33) SMP N 2 RENDANG
Lebih terperinciNirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu
Oleh : Hj. A. Nirawana Abstract Menggapai nirwanan adalah sebuah tujuan spiritual dalam agama hindu. Tulisan berikut ingin menelusuri sejauhmana makna nirwana dan langkahlangkah pencapaiannya bagi penganut
Lebih terperinciPEMAHAMAN KONSEP TRI HITA KARANA UMAT HINDU DI KOTA PALU. I Gede Made Suarnada * ABSTRAK
PEMAHAMAN KONSEP TRI HITA KARANA UMAT HINDU DI KOTA PALU I Gede Made Suarnada * Staff Pengajar STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah ABSTRAK Tri Hita Karana menjadi hal yang tidak terpisahkan menuju kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini. Agama Hindu merupakan agama yang mempercayai banyak dewa dan dewi yang tersebar menurut fungsinya
Lebih terperinciPENDIDIKAN AGAMA HINDU
Kurikulum 2004 PANDUAN MATERI UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2004/2005 SD PENDIDIKAN AGAMA HINDU DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN Hak Cipta pada
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Perayaan Hari Raya Nyepi tahun Baru Saka 1935, Jakarta, 7 April 2013 Minggu, 07 April 2013
Sambutan Presiden RI pada Perayaan Hari Raya Nyepi tahun Baru Saka 1935, Jakarta, 7 April 2013 Minggu, 07 April 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN DHARMA SHANTI NASIONAL HARI RAYA
Lebih terperinciTUTUR BHUWANA KOSA: KAJIAN SEMIOTIKA. Ni Wayan Sri Santiati Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ABSTRAK
1 TUTUR BHUWANA KOSA: KAJIAN SEMIOTIKA Ni Wayan Sri Santiati Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ABSTRAK Tutur Bhuwana Kosa is one of the oldest manuscript belonging to the
Lebih terperinciMAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL.
MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL. H DISUSUN OLEH: I WAYAN AGUS PUJAYANA ORANG SUCI Orang suci adalah
Lebih terperinciDESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA
DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA I GUSTI NGURAH WIRAWAN, S.Sn., M.Sn NIP : 198204012014041001 INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 ABSTRAK Saradpulagembal, seperti halnya sesajen
Lebih terperinciPenyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)
Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Kompetensi Inti KD Lama KD Baru 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan contoh-contoh ciptaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang penuh dengan keanekaragaman Suku Bangsa, Bahasa, Agama, dan Kebudayaan. Keberagaman budaya bangsa Indonesia bukan berarti untuk
Lebih terperinciPURUSADA SANTHA (BABAK I)
DESKRIPSI KARYA TARI ORATORIUM PURUSADA SANTHA (BABAK I) Oleh : I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn. Produksi ISI Denpasar dipergelarkan dalam rangka Dharma Santi Nasional,Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN. Secara geografis lokasi penelitian ini berada di Jl. Ketintang Wiyata
BAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN A. Lokasi Secara geografis lokasi penelitian ini berada di Jl. Ketintang Wiyata Selatan No. 200 i Kelurahan Ketintang Kota Surabaya, dengan luas wilayah 297 Ha. Ketinggian
Lebih terperinciDesain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan
Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Perayaan kemenangan dharma melawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali Tradisional yang dibentuk oleh pupuh-pupuh. Setiap pupuh
Lebih terperinciDALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN:
A. DEFINISI AGAMA 1. Mennurut KBBI : suatu sistem, prinsip kepercayaan kepada tuhan (dewa & sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiba-kewajiban yang bertalian dengan ajaran itu 2. Atau seperangkat
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pd Upacara Tawur Agung Kesangan Nasional, di Candi Prambanan, tgl. 20 Mar 2015 Jumat, 20 Maret 2015
Sambutan Presiden RI pd Upacara Tawur Agung Kesangan Nasional, di Candi Prambanan, tgl. 20 Mar 2015 Jumat, 20 Maret 2015 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA UPACARA TAWUR AGUNG KESANGA NASIONAL PERAYAAN
Lebih terperinciTeam project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Nyoman S. Pendit, Nyepi Hari Kebangkitan dan Toleransi, (Jakarta: Yayasan Mertasari,1984) h.37 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Hari Raya Nyepi merupakan salah satu hari raya umat Hindu yang rutin dilaksanakan setiap tahun sebagai perayaan tahun baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender
Lebih terperinci16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)
16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk
Lebih terperinci21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)
21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi
Lebih terperinciBHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT Nomor: 05/Bhisama/Sabha Pandita PHDI/VIII/2005 Tentang
BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT Nomor: 05/Bhisama/Sabha Pandita PHDI/VIII/2005 Tentang TATA PENGGUNAAN SUMBER DAYA HAYATI LANGKA DAN/ATAU YANG TERANCAM PUNAH DALAM UPACARA KEAGAMAAN
Lebih terperinciESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN
ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN Agama Hindu merupakan agama yang ritualnya dihiasi dengan sarana atau upakara. Ini bukan berarti upakara itu dihadirkan semata-mata untuk menghias pelaksanaan
Lebih terperinci16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)
16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan
Lebih terperinciJadi keenam unsur kepercayaan (keimanan) tersebut di atas merupakan kerangka isi Dharma (kerangka isi Agama Hindu). Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu
Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu 4.1 Dasar Kepercayaan Hindu Bersumber Pada Atharwa Weda Dasar kepercayaan (keimanan) dalam agama Hindu disebut Sraddha, yang dinyatakan di dalam ayat suci Atharwa Weda berikut.
Lebih terperinciOleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
UPACARA NILAPATI BAGI WARGA MAHA GOTRA PASEK SANAK SAPTA RSI DI BANJAR ROBAN DESA TULIKUP KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut
Lebih terperinciSEKAPUR SIRIH. - Ciptakan kemitraan strategis dengan berbagai stakeholders untuk membangun kekuatan sebagai agent of change.
SEKAPUR SIRIH Salam Sejahtera untuk Kita Semua, Om Swastiastu, Tingkatkan hubungan harmon is antara manusia-alam-tuhan sehingga mendorong kita untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Kepada Umat Parisada
Lebih terperinciDESKRIPSI PEMELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU
DESKRIPSI PEMELAJARAN MATA DIKLAT TUJUAN DURASI PEMELA JARAN : PENDIDIKAN AGAMA HINDU : 1. Membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta berakhlak mulia
Lebih terperinciEKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)
EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Dewa Ayu Putu Warsiniasih Institut Hindu Dharma
Lebih terperinciKONSEP KOSMOLOGI HINDU DALAM TEKS BHUANA KOSA
KONSEP KOSMOLOGI HINDU DALAM TEKS BHUANA KOSA Oleh : I Gusti Made Widya Sena * ) ABSTRACT Salah satu kebenaran yang tersurat dalam Kitab Suci Veda adalah ajaran atau konsep tentang kosmologi atau penciptaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan berasal dari kata gurit yang berarti gubah, karang, sadur. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim Penyusun Kamus Bali-Indonesia,
Lebih terperinci16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)
16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk
Lebih terperinciKARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition
KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si Art Exhibition Indonesian Institute of the Arts Denpasar Okinawa Prefectural University of Art OPUA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi terhadap semua ciptaan-nya baik dari segi yang terkecil hingga ciptaan-
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Alam semesta jagat raya dengan seisinya bergerak berputar tiada hentinya dengan perputaran yang teratur sesuai dengan hukumnya. Hukum perputaran terjadi terhadap semua
Lebih terperinciPARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROVINSI BALI PEDOMAN PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI TAHUN SAKA 1938
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROVINSI BALI PEDOMAN PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI TAHUN SAKA 1938 Om Swastyastu, Sehubungan dengan Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1938 yang jatuh pada Hari : Rabu, Tanggal :
Lebih terperinci27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD
27. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan dirumuskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat
Lebih terperinciTRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)
TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) OLEH: KOMANG HERI YANTI email : heryan36@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinci17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Konsep Tuhan Dalam Perspektif Agama Islam, Kristen, Dan Hindu. berbilang tidak bergantung pada siapa-siapa melainkan ciptaan-nyalah
124 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konsep Tuhan Dalam Perspektif Agama Islam, Kristen, Dan Hindu Antara Lain: Agama Islam Tuhan adalah Allah, Esa, Ahad, Ia merupakan dirin-nya sendiri tunggal dalam sifatnya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. A. Makna Ritual Tilem di Pura Pasraman Saraswati Tiga
BAB IV ANALISIS DATA A. Makna Ritual Tilem di Pura Pasraman Saraswati Tiga Persembahyangan hari tiem ini bersifat wajib bagi umat Hindu karena merupakan hari suci.bulan tilem berasal dari dua suku kata
Lebih terperinciII. PEMBAHASAN 2 JURNAL PENJAMINAN MUTU
memberikan kebahagiaan yang semu sehingga masyarakat terlena. Nietzsche lebih ekstrim menyatakan Tuhan telah mati serta Stackhouse menyatakan bisakah Tuhan dipercaya? Jika benar Tuhan ada dan Maha Kuasa,
Lebih terperinciAgama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama
Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Kelas : IX/Sembilan Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu Semester : I Standar : Sradha 1. Memahami Awatara, Dewata 1.1 Menguraikan pengertian Awatara, Dewa 1.2 Menguraikan
Lebih terperinciPELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra
PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak Tri Hita Karana pada hakikatnya adalah sikap hidup
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang
Lebih terperinciJudul Buku : Keagungan Sapi Menurut Weda
Judul Buku : Keagungan Sapi Menurut Weda Penulis : Made Darmayasa Pengantar Buku : Drs. Ketut Wiana Penerbit : Pustaka Manikgeni, 1993 viii + 135 hlm. 19cm Bibliografi Indeks. ISBN 979-8506-01-4 Sapi Binatang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Hindu adalah agama yang telah menciptakan kebudayaan yang sangat kompleks di bidang astronomi, ilmu pengetahuan, filsafat dan lain-lain sehingga timbul
Lebih terperinciD. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA
- 1254 - D. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinci"Matangnyan prihen tikang bhutahita haywa tan mâsih ring sarwa prani."
Hari Raya Nyepi dan Tahun Saka Weda Sruti merupakan sumber dari segala sumber ajaran Hindu. Weda Sruti berasal dari Hyang Maha Suci/Tuhan Yang Maha Esa (divine origin). Mantra Weda Sruti tidak dapat dipelajari
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pd Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi, di Jakarta, 25 Apr 2014 Jumat, 25 April 2014
Sambutan Presiden RI pd Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi, di Jakarta, 25 Apr 2014 Jumat, 25 April 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA DHARMA SANTI NASIONAL PERAYAAN HARI
Lebih terperinciE. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA
- 446 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana
Lebih terperincibersama Andri Tri Kuncoro, MA
DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV 2016 PUSDIKLAT KEMENDAGRI REG. BUKITTINGGI bersama Andri Tri Kuncoro, MA Perubahan Komitmen Konsistensi lahir di SAMPANG, Senin, 19 April 1982 alumni S-2 Ilmu Politik UGM
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah
BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan
Lebih terperinciBAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya
BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang
Lebih terperinciDAFTAR ISI... SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN...
2 DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... i ii LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... iii iv v vi
Lebih terperinciMUNCULNYA AGAMA HINDU
MUNCULNYA AGAMA HINDU di INDIA Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (cirinya kulit putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa (Peradaban Lembah Sungai Indus)
Lebih terperinciMakna Esoterik Tantra Rumus Metode. Hitung Napas Vajra
Makna Esoterik Tantra Rumus Metode Mahaguru leluhur Tantra aliran putih, Gambopa bersabda: Menguasai konsentrasi hati dan pikiran adalah jalan sama dimana dilalui oleh para Buddha Bodhisattva. Aku menganggap
Lebih terperinciBHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru)
BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru) Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang
Lebih terperinciNILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA
NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA Oleh Ni Made Ardani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar made.ardani6@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciI Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari
I Ketut Sudarsana > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari Ajaran Tri Kaya Parisudha dapat dilaksanakan dengan cara memberikan arahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara religius yang menjamin kebebasan setiap warga negaranya untuk menganut agama sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Sesuai dengan pernyataan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS KOMPARATIF. daerah yang sama, yaitu India. Sehingga memiliki corak, budaya serta ritual
BAB V ANALISIS KOMPARATIF A. Persamaan Agama Hindu dan Budha merupakan satu rumpun agama dan berasal dari daerah yang sama, yaitu India. Sehingga memiliki corak, budaya serta ritual keagamaan yang terkandung
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak
Lebih terperinciCARU PANGALANG SASIH DI DESA ADAT MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG ( Kajian Filosofis Hindu )
CARU PANGALANG SASIH DI DESA ADAT MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG ( Kajian Filosofis Hindu ) Oleh : NI MADE SURATNI NIM : 09.1.4.4.1.0181 Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I Drs.
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Kelas : VII Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Semester : I Standar Kompetensi : Sradha Meyakini Kemahakuasaan Sanghyang Widhi Tuhan sebagai Asta Iswarya Kompetensi 1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan
Lebih terperinciParadigma Pendidikan berbasis Tri Hita Karana Dr. Putu Sudira, MP. Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Paradigma Pendidikan berbasis Tri Hita Karana Dr. Putu Sudira, MP. Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Ajeg bali yang selama ini menjadi perbincangan masyarakat bali tanpa pengembangan
Lebih terperinciKARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn
KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn PAMERAN: KOLABORASI INTERNASIONAL ALL GREE VS TAPAK TELU THE INDONESIAN INSTITUTE OF THE ARTS
Lebih terperinciOLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I
EKSISTENSI PALINGGIH RATU AYU MAS SUBANDAR DI PURA DALEM BALINGKANG DESA PAKRAMAN PINGGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Teologi Hindu) OLEH : I NENGAH KADI NIM. 09.1.6.8.1.0150 Email
Lebih terperinciUPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)
UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Luh Setiani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar niluhsetiani833@gmail.com
Lebih terperinciBali. Pola Tata Ruang Tradisional
Bali Pola Tata Ruang Tradisional Konsep Sanga Mandala Konsep Tri Angga pada lingkungan Konsep Tri Angga pada Rumah Tata Ruang Rumah Tinggal Konsep tata ruang tradisional Pola tata ruang tradisional Bali
Lebih terperinci34. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMP
34. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007.
DAFTAR PUSTAKA Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007. Kasiran, Moh. 2010. Metodologi Penelitian, Malang: UIN Maliki Press. Sugiono.2011.
Lebih terperinciMutiara Islahul Qulub 3
0 Mutiara Islahul Qulub 3 Keluarlah dari dirimu sendiri dan serahkanlah segalanya kepada Allah. Penuhi hatimu dengan Allah. Patuhlah kepada perintah-nya dan larikanlah dirimu dari larangan-nya, agar nafsu
Lebih terperinciIndonesia merupakan masyarakat majemuk dengan beragam etnis, Bahasa dan budaya Suku 300 Etnik Bahasa pulau
Indonesia merupakan masyarakat majemuk dengan beragam etnis, Bahasa dan budaya 1.340 Suku 300 Etnik 1.211 Bahasa 17.504 pulau Berfikir dengan menggunakan disiplin berfikir yang tinggi Berfikir secara sistematis
Lebih terperinciBAGAIMANA MENERAPKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI TATANAN TEMPAT IBADAH (PURA)
BAGAIMANA MENERAPKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI TATANAN TEMPAT IBADAH (PURA) Pura, di samping sebagai tempat untuk beribadah juga merupakan tempat berkumpul banyak orang sehingga pura juga
Lebih terperinciKeindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan
Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Salah satu perayaan agama hindu
Lebih terperinciTRISATYA DASADARMA PRAMUKA
PANCASILA 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratn/perwakilan 5. Keadilan social
Lebih terperinciMIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk
1 MIMAMSA DARSANA Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1. Pendahuluan Agama Hindu berkembang ke seluruh dunia dengan kitab sucinya Weda, disesuaikan dengan budaya lokal (local genius). Sebagai payung dalam
Lebih terperinciTATA IBADAH MALAM NATAL Minggu, 24 Desember
PERSIAPAN TATA IBADAH MALAM NATAL Minggu, 24 Desember 2017 ----------------------------------------------------- *. Sebelum ibadah dimulai mohon HP di non aktifkan *. Doa Pribadi Warga Jemaat *. Prokantor
Lebih terperinciMenapak Jalan Kehidupan. Penciptaan Alam Semesta
Menapak Jalan Kehidupan Hidup dapat diibaratkan suatu perjalanan, yaitu perjalanan lahiriah maupun perjalanan batiniah. Sebagai suatu perjalanan tentu ada awal dan ada akhir. Perjalanan lahiriah berawal
Lebih terperinciDOA SEHARI-HARI MENURUT HINDU
DOA SEHARI-HARI MENURUT HINDU Pada umumnya, sebelum melakukan persembahyangan baik dengan puja Trisandya maupun Panca Sembah didahului dengan penyucian badan dan sarana persembahyangan. Urutannya sebagai
Lebih terperinciMahapuja Satyabuddha
Mahapuja Satyabuddha Seorang sadhaka Tantrayana, setiap kali bersadhana, harus memberikan persembahan. Dalam Catur Prayoga, merupakan Persembahan Mandala. Saya pernah berkata, Manusia di dunia ini, kalau
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA
51 BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA A. Ajaran Agama Hindu tentang Penghormatan kepada Lembu Dalam pandangan agama Hindu binatang lembu merupakan binatang yang dihormati dan diagungkan. Lembu merupakan binatang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan luas 5.193.250 kilometer persegi 1 sudah pasti menyebabkan munculnya keanekaragaman dan kemajemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan
Lebih terperinciOleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
TRADISI PERSEMBAHYANGAN TANPA MENGGUNAKAN API DI PURA KAHYANGAN ALAS KEDATON DESA PAKRAMAN KUKUH KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari
Lebih terperinciGLOKALISASI SIMBUL-SIMBUL AJARAN HINDU BALI DI INDONESIA
GLOKALISASI SIMBUL-SIMBUL AJARAN HINDU BALI DI INDONESIA Oleh I Made Dharmawan Abstrak Agama Hindu adalah agama yang pluralis. Hindu memberikan kebebasan jalan apa yang di tempuh oleh umatnya, karena ke
Lebih terperinci藥師琉璃光如來 ( 藥師佛 ) Yao Shi Liu Li Guang Ru Lai (Yao Shi Fo) Bhaisajyaguru Buddha
藥師琉璃光如來 ( 藥師佛 ) Yao Shi Liu Li Guang Ru Lai (Yao Shi Fo) Bhaisajyaguru Buddha Nama Bhaisajyaguru-vaidurya-prabharajah, adalah perkataan Bahasa Sansekerta. Nama Beliau lazim disingkat menjadi Hyang Tathagata
Lebih terperinci