ABREVIASI DALAM BAHASA BALI : CARA MEMBACA DAN MEMAHAMI SINGKATAN DALAM NASKAH BERAKSARA BALI (BAGIAN I) Oleh
|
|
- Suhendra Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ABREVIASI DALAM BAHASA BALI : CARA MEMBACA DAN MEMAHAMI SINGKATAN DALAM NASKAH BERAKSARA BALI (BAGIAN I) Oleh I Ketut Ngurah Sulibra JURUSAN SASTRA BALI ABSTRAK Penggunaan singkatan dalam komunikasi sehari-hari adalah sesuatu yang biasa dilakukan baik untuk bahasa tulisan maupun lisan. Tidak terkecuali bahasa Bali, singkatan dalam bahasa Bali sudah diperkenalkan sejak dulu seiring adanya tradisi tulis di atas daun lontar. Dalam tata tulis aksara Bali dikenal dengan istilah aksara anceng. Penggunaan aksara anceng ini digunakan dalam berbagai klasifikasi naskah lontar terutama paling banyak digunakan di dalam klasifikasi wariga. Untuk membaca dan memahami aksara anceng ini seharusnyalah diketahui konteks dan ciri khasnya karena setiap teks atau naskah memiliki ciri khas masing-masing sebagai suatu dinamika dalam menuliskan sebuah teks. Tujuan penulis adalah untuk efisiensi kata dan keuntungan lainnya adalah naskah kelihatan lebih variatif. Kata kunci: abreviasi, efektif, ekonomis, variatif, bentuk, dan makna ABSTRACT The use of abbreviations in everyday communication is something common to both spoken and written language. No exception Balinese language, stands in Balinese language has been introduced since the first line of the tradition of writing on palm leaves. In Grammar Balinese script known as anceng script. Using anceng script is used in a variety of text classification ejection especially most widely used in the classification Wariga. To read and understand these characters ought anceng known context and his trademark since any text or texts characterized respectively as the dynamics of writing a text. The author's intent is for the word efficiency and other advantages is the script look more varied. Keywords: abreviasi, effective, economical, variety, form, and meaning 1
2 I Pendahuluan Penggunaan abreviasi atau singkatan dalam berkomunikasi sehari-hari baik lisan maupun tertulis merupakan suatu hal yang biasa. Bagi kalangan tertentu misalnya, dalam bidang kimiawi kebutuhan terhadap penggunaan singkatan sangat penting terutama untuk menuliskan lambanglambang suatu unsur seperti Au (Aurum untuk emas), Cu (Cuprum untuk tembaga), O (Oksigen), Fe (Ferrum untuk besi), dan lain sebagainya. Demikian pula dalam bidang fisika, matematika, dan ilmu pengetahuan alam lainnya banyak sekali ditemukan singkatan-singkatan yang bersifat teknis. Penggunaan singkatan dalam bidang ilmu sosial juga penting termasuk ilmu bahasa. Dalam bahasa Indonesia, penggunaan singkatan tidak hanya sekadar menyingkat atau memperpendek sebuah kata atau istilah tetapi juga diproyeksikan dalam rangka pembentukan sebuah kata. Dalam akronim hal seperti ini sangat banyak dijumpai, misalnya tilang dari bukti pelanggaran, ruko dari rumah toko, tipikor dari tindak pidana korupsi, tipiring dari tindak pidana ringan, Kapuskodal dari Kepala Pusat Komando dan Pengendalian, pamerpaha dari padat merayap pengendara hati-hati, dan lain sebagainya. Lebih ekstrim lagi adalah penyingkatan atas kependekan, yakni sebuah singkatan disingkat lagi untuk membuat singkatan baru seperti AMD ( Abri Masuk Desa) karena sesungguhnya Abri adalah sebuah singkatan (ABRI singkatan dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) dan masih banyak contoh lainnya. Istilah maupun singkatan seringkali dimunculkan seiring dengan tingkat intensitas penggunaan bahasa yang semakin meningkat pula dalam berbagai bidang kehidupan sosial masyarakat. Lalu, bagaimana halnya dengan singkatan dalam bahasa Bali? Bagaimana cara memahaminya? Apa yang ada di pikiran kita ketika pertama kali kita menerima pesan singkat OSA sebagai pembuka kata dan OSSSO sebagai penutup dari seseorang yang sebelumnya belum 2
3 pernah kita dengar? Bagaimana singkatan ini dibuat? Bagi orang yang biasa membaca aksara Bali baik yang ada dalam naskah lontar maupun dalam transliterasinya ke dalam huruf Latin sering kali ditemukan singkatan-singkatan. Kadangkala singkatan yang dijumpai tersebut tidak diketahui apa bacaannya sehingga teks tidak dapat dipahami secara utuh bahkan mungkin menyesatkan. Cara membuat singkatan dalam bahasa Bali masing-masing ranah tentu berbeda. dalam ranah tradisional yang berbasis naskah-naskah lontar dengan huruf Bali tentu berbeda dengan ranah modern yang huruf Latin yang fonemis. Perlu ditegaskan di sini bahwa untuk kepentingan praktisnya pemahaman sistem tata tulis huruf Bali yang digunakan dalam pembahasan ini adalah sistem silabis, yakni satu huruf melambangkan satu suku kata. (Catatan: sebenarnya sistem aksara Bali bukanlah silabis murni tetapi sudah bercampur dengan sistem fonemis, yakni dengan menggunakan pangangge suara, pangangge tengenan, pangangge ardasuara, dan lain-lain. Oleh karena memerlukan penjelasan yang panjang lebar dan bersifat teknis, maka pandangan aksara Bali yang silabis akan digunakan dalam tulisan ini). Mengingat luasnya permasalah dalam penyingkatan bahasa Bali, maka pembahasannya akan dibagi dalam dua bagian, yaitu bagian pertama penyingkatan dalam ranah tradisional dan bagian kedua dalam ranah modern. Dalam kesempatan ini disajikan cara membaca dan memahami singkatan bahasa Bali dalam ranah tradisional yang ditulis menggunakan aksara Bali maupun naskah-naskah yang sudah dialihaksarakan ke dalam aksara Latin sedangkan bagian kedua (ranah modern) akan disajikan dalam tulisan berikutnya. 3
4 II Landasan Konseptual Tulisan ini didasari oleh pendekatan linguistik struktural yang dipelopori oleh F. de Saussure (1916). Secara umum, linguistik struktural memberikan penekanan pada dikotomi konsep-konsep: (i) perbedaan antara langue, parole, dan langage; (ii) perbedaan antara penyelidikan diakronis dan sinkronis; (iii) hakikat tanda bahasa menyangkut signifie dan signifiant; (iv) perbedaan antara hubungan asosiatif dan sintagmatis dalam bahasa, dan (v) perbedaan antara valensi, isi, dan pengertian (Kridalaksana dalam de Saussure, 1996: 4, Parera, 1977: 86). Di antara konsep-konsep tersebut di atas akan dipilih konsep yang paling relevan dan gayut berkaitan dengan tulisan ini. Adapun konsep-konsep yang dimaksud adalah sebagai berikut. (1) La langue menurut Saussure (1996: 7) adalah abstraksi merupakan produk sosial dari kemampuan bahasa dan sekaligus merupakan keseluruhan konvensi yang dipengaruhi oleh kelompok sosial untuk mempergunakan kemampuan tersebut. Selain itu langue adalah tempat untuk menyimpan tanda-tanda yang diterima orang dari penutur lain dalam masyarakat. Langue bersifat pasif oleh karena itu langue bersifat tetap dan stabil. (2) Signifie dan signifiant: Saussure menyebut signifie sebagai konsep yang ditandai; petanda sedangkan signifiant adalah yang menandai; penanda. Konsep lebih abstrak dari citra akustis, konsep bersifat semata-mata sebagai pembeda dan secara langsung bergantung pada citra bunyi yang berkaitan. Itulah sebabnya tanda mempunyai dua muka yang tidak dapat dipisahkan. Dalam tanda bahasa, bila citra akustis diubah maka berubah pulalah konsepnya, demikian sebaliknya. Untuk memperjelas pengertian ini, maka 4
5 berikut akan disajikan model diagramnya menurut Kridalaksana (dalam de Saussure, 1996: 12). Konsep Citra akustis Signifie petanda = = = signifiant penanda tanda bahasa (3) Hubungan asosiatif dan hubungan sintagmatis: setiap satuan wicara merupakan rangkaian dari satuan ujar dan di dalamnya terdapat satuan-satuan bahasa lain baik dari segi bentuk maupun makna namun dalam satu kesatuan keseluruhan sistem bahasa. Hubungan semacam ini disebut inabsentia. Hubungan sintagmatis adalah hubungan dalam rantai ujaran yang ada dan nyata dalam suatu wicara. Hubungan ini paling kurang dua atau lebih unit bahasa. Hubungan ini juga disebut hubungan praesentia karena butir-butir yang dihubungkan itu ada bersama dalam wicara. (4) Sinkronis; diakronis merupakan studi bahasa berdasarkan kesejarahan, yakni studi yang didasarkan pada fase-fase perkembangan/evolusi bahasa dari zaman ke zaman berikutnya. Namun, dalam tulisan ini akan ditekankan pada studi yang bersifat sinkronik, yakni studi bahasa kekinian atau studi dalam kurun waktu tertentu, pada satu masa tertentu. Studi sinkronis memformulasikan gejala-gejala bahasa berdasarkan ujaranujaran pembicara berdasarkan fakta-fakta bahasa dan keadaan bahasa tanpa persoalan urutan waktu. 5
6 III Definisi Mengacu dari definisi Kridalaksana (2007: 159) abreviasi atau pemendekan adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata. Hasil dari proses pemendekan itu disebut kependekan. Pada bagian lain Kridalaksana (2007: 162) mendefinisikan singkatan sebagai salah satu hasil proses pemendekan berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf maupun yang tidak dieja huruf demi huruf. Dengan definisi seperti itu, maka jelaslah bahwa pengertian antara abreviasi dengan singkatan tidaklah sama. Di satu pihak abreviasi cenderung pada proyeksi pembentukan leksem atau kata. Oleh sebab itu maka dapat dikatakan bahwa abreviasi merupakan salah satu cara dalam pengayaan kosa kata suatu bahasa yang nantinya dapat digunakan secara luas oleh masyarakat. Di pihak lainnya, singkatan hasilnya bentuknya yang memang benar-benar singkat. Adapun persamaannya adalah keduanya sama-sama merupakan pemendekan dari sebuah kata atau pemendekan dari gabungan beberapa kata. Lebih lanjut Kridalaksanakan mengatakan bahwa bentuk kependekan muncul karena terdesak oleh kebutuhan untuk berbahasa secara praktis dan cepat. Sebagaimana telah disinggung di depan bahwa kebutuhan terhadap kependekan paling terasa di bidang teknis seperti cabang cabang ilmu, kepanduan, angkatan bersenjata, dan lain-lain kemudian menjalar ke bahasa seharihari. Dalam tata tulis bahasa Bali tradisional yang menggunakan huruf Bali cara membuat singkatan dikenal dengan istilah aksara anceng (Tim Penyusun, 1996: 7, Tim Penyusun, 2009: 10). Kata anceng berarti (i) kayu patok, patokan, (ii) panjar, uang muka. Dari kata anceng ini kemudian didapati salah satu bentuk turunannya nganceng tinggal, diam, berhenti. Oleh karena 6
7 itu, maka singkatan dalam bahasa Bali secara tradisional yang menggunakan huruf Bali adalah huruf pertamanya saja yang diambil dari kata-kata yang disingkat atau dengan cara pemenggalan bagian atau suku kata yang menjadi kepanjangannya (Tim Penyusun, 1996: 7). Adapun teknis penulisannya diapit carik pangangsel atau carik siki (,, ). Tata cara membuat singkatan dalam bahasa Bali akan didasarkan pada ranah tradisional dan modern. IV Pembahasan Ada tujuh klasifikasi naskah lontar Gedong Kirtya berdasarkan isinya, yaitu (1) kelompok Weda (Weda, mantra, kalpasastra), (2) kelompok Agama (palakerta, sasana, niti), (3) kelompok Wariga (wariga, tutur, kanda, usada), (4) kelompok Itihasa (parwa, kakawin,kidung, geguritan), (5) kelompok Babad (pamancangah, usana, uwug), (6) kelompok Tantri (tantri, satua), dan (7) kelompok Lelampahan) (Agastia, 1985: 6). Di antara ketujuh klasifikasi naskah lontar tersebut, penggunaan aksara anceng ini paling banyak ditemukan dalam kelompok Wariga (b.d. Tim Penyusun, 1998: 29). Dalam Kamus Bali Indonesia Edisi Ke-2 (2008: 802) disebutkan bahwa Wariga adalah ilmu tentang perhitungan baik-buruknya hari (b.d. Kamus Bali-Indonesia Beraksara Latin dan Bali, 2009: 817). Salah satu dari sistem ini ada yang disebut dengan istilah wewaran yakni perhitungan hari-hari mulai dari eka wara sampai dengan dasa wara. Adapun kesepuluh wewaran tersebut adalah sebagai berikut. Eka Wara: luang; Dwi Wara: menga pepet; Tri Wara: pasah, beteng, kajeng (dora, wahya, byantara); Catur Wara: sri, laba, jaya, menala; Panca Wara: umanis, paing, pon, wage, kliwon; Sad Wara: tungleh, aryang, wurukung, paniron, was, maulu; Sapta Wara: redite, soma, anggara, buda, wraspati, sukra, saniscara; Asta Wara: sri, 7
8 indra, guru, yama, ludra, brahma, kala, uma; Sanga Wara: dangu, jangur, gigis, nohan, ogan, erangan, urungan, tulus, dadi; Dasa Wara: pandita, pati, suka, duka, sri, manuh, manusa, dewa, raja, raksasa. Di antara kesepuluh perhitungan harian tersebut, ternyata yang paling sering digunakan sehari-hari adalah sistem harian lima ( panca wara) dan sistem harian tujuh ( sapta wara) walaupun tidak tertutup kemungkinan penggunaan perhitungan sistem harian lainnya. Sering kali kedua sistem harian ini sering kali digunakan untuk menandai kolofon sebuah teks atau naskah. Dalam penandaan tersebut biasanya penulis menggunakan singkatan baik untuk panca wara maupun sapta waranya sebagai berikut ini.,, ú,,. U, untuk umanis,...,, p,,.,pa, untuk pahing,,, pù,,..,pwa, untuk pon,..,, w,,.,wa, untuk wage,.,, kþø,,,kli, untuk kliwon. Penyingkatan untuk sapta wara adalah sebagi berikut.,, r,,,ra, untuk Redite (Minggu),,, eco,.,,co, untuk Soma (Senen),,, Á,,.,A, untuk Anggara (Selasa),,, bu,,,bu, untuk Buda (Rabu),,, wì,,,wra, untuk Wraspati (Kamis),,, su,,..su, untuk Sukra (Jumat),,, ],,..,Sa, untuk Saniscara (Sabtu). Contoh penggunaan singkatan panca Wara dan Sapta Wara dapat dilihat sebagai berikut. Samalih ne wĕnang kĕna lara bajangan, ne mawĕtu ring, dina, Co. U, Co. Pa, Co. Pwa, Co. Wa, Co. Ka, ika wĕnang kĕna lara bajangan. Samalih ne wĕnang kena lara bajangan, ne mawĕtu ring dina, A. U, A. Pa, A. Pwa, A. Wa, ika wĕnang kĕna lara bajangan (dikutip dari Pawacakan, 2007: 13). Artinya: Yang bisa kena sakit bajangan adalah anak yang lahir pada hari Senin Umanis, Senin Pahing, Senin Pon, Senin Wage, Senin Kliwon, semua itu dapat terkena sakit bajangan. Lagi pula yang dapat terkena sakit bajangan adalah anak yang lahir pada Selasa Umanis, Selasa Pahing, Selasa Pon, Selasa Wage, itu bisa terkena sakit bajangan. 8
9 (Catatan: (bajang, nyama bajang, bajangan adalah kekuatan yang membantu 4 unsur (catur sanak) yang menjadikan bayi dalam kandungan dapat tumbuh. Menurut lontar Pawacakan disebutkan bahwa kelahiran dengan pertautan antara panca wara dengan sapta seperti yang telah disebutkan itu dinyatakan bahwa kekuatan empat unsur itu dapat menyebabkan bayi atau anak tersebut terkena penyakit dan di dalam lontar tersebut juga diberikan cara mengatasinya atau mengobatinya). Di dalam sebuah teks biasanya memuat kolofon dengan tata cara penggunaan penanggalan candra sangkala atau pun dengan memakai tata cara penanggalan surya sangkala. Namun, penggunaan candra sangkala ataupun surya sangkala umumnya tidak disingkat. Singkatan dalam kolofon biasanya mengenai peredaran atau keadaan bulan, yakni setelah tilem (bulan mati) yang disebut suklapaksa (keadaan paro terang) dengan istilah pananggal. Dalam hal ini tanggal artinya bertambah besar; hari-hari bulan bertambah besar atau paruh bulan pertama (1-15 hari) atau hari-hari dalam paruh bulan pertama (Zoetmulder: 1997: 1204). Dalam penulisan pananggal biasanya menggunakan singkatan,, t*,,.,tang, artinya tanggal/pananggal. Sebaliknya setelah bulan purnama (bulan penuh ) disebut dengan kresnapaksa (keadaan paro gelap) dengan menggunakan singkatan,, p*,,.,pang, artinya panglong. Keadaan ini terbalik dengan suklapaksa. Dalam keadaan ini (panglong) keadaan bulan mulai mengecil sampai hari kelima belas bulan tidak terlihat yang disebut tilem. Baik pananggal maupun panglong lamanya lima belas hari dan pada hari keempat belas disebut purwani. Tang, 1, artinya paro terang tanggal 1 atau sehari setelah purnama; tang, 2, paro terang tanggal 2 atau dua hari setelah purnama, dan seterusnya sampai tang,15, atau purnama. Pang,1, artinya paro gelap 1, pang, 2, artinya paro gelap 2, dan seterusnya samapai pang, 15, artinya tilem. 9
10 Selain menggunakan sistem wewaran tersebut di atas, dalam sistem penanggalan naskah juga menggunakan sistem wuku (uku) yang jumlahnya tiga puluh. Satu wuku lamanya tujuh hari, jadi satu kali rotasi pawukon lamanya 210 hari (sama dengan 1 weton/oton; dengan perhitungan 30 x 7 = 210). Berikut diberikan contoh cara membaca dan memahami penggunaan aksara anceng (singkatan) dalam sebuah teks atau naskah yang diambil dari teks Prakreti Sasana halaman /45.b/. Sapĕnĕngakĕna ida di Takmuwung, tur pinusung dening wong ika kabeh, putus baos, ring dina, Bu, Wa, Manail, pang, 2, Sasi Karo, Rah, 4, Tĕng, 4, Isaka Tidak diceritakan beliau di Takmung, dan dihormatilah di sana oleh semua orang, sudah diputuskan, pada hari Rabu Wage,Wuku Manail, paro terang tanggal 2, Sasih Karo (sekitar bulan Juli), Satuannya 4, Puluhannya 4, Tahun Saka 1244 (tahun 1322 Masehi). Dalam bidang usada (pengobatan) aksara anceng (singkatan) banyak juga digunakan. Misalnya:,, m,,ma, dibaca mantra, artinya merapalkan mantranya,,],, t,, sa, dibaca srana, artinya peralatan atau bahan-bahan yang dibutuhkan,ta, dibaca tamba, artinya obatnya,,r,,ra, dibaca rasmen atau rampen, artinya tambahan bahan campuran,, c,, ca, dibaca caru, yakni jenis sesajen untuk kurban bhuta yadnya.,,\,,.,nga, dibaca ngaran, artinya namanya atau disebutnya. 10
11 Singkatan,,m,, ma, tidak selalu berarti mantra, dalam beberapa naskah perlu kehatihatian. Untuk itu diperlukan kecermatan dan nalar yang realistis. Salah satu contoh dapat dilihat di dalam naskah Pawacakan sebagai berikut. Samalih yan tan pejah, malara, wĕnang tĕbusin ring paturonya, luirnya, tumpĕng putih kuning pada, ma, 1, mwang raka. (Pawacakan /26.b/). Artinya: Jika tidak meninggal, sakitlah (dia), harus diupacarai di tempat tidurnya dengan banten (sesajen) tumpeng putih kuning sama-sama satu biji, serta buah-buahan.. malih jĕjatah lĕmbat pada, ma, 4, katih,.(pawacakan /28.b/). Artinya:.ada lagi sate lembat empat tusuk,. Dengan teks seperti jelaslah bahwa singkatan,,m,, ma, bukanlah mantra, tetapi yang dimaksudkan jumlahnya. Dalam /26.b/,ma, 1, haruslah diartikan mabesik atau abesik satu. Sejalan dengan /26.b/ tersebut dalam /28.b/ bahwa,..ma, 4, katih, harus dibaca mapetang katih artinya dilengkapi empat tusuk sate. Dengan demikian jelaslah bahwa ma bukan mantra. Masih banyak contoh-contoh sama seperti itu ditemukan dalam Pawacakan. Demikianlah salah satu cara membaca dan memahami aksara anceng dalam sebuah teks, seharusnyalah diketahui konteks dan ciri khasnya karena setiap teks atau naskah memiliki ciri khas masing-masing sebagai suatu dinamika dalam menuliskan sebuah teks. Barangkali tujuan penulis adalah untuk efisiensi kata, tidak menuliskan dengan rangkaian kata-kata tetapi langsung dengan angka. Keuntungan lainnya adalah dengan menuliskan angka, maka naskah kelihatan lebih variatif, 11
12 terjadi sinergi antara penggunaan kata-kata dengan angka sehingga lebih mudah menemukan bagian teks yang dicari. Sejalan dengan alinea di atas, dalam beberapa naskah yang berisikan rerajahan (baik dalam bentuk huruf atau gabungan beberapa huruf maupun dalam bentuk gambar) singkatan ra tidak berarti rasmen atau rerampen bahan campuran melainkan berarti rajah. Biasanya didahului dengan kata iti rajahnya, ra, inilah gambarnya lalu dilanjutkan dengan menampilkan gambarnya. Salah satu contoh bisa dilihat di dalam naskah lontar Kanda Pat Gunung Pitu atau pun dalam lontar Parama Siwa Rahasya. Kadang kala penulis dalam menyingkat sering kali menggabungkan beberapa singkatan dijejer sedemikian rupa yang ditandai dengan carik pangangsel, (,.,.) atau dengan tanda koma (,) dalam transliterasi huruf Latin. Bila tidak hati-hati membacanya bisa terjadi kesalahan fatal sehingga maknanya tidak jelas. Untuk itu diperlukan ketelitian dan persiapan secukupnya. Sebagai contoh, berikut disajikan kutipan dari Usada Ila Seri B sebagai berikut.. Malih yanya bĕsĕh lunas awaknya, tanganya mwang sukunya, puwuh kangka, nga, ta, nya, sa, don dausahaya, rwaning kayu jnar.. (Seri Usada Bali: Usada Ila Seri B, 2007: 8). Artinya: Lagi pula jika badannya bengkak semua, juga tangan dan kakinya, itu namanya sakit puwuh kangka, obatnya, dari bahan-bahan, daun dahusahaya, daun kayu putih.. 12
13 Jika diperhatikan dengan saksama, dengan ditandai memakai tanda koma ternyata singkatan di atas (yang dicetak tebal) terdapat tiga singkatan, yakni nga(ran), ta(mba), dan sa(rana). Nya bukanlah singkatan, nya merupakan bagian dari ta(mba) jadi merupakan satu kesatuan kata, yakni tambanya obatnya. Demikianlah cara pengarang untuk membuat singkatan di dalam naskah lontar bahwa yang perlu diperhatikan konteks dan isi naskahnya sehingga tidak terjadi kesalahan. Penyingkatan dalam bidang agama sering juga dilakukan. Dalam pancaksara, misalnya, yakni lima huruf suci, Sa, Ba, Ta, A, I adalah simbol pantheon dari Panca Dewata. Kelima aksara tersebut merupakan representasi dari masing Dewa tersebut.,,s,, Sa, adalah Sadyojata,,,b,,Ba, adalah Bamadewa,,,t,, Ta adalah Tatpurusa,,,Á, A adalah Aghora,,,,, I adalah Isana (atau Siwa). Dalam teologi Hindu kelima dewa ini memiliki tempat tersendiri tetapi berpusat di tengah, yakni,,s,,sa di Timur dengan simbol warna putih,,,b,, Ba di Selatan dengan simbol warna merah,,,t,,ta di Barat dengan simbol warna kuning,,,á,, A di Utara dengan simbol warna hitam, dan,,,, I di tengah (pusat) dengan simbol lima warna ( panca warna), yaitu gabungan dari keempat warna tadi. Singkatan juga digunakan dalam bentuk naskah lontar pipil. Lontar pipil sampai saat ini masih diakui sebagai tanda bukti yang sah tentang kepemilikan sebidang tanah dari seseorang selain sertifikat hak milik. Sebagaimana lontar-lontar pada umumnya baik dari segi ukuran panjang pendeknya yang variatif, cara penulisanya pun seperti biasa dari kiri ke kanan dan biasanya di pojok kiri atas ada semacam stempel tanda pengesahan. Namun, dalam lontar pipil karena sifatnya khas tentang situasi atau gambaran sebidang tanah, maka di dalam penulisannya biasanya berbentuk tabel. Di dalam tabel berisi sejumlah hal yang memberikan 13
14 keterangan tentang tanah bersangkutan. Berikut sebuah contoh pipil tahun 1948 milik I Deg dari Padangsambian Denpasar yang sudah dialihaksarakan ke dalam huruf Latin. Alih aksara lontar I Nomêr sang madruwe Bañjar gnah tgal ring deśa klasiran klas linggah upti U de pa i dêg Bwanā padangsambyan tamanşari 3 e a ru se , Terjemahan Lontar I Nomor Pemilik Banjar Letak tanah Klasiran Klas Luas Pajak Urut Desa Persil I Deg Bwana di Desa Tamansari 3 Ha Are Rp Sen Padangsambyan - 5, Kalau diperhatikan lontar pipil di atas ternyata disajikan sangat sistematis dengan menggunakan tabel-tabel. Singkatan digunakan mulai dengan nomor urut ( u), desa ( de), persil (pa), kemudian kolom luas (linggahnya) hektar (e), are (a), lalu kolom upti (pajak) rupiah (ru), dan sen ( se). Pada lajur paling bawah yang menunjukkan angka menunjukkan tahun pajak yang telah dibayar. 14
15 V SIMPULAN Dari seluruh uraian di atas maka berikut ini disajikan beberapa simpulan sebagai berikut. 1) Penggunaan abreviasi dalam tata tulis tradisional di atas daun lontar atau naskah yang memakai aksara Bali sudah lazim digunakan yang disebut dengan aksara anceng. 2) Tata cara penulisan aksara anceng adalah dengan cara mengambil huruf awalnya saja yang didahului dan diakhiri dengan carik pangangsel/carik siki (tanda koma dalam ejaan Latin). 3) Sesuai dengan pengelompokan naskah, penggunaan aksara anceng paling banyak digunakan di dalam kelompok Wariga kemudian kelompok Weda. 4) Untuk memahami abreviasi tersebut seorang pembaca harus mengetahui jenis dan konteks naskahnya sehingga tidak salah mengartikannya karena bisa berakibat fatal. 5) Manfaat dari penggunaan abreaviasi adalah naskah lebih ekonomis dalam arti tidak memerlukan ruang yang banyak sehingga naskah lebih efisien dan terlihat variatif. DAFTAR PUSTAKA Agastia, Ida Bagus Gede Geguritan Sebuah Bentuk Karya Sastra Bali (Makalah untuk Sarasehan Sastra Daerah Pesta Kesenian Bali II di Denpasar). Agastia Keadaan dan Jenis-Jenis Naskah Bali (Makalah Seminar Bahasa, Sastra, Etika, dan Seni Jawa, Bali, dan Sunda). Proyek Javanologi Depdikbud Yogyakarta. Anonim Seri Usada Bali: Usada Kuda. Denpasar: Pusat Pengkajian Budaya Bali Fakultas Sastra Univ. Udayana Denpasar. Anonim Seri Usada Bali: Usada Ila B. Denpasar: Pusat Pengkajian Budaya Bali Fakultas Sastra Univ. Udayana Denpasar. 15
16 Kridalaksana, Harimurti Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Parera, Jos Daniel Pengantar Linguistik Umum Seri A: Kisah Zaman. Ende-Flores: Nusa Indah Ruddyanto, C. (Editor), Pedoman Umum Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin. Denpasar: Balai Bahasa, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Ruddyanto, C. (Editor) Kamus Bali-Indonesia: Edisi Ke-2. Denpasar: Balai Bahasa Denpasar, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Simpen AB, W Candra Sangkala (terjemahan). Denpasar: Cempaka. Tim Penyusun, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Daerah Bali yang Disempurnakan. Tim Penyusun, Pembinaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali: Pedoman Penulisan Papan Nama dengan Aksara Bali. Denpasar: Biro Bina Mental Spiritual Setwilda Tingkat I Bali. Tim Penyusun, Pedoman Pasang Aksara Bali. Denpasar: Dinas Kebudayaan Pemerintah Daerah Tk. I Bali. Tim Penyusun, Resi Waisnawa, Tri Lingga Siwa Sasana, Prakreti Sasasana: Alih Aksara dan Alih Bahasa. Denpasar: Pemerintah Provinsi Bali Badan Perpustakaan Daerah. Tim Penyusun, Pawacakan: Alih Aksara dan Alih Bahasa. Denpasar: Pemerintah Provinsi Bali Badan Perpustakaan Daerah. Tim Penyusun, Kamus Bali Indonesia Beraksara Latin dan Bali. Denpasar: Kerja Sama Dinas Kebudayaan Kota Denpasar dengan Badan Pembina Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali Provinsi Bali. Zoetmulder, P.Z Kamus Jawa Kuna Indonesia. (Edisi Terjemahan). Gramedia Pustaka Utama Jakarta: PT 16
BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Tutur adalah 'nasehat' atau 'bicara'. Kata perulangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra di Bali masih berhubungan erat dengan masyarakat pendukungnya. Pada zaman kerajaan, sastra menjadi dasar dan cermin tindakan para raja dalam mengemban
Lebih terperinciPERBEDAAN TEORI LINGUISTIK FERDINAND DE SAUSSURE DAN NOAM CHOMSKY. Abdullah Hasibuan 1. Abstrak
PERBEDAAN TEORI LINGUISTIK FERDINAND DE SAUSSURE DAN NOAM CHOMSKY Abdullah Hasibuan 1 Abstrak Linguistik merupakan suatu ilmu yang bahasa secara ilmiah atau ilmu tentang bahasa. Kata Linguistik berasal
Lebih terperinciPengembangan Aplikasi Kalender Saka Bali pada Sistem Operasi Machintos
Pengembangan Aplikasi Kalender Saka Bali pada Sistem Operasi Machintos I Putu Cahya Prawira, Gusti Made Arya Sasmita, I Putu Agung Bayupati Jurusan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Udayana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai salah satu penyimpanan naskah-naskah kuna warisan nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai penyimpanan naskah-naskah
Lebih terperinciAplikasi Kalender Bali Berbasis Mobile Application pada Android Platform
Aplikasi Kalender Bali Berbasis Mobile Application pada Android Platform Ida Ayu Putri Pradnyani Jurusan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Udayana email :rhanie_pink@yahoo.com Abstrak Kalender
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu
Lebih terperinciBAB III AKSARA SUNDA
BAB III AKSARA SUNDA 3.1. Perihal Aksara Sunda Aksara Sunda atau yang disebut huruf Kaganga bukan milik sendiri maksudnya adalah aksara Sunda merupakan aksara hasil modifikasi dari aksara aksara daerah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waterfall model. Model waterfall merupakan model proses pengembangan sistem yang klasik dan bersifat sistematis, proses dilakukan secara berurutan dari satu tahap ke tahap
Lebih terperinciDUDONAN UPAKARA/UPACARA LAN RERAHINAN SUKA DUKA HINDU DHARMA BANJAR CILEDUG DAN SEKITARNYA TAHUN 2015
NO TANGGAL DINA/WUKU DUDONAN UPAKARA/UPACARA LAN RERAHINAN SUKA DUKA HINDU DHARMA BANJAR CILEDUG DAN SEKITARNYA TAHUN 2015 RERAINAN/ PIODALAN/PUJAWALI UPAKARA SANE KATUR PINANDITA SANE MUPUT TEMPEK PENGAREP
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti yang lebih dulu yang ada kaitannya dengan penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks sastra adalah teks artistik yang disusun dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu, ada sastra
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR : 385 TAHUN : 1992 SERI: D NO. 379 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI
Menimbang : a. LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR : 385 TAHUN : 1992 SERI: D NO. 379 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1992 T E N T A N G BAHASA, AKSARA DAN
Lebih terperinciFORMAT PENULISAN PKL UNTUK MAHASISWA
FORMAT PENULISAN PKL UNTUK MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER/INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2016 DAFTAR ISI I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 2 1.1. Bahasa Penulisan...
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kata, baik berbentuk gramatikal maupun leksikal. Bahasa yang digunakan seharihari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kosakata bahasa Indonesia tidak terlepas dari proses pembentukan kata, baik berbentuk gramatikal maupun leksikal. Bahasa yang digunakan seharihari di masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis karya Sastra Jawa Kuno yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Menurut Soebadio (1985: 3), tutur merupakan pelajaran
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 II. BAGIAN-BAGIAN TUGAS AKHIR... 5
DAFTAR ISI Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 1. 1. Bahasa Penulisan... 1 1. 2. Format penulisan... 1 1. 3. Penomoran Halaman... 3 1. 4. Tabel, gambar, grafik, skema, dan objek lainnya... 3 1. 5.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu
Lebih terperinciNUMERALIA BAHASA JAWA KUNO OLEH DEWA AYU CARMA MIRADAYANTI NIM
NUMERALIA BAHASA JAWA KUNO OLEH DEWA AYU CARMA MIRADAYANTI NIM 0901225006 PROGRAM STUDI SASTRA JAWA KUNO FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA 2013 i Halaman Prasyarat Gelar Sarjana NUMERALIA BAHASA JAWA
Lebih terperinciPERANCANGAN APLIKASI KALENDER BALI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID
PERANCANGAN APLIKASI KALENDER BALI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID I Ketut Suwintana 1), Putu Manik Prihatini 2) 1 Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Bali, Bukit Jimbaran, Kuta Selatan, 80364 Telp.
Lebih terperinciPenggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2
Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan
Lebih terperinciMitologi Wewaran Posted by Ochie - 16 Jan :16
Mitologi Wewaran Posted by Ochie - 16 Jan 2010 15:16 Shri Danu D.P (I wayan Sudarma) Om Swastyastu Wewaran adalah bahasa Sansekerta dari urat kata wara di duplikasikan (Dwipurwa) dan mendapat akhiran an
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah Seni. Dalam seni banyak unsur kemanusiaan yang masuk di dalamnya, khususnya perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk metode keilmuan. Metode
Lebih terperinciTUTUR SRI AJI JAYA KASUNU: KAJIAN BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA. Ida Bagus Gede Ariwangsa. Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya
1 TUTUR SRI AJI JAYA KASUNU: KAJIAN BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA Ida Bagus Gede Ariwangsa Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Abstract: Efforts to explore the socio-cultural values is the
Lebih terperinciBAB II. Bentuk Bahasa dan Puisi. Catatan tentang bahasa Sunda Kuna
BAB II Bentuk Bahasa dan Puisi Catatan tentang bahasa Sunda Kuna Sebegitu jauh belum ada kajian tersendiri atas bahasa Sunda Kuna yang diumumkan. Dalam pengantar untuk edisi teks yang disebutkan dalam
Lebih terperinciE-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)
Volume 3 Nomor 1 Januari 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 400-410 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE SILABA UNTUK
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 II. BAGIAN-BAGIAN TUGAS AKHIR... 6
DAFTAR ISI Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 1. 1. Bahasa Penulisan... 1 1. 2. Format penulisan... 1 1. 3. Penomoran Halaman... 3 1. 4. Tabel, gambar, grafik, skema, dan objek lainnya... 3 1. 5.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retno Eko Wulandari, 2013
BAB I PENDAHULUAN Pada bab I akan dipaparkan latar belakang, masalah penelitian yang meliputi identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang
Lebih terperinciDesain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan
Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Perayaan kemenangan dharma melawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam bahasa Sanskerta dan menunjukkan ketergantungannya dengan kutipan-kutipan dari karya asli dalam bahasa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 1.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam
Lebih terperinciDEWATA NAWASANGA: Dewa Siwa sebagai Pusat Jagat Raya
DEWATA NAWASANGA: Dewa Siwa sebagai Pusat Jagat Raya Dewata Nawasanga adalah Sembilan Dewa Penguasa Penjuru Mata Angin yang merupakan perwujudan Hyang Widdhi, berpusat pada adalah Dewa Siwa. UTTARA / UTARA
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang
Lebih terperinciPANDUAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
PANDUAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) STIBA SARASWATI DENPASAR HALAMAN SAMPUL DEPAN Halaman Sampul Depan memuat judul, tempat, logo STIBA Saraswati Denpasar, nama mahasiswa dan nomor pokok
Lebih terperinci2014 SAJARAH CIJULANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dalam bidang keberaksaraan yang telah dilindungi oleh UU RI No. 11 tahun 2010. Ungkapan warisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Media tulis prasasti terdiri atas beberapa jenis antara lain :
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prasasti adalah suatu putusan resmi yang di dalamnya memuat sajak untuk memuji raja, atas karunia yang diberikan kepada bawahannya, agar hak tersebut sah dan dapat
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA SURAT DINAS DI BALAI DESA BUTUH KRAJAN, KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG
ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA SURAT DINAS DI BALAI DESA BUTUH KRAJAN, KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Lebih terperinciTRANSLITERASI, TUJUAN, MANFAAT KELEBIHAN DAN KELEMAHANNYA
TRANSLITERASI, TUJUAN, MANFAAT KELEBIHAN DAN KELEMAHANNYA Disusun guna memenuhi tugas matakuliah Qawaidul imla Dosen Pengampu: M. Mas ud, S.Pd.I. Disusun Oleh : Fakhruni Nur Karimah (111.11.170) Nanda
Lebih terperinciANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR
ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah yang mendasari penelitian yang akan dilakukan, tujuan, batasan masalah dan manfaat. 1.1 Latar Belakang Aksara Bali digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Bahasa adalah suatu sistem simbol bunyi yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach
BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu
Lebih terperinciMEDIA 2 DIMENSI. Disusun oleh: SAIFUL AMIEN
MEDIA 2 DIMENSI Disusun oleh: SAIFUL AMIEN sebutan umum untuk alat peraga yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar yang berada pada satu bidang datar 1. Media Grafis 2. Media bentuk papan 3. Media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan karya sastra Bali khususnya kidung masih mendapat tempat di hati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan karya sastra Bali khususnya kidung masih mendapat tempat di hati masyarakat pencinta kesusastraan Bali, sehingga keberadaannya masih tetap hidup seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendapatkan berita dan hiburan yang setiap saat selalu bisa di-update. Televisi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber informasi, televisi sangat membantu masyarakat untuk mendapatkan berita dan hiburan yang setiap saat selalu bisa di-update. Televisi merupakan media
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka dalam sebuah penelitian penting untuk dideskripsikan. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam interaksi tersebut, terjadi adanya proses komunikasi dan penyampaian pesan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD hendaknya berjalan seefektif mungkin karena Bahasa Indonesia termasuk pembelajaran yang utama. Salah satu faktor keberhasilan suatu
Lebih terperinciPENENTUAN HARI BAIK PERKAWINAN DI BALI BERBASIS LOGIKA FUZZY
PENENTUAN HARI BAIK PERKAWINAN DI BALI BERBASIS LOGIKA FUZZY I Ketut Suwintana 1 1 Politeknik Negeri Bali E-mail: tutswint@pnb.ac.id 1 Abstrak Masyarakat Bali sangat percaya dengan baik buruknya hari sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah
Lebih terperinciNYASTRA DALAM LOMBA: SEBUAH EVALUASI KRITIS* OLEH : I NYOMAN DARSANA
NYASTRA DALAM LOMBA: SEBUAH EVALUASI KRITIS* OLEH : I NYOMAN DARSANA PRODI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 NYASTRA DALAM LOMBA: SEBUAH EVALUASI KRITIS* Oleh: I Nyoman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa dan masyarakat merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Bahasa akan selalu berhubungan dengan masyarakat penutur begitu pula sebaliknya, masyarakat
Lebih terperinciPenyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)
Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Kompetensi Inti KD Lama KD Baru 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan contoh-contoh ciptaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris (terdiri dari banyak pulau)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai Negara agraris (terdiri dari banyak pulau) memiliki bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia. Selain bahasa Indonesia banyak pula bahasa daerah
Lebih terperinciPEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE
PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE Ni Made Suryaningsih Wiryananda email: nanananda41ymail.com Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstracts This study
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras. Hal ini menjadikan tiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan adalah suatu karya sastra tradisional yang mempunyai sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh atau pupuh pupuh, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi
Lebih terperinciPELATIHAN PENGGUNAAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN DAN KALIMAT EFEKTIF PADA PENULISAN SURAT RESMI BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI JAKARTA TIMUR
PELATIHAN PENGGUNAAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN DAN KALIMAT EFEKTIF PADA PENULISAN SURAT RESMI BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI JAKARTA TIMUR Asep Supriyana 1), Gres Grasia Azmin 2), Reni Nureriyani 3), Aulia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kependekan kata dalam tindak komunikasi sehari-hari semakin sering
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kependekan kata dalam tindak komunikasi sehari-hari semakin sering ditemukan. Menurut Harimurti Kridalaksana (2007: 159), kependekan merupakan hasil dari proses pemendekan
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah banyak ungkapan yang dilontarkan bertalian dengan hubungan antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai aspek kebudayaan Bali,
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : Mengingat
Lebih terperinciKeindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan
Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Salah satu perayaan agama hindu
Lebih terperinciTATA CARA PENULISAN ILMIAH. Oleh : YAYA SUNARYA
TATA CARA PENULISAN ILMIAH Oleh : YAYA SUNARYA Tujuan Session ini Setelah pelatihan selesai, Anda diharapkan dapat menjawab.. Tata cara penulisan ilmiah 1. Perlukah kecermatan penggunaan Bahasa Indonesia
Lebih terperinciGeguritan Aji Rama Rena Analisis Struktur dan Makna
Geguritan Aji Rama Rena Analisis Struktur dan Makna Ida Bagus Dwija Nandana Persada 1*, Tjok. Istri Agung Mulyawati 2, Luh Putu Puspawati 3 [123] Program Studi Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya Unud 1 [dwijanandana@gmail.com]
Lebih terperinciGEGURITAN ABIMANYU WIWAHA:
1 GEGURITAN ABIMANYU WIWAHA: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI IDA BAGUS ADI RAKA WEDA NIM 0901215007 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA ABSTRACT This study discusses the literature
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Naskah kuno merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang tak ternilai harganya. Di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur yang ingin disampaikan oleh nenek moyang
Lebih terperinciTUTUR BHUWANA KOSA: KAJIAN SEMIOTIKA. Ni Wayan Sri Santiati Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ABSTRAK
1 TUTUR BHUWANA KOSA: KAJIAN SEMIOTIKA Ni Wayan Sri Santiati Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ABSTRAK Tutur Bhuwana Kosa is one of the oldest manuscript belonging to the
Lebih terperinciBahasa Indonesia dan Penggunaannya Zaman Saiki. Ivan Lanin Kafe Basabasi Yogyakarta, 24 Maret 2018
Bahasa Indonesia dan Penggunaannya Zaman Saiki Ivan Lanin Kafe Basabasi Yogyakarta, 24 Maret 2018 Bahasa Indonesia Riwayat Fakta Berasal dari bahasa Melayu yang diperkaya oleh berbagai sumber Lahir pada
Lebih terperinciStrukturalisme (Ferdinand de Saussure) (26 November February 1913)
Strukturalisme (Ferdinand de Saussure) (26 November 1857 22 February 1913) Strukturalisme suatu gerakan pemikiran filsafat yg mempunyai pokok pikiran bhw semua masy & kebudayaan mempunyai suatu struktur
Lebih terperinciFORMAT PEMBUATAN BUKU LAPORAN PROYEK AKHIR MAHASISWA D3 TEKNIK INFORMATIKA
FORMAT PEMBUATAN BUKU LAPORAN PROYEK AKHIR MAHASISWA D3 TEKNIK INFORMATIKA A. BAGIAN AWAL Bagian awal mencakup sampul depan, halaman judul, halaman pengesahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan berasal dari kata gurit yang berarti gubah, karang, sadur. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim Penyusun Kamus Bali-Indonesia,
Lebih terperinciKAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA
KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA Skripsi Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Humaniora Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: Fitrianna Arfiyanti
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA DINI MELALUI METODE IQRO
i PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK USIA DINI MELALUI METODE IQRO (Studi Kasus di TK Pertiwi Karangtalun 1 Sragen Kelas B 2 Tahun Ajaran 2009 / 2010) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namun hingga kini proses kreativitas penciptaan geguritan masih berlangsung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan sampai saat ini masih digemari oleh masyarakat pencinta sastra khususnya dan masyarakat Bali pada umumnya. Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciPEDOMAN PENULISAN SKRIPSI OLEH: TIM PENYUSUN
PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI OLEH: TIM PENYUSUN PROGRAM STUDI ARSITEKTUR PERTAMANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI Garis Besar Tata Cara Penulisan Skripsi Jenis
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Putra (1986), dalam penelitian beliau yang berjudul "Aspek Sastra Dalam Babad Dalem Suatu Tinjauan Intertekstualitas", menyatakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk individu sekaligus makhluk sosial. Untuk memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa merupakan alat
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis
II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media
Lebih terperinci- 2 - Geofisika Nomor 17 Tahun 2014 tentang Organisasi dan
- 2-2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciAplikasi Sistem Kalender Bali Berbasis Mobile Application Pada Blackberry Platform
Aplikasi Sistem Kalender Bali Berbasis Mobile Application Pada Blackberry Platform I Ngurah Putu Wiara Prayana Destra Jurusan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Udayana e-mail : wiara.prayana@gmail.com
Lebih terperinci2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pe
No.894, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BMKG. ASN. Pakaian Dinas Harian. PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS HARIAN APARATUR SIPIL
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Keterampilan berbahasa ( language skill) dalam kurikulum di sekolah. biasanya mencakup empat segi, yaitu:
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Keterampilan Berbahasa Keterampilan berbahasa ( language skill) dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu: a) Keterampilan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Silfi Pitriyanti, 2014 Penggunaan Abreviasi Pada Ranah Kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbahasa merupakan salah satu kegiatan sehari-hari manusia dalam berkomunikasi, yang artinya dengan berbahasalah manusia saling berkomunikasi dan berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali Tradisional yang dibentuk oleh pupuh-pupuh. Setiap pupuh
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEBUDAYAAN. Bahasa. Sastra. Pengembangan. Pembinaan. Perlindungan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 157) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. dasarkan bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarkan bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014. Oleh: Pebrina Pakpahan
ARTIKEL ILMIAH Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014 Oleh: Pebrina Pakpahan A1B110064 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBONG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG AKSARA KA GA NGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBONG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBONG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG AKSARA KA GA NGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBONG, Menimbang : a. bahwa Budaya masyarakat Adat Rejang merupakan kekayaan material
Lebih terperinci- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA I. UMUM Dalam
Lebih terperinci