Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang N0. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang N0. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta"

Transkripsi

1

2 Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang N0. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp ,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (lima milyar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atauhak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (lima ratus juta rupiah).

3 PUTU SETIA MENGGUGAT BALI Menelusuri Perjalanan Budaya

4 Menggugat Bali: Menelusuri Perjalanan Budaya Putu Setia Ilustrasi oleh: S. Prinka Penerbit PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta Cetakan Pertama 1986 Cetakan Kedua 1987 Cetakan Ketiga oleh PT Pustaka Manikgeni Denpasar 2000 ISBN

5 Pengantar Penerbit Setiap pembangunan niscaya membawa pergeseran nilai. Dan Bali tak luput dari hukum besi itu. Bahkan di sini -- sebuah kawasan yang paling gencar dilanda industri pariwisata -- gerak laju pergeseran nilai berjalan jauh lebih cepat dan bagi banyak pihak terasa mencemaskan: akan ke mana Bali dengan khasanah kebudayaannya yang luhur itu? Putu Setia, seorang putra Bali asli, bisa disebut pengamat permanen atas perubahaan yang terjadi di pulaunya. Ia bergelut erat dengan budaya Bali dengan segala pernik-perniknya, kemudian meninggalkan Bali pada awal 1978, merantau di budaya yang lain. Dalam suatu kesempatan, ia berkunjung kembali ke tanah kelahirannya pada awal 1986 yang memungkinkan baginya untuk mengamati dari dekat serta merenungkan secara intens perkembangan berbagai aspek budaya Bali. Hasilnya: ia menggugat. Atau dengan kata lain, ia mempertanyakan perubahan sosial budaya yang terjadi akibat pembangunan yang diterapkan secara menggebu, dan

6 mungkin ada sebagian yang salah. Meski menggugat, Putu Setia masih melihat celah. Ia bukan orang yang emoh dengan perubahan, melainkan sekadar mendambakan perubahan yang berakar. Ia ingin melihat suatu dinamika yang sehat dari masyarakat Bali sebagai perbenturan nilai yang tidak terelakkan. Hasil pengamatan itu adalah buku Menggugat Bali, terbit 1986 oleh Penerbit PT Pustaka Utama Grafiti, grup Tempo di mana Putu Setia bekerja. Buku ini mendapat hadiah pertama sebagai buku non-fiksi terbaik dari Yayasan Buku Utama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada Buku ini pun diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang dan menjadi rujukan wisatawan Jepang yang ingin mempelajari budaya Bali. Untuk menjaga keaslian buku ini, pada edisi online ini tak ada perubahan apa pun yang dilakukan penulisnya. Dengan demikian rekaman perjalanan budaya Bali ini dampai dengan tahun 1986 pada saat buku edisi cetak ini diterbitkan. Ada rencana untuk melanjutkan menulis perjalanan budaya Bali itu untuk menguji apakah yang ditulis dalam buku ini berubah atau tida. Tunggu Menggugat Bali edisi Update. Selamat menikmati Bali yang bergerak dengan sangat dinamis. 6

7 Daftar Isi I. SEBUAH PROLOG UNTUK BALI (Pengantar Penulis di Buku Menggugat Bali 1986) -- 9 II. PADA AWALNYA I KETUT BANGBANG GDE RAWI, (Tentang Kalender Bali dan Baik Buruknya Hari) III. SALAH KAPRAH. KATA I GUSTI AGUNG GDE PUTRA (Selintas Arsitektur Bali dan Kelengkapan Upacara yang Berubah Fungsi) IV. BEBAN I WAYAN NESA WISUANDHA (Upacara Pembakaran Mayat (Ngaben) yang Sederhana) V. PENYAKIT GURUN TEKO (Berbagai Bentuk Judi Tradisional Bali) VI. I DEWA PUTU KARSA DALANG LEAK (Mengenai Ilmu Hitam dan Mahkluk Halus) VII. KETIKA IDA BAGUS NGURAH MEMBANYOL (Nasib Arja, Teater Rakyat Bali yang Merana) VIII. DEWA AYU PUTU RAI ALIAS N1 LUH SUKE- TI (Perjalanan Teater Rakyat Topeng, Janger, dan Drama Gong) IX. MADE TARO DI SASIH KARO (Pasang Surut Sastra Bali Moderen & Tradisi)

8 X. MADU DAN RACUN ANAK AGUNG MADE CAKRA (Cerita Tentang Lagu Pop Bali yang Marak) XI. BUAH UPAKARTI I NYOMAN TOGOG (Seni Kerajinan di Tengah Arus Pariwisata) XII. LANGKAH-LANGKAH PANDE WAYAN SUT- JA NEKA (Lukisan Bali dan Museum Seni) XIII. I GUSTI ADNYA SUBRATA DI KUTA MIMBA (Kasus Desa Kuta di Tengah Arus Pariwisata) XIV. PARA PEWARIS RATU SAKTI PANCERING JAGAT (Kasus Kepariwisataan di Desa Trunyan) XV. KECEMASAN DARI DESA KI PATIH TU- JUNG BIRU (Kasus Kepariwisataan di Desa Kuno Tenganan) XVI. NYONYA GEDONG BAGUS OKA, GOOD NIGHT (Ashram Hindu Gerakkan Dunia Wisata Candi Dasa) XVII. ASSALAMU ALAIKUM NENGAH IBRAHIM (Melihat Kampung Muslim Pegayaman) XVIII. RINI WAHYUNI SEBUAH EPILOG (Ritual Bali dan Wajah Hindu Nusantara) KEPUSTAKAAN TENTANG PENULIS

9 I Pengantar Penulis di Buku Menggugat Bali 1986 Sebuah Prolog Untuk Bali Di Bali: pantai, gunung, tempat tidur, dan pura telah dicemarkan. TEMAN saya, seorang penyair muda di Yogyakarta, membaca sajak Rendra yang berjudul Sajak Pulau Bali yang diambil dari buku Potret Pembangunan dalam Puisi yang diterbitkan Lembaga Studi Pembangunan, Jakarta. Sajak itu tidak dibacanya di panggung, tetapi di ruang kerja saya, ketika saya bermukim di Yogyakarta. la membacanya dengan keras dan lebih keras lagi ketika sampai pada tiga baris penutup seperti di atas. Maksudnya mengejek saya, tentu. Apalagi, setelah pembacaan sajak gratis itu, ia menambahkan, Bali benar-benar komersial. 9

10 Daerah itu berjalan menuju neraka. Saya tersenyum. Rentetan umpatan sang penyair muda ini memang masih panjang. Upacara adat dan upacara agama di Bali, katanya, sudah bisa dibeli. Tari sakral sudah bisa dijinakkan oleh dolar. Tari itu bisa main di mana saja, kapan saja, asal ada dolar. Bahkan bisa diperpanjang dan diperpendek, tergantung acara tamu. Apa lagi yang bisa dipertahankan oleh Bali-mu? Tetapi, teman saya tak membutuhkan jawaban dari mulut saya. Ia menjawab sendiri, Kukira tidak ada lagi. Pasir putih di pantai dan lambaian nyiur bukan lagi milik nelayan Bali. Pantai itu milik orang Jakarta, atau mungkin orang asing. Kau dengar, lelaki Bali sekarang cukup menjadi budak cewek bule? Kau tahu, sepasang turis dari Jepang atau Australia, aku tak jelas, kawin dengan upacara Bali secara besar-besaran? Kau tahu, Kuta sekarang ini sudah menjadi daerah asing seperti bukan bagian dari Indonesia ini? Kau tahu.... Saya agak malu menyebutkan sejumlah umpatan teman saya seterusnya. Juga tidak lagi ingat kata-katanya yang persis. Yang saya ingat, rasanya saya bertanya kepadanya, berapa lama ia mengunjungi Bali. Saya tiga hari penuh berkeliling dengan menyewa sepeda motor. Ini kunjungan saya yang pertama, dan saya kecewa. * * * SEHARI itu dua puluh empat jam. Tiga hari berarti tujuh puluh dua jam. Tak mungkin ia terus-menerus bepergian tanpa tidur. Katakanlah sehari tidur enam jam, berarti ia menikmati Bali selama 54 jam. He, Bung, apa yang kau lihat selama 54 jam itu? Bali tidak hanya Denpasar, Pantai Kuta, Sanur, Ubud, Tanah Lot, atau Sangeh. Bali seluas 5.808,8 km 2 dengan penduduk hampir tiga juta jiwa. Kesenian Bali tak cuma kecak, barong, fragmen Ramayana. Teman, kukira kesimpulanmu keluar terlalu eepat. Teman saya, tentu saja, tidak mendengarnya. Pledoi saya ini, hanya dalam batin, setelah teman saya pergi. 10

11 Saya yakin, tuduhan teman saya berlebihan. Banyak suara sumbang tentang Bali, dari orang-orang yang melakukan kunjungan serba singkat. Namun, saya pun menyadari, tuduhan itu sebagian benar. Perubahan telah menimpa pulau kelahiran saya, ini tak mungkin saya bantah. Dinamika perubahan itu tak cuma melanda daerah-daerah turis di Bali bagian selatan dan timur, tetapi juga keseluruhan Bali. Hanya memang, di kantung-kantung turis di Bali itu, gerak laju perubahan terasa lebih cepat. Perubahan, seperti pula yang terjadi di mana saja di dunia ini, tentu tak semuanya menakutkan. Saya bersyukur, menyaksikan sebagian perubahan itu berjalan. Saya mengikuti sebagian jalannya, walau tidak dengan kecermatan. Boleh jadi, saya berada di dalamnya, dan ikut menggelinding bersama perubahan itu. Ketika Hotel Bali Beach dibangun di pantai Sanur hotel pertama yang paling tinggi di Bali saya termasuk sekian bocah yang merengek-rengek kepada Ibu, agar diantarkan melihat proyek raksasa itu. Dalam usia seorang anak sekolah dasar, dan tinggal di pegunungan, saya terbengong-bengong menyaksikan bagaimana bangunan luar biasa itu dikerjakan. Dan, malam harinya, saya menggigil ketakutan, ketika ibu saya bercerita, betapa banyak hantu dan leak yang mengganggu buruh yang sedang bekerja di proyek itu. Kata Ibu, malam-malam, hantu di pantai Sanur gentayangan. Di adonan pasir dijumpai tengkorak, begitu diangkat, hilang. Di tangga dijumpai rangda dengan mukanya yang seram. Kata Ibu, leak dan hantu itu protes, karena hotel itu dibangun di atas pekuburan, tanpa menggusur kerangka-kerangka yang ada di sana. Desa Sanur, ketika saya masih bocah, adalah desa yang menyeramkan, pusat segala yang menakutkan. Mendengar nama Sanur saja, seperti bercanda dengan maut. Ibu saya sering bercerita tentang leak Sanur, untuk menidurkan adik-adik saya. Siang hari, kalau kami bermain kelereng, untuk menghardik anak yang bandel dan curang, saya biasanya mengumpat dengan kata-kata, Pantas curang, nenekmu dari Sanur, ya? Juga untuk menunjukkan suatu tempat yang jauh, misalnya, kelereng lawan bisa saya pukul jauh, 11

12 saya berteriak, Hore,... kelerengmu tiba di Sanur. Bukankah suatu perubahan yang besar, jika sebuah pusat ilmu hitam, sebuah daerah yang menjadi lambang keangkeran, tiba-tiba di atasnya berdiri sebuah hotel besar? Dan, kini menjadi kawasan wisata yang ramai? Terbawa nasib, saya berada lebih dekat dengan kancah perubahan itu kalau biang perubahan di Bali disepakati karena faktor pariwisata. Selama tiga tahun, saya bekerja sebagai juru gambar di sebuah perusahaan instalatir listrik. Waktu itu, setiap permohonan pemasangan listrik perlu disertai gambar instalasi yang lebih ruwet dibandingkan sekarang. Puluhan hotel, losmen, bungalow, home stay apa pun namanya lagi baik yang baru berdiri, yang dipugar, yang ditambah, memerlukan gambar instalasi untuk pengadaan daya listrik yang lebih besar. Di sektor ini saya banyak terlibat. Bahkan jaringan listrik di seluruh kawasan Sanur dan sekitarnya, dan juga ke jalur Nusa Dua yang dikerjakan oleh perusahaan tempat saya bekerja, bukan saja gambar perencanaannya yang saya buatkan, tetapi saya ikut mengawasi pekerjaan di lapangan. Mau tak mau, saya menyaksikan dari dekat, dari hari ke hari, bagaimana sebuah desa, sebuah kawasan, mengalami perubahan. Jalan hidup saya ikut berubah dan perubahan ini saya senangi karena semakin dekat dengan perjalanan perubahan pulau saya. Awal 1974, saya memulai karier baru sebagai wartawan, keluar dari perusahaan instalatir listrik itu. Pekerjaan sebagai wartawan, membuat saya banyak berjalan, banyak melihat, dan banyak terlibat. Lebih-lebih saya terjun di bidang kebudayaan dan pariwisata, yang saya minati setengah mati. Saya pun merasa diuntungkan pula, banyak mengikuti perjalanan Gubernur Bali (waktu itu) Soekarmen, yang sangat suka menyelusup ke desa, menginap di sebuah kota kabupaten padahal berapa, sih, jarak kota kabupaten di Bali dengan Denpasar? dan tak kenal lelah berjalan di perkampungan yang becek, sambil menyapa rakyat dengan bahasa Bali yang ama janggal. (Gubernur Mantra pengganti Soekarmen juga banyak turun ke desa, tetapi saya sudah meninggalkan Bali 12

13 beberapa saat sebelum budayawan ini dilantik). *** KETIKA saya meninggalkan Bali di akhir 1977, saya merasakan, saya banyak tahu tentang perjalanan pulau ini. Ada kecemasan yang saya bawa ke Pulau Jawa, tetapi lebih banyak ketidakcemasan yang saya taruh di Bali. Yang tak perlu saya cemaskan itu, alasannya, masyarakat Bali sejak dulu kala terbukti pandai menyaring, bagian mana kebudayaan luar yang bisa diserap, dan bagian mana yang tidak. Ada filter pengaman yang ampuh. Ada dinamisme dalam menyesuaikan diri dengan faktor luar yang datang. Lihat saja upacara keagamaan atau berbagai bangunan, unsur budaya Cina sangat dominan. Uang kepeng, misalnya, masih merupakan alat kelengkapan sesajen, yang barangkali di daratan Cina sana, sudah sulit ditemukan. Berbagai bentuk tari-tarian menyerap tari dari luar, dipadukan, memperkaya, dan kemudian menjadi bagian kebudayaan Bali. Kecemasan yang saya bawa adalah terganggunya pikiran saya tentang menderunya laju pariwisata, sementara masyarakat Bali tak siap menyambut datangnya dolar yang besar itu. Akibat yang terjadi, mereka hanya mengais sisa-sisa dolar dari mereka yang lebih siap: entah itu pemilik hotel, biro perjalanan, guide yang lebih banyak datang dari luar Bali. Dalam kais-mengais sisa ini, beberapa hal diserahkan dengan kesadaran mengalah. Misalnya saja, kesenian mutunya turun karena disesuaikan dengan keinginan turis sesungguhnya lebih tepat disebut keinginan guide yang menggembalakan turis itu. Disesuaikan dalam hal: lama pementasan, busana penari, dan tempat pertunjukan. Sebelum saya meninggalkan Bali, saya melemparkan kecemasan itu dengan kata-kata yang lebih dramatis, atau mungkin sinis. Saya katakan, biro perjalanan, termasuk di dalamnya pramuwisata, bisa memesan pertunjukan sesukanya, apakah ia perlu semangkuk kecak atau cuma setengah mangkuk. Atau sepiring barong ditambah secangkir fragmen Ramayana. Para grup tari dengan senangnya 13

14 pula meladeni pesanan itu, dengan busana yang gemerlapan, bukan mendukung jalannya cerita, tetapi supaya lebih pas dan wah dipotret turis. Dengan cara itulah grup tari memperoleh dolar. Jadi, sesungguhnya saya mempunyai kecemasan dan kekhawatiran tentang perjalanan pulau kelahiran saya, walau tidak sebesar kecemasan atau ketakutan teman saya, penyair muda kota gudeg tadi. *** HAMPIR sepuluh tahun saya rneninggalkan Bali. Dalam rentang waktu yang panjang itu, saya tak seratus persen melupakan Bali. Saya masih memperhatikannya, walaupun takaran perhatian itu menyusut dari tahun ke tahun. Tahun pertama, saya masih rajin melayangkan tulisan mengenai berbagai masalah di bidang pariwisata untuk media yang terbit di Denpasar. Tahun 1979, misalnya, ketika Pemda Provinsi Bali mengadakan sayembara penulisan pariwisata, saya melayangkan tulisan dari Yogya. Saya tuangkan gagasan, betapa perlunya membuka jalur wisata baru untuk mengurangi kepadatan turis di Bali selatan dan timur. Perlu menggiring turis ke utara dan barat. Asalkan obyek dan kesenian itu ditata rapi, tak kalah menariknya. Tulisan saya itu memenangkan lomba sebagai juara pertama. Tahun-tahun berikutnya, perhatian saya mulai berkurang. Tidak lagi perhatian aktif. Saya merasa kerasan di daerah budaya baru, budaya Jawa. Lagi pula, untuk sebuah partisipasi aktif, saya merasa semakin kekurangan data aktual. Lama-lama, saya pun merasakan punya jarak. Melihat Bali di peta bumi sama saja seperti melihat Sulawesi, atau Sumatera. Memikirkan Bali kadang-kadang masih sempat menggoda terbagi dengan memikirkan jalur wisata Solo Prambanan Borobudur - Dieng, dan sebagainya. Malah beberapa daerah wisata lain di luar Bali mengganggu pikiran saya. Tentang Nias yang mirip Tenganan, tentang Tanah Toraja di Sulawesi yang bisa disambung ke Danau Tentena, Sulawesi Tengah, yang ada gua-gua 14

15 yang mirip kuburan Trunyan. Akhirnya, saya pun sadar betul, saya telah jadi Malin Kundang baru. Coba saja, dalam bentang waktu ribuan hari itu, saya hanya empat kali pulang ke tanah Bali. Itu pun, sungguh-sungguh, tanpa niat melihat Bali. Saya pulang ke kampung, terlibat dalam urusan persembahyangan keluarga. Letak kampung saya, kalau dicari dari pintu gerbang domestik pelabuhan laut Gilimanuk, sama sekali tak bersentuhan dengan turis asing. Lewat pintu itulah saya pulang, dan kemudian balik lagi ke tanah Jawa. *** SI anak durhaka, Malin Kundang, mulai terbunuh di dada saya, Agustus Sebuah awal yang sangat sepele. Saya ditugasi ke Bali, menulis tentang upacara ngaben pembakaran mayat melengkapi tulisan Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, Goenawan Mohamad, yang sebelumnya mereportase pembakaran jenazah keluarga Puri Gianyar. Saya menyiapkan rencana yang matang, karena tulisan ini untuk rubrik Selingan, lembaran khusus yang halamannya panjang. Inilah saat saya bercumbu lagi dengan Bali. Banyak hal yang mengejutkan. Banyak perubahan yang saya lihat. Hotel yang dulu dibanggakan tiba-tiba jadi bangkrut. Kegersangan yang dulu menakutkan, disulap jadi kemewahan tiada tara. Juga tentang manusiamanusia Bali. Lalu, ada kekagetan jenis lain, katakanlah kaget positif. Apa yang dikhawatirkan orang luar, bahwa Bali menuju neraka, sebenarnya kekhawatiran berlebihan. Dalam beberapa hal, perjalanan Bali menuju surga. Bercumbu selama tiga setengah hari dengan Bali mengentalkan keyakinan saya bahwa saya benar-benar telah punya jarak. Keyakinan ini penting, karena dengan itu rangsangan saya untuk menyetubuhi Bali sampai orgasme bergelora. Delapan tahun lebih, cukup untuk membuahkan rindu. Ibarat gadis, dulu saya kenali betul lekuk-lekuk tubuhnya, sampai debur jantungnya. Kini, saya ingin memeriksanya, apakah lekuk itu masih ada, masih di tem- 15

16 patnya semula, atau sudah pindah, atau bertambah. Kesempatan itu datang. Saya boleh mengambil cuti sejak akhir Januari sampai pertengahan Februari Saya ke Bali, tanpa ada persembahyangan, tanpa ada hari besar keagamaan. Betul-betul ingin melihat Bali. Dan lantaran ada jarak itu, kini saya merasa mampu melihat dengan lebih jernih, suatu hal yang mungkin sulit saya lakukan kalau saja saya tak pernah bercerai dengan gadis Bali. *** BUKU ini adalah hasilnya. Tidak! Buku ini tidak merupakan hasil penelitian yang ilmiah. Saya tak melakukan penelitian, seperti yang dilakukan para ahli. Dan, tentu saja, saya tak sanggup melakukan hal itu, saya tak punya dasar yang baik sebagai peneliti. Buku ini hanya coretan dari sebuah perjalanan. Dengan amat sadar, perjalanan yang saya lakukan sejak awal dibekali semangat untuk mencari perbandingan dengan masa lampau yang saya kenali itu. Tentu saja, terbatas pada bidang-bidang yang saya minati. Saya tak menulis soal olah raga, misalnya, walau kini ada yang membuat saya takjub, seperti olah raga menyelam itu. Tidak, itu dunia yang tidak saya kenali. Saya berjalan, mencari lekuk-lekuk wanita yang bernama Bali ini. Saya mendengar dari orang-orang, apa saja yang telah terjadi pada gadis saya. Lalu, saya membuka catatan lama. Kemudian saya menuliskannya, menuturkannya, dan sedikit berkomentar. Saya tulis kasus per kasus sesuka hati saya, kadang mirip laporan seorang wartawan, kadang ikut menuangkan opini, dan ada pula seperti menulis sepotong otobiografi. Pada akhirnya pula, lewat buku ini saya melampiaskan sekadar rasa kurang puas saya, mengenai banyak buku tentang Bali, baik oleh para penulis asing maupun para penulis domestik. Memang, jasa para sarjana asing yang melakukan penelitian di Bali dan kemudian membukukan hasil penelitiannya itu besar manfaatnya bagi kemajuan pariwisata di Bali. Sampai-sampai di luar neg- 16

17 eri, konon, nama Bali lebih terkenal dari nama Indonesia. Mereka, sebut saja: R. Gorris, Vicki Baum, Jane Belo, Miguel Covarrubias, Clifford Geertz dan istrinya Hildred, Geoffrey Gorer, Colin McPhee, Hiekman Powell, Willard A. Hanna, dan mungkin masih banyak yang lain, yang bukunya belum sempat saya miliki. Saya bisa mengatakan bahwa buku-buku mereka ini adalah hasil penelitian di bawah tahun 1960-an, tetapi sampai kini mewakili kepustakaan mengenai Bali. Padahal, zaman berubah, Bali juga. Sejumlah prasasti ditemukan, lembaga adat dan lembaga keagamaan mulai menata diri setelah berakhirnya masa gontokgontokan di zaman PKI. Sejumlah lontar mulai dikaji. Maka, buku para penulis asing itu, yang terbit atau diterbitkan ulang setelah 1970-an, terasa sebagai sebuah dongeng masa silam. Karya Hugh Mabbett, The Balinese, tergolong buku baru, hasil perjalanan baru, terbit Karena itu, Hugh Mabbett sudah banyak menyuarakan ketakutan, termasuk juga celaan. Namun, di luar data baru itu, ia pun banyak mengacu kepada kepustakaan buku-buku penulis asing di atas, terutama karya Geertz yang tak lagi relevan. Yang lebih parah, justru buku yang dihasilkari penulis domestik, berbahasa Indonesia, yang umumnya dibuat dengan tergesagesa tanpa berkencan lebih lama dengan wanita yang bernama Bali itu. Kesalahan yang diperbuatnya bisa dimaklumi, karena mereka tidak mengenal rohnya Bali. Bayangkanlah, kalau ada yang tidak mengetahui beda antara puri dan pura, sehingga menyebutkan pura sudah begitu dikomersialkan. Lalu ada yang mencaci-maki subak, bahwa itu bukan khas Bali. Penulis ini rupanya mendapat informasi, subak itu adalah sawah di pegunungan yang meliuk-liuk dengan petak yang indah, seperti tertulis di brosur pariwisata. Di Pangalengan, Jawa Baral dan di daerah pegunungan lainnya banyak dijumpai bentuk sawah seperti itu, tentu saja. Padahal, subak, pada mulanya, memang khas Bali, karena ia sistem pengairan yang dikaitkan dengan adat dan upacara keagamaan agama Hindu. Kalau sistem pengairan itu sudah diekspor ke Jawa dan wilayah lain, memang benar. Di Jawa Tengah, 17

18 misalnya, dikenal organisasi Dharma Tirta, sistemnya mencontoh subak, minus upacara keagamaannya. Jadi, subak bukanlah bentuk fisik petak-petak sawah. *** PADA saat catatan perjalanan ini dalam proses penulisan, awal April 1986, saya berkesempatan lagi pulang ke Bali selama satu minggu. Kesempatan baik ini saya pergunakan untuk apa yang lazim dilakukan seorang wartawan cheek and recheek. Mencocokkan kembali data dan bahan yang telah saya peroleh. Antara lain, saya bertemu dengan I Ketut Suwija, Ketua Yayasan Gedong Kirtya, Singaraja. Di gedong inilah tersimpan sejarah masa lampau Bali. Jika kemudian catatan perjalanan ini banyak menyebutkan sejumlah nama orang, maka sepanjang tidak ada penjelasan tambahan di belakang nama-nama itu, orang itu benar-benar ada. Tidak semuanya tokoh yang terkenal, tetapi pasti mereka punya kaitan dengan konteks yang saya ketengahkan. Adapun tentang nama-nama yang dijadikan judul setiap permasalahan, tidak berarti orang itu paling banyak tahu dan paling banyak dikutip. Judul itu sebuah kenakalan yang disengaja, dengan maksud sampingan, memperkenalkan berbagai variasi nama orang Bali. Kepada mereka yang namanya disebutkan itu sudah selayaknya saya menyampaikan terima kasih. Khusus kepada Gde Aryantha Suthama, Wayan Budiartha, Ketut Syahruwardi Abbas, mereka yang banyak memberikan informasi dan kadang-kadang menjadi teman selama perjalanan, saya menyampaikan terima kasih yang tulus. Ketiga anak muda ini sedang berjuang keras untuk menghadirkan sebuah media yang menulis masalah-masalah kebudayaan di Denpasar, melalui penerbitan yang bernama Karya Bhakti. Saya salut pada perjuangan mereka, yang hingga kini masih menghadapi berbagai tantangan terutama permodalan. Cita-cita mereka juga cita-cita saya, sejak dulu. Lalu, ada seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas 18

19 Udayana yang banyak membantu saya, terutama mengumpulkan catatan-catatan dan arsip-arsip tulisan saya yang oleh suatu sebab tidak dibawa ke Jawa. Mahasiswa itu, Wayan Supartha, adik kandung saya sendiri. Made Sukarnithi, Rini Wahyuni, Wirya Suniatmaja, istri dan kedua anak saya, rasanya tak patut dilewatkan untuk sebuah terima kasih. Kehidupan tiga orang yang dekat dengan saya ini menggampangkan saya menulis sebuah epilog yang banyak menyinggung soal praktek menjalankan ibadat. Terutama Rini dan Wirya, dua anak yang dibesarkan dalam lingkungan budaya Jawa, berbahasa Jawa, akrab dengan masjid dan gereja, tetapi keduanya mempelajari agama Hindu secara intensif di Pura Rawamangun Jakarta suatu pelajaran yang tidak pernah diterima ayah ibunya di sekolah. Bagi saya sendiri, catatan perjalanan ini adalah sebuah pertanda, sampai kini saya masih memperhatikan Bali dari seberang laut. Ciputat, Mei

20 II Tentang Kalender Bali dan Baik Buruknya Hari Pada Awalnya I Ketut Bangbang Gde Rawi JIKA kamu mengadakan perjalanan jauh, perhatikanlah hari baik dan hari buruk. Perjalanan pada hari yang baik sudah merupakan awal dari suatu keberhasilan. Ayah sudah mengajarkan bagaimana caranya mencari hari yang baik. Itulah kira-kira pesan ayah saya, kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Pesan yang disampaikan ketika usia saya berjalan sebelas tahun pada 1962, sehari sebelum saya meninggalkan keluarga. Saya pergi jauh, untuk pertama kalinya dilepas seorang diri, ke kota kecamatan melanjutkan di SMP. Kakak dan ibu saya bersedih dengan perpisahan ini. Maklum, saya anak lelaki pertama, dan pergi seorang diri sejauh 26 km. Ya, cuma 26 km. Pesan Ayah pasti tidak mengada-ada. Dalam usia sebelas tahun, saya menguasai sebagian ilmu wariga, khususnya yang berkenaan dengan pedewasaan mencari hari buruk dan hari 20

21 baik. Misalnya, kalau bepergian ke arah barat sebaiknya pada hari ini, kalau mau potong rambut pada hari itu. Yang paling mudah saya hafalkan, tentulah kalau berkaitan dengan judi. Saya gemar berjudi di waktu kecil. Ayah punya sedikitnya tujuh lontar mengenai ilmu wariga. Saya boleh membacanya. Mencari hari baik dan hari buruk itu (ala ayuning dewasa) umumnya memakai unsur pawukon (perwuku-an). Dalam penanggalan tradisional Bali, ada 30 wuku, masing-masing berumur 7 hari. Wuku pertama bernama Sinta dan yang ketiga puluh bernama Watugunung, hampir sama dengan penanggalan Jawa. Jadi, setiap hari untuk wuku yang sama berulang setelah 210 hari. Selain wuku ada kelompok-kelompok hari berdasarkan siklus edarnya, yang disebut wewaran, yang terdiri dari sepuluh wara. Yaitu, ekawara, dwiwara, triwara, caturwara, pancawara, sadwara, saptawara, astawara, sangawara, dan dasawara. Dilihat dari namanya saja, masing-masing beranggotakan satu, dua, tiga sampai sepuluh hari. Sebuah hari dalam kalender Bali tradisional, isi -nya harus sama. Yang saya maksudkan, misalnya, hari Senin wuku Sinta 16 Januari 1986, harus sama komponennya dengan hari Senin wuku Sinta tanggal 4 Agustus Begitu pula harus sama dengan Senin wuku Sinta di tahun 1987 dan seterusnya. Isinya itu, beteng dari unsur triwara, laba dari unsur caturwara, pon dari unsur pancawara, dan seterusnya. Untuk triwara yang terdiri dari pasah, beteng, kajeng, pancawara yang terdiri dari umanis (di Jawa: legi), pahing, pon, wage, kliwon, sadwara yang terdiri ari tungleh, aryang, urukung, paniron, was, mahulu, dan saptawara yang rinciannya redite, coma, anggara, buda, wraspati, sukra, saniscara, tidak timbul masalah dengan peredaran ini, karena 210 hari habis dibagi tiga, lima, enam, tujuh. Tetapi untuk caturwara yang beranggotakan sri, laba, jaya, menala, astawara yang beranggotakan shri, indra, guru, yama, rudra, brahma, kala, uma, dan sangawara yang beranggotakan dangu, jangur, gigis, nohan, ogan, erangan, urungan, tulus, dadi, akan timbul masalah karena 210 tidak habis dibagi empat, delapan, 21

22 dan sembilan. Maka, agar peredaran hari itu tetap membuat sebuah hari komponennya sama, terjadi penyesuaian pada wuku tertentu, dan ini telah ditetapkan rumusnya, tak bisa diubah-ubah. Untuk caturwara dan astawara penyimpangan terjadi di wuku Dungulan (wuku ke sebelas), dari hari Minggu sampai Selasa isinya berturut-turut jaya (unsur caturwara) dan kala (unsur astawara). Orang Bali menyebut penyimpangan ini kala-tiga (karena selama tiga hari kala melulu), dan esoknya Rabu wuku Dungulan adalah Hari Raya Galungan. Sedang untuk sangawara, penyimpangan dilakukan pada wuku Sinta mulai hari Minggu sampai Rabu. Selama empat hari itu isinya dangu melulu. Adapun ekawara yang anggotanya cuma luang, dwiwara yang beranggotakan menga, pepet, dan dasawara yang beranggotakan pandita, pati, suka, duka, shri, manuh, manusha, raja, dewa, raksasa, walaupun 210 hari itu bisa dibagi habis satu, dua, dan sepuluh, penempatan anggota wara-nya tidak berurutan. la bergantung pada urip (nilai hari) yang dihitung dari urip unsur triwara dan pancawara pada saat itu. Rumus-rumus seperti itu sudah saya kuasai sejak kalau tak salah kelas empat sekolah dasar. Mencari hari dengan segala komponennya cukup menggunakan ruas jari tangan kiri dan telunjuk kanan menghitungnya. Kalau unsur-unsur hari itu sudah diketahui, urip juga diperoleh, tinggal dicocokkan dengan keperluan, baik atau tidak hari itu melaksanakan keperluan tadi. Saya masih ingat, ketika Ayah meninggal dunia. Saat itu menjelang kenaikan ke kelas dua SMP, dan pemberitahuan saya terima di dalam kelas. Yang pertama kali saya lakukan ketika mendengar berita sedih itu, mencari dewasa untuk penguburan mayat. Saya hitung-hitung ruas tangan kiri, seperti memijit kalkulator tapi waktu itu kan belum ada kalkulator. Dan akhirnya saya bisa mempersiapkan diri pulang kampung lebih tenang, dan tidak terburu-buru mencari kendaraan, karena saya agak yakin, jenazah Ayah baru bisa dikuburkan dua hari kemudian. Ternyata, benar. Sebab, saya tahu kapan hari pantang menguburkan jenazah, dan kapan kesempatan pertama diperbolehkan. Dalam hal menguburkan jenazah, tak ada hari baik, yang ada hari pantangan. 22

23 *** PESAN almarhum Ayah yang sudah berumur 24 tahun tibatiba terngiang kembali, ketika saya merencanakan pulang ke Bali melakukan perjalanan ini. Saya merasa perlu mencari hari baik untuk melakukan perjalanan. Akhirnya sia-sia, dan saya ketawa dalam hati. Saya telah lupa pada banyak hal ilmu pedewasaan. Kalau nama wuku yang 30 biji itu masih bisa saya ucapkan di luar kepala dengan lancar. Nama wara-wara masih juga lancar, paling yang tersendat astawara, sangawara, dan dasawara. Tetapi kapan suatu hari ada unsur kliwon yang bercampur dengan dangu dan beteng, misalnya, sudah lupa rumusnya, apalagi cara menghitungnya. Juga saya lupa pada urip. Dan yang paling penting, saya juga lupa berapa urip yang baik untuk berjalan ke arah timur, dari Jakarta ke Bali. Saya mencoba cara lain. Ada kalender Bali karya I Ketut Bangbang Gde Rawi. Saya telusuri ala ayuning dewasa di situ. Ternyata, tak ada tertulis hari baik untuk melakukan perjalanan. Yang ada hari baik untuk menanam benih, menanam padi, memelihara sapi, membuat pancing, dan sebagainya. Tiba-tiba saya merasa tak puas pada cara Gde Rawi mencantumkan hari baik itu, lebih banyak masalah pertanian dan peternakan. Saya memutar waktu ke belakang, kenapa saya sampai melupakan ilmu warisan orangtua. Ayah meninggal saat saya menginjak usia 12 tahun, pada Ibu melarang saya membawa lontar Ayah ke tempat kos di kota, dan itu sudah saya duga. Anak-anak di zaman saya kecil tidak boleh membaca lontar, aja wera bisa kualat belajar ilmu untuk orang tua. Ayah saya melawan arus, memang. Pada Ayah tak ada istilah aja wera. Lalu, di SMP dan SLTA saya tak menerima pelajaran agama Hindu. Bahkan di SLTA saya tak menerima pelajaran huruf Bali sama sekali. Faktor itu yang menyebabkan saya jadi melupakan ilmu wariga. Kalau pun ada yang masih saya ingat sekarang adalah hari baik untuk memotong rambut. Yaitu hari Rabu Umanis. Disebut di sana istilah mitra asih, artinya kurang lebih membuat disenangi 23

24 banyak kawan, terutama bisa jadi daya tarik perempuan. Kalau sampai sekarang saya ingat hal itu, dan sering rnemotong rambut pada hari Rabu tanpa peduli umanis atau kliwon pasti tak lagi karena arti yang tersirat dari mitra asih. Kebetulan hari Rabu waktu saya banyak kosong dari pekerjaan kantor, majalah tempat saya bekerja sudah naik cetak dan beredar. Begitulah, saya pun berangkat ke Bali tanpa pusing apakah harinya baik atau tidak. Setiba saya di kampung, dan selama saya berjalan di pulau kelahiran saya, sering saya menguji seseorang, apakah dia tahu bagaimana menentukan hari baik dan hari buruk untuk suatu hal. Jawaban yang saya terima, sebagian besar responden saya tidak tahu, dan tidak pernah belajar. Di sekolah pun tak lagi diajarkan, kecuali di SMP Dwijendra (milik swasta dari sebuah yayasan keagamaan) dan di Institut Hindu Dharma. Untuk apa? Lihat saja kalender Gde Rawi. Kalau toh tidak dicantumkan, tanya saja pada sulinggih (ulama/pendeta), ini jawaban dari generasi saya, juga dari generasi yang lebih tua. Memasyarakatnya kalender Gde Rawi mempunyai dampak buruk terhadap jalannya ilmu wariga dan ilmu pedewasaan. Kalaupun Gde Rawi tak mencantumkan hari baik tertentu, karena lembar kalender sudah penuh, setiap hari dalam kalender itu sudah dilengkapi dengan unsur-unsurnya. Bahkan tabiat sebuah hari juga ditulis lengkap. Tinggal mencocokkan dengan keperluan. Kebanyakan orang Bali, jika mereka melakukan pekerjaan yang penting, menyangkut kehidupan, berkaitan dengan keagamaan dan kepereayaan, pada awalnya selalu mencari kalender I Ketut Bangbang Gde Rawi. *** DIA, kini, sudah memasuki usia senja. Menginjak 76 tahun. Ia menjadi perbekel (kepala desa) di kampungnya, Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, sejak sebelum kemerdekaan, pada Dalam tugasnya itulah ia sering dimintai tolong oleh warga desanya, untuk mencarikan dewasa. Gde Rawi 24

25 memang tahu banyak soal itu, ia mewarisi banyak lontar. Ia pun ringan tangan membantu orang. Selain sebagai perbekel pekerjaan ini benar-benar pengabdian tanpa tanah catu seperti umumnya di Jawa Gde Rawi bekerja di kantor distrik (sekarang kecamatan) di Ubud. Rekan sekerjanya pun sering meminta tolong supaya dicarikan hari baik untuk berbagai hal. Lama-lama, kemampuan Gde Rawi itu semakin tersiar luas dan diketahui banyak oleh para sulinggih, sebutan pendeta di kalangan Hindu. Berkali-kali Gde Rawi didesak oleh para sulinggih di sekitar Gianyar, agar bersedia menyusun ilmunya itu secara tertulis dalam huruf Latin. Awalnya Gde Rawi menolak. Wewenang membeberkan wariga dan pedewasaan adalah wewenang para pendeta, saya ini orang kecil, begitu alasannya. Tetapi ia terus didesak dan akhirnya terpojok. Ia mengajukan syarat: bersedia menuliskan wariga dan menyusunnya dalam sebuah kalender yang juga berlaku umum, asalkan ada anugerah (izin) dari para sulinggih. Pada 1948 atau 1949 (Gde Rawi lupa), ada rapat para sulinggih se-bali dan Lombok. Salah satu keputusan rapat itu, memberi kepercayaan kepada Gde Rawi membuat kalender yang dilengkapi wariga. Maka, 1950 lahirlah kalender Gde Rawi yang pertama dalam bentuk yang amat sederhana. Penerbitnya Pustaka Balimas, penerbit dan toko buku terbesar di Bali, saat itu. Nama Gde Rawi dengan cepat dikenal orang. Pergaulannya yang luas, terutama dekatnya dengan para ulama, menyebabkan ia diangkat menjadi anggota DPRD GR (Gotong Royong) Provinsi Bali pada Setelah itu, kalender ciptaannya dipasangi potret dirinya. Sebuah potret yang gagah, memakai kaca mata dan dasi, maklum diambil di dalam gedung DPRD-GR. Uniknya, potret itu terus terpampang sampai kini, tak pernah diganti-ganti, bahkan mungkin seterusnya. Gde Rawi boleh saja tua renta, muka keriput dengan rambut memutih, berjalan memakai tongkat karena rematik, tetapi potret yang menyertai lembar demi lembar kalendernya selalu yang itu, foto diri sewaktu muda. Kalau foto itu diganti, banyak orang yang ragu-ragu mem- 25

26 beli kalender saya, apa betul karangan saya atau tidak, kata Gde Rawi. Sekali pernah foto diganti, sekitar tahun 1960-an (ia tidak ingat kapan persisnya, ia mengaku sangat pelupa sekarang). Dipasang foto baru, disesuaikan dengan dirinya yang semakin tua, dan karena tak lagi menjadi anggota DPRD-GR, ia merasa kikuk dengan potret berdasi. Ternyata, kalender itu tak laku dan malah ada protes datang ke rumahnya. Maka, jika kini atau nanti masih juga didapati kalender dengan lelaki ganteng berkaca mata dan berdasi, itu lebih merupakan merk dagang ketimbang identitas yang tertulis di bawahnya: disusun oleh I Ketut Bangbang Gde Rawi. Nama Bangbang ini pun sama uniknya dengan potret. Mestinya Bambang. Karena salah cetak, nama Bambang ditulis Bangbang, dan itu terus dipakai. Tetapi untuk diucapkan, tetap Bambang. Bambang itu nama anak lelaki perkasa, anak lelaki saya semua memakai Bambang, katanya. Kalender Gde Rawi pernah mendapat saingan di awal tahun 1960-an. Kalender tandingan itu dikeluarkan oleh Djawatan Agama Otonom (begitu namanya dulu). Penyusunnya enam orang, tokohtokoh yang dikenal sebagai sulinggih dan ahli sastra Bali. Adanya dua kalender ini membuat umat Hindu bingung, karena terjadi perbedaan pada perhitungan wariga. Bukan saja pedewasaan menjadi kacau, hari raya pun menjadi berbeda. Ada beda pendapat dalam menentukan peredaran bulan, dan terjadi selisih walau cuma sehari. Akibatnya, perayaan Hari Raya Nyepi berbeda di antara dua kalender itu. Gde Rawi menuturkan contoh kekacauan itu. Di sebuah desa, orang merayakan Nyepi berdasarkan kalender Djawatan Agama Otonom, sementara desa tetangganya mengadakan tawur kesanga berdasarkan kalender Gde Rawi, pada hari yang sama. Tawur Kesanga adalah ritual sehari sebelum Nyepi yang hingar-bingar, sementara Nyepi adalah hari yang sangat sepi. Karena umat bingung, Gde Rawi siap mengalah dan menarik diri sebagai penyusun kalender. Tapi umat menghendaki, Gde Rawi yang jalan terus. Alasannya, selain sudah berpengalaman, sebuah 26

27 kalender disusun oleh lebih dari seorang, apalagi enam orang, tidak bisa dipegang kesatuan pendapatnya. Akhirnya, Gubernur Bali, waktu itu, Anak Agung Sutedja, memerintahkan Gde Rawi agar tetap menyusun kalender, dan Djawatan Agama Otonom tidak boleh menerbitkan kalender lagi. Setelah Parisada Hindu Dharma berdiri (1959), lembaga tertinggi umat Hindu inilah yang meminta agar Gde Rawi tetap membuat kalender, sampai sekarang. Jadi, saya selalu diberi kepercayaan. Sekarang saya tinggal menyerahkan naskah, Parisada yang mencetak dan menerbitkan, juga yang menyalurkan. Soal honor juga tak pernah saya tanyakan, anak saya yang mengurusnya. Karena saya tak boleh mundur, dan selalu diberi anugerah, tujuan saya cuma meladeni umat, agar terjadi ketenteraman, tidak ada tumpang tindih dalam wariga, kata Gde Rawi. Upaya peningkatan setiap tahun dilakukan Gde Rawi, memasukkan penanggalan dari daerah lain, misalnya, penanggalan Jawa, Arab, Cina, dan kini Jepang. Para pemuka umat agama di luar Hindu juga memberikan bahan-bahan. Dulu kalender saya, yang berisi tahun Cina, pada kolom hari rayanya saya tulis hari raya Cina, ternyata salah. Pemuka agama Kong Hu Cu datang ke sini, meminta supaya istilah itu diganti menjadi hari raya Kong Hu Cu. Ya, saya turuti, dia lebih ahli, ujar Gde Rawi. *** BALI punya dua jenis hari raya, berdasar cara menghitungnya. Yang satu peredaran pawukon dan wewaran, jadi siklusnya 210 hari. Satunya lagi berdasarkan peredaran bulan atau disebut sasih. Yang pertama, misalnya, Hari Raya Galungan yang jatuh pada Rabu Kliwon wuku Dungulan, Hari Raya Kuningan jatuh pada Sabtu Kliwon wuku Kuningan, Hari Raya Saraswati (turunnya ilmu pengetahuan) hari Sabtu Umanis (Sabtu Legi) wuku Watugunung, Hari Raya Pagerwesi hari Rabu Kliwon wuku Sinta. Ini yang besar-besar. Kemudian hari raya yang lebih khusus dan tingkatannya kecil, misalnya Tumpek Landep, hari Sabtu Kliwon wuku Landep, 27

28 untuk mengupacarai segala jenis benda yang dibuat dari besi: keris, tombak, gergaji, pahat, sampai mobil. Pada saat itu mobil di Bali pasti ada hiasan di depannya, dan para pengukir tidak akan bekerja. Lalu ada Tumpek Kandang hari Sabtu Kliwon wuku Uye, semacam hari raya untuk binatang-binatang peliharaan. Ibu-ibu rumah tangga membuang sesajen di kandang peliharaan ini, dan tentu memerciki air suci ke binatang itu. Kemudian, persembahyangan di tempat-tempat suci juga banyak ditentukan oleh siklus ini. Bahkan pada orang Bali, ulang tahun secara tradisional (otonan) memakai peredaran pawukon dan wewaran ini. Untuk menentukan hari raya berdasarkan hitungan hari yang 210 ini, tak akan terjadi salah hitung, biarpun ada dua atau lebih kalender yang disusun para ahli wariga yang berbeda. Bahkan tanpa melihat kalender pun orang bisa mencari hari-hari itu secara mudah, seperti yang pernah saya hafalkan sewaktu kanakkanak. Yang dapat berbeda adalah hari raya berdasarkan peredaran bulan. Misalnya, Hari Raya Nyepi atau tahun baru Caka, yang sudah dijadikan hari libur nasional. Hari raya ini jatuh pada tanggal pisan (tanggal satu) sasih Kedasa. Sehari sebelum ini, yaitu pada penutup tahun, dilangsungkan upacara tawur kesanga, yang dilakukan di perempatan jalan. Dalam perhitungan kalender Bali, jika hari menuju bulan besar (bulan purnama) disebut tanggal atau penanggal. Kalau hari menuju bulan mengecil atau bulan mati (tilem) disebut pengelong. Jadi, ada penanggal 1 sampai 15 lalu disusul pengelong 1 sampai 15. Masalahnya, tidak selalu satu sasih terdiri dari tanggal dan pengelong yang berumur 15 hari. Adakalanya berumur 14 hari. Penyimpangan inilah yang sering menimbulkan silang pendapat di antara para ahli, kapan penyimpangan itu terjadi. Selisihnya tidak banyak, paling satu hari. Tetapi justru selisih satu hari itu menimbulkan masalah besar, kalau dua pendapat itu tak bisa disatukan. Sebab, ini akan mempengaruhi Hari Raya Nyepi. Di Kota Denpasar, yang dibelah Sungai Badung, pernah terjadi keganjilan, ketika beredar dua kalender. Di sebelah timur 28

29 sungai, orang merayakan tawur kesanga, di sebelah barat sungai merayakan Nyepi. Tentu yang menjalankan ibadat Nyepi sangat terganggu, karena upacara tawur kesanga dan rentetannya yang disebut ngerupuk, sebuah upacara ingar-bingar. Kentongan dipukul, anak-anak memukul drum, membuat petasan bambu, dan pawai obor. Bagaimana suasana Nyepi bisa khusyuk kalau tetangga berpesta-pora. Seperti halnya menentukan Hari Raya Idulfitri sama-sama berdasarkan peredaran bulan sering dijumpai silang pendapat di antara umat muslim. Namun, beda pendapat dan beda pelaksanaan salat Ied tidak mencuat ke permukaan, karena Departemen Agama, lewat suatu surat keputusan, menetapkan kapan hari raya itu. Di Bali tak ada ketetapan pemerintah mengenai Nyepi. Selama ini orang selalu berpedoman kepada kalender Gde Rawi. Apalagi, kalender ini dicetak, diterbitkan, dan disalurkan oleh lembaga tertinggi umat Hindu itu. Boleh disebut, kalender itulah SK yang patut dijadikan pegangan. *** SAMPAI kapan Gde Rawi memonopoli penyusunan kalender? Ini sudah terjawab memasuki tahun Sangat mengagetkan, ada tiga jenis kalender yang beredar di Bali, kalender yang dilengkapi wariga. Yakni susunan Gde Rawi, tanpa keterangan tambahan, dan satu lagi disusun oleh I Wayan Gina dengan embel-embel Diperiksa oleh Parisada Hindu Dharma Kabupaten Daerah Tingkat II Karangasem. Pada setiap lembar kalender ini, di bagian atasnya terpampang lambang besar Golkar, dan ada tulisan DPD Golkar Tingkat II Karangasem. Seolah-olah partai itu ikut menyebarkan kalender ini. Kalender Gde Rawi mudah dikenali, karena begitulah coraknya selama bertahun-tahun. Berbingkai ukiran dedaunan, di atasnya ada lambang swastika dengan tulisan kecil Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat. Lalu foto Gde Rawi di masa masih menjadi ang- 29

30 gota DPRGR. Pada kolom hari, ada empat versi nama-nama hari. Versi bahasa Indonesia paling atas dan paling besar, dengan ejaan khas Gde Rawi: Ahad, Senen, Selasa, Rebo, Kemis, Jumat, Sabtu. Kecuali Ahad, yang asing bagi lidah orang Bali, ejaan Gde Rawi itu memang sesuai yang diucapkan orang Bali pada umumnya. Jadi, bukan Rabu, tetapi Rebo. Di bawah nama hari versi Indonesia ini ada versi bahasa Bali. Tentu yang dicantumkan di sana anggotaanggota Saptawara: Redite, Coma, Anggara, Buda, Wraspati, Sukra, Saniscara. Di bawahnya lagi dalam bahasa Inggris. Nah, di bawahnya ini sejak 1986 sesuai dengan awal dimasukkannya penanggalan Jepang terdapat nama hari dalam bahasa negeri Sakura itu: Nieiyobi, Getsuyobi, Kayobi, Suiyobi, Mokuyobi, Kinyobi, Doyobi. Di setiap lembar kalender Gde Rawi, tak ada bidang kosong. Dalam satu kotak hari, ada tanggal (tanggal internasional, bukan tanggal Bali) yang ditulis besar mencolok. Tanggal ini dikelilingi huruf-huruf kecil. Jika diamati secara saksama, ada penanggalan Jawa, penanggalan Cina, yang semuanya dilengkapi dengan nama bulannya. Lalu ada penanggalan Bali, yang ditulis cuma tanggal atau pengelong saja. Tanggal ditulis kecil dalam huruf berwarna merah, dan jika tanggal 15 atau bulan purnama, ada bulatan merah yang cukup besar. Pengelong ditulis dengan huruf juga, berwarna hitam. Jadi, pada bulan mati (tilem) ada bulatan hitam. Dalam kotak ini pun segala anggota wewaran dimasukkan, tentu dengan huruf kecil-kecil. Juga nama sasih, watak hari untuk menentukan hari baik atau buruk. Pokoknya, penuh. Pada pinggir kanan tercantum ala ayuning dewasa yang harus dikupas artinya, dan ini hanva bisa dimengerti oleh mereka yang mempelajari ilmu wariga. Misalnya, untuk tanggal 31 Agustus 1986, yang jatuh pada hari Minggu. Ciri-ciri hari itu tertulis: Semut sedulur, Kl (singkatan dari kala) dangu, pepedan, bojog munggah, laku bintang, lebu ketiup angin, Ek (singkatan dari ekajala resi) kemertaan, Per (singkatan dari pertiti) jati. Nah, apa artinya? Tak ada dicantumkan di kalender ini. Tetapi para sulinggih, dan banyak 30

31 orang tua di Bali, tahu arti ungkapan-ungkapan itu. Dulu, sebagian dari ungkapan itu saya pelajari, tetapi sekarang sudah banyak yang saya lupa. Yang saya ingat cuma semut sedulur, yaitu sebuah hari yang tidak boleh (pantang) untuk menguburkan jenazah. Saya selalu mengingat ini karena teringat pada kematian Ayah. Untuk masyarakat awam, di bagian bawah kalender ini ada ala ayuning dewasa yang tak memakai ungkapan, dan tak perlu dikupas lagi. Misalnya, hari baik belajar menari, lengkap dengan jamnya. Hari baik memancing, hari baik membangun sumur, dan banyak lagi tapi tak ada hari baik melakukan perjalanan dan hari baik berjudi. Di sebelah petunjuk praktis ini ada lagi seleret petunjuk, di mana ada persembahyangan. Tentu itu bisa diketahui, karena persembahyangan di pura yang besar selalu mengikuti siklus hari yang 210 itu. Gde Rawi betul-betul anti bidang kosong. Kalau ketemu bidang kosong, ia menyelipkan kata-kata mutiara dari falsafah Hindu, yang terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia, maaf, jelek sekali. Sering pula tak jelas apa maunya. Lihat contoh lembar kalender 1986 bulan Januari. Di pojok kanan bawah, ia menulis, saya kutip asli dengan ejaannya: PERHATIAN: PARA WISATAWAN dari dalam-luar Negeri semakin meningkat berkembang dengan baik dan mengagumkan yang bersumber dari pada aslinya. Sehingga terwujud PESTA SENI, hiburan hati nurani yang mendalam. Apa maksudnya? Pesta seni itu sendiri diadakan pemerintah daerah antara bulan Juli dan Agustus. Di sini amat kentara bahwa tak ada editor untuk karya besar yang mulia ini, baik dari putraputra Gde Rawi, dari penerbit, dan dari tokoh lain di Parisada, misalnya. Leiaki usia senja ini sudah membentuk pola kalender yang persis di lembar besar yang dikerjakan di rumahnya. Ia menulis dengan balpoin biasa, berwarna hitam dan merah. Di kertas itu, Gde Rawi sudah memenuhi bidang yang dikehendakinya. Ketika saya menyaksikan bagaimana Gde Rawi bekerja membuat lembar kalender untuk bulan Juni 1987, saya tanyakan kenapa kata-kata mutiara bahasanya janggal, dan seperti ada yang salah. Jawabnya, Memang ada kata yang salah, tapi terpaksa diteruskan. Kalau 31

32 dihapus tak bisa, ini tinta bukan pensil. Ketika saya katakan ada penghapus tinta atau bisa memakai tipp-ex, ia menjawab, Nanti bisa kotor. Lho, ini kan bukan barang jadi, kan baru naskah? Bagi saya ini hasil jadi, ini lukisan. Toh orang bisa mengerti membacanya. Begitulah, naskah awal kalender itu merupakan hasil seni coretan tangan Gde Rawi, tak sekadar naskah percetakan. Namun, perkara nama-nama hari, Gde Rawi ingin pula menggantinya. Tapi saya pikir, nanti ada yang protes lagi, dikiranya bukan kalender saya. Ya, biarlah tertulis Rebo dan Kemis. Masyarakat payah, potret saya saja tak boleh diganti-ganti, ujarnya sambil tertawa. Dua kalender yang lain tak lagi orisinil. Bahkan kalender yang tidak mencantumkan nama penyusunnya itu jelas-jelas jiplakan dari kalender Gde Rawi. Kalender ini hanya memindahkan kolom mengenai hari raya, digeser-geser, dikurangi, dan sebagainya. Isinya sama, malah kotak-kotak hari itu tak berbeda sedikit pun. Tulisan dan lambang Parisada Hindu Dharma dihilangkan. Kalender ini ternyata laku, karena diedarkan sebelum kalender Gde Rawi terbit. Kalender jiplakan ini untuk tahun 1986 sudah beredar September 1985, sementara kalender Gde Rawi seolah seperti disengaja baru diedarkan pertengahan November Banyak orang terjebak, karena mengira kalender jiplakan itu adalah susunan Gde Rawi, yang hanya mencopot potretnya saja. Bahkan ada yang menduga, Gde Rawi sudah meninggal dunia. Kenapa hal itu bisa terjadi? Saya menyerahkan semua lembar kalender terlalu cepat. Untuk kalender 1986 saya menyerahkan ke penerbit bulan Juni 1985, ujar Gde Rawi dengan polos. Ia merasa dirugikan, tetapi tak tersirat untuk protes atau menuntut atau mempersoalkan. Saya bekerja untuk menenteramkan umat. Tak pernah berpikir soal uang, honor kalender ini pun diurus anak saya, saya tak tahu berapa jumlahnya, kata Gde Rawi lagi. Asal tahu saja, tahun 1985 kalender Gde Rawi konon dicetak eksemplar dan setiap tahun kebutuhan akan kalender yang lengkap wariga ini bertambah. Setiap rumah tangga di Bali hampir punya kalender model ini. Bahkan sudah diedarkan ke Jawa. Apalagi 32

33 harganya relatif murah, Rp 800. Karena dicetak dalam jumlah ratusan ribu eksemplar, kalender memang jadi bisnis menarik. Dan kalender ketiga, karangan I Wayan Gina, tampaknya asli karya dia sendiri, walau unsur peniruan terhadap karya Gde Rawi juga besar sekali. Sepanjang tahun 1986 tidak ada perbedaan pawukon dan wewaran (kalau ini sampai beda keterlaluan), juga tak ada perbedaan sasih. Jadi, aman, tak ada bahayanya. Tetapi ala ayuning dewasa (baik buruknya waktu) ada perbedaan kecil. Untuk sekadar contoh, tanggal 31 Agustus 1986 itu, versi I Wayan Gina ini menambahkan satu tabiat hari: Kala Tampak. Ternyata, tabiat hari ini tak banyak dikenal orang, apa artinya. Yang menarik pada karya I Wayan Gina, ia sudah memakai ejaan baku. Ia tak menulis Rebo, tetapi Rabu. Bukan Kemis, tetapi Kamis. Ahad tidak dipakainya, diganti Minggu. Bahasanya pun lebih segar. Petunjuk praktis untuk hari baik dan hari buruk sedikit sekali, seperti ia menyadari, orang sudah mulai tak menghiraukan hal itu lagi. Yang juga menarik dan ini kelebihannya pada lembar kosong ia memberikan pelajaran dasar ilmu wariga. Ia membuat rumus wewaran, ia menyusun tabel-tabel bagaimana mencari wewaran dan pawukon, dan itu berlaku sampai tahun 2013 Masehi. Dan tabel itu pun, konon, bisa diprogram ke mesin komputer. Jadi, ia menjanjikan masa depan yang baik untuk generasi muda Hindu, bagaimana mencari tabiat hari menggunakan kotak ajaib yang bernama komputer itu. Selebihnya, kalender I Wayan Gina ini terpengaruh Gde Rawi. Dan unsur peniruan ini besar, karena kalender ini beredar bersamaan dengan kalender Gde Rawi. Apalagi, ketiga kalender ini dicetak di tempat yang sama, percetakan milik Parisada Hindu Dharma Pusat di Denpasar. Besar kemungkinan ada oknum percetakan yang curang, memanfaatkan bisnis ini untuk kepentingan prihadi, bukan kepentingan umat. Dari Parisada, anehnya, belum ada tanda-tanda mempermasalahkan hal ini. 33

Kami sering melakukan kegiatan bersama, yaitu

Kami sering melakukan kegiatan bersama, yaitu Sebutkan anggota keluargamu di rumah? Sebutkan sifat-sifat anggota keluargamu tersebut! Ceritakan dalam bahasa tulis sederhana mengenai kebersamaan keluargamu! Anggota keluargaku adalah Sifat-sifat mereka

Lebih terperinci

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Laporan dari Tiongkok Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Sabtu, 5 Mei 2018 13:06 WIB Seorang pengunjung melihat keindahan kampung budaya Shapowei di kota Xiamen, Fujian, Cina, Rabu

Lebih terperinci

penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500

penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 bab 1 penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 tema 1 diri sendiri liburan ke kota tema 2 keluarga keluargaku tema 3 lingkungan lingkungan sekolah tema 4 kebersihan kesehatan keamanan (k3) kerja

Lebih terperinci

Peran koran Tionghoa buat Sumpah Pemuda

Peran koran Tionghoa buat Sumpah Pemuda Peran koran Tionghoa buat Sumpah Pemuda Senin, 30 Oktober 2017 06:00Reporter : Rendi Perdana Koran Sin Po. 2017 Merdeka.com/rendi Merdeka.com - Alunan biola di tengah Kongres Pemuda II pada 28 Oktober

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka mewujudkan tata kehidupan Kabupaten

Lebih terperinci

Siang itu terasa sangat terik, kami merasa lelah

Siang itu terasa sangat terik, kami merasa lelah SATU Siang itu terasa sangat terik, kami merasa lelah sekali. Namaku Reginia, Nia begitu sapaan orang-orang kepadaku. Aku dan suamiku Santoso baru saja pindah rumah. Maklum saja, aku dan Santoso adalah

Lebih terperinci

Soedjono-Tresno Private High School (STPHS) (I)

Soedjono-Tresno Private High School (STPHS) (I) CHAPTER 1 Soedjono-Tresno Private High School (STPHS) (I) Kepala Sekolah Soedjono-Tresno Private High School atau STPHS, Christoper Rumbewas, menerima sejumlah buku, berkas siswa, dan juga seragam sekolah

Lebih terperinci

Musim Semi Merah. Dyaz Afryanto

Musim Semi Merah. Dyaz Afryanto Musim Semi Merah Dyaz Afryanto 2 Dyaz Afryan *** Musim Semi Merah Oleh: Dyaz Afryanto Copyright 2015 by Dyaz Afryanto Penerbit Nulisbuku.com Desain Sampul : Alf Sukatmo ( @Be_Illustrated ) Diterbitkan

Lebih terperinci

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24 Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/2014 11:41:24 2 Buku BI 3 (12 des).indd 2 16/12/2014 11:41:25 Bintang berkunjung ke rumah Tante Menik, adik ibunya. Tante Menik seorang wartawati. Rumah Tante Menik kecil,

Lebih terperinci

Nama saya Andy. Saya lahir dan besar di Kota

Nama saya Andy. Saya lahir dan besar di Kota Sekapur Sirih 1 1 Nama saya Andy. Saya lahir dan besar di Kota Tanjungpinang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau. Darah saya percampuran antara Medan dan Tanjungpinang. Kepulauan Riau adalah

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - undangan (Lembaran

5. Undang-Undang Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - undangan (Lembaran PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA HOTEL MELATI DAN PONDOK WISATA DI KABUPATEN BULELENG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang :

Lebih terperinci

dan/atau huruf g untuk Peng gunaan Secara Komer sial di pidana dengan

dan/atau huruf g untuk Peng gunaan Secara Komer sial di pidana dengan Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak eko nomi sebagai mana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf

Lebih terperinci

Hidup ini singkat bagiku! Kebahagian saat ini hanyalah sementara, tak mudah bagiku untuk menjalani hidup normal layaknya sebagai manusia biasa.

Hidup ini singkat bagiku! Kebahagian saat ini hanyalah sementara, tak mudah bagiku untuk menjalani hidup normal layaknya sebagai manusia biasa. Hidup ini singkat bagiku! Kebahagian saat ini hanyalah sementara, tak mudah bagiku untuk menjalani hidup normal layaknya sebagai manusia biasa. Jadi aku hidup tidak normal? Ya itu menurutku! Kehidupan

Lebih terperinci

Cukup Sehari Menjelajahi Pulau LOMBOK. Dikutip dari Koran SURYA terbit Sabtu, 5 Oktober 2013, halaman 14.

Cukup Sehari Menjelajahi Pulau LOMBOK. Dikutip dari Koran SURYA terbit Sabtu, 5 Oktober 2013, halaman 14. Cukup Sehari Menjelajahi Pulau LOMBOK Lembar BIL Dikutip dari Koran SURYA terbit Sabtu, 5 Oktober 2013, halaman 14. B ila hanya ada sedikit waktu untuk berlibur, pilihan transportasi paling mudah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN kepulauan yang berlokasi disepanjang khatulistiwa di Asia Tenggara yang

BAB I PENDAHULUAN kepulauan yang berlokasi disepanjang khatulistiwa di Asia Tenggara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.508 kepulauan yang berlokasi disepanjang khatulistiwa di Asia Tenggara yang tentunya memiliki

Lebih terperinci

RIDHO KURNIAWAN. Aku duduk dengan santai Menunggu apa yang kusukai Menikmati sesuatu yang menenangkan hati Pemberian Ilahi yang tak tertandingi

RIDHO KURNIAWAN. Aku duduk dengan santai Menunggu apa yang kusukai Menikmati sesuatu yang menenangkan hati Pemberian Ilahi yang tak tertandingi RIDHO KURNIAWAN Slide Kehidupan Aku duduk dengan santai Menunggu apa yang kusukai Menikmati sesuatu yang menenangkan hati Pemberian Ilahi yang tak tertandingi Film itu dimulai Slide demi slide disuguhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

Bab XXV : Perbuatan Curang

Bab XXV : Perbuatan Curang Bab XXV : Perbuatan Curang Pasal 378 Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras. Hal ini menjadikan tiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing,

Lebih terperinci

Lima Belas Tahun Tidak Lama

Lima Belas Tahun Tidak Lama Dari Kumpulan Cerpen "Keberanian Manusia" Lima Belas Tahun Tidak Lama Kota kami telah hampir berusia setengah abad, dan hampir saja hanyut karena kecelakaan gunung berapi. Beberapa tahun belakangan ini

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINANN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG IDENTITAS DAERAH

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINANN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG IDENTITAS DAERAH WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINANN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG IDENTITAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

SINOPSIS. Universitas Darma Persada

SINOPSIS. Universitas Darma Persada SINOPSIS Watanabe Toru adalah seorang pria berusia 37 tahun yang sedang menaiki pesawat Boeing 737 menuju ke bandara Hamburg, Jerman. Sesampainya di bandara, dia mendengar suara lantunan instrumentalia

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. A. Studi Masyarakat Indonesia

PEMBAHASAN. A. Studi Masyarakat Indonesia PENDAHULUAN Bali terkenal sebagai pulau dewata adalah nama salah satu provinsi di indonesia dan juga merupakan nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut. Bali terletak diantara pulau

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan pelaksanaan pembangunan Kota Bontang, penerimaan

Lebih terperinci

PROLOG. Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia

PROLOG. Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia PROLOG Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia Itu potongan lagu yang sering saya nyanyikan di Sekolah Dasar ketika ada pengambilan nilai mata

Lebih terperinci

Belajar Memahami Drama

Belajar Memahami Drama 8 Belajar Memahami Drama Menonton drama adalah kegiatan yang menyenangkan. Selain mendapat hiburan, kamu akan mendapat banyak pelajaran yang berharga. Untuk memahami sebuah drama, kamu dapat memulainya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I BALI, Menimbang : a. bahwa kepariwisataan

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERISTIWA MANDOR SEBAGAI HARI BERKABUNG DAERAH DAN MAKAM JUANG MANDOR SEBAGAI MONUMEN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2. Bacalah lambang bilangan berikut!

2. Bacalah lambang bilangan berikut! KELAS 2 TEMA 1 HIDUP RUKUN SUB TEMA 1 1. Udin dan Mutiara berencana akan merapikan rak buku pada hari libur. Namun, tiba-tiba Udin membatalkan rencana itu. Buatlah kalimat permohonan maaf Udin kepada Mutiara.

Lebih terperinci

1.1 Profil Keluarga Dampingan

1.1 Profil Keluarga Dampingan BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Udayana periode XIII Tahun 2016 merupakan salah satu bentuk pengabdian mahasiswa di

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG LAMBANG DAN MOTTO DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG LAMBANG DAN MOTTO DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU Menimbang : PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG LAMBANG DAN MOTTO DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI KEPULAUAN RIAU, a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar folk dan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa Retribusi Pengujian

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN WARISAN BUDAYA BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN WARISAN BUDAYA BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN WARISAN BUDAYA BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa warisan budaya Bali merupakan

Lebih terperinci

Kegemaran 15. Bab 2. Kegemaran

Kegemaran 15. Bab 2. Kegemaran Kegemaran 15 Bab 2 Kegemaran Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat kipas dari kain sisa berdasarkan penjelasan guru; 2) menanggapi cerita pengalaman dengan kalimat

Lebih terperinci

PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah

Lebih terperinci

Aktivitas untuk Belajar tentang Doa

Aktivitas untuk Belajar tentang Doa Aktivitas untuk Belajar tentang Doa MENIRU TELADAN ORANG DEWASA Anak membutuhkan banyak kesempatan untuk mendengar orang dewasa berdoa. Sikap orang dewasa yang tulus dan penuh hormat dalam berdoa amat

Lebih terperinci

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGGAMUS, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENERBITAN SURAT TANDA KEBANGSAAN KAPAL ( PAS KECIL ) DENGAN TONASE KOTOR KURANG DARI 7 ( GT < 7 ) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

Penerbit Lintang Fajar

Penerbit Lintang Fajar Penerbit Lintang Fajar Terima Kasih dan Maaf 100 Cerita 100 Kata Copyright 2015 oleh Aditya Prahara Desain Sampul : Indri Wulandari & Aditya Prahara Desain Isi : Indri Wulandari Penerbit Lintang Fajar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai

Lebih terperinci

LEGEND OF THE BATTLING PRINCESS

LEGEND OF THE BATTLING PRINCESS AUDREY LEMAN LEGEND OF THE BATTLING PRINCESS Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com LEGEND OF THE BATTLING PRINCESS Oleh: Audrey Leman Copyright 2017 by Audrey Leman Penerbit Audrey Leman audreyleman03@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS

PENUNJUK UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS PENUNJUK UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS 1 (satu) bulan ~ Notaris tidak membuat akta Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan Notaris tidak membuat akta, Notaris, secara sendiri atau melalui kuasanya menyampaikan

Lebih terperinci

BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 45 BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 1. Sejarah Perkembangan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia Permasalahan hak

Lebih terperinci

Siapakah Yesus Kristus? (4/6)

Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Siapakah Yesus Kristus? (4/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus adalah Juru Selamat dan Tuhan Kode Pelajaran : SYK-P04 Pelajaran 04 - YESUS ADALAH JURU SELAMAT DAN TUHAN DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan hal yang menjadi bagian terpenting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan hal yang menjadi bagian terpenting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang menjadi bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi setiap manusia yang merupakan makhluk sosial. Dimana, manusia

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

Pelajaran 09: KATA KOTOR YANG TERKUTUK Hati-hati dengan Kata-katamu! 31 Agustus 2013

Pelajaran 09: KATA KOTOR YANG TERKUTUK Hati-hati dengan Kata-katamu! 31 Agustus 2013 Pelajaran 09: KATA KOTOR YANG TERKUTUK Hati-hati dengan Kata-katamu! 31 Agustus 2013 Hati-hati dengan kata-katamu! (Apa kira-kira hubungan ilustrasi berikut dengan ayat-ayat Alkitab di pelajaran hari Rabu?)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG USAHA PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG USAHA PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG USAHA PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG Menimbang : a. bahwa Usaha Industri merupakan salah satu sektor pembangunan

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pariwisata di Indonesia memiliki peranan penting dalam kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka kesempatan kerja

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 13 TAHUN 2006 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 13 TAHUN 2006 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 13 TAHUN 2006 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA B U P A T I K A R O Menimbang : a. bahwa ketentuan

Lebih terperinci

Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON KEPATUHAN Hanya Percaya Kepadaku 3 November, 2012

Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON KEPATUHAN Hanya Percaya Kepadaku 3 November, 2012 Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON KEPATUHAN Hanya Percaya Kepadaku 3 November, 2012 Hanya Percaya kepadaku (Apa kira-kira hubungan ilustrasi berikut dengan ayat-ayat Alkitab di pelajaran hari Rabu?)

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa Pajak Air Tanah merupakan sumber pendapatan daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gb Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar

BAB 1 PENDAHULUAN. gb Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kelayakan gb. 1.1. Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar Potensi dan daya tarik Pantai Lebih 1. Potensi alam Pantai

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BALI, GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Pembangunan Kepariwisataan di

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG IJIN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM DI KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 03 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 03 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 03 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa Pajak Air Permukaan

Lebih terperinci

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu? Lampiran 1 Kerangka Wawancara Anamnesa Dimensi Cohesion Separateness/Togetherness 1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama

Lebih terperinci

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LAMBANG DAERAH KOTA PEKALONGAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LAMBANG DAERAH KOTA PEKALONGAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LAMBANG DAERAH KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 I. PENDAHULUAN. Lingsar adalah sebuah Desa yang terletak di Wilayah Kecamatan Lingsar Lombok Barat, berjarak

Lebih terperinci

Asal Mula Candi Prambanan

Asal Mula Candi Prambanan Asal Mula Candi Prambanan Zaman dahulu ada sebuah kerajaan di Pengging. sang raja mempunyai seorang putera bernama Joko Bandung. Joko bandung adalah seorang pemuda perkasa, seperti halnya sang ayah, ia

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP Identitas Diri Nama : Tanggal : Jenis Kelamin : L / P Kelas : PETUNJUK PENGISIAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Angket ini bukan suatu tes, tidak ada

Lebih terperinci

Revelation 11, Study No. 23 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pemahaman No. 23, oleh Chris McCann

Revelation 11, Study No. 23 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pemahaman No. 23, oleh Chris McCann Revelation 11, Study No. 23 in Indonesian Language Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pemahaman No. 23, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 01 TAHUN 2001 TENTANG LAMBANG DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 01 TAHUN 2001 TENTANG LAMBANG DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 01 TAHUN 2001 TENTANG LAMBANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan inspirasi dan motivasi kepada

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2005 TENTANG LAMBANG DAERAH DAN LAGU MARS KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dengan terbentuknya

Lebih terperinci

Peraturan Daerah Provinsi Bali. Nomor 7 Tahun Tentang. Usaha Penyediaan Sarana Wisata Tirta DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Peraturan Daerah Provinsi Bali. Nomor 7 Tahun Tentang. Usaha Penyediaan Sarana Wisata Tirta DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 7 Tahun 2007 Tentang Usaha Penyediaan Sarana Wisata Tirta DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa usaha penyediaan sarana wisata tirta

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si Art Exhibition Indonesian Institute of the Arts Denpasar Okinawa Prefectural University of Art OPUA

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa sebagai akibat pertambahan penduduk dan untuk peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Akhir Tahun

Uji Kompetensi Akhir Tahun Uji Kompetensi Akhir Tahun 137 Uji Kompetensi Akhir Tahun I. Cobalah beri tanda silang Glosarium (x) pada jawaban yang benar. Kamu dapat menyalin jawabanmu di buku latihan. 1. Pengalaman adalah sesuatu

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER II TAHUN PELAJARAN

ULANGAN AKHIR SEMESTER II TAHUN PELAJARAN ULANGAN AKHIR SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015-2016 Mata Pelajaran : B.Indonesia Nama : Kelas : IX (Sembilan) Skor / Nilai Paraf Hari/Tanggal : Guru Orang Tua Waktu : 90 Menit I. Jawablah pertanyaan dibawah

Lebih terperinci

GROUP SULAWESI. Pengalaman Proyek - Darren Quek

GROUP SULAWESI. Pengalaman Proyek - Darren Quek GROUP SULAWESI Pengalaman Proyek - Darren Quek Waktu saya pertama kali dengar BI dua harus membuat proyek yang lain, saya sedikit sedih karena saya tahu membuat proyek harus menghabiskan banyak waktu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena daerah Bekasi berbatasan langsung dengan Ibu Kota Jakarta (Betawi) dan

BAB I PENDAHULUAN. karena daerah Bekasi berbatasan langsung dengan Ibu Kota Jakarta (Betawi) dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kabupaten Bekasi adalah salah satu kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Jawa Barat, sebuah kabupaten dengan masyarakat yang khas dan heterogen karena daerah

Lebih terperinci

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK HIBURAN

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK HIBURAN NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK HIBURAN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMEDANG 2009 LEMBARAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa kegiatan usaha perdagangan merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk membantu dan mendukung Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara dilakukan dengan beberapa sumber dari dua

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA ADAT PANJAITAN JABODETABEK( NELSON PANJAITAN)

HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA ADAT PANJAITAN JABODETABEK( NELSON PANJAITAN) HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA ADAT PANJAITAN JABODETABEK( NELSON PANJAITAN) X : Selamat siang pak N : Iya, siang X : Saya ingin bertanya-tanya tentang perkawinan semarga pak, kenapa perkawinan semarga itu

Lebih terperinci

Mengapakah Tuhan Tidak Menjawab Doa Saya? Adakah anda bercakap dengan Tuhan?

Mengapakah Tuhan Tidak Menjawab Doa Saya? Adakah anda bercakap dengan Tuhan? Mengapakah Tuhan Tidak Menjawab Doa Saya? Adakah anda bercakap dengan Tuhan? Adakah anda meluahkan masalah anda kepada-nya dan meminta pertolongan daripada-nya? Ramai orang berasa bahawa perbuatan ini

Lebih terperinci

LONCENG NATAL BERBUNYI. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 29 April :16

LONCENG NATAL BERBUNYI. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 29 April :16 Betapa sedihnya ketika mendengar lonceng Natal berbunyi. Karena lonceng itu bukan membunyikan arti sebenarnya, arti Natal yang sebenarnya. Tetapi lonceng itu mengingatkan manusia untuk bersiap-siap berbelanja,

Lebih terperinci

MENGUNGKAPKAN PERASAANMU (Semuanya, Sekitar Naik, Turun), 15 Desember B. Apa yang dikatakan tentang Mengungkapkan Perasaanmu

MENGUNGKAPKAN PERASAANMU (Semuanya, Sekitar Naik, Turun), 15 Desember B. Apa yang dikatakan tentang Mengungkapkan Perasaanmu Pelajaran 11 MENGUNGKAPKAN PERASAANMU Semuanya Sekitar, Naik, Turun 15 Desember 2012 1. Persiapan A. Sumber Matius 7:12 Yohanes 15:11 2 Samuel 6:14 Efesus 4:26-32 Yohanes 2:13-15 Matius 26:38 Mazmur 6:6,7

Lebih terperinci

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

-AKTIVITAS-AKTIVITAS KEHIDUPAN BARU -AKTIVITAS-AKTIVITAS BARU Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Bagaimanakah Saudara Mempergunakan Waktumu? Bila Kegemaran-kegemaran Saudara Berubah Kegemaran-kegemaran Yang Baru

Lebih terperinci

Membangkitkan Anak Muda di Nain

Membangkitkan Anak Muda di Nain Pertemuan IV Membangkitkan Anak Muda di Nain (Lukas 7:11-17) 34 Bulan Kitab Suci - Keuskupan Agung Jakarta - 2012 Doa Pembuka Pemandu mengajak seluruh peserta berdoa memohon bimbingan Roh Kudus agar dapat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR : 2 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR : 2 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR : 2 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU, Menimbang : a. bahwa Rancangan Peraturan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 1 TAHUN 1994 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 1 TAHUN 1994 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 1 TAHUN 1994 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan telah

Lebih terperinci

Biskuit Yang Ditukar Dengan Bunyi Monday, 03 September 2007

Biskuit Yang Ditukar Dengan Bunyi Monday, 03 September 2007 Biskuit Yang Ditukar Dengan Bunyi Monday, 03 September 2007 (Kepulauan Vanuatu, 1848-1872) "Darat!" seru seorang kelasi yang sedang bertengger di mercu yang tiang itu. "Ada darat di sana!" Suaranya mengalun

Lebih terperinci

Batas Penanggalan Internasional Berubah: Hari Sabat Tidak Berubah?

Batas Penanggalan Internasional Berubah: Hari Sabat Tidak Berubah? Batas Penanggalan Internasional Berubah: Hari Sabat Tidak Berubah? Pada hari Kamis, tanggal 29 Desember, 2011, Samoa dan Tokelau berpindah maju ke wilayah Barat melewati Batas Penanggalan Internasional.

Lebih terperinci