BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan individu untuk memperoleh pengetahuan,perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar ( Sagala, 2010: 12). Menurut Hamalik, ( 2011: 27) belajar adalah memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latian melainkanpengubahan kelakuan.menurut Gage dalam Sagala ( 2010 :13) belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Menurut pengertian di atas belajar dapat disimpulkan sebagai usaha seseorang untuk meningkatkan ilmu, perilaku, dan keterampilan yang dimiliki oleh manusia dan dapat diperoleh dimana saja sebagai bekal pengalaman yang dapat berguna untuk dirinya dan lingkungan sekitarnya. Keberhasilan suatu proses belajar dapat di tentukan oleh siswa itu sendiri.

2 b. Pengertian Hasil Belajar Menurut Sudjana ( 2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Suprijono ( 2013: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan-keterampilan. Menurut Benyamin Bloom dalam Sudjana ( 2010:22) hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. 1. Ranah kognitif Ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom dalam Sudjana ( 2010: 23) berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni: a) Knowledge /Pengetahuan adalah tingkat belajar pengetahuan yang paling rendah tetapi sebagai prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafal menjadi prasarat bagi pemahaman. b) Comprehension /Pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap suatu makna dalam suatu konsep. c) Application / Aplikasi adalah penggunaan abstraksi (ide, teori, atau petujuk teksnis) pada situasi kongkret atau situasi khusus.

3 d) Analysis / Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunanya. e) Synthesis / Sintesis adalah pernyataan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. f) Evaluation / Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin di lihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materil, dll sehingga diperlukan suatu kriteria atau standar tertentu. Dalam penelitian ini akan ditekankan pada aspek pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Proses kognitif tidak boleh dianggap aspek sekunder dalam usaha untuk memahami belajar dan pengajaran Matematika dikelas. Menurut pandangan Vgotsky dalam Santrock (2011: 60): a) Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara develop mental. b) Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk yang berfungsi sebagai alat psikologi untuk membantu dan mentafsirkan aktivitas mental. c) Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang kontektual.

4 2. Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Menurut Sudjana ( 2010: 29) sikap seseorang dapat diramalkan perubahanya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian ranah afektif tidak mendapat perhatian dari guru tetapi hasil belajar ranah afektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif berdasarkan taksonomi Kratwohl dalam Winkel (1999: 247) terdiri dari lima aspek yakni : a) Reciving / penerimaan Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru. b) Characterization by evalue or calue complex / Internalisasi nilai Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa sehingga menjadi pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupanya sendiri. c) Valuing /Penilaian Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesaui dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap: menerima,

5 menolak, atau mengabaikan; sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin. d) Organization / Organisasi Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu sekala nilai: mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting. e) Responding / Partisipasi Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan.kesediaan itu dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan. 3. Ranah Psikomotor Ranah psikomotor menurut klasifikasi Simpson dalam Winkel ( 1999: 249) tingkatan keterampilan yaitu sebagai berikut: a) Perception / Persepsi Mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan anatara ciri-ciri fisik yang khas pada masingmasing rangsangan.

6 b) Set / Kesiapan Mencakup kemempuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan.kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental. c) Guided response / Gerakan terbimbing Mencakup kemampuan untuk melakaukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).kemampuan ini dinyatakan dalam gerakan anggota tubuh menurut contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan. d) Mechanical response / Gerakan yang terbiasa Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. e) Complex response /Gerakan kompleks Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat, dan efisien. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan beruntun dan menggabungkan beberapa sub keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerak yang teratur.

7 f) Adjustment /Penyesuaian pola gerakan Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran. g) Creativity /Kreativitas Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Penilaian yang ingin dicapai pada penelitian ini terdiri dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunkan pendekatan Matematika realistik. Kisi-kisi dari penilaian ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut: 1. Ranah kognitif a. Pengetahuan 1) Siswa dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk bangun ruang. 2) Siswa dapat mengetahui ciri-ciri dari jaring-jaring kubus dan balok b. Pemahaman 1) Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat bangun ruang.

8 2) Siswa dapat menyebutkan bagian-bagian dari bangun ruang. 3) Siswa dapat membedakan jaring-jaring kubus dan balok. c. Penerapan 1) Siswa dapat menetukan nama dari bangun ruang berdasarkan cirri-cirinya. 2) Siswa dapat menggambar dan menunjukan jaringjaring kubus dan balok. 3) Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat bangun ruang. 2. Ranah Afektif a. Penerimaan Siswa mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan tertib. b. Internalisasi Nilai Siswa aktif bertanya kepada guru mengenai hal yang belum diketahui. c. Penilaian Siswa dapat memberikan pendapat dalam berdiskusi dalam kelompok atau kelas. d. Organisasi Siswa bekerjasama dalam suatu kelompok.

9 e. Partisipasi Siswa dapat menyampaikan hasil dari diskusi kelompok. 3. Ranah Psikomotor a. Persepsi Siswa memahami sifat-sifat dan jaring-jaring bangun ruang dengan memperhatikan media yang digunakan. b. Kesiapan Siswa dapat membuat bentuk bangun ruang dengan menggambar bangun ruang dan membuat jaring-jaring kubus dan balok. c. Gerakan terbiasa Siswa dapat melakukan aktivitas menyelasaikan masalah konstekstual yang diberikan disetiap awal kegiatan. 2. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Suwangsih dan Tiurlina ( 2006: 3) mengungkapkan bahwa istilah Matematika berasal dari bahasa yunani, mathematike yang berarti mempelajari. Menurut Russel dalam Hamzah dan Masri (2009: 108) Matematika sebagai suatu bidang studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal. Matematika adalah suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan

10 praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan kontruksi, generalitas dan individualitas, dan mempunyai cabangcabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. Berikut ini beberapa pendapat ahli mengenai Matematika dalam Suwangsih dan Tiurlina ( 2006: 4) : 1. Resys dkk mengungkapkan bahwa Matematika merupakan telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. 2. Johnson dan Rising mengungkapkan bahwa Matematika merupakan pola berpikir, pola mengorganisasian pembuktian logika, pengetahuan tersetruktur yang terorganisasi memuat: sifat-sifat, teori-teori, dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenaranya. 3. Kline mengungkapkan matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasi permasalahan social, ekonomi, dan alam. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika merupakan ilmu yang mempelajari konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep. Dalam hal ini guru harus tahu bagaimana cara mengajarkan

11 suatu konsep yang sederhana sampai yang kompleks kepada siswa sehingga sasaran yang diinginkan dapt tercapi secara maksimal. b. Karakteristik Pembelajaran Matematika Pembelajaran pada suatu mata pelajaranakan lebih bermakana apabila guru dapat mengetahui ciri khas yang ada pada pembelajaran tersebut sehingga dalam pembelajaranya dapat diberi variasi seperti model yang pas sesuai dengan materi yang sedang diajarkan. Begitu halnya dengan pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, guru harus mengerti ciri khas yang ada pada pembelajaran Matematika tersebut sehingga mudah untuk menyampaikanya kepada peserta didik. Menurut Nasher dalam Hamzah dan Masri ( 2009: 109) karakteristik Matematika terletak pada kekhususanya dalam mengkomunikasikan ide Matematika melalui bahasa numerik. Dengan bahasa numerik, memudahkan seseorang dapat melakukan pengukuran secara kuatitatif dari Matematika tersebut, dapat memudahkan seseorang dalam menyikapi suatu masalah karena ilmu Matematika memberikan alasan secara logis dan sistematis. Menurut Hamzah dan Masri ( 2009: 110) hakikat belajar Matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian

12 diterapkanya pada situasi yang nyata. Menurut Gage dalam Hamzah dan Masri ( 2009: ) mengemukakan delapan tipe belajar yang dilakukan secara prosedural dan hierarki dalam belajar Matematika yaitu (1) belajar sinyal (signal learaning), (2) belajar stimulus respons (stimulus-response learning), (3) belajar merangkai tingkah laku (behavior chaining learning), (4) belajar asosiasi verbal (verbal chaining learning), (5) belajar diskriminasi (discrimination learning), (6) belajar konsep (consept learning), (7) belajar aturan (rule learning), (8) belajar memecahkan masalah (problem solving learning). Tujuan Pendidikan Matematika menurut Mathematical Sciences Education Board-National Research Council dalam Wijaya ( 2012: 7) adalah sebagai berikut: 1. Tujuan praktis (practical goal) Berkaitan dengan pengembangan kemampuan siswa untuk menggunakan Matematika untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 2. Tujuan kemasyarakatan ( civic goal ) Tujuan ini berorientasi pada kemampuan siswa untuk beradaptasi secara aktif dan cerdas dalam hubungan kemasyarakatan. 3. Tujuan professional ( professional goal )

13 Pendidikan Matematika harus bisa mempersiapkan siswa untuk terjun kedalam dunia kerja. 4. Tujuan budaya ( cultural goal ) Pendidikan merupakan suatu bentuk dan sekaligus produk budaya sehingga pendidikan Matematika perlu menempatkan Matematika sebagai hasil kebudayaan manusia dan sebagai suatu proses untuk mengembangkan suatu kebudayaan. c. Langkah pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Menurut Heurman ( 2007: 2) konsep pada kurikulum Matematika SD dapat dibagi menjadi tiga besar kelompok besar, yaitu : 1. Penanaman Konsep Dasar Pembelajaran suatu konsep baru Matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut.pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemempuan kognitif siswa yang kongkret dengan konsep baru matematika yang abstrak.dalam penanaman konsep dasar ini, media diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa. 2. Pemahaman Konsep Pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep

14 Matematika.Pemahaman konsep terdiri dari dua pengertian.pertama, merupakan kelanjutan dari penanaman konsep dalam satu pertemuan.sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan berbeda, tetapi masih merupakn lanjutan dari penanaman konsep. 3. Pembinaan Keterampilan Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep Matematika.Pembinaan keterampilan juga terdiri dari dua pengertian.pertama, merupakan suatu kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dari saru pertemuan.sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep. d. Media Pembelajaran Menurut Anitah ( 2009: 1) kata media berasal dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti sesuatu yang terletak di tengah atau suatu alat. Media juga dapat diartikan sebagai atau perantara atau penghubung antara dua pihak antara sumber pesan dengan penerima pesan dalam hal ini guru dengan siswa.media pembelajaran dalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memugkinkan pembelajar menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Menurut Arsyad ( 2007: 15)

15 fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Menurut Hamalik dalam Arsyad (2007: 15) pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruhpengaruh psikologis terhadap siswa. Media atau alat peraga sangat penting peranannya dalam suatu pembelajaran.penggunaan media dapat membantu guru dalam menyampaikan materi yang akan disampaikan kepada siswa. Alat peraga dalam pembelajaran hakekatnya merupakan suatu alat yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang ril sehingga memperjelas pengertian pembelajaran( Anitah, 2009:4). Peneliti akan menggunakan alat bantu pembelajaran berupa benda benda yang berbentuk kubus, balok, kerucut, dan bola yang biasa dilihat oleh siswa pada kehidupan nyata. Penggunaan alat bantu ini diharapkan siswa dapat lebih mudah dalam memahami konsep dari materi bangun ruang. e. Materi Bangun ruang mata pelajaran Matematika Materi Matematika yang akan digunakan dalam penelitian adalah materi operasi hitung bangun ruang dengan SK dan KD seperti yang ada pada tabel 2.1

16 Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas IV Mata Pelajaran Matematika Standar Kompetensi 8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar Kompetensi Dasar 8.1. Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana menentukan jaring-jaring balok dan kubus. a. Sifat-Sifat Bangun Ruang sederhana Dalam bangun ruang dikenal istilah sisi, rusuk, dan titik sudut. Mari kita perhatikan bangun ruang berikut ini. Sisi adalah bidang atau permukaan yang membatasi bangunruang.rusuk adalah garis yang merupakan pertemuan dari duasisi bangun ruang.titik sudut adalah titik pertemuan dari tigabuah rusuk pada bangun ruang. 1. Sifat-Sifat Kubus Untuk mengetahui sifat-sifat bangun ruang kubus, mari kitaperhatikan gambar di bawah ini. Mari menyebutkan sisi, rusuk, dan titik sudut pada kubus

17 a) Sisi-sisi pada kubus ABCD.EFGH adalah: sisi ABCD sisi ABFE sisi ADHE sisi EFGH sisi DCGH sisi BCGF Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang kubus. Sisi-sisi kubus tersebut berbentuk persegi (bujur sangkar) yang berukuran sama. b) Rusuk-rusuk pada kubus ABCD.EFGH adalah: rusuk AB rusuk BC rusuk AE rusuk EF rusuk FG rusuk BF rusuk HG rusuk EH rusuk CG rusuk DC rusuk AD rusuk DH Jadi, ada 12 rusuk pada bangun ruang kubus. Rusuk-rusuk kubus tersebut mempunyai panjang yang sama. c) Titik-titik sudut pada kubus ABCD.EFGH adalah: Titik sudut A Titik sudut E

18 Titik sudut B Titik sudut C Titik sudut D Titik sudut F Titik sudut G Titik sudut H Jadi, ada 8 titik sudut pada bangun ruang kubus. Dari uraian di atas, dapat kita tuliskan pengertian bangun ruang kubus sebagai berikut: Kubus adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh enambuah persegi yang berukuran sama. 2. Sifat-Sifat Balok Untuk mengetahui sifat-sifat bangun ruang balok, mari kitaperhatikan gambar di bawah ini. Mari menyebutkan sisi, rusuk, dan titik sudut pada kubus a) Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah: sisi ABCD sisi ABFE sisi ADHE sisi EFGH sisi DCGH sisi BCGF Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang balok.

19 Sisi ABCD = sisi EFGH Sisi BCFG = sisi ADHE Sisi ABFE = sisi EFGH b) Rusuk-rusuk pada balok ABCD.EFGH adalah: rusuk AB rusuk BC rusuk AE rusuk EF rusuk FG rusuk BF rusuk HG rusuk EH rusuk CG rusuk DC rusuk AD rusuk DH Jadi, ada 12 rusuk pada bangun ruang kubus. Rusuk AB = rusuk EF = rusuk HG = rusuk DC Rusuk BC = rusuk FG = rusuk EH = rusuk AD Rusuk AE = rusuk BF = rusuk CG = rusuk DH c) Titik-titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah: Titik sudut A Titik sudut B Titik sudut C Titik sudut D Titik sudut E Titik sudut F Titik sudut G Titik sudut H Dari uraian di atas, dapat kita tuliskan pengertian bangun ruang kubus sebagai berikut: Balok adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh tigapasang (enam buah) persegi panjang dimana setiap pasangpersegi panjang saling sejajar (berhadapan) dan berukuransama. 3. Sifat-sifat Tabung

20 Bangun ruang tabung mempunyai 3 buah sisi, yaitu sisi lengkung, sisi atas, dan sisi bawah.tabung mempunyai 2 buah rusuk, tetapi tidak mempunyai titik sudut. 4. Sifat-sifat Kerucut Bangun ruang kerucut mempunyai dua buah sisi, yaitu sisi alas dan sisi lengkung.kerucut hanya mempunyai sebuah rusuk dan sebuah titik sudut yang biasa disebut titik puncak. 5. Sifat-sifat Bola Bangun ruang bola hanya memiliki sebuah sisi lengkung yang menutupi seluruh bagian ruangnya.

21 b. Jaring-Jaring Kubus dan Balok 1. Jaring-jaring kubus Bangun ruang kubus terbentuk dari beberapa bangun datar persegi.gabungan dari beberapa persegi yang membentuk kubus disebut jaring-jaring kubus.kubus mempunyai lebih dari satu jaring-jaring. Beberapa di antaranya yaitu sebagai berikut: 2. Jaring-jaring balok Bangun ruang balok terbentuk dari beberapabangun datar persegi panjang.gabungan dari beberapa persegi panjang yang membentuk balok disebut jaring-jaring balok.balok mempunyai lebih dari satu jaring-jaring. Beberapa di antaranya yaitu sebagai berikut: 3. Pendekatan Matematika Realistik a. Matematika Realistik

22 Psikologi pendidikan Matematika saat ini adalah kontruktivisme. Pendekatan Matematika realistik akan selalu mencantumkan kontruktivisme sebagai psikologi dasar. Menurut Gredler ( 2011: 26) guru matematika kontruktivis menciptakan situasi yang mungkin bermakna secara pribadi bagi siswa pada level konseptual yang berbeda. Anak-anak dalam kelompok maupun dalam pasangan mengembangkan sendiri cara memecahkan soal. Persyaratan belajar dikelas juga mencakup: (a) anak diminta menjelaskan dan menjustifikasi pendekatan mereka dalam memecahkan masalah; (b) aktif mendengar dan mencoba memahami penjelasan sesama teman; dan (c) berlatih mengungkapkan kesepakatan, ketidak sepahaman, atau kegagalan untuk memahami penjelasan orang lain. Dengan cara ini, siswa berpartisipasi dan berkontribusi dalam latihan matematika bersama. Pendekatan Matematika realistik sebagai salah satu paradigma dalam pembelajaran Matematika yang dikembangkan di Belanda.Teori ini berasal dari pendapat fruedental bahwa Matematika tidak dapat dipisahkan dari dunia nyata. Dalam praktek pembelajaran Matematika dikelas, pendekatan realistik sangat memperhatikan aspek-aspek informal dan kemudian mencari jembatan untuk menghantarkan pemahaman siswa pada aspek formal (Suwangsih dan Tiurlina, 2006:134).

23 Menurut Treffers dan Goffree dalam Suwangsih dan Tiurlina ( 2006: 134) dalam proses pematikaan kita membedakan dua komponen proses matematisasi yaitu horizontal mathematization dan vertical mathematization. Menurutnya bahwa mula-mula kita dapat mengidentifikasikan bagian-bagian dari matematisasi bertujuan untuk mentransfer suatu masalah ke dalam masalah yang dinyatakan secara Matematika.Menurut Supinah ( 2008: 15) Pendekatan Matematika realistik secara garis besar adalah suatu teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk Matematika. b. Karakteristik Matematika realistik Karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Van Den Heuvel-Panhuizen dalam supinah ( 2008: 19) adalah sebagai berikut: 1. Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia. Si pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam pembelajaran Matematika. 2. Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa. 3. Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati berbagai jenjang pemahaman, yaitu dari mampu menemukan solusi suatu masalah kontekstual atau realistik

24 secara informal, melalui skematisasi memperoleh pengetahuan tentang hal-hal yang mendasar samapai mampu menemukan solusi suatu masalah matematis secara formal. 4. Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah, tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan antara materimateri itu secara baik. 5. Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas sosial. 6. Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing untuk menemukan pengetahuan Matematika. c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Matematika Realistik Menurut Suwangsih dan Tiurlina ( 2006: 135) terdapat lima strategi dalam kurukulum Matematika realistik: 1. Didominasi oleh masalah-masalah dalam konteks, melayani dua hal yaitu sebagai sumber dan sebagai terapan konsep Matematika. 2. Perhatian diberikan pada pengembangan model-model, situasi, skema, dan simbol-simbol.

25 3. Sumbangan dari para siswa, sehingga siswa dapat membuat pelajaran menjadi konstruktif dan produktif, artinya sisiwa memproduksi sendiri dan mengkonstruksi sendiri sehingga dapat membimbing para siswa dari level Metematika informal menuju Matematika formal. 4. Interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran Matematikaan. 5. Membuat jalinan antar topik atau antara pokok bahasan. Dikaitkan dengan prinsip-prinsip pembelajaran dalam pendekatan Matematika realistik berikut ini merupakan ramburambu penerapannya : 1. Bagaimana guru menyampaikan Matematika kontekstual sebagai starting pada pembelajaran. 2. Bagaimana guru menstimulasi, membimbing, dan memfasilitasi agar proses algoritma, simbol, skema dan model yang akan dibuat oleh siswa mengarahkan mereka untuk sampai kepada Matematika formal. 3. Bagaimana guru memberi atau mengarahkan kelas, kelompok, maupun individu untuk mencapai free production, menciptakan caranya sendiri dalam menyelesaikan soal. B. Penelitian yang Relevan

26 Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Tesi Tanjung Sari pada tahun 2011 dengan judul meningkatkan hasil belajar Matematika materi operasi hitung bilangan bulat melalui pembelajaran Matematika realistik di kelas IV SD N 2 Notog meperoleh kesimpulan : a. Pada ranah kognitif, siklus I menunjukan rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 63,07 dengan ketuntasan 60%. Sedangkan pada siklus II menunjukan nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 78,7 dengan ketuntasan 90%. b. Pada ranah afektif menunjukan siklus I menunjukan persentase 66,85% dan meningkat pada siklus II yaitu 85,06%. c. Pada ranah psikomotor menunjukan siklus I yaitu dengan persentase 63,21% dan meningkat pada siklus II yaitu 85,29%. Berdasarkan kesimpulan pada penelitian sebelumnya dengan menggunakan pendekatan Matematika realistik dapat menigkatkan hasil belajar siswa baik pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Peneliti berharap penelitian tindakan kelas ini akan berhasil dengan menggunakan pendekatan Matematika realistik yang pernah digunakan dalam penelitian sebelumnya tetapi dengan materi, kondisi, dan objek yang berbeda. C. Kerangka Berpikir Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagi macam hal baik yang berhubungan dengan siswa maupun di luar siswa.pembenahan harus dilakukan agar hasil belajar siswa meningkat.masalah ini terjadi pada

27 siswa kelas IV SD N 1 Sidakangen.Masih rendahnya hasil belajar siswa di SD N 1 Sidakangen sehingga dibutuhkan suatu tindakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran.penerapan pendekatan Matematika realistik, merupakan salah satu penerapan yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di SD N 1 Sidakangen.Penerapan Matematika realistik adalah suatu penerapan dalam pembelajaran dimana materi pelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh siswa. Hal ini sangat efektif dimana karakteristik siswa SD yang masih berpikir secara kongkret sehingga materi Matematika yang diajarkan dikaitkan dengan kehidupan nyata dengan harapan siswa akan lebih cepat memahami karena mengalami sendiri hal tersebut. Penggunaan model penerapan Matematika realistik ini diharapkan dapat menigkatkan hasil belajar siswa baik pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Gambaran dari penelitian tindakan kelas yang akan dilakuan adalah sebai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian

28 D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu melalui pendekatan Matematika realistik dapat menigkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika materi bangun ruang di kelas IV SD Negeri 1 Sidakangen.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 A. Landasan Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Hasil belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan individu untuk memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Hasil Belajar Hasil belajar menurut Sudjana (1991:22) adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. diungkapkan kembali oleh siswa. 1. siswa adalah kemampuan yang ada pada diri siswa untuk menerima,

BAB II KAJIAN TEORI. diungkapkan kembali oleh siswa. 1. siswa adalah kemampuan yang ada pada diri siswa untuk menerima, BAB II KAJIAN TEORI A. Retensi Siswa 1. Pengertian Retensi Siswa Retensi siswa berasal dari kata retensi dan siswa. Dari kedua kata tersebut digabungkan memiliki pengertian menjadi kemampuan siswa untuk

Lebih terperinci

DAFTAR NILAI MATEMATIKA PRASIKLUS KELAS IV. No Nama Siswa Nilai

DAFTAR NILAI MATEMATIKA PRASIKLUS KELAS IV. No Nama Siswa Nilai DAFTAR NILAI MATEMATIKA PRASIKLUS KELAS IV No Nama Siswa Nilai 1 A 70 2 B 60 3 C 50 4 D 70 5 E 60 6 F 40 7 G 50 8 H 70 9 I 50 10 J 60 11 K 70 12 L 60 13 M 70 Ketuntasan Tuntas Belum 14 N 40 15 O 60 16

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus I

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus I 74 Lampiran 1 75 Lampiran 2 76 Lampiran 3 77 78 Lampiran 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus I Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pembelajaran Alokasi Waktu Pertemuan :

Lebih terperinci

empat8geometri - - GEOMETRI - - Geometri 4108 Matematika BANGUN RUANG DAN BANGUN DATAR

empat8geometri - - GEOMETRI - - Geometri 4108 Matematika BANGUN RUANG DAN BANGUN DATAR - - GEOMETRI - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian empat8geometri Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara downloadnya.

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. pengalaman belajarnya. yang terdiri dari enam aspek, yakni : pemahaman. 7 situasi khusus.

KAJIAN PUSTAKA. pengalaman belajarnya. yang terdiri dari enam aspek, yakni : pemahaman. 7 situasi khusus. 7 KAJIAN PUSTAKA D. Landasan Teori 5. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Menurut Sudjana (2009: 22) hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya

Lebih terperinci

LAMPIRAN - LAMPIRAN 61

LAMPIRAN - LAMPIRAN 61 LAMPIRAN - LAMPIRAN 61 62 LAMPIRAN 1 Rpp Siklus 1 63 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I Sekolah : SD Negeri Rowoboni 02 Mata Pelajaran : Matematika Kelas/ Semester : IV / II Alokasi Waktu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian 7 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Belajar Matematika Menurut Sadirman, (2011: 21) Belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksud belajar berarti usaha mengubah tingkah laku.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Morgan, dkk (dalam Walgito, 2004: 167) memberikan definisi mengenai

BAB II KAJIAN TEORI. Morgan, dkk (dalam Walgito, 2004: 167) memberikan definisi mengenai 1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Belajar Matematika Morgan, dkk (dalam Walgito, 2004: 167) memberikan definisi mengenai belajar yaitu: Learning can be defined as any relatively permanent change in behavior

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Siklus I Tindakan 1) I. Standar Kompetensi Menentukan sifat bangun ruang dan hubungan antar bangun.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Siklus I Tindakan 1) I. Standar Kompetensi Menentukan sifat bangun ruang dan hubungan antar bangun. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Siklus I Tindakan 1) Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : IV / 2 Pokok Bahasan : Sifat-Sifat Bangun Ruang Sub Pokok Bahasan : Sifat-Sifat Kubus Alokasi

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh LUSIANA NUSI NIM

JURNAL. Oleh LUSIANA NUSI NIM 1 JURNAL MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN SIFAT-SIFAT BALOK DAN KUBUS MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IV A SDN 8 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO Oleh LUSIANA NUSI NIM. 151 409 131 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Belajar a. Hakekat Belajar Perubahan seseorang yang awalnya tidak tahu menjadi tahu merupakan proses dari proses belajar. Perubahan yang terjadi dari dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rini Fatmawati dengan judul Peningkatan Pembelajaran Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture pada Pokok Bahasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kemampuan Komunikasi Matematika 2.1.1.1 Kemampuan Kemampuan secara umum diasumsikan sebagai kesanggupan untuk melakukan atau menggerakkan segala potensi yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori yang menjadi acuan dalam penelitian ini akan diuraikan pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori yang menjadi acuan dalam penelitian ini akan diuraikan pada 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori Teori-teori yang menjadi acuan dalam penelitian ini akan diuraikan pada penjelasan berikut ini. 1. Efektifitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jadwal Pertemuan

Lampiran 1 Jadwal Pertemuan LAMPIRAN 57 58 Lampiran 1 Jadwal Pertemuan No Hari/Tanggal Kegiatan Tempat 1 Senin, 11 April 2016 Siklus I,pertemuan I SDN Kumpulrejo 03 2 Sabtu, 16 April 2016 Siklus I,pertemuan II SDN Kumpulrejo 03 3

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan belajar Sagala, (2010: 12). Berdasarkan Hamalik, (2011: 27) berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan belajar Sagala, (2010: 12). Berdasarkan Hamalik, (2011: 27) berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan individu untuk memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 58 Lampiran 1 59 Lampiran 2 60 61 Lampiran 3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I Nama Sekolah : SDN Karangduren 4 Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : 4/II Alokasi Waktu : 4 x 35 menit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut Horwart

Lebih terperinci

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh DELI MA RUF NIM : 151 409 192 (Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mengajar, dan hasil belajar. Istilah mengajar dan belajar adalah dua peristiwa yang

BAB II KAJIAN TEORI. mengajar, dan hasil belajar. Istilah mengajar dan belajar adalah dua peristiwa yang BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Ketika berbicara tentang pendidikan tidak akan lepas dari istilah belajar, mengajar, dan hasil belajar. Istilah mengajar dan belajar adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Luas Permukaan Bangun Ruang Luas daerah permukaan bangun ruang adalah jumlah luas daerah seluruh permukaannya yaitu luas daerah bidang-bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meringankan kerja manusia. Matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal

BAB I PENDAHULUAN. meringankan kerja manusia. Matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu untuk memajukan daya pikir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Realistic Mathematics Education (RME) 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai pendidikan matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran Matematika dan Pembelajarannya Matematika memiliki banyak definisi dan tidak mempunyai definisi tunggal yang disepakati. Beberapa ahli matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun kewajiban sebagai warga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Matematika Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang pasti, karena para ahli masing-masing memiliki pandangan yang berbeda. Ada yang mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem pembelajaran. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan satu

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem pembelajaran. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum, proses pembelajaran, dan evaluasi merupakan tiga dimensi penting dalam sistem pembelajaran. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori A. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah dirinya menjadi lebih baik untuk berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II di MIN Sumberjati Kademangan Blitar pada mata pelajaran Fiqih dengan melalui penerapan model

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di SD 1. Pengertian Matematika Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut Subariah (2006:1) Matematika merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Rosdakarya, 2009) Nana Sudjana, penilaian hasil proses belajar mengajar. (Bandung: PT Remaja

BAB II KAJIAN TEORI. Rosdakarya, 2009) Nana Sudjana, penilaian hasil proses belajar mengajar. (Bandung: PT Remaja BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Anda, tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah belajar. Kata ini, secara efektif sudah anda kenali sejak anda bersekolah di kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA E. Deskripsi Teori 1. Rasa Ingin Tahu a. Pengertian Rasa Ingin Tahu Mustari (2014:85), menyatakan bahwa ingin tahu adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 HAKEKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. geometri, dan analisis (Hamzah Uno, 2007: 129). mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. geometri, dan analisis (Hamzah Uno, 2007: 129). mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pelajaran yang sering dianggap sebagai mata pelajaran yang susah untuk dimengerti. Banyak sekali siswa yang tidak suka dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Istilah belajar sudah dikenal luas di berbagai kalangan walaupun sering disalahartikan atau diartikan secara pendapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

banyak cara baik disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan

banyak cara baik disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan 10 BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Kata belajar berarti proses perubahan tingkah laku pada seseorang akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1. Hakekat Matematika Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012:313), matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan,

Lebih terperinci

BAB II KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MATERI KUBUS DAN BALOK. 1. Pengertian Model Problem Based Learning

BAB II KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MATERI KUBUS DAN BALOK. 1. Pengertian Model Problem Based Learning BAB II KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MATERI KUBUS DAN BALOK A. Model Problem Based Learning 1. Pengertian Model Problem Based Learning Wena mendefinisikan problem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka Pada bab II kajian pustaka ini terkait dengan variabel penelitian, variabel hasil belajar matematika sebagai variabel terikat, pembelajaran matematika realistik

Lebih terperinci

Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran

Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran - Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK. A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK. A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar 11 BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Siswa Sekolah Dasar pada umumnya berusia 7 sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto,

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto, 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar (Winkel,1965 : 51) Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II A. Matematika KAJIAN PUSTAKA Matematika merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan manusia.matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu alam,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKKAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKKAN BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKKAN 2.1. Kajian Teori Dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penulis mencoba mengungkap beberapa pendapat ahli tentang Matematika. Menurut Karso dkk (1988:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendidikan adalah hal paling penting dalam kehidupan yang merupakan salah satu kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan, serta sikap dan perilaku positif terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami sesuatu apabila siswa tersebut mengerti tentang sesuatu itu tetapi tahap mengertinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu (1) informasi verbal; (2) keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi yang dapat diajarkan kepada peserta didik melalui pembelajaran matematika disebut komunikasi matematis. Komunikasi dalam matematika memang memiliki

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori dalam penelitian ini berisi tinjauan pustaka yang merupakan variabel dari penelitian ini. Kajian

Lebih terperinci

Prinsip dalam Pembelajaran

Prinsip dalam Pembelajaran Prinsip dalam Pembelajaran Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu membedakan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran Indikator: Mahasiswa mampu memahami prinsip kesiapan dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini tak terlepas dari peran matematika sebagai ilmu universal dan konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pemahaman Konsep Matematika Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Dalam matematika,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Belajar Untuk mengawali pemahaman tentang pengertian belajar akan dikemukakan beberapa definisi tentang belajar. Menurut Slameto, belajar adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tengah semester maupun ulangan akhir semester. Simbol untuk. mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tengah semester maupun ulangan akhir semester. Simbol untuk. mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang telah dicapai oleh siswa berdasarkan nilai-nilai yang diambil dari ulangan harian, ulangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hakekat Matematika Istilah matematika berasal dari Bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata matematika juga diduga erat hubungannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT 8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Belajar Menurut Reber ( Suprijono, 2013) belajar adalah the process of acquiring knowledge. Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Belajar secara umum diartikan

Lebih terperinci

DESKRIPSI BUTIR ANGKET PENILAIAN MODUL MATEMATIKA PROGRAM BILINGUAL PADA MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI

DESKRIPSI BUTIR ANGKET PENILAIAN MODUL MATEMATIKA PROGRAM BILINGUAL PADA MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI Lampiran B3 DESKRIPSI BUTIR ANGKET PENILAIAN MODUL MATEMATIKA PROGRAM BILINGUAL PADA MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI UNTUK SISWA SMP KELAS VII SEMESTER GENAP UNTUK AHLI MATERI 1. Kelayakan Isi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman terhadap suatu pelajaran diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sedangkan menurut Slamento

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sedangkan menurut Slamento 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar menurut Nana Sudjana (1988; 28), adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan model utama untuk meningkatkan kualitas bangsa, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan bagian terpenting di dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan bagian terpenting di dalam kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi tantangan era globalisasi saat ini diperlukan sumber daya manusia yang handal yang memiliki pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemauan kerjasama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Skinner ( dalam Dimyati, 2002: 10) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Realistic Mathematics Education Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran dalam pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9 tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar seringkali diartikan sebagai aktivitas untuk memperoleh pengetahuan. Menurut Skinner (Wisudawati dan Sulistyowati,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. PembelajaranQuantum a. Pengertian Model Quantum DePorter (2003:4-5) menyatakan bahwa model pembelajaran quantum adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja secara umum dan yang sering kali didengar seseorang,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja secara umum dan yang sering kali didengar seseorang, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Kinerja Belajar Siswa Kinerja secara umum dan yang sering kali didengar seseorang, mengantarkannya pada suatu bentuk seseorang yang bekerja dan melihat seberapa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. optimal serta bersifat eksternal yang disengaja, direncanakan, dan bersifat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. optimal serta bersifat eksternal yang disengaja, direncanakan, dan bersifat BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Matematika Menurut Erman Suherman (2003:8), pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan mengembangkan sumber

Lebih terperinci

Geometri (bangun ruang)

Geometri (bangun ruang) Geometri (bangun ruang) 9.1 BENTUK DASAR BANGUN RUANG 1. Kubus Luas = 6s2 Vol = s3 (s = panjang sisi) 2. Balok Luas = 2 x (p.l + p.t + l.t) Vol = p.l.t 3. Prisma Luas = 2 x l. alas + selimut Vol = luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkup persekolahan. Suherman mendefinisikan pembelajaran adalah proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkup persekolahan. Suherman mendefinisikan pembelajaran adalah proses BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses pendidikan dalam ruang lingkup persekolahan. Suherman mendefinisikan pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional

Lebih terperinci

A. Standar Kompetensi : 8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar

A. Standar Kompetensi : 8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar 86 87 88 89 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : SD N Kemiri 1 Mata Pelajaran : Matematika Kelas/semester : IV (Empat) /2 (dua) Alokasi waktu : 6 x 35 menit (3 kali pertemuan) A. Standar

Lebih terperinci

Bagian 2. EVALUASI : Prinsip, Karakteristik Kualitas, Taksonomi Hasil Belajar, Ragam Bentuk dan Prosedur.

Bagian 2. EVALUASI : Prinsip, Karakteristik Kualitas, Taksonomi Hasil Belajar, Ragam Bentuk dan Prosedur. Bagian 2 EVALUASI : Prinsip, Karakteristik Kualitas, Taksonomi Hasil Belajar, Ragam Bentuk dan Prosedur. Prinsip-Prinsip Dasar Tes Hasil Belajar 1. Mengukur Hasil Belajar. 2. Mengukur sample yang representatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Materi Matematika diawali dari bentuk yang konkrit mengarah pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Materi Matematika diawali dari bentuk yang konkrit mengarah pada 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Real Mathematic Education (RME) Materi Matematika diawali dari bentuk yang konkrit mengarah pada bentuk yang abstrak, hal ini berdampak pada implementasi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan merupakan suatu hal yang memiliki

Lebih terperinci

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) 42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjaun Pustaka 1. Keterampilan Eksperimen Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan merancanakan percobaan merupakan kegiatan mengidenfikasi berapa

Lebih terperinci