GAYA BELAJAR DAN KEMAHIRAN PEMIKIRAN SEJARAH DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI PERINGKAT UNIVERSITAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAYA BELAJAR DAN KEMAHIRAN PEMIKIRAN SEJARAH DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI PERINGKAT UNIVERSITAS"

Transkripsi

1 GAYA BELAJAR DAN KEMAHIRAN PEMIKIRAN SEJARAH DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI PERINGKAT UNIVERSITAS Rully Putri Nirmala Puji, Abdul Razaq Ahmad Universitas Kebangsaan Malaysia ABSTRAK Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat gaya belajar dan kemahiran berfikir sejarah dalam kalangan peserta didik pendidikan sejarah di peringkat Universitas. Gaya belajar yang digunakan dalam kajian ini ialah menggunakan model gaya belajar myers briggs type indicators (MBTI) iaitu Extrovert, Introvert, Sensing, Intuition, Thinking, Feeling, Judging dan Perceiving. Sedangkan kemahiran pemikiran sejarah difokuskan kepada tiga aspek iaitu mengidentifikasi bukti, membuat interpretasi dan membuat rasionalisasi. Sampel kajian melibatkan sebanyak 400 orang peserta didik tahun 2012 dan tahun 2013 dalam program pendidikan sejarah dari dua buah universitas pendidikan di Indonesia iaitu yang berletak di daerah Jember dan Bandung, Indonesia. Analisis statistik yang digunakan dalam kajian ini adalah statistik deskriptif dalam SPSS (Statiscal Package For The Social Science 22.0). Hasil kajian menunjukkan bahwa gaya belajar yang dominan ialah pada gaya belajar aspek Judging. Sedangkan tahap kemahiran berfikir sejarah secara keseluruhan berada pada tahap yang sederhana tinggi. Implikasi kajian menunjukkan pendidik hendaknya memahami jenis gaya belajar dan tingkat kemahiran pemikiran sejarah peserta didik demi membentuk pembelajaran yang efektif. Kata Kunci : Gaya Belajar, kemahiran pemikiran sejarah, pembelajaran sejarah ABSTRACT This study aims to identify the level of learning style and historical thinking skills in history education students at University. Types of learning styles used in this study is the learning style according to the Myers Briggs Type Indicators (MBTI) are Extrovert, Introvert, Sensing, Intuition, Thinking, Feeling, Judging dan Perceiving. While historical thinking skills in this study related to the ability of identifying evidence, making interpretation, and making rationalizations. The sample of this study involving a total of 400 students at a 2012 and 2013 year upon history education major from two universities of education are in Jember and Bandung, Indonesia. Statistic analyse used in this study is descriptive statistic upon SPSS (Statiscal Package For The Social Science 22.0).The result showed that the dominan learning style is in judging learning style aspect. While level of historical thinking skills overall is in average level. Implications of this study showed that teacher should be comprehend a type of learning style and historical thinking skills students for making an effective learning. Key words : Learning style, historical thinking skills, history lesson 253

2 Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 3, Desember 2015 Pendahuluan Mental dan moral peserta didik menjadi fokus pembangunan pendidikan di Indonesia pada dewasa ini. Objektif pendidikan ini direfleksikan melalui pemberlakuan kurikulum berkarakter. Setiap mata pelajaran memiliki potensi untuk mengeksplor nilai-nilai karakter yang telah ditetapkan dalam kurikulum berkarakter. Beberapa nilai karakter yang menjadi objektif dalam kurikulum berkarakter ialah religius, toleransi, cinta tanah air, tanggung jawab dan lain-lain. Salah satu mata pelajaran yang memiliki potensi besar dalam merefleksikan nilai-nilai karakter ialah mata pelajaran sejarah. Hal ini karena kandungan materi mata pelajaran sejarah ialah peristiwa yang memiliki kepentingan nilai dan moral di dalamnya. Melalui peristiwa bersejarah tersebut maka pendidik memiliki kesempatan untuk membangkitkan sikap patriotisme dan nasionalisme peserta didik. Kedua indikator nilai diatas memiliki relasi dengan item nilainilai karakter. Mengambil nilai moral dari peristiwa masa lampau pada pembelajaran sejarah menjadi sarana untuk memahami situasi yang terjadi masa kini dan menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan di masa yang akan datang (Puji, 2013). Mata pelajaran sejarah dirasa memiliki kepentingan dalam membangkitkan karakterkarakter warganegara melalui pendidikan. Namun perlu kita sadari bersama bahwa mata pelajaran sejarah memiliki beberapa masalah dalam pengaplikasian pembelajarannya. Masalah dalam pembelajaran sejarah ialah tentang minat peserta didik yang kurang kepada mata pelajaran ini. Beberapa kajian telah dilakukan untuk meningkatkan kembali minat dan motivasi peserta didik terhadap mata pelajaran sejarah. Minat dan motivasi belajar peserta didik merupakan modal awal yang patut diperhatikan demi membentuk pembelajaran yang maksimal. Kurangnya minat belajar terhadap sejarah akan berdampak terhadap lemahnya pencapaian akademik peserta didik. Kurangnya minat peserta didik terhadap mata pelajaran sejarah disebabkan oleh beberapa sudut aspek seperti metode pembelajaran, bahan ajar, kemampuan pedagogik pendidik serta faktor-faktor pendukung lainnya yang kurang relevan. Pada akhirnya kurangnya minat belajar peserta didik akan memberikan dampak terhadap rendahnya pencapaian akademik peserta didik itu sendiri. Kajian yang dilakukan oleh, Ahmad, Abd Rahman, & T. Abdullah (2009) menunjukkan bahwa kemahiran mengajar guru sejarah memiliki hubungan yang signifikan terhadap pencapaian akademik peserta didik. Melalui peningkatan kualitas kemahiran mengajar guru, pemilihan metode dan strategi yang sesuai maka guru dapat membentuk pembelajaran sejarah yang efektif. Pemilihan terhadap metode dan strategi pembelajaran nampaknya perlu disesuaikan dengan karakteristik pelajar. Permasalahan yang timbul dalam pembelajaran ialah tentang karakteristik pelajar yang berbedabeda. Salah satu wujud perbedaan karakteristik pelajar dapat kita lihat melalui pebezaan gaya belajar peserta didik itu sendiri. Kefahaman pendidik terhadap gaya belajar secara tidak langsung telah membawa pendidik untuk memahami karakteristik dan juga keperluan apa yang dibutuhkan oleh peserta didik. Identifikasi terhadap gaya belajar diharapkan dapat memberikan bahan referensi kepada pendidik dalam menentukan metode, strategi dan pendekatan apakah yang sesuai bagi peserta didik dalam mengaplikasikan pembelajaran sejarah. Jones (2014) dalam kajiannya menunjukkan bahwa guru mendukung pernyataan bahwa pelajar akan memiliki mendapatkan pembelajaran yang lebih efektif dan bermakna jika mereka belajar dengan mengikuti gaya belajarnya sendiri. Terdapat beberapa model instrument yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi gaya belajar. Identifikasi gaya belajar dalam kajian ini ialah menggunakan model yang 254

3 dikembangkan oleh Myers Briggs Type Indicators (MBTI). Model ini memiliki delapan aspek gaya belajar iaitu Extrovert, Introvert, Sensing, Intuition, Thinking, Feeling, Judging dan Perceiving. Identifikasi karakteristik gaya belajar ini diadopsi dari teori psikologi Carl Gustav Jung. Memahami psikologis peserta didik sangatlah penting dalam dunia pendidikan. Hal ini diperlukan agar pendidik dapat memahami proses mental yang terlibat pada fungsi kognitif peserta didik. Selain daripada itu pendidik juga dapat memahami perbezaan masingmasing kecerdasan individual peserta didiknya (Stenberg & Sternberg, 2012). Melalui aspek psikologis maka pendidik dapat mengidentifikasi secara mendalam tentang struktur kognitif dan jauh lebih penting lagi dapat mengarahkan afektif dan mengembangkan psikomotor pelajar. Berdasarkan deskripsi diatas maka kajian ini dirasa memiliki potensi yang besar demi meningkatkan kualiti pembelajaran melalui identifikasi awal tentang tingkat gaya belajar mengikut aspek psikologis model Myers Briggs Type Indicators (MBTI). Selain itu kajian ini juga turut mengkaji tentang tingkat kemahiran pemikiran sejarah yang difokuskan kepada tiga aspek saja iaitu mengidentifikasi sumber, membuat interpretasi dan membuat rasionalisasi. Kajian ini memiliki objektif untuk mengetahui gaya belajar yang dominan digunakan oleh peserta didik pendidikan sejarah serta juga turut melihat tingkat kemahiran pemikiran sejarahnya. Secara singkat Fralick, (2011) menyebutkan bahwa gaya belajar adalah salah satu cara dan kecenderungan seseorang untuk memilih cara belajar manakah yang dia sukai. Pemilihan gaya belajar oleh peserta didik sangat bergantung kepada kondisi psikologis, mental, kepribadian dan karakteristik peserta didik itu sendiri. Masing-masing individu memiliki perbedaan dalam menentukan gaya belajarnya. Oleh itu hendaknya pelajar menyadari tentang perbedaan gaya belajar tersebut sehingga dapat mengoptimalkan potensi yang berada dalam diri mereka. Teori tentang gaya belajar memberikan kita informasi tentang dua hal. Informasi yang pertama ialah tentang pemilihan gaya belajar yang secara konsisten akan dipilih dalam setiap kondisi belajar. Misalnya pelajar yang memiliki gaya belajar auditori, maka dia akan lebih cepat dapat belajar dengan baik jika melalui materi pembelajaran yang dikemas dalam bentuk auditori berbanding dengan materi belajar yang dikemas dan disampaikan dalam bentuk yang lainnya. Hal ini juga mendeskripsikan bahwa gaya belajar yang menjadi kecenderungan dia ialah bersifat konsisten. Jika ia adalah seorang auditori maka tidak mungkin dia akan menjadi seorang yang visual pada lain waktu. Informasi yang kedua iaitu teori gaya belajar akan memberikan informasi kepada kita tentang keefektifan fungsi kognitif yang akan memperoses lebih baik jika pelajar menggunakannya sesuai dengan gaya belajar mereka berbanding dengan penggunaan gaya belajar yang lain. Dalam sebuah contoh, pelajar yang memiliki gaya belajar dengan tipe personaliti extrovert akan dapat mengingat dan memahami sebuah materi pembelajaran dengan lebih baik jika dia melakukan pembelajaran dalam keadaan terbuka seperti mendengarkan musik, belajar dalam suasana ramai, bekerja dalam lingkungan terbuka berbanding jika dia belajar dalam keadaan menyendiri (Willingham, Hughes and Dobolyi, 2015). Identifikasi gaya belajar dapat dilihat melalui analisis berdasarkan berbagai model gaya belajar. Beberapa para ahli turut mengklasifikasikan beberapa model identifikasi gaya belajar. Salah satu tipe gaya belajar yang terkenal ialah tipe gaya belajar model Kolb, gaya belajar perseptual dan gaya belajar Myers Briggs Type Indicators. Dalam kajian ini, penyelidik menggunakan analisis tipe personaliti gaya belajar model Briggs-Myers yang biasa di sebut dengan 255

4 Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 3, Desember 2015 Myers Briggs Types Indicator (MBTI). Pemilihan terhadap model identifikasi gaya belajar ini karena model gaya belajar Myers Briggs Types Indicator (MBTI) dirasa sangat tepat untuk mengidentifikasi gaya belajar dengan menggunakan faktor dalaman iaitu faktor psikologis pelajar untuk menentukan kecenderungan gaya belajar yang dipilihnya. Gaya belajar Myers Briggs Types Indicator (MBTI) mengadaptasi teori psikologi milik Carl Jung. Teori psikologi telah memberikan banyak sumbangan terhadap perkembangan pendidikan. Salah satunya ialah dalam analisis gaya belajar (Willingham, Hughes and Dobolyi, 2015). Gaya belajar Myers Briggs Types Indicator (MBTI) dibahagikan kepada delapan ciri personaliti. Kedelapan aspek personaliti gaya belajar itu memiliki pasangan satu dengan yang lain, sehingga terdapat empat dikotomi personaliti gaya belajar yang berlawanan satu dengan yang lain. Tipe personaliti gaya belajar tersebut iaitu: Extrovert (E) berlawanan dengan Introvert (I), Sensing (S) berlawanan dengan Intuition (N), Thinking (T) berlawanan Feeling (F), Judging (J) berlawanan dengan Perceiving (P). Selain itu Myers Briggs juga mengklasifikasikan 16 ciri personaliti iaitu ISTJ, ISFJ, INFJ, INTJ, ISTP, ISFP, INFP, INTP, ESTP, ESFP, ENFP, ENTP, ESTJ, ESFJ, ENFJ, ENTJ. Jenis personaliti gaya belajar Myers Briggs Types Indicator MBTI ini juga sering digunakan untuk kepentingan pekerjaan. Banyak perusahaan menggunakan tipe personaliti ini untuk menganalisis psikologis pekerja sebelum perusahaan tersebut merekrut pekerja baru. Pada aspek pembelajaran model MBTI digunakan untuk menganalisis kondisi psikologis peserta didik dalam menentukan kecenderungan-kecenderungan cara belajar yang diinginkan oleh setiap individu. Kecenderungan pemilihan cara belajar akan membantu pelajar dalam mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dalam diri mereka sendiri. Setiap ciri personaliti dalam model Myers Briggs Types Indicator (MBTI) memiliki tahap yang sama dengan ciri personaliti yang lainnya. Myers Briggs Types Indicator (MBTI) bertujuan untuk mengenal pasti ciri personaliti yang manakah yang lebih dominan berbanding dengan ciri personaliti yang lainnya. Namun hal ini tidak berarti maisng-masing ciri personaliti memiliki level yang lebih tinggi berbanding dengan yang lain. Dalam arti lain masing-masing ciri personaliti ini memiliki kedudukan yang sama, hanya saja kecenderungan masingmasing individu itulah yang berbeda. Ciri personaliti Myers Briggs Types Indicator (MBTI) tidak memberikan informasi tentang kemampuan, sifat dan juga karakter individu. Namun melalui analisis ciri personaliti ini, maka seseorang akan menemukan kecenderungan-kecenderungan untuk dapat mengoptimalkan kemampuan yang telah mereka miliki (WC Personality, Inc 2012). Pembelajaran sejarah yang efektif ialah pembelajaran sejarah yang mampu meningkatkan aspek kognitif, afektif dan juga psikomotor pelajar. Salah satu cara untuk meningkatkan aspek kognitif pelajar ialah dengan mengaplikasikan kemahiran pemikiran sejarah kepada peserta didik. Kemahiran pemikiran sejarah memiliki struktur dan dimensi yang berbeda dengan struktur kemahiran pemikiran ilmu sosial yang lainnya. Kemahiran pemikiran sejarah merupakan sebuah bentuk kemahiran kognitif untuk mengidentifikasi dan menemukan kebermaknaan dalam mempelajari sejarah seutuhnya. Kemahiran pemikiran memiliki peranan yang amat penting dalam konteks sejarah karena kemahiran ini dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan cara berfikir yang positif pada diri pelajar (Afendey dan Ishak, 2013). Kemahiran pemikiran sejarah menurut National Centre for History in the Schools the United State mengklasifikan dimensi pemikiran sejarah ke dalam lima dimensi kemahiran iaitu memahami kronologi, pemahaman terhadap sejarah, analisis dan 256

5 interpretasi sejarah, kemampuan meneliti sejarah, menganalisis isu sejarah dan membuat keputusan. Sedangkan terdapat lima komponen kemahiran pemikiran sejarah menurut Kementerian Pendidikan Malaysia, (2003) yang berada di dalam silabus pendidikan sejarah. Lima dimensi tersebut iaitu memahami kronologi, mengidentifikasi bukti, membuat interpretasi, membuat imajinasi dan yang terakhir ialah membuat rasionalisasi. Dalam kajian ini peneliti hanya menggunakan tiga aspek kemahiran pemikiran sejarah iaitu mengidentifikasi sumber, membuat interpretasi dan membuat rasionalisasi Setiap individu memiliki karateristik dan tipe psikologis yang berbeda satu sama lain. Hal ini juga dibuktikan dengan perbezaan gaya belajar dalam perspektif pendidikan. Kajian yang dijalankan oleh Sywelem, Al- Harbi, Fathema, Witte (2012) menunjukkan bahwa terdapat perbezaan gaya belajar di Mesir, Saudi Arabia dan Amerika. Hal ini ditinjau daripada unsure budaya daripada pelajar. Hasil kajian membuktikan bahwa masing-masing negara memiliki perbezaan gaya belajar yang dipengaruhi oleh unsur budaya mereka. Kajian pertama ialah kajian yang dilakukan Mi ran & Su Jeong (2014). Objektif daripada kajian ini ialah untuk mengetahui jenis gaya belajar mengikut kriteria Myers Briggs Types Indicator (MBTI). Kajian menunjukkan bahwa peserta didik cenderung memiliki personaliti belajar Extrovert (65.1%) lebih besar berbanding dengan Introvert (34.9%), Sedangkan persentase Sensing (74.3%) lebih besar berbanding dengan Intuition (25.7%). Dimensi Feeling (58.7%) memiliki persentase lebih besar berbanding dengan Thinking (41.3%). Sedangkan Judging memiliki peratusan yang juga lebih tinggi iaitu (70.6%) berbanding dengan Perceiving (29.4%). Maka dapat disimpulkan bahwa gaya belajar yang dominan dimiliki oleh pelajar iaitu pada dimensi Extrovert, Sensing, Feeling dan Judging (ESFJ). Kajian yang dilakukan oleh Hogan, (2009) menunjukkan bahwa dimensi personaliti yang dominan dimiliki oleh peserta didik ialah pada dimensi Extrovert, Sensing, Thinking dan Judging (ESTJ). Dapatan kajian ini hampir sama dengan dapatan dari Mi ran & Su Jeong (2014) tentang dominansi inventori pelajar. Kajian yang dijalankan oleh Baharuddin (2006) menunjukkan bahwa tingkat pelaksanaan kemahiran pemikiran sejarah kepada pelajar ialah berada pada tingkat yang tinggi dan juga ada yang berada di tahap yang sederhana. Kajian ini menunjukkan bahwa kemahiran pemikiran sejarah pada aspek identifikasi bukti sejarah berada pada tahap yang tinggi berbanding dengan dimensi kemahiran pemikian sejarah yang lainnya. Metode Kajian ini berbentuk kajian tinjauan. Sampel kajian dipilih secara Simple Random Sampling Techniques. Sampel yang digunakan dalam kajian ini ialah peserta didik pendidikan sejarah yang menempuh program sarjana strata satu (S1) di dua universitas pendidikan di Indonesia. Sampel universitas tersebut berada di daerah Jember, Jawa Timur dan Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Sampel kajian ialah peserta didik dari tahun angkatan 2013 dan Jumlah sampel kajian yang digunakan ialah berjumlah 400 peserta didik. Sebanyak 200 orang pelajar diambil dari salah satu universitas yang berada di Jember dan 200 lainnya dari universitas yang berada di Bandung. Kajian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner dan analisis dokumen. Instrumen kajian merupakan sebuah alat ukur untuk mendapatkan hasil daripada data dan informasi penyelidikan yang kita jalankan. Kuesioner yang digunakan dalam penyelidikan ini memiliki tiga bagian. Bagian pertama iaitu bagian A merupakan bagian demografi peserta didik. Bahagian ini digunakan untuk mendapatkan informasi 257

6 Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 3, Desember 2015 dan data tentang jenis kelamin pelajar dan juga tahun angkatan. Manakala pada bagian kedua iaitu bagian B merupakan bagian identifikasi terhadap gaya belajar. Jumlah item soalan iaitu 20 item soal dengan menggunakan 40 set soal yang berpasangan a dan b pada setiap nombor soal. Sedangkan pada bagian ketiga iaitu bagian C yang merupakan instrumen untuk mengukur tingkat kemahiran pemikiran sejarah pelajar. Jumlah item pada bagian C ialah berjumlah total 24 item. Item nombor 1 hingga 8 merupakan item untuk mengukur kemampuan identifikasi bukti, dan item nombor 9 hingga 16 mengukur mengenai kemampuan interpretasi. Sedangkan item soalan nombor 17 hingga 24 ialah mengukur tentang kemampuan rasionalisasi pelajar. Sebelum instrument penelitian di edarkan, hendaknya penyelidik melakukan kajian rintis untuk melihat keakuratan instrument itu sendiri. Menurut Mohd. Majid Konting (2004) menyebutkan tujuan melakukan kajian rintis yang pertama iaitu untuk mengetahui masalah interpretasi dan kefahaman responden terhadap item-item kuesioner. Tujuan yang kedua ialah untuk mendapat referensi dan masukan dalam mengambil keputusan untuk memperbaiki item-item yang kemungkinan memiliki masalah. Sedangkan tujuan yang ketiga ialah untuk mengetahui durasi waktu yang diperlukan untuk menjawab satu set kuesioner. Secara garis besar, kajian rintis sangat diperlukan untuk mendapatkan kualitas instrument yang dapat mengukur dengan tepat konstruk-konstruk kajian yang telah ditetapkan. Kajian rintis telah dilakukan untuk mengetahui kualitas instrumen sebelum menggunakan instrumen tersebut pada kajian yang sesungguhnya. Kajian rintis menggunakan sampel berjumlah 30 orang pelajar di sebuah universiti pendidikan di daerah jember. Instrumen berupa kuesioner kemahiran pemikiran sejarah telah melalui proses analisis alpha cronbach. Analisis dengan menguji nilai alpha cronbach dilakukan untuk mengetahui keboleh percayaan atau kestabilan suatu instrumen penelitian. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen ini akan mendapatkan hasil yang sama ketika diuji cobakan kepada responden yang sama (Marican 2005). Hal ini memberikan gambaran tentang konsistensi pemberian jawaban oleh responden dalam keadaan yang sama. Nilai kestabilan dalam analisis alpha cronbach sekurang-kurangnya 0.60 sering digunakan sebagai indeks kestabilan sesuatu instrumen. Sedangkan nilai kurang daripada 0.60 dianggap rendah dan tidak diterima (Mohd Majid 2004). Nilai alpha cronbach pada nilai keseluruhan ialah Hal ini menunjukkan bahwa kesemua item instrumen berada pada tahap yang tinggi dan diterima. Untuk mendapatkan informasi lebih mendalam maka lihat Tabel di 1. Tabel 1 Uji Analisis Alpha Cronbach Item Variabel Item Soal Identifikasi Bukti nombor 1 hingga 8 Interpretasi nombor 9 hingga 16 Rasionalisasi nombor 17 hingga 24 Nilai Alpha Nilai Alpha Keseluruhan Proses penganalisaan data menggunakan analisis statistik deskriptif dengan melihat jumlah mean, standard deviation, dan persentase. Analisis deskriptif dalam kajian ini ialah analisis dalam menentukan tingkat atau tahap gaya belajar yang paling dominan dan juga tahap kemahiran pemikiran sejarah yang dimiliki oleh pelajar pendidikan sejarah. Dalam menginterpretasi hasil kajian, penyelidik merujuk kepada dimensi interpretasi nilai skor mean Nunnaly (1994) iaitu ditunjukkan lebih terperinci dalam Table

7 Skor Mean Tabel 2 Interpretasi Skor Mean Interpretasi Rendah Sederhana Sederhana tinggi Tinggi Hasil dan Pembahasan Pada bagian ini akan dihuraikan mengenai dapatan kajian dari ciri personaliti gaya belajar peserta didik pendidikan sejarah di peringkat universitas dengan menggunakan identifikasi Myers Briggs Type Indicator (MBTI). Jumlah dimensi yang dikaji ialah berjumlah delapan dimensi personaliti. Untuk mendapatkan informasi lebih mendalam maka lihat Tabel 3. Tabel 3 Tahap Gaya Belajar Myers Briggs Type Indicator (MBT Personaliti N Mean Standard Deviation Interpretasi Introvert Sederhana Ekstrovert Sederhana Intuition Sederhana Sensing Sederhana Thinking Sederhana Feeling Sederhana Perceiving Sederhana Judging Sederhana Dapatan hasil kajian pada Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai mean tertinggi dari keseluruhan ciri personaliti gaya belajar ialah pada ciri personaliti Judging dengan jumlah mean sebesar Keputusan ini menunjukkan bahwa secara dominan peserta didik pendidikan sejarah memiliki gaya belajar jenis Judging. Sedangkan gaya belajar yang kurang diminati oleh pelajar pendidikan sejarah ialah gaya belajar perceiving. Hal ini dibuktikan dengan jumlah dapatan mean jenis perceiving yang berjumlah Menurut interpretasi Myers Briggs Type Indicator (MBTI) maka jumlah mean yang dominan dalam dimensi berpasangan ialah pada jenis gaya belajar Ekstrovert, Intuition, Feeling dan Judging (ENFJ). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah ciri personaliti ENFJ merupakan ciri personaliti yang dominan bagi pelajar pendidikan sejarah berdasarkan 16 ciri personaliti Myers Briggs Type Indicator (MBTI). Selanjutnya akan dihuraikan tentang tingkat atau tahap kemahiran pemikiran sejarah peserta didik pendidikan sejarah di peringkat universitas. Untuk mendapatkan maklumat lebih lengkap, rujuk jadual di bawah ini. Untuk mendapatkan informasi lebih mendalam maka lihat Tabel 4. Berdasarkan data dalam tabel 4.2 maka dapat disimpulkan bahwa keseluruhan variabel interpretasi sejarah ialah berada pada tahap yang sederhana tinggi. Item membandingkan bukti sejarah yang relevan dan tidak relevan menempati jumlah mean yang tertinggi berbanding dengan item yang lain. Sedangkan item menentukan keaslian dan keontentikan bukti sejarah menjadi item yang paling rendah dalam kemampuan identifikasi bukti sejarah. Pada tabel 4.4 mengenai kemahiran interpretasi sejarah menunjukkan bahwa item menolak bias dalam menemukan kebenaran fakta sejarah merupakan item yang paling rendah. Item ini berada pada interpretasi nilai mean yang sederhana. Nampaknya pelajar memiliki kesulitan dalam menolak bias untuk membentuk interpretasi sejarah karena subjektifitas yang tinggi. Sedangkan item menghubungkan bukti dan sumber untuk membentuk fakta sejarah menjadi kemahiran yang paling tinggi dalam item interpretasi sejarah. Pada item rasionalisasi yang dijelaskan dalam tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa item membina pendapat berdasarkan fakta yang dipercayai merupakan item yang tertinggi berbanding dengan item-item yang lainnya. Sedangkan item mengkaitkan ilmu sejarah dengan ilmu 259

8 Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 3, Desember 2015 Tabel 4 Item Indentifikasi Bukti Sejarah Item Identitifikasi Bukti N Mean Interpretasi Membandingkan sumber primer dan sumber sekunder dengan baik Sederhana tinggi Mengidentifikasi latar belakang sumber sejarah Sederhana tinggi Membandingkan bukti sejarah yang relevan dan tidak relevan Sederhana tinggi Mengidentifikasi sumber lisan Sederhana tinggi Mengidentifikasi sumber tulisan Sederhana tinggi Mengidentifikasi sumber artifak atau benda Sederhana tinggi Menentukan signifikan bukti dengan fakta sejarah Sederhana tinggi Menentukan keaslian atau keontentikan bukti sejarah Sederhana tinggi Tabel 5 Item Interpretasi Sejarah Item Interpretasi N Mean Interpretasi Menghuraikan fakta dari sudut pandang yg berbeda Sederhana tinggi Menghuraikan sebab musabab suatu peristiwa Sederhana tinggi Menghubungkan bukti dan sumber untuk membentuk fakta sejarah Sederhana tinggi Mampu mejawab pertanyaan analitis sejarah dengan baik Sederhana tinggi Menolak bias dalam menemukan kebenaran fakta sejarah Sederhana Membandingkan antara fakta sejarah dan interpretasi sejarah Sederhana tinggi Membandingkan fakta logis dan tidak logis dengan baik Sederhana tinggi Dapat memilih fakta yang relevan Sederhana tinggi Tabel 6 Item Rasionalisasi Sejarah Rasionalisasi N Mean Interpretasi Membuat hipotesis Sederhana tinggi Memiliki kemampuan berdiskusi sejarah Sederhana tinggi Membina pendapat berdasarkan fakta yang dipercayai Sederhana tinggi Membentuk ide-ide sejarah Sederhana tinggi Mengkaitkan ilmu sejarah dengan ilmu sosial lain Sederhana tinggi Kemampuan dalam menulis sejarah dengan sangat baik Sederhana tinggi Dapat membangun kebermaknaan dalam mempelajari sejarah Sederhana tinggi Kesan dan akibat dari peristiwa sejarah Sederhana tinggi Tabel 7 Tahap Kemahiran Pemikiran Sejarah Variabel N Mean Standard Deviation Interpretasi Identifikasi bukti Sederhana Tinggi Interpetasi Sederhana Tinggi Rasionalisasi Sederhana Tinggi 260

9 sosial lain berada pada item yang paling rendah. Jumlah mean secara keseluruhan untuk tiap-tiap variabel kemahiran pemikiran sejarah akan dijelaskan dalam tabel 7. Secara keseluruhan masing-masing variabel kemahiran pemikiran sejarah berada pada tahap atau level yang sederhana tinggi. Variabel rasionalisasi memiliki nilai mean yang paling tinggi berbanding dengan nilai mean variabel yang lainnya. Sedangkan variabel yang terendah iaitu variabel identifikasi bukti. Namun perbedaan mean antara ketiga-tiga variabel tersebut tidak memiliki perbedaan yang berarti. Hal ini bermakna pelajar pendidikan sejarah memiliki kemampuan yang seimbang pada setiap domain kemahiran pemikiran sejarah. Tahap gaya belajar peserta didik pendidikan sejarah dianalisis melalui proses analisis deskriptif dengan melihat jumlah skor mean pada setiap dimensi gaya belajar. Analisis gaya belajar ini berdasarkan delapan dimensi gaya belajar Myers Briggs Type Indicator (MBTI) dengan menggunakan kecenderungan kondisi psikologis peserta didik. Dapatan kajian menunjukkan bahwa peserta didik pendidikan sejarah di peringkat Universitas memiliki kecenderungan menggunakan gaya belajar pada dimensi Judging. Sedangkan jenis gaya belajar yang kurang diminati ialah gaya belajar perceiving. Dalam dapatan kajian ini Ekstrovert, Intuition, Feeling dan Judging (ENFJ) merupakan empat dimensi gaya belajar yang dominan berdasarkan kriteria 16 jenis gaya belajar Myers Briggs Type Indicator (MBTI). Dapatan kajian ini hampir memiliki kesamaan dengan dapatan kajian yang dilakukan oleh Mi ran & Su Jeong (2014) yang mendapati bahwa gaya belajar yang dominan iaitu dari aspek Ekstrovert, Sensing, Feeling dan Judging (ESFJ). Hal ini disebabkan oleh sasaran sampel responden yang berbeda. Berdasarkan hasil kajian, gaya belajar yang dominan ialah pada dimensi judging. Pelajar yang memiliki personaliti tipe judging akan cenderung menyukai segala hal yang telah direncanakan di awal. Mereka menyukai pembelajaran yang terstrukur dengan jelas dan mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Pelajar dengan jenis personaliti ini akan lebih mudah mengikuti pembelajaran jika guru menyampaikan aturan dasar tentang mekanisme pembelajaran itu sendiri. Dalam hal ini, setidaknya guru yang memiliki pelajar dengan jenis gaya belajar judging diharapkan dapat memberikan pengenalan dan juga objektif-objektif yang jelas sebelum memasuki pembelajaran. Melalui hal ini, pelajar akan mengetahui apa yang harus dia lakukan dan tujuan apakah yang harus mereka capai. Pelajar jenis judging lebih cenderung menyukai pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kendiri. Mereka merupakan individu yang penuh disiplin. Biasanya mereka akan membuat rencana belajar pada permulaan pembelajaran. Hal ini akan membantu mereka untuk memberikan panduan jelas tentang mekanisme belajar. Mereka tidak menyukai suasana yang berada diluar rancangan kerana mereka telah memiliki mindseat piker sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Tipe menilai ingin mengetahui apa yang akan dilakukan dan apa tujuan pembelajaran sehingga dia dapat mengikuti mekanisme pembelajaran dengan jelas (Mudrika 2009) Pelajar jenis judging lebih cenderung menyukai pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran mandiri. Mereka merupakan individu yang penuh disiplin. Biasanya mereka akan membuat rencana belajar pada permulaan pembelajaran. Hal ini akan membantu mereka untuk memberikan panduan jelas tentang mekanisme belajar. Mereka tidak menyukai suasana yang berada diluar rancangan karena mereka telah memiliki mindseat pikir sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Tipe judging ingin mengetahui apa yang akan dilakukan dan apa tujuan pembelajaran sehingga dia dapat 261

10 Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 3, Desember 2015 mengikuti mekanisme pembelajaran dengan seksama. Kajian ini juga menunjukkan bahwa ciri personaliti yang dominan ialah ENFJ berdasarkan 16 ciri personaliti Myers Briggs Type Indicator (MBTI). Ciri personaliti ini memiliki pemikiran yang lebih terorganisir daripada ciri personaliti yang lain. Mereka tidak begitu tertarik terhadap fakta-fakta yang tidak memiliki hubungan langsung dengan masyarakat dan kehidupan nyata. Mereka memiliki keunggulan dalam mengeksresikan apa yang menjadi kelebihan dari diri mereka namun mereka juga memiliki kemampuan yang baik dalam membangun suportivitas dengan sesama. Selain itu, jenis ENFJ juga secara cepat memberikan penilaian menurut nilai dan moral yang mereka yakini tanpa melihat sudut pandang objektif terlebih dahulu (WC Personality, Inc. 2012). Seorang yang memiliki ciri personaliti ENFJ merupakan orang yang memiliki tanggung jawab tinggi, dapat menjadi pemimpin diskusi yang baik, mereka dapat berhubung baik dengan lingkungan, selain itu mereka juga terbuka untuk menerima pujian dan kritik Mc Caulley dan Brigss (dalam Naisaban, 2003). Berdasarkan dapatan kajian tentang gaya belajar ini, maka pendidik hendaknya memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar peserta didik. Salah satu strategi pembelajaran yang mendukung dalam meningkatkan kompetensi peserta didik ialah dengan menggunakan strategi belajar yang berpusatkan kepada peserta didik. Melalui startegi pembelajaran yang demikian, maka peserta didik akan menemukan pengalaman belajarnya sendiri. Jauh daripada itu, peserta didik akan menemukan kebermaknaan dalam proses belajar karena dia dapat membina pengetahuan dan kemahiran diri mereka sendiri. Tahap kemahiran pemikiran sejarah peserta didik pendidikan sejarah di peringkat Universitas berada pada tahap yang sederhana tinggi. Hal ini memberikan sebuah pertimbangan kepada pendidik untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga dapat terus meningkatkan kemahiran-kemahiran yang lainnya. Hal ini merupakan perihal yang masih perlu ditingkatkan lagi sehingga pembelajaran sejarah akan berkembang kepada tahap yang lebih baik dan sesuai dengan keperluan perkembangan pendidikan. Kesimpulan dan Saran Teori gaya belajar hendaknya lebih diarahkan untuk tujuan penyusunan sebuah instruksi pembelajaran. Oleh itu guru hendaknya menyusun instruksi pembelajaran berdasarkan ciri personaliti pelajar yang telah diidentifikasi. Melalui identifikasi terhadap ciri personaliti tersebut, maka pendidik memiliki referensi untuk mengatur kondisi pembelajaran sesuai dengan karakteristik pelajar. Kondisi pembelajaran yang efektif akan memberikan hasil pembelajaran yang optimal. Cadangan untuk melakukan kajian lanjutan ialah dengan mengkaji konstrukkonstruk yang lebih kompleks lagi, misalnya dengan mengidentifikasi semua variabel dalam kemahiran pemikiran sejarah. Selain itu kajian lain juga dapat dijalankan dengan sampel dan demografi yang berbeda. Penggunaan model identifikasi gaya belajar yang lain dan juga identifikasi menggunakan domain kemahiran kognitis yang lebih beragam dapat dijadikan suatu konstruk baru dalam kajian lanjutan. Daftar Rujukan Ahmad, A.; Abd Rahman, S.H. & T. Abdullah, H.A. (2009). Tahap keupayaan pengajaran guru sejarah dan hubungannya dengan pencapaian murid di sekolah berprestasi rendah (The Relationship Between History Teachers Level of Capability and Students Performance in Low Performance Schools) : Jurnal Pendidikan Malaysia, 34(1), pp Baharuddin, J. (2006). Pelaksanaan kemahiran pemikiran sejarah dalam pengajaran guru-guru sejarah: Satu 262

11 kajian kes di daerah Hilir Perak: Fakulti Seni Dan Muzik. Universitas Pendidikan Sultan Idris. Fralick, M. (2011). From college & career success: Concise Version: Kendall Hunt Publishing Co. Hogan, R.L. (2009). Assessment of technology graduate students learning preference styles utilizing the Myers- Briggs type indicator: Journal of Industrial Technology. Volume 25, Nombor 1 Jones, H. P. A. (2014). Neuroscience and education: Myths and messages. Nature Reviews Neuroscience, 15, doi: /nrn381 Afendey, K. dan Ishak. (2013). Kemahiran pelestarian pemikiran dalam pendidikan sejarah. Seminar Pendidikan Sejarah dan Geografi 2013 (UMS, Ogos 2013) Kementerian Pendidikan Malaysia. (2003). Sukatan Pelajaran KBSM Sejarah (Semakan) Pusat Perkembangan Kurikulum. Malaysia: Dewan Bahasa dan Pustaka. Mi ran, K & Su Jeong, H., (2014). The characteristics of the Myers-Briggs type indicator in nursing students: Advanced Science and Technology Letters Vol.47, pp Mohd. Majid, K. (2004). Kaedah penyelidikan pendidikan. Edisi Ke-5. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa & Pustaka. Mudrika, N. (2009). MBTI (Myers-Briggs Type Indicator). Yogyakarta: Ebook. Naisaban, L Psikologi Jung; tipe kepribadian manusia dan rahasia sukses dalam hidup. Penerbit Grasindo Jakarta Nunnaly, J. C. (1994). Pschometric theory. Edisi Ke-2. New York: Mcgraw Hill. Puji, R.P.N., (2013). Pengembangan bahan ajar berbasis sejarah lokal menampilkan eksistensi benteng Portugis Situbondo pada mata pserta didik sejarah Kelas XI IPS: Fakultas Pendidikan. Universitas Jember. Marican, S. (2005). Kaedah penyelidikan sains sosial. Petaling Jaya: Prentice Hall, Pearson Malaysia Sdn. Bhd. Sternberg, R.J. & Sternberg, K. (2012). Cognitive psychology. United States: Cengage Learning Customer. Sywelem, M., Al-Harbi, Q., Fathema, N., Witte, J.E. (2012). Learning style preferences of student teachers: A Cross-Cultural Perspective: Institute for Learning Styles Journal. Volume 1, Spring. WC Personality, Inc. (2012). California Polytechnic State University. Myers- Briggs Type Indicator Manual. Ebook. mbtimanual.pdf Willingham, D.T., Hughes, E.H., dan Dobolyi, D.G., (2015). The scientific status of learning styles theories. Teaching of Psychology: Vol. 42(3), pp

Tes Inventory. Pengertian, Kegunaan, dan Metode Tes MBTI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Tes Inventory. Pengertian, Kegunaan, dan Metode Tes MBTI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: Tes Inventory Pengertian, Kegunaan, dan Metode Tes MBTI Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Sejarah MBTI MBTI dibuat berdasarkan teori

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI 4 BAB II. LANDASAN TEORI 2.1. e-learning dan Learning Management System Perkembangan zaman yang ditandai dengan bertambah pesatnya pemanfaatan teknologi informasi, semakin terus dirasakan; dan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Masalah pada umumnya merupakan sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan). Masalah dalam matematika adalah masalah

Lebih terperinci

Tes Inventori. Tes MBTI MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh 04

Tes Inventori. Tes MBTI MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh 04 MODUL PERKULIAHAN Tes Inventori Tes MBTI Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Psikologi Psikologi 04 A61616BB Riblita Damayanti S.Psi., M.Psi Abstract Pembahasan pengantar mengenei pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Faktor Penentu Kesuksesan Agile software development

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Faktor Penentu Kesuksesan Agile software development BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan kepustakaan bertujuan untuk membentuk kerangka teori dalam menentukan metode penyelesaian sebagai anggapan dasar, teori-teori yang berhubungan dengan pokok permasalah,

Lebih terperinci

MBTI (Myers Briggs Type Indicator) Mengenali : -Kekuatan, keunikan, motivasi, potensi -Menghargai/berkomunikasi dg mereka yg berbeda dg kita

MBTI (Myers Briggs Type Indicator) Mengenali : -Kekuatan, keunikan, motivasi, potensi -Menghargai/berkomunikasi dg mereka yg berbeda dg kita MBTI (Myers Briggs Type Indicator) Mengenali : -Kekuatan, keunikan, motivasi, potensi -Menghargai/berkomunikasi dg mereka yg berbeda dg kita SIAPA ANDA SEBENARNYA? APA YANG MEMBEDAKAN ANDA DARI IBU, AYAH

Lebih terperinci

TIPE KEPRIBADIAN DAN TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA (STUDI EMPIRIS PADA UNMAS DENPASAR)

TIPE KEPRIBADIAN DAN TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA (STUDI EMPIRIS PADA UNMAS DENPASAR) TIPE KEPRIBADIAN DAN TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA I Nyoman Kusuma Adnyana Mahaputra 1 Luh Komang Merawati 2 (Universitas Mahasaraswati Denpasar) 1 Email: kusuma_mahaputra@yahoo.com 2 Email: mettamera@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan Dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu : yang akan dicapai.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan Dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu : yang akan dicapai. 65 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan Dan Pelaksanaan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan penelitian agar tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepribadian adalah jati diri setiap manusia, tetapi banyak individu yang tidak memperhatikan atau menyadari tentang karakteristik kepribadian diri nya sendiri. Sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 1 Lembang. Pemilihan SMA Negeri 1 Lembang karena sekolah tersebut merupakan sekolah yang telah menerapkan kurikulum

Lebih terperinci

JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 1 / TAHUN 2015

JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 1 / TAHUN 2015 PENGARUH KARAKTERISTIK TIPE KEPRIBADIAN DAN IPK TERHADAP KECEMASAN BERKOMPUTER MAHASISWA AKUNTANSI DALAM MENGGUNAKAN SOFTWARE AKUNTANSI DENGAN LOCUS OF CONTROL SEBAGAI VARIABEL MODERASI Restu Winarni Alumni

Lebih terperinci

Myers-Briggs Type Indicator Laporan Interpretatif untuk Organisasi

Myers-Briggs Type Indicator Laporan Interpretatif untuk Organisasi Dikembangkan oleh Sandra Krebs Hirsh dan Jean M. Kummerow Laporan disusun untuk JANE CONTOH September 2, 2016 Ditafsirkan oleh ABC Alpha Beta Gamma CPP, Inc. 800-624-1765 www.cpp.com Laporan Interpretatif

Lebih terperinci

BAB TIGA : KAEDAH PENYELIDIKAN

BAB TIGA : KAEDAH PENYELIDIKAN BAB TIGA : KAEDAH PENYELIDIKAN 3.0 Pendahuluan Bab ini membincangkan kaedah penyelidikan yang diguna pakai bagi menjayakan penyelidikan ini. Antara aspek yang disentuh ialah prosedur penyelidikan, reka

Lebih terperinci

Gaya Pembelajaran Guru Pelatih Kursus Pengajian Lepasan Ijazah Maktab Perguruan Batu Lintang. oleh. Nazamud-din Bin Alias Jabatan Penyelidikan ABSTRAK

Gaya Pembelajaran Guru Pelatih Kursus Pengajian Lepasan Ijazah Maktab Perguruan Batu Lintang. oleh. Nazamud-din Bin Alias Jabatan Penyelidikan ABSTRAK Gaya Pembelajaran Guru Pelatih Kursus Pengajian Lepasan Ijazah Maktab Perguruan Batu Lintang oleh Nazamud-din Bin Alias Jabatan Penyelidikan ABSTRAK Tujuan utama kajian ini adalah untuk mengetahui gaya

Lebih terperinci

AUDIT SDM (STUDI KASUS di PT A JAKARTA) Gede Umbaran Dipodjoyo Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia YAI Jakarta

AUDIT SDM (STUDI KASUS di PT A JAKARTA) Gede Umbaran Dipodjoyo Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia YAI Jakarta AUDIT SDM (STUDI KASUS di PT A JAKARTA) Gede Umbaran Dipodjoyo Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia YAI Jakarta umbaran13@gmail.com Ruri Puji Santoso Fakultas Psikologi Universitas Persada

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN IDENTITAS DIRI PEMAIN DAN AVATAR PADA GAME RAGNAROK ONLINE

BAB IV KAJIAN IDENTITAS DIRI PEMAIN DAN AVATAR PADA GAME RAGNAROK ONLINE BAB IV KAJIAN IDENTITAS DIRI PEMAIN DAN AVATAR PADA GAME RAGNAROK ONLINE Pada bab sebelumnya telah dipaparkan gambaran umum tentang psikioanalisis dan game Ragnarok Online, maka pada bab ini akan dicoba

Lebih terperinci

t u j u a n berpengaruh potensi menghargai

t u j u a n berpengaruh potensi menghargai MBTI 1 apakah M B T I itu? Myers-Briggs Type Indicator merupakan sebuah sarana bantu yang dapat menggambarkan p e r b e d a a n m e n d a s a r pada perilaku manusia yang sehat dan normal 2 t u j u a n

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis. membedakan manusia dari hewan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis. membedakan manusia dari hewan. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Berpikir merupakan salah satu aktivitas mental yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia selain itu, berpikir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Analitik Matematis. yang terpadu, memahami prosesnya, cara kerja dan sistematikanya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Analitik Matematis. yang terpadu, memahami prosesnya, cara kerja dan sistematikanya. 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analitik Matematis Menurut Sudjana (2010), analitik adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur yang jelas susunannya.

Lebih terperinci

KECEMASAN BERKOMPUTER DALAM KONTEKS PENDIDIKAN AKUNTANSI: HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN, GENDER, IPK DAN PENGALAMAN BERKOMPUTER ABSTRAK

KECEMASAN BERKOMPUTER DALAM KONTEKS PENDIDIKAN AKUNTANSI: HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN, GENDER, IPK DAN PENGALAMAN BERKOMPUTER ABSTRAK RIZKY DWIE SETYAWAN. 090462201300 KECEMASAN BERKOMPUTER DALAM KONTEKS PENDIDIKAN AKUNTANSI: HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN, GENDER, IPK DAN PENGALAMAN BERKOMPUTER Fakultas Ekonomi 2014 ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

Aplikasi Menentukan Karakter Peserta Didik Menggunakan Teori Myers Briggs Type Indicator

Aplikasi Menentukan Karakter Peserta Didik Menggunakan Teori Myers Briggs Type Indicator Aplikasi Menentukan Karakter Peserta Didik Menggunakan Teori Myers Briggs Type Indicator Muhammad Fatroni Jurusan Teknik Informatika, STMIK Amik Riau fatroni@stmik-amik-riau.ac.id Erlin Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 01, Pebruari 2016, ISSN:

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 01, Pebruari 2016, ISSN: IDENTIFIKASI TINGKAT BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL FISIKA BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN Jazilatul Hikmiatun Naafidza, Alimufi Arief Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR PENGENALAN KEPRIBADIAN DIRI DENGAN PENDEKATAN TEORI MYERS-BRIGGS TYPE INDICATOR

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR PENGENALAN KEPRIBADIAN DIRI DENGAN PENDEKATAN TEORI MYERS-BRIGGS TYPE INDICATOR PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR PENGENALAN KEPRIBADIAN DIRI DENGAN PENDEKATAN TEORI MYERS-BRIGGS TYPE INDICATOR Yan Watequlis Syaifudin Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Malang Jl. Sukarno Hatta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Kata komputer berasal dari bahasa inggris yaitu computare yang artinya menghitung, karena pada awalnya komputer hanya berfungsi sebagai alat hitung atau sama

Lebih terperinci

Tes Kepribadian. Paulus dachi Tes telah diselesaikan pada: Feb. 16, 2013

Tes Kepribadian. Paulus dachi Tes telah diselesaikan pada: Feb. 16, 2013 Paulus dachi Tes telah diselesaikan pada: Feb 16, 2013 Usia: 23 tahun Jenis Kelamin: Laki-laki Negara: Indonesia Status: Profesional Muda Spesialisasi: Akuntansi Daftar Isi 1 Tipe-tipe Kepribadian 2 11

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Penyelidikan Tindakan tahun 2005

Prosiding Seminar Penyelidikan Tindakan tahun 2005 MENINGKATKAN PRESTASI MURID TAHUN 5 JAYA DALAM PENULISAN BAHASA MELAYU MENGGUNAKAN KAEDAH PETA MINDA DAN KATA SOAL Oleh Zalekha binti Haji Elie Sek. Keb. Abang Aing, 95000 Sri Aman Abstrak Kajian tindakan

Lebih terperinci

Katakunci : masalah pelajar perdana, latihan industri

Katakunci : masalah pelajar perdana, latihan industri Masalah Yang Dihadapi Oleh Pelajar Perdana Jabatan Pendidikan Teknik Dan Kejuruteraan (JPTK) Fakulti Pendidikan, UTM Dalam Menjalani Latihan Industri Ahmad Johari Sihes & Mariati Muda Fakulti Pendidikan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENGENALAN. terjemahan, seseorang dapat menyebar ilmu terkini untuk manfaat masyarakat.

BAB 1 PENGENALAN. terjemahan, seseorang dapat menyebar ilmu terkini untuk manfaat masyarakat. BAB 1 PENGENALAN 1.0 Pendahuluan Bidang penterjemahan merupakan salah satu cabang dalam proses pengajaran dan pembelajaran bahasa. Penterjemahan adalah satu kemahiran seni yang membantu mengembangkan pengetahuan

Lebih terperinci

Mengapa? Mengapa ada orang yang suka duduk/bermain sendiri berjam-jam sementara ada orang yang selalu ingin mencari teman?

Mengapa? Mengapa ada orang yang suka duduk/bermain sendiri berjam-jam sementara ada orang yang selalu ingin mencari teman? Mengapa? Mengapa ada orang yang suka duduk/bermain sendiri berjam-jam sementara ada orang yang selalu ingin mencari teman? Mengapa ada orang yang bangga dengan kamar yang bersih dan rapi, sementara ada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 66 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Awal Tahap awal persiapan penelitian ini, sebelumnya peneliti telah melakukan observasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berpikir adalah kegiatan yang tidak mungkin untuk dihindari. Karena halhal sederhana yang akan dilakukan nantinya merupakan hasil dari proses pemikiran. Begitu juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan hampir di semua bidang. Hal ini dikarenakan peran teknologi

BAB I PENDAHULUAN. signifikan hampir di semua bidang. Hal ini dikarenakan peran teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem informasi berbasis komputer mengalami perubahan yang signifikan hampir di semua bidang. Hal ini dikarenakan peran teknologi komputer yang memberikan banyak kemudahan

Lebih terperinci

Penggunaan Kata Hubung dalam Penulisan Melalui Pengajaran secara Eksplisit. Abstrak

Penggunaan Kata Hubung dalam Penulisan Melalui Pengajaran secara Eksplisit. Abstrak 39 Penggunaan Kata Hubung dalam Penulisan Melalui Pengajaran secara Eksplisit Melati Hallel melati_hallel@moe.edu.sg Noor Aisyah Buang noor_aisya_buang@moe.edu.sg Sekolah Rendah Si Ling Abstrak Dua isu

Lebih terperinci

Koleksi Bahan Cg Narzuki Online

Koleksi Bahan Cg Narzuki Online MENINGKATKAN KEMAHIRAN PENYELESAIAN MASALAH BERKENAAN TOPIK BELANJAWAN TUNAI DENGAN MENGGUNAKAN AKRONIM Oleh RUSILAWATI BINTI MOIN Sekolah Sultan Alam Shah 62520 Putrajaya ABSTRAK Kajian ini dijalankan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI UJI KEPRIBADIAN MBTI BERBASIS ANDROID

RANCANG BANGUN APLIKASI UJI KEPRIBADIAN MBTI BERBASIS ANDROID RANCANG BANGUN APLIKASI UJI KEPRIBADIAN MBTI BERBASIS ANDROID Yonna Kaburuan 1), Steven Sentinuwo 2), Pinrolinvic Manembu ) Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: iklan rokok, mahasiswa, persuasi visual, Jung.

Abstrak. Kata Kunci: iklan rokok, mahasiswa, persuasi visual, Jung. Abstrak Penelitian berjudul TIPE KEPRIBADIAN MAHASISWA PEROKOK DAN PERSUASI IKLAN ROKOK: Studi Kualitatif tentang Pemaknaan Persuasi Visual Iklan Rokok oleh Mahasiswa Perokok ditinjau dari Teori Kepribadian

Lebih terperinci

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR Personality Questionaire PANDUAN PENGISIAN MBTI NO. A 1. Isilah dengan jujur & refleksikan setiap pernyataan yang ada ke dalam keseharian Anda 2. JANGAN terlalu banyak berpikir,

Lebih terperinci

KECEKAPAN GURU PELATIH DALAM PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN MEMBACA BAHASA CINA

KECEKAPAN GURU PELATIH DALAM PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN MEMBACA BAHASA CINA KECEKAPAN GURU PELATIH DALAM PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN MEMBACA BAHASA CINA Lam Yat Chaw Yau Yee Shin Yeo Chui Eng Chew Chui Kian Lee Sung Ping Jabatan Bahasa Lee Vui Lin Jabatan Kajian Sosial ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunanya. Selain keamanan dan kecepatan dalam pengolahan data, dua faktor

BAB I PENDAHULUAN. penggunanya. Selain keamanan dan kecepatan dalam pengolahan data, dua faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia dan teknologi saat ini semakin mempermudah para penggunanya. Selain keamanan dan kecepatan dalam pengolahan data, dua faktor tersebut menjadi

Lebih terperinci

PANDUAN CADANGAN KAJIAN TINDAKAN DRAF

PANDUAN CADANGAN KAJIAN TINDAKAN DRAF PANDUAN CADANGAN KAJIAN TINDAKAN DRAF 1.0 PENDAHULUAN 1.1 Pengenalan Huraian tentang latar belakang / konteks hendaklah memberikan maklumat berkaitan senario kajian Ciri-ciri sekolah iaitu latar belakang

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAHIRAN MURID MENCONGAK FAKTA ASAS DARAB MELALUI PENDEKATAN PERMAINAN DOMINO. Oleh: Aida Ibrahim

MENINGKATKAN KEMAHIRAN MURID MENCONGAK FAKTA ASAS DARAB MELALUI PENDEKATAN PERMAINAN DOMINO. Oleh: Aida Ibrahim MENINGKATKAN KEMAHIRAN MURID MENCONGAK FAKTA ASAS DARAB MELALUI PENDEKATAN PERMAINAN DOMINO Oleh: Aida Ibrahim Sekolah Kebangsaan Seri Kampung Tengah 86000 Kluang, Johor ABSTRAK Kajian ini dijalankan dengan

Lebih terperinci

BAB TIGA METODOLOGI PENYELIDIKAN. Bab ini akan membincangkan panduan dan kaedah yang digunakan dalam kajian ini.

BAB TIGA METODOLOGI PENYELIDIKAN. Bab ini akan membincangkan panduan dan kaedah yang digunakan dalam kajian ini. BAB TIGA METODOLOGI PENYELIDIKAN 3.0 PENGENALAN Bab ini akan membincangkan panduan dan kaedah yang digunakan dalam kajian ini. Sehubungan itu, penulis akan mengemukakan reka bentuk kajian, subjek kajian,

Lebih terperinci

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA Skripsi Oleh: TRY NESIA NURHEMY X4307053 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran secara umum dan spesifik mengenai persepsi penerapan Student Centered Learning serta keduabelas prinsipnya pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengaruh Lingkungan Kerja dengan Performa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengaruh Lingkungan Kerja dengan Performa PU STA KA Chapter 2 TINJAUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengaruh Lingkungan Kerja dengan Performa Penelitian berhubungan dengan pengaruh lingkungan kerja dengan performa telah dilakukan oleh peneliti

Lebih terperinci

HHHC9501 KEMAHIRAN PEMIKIRAN KRITIKAL, PENYELESAIAN MASALAH DAN PENDEKATAN SEMESTER 1 SESI 2014/2015 SET 4 TUGASAN 1:

HHHC9501 KEMAHIRAN PEMIKIRAN KRITIKAL, PENYELESAIAN MASALAH DAN PENDEKATAN SEMESTER 1 SESI 2014/2015 SET 4 TUGASAN 1: HHHC9501 KEMAHIRAN PEMIKIRAN KRITIKAL, PENYELESAIAN MASALAH DAN PENDEKATAN SEMESTER 1 SESI 2014/2015 SET 4 TUGASAN 1: PENULISAN TENTANG PEMIKIRAN KRITIS NAMA NO MATRIK NAMA PENSYARAH : UMI NURFAZILAH BINTI

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. Kepribadian merupakan sebuah indikator non-intellectual, karakterisik

BAB III DASAR TEORI. Kepribadian merupakan sebuah indikator non-intellectual, karakterisik T EOR I BAB III DASAR TEORI Chapter 3 DASAR 3.1 Kepribadian Kepribadian merupakan sebuah indikator non-intellectual, karakterisik psikologi yang paling memberikan informasi atas individu dan sangat membantu

Lebih terperinci

1 Hakcipta Terpelihara 2007 Universiti Teknologi Malaysia

1 Hakcipta Terpelihara 2007 Universiti Teknologi Malaysia POLISI DAN KOD AMALAN PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN PROGRAM DIPLOMA DAN IJAZAH SARJANA MUDA 1 UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA 1 Hakcipta Terpelihara 2007 Universiti Teknologi Malaysia 1 KA-02 KOD AMALAN REKABENTUK

Lebih terperinci

BAB TIGA METODOLOGI KAJIAN

BAB TIGA METODOLOGI KAJIAN BAB TIGA METODOLOGI KAJIAN BAB TIGA METODOLOGI KAJIAN 3.0 Pendahuluan Bab ini menerangkan metodologi yang digunakan oleh penyelidik dalam menjalankan kajian, untuk menjelaskan perkaitan antara objektif

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN tahun yang duduk di kelas 7-12 dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

BAB 3 METODE PENELITIAN tahun yang duduk di kelas 7-12 dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian & Teknik Sampling 3.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa dan siswi Pesantren X dengan rentang usia 13-17 tahun yang duduk di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini membahas mengenai metode penelitian, dan dalam hal ini dibatasi secara sistematis sebagai berikut: Variabel penelitian, subjek penelitian, metode dan instrumen

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi.

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. NASKAH PUBLIKASI PENGARUH INTENSITAS BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA DALAM PELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SMA NEGERI 3 WONOGIRI TAHUN AJARAN 2015/2016 Usulan

Lebih terperinci

2.0 Isu Keprihatinan Yang Dikaji Fokus Kajian 3.0 Objektif Kajian

2.0 Isu Keprihatinan Yang Dikaji Fokus Kajian 3.0 Objektif Kajian Penggunaan Sistem Trek Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran Mata Pelajaran Sejarah Tingkatan Lima F (Nasionalisme Di Malaysia Sehingga Perang Dunia Kedua) Md.Arman @Jamaludin Ag.Damit Abstrak Kajian ini dijalankan

Lebih terperinci

ANALISIS KORELASI ANTARA GOLONGAN DARAH TIPE ABO DENGAN MODALITAS DAN GAYA BELAJAR MAHASISWA. ABSTRAK

ANALISIS KORELASI ANTARA GOLONGAN DARAH TIPE ABO DENGAN MODALITAS DAN GAYA BELAJAR MAHASISWA.   ABSTRAK Jurnal Dinamika, April 2016, halaman 41-49 ISSN 2087-7889 Vol. 07. No. 1 ANALISIS KORELASI ANTARA GOLONGAN DARAH TIPE ABO DENGAN MODALITAS DAN GAYA BELAJAR MAHASISWA Eka Pratiwi Tenriawaru 1, Yulvinamaesari

Lebih terperinci

INDIVIDU. Chapter 13

INDIVIDU. Chapter 13 MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU Chapter 13 INTRODUCTION Salah satu faktor yang berpengaruhi besar terhadap keberhasilan persaingan dalam usaha adalah SDM. Untuk itu organisasi perlu mengelola SDM dengan optimal.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA

KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA DOKUMEN STANDARD PRESTASI SEJARAH TINGKATAN 1 STANDARD PRESTASI MATEMATIK TAHUN 1 FALSAFAH PENDIDIKAN KEBANGSAAN Pendidikan di Malaysia adalah satu usaha berterusan ke arah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI KAJIAN. Bab ini akan membincangkan kaedah-kaedah yang digunakan untuk mengumpul

BAB 3 METODOLOGI KAJIAN. Bab ini akan membincangkan kaedah-kaedah yang digunakan untuk mengumpul BAB 3 METODOLOGI KAJIAN 3.0 Pengenalan Bab ini akan membincangkan kaedah-kaedah yang digunakan untuk mengumpul data dan cara kaedah itu dikendalikan. Menurut Othman Mohamed (2001), metodologi adalah suatu

Lebih terperinci

KESULITAN MAHASISWA PPG PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNSYIAH DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DI BANDA ACEH

KESULITAN MAHASISWA PPG PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNSYIAH DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DI BANDA ACEH 288 Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika. Vol. 2 No.3 Juli 2017, 288-294 KESULITAN MAHASISWA PPG PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNSYIAH DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DI BANDA ACEH Rahmat

Lebih terperinci

KEPADA SIAPA KURSUS INI DITAWARKAN

KEPADA SIAPA KURSUS INI DITAWARKAN DESKRIPSI PANDUAN KURSUS Anda perlu membaca Panduan Kursus dengan berhati-hati dari awal sehingga akhir. Ia menyatakan kandungan kursus dengan ringkas dan bertujuan membantu anda memahami kandungan kursus.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data, serta penyajian hasilnya. Jenis penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data, serta penyajian hasilnya. Jenis penelitian ini adalah penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Rancangan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA

KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA DOKUMEN STANDARD PRESTASI BAHASA MELAYU TINGKATAN 2 FALSAFAH PENDIDIKAN KEBANGSAAN Pendidikan di Malaysia adalah satu usaha berterusan ke arah memperkembang potensi individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003),

BAB I PENDAHULUAN. Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika yang merupakan ilmu dasar dari perkembangan teknologi, memiliki peranan sangat besar bagi perkembangan disiplin ilmu yang lain. Selain itu, matematika juga

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 23 3. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Bagian pertama berisi permasalahan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini. Selain itu,

Lebih terperinci

Kementerian Pelajaran Malaysia. Sukatan Pelajaran. Kurikulum Bersepadu Sekolah Rendah MATEMATIK

Kementerian Pelajaran Malaysia. Sukatan Pelajaran. Kurikulum Bersepadu Sekolah Rendah MATEMATIK Kementerian Pelajaran Malaysia Sukatan Pelajaran Kurikulum Bersepadu Sekolah Rendah MATEMATIK Bahagian Pembangunan Kurikulum Kementerian Pelajaran Malaysia 1 Buku Sukatan Pelajaran Matematik, Kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir secara umum diartikan sebagai proses yang intens untuk memecahkan masalah dengan menghubungkan satu hal dengan yang lain, sehingga

Lebih terperinci

DASAR PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN UNIVERSITI PERTAHANAN NASIONAL MALAYSIA

DASAR PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN UNIVERSITI PERTAHANAN NASIONAL MALAYSIA DASAR PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN UNIVERSITI PERTAHANAN NASIONAL MALAYSIA 1.0 PENGENALAN 1.1 Dasar Pembelajaran dan Pengajaran ini disediakan sebagai panduan kepada Fakulti/Pusat Pengajian yang menawarkan

Lebih terperinci

PERMASALAHAN KEMAHIRAN LISAN PRASEKOLAH SJK (TAMIL) Aisyah Amin & Abdul Rasid Jamian Fakulti Pengajian Pendidikan, Universiti Putra Malaysia.

PERMASALAHAN KEMAHIRAN LISAN PRASEKOLAH SJK (TAMIL) Aisyah Amin & Abdul Rasid Jamian Fakulti Pengajian Pendidikan, Universiti Putra Malaysia. PERMASALAHAN KEMAHIRAN LISAN PRASEKOLAH SJK (TAMIL) Aisyah Amin & Abdul Rasid Jamian Fakulti Pengajian Pendidikan, Universiti Putra Malaysia. Abstrak Tujuan utama kajian ini untuk mengkaji permasalahan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA

KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA DOKUMEN STANDARD PRESTASI BAHASA MELAYU TINGKATAN 3 DSP Bahasa Melayu Tingkatan 3 (Julai 2013) FALSAFAH PENDIDIKAN KEBANGSAAN Pendidikan di Malaysia adalah satu usaha berterusan

Lebih terperinci

Ulasan Buku/Book Review

Ulasan Buku/Book Review Peranan dan Orientasi Akademika Sains Sosial 70 Malaysia (Januari) 2007: 159-163 159 Ulasan Buku/Book Review Peranan dan Orientasi Sains Sosial Malaysia (Role and Orientation of Malaysian Social Science).

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA

KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA DOKUMEN STANDARD PRESTASI MATEMATIK TAHUN 1 STANDARD PRESTASI MATEMATIK TAHUN 1 FALSAFAH PENDIDIKAN KEBANGSAAN Pendidikan di Malaysia adalah satu usaha berterusan ke arah

Lebih terperinci

KAJIAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT DENGAN KESEDIAN UNTUK BERUBAH PELAJAR

KAJIAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT DENGAN KESEDIAN UNTUK BERUBAH PELAJAR KAJIAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT DENGAN KESEDIAN UNTUK BERUBAH PELAJAR ZARINA SAMIN KB, PA Kolej Komuniti Bandar Penawar Johor zarina@kkbpenawar.edu.my Pembelajaran sepanjang

Lebih terperinci

PROFIL THE PHYSICAL SELF OF WELLNESS MAHASISWA S1 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA (Studi Deskriptif Pada Angkatan )

PROFIL THE PHYSICAL SELF OF WELLNESS MAHASISWA S1 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA (Studi Deskriptif Pada Angkatan ) Profil The Physical Self Of Wellness Mahasiswa S1 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta 81 PROFIL THE PHYSICAL SELF OF WELLNESS MAHASISWA S1 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Lebih terperinci

Katakunci : penggunaan internet, guru sekolah rendah

Katakunci : penggunaan internet, guru sekolah rendah Penggunaan Internet Dalam Kalangan Guru-Guru Sekolah Rendah Di Sekitar Johor Bahru, Johor. Abdul Razak Idris & Norazlina Binti Adam Fakulti Pendidikan Universiti Teknologi Malaysia Abstrak : Kajian ini

Lebih terperinci

i Universitas Kristen Maranatha

i Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif Mengenai Student Centered Learning yang diterapkan oleh guru di SMA X Kota Bandung. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui gambaran Student Centered Learning

Lebih terperinci

Mardiatul Hasanah 41, Wachju Subchan 42, Dwi Wahyuni 43

Mardiatul Hasanah 41, Wachju Subchan 42, Dwi Wahyuni 43 HUBUNGAN ANTARA STRATEGI GURU DALAM PENGEMBANGAN DISAIN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM BIOLOGI DENGAN AKTIVITAS DAN CAPAIAN HASIL BELAJAR PRAKTIKUM SISWA (KELAS XI SMAN DI KABUPATEN BONDOWOSO) Mardiatul Hasanah

Lebih terperinci

3.0 HUBUNGAN STRATEGI HEADCOUNT DALAM PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN SERTA PENGUJIAN

3.0 HUBUNGAN STRATEGI HEADCOUNT DALAM PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN SERTA PENGUJIAN 3.0 HUBUNGAN STRATEGI HEADCOUNT DALAM PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN SERTA PENGUJIAN 44 3.0 HUBUNGAN STRATEGI HEADCOUNT DALAM PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN SERTA PENGUJIAN 3.1 Pengajaran dan Pembelajaran Pengajaran

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAPEL IPS MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK SISWA KELAS V SDN 1 KARANGANYAR PATIKRAJA BANYUMAS.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAPEL IPS MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK SISWA KELAS V SDN 1 KARANGANYAR PATIKRAJA BANYUMAS. PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAPEL IPS MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK SISWA KELAS V SDN 1 KARANGANYAR PATIKRAJA BANYUMAS Sri Endah Wahyuni Guru SDN 1 Karanganyar Patikraja Banyumas ABSTRACT The purpose

Lebih terperinci

Tes Kepribadian. Paulus dachi Tes telah diselesaikan pada: Feb. 16, 2013

Tes Kepribadian. Paulus dachi Tes telah diselesaikan pada: Feb. 16, 2013 Paulus dachi Tes telah diselesaikan pada: Feb 16, 2013 Usia: 23 tahun Jenis Kelamin: Laki-laki Negara: Indonesia Status: Profesional Muda Spesialisasi: Akuntansi Daftar Isi 1 Tipe-tipe Kepribadian 2 11

Lebih terperinci

Mengukuhkan Kemahiran Interaksi Penulisan. Abstrak

Mengukuhkan Kemahiran Interaksi Penulisan. Abstrak 12 Mengukuhkan Kemahiran Interaksi Penulisan Fauziah Mohamed Ata fauziah_mohamed_ata@moe.edu.sg Rosalina Mohamed Taib rosalina_mohamed_taib@moe.edu.sg Sekolah Rendah Endeavour Abstrak Pengajaran dan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengenalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengenalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengenalan Menurut Ramlah dan Mahani (2002), konstruktivisme bukanlah suatu konsep baru. Ia berasal daripada falsafah dan telah diaplikasikan dalam bidang sosiologi, antropologi

Lebih terperinci

TIPE KEPRIBADIAN PADA MAHASISWA KELAS MANAJEMEN UNIVERSITAS BINA NUSANTARA DENGAN MENGGUNAKAN MYERS-BRIGGS TYPE INDICATOR (MBTI)

TIPE KEPRIBADIAN PADA MAHASISWA KELAS MANAJEMEN UNIVERSITAS BINA NUSANTARA DENGAN MENGGUNAKAN MYERS-BRIGGS TYPE INDICATOR (MBTI) TIPE KEPRIBADIAN PADA MAHASISWA KELAS MANAJEMEN UNIVERSITAS BINA NUSANTARA DENGAN MENGGUNAKAN MYERS-BRIGGS TYPE INDICATOR (MBTI) Son Wandrial Management Department, School of Business Management, BINUS

Lebih terperinci

Kebijakan dan Praktek SDM. Struktur dan Desain organisasi. Kepemimpinan. Struktur kelompok. Kekuasaan dan politik. Persepsi.

Kebijakan dan Praktek SDM. Struktur dan Desain organisasi. Kepemimpinan. Struktur kelompok. Kekuasaan dan politik. Persepsi. PERTEMUAN KE TIGA Dimensi Individu a. Kakteristik individu b. Dasar-dasar perilaku individu c.kepribadian dan pembelajaran d. Persepsi dan pengambilan keputusan individual e.nilai, sikap dan kepuasan kerja

Lebih terperinci

Yahya Buntat, Muhammad Rashid Rajuddin, Kandar Selamat, Muammad Sukri Saud Jabatan Pendidikan Kejuruteraan Dan Teknikal Fakulti Pendidikan

Yahya Buntat, Muhammad Rashid Rajuddin, Kandar Selamat, Muammad Sukri Saud Jabatan Pendidikan Kejuruteraan Dan Teknikal Fakulti Pendidikan KESESUAIAN KURIKULUM MATA PELAJARAN KEMAHIRAN HIDUP PERTANIAN FAKULTI PENDIDIKAN UNIVERSITI TKNOLOGI MALAYSIA TERHADAP KEPERLUAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH Yahya Buntat, Muhammad Rashid Rajuddin, Kandar Selamat,

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA N 5 KOTA JAMBI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA N 5 KOTA JAMBI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN 1 ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA N 5 KOTA JAMBI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN Adek Fujika, Evita Anggereini, Retni S. Budiarti Program Studi Biologi,

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PADA MATAKULIAH ORGANISASI DAN ARSITEKTUR KOMPUTER

PENGARUH GAYA BELAJAR DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PADA MATAKULIAH ORGANISASI DAN ARSITEKTUR KOMPUTER Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains, Vol.4, No. 2, Desember 2015 PENGARUH GAYA BELAJAR DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PADA MATAKULIAH ORGANISASI DAN ARSITEKTUR KOMPUTER Sri Koriaty

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA

KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA DOKUMEN STANDARD PRESTASI BAHASA MELAYU TINGKATAN 2 FALSAFAH PENDIDIKAN KEBANGSAAN Pendidikan di Malaysia adalah satu usaha berterusan ke arah memperkembang potensi individu

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 PENGARUH MINAT BELAJAR, KESIAPAN BELAJAR, SUASANA BELAJAR DAN PEMBERIAN REWARD GURU TERHADAP KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SMA NEGERI 5 PADANG Tri Fenny Irma Gusti 1, Stevani

Lebih terperinci

Perluasan Kosa Kata Melalui Penggunaan Gaya Bahasa Perbandingan dalam Penulisan Deskriptif. Abstrak

Perluasan Kosa Kata Melalui Penggunaan Gaya Bahasa Perbandingan dalam Penulisan Deskriptif. Abstrak 19 Perluasan Kosa Kata Melalui Penggunaan Gaya Bahasa Perbandingan dalam Penulisan Deskriptif Zulkifli Khamis zulkifli_b_khamis@moe.edu.sg Noor Aisyah Ahmad Sharif noor_aisyah_ahmad_sharif@moe.edu.sg Sekolah

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) merupakan kurikulum yang baru diterapkan di Fakultas Psikologi X Bandung dan salah satu mata kuliah yang diajarkan adalah Psikologi Kepribadian.

Lebih terperinci

LANGGAM BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA ANORGANIK 2 MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA UNY YOGYAKARTA

LANGGAM BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA ANORGANIK 2 MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA UNY YOGYAKARTA Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 15 Mei 2 LANGGAM BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA ANORGANIK 2 MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Instrumen Pemantauan Pelaksanaan Kurikulum Semakan Pendidikan Islam dan Bahasa Arab

Instrumen Pemantauan Pelaksanaan Kurikulum Semakan Pendidikan Islam dan Bahasa Arab UNIT KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM SEKTOR PENGURUSAN PENDIDIKAN ISLAM & MORAL JABATAN PELAJARAN SELANGOR Instrumen Pemantauan Pelaksanaan Kurikulum Semakan Pendidikan Islam dan Bahasa Arab Sekolah Instrumen

Lebih terperinci

: ISNAINI MARATUS SHOLIHAH NIM K

: ISNAINI MARATUS SHOLIHAH NIM K KEKUATAN DAN ARAH KEMAMPUAN METAKOGNISI, KECERDASAN VERBAL, DAN KECERDASAN INTERPERSONAL HUBUNGANNYA DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 3 SUKOHARJO SKRIPSI Oleh : ISNAINI MARATUS

Lebih terperinci

GE 1155 KOMPUTER DALAM PENDIDIKAN SEMESTER 1, SESI 2015/2016

GE 1155 KOMPUTER DALAM PENDIDIKAN SEMESTER 1, SESI 2015/2016 GE 1155 KOMPUTER DALAM PENDIDIKAN SEMESTER 1, SESI 2015/2016 MEDIA SOSIAL : KAJIAN TENTANG PENGGUNAAN DAN KEPUASAN DALAM KALANGAN PELAJAR TAHUN SATU FAKULTI PENDIDIKAN UKM PENSYARAH DR. FARIZA BINTI KHALID

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pengenalan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pengenalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengenalan Ujian merupakan alat pengukuran untuk mengukur sejauh mana kejayaan pelajar dalam aktiviti pengajaran dan pembelajaran yang dijalankan oleh guru. Menurut Mohd Najib (1997),

Lebih terperinci

Fakhruddin *), Elva Eprina, dan Syahril Laboratorium Pendidikan Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau, Pekanbaru

Fakhruddin *), Elva Eprina, dan Syahril Laboratorium Pendidikan Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau, Pekanbaru Jurnal Geliga Sains 4 (1), 18-22, 2010 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Riau ISSN 1978-502X SIKAP ILMIAH SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENGGUNAAN MEDIA KOMPUTER MELALUI MODEL KOOPERATIF

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI KAJIAN. mendapatkan data yang boleh dipercayai, ia merangkumi tiga aspek penting yang menjadi METODOLOGI KUANTITATIF

BAB 3 METODOLOGI KAJIAN. mendapatkan data yang boleh dipercayai, ia merangkumi tiga aspek penting yang menjadi METODOLOGI KUANTITATIF BAB 3 METODOLOGI KAJIAN 3.1 Pengenalan Dalam bab ketiga ini, pengkaji membincangkan metodologi kajian secara terperinci. Kajian ini dianalisis secara kuantitatif. Kaedah ini dipilih kerana ia sesuai untuk

Lebih terperinci

MASALAH PELAJAR DIPLOMA MEDIA DIGITAL (VIDEO & PENGAJIAN FILEM) TERHADAP PENCAPAIAN MARKAH TUGASAN

MASALAH PELAJAR DIPLOMA MEDIA DIGITAL (VIDEO & PENGAJIAN FILEM) TERHADAP PENCAPAIAN MARKAH TUGASAN MASALAH PELAJAR DIPLOMA MEDIA DIGITAL (VIDEO & PENGAJIAN FILEM) TERHADAP PENCAPAIAN MARKAH TUGASAN Rohayu Zulkapli (rohayu@jrv.ptss.edu.my) Mazidah Mohamed Hashim (mazidah@jrv.ptss.edu.my) Siti Sullia

Lebih terperinci

KUR. MATEMATIK SEK. RENDAH PERBANDINGAN KBSR & KSSR

KUR. MATEMATIK SEK. RENDAH PERBANDINGAN KBSR & KSSR KUR. MATEMATIK SEK. RENDAH PERBANDINGAN KBSR & KSSR Hasil Pembelajaran Menghayati falsafah Matematik KBSR & mengenal pasti perubahan dalam KBSR sejak dilaksanakan Menghayati falsafah dan penekanan baru

Lebih terperinci

PENGURUSAN KOKURIKULUM DAN HUBUNGANNYA DENGAN TAHAP PENGLIBATAN PELAJAR DALAM AKTIVITI KOKURIKULUM. MOHD NOR BIN JAAFAR, Ph.

PENGURUSAN KOKURIKULUM DAN HUBUNGANNYA DENGAN TAHAP PENGLIBATAN PELAJAR DALAM AKTIVITI KOKURIKULUM. MOHD NOR BIN JAAFAR, Ph. PENGURUSAN KOKURIKULUM DAN HUBUNGANNYA DENGAN TAHAP PENGLIBATAN PELAJAR DALAM AKTIVITI KOKURIKULUM m.nor@uum.edu.my> MOHD NOR BIN JAAFAR, Ph.D KUNG TEIK SENG UNIVERSITI UTARA MALAYSIA SINTOK, KEDAH ABSTRAK

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INVENTORI MBTI SEBAGAI ALTERNATIF INSTRUMEN PENGUKURAN TIPE KEPRIBADIAN Eko Susanto 1, Mudaim 2

PENGEMBANGAN INVENTORI MBTI SEBAGAI ALTERNATIF INSTRUMEN PENGUKURAN TIPE KEPRIBADIAN Eko Susanto 1, Mudaim 2 INDONESIAN Pengembangan JOURNAL Inventori OF EDUCATIONAL MBTI Sebagai COUNSELING Alternatif Instrumen Pengukuran Volume 1, No. 1, Januari 2017: Page Tipe 41-52 Kepribadian ISSN 2541-2779 (print) ISSN 2541-2787

Lebih terperinci