Gambar 3.1 Desain produk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 3.1 Desain produk"

Transkripsi

1 BAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN BAHAN 3.1 Pertimbangan Sifat Bahan dan Desain Produk Dalam pembuatan box tempat kertas ini produk yang di hasilkan diharapkan ringan, kuat, dan harga yang relatif murah Dalam perancangan ini dipilih plastik jenis polypropylene karena bahan tersebut sudah memenuhi syarat-syarat tersebut. Spesifikasi bahan polypropylene adalah sebagai berikut : Massa jenis 0, gr/mm 3 Tekanan injeksinya MPa Tegangan tarik 4500 Psi = 31 MPa Panas spesifik rata-rata 0,84,5 (kj/kgk) Suhu proses o C Suhu cetakan o C Penyusutan 1,0,5 % Di bawah ini merupakan desain produk box tempat kertas : Gambar 3.1 Desain produk 43

2 3. Perhitungan Volume Plastik Sekali Injeksi 3..1 Perhitungan Volume Produk Gambar 3. Dimensi produk V1 V V3 V4 V6 V5 Gambar 3.3 Gambar Produk 44

3 a. Volume 1 Gambar 3.4 Volume benda 1 Volume 1 ( V1 ) = ( p x l x t ) = ( 0 x 3 x ) = 400 ( mm 3 ) b. Volume dan Volume 3 Gambar 3.5 Volume benda dan 3 Volume ( V ) = [( 300 x 180 ) 4 x ( 10 ¼..10 ) ] x 1 = ( ) x 1 = ( mm 3 ) Karena jumlahnya ada dua maka volume menjadi ( mm 3 ) Volume 3 ( V3 ) Va = ( 350 x 35 x ) [ 4 x ( 0 ¼..0 ) x ] [ ( 80 x 10 ) + x ( 5 ¼..5 ) ] x [( 300 x 180 ) + 4 x ( 10 ¼..10 ) ] x = , = 54018,5 ( mm 3 ) Vb = 4 x [ ¼..( 0 18 ) ] x ( 15 ) = 310,3 ( mm 3 ) 45

4 Vc = x ( 195 x x 13 ) = ( mm 3 ) Vd = 310 x x 13 = 8060 ( mm 3 ) Ve = x [ ¼..( 10 8 ) ] x ( 15 ) = 747,76 ( mm 3 ) Vf = 90 x x 13 = 340 ( mm 3 ) Vg = x ( 105 x x 13 ) = 5460 ( mm 3 ) Volume 3 ( V3 ) = Va + Vb + Vc + Vd + Ve + Vf + Vg = 54018, , , = 83858,58 ( mm 3 ) Karena jumlahnya ada dua maka volume 3 menjadi ,16 ( mm 3 ) c. Volume 4 Gambar 3.6 Volume produk 4 Volume 4 ( V4 ) = 4 [ ( π. 1,5. 0 ) + ( ) ] = 75, ( mm ) d. Volume 5 Gambar 3.7 Volume produk 4 46

5 Volume 5 = x [ ( 0 x x 8 ) + ( 0 x 8 x ) ] = 180 ( mm 3 ) e. Volume 6 Gambar 3.8 Volume produk 5 Volume 6 ( V6 ) = Va = { [ 100 x 30 ] [ ( 80 x 0 ) + x ( 10 ¼..10 ) ] [ x ( 0 ¼..0 ] } x = [ 3000 ( ) 17 ] x = 54 ( mm 3 ) Vb = 4 x ( 10 x x 8 ) = 640 ( mm 3 ) Vc = x [ ¼..( 10 8 ) ] x ( 10 ) = 45,16 ( mm 3 ) Vd = x [ ¼..( 0 18 ) ] x ( 10 ) = 954,56 ( mm 3 ) Ve = x ( 60 x x 8 ) = 190 ( mm 3 ) Volume 6 ( V ) = Va + Vb + Vc + Vd + Ve = , , = 6508,7 ( mm 3 ) Karena jumlahnya ada dua maka volume 6 menjadi 13017,44 ( mm 3 ) Jadi volume total benda kerja adalah ( V total ) : Vtotal = V1 + V + V3 + V4 + V5 + V6 = , , ,44 = 4346,6 ( mm 3 )... (3.1) 47

6 Massa produk total m = x V... (3.) = 0,915 ( gr/cm 3 ). 43,466 ( cm 3 ) =,768 gr m 3 gr Dengan menggunakan software Pro Engineer hasil analisis volume produk didapat 3880,53 ( mm 3 ) dan massa produk 18,06 ( gr ). Proses di jelaskan pada BAB IV ). 3.. Volume Sprue Dalam perancangan ini diambil sprue dengan standar ACME Sprue Bushing Tipe SBC. Besarnya diameter sprue tergantung pada berat bahan yang diinjeksikan. Dimensi sprue dipengaruhi oleh massa produk sekali injeksi. Massa box tempat kertas 3 gr. Diameter atas sprue ( d 1 ) yangh dianjurkan untuk produk dengan massa antara gr adalah 6-8 mm (tabel.1) Dalam perancangan kali ini diambil nilai d 1 =6mm Tabel III.1 Ukuran diameter sprue Berat bahan yang diinjeksikan ( gr ) Bahan yang diinjeksikan Diameter sprue (mm) <100 Semua thermoplastik Semua thermoplastik Semua thermoplastik 8 10 >1000 Semua thermoplastik 10-1 Gambar 3.9 Penampang sprue type SBC 48

7 Dimensi Sprue Standart ACME tipe SBC adalah sebagai berikut : D = 1 mm Ø = 3 H = 5 mm T = 15 mm d1 = 6 mm a. L1 = L SR b. tan = = 79 [ mm ] = a L1 a tan 1,5 = 79 a = 79 tan 1,5 c. d = a + d1 =,0687 [ mm ] = (,0687 ) + 6 = 10,1374 [ mm ] L = 100 mm SR = 1 mm Diameter besar ( d ) diambil 10, [ mm ] Jadi volume plastik dalam sprue adalah. L V sp = 1 ( d1 + d1.d + d ) 1 =.79 ( , + 10, ) 1 = 0,68 ( , + 104,04 ) = 416,09 [ mm 3 ]... ( 3.3) 3..3 Volume Runner Bentuk runner yang akan dipakai adalah sebagai berikut : Gambar 3.10 Penampang Runner 49

8 Gambar 3.11 Dimensi Runner 1. Runner primer Lebar runner atas (b) b = 10 mm Diameter (D) D = (1 Kedalaman (t) b tg 15 ) 10 = (1 tg15 ) = 7,89 mm 8 mm... ( 3.4) t = 1,1 D = 1,1 (8) = 8,8 mm 50

9 Lebar runner bawah (a) a = 0,75 D = 0,75 (8) = 6 mm Panjang runner ( L ) = 184 mm Volume Runner (Vr) a b Vr = ( t). L 6 10 = (8,8). 184 Vr = 1953,6 ( mm 3 ). Runner sekunder Panjang runner ( L ) = 34 mm Volume Runner (Vr) a b Vr =. ( t). L 6 10 =. (8,8). 34 Vr = 4787, ( mm 3 ) Jadi volume runner adalah : 1953,6 mm , mm 3. : 17740,8 ( mm 3 )... ( 3.5) 3..4 Volume Gate Gate yang digunakan adalah tipe side gate dengan penampang berbentuk segi empat. Volume gate merupakan volume balok. Gambar 3.1 Dimensi Penampang Gate 51

10 Panjang (b) = 4 mm Lebar (a ) = 3 mm Tinggi =,5 mm Jumlah = 4 buah Vg = [ 4 x 3 x,5 ] x 4 = 10 ( mm 3 )... ( 3.6) 3..5 Perhitungan Volume Total Pastik Dari perhitungan diatas didapat bahwa volume plastik sekali injeksi adalah : Vtot = Vbk + Vs + Vr + Vg = 3880, , , = 60303,4 ( mm 3 ) = 60,3 ( cm 3 ) Massa plastik yang diinjeksikan m = Vt x = 60,3.x 0,915 = 38,17 ( gr ) m 39 gr... ( 3.7) 3.3 Perhitungan Gaya Klem Gaya injeksi adalah gaya akibat tekanan plastik pada permukaan cavity. Penginjeksian tersebut berlangsung pada saat cetakan dalam kondisi tertutup, kondisi tersebut dapat berlangsung secara sempurna bila gaya clamping lebih besar dari gaya injeksi yang ditimbulkan. Tekanan injeksi pada permukaan cavity menghasilkan gaya injeksi yang besarnya Fk = A tot x P inj..... (3.8) (Dym,1979 : 44) Keterangan : Fk = Gaya injeksi yang menekan cetakan ( N ) A tot = Luasan penampang produk secara proyeksi ( mm ) 5

11 P inj = Tekanan internal injeksi ( N/mm ) Luas IV Luas II Luas v Luas III Luas I Gambar 3.13 Luas Proyeksi Produk Luas I (A I ) = ( 0 x 10 ) = 400 ( mm ) Luas II (A II ) = x{ [ 350 x 35 ] [ 4 x ( 0 ¼..0 ) ] [ ( 80 x 10 ) + x ( 5 ¼..5 ) ] } = x [ ( ,75 ) ] = x 81095,5 = 16190,5 ( mm ) Luas III (A III ) = x { [ 100 x 30 ] [ ( 80 x 0 ) + x ( 10 ¼..10 ) ] [ x ( 0 ¼..0 ] } = x [ 3000 ( ) 17 ] = 370 (mm ) 53

12 Luas IV (A IV ) = ( 0 x 3 ) = 10 ( mm ) Luas V (A V ) = 4 x ( 0 x 4 ) = 30 ( mm ) Luas proyeksi sprue ( Aps ) Aps = ¼ x x d = ¼ x 3,14 x 6. = 8,6 ( mm ) Luas proyeksi runner ( Apr ) Apr = ( p x l ) +.( p x l ) = ( 184 x 8 ) +. ( 34 x 8 ) = = 016 ( mm ) Luas proyeksi gate (Apg) Apg = ( p x l ) x 4 = ( 3 x 4 ) x 4 = 48 ( mm ) Dari perhitungan di atas didapatkan bahwa luas proyeksi total adalah : A tot = A I + A II + A III + A IV + A V + Aps + Apr + Apg = , , = ,76 ( mm ) Untuk bahan polypropylene P inj yang diijinkan antara N/mm. (Johannaber, 1983 : 50 ) Dari aplikasi plastic advisor pada Software ProEngineer tekanan aktual untuk proses injeksi untuk produk ini adalah 103, ( N/mm ) (dijelaskan pada BAB IV). Besarnya tekanan injeksi yang digunakan dalam perancangan cetakan box tempat kertas ini adalah 110 ( N/mm ). Jadi gaya pengekleman adalah : Fc = Atot x P inj = ,76 x 110 = ,6 N = 1844,5336 KN 54

13 Fc KN Gaya klem digunakan untuk menentukan jenis mesin injeksi yang akan digunakan dipakai dalam pembuatan box tempat kertas. Mesin yang akan digunakan dalam perancangan ini adalah mesin injeksi JAZZMOLD tipe JMF 1900 T A dengan gaya klem ( KN ). 3.4 Perhitungan Tebal Cavity Insert Dinding cavity akan mengalami defleksi akibat adanya tekanan injeksi. Defleksi maksimum yang diijinkan adalah 0,0054[mm] max T y Fc x T T Gambar 3.14 Penampang Cavity insert Tebal Cavity Insert (T) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Ac = ( X.T ) + ( Y.T ) + ( 4.T ) Fc v Ac = k n t... (3.9) (Dym, 1979 : 46 ) Keterangan : Ac = Luas penampang kontak minimum cavity (mm ) Fc = Gaya klem yang diberikan Mesin JAZZ MOLD (N) t = Tegangan tarik ijin (N/mm ) n = Jumlah cavity 55

14 v k = Angka keamanan Persamaan diatas digunakan untuk mencari nilai T dengan menggunakan penyelesaian dari persamaan parabola : ax + bx + c = 0 X dan Y merupakan ukuran dimensi dari proyeksi rongga cetakan dan T 1 merupakan tebal Cavity Insert. Bahan cavity insert yang digunakan dalam perancangan cetakan box tempat kertas ini adalah STAVAX ESR (Assab steels) atau setara dengan M 310 (Bohler) dengan kekerasan 15 [HB], tegangan tarik 70 [N/mm ]. Faktor keamanan yang digunakan adalah 8, dengan jumlah cavity buah. Fc = ( KN ) Ac = = ,56 ( mm ) Dengan demikian tebal cavity adalah : ( X.T ) + ( Y.T ) + ( 4.T ) = Ac x ( 580.T ) + x ( 350.T ) + ( 4.T ) = , T T + 4.T = ,56 4T T ,56 = 0 T = b b. a 4ac T = ,56 T = ,03.4 T = 51,13 ( mm ) Tebal cavity insert ( T ) minimum adalah 51,13 (mm), dalam perancangan ini tebal cavity insert yang digunakan adalah 5 (mm). 3.5 Perhitungan Jarak Cavity Insert dengan Cavity Plate Dimensi cavity insert ditentukan berdasarkan dimensi cavity insert, yang ditambah dengan T1, T dan T3. 56

15 Gambar 3.15 Penampang Cavity Plate Jarak Cavity Insert Hingga Sisi Luar Samping Cavity Plate ( T1 ) Untuk mencari jarak dinding cavity adalah dengan mengasumsikan cavity sebagai batang dengan dijepit pada kedua sisinya dengan beban terpusat ditengah dan dihitung dengan menggunakan rumus defleksi maksimum yang terjadi pada plate yang besarnya adalah : Sehingga : Dimana : 3 WL max (Dym,1979 : 46) 19. EI max = Defleksi maksimal (yang diperbolehkan = 0,0054 mm ) W = Beban ( N ) E = Modulus elastisitas baja (,1 x 10 5 N/mm ) L = Jarak antar penyangga ( mm ) I = Momen inersia ( mm 4 ) Dimana : 3 bh I = 1 b : Lebar ( mm ) h (T1) : Tinggi ( mm ) l : Jarak antar penyangga ( mm ) 57

16 Gambar 3.16 Diagram benda bebas Dengan demikian jarak T1 adalah W = Ap x Pinj = ( 65 x 18 ) x 110 = ( N ) I = = 3 WL 19. E. max (,1.10 ).0, bh I = 1 = ,63 1. I h = T1 = 3 b ,63 = 3 65 = 75,58 ( mm ) Jadi jarak dinding cavity insert hingga sisi luar samping cavity plate ( T1 ) adalah 76 (mm) Jarak Cavity Insert Hingga Sisi Samping Luar Cavity Plate ( T ) Perhitungan ( T ) sama dengan perhitungan pada T1 yakni cavity dipandang sebagai tumpuan jepit dikedua sisinya dan beban terpusat ditengah. 3 WL max (Dym,1979 : 46) 19. EI 58

17 Maka jarak T adalah W = Ap x Pinj = [ 350 x 18 ) x 110 = ( N ) I = = 3 WL 19. E. max (,1.10 ).0, bh I = 1 = ,67 1. I h = T = 3 b ,67 = = 99,8 ( mm ) Jadi jarak dinding cavity insert hingga sisi luar samping cavity plate ( T ) adalah 100 (mm). Mengingat biaya dan standar mould ACME MB SA 5070 pada prakteknya ( T ) adalah 60 (mm) Jarak dinding cavity insert hingga sisi luar bagian bawah ( T3 ) 0,084xW max (Dym, 1979 : 50) 3 L 1,056xI ET 3 4 I L Dimana : max = Defleksi maksimal (yang diperbolehkan = 0,0054 mm ) W = Beban ( N ) L = Lebar cavity ( mm ) I = Panjang cavity ( mm ) E = Modulus elasisitas baja (,1 x 10 5 N/mm ) 59

18 Jarak T3 adalah : W δ max = Ap x Pinj = ( 65 x 350 ) x 110 = ( N ) 0,084 x W 3 L 1,056 x I ET 3 4 I L 0,084 x , ,056 x 350,1.10.T T3 = ,17714 = 118,8 mm = 119 ( mm ) 3.6 Perhitungan Dimensi Cavity Lebar cavity plate L =.T1 + Y = (.76 ) = 50 mm Panjang cavity plate P =.T + X = (. 100 ) = 780 mm Tebal cavity plate T = T3 + Tinggi Produk = = 137 mm Sesuai dengan standar ACME kode MDC tipe SA 5070 untuk mold base two plate sistem tebal plat yang tersedia adalah 10 mm dengan dimensi panjang dan lebar 700 x 500 mm. 3.7 Perhitungan Dimensi Support Plate 60

19 Pada pembebanan terhadap support plate, pembebanan yang terjadi adalah pembebanan merata yang dianggap sebagai konstruksi beam yang di ikat (di klem) pada kedua ujungnya. 700 W 500 d 300 Gambar 3.17 Support Plate Tebal Support plate dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Keterangan : Fk C x x E x I.. ( 3.10) n l Fk = Gaya pengekleman = ,6 N n = Jumlah support plate = 1 E = Modulus elastisitas =, N/mm l = Panjang = 700 mm b = Lebar = 500 mm I = Momen inersia ( mm 4 ) C = Konstanta ( diambil 0,5 ) ,6 0,5 x x,1.10 x I ,6 =,07.I I = ,87 mm 4 61

20 I = b.h ,87.1 h = = 53,43 mm. Tebal support plate yang digunakan adalah standar ACME tipe MDC SA 5070 dengan tebal 50 [mm]. 3.8 Perhitungan Injection Time Waktu yang diperlukan untuk sekali injeksi adalah Injection high timer + Injection hold timer + solidification time ( Waktu pendinginan ) + waktu membuka dan menutup cetakan. Gambar 3.18 Grafik Waktu Injeksi (Dym,1979 : 68) Injection High Timer Injection High Time adalah waktu pengisian cairan plastik ke rongga cetakan. Injection high time dapat dicari melalui data mesin JAZZ MOLD tipe JMF 1900 T A yang digunakan, yaitu : Shot Weight Diameter Screw Injection Rate = 6071 [gr] = 10 [mm] = 893 [gr/s] Shot Size = [mm 3 ] 6

21 a. Debit plastik ( Qout) inj. rate Qout = [ mm / s] 3 0, b. Luas Screw (A) A = = ,8 [mm 3 /s]. 4 D c. Kecepatan Injeksi Vinj = = [mm ] Qout A d. Jarak maju screw = 0, = = 86,33 [m/s] Injection stroke = , shot.size A = = 590,3 [mm] 590 [mm] Waktu yang dibutuhkan dalam satu kali injeksi adalah : t i = = inj.stroke v ,33 = 6,834 [s] 6,8 [s].. ( 3.11) 3.8. Injection Time Holder Injection Time Hold adalah waktu yang digunakan untuk menahan tekanan injeksi sampai gate membeku sempurna. Waktu penahanan biasanya diatur minimal 5 detik (Dym, 1987 : 67), dalam perancangan ini digunakan waktu penahanan 6 [s], waktu membuka dan menutup 6 [s],waktu pendinginan 5 [s]. 63

22 Waktu sekali siklus injeksi : t = Inj. High time + Inj. Hold time + waktu membuka dan menutup + waktu pendinginan (Gastrow,1983: 7) t = 6, [s] = 3,8 [s] 4 [s] 3.9 Perhitungan Sistem Pendinginan Panas Total Yang Harus Dibuang (Q) Q n.i. G [kj/jam]..... (3.1) Keterangan : i = Selisih Enthalpy [j/kg] G = Massa plastik dalam sekali injeksi [kg] n = Jumalah injeksi tiap jam = = t 4 = 150 siklus / jam (Gastrow, 1983 : 7) Besarnya Enthalpy dari beberapa jenis plastik dapat dilihat dalam grafik berikut ini : Gambar 3.19 Grafik temperatur entalphy (Gastrow, 1983 : 7) 64

23 Selain itu dapat pula langsung diperoleh dari tabel berikut ini : Tabel III. Tabel Perbedaan Enthalpy plastik No Bahan Enthalpy (kj/kg) 1 Polystyrene 360 Acetal Acetat Polypropylene LDPE HDPE 71 7 Nylon 6 67 (Irvin, 1973 : 154) Q = n. i. G = 150 [siklus/jam]. 448 [kj/kg]. 0,18 [kg] = 14649,6 [kj/jam] 3.9. Panas Yang Tebuang Secara Alamiah Panas yang terbuang secara alamiah dari cetakan adalah perpindahan panas secara konveksi atau karena pengaruh lingkungan. Untuk menghitung perpindahan panas yang terbuang secara alamiha ini dapat digunakan rumus sebagai berikut : Q 1 =. A.( t m t0) Untuk 0C < t m < 300C didapat : Q / 3 = 4,1868.A. 0,5 ( tm t0 ) tm 300 (Gastrow, 1983 : 8) Dimana : Q 1 = Panas yang terbuang sacara alamiah [ KJ/kg ] = Koefisien perpindahan kalor KJ [ jam. C. m t m = Suhu rata- rata cetakan = 60C ] (Johannaber, 1983 :36-37) 65

24 t 0 = Suhu udara keliling = 5C A = Luas permukaan cetakan [m ] Luas permukaan cetakan merupakan luas permukaan yang mengalirkan panas dari cetakan ke udara luar. A =.Aclp +.Acp + Asp + Asb Aclp = Luas clamping plate =.(TW.L + TW.T + T.L) TW = W + 50 W = lebar cetakan =. ( ) = [mm ] Acp = Luas cavity plate =.(W.L +A.W + A.L) =.( ) = [mm ] Asp = Luas support plate =.(W.L + W.U + U.L) =.( ) = [mm ] Asb = Luas spacer block = 4 (C.L + C.W + W.L) = 4 ( ) = [mm ] L = Panjang cetakan A = = [mm ] = 4,6 [m ] 360 Jadi Q 1 = (4,1868). (4,6). 0,5.( = 1540,68 [KJ/jam] 4 / 3 5) 66

25 3.9.3 Panas Yang Dipindahkan tiap Jam Panas yang dipindahkan tiap jam dapat dicari dengan rumus : Q = Q - Q 1 = 14649,6 1540,68 = 13108,9 [KJ/jam] Panas yang dipindahkan tiap jam tersebut terdiri dari perpindahan panas secara konveksi (antar lelehan plastik terhadap cetakan maupun antar bagian cetakan ke udara luar), dan perpindahan panas secara konduksi (antar bagian cetakan). Dapat dikatakan bahwa Q = Qkonveksi + Q konduksi Perpindahan Panas secara Konveksi Perpindahan panas konveksi adalah perpindahan panas yang disebabkan oleh perbedaaan temperatur karena gerakan-gerakan molekul pada fluida. Dalam hal ini panas mengalir dari lelehan plastik ke bagian - bagian cetakan (Qkonveksi 1) dan dari bagian bagian cetakan ke udara luar. Keterangan : Qkonveksi 1 = h.a ( t t ) h = koefisien perpindahan panas konveksi ( h = 1549 kj/m hc ) A = Luas area cetakan (dianggap sebagai luasan bidang) t w = temperatur rata-rata cetakan f w ( t w = 60C ) t f = temperatur rata-rata lelehan plastik ( t f = 60C ) A = t x l = 50 x 500 [mm ] = 5000 [mm ] = 5 x 10 3 [m ] Qkonveksi 1 = (5 x 10 3 ). (60 60) = 7745 [ kj/jam] (Johannaber,1983 : 36-37) 67

26 Sedangkan untuk perpindahan panas konveksi dari bagian cetakan ke udara luar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Keterangan : Qkonveksi = h.a ( t t ) t l = temperatur lingkungan ( t l = 5C) Qkonveksi = (5 x 10 3 ). (60-5) = 1355,75 [kj/jam] w l Kv 1 Kv Gambar 3.0 Perpindahan Panas Konveksi Perpindahan Panas secara Konduksi Perpindahan panas secara konduksi adalah pepindahan panas yang terjadi karena perbedaan temperatur antara molekul molekul yang berupa padatan karena letaknya yang berdekatan. Dalam hal ini terjadi antara bagian-bagian cetakan itu sendiri Q = Qkonveksi + Q konduksi Sehingga : Q konduksi = Q - Qkonveksi = 13108,9 ( ,75) = 4008,17 [kj/jam]\ 68

27 3.9.6 Kecepatan Fluida Pendingin Air yang mengalir dalam cetakan adalah turbulen yang mempunyai bilangan Reynold antara Air pendingin masuk cetakan 5C dengan viskositas kinematis 1 x 10 6 m /s, untuk produk dengan ketebalan ( - 3 ) mm dan diameter saluran pendingin (10 1) mm. Dalam perancangan ini diambil 1 mm, sehingga kecepatan aliran pendingin (w) adalah : Keterangan : w = Re.v d Re = Bilangan Reynold = 5000 [m/s]... (3.13) (Gastrow, 1983 ; 10) v = Viskositas kinematis air pada t = 5C v = 0, m /s w = Kecepatan aliran pendingin d = diameter lubang pendingin d = 0,01 [m] ,85.10 Sehingga : w = 0,01 = 0,354 [m/s] Debit air pendingin : S = 830 x d x w = 830 x 0,01 3 x 0,354 = 0,1443 [m / s ] Gambar 3.1 Viskositas Kinematis Air (Gastrow, 1983 : 10 ) 69

28 3.9.7 Perhitungan Panjang Saluran Pendingin Panjang saluran pendingin cetakan harus diperhitungkan dengan tepat agar diperoleh proses pendinginan yang stabil dan sesuai denagn suhu kerja cetakan dalam proses injeksi. Panjang minimal saluran pendingin adalah : Q d L = 14,78 s (1 (0,015 t5m )) ( t4m t5 Keterangan : L = Panjang saluran pendingin [m] Q = Panas rata-rata cetakan [kj/jam] d = diameter saluran pendingin [m] 3 S = Debit air [m / s m )... (3.14) (Gastrow, 1983 : 11) t 5 m = Suhu air pendingin sebelum proses pendinginan [5C] t 4 m = Suhu rata-rata cetakan [60C] 13108,9 0,01 L = 14,78 0,1443 (1 (0,015 5)) (60 5) = 1,5363 [m] = 153,63 [mm] ] Perhitungan Jarak Lubang Pendingin Gambar 3. Lubang Pendingin 70

29 Jarak antara permukaan produk dengan lubang pendingin sangat berpengaruh terhadap proses pendinginan cetakan. jarak pusat lubang pendingin dengan permukaan dicari dengan rumus perhitungan sebagai berikut : c = s/d 3.d (Gastrow, 1983 :16) Keterangan : c = Jarak lubang pendingin dengan produk [mm] d = diamater lubang pendingin Tabel III.3 Diameter Saluran pendingin Ketebalan [mm] Diameter [mm] < 8-10 < < Dalam hal ini karena ketebalan benda < 4 maka diambil diameter 1 [mm]. c = 3.1 = 36 [mm] Jarak antar lubang pendingin (b) dapat ditentukan dengan rumus yang sama seperti perhitungan jarak lubang pendingin dengan produk. b = 3.d = 3.1 = 36 [mm] 3.10 Perhitungan Push Back Spring Push back spring berfungsi untuk mengembalikan ejector retainer plate, ejector plate, ejector sleeve dan ejector pin pada posisinya semula. Gaya minimal yang dibutuhkan pegas sama dengan gaya yang diakibatkan adanya gaya tekan akibat berat retainer plate dan ejector plate ( ejector diabaikan ). V e = L. W. T Keterangan : V e = Volume retainer dan ejector plate (mm 3 ) 71

30 L = Panjang retainer dan ejector plate (mm) W = Lebar retainer dan ejector plate (mm) T = Tebal retainer plate (mm) V e = 700 x 30 x 5 (mm 3 ) = (mm ) F = V e. g. ρ (N) = ,81. 7, (N) = 431,5 (N) Push back spring dipasangkan pada return pin yang berdiameter 30 (mm), sehingga pegas yang digunakan adalah standar PUNCH tipe SWU dengan spesifikasi sebagai berikut : Diameter luar (D) = 43 [mm] Diamater dalam (d) = 31 [mm] Gaya pegas maksimum (Fpm) = 60 x 9,81 = 588,6 [N] Defleksi maksimal () = 60 [mm] 3.11 Perhitungan Ejector Pin Fungsi ejector pin adalah untuk mengeluarkan produk dari cetakan, maka diperlukan perhitungan besarnya diameter minimal dari ejector pin, agar proses pengeluaran produk dapat berjalan dengan baik. Bahan ejector pin adalah standar ACME SCM 1 dengan t = 850 [N/mm ] dengan panjang 00 mm. Gaya yang dialami oleh ejector pin adalah dipengaruhi oleh gaya pegas. maka untuk menentukan diameter ejector pin adalah sebagai berikut : Keterangan : E I Fb = S Fb = Gaya bukling (N) S =.L (3.15) E = Modulus elastisitas bahan =,1 x 10 5 ( N/mm ) (Dym,1979 : 47) 4 d I = Momen inersia = 64 (mm 4 ) 7

31 L = Panjang pin (mm) 5 ( 3.14 ),1 10 I 441,45 = 400 (3.14 ), ,45 = 400 d = 5,13 d 5 mm 5 d 64 Bila dicek ulang dari kekuatan bahan SCM 1 adalah 441,45 = F = yangterjadi A 3,14 yangterjadi < t =,49 N/mm aman Terdapat 6 ejector pin pada tiap cavity, karena jumlah cavity ada maka dalam perancangan cetakan kali ini dibutuhkan 15 buah ejector pin. Dari tabel standar ACME digunakan ejector pin standar tipe EPC Perhitungan Return Pin Return pin digunkan untuk mengembalikan ejector retainer plate stelah produk dikeluarkan. Bahan return pin adalah SUJ = 660 N/mm. Gaya yang bekerja pada return pin adalah gaya klem dikurangi dengan gaya pegas Agar return pin dapat menahan gaya yang terjadi maka,dimensi return pin dapat dicari dengan rumus sebagai berikut : Fb E I = n S Jumlah return pin ada 4, sehingga : 3,14, ,45 = d 64 d = 3, (mm) Dari tabel standar return pin ACME digunakan return pin standar tipe MERP 8TH

32 3.13 Perhitungan Guide Pin Pemilihan dimensi guide pins berdasarkan ukuran cetakan dapat dilakukan dengan melihat tabel berikut : Tabel III.4 Dimensi Guide Pin Diameter kerja [mm] Ukuran Cetakan (mm) x 15 5 x x x x x x x x x x 594 (Pye, 1983 : 53) Ukuran cetakan adalah 700 x 500 (mm) sehingga diameter guide pins minimal yang digunakan adalah 38 (mm). Guide pin yang digunakan untuk cetakan pertama dan kedua sesuai standar ACME tipe SPWS Perhitungan Guide Pin Bushing Dimensi guide pin bushing tergantung dari dimensi guide pin. Standar guide pin bushing untuk guide pin dengan diameter 40 (mm) dan tebal cavity plate 10 (mm) adalah GBWS Bahan yang digunakan adalah SUJ ( tegangan tarik t = 660 (N/mm ) ) sesuai dengan standar ACME Perhitungan Baut Pengikat Baut pengikat harus mampu menahan beban akibat gaya berat cetakan. Besarnya diameter baut sangat menentukan kekuatan baut. Bahan baut pengikat yang digunakan menurut standar ACME yaitu SCM 435 dengan massa jenis () 7,86 x 10 6 [Kg/mm 3 ], = 10 [kg/mm ]. Baut pengikat harus mampu menahan komponen yang diikat agar tidak bergeser. 74

33 W Gambar 3.3 Baut Pengikat Berdasarkan data data dari tabel untuk jenis bottom clamping plate, spacer block, support plate, cavity plate dan ACME jenis MDC tipe SA Volume clamping plate lower, spacer block, support plate, dan core plate cetakan adalah : V = (700 x 600 x 45) + (700 x 90 x 88) + (700 x 500 x 60) + (700 x 500 x 10) = = mm 3 Gaya yang bekerja pada baut dicari dengan persamaan : W = V x ρ x g = x (7,85x10-6 ) x 9,81 = 7160,5 (N) F = W = (N) t = tm v = 10 = 0 (Kg/mm ) 6 g = 0,6 x t = 0,6 x 0 = 1 (Kg/mm ) g F A g = 1 x 9,81 (N/mm ) = 117,7 (N/mm ) g = F. 4 d i 75

34 4. F d i =. g Keterangan : F = Gaya pada baut (N) tm = Tegangan tarik maksimum bahan (N/mm ) t = Tegangan tarik ijin bahan (N/mm ) g = Tegangan geser ijin bahan (N/mm ) d i = diameter dalam baut (mm) d i = ,5 117,7. = 8,80 (mm) Dari tabel ukuran standar ulir kasar metris harga diameter dalam ulir (d i ) = 8,80 mm, sehingga diameter luar ulir (d o ) adalah 10 mm, sehingga baut yang digunakan agar aman minimal adalah baut M1, tetapi karena standar yang ada maka sesuai tabel standar hexagonal socket ACME baut yang dipilih adalah CBB Pemilihan Bahan Pemilihan bahan sangat penting karena akan sangat mempengaruhi layak tidaknya hasil produk dipakai. Berdasarkan perhitungan kekuatan dan ukuranukuran material maka penulis melakukan pemilihan bahan sebagai berikut : Tabel III.5 Pemilihan Bahan Komponen Bahan Cavity Insert M 310 Cavity plate M 310 Upper Clamping Plate Bottom Clamping Plate Support plate Spacer Block Support Pin S50 C S50 C S50 C S50 C SUJ 76

35 Guide Pin SUJ Guide Pin Bushing SUJ Ejector Pin SCM1 Return Pin SUJ Sprue Bushing SK Locating Rings S45 C Retaining Spring SWP-A Stop Pin S45 C Baut Pengikat SCM 435 Lift Eye Bolt JIS

LAMPIRAN 1. = 82 mm. = 157,86 mm = 8,6 mm. = 158,5 mm (1 0,004)

LAMPIRAN 1. = 82 mm. = 157,86 mm = 8,6 mm. = 158,5 mm (1 0,004) LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1 1.1. Perhitungan Berat Produk Diketahui : V produk = 14519,56 mm 3 ρ pc =1260 kg/m 3 0.00126 g/mm 3 Ditanya : Massa produk? Jawab : m = V produk ρ pc = 14519,56 mm 3 0.00126 g/mm

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Sebelum melakukan perancangan mould untuk Tutup Botol ini, penulis menetapkan beberapa tahapan kerja sesuai dengan literatur yang ada dan berdasarkan pengalaman para pembuat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa dari hasil perancangan cetakan injeksi yang telah dibuat pada bab sebelumnya. Analisa akan meliputi waktu satu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Identifikasi Produk Hasil identifikasi yang dilakukan pada sample produk dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Data produk hardcase Data Produk Hardcase

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI Outline: JUDUL LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH BATASAN MASALAH TUJUAN PERANCANGAN METODOLOGI PERANCANGAN SPESIFIKASI PRODUK DAN SPESIFIKASI MESIN PERENCANAAN JUMLAH CAVITY DIMENSI SISTEM SALURAN PERHITUNGAN

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN MOULD PLASTIK BOX TEMPAT KERTAS UKURAN FOLIO DENGAN SISTEM INJEKSI BERBAHAN BAKU POLYPROPYLENE MENGGUNAKAN APLIKASI CAD/CAM

SKRIPSI PERANCANGAN MOULD PLASTIK BOX TEMPAT KERTAS UKURAN FOLIO DENGAN SISTEM INJEKSI BERBAHAN BAKU POLYPROPYLENE MENGGUNAKAN APLIKASI CAD/CAM SKRIPSI PERANCANGAN MOULD PLASTIK BOX TEMPAT KERTAS UKURAN FOLIO DENGAN SISTEM INJEKSI BERBAHAN BAKU POLYPROPYLENE MENGGUNAKAN APLIKASI CAD/CAM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pembahasan Hasil Identifikasi Produk Syarat dari perancangan mold adalah mengetahui terlebih dahulu data produk yang diperlukan untuk menentukan rancangan cetakan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Bahan Perancangan Produk yang dirancang adalah preform stick T15 dengan mengambil sampel yang sudah ada. Dimensi dan bentuk berbeda, produk hanya sebagai acuan. Pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Injection Molding Injection molding dapat membuat part yang memiliki bentuk yang kompleks dengan permukaan yang cukup baik. Variasi bentuk yang sangat banyak yang dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Identifikasi Produk Hasil identifikasi yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.1. dibawah ini Tabel 4.1. Data produk glove box Data Sampel Produk Glove

Lebih terperinci

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION Agus Dwi Anggono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartosura, 57102 E-mail : agusda@indosat-m3.net

Lebih terperinci

LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID

LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID Latar Belakang Kebutuhan Produk Plastik Meningkatnya kebutuhan terhadap produk yang terbuat dari plastik Perencanaan Injection Molding yang baik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Bahan Perancangan Bahan perancangan adalah produk glove box dengan mengambil sampel pada produk yang sudah ada, tetapi hanya sebagai acuan tidak menyerupai dimensi dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Bahan Perancangan Bahan yang dirancang adalah hardcase handphone dengan mengambil sample pada produk yang sudah ada. Sample produk digunakan sebagai acuan dalam pengambilan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) 1. DATA TUMPUAN. M u = Nmm BASE PLATE DAN ANGKUR ht a L J

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) 1. DATA TUMPUAN. M u = Nmm BASE PLATE DAN ANGKUR ht a L J PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) BASE PLATE DAN ANGKUR ht h a 0.95 ht a Pu Mu B I Vu L J 1. DATA TUMPUAN BEBAN KOLOM DATA BEBAN KOLOM Gaya aksial akibat beban teraktor, P u = 206035 N Momen akibat beban

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB III METODE PELAKSANAAN 21 BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR Start Identifikasi Masalah Pengumpulan Data Perencanaan Pelaksanaan Pemilihan Bahan & Software Pembuatan Design Cetakan & Perhitungan Parameter Simulasi Simulasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Desain Dial Plate XYZ Dial plate merupakan salah satu bagian utama dari speedometer. Dial plate berbentuk lembaran plastik yang terdapat berbagai skala indikator

Lebih terperinci

b. Tipe tiga plat ( three plate single / multi cavity)

b. Tipe tiga plat ( three plate single / multi cavity) b. Tipe tiga plat ( three plate single / multi cavity) Mold tiga plat terdiri dari tiga bagian besar yaitu bagian sisi core, bagian sisi cavity dan bagian runner plate. Runner sudah terpisah dari produknya,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD

BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD 3.1 Deskripsi Molding Injection Pada proses pencetakan product plastik, dalam hal ini thermoplastic, disamping mesin molding, bahan baku plastic dll,

Lebih terperinci

Perhitungan Struktur Bab IV

Perhitungan Struktur Bab IV Permodelan Struktur Bored pile Perhitungan bore pile dibuat dengan bantuan software SAP2000, dimensi yang diinput sesuai dengan rencana dimensi bore pile yaitu diameter 100 cm dan panjang 20 m. Beban yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah material plastik dengan suhu tinggi dimasukkan kedalam mold, kemudian material

Lebih terperinci

MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK

MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK TUGAS AKHIR LABORATORIUM PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK AJUN HAKIKI 2105 100 147 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PERANCANGAN INJECTION MOLDING DENGAN SISTEM THREE PLATE MOLD PADA PRODUK GLOVE BOX

PERANCANGAN INJECTION MOLDING DENGAN SISTEM THREE PLATE MOLD PADA PRODUK GLOVE BOX PERANCANGAN INJECTION MOLDING DENGAN SISTEM THREE PLATE MOLD PADA PRODUK GLOVE BOX Ali Khaerul Mufid 1,a, Cahyo Budiyantoro, Muhammad Budi Nur Rahman 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force Jurusan Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra E-mail: amelia@petra.ac.id, ninukj@petra.ac.id T E K N O S I M

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Mold Review Mold lama yang digunakan dalam memproduksi Bobbin A K25G adalah jenis injection molding. Mold lama ini menggunakan system hot runner. Mold ini sendiri

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENDINGINAN CETAKAN PLASTIK HOLDER PULLEY PERUSAHAAN MANUFAKTUR Yunus Yakub 1) dan Madinah 2) 1) & 2)

PERENCANAAN SISTEM PENDINGINAN CETAKAN PLASTIK HOLDER PULLEY PERUSAHAAN MANUFAKTUR Yunus Yakub 1) dan Madinah 2) 1) & 2) PERENANAAN SISTEM PENDINGINAN ETAKAN PLASTIK HOLDER PULLEY PERUSAHAAN MANUFAKTUR Yunus Yakub 1) dan Madinah ) 1) & ) Dosen Program Studi Teknik Mesin Fakulatas Teknologi Industri Institut Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

Desain dan Pembuatan Cetakan Sistem Injeksi untuk Cetakan Plastik Adonan Donat

Desain dan Pembuatan Cetakan Sistem Injeksi untuk Cetakan Plastik Adonan Donat Journal INTEK. 2016, Volume 3 (2): 54-61 54 Desain dan Pembuatan Cetakan Sistem Injeksi untuk Cetakan Plastik Adonan Donat Syamsul Hadi 1,a, Tandya Nanda Haswari Murti 2,b, Saifudin Kalih Sayekti 3,c,

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN BAHAN BAKU

BAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN BAHAN BAKU BAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN BAHAN BAKU Perhitungan dan pemilihan bahan baku rancangan press tool sendok cocor bebek dari bahan stainless steel tebal 0,5 milimeter dengan sistem progresif akan diuraikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB IV ANALISA STRUKTUR BAB IV ANALISA STRUKTUR 4.1 Data-data Struktur Pada bab ini akan membahas tentang analisa struktur dari struktur bangunan yang direncanakan serta spesifikasi dan material yang digunakan. 1. Bangunan direncanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pandangan Umum 2.1.1 Definisi Paving-Block Paving-block merupakan produk bahan bangunan dari semen yang digunakan sebagai salah satu alternatif penutup atau pengerasan permukaan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB ) PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB ) [C]2010 : M. Noer Ilham A. DATA BAHAN STRUKTUR PLAT LENTUR DUA ARAH (TWO WAY SLAB ) Kuat tekan beton, f c ' = 20 MPa Tegangan leleh baja untuk tulangan lentur, f y = 240

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. base gantungan baju multifungsi adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PERANCANGAN. base gantungan baju multifungsi adalah sebagai berikut : BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan merupakan langkah-langkah yang dijadikan pedoman dalam melakukan perancangan agar memperoleh hasil yang lebih baik dan memperkecil kesalahan kesalahan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara menyuntikkan cairan plastik panas kedalam rongga cetakan. Cetakan tersebut

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara menyuntikkan cairan plastik panas kedalam rongga cetakan. Cetakan tersebut BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Injection Molding Injection molding merupakan proses yang sangat populer dalam pembuatan bendabenda plastik dari jenis thermoplastik Cetakan injeksi digunakan untuk membentuk

Lebih terperinci

Gambar Gambar Perencanaan Tangga Tampak Samping. Ukuran antrede = 2 optrede + 1antrede = 65 A = 65-2(17,5)

Gambar Gambar Perencanaan Tangga Tampak Samping. Ukuran antrede = 2 optrede + 1antrede = 65 A = 65-2(17,5) 66 3.3 Perhitungan Tangga 3.3.1 Perencanaan Ukuran Lantai Dasar ± 0,00 Lantai 1 ± 4,20 30 4200 17,5 3300 2150 Gambar 3.3.1 Gambar Perencanaan Tangga Tampak Samping Maka tinggi bordes = = 2,10 Ukuran optrede

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENGERTIAN MOLD Mold (cetakan) adalah adalah rongga tempat material leleh (plastik atau logam) memperoleh bentuk. Mold terdiri dari dua bagian yaitu pelat bergerak (moveable

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES INJEKSI PLASTIK Gambar 4.1 Proses pencetakan pada mesin injeksi 29 Pada Proses Injeksi Plastik (Plastic Injection Molding Process) terdapat 2 bagian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuat Tekan Beton SNI 03-1974-1990 memberikan pengertian kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya

Lebih terperinci

DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD SISTEM SLIDER PADA PRODUK PREFORM STICK T15

DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD SISTEM SLIDER PADA PRODUK PREFORM STICK T15 DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD SISTEM SLIDER PADA PRODUK PREFORM STICK T15 Lutfi Khoirul Miftakhul Ni am 1, Cahyo Budiyantoro 2, Muhammad Budi Nur Rahman 3 1,2,3 Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ELEMEN MESIN II ELEMEN MESIN II

ELEMEN MESIN II ELEMEN MESIN II ELEMEN MESIN II PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2014 169 BAGIAN VII PEGAS (Spring) Pegas adalah suatu benda elastis, yang jika diberi beban maka akan

Lebih terperinci

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Perencanaan Awal (Preliminary Design) Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi rencana struktur, yaitu pelat, balok dan kolom agar diperoleh

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG Cahya Sutowo Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Untuk melakukan penelitian tentang kemampuan dari dongkrak ulir ini adalah ketahanan atau

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu pengujian mekanik beton, pengujian benda uji balok beton bertulang, analisis hasil pengujian, perhitungan

Lebih terperinci

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR 3.. Denah Bangunan Dalam tugas akhir ini penulis merancang suatu struktur bangunan dengan denah seperti berikut : Gambar 3.. Denah bangunan 33 34 Dilihat dari bentuk

Lebih terperinci

Gambar 4.25.Moving Plate. Spacer plate merupakan plate untuk penyangga moving plate, spacer plate ini

Gambar 4.25.Moving Plate. Spacer plate merupakan plate untuk penyangga moving plate, spacer plate ini Gambar 4.25.Moving Plate - Pembuatan Spacer Plate 1 Spacer plate merupakan plate untuk penyangga moving plate, spacer plate ini digunakan untuk membuat jarak antara moving plate dengan lower plate. Tujuan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING )

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) BASE PLATE DAN ANGKUR [C]2011 : M. Noer Ilham ht h a 0.95 ht a f Pu f Mu f f B I Vu L J 1. DATA TUMPUAN BEBAN KOLOM DATA BEBAN KOLOM Gaya aksial akibat beban terfaktor, P

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan perhitungan, pengukuran arah longitudinal dan transversal dengan metode mean (rata-rata) diperoleh nilai minimum sink mark pada

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Dalam perancangan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM :

PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM : NAMA PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM : 22410181 JURUSAN : TEKNIK MESIN PENDAHULUAN Dewasa ini, pemakaian barang-barang yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 37 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA Pada bab ini dijelaskan bagaimana menentukan besarnya energi panas yang dibawa oleh plastik, nilai total laju perpindahan panas komponen Forming Unit

Lebih terperinci

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul Sistem Struktur 2ton y Sambungan batang 5ton 5ton 5ton x Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul a Baut Penyambung Profil L.70.70.7 a Potongan a-a DESAIN BATANG TARIK Dari hasil analisis struktur, elemen-elemen

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERHITUNGAN. 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan

BAB III ANALISA PERHITUNGAN. 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan Analisa Perhitungan/ 413041-051 BAB III ANALISA PERHITUNGAN 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan Mesin pembersih burry system kerjanya sama dengan mesin bor jenis peluassecara garis besar

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;

Lebih terperinci

Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik

Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010 65 Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik Toto Rusianto, Ellyawan, S.A. & Arif Rahmanto Jurusan Teknik Mesin, Institut

Lebih terperinci

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal V. BATANG TEKAN Elemen struktur dengan fungsi utama mendukung beban tekan sering dijumpai pada struktur truss atau frame. Pada struktur frame, elemen struktur ini lebih dikenal dengan nama kolom. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Berat Jenis dan Kerapatan Kayu Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara 0.2-1.28 kg/cm 3. Berat jenis kayu merupakan suatu petunjuk dalam menentukan kekuatan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN BAB III PROSES PERANCANGAN 3.1 Pembuatan Section Planing Section planing adalah proses pembuatan konsep yang akan diterapkan pada suatu part, seperti konsep pemasangan part ke unit mobil, konsep part-part

Lebih terperinci

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban yang mampu diterima serta pola kegagalan pengangkuran pada balok dengan beton menggunakan dan tanpa menggunakan bahan perekat Sikadur -31 CF Normal

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DESAIN PROGRESSIVE DIES PROSES PIERCING DAN BLANKING ENGSEL UNTUK KOMPONEN KURSI LIPAT RULY SETYAWAN NIM

TUGAS AKHIR DESAIN PROGRESSIVE DIES PROSES PIERCING DAN BLANKING ENGSEL UNTUK KOMPONEN KURSI LIPAT RULY SETYAWAN NIM TUGAS AKHIR DESAIN PROGRESSIVE DIES PROSES PIERCING DAN BLANKING ENGSEL UNTUK KOMPONEN KURSI LIPAT RULY SETYAWAN NIM. 201354049 DOSEN PEMBIMBING Qomaruddin, ST., MT. Ir., Masruki Kabib, MT. PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

DESAIN DAN PEMBUATAN CETAKAN PLASTIK SEPATU KAKI KURSI SISIPAN PELAT

DESAIN DAN PEMBUATAN CETAKAN PLASTIK SEPATU KAKI KURSI SISIPAN PELAT Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2015-JTM Polinema 17 DESAIN DAN PEMBUATAN CETAKAN PLASTIK SEPATU KAKI KURSI SISIPAN PELAT Syamsul Hadi 1, Ahmadu Fimanhadait 2, Ihwan Kholis Ardli Utomo 3 1 Dosen

Lebih terperinci

PEMILIHAN MATERIAL DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUSIBLE PELEBUR ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG DENGAN BAHAN BAKAR PADAT

PEMILIHAN MATERIAL DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUSIBLE PELEBUR ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG DENGAN BAHAN BAKAR PADAT PEMILIHAN MATERIAL DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUSIBLE PELEBUR ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG DENGAN BAHAN BAKAR PADAT SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik M. ROLAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perancangan mesin ini dilakukan tidak lain agar sedikit banyak mampu mengatasi lambatnya proses pembuatan sebuah box laci lemari, terkhusus pada waktu pemotongan plat serta penekukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran: BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API 3.1. Kerangka Berpikir Dalam melakukan penelitian dalam rangka penyusunan tugas akhir, penulis melakukan penelitian berdasarkan pemikiran: LATAR

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuat Tekan Beton Sifat utama beton adalah memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya. Kekuatan tekan beton adalah kemampuan beton untuk menerima

Lebih terperinci

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak TUGAS AKHIR RC-09 1380 Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak Penyusun : Made Peri Suriawan 3109.100.094 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Djoko Irawan MS, 2.

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS. pemilihan mekanisme tersebut terutama pada proses pembuatan dan biaya. Gambar 5-1 Mekanisme Rack Gear

BAB 5 ANALISIS. pemilihan mekanisme tersebut terutama pada proses pembuatan dan biaya. Gambar 5-1 Mekanisme Rack Gear BAB 5 ANALISIS 5.1 Desain Teleskopis Desain teleskopis yang dirancang ada 2 pilihan yaitu menggunakan mekasisme rack gear dan mekanisme rantai. Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam pemilihan mekanisme

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENYANGGA BOX MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN

PENGEMBANGAN PENYANGGA BOX MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN PENGEMBANGAN PENYANGGA BOX MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN Oleh: Hulfi Mirza Hulam Ahmad 2109100704 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ing. Ir. I Made Londen Batan, M.Eng Latar Belakang Prototype box yang dibuat

Lebih terperinci

DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD DENGAN SISTEM SLIDER PADA PRODUK HARDCASE HANDPHONE

DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD DENGAN SISTEM SLIDER PADA PRODUK HARDCASE HANDPHONE DESAIN DAN OPTIMASI INJECTION MOLD DENGAN SISTEM SLIDER PADA PRODUK HARDCASE HANDPHONE TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Strata-1 Pada Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan merupakan hasil dari perhitungan perencanaan struktur gedung Fakultas Teknik Informatika ITS Surabaya dengan metode SRPMM.

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR Million Tandiono H. Manalip, Steenie E. Wallah Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Email : tan.million8@gmail.com

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 6 Penulangan Bab 6 Penulangan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan komponen kendaraan bermotor, peralatan listrik,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Hasil Perancangan Desain dan Alat. Hasil desain dan perancangan alat pemadat sampah plastik dapat dilihat pada

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Hasil Perancangan Desain dan Alat. Hasil desain dan perancangan alat pemadat sampah plastik dapat dilihat pada 59 BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Perancangan Desain dan Alat Hasil desain dan perancangan alat pemadat sampah plastik dapat dilihat pada gambar dibawah ini : - Desain dan hasil perancangan alat :

Lebih terperinci

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI-5 2002 DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR

PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR Oleh: Muhamad Nur Harfianto 2111 105 025 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Soeharto,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai 8 BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Pada Pelat Lantai Dalam penelitian ini pelat lantai merupakan pelat persegi yang diberi pembebanan secara merata pada seluruh bagian permukaannya. Material yang digunakan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A

BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A BAB IIIPROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A PROSES PEMBUATAN MOLD GRAB RAIL K15A 3.1 Deskripsi Molding Injection Mold (cetakan) terdiri dari dua bagian pelat bergerak (core plate) dan pelat diam (cavity

Lebih terperinci

PERANCANGAN CETAKAN SAFETY GLASSES FRAME DENGAN MEMODIFIKASI CETAKAN TIDAK TERPAKAI DI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA

PERANCANGAN CETAKAN SAFETY GLASSES FRAME DENGAN MEMODIFIKASI CETAKAN TIDAK TERPAKAI DI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA PERANCANGAN CETAKAN SAFETY GLASSES FRAME DENGAN MEMODIFIKASI CETAKAN TIDAK TERPAKAI DI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA Eko Ari Wibowo 1, Agung Kaswadi 2 dan Suroto 3 Pembuatan Peralatan dan Perkakas Produksi,

Lebih terperinci

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc PERENCANAAN SAMBUNGAN KAKU BALOK KOLOM TIPE END PLATE MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 03 1729 2002) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002 Henny Uliani NRP : 0021044 Pembimbing

Lebih terperinci

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Spesifikasi TOYOTA YARIS Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA YARIS memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya maksimum (N) : 109 dk. Putaran

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan 3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN ITSM BAHAN AJAR MEKANIKA REKAYASA 2

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN ITSM BAHAN AJAR MEKANIKA REKAYASA 2 PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN ITSM BAHAN AJAR MEKANIKA REKAYASA 2 BOEDI WIBOWO 1/3/2011 KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, karena dengan

Lebih terperinci

sehingga menjadi satu kesatuan stmktur yang memiliki sifat stabil terhadap maka komponen-komponennya akan menerima gaya aksial desak dan tarik, hal

sehingga menjadi satu kesatuan stmktur yang memiliki sifat stabil terhadap maka komponen-komponennya akan menerima gaya aksial desak dan tarik, hal BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kuda - Kuda Papan Kuda-kuda papan adalah rangka kuda-kuda yang komponenkomponennya terbuat dari papan-papan kayu yang didesain sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan

Lebih terperinci

BAB II Landasan Teori

BAB II Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Pengenalan Mengenai Punching Tool Dalam dunia industri manufactur ada beberapa jenis proses produksi, salah satunya adalah proses pengerjaan sheet metal yang menggunakan seperangkat

Lebih terperinci

KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL

KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL Ade Lisantono

Lebih terperinci

Struktur Balok-Rusuk (Joist) 9 BAB 3. ANALISIS DAN DESAIN Uraian Umum Tinjauan Terhadap Lentur 17

Struktur Balok-Rusuk (Joist) 9 BAB 3. ANALISIS DAN DESAIN Uraian Umum Tinjauan Terhadap Lentur 17 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAKSI PRAKATA DAFTAR -ISI i i i iii iv v vii DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL ix DAFTAR GAMBAR xii BAB 1. TENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp A cp Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C C m Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas bruto penampang (mm²) = Luas bersih penampang (mm²) = Luas penampang

Lebih terperinci

4.1. Menghitung Kapasitas Silinder

4.1. Menghitung Kapasitas Silinder BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Menghitung Kapasitas Silinder Pada perencangan alat uji kekentalan plastik ini sampel akan dilebur didalam silinder. Untuk itu dibutuhkan perhitungan untuk mencari

Lebih terperinci

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT 2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT Pendahuluan Elemen struktur komposit merupakan struktur yang terdiri dari 2 material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Kajian Pustaka

BAB II DASAR TEORI 2.1. Kajian Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Kajian Pustaka Sistem konstruksi slider mold digunakan untuk memproduksi sebuah produk yang memiliki bentuk undercut dan bentuk yang tidak dapat diproduksi dengan hanya menggunakan

Lebih terperinci

PEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA

PEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA PEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA Roland Martin S 1*)., Lilya Susanti 2), Erlangga Adang Perkasa 3) 1,2) Dosen,

Lebih terperinci