VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Aspek Non Finansial Analisis mengenai aspek non finansial, dilakukan untuk mengetahui sejauh mana usaha peternakan sapi perah yang memanfaatkan kotoran ternak sebagai penghasil biogas di KUD Giri Tani, Kecamatan Cisarua dan Megamendung layak untuk dilaksanakan. Aspek non finansial yang akan dikaji lebih dalam antara lain adalah aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosialekonomi-budaya, serta lingkungan Aspek Pasar Aspek pasar memegang peranan penting dalam menentukan kelayakan suatu usaha. Hal ini disebabkan, aspek pasar menganalisis pemasaran dari output yang dihasilkan. Berikut ini adalah analisis lebih lanjut mengenai komponenkomponen dari aspek pasar : 1. Permintaan dan penawaran Konsumen tunggal dari produk yang dihasilkan oleh peternak adalah Cimory. Permintaan susu segar dari Cimory, mencapai 10 ton per hari atau jika dikonversi ke dalam satuan liter maka kebutuhan Cimory mencapai 9866,79 liter per hari. Untuk memenuhi keseluruhan permintaan tersebut, Cimory memasok susu dari KUD Giri Tani, dimana terdapat kesepakatan antara Cimory dan KUD Giri Tani bahwa seluruh susu yang dihasilkan oleh KUD Giri Tani akan diserap oleh Cimory. Namun, kebutuhan susu sebanyak 10 ton/hari tersebut tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh KUD Giri Tani, yang rata-rata hanya dapat memenuhi 60 % dari kebutuhan. Sehingga, Cimory memenuhi 40 % kebutuhan lainnya dari para peternak yang berada di kawasan Cipanas dan Sukabumi yang masingmasing mampu memenuhi 20 % dari kebutuhan susu. Penawaran rata-rata yang mampu dihasilkan oleh KUD Giri Tani adalah sebanyak 6 ton/hari atau 6000 kg susu segar. Sedangkan peternak skala besar yang ada, rata-rata hanya mampu menghasilkan 805 L/hari atau sama dengan 815,87 kg/hari. Sehingga, para peternak skala besar mampu menawarkan sebanyak 13 % susu segar kepada Cimory dari keseluruhan permintaan susu yang ada setiap

2 harinya. Dengan mengetahui jumlah permintaan dan penawaran tersebut, dapat diketahui pula market share dari peternak serta KUD Giri Tani. Market share menunjukkan proporsi penjualan suatu usaha terhadap penjualan industri secara keseluruhan (Solihin, 2007), yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Sales Revenue output usaha pada tahun t Sales Revenue output industri pada tahun t Berdasarkan perumusan tersebut, market share dari KUD Giri tani, dengan asumsi harga jual susu per kilogram Rp 3.900,00, dan diasumsikan konstan selama tahun 2010 maka : KUD Giri Tani kg X Rp X 30 harix 12 bulan kg X Rp X 30 hari X 12 bulan Rp ,00 Rp ,00 60 % Dalam satu tahun, proporsi penjualan susu segar dari KUD Giri Tani ke Cimory mencapai 60 % dari total industri. Sedangkan, market share dari peternak skala besar adalah : Peternak 815,87 kg X Rp X 30 hari X 12 bulan kg X Rp X 30 hari X12 bulan Rp ,00 Rp ,00 8,27% Market share yang diterima peternak skala besar setiap tahunnya adalah sebesar 8,27 % dari keseluruhan industri. Untuk produk sampingan berupa biogas, permintaan dan penawaran utama berasal dari rumah tangga peternak. Hal ini disebabkan, biogas yang dihasilkan diperuntukkan untuk skala rumah tangga. Dalam satu bulan jumlah biogas yang dapat dihasilkan setara dengan 96,6 kilogram gas elpiji. Jumlah tersebut mampu memenuhi kebutuhan peternak dalam hal kebutuhan akan energi, khususnya

3 energi berupa gas. Sebelum melakukan pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas, para peternak menggunakan gas elpiji ukuran 3 kg. Namun, saat ini penggunaan gas elpiji dapat digantikan oleh biogas. Oleh karena itu, dengan pemanfaatan biogas ini, penerimaan yang diterima oleh peternak dalam menjalankan usahanya mengalami peningkatan. Produk sampingan lain yang dihasilkan oleh usaha peternakan sapi perah berupa limbah biogas (sludge). Dalam satu harinya limbah yang dihasilkan dari proses produksi biogas mencapai 70 % dari total keseluruhan kotoran ternak yang digunakan sebagai input biogas. Jumlah kotoran yang digunakan sebagai input adalah sebesar 450 kg, Sehingga jumlah limbah biogas yang dihasilkan adalah sebanyak 315 kg per harinya. Limbah biogas yang dihasilkan ini tidak mengalami proses pengolahan lebih lanjut. Proses pemasaran dilakukan ke masyarakat sekitar yang datang langsung ke usaha peternakan, dan juga ke perkebunan bunga yang juga terdapat di Kecamatan Cisarua, dengan harga jual rata-rata sebesar Rp 175,00 per kilogram. Limbah ini dijual dengan menggunakan karung yang berkapasitas kilogram. Jumlah limbah yang dijual ke perkebunan dan ke masyarakat sekitar setiap harinya, rata-rata sebanyak tujuh dan satu karung. 2. Pemasaran output Output yang dihasilkan oleh usaha peternakan sapi perah terdiri dua bagian utama, yaitu output utama dan output sampingan. Output utama berupa susu segar, sedangkan output sampingan berupa biogas dan limbah biogas. Pada pemasaran output utama, para peternak menyalurkan susu segar melalui dua saluran, yaitu KUD Giri Tani dan pemasaran secara langsung kepada konsumen. Gambar 7 merupakan saluran pemasaran susu segar ke KUD Giri Tani serta konsumen secara langsung. Pada saluran pertama, susu segar yang dihasilkan, dipasarkan peternak melalui KUD Giri Tani. Selanjutnya, seluruh susu yang telah terkumpul di KUD, di pasarkan ke PT. Cisarua Mountain Dairy (Cimory). Susu yang diterima KUD dan dipasarkan ke Cimory adalah keseluruhan susu yang dapat diproduksi oleh setiap peternak yang menjadi anggota KUD. Namun, susu yang diterima harus memenuhi kriteria kualitas awal yang telah ditetapkan oleh Cimory, yakni susu tidak dalam keadaan pecah.

4 KUD Giri Tani Cimory Saluran 1 Peternak Konsumen Saluran 2 Gambar 7. Saluran Pemasaran Susu Segar Uji kualitas awal dilakukan oleh petugas dari KUD yang bertugas mengantarkan susu ke Cimory, pengujian ini menggunakan alat uji susu yang berbentuk seperti pistol dan terbuat dari besi (Gambar 8). Gambar 8. Alat Uji Susu Susu dari masing-masing peternak yang lolos uji kualitas kemudian dicatat jumlahnya oleh petugas KUD dan kemudian di pasarkan ke Cimory (Gambar 9). Susu yang di terima Cimory, dibagi berdasarkan kelompok ternak masing-masing, kemudian dilakukan uji kualitas yang dilihat berdasarkan kriteria jumlah bakteri yang terkandung di dalam susu (grade), berat jenis serta nilai total solid-nya. Gambar 9. Pengiriman Susu ke Cimory

5 Uji kualitas tersebut akan membagi susu kedalam grade yang berbedabeda, serta tingkat harga yang berbeda pula. Kualitas susu segar terbagi kedalam - enam grade (Tabel 6) : Tabel 6. Grade Susu Segar Grade Jumlah Bakteri (X) 1 0,25 juta 2 0,25 < X 0,5 juta 3 0,5 < X 1 juta 4 1 < X 3 juta 5 3 < X 5 juta 6 5 < X 10 juta Sumber : Cimory, 2008 Harga susu yang diberikan oleh Cimory dihitung berdasarkan satuan kilogram susu yang diterima, bukan dengan satuan liter. Sehingga, terjadi pengonversian satuan dari liter ke kilogram dengan asumsi berat jenis rata-rata 1,0135 Kg/L maka 1 liter susu segar sama dengan 1,0135 kg susu. Tingkat harga yang diterima oleh peternak skala besar berbeda-beda, yakni antara Rp 3.450,00 Rp 4.725,00 per kilogram nya. Sementara itu, grade yang diterima pun bervariasi, yakni antara grade terendah hingga grade tertinggi. Namun, rata-rata grade yang yang paling sering diterima peternak adalah grade tiga dan empat. Susu yang telah diuji secara lebih lanjut oleh Cimory, kemudian dikemas atau diolah lebih lanjut menjadi yoghurt dan panganan lainnya. Susu kemasan dan yoghurt dipasarkan ke berbagai wilayah seperti Jabodetabek ataupun dijual secara langsung di Cimory Resto yang juga berada di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Sedangkan untuk produk olahan lain berupa panganan, hanya dijual di Cimory Resto. Untuk saluran kedua, susu yang dihasilkan oleh peternak, dijual secara langsung kepada konsumen, yaitu kepada para wisatawan yang sedang berlibur ataupun menginap di villa yang terletak di sekitar kawasan peternakan. Namun, penjualan langsung ini tidak dilakukan secara kontinu, melainkan dalam waktu dan jumlah pembelian yang tidak menentu. Para wisatawan tersebut, biasanya membeli pada hari libur, seperti sabtu dan minggu. Dalam satu bulan jumlah susu

6 yang dapat dijual melalui saluran dua dapat mencapai 50 L dengan harga jual berkisar antara Rp 3.500,00 Rp 7.000,00 per liter. Output sampingan usaha peternakan skala besar yakni biogas tidak dikomersilkan. Biogas yang dihasilkan hanya digunakan untuk keperluan rumah tangga peternak. Sementara, output berupa limbah biogas dipasarkan kepada para pemilik usaha perkebunan yang berada di sekitar lokasi usaha peternakan. Selain itu, pemasaran juga dilakukan secara langsung dengan menjual limbah sebagai pupuk kepada masyarakat yang datang secara langsung ke lokasi usaha peternakan sapi perah. Berdasarkan uraian tersebut, pada aspek pasar usaha peternakan skala besar layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan, masih terbukanya peluang untuk memasarkan susu kepada Cimory dalam kapasitas yang lebih besar. Karena adanya kesepakatan antara Cimory dan KUD Giri Tani untuk menerima seluruh produksi susu yang dihasilkan oleh peternak yang menjadi anggota koperasi tersebut Aspek Teknis Aspek teknis yang dikaji berkaitan dengan sumber daya produksi yang digunakan oleh usaha peternakan baik untuk menghasilkan susu atau biogas, teknik produksi yang dilakukan, lokasi usaha peternakan dan reaktor biogas, produksi susu, biogas, dan limbah biogas yang dihasilkan serta bentuk pengawasan kualitas produk yang dilakukan oleh pihak atau lembaga yang terkait dengan usaha peternakan. 1. Sumber Daya Produksi Sumber daya produksi yang digunakan pada usaha peternakan dapat terbagi kedalam empat bagian yaitu sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya modal, dan bahan baku. Sumber daya yang pertama yaitu manusia (tenaga kerja), merupakan salah satu faktor produksi utama dari usaha peternakan sapi perah. Tenaga kerja yang dipakai berasal dari tenaga kerja keluarga dan non keluarga yang berasal dari lingkungan masyarakat sekitar. Rata-rata tenaga kerja keluarga yang dipakai berjumlah satu orang yaitu pemilik usaha. Sedangkan,

7 tenaga non keluarga berasal dari masyarakat sekitar lokasi usaha dengan jumlah rata-rata empat orang dan berjenis kelamin laki-laki dengan umur diatas 20 tahun. Sumber daya yang kedua adalah sumberdaya alam. Sumberdaya alam yang digunakan dalam usaha peternakan sapi perah adalah lahan dan sumber mata air. Luas lahan yang digunakan untuk peternakan sapi perah di Desa Cibeureum sebesar 169,12 Ha atau 15 % dari keseluruhan wilayah yang dimiliki. Sedangkan, di Desa Tugu Selatan lahan yang digunakan mencapai 425,606 Ha atau sebesar 25 % dari total wilayah. Namun, luas lahan yang digunakan di Desa Cipayung masih sangat minim, yaitu hanya seluas 0,007 Ha, dan presentase dari keseluruhan wilayah dibawah 0,01 %. Hal ini disebabkan, banyak lahan di ketiga wilayah tersebut yang digunakan sebagai lahan sawah, perkebunan dan bahkan pemukiman baru yang digunakan sebagai villa oleh warga diluar desa tersebut. Dengan luas lahan tersebut, para peternak mampu menjalankan usaha peternakan sapi perah dengan luas rata-rata kepemilikan lahan sebesar 400 m 2. Lahan yang digunakan oleh para peternak merupakan lahan milik pribadi. Harga lahan di lokasi penelitian sebesar Rp ,00 per meter. Sumber daya alam lainnya yang digunakan dalam usaha ini adalah mata air. sumber mata air yang digunakan berasal dari air Gunung Pangrango yang mengaliri sungai-sungai. Para peternak kemudian mengalirkan air tersebut melalui pipa-pipa yang dipasangkan di sungai terdekat kemudian disambungkan hingga ke kandang peternakan sapi perah atau ditampung kedalam bak. Untuk mendapatkan air tersebut, para peternak tidak mengeluarkan biaya. Mereka hanya perlu menyiapkan pipa yang digunakan untuk mengalirkan air dari sumber mata air hingga ke kandang peternakan sapi perah yang dimiliki oleh masing-masing peternak. Untuk mengalirkan air tersebut para peternak rata-rata memerlukan 35 batang pipa paralon. Selain sumber mata air dari pegunungan, para peternak juga memenuhi kecukupan air dengan memanfaatkan tenaga mesin, yaitu jet pump, untuk mempermudah proses pengambilan air melalui sumber mata air yang berasal dari air tanah. Modal yang digunakan dalam pelaksanaan usaha, berasal dari modal sendiri, para peternak tidak melakukan peminjaman modal ke pihak lain ataupun lembaga keuangan, seperti bank. Modal awal peternak digunakan untuk membeli sapi

8 perah berupa laktasi ataupun dara, sapi jantan, lahan, membangun kandang dan membeli peralatan serta perlengkapan yang dibutuhkan, seperti ember stainless, milk can, sikat, dan sapu. Jenis sapi perah yang dimiliki adalah Fries Holand (FH) (Gambar 10). Sapi jenis ini berasal dari daerah beriklim sedang atau sub tropis. Sehingga sesuai untuk dikembangkan di Kecamatan Cisarua dan Megamendung yang memiliki suhu relatif sejuk dan terletak di daerah pegunungan. Sapi ini biasanya memiliki warna belang hitam putih dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan tempat dimana mereka dikembangkan. Gambar 10. Sapi Perah Jenis Fries Holand Rata-rata jumlah sapi perah yang dimiliki setiap peternak adalah sebanyak 22 ekor, dengan perincian 17 ekor laktasi, 4 ekor dara serta 1 ekor sapi jantan. Sapi laktasi dibeli pada umur kurang lebih dua tahun dimana sebelumnya sapi tersebut pernah melahirkan atau telah mengalami laktasi pertama. Sedangkan, sapi dara dibeli pada umur satu tahun dan belum pernah melahirkan atau laktasi. Setelah dibeli sapi dara akan dikawinkan dengan sapi jantan atau di inseminasi, agar segera bunting dan melahirkan, sehingga jumlah produksi susu yang dihasilkan akan mengalami peningkatan. Sementara itu, sapi jantan juga dibeli pada umur satu tahun dan belum pernah kawin. Rata-rata peternak memiliki dua buah kandang dan satu buah gudang untuk menyimpan pakan dan perlengkapan lain yang dibutuhkan usaha peternakan sapi

9 perah. Kandang dan gudang dibangun di awal tahun usaha, dan membutuhkan waktu pembangunan selama kurang lebih tiga bulan. Pembangunan kandang dan gudang ini masing-masing menghabiskan biaya sebesar Rp ,00 dan Rp ,00 per unit nya. Bahan baku yang digunakan dalam usaha peternakan sapi perah adalah pakan dan mentega. Pakan ini terdiri dari rerumputan sebagai pakan utama yang dapat berupa rumput gajah ataupun tanaman jagung. Rerumputan ini rata-rata didapatkan dengan cara membeli dari pedagang yang khusus menjual rumput ataupun mengambilnya secara langsung dari lahan kosong atau dari gunung yang berada di sekitar lokasi usaha. Harga satu kilogram rumput segar adalah Rp 165,00. Sumber daya yang dibutuhkan untuk pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas, terbagi kedalam empat bagian. Sumber daya yang pertama adalah manusia atau tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan dalam pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas sama dengan tenaga kerja yang dipekerjakan pada usaha peternakan sapi perah. Selain mengurus peternakan, tenaga kerja tersebut memiliki pekerjaan tambahan yaitu memasukkan kotoran ternak ke dalam reaktor biogas, yang dilakukan setelah membersihkan kandang, serta melakukan perawatan reaktor biogas. Sumberdaya yang kedua adalah reaktor biogas. Reaktor biogas merupakan sumber daya modal utama untuk menghasilkan biogas (gas bio), yang didapatkan melalui bantuan langsung dari Kementerian Lingkungan Hidup. Bantuan modal ini bersifat hibah, dimana peternak tidak mengeluarkan biaya selama proses pembangunan. Bantuan yang diberikan kepada para peternak anggota KUD Giri Tani ini dimulai pada tahun 2007 hingga saat ini. Namun, khusus untuk reaktor skala 7 m 3 (Gambar 11) yang diberikan kepada para peternak skala besar dilakukan pada tahun 2008 dan Reaktor yang diberikan berupa reaktor model Fixed Dome atau yang juga dikenal dengan model kubah tetap. Dengan model tersebut, para peternak dapat mengisi bahan baku secara kontinu. Reaktor biogas skala 7 m 3 dibangun dengan menggunakan bahan fiber glass dengan diameter 2,6 m, tinggi 2,5 m serta ketebalan 8-10 m. Proses pembangunan biogas ini tidak memakan waktu yang cukup lama, yakni kurang dari tiga bulan.

10 Selain mendapatkan hibah berupa pembangunan reaktor biogas, para peternak juga mendapatkan kompor gas sebanyak satu unit dengan rata-rata satu tungku pembakaran, selang gas untuk mengalirkan gas yang dihasilkan dari reaktor ke kompor biogas yang terletak di dapur rumah peternak, stop keran untuk mengatur aliran dan jumlah gas yang dihasilkan, serta dibangun pula lubang pemasukan serta lubang penampung limbah biogas sludge. Gambar 11. Reaktor Biogas Skala 7 m 3 di Kecamatan Megamendung Sumberdaya yang ketiga adalah bahan baku. Bahan baku utama yang digunakan untuk reaktor biogas adalah kotoran ternak berupa feses dan urine serta air dengan perbandingan 1:2. Feses dihasilkan dari kotoran ternak sapi perah. Sedangkan, air di dapatkan dari urine sapi serta air gunung yang di alirkan ke kandang ataupun air sisa cucian setelah proses pembersihan kandang dan ternak sapi perah selesai dilakukan. Bahan baku yang dimasukkan kedalam reaktor, dilakukan secara kontinu, pada waktu pagi dan sore hari, ketika proses pembersihan kandang dilakukan. Sehingga produksi biogas yang dihasilkan dapat bersifat kontinu. Dalam satu hari satu ekor ternak dewasa dapat menghasilkan kotoran 30 kg, sehingga apabila dijumlahkan, dengan total ternak 22 ekor, jumlah kotoran ternak yang dihasilkan adalah sebesar 660 kilogram. Namun, tidak seluruh kotoran ternak digunakan sebagai input dalam menghasilkan biogas. Hal ini disebabkan keterbatasan volume reaktor biogas yang hanya mampu menampung secara maksimal seluruh kotoran yang berasal dari 15 ekor sapi perah dewasa.

11 Sumberdaya keempat dan terakhir adalah alam, yakni air. Air merupakan salah satu komponen yang juga merupakan bahan baku dalam pembuatan biogas. Air yang dibutuhkan tidak hanya berasal dari urine ternak, namun juga yang berasal dari air gunung, dimana air tersebut didapatkan dengan cara mengalirkan air gunung melalui pipa menuju kandang dan kemudian dialirkan melalui selangselang yang terdapat di kandang ternak. Jika kebutuhan air tersebut tidak dapat terpenuhi seluruhnya, peternak menggunakan sumber mata air lain, yakni yang berasal dari air tanah. 2. Penyediaan input Input yang dibutuhkan oleh usaha peternakan skala besar terdiri dari sapi laktasi, dara, jantan, dan pakan. Sapi laktasi, dara, dan jantan didapatkan melalui pembelian secara langsung di usaha peternakan lain, dengan harga laktasi yang digunakan rata-rata dibeli dengan harga Rp ,00, dara dibeli dengan harga Rp ,00, dan jantan dibeli dengan harga Rp ,00. Pakan berupa dedak atau konsentrat, mineral, dan ampas tahu diperoleh dengan cara membeli secara langsung dari KUD Giri Tani. Konsentrat yang digunakan adalah merek GT, sementara untuk mineral dan ampas tahu tidak terdapat merek dagang. Satu kilogram konsentrat dibeli dengan harga Rp 1.815,00, sedangkan harga satu kilogram ampas tahu sebesar Rp 270,00 dan mineral dibeli dengan harga Rp ,00 per bungkusnya. Mentega digunakan sebagai bahan pendukung dalam proses pemerahan, agar sapi yang diperah tidak merasa sakit ketika proses pemerahan dilakukan. Mentega ini didapatkan dari toko atau warung yang berada disekitar lokasi usaha. Ketersediaan akan pakan ini, cukup baik, karena KUD selalu menyediakan pakan yang dibutuhkan oleh peternak. Proses pembayaran untuk pakan, dapat dilakukan secara tunai atau melalui pinjaman, yaitu pakan yang dibeli saat ini, akan dibayarkan oleh peternak saat pembayaran susu yang dilakukan setiap awal bulan, yakni dipotong dari jumlah harga yang diterima peternak. Sedangkan, untuk kebutuhan pakan berupa rumput, peternak memenuhinya dengan cara mencari secara langsung dari lahan-lahan kosong yang ada di sekitar lokasi peternakan ataupun dari gunung, tanpa mengeluarkan biaya pembelian. Ketersediaan rumput ini, selalu ada di lokasi-lokasi tersebut. Namun,

12 selain mengambil secara langsung, para peternak juga membeli rumput dari penjual rumput yang ada di sekitar peternakan, dengan harga Rp 165,00/kg. 3. Proses Produksi Proses produksi usaha peternakan sapi perah dibagi menjadi beberapa tahapan, yang dimulai dari proses budidaya atau perkembangbiakan sapi perah hingga proses pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas (Gambar 12). Tahapan pertama dimulai dari perkembangbiakan sapi perah. Teknik perkembangbiakan dapat dilakukan melalui dua metode utama, yaitu secara alamiah ataupun inseminasi buatan. Teknik secara alamiah dilakukan dengan mengawinkan sapi dara/laktasi dengan sapi jantan yang sudah dewasa. Sapi jantan dewasa yang telah siap kawin minimal berumur 18 bulan, sedangkan sapi dara yang siap kawin minimal berumur 15 bulan. Pembersihan sapi Pemberian pakan Pembersihan kandang Pemerahan Pemberian pakan rumput Gambar 12. Proses Produksi Usaha Peternakan Sapi Perah Sapi jantan dan dara/laktasi siap dikawinkan ketika sapi dara/laktasi telah menunjukkan tanda-tanda birahi, seperti alat kelamin berwarna merah dan hangat, sapi terlihat gelisah dan mulai menaiki tubuh sapi lain atau bersedia dinaiki sapi lain, sering mengibaskan ekornya, nafsu makan menurun, dan untuk sapi laktasi produksi susunya menurun. Setelah tanda-tanda birahi tersebut muncul maka selanjutnya peternak memasukkan sapi jantan dan dara/laktasi kedalam satu

13 kandang. Setelah itu, proses perkawinan antara sapi jantan dan betina pun terjadi. Proses perkembang-biakan secara alamiah ini jarang dilakukan oleh peternak di tempat penelitian. Hal ini disebabkan oleh minimnya jumlah sapi jantan yang dimiliki, yakni rata-rata hanya satu ekor. Teknik perkembangbiakan yang biasa dilakukan oleh para peternak adalah teknik kedua, yaitu proses inseminasi buatan. Proses perkembangbiakan melalui inseminasi buatan dilakukan dengan cara memasukkan sperma atau semen kedalam rahim ketika sapi dara/laktasi menunjukkan tanda-tanda birahi. Proses inseminasi buatan ini dilakukan oleh petugas bagian kesehatan hewan (Keswan) yang dimiliki KUD Giri Tani. Setelah proses kawin alami atau inseminasi buatan berhasil dilakukan, sapi dara/laktasi akan mengalami masa bunting selama kurang lebih sembilan bulan. Selama masa bunting tersebut, sapi laktasi tetap dapat diperah hingga usia kebuntingan tujuh bulan, atau dua bulan sebelum masa melahirkan tiba. Setelah tujuh bulan, jumlah produksi susu yang dihasilkan akan menurun dan bahkan habis. Ketika proses melahirkan tiba, peternak menggunakan bantuan dokter atau keswan. Namun, ada juga peternak yang melakukan proses tersebut secara mandiri, tanpa bantuan dokter tetapi dibantu oleh anggota keluarga atau tenaga kerja yang ada. Anak sapi yang baru dilahirkan (pedet) diberi susu segar selama empat bulan pertama. Pedet tersebut tidak meminum susu secara langsung dari induknya, melainkan peternak menyediakan susu di wadah tertentu, seperti ember. Hal ini dilakukan, agar pedet tidak menghabiskan seluruh kapasitas susu yang mampu dihasilkan oleh induk sapi. Pada bulan pertama, jumlah susu yang diberikan sebanyak lima liter per hari, pada bulan kedua hingga keempat, jumlah susu yang diberikan tersebut berkurang setiap bulannya sampai pedet tidak menyusui lagi. Pedet yang dimiliki para peternak, tidak dikembangkan lebih lanjut hingga dewasa. Namun, pada umur dua bulan pedet tersebut dijual kepada peternak lain dengan harga Rp ,00 per ekor. Tahapan kedua adalah proses pembersihan sapi. Rata-rata peternak melakukan pembersihan sapi pada awal kegiatannya, yaitu pada pukul setengah lima pagi. Sapi dibersihkan dengan cara dimandikan, di siram dengan air

14 kemudian di sikat seluruh tubuhnya hingga bersih. Setelah itu, dilakukan tahapan ketiga, yakni pemberian pakan. Pakan yang diberikan kepada sapi perah berupa konsentrat, mineral, dan ampas tahu. Khusus pedet yang umurnya dibawah dua bulan, tidak diberi pakan dengann jenis tersebut, melainkan hanya diberikan pakan berupa susu segar serta rumput. Dalam satu hari, jumlah konsentrat yang diberikan sebesar 5,98 kg per ekornya, sedangkan untuk ampas tahu para peternak memberikan 45,49 kg per ekornya. Sementara itu, untuk mineral setiap bulannya peternak menghabiskan delapan bungkus mineral kepada seluruh sapinya yang berjumlah 22 ekor. Tahapan keempat adalah pembersihan kandang yang dilakukan dengann cara menyiramm lantai dengan air kemudian menyikatnya atau membersihkan kotoran yang ada, seperti kotoran sisa pakan dengan sapu lidi. Sedangkan, kotoran ternak berupa feses yang telah bercampur dengan urine dan air sisa pembersihan kandang, dimasukkan kedalam saluran yang menuju ke lubang pemasukan kotoran pada reaktor biogas (Gambar 13). Gambar 13. Saluran Pemasukan Kotoran Setelah prosess pembersihan sapi, pemberian pakan awal, dan pembersihan kandang selesai dilakukan, tahapan kelima adalah proses pemerahan. Pada tahapan pemerahan, peternak melakukan pengompresan pada ambing (puting) dengan menggunakann air hangat. Hal ini dilakukan agar ambing sapi yang akan diperah terjaga kebersihannya. Proses pemerahan dilakukan secara tradisional tanpa menggunakan mesin perah yakni dengan tenaga manusia. Sebelum pemerahan dilakukan (Gambar 14),

15 peternak melumuri kedua tangannya serta ambing sapi dengan mentega. Hal ini dilakukan untuk mencegah rasa sakit yang dialami oleh sapi ketika proses pemerahan berlangsung dan juga untuk memudahkan proses tersebut. Sapi-sapi tertentu yang tidak jinak, saat proses pemerahan dilakukan, kedua kaki belakang sapi diikat sementara dengan menggunakan tali atau kain, untuk mencegah sapi menendang peternak. Susu hasil perahan ditampung didalam ember yang sebelumnya telah dibersihkan. Ketika proses pemerahan telah selesai, yang ditandai oleh sedikitnya susu yang keluar dari ambing, susu disaring untuk menghilangkan kotoran yang mungkin terbawa saat proses pemerahan dan selanjutnya dipindahkan kedalam milk can untuk di pasarkan melalui KUD Giri Tani. Milk can yang biasanya digunakan oleh peternak berukuran 10, 20, dan 40 liter. Walaupun dilakukan secara tradisional, proses pemerahan dapat menghasilkan rata-rata 10 liter/sapi/hari. Jumlah tersebut mampu memberikan keuntungan bagi peternakan skala besar. Gambar 14. Proses Pemerahan Susu Sapi di Kecamatan Cisarua Tahapan keenam adalah pemberian pakan berupa rumput, yang dilakukan setelah seluruh proses pemerahan selesai. Dalam satu hari jumlah rumput yang dihabiskan oleh satu ekor sapi rata-rata sebanyak 19,54 kilogram. Sedangkan, untuk pedet, jumlah rumput yang diberikan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah rumput yang diberikan kepada sapi dewasa. Pemberian rumput ke pedet dilakukan setelah pedet berumur dua minggu dan maksimal pemberian rumput tersebut adalah lima kilogram saat umur pedet dibawah enam bulan.

16 Selain pembersihan kandang dan sapi, pemberian pakan, serta pemerahan, pemberian minum untuk sapi penting untuk diperhatikan. Air minum untuk sapi berupa air segar yang berasal dari aliran air gunung, yang ditampung di dalam kandang dan mudah untuk dijangkau sapi. Ketersediaan air harus kontinu dan melimpah, karena kebutuhan minum ternak sapi cukup tinggi. Rata-rata tahapan pertama hingga keenam yang dimulai pukul empat atau lima subuh dapat diselesaikan oleh peternak pada pukul delapan pagi. Tahapan pencarian rumput ataupun pembelian rumput dilakukan pada pukul sebelas siang hingga pukul satu siang. Pemerahan yang dilakukan oleh peternak dilakukan dua kali dalam satu hari, yakni pagi dan sore hari. Sehingga, seluruh tahapan yang dilaksanakan pada pagi hari juga dilaksanakan pada sore hari, yang dimulai pada pukul setengah tiga sore hingga pukul lima sore. Proses produksi susu segar dilakukan secara kontinu setiap hari. Hal ini disebabkan, permintaan akan susu segar yang berasal dari Cimory diterima peternak setiap hari. Produksi secara kontinu dapat mengurangi risiko produksi yang diakibatkan oleh penurunan jumlah produksi sehingga mengurangi kerugian yang diterima oleh peternak. Apabila proses produksi tidak dilakukan secara kontinu dapat menimbulkan kelangkaan susu segar. Sementara itu, tahapan ketujuh berupa produksi biogas dimulai dengan memasukkan input ke dalam reaktor (Gambar 15). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, input berupa kotoran ternak (feses) dan urine yang dihasilkan oleh ternak beserta air sisa dari proses pembersihan kandang dan sapi dialirkan melalui saluran yang terdapat pada kandang menuju lubang pemasukan (Gambar 16). Lubang pemasukan tersebut terletak di depan atau samping kandang yang berada di dekat lokasi reaktor biogas. Reaktor biogas skala 7 m 3 memiliki keterbatasan dalam pemasukkan input. Hal ini dikarenakan adanya kapasitas maksimal dari volume reaktor. Menurut PT. Swen Inovasi Transfer (2009), sebagai perusahaan yang memproduksi reaktor biogas yang digunakan di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung, reaktor biogas skala 7 m 3 mampu menampung kotoran yang dihasilkan oleh 15 ekor sapi perah dewasa. Dengan kapasitas tersebut jumlah kotoran yang dapat digunakan sebagai input dalam menghasilkan biogas secara maksimal hanya

17 berasal dari kotoran yang dihasilkan oleh 15 ekor ternak sapi perah, yakni 30 kg per hari per ekor atau sebanyak 450 kg kotoran untuk 15 ekor ternak dewasa dalam satu harinya. Selanjutnya, dari lubang pemasukan tersebut, secara otomatis kotoran ternak dan air akan mengalir ke dalam reaktor biogas. Ketika memasukkan input ke dalam reaktor, perlu diperhatikan agar tidak ada rerumputan atau kotoran lain yang ikut masuk ke dalam saluran. Karena hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya penyumbatan, yang menyebabkan input yang tertampung di dalam lubang tidak dapat mengalir secara langsung ke dalam reaktor. Kotoran Ternak (450 kg) dan air urine (perbandingan 1 : 2) Lubang Pemasukan Reaktor Biogas Skala 7 m 3 Biogas (setara dengan 3,22 kg gas elpiji ) Kompor Biogas Proses Biologis CH 4 + CO 2 Methanogenesis Acetonegenis Fermentasi Hidrolisis Limbah Biogas 70 % dari input yang digunakan Lubang Pengeluaran Gambar 15. Proses Produksi Biogas pada Reaktor Skala 7 m 3 Apabila terjadi penyumbatan pada lubang pemasukan, maka peternak mendorong input yang berada di dalam lubang penampung dengan menggunakan batang bambu agar alirannya lebih lancar. Jumlah antara air dan kotoran yang masuk ke dalam reaktor harus seimbang, dengan perbandingan 1:2 (1 kotoran : 2 air). Karena apabila jumlah kotoran yang masuk lebih banyak dibandingkan air,

18 akan menyebabkan kotoran sulit mengalir ke dalam reaktor, sehingga lubang penampung tersumbat serta jumlah biogas yang dihasilkan tidak dapat optimal. Setelah seluruh input yang diperlukan masuk ke dalam reaktor, maka akan terjadi pembentukkan gas bio yang merupakan proses secara biologis. Input yang digunakan berfungsi sebagai sumber karbon yang juga merupakan sumber kegiatan dan pertumbuhan bakteri. Bakteri yang berpengaruh dalam pembuatan gas bio terdiri dari dua macam yaitu bakteri pembentuk asam dan pembentuk gas metana. Bakteri pembentuk asam yaitu pseudomonas, flavobakterium, alcaligenesis, escherichia, dan aerobakter yang akan merombak bahan organik dan menghasilkan asam-asam lemak. Selanjutnya asam-asam lemak yang terbentuk akan dirombak oleh bakteri pembentuk gas metana, yaitu Methanobacterium, Methanosarcina, serta Methanococcus dan akan menghasilkan gas bio, yang sebagian besar terdiri dari gas metana dan juga gas ammonia (NH 3 ) serta Karbondioksida (CO 2 ). Selain itu, terdapat pula jenis bakteri lain yang memanfaatkan unsur Sulfur (S) dan membentuk gas H 2 S, yakni bakteri Desulvobrio. Gambar 16. Lubang Pemasukan Kotoran Dari proses tersebut output yang dihasilkan tidak hanya berupa gas bio (biogas) namun juga sisa dari proses biologis yang berupa berupa limbah berbentuk lumpur (sludge). Output berupa biogas dialirkan melalui pipa yang berada di atas kubah reaktor yang disambungkan melalui selang gas hingga ke

19 kompor khusus untuk biogas. Sedangkann untuk sludge, dialirkan keluar dari reaktor menuju bak penampung sludge (Gambar 17). Gambar 17. Bak Penampung Sludge Limbah biogas akan dihasilkan setelah 40 hari sejak pertama kali input kotoran ternak dimasukkan kedalam reaktor. Setelah, 40 hari limbah akan keluar secara kontinu setiap harinya. Hal ini disebabkan, masa pengolahan kotoran ternak serta penyimpanan kotoran tersebutt di dalam reaktor berlangsung selama 40 hari. 1. Pipa Reaktor 2. Saluran Pipa 3. Selang Gas 4.Kompor Gambar 18. Tahapan Aliran Biogas Pada saat pertama kali reaktor biogas digunakan, input yang dimasukkan kedalam reaktor tidak dapat menghasilkann biogas secara langsung. Dibutuhkan waktu, sekitar 5-14 hari untuk menghasilkan biogas pertama. Hal ini disebabkan, pada awal penggunaan reaktor, mayoritas gas yang terbentuk adalah CO 2. Gas

20 awal ini perlu dikeluarkan lebih dahulu dari biogas pada dua minggu pertama. Namun, setelah itu gas yang terbentuk adalah gas metan yaitu CH 4 yang dapat digunakan sebagai biogas. Tahapan selanjutnya, gas yang dihasilkan akan kontinu seiring dengan pemasukan input kedalam reaktor. Tahapan aliran biogas dapat dilihat pada Gambar Lokasi Usaha Peternakan sapi perah penerima bantuan reaktor skala 7 m 3 terdapat di Kecamatan Cisarua dan Megamendung, Kabupaten Bogor. Para peternak memiliki berbagai alasan untuk mendirikan usaha di lokasi tersebut, diantaranya adalah : a) Lokasi usaha peternakan Lokasi usaha peternakan turut mempengaruhi jumlah produksi susu yang dihasilkan. Apabila lingkungan fisik dan iklim suatu daerah sesuai dengan habitat asalnya dan sapi diberi pakan berkualitas, maka sapi tersebut akan menampilkan semua sifat yang dimiliki secara maksimal. Suhu lingkungan yang tinggi akan menurunkan nafsu makan dan mengurangi konsumsi pakan seekor sapi perah sehingga menghambat produksi susu. Sapi perah yang berasal dari daerah iklim sedang berproduksi maksimal pada suhu lingkungan antara 1,1-15,5ºC tapi masih dapat berproduksi dengan baik pada kisaran 5-21ºC apabila suhu melebihi 21ºC, sapi akan mengalami kesulitan adaptasi dan akan menunjukkan gejala penurunan produksi susu. Jika sapi tersebut diternakkan di daerah tropis dengan suhu lingkungan rata-rata di atas 23ºC, maka produksi susu yang dicapai tidak sebanyak produksi susu di daerah asalnya 9. Kecamatan Cisarua dan Megamendung memiliki suhu rata 22 ºC, suhu ini relatif lebih tinggi dibandingkan suhu tempat sapi FH berasal. Sehingga, jumlah produksi susu yang dihasilkan tidak mencapai titik maksimal. Jumlah produksi susu yang dapat dicapai di negara asal rata-rata mencapai 21,4 liter per ekor per hari, sementara jumlah susu yang mampu dihasilkan peternak sapi perah skala besar rata-rata sebesar 10 liter per ekor per hari. Namun, dikarenakan sapi FH merupakan jenis sapi yang mampu beradaptasi, jumlah 9 Tawaf R Sapi Perah Fries Holland [7 April 2010]

21 produksi tersebut dapat ditingkatkan peternak dengan meningkatkan kualitas pakan. b) Akses menuju lokasi Para peternak memilih lokasi di Kecamatan Cisarua dan Megamendung, dikarenakan akses menuju ke lokasi tersebut mudah dijangkau. Dengan jalan utama yang telah beraspal dan akses kendaraan umum yang mudah didapat, seperti ojek untuk jalur yang lebih sempit dan angkutan umum untuk melalui jalur yang lebih lebar, memudahkan para peternak atau pihak terkait untuk menuju lokasi peternakan atau melakukan mobilisasi ke berbagai wilayah lainnya. Selain itu, Kecamatan Cisarua dan Megamendung merupakan kawasan peternakan, sehingga para peternak dapat secara langsung berinteraksi dengan para peternak lainnya, baik secara personal ataupun melalui kelompok ternak yang ada di wilayah tersebut, untuk saling bertukar pikiran dan informasi mengenai usaha peternakan mereka. Berada di suatu kawasan peternakan pun, menjadikan para peternak dapat terhindar ataupun mengurangi protes warga yang berada di lingkungan perumahan atau pemukiman lain diluar kawasan peternakan yang biasanya diakibatkan oleh pencemaran yang berasal dari limbah peternakan. Lokasi peternakan yang berada di Kecamatan Cisarua dan Megamendung, berada di dekat tempat tinggal para peternak, yang jaraknya kurang lebih 100 meter, sehingga memudahkan peternak untuk melakukan aktivitas di kandang ternak. c) Letak pasar yang dituju Pasar dari susu yang dihasilkan usaha peternakan anggota KUD Giri Tani adalah PT. Cisarua Mountain Dairy (Cimory) yang letaknya kurang lebih 5 Km dari KUD Giri Tani. Susu yang dihasilkan tiap peternakan dikumpulkan di KUD Giri Tani yang berjarak kurang lebih meter dari lokasi peternakan. Namun, khusus untuk peternakan yang letaknya jauh dari KUD Giri Tani, pengumpulan susu dilakukan dengan cara penjemputan yang dilakukan oleh KUD dengan menggunakan mobil bak terbuka, setelah itu baru lah susu yang terkumpul di bawa ke Cimory.

22 Khusus untuk peternak yang berada di Desa Tugu Selatan dan Desa Cipayung susu yang dihasilkan pada awalnya dikumpulkan terlebih dahulu di masingmasing kelompok peternak yang berada di wilayahnya, yaitu Kelompok Peternak Tirta Kencana yang berada di Desa Tugu Selatan dan Kelompok Peternak Mekar Jaya yang berada di Desa Cipayung. Rata-rata jarak antara lokasi usaha peternakan dengan masing-masing kelompok ternak adalah meter. Setelah itu, mobil bak lain dari KUD Giri Tani akan mengambil susu dari Kelompok Tirta Kencana untuk langsung di antarkan ke Cimory yang jaraknya kurang lebih 7 Km. Sedangkan, untuk Kelompok Mekar Jaya pengantaran susu ke Cimory dilakukan secara langsung dengan menggunakan mobil bak terbuka yang dimiliki oleh kelompok tersebut. Jarak antara Kelompok Mekar Jaya ke Cimory tergolong lebih dekat dibandingkan dengan kelompok lainnya, yaitu sekitar 2-3 kilometer. Letak pasar tersebut dapat dijangkau dengan mudah oleh KUD Giri Tani dan jaraknya relatif dekat, sehingga proses pemasaran dapat dilakukan dengan lancar. Namun, hal ini menjadi berbeda ketika hari libur nasional atau hari sabtu dan minggu. Kecamatan Cisarua dan Megamendung merupakan jalan utama menuju kawasan wisata Gunung Mas, Cibodas, Puncak dan sebagainya. Sehingga, pada hari-hari tersebut, jalur utama untuk memasarkan susu menjadi padat, timbul kemacetan lalu lintas dan buka tutup jalan, yang mengakibatkan pemasaran susu terhambat hingga dua jam. Dengan adanya hambatan tersebut timbul kerugian di tingkat peternak. Karena terjadi penurunan dari kualitas susu yang dipasarkan. d) Letak sumber bahan baku Sumber bahan baku utama yang digunakan pada usaha peternakan seperti, pakan berupa mineral, ampas tahu, dan konsentrat, relatif mudah untuk didapatkan. Rata-rata peternak membeli bahan baku tersebut dari KUD Giri Tani. Bagi peternak yang memiliki lokasi peternakan dengan jarak yang dekat dengan KUD, pembelian bahan baku dilakukan secara langsung di kantor KUD. Namun, peternak yang lokasinya relatif jauh dari kantor KUD, pembelian bahan baku dilakukan dengan cara memesan bahan baku yang dibutuhkan melalui kelompok peternak di wilayah masing-masing. Kemudian

23 masing-masing kelompok peternak tersebut yang akan mengambil bahan baku ke KUD Giri Tani. Sedangkan, untuk pakan berupa rumput, rata-rata peternak membeli kepada pedagang rumput yang berada di dekat lokasi usaha peternakan ataupun mengambilnya secara langsung dari gunung atau lahan yang tidak terpakai. Jarak dari sumber pakan ini bervariasi dari dua hingga lima kilometer. e) Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana yang ada, dimiliki peternak untuk mendukung kelancaran usaha peternakan yang dijalankan, sarana dan prasarana tersebut antara lain adalah: 1) Layout kandang Kandang sapi perah terletak di samping rumah peternak yang memiliki jarak kurang lebih 100 m. Pemilihan lokasi kandang tersebut, disebabkan lahan yang dimiliki oleh peternak adalah lahan pekarangan rumah yang belum termanfaatkan ataupun lahan yang sejak awal memang telah digunakan untuk peternakan. Layout kandang (Gambar 19) yang dimiliki peternak adalah kandang model ganda berlawanan dengan luas rata-rata 200 m. Kandang model ini memiliki atap yang menutup yang terbuat dari genteng untuk menimbulkan rasa sejuk bagi ternak. Tempat makanan terdiri dari dua blok yang berada di masingmasing sisi yang saling berlawanan, sehingga di bagian tengahnya terdapat jalan keluar masuk untuk sapi atau peternak. Antara tempat makan dan jalan tersebut terdapat parit yang digunakan sebagai saluran air. Tipe kandang dari peternakan sapi perah skala besar rata-rata adalah kandang dengan jenis terbuka, dimana di bagian sisi samping setiap sudut kandang tidak dibangun secara menyeluruh, melainkan hanya dibangun sepertiganya. Sehingga, sirkulasi udara yang keluar dan masuk peternakan menjadi lebih lancar, sinar matahari mampu masuk secara langsung kedalam kandang serta suhu kandang menjadi lebih rendah dan sejuk.

24 Gambar 19. Kandang 2) Layout reaktor Reaktor biogas terletak di bagian samping atau belakang kandang, dengan jarak meter dari kandang. Penempatan reaktor di lokasi tersebut, bertujuan untuk memudahkan dalam pemasukan input ke dalam reaktor, berupa kotoran ternak, yang berasal dari kandang. Gambar 20 merupakan layout reaktor biogas skala 7 m 3. Gambar 20. Layout Reaktor Biogas Skala 7 m 3 Sumber : Reaktor dengan skala 7 m 3 dibangun dengan cara membuat sumur digester (Gambar 21) yang digunakan sebagai tempat fermentasi bahan-bahan organik. Sumur ini ditimbun di dalam tanah, dan sisi yang terlihat di atas permukaan tanah adalah bagian sisi atas kubah nya saja. Posisi reaktor biogas dibuat dengan posisi lebih rendah dari kandang yang bertujuan untuk memudahkan aliran kotoran ternak masuk kedalam reaktor.

25 Gambar 21. Sumur Digester Diameter dari reaktor skala 7 m 3 adalah 200 cm dengan tinggi 250 cm. Sedangkan ketebalan dari reaktor ini mencapai 5-8 mm. Reaktor ini terbuat dari bahan fiber glass yucalak type 235 berwarna biru langit. Selain sumur digester untuk menghasilkan biogas, reaktor ini juga dilengkapi dengan saluran pemasukan yang terbuat dari bata yang diplester, dengan lebar antara centimeter. Kedalaman dari saluran pemasukan ini disesuaikan dengan kemiringan kotoran ternak yang akan masuk kedalam sumur digester, sehingga kotoran tersebut dapat mengalir dengan lancar masuk kedalam sumur digester. Saluran bak penampung limbah (sludge) juga dibuat untuk menampung limbah berupa lumpur yang dihasilkan dari proses fermentasi anaerobik kotoran ternak menjadi biogas. Limbah ini berada diantara fase cair dan padat. Bak penampung limbah ini berukuran 1x1x1 meter dan dibuat dengan bahan dasar batu bata yang diplester dengan jarak sekitar 20 cm dari sumur digester. Pada bagian atas kubah reaktor terpasang kran gas kontrol di salah satu pipa paralonnya, yang berfungsi untuk mengatur volume biogas yang akan dialirkan. Sedangkan pipa kedua disambungkan dengan pipa lainnya dan diarahkan menuju tempat kompor biogas, untuk mengalirkan biogas yang

26 diproduksi. Sementara itu, pada bagian ujung pipa yang terletak di kompor dipasangkan kran gas dan klem (Gambar 22). Pipa Sambungan Kran Pengontrol Gas Gambar 22. Pipa pada Kubah Reaktor 3) Tenaga listrik dan air Tenaga listrik yang dibutuhkan untuk kegiatan usaha peternakan, seperti penerangan kandang didapatkan dari sambungan listrik rumah peternak yang letaknya dekat dengan kandang. Sedangkan, kebutuhan akan air didapatkan peternak dari sumber mata air pegunungan yang didapatkan dengan cara mengalirkan air tersebut melalui pipa-pipa yang dipasangkan tiap peternak dari aliran mata air menuju sungai hingga ke kandang ternak. Penggunaan air gunung ini tidak mengeluarkan biaya, sehingga dapat mengurangi penggunaan biaya operasional. Selain dari aliran mata air, sumber air dipenuhi dari sumber air tanah dengan menggunakan bantuan pompa jet pump. Dimana pompa ini juga membutuhkan tenaga listrik yang dipenuhi dari suplai listrik rumah tangga setiap peternak. 4) Suplai tenaga kerja Suplai tenaga kerja berasal dari masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi peternakan, yakni yang terdapat di Kecamatan Cisarua ataupun Megamendung. Kemudahan untuk memperoleh suplai tenaga kerja tersebut memberikan keuntungan tersendiri bagi para peternak, karena dapat mengurangi biaya tambahan untuk melakukan pencarian tenaga kerja.

27 5) Transportasi Transportasi yang dibutuhkan oleh peternak adalah untuk pemasaran susu, pengadaan pakan seperti pencarian rumput ataupun pembelian mineral, ampas tahu, serta konsentrat disediakan oleh KUD Giri Tani, sehingga para peternak dalam memasarkan susu hanya membayar biaya pengiriman sebesar Rp 250,00 per kilogram yang dibayarkan langsung ke KUD Giri Tani setiap bulannya setelah produksi susu yang dihasilkan oleh setiap peternak dibayarkan oleh Cimory melalui KUD Giri Tani. Sementara itu, transportasi dalam penyediaan pakan, termasuk kedalam harga jual yang telah ditetapkan oleh KUD. 5. Produksi & Pengawasan Kualitas produk Produksi susu yang dihasilkan tiap peternakan berbeda, tergantung kepada jumlah ternak laktasi yang dimiliki. Rata-rata dalam sehari satu ekor sapi mampu menghasilkan 10 L susu segar, dan jika dijumlahkan rata-rata peternak yang memiliki 21 ekor sapi betina yang telah laktasi, mampu menghasilkan 210 L susu segar setiap harinya. Jumlah susu serta kualitas dari susu yang dihasilkan setiap laktasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : 1) Kualitas Pakan Kualitas pakan yang dikonsumsi oleh ternak mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan. Apabila pakan yang dikonsumsi merupakan pakan yang memiliki kualitas baik, maka susu yang akan dihasilkan juga memiliki kualitas yang baik. Sebaliknya, apabila pakan yang diberikan memiliki kualitas yang rendah, seperti ampas tahu yang busuk ataupun konsentrat yang tercampur dengan pasir, akan menurunkan kualitas dari susu yang dihasilkan. Pakan yang digunakan oleh para peternak merupakan pakan dengan kualitas yang relatif baik. Peternak hanya memilih pakan yang sesuai kualitasnya untuk tiap ternak. Namun, terdapat pula situasi dimana pakan konsentrat yang dibeli oleh peternak memiliki kandungan pasir didalamnya. Apabila itu terjadi, peternak akan menukar dan memilih pakan yang tidak memiliki kandungan pasir di dalamnya, agar penurunan kualitas dari susu yang dihasilkan dapat dihindari.

28 2) Cuaca Keadaan cuaca mempengaruhi jumlah susu yang dihasilkan tiap ternak. produksi susu paling banyak terjadi antara perpindahan musim panas ke musim dingin, yakni rata-rata susu yang dihasilkan mencapai lebih 10 L per hari. Namun, pada kondisi musim dingin tiba dengan curah hujan tinggi, jumlah produksi susu yang dihasilkan oleh tiap ternak mengalami penurunan, yakni kurang dari 10 L per hari. Sementara itu, pada musim panas jumlah produksi susu yang dihasilkan relatif stabil, yakni rata-rata sebesar 10 L per hari per ternak. 3) Kebersihan Kebersihan akan sapi dan kandang sangat mempengaruhi kualitas susu yang dihasilkan. Sebelum pemerahan dilakukan, kondisi kandang dan sapi harus dalam keadaan bersih, yakni kandang dibersihkan dari kotoran ternak yang ada dan ambing sapi harus dibersihkan terlebih dahulu dengan air hangat. Hal ini bertujuan untuk menghindari masuknya kotoran atau bakteri lainnya ke dalam susu, karena adanya kotoran yang ikut tercampur di dalam susu segar yang diproduksi akan mempengaruhi kualitas dari susu yang dihasilkan. 4) Penyakit Kondisi sapi yang sedang sakit, seperti demam dan diare, juga mempengaruhi kualitas susu dan jumlah produksi susu yang dihasilkan. Ketika keadaan tersebut terjadi maka jumlah produksi susu mengalami penurunan, hingga 2-3 liter per ekor per hari. Penurunan jumlah susu yang diproduksi ini akan mempengaruhi keseluruhan produksi susu yang akan dipasarkan sehingga akan ikut menurunkan jumlah penerimaan yang akan diterima peternak. Untuk mencegah hal tersebut, perlu adanya perawatan terhadap sapi, yakni dengan memperhatikan kualitas pakan yang akan diberikan ke ternak setiap harinya serta memperhatikan kebersihan kandang untuk mencegah penyakit demam dan juga diare yang disebabkan oleh kuman dan bakteri yang terdapat pada kotoran. Selain menghasilkan produk utama berupa susu segar, usaha peternakan sapi perah juga menghasilkan produk sampingan berupa biogas. Produksi biogas yang dapat dihasilkan oleh setiap 1 m 3 reaktor adalah setara dengan 0,46 kg gas

29 elpiji perharinya. Maka, peternak skala besar yang memiliki reaktor biogas dengan skala 7 m 3 mampu menghasilkan sekitar 3,22 kg biogas setiap harinya atau setara dengan penggunaan gas selama kurang lebih sembilan jam. Dalam satu tahun jumlah produksi biogas yang dihasilkan sebesar kg. Tinggi rendahnya jumlah biogas yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah : 1) Bahan Organik Jenis bahan organik yang digunakan sebagai bahan baku turut mempengaruhi jumlah biogas yang akan dihasilkan. Bahan organik yang biasa digunakan sebagai bahan baku dalam biogas antara lain berupa limbah pertanian, peternakan dan sampah organik. Berdasarkan ketiga jenis tersebut, limbah peternakan merupakan salah satu komponen yang mampu menghasilkan biogas dengan jumlah tinggi, salah satunya adalah sapi perah. Hal ini disebabkan oleh jumlah kotoran yang dihasilkan dari sapi perah itu sendiri, yang dalam satu harinya mampu menghasilkan rata-rata 30 kg. Sedangkan, untuk limbah yang lain jumlah limbah yang dapat dihasilkan lebih rendah (Tabel 4). 2) Imbangan C/N Komposisi utama dari biogas salah satunya adalah Carbon dan Nitrogen. Kedua komponen tersebut harus dalam perbandingan yang sesuai agar dapat menghasilkan biogas secara optimal. Imbangan atau perbandingan yang sesuai untuk menghasilkan biogas adalah %, jika perbadingan keduanya kurang dari atau lebih dari komposisi tersebut, maka biogas yang dihasilkan akan berada pada titik di bawah kondisi optimal rata-rata, yakni menghasilkan 0,46 kg dalam setiap 1 m 3. 3) Derajat Keasaman Derajat keasaman merupakan salah satu faktor penting yang juga mempengaruhi jumlah biogas yang dihasilkan, kondisi ini dipengaruhi dari input yang digunakan. Tingkat keasamaan yang sesuai adalah pada ph netral, yakni kondisi antara Dengan ph netral, komposisi biogas yang terbentuk akan berada pada kondisi optimal (Tabel 7).

30 Tabel 7. Komposisi Biogas dari Proses Biologis Uraian Jumlah - CH 4, % 77,13 - CO 2, % 20,88 - H 2 S, mg / m ,46 - NH 3, mg / m 3 40,12 Sumber : Widodo, dkk (2006) Berdasarkan tabel tersebut, komposisi biogas yang dihasilkan dari proses biologis dengan kondisi ph netral, terdiri dari CH 4 sebanyak 77,13 %, CO 2 sebanyak 20,88%, H 2 S sebanyak 1.544,46 mg/m 3, serta NH 3 dengan total 40,12 mg/m 3. 4) Temperatur Tinggi rendahnya jumlah biogas yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh temperatur yang ada di lokasi reaktor biogas. Temperatur ini harus dalam keadaan stabil atau dalam artian tidak terjadi perubahan temperatur selama proses biologis berlangsung di dalam reaktor. 5) Zat Tosik Bahan baku yang dimasukkan sebagai imput kedalam reaktor biogas harus bebas dari zat tosik yang mungkin tercampur disaat proses pembersihan kandang berlangsung. Zat tosik ini antara lain berupa pestisida, detergen, dan kaporit. Adanya zat tosik ini akan mempengaruhi kualitas biogas yang dihasilkan. 6) Loading Rate Untuk menghasilkan biogas dalam jumlah konstan setiap harinya, peternak perlu melakukan pengisian bahan organik secara kontinu setiap hari dengan memperhitungkan waktu tinggal kotoran di dalam reaktor dan volume reaktor. Volume reaktor Waktu tinggal Volume reaktor dihitung berdasarkan skala biogas dari setiap peternak. Reaktor biogas skala 7 m 3 memiliki volume reaktor setara dengan 15 ekor sapi atau 450 kg kotoran. Waktu tinggal rata-rata kotoran di dalam biogas adalah selama 40

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kecamatan Cisarua

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kecamatan Cisarua IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kecamatan Cisarua Kecamatan Cisarua, terletak di bagian selatan wilayah Kabupaten Bogor pada 06 0 42 LS dan 106 0 56 BB serta ketinggian antara 650m 1400m dpl (diatas

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia umumnya merupakan usaha peternakan tradisional yang didominasi oleh peternak rakyat dengan skala relatif kecil. Produksi susu dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Populasi Ternak di Indonesia (000 ekor) * Angka sementara Sumber: BPS (2009) (Diolah)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Populasi Ternak di Indonesia (000 ekor) * Angka sementara Sumber: BPS (2009) (Diolah) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi yang cukup tinggi pada sektor peternakan. Peternakan yang banyak terdapat di Indonesia antara lain adalah peternakan sapi baik itu sapi perah

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.)

TEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.) TEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.) PENDAHULUAN Makin mahal dan langkanya BBM, menyebabkan makin tingginya kebutuhan hidup peternak.

Lebih terperinci

MODUL PENERAPAN TEKNOLOGI BIOGAS MELALUI DAUR ULANG LIMBAH TERNAK

MODUL PENERAPAN TEKNOLOGI BIOGAS MELALUI DAUR ULANG LIMBAH TERNAK MODUL PENERAPAN TEKNOLOGI BIOGAS MELALUI DAUR ULANG LIMBAH TERNAK Oleh : Drs. Budihardjo AH, M.Pd. Dosen Teknik Mesin FT Unesa LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Lebih terperinci

MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK

MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK Permintaan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dunia dari tahun ketahun semakinÿ meningkat, menyebabkan harga minyak melambung. Pemerintah berencana menaikkan lagi harga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden

Lebih terperinci

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI Bambang Susilo Retno Damayanti PENDAHULUAN PERMASALAHAN Energi Lingkungan Hidup Pembangunan Pertanian Berkelanjutan PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BIOGAS Dapat

Lebih terperinci

BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA. Kelompok Tani Usaha Maju II. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Kelompok Masyarakat S A R I

BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA. Kelompok Tani Usaha Maju II. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Kelompok Masyarakat S A R I BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA Kelompok Tani Usaha Maju II Penerima Penghargaan Energi Prakarsa 2011 - Kelompok Masyarakat S A R I Kelompok Tani Usaha Maju II adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Prakarsa

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM USAHA

V GAMBARAN UMUM USAHA V GAMBARAN UMUM USAHA 5.1. Gambaran Umum KUD Giri Tani 5.1.1. Sejarah dan Perkembangan KUD Giri Tani KUD Giri Tani didirikan pada tanggal 26 maret 1973 oleh Alm. H. Dulbari, yang menjabat sebagai Kepala

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan. Limbah : Feses Urine Sisa pakan Ternak Mati

II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan. Limbah : Feses Urine Sisa pakan Ternak Mati II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan sapi perah merupakan sebuah usaha dimana input utama yang digunakan adalah sapi perah untuk menghasilkan susu sebagai output utamanya.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Tahapan dalam simulasi Penelitian ini merupakan kegiatan monitoring pengembanganan digester biogas digunakan. Metode kegiatan yang telah dilakukan yaitu : a. Demontrasi yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Hampir semua aktivitas manusia sangat tergantung pada energi. Berbagai alat pendukung, seperti alat penerangan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuisioner Peternak Pemasok Susu Segar

Lampiran 1 Kuisioner Peternak Pemasok Susu Segar LAMPIRAN 47 Lampiran 1 Kuisioner Peternak Pemasok Susu Segar KUISIONER PETERNAK SAPI PERAH Wilayah Kabupaten : Kecamatan : Tanggal Wawancara : Nama Enumerator : I.Identitas Peternak 1. Nama Pemilik : 2.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara di. Berdasarkan data populasi ternak sapi perah di KSU

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara di. Berdasarkan data populasi ternak sapi perah di KSU 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara di Desa Haurngombong. Berdasarkan data populasi ternak sapi perah di KSU Tandang Sari (2017), jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI A. IDENTITAS PERSEPSIDEN LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian Nama : Umur : Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Pekerjaan : PNS Wiraswasta/Pengusaha TNI Pensiunan Jumlah Ternak dimiliki Lainnya

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN SAPI PERAH KUD GIRI TANI

BAB V STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN SAPI PERAH KUD GIRI TANI BAB V STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN SAPI PERAH KUD GIRI TANI 5.1. Segmenting, Targeting, dan Positioning Susu sapi Perah KUD Giri Tani Penetapan segmenting, targeting, dan positioning yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pola Pemanfaatan Energi pada Rumah Tangga Komersial, Industri, Transportasi, Pembangkit Tenaga Listrik

Lampiran 1. Pola Pemanfaatan Energi pada Rumah Tangga Komersial, Industri, Transportasi, Pembangkit Tenaga Listrik LAMPIRAN Lampiran 1. Pola Pemanfaatan Energi pada Rumah Tangga Komersial, Industri, Transportasi, Pembangkit Tenaga Listrik Energi Energi fosil Energi terbarukan Baru Jenis Energi Bio massa Batu bara Panas

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan Ben s Fish Farm mulai berdiri pada awal tahun 1996. Ben s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah Perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangannya dan kebijakan pemerintah sejak zaman Hindia Belanda. Usaha

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU Wiwaha Anas Sumadja, Zubaidah, Heru Handoko Staf Pengajar Fakultas Peternakan, Universitas Jambi Abstrak Kotoran ternak sapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

A. UPTD Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong

A. UPTD Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong A. UPTD Balai Pembibitan Ternak Sapi Potong Keberadaan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan cerminan performa Dinas Peternakan dalam pembangunan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografi Wilayah Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, yang terdiri dari Kampung Nyalindung, Babakan dan Cibedug, merupakan bagian dari wilayah Desa Cikole.

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil 9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Peternakan Sapi Perah Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil susu. Susu didefinisikan sebagai sekresi fisiologis dari kelenjar ambing. di antara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biogas merupakan salah satu energi berupa gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biogas merupakan salah satu energi terbarukan. Bahanbahan yang dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

OUTLINE Prinsip dasar produksi biogas. REAKTOR BIOGAS SKALA KECIL (Rumah Tangga dan Semi-Komunal) 4/2/2017

OUTLINE Prinsip dasar produksi biogas. REAKTOR BIOGAS SKALA KECIL (Rumah Tangga dan Semi-Komunal) 4/2/2017 REAKTOR BIOGAS SKALA KECIL (Rumah Tangga dan Semi-Komunal) Dr. Budhijanto Pusat Inovasi Agro Teknologi Universitas Gadjah Mada OUTLINE Prinsip dasar produksi biogas Berbagai tipe reaktor - Reaktor yang

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk PENGANTAR Latar Belakang Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga yang berbasis pada keragaman bahan pangan asal ternak dan potensi sumber

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

Mengapa Air Sangat Penting?

Mengapa Air Sangat Penting? Mengapa Air Sangat Penting? Kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung pada air. Kita banyak menggunakan air untuk keperluan sehari-hari seperti untuk minum, memasak, mencuci, 1 mandi

Lebih terperinci

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Letak Geografis dan Pembagian Administratif Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor merupakan satu diantara 11

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun mempunyai sumber daya minyak melimpah, Indonesia masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas

Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas Tofik Hidayat*, Mustaqim*, Laely Dewi P** *PS Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal ** Dinas Lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biogas Biogas menjadi salah satu alternatif dalam pengolahan limbah, khususnya pada bidang peternakan yang setiap hari menyumbangkan limbah. Limbah peternakan tidak akan

Lebih terperinci

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Sampai hari ini tingkat kebutuhan daging sapi baik di dalam maupun di luar negeri masih cenderung sangat tinggi. Sebagai salah satu komoditas hasil peternakan,

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

Sistem Pengeringan Dorset untuk biomassa dan limbah unggas

Sistem Pengeringan Dorset untuk biomassa dan limbah unggas Sistem Pengeringan Dorset untuk biomassa dan limbah unggas n Pengeringan Biomass Biogasdigestate Serpih kayu Lumpur limbah Kotoran unggas Limbah sisa makanan, dll. n Kompak dan fleksibel n Mesin pelet

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN Disusun Oleh: Ir. Nurzainah Ginting, MSc NIP : 010228333 Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara 2007 Nurzainah Ginting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk industri dan transportasi. Untuk mengurangi ketergantungan

BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk industri dan transportasi. Untuk mengurangi ketergantungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan nasional yang dihadapi saat ini dan harus segera dipecahkan atau dicarikan jalan keluarnya adalah masalah kelangkaan sumber energi terutama

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

Program Bio Energi Perdesaan (B E P)

Program Bio Energi Perdesaan (B E P) Program Bio Energi Perdesaan (B E P) Salah satu permasalahan nasional yang kita hadapi dan harus dipecahkan serta dicarikan jalan keluarnya pada saat ini adalah masalah energi, baik untuk keperluan rumah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha tani yang intensif telah mendorong pemakaian pupuk anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kriteria aspek higiene dan sanitasi terdiri dari 7 pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 7. Penilaian mengenai aspek higiene dan sanitasi yaitu: Aspek dinilai buruk jika nilai < 3 Aspek dinilai cukup

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI Pita Sudrajad, Muryanto, dan A.C. Kusumasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah E-mail: pitosudrajad@gmail.com Abstrak Telah

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah Oleh : Nur Laili 3307100085 Dosen Pembimbing : Susi A. Wilujeng, ST., MT 1 Latar Belakang 2 Salah satu faktor penting

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan 19 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang dijadikan objek adalah peternak sapi perah yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jawa Barat. Kabupaten Sumedang terletak antara 6 o 44-7 o 83 Lintang Selatan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jawa Barat. Kabupaten Sumedang terletak antara 6 o 44-7 o 83 Lintang Selatan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Desa Haurngombong 5.1.1 Letak Geografis Wilayah penelitian merupakan bagian dari Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Sumedang terletak

Lebih terperinci

Oleh : Rita Nurmalina dan Selly Riesti Dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB

Oleh : Rita Nurmalina dan Selly Riesti Dosen Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB ANALISIS BIAYA MANFAAT PENGUSAHAAN SAPI PERAH DAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS PADA KONDISI RISIKO (Studi Kasus: Kecamatan Cisarua dan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : Rita

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN EKONOMIS BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA HOME INDUSTRY KRIPIK SINGKONG.

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN EKONOMIS BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA HOME INDUSTRY KRIPIK SINGKONG. ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN EKONOMIS BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA HOME INDUSTRY KRIPIK SINGKONG. Wignyanto 1) ; Susinggih Wijana 2) ; Saiful Rijal 3) ABSTRAK Penelitian itu bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Ditulis oleh Didik Yusuf Selasa, 02 November :36 - Update Terakhir Jumat, 19 November :10

Ditulis oleh Didik Yusuf Selasa, 02 November :36 - Update Terakhir Jumat, 19 November :10 Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk kandang sudah lazim dilakukan oleh petani sejak dahulu. Limbah organik dari ternak kambing yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah urine. Urine mempunyai

Lebih terperinci

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak 1. Limbah Cair Tahu. Tabel Kandungan Limbah Cair Tahu Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg Proses Tahu 80 kg manusia Ampas tahu 70 kg Ternak Whey 2610 Kg Limbah Diagram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan oleh penduduk kota. Pada data terakhir bulan November

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan 23 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan bertempat di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia, 90% merupakan peternakan sapi perah rakyat dengan kepemilikan kecil dan pengelolaan usaha yang masih tradisional. Pemeliharaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang cepat dan perkembangan industri yang terus meningkat menyebabkan permintaan energi cukup besar. Eksploitasi sumber energi yang paling banyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu Masa laktasi adalah masa sapi sedang menghasilkan susu, yakni selama 10 bulan antara saat beranak hingga masa kering kandang. Biasanya peternak akan mengoptimalkan reproduksi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keadaan Umum Penelitian ini dilaksanakan di 4 (empat) lokasi yakni (i) kelompok peternakan sapi di Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung, (ii) kelompok Peternakan Sapi di

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia pada dasarnya merupakan negara yang kaya akan sumber sumber energi terbarukan yang potensial, namun pengembangannya belum cukup optimal. Sebenarnya kebijakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Agustus 2015 dan bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Agustus 2015 dan bertempat di 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Agustus 2015 dan bertempat di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil utama dari usaha peternakan sapi perah yaitu susu dan anakan, di samping juga dihasilkan feses dan urin yang kontinu setiap hari. Pendapatan utama peternak diperoleh

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

IV. ANALISIS DAN SINTESIS IV. ANALISIS DAN SINTESIS 4.1. Analisis Masalah 4.1.1. Industri Pengolahan Susu (IPS) Industri Pengolahan Susu (IPS) merupakan asosiasi produsen susu besar di Indonesia, terdiri atas PT Nestle Indonesia,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero

KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero Peternakan kambing perah Cordero merupakan peternakan kambing perah yang dimiliki oleh 3 orang yaitu Bapak Sauqi Marsyal, Bapak Akhmad Firmansyah, dan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang untuk proses pembuatan silase daun singkong,

Lebih terperinci

STUDI AWAL TERHADAP IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BIOGAS DI PETERNAKAN KEBAGUSAN, JAKARTA SELATAN. Oleh : NUR ARIFIYA AR F

STUDI AWAL TERHADAP IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BIOGAS DI PETERNAKAN KEBAGUSAN, JAKARTA SELATAN. Oleh : NUR ARIFIYA AR F STUDI AWAL TERHADAP IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BIOGAS DI PETERNAKAN KEBAGUSAN, JAKARTA SELATAN Oleh : NUR ARIFIYA AR F14050764 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan LAPORAN PENYULUHAN DALAM RANGKA MERESPON SERANGAN WABAH PENYAKIT NGOROK (Septicae epizootica/se) PADA TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SAMOSIR BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

PEMANFAATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF PEMANFAATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF Bulkaini *, Chairussyuhur Arman, Muhzi, dan Mastur Fakultas Peternakan Universitas Mataram. * Korespondensi: bulkaini@yahoo.com Diterima

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan hijauan unggul yang digunakan sebagai pakan ternak. Produksi rumput gajah (Pannisetum purpureum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh manusia, baik dalam bentuk segar maupun sudah diproses dalam bentuk produk. Susu adalah bahan pangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan energi fosil yang ada di bumi semakin menipis. Bila hal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu, air dan peralatan berasal dari tujuh peternak dari Kawasan Usaha Peternakan Rakyat (Kunak), yang berlokasi di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Total sampel susu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda masyarakat. Kelangkaan tersebut menimbulkan tingginya harga-harga bahan bakar, sehingga masyarakat

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425% HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Biogas Sebelum dilakukan pencampuran lebih lanjut dengan aktivator dari feses sapi potong, Palm Oil Mill Effluent (POME) terlebih dahulu dianalisis

Lebih terperinci

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor pada Bulan Maret sampai Agustus. Pemilihan daerah Desa Cibeureum sebagai tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada data terakhir bulan november tahun 2015 volume sampah di TPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada data terakhir bulan november tahun 2015 volume sampah di TPA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada data terakhir bulan november tahun 2015 volume sampah di TPA Putri Cempo, Solo mencapai 260 ton per hari, apabila Sampah di tempat tersebut masih tercampur antara

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS Disusun Oleh: ALDINO OVAN YUDHO K. INDRA KUSDWIATMAJA I8311001 I8311024 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci