Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

Transkripsi

1 Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan sub sektor yang lain dalam naungan sektor pertanian. Sektor peternakan di Kabupaten Bangka Barat merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pembangunan karena sektor peternakan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian dan indeks peningkatan daya beli masyarakat. Ternak sapi potong merupakan salah satu ternak yang banyak dibudidayakan dan diusahakan oleh petani di Kabupaten Bangka Barat. Ternak berperan sebagai sumber pendapatan, membuka kesempatan kerja dan merupakan sumber protein hewani. Populasi ternak sapi potong di Kabupaten Bangka Barat pada Tahun 2016 adalah sebanyak 1795 ekor. Jumlah tersebut merupakan salah satu potensi dan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan nilai tambah dalam usaha ternak sapi. Jumlah tersebut terus meningkat setiap tahunnya, hal ini merupakan indikator keberhasilan pembangunan peternakan di Kabupaten Bangka Barat. Pembangunan peternakan tidak terlepas dari dukungan pemerintah. Pada umumnya usaha peternakan sapi potong di Bangka Belitung adalah program pengemukan, baik sebagai program yang dikembangkan oleh dinas terkait kepada petani ternak maupun secara swadaya yang dilakukan oleh petani sendiri. Sebagian besar sistem pemeliharaan sapi potong di Kabupaten Bangka Barat dilakukan secara intensif yaitu sapi dikandangkan secara terus-menerus atau hanya dikandangkan pada malam hari dan pada siang hari ternak digembalakan. Keuntungan sistem pemeliharaan

2 secara intensif ini antara lain dapat meningkatkan nilai jual sapi, memberikan nilai tambah terhadap kotoran ternak atau pupuk kandang yang dihasilkan. Pembangunan peternakan memerlukan adanya pertisipasi dari berbagai pihak yang terkait khususnya peternak. Partisipasi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan peternakan, tanpa adanya partisipasi program pembangunan peternakan tidak dapat berjalan dengan baik. Keberhasilan suatu program peternakan dapat digambarkan dengan tingginya partisipasi peternak. Partisipasi peternak merupakan keterlibatan peternak dalam tindakan dan keterlibatan aktif dalam seluruh kegiatan perencanaan program, pelaksanaan, evaluasi, dan tahap menikmati hasil program tersebut. Kabupaten Bangka Barat telah melaksanakan beberapa kegiatan yang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peternak dalam menyerap dan mengaplikasikan teknologi dalam mengembangkan ternak sapi. Beberapa kegiatan tersebut seperti antara lain sosialisasi kualitas gizi pakan, pemanfaatan limbah pertanian/perkebunan sebagai pakan ternak, sosialisasi Inseminasi Buatan (IB), pemanfaatan limbah kandang menjadi sumber energi, perguliran ternak, pelayanan kesehatan hewan dan sosialisasi penyakit hewan. Sosialisasi Kualitas Gizi Pakan Gizi bahan pakan ternak merupakan salah satu faktor penting dalam usaha peternakan. Gizi pakan akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan ternak. Secara umum nutrisi yang didapatkan oleh ternak sudah terkandung didalam pakan alaminya, namun untuk hasil produksi yang meningkat maka

3 ternak harus diberikan asupan nutrisi yang lebih beragam dan dalam jumlah cukup sehingga produksinya dapat maksimal. Dinas Pertanian dan Pangan selama dua tahun terakhir telah melakukan sosialisasi kualitas gizi pakan kepada seluruh kelompok ternak yang ada di Kabupaten Bangka Barat. Adapun yang menjadi tujuan kegiatan sosialisasi kualitas gizi pakan ini adalah peternak diharapkan mampu mengidentifikasi jenis pakan ternak yang dapat digunakan sebagai bahan pakan baik rumput maupun limbah pertanian/perkebunan. Selain itu, peternak juga diharapkan mampu untuk membuat pakan ternak yang berkualitas dan mampu mengolah limbah pertanian/perkebunan menjadi pakan bernilai gizi tinggi seperti proses fermentasi, hay dan silase agar produksi ternak dapat maksimal. Gambar 1. Proses pengolahan pakan Pemanfaatan Limbah Pertanian Limbah adalah sisa atau hasil ikutan dari produk utama limbah. Limbah pertanian/perkebunan adalah bagian tanaman pertanian/perkebunan diatas tanah atau bagian pucuk, batang yang tersisa setelah dipanen atau diambil hasil utamanya. Limbah

4 hasil pertanian/perkebunan cukup tersedia di Kabupaten Bangka Barat seperti daun dan pelepah kelapa sawit, bungkil inti sawit, dedak, jerami,dan lain sebaganya. Sampai saat ini potensinya belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak. Limbah pertanian/perkebunan dapat diartikan sebagai bahan yang dibuang dari seektor pertanian dan perkebunan. Pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan sebagai pakan ternak baru mencapai 30-40% dari potensi yang tersedia saat ini, karena petani sering membakar dan membuang setelah panen. Permasalahan yang dihadapi oleh peternak di Kabupaten Bangka Barat dalam menggunakan pakan limbah pertanian/perkebunan adalah keterbatasan pengetahuan peternak, kualitas pakan limbah pertanian /perkebunan dan faktor lingkungan (cemaran). Untuk mengatasi kendala tersebut diperlukan dukungan teknologi dan sosialisasi tentang pemanfaatan limbah hasil pertanian/perkebunan sebagai pakan ternak secara berkesinambungan. Mutu pakan limbah hasil pertanian/perkebunan dapat ditingkatkan dengan beberapa pendekatan, diantaranya melalui pengolahan (pretreatment) limbah hasil pertanian/perkebunan, suplementasi pakan dan pemilihan limbah pertanian/perkebunan. Pengolahan limbah hasil pertanian dilakukan dengan metoda fisik, kimia, biologis maupun kombinasinya. Kabupaten Bangka Barat melalui Dinas Pertanian dan Pangan telah memberikan bantuan sarana pengolahan pakan kepada beberapa kelompok ternak di Kabupaten Bangka Barat dalam rangka meningkatkan keterampilan peternak untuk mendongkrak produktivitas ternak.

5 Gambar 2. Sarana Pengolahan Pakan Pengolahan Limbah Peternakan Kegiatan usaha peternakan memiliki dampak bagi masyarakat sekitar dikarenakan sebagian besar peternak mengabaikan penanganan limbah peternakan, bahkan membuang limbah peternakan ke sungai, sehingga dapat mencemari lingkungan sekitar. Limbah peternakan yang dihasilkan oleh aktivitas peternakan seperti feces, urin, sisa pakan, serta air dari pembersihan ternak dan kandang menimbulkan pencemaran yang memicu timbulnya berbagai masalah baik berupa bau yang menyengat maupun air yang tercemar. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan dan ditangani dengan cara yang tepat sehingga dapat memberikan manfaat lain berupa keuntungan ekonomis dari penanganan tersebut. Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain

6 (unidentified subtances). Di Kabupaten Bangka Barat, pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai pupuk organik. Penggunaan pupuk kandang (manure) selain dapat meningkatkan unsur hara pada tanah juga dapat meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah dan memperbaiki struktur tanah tersebut. Selain sebagai pupuk organik, limbah peternakan juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi yaitu yang disebut dengan bioenergi. Bioenergi menjadi salah satu hal yang dapat dikembangkan sebagai sumber energi alternatif ramah lingkungan. Pengolahan limbah peternakan melalui proses anaerob atau fermentasi dapat menghasilkan biogas yang menjadi salah satu jenis bioenergi. Pengolahan limbah peternakan menjadi biogas ini diharapkan dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan menjadi peluang usaha bagi peternak itu sendiri. Di Kabupaten Bangka Barat terdapat 4 kelompok ternak yang telah memanfaatkan biogas sebagai sumber energi alternatif antara lain Kelompok Balai Karya, Kelompok Mulya Tani, Kelompok Nyikep Makmur II dan Gapoktan Puput. Gambar 3. Biogas Digester

7 Gambar 4. Biogas Outlet Pipe dan Kompor Pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) Peningkatan produksi ternak dapat dicapai dengan meningkatkan jumlah pemilikan ternak dan mutu genetik ternak. Penerapan IB merupakan salah satu peran yang besar dalam menentukan keberhasilan program tersebut. IB merupakan bentuk teknologi reproduksi dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas sapi potong khususnya di Kabupaten Bangka Barat. Sasaran akhir kegiatan ini adalah efisiensi reproduksi yang akan meningkatkan pendapatan petani peternak dengan target one cow one calf per year. Inseminasi Buatan atau IB adalah penempatan semen pada saluran reproduksi secara buatan. Metode IB ini memungkinkan seekor pejantan untuk mengawini banyak betina dengan cara mengencerkan sperma. Dengan IB, perkawinan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja pada betina yang berahi. Sikus berahi pada betina dapat dimanipulasi dengan pemberian hormon. Dengan sinkronisasi berahi ini, maka akan memudahkan dalam mengevaluasi hasil IB. Petugas IB yaitu dokter hewan dan

8 paramedik secara berkala mengikuti perkembangan hasil IB dengan melakukan pemeriksaan rutin kebuntingan sapi yang telah di IB. Gambar 5. Pemeriksaan Kebuntingan (PKB) sapi Sosialisasi Kesehatan Hewan Ternak harus dipelihara dengan cara yang sehat agar potensi genetik maksimal dapat dicapai. Pada hakikatnya, tanggung jawab kesehatan ternak merupakan tanggung jawab bersama baik peternak maupun pihak yang terkait. Untuk itu, Dinas Pertanian dan Pangan telah melakukan sosialisasi tentang kesehatan ternak kepada kelompok peternak sapi di Kabupaten Bangka Barat. Tujuan sosialisasi kesehatan hewan ini adalah untuk memberikan informasi kepada peternak tentang pentingnya kesehatan ternak. Penyakit pada ternak akan menjadi besar apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat. Untuk itu, peternak harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan bagaimana menangani ternak yang sakit secara cepat dan tepat. Kegiatan ini didukung dengan program pelayanan kesehatan hewan yang dilakukan secara rutin oleh Dinas Pertanian dan Pangan kepada kelompok ternak di Kabupaten Bangka Barat. Program pelayanan kesehatan ini menjadi alternatif pendekatan untuk membantu peternak mengatasi masalah kesehatan ternaknya.

9 Gambar 6. Sosialisasi Kesehatan Hewan Perguliran Ternak Sapi dinaspertanian dan Pangan selama setahun terakhir telah melakukan perguliran ternak sapi ke kelompok ternak lainnya yang ingin memelihara ternak sapi. Perkembangan populasi ternak sapi dikelompok ternak telah menumbuhkan sistem perguliran ternak kepada kelompok ternak lainnya yang memenuhi persyaratan untuk menerima perguliran tersebut. Pola perguliran dan pengembalian ternak sapi berdasarkan konsep dan aturan yang telah ditetapkan dalam MoU antara kelompok ternak penerima bantuan dengan Pemerintah Daerah. Persyaratan tersebut diantaranya adalah peternak memiliki keinginan yang kuat untuk beternak dan peternak juga sudah berpengalaman dalam melakukan pemeliharaan ternak khususnya ternak sapi.

10 Gambar 7. Survei calon penerima bantuan perguliran sapi Gambar 8. Survei lokasi calon penerima bantuan perguliran sapi

11 Gambar 9. Kelompok ternak penerima bantuan perguliran sapi