Aceh Development International Conference (ADIC) November 25-26, 2015 Academy of Islamic Studies University of Malaya Kuala Lumpur PROCEEDINGS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Aceh Development International Conference (ADIC) November 25-26, 2015 Academy of Islamic Studies University of Malaya Kuala Lumpur PROCEEDINGS"

Transkripsi

1

2 Aceh Development International Conference (ADIC) 2015 November 25-26, 2015 Academy of Islamic Studies University of Malaya Kuala Lumpur PROCEEDINGS

3 Aceh Development International Conference 2015 Proceedings ADIC 2015 Organizing Committee All rights reserved Published by Kelab Aceh Kuala Lumpur C-3A-7 Plaza Mont Kiara No. 2 Jalan Kiara Mont Kiara Kuala Lumpur Notice In this book, or part thereof, may not reprinted in any form or by any means, electronic or mechanical, including photocopying, recording or any information storage and retrieval system now known or to be invented, without written permission from the ADIC 2011 Organizing Committee. Board of Editors Chief : Dr. S. Syam (UPM-Malaysia) Secretary : Dr. F. Abnisa (UM-Malaysia) Member : Dr. Mohammad Iqbal (IIUM-Malaysia) Assoc. Prof. Dr. Mohd Roslan Mohd Nor (UM-Malaysia) Syamsul Bahri (Lhokseumawe State Polytechnic-Indonesia) Hadi Fauzi (UM-Malaysia) Irwan Nurdin (Lhokseumawe State Polytechnic-Indonesia) Iskandar (UM-Malaysia) ISBN: Cover Designed by: Muhammad Asy Syauqie masysyauqie@gmail.com

4 KUALITAS BIJI KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN VARIASI LAMA FERMENTASI DAN HASIL PENGERINGAN Rahmat Fadhil *, Andriani Lubis, Bambang Sukarno Putra, Ratna, Syahrul, Muhammad Habibi Program Studi Teknik Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh * rahmat.fadhil@unsyiah.net Abstrak Secara kuantitas, produk kakao di Indonesia saat ini hasilnya sudah cukup menggembirakan, namun secara kualitas belum memuaskan. Sehingga dalam pasar dunia masih sulit bersaing dengan produk dari negara lain yang memiliki standar mutu yang lebih baik. Rendahnya mutu kakao disebabkan masih minimnya pengetahuan petani tentang teknik pengolahan kakao khususnya pada saat proses fermentasi, dimana biji kakao tidak terfermentasi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi lama fermentasi dan hasil pengeringan biji kakao. Alat yang digunakan adalah kotak fermentasi yang terbuat dari kayu dengan ukuran 16x16x40 cm 3, biji kakao segar dan timbangan analitik. Bahan yang digunakan adalah buah kakao yang diperoleh dari petani di Kabupaten Pidie. Ruang lingkup penelitian ini meliputi analisis terhadap kadar air, rendemen, persentase tak terfermentasi, susut bobot per 100 gram sampel, ph biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan variasi lama fermentasi berdasarkan analisis kadar air, rendemen, persentase tak terfermentasi, susut bobot dan ph biji kakao berpengaruh nyata terhadap mutu biji kakao yang dihasilkan. Pada keseluruhan pengamatan terlihat bahwa kadar air, rendemen dan persentase tak terfermetasi yang terbaik diperoleh pada lama fermentasi 8 hari, sementara susut bobot per 100 gram sampel dan ph biji kakao hasil pengeringan yang terbaik diperoleh pada lama fermentasi 4 hari. Kata kunci: kualitas, biji kakao, fermentasi, pengeringan. Pengantar Indonesia merupakan negara penghasil biji kakao terbesar ketiga di dunia sejak tahun 2003 sampai 2007 dan bahkan dalam rentang waktu itu mengalami pertumbuhan produksi sebesar 6,63 persen pertahun. Pangsa produksi kakao Indonesia di tahun 2007 mencapai 15,68 persen, sedikit dibawah Pantai Gading dan Ghana yang masingmasing dengan pangsa pasarnya 36,7 persen dan 18,19 persen [1, 2, 3]. Di Propinsi Aceh, kakao merupakan salah satu komoditi unggulan daerah dan produksinya terus meningkat setiap tahun [4]. Besarnya produksi kakao yang dihasilkan Indonesia tidak diikuti dengan kualitas yang mampu bersaing dengan produk dari negara lain, terutama berkaitan dengan standar mutu dan penanganan pra panen maupun pasca panennya. Beberapa sebab rendahnya kualitas biji kakao adalah karena rendahnya pengetahuan para petani dalam penanganan bahan pangan tersebut, terutama dalam proses fermentasi. 206

5 Fermentasi biji kakao akan menghasilkan prekursor cita rasa, mencokelat-hitamkan warna biji, mengurangi rasa pahit, asam, manis dan aroma bunga, meningkatkan aroma kakao (cokelat) dan kacang (nutty), dan mengeraskan kulit biji menjadi seperti tempurung [5, 6]. Biji yang tidak terfermentasi, maka tidak akan memiliki senyawa prekursor tersebut sehingga cita rasa dan mutu biji sangat rendah [7]. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas biji kakao hasil fermentasi dan pengeringan. Bahan dan Metode Bahan dan Peralatan. Buah kakao dipeoleh dari para petani di Kabupaten Pidie. Kotak fermentasi terbuat dari kayu berukuran 16x16x40 cm 3 dengan kapasitas 6 kg biji kakao segar (Gambar 1). Karung goni plastik digunakan untuk membungkus biji kakao. Gambar 1. Kotak Fermentasi Terbuat dari Kayu Prosedur Penelitian. Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu proses sortasi, fermentasi, dan pengeringan. Buah kakao dipecahkan untuk memisahkan kulit dengan isi menggunakan pisau, tetapi tidak memotong terlalu dalam agar tidak terkena biji. Wadah penumpukkan biji kakao dipastikan bersih untuk menghindari kontaminasi oleh bakteri pembusuk. Biji kakao yang dihasilkan dimasukkan dalam karung goni plastik lalu ditaruh dalam kotak kayu. Penempatan biji kakao dalam wadah tersebut akan menaikkan suhu menjadi o C dan dilakukan proses fermentasi selama 4, 6 dan 8 hari. Setelah proses fermentasi selesai, kemudian diukur nilai kadar air, rendemen dan persentase tak terfermentasi. Pengambilan data dilakukan sebanyak 2 kali ulangan pada setiap kotak fermentasi yang diteliti. Selanjutnya biji kakao dilakukan perlakuan pengeringan sampai kadar air 7,5% kemudian diukur ph dan susut bobot. Rancangan Percobaan. Analisis data menggunakan metode Analysis of Varian (ANOVA) secara Rancangan Acak Lengkap (Completely Randomized Design/CRD), dengan 1 perlakuan dan 2 kali ulangan serta menggunakan software SAS versi (Institut SAS Inc., Cary, Caroline Utara, USA). Bila F-test adalah signifikan maka kemudian dianalisis lebih lanjut dengan Uji Duncan pada level 5 % [8-10]. Parameter Analisis. Prosedur pengujian dalam penelitian ini meliputi 2 (dua) tahapan. Pertama adalah pengujian terhadap hasil fermentasi, yaitu kadar air [11], rendemen [12] dan persentase tak terfermentasi (SNI ). Sedangkan tahap kedua 207

6 adalah pengujian terhadap hasil pengeringan yaitu susut bobot per 100 gr sampel [13] dan ph (SNI ). Hasil dan Pembahasan Kadar Air dan Persentase Biji Tak Terfermentasi. Hasil analisis keragaman (ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan variasi lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap kadar air dan biji kakao yang tak terfermentasi. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa pada perlakuan dengan fermentasi 4 hari berbeda nyata terhadap fermentasi 6 dan 8 hari. Pada perlakuan dengan fermentasi 4 hari diperoleh kadar air tertinggi pada biji kakao yaitu 20,56 %. Hal ini diduga karena biji kakao masih dilapisi daging buah pada hari ke 4 fermentasi, dimana daging buah yang melapisi biji kakao merupakan bagian dari biji kakao yang memiliki kandungan kadar air yang cukup banyak. Proses penguraian daging buah berlangsung hingga hari ke 8 fermentasi. Dimana pada hari ke 8 fermentasi tersebut, pulp yang melapisi biji kakao sudah sangat sedikit bahkan hampir tidak ada, sehingga kadar air biji kakao menjadi rendah. Selama proses fermentasi 4, 6, dan 8 hari, kadar air yang terbaik didapat pada proses fermentasi selama 8 hari yaitu sebesar 18,62% (Tabel 1). Penurunan kadar air dengan semakin lama fermentasi antara lain disebabkan oleh terurainya jaringan pulp pada saat proses fermentasi. Hancurnya pulp mempermudah keluarnya air selama proses pengeringan, selain itu selama proses fermentasi juga terjadi kematian biji yang mengakibatkan sifat semi permeabilitas dinding sel menjadi rusak sehingga memudahkan keluarnya air selama proses pengeringan [14]. Persentase biji kakao yang tak terfermentasi paling rendah terdapat pada perlakuan fermentasi 8 hari (9,00 %), dikuti fermentasi 6 hari (16,00 %) dan fermentasi 4 hari (22,17 %) (Tabel 1). Berdasarkan pengamatan penampakan fisik biji kakao hasil uji belah (cut test), terlihat bahwa biji kakao yang difermentasikan secara penuh ditandai dengan adanya warna coklat tua dan bentuk sebagian besarnya bulat, bila dibelah terdapat rongga-rongga didalamnya serta kulit biji tidak menempel pada keping biji [15-17]. Ciri-ciri ini terdapat pada perlakuan fermentasi selama 8 hari, dimana biji kakao yang difermentasi secara penuh ditandai dengan adanya warna coklat gelap pada 80% kulit luar biji dan bewarna coklat serta berbau asam cuka (Gambar 2). Gambar 2. Biji kakao terfermentasi Gambar 3. Biji kakao tak Terfermentasi Bila biji kakao yang proses fermentasinya belum cukup waktu, akan memperlihatkan warna coklat muda/pucat yang tidak merata, sebagian besar bentuknya gepeng, bila dibelah didalamnya berwarna kelabu dan pejal (Gambar 3), serta tidak menghasilkan 208

7 aroma khas cokelat, memiliki rasa sepat dan pahit yang berlebihan [18, 19]. Ciri-ciri ini banyak terdapat pada perlakuan fermentasi selama 4 hari dan 6 hari. Sedangkan fermentasi berlebih terjadi pada perlakuan fermentasi selama 8 hari dengan warna hitam keputih-putihan/pucat dan bentuk yang hampir seluruhnya agak gepeng. Menurut Bahri (2002) menyatakan bahwa fermentasi sudah selesai apabila pulp pada biji kakao sudah mudah dibersihkan dari kulit biji, kulit berwarna coklat dan berbau asam cuka [20]. Sulistiyowati (1999) melaporkan bahwa jamur, asam yang berlebihan, astringent (mengkerut) dan lendir berlebihan merupakan cacat citarasa pada biji kakao yang disebabkan oleh proses fermentasi yang kurang sempurna atau berlebihan [21]. Tabel 1. Analisis Hasil Fermentasi Kakao Analisis Fermentasi Fermentasi Fermentasi 4 hari (%) 6 hari (%) 8 hari (%) Kadar Air 20,56 a 19,71 b 18,62 c Rendemen 48,64 a 44,87 a 39,18 b Persentase tak terfermentasi 22,17 a 16,00 b 9,00 c Notifikasi huruf yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (P>0.05) Rendemen. Pada analisis keragaman terhadap rendemen terlihat bahwa fermentasi 4 hari dan 6 hari tidak adanya perbedaan yang signifikan, sedangkan fermentasi 4 hari (48,64%) dan 6 hari (44,87%) dengan fermentasi 8 hari (39,18%) terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji lanjut Duncan yang memperlihatkan notifikasi huruf yang berbeda (Tabel 1). Nilai rendemen yang dihasilkan dalam penelitian ini hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusianto dkk (1995) yaitu berkisar 31,50 46,00% [22]. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut, maka lama fermentasi 8 hari adalah perlakuan yang terbaik. Sifat bahan hasil fermentasi ditentukan oleh mutu bahan pangan dan sifat-sifat asli bahan pangan itu sendiri, serta perubahan yang terjadi setelah fermentasi merupakan hasil fermentasi. Fermentasi oleh mikroorganisme yang dikehendaki memberi flavor, bentuk yang bagus (bouquet) dan tekstur bahan pangan yang difermentasi [23]. Susut Bobot. Susut bobot per 100 gr sampel yang diperoleh dari penelitian ini berkisar antara 37,50% sampai dengan 55,50%. Susut bobot terendah terdapat pada perlakuan fermentasi selama 4 hari dengan jumah rata-rata 37,50%, karena banyaknya daging buah yang masih melekat dan tidak terurainya senyawa dalam biji, sedangkan susut bobot tertinggi terdapat pada perlakuan fermentasi 8 hari dengan nilai rata-rata 55,50%. Hal ini berarti makin lama fermentasi makin banyak kehilangan bobot biji karena berkurangnya cairan daging buah, peruraian sebagian kandungan keping biji dan penguapan air. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap susut bobot biji kakao hasil pengeringan. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa pada perlakuan dengan lama fermentasi 4 hari berbeda nyata terhadap lama fermentasi 6 hari dan 8 hari. Tabel 2. Analisis Hasil Pengeringan Kakao Sampai Kadar Air 7,5% Analisis Fermentasi Fermentasi Fermentasi 4 hari (%) 6 hari (%) 8 hari (%) Susut Bobot 37,50 a 45,50 b 55,50 c ph 5,21 a 5,24 b 5,27 c 209

8 Notifikasi huruf yang sama pada setiap baris menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (P>0.05) Kehilangan air akibat tingginya transpirasi menyebabkan jaringan buah mengalami pengerutan. Dalam keadaan normal peristiwa transpirasi selalu diikuti dengan penyerapan air sebagai pengganti air yang hilang. Karena biji telah dipisahkan dengan buahnya, maka kemampuan menyerap air dari lingkungannya menjadi berkurang sehingga laju transpirasi lebih besar dibandingkan dengan laju penyerapan, maka buah akan mengalami pengerutan karena sudah terjadinya susut bobot pada biji kakao [13]. ph. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan berbagai variasi lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap nilai ph biji kakao. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan fermentasi 4 hari berbeda nyata dengan fermentasi 6 dan 8 hari. Bila ph melampaui 4 maka kondisinya cocok untuk bakteri asam asetat tumbuh dalam substrat alkohol, kemudian setelah 2 hari bakteri asam asetat tersebut akan menekan pertumbuhan bakteri asam laktat. Sementara itu ph biji harus bertambah besar karena asam asetat dan asam laktat kecuali yang terdifusi kedalam biji di respirasi [24, 25]. Sehingga dengan demikian maka variasi lama fermentasi berpengaruh tehadap ph biji kakao yang di hasilkan. Pada dasarnya semua biji kakao mengandung asam-asam volatile dan non-volatile. Diantara jenis asam yang paling dominan adalah asam asetat, asam sitrat dan asam laktat. Jumlah asam-asam ini sekitar 1-2 % pada suatu bahan dan dalam jumlah banyak akan mempengaruhi reaksi-reaksi pembentukan citra rasa coklat [26]. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Perlakuan variasi lama fermentasi berdasarkan analisis kadar air, rendemen, persentase tak terfermentasi, susut bobot dan ph biji kakao berpengaruh nyata terhadap mutu biji kakao yang dihasilkan. 2. Berdasarkan keseluruhan pengamatan terhadap kadar air, rendemen dan persentase tak terfermetasi yang terbaik diperoleh pada lama fermentasi 8 hari, sementara susut bobot per 100 gram sampel dan ph biji kakao hasil pengeringan yang terbaik diperoleh pada lama fermentasi 4 hari. Referensi [1] International Cocoa Organization, (diakses pada 27 Juli 2015) [2] R. Rahmanu, 2009, Analisis Daya Saing Industri Pengolahan dan Hasil Olahan Kakao Indonesia (Skripsi, Institut Pertanian Bogor, 2009). [3] A.M. Hasibuan, R. Nurmalina, A. Wahyudi, Analisis Kinerja dan Daya Sain Perdagangan Biji Kakao dan Produk Kakao Olahan Indonesia di Pasar Internasional, Buletin RISTRI Vol.3 No.1 (2012), [4] Fahrizal & R. Fadhil, Kajian Fisiko Kimia dan Daya Terima Organoleptik Selai Nenas yang Menggunakan Pektik dari Limbah Kulit Kakao, Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia, 6(3), (2014), [5] J.F. Clapperton, A Review of Research to Identify the Origins of Cocoa Flavor Characteristics. Cocoa Grower s Bull, 48 (2007),

9 [6] T. Wahyudi, Perisa Kakao dan Komponen-komponennya, Pelita Perkebunan, 4 (1988), [7] R.S. Kurniawan, Strategi Dalam Peningkatan Mutu Kakao; Suatu Studi Antropologi Ekonomi Terhadap Pertanian Kakao di Desa Mattirowalie, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba (Skripsi, Universitas Hasanuddin, 2013). [8] A.A. Gomez, K.A. Gomez, Statistical Procedures for Agricultural Research, 2nd ed. John Wiley & Son, Canada, [9] A. Sastrosupadi, Rancangan Percobaan Praktis untuk Pertanian, 6 ed. Kanisius, Yogyakarta, [10] R.G.D. Steel, J.H.Torie, Principle and Procedure of Statistics, Mc Graw Hill Inc., New York, [11] A. Apriantono, D. Fardiaz, N. Puspitasari, L.Sedarnawati, S. Budiyantono, Analisis Pangan (Petunjuk Praktikum), Institut Pertanian Bogor, [12] Haryadi dan S. Wardani, Perkembangan dan Prospek Komoditas Kakao, Tinjauan Komoditas Perkebunan, Edisi Juni Vol.II/2 (2004), [13] Gardjito, M. Wardna, dan S. Agung, Holtikultura, Teknik Analisis Pasca Panen, Transmedia Global Wacana, Yogyakarta, [14] G.A.R.Wood, Cocoa, 3rdend Tropical Egriculture Series. Logman Group Ltd. London, [15] F.X. Susanto, Tanaman Kakao, Budidaya dan Pengolahan Hasil, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, [16] G.A.R. Wood & R.A. Lass, Cocoa.4th, Ed.Logmans Scientific and Technical. Logman Group Ltd, London, 1985, [17] COABISCO, Cocoa Quality, 1.rue-Defacqz, B-1000, Brussels, 5p, [18] Misnawi, Peranan Pengolahan Terhadap Pembentukan Citarasa Cokelat, Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 21 (2005), [19] S. Widyotomo, Sri-Mulato & Yusianto, Karakteristik Biji Kakao Kering Hasil Pengolahan dengan Metode Fermentasi dalam Karung Plastik, Pelita Perkebunan, 17 (2001), [20] S. Bahri, Bercocok Tanaman Perkebunan Tahunan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, [21] Sulistyowati, Uji Citarasa untuk Pengujian Mutu Buji Kakao, Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 15 (1999), [22] Yusianto, T. Wahyudi & B. Sumartono, Pola Citarasa Biji Kakao dari Beberapa Perlakuan Fermentasi, Pelita Perkebunan, 11 (1995), [23] K.A. Buckle, R.A. Edwards, G.H. Fleet and M. Woottan, Ilmu Pangan, Universitas Indonesia Press, Jakarta, [24] Haryadi dan M. Supriyanto, Pengolahan Kakao Menjdi Bahan Pangan, Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi Universitas Gajah Mada, [25] B. Hendrowidyatmoko, S. Bernard dan Kamal, Pengolahan Komoditas Perkebunan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, [26] Sri-Muloto & S. Widyotomo, KInerja Alat dan Mesin Produksi Lemak dan Bubuk Cokelat Skala Kelompok Tani, Makalah Seminar Evaluasi Hasil Penelitian ALSINTAN, Bogor,

MUTU BIJI KAKAO LINDAK PADA BERBAGAI LAMA WAKTU FERMENTASI

MUTU BIJI KAKAO LINDAK PADA BERBAGAI LAMA WAKTU FERMENTASI J. Agrisains 6 (2) : 73-80, Agustus 2005 ISSN : 1412-3657 MUTU BIJI KAKAO LINDAK PADA BERBAGAI LAMA WAKTU FERMENTASI Oleh : Nursalam *) ABSTRACT The purposes of the research were to know the quality of

Lebih terperinci

Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur Pada Saat Fermentasi

Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur Pada Saat Fermentasi Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 330-336 Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur Pada Saat

Lebih terperinci

ALAT PEMISAH BIJI KAKAO SEDERHANA DITINJAU DARI SEGI KUALITAS DAN KAPASITAS HASIL

ALAT PEMISAH BIJI KAKAO SEDERHANA DITINJAU DARI SEGI KUALITAS DAN KAPASITAS HASIL ALAT PEMISAH BIJI KAKAO SEDERHANA DITINJAU DARI SEGI KUALITAS DAN KAPASITAS HASIL 1. Pendahuluan Kabupaten Donggala merupakan produsen kakao utama untuk propinsi Sulawesi Tengah. Luas pertanaman kakao

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-Jenis Kakao Tanaman kakao (Theobroma cacao, L) atau lebih dikenal dengan nama cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai macam tetapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengembangannya, terutama untuk meningkatkan ekspor non migas. Selain itu

I. PENDAHULUAN. pengembangannya, terutama untuk meningkatkan ekspor non migas. Selain itu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan komoditas perkebunan andalan yang terus dipacu pengembangannya, terutama untuk meningkatkan ekspor non migas. Selain itu juga digunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Gading dan Ghana. Hasil panen dari perkebunan coklat yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Gading dan Ghana. Hasil panen dari perkebunan coklat yang ada di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Indonesia adalah penghasil kakao terbesar di dunia ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana. Hasil panen dari perkebunan coklat yang ada di Indonesia cukup tinggi

Lebih terperinci

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG (Study on Molasses as Additive at Organoleptic and Nutrition Quality of Banana Shell Silage) S. Sumarsih,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dari Asia

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dari Asia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dari buah kakao (Theobroma cacao. L) yang tumbuh di berbagai

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dari buah kakao (Theobroma cacao. L) yang tumbuh di berbagai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Biji kakao merupakan bahan baku utama pembuatan produk cokelat, dihasilkan dari buah kakao (Theobroma cacao. L) yang tumbuh di berbagai daerah beriklim tropis. Kakao

Lebih terperinci

I NYOMAN WATA APHP Ahli Muda, Dinas Perkebunan Provinsi Bali ABSTRAK

I NYOMAN WATA APHP Ahli Muda, Dinas Perkebunan Provinsi Bali ABSTRAK MENINGKATKAN MUTU DAN NILAI TAMBAH PRODUKSI KAKAO DENGAN CARA FERMENTASI BIJI KAKAO (STUDI KASUS PETANI KAKAO DI SUBAK ABIAN SUCI KECAMATAN SELEMADEG TIMUR KABUPATEN TABANAN) I NYOMAN WATA APHP Ahli Muda,

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal DOI: 10.17969/jtipi.v7i1.2827 http://jurnal.unsyiah.ac.id/tipi Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal KARAKTERISTIK MUTU BIJI KAKAO ACEH HASIL FERMENTASI DENGAN BERBAGAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biji kakao merupakan bahan baku pembuatan produk cokelat yang bernilai

BAB I PENDAHULUAN. Biji kakao merupakan bahan baku pembuatan produk cokelat yang bernilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biji kakao merupakan bahan baku pembuatan produk cokelat yang bernilai ekonomi tinggi. Menurut Wahyudi dkk. (2008), biji kakao diperoleh dari biji buah tanaman kakao

Lebih terperinci

Lampiran 3. Pengawasan proses dan kontrol mutu pada pengolahan biji kakao.

Lampiran 3. Pengawasan proses dan kontrol mutu pada pengolahan biji kakao. Lampiran 3. Pengawasan proses dan kontrol mutu pada pengolahan biji kakao. Tabel 33. Pengawasan proses dan kontrol mutu pengolahan biji kakao Tahapan proses Proses kontrol Nilai Kontrol mutu Bahan baku

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO Biji kakao merupakan biji dari buah tanaman kakao (Theobroma cacao LINN) yang telah difermentasi, dibersihkan dan dikeringkan. Lebih dari 76% kakao yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan bagi. perekonomian Indonesia, karena menghasilkan devisa negara, menyediakan

I. PENDAHULUAN. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan bagi. perekonomian Indonesia, karena menghasilkan devisa negara, menyediakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan bagi perekonomian Indonesia, karena menghasilkan devisa negara, menyediakan lapangan kerja dan mendorong

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosis ragi dan frekuensi pengadukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosis ragi dan frekuensi pengadukan 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Kadar Air Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosis ragi dan frekuensi pengadukan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air biji kakao serta tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan ekspor non migas. Selain itu juga kakao juga digunakan

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan ekspor non migas. Selain itu juga kakao juga digunakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao Linn) atau lazim pula disebut tanaman cokelat, merupakan komoditas perkebunan yang terus dipacu perkembangannya, terutama untuk meningkatkan ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan Indonesia yang memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

Kajian Fermentasi dan Suhu Pengeringan pada Mutu Kakao (Theobroma cacao L.)

Kajian Fermentasi dan Suhu Pengeringan pada Mutu Kakao (Theobroma cacao L.) Technical Paper Kajian Fermentasi dan Suhu Pengeringan pada Mutu Kakao (Theobroma cacao L.) Study of Fermentation and Drying Temperature in Cacao Quality (Theobroma cacao L.) Rita Hayati 1, Yusmanizar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni

I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Masalah, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN Bagi Indonesia kopi (Coffea sp) merupakan salah satu komoditas yang sangat diharapkan peranannya sebagai sumber penghasil devisa di luar sektor minyak dan gas bumi. Disamping sebagai sumber

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kakao ( Theobroma cacao L.) adalah salah satu tanaman perkebunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kakao ( Theobroma cacao L.) adalah salah satu tanaman perkebunan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kakao Tanaman kakao ( Theobroma cacao L.) adalah salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa negara dari sektor non migas.

Lebih terperinci

ABSTRAK II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN

ABSTRAK II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEKERASAN DAN WAKTU PEMECAHAN DAGING BUAH KAKAO (THEOBROMA CACAO L) 1) MUH. IKHSAN (G 411 9 272) 2) JUNAEDI MUHIDONG dan OLLY SANNY HUTABARAT 3) ABSTRAK Permasalahan kakao Indonesia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

STEVIA ISSN No Vol. I No. 01-Januari 2011

STEVIA ISSN No Vol. I No. 01-Januari 2011 Mempelajari Pengaruh Lama Fermentasi Dan Lama Penyangraian Biji Kakao Terhadap Mutu Bubuk Kakao Sentosa Ginting Dosen Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Quality Medan

Lebih terperinci

Pengaruh Fermentasi dan Suhu Pengeringan pada Mutu Biji Kakao (Theobroma Cacao L.)

Pengaruh Fermentasi dan Suhu Pengeringan pada Mutu Biji Kakao (Theobroma Cacao L.) Pengaruh Fermentasi dan Suhu Pengeringan pada Mutu Biji Kakao (Theobroma Cacao L.) Oleh : Rita Hayati 1, Yusmanizar 2, Harir Fauzi 3 ABSTRAK Paper ini berisi kajian tentang pengaruh fermentasi dan suhu

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anonim Pedoman Teknologi Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember.

DAFTAR PUSTAKA. Anonim Pedoman Teknologi Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1995. Pedoman Teknologi Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Anonim. 2002a. Rekayasa Alat dan Mesin Pemasta Coklat Sebagai Upaya Diversifikasi Produk Kakao. Laporan Penelitian

Lebih terperinci

Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: ISSN

Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: ISSN Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: 173-178 ISSN 1411-0172 PENGKAJIAN PENGOLAHAN BIJI KAKAO GAPOKTAN LINTAS SEKAYAM SANGGAU KALIMANTAN BARAT ASSESSMENT OF CACAO SEEDS OF GAPOKTAN AT LINTAS SEKAYAM SANGGAU WEST

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan secara nasional adalah kakao (Sufri, 2007; Faisal Assad dkk.,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan secara nasional adalah kakao (Sufri, 2007; Faisal Assad dkk., BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Analisis daya saing ekspor beberapa komoditas pertanian dengan berbagai pendekatan parameter komparatif, trade mapping, tren pertumbuhan, kontribusi devisa dan sebaran

Lebih terperinci

Karakteristik Biji Kakao Hasil Fermentasi Kapasitas Kecil dengan Jenis Wadah dan Lama Fermentasi yang Berbeda

Karakteristik Biji Kakao Hasil Fermentasi Kapasitas Kecil dengan Jenis Wadah dan Lama Fermentasi yang Berbeda JURNAL BETA (BIOSISTEM DAN TEKNIK PERTANIAN Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana http://ojs.unud.ac.id/index.php/beta Volume 6, Nomor 1, Maret, 2018 Karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia, yakni sebagai penghasil devisa negara, penyedia

Lebih terperinci

BAB XIII KESIMPULAN Kesimpulan

BAB XIII KESIMPULAN Kesimpulan BAB XIII KESIMPULAN 13.1. Kesimpulan 1. PPKKI adalah lembaga non profit yang memperoleh mandat untuk melakukan penelitian dan pengembangan komoditas kopi dan kakao secara nasional sesuai dengan Keputusan

Lebih terperinci

BAHAN PENYEGAR. Definisi KAKAO COCOA & CHOCOLATE COKLAT 10/27/2011

BAHAN PENYEGAR. Definisi KAKAO COCOA & CHOCOLATE COKLAT 10/27/2011 KAKAO BAHAN PENYEGAR COKLAT COCOA & CHOCOLATE Definisi Kakao : biji coklat yang belum mengalami pengolahan dan kadar air masih tinggi (>15%) Cocoa : biji coklat yang sudah dikeringkan dengan kadar air

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN Kadar Lemak dan Kadar Air

4. PEMBAHASAN Kadar Lemak dan Kadar Air 4. PEMBAHASAN Fermentasi spontan merupakan fermentasi bahan pangan dimana dalam pembuatannya dibantu oleh mikroorganisme yang terdapat di dalam proses fermentasi (Suprihatin, 2010). Pengolahan biji kakao

Lebih terperinci

APLIKASI METODE RESPON SURFACE UNTUK OPTIMASI KUANTITAS SUSUT BOBOT BUAH MANGGIS. Abstrak

APLIKASI METODE RESPON SURFACE UNTUK OPTIMASI KUANTITAS SUSUT BOBOT BUAH MANGGIS. Abstrak APLIKASI METODE RESPON SURFACE UNTUK OPTIMASI KUANTITAS SUSUT BOBOT BUAH MANGGIS Andriani Lubis 1*) 1) Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111 *) andriani_loebis@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

KERAGAAN MUTU BIJI KAKAO KERING DAN PRODUK SETENGAH JADI COKELAT PADA BERBAGAI TINGKATAN FERMENTASI

KERAGAAN MUTU BIJI KAKAO KERING DAN PRODUK SETENGAH JADI COKELAT PADA BERBAGAI TINGKATAN FERMENTASI KERAGAAN MUTU BIJI KAKAO KERING DAN PRODUK SETENGAH JADI COKELAT PADA BERBAGAI TINGKATAN FERMENTASI Dian Adi A. Elisabeth Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali L. E. Setijorini (vica@mail.ut.ac.id)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pengeringan yang dilakukan dua kali dalam penelitian ini bertujuan agar pengeringan pati berlangsung secara merata. Setelah dikeringkan dan dihaluskan

Lebih terperinci

":1 ",_,.!.\.,~,. ""~J ;)"'" BABI PENDAHULUAN. Tanaman coklat (Theobroma cocoa L) adalah tanaman yang berasal dari

:1 ,_,.!.\.,~,. ~J ;)' BABI PENDAHULUAN. Tanaman coklat (Theobroma cocoa L) adalah tanaman yang berasal dari Bab 1. Pendahuluan \ ":1 ",_,.!.\.,~,. ""~J ;)"'" BABI ". '" ~ '. i --_/ I-I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman coklat (Theobroma cocoa L) adalah tanaman yang berasal dari daerah antara perairan sungai

Lebih terperinci

KERAGAAN HASIL FERMENTASI MUTU FISIK BIJI KAKAO DI KALIMANTAN BARAT THE PERFORMANCE OF FERMENTATED YIELD OF COCOA BEAN QUALITY IN WEST KALIMANTAN

KERAGAAN HASIL FERMENTASI MUTU FISIK BIJI KAKAO DI KALIMANTAN BARAT THE PERFORMANCE OF FERMENTATED YIELD OF COCOA BEAN QUALITY IN WEST KALIMANTAN Agros Vol.16 No.2, Juli 2014: 278-284 ISSN 1411-0172 KERAGAAN HASIL FERMENTASI MUTU FISIK BIJI KAKAO DI KALIMANTAN BARAT THE PERFORMANCE OF FERMENTATED YIELD OF COCOA BEAN QUALITY IN WEST KALIMANTAN ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan di Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan di Indonesia yang cukup potensial. Menurut data prediksi International Cocoa Organization (2017), pada tahun 2017 Indonesia

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 di Desa Margototo Metro Kibang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 di Desa Margototo Metro Kibang 18 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 di Desa Margototo Metro Kibang dan Laboratorium Tanaman I, Politeknik Negeri Lampung. 3.2 Alat dan Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan

Lebih terperinci

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi Jl. Samarinda Paal Lima Kota Baru Jambi 30128

Lebih terperinci

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI Secangkir kopi dihasilkan melalui proses yang sangat panjang. Mulai dari teknik budidaya, pengolahan pasca panen hingga ke penyajian akhir. Hanya

Lebih terperinci

A. Tahapan Proses Pembuatan Coklat

A. Tahapan Proses Pembuatan Coklat A. Tahapan Proses Pembuatan Coklat 1. Penyortiran / Penyiapan Bahan Penyiapan bahan dimulai dari tahap pemisahan biji kakao yang akan diolah dari biji-biji muda, kotoran dan benda-benda asing lain, serta

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI GMP (Good Manufacturing Practice) PADA PRODUKSI BIJI KAKAO KERING DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII KEDIRI

IMPLEMENTASI GMP (Good Manufacturing Practice) PADA PRODUKSI BIJI KAKAO KERING DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII KEDIRI IMPLEMENTASI GMP (Good Manufacturing Practice) PADA PRODUKSI BIJI KAKAO KERING DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII KEDIRI Doris Eka Fajariyanto, Darimiyya Hidayati, dan Millatul Ulya Program Studi Teknologi

Lebih terperinci

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung komunikasi penulis,

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung komunikasi penulis, Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 6, No. 1: 1-10 PENGARUH PENAMBAHAN RAGI (Saccaromyces cerevesiae) DAN JUMLAH LUBANG KOTAK PADA FERMENTASI BUAH KAKAO (Theobroma cacao L) TERHADAP MUTU BIJI KAKAO KERING

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BUAH DURIAN (Durio zibethinus murr.) TERHADAP KADAR AIR, TEKSTUR, RASA, BAU DAN KESUKAAN KARAMEL SUSU KAMBING

PENGARUH PENAMBAHAN BUAH DURIAN (Durio zibethinus murr.) TERHADAP KADAR AIR, TEKSTUR, RASA, BAU DAN KESUKAAN KARAMEL SUSU KAMBING PENGARUH PENAMBAHAN BUAH DURIAN (Durio zibethinus murr.) TERHADAP KADAR AIR, TEKSTUR, RASA, BAU DAN KESUKAAN KARAMEL SUSU KAMBING 0. R. Puspitarini, V. P. Bintoro, S. Mulyani. ABSTRAK: Susu kambing merupakan

Lebih terperinci

Sekilas tentang Standar Nasional Indonesia: Biji kopi; Biji kakao; dan Rumput laut

Sekilas tentang Standar Nasional Indonesia: Biji kopi; Biji kakao; dan Rumput laut Sekilas tentang Standar Nasional Indonesia: Biji kopi; Biji kakao; dan Rumput laut HENDRO KUSUMO Kepala bidang Pertanian, Pangan dan Kesehatan Pusat Perumusan Standar BSN Jakarta, 25 Oktober 2017 SNI Biji

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah

Lebih terperinci

PENGOLAHAN PASTA LAOR (Eunice viridis) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI GARAM

PENGOLAHAN PASTA LAOR (Eunice viridis) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI GARAM PENGOLAHAN PASTA LAOR (Eunice viridis) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI GARAM Komariah Tampubolon 1), Djoko Purnomo 1), Masbantar Sangadji ) Abstrak Di wilayah Maluku, cacing laut atau laor (Eunice viridis)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

PEMETAAN PROFIL LEMAK, POLIFENOL DAN ASAM LEMAK (OLEAT) DARI BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.) DI SULAWESI BARAT

PEMETAAN PROFIL LEMAK, POLIFENOL DAN ASAM LEMAK (OLEAT) DARI BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.) DI SULAWESI BARAT PEMETAAN PROFIL LEMAK, POLIFENOL DAN ASAM LEMAK (OLEAT) DARI BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.) DI SULAWESI BARAT Study Physico-Chemical Characteristics of Cacao Beans Result from Plantination in District

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang nyata dalam perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari bulan Mei 2012 sampai bulan Agustus 2012. Tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah Laboratorium Percobaan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C, ORGANOLEPTIK, DAN DAYA SIMPAN SELAI BUAH TOMAT (Lycopersicum esculentum) DAN PEPAYA (Carica papaya) YANG DITAMBAHKAN GULA PASIR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran yang

Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran yang TEKNIK PELAKSANAAN PERCOBAAN PENGARUH KONSENTRASI GARAM DAN BLANCHING TERHADAP MUTU ACAR BUNCIS Sri Mulia Astuti 1 Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran yang berpotensi ekonomi tinggi karena

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

Physical and Chemical Characteristics of Dried Cocoa Beans Produced By Smallholder Cocoa Farmer At Gunung Kidul, Jogjakarta

Physical and Chemical Characteristics of Dried Cocoa Beans Produced By Smallholder Cocoa Farmer At Gunung Kidul, Jogjakarta 1 Kurniawati et al., Karakteristik Fisik dan Kimia Biji Kakao... TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA BIJI KAKAO KERING HASIL PERKEBUNAN RAKYAT DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL, JOGJAKARTA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

(Studi Kasus Tanah Desa Jirek Mas Kecamatan BUAH KOPI. Cermee Kabupaten Bondowoso) SKRIPSI. Oleh Lubna Brilyani NIM

(Studi Kasus Tanah Desa Jirek Mas Kecamatan BUAH KOPI. Cermee Kabupaten Bondowoso) SKRIPSI. Oleh Lubna Brilyani NIM KARAKTERISTIK PENDUGAAN TINGKAT KOPI EROSI ROBUSTA MENGGUNAKAN HASIL PENUNDAAN RAINFALL PULPING MENGGUNAKAN SIMULATOR SKALA LABORATORIUM METODE PERENDAMAN (Studi Kasus Tanah Desa Jirek Mas Kecamatan BUAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemasok utama kakao dunia dengan persentase 13,6% (BPS, 2011). Menurut

I. PENDAHULUAN. pemasok utama kakao dunia dengan persentase 13,6% (BPS, 2011). Menurut I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara pemasok utama kakao

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Salah satu keunikan dan keunggulan makanan dari bahan cokelat karena kandungan

PENDAHULUAN. Salah satu keunikan dan keunggulan makanan dari bahan cokelat karena kandungan PENDAHULUAN Latar Belakang Pada abad modern hampir semua orang mengenal cokelat, merupakan bahan makanan yang banyak digemari masyarakat, terutama bagi anak-anak dan remaja. Salah satu keunikan dan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Oleh: Ir. Nur Asni, MS PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai

Lebih terperinci

Kata kunci : kopi arabika gayo, suhu penyangraian, lama penyangraian, dan kualitas

Kata kunci : kopi arabika gayo, suhu penyangraian, lama penyangraian, dan kualitas KAJIAN MUTU KOPI ARABIKA GAYO DENGAN PERLAKUAN VARIASI SUHU DAN LAMA PENYANGRAIAN (Study of Arabica Gayo Coffee Quality under Temperature and Roasting Duration Treatments) Kaswindi 1, Bambang Sukarno Putra

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER Endri Yani* & Suryadi Fajrin Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas Kampus Limau Manis

Lebih terperinci

MUTU BIJI KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING ABSTRAK

MUTU BIJI KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING ABSTRAK Media Litbang Sulteng III (2) : 112 118, September 21 ISSN : 1979-5971 MUTU BIJI KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING Oleh: Zainuddin Basri ABSTRAK Rehabilitasi tanaman kakao melalui sambung samping selain bertujuan

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Organoleptik Bakso Ikan Nila Merah Uji organoleptik mutu sensorik yang dilakukan terhadap bakso ikan nila merah yang dikemas dalam komposisi gas yang berbeda selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yoghurt merupakan salah satu bentuk produk minuman hasil pengolahan susu yang memanfaatkan mikroba dalam proses fermentasi susu segar menjadi bentuk produk emulsi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam pembangunan bidang ekonomi di Provinsi Lampung. Kakao merupakan salah satu komoditas

Lebih terperinci

Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Mutu Biji Kakao (Theobroma cacao L) yang dihasilkan Petani Kakao Di Teluk Kedondong Bayur Samarinda

Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Mutu Biji Kakao (Theobroma cacao L) yang dihasilkan Petani Kakao Di Teluk Kedondong Bayur Samarinda Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Mutu Biji Kakao (Theobroma cacao L) yang dihasilkan Petani Kakao Di Teluk Kedondong Bayur Samarinda! ABSTRACT Cocoa is one of the plantation commodity whose have role

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan dikembang secara luas oleh petani di Propinsi Aceh.

Lebih terperinci

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN. ISSN : ; e-issn

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN. ISSN : ; e-issn JURNAL RONA EKNIK PERANIAN ISSN : 2085-2614; e-issn 2528 2654 JOURNAL HOMEPAGE : http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/rp Analisis Pindah Panas Pada Ruang Fermentasi Biji Kakao (heobroma cacao L.) Dengan Menggunakan

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Pengamatan suhu alat pengering dilakukan empat kali dalam satu hari selama tiga hari dan pada pengamatan ini alat pengering belum berisi ikan (Gambar

Lebih terperinci

PERUBAHAN NILAI DESORPSI PRODUK KAKAO FERMENTASI PADA BERBAGAI SUHU DAN KELEMBABAN

PERUBAHAN NILAI DESORPSI PRODUK KAKAO FERMENTASI PADA BERBAGAI SUHU DAN KELEMBABAN PERUBAHAN NILAI DESORPSI PRODUK KAKAO FERMENTASI PADA BERBAGAI SUHU DAN KELEMBABAN Sri Widata Dosen DPK Pada Politeknik LPP Yogyakarta E-mail: swidhata@yahoo.co.id ABSTRAK Kakao merupakan produk yang dapat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kadar Air Kulit Manggis Kadar air merupakan salah satu parameter penting yang menentukan mutu dari suatu produk hortikultura. Buah manggis merupakan salah satu buah yang mempunyai

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BAKTERI ASAM LAKTAT PENGHASIL SENYAWA ANTIKAPANG PADA FERMENTASI KAKAO

KARAKTERISTIK BAKTERI ASAM LAKTAT PENGHASIL SENYAWA ANTIKAPANG PADA FERMENTASI KAKAO KARAKTERISTIK BAKTERI ASAM LAKTAT PENGHASIL SENYAWA ANTIKAPANG PADA FERMENTASI KAKAO SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Strata Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi pangan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman. Berbagai inovasi pangan dilakukan oleh beberapa industry pengolahan pangan dalam menciptakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS Aniswatul Khamidah 1 dan Eliartati 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan Abstrak Wedang cor merupakan minuman khas jember yang biasanya di jual dipenggiran jalan. Minuman ini sangat diminati oleh kalangan Mahasiswa maupun mayarakat. Wedang cor ini terdiri dari jahe, ketan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengasapan Ikan Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan untuk mempertahankan daya awet ikan dengan mempergunakan bahan bakar kayu sebagai penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan pengawet berbahaya dalam bahan makanan seperti ikan dan daging menjadi permasalahan serius yang dihadapi oleh pemerintah. Penggunaan bahan pengawet

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf 4.1.1 Daya Ikat Air Meatloaf Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang rawan ayam terhadap daya

Lebih terperinci

APLIKASI ASAM LAKTAT DARI LIMBAH KUBIS UNTUK MENINGKATKAN UMUR SIMPAN TAHU

APLIKASI ASAM LAKTAT DARI LIMBAH KUBIS UNTUK MENINGKATKAN UMUR SIMPAN TAHU APLIKASI ASAM LAKTAT DARI LIMBAH KUBIS UNTUK MENINGKATKAN UMUR SIMPAN TAHU Suprihatin, Lucky Indrati Utami Progdi Teknik Kimia FTI UPN Veteran Jawa Timur RINGKASAN Dengan maraknya penggunaan formalin sebagai

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN KAKAO. Ketua : Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha Herdradjat Natawidjaya

PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN KAKAO. Ketua : Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha Herdradjat Natawidjaya PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN KAKAO DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN KAKAO Penanggung Jawab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian. 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen murni (Pure Eksperimen) pada skala laboratorium, dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap

Lebih terperinci