SISA TANAMAN CRUCIFERAE SEBAGAI BIOFUMIGAN UNTUK MENGENDALIKAN NEMATODA PURU AKAR (Meloidogyne spp.) NOVITA SARI DAULAY
|
|
- Lanny Yuwono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SISA TANAMAN CRUCIFERAE SEBAGAI BIOFUMIGAN UNTUK MENGENDALIKAN NEMATODA PURU AKAR (Meloidogyne spp.) NOVITA SARI DAULAY DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
2
3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sisa Tanaman Cruciferae Sebagai Biofumigan Untuk Mengendalikan Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2013 Novita Sari Daulay NIM A
4
5 ABSTRAK NOVITA SARI DAULAY. Sisa Tanaman Cruciferae Sebagai Biofumigan Untuk Mengendalikan Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.). Dibimbing oleh SUPRAMANA. Meloidogyne spp. merupakan nematoda endoparasit penyebab puru pada akar tanaman. Nematoda puru akar (NPA) menyebabkan kerugian lebih dari 77 miliar dolar AS setiap tahun, pada 21 jenis tanaman penting di seluruh dunia. Biofumigan merupakan salah satu senyawa asal tumbuhan yang dapat mematikan nematoda. Biofumigan adalah senyawa toksik yang volatil, berasal dari tanaman dan bersifat biosida terhadap serangga dan patogen tanaman. Tanaman dari famili cruciferae seperti kubis, lobak, dan brokoli dapat dijadikan sebagai biofumigan. Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan sisa tanaman kubis, lobak, dan brokoli sebagai biofumigan terhadap NPA. Bahan yang digunakan berupa tanah terinfestasi NPA yang berasal dari Kebun Percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas. Percobaan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan perlakuan sisa tanaman kubis, brokoli, lobak, 2 perlakuan kontrol negatif (terbuka dan tertutup), dan nematisida sintetik. Masing-masing perlakuan disimpan selama 2 dan 4 minggu dengan 5 kali ulangan dan tanaman tomat sebagai tanaman indikator. Berdasarkan hasil penelitian, sisa tanaman kubis, brokoli dan lobak efektif dalam menurunkan jumlah puru pada akar tanaman tomat. Aplikasi dengan sisa tanaman lobak dan kubis yang paling efektif, hasil penekanan jumlah puru setara dengan aplikasi nematisida sintetik. Lama biofumigasi yang paling efektif untuk mematikan nematoda puru akar yaitu 2 minggu. Kata kunci : brokoli, kubis, lobak, pengendalian nematoda, tomat.
6
7 ABSTRACT NOVITA SARI DAULAY. Plant Waste of Cruciferae as Biofumigant For Controlling Root Knot Nematodes (Meloidogyne spp.). Supervised by SUPRAMANA. Meloidogyne spp. are endoparasitic nematodes which cause galls on plant roots. They cause loses amounting to USD 77 billion per year in 21 important crops species around the world. One of the control strategy against root knot nematodes (NPA) is by using biofumigant. Biofumigants are volatile toxic compound derived from plants, and have biocide properties against insects and plant pathogents. Cruciferous family plant such as cabbage, broccoli and radish can be used as biofumigant sources. This research aimed at knowing the effectiveness of cabbage, broccoli and radish as biofumigant against NPA. The materials sources include NPA infested soil from IPB experimental farm in Pasir Sarongge Cipanas. The experiment was set in a completely randomized design (CRD) with the treatment being waste of cabbage, broccoli, radish and 2 negative controls (open and closed) as well as a possitive control (synthetic nematicide). Each of the biofumigant treatment was prepared and stored for 2 and 4 weeks. These were replicated 5 times with tomato being used as indicator plants. The results showed that cabbage, broccoli and radish were effective in decreasing the number of galls in tomato plants. The most effective treatment was application with radish and cabbage wastes, which were equivalent to application with synthetic nematicide in reducing root galls. The optimum storage time for biofumigants against root knot nematodes was found to be 2 weeks. Key words : broccoli, cabbage, nematodes control, radish, tomato.
8
9 Hak Cipta milik IPB, tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
10
11 SISA TANAMAN CRUCIFERAE SEBAGAI BIOFUMIGAN UNTUK MENGENDALIKAN NEMATODA PURU AKAR (Meloidogyne spp.) NOVITA SARI DAULAY Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
12
13 Judul Skripsi Nama Mahasiswa NIM : Sisa Tanaman Cruciferae Sebagai Biofumigan Untuk Mengendalikan Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) : Novita Sari Daulay : A Disetujui oleh Dr. Ir. Supramana, M.Si Dosen Pembimbing Tanggal disetujui: 1 8 DE.C 20\3
14 Judul Skripsi Nama Mahasiswa NIM : Sisa Tanaman Cruciferae Sebagai Biofumigan Untuk Mengendalikan Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) : Novita Sari Daulay : A Disetujui oleh Dr. Ir. Supramana, M.Si Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si Ketua Departemen Tanggal disetujui:
15
16 PRAKATA Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah serta kasih sayang-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Sisa Tanaman Cruciferae Sebagai Biofumigan Untuk Mengendalikan Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.). Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada kedua orangtua tercinta Burhanuddin Daulay dan Gustina Harahap, ketiga kakak penulis (Junita Karmila, Tukmaida Sari, dan Jelita Hati), serta keluarga besar atas doa, dukungan moril, materil, kasih sayang, serta semangat yang selalu diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di IPB. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Supramana, M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan, saran, dan masukan dalam penulisan tugas akhir. Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis. Penulis mengucapkan terimakasih juga kepada Bapak Gatot Heru Bromo, Kak Halimah, rekan-rekan di Laboratorium Nematologi Tumbuhan, yang telah banyak membantu, teman seperjuangan Proteksi Tanaman angkatan 46 khususnya Riza, Widya, Tega, Jenita, kepada sahabat-sahabat penulis di omda IMATAPSEL Bogor, Sahri, Yeni, Aldhi, Azis, Arman, Habibi, Adil dan teman-teman lain yang namanya tidak dapat penulis sebutkan semua, atas dukungan dan kebersamaan selama di IPB. Tidak ada yang dapat penulis berikan kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan, doa, bantuan, bimbingan, dan pengorbanan kecuali doa semoga Allah SWT memberikan rahmat dan balasan yang jauh lebih baik kepada semuanya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang. Bogor, Desember 2013 Novita Sari Daulay
17
18 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Tujuan 2 Manfaat 2 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian 3 Bahan dan Alat 3 Metode 3 Persiapan Penelitian 3 Populasi Awal NPA 3 Perlakuan Biofumigasi 3 Pewarnaan Nematoda 4 Identifikasi Spesies NPA dengan Pola Perineum (Sidik Pantat) 4 Rancangan Percobaan dan Analisis Data 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 6 Keefektifan Biofumigasi dengan Sisa Tanaman Famili Cruciferae 6 NPA Dalam Akar Tanaman Tomat 8 Hasil Identifikasii Spesies NPA 9 Pembahasan 10 PENUTUP Simpulan 12 Saran 12 DAFTAR PUSTAKA 13 LAMPIRAN 14 DAFTAR RIWAYAT HIDUP 24 vii vii
19
20 1 DAFTAR TABEL 1. Keefektifan biofumigasi sisa tanaman famili cruciferae terhadap ratarata persentase penekanan puru akar pada tanaman tomat 1 2. Pengaruh biofumigan sisa tanaman cruciferae terhadap jumlah puru dan bobot tanaman tomat 6 3. Populasi spesies Meloidogyne spp. yang ditemukan pada sampel tanah yang digunakan dalam penelitian 9 DAFTAR GAMBAR 1. Sisa tanaman cruciferae yang tidak dimanfaatkan; A di lahan pertanaman, B di tempat pembuangan sampah 2 2. Polibag tanah perlakuan dicampur bahan biofumigan yang ditutup rapat dengan mengikat 4 3. Rata-rata tinggi tanaman tomat pada biofumigasi 2 minggu; P1A1: brokoli, P1A2: kubis, P1A3: lobak, P1K1: Furadan 3G, P1K2: kontrol negatif tertutup, P1K3: kontrol negatif terbuka 7 4. Tanaman tomat dengan aplikasi sisa tanaman kubis; tanaman fitotoksik (kiri) dan tanaman sehat (kanan) 8 5. Rata-rata tinggi tanaman tomat pada biofumigasi 4 minggu; P2A1: brokoli, P2A2: kubis, P2A3: lobak, P2K1: Furadan 3G, P2K2: kontrol negatif tertutup, P2K3: kontrol negatif terbuka 8 6. Meloidogyne spp. betina di dalam puru akar tomat 8 7. Pola sidik pantat nematoda betina; A: M.javanica, B: M. arenaria, C: M. incognita 9 DAFTAR LAMPIRAN 1. Perhitungan SAS Penekanan Jumlah Puru Perhitungan SAS Jumlah Puru Akar Perhitungan SAS Bobot Basah Perhitungan SAS Bobot Kering Perhitungan SAS Bobot Akar 22
21
22 13 PENDAHULUAN Latar belakang Nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) merupakan salah satu parasit akar yang menyerang lebih dari 2000 jenis tanaman baik yang monokotil, dikotil, tanaman herba, maupun tanaman keras. Nematoda puru akar bersifat endoparasit menetap (sedentary endoparasite), sehingga hubungan antara nematoda dengan tanaman inangnya sangat spesifik dan kompleks. Pada umumnya nematoda puru akar melakukan interaksi dengan patogen terbawa tanah lainnya, seperti interaksi dengan cendawan dan bakteri. Gejala penyakit yang diakibatkan oleh nematoda puru selain terbentuknya puru akar, juga terjadi pelukaan pada akar, pembusukan akar serta akar bercabang, pendek dan mengeriting. Kerusakan akar tanaman mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil dan tidak menghasilkan. Untuk daerah tropika (termasuk Indonesia) kerusakan tanaman akibat nematoda puru akar lebih besar daripada di daerah subtropika. Kerugian yang disebabkan oleh nematoda puru akar di seluruh dunia pada 21 jenis tanaman penting bernilai lebih dari 77 miliar dolar AS di setiap tahunnya (Mulyadi 2009). Salah satu metode pengendalian nematoda puru akar yaitu dengan biofumigan. Biofumigan merupakan senyawa toksik yang volatil dihasilkan oleh makhluk hidup yang digunakan untuk mengendalikan hama, penyakit, maupun gulma yang ada di dalam tanah. Senyawa volatil dapat dihasilkan oleh tanaman, salah satunya adalah tanaman dari famili cruciferae (kubis-kubisan). Umumnya tanaman famili cruciferae menghasilkan senyawa glucosinolate (GSL) yang berperan sebagai biofumigan (Monfort et al. 2007). Menurut Anita (2012) dalam proses hidrolisis glucosinolate akan menghasilkan isotiosianit (ITS) yang berperan sebagai fungisida dan nematisida. Pengendalian beberapa penyakit tanaman menggunakan sisa tanaman dari famili cruciferae telah banyak diteliti. Berdasarkan penelitian Kirkeegard (2007) di Filiphina, tanaman dari famili cruciferae dijadikan sebagai tanaman rotasi karena berpotensi mengendalikan bakteri Ralstonia solanacearum dan Meloidogyne spp. pada tanaman Solanaceae. Tanah yang dicampurkan dengan tanaman dari famili cruciferae dengan dan tanpa pemanasan dapat menurunkan puru akar pada tanaman tomat yang disebabkan oleh M. incognita serta penyakit yang disebabkan Sclerotium rolfsii dan Pythium ultimum (Stapleton dan Ducan 1998). Anita (2012) juga menyatakan tanaman dari famili cruciferae seperti kubis, kembang kol, lobak dan brokoli dapat mengendalikan nematoda puru akar (Meloidogyne hapla) pada tanaman seledri. Pemanfaatan sisa tanaman brokoli juga pernah dilakukan oleh Fitriyani (2012) untuk mengendalikan penyakit akar gada (Plasmodiophora brassicae) pada tanaman caisin. Beberapa tanaman dari famili cruciferae yang banyak meninggalkan sisa tanaman setelah panen adalah kubis, lobak, brokoli dan kembang kol, seperti sisa daun dan batang yang banyak dibiarkan berserakan di lahan petani maupun di tempat pembuangan sampah (Gambar 1). Sisa tanaman tersebut selain dapat mengotori lingkungan sekitar juga dapat menjadi sumber inokulum penyakit. Sisa tanaman kubis, brokoli dan lobak dapat dimanfaatkan sebagai biofumigan untuk mengendalikan nematoda dan penyakit tular tanah lainnya.
23 2 Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengujian keefektifan sisa tanaman famili cruciferae sebagai biofumigan untuk mengendalikan nematoda puru akar. A B Gambar 1 Sisa tanaman cruciferae yang tidak dimanfaatkan; A di lahan pertanaman, B di tempat pembuangan sampah. Tujuan Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan sisa tanaman brokoli, kubis dan lobak sebagai biofumigan untuk mengendalikan nematoda puru akar (Meloidogyne spp.). Manfaat Manfaat penelitian ini untuk memberikan informasi tentang keefektifan penggunaan limbah tanaman brokoli, kubis dan lobak dengan cara biofumigasi untuk mengendalikan penyakit nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) dan patogen tular tanah lain yang ramah lingkungan.
24 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nematologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari hingga Juli Bahan dan Alat Bahan yang digunakan didalam penelitian ini adalah sisa tanaman brokoli, kubis dan lobak, benih tomat varietas Ratna, Furadan 3G, larutan asam Fuchsin, tanah steril dan tanah terinfestasi NPA. Alat berupa Polibag ukuran 22x33x0.04 cm yang tidak berlubang, tali serut, counter, timbangan, hot plate dan peralatan laboratorium lainnya. Metode Persiapan Penelitian Persiapan penelitian meliputi penyemaian bibit tanaman tomat varietas Ratna selama 35 hari. Tanah perlakuan yang terinfeksi NPA diambil dari kebun percobaan IPB Pasir Sarongge Kecamatan Pacet Cianjur yang berada pada ketinggian 1122 m dpl (di atas permukaan laut). Sisa tanaman brokoli, kubis dan lobak diambil di pertanaman sayur di sekitar lahan pengambilan tanah perlakuan. Populasi Awal NPA Jumlah awal nematoda puru akar dihitung dengan menghitung jumlah puru pada akar tanaman tomat awal. Sebanyak 10 polibag tanah perlakuan ditanami bibit tomat. Pada tanaman tomat dilakukan pengamatan dan pemeliharaan tanaman selama 20 hari dengan mengukur tinggi tanaman pada hari ke-3, 6, 9, 12, 15, 18, 20 dan perhitungan jumlah puru akar, bobot basah, bobot kering, dan bobot akar. Perlakuan Biofumigasi Perlakuan biofumigasi dengan sisa tanaman brokoli, kubis dan lobak, kontrol negatif (tanpa sisa tanaman cruciferae) polibag tertutup dan polibag terbuka, serta kontrol positif perlakuan Karbofuran (Furadan 3G). Sisa tanaman brokoli, kubis dan lobak dicacah kemudian dicampurkan dengan tanah terinfestasi NPA dengan dosis 0.4 kg cacahan sisa tanaman/2 kg tanah (1:5). Untuk karbofuran menggunakan dosis yang sesuai dengan anjuran yaitu 4 g/2 kg tanah. Tanah yang telah dicampur dengan bahan biofumigan dimasukkan ke dalam polibag yang tidak berlubang, kemudian ditutup rapat dengan mengikat kuat dan disimpan selama 2 dan 4 minggu (Gambar 2). Setelah itu, polibag dibuka dan dibiarkan sehari kemudian ditanami bibit tomat, dilakukan pemeliharaan dan pengamatan selama 20 hari. Pengamatan yang dilakukan sama dengan pengamatan pada populasi awal NPA dengan cara perhitungan jumlah puru dan
25 4 pengukuran pertumbuhan tanaman dengan mengukur tinggi tanaman pada hari ke- 3, 6, 9, 12, 15, 18, 20 serta perhitungan bobot basah, bobot kering, dan bobot akar tanaman tomat. Untuk menghitung keefektikan penekanan puru akar menggunakan rumus (Abbot 1925): Po : Populasi awal nematoda Pt : Populasi akhir nematoda Gambar 2 Polibag tanah perlakuan dicampur bahan biofumigan yang ditutup rapat dengan mengikat. Pewarnaan nematoda Pewarnaan nematoda dalam akar tomat dilakukan untuk membuktikan kebenaran bahwa puru yang terbentuk pada akar disebabkan oleh NPA (Meloidogyne spp.). Metode pewarnaan dimulai dengan membersihkan akar dari tanah dan dipotong sepanjang 1-2 cm, kemudian akar direndam dalam larutan kloroks (5.25%) dengan konsentrasi 20 ml kloroks/30 ml air selama 4 menit, selanjutnya akar dibilas dengan air mengalir hingga bau kloroks hilang, setelah itu ditambah larutan Fuchsin sampai akar terbenam dan dipanaskan sekitar 30 detik. Larutan Fuchsin dibuang dan dibilas dengan air mengalir. Akar yang telah dibilas diberi Glyserin hingga akar terendam dan ditambah 2 tetes HCl, kemudian dipanaskan hingga warna pada akar terlarut (Shurtleff dan Averre 2000). Nematoda di dalam akar akan berwarna merah muda, sedangkan akar menjadi tidak berwarna. Identifikasi Spesies NPA dengan Pola Perineum (Sidik Pantat) Identifikasi dilakukan untuk mengetahui spesies-spesies Meloidogyne spp. yang terdapat pada tanah perlakuan. Metode identifikasi dilakukan dengan pola sidik pantat (parineal pattern) nematoda betina dewasa. Akar-akar tanaman tomat yang terinfeksi NPA dicuci bersih untuk menghilangkan partikel tanah yang menempel. Bagian akar yang membengkak dibedah dengan jarum bedah untuk memperoleh nematoda betina. Pembuatan preparat dengan cara memotong bagian anterior dan posterior dengan pisau bedah. Bagian posterior dibersihkan dengan asam laktat 45% kemudian potongan nematoda betina dipindahkan ke objek glass yang telah ditetesi laktofenol dan ditutup menggunakan cover glass. Bagian
26 pinggiran cover glass direkatkan dengan cat kuku kemudian diamati di bawah mikroskop compound (Eisenback et al 1981). Rancangan Percobaan dan Analisis Data Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor utama perlakuan biofumigasi sisa tanaman brokoli, kubis dan lobak, 2 kontrol negatif (terbuka/tertutup) serta kontrol positif. Anak faktor berupa perbedaan waktu biofumigasi 2 dan 4 minggu. masing-masing perlakuan diulang 5 kali. Data yang diperoleh diolah dengan Microsoft Office Excel 2010 dan dianalisis secara statistika dengan menggunakan prosedur General Linear Model (GLM) dilanjutkan dengan uji Duncan pada program SAS for Window dengan selang kepercayaan 95%. 5
27 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keefektifitasan Biofumigasi dengan Sisa Tanaman Famili Cruciferae Hasil penelitian menunjukkan bahwa biofumigasi dengan sisa tanaman cruciferae selama 2 minggu, efektif dalam menekan jumlah puru akar pada tanaman uji. Berdasarkan rata-rata persentase penekanan jumlah puru, biofumigan sisa tanaman cruciferae, kontrol negatif tertutup dan nematisida sintetik (Furadan 3G) berbeda nyata dengan kontrol negatif terbuka. Penggunaan sisa tanaman kubis dan lobak paling efektif, karena keefektifannya setara dengan nematisida sintetik. Pada biofumigasi 4 minggu penggunaan biofumigan sisa tanaman cruciferae tidak cukup efektif menekan jumlah puru akar pada tanaman uji, dimana aplikasi sisa tanaman brokoli, lobak dan kontrol negatif tertutup, tidak berbeda nyata dengan kontrol negatif terbuka (Tabel 1). Tabel 1 Keefektifan biofumigasi sisa tanaman famili cruciferae terhadap rata-rata persentase penekanan puru akar pada tanaman tomat Perlakuan Rata-rata persentase penekanan puru akar (%) a 2 minggu 4 minggu Brokoli bc 38.94bc Kubis abc 54.10b Lobak ab 35.13bc Furadan 3G a 85.97a Kontrol negatif tertutup c 34.80bc Kontrol negatif terbuka d 9.11c a Menggunakan rumus Abbot b Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan). Pada tanaman tomat juga dilakukan pengamatan tentang pengaruh penggunaan biofumigan sisa tanaman famili cruciferae terhadap bobot pertumbuhan tanaman tomat. Berdasarkan hasil pengamatan biofumigasi 2 minggu, jumlah puru akar pada biofumigasi sisa tanaman cruciferae setara dengan Furadan 3G. Bobot basah, bobot kering dan bobot akar pada perlakuan biofumigasi sisa tanaman cruciferae, Furadan 3G dan kontrol negatif tidak berbeda nyata, namun biofumigasi dengan sisa tanaman brokoli dapat meningkatkan bobot tanaman secara signifikan dibandingkan perlakuan lain. Pada biofumigasi 4 minggu, jumlah puru pada aplikasi dengan sisa tanaman cruciferae bebeda nyata dan lebih rendah jika dibandingkan dengan aplikasi Furadan 3G. Bobot basah, bobot kering dan bobot akar semua perlakuan hampir sama, pada aplikasi dengan sisa tanaman kubis bobot basah dan bobot kering lebih rendah dibandingkan penggunaan Furadan 3G dan kontrol negatif (Tabel 2).
28 Tinggi tanaman (cm) Tabel 2 Pengaruh biofumigasi sisa tanaman cruciferae terhadap jumlah puru dan bobot tanaman tomat Jumlah puru Bobot basah Bobot kering Bobot akar Perlakuan akar (gr) (gr) (gr) Biofumigasi 2 minggu Brokoli 418.6bc a 2.932a 4.894a Kubis 364.2bc ab 1.502b 2.006b Lobak 415.0bc b 1.238b 2.402b Furadan 3G 50.2c ab 1.850ab 3.864ab Kontrol tertutup 598.8b ab 2.212ab 3.548ab Kontrol terbuka a ab 1.778ab 2.826ab Biofumigasi 4 minggu Brokoli b a 1.026a 3.348ab Kubis 992.2b 5.532b 0.470b 2.338b Lobak ab 9.990ab 0.804ab 2.922ab Furadan 3G 303.2c a 1.286a 2.532b Kontrol tertutup ab a 1.144a 4.408a Kontrol terbuka a a 1.076a 3.288ab Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan). Berdasarkan grafik pertumbuhan, rata-rata tinggi tanaman pada perlakuan biofumigasi 2 minggu lebih tinggi dibanding biofumigasi 4 minggu. Polibag berisi tanah perlakuan biofumigasi dengan sisa tanaman brokoli selama 2 minggu dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat (Gambar 3). Pada biofumigasi 4 minggu sisa tanaman cruciferae tidak dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat. Hasil pertumbuhan tanaman tomat menunjukkan bahwa tanaman tomat tumbuh lebih baik pada polibag tanah berisi Furadan 3G (Gambar 4) H0 H3 H6 H9 H12 H15 H18 H20 Waktu pengukuran P1A1 P1A2 P1A3 P1K1 P1K2 P1K3 Gambar 3 Rata-rata tinggi tanaman tomat pada biofumigasi 2 minggu; P1A1: brokoli, P1A2: kubis, P1A3: lobak, P1K1: Furadan 3G, P1K2: kontrol negatif tertutup, P1K3: kontrol negatif terbuka.
29 Tinggi Tanaman (cm) H0 H3 H6 H9 H12 H15 H18 H20 Waktu Pengukuran P2A1 P2A2 P2A3 P2K1 P2K2 P2K3 Gambar 4 Rata-rata tinggi tanaman tomat pada biofumigasi 4 minggu; P2A1: brokoli, P2A2: kubis, P2A3: lobak, P2K1: Furadan 3G, P2K2: kontrol negatif tertutup, P2K3: kontrol negatif terbuka. Aplikasi biofumigan sisa tanaman lobak selama 2 minggu memberikan efek negatif pada tanaman tomat. Tardapat satu tanaman tomat yang mati akibat perlakuan yang diduga mengalami fitotoksisitas namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut (Gambar 5). Gambar 5 Tanaman tomat dengan aplikasi sisa tanaman kubis; tanaman fitotoksik (kiri) dan tanaman sehat (kanan). NPA Dalam Akar Tanaman Tomat Untuk membuktikan kebenaran bahwa puru yang terdapat pada akar tanaman tomat disebabkan oleh NPA (Meloidogyne spp.) dilakukan pewarnaan nematoda dalam akar tanaman. Hasil pewarnaan membuktikan adanya nematoda Meloidogyne spp. fase betina dewasa yang berbentuk seperti alpukat pada puru akar tanaman tomat. Pada satu puru akar tanaman tomat, terdapat satu nematoda. Untuk ukuran puru yang lebih besar nematoda yang menginfeksi lebih dari satu (Gambar 6).
30 9 betina dewasa Gambar 6 Meloidogyne spp. betina di dalam puru akar tomat. Hasil Identifikasi Spesies NPA Berdasarkan hasil identifikasi spesies NPA pada akar tanaman tomat terdapat jumlah proporsi M. incognita sebesar 50%, M. arenaria sebesar 45% dan M. javanica 5% (Tabel 3). Pola sidik pantat dari masing-masing spesies berbeda dan memiliki ciri yang khas, seperti M. javanica dicirikan dengan adanya garis lateral yang memisahkan antara lengkungan dorsal dan lengkungan vertikal, M. arenaria pertemuan lengkung dorsal dan vertikal membentuk seperti bahu, ujung tonjolan kutikula bercabang seperti garpu, dan M. incognita memiliki garis lengkungan dorsal yang tinggi dan menyempit berbentuk persegi, bagian paling luarnya sedikit melebar dan datar, tidak memiliki garis lateral dan stria terlihat jelas (Gambar 7). Tabel 3 Proporsi spesies Meloidogyne spp. yang ditemukan pada sampel tanah yang digunakan dalam penelitian Spesies Meloidogyne spp. Jumlah Populasi (%) M. javanica 5 M. arenaria 45 M. incognita 50 A B C Gambar 7 Pola sidik pantat nematoda betina ; A: M. javanica, B: M. arenaria, C: M. incognita
31 10 Pembahasan Biofumigasi dengan sisa tanaman cruciferae efektif dalam menekan jumlah puru akar pada tanaman uji jika dibandingkan dengan kontrol negatif. Berdasarkan hasil rata-rata persentase penekanan jumlah puru, biofumigasi dengan sisa tanaman lobak dan kubis memberikan hasil yang paling efektif, setara dengan aplikasi nematisida sintetik (Furadan 3G). Hasil yang diperoleh sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Anita (2012) tentang biofumigasi sisa tanaman cruciferae yang dapat mengendalikan M. hapla pada tanaman seledri. Dari beberapa tanaman famili cruciferae yang diteliti tanaman lobak yang paling efektif menekan puru akar sebesar 60.6% dan dapat meningkatkan bobot daun dan batang seledri sebesar 41.9%. Pengaplikasian sisa tanaman dari famili cruciferae dengan waktu biofumigasi yang berbeda memberikan hasil yang berbeda nyata. Biofumigasi 4 minggu menunjukkan keefektifan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan biofumigasi 2 minggu. Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah puru semua perlakuan biofumigansi sisa tanaman cruciferae selama 2 minggu lebih rendah dibandingkan dengan kontrol negatif. Hal ini disebabkan adanya pengaruh biofumigasi dan penutupan tanah pada kontrol tertutup yang diaplikasikan terhadap tanah yang terinfestasi oleh NPA. Biofumigasi sisa tanaman famili cruciferae menghasilkan senyawa GSL yang mengandung nitrogen dan balerang hasil metabolit sekunder tanaman bersifat volatil sehingga tidak dapat bertahan lama. Menurut Yulianti (2009) pelepasan senyawa GSL dari jaringan tanaman yang kemudian diikuti dengan hidrolisis untuk menghasilkan senyawa beracun sehingga dapat mematikan nematoda. Hidrolisis GSL yang menghasilkan senyawa beracun Isotiosianat (ITS) terjadi pada saat pembenaman sisa-sisa tanaman cruciferae dan berada di dalam tanah 5-10 hari untuk membunuh patogen. Gimsing dan Kirkegaard (2006) juga menyatakan bahwa ITS masih bisa dideteksi 8-12 hari setelah perlakuan dengan efisiensi pelepasan 26-56%. Senyawa ITS merupakan senyawa alelokimia paling toksik yang dapat mematikan nematoda dengan cara menghambat pernafasan nematoda. Nematoda bernafas dengan sistem difusi, pada proses difusi, senyawa yang dimasukkan ke dalam tubuh adalah senyawa ITS yang bersifat racun dalam tubuh nematoda sehingga mematikan nematoda tersebut. Perlakuan penutupan tanah pada kontrol dapat mematikan nematoda karena adanya peningkatan suhu di dalam polibag perlakuan. Jumlah puru akar pada perlakuan biofumigasi sisa tanaman cruciferae selama 4 minggu hampir sama dengan perlakuan kontrol negatifnya. Hal ini disebabkan oleh senyawa ITS yang dihasilkan selama proses biofumigasi sudah tidak bersifat toksik bagi NPA, selain itu, keberadaan nematoda di dalam tanah juga mempengaruhi. Siklus hidup nematoda dalam satu generasi 3-8 minggu, dengan fase telur sebagai fase bertahan. Penggunaan senyawa biofumigan di dalam tanah yang terinfestasi NPA tidak dapat mematikan fase bertahannya karena permeabilitas kulit telur lebih rendah dibandingkan kutikula nematoda dan massa gelatin yang melindungi kulit telur menghambat penetrasi biofumigan ke dalam telur nematoda (Mulyadi 2009). Untuk meningkatkan keefektifannya diperlukan jumlah biofumigan yang lebih banyak dan pembasahan tanah sebelum
32 ditambahkan bahan biofumigan ke dalam tanah. Kandungan GSL yang tinggi di dalam sisa tanaman famili cruciferae, belum dapat menjamin kadar ITS yang dihasilkan tinggi. Ada faktor-faktor lain yang berperan cukup penting agar proses hidrolisis GSL berlangsung optimum seperti ketersediaan air (Matthiessen 2002) dan kecepatan rusaknya jaringan tanaman (Kirkegaard et al. 2001). Dalam proses pembenaman sisa tanaman cruciferae ke dalam tanah selain terjadi pelepasan senyawa GSL juga terjadi proses dekomposisis bahan organik. Penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat memperbaiki kondisi fisik dan kimia tanah dan menambah mikroba dalam tanah sehingga keseimbangan alami di dalam tanah tetap terjaga. Biofumigasi sisa tanaman cruciferae selama 2 minggu dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat secara signifikan dibandingkan dengan biofumigasi 4 minggu. Hal ini disebabkan oleh jumlah puru pada biofumigasi 4 minggu lebih banyak sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan biofumigasi sisa tanaman brokoli selama 2 minggu mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat yang lebih baik. Pada biofumigasi 4 minggu, pertumbuhan tanaman tomat dengan aplikasi karbofuran Furadan 3G tumbuh lebih baik dibandingkan dengan penggunaan sisa tanaman cruciferae. Hasil pewarnaan puru akar tanaman tomat menunjukkan bahwa puru akar yang terbentuk merupakan hasil infeksi dari Meloidogyne spp.. Puru akar atau giant cell berfungsi sebagai sumber makanan bagi nematoda. Nematoda yang terdapat pada giant cell merupakan nematoda betina dewasa yang hidup menetap untuk berreproduksi, sedangkan nematoda jantan dewasa hidup di luar sel tanaman. Puru akar terbentuk akibat adanya pengalihan fungsi jaringan pengangkut tanaman yang disebabkan nematoda untuk keperluannya sendiri (Perry et al. 2009). Identifikasi spesies NPA dengan pola sidik pantat pada tanah percobaan terdapat spesies Meloidogyne javanica, Meloidogyne arenaria dan Meloidogyne incognita. M.incognita merupakan spesies terbanyak dengan jumlah populasi 50% dan M.. javanica terendah dengan jumlah populasi 5% dari total populasi sampel. Pola sidik pantat dari masing-masing spesies berbeda dan memiliki ciri yang khas, seperti M. javanica dicirikan dengan adanya garis lateral yang terlihat jelas, M. arenaria memiliki garis dorsal yang melengkung seperti berbentuk bahu dan M. incognita garis lengkungan dorsal yang tinggi dan menyempit, bagian paling luarnya sedikit melebar dan datar, tidak memiliki garis lateral dan stria terlihat jelas. 11
33 12 PENUTUP Kesimpulan Biofumigasi sisa tanaman brokoli, kubis dan lobak efektif menurunkan jumlah puru akar pada tanaman tomat. Aplikasi sisa tanaman lobak lebih efektif menekan jumlah puru dibandingkan dengan sisa tanaman brokoli dan kubis dengan rata-rata persentase penekanan hampir setara dengan nematisida sintetik sebesar 95.07%. Inkubasi 2 minggu sisa tanaman brokoli, kubis dan lobak paling efektif menurunkan populasi nematoda puru akar, selain itu dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat secara signifikan. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menguji fitotoksisitas biofumigasi sisa tanaman brokoli, kubis dan lobak terhadap tanaman, pengukuran senyawa yang dihasilkan pada saat biofumigasi, serta pengujian yang lebih luas pada tahap lapangan dengan perbaikan metode dan dosis yang sesuai.
34 13 DAFTAR PUSTAKA Anita B Crucifer vegetable leaf wastes as biofumigants for the management of root knot nematode (Meloidogyne hapla Chitwood) in celery (Apium graveolens L.). J Biopestic (5 Suppl): Eisenback JD, Hirschmann H, Sasser JN, Triantaphyllou AC A guide to the four most common species of root-knot nematodes (Meloidogyne spp.) with a pictorial key. Raleigh (USA). IMP Fitriyani M Pemanfaatan limbah tanaman brokoli untuk pengendalian penyakit akar gada (Plasmodiophora brassicae Wor.) pada tanaman caisin. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gimsing AL, Kirkegaard JA Glucosinolate and isothiocyanate concentration in soil following incorporation of Brassica biofumigants. Soil Biol & Biochem. 38: Kirkegaard JA Evaluating biofumigation for soil-borne disease management in tropical vegetable production. ACIAR Final Report. ACIAR Camberra. 15 pp. Kirkegaard JA, Smith BJ, Morra MJ Biofumigation: soil-borne pest and disease suppression by Brassica root. In Proc. The 6 th Symposium of the International Society of Root Research; 2001 Nov Nagoya, Japan. Japanese Society for Root Research. Nagoya, Japan: Kurniawan W Identifikasi penyakit umbi bercabang pada wortel, Daucus carrota (L.) di Indonesia. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Matthiessen J, Kirkegaard JA Plant maceration and moisture hold the key to biofumigation success. CSIRO Bulletin: Biofumigation update: Horticulture 15: 1-2. Monfort WS, Csinos AS, Desaeger J, Seebold K, Webster TM, Diaz-Perez JC Evaluating Brassica species as an alternative control measure for rootknot nematode (M. incognita) in Georgia vegetable plasticulture. Crop Prot. 26 (2007): Mulyadi Nematologi Pertanian. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Perry RN, Moens M, Starr JL, editor Root-knot Nematodes. Wallingford (GB): CABI. Stapleton JJ, Ducan RA Soil disinfestation with cruciferrous amandements and subhlethal heating: effect on Meloidogyne incognita, Sclerotium rolfsii and Pythium ultimum. Plant Pathology. 47 (1998): Shurtleff MC, Averre CW Diagnosing Plant Disease Caused by Nematodes. Minnesota (USA): APS Press. Yulianti T Biofumigasi: Alternatif baru dalam mengendalikan penyakit tanaman. Warta Penelitian Pengembangan Pertanian. 31(6): 4-5. Yulianti T Biofumigan untuk mengendalikan patogen tular tanah yang ramah lingkungan. Pengembangan Inovasi Pertanian. 2(3):
35 14 Lampiran 1 Perhitungan SAS Penekanan Jumlah Puru Akar The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values P 6 P1A1 P1A2 P1A3 P1K1 P1K2 P1K3 Number of Observations Read 28 Number of Observations Used 26 Dependent Variable: Penekanan Jumlah Puru 2 minggu Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model <.0001 Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE pp Mean Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F P <.0001 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F P <.0001 Duncan's Multiple Range Test for pp NOTE: This test controls the Type I comparison wise error rate, not the experiment wise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 20 Error Mean Square Harmonic Mean of Cell Sizes NOTE: Cell sizes are not equal. Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N P A P1K1 A AB P1A3 AB ABC P1A2 BC BC P1A1 BC C P1K2 C D P1K3
36 15 Class Levels Values P 6 P2A1 P2A2 P2A3 P2K1 P2K2 P2K3 Number of Observations Read 30 Number of Observations Used 30 Dependent Variable: Penekanan Jumlah Puru 4 minggu Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE pp Mean Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F P Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F P Duncan's Multiple Range Test for pp NOTE: This test controls the Type I comparison wise error rate, not the experiment wise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N P A P2K1 B P2A2 B BC P2A1 BC BC P2A3 BC BC P2K2 C C P2K3
37 16 Lampiran 2 Perhitungan SAS Jumlah Puru Akar The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values Ulangan Perlakuan 6 K1 K2 K3 P1A1 P1A2 P1A3 Number of Observations Read 30 Number of Observations Used 30 Dependent Variable: Jumlah puru P1 Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE Hasil Mean Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F P Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F P Duncan's Multiple Range Test for hasil NOTE: This test controls the Type I comparison wise error rate, not the experiment wise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N P A K3 B K2 B BC P1A1 BC BC P1A3 BC BC P1A2 C C K1
38 17 Class Levels Values Ulangan Perlakuan 6 K1 K2 K3 P2A1 P2A2 P2A3 Number of Observations Read 30 Number of Observations Used 30 Dependent Variable: Jumlah puru P2 Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE Hasil Mean Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F P Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F P Duncan's Multiple Range Test for hasil NOTE: This test controls the Type I comparison wise error rate, not the experiment wise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N P A K3 A AB K2 AB AB P2A3 B B P2A1 B B P2A2 B C K1
39 18 Lampiran 3 Perhitungan SAS Bobot Basah The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values Ulangan Perlakuan 6 K1 K2 K3 P1A1 P1A2 P1A3 Number of Observations Read 30 Number of Observations Used 30 Dependent Variable: Bobot basah P1 Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE Hasil Mean Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F P Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F P Duncan's Multiple Range Test for hasil NOTE: This test controls the Type I comparison wise error rate, not the experiment wise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N P A P1A1 A AB K2 AB AB K1 AB AB K3 AB AB P1A2 B B P1A3
40 19 Class Levels Values Ulangan Perlakuan 6 K1 K2 K3 P2A1 P2A2 P2A3 Number of Observations Read 30 Number of Observations Used 30 Dependent Variable: Bobot basah P2 Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE Hasil Mean Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F P Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F P Duncan's Multiple Range Test for hasil NOTE: This test controls the Type I comparison wise error rate, not the experiment wise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N P A K1 A A K3 A A P2A1 A A K2 A AB P2A3 B B P2A2
41 20 Lampiran 4 Perhitungan SAS Penekanan Bobot Kering The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values Ulangan Perlakuan 6 K1 K2 K3 P1A1 P1A2 P1A3 Number of Observations Read 30 Number of Observations Used 30 Dependent Variable: Bobot kering P1 Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE Hasil Mean Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F P Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F P Duncan's Multiple Range Test for hasil NOTE: This test controls the Type I comparison wise error rate, not the experiment wise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N P A P1A1 A AB K2 AB AB K1 AB AB K3 B B P1A2 B B P1A3
42 21 Class Levels Values Ulangan Perlakuan 6 K1 K2 K3 P2A1 P2A2 P2A3 Number of Observations Read 30 Number of Observations Used 30 Dependent Variable: Bobot kering P2 Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE Hasil Mean Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F P Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F P Duncan's Multiple Range Test for hasil NOTE: This test controls the Type I comparison wise error rate, not the experiment wise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N P A K1 A A K2 A A K3 A A P2A1 A AB P2A3 B B P2A2
43 22 Lampiran 5 Perhitungan SAS Bobot Akar The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values Ulangan Perlakuan 6 K1 K2 K3 P1A1 P1A2 P1A3 Number of Observations Read 30 Number of Observations Used 30 Dependent Variable: Bobot akar P1 Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE Hasil Mean Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F P Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F P Duncan's Multiple Range Test for hasil NOTE: This test controls the Type I comparison wise error rate, not the experiment wise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N P A P1A1 A AB K3 AB AB K2 AB AB K1 B B P1A3 B B P1A2
44 23 Class Levels Values Ulangan Perlakuan 6 K1 K2 K3 P2A1 P2A2 P2A3 Number of Observations Read 30 Number of Observations Used 30 Dependent Variable: Bobot akar P2 Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total R-Square Coeff Var Root MSE Hasil Mean Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F P Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F P Duncan's Multiple Range Test for hasil NOTE: This test controls the Type I comparison wise error rate, not the experiment wise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square Number of Means Critical Range Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N P A K2 A AB P2A1 AB AB K3 AB AB P2A3 B B K1 B B P2A2
45
46 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Siunggam Jae Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara pada tanggaal 04 November 1990 sebagai anak kedelapan dari pasangan bapak Burhanuddin Daulay dan ibu Gustina Harahap. Pendidikan penulis dimulai dari SDN Siunggam Tonga dan melanjutkan pendidikan menengah pertama di MTsN Model Kota Padangsidimpuan. Pada tahun 2009 penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 4 Kota Padangsidimpuan dan diterima masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian. Selama perkuliahan penulis pernah aktif berorganisasi di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM-A) sebagai sekretaris di Departemen Pertanian pada periode Penulis juga aktif di Organisasi Daerah (Omda) IMATAPSEL sebagai sekretaris pada periode Penulis sering terlibat kepanitiaan pada beberapa kegiatan kampus dan Omda seperti: panitia dalam acara Gebyar Nusantara 2010, sebagai komisi disiplin (Komdis) pada kegiatan masa perkenalan fakultas dan departemen (MPF dan MPD) tahun 2011, sebagai sekretaris umum pada acara Gebyar Pertanian 2012 dan acara kepanitiaan Maperca di Omda. Bidang akademik penulis pernah menjadi asisten praktikum Nematologi Tumbuhan tahun 2012 dan 2013, asisten praktikum Pengendalian Hama Penyakit Benih di D3 IPB tahun 2013.
Lampiran 1. Skema pengolahan limbah sayuran. Sayuran dikumpulkan, dipilah dan dicuci dengan air. Ditiriskan menggunakan jaring
33 Lampiran 1. Skema pengolahan limbah sayuran Sayuran dikumpulkan, dipilah dan dicuci dengan air Ditiriskan menggunakan jaring Dicacah dan diangin-anginkan dilapangan terbuka Dikeringkan sampai kadar
Lebih terperinciBAB 3 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK 1 FAKTOR
BAB 3 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK 1 FAKTOR Rancangan Acak Kelompok atau biasa disingkat RAK digunakan jika kondisi unit percobaan yang digunakan tidak homogen. Dalam rancangan ini, petakan percobaan
Lebih terperinciBAB 5. APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK DUA FAKTOR
A 5. APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK DUA FAKTOR Dalam percobaan faktorial, pengaruh dua faktor atau lebih diselidiki secara bersama-sama. Apabila pengaruh suatu faktor diperkirakan akan berubah menurut
Lebih terperinciBAB 4. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP DUA FAKTOR
BAB 4. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP DUA FAKTOR Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) umumnya dipakai pada kondisi lingkungan yang homogen diantaranya
Lebih terperinciLampiran 1 Hasil determinasi tanaman alpukat. lxiv
LAMPIRAN lxiii Lampiran 1 Hasil determinasi tanaman alpukat lxiv lxv Lampiran 2 Analisa statistik urea serum Urea Serum (mg/dl) Class Level Information Class Levels Values kelompok 4 Dosis10% Dosis5% Induksi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nematoda Meloidogyne spp. adalah sebagai berikut
TINJAUAN PUSTAKA Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) Klasifikasi Klasifikasi nematoda Meloidogyne spp. adalah sebagai berikut (Dropkin, 1991) : Filum Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Nematoda
Lebih terperinci1. Water Holding Capacity (WHC) (Modifikasi Agvise Laboratories). 2. Ammonia Holding Capacity (AHC) (Modifikasi Nurcahyani 2010).
LAMPIRAN 47 Lampiran 1. Metode Analisis Proksimat 1. Water Holding Capacity (WHC) (Modifikasi Agvise Laboratories). Pengujian WHC dilakukan dengan mengurangi berat bahan setelah ditambahkan air dengan
Lebih terperinciBAB 7 APLIKASI RANCANGAN PETAK TERPISAH
BAB 7 APLIKASI RANCANGAN PETAK TERPISAH Rancangan split plot design atau dalam bahasa Indonesia disebut Rancangan Petak Terpisah atau Rancangan Petak Terbagi (RPT) merupakan jenis percobaan faktorial (lebih
Lebih terperinciBAB 6 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK TIGA FAKTOR
BAB 6 APLIKASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK TIGA FAKTOR Pada bab sebelumnya telah dibahas aplikasi rancangan acak kelompok satu faktor dan dua faktor. Bab ini akan membahas aplikasi SPSS dan SAS untuk analisis
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering. diulangi hingga diperoleh bobot tetap.
LAMPIRAN 53 Lampiran 1. Prosedur analisa proksimat serbuk daun dan ranting jarak pagar kering a. Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 2-5 g sampel serbuk kering dimasukkan ke dalam cawan aluminium yang
Lebih terperinciBAB 8. APLIKASI RANCANGAN PETAK PETAK TERPISAH
BAB 8. APLIKASI RANCANGAN PETAK PETAK TERPISAH Rancangan split split plot design atau Rancangan Petak Petak merupakan jenis percobaan yang melibatkan tiga faktor atau lebih sekaligus dengan tingkat ketelitian
Lebih terperinciBAB 2. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP 1 FAKTOR
BAB 2. APLIKASI RANCANGAN ACAK LENGKAP 1 FAKTOR Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan rancangan yang paling sederhana dibanding rancangan lainnya. Penggunaan RAL di berbagai bidang penelitian telah banyak
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciKOMUNIKASI SINGKAT. Spesies Meloidogyne Penyebab Puru Akar pada Seledri di Pacet, Cianjur, Jawa Barat
ISSN: 0215-7950 Volume 13, Nomor 1, Januari 2017 Halaman 26 30 DOI: 10.14692/jfi.13.1.26 30 KOMUNIKASI SINGKAT Spesies Meloidogyne Penyebab Puru Akar pada Seledri di Pacet, Cianjur, Jawa Barat Species
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Nematoda Puru Akar (Meloidogynespp.) Adapun Klasifikasi nematoda Meloidogyne spp menurut
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Nematoda Puru Akar (Meloidogynespp.) Adapun Klasifikasi nematoda Meloidogyne spp menurut (Lucet al., 1995) adalah sebagai berikut : Filum Kelas : Nemathelminthes : Nematoda Sub
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN HASIL KONVERSI DARI ANALISIS LABORATORIUM No bahan berat segar(gr/plot) produksi bs(ton/ha/tahun) %air total %BK LK SK PK 1 A1B0U1 1097,48 131,6976 76,84 23,16 2,83 43,39 17,55 2 A1B0U2 1094,48
Lebih terperinciDitimbang EMB 3,6 gr. Ditambahkan Aquades 100 ml. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Disiapkan NaCl fisiologis 0,9 % sebanyak 10 ml
Lampiran 1 : Isolasi akteri E-coli Tahap 1 (Pembuatan Media EM) Ditimbang EM 3,6 gr Ditambahkan Aquades 1 ml Dimasukkan ke dalam erlenmeyer Disiapkan NaCl fisiologis,9 % sebanyak 1 ml Dimasukkan kedalam
Lebih terperinciABSTRAK. : Capsicum annuum L, Chromoloena odorata L, Lantana camara L. Meloidoyne spp dan Piper betle L.
ABSTRAK Magna Dwipayana. NIM 1105105018. Uji Efektifitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.),Kirinyuh (Chromoloena odorata L) Dan Tembelekan (Lantana camara L.)Terhadap Populasi Nematoda Puru Akar (Meloidogyne
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini, terbukti bahwa pada akar tomat memang benar terdapat nematoda setelah dilakukan ekstraksi pertama kali untuk mengambil
Lebih terperinciKEEFEKTIFAN LIMBAH TANAMAN BRASSICACEAE UNTUK PENGENDALI NEMATODA PURU AKAR (MELOIDOGYNE SPP.) PADA MIKROPLOT DI LAPANGAN
J. HPT Tropika ISSN 1411-7525 Nur et al. Keefektifan Limbah Tanaman Brassicaceae 99 Vol. 16, No. 2: 99-106 September 2016 KEEFEKTIFAN LIMBAH TANAMAN BRASSICACEAE UNTUK PENGENDALI NEMATODA PURU AKAR (MELOIDOGYNE
Lebih terperinciLampiran 1. Sketsa lokasi tambak penelitian
Lampiran 1. Sketsa lokasi tambak penelitian 58 59 Lampiran 2. Data bobot basah (gr) pada masing-masing perlakuan Bobot Jarak Tanam Ulangan Minggu Ke- 0 7 14 21 28 35 42 50 gr 20 cm 1 50 85 105 145 150
Lebih terperinciUNIVERSITAS SEBELAS MARET
Pengaruh populasi awal Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) varietas hot beauty dan tm-888 UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Febriana
Lebih terperinciPENGENDALIAN BIOLOGI NEMATODA PURU AKAR ( Meloidogyne spp. ) PADA TANAMAN TOMAT ( Lycopersicum esculentum Mill ) SKRIPSI. Oleh
PENGENDALIAN BIOLOGI NEMATODA PURU AKAR ( Meloidogyne spp. ) PADA TANAMAN TOMAT ( Lycopersicum esculentum Mill ) SKRIPSI Oleh JOY W HASUDUNGAN P 040302030/HPT DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
Lebih terperinciME Yusnandar * PENDAHULUAN
ME Yusnandar * PENDAHULUAN Rancangan acak lengkap (randomize complete design), rancangan acak lengkap kelompok (randomize complete block design) dan rancangan acak lengkap faktorial (randomize complete
Lebih terperinciPenyakit Layu Bakteri pada Kentang
Penyakit Layu Bakteri pada Kentang Penyakit layu bakteri dapat mengurangi kehilangan hasil pada tanaman kentang, terutama pada fase pembibitan. Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum
Lebih terperinciRANCANGAN PERCOBAAN DENGAN SAS. Oleh Kismiantini, M.Si.
RANCANGAN PERCOBAAN DENGAN SAS Oleh Kismiantini, M.Si. JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 0 SAS (Statistical Analysis System)
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl SKRIPSI OLEH: DEWI MARSELA/ 070301040 BDP-AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca, Laboratorium Produksi Tanaman, dan Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1 prosedur pewarnaan hematoksillin-eosin (HE)
51 LAMPIRAN Lampiran 1 prosedur pewarnaan hematoksillin-eosin (HE) Pewarnaan HE adalah pewarnaan standar yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai struktur umum sel dan jaringan normal serta perubahan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2010 Maret 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK SKRIPSI Oleh: CAROLINA SIMANJUNTAK 100301156 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciIdentifikasi Meloidogyne Penyebab Penyakit Umbi Bercabang pada Wortel di Dataran Tinggi Dieng
ISSN: 0215-7950 Volume 8, Nomor 1, Feb 2012 Halaman 16-21 DOI: 10.14692/jfi.8.1.16 Identifikasi Meloidogyne Penyebab Penyakit Umbi Bercabang pada Wortel di Dataran Tinggi Dieng Species Identification of
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan dan Rumah Kaca University Farm, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH RUMPUT LAUT (Sargassum polycystum) SEBAGAI BAHAN PUPUK CAIR UNTUK SAWI ( Brassica juncea L. ) ORGANIK PADA TANAH ULTISOL
PEMANFAATAN LIMBAH RUMPUT LAUT (Sargassum polycystum) SEBAGAI BAHAN PUPUK CAIR UNTUK SAWI ( Brassica juncea L. ) ORGANIK PADA TANAH ULTISOL S K R I P S I OLEH: HAFSAH WINDA NST 080303004 AGROEKOTEKNOLOGI
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk
BAHAN DAN METODE 9 Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2007 sampai Juni 2007 di rumah kaca Balai Penelitian Biologi dan Genetika Cimanggu, Bogor, Jawa Barat. Rumah kaca berukuran
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI OLEH : NORI ANDRIAN / 110301190 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
Lebih terperinciLampiran 1 Sertifikat Kelaikan Etik
Lampiran 1 Sertifikat Kelaikan Etik Lampiran 2.1 Surat Izin Melakukan Penelitian Pendahuluan Lampiran 2.2 Surat Izin Melakukan Penelitian Pendahuluan Lampiran 3.1 Surat Izin Melakukan Penelitian Lampiran
Lebih terperinciEfektivitas Ekstrak Daun Jarak Pagar (Jatropa curcas L.) dalam Menghambat Perkembangan Nematoda Puru Akar Meloidogyne spp. pada Tanaman Tomat
Efektivitas Ekstrak Daun Jarak Pagar (Jatropa curcas L.) dalam Menghambat Perkembangan Nematoda Puru Akar Meloidogyne spp. pada Tanaman Tomat Effectiveness of Jatropha curcas Leaf Extract L to Inhibits
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Nematoda Entomopatogen
3 TINJAUAN PUSTAKA Nematoda Entomopatogen 1. Taksonomi dan Karakter Morfologi Nematoda entomopatogen tergolong dalam famili Steinernematidae dan Heterorhabditidae termasuk dalam kelas Secernenta, super
Lebih terperinciSKRIPSI PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT
SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) YANG DIPENGARUHI OLEH JENIS LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA DENGAN FREKUENSI YANG BERBEDA Oleh: JenniKania 10982005365 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR
17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan di Rumah Kaca, University Farm,
Lebih terperinciLampiran 1 Good Manufacturing Practice penanganan bahan baku PT Z
49 Lampiran 1 Good Manufacturing Practice penanganan bahan baku PT Z 1. Proses penanganan sampel tuna di PT Z Penerimaan ikan tuna dilakukan di dalam ruang penerimaan bahan baku. Ikan satu per satu diturunkan
Lebih terperinciAgrotekma. Available online
Agrotekma, 2 (1) Desember 2017 p-issn: 2548-7841 e-issn: 2614-011X Agrotekma Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrotekma Efektivitas Penggunaan Biofumigan Limbah Brassica Terhadap Penyakit
Lebih terperinciPENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG
PENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG KURNIAWAN RIAU PRATOMO A14053169 MAYOR MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA
Lebih terperinciCARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA
CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA SKRIPSI OLEH: RAFIKA HUSNA 110301021/AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM
Lebih terperinciHUBUNGAN NEMATODA PARASIT DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT LAYU MWP (Mealybug wilt of pineapple) PADA NANAS (Ananas comosus L.
HUBUNGAN NEMATODA PARASIT DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT LAYU MWP (Mealybug wilt of pineapple) PADA NANAS (Ananas comosus L. Merr) ISMAWARDANI NURMAHAYU PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS
Lebih terperinciPERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT
ISSN 1411939 PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT Trias Novita Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi
Lebih terperinciRESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK
864. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA
Lebih terperinciHIDROPONIK TANAMAN SAWI BEDA VARIETAS DENGAN FORMULASI NUTRISI AB MIX DAN FORMULASI RACIKAN SKRIPSI OLEH : VYVIAN W. SIAGIAN / AGROTEKNOLOGI
HIDROPONIK TANAMAN SAWI BEDA VARIETAS DENGAN FORMULASI NUTRISI AB MIX DAN FORMULASI RACIKAN SKRIPSI OLEH : VYVIAN W. SIAGIAN / 110301110 AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciUJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var.
UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var. Domba) Onesia Honta Prasasti (1509100036) Dosen Pembimbing : Kristanti Indah
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca dan Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, mulai bulan Maret sampai Mei
Lebih terperinciPOTENSI Cerbera odollam Gaertn UNTUK PENGENDALIAN NEMATODA PURU AKAR Meloidogyne spp. PADA TANAMAN TOMAT MAYA MARIANA A
POTENSI erbera odollam Gaertn UNTUK PENGENDALIAN NEMATODA PURU AKAR Meloidogyne spp. PADA TANAMAN TOMAT MAYA MARIANA A44102035 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciEVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN
EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN (Apium graveolens L. Subsp. secalinum Alef.) KULTIVAR AMIGO HASIL RADIASI DENGAN SINAR GAMMA COBALT-60 (Co 60 ) Oleh Aldi Kamal Wijaya A 34301039 PROGRAM
Lebih terperinciI. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.
I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar
Lebih terperinciEFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI
EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI SKRIPSI Ajeng Widayanti PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH TANAMAN BROKOLI UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT AKAR GADA (Plasmodiophora brassicae Wor.) PADA TANAMAN CAISIN MEY FITRIYANI
PEMANFAATAN LIMBAH TANAMAN BROKOLI UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT AKAR GADA (Plasmodiophora brassicae Wor.) PADA TANAMAN CAISIN MEY FITRIYANI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciLAMPIRAN. Hasil Translasi sequens dengan ExPASy Translate Tool
LAMPIRAN 1. Hasil Sekuensing isolat virus IBD No. Isolat Hasil Sekuensing 1. IBDV-Indo5 AACAAGCGTCCAAGGCCTTATACTGGGTGCTACCATCT ACCTTATAGGCTTTGATGGGACCGCGGTAATCACCAG GCTGTGGCCGCAGACAATGGGCTAACGGCCGGCACTG
Lebih terperinciRESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI PAKHCOY (Brassica rapa. L) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KASCING SKRIPSI OLEH:
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI PAKHCOY (Brassica rapa. L) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KASCING SKRIPSI OLEH: BERLIAN LIMBONG 070307037 BDP PEMULIAAN TANAMAN Hasil Penelitian Sebagai Salah Satu
Lebih terperinciCara Perhitungan : % N = Abs Blangko X 14 X N. HCl X 100% Berat Sampel
LAMPIRAN Lampiran 1. Cara Kerja Analisis N Pada Tanaman Metode Kjeldahl 1. Timbang sample 0,2 0,5 gram, kemudian masukan ke dalam botol destruksi 2. Tambahkan Selenium mature sebanyak 0,2 gram dan 3 ml
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai Maret 2011 sampai
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh : TSABITA BENAZIR MUNAWWARAH SYA BI AGROEKOTEKNOLOGI-ILMU TANAH
PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI TEMPE DAN RHIZOBIUM UNTUK KETERSEDIAAN HARA N DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merill.) DI TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA SKRIPSI Oleh : TSABITA BENAZIR MUNAWWARAH
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL HUMBANG HASUNDUTAN PADA BERBAGAI DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL HUMBANG HASUNDUTAN PADA BERBAGAI DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA SKRIPSI OLEH : SARWITA LESTARI PANJAITAN 110301064/BUDIDAYA
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae)
26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Sidik Ragam Hasil analisis sidik ragam pengaruh konsentrasi ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae)
Lebih terperinciPengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,
PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena
Lebih terperinciBABHI BAHAN DAN METODE
BABHI BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di rumah kasa dan Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae Var. acephala) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK SKRIPSI
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae Var. acephala) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK SKRIPSI RUBEN PAHOTAN TAMBUNAN 060301023 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kentang
4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Sejarah Awal mulanya kentang diintroduksi dari Amerika Selatan ke Spanyol sekitar tahun 1570. Penerimaan masyarakat Spanyol menyebabkan penanaman dan distribusi kentang
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis Pengujian Proses Demulsifikasi
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pengujian Proses Demulsifikasi 1. Pengamatan (Waktu, Warna, Busa, Rasio Volume Pemisahan Air, Minyak dan Emulsi) Sebanyak 100 ml total campuran larutan sampel dan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor
BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari Oktober 2010
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di green house milik UMY dan Laboratorium
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di green house milik UMY dan Laboratorium Agrobioteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE Penelitian I. Populasi dan Keanekaragaman Cendawan Mikoriza Arbuskular pada Lahan Sayuran dan Semak 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah untuk penelitian ini diambil dari
Lebih terperinciLampiran 1 Diagram alir pembuatan sediaan (preparat) histopatologi organ usus halus mencit percobaan
LAMPIRAN 69 70 Lampiran 1 Diagram alir pembuatan sediaan (preparat) histopatologi organ usus halus mencit percobaan Organ usus halus Dicuci dengan NaCl fisiologis 0.9% Difiksasi 24 jam Larutan Bovin Didehidrasi
Lebih terperinciPENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI
PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda
Lebih terperinciPENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK
PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK (Effect of Cloves (Syzygium aromaticum) Leaves Powder on The Growth and Yield of Organik Tomatoes (Solanum lycopersicum )) Evita
Lebih terperinciPENINGKATAN MUTU DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DENGAN PEMBERIAN HORMON GA3. Oleh :
PENINGKATAN MUTU DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DENGAN PEMBERIAN HORMON GA3 SKRIPSI Oleh : RUTH ERNAWATY SIMANUNGKALIT 060301034 BDP AGRONOMI PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN
Lebih terperinciRESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UBI JALAR (Ipomoea batatas L. Lam) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS JERAMI PADI SKRIPSI OLEH:
RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UBI JALAR (Ipomoea batatas L. Lam) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS JERAMI PADI SKRIPSI OLEH: ANDI SYAHPUTRA 110301004 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROGRAM
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempatdan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, JalanH.R. Soebrantas No.155
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Mikrobiologi dan Kesehatan
Lebih terperinciPREFERENSI PETANI SAYURAN DAN JAGUNG DALAM PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DI WILAYAH BOGOR DAN CIANJUR DAN ANALISIS EKONOMINYA
PREFERENSI PETANI SAYURAN DAN JAGUNG DALAM PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DI WILAYAH BOGOR DAN CIANJUR DAN ANALISIS EKONOMINYA ANDES HERYANSYAH PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS
Lebih terperinciPENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH:
PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH: ARIF AL QUDRY / 100301251 Agroteknologi Minat- Budidaya Pertanian Perkebunan PROGRAM
Lebih terperinciUJI EFEKTIFITAS BEBERAPA ENTOMOPATOGEN PADA LARVA Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaeidae) DI LABORATORIUM SKRIPSI. Oleh :
UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA ENTOMOPATOGEN PADA LARVA Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaeidae) DI LABORATORIUM SKRIPSI Oleh : RIDHA HASANAH SIHOMBING 090301048 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS
Lebih terperinciEFEKTIFITAS METABOLIT Trichoderma spp. UNTUK MENGENDALIKAN Ganoderma spp. SECARA In Vitro SKRIPSI OLEH : NI MAL HAMDI BM AGROEKOTEKNOLOGI
EFEKTIFITAS METABOLIT Trichoderma spp. UNTUK MENGENDALIKAN Ganoderma spp. SECARA In Vitro SKRIPSI OLEH : NI MAL HAMDI BM 100301008 AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciPARAMETER TUBUH DAN SIFAT-SIFAT KARKAS SAPI POTONG PADA KONDISI TUBUH YANG BERBEDA SKRIPSI VINA MUHIBBAH
PARAMETER TUBUH DAN SIFAT-SIFAT KARKAS SAPI POTONG PADA KONDISI TUBUH YANG BERBEDA SKRIPSI VINA MUHIBBAH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN
Lebih terperinciPERANAN Pratylenchus spp. DALAM MENGINDUKSI PENYAKIT LAYU MWP (Mealybug Wilt of Pineapple) PADA TANAMAN NANAS (Ananas comosus L.
PERANAN Pratylenchus spp. DALAM MENGINDUKSI PENYAKIT LAYU MWP (Mealybug Wilt of Pineapple) PADA TANAMAN NANAS (Ananas comosus L. Merr) Oleh: AFIF FERDIANTO A44103058 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
Lebih terperinciPERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis Forst.) BERDASARKAN PERBEDAAN JARAK AKAR DARI BATANG POHON
PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis Forst.) BERDASARKAN PERBEDAAN JARAK AKAR DARI BATANG POHON SURYA DANI DAULAY 061202039 PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
UJI EFEKTIFITAS NEMATODA ENTOMOPATOGEN Steinernema spp. SEBAGAI PENGENDALI PENGGEREK PUCUK KELAPA SAWIT (Oryctes rhinoceros L.) (Coleoptera : Scarabaidae) DI LABORATORIUM SKRIPSI Oleh : SELLY KHAIRUNNISA
Lebih terperinciPENGARUH PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI SECARA KIMIA TERHADAP VIABILITAS BENIH DELIMA (Punica granatum L.) SKRIPSI. Oleh :
PENGARUH PERLAKUAN PEMATAHAN DORMANSI SECARA KIMIA TERHADAP VIABILITAS BENIH DELIMA (Punica granatum L.) SKRIPSI Oleh : SYAHRI RAMADHANI 100301210/AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium
I I I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium
Lebih terperinciPengaruh Campuran Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kubis Bunga (Brassica oleracea L.)
JTAM AGROEKOTEK VIEW April 2018 Vol.1 No. 2 faperta.jtam.unlam.ac.id/index.php/agroekotek Pengaruh Campuran Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kubis Bunga (Brassica oleracea L.) Khairul Ansar
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PEMANFAATAN KERTAS UNTUK PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN KEDELAI DENGAN SISTEM TANPA OLAH TANAH
EFEKTIVITAS PEMANFAATAN KERTAS UNTUK PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN KEDELAI DENGAN SISTEM TANPA OLAH TANAH SKRIPSI Oleh Ubaidatuz Zuhairini NIM. 041510401138 JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari 2009 sampai Juni 2009. Bahan
Lebih terperinciPENGARUH MEDIA DAN SUMBER BAHAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN STEK LIDAH MERTUA (Sansevieria trivaciata Lorentii ) Oleh:
PENGARUH MEDIA DAN SUMBER BAHAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN STEK LIDAH MERTUA (Sansevieria trivaciata Lorentii ) SKRIPSI Oleh: NURUL VIENDA ANGGRAINI 050307028 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman Wortel: (a) Umbi wortel, (b) Bunga, (c) Bagian-bagian penampang wortel (Makmum 2007)
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Wortel Tanaman Wortel dalam taksonomi tumbuhan termasuk ke dalam Kelas Dicotyledonae (berkeping dua), Ordo Umbeliferae, Genus Daucus, dan Spesies Daucus carota (L.) (Cahyono
Lebih terperinciPENGARUH KADAR GARAM NaCl TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) GENERASI KEDUA (M 2 ) HASIL RADIASI SINAR GAMMA
PENGARUH KADAR GARAM NaCl TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) GENERASI KEDUA (M 2 ) HASIL RADIASI SINAR GAMMA HERAWATY SAMOSIR 060307005 DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS
Lebih terperinciMEMPELAJARI PENGARUH KONSENTRASI RAGI DALAM FORMULASI INOKULUM FERMENTASI DAN LAMA PENYANGRAIAN TERHADAP MUTU KOPI BUBUK
MEMPELAJARI PENGARUH KONSENTRASI RAGI DALAM FORMULASI INOKULUM FERMENTASI DAN LAMA PENYANGRAIAN TERHADAP MUTU KOPI BUBUK SIKTIEN SEPTIA 060305008 DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan November
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH
PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) SKRIPSI OLEH :
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) SKRIPSI OLEH : RIAN EKO PRADANA / 110301061 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
Lebih terperinci