BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik. Dalam dunia birokrasi, akuntabilitas pemerintah merupakan perwujudan kewajiban instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi instasi yangbersangkutan. Sejalan dengan hal tersebut, telah ditetapkan TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas korupsi, Kolusi dan Nepotisme; dan Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Selanjutnya, sebagai kelanjutan dari produk hukum tersebut diterbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; setiap Pemerintah Daerah Pejabat Eselon II) diminta untuk menyampaikan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah LKj IP) kepada Presiden, sebagai perwujudan kewajiban suatu Instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan - tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik setiap akhir anggaran. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah LKj IP) dibuat dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungi serta pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada setiap Instansi Pemerintah, berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai. LAKIP juga berperan sebagai alat kendali, alat penilai kinerja dan alat pendorong terwujudnya good governance. 1

2 Bertitik tolak dari RPJMD Kota Pekalongan Tahun , Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD) dan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; serta memperhatikan Peraturan menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah; penyusunan LKj IP Tahun 2014 berisi ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja dan dokumen perencanaan. Pencapaian sasaran tersebut disajikan berupa informasi mengenai pencapaian sasaran RPJMD, realisasi pencapaian indikator sasaran disertai dengan penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja dan pembandingan capaian indikator sasaran, dengan demikian LKj IP Kota Pekalongan menjadi laporan kemajuan penyelenggaraan pemerintahan oleh Walikota kepada Presiden ini telah disusun dan dikembangkan sesuai peraturan yang berlaku. Realisasi yang dilaporkan dalam LAKIP ini merupakan hasil kegiatan Tahun 2014 yaitu tahun keempat RPJMD Kota Pekalongan Tahun KONDISI KOTA PEKALONGAN 1. Letak Wilayah Geografis Kota Pekalongan merupakan salah satu daerah dari tiga puluh lima kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis, Kota Pekalongan terletak antara 60 50' '44 Lintang Selatan dan ' '19 Bujur Timur. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Batang, di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang dengan jarak terjauh dari Utara ke Selatan 9 km dan dari Barat ke Timur 7 km. Luas wilayah Kota Pekalongan adalah 45,25 km 2 atau sekitar 0,14% luas dari wilayah Jawa Tengah, dimana semuanya merupakan daerah datar, tidak ada daerah dengan kemiringan yang curam, terdiri dari tanah kering 72,64% Ha dan tanah sawah 27,36%. Berdasarkan jenis tanahnya, Kota Pekalongan memiliki jenis tanah yang berwarna agak kelabu dengan jenis aluvial kelabu kekuningan dan aluvial yohidromorf. 2

3 Secara administratif kota Pekalongan terdiri dari 4 kecamatan yang dibagi menjadi 47 kelurahan. Keempat kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pekalongan Barat, Kecamatan Pekalongan Timur, Kecamatan Pekalongan Utara, dan Kecamatan Pekalongan Selatan. Kecamatan Pekalongan Barat dan Pekalongan Timur masing-masing terdiri dari 13 Kelurahan, Kecamatan Pekalongan Utara terdiri dari 10 Kelurahan, dan Kecamatan Pekalongan Selatan terdiri dari 11 Kelurahan. Namun dengan adanya kebijakan penggabungan kelurahan dalam rangka efisiensi sumber daya aparatur dan anggaran yang efektif mulai berlaku per tanggal 1 Januari 2015 sehingga jumlah Kelurahan berubah dari 47 Kelurahan menjadi 27 Kelurahan. Dengan rincian pada Kecamatan Barat, Kecamatan Timur dan Kecamatan Utara masing-masing terdiri dari 7 Kelurahan dan Kecamatan Selatan terdiri dari 6 Kelurahan. Penggunaan lahan/tanah adalah informasi yang menggambarkan sebaran pemanfaatan lahan yang ada. Penggunaan lahan di Kota Pekalongan dibedakan menjadi dua jenis yaitu lahan sawah dan bukan lahan sawah. Sebagian besar lahan di Kota Pekalongan merupakan lahan bukan sawah yaitu mencapai ha atau 72,64% dari total wilayah. Luas lahan sawah ha. sebagian besar lahan sawah seluas ha adalah sawah teririgasi teknis atau sekitar 87,86% dari keseluruhan luas sawah yang ada. Tabel 1.1 : Penggunaan Tanah di Kota Pekalongan per Kecamatan Tahun 2013 Kecamatan Tanah Sawah Tanah Kering Jumlah Pekalongan Barat Pekalongan Timur Pekalongan Selatan Pekalongan Utara Jumlah Sumber : Kota Pekalongan Dalam Angka

4 KOTA PEKALONGAN L a u t J a w a SISTEM INFORMASI PROFIL DAERAH Kab. Pekalongan ke Jakarta Panjang Baru Kandang Panjang Bandengan & Panjang Wetan Kecamatan Krapyak Lor Pekalongan Utara Kraton Kidul Pabean Dukuh Krayak Kidul Degayu Pasir Sari & Sampangan Klego Kramatsari Keputran Dekoro Bendan & Tirto Poncol Kecamatan Kecamatan Pekalongan % Barat Sapuro Pekalongan Timur Gamer Podosugih Noyontaan Tegalrejo Kebulen Baros Medono Sokorejo Pringlangu ke Semarang Kab. Batang PETA ADMINISTRASI Legenda: % Walikota & Kecamatan Kelurahan Batas Kota Batas Kelurahan Jalan Nasional Jalan Provinsi Jalan Kota Jalan Rel Sungai Buaran Banyuurip Alit ke Kajen Jenggot Kertoharjo Kuripan Lor Kecamatan Pekalongan Selatan & Duwet Soko Kuripan Kidul Meters Kab. Pekalongan Kab. Batang BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH K O T A P E K A L O N G A N Gambar 1.1 Peta Wilayah Kota Pekalongan 2. Aparatur Pemerintah Keadaan Aparat Pemerintah di lingkungan Kota Pekalongan untuk mendukung kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat pada tahun 2014 sejumlah orang yang terdiri dari : Jumlah Pegawai Negeri Sipil menurut : a. Golongan I : 205 orang, Golongan II : 848 orang, Golongan III : orang, Golongan IV : orang. b. Jabatan Struktural yang terdiri dari, Esselon II : 23 orang, Esselon III : 106 orang, Esselon IV: 472 orang. c. Laki-laki sejumlah: orang dan Perempuan sejumlah: orang 3. Perekonomian Kondisi ekonomi suatu daerah dapat dilihat melalui indikator pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto PDRB). a. Potensi Unggulan Daerah Kondisi perekonomian daerah yang semakin membaik ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi yang positif dan mengalami penguatan dari tahun sebelumnya. Adanya kebijakan-kebijakan pemerintah guna perbaikan perekonomian daerah selama beberapa tahun setelah terjadinya krisis ekonomi di Indonesia nampaknya sudah menunjukkan hasil sejak tahun 2000 hingga sekarang. Hal ini terlihat dengan adanya pertumbuhan ekonomi dari tahun 2000 terus membaik dan berada diatas 3 persen. 4

5 Keadaan ekonomi Kota Pekalongan juga tidak berbeda jauh dari kondisi ekonomi secara nasional maupun regional Propinsi Jawa Tengah). Sektor-sektor yang memberikan sumbangan besar terhadap PDRB Kota Pekalongan mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi di Kota Pekalongan Tahun 2013 sebesar 5,89 persen. Pertumbuhan ini sedikit menguat dibandingkan dengan laju pertumbuhan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,60 persen, sedang pada tahun 2011 laju pertumbuhan ekonomi Kota Pekalongan sebesar 5,45 persen. b. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto PDRB) Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto adalah suatu angka indeks yang menggambarkan perkembangan Produk Domestik Regional Bruto suatu daerah dari tahun dasar Tahun 2000) hingga sekarang, baik menurut harga berlaku maupun konstan. Perkembangan ekonomi Kota Pekalongan dari tahun ke tahun dapat dilihat dari besarnya Indeks Perkembangan PDRB. Menurut Data dari BPS Kota Pekalongan, PDRB Kota Pekalongan tahun 2013 menurut harga berlaku sebesar Rp 5,201 triliun dan menurut harga konstan sebesar Rp 2,460 triliun. Indeks Perkembangan tahun 2013 menurut harga berlaku sebesar 368,70% artinya dari tahun 2000 sampai 2013 nilai PDRB atas dasar harga berlaku mengalami kenaikan 3,68 kali. Sedangkan nilai PDRB atas dasar konstan naik 1,74 kali. c. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto PDRB) Laju pertumbuhan PDRB dapat dikatakan sebagai rata-rata pertumbuhan tiap tahun yang ditunjukkan oleh Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto dikurangi 100. Apabila laju pertumbuhan yang diamati adalah harga konstan maka dapat disebut sebagai pertumbuhan ekonomi secara riil. 5

6 GRAFIK I.1 PDBR KOTA PEKALONGAN TAHUN Sumber: Bappeda dan BPS Kota Pekalongan 4. Laju Inflasi Laju inflasi Kota Pekalongan yaitu sebesar 7,40 % pada tahun 2013, lebih rendah dibandingkan Provinsi Jawa Tengah 7,99 %) dan Nasional 8,38 %). Besaran angka inflasi selama Tahun 2013 di Kota Pekalongan, di tingkat Provinsi Jawa Tengah maupun Nasional, telah mencapai angka 7 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2013, kenaikan harga barang dan jasa kebutuhan masyarakat cukup tinggi. Berikut grafik perbandingan tingkat inflasi Kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional tahun : Grafik I.2 Tingkat Inflasi Kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional tahun Sumber: Bappeda dan BPS Kota Pekalongan 6

7 5. Bidang Keuangan Daerah Salah satu azas yang digunakan dalam pengelolaan keuangan daerah adalah aspek keterbukaan. Hal ini menuntut Pemda untuk dapat memberikan akses informasi mengenai pengelolaan keuangan daerah seluas-luasnya kepada publik seperti menerbitkan laporan keuangan di website resmi Pemda dan media massa. Laporan keuangan yang memadai juga sangat dibutuhkan oleh para investor, baik investor asing maupun domestik. Laporan keuangan tersebut dapat menjadi sarana komunikasi yang lebih handal bagi Pemda dalam hal pengelolaan keuangan daerah. Dalam hal pengelolaan keuangan daerah, menunjukkan bahwa realisasi anggaran pendapatan daerah tahun 2014 mengalami peningkatan dari tahun anggaran 2013 sebesar Rp ,00 menjadi Rp ,00 realisasi belanja tahun 2014 sebesar Rp ,00 sehingga terjadi surplus sebesar Rp ,00 Sementara itu realisasi pembiayaan dari sisi penerimaan daerah sebesar Rp ,00 dan pengeluaran daerah sebesar Rp ,00 Dari realisasi pendapatan sebesar Rp ,00 didukung oleh PAD sebesar Rp ,00 realisasi PAD ini melampaui target dari yang direncanakan sebesar Rp ,00 atau tercapai 125,03%. 6. Sosial Budaya. a. Penduduk Jumlah penduduk Kota Pekalongan pada tahun 2014, menurut hasil data agregat kependudukan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pekalongan per 31 Desember 2014, sebanyak jiwa, terdiri dari laki-laki50,54%) dan perempuan 49,46 %). 7

8 Tabel 1.2 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kota Pekalongan per Kecamatan Tahun 2014 Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio Pekalongan Barat % Pekalongan Timur % Pekalongan Utara % Pekalongan Selatan % Jumlah % Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pekalongan 2014 Komposisi penduduk menurut umur dapat digunakan untuk melihat struktur penduduk suatu daerah apakah termasuk kategori tua, muda atau sedang. Dilihat dari komposisi penduduk kelompok umur, Kota Pekalongan tergolong sebagai daerah dengan struktur penduduk usia produktif cukup tinggi. Tabel 1.3 : Struktur Umur Penduduk STRUKTUR USIA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH ,393 10,634 22, ,691 11,617 24, ,862 12,174 25, ,050 12,460 25, ,790 12,668 26, ,482 12,251 25, ,931 13,308 27, ,337 12,106 24, ,167 10,718 20, ,686 10,587 20, ,438 9,102 17, ,327 7,184 14, ,271 4,962 10, ,641 3,044 5, ,916 2,279 4,195 >75 1,917 2,602 4,519 TOTAL 150, , ,595 Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pekalongan

9 b. Tenaga Kerja Penduduk Usia Kerja dapat didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Mereka terdiri dari Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Proporsi penduduk yang tergolong Angkatan Kerja dikenal Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK). TPAK menurut umur mengikuti pola huruf U terbalik. Angka ini rendah pada umur-umur muda karena sekolah), kemudian naik sejalan dengan kenaikan umur sampai mencapai puncaknya pada umur tahun dan selanjutnya turun lagi secara perlahan pada umur-umur berikutnya antara lain karena pension dan mencapai usia tua). Di Kota Pekalongan pada tahun 2013 sebagian besar pekerja bekerja di sektor industri, khususnya adalah industri batik. Persentase penduduk Kota Pekalongan Tahun 2013 yang bekerja mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 64,32 persen menjadi 63,12 persen. Jumlah pencari kerja sedikit mengalami penurunan, tahun 2012 sebesar 5,17 persen yang pada tahun 2013 menjadi 3,52 persen. Perubahan komposisi ketenagakerjaan yaitu bekerja menurut Lapangan Usaha, penduduk Kota Pekalongan yang bekerja di sektor industri merupakan jumlah yang terbanyak. Hal ini tercermin pada paling tingginya persentase penduduk yang bekerja di sektor industri, yaitu mencapai 38,88 persen. Selanjutnya, sektor perdagangan merupakan pilihan kedua penduduk Kota Pekalongan dalam mencari mata pencaharian, yaitu sebesar 27,87 persen, kemudian sektor jasa merupakan sektor ketiga terbesar sebagai sumber mata pencaharian, yaitu sebesar 20,32 persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.4 dibawah ini: 9

10 Tabel 1.4 Presentase Penduduk 15 Tahun Keatas yang bekerja menurut Lapangan Usaha Utama Tahun c. Kesehatan Pembangunan bidang kesehatan sebagai salah satu prioritas bidang pembangunan di Kota Pekalongan terus diupayakan dalam rangka mewujudkan misi yaitu meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Hasil dari pembangunan kesehatan itu sendiri adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang merupakan salah satu indikator dari Indeks Pembangunan Manusia IPM). Pembangunan kesehatan sangat erat kaitannya dengan pembangunan di bidang yang lain demikian juga sebaliknya. Masyarakat yang sehat akan lebih produktif dan pembangunan bidang lain yang tidak berwawasan kesehatan akan membawa dampak terhadap kesehatan. Angka Harapan Hidup merupakan salah satu indikator pembangunan di bidang kesehatan. Angka Harapan Hidup di Kota Pekalongan lebih tinggi dibandingkan daerah kabupaten/kota di wilayah eks Karesidenan Pekalongan, tetapi masih dibawah Angka Harapan Hidup rata-rata Provinsi Jawa Tengah. 10

11 Tabel 1.5 Usia harapan Hidup Kota Pekalongan dan Kabupaten Kota Lain Uraian Kab. Pekalongan 69,01 69,28 69,56 Kab. Pemalang 67,68 67,9 68,12 Kab. Tegal 68,79 69,08 69,38 Kota Pekalongan 70,32 70,48 70,63 Uraian Kota Tegal 68,74 68,93 69,12 Jawa Tengah 71,4 71,55 71,71 Sumber : Jawa Tengah dalam Angka 2013 Fasilitas kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kemakmuran wealthy) satu wilayah. Di Kota Pekalongan terdapat beberapa jenis fasilitas kesehatan, baik yang disediakan oleh Pemerintah Daerah maupun oleh pihak swasta. Pelayanan publik merupakan tujuan pelayanan fasilitas kesehatan tersebut, mulai dari rumah sakit, puskesmas, posyandu dan sebagainya, merupakan pelayanan kesehatan publik utama yang didukung oleh keberadaan fasilitas kesehatan semi publik seperti dokter, bidan dan perawat. Tabel 1.6 : Banyaknya tenaga dan tempat pelayanan kesehatan di Kota Pekalongan Tahun 2013 Tahun Uraian Dokter Umum Dokter Gigi Dokter Spesialis Bidan Perawat Puskesmas Rawat Inap 2 3 Puskesmas Tanpa Rawat Inap 10 9 Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling roda 4) Poliklinik Posyandu

12 Uraian Tahun Rumah Sakit Umum Daerah 1 1 Rumah Sakit Umum Swasta 5 5 Rumah Sakit Bedah 1 1 Rumah Sakit Ibu dan Anak 1 1 Rumah Bersalin 8 7 Gudang Farmasi 1 1 Apotik Sumber : Dinas Kesehatan Kota Pekalongan 2013 d. Pendidikan Keberadaan serta kemudahan akses terhadap fasilitas pendidikan berperan penting dalam peningkatan hasil pembangunan di bidang pendidikan. Salah satu sarana yang penting adalah sekolah yang merupakan wahana penyelenggaraan kegiatan pendidikan formal. Fasilitas pendidikan yang memadai sangat diperlukan dengan mandukung visi dan misi pembangunan pendidikan, yaitu memperluas kesempatan belajar bagi semua penduduk, mempunyai hak yang sama untuk memperoleh keterampilan untuk kehidupan, serta sekaligus terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. Pada Tabel 1.7 menunjukkan perkembangan jumlah fasilitas pendidikan di Kota Pekalongan periode Jumlah fasilitas pendidikan di Kota Pekalongan pada tahun 2013 untuk sekolah SD/MI sebanyak 172, sekolah SLTP dan sederajat 36 sekolah dan sekolah SLTA sederajat 30 sekolah dibanding tahun 2012, maka jumlah sekolah SD/MI berkurang 24 sekolah dikarenakan adanya beberapa SD yang merger dengan SD yang lain, sedangkan SLTP bertambah sebanyak 1 sekolah dan SLTA tetap. Jumlah murid SLTP/sederajat tahun 2013 bertambah 3,02 % dibanding tahun 2012 sedangkan jumlah guru mengalami pengurangan jumlah sebanyak 4,16 % untuk periode yang sama. Sedangkan jumlah murid SMU/sederajat tahun 2013 berkurang 3,66 % dibanding tahun 2012 demikian juga dengan jumlah guru yang mengalami pengurangan jumlah sebanyak 6,98 % untuk periode yang sama. 12

13 Tabel 1.7: Banyaknya Fasilitas Pendidikan dan Rasio Antara Murid Terhadap Guru dan Sekolah di Kota Pekalongan Sumber : BPS Kota Pekalongan 2013 e. Indek Pembangunan Manusia IPM) Peningkatan pembangunan manusia dapat dilakukan melalui pendekatan kondisi kesehatan masyarakat, kondisi sosial-ekonomi masyarakat, termasuk penghasilan dan pendapatan keluarga. Pendidikan dan kualitas individu yang berkaitan dengan tradisi, norma, produktifitas dan perilaku kehidupan, serta peningkatan usaha kesejahteraan lainnya, baik manusia sebagai diri pribadi, keluarga, masyarakat, warga negara, dan himpunan kualitas secara menyeluruh, yang pelaksanaannya dapat dilakukan oleh pemerintah, masyarakat maupun keluarga. Indek Pembangunan Masyarakat IPM) yang merupakan salah satu alat ukur tersebut, diharapkan dapat menjadi alat untuk merangkum beberapa dimensi utama pembangunan manusia, yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar basic capabilities) penduduk Pemerintah Daerah Kota Pekalongan telah berusaha dengan berbagai 13

14 upaya yang dituangkan dalam program kerjanya dalam meningkatkan kondisi masyarakatnya, agar lebih baik dan lebih sejahtera. Pembangunan sarana dan prasarana sektor pendidikan, kesehatan, dan fasilitas umum, termasuk untuk pemulihan kondisi perekonomian telah dilakukan dan hasilnya pun mulai nampak. Kemajuan yang telah dicapai sebagai hasil pembangunan khususnya pembangunan manusia, dapat dilihat melalui besarnya IPM. Tabel 1.8 Komponen IPM Kota Pekalongan Tahun Tahun Angka Harapan Hidup tahun) Melek Huruf %) Rata-rata Lama Sekolah tahun) IPM Peringkat Provinsi ,32 95,68 8,66 74, ,48 95,93 8,69 74, ,63 95,94 8,72 75, ,83 96,24 8,72 75,75 5 Sumber : Website BPS Kota Pekalongan 2014 Tabel 1.9 : Perbandingan Angka IPM Kota Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun Wilayah Kota Pekalongan 74,47 74,90 75,25 75,75 Jawa Tengah 72,49 72,94 73,29 74,05 Sumber : Website BPS Kota Pekalongan 2014 f. Indek Pembangunan Gender IPG) dan Indek Pemberdayaan Gender IDG) Indek Pembangunan Gender dipakai untuk mengukur angka ratarata pencapaian kemampuan dasar dengan penyesuaian untuk memperhitungkan ketimpangan gender. Titik berat pembangunan gender adalah pemberdayaan manusia tanpa membedakan gender sehingga mereka memiliki pilihan yang lebih luas dalam menjalani kehidupan. Upaya tersebut dijabarkan melalui akses yang lebih luas bagi penduduk untuk meningkatkan derajat kesehatan, memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, dan peluang untuk menaikkan taraf ekonomi rumah tangga 14

15 yang pada akhirnya akan mendorong partisipasi mereka dalam pembangunan. Indeks Pembangunan Gender IPG) Kota Pekalongan pada tahun 2013 adalah Angka tersebut lebih rendah dibandingkan capaian Provinsi Jawa Tengah yaitu Sedangkan Indeks Pemberdayaan Gender IDG) Kota Pekalongan tahun 2013 sebesar Capaian di tahun 2013 sudah naik cukup signifikan akan tetapi masih lebih rendah dibandingkan dengan capaian Provinsi Jawa Tengah yaitu Selisih antara nilai IPM dengan IPG menunjukan jarak ketimpangan gender, pada tahun 2012 ketimpangan gender sebesar menurun pada tahun 2013 menjadi Tabel 1.10 Ketimpangan Gender di Kota Pekalongan Tahun 2012 dan 2013 NO Tahun Nilai IPM Nilai IPG Ketimpangan Gender g. Rasio ketergantungan Rasio ketergantungan penduduk total di Kota Pekalongan dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan dari sekitar 42,59% tahun 2005 menjadi 45,33% tahun Dua tahun kemudian, rasio tersebut menurun hingga 43,55% tahun Angka rasio ketergantungan penduduk Kota Pekalongan pada tahun-tahun di atas senantiasa lebih rendah dibandingkan wilayah eks Karesidenan Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah maupun Indonesia. Artinya, persentase penduduk usia produktif yang dimiliki Kota Pekalongan lebih tinggi dibandingkan ketiga wilayah pembanding tadi. Hal ini berpotensi memperkuat daya saing dan kohesi sosial Kota Pekalongan. 15

16 1.3 KEDUDUKAN, TUGAS DAN WEWENANG SERTA STRUKTUR ORGANISASI 1. Kedudukan Berdasarkan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah lebih menekankan aspek desentralisasi yang diberikan dalam wujud otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab. Berkaitan dengan otonomi daerah dalam pelaksanaannya di Kota Pekalongan dapat dijelaskan melalui 2 dua) aspek, yaitu: a. Aspek Politik Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 di Kota Pekalongan dari aspek politik ditandai dengan keberadaan dan kegiatan partai politik tingkat daerah dan DPRD sebagai mitra pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. b. Aspek Administrasi/Manajemen Pemerintah Pemerintah Kota Pekalongan dalam melaksanakan otonomi daerah secara administratif diawali dengan melakukan identifikasi kewenangan pemerintah daerah, penataan kelembagaan, penempatan personil, pengelolaan sumber keuangan daerah, pengelolaan sarana dan prasarana aset daerah), dan manajemen pelayanan publik. 2. Tugas dan Wewenang Sesuai Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa daerah berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kewenangan daerah merupakan kewenangan otonomi luas mencakup semua kewenangan pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lain yang akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Di samping itu melalui otonomi luas, dalam lingkungan strategis globalisasi, Daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan 16

17 prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman Daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun Tugas dan wewenang serta kewajiban Kepala Daerah sebagaimana diatur dalam Undang Undang nomor 23 Tahun 2014 adalah sebagai berikut : Tugas Kepala Daerah adalah : a. Memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD; b. Memlihara ketentraman dan ketertiban masyarakat; c. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda tentang RPJMD kepada DRPD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun RKPD; d. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang perubahan APBD, dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD untuk dibahas bersama; e. Mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; f. Mengusulkan pengangkatan wakil kepada daerah; dan g. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Wewenang Kepala Daerah adalah : a. Mengajukan rancangan Perda; b. Menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD; c. Menetapkan Perkada dan Keputusan Kepala Daerah; d. Mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat dibutuhkan oleh Daerah dan/atau masyarakat; e. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 17

18 3. Struktur Organisasi Pembentukan Organisasi pada Pemerintah Kota Pekalongan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah dan telah dituangkan dalam Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 17 Tahun 2013 tentang Peraturan Daerah Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Pekalongan. Dengan peraturan daerah ini dibentuk organisasi perangkat daerah yang terdiri dari : a. Sekretariat Daerah; b. Staf Ahli; c. Sekretariat DPRD; d. Lembaga Teknis Daerah, yang terdiri dari; 1. Inspektorat; 2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; 3. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana; 4. Badan Kepegawaian Daerah; 5. Badan Lingkungan Hidup; 6. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik; 7. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah; 8. Kantor Ketahanan Pangan; 9. Kantor Ristek dan Inovasi. 10. Rumah Sakit Umum Daerah; e. Dinas Daerah, yang terdiri dari; 1. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga; 2. Dinas Kesehatan; 3. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; 4. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 5. Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan; 6. Dinas Komunikasi dan Informatika; 7. Dinas Pekerjaan Umum; 18

19 8. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; 9. Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan; 10. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. f. Kecamatan dan Kelurahan, terdiri dari: 1. Kecamatan Pekalongan Barat, terdiri dari: 1.1. Kelurahan Kebulen; 1.2. Kelurahan Medono; 1.3. Kelurahan Podosugih; 1.4. Kelurahan Sapuro; 1.5. Kelurahan Kergon; 1.6. Kelurahan Bendan; 1.7. Kelurahan Kramatsari; 1.8. Kelurahan Kraton Kidul; 1.9. Kelurahan Tirto; Kelurahan Tegalrejo; Kelurahan Bumirejo; Kelurahan Pringlangu; Kelurahan Pasirsari. 2. Kecamatan Pekalongan Timur, terdiri dari: 2.1. Kelurahan Landungsari; 2.2. Kelurahan Noyontaan; 2.3. Kelurahan Keputran; 2.4. Kelurahan Kauman; 2.5. Kelurahan Sampangan; 2.6. Kelurahan Sugihwaras; 2.7. Kelurahan Poncol; 2.8. Kelurahan Klego; 2.9. Kelurahan Gamer; Kelurahan Dekoro; Kelurahan Karangmalang; Kelurahan Baros; Kelurahan Sokorejo. 19

20 3. Kecamatan Pekalongan Utara, terdiri dari: 3.1. Kelurahan Krapyak Kidul; 3.2. Kelurahan Krapyak Lor; 3.3. Kelurahan Kandang Panjang; 3.4. Kelurahan Panjang Wetan; 3.5. Kelurahan Kraton Lor; 3.6. Kelurahan Dukuh; 3.7. Kelurahan Degayu; 3.8. Kelurahan Pabean; 3.9. Kelurahan Bandengan; Kelurahan Panjang Baru. 4. Kecamatan Pekalongan Selatan, terdiri dari: 4.1. Kelurahan Kradenan; 4.2. Kelurahan Banyurip Alit; 4.3. Kelurahan Buaran; 4.4. Kelurahan Jenggot; 4.5. Kelurahan Kertoharjo; 4.6. Kelurahan Kuripan Kidul; 4.7. Kelurahan Kuripan Lor; 4.8. Kelurahan Yosorejo; 4.9. Kelurahan Duwet; Kelurahan Soko; Kelurahan Banyurip Ageng. g. Lembaga Lain, yang terdiri dari : 1. Satpol PP; 2. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu; 3. Badan Penanggulangan Bencana Daerah. 1.4 ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN DAERAH 1. Masih tingginya pengangguran di Kota Pekalongan 7,29%) dibandingkan dengan capaian Jawa Tengah 5%). 2. Masih rendahnya kontribusi perikanan dalam menyumbang PDRB berlaku 4,479%, Konstan 5,07%). 3. Rendahnya pertumbuhan ekonomi. 20

21 4. Kurangnya inovasi diberbagai bidang pembangunan. 5. Masih kurangnya infrastruktur dalam mendukung peningkatan daya saing. 6. Kurang optimalnya pengembangan pariwisata dan seni budaya. 7. Belum optimalnya sarana dan prasarana perhubungan. 8. Masih tingginya persentase penduduk miskin. 9. Masih belum optimalnya perluasan dan pemerataan akses pendidikan terutama pada jenjang pendidikan menengah. 10. Masih tingginya AKB dibandingkan dengan target MDGs Jawa Tengah, balita stunting dan masih kurangnya kesadaran dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan tidak menular. 11. Belum optimalnya pengendalian laju pertumbuhan penduduk hal ini ditandai dengan tingginya unmetneed. 12. Belum optimalnya peningkatan peran masjid dan mushola sebagai pilar gerakan pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. 13. Kurang optimalnya penanganan PMKS. 14. Belum optimalnya pengelolaan sampah dan penanganan kerusakan lingkungan rob dan pencemaran air). 15. Masih rendahnya IDG dan IPG. 16. Masih belum optimalnya pelayanan publik sebagaimana prinsip-prinsip good governance. 17. Masih belum optimalnya pelaksanaan pelayanan dasar pada masyarakat yang ditandai dengan pencapaian target SPM. 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1988 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PEKALONGAN DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PEKALONGAN DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGGABUNGAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGGABUNGAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGGABUNGAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2011 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR : 1 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2011 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR : 1 TAHUN 2011 LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2011 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR : 1 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN, PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN, PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG a WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH

Lebih terperinci

DATA SENTRA INDUSTRI KECIL YANG AIR LIMBAHNYA BERPOTENSI MENCEMARI LINGKUNGAN KOTA : PEKALONGAN KECAMATAN: PEKALONGAN SELATAN

DATA SENTRA INDUSTRI KECIL YANG AIR LIMBAHNYA BERPOTENSI MENCEMARI LINGKUNGAN KOTA : PEKALONGAN KECAMATAN: PEKALONGAN SELATAN DATA SENTRA INDUSTRI KECIL YANG AIR LIMBAHNYA BERPOTENSI MENCEMARI LINGKUNGAN KOTA : PEKALONGAN KECAMATAN: PEKALONGAN SELATAN NO Sentra Industri Kecil Kapasitas Produksi Jenis Alamat Jumlah(Unit) 1 2 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab. A. Latar Belakang

Pendahuluan. Bab. A. Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1 Bab 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Sanggau sebagai salah satu penyelenggara pemerintahan di daerah, berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I. Bogor. Kota. Laporan. Pemerintah. daerah mengerahkann. Karena. tata kelola. banyak kelebihbaikan. pemerintahan. masyarakat. yang.

BAB I. Bogor. Kota. Laporan. Pemerintah. daerah mengerahkann. Karena. tata kelola. banyak kelebihbaikan. pemerintahan. masyarakat. yang. BAB I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme telah secara tegas mengamanatkan tata kelola

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2008 SERI : D NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH

Lebih terperinci

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman Akhir Masa Jabatan Tahun DAFTAR TABEL

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman Akhir Masa Jabatan Tahun DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman... 2 Tabel 1.2. Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman... 3 Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Jenis Kelamin, Kepadatan

Lebih terperinci

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KOTA BIMA TAHUN

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KOTA BIMA TAHUN WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KOTA BIMA TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA, Menimbang : a. bahwa Indikator

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 No. 9, 2008-1 - LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT dan GUBERNUR PAPUA BARAT

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT dan GUBERNUR PAPUA BARAT PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

(STRATEGI SANITASI KOTA)

(STRATEGI SANITASI KOTA) LAPORAN PEMUTAKHIRAN SSK (STRATEGI SANITASI KOTA) KOTA PEKALONGAN, Provinsi Jawa Tengah 2015 2019 POKJA Sanitasi Kota Pekalongan 2014 SSK Kota Pekalongan 2015-2019 1 Kata Pengantar Dengan mengucapkan Puji

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Luwu Utara, Prov. Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 I - 1

Pemerintah Kabupaten Luwu Utara, Prov. Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 I - 1 BAB I PENDAHULUAN Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 I - 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang erselenggaranya Tata Pemerintahan yang baik good governance merupakan prasyarat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... DAFTAR ISI Daftar Isi.... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Bab I Pendahuluan. 1.1. Latar Belakang... 1.2. Dasar Hukum Penyusunan 1.3. Hubungan Antar Dokumen.. 1.4. Sistematika Dokumen RKPD 1.5. Maksud

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN REMBANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2008 NOMOR 06 SERI D 01

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2008 NOMOR 06 SERI D 01 LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2008 NOMOR 06 SERI D 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, semakin membuka kesempatan yang cukup luas bagi daerah untuk mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena Ijin dan RahmatNya, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Lombok Utara Tahun 2016 ini dapat diselesaikan. Laporan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran... DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati Lombok Utara tentang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH DAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA PEKALONGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014 dapat

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR Pemerintah Provinsi Banten Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 7 Tahun 2016 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 7 Tahun 2016 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 7 Tahun 2016 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA BOGOR Diundangkan dalam Lembaran Daerah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 3 TAHUN 2008 T E N T A N G URUSAN PEMERINTAHAN KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Wilayah Administratif Menurut Kecamatan/Desa di Kabupaten Rembang Tahun 2015... II-1 Tabel 2.2. Jumlah dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 12 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 12 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 I.I. Latar Belakang... 1 I.2. Dasar Hukum Penyusunan... 3 I.3. Hubungan Antar Dokumen... 4 I.4. Sistematika Dokumen RKPD... 6 I.5. Maksud dan Tujuan... 7 BAB II. EVALUASI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN KETAPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN KETAPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, Menimbang : a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

A. PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN

A. PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 1. Latar Belakang Dengan adanya Peraturan Presiden RI Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH.

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH. KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, sehingga Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Magelang Tahun 2014 dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA SEMARANG Menimbang : a. Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... I-1

BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4. Kaidah Pelaksanaan...

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 8-2003 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 89, 2007 OTONOMI. PEMERINTAHAN. PEMERINTAHAN DAERAH. Perangkat Daerah. Organisasi.

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. LATAR BELAKANG DAERAH Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah Tahun 2016, merupakan pelaksanaan tahun ketiga dari masa jabatan pasangan Drs. H. M. BAMBANG SUKARNO

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. secara geografis Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai utara

BAB IV GAMBARAN UMUM. secara geografis Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai utara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Wilayah dan Letak Geografis Kota Pekalongan merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah, secara geografis Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai utara Pulau

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II. A. Struktur Organisasi. Pemerintah Kota Bandung

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II. A. Struktur Organisasi. Pemerintah Kota Bandung BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Struktur Organisasi Bandung sebagai salah satu daerah Kabupaten/Kota di lingkungan Provinsi Jawa Barat, secara yuridis formil didasarkan pada Undang-undang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (1) dan (2)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (1) dan (2) PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB DAN PILIHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 2 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 2 TAHUN 2008 Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bima Pemerintah Kabupaten Bima PEMERINTAH KABUPATEN BIMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG

Lebih terperinci

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN: NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3839-910/6439 TENTANG : PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA APBD KOTA

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien dan efektif, penilaian dan pelaporan kinerja

Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien dan efektif, penilaian dan pelaporan kinerja Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien dan efektif, penilaian dan pelaporan kinerja pemerintah daerah menjadi bagian kunci dalam proses penyelenggaraan

Lebih terperinci

URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan prinsip-prinsip good governance

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan prinsip-prinsip good governance BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan prinsip-prinsip good governance disadari merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi utama dan tuntutan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor: XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan

Lebih terperinci

PROVINSI SULAWESI SELATAN

PROVINSI SULAWESI SELATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BARRU NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2016-2021 BUPATI BARRU, Menimbang: a. bahwa berdasarkan ketentuan dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Kota Tangerang Tahun 2012 Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan kepada

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Bima Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN

Pemerintah Kabupaten Bima Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan laporan kinerja instansi pemerintah Kabupaten Bima tahun 2015 merupakan ikhtisar pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam perjanjian kinerja dan dokumen

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah Daerah VII-2

Kebijakan Pemerintah Daerah VII-2 Penyampaian LKPJ Walikota Bandung Tahun 2012, merupakan wujud akuntabilitas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai dengan ketentuan pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 1. Tema pembangunan tahun 2018 : Meningkatnya Pelayanan Publik yang Berkualitas Menuju Kota Yogyakarta yang Mandiri dan Sejahtera Berlandaskan Semangat Segoro Amarto.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN TAHUN 2004 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 20088 TAHUN 2004 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Kota Metro secara geoafis terletak pada 105, ,190 bujur timur dan 5,60-

BAB IV GAMBARAN UMUM. Kota Metro secara geoafis terletak pada 105, ,190 bujur timur dan 5,60- BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1.Kota Metro Kota Metro secara geoafis terletak pada 105,170-105,190 bujur timur dan 5,60-5,80 lintang selatan, berjarak 45 km dari Kota Bandar Lampung (Ibukota Provinsi Lampung).Wilayah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 7 2016 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci