PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG"

Transkripsi

1 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 264 ayat (5) Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dapat diubah apabila berdasarkan hasil pengendalian dan evaluasi tidak sesuai dengan perkembangan keadaan atau penyesuaian terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat; b. bahwa berdasarkan hasil pengendalian dan evaluasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Semarang Tahun serta penyesuaian terhadap kebijakan pemerintah pusat, maka Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 206 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Semarang Tahun , perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Semarang Tahun

2 Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Djawa Timur, Djawa Tengah, Djawa Barat dan Dalam Daerah Istimewa Jogjakarta; 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

3 11. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 12. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 14. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 15. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 16. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256); 17. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 18. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601);

4 19. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3079); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kecamatan di Wilayah Kabupaten- Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara, dan Kendal serta Penataan Kecamatan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 89); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 24. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 25. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 26. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738);

5 27. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 28. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 29. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); 30. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 31. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 32. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041); 33. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 34. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199); 35. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);

6 36. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9); 37. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 65) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 88); 38. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2007 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 1), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2013 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 83); 39. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2007 Nomor 2 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 2); 40. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2007 Nomor 5 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 4); 41. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 9 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 13);

7 42. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 43); 43. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 48); 44. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 61); 45. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Sistem Drainase Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 92); 46. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2015 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 98). 47. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 Tahun 2015 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sebagai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2015 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 100); 48. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2016 Nomor 6); 49. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Kemiskinan di Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2016 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 112); 50. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2016 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 114).

8 Dengan Persetujuan Bersama, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DERAH KOTA SEMARANG dan WALIKOTA SEMARANG MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2016 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 107), diubah sebagai berikut: 1. Pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 angka 10 dan angka 11 diubah, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut: Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Semarang; 2. Walikota adalah Walikota Semarang; 3. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Walikota dan DPRD dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah; 6. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun yang selanjutnya disebut RPJPN adalah perencanaan pembangunan nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai tahun 2025; 7. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun yang selanjutnya disebut RPJMN adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2019; 8. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun yang selanjutnya disebut RPJPD Provinsi Jawa Tengah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Provinsi

9 Jawa Tengah untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai tahun 2025; 9. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun yang selanjutnya disebut RPJMD Provinsi Jawa Tengah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2013 sampai tahun 2018; 10. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Semarang Tahun yang selanjutnya disebut RPJPD Kota Semarang adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Kota Semarang untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025; 11. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Semarang Tahun yang selanjutnya disebut RPJMD Kota Semarang adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2016 sampai dengan tahun 2021; 12. Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Semarang, yang selanjutnya disebut RKPD Kota Semarang adalah dokumen perencanaan pembangunan Kota Semarang untuk periode 1 (satu) tahun; 13. Rencana Strategis Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Renstra Perangkat Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun terhitung mulai tahun 2016 sampai dengan tahun 2021; 14. Rencana Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Renja Perangkat Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun; 15. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun yang selanjutnya disingkat RTRW adalah hasil perencanaan tata ruang pada wilayah yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif; 16. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 17. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. 18. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. 19. Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh Perangkat Daerah atau masyarakat, dikoordinasikan oleh pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan daerah.

10 2. Ketentuan Pasal 5 ayat (1) diubah, sehingga pasal 5 berbunyi sebagai berikut: Pasal 5 (1) Sistematika Perubahan RPJMD Tahun meliputi: a. BAB I : PENDAHULUAN memuat latar belakang, dasar hukum penyusunan, maksud dan tujuan, hubungan antar dokumen, serta sistematika penulisan b. BAB II : GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH memuat gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah yang meliputi aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan aspek daya saing daerah. c. BAB III : GAMBARAN KEUANGAN DAERAH memuat gambaran hasil pengolahan data dan analisis terhadap pengelolaan keuangan daerah. d. BAB IV : PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH memuat analisis permasalahan pembangunan dan isuisu strategis pembangunan daerah tahun e. BAB V : VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN memuat visi, misi, tujuan dan sasaran. f. BAB VI : STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH memuat strategi, arah kebijakan pembangunan serta program pembangunan prioritas berdasarkan strategi yang dipilih dengan target capaian indikator kinerja g. BAB VII : KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH memuat program prioritas dalam pencapaian visi dan misi serta seluruh program yang dirumuskan dalam Rencana Strategis Perangkat Daerah beserta indikator kinerja, pagu indikatif target, Perangkat Daerah penanggung jawab berdasarkan bidang urusan.

11 h. BAB VIII : KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH i. BAB IX : PENUTUP memuat penetapan indikator kinerja daerah yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah yang ditetapkan menjadi Indikator Kinerja Utama (IKU) daerah dan indikator kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah yang ditetapkan menjadi Indikator Kinerja Kunci (IKK) pada akhir periode masa jabatan. memuat pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan untuk menyusun dokumen perencanaan pembangunan setelah periode RPJMD berakhir. (2) RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. 3. Diantara Pasal 10 dan Pasal 11 ditambahkan 1 (satu) Pasal baru, yakni Pasal 10A, yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 10A Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, maka RKPD Tahun 2018 wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini. 4. Ketentuan dalam Lampiran diubah menjadi sebagaimana tercantum dalam Lampiran ini dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

12 Pasal II Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Semarang. Diundangkan di Semarang pada tanggal 16 November 2017 SEKRETARIS DAERAH KOTA SEMARANG ttd ADI TRI HANANTO Ditetapkan di Semarang pada tanggal 16 November 2017 WALIKOTA SEMARANG ttd HENDRAR PRIHADI LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2017 NOMOR 11 NOREG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH: (11/2017)

13 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN I. UMUM Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2016 tentang (RPJMD) Kota Semarang Tahun yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Walikota dan Wakil Walikota yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Semarang Tahun serta dengan memerhatikan dokumen perencanaan lainnya di tingkat Provinsi dan Nasional maupun dokumen perencanaan strategis lainnya di tingkat Kota Semarang. Selain visi dan misi, RPJMD Tahun memuat tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan dan program-program beserta pagu indikatifnya yang disusun dalam rangka pencapaian visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota. RPJMD selanjutnya digunakan sebagai pedoman penetapan Renstra-PD dan penyusunan RKPD serta digunakan sebagai instrumen evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pasal 264 ayat 5 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa RPJMD dapat diubah apabila berdasarkan hasil pengendaloan dan evaluasi tidak sesuai dengan perkembangan keadaan atau penyesuaian terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Selain itu dalam pasal 342 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah diatur tentang perubahan RPJMD yang dapat dilakukan apabila : a. Hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa proses perumusan, tidak sesuai dengan tahapan dan tata cara penyusunan rencana

14 pembangunan daerah yang diatur dalam Permendagri Nomor 86 Tahun 2017; b. Hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa substansi yang dirumuskan, tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017; dan c. Terjadi perubahan yang mendasar; Berdasarkan hasil evaluasi dan pengendalian terhadap Perda Kota Semarang Nomor 6 tahun 2106 tentang RPJMD Kota Semarang tahun , maka dapat diketahui hal-hal sebagai berikut: a. Hasil pengendalian dan evaluasi RPJMD menunjukkan hal-hal sebagai berikut: 1. Perumusan terhadap kebijakan RPJMD Substansi dokumen RPJMD belum memuat arah kebijakan tahunan, sehingga prioritas tahunan sebagai pedoman penyusunan RKPD belum terfokus dengan jelas. 2. Pelaksanaan RPJMD a) Terdapat ketidaksesuaian sebesar 8% antara program RPJMD dengan program Renstra PD; b) Penyusunan RPJMD Kota Semarang Tahun belum berdasarkan Perda Nomor 14 tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Semarang. Sehingga ada beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang baru terbentuk belum sepenuhnya terakomodir dalam dokumen RPJMD; 3. Evaluasi hasil RPJMD Target sasaran yang dirumuskan terlalu rendah, hal ini dilihat dari target pembangunan pada akhir periode RPJMD (tahun 2021) sudah tercapai dan/atau melampaui target pada tahun pertama/transisi (2016) sebesar 59%. b. Terkait akuntabilitas kinerja daerah, penyusunan RPJMD harus mengakomodir Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, sehingga perlu dilakukan:

15 1. Sinkronisasi kebijakan daerah (RPJMD) dengan kebijakan Perangkat Daerah (Renstra-PD) 2. Sinkronisasi antar bab dalam RPJMD 3. Sinkronisasi kebijakan jangka menengah daerah dengan kebijakan tahunan daerah c. Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah yang ditindaklanjuti dengan terbitnya Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 061/2911/SJ Tahun 2016 tentang Tindak Lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah mengharuskan Pemerintah Kota Semarang untuk merevisi RPJMD sesuai Perda Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Semarang. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka RPJMD Kota Semarang Tahun perlu diubah dengan Peraturan Daerah dan selanjutnya dijadikan pedoman dalam menyusun Perubahan Renstra-PD. Pelaksanaan Perubahan RPJMD dijabarkan lebih lanjut dalam RKPD sebagai dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Kota Semarang untuk tahun 2018 s/d II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Cukup jelas. Pasal II Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 123

16 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2017

17 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL i v vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I Dasar Hukum Penyusunan I Hubungan Antar Dokumen I Maksud dan Tujuan I Sistematika Penulisan I.14 BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi II Karakteristik Lokasi dan Wilayah II Luas dan Batas Wilayah Administrasi II Letak dan Kondisi Geografis II Topografi II Geologi II Hidrologi dan Hidrogeologi II Kondisi Klimatologi II Penggunaan Lahan II Potensi Pengembangan Wilayah II Kawasan Strategis Bidang Pertumbuhan Ekonomi II Kawasan Strategis Bidang Sosial Budaya II Kawasan Strategis Bidang Pendayagunaan Sumber Daya Alam atau Teknologi Tinggi II Kawasan Strategis Bidang Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup II Wilayah Rawan Bencana II Kawasan Rawan Rob dan Banjir II Rawan Longsor dan Gerakan Tanah II Aspek Demografi II Komposisi Penduduk Kota Semarang per Kelompok Umur II Aspek Kesejahteraan Masyarakat II Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi II Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto - II Laju Inflasi II PDRB Per kapita II Indeks Gini II Kemiskinan II Angka Kriminalitas II Fokus Kesejahteraan Masyarakat II Indeks Pembangunan Manusia (IPM) II Indeks Pembangunan Gender (IPG) II Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) II.40 i

18 Aspek Pendidikan II Aspek Kesehatan II Pertanahan II Ketenagakerjaan II Fokus Seni Budaya dan Olahraga II Kebudayaan II Olahraga II Aspek Pelayanan Umum II Fokus Urusan Wajib Pelayanan Dasar II Urusan Pendidikan II Urusan Kesehatan II Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang - II Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman II Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat II Urusan Sosial II Fokus Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar II Urusan Tenaga Kerja II Urusan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak II Urusan Pangan II Urusan Pertanahan II Urusan Lingkungan Hidup II Urusan Adm. Kependudukan & Capil II Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa ---- II Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana II Urusan Perhubungan II Urusan Komunikasi dan Informatika II Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah ---- II Urusan Penanaman Modal II Urusan Kepemudaan dan Olahraga II Urusan Statistik II Urusan Persandian II Urusan Kebudayaan II Urusan Perpustakaan II Urusan Kearsipan II Fokus Urusan Pilihan II Urusan Kelautan dan Perikanan II Urusan Pariwisata II Urusan Pertanian II Urusan Perdagangan II Urusan Perindustrian II Fokus Fungsi Penunjang II Fokus Urusan Pemerintahan Umum II Aspek Daya Saing Daerah II Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah II.86 ii

19 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Perkapita II Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Rumah Tangga Perkapita II Fokus Fasilitas Wilayah/ Infrastruktur II Perhubungan II Penataan Ruang II Perhotelan dan Restoran II Ketersediaan Air Minum II Komunikasi dan Informatika II Fokus Iklim Berinvestasi II Kriminalitas II Perijinan Usaha II Pajak Daerah II Fokus Sumber Daya Manusia II Rasio Penduduk Usia % Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi II Rasio Penduduk yang Bekerja Menurut Pendidikan yang Ditamatkan II Rasio Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian II Rasio Ketergantungan II.103 BAB III. GAMBARAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Kinerja Keuangan Tahun III Kinerja Pelaksanaan APBD III.3 A. Pendapatan Daerah III.4 B. Belanja Daerah III.9 C. Pembiayaan Daerah III Neraca Daerah III Kebijakan Pengelolaan Keuangan Kota Semarang Tahun III Proporsi Penggunaan Anggaran Pembiayaan III.21 A. Analisis Proporsi Belanja untuk Pemenuhan Kebutuhan Aparatur III.22 B. Analisis Belanja Periodik dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib & Mengikat serta Prioritas Utama III Analisis Pembiayaan Daerah III.26 A. Analisis Sumber Penutup Defisit Riil III.26 B. Analisis Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran III Kerangka Pendanaan III Proyeksi Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Semarang - III Perhitungan Kerangka Pendanaan III.39 BAB IV. PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH 4.1 Permasalahan Pembangunan Kota Semarang IV Isu-Isu Strategis Pembangunan Daerah IV.10 iii

20 4.2.1 Isu Internasional IV Isu atau Kebijakan Nasional IV Isu atau Kebijakan Provinsi Jawa Tengah IV Hasil Telaah KLHS Kota Semarang IV Hasil Telaah RPJMD terhadap RTRW IV Hasil Telaah RPJMD Wilayah Sekitar IV Isu-Isu Strategis Kota Semarang IV.36 BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi V Misi V Tujuan dan Sasaran V.10 BAB VI. STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 6.1 Strategi VI Arah Kebijakan Tahunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah VI Arah Kebijakan Kewilayahan VI Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi VI Kawasan Strategis Bidang Sosial Budaya VI Kawasan Strategis Daya Dukung Lingkungan Hidup VI Program Pembangunan Daerah VI.28 BAB VII. KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH BAB VIII. KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB IX. PENUTUP 9.1 Pedoman Transisi IX Kaidah Pelaksanaan IX.2 iv

21 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Hubungan antara RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I.12 Gambar 2.1 Pembagian Administratif Wilayah Kota Semarang per Kecamatan Gambar 2.2 Posisi Strategis Kota Semarang II.3 Gambar 2.3 Transek Ketinggian Kota Semarang II.4 Gambar 2.4 Topografi Kota Semarang II.5 Gambar 2.5 Batuan Kota Semarang II.6 Gambar 2.6 Topografi Kota Semarang Berdasarkan Karateristik Fisik Alam Gambar 2.7 Peta DAS Kota Semarang II.10 Gambar 2.8 Peta Air Tanah Kota Semarang II.11 Gambar 2.9 Penggunaan Lahan di Kota Semarang II.12 Gambar 2.10 Kawasan Rawan Bencana di Kota Semarang Gambar 2.11 Peta Rencana Pengendalian Bencana Kota Semarang---- Gambar 2.12 Perkembangan Demografi Kota Semarang Gambar 2.13 Perkembangan Penduduk (Lahir, Mati, Datang, Pindah) di Kota Semarang Gambar 2.14 Piramida Penduduk Kota Semarang Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2010 dan Tahun Gambar 2.15 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Dibandingkan Dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun Gambar 2.16 Grafik Laju Inflasi di Kota Semarang Tahun Gambar 2.17 Perbandingan Laju Inflasi Kota Semarang Dibandingkan Dengan 5 Kota di Jawa Tengah Tahun II.2 II.8 II.17 II.19 II.20 II.22 II.23 II.28 II.30 II.31 Gambar 2.18 Pertumbuhan PDRB Perkapita Kota Semarang Tahun II.32 Gambar 2.19 Gini Ratio Kota Semarang Tahun II.33 Gambar 2.20 Persentase Kemiskinan di Kota Semarang Tahun II.34 Gambar 2.21 Perbandingan Persentase Penduduk Miskin Kota Semarang dengan Kota-Kota Lain dan Provinsi Jawa Tengah Tahun II.35 Gambar 2.22 Grafik Perkembangan IPM Kota Semarang Tahun II.38 Gambar 2.23 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Semarang dan Kab / Kota di Jawa Tengah Tahun Gambar 2.24 Perkembangan IPG Kota Semarang Tahun Gambar 2.25 Perkembangan Indeks Gender (IDG) Kota Semarang Tahun II.38 II.40 II.40 v

22 Gambar 2.26 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kota Semarang Tahun II.49 Gambar 3.1 Capaian Pajak Daerah Tahun (Rp) III.6 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Permasalahan Utama dan Permasalahan Pokok Pembangunan Daerah Kota Semarang Fokus Kebijakan Setiap Tahapan dalam RPJMN IV.2 IV.155 Gambar 5.1 Pencapaian Semarang Hebat V.5 Gambar 5.2 Misi Walikota dan Wakil Walikota Semarang V.8 Gambar 5.3 Kerangka Logis Pencapaian Visi V.17 Gambar 5.4 Skema keterkaitan Visi Misi RPJMN dengan Perubahan RPJMD Kota Semarang Tahun V.18 Gambar 5.5 Skema Keterkaitan RPJMD Provinsi Jateng dengan RPJMD Kota Semarang Tahun V.20 Gambar 6.1 Keterkaitan Tujuan, Sasaran dan Strategi VI.12 Gambar 6.2 Agenda/Tema RPJMD Kota Semarang VI.14 Gambar 6.3 Rencana Tata Ruang Wialyah Kota Semarang Tahun VI.20 vi

23 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Sebaran Jenis Tanah di Kota Semarang II.6 Tabel 2.2 Luas Amblesan Tanah di Kota Semarang II.8 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Sebaran Penduduk Per Kecamatan Kota Semarang Tahun Nilai PDRB dan Kontribusi Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Kota Semarang Tahun (Milyar Rupiah) Nilai PDRB dan Kontribusi Sektor Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kota Semarang Tahun (Milyar Rupiah) II.20 II.25 II.26 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Kategori di Kota Semarang Tahun II.28 Tabel 2.7 PDRB Perkapita Kota Semarang Tahun (Juta Rupiah) Tabel 2.8 Kondisi Pentahapan Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga di Kota Semarang; 5 Kota lain di Jawa Tengah dan Kawasan Strategis Kedungsapur serta Provinsi Jawa Tengah Tahun Tabel 2.9 Jumlah Tindak Pidana Menonjol (Crime Index) Menurut Di Kota Semarang Tahun Tabel 2.10 Perkembangan Indikator Pembentuk IPM Kota Semarang Tahun Tabel 2.13 Perkembangan Fasilitas Pendidikan di Kota Semarang Tahun II.31 II.35 II.36 II.39 II.41 Tabel 2.14 Realisasi Indikator Aspek Pendidikan II.43 Tabel 2.15 Perkembangan Fasilitas Kesehatan Di Kota Semarang Tahun II.44 Tabel 2.16 Realisasi Indikator Aspek Kesehatan II.46 Tabel 2.17 Realisasi Aspek Kesempatan Kerja II.48 Tabel 2.18 Tabel 2.19 Jumlah Kelompok Kesenian dan Jumlah Gedung Kesenian di Kota Semarang Tahun II.50 Perkembangan Olahraga di Kota Semarang Tahun II.50 Tabel 2.20 Realisasi Kinerja Urusan Pendidikan II.51 Tabel 2.21 Realisasi Kinerja Urusan Kesehatan II.53 Tabel 2.22 Profil Kondisi Jalan Kota di Semarang Tahun II.55 Tabel 2.23 Realisasi Kinerja Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang II.56 Tabel 2.24 Penanganan Banjir di Kota Semarang II.58 vii

24 Tabel 2.25 Tabel 2.26 Tabel 2.27 Realisasi Kinerja Urusan Perumahan Rakyat dan Kwasan Permukiman Daftar Lokasi Lingkungan Permahan dan Permukiman Kumuh Kota Semarang Realisasi Kinerja Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat II.59 II.60 II.61 Tabel 2.28 Realisasi Kinerja Urusan Sosial II.63 Tabel 2.29 Realisasi Kinerja Urusan Tenaga Kerja II.64 Tabel 2.30 Realisasi Kinerja Urusan Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak II.65 Tabel 2.31 Realisasi Kinerja Urusan Pangan II.65 Tabel 2.32 Realisasi Kinerja Urusan Pertanahan II.66 Tabel 2.33 Realisasi Kinerja Urusan Lingkungan Hidup II.67 Tabel 2.34 Tabel 2.35 Tabel 2.36 Realisasi Kinerja Urusan Administrasi Kependudukan Dan Catatan Sipil Realisasi Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Realisasi Kinerja Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana II.68 II.68 II.69 Tabel 2.37 Realisasi Kinerja Urusan Perhubungan II.70 Tabel 2.38 Realisasi Kinerja Urusan Komunikasi dan Informatika - II.71 Tabel 2.39 Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah II.71 Tabel 2.40 Perkembangan Investasi Kota Semarang II.73 Tabel 2.41 Realisasi Kinerja Urusan Kepemudaan dan Olah Raga - II.73 Tabel 2.42 Realisasi Kinerja Urusan Statistik II.74 Tabel 2.43 Realisasi Kinerja Urusan Persandian II.75 Tabel 2.44 Realisasi Kinerja Urusan Kebudayaan II.75 Tabel 2.45 Realisasi Kinerja Urusan Perpustakaan II.75 Tabel 2.46 Realisasi Kinerja Urusan Kearsipan II.76 Tabel 2.47 Realisasi Kinerja Urusan Kelautan dan Perikanan II.77 Tabel 2.48 Realisasi Kinerja Urusan Pariwisata II.77 Tabel 2.49 Realisasi Kinerja Urusan Pertanian II.78 Tabel 2.50 Realisasi Kinerja Urusan Perdagangan II.78 Tabel 2.51 Perkembangan Jumlah Pasar Di Kota Semarang Tahun II.79 Tabel 2.52 Realisasi Kinerja Urusan Perindustrian II.80 Tabel 2.53 Realisasi Kinerja Fungsi Penunjang Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan II.81 Tabel 2.54 Realisasi Kinerja Fungsi Penunjang Keuangan II.82 Tabel 2.55 Realisasi Kinerja Fungsi Penunjang Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan II.82 Tabel 2.56 Realisasi Kinerja Fungsi Penunjang Pengawasan II.83 viii

25 Tabel 2.57 Tabel 2.58 Tabel 2.59 Tabel 2.60 Tabel 2.61 Tabel 2.62 Realisasi Kinerja Fungsi Unsur Pendukung Realisai Kinerja Fungsi Penunjang Kewilayahan Realisasi Kinerja Urusan Pemerintahan Umum Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita Kota Semarang Tahun Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Rumah Tangga Per Kapita Kota Semarang Tahun II.84 II.85 II.86 II.87 II.87 Arus Lalu Lintas Angkutan Udara Domestik Pesawat, Penumpang, Bagasi Barang/ Cargo dan Pos Paket di Bandar Udara Ahmad Yani Kota Semarang Tahun II.88 Tabel 2.63 Arus Lalu Lintas Angkutan Udara Internasional Pesawat, Penumpang, Bagasi Barang / Cargo dan Pos Paket di Bandar Udara Ahmad Yani Kota Semarang Tahun Tabel 2.64 Tabel 2.65 Tabel 2.66 Tabel 2.67 Tabel 2.68 Banyaknya Kunjungan Kapal dan Bongkar Muat Barang Di Pelabuhan Laut Tanjung Emas Semarang Tahun Arus Lalu Lintas Penumpang dan Bus yang Masuk di Terminal Terboyo Kota Semarang Tahun Banyaknya Penumpang Kereta Api Melalui PT KA (Persero) Daerah Operasi IV Kota Semarang Tahun Perkembangan Jumlah Ijin Trayek Di Kota Semarang Tahun Perkembangan Jenis, Kelas, dan Jumlah Penginapan/Hotel di Kota Semarang Tahun II.89 II.89 II.90 II.91 II.92 II.94 Tabel 2.69 Perkembangan Jumlah Restoran dan Rumah Makan di Kota Semarang Tahun II.95 Tabel 2.70 Perkembangan Banyaknya Pelanggan, Pemakaian & Penjualan Air Minum PDAM Tahun II.95 Tabel 2.71 Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Daya Tersambung Listrik Di Kota Semarang Tahun II.97 Tabel 2.72 Persentase Rumah Tangga Menurut Kepemilikan Telepon Seluler (HP) Di Kota Semarang Tahun ( Persen ) II.97 Tabel 2.73 Tabel 2.74 Tabel 2.75 Perkembangan Wartel/Warnet dan Jumlah Peralatan Komunikasi di Kota Semarang Tahun II.97 Perkembangan Jumlah Kriminalitas dan Jumlah Unjuk Rasa / Demostrasi Di Kota Semarang Tahun II.98 Capaian Survey Kepuasan Masyarakat Pada BPPT Kota Semarang Tahun II.99 ix

26 Tabel 2.76 Perkembangan Jumlah Ijin Di Kota Semarang Tahun II.100 Tabel 2.77 Pajak Daerah Kota Semarang Tahun II.101 Tabel 2.78 Tabel 2.79 Tabel 2.80 Rasio Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Semarang Tahun ( Persen ) II.102 Rasio Penduduk Yang Bekerja Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan di Kota Semarang Tahun ( Persen ) II.102 Rasio Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Semarang Tahun ( Persen ) II.103 Tabel 2.81 Rasio Ketergantungan Kota Semarang Tahun II.104 Tabel 2.82 Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja Daerah Kota Semarang Tahun 2016 Terhadap Target Akhir RPJMD Kota Semarang Tahun II.105 Derajat Desentralisasi Fiskal Kota Semarang Tahun III.3 Tabel 3.2 Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Semarang Tahun Tabel 3.3 Rata-rata Pertumbuhan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kota Semarang Tahun III.5 III.12 Tabel 3.4 Analisis Rasio Likuiditas Kota Semarang Tahun III.16 Tabel 3.5 Rasio Solvabilitas Kota Semarang Tahun III.17 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kota Semarang Tahun Proporsi Realisasi Belanja terhadap Anggaran Belanja Daerah Kota Semarang Tahun III.18 III.21 Tabel 3.8 Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur terhadap Total Belanja Kota Semarang Tahun III.23 Tabel 3.9 Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Semarang Tahun Tabel 3.10 Realisasi Belanja Periodik dan Pengeluaran Pembiayaan Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kota Semarang Tahun III.24 III.25 Tabel 3.11 Defisit Riil Anggaran Kota Semarang Tahun III.27 Tabel 3.12 Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Kota Semarang Tahun Tabel 3.13 Tabel 3.14 Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Kota Semarang Tahun Realisasi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan Kota Semarang Tahun III.27 III.29 III.30 x

27 Tabel 3.15 Tabel 3.16 Proyeksi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kota Semarang Tahun III.36 Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Mendanai Pembangunan Daerah Kota Semarang Tahun III.40 Tabel 3.17 Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kota Semarang Tahun Tabel 4.1 Rumusan Permasalahan: Kualitas Sumber Daya Manusia Yang Masih Perlu Ditingkatkan Tabel 4.2 Rumusan Permasalahan: Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) Masih Belum Optimal Tabel 4.3 Rumusan Permasalahan: Belum Optimalnya Penyediaan Infrastruktur Dasar Dan Penataan Ruang -- Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Rumusan Permasalahan: Inovasi Dan Daya Saing Nilai Tambah Produksi Pada Sektor Perekonomian Masih Perlu Ditingkatkan Lokasi Prioritas Kawasan Strategis Nasional Perkotaan Sebagai Pusat Pertumbuhan Wilayah di Jawa-Bali Perbandingan Substansi Utama RPJMD Kabupaten Demak, Kabupaten Kendal, dan Kabupaten Semarang III.42 IV.4 IV.6 IV.7 IV.9 IV.20 IV.32 Tabel 5.1 Indikator Semarang Hebat V.5 Tabel 5.2 Tujuan Pembangunan Kota Semarang Tahun V.12 Tabel 5.3 Sinkronisasi Agenda Prioritas RPJMN (Nawacita) dengan Perubahan RPJMD Kota Semarang Tabel 5.4 Tabel 6.1 Tabel 6.2 Tabel 6.3 Tahun V.19 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran RPJMD Kota Semarang Tahun V.21 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi Kota Semarang Tahun Keterkaitan Prioritas Pembangunan Nasional dengan Prioritas Pembangunan Kota Semarang Strategi dan Arah Kebijakan Rencana Pemangunan Jangka Menengah Daerah Kota Semarang VI.2 VI.13 VI.15 Tabel 6.4 Persandingan Strategi, Sasaran dan Arah Kebijakan Antara RPJMD dengan Perubahan RPJMD VI.22 Tabel 6.5 Tabel 7.1 Program Pembangunan Daerah yang Disertai Pagu Indikatif Kota Semarang Kerangka Pendanaan Pembangunan Daerah Kota Semarang VI.36 VII.2 xi

28 Tabel 7.2 Indikasi Rencana Program Prioritas RPJMD yang Disertai Kebutuhan Pendanaan Kota Semarang VII.3 Tabel 8.1 Penetapan Indikator Kinerja Utama Kota Semarang ---- VIII.2 Tabel 8.2 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kota Semarang VIII.3 xii

29 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan daerah memiliki peran yang sangat signifikan dalam mendorong perkembangan daerah. Dengan adanya perencanaan akan memberikan arah dan fokus dalam pelaksanaan pembangunan. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan pembangunan dapat berjalan efektif dan efisien serta mampu mencapai sasaran pembangunan daerah. Dengan demikian perencanaan pembangunan menjadi dasar atau acuan dalam penyelenggaraan pembangunan di waktu yang akan datang. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan bertujuan untuk mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan, menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar fungsi pemerintah, maupun antara Pusat dan Daerah. Selain itu, perencanaan pembangunan juga bertujuan untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, pengoptimalan partisipasi masyarakat dan menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa Perda tentang RPJMD ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan setelah kepala daerah terpilih dilantik. Dengan terpilihnya pasangan Kepala Daerah terpilih pada tanggal 17 Februari 2016 untuk periode , Walikota H. Hendrar Prihadi, SE, MM dan Wakil Walikota Ir. Hj. Hevearita Gunaryanti Rahayu telah ditetapkan RPJMD dan telah dilaksanakan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun anggararan 2016 dan Pasal 264 ayat 5 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa RPJMD dapat diubah apabila berdasarkan hasil pengendalian dan evaluasi tidak sesuai dengan perkembangan keadaan atau penyesuaian terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Selain itu dalam pasal 342 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara I-1

30 Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah diatur tentang perubahan RPJMD yang dapat dilakukan apabila : a. Hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa proses perumusan tidak sesuai dengan tahapan dan tata cara penyusunan rencana pembangunan daerah yang diatur dalam Permendagri Nomor 86 Tahun 2017; b. Hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa substansi yang dirumuskan tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017; dan c. Terjadi perubahan yang mendasar; Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu dilakukan perubahan terhadap Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 tahun 2106 tentang RPJMD Kota Semarang tahun Hal lain yang mendasari dilakukannya perubahan terhadap Perda Nomor 6 Tahun 2016 tentang RPJMD Kota Semarang Tahun adalah: 1. Hasil pengendalian dan evaluasi RPJMD menunjukkan halhal sebagai berikut: a. Perumusan terhadap kebijakan RPJMD Substansi dokumen RPJMD belum memuat arah kebijakan tahunan, sehingga prioritas tahunan sebagai pedoman penyusunan RKPD belum terfokus dengan jelas. b. Pelaksanaan RPJMD 1) Terdapat ketidaksesuaian sebesar 8% antara program RPJMD dengan program Renstra PD; 2) Penyusunan RPJMD Kota Semarang Tahun belum berdasarkan Perda Nomor 14 tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Semarang. Sehingga ada beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang baru terbentuk belum sepenuhnya terakomodir dalam dokumen RPJMD; c. Evaluasi hasil RPJMD Target sasaran yang dirumuskan terlalu rendah, hal ini dilihat dari target pembangunan pada akhir periode RPJMD (tahun 2021) sudah I-2

31 tercapai dan/atau melampaui target pada tahun pertama/transisi (2016) sebesar 59%. 2. Terkait akuntabilitas kinerja daerah, penyusunan RPJMD harus mengakomodir Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, sehingga perlu dilakukan: a. Sinkronisasi kebijakan daerah (RPJMD) dengan kebijakan Perangkat Daerah (Renstra-PD) b. Sinkronisasi antar bab dalam RPJMD c. Sinkronisasi kebijakan jangka menengah daerah dengan kebijakan tahunan daerah 3. Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah yang ditindaklanjuti dengan terbitnya Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 061/2911/SJ Tahun 2016 tentang Tindak Lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah mengharuskan Pemerintah Kota Semarang untuk merevisi RPJMD sesuai Perda Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Semarang Perubahan dokumen RPJMD dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan data yang dapat dikumpulkan selama proses penyusunan serta memperhatikan tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Mengingat bahwa perubahan ini dilakukan pada tahun 2017 dimana masih tersisa empat periode RKPD di dalamnya, salah satu fokus perubahan adalah menentukan agenda pembangunan untuk periode RKPD sebagai landasan dalam mewujudkan visi pembangunan Kota Semarang pada akhir periode pembangunan jangka menengah. RPJMD Tahun adalah dokumen perencanaan komprehensif lima tahunan, yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Perangkat Daerah, yaitu dokumen perencanaan Perangkat Daerah selama 5 (lima) tahunan yang memuat tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Perangkat Daerah serta bersifat indikatif. Setiap Perangkat Daerah selanjutnya menjabarkan I-3

32 Renstra kedalam Rencana Kerja (Renja) Perangkat Daerah. Dalam siklus perencanaan pembangunan daerah, RPJMD Tahun juga menjadi acuan untuk menyusun RKPD Kota Semarang. Sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, RKPD menjadi pedoman dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya menjadi Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). Dengan demikian, RPJMD Tahun merupakan pedoman bagi seluruh alur pembangunan dan berkaitan dengan seluruh stakeholders di Kota Semarang. 1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN Dasar hukum penyusunan Perubahan RPJMD Tahun adalah sebagai berikut : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerahdaerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Djawa Timur, Djawa Tengah, Djawa Barat dan Dalam Daerah Istimewa Jogjakarta; 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); I-4

33 8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 11. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 12. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 14. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 15. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 16. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256); 17. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- I-5

34 Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 18. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3079); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kecamatan di Wilayah Kabupaten-Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara, dan Kendal serta Penataan Kecamatan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 89); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 24. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 25. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan I-6

35 Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 26. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738); 27. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 28. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 29. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); 30. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 31. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 32. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041); 33. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 34. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199); I-7

36 35. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3); 36. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9); 37. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 65) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 88); 38. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2007 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 1), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2013 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 83); 39. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2007 Nomor 2 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 2); 40. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2007 Nomor 5 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 4); I-8

37 41. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 9 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 13); 42. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 43); 43. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 48); 44. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 61); 45. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Sistem Drainase Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 92); 46. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2015 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 98). 47. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 Tahun 2015 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sebagai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2015 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 100); 48. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2016 Nomor 6); 49. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Kemiskinan di Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota I-9

38 Semarang Tahun 2016 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 112); 50. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2016 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 114); 51. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1312). 1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN Berkaitan dengan hubungan antar dokumen, Perubahan RPJMD mempunyai kedudukan yang sama dengan dokumen RPJMD terhadap dokumen yang lainnya. Untuk mewujudkan konsistensi perencanaan pembangunan daerah di Kota Semarang, penyusunan perubahan RPJMD tahun memiliki keterkaitan yang erat dengan berbagai perencanaan lainnya, baik pada lingkup Kota Semarang, Provinsi maupun Nasional. Penyusunan Perubahan RPJMD merupakan penjabaran atas kebijakan pembangunan yang terdapat dalam RPJPD Kota Semarang tahun untuk tahap perencanaan tahun Pada tahap tersebut, RPJMD tahun diprioritaskan pada pemantapan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang. Dengan menekankan pada pencapaian daya saing wilayah dan masyarakat yang berlandaskan pada keunggulan sumber daya manusia yang berkualitas, pelayanan dasar yang makin luas, infrastruktur wilayah yang makin berkualitas, pelayanan dasar yang makin luas,dan kondusivitas wilayah yang makin mantap serta kemampuan ilmu dan teknologi yang makin meningkat. Dengan fokus kebijakan untuk mewujudkan sumber daya manusia Kota Semarang yang berkualitas, mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance) dan kehidupan politik yang demokratis dan bertanggung jawab, mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah, mewujudkan tata ruang I-10

39 wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan, mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat. Dalam penyusunan Perubahan RPJMD berkaitan dengan kewilayahan juga dengan berpedoman pada RTRW Tahun Penyusunan Perubahan RPJMD memperhatikan dokumen RTRW yang di dalamnya berisi tentang bagaimana mewujudkan perwujudan perencanaan struktur ruang terkait dengan pembangunan infrastruktur jaringan jalan, air minum dan transportasi publik. Selain itu juga membahas perwujudan pola ruang yang membahas tentang pengembangan kawasan lindung dan kawasan budidaya dimana didalamnya membahas rencana pengembangan wilayah dalam meningkatakan perekonomian dan pariwisata. Hal ini untuk mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Kota Semarang berdasarkan potensi wilayahnya Selain itu dalam penyusunan RPJMD juga memperhatikan terkait dengan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang mencermati khususnya tentang program yang terkait dengan pengembangan sentra inudstri, penyediaan air baku, sarana dasara perkotaan, pemakaman, PKL, perdagangan, pertanian dan perkebunan, jalan dan jembatan, budaya sebagai sektor pariwisata, pengendalian banjir dan rob serta pelayanan angkutan umum. Hal ini untuk menjadi pedoman dalam menyusun kebijakan pembangunan yang berkelanjutan. Penyusunan Perubahan RPJMD juga tidak terlepas dari prioritas kebijakan pembangunan jangka menengah Provinsi Jawa Tengah. Aspek keterkaitan dengan Perubahan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun yaitu dengan melakukan penyelarasan terhadap prioritas pembangunan terutama untuk wilayah Kota Semarang. Kebijakan pembangunan Provinsi Jawa Tengah untuk tahun-tahun yang akan datang dapat dilihat dalam misi pembangunannya. Penyusunan dokumen ini juga memperhatikan RPJMN Tahun Penjabaran RPJMN dengan memperhatikan nawa cita pembangunan yang merupakan agenda pembangunan pemerintah untuk mewujudkan kondisi berdaulat secara politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Agenda pembangunan kewilayahan ini dilihat pada lampiran Buku III RPJMN yang berisi Agenda Pembangunan Wilayah sehingga dapat diselaraskan dengan target-target pembangunan di Perubahan RPJMD, yang dalam penyusunannya juga memperhatikan dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan target-target pembangunan daerah, antara I-11

40 lain (1) RAD Pangan dan Gizi (PG), (2) RAD Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK); (3) Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK); (4) Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD), (5) Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS); (6) RPJMD dan RTRW Kota/Kabupaten sekitarnya. Perubahan RPJMD juga menjadi pedoman dalam penyusunan Perubahan Renstra Perangkat Daerah. Penyusunan Perubahan Renstra Perangkat Daerah ini sebagai penjabaran teknis Perubahan RPJMD pada masing-masing perangkat daerah, berdasarkan urusan dan kewenangan yang ada dalam tugas dan fungsi Perangkat Daerah. Masing-masing Perangkat Daerah menyusun dokumen perencanaan teknis operasional dalam menentukan arah kebijakan serta indikasi program dan kegiatan untuk sisa periode dari waktu 5 (lima) tahun ke depan. Perencanaan yang ada dalam Perubahan RPJMD selanjutnya dijabarkan ke dalam RKPD sebagai suatu dokumen perencanaan tahunan pada Pemerintah Kota Semarang. Dalam RKPD ini secara teknis dan operasional akan memuat prioritas sasaran pembangunan berdasakan program dan kegiatan yang menjadi acuan dalam penyusunan RAPBD Kota Semarang. Diagram keterkaitan antar dokumen rencana pembangunan dapat dilihat pada Gambar 1.1. Gambar 1.1. Hubungan antara RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-12

41 1.4 MAKSUD DAN TUJUAN Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Semarang Tahun ini disusun dengan maksud memberikan arah dan pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, maupun dunia usaha dalam membangun kesepahaman, kesepakatan, dan komitmen bersama guna mewujudkan visi dan misi Pemerintah Kota Semarang secara berkesinambungan. Adapun tujuan dari penyusunan Perubahan RPJMD Kota Semarang Tahun adalah: 1. Memberikan landasan dan pedoman pada Walikota dan Wakil Walikota terpilih dalam pelaksanaan pembangunan jangka waktu ; 2. Perubahan RPJMD menjadi pedoman dalam penyusunan Perubahan Rencana Strategis Perangkat Daerah yang merupakan penjabaran teknis RPJMD pada masing-masing perangkat daerah sampai dengan tahun 2021 berdasarkan urusan dan kewenangan yang ada dalam tugas dan fungsi Perangkat Daerah. 3. Menyediakan pedoman dalam penyusunan RKPD yang merupakan perencanaan tahunan berupa program beserta target dan pagu yang bersifat indikatif, sebagai bahan lebih lanjut pada penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. 4. Menyediakan instrumen sinkronisasi penyelenggaraan pembangunan daerah mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian sampai dengan evaluasi. Secara lebih khusus, maksud dari penyusunan perubahan RPJMD yaitu menindaklanjuti hasil evaluasi dan pengendalian terhadap dokumen RPJMD , serta untuk menyesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku terutama terkait dengan perubahan Perangkat Daerah, dan penyesuaian permasalahan/isu strategis pembangunan Kota Semarang. Tujuan penyusunan perubahan yaitu melakukan perbaikan substansi RPJMD Kota Semarang, yang selanjutnya akan digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan perubahan Rencana Strategis Perangkat Daerah agar terjadi keselarasan dan sinkroisasi dalam pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran RPJMD sesuai dengan kewenangan yang ada dalam tugas dan fungsi Perangkat Daerah. I-13

42 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan Perubahan RPJMD Kota Semarang Tahun sedikit berbeda dengan sebelumnya karena sudah mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Menjelaskan latar belakang penyusunan dokumen, dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen, maksud dan tujuan penyusunan perubahan RPJMD Kota Semarang, serta sistematika penulisan. BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Gambaran umum kondisi daerah sebagai salah satu pertimbangan dalam perumusan perubahan kebijakan RPJMD ini, meliputi: aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan aspek daya saing daerah. Pada bab ini juga diuraikan tentang hasil evaluasi RPJMD Tahun sampai dengan tahun BAB III GAMBARAN KEUANGAN DAERAH Bab ini menjelaskan analisis pengelolaan keuangan daerah untuk memberikan gambaran kapasitas riil keuangan untuk pendanaan pembangunan dalam lima tahun ke depan. BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH Bab ini memuat permasalahan pembangunan dan isu strategis yang akan diselesaikan hingga akhir masa periode pembangunan jangka menengah. BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Bab ini menguraikan visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota Semarang ke dalam tujuan dan sasaran, disertai target kinerja yang akan dicapai selama periode pembangunan daerah. BAB VI STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH I-14

43 Menjelaskan strategi dan arah kebijakan yang akan diselenggarakan sesuai dengan permasalahan yang ada. Selain itu juga disampaikan arah pengembangan wilayah yang terdiri dari strategi dan arah kebijakan yang menyesuaikan rencana pengembangan kawasan strategis. BAB VII KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAN PROGRAM PERANGKAT DAERAH Bab ini menjelaskan kebijakan pendanaan pembangunan dan program perangkat daerah yang menjadi prioritas dalam mencapai sasaran pembangunan jangka menengah, yang selanjutnya menjadi dasar penentuan indikasi rencana program dan kegiatan dalam RKPD tahun berkenaan. BAB VIII KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Memuat penetapan indikator kinerja daerah yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah yang ditetapkan menjadi Indikator Kinerja Utama (IKU) daerah dan indikator kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah yang ditetapkan menjadi Indikator Kinerja Daerah pada akhir periode masa jabatan. BAB IX PENUTUP Memuat pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan untuk menyusun dokumen perencanaan pembangunan setelah periode RPJMD berakhir. I-15

44 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Pembangunan setiap daerah memiliki karakteristik dan fenomena yang berbeda-beda tergantung dari struktur kewilayahan maupun kebudayaan regionalnya. Hal tersebut tentu saja menjadi nilai positif bagi pengembangan daerah jika dioptimalkan kemanfaatannya dalam kerangka pembangunan daerah, tak terkecuali bagi Kota Semarang yang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah. Sebagai salah satu wilayah yang memiliki cukup banyak potensi sumber daya daerah baik dalam sektor perdagangan, jasa, maupun industri, dalam pelaksanaan pencapaian target pembangunan menjadi peluang positif bagi Pemerintah Kota Semarang. Dalam mencapai target pembangunan tersebut perlu adanya pengenalan yang cukup baik terhadap kondisi daerah, sehingga akan mampu memaksimalkan segala potensi sumber daya yang ada. Dalam perencanaan pembangunan selanjutnya, perlu adanya gambaran umum kondisi daerah di Kota Semarang yang akan memberikan pengetahuan dan potret pada aspek fisik (aspek geografi dan demografi), aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan aspek daya saing daerah masyarakat di Kota Semarang. Gambaran umum kondisi daerah ini akan menjadi pijakan awal dalam penyusunan rencana pembangunan jangka menengah melalui pemetaan secara objektif dan analisis data yang valid. 2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI Karakteristik Lokasi Dan Wilayah Luas Dan Batas Wilayah Administrasi Sebagai Pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang memiliki luas wilayah sebesar 373,70 km 2 (BPS Kota Semarang) yang lokasinya berbatasan langsung dengan Kabupaten Kendal di sebelah barat, Kabupaten Semarang di sebelah selatan, Kabupaten Demak di sebelah timur dan Laut Jawa di sebelah utara dengan panjang garis pantai berkisar 13,6 km. Secara administratif, Kota Semarang terbagi atas 16 wilayah kecamatan dan 177 kelurahan. Dari jumlah tersebut, terdapat 2 (dua) kecamatan yang mempunyai wilayah terluas yaitu Kecamatan Mijen dengan II-1

45 luas wilayah sebesar 57,55 km² dan Kecamatan Gunungpati dengan luas wilayah sebesar 54,11 km². Kedua Kecamatan tersebut terletak di bagian selatan yang merupakan wilayah perbukitan yang sebagian besar wilayahnya masih memiliki potensi pertanian dan perkebunan. Sementara itu wilayah kecamatan dengan mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Semarang Selatan dengan luas wilayah 5,93 km² dan Kecamatan Semarang Tengah dengan luas wilayah sebesar 6,14 km². Gambar 2.1 Pembagian Administratif Wilayah Kota Semarang Per Kecamatan Letak dan Kondisi Geografis Kota Semarang dilihat berdasarkan posisi astronomi berada di antara garis 6º 50 7º 10 Lintang Selatan dan garis 109º º 50 Bujur Timur dengan luas wiayah sebesar 373,70 km 2. Berdasarkan pembagiannya terdiri atas 37,90 km 2 (10,14%) lahan sawah dan 335,81 (89,86%) bukan lahan sawah. II-2

46 Koridor Barat Koridor Pantai Utara Koridor Timur Koridor Selatan Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2011 Gambar 2.2 Posisi Strategis Kota Semarang Dalam konteks pembangunan Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang juga merupakan bagian dari rangkaian kawasan strategis nasional KEDUNGSEPUR bersama dengan Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga dan Kabupaten Grobogan. Sebagai kota metropolitan, Kota Semarang dalam kedudukannya di kawasan strategis nasional KEDUNGSEPUR menjadi pusat aktivitas perdagangan dan jasa, industri dan pendidikan. Fungsi inilah yang kemudian berdampak pada perkembangan pembangunan yang ada di Kota Semarang karena sebagaimana yang diketahui, aktivitas perdagangan dan jasa, industri dan pendidikan menjadi aktivitas yang paling banyak mengundang manusia untuk beraktivitas di dalamnya. Oleh karenanya, Kota Semarang menjadi salah satu kota yang memiliki daya tarik bagi penduduk pendatang untuk beraktivitas di dalamnya. Selain itu, Kota Semarang juga merupakan bagian dari segitiga pusat pertumbuhan regional JOGLOSEMAR bersama dengan Jogjakarta dan Solo. II-3

47 Dalam perkembangannya, Kota Semarang berkembang sebagai kota perdagangan dan jasa dimana perkembangan aktivitas perdagangan (perniagaan) dan jasa menjadi tulang punggung pembangunan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat Topografi Kota Semarang sebagai salah satu kota yang berada di garis pantai utara Pulau Jawa memiliki ketinggian antara 0,75 sampai dengan 348,00 meter di atas permukaan laut (mdpl). Pada daerah perbukitan mempunyai ketinggian 90, mdpl yang diwakili oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh dan Gombel wilayah Semarang Selatan. Tugu, Mijen, dan Gunungpati. Untuk dataran rendah mempunyai ketinggian 0,75 mdpl. Kota Semarang yang terletak di bagian utara Provinsi Jawa Tengah memiliki kenampakan yang yang umumnya juga dimiliki oleh kota/ kabupaten lain yang berada di Pulau Jawa. Umumnya, sebagian besar kenampakan geomorfologi Pulau Jawa terdiri dari dataran rendah di bagian utara, serta perbukitan dan pegunungan di bagian selatan. Kota Semarang didominasi oleh dataran rendah khususnya pada bagian utara dan perbukitan di bagian selatan. Sama halnya dengan kenampakan morfologi Pulau Jawa, semakin mengarah ke selatan, morfologi Kota Semarang cenderung berupa area perbukitan. Semarang A Semarang B Semarang A A Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2015 B B Gambar 2.3 Transek Ketinggian Kota Semarang II-4

48 Secara topografis Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai. Daerah pantai 65,22% wilayahnya adalah dataran dengan kemiringan 25% dan 37,78% merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 15-40%. Kondisi lereng tanah Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis kelerengan yaitu : Lereng I (0-2%) meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan, Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara, Tugu, sebagian wilayah Kecamatan Tembalang, Banyumanik dan Mijen. Lereng II (2-5%) meliputi Kecamatan Semarang Barat, Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur, Gunungpati dan Ngaliyan. Lereng III (15-40%) meliputi wilayah di sekitar Kaligarang dan Kali Kreo (Kecamatan Gunungpati), sebagian wilayah kecamatan Mijen (daerah Wonoplumbon) dan sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik dan Kecamatan Candisari. Lereng IV (> 50%) meliputi sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik (sebelah tenggara) dan sebagian wilayah Kecamatan Gunungpati terutama di sekitar Kali Garang dan Kali Kripik. Berdasarkan data topografi Kota Semarang yang tercantum dalam RTRW Kota Semarang , sebanyak 43,89% luasan wilayah Kota Semarang memiliki kelerengan yang berkisar 0 2%. Hal ini karena sebagian besar Kota Semarang merupakan dataran rendah dengan ketinggian 2,45 mdpl. 0-2 % 43,89% 2-15 % 36,11% > 40 % 1,96% % 2,85% % 15,20% Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2011 Gambar 2.4 Topografi Kota Semarang II-5

49 Geologi Berdasarkan komposisi batuannya, Kota Semarang didominasi oleh batuan endapan permukaan alluvium yaitu sebanyak 46,12 persen dari seluruh luasan area Kota Semarang. Lebih lanjut, kondisi komposisi batuan di Kota Semarang terlihat pada gambar 2.5. Batuan Vulkanik 2,61% Endapan Permukaan Alluvium 46,12% Lapisan Marin 16,78% Endapan V Gunung Ungaran 4,14% Endapan V Lahar Gunung 11,13% Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2011 Batuan Sedimentasi Breksi V 19,22% Gambar 2.5 Batuan Kota Semarang Endapan ini merupakan endapan yang terletak di bawah permukaan air termasuk ke dalam endapan alluvial, yaitu endapan sekunder yang terkumpul dalam jumlah dan kadar yang tinggi melalui suatu proses konsentrasi alam yang letaknya sudah jauh dari batuan induknya dan sudah sempat diangkut oleh sungai dan ombak laut. Berdasarkan jenis tanahnya, Kota Semarang memiliki jenis tanah diantaranya Mediteran Coklat Tua, Latosol Coklat Tua Kemerahan, Asosiasi Aluvial Kelabu dan Coklat Kekelabuan, dan Aluvial Hidromorf Grumosol Kelabu Tua. Adapun sebaran jenis tanah di Kota Semarang terpaparkan di tabel 2.1. Tabel 2.1 Sebaran Jenis Tanah di Kota Semarang No. Jenis Tanah Lokasi 1. Mediteran Coklat Tua 2. Latosol Coklat Tua Kemerahan Kecamatan Tugu Kecamatan Semarang Selatan Kecamatan Gunungpati Kecamatan Semarang Timur Kecamatan Mijen Kecamatan Gunungpati II-6

50 No. Jenis Tanah Lokasi 3. Asosiasi Aluvial Kelabu dan Coklat Kekelabuan Kecamatan Genuk Kecamatan Semarang Tengah 4. Alluvial Hidromorf Grumosol Kelabu Tua Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2011 Kecamatan Tugu Kecamatan Semarang Utara Kecamatan Genuk Kecamatan Mijen Kota Semarang memiliki tiga bagian struktur geologi yaitu struktur joint (kekar), patahan (fault) dan lipatan. Daerah patahan tanah bersifat erosif dan mempunyai porositas tinggi, struktur lapisan batuan yang diskontinyu (tak teratur), heterogen, sehingga mudah bergerak atau longsor. Daerah patahan di Kota Semarang berada di sekitar aliran Kali Garang yang membujur kearah utara sampai selatan dan berbatasan dengan Bukit Gombel. Patahan ini bermula dari Ondorante kearah utara hingga Bendan Duwur. Patahan ini merupakan patahan geser, yang memotong formasi Notopuro, ditandai adanya zona sesar, tebing terjal di Ondorante dan pelurusan Kali Garang serta beberapa mata air di Bendan Duwur. Kemudian, daerah patahan lainnya di Kota Semarang berada di Meteseh, Perumahan Bukit Kencana Jaya dengan arah patahan melintas dari utara ke selatan. Kota Semarang juga memiliki gerakan tanah yang terbagi kedalam empat kategori yaitu gerakan tanah tinggi, gerakan tanah menengah, gerakan tanah rendah dan gerakan tanah sangat rendah. Sebagian besar, daerah di Kota Semarang memiliki gerakan tanah sangat rendah. Meskipun demikian, beberapa daerah memiliki gerakan tanah yang tinggi yaitu Kecamatan Mijen, Gunungpati, Banyumanik, dan Tembalang. Jika dikaitkan dengan kondisi topografinya, daerah yang memiliki gerakan tanah tinggi merupakan daerah perbukitan. II-7

51 Gerakan Tanah Sangat Rendah 58,67% Gerakan Tanah Tinggi 9,57% Gerakan Tanah Rendah 16,99% Gerakan Tanah Menengah 14,78% Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2011 Gambar 2.6 Topografi Kota Semarang Berdasarkan Karakteristik Fisik Alam Beragamnya kondisi topografi Kota Semarang menjadikan Kota Semarang memiliki beragam karakteristik fisik alam yang harus diperhatikan dalam pembangunan. Selain daerah perbukitan yang memiliki gerakan tanah menengah hingga tinggi, Kota Semarang juga memiliki daerah yang rawan terhadap amblesan tanah. Umumnya, daerah yang memiliki amblesan tanah merupakan daerah yang berada di dataran rendah dan daerah pantai yang terdiri dari beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Semarang Selatan, Pedurungan, Genuk, Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara, Semarang Tengah, dan Semarang Barat. Berdasarkan tabel 2.2, Kecamatan Genuk merupakan kecamatan yang memiliki amblesan tanah tertinggi tiap tahunnya diantara seluruh kecamatan di Kota Semarang. No. Kecamatan Tabel 2.2 Luas Amblesan Tanah di Kota Semarang 0-2 cm/th Luas Amblesan (Ha) 2-4 cm/th 4-6 cm/th 6-8 cm/th > 8 cm/th 1 Semarang Selatan Pedurungan Genuk Gayamsari Semarang Timur Semarang Utara Semarang Tengah II-8

52 No. Kecamatan 0-2 cm/th Luas Amblesan (Ha) 2-4 cm/th 4-6 cm/th 6-8 cm/th > 8 cm/th 8 Semarang Barat Sumber : Bappeda Kota Semarang, Hidrologi dan Hidrogeologi Kota Semarang memiliki beberapa ruas sungai yang mengalir yang berpotensi sebagai potensi air. Sungai yang mengalir di Kota Semarang diantaranya adalah Kali Garang, Kali Pengkol, Kali Kreo, Kali Banjirkanal Timur, Kali Babon, Kali Sringin, Kali Kripik, Kali Dungadem dan lain sebagainya. Kali Garang yang bermata air di gunung Ungaran, alur sungainya memanjang ke arah Utara hingga mencapai Pegandan tepatnya di Tugu Soeharto, bertemu dengan aliran Kali Kreo dan Kali Kripik. Kali Garang sebagai sungai utama pembentuk kota bawah yang mengalir membelah lembah-lembah Gunung Ungaran mengikuti alur yang berbelokbelok dengan aliran yang cukup deras. Beberapa sungai yang melintasi Kota Semarang memiliki debit air yang berbeda-beda. Hal ini tentu saja berpengaruh pada potensi air di Kota Semarang. Debit Kali Garang mempunyai debit 53 persen dari debit total dan Kali Kreo 34,7 persen selanjutnya Kali Kripik 12,3 persen. Sungai-sungai tersebut dikelola dalam 11 DAS, yaitu DAS Tugu, DAS Babon, DAS Banjir Kanal Barat, DAS Banjir Kanal Timur, DAS Barat, DAS Bringin, DAS Blorong, DAS Plumbon, DAS Silandak, DAS Tengah dan DAS Timur. Potensi sumber daya air yang ada di Kota Semarang tidak hanya berasal dari sungai yang melintas saja tetapi juga berasal dari air tanah. Penduduk Kota Semarang yang berada di dataran rendah, banyak memanfaatkan air tanah ini dengan membuat sumur-sumur gali (dangkal) dengan kedalaman rata-rata 3-18 meter. Sedangkan untuk peduduk di dataran tinggi hanya dapat memanfaatkan sumur gali pada musim penghujan dengan kedalaman berkisar antara meter. II-9

53 Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2011 Gambar 2.7 Peta DAS Kota Semarang Peta Hidrogeologi dalam lembar dokumen RTRW menjelaskan bahwa tipe akuifer di daerah monitoring merupakan akuifer delta garang yang dibagi menjadi dua, yaitu tipe akuifer bebas dan akuifer di daerah monitoring merupakan akuifer delta garang yang dibagi menjadi dua, yaitu tipe akuifer bebas dan akuifer tertekan. Akuifer bebas memiliki kedalaman antara 3-18 m, sedangkan akuifer tertekan antara m dibawah permukaan tanah. Akuifer tertekan berada di ujung timur laut kota dan pada mulut Sungai Garang lama yang terletak pada pertemuan antara lembah Sungai Garang dengan dataran pantai. Kelompok Akuifer Delta Garang ini disebut pula kelompok akuifer utama karena merupakan sumber air tanah yang potensial dan bersifat air tawar. Adapun Peta Hidrogeologi dapat dijelaskan pada gambar 2.8. II-10

54 Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2011 Gambar 2.8 Peta Air Tanah Kota Semarang Klimatologi Kondisi klimatologi Kota Semarang sama seperti kondisi klimatologi di Indonesia pada umumnya. Kota Semarang memiliki iklim tropis basah yang dipengaruhi oleh angin muson barat dan muson timur. Dari bulan November hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara Barat Laut menciptakan musim hujan dengan membawa banyak uap air dan hujan. Lebih dari 80% dari curah hujan tahunan, turun pada periode ini. Untuk curah hujan di Kota Semarang, Kota Semarang mempunyai sebaran yang tidak merata sepanjang tahun, dengan total curah hujan rata-rata pertahun mencapai 9,891 mm per tahun. Suhu minimum rata-rata yang diukur di Stasiun Klimatologi Semarang berubah-berubah dari 21,1ºC pada September ke 24,6 ºC pada bulan Mei dan suhu maksimum rata-rata berubah dari 29,9 ºC ke 32,9 ºC. Kelembaban relatif bulanan rata-rata berubah-ubah dari minimum 61% pada bulan September ke maksimum 83% pada bulan Januari. Kecepatan angin bulanan rata-rata di Stasiun Klimatologi Semarang berubah-ubah dari 215 km/hari pada bulan Agustus II-11

55 sampai 286 km/hari pada bulan Januari. Lamanya sinar matahari yang menunjukkan rasio sebenarnya sampai lamanya sinar matahari maksimum hari, bervariasi dari 46% pada bulan Desember sampai 98% pada bulan Agustus Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kota Semarang dibagi kedalam beberapa jenis penggunaan, diantaranya lahan sawah, tegalan/ kebun, ladang/ huma, perkebunan, ditanami pohon, padang penggembalaan/ rumput, sementara tidak diusahakan, tambak/kolam/ empang, serta jalan/ permukiman/ perkantoran/ sungai, dan lain-lain. Berdasarkan gambar 2.9, penggunaan lahan di Kota Semarang didominasi sebagai jalan/ permukiman/ perkantoran/ sungai, dan lain-lain sebesar 47,55% dari total luas Kota Semarang. Sawah 37,90; 10,14% Tegalan/ Kebun 177,68; 47,55% 75,89; 20,31% Ladang/ Huma Perkebunan 46,34; 12,40% 1,29; 0,35% 4,82; 1,29% 7,54; 2,02% 8,81; 2,36% 13,45; 3,60% Ditanami Pohon Padang Penggembalaan/ Rumput Sementara Tidak Diusahakan Tambak/ Kolam/ Empang, dll Jalan/ Pemukiman/ Perkantoran/ Sungai, dll Sumber : BPS Kota Semarang, 2016 Gambar 2.9 Penggunaan Lahan di Kota Semarang Tahun 2015 Sebagai kota perdagangan dan jasa, Kota Semarang lebih menekankan pada pengembangan aktivitas perdagangan dan jasa dibandingkan pertanian mengingat sektor perdagangan dan jasa adalah tulang punggung perekonomian Kota Semarang. Oleh karenanya, luasan lahan Kota Semarang didominasi oleh penggunaan lahan berupa lahan kering dibandingkan lahan sawah yang hanya sebesar 10,14%. II-12

56 2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah Secara fisik, perkembangan Kota Semarang dapat diidentifikasi mengarah ke arah barat, timur dan selatan. Terkait dengan luasan lahan terbangun, rata-rata pertumbuhan lahan terbangun di Kota Semarang dari tahun 1999 hingga 2014 mencapai 742,5 Ha/tahun atau sekitar 15% di tahun 1999 dan 44,1 persen di tahun Peningkatan luasan lahan terbangun terbesar terlihat pada tahun 2009 yang mencapai 1300 Ha. Jika laju pertambahan lahan terbangun dibiarkan sebagaimana apa adanya tanpa intervensi perencanaan pembangunan, maka dapat diperkirakan bahwa dalam kurun waktu 16 hingga 17 tahun kedepan, seluruh luasan wilayah Kota Semarang akan menjadi lahan terbangun seluruhnya. Berdasarkan karakteristik wilayah Kota Semarang, dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti perikanan, pertanian, pariwisata, industri, pertambangan dan lain-lain. Berdasarkan RTRW Kota Semarang pengembangan struktur ruang Kota Semarang memiliki 3 fokus kebijakan yaitu (i) kebijakan dan strategi pengembangan fungsi regional dan nasional; (ii) kebijakan dan strategi pengembangan kawasan metropolitan Semarang; (iii) kebijakan dan strategi pengembangan struktur pelayanan kegiatan (internal) Kota Semarang. Sedangkan pengembangan pola ruang memiliki fokus kebijakan yaitu (i) kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan lindung; (ii) kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan budidaya. Selain itu, terdapat potensi pengembangan wilayah di beberapa kawasan strategis di Kota Semarang sebagai berikut : Kawasan Strategis Bidang Pertumbuhan Ekonomi a) Kawasan cepat berkembang.kawasan cepat berkembang ini perlu diprioritaskan penataan ruangya karena potensi yang dimiliki apabila tidak diarahkan justru menimbulkan permasalahan. Sedangkan kawasan perbatasan di Kota Semarang memiliki peranan yang sangat penting, karena kawasan inilah yang akan mengintegrasikan perkembangan Kota Semarang dengan daerah yang ada disekitarnya. Kawasan cepat berkembang di Kota Semarang adalah kawasan pusat kota yang terletak pada Koridor Peterongan Tawang Siliwangi (PETAWANGI). Trend perubahan intensitas kegiatan perdagangan di kawasan PETAWANGI untuk 20 tahun kedepan diperkirakan akan II-13

57 terus terjadi. Berdasarkan dokumen RTRW , arahan kebijakan untuk kawasan cepat berkembang dikembangkan untuk: Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala besar harus memberikan ruang bagi kegiatan sektor informal untuk melakukan kegiatannya. Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa harus mempertimbangkan rasio kecukupan ruang parkir dan ruang terbuka hijau dalam rangka menciptakan kawasan PETAWANGI yang nyaman. Pengaturan pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa yang spesifik per koridor jalan untuk menciptakan spesifikasi perkembangan kawasan. Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa harus menghindari perkampungan atau kawasan yang memiliki nilai historis bagi Kota Semarang b) Kawasan Perlu Kerja Sama dengan Daerah Sekitarnya (Kawasan Perbatasan). Kawasan perkotaan Semarang telah tumbuh hingga keluar batas administrasi Wilayah Kota Semarang. Kondisi ini menyebabkan terdapat keterkaitan pengembangan antara Wilayah Kota Semarang dengan Daerah Kabupaten disekitarnya, khususnya di kawasan perbatasan. Berdasarkan dokumen RTRW Kota Semarang , perlu dilakukan pengelolaan kawasan di perbatasan sehingga tidak terjadi konflik antar dua wilayah: (1) Kawasan Genuk - Sayung Pengembangan industri Transportasi (pengelolaan pelajon/ commuter) Penyediaan perumahan dan fasilitas pendukungnya Penanganan rob dan banjir (2) Kawasan Pedurungan - Mranggen Pengembangan industri Transportasi (pengelolaan pelajon/ commuter) Penyediaan Perumahan dan fasilitas pendukungnya (3) Kawasan Mangkang Kaliwungu Pengembangan industri Transportasi (pengelolaan pelajon/ commuter) II-14

58 Penyediaan perumahan dan fasilitas pendukungnya Penanganan rob dan banjir (4) Kawasan Banyumanik Ungaran Perkembangan kawasan perdagangan & jasa Penyediaan fasilitas transportasi (terminal) Penyediaan perumahan dan fasilitas pendukungnya (5) Kawasan DAS Kaligarang Perkembangan kawasan terbangun di hulu DAS Kaligarang Pola kerja sama pengelolaan kawasan DAS Kaligarang dalam tataran Pemerintah Kabupaten/ Kota Kawasan Strategis Bidang Sosial Budaya Kawasan strategis bidang sosial budaya di Kota Semarang adalah Kawasan Cagar Budaya Kota Lama. Kawasan bersejarah Kota Lama merupakan kawasan cagar budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan keberadaannya. Dalam pemanfaatannya, kawasan cagar budaya dapat ditingkatkan fungsinya untuk dapat menunjang kegiatan pariwisata, yang nantinya dapat memberikan kontribusi pendapatan dari sektor pariwisata. Berdasarkan dokumen RTRW , rencana penanganan Kawasan Kota Lama adalah : a. Pemeliharaan dan pelestarian bangunan dari pengaruh kegiatan dan ketahanan kontruksi bangunan b. Revitalisasi fungsi dan penggunaan bangunan c. Pengembangan sistem kepariwisataan Kota Semarang yang terintegrasi dengan pengembangan kawasan Kota Lama Kawasan Strategis Bidang Pendayagunaan Sumber Daya Alam atau Teknologi Tinggi Kawasan strategis bidang pendayagunaan sumber daya alam atau teknologi tinggi di Kota Semarang adalah Kawasan pelabuhan Tanjung Mas. Berdasarkan dokumen RTRW Kota Semarang , arahan pengelolaan di kawasan pelabuhan ditekankan pada kegiatan : a. Memperlancar pergerakan manusia dan barang di dalam kawasan pelabuhan maupun kawasan pelabuhan dengan kawasan diluarnya melalui peningkatan jariangan jalan yang memadai dan pengembangan sistem terminal yang terintegrasi dengan pergerakan darat (pergerakan jalan raya dan kereta api) dan pergerakan udara. II-15

59 b. Perlunya dilakukan penanganan percepatan penurunan permukaan tanah dan banjir rob. c. Penyusunan kebijakan penataan ruang kawasan pelabuhan dalam rangka memadukan kegiatan pelabuhan dengan kawasan yang ada disekitarnya Kawasan Strategis Bidang Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup Kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung lingkungan hidup adalah Kawasan Bendungan/ Waduk Jatibarang. Pembangunan Bendungan/ Waduk Jatibarang yang akan difungsikan sebagai pengendali limpasan air ke kawasan bawah Kota Semarang. Bendungan/waduk ini direncanakan berlokasi di Kecamatan Mijen dan Gunungpati Wilayah Rawan Bencana Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana dijelaskan sebagai suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Dalam konteks pembangunan, terdapat istilah kawasan rawan bencana. Kawasan rawan bencana dijelaskan sebagai suatu wilayah yang memiliki kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi dan teknologi yang untuk jangka waktu tertentu tidak dapat atau tidak mampu mencegah, meredam, mencapai kesiapan, sehingga mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana). Dalam konteks pembangunan kota, penyelenggaraan penataan ruang diarahkan untuk dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan, tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang, dan tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang. Dengan demikian, penataan ruang harus mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, potensi suatu daerah termasuk juga memperhatikan daerah II-16

60 rawan bencana sebagai basis dalam mengembangkan dan mengelola suatu daerah. Terlebih pada saat ini efek pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim juga semakin memperluas kemungkinan munculnya wilayah rawan bencana dan memperparah kondisi wilayah rawan bencana jika dalam perjalanannya tidak ada upaya intervensi pengelolaan seperti mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Terkait dengan wilayah rawan bencana, Kota Semarang memiliki kawasan rawan bencana. Kondisi ini tidak terlepas dari kondisi fisik alam yang ada di Kota Semarang. Gambar 2.10 memperlihatkan bahaya bencana yang rentan terjadi di Kota Semarang. Sebagaimana yang disebutkan dalam RTRW , Kota Semarang memiliki kawasan rawan bencana yang terdiri dari kawasan rawan rob, kawasan rawan banjir, rawan longsor dan rawan gerakan tanah. Abrasi Pantai Kawasan Rawan Bencana Rob & Banjir Banjir Tanah longsor Gerakan Tanah Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2015 Gambar 2.10 Kawasan Rawan Bencana di Kota Semarang Kawasan Rawan Rob dan Banjir Perubahan iklim secara langsung berdampak pada Kota Semarang. Sebagai kota pesisir, Kota Semarang rentan terhadap rob dan banjir. Kenaikan muka air laut dan amblesan tanah menjadikan Kota Semarang sering dilanda rob dan banjir pada periode tertentu. Kawasan rawan banjir adalah tempat-tempat yang secara rutin setiap musim hujan mengalami genangan lebih dari enam jam pada saat hujan turun dalam keadaan II-17

61 musim hujan normal. Kawasan rawan banjir merupakan kawasan lindung yang bersifat sementara, sampai dengan teratasinya masalah banjir secara menyeluruh dan permanen di tempat tersebut. Di wilayah Kota Semarang, daerah-daerah yang berpotensi rawan bencana banjir meliputi sebagian Kecamatan Tugu, Semarang Barat, Semarang Tengah, Semarang Utara dan Genuk Rawan Longsor dan Gerakan Tanah Kawasan rawan bencana ini merupakan kawasan yang mempunyai kerentanan terhadap bencana alam yaitu longsor dan gerakan tanah. Di wilayah Kota Semarang terdapat sebaran daerah yang rawan longsor diantaranya: 1) Daerah gerakan tanah tersebar di Kecamatan Gunungpati dan Banyumanik. Hal ini didasarkan dari kondisi geologi kawasan ini berpotensi terjadi gerakan tanah. 2) Daerah sesar aktif, yaitu daerah yang kondisi geologi kawasan ini memiliki patahan yang potensial untuk terjadi gerakan tanah. Berikut sebaran lokasinya: a. Di sepanjang Kecamatan Mijen dan Gunungpati yaitu melalui Kelurahan Sumurejo, Mangunsari, Gunungpati, Purwosari, Limbangan, dan Cangkiran b. Di sepanjang Kecamatan Banyumanik, yaitu melalui Kelurahan Jabungan, Padangsari, Plalangan, Sumurboto dan Tinjomoyo c. Kecamatan Gunungpati, yaitu melalui Kelurahan Sukorejo, Kalipancur dan Bambankerep. II-18

62 Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2011 Gambar 2.11 Peta Rencana Pengendalian Bencana Kota Semarang Aspek Demografi Dalam konteks kependudukan, dalam kurun waktu enam tahun terakhir terhitung sejak , perkembangan penduduk di Kota Semarang cenderung dinamis. Sejak , jumlah penduduk Kota Semarang mengalami peningkatan. Namun, jika dilihat dari pertumbuhannya, pertumbuhan penduduk Kota Semarang mengalami penurunan rata-rata pertahun mencapai 0,81% setiap tahunnya. II-19

63 JIWA Persen ,11 1, ,96 0,83 0,81 1, ,65 0,47 0,80 0, , , ,00 Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Sumber: Profil Kependudukan Kota Semarang (BPS Kota Semarang,2017) Gambar 2.12 Perkembangan Demografi Kota Semarang No. Berdasarkan sebaran atau distribusi penduduknya, kecamatan di Kota Semarang yang memiliki jumlah penduduk tertinggi dalam kurun waktu enam tahun terakhir ( ) adalah Kecamatan Pedurungan. Adapun kecamatan lain yang memiliki penduduk relatif lebih tinggi ( > jiwa ) dibandingkan kecamatan lainnya adalah Kecamatan Semarang Barat, Tembalang, Banyumanik, Semarang Utara dan Ngaliyan. Tabel 2.3 Sebaran Penduduk Per Kecamatan Kota Semarang Tahun Uraian Tahun * 1. Kec. Mijen Kec. Gunungpati Kec. Banyumanik Kec Gajahmungkur 5. Kec. Smg Selatan Kec. Candisari Kec. Tembalang Kec. Pedurungan Kec. Genuk Kec. Gayamsari Kec. Smg Timur Kec. Smg Utara II-20

64 No. Uraian Tahun * 13. Kec. Smg Tengah Kec. Smg Barat Kec. Tugu Kec. Ngaliyan Jumlah Sumber : Profil Kependudukan Kota Semarang (BPS Kota Semarang,2017) *) Angka sangat sementara Meskipun relatif memiliki luasan lahan yang lebih sedikit dibandingkan kecamatan lain yang berada di pinggiran, kecamatan kecamatan yang termasuk kedalam area pusat kota memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dibanding kecamatan lain di wilayah pinggiran. Sebagian penduduk yang memilih bermukim di area pusat kota umumnya lebih mengutamakan kemudahan akses terhadap aktivitas perdagangan dan jasa yang sebagian besar terpusat di pusat Kota Semarang. Pada umumnya, pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Semarang dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah kelahiran, kematian, kedatangan dan perpindahan. Secara keseluruhan, dalam kurun enam tahun terakhir ( ) kedatangan dan kepindahan penduduk Kota Semarang dinilai cukup signifikan dibandingan kelahiran dan kematian. Gambar 2.13 menampilkan jumlah penduduk yang datang relatif lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk yang lahir, mati maupun pindah. Kondisi yang demikian disebabkan salah satunya oleh daya tarik Kota Semarang sebagai pusat aktivitas khususnya perdagangan dan jasa, industri dan pendidikan. Namun di tahun 2016 jumlah penduduk pindah lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk datang. Penduduk yang pindah sebagian besar berasal dari Semarang bagian bawah seperti Kecamatan Semarang Utara dan Semarang Timur disebabkan kondisi geografis yang sudah padat serta kondisi wilayah yang terendam oleh rob dan banjir, sehingga penduduk mencari daerah yang lebih luas dan tidak banjir. Di sisi lain, pada wilayah-wilayah pengembangan seperti Kecamatan Mijen, Gunungpati dan Genuk, jumlah penduduk yang datang lebih tinggi daripada penduduk yang pindah. Hal ini disebabkan karena adanya pembangunan kawasan perumahan baru di wilayah pengembangan tersebut. II-21

65 JIWA Lahir Mati Datang Pindah Sumber : Profil Kependudukan Kota Semarang (BPS Kota Semarang,2017) Gambar 2.13 Perkembangan Penduduk (Lahir, Mati, Datang, Pindah) di Kota Semarang Komposisi Penduduk Kota Semarang Per Kelompok Umur Komposisi penduduk di Kota Semarang enam tahun terakhir ( ) didominasi oleh penduduk berusia 15 tahun hingga 39 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Semarang memiliki penduduk usia produktif yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang pembangunan lima tahun ke depan. Berdasarkan Gambar 2.14, diketahui bahwa persentase penduduk Kota Semarang kategori usia muda, usia produktif dan usia lansia tidak banyak berubah sejak tahun 2010 hingga Sebagaimana perbandingan antar piramida penduduk, baik di tahun 2010 maupun 2016, komposisi penduduk usia produktif di Kota Semarang memiliki persentase terbesar yaitu mencapai 71,62%. Kondisi ini mengindikasikan bahwa Kota Semarang sudah memasuki tahapan bonus demografi (demographic dividend). Bonus demografi adalah suatu keadaan kependudukan dimana ketergantungan penduduk berada pada rentang yang terendah. Jika dikaitkan dengan angka ketergantungan, besarnya proporsi usia produktif (>50%) menanggung sedikit penduduk usia non produktif seringkali disebut sebagai bonus demografi. Berdasarkan kondisi tersebut, bonus demografi dapat menjadi asset terbesar bagi Kota Semarang apabila II-22

66 penduduk usia produktifnya memiliki kualitas yang cukup baik (tingkat pendidikan, keterampilan, profesionalitas dan kreativitas) sehingga mampu menekan beban ketergantungan sampai tingkat terendah yang pada akhirnya berguna untuk mendongkrak pembangunan ekonomi Perempuan Laki-laki Usia Lansia (4,80%) Usia Produktif (71,65%) Usia Muda (23,56%) Perempuan Laki-laki Usia Lansia (4,72%) Usia Produktif (71,62%) Usia Muda (23,66%) Tahun 2010 Tahun 2016 Sumber : Profil Kependudukan Kota Semarang (BPS Kota Semarang,2017) Gambar 2.14 Piramida Penduduk Kota Semarang Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2010 dan Tahun ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu tolok ukur untuk melihat kondisi perekonomian suatu wilayah pada periode tertentu. Penghitungan PDRB dilakukan atas dasar harga berlaku (hargaharga pada tahun penghitungan) dan atas dasar harga konstan (hargaharga pada tahun yang dijadikan tahun dasar penghitungan) untuk dapat melihat pendapatan yang dihasilkan dari lapangan usaha (sektoral) maupun dari sisi penggunaan. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan. sedang PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB ADHB digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi. Sementara itu PDRB ADHK digunakan untuk mengetahui pertumbuhan II-23

67 ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga. Besarnya PDRB ADHB dalam kurun waktu 6 tahun terakhir ( ) mengalami peningkatan dari Rp ,10 milyar pada tahun 2011 menjadi sebesar Rp ,68 milyar pada tahun Peningkatan PDRB ADHK 2010 juga sejalan dengan peningkatan PDRB ADHB yang menunjukkan peningkatan dari Rp ,97 milyar pada tahun 2011 menjadi sebesar Rp ,17 milyar pada tahun Perkembangan PDRB ADHB dan ADHK dapat dilihat pada tabel 2.4 dan 2.5. II-24

68 Tabel 2.4 Nilai PDRB dan Kontribusi Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Kota Semarang Tahun (Milyar Rupiah) Tahun No Kategori / Subkategori * Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 935,16 1,03 995,39 1, ,73 1, ,69 1, ,45 1, ,95 0,98 B Pertambangan dan Penggalian 176,76 0,19 184,89 0,19 197,91 0,18 242,10 0,20 261,47 0,19 238,31 0,16 C Industri Pengolahan ,84 26, ,66 27, ,27 27, ,02 27, ,75 27, ,16 27,45 D Pengadaan Listrik, Gas 105,37 0,12 112,47 0,11 115,50 0,11 127,00 0,10 136,63 0,10 160,24 0,11 E Pengadaan Air 102,00 0,11 99,27 0,10 102,13 0,09 108,27 0,09 113,66 0,08 118,75 0,08 F Konstruksi ,57 26, ,82 26, ,45 26, ,45 26, ,62 27, ,98 26,88 G Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil ,17 16, ,68 15, ,54 14, ,81 14, ,60 14, ,86 14,06 dan sepeda motor H Transportasi dan Pergudangan 2.964,07 3, ,04 3, ,97 3, ,31 3, ,01 3, ,90 3,77 I Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 2.790,80 3, ,13 3, ,25 3, ,93 3, ,29 3, ,50 3,50 J Informasi dan Komunikasi 7.214,59 7, ,50 7, ,18 7, ,07 7, ,13 7, ,92 7,05 K Jasa Keuangan 3.923,15 4, ,83 4, ,52 4, ,10 4, ,48 4, ,18 4,59 L Real Estate 2.543,86 2, ,97 2, ,11 2, ,58 2, ,26 2, ,90 2,74 M, N Jasa Perusahaan 497,44 0,55 547,93 0,55 640,01 0,59 715,26 0,59 821,42 0,61 943,32 0,65 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial 3.147,23 3, ,89 3, ,96 3, ,61 3, ,24 3, ,91 3,27 Wajib P Jasa Pendidikan 1.887,77 2, ,87 2, ,20 2, ,83 2, ,69 2, ,16 2,81 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 580,14 0,64 691,32 0,69 778,68 0,72 904,46 0, ,38 0, ,17 0,77 R, S, T Jasa lainnya 1.027,19 1, ,01 1, ,74 1, ,38 1, ,64 1, ,45 1,14 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ,10 100, ,67 100, ,15 100, ,87 100, ,72 100, ,68 100,00 Sumber :BPS Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara RPJMD KOTA SEMARANG II-25

69 Tabel 2.5 Nilai PDRB dan Kontribusi Sektor Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kota Semarang Tahun (Milyar Rupiah) Tahun No Kategori / Sub kategori * Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 903,82 1,05 919,39 1,01 958,83 0,99 984,82 0, ,93 0, ,01 0,94 B Pertambangan dan Penggalian 165,92 0,19 173,03 0,19 179,40 0,18 181,45 0,18 183,86 0,17 183,04 0,16 C Industri Pengolahan ,02 25, ,81 25, ,85 26, ,69 26, ,57 26, ,29 25,82 D Pengadaan Listrik, Gas 104,33 0,12 114,15 0,13 123,48 0,13 131,77 0,13 134,71 0,12 145,19 0,13 E Pengadaan Air 101,22 0,12 99,15 0,11 99,28 0,10 102,77 0,10 104,15 0,10 107,00 0,09 F Konstruksi ,73 26, ,35 26, ,37 26, ,87 26, ,91 26, ,84 26,19 G Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil ,92 16, ,60 15, ,11 15, ,78 15, ,90 15, ,31 14,97 dan sepeda motor H Transportasi dan Pergudangan 2.877,54 3, ,05 3, ,48 3, ,98 3, ,35 3, ,86 3,64 I Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 2.651,72 3, ,79 3, ,91 3, ,19 3, ,87 3, ,33 3,21 J Informasi dan Komunikasi 7.117,18 8, ,30 8, ,22 8, ,90 9, ,28 9, ,44 9,72 K Jasa Keuangan 3.699,67 4, ,63 4, ,33 4, ,37 4, ,46 4, ,49 4,22 L Real Estate 2.505,22 2, ,25 2, ,51 2, ,69 2, ,25 3, ,59 3,05 M, N Jasa Perusahaan 466,45 0,54 497,32 0,54 553,71 0,57 598,09 0,58 648,83 0,59 714,99 0,62 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial 3.091,25 3, ,27 3, ,26 3, ,38 3, ,19 3, ,47 3,04 Wajib P Jasa Pendidikan 1.644,24 1, ,15 2, ,23 2, ,22 2, ,83 2, ,31 2,34 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan 537,74 0,62 Sosial 597,81 0,65 641,18 0,66 712,98 0,69 758,57 0,70 820,06 0,71 R, S, T Jasa lainnya 997,01 1, ,97 1, ,27 1, ,92 1, ,00 1, ,98 1,15 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ,97 100, ,03 100, ,42 100, ,87 100, ,69 100, ,17 100,00 Sumber : BPS Kota Semarang, 2016 *).Data sangat sementara RPJMD KOTA SEMARANG II-26

70 Struktur lapangan usaha sebagian masyarakat Kota Semarang telah bergeser dari lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ke lapangan usaha ekonomi lainnya yang terlihat dari penurunan peranan setiap tahunnya terhadap pembentukan PDRB Kota Semarang. Sumbangan terbesar pada tahun 2016 dihasilkan oleh lapangan usaha Industri Pengolahan, kemudian lapangan usaha Konstruksi, lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, serta lapangan usaha Informasi dan Komunikasi. Sementara peranan lapangan usaha lainnya di bawah 5%. Gambaran lebih jauh struktur perekonomian Kota Semarang dapat dilihat dari peranan masing-masing sektor terhadap pembentukan total PDRB Kota Semarang. Sektor Primer yang terdiri dari sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan serta Pertambangan dan Penggalian adalah sebagai penyedia kebutuhan dasar dan bahan, pada tahun 2016 peranannya sebesar 1,14%, sedikit menurun dibandingkan tahun 2015 sebesar 1,21%. Untuk sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri pengolahan; Pengadaan Listrik, Gas; Pengadaan Air serta sektor Konstruksi peranannya sedikit menurun dari 54,68% pada tahun 2015 menjadi 54,52% pada tahun Sektor tersier yang sifat kegiatannya sebagai jasa, tahun 2016 peranannya meningkat menjadi 44,35% dari tahun 2015 sebesar 44,10%. Pada tahun 2016 sumbangan terbesar diperoleh dari sektor Industri Pengolahan sebesar 27,45%, peranannya sedikit menurun dibanding tahun 2015 yaitu sebesar 27,46%. Sumbangan dari sektor Konstruksi merupakan terbesar kedua yaitu sebesar 27,04% pada tahun 2015 mengalami sedikit penurunan menjadi 26,88% pada tahun Dan kontribusi terbesar ketiga adalah dari sektor Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, yaitu sebesar 14,12% pada tahun 2015 mengalami sedikit penurunan menjadi 14,06% pada tahun Laju pertumbuhan ekonomi Kota Semarang tahun 2016 mencapai 5,69%, sedikit lebih rendah jika dibandingkan tahun 2015 dengan pertumbuhan 5,80%. Angka tersebut berada diatas Provinsi Jawa Tengah dan diatas Nasional. Selama kurun waktu tahun 2011 dan , LPE Kota Semarang berada di atas LPE Provinsi Jawa Tengah dan LPE Nasional seperti terlihat pada gambar PERUBAHAN RPJMD KOTA SEMARANG II-27

71 7,00 6,58 6,50 6,03 6,25 6,31 6,00 5,50 6,17 5,97 5,56 5,30 5,80 5,69 5,28 5,00 4,50 5,30 5,34 5,14 5,02 5,40 4,79 5,02 4, Sumber: BPS, 2017 LPE Kota Semarang LPE Jawa Tengah LPE Nasional Gambar 2.15 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Dibandingkan Dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun Pada tahun 2016, pertumbuhan ekonomi tertinggi ADHK dicapai oleh kategori Jasa Perusahaan sebesar 10,20%, sedangkan kategori Pertambangan dan Penggalian merupakan satu-satunya kategori yang mengalami kontraksi/perlambatan laju sebesar 0,45%. PDRB ADHB dan tabel PDRB ADHK menurut kategori dan sub kategorinya secara lengkap tersaji pada tabel 2.6. No Tabel 2.6 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) Menurut Kategori di Kota Semarang Tahun Kategori / Sub kategori Tahun * A Atas Dasar Harga Berlaku : Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 10,14 6,44 13,40 9,03 11,52 4,63 B Pertambangan dan Penggalian 9,98 4,59 7,04 22,33 8,00-8,86 C Industri Pengolahan 21,35 11,41 8,90 13,95 9,63 8,75 D Pengadaan Listrik, Gas 8,35 6,74 2,69 9,96 7,58 17,28 E Pengadaan Air 2,37-2,67 2,88 6,01 4,98 4,47 F Konstruksi 7,27 10,60 8,96 12,90 10,70 8,15 G Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor 12,65 2,75 7,25 8,20 7,86 8,32 H Transportasi dan Pergudangan 8,20 10,15 15,95 18,89 14,34 6,82 I Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 12,99 15,92 12,80 13,50 9,93 12,26 II-28

72 No Kategori / Sub kategori Tahun * J Informasi dan Komunikasi 9,62 5,97 4,63 10,07 7,75 8,42 K Jasa Keuangan 8,77 12,10 10,02 9,17 12,33 12,87 L Real Estate 7,86 5,78 8,89 13,09 11,58 8,10 M, N O Jasa Perusahaan 16,98 10,15 16,80 11,76 14,84 14,84 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 4,61 11,78 7,51 7,16 9,52 7,56 P Jasa Pendidikan 35,20 30,15 18,53 15,34 9,46 11,46 Q R, S, T Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 18,64 19,16 12,64 16,15 12,15 10,53 Jasa lainnya 6,26 1,54 12,92 15,85 7,35 13,85 LAJU PERTUMBUHAN 12,63 9,58 9,07 12,23 9,91 8,78 Atas Dasar Harga Konstan 2010 : A Pertanian, Kehutanan, dan 6,45 1,72 4,29 2,71 5,80 3,56 Perikanan B Pertambangan dan Penggalian 3,23 4,29 3,68 1,14 1,33-0,45 C Industri Pengolahan 9,60 7,95 8,22 6,96 4,63 3,74 D Pengadaan Listrik, Gas 7,29 9,41 8,17 6,72 2,23 7,78 E Pengadaan Air 1,59-2,04 0,12 3,52 1,34 2,73 F Konstruksi 2,51 6,27 5,02 4,48 6,02 6,09 G Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil 9,31 0,73 3,91 4,79 4,37 5,46 dan sepeda motor H Transportasi dan Pergudangan 5,04 7,70 10,08 10,16 4,99 6,43 I Penyediaan Akomodasi & Makan 7,36 8,11 6,32 7,65 6,24 6,21 Minum J Informasi dan Komunikasi 8,14 9,96 7,50 12,00 9,75 8,37 K Jasa Keuangan 2,57 2,97 4,43 4,25 7,60 9,10 L Real Estate 6,22 5,39 7,70 7,29 7,69 6,95 M, Jasa Perusahaan N 9,69 6,62 11,34 8,02 8,48 10,20 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial 2,74 0,84 2,73 1,38 5,42 2,43 Wajib P Jasa Pendidikan 17,76 18,36 9,25 10,02 7,34 7,43 Q R, S, T Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya 9,97 11,17 7,25 11,20 6,40 8,10 3,14 0,60 9,30 8,54 3,28 7,48 LAJU PERTUMBUHAN 6,58 5,97 6,25 6,31 5,80 5,69 Sumber :BPS Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara Laju Inflasi Inflasi adalah meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan II-29

73 kenaikan harga) pada barang lainnya. Dampak dari inflasi salah satunya adalah menurunnya daya beli masyarakat. yang dapat diartikan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat terganggu karena ketidakmampuan penduduk dalam mengkonsumsi barang ataupun jasa. Kondisi inflasi di Kota Semarang menunjukkan kondisi yang fluktuatif selama periode tahun Angka inflasi meningkat dari tahun 2011 sebesar 2,87% mencapai angka tertinggi pada tahun 2014 sebesar 8,53%, selanjutnya pada tahun 2015 menurun menjadi 2,56% dan kembali menurun menjadi hanya 2,32% pada tahun Tingginya tingkat inflasi Kota Semarang dipengaruhi oleh indeks kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan terutama kenaikan indeks kelompok bahan makanan dan indeks kelompok transportasi. Perkembangan tingkat inflasi di Kota Semarang selanjutnya dapat dilihat pada gambar Sumber : BPS Kota Semarang, 2016 Gambar 2.16 Grafik Laju Inflasi di Kota Semarang Tahun Dibandingkan dengan tingkat inflasi dengan kota lain di Provinsi Jawa Tengah, tingkat inflasi Kota Semarang pada tahun 2016 angkanya lebih tinggi dari tingkat inflasi Kota Surakarta (2,15%) namun masih dibawah inflasi Provinsi Jawa Tengah, artinya fluktuasi harga di Kota Semarang cenderung rendah dibadingkan dengan 4 Kota di Jawa Tengah. Sedangkan jika dibandingkan dengan tingkat inflasi Provinsi Jawa Tengah, tingkat II-30

74 2,15 2,32 2,32 2,42 2,71 2,77 inflasi Kota Semarang masih lebih rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.17 berikut ini. 3,00 2,50 Prov Jateng = 2,36 2,00 1,50 1,00 0,50 - Kota Surakarta Kota Semarang Kab Kudus Kab Purwokerto Kota Tegal Kab Cilacap Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016 Gambar 2.17 Perbandingan Laju Inflasi Kota Semarang Dibandingkan Dengan 5 Kab/Kota di Jawa Tengah Tahun PDRB Perkapita PDRB perkapita merupakan PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang tinggal di daerah tersebut. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. Di tahun 2015, PDRB per kapita Kota Semarang mencapai Rp ,90. Nilai PDRB menurut kategori dapat dilihat pada tabel 2.7. Tabel 2.7 PDRB Perkapita Kota Semarang Tahun (Juta Rupiah) No Kategori / Subkategori Tahun A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,54 0,59 0,62 0,69 0,74 0,80 B Pertambangan dan Penggalian 0,10 0,11 0,11 0,12 0,14 0,16 C Industri Pengolahan 12,84 15,30 16,75 17,94 20,12 21,75 D Pengadaan Listrik, Gas 0,06 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 E Pengadaan Air 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,07 F Konstruksi 14,40 15,17 16,48 17,66 19,59 21,33 G Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor 8,39 9,28 9,37 9,88 10,42 11,14 H Transportasi dan Pergudangan 1,76 1,87 2,02 2,30 2,66 2,94 I Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 1,58 1,76 2,00 2,22 2,48 2,70 II-31

75 No Kategori / Subkategori Tahun J Informasi dan Komunikasi 4,22 4,54 4,73 4,86 5,22 5,58 K Jasa Keuangan 2,31 2,47 2,72 2,94 3,16 3,50 L Real Estate 1,51 1,60 1,66 1,78 1,98 2,17 M, N Jasa Perusahaan 0,27 0,31 0,34 0,39 0,43 0,49 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,93 1,98 2,18 2,30 2,44 2,63 P Jasa Pendidikan 0,90 1,19 1,52 1,77 2,01 2,16 Q R, S, T Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,31 0,37 0,43 0,47 0,54 0,60 Jasa lainnya 0,62 0,65 0,65 0,72 0,82 0,86 P D R B Per Kapita Sumber :BPS Kota Semarang, ,8 1 57,3 1 61,7 1 66,1 7 72,8 8 78,9 5 Di tahun 2016, PDRB per kapita Kota Semarang kembali meningkat menjadi Rp ,63 dengan pertumbuhan sebesar 8,77%. Jika dilihat dari pertumbuhannya, PDRB per kapita Kota Semarang dari tahun 2011 hingga 2016 mengalami pergerakan yang fluktuatif. Pada tahun 2011 mencapai 10,61% dan menurun di dua tahun berikutnya namun meningkat lagi di tahun Kemudian kembali menurun di tahun 2015 menjadi 8,33% dan naik menjadi 8,77% di tahun Sumber: BPS Kota Semarang, 2016 *) Angka proyeksi (data diolah) Gambar 2.18 Pertumbuhan PDRB Perkapita Kota Semarang Tahun Indeks Gini Indeks Gini atau koefisien Gini adalah salah satu ukuran umum untuk distribusi pendapatan atau kekayaan yang menunjukkan seberapa merata pendapatan dan kekayaan didistribusikan di antara populasi. Indeks Gini II-32

76 memiliki kisaran 0 sampai 1. Nilai 0 menunjukkan distribusi yang sangat merata yaitu setiap orang memiliki jumlah penghasilan atau kekayaan yang sama persis. Nilai 1 menunjukkan distribusi yang timpan sempurna yaitu satu orang memiliki segalanya dan semua orang lain tidak memiliki apa-apa. Perkembangan indeks Gini Kota Semarang selama 6 (enam) tahun terakhir menunjukkan tingkat pemerataan pendapatan dan kekayaan dalam kondisi sedang. Pada tahun 2013 Indeks Gini sebesar 0,3514, sedangkan pada tahun 2014 naik menjadi 0,3807 dan menurun tajam hingga 0,3300 di tahun 2015, sedangkan kondisi 2016 adalah sebesar 0,3455. Kondisi indeks Gini Kota Semarang dalam enam tahun terakhir dapat dilihat pada gambar ,40 0,38 0,3807 0,36 0,3518 0,34 0,3545 0,3514 0,3455 0,32 0,3300 0, *) Sumber :BPS Kota Semarang, 2016 *).Data sangat sementara Gambar 2.19 Gini Ratio Kota Semarang Tahun Kemiskinan Dalam menentukan penduduk kategori miskin, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Garis kemiskinan merupakan penjumlahan dari garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai Penduduk Miskin. II-33

77 Di tahun 2016, tingkat kemiskinan Kota Semarang menurun menjadi 4,85% dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 4,97%. Perkembangan tingkat persentase kemiskinan di Kota Semarang selama enam tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar ,80 5,60 5,68 5,40 5,20 5,13 5,25 5,04 5,00 4,80 4,97 4,85 4,60 4, Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017 Gambar 2.20 Persentase Kemiskinan di Kota Semarang Tahun Penduduk miskin di Kota Semarang dalam enam tahun terakhir menunjukkan kondisi yang fluktuatif. Ini dapat dilihat dari tingkat kemiskinan Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar 5,68% yang merupakan tingkat kemiskinan tertinggi selama enam tahun terakhir, mengalami penurunan tajam pada tahun 2012 menjadi 5,13%. Sedangkan pada tahun 2013 kembali meningkat sebesar 5,25%, dan baru pada tahun 2014 selalu mengalami penurunan hingga tahun 2016 sebesar 4,85%. Tingkat kemiskinan Kota Semarang pada tahun 2016 sebesar 4,85% jika dibandingkan dengan rata-rata tingkat kemiskinan Jawa Tengah sebesar 13,27% menunjukan kondisi yang lebih baik yaitu berada di bawahnya. Selain itu, tingkat kemiskinan di Kota Semarang merupakan yang terendah di antara kabupaten/kota lain di Provinsi Jawa Tengah, walaupun dilihat dari jumlah penduduk Kota Semarang lebih besar. Untuk lebih jelasnya posisi relatif tingkat kemiskinan Kota Semarang dapat dilihat melalui gambar II-34

78 Kab. Wonosobo Kab. Kebumen Kab. Brebes Kab. Purbalingga Kab. Rembang Kab. Pemalang Kab. Banjarnegara Kab. Banyumas Kab. Klaten Kab. Sragen Kab. Cilacap Kab. Demak Kab. Purworejo Kab. Grobogan Kab. Blora Kab. Wonogiri Kab. Pekalongan Kab. Magelang Kab. Karanganyar Kab. Boyolali Kab. Pati Kab. Temanggung Kab. Kendal Kab. Batang Kota Surakarta Kab. Tegal Kab. Sukoharjo Kota Magelang Kab. Jepara Kota Tegal Kab. Semarang Kota Pekalongan Kab. Kudus Kota Salatiga Kota Semarang 20,53 19,86 19,47 18,98 18,54 17,58 17,46 17,23 14,46 14,38 14,12 14,10 13,91 13,57 13,33 13,12 12,90 12,67 12,49 12,09 11,65 11,60 11,37 11,04 10,88 10,10 9,07 8,79 8,35 8,20 7,99 7,92 7,65 5,24 4,85 25,00 20,00 15,00 Prov. Jateng = 13,27 10,00 5,00 0,00 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017 Gambar 2.21 Perbandingan Persentase Penduduk Miskin Kota Semarang dengan Kota-Kota Lain dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 Dibandingkan dengan kabupaten/ kota lain di Jawa Tengah dan kota sewilayah Kedungsepur, jumlah Keluarga Pra Sejahtera Kota Semarang relatif lebih kecil. Selanjutnya Persentase Pentahapan Keluarga Sejahtera Kota Semarang dan 5 Kota lain di Jawa Tengah serta Kawasan Strategis Kedungsepur Tahun 2014 tersaji lengkap pada tabel 2.8. Tabel 2.8 Kondisi Pentahapan Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera di Kota Semarang; 5 Kota lain di Jawa Tengah dan Kawasan Strategis Kedungsepur serta Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 No Kota / Kabupaten Keluarga Pra Sejahtera Keluarga Sejahtera I Keluarga Sejahtera II Keluarga Sejahtera III Keluarga Sejahtera III Plus 1 Kab. Grobogan 60,06 12,66 13,56 12,29 1,43 2 Kab. Demak 35,89 23,30 23,24 14,03 3,54 3 Kab. Semarang 25,71 22,84 16,65 31,27 3,53 4 Kab. Kendal 34,61 14,45 16,13 30,95 3,85 5 Kota Magelang 14,48 20,16 14,66 40,77 9,93 6 Kota Surakarta 8,35 17,98 23,66 33,29 16,71 7 Kota Salatiga 11,10 14,01 21,10 43,52 10,27 8 Kota Semarang 10,06 18,03 22,38 38,79 10,74 9 Kota Pekalongan 15,20 19,43 25,74 28,10 11,53 10 Kota Tegal 16,92 25,34 21,12 30,71 5,91 11 Prov. Jawa Tengah 26,11 20,70 23,40 25,38 4,42 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2015 II-35

79 Sampai saat ini, kemiskinan masih menjadi tantangan besar bagi setiap daerah dalam melaksanakan kegiatan pembangunan. Masih perlunya peningkatan pemenuhan kebutuhan dasar bagi warga miskin menjadi salah satu masalah sosial perkotaan yang harus diselesaikan pemerintah secara konsisten melalui sinergitas program pembangunan daerah. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah melalui program dan kegiatan untuk menurunkan angka kemiskinan. Upaya-upaya tersebut baik dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Dalam melaksanakan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan perlu adanya ketepaduan antara pemerintah kota, dunia usaha, perguruan tinggi dan masyarakat yang peduli terhadap pengentasan kemiskinan Angka Kriminalitas Dinamika perkembangan Kota Semarang yang pesat dengan kemajemukan masyarakat akan berdampak pada perubahan sosial di masyarakat. Disisi lain peningkatan jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan ketersediaan fasilitas akan berdampak negatif seperti semakin bertambahnya tingkat pengangguran, bertambahnya angka kemiskinan, akan memicu meningkatnya angka kriminalitas. Selama 6 tahun dari tahun , jumlah tindak pidana menonjol (crime index) menurut jenis dapat dilihat pada tabel 2.9. Tabel 2.9 Jumlah Tindak Pidana Menonjol (Crime Index) Menurut Jenis Di Kota Semarang Tahun Jenis Tindak Pidana Jumlah di Tahun a. Pencurian dgn pemberatan b. Pencurian ranmor c. Pencurian dgn kekerasan d. Penganiayaan berat e. Pembunuhan f. Perkosaan g. Uang palsu h. Narkotika i. Perjudian j. Pemerasan / Ancaman N/A N/A 9 k. Lainnya Jumlah Sumber : Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang, 2017 II-36

80 Selama tahun 2016, jumlah kasus tindak pidana di Kota Semarang yang terjadi di wilayah hukum Polrestabes Kota Semarang adalah sejumlah kejadian, menurun jika dibandingkan dengan kasus di tahun 2015 yang sebanyak kejadian. Dari jumlah kejadian tindak pidana tersebut, yang paling menonjol di tahun 2016 adalah kejadian curanmor yang sebanyak 152 kejadian dan penganiayaan berat sebanyak 47 kejadian. Meskipun secara statistik total jumlah kriminalitas menurun, namun secara rata-rata 5 tahun terakhir masih cukup tinggi. Hal ini dapat diindikasikan bahwa kesadaran masyarakat untuk menjaga ketertiban dan ketentraman serta kepatuhan masyarakat terhadap peraturan perundangan masih rendah/ belum optimal Fokus Kesejahteraan Masyarakat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI) merupakan indeks pembangunan manusia yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan upaya membangun kualitas hidup manusia, dalam hal ini berarti kualitas hidup masyarakat/penduduk yang dijadikan sebagai salah satu ukuran kinerja di masing-masing daerah. Ukuran pencapaian keberhasilan suatu daerah diihat melalui 3 dimensi dasar pembangunan yaitu (1) lamanya hidup, (2) pengetahuan/tingkat pendidikan dan (3) standar hidup layak. Indikator yang mewakili ketiga dimensi tersebut yaitu Angka Harapan Hidup (AHH) untuk mengukur peluang hidup, Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) untuk mengukur status tingkat pendidikan, serta pengeluaran riil per kapita disesuaikan untuk mengukur akses terhadap sumberdaya untuk mencapai standar hidup layak. Secara umum, dalam enam tahun terakhir yaitu , pembangunan manusia di Kota Semarang terus mengalami peningkatan. Pada gambar 2.22, terlihat bahwa pada tahun 2011, capaian IPM Kota Semarang adalah sebesar 77,58 dan terus mengalami peningkatan menjadi sebesar 81,19 pada tahun Jika diakumulasikan, telah terjadi peningkatan sebesar 3,61 selama periode tersebut. II-37

81 63,98 64,17 65,52 65,84 66,19 66,38 66,61 67,41 67,48 67,6 67,71 67,85 68,23 68,52 68,6 68,6 69,03 70,1 70,11 70,25 70,49 70,66 71,43 72,18 72,4 72,94 73,32 73,55 73,97 74,9 75,06 77,16 80,76 81,14 81, ,19 80,23 79,24 78,68 78,04 77, Sumber : BPS Kota Semarang dan Provinsi Jawa Tengah, 2016 Gambar 2.22 Grafik Perkembangan IPM Kota Semarang Tahun Berdasarkan posisi relatif IPM tahun 2016, capaian IPM Kota Semarang yang sebesar 81,19 merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota se Jawa Tengah, dan juga lebih tinggi dibandingkan dengan capaian IPM Provinsi Jawa Tengah yang sebesar 69,98 dengan selisih capaian sebesar 11,21. Untuk melihat posisi relatif perkembangan IPM Kota Semarang dapat dilihat pada gambar IPM Jateng: 69, Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016 Gambar 2.23 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Semarang dan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2016 Indikator pembentuk IPM Kota Semarang, meliputi usia harapan hidup, Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah dan pengeluaran per II-38

82 kapita yang disesuaikan, mengalami kenaikan dalam kurun waktu Pencapaian indikator pembentuk IPM, baik usia harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah maupun pengeluaran perkapita yang disesuaikan juga sudah berada di atas pencapaian indikator pembentuk IPM Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2014, terdapat metode baru untuk menghitung IPM dan indikator kompositnya. Capaian indikator komposit IPM Kota Semarang pada tahun 2016 yaitu Angka Harapan Hidup (AHH) Kota Semarang sebesar 77,21, kemudian indikator komposit Rata-rata Lama Sekolah (Mean Years of Schooling) sebesar 10,49 tahun, Harapan Lama Sekolah (Expected Years of Schooling) sebesar 14,70 tahun, dan Pengeluaran Per kapita Disesuaikan yang didekati dengan indikator Paritas Daya Beli (PPP) yang sebesar Rp ,- (ribu rupiah). Tabel perkembangan indikator pembentuk IPM Kota Semarang tahun dapat dilihat pada tabel Tahun Tabel 2.10 Perkembangan Indikator Pembentuk IPM Kota Semarang Tahun Angka Harapan Hidup (AHH) Harapan Lama Sekolah (HLS) Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Paritas Daya Beli (PPP-Ribu Rupiah) ,17 13,26 9, , ,18 13,37 9, , ,18 13,66 10, , ,18 13,97 10, , ,20 14,33 10, , ,21 14,70 10, ,- Sumber: BPS Kota Semarang dan Provinsi Jawa Tengah, Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indeks Pembangunan Gender (IPG) adalah indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang sama seperti IPM, hanya saja data yang ada dipilah antara laki-laki dan perempuan. IPG digunakan untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan. Dikatakan tidak ada kesenjangan pembangunan apabila nilai IPG sama dengan IPM. Pada kurun waktu capaian IPG Kota Semarang cenderung mengalami kenaikan, dari tahun 2010 sebesar 92,66% menjadi 96,04% pada tahun 2016, seperti terlihat pada gambar II-39

83 97,00 96,00 95,17 95,56 95,62 96,04 95,00 94,17 94,00 93,58 93,00 92, *) Sumber : BPS Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara Gambar 2.24 Perkembangan Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kota Semarang Tahun Tabel Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) merupakan indeks komposit yang tersusun dari beberapa variabel yang mencerminkan tingkat keterlibatan perempuan dalam proses pengambilan keputusan dalam bidang politik dan ekonomi. Pada tahun 2011 capaian IDG Kota Semarang adalah sebesar 64,48% dan terus mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2016 mencapai sebesar 78,90%, seperti terlihat pada gambar ,00 78,00 76,00 74,00 72,00 70,00 68,00 66,00 64,00 62,00 60,00 78,90 75,58 76,53 70,62 66,61 64, * Sumber:BPS Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara Gambar 2.25 Perkembangan Indeks Gender (IDG) Kota Semarang Tahun Tabel 2.12 II-40

84 Aspek Pendidikan Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga tercipta sumber daya manusia yang berkualitas melalui peningkatan mutu pendidikan dan penyelenggaraan pendidikan. Dalam lingkup Sustainable Development Goals aspek pendidikan menjadi salah satu aspek terpenting untuk diperhatikan dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di tahun Sebelumnya, pelaksanaan SDGs ini diawali dengan pelaksanaan MDGs yang telah selesai di tahun Berdasarkan laporan capaian pelaksanaan MDGs di Kota Semarang, disebutkan bahwa keberhasilan capaian pada aspek pendidikan di Kota Semarang dilihat melalui Angka Partisipasi Murni untuk jenjang pendidikan SD/MI/Paket A, proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan SD/MI/Paket A dan angka melek huruf penduduk usia tahun perempuan dan laki-laki. Status capaian MDGs Kota Semarang menunjukan bahwa Angka Partisipasi Murni SD/MI tahun 2015 sebesar 92,08 persen, Angka Partisipasi Murni SMP sebesar 81,24 persen, Proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan SD/MI sebesar 99. Berdasarkan Laporan dan Evaluasi Pelaksanaan MDG s Kota Semarang , dalam aspek pendidikan, Kota Semarang telah dinilai berhasil mencapai target yang ditetapkan. Berikut perkembangan fasilitas pendidikan di Kota Semarang. Tabel 2.13 Perkembangan Fasilitas Pendidikan Di Kota Semarang Tahun No Uraian Tahun Satuan 1. Jumlah PAUD (SPS) buah Negeri Jumlah Taman Kanakkanak (TK) Swasta buah Negeri Swasta Jumlah RA/BA Jumlah Sekolah Dasar (SD) buah Negeri Swasta II-41

85 No Uraian Tahun Satuan Jumlah MI Negeri Swasta Jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) buah Negeri Swasta Jumlah MTs Negeri Swasta Jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) buah Negeri Swasta Jumlah MA Negeri Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Swasta buah Negeri Swasta Jumlah Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) buah Negeri Swasta Jumlah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) buah Negeri Swasta Sumber : Dinas Pendidikan Kota Semarang, 2016 Untuk pendidikan anak usia dini dalam 5 tahun terakhir ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan, hal ini terjadi karena pola pemikiran pendidikan yang mengikuti pola pendidikan modern, bahwa usia emas anak-anak adalah disaat mereka masih dalam usia dini. Jumlah PAUD dari data terakhir menunjukkan angka mencapai 319 buah meningkat sangat jauh dibandingkan tahun 2010 yang hanya 24 buah, namun jika dibandingkan dengan jumlah TK yang ada saai ini masih terpaut sangat jauh. Data terakhir jumlah TK mencapai 644 buah sedangkan jumlah II-42

86 PAUD tidak mencapai dari setengah jumlah TK yang ada. Masih belum optimalnya cakupan pendidikan anak usia dini inilah yang menjadi pokok permasalahan yang harus ditangani pemerintah dalam rangka meningkatkan pendidikan usia dini di Kota Semarang. Selain melihat dari pencapaian MDG s di Kota Semarang, perlu diketahui bagaimana kinerja pembangunan Pemerintah Kota Semarang khususnya di bidang pendidikan dengan melihat beberapa indikator baik yang tercantum dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan diantaranya adalah : 1. Angka Melek Huruf; 2. Angka Rata-Rata Lama Sekolah; 3. Angka Partisipasi Kasar; 4. Angka Partisipasi Murni; 5. Angka Pendidikan yang Ditamatkan. No Uraian Tabel 2.14 Realisasi Indikator Aspek Pendidikan Tahun *) 1 Angka Melek Huruf 99,95 99,91 99,96 99,97 99,96 99,96 2 Rata Lama Sekolah 9,80 9,92 10,06 10,19 10,20 10,49 3 Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD 42,20 53,72 57,38 58,95 60,36 76,78 SD/MI 110,96 109,02 107,44 107,11 107,54 113,13 SLTP/MTS 103,91 105,63 105,75 108,30 110,07 118,01 4 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI 95,75 93,80 92,08 91,90 92,08 96,63 SLTP/MTS 72,89 73,16 75,32 80,43 81,24 86,03 5 Angka Pendidikan Yang Ditamatkan *) Tamat SD/MI/Paket A 22,87 22,87 22,87 32,00 22,88 22,88 Tamat SMP/MTs/Paket B Tamat SMA/SMK/MA/Paket C 20,29 20,29 20,29 20,29 20,29 20,29 21,11 21,11 21,11 21,11 21,11 21,12 Tamat D1/D2/D3 4,35 4,35 4,35 4,35 4,34 4,34 Tamat D4/S1/S2/S3 4,45 4,45 4,45 4,45 4,44 4,44 Sumber : BPS Kota Semarang, 2016 *) Angka Sementara (data diolah) II-43

87 Aspek Kesehatan Perkembangan pembangunan kesejahteraan sosial dapat dilihat juga dari aspek kesehatan. Selain aspek pendidikan, aspek kesehatan juga memegang peranan penting dalam menentukan kualitas sumber daya manusia di Kota Semarang. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan menjelaskan bahwa terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah diantaranyaangka Kelangsungan Hidup Bayi, Angka Usia Harapan Hidup, Persentase Balita Gizi Buruk. Jika melihat dari indikator yang tercantum dalam SPM Kesehatan, capaian Kota Semarang dalam meningkatkan kualitas kesehatan warganya dapat dilihat pada tabel No Tabel 2.15 Perkembangan Fasilitas Kesehatan Di Kota Semarang Tahun Uraian 1. Rumah Sakit Umum : a. b. c. d. e. a. b. Rumah Sakit Swasta Rumah Sakit Umum Daerah Rumah Sakit Umum Pusat Rumah Sakit TNI / POLRI Rumah Sakit Khusus, terdiri dari : Tahun Satuan buah buah buah buah buah - RS Jiwa buah - RS Bedah Plastik - Rumah Sakit Ibu dan Anak ( RSIA ) - Rumah Sakit Bersalin ( RSB) Rumah Bersalin ( RB ) / BKIA Puskesmas, terdiri dari : Puskesmas Perawatan Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling buah buah buah buah buah buah buah buah buah II-44

88 6. No Uraian Posyandu yang ada Tahun Satuan buah 7. Posyandu Aktif buah 8. Apotik buah 9. Laboratorium Kesehatan Swasta buah 10. Klinik Spesialis buah 11. Klinik 24 Jam buah 12. Toko Obat buah 13. BP Umum buah 14. BP Gigi buah 15. Dokter Umum Praktek Swasta buah 16. Dokter Spesialis buah swasta 17. Dokter gigi swasta buah Sumber : Profil Kesehatan Kota Semarang, 2016 Merujuk pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 209/MENKES/SK/2011 tentang Pedoman Penyusunan RBA, didapat rumusan Rasio Pasien Rawat Jalan dengan Dokter, yaitu dengan rumus: = Rata-rata jumlah pasien Rawat Jalan 2016/hari 616,55 = 26,80 Jumlah dokter yang melayani/hari 23 Dari hasil perhitungan rasio pasien dengan dokter rawat jalan, didapatkan jumlah dokter yang melayani di rawat jalan sudah mencukupi. Namun jika dilihat dari jenis spesialisasi dokter yang melayani rawat jalan masih kurang, seperti Dokter Spesialis Bedah Urologi (SpBU), Spesialis Bedah Onkologi (SpBOnk), Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (SpJP), Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi (SpPD KGH), Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa (SpKJ), Dokter Spesialis Akupunktur Klinis, dan lain-lain. Kekurangan spesialisasi dokter menjadi salah satu faktor yang menunjukkan bahwa kompetensi tenaga medis di Kota Semarang masih belum sepenuhnya dapat disediakan secara optimal. II-45

89 No Uraian Angka Kelangsungan Hidup bayi (per Kelahiran Hidup) Angka Kematian Balita/ AKABA (per kelahiran hidup) Jumlah Kematian Bayi/AKB (kasus) Tabel 2.16 Realisasi Indikator Aspek Kesehatan Tahun ,85 89,33 90,56 90,63 91,62 92,48 14,9 12,3 11,3 11,3 10,35 8, Persentase Gizi Buruk 1,05 0,69 0,87 0,38 0,40 0,29 5 Unmet need KB (jiwa) * Jumlah Kematian Ibu Maternal (kasus) IR DBD (per pddk) Kasus HIV/AIDS yang ditemukan ,87 70,9 134,09 92,43 98,61 25, * 9 Kasus AIDS * 10 ODHA yang aktif minum ARV (%) NA NA NA NA Angka keberhasilan pengobatan TB , Sumber : Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya Masih adanya/ tingginya kasus penyakit menular, angka kematian bayi (AKB), angka kematian balita (AKABA), angka kematian ibu serta persentase gizi buruk di kota metropolitan seperti Kota Semarang mengindikasikan bahwa pelayanan kesehatan baik kesehatan dasar maupun kesehatan rujukan yang diterapkan di Kota Semarang masih perlu dioptimalkan dan ditingkatkan. Berdasarkan rekapitulasi hasil pengkajian PHBS tatanan rumah tangga oleh TP PKK kelurahan dan kecamatan di tahun 2017 khususnya untuk Kelompok Strata Rumah Tangga didapatkan data kelompok Sehat Pratama sebesar 0,63%; Sehat Madya sebesar 7,06%; Sehat Utama 71,05%; dan Sehat Paripurna 29,67%. Dari data tersebut terlihat capaian untuk kelompok rumah tangga dengan strata sehat paripurna menunjukkan angka yang belum optimal yaitu hanya mencapai 29,67%. Hal ini mengindikasikan bahwa masih perlu dioptimalkannya kegiatan-kegiatan yang mengarah pada budaya perilaku hidup bersih dan sehat untuk masyarakat di Kota Semarang. II-46

90 Pertanahan Kebijakan pada urusan pertanahan diarahkan pada upaya peningkatan tertib administrasi pertanahan dan pemecahan masalah-masalah atau konflik pertanahan. Kewenangan Pemerintah Kota dalam urusan Pertanahan adalah dalam penyelesaian sengketa tanah garapan, penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan, penyelesaian masalah tanah kosong, pemberian izin lokasi, penetapan tanah ulayat, serta mempunyai kewenangan dalam Perencanaan penggunaan tanah. Dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2016 terdapat 124 pengaduan kasus pertanahan dan seluruhnya dapat diselesaikan. Sedangkan untuk peningkatan tertib administrasi pertanahan di tahun 2016 telah dilaksanakan kegiatan Monitoring dan Evaluasi Administrasi Data Pertanahan di 177 kelurahan Ketenagakerjaan Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan atas tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap pertambahan angkatan kerja. Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing. Untuk melihat kesempatan kerja, dapat dilihat dari beberapa indikator yakni: 1. Jumlah penduduk yang bekerja Jumlah penduduk yang bekerja menunjukkan tingkat penyerapan angkatan kerja. Dalam lingkup Kota Semarang jumlah penduduk yang bekerja dari tahun menunjukkan fluktuasi yang cukup bervariasi dimana naik turunnya relatif dipengaruhi oleh ketersediaan peluang kerja dan daya saing pencari kerja dalam pasar kerja. Kenaikan jumlah penduduk yang bekerja terjadi pada tahun sebesar 24,97% dan tahun sebesar 10,99%. Sedangkan tahun mengalami penurunan sebesar 16,73% dan kembali menurun di tahun 2016 sebesar 12,91%. II-47

91 2. Jumlah angkatan kerja Jumlah angkatan kerja menunjukkan ketersediaan pencari kerja pada usia kerja, dimana fluktuasi perkembangannya dipengaruhi jumlah lulusan sekolah pada usia kerja dan penempatan pencari kerja. Dalam lingkup Kota Semarang jumlah angkatan kerja dari tahun menunjukkan penurunan sebesar orang, tahun naik sebesar orang, tahun naik sebesar orang, tahun turun sebesar orang dan tahun kembali turun sebesar orang. 3. Pertumbuhan ketersediaan lapangan kerja Tingkat kesempatan kerja di Kota Semarang 2 tahun belakang ini mengalami sedikit penurunan. Dari angka 92,85 di tahun 2014 menurun menjadi 89,19 dan turun lagi menjadi 84,73 di tahun Hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang mengindikasikan bahwa pertumbuhan ketersediaan lapangan kerja di Kota Semarang masih perlu dioptimalkan. Tabel 2.17 Realisasi Aspek Kesempatan Kerja No 1 2 Uraian Tingkat Kesempatan Kerja Jumlah penduduk yang bekerja Tahun ,77 89,93 91,11 92,85 89,19 84, Jumlah angkatan kerja Jumlah lowongan kerja Pencari kerja yang ditempatkan Kapasitas Pelatihan pencari kerja/tenaga kerja 7 Penyelesaian perselisihan hubungan industrial/phk Sumber. Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang, Tingkat Pengangangguran Terbuka (TPT) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah perbandingan jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Dengan melihat TPT, secara langsung dapat mengindikasikan seberapa luas kesempatan kerja yang ada di wilayah tersebut. Semakin tinggi TPT di suatu II-48

92 wilayah mengindikasikan bahwa semakin sempitnya kesempatan kerja yang ada di wilayah tersebut. Dalam lingkup Kota Semarang indeks TPT dari tahun mengalami kenaikan tertinggi pada tahun 2014 yang mencapai 7,76%, kemudian berangsur turun menjadi 5,77% pada tahun 2015 dan 5,48% di tahun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah suatu indikator ketenagakerjaan yang memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari merujuk pada suatu waktu dalam periode survey. Sama halnya dengan tingkat pengangguran terbuka, tingkat partisipasi angkatan kerja di suatu wilayah juga dapat mengindikasikan seberapa besar kesempatan kerja di wilayah tersebut. Semakin tinggi TPAK mengindikasikan semakin luas kesempatan kerja. Dalam lingkup Kota Semarang, TPAK mengalami pergerakan yang fluktuatif dari tahun 2011 hingga 2016 yang secara lengkap tersaji dalam gambar ,00 7,50 69,90 7,76 71,00 70,00 T P T 7,00 6,50 6,00 5,50 5,00 6,92 67,91 67,75 5,82 5,96 68,43 5,77 67,80 5,48 69,00 68,00 67,00 66,00 65,00 64,00 T P A K 4,50 4,00 63, ,00 62,00 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumber : BPS Kota Semarang, Dinas Tenaga Kerja, 2016 *) Data sangat sangat sementara / Data diolah Gambar 2.26 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) & Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kota Semarang Tahun II-49

93 2.2.3 Fokus Seni Budaya dan Olahraga Kebudayaan Kebudayaan merupakan keseluruhan gagasan, perilaku, dan karya cipta manusia yang dapat menuntun kehidupan manusia agar lebih bermartabat. Pembangunan kebudayaan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya baru di era globalisasi, namun demikian harus tetap berpijak pada nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, sehingga terwujud karya-karya seni budaya yang memiliki kepribadian. Disisi lain kesenian merupakan hasil karya yang mengacu pada nilai keindahan (estetika) dan mewujudkan dari proses pengendapan makna relasi antar manusia dan manusia dengan lingkungan hidupnya. Berkaitan dengan aktivitas seni budaya di Kota Semarang, terlihat bahwa dalam kurun waktu jumlah grup kesenian meningkat dari 305 menjadi 481 grup kesenian, sedangkan untuk gedung kesenian meningkat masih sama dengan tahun lalu yaitu sebanyak 14 buah. Perkembangan kesenian selama kurun waktu enam tahun terakhir tertera pada tabel Tabel 2.18 Jumlah Kelompok Kesenian dan Jumlah Gedung Kesenian di Kota Semarang Tahun No 1 Uraian Jumlah Group Kesenian Tahun Jumlah Gedung Kesenian Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Olahraga Perkembangan Olahraga di Kota Semarang pada tahun dapat dilihat pada tabel Tabel 2.19 Perkembangan Olahraga di Kota Semarang Tahun No 1 Uraian Jumlah Organisasi Olahraga (buah) Tahun Jumlah Klub Olahraga (buah) * II-50

94 No Uraian Tahun Jumlah Gedung Olahraga (buah) Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga, 2016 *). Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya * Perkembangan sarana olahraga di Kota Semarang selama 5 tahun terakhir ini belum mengalami perkembangan yang signifikan, terutama jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang terus meningkat tiap tahunnya. Upaya untuk mengoptimalkan sarpras olahraga harus terus digalakkan baik dari sisi kualitas pada sarpras yang sudah ada maupun menambah jumlah/ kuantitasnya. Dari upaya perbaikan sarana prasarana keolahragaan ini diharapkan mampu memberikan banyak pilihan kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan keolahragaan serta diharapkan juga semakin meningkatnya penyelenggaran event-event keolahragaan yang secara otomatis akan meningkatkan minat masyarakat untuk hidup sehat melalui berolahraga. 2.3 ASPEK PELAYANAN UMUM Fokus Layanan Urusan Wajib Pelayanan Dasar Urusan Pendidikan Pembangunan pendidikan memiliki fungsi strategis untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Keberhasilan pembangunan pendidikan akan mampu memberikan kontribusi bagi terciptanya insan yang mandiri dan bermartabat. Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kompetensi masyarakat terutama kemampuan memecahkan masalah. Hasil rekapitulasi penyelenggaraan urusan pendidikan di Kota Semarang selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2016 bisa dilihat pada tabel Tabel 2.20 Realisasi Kinerja Urusan Pendidikan No Uraian Pendidikan Dasar: 1 Rasio guru/murid (SD) 2 Rasio guru/murid (SMP) Rasio guru/murid per kelas rata-rata (SD) Rasio guru/murid per kelas rata-rata (SMP) Tahun ,728 (1:20) 595,81 (1:17) (1:20:34) (1:17:32) 572,23 (1:17) 643,84 (1:16) (1:17:34) (1:16:31) 556,16 (1:18) 732,17 (1:14) (1:18:33) (1:14:31) 572,47 (1:17) 715,84 (1:14) (1:17:32) (1:14:30) 544,61 (1:18) 700,71 (1:17) (1:20:32) (1:17:30) 544,61 (1:18) 700,71 (1:17) 1,702 (1:20:32) 2,366 (1:17:30) II-51

95 No Uraian Pendidikan Menengah: Tahun Rasio guru/murid (SM) Rasio guru/murid per kelas rata-rata (SM) Penduduk yang berusia > 15 tahun melek huruf (tidak buta aksara) (%) Fasilitas Pendidikan: Persentase sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunan baik Persentase sekolah SMP/MTs kondisi bangunan baik Pendidikan Anak Usia Dini: Jumlah Siswa pada jenjangtk / RA Angka Putus Sekolah: Angka Putus Sekolah (APTS) SD/MI (%) Angka Putus Sekolah (APTS) SMP/MTs (%) Angka Kelulusan: Angka Kelulusan (AL) SD/MI Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs Persentase Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV 862,11 (1:12) (1:12:33) 906,50 (1:11) (1:11:31) 909,5 (1:11) (1:11:31) 866,45 (1:12) (1:12:31) 863,93 (1:14) (1:14:30) 863,93 (1:14) 2,880 (1:14:30) 99,95 99,91 99,96 99,97 99,96 99,96 92,96 92,19 92,70 92,73 93,36 94,82 98,84 97,92 98,11 98,80 98,43 98, ,05 0,03 0,05 0,03 0,02 0,01 0,15 0,11 0,07 0,09 0,07 0, ,58 99,98 99,98 98,54 99,54 99,75 98,86 99,82 99,95 102,84 102,69 102,18 104,27 104,65 102,38 - Jenjang PAUD NA NA NA NA Jenjang SD / MI 70,75 71,10 71,14 75,65 77,50 84,79 - Jenjang SMP/MTs 86, ,93 90,10 92,41 92,29 Sumber : BPS, Bappeda & Dinas Pendidikan Kota Semarang, 2016 Kinerja penyelenggaraan pendidikan dasar 9 tahun salah satunya dapat dilihat dari kondisi bangunan sarpras pendidikan. Meski dari tabel 2.20 diatas, persentase sekolah pendidikan SD/MI dan SMP/MTs kondisi bangunan baik mengalami peningkatan namun hal ini juga menunjukkan bahwa sampai dengan saat ini masih ada bangunan SD/MI dan bangunan SMP/MTs yang tidak dalam kondisi baik. Sebagai ibukota provinsi dan kota metropolitan, hal ini tentu menjadi perhatian bagi pemerintah mengingat anggaran dalam bidang pendidikan sudah cukup besar. Untuk itu upaya II-52

96 membenahi sarpras pendidikan tingkat dasar harus selalu dilakukan dalam rangka lebih mengoptimalkan penyelenggaraan pendidikan dasar 9 tahun. Penguatan pendidikan karakter mencakup 5 hal yaitu: religius, kemandirian, gotong-royong, nasionalisme, dan integritas. Untuk penguatan pendidikan karakter sudah diterapkan di penyelenggaraan pendidikan dasar sejak awal tahun 2016 di Kota Semarang, diawali dari sekolah yang dulunya merupakan sekolah berstatus Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Standar Nasional (SSN). Sasaran penguatan implementasi pendidikan karakter tersebut selain ditujukan kepada siswa juga mencakup kepada kepala sekolah, guru, karyawan tata usaha, penjaga sekolah, penjaga kantin dan komite. Untuk saat ini sekolah yang telah melaksanakan penguatan pendidikan karakter sejumlah 68 SD Negeri, 39 SD swasta, 23 SMP Negeri, dan 34 SMP Swasta. Jumlah sekolah ini yang akan terus ditingkatkan untuk mengoptimalkan pelaksanaan peningkatan pendidikan pembentukan karakter di setiap lingkungan sekolah di Kota Semarang Urusan Kesehatan Perkembangan pada urusan kesehatan selama periode bisa dilihat pada tabel Tabel 2.21 Realisasi Kinerja Urusan Kesehatan No Uraian Rasio posyandu per satuan balita Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk Rasio Rumah Sakit per penduduk Rasio dokter per satuan penduduk Rasio tenaga medis per satuan penduduk Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani (%) Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (%) Tahun ,36 13,92 14,35 14,95 14,70 14,70* 0,12 0,12 0,18 0,18 0,18 0,23 0,0147 0,0147 0,0147 0,0147 0,0147 0,0147 1,12 1,18 1,29 1,40 1,53 1,67 1,90 1,93 2,01 2,08 2,12 1,97 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 96,08 98,33 97,87 97,87 97,53 97,58 II-53

97 No Uraian Cakupan Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) (%) Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan (%) Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA (%) Tahun ,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100, , ,6 Jumlah kasus Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD (%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Jumlah kasus Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin (%) Cakupan kunjungan bayi 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 99,57 99,30 98,72 98,89 98,03 98,1 14 Cakupan puskesmas 231,25 231,25 231,25 231,25 231,25 231,35 15 Cakupan pembantu puskesmas 19,15 19,22 19,30 19,45 19,45 19,45 Sumber : BPS, Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2016 *). Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya Terkait data cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit menular menunjukkan angka yang positif. Untuk penderita DBD 100% tertangani dan penderita TBC TBA meningkat menjadi 76,6%, namun hal ini juga menunjukkan bahwa masih adanya kasus penyakit menular dengan angka yang cukup tinggi. Meski sudah mengalami penurunan, jumlah kasus DBD di tahun 2016 masih terdata mencapai lebih dari 400 kasus, sebagai kota Metropolitan jumlah angka ini masih harus ditekan sampai sekecil mungkin dan perlu terus diupayakan untuk mencapai angka bebas DBD Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Sarana jalan di Kota Semarang yang menjadi kewenangan Pemerintah Kota Semarang sepanjang 722,46 km dengan kondisi yang relatif baik. Rasio panjang jalan dengan kondisi jalan baik mencapai 52,5%, kondisi sedang 35,6%, rusak ringan 10% dan rusak berat hanya sebesar 1,9%. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel II-54

98 NO Tabel 2.22 Profil Kondisi Jalan Kota Di Kota Semarang Tahun 2016 KECAMATAN BAIK SEDANG KONDISI JALAN RUSAK RINGAN RUSAK BERAT (m) (m) (m) (m) TOTAL PANJANG JALAN (m) 1. BANYUMANIK CANDISARI , GAJAH MUNGKUR GAYAMSARI , GENUK GUNUNGPATI MIJEN NGALIYAN PEDURUNGAN SMG BARAT , SMG SELATAN , SMG TENGAH SMG TIMUR SMG UTARA , TEMBALANG , TUGU TOTAL PANJANG (m) (km) Sumber : Dinas Bina Marga Kota Semarang, 2016 Data jembatan sampai dengan tahun 2015 terdata sebanyak 200 buah atau sepanjang meter. Dan yang kondisinya terdata secara detil masih sejumlah 33 buah dengan perincian data jembatan dalam kondisi baik sekali sejumlah 20 buah dan kondisi jembatan yang rusak ringan sejumlah 12 buah. Perkembangan urusan pekerjaan umum dan penataan ruang dijabarkan berdasarkan beberapa variabel yang ditunjukkan tabel II-55

99 Tabel 2.23 Realisasi Kinerja Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang No Uraian Tahun a Pekerjaan Umum : 1 Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik (%) 78,81 81,37 81,78 82,60 88,07 90,19 2 Rasio Jaringan Irigasi % 76,00 77,00 78,00 79,00 80,00 80,5 3 Penyediaan air baku 66% 66,5% 67% 67,5% 68% 87, Rasio tempat ibadah per penduduk Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per 1000 penduduk (%) Panjang jalan dalam kondisi baik (> 40 KM/Jam ) Jumlah titik reklame yang tertata dan terpelihara dengan baik Jumlah kegiatan penertiban reklame Persentase reklame berizin Jumlah reklame ilegal yang dibongkar/ ditertibkan Sempadan sungai yang dipakai bangunan liar (%) Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan aliran air tidak tersumbat (%) Luas irigasi dalam kondisi baik Persentase penanganan sampah Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan pddk (%) 0,0130 0,0128 0,0127 0,0126 0,0125 0,0125* 2,26 2,31 2,35 2,40 2,45 2,5 349,2 353,5 357,8 360,2 364,7 356, NA NA NA NA NA 11, ,00 48,70 47,10 46,00 44,20 44,1 75,00 76,00 77,00 78,00 79,00 80, ,5 0,226 0,231 0,235 0,240 0,245 0,25 19 Timbulan sampah (m3) , , , ,00* Timbulan sampah terlayani (m3) , , , ,27* Persentase rumah tangga yang terlayani air minum 87,4 87,6 87, ,00 87,58 22 b 1 Rumah tangga ber- Sanitasi (%) Penataan Ruang Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah Kota Smg (%) 85,58 85,63 85,68 85,73 85, , % II-56

100 No 2 Uraian Rasio bangunan ber- IMB per satuan bangunan (%) Tahun ,62 52,80 52,93 53,04 53, % 3 Persentase kesesuaian pemanfaatan ruang dengan Perencanaan Tata Ruang Sumber : BPS, Binamarga, D.PSDA, DKP, D. PJPR & DTKP Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya Masih adanya jaringan jalan dalam kondisi tidak baik sekitar 10% menjadi tugas pemerintah untuk makin meningkatkan kualitas serta pengoptimalan integrasi jaringan jalan dan fasilitas jalan di Kota Semarang. Persentase kesesuaian pemanfaatan ruang dengan Perencanaan Tata Ruang mencapai 79%, sehingga masih terdapat wilayah yang belum sesuai dengan peruntukan tata ruang. Jumlah daya tampung sampah apabila menggunakan open damping dalam kajian Masterplan Persampahan adalah ,05 M 3 yang tercapai pada Namun karena pelaksanaan pembuangan sampah di TPA saat ini merupakan campuran antara open dumping dan sanitary landfill sehingga umur TPA jadi bisa lebih lama. Terkait pelayanan air minum, dari data terlihat bahwa cakupan persentase rumah tangga yang terlayani air minum semakin meningkat, namun dengan semakin meningkatnya jumlah pelanggan air minum tersebut perlu diimbangi dengan peningkatan pengelolaan pelayanannya. Saat ini masih sering dijumpai banyaknya keluhan masyarakat terkait pengelolaan air minum yang belum lancar distribusi maupun keluhan terhadap kualitas air yang dihasilkan. Hal ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi pemerintah sebagai bagian dari upaya pemenuhan dan pengoptimalan sarana prasarana dasar permukiman yang berkualitas. Terlaksananya peningkatan pengelolaan reklame di Kota Semarang, dimana di sepanjang tahun telah dilaksanakan melalui intensifikasi penagihan tunggakan reklame, penandaan reklame, dan penertiban reklame ilegal yang jumlahnya meningkat secara signifikan sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2012 tentang Pedoman Pemanfaatan dan Penggunaan Bagianbagian Jalan, dimana tidak diperbolehkan lagi memasang reklame melintang di jalan (bando), di median jalan termasuk delta, baik di Jalan Nasional, Provinsi, maupun Kota. II-57

101 Terkait penanganan rob dan banjir, merupakan tugas yang sangat berat bagi Pemerintah Kota Semarang terutama saat datangnya musim penghujan. Potensi letak Kota Semarang yang berada di pinggir pantai menjadikan Kota Semarang sebagai daerah berpotensi mengalami banjir dan rob. Namun begitu berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang untuk mengatasi hal tersebut. Untuk meminimalisir terjadinya banjir dan rob dilakukan kegiatan-kegiatan perawatan sungaisungai secara berkala. Usaha-usaha tersebut terbukti efektif dalam menurunkan genangan banjir dan rob. Dari data sektoral Perangkat Daerah terlihat menurunnya persentase kawasan banjir dan rob dari 5,34% di tahun 2015 menjadi 5,02% di tahun Salah satu usaha yang ditempuh Kota Semarang terkait dana penataan sungai yang sangat besar, pemerintah Kota Semarang bisa memanfaatkan dana-dana yang bersumber dari dana non-apbd, seperti APBD provinsi maupun Pemerintah Pusat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel Tabel 2.24 Penanganan Banjir di Kota Semarang No Indikator Kinerja Satuan Tahun * 1 Persentase kawasan banjir dan % 5,34 5,02 rob 2 Lama genangan banjir dan rob di Menit sungai, saluran drainase dan gorong-gorong pada saat banjir 3 Panjang Sungai dan saluran meter drainase 4 Kapasitas/fungsi drainase (luas Hektar areal tangkapan) 5 Kapasitas pengendali banjir dengan pompa dan polder Liter / detik Sumber : Dinas PSDA & ESDM Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara / Data diolah Berdasarkan data yang ada, penanganan banjir dan rob di Kota Semarang dapat dikatakan cukup berhasil, namun dengan masih adanya kawasan yang tergenang banjir dan rob mengindikasikan bahwa di Kota Semarang masih terdapat saluran, drainase dan gorong-gorong yang belum berfungsi optimal. Hal ini disebabkan juga karena kondisi di lapangan saat ini masih terdapat infrastruktur pengendali rob dan banjir yang belum terbangun secara menyeluruh (misal polder banger, kolam retensi yang masih dalam proses pembangunan) sehingga sistem drainase belum dapat II-58

102 terintegrasi secara menyeluruh dalam mengatasi masalah banjir dan rob di Kota Semarang Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Perkembangan dalam urusan perumahan rakyat dan kawasan permukiman dapat dilihat pada tabel No Tabel 2.25 Realisasi Kinerja Urusan Perumahan Rakyat Dan Kawasan Permukiman Uraian Rumah tangga pengguna listrik (%) Luas Lingkungan pemukiman kumuh (%) Persentase rumah layak huni (%) Pemugaran rumah tidak layak huni (unit) Persentase permukiman layak huni 7 Rasio tempat pemakaman umum per penduduk Sumber : DTKP Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya Tahun ,63 0,60 0,56 1,11 0,99 0,79 80,25 80,25 80,9 81,05 91,69 90, ,40 99,44 99,16 99,26 99,45 99,21 10,32 35,92 35,80 35,68 34,35 37,85 Rasio tempat pemakaman umum per 1000 penduduk meningkat dari 34,35 pada tahun 2015 menjadi 37,85 pada tahun Mengingat jumlah penduduk yang semakin meningkat dalam setiap tahunnya hal yang perlu direncanakan kedepannya yaitu penyediaan lahan baru maupun pengoptimalan lahan yang ada untuk area pemakaman. Dari penjelasan tabel diatas dijelaskan juga bahwa luas lingkungan permukiman kumuh menurun dari tahun 2015 sebesar 0,99% menjadi 0,79% pada tahun Meskipun secara statistik angka tersebut menurun, namun dari data tersebut juga menunjukkan adanya lingkungan permukiman yang masih kumuh/ buruk seluas 0,79% atau sekitar 2,9 km2 dari seluruh wilayah Kota Semarang yang masih harus dituntaskan. Berdasarkan SK Walikota Semarang No. 050/801/2014 tentang Penetapan Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Kota Semarang telah diputuskan sebesar 415,83 ha atau 4,16 km 2 atau mencapai 1,11% dari wilayah Kota Semarang. II-59

103 Tabel 2.26 Daftar Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Kota Semarang No Kecamatan Lokasi Kelurahan Luas (ha) 1 Tugu Mangunharjo 1,56 Mangkang Kulon 3,79 Mangkang Wetan 13,59 2 Genuk Genuksari 6,19 Banjardowo 3,38 Terboyo Kulon 0,62 Trimulyo 6,00 3 Semarang Barat Tambakharjo 2,67 Ngemplak Simongan 1,32 Krobokan 16,16 4 Semarang Tengah Brumbungan 2,68 Bangunharjo 4,00 Kembangsari 5,00 Jagalan 1,36 Miroto 7,00 Kauman 2.00 Pekunden 5,00 Sekayu 2,32 5 Semarang Timur Bugangan 8,34 Rejosari 1,30 Mlatiharjo 11,52 Mlatibaru 3,93 Rejomulyo 8,43 Kemijen 15,86 6 Semarang Utara Tanjung Mas 37,63 Bandarharjo 33,44 Panggung Kidul 26,00 Kuningan 23,09 Dadapsari 27,24 7 Candisari Jomblang 1,10 Karanganyar Gunung 1,67 8 Pedurungan Gemah 5,50 Muktiharjo Kidul 13,76 Penggaron Kidul 2,19 9 Semarang Selatan Lamper Lor 4,71 Lamper Kidul 1,53 Peterongan 1,33 Lamper Tengah 7,39 II-60

104 No Kecamatan Lokasi Kelurahan Luas (ha) 10 Tembalang Tandang 3,12 Sendangguwo 4,36 Rowosari 7,07 Meteseh 10,42 11 Gayamsari Sawah Besar 6,14 Kaligawe 7,35 Tambakrejo 5,23 Gayamsari 1,57 12 Mijen Purwosari 3,45 Jatibarang 0,86 13 Banyumanik Ngesrep 0,59 Padangsari 0,49 Jabungan 11,68 Tinjomoyo 5,53 Srondol Kulon 3,67 Gedawang 5,54 14 Gunungpati Patemon 0,14 Sekaran 3,19 Sadeng 2,47 Sukorejo 2,60 Nongkosawit 3,77 15 Ngaliyan Wonosari 3,12 Kalipancur 1,32 Purwoyoso 1,65 Jumlah Total 415,83 Sumber : SK Walikota Semarang No. 050/801/ Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat Perkembangan dalam urusan ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat dapat dilihat pada tabel No 1 2 Tabel 2.27 Realisasi Kinerja Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat Uraian Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per penduduk Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan Tahun ,72 1,64 1,55 1,48 1,43 1,41 18,23 26,19 28,42 30,33 31,66 31,71 II-61

105 No Uraian Rasio Penegakan PERDA Cakupan patroli petugas Satpol PP Cakupan penanganan gangguan ketentraman dan ketertiban umum (%) Rasio Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten / kota Cakupan pelayanan bencana kebakaran Tingkat waktu tanggap (response time rate / 15 Menit setelah pengaduan) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) Jumlah kerugian akibat bencana (dalam ribu rupiah) Tahun NA NA NA NA ,00 42,04 47,44 46,58 37,96 37,96* 0,0012 0,0012 0,0009 0,0014 0,0011 0, ,46 75,69 68,72 78,11 92,13 88, Sumber : Satpol PP, D. Kebakaran, BPBD Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya Hasil kinerja urusan ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat dari tabel 2.27 diatas menunjukkan perkembangan yang cukup baik, namun dengan adanya data yang menunjukan masih timbulnya kerugian akibat bencana yang terjadi terutama kerugian material yang lebih tinggi di 2016 dibanding 2 tahun kebelakang menjadi salah satu indikasi pemerintah untuk lebih mengoptimalkan sistem peringatan dini terhadap bencana yang diterapkan di masyarakat. Dengan dioptimalkannya sistem peringatan dini terhadap bencana melalui berbagai macam kegiatan di masyarakat, diharapkan akan semakin meminimalkan dampak yang ditimbulkan apabila terjadi bencana di Kota Semarang. II-62

106 Urusan Sosial No Perkembangan pada urusan Sosial dapat dilihat pada tabel Uraian Tabel 2.28 Realisasi Kinerja Urusan Sosial Tahun * 1 Jumlah PMKS Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) 3 Cakupan PMKS yang ditangani (%) PMKS yg memperoleh bantuan sosial Jumlah PMKS yang ditangani oleh Panti Rehabsos Among Jiwo Jumlah PMKS yang menetap di Panti Rehabsos Among Jiwo Prosentase penganggaran Bantuan CSR, BAZ & swadaya masyarakat untuk penanggulangan kemiskinan 1,97 1,08 0,34 0,51 4,19 4,19 Sumber : Disospora Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya Meningkatnya jumlah cakupan dan penanganan terhadap PMKS yang ditangani menunjukkan hasil yang cukup positif dalam kinerja urusan sosial, namun di sisi lain hal ini juga menunjukkan bahwa ternyata di Kota Semarang masih terdapat jumlah PMKS yang cukup besar dan penanganan belum optimal untuk mencakup 100% tertangani. Peran serta swadaya masyarakat melalui program Coorporate Social Responsibility (CSR) dapat menjadi salah satu usaha membantu mengatasi jumlah PMKS yang semakin banyak di Kota Semarang. Dilihat dari prosentase anggaran, penganggaran Bantuan CSR, BAZ & swadaya masyarakat untuk penanggulangan kemiskinan dalam 2 tahun terakhir meningkat cukup signifikan dan hal ini cukup membantu di masyarakat. Untuk itulah diharapkan Pemerintah mampu menggandeng sebanyak-banyaknya dan meoptimalkan peran serta masyarakat dan swasta agar terlibat dalam program CSR ini. Dari data di tabel 2.28 terlihat bahwa jumlah PMKS yang ditangani oleh Panti Rehabsos Among Jiwo cenderung bertambah setiap tahunnya, hal inilah yang perlu menjadi perhatian pemerintah untuk terus II-63

107 mengoptimalkan tempat rehabilitasi terhadap PMKS tersebut, mengingat sampai saat ini di Kota Semarang hanya terdapat 1 Panti rehabsos untuk PMKS milik pemerintah daerah Fokus Layanan Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar Urusan Tenaga Kerja Keberhasilan dalam pelaksanaan Urusan Tenaga Kerja diukur melalui beberapa indikator. Diantara 5 indikator yang ada, 4 capaian diantaranya mengalami fluktuasi selama tahun Untuk Tingkat Pengangguran Terbuka, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, Angka sengketa pengusaha pekerja, Penempatan tenaga kerja, dan keselamatan masih menjadi permasalahan dalam Urusan ketenagakerjaan ini. Hal ini diantaranya disebabkan karakteristik pencari kerja di Kota Semarang yang cenderung memilih pekerjaan sesuai dengan latar belakang pendidikannya, sehingga menjadi peluang kerja bagi pencari kerja dari daerah lain. Realisasi kinerja pada Urusan Wajib Ketenagakerjaan dapat dilihat pada tabel Tabel 2.29 Realisasi Kinerja Urusan Tenaga Kerja No Uraian Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun Tingkat partisipasi angkatan kerja (%) Pencari kerja yang ditempatkan Tahun * 60,61 68,23 66,79 77,51 63,05 67, Keselamatan dan perlindungan (%) 8,36 6,46 7,60 8,30 8,83 8,83* 5 Penyelesaian Perselisihan buruh dan pengusaha thd kebijakan pemerintah daerah (%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Disnakertrans Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya Angka sengketa antara pengusaha dengan pekerja menunjukkan data yang fluktuatif dalam kurun waktu 5 tahun belakang ini. Data di tahun 2016 menunjukan masih adanya sengketa yang terjadi antara pengusaha dan pemerintah. II-64

108 Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Hasil yang dicapai oleh Pemerintah Kota Semarang pada pelaksanaan urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak selama tahun dapat dilihat pada tabel No 1 2 Tabel 2.30 Realisasi Kinerja Urusan Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak Uraian Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah Partisipasi perempuan di lembaga swasta (%) Tahun NA NA NA NA 6,50 6,70 60,00 63,47 63,14 53,21 61,11 61,11* 3 Rasio KDRT (%) 0,60 0,61 0,60 0,59 0,056 0,037 4 Penyelesaian pengaduan Perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan (%) Sumber : Bapermasper Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya Perempuan sebagai salah satu unsur pada masyarakat cenderung mengalami penurunan peran berpartisipasi dalam pembangunan. Hal tersebut terlihat data di tabel 2.30 diatas yang menunjukkan persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah maupun di lembaga swasta dalam 5 tahun terakhir mengalami kecenderungan yang menurun. Partisipasi perempuan di lembaga swasta di tahun 2013 yang sebesar 63,14% turun menjadi 61,11% di tahun Urusan Pangan Kinerja pada Urusan Pangan secara lengkap terlihat pada tabel Tabel 2.31 Realisasi Kinerja Urusan Pangan No Uraian 1 Ketersediaan pangan utama per penduduk 2 Rata-rata jumlah ketersedian padi dalam setahun (ton) 3 Rata-rata jumlah ketersedian jagung dalam setahun (ton) Tahun * * II-65

109 No Uraian Tahun Rata-rata jumlah ketersedian palawija dalam setahun (ton) * Sumber : Kantor Ketahanan Pangan Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya Urusan Pertanahan Pada urusan pertanahan yang telah dilaksanakan meliputi kegiatan pengadaan tanah untuk kepentingan umum melalui Tim P2T (Panitia Pengadaan Tanah) Pemerintah Kota Semarang, Fasilitasi penyelesaian konflik tanah negara dan upaya tertib administrasi pertanahan melalui penyediaan data base pertanahan di 177 kelurahan. Untuk rinciannya, realisasi kinerja pada Urusan Pertanahan dapat dilihat pada tabel Tabel 2.32 Realisasi Kinerja Urusan Pertanahan No Uraian Tertib Administrasi Pertanahan (%) (peningkatan Data Base Pertanahan) Penyelesaian kasus tanah Negara (%) Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum Tahun ,17 21,46 23,37 25,64 26, % /20 kasus 100% /19 kasus 100% /25 kasus NA NA NA 100% /20 kasus 956 dari bidang tanah 100% /20 kasus 35 dari 147 bidang tanah 100% /20 kasus 35 dari 147 bidang tanah* Sumber : BPN dan Bag. Tapem Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya Urusan Lingkungan Hidup Kinerja urusan lingkungan hidup terjabarkan dalam program-program untuk mencapai target capaian kinerja dan sasaran-sasarannya. Salah satu hasil yang menonjol adalah untuk kesekian kalinya, tercatat mulai tahun 2012, secara berturut-turut Kota Semarang sukses memperoleh penghargaan Adipura untuk kategori kota metropolitan terbersih. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota memiliki kepedulian dalam pengendalian pencemaran serta memiliki komitmen dalam mewujudkan kota bersih dan hijau (clean and green city). Berikut capaian kinerja urusan lingkungan hidup dari tahun , yang secara umum kondisinya ditunjukkan pada tabel II-66

110 No Uraian Pencemaran status mutu air Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Sumber Mata Air Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal (jumlah perusahaan yang diawasi) Penegakan hukum lingkungan (%) Indeks kualitas lingkungan hidup (%) Persentase usaha dan atau kegiatan yang mentaati persayaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air (%) Presentase usaha dan atau kegiatan sumber tidak bergerak yang mentaati persayaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran udara (%) Pencegahan Pencemaran Air (%) Pencegahan Pencemaran Udara dan Sumber Tidak Bergerak (%) Tabel 2.33 Realisasi Kinerja Urusan Lingkungan Hidup Tahun ,5 36,5 41 8,19 10,76 9,35 8,92 13, * NA NA NA NA NA 44,84 7 8, ,2 102, * 75 64, * 10 Penyediaan informasi status kerusakan dan/atau tanah untuk produksi biomass (%) NA NA * Sumber : Bappeda, BLH, dan DKP Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya Pencemaran status mutu air yang cenderung tidak menurun di 5 tahun terakhir serta masih rendahnya perusahaan dan atau kegiatan yang mentaati persayaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air yaitu hanya sekitar 12% menunjukkan masih terjadinya pencemaran air dan belum optimalnya pengelolaan kualitas lingkungan hidup di Kota Semarang Urusan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Semarang Penerapan KTP Nasional berbasis NIK yang didukung dengan ketersediaan database kependudukan skala kota. Untuk Rasio Penduduk ber-ktp per Satuan Penduduk penurunan terlihat terjadi pada tahun 2015 karena terbit Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2013 yang mengatur bahwa KTP Non Elektronik berlaku sampai dengan 31 Desember 2014, sehingga untuk tahun 2015 kepemilikan KTP yang dihitung adalah e- II-67

111 KTP atau KTP elektronik. Namun sudah kembali naik di tahun 2016 menjadi sebesar 94,43%. Sedangkan penurunan Rasio Bayi Berakte Kelahiran (%) disebabkan karena masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengurusan akte kelahiran meskipun telah dilakukan jemput bola dan pemerintah telah membuka pelayanan pada Tempat Pelayanan Data Kependudukan (TPDK) di setiap Kecamatan. Realisasi kinerja Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil dapat dilihat tabel No 1 2 Tabel 2.34 Realisasi Kinerja Urusan Administrasi Kependudukan Dan Catatan Sipil Uraian Rasio bayi berakte kelahiran (%) Rasio pasangan berakte nikah (%) Tahun ,85 90,96 92,15 92,07 90,82 89,29 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 3 Kepemilikan KTP (%) 96,00 96,00 96,00 96,00 91,54 94,43 4 Kepemilikan akta kelahiran (%) 64,00 65,00 65,00 68,00 74,00 79,3 5 Ketersediaan database kependudukan skala Kota 6 Penerapan KTP Nasional berbasis NIK Sumber : Dispendukcapil Kota Semarang, Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kondisi pada urusan pemberdayaan masyarakat dan desa dapat dilihat pada tabel No Tabel 2.35 Realisasi Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Uraian Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK Persentase LPM Berprestasi Tahun ,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00* 4 Persentase PKK aktif 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 5 Persentase Posyandu aktif 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 6 Swadaya Masyarakat terhadap Program pemberdayaan masyarakat (%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00* II-68

112 No Uraian Tahun Pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan masyarakat (%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 91 Sumber : Bapermasper Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya Jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat dan jumlah kelompok binaan PKK dalam 5 tahun terakhir memang tidak mengalami penurunan, namun jumlah peningkatannya juga tidak signifikan. Sehingga dengan jumlah yang ada saat ini, peran dan fungsi kelembagaan masyarakat dalam pembangunan sangat perlu untuk dioptimalkan guna memenuhi/ mencakup jumlah penduduk yang semakin bertambah. Selain itu hal yang perlu dilakukan agar pemberdayaan terhadap masyarakat berhasil dan berdaya guna secara optimal adalah dengan juga mengoptimalkan koordinasi lintas sektor, antara semua stakeholders/ pengampu kepentingan secara intensif dan konsisten Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Hasil yang dicapai oleh Pemerintah Kota Semarang pada pelaksanaan urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera selama tahun 2011 sampai dengan 2016 dapat dilihat pada tabel No Tabel 2.36 Realisasi Kinerja Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Uraian Rata-rata jumlah anak per keluarga Rasio akseptor KB per PUS Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I Sumber : Bapermasper Kota Semarang, 2016 Tahun ,06 2,16 2,12 2,02 2,02 1,16 76,02 76,09 76,46 76,47 76,2 76, Urusan Perhubungan Kondisi umum perkembangan Urusan perhubungan sampai dengan tahun 2016 dapat dilihat seperti yang ditunjukkan pada tabel II-69

113 No Uraian 1 Jumlah arus penumpang angkutan umum : Tabel 2.37 Realisasi Kinerja Urusan Perhubungan Tahun Bus * - Kereta Api * - Kapal Laut * - Pesawat Udara * -BRT Rasio ijin trayek per jumlah 0,026 0,020 0,0019 0,0018 0,0018 0, penduduk 3 Jumlah uji kir angkutan umum 4 Jumlah pelabuhan laut 5 Jumlah pelabuhan udara 6 Jumlah terminal bus Jumlah stasiun kereta api 8 Persentase angkutan 0,0281 0,0279 0,0438 0,0288 0,0301 0,0301* darat 9 Lama pengujian kelayakan 2Jam 2Jam 2Jam 2Jam 2Jam 2Jam* angkutan umum (KIR) 10 Biaya Pengujian Kelayakan Angkutan Umum (KIR) 11 Persentase pemasangan Rambu - Rambu 76,00 60,00 70,59 100,00 100,00 100,00 Sumber : Dishubkominfo Kota Semarang, 2016 *). Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya Jumlah arus penumpang angkutan umum terutama angkutan darat dalam 5 tahun terakhir ini mengalami jumlah peningkatan yang cukup signifikan. Untuk itulah peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum massal serta pengoptimalan pengelolaan sarana dan prasarana transportasi sangat perlu dilakukan oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dengan mempercepat dan mempermudah proses uji kelayakan untuk angkutan umum dengan tetap berpegang pada aturan perundangan serta II-70

114 pengenaan biaya yang tidak membebani pelaku angkutan umum. Selain itu, upaya perbaikan-perbaikan sarana prasarana perhubungan seperti penambahan jumlah rambu, penambahan jumlah armada BRT akan sangat membantu dalam kelancaran lalu lintas di dalam kota Urusan Komunikasi dan Informatika Pada urusan Komunikasi dan Informatika sampai dengan tahun 2016 dapat dilihat seperti yang ditunjukkan pada tabel tabel No 1 Tabel 2.38 Realisasi Kinerja Urusan Komunikasi dan Informatika Uraian Jumlah domain dan subdomain semarangkota.go.id Tahun Jumlah wifi di area publik NA 90 3 Terwujudnya Aplikasi interaktif dan integrasi untuk mewujudkan e-gov dlm rangka smart city Jumlah jaringan komunikasi 40 lokasi 67 lokasi 5 Jumlah surat kabar nasional/lokal - Surat kabar nasional 6 6* - Surat kabar lokal 5 5* 6 Jumlah penyiaran radio/tv nasional dan lokal - Jml penyiaran radio nasional 5 5* - Jumlah penyiaran radio lokal 14 14* - Jumlah penyiaran TV nasional 12 12* - Jumlah penyiaran TV lokal 4 4* Sumber : Dishubkominfo, Setda Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Hasil yang telah dicapai pada urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dari tahun dapat dilihat pada tabel No 1 2 Uraian Persentase koperasi aktif (%) Jumlah UKM non BPR/LKM UKM Tabel 2.39 Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Tahun ,2 78,62 78,72 79,26 79,94 78, Jumlah BPR/LKM * II-71

115 No Uraian Tahun Usaha Mikro dan Kecil Jumlah UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah ) yang memiliki IUMK NA NA NA NA Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Kota Semarang, 2016 *). Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya Jumlah UMKM pada tahun 2015 sebanyak 996 unit. Pada tahun 2016, pendataan Pelaku Usaha Mikro di Kota Semarang menggunakan Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK) secara online. Pendataan tersebut menindaklanjuti Perwal Semarang Nomor 24 Tahun 2015 tentang Izin Usaha Mikro dan Kecil. IUMK tersebut sebagai legal formal Pelaku Usaha Mikro di Kota Semarang, dan di tahun 2016 jumlah UMKM terdata sebanyak unit. Sebagai upaya untuk menumbuhkan minat masyarakat dalam kewirausahaan, sebenarnya pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya antara lain dengan melakukan berbagai macam pelatihan kewirausahaan untuk masyarakat. Namun seringkali hal ini belum optimal dalam tindak lanjutnya. Belum ditindaklanjuti ke arah yang lebih serius seperti menumbuhkan dan menambah jumlah Usaha Mikro maupun Usaha Kecil di Kota Semarang setelah pelaksanaan kegiatan pelatihan tersebut. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM Tahun 2015 sebanyak pada tahun 2016 menjadi Jumlah Usaha Mikro dan Kecil Tahun 2015 sebanyak pada Tahun 2016 menjadi Data yang tersaji untuk tahun 2016 adalah data baru berdasarkan pendataan menggunakan program IUMK yang yang mulai diluncurkan akhir tahun 2015 sehingga terjadi selisih data yang signifikan Urusan Penanaman Modal Pelaksanaan Penanaman Modal kota Semarang , untuk capaian kinerja pada urusan Penanaman Modal dapat dikatakan baik, hal ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan program pada urusan Penanaman Modal dapat dilaksanakan sesuai dengan arah kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan. Pada perkembangannya ditunjukkan pada tabel II-72

116 Tabel 2.40 Perkembangan Investasi Kota Semarang Tahun No Uraian Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) Jumlah Investasi (Milyar Rp) 997, , , , , ,00 Jumlah Investasi a PMDN (Milyar 437, , , , , ,00 Rp) b Jumlah Investasi PMA (Milyar Rp) 559, , , , , ,00 Sumber : Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Semarang (data diolah), 2016 Perkembangan jumlah investor di Kota Semarang menunjukkan angka yang terus meningkat di rata-rata 5 tahun terakhir, begitupun dengan jumlah investasi yang terus meningkat. Namun jika dilihat secara rincinya, untuk jumlah investasi Penanamam Modal Asing (PMA) justru menurun di tahun 2016 ini yang hanya sebesar Rp. 2,9 triliyun dibandingkan tahun 2015 yang sempat mencapai di atas Rp. 5,4 triliyun. Hal ini menunjukkan sebenarnya nilai investasi terutama untuk yang PMA masih dapat dioptimalkan dan masih dapat ditingkatkan lagi Urusan Kepemudaan dan Olah Raga Pada urusan pemuda dan olahraga, capaian sampai dengan tahun 2016 dapat dilihat pada tabel No Tabel 2.41 Realisasi Kinerja Urusan Kepemudaan dan Olah Raga Uraian Tahun Jumlah organisasi pemuda yang aktif 2 Jumlah organisasi olahraga 3 Jumlah kegiatan kepemudaan 4 Jumlah kegiatan olahraga * 5 Jumlah gelanggang olahraga milik Pemda 6 Lapangan olahraga Sumber : Dinsospora Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya Data yang tersaji menggambarkan masih perlu dioptimalkannya kinerja dalam urusan kepemudaan dan olahraga. Dengan jumlah organisasi pemuda aktif yang stagnan/ tidak bertambah sejak 3 tahun terakhir dan bahkan terjadi penurunan untuk jumlah organisasi olahraga dapat II-73

117 mengindikasikan bahwa minat pemuda untuk terlibat dalam organisasi dan pembangunan semakin menurun/ berkurang. Pemerintah akan terus meningkatkan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana olahraga di Kota Semarang mengingat jumlah gelanggang olahraga yang dimiliki pemerintah sampai saat ini masih belum bertambah. Upaya lain yang dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat melalui olahraga dilakukan dengan menambah jumlah dan mengoptimalkan lapangan olahraga di setiap wilayah/ kecamatan dengan penambahan jumlah yang sangat signifikan yaitu menjadi 275 lapangan olahraga di tahun Urusan Statistik Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010, indikator keberhasilan pada urusan Statistik diantaranya adalah ketersediaan Buku Daerah Dalam Angka dan Buku PDRB Kab/Kota. Indikator tersebut selama kurun waktu 2011 s.d 2016 telah terpenuhi, bahkan tidak pada kedua jenis produk tersebut saja, rata-rata tersusun 12 s.d 13 jenis produk buku statistik daerah pada setiap tahunnya. Selain dari jenis buku, aksesbilitas data-data tersebut semakin mudah. Realisasi kinerja Urusan Statistik dilihat pada tabel Tabel 2.42 Realisasi Kinerja Urusan Statistik No Uraian Tahun Buku Kota/Kabupaten Dalam Angka Buku PDRB Kota/Kabupaten Banyaknya Publikasi Data (jenis) Sumber : Bappeda Kota Semarang, Urusan Persandian Urusan Persandian untuk pengamanan informasi yaitu pola hubungan komunikasi sandi antar Perangkat Daerah. Sampai dengan saat ini kinerja dapat diukur dengan peningkatan jumlah sistem informasi di Perangkat Daerah untuk meningkatkan pengelolaan manajemen dengan pemanfaatan teknologi. II-74

118 No Uraian Tabel 2.43 Realisasi Kinerja Urusan Persandian Tahun Rasio Pelayanan Persandian 100% 100% 100% 100% 100% 100% Sumber : Setda Kota Semarang, Urusan Kebudayaan Pada urusan Kebudayaan capaian perkembangannya tersaji dalam tabel Tabel 2.44 Realisasi Kinerja Urusan Kebudayaan No Uraian Penyelenggaraan festival seni dan budaya Sarana penyelenggaraan seni dan budaya Situs cagar budaya yang dilindungi Kawasan cagar budaya yang dilindungi Tahun Bangunan cagar budaya yang dilindungi Sumber : Disbudpar Kota Semarang, Realisasi kinerja urusan kebudayaan dalam 5 tahun terakhir menunjukkan hasil yang cukup bagus dilihat dari jumlah penyelenggaraan event kesenian serta sarana penyelenggaraan seni dan budaya yang semakin meningkat. Hal yang perlu menjadi perhatian yaitu bagaimana pemerintah mampu mengoptimalkan upaya-upaya pelestarian seni dan budaya dengan berbasis kearifan lokal masyarakat Urusan Perpustakaan Pada Urusan Perpustakaan perkembangannya ditunjukkan pada tabel Tabel 2.45 Realisasi Kinerja Urusan Perpustakaan No Uraian 1 Jumlah Perpustakaan Milik Pemerintah Daerah Tahun II-75

119 No Uraian Tahun Jumlah Perpustakaan Milik Non Pemerintah Daerah Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun Persentase Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah 45,06 45,55 46,48 68,26 71,63 71,63* Sumber : Kantor Perpustakaan & Arsip Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya Dari data pada tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah pengunjung perpustakaan mulai terlihat menurun di tahun Hal ini karena metode yang digunakan untuk menentukan jumlah pengunjung perpustakaan di tahun 2015 tidak lagi mencantumkan jumlah pengunjung di rumah pintar, namun jumlah pengunjung di tahun 2016 kembali naik menjadi orang Urusan Kearsipan Pada urusan Kearsipan yaitu Pengelolaan arsip secara baku dan Peningkatan SDM pengelola kearsipan. Kondisinya ditunjukkan pada tabel No Uraian Tabel 2.46 Realisasi Kinerja Urusan Kearsipan Tahun Pengelolaan arsip secara baku 88,71 96,77 98,39 100,00 100,00 100,00 2 Persentase peningkatan SDM pengelola kearsipan 67,74 77,42 79,03 80,65 88,71 88,71* Sumber : Kantor Perpustakaan & Arsip Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya Fokus Layanan Urusan Pilihan Urusan Kelautan dan Perikanan Pada urusan Kelautan dan Perikanan, secara rinci perkembangan pembangunan urusan Kelautan dan Perikanan dapat dilihat pada tabel II-76

120 No 1 2 Uraian Produksi perikanan Produksi perikanan Tangkap (ton) Produksi perikanan Budidaya (ton) Konsumsi ikan (kg/kapita/ thn) Tabel 2.47 Realisasi Kinerja Urusan Kelautan dan Perikanan Tahun ,15 715, , , , , , , , , , ,57 23,37 24,04 24,93 25,93 30,26 30,94 3 Cakupan bina kelompok nelayan (klp) Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Semarang, Urusan Pariwisata Pada urusan Pariwisata secara rinci perkembangan pembangunan dapat dilihat pada tabel Tabel 2.48 Realisasi Kinerja Urusan Pariwisata No 1 2 2a 2b 2c Uraian Tahun Kunjungan wisata Jumlah Obyek Wisata Obyek Wisata Alam Obyek Wisata Budaya Obyek wisata buatan Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, 2016 *). Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya Jumlah kunjungan wisata dan jumlah obyek wisata di Kota Semarang dalam kurun waktu 5 tahun terakhir menunjukkan angka yang terus meningkat. Kondisi geografis Kota Semarang yang berupa perbukitan dan pantai yang sebenarnya berpotensi besar untuk dapat diolah sebagai obyek wisata alam yang menarik. Di tahun 2016 ini penambahan jumlah obyek wisata memang mengalami peningkatan, namun jumlahnya peningkatannya tidak terlalu signifikan terutama untuk jumlah wisata alam. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah masih harus terus mengoptimalkan upaya-upaya pengembangan dan pengelolaan objek serta daya tarik wisata di Kota Semarang. II-77

121 Urusan Pertanian Kondisi pada Urusan Pertanian tahun ditunjukkan sebagaimana tabel No Uraian Produksi padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per (ton) Cakupan bina kelompok petani Produksi Komoditas Holtikultura Utama Lokal (ton) Produksi Komoditas Perkebunan (ton) Tabel 2.49 Realisasi Kinerja Urusan Pertanian Sumber : D. Pertanian Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya Tahun * ,80 Terlihat produksi komoditas perkebunan yang menurun, hal ini disebabkan tuntutan dan perkembangan industri terkait banyaknya produk-produk hasil olahan dari kelapa sehingga para petani kelapa di Kota Semarang banyak yang menggantinya dengan tanaman buah-buahan seperti kelengkeng Urusan Perdagangan No Pada urusan Perdagangan, perkembangannya dapat dilihat pada tabel Uraian Tabel 2.50 Realisasi Kinerja Urusan Perdagangan Tahun Nilai total ekspor (USD) Cakupan bina kelompok 2 pedagang/usaha informal Sumber : Disperindag dan Dinas Pasar Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya % 20% 25% 30% 35% 100% II-78

122 Tabel 2.51 Perkembangan Jumlah Pasar Di Kota Semarang Tahun No Uraian Tahun * 1. Pasar Tradisional Rehab total pasar tradisional Pasar Lokal Pasar Regional Pasar Swalayan / Supermarket / Toserba Hipermarket Pasar Grosir Mal/Plaza Pertokoan/Warung/Kios Sumber: Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) Kota Semarang dan Dinas Pasar Kota Semarang, 2015 *) Data sangat sangat sementara / Data tahun sebelumnya Data di tabel 2.51 menampilkan perkembangan sarana perdagangan di Kota Semarang dalam 5 tahun terakhir. Dari data tersebut terlihat ketimpangan jumlah yang signifikan antara sarana perdagangan tradisional dibandingkan yang ritel modern. Ini menjadi salah satu indikasi bahwa perlu dioptimalkan lagi usaha-usaha pengendalian yang dilakukan pemerintah terkait persebaran maupun penambahan sarana perdagangan antara yang tradisional dan modern. Selain itu, pengoptimalan sarana perdagangan tradisional melalui perbaikan-perbaikan pasar baik berskala rehab kecil/ perawatan rutin maupun yang berskala rehab total terus dilaksanakan setiap tahunnya. Hal ini dilakukan sebagai upaya pemerintah untuk melindungi dan meningkatkan kesejahteraan pedagang-pedagang kecil Urusan Perindustrian Pembangunan urusan industri diarahkan untuk menumbuh kembangkan industri secara intensif dengan mengutamakan industri/usaha kecil dan menengah melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia. Perkembangan urusan industri dapat dilihat dari beberapa variabel yaitu kontribusi sektor industri terhadap PDRB dan pertumbuhan industri. Perkembangan pelayanan pada urusan industri dapat dilihat dari perkembangan jumlah industri dan jumlah kelompok pengrajin yang ada di Kota Semarang. II-79

123 No Uraian Kontribusi kategori Industri Pengolahan terhadap PDRB (atas dasar harga berlaku) Kontribusi kategori Industri Pengolahan terhadap PDRB (atas dasar harga konstan) Jumlah Industri Kecil dan Menengah Cakupan bina kelompok pengrajin Berkembangnya industri kreatif terutama industri kecil/home industri Tabel 2.52 Realisasi Kinerja Urusan Perindustrian Tahun ,70 27,15 27,24 28,05 27,46 27,45 25,49 25,96 26,45 26,66 26,31 25, IKM * 160 IKM 163 IKM 395 IKM 478 IKM 478 IKM* 6 Jumlah kluster industri * Produksi dan transaksi penjualan IKM Peningkatan penataan struktur IKM Penataan kawasan sentrasentra industri potensial 2,56% 5,26% 4,00% 71,74% 81,06% 81,06%* 3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 3,00%* 4 sentra 8 sentra 12 sentra 16 sentra 20 sentra 20 sentra* 10 Jumlah Industri Sumber : Disperindag Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sementara / Data tahun sebelumnya Semakin bertambahnya jumlah IKM dan industri kecil menimbulkan tuntutan baru terhadap dibutuhkannya sentra-sentra usaha ekonomi dalam mempermudah pemasaran dari produk-produk yang dihasilkan. Selain itu sentra ekonomi juga mempunyai fungsi untuk meningkatkan transaksi penjualan yang dalam 3 tahun terakhir ini menunjukkan kenaikan yang drastis yakni mencapai lebih dari 81% dibanding tahun 2013 yang hanya sebesar 4%. Hal lain yang menjadi tuntutan kebutuhan yaitu terkait kemudahan pelaku usaha ekonomi untuk mengakses permodalan dalam upaya pengembangan produk dan hasil usahanya khususnya untuk industriindustri kecil dan menengah yang jumlahnya saat ini sesuai data terakhir cukup banyak di Kota Semarang yaitu dan industri kreatif terutama industri kecil/home industri yang mencapai 478 IKM Fokus Fungsi Penunjang A. Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Dalam fungsi perencanaan, penelitian dan pengembangan, ketersediaan dokumen perencanaan pembangunan serta dokumen perencanaan teknis strategis merupakan kinerja yang harus dilaksanakan. II-80

124 Selain itu, tujuan yang akan dicapai yaitu untuk mencapai kualitas perencanaan didukung penelitian dan pengembangan yang salah satu caranya melalui semakin berkembangnya jejaring /network dengan stakeholder lain yang terkait (pemerintah, swasta, akademisi). Untuk mewujudkan hal tersebut terdapat beberapa kendala antara lain masih terdapatnya kesenjangan antara implementasi dan kebijakan dan belum optimalnya data/informasi dan hasil-hasil kajian penelitian dan pengembangan serta inovasi daerah. Selama tahun pelaksanaan fungsi Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan menghasilkan kinerja seperti tersaji pada tabel No Tabel 2.53 Realisasi Kinerja Fungsi Penunjang Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Uraian Tahun Tersedianya dokumen RKPD yang telah ditetapkan dgn Perwal tepat waktu Kesesuaian Program RPJMD dengan Program RKPD (%) ,48 87,77 88,51 92,05 89,69 99,63 3 Jumlah Penelitian yang dilaksanakan oleh Bid. Litbang Bappeda Sumber : Bappeda Kota Semarang, Pada tahun 2016 Pemerintah Kota Semarang menyusun 3 dokumen RKPD dikarenakan dokumen RKPD tahun 2017 diganti dengan dokumen RKPD Perubahan 2017 sebagai turunan dokumen perencanaan tahunan dari dokumen perencanaan jangka menengah RPJMD yang telah disusun. Sedangkan kesesuaian program antara dokumen RPJMD dengan RKPD dalam periode yang lalu sudah mencapai lebih dari 80%. Meskipun angka kesesuaian ini sudah cukup tinggi, namun masih harus dioptimalkan sampai mencapai angka kesesuaian 100% antara program RPJMD dengan program RKPD. II-81

125 B. Keuangan Belum optimalnya upaya peningkatan potensi pendapatan daerah teritama dari pajak daerah, terutama dari sisi kesadaran wajib pajak, keterbatasan SDM pemeriksa pajak dan Perda Pajak daerah yang sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini. Masih kurangnya pengelolaan dan tertib keuangan daerah yang ditunjukkan dengan masih sering terlambatnya pelaporan keuangan daerah, belum optimalnya integrasi sistem pengelolaan keuangan on line, juklak juknis Dana DAK yang selalu terlambat, dan masih banyaknya permintaan pembayaran yang bertumpu di akhir tahun. Pengelolaan aset daerah belum optimal terkait dengan masih rendahnya koordinasi antar OPD dalam penghapusan aset daerah dan masih kurangnya tenaga teknis pengukuran aset menggunakan GIS. Dari permasalahan tersebut diatas menyebabkan masih rendahnya tingkat kemandirian keuangan daerah. No Uraian Tabel 2.54 Realisasi Kinerja Fungsi Penunjang Keuangan Tahun Tingkat kemandirian keuangan daerah 1 (Persentase Realisasi PAD terhadap Realisasi Pendapatan Daerah) 25,39% 30,77% 33,11% 35,96% 26,10% 35,98% Sumber : DPKAD Kota Semarang, 2016 C. Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Belum optimalnya pengembangan dan pembinaan aparatur jabatan fungsional dipengaruhi oleh kurangnya informasi dan anggaran untuk pejabat fungsional untuk mengikuti diklat teknis. Tabel 2.55 Realisasi Kinerja Fungsi Penunjang Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan NO Indikator Kinerja Jumlah Pejabat Struktural yang telah mengikuti 1 Diklat Kepemimpinan sesuai jenjang Jabatannya Jumlah Pegawai yang Mengikuti Diklat Teknis 2 dan Fungsional Sumber : Badan Diklat Kota Semarang, Orang 126 Orang 1055 Orang 956 Orang II-82

126 Badan Pendidikan dan Pelatihan Kota Semarang belum memiliki sertifikasi/akreditasi, sehingga tidak dapat menyelenggarakan diklat secara mandiri dan belum adanya pasal didalam PP Nomor 100 tahun 2001 tentang Pendidikan dan Pelatihan PNS yang menyebutkan sanksi bagi Pejabat struktural yang tidak mengikuti Diklatpim sesuai dengan jenjangnya sehingga tersirat bahwa Diklatpim bukan merupakan diklat wajib bagi pejabat struktural. Yang menjadi perhatian kedepannya yaitu perlu pengoptimalan sistem manajemen SDM aparatur sehingga program kegiatan dalam rangka peningkatan aparatur PNS dapat terkontrol dan terencana secara sistematis. D. Pengawasan Capaian dalam Urusan Fungsi Penunjang Pengawasan cukup memuaskan. Dalam 6 (enam) tahun terakhir Kota Semarang mendapatkan 4 (empat) kali Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK atas pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah, termasuk di Tahun Tercapainya tingkat opini tertinggi yang diberikan oleh BPK tersebut menunjukkan efektifnya pelaksanaan pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. No Uraian Tabel 2.56 Realisasi Kinerja Fungsi Penunjang Pengawasan Tahun Opini BPK atas pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah WDP WTP WTP WTP WDP WTP Sumber : Inspektorat Kota Semarang, 2016 Untuk menjaga capaian opini WTP atas pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah perlu dioptimalkannya implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) serta peningkatan kapasitas dan kapabilitas dari Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). E. Unsur Pendukung Fungsi Unsur Pendukung ditangani oleh perangkat daerah Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD. Masalah yang dihadapi antara lain belum optimalnya pelaksanaan legislasi daerah. II-83

127 Tabel 2.57 Realisasi Kinerja Fungsi Unsur Pendukung Tahun No Indikator Kinerja Satuan Jumlah raperda yang disetujui DPRD 2 Cakupan Peningkatan Kapasitas Lembaga DPRD. 3 Predikat Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah (Evaluasi atas penerapan Sakip) 4 Jumlah Produk Hukum : Peraturan Daerah Peraturan Walikota Keputusan Walikota 5 Terfasilitasi dan terselesaikannya kasus pemerintahan 6 Jumlah Kegiatan kerjasama kemitraan pembangunan antara Pemkot Semarang dengan Pemerintah Daerah lainnya 7 Prosentase Pengaduan Masyarakat yang tertangani dan terselesaikan Raperda % 44,42 63,75 Predikat CC CC Perda Perwal SK Walikota Kasus 9 15 Kegiatan 8 9 % Survey Kepuasan Masyarakat Nilai Sumber : Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD Kota Semarang, 2016 Yang menjadi catatan penting dari data diatas, salah satunya adalah Predikat Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah (Evaluasi atas penerapan SAKIP) yang masih berada di kategori CC atau jika dinominalkan hanya bernilai dari range nilai tertinggi 100 yang dapat dicapai. Hal ini dapat diartikan tingkat efisiensi penggunaan anggaran di Kota Semarang masih tergolong rendah, dengan nilai akuntabilitas kinerja masih dibawah 70 dapat diindikasikan berpotensi terjadi inefisiensi diatas 30% dari APBD diluar belanja pegawai. Inefisiensi ini dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain: tidak jelas hasil yang akan dicapai (tujuan/sasaran tidak berorientasi hasil), ukuran kinerja tidak jelas, tidak ada keterkaitan antara program/ kegiatan dengan Sasaran, rincian kegiatan tidak sesuai dengan maksud kegiatan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah Kota Semarang yaitu dengan mencoba mengurutkan/cascading semua indikator kinerja mulai II-84

128 dari dokumen perencanaan jangka menengah sampai dengan perencanaan tahunan masing-masing SKPD. F. Kewilayahan Fungsi Penunjang Kewilayahan ditangani oleh 16 Kecamatan di Kota Semarang. Sebagai Perangkat Daerah yang bersifat kewilayahan, kecamatan melaksanakan fungsi koordinasi kewilayahan dan pelayanan tertentu yang bersifat sederhana dan intensitas tinggi. Realisasi kinerjanya dapat dilihat pada tabel Tabel 2.58 Realisasi Kinerja Fungsi Penunjang Kewilayahan Tahun No Indikator Kinerja Satuan Tingkat kemampuan lembaga masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan wilayah 2 Tingkat partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan & pelaksanaan pembangunan 3 Persentase kehadiran RT dalam Musrenbang % Kegiatan % NA 97,18 4 Persentase RT yang usul dalam musrenbang 5 Persentase kondisi sarpras kelurahan dan kecamatan yang ditangani melalui Musrenbang Sumber : Kecamatan Kota Semarang, 2016 % NA 89,07 % NA 12,68 Meski secara data statistik kehadiran masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) sudah cukup tinggi namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kegiatan musrenbang di sebagian wilayah yang hanya dijadikan formalitas saja, lama-kelamaan membuat sebagian masyarakat menjadi apatis dan semakin tak acuh terhadap forum musyawarah yang diselenggarakan sehingga hal ini cenderung akan menurunkan peran serta aktif masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan di daerahnya Fokus Urusan Pemerintahan Umum Urusan pemerintahan umum di daerah lebih menyangkut kepada halhal yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk diantaranya kehidupan berpolitik. Menurunnya penerapan nilai-nilai kebangsaan/nasionalisme, gotong royong, budi pekerti, dan kesetiakawanan II-85

129 sosial di kalangan masyarakat serta belum optimalnya pengawasan dan pendataan terkait dengan pendidikan ideologi asing, dan organisasi sosial politik masyarakat masih sering menjadi simpul-simpul masalah yang berkembang di masyarakat. Kinerja Urusan Pemerintahan Umum ditunjukkan pada tabel Tabel 2.59 Realisasi Kinerja Urusan Pemerintahan Umum No Indikator Kinerja 1 Jumlah Ormas dan Lembaga Nirlaba Lainnya yang keberadaannya bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara 2 Tingkat partisipasi masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 3 Jumlah kejadian konflik sosial yang berlatar belakang suku, agama, ras dan golongan Tahun NA NA NA NA NA NA Tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang politik Sumber : Badan Kesbangpol Kota Semarang, 2016 NA NA NA ASPEK DAYA SAING DAERAH Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan dengan provinsi dan kabupaten/kota lainnya yang berdekatan, nasional atau internasional. Aspek daya saing daerah terdiri dari kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita Kebutuhan makanan merupakan kebutuhan utama, sehingga kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan tersebut akan semakin meningkat. Namun kebutuhan ini mempunyai titik jenuh, sehingga pada tingkat pendapatan yang lebih tinggi pengeluaran akan dialihkan ke kebutuhan lain. Oleh karena itu persentase pengeluaran makanan dan non makanan dapat dijadikan sebagai indikator tingkat kesejahteraan penduduk. Besarnya konsumsi untuk makanan menandakan bahwa sebagian besar penduduk masih mementingkan kebutuhan pokok. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dapat dilihat pada tabel II-86

130 Tabel 2.60 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita Kota Semarang Tahun No Kelompok Barang Rata-rata Pengeluaran 1 Konsumsi (Ribu Rp) Sumber : BPS Kota Semarang, 2016 Tahun ,35 329,82 399,23 426,31 437, Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Rumah Tangga Per Kapita Semakin tinggi pendapatan masyarakat maka relatif tinggi pengeluaran masyarakat untuk kebutuhan non pangan, hal ini terjadi pada masyarakat Kota Semarang sebagaimana kondisi yang ditunjukkan pada tabel Tabel 2.61 Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Rumah Tangga Per Kapita Kota Semarang Tahun No Kelompok Barang Rata-rata Pengeluaran 1 Konsumsi (Ribu Rp) Sumber : BPS Kota Semarang, 2016 Tahun ,56 430,83 671,24 631,91 860, Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Ketersediaan fasillitas wilayah / infrastruktur Kota Semarang meliputi aksesibilitas wilayah, penataan wilayah, ketersediaan air minum, ketersediaan fasilitas listrik dan telepon, fasilitas perdagangan dan jasa serta ketersediaan fasilitas lainnya. Ketersediaan infrastruktur yang memadai merupakan salah satu daya tarik Kota Semarang dalam meningkatkan daya saing daerah Perhubungan Kota Semarang selain merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah, juga merupakan jalur perlintasan dari wilayah barat (Jakarta) menuju wilayah Timur (Surabaya) dan Selatan (Yogyakarta) atau sebaliknya sehingga Kota Semarang merupakan penopang jalur distribusi perekonomian Jawa Tengah. Kondisi infrastruktur merupakan unsur penting yang perlu mendapatkan perhatian agar dapat berfungsi dengan optimal. Dalam mendukung aksesibilitas, panjang jalan yang dikelola oleh Pemerintah Kota Semarang sampai dengan tahun 2016 adalah sepanjang 722,46 km. Daya saing lainnya di bidang Sarana prasarana perhubungan II-87

131 adalah dimilikinya pelabuhan udara/ laut, terminal bus, stasiun kereta api yang mampu menghubungkan seluruh kota di Indonesia. Kota Semarang selain merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah, juga merupakan jalur perlintasan dari wilayah barat (Jakarta) menuju wilayah Timur (Surabaya) dan Selatan (Yogyakarta) atau sebaliknya sehingga Kota Semarang merupakan penopang jalur distribusi perekonomian Jawa Tengah. Ketersediaan sarana yang memadai dalam mendukung aksesibilitas daerah di Kota Semarang antara lain: 1) Bandar Udara Internasional Ahmad Yani yang dapat melayani penumpang domestik antar pulau juga dapat melayani penumpang internasional. Pada tahun 2015 jumlah kedatangan penumpang dari pintu domestik mencapai penumpang meningkat dari tahun 2014 sebesar penumpang, sedangkan dari sektor keberangkatan mencapai penumpang meningkat dibanding tahun 2014 dengan jumlah penumpang. Sedangkan jika dilihat dari pintu kedatangan internasional mencapai penumpang, meningkat dibandingkan tahun 2014 lalu yaitu sebanyak penumpang. Tabel 2.62 Arus Lalu Lintas Angkutan Udara Domestik Pesawat, Penumpang, Bagasi Barang/Cargo dan Pos Paket di Bandar Udara Ahmad Yani Kota Semarang Tahun No Uraian Pesawat Datang (flight) Pesawat Berangkat (flight) Penumpang Datang (orang) Penumang Berangkat (orang) Penumpang Transit (orang) Bagasi Bongkar (kg) Bagasi Muat (kg) Barang Bongkat (kg) Tahun Bagasi Muat (kg) Sumber: PT ( Persero ) Angkasa Pura I Bandar Udara Ahmad Yani Semarang, BPS Kota Semarang, 2015 II-88

132 Tabel 2.63 Arus Lalu Lintas Angkutan Udara Internasional Pesawat, Penumpang, Bagasi Barang/Cargo dan Pos Paket di Bandar Udara Ahmad Yani Kota Semarang Tahun No Uraian Tahun Pesawat Datang (flight) Pesawat Berangkat (flight) 3. Penumpang Datang (orang) Penumang Berangkat (orang) 5. Penumpang Transit (orang) Bagasi Bongkar (kg) Bagasi Muat (kg) Barang Bongkat (kg) Bagasi Muat (kg) Sumber :PT ( Persero ) Angkasa Pura I Bandar Udara Ahmad Yani Semarang, BPS Kota Semarang, ) Pelabuhan Tanjung Emas yang merupakan pelabuhan pelayaran nusantara untuk melayani penumpang kapal antar Provinsi. Namun demikian beberapa kapal pesiar internasional juga dapat singgah di pelabuhan ini. Selain itu pelabuhan Tanjng Emas juga untuk melayani angkutan barang yaitu dengan adanya Terminal Peti Kemas untuk melayani bongkar muat muatan baik nasional maupun internasional. Pada tahun 2015 jumlah kunjungan kapal untuk pelayaran nusantara mencapai kapal, untuk pelayaran rakyat mencapai 546 kapal, untuk pelayaran khusus (non pelayaran) sejumlah 152 kapal, untuk pelayaran luar negri mencapai sebesar 679 kapal. Tabel 2.64 Banyaknya Kunjungan Kapal dan Bongkar Muat Barang Pelabuhan Laut Tanjung Emas Semarang Tahun No Uraian Tahun Pelayaran Nusantara - Kunjungan Kapal - Bongkar Barang (ton) II-89

133 No Uraian - Muat Barang (ton) 2. Pelayaran Rakyat - Kunjungan Kapal - Bongkar Barang (ton) - Muat Barang (ton) 3. Pelayaran Khusus (Non Pelayaran) - Kunjungan Kapal - Bongkar Barang (ton) - Muat Barang (ton) 4. Pelayaran Luar Negeri Tahun Kunjungan Kapal Bongkar Barang (ton) Muat Barang (ton) Sumber : Administrator PelabuhanTanjung Emas Semarang dan BPS Kota Semarang, 2015 No 3) Terminal bus untuk melayani angkutan bus didalam kota, antar kota bahkan antar Provinsi. Beberapa terminal di Kota Semarang berdasarkan tipe pelayanan yaitu: Tipe A terminal berada di Kelurahan Mangkang Kulon Kecamatan Tugu, terminal penumpang B di kelurahan Terboyo Kecamatan Genuk dan Terminal tipe B Penggaron di Kecamatan Pedurungan. Terminal dengan Tipe C yaitu di Kelurahan Cangkiran Kecamatan Mijen, di Kelurahan Cepoko Kecamatan Gunungpati, di Kelurahan Tanjung Mas Kecamatan Semarang Utara dan Meteseh Kecamatan Tembalang. Tabel 2.65 Arus Lalu Lintas Penumpang dan Bus yang Masuk di Terminal Terboyo Kota Semarang Tahun Uraian 1. Penumpang Jurusan Barat Tahun Satuan - Naik Orang - Turun Orang 2. Penumpang Jurusan Timur - Naik Orang - Turun Orang II-90

134 No Uraian 3. Penumpang Jurusan Selatan Tahun Satuan - Naik Orang - Turun Orang 4. Jumlah Bus Antar Provinsi Buah Jumlah 5. Bus Antar Provinsi Buah Sumber : BPS Kota Semarang, ) Stasiun kereta api di Kota Semarang untuk melayani angkutan penumpang dan barang. Untuk pelayanan angkutan kelas Eksekutif dan Bisnis pelayanan di utamakan di Stasiun Tawang, sedangkan pelayanan angkutan penumpang kelas ekonomi dan bisnis dipusatkan di Stasiun Poncol. No Tabel 2.66 Banyaknya Penumpang Kereta Api Melalui PT KA (Persero) Daerah Operasi IV Kota Semarang Tahun Uraian Tahun Satuan 1. Kelas Eksekutif - Argo Sindoro Orang - Argo Muria Orang - Kamandanu Orang - Harina Orang - Rajawali Orang - Argobromo Anggrek Orang - Sembrani Orang - Gumarang Orang - Bangunkarta Orang - Kaligung Mas Orang - Cepu Ekpres Orang - Blora Jaya Orang 2. Kelas Bisnis - Fajar Utama Orang - Senja Utama Orang - Harina Orang II-91

135 No Uraian Tahun Satuan - Gumarang Orang - Rajawali Orang - Senja Kediri Orang - Kaligung Mas Orang - Blora Jaya Orang 3. Kelas Ekonomi - Tawangjaya Orang - KBL Bergigi Orang - Tegal Arum Orang - Kertajaya Orang - Matarmaja Orang - Brantas Orang Sumber:BPS Kota Semarang, 2016 Tabel 2.67 Perkembangan Jumlah Ijin Trayek Di Kota Semarang Tahun No Jenis Transportasi 1. Izin Trayek antarkota antarprovinsi 2. Izin Trayek perkotaan 3. Izin Trayek Perdesaan 4. Jumlah Izin Trayek Tahun Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi & Informasi, 2016 Satuan Trayek Trayek Trayek Trayek Penataan Ruang Peraturan Daerah Kota Semarang 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang tahun Adapun tujuan penataan ruang di Kota Semarang adalah Mewujudkan Kota Semarang sebagai pusat perdagangan dan jasa skala nasional yang mempertimbangkan keserasian fungsi pelayanan regional dan lokal. Tujuan penataan ruang Kota Semarang dapat tercapai dengan menerapkan beberapa kebijakan dan strategi penataan ruang Kota Semarang sebagai berikut: II-92

136 1. Kebijakan & Strategi Pengembangan Struktur Ruang Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang Kota Semarang dilakukan melalui: A. Kebijakan dan strategi pengembangan fungsi regional dan nasional meliputi: 1) Kebijakan peningkatan peranan Kota Semarang sebagai pintu gerbang Provinsi Jawa Tengah melalui peningkatan fasilitas transportasi Darat, Laut dan Udara. 2) Kebijakan pembukaan potensi investasi perdagangan, jasa, dan industri melalui penyediaan kawasan strategis pada koridor Jalan Siliwangi-Kawasan Pusat Kota-Jalan Kaligawe dan Jalan Majapahit. 3) Kebijakan pengembangan fungsi jasa perhotelan dan convention centre sebagai pendukung tumbuhnya kegiatan ekonomi skala regional, nasional dan internasional di kawasan atas dengan dukungan alam yang hijau dan nyaman. B. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan metropolitan Semarang meliputi: 1) Kebijakan perwujudan kondisi ruang kota yang mampu memanfaatkan dan mengoptimalkan potensi sebagai simpul perkembangan nasional dan regional, dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berdaya saing global. 2) Kebijakan pengembangan ruang kota yang memacu perkembangan potensi pusat perkembangan regional segitiga Semarang, Solo dan Jogyakarta (JOGLOSEMAR). 3) Menciptakan kondisi ruang kota yang mampu mendorong keterikatan dan pengembangan timbal balik dengan kawasan metropolitannya (KEDUNGSEPUR). C. Kebijakan dan strategi pengembangan struktur pelayanan kegiatan Kota Semarang meliputi: 1) Kebijakan pemantapan pelayanan fungsi primer. 2) Kebijakan pengembangan pelayanan fungsi sekunder. 3) Pengembangan pelayanan perbatasan 2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Kebijakan dan strategi pola ruang meliputi kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya. II-93

137 A. Kebijakan peningkatan pengelolaan Kawasan Lindung meliputi: 1) Mempertahankan dan merevitalisasi kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air dan kesuburan tanah serta melindungi kawasan dari bahaya longsor dan erosi. 2) Pelestarian dan perlindungan kawasan cagar budaya yang ditetapkan dari alih fungsi. 3) Peningkatan penyediaan dan kualitas Ruang Terbuka Hijau (RTH). B. Kebijakan pengembangan kawasan budidaya meliputi: 1) Pengendalian alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan yang ditetapkan rencana tata ruang. 2) Mewujudkan pemanfaatan ruang yang effisen dan kompak. 3) Peningkatan pengelolaan kawasan pesisir. 4) Pengarahanjenis pengembangan kegiatan industri dalam rangka peningkatan kualitas lingkungan perkotaan Perhotelan dan Restoran Kota Semarang sebagai kota perdagangan dan jasa, dapat dilihat dari ketersediaan fasilitas hotel, penginapan, restoran/rumah makan, pasar modern dan pasar tradisional. Sampai dengan tahun 2016 jumlah fasilitas perdagangan dan jasa mengalami peningkatan, jumlah restoran/rumah makan/kedai sebanyak 509 buah. Perkembangan fasilitas perdagangan dan jasa di Kota Semarang pada tahun 2016 mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah hotel sebanyak 7 buah dan restoran/rumah makan sebanyak 35 buah dari tahun Jumlah hotel berbintang sebanyak 54 buah; hotel non bintang 77 buah. Disamping itu juga terdapat fasilitas pendidikan, tempat wisata alam dan wisata buatan. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Semarang memilki daya tarik bagi investor untuk investasi dan para wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung di Kota Semarang. Tabel 2.68 Perkembangan Jenis, Kelas, dan Jumlah Penginapan/Hotel Di Kota Semarang Tahun No Uraian Tahun Satuan 1. Hotel bintang Buah 2. Hotel bintang Buah 3. Hotel bintang Buah II-94

138 No Uraian Tahun Satuan 4. Hotel bintang Buah 5. Hotel bintang Buah 6. Hotel Melati Buah 7. Jumlah total penginapan Buah Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, 2016 Tabel 2.69 Perkembangan Jumlah Restoran dan Rumah Makan Di Kota Semarang Tahun No Jenis Usaha Tahun Satuan 1. Restoran Buah 2. Rumah Makan Buah 3. Bar Buah 4. Cafe Buah Jasa Boga Catering Pusat Penjualan Makanan Buah Buah 7. Panti Pijat Buah 8. Karaoke Buah 9. Spa Buah 10. Klub Malam Buah Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Ketersediaan Air Minum Untuk pelayanan umum terhadap fasilitas air minum di Kota Semarang dapat dikatakan mengalami perkembagnan yang relatif meningkat tiap tahun. Jumlah pemakaian air melalui PDAM kota Semarang pada tahun 2016 tercatat 45,84 juta m 3. Pemakaian terbanyak terdapat pada pelanggan Rumah Tangga sebanyak 37,50 juta m 3 atau sekitar 82,44 % dari seluruh pemakaian air minum. Tabel 2.70 Perkembangan Banyaknya Pelanggan, Pemakaian & Penjualan Air Minum PDAM Kota Semarang Tahun No Uraian Jumlah Pelanggan II-95

139 No Uraian Pemakaian Air ( Ribu M 3 ) , , , , Penjualan Air ( Juta Rp ) , , , , , ,39 Sumber : BPS Kota Semarang, 2016; Kota Semarang Dalam Angka 2015 Yang menjadi persoalan dengan semakin meningkatnya jumlah pelanggan air minum perlu diimbangi dengan peningkatan pengelolaan pelayanan air minum. Berdasarkan laporan Pusat Penanganan Pengaduan Masyarakat (P3M), jumlah pengaduan terkait pelayanan air minum oleh PDAM per Januari November 2017 sebanyak 389 laporan dengan rincian 347 laporan sudah terselesaikan dan 42 laporan masih dalam proses atau sekitar 90% sudah terselesaikan. Meski secara statistik prosentase penanganan sudah cukup baik, namun hal ini juga menggambarkan masih banyaknya keluhan/ pengaduan masyarakat terkait pengelolaan air minum yang belum lancar distribusi maupun kualitas airnya Komunikasi dan Informatika Perkembangan jaringan telekomunikasi beberapa tahun terakhir cukup menggembirakan, terlihat dengan banyaknya satuan sambungan yang dipasarkan kepada masyarakat. Jika dilihat dari sebaran tiap kecamatan yang ada, maka jaringan telepon telah menjangkaunya seluruh kelurahan yang ada di tiap-tiap kecamatan. Ketersediaan daya listrik sangat memungkinkan bagi pengembangan investasi. Sedangkan untuk fasilitas telepon seiring dengan perkembangan teknologi untuk jaringan tetap (jaringan telepon lokal, SLI, SLJJ, dan tertutup) mengalami kecenderungan menurun. Tetapi untuk jaringan bergerak yakni satelit dan telepon seluler mengalami perkembangan cukup pesat. Jangkauan komunikasi saat ini tidak menjadi suatu permasalahan, melalui layanan jaringan bergerak yang ditawarkan oleh perusahaan penyedia jaringan telepon antara lain Telkomsel, Indosat, XL, Axis, Tri, dan lain-lain pelanggan secara cepat dapat menggunakannya. II-96

140 No Tabel 2.71 Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Daya Tersambung Listrik Di Kota Semarang Tahun Uraian Jumlah Pelanggan Daya Tersambung Tahun N/A N/A Rumah tangga pengguna listrik (unit *) *) *) Juml Rumah Tangga Rasio Elektrifikasi 72,44 79,26 81,99 83,86 87,10 86,08 (RE) Sumber : BPS Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sangat sementara/ data tahun sebelumnya No Tabel 2.72 Persentase Rumah Tangga Menurut Kepemilikan Telepon Seluler (HP) Di Kota Semarang Tahun ( Persen ) Uraian Tahun * 1. Rumah Tangga Memiliki Telepon 86,07 89,71 93,99 94,90 95,01 95,01 Seluler (HP) 2. Rumah Tangga Tidak Memiliki Telepon Seluler (HP) 13,93 10,29 6,01 5,10 4,99 4,99 Sumber : Hasil SUSENAS BPS Provinsi Jawa Tengah, 2015 *) Data sangat sangat sementara / Data tahun sebelumnya No Tabel 2.73 Perkembangan Wartel/Warnet dan Jumlah Peralatan Komunikasi Di Kota Semarang Tahun Jenis Transportasi Tahun * Satuan 1. Jumlah Wartel SST 2. Jumlah Warnet Unit 3. Jumlah menara telekomunikasi : Pemancar televisi Unit Pemancar radio Unit BTS Unit 4. Jumlah Tower Unit Sumber : BPS Kota Semarang, 2016 *) Data sangat sangat sementara / Data tahun sebelumnya II-97

141 Fokus Iklim Berinvestasi Investasi merupakan salah satu indikator penting dalam meningkatkan pembangunan perekonomian. Investasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja baru sehingga diharapkan akan mengurangi beban pengangguran dan kemiskinan. Masuknya investor ke suatu wilayah sangat tergantung dari kondisi keamanan dan politik dalam negeri suatu wilayah. Kondisi keamanan dan politik yang stabil merupakan modal penting dalam menarik minat investasi di suatu wilayah, tak terkecuali Kota Semarang Kriminalitas Kondisi keamanan dan ketertiban Kota Semarang relatif kondusif bagi berlangsungnya aktivitas masyarakat maupun kegiatan investasi. Berbagai tindakan kejahatan kriminalitas, unjuk rasa dan mogok kerja yang merugikan dan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat dapat ditanggulangi dengan sigap oleh aparatur Pemerintah. Situasi tersebut juga didorong oleh pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat dengan melibatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungannya. No Tabel 2.74 Perkembangan Jumlah Kriminalitas dan Jumlah Unjuk Rasa / Demostrasi Di Kota Semarang Tahun a. Uraian Jumlah Kriminalitas Tindak Pidana Menonjol (Crime Index) Pencurian dgn pemberatan Tahun Satuan kasus kasus b. Pencurian ranmor kasus c. d. Pencurian dgn kekerasan Penganiayaan berat kasus kasus e. Pembunuhan kasus f. Perkosaan kasus g. Kenakalan remaja kasus h. Uang palsu kasus i. Narkotika kasus j. Perjudian kasus k. Pemerasan / N/A N/A 1850 kasus II-98

142 No Ancaman Uraian Tahun Satuan 2. l. Lainnya kasus Jumlah Aksi Unjuk Rasa / Demonstrasi a. Jumlah Aksi Aksi b. Jumlah Peserta orang Sumber : Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang, 2017 Selama tahun 2016, jumlah kasus tindak pidana di Kota Semarang yang terjadi di wilayah hukum Polrestabes Kota Semarang adalah sejumlah kejadian, menurun jika dibandingkan dengan kasus di tahun 2015 yang sebanyak kejadian. Meskipun secara statistik total jumlah kriminalitas menurun, namun secara rerata 5 tahun terakhir masih tergolong tinggi. Hal ini dapat diindikasikan bahwa kesadaran masyarakat untuk menjaga ketertiban dan ketentraman serta kepatuhan masyarakat terhadap peraturan perundangan masih rendah/ belum optimal. Sedangkan jumlah aksi unjuk rasa yang di tahun 2016 tercatat sebanyak 75 kejadian dengan peserta menggambarkan bahwa masih adanya ancaman dan gangguan, kerawanan sosial politik terhadap masyarakat di Kota Semarang Perijinan Usaha Bahwa dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan perijinan yang berkelanjutan maka perlu dilakukan evaluasi terhadap penyelenggaraannya. Untuk itu telah dilakukan survey kepuasan masyarakat sebagai alat ukur yang komprehensif kegiatan tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan. Ruang lingkup survey kepuasan masyarakat tersebut antara lain: persyaratan, prosedur, waktu pelayanan, biaya, produk layanan, kompetensi pelaksana, perilaku pelaksana, maklumat pelayanan serta penangan pengaduan. Tabel 2.75 Capaian Survey Kepuasan Masyarakat Pada BPPT Kota Semarang Tahun No Uraian Satuan Survey 1 Kepuasan Masyarakat 99, ,21 76,42 72,19 78 % Sumber : Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Semarang, 2016 II-99

143 Capaian angka pada tabel 2.75 diatas menggambarkan sebagian kinerja pelayanan publik pemerintah terhadap masyarakat Kota Semarang. Meski di tahun 2016 menunjukkan angka yang meningkat, namun secara rata-rata di 5 tahun terakhir masih dibawah 80% atau hanya mencapai angka 75,56%. Hal ini mengisyaratkan bahwa pengoptimalan sarana prasarana pelayanan publik sesuai standar serta penggunaan teknologi informasi dalam pelayanan publik di Kota Semarang masih perlu terus diupayakan. Tabel 2.76 Perkembangan Jumlah Ijin Di Kota Semarang Tahun No Uraian Bidang Ekonomi a. Jumlah Total Pengajuan b. Jumlah Ijin Yang Terbit Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) a. Jumlah Total Pengajuan b. Jumlah Ijin Yang Terbit Bidang Pembangunan a. Jumlah Total Pengajuan b. Jumlah Ijin Yang Terbit Sumber : Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Semarang, 2016 Perkembangan jumlah perizinan di Kota Semarang menunjukkan angka yang terus meningkat di rata-rata 5 tahun terakhir, namun yang perlu menjadi fokus pemerintah adalah terkait jangka waktu penerbitan perijinan yang sesuai standar pelayanan. Bagaimana pemerintah dengan waktu yang disediakan sesuai standar pelayanan namun tetap berpegang teguh pada kaidah dan aturan-aturan perundangan yang berlaku. Menurut data yang bersumber dari Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Semarang di tahun 2017 sampai dengan per bulan September 2017 ini, rata-rata penyelenggaraan perijinan (dibagi jumlah SK ijin yang keluar) pada kedua bidang yang ada di BPPT yang proses penyelesaiannya memenuhi/ sesuai dengan SPM mencapai kurang lebih 71,1 %. Melihat data tersebut masih perlu dilakukan pengoptimalan dan upaya-upaya dari pemerintah untuk meningkatkan kemudahan dalam berinvestasi yang diharapkan mampu meningkatkan juga jumlah investor untuk menanamkan investasinya di Kota Semarang. II-100

144 N o Pajak Daerah Pajak Daerah adalah PAD yang tarifnya diatur dengan Peraturan Daerah (Perda) Kota Semarang. Pengelolaan Pajak dilakukan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kota Semarang. Rincian Pajak Daerah ditunjukkan sebagaimana tabel Uraian 1 Pajak Hotel 2 Pajak Restoran 3 Pajak Hiburan 4 Pajak Reklame 5 6 Pajak Penerangan Jalan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 7 Pajak Parkir Pajak Air Tanah Pajak Sarang Burung Walet Tabel 2.77 Pajak Daerah Kota Semarang Tahun Tahun Pajak BPHTB Pajak PBB - - PAJAK DAERAH Sumber : Data Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang Tahun Pajak daerah merupakan komponen tertinggi dalam sumber pembentuk pendapatan asli daerah (PAD) Kota Semarang. Selain pos pajak daerah, Pendapatan Asli Daerah dibentuk dari beberapa pos lainnya yaitu: retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain - lain PAD yang sah. II-101

145 2.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia Rasio Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Rasio penduduk usia 5 tahun ke atas yang bekerja menurut pendidikan yang ditamatkan selama enam tahun terakhir yang paling dominan adalah lulusan SD ke bawah. Sedangkan yang paling kecil presentasenya adalah lulusan Diploma I/II/II dan Universitas. Uraian secara lengkap terlihat pada tabel No Tabel 2.78 Rasio Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Semarang Tahun ( Persen ) Uraian Tahun Sekolah Dasar Ke Bawah 46,34 46,27 46,20 45,81 49,81 49,81 2 Sekolah Menengah Pertama 18,88 18,85 18,82 18,66 20,29 20,29 3 Sekolah Menengah Atas 19,64 19,61 19,58 19,42 21,11 21,12 4 Diploma I / II / III dan Universitas 8,18 8,17 8,16 8,09 8,80 8,78 Sumber : Profil Kependudukan Kota Semarang (BPS Kota Semarang,2017) Rasio Penduduk yang Bekerja Menurut Pendidikan yang Ditamatkan Rasio penduduk yang bekerja menurut pendidikan yang ditamatkan selama empat tahun terakhir yang paling dominan adalah agregat lulusan SD/MI dan SMP. Secara keseluruhan sejak Tahun rasio lulusan SD ke bawah, SMP, SMA maupun DI/II/III dan Universitas mengalami pergerakan yang fluktuatif jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, sebagaimana terlihat pada tabel No Tabel 2.79 Rasio Penduduk Yang Bekerja Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan di Kota Semarang Tahun ( Persen ) Uraian Tahun SD Ke bawah 20,87 20,61 20,13 14,36 14,36 14,36 2 SMP 21,27 21,44 25,54 22,63 22,63 22,63 3 SMA 33,20 32,44 32,11 36,55 36,55 36,55 D.I / D.II / D.III dan 4 24,67 25,52 22,22 26,46 26,46 26,46 Universitas Sumber : Profil Kependudukan Kota Semarang (BPS Kota Semarang,2017) II-102

146 Rasio Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Distribusi persentase jumlah penduduk kota semarang paling banyak berada di pekerjaan buruh industri yang selama 6 tahun berada di kisaran 25 persen. Dan peringkat kedua dan ketiga terbesar adalah PNS & TNI / Polri sebesar 13 % dan 12 %. Untuk pergerakan distribusi persentase selama tahun cenderung berfluktuatif. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel No Tabel 2.80 Rasio Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Semarang Tahun (Persen) Uraian Tahun * 1 Petani Sendiri 3,86 3,91 3,92 3,91 3,91 3,89 2 Buruh Tani 2,65 2,69 2,70 2,69 2,69 2,67 3 Nelayan 0,39 0,39 0,39 0,39 0,39 0,36 4 Pengusaha 7,79 7,72 7,73 7,72 7,72 7,73 5 Buruh Industri 25,67 25,65 25,54 25,65 25,65 25,70 6 Buruh Bangunan 12,02 12,02 12,04 12,02 12,02 12,03 7 Pedagang 12,58 12,51 12,53 12,51 12,51 12,53 8 Angkutan 3,73 3,71 3,72 3,71 3,71 3,70 9 PNS & TNI/Polri 13,79 13,76 13,78 13,76 13,76 13,78 10 Pensiunan 5,78 5,77 5,78 5,77 5,77 5,76 11 Lainnya 11,76 11,87 11,88 11,87 11,87 11,86 Sumber : Profil Kependudukan Kota Semarang (BPS Kota Semarang,2017) *) Data sangat sementara Rasio Ketergantungan Rasio Ketergantungan adalah perbandingan antara jumlah penduduk umur 0-14 tahun ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun ke atas (keduanya disebut dengan bukan angkatan kerja), dibandingkan dengan jumlah penduduk usia tahun (angkatan kerja). Sejak tahun 2011 hingga 2016 rasio ketergantungan Kota Semarang berada di bawah 50 yang berarti penduduk usia produktif (15-64 tahun) menanggung sedikit penduduk usia non produktif (<15 dan >64 tahun) dimana kualitas penduduk (baik tingkat pendidikan, keterampilan, profesionalitas dan kreativitas) mampu menekan beban ketergantungan sampai tingkat terendah yang berguna untuk mendongkrak pembangunan ekonomi. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel II-103

147 Tabel 2.81 Rasio Ketergantungan Kota Semarang Tahun No Uraian Penduduk Usia < 15 th Penduduk Usia > 15 th &< 65 th Penduduk Usia > 65 th Jumlah Penduduk Tahun Rasio Ketergantungan(%) 39,29 39,65 39,72 39,77 39,80 39,64 Sumber : Profil Kependudukan Kota Semarang (BPS Kota Semarang,2017) Perubahan RPJMD Kota Semarang Tahun juga disusun dengan memperhatikan hasil evaluasi RPJMD sampai dengan Tahun Evaluasi capaian indikator kinerja RPJMD pada tahun 2016 ditunjukkan dengan capaian Indikator Kinerja Daerah Kota Semarang yang terbagi atas Aspek Kesejahteraan Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum dan Aspek Daya Saing Daerah. Pada evaluasi tersebut, status pencapaian kinerja yang dijabarkan dalam Evaluasi Hasil RPJMD terdiri dari beberapa kategori status, yaitu: Sangat rendah untuk capaian nilai 50% kebawah, (X 50%) Rendah untuk capaian nilai diatas 50% sampai dengan 65% (65% X>50%) Sedang untuk capaian nilai diatas 65% sampai dengan 75% (75% X>65%) Tinggi untuk capaian nilai diatas 75% sampai dengan 90% (90% X>75%) Sangat tinggi untuk capaian diatas 90% (X>90%) Rekapitulasi capaian indikator kinerja daerah RPJMD Kota Semarang Tahun di tahun 2016 adalah 130 indikator (59,36%) status sangat tinggi, 35 indikator (15,98%) status tinggi, 13 indikator (5,94%) status sedang, 9 indikator (4,11%) status rendah dan 32 indikator (14,61%) status sangat rendah. Perlu diketahui pula bahwa terdapat 68 indikator (31,05%) yang telah mencapai/melampaui kinerja 100%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel II-104

148 Tabel 2.82 Capaian Indikator Kinerja Daerah Kota Semarang Tahun 2016 Terhadap Target Akhir RPJMD Kota Semarang Tahun NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN A ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi 5,80 6,10 5,69 93,28% Sangat Tinggi 2 Laju inflasi (%) 2,56 3,71 2,32 137,47% Sangat Tinggi 3 PDRB per kapita berlaku (Juta Rp.) , , ,44 66,15% Sedang 4 Indeks Gini 0,3300 0,3301 0, ,33% Sangat Tinggi 5 - Angka Kemiskinan (indikator dari BPS) 4,97 4,53 4,85 92,94% Sangat Tinggi - Angka Kemiskinan (indikator dari Perda Kemisikinan) 20,82 16,45 20,82 73,43% Sedang 6 - Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 80,23 91,96 81,19 88,29% Tinggi - Pengeluaran per Kapita disesuaikan , , ,00 95,21% Sangat Tinggi - Harapan Lama Sekolah (HLS) 14,33 14,54 14,70 101,10% Sangat Tinggi PERUBAHAN RPJMD KOTA SEMARANG II-105

149 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 10,2 11,10 10,49 94,50% Sangat Tinggi - Angka Harapan Hidup (AHH) 77,2 77,26 77,21 99,94% Sangat Tinggi 7 Angka melek huruf (%) 99,96 99,98 99,96 99,98% Sangat Tinggi 8 Angka Partisipasi Kasar - PAUD (3-6 tahun) 60,36 81,50 76,78 94,21% Sangat Tinggi - SD/MI 107,54 100,00 113,13 113,13% Sangat Tinggi - SLTP/MTs 110,07 100,00 118,01 118,01% Sangat Tinggi 9 Angka Partisipasi Murni - SD/MI 92,08 90,00 96,63 107,37% Sangat Tinggi - SLTP/MTs 81,24 80,00 86,03 107,54% Sangat Tinggi 10 Rasio Group Kesenian / penduduk 2,6 3,26 2,98 91,41% Sangat Tinggi 11 Rasio Gedung Kesenian / penduduk 0,09 0,10 0,09 90,00% Tinggi 12 Rasio Klub Olahraga / penduduk 0,06 0,53 0,06 11,32% Sangat Rendah II-106

150 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Rasio Gedung Olah Raga / penduduk 0,04 0,06 0,04 66,67% Sedang B ASPEK PELAYANAN UMUM Fokus Layanan Urusan Wajib 1 Pendidikan 1.1 Pendidikan dasar: a. Rasio guru / murid (SD) 544,61 (1:18) 544,61 (1:18) 544,61 (1:18) 100,00% Sangat Tinggi b. Rasio guru / murid per rata-rata (SD) 1,702 (1:20:32) 1,702 (1:20:32) 1,702 (1:20:32) 100,00% Sangat Tinggi c. Rasio guru/ murid (SMP) 700,71 (1:17) 700,71 (1:17) 700,71 (1:17) 100,00% Sangat Tinggi d. Rasio guru / murid per rata-rata (SMP) 2,366 (1:17:30) 2,366 (1:17:30) 2,366 (1:17:30) 100,00% Sangat Tinggi 1.2 Pendidikan Menengah a. Rasio guru / murid (SM) 863,93 (1:14) 863,93 (1:14) 863,93 (1:14) 100,00% Sangat Tinggi b. Rasio guru / murid per rata-rata (SM) 2,880 (1:14:30) 2,880 (1:14:30) 2,880 (1:14:30) 100,00% Sangat Tinggi c. Penduduk yang berusia >15 tahun melek huruf (tidak buta aksara) 99,96 99,98 99,96 99,98% Sangat Tinggi II-107

151 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Fasilitas Pendidikan a. Sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunan baik 93,36 95,00 94,82 99,81% Sangat Tinggi b. Kondisi Sekolah SMP/MTs 98,43 99,00 98,74 99,74% Sangat Tinggi 1.4 PAUD - Jumlah Siswa pada jenjang TK / RA , ,00 100,93% Sangat Tinggi 1.5 Angka Putus Sekolah a. SD/MI 0,02 0,01 0,01 100,00% Sangat Tinggi b. SMP/MTs 0,07 0,06 0,04 133,33% Sangat Tinggi 1.6 Angka Kelulusan a. Angka Kelulusan SD/MI (%) 99,98 100,00 99,98 99,98% Sangat Tinggi b. Angka Kelulusan SMP/MTs (%) 99,82 99,90 99,95 100,05% Sangat Tinggi c. Angka Melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTs (%) d. Guru berkualifikasi S1 104,65 100,00 102,38 102,38% Sangat Tinggi - Jenjang SD/MI 77,5 100,00 84,79 84,79% Tinggi - Jenjang SMP/MTs 92,41 100,00 92,29 92,29% Sangat Tinggi II-108

152 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Kesehatan 2.1 a. 2.2 b. c. d. Rasio Puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk x 1000 Rasio Fasilitas Kesehatan Dasar/ penduduk Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk x Rasio jumlah tempat tidur Rumah Sakit/ penduduk Prosentase RS yang memenuhi standar Permenkes No 56 Tahun ,18 0,29 0,23 79,31% Tinggi 20 32,00 22,00 68,75% Sedang 0,01 0,02 0,01 50,00% Sangat Rendah 2,12 2,25 2,15 95,56% Sangat Tinggi ,00% Sangat Rendah 2.3 Rasio dokter per satuan penduduk 1,53 2,16 1,67 77,31% Tinggi Rasio tenaga medis per satuan penduduk x 1000 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani (%) Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (%) 2,12 2,56 1,97 76,95% Tinggi ,00 100,00 100,00% Sangat Tinggi 97,53 99,30 97,58 98,27% Sangat Tinggi 2.7 Cakupan kelurahan UCI (%) ,00 100,00 100,00% Sangat Tinggi 2.8 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan (%) ,00 100,00 100,00% Sangat Tinggi 2.9 Persentase Gizi Buruk 0,4 0,34 0,29 114,71% Sangat Tinggi 2.10 Penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC, BTA (%) 60 81,00 78,00 96,30% Sangat Tinggi II-109

153 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN a. Penemuan dan penanganan penderita DBD (%) ,00 100,00 100,00% Sangat Tinggi b. IR DBD 98,61 50,00 25,22 149,56% Sangat Tinggi 2.12 Jumlah Kematian Bayi / AKB ,00 201,00 97,56% Sangat Tinggi 2.13 Angka Kematian Balita / AKABA 10,35 14,75 8,81 140,27% Sangat Tinggi Angka Kelangsungan Hidup Bayi per / 1000 kelahiran hidup (%) Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin (%) 91,62 92,20 92,48 100,30% Sangat Tinggi ,00 100,00 100,00% Sangat Tinggi 2.16 Cakupan kunjungan bayi (%) 98,03 99,20 98,10 98,89% Sangat Tinggi 2.17 Cakupan puskesmas (%) 231,25 256,30 231,35 90,27% Sangat Tinggi Cakupan pembantu puskesmas 19,45 23,70 19,45 82,07% Tinggi Persentase Nilai Kinerja Puskesmas 32 53,00 72,97 137,68% Sangat Tinggi Terpenuhinya sarana dan prasarana RS Type B Pendidikan 68 75,00 68,00 90,67% Sangat Tinggi 2.20 Nilai IKM Pelayanan Kesehatan RS 71,86 95,00 71,86 84,17% Tinggi 2.21 Nilai Kinerja BLUD Sehat A A++ A 80% Tinggi II-110

154 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Pekerjaan Umum & Penataan Ruang 3.1 Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik (%) 88,07 93,07 90,19 96,91% Sangat Tinggi 3.2 Rasio tempat ibadah per 1000 penduduk , ,00 168,70% Sangat Tinggi 3.3 Persentase rumah tangga bersanitasi 85,78 86,07 85,87 99,77% Sangat Tinggi Rasio pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk Panjang jalan kota dalam kondisi baik (>40 km/jam) Sempadan sungai yang dipakai bangunan liar (%) Drainase dalam kondisi baik / pembuangan aliran air tidak tersumbat (%) 2,45 2,55 2,50 98,04% Sangat Tinggi 364,7 386,57 356,60 92,25% Sangat Tinggi 44,2 23,00 44,10 8,26% Sangat Rendah 79 90,00 80,50 89,44% Tinggi 3.8 Luas irigasi Kota dalam kondisi baik (%) 80 83,00 75,00 90,36% Sangat Tinggi 3.9 Persentase rumah tangga pengguna air minum / jumlah seluruh rumah tangga x 100% (%) 88,13 97,00 89,00 91,75% Sangat Tinggi 3.10 Persentase rumah tangga ber sanitasi (%) 85,78 86,07 85,87 99,77% Sangat Tinggi 3.11 Persentase luas ruang terbuka hijau (RTH) 43,26 46,26 43,76 94,60% Sangat Tinggi II-111

155 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Persentase bangunan ber-imb / Jumlah bangunan (%) Persentase kesesuaian pemanfaatan ruang dengan Perencanaan Tata Ruang (simpangan) 53,25 55,45 53,35 96,21% Sangat Tinggi 5,40 2,00 5,40-70,00% Sangat Rendah 4 Perumahan Rakyat & Kawasan Permukiman 4.1 Luas lingkungan permukiman kumuh (%) 0,99 0,00 0,79 0,00% 4.2 Pemugaran rumah tidak layak huni (berdasarkan data PBDT 2015) , ,28% Sangat Rendah Sangat Rendah 4.3 Rasio rumah tidak layak huni (%) 18,77 19,01 18,77 98,74% Sangat Tinggi 4.5 Jumlah rumah layak huni (%) 91,69 93,31 91,69 98,26% Sangat Tinggi 4.6 Rasio TPU per satuan penduduk per 1000 penduduk 34,35 34,70 37,85 109,08% Sangat Tinggi Ketentraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per penduduk Rasio Pos Siskamling per jumlah kelurahan 1,43 2,07 1,41 68,12% Sedang 31,66 32,00 31,71 99,09% Sangat Tinggi II-112

156 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Cakupan penegakan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah di kabupaten/kota Jumlah peraturan perundang-undangan daerah yang ditegakkan ,00 100,00 100,00% Sangat Tinggi 25 31,00 26,00 83,87% Tinggi 5.5 Cakupan patroli siaga ketertiban umum dan ketentraman masyarakat , ,00 37,50% Sangat Rendah 5.6 Rasio petugas perlindungan masyarakat (Linmas) di Kabupaten/Kota 0,82 1,00 0,82 82,00% Tinggi 5.7 Cakupan pelayanan bencana kebakaran 0, , , ,59% Rendah 5.8 Tingkat waktu tanggap (response time rate) Jumlah ketepatan waktu tindakan pemadam kebakaran 86,32 88,00 88,38 100,43% Sangat Tinggi 6 Sosial 6.1 Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi , ,78% Sangat Tinggi 6.2 PMKS yg memperoleh bantuan sosial , ,89% Sangat Rendah 6.3 Jumlah PMKS (orang) , ,59% Sangat Tinggi II-113

157 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (orang) , ,36% Tinggi 7 Tenaga Kerja 7.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 63,05 70,87 67,80 95,67% Sangat Tinggi a Pelatihan tenaga kerja/ pencari kerja ,00 23,81% Sangat Rendah b Jumlah lowongan kerja (orang) ,00 55,10% Rendah c Jumlah pencari kerja mendaftar ,00 46,80% d Pemeriksaan ketenagakerjaan ,00 0,00% e Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial/ PHK (kasus) Sangat Rendah Sangat Rendah ,00 77,20% Tinggi f Pencari kerja yang ditempatkan (orang) ,00 65,84% Sedang 7.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5,77 3,89 5,48 59,13% Rendah II-114

158 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak 8.1 Rasio KDRT (%) 0,056 0,04 0, ,13% Sangat Tinggi 8.2 Penyelesaian pengaduan Perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan (%) ,00 100,00 100,00% Sangat Tinggi 8.3 Pemberdayaan terhadap korban KDRT (%) ,00 100,00 100,00% Sangat Tinggi 8.4 Organisasi wanita yang berpartisipasi dalam Pembangunan (organisasi) 4 4,00 4,00 100,00% Sangat Tinggi 8.5 Indeks Pembangunan Gender (IPG) 95,62 97,56 96,04 98,44% Sangat Tinggi 8.6 Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) 76,53 92,59 78,90 85,21% Tinggi 9 Pangan 9.1 Pola Pangan Harapan 87,00 88,10 87,10 98,86% Sangat Tinggi 9.2 Ketersediaan pangan utama (beras) , ,00 97,08% Sangat Tinggi 9.3 Ketersediaan pangan penduduk 3.049, , ,00 99,84% Sangat Tinggi II-115

159 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Pertanahan 10.1 Tertib Administrasi Pertanahan (%) (peningkatan Data Base Pertanahan) 26,27 75,00 30,00 40,00% Sangat Rendah Penyelesaian kasus tanah Negara (%) (fasilitasi penyelesaian kasus tanah negara) ,00 100,00 100,00% Sangat Tinggi (20 kasus) (23 kasus) (20 kasus) 11 Lingkungan Hidup 11.1 Persentase penanganan sampah (%) 87 90,00 87,50 97,22% Sangat Tinggi 11.2 Pencemaran status mutu air (%) 60 70,00 60,00 85,71% Tinggi Cakupan pengawasan Terhadap pelaksanaan amdal. (%) Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk (%) 0 100,00 22,00 22,00% Sangat Rendah 0,245 0,26 0,25 98,04% Sangat Tinggi 11.5 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) - 55,00 44,84 81,53% Tinggi II-116

160 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil 12.1 Kepemilikan E-KTP 91,54 100,00 94,43 94,43% Sangat Tinggi 12.2 Rasio bayi berakte kelahiran (%) 90,82 96,00 89,29 93,01% Sangat Tinggi 12.3 Rasio pasangan non muslim berakte nikah (%) ,00 100,00 100,00% Sangat Tinggi 12.4 Kepemilikan akta kelahiran 74,00 79,00 79,30 100,38% Sangat Tinggi 12.5 Rasio penduduk berakte kematian (%) 15,67 72,00 71,00 98,61% Sangat Tinggi 12.6 Kepemilikan Kartu Identitas Anak (KIA) 0 100,00 0,00 0,00% Sangat Rendah 13 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 13.1 PKK aktif ,00 100,00 100,00% Sangat Tinggi 13.2 Posyandu aktif ,00 100,00 100,00% Sangat Tinggi II-117

161 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana 14.1 Rata-rata jumlah anak per keluarga 2,02 2,00 1,16 142,00% Sangat Tinggi 14.2 Rasio akseptor KB per PUS (%) 76,2 78,00 76,88 98,56% Sangat Tinggi 14.3 Cakupan PUS unmet need 11,97 9,80 10,44 93,47% Sangat Tinggi 14.4 Cakupan PUS yang isterinya <20th 0,56 0,50 0,48 104,00% Sangat Tinggi 15 Perhubungan 15.1 Jumlah arus penumpang angkutan umum , ,00 63,16% Rendah 15.2 Rasio ijin trayek 0,0018 0, , ,79% Sangat Tinggi 15.3 Jumlah uji kir angkutan umum , ,00 79,60% Tinggi 15.4 Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis 9 9,00 9,00 100,00% Sangat Tinggi 15.5 Jumlah titk//ruas rawan macet 8 3,00 8,00-33,33% Sangat Rendah 15.6 Kepemilikan KIR angkutan umum , ,00 65,22% Sedang 15.7 Parkir on the street (titik) , ,00 93,78% Sangat Tinggi II-118

162 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Biaya pengujian kelaikan angkutan umum , ,00 100,00% Sangat Tinggi 15.9 Pemasangan Rambu- rambu , ,00 86,65% Tinggi 16 Komunikasi dan Informatika 16.1 Jumlah jaringan komunikasi ,00 67,00 20,24% Jumlah domain dan Subdomain di semarangkota.go.id Jumlah aplikasi interaktif dan integrasi untuk mewujudkan E- Gov dlm rangka Smart City Sangat Rendah 28 65,00 106,00 163,08% Sangat Tinggi 11 41,00 16,00 39,02% Sangat Rendah 16.3 Web site milik pemerintah daerah ada ada ada 100,00% Sangat Tinggi Jumlah surat kabar nasional/lokal 12 10,00 12,00 120,00% Sangat Tinggi - Jumlah penyiaran 19 35,00 36,00 102,86% Sangat Tinggi - radio / TV lokal 3 16,00 16,00 100,00% Sangat Tinggi 16.5 Jumlah wi-fi di area publik - 150,00 90,00 60,00% Rendah II-119

163 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah 17.1 Persentase koperasi aktif (%) 79,94 88,60 78,50 88,60% Tinggi 17.2 Jumlah UMKM , ,00 43,84% 17.3 Jumlah Usaha Mikro dan Kecil , ,00 44,72% Sangat Rendah Sangat Rendah 18 Penanaman Modal 18.1 Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) ,00 152,00 37,25% 18.2 Jumlah nilai investasi , ,00 42,86% 18.3 Jumlah daya serap tenaga kerja , ,00 42,89% (PMA) (PMDN) Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (milyar rupiah) , , , , , ,00 35,54% Sangat Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah 466,05% Sangat Tinggi 23,24% Sangat Rendah 18.6 Sistem informasi Manajemen Pemerintahan 52 74,00 63,00 85,14% Tinggi II-120

164 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Kepemudaan dan Olah Raga 19.1 Jumlah organisasi pemuda 60 62,00 60,00 96,77% Sangat Tinggi 19.2 Jumlah organisasi olahraga 46 45,00 42,00 93,33% Sangat Tinggi 19.3 Jumlah kegiatan kepemudaan 15 35,00 10,00 28,57% Sangat Rendah 19.4 Jumlah kegiatan olahraga 24 46, ,17% Rendah 19.5 Gelanggang / balai (selain milik swasta) 3 4, ,00% Sedang 19.6 Lapangan olahraga ,00 275,00 88,71% Tinggi 20 Statistik 20.1 Buku Semarang dalam angka ada ada ada 100,00% Sangat Tinggi 20.2 Buku PDRB Kota ada ada ada 100,00% Sangat Tinggi II-121

165 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Fokus Seni dan Budaya 21 Kebudayaan 21.1 Penyelenggaraan festival seni dan budaya ,00 228,00 76,77% Tinggi 21.2 Sarana penyelenggaraan seni dan budaya ,00 220,00 120,22% Sangat Tinggi 21.3 Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan ,00 315,00 92,11% Sangat Tinggi 21.4 Rasio Group Kesenian / penduduk 2,6 3,26 2,98 91,41% Sangat Tinggi 21.5 Rasio Gedung Kesenian / penduduk 0,09 0,10 0,09 90,00% Tinggi 21.6 Jumlah seni budaya dan tradisi yang dilestarikan 10 16,00 11,00 68,75% Sedang 22 Perpustakaan 22.1 Jumlah perpustakaan ,00 189,00 97,93% Sangat Tinggi Persentase Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah 12 24,00 14,00 58,33% Rendah , ,00 82,69% Tinggi II-122

166 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Kearsipan 23.1 Pengelolaan arsip secara baku ,00 100,00 100,00% Sangat Tinggi 23.2 Peningkatan SDM pengelola kearsipan 2 23,00 6,00 26,09% Sangat Rendah 24 Kelautan dan Perikanan 24.1 Produksi perikanan tangkap (ton) 2.136, , ,56 83,57% Tinggi 24.2 Produksi perikanan budidaya (ton) 2.705, , ,57 88,29% Tinggi 25 Pariwisata Jumlah Kunjungan wisatawan , ,00 68,40% Sedang - (Prosentase Kenaikan) 6,00 9,00 6,50 72,22% Sedang II-123

167 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Pertanian 26.1 Produksi padi atau bahan pangan utama lokal lainnya , , ,00 96,39% Sangat Tinggi 26.2 Cakupan bina Kelompok Tani 28 58,00 33,00 56,90% Rendah 26.3 Pendapatan Rumah Tangga Petani , ,00 95,58% Sangat Tinggi 26.4 Jumlah pendapatan perkapita nelayan , ,00 136,86% Sangat Tinggi 26.5 Kerapatan tegakan pada kawasan hutan kota ,00 460,00 76,67% Tinggi 26.6 luas hutan kota 124,15 186,85 124,15 66,44% Sedang 27 Perdagangan 27.1 Kontribusi kategori-kategori pada Perdagangan & Jasa-jasa thd PDRB 30,63 31,41 30,87 98,28% Sangat Tinggi 28 Perindustrian 28.1 Pertumbuhan Industri , ,00 97,63% Sangat Tinggi 28.2 Jumlah sentra kelompok pengrajin 2 22,00 2,00 9,09% Sangat Rendah II-124

168 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Kontribusi kategori-kategori pada sektor Industri Pengolahan thd PDRB 26,31 27,54 25,82 93,75% Sangat Tinggi 29 Perencanaan Kesesuaian Program di RPJMD dengan Program di RKPD tahunan Kesesuaian Program di RKPD tahunan dengan Program di APBD tahunan 89,69 100,00 99,63 99,63% Sangat Tinggi ,00 100,00 100,00% Sangat Tinggi 30 Pemerintahan Umum 30.1 Jumlah Ormas dan Lembaga Nirlaba Lainnya yang keberadaannya bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara ,00 40,00 40,00% Sangat Rendah 31 Fungsi Lainnya sesuai perundangan 31.1 Opini BPK WDP WTP WTP 100,00% Sangat Tinggi 31.2 Predikat Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah (Evaluasi tas Penerapan Sakip) CC A CC 80,00% Tinggi II-125

169 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Predikat Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kota dengan Penyelengg araan Pemerintahan Daerah Terbaik Kota dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Terbaik 10 Besar Tk Prov. 85,00% Tinggi C. ASPEK DAYA SAING DAERAH 1 Kemampuan Ekonomi Daerah 1.1 Meningkatkan Pendapatan Rumah Tangga Petani , ,00 95,58% Sangat Tinggi 2 Fasilitas Wilayah / Infrastruktur 2.1 Aksesbilitas Daerah - Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan 5,91 3,55 6,80 191,41% Sangat Tinggi = (722,45 / ) x 100 = ( (722,45 x 60%) / ) x 100 = ( / ) X Penataan Wilayah - Realisasi luas wilayah seusai dengan peruntukannya sesuai dengan RTRW 86,44 92,00 87,00 94,57% Sangat Tinggi II-126

170 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Luas lahan produktif di Kota Semarang km , ,00 100% Sangat Tinggi - Luas wilayah kekeringan 3.338, , ,47 169,35% Sangat Tinggi - Luas wilayah perkotaan , , ,56 100,00% Sangat Tinggi 2.3 Ketersediaan RM - Restoran ,00 162,00 97,01% Sangat Tinggi - Rumah Makan ,00 175,00 89,74% Tinggi - Bar 74 80,00 81,00 101,25% Sangat Tinggi - Café ,00 91,00 88,35% Tinggi - Jasa Boga Catering 11 17,00 15,00 88,24% Tinggi - Pusat Penjualan Makanan 3 9,00 3,00 33,33% Sangat Rendah 2.4 Ketersediaan Penginapan - Hotel Bintang 54 60,00 54,00 90,00% Tinggi - Hotel Non Bintang 70 70,00 77,00 110,00% Sangat Tinggi II-127

171 NO INDIKATOR KONDISI AWAL 2015 TARGET KINERJA AKHIR RPJMD REALISASI KINERJA 2016 CAPAIAN KINERJA TERHADAP TARGET AKHIR RPJMD STATUS CAPAIAN Ketersediaan Hiburan - Panti Pijat 35 41,00 39,00 95,12% Sangat Tinggi - Karaoke 48 60,00 56,00 93,33% Sangat Tinggi - Spa 9 21,00 13,00 61,90% Rendah - Klub Malam 5 5,00 5,00 100,00% Sangat Tinggi 3 Fasilitasi Iklim Berinvestasi 3.1 Ketentraman dan Ketertiban - Angka Kriminalitas , ,00 84,17% Tinggi 3.2 Kemudahan Perijinan - Peningkatan Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) 75 /15 87 / / 15 69,83% Sedang 4 Sumber Daya Manusia Kualitas Tenaga Kerja - Pelatihan tenaga kerja/ pencari kerja ,00 500,00 23,81% Sangat Rendah 4.2 Rasio Ketergantungan Penduduk 39,80 40,14 39,82 99,20% Sangat Tinggi II-128

172 BAB III GAMBARAN KEUANGAN DAERAH Pembangunan daerah merupakan proses perwujudan cita-cita otonomi daerah yang memiliki rangkaian kegiatan mulai dari perumusan perencanaan hingga evaluasi pembangunan daerah. Pada perumusan perencanaan pembangunan daerah, berbagai kebijakan yang akan disusun memerlukan dukungan dari perencanaan pengelolaan keuangan daerah. Hal tersebut dikarenakan keuangan daerah merupakan faktor strategis yang turut menentukan kualitas penyelenggaraan pembangunan oleh pemerintahan daerah, mengingat kemampuannya akan mencerminkan daya dukung manajemen pemerintahan daerah terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan. Dengan dilakukannya perubahan RPJMD, dimana kebijakan pembangunan telah dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun fiskal dan satu tahun fiskal sedang berjalan, maka analisis gambaran umum kinerja keuangan dilakukan terhadap realisasi APBD tahun 2016, penetapan APBD 2017, serta proyeksi APBD Realisasi beberapa tahun sebelumnya dimungkinkan untuk dicantumkan dalam rangka memperkaya analisis. Data dan informasi dimaksud digunakan sebagai bahan analisis dan perspektif untuk mengetahui kemampuan pendanaan pembangunan dalam jangka menengah, khususnya pada tahun Dalam kaitannya dengan sistem desentralisasi, pelaksanaan otonomi daerah memberikan keleluasaan bagi pemerintah daerah dalam merencanakan pembangunan dan mengembangkan potensi sumber daya di wilayahnya. Ciri utama suatu daerah akan mampu melaksanakan otonominya secara efektif yaitu: 1. Besarnya kemampuan keuangan daerah Daerah memiliki kemampuan dan kewenangan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola, dan menggunakan keuangannya sendiri untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan. 2. Berkurangnya ketergantungan kepada bantuan pusat Pendapatan Asli Daerah harus menjadi sumber pendanaan utama yang didukung oleh pendanaan dari perimbangan keuangan pusat dan daerah. III-1

173 Dalam konteks pembangunan, penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah dan pembangunan daerah akan berjalan secara optimal apabila didukung dengan kemampuan keuangan daerah yang mencukupi kebutuhan pembangunan daerah dan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Oleh karena itu, dalam rencana pembangunan daerah, analisis pengelolaan keuangan daerah perlu dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah sebagai upaya pendanaan atau dukungan terhadap penyelenggaraan pembangunan daerah. Analisis pengelolaan keuangan daerah dapat dilakukan melalui pemahaman terhadap tingkat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan. Selain itu, perlu dicermati pula kondisi kinerja keuangan daerah, baik kinerja keuangan masa lalu maupun kebijakan yang melandasi pengelolaannya. 3.1 KINERJA KEUANGAN TAHUN Perkembangan kinerja keuangan Pemerintah Daerah tidak terlepas dari batasan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan keuangan Daerah, Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan keuangan Daerah dan secara spesifik pengelolaan keuangan daerah Kota Semarang diatur dalam Perda Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Berdasarkan ketentuan tersebut, kinerja keuangan Pemerintah Daerah terkait erat dengan aspek kinerja pelaksanaan APBD dan aspek kondisi neraca daerah. Penyusunan APBD bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan sumber daya yang tersedia, mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai kebijakan Pemerintah dan mempersiapkan kondisi bagi pelaksanaan pengelolaan anggaran secara baik. Dalam penyusunan APBD, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran yaitu penyelarasan antara kebijakan (policy), III-2

174 perencanaan (planning), dengan penganggaran (budgeting) antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah. Dalam melihat kinerja keuangan pada periode pembangunan sebelumnya, terlihat pada kemampuan keuangan daerah yang ditunjukkan oleh Derajat Desentralisasi Fiskal melalui perbandingan kontribusi realisasi Pendapatan Asli Daerah terhadap Total Pendapatan Daerah APBD. Tujuan dari Derajat Desentralisasi Fiskal adalah untuk melihat persentase kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Total Pendapatan Daerah sehingga mengetahui kemampuan daerah dalam kemandirian keuangan. Perkembangan Derajat Desentralisasi Fiskal Kota Semarang periode tahun , dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1. Derajat Desentralisasi Fiskal Kota Semarang Tahun Tahun Total Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah Derajat Desentralisasi Fiskal Daerah (%) , , , , , ,90 RATA-RATA 30,22 Sumber: Bapenda Kota Semarang (diolah, 2017) Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa kontribusi pendapatan asli daerah dalam mendukung total pendapatan daerah masih cukup rendah dimana secara rata-rata pada periode pembangunan hanya sebesar 30,22 %. Namun capaian ini memiliki sisi positif mengingat peningkatan Derajat Desentralisasi Fiskal Daerah terus terjadi hingga tahun 2015 mencapai 35,90 % yang mengindikasikan sebanyak 35,90 % pendapatan daerah bersumber dari komponen pendapatan asli daerah Kinerja Pelaksanaan APBD Kinerja pelaksanaan APBD tidak terlepas dari struktur dan akurasi belanja (belanja langsung dan belanja tidak langsung) maupun pendapatan daerah yang meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD, Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan yang sah. Sementara itu neraca daerah akan mencerminkan perkembangan III-3

175 dari kondisi aset pemerintah kota Semarang, kondisi kewajiban pemerintah daerah serta kondisi ekuitas dana yang tersedia. Struktur APBD Kota Semarang terdiri atas 3 (tiga) komponen utama yaitu (1) Pendapatan, (2) Belanja, dan (3) Pembiayaan. Masing-masing komponen diuraikan sebagai berikut: A. Pendapatan Daerah Pendapatan Daerah merupakan hasil akumulasi dari Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah.Pendapatan Asli Daerah terdiri dari beberapa komponen diantaranya adalah: (1) Pajak Daerah, (2) Retribusi Daerah, (3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, (4) Lain-lain PAD yang Sah. Sedangkan Pendapatan Transfer Kota Semarang terdiri dari beberapa komponen diantaranya: (1) Transfer Pemerintah Pusat Dana Perimbangan, yang terdiri dari (a) Dana Bagi Hasil Pajak, (b) Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA), (c) Dana Alokasi Umum, dan (d) Dana Alokasi Khusus. (2) Transfer Pemerintah Pusat yang terdiri dari (a) Dana Otonomi Khusus, (b) Dana Penyesuaian, (3) Transfer Pemerintah Provinsi yang terdiri dari (a) Pendapatan Bagi Hasil Pajak, (b) Pendapatan Bagi Hasil Lainnya (bantuan keuangan propinsi/ pemda lainnya). Lain-lain Pendapatan yang Sah terdiri dari beberapa komponen diantaranya (1) Pendapatan Hibah, (2) Pendapatan Dana Darurat, dan (3) Pendapatan Lainnya. Perkembangan pendapatan daerah Kota Semarang tahun 2010 s/d tahun 2015 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Pendapatan Daerah Kota Semarang mengalami tren peningkatan tiap tahunnya dengan rata-rata pertumbuhan realisasi pendapatan daerah Kota Semarang Tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 sebesar 14,12 %. Pertumbuhan pada masing-masing komponen penerimaan pendapatan mengalami pertumbuhan positif dimana Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 27,15 %; Dana Perimbangan Daerah Kota Semarang mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 4,24 %; dan Pendapatan Daerah yang berasal dari Lain-lain Pendapatan III-4

176 Tahun Daerah Yang Sah mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 27,32 %. Jika dilakukan perbandingan antara realisasi dengan target pendapatan, realisasi anggaran pendapatan daerah Kota Semarang telah melampaui target yang telah ditetapkan dimana antara tahun rata-rata realisasi mencapai 106,15 %. Realisasi pendapatan tertinggi dicapai di tahun 2012 dengan persentase realisasi mencapai 111,21 %. Persentase realisasi terendah dicapai di tahun 2010 sebesar 101,81 %. Tabel 3.2. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Semarang Tahun Target Anggaran Pendapatan Daerah (APBD-P) Realisasi Pendapatan Daerah % Kelebihan/ Kekurangan , , , , , , Total , Sumber: Bapenda Kota Semarang (diolah, 2017) 2) Dilihat dari pertumbuhan Penerimaan PAD 5 (lima) tahun terakhir ( ) mengalami pertumbuhan sebesar 27,15 % per tahun atau melebihi target yang ditetapkan dalam RPJMD yakni sebesar 12,5 % per tahun. Peningkatan ini terjadi disebabkan oleh kebijakan Pemerintah Pusat berkaitan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan penambahan dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang semula berada di pos Dana Perimbangan bergeser ke Pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dimulai tahun 2011, sehingga Pendapatan Asli Daerah pada Pos Pajak Daerah mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Dari kontribusi penerimaan PAD terhadap APBD secara total selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar 20,20 % menjadi 35,90% pada tahun Hal ini menunjukan ketergantungan III-5

177 Pemerintah Kota Semarang terhadap Dana Perimbangan dan Pendapatan lain yang sah semakin menurun dimana kontribusi pada tahun 2015 ini untuk Dana Perimbangan sebesar 37,95% dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 26,15%. Pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang dari orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak Daerah di Kota Semarang, terdiri dari beberapa jenis, antara lain: a) Pajak Hotel b) Pajak Restoran c) Pajak Hiburan d) Pajak Reklame e) Pajak Penerangan Jalan f) Pajak Pengambilan Bahan Galian C g) Pajak Parkir h) Pajak Air Tanah i) Pajak sarang Burung Walet j) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) k) PBB Pedesaan dan Perkotaan Gambar 3.1 Capaian Pajak Daerah Tahun 2010 s/d Tahun 2015 (Rp) Sumber: Bapenda Kota Semarang (diolah, 2017) III-6

178 Jika dilihat dari kondisinya, Pertumbuhan Pajak Daerah cenderung sebanding dengan pertumbuhan PAD secara total. Dalam kurun waktu 5 tahun, Pajak Daerah Kota Semarang tumbuh rata-rata 36,15% dimana kenaikan tertinggi terjadi antara tahun 2011 dan 2012 pada saat Pemerintah Kota mendapat limpahan Pendaerahan Pajak Pusat yaitu PBB dan BPHTB. Pajak daerah dipengaruhi oleh gejolak perekonomian dimana melemahnya aktivitas perekonomian akan berpengaruh signifikan pada kondisi pajak daerah. Di Kota Semarang, jenis pajak daerah berupa BPHTB baru masuk kedalam komponen pajak daerah pada tahun 2011 dan jenis pajak daerah PBB masuk kedalam komponen pajak daerah pada tahun 2012 sehingga berpengaruh terhadap kondisi keseluruhan pajak daerah. Di sisi lain, kondisi perbandingan Pajak Daerah yang sejalan dengan PAD juga mengindikasikan bahwa pajak daerah memiliki kontribusi cukup signifikan bagi PAD sehingga turut mempengaruhi pola pergerakan tren pendapatan daerah. 3) Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi, terdiri atas dana Bagi Hasil; dana Alokasi Umum; dan dana Alokasi Khusus. DAU dan DBH jenis transfer dana dari Pemerintah Pusat kepada daerah yang bersifat block grant (bantuan umum) sedangkan DAK adalah jenis transfer dana dari Pemerintah kepada daerah yang bersifat specific grant (bantuan spesifik). Dana Perimbangan tahun 2010 hingga tahun 2015 tumbuh rata-rata sebesar 4,24 %per tahun, dengan kontribusi terbesar dari Dana Alokasi Umum dengan peningkatan ratarata sebesar 8,75 % per tahun. Besarnya Dana Perimbangan yang diterima,ditentukan oleh Pemerintah setiap tahunnya dengan memperhitungkan potensi objek pendapatan yang belum tergali. Komponen pertama dari Dana Perimbangan adalah Dana Bagi Hasil Pajak, selama tahun 2010 sampai dengan 2015 Dana Bagi Hasil Pajak terealisasi sebesar 108,41 %dimana realisasi terbesar di tahun 2012 yakni sebesar 160,89 % dan III-7

179 realisasi terendah di tahun 2015 yang hanya sebesar 75,93 % Ini dikarenakan beberapa jenis Bagi Hasil Pajak seperti Bagi Hasil Pajak PBB dan Bagi Hasil Pajak PPh OPDN dan Pasal 21 nilainya dibawah target anggaran sebelumnya. Komponen Dana Perimbangan kedua adalah Dana Bagi Hasil Bukan Pajak atau SDA, realisasi Dana Bagi Hasil SDA dalam kurun waktu 2010 sampai 2015 sebesar 166,84 % dimana realisasi terendah di tahun 2015 sebesar 79,02 % dan realisasi terbesar di tahun 2012 sebesar 275,83 %. Ini dikarenakan realisasi dari jenis Bagi Hasil dari Iuran Eksplorasi nilainya cukup tinggi melebihi target anggaran sebelumnya. Komponen Dana Perimbangan selanjutnya adalah Dana Alokasi Umum, realisasi DAU dalam kurun waktu tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 sebesar 100 % terhadap APBD-P. Alokasi pendapatan daerah yang bersumber dari dana Perimbangan yang diterima oleh Daerah, diatur dalam Undang- Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah. Komponen Dana Perimbangan selanjutnya adalah Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan usulan kegiatan dari daerah ke Pemerintah Pusat sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah. Realisasi Dana Alokasi Khusus tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 sebesar 82,43 %. 4) Lain-Lain Pendapatan daerah yang Sah di Kota Semarang bersumber dari beberapa komponen, yaitu Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, Bantuan Keuangan dari Propinsi atau Pemda lainnya dan Dana Insentif Daerah. Kontribusi Lain-Lain Pendapatan daerah yang sah terbesar berasal dari Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya yang pertumbuhan rata-rata sebesar 20,68 %per tahun. III-8

180 B. Belanja Daerah Belanja daerah dikelompokkan menjadi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Sedangkan kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tidak langsung terdiri dari Belanja Pegawai; Belanja Hibah dan Bantuan Sosial; Belanja Bantuan Keuangan; dan Belanja Tidak Terduga. Sementara itu belanja langsung terdiri dari belanja pegawai; belanja barang dan jasa; dan belanja modal. Sedangkan analisis terhadap realisasi belanja daerah selama tahun anggaran dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Realisasi belanja daerah pada tahun 2015 mencapai 3,2 trilyun rupiah dimana tahun sebelumnya hanya sebesar 2,96 trilyun rupiah. Jika dilihat dari rata-rata pertumbuhan kenaikan realisasi belanja daerah, maka pada tahun untuk belanja daerah mengalami kenaikan realisasi rata-rata sebesar 13,32%. Dari komponen belanja daerah yang membentuknya, secara persentase jumlah realisasi belanja tidak langsung lebih tinggi dibandingkan belanja langsung. Begitu juga dengan pertumbuhannya, kenaikan realisasi belanja tidak langsung daerah pada tahun sebesar 6,20%, sedangkan untuk kenaikan realisasi belanja langsung mencapai 21,33%. 2) Belanja tidak langsung yang meningkat cukup tinggi selama lima tahun terakhir sebagian besar dibentuk dari subkomponen belanja pegawai yang mencapai 1,32 trilyun rupiah di tahun Belanja pegawai ini juga mengalami peningkatan realisasi di setiap tahunnya hingga mencapai rata-rata pertumbuhan sebesar 8,75% dalam tahun Namun terdapat juga subkomponen yang memiliki pertumbuhan rata-rata negatif yakni sub komponen belanja bunga (-43,23%) dan subkomponen belanja bantuan sosial (-18,97%). 3) Pada komponen belanja langsung, subkomponen yang terbesar dalam pembentukannya adalah belanja barang dan jasa yang mencapai 969,85 milyar rupiah pada tahun Namun dalam III-9

181 rata-rata pertumbuhannya, belanja modal menduduki pertumbuhan paling signifikan yakni mencapai 30,08% meskipun pada tahun terakhir (2015) mengalami penurunan dari 800,18 milyar rupiah menjadi 726,14 milyar rupiah. C. Pembiayaan Daerah Pembiayaan Daerah Kota Semarang merupakan selisih dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan Pembiayaan terdiri dari beberapa komponen diantaranya adalah (a) Sisa Lebih Perhitungan Tahun Anggaran sebelumnya, (b) Pencairan dana cadangan, (c) Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, (d) Penerimaan pinjaman daerah dan obligasi daerah, dan (e) Penerimaan kembali pemberian pinjaman. Sedangkan Pengeluaran Pembiayaan terdiri dari beberapa komponen diantaranya adalah (a) Pembentukan dana cadangan, (b) Penyertaan modal (investasi) daerah, (c) Pembayaran pokok utang, (d) Pembayaran kegiatan lanjutan, dan (e) Pengeluaran perhitungan pihak ketiga. Perkembangan APBD Kota Semarang dalam kurun waktu tahun mengalami tren peningkatan dari tahun ke tahun. Di tahun 2010 terlihat bahwa belanja daerah lebih besar dari pendapatan, sedangkan untuk tahun 2011 hingga 2014 belanja daerah lebih kecil dari pendapatan. Pembiayaan daerah mengalami kondisi fluktuatif. Realisasi pembiayaan daerah pada tahun 2013, 2014 dan 2015 mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Dari sisi Penerimaan Pembiayaan, realisasi penerimaan pembiayaan terbesar berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (SiLPA) yang tercatat selama tahun sebesar Rp ,- dan Pencairan Dana Cadangan sebesar Rp ,-. Meningkatnya SiLPA yang sangat signifikan merupakan akibat dari alokasi anggaran pada program/kegiatan pembangunan yang tidak dilaksanakan dan/atau alokasi anggaran yang tidak diserap, hal ini menunjukkan bahwa kinerja pengelolaan keuangan daerah selama periode tahun belum berjalan secara optimal. Dari sisi Pengeluaran Pembiayaan III-10

182 daerah, selama tahun realisasi pengeluaran pembiayaan daerah dipergunakan untuk: a) Pembentukan Dana Cadangan, untuk Penyelenggaraan Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Semarang Tahun b) Penyertaan modal perusahaaan milik daerah yakni (Bank Jateng Cabang Semarang, Perusda RPH & BPH, Perusda Percetakan, Perusahaan Bank Pasar dan Perusda BPR/BKK), c) Pembayaran Pokok Hutang dan d) Pengembalian Sisa Dana DPPID. Dari pelaksanaan pembangunan selama enam tahun terakhir dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015, Perusahaan Daerah belum mampu secara signifikan memberikan kontribusi terhadap penerimaan pendapatan daerah. III-11

183 No URAIAN Tabel 3.3. Rata-rata Pertumbuhan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun 2010 s/d Tahun 2015 Kota Semarang TAHUN Rata2 Pertumbuhan (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%) 1 PENDAPATAN DAERAH ,12% 1.1 Pendapatan Asli Daerah ,15% Pajak Daerah ,15% Retribusi Daerah ,86% Hasil Pengolahan Kekayaan Daerah ,03% Yang dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah ,82% 1.2 Dana Perimbangan ,24% Dana Bagi Hasil Pajak ,05% Dana bagi Hasil Bukan Pajak ,50% Dana Alokasi Umum ,75% Dana Alokasi Khusus ,15% 1.3 Lain-lain Pendapatan ,32% Daerah Yang Sah Hibah Dana Darurat Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi atau ,68% III-12

184 No URAIAN Kabupaten/ Kota TAHUN Rata2 Pertumbuhan (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%) Dana penyesuaian dan ,67% otonomi khusus Bantuan Keuangan dari propinsi atau ,30% Pemerintah Daerah Lainnya Dana Insentif Daerah BELANJA DAERAH ,32% 2.1 Belanja Tidak Langsung ,20% Belanja Pegawai ,75% Belanja Bunga , Belanja Subsidi % Belanja Hibah ,74% Belanja Bantuan Sosial ,97% Belanja Bagi Hasil % Belanja Bantuan Keuangan ,97% Belanja Tidak Terduga % 2.2 Belanja Langsung ,33% Belanja Pegawai ,14% Belanja Barang dan Jasa ,25% III-13

185 No URAIAN TAHUN Rata2 Pertumbuhan (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%) Belanja Modal ,08% 3 PEMBIAYAAN DAERAH ,40% 3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN ,54% Pengunaan SILPA ,68% Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah PENGELUARAN PEMBIAYAAN Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Hutang Pemberian Pinjaman Daerah Pengembalian sisa dana DPPID ,09% ,28% ,04% III-14

186 3.1.2 Neraca Daerah Analisis Neraca daerah bertujuan untuk mengetahui kemampuan keuangan pemerintah daerah melalui perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas dan rasio aktivitas serta kemampuan asset daerah untuk penyediaan dana pembangunan daerah. Neraca Daerah menggambarkan posisi keuangan pemerintah daerah mengenai asset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan. Unsur yang dicakup oleh sebuah neraca terdiri dari asset, kewajiban dan ekuitas. Perkembangan neraca daerah Kota Semarang tahun dan rata-rata pertumbuhannya terlihat di tabel 3.6. Asset Pemerintah Kota Semarang dari kurun waktu tahun 2010sampai dengan tahun 2015 mengalami pertumbuhan yang meningkat rata-rata sebesar 38,14%. Asset daerah akan memberikan informasi tentang sumber daya yang dimiliki dan dikuasai pemerintah Kota Semarang yang mampu memberi manfaat ekonomi dan sosial bagi pemerintah dan masyarakat. Pemerintah Kota Semarang pada tahun 2015 memiliki asset total sebesar Rp ,-atau meningkat sebesar 52,96 % dibanding tahun 2014 yang sebesar Rp ,-. Peningkatan terbesar adalah pada asset tetapyang meningkat sangat signifikan hingga mencapai Rp ,- pada tahun Kewajiban menggambarkan tentang kondisi utang Pemerintah Daerah dengan pihak ketiga. Kewajiban daerah sendiri dapat dibagi menjadi 2, yakni kewajiban jangka panjang dan kewajiban jangka pendek. Pertumbuhan kewajiban dari tahun rata-rata sebesar 76,73 %. Pada tahun 2015, Pemerintah Kota Semarang memiliki jumlah kewajiban yang harus dilaksanakan sebesar Rp Angka ini meningkat 373,8 % dibanding kewajiban tahun 2014 sebesar Rp dan juga lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Ekuitas dana adalah selisih antara asset dengan kewajiban Pemerintah Daerah. Rata-rata pertumbuhan ekuitas dana kota Semarang dari tahun sebesar 38,16 %. Ekuitas III-15

187 dana mengalami lonjakan yang cukup tinggi di tahun 2014 dengan peningkatan 104,63 %. Sedangkan di tahun 2015, nilai ekuitas dana Pemerintah Kota Semarang mencapai Rp ,- yaitu meningkat 52,39 % dari tahun 2014 dengan nilai ekuitas dana Rp ,-. Gambaran kondisi neraca daerah pada table 3.6 dapat digunakan sebagai bahan analisis kemampuan keuangan Pemerintah Daerah melalui perhitungan rasio, dimana terdapat 2 jenis Rasio yang digunakan, yakni rasio likuiditas dan solvabilitas sebagaimana terjabarkan sebagai berikut: a) Rasio Likuiditas Rasio likuiditas yaitu rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan asset lancar lainnya dari sebuah entitas dengan kewajiban lancarnya untuk melihat kemampuan entitas dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Data rasio likuiditas tahun terakhir 2015 dapat dilihat pada tabel 3.4. Tabel 3.4. Analisis Rasio Likuiditas Kota Semarang Tahun 2015 Ratio Rumus 2015 Ratio Lancar Aset Lancar Kewajiban Jangka Panjang Rasio Quick (Quick Ratio) Aset Lancar - Persediaan Kewajiban Jangka Pendek ,20 Rasio total hutang terhadap total Total Hutang asset Total Aset ,00553 Sumber: BPKAD Kota Semarang, (diolah 2017) Hasil analisis diatas menunjukan bahwa Pemerintah Kota Semarang memiliki kondisi pendanaan yang cukup kuat (likuid) dilihat dari hasil analisis ratio lancar, quick ratiodan rasio total hutang terhadap total asset juga bernilai sangat kecil. Hal ini menunjukkan bahwa kapabilitas keuangan Pemerintah Kota Semarang cukup kuat dalam pelunasan kewajiban-kewajiban daerahnya. b) Rasio Solvabilitas Rasio Solvabilitas atau disebut juga Ratio Leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh suatu entitas dengan dana yang dipinjam dari kreditur entitas III-16

188 tersebut. Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan Pemerintah Daerah dalam memenuhi kewajibankewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas tahun 2015 dapat dilihat di tabel 3.5. Tabel 3.5. Rasio Solvabilitas Kota Semarang Tahun 2015 Rasio Rumus 2015 (%) Rasio Kewajiban terhadap Kewajiban Aset Aset ,55% Rasio Kewajiban terhadap Kewajiban Ekuitas Ekuitas ,56% Sumber: BPKAD Kota Semarang, diolah 2017 Rasio kewajiban terhadap asset di Kota Semarang pada tahun 2015 sangat rendah hanya 0,55%. Kecilnya nilai rasio ini menunjukkan bahwa kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi terkait anggaran oleh Pemerintah Kota Semarangmasih cukup jauh di bawah nilai total aset yang dimiliki. Sedangkan pada rasio kewajiban terhadap ekuitas (modal) juga sangat rendah, 0,56 %. Rasio kewajiban terhadap modal yang tertera di atas menunjukkan bahwa nilai total hutang masih jauh dibawah nilai modal yang dimiliki Pemerintah Kota Semarang. III-17

189 Tabel 3.6. Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kota Semarang NO URAIAN Rata-rata Pertumbuhan (%) 01 ASET ASET LANCAR 04 Kas di Kas Daerah ,00% 04a Bank ,00% 04b Deposito ,00% 05 Kas di Bendahara Pengeluaran ,83% 06 Kas di Bendahara Penerimaan ,59% Kas JKN ,00% Kas di BLUD ,00% 06a Kas di Bendahara Dana BOS ,00% 07 Investasi Jangka Pendek Piutang Pajak ,77% 09 Piutang Retribusi ,63% 10 Penyisihan Piutang ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) 123,27% 10a Penyisihan Piutang Dana Bergulir ( ) ( ) ( ) ,00% 11 Belanja Dibayar Dimuka ,51% 12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Bgaian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi Piutang Lainnya ,26% Penyisihan piutang lainnya - ( ) ( ) ( ) 0,00% 19 Persediaan ,83% 19a RK Dinas Jumlah Aset Lancar (4 s/d 19a) ,02% INVESTASI JANGKA PANJANG 23 Investasi Non Permanen III-18

190 NO URAIAN Rata-rata Pertumbuhan (%) 24 Pinjaman Jangka Panjang Investasi dalam Surat Utang Negara Investasi dalam Proyek Pembangunan Investasi Non Permanen Lainnya ,00% 27a Cadangan Kerugian Investasi Non Permanen ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) 17,21% 28 Jumlah Investasi Non Permanen (24 s/d 27) ,04% 29 Investasi Permanen 30 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah ,54% 31 Investasi Permanen Lainnya Jumlah Investasi Permenen (30 s/d 31) ,54% 33 Jumlah Investasi Jangka Panjang (28 +32) ,66% ASSET TETAP 36 Tanah ,61% 37 Peralatan dan Mesin ,07% 38 Gedung dan Bangunan ,80% 39 Jalan, Irigasi dan Jaringan ,86% 40 Asset Tetap Lainnya ,67% 41 Konstruksi dalam Pengerjaan ,92% 42 Akumulasi Penyusutan ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) 15,48% 42a RK Dinas Asset Jumlah Asset Tetap (36 s/d 42a) ,42% DANA CADANGAN 46 Dana Cadangan ,00% 47 Jumlah Dana Cadangan (46) ,00% ASSET LAINNYA 50 Tagihan Penjualan Angsuran Tuntutan Ganti Rugi Kemitraan dengan Pihak Ketiga ,27% 53 Aset Tak Berwujud ,00% 54 Aset Lain-lain ,91% Penyusutan aset lain-lain ( ) ( ) ( ) 0,00% 55 Jumlah Asset Lainnya (50 s/d 54) ,77% 56 III-19

191 NO URAIAN Rata-rata Pertumbuhan (%) 57 JUMLAH ASSET ( ) ,14% KEWAJIBAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 62 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) ,33% 63 Utang Bunga ,00% 64 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang ,00% 65 Pendapatan Diterima Dimuka ,39% 66 Utang Belanja ,00% 67 Utang Jangka Pendek Lainnya ,00% 68 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (62 s/d 67) ,77% KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 71 Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan Utang Dalam Negeri - Obligasi Premium (Diskonto) Obligasi a Pendapatan Diterima Dimuka ,00% 74 Utang Jangka Panjang Lainnya ,00% 75 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (71 s/d 74) ,43% 76 JUMLAH KEWAJIBAN ( ) ,73% EKUITAS DANA 79 Ekuitas Dana ,16% 79a JUMLAH EKUITAS DANA (79) ,16% 80 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA ( d) ,14% Sumber: BPKAD Kota Semarang, III-20

192 3.2 KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN KOTA SEMARANG TAHUN Pemahaman terhadap kinerja belanja daerah bertujuan untuk memperoleh gambaran realisasi dari kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan daerah pada periode tahun anggaran sebelumnya yang digunakan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan dimasa mendatang. Beberapa hal yang perlu dipahami dari analisis ini mencakup proporsi realisasi belanja daerah dibanding anggaran, analisis proporsi belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur, analisis belanja periodik dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama Proporsi Penggunaan Anggaran Belanja daerah Kota Semarang dibagi menjadi belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung memiliki delapan komponen belanja yaitu belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga. Sedangkan untuk belanja langsung daerah Kota Semarang, terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja modal. Tabel 3.7. Proporsi Realisasi Belanja terhadap Anggaran Belanja Daerah Kota Semarang Tahun Proporsi Uraian Ratarata (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) Belanja Tidak Langsung 58,56% 56,13% 54,80% 48,08% 43,78% 42,60% 50,66% Belanja Pegawai 50,48% 48,43% 52,86% 46,21% 39,62% 41,41% 46,50% Belanja Bunga 0,06% 0,04% 0,04% 0,02% 0,01% 0,00% 0,03% Belanja Subsidi Belanja Hibah 1,89% 2,46% 1,50% 1,68% 3,85% 1,08% 2,07% Belanja Bantuan Sosial 6,09% 5,13% 0,36% 0,11% 0,21% 0,06% 2,00% Belanja Bagi Hasil Belanja Bantuan Keuangan 0,05% 0,04% 0,04% 0,03% 0,03% 0,03% 0,04% Belanja Tidak Terduga 0,00% 0,03% 0,00% 0,03% 0,06% 0,03% 0,03% Belanja Langsung 41,44% 43,87% 45,20% 51,92% 56,22% 57,40% 49,34% Belanja Pegawai 5,91% 6,18% 6,33% 5,98% 4,57% 4,41% 5,56% Belanja Barang dan Jasa 23,03% 22,67% 21,74% 22,04% 24,60% 30,30% 24,06% Belanja Modal 12,49% 15,01% 17,14% 23,89% 27,06% 22,69% 19,71% Sumber: BPKAD, Kota Semarang, III-21

193 Tabel proporsi realisasi belanja terhadap anggaran belanja Kota Semarang menunjukkan bahwa semakin lama proporsi belanja langsung terhadap anggaran belanja memiliki proporsi lebih besar dibanding belanja tidak langsung hingga pada tahun 2015 proporsi belanja tidak langsung menurun hingga mencapai 42,60% dan belanja langsung terus meningkat hingga mencapai 57,40%. Sedangkan jika dilihat dari rata-ratanya, proporsi penggunaan belanja tidak langsung rata-rata sebesar 50,66 %sedangkan belanja langsung hanya 49,34 %. Hal ini mengindikasikan bahwa secara umum dalam lima tahun terakhir belanja langsung berhubungan dengan programprogram pembangunan kota, pencapaian kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik yang belum maksimal namun menuju ke optimalisasi yang dtunjukkan dengan kenaikan proporsi. Sementara itu, pada komponen belanja tidak langsung proporsi terbesar digunakan untuk belanja pegawai. Sedangkan untuk belanja langsung proporsi terbesar untuk belanja barang dan jasa. A. Analisis Proporsi Belanja untuk Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Selain gambaran mengenai belanja daerah baik belanja langsung maupun tidak langsung, perlu diketahui juga gambaran proporsi anggaran belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur Kota Semarang. Kebutuhan belanja aparatur Kota Semarang selama periode tahun antara lain meliputi Belanja Pegawai untuk Gaji dan Tunjangan, Tambahan Penghasilan, dan Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/ WKDH), Belanja Bunga, Belanja Bantuan Keuangan dan Belanja Langsung untuk kebutuhan operasional rutin perkantoran yang harus diselenggarakan. Proporsi belanja aparatur terhadap total pengeluaran memiliki kondisi fluktuatif dimana proporsi tertinggi di tahun 2010 sebesar 62,54 %, lalu tahun 2011 turun menjadi 58,73 dan kembali naik di tahun 2012 sebesar 60,30 %. Angka ini semakin menurun di setiap tahunnya hingga mencapai 49,96 % proporsi realisasi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur dibandingkan total pengeluaran. III-22

194 Tabel 3.8. Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur terhadap Total Belanja Kota Semarang Tahun Tahun Anggaran Total Belanja untuk Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Total Pengeluaran (Belanja + Pengeluaran Pembiayaan Daerah) ,54% ,73% ,30% ,37% ,74% ,96% % Sumber: BPKAD Kota Semarang, B. Analisis Belanja Periodik dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Selain belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur Kota Semarang, perlu diketahui juga bagaimana gambaran pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas utama Kota Semarang. Belanja untuk pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas utama adalah menyangkut pelayanan dasar wajib yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan dan menyangkut kebutuhan operasional rutin perkantoran yang harus diselenggarakan. Pengeluaran wajib dan mengikat mencakup pengeluaran untuk bidang pendidikan dan kesehatan. Total pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas utama pada tabel diatas menjadi dasar untuk menentukan kebutuhan anggaran belanja yang tidak dapat dihindari dan tidak dapat ditunda dalam rangka penghitungan kapasitas riil keuangan daerah dan analisis kerangka pendanaan. Tabel berikut adalah rincian pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas utama Kota Semarang Tahun : III-23

195 Belanja Tidak Langsung Tabel 3.9. Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Semarang Tahun Urusan 2010 (Rp) 2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2014 (Rp) 2015 (Rp) Belanja Gaji dan Tunjangan, Belanja Tambahan Penghasilan, dan Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/ WKDH Belanja Bantuan Keuangan Belanja Bunga Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung Belanja Langsung untuk kebutuhan operasional rutin perkantoran yang harus diselenggarakan Total Sumber: BPKAD Kota Semarang, III-24

196 No Tabel Realisasi Belanja Periodik dan Pengeluaran Pembiayaan Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kota Semarang Tahun Anggaran Uraian Rata-Rata Pertumbuhan A. BELANJA TIDAK LANGSUNG ,72% 1 2 Belanja Gaji, Tunjangan dan termasuk( Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH) Belanja Bantuan Keuangan ,75% ,97% 3 Belanja Bunga ,23% B. BELANJA LANGSUNG ,84% Belanja Langsung untuk kebutuhan 1 operasional rutin perkantoran yang harus diselenggarakan C. PENGELUARAN PEMBIAYAAN Pembentukan Dana 1 Cadangan Pembayaran Pokok 2 Hutang ,84% ,21% ,00% ,04% TOTAL (A+B+C) ,29% Sumber: BPKAD Kota Semarang, III-25

197 3.2.2 Analisis Pembiayaan Pembiayaan merupakan transaksi keuangan daerah yang bertujuan untuk menutup selisih antara Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah ketika terjadi defisit anggaran. Sumber pembiayaan dapat berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun lalu, penerimaan, penerimaan pinjaman obligasi, transfer dari dana cadangan maupun hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan. Sedangkan pengeluaran dalam pembiayaan adalah angsuran hutang, bantuan modal dan transfer ke dana cadangan. A. Analisis Sumber Penutup Defisit Riil Analisis ini dilakukan untuk memberi gambaran masa lalu tentang kebijakan anggaran untuk menutup defisit riil anggaran Pemerintah Daerah yang dilakukan. Tabel 3.11 menyajikan gambaran realisasi defisit riil anggaran Kota Semarang tahun Berdasarkan pada tabel 3.11, defisit riil anggaran menunjukkan bahwa pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 terjadi surplus dimana realisasi pendapatan daerah lebih besar dari belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan. Sedangkan tahun 2010 sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan terjadi defisit Rp ,-. Pada tabel 3.12 ditampilkan komposisi penutup deficit riil yang terdisi dari SiLPA tahun anggaran sebelumnya dan pencairan dana cadangan. III-26

198 NO Uraian 2010 (Rp) Tabel Defisit Riil Anggaran Kota Semarang Tahun (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2014 (Rp) 2015 (Rp) A Realisasi Pendapatan Daerah Dikurangi Realisasi Belanja : 1. Realisasi Belanja Daerah Realisasi Pengeluaran Pembiayaan Daerah B Surplus/ Defisit riil ( ) Sumber: BPKAD Kota Semarang, NO C 1. Uraian Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran sebelumnya 2010 (Rp) Tabel Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Kota Semarang Tahun (Rp) 2012 (Rp) Pencairan Dana Cadangan Total Realisasi Penerimaan Pembiayaan Daerah (Rp) 2014 (Rp) 2015 (Rp) Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan (A-B) + C Sumber: BPKAD Kota Semarang, III-27

199 B. Analisis Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Analisis ini dilakukan untuk memberi gambaran tentang komposisi sisa lebih perhitungan anggaran. Dengan mengetahui SILPA realisasi anggaran periode sebelumnya, dapat diketahui kinerja APBD tahun sebelumnya yang lebih rasional dan terukur. Gambaran masa lalu terkait komposisi realisasi anggaran SiLPA Pemerintah Kota Semarang Tahun tersaji di tabel Dari tabel 3.13 terlihat bahwa realisasi SiLPA berasal dari beberapa komponen, seperti pelampauan pendapatan bersumber dari pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah; sisa penghematan belanja atau akibat lainnya; dan Kewajiban kepada Pihak Ketiga sampai dengan Akhir Tahun Belum Terselesaikan. Pelampauan Penerimaan PAD menunjukan angka positif dari tahun ke tahun. III-28

200 Tabel Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Kota Semarang Tahun No Uraian Rp % dari SiLPA Rp % dari SiLPA Rp % dari SiLPA Rp % dari SiLPA Rp % dari SiLPA Rp % dari SiLPA 1. Jumlah SILPA a. b. c. d. e. f , , , , , ,00 Pelampauan Penerimaan PAD , , , , ,02 ( ) (8,77) Pelampauan Penerimaan Dana Perimbangan ,95 ( ) (13,43) ,48 ( ) (3,13) , ,35 Pelampauan Penerimaan Lain-Lain Pendapatan Daerah ( ) (1,97) , , , , ,31 Yang Sah Sisa Penghematan Belanja Atau Akibat Lainnya , , , , , ,43 Pelampauan Penerimaan ( ) (37,12) Pembiayaan ,00 ( ) (0,69) ( ) (4,31) Penghematan Pengeluaran Pembiayaan , , , , , ,00 Sumber: BPKAD Kota Semarang, III-29

201 Tabel Realisasi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Kota Semarang Tahun No. Uraian Dikurangi : Saldo Kas Neraca Daerah Pendapatan Retribusi belum disetor Utang Perhitungan Pihak Ketiga Dana BOS Sisa Lebih (Riil) Pembiayaan Anggaran Sumber: BPKAD Kota Semarang, III-30

202 3.3 KERANGKA PENDANAAN Kemampuan keuangan daerah Pemerintah Kota Semarang dalam kurun waktu 5 tahun kedepan untuk membiayai pembangunan dan memberikan pelayanan publik kepada masyarakat secara optimal, dirumuskan dengan mempertimbangkan data realisasi penerimaan pendapatan daerah tahun sebelumnya, serta data-data yang mempengaruhi penerimaan pendapatan daerah, antara lain : 1) Indikator ekonomi makro, mencakup: Rata-Rata Inflasi Kota Semarang tahun sebesar 5,7 % pertahun Rata-Rata Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang tahun sebesar 6,11 % per tahun 2) Kebijakan di bidang keuangan negara Proyeksi penerimaan pendapatan daerah Kota Semarang tahun dirumuskan dengan mendasarkan pada evaluasi penerimaan pendapatan daerah tahun , serta mempertimbangan komponen pos penerimaan pendapatan yang bersumber dari Pemerintah Provinsi maupun Pusat Proyeksi Pendapatan Dan Belanja Daerah Kota Semarang A. Proyeksi Pendapatan Daerah Penerimaan Pendapatan daerah sesuai dengan tren pertumbuhan rata-rata historis dengan tidak menyertakan tahun 2010, 2011, 2012 yang mengalami pertumbuhan abnormal, sehingga data historis yang digunakan adalah 3 (tiga) tahun terakhir (2013, 2014, 2015). Rata-rata pertumbuhan penerimaan pendapatan daerah Kota Semarang Tahun 2013 sampai dengan 2015 mengalami pertumbuhan sebesar 9,77 %, dengan Pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 15,75 %, Pos Dana Perimbangan rata-rata sebesar 2,91% dan Pos Penerimaan Pendapatan Lain-lain yang sah rata-rata sebesar -8,11 %. Mendasarkan pada pertumbuhan rata-rata penerimaan pendapatan daerah 2013 sampai dengan 2015, dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pendapatan di Kota Semarang maka penerimaan pendapatan daerah tahun diproyeksikan akan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 6,59 % per tahunnya. Pendapatan Asli Daerah akan meningkat III-31

203 kondisinya dengan proyeksi rata-rata pertumbuhan sebesar 12,38 % per tahun. Dana Perimbangan juga akan terus meningkat kondisinya dengan rata-rata pertumbuhan 4,78 % per tahun dan Lain-Lain Pendapatan yang Sah yang diproyeksikan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 2,03 % per tahun. Sementara itu, jika dilihat dari masing-masing komponen untuk jenis komponen Pendapatan Asli Daerah, diprediksikan bahwa Pajak Daerah akan mengalami peningkatan dengan ratarata pertumbuhan sebesar 12,52 %, rata-rata pertumbuhan Retribusi Daerah 11,00%, rata-rata pertumbuhan Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 36,72 %dan Lain-lain PAD yang Sah diprediksi mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 12,53 % per tahun. Untuk jenis komponen Dana Perimbangan, Dana Bagi Hasil Pajak diprediksikan akan meningkat dengan ratarata pertumbuhan sebesar 7,30 % pertahun. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak akan meningkat dengan rata-rata sebesar 2,06 % per tahun. Dana Alokasi Umum akan meningkat rata-rata sebesar 5,04 % pertahun dan Dana Alokasi Khusus diasumsikan sama dengan DAK yang diterima di tahun Sejalan dengan kebijakan Kementerian Keuangan terkait dengan DAU, maka proyeksi DAU yang ditetapkan dalam RPJMD ini bersifat dinamis atau tidak final, serta mengikuti kebijakan dari Pemerintah Pusat yang penyalurannya akan mengikuti dinamisasi perkembangan penerimaan dalam negeri neto. Sedangkan untuk jenis komponen pendapatan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah; untuk Pos Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi atau Kabupaten/Kota akan meningkat rata-rata sebesar 11,88 % per tahun, Pos Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya rata-rata sebesar -3,06 % per tahun, Pos Dana Insentif Daerah tahun 2018 dan 2019 dipasang Rp ,- karena predikat WTP yang diperoleh di tahun 2017, dan pada tahun 2020 sampai dengan 2021 diasumsikan DID minimal mendapat Rp ,- sebagai reward target WTP. Selanjutnya untuk pendapatan Hibah dari pos Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) diproyeksikan masih sama dengan tahun III-32

204 Selama ini dana BOS disalurkan langsung dari Pemerintah Provinsi kesekolah-sekolah, realisasi 2016 dana BOS belum tercatat dalam struktur keuangan daerah. Hal ini menjadi catatan BPK pada laporan hasil audit 2016, sehingga pada tahun 2017 dana BOS dicatat pada pos Pendapatan Asli Daerah pada rekening pendapatan lain-lain PAD yang sah, namun pada tahun berikutnya dana BOS dicatat pada pos lain-lain pendapatan yang sah pada rekening hibah. Besarannya diasumsikan sama dengan penerimaan tahun 2016 yaitu sebesar Rp ,- B. Proyeksi Belanja Daerah Analisis proyeksi belanja daerah perlu dilakukan guna mendapatkan gambaran mengenai kondisi belanja daerah Kota Semarang dalam kurun waktu 5 tahun kedepan guna membiayai belanja langsung atau belanja program untuk RPJMD. Proyeksi Belanja dirumuskan berdasarkan tren pertumbuhan historis realisasi belanja tahun , prioritas pembangunan serta proporsi belanja tidak langsung dan belanja langsung. Berikut kebijakan terkait dengan Belanja daerah Kota Semarang: 1) Proyeksi Belanja Daerah Kota Semarang Tahun ratarata akan meningkat sebesar 7,96% per tahun, dengan perincian Belanja tidak langsung rata-rata sebesar 9,79% per tahun dan Belanja Langsung rata-rata sebesar 7,05% per tahun. 2) Prosentase Belanja Langsung terhadap Belanja Daerah rata-rata 62,38%, sehingga porsi belanja langsung selalu lebih besar dari belanja tidak langsung. 3) Dana BOS tercatat dalam kerangka belanja langsung, walaupun berupa anggaran in & out. 4) Belanja Langsung menjadi prioritas utama pembangunan yang meliputi program/kegiatan monumental dan inovatif. Analisis proyeksi belanja dilakukan untuk memperoleh gambaran kebutuhan belanja tidak langsung daerah dan pengeluaran pembiayaan yang bersifat wajib dan mengikat. Belanja yang bersifat mengikat merupakan belanja yang dibutuhkan secara terus menerus dan harus dialokasikan oleh III-33

205 pemerintah daerah dengan jumlah yang cukup untuk keperluan setiap bulan dalam tahun anggaran yang bersangkutan, seperti belanja pegawai, belanja barang dan jasa. Sedangkan Belanja yang bersifat wajib adalah belanja untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pendanaan pelayanan dasar masyarakat antara lain pendidikan dan kesehatan dan/atau melaksanakan kewajiban kepada fihak ketiga. Analisis dilakukan dengan proyeksi 5 (lima) tahun ke depan untuk penghitungan kerangka pendanaan pembangunan daerah. Hasil proyeksi belanja dan pengeluaran wajib mengikat Kota Semarang tahun dapat terlihat pada tabel berikut. 1) Pertumbuhan belanja tidak langsung diproyeksikan sebagai berikut : Besaran belanja pegawai dirata-rata diproyeksikan tumbuh rata-rata sebesar 9,96 % per tahun Belanja bantuan keuangan sampai dengan tahun 2021 diperkirakan mengalami pertumbuhan rata-rata 0,86% per tahun. 2) Belanja langsung untuk kebutuhan operasional rutin perkantoran yang harus dilaksanakan diperkirakan tumbuh 3,27% per tahun. 3) Pertumbuhan rata-rata pengeluaran pembiayaan dari tahun naik cukup signifikan (69,95%), terutama kontribusi dari pos pembentukan dana cadangan, dana bergulir dan pos penyertaan modal Pemerintah Daerah. 4) Total belanja wajib dan pengeluaran yang wajib mengikat dan prioritas utama diproyeksikan pertumbuhannya rata-rata 3.62% per tahun. Analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran sisa lebih riil perhitungan anggaran. Hasil analisis dapat digunakan untuk menghitung kapasitas penerimaan pembiayaan daerah dengan proyeksi 5 (lima) tahun ke depan. Analisis dilakukan berdasarkan data dan informasi yang dapat mempengaruhi besarnya sisa lebih riil perhitungan anggaran dimasa yang akan datang, yakni: III-34

206 1) Angka rata-rata pertumbuhan saldo kas neraca daerah dan rata-rata pertumbuhan kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan serta kegiatan lanjutan; 2) Asumsi indikator makro ekonomi Rata-Rata Inflasi Kota Semarang tahun sebesar 5,7 % pertahun Rata-Rata Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang tahun sebesar 6,11 % pertahun 3) Kebijakan penyelesaian kewajiban daerah 4) Kebijakan efisiensi belanja daerah dan peningkatan potensi penerimaanpendapatan. C. Proyeksi Pembiayaan Daerah Pada pembiayaan daerah Kota Semarang Tahun , diproyeksikan penyediaan Pembentukan Dana Cadangan untuk pelaksanaan PILKADA Kota Semarang Tahun 2021 dan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah. Kebijakan Pembiayaan Daerah Kota Semarang Tahun antar lain sebagai berikut: 1) Pembentukan Dana Cadangan untuk Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) Kota Semarang Tahun 2021, dimana kebutuhan untuk penyelenggaran PILKADA diproyeksi sebesar Rp ,-. Pembentukan Dana Cadangan tersebut dialokasikan pada Tahun 2019 sebesar Rp ,- dan Tahun 2020 sebesar Rp ,- 2) Penyertaan modal pemerintah daerah meliputi penyertaan modal Bank Jateng, PT. Bhumi Pandanaran Sejahtera (Holding Company) dan Bank Pasar. 3) Dana bergulir yang digunakan untuk meningkatkan usaha mikro diproyeksikan sebesar Rp ,- per tahun mulai dari tahun 2017 sampai dengan III-35

207 Tabel Proyeksi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun 2016 s/d Tahun 2021 Kota Semarang Pertum TAHUN ANGGARAN No URAIAN buhan % 2016*) 2017**) I PENDAPATAN DAERAH 6,59% PENDAPATAN ASLI DAERAH 12,38% Pajak Daerah 12,52% Retribusi Daerah 11,00% Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 36,72% Lain-Lain PAD Yang Sah 12,53% DANA PERIMBANGAN 4,78% Dana Bagi Hasil Pajak 7,30% Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 2,06% Dana Alokasi Umum 5,04% Dana Alokasi Khusus 5,20% LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 2,03% Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi Pemerintah 11,88% Daerah Lainnya Bantuan Keuangan Dari Provinsi Atau Pemerintah -3,06% Daerah Lainnya Dana Intensif Daerah Hibah Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) II BELANJA DAERAH 7,96% III-36

208 Pertum TAHUN ANGGARAN No URAIAN buhan % 2016*) 2017**) BELANJA TIDAK LANGSUNG 9,79% Belanja Pegawai 9,96% Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah 7,16% Belanja Bantuan Sosial 10,10% Belanja Bagi Hasil Belanja Bantuan Keuangan 0,86% Belanja Tidak Terduga 41,59% BELANJA LANGSUNG 7,05% Belanja Pegawai 3,12% Belanja Barang dan Jasa 6,99% Belanja Modal 9,92% SURPLUS/DEFISIT A (I-II) -35,83% ( ) ( ) III PEMBIAYAAN DAERAH 52,17% ( ) ( ) ( ) PENERIMAAN PEMBIAYAAN Pengunaan SILPA Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 3.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN 69,95% Pembentukan Dana Cadangan III-37

209 Pertum TAHUN ANGGARAN No URAIAN buhan % 2016*) 2017**) Pembayaran Pokok Hutang Pemberian Pinjaman Daerah Pengembalian Sisa Dana DPPID Dana Bergulir 14,04% Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 12,71% Penyertaan Modal (Bank Jateng) Penyertaan Modal Holding Company PT Bhumi Pandanaran Sejahtera Penyertaan Modal (PDAM) Penyertaan Modal BKK Penyertaan Modal Bank Pasar Penyertaan Modal Perusda Percetakan SURPLUS/DEFISIT B (A-III) Sumber: *) LRA 2016, **) APBD 2017, ***) RKPD 2018 & Bapenda, diolah 2017 Dari proyeksi anggaran pendapatan belanja daerah di atas dapat kita ketahui bahwa Kota Semarang dari tahun 2017 sampai dengan 2021 diproyeksikan mengalami keuangan berimbang yaitu proyeksi penerimaan pendapatan seimbang dengan belanja dan pembiayaan. Penerimaan pembiayaan memproyeksikan SilPa Rp 0, (nihil) dengan asumsi seluruh program/ kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana dan terserap dengan baik (100%). III-38

210 3.3.2 Perhitungan Kerangka Pendanaan Analisis Kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kapasitas riil keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program pembangunan jangka menengah daerah selama 5 (lima) tahun ke depan. Langkah awal yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi seluruh penerimaan daerah, kemudian menentukan ke pos-pos mana sumber penerimaan tersebut akan dialokasikan. Dari total pendapatan dan penerimaan yang dikurangi total belanja tidak langsung dan pengeluaran pembiayaan diperoleh kapasitas riil kemampuan keuangan. Suatu kapasitas riil keuangan daerah adalah total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan berbagai pos belanja tidak langsung dan pengeluaran pembiayaan. Untuk menentukan proyeksi kapasitas kapasitas riil keuangan daerah yang akan digunakan untuk membiayai program/kegiatan selama 5 (lima) tahun kedepan ( ) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang sebagaimana tabel Berdasarkan proyeksi, kapasitas riil kemampuan keuangan Kota Semarang menunjukkan angka yang fluktuatif, dan angka tahun 2018 sampai dengan 2021 yang semakin meningkat menandakan adanya peningkatan kemampuan keuangan daerah untuk membiayai belanja pembangunan daerah. III-39

211 Tabel Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Mendanai Pembangunan Daerah Kota Semarang Tahun No Uraian Realisasi 2016 Proyeksi Penerimaan Pendapatan Pencairan dana cadangan Sisa lebih riil perhitungan anggaran sebelumnya (SILPA) Total Penerimaan Dikurangi : 4. Belanja Tidak Langsung Pengeluaraan Pembiayaan Kapasitas riil kemampuan keuangan Sumber:*) APBD 2017 dan Analisis, 2017 III-40

212 Dari total dana alokasi pagu indikatif yang tersedia, kemudian dialokasikan ke berbagai program/kegiatan sesuai urutan prioritas. Prioritas program/kegiatan dipisahkan menjadi prioritas I, prioritas II dan prioritas III,dimana prioritas I mendapatkan prioritas pertama sebelum prioritas II, dan Prioritas III mendapatkan alokasi anggaran setelah prioritas I dan II terpenuhi kebutuhan dananya. Seperti yang tertuang pada tabel Prioritas I merupakan program pembangunan daerah dengan tema atau program unggulan (dedicated) termasuk untuk prioritas bidang pendidikan 20% (duapuluh persen). Program prioritas I harus berhubungan langsung dengan kepentingan publik,bersifat monumental, berskala besar, dan memiliki kepentingan dan nilai manfaat yang tinggi, memberikan dampak luas pada masyarakat dengan daya ungkit yang tinggi pada capaian visi/misi daerah. Di samping itu, prioritas I juga diperuntukkan bagi prioritas belanja yang wajib sesuai denganketentuan peraturan perundangundangan. Prioritas II merupakan program prioritas ditingkat OPD yang merupakan penjabaran dari analisis per urusan. Suatu prioritas II berhubungan dengan program/kegiatan unggulan OPD yang paling berdampak luas pada masing-masing segementasi masyarakat yang dilayani sesuai dengan prioritas dan permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan layanan dasar serta tugas dan fungsi OPD termasuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Prioritas III merupakan prioritas yang dimaksudkan untuk alokasi belanja-belanja tidak langsung seperti: belanja pegawai, belanja hibah,belanja bantuan sosial organisasi kemasyarakatan, belanja bantuan keuangan serta belanja tidak terduga. Pengalokasian dana pada prioritas III harus memperhatikan (mendahulukan) pemenuhan dana pada prioritas I dan II terlebih dahulu untuk menunjukkan urutan prioritas yang benar. Belanja daerah Kota Semarang menunjukkan Prioritas I dan II selalu diatas 50% dari total belanja daerah, hal ini menunjukkan kebijakan Walikota dan Wakil Walikota yang lebih mengutamakan penggunaan anggaran untuk program pembangunan daerah dan pelayanan masyarakat Kota Semarang. III-41

213 Tabel Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kota Semarang Rencana Alokasi % Rp % Rp % Rp % Rp % % Rp 2021 Belanja Daerah Prioritas I 35, , , , , , Belanja Daerah untuk membiayai Program Pembangunan Belanja Daerah Prioritas II 25, , , , , , Belanja Langsung OPD Belanja Prioritas III 38, , , , , , Belanja Pegawai Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Belanja Tidak Terduga Belanja Daerah Sumber: Analisis, 2017 III-42

214 BAB IV PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH Analisis isu strategis merupakan pemahaman permasalahan pembangunan dan isu-isu yang relevan sebagai acuan penting dalam penyusunan rencana pembangunan jangka menengah Kota Semarang. Isu strategis merupakan tantangan atau peluang yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi masyarakat di masa mendatang. Suatu analisis isu-isu strategis menghasilkan rumusan kebijakan yang bersifat antisipatif dan solutif atas berbagai kondisi yang tidak ideal di masa depan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka menengah dan panjang. Sedangkan pada sisi lain, permasalahan pembangunan daerah menggambarkan kinerja daerah atau kondisi masyarakat yang belum ideal. Analisis isu strategis menghasilkan rumusan kebijakan yang bersifat antisipatif dan solutif atas berbagai kondisi yang tidak ideal di masa depan untuk meningkatkan efektivitas perencanaan pembangunan. Dengan demikian, rumusan tentang permasalahan pembangunan dan isu strategis merupakan bagian penting dalam penentuan kebijakan pembangunan jangka menengah Kota Semarang. 4.1 Permasalahan Pembangunan Kota Semarang Permasalahan pembangunan daerah merupakan kesenjangan antara sasaran pembangunan yang ingin dicapai di masa mendatang dengan kondisi riil saat perencanaan pembangunan dilaksanakan. Untuk meminimalisir kesenjangan tersebut dalam rangka mewujudkan visi dan misi kepala daerah terpilih, maka diperlukan perumusan yang tepat terkait analisis permasalahan daerah. Berdasarkan hasil analisis permasalahan pembangunan daerah pada masing-masing bidang urusan sesuai dengan kondisi objektif daerah, serta kesepakatan dari para pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan daerah, maka diketahui permasalahan utama Kota Semarang yakni Belum optimalnya kesejahteraan masyarakat Kota Semarang. Permasalahan utama pembangunan Kota Semarang tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam 4 (empat) pokok permasalahan sebagai berikut: IV-1

215 1. Kualitas sumber daya manusia yang masih perlu ditingkatkan; 2. Belum optimalnya penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance); 3. Belum optimalnya pembangunan tata ruang dan penyediaan infrastruktur dasar; dan 4. Inovasi dan daya saing nilai tambah produksi pada sektor perekonomian masih perlu ditingkatkan. Untuk lebih memahami secara mendalam maka keterkaitan permasalahan pokok dengan permasalahan utama dapat ditunjukkan pada gambar 4.1. Kualitas Sumber Daya Manusia yang Masih Perlu Ditingkatkan Inovasi dan Daya Saing Nilai Tambah Produksi Pada Sektor Perekonomian Masih Perlu Ditingkatkan Belum optimalnya pemerataan kesejahteraan masyarakat Kota Semarang Belum optimalnya penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan yang baik (Good Governance) Belum Optimalnya Pembangunan tata ruang dan Penyediaan Infrastruktur Dasar Gambar 4.1. Permasalahan Utama dan Permasalahan Pokok Pembangunan Kota Semarang Permasalahan pembangunan daerah Kota Semarang diidentifikasi melalui kajian data dan informasi pembangunan daerah khususnya data strategis pembangunan. Berikut penjabaran permasalahan pembangunan Kota Semarang berdasarkan gambaran umum kondisi pembangunan daerah di Kota Semarang: IV-2

216 1. Kualitas Sumber Daya Manusia Yang Masih Perlu Ditingkatkan Sumber Daya Manusia memiliki peran penting dalam proses pembangunan daerah. Sumber daya manusia dalam pembangunan daerah haruslah memiliki kualifikasi tertentu berdasarkan kontribusi di bidangnya masing-masing. Sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing secara otomatis akan memberikan sumbangsih atas keberhasilan setiap capaian kinerja pembangunan daerah. Hal tersebut secara positif akan berdampak pada ketercapaian visi dan misi pembangunan daerah serta menjadi daya dorong perwujudan target dari aspek-aspek pembangunan baik dari sektor ketenagakerjaan, kehidupan sosial masyarakat, hingga infrastruktur dasar kehidupan masyarakat. Belum optimalnya kualitas SDM Kota Semarang berhubungan dengan permasalahan pokok antara lain belum optimalnya akses dan mutu pendidikan, belum optimalnya akses dan mutu pelayanan kesehatan, dan pendapatan per kapita yang dipengaruhi oleh sektor ekstratif skala besar. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga tercipta sumber daya manusia yang berkualitas melalui peningkatan mutu pendidikan dan penyelenggaraan pendidikan. Permasalahan berikutnya yang mempengaruhi SDM yang belum berkualitas adalah akses dan mutu pelayanan kesehatan. Peningkatan layanan kesehatan sangat perlu dilakukan mengingat kesehatan merupakan kunci utama individu dalam melaksanakan aktivitasnya. Permasalahan terkait pendidikan dan kesehatan tersebut terangkum dalam sebuah indikator impact yakni Indeks Pembangunan Manusia yang merupakan indeks komposit dari variabel pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Berdasarkan posisi relatif IPM tahun 2016, capaian IPM Kota Semarang mencapai nilai 81,19. Nilai ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai IPM Provinsi Jawa Tengah yang sebesar Jika dibandingkan dengan dengan nilai IPM kota/kabupaten lain di Jawa Tengah, nilai IPM Kota Semarang hanya kalah dengan Kota Salatiga. Meskipun relatif tinggi, nilai IPM Kota Semarang masih perlu untuk ditingkatkan lagi, terutama jika dilihat dari komponen-komponen pembentuk IPM. Capaian indikator komposit IPM Kota Semarang pada tahun 2016 adalah sebagai berikut: (1) Angka Harapan Hidup (AHH) sebesar 77,21; (2) Harapan Lama Sekolah (Expected Years of Schooling) sebesar 14,70 tahun; serta (3) Rata-rata Lama Sekolah (Mean Years of Schooling) sebesar 10,49 tahun; dan Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan yang didekati dengan IV-3

217 indikator Paritas Daya Beli (PPP) yang sebesar Rp ,- (ribu rupiah per tahun). Rumusan permasalahan yang berhubungan dengan Kualitas Sumber Daya Manusia yang Masih Perlu Ditingkatkan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.1. Rumusan Permasalahan: Kualitas Sumber Daya Manusia yang Masih Perlu Ditingkatkan Permasalahan 1) Belum optimalnya kualitas pelayanan pendidikan 2) Masih rendahnya kualitas kesehatan masyarakat 3) Tingginya tingkat pengangguran 4) Masih belum optimalnya penanganan perlindungan sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) 5) Masih tingginya beban pengeluaran warga miskin 6) Pelestarian kekayaan dan keragaman budaya masih perlu ditingkatkan 7) Masih rendahnya peranan pemuda dalam pembangunan 8) Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan masih perlu ditingkatkan Akar Masalah Masih rendahnya cakupan pendidikan anak usia dini Belum optimalnya penyelenggaraan pendidikan dasar 9 tahun Masih perlunya peningkatan pendidikan pembentukan karakter Belum optimalnya budaya perilaku hidup sehat pada masyarakat Belum optimalnya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan Belum optimalnya kompetensi tenaga medis dan non medis Masih cukup tingginya kasus penyakit menular Belum optimalnya cakupan total coverage Rendahnya pertumbuhan ketersediaan lapangan kerja Rendahnya minat kewirausahaan masyarakat Kualitas dan kompetensi tenaga kerja belum sesuai kebutuhan pasar kerja Masih kurang optimalnya peran masyarakat dan swasta dalam penanganan PMKS Masih belum optimalnya tempat rehabilitasi terhadap PMKS Belum optimalnya cakupan masyarakat miskin yang terlayani jaminan kesehatan Belum optimalnya pelestarian seni dan budaya yang berbasis kearifan lokal Belum optimalnya partisipasi aktif kepemudaan dalam pembangunan Kecenderungan penurunan peran serta masyarakat dalam pembangunan Peran dan fungsi kelembagaan masyarakat dalam pembangunan masih perlu dioptimalkan Masih perlu dioptimalkannya koordinasi lintas sektor untuk melaksanakan pemberdayaan masyarakat IV-4

218 2. Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance) Masih Belum Optimal Dalam perwujudan good government di setiap lingkungan pemerintahan, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dan ditindaklanjuti dalam realisasinya yakni accountability, transparancy, predictability, dan participation. Jika keseluruhan faktor tersebut dilaksanakan secara menyeluruh dan seksama maka dapat dipastikan bahwa penyelenggaraan Pemerintahan daerah akan berjalan pada koridor pencapaian pembangunan daerah sebagai pendukung peningkatan capaian kinerja pembangunan nasional. Pembangunan berkelanjutan menjadi pokok perhatian dalam perencanaan pembangunan daerah Kota Semarang. Mencermati kinerja tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Pemerintahan Kota Semarang yang belum optimal, beberapa faktor penyebabnya dapat diidentifikasi antara lain: belum optimalnya penyelenggaraan pemerintahan yang profesional, kompeten, bersih, dan bebas KKN; masih perlunya peningkatan kualitas pelayanan publik; serta akuntabilitas kinerja yang belum memuaskan. Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Semarang mengalami pasang-surut yang cukup signifikan dalam lima tahun terakhir dimana pada tahun 2012 dan 2013 opini BPK Pemerintah Kota Semarang berstatus Wajar Tanpa Pengecualian dan pada tahun 2014 dan 2015 menurun menjadi berstatus Wajar Dengan Pengecualian. Sedangkan di tahun 2016, predikat WTP dapat kembali diraih. Seperti diketahui WTP adalah opini tertinggi yang berarti akuntabilitas sistem pengelolaan keuangan daerah lebih baik, sehingga good dan clean government dapat terwujud. Namun demikian, pengelolaan tata pemerintahan perlu terus ditingkatkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan melayani. Rumusan permasalahan yang berhubungan dengan Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance) Masih Belum Optimal dapat dilihat pada tabel 4.2. IV-5

219 Tabel 4.2. Rumusan Permasalahan: Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance) Masih Belum Optimal Permasalahan 1) Belum optimalnya penyelenggaraan pelayanan publik 2) Belum optimalnya penyelenggaraan pemerintah daerah 3) Masih tingginya gangguan ketentraman dan ketertiban masyarakat Akar Masalah Belum optimalnya penyusunan dan penerapan SOP, SP dan SPM Belum optimalnya sarana prasarana pelayanan publik sesuai standar Belum optimalnya penggunaan teknologi informasi dalam pelayanan publik Belum optimalnya budaya kerja aparatur Belum optimalnya Implementasi SPIP dan Kapabilitas APIP belum optimalnya sistem manajemen SDM aparatur belum optimalnya kinerja dan ketatalaksanaan OPD Belum optimalnya pengelolaan pendapatan, keuangan dan aset daerah Belum optimalnya tindak lanjut hasil pemeriksaan pengelolaan keuangan dan aset daerah Belum optimalnya integrasi sistem perencanaan, penganggaran, pengendalian dan pengelolaan keuangan dan aset daerah Belum optimalnya akuntabilitas kinerja Pemerintah Daerah Belum optimalnya tingkat kesesuaian perencanaan pembangunan Kurangnya kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap Peraturan perundangan Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga ketertiban dan ketentraman Masih adanya ancaman dan gangguan, kerawanan sosial politik terhadap masyarakat 3. Belum Optimalnya Pembangunan Tata Ruang Dan Penyediaan Infrastruktur Dasar Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan daerah. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Pengembangan infrastruktur merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan secara keseluruhan. Hal ini mengingat dampaknya yang hampir memengaruhi indikator kunci keberhasilan pembangunan dasar, baik pendidikan, kesehatan, maupun ekonomi. IV-6

220 Pembangunan infrastruktur berkualitas dengan kapasitas yang memadai dan merata merupakan faktor penting untuk mendorong konektivitas antar wilayah sehingga dapat mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi. Kualitas dan kapasitas infrastruktur yang memadai akan memperlancar konektivitas, menurunkan biaya transportasi dan biaya logistik sehingga dapat meningkatkan daya saing produk dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, sehingga wilayah Kota Semarang akan mampu menjadi wilayah yang tangguh, produktif dan berkelanjutan. Belum optimalnya kinerja pelayanan dan infrastruktur kota menjadi permasalahan di Kota Semarang. Permasalahan lain yang menjadi perhatian adalah terkait dengan tata ruang wilayah. Perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang yang baik menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan wilayah. Masih belum optimalnya kesesuaian pemanfaatan ruang merupakan hal yang menjadi perhatian dalam lima tahun ke depan. Pembangunan infrastruktur dasar lainnya yang menjadi perhatian pemerintah Kota Semarang adalah lingkungan pemukiman. Seperti yang kita ketahui bahwa Pemerintah Pusat mencanangkan program yaitu target 100% akses air minum, 0% kawasan permukiman kumuh, dan 100% akses sanitasi layak, yang harus dicapai oleh Kabupaten/kota pada tahun Kota Semarang, sebagai kota yang maju memiliki persentase rumah tangga kumuh yang nilainya lebih besar dibandingkan kabupaten di sekitarnya. Hal ini menjadi perhatian Pemerintah Kota Semarang untuk memerhatikan rumah tangga kumuh sehingga target nasional tercapai 0% kawasan kumuh di Semarang. Rumusan permasalahan yang berhubungan dengan Belum Optimalnya Pembangunan tata ruang dan Penyediaan Infrastruktur Dasar dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3. Rumusan Permasalahan: Belum Optimalnya Pembangunan tata ruang dan Penyediaan Infrastruktur Dasar Permasalahan Akar Masalah (1) Masih diperlukan peningkatan pengelolaan tata ruang Belum optimalnya kesesuaian tata ruang Pengembangan kawasan yang mendukung perwujudan tata ruang yang berdaya guna perlu dioptimalkan IV-7

221 Permasalahan (2) Belum seluruh permukiman memiliki sarana dan prasarana dasar yang berkualitas (3) Pengelolaan kualitas lingkungan hidup yang masih belum optimal (4) Masih terjadinya genangan banjir dan rob (5) Belum optimalnya ketangguhan bencana (6) Belum optimalnya aksesibilitas dan konektivitas kawasan-kawasan strategis Akar Masalah Ketersediaan lahan untuk instalasi sanitasi komunal di kawasan pesisir Semarang sangat sulit didapatkan. Masih terdapat kondisi lingkungan permukiman yang masih buruk Masih perlunya pengoptimalan upaya peningkatan pelayanan pengelolaan air minum dan air limbah Masih terjadi pencemaran air dan udara Masih ada saluran dan gorong-gorong yang belum berfungsi optimal Infrastruktur pengendali Rob dan Banjir belum terbangun secara menyeluruh Saluran drainase belum terintegrasi secara menyeluruh Masih kurangnya sistem peringatan dini bencana Masih perlunya pengoptimalan Integrasi jaringan jalan dan fasilitas jalan dioptimalkan Masih perlunya peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum masal Masih perlunya pengoptimalan Pengelolaan sarana dan prasarana transportasi 4. Inovasi dan Daya Saing Nilai Tambah Produksi Pada Sektor Perekonomian Masih Perlu Ditingkatkan Perekonomian suatu wilayah menjadi salah satu tolok ukur utama dalam melihat tingkat kesejahteraan masyarakat baik secara makro maupun mikro. Hal tersebut merupakan poin penting mengingat kehidupan masyarakat sangat ditentukan oleh perekonomian terkait dengan finansial atau kebutuhan. Salah satu problem yang menghambat percepatan kemajuan Kota Semarang adalah masih belum optimalnya daya saing produk unggulan daerah, terutama untuk produk-produk usaha mikro. Selain itu masih belum optimalnya inovasi juga merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan daya saing. Secara teori, variabel daya saing ini menjadi faktor kunci peningkatan pertumbuhan ekonomi baik skala nasional, regional, dan global. Daya saing dalam hal ini terkait dengan kapasitas produksi, kapasitas inovasi, dan kemampuan daerah Kota IV-8

222 Semarang menarik investasi dalam kerangka meningkatkan struktur perekonomian. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan faktor yang sangat penting dalam menopang kemajuan perekonomian dan peningkatan kesejahteraan daerah secara berkelanjutan. Dengan begitu inovasi akan tumbuh sehingga meningkatkan produktivitas perekonomian dan daya saing daerah. Pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah dan kota/kabupaten lain di sekitarnya. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) menurut Lapangan Usaha Kota Semarang di tahun 2016 diperkirakan mengalami penurunan menjadi sekitar 5,69%. Angka ini sedikit lebih rendah dari LPE di tahun 2015 yang tercatat sebesar 5,80%. Meskipun mengalami penurunan, kondisi LPE Kota Semarang di tahun 2016 masih lebih baik daripada LPE Nasional (5,02%) dan LPE Jawa Tengah (5,28%). Namun demikian, sebagai kota perdagangan dan jasa, LPE ini masih perlu diakselarasi lagi pertumbuhannya karena akan berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Rumusan permasalahan yang berhubungan dengan Inovasi dan Daya Saing Nilai Tambah Produksi Pada Sektor Perekonomian Masih Perlu Ditingkatkan dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Rumusan Permasalahan: Inovasi dan Daya Saing Nilai Tambah Produksi Pada Sektor Perekonomian Masih Perlu Ditingkatkan Permasalahan (1) Kurang berkontribusinya sektorsektor lainnya dalam perekonomian daerah (2) Masih belum optimalnya nilai investasi (3) Kontribusi kategori-kategori pada sektor perdagangan dan jasajasa perlu dioptimalkan (4) Ketahanan pangan masyarakat masih perlu ditingkatkan Akar Masalah Belum optimalnya upaya pengembangan dan pengelolaan objek dan daya tarik wisata Kemudahan dalam berinvestasi perlu ditingkatkan Distribusi produk belum efektif dan efisien Masih kurangnya sentra usaha / produk ekonomi lokal Akses permodalan dan pasar Industri Kecil Menengah (IKM) masih terbatas Belum optimalnya hubungan kerjasama usaha antara IKM dengan industri besar Masih bergantungnya ketersediaan pangan dari daerah sekitar IV-9

223 4.2 Isu Strategis Pembangunan Daerah Pernyataan isu-isu strategis memberikan gambaran tentang hal-hal yang menjadi fokus dan prioritas penanganan oleh pemerintah karena pengaruhnya yang besar, luas, dan signifikan terhadap perbaikan kondisi masyarakat pada pembangunan masa mendatang. Isu-isu strategis merupakan isu-isu yang jika diprioritaskan antisipasi dan penanganannya maka peluang tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan lima tahun mendatang akan lebih besar dan lebih pasti. Namun jika isu-isu strategis ini tidak ditangani dengan serius, maka hal yang sebaliknya akan terjadi yakni tujuan dan sasaran menjadi sulit tercapai. Suatu isu strategis dirumuskan melalui identifikasi berbagai isu internasional, nasional, dan regional. Berdasarkan identifikasi dari berbagai isu tersebut dapat ditentukan isu strategis yang akan ditangani dalam lima tahun ke depan Isu Internasional Isu strategis internasional merupakan suatu kondisi yang dialami secara global oleh seluruh negara di dunia dimana isu tersebut merupakan prioritas utama setiap negara dalam penyusunan rumusan kebijakan di negaranya masing-masing. Isu strategis internasional sebagian besar mengusung perihal degradasi kualitas lingkungan hidup hingga ancaman menipisnya sumber daya tak terbaharui yang merupakan bahan bakar untuk energi. Sebagai kota yang telah dan didorong untuk menjadi Isu strategis di tingkat internasional yang relevan bagi perencanaan pembangunan masa mendatang bagi Kota Semarang antara lain: pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/MDGs), kondisi perekonomian global yang berpengaruh ke perekonomian nasional dan daerah, mitigasi perubahan iklim global (global warning/climate change), serta kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang semakin pesat. a. Sustainable Development Goals (SDG s) Indonesia menjadi salah satu negara yang menandatangani sebuah isu strategis internasional yakni Millenium Development Goals (MDGs). Komitmen bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan MDGs mencerminkan upaya untuk menyejahterakan rakyat sekaligus menyumbangkan dukungan terhadap kesejahteraan masyarakat internasional. Millenium Development IV-10

224 Goals (MDGs) memiliki konsep jelas dan indikator pencapaian terukur dalam komitmen memerangi kemiskinan, kelaparan, penyakit, buta huruf, degradasi kualitas lingkungan hidup dan diskriminasi terhadap perempuan. Target pencapaian MDGs tersebut diharapkan tercapai pada tahun 2015 sebagai bagian dari kesepakatan bersama menuju pembangunan global. Tahun 2015 telah dilewati dan tentu saja evaluasi berbagai capaian MDGs sudah mencapai puncaknya. Capaian bangsa Indonesia pada target MDGs cukup beragam dimana terdapat 13 indikator sudah memenuhi target yang diharapkan sebelum tahun 2015 berakhir, sedangkan 36 indikator diperkirakan akan tercapai pada tahun Selain itu, terdapat 14 indikator MDGs yang masih memerlukan kerja keras dan kerja cerdas untuk mencapai target sesuai kesepakatan internasional. Program MDGs yang berakhir pada tahun 2015 ini, diteruskan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) yang disahkan di Sidang Umum PBB akhir September di New York, Amerika Serikat. SDGs tidak terpisah dari MDGs dan merupakan penyempurnaan dari MDGs. Bentuk penyempurnaan dilakukan melalui sejumlah pendekatan yang dipandang perlu dengan tetap melibatkan peran aktif warga dunia bagi terciptanya kepentingan global yang lebih luas. Tahun 2016 merupakan tahun pertama implementasi agenda pembangunan dunia Post-2015 (SDGs). Sidang Umum PBB pada 4 Desember 2014 telah menyetujui platform agenda pembangunan dunia Post-2015 berdasar pada hasil Open Working Group (OWG) on Sustainable Development Goals yang akan menjadi target dan tujuan pembangunan dunia sampai Rumusan SDG terdiri dari 17 tujuan dan 169 target dimana pencapaian lebih terukur untuk menciptakan masyarakat dunia 2030 jauh lebih baik dari saat ini. Ke-17 tujuan SDGs tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menghapus segala bentuk kemiskinan dimana pun berada; 2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan peningkatan gizi, dan mencanangkan pertanian berkelanjutan; 3. Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan penduduk di segala usia; 4. Menjamin kualitas pendidikan yang adil dan inklusif serta meningkatkan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua; 5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan; IV-11

225 6. Memastikan ketersediaan dan pengelolaan yang berkelanjutan dari air dan sanitasi untuk semua; 7. Memastikan seluruh penduduk mendapat akses untuk energi yang terjangkau, dapat diandalkan, dan berkelanjutan; 8. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, lapangan kerja yang penuh dan produktif, dan pekerjaan yang layak untuk semua secara berkelanjutan; 9. Membangun infrastruktur tangguh, mempromosikan industrialisasi inklusif berkelanjutan, dan inovasi asuh; 10. Mengurangi ketimpangan di dalam dan antar negara-negara; 11. Membuat pemukiman kota dan pemukiman manusia yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan; 12. Pastikan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan; 13. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya; 14. Pelestarian dan pemanfaatan samudera, laut dan sumber daya kelautan berkelanjutan dalam rangka pembangunan berkelanjutan; 15. Melindungi, memulihkan dan mempromosikan pemanfaatan ekosistem darat, lestari mengelola hutan, memerangi penggusuran, dan menghentikan dan membalikkan degradasi lahan dan menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati; 16. Meningkatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua, dan membangun institusi yang efektif, akuntabel dan inklusif di semua tingkatan; serta 17. Memperkuat sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan. Target pembangunan universal yang tertuang dalam SDGs membutuhkan dukungan dari semua elemen masyarakat dunia, termasuk dari pemerintahan, Lembaga Swadaya Masyarakat, swasta, perguruan tinggi, dan masyarakat. Di setiap negara, tidak hanya negara miskin dan berkembang tetapi juga negara maju, rumusan SDGs merupakan sumber penting untuk menyelaraskan strategi dan kebijakan demi membuat kehidupan di muka bumi menjadi lebih baik. Di Indonesia khususnya Kota Semarang, rumusan SDGs dan target pencapaian dapat menjadi salah satu rujukan dalam penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional maupun daerah. IV-12

226 b. Ancaman krisis ekonomi global Pada awal tahun 2016, Bank Indonesia memberikan indikasi bahwa kelesuan ekonomi dunia yang telah terjadi dalam beberapa tahun akan membaik. Namun sampai dengan pertengahan tahun 2016, tak banyak sentimen positif yang diharapkan dapat menggairahkan (kembali) ekonomi dunia. Bahkan, fenomena Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa semakin meningkatkan kecemasan atas masa depan ekonomi dunia, berdampingan dengan isu-isu terorisme global, rasis di Amerika dan gejala global pada umumnya, termasuk perang di Timur Tengah yang antara lain menyisakan permasalahan tak kalah serius atas jutaan pengungsi yang belum jelas masa depannya. Ketidakpastian ekonomi global juga sama terjadi di Kawasan Asia- Pasifik. China sebagai salah satu tujuan ekspor Indonesia dalam beberapa tahun ini juga mengalami kelesuan, tak terkecuali juga dengan Jepang. Beberapa indikasi lain mengkonfirmasi dalam beberapa tahun ke depan akan banyak tekanan ekonomi dunia yang berimbas baik secara langsung maupun tidak langsung kepada Indonesia maupun Kota Semarang yang berpengaruh pada perlambatan pemulihan ekonomi. c. Antisipasi perubahan iklim global (global warming/climate change) Perkembangan lingkungan pada era globalisasi pembangunan sekarang ini menunjukkan penurunan. Hal ini disebabkan pembangunan yang mengesampingkan faktor kelestarian lingkungan hidup sehingga menyebabkan kelestarian hidup yang buruk dengan akibat ancaman global warming. Global warming merupakan efek atau dampak dari rusaknya kelestarian ekosistem alam yang dapat mengakibatkan kekeringan, kelangkaan bahan pangan, hingga banjir dan bahkan mampu menjadi penyebab utama dalam adanya bencana alam. Perlu adanya antisipasi dari pemerintah dan masyarakat dunia dalam menyikapi global warming. Segala bentuk perencanaan pembangunan harus mempunyai strategi dalam menerapkan pembangunan yang ramah lingkungan. Hal ini dilakukan agar kelestarian alam dapat terjaga dan efek global warming dapat diminimalisir atau dapat dihindari namun tetap terlaksana pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. d. Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang semakin pesat Pada era globalisasi sekarang ini ilmu pengetahuan dan komunikasi semakin mudah terjangkau oleh lapisan masyarakat yang mengindikasikan IV-13

227 perkembangan IPTEK dan telekomunikasi mengalami perkembangan yang positif. Kemajuan IPTEK dan komunikasi bertujuan untuk mempermudah kehidupan seseorang dalam berbagai hal. Dengan perkembangan yang positif ini, dunia industri teknologi dan komunikasi semakin menunjukkan agregrat yang signifikan. Dengan adanya kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi ini, Negara Indonesia diharapkan mampu mengikuti setiap perkembangan globalisasi yang ada sehingga diharapkan Indonesia mempunyai peluang dalam memanfaatkan atau membuat produk yang lebih unggul. Ke depannya nanti, diharapkan Indonesia tidak hanya sebagai pemakai (user) tetapi mampu menjadi pembuat sehingga memiliki persaingan yang cukup sehat alam pengembangan teknologi, informasi, dan komunikasi. Jika hal tersebut terealisasi, maka Indonesia akan mampu menjadi negara yang tidak hanya mengandalkan teknologi dari luar negeri, namun mampu mengekspor segala bentuk teknologi informasi, dan komunikasi sesuai dengan spesifikasi yang mampu berdaya saing internasional Isu atau Kebijakan Nasional 1) Telaahan RPJPN Tahun Isu-isu secara nasional yang memiliki potensi besar untuk memengaruhi arah pembangunan Kota Semarang pada masa mendatang adalah kebijakan dari pemerintah pusat. Dokumen perencanaan tingkat nasional merupakan salah satu sumber kebijakan yang memiliki kepastian tinggi dan dalam amanat peraturan perundangan harus diikuti karena penyusunan RPJMD harus berpedoman pada RPJMN. Mengingat periodesasi RPJMD Kota Semarang mengikuti periode RPJMD III, maka arah kebijakan RPJMD Kota Semarang menyelaraskan dengan periode RPJMN III ( ) yang mengacu pada RPJPN tahap ketiga ( ). IV-14

228 RPJMN RPJMN '04-09 Penataan kembali NKRI RPJMN Pembangunan SDM, Iptek, dan Daya Saing RPJMN Pembangunan keunggulan kompetitif, SDM, dan Iptek Perekonomian dengan struktur yang kokoh dan keunggulan kompetitif Pembangunan daya saing industri nasional untuk meningkatkan nilai tambah SDA Pembangunan kualitas SDM untuk meningkatkan produktivitas Penguasaan iptek untuk melahirkan inovasi Gambar 4.2 Fokus Kebijakan Setiap Tahapan dalam RPJPN Arah kebijakan untuk RPJMN tahap III ditekankan pada pembangunan daya saing industri nasional untuk meningkatkan nilai tambah SDA, pembangunan kualitas SDM untuk meningkatkan produktivitas, dan penguasaan IPTEK untuk melahirkan inovasi. Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM tahap III, RPJM tahap III ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat. Kualitas sumber daya manusia terus mengalami perubahan positif yang ditandai oleh meningkatnya kualitas dan relevansi pendidikan; meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat; meningkatnya kesetaraan gender; meningkatnya tumbuh kembang optimal serta kesejahteraan dan perlindungan anak; tercapainya kondisi penduduk tumbuh seimbang; serta mantapnya budaya dan karakter bangsa. Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan semakin efektif dan efisien yang dicerminkan oleh terjaganya daya dukung lingkungan dan kemampuan pemulihan untuk mendukung kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi, seimbang, dan lestari; terus membaiknya pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam yang diimbangi dengan upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup; meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan IV-15

229 perilaku masyarakat terhadap lingkungan hidup; serta semakin mantapnya kelembagaan dan kapasitas penataan ruang di seluruh wilayah Indonesia. Daya saing perekonomian Indonesia semakin kuat dan kompetitif dengan semakin terpadunya industri manufaktur dengan pertanian, kelautan, dan sumber daya alam lainnya secara berkelanjutan; terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh mantapnya kerja sama pemerintah dan dunia usaha; makin selarasnya pembangunan pendidikan, industri, ilmu pengetahuan dan teknologi; serta terlaksananya penataan kelembagaan ekonomi untuk mendorong peningkatan efisiensi, produktivitas, penguasaan, dan penerapan teknologi oleh masyarakat dalam kegiatan perekonomian. Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang ditandai oleh berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi; terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang handal dan efisien sesuai kebutuhan sehingga elektrifikasi rumah tangga dan elektrifikasi perdesaan dapat tercapai; mulai dimanfaatkannya tenaga nuklir untuk pembangkit listrik dengan mempertimbangkan faktor keselamatan secara ketat; terselenggaranya pelayanan pos dan telematika yang efisien dan modern guna terciptanya masyarakat informasi Indonesia; terwujudnya konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya air dan pengembangan sumber daya air; serta terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Wilayah perdesaan merupakan titik vital pembangunan masyarakat ekonomi lemah. Oleh karena itu, pengembangan infrastruktur perdesaan harus terus dikembangkan terutama untuk mendukung pembangunan pertanian. Selain itu, pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi sarana prasarana pendukung kehidupan bagi seluruh masyarakat harus terus ditingkatkan dengan didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang, berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Diharapkan, dengan terpenuhinya kondisi tersebut semakin mendorong terwujudnya kabupaten/kota tanpa permukiman kumuh. Berdasarkan telaahan RPJPN tahap III ( ), maka pembangunan Kota Semarang harus selaras dengan arahan RPJPN tahap III dengan menyesuaikan karakteristik lokal seperti: a. Meningkatkan daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat; IV-16

230 b. Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang semakin mantap dicerminkan oleh terjaganya daya dukung lingkungan dan kemampuan pemulihan untuk mendukung kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi, seimbang, dan lestari; c. Membaiknya pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam yang diimbangi dengan upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup dan didukung oleh meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat; serta d. Semakin terpadunya industri manufaktur dengan pertanian, kelautan, dan sumber daya alam lainnya secara berkelanjutan untuk mendukung daya saing perekonomian Indonesia yang semakin kuat dan kompetitif. 2) Telaahan Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Dalam merumuskan dan merealisasikan berbagai komitmen Presiden dan Wakil Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpilih pada periode ini, serta berdasarkan kajian maupun analisis mengenai permasalahan dan isu strategis nasional yang menjadi prioritas untuk ditangani dalam lima tahun ke depan, termasuk dalam penyelarasan dengan sasaran-sasaran pokok pembangunan jangka panjang dalam RPJP Nasional tahun , maka untuk memajukan Negara Indonesia ke depan ditetapkan visi RPJM Nasional tahun sebagai berikut: Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gorong Royong Gotong royong merupakan intisari dari ideologi Pancasila. Tanggung jawab untuk membangun bangsa harus dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat dalam memutuskan suatu perihal dan gotong royong dalam bekerja. Kekuatan rakyat adalah gotong royong, dimana rakyat selalu bahumembahu dan bekerjasama menyelesaikan berbagai hambatan dan tantangannya ke depan. Berdaulat adalah hakikat dari kemerdekaan, yaitu hak setiap bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri dan menentukan apa yang terbaik bagi bangsanya sendiri. Oleh karena itu, pembangunan selain sebagai usaha untuk mewujudkan kedaulatan sebagai negara merdeka, pembangunan juga merupakan upaya membangun kemandirian. Bangsa yang berdaulat dan mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain. Oleh karena itu, untuk membangun IV-17

231 kemandirian diperlukan kekuatan dan kemampuan nasional di segala lini baik bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Kemandirian suatu bangsa tercermin antara lain pada ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunannya; kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur penegak hukum dalam menjalankan tugasnya; kemampuan untuk memenuhi pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri yang makin kokoh dan berkurangnya ketergantungan kepada sumber luar negeri; dan kemampuan memenuhi kebutuhan pokok. Kemandirian dalam kebudayaan harus dicerminkan dalam setiap aspek kehidupan baik hukum, ekonomi, politik, sosial budaya, maupun pertahanan keamanan. Kemandirian dan kemajuan suatu bangsa tidak boleh hanya diukur dari perkembangan ekonomi semata, namun kemandirian dan kemajuan juga tercermin dalam kelembagaan, pranatapranata, dan nilai-nilai yang mendasari kehidupan politik dan sosial. Secara lebih mendasar lagi, kemandirian sesungguhnya mencerminkan sikap seseorang atau sebuah bangsa mengenai jati dirinya, masyarakatnya, serta semangatnya dalam menghadapi berbagai tantangan. Upaya untuk mewujudkan Visi tersebut ditempuh melalui Misi sebagai berikut: 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan; 2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan Negara Hukum; 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim; 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera; 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing; 6. Mewujudkan indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berlandaskan kepentingan nasional; serta 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Dalam rangka mencapai Visi dan Misi serta untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara IV-18

232 politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA, yaitu: 1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga Negara; 2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya; 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; 4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya; 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia; 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsabangsa Asia lainnya; 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik; 8. Melakukan revolusi karakter bangsa; serta 9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Dalam pelaksanaan agenda prioritas nasional tersebut, maka dirumuskanlah kebijakan pengembangan wilayah pulau-pulau besar yang diarahkan untuk mendorong percepatan pembangunan di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dengan tetap mempertahankan momentum pembangunan di wilayah Jawa-Bali dan Sumatera. Percepatan pembangunan wilayah tersebut ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mengurangi kesenjangan antar wilayah sebagai satu kesatuan Negara yang berkeadilan. Berdasarkan potensi dan keunggulan Wilayah Jawa-Bali, maka tema besar Pembangunan Wilayah Jawa-Bali sebagai: Lumbung pangan nasional Pendorong sektor industri dan jasa nasional dengan pengembangan industri makanan-minuman, tekstil, otomotif, alutsista, telematika, kimia, alumina dan besi baja; Salah satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia dengan pengembangan ekonomi kreatif; dan IV-19

233 Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perkapalan dan pariwisata bahari. Kota Semarang sebagai kota perdagangan dan jasa, yang menjadi ibukota dari Provinsi Jawa Tengah masuk dalam lokasi prioritas nasional. Kota Semarang masuk dalam kawasan perkotaan Kedungsepur dengan rincian sebagai berikut: Tabel 4.5. Lokasi Prioritas Kawasan Strategis Nasional Perkotaan Sebagai Pusat Pertumbuhan Wilayah Di Jawa-Bali Kode Lokasi Prioritas Fokus Pengembangan K3 Kawasan Perkotaan Metropolitan Kedungsepur: Kota Semarang, Kab. Kendal, Kota Salatiga, Ungaran (Ibukota Kab. Semarang), Kab. Demak, Purwodadi (Ibukota Kab. Grobogan) Sumber : Bappenas, 2014 Diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berskala global yang berfungsi mendorong pertumbuhan sektor jasa, teknologi informasi, pariwisata, dan industri wilayah Jawa Tengah Isu atau Kebijakan Provinsi Jawa Tengah Penelaahan dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah Kota Semarang dengan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun bertujuan untuk menyelaraskan dan menjabarkan RPJMD Kota Semarang sehingga dapat memberikan sumbangsih positif pada pencapaian visi dan misi pembangunan jangka menengah Provinsi Jawa Tengah. Perencanaan pembangunan jangka menengah Provinsi Jawa Tengah Tahun memiliki visi pembangunan Menuju Jawa Tengah Sejahtera Dan Berdikari Mboten Korupsi Mboten Ngapusi, dengan upaya pencapaian berupa misi sebagai berikut: 1. Membangun Jawa Tengah berbasis Trisakti Bung Karno, Berdaulat di Bidang Politik, Berdikari di Bidang Ekonomi, dan Berkepribadian di Bidang Kebudayaan; 2. Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan, Menanggulangi Kemiskinan dan Pengangguran; 3. Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah yang Bersih, Jujur dan Transparan, Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi; 4. Memperkuat Kelembagaan Sosial Masyarakat untuk Meningkatkan Persatuan dan Kesatuan; 5. Memperkuat Partisipasi Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan dan Proses Pembangunan yang Menyangkut Hajat Hidup Orang Banyak; IV-20

234 6. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik untuk Memenuhi Kebutuhan Dasar Masyarakat; dan 7. Meningkatkan Infrastruktur untuk Mempercepat Pembangunan Jawa Tengah yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan Hasil Telaah KLHS Kota Semarang Sebagai dasar penyusunan RPJMD Kota Semarang Tahun , maka Pemerintah Kota Semarang wajib melaksanakan KLHS RPJMD sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas kebijakan pembangunan daerah. KLHS ini dilakukan pada tahap awal dari proses penyusunan Rancangan RPJMD Kota Semarang Tahun , sehingga dapat diperkirakan dampak negatif terhadap lingkungan hidup apabila Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) dilaksanakan. Menurut Asdak (2012), KLHS tidak mengkaji dampak sebuah proyek, melainkan mengkaji dampak sebuah Kebijakan, Rencana dan Program (KRP). Karenanya hasil dari kajian ini tentunya bersifat strategik, untuk memberikan rekomendasi penyempurnaan KRP yang tertuang dalam RPJMD Kota Semarang Tahun Dengan kata lain, dengan adanya Pengendalian Lingkungan, implementasi KLHS diharapkan permasalahan lingkungan yang diperkirakan terjadi dapat diminimalisasi sehingga pembangunan yang berkelanjutan dapat diwujudkan di Kota Semarang. Berdasarkan hasil proses KLHS Penyusunan RPJMD Kota Semarang Tahun , dapat disampaikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan KLHS RPJMD Kota Semarang Tahun sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 15 bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah Wajib untuk membuat KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kedalam penyusunan atau evaluasi RTRW beserta rinciananya, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota. KLHS RPJMD Kota Semarang Tahun secara umum telah menggunakan pedoman berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 67 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah. Meskipun demikian, pedoman tidak dapat menjawab semua kebutuhan sesuai dengan tahapan terutama saat melakukan kajian pengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup Kota Semarang. Atas dasar pemahaman IV-21

235 tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kemudian mengeluarkan Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan kehutanan Republik Indonesia Nomor SE;04/Menlhk-II/2015 tentang Pelaksanaan KLHS yang kemudian menjadi acuan dalam pelaksanaan KLHS RPJMD Kota Semarang Tahun ; 2. Tidak tersedianya data dan informasi yang memadai untuk digunakan dalam proses pengkajian merupakan kelemahan utama dari proses pelaksanaan KLHS Kota Semarang Tahun ; 3. Isu strategis yang dihasilkan dari proses KLHS terdiri dari 8 isu strategis, yaitu: (1) Kesenjangan Sosial; (2) Rendahnya Kualitas Pembangunan Kesehatan; (3) Belum Optimalnya Produksi, Distribusi dan Kualitas Hasil Pertanian; (4) Terbatasnya Infrastruktur Pembangunan Wilayah; (5) Rendahnya Daya Saing Daerah; (6) Bencana Alam; (7) Kerusakan Lingkungan, dan (8) Belum Tertatanya Penataan Ruang; 4. Secara umum rumusan visi, misi, strategi dan arah kebijakan dalam RPJMD Kota Semarang sudah memenuhi sebagian besar prinsip pembangunan berkelanjutan, namun ada beberapa catatan penekanan yang perlu menjadi perhatian Tim penyusun RPJMD yaitu menjadikan kota metropolitan berwawasan lingkungan. Meskipun misi sudah memperhatikan pembangunan berkelanjutan tetapi aspek lingkungan yang dapat berimplikasi pada tidak terjaminnya keadilan antarkelompok dan antargenerasi harus mendapatkan perhatian; 5. Dari hasil kajian pengaruh didapatkan 12 program prioritas dan mitigasi nya terhadap isu strategis, terutama program-program yang terkait dengan pembangunan fisik antara lain yaitu (1) Program pengembangan sentra Industri, (2) Program Penyediaan dan pengelolaan air baku, (3) Program Pembangunan dan Peningkatan sarana dasar perkotaan, (4) Program Pengelolaan Areal Pemakaman, (5) Program pembinaan PKL dan asongan, (6) Program Peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri, (7) Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan, (8) Program Pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh, (9) Program pembangunan jalan dan jembatan, (10) Program pengelolaan keragaman Budaya, (11) Program Pengendalian Banjir dan rob, (12) Program Pelayanan Angkutan. 6. Untuk meminimalkan pengaruh/dampak negatif tersebut dirumuskan mitigasi dan alternatif program berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan; IV-22

236 Telaahan KLHS terhadap RPJMD yang memberikan dampak negatif dan bagaimana Mitigasi atau kegiatan pengurangan dampaknya. Kegiatan Mitigasi tersebut menjadi bagian pembahasan di dalam RPJMD: No Indikasi Program Dampak Mitigasi 1. Program pengembangan sentra Industri (-) Sampah dan limbah cair (-) Pencemaran lingkungan (-) Lingkungan tidak tertata dan cenderung menjadi kumuh (-) Meningkatkan Bangkitan lalu lintas (-) Menurunkan jasa pengaturan kualitas udara. 1. Penataan sarana dan prasarana pencegahan dampak lingkungan. 2. Meningkatkan partisipasi paguyuban sentra industri. 3. Pengawasan terhadap ketentuan yang terdapat dalam izin lingkungan. 4. Pengembangan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan 5. Memanfaatkan sisa area untuk dijadikan Ruang Terbuka Hijau (RTH) 6. Menyediakan lahan parkir Program Perubahan RPJMD 1. Program Sentra Industri 2. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup 3. Program Perlindungan dan Konservasi SDA 4. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau 5. Program Pengendalian dan Pengamanan Lalulintas 2 Program Penyediaan dan pengelolaan air baku (-) Penurunan tanah (-) Pengurangan jasa penyediaan air bersih 1. Penegakan peraturan dengan melakukan rekomendasi teknis dan pengawasan pengambilan air tanah. 2. Penghijauan dilokasi sumber air 3. Penambahan kawasan resapan( biopori) 1. Program Penyediaan dan pengelolaan air baku 2. Program Perlindungan dan Konservasi SDA 3. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau 3 Program Pembangunan dan Peningkatan Sarpras Dasar Perkotaan (-) Meningkatnya timbulan sampah dan limbah (-) Kerusakan lingkungan (-) Meningkatkan pencemaran udara (-) Meningkatkan bangkitan lalulintas (-) Pengurangan jasa pengaturan kualitas udara (-) Meningkatkan kerawanan sosial (-) meningkatkan kemacetan 1. Penegakkan rekomendasi hasil analisis dampak lingkungan 2. Penggunaan teknologi pengolahan sampah yang tepat guna dan ramah lingkungan 3. Meningkatkan partisipasi paguyuban pedagang pasar (pasar johar) 4. Penyediaan lahan parkir 5. Memperhatikan daya dukung dan daya tampung kawasan 6. Perlu rekayasa lalu lintas 7. Sosialisasi kepda masyarakat 1. Program Sarana Prasarana Lingkungan Permukiman 2. Program pembangunan sarana dan prasarana dasar perkotaan 3. Program Pengendalian dan Pengamanan Lalulintas 4. Program Pengelolaan Areal Pemakaman (-) Alih fungsi lahan (-) Mempengaruhi keanekaragaman 1. Meminimalkan penggunaan lahan pertanian produktif 1. Program Pengelolaan area pemakaman IV-23

237 No Indikasi Program Dampak Mitigasi 5. Program pembinaan PKL dan asongan hayati (-) Penurunan jasa pangan (-) Penurunan jasa pengaturan iklim (-) penurunan jasa kualitas udara ((-) konflik social (-) drainase tdk tertata (-) meningkatnya timbulan sampah dan limbah cair (-) meningkatkan pencemaran udara ( bau) (-) bangkitan lalulintas (-) Konflik sosial (-) Penurangan jasa pengaturan iklim (-) pengurangan jasa kualitas udara 2. Penghijauan di areal pemakaman 3. Sosialisasi kepada masyarakat 1. Penggunaan teknologi pengolahan sampah yang tepat gunan dan ramah lingkungan 2. Pembuatan drainase (saluran air) untuk mengalirkan air agar tidak mengenangi lingkungan lokasi PKL 3. Penyediaan lahan parker 4. Sosialisasi kepada masyarakat Program Perubahan RPJMD 2. Program Perlindungan dan Konservasi SDA 1. Program Pembinaan pedagang kaki lima dan asongan 2. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan 3. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup 4. Program Perlindungan dan Konservasi SDA 5. Program Pengendalian dan Pengamanan Lalulintas 6. Program Peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri (-) Berpotensi menimbulkan banjir (-) Peningkatan sampah dan limbah cair (-) Nilai resapan tanah semakin berkurang (-) Berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan akibat penggunaan material (-) Peningkatan bangkitan lalu lintas (-) menurunkan jasa pengaturan kualitas udara 1. Penggunaan teknologi pengolahan sampah yang tepat guna dan ramah lingkungan 2. Penyediaan RTH kawasan 3. Penataan sarana dan prasarana pencegahan dampak lingkungan. 4. Penyediaan lahan parkir 1. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup 2. Program Perlindungan dan Konservasi SDA 3. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau 4. Program Pengendalian dan Pengamanan Lalulintas 7 Program peningkatan produksi pertanian/pe rkebunan (-) Kerusakan lingkungan (-) pengurangan jasa pengurai limbah (-) penurunan pada kesehatan manusia di karenakan 1. Memperhatikan sarana produksi pertanian yang ramah lingkungan 2. Pelibatan partisipasi kelompok tani 1. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup 2. Program IV-24

238 No Indikasi Program Dampak Mitigasi penggunaan pestisida Program Perubahan RPJMD Perlindungan dan Konservasi SDA 8 Program Pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh 9 Program pembangunan Jalan dan jembatan (-) Pencemaran lingkungan akan meningkat seiring bertambahnya jumlah limbah dari berbagai kegiatan perdagangan, pendidikan, olahraga dan pergudangan. (-) Kerusakan lingkungan akan meningkat karena pengambilan SDA (-) Alih fungsi lahan pertanian untuk perdagangan, pendidikan, olahraga dan pergudangan. (-) Munculnya permukiman baru di sekitar kawasan strategis (-) Berpengaruh terhadap penurunan jasa pangan (-) Menurunkan jasa pengaturan iklim (-) Berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan akibat penggunaan material (-) Berkurang atau hilangnya tanaman turus jalan (-) Perubahan keanekaragaman hayati (-) Perubahan bentang alam (-) Meningkatkan pencemaran lingkungan : kebisingan, polusi udara (-) Berpotensi menimbulkan konflik sosial (-) kemacetan pada saat pembangunan 1. Perijinan dan non perijinan harus mematuhi perundangundangan 2. Memperhatikan daya dukung dan daya tampung kawasan 3. Pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan yang terdapat dalam izin lingkungan 4. Penyediaan RTH kawasan 1. Pembuatan drainase (saluran air) untuk mengalirkan air agar tidak mengenangi lingkungan dan badan jalan. 2. Pemanfaatan area di sekitar lokasi pembangunan jalan dan jembatan sebagai ruang terbuka hijau (RTH) dengan mempertimbangkan keselamatan, kelancaran dan kenyamanan jalan serta area tersebut merupakan ruang milik jalan. 3. Penghijauan (turus) di sepanjang koridor jalan dengan tanaman responsif menyerap karbon, memiliki perakaran yang kuat dan memiliki tajuk yang 1. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup 2. Program Perlindungan dan Konservasi SDA 3. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau 4. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang 1. Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Drainase 2. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau 3. Program pembangunan dan Pemeliharan Jalan Dan Jembatan 4. Program Pengendalian dan Pengamanan Lalulintas IV-25

239 No Indikasi Program Dampak Mitigasi rindang 4. Pembangunan jalan dengan memperhatikan akses kaum difabel,lansiadan anakanak 5. Perlu adanya rekayasa lalu lintas Program Perubahan RPJMD 10 Program pengelolaan keragaman Budaya (-) menimbulkan kemacetan (-) peningkatan timbulan sampah (-) Kerusakan lingkungan ( taman, fasilitas umum) 1. Rekayasa lalu lintas 2. Penyiapan tenaga kebersihan 3. Sosialisasi pemeliharaan fasilitas umum 1. Program Pengendalian dan Pengamanan Lalulintas 2. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan 11 Program Pengendalian Banjir dan rob (-) alih fungsi lahan (-) Rawan konflik social (-) mengurangi jasa kualitas udara pada saat membangun 1. Meminimalkan lahan pertanian produkti 2. Sosialisasi pada masyarakat 1. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang 12. Program Pelayanan Angkutan (-) menambah pencemaran udara (-) Mengurangi jasa kualitas udara (-) mengurangi jasa pengurai limbah (-) konflik social di sekitar shelter 1. Penambahan RTH 2. Operasional Bus harus layak jalan 3. Sosialisasi kepada masyarakat 1. Program Peningkatan Pelayanan Angkutan 2. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Hasil Telaahan RPJMD terhadap RTRW Sebagai dasar penyusunan RPJMD Kota Semarang Tahun , selain dari hasil KLHS juga hasil telahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang yang terbagi dalam kajian struktur ruang dan pola ruang khususnya dengan memperhatikan indikasi program pada Pembangunan Jangka Menengah (PJM) II tahun Dari Telaahan ini apakah Perencanaan di RTRW tersebut sudah terwadai dalam RPJMD dapat dijelaskan sebagi berikut. No Indikasi Program Program RPJMD A Perwujudan Struktur Ruang 1 Jalan arteri primer, meliputi: a) Peningkatan Jalan Raya Semarang Kendal Jalan Siliwangi Jalan Yos Program pembangunan dan Pemeliharan Jalan Dan Jembatan IV-26

240 Sudarso Jalan Usman Janatin Pertigaan Jalan Kaligawe b) Peningkatan Jalan Raya Kaligawe (Pertigaan Jalan bebas hambatan seksi C) Batas Kota Semarang-Demak c) Pengembangan Jalan Inspeksi Sungai Babon Jalan Brigjend. Sudiarto Jalan Sendangmulyo Pudakpayung Perempatan Jalan Raya Mijen Jalan Koptu Suyono d) Pengembangan Ruas Jalan dari Mangkang Jalan Lingkar Utara Semarang - Pertigaan Jalan Usman Janatin 2 Jalan arteri sekunder, meliputi : Pengembangan jalan lingkar tengah (middle ring road) 3 Jalan kolektor primer, meilputi: Pengembangan dan peningkatan jalan dari perempatan Jalan Lingkar Luar Mijen Boja Pengembangan dan peningkatan jalan dari Pertigaan Gunungpati Jalan Lingkar Luar Pengembangan dan peningkatan jalan dari Pertigaan Jalan Raya Gunungpati Sekaran Jalan Lingkar Luar; dan Rencana Persimpangan: 4 Peningkatan seluruh persimpangan sebidang jalan di wilayah Kota Pengembangan persimpangan sebidang rencana jalan outer ring road dan midle ring road 5 Persimpangan tidak sebidang: Peningkatan simpang susun Jalan Tol Semarang Solo Program pengembangan wilayah strategis & cepat tumbuh Program pembangunan dan Pemeliharan Jalan Dan Jembatan Program pembangunan dan Pemeliharan Jalan Dan Jembatan Program pembangunan dan Pemeliharan Jalan Dan Jembatan Program pembangunan dan Pemeliharan Jalan Dan Jembatan IV-27

241 Pengembangan simpang susun Jalan Tol Semarang Demak Pengembangan simpang susun Jalan Tol Semarang Batang Peningkatan dan pengembangan simpang susun dengan rel kerata api di Kecamatan Tugu, Kecamatan Semarang Utara, dan Kecamatan Pedurungan 6 Rencana Pengembangan Pelayanan Angkutan Jalan Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan 7 Sistem Transportasi Kereta api Monorail Pengembangan jaringan kereta api monorail yang menghubungkan wilayah sub pusat pelayanan BWK X pusat pelayanan kota - sub pusat pelayanan BWK V - sub pusat pelayanan BWK IV. Program Pembangunan Prasarana Dan Fasilitas Perhubungan Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan 8 Rencana Sistem Penyediaan Air Minum Program Penyediaan dan pengelolaan air minum 9 Rencana Sistem Prasarana Drainase: Sistem drainase Mangkang; Sistem drainase Semarang Barat; Sistem drainase Semarang Tengah; Sistem drainase Semarang Timur 10 Rencana sistem angkutan umum Peningkatan pelayanan BRT yang sudah ada Pengembangan jalur baru Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Drainase Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan Program Peningkatan Pelayanan Angkutan B PERWUJUDAN POLA RUANG 1 Kawasan perdagangan dan jasa Program Perencanaan dan Koordinasi Penataan Ruang IV-28

242 2 Peningkatan kualitas pasar skala pelayanan kota dan atau BWK 3 Peningkatan kawasan perkantoran pemerintah skala kelurahan dan kecamatan di seluruh Daerah 4 Pengembangan dan peningkatan wisata bahari/pantai 5 Peningkatan kualitas kawasan transportasi 1. Program Perencanaan dan Koordinasi Penataan Ruang 2. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negri 1. Program Perencanaan dan Koordinasi Penataan Ruang 2. Program pembangunan sarana dan prasarana dasar perkotaan 1. Program Perencanaan dan Koordinasi Penataan Ruang 2. Program Pengelolaan Keragaman Budaya Program Pembangunan Prasarana Dan Fasilitas Perhubungan Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan 6 Pengembangan dan peningkatan fasilitas pelayanan umum Program Pembangunan Prasarana Dan Fasilitas Perhubungan Program pembangunan sarana dan prasarana perhubungan IV-29

243 Dari tabel diatas dapat dijelaskan bagaimana keselarasan antara Indikasi Program di RTRW pada tahap PJM II tahun telah ada di program RPJMD Kota Semarang Hasil Telaah RPJMD Wilayah Sekitar Kota Semarang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Semarang. Dalam perumusan perencanaan pembangunan daerah, ketiga kabupaten tersebut memiliki keterhubungan sehingga di dalam satu region dapat saling mendukung untuk pencapaian tujuan pembangunan daerah. Dokumen RPJMD ketiga kabupaten tersebut mempunyai visi dan misi yang sama-sama kuat dan mempunyai tujuan yang sama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka pencapaian visi tersebut, mereka mempunyai misi yang sebagian lingkup besarnya adalah pembangunan sumber daya manusia, pembangunan sarana dan prasarana, pembangunan infrastruktur secara keseluruhan, maupun peningkatan kelembagaan pemerintahan. Dalam perencanaan pembangunan, masing-masing daerah memiliki agenda pembangunan meskipun tidak semua wilayah mencantumkan agenda tersebut. Agenda ini penting karena sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan agar pembangunan daerah dapat berjalan dengan maksimal. Agenda pembangunan yang terkait antara ketiga kabupaten dan Kota Semarang adalah agenda nasional mengenai Pusat Pengembangan Nasional (PKN) Kedungsepur (meliputi 6 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Demak, Kabupaten Kendal, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga dan Kabupaten Grobogan dengan pusat pertumbuhan Kota Semarang). Kawasan strategis Kedungsepur diprioritaskan bagi pengembangan industri pengolahan, perdagangan, perbankan dan jasa-jasa lainnya. Di kawasan ini terdapat beberapa proyek vital dan strategis nasional, yaitu : Pelabuhan Internasional Tanjung Emas, Bandara Internasional A. Yani, jalur ganda kereta api, Kawasan Industri di Semarang, Kendal dan Demak, PLTU Tambaklorok dan sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana perekonomian, aksesibilitas, jalur kereta api, bandara dan pelabuhan laut mempercepat transportasi orang dan barang dalam pengembangan sistem logistik nasional (Silognas). Fungsi wilayah Kedungsepur ke depan diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Sebagai PKN, arah pengembangan wilayah adalah pada: (1) IV-30

244 perwujudan kawasan metropolitan Semarang sebagai ibukota provinsi yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi utama Jawa Tengah; (2) pengembangan kawasan strategis ekonomi dalam konteks kawasan ekonomi khusus; (3) perwujudan dari sisi hubungan intraregional sebagai pusat distribusi bagi produk dari daerah pedalaman karena berada sekitar jalur Pantura; (4) dan perwujudan secara interregional sebagai wilayah transit/pengumpul perdagangan dan jasa dari wilayah barat dan timur Jawa serta pulau-pulau lainnya terutama Kalimantan Pada dokumen RPJMD ketiga kabupaten tersebut mempunyai tujuan/sasaran yang melingkupi cakupan permasalahan daerah masingmasing dengan poin penting berupa tujuan dan sasaran yang mengacu pada misi RPJMD masing-masing daerah. Berikut ini adalah telaah masing-masing dokumen yang mempunyai agenda yang berhubungan dengan kota Semarang: a. Telaah RPJMD Kabupaten Kendal Kabupaten Kendal letaknya berbatasan sebelah barat dengan Kota Semarang yang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah. Agenda pembangunan antara Kabupaten Kendal dan Kota Semarang antara lain pembangunan jalan Tol Semarang Batang di masa lima tahun mendatang. Pengembangan Kawasan Industri Kendal sebagai salah satu prioritas nasional, membutuhkan keterkaitan dan koordinasi dengan rencana pembangunan di Kota Semarang, terutama dari sisi aksesbilitas. b. Telaah RPJMD Kabupaten Demak Kabupaten Demak berbatasan sebelah timur dari kota Semarang. Dalam agenda pembangunan, kota Semarang dan Kabupaten Demak bekerjasama dalam pengembangan kawasan strategis perbatasan antara Sayung-Genuk dan Mranggen-Pedurungan. Selain itu, Kabupaten Demak juga masuk dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah. Pembangunan kepariwisataan Kabupaten Demak termasuk dalam pengembangan Kawasan Pariwisata Semarang Karimunjawa, terutama terkait dengan obyek wisata religi, wisata budaya fasilitas penginapan, restoran dan banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung dan besarnya kontribusi sektor pariwisata dalam PDRB yang menunjang perekonomian daerah. Sinergitas Prioritas nasional pembangunan jalan tol Semarang-Demak IV-31

245 c. Telaah RPJMD Kabupaten Semarang Uraian Visi Misi Secara administratif letak geografis Kabupaten Semarang berbatasan sebelah selatan dengan Kota Semarang. Kabupaten Semarang yang beribukota Kota Ungaran berperan besar sebagai hinterland (daerah penyangga) bagi kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah, baik sebagai tempat permukiman, pertanian maupun aktivitas industri, antara lain karena letak Kabupaten Semarang yang tidak jauh dari pelabuhan laut (±25km) dan pelabuhan udara (±23km). Kawasan perkotaan Ungaran juga berperan sebagai bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN) metropolitan Semarang atau kawasan strategis Kedungsepur. Kabupaten Semarang dipandang menarik dari sisi investasi karena lokasinya tidak terlalu jauh dari Semarang sebagai ibukota Jawa Tengah dan dari harga lahan dan biaya tenaga kerja relatif masih terjangkau. Kabupaten Semarang sebagai kawasan penyangga Kota Semarang juga berpotensi untuk pengembangan kawasan permukiman. Sinergitas dengan rencana pembangunan Kota Semarang didorong terutama dalam rangka membangun jejaring pengembangan kepariwisataan. Tabel 4.6. Perbandingan Substansi Utama RPJMD Kabupaten Demak, Kabupaten Kendal, dan Kabupaten Semarang RPJMD Kab. Demak Tahun Terwujudnya Masyarakat Demak Yang Agamis lebih Sejahtera, Mandiri, Maju, Kompetitif, Kondusif, Berkepribadian dan Demokratis Menjadikan nilai-nilai agama melekat pada setiap kebijakan pemerintah dan perilaku masyarakat. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang lebih bersih, efektif, efisien, dan RPJMD Kab. Kendal Tahun Terwujudnya Kemajuan dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Kendal yang Merata Berkeadilan Didukung oleh Kinerja Aparatur Pemerintah yang Amanah dan Profesional serta Berakhlak Mulia Berlandaskan Iman dan Taqwa kepada Allah SWT Mewujudkan tatakelola pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efektif - efisien, bersih, bebas KKN Menciptakan sumber daya manusia yang cerdas, unggul, serta berakhlak mulia RPJMD Kab. Semarang Tahun Peneguhan Kabupaten Semarang yang Maju, Mandiri, Tertib, dan Sejahtera Meningkatkan kualitas SDM yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berbudaya serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengembangkan produk unggulan berbasis potensi lokal (INTANPARI) yang IV-32

246 Uraian RPJMD Kab. Demak Tahun akuntabel Meningkatkan kedaulatan pangan dan ekonomi kerakyatan berbasis potensi lokal serta mengurangi tingkat pengangguran Mengakselerasi pembangunan infrastruktur strategis, kewilayahan dan meningkatkan keterpaduan perkembangan kota dan desa Meningkatkan kualitas Pendidikan dan kesehatan sesuai standar serta perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan Menciptakan keamanan ketertiban dan lingkungan masyarakat yang kondusif Mengembangkan kapasitas pemuda, olahraga, seni-budaya, meningkatkan keberdayaan perempuan, perlindungan anak dan mengendalikan pertumbuhan penduduk Mewujudkan kualitas pelayanan Investasi dan meningkatkan RPJMD Kab. Kendal Tahun Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pengendalian penduduk, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, penanganan bencana, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS), serta penanggulangan kemiskinan Meningkatkan partisipasi dan keberdayaan pemuda dalam pembangunan daerah berlandaskan nasionalisme Mengembangkan potensi ekonomi kerakyatan berbasis sumber daya lokal Memperkuat ketahanan pangan, mengembangkan potensi pertanian, perikanan, dan sumberdaya alam lainnya Mengembangkan potensi wisata dan melestarikan seni budaya lokal serta meningkatkan toleransi antar umat beragama Meningkatkan kualitas serta kuantitas infrastruktur dasar dan RPJMD Kab. Semarang Tahun sinergi dan berdaya saing serta berwawasan lingkungan untuk menciptakan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan. Menciptakan pemerintahan yang katalistik dan dinamis dengan mengedepankan prinsip good governance didukung kelembagaan yang efektif dan kinerja aparatur yang kompeten, serta pemanfaatan teknologi informasi. Menyediakan infrastruktur daerah yang merata guna mendukung peningkatan kualitas pelayanan dasar dan percepatan pembangunan. Mendorong terciptanya partisipasi dan kemandirian masyarakat, kesetaraan dan keadilan gender serta perlindungan anak disemua bidang pembangunan. Mendorong terciptanya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga kelestariannya. IV-33

247 Uraian Tujuan Pembangu nan RPJMD Kab. Demak Tahun kualitas pelayanan publik Mewujudkan kelestarian lingkungan hidup dalam pengelolaan sumberdaya alam Meningkatkan kerukunan antar/intra umat beragama Mewujudkan reformasi birokrasi Meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan kelautan menuju kedaulatan pangan Meningkatkan kinerja perindustrian dan perdagangan serta kapasitas koperasi dan UMKM Meningkatkan kompetensi dan daya saing tenaga kerja Meningkatkan daya saing pariwisata dan pelestarian kebudayaan Meningkatkan infrastruktur dasar perdesaan dan perkotaan RPJMD Kab. Kendal Tahun penunjang baik di perdesaan maupun perkotaan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup Meningkatkan iklim investasi yang kondusif, dan menciptakan lapangan kerja Mewujudkan reformasi birokrasi Meningkatkan ketersediaan, kualitas, kesetaraan, keterjangkauan dan kepastian dalam memperoleh pelayanan pendidikan Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dan keluarga berencana Meningkatkan jaminan dan perlindungan sosial Meningkatkan keberdayaan masyarat, kesetaraan dan keadilan gender serta perlidungan anak Mengembangkan potensi pemuda dalam olah raga dan pembangunan Meningkatkan kualitas dan daya saing produk asli daerah RPJMD Kab. Semarang Tahun Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Mewujudkan masyarakat cerdas, kreatif, berbudaya, berkarakter dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Meningkatkan usaha ekonomi daerah dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Mewujudkan pelaksanaan pemerintahan, pelayanan masyarakat dan pembangunan yang efektif, efisien, dan akuntabel. Menciptakan iklim yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan investasi. Mewujudkan infrastruktur pembangunan yang berkualitas dan merata di seluruh wilayah dengan menekankan pada pembangunan desa. Mewujudkan peran serta dan kemandirian masyarakat dalam pembangunan tanpa membedakan gender dengan memperhatikan hakhak anak. IV-34

248 Uraian RPJMD Kab. Demak Tahun Meningkatkan kualitas jaringan irigasi dan pengairan dalam rangka mendukung peningkatan produksi pertanian Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yang layak dan mendorong masyarakat untuk mampu memenuhi kebutuhan permukiman yang sehat, teratur dan berkelanjutan di perkotaan dan perdesaan RPJMD Kab. Kendal Tahun Meningkatnya poduktifitas pertanian dan perikanan dalam memperkuat ketahanan pangan Mengoptimalkan pengelolaan potensi pariwisata dan kekayaan serta keragaman budaya lokal RPJMD Kab. Semarang Tahun Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan. Meningkatkan kualitas penataan ruang dan ruang terbuka hijau Meningkatkan pelayanan transportasi dan perhubungan Meningkatkan ketersediaan, kualitas, kesetaraan, keterjangkauan dan kepastian dalam memperoleh pelayanan pendidikan Meningkatkan minat baca masyarakat Meningkatkan kulitas derajat kesehatan masyarakat Meningkatkan jaminan dan perlindungan sosial dan penurunan angka Memperkuat toleransi antar umat beragama Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana jalan, jembatan dalam rangka memperlancar arus lalu lintas barang dan manusia Meningkatkan kualitas jaringan irigasi dan pengairan dalam rangka mendukung peningkatan produksi pertanian Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yang layak dan mendorong masyarakat untuk mampu memenuhi kebutuhan permukiman yang sehat, teratur dan berkelanjutan di perkotaan dan perdesaan Mencegah penurunan kualitas lingkungan hidup, udara, tanah dan badan air yang diakibatkan oleh aktivitas pembangunan dan kegiatan industri Meningkatkan pelayanan ivestasi yang kondusif, responsif dan tanggap dalam sistem pelayanan IV-35

249 Uraian RPJMD Kab. Demak Tahun kemiskinan RPJMD Kab. Kendal Tahun yang terpadu RPJMD Kab. Semarang Tahun Meningkatkan keamanan, ketenteraman dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat Mengembangkan potensi pemuda dalam olahraga dan pembangunan Mengembangkan Potensi Kesenian Lokal Mengendalikan pertumbuhan penduduk Meningkatkan kompetensi dan daya saing tenaga kerja Meningkatkan rasa aman dan tentram dalam masyarakat Meningkatkan keberdayaan masyarakat, perlindungan perempuan dan anak Meningkatkan nilai dan jumlah investasi Kabupaten Demak Mencegah penurunan kualitas lingkungan hidup, udara, tanah dan badan air yang diakibatkan oleh aktivitas pembangunan dan kegiatan industri Isu-Isu Strategis Kota Semarang Berdasarkan hasil telaahan terhadap isu internasional, isu dan kebijakan nasional, isu dan kebijakan Provinsi Jawa Tengah, perbandingan dengan Kabupaten sekitar, serta Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kota Semarang, maka isu dan kebijakan serta permasalahan pembangunan yang ada selama beberapa periode pembangunan perlu dikaji kembali untuk penetapan isu strategis Kota Semarang pada pelaksanaan pembangunan periode sebagai berikut: A. Peningkatan Kualitas Pendidikan Pembangunan sektor pendidikan mempunyai peran penting dalam peningkatan pelayanan dasar SDM. Untuk mewujudkan hal ini, dilakukan melalui peningkatan aksesibilitas, kelembagaan, sumber daya manusia dan tata laksana yang meliputi penyediaan prasarana dan sarana sesuai standar, IV-36

250 peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan, pengelolaan sistem pendidikan yang berkualitas, termasuk pendidikan karakter, pengembangan nasionalisme substansi, dan pendidikan inklusi. Isu Strategis peningkatan kualitas pendidikan akan dijawab melalui Misi I RPJMD Kota Semarang Tahun yaitu Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas. Tujuan yang ingin dicapai adalah Meningkatnya Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berbudaya, dengan sasaran Meningkatnya Aksesibilitas Pendidikan dan Derajat Kesehatan Masyarakat. B. Peningkatan Kualitas Kesehatan Peningkatan kualitas pembangunan kesehatan merupakan pelayanan dasar salah satu pilar utama dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan kesehatan dilakukan melalui peningkatan kualitas kelembagaan, sumber daya manusia, dan tata kelola meliputi antara lain melalui peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan, kualitas tenaga medis dan paramedis, perbaikan sistem pelayanan dengan memperhatikan keterjangkauan dan ketersediaan pelayanan untuk seluruh masyarakat Kota Semarang termasuk masyarakat miskin. Pembangunan kesehatan juga diarahkan pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan peningkatan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Peningkatan kualitas kesehatan akan dilaksanakan melalui Misi I RPJMD Kota Semarang Tahun yaitu Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas. Tujuan yang ingin dicapai adalah Meningkatnya Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berbudaya, dengan sasaran Meningkatnya Aksesibilitas Pendidikan dan Derajat Kesehatan Masyarakat. C. Peningkatan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Pembangunan kesejahteraan sosial masyarakat mencakup kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta meningkatnya kearifan budaya lokal. Peningkatan pembangunan kesejahteraan sosial masyarakat dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup, rasa aman dan tentram serta adil dalam segala bidang; penguatan karakter berbasis kearifan lokal, penguatan nilai-nilai kebangsaan dan budi pekerti; pelestarian dan pengembangan seni budaya. Peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat akan dilaksanakan melalui Misi I RPJMD Kota Semarang Tahun yaitu Mewujudkan IV-37

251 Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas. Tujuan yang ingin dicapai adalah Meningkatnya Daya Saing Masyarakat, dengan sasaran Meningkatnya Perlindungan Sosial Masyarakat. D. Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran Kemiskinan adalah kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan sehari-hari secara layak. Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan krusial di Kota Semarang mengingat terdapat 4,85% penduduk Kota Semarang yang terkategorikan miskin pada tahun 2016 menurut BPS. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kurangnya kesempatan kerja, beban ekonomi keluarga, keterbatasan akses permodalan, tingkat pendidikan yang rendah. Pengangguran merupakan salah satu permasalahan krusial di kawasan perkotaan termasuk Kota Semarang. Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran akan dilaksanakan melalui Misi I RPJMD Kota Semarang Tahun yaitu Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas. Tujuan yang ingin dicapai adalah Meningkatnya Daya Saing Masyarakat, dengan sasaran Menurunnya Angka Kemiskinan dan Meningkatnya Kualitas Daya Saing Tenaga Kerja. Pembangunan penanganan kemiskinan melalui gerakan bersama penanggulangan kemiskinan daerah secara komprehensif dan terpadu. Sedangkan penanganan pengangguran dilakukan melalui perluasan kesempatan kerja, peningkatan kemampuan dan keterampilan pencari kerja agar memiliki daya saing serta perluasan jaringan kerja. E. Pelestarian Nilai-Nilai Budaya Lokal Pelestarian nilai-nilai budaya lokal di Kota Semarang merupakan salah satu isu yang perlu diperhatikan, mengingat kondisi sosial budaya saat ini sudah banyak terpengaruh arus globalisasi. Hal yang dilakukan Pemerintah Kota Semarang dalam melestarikan seni dan budaya yang berbasis kearifan lokal yaitu dengan pengembangan nilai budaya serta melestarikan kekayaan cagar budaya yang ada di Kota Semarang. Hal ini akan dijawab pada Misi I RPJMD Kota Semarang Tahun yaitu Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas. Tujuan yang ingin dicapai adalah Meningkatnya Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berbudaya, dengan sasaran Meningkatnya Kearifan Budaya Lokal. F. Tata Kelola Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi Prioritas utama Kota Semarang dalam peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan meliputi kapabilitas, integritas, akuntabilitas, ketaatan pada IV-38

252 hukum, kredibilitas dan transparansi. Langkah utama untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang berkualitas di Kota Semarang dilakukan melalui penciptaan struktur pemerintah yang efisien, peningkatan kapasitas aparatur dan peningkatan kualitas perencanaan pembangunan yang lebih baik melalui peningkatan ketersediaan dan kualitas data. Fokus Reformasi Birokrasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang terkait dengan meningkatkan sistem pengawasan internal dan pengendalian kebijakan Kepala Daerah melalui evaluasi tingkat maturitas SPIP maupun tingkat leveling kapabilitas APIP, meningkatkan integritas dan kapabilitas Aparatur Sipil Negara (ASN). Peningkatan pengendalian dan pengelolaan keuangan dan aset daerah juga menjadi fokus lain dari pembenahan reformasi dan birokrasi di Kota Semarang. Peningkatan reformasi birokrasi termasuk didalamnya adalah peningkatan pelayanan publik melalui penguatan sistem dan akses pelayanan berbasis teknologi informasi yang terpadu (smart city); pelayanan yang cepat, mudah, murah, terjangkau, inklusif dan berkualitas. Isu Strategis Tata Kelola Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi akan dijawab melalui Misi II RPJMD Kota Semarang Tahun yaitu Mewujudkan Pemerintahan yang Semakin Handal untuk Meningkatkan Pelayanan Publik. Tujuan yang ingin dicapai adalah Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Melayani, dengan sasaran Terwujudnya Birokrasi yang Bersih dan Melayani. G. Peningkatan Tata Ruang Dan Kualitas Lingkungan Hidup Pembangunan tata ruang dan kualitas lingkungan hidup untuk mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan, mewujudkan ruang kota yang berkualitas. Pembangunan tata ruang dan kualitas lingkungan hidup mencakup ketersediaan produk hukum pengaturan tata ruang (RTRW, RDTRK, zonasi) yang dapat dijadikan acuan dalam membangun ruang kota, peningkatan kualitas kelembagaan, sumber daya manusia, dan tata laksana dengan mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan ruang dan daya dukung lingkungan. Isu Strategis Peningkatan Tata Ruang dan Kualitas Lingkungan Hidup akan dijawab melalui Misi III RPJMD Kota Semarang Tahun yaitu Mewujudkan Kota Metropolitan yang Dinamis dan Berwawasan Lingkungan. Tujuan yang ingin dicapai adalah Terwujudnya Pembangunan Kota yang Tangguh, Produktif dan Berkelanjutan, dengan sasaran Terwujudnya Tata IV-39

253 Ruang yang Berdaya Guna serta Terwujudnya Lingkungan Hidup yang Berkualitas. H. Penanganan Banjir dan Rob Banjir dan rob merupakan ancaman bencana yang masih dihadapi oleh Kota Semarang dan diprioritaskan penanganannya. Letak kota Semarang yang berada dipinggir pantai Utara Jawa Tengah dan sebagian wilayah mengalami penurunan muka tanah menjadikan Kota Semarang sebagai langganan rob dan banjir. Kawasan yang masih mengalami banjir dan rob pada tahun 2016 masih seluas 5,02% dari total luas Kota Semarang. Pelaksanaan penanganan banjir dilakukan melalui pengembangan tata laksana, dan kerjasama penanganan banjir dan rob dengan berbagai pihak termasuk masyarakat, Pemerintah Provinsi dan Pusat serta kerjasama Internasional. Penanganan rob dan banjir meliputi rehabilitasi sistem drainase sungai dan saluran, serta pembangunan embung/polder. Penanganan Banjir dan Rob akan dilaksanakan melalui Misi III RPJMD Kota Semarang Tahun yaitu Mewujudkan Kota Metropolitan yang Dinamis dan Berwawasan Lingkungan. Tujuan yang ingin dicapai adalah Terwujudnya Pembangunan Kota yang Tangguh, Produktif, dan Berkelanjutan, dengan sasaran Meningkatnya Kinerja Pelayanan Infrastruktur Kota. I. Peningkatan Infrastruktur yang Tangguh dan Berkelanjutan Pembangunan infrastruktur yang tangguh dan berkelanjutan mengandung pengertian dimana pembangunan infrastruktur tidak hanya untuk kepentingan generasi saat ini, namun juga generasi yang akan datang serta mampu merespon perubahan situasi yang terjadi. Pembangunan infrastruktur menyangkut kinerja pelayanan infrastruktur kota yang baik dengan tetap memerhatikan kualitas lingkungan hidup, sarana dan prasarana dasar permukiman yang berkualitas serta meningkatnya ketangguhan bencana. Peningkatan infrastruktur yang tangguh dan berkelanjutan akan dilaksanakan melalui Misi III RPJMD Kota Semarang Tahun yaitu Mewujudkan Kota Metropolitan yang Dinamis dan Berwawasan Lingkungan. Tujuan yang ingin dicapai adalah Terwujudnya Pembangunan Kota yang Tangguh, Produktif dan Berkelanjutan, dengan sasaran terwujudnya tata ruang yang berdaya guna, meningkatnya kinerja pelayanan infrastruktur kota, terwujudnya lingkungan hidup yang berkualitas, terwujudnya sarana IV-40

254 dan prasarana dasar permukiman yang berkualitas serta meningkatnya ketangguhan bencana. J. Peningkatan Ekonomi dan Daya Saing Daerah Struktur perekonomian daerah Kota Semarang yang didominasi oleh sektor konstruksi dan industri pengolahan, pada satu sisi memberikan dampak positif terhadap laju pertumbuhan ekonomi daerah. Di sisi lain perekonomian yang didominasi oleh sektor konstruksi dan industri pengolahan strukturnya relatif lemah dan sangat rawan terhadap adanya gejolak perekonomian. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan ekonomi kerakyatan yang berbasis sumber daya dan potensi lokal berupa usaha mikro dan koperasi harus lebih ditingkatkan produktifitasnya agar dapat berperan lebih signifikan dalam perekonomian daerah. Isu Strategis Peningkatan Ekonomi dan Daya Saing Daerah akan dijawab melalui Misi IV RPJMD Kota Semarang Tahun yaitu Memperkuat Ekonomi Kerakyatan Berbasis Keunggulan Lokal dan Membangun Iklim Usaha yang Kondusif. Tujuan yang ingin dicapai adalah Meningkatnya Daya Saing Perekonomian Daerah, dengan sasaran Meningkatnya Nilai Perdagangan dan Jasa Unggulan serta Meningkatnya Produktivitas Ekonomi Lokal. IV-41

255 BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan pembangunan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Semarang Tahun , RPJMD merupakan tahapan ketiga pembangunan jangka panjang daerah Kota Semarang. Sebagaimana diamanatkan dalam RPJPD Tahun disebutkan bahwa tahapan dan skala prioritas pembangunan daerah yang ditetapkan merupakan cerminan dari urgensi permasalahan yang akan diselesaikan, tanpa mengabaikan permasalahan lainnya. Prioritas yang dirumuskan dalam setiap tahapan dapat berbeda-beda, akan tetapi semua itu harus tetap berkesinambungan dari periode ke periode berikutnya dalam rangka pencapaian sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah. Visi RPJPD Kota Semarang Tahun yang telah ditetapkan adalah Semarang Kota Metropolitan yang Religius, Tertib dan Berbudaya. Kota Metropolitan, mengandung arti bahwa Kota Semarang mempunyai sarana prasarana yang dapat melayani seluruh aktivitas masyarakat kota dan hinterland-nya dengan aktivitas ekonomi utama berupa perdagangan, jasa, dan industri serta didukung sektor ekonomi lainnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Metropolitan juga mengandung makna dapat menjamin kehidupan masyarakatnya yang aman, tentram, lancar, asri, sehat dan berkelanjutan. Religius, mengandung arti bahwa masyarakat Kota Semarang meyakini kebenaran ajaran dan nilai-nilai agama/kepercayaan serta mengamalkannya dalam wujud keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tindakan nyata dalam keseharian, dengan menjunjung tinggi toleransi dan kepedulian dalam menjalankan kehidupannya. V-1

256 Tertib, mempunyai arti bahwa setiap masyarakat secara sadar menggunakan hak dan menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya sehingga terwujud kehidupan pemerintahan dan kemasyarakatan yang teratur dan pasti, senantiasa berpedoman pada sistem ketentuan perundang-undangan yang esensial untuk terciptanya sikap disiplin, teratur, menghargai waktu sebagai ciri perilaku hidup masyarakat yang maju. Berbudaya, mempunyai arti bahwa setiap perilaku kehidupan masyarakat yang dilandasi oleh etos kerja, tata cara, adat istiadat, tradisi, kearifan lokal, norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat serta diyakini sebagai nilai-nilai budi pekerti yang luhur yang diwujudkan dalam perilaku interaksi sosial sebagai identitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan. Visi tersebut mengandung pengertian bahwa selama tahun 2005 hingga 2025 Kota Semarang diharapkan menjadi kota yang dihuni oleh masyarakat yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai agama, etos kerja, tata cara, adat istiadat, tradisi, norma kearifan lokal yang hidup dan berkembangan yang diyakini sebagai nilai-nilai yang luhur yang diwujudkan dalam perilaku interaksi sosial serta sadar menggunakan hak dan kewajibannya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sehingga terwujud kehidupan pemerintahan dan kemasyarakatan yang teratur, sejahtera dan didukung oleh aktivitas ekonomi utama yang berupa perdagangan, jasa, dan industri serta ditunjang oleh standar pelayanan kota berskala metropolitan yang mampu melayani seluruh aktivitas masyarakat kota dan daerah hinterland-nya dengan aman, tentram, nyaman, lancar, asri, sehat dan berkelanjutan. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa RPJMD disusun dengan berpedoman pada RPJPD dan RPJMN untuk menjamin konsistensi arahan pelaksanaan pembangunan. Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, Visi dalam RPJMD adalah Visi Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Terpilih yang disampaikan pada waktu Pemilihan Kepala Daerah. Visi dan misi pembangunan Kota Semarang tahun juga merupakan penjabaran dari visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden yang terangkum dalam kerangka ideologi Tri Sakti dan Agenda Nasional Nawa V-2

257 Cita. Visi dan misi pembangunan Kota Semarang tahun juga diselaraskan dalam rangka perwujudan visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Jawa Tengah serta visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Semarang Tahun Visi dan misi ini akan menjadi arahan pembangunan Kota Semarang selama lima tahun yang akan datang dan terjabarkan ke dalam tujuan dan sasaran pembangunan yang lebih khusus dan terfokus. 5.1 VISI RPJMD Tahun merupakan penjabaran dari tahapan pembangunan periode ketiga RPJPD Kota Semarang Tahun Tema pembangunan RPJPD periode ketiga menjadi salah satu rujukan kepala daerah dalam menyusun Visi dan Misi Kota Semarang untuk tahun Visi pembangunan Kota Semarang Tahun berdasarkan visi Walikota dan Wakil Walikota Semarang terpilih adalah sebagai berikut : Semarang Kota Perdagangan dan Jasa yang Hebat Menuju Masyarakat Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung maksud bahwa Semarang sebagai kota metropolitan berwawasan lingkungan akan menjadi kota yang handal dan maju dalam perdagangan dan jasa, dengan dukungan infrastuktur yang memadai serta tetap menjadi daerah yang kondusif untuk meningkatkan kesejahteraan warganya dengan dukungan pengembangan politik, keamanan, sosial, ekonomi, dan budaya. Kota Perdagangan Dan Jasa, mengandung arti bahwa Kota Semarang akan menjadi Kota Perdagangan dan Jasa yang Hebat, yang didukung oleh kondisi perkotaan yang kondusif dan modern dengan tetap memerhatikan lingkungan berkelanjutan demi kemajuan Kota Semarang. Semarang yang Hebat dalam perdagangan dan jasa dapat terlihat antara lain melalui laju pertumbuhan ekonomi yang tiap tahun terus meningkat, kontribusi kategori-kategori yang terkait dengan perdagangan dan jasa terhadap PDRB dan kontribusi kategori Industri Pengolahan terhadap PDRB yang semakin meningkat, nilai investasi yang semakin besar, serta persentase kawasan banjir dan rob yang semakin menurun. Hal-hal tersebut didukung oleh adanya tata kelola birokrasi yang baik yang dilihat melalui peningkatan nilai Indeks Reformasi Birokrasi. V-3

258 Sejahtera, mengandung arti bahwa dalam lima tahun ke depan masyarakat Kota Semarang akan semakin meningkat kesejahteraannya dengan pemenuhan kebutuhan pendidikan, kesehatan, pelayanan dasar maupun sarana dan prasarana penunjang. Peningkatan kesejahteraan Kota Semarang yang Hebat ditunjukkan melalui peningkatan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Pembangunan Gender (IPG) serta penurunan angka kemiskinan, dan tingkat pengangguran terbuka. Penjabaran visi tersebut dalam waktu lima tahun ke depan adalah untuk membuat masyarakat semakin sejahtera. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan pelayanan publik, pengembangan kehidupan berdemokrasi, pemerataan dan keadilan harus benar-benar dilaksanakan secara konsisten di daerah. Untuk itu dalam rangka mewujudkan Visi diperlukan semangat baru dalam pelaksanaan pembangunan yang berlandaskan nilai dasar bangsa Indonesia dan masyarakat Kota Semarang khususnya, yakni kegotongroyongan. Semangat baru tersebut tertuang dalam slogan: Bergerak Bersama Membangun Semarang Makna slogan Bergerak Bersama Membangun Semarang diartikan satu sikap yang terwujud dalam bentuk inisiatif dan penuh semangat untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran dalam rangka membangun Kota Semarang. Sikap ini diperlukan untuk menumbuhkan kesadaran dan kecintaan aparatur dan masyarakat akan kotanya. Melalui pernyataan ini akan timbul sikap kepeloporan, sinergi dan kolaborasi untuk menjaga kotanya dan melakukan inovasi dan kreativitas dalam membangun kota dengan tidak meninggalkan budaya dan karakter lokal. Untuk memberikan arahan dalam pencapaian visi, maka visi dijabarkan ke dalam fokus kerja yang disebut dengan HEBAT, yang merupakan akronim dari Healthiness (kesehatan), Education (pendidikan), Building (infrastruktur fisik), Attitude (perilaku) dan Trading (perdagangan). Fokus kerja tersebut memberi arahan kepada Perangkat Daerah untuk melaksanakan program dan kegiatan untuk mendukung ketercapaian visi dan misi. Pencapaian visi dan misi selanjutnya juga didasarkan pada pola berpikir dan bekerja dengan konsep Think Globally Act Locally, dimana seluruh pelaku kepentingan pembangunan di Kota Semarang diharapkan akan berpikir dan bertindak V-4

259 secara kreatif dan berkelanjutan dengan tetap memerhatikan ciri khas, nilai-nilai luhur dan potensi sumber daya lokal yang dimiliki oleh masyarakat Kota Semarang namun dengan orientasi hasil yang berskala global atau internasional. Pembangunan Kota Semarang diarahkan agar hasilnya dapat dikenal dan menjadi rujukan dunia internasional. Sebagai acuan untuk memberikan indikasi keberhasilan pencapaian visi Kota Semarang untuk menjadi Semarang yang Hebat dan semakin Sejahtera, secara umum dapat digambarkan dalam indikator pencapaian visi pada gambar 5.1. Gambar 5.1 Pencapaian Semarang Hebat Dari gambar 5.1, pencapaian yang ingin diwujudkan Kota Semarang adalah Semarang Hebat yang dijabarkan dalam target indikator selama lima tahun seperti yang terlihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1 Indikator Semarang Hebat No Indikator Kondisi awal (2015) Target Laju Pertumbuhan Ekonomi (persen) Kontribusi kategori-kategori yang terkait dengan perdagangan dan jasa-jasa terhadap PDRB (persen) Kontribusi kategori Industri Pengolahan terhadap PDRB (persen) 5,80 6,5 30,63 31,41 26,31 27,54 V-5

260 No Indikator Kondisi awal (2015) Target Nilai investasi (dalam juta rupiah) Persentase kawasan banjir dan rob (persen) 5,34 3,40 6. Indeks Pembangunan Manusia (nilai indeks) 80,23 83,23 7. Indeks Pembangunan Gender (nilai indeks) 95,62 97,56 8. Angka Kemiskinan (persen) 4,97 4, Tingkat Pengangguran Terbuka (persen) Indeks Reformasi Birokrasi (nilai indeks) 5,77 4,57 56,10 72 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang ditargetkan mencapai 6,5% di tahun LPE diharapkan tetap lebih tinggi daripada LPE Provinsi Jawa Tengah dan Nasional. Sebagai kota perdagangan dan jasa, kontribusi kategori-kategori pembentuk PDRB Atas Dasar Harga Berlaku yang terkait dengan perdagangan dan jasa ditargetkan meningkat menjadi 31,41%. Kategori-kategori tersebut adalah Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi & Makan Minum; Jasa Keuangan; Jasa Perusahaan; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; serta jasa lainnya. Sedangkan kontribusi kategori Industri Pengolahan terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ditargetkan meningkat menjadi 27,54%. Perkembangan ekonomi Kota Semarang juga diharapkan akan ditopang oleh peningkatan nilai investasi yang masuk ke Kota Semarang yang pada tahun 2021 ditargetkan sebesar Rp Banjir dan rob merupakan masalah yang dihadapi oleh Kota Semarang. Kawasan yang masih mengalami banjir dan rob di tahun 2015 seluas 1.994,4 hektar di tahun 2015 atau 5,34% dari luas wilayah Kota Semarang, diharapkan dapat berkurang menjadi 3,40% atau seluas 1.279,85 hektar di tahun 2021 melalui integrasi program-program penyelesaian banjir dan rob yang berasal dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kota Semarang. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks pembangunan manusia yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan upaya membangun kualitas hidup manusia. Nilai IPM Kota Semarang di tahun 2021 diharapkan akan berada pada posisi 83,23. Indeks V-6

261 Pembangunan Gender (IPG) adalah indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang sama seperti IPM, hanya saja data yang ada dipilah antara laki-laki dan perempuan. IPG digunakan untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan. Nilai IPG Kota Semarang di 2021 ditargetkan akan dapat mencapai nilai 97,56. Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun non-makanan. Model tersebut membandingkan tingkat konsumsi penduduk dengan Garis Kemiskinan. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin. Nilai Garis Kemiskinan ini akan selalu dinamis mengikuti perkembangan inflasi dan harga pemenuhan kebutuhan makanan dan non makanan. Pada tahun 2015, jumlah penduduk kemiskinan Kota Semarang berdasarkan kriteria BPS adalah sebesar jiwa atau sebesar 4,97%. Meskipun angka kemiskinan di Kota Semarang adalah yang terendah dibandingkan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, dalam lima tahun ke depan angka kemiskinan (berdasarkan kriteria BPS) akan dapat menurun menjadi 4,53% di tahun 2021 dari kondisi awal di tahun 2015 sebesar 4,97%. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Pada tahun 2015 terdapat orang yang tidak bekerja dari orang angkatan kerja atau sebesar 5,77%. Melalui peningkatan kesempatan kerja serta peningkatan kualitas tenaga kerja maka pada tahun 2021 angka TPT diharapkan turun menjadi sebesar 4,57% dari seluruh penduduk angkatan kerja yang ada. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah, Indeks Reformasi Birokrasi merupakan ukuran yang digunakan oleh Kementerian PAN dan RB untuk mengevaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi dengan menggunakan dua komponen, yaitu komponen pengungkit (dengan bobot 60%) dan komponen hasil (dengan bobot 40%). Komponen pengungkit terdiri dari delapan sub komponen yaitu Manajemen Perubahan, Penataan Peraturan Perundangundangan, Penataan dan Penguatan Organisasi, Penataan Tatalaksana, Penataan Sistem Manajemen SDM, Penguatan Akuntabilitas, Penguatan Pengawasan, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Sedangkan V-7

262 komponen hasil terdiri dari tiga sub komponen yaitu Kapasitas Akuntabilitas Kinerja Organisasi, Pemerintahan yang Bersih dan Bebas KKN, dan Kualitas pelayanan Publik. Di tahun 2015, nilai Indeks Reformasi Birokrasi Pemerintah Kota Semarang adalah sebesar 56,10 dengan predikat CC. Melalui intervensi program-program yang menyasar ke delapan komponen pengungkit dan tiga komponen hasil selama lima tahun ke depan, maka diharapkan nilai Indeks Reformasi Birokrasi akan dapat meningkat menjadi 72 dengan predikat B. Kesepuluh indikator Semarang Hebat tersebut selanjutnya akan dijabarkan pencapaiannya melalui misi, tujuan dan sasaran. Indikatorindikator tersebut merupakan indikator yang diharapkan akan dapat tercapai dalam lima tahun dan merupakan indikator yang menggambarkan pencapaian visi Kota Semarang. 5.2 MISI Untuk mewujudkan Visi SEMARANG KOTA PERDAGANGAN DAN JASA YANG HEBAT MENUJU MASYARAKAT SEMAKIN SEJAHTERA dirumuskan 4 (empat) misi pembangunan daerah sebagai berikut: Mewujudkan kehidupan masyarakat yang berbudaya dan berkualitas. Mewujudkan kota metropolitan yang dinamis dan berwawasan lingkungan Mewujudkan Pemerintahan yang semakin handal untuk meningkatkan pelayanan publik. Memperkuat ekonomi kerakyatan berbasis keunggulan lokal dan membangun iklim usaha yang kondusif. Gambar 5.2 Misi Walikota dan Wakil Walikota Semarang V-8

263 Misi 1. Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas Pembangunan diprioritaskan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang memiliki tingkat pendidikan dan derajat kesehatan yang tinggi serta menjunjung tinggi budaya asli Kota Semarang. Misi 2. Mewujudkan Pemerintahan yang Semakin Handal untuk Meningkatkan Pelayanan Publik Penyelenggaraan pemerintahan diprioritaskan pada pelaksanaan otonomi daerah secara nyata, efektif, efisien dan akuntabel dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) sehingga mampu memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat yang disertai dengan penegakan supremasi hukum dan hak asasi manusia. Misi 3. Mewujudkan Kota Metropolitan yang Dinamis dan Berwawasan Lingkungan Pembangunan diprioritaskan pada optimalisasi pemanfaatan tata ruang dan peningkatan pembangunan infrastruktur wilayah yang terencana, selaras, serasi, seimbang dan berkeadilan dengan tetap memperhatikan konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Misi 4. Memperkuat Ekonomi Kerakyatan Berbasis Keunggulan Lokal dan Membangun Iklim Usaha yang Kondusif Pembangunan diprioritaskan pada peningkatan kemampuan perekonomian daerah dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif yang berbasis pada potensi ekonomi lokal, berorientasi pada ekonomi kerakyatan dan sektor ekonomi basis yang mempunyai daya saing baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional serta meningkatkan investasi pada sektor industri besar untuk menyerap tenaga kerja (Penanaman Modal Asing) yang didukung oleh keberadaan kawasan berikat, kawasan industri dan pergudangan serta dibangunnya sentra-sentra industri kecil dan rumah tangga. V-9

264 5.3 TUJUAN DAN SASARAN Untuk mencapai keempat misi pembangunan Kota Semarang dalam jangka menengah, maka dirumuskan tujuan dan sasaran pada masingmasing misi tersebut. Tujuan dan sasaran merupakan penjabaran operasional untuk mewujudkan pencapaian visi dan misi. Perumusan tujuan adalah tahap perumusan strategis yang menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan jangka menengah daerah yang selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan arsitektur kinerja pembangunan daerah secara keseluruhan. Perumusan tujuan merupakan salah satu tahap perencanaan kebijakan (policy planning) yang memiliki titik kritis (critical point) dalam penyusunan RPJMD. Bilamana visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota tidak dijabarkan secara teknokratis dan partisipatif ke dalam tujuan, maka program Walikota dan Wakil Walikota terpilih akan mengalami kesulitan dalam operasionalisasinya ke dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan. Tujuan merupakan dampak (impact) keberhasilan pembangunan daerah yang diperoleh dari pencapaian berbagai program prioritas terkait.selaras dengan penggunaan paradigma penganggaran berbasis kinerja maka perencanaan pembangunan daerah pun menggunakan prinsip yang sama. Pengembangan rencana pembangunan daerah lebih ditekankan pada target kinerja, baik pada dampak, hasil, maupun keluaran dari suatu kegiatan, program, dan sasaran. Perumusan tujuan dari visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota terpilih juga menjadi landasan perumusan visi, misi, tujuan dan sasaran Renstra Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun. Tujuan adalah pernyataan-pernyataan tentang halhal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi, melaksanakan misi dengan menjawab isu strategis daerah dan permasalahan pembangunan daerah. Rumusan tujuan merupakan dasar dalam menyusun pilihan-pilihan strategi pembangunan dan sarana untuk mengevaluasi pilihan tersebut. Tujuan dari RPJMD Tahun adalah sebagai berikut 1. Meningkatnya Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas Dan Berbudaya Meningkatnya sumber daya manusia yang berkualitas dan berbudaya merupakan tujuan dari misi pertama, yaitu Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas. Hal yang ingin dicapai dari kehidupan bermasyarakat dan berbudaya di Semarang adalah V-10

265 kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan aksesbilitas pendidikan dan derajat kesehatan serta masyarakat yang menjunjung kearifan budaya lokal di Kota Semarang. Diharapkan kualitas SDM kota Semarang yang berkualitas menjadi asset bagi kemajuan kota Semarang. 2. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Meningkatnya kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari misi pertama, yaitu Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas. Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang dapat tercapai dengan meningkatnya partisipasi angkatan kerja serta menurunnya tingkat pengangguran sehingga diharapkan akan dapat menurunkan angka kemiskinan dan meningkatkan perlindungan sosial masyarakat. 3. Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Dan Melayani Terwujudnya tata kelola pemerintah yang baik dan melayani merupakan tujuan dari misi kedua, yaitu Mewujudkan pemerintahan yang semakin handal untuk meningkatkan pelayanan publik. Pemerintahan yang handal harus didukung oleh tata kelola pemerintah yang baik. Penyelenggaraan Tata kelola pemerintahan harus sejalan dengan prinsip pelayanan publik yang baik, prinsip demokrasi, pengalokasian anggaran secara tepat, pencegahan korupsi dan menjalankan disiplin anggaran serta memfasilitasi sektor swasta dan masyarakat melalui kebijakan publiknya. 4. Terwujudnya Kondusivitas Wilayah Terwujudnya kondusivitas wilayah merupakan tujuan dari misi kedua, yaitu Mewujudkan pemerintahan yang semakin handal untuk meningkatkan pelayanan publik. Salah satu bentuk dari pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan memberikan rasa aman kepada masyarakatnya. Kota yang aman dengan kondusivitas wilayah yang baik ditandai dengan penurunan gangguan keamanan dan ketertiban. 5. Terwujudnya Pembangunan Kota yang Tangguh, Produktif dan berkelanjutan Terwujudnya pembangunan kota yang tangguh, produktif dan berkelanjutan merupakan salah satu tujuan dari misi ketiga yaitu Mewujudkan Kota Metropolitan Yang Dinamis Dan Berwawasan Lingkungan. Pembangunan perlu memerhatikan tata ruang yang V-11

266 disusun dalam rencana tata ruang agar dapat berdayaguna. Pembangunan kota pada dasarnya merupakan bentuk intervensi yang dilakukan agar terwujud alokasi ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan keseimbangan antar wilayah sekaligus tangguh terhadap potensi bencana yang ada. Perwujudan rencana tata ruang Kota Semarang yang nyaman dan berkelanjutan diharapkan dapat tercapai agar kota Semarang yang dinamis. Peningkatan kinerja pelayanan infrastruktur kota akan juga ikut mendorong Produktivitas kota 6. Meningkatnya Produktivitas Ekonomi Lokal Pengembangan ekonomi yang tangguh dan berkelanjutan merupakan konsep dasar yang akan menunjang pembangunan Kota Semarang. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan Produktivitas ekonomi lokal. Pengembangan dan pembangunan kawasan jasa dan perdagangan lokal menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup serta memperkecil ketimpangan kesejahteraan antar wilayah di Kota Semarang. Perumusan tujuan dan keterkaitannya dengan misi RPJMD Tahun disajikan pada tabel 5.2: Tabel 5.2 Tujuan Pembangunan Kota Semarang Tahun Misi Tagline Tujuan Indikator Tujuan Misi 1: Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas Misi 2: Mewujudkan Pemerintahan yang Semakin Handal untuk Meningkatkan Pelayanan Publik Misi 3: Mewujudkan Kota Metropolitan yang Dinamis dan Berwawasan Lingkungan SEMARANG SEHAT DAN CERDAS SEMARANG MELAYANI SEMARANG TANGGUH Meningkatnya Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berbudaya Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik dan melayani Terwujudnya kondusivitas wilayah Terwujudnya Pembangunan Kota yang Tangguh, Produktif, dan Berkelanjutan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tingkat Kearifan Budaya Lokal Tingkat Pengangguran Terbuka 4 Angka Kemiskinan Tingkat partisipasi masyarakat Indeks Reformasi Birokrasi Persentase Penurunan Gangguan Keamanan dan Ketertiban Persentase Wilayah Kota Yang Tangguh, Produktif, Dan Berkelanjutan V-12

267 Misi Tagline Tujuan Indikator Tujuan Misi 4: Memperkuat Ekonomi Kerakyatan Berbasis Keunggulan Lokal dan Membangun Iklim Usaha yang Kondusif SEMARANG BERDAYA SAING 6 Meningkatnya Produktivitas ekonomi lokal 9 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun kedepan. Hasil rumusan sasaran pembangunan Kota Semarang Tahun berdasarkan misi dan tujuan adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berbudaya Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang harus dapat diwujudkan adalah sebagai berikut: Meningkatnya aksesbilitas pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat Meningkatnya kearifan budaya lokal 2. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang harus dapat diwujudkan adalah sebagai berikut: Meningkatnya kualitas daya saing tenaga kerja Menurunnya angka kemiskinan Meningkatnya kapasitas pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan 3. Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Dan Melayani Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang harus dapat diwujudkan adalah sebagai berikut: Terwujudnya birokrasi yang bersih dan pelayanan publik yang baik 4. Terwujudnya Kondusivitas Wilayah Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang harus dapat diwujudkan adalah sebagai berikut: Meningkatnya kualitas ketentraman dan ketertiban masyarakat 5. Terwujudnya Pembangunan Kota yang Tangguh, Produktif, dan Berkelanjutan V-13

268 Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang harus dapat diwujudkan adalah sebagai berikut: Terwujudnya tata ruang yang berdaya guna Meningkatnya kinerja pelayanan infrastruktur kota Terwujudnya lingkungan hidup yang berkualitas Terwujudnya sarana dan prasarana dasar permukiman yang berkualitas Meningkatnya ketangguhan bencana 6. Meningkatnya Produktivitas Ekonomi Lokal Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang harus dapat diwujudkan adalah sebagai berikut: Meningkatnya nilai perdagangan dan jasa unggulan Meningkatnya produk unggulan daerah Berdasarkan uraian visi, misi, tujuan dan sasaran untuk mewujudkan Visi Kota Semarang yaitu Semarang Kota Perdagangan Dan Jasa Yang Hebat Menuju Masyarakat Semakin Sejahtera seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka perlu diuraikan elemen-elemen untuk mewujudkan Semarang Hebat yang menjadi fokus kerja Kota Semarang tahun 2016 s.d Kerangka logis pencapaian visi tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.3. Dari Gambar 5.3 terlihat bahwa terdapat dua pokok visi yang diuraikan dalam kata kunci KOTA PERDAGANGAN DAN JASA serta SEJAHTERA. Pokok visi Sejahtera diukur melalui indikator utama yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Pembangunan Gender (IPG), sedangkan pokok visi Kota Perdagangan dan Jasa diukur melalui indikator utama Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE). Ketiga indikator tersebut akan saling terkait. Peningkatan IPM dan IPG akan dipengaruhi oleh peningkatan nilai LPE. Dengan semakin tingginya nilai LPE maka diasumsikan kesejahteraan akan meningkat yang ditandai oleh peningkatan nilai IPM dan IPG. Sebaliknya, dengan adanya masyarakat yang sejahtera daan tercukupi kebutuhannya (yang ditunjukkan oleh nilai IPM dan IPG), maka diharapkan akan berpengaruh Produktivitas yang akan berkontribusi pada peningkatan LPE. Selanjutnya diantara ketiga indikator tersebut terdapat indikator utama Angka Kemiskinan yang ketercapaiannya saling terpengaruh dan V-14

269 mempengaruhi IPM, IPG dan LPE. Dengan semakin meningkatnya LPE maka diasumsikan akan dapat menurunkan angka kemiskinan. Sebaliknya, dengan adanya penurunan angka kemiskinan maka Produktivitas akan meningkat yang pada akhirnya akan berkontribusi pada peningkatan nilai LPE. Demikian juga dengan hubungan antara nilai IPM dan IPG dengan angka kemiskinan. Nilai IPM dan IPG yang meningkat akan berpengaruh ke penurunan angka kemiskinan, dan sebaliknya, penurunan angka kemiskinan akan dapat meningkatkan nilai IPM dan IPG. Indikator utama IPM, IPG, LPE dan Angka Kemiskinan merupakan indikator yang saling terkait yang pencapaiannya dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung dengan enam indikator Semarang Hebat lainnya. LPE didukung secara langsung oleh indikator Kontribusi Perdagangan Dan Jasa, Kontribusi Industri Pengolahan serta Nilai Investasi. LPE akan naik jika ketiga indikator tersebut dapat meningkat. Kontribusi Perdagangan Dan Jasa dan Kontribusi Industri Pengolahan sendiri didukung secara tidak langsung oleh adanya pemerintahan yang baik yang terindikasi melalui Indeks Reformasi Birokrasi. Di sisi lain, LPE juga ikut dibentuk oleh Nilai Investasi. Peningkatan Nilai Investasi sendiri ikut dipengaruhi oleh adanya kawasan yang tidak banjir dan rob serta adanya pemerintahan yang mendukung iklim investasi yang kondusif. Sedangkan indikator penurunan Angka Kemiskinan merupakan keniscayaan jika terdapat lapangan pekerjaan bagi warga miskin sehingga Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) akan dapat menurun. Selain indikator Semarang Hebat yang telah diuraikan sebelumnya, pencapaian visi dan misi didukung oleh tujuan dan sasaran. IPM dan IPG juga didukung oleh adanya kearifan budaya lokal untuk melestarikan nilai-nilai luhur yang ada di masyarakat, termasuk didalamnya adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Untuk mendukung penurunan tingkat pengangguran terbuka, maka perlu adanya peningkatan kompetensi tenaga kerja sehingga dapat terserap ke lapangan kerja yang selanjutnya akan meningkatkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK yang meningkat diharapkan akan berdampak pada penurunan tingkat pengangguran terbuka dan selanjutnya akan menurunkan angka kemiskinan. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa nilai investasi yang masuk ke Kota Semarang akan berpengaruh pada nilai LPE. Di sisi lain, V-15

270 peningkatan nilai investasi akan dipengaruhi oleh kondusivitas wilayah yang salah satunya dilihat melalui penurunan gangguan keamanan dan ketertiban. Semakin kondusif wilayah, maka akan meningkatkan daya tarik berinvestasi. Indikator tujuan lain yang mendukung Nilai Investasi (yang selanjutnya juga mendukung LPE) adalah untuk mewujudkan wilayah kota yang tangguh, produktif dan berkelanjutan. Kota yang tangguh berarti bahwa Kota Semarang dapat terus berfungsi saat menghadapi tantangan dan kemudian dapat kembali berkembang dengan baik. Kota yang produktif dan berkelanjutan berarti bahwa Kota Semarang akan dapat terus membangun dengan memberikan manfaat yang besar terhadap masyarakat dengan tetap berpedoman pada lingkup ekonomi, sosial dan lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan generasi dimasa yang akan datang. Penjabaran visi misi Walikota Semarang, tujuan dan sasaran seperti yang diuraikan di atas disusun juga dengan kaitan untuk mendukung pencapaian prioritas RPJMN tahun , dan RPJMD Provinsi Jawa Tengah tahun Keterkaitan dukungan tersebut dijelaskan melalui Gambar 5.4 dan Gambar 5.5 serta tabel 5.3. V-16

271 Gambar 5.3 Kerangka Logis Pencapaian Visi V-17

272 Visi RPJMN : Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, Dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong Visi RPJMD Kota Semarang : Semarang Kota Perdagangan dan Jasa yang Hebat Menuju Masyarakat Semakin Sejahtera Misi 1: Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan Misi 1: Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas Misi 2: Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum Misi 2: Mewujudkan Pemerintahan yang Semakin Handal untuk Meningkatkan Pelayanan Publik Misi 3: Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jatidiri sebagai negara maritim Misi 4: Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera Misi 3: Mewujudkan Kota Metropolitan yang Dinamis dan Berwawasan Lingkungan Misi 5: Mewujudkan bangsa yang berdaya saing Misi 6: Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional Misi 4: Memperkuat Ekonomi Kerakyatan Berbasis Keunggulan Lokal dan Membangun Iklim Usaha yang Kondusif Misi 7: Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan Gambar 5.4 Skema keterkaitan Visi Misi RPJMN Dengan Perubahan RPJMD Kota Semarang Tahun V-18

273 Tabel 5.3 Sinkronisasi Agenda Prioritas RPJMN (Nawacita) Dengan Perubahan RPJMD Kota Semarang Tahun Agenda Prioritas RPJMN Agenda 1: Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara Agenda 2: Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya Agenda 3: Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan Agenda 4: Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya Agenda 5: Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia Agenda 6: Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya Agenda 7: Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik Agenda 8: Melakukan revolusi karakter bangsa Agenda 9: Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia Penjabaran dalam Perubahan RPJMD Kota Semarang Tahun Diterjemahkan dalam sasaran daerah yang diturunkan dari: Misi 2, dengan fokus pada Meningkatnya kualitas ketentraman dan ketertiban masyarakat; Diterjemahkan dalam sasaran daerah yang diturunkan dari Misi 2, dengan fokus pada Terwujudnya birokrasi yang bersih dan melayani. Diterjemahkan dalam sasaran daerah yang diturunkan dari Misi 3 dengan fokus pada Terwujudnya tata ruang yang berdaya guna; dan Meningkatnya kinerja pelayanan infrastruktur kota; Diterjemahkan dalam sasaran daerah yang diturunkan dari Misi 2 dengan fokus pada Terwujudnya birokrasi yang bersih dan melayani. Diterjemahkan dalam sasaran daerah yang diturunkan dari: Misi 1, dengan fokus pada Meningkatnya aksesbilitas pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat; Menurunkannya Angka Kemiskinan; dan Meningkatnya perlindungan sosial masyarakat Misi 3, dengan fokus pada Terwujudnya lingkungan hidup yang berkualitas; dan Terwujudnya sarana dan prasarana dasar permukiman yang berkualitas; serta Meningkatnya ketangguhan bencana. Diterjemahkan dalam sasaran daerah yang diturunkan dari: Misi 1, dengan fokus pada Meningkatnya kualitas daya saing tenaga kerja Misi 4, dengan fokus pada Meningkatnya nilai perdagangan dan jasa unggulan; Diterjemahkan dalam sasaran daerah yang diturunkan dari Misi 4, dengan fokus pada Meningkatnya Produktivitas Ekonomi Lokal Diterjemahkan dalam sasaran daerah yang diturunkan dari Misi 1, dengan fokus pada Meningkatnya kearifan budaya lokal dan pada Meningkatnya kapasitas pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan Diterjemahkan dalam sasaran daerah yang diturunkan dari Misi 1. dengan fokus pada Meningkatnya kearifan budaya lokal V-19

274 Visi RPJMD Prov. Jateng : MENUJU JAWA TENGAH SEJAHTERA DAN BERDIKARI Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi Visi RPJMD Kota Semarang : Semarang Kota Perdagangan dan Jasa yang Hebat Menuju Masyarakat Semakin Sejahtera Misi 1: Membangun Jawa Tengah berbasis Trisakti Bung Karno, Berdaulat di Bidang Politik, Berdikari di Bidang Ekonomi, dan Berkepribadian di Bidang Kebudayaan Misi 1: Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas Misi 2: Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan, Menanggulangi Kemiskinan dan Pengangguran Misi 3: Mewujudkan Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah yang Bersih, Jujur dan Transparan, Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi Misi 4: Memperkuat Kelembagaan Sosial Masyarakat untuk Meningkatkan Persatuan dan Kesatuan Misi 2: Mewujudkan Pemerintahan yang Semakin Handal untuk Meningkatkan Pelayanan Publik Misi 3: Mewujudkan Kota Metropolitan yang Dinamis dan Berwawasan Lingkungan Misi 5: Memperkuat Partisipasi Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan dan Proses Pembangunan yang Menyangkut Hajat Hidup Orang Banyak Misi 6: Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik untuk Memenuhi Kebutuhan Dasar Masyarakat Misi 7: Meningkatkan Infrastruktur untuk Mempercepat Pembangunan Jawa Tengah yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan Misi 4: Memperkuat Ekonomi Kerakyatan Berbasis Keunggulan Lokal dan Membangun Iklim Usaha yang Kondusif Gambar 5.5 Skema keterkaitan RPJMD Provinsi Jateng dengan RPJMD Kota Semarang Tahun V-20

275 Tujuan Tabel 5.4 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran RPJMD Kota Semarang Tahun VISI : SEMARANG KOTA PERDAGANGAN DAN JASA YANG HEBAT MENUJU MASYARAKAT SEMAKIN SEJAHTERA Indikator Tujuan Sasaran Indikator Kinerja Satuan MISI 1: MEWUJUDKAN KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG BERBUDAYA DAN BERKUALITAS SEMARANG SEHAT DAN CERDAS 1 Meningkatnya Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berbudaya 2 Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Realisasi Target Kinerja Akhir Periode RPJMD Nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) poin 80,23 81,19 81,61 82,00 82,40 82,80 83,23 83,23 1 Meningkatnya aksesbilitas pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat Angka Harapan Lama Sekolah Rata-Rata Lama Sekolah Angka Harapan Hidup Tahun 14,33 14,70 14,77 14,85 14,92 15,00 15,07 15,07 Tahun 10,20 10,49 10,60 10,70 10,79 10,88 10,96 10,96 Tahun 77,20 77,21 77,22 77,23 77,23 77,25 77,26 77,26 Tingkat Kearifan Budaya Lokal Persen 17,92 20,35 25,56 39,45 49,70 59,90 69,22 69,22 2 Meningkatnya kearifan budaya lokal Persentase Tingkat kearifan budaya lokal Persen 17,92 20,35 25,56 39,45 49,70 59,90 69,22 69,22 Tingkat Pengangguran Terbuka Persen 5,77 5,48 5,37 5,17 4,97 4,77 4,57 4,57 3 Meningkatnya kualitas daya saing tenaga kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Persentase Tenaga Kerja yang bersertifikat kompetensi Persen 66,96 66,96 68,07 68,96 69,63 70,08 70,30 70,30 Persen V-21

276 Tujuan Indikator Tujuan Sasaran Indikator Kinerja Satuan Realisasi Target Kinerja Akhir Periode RPJMD Angka Kemiskinan Persen 4,97 4,85 4,82 4,76 4,67 4,60 4,53 4,53 4 Menurunnya angka kemiskinan Persentase Penduduk Miskin (menurut indikator Pemerintah Kota Semarang) Persentase Penanganan PMKS % 20,82 20,82 19,95 19,07 18,19 17,32 16,45 16,45 Persen Tingkat Partisipasi Masyarakat % 74 75,45 79,32 80,25 81,17 81,95 83,17 83,17 5 Meningkatnya kapasitas pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan Persentase Tingkat partisipasi masyarakat Indeks Pembangunan Gender (IPG) % 74 75,45 79,32 80,25 81,17 81,95 83,17 83,17 Poin 95,62 96,04 96,41 96,73 97,00 97,24 97,56 97,56 MISI 2: MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG SEMAKIN HANDAL UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN PUBLIK SEMARANG MELAYANI 3 Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Dan Melayani Indeks Reformasi Birokrasi Nilai 56,10 62,42 > 64 > 66 > 68 > 70 > 72 > 72 6 Terwujudnya birokrasi yang bersih dan melayani Indeks Kepuasan Masyarakat Opini BPK Angka Indeks Opini / Predikat 75, WDP WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP V-22

277 Tujuan 4 Terwujudnya kondusivitas wilayah Indikator Tujuan Sasaran Indikator Kinerja Hasil Evaluasi SAKIP/ Tingkat Akuntabilitas Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Nilai dan status kinerja Pemerintah Daerah ( Nilai EKPPD ) Persentase Penurunan Gangguan Keamanan dan Ketertiban 7 Meningkatnya kualitas ketentraman dan ketertiban masyarakat Angka Kriminalitas Satuan Nilai / Predikat Nilai Realisasi Target Kinerja Akhir Periode RPJMD 52,42 /CC 3,2343 /ST MISI 3: MEWUJUDKAN KOTA METROPOLITAN YANG DINAMIS DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN SEMARANG TANGGUH 5 Terwujudnya Pembangunan Kota yang Tangguh, Produktif, dan Berkelanjutan Persentase Wilayah Kota Yang Tangguh, Produktif, Dan Berkelanjutan 8 Terwujudnya tata ruang yang berdaya guna Persentase pelaksanaan program pengembangan kawasan Persentase kesesuaian tata ruang 55,94/ CC >3 / ST 57/ CC 60 / B > 60 /B >3 / ST >3 / ST >3 / ST > 70 / BB >3 / ST > 80 / A >3 / ST > 80 / A >3 / ST Persen 20,3 40,5 41,4 43,0 44,8 46,8 48,8 48,8 kejadian Persen 63,69 68,63 75,61 82,17 86,36 91,77 91,77 Persen Persen V-23

278 Tujuan Indikator Tujuan Sasaran Meningkatnya kinerja pelayanan infrastruktur kota Terwujudnya lingkungan hidup yang berkualitas Terwujudnya sarana dan prasarana dasar permukiman yang berkualitas Meningkatnya ketangguhan bencana Indikator Kinerja Persentase kawasan banjir dan rob Jumlah titik/ruas rawan macet Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Persentase lingkungan permukiman sehat Indeks Resiko Bencana Satuan Realisasi Target Kinerja Akhir Periode RPJMD Persen 5,34 5,02 4,69 4,37 4,05 3,73 3,40 3,40 titik/ruas rawan macet Nilai indeks ,38 44, Persen 91,17 92,43 95,17 97, Nilai indeks ,96 161,92 150,88 139,84 128,80 128,80 MISI 4: MEMPERKUAT EKONOMI KERAKYATAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL DAN MEMBANGUN IKLIM USAHA YANG KONDUSIF SEMARANG BERDAYA SAING 6 Meningkatnya Produktivitas ekonomi lokal Laju Pertumbuhan Ekonomi Persen 5,80 5,69 5,81 5,98 6,16 6,33 6,50 6,50 Juta Nilai investasi Rupiah Meningkatnya nilai perdagangan dan jasa unggulan Kontribusi kategorikategori yang terkait dengan perdagangan dan jasa terhadap PDRB Nilai Ekspor % 30,63 30,87 31,13 31,2 31,27 31,34 31,41 31,41 US$ V-24

279 Tujuan Indikator Tujuan 14 Sasaran Meningkatnya Produk Unggulan Daerah Indikator Kinerja Persentase peningkatan kunjungan wisata Kontribusi kategori Industri Pengolahan terhadap PDRB Jumlah wilayah produk unggulan daerah (Sentra/Kecam atan ) Satuan Realisasi Target Kinerja Akhir Periode RPJMD % 6,5 6,5 7 7,5 8 8,5 9 9 % 26,31 25,82 27,38 27,42 27,46 27,50 27,54 27,54 Jumlah V-25

280 BAB VI STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana pemerintah daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Dengan pendekatan yang komprehensif, strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan transformasi, reformasi, dan perbaikan kinerja birokrasi. Perencanaan strategis tidak saja mengagendakan aktivitas pembangunan, tetapi juga segala program yang mendukung dan menciptakan layanan masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan baik, termasuk di dalamnya upaya memperbaiki kinerja dan kapasitas birokrasi, sistem manajemen, dan pemanfaatan teknologi informasi. Dalam merumuskan strategi dan arah kebijakan RPJMD Kota Semarang , juga mempertimbangkan kebijakan dalam penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa), yaitu: membangun basis data, menyusun regulasi, mengembangkan mekanisme insentif dan disinsentif, menguatkan jejaring antar pemangku kepentingan, membangun sistem difusi inovasi berbasis teknologi informasi dan forum komunikasi antar pemangku kepentingan, menumbuhkan prakarsa kreativitas penemuan baru melalui pendidikan formal dan informal, membangun sistem apresiasi kreativitas yang inovatif, membangun penguatan kelembagaan vertikal dan horizontal melalui komunikasi dan koordinasi antar lembaga, meningkatkan kualitas layanan infrastruktur fisik yang berstandar internasional, meningkatkan pemahamanan dan kepedulian masyarakat terhadap keterbukaan informasi dan pengetahuan yang mendukung perdagangan dan jasa Strategi Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana Pemerintah Kota Semarang melakukan upaya untuk mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran serta target kinerja RPJMD dengan efektif dan efisien selama 5 (lima) tahun ke depan. Arsitektur perencanaan pembangunan daerah dipisahkan menjadi dua yakni Perencanaan Strategis yaitu perencanaan pembangunan daerah yang menekankan pada pencapaian visi dan misi pembangunan daerah, VI-1

281 dan Perencanaan Operasional yaitu perencanaan yang menekankan pada pencapaian kinerja layanan pada tiap urusan. Perencanaan Strategis dimaksudkan untuk menerjemahkan visi dan misi kepala daerah ke dalam rencana kerja. Segala sesuatu yang secara langsung dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran RPJMD maka dianggap strategis. Sedangkan perencanaan operasional dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan RPJMD yang dituangkan secara lebih rinci kedalam masing-masing misi berdasarkan pendekatan urusan baik urusan wajib maupun urusan pilihan. Dengan berdasarkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan pada pembahasan bab sebelumnya, dalam rangka mencapai sasaran-sasaran pembangunan maka dirumuskan strategi pada tiap sasaran RPJMD yang terinci pada tabel 6.1. Tabel 6.1. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi Kota Semarang Tahun VISI : Semarang Kota Perdagangan dan Jasa yang Hebat menuju Masyarakat Semakin Sejahtera Misi/ Tujuan Sasaran RPJMD Strategi Misi 1: Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas T1: Meningkatnya Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas Dan Berbudaya T2: Meningkatnya kesejahteraan masyarakat Meningkatnya aksesbilitas pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat Meningkatnya kearifan budaya lokal. Meningkatnya kualitas daya saing tenaga kerja Menurunnya Angka Kemiskinan Meningkatnya kapasitas pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan Peningkatan mutu dan kualitas pendidikan Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan Pengembangan budaya lokal Perluasan kesempatan kerja Pemenuhan kebutuhan dasar bagi warga miskin Peningkatan Perlindungan Sosial Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan Misi 2: Mewujudkan Pemerintahan yang Semakin Handal untuk Meningkatkan Pelayanan Publik T3: Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Dan Melayani 6. Terwujudnya birokrasi yang bersih dan melayani 8. Reformasi birokrasi 9. Peningkatan kualitas dan manajemen pelayanan publik VI-2

282 Misi/ Tujuan Sasaran RPJMD Strategi T4: Terwujudnya kondusivitas wilayah 7. Meningkatnya kualitas ketentraman dan ketertiban masyarakat 10. Peningkatan peran serta masyarakat dalam menjaga ketenteraman dan ketertiban Misi 3: Mewujudkan Kota Metropolitan yang Dinamis dan Berwawasan Lingkungan T5: Terwujudnya Pembangunan Kota yang Tangguh, Produktif, dan Berkelanjutan Terwujudnya Tata Ruang 8. yang berdaya guna Meningkatnya kinerja 9. pelayanan infrastruktur kota Tewujudnya lingkungan 10. hidup yang berkualitas Terwujudnya sarana dan prasarana dasar 11. permukiman yang berkualitas 12. Meningkatnya ketangguhan bencana Peningkatan pengelolaan tata ruang Peningkatan kualitas infrastruktur kota Peningkatan kualitas lingkungan hidup Peningkatan kualitas sarana prasarana permukiman Peningkatan ketangguhan bencana Misi 4: Memperkuat Ekonomi Kerakyatan Berbasis Keunggulan Lokal dan Membangun Iklim Usaha yang Kondusif T6: Meningkatnya produktivitas ekonomi lokal Meningkatnya nilai perdagangan dan jasa unggulan Meningkatnya produk unggulan daerah Peningkatan kemudahan berinvestasi Peningkatan jaringan distribusi produk Peningkatan pengelolaan daya saing pariwisata Peningkatan ketahanan pangan Pengembangan ekonomi lokal Penguatan dan Pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM) dan Usaha Mikro Berdasarkan tabel 6.1 diatas, rumusan strategi/prioritas pembangunan pada tahun dijabarkan sebagai berikut: I. STRATEGI 1: Peningkatan Mutu dan Kualitas Pendidikan Pendidikan merupakan faktor yang penting sebagai dasar pembentukan kepribadian manusia. Sistem pendidikan yang baik diharapkan VI-3

283 dapat mencetak generasi penerus yang berkualitas dan mampu bersaing dengan SDM di dalam wilayah maupun di luar wilayah daerahnya. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan, mengingat peran pentingnya pendidikan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi yang berkualitas, yaitu melalui kebijakan yang mengarah pada pengembangan layanan pendidikan anak usia dini, optimalisasi pelaksanaan wajib belajar 9 tahun serta pengembangan muatan lokal pendidikan karakter. II. STRATEGI 2: Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan Kesehatan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas dapat mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakatnya. Upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui kebijakan yang mengarah pada peningkatan promosi, kesehatan masyarakat, dan lingkungan; peningkatan pelayanan kesehatan primer dan rujukan; peningkatan kesehatan ibu dan bayi, reproduksi remaja, dan keluarga; pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan tidak menular. III. STRATEGI 3: Pengembangan Budaya Lokal Potensi budaya lokal yang ada di wilayah Kota Semarang perlu dilestarikan agar tidak punah. Budaya lokal yang menjadi icon daerah menjadi warisan dari leluhur yang perlu dikembangkan VI-4

284 dengan optimal. Pengembangan budaya lokal dilaksanakan melalui pelestarian seni dan budaya yang berbasis kearifan lokal. Pelestarian seni dan budaya yang berbasis kearifan lokal, diarahkan pada pengembangan nilai-nilai budaya lokal melalui pelestarian kawasan, dan bangunan cagar budaya serta situs budaya; Peningkatan peran serta lembaga seni budaya dan masyarakat dalam pengembangan budaya seni tradisional; pengembangan produk-produk berbasis kearifan lokal; Memperkuat kelembagaan masyarakat seni budaya tradisional; Meningkatkan peran lembaga dan masyarakat dalam melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat. IV. STRATEGI 4: Perluasan Kesempatan Kerja Kesempatan kerja yang luas dapat memberikan dampak langsung terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat Kota Semarang. Adanya kesempatan kerja yang luas dengan terciptanya lapangan usaha, memberikan dampak yang baik bagi terserapnya tenaga kerja secara merata dari berbagai kalangan. Upaya perluasan kesempatan kerja dilaksanakan melalui peningkatan jaringan tenaga kerja, serta peningkatan keterampilan masyarakat agar siap kerja. Peningkatan jaringan tenaga kerja, diarahkan pada peningkatan kesempatan kerja serta peningkatan pencari kerja yang ditempatkan. Sedangkan peningkatan ketrampilan masyarakat, diarahkan pada optimalisasi jejaring pelatihan tenaga kerja berbasis kompetensi serta pelatihan berbasis kewirausahaan. V. STRATEGI 5: Pemenuhan Kebutuhan Dasar bagi Warga Miskin Kemiskinan menjadi fenomena yang perlu diatasi segera agar kesejahteraan masyarakat terwujud. Upaya untuk memberdayakan masyarakat miskin perlu dilakukan agar masyarakat miskin memiliki kesempatan untuk keluar dari garis kemiskinan, sejahtera, dan bisa terus menjaga perekonomiannya menjadi stabil agar tidak kembali dalam lingkaran kemiskinan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh beban ekonomi keluarga, keterbatasan akses permodalan, tingkat pendidikan yang rendah, serta kurangnya kesempatan kerja yang ada. Selain itu, salah satu hal yang memperparah keadaan adalah masih tingginya pengeluaran warga miskin, khususnya untuk biaya kesehatan. Upaya yang dilakukan untuk VI-5

285 mengatasi hal tersebut yaitu melalui pemenuhan kebutuhan dasar bagi warga miskin, dengan kebijakan yang mengarah pada peningkatan cakupan jaminan kesehatan. VI. STRATEGI 6: Peningkatan Perlindungan Sosial Perlindungan dan kesejahteraan sosial merupakan hal-hal yang berkaitan dengan keterlantaran Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Penanganan PMKS apabila tidak dilakukan secara tepat akan berakibat pada kesenjangan sosial yang semakin meluas, dan berdampak pada melemahnya ketahanan sosial masyarakat serta meningkatnya kemiskinan. Perlindungan sosial diarahkan pada Peningkatan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi PMKS, termasuk bagi lanjut usia terlantar, penyandang cacat, dan anak terlantar. VII. STRATEGI 7: Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pembangunan Peran serta masyarakat merupakan hal yang penting dan tidak bisa diabaikan dalam pembangunan daerah. Peran serta masyarakat yang tinggi dapat mewujudkan tujuan dari pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna. Keberhasilan pembangunan di berbagai sektor yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang tidak lepas dari peran serta masyarakat. Pemberdayagunaan peran serta masyarakat dalam pembangunan dilakukan dengan kebijakan yang mengarah pada peningkatan pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas dan gender, peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan serta peningkatan partisipasi aktif pemuda. VIII. STRATEGI 8: Reformasi Birokrasi Reformasi birokrasi merupakan salah satu dasar untuk mewujudkan good governance. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang dalam mewujudkan reformasi birokrasi yaitu melalui peningkatan peran dan kinerja lembaga pengelolaan keuangan daerah. Kinerja lembaga yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perwujudan reformasi birokrasi tersebut. Selain itu, Pemerintah Kota Semarang juga melakukan upaya yang mengarah pada peningkatan pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan pemerintahan daerah; peningkatan kualitas perencanaan pembangunan daerah, dan peningkatan akuntabilitas kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah. VI-6

286 IX. STRATEGI 9: Peningkatan Kualitas dan Manajemen Pelayanan Publik Pelayanan publik yang berkualitas tidak terlepas dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai pelaku pelayanan. SDM yang rendah dapat berdampak buruk secara langsung terhadap kualitas pelayanan publik. Hal yang menjadi fokus lain yang mempengaruhi kualitas pelayanan publik yaitu dengan melakukan pembenahan manajemen pelayanan publik. Upaya peningkatan kualitas dan manajemen pelayanan publik dilakukan melalui peningkatan penyelenggaraan pelayanan publik yang lebih baik dan pengembangan pemanfaatan teknologi informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan. X. STRATEGI 10: Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Menjaga Ketenteraman dan Ketertiban Ketenteraman dan ketertiban merupakan tanggung jawab bersama warga dan Pemerintah Kota Semarang, di mana warga ikut serta mendukung kebijakan pemerintah untuk menjaga ketenteraman dan ketertiban. Peran serta masyarakat sangat berarti dalam mewujudkan kondisi wilayah yang tenteram, tertib dan nyaman dalam masyarakat. Upaya yang dilakukan dalam peningkatan peran serta masyarakat untuk menjaga ketenteraman dan ketertiban yaitu melalui peningkatan ketentraman dan kenyamanan melalui pemberdayaan masyarakat serta peningkatan masyarakat yang tertib dan patuh terhadap peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan tersebut diarahkan pada penegakan VI-7

287 peraturan perundang-undangan daerah, peningkatan cakupan penanganan gangguan ketentraman, ketertiban dan kenyamanan umum, serta peningkatan fasilitasi pembinaan politik dan wawasan kebangsaan. Selain itu, peningkatan ketentraman dan ketertiban diarahkan pada peningkatan cakupan rasio petugas perlindungan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat untuk menjaga kenyamanan lingkungan. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Menjaga Ketertiban Dan Kenyamanan Peningkatan masyarakat yang tertib dan patuh terhadap peraturan perundang-undangan Peningkatan ketentraman dan ketertiban XI. STRATEGI 11: Peningkatan Pengelolaan Tata Ruang Perkembangan kota yang sangat pesat membawa konsekuensi pada pemanfaatan lahan kota untuk berbagai kegiatan usaha maupun permukiman. Peningkatan pengelolaan ruang kota merupakan upaya mengendalian ruang kota agar pemanfaatannya sesuai dengan rencana tata ruang. Peningkatan pengelolaan ruang kota diarahkan pada peningkatan upaya pemanfaatan dan pengendalian tata ruang. XII. STRATEGI 12: Peningkatan Kualitas Infrastruktur Kota Upaya meningkatkan kualitas infrastruktur kota yang berkualitas dilakukan melalui kebijakan antara lain pembenahan sistem jaringan drainase perkotaan; pengembangan sistem jaringan jalan yang terpadu; dan peningkatan kualitas layanan transportasi umum; VI-8

288 XIII. STRATEGI 13: Peningkatan kualitas lingkungan hidup Strategi ini dilakukan dalam kerangka melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharan, pengawasan dan penegakkan hukum. Upaya peningkatan kualitas lingkungan hidup dilakukan melalui kebijakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan. XIV. STRATEGI 14: Peningkatan kualitas sarana prasarana permukiman. Pembangunan sarana dan prasarana permukiman dilakukan dalam rangka penyediaan kebutuhan masyarakat untuk dapat tinggal di lingkungan nyaman, aman, dan sehat. Upaya peningkatan kualitas sarana prasarana permukiman dilakukan melalui peningkatan kualitas lingkungan permukiman. XV. STRATEGI 15: Peningkatan ketangguhan bencana. Kejadian bencana pada dasarnya tidak dapat diperkirakan, namun upaya kesiapsiagaan masyarakat baik fisik mapun non fisik dalam mengahadapi bencana harus tetap dilakukan untuk dapat menimimalisasi dampak/resiko yang ditimbulkan. Upaya peningkatan ketangguhan bencana dilakukan melalui kebijakan peningkatan ketangguhan pemerintah dan masyarakat terhadap bencana. XVI. STRATEGI 16: Peningkatan kemudahan berinvestasi. Kemudahan berinvestasi adalah upaya yang yang digenjot terutama terkait perbaikan pelayanan investasi kepada investor dalam kerangka mempermudah peluarg investasi di berbagai sektor. Cakupan VI-9

289 peningkatan kemudahan berinvestasi dilakukan melalui upaya-upaya penyederhanaan prosedur berinvestasi, promosi investasi, dan penataan jaringan usaha investasi. Peningkatan kemudahan berinvestasi diarahkan pada penyediaan regulasi dan kebijakan yang pro investasi. XVII. STRATEGI 17: Peningkatan jaringan distribusi produk. Peningkatan jaringan distribusi produk merupakan upaya menjamin aksesbilitas masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan barang/produk terutama kebutuhan pokok. Upaya yang dilakukan dalam peningkatan jaringan distribusi produk melalui kebijakan peningkatan sarana dan prasarana perdagangan yang representatif. XVIII. STRATEGI 18: Peningkatan pengelolaan daya saing pariwisata. Keragaman produk dan potensi pariwisata yang ada ditambah dengan fasilitas penunjang pariwisata yang memadai, merupakan modal pariwisata yang besar. Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah menjadikan salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang memiliki daya tarik cukup besar baik yang bersifat budaya, alam, maupun MICE. Upaya yang dilakukan dalam peningkatan pengelolaan daya saing pariwisata dilakukan melalui pengembangan pengelolaan pariwisata. XIX. STRATEGI 19: Peningkatan ketahanan pangan. Ketersediaan pangan merupakan aspek penting dalam mewujudkan ketahanan pangan. Penyediaan pangan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat, rumah tangga dan perseorangan secara berkelanjutan. Upaya yang dilakukan dalam peningkatan ketersediaan pangan dilakukan melalui Peningkatan ketersediaan pangan, peningkatan akses pangan dan perilaku pangan masyarakat yang beragam, bergizi seimbang dan aman. XX. STRATEGI 20: Pengembangan ekonomi lokal Pengembangan ekonomi lokal merupakan strategi yang bertujuan untuk mendorong, merangsang, memelihara aktivitas usaha untuk dapat berkembang menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Pengembangan produk ekonomi unggulan lokal diarahkan pada pengembangan sentra-sentra usaha/produk ekonomi lokal. VI-10

290 XXI. STRATEGI 21: Penguatan dan Pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM) dan Usaha Mikro Industri kecil menengah dan Usaha Mikro merupakan salah satu penyangga ketahanan perekonomian masyarakat karena sebagai sumber pendapatan. Kebijakan penguatan dan pengembangan IKM dan Usaha Mikro diarahkan pada peningkatan produktivitas Industri Kecil Menengah (IKM) dan Usaha Mikro. Secara lengkap, keterkaitan tujuan, sasaran dan strategi dapat dilihat pada Gambar 6.1. VI-11

291 Gambar 6.1. Keterkaitan Tujuan, Sasaran dan Strategi Untuk menyelaraskan kebijakan pembangunan daerah dan nasional sebagaimana tertuang dalam RPJMN Tahun maka strategi atau prioritas pembangunan Kota Semarang telah diintegrasikan dengan agenda pembangunan nasional di bawah kepemimpinan Presiden Ir. Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Berbagai kebijakan yang telah dirumuskan pada masa pemerintahan Presiden Ir. Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla ini akan menjadi motor penggerak pelaksanaan pembangunan nasional secara umum dan pembangunan daerah pada khususnya. Setiap arahan dari kebijakan pembangunan nasional (Nawacita) harus diperhatikan dan dikaji untuk diimplementasikan pada perumusan perencanaan pembangunan Kota Semarang. Berkenaan dengan hal tersebut, perlu adanya penyandingan antara prioritas pembangunan nasional dengan prioritas pembangunan VI-12

292 daerah agar dapat terlihat kesinambungan dan kesinergisan antara prioritas pembangunan pusat dan daerah seperti yang tersaji pada tabel 6.2. Tabel 6.2. Keterkaitan Prioritas Pembangunan Nasional dengan Prioritas Pembangunan Kota Semarang Nawacita (Prioritas Pembangunan Nasional) Prioritas Pembangunan Kota Semarang Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia 1 2 Peningkatan kualitas dan manajemen pelayanan publik Peningkatan peran serta masyarakat dalam menjaga ketenteraman dan ketertiban 3 Reformasi birokrasi 4 Peningkatan mutu dan kualitas pendidikan 5 Melakukan revolusi karakter bangsa 5 Pengembangan budaya lokal Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan 6 Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan 7 Peningkatan Perlindungan Sosial 10 8 Pemberdayagunaan peran serta masyarakat dalam pembangunan Pemenuhan kebutuhan dasar bagi warga miskin 9 Perluasan kesempatan kerja 11 Peningkatan kemudahan berinvestasi 12 Peningkatan jaringan distribusi produk 13 Peningkatan Pengelolaan daya saing pariwisata 14 Peningkatan ketahanan pangan 15 Pengembangan ekonomi lokal Penguatan dan Pengembangan 16 Industri Kecil Menengah (IKM) dan Usaha Mikro Peningkatan pengelolaan tata 17 ruang Peningkatan kualitas infrastruktur kota Peningkatan kualitas lingkungan hidup Peningkatan kualitas sarana prasarana permukiman Peningkatan ketangguhan bencana VI-13

293 6.2. Arah Kebijakan Tahunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Arah kebijakan merupakan keputusan dari stakeholder sebagai pedoman untuk mengarahkan perumusan strategi yang dipilih agar selaras dalam mencapai tujuan dan sasaran pada setiap tahapan selama kurun waktu lima tahun. Rumusan arah kebijakan merasionalkan pilihan strategi sehingga memiliki fokus serta sesuai dengan pengaturan pelaksanaannya. Untuk memudahkan pemahaman terhadap kesinambungan pembangunan setiap tahun dalam jangka 5 (lima) tahun, terlebih dahulu disederhanakan dalam agenda atau tema pembangunan setiap tahun di masing-masing tahap. Atas dasar tema pembangunan inilah disusun arah kebijakan lebih jelas agar RPJMD mudah dituangkan dalam RKPD. Selanjutnya, tahapantahapan dimaksud dijadikan sebagai dasar dan disesuaikan dengan pentahapan RKPD. Penekanan fokus atau tema setiap tahun selama periode RPJMD memiliki kesinambungan dalam rangka mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan. Fokus atau tema pembangunan Kota Semarang dapat dilihat pada Gambar 6.2. Gambar 6.2. Agenda/Tema RPJMD Kota Semarang Dengan mendasarkan strategi dan tema pembangunan yang telah dirumuskan pada pembahasan sebelumnya maka rumusan arah kebijakan pada tiap strategi dalam rangka mencapai sasaran pembangunan adalah sebagai berikut: VI-14

294 Tabel 6.3. Strategi dan Arah Kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Semarang Tahun Strategi Arah Kebijakan Peningkatan mutu dan kualitas pendidikan Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan Pengembangan budaya lokal Perluasan kesempatan kerja Pemenuhan kebutuhan dasar bagi warga miskin Peningkatan Perlindungan Sosial Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan 8 Reformasi birokrasi 9 Peningkatan kualitas dan manajemen pelayanan publik Pengembangan layanan pendidikan anak usia dini Optimalisasi kualitas pelaksanaan wajib belajar 9 tahun Pengembangan muatan lokal pendidikan karakter Peningkatan Promosi, Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Peningkatan pelayanan kesehatan primer dan rujukan Peningkatan sumberdaya dan informasi kesehatan Pencegahan dan Penanggulangan penyakit menular dan tidak menular Pelestarian Seni dan Budaya yang berbasis kearifan lokal Peningkatan jaringan tenaga kerja Peningkatan ketrampilan masyarakat Peningkatan cakupan jaminan kesehatan Peningkatan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi PMKS Peningkatan pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas dan gender Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan Peningkatan partisipasi aktif pemuda Peningkatan peran dan kinerja lembaga pengelolaan keuangan daerah Peningkatan pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan pemerintahan daerah Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan daerah Peningkatan akuntabilitas kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah Peningkatan penyelenggaraan pelayanan publik yang lebih baik Pengembangan pemanfaatan teknologi informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan VI-15

295 Strategi Arah Kebijakan Peningkatan peran serta masyarakat dalam menjaga ketenteraman dan ketertiban Peningkatan pengelolaan ruang tata Peningkatan kualitas infrastruktur kota Peningkatan masyarakat yang tertib dan patuh terhadap peraturan perundangundangan Peningkatan ketentraman dan ketertiban Peningkatan upaya pemanfaatan dan pengendalian tata ruang Pembenahan sistem jaringan drainase perkotaan Pengembangan sistem jaringan jalan yang terpadu Peningkatan kualitas layanan tranportasi umum 13. Peningkatan kualitas lingkungan hidup 28 Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan 14. Peningkatan kualitas sarana prasarana permukiman 29 Peningkatan kualitas lingkungan permukiman 15. Peningkatan ketangguhan bencana 30 Peningkatan ketangguhan pemerintah dan masyarakat terhadap bencana 16. Peningkatan kemudahan berinvestasi 31 Penyediaan regulasi dan kebijakan yang pro investasi 17. Peningkatan jaringan distribusi produk 32 Peningkatan sarana dan prasarana perdagangan yang representatif Peningkatan Pengelolaan daya saing pariwisata Peningkatan ketahahan Pangan Peningkatan Pengelolaan Pariwisata Peningkatan ketersediaan pangan, peningkatan akses pangan dan perilaku pangan masyarakat yang beragam, bergizi, seimbang dan aman. 20. Pengembangan Ekonomi Lokal 35 Pengembangan sentra-sentra usaha/produk ekonomi lokal 21. Penguatan dan Pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM) dan Usaha Mikro 36 Peningkatan Produktivitas IKM dan Usaha Mikro 6.3. Arah Kebijakan Kewilayahan Kawasan strategis adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Adapun rencana pengembangan kawasan strategis di Kota Semarang adalah : VI-16

296 a. Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi b. Kawasan strategis sosial budaya c. Kawasan strategis daya dukung lingkungan hidup Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang adalah kawasan cepat berkembang dan kawasan perlu kerja sama dengan daerah sekitarnya (kawasan perbatasan). Kawasan cepat berkembang ini perlu diprioritaskan penataan ruangnya karena potensi yang dimiliki apabila tidak diarahkan justru menimbulkan permasalahan. Sedangkan kawasan perbatasan di Kota Semarang memiliki peranan yang sangat penting, karena kawasan inilah yang akan mengintegrasikan perkembangan Kota Semarang dengan daerah yang ada disekitarnya. 1. Kawasan Segitiga Peterongan Tawang Siliwangi Kawasan pusat kota yang terletak pada Kawasan Segitiga Peterongan Tawang Siliwangi. Kawasan segitiga ini memiliki kekuatan pengembangan yang sangat besar, potensi pengembangan pada kawasan ini adalah kegiatan perdagangan dan jasa. Secara umum Kawasan Segitiga Peterongan Tawang Siliwangi adalah kawasan yang memiliki kepadatan bangunan yang tinggi. Dalam kawasan saat ini telah terjadi transformasi kegiatan perdagangan dan jasa dari skala kecil dan menengah ke skala besar. Hal ini terbukti dengan tumbuhnya beberapa pusat perbelajaan dan fungsi jasa (perkantoran swasta dan hotel) yang mengalihfungsikan lahan yang sebelumnya berfungsi sebagai pertokoan dan permukiman. Tren perubahan intensitas kegiatan perdagangan di Kawasan Segitiga Peterongan Tawang Siliwangi untuk 20 tahun kedepan diperkirakan akan terus terjadi, sehingga diperlukan kebijakan penanganan sebagai berikut : a. Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala besar harus memberikan ruang bagi kegiatan sektor informal untuk melakukan kegiatannya. b. Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa harus mempertimbangkan rasio kecukupan ruang parkir dan ruang terbuka hijau dalam rangka menciptakan Kawasan Segitiga Peterongan Tawang Siliwangi yang nyaman. c. Pengaturan pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa yang spesifik per koridor jalan untuk menciptakan spesifikasi perkembangan kawasan. VI-17

297 d. Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa harus menghindari perkampungan atau kawasan yang memiliki nilai historis bagi Kota Semarang. 2. Pelabuhan Tanjung Emas Pelabuhan Tanjung Mas merupakan fasilitas nasional yang ada di Kota Semarang. Kawasan ini memerlukan penanganan khusus karena : a. Memiliki kegiatan yang spesifik yang memberikan kontribusi yang besar dalam mendukung pergerakan barang dan jasa yang melewati laut. b. Memiliki permasalahan limitasi alam yang tinggi, yaitu berupa penurunan permukaan tanah. c. Kegiatan yang berkembang disekitar kawasan pelabuhan belum sepenuhnya mendukung dan terintegrasi dengan kegiatan pelabuhan Tanjung Mas. Mempertimbangkan permasalahan yang dihadapi kawasan pelabuhan ini, maka arahan pengelolaan di kawasan pelabuhan ditekankan pada kegiatan: a. Memperlancar pergerakan manusia dan barang di dalam kawasan pelabuhan maupun kawasan pelabuhan dengan kawasan diluarnya melalui peningkatan jaringan jalan yang memadai dan pengembangan sistem terminal yang terintegrasi dengan pergerakan darat (pergerakan jalan raya dan kereta api) dan pergerakan udara. b. Perlunya dilakukan penanganan percepatan penurunan permukaan tanah dan banjir rob. c. Penyusunan kebijakan penataan ruang kawasan pelabuhan dalam rangka memadukan kegiatan pelabuhan dengan kawasan yang ada disekitarnya Kawasan Strategis Bidang Sosial Budaya Kawasan strategis bidang sosial budaya di Kota Semarang adalah meliputi : 1. Kawasan Masjid Agung Semarang di Kecamatan Semarang Tengah; 2. Kawasan Masjid Agung Jawa Tengah di Kecamatan Gayamsari; 3. Kawasan Gedong Batu di Kecamatan Semarang Barat; dan 4. Kawasan Kota Lama di Kecamatan Semarang Utara. Kawasan strategis bidang sosial budaya merupakan kawasan cagar budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan keberadaannya. Hal ini VI-18

298 dimaksudkan untuk mempertahankan kekayaan budaya berupa peninggalan-peninggalan sejarah yang berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia. Dalam pemanfaatannya, kawasan cagar budaya dapat ditingkatkan fungsinya untuk dapat menunjang kegiatan pariwisata, yang nantinya dapat memberikan kontribusi pendapatan dari sektor pariwisata. Rencana penanganan kawasan Masjid Agung Semarang dilakukan melalui : Penataan kawasan pemeliharaan dan pelestarian bangunan dari pengaruh kegiatan dan ketahanan kontruksi bangunan; dan Revitalisasi fungsi dan penggunaan bangunan. Rencana penanganan kawasan Masjid Agung Jawa Tengah dilakukan melalui : Penataan kawasan Masjid Agung Jawa Tengah; dan Pengembangan sistem kepariwisataan yang terintegrasi dengan pengembangan Kawasan Masjid Agung Jawa Tengah. Rencana penanganan kawasan Gedong Batu dilakukan melalui : Penataan kawasan Gedong Batu; dan Pengembangan sistem kepariwisataan yang terintegrasi dengan pengembangan Kawasan Gedong Batu. Rencana penanganan Kawasan Kota Lama adalah : Pemeliharaan dan pelestarian bangunan dari pengaruh kegiatan dan ketahanan kontruksi bangunan Revitalisasi fungsi dan penggunaan bangunan Pengembangan sistem kepariwisataan Kota Semarang yang terintegrasi dengan pengembangan kawasan Kota Lama Kawasan Strategis Daya Dukung Lingkungan Hidup Kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung lingkungan hidup adalah : 1. Kawasan Waduk Jatibarang. Pembangunan Waduk Jatibarang yang difungsikan sebagai pengendali limpasan air ke kawasan bawah Kota Semarang. Selain fungsi hidrologi kawasan KawasanWaduk Jatibarang juga dijadikan kawasan wisata dengan berbagai fasilitas pendukungnya. Adanya percampuran fungsi konservasi dan budidaya ini menyebabkan VI-19

299 kawasan Waduk Jatibarang perlu dikelola dengan baik agar fungsi budidaya tidak sampai menganggu fungsi konservasi. 2. Kawasan Reklamasi Pantai Kawasan reklamasi pantai ditetapkan berada di wilayah Kecamatan Semarang Utara yang pengembangannya dalam rangka pengoptimalan kawasan pesisir dengan memperhatikan dampak lingkungan. Gambar 6.3. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun Kawasan Strategis Kota Semarang Sedangkan untuk kawasan Industri direncanakan pada kawasan : a. Kawasan berikat yang meliputi Kawasan Industri Lamicitra Nusantara di Kecamatan Semarang Utara, dan Kawasan Industri Wijayakusuma di Kecamatan Tugu. b. Kawasan industri dan pergudangan yang meliputi : 1) Peningkatan kualitas kawasan peruntukan Industri di Kecamatan Genuk dengan luas kurang lebih 303 (tiga ratus tiga) hektar; 2) Peningkatan kualitas Kawasan Industri Tugu melalui pengembangan Kawasan Industrial Estate dengan luas kurang lebih 495 hektar; VI-20

PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2016 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2010 NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 DENGAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

Tabel 2-21 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kesehatan Kota Semarang Tahun II-43 Tabel 2.22 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pekerjaan

Tabel 2-21 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kesehatan Kota Semarang Tahun II-43 Tabel 2.22 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pekerjaan DAFTAR TABEL Hal Tabel 2.1 Ketinggian Tempat di Kota Semarang... II-4 Tabel 2.2 Penyebaran Jenis Tanah dan Lokasinya di Kota Semarang... II-6 Tabel 2.3 Penggunaan Lahan Sawah di Kota Semarang Dirinci Tiap

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iv ix BAB I PENDAHULUAN... I - 1 I.1 Latar Belakang... I - 1 I.2 Dasar Hukum Penyusunan... I - 3 I.3 Hubungan Antar Dokumen... I - 7 I.4 Sistematika

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... v Daftar Gambar... ix Daftar Isi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan daerah yang menjadi acuann untuk pembangunan selama periode satu tahun dan Pemerintah daerah memiliki

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 32

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 32 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 32 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017-2022 DENGAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1-1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1-1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR xi I PENDAHULUAN 1-1 1.1 LATAR BELAKANG 1-2 1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN 1-3 1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN 1-5 1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii vi xi PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2016 2021 DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2013 SALINAN PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA SEMARANG Menimbang : a. Mengingat

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 I.I. Latar Belakang... 1 I.2. Dasar Hukum Penyusunan... 3 I.3. Hubungan Antar Dokumen... 4 I.4. Sistematika Dokumen RKPD... 6 I.5. Maksud dan Tujuan... 7 BAB II. EVALUASI

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN 2016 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN DEMAK TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG ` BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA CIREBON TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 158TAHUN 2009 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 158TAHUN 2009 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 WALIKOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 158TAHUN 2009 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati Lombok Utara tentang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG RENCANA STRATEGIS PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANJAR TAHUN 2016 2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN DAFTAR ISI DAFTAR ISI.......................................................... i DAFTAR TABEL....................................................... iii DAFTAR GAMBAR....................................................

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA SELATAN NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2008 NOMOR 06 SERI D 01

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2008 NOMOR 06 SERI D 01 LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2008 NOMOR 06 SERI D 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2018

WALI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2018 WALI KOTA BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BOGOR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 No. 9, 2008-1 - LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, - 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MADIUN TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Wilayah Administratif Menurut Kecamatan/Desa di Kabupaten Rembang Tahun 2015... II-1 Tabel 2.2. Jumlah dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun

Lebih terperinci

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 1. Tema pembangunan tahun 2018 : Meningkatnya Pelayanan Publik yang Berkualitas Menuju Kota Yogyakarta yang Mandiri dan Sejahtera Berlandaskan Semangat Segoro Amarto.

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN WALIKOTA SEMARANG TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN

PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN WALIKOTA SEMARANG TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR TENTANG PENETAPAN UTAMA (IKU) PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2016-2021 WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengukuran dan peningkatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERDA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI PERDA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i DAFTAR ISI PERDA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii xx BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 10 1.4. Sistematika

Lebih terperinci

PERUBAHAN RPJMD KOTA SEMARANG TAHUN

PERUBAHAN RPJMD KOTA SEMARANG TAHUN k e g i a t a n K O N S U L T A S I P U B L I K PERUBAHAN RPJMD KOTA SEMARANG TAHUN 2016-2021 - S e m a r a n g, 0 3 M e i 2 0 1 7-1 K e r a n g k a p e n y a j i a n 2 2 1. Berdasarkan HASIL EVALUASI

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010-2015 DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.... DAFTAR GAMBAR....

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA BOGOR TAHUN 2010-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2013 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KOTA SEMARANG KEPADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN

BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Lamandau tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2013 dapat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2017.. TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

Diperbanyak Oleh : Sub Bidang Pengendalian Program Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palangka Raya

Diperbanyak Oleh : Sub Bidang Pengendalian Program Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palangka Raya RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 213-218 PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 214 Diperbanyak Oleh : Sub Bidang Pengendalian

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 74 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 74 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 74 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KOTA BALIKPAPAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KOTA BALIKPAPAN PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Batu tahun 2015 merupakan pemfokusan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Batu pada tahun 2015. Pemfokusan berpedoman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... Hal BAB II EVALUASI HASIL

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA MAKASSAR,

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA MAKASSAR, WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... I-1

BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4. Kaidah Pelaksanaan...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG ` BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 105 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA STRATEGIS PERANGKAT DAERAH

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 105 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA STRATEGIS PERANGKAT DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 105 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA STRATEGIS PERANGKAT DAERAH TAHUN 2017-2022 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci