BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik. Dalam dunia birokrasi, akuntabilitas pemerintah merupakan perwujudan kewajiban instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi instasi yangbersangkutan. Sejalan dengan hal tersebut, telah ditetapkan TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas korupsi, Kolusi dan Nepotisme; dan Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Selanjutnya, sebagai kelanjutan dari produk hukum tersebut diterbitkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi. Sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi ; setiap Daerah Pejabat Eselon II) diminta untuk menyampaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi LAKIP) kepada Presiden, sebagai perwujudan kewajiban suatu Instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan - tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik setiap akhir anggaran. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi LAKIP) dibuat dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungi serta pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada setiap Instansi, berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai. LAKIP juga berperan sebagai alat Bab I Pendahuluan 1

2 kendali, alat penilai kinerja dan alat pendorong terwujudnya good governance. Bertitik tolak dari RPJMD Kota Pekalongan Tahun , Rencana Kerja Daerah RKPD) Kota Pekalongan Tahun 2012 dan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi ; serta memperhatikan Peraturan menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi ; penyusunan LAKIP Tahun 2013 berisi ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja dan dokumen perencanaan. Pencapaian sasaran tersebut disajikan berupa informasi mengenai pencapaian sasaran RPJMD, realisasi pencapaian indikator sasaran disertai dengan penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja dan pembandingan capaian indikator sasaran, dengan demikian LAKIP Kota Pekalongan menjadi laporan kemajuan penyelenggaraan pemerintahan oleh Walikota kepada Presiden ini telah disusun dan dikembangkan sesuai peraturan yang berlaku. Realisasi yang dilaporkan dalam LAKIP ini merupakan hasil kegiatan Tahun 2013 yaitu tahun ketiga RPJMD Kota Pekalongan Tahun KONDISI KOTA PEKALONGAN 1. Letak Wilayah Geografis Kota Pekalongan merupakan salah satu daerah dari tiga puluh lima kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis, Kota Pekalongan terletak antara 60 50' '44 Lintang Selatan dan ' '19 Bujur Timur. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Batang, di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang dengan jarak terjauh dari Utara ke Selatan 9 km dan dari Barat ke Timur 7 km. Bab I Pendahuluan 2

3 Luas wilayah Kota Pekalongan adalah 45,25 km 2 atau sekitar 0,14% luas dari wilayah Jawa Tengah, dimana semuanya merupakan daerah datar, tidak ada daerah dengan kemiringan yang curam, terdiri dari tanah kering 72,64% Ha dan tanah sawah 27,36%. Berdasarkan jenis tanahnya, Kota Pekalongan memiliki jenis tanah yang berwarna agak kelabu dengan jenis aluvial kelabu kekuningan dan aluvial yohidromorf. Secara administratif kota Pekalongan terdiri dari 4 kecamatan yang dibagi menjadi 47 kelurahan. Keempat kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pekalongan Barat, Kecamatan Pekalongan Timur, Kecamatan Pekalongan Utara, dan Kecamatan Pekalongan Selatan. Kecamatan Pekalongan Barat dan Pekalongan Timur masing-masing terdiri dari 13 Kelurahan, Kecamatan Pekalongan Utara terdiri dari 10 Kelurahan, dan Kecamatan Pekalongan Selatan terdiri dari 11 Kelurahan. Penggunaan lahan/tanah adalah informasi yang menggambarkan sebaran pemanfaatan lahan yang ada. Penggunaan lahan di Kota Pekalongan dibedakan menjadi dua jenis yaitu lahan sawah dan bukan lahan sawah. Sebagian besar lahan di Kota Pekalongan merupakan lahan bukan sawah yaitu mencapai ha atau 72,64% dari total wilayah. Luas lahan sawah ha. sebagian besar lahan sawah seluas ha adalah sawah teririgasi teknis atau sekitar 87,86% dari keseluruhan luas sawah yang ada. Tabel I.1 : Penggunaan Tanah di Kota Pekalongan per Kecamatan Tahun 2012 Kecamatan Tanah Sawah Tanah Kering Jumlah Pekalongan Barat Pekalongan Timur Pekalongan Selatan Pekalongan Utara Jumlah Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Kelautan Kota Pekalongan Tabel I.2 : Luas Penggunaan Tanah/Lahan di Kota Pekalongan Bab I Pendahuluan 3

4 Tahun 2012/2013 Jenis Penggunaan Luas ha) Persen A. LAHAN SAWAH ,36 1. Irigasi teknis Sementara tidak diusahakan 153 B. BUKAN LAHAN SAWAH ,64 1. Bangunan dan pekarangan Tegal/kebun Rawa-rawa yang tidak ditanami Tambak Lain-lain 83 Jumlah Sumber : Kota Pekalongan dalam Angka 2012/2013 L a u t J a w a SISTEM INFORMASI PROFIL DAERAH Kab. Pekalongan ke Jakarta Panjang Baru Kandang Panjang Bandengan & Panjang Wetan Kecamatan Krapyak Lor Pekalongan Utara Kraton Kidul Pabean Dukuh Krayak Kidul Degayu Pasir Sari & Sampangan Klego Kramatsari Keputran Dekoro Bendan & Poncol Tirto Kecamatan Kecamatan Pekalongan % Barat Sapuro Pekalongan Timur Gamer Podosugih Noyontaan Tegalrejo Kebulen Baros Medono Sokorejo Pringlangu Buaran Kuripan Lor Banyuurip Alit ke Kajen Soko Jenggot Kecamatan Pekalongan Selatan Kertoharjo & Duwet Kuripan Kidul Kab. Pekalongan Kab. Batang Kab. Batang ke Semarang BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH Gambar 1.1 Peta Wilayah Kota Pekalongan 2. Aparatur Keadaan Aparat di lingkungan Kota Pekalongan untuk mendukung kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat pada tahun 2013 sejumlah orang yang terdiri dari : Bab I Pendahuluan 4

5 Jumlah Pegawai Negeri Sipil menurut : a. Golongan I : 200 orang, Golongan II : 886 orang, Golongan III : orang, Golongan IV : orang. b. Jabatan Struktural yang terdiri dari, Esselon II : 23 orang, Esselon III : 102 orang, Esselon IV: 497 orang. c. Jabatan Fungsional yang terdiri dari : 1) Jabatan fungsional umum sejumlah orang 2) Jabatan fungsional Khusus orang, antara lain : Dokter Kepala Puskesmas/BKPM 10 orang, Dokter Umum Umum 28 orang, Dokter Gigi Kepala Puskesmas 3 orang, Dokter Gigi 8 orang, Dokter Spesialis 8 orang, Bidan 36 orang, Fungsional pada bkpm 1 orang, Radiografer 1 orang, Pranata Laboratorium 19 orang, Perawat 92 orang, Perawat Gigi 12 orang, Sanitarian/Kesling 12 orang, Asisten Apoteker 24 orang, Nutrisionis 14 orang, Perekam Medis 9 orang, Guru/Kepala Sekolah 87 orang, Guru 1715 orang, Pengawas Sekolah 17 orang, Penilik Pendidikan 2 orang, Auditor 5 orang, P2UPD 3 orang, Instruktur 14 orang, Penguju Kendaraan 2 orang, Penyuluh KB 16 orang, Penyuluh Pertanian 6 orang, Perencana 1 orang, Arsiparis 1 orang, d. Tingkat Pendidikan : SD 156 orang, SMP 170 orang, SLTA 957 orang, D1 26 orang, D2 395 orang, D3 465 orang, D4 25 orang, S orang, S2 128 orang. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan dan kinerja Aparatur Kota Pekalongan telah melakukan berbagai program melalui pemberian penghargaan, pendidikan pelatihan teknis umum dan fungsional, serta pemberian hukuman dan pembinaan. a. Pemberian penghargaan yang meliputi : 1) Satya Lencana dengan masa kerja 10 tahun sejumlah 20 orang tahun, 20 tahun sejumlah 18 orang dan 30 tahun sejumlah 66 orang Bab I Pendahuluan 5

6 2) Pemberian Penghargaan Kenaikan Pangkat sejumlah 845 orang. 3) Pemberian penghargaan Purna Tugas 136 orang. 4) Pemberian Penghargaan Penegak Disiplin 6 orang. b. Pendidikan Pelatihan yang meliputi : 1) Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebanyak 52 orang Dikpim IV sebanyak 40 orang, Dikpim III sebanyak 10 orang, Dikpim II sebanyak 2 orang) 2) Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan barang dan jasa sebanyak 8 orang 3) Pendidikan dan Pelatihan tehnis dan Fungsional melalui pengiriman pada lembaga pendidikan dan pelatihan sebanyak 263 orang kependidikan) dan 210 orang aparatur). c. Pemberian Hukuman Pelanggaran Disiplin Pegawai sebanyak 4 orang yang terdiri dari Pelanggaran disiplin pegawai tingkat ringan 2 orang, tingkat sedang 1 orang Penundaan Kenaikan Gaji Berkala) dan pelanggaran disiplin tingkat berat 1 orang Pembebasan Jabatan). d. Pada Tahun 2013 Kota Pekalongan melaksanakan seleksi CPNS yaitu formasi umum 44 orang, formasi khusus 2 orang dan dari tenaga Honorer K2 94 orang. 3. Perekonomian Kondisi ekonomi suatu daerah dapat dilihat melalui indikator pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto PDRB). a. Potensi Unggulan Daerah Kondisi perekonomian daerah yang semakin membaik ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi yang positif dan mengalami penguatan dari tahun sebelumnya. Adanya kebijakankebijakan pemerintah guna perbaikan perekonomian daerah selama beberapa tahun setelah terjadinya krisis ekonomi di Indonesia nampaknya sudah menunjukkan hasil sejak tahun 2000 hingga sekarang. Hal ini terlihat dengan adanya pertumbuhan ekonomi dari Bab I Pendahuluan 6

7 tahun 2000 terus membaik dan berada diatas 3 persen. Keadaan ekonomi Kota Pekalongan juga tidak berbeda jauh dari kondisi ekonomi secara nasional maupun regional Propinsi Jawa Tengah). Sektor-sektor yang memberikan sumbangan besar terhadap PDRB Kota Pekalongan mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi di Kota Pekalongan Tahun 2012 sebesar 5,60 persen. Pertumbuhan ini sedikit menguat dibandingkan dengan laju pertumbuhan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,45 persen, sedang pada tahun 2010 laju pertumbuhan ekonomi Kota Pekalongan sebesar 5,51 persen. b. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto PDRB) Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto adalah suatu angka indeks yang menggambarkan perkembangan Produk Domestik Regional Bruto suatu daerah dari tahun dasar Tahun 2000) hingga sekarang, baik menurut harga berlaku maupun konstan. Perkembangan ekonomi Kota Pekalongan dari tahun ke tahun dapat dilihat dari besarnya Indeks Perkembangan PDRB yang ditampilkan pada Tabel I.3. Dari tabel tersebut terlihat nilai PDRB Kota Pekalongan tahun 2012 menurut harga berlaku sebesar Rp 4,636 triliun dan menurut harga konstan sebesar Rp 2,324 triliun. Indeks Perkembangan tahun 2012 menurut harga berlaku sebesar 328,63 persen artinya dari tahun 2000 sampai 2012 nilai Tabel Tabel PDRB atas dasar harga berlaku mengalami kenaikan 3,28 kali. I.3 I.3 Sedangkan nilai PDRB atas dasar konstan naik 1,64 kali. Bab I Pendahuluan 7

8 Penyajian Indeks Perkembangan secara kelompok sektor atas dasar harga berlaku dan konstan dapat dilihat pada Tabel I.4. Tabel tersebut menjelaskan bahwa sektor Sekunder untuk harga berlaku maupun harga konstan mengalami perkembangan lebih cepat dari sektor Primer dan Tersier dari tahun Tabel 1.4 INDEKS PERKEMBANGAN PDRB KOTA PEKALONGAN MENURUT KELOMPOK SEKTOR TAHUN %) Bab I Pendahuluan 8

9 LAJU PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Laju pertumbuhan PDRB dapat dikatakan sebagai rata-rata pertumbuhan tiap tahun yang ditunjukkan oleh Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto dikurangi 100. Apabila laju pertumbuhan yang diamati adalah harga konstan maka dapat disebut sebagai pertumbuhan ekonomi secara riil. GRAFIK I.1 PDBR KOTA PEKALONGAN TAHUN BERLAKU KONSTAN DISTRIBUSI PERSENTASE PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Distribusi persentase tiap-tiap sektor PDRB menggambarkan peranan atau sumbangan sektor dalam pembentukan nilai PDRB setiap tahun berjalan. Distribusi sektor-sektor terhadap total PDRB pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku menurut urutan terbesar yaitu sektor Perdagangan sebesar 23,53 persen, diikuti sektor ndustri Pengolahan sebesar 18,85 persen dan sektor Konstruksi sebesar 15,92 persen sedangkan urutan terkecil yaitu sektor Listrik, Gas dan Air Minum. GRAFIK I.2 Bab I Pendahuluan 9

10 Distribusi persentase PDRB terbesar menurut harga konstan yaitu sektor Perdagangan sebesar 27,23 persen, sektor Industri Pengolahan 20,13 persen dan sektor Konstruksi 13,76 persen. Peranan atau sumbangan sektor tertentu terhadap angka PDRB tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel I.5. I.5 INDEKS IMPLISIT PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Untuk mengetahui kenaikan harga dari tahun ke tahun baik secara agregat maupun secara sektoral dapat dilihat dari besarnya indeks implisit PDRB. Secara agregat indeks implisit di Kota Pekalongan tahun 2011 adalah sebesar 190,44 jika harga dinilai tahun Secara sektoral pertumbuhan harga yang cepat adalah Sektor Listrik dan Air Minum yaitu sebesar 274,44 sedangkan yang paling lambat pertumbuhan harganya adalah pada sektor Perdagangan sebesar 163,91. Bab I Pendahuluan 10

11 Grafik Grafik 1.3 I.3 Indeks Indeks Implisit Implisit PDB PDB menurut Menurut Sektor Sektor di Kota Pekalongan Tahun Di Kota Pekalongan Tahun IND EKS IMP LISI T PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT KELOMPOK SEKTOR Asal terjadinya proses produksi baik berupa output maupun input dari masing- masing produsen merupakan dasar dari pengelompokan sektor PDRB. Kelompok Sektor Primer adalah output yang masih merupakan proses tingkat dasar, terdiri dari Sektor Pertanian serta Sektor Pertambangan dan Penggalian. Sektor-sektor yang inputnya berasal langsung dari Sektor Primer dikelompokkan ke dalam Kelompok Sektor Sekunder yang terdiri dari Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Minum serta Sektor Bangunan. Sedangkan yang termasuk Kelompok Sektor Tertier adalah Sektor Perdagangan, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta Sektor Jasa-jasa Sejak tahun 2008 hingga tahun 2012, Kelompok Sektor Tertier selalu menduduki urutan pertama dalam distribusinya terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku maupun konstan Distribusi kelompok Tertier terhadap total PDRB lebih dari 50 persen baik menurut harga berlaku maupun harga konstan 2000, cenderung mengalami perbaikan setiap tahunnya. Distribusi kelompok Primer pada tahun 2012 sebesar 6,35 persen menurut harga berlaku dan 7,22 persen menurut harga konstan. Hal ini menunjukkan pelemahan jika dibandingkan dengan tahun Bab I Pendahuluan 11

12 Sektor Sekunder mempunyai sebesar 36,39 persen pada distribusi total dalam pembentukan PDRB Kota Pekalongan tahun 2012 menurut harga berlaku. Dengan demikian mengalami sedikit perbaikan dibanding tahun Laju pertumbuhan PDRB menurut kelompok sektor diketahui Sektor Primer menurut harga berlaku Tahun 2012 mengalami pertumbuhan 5,62 persen sedangkan menurut harga konstan 2,09 persen, Sektor Sekunder menurut harga berlaku 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 11,46 persen, sedangkan menurut harga konstan 6,54 persen, dan Sektor Tertier menurut harga berlaku sebesar 10,65 persen, dan menurut harga konstan sebesar 5,49 persen. GRAFIK I.4 DISTRIBUSI PRESENTASE PDRB MENURUT KELOMPOK SEKTOR TAHUN ATAS DASAR HARGA BERLAKU PERS ENTA SE TAHUN PRIMER SEKUNDER TERTIER PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PER KAPITA PDRB per kapita menurut harga berlaku di Kota Pekalongan pada tahun 2012 sebesar Rp 16,13 juta berarti mengalami kenaikan sebesar 9,24 persen dibanding tahun Sedangkan Pendapatan Regional per kapita tahun 2012 sebesar Rp 13,49 juta angka ini jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi kenaikan sebesar 9,34 persen. Kenaikan PDRB per kapita tahun 2012 lebih tinggi dari pada tahun 2011, hal ini disebabkan kenaikan nilai PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 lebih tinggi dibandingkan tahun Bab I Pendahuluan 12

13 Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto per kapita pada tahun 2012 sebesar 298,81 persen artinya dari tahun 2000 tahun dasar) sampai tahun 2012 nilai PDRB telah meningkat 2,99 kali. Demikian juga dengan Pendapatan Regional per kapitanya meningkat 2,91 kali dari tahun dasar penghitungan PDRB. Indeks implisit PDRB yang terjadi tahun 2012 secara umum lebih tinggi dibandingkan indeks implisit tahun Pada tahun 2012 inflasi yang terjadi sebesar 199,47 persen sedangkan pada tahun 2011 indeks implisit sebesar 190,44 persen. GRAFIK I.5 INDEKS PERKEMBANGAN PDRB DAN ANGKA PER KAPITA TAHUN ATAS DASAR HARGA KONSTAN IN DE KS TAHUN 4. Laju Inflasi Laju inflasi Kota Pekalongan termasuk kategori rendah, yaitu sebesar 3,55 % pada tahun 2012, lebih rendah dibandingkan Provinsi Jawa Tengah 4,24 %) dan Nasional 4,30 %). Angka inflasi di Kota Pekalongan dari tahun mengalami fluktuasi, khususnya dalam 3 tahun terakhir. Penurunan atau kenaola, angka inflasi ini terkait erat dengan stabilitas politik, kondisi perekonomian nasional dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Perincian data inflasi Tabel I.6 dari tahun adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan 13

14 5. Bidang Keuangan Daerah Salah satu azas yang digunakan dalam pengelolaan keuangan daerah adalah aspek keterbukaan. Hal ini menuntut Pemda untuk dapat memberikan akses informasi mengenai pengelolaan keuangan daerah seluas-luasnya kepada publik seperti menerbitkan laporan keuangan di media massa. Laporan keuangan yang memadai juga sangat dibutuhkan oleh para investor, baik investor asing maupun domestik. Laporan keuangan tersebut dapat menjadi sarana komunikasi yang lebih handal bagi Pemda dalam hal pengelolaan keuangan daerah. Dalam hal pengelolaan keuangan daerah, menunjukkan bahwa realisasi anggaran pendapatan daerah tahun 2013 mengalami peningkatan dari tahun anggaran 2012 sebesar Rp ,49 menjadi Rp ,00 realisasi belanja tahun 2013 sebesar Rp ,00 sehingga terjadi surplus sebesar Rp ,00. Sementara itu realisasi pembiayaan dari sisi penerimaan daerah sebesar Rp ,00 dan pengeluaran daerah sebesar Rp ,00 Dari realisasi pendapatan sebesar Rp ,00 didukung oleh PAD sebesar Rp ,00 realisasi PAD ini melampaui target dari yang direncanakan sebesar Rp ,00. atau tercapai 121,73%. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2013 sebagai berikut : URAIAN ANGGARAN REALISASI PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah Hasil Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Bab I Pendahuluan 14

15 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah URAIAN ANGGARAN REALISASI DANA PERIMBANGAN Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Daerah Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Daerah Lainnya BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja Pegawai Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan an Desa Belanja Tidak Terduga BELANJA LANGSUNG Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal SURPLUS / DEFISIT ) PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya Penerimaan kembali investasi pemerintah daerah PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Investasi) Daerah Pembayaran Pokok Utang PEMBIAYAAN NETTO SISA LEBIH/KURANG PEMBIAYAAN TAHUN BERKENAAN Sumber : DPPKAD Kota Pekalongan 6. Sosial Budaya. 1. Penduduk Jumlah penduduk Kota Pekalongan pada tahun 2012, menurut hasil data agregat kependudukan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pekalongan per 31 Bab I Pendahuluan 15

16 Desember 2013, sebanyak jiwa, terdiri dari lakilaki 50,53%) dan perempuan 49,47 %). Dengan demikian rasio jenis kelamin penduduk Kota Pekalongan tahun 2013 adalah 100,80. Ini berarti untuk setiap 100 orang perempuan rata-rata terdapat 101 orang laki-laki. Tabel I.7 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kota Pekalongan per Kecamatan Tahun 2013 Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio Pekalongan Barat ,44 Pekalongan Timur ,13 Pekalongan Utara ,40 Pekalongan Selatan ,84 Jumlah ,12 Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pekalongan 2013 Komposisi penduduk menurut umur dapat digunakan untuk melihat struktur penduduk suatu daerah apakah termasuk kategori tua, muda atau sedang. Dilihat dari komposisi penduduk kelompok umur, Kota Pekalongan tergolong sebagai daerah dengan struktur penduduk usia produktif bila dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu daerah yang proporsi penduduk usia produktifnya cukup tinggi bila dibandingkan dengan penduduk usia belum produktif < 15 tahun). Sedangkan proporsi penduduk usia tidak produktif 65 tahun) dapat dikatakan kecil. Dimana jumlah penduduk dengan usia 15 tahun dan < 65 tahun sebanyak jiwa atau sekitar 71,55%, jumlah penduduk usia antara < 15 tahun dan > 65 tahun sebanyak jiwa atau sekitar 28,45%. Tabel I.8 : Struktur Umur Penduduk Kota Pekalongan Tahun 2013 Struktur Usia Laki-laki Perempuan Jumlah > Bab I Pendahuluan 16

17 Struktur Usia Laki-laki Perempuan Jumlah TOTAL Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pekalongan Tenaga Kerja Penduduk Usia Kerja dapat digolongkan pada Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Bagi mereka yang bekerja atau mencari pekerjaan disebut Angkatan Kerja. Penduduk yang masih mengenyam pendidikan/sekolah, mengurus rumah tangga atau mereka yang tidak melakukan kegiatan secara ekonomi digolongkan Bukan Angkatan Kerja. Angkatan kerja mengarah pada kelompok penduduk yang berada pada pasar kerja, yaitu penduduk yang berumur 15 tahun keatas yang siap terlibat dalam kegiatan ekonomi produktif. Mereka yang dapat diserap oleh pasar kerja dikategorikan sebagai bekerja, sedangkan yang tidak/belum diserap oleh pasar kerja, yaitu mereka yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, dikategorikan sebagai penganggur terbuka). Dalam kerangka ini, kesempatan kerja kemudian diartikan sebagai penduduk usia kerja yang dapat diserap oleh pasar kerja. Disisi lain mereka yang tidak terlibat dalam kegiatan ekonomi digolongkan sebagai bukan angkatan kerja, yaitu mereka yang kegiatan utamanya adalah mengurus rumah tangga, sekolah atau Bab I Pendahuluan 17

18 mereka yang tidak mampu melakukan kegiatan karena usia tua atau alasan fisik cacat). Penduduk usia kerja adalah kelompok penduduk dengan batas usia 15 tahun keatas. Data Sakernas 2012 menunjukan bahwa jumlah penduduk Kota Pekalongan yang termasuk penduduk usia kerja mencapai jiwa yang terdiri dari 49,57% penduduk usia kerja berjenis kelamin laki-laki dan 50,43% perempuan. Angkatan kerja Kota Pekalongan Tahun 2012 sebesar 69,49% dari seluruh penduduk usia kerja, dengan rincian, penduduk yang bekerja sebesar 64,32% dan pencari kerja sebesar 5,17%. Besaran bukan angkatan kerja mencapai 30,51% dari seluruh penduduk usia kerja, dengan rincian, sedang sekolah sebesar 6,74%, mengurus rumahtangga sebesar 17,85% dan lainnya sebesar 5,92%. Tabel I.9: Persentase Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Tahun 2012 di Kota Pekalongan Kegiatan Utama Persentase Angkatan Kerja 69,49 Bekerja 64,32 Mencari Kerja 5,17 Bukan Angkatan Kerja 30,51 Sekolah 6,74 Mengurus Rumah Tangga 17,85 Lainnya 5,92 Sumber : Sakernas 2012 Secara teknis penduduk usia kerja terbagi dalam 2 golongan, yaitu golongan angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja yaitu mereka yang mempunyai kegiatan utama bekerja dan mencari kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK) Kota Pekalongan tahun 2012 adalah 69,49 persen. TPAK 2012 lebih kecil dibandingkan dengan TPAK tahun 2012 sebesar 70,41 persen. Bab I Pendahuluan 18

19 Tabel I.10: Kondisi Ketenagakerjaan di Kota Pekalongan Tahun 2013 Uraian Tahun Angkatan Kerja Pengangguran Penduduk Usia Kerja Pencari Kerja Kesempatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 74,24% 70,80% 70,82% Penduduk yang Bekerja Sumber : Inkesra Kota Pekalongan 2012 Dari Tabel I.10 dapat dilihat angkatan kerja Kota Pekalongan tahun 2012 sebesar jiwa, jumlah penganguran sebanyak jiwa, dengan kesempatan kerja sebanyak dengan tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 70,82%. 3. Kesehatan Pembangunan bidang kesehatan sebagai salah satu prioritas bidang pembangunan di Kota Pekalongan terus diupayakan dalam rangka mewujudkan misi yaitu meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Hasil dari pembangunan kesehatan itu sendiri adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang merupakan salah satu indikator dari Indeks Pembangunan Manusia IPM). Pembangunan kesehatan sangat erat kaitannya dengan pembangunan di bidang yang lain demikian juga sebaliknya. Masyarakat yang sehat akan lebih produktif dan pembangunan bidang lain yang tidak berwawasan kesehatan akan membawa dampak terhadap kesehatan. Angka Harapan Hidup merupakan salah satu indikator pembangunan di bidang kesehatan. Angka Harapan Hidup di Kota Pekalongan lebih tinggi dibandingkan daerah kabupaten/kota di wilayah eks Karesidenan Pekalongan, tetapi masih dibawah Angka Harapan Hidup rata-rata Provinsi Bab I Pendahuluan 19

20 Jawa Tengah. Tabel I.11 Usia harapan Hidup Kota Pekalongan dan Kabupaten Kota Lain Uraian Kab. Pekalongan 69,01 69,28 69,56 Kab. Pemalang 67,68 67,9 68,12 Kab. Tegal 68,79 69,08 69,38 Kota Pekalongan 70,32 70,48 70,63 Uraian Kota Tegal 68,74 68,93 69,12 Jawa Tengah 71,4 71,55 71,71 Sumber : Jawa Tengah dalam Angka 2013 Fasilitas kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kemakmuran wealthy) satu wilayah. Di Kota Pekalongan terdapat beberapa jenis fasilitas kesehatan, baik yang disediakan oleh Daerah maupun oleh pihak swasta. Pelayanan publik merupakan tujuan pelayanan fasilitas kesehatan tersebut, mulai dari rumah sakit, puskesmas, posyandu dan sebagainya, merupakan pelayanan kesehatan publik utama yang didukung oleh keberadaan fasilitas kesehatan semi publik seperti dokter, bidan dan perawat. Tabel I.12 : Banyaknya tenaga dan tempat pelayanan kesehatan di Kota Pekalongan Tahun 2013 Tahun Uraian Dokter Umum Dokter Gigi Dokter Spesialis Bidan Perawat Puskesmas Rawat Inap 2 3 Puskesmas Tanpa Rawat Inap 10 9 Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling roda 4) Poliklinik Bab I Pendahuluan 20

21 Uraian Tahun Posyandu Rumah Sakit Umum Daerah 1 1 Rumah Sakit Umum Swasta 5 5 Rumah Sakit Bedah 1 1 Rumah Sakit Ibu dan Anak 1 1 Rumah Bersalin 8 7 Gudang Farmasi 1 1 Apotik Sumber : Dinas Kesehatan Kota Pekalongan November 2013 Tenaga kesehatan terdidik, banyak meningkat jumlahnya, khususnya tenaga kesehatan dokter spesialis di Kota Pekalongan yang mengalami peningkatan cukup signifikan yaitu dari 45 orang menjadi 78 orang. Banyaknya sarana kesehatan seperti puskesmas dan posyandu juga diharapkan mampu ikut menunjang peningkatan derajat kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah. Semakin bertambahnya kesadaran masyarakat Kota Pekalongan akan pentingnya memperhatikan perkembangan balita tercermin dari jumlah posyandu yang ada, yaitu sebanyak 401 Posyandu. Pada tahun 2013 ada penambahan sarana kesehatan, yaitu peningkatan status Puskesmas Sokorejo menjadi Puskesmas Rawat Inap dan pembangunan Puskesmas Pembantu di Kelurahan Klego. 4. Pendidikan Amanat penyelenggaraan pembangunan bidang pendidikan mengarah pada pemerataan akses pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi, serta peningkatan tata kelola dan pencitraan publik. Aspek pemerataan akses pendidikan dapat diketahui dari seberapa banyak penduduk, khususnya penduduk usia sekolah, yang dapat menikmati layanan pendidikan. Dari data pendidikan Tahun Ajaran 2013/2012, dapat diketahui jumlah TK/RA sebanyak 100, terdiri dari 74 TK dan 26 RA dengan jumlah siswa sebanyak 7039 anak, SD/MI sebanyak 170 SD/MI, terdiri dari 123 SD dan 47 MI, dengan jumlah murid sebanyak siswa, terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan. Apabila Bab I Pendahuluan 21

22 dibandingkan dengan penduduk usia sekolah SD/MI, yaitu usia 7-12 tahun yang berjumlah jiwa, maka hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar penduduk usia 7-12 tahun dapat menikmati akses layanan pendidikan. Jumlah ini belum termasuk data pendidikan non formal, berupa Kejar Paket A dengan jumlah warga belajar sebanyak 40 orang, serta data pendidikan layanan khusus, berupa 2 SDLB dengan jumlah siswa sebanyak 183 orang. Pada jenjang SMP/MTs, Kota Pekalongan memiliki 35 SMP/MTs, terdiri dari 26 SMP dan 9 MTs, dengan jumlah murid sebanyak siswa, terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan. Apabila dibandingkan dengan penduduk usia sekolah SMP/MTs, yaitu usia tahun yang berjumlah jiwa, maka hal ini juga memberikan gambaran bahwa sebagian besar penduduk usia tahun dapat menikmati akses layanan pendidikan. Jumlah ini belum termasuk data pendidikan non formal, berupa Kejar Paket B dengan jumlah warga belajar sebanyak 758 orang, serta data pendidikan layanan khusus, berupa 1 SMPLB dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang. Pada jenjang SMA/MA/SMK, Kota Pekalongan memiliki 29 SMA/MA/SMK, terdiri dari 10 SMA, 6 MA, dan 13 SMK, dengan jumlah murid sebanyak siswa, terdiri dari siswa lakilaki dan siswa perempuan. Apabila dibandingkan dengan penduduk usia sekolah SMA/MA/SMK, yaitu usia tahun yang berjumlah jiwa, maka hal ini memberikan gambaran bahwa masih ada penduduk usia SMA/MA/SMK yang tidak terlayani pendidikannya pada pendidikan formal. Sedangkan pada jalur pendidikan non formal, berupa Kejar Paket C, dengan jumlah warga belajar sebanyak orang warga belajar. Dan pada pendidikan layanan khusus, berupa 1 SMALB, terdapat siswa sebanyak 16 orang yang terlayani. Dari ketiga jenjang pendidikan SD/MI sederajat sampai dengan SMA/MA/SMK sederajat), dapat dilihat bahwa untuk jenjang SMA/MA/SMK sederajat memiliki rasio murid per sekolah Bab I Pendahuluan 22

23 tertinggi, yaitu sebanyak 483, dan terendah terdapat pada jenjang SD/MI sederajat dengan rasio murid per sekolah sebanyak 197. Kemudian, apabila dilihat dari rasio murid per guru, dapat dilihat bahwa untuk rasio tertinggi adalah pada jenjang SD/MI sederajat dengan rasio 17 murid per 1 orang guru, dan terendah adalah pada jenjang SMA/MA/SMK dengan rasio 13 murid per 1 orang guru. Tabel I.13: Penduduk Kota Pekalongan Menurut Kelompok Umur dan Dependency Ratio Tahun 2013 Jenjang pendidikan Jumlah sekolah Jumlah guru Jumlah Murid Rasio Murid/ Sekolah Rasio Murid SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Pekalongan 2012/2013 Selain sarana prasarana pelayanan pendidikan yang ada, banyak prestasi yang ditorehkan di bidang pendidikan, baik tingkat internasional, nasional maupun provinsi, diantaranya sebagai Kota Terbaik Implementasi TIK Bidang Pendidikan Kemdukbud RI Tahun 2013), Peringkat IV Bulgaria ICM Individu Tingkat Internasional Taun 2013, Peringkat I Lomba Pembuatan APE PAUD Tingkat Nasional Tahun 2013, Peringkat I FLS2N SMP Lomba Cipta Cerpen Bahasa Indonesia Tingkat Nasional Tahun Indek Pembangunan Manusia IPM) Peningkatan pembangunan manusia dapat dilakukan melalui pendekatan kondisi kesehatan masyarakat, kondisi sosialekonomi masyarakat, termasuk penghasilan dan pendapatan keluarga. Pendidikan dan kualitas individu yang berkaitan dengan tradisi, norma, produktifitas dan perilaku kehidupan, serta peningkatan usaha kesejahteraan lainnya, baik manusia sebagai diri pribadi, keluarga, masyarakat, warga negara, dan himpunan kualitas secara menyeluruh, yang pelaksanaannya dapat dilakukan oleh pemerintah, masyarakat maupun keluarga. Bab I Pendahuluan 23

24 Indek Pembangunan Masyarakat IPM) yang merupakan salah satu alat ukur tersebut, diharapkan dapat menjadi alat untuk merangkum beberapa dimensi utama pembangunan manusia, yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar basic capabilities) penduduk Daerah Kota Pekalongan telah berusaha dengan berbagai upaya yang dituangkan dalam program kerjanya dalam meningkatkan kondisi masyarakatnya, agar lebih baik dan lebih sejahtera. Pembangunan sarana dan prasarana sektor pendidikan, kesehatan, dan fasilitas umum, termasuk untuk pemulihan kondisi perekonomian telah dilakukan dan hasilnya pun mulai nampak. Kemajuan yang telah dicapai sebagai hasil pembangunan khususnya pembangunan manusia, dapat dilihat melalui besarnya IPM. Tabel I.14 Komponen IPM Kota Pekalongan Tahun Tahun Angka Harapan Hidup tahun) Melek Huruf %) Rata-rata Lama Sekolah tahun) IPM Peringkat Provinsi ,32 95,68 8,66 74, ,48 95,93 8,69 74, ,63 95,94 8,72 75,25 5 Sumber : Jawa Tengah dalam Angka 2013 Tabel I.15 : Perbandingan Angka IPM Kab Batang, Kab Pekalongan, Kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan Tahun Wilayah Kab Batang 70,41 71,06 71,41 Kota Pekalongan 74,47 74,90 75,25 Kab Pekalongan 71,40 71,86 72,37 Jawa Tengah 72,49 72,94 73,29 Nasional 72,27 72,77 73,29 Sumber : Jawa Tengah dalam Angka 2013 Angka IPM Kota Pekalongan periode menunjukkan adanya peningkatan dari 74,47 pada Tahun 2010 menjadi 75,25 pada Tahun Status pembangunan manusia menurut UNDP, angka IPM Kota Pekalongan periode masuk kategori menengah atas 66<IPM<80). Bab I Pendahuluan 24

25 6. Indek Pembangunan Gender IPG) dan Indek Pemberdayaan Gender IDG) Indek Pembangunan Gender dipakai untuk mengukur angka rata-rata pencapaian kemampuan dasar dengan penyesuaian untuk memperhitungkan ketimpangan gender. Titik berat pembangunan gender adalah pemberdayaan manusia tanpa membedakan gender sehingga mereka memiliki pilihan yang lebih luas dalam menjalani kehidupan. Upaya tersebut dijabarkan melalui akses yang lebih luas bagi penduduk untuk meningkatkan derajat kesehatan, memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, dan peluang untuk menaikkan taraf ekonomi rumah tangga yang pada akhirnya akan mendorong partisipasi mereka dalam pembangunan. Indeks Pembangunan Gender IPG) Kota Pekalongan pada tahun 2012 adalah Angka tersebut lebih rendah dibandingkan capaian Provinsi Jawa Tengah yaitu Sedangkan Indeks Pemberdayaan Gender IDG) Kota Pekalongan tahun 2012 sebesar Capaian di tahun 2012 ini lebih rendah dibandingkan capaian di Tahun 2011 yaitu juga capaian Provinsi Jawa Tengah yaitu Selisih antara nilai IPM dengan IPG menunjukan jarak ketimpangan gender, pada tahun 2011 ketimpangan gender sebesar menurun pada tahun 2012 menjadi Tabel 1.16 Ketimpangan Gender di Kota Pekalongan Tahun 2011 dan 2012 NO Tahun Nilai IPM Nilai IPG Ketimpangan Gender ,90 64, Rasio ketergantungan Rasio ketergantungan penduduk total di Kota Pekalongan dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan dari sekitar 42,59% tahun 2005 menjadi 45,33% tahun Dua tahun kemudian, rasio tersebut menurun hingga 43,55% tahun Angka rasio ketergantungan penduduk Kota Pekalongan Bab I Pendahuluan 25

26 pada tahun-tahun di atas senantiasa lebih rendah dibandingkan wilayah eks Karesidenan Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah maupun Indonesia. Artinya, persentase penduduk usia produktif yang dimiliki Kota Pekalongan lebih tinggi dibandingkan ketiga wilayah pembanding tadi. Hal ini berpotensi memperkuat daya saing dan kohesi sosial Kota Pekalongan. 1.3 KEDUDUKAN, KEWENANGAN DAN TUGAS POKOK SERTA STRUKTUR ORGANISASI 1. Kedudukan Dengan diberlakukannya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang an Daerah yang lebih menekankan aspek desentralisasi yang diberikan dalam wujud otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab. Berkaitan dengan otonomi daerah dalam pelaksanaannya di Kota Pekalongan dapat dijelaskan melalui 2 dua) aspek, yaitu: a. Aspek Politik Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 di Kota Pekalongan dari aspek politik ditandai dengan keberadaan dan kegiatan partai politik tingkat daerah dan DPRD sebagai mitra pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. b.aspek Administrasi/ Manajemen Kota Pekalongan dalam melaksanakan otonomi daerah secara administratif diawali dengan melakukan identifikasi kewenangan pemerintah daerah, penataan kelembagaan, penempatan personil, pengelolaan sumber keuangan daerah, pengelolaan sarana dan prasarana aset daerah), dan manajemen pelayanan publik. 2. Kewenangan dan Tugas Pokok Sesuai Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang an Daerah, bahwa daerah berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa Bab I Pendahuluan 26

27 sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kewenangan daerah merupakan kewenangan otonomi luas mencakup semua kewenangan pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lain yang akan ditetapkan dengan Peraturan. Sedangkan bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah meliputi : pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi dan tenaga kerja. Untuk bidang pertanahan sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan, ditarik kembali menjadi kewenangan pusat sehingga untuk Kantor Pertanahan di Kota Pekalongan merupakan instansi Vertikal. Adapun Tugas dan wewenang serta kewajiban Walikota sebagaimana diatur dalam Undang Undang nomor 32 Tahun 2004 adalah sebagai berikut : TUGAS DAN WEWENANG WALIKOTA ADALAH : a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD; b. Mengajukan rancangan Perda; c. Menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD; d. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama; e. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah; f. Mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan g. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Bab I Pendahuluan 27

28 3. Struktur Organisasi Pembentukan Organisasi pada Kota Pekalongan berdasarkan Peraturan Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah dan telah dituangkan dalam Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Pekalongan. Dengan peraturan daerah ini dibentuk organisasi perangkat daerah yang terdiri dari : a. Sekretariat Daerah; b. Staf Ahli ; c. Sekretariat DPRD; d. Lembaga Teknis Daerah, yang terdiri dari; 1. Inspektorat; 2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; 3. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana; 4. Badan Kepegawaian Daerah; 5. Kantor Lingkungan Hidup; 6. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik; 7. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah; 8. Kantor Ketahanan Pangan; 9. Rumah Sakit Umum Daerah. e. Dinas Daerah, yang terdiri dari; 1. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga; 2. Dinas Kesehatan; 3. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; 4. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 5. Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan; 6. Dinas Komunikasi dan Informatika; 7. Dinas Pekerjaan Umum; 8. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; 9. Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan; 10. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah; Bab I Pendahuluan 28

29 f. Kecamatan dan Kelurahan, terdiri dari; 1. Kecamatan Pekalongan Barat, terdiri dari : 1.1. Kelurahan Kebulen; 1.2. Kelurahan Medono; 1.3. Kelurahan Podosugih; 1.4. Kelurahan Sapuro; 1.5. Kelurahan Kergon; 1.6. Kelurahan Bendan; 1.7. Kelurahan Kramatsari; 1.8. Kelurahan Kraton Kidul; 1.9. Kelurahan Tirto; Kelurahan Tegalrejo; Kelurahan Bumirejo; Kelurahan Pringlangu; Kelurahan Pasirsari. 2. Kecamatan Pekalongan Timur, terdiri dari : 2.1. Kelurahan Landungsari; 2.2. Kelurahan Noyontaan; 2.3. Kelurahan Keputran; 2.4. Kelurahan Kauman 2.5. Kelurahan Sampangan; 2.6. Kelurahan Sugihwaras; 2.7. Kelurahan Poncol; 2.8. Kelurahan Klego; 2.9. Kelurahan Gamer; Kelurahan Dekoro; Kelurahan Karangmalang; Kelurahan Baros; Kelurahan Sokorejo. 3. Kecamatan Pekalongan Utara, terdiri dari : 3.1. Kelurahan Krapyak Kidul; 3.2. Kelurahan Krapyak Lor; 3.3. Kelurahan Kandang Panjang; Bab I Pendahuluan 29

30 3.4. Kelurahan Panjang Wetan; 3.5. Kelurahan Kraton Lor; 3.6. Kelurahan Dukuh; 3.7. Kelurahan Degayu; 3.8. Kelurahan Pabean; 3.9. Kelurahan Bandengan; Kelurahan Panjang Baru; 4. Kecamatan Pekalongan Selatan, terdiri dari : 4.1. Kelurahan Kradenan; 4.2. Kelurahan Banyurip Alit; 4.3. Kelurahan Buaran; 4.4. Kelurahan Jenggot; 4.5. Kelurahan Kertoharjo; 4.6. Kelurahan Kuripan Kidul; 4.7. Kelurahan Kuripan Lor; 4.8. Kelurahan Yosorejo; 4.9. Kelurahan Duwet; Kelurahan Soko; Kelurahan Banyurip Ageng. g. Satpol PP dan Lembaga Lain ; 1. Satpol PP; 2. BPMP2T Bab I Pendahuluan 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGGABUNGAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGGABUNGAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGGABUNGAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1988 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PEKALONGAN DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PEKALONGAN DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2011 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR : 1 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2011 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR : 1 TAHUN 2011 LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2011 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR : 1 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

DATA SENTRA INDUSTRI KECIL YANG AIR LIMBAHNYA BERPOTENSI MENCEMARI LINGKUNGAN KOTA : PEKALONGAN KECAMATAN: PEKALONGAN SELATAN

DATA SENTRA INDUSTRI KECIL YANG AIR LIMBAHNYA BERPOTENSI MENCEMARI LINGKUNGAN KOTA : PEKALONGAN KECAMATAN: PEKALONGAN SELATAN DATA SENTRA INDUSTRI KECIL YANG AIR LIMBAHNYA BERPOTENSI MENCEMARI LINGKUNGAN KOTA : PEKALONGAN KECAMATAN: PEKALONGAN SELATAN NO Sentra Industri Kecil Kapasitas Produksi Jenis Alamat Jumlah(Unit) 1 2 3

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN, PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN, PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG a WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 1. Tema pembangunan tahun 2018 : Meningkatnya Pelayanan Publik yang Berkualitas Menuju Kota Yogyakarta yang Mandiri dan Sejahtera Berlandaskan Semangat Segoro Amarto.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman Akhir Masa Jabatan Tahun DAFTAR TABEL

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman Akhir Masa Jabatan Tahun DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman... 2 Tabel 1.2. Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman... 3 Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Jenis Kelamin, Kepadatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Luwu Utara, Prov. Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 I - 1

Pemerintah Kabupaten Luwu Utara, Prov. Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 I - 1 BAB I PENDAHULUAN Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 I - 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang erselenggaranya Tata Pemerintahan yang baik good governance merupakan prasyarat

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018 WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Wilayah Administratif Menurut Kecamatan/Desa di Kabupaten Rembang Tahun 2015... II-1 Tabel 2.2. Jumlah dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN BAB VII PENUTUP KESIMPULAN Pencapaian kinerja pembangunan Kabupaten Bogor pada tahun anggaran 2012 telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari sejumlah capaian kinerja dari indikator

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BLITAR

PEMERINTAH KOTA BLITAR 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BLITAR NOMOR TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BLITAR, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014 dapat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 I.I. Latar Belakang... 1 I.2. Dasar Hukum Penyusunan... 3 I.3. Hubungan Antar Dokumen... 4 I.4. Sistematika Dokumen RKPD... 6 I.5. Maksud dan Tujuan... 7 BAB II. EVALUASI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2008 NOMOR 06 SERI D 01

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2008 NOMOR 06 SERI D 01 LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2008 NOMOR 06 SERI D 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan LAMPIRAN BAB II. Inflasi PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI Prov/Kab/Kota Tingkat Inflasi (%) Keterangan Prov Maret 0 (YoY) Kabupaten Maret 0 (bulanan)

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH

BAB II DESKRIPSI WILAYAH BAB II DESKRIPSI WILAYAH 1.1 Kondisi Geografis 2.1.1 Kota Magelang a. Letak Wilayah Berdasarkan letak astronomis, Kota Magelang terletak pada posisi 110 0 12 30 110 0 12 52 Bujur Timur dan 7 0 26 28 7

Lebih terperinci

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena pada tanggal 30 Desember 2013 Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2013 tentang

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Halaman

DAFTAR TABEL. Halaman v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Luas Wilayah Kabupaten/Kota se-provinsi Bali... 6 1.2 Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Jembrana tahun 2011...... 7 1.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Jembrana...

Lebih terperinci

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, pada tanggal 9 Januari 2012 Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun BAB I PENDAHULUAN LKPJ Tahun 2011 ini merupakan LKPJ tahun keempat dari pelaksanaan RPJMD Sulawesi Selatan tahun 2008-2013. Berangkat dari keinginan Pemerintah agar Sulawesi Selatan sebagai Provinsi sepuluh

Lebih terperinci

BAB I. Bogor. Kota. Laporan. Pemerintah. daerah mengerahkann. Karena. tata kelola. banyak kelebihbaikan. pemerintahan. masyarakat. yang.

BAB I. Bogor. Kota. Laporan. Pemerintah. daerah mengerahkann. Karena. tata kelola. banyak kelebihbaikan. pemerintahan. masyarakat. yang. BAB I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme telah secara tegas mengamanatkan tata kelola

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN KETAPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN KETAPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, Menimbang : a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius

Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius Visi : Ponorogo Lebih Maju, Berbudaya dan Religius Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Dan Sasaran Kabupaten Ponorogo Taget Sasaran Sasaran Target KET. 2016 2017 2018 2019 2020 Membentuk budaya keteladanan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN

BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Lamandau tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2013 dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii x xi BAB I PENDAHULUAN... I - 1 A. Dasar Hukum... I - 1 B. Gambaran Umum Daerah... I - 4 1. Kondisi Geografis Daerah...

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 SALINAN WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (1) dan (2)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (1) dan (2) PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB DAN PILIHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN TAHUN 2004 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 20088 TAHUN 2004 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT dan GUBERNUR PAPUA BARAT

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT dan GUBERNUR PAPUA BARAT PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Halaman

DAFTAR TABEL. Halaman v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Luas Wilayah Kabupaten/Kota se-provinsi Bali... 6 1.2 Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Jembrana tahun 2011...... 7 1.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Jembrana...

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 No. 9, 2008-1 - LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA PUSKESMAS DAN PERIZINAN SARANA PELAYANAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Kota Tangerang Tahun 2012 Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan kepada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH DAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA PEKALONGAN

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci