BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisi penyajian data penelitian dan triangulasi data dari sumber lain mengenai dukungan sosial keluarga yang diberikan kepada penderita skizofrenia pasca perawatan. A. PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Persiapan penelitian Pada tahap persiapan penelitian ini, peneliti mengacu pada konsep pra penelitian menurut Bogdan (dalam Moleong, 2006) yaitu meliputi: a) Penyusunan rancangan penelitian. Tahap ini meliputi, penyusunan bab 1 hingga bab 3 yang mencakup latar belakang, landasan teori, metode penelitian, kemudian mempersiapkan alat pengumpul data berupa penuntun wawancara (interview guide). b) Pemilihan lokasi Pada tahap pemilihan lokasi, awalnya peneliti beberapa kali melakukan survey ke beberapa rumah sakit jiwa di daerah Solo dan Semarang, serta beberapa panti rehabilitasi di daerah Boyolali dan Salatiga. Dari hasil survey tersebut, peneliti memperoleh nama calon partisipan dari panti rehabilitasi yang ada di kabupaten Boyolali. Keterbatasan peneliti dalam memenuhi persyaratan

2 berkas serta tidak ada pemberitahuan selanjutnya dari pihak rumah sakit jiwa, maka peneliti tidak mendapatkan calon partisipan dari pihak rumah sakit. Selain itu, dari panti rehabilitasi yang berada di kota Salatiga, peneliti memperoleh nama calon partisipan, namun setelah dihubungi, partisipan tidak bersedia untuk diwawancarai. Dengan demikian peneliti mencari nama calon partisipan berikut dari beberapa kerabat partisipan sendiri dan pada akhirnya peneliti menemui calon partisipan berikut di daerah Bandung. Dengan demikian, pemilihan lokasi telah ditetapkan oleh peneliti dengan pertimbanganpertimbangan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sehingga pengambilan data yang dimaksud dilaksanakan di Kabupaten Boyolali dan Kota Bandung sesuai dengan tempat tinggal partisipan penelitian. Dengan demikian, peneliti segera menyusun alokasi waktu serta menghubungi informan dalam penelitian ini. c) Memilih dan memanfaatkan informan Dalam hal ini pemilihan informan bertujuan untuk membantu peneliti mendapatkan partisipan yang sesuai dengan karakteristik yang akan diteliti, yaitu partisipan yang memiliki anggota keluarga penderita skizofrenia yang menjalani masa pasca perawatan, tinggal bersama anggota penderita skizofrenia, serta merawat anggota penderita

3 skizofrenia pasca perawatan dengan melakukan kontrol rutin dan pemberian obat secara rutin. Informan pertama adalah psikiater yang memiliki salah satu yayasan rehabilitasi mental di daerah Boyolali. Informan berikut adalah kerabat dari peneliti sendiri yang berdomisili di Bandung. Kedua informan membantu memberikan informasi mengenai beberapa partisipan yang memenuhi kriteria penelitian. Informan kemudian menjelaskan latar belakang partisipan serta kondisi calon partisipan kepada peneliti. Dari 4 nama yang diajukan informan pertama, peneliti memutuskan untuk memilih 2 nama partisipan dikarenakan hanya 2 keluarga tersebut yang bersedia untuk diwawancarai. Sementara dari informan kedua peneliti diperkenalkan dengan satu keluarga yang merupakan tetangga informan sendiri. Oleh karena topik penelitian yang diangkat peneliti dirasa sangat sensitif, sehingga kedua informan merasa perlu untuk melakukan pendekatan dengan partisipan terlebih dahulu sebelum dipertemukan dengan peneliti. Setelah kedua informan melakukan pendekatan dan merasa partisipan cukup nyaman, kemudian mereka memberikan informasi alamat partisipan dan peneliti sendiri yang mendatangi partisipan di tempat tinggalnya masing-masing. d) Mengurus perijinan Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan

4 cara informal, artinya tidak memerlukan surat ijin dari fakultas, dikarenakan partisipan merasa tidak membutuhkan surat tersebut. e) Tahap penjajakan dan penilaian lapangan Tahap ini dilakukan melalui perbincangan dengan partisipan pertama, yaitu ayah dari penderita skizofrenia, untuk partisipan kedua adalah anak dari penderita skizofrenia, sementara itu partisipan ke tiga adalah saudara kandung dari penderita. Perbincangan dengan ketiga partisipan dilakukan di rumahnya masing-masing. f) Persiapan perlengkapan Penelitian dilakukan dengan menyediakan alat-alat yang dibutuhkan dalam proses pengambilan data mencakup alat perekam, alat tulis, dan notes. g) Mengetahui persoalan etika Memberitahukan maksud dan tujuan penelitian secara terbuka kepada calon partisipan, hal ini telah dilakukan peneliti di awal pertemuan dengan ketiga partisipan. 2. Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data melalui wawancara dilakukan sebanyak empat kali terhadap partisipan pertama, tiga kali terhadap partisipan kedua dan dua kali terhadap partisipan ketiga termasuk triangulasi data. Pelaksanaan wawancara terhadap seluruh partisipan dimulai pada bulan September

5 Maret Partisipan pertama dan kedua adalah keluarga yang dipilih dan disarankan oleh psikiater yang selama ini merawat anggota keluarganya yang sakit. Sementara partisipan yang ketiga direkomendasikan oleh salah satu kerabat peneliti yang berdomisili di Bandung. Oleh karena peneliti belum pernah menemui ketiga partisipan sebelumnya, maka penjalinan rapport dilakukan dengan cara beberapa kali pertemuan terlebih dahulu. Untuk memastikan apakah ketiga partisipan memiliki karakteristik yang sesuai dengan penelitian, maka peneliti melakukan perbincangan dengan psikiater yang selama ini merawat anggota keluarga mereka yang menderita skizofrenia dan juga kerabat peneliti yang merupakan tetangga partisipan. Dari psikiater dan kerabat peneliti inilah, peneliti mendapatkan alamat rumah, nomor handphone serta gambaran singkat tentang ketiga partisipan. Untuk partisipan pertama dan kedua tersebut, peneliti langsung menemuinya di rumah mereka yang terletak tidak jauh dari panti rehabilitasi mental yang menjadi tempat pertemuan peneliti dengan informan (psikiater). Sementara partisipan ketiga juga langsung ditemui penleiti di kediamannya di kota Bandung. Ketiga partisipan menerima dan bersedia untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Pada wawancara awal (W0) peneliti sengaja tidak melakukan perekaman. Hal ini dimaksudkan untuk

6 membina rapport dan menghindari rasa tidak nyaman pada diri partisipan. Meski sifatnya informal, namun ketiga partisipan sempat bercerita tentang kehidupan anggota keluarga mereka masing-masing yang menderita skizofrenia juga sekilas tentang hal-hal yang telah dilakukan sebagai usaha dari keluarga untuk memberikan penanganan yang tepat terhadap penderita. Kemudian hasil pertemuan dan wawancara awal ini dituliskan peneliti pada bagian observasi. Dengan demikian, laporan verbatim wawancara awal (W0) tidak dimasukkan dalam transkrip, namun tercantum dalam laporan observasi. Setelah peneliti melakukan wawancara, dilanjutkan dengan mengolah data dan mengubah dalam bentuk transkrip (print out). Setelah melewati tahap tersebut, peneliti kemudian membuat janji dengan partisipan untuk menyerahkan transkrip serta meminta persetujuan dengan menandatangani surat pernyataan. B. ANALISIS Analisis data kualitatif menurut Moleong (2010) pada umumnya meliputi: reduksi data, kategorisasi, pemeriksaan keabsahan data, penafsiran data, dan kesimpulan. Setelah semua data diperoleh, baik wawancara maupun hasil observasi, maka peneliti kemudian melakukan analisis data sesuai dengan tahapan yang telah dirancangkan sebelumnya. Proses analisis data dimulai dengan pengetikan transkrip wawancara yang peneliti lakukan secara manual

7 dengan mendengarkan hasil rekaman sembari mengetik kata perkata. Selanjutnya peneliti menambahkan nomor (1, 2, 3, dst ) pada bagian kanan transkripsi disetiap barisnya agar memudahkan dalam proses analisis data. Peneliti juga mengetik hasil observasi lapangan yang peneliti kumpulkan pada saat pengambilan data berlangsung. Setelah proses pengetikan selasai, peneliti kemudian membaca transkrip wawancara, dan hasil observasi berulangulang hingga peneliti mampu menemukan alur dan juga menentukan tema-tema serta makna dibalik setiap kalimat yang diungkapkan partisipan penelitian baik secara verbal maupun non verbal. Tema dan makna tersebut peneliti tambahkan pada bagian kiri transkrip. Agar memudahkan dalam membaca dan menyajikan data, maka peneliti juga memberikan kode sesuai dengan nama dari setiap partisipan, yaitu untuk partisipan pertama DJ, partisipan kedua A dan partisipan ketiga YU. Hal yang sama juga berlaku bagi nama kerabat yang menjadi triangulasi, peneliti menuliskan dengan inisial nama keduanya. Selanjutnya peneliti mengelompokkan data ke dalam aspek-aspek yang digunakan dalam penelitian kemudian mencoba untuk membandingkan antara partisipan pertama, kedua dan ketiga. Adapun hasil kategorisasi berdasarkan masing-masing aspek dapat dilihat pada tabel yang terlampir.

8 C. DESKRIPSI PARTISIPAN 1. Partisipan 1 a. Gambaran umum partisipan 1 Nama : DJ TTL : Boyolali, 8 Agustus 1938 Umur : 75 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan Terakhir : Pendidikan Guru SLP Status : Menikah Agama : Islam Pekerjaan : Pensiunan Guru Partisipan adalah seorang bapak dari tiga orang anak yang saat ini berstatus sebagai pensiunan guru. Partisipan tinggal bersama istri, mertua dan dua orang anaknya di Kabupaten Boyolali. Sedangkan anaknya yang pertama, pada saat ini berdomisili di Semarang. Sehari-hari partisipan mencari kesibukan dengan pergi menggarap ladangnya. Partisipan bernama DJ. Ia memiliki seorang anak penderita skizofrenia yang bernama BB. Pada saat ini BB berusia 40 tahun. BB merupakan lulusan SMA Negeri Boyolali dengan jurusan A2 dan kemudian melanjutkan studi D3 pada salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Semarang, program studi teknik kimia. Masa studi BB hanya bertahan sekitar 3 semester atau kurang lebih satu setengah tahun. Menurut orang tua BB, hal yang menyebabkan BB tidak melanjutkan studi di

9 Perguruan Tinggi hingga selesai adalah karena BB yang sering menunjukkan gejala bingung karena tidak kuat mengikuti pelajaran yang diberikan oleh pihak Universitas. Kebiasaan BB yang mulai bingung dan juga suka marah-marah di rumah membuat DJ menyarankan BB untuk menjalani perawatan di RSJ Solo, namun hal ini tidak langsung ditanggapi secara baik oleh BB, oleh sebab itu DJ dan istrinya harus beberapa kali membujuk anaknya tersebut untuk pergi berobat. Pada akhirnya BB setuju dan diantar oleh DJ dan istrinya ke RSJ Solo. Pada saat itu BB hanya dirawat jalan selama beberapa bulan. Setelah itu BB disarankan oleh pihak keluarga untuk beristirahat, namun hal ini tidak di dengar oleh BB. Setelah BB merasa pulih dari sakitnya, BB memutuskan untuk mengikuti tes masuk Perguruan Tinggi dan hasilnya BB diterima di program studi FKIP Sejarah pada salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Semarang. Selama menjalani studi di FKIP Sejarah, BB juga aktif mengikuti kegiatan keagamaan. Menurut orang tua BB kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang beraliran keras dari salah satu agama. Oleh sebab itu, BB kembali tidak kuat dalam mengikuti ajaran agama tersebut sehingga BB kembali menunjukkan gejala bingung. Akhirnya BB harus dikeluarkan dari

10 Universitas lagi yang baru dijalaninya selama kurang lebih 6 bulan. Karena gejala bingung dan marah yang sering ditunjukkan oleh BB, maka keluarga memutuskan untuk membawa BB menjalani perawatan di RSJ Solo. Di sana, BB menjalani masa perawatan selama kurang lebih 2 bulan. BB telah 2 kali menjalani rawat inap di RSJ Solo selama kurang lebih 2 sampai 3 bulan untuk setiap kali perawatan. Pada saat ini partisipan dan istrinya memiliki tanggung jawab penuh untuk merawat BB dalam masa pasca perawatan RSJ dan juga membawa BB untuk melakukan kontrol rutin ke Psikiater terdekat. 2. Laporan observasi selama wawancara Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 11 Septermber 2012, pukul di rumah partisipan. Pada saat peneliti datang, istri partisipan yang membukakan pintu rumah dan mempersilahkan peneliti masuk. Setelah peneliti dipersilahkan duduk, kemudian partisipan dipanggil oleh istrinya untuk menemui peneliti. Setelah partisipan datang, peneliti mulai meminta ijin untuk merekam dan menjelaskan kembali tujuan untuk datang ke rumahnya pada sore itu. Wawancara berlangsung di ruang tamu, dengan posisi duduk peneliti yang berhadapan dengan DJ.

11 Pada saat mulai wawancara peneliti mulai menanyakan beberapa informasi umum mengenai identitas anak yang sakit terlebih dahulu. DJ menjawab setiap pertanyaan yang diberikan dengan tenang dan dengan suara yang cukup tegas. Semua informasi mengenai anak DJ yang selama ini menderita skizofrrenia di ceritakan secara runtut, mulai dari waktu anaknya mulai sakit. Beberapa pertanyaan terkait awal mula sakit, dijawab partisipan dengan sesekali tertawa. Ia menceritakan bagaimana anaknya menunjukkan ketidakmampuan dalam menjalani masa perkuliahan di teknik kimia UNDIP-Semarang, sehingga hal ini mengakibatkan kebingungan dan perasaan tertekan yang membuat anaknya menjadi seperti ini. Beberapa waktu lamanya ketika sedang mewawancarai DJ, istri DJ datang sambil membawa minuman untuk DJ dan peneliti sambil mempersilahkan kami untuk meminumnya. Setelah itu, peneliti meminta ijin untuk kembali melanjutkan wawancara dengan DJ. Pada saat itu istrinya tidak langsung kembali ke dapur, melainkan duduk di dekat pintu yang menghubungkan ruang tamu (tempat kami melakukan wawancara) dan warung, sambil menunggui warung tersebut. Beberapa informasi yang ditanyakan oleh peneliti terkait pengobatan dan waktu dirawat anak DJ, dijawab

12 DJ dengan bantuan istrinya karena DJ kesulitan dalam mengingat kembali kronologis beberapa kejadian pada saat dibawa ke rumah sakit, menjalani pengobatan di rumah sakit, kembali ke rumah, dan sebagainya. Selanjutnya, pada selang beberapa menit setelah berjalannya wawancara, anak DJ yang sakit (BB) datang dan ikut duduk di dekat kami berdua. BB menyapa peneliti dan kemudian mengajak peneliti bercerita, tetapi DJ kemudian menegaskan kepada BB bahwa peneliti membutuhkan waktu untuk berbicara dengan DJ. Selanjutnya BB tetap duduk di dekat peneliti dan DJ dan berbicara seorang diri. Pada saat pertanyaan yang diajukan peneliti mengenai bagaimana BB pada awal sakit dan gejala yang ditunjukkan, DJ menjawab dengan nada yang mulai pelan, seolah-olah apa yang dikatakan jangan sampai didengar oleh anaknya yang pada saat itu duduk di situ. Selain itu, pada saat DJ sedang menjelaskan beberapa penyebab yang diketahuinya sebagai salah satu pemicu sakitnya BB, istri DJ langsung ikut berbicara. Menurut istri DJ, DJ sering memanjakan BB pada masa kecilnya. BB tidak diperbolehkan untuk bekerja keras, karena itu pada saat menerima tantangan dalam perkuliahan, BB menjadi sosok yang tidak kuat, dan mengakibatkan dia menjadi kebingungan serta terdapat gangguan pada syarafnya. Pada saat istrinya menjawab demikian, DJ hanya

13 menatap ke arah luar rumah sambil terdiam dan tidak banyak berbicara. Setelah itu, peneliti memohon ijin kembali kepada istri DJ untuk melanjutkan wawancara dengan DJ. Pada saat itu istri DJ masih duduk di dekat pintu dan beberapa menit kemudian kembali ke warung untuk melayani pembeli yang datang. Wawancara kedua dilaksanakan tanggal 26 September 2012, pukul , bertempat di ruang yang sama seperti wawancara pertama. Pada saat itu, DJ baru saja kembali dari ladang. Seperti wawancara sebelumnya, peneliti dan DJ diberikan minuman oleh istri DJ. Kami melanjutkan wawancara sambil menikmati minuman yang telah disediakan. Wawancara kedua berlangsung lebih lama. Peneliti menanyakan beberapa hal untuk memastikan jawaban dari hasil wawancara pertama. Pada wawancara kali ini, DJ lebih terbuka menceritakan apa yang dialami dirinya dan keluarganya ketika harus merawat BB. Seperti halnya wawancara sebelumnya, DJ menjawab pertanyaan dengan sangat tenang, dan dengan nada suara yang tegas. Beberapa pertanyaan terkait apa yang biasa dilakukan BB sehari-hari dijawabnya sambil tertawa. Ketika peneliti menanyakan mengenai perasaannya terkait dengan memiliki anak yang menderita sakit ini, volume suaranya langsung

14 mengecil. Sambil tertunduk dan sedikit tertawa kecil, DJ mengatakan bahwa ia sedih dan hanya bisa tetap memohon kepada Tuhan. Sedangkan, untuk pertanyaan selanjutnya mengenai apa yang biasa BB lakukan dalam kesehariannya, tiba-tiba dijawab ia dengan volume suara yang kembali meninggi. Beberapa kali DJ mengeluh mengenai BB yang tidak ingin melakukan banyak hal, padahal ia telah menyarankan bahkan mengajak BB untuk bersama-sama melakukan kegiatan-kegiatan yang menurut DJ mudah untuk dilakukan. Pada wawancara ketiga, yaitu tanggal 29 September 2012, pukul WIB, partisipan terlihat kurang bersemangat dalam menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan. Tidak seperti wawancara ke dua, partisipan hari itu terlihat lebih diam. Pada saat wawancara, peneliti sempat bertanya mengenai tindakan atau perilaku DJ ketika ia sedih karena melihat tingkahlaku BB. DJ pada saat itu hanya menatap keluar sambil menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti, beberapa kali DJ melihat ke arah peneliti dan terlihat dengan jelas mata DJ yang berkaca-kaca ketika mengatakan bahwa ia hanya bisa berpasrah kepada Tuhan sambil tetap berharap akan ada perubahan dalam diri BB. Selanjutnya pada saat menjawab pertanyaan peneliti terkait hal yang sudah ia lakukan untuk

15 membantu BB, partisipan hanya mengeluh karena merasa jemu dengan sikap BB yang tidak juga berubah. Hal ini dikatakannya sambil menggelengkan kepala dan sesekali menarik napas panjang. Setelah cukup banyak bertanya, peneliti memutuskan untuk mengakhiri wawancara pada sore itu, karena menimbang kondisi DJ yang tidak begitu aktif dalam menjawab pertanyaan seperti wawancara-wawancara sebelumnya. Peneliti menduga hal ini dikarenakan DJ masih merasa lelah karena baru saja kembali bekerja dari ladang. 3. Analisis verbatim Analisis verbatim P1W1 Makna Verbatim Marah sebagai emosi Ya, pertama dulu sering yang menonjol pada saat marah. (P1W1 28) kambuh. Kambuhnya yah marahmarah. (P1W1 42) Cara untuk bisa membawa Tapi kalo saya antar ke sana penderita berobat adalah ditipu kok. Kalo apa adanya dengan membohongi dan gak mau. Jadi harus dibujuk merayu penderita rayu baru mau (P1W ) Ibu berperan dalam Oh biasa ibu. Kalo ke rumah memberikan dukungan ke sakit tidak dibujuk ibu, tidak

16 penderita untuk pergi ke rumah sakit. Ciri yang ditunjukkan oleh penderita ketika keadaannya membaik adalah mau diajak ke RSJ dengan menggunakan sepeda motor. Ciri lain yang penderita ketika kondisinya membaik adalah nafsu makan yang besar dan emosi gembira yang ditunjukkan, sedangkan dalam kondisi kambuh, penderita terlihat sedih. Aktivitas yang dilakukan oleh penderita ketika penderita dalam kondisi yang tidak kambuh. mau. Kalo ke solo itu, ibunya yang merayu. Tapi kalo udah agak sehat ke sana biasa dengan saya. (P1W ) Tapi kalo udah agak sehat ke sana biasa dengan saya. Kalo pas keadaannya baik, naik sepeda motor itu berani kemana-mana itu. Pas keadaannya agak normal (P1W ) Pokoknya kalo jajannya banyak, kalo makannya banyak itu agak normal. Yah makannya banyak, ada orang odong-odong datang itu jajan gembira. Tapi kalo gak kelihatannya sedih. (P1W ) Ya anu, nyapu, kulaan dagangan, kulaan bensin mau kok. Kulaan itu senang tapi setelah kulaan, yah jajan, beli es, ya kesenangannya itu memang

17 Partisipan dan istrinya membiayai perawatan anaknya. Keaktifan dalam bekerja pada penderita dalam kondisi yang sedang tidak kambuh berdampak pada sedikitnya jumlah obat yang harus dikonsumsi. Partisipan berperan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari penderita. Penderita diberikan (P1W ) Yah saya yang biayai perawatannya sama ibu. Disini sudah ringan kok, anu periksanya 50ribu. Obatnya yah ringan, 150 rata-rata (P1W ) Yah, jatah satu bulan bisa untuk dua bulan. Soalnya kalo dia mau kerja siang, malam tidak perlu makan obat. Nanti udah tidur sendiri kok. Otomatis itu. Tapi kalo siangnya itu kerja tidak banyak, obatnya yang banyak gitu. Intinya, kalo kerjanya banyak, obatnya dikit, biayanya ringan. Hanya makannya juga banyak. (P1W ) Iya, saya yang layani, yang ngontrol kebutuhannya. Uangnya ambil sendiri di warung (sambil tertawa) (P1W ) Ya, sudah ditentukan,

18 pengarahan dan dilibatkan dalam melakukan kegiatan berdagang namun hal tersebut tetap dikontrol oleh P. Partisipan berperan dalam mengontrol konsumsi obat penderita, karena penderita tidak mampu mandiri dalam mengatur jadwal untuk minum obat. Ibu mempunyai keterbatasan waktu dalam mengurus penderita. P berendapat bahwa beban kuliah yang berat menjadi salah satu penyebab munculnya penyakit. P mengarahkan penderita termasuk caranya kulaan. Pembeliannya sekian, jualnya sekian. Disitu sudah saya tulis, saya beritahu juga untuk mengecek jujur tidaknya. (P1W ) Iya, kalo untuk minum obat, saya kontrol terus obatnya. (P1W1 94). Yah kalo tidak dikontrol, seenaknya sendiri. Kecuali makan, lauk pauknya tidak usah dikontrol. (sambil tertawa). (P1W ) Kalau ibu tidak, gak sempat, harus masak, cuci, apalagi mertua saya disini, ngurusi orang tua. (P1W ) Cita-citanya dulu teknik kimia, tapi tidak kuat. Setelah itu disuruh istirahat dulu 2 tahun tidak mau. Ikutan teman, tapi tidak ngukur kemampuannya sendiri. (P1W ) Keinginannya terlalu tinggi,

19 memilih jurusan yang sesuai kemampuan penderita, namun penderita mengabaikan arahan tersebut. P bermaksud melibatkan penderita untuk beraktivitas, namun penderita tidak memiliki minat untuk melakukan kegiatan tersebut. tapi diarahkan angel. Kimia tidak kuat kemudian diarahkan oleh kiai dari adiknya ibu supaya istirahat 2 tahun, tidak mau kok (P1W ) Tidak mau ikut kegiatan apapun dia (P1W1 111). Yah, kalo saya ke ladang saya ajak tapi dia tidak mau (P1W1 116) P merasa jenuh dalam menyarankan penderita untuk melakukan aktivitas. P tidak memaksa penderita untuk melakukan kegiatan untuk menghindari konflik yang dapat terjadi. Kekhawatiran P terhadap penderita ketika penderita berpergian, membuat P memberikan arahan Oh nyaranin ikut kegiatan ini itu, sampai jemu. (P1W1 114) Oh kalo dipaksa malah anu repot. Mau yah ikut, tidak mau yah ga ikut (P1W ) Oh diberitahu, jalan belakang, kalo lewat jalan besar gak mau kok. Gak berani. Soalnya waktu di

20 mengenai jalan yang dapat dilewati. Pengalaman penderita yang pernah melanggar peraturan lalulintas karena jalan pemikirannya yang kurang rasional. Dalam kondisi yang membaik (tidak kambuh), penderita mampu melakukan aktivitas berdagang. Keluarga memberikan pengarahan dan mendorong penderita untuk beraktifitas atau melakukan suatu pekerjaan di rumah pada saat penderita dalam kondisi baik. P merupakan sosok yang ditakuti oleh penderita. Semarang simnya diambil polisi. (P1W ) Pikirannya udah goyang, ada lampu merah nekat kok. Kalo sekarang udah mulai normal (P1W ) Yah iya, kulaan dagangan itu bisa. Tapi kalo udah agak normal (P1W1 139) Yah nyatat, kalo ada yang beli terus utang, ditulis semua. Kalo dia lagi pikirannya normal, saya suruh ke toko, kulaan dagangan, tapi kalo gak yah gak. Biasanya saya juga sarankan nyapu, terutama ibunya. Kalo gak gitu yah gak mau. Gak mau bangun kalo gak dibangunin (P1W ) Yah, saya bilang, dia agak takut kalo dengan saya

21 P menasehati penderita dengan menunjukkan kemarahan, namun hal ini dibatasi agar tidak terjadi konflik yang besar antara keduanya. Penghargaan yang diberikan oleh keluarga jika penderita melakukan hal yang baik. Pemberian nasehat dengan tidak menunjukkan sikap marah karena menghindari konflik yang akan menyusahkan P dan keluarga. Keluarga mendorong penderita untuk meniru hal yang baik dari anggota keluarga lain. (P1W1 151) Oh pernah marah banget saya waktu dulu. Yah saya batasi marahnya makanya, supaya nanti tidak ada dendam. Ya toh, soalnya pikirannya udah terganggu. (P1W ) Misalnya kalo kerjaannya baik yah diberi hadiah, kayak permen dan sebagainya. (P1W ) Kalo dimarahin malah repot nanti. Lah kadang-kadang saya ajak kemana gitu juga ikut. Kadang gak juga (P1W ) Yah itu kasih contoh keluarga sendiri, dibilangin biar lihat kakaknya yang berhasil, adiknya juga sudah bekerja. (P1W )

22 Analisis verbatim P1W2 Makna Verbatim Keluarga mengarahkan Dia sakit, terus disuruh penderita untuk berhenti istirahat dulu, nda mau. sekolah sementara waktu, Terus keluar, sekolah lagi namun penderita katanya saudaranya di mengabaikan arahan semarang, disuruh tersebut. istirahat 2 tahun dulu, tidak boleh sekolah dulu biar pikirannya tenang. Dia tidak mau, kemudian beberapa bulan ikut itu, aduh namanya apa. Masuk perguruan tinggi namanya apa itu loh (P1W2 7-11) Nasehat untuk beristirahat Iya sakit, disuruh istirahat setelah pasca perawatan tidak mau, terus beberapa dari keluarga diabaikan bulan melu testing lagi ke oleh penderita yang ingin perguruan tinggi negeri mengaktualisasikan (P1W ) dirinya dalam dunia pendidikan. Pemikiran yang sering Ya anu, sering bingung itu berubah-ubah atau tidak loh. Pokoknya konsisten serta pemikirannya berubahubah. (P1W2 kebingungan menjadi 25-27)

23 gejala yang ditunjukkan penderita Keadaan dan kegiatan penderita pada saat di salah satu RSJ di Solo Perawatan di rumah sakit dipilih keluarga sebagai cara untuk memulihkan penderita yang sering menunjukkan gejala bingung di rumah. Ada penanganan yang lebih baik yang diberikan oleh salah satu psikiater. Penderita mencoba mengaktualisasikan 2 kali yah, di opname. Di solo itu yah dicampur itu sama orang seng anak yang tidak sekolah, yang sekolah sd, smp, sma, perguruan tinggi dicampur. disana itu tidak dilatih, dibiarke tidur, repot toh (P1W ) Rawat jalan dulu di rumah. Udah di rumah jadi bingung, akhirnya diopname sampai kirakira 2 bulan (P1W ) Kalo dengan bu A iya, perbedaannya banyak. Kalo bu A itu misalnya cara menangani dan memberi perhatian ke orang sakit itu (P1W ) Bar loro, durung di opname trus ada buka

24 dirinya dengan berusaha melanjutkan studi serta mengikuti pengajaranpengajaran agama, namun penderita tidak mampu untuk melanjutkan pilihannya tersebut. P membandingkan kebiasaan anak-anaknya di rumah, dan salah satu kebiasaan penderita sendiri sebelum sakit yaitu menghindari kegiatankegiatan di luar rumah. Penerapan pola asuh yang berbeda oleh P terhadap adik penderita (anak P yang ketiga) setelah melihat kondisi penderita yang menderita gangguan pendaftaran, dia tes, masuk. Setelah itu sekolah fkip, kemudian ikutan pengajian juga yang aliran keras. Terus ga kuat ajarannya, ga kuat sekolahnya, yah jadi bingung toh. Sarafnya itu udah renggang (P1W ) Lah anak yang nomor 1 itu kuat yang terakhir ya kuat kok, hanya yang nomor 2 ini yang ga kuat. Soalnya mereka itu ikutan kegiatan apa-apa. Ikut karate, hanya BB yang ga mau ikut apa-apa, ga mau kerja apa-apa, jadinya kayak gitu. (P1W ) Berhubung anak saya yang nomor dua kayak begitu, jadi anak saya yang nomor 3 itu saya suruh ukur kemampuannya kalo

25 jiwa. Biaya pengobatan yang mahal menjadi salah satu masalah yang dialami keluarga dalam merawat penderita di rumah. P mencari informasi mengenai psikiater yang dapat menangani perawatan anaknya. Ada perubahan perilaku penderita ke arah yang sekolah, jangan ikutan konconya. Terus aku ajak kulaan, ke pasar. Saya latih biar ga malu kayak kakaknya ini. Sejak dulu kan ga ada kerjaan (P1W ) Iya balik Solo, tapi obatnya mahal. Di sana itu 1 minggu habisnya 2 juta loh. Iya, mahal itu di Solo. Tiap bulan yah rawat jalan yah mahal banget itu. Obatnya itu dulu pertama habisnya 30 ribu, jaman dulukan itu mahal. Sekitar tahun 91 itu. Berat kok ongkosnya itu (P1W ) Dulu anu, disitu ada yang sering berobat ke sana. Jadi mereka memberi tahu toh. Ya, ketemu bu A (psikiater) (P1W ) Oh ga diopname, hanya obat jalan saja. Iya,

26 lebih baik Pemberian saran oleh psikiater kepada keluarga terkait konsumsi obat penderita. Partisipan/keluarga melibatkan penderita untuk melakukan pekerjaan rumah seharihari. Pemberian obat, melibatkan penderita untuk beraktifitas dan soalnya sekarang udah mau disuruh. Dulukan ga mau (P1W ) Iya sebulan. Tapi bu A pernah berkata kalo waktu siang banyak bekerja, obat tidurnya tidak usah di anu tidak usah diminum. Jadi kalo siangnya sudah kerja sudah rajin bekerja tidak perlu dikasih obat. (P1W ) Ya belum, setelah saya bilang baru lakukan. Buang sampah, kalo saya suruh saja. Ya jaga warung. Kalo dia jaga dibayar pake uang 50an, masih bingung balikin. Dia itu ga mau terima uang yang sobek, yang jelek, yah ada baiknya juga sih (P1W ) Ya anu, disuruh bekerja itu menurut kemampuannya sendiri.

27 memberikan pengarahan sebagai salah satu cara yang digunakan dalam menangani penderita. Pemberian obat menjadi pilihan yang diambil P bagi penderita daripada menasehati, karena menghindari konflik yang akan menyusahkan P dan keluarga. Psikiater memberi pengaruh baik dalam pemulihan penderita. Berbicara sendiri, kecenderungan untuk mudah marah, dan pemikiran yang terganggu merupakan perilaku yang ditunjukkan oleh penderita. Seperti buang sampah itu. (P1W ) Tapi saya juga beri obat setelah itu tidur dia. Kalo diomongin yah angel itu. Jadi saya kasih obat saja diberitahu susah, kalo dibilangin malah repot. (P1W ) Mau, sudah diberitahu sama bu A kok. Jadi pengaruhnya bu A itu baik terhadap orang sakit itu. (P1W ) Ga, paling hanya ngomong-ngomong sendiri aja. Kalo marah sudah jarang itu. Kalo sudah gitu dikasih obat saja supaya ga marah. Kalo diberitahu yah ga masuk kok ke pikirannya. Diberitahu pikirannya sudah tidak menerima.

28 Ada perasaan sedih dan bingung yang dialami oleh keluarga penderita. Pemberian nasehat dan obat oleh P kepada penderita ketika penderita mulai kambuh. P melibatkan anggota lain untuk mendukung pemulihan penderita dengan memberikan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya. P mengalihkan kemarahan penderita ke aktivitas yang dapat dilakukannya, namun perhatian dan minat dalam mengerjakan aktivitas tersebut cepat beralih. (P1W ) Oh iya, sedih. ini sudah jatah. Jatah dari Tuhan (sambil tertawa) sudah jatah dari Tuhan ini. yah kadang mumet saya. (P1W ) Yah diberitahu toh dengan kata-kata lunak, terus diobatin tadi udah. Ya kasih tau ini obatnya dari bu A, harus diminum (P1W ) Biasanya saya libatkan adeknya atau kakaknya, gitu aja. Dulu dikasih kerja sedapatnya. (P1W ) Oh dulu iya, marah tapi saya beritahu yang lunaklunak. Misalnya kalo ada kesempatan saya alihkan untuk mengerjakan hal lain. Seperti mengetik sesuatu, pakai mesin

29 Aktivitas penderita saat membaik di rumah tetap dikontrol P, sehingga penderita tetap konsisten terhadap pekerjaan yang telah dipercayakan kepadanya. Salah satu kehilangan minat penderita untuk bekerja, menurut P adalah karena kurangnya keterlibatan penderita dalam kegiatan-kegiatan ketik. Tapi baru beberapa hari udah ogah kok. Udah gak mau ngetik lagi pakai mesin ketik itu (P1W ) Yah anu, di rumah itu, kulaan dagangan pakai sepeda motor. Yah kulaan dagangan yang lain, yah pekerjaan rumah, yah nyapu, tapi kalo gag diperintah yah gag mau. Kalo gag dikasih tahu yah tidur lagi. Iya, lah tugasnya menutup pintu warung kalo udah malam, yah kalo tidak diperintah yah di kamar terus. Lebih banyak di kamar dia (P1W ) Lah ini karna di Solo ga diberi ladang kerja jadi tidur makan, tidur mandi. Keterusan sampai rumah (P1W )

30 pada saat penderita menjalani perawatan di RSJ. Ketakutan P akan terjadinya suatu masalah atau konflik ketika penderita keluar rumah terlalu lama. Adanya upaya untuk tetap sabar yang dimiliki oleh keluarga dalam mendukung pemulihan penderita. Penderita mengalami penurunan daya ingat. P merasa tugas dan Saya yah takut, pikirnya dia diapakan orang, ternyata mampir tempatnya teman (sambil tertawa). Lah pakai motor tidak bawa surat itu loh kalo ketangkap yah repot saya (P1W ) Yah diberi tahu lagi, habis gimana lagi, hanya bisa beritahu dia. Kalo ga sabar yah susah sendiri (sambil tertawa) gitu. Apalagi dia sakit jiwa toh. (P1W ) Oh sering, lebih banyak lupanya, jadi harus diingatin. Dari 10 kali yah yang tidak lupa satu kali (sambil tertawa). Ingatannya udah agak turun itu. (P1W ) Iya toh, tugas orang tua

31 tanggung jawabnya sebagai orang tua berat. P mencoba memfasilitasi penderita yang memiliki keinginan untuk kembali bersekolah, dengan tetap mengarahkan pemilihan jurusan yang lebih mudah daripada teknik. Usaha partisipan/keluarga untuk terus memberikan saran dan pengarahan kepada penderita. Perasaan sedih dialami oleh keluarga penderita, karena harus menerima keadaan atau nasibnya. Kondisi penderita terlihat membaik dalam hal menangkap informasi seperti itu yah berat (P1W2 230) Yah saya tahu dia pengen sekolah lagi tapi sudah terlanjur putus syarafnya yah repot. Saya tuh suruh yang rendah dulu jangan yang tinggi-tinggi kayak teknik itu kan repot (P1W ) Saya menyarankan hampir tiap hari tapi tidak masuk sini kok (sambil menunjuk ke kepala). Kadang saya beri saran 10 kali, hanya 1 kali yang masuk disini (menunjuk ke kepala) (P1W ) Yah sedih, mau gimana lagi. Sudah jatahnya yah. (P1W2 254) Yah komunikasi tetap sering itu, tapi sukar menangkap. Ini udah agak

32 yang diberikan oleh P Ada dorongan dari keluarga bagi penderita untuk melakukan pekerjaan demi pemulihan penderita. P dan penderita jarang melakukan komunikasi, jika tidak begitu penting hal yang ingin dibicarakan. Kesulitan P dalam memberikan saran kepada penderita karena kesulitan penderita dalam menerima saran-saran tersebut. Penderita mengalami baik. Sekarang udah agak mudeng. Udah agak mudah dibilangin. Dulu angel kok (P1W ) Yah saran untuk banyak kerja, sehingga penyakitnya berkurang. Terus obatnya berkurang. Iya, sering saya lakukan, saya suruh BB kerja toh. Tapi kalo ke ladang, gak mau. Yang disenangi aja dilakukannya. (P1W ) Aduh, jarang itu ngobrol, tidak pernah. Seperlunya aja (P1W2 297) Yah sesekali aja. Kalo saya ngomong 10 kali yang diterima 1 tok (P1W2 302) Iya toh, diberi tahu besok

33 penurunan daya ingat Penderita hanya melakukan hal yang diminati. Partisipan menyadari perbedaan antara anaknya yang menderita sakit dan anaknya yang lain. udah lupa misalnya menutup pintu, kalo tidak diberitahu yah sampai malam tidak ditutup. Iya toh, dia itu tidak berubah, pikirannya tidak menerima kalo dibilangin (P1W ) Iya, sering saya lakukan, saya suruh BB kerja toh. Tapi kalo ke ladang, gak mau. Yang disenangi aja dilakukannya. (P1W ) Kalo anak saya pikiran lancar jadi tidak perlu diberitahu, kalo yang ini kan diberitahu tapi gak mau denger, malah baca koran terus kerjaannya, kalo yang nomor 1 yah rajin, kalo yang kecil juga ranking 1 terus kok. Ini yang nomor 2 lebih istimewa, jadi agak diatur (P1W )

34 Upaya P dalam memberikan reward kepada penderita agar penderita termotivasi dalam mencari pekerjaan yang sesuai kemampuannya. Penurunan daya ingat membuat penderita sulit bertanggung jawab terhadap suatu hal. P merasa jenuh dan kesulitan dalam memberikan nasehat dan petunjuk karena keterbatasan kemampuan kognitif penderita dalam menerima informasi dan memberikan respons yang tepat. Ya saya tetap beritahu, tapi dengan kalimat yang lunak-lunak. Misalnya besok kalo udah punya anu kalo kerjaannya sudah baik ajak piknik misalnya, ke tempat siapa saya ajak (P1W ) Yah iya, tapi menerima saja. Biasa baru dikasih tau seketika udah lupa. Semisal dirumah piring udah bersih, terus dipakai, kalo tidak dibilang yah tidak dicuci kok (P1W ) Yah, udah dibilang sampai jemu sendiri. Diberitahu sekarang nanti udah lupa kok. Yah repotlah. Disini kan (sambil tunjuk kepala) ingatannya udah tidak sampai. Katanya bu A kalo disini sudah tidak sampai, tidak baik kok.

35 Penderita hanya melakukan pekerjaan yang dikehendakinya. Adanya perubahan perlakuan terhadap penderita oleh salah satu anggota keluarga (anak ketiga P) setelah memahami kondisi penderita Ditanya A sering jawab B. Kemana, misalnya ke utara jawabnya ke selatan. Misalnya begitu. Kerjaannya apa? Belum bekerja tapi katanya udah bekerja. kalo ditanya udah urut yah baik, tapi kadang-kadang tidak urut. (P1W ) Ya iya, kalo tidak sesuai keinginannya tidak mau. Umpama disuruh kasih makan burung itu, nda mau. Bukan kehendaknya sendiri (P1W ) Oh ya dulu, sekarang udah tidak pernah. Sebelum Yusuf bekerja itu yah sering marah. Yah itu kan belum tau kalau masalah itu begini-begini. Setelah Yusuf sudah saya beritahu, terus dia juga udah mulai bekerja, setelah itu mulai berubah

36 pikirannya. Tidak menghiraukan. Malah sekarang kalo punya oleholeh malah diletakkan dimeja, BB minta yah dia iya aja (P1W ) Analisis verbatim P1W3 Makna Verbatim Peran psikiater yang baik Yah waktu belum ke bu A membuat frekuensi emosi yah iya marah-marah, marah penderita sekarang udah gak (P1W3 berkurang 10-11) Upaya yang dilakukan P Iya, saya bawa ke Solo adalah membawa itu, karena bingung terus. penderita ke RSJ ketika Tapi dia gak mau, jadi menunjukkan gejala diberi nasehat oleh ibunya bingung, namun hal baru mau dia. Yah terus tersebut melibatkan peran pake motor ke sana. ibu dalam merayu Kadang pakai bis (P1W3 penderita untuk mau pergi 19-21) berobat. P menyadari perlakuan Yah saya kerasi sungguh. terhadap anaknya dengan Sekarang tidak. Yah memukul kurang tepat, pernah mukul, tapi saya sehingga adanya hati-hati jangan sampai

37 perubahan perlakuan pada saat ini. Perasaan dan kesulitan yang dialami keluarga dalam merawat penderita. P berusaha menerima keadaan yang dialaminya dan keluarganya Membawa penderita ke psikiater dan berdoa adalah upaya yang dilakukan keluarga dalam merawat penderita. kepala. (P1W ) Yah, saya rasa repot. Pikiran saya. Diberitahu sekali malah seketika yah taat. Misalnya nunggu warung sebentar, setelah itu keluar pergi jajan. (P1W ) Yah anu, jatahnya sudah begitu. Perubahannya hanya sedikit. Yang penting dia gak ke manamana itu loh. Kalau ke mana-mana ya repot. Dulu pernah ke Semarang sendiri ke rumah kakak saya. Yah kakak saya telpon beritahu (P1W ) Yah paling-paling saya bawa ke dokter A itu. Setelah itu yah tetap permohonan sama Tuhan itu tetap ada. Selain bawa ke bu A. Yah doa ke Yang

38 Permohonan P kepada Tuhan untuk menyembuhkan anaknya. Sikap pasrah P dan pilihan untuk berusaha tetap senang dalam merawat penderita. Ketidakmampuan penderita untuk berinisiatif melakukan pekerjaan di rumah merupakan kesulitan yang dihadapi keluarga. di Atas. Tapi perbandingan ke yang dulu, dulu sering pergi jauh-jauh, sekarang tidak. (P1W ) Yah, saya minta permohonan kepada Tuhan supaya ada perbaikan atau kalau bisa sembuh. Hanya kalau ada perubahan sedikit-sedikit udah senang aku (P1W ) Yah udah ada perubahan sedikit. Yah senang tidak senang saya buat senang soalnya anak kan tidak hanya satu (P1W ) Yah disuruh kadang mau kadang tidak. Misalnya pagi disuruh buang sampah itu tidak mau. Maunya siang, tapi kalo siang ya kadang dibuang, kadang tidur. Mencuci piring yah kalau

39 Keluarga merasa kasihan berkaitan dengan kondisi dan keterbatasan penderita. Keluarga berusaha melibatkan penderita dalam kegiatan kerohanian. Penderita pernah mencoba bekerja di bagian pemasaran barang setelah pasca perawatan pertama diperintah yah satu kali dua kali, terus lain kali sudah tidak mau lagi. Jadi semua harus saya atau ibu perintah dulu (P1W ) Yah saya kasihan dia kemampuannya terbatas. Yah diberitahu satu dua setelah itu lupa kok (sambil tertawa). Yah, saya kasihan, anak soalnya kok (sambil tertawa) (P1W ) Yah sering saya ajak ke mesjid, kadang-kadang mau, kadang-kadang tidak. Kalau mau yah datang, udah siap-siap sebelum ke mesjid, tapi kalo pas tidak mau yah tidur. (P1W ) Yah sekitar 3 atau 4 bulan. Dia kerja jadi bagian promosi mesin cuci. Yah soalnya tidak

40 kali, namun terpaksa keluar karena keterbatasan yang dimilikinya menjadi penghambat dalam pekerjaannya. Upaya P dalam melibatkan penderita untuk melakukan beberapa kegiatan dengan pemberian reward tidak mampu menumbuhkan minat penderita. Biaya pengobatan penderita ditanggung oleh keluarga. Saat ini, ada perasaan lega karena adanya keringanan biaya pengobatan. Partisipan mendukung pemulihan penderita dengan berkonsultasi ke psikiater dan menyampaikan informasi tersebut ke penderita. bisa memasarkan barang, kan itu harus pintar omong. Lah pikirannya gak nyampe kok (P1W ) Ya malah saya ajak tidak mau kok. Umpama mau yah saya beri uang 5000 atau berapa, tapi tetap tidak mau. Iya, umpama mau. Tapi tidak mau. Saya ajak tidur ke tempat mba e sana juga ga mau kok (P1W ) Yah dari saya, uang pensiun saya. Sekarang udah mendingan, ringan juga biayanya (P1W ) Yah, kalau saya ke bu dokter, kalo bu dokter memberikan saran apa, kadang-kadang saya tulis itu. Saya beritahu, tapi beberapa hari dia lupa lagi

41 Saran yang diberikan psikiater kepada P dan penderita dalam hal perawatan penderita di rumah. Partisipan melibatkan penderita dalam kegiatan kerohanian supaya ada perubahan yang lebih baik. P memilih untuk tidak memaksa penderita melakukan kegiatan yang tidak disenanginya karena menghindari konflik. kok, kalo tidak diingatkan. (P1W ) Yah bu dokter mengatakan kalau siang itu rajin bekerja atau membantu tidurnya malam tidak usah minum obat tidur. Obatnya otomatis kan berkurang, terus berkurang biayanya (P1W ) Yah suruh ikut ke mesjid, jumatan. Kadang-kadang mau, kadang-kadang tidak. Tapi kalo saya ajak ke mesjid itu ada perubahan, tapi kadang tidak mau kok. (P1W ) Tidak, dipaksa malah kemana-mana repot. Kalau saya ajak, pulangnya malah nyari jajan, yah repot. Setiap ada warung berhenti yah repot (P1W )

42 Setelah melakukan analisis wawancara partisipan, langkah selanjutnya adalah melakukan proses kategorisasi tema, yang mana melalui proses ini menghasilkan beberapa kategori data partisipan pertama, yaitu : Kategori Data P1 1 Latar belakang partisipan, keluarga dan penderita 2 Ciri-ciri atau gejala yang ditunjukkan oleh penderita skizofrenia pada saat sakit atau kambuh 3 Ciri-ciri yang ditunjukkan oleh penderita skizofrenia pada ketika sudah lebih membaik 4 Persepsi P mengenai latar belakang penyebab anaknya menderita skizofrenia 5 Permasalahan yang dihadapi oleh keluarga ketika merawat penderita 6 Perasaan keluarga dalam menghadapi dan merawat penderita skizofrenia di rumah 7 Peran psikiater dalam merawat dan menangani penderita skizofrenia 8 Usaha orang tua dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi ketika merawat penderita di rumah. 9 Upaya dari keluarga sebagai bentuk dukungan sosial yang diberikan pada saat merawat penderita skizofrenia 10 Motivasi pemberian dukungan sosial oleh keluarga kepada penderita 11 Perkembangan penderita pasca perawatan

43 Berdasarkan kategori-kategori yang telah ada, maka langkah berikutnya adalah merekonstruksi kategorikategori tersebut ke dalam sebuah narasi. 4. Analisis partisipan 1 Bapak DJ adalah ayah dari BB yang telah menderita skizofrenia semenjak tahun Artinya, kurang lebih 20 tahun lamanya BB telah menderita penyakit tersebut. BB merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Sebelum menderita skizofrenia, penderita tergolong orang yang tidak begitu termotivasi dalam mengikuti kegiatan di luar rumah. Dari pernyataan partisipan, diketahui bahwa pada tahap perkembangan penderita di usia sekitar 19 tahun, ia memilih untuk mengisolasi diri dan tidak membangun relasi dengan lingkungan sekitarnya. Kegagalan dalam tahap perkembangan ini menjadi salah satu penyebab munculnya gejala penyakit, menurut pandangan partisipan sendiri. Partisipan bersama istrinya merupakan dua sosok pribadi yang sangat penting bagi penderita dalam menjalani masa-masa perawatan baik di RSJ maupun di rumah. Hal ini terlihat jelas dari kesediaan partisipan dan istri yang selalu menemani penderita baik pada masa rawat inap di RSJ hingga rawat jalan yang sampai saat ini masih rutin dilakukannya. Adapun beberapa ciri yang ditunjukkan penderita pada awal didiagnosa menderita skizofrenia dapat dilihat

44 dari segi kognitif, afeksi dan konatif. Dari segi kognitif terlihat jelas adanya penurunan daya ingat. Hal ini ditunjukkan dari mudahnya penderita untuk melupakan informasi dan saran yang diberikan kepadanya. Pola pemikiran yang sering tidak terorganisasi juga terlihat dari ketidakmampuan penderita dalam memberikan respons yang tepat terhadap pertanyaan atau pembicaraan dengan orang lain. Selain itu, penderita memiliki kecenderungan untuk berbicara sendiri. Ciri lain dalam segi afektif ditunjukkan dengan reaksi emosi marah oleh penderita yang sangat menonjol. Tidak jarang penderita melampiaskan amarahnya terhadap orang-orang dekatnya. Selain itu, adanya kecenderungan untuk tidak dapat merasakan pentingnya berbagai macam kegiatan yang ditawarkan oleh keluarga bagi diri penderita. Sementara itu, dari segi konatif, penderita kurang menunjukkan perilaku yang inisiatif untuk melakukan suatu kegiatan. Dalam hal ini, penderita hanya akan melakukan suatu kegiatan jika disuruh. Sehingga, penderita terlihat jarang memiliki minat terhadap berbagai macam kegiatan. Dari semua ciri yang ditunjukkan oleh penderita, ada beberapa ciri yang akan menonjol ketika penderita mulai kambuh. Beberapa di antaranya adalah ekspresi emosi marah yang ditunjukkan penderita, juga perasaan sedih dan terlihat lebih sering mengalami kebingungan

45 pada saat berinteraksi dengan orang lain. Sementara itu, dalam kondisi sehat, penderita terlihat lebih sering mengekspresikan perasaan senang, mampu melakukan pekerjaan yang disarankan oleh partisipan dan memiliki nafsu makan yang bertambah. Partisipan yang adalah ayah penderita menduga bahwa gejala yang ditunjukkan oleh penderita juga merupakan akibat dari ketidakmampuan penderita sendiri dalam menjalani masa pendidikannya, pada salah satu perguruan tinggi yang dirasa terlalu berat dan menekan. Hal ini juga menjadi latar belakang awal munculnya penyakit yang diderita oleh penderita. Oleh karena kondisi penderita yang demikian, partisipan bersama dengan istri memutuskan agar penderita menjalani perawatan yang lebih intensif, baik yang dilakukan oleh pihak medis ataupun pendampingan oleh keluarga sendiri. Selama merawat penderita dengan berbagai usaha yang coba diupayakan, keluarga juga tidak terlepas dari beberapa masalah dan hambatan. Hambatan-hambatan tersebut antara lain adalah dalam hal biaya pengobatan yang dirasa mahal. Menurut partisipan biaya pemeriksaan untuk sekali datang adalah kurang lebih Rp ,-, belum termasuk obat-obatan. Hal ini membuat partisipan bersama istri berupaya mencari tempat perawatan yang lebih murah. Pada akhirnya, Panti rehabilitasi di daerah Boyolali menjadi alternatif pilihan tempat perawatan anak mereka. Di Panti tersebut, biaya perawatan tergolong

46 murah. Untuk sekali pemeriksaan, pasien dikenakan biaya sebesar Rp ,- dan untuk obat-obatan biasanya partisipan harus membayar kurang lebih Rp ,-. Selain masalah biaya perawatan, masalah lain yang dijumpai oleh partisipan dan istri adalah merasa kerepotan dalam menghadapi anaknya yang terbatas dalam mengingat dan memaknai setiap informasi yang diterimanya. Adanya kesulitan berkomunikasi dengan penderita, karena pemikiran yang kacau serta ketidakmampuan merespons pembicaraan dengan baik, juga merupakan salah satu permasalahan yang menjadi pergumulan dalam keluarga partisipan. Hambatan lainnya adalah kesulitan partisipan bersama istri dalam menasehati penderita untuk melakukan suatu kegiatan, dengan maksud melatih penderita menjadi pribadi yang mandiri. Dengan menyadari adanya gejala-gejala yang menjadi hambatan keluarga dalam merawat penderita, maka partisipan dan keluarga mencoba berbagai cara sebagai suatu dukungan untuk membantu penderita sembuh dari sakit yang dideritanya tersebut. Salah satu upaya yang paling utama dilakukan adalah dengan cara membawa partisipan untuk berobat di salah satu Rumah Sakit Jiwa di daerah Solo. Tetapi karena pertimbangan biaya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka partisipan memutuskan untuk mengalihkan pengobatan

47 penderita ke salah satu panti rehabilitasi yang berada di dekat rumahnya. Selain itu beberapa dukungan isntrumental yang secara nyata coba diberikan oleh partisipan dan keluarga adalah dengan cara melayani kebutuhan penderita, mengontrol konsumsi obat penderita, memberikan reward, dukungan secara finansial bagi keinginan penderita, dan mengajari penderita untuk terlibat dalam suatu pekerjaan serta melibatkan penderita dalam suatu aktivitas atau kegiatan di sekitar lingkungan rumah. Pekerjaan yang dimaksud adalah mengajari penderita untuk berbelanja barang dagangan yang akan dijual kembali di warung milik keluarganya. Sementara itu, kegiatan yang coba ditawarkan adalah kegiatan rutin lingkungan masyarakat seperti mengikuti ronda malam dan kegiatan kerohanian di mesjid. Namun demikian, penderita memiliki kecenderungan untuk menolak tawaran-tawaran yang diberikan oleh keluarga tersebut. Penderita lebih memilih untuk menghabiskan waktu di dalam kamar, hanya untuk sekedar tidur atau melakukan aktivitas yang dikehendakinya. Selain dukungan nyata dalam berupa materi tersebut, adapun dukungan yang diberikan kepada penderita berupa informasi, nasehat serta saran yang diharapkan membantu penderita untuk menjadi lebih baik. Beberapa di antaranya adalah usaha keluarga untuk menasehati dengan cara merayu penderita agar penderita

48 memiliki keingingan untuk berobat ke Rumah Sakit Jiwa, pemberian nasehat dan saran kepada penderita untuk lebih banyak melakukan aktivitas daripada menghabiskan waktu dengan tidur dan mengurung diri dalam kamar. Nasehat dan saran lain diberikan pada saat penderita ingin kembali melanjutkan pendidikan setelah pasca perawatan Rumah Sakit Jiwa pertama kali, adalah terkait pemilihan jurusan yang memiliki tuntutan pencapaian nilai akademik yang tidak terlalu berat, sehingga dapat diikuti oleh penderita. Dukungan secara emosional dan penghargaan yang diberikan kepada penderita juga diberikan oleh keluarga, namun dalam intensitas dan frekuensi yang lebih rendah. Dukungan emosional dalam hal ini adalah kepedulian keluarga kepada penderita dengan cara memarahi bahkan pernah memukul penderita agar penderita mengonsumsi obat secara teratur serta mau melakukan aktivitas. Namun cara demikian tidak membuat penderita menjadi lebih mandiri dan memiliki keinginan untuk beraktivitas, melainkan sebaliknya, tidak ada perubahan berarti seperti yang diharapkan oleh partisipan dan keluarga. Akhirnya, melalui konsultasi dengan psikiater, partisipan mengubah caranya tersebut dengan lebih bersikap empati kepada penderita dan memberikan umpan balik dengan cara yang lebih baik tanpa memukul atau memarahi penderita. Dukungan dalam bentuk penghargaan diberikan kepada penderita dengan mendorong penderita untuk

VERBATIM WAWANCARA PARTISIPAN 1

VERBATIM WAWANCARA PARTISIPAN 1 248 249 VERBATIM WAWANCARA PARTISIPAN 1 Wawancara ke-1 Nama Partisipan : DJ Waktu : Tanggal 11 September 2012 Pukul 16.38 18.15 WIB Tempat : Rumah Partisipan (Kabupaten Boyolali) DJ : Dessyanti Jacob (Peneliti)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten Semarang yang berdiri sejak 1930 merupakan

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda?

PEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda? LAMPIRAN 59 PEDOMAN WAWANCARA 1. Bagaimana perasaaan anda ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 2. Apa yang anda lakukan ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 3. Pernahkah anda melakukan

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Informan 1 Nama : Bapak MH Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 39 tahun Pendidikan : SMA Hari/tanggal wawancara : Selasa, 8 April 2014 Tempat wawancara : Rumah

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi 75 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Veny C Pelamonia NIM : 462012021 Adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Keperawatan Universitas

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 86 Lampiran 1. Pedoman wawancara Pedoman wawancara saat penelitian Di Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan Daftar pertanyaan wawancara kepada keluarga pasien Data singkat informan Nama : Jenis Kelamin : Tanggal

Lebih terperinci

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. Verbatim (Bahasa Indonesia) Subjek JP. S : Iya, tidak apa-apa kak, saya juga punya waktu luang dan tidak ada kesibukan

LAMPIRAN I. Verbatim (Bahasa Indonesia) Subjek JP. S : Iya, tidak apa-apa kak, saya juga punya waktu luang dan tidak ada kesibukan LAMPIRAN I Verbatim (Bahasa Indonesia) P : Peneliti S : Subjek Subjek JP P : Assalamu alaikum, selamat pagi S : Wa alaikum salam, pagi.. P : Sebelum nya kakak mintaa maaf dik, mungkin mengganggu waktunya

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home Informan 1 Nama : AD Jenis kelamin : Perempuan Usia : 14 Tahun Pendidikan : SMP Hari/tanggal wawancara : Jum at, 4 April 2014 Tempat wawancara : Rumah

Lebih terperinci

Bab 1. Awal Perjuangan

Bab 1. Awal Perjuangan Bab 1 Awal Perjuangan Ivan adalah nama dari seorang anak yang memiliki cita-cita sekolah karena keterbatasan biaya Ivan harus membantu kedua orang tuanya ayah yang bekerja sebagai pemulung sampah dan ibu

Lebih terperinci

Verbatim. Tujuan Khusus Tema Sub Tema Kategori Kata kunci P1 P2 P3. dapat. Saya hanya pasrah kepada. kanker payudara istri pasca

Verbatim. Tujuan Khusus Tema Sub Tema Kategori Kata kunci P1 P2 P3. dapat. Saya hanya pasrah kepada. kanker payudara istri pasca LAMPIRAN 1 Verbatim Tujuan Khusus Tema Sub Tema Kategori Kata kunci P1 P2 P3 Mengidentifikasi Bentuk-bentuk Dukungan Pasrah dan Saya kaget, karena selama dukungan sosial dukungan emosional percaya kepada

Lebih terperinci

LAMPIRAN - LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN - LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN - LAMPIRAN Lampiran 1 No. :... LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI PEMBERI ASUHAN PERAWATAN PADA PENDERITA SKIZOFRENIA DI DESA BIREM PUNTONG KOTA LANGSA Saya bernama

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Alamat Agama : Tn.G : 30 th : tamat SMA : Blora : Islam Tanggal masuk : 06/12/2009 Tgl pengkajian : 06/12/2009 No.cm : 06 80

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA ANALISA PROSES INTERAKSI

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA ANALISA PROSES INTERAKSI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA ANALISA PROSES INTERAKSI Inisial Klien Nama Mahasiswa : Ny. S (69 tahun) : Sinta Dewi Status Interaksi M-K : Pertemuan, ke-2,

Lebih terperinci

Persahabatan Itu Berharga. Oleh : Harrys Pratama Teguh Sabtu, 24 Juli :36

Persahabatan Itu Berharga. Oleh : Harrys Pratama Teguh Sabtu, 24 Juli :36 Sahabat, kata yang sering kita dengar. Apakah kalian tahu arti dari sahabat? Semua pendapat orang tentang sahabat berbeda-beda. Menurutku sahabat adalah teman yang selalu ada saat kita sedang senang maupun

Lebih terperinci

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE Lampiran 8 MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE 2009.33.032 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Lebih terperinci

Arif Rahman

Arif Rahman INT. DESA SANGIA - PAGI HARI Dengan penuh makna hidup, setiap pagi dan bangun lebih cepat. Mereka harus mempersiapkan diri untuk ke sawah demi tetap merawat tanaman mereka agar selalu sehat. Di saat yang

Lebih terperinci

Pendekatan Umum Menuju Pemulihan

Pendekatan Umum Menuju Pemulihan Pendekatan Umum Menuju Pemulihan P roses terjadinya gangguan jiwa berlangsung secara pelan pelan dan bertahap. Prosesnya bisa berlangsung berminggu-minggu hingga bertahun-tahun. Sering gejala awal dimulai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Persiapan Persiapan merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mendukung proses penelitian agar sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

Wawancara Partisipan 1

Wawancara Partisipan 1 55 Verbatim Partisipan Wawancara Partisipan 1 S Isi Percakapan Kode P Selamat pasi mas 1 P1 Selamat pagi juga mbak 2 P Bisa minta waktunya sebentar mas sekitar 5-10 menit 3 P1 Iya bisa 4 P Perkenalkan

Lebih terperinci

Naskah Manajemen Complain dan Customer Care

Naskah Manajemen Complain dan Customer Care Naskah Manajemen Complain dan Customer Care 1. Karakter Emosional Complain Seorang ibu yang merupakan anggota keluarga pasien datang ke customer service menanyakan perihal tidak adanya tempat tidur yang

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Persiapan Penelitian Pada saat penelitian, peneliti melakukan persiapan dengan menggunakan alat ukur observasi dan wawancara. Observasi digunakan untuk mengetahui

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. A-1 Skala Penelitian Awal Konformitas A-2 Skala Penelitian Awal Tingkah Laku Menolong

LAMPIRAN A. A-1 Skala Penelitian Awal Konformitas A-2 Skala Penelitian Awal Tingkah Laku Menolong LAMPIRAN 64 65 LAMPIRAN A A-1 Skala Penelitian Awal Konformitas A-2 Skala Penelitian Awal Tingkah Laku Menolong 66 Kelas : L/P : Pekerjaan Orangtua: No. Absen : SKALA PSIKOLOGI Petunjuk Pengisian : 1.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng BAB IV ANALISIS DATA A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng Klingsingan Surabaya Faktor penyebab klien terkena epilepsi terjadi karena faktor eksternal. Yaitu faktor yang terjadi bukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERTANYAAN PENELITIAN

LAMPIRAN I : PERTANYAAN PENELITIAN LAMPIRAN 68 LAMPIRAN I : PERTANYAAN PENELITIAN Kecemasan 1. Bagaimana perasaan anda menghadapi tindakan pemasangan WSD? 2. Apa yang anda cemaskan menghadapi tindakan pemasangan WSD? instrumental 1. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Identitas Subjek Penelitian Nama Subjek S (p) S.R E.N N S (l) J Usia 72 Tahun 76 Tahun 84 Tahun 63 Tahun 68 Tahun 60 Tahun Jenis Perempuan Perempuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam hal ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada tujuh partisipan selama kurang lebih dua bulan. Penyajian data hasil

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dampak skizofrenia bagi keluarga sangatlah besar, ini menyebabkan seluruh keluarga ikut merasakan penderitaan tersebut. Jika keluarga tidak siap dengan hal ini,

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENCATAT DATA. No. Informan Komponen Indikator Data Metode Guru BK Pelaksanaan program BK

INSTRUMEN PENCATAT DATA. No. Informan Komponen Indikator Data Metode Guru BK Pelaksanaan program BK Lampiran 1 INSTRUMEN PENCATAT DATA No. Informan Komponen Indikator Data Metode Guru BK Pelaksanaan program BK Pelaksanaan program BK berkenaan dengan layanan terhadap siswa Observasi Wawancara Dokumentasi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK INFORMAN

KARAKTERISTIK INFORMAN KARAKTERISTIK INFORMAN Komunikasi Efektif Dokter dan Pasien Dalam Upaya Keselamatan Pasien (patient Safety) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan Petunjuk Pengisian : Istilah pertanyaan dibawah ini

Lebih terperinci

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu? Lampiran 1 Kerangka Wawancara Anamnesa Dimensi Cohesion Separateness/Togetherness 1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama

Lebih terperinci

JADWAL TENTATIF PENELITIAN

JADWAL TENTATIF PENELITIAN Lampiran 1 JADWAL TENTATIF PENELITIAN No. Nama Kegiatan Februari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pemilihan sampel penelitian 2 Melakukan prolonged engagement 3 Melakukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN LAMPIRAN KUESIONER KEMANDIRIAN Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan berbagai kemungkinan jawaban. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri.

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri. INT. CLASSROOM - DAY Suasana kelas yang bising akan obrolan murid terhenti oleh sahutan guru yang mendatangi mereka dan membawa seorang murid yang berdiri di depan pintu kelas. GURU Anak-anak, hari ini

Lebih terperinci

A. LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA 1. WAWANCARA DENGAN PENGURUS PANTI 2. WAWANCARA DENGAN ANAK PANTI ASUHAN

A. LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA 1. WAWANCARA DENGAN PENGURUS PANTI 2. WAWANCARA DENGAN ANAK PANTI ASUHAN A. LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA 1. WAWANCARA DENGAN PENGURUS PANTI ASUHAN 2. WAWANCARA DENGAN ANAK PANTI ASUHAN 80 PEDOMAN WAWANCARA 1. Pedoman Wawancara Dengan Pengurus Panti Asuhan : a) Apa permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan BAB I PENDAHULUAN I. A. LATAR BELAKANG Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan sosial ini terbagi atas

Lebih terperinci

YANG TERHILANG Oleh: Yung Darius

YANG TERHILANG Oleh: Yung Darius YANG TERHILANG Oleh: Yung Darius ADEGAN 1. RUANG TAMU. SORE HARI. DUA ORANG (L/P) SEDANG BERCAKAP-CAKAP. 001. Orang 1 : Kayaknya akhir-akhir ini aku jarang melihat kamu ke gereja 002. Orang 2 : Jarang..!??

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara Proses Komunikasi Antarpribadi Efektif Pegawai P2TP2A Kabupaten Serdang Bedagai dengan Anak Korban Kekerasan Seksual

Pedoman Wawancara Proses Komunikasi Antarpribadi Efektif Pegawai P2TP2A Kabupaten Serdang Bedagai dengan Anak Korban Kekerasan Seksual 85 Pedoman Wawancara Proses Komunikasi Antarpribadi Efektif Pegawai P2TP2A Kabupaten Serdang Bedagai dengan Anak Korban Kekerasan Seksual Tujuan Penelitian: 1. Untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Provinsi Maluku Rumah Sakit Jiwa Ambon di mulai tahun anggaran 1981/1982 Rumah Sakit

Lebih terperinci

Ingatan lo ternyata payah ya. Ini gue Rio. Inget nggak? Rio... Rio yang mana ya? Ok deh, gue maklum kalo lo lupa. Ini gue Rio, senior lo di Univ

Ingatan lo ternyata payah ya. Ini gue Rio. Inget nggak? Rio... Rio yang mana ya? Ok deh, gue maklum kalo lo lupa. Ini gue Rio, senior lo di Univ Bab 1 Dina sangat bingung apa yang harus dilakukannya sekarang. Ia merasa sangat terpojok. Kenapa disaat-saat seperti ini ia bertemu lagi dengannya padahal ia sudah berhasil melupakannya. Dina kan? seorang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. repository.unisba.ac.id

LAMPIRAN. repository.unisba.ac.id LAMPIRAN LAMPIRAN Correlations DukunganSosial Resiliensi Correlation Coefficient 1,000,723 * Dukungan Sosial Sig. (2-tailed).,004 Spearman's rho Resiliensi Correlation Coefficient,723 * 1,000 Sig. (2-tailed),004.

Lebih terperinci

ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna

ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna tema 5 ketertiban gambar 5.1 masuk kelas dengan tertib biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna kamu harus mampu setelah

Lebih terperinci

Dalam sehari, dia menghancurkan semua harapanku. Dalam sehari, dia membuatku menangis. Dalam sehari, dia menjadi mimpi terburukku

Dalam sehari, dia menghancurkan semua harapanku. Dalam sehari, dia membuatku menangis. Dalam sehari, dia menjadi mimpi terburukku Dalam sehari, dia menghancurkan semua harapanku Dalam sehari, dia membuatku menangis Dalam sehari, dia menjadi mimpi terburukku Dalam sehari Hanya dalam sehari BRRAKKK!!! Pukulan Niken nyaris menghancurkan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN

BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN 1.1 Gambaran R, S, dan N dampak perceraian orang tua terhadap remaja Gaya hidup dalam kehidupan anak remaja masa kini mungkin sudah tidak karuan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu ikatan resmi antara laki-laki dan perempuan secara sah di mata hukum. Bagi setiap pasangan yang telah menikah, memiliki keturunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan, yaitu pada bulan Desember 2011 hingga Mei 2012. Penelitian pertama kali dilaksanakan dengan melakukan observasi.

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab III ini merupakan data yang disajikan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data

Lebih terperinci

Mempersiapkan Diri Sebelum Berkomunikasi Dengan Anak, (2)

Mempersiapkan Diri Sebelum Berkomunikasi Dengan Anak, (2) Mempersiapkan Diri Sebelum Berkomunikasi Dengan Anak, (2) Berdasarkan pengalaman klinik dalam menangani masalah anak-anak, hampir sebagian besar kasus berasal dari masalah komunikasi antara orang tua dengan

Lebih terperinci

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa Gadis manis berkumis Siang hari itu, panas terik menyengat kota Purworejo. Di suasana tidak nyaman tersebut, aku sengaja pergi menemui Pak Prianto di toko swalayannya. Kuperkirakan, ditengah sengatan terik

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN I. KARAKTERISTIK RESPONDEN a. Nama : b. Umur : c. Jenis Kelamin : L / P d. Pendidikan

Lebih terperinci

Juli Milik kita. Aku sudah sampai depan RS Margono. siap. menunggu. engga usah kaget, aku bisa. menit aku sampai, tunggu ya mas

Juli Milik kita. Aku sudah sampai depan RS Margono. siap. menunggu. engga usah kaget, aku bisa. menit aku sampai, tunggu ya mas Juli Milik kita Hanya ada dua kali dalam satu tahun Kebahagiaan yang luar biasa bagi kita Kerinduan yang sekian lama terpendam, kini terbayar juga Cuti kenaikan tingkat, dari tingkat 2 menuju tingkat 3

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara Mendalam Untuk Dokter

Pedoman Wawancara Mendalam Untuk Dokter Pedoman Wawancara Mendalam Untuk Dokter Nama Pewawancara Tanggal Wawancara Waktu Wawancara Tempat Wawancara I. Petunjuk Umum 1. Sampaikan ucapan terimakasih kepada informan atas kesediaannya dan waktu

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Kepada Yth. Di Tempat. Saya yang bertanda tangan dibawah: : Destinady Kadiser Miden NIM :

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Kepada Yth. Di Tempat. Saya yang bertanda tangan dibawah: : Destinady Kadiser Miden NIM : 64 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN Kepada Yth Calon Partisipan Penelitian Di Tempat Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah: Nama : Destinady Kadiser Miden NIM : 462012049 Adalah

Lebih terperinci

Sahabat Terbaik. Semoga lekas sembuh ya, Femii, Aldi memberi salam ramah. Kemarin di kelas sepi nggak ada kamu.

Sahabat Terbaik. Semoga lekas sembuh ya, Femii, Aldi memberi salam ramah. Kemarin di kelas sepi nggak ada kamu. Sahabat Terbaik Hari Minggu pagi yang cerah ini seharusnya adalah waktu yang menyenangkan untuk olahraga bersama sahabat terdekat. Sayangnya, hari ini Femii sedang tidak enak badan, perut dan punggungnya

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA HEBEFRENIK LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA HEBEFRENIK Oleh: Frentya Maya Anggi W, S.Ked NIM. 042010101005 Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati Sp. KJ FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2009 1 LAPORAN KASUS PSIKIATRI

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Fak. Keperawatan USU Medan

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Fak. Keperawatan USU Medan LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Mutia Sari NIM : 101101127 No. HP : 087763529321 Alamat : Fak. Keperawatan USU Medan Adalah mahasiswa tingkat

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1. Kesimpulan Bab ini berusaha menjawab permasalahan penelitian yang telah disebutkan di bab pendahuluan yaitu melihat gambaran faktor-faktor yang mendukung pemulihan pada

Lebih terperinci

PANDUAN KOMUNIKASI Kami melayani dengan lebih baik dan profesional

PANDUAN KOMUNIKASI Kami melayani dengan lebih baik dan profesional PANDUAN UGD (Keluarga merasa pasien tidak ditangani) Pasien datang diantar keluarga, pada waktu keluarga pasien mendaftar, dokter dan perawat memeriksa pasien kemudian pasien diberi injeksi obat tertentu,

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk menggali informasi dari informan adalah : 1. Bisakah ibu menceritakan bagaimana ibu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang diambil oleh peneliti adalah kota Ambon yang merupakan Provinsi Maluku. Peneliti melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah sel-sel tubuh yang tumbuh tanpa kendali dan dapat menyebar ke seluruh tubuh. Kanker merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada manusia modern.

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN Lampiran 1 LEMBAR ERSETUJUAN ARTISIASI DALAM ENELITIAN (Informed Consent) Judul enelitian: engalaman erawat Dalam Memberikan Komunikasi Teraupetik ada Keluarga asien Di Ruang Rawat Inap enyakit Dalam RSUD

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB V PEMBAHASAN MASALAH BAB V PEMBAHASAN MASALAH A. PEMBAHASAN Setiap manusia memiliki impian untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Tetapi ketika sudah menikah banyak dari pasangan suami istri yang memilih tinggal bersama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum penelitian Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan beralamat di jalan Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK Menteri Kesehatan RI,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN KATA PENGANTAR Saya adalah mahasiswa Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian untuk tugas akhir saya (skripsi) mengenai kecerdasan dari Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) Persekutuan

Lebih terperinci

Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat.

Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat. Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat. Bagaimana jika kelasmu kotor? Sampah berserakan di manamana? Tentu kalian tidak senang! Dalam menerima pelajaran

Lebih terperinci

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna CINTA TELAH PERGI 1 Penyempurna Enam belas tahun yang lalu seorang ibu bernama Rosa melahirkan seorang bayi perempuan, bayi yang selama ini bu Rosa dan pak Adam (suami bu Rosa) idam-idamkan selama dua

Lebih terperinci

Selesai mandi, istri keluar kamar mandi. Tubuhnya ditutupi handuk. Sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk, istri berjalan menuju meja rias.

Selesai mandi, istri keluar kamar mandi. Tubuhnya ditutupi handuk. Sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk, istri berjalan menuju meja rias. Selesai mandi, istri keluar kamar mandi. Tubuhnya ditutupi handuk. Sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk, istri berjalan menuju meja rias. Saat berjalan, dia sempat melirik suami yang masih tertidur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan yang dimilikinya melalui Perguruan Tinggi. Perguruan

Lebih terperinci

Bab 1. Kehilangan mimpi

Bab 1. Kehilangan mimpi Bab 1 Kehilangan mimpi Disuatu daerah didesa yang kecil,daerah surabaya tepat dekat daerah nganjuk hidup seorang wanita yang selalu gigih dalam bekerja keras demi menghidupi ketiga anaknya, bersama sang

Lebih terperinci

Marwan. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 01 Juni :25

Marwan. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 01 Juni :25 Ellen hanya berdiri termangu melihat tubuh Marwan yang kaku terbujur yang tiga perempat tubuhnya tertutup oleh kain putih. Hanya kelihatan kepalanya saja. Ellen hanya ingin melihat wajah Marwan terakhir

Lebih terperinci

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina BAB II RINGKASAN CERITA Ada dua kewajiban yang paling di benci Lara yang harus di lakukannya setiap pagi. Lara harus mengemudi mobil ayahnya yang besar dan tua ke rumah sakit dan mengantarkan adik-adiknya

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Ketepatan Ibu Menangani Demam Pada Anak

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN. : Ketepatan Ibu Menangani Demam Pada Anak Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Judul : Ketepatan Ibu Menangani Demam Pada Anak Nama Peneliti : Pusparini NIM : 462012064 Saya adalah mahasiswa program S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA. Hasil penelitian melalui wawancara dengan tiga keluarga di RT 14 Kelurahan Way Halim Bandar Lampung:

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA. Hasil penelitian melalui wawancara dengan tiga keluarga di RT 14 Kelurahan Way Halim Bandar Lampung: LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Hasil penelitian melalui wawancara dengan tiga keluarga di RT 14 Kelurahan Way Halim Bandar Lampung: 1. Komunikasi Keluarga a. Keluarga Bapak Rubai (48 tahun) Peneliti : Bagaimana

Lebih terperinci

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI Nama Klien : Diagnosa Medis : No MR : Ruangan : Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Lebih terperinci

Di Unduh dari : Bukupaket.com

Di Unduh dari : Bukupaket.com bab 5 kejujuran gambar 5.1 tesa sedang berkumpul dengan teman temannya lihatlah gambar di atas tesa sedang berkumpul dengan teman temannya tentu kalian juga sering melakukannya setiap hari kita bergaul

Lebih terperinci

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir : 103 Nama : Usia : Pendidikan terakhir : Di tengah-tengah kesibukan anda saat ini, perkenankanlah saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak menjadi responden penelitian guna mengisi skala

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara Siswi Sebagai Informan Tambahan Nama : Kelas : Pertanyaan 1. Menurut Adik penting tidak rasa percaya diri saat berpidato? Alasannya?

Pedoman Wawancara Siswi Sebagai Informan Tambahan Nama : Kelas : Pertanyaan 1. Menurut Adik penting tidak rasa percaya diri saat berpidato? Alasannya? 1. Apa tugas Adik sebagai pembimbing? 2. Materi-materi apa saja yang Adik berikan saat membimbing kegiatan public 3. Metode seperti apa yang Adik gunakan dalam membimbing kegiatan public 4. Upaya apa yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Koping Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Lampiran 1. PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Koping Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. LAMPIRAN Lampiran 1. PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth.Sdra/i Responden Di Unit Hemodialisis PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta Yogyakarta, Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama

Lebih terperinci

LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL

LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL A. Identitas Konseli Nama : E Umur : 16 tahun Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Domisili : Yogyakarta B. Deskripsi Masalah yang Dikeluhkan Konseli adalah anak tunggalketiga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga terletak di jalan Hasanuddin No. 806, Kelurahan

Lebih terperinci

63 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

63 Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN 63 SKALA KECEMASAN PADA WANITA MENOPAUSE Usia : Mulai Menopause umur : Masih Bersuami : ya / tidak Alamat : NO PERNYATAAN SS S TS STS 1. Saya menghadapi masa-masa menopause ini dengan biasa seperti

Lebih terperinci

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya. Keberanian Pagi itu di pedesan Kaliurang udara tampak sejuk dan embun pagi mulai pupus. Pada hari pahlawan 10 November tahun dimana kita mengingat perjuangan para pahlawan Indonesia. Ibu Malino sedang

Lebih terperinci

Loyalitas Tanpa Batas

Loyalitas Tanpa Batas Loyalitas Tanpa Batas Cintailah perusahaan dimana kamu bekerja meski tidak membuat mu kaya, tetapi dapat memberikan kehidupan. Itulah sepenggal kata yang dapat saya simpulkan setelah mendengar, merangkum,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Blue Print Kuisioner. Dukungan Sosial

LAMPIRAN 1. Blue Print Kuisioner. Dukungan Sosial LAMPIRAN 1 Blue Print Kuisioner Dukungan Sosial Variabel Aspek Indikator Favorable Unfavorable Dukungan Sosial Emotional esteem support or Menerima perhatian dari keluarga Menerima perhatian dari teman/kerabat

Lebih terperinci

: Permohonan Wawancara. Cirebon, Juli Kepada Yth. Bapak/Ibu

: Permohonan Wawancara. Cirebon, Juli Kepada Yth. Bapak/Ibu Permohonan Wawancara Cirebon, Juli 2010 Hal : Permohonan Wawancara Kepada Yth. Bapak/Ibu Dengan hormat, Dalam rangka penulisan Karya Tulis Ilmiah Program Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

NASKAH ROLEPLAY PENERIMAAN PASIEN BARU DAN ORIENTASI

NASKAH ROLEPLAY PENERIMAAN PASIEN BARU DAN ORIENTASI NASKAH ROLEPLAY PENERIMAAN PASIEN BARU DAN ORIENTASI Pemeran : Kepala Ruangan (Karu) : Eni sudarman Perawat Primer (PP) : Engelia Rezeki Tampubolon Perawat Associate (PA) : Melati Hutabarat Perawat UGD

Lebih terperinci

Dasar Dasar Pelayanan Pemulihan Gangguan Jiwa

Dasar Dasar Pelayanan Pemulihan Gangguan Jiwa Dasar Dasar Pelayanan Pemulihan Gangguan Jiwa M enurut Substance Abuse and Mental Health Service Administration (SAMHSA), sebuah badan milik pemerintah Amerika Serikat, pengertian dari pemulihan adalah

Lebih terperinci

Kebutuhan Belajar. Pak Bambang, Anita tidak merasa kalau dirinya sakit. Dia tidak mau kalau saya ajak ke dokter atau ke psikolog.

Kebutuhan Belajar. Pak Bambang, Anita tidak merasa kalau dirinya sakit. Dia tidak mau kalau saya ajak ke dokter atau ke psikolog. Kebutuhan Belajar Pagi itu di Tirto Jiwo suasana terlihat tenteram. Tidak ada kegaduhan atau teriakan yang bisa membuat stress orang yang mendengarnya. Udara di lereng bukit Menoreh pagi itu terasa sejuk.

Lebih terperinci

SEKENARIO BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA

SEKENARIO BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA SEKENARIO BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA Pemeran Ibu Fitri () (Ibu ) (Bapak ) (Adik ) : Trivia Safitri G : Sifa Fauziah : Wina Artiantini : Meiriska Rusnia F : Leni Aelani M SINOPSIS adalah seorang siswi

Lebih terperinci

terbanyak keempat didunia, menurut Akbar (2015), jumlah penduduk mencapai

terbanyak keempat didunia, menurut Akbar (2015), jumlah penduduk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia salah satu negara berkembang yang memiliki populasi penduduk terbanyak keempat didunia, menurut Akbar (2015), jumlah penduduk mencapai 254,9 juta jiwa.

Lebih terperinci

No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan :

No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan : PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM STUDI KUALITATIF PERILAKU BUANG AIR BESAR PADA IBU RUMAH TANGGA YANG TIDAK MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DI KECAMATAN SUKARESMI KABUPATEN GARUT 2009 Informan : Ibu rumah tangga No.

Lebih terperinci

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa

Tirto Jiwo, Sekolah Pemulihan Gangguan Jiwa Rumah kost pemulihan jiwa Setelah keluar dari rumah sakit jiwa (RSJ), sebagian besar penderita gangguan jiwa belum siap kembali hidup bermasyarakat secara normal. Kondisi kejiwaannya sering masih labil.

Lebih terperinci

Lampiran 3. Verbatim Subjek 1. Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 PENELITI (P) SUBJEK1 (YS)

Lampiran 3. Verbatim Subjek 1. Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 PENELITI (P) SUBJEK1 (YS) 131 Lampiran 3 Verbatim Subjek 1 Subjek 1 : Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 ENELITI () SUBJEK1 () Kode Verbatim Koding Hallo.. gimana kerjaannya? 1 Udah. Uda beres. Oke. Anakmu gimana kabarnya?

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN 1 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Persiapan Dan Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Persiapan merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mendukung proses penelitian yang lancar sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Pemberian ASI dideskripsikan melalui

Lebih terperinci

Pagi hari di sekolah didalam kelas ada 3 orang anak murid yang sedang berbincang-bincang. Yaitu Ditra, Dila, Tantri, DITRA.

Pagi hari di sekolah didalam kelas ada 3 orang anak murid yang sedang berbincang-bincang. Yaitu Ditra, Dila, Tantri, DITRA. SCENE 1 Pagi hari di sekolah didalam kelas ada 3 orang anak murid yang sedang berbincang-bincang. Yaitu Ditra, Dila, Tantri, CUT TO : SCENE 2 (Ceria) Met Pagi Dila, Tantri.!!, Pagi Ditra Ngomong-ngomong

Lebih terperinci