NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA PENYALAHGUNA NAPZA SELAMA MASA REHABILITASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA PENYALAHGUNA NAPZA SELAMA MASA REHABILITASI"

Transkripsi

1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA PENYALAHGUNA NAPZA SELAMA MASA REHABILITASI DISUSUN OLEH : FINA FEBIYANTI MIRA ALIZA RAHMAWATI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007

2 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA PENYALAHGUNA NAPZA SELAMA MASA REHABILITASI Telah Disetujui Pada Tanggal Dosen Pembimbing ( Mira Aliza Rahmawati S.Psi M.Si )

3 HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA PENYALAHGUNA NAPZA SELAMA MASA REHABILITASI Fina Febiyanti Mira Aliza Rachmawati INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi pada penyalahguna NAPZA selama masa rehabilitasi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi pada penyalahguna NAPZA selama masa rehabilitasi. Semakin tinggi kepercayaan diri maka akan semakin rendah kecemasan komunikasi pada penyalahguna NAPZA selama masa rehabilitasi. Sebaliknya, semakin rendah kepercayaan dirinya maka semakin tinggi kecemasan komunikasi pada penyalahguna NAPZA selama masa rehabilitasi. Subjek penelitian ini adalah para penyalahguna NAPZA selama masa rehabilitasi di PSPP Sehat Mandiri Yogyakarta dan LP Besi Nusakambangan Cilacap. Adapun skala yang digunakan untuk mengetahui kecemasan komunikasi diadaptasi dari McCroskey (1984). Skala kepercayaan diri disusun berdasarkan teori dari Davies (2004). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS 12 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi pada penyalahguna NAPZA selama masa rehabilitasi. Korelasi Product Moment dari Karl Pearson menunjukkan korelasi sebesar -0,541 dengan p=0,000 (p<0,01), sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa da hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi pada penyalahguna NAPZA selama masa rehabilitasi dapat diterima. Hasil uji korelasi tersebut menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara kedua variabel penelitian. Kata kunci: Kecemasan komunikasi, Kepercayaan diri, Penyalahguna NAPZA selama masa rehabilitasi

4 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan untuk saling berhubungan antara satu dengan lainnya. Manusia tidak mampu hidup sendiri, sehingga manusia membutuhkan kehadiran dan penerimaan lingkungan di sekitarnya. Kehadiran dan penerimaan lingkungan tersebut dibutuhkan media untuk saling berhubungan yaitu komunikasi. Komunikasi memiliki kesempatan untuk saling berbagi perasaan. Mengalami suatu perasaan dan mengungkapkannya kepada orang lain merupakan sumber kebahagiaan, dimana kebahagiaan merupakan salah satu kebutuhan kesehatan psikologis. Mengalami dan saling berbagi perasaan merupakan upaya untuk mempertahankan hubungan intim dengan sesama (Mulyana, 2005). Komunikasi tidak akan pernah dapat dipisahkan dari manusia. Besarnya peranan komunikasi bagi manusia menjadi hal yang dapat memancing untuk melakukan sebuah penelitian berapa banyak waktu yang digunakan manusia untuk melakukan komunikasi. Penelitian yang dilakukan oleh Berlo tahun 1980 (Mariani, 1991) menunjukkan bahwa 70% waktu aktif manusia di Amerika Serikat digunakan untuk komunikasi. Banyak faktor yang dapat menimbulkan kecemasan, salah satunya adalah komunikasi. Masalah dalam komunikasi tersebut dikenal sebagai hambatan komunikasi (communication apprehension). Individu yang mengalami kecemasan ini akan menjadi takut, gugup, tegang, kaku, serta kehilangan topik pembicaraan dalam menjalin percakapan antar pribadi, situasi lingkungan baru, seseorang yang baru

5 dikenal dan kecemasan komunikasi terhadap individu yang mempunyai tingkatan status lebih tinggi. Pada kondisi tersebut individu cenderung menghindari situasi komunikasi yang ragu, takut salah, serta tidak punya keberanian untuk menyampaikan informasi yang ingin dikemukakan. Reaksi hambatan komunikasi tersebut dilihat manifestasinya melalui reaksi negatif atas kecemasan berkomunikasi pada percakapan umum, rapat, kelompok kecil dalam diskusi, maupun interaksi face to face (McCroskey, 1984). Kecemasan dalam berkomunikasi dapat dilihat secara verbal maupun non verbal. Jabat tangan yang lemah, gerak-gerik yang gugup, dan menunjukkan ekspresi kegelisahan saat melakukan komunikasi dengan orang lain, merupakan bentuk adanya kecemasan dalam berkomunikasi. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam hal ini mengembangkan perasaan dan dugaan yang negatif dari komunikasi yang terjalin. Individu yang mengalami kecemasan tinggi saat komunikasi tidak memperoleh tujuan yang diharapkan dari komunikasi yang dibentuk karena rasa cemas atau takutnya ini lebih menguasai dirinya. Kecemasan dalam komunikasi dapat dialami oleh siapa saja dan dimana saja. Hasil penelitian McCroskey (dalam Mariani, 1991) menunjukkan bahwa 15-20% mahasiswa di Amerika Serikat menderita hambatan komunikasi (communication apprehension). Penelitian lainnya yaitu Hurt (1978) menunjukkan hasil penelitiannya bahwa 10-20% mahasiswa di berbagai Perguruan Tinggi Amerika menderita kecemasan berkomunikasi. Burgon dan Ruffner (1978) juga melakukan penelitiannya di Amerika Serikat, melaporkan bahwa 10-20% populasi di Amerika Serikat

6 mengalami kecemasan berkomunikasi yang sangat tinggi, dan sekitar 20% yang mengalami kecemasan komunikasi yang cukup tinggi (Mariani, 1991). Di Indonesia, penelitian pada skala kecil tentang kecemasan komunikasi interpersonal juga telah dilakukan, Mariani (1991), menemukan bahwa 8% dari 189 subjek penelitian yang terdiri dari mahasiswa Fakultas Psikologi dan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta mengalami kecemasan komunikasi interpersonal. Data dari sahabat Remaja PKBI DIY (Nuryanti, 1998) juga menunjukkan bahwa pada tahun 1997, 19% remaja Yogyakarta meminta layanan karena masalah yang berhubungan dengan komunikasi interpersonal. Penyalahgunaan NAPZA sebagai kondisi ketergantungan fisik atas penggunaan NAPZA dimana mental yang menimbulkan hambatan dan ketidakmampuan untuk hidup secara wajar, sehingga menyebabkan pula pada terhambatnya berkomunikasi. Penyalahgunaan obat (NAPZA) dapat dilihat sebagai salah satu perilaku coping ketika individu berada pada situasi yang menekan. Perilaku negatif tersebut merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukan remaja untuk melarikan diri dari masalah yang ada agar terhindar dari ketegangan, kebingungan ataupun perasaan tidak aman lainnya dan bukan untuk menyelesaikan masalah tetapi akan menambah permasalahan yang baru. Penyalahguna NAPZA yang berada dibawah pengawasan panti rehabilitasi NAPZA setelah melalui proses detoksifikasi seharusnya tidak lagi mengalami kecemasan komunikasi. Karena adanya sebuah proses pendekatan yang sangat intens dari para pendamping ataupun konselornya. Disamping itu mereka berada di

7 lingkungan orang-orang yang mempunyai masalah serta pengalaman yang sama, yang diasumsikan mereka lebih mudah untuk berkomunikasi. Tetapi kenyataannya berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, diantara mereka penyalahguna NAPZA yang berada di panti rehabilitasi masih sering mengalami hambatan komunikasi di dalam proses rehabilitasi ataupun ketika peneliti melakukan perbincangan sederhana, penyalahguna NAPZA menunjukkan kecemasan komunikasi yang bisa dilihat manifestasinya lewat kata-kata yang tidak teratur, gugup, dan tegang saat berbicara. Penyalahguna NAPZA yang merasa yakin dengan dirinya sendiri akan merasa layak dan mampu mengatasi suatu situasi sehingga memandang situasi komunikasi sebagai hal yang positif pula, bukan suatu sumber ketakutan yang dihindari. Adanya rasa percaya diri akan mendorong penyalahguna NAPZA untuk aktif dalam berkomunikasi tanpa adanya rasa khawatir akan disalahkan atau dinilai negatif. Hal ini senada dengan pendapat Davies (2004) bahwa Percaya diri membuat individu mempunyai harapan-harapan yang realistis dan mampu menerima diri serta tetap positif meskipun dari harapan-harapan itu tidak terpenuhi. Individu yang percaya diri mempunyai sikap yang luwes, lebih bersedia mengambil resiko-resiko, dan menikmati pengalaman-pengalaman baru. Mereka merasa senang dengan dirinya dan cenderung bersikap santai di dalam situasi-situasi sosial. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi pada penyalahguna NAPZA selama masa rehabilitasi.

8 B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi pada penyalahguna NAPZA selama masa rehabilitasi. C. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian tentang hubungan kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi pada penyalahguna NAPZA selama masa rehabilitasi dapat memberikan sumbangan dalam memperluas khasanah ilmu pengetahuan psikologi khususnya psikologi konseling bagi penyalahguna NAPZA. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi orangtua, konselor, dan khususnya penyalahguna NAPZA sendiri dalam menyikapi bagaimana dapat sehat dan sembuh dari ketergantungan NAPZA. Dengan kondisi sehat diharapkan penyalahguna NAPZA akan mampu kembali berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di sekolah atau di kampus, di tempat kerja dan di lingkungan sosialnya.

9 D. Keaslian Penelitian 1. Keaslian Topik Variabel tergantung yang digunakan dalam penelitian ini adalah kecemasan komunikasi. Penelitian sebelumnya terdapat variabel kecemasan komunikasi yang lebih dipersempit lagi menjadi kecemasan komunikasi interpersonal yang dilihat hubungannya dengan Pemantauan diri Mariani (1991); Konsep diri (Dewi, 1996 dalam Ahmad, 2006); dukungan sosial (Ahmad, 2006; Kartikasari, 1995). Selain itu pada penelitian Siska (1996); Marwati (2001) variabel kepercayaan diri pada mahasiswa, Nuryanti (1998) variabel kepercayaan diri pada penyandang cacat tubuh, Sa diyah (2005) variabel kepercayaan diri pada remaja penyandang cacat tunarungu. Sedangkan dalam penelitian ini mencoba mengangkat topik kepercayaan diri pada penyalahguna NAPZA selama masa rehabilitasi. Pada penelitian ini menghubungkan variabel kecemasan komunikasi sebagai variabel tergantung dengan kepercayaan diri sebagai variabel bebasnya. 2. Keaslian Teori Penelitian yang dilakukan oleh Marwati (2001) menggunakan teori dari Burgoon dan Ruffner (1978); DeVito (1986). Dewi (2006) menggunakan teori kecemasan komunikasi interpersonal dari Mappiare (1982); Ramdani (1984). Penelitian yang dilaksanakan oleh Sa diyah (2005) mengacu pada teori Rahmat (2004). Penelitian Ahmad (2006) menggunakan teori Barker (1982); Veale (2003). Pada penelitian yang dilaksanakan oleh Siska (1996), Nuryanti (1998), Marwati (2001), dan Sa diyah (2005) menggunakan variabel kepercayaan diri sebagai variabel

10 bebasnya serta mengacu pada teori Lauster (1978). Letak perbedaannya dalam penelitian ini menggunakan teori kecemasan komunikasi lebih mengacu pada teori yang dikemukakan oleh McCroskey (1984). Dalam penelitian ini menggunakan variabel kepercayaan diri sebagai variabel bebasnya dengan menggunakan teori dari Davies (2004). 3. Keaslian Alat Ukur Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini mengadopsi dan mengacu pada empat tipe hambatan komunikasi, yang dijelaskan pada generalized context CA (communication apprehension) McCroskey (1984). Empat tipe hambatan komunikasi tersebut sekaligus sebagai aspek kecemasan komunikasi, empat tipe hambatan komunikasi tersebut, yaitu: 1) CA about public speaking, adalah suatu hambatan dalam komunikasi pada situasi percakapan umum, 2) CA about speaking in meetings, adalah suatu hambatan dalam komunikasi pada situasi rapat, 3) CA about speaking in small group discussion, adalah suatu hambatan dalam komunikasi pada kelompok diskusi 4) CA about speaking in dyadic interaction, adalah suatu hambatan dalam komunikasi pada situasi komunikasi antara dua orang. Alat ukur kepercayaan diri mengadopsi skala kepercayaan diri Davies (2004), yang mempunyai Aspek kepercayaan diri, sebagai berikut: 1) menikmati hidup dan bergembira, 2) mengetahui dan menilai diri sendiri, 3) mempunyai keahlian-keahlian sosial yang baik, 4) mempunyai sikap yang positif, 5) tegas, 6) mempunyai tujuan yang jelas, 7) siap menghadapi tantangan-tantangan.

11 4. Keaslian Subjek Subjek penelitian ini menggunakan subjek penyalahguna NAPZA yang masih menjalani rehabilitasi di panti rehabilitasi dan telah melalui proses detoksifikasi, usia 14 tahun ke atas dan masih menjalani proses rehabilitasi. Keseluruhan subjek pada penelitian adalah laki-laki. Dari penjelasan di atas sepanjang yang diketahui oleh peneliti, penelitian dengan judul hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi pada penyalahguna NAPZA selama masa rehabilitasi belum ada yang meneliti.

12 TINJAUAN PUSTAKA KECEMASAN KOMUNIKASI Kecemasan komunikasi adalah kondisi ketika individu merasa takut untuk melakukan komunikasi dengan individu lain dalam berbagai situasi umum, individual, maupun kelompok. Adanya kecemasan dalam komunikasi menyebabkan seseorang takut, gugup, tidak tertarik dalam percakapan serta perasaan tidak nyaman saat terlibat dalam suatu pembicaraan face to face maupun kelompok. Sehingga individu yang mengalami kecemasan komunikasi mengalami suatu hambatan komunikasi (communication apprehension), yang kemudian individu tersebut cenderung menarik diri dan menghindar dari situasi komunikasi McCroskey (1984). McCroskey (1984) menjelaskan lima tipe hambatan komunikasi (communication apprehension), lima tipe hambatan komunikasi tersebut, yaitu: 1. Traitlike CA adalah hambatan yang secara relatif bersifat kekal. 2. Generalized Context CA adalah hambatan komunikasi pada konteks general. Terdapat empat variasi pada tipe CA ini, yaitu: CA about public speaking (CA percakapan publik), CA about speaking in meetings (CA percakapan dalam rapat), CA about speaking in small group discussion (CA percakapan pada kelompok diskusi), dan CA about speaking in dyadic interactions (CA percakapan pada interaksi dua orang). 3. Person Group CA adalah hambatan komunikasi pada suatu kelompok individu. 4. Situational CA adalah hambatan komunikasi atas reaksi individu terhadap komunikasi pada situasi komunikasi individual atau kelompok individu.

13 5. Pathological CA adalah hambatan komunikasi yang disebabkan oleh faktor patologis. Faktor Faktor yang mempengaruhi kecemasan komunikasi McCroskey (DeVito, 1995) berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya kecemasan komunikasi, faktor-faktor tersebut yaitu: a. Kurangnya keterampilan dan pengalaman komunikasi Individu dengan ketrampilan komunikasi yang kurang akan sulit berkomunikasi dengan efektif. b. Tingkat evaluasi Sifat komunikasi yang evaluatif cenderung membuat individu lebih cemas. c. Status yang lebih rendah Munculnya perasaan bahwa individu lain merupakan komunikator yang lebih baik dan tahu lebih banyak daripada diri sendiri, hal ini yang akan menyebabkan timbulnya kecemasan. d. Jumlah kelompok Individu cenderung akan merasa cemas ketika berbicara di dalam kelompok besar daripada kelompok kecil. e. Tingkat kepastian Saat situasi tidak teramalkan maka kemungkinan munculnya cemas akan lebih besar, misalnya ketika berbicara dengan orang yang dikenal.

14 f. Tingkat kesamaan Banyaknya perbedaan diantara teman bicara memungkinkan timbulnya kecemasan. g. Pengalaman kegagalan atau kesuksesan Pengalaman masa lalu akan mempengaruhi respon individu bila menghadapi situasi yang sama. DeVito (1997) mengemukakan ancangan pragmatis untuk efektivitas komunikasi interpersonal. Kualitas efektivitas komunikasi tersebut terdiri dari lima faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan komunikasi interpersonal, faktor-faktor tersebut yaitu: a. Kepercayaan diri (Confidence) Komunikator yang efektif memiliki kepercayaan diri sosial, perasaan cemas tidak dengan mudah dilihat oleh individu lain. b. Kebersatuan (Immediacy) Kebersatuan yaitu ketika terciptanya rasa kebersamaan dan kesatuan antara pembicara dan pendengar. c. Manajemen interaksi (Interaction Management) Dalam manajemen interaksi tidak ada yang merasa diabaikan atau merasa menjadi tokoh penting, masing-masing memiliki kontribusi dalam keseluruhan komunikasi. d. Pemantauan diri (Self Monitoring)

15 Pemantauan diri adalah manipulasi citra yang individu tampilkan kepada pihak lain. e. Orientasi kepada orang lain (Other orientation) Orientasi ini mengacu pada kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lawan bicara selama komunikasi. Dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa faktor-faktor kecemasan komunikasi interpersonal dapat berasal dari dalam dan luar individu. Adapun penyebab kecemasan komunikasi dari dalam individu yaitu kurangnya keterampilan berkomunikasi dan kepercayaan diri dari dalam individu untuk melakukan pembicaraan, mengembangkan pembicaraan serta ketidakmampuan untuk mengikuti alur pembicaraan. Sedangkan penyebab kecemasan komunikasi dari luar individu yaitu situasi komunikasi yang membuat individu tersebut cemas, tingkat kepastian situasi yaitu situasi yang masih baru, dan adanya perbedaan tingkat kesamaan yaitu adanya perbedaan dengan lawan berbicara sehingga menyebabkan timbulnya kecemasan. Aspek aspek Kecemasan komunikasi McCroskey (1984) menerangkan empat tipe hambatan komunikasi, yang dijelaskan pada generalized context CA (communication apprehension). Empat tipe hambatan komunikasi tersebut sekaligus sebagai aspek kecemasan komunikasi, empat tipe hambatan komunikasi tersebut, yaitu: 1) CA about public speaking, adalah suatu hambatan dalam komunikasi pada situasi percakapan umum, 2) CA about speaking in meetings, adalah suatu hambatan dalam komunikasi pada situasi rapat, 3) CA about

16 speaking in small group discussion, adalah suatu hambatan dalam komunikasi pada kelompok diskusi 4) CA about speaking in dyadic interaction, adalah suatu hambatan dalam komunikasi pada situasi komunikasi antara dua orang. KEPERCAYAAN DIRI Kepercayaan diri sering dihubungkan dengan perasaan bahagia, bersemangat, bergembira, dan pada umumnya memegang kendali atas kehidupan. Kepercayaan diri juga memberi keberanian untuk menghadapi tantangan karena memberikan suatu kesadaran bahwa belajar dari pengalaman jauh lebih penting daripada keberhasilan atau kegagalan (Davies, 2004). Sarason dan Sarason (dalam Koentjoro, 2000) berpendapat bahwa kepercayaan diri terbentuk dan berkembang melalui proses belajar individual atau sosial. Proses belajar individual berhubungan dengan umpan balik dari lingkungan melalui pengalaman psikologik, sedangkan proses belajar sosial diperolah melalui interaksi individu dengan orang lain yang dijalin lewat berbagai aktifitas. Sejalan dengan Koentjoro, Afiatin dan Andayani (1997) menyimpulkan bahwa kepercayaan diri terbentuk melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Melalui interaksi sosial individu akan melihat keadaan dirinya, lalu berpikir bagaimana orang lain menilai dirinya, dan akhirnya timbul perasaan bangga atau kecewa akan dirinya. Adanya kemampuan penglihatan, perasaan, pemikiran manusia terhadap dirinya, sehingga mengakibatkan seseorang menyadari siapa dirinya.

17 Brennecke dan Amick (Kumara, 1988) menyatakan bahwa orang yang percaya diri tidak memerlukan orang lain sebagai standar karena dapat menentukan standar sendiri dan selalu mampu mengembangkan motivasinya karena merasa cukup aman dan tenang serta mempunyai ukuran sendiri mengenai kegagalan dan kesuksesan. Sejalan dengan pendapat Brennecke dan Amick, Waterman (Kumara, 1988) mengemukakan bahwa orang yang percaya diri memiliki ciri-ciri mamapu bekerja secara efektif, mampu melaksanakan tugas-tugas dengan baik dan secara relatif bertanggungjawab serta merencanakan masa depan. Individu membutuhkan kepercayaan diri untuk dapat menikmati hidup dan bergembira, mengetahui dan menilai diri sendiri, mempunyai keahlian-keahlian sosial yang baik, mempunyai sikap yang positif, tegas, mempunyai tujuan yang jelas, dan siap menghadapi tantangan-tantangan (Davies, 2004). Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia membutuhkan kepercayaan diri untuk dapat bertahan hidup dan mampu berkomunikasi dengan individu lainnya tanpa ada batas dan kecemasan. Rahmat (2004) berpendapat bahwa individu yang mempunyai kepercayaan dirinya kurang, cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi, karena takut orang akan mengejek dan menyalahkannya. Rasa rendah diri yang berlebihan hanya akan mendatangkan kesulitan pada diri sendiri, karena individu akan menarik diri dari kehidupan sosial, berusaha sekecil mungkin melakukan komunikasi, dan hanya berbicara jika keadaan mendesak.

18 Jadi dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu perasaan yakin pada pendapatnya sendiri tetapi tidak berlebih, menyukai tantangan, berpikir positif, mampu memahami dan mengenali diri sendiri, tidak memerlukan orang lain sebagai standar atas dirinya, melainkan orang yang mempunyai rasa percaya diri mempunyai standar sendiri bagi dirinya. Adanya kemampuan penglihatan, perasaan, pemikiran manusia terhadap dirinya, sehingga mengakibatkan seseorang menyadari siapa dirinya. Dapat disimpulkan pula bahwa orang yang percaya diri mampu memegang kendali kehidupannya. Aspek Aspek Kepercayaan diri Aspek-aspek kepercayaan diri yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori Davies (2004), yang dapat disimpulkan melalui tujuh aspek individu yang mempunyai percaya diri, yaitu: 1) Menikmati hidup dan bergembira 2) Mengetahui dan menilai diri sendiri 3) Mempunyai keahlian-keahlian sosial yang baik 4) Mempunyai sikap yang positif 5) Tegas 6) Mempunyai tujuan yang jelas 7) Siap menghadapi tantangan-tantangan

19 Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Komunikasi Pada Penyalahguna NAPZA Selama Masa Rehabilitasi Kemampuan berkomunikasi dengan efektif sangat penting bagi penyalahguna NAPZA selama menjalani masa rehabilitasi, untuk tetap dapat eksis di dalam kehidupan sosial di lingkungan rehabilitasi maupun di kehidupan sosial pada umumnya. Namun pada kenyataannya, kecemasan yang menyertai seringkali membuat hasil dari komunikasi tidak optimal atau bahkan dihindari oleh penyalahguna NAPZA. Kondisi tersebut diperparah dengan tanggapan negatif dari sebagian masyarakat yang mereka terima. Sikap dan perlakuan masyarakat yang menjadikan penyalahguna NAPZA sebagai sampah masyarakat, bahkan menolak kehadiran mereka. Hal tersebut akan membuat para penyalahguna NAPZA merasa rendah diri, merasa cemas, dan mengalami krisis percaya diri. Keadaan akibat dari tidak adanya percaya diri, merasa tidak mampu dan rendah diri akan meningkatkan kecemasan komunikasi pada penyalahguna NAPZA. Berbeda dengan penyalahguna NAPZA yang memiliki cukup kepercayaan diri maka akan merasa mampu dan nyaman berkomunikasi dengan individu lain, tidak kaku dan santai sehingga akan mengurangi kecemasan komunikasinya. Rasa cemas yang dialami ini seringkali disebabkan karena adanya kekhawatiran akan dinilai negatif atau diacuhkan. Penyalahguna NAPZA membutuhkan kepercayaan diri untuk dapat mengatasi masalah kecemasan berkomunikasi. Dengan adanya rasa percaya diri, penyalahguna NAPZA akan

20 mempunyai keyakinan bahwa dia mampu menyampaikan suatu informasi dan menampilkan diri dengan baik. Rasa optimis ini akan menimbulkan rasa aman dalam berkomunikasi sehingga rasa cemas yang biasa mengganggu efektifitas komunikasi bisa teratasi. Keadaan yang dialami penyalahguna NAPZA baik dari dalam dirinya yaitu merasa tidak mampu dan tidak berharga maupun tanggapan dari masyarakat yang negatif menjadikan penyalahguna NAPZA merasa tidak percaya diri. Penyalahguna NAPZA yang memiliki cukup kepercayaan diri akan merasa mampu dan akan mengembangkan penilaian positif terhadap dirinya walaupun dia sadar telah melanggar norma sosial. Tetapi dengan kepercayaan diri tersebut penyalahguna NAPZA memiliki motivasi untuk kembali hidup normal tanpa jatuh pada kesalahan yang sama, sehingga dapat diterima kembali di masyarakat. Salah satu permasalahan dalam kecemasan komunikasi adalah adanya kecemasan penilaian dari individu lain terhadap dirinya yaitu apa yang disampaikannya dan bagaimana individu tersebut meyampaikannya. Kecemasan adanya penilaian dari individu lain terhadap dirinya merupakan indikasi individu yang kurang percaya diri (McCroskey, 1984). Demikian halnya dengan kepercayaan diri, diartikan sebagai suatu perasaan atau sikap yang tidak perlu membandingbandingkan diri dengan orang lain karena telah merasa cukup aman dan tahu apa yang dibutuhkan dalam hidup ini. Mereka tidak memerlukan orang lain sebagai standar, karena dapat menentukan standar sendiri dan selalu mampu mengembangkan motivasi (Kumara, 1988). Hal ini senada dengan Davies (2004), individu yang

21 percaya diri memiliki ciri mengetahui dan menilai diri sendiri secara positif, mereka merasa senang dengan dirinya dan cenderung bersikap santai di dalam situasi-situasi sosial. Sehingga penyalahguna NAPZA yang percaya diri tidak akan merasa cemas atas penilaian orang lain terhadapnya bila akan mengkomunikasikan sesuatu, karena telah mempunyai keyakinan dan penilaian sendiri apa yang dilakukannya. Dari penjelasan di atas bisa dilihat bahwa bagaimana cara individu menghadapi orang lain dipengaruhi oleh bagaimana ia memandang dirinya. Krech (dalam Siska, 1996) berpendapat bahwa Respon-respon interpersonal individu merupakan refleksi dari kognisinya terhadap diri sendiri. Penyalahguna NAPZA yang merasa yakin dengan dirinya sendiri akan merasa layak dan mampu mengatasi suatu situasi sehingga memandang situasi komunikasi sebagai hal yang positif. Adanya rasa percaya diri akan mendorong penyalahguna NAPZA untuk aktif dalam berkomunikasi tanpa adanya rasa khawatir akan disalahkan atau dinilai negatif oleh individu lain. Penelitian tentang hubungan kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi yang lebih dipersempit lagi menjadi kecemasan komunikasi interpersonal telah dilakukan pada beberapa kelompok. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Siska (1996) tentang hubungan kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada mahasiswa. Penelitian serupa dengan kelompok subjek mahasiswa dilakukan oleh Marwati (2001) yaitu hubungan kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada mahasiswa tahun awal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Penelitian dengan kelompok subjek penyandang cacat

22 tubuh tetapi normal dalam pendengaran pernah dilakukan oleh Nuryanti (1998). Penelitian yang hampir serupa dilakukan oleh Sa diyah (2005) mengenai hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada penyandang cacat tunarungu. Hasil penelitian di atas menunjukkan ada hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal. Melihat adanya hubungan tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah kepercayaan diri pada penyalahguna NAPZA dimana bagi mereka komunikasi akan sulit dilakukan karena penyalahguna NAPZA sebagai kondisi ketergantungan fisik atas penggunaan NAPZA dimana mental yang menimbulkan hambatan dan ketidakmampuan untuk hidup secara wajar, sehingga menyebabkan pula pada terhambatnya berkomunikasi juga mempunyai hubungan dengan kecemasan komunikasi yang biasa mereka alami. METODE PENELITIAN Subjek Penelitian Subjek penelitian ini menggunakan subjek penyalahguna NAPZA yang masih menjalani rehabilitasi di panti rehabilitasi dan telah melalui proses detoksifikasi, usia 14 tahun ke atas dan masih menjalani proses rehabilitasi. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan skala sebagai alat ukur pengumpulan data. Penggunaan skala diharapkan dapat merefleksikan keadaan subjek yang sebenarnya. Peneliti menggunakan skala kecemasan komunikasi yang dimodifikasi dari skala

23 kecemasan komunikasi McCroskey (1983) dan skala kepercayaan diri yang di modifikasi dari alat ukur kepercayaan diri Davies (2004). Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan statistik. Tehnik statistik yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah teknik statistik korelasi product moment dari Pearson. Teknik ini digunakan karena dalam penelitian ini mencari korelasi antara variabel tergantung dengan variabel bebas. Proses analisisnya dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows 12. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran singkat mengenai data penelitian secara umum yang berisikan fungsifungsi statistik dasar dari masing-masing variabel dapat dilihat secara lengkap pada tabel berikut. Tabel Deskripsi Data Penelitian Variabel Hipotetik Empirik Xmax Xmin Mean SD Xmax Xmin Mean SD Kecemasan , 12, komunikasi Kepercayaa , 9, n diri

24 Mean = X min? X max 2 SD = X max? X min 6 Skala kecemasan komunikasi menunjukkan 32 aitem sahih dan 8 aitem gugur. Berdasarkan deskripsi data penelitian pada tabel dapat diketahui bahwa mean empirik untuk variabel kecemasan komunikasi sebesar 70, 7703 dan mean hipotetik sebesar 80. Mean empirik variabel kecemasan komunikasi lebih kecil daripada mean hipotetiknya. Hal ini menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian ini mempunyai kecemasan komunikasi yang rendah. Skala kepercayaan diri terdiri dari 50 aitem yang diujicobakan, 24 aitem sahih dan 26 aitem gugur. Berdasarkan deskripsi data penelitian pada tabel dapat diketahui bahwa mean empirik untuk variabel penyesuaian diri sosial sebesar 71, 1351 dan mean hipotetik sebesar 60. Mean empirik variabel kepercayaan diri lebih besar daripada mean hipotetiknya. Hal ini menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian ini mempunyai kepercayaan diri yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecemasan komunikasi dan kepercayaan diri pada penyalahguna NAPZA selama masa rehabilitasi. Adanya hubungan antara kedua variabel, ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar -0, 541 dengan p=0,000 (p<0,01). Hubungan antara kedua variabel ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepercayaan diri maka akan semakin rendah kecemasan komunikasi pada penyalahguna NAPZA

25 selama masa rehabilitasi. Sebaliknya, semakin rendah kepercayaan dirinya maka semakin tinggi kecemasan komunikasi pada penyalahguna NAPZA selama masa rehabilitasi. Jadi hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Diterimanya hipotesis penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan diri berhubungan dengan kecemasan komunikasi. Seperti yang telah diungkapkan oleh DeVito (1997), bahwa kepercayaan diri merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari setiap individu, dimana kepercayan diri dapat memepengaruhi pembentukan dan perkembangan kepribadian, oleh sebab itu individu dapat menentukan sikap dan perilaku dalam berinteraksi dengan individu lain. Timbulnya pikiran negatif merasa dirinya tidak mampu, tidak akan berhasil, rendah diri, dan merasa akan dinilai negatif oleh individu lain adalah ciri-ciri kepercayaan diri rendah yang merupakan penyebab timbulnya kecemasan komunikasi. Berbanding terbalik dengan sebelumnya, bila individu memiliki kepercayaan diri dimana selalu merasa nyaman bersama individu lain dalam situasi komunikasi umumnya, mampu bersikap santai, tidak kaku, fleksibel dalam suara dan gerak tubuh, terkendali, tidak gugup atau canggung dapat mengurangi tngkat kecemasan komunikasi dan mampu meningkatkan keefektifan komunikasi.

26 PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi pada penyalahguna NAPZA selama masa rehabilitasi. Semakin tinggi kepercayaan diri maka akan semakin rendah kecemasan komunikasi pada penyalahguna NAPZA selama masa rehabilitasi. Sebaliknya, semakin rendah kepercayaan dirinya maka semakin tinggi kecemasan komunikasi pada penyalahguna NAPZA selama masa rehabilitasi. B. Saran Berkaitan dengan penelitian ini, saran yang diajukan peneliti berdasarkan hasil yang diperoleh: 1. Saran bagi subjek penelitian Bagi subjek penelitian agar dapat berkomunikasi lancar dengan orang lain tanpa ada kecemasan komunikasi yang berlebihan, disarankan agar memiliki dan memupuk kepercayaan diri, karena kepercayaan diri terbukti memberikan sumbangan dalam mengurangi kecemasan komunikasi. Dengan kepercayaan diri ini pula dapat tercipta komunikasi yang efektif.

27 2. Saran bagi orang tua dan konselor Bagi para orang tua yang memliki anak penyalahguna NAPZA sebaiknya mendukung dan mendorong anaknya agar memiliki kepercayaan diri yang tinggi walaupun mereka memiliki kekurangan. Salah satunya dengan menerima anak sebagai individu sepenuhnya, mendukung dan memberikan kesempatan penyalahguna NAPZA untuk mampu berkomunikasi dengan siapa saja, menekankan kelebihan yang dimiliki untuk meningkatkan kepercayaan diri. Bagi konselor yang mendampingi proses rehabilitasi sebaiknya mendorong penyalahguna NAPZA untuk berbicara lebih terbuka dengan tidak memaksa, mencermati kelebihan dan membantu mengembangkan kemampuannya. 3. Saran bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti lain yang tertarik dan ingin mengkaji bahasan yang sama, disarankan dilengkapi data wawancara. Penelitian dengan metode kualitatif dan menggunakan metode analisis yang mendetail sebaiknya juga dilakukan jika ingin menggunakan variabel yang sama.

28 DAFTAR PUSTAKA Afiatin, T. dan Andayani, B Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Penganggur Melalui Kelompok Dukungan Sosial. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Afiatin, T Bagaimana menghindarkan diri dari Penyalahgunaan Napza. Buletin psikologi. Tahun VI No 2 Hal Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Afiatin, T Persepsi terhadap diri dan lingkungan pada remaja penyalahguna NAPZA. Jurnal Psikologika, No. 12, Hal Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Ahmad, D. R Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Kecemasan Komunikasi Interpersonal Pada Remaja Penyalahguna NAPZA Selama Menjalani Rehabilitasi. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Unversitas Islam Indonesia. Azwar, S Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Azwar, S Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Cangara, H Pengantar ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Dally, J.A.,& McCroskey, J.C. (Eds.). (1984). Avoiding Communication: Shyness, Reticence & Communication Apprehension. Beverly Hills: Sage Publications. Davies, P Meningkatkan Rasa percaya Diri. Jogjakarta: Torrent Books. DeVito, J.A Komunikasi Antar Manusi. Edisi kelima (Terjemahan). Jakarta: Professional Books The Interpersonal Communication. New York: Harper College Publisher Hadi, S Metodologi Research Jilid 1. Yogyakarta : Penerbit Andi Hambly, K Bagaimana Cara Meningkatkan Rasa Percaya Diri. (Alih Bahasa: Budiyanto). Jakarta: Arcan

29 Hart, H. (2005). Engineering communication: Overcoming speech anxiety Retrieved February 14, 2005, from The University of Texas at Austin, CE 333t: Engineering Communication Web site prof/hart/33t/anxiety.cfm.html.03/18/06 Hawari, D Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA. Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Iindonesia. Kartikasari, B. D Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kecemasan Dalam Komunikasi Interpersonal. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Koentjoro Pengaruh Cerita Keberhasilan Hidup Penderita Tuna Netra dan Tuna Daksa Terhadap Peningkatan Kepercayaan Diri Cacat Sejenis. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Kumara, A Studi Pendahuluan Tentang Validitas dan Reliabilitas The test of Self Confidence. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Mariani, K Hubungan Antara Sifat Pemantauan Diri dengan Kecemasan Dalam komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa Psikologi dan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi Sarjana. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Martani, W., dan Adiyanti, M. G Kompetensi Sosial Dan Kepercayaan Diri Remaja. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Marwati, S Kepercayaan Diri Dan Kecemasan Dalam Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa Tahun Awal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Mulyana, Dedi Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Nuryanti, L Hubungan Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Komunikasi Interpersonal pada Penyandang Cacat Tubuh. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Rakhmat, J Psikologi Komunikasi. Bandung: Penerbit Remadja Karya.

30 Sa diyah, H Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Komunikasi Interpersonal Pada Penyandang Cacat Tunarungu. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Siska Kepercayaan Diri dan Kecemasan Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Supratiknya, A., Dr Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta: Kanisius Wulandari, L.H Efektivitas modifikasi perilaku Kognitif untuk Mengurangi Kecemasan Komunikasi antar Pribadi. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran USU.

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUNARUNGU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUNARUNGU NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUNARUNGU Disusun oleh: Khalimatus Sa diyah H. Fuad Nashori FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA Oleh: Iffah Savitri Mira Aliza Rachmawati PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI DALAM PUBLIC SPEAKING NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI DALAM PUBLIC SPEAKING NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN KEPERCAYAAN DIRI DALAM PUBLIC SPEAKING NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010). BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kecemasan Komunikasi Interpersonal 2.1.1. Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal Burgoon dan Ruffner (1978) kecemasan komunikasi interpersonal adalah kondisi ketika individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa mengalami kecemasan komunikasi dapat terjadi didalam kelas, forum

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa mengalami kecemasan komunikasi dapat terjadi didalam kelas, forum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mahasiswa sama halnya dengan peserta didik yang lain, mereka juga samasama memiliki permasalahan. Mulai dari masalah akademik, masalah dengan orang tua,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Diajukan

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT COMMUNICATION APPREHENSION PADA MAHASISWA AKTIVIS DAN YANG BUKAN AKTIVIS DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PERBEDAAN TINGKAT COMMUNICATION APPREHENSION PADA MAHASISWA AKTIVIS DAN YANG BUKAN AKTIVIS DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA PERBEDAAN TINGKAT COMMUNICATION APPREHENSION PADA MAHASISWA AKTIVIS DAN YANG BUKAN AKTIVIS DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Fajrin Husaini Thobagus Moh. Nu man INTISARI Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

JURNAL HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DENGAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

JURNAL HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DENGAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 JURNAL HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DENGAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh: NINING DEWI RATIH NPM. 12.1.01.01.0149 Dibimbing oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan lapangan (field research) yaitu penelitian yang paling

Lebih terperinci

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI Oleh: Hanggara Budi Utomo Dosen FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak Seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut manusia memerlukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh : Rachmad Darmawan F100090178 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Universitas PGRI Ronggolawe (UNIROW) Tuban berdiri atas dasar SK Mendiknas RI Nomor: 08/D/O/2007 dengan memberikan ijin penyelenggaraan

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung : Kualitas Hidup 2. Variabel Bebas : Efikasi Diri B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai perubahan besar, diantaranya perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan manusia, tidak ada kegiatan yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK

HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK Naskah Publikasi Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: PANGESTU PINARINGAN PUTRI F100

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri tersebut muncul ketika berbicara atau memulai pembicaraan

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri tersebut muncul ketika berbicara atau memulai pembicaraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rasa percaya diri memang mutlak dibutuhkan agar kita bisa merasa bahagia dalam menjalani kehidupan. Tanpa rasa percaya diri, kita akan kesulitan memperoleh teman atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan dengan manusia lain tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Setelah semua data penelitian diperoleh, maka dilakukan uji asumsi sebagai syarat untuk melakukan analisis data. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran

Lebih terperinci

Hubungan Self-Confidence Dengan Kecemasan Siswa Ketika Bertanya Di Dalam Kelas

Hubungan Self-Confidence Dengan Kecemasan Siswa Ketika Bertanya Di Dalam Kelas Konselor Volume 3 Number 4 December 2014 ISSN: 1412-9760 Received October 29, 2014; Revised Nopember 17, 2014; Accepted December 30, 2014 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Hubungan Self-Confidence

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecemasan Komunikasi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh salah satu atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan presentasi maupun diskusi biasanya melibatkan guru dan siswa maupun siswa dengan siswa dalam suatu proses belajar mengajar, di dalam kegiatan presentasi

Lebih terperinci

Pengantar. (SDM) yang berkualitas dan siap bersaing dengan tenaga asing. Bagi penderita

Pengantar. (SDM) yang berkualitas dan siap bersaing dengan tenaga asing. Bagi penderita Pengantar A. Latar Belakang Masalah Abad global dan pasar bebas menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan siap bersaing dengan tenaga asing. Bagi penderita cacat tubuh, persaingan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subyek siswa-siswi SMP Swasta di Taman Sidoarjo. SMP Dharma Wanita 9 Taman terletak

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI Oleh : SYAIFUL ANWAR PRASETYO YULIANTI DWI ASTUTI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lain. Hubungan antar manusia dapat terjalin ketika

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lain. Hubungan antar manusia dapat terjalin ketika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi selalu terjadi dalam setiap kehidupan manusia. Setiap kegiatan yang dilakukan manusia merupakan refleksi dari kegiatan komunikasi, baik secara verbal maupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hubungan dukungan sosial dengan efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan dalam Menyusun Proposal Skripsi (Pindho Hary Kristanto, dkk.) HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Pindho

Lebih terperinci

maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif

maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif dan pasif, artinya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI Nama : Kartika Pradita Andriani NPM : 13510847 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Dr. AM. Heru

Lebih terperinci

BAB III Metode Penelitian

BAB III Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat peneliti melakukan penelitian tentang efektivitas teknik restrukturisasi kognitif dalam mereduksi kecemasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Defenisi Operasional Variabel Penelitian, (C) Populasi, Sampel, Teknik

BAB III METODE PENELITIAN. Defenisi Operasional Variabel Penelitian, (C) Populasi, Sampel, Teknik BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: (A) Identifikasi Variabel Penelitian, (B) Defenisi Operasional Variabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, tanpa ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang lengkap untuk dapat

Lebih terperinci

Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Hubungan Interpersonal Siswa ABSTRAK

Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Hubungan Interpersonal Siswa ABSTRAK Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Hubungan Interpersonal Siswa Retno Ambarini (09220200) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang; masih adanya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER KE-III DI RSNU TUBAN

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER KE-III DI RSNU TUBAN HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER KE-III DI RSNU TUBAN Munfi atur Rofi ah (09410176) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan melakukan segala sesuatunya sendiri. Setiap aktivitas yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas dari interaksi

Lebih terperinci

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 05, No. 01, 2015 ------------------------------------------------------------------------------- Hlm. 108 117 Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN PERILAKU KONSUMTIF KOSMETIK MAKE UP WAJAH PADA MAHASISWI. Naskah Publikasi

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN PERILAKU KONSUMTIF KOSMETIK MAKE UP WAJAH PADA MAHASISWI. Naskah Publikasi HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN PERILAKU KONSUMTIF KOSMETIK MAKE UP WAJAH PADA MAHASISWI Naskah Publikasi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Babbie (Prasetyo, 2005) rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berfikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 51 GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kesiapannya dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. pada kesiapannya dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pendidikan di Indonesia tidak hanya terletak pada persoalan, pengajar/ dosen, sarana prasarana serta media pembelajaran. Masalah pembelajaran jauh lebih kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menghambat cita-cita dan aktivitas. Permasalahan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menghambat cita-cita dan aktivitas. Permasalahan yang dihadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecacatan bagi sebagian orang merupakan suatu masalah yang berat serta dapat menghambat cita-cita dan aktivitas. Permasalahan yang dihadapi penyandang cacat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu berkeinginan untuk berbicara, tukar-menukar gagasan, mengirim dan menerima informasi, berbagi pengalaman, bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional mengharapkan upaya pendidikan formal di sekolah mampu membentuk pribadi peserta didik menjadi manusia yang sehat dan produktif. Pribadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Penelitian. melakukan uji coba (try out) kepada mahasiswa Psikologi Universitas Islam Riau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Penelitian. melakukan uji coba (try out) kepada mahasiswa Psikologi Universitas Islam Riau BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan pengumpulan data yang diawali dengan melakukan uji coba (try out) kepada mahasiswa Psikologi Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif, yaitu suatu metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif, yaitu suatu metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu dapat mencapai tujuan hidup apabila merasakan kebahagian, kesejahteraan, kepuasan, dan positif terhadap kehidupannya. Kebahagiaan yang dirasakan oleh

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi harus terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA SKRIPSI Dina Pratiwi Laode 08810144 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013 i HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: CITA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA JULI SUSANTI SUKARTI PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: 1. Variabel bebas : locus of control, terbagi dua yaitu locus of control internal

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN oleh : MUTYA GUSTI RAMA Dra. AISAH INDATI, M.S FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dapat dikatakan dengan melakukan komunikasi. Komunikasi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan. Dalam mencapai Drajat Sarjana S1 Psikologi. Disusun Oleh : ANA ARIFA SARI F

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan. Dalam mencapai Drajat Sarjana S1 Psikologi. Disusun Oleh : ANA ARIFA SARI F HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL TWITTER DENGAN PENGENDALIAN DIRI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI ANGKATAN 2013-2014 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Setelah data penelitian didapat, maka selanjutnya dilakukan uji asumsi untuk mengetahui apakah data yang terkumpul memenuhi syarat untuk dianalisis statistik. Uji asumsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN PADA SISWA SISWI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN PADA SISWA SISWI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN PADA SISWA SISWI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu lainnya.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji asumsi data hasil penelitian tersebut. Setelah dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas dan linieritas selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting dalam suatu proses penjualan. Fungsi SPG antara lain melaksanakan promosi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting dalam suatu proses penjualan. Fungsi SPG antara lain melaksanakan promosi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sales promotion girl atau SPG merupakan sumber daya manusia dengan peran penting dalam suatu proses penjualan. Fungsi SPG antara lain melaksanakan promosi suatu

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN LAMPIRAN KUESIONER KEMANDIRIAN Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan berbagai kemungkinan jawaban. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa sebagai calon pemimpin bangsa dan intelektual muda. Komunikasi juga

BAB I PENDAHULUAN. siswa sebagai calon pemimpin bangsa dan intelektual muda. Komunikasi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kemampuan untuk dapat berkomunikasi secara efektif sangat dituntut pada siswa sebagai calon pemimpin bangsa dan intelektual muda. Komunikasi juga merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. interpersonal dalam VCT, penulis melihat bahwa wujud komunikasi interpersonal

BAB IV PENUTUP. interpersonal dalam VCT, penulis melihat bahwa wujud komunikasi interpersonal BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai karakteristik komunikasi interpersonal dalam VCT, penulis melihat bahwa wujud komunikasi interpersonal dalam konseling adalah berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidupnya, tetapi perlu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidupnya, tetapi perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidupnya, tetapi perlu berkomunikasi dengan orang lain. Disisi lain, manusia membutuhkan komunikasi untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kualitas tenaga kerja merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya bahwa kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepercayaan Diri 2.1.1. Pengertian Kepercayaan Diri Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berfungsi untuk mendorong individu dalam meraih kesuksesan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial di lingkungan sekolah. Dalam melaksanakan fungsi interaksi sosial, remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial di lingkungan sekolah. Dalam melaksanakan fungsi interaksi sosial, remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang banyak di hadapi oleh remaja adalah interaksi sosial di lingkungan sekolah. Dalam melaksanakan fungsi interaksi sosial, remaja melakukan komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut Arikunto (2010) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: Sagantoro Sambu F 100 050 232

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN Oleh: HANDINI IKA PRATIWI SUS BUDIHARTO FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dimana awal kehidupan sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, individu (remaja)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dimana awal kehidupan sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, individu (remaja) BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kemahasiswaan merupakan wilayah kehidupan baru bagi remaja usia antara 18 hingga 21 tahun, terutama bagi siswa yang baru lulus dari pendidikan SMA dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa, salah satu dari tugas perkembangan kehidupan sosial remaja ialah kemampuan memahami

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan

1. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Seseorang ingin mengetahui lingkungan sekitarnya,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri memegang peranan yang sangat penting dalam meraih kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu mengaktualisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang (RSCN) merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang (RSCN) merupakan 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Deskripsi UPT RSCN Malang UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang (RSCN) merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas Sosial Provinsi Jawa

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT 100904069 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi,

Lebih terperinci