BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Ergonomi Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ERGO (KERJA) dan NOMOS (HUKUM ALAM) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau perancangan (Nurmianto, 2008) adapun definisi ergonomi lain seperti yang dikemukakan oleh Pheasant (1991:4) adalah : Ergonomics is the application of scientific information concerning human beings to the design of objects, systems and environments for human use. Selain itu, menurut Sutalaksana (1979:61) Ergonomi sebagai suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasiinformasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang ingin dicapai melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman dan nyaman Adapun fungsi ergonomi didalam aktifitas bekerja seperti sebagai berikut : Memperbaiki performasi kerja (menambah kecepatan kerja, keakuratan, keselamatan kerja dan mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi kelelahan). Memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan ketrampilan yang diperlukan. Memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan ketrampilan yang diperlukan Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan human error 6

2 Bidang Kajian Ergonomi Sutalaksana (1979:64) membagi ergonomi kedalam lima bidang kajian, yaitu : 1. Penyelidikan tentang Display Yang dimaksud dengan display disini adalah bagian dari lingkungan yang mengkomunikasikan keadaannya kepada manusia, misalnya speedometer untuk menunjukan kecepatan kendaraan yang sedang kita kemudikan. 2. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendaliannya. Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktivitas tersebut, dimana penyelidikan ini banyak berhubungan dengan Biomekanika. 3. Penyelidikan mengenai tempat kerja Agar diperoleh tempat kerja yang baik, dalam arti kata sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia dalam hal ini dipelajari dalam Anthropometri. 4. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik Yang dimaksud dengan lingkungan fisik disini meliputi ruangan dan fasilitasfasilitas yang biasanya digunakan oleh manusia, serta kondisi lingkungan kerja, yang kedua-duanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia. 2.2 Pengertian Analisa & Perancangan Kerja Analisis pekerjaan terdiri atas dua kata, analisis dan pekerjaan. Analisis merupakan aktivitas berpikir untuk menjabarkan pokok persoalan menjadi bagian, komponen, atau unsur, serta kemungkinan keterkaitan fungsinya. Sedangkan pekerjaan adalah sekumpulan/sekelompok tugas dan tanggung jawab yang akan, sedang dan telah dikerjakan oleh tenaga kerja dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian analisis pekerjaan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas untuk mengkaji, mempelajari, mengumpulkan, mencatat, dan menganalisis ruang lingkup suatu pekerjaan secara sistematis dan sistemik (Sastrohadiwiryo, 2002:127) Bekerja adalah kegiatan manusia merubah keadaan tertentu dari alam lingkungan yang ditujukan untuk mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidupnya. Demikian definisi yang diberikan oleh W.S. Neff untuk bekerja. Definisi ini tampaknya sangat luas tetapi mencerminkan dorongan dasar dari bekerja yaitu dalam rangka mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidup manusia. Sedangakan Toole memberikan definisi yang bunyinya

3 8 agak terdengar lain yaitu bahwa bekerja adalah kegiatan untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Setelah seseorang berada dalam dunia pekerjaan, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi jalannya pekerjaan tersebut, akibatnya pekerjaan perlu dilakukan analisa dan perancangan. Faktor yang mengakibatkan keterbatasan pekerja, yakni keterbatasan panca indra dan fisik. a. Definisi Peta Kerja Peta kerja adalah suatu alat yang mengambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas, (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku) kemudian mengambarkan semua langkah yang dialaminya, seperti transportasi, operasi mesin, pemeriksaan dan perakitan,sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap, atau merupakan bagian dari produk lengkap. Apabila kita melakukan studi yang seksama terhadap suatu pekerja, maka pekerjaan kita dalam usaha untuk memperbaiki metode kerja dari suatu proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan yang mungkin dilakukan, antara lain, kita bisa menghilangkan operasi-operasi yang tidak perlu, menggabungkan suatu operasi dengan operasi lainnya, menemukan suatu urutan-urutan kerja, menentukan mesin yang lebih ekonomis, dan menghilangkan waktu menunggu antaroperasi. Pada dasarnya semua perbaikan tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya produksi secara keseluruhan. Dengan demikian, peta ini merupakan alat yang baik untuk menganalisa suatu pekerjaan sehingga mempermudah dalam perencanaanperbaikan kerja. (Sutalaksana, 2006) buku teknik perancangan system kerja b. Kelompok Kegiatan Kerja Setempat Peta kerja kelompok kegiatan kerja setempat terdiri dari peta pekerja dan mesin serta peta tangan kanan dan tangan kiri. Penjelasan dari kedua peta tersebut sebagai berikut: Peta Pekerja dan Mesin Peta pekerja dan mesin dapat dikatakan merupakan suatu grafik yang menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dan waktu menganggur dari kombinasi antara pekerja dan mesin. Dengan demikian peta ini merupakan alat yang baik digunakan untuk

4 9 mengurangi, waktu menganggur. Informasi paling penting yang diperoleh melalui peta pekerja dan mesin ialah hubungan yang jelas antara waktu kerja operator dan waktu operasi mesin yang ditanganinya. Dengan informasi ini, maka kita mempunyai data yang baik untuk melakukan penyelidikan, penganalisaan, dan perbaikan suatu pusat kerja, sedemikian rupa sehingga efektifitas penggunaan pekerjaan dan atau mesin bisa ditingkatkan, dan tentunya keseimbangan kerja antara pekerja dan mesin bisa lebih diperbaiki. Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri Peta tangan kanan-tangan kiri merupakan gambaran semua gerakan saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan. Serta menunjukan perbandingan tugas yang dibebankan pada tangan kri dan tangan kanan. Adapun prinsip-prinsip yang digunakan dalam peta tangan kanan-tangan kiri adalah sebagai berikut: 1. Berbeda dengan peta yang lain untuk membuat peta tangan kanan-tangan kiri lembaran kertas dibagi dalam tiga bagian yaitu kepala, bagian yang memuat bagian dari sistem kerja, dan bagian-bagian badan. 2. Pada bagian kepala, dibaris paling atas ditulis peta tangan kanan dan kiri setelah itu menyertakan identifikasi-dentifikasi lainnya seperti: nama pekerjaan, nama depertemen, cara peta, dan lain-lain. 3. Pada bagian yang memuat bagan digambarkan sketsa dari sistem kerja yang memperlihatkan skala. 4. Bagian badan dibagi kedalam dua pihak, yaitu pihak sebelah kiri kertas digunakan untuk mengambarkan kegiatan yang dilakukan oleh tangan kiri an sebaiknya. Langkah selanjutnya,diperhatikan urutan-urutan gerakan yang dilaksanakan oleh operator. Kemudian operator-operator tersebut diuraikan menjadi elemen-elemen gerakan. Biasanya dibagi dalam delapan elemen (Sutalaksana, 2006) buku teknik perancangan system kerja

5 Definisi Pengepakan Menurut Philip kottler dan gery Armstrong (2003:359), pengepakan adalah kegiatan mendesain dan memproduksi wadah/pembungkus produk bertujuan melindungi dan menghiasi produk. Tujuan dilakukan pengepakan pada produk bertujuan melindungi produk disepanjang perjalanannya melalui saluran distribusi hingga mencapai sasarannya.sehingga produk aman jika dipasarkan pada konsumen. 2.4 Intensitas Penerangan a. Pengertian penerangan di tempat kerja Intensitas penerangan adalah banyaknya cahaya yang tiba pada satu luas permukaan (Ahmadi, 2009). Penerangan berdasar sumbernya dibagi menjadi tiga, pertama penerangan alami yaitu penerangan yang berasal dari cahaya matahari, kedua penerangan buatan yaitu penerangan yang berasal dari lampu, dan yang ketiga adalah penerangan alami dan buatan yaitu penggabungan antara penerangan alami dari sinar matahari dengan lampu/penerangan buatan (Cok Gd Rai, 2006). menurut Ching (1996), ada tiga metode penerangan, yaitu : penerangan umum, penerangan lokal dan penerangan cahaya aksen. Penerangan umum atau baur menerangi ruangan secara merata dan umumnya terasa baur. Penerangan lokal atau penerangan untuk kegunaan khusus, menerangi sebagian ruang dengan sumber cahaya biasanya dipasang dekat dengan permukaan yang diterangi. Sedangkan penerangan aksen adalah bentuk dari pencahayaan lokal yang berfungsi menyinari suatu tempat atau aktivitas tertentu atau obyek seni atau koleksi berharga lainnya. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penglihatan menurut Dyer dan Morris (1990), adalah pertama faktor usia. Dengan bertambahnya usia menyebabkan lensa mata berangsur-angsur kehilangan elastisitasnya, dan agak kesulitan melihat pada jarak dekat. Hal ini akan menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan ketika mengerjakan sesuatu pada jarak dekat, demikian pula penglihatan jauh. Kedua faktor penerangan. Luminansi adalah banyaknya cahaya yang dipantulkan oleh permukaan objek. Jumlah sumber cahaya yang tersedia juga mempengaruhi kepekaan mata terhadap warna tertentu. Tingkat luminansi juga akan mempengaruhi kemampuan mata melihat objek gambar dan pada usia tua diperlukan intensitas penerangan lebih besar untuk melihat objek gambar. Semakin besar luminansi dari sebuah objek,

6 11 rincian objek yang dapat dilihat oleh mata juga akan semakin bertambah. Ketiga adalah faktor silau (glare). Menurut Grandjean (1988), silau adalah suatu proses adaptasi yang berlebihan pada mata sebagai akibat dari retina terkena sinar yang berlebihan. Keempat adalah faktor ukuran pupil. Agar jumlah sinar yang diterima oleh retina sesuai, maka otot iris akan mengatur ukuran pupil. Lubang pupil juga dipengaruhi oleh memfokusnya lensa mata, mengecil ketika lensa mata memfokus pada objek yang dekat. Kelima adalah faktor sudut dan ketajaman penglihatan. Sudut penglihatan (visual angle) didefinisikan sebagai sudut yang berhadapan dengan objek pada mata. dalam ruang lingkup pekerjaan, faktor yang menentukan adalah ukuran objek, derajat kontras di antara objek dan sekelilingnya, luminansi dari lapangan penglihatan, yang tergantung dari penerangan dan pemantulan pada arah si pengamat, serta lamanya melihat (Suma mur, 2009) buku kesehatan kerja. b. Sistem Pencahayaan Menurut Buku: Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Prabu (2009), menyebutkan bahwa ada 5 sistem pencahayaan di ruangan, yaitu : 1) Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting) Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada di dalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan. 2) Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting) Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit- langit dan dinding yang diplester putih memiliki pemantulan 90%, apabila dicat putih pemantulan antara 5%-90%.

7 12 3) Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting) Pada sistem ini setengah cahaya 40%-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dalam pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui. 4) Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting). Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi. 5) Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting) Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan ke langit- langit dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja. c. Standart Pencahayaan di Ruangan Menurut Suma mur (2009), menyebutkan bahwa kebutuhan intensitas penerangan tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian sulit dilakukan bila keadaan cahaya di tempat kerja tidak memadai. Untuk lebih jelas, lihat tabel di bawah ini : Tabel 2.1 Tingkat Penerangan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan Contoh Pekerjaan TingkatPenerangan yang Dibutuhkan (Lux) Tidak teliti Penimbunan barang Agak Teliti Pemasangan (tak teliti) Teliti Membaca, menggambar Sangat teliti Pemasangan Sumber : Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Suma mur, 2009)

8 Faktor -faktor yang mempengaruhi Cahaya Faktor-faktor yang menentukan kualitas penerangan atau pencahayaan menurut Muhaimin (2001) buku Teknologi pencahayaanadalah : (1) Kuat penerangan. (2) Distribusi cahaya. (3) Silau seminimal mungkin. (4) Arah pencahayaan dan tata letak lampu. (5) Warna cahaya dan efek pencahayaan Kemampun mata untuk dapat melihat obyek dengan jelas ditentukan oleh : Ukuran obyek Derajat kontras, yaitu Perbedaan derajat terang relative antara obyek dengan sekelilingnya Luminensi (Brightness), yaitu arus cahaya yang dipantulkan oleh obyek Lamanya melihat Gambar 2.1 Pengaruh Cahaya Terhadap Performansi Kerja

9 Dampak pencahayaan terhadap pekerja Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan seseorang tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti,cepat dan membantu menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan. penerangan yang baik akan meningkatkan daya kerja,mengurangi terjadinya kecelakaan dalam bekerja, mengurangi kelelahan mata dan penurunan daya pengeliatan sehingga kesehatan dan produktivitas kerja dapat ditingkatkan (Adrianur,1983). Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata dengan berkurangnya daya efesiensi kerja,kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar mata, kerusakan alat penglihatab dan meningkatkanya kecelakaan (suma mur,1996). Penerangan yang tidak memadai pada pekerjaan yang memerlukan ketelitian akan menimbulkan dampak yang sangat terasa pada mata yaitu terjadinya kelelahan otot mata(kelahan visual) dan kelelahan saraf mata sebagai tegangan yang terus menerus pada mata, walaupun tidak menyebabkan kerusakan mata secara permanen, tetapi menambah beban kerja, mempercepat lelah, serimg istirahat, kehilangan jam kerja dan mengurangi kepuasan kerja, penurunan mutu produksi, meningkatkan frekuensi kesalahan,mengganggu konsterasi dan menurunkan produktivitas kerja (padmanaba,2006) 2.5 Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu kerja adalah pekerjaan mengamati suatu pekerjaan dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan mengggunakan alat-alat yang diperlukan.pada dasarnya, secara garis besar teknik pengukuran waktu kerja dapat dibagi atas 2 bagian, yaitu : 1. Teknik Pengukuran Secara Langsung Teknik pengukuran secara langsung adalah teknik pengukuran dengan pengamatan langsung terhadap pekerjaan (benda kerja). Teknik ini di dalam pelaksanaan pengamatannya menggunakan jam henti (stop watch) atau menggunakan sampling pekerjaan.

10 15 2. Teknik Pengukuran Secara Tak Langsung Untuk teknik pengukuran ini digunakan cara pengamatan secara tidak langsung, yaitu cukup dengan membaca tabel-tabel yang tersedia atau melalui data waktu gerakan. Didalam melakukan pengukuran waktu kerja yang menjadi acuan waktu untuk dicari adalah waktu baku yang dapat didefinisikan sebagai berikut : 2.6 Langkah-langkah Sebelum Melakukan Pengukuran Untuk mendapat hasil yang baik, yaitu yang dapat dipertanggung dengan menggunakan jam henti. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar hasilnya dapat diperoleh waktu yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan seperti yang berhubungan dengan kondisi kerja, cara pengukuran, jumlah pengukuran dan lain-lain (Sutalaksana, I. Z. 1979). Dibawah ini adalah sebagian langkah yang perlu diikuti agar maksud diatas dapat dicapai yaitu : 1. Penetapan Tujuan Pengukuran Sebagaimana halnya dengan berbagai kegiatan lain, tujuan melakukan kegiatan harus ditetapkan terlebih dahulu. Dalam pengukuran waktu, hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut. 2. Melakukan Penelitian Pendahuluan Yang dicari dari pengukuran waktu baku adalah waktu yang pantas diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Tentu suatu kondisi yang ada dapat dicari waktu yang pantas tersebut, artinya akan dapat juga waktu yang pantas untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kondisi yang bersangkutan. Suatu perusahaan biasanya menginginkan waktu kerja yang sesingkat-singkatnya agar dapat meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Keuntungan demikian tidak akan diperoleh jika kondisi kerja dari pekerjaan-pekerjaan yang ada diperusahaan tersebut tidak menunjang tercapainya hal tadi. Ketinggian meja yang terlalu tinggi, yang menyebabkan pekerja merasa terlalu tinggi jika duduk, dan terlalu rendah jika berdiri. Waktu yang pantas untuk kondisi demikian dapat dicari, tetapi dapat diduga bukanlah waktu yang sebaik-baiknya. Bagi pekerja, kondisi demikian tidak selalu menguntungkan, karena akan menghambat dirinya berprestasi kerja disamping

11 16 akibat-akibat jangka panjang seperti terhadap kesehatannya. Waktu kerja yang pantas hendaknya merupakan waktu yang didapat dari kondisi kerja yang baik. Pengukuran waktu sebagainya dilakukan bila kondisi kerja dari perkerjaan yang diukur sudah baik. Jika belum, maka kondisi yang ada hendaknya diperbaiki terlebih dahulu. Waktu yang akhirnya diperoleh setelah pengukuran selesai adalah waktu yang penyelesaian pekerjaan untuk system kerja yang dijalankan ketika pengukuran berlangsung. Jadi waktu penyesuaiannyapun berlaku hanya pada system kerja tersebut. Suatu penyimpangan yang terjadi dapat memberikan waktu penyelesaian yang jauh berbeda dari yang telah ditetapkan berdasarkan pengukuran. Oleh karena itu, catatan yang baku tentang sistem kerja yang telah dipilih ada dan diperlihara. Walaupun pengukurannya telah selesai. 3. Memilih Operator Operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah orang yang begitu saja diambil. Orang tersebut harus memenuhi beberapa peryaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik, dan dapat diandalkan hasilnya. Syarat-syarat tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama. Orang yang dicari bukan orang yang berkemampuan tinggi dan rendah, karena orang-orang demikian hanya meliputi sebagian kecil saja dari seluruh pekerja yang ada. Jadi yang dicari adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang wajar diperlukan oleh pekerja normal, dan ini adalah orang-orang yang berkemampuan rata-rata. Dengan demikian pengukur harus mencari operator yang memenuhi hal tersebut. Disamping itu, operator yang dipilih adalah orang yang pada saat pengukuran dilakukan mau bekerja secara wajar. Walaupun operator yang bersangkutan seharihari dikenal memenuhi syarat pertama tadi bukan mustahil dia bekerja tidak wajar ketika pengukuran dilakukan karena alasan tertentu. 4. Melatih Operator Operator harus dilatih terlebih dahulu karena sebelum diukur operator harus terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah ditatapkan dan telah dibakukan Operator, baru dapat diukur bila sudah berada pada tingkat pengusahaan maksimum dari pekerjaan yang diilakukan.

12 17 5. Mengurai Pekerjaan Atas Elemen Pekerjaan Disini pekerjaan dipecah menjadi pekerjaan, yang merupakan gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen elemen inilah yang diukur waktunya. Waktu siklusnya jumlah total dari waktu setiap elemen. Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan proses kerja, dari tahap pertama pekerjaan mulai dilakukan sampai pekerjaan selesai pada satuan proses kerja. 2.7 Melakukan Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan. Ada tiga metode yang digunakan yaitu pengukuran secara terus-menerus (continuous timing), pengukuran secara berulang-ulang (repetitive timing), dan pengukuran secara penjumlahan (accumulative timing). Pengukuran waktu secara terus-menerus maka pengamat akan menekan tombol stop watch pada saat elemen kerja pertama dimulai dan membiarkan jarum petunjuk berjalan secara terus-menerus sampai periode atau siklus kerja selesai. Pengukuran secara berulang-ulang disebut sebagai snap-back metode dimana jarum penunjuk stop watch akan selalu dikembalikan (snap back) lagi ke posisi nol pada setiap akhir dari elemen kerja yang diukur. Metode pengukuran secara akumulatif maka pembaca data waktu secara langsung untuk masingmasing elemen kerja yang ada. Disini akan digunakan dua atau lebih stop watch yang akan bekerja secara bergantian. Bila operator telah siap didepan mesin atau ditempat kerja lain yang waktu kerjanya akan diukur, maka pengukuran memilih posisi tempat dia berdiri mengamati dan mencatat. Posisi ini hendaknya sedemikian rupa sehingga operator tidak terganggu gerakan-gerakannya ataupun merasa canggung karena merasa diamati, misalnya juga pengukur berdiri didepan operator. Posisi inipun hendaknya memudahkan pengukur mengamati jalannya pekerjaan sehingga dapat mengikuti dengan baik saat-saat suatu siklus/elemen bermula dan berakhir. Umumnya posisi agak menyimpang dibelakang operator 1,5 meter merupakan tempat yang baik. Hal-hal yang harus dilakukan selama pengukuran berlangsung yaitu :

13 18 a. Pengukuran Pendahuluan Tujuan melakukan pengukuran pendahuluan, ialah untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat tingkat ketelitian dan kenyakinan yang diinginkan. Seperti telah dikemukakan, tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan ini ditetapkan pada saat menjalankan langkah penetapan tujuan pengukuran. Untuk mengetahui berberapa kali pengukuran harus dilakukan diperlukan beberapa tahap pengukuran pendahuluan yaitu dengan melakukan beberapa buah pengukuran yang banyaknya ditentukan oleh pengukur. Biasanya 10 kali atau lebih. Berapa parameter penting yang digunakan sebagai pencerminan dari karakter suatu populasi adalah deviasi standar (σ) dan harga rata-rata ( X ). apabila dari suatu populasi telah diambil sample data sebesar N, maka dapat dihitung hal-hal sebagai berikut : jumlah rata-rata sub grup dimana k adalah jumlah sub grup yang terbentuk Deviasi standar masing-masing sub grup Dimana k adalah banyaknya sub grup dari data pengukuran b. Menguji keseragaman data Uji kelengkapan data ditujukan agar jumlah data yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah data yang diobservasi. Kesesuaian jumlah ini akan berpengaruh dengan hasil analisa data yang dilakukan. Data data yang telah memenuhi jumlah pengamatan, lalu diuji keseragamannya dengan menggunakan suatu diagram pengendalian (X- Chart) yang merupakan cara yang baik untuk menguji keabsahan dari data pengamatan. Dari nilai deviasi standar yang didapat, dengan tingkat kenyakinan yang ditentukan pengukur, maka dari kurva normal didapatkan nilai Z, untuk menentukan nilai Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB) dengan menggunakan rumus : Batas kontrol atas (BKA) = x + z ( x) Batas kontrol bawah (BKB) = x - z ( x)

14 19 Dari data-data yang telah diukur ditentukan nilai rata-rata sub grup. Apabila nilai minimal rata-rata subgrup > BKB dan nilai maksimal rata-rata sub grup < BKA, maka nilai rata-rata sub grup yang didapatkan dari hasil pengukuran dapat dikatakan seragam. Maka semua harga yang ada dapat digunakan untuk menghitung banyaknya pengukuran yang diperlukan. c. Menghitung jumlah pengukuran yang diperlukan Bila jumlah belum mencukupi dilanjutkan dengan pengukuran pendahuluan kedua. Jika tahap kedua selesai maka dilakukan lagi ketiga hal lagi yang sama seperti tadi, dimana bila perlu dilanjutkan dengan pengukuran pendahuluan tahap kedua. Begitu seterusnya sampai jumlah keseluruhan pengukuran mencukupi untuk tingkat ketelitian dan keyakinan yang dikehendaki. Istilah pengukuran pendahuluan terus digunakan selama jumlah pengukuran yang telah dilakukan pada tahap pengukuran belum mencukupi. Untuk menghitung banyaknya pengukuran yang diperlukan, yaitu dengan pengujian kecukupan data, menggunakan rumus : N = adalah jumlah pengamatan yang telah dilakukan. Z = adalah tingkat keyakinan yang diplot dari kurva normal S = adalah tingkat ketelitian (dalam %) Jika harga N < N, yaitu jumlah N dari perhitungan < dari jumlah data yang sudah diukur, maka data yang telah didapat telah mencukupi. d. Tingkat Ketelitian Dan Tingkat Keyakinan Tujuan melakukan pengukuran-pengukuran ini adalah waktu yang sebenarrnya dibutuhkan untuk menyelesaikan sautu pekerjaan. Karena waktu penyelesaian ini tidak pernah diketahui sebelumnya, maka harus diadakan pengukuran-pengukuran, yang ideal tentunya dilakukan pengukuran-pengukuran yang sangat banyak sampai tak terhingga, misalnya, karena dengan demikian diperoleh jawaban yang pasti. Tetapi hal ini jelas tidak mungkin karena keterbatasan waktu, tenaga dan tentunya biaya. Namun sebaliknya jika

15 20 dilakukan beberapa kali pengukuran saja, dapat diduga hasilnya sangat kasar. Sehingga yang diperlukan adalah jumlah pengukuran yang tidak membebankan waktu, tenaga dan biaya yang besar tetapi hasilnya dapat dipercaya. Dengan tidak dilakukanya pengukuran yang banyak sekali ini, pengukur akan kehilangan sebagaian kepastian akan ketetapan/rata-rata waktu penyelesaian yang sebenarnya. Hal ini harus disadari oleh pengukur, tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah percerminan tingkat kepastian yang dinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak ada melakukan pengukuran yang sangat banyak. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen, dari waktu penyelesaian sebenarnya, yang seharusnya dicari. Sedangkan tingkat kenyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Inipun dinyatakan dalam persen. Jadi tingkat ketelitian 10% dan tingkat kenyakinan 95% memberi arti bahwa pengukur menghasilkan rata-rata hasil pngukurannya menyimpang sejauh 10% dari rata-rata sebenarnya, dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95%. Semakin tinggi tingkat ketelitian dan semakin besar kenyakinan, maka semakin banyak pengukuran yang diperlukan.jika pengukuran pengukuran telah selesai, yaitu jumlah data yang didapat memiliki keseragaman yang dikehendaki, dan jumlahnya telah memenuhi tingkat- tingkat ketelitian dan kenyakinan yang diinginkan, maka selesailah kegiatan pengukuran waktu. Langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut sehingga memberikan hasil perhitungan waktu baku. Cara untuk mendapat waktu baku dari data yang terkumpul adalah sebagai berikut : Menghitung waktu siklus rata-rata Ws Xi N = Waktu siklus = Waktu penyelesaian kerja = Jumlah pengukuran kerja

16 Menghitung Waktu Standar Waktu standar secara definitif dinyatakan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu standar tersebut sudah mencakup faktor kelonggaran waktu (allowances time) yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan.untuk mendapatkan waktu standar maka terdapat beberapa langkah yang harus diikuti sebagai berikut: Menghitung waktu siklus rata-rata Ws Xi N = Waktu siklus = Waktu penyelesaian kerja = Jumlah pengukuran kerja Perhitungan Statistik Uji ANOVA Klasifikasi Satu Arah Untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan pengaruh pencahayaan terhadap performansi kerja digunakan perhitungan statistik dengan metode Analisis Ragam Klasifikasi Satu Arah.(Anova One Way) menggunakan SPSS. Dimana metode anova satu arah digunakan untuk pengujian perbedaan antara k nilaitengah sample apabila subyeksubyek ditentukan secara random pada setiap beberapa grup atau kelompok perlakuan. Adapun langkah-langkah melakukan uji anova menggunakan SPSS sebagai berikut: a. Langkah-langkah untuk melakukan uji anova 1. memasukan data kedata editor Variabel output Mendifinisikan variable pada variable view Nama : output Decimal : 0 Label : output pengepakan Measure : scale Variable cahaya Mendifinisikan variable pada variable view

17 22 Nama : cahaya Decimal : 0 Label ; cahaya Value : 1.(35) 2.(65) 3.(95) Measure : nominal 2. setelah itu klik menu anlyze, pilih compare mean 3. dari berbagai pilihan yang ada,pilih One- Way ANOVA Gambar 2.2 menu masuk uji ANOVA 4. setelah itu akan muncul kotak dialog one way anova masukkan variable output kekotak dependent list dan variable cahaya kekotak faktor. Gambar 2.3 Menu Post Hock 5. klik option sehingga akan muncul kotak dialog option untuk menampilkan statistic deskriptif dari data,aktifkan pilihan descriptive.

18 23 6. untuk menampilkan uji kesamaan varian,aktifkan pilihan homogeneity of variance test Gambar 2.4 Masuk Menu Option 7. untuk menampilkan plot rata-rata,aktifkan means plot. 8. gunakan default pada missing values,yaitu exclude cases analysis 9. selanjutnya klik continue sehingga akan muncul kembali kotak dialog One- way ANOVA 10. klik post hoc yang akan digunakan sebagai analisis lanjut uji F. Gambar 2.5 menu post hock multiple comparitios 11.pilih tukey untuk keseragaman.tingkat signifikansi yang digunakan sesuai default yaitu 0,05.setelah itu klik continue.klik ok setelah itu akan muncul tabel uji ANOVA. (sumber) Andi, pengolahan data statistic dengan SPSS 12

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Ergonomi Istilah Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu Ergo berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan, sehingga ergonomi dapat diartikan sebagai studi tentang aspek manusia

Lebih terperinci

Perhitungan Uji Keseragaman & Keseragaman Data Menggunakan Excel Nama. Dicatat Oleh: Waktu Penyelesaian (detik)

Perhitungan Uji Keseragaman & Keseragaman Data Menggunakan Excel Nama. Dicatat Oleh: Waktu Penyelesaian (detik) Perhitungan Uji Keseragaman & Keseragaman Data Menggunakan Excel Tanggal 06/Mei/2013 Waktu 07.00-14.00 Nama WIB Proses: Operator Pak. Septian Kebisingan 70-80 db Dicatat Oleh: Jumlah Waktu Penyelesaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis,tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis, tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang diperlukan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kerja Studi kerja adalah penelaahan secara sistematik terhadap pekerjaan, dengan maksud untuk : (Barnes, 1980, Halaman 6) 1. Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pencahayaan (Lighting) Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan

Lebih terperinci

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) 1.1. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teknik Pengukuran Data Waktu Jam Henti Di dalam penelitian ini, pengukuran waktu setiap proses operasi sangat dibutuhkan dalam penentuan waktu baku setiap

Lebih terperinci

Pengukuran Waktu (Time Study) Jam Henti

Pengukuran Waktu (Time Study) Jam Henti Pengukuran Waktu (Time Study) Jam Henti The major objective of this chapter is to learn how to calculate a time standard based on stopwatch time study procedures. Time Study Suatu proses untuk menghitung

Lebih terperinci

MODUL III INTENSITAS CAHAYA

MODUL III INTENSITAS CAHAYA MODUL III INTENSITAS CAHAYA Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang

Lebih terperinci

EFEK PENCAHAYAAN TERHADAP PRESTASI DAN KELELAHAN KERJA OPERATOR. Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta *

EFEK PENCAHAYAAN TERHADAP PRESTASI DAN KELELAHAN KERJA OPERATOR. Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta * EFEK PENCAHAYAAN TERHADAP PRESTASI DAN KELELAHAN KERJA OPERATOR Muhammad Yusuf 1* 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, IST AKPRIND Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta * Email:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Intensitas Cahaya a. Pengertian Cahaya Di tempat kerja Intensitas cahaya adalah banyaknya cahaya yang tiba pada satu luas permukaan (Ahmadi, 2009). Cahaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Interaksi Manusia dan Mesin Dalam bukunya, Wignjosoebroto (2003: 58) menjelaskan bahwa kata Mesin dapat diartikan lebih luas yaitu menyangkut semua obyek fisik berupa peralatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja/ buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

BAB I PENDAHULUAN. pekerja/ buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UU No. 13 tahun 2003 (pasal 86,ayat (1) a) bahwa setiap pekerja/ buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 10 LINGKUNGAN KERJA FISIK 1 Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com Lingkungan Kerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SMED (Single Minute Exchange Die) Salah satu masalah yang dihadapi oleh industri manufaktur adalah seringnya keterlambatan dalam menyelesaian pekerjaan sehingga tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

[2] PENCAHAYAAN (LIGHTING)

[2] PENCAHAYAAN (LIGHTING) [2] PENCAHAYAAN (LIGHTING) Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KOMPARATIF (Anova)

ANALISIS DATA KOMPARATIF (Anova) PERTEMUAN KE-11 Ringkasan Materi: ANALISIS DATA KOMPARATIF (ANOVA) ANALISIS DATA KOMPARATIF (Anova) Jika uji kesamaan dua rata-rata atau uji-t digunakan untuk mencari perbedaan atau persamaan dua rata-rata,

Lebih terperinci

Pengujian Varian Satu Jalur. (One Way ANOVA)

Pengujian Varian Satu Jalur. (One Way ANOVA) One Way ANOVA Pengujian Varian Satu Jalur (One Way ANOVA) Uji One Way ANOVA, digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan ratarata antara tiga kelompok lebih sample yang tidak berhubungan. Jika ada

Lebih terperinci

MODUL V REGRESI, KORELASI, ANALISIS VARIAN, VALIDITAS DAN RELIABILITAS

MODUL V REGRESI, KORELASI, ANALISIS VARIAN, VALIDITAS DAN RELIABILITAS REGRESI, KORELASI, ANALISIS VARIAN, VALIDITAS DAN RELIABILITAS A. TUJUAN PRAKTIKUM Dengan adanya Praktikum Statistika Industri Modul V tentang Regresi, Korelasi, Analisis Varian, Validitas dan Reliabilitas

Lebih terperinci

PENGUKURAN INTENSITAS CAHAYA DI LINGKUNGAN SEKITAR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN IPB

PENGUKURAN INTENSITAS CAHAYA DI LINGKUNGAN SEKITAR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN IPB PENGUKURAN INTENSITAS CAHAYA DI LINGKUNGAN SEKITAR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN IPB MEASUREMENT OF LIGHT INTENSITY IN THE ENVIRONMENT AROUND THE DEPARTMENT OF CIVIL AND ENVIRONMENTAL ENGINEERING,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi masyarakat daerah dan sekitar perindustrian yang berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi masyarakat daerah dan sekitar perindustrian yang berkembang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan dan perkembangan sektor industri di Indonesia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, peningkatan ini selaras dengan peningkatan taraf ekonomi negara. Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mata 1. Definisi Mata Mata merupakan organ sensorik kompleks yang mempunyai fungsi optikal untuk melihat dan saraf untuk transduksi (mengubah bentuk energi ke bentuk lain) sinar

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Diagram Metodologi Gambar 4.1 Metodologi Penelitian 47 Gambar 4.2 Metodologi Penelitian (lanjutan) 48 4.2 Penelitian Pendahuluan Penelitian dilakukan di PT. Refconindo

Lebih terperinci

PENGARUH PENERANGAN DALAM RUANG TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA MAHASISWA DESAIN INTERIOR

PENGARUH PENERANGAN DALAM RUANG TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA MAHASISWA DESAIN INTERIOR PENGARUH PENERANGAN DALAM RUANG TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA MAHASISWA DESAIN INTERIOR Cok Gd Rai Padmanaba Program Studi Desain Interior FSRD Institut Seni Indonesia Denpasar ABSTRAK Aktivitas menggambar

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

STATISTIKA DESKRIPTIF

STATISTIKA DESKRIPTIF STATISTIKA DESKRIPTIF 1 Statistika deskriptif berkaitan dengan penerapan metode statistika untuk mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menganalisis data kuantitatif secara deskriptif. Statistika inferensia

Lebih terperinci

BAB 08 ANALISIS VARIAN 8.1 ANALISIS VARIAN SATU JALAN

BAB 08 ANALISIS VARIAN 8.1 ANALISIS VARIAN SATU JALAN BAB 08 ANALISIS VARIAN Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu statistik parametrik yang sering digunakan dalam penelitian pendidikan yaitu Analisis Varian. Oleh karena itu pada bagian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Sistem Kerja Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik - teknik dan prinsip - prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem

Lebih terperinci

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan Cut Putroe Yuliana Prodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh Abstrak Perpustakaan sebagai tempat untuk belajar membutuhkan intensitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu 7 BAB II LANDASAN TEORI Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu adanya dasar teori yang tepat yang dapat dijadikan patokan dalam pembahasan kasus. Oleh karena itu metode

Lebih terperinci

Rancangan Percobaan dengan SPSS 13.0 (Untuk kalangan sendiri)

Rancangan Percobaan dengan SPSS 13.0 (Untuk kalangan sendiri) Rancangan Percobaan dengan SPSS 13.0 (Untuk kalangan sendiri) Statistical Product and Service Solution (SPSS) merupakan salah satu perangkat lunak/software statistik yang dapat digunakan sebagai alat pengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cahaya, baik yang berasal dari benda itu sendiri maupun berupa pantulan yang

BAB I PENDAHULUAN. cahaya, baik yang berasal dari benda itu sendiri maupun berupa pantulan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen agar pekerja dapat bekerja atau mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas, cepat, nyaman dan aman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan kerja merupakan lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat kenyamanan pegawai sehingga

Lebih terperinci

- PENCAHAYAAN - 13/11/2011. Ajeng Yeni Setianingrum. Universitas Mercu Buana 2011 IRIS PUPIL LENSA SARAF OPTIK. dsb

- PENCAHAYAAN - 13/11/2011. Ajeng Yeni Setianingrum. Universitas Mercu Buana 2011 IRIS PUPIL LENSA SARAF OPTIK. dsb ERGONOMI - PENCAHAYAAN - Ajeng Yeni Setianingrum Universitas Mercu Buana 2011 Sistem Penglihatan Manusia KORNEA IRIS PUPIL LENSA RETINA SARAF OPTIK dsb http://www.google.co.id/imgres?q=mata&hl=id&biw=1024&bih=437&gb

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini secara sistematis mengenai tahapan yang dilakukan dalam membuat penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dapat digambarkan dengan sebuah flowchart pada gambar

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Permasalahan Umum PT. Multi Makmur Indah Industri adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, khususnya pembuatan kaleng kemasan produk. Dalam perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan sistem kerja Suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancanganterbaik dari system kerja yang bersangkutan. Teknik-teknik

Lebih terperinci

KUALITAS PENERANGAN YANG BAIK SEBAGAI PENUNJANG PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS

KUALITAS PENERANGAN YANG BAIK SEBAGAI PENUNJANG PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS KUALITAS PENERANGAN YANG BAIK SEBAGAI PENUNJANG PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS Oleh : Amir Subagyo Jurusan Elektro, Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. Sudarto, SH Tembalang, Semarang Abstrak Kualitas

Lebih terperinci

Analisis Data kategorik tidak berpasangan skala pengukuran numerik

Analisis Data kategorik tidak berpasangan skala pengukuran numerik Analisis Data kategorik tidak berpasangan skala pengukuran numerik Uji t dengan 2 kelompok Uji t Tidak Berpasangan Uji t dikembangkan oleh William Sealy Gosset. Dalam artikel publikasinya, ia menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional yang dimaksud yaitu untuk menghindari kesalahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional yang dimaksud yaitu untuk menghindari kesalahan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Definisi operasional yang dimaksud yaitu untuk menghindari kesalahan pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Sukakerta Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis. Peneliti memilih SD Negeri

Lebih terperinci

commit to user BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Intensitas Penerangan a. Pengertian Intensitas Penerangan

commit to user BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Intensitas Penerangan a. Pengertian Intensitas Penerangan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Intensitas Penerangan a. Pengertian Intensitas Penerangan Intensitas penerangan adalah banyaknya cahaya yang tiba pada satu luas permukaan (Ahmadi, 2009). Intensitas

Lebih terperinci

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja (Studi Waktu / Time Study) Perbaikan postur Perbaikan proses Perbaikan tata letak Perbaikan metode /cara kerja Data harus baik, representasi

Lebih terperinci

PENGARUH PENCAHAYAAN, KEBISINGAN DAN TEMPERATUR TERHADAP PERFORMANSI KERJA

PENGARUH PENCAHAYAAN, KEBISINGAN DAN TEMPERATUR TERHADAP PERFORMANSI KERJA PENGARUH PENCAHAYAAN, KEBISINGAN DAN TEMPERATUR TERHADAP PERFORMANSI KERJA Indah Pratiwi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta E-mail: indahpratiwi.ums@gmail.com Abstrak Kondisi kualitas

Lebih terperinci

ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ. Benny Winandri, M.

ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ. Benny Winandri, M. ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ Benny Winandri, M.Sc, MM ABSTRAK: PT. XYZ adalah industri yang memproduksi pakaian jadi. Seperti

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Umum Deskripsi data umum berisi mengenai gambaran umum tempat penelitian yakni di MTs N 1 Kudus. MTs N 1 Kudus beralamatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Penjadwalan Salah satu masalah yang cukup penting dalam system produksi adalah bagaimana melakukan pengaturan dan penjadwalan pekerjaan, agar pesanan dapat selesai sesuai

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISI DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISI DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISI DATA A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Umum Penelitian Deskripsi data umum berisi mengenai gambaran umum tempat penelitian yakni di SMP N 1 Pamotan. SMP

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI OLEH: Marianus T. Dengi 122080139 LABORATORIUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA & ERGONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU KERJA

PENGUKURAN WAKTU KERJA PENGUKURAN WAKTU KERJA Usaha untuk menentukan lama kerja yg dibutuhkan seorang Operator (terlatih dan qualified ) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yg spesifik pada tingkat kecepatan kerja yg NORMAL

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun ajaran 2015/2016 pada bulan Oktober tahun 2015.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun ajaran 2015/2016 pada bulan Oktober tahun 2015. 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Sumbang Kabupaten Banyumas. Waktu penelitian yaitu pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian cara kerja atau yang dikenal juga dengan nama methods analysis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan metode kerja yang akan dipilih untuk melakukan suatu pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian merupakan sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik secara teori maupun praktik. Penelitian juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera penglihatan manusia untuk menghasilkan sebuah gambaran visual. Manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Peta Kerja Peta kerja ( Peta Proses process chart ) merupaka alat komunikasi yang sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir (Sritomo,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Ditinjau dari obyeknya, penelitian yang dilakukan penulis termasuk penelitian lapangan (field research), karena data-data yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Pembahasan Pembahasan membahas tentang perancangan rak sepatu berdasarkan data yang telah didapatkan dari populasi kelas 3ID02. Beberapa hal yang dibahas antara lain

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Lebih lanjut Surakhmad (1998, hlm. 131) menjelaskan bahwa:

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Lebih lanjut Surakhmad (1998, hlm. 131) menjelaskan bahwa: BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian. Dalam setiap penelitian diperlukan suatu metode. Metode penelitian adalah suatu cara yang dipakai peneliti dalam melakukan penelitiannya. Sugiyono (2013,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan, manusia selalu mengadakan bermacam macam

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan, manusia selalu mengadakan bermacam macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Didalam kehidupan, manusia selalu mengadakan bermacam macam aktivitas. Salah satu aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan gerakan yang dinamakan kerja. Bekerja

Lebih terperinci

I.G.A Sri Deviyanti Teknik Industri - UNIPRA Surabaya ABSTRAK

I.G.A Sri Deviyanti Teknik Industri - UNIPRA Surabaya ABSTRAK STUDI PERBANDINGAN SISTEM KERJA STATIS DENGAN ROLLING TUGAS OPERATOR PADA UNIT PENGEPAKAN TERHADAP PENINGKATAN OUTPUT PRODUKSI DI PT.ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA ABSTRAK I.G.A Sri Deviyanti Teknik

Lebih terperinci

PENGANTAR DAN KONSEP DASAR ER E G R O G N O O N M O I

PENGANTAR DAN KONSEP DASAR ER E G R O G N O O N M O I PENGANTAR DAN KONSEP DASAR ERGONOMI MENGAPA PERLU ERGONOMI? ERGO asal kata ERGON = Kerja NOMi asal kata NOMOS = hukum Ergonomi berkaitan dengan disain suatu sistem dimana manusia bekerja di dalamnya Penting,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah serangkaian stasiun kerja (mesin dan peralatan) yang dipergunakan untuk pembuatan produk. Line Balancing (Lintasan Perakitan) biasanya

Lebih terperinci

PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN

PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN (Improving The Plug Assembling Method Through The Left and Right Hand Motions) I Wayan Sukania*,

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomi Istilah ergonomi yang juga dikenal dengan human factors berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti kerja, dan nomos yang berarti hukum alam. Sehingga, ergonomi

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Rata-rata: Independent-Sample T Test

Analisis Perbandingan Rata-rata: Independent-Sample T Test Analisis Perbandingan Rata-rata: Tim Pengajar 1 O digunakan untuk menguji signifikansi beda ratarata dua kelompok. Tes ini juga digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Bab 2 ini merupakan dasar pengembangan peneliti dalam melakukan penelitian agar menjadi suatu yang terarah. Tinjauan pustaka berisi mengenai studi penelitian terdahulu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester ganjil

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester ganjil 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester ganjil MAN Krui Kabupaten Pesisir Barat tahun ajaran 2012/2013. Teknik pengambilan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI BASUKI ARIANTO Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRAK Rumah tinggal adalah rumah yang menjadi

Lebih terperinci

Mengolah Data Bidang Industri

Mengolah Data Bidang Industri Mengolah Data Bidang Industri Pengolahan data dalam bidang industri menggunakan aplikasi SPSS 20 mempunyai fungsi sebagai alat bantu untuk memberikan gambaran dalam hal prediksi penjualan atau omzet perusahaan,

Lebih terperinci

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK (Minggu 2)

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK (Minggu 2) DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK 1713 Psikologi Industri & Organisasi (Minggu 2) Pensyarah Ustazah Dr Nek Mah Bte Batri PhD- Pendidikan Agama Islam (UMM) PhD Fiqh & Sains Teknologi (UTM) SINOPSIS

Lebih terperinci

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN WAKTU KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG Metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan Waktu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi dan Proses Produksi 2.1.1 Pengertian Produksi Dari beberapa ahli mendifinisikan tentang produksi, antara lain 1. Pengertian produksi adalah suatu proses pengubahan

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Menurut Suryabrata (1983), metode deskriptif dilakukan dengan membuat deskripsi secara sistematis,

Lebih terperinci

DEFINISI. Peta kerja untuk kegiatan setempat digunakan untuk menganalisa suatu stasiun kerja. Peta pekerja & mesin Peta tangan kanan dan tangan kiri

DEFINISI. Peta kerja untuk kegiatan setempat digunakan untuk menganalisa suatu stasiun kerja. Peta pekerja & mesin Peta tangan kanan dan tangan kiri DEFINISI Peta kerja untuk kegiatan setempat digunakan untuk menganalisa suatu stasiun kerja MACAM Peta pekerja & mesin Peta tangan kanan dan tangan kiri Peta Pekerja dan Mesin : Menggambarkan Koordinasi

Lebih terperinci

SEJARAH & PERKEMBANGAN

SEJARAH & PERKEMBANGAN Amalia, ST., MT. SEJARAH & PERKEMBANGAN ERGONOMI Suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

Dalam menjalankan proses ini permasalahan yang dihadapi adalah tidak adanya informasi tentang prediksi kebutuhan material yang diperlukan oleh produks

Dalam menjalankan proses ini permasalahan yang dihadapi adalah tidak adanya informasi tentang prediksi kebutuhan material yang diperlukan oleh produks BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Permasalahan Umum PT. Sinar Inti Electrindo Raya adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, pemasaran panel Tegangan Menengah (TM) dan panel Tegangan Rendah (TR).Dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMA Muhammadiyah I Pringsewu pada semester genap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMA Muhammadiyah I Pringsewu pada semester genap III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian dilakukan di SMA Muhammadiyah I Pringsewu pada semester genap tahun pelajaran 2010-2011. B. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 8 & 9 STATISTIKA TENTANG UJI HIPOTESIS (Z OR T) DAN UJI RERATA (STUDENT T)

LAPORAN PRAKTIKUM 8 & 9 STATISTIKA TENTANG UJI HIPOTESIS (Z OR T) DAN UJI RERATA (STUDENT T) LAPORAN PRAKTIKUM 8 & 9 STATISTIKA TENTANG UJI HIPOTESIS (Z OR T) DAN UJI RERATA (STUDENT T) STATISTIKA DISUSUN OLEH : MELINA KRISNAWATI 12.12.0328 SI 12 F JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN

Lebih terperinci

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: METODE PENGUKURAN LANGSUNG Metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan Waktu yang dibutuhkan oleh

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Keseimbangan Lintasan Keseimbangan lintasan adalah lintasan produksi dimana material berpindah secara kontinyu dengan laju rata-rata yang sama melalui sejumlah stasiun kerja,

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengukuran Waktu Kerja Sistem kerja yang baik merupakan faktor yang penting dalam suatu manajemen operasional suatu perusahaan. Dalam merancang suatu sistem kerja yang baik dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstrasi Hasil Pengumpulan Data Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly adalah digunakan untuk pengukuran waktu dimana pengukuran waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam setiap penelitian diperlukan suatu metode. Penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya. Hal ini berarti metode

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Pengukuran Lingkungan Kerja 6.1.1 Pengukuran Pencahayaan Ruang Kerja Radar Controller Pada ruang Radar Controller adalah ruangan bekerja para petugas pengatur lalu lintas udara

Lebih terperinci

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment ERGONOMI Ergonomics Human Machine Work Environment RANCANGAN YANG ERGONOMIS Fokus Perhatian : MANUSIA dalam Perencanaan Man-Made Objects dan Lingkungan Kerja Tujuan Rancang Bangun dalam Menciptakan Produk,

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. efisiensi manusia. Salah satu faktor penting di antaranya adalah cahaya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. efisiensi manusia. Salah satu faktor penting di antaranya adalah cahaya dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk menyediakan kondisi kerja terbaik sangat dibutuhkan adanya pengendalian terhadap seluruh faktor lingkungan yang mempengaruhi kinerja dan efisiensi manusia. Salah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Statistical Product and Service Solution (SPSS) Statistical Product and Service Solution atau biasa dikenal dengan SPSS merupakan program pengolah data statistik mulai

Lebih terperinci

PEMANTULAN CAHAYA LAPORAN PRAKTIKUM OPTIK. Disusun oleh: Nita Nurtafita

PEMANTULAN CAHAYA LAPORAN PRAKTIKUM OPTIK. Disusun oleh: Nita Nurtafita PEMANTULAN CAHAYA LAPORAN PRAKTIKUM OPTIK Disusun oleh: Nita Nurtafita 107016300115 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KOMPARATIF (T-Test)

ANALISIS DATA KOMPARATIF (T-Test) PERTEMUAN KE-10 ANALISIS DATA KOMPARATIF (T-Test) Ringkasan Materi: Komparasi berasal dari kata comparison (Eng) yang mempunyai arti perbandingan atau pembandingan. Teknik analisis komparasi yaitu salah

Lebih terperinci

PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN PERMASALAHAN Intensitas penerangan yang kurang dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Cintaraja Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Terdapat beberapa alasan

Lebih terperinci

MODUL 1 SAMPLE t-test

MODUL 1 SAMPLE t-test MODUL SAMPLE t-test TUJUAN. Mahasiswa mampu memahami Uji Hipotesis Sample t-test. Mampu menyeleseikan persoalan Uji Hipotesis Sample t-test dengan software SPSS DESKRIPSI Salah satu cabang ilmu statistik

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN DI PT. MANYAR MANDIRI TBK, KARTASURA, SUKOHARJO

HUBUNGAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN DI PT. MANYAR MANDIRI TBK, KARTASURA, SUKOHARJO HUBUNGAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN DI PT. MANYAR MANDIRI TBK, KARTASURA, SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Bram Ardianto

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH Dalam pembuatan skripsi ini, diperlukan serangkaian langkah-langkah yang sistematis dan logis untuk memberikan pedoman dan kemudahan dalam melakukan analisis terhadap implementasi

Lebih terperinci