IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Indonesia Trading Company (Persero) dikenal diluar negeri sebagai ITC yang menjadi singkatan dari Indonesia Trading Company, yang satusatunya BUMN Trading House di Indonesia yang dibekali pengalamanpengalaman cukup lama di bidang ekspor, impor dan distribusi. PT ITC adalah hasil merger dari 3 BUMN Niaga PT Tjipta Niaga (Persero), PT Dharma Niaga (Persero) dan PT Pantja Niaga (Persero) berlaku efektif sejak tanggal 31 Maret tahun 2003 berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.22 tahun PT ITC (Persero) berdiri dengan mengemban visi dan misi sebagai berikut: Visi: Menjadi perusahaan dagang (Trading Company) yang kompetitif, berkualitas, berkompetensi serta menguasai sumber dan jaringan pemasaran di dalam dan luar negeri. Misi: 1. Melakukan perdagangan umum yang menangani beraneka ragam produk dengan kualitas yang baik. 2. Melaksanakan transaksi perdagangan lokal maupun lintas negara. 3. Memberikan layanan yang lengkap dan kompetitif kepada pelanggan. 4. Memenuhi harapan seluruh stakeholder. PT ITC memiliki 33 cabang diseluruh Indonesia dan menggunakan prosedur berupa sistem pembukuan yang bersifat sentralisasi, dimana pembukuan atas transaksi di setiap cabang, dilakukan di kantor pusat. Salah satu cabang PT ITC terdapat di Medan. PT ITC cabang Medan terletak di Jl. Badur No.3, Medan dan memiliki 31 orang karyawan. Susunan kepala cabang, supervisor dan karyawan PT ITC cabang Medan dapat dilihat pada lampiran 1. Kegiatan utama PT ITC cabang Medan ini sama dengan kegiatan yang dilakukan oleh cabang-cabang lainnya, yaitu melakukan perdagangan umum yang terdiri dari ekspor, impor dan distribusi. Produk dan komoditi yang

2 38 diperdagangkan oleh PT ITC cabang Medan termasuk produk industri dan produk konsumer. Produk industri termasuk material konstruksi (semen, aspal, produk baja/produk besi lainnya), produk agro (bahan kebutuhan pokok, rempah-rempah, hasil hutan dan produk perikanan), bahan kimia (pupuk, pestisida, bahan kimia berbahaya dan obat-obatan), mesin dan peralatan (alat kesehatan, alat pertanian, mesin berat dan kendaraan bermotor), dan berbagai jenis kerajinan tangan (rattan basket dan wooden furniture). Produk konsumer terdiri dari beberapa brand terkenal seperti Unilever juga untuk produk makanan dan minuman khususnya Duty Paid minuman beralkohol (sebagai importer resmi yang ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia). Perdagangan ekspor yang dilakukan PT ITC cabang Medan berfokus pada komoditi kerajinan tangan, yaitu rattan basket dan wooden furniture. PT ITC cabang Medan melakukan ekspor untuk komoditi rattan basket ke Jepang, dengan pembeli dari Murataya Sangyo Co. Ltd, sedangkan untuk komoditi wooden furniture, PT ITC cabang Medan mengekspor ke Amerika Serikat dengan pembeli USA Furniture Design. Menteri perdagangan dengan persetujuan dari Menteri BUMN menunjuk PT ITC, dalam hal ini termasuk cabang Medan untuk melakukan penjualan atas komoditi impor, yaitu borax, sodium, aspal dan gula. Borax merupakan komoditi yang memiliki nilai penjualan tertinggi diantara keempat komoditi impor tersebut. PT ITC menjalin kerjasama dengan Borochemie International PT LTD di Singapura untuk komoditi borax, dan menjual komoditi tersebut di Indonesia kepada pengecer terdaftar, misalnya PT Pertani dan end user seperti PT Perkebunan Nusantara dan Best Agro Group. Dalam melakukan perdagangan dalam negeri, PT ITC cabang Medan bekerjasama dengan perusahaan besar, menengah, dan pengecer yang terdaftar Perkembangan dan Peramalan Laporan Keuangan Perkembangan keuangan suatu perusahaan dari tahun ke tahun dapat diketahui dengan melakukan analisis laporan keuangan perusahaan tersebut. Menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis trend atau analisis horizontal. Metode ini digunakan untuk melihat pergerakan komponen-komponen dalam laporan

3 39 keuangan tersebut dari tahun ke tahun. Melalui metode analisis trend ini, dapat dilihat perkembangan keuangan serta hasil atau keuntungan yang diperoleh perusahaan, baik naik, tetap atau bahkan cenderung menurun. Setelah dilakukan analisis trend dari tahun yang ada, maka dapat dilakukan peramalan untuk tahun kedepannya. Analisis trend juga berfungsi sebagai analisis pendukung dalam menginterpretasikan hasil dari metode analisis rasio, oleh karena itu komponen yang terdapat di analisis trend merupakan komponen yang digunakan dalam analisis rasio (Munawir, 2002). Dalam penelitian ini, tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar atau patokan adalah tahun 2007, dikarenakan tahun 2007 merupakan tahun awal dalam penelitian yang dilakukan. Tabel hasil analisis trend terhadap laporan keuangan PT Indonesia Trading Company cabang Medan dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Lampiran Perkembangan dan Peramalan Neraca Komponen neraca yang digunakan untuk dianalisis dengan analisis trend adalah komponen-komponen yang dapat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Komponen yang digunakan untuk melihat kondisi keuangan jangka pendek, adalah komponen yang dapat menggambarkan nilai likuiditas perusahaan, yaitu aktiva lancar dan hutang lancar. Sedangkan untuk melihat kondisi keuangan jangka panjang, dapat dilihat dari komponen yang menggambarkan nilai solvabilitas perusahaan, yaitu total aktiva, total hutang dan ekuitas (modal). Hasil analisis trend terhadap aktiva lancar dalam neraca menunjukan bahwa perkembangannya berfluktuasi. Perkembangan trend untuk aktiva lancar PT ITC dapat dilihat pada Tabel 3.

4 40 Tabel 3. Perkembangan laporan neraca periode (%) Uraian Aset lancar ,79 109,44 122,35 Aset tidak ,81 87,26 84,91 lancar Jumlah ,48 139,23 147,81 Aset Jumlah ,11 6,49 11,92 kewajiban Ekuitas ,70 341,53 336,73 Jumlah kewajiban dan ekuitas ,48 139,23 147,81 Sumber: Laporan Keuangan PT. Indonesia Trading Company cabang Medan periode Trend Analysis Plot for aset lancar Linear Trend Model Yt = 200,72-14,73*t Variable Actual Fits Forecasts Aset lancar (% ) Accuracy Measures MAPE 48,01 MAD 76,27 MSD 8313, Tahun Gambar 3. Grafik Trend Aset Lancar Perkembangan trend aset lancar PT ITC cabang Medan mengalami perkembangan yang berfluktuasi seperti yang terlihat pada Gambar 3. Terlihat pada tahun 2008 terjadi peningkatan yang sangat besar yaitu sebesar 223,79 persen dari tahun sebelumnya, hal ini disebabkan oleh persediaan pada tahun tersebut yang memiliki proporsi yang sangat besar, meningkat sebesar 611,09 persen dari tahun sebelumnya, yang disebabkan besarnya persediaan barang untuk

5 41 penjualan diawal tahun 2009 dan persediaan untuk komoditi pupuk subsidi. Kenaikan aktiva lancar juga disebabkan karena uang muka pembelian untuk beberapa komoditi seperti borax dan semen yang meningkat. Pada tahun 2009, sempat terjadi penurunan yang sangat signifikan, hal ini disebabkan oleh turunnya proporsi persediaan sebesar 475,08 persen, karena persediaan perusahaan kehilangan komoditi pupuk subsidi, dimana komoditi ini memiliki proporsi persediaan barang yang besar pada tahun sebelumnya. Trend Analysis Plot for aset tidak lancar Linear Trend Model Yt = 106,95-5,682*t Variable Actual Fits Forecasts Aset tidak lancar (% ) Accuracy Measures MAPE 2,09278 MAD 1,95600 MSD 4, Tahun Gambar 4. Grafik Trend Aset Tidak Lancar Perkembangan trend aset tidak lancar PT ITC cabang Medan mengalami perkembangan yang cenderung menurun dari tahun ke tahunnya seperti yang terlihat pada Gambar 4. Penurunan pada aktiva tidak lancar ini disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah akumulasi penyusutan pada aktiva tetap yang dimiliki oleh PT ITC cabang Medan, seperti akumulasi penyusutan pada gedung kantor, villa atau bungalow, gudang, kendaraan roda empat dan inventaris kantor. Penurunan yang paling besar proporsinya terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 11,55 persen dari tahun sebelumnya.

6 42 Trend Analysis Plot for jumlah aset Linear Trend Model Yt = 150, ,318*t Jumlah aset (% ) Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 29,39 MAD 46,00 MSD 3032, Tahun Gambar 5. Grafik Trend Total Aset Hasil analisis trend untuk total aktiva dalam neraca menunjukkan bahwa perkembangannya berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat seperti yang terlihat pada Gambar 5. Kenaikan terbesar terjadi pada tahun 2008, dengan kenaikan sebesar 149,48 persen. Kenaikan ini disebabkan oleh total aktiva lancar pada tahun tersebut yang meningkat dengan proporsi yang besar, yang disebabkan meningkatnya persediaan perusahaan untuk komoditi pupuk subsidi dan persediaan untuk penjualan pada awal tahun mendatang, selain itu diikuti oleh peningkatan pada uang muka pembelian untuk komoditi borax dan semen. Penurunan yang paling besar terjadi pada tahun 2009, dimana terjadi penurunan sebesar 110,25 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan karena terjadi penurunan total aset lancar yang disebabkan persediaan dan uang muka pembelian yang menurun sangat besar, dimana untuk persediaan mengalami penurunan yang dikarenakan PT ITC cabang Medan kehilangan komoditi pupuk subsidi yang pada tahun sebelumnya memiliki proporsi yang besar dalam persediaan perusahaan.

7 43 Trend Analysis Plot for jumlah kewajiban Linear Trend Model Yt = 194,095-45,786*t Jumlah kewajiban (% ) Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 219,86 MAD 49,28 MSD 3595, Tahun Gambar 6. Grafik Trend Jumlah Kewajiban Hasil analisis trend untuk jumlah kewajiban dalam neraca menunjukkan bahwa perkembangannya berfluktuasi dengan kecenderungan menurun seperti yang terlihat pada Gambar 6. Pada tahun 2008 terjadi kenaikan yang sangat besar, yaitu sebesar 100,11 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah kewajiban ini disebabkan oleh banyaknya uang muka yang diterima untuk transaksi yang akan datang, misalnya Best Agro Group yang memberikan uang muka sebesar Rp untuk transaksi pembelian borax di tahun 2009, dan adanya harga pokok pembelian taksiran dalam jumlah besar serta adanya pajak-pajak (PPN penjualan) yang belum dibayar oleh pembeli atau disetor ke kantor pusat, sehingga menjadi hutang pajak bagi cabang Medan. Penurunan jumlah kewajiban yang paling besar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 193,62 persen dari tahun sebelumnya, yang dikarenakan perusahaan tidak mendapatkan uang muka untuk transaksi suatu komoditi untuk transaksi mendatang, dan setiap pembelian yang dilakukan perusahaan langsung mendapatkan faktur pembelian, sehingga tidak adanya harga pokok pembelian tafsiran yang dilakukan perusahaan.

8 44 Trend Analysis Plot for ekuitas Linear Trend Model Yt = 93, ,702*t 500 Variable Actual Fits Forecasts Ekuitas (% ) Accuracy Measures MAPE 28,96 MAD 57,38 MSD 3725, Tahun Gambar 7. Grafik Trend Jumlah Ekuitas Hasil analisis trend terhadap jumlah ekuitas dalam neraca menunjukan bahwa perkembangannya cenderung meningkat seperti yang terlihat pada Gambar 7. Ekuitas mengalami peningkatan terbesar pada tahun 2008, yaitu sebesar 224,70 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya peningkatan proporsi hubungan rekening koran kantor pusat atau transaksi antar kantor pusat dengan kantor cabang Medan sebagai modal sebesar 192,08 persen dari tahun sebelumnya dan diikuti oleh kenaikan dengan proporsi yang sangat besar dari saldo laba tahun berjalan sebesar 397,60 persen dari tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis trend dapat dilihat selama periode terlihat bahwa total aktiva dan ekuitas cenderung meningkat, sedangkan untuk jumlah kewajiban mengalami pertumbuhan yang cenderung menurun. Hal ini mengindikasikan perusahaan selalu melakukan perbaikan dalam posisi keuangannya. Setelah dilakukan analisis trend terhadap pos neraca maka dilakukan peramalan pos-pos neraca untuk tahun-tahun berikutnya. Nilai peramalan yang diperoleh dengan menggunakan software Minitab14.

9 45 Tabel 4. Perkembangan dan Peramalan Neraca (%) Keterangan * 2012* Jumlah Aset lancar ,79 109,44 122,35 127,07 112,34 Jumlah Aset tidak lancar ,81 87,26 84,91 78,54 72,86 Jumlah Aset ,48 139,23 147,81 167,43 170,74 Jumlah Kewajiban ,11 6,49 11,92-34, Jumlah Ekuitas ,70 341,53 336,73 457,49 530,20 *Prediksi Sumber : Laporan Keuangan PT Indonesia Trading Company cabang Medan periode Hasil pada peramalan neraca menunjukkan bahwa proyeksi pada sisi aktiva cenderung mengalami peningkatan untuk dua periode mendatang seperti yang terlihat pada Tabel 4. Hal ini memberikan gambaran bahwa perusahaan memiliki kecenderungan untuk memperluas skala usaha dan ruang lingkupnya. Penurunan diperkirakan terjadi pada jumlah kewajiban, yang disebabkan karena menurunnya nilai hutang dagang, uang muka yang diterima, harga pokok taksiran dan hutang lancar lainnya.,hal ini juga disebabkan oleh meningkatnya jumlah ekuitas perusahaan. Dalam peramalan jumlah kewajiban dengan menggunakan software Minitab14 diperoleh hasil minus, sehingga hasil dapat dikatakan kurang tepat, karena tidak mungkin kewajiban suatu perusahaan bernilai minus, walaupun perkembangan kewajiban yang cenderung menurun kemungkinan besar terjadi. Hasil ini dikarenakan data perkembangan jumlah kewajiban PT ITC cabang Medan yang sangat berfluktuasi dan data yang diambil hanya dalam kurun yang sangat singkat, yaitu hanya pada empat tahun terakhir, sehingga hasil peramalan untuk dua tahun kedepannya memiliki ketepatan yang kurang. Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah ekuitas mengalami peningkatan, hal ini mungkin terjadi karena adanya kenaikan pada modal dari hubungan rekening koran kantor pusat dan saldo laba-rugi tahun berjalan yang meningkat.

10 Perkembangan Laba Rugi Analisis trend terhadap laporan laba rugi perusahaan dilakukan pada komponen-komponen yang digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan (laba) dalam kegiatan penjualannya. Komponen yang dimaksud antara lain jumlah penjualan, harga pokok penjualan, biaya usaha dan laba bersih. Hasil trend perkembangan laporan laba rugi PT ITC cabang Medan memperlihatkan adanya peningkatan pada pendapatan usaha, harga pokok penjualan dan biaya usaha, namun diikuti oleh penurunan pada laba kotor penjualan dan laba bersih perusahaan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Laporan laba rugi (%) Uraian Pendapatan usaha ,11 105,16 197,30 Harga pokok penjualan ,80 92,80 196,26 Laba kotor penjualan ,27 249,94 209,53 Total biaya usaha ,32 161,61 201,82 Laba usaha ,15 283,82 212,49 Pendapatan (biaya)lainlain , ,36 258,31 Laba bersih Sumber : Laporan Keuangan PT Indonesia Trading Company cabang Medan periode

11 47 Trend Analysis Plot for pendapatan usaha Linear Trend Model Yt = 89, ,095*t Pendapatan usaha (% ) Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 23,40 MAD 31,02 MSD 1218, Tahun Gambar 8. Grafik Trend Pendapatan Usaha Hasil analisis trend untuk total pendapatan usaha mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat seperti yang terlihat pada Gambar 8. Pada tahun 2009, terjadi penurunan total pendapatan sebesar 70,95 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan karena pada tahun 2009, PT ITC cabang Medan tidak ditunjuk kembali oleh Menteri Perdagangan untuk menjual komoditi pupuk subsidi, yang pada tahun 2008 memiliki nilai penjualan cukup besar. Kenaikan yang paling besar terjadi pada tahun 2010, yaitu sebesar 92,14 persen dari tahun sebelumnya, atau meningkat sebesar Rp ,85 dari total pendapatan tahun Peningkatan ini disebabkan karena PT ITC ditunjuk oleh Kementerian Perdagangan Negara sebagai salah satu pihak yang dapat melakukan penjualan atas barang impor, seperti gula, sodium, borax, dan aspal.

12 48 Trend Analysis Plot for harga pokok penjualan Linear Trend Model Yt = 80, ,478*t Harga pokok penjualan (% ) Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 23,83 MAD 28,83 MSD 1174, Tahun Gambar 9. Grafik Trend Harga Pokok Penjualan Hasil analisis trend untuk harga pokok penjualan menunjukkan perkembangan yang berfluktuasi seperti yang terlihat pada Gambar 9. Peningkatan yang terjadi pada total pendapatan usaha atau total penjualan, juga diikuti oleh peningkatan pada harga pokok produksi. Hasil analisis trend terhadap harga pokok produksi perkembangannya berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat dengan pola perkembangan yang sama dengan pola perkembangan penjualan atau pendapatan usaha. Pada tahun 2009 sempat terjadi penurunan sebesar 64 persen dari tahun sebelumnya, karena sebagian besar transaksi pembelian komoditi dibayar tunai dan melakukan kerjasama dengan perusahaan lain yang berupa barang konsinyasi, sehingga perusahaan mampu menekan proporsi harga pokok penjualan. Kenaikan terbesar terjadi pada tahun 2010, yaitu sebesar 103,46 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini berarti peningkatan keuntungan yang diperoleh melalui setiap penjualan komoditi yang dilakukan, mendapatkan peningkatan yang sebanding dengan faktor pengurangnya, yaitu harga pokok penjualan. Hal ini menyebabkan laba kotor penjualan yang diterima tidak terlalu dipengaruhi oleh tingkat penjualan yang meningkat. Peningkatan harga pokok penjualan ini

13 49 disebabkan oleh tingginya biaya input produksi seperti biaya bahan baku, adanya biaya pengiriman yang ikut naik, meningkatnya pembayaran karyawan teknis, serta juga pajak bea cukai yang diterima perusahaan atas komoditi impornya. Trend Analysis Plot for total biaya usaha Linear Trend Model Yt = 75, ,475*t Total biaya usaha (% ) Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 5,3293 MAD 7,3950 MSD 77, Tahun Gambar 10. Grafik Trend Jumlah Biaya Usaha Hasil analisis trend untuk jumlah biaya usaha menunjukkan perkembangan yang meningkat dari tahun ke tahun seperti yang terlihat pada Gambar 10. Secara garis besar, baik biaya penjualan, maupun biaya umum dan administrasi memiliki pertumbuhan yang cenderung meningkat di setiap tahunnya. Peningkatan pada biaya operasional perusahaan disebabkan karena terjadi peningkatan pada biaya gudang, biaya promosi dan biaya-biaya lain yang timbul dalam penjualan langsung, sedangkan peningkatan pada biaya umum dan administrasi disebabkan karena meningkatnya biaya kantor, biaya pegawai dan biaya penyusutan aktiva tetap.

14 50 Trend Analysis Plot for laba bersih Linear Trend Model Yt = 242, ,771*t Laba bersih (% ) Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 64,8 MAD 127,7 MSD 21225, Tahun Gambar 11. Grafik Trend Laba Bersih Hasil analisis trend untuk laba bersih menunjukan bahwa perkembangannya berfluktuasi dengan kecenderungan menurun pada dua tahun terakhir seperti yang terlihat pada Gambar 11. Pada tahun 2008 sempat terjadi peningkatan proporsi laba bersih yang sangat besar, yaitu sebesar 397,60 persen dari tahun. Hal ini disebabkan karena besarnya total penjualan pada tahun tersebut, yaitu meningkat sebesar 76,11 persen yang disebabkan oleh penjualan pupuk subsidi yang besar, dan harga pokok penjualan yang cenderung kecil pada tahun tersebut. Selain itu diikuti biaya penjualan atau biaya operasional yang lebih kecil dibandingkan tahun-tahun lainnya. Pada tahun 2009 laba bersih mengalami penurunan yang disebabkan pendapatan atas penjualan perusahaan mengalami penurunan yang disebabkan karena pada tahun tersebut PT ITC cabang Medan tidak ditunjuk kembali untuk menjual komoditi pupuk subsidi, selain itu harga pokok penjualan yang meningkat yang disebabkan karena meningkatnya biaya bahan baku, biaya pengiriman, biaya karyawan teknis.

15 51 Setelah dilakukan analisis trend terhadap pos laba rugi maka dilakukan peramalan pos-pos neraca untuk tahun berikutnya. Nilai peramalan trend diperoleh dengan menggunakan software Minitab14. Tabel 6. Perkembangan dan Peramalan Laba Rugi (%) Uraian * 2012* Pendapatan usaha ,11 105,16 197,30 199,88 221,97 Harga pokok penjualan ,80 92,80 196,26 192,66 215,14 Total biaya usaha ,32 161,61 201,82 232,62 264,10 Laba bersih ,15 342,92 *Prediksi Sumber : Laporan Keuangan PT. Indonesia Trading Company cabang Medan periode Hasil peramalan pada komponen laba rugi seperti yang terlihat pada Tabel 6, menunjukkan bahwa proyeksi pada sisi pendapatan usaha mengalami kenaikan untuk periode dua tahun mendatang. Hal ini didasarkan karena PT ITC cabang Medan terhitung tahun 2010 sudah melakukan penambahan penjualannya, dengan melakukan penjualan untuk komoditi impor. Harga pokok penjualan juga mengalami peningkatan, mengikuti kenaikan pada pendapatan usaha atau penjualan. Keadaan dimana penjualan yang meningkat, juga akan diikuti oleh kenaikan pada harga pokok penjualan. Kenaikan juga terjadi pada total biaya usaha, yang kemungkinan disebabkan karena meningkatnya nilai biaya operasional dan biaya umum dan administrasi. Hasil peramalan laba bersih untuk periode dua tahun kedepannya akan mengalami kenaikan, walaupun dilihat dari perkembangan dari harga pokok penjualan dan biaya usaha yang cenderung meningkat, namun diramalkan akan diikuti oleh perkembangan yang cenderungan naik pada pendapatan usaha, dimana setiap tahunnya proporsi total penjualan lebih besar, maka menghasilkan laba bersih dengan kecenderungan meningkat. Kecenderungan yang meningkat pada laba bersih dinilai cukup baik bagi perusahaan, namun disayangkan untuk dua tahun terakhir ( ) laba bersih perusahaan mengalami

16 52 penurunan. Oleh karena itu, perlu mendapatkan perhatian dari perusahaan dalam hal peningkatan penjualan untuk mendorong naik nilai laba bersih. Hal ini dapat dilakukan perusahaan dengan mengupayakan untuk mencari komoditi baru yang memiliki nilai jual yang tinggi, sehingga dapat mendorong penjualan perusahaan Analisis Rasio Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menentukan kesehatan atau kinerja suatu perusahaan baik pada saat sekarang maupun masa mendatang. Rasio-rasio yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Rasio Likuiditas Analisis likuiditas merupakan analisis rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajian financial jangka pendek yang berupa hutang hutang jangka pendeknya, ataupun yang sudah akan jatuh tempo. Analisis mampu menunjukkan performa keuangan dalam jangka pendek, dimana nilainya dipengaruhi oleh aktiva lancar dan kewajiban lancar. Analisis tingkat rasio likuiditas PT ITC cabang Medan dapat dilihat pada Gambar 12. Rasio Likuiditas % Persentase (%) % % % % % 0.00% Rasio lancar % % % % Rasio cepat 80.01% 69.23% % % Rasio kas 15.90% 0.58% 46.12% 5.86% Gambar 12. Trend perkembangan nilai rasio likuiditas

17 53 1. Rasio Lancar Rasio lancar merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Nilai rasio lancar perusahaan mengalami perkembangan berfluktuasi seperti yang terlihat pada Gambar 12. Hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai rataan rasio ini adalah 826,57 persen yang berarti setiap Rp. 100,- hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp. 826,57,-. Dibandingkan dengan standar rasio lancar menurut Munawir (2002), yaitu 200 persen, perusahaan memiliki nilai rata-rata yang berada jauh diatas standar rasio lancar, namun nilai yang sangat besar dari nilai rata-rata rasio ini menunjukkan banyaknya dana yang menggangur, dan dapat mengurangi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga untuk penilaian rasio lancar perusahaan dapat disimpulkan masih kurang baik. Peningkatan nilai rasio lancar yang terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar persen dari tahun sebelumnya. hal ini disebabkan oleh penurunan pada hutang lancar perusahaan. Menurunnya hutang lancar perusahaan disebabkan tidak terdapatnya uang muka yang diterima perusahaan untuk transaksi pada tahun berikutnya, dan harga pokok pembelian tafsiran yang disebabkan pembelian yang dilakukan perusahaan langsung mendapatkan faktur pembelian. Pada tahun 2010 terjadi penurunan nilai rasio lancar, yaitu sebesar 734,42 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan terjadinya kenaikan pada hutang dagang perusahaan untuk beberapa komoditi, seperti semen dan borax. 2. Rasio Cepat Rasio ini digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Dalam rasio ini, persediaan tidak diperhitungkan karena dianggap merupakan aktiva lancar yang paling tidak liquid, atau lambat untuk dicairkan menjadi uang kas.

18 54 Dari hasil analisis, rata-rata dari rasio cepat PT ITC cabang Medan adalah 433,44 persen yang berarti bahwa Rp.100,- utang lancar dijamin dengan Rp 433,44,- aktiva lancar setelah dikurangi persediaan. Nilai rasio cepat mengalami perkembangan yang berfluktuasi, dengan kecenderungan meningkat seperti yang terlihat pada Gambar 12. Penurunan hanya terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 10,78 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh adanya peningkatan pada hutang jangka pendek, dan terjadi peningkatan yang sangat besar pada proporsi persediaan. Peningkatan pada hutang jangka pendek disebabkan oleh jumlah yang besar pada uang muka yang diterima perusahaan untuk transaksi borax dan semen di tahun mendatang. Kenaikan yang paling besar pada rasio cepat terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 673,48 persen dari tahun sebelumnya, yang disebabkan terjadinya penurunan pada hutang lancar, karena perusahaan tidak mendapatkan kerjasama dengan perusahaan lain untuk transaksi suatu komoditi di tahun mendatang dan diikuti menurunnya persediaan, sebagai akibat menurunnya persediaan pupuk subsidi yang memiliki proporsi yang besar ditahun yang lalu. 3. Rasio Kas Rasio kas merupakan aktiva perusahaan yang paling likuid, yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Hasil analisis berdasarkan rasio kas ini, didapatkan rataan rasio ini sebesar 17,11 persen yang berarti bahwa setiap Rp.100,- utang lancar dijamin dengan Rp.17,11,- uang kas dan setara kas. Hal ini berarti perusahaan belum mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan kas dan setara kas, karena berada dibawah standar minimal, yaitu sebesar 40 persen. Hal ini disebabkan oleh sistem keuangan yang diberlaku untuk setiap cabang PT ITC termasuk cabang Medan, adalah sistem sentralisasi. Dalam sistem ini, dimana

19 55 setiap kebutuhan biaya cabang, dialokasikan oleh kantor pusat, dan setiap cabang harus melakukan over booking (pemindah bukuan) ke rekening bank penampungan kantor pusat. Saldo yang tertinggal di bank cabang adalah saldo minimal yang ditetapkan ditambah dengan klering cek yang belum bisa diover booking. Saldo pada kas adalah sisa alokasi kantor pusat yang belum dibiayakan atau tagihan uang tunai yang tidak dapat disetor pada akhir tahun. Perkembangan rasio ini menunjukkan perkembangan yang berfluktuasi dengan kecenderungan yang menurun seperti yang terlihat pada Gambar 12. Pada tahun 2008 dan 2010 terjadi penurunan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 terjadi kenaikan sebesar 45,54 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini disebabkan oleh terjadinya penurunan yang sangat besar pada hutang lancar, yaitu sebesar 193,63 persen dari tahun sebelumnya karena tidak terdapatnya uang muka yang diterima dan harga pokok pembelian tafsiran, diikuti oleh kenaikan pada kas dan setara kas sebesar 11,51 persen. Penurunan yang terbesar terjadi pada tahun 2010, yaitu sebesar 40,26 persen dari tahun sebelumnya yang dikarenakan kenaikan hutang lancar, yaitu pada hutang dagang perusahaan serta diikuti penurunan saldo pada kas dan setara kas Rasio Solvabilitas Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi keuangan jangka pendek yang baik, belum tentu menjamin kondisi keuangan jangka panjang yang baik juga. Rasio ini juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya, jika seandainya perusahaan terkena likuidasi. Analisis tingkat rasio solvabilitas PT ITC cabang Medan dapat dilihat pada Gambar 13.

20 % Rasio Solvabilitas Persentase (%) % % % % % 0.00% Rasio hutang terhadap total aktiva Rasio hutang terhadap total ekuitas Rasio laba terhadap beban bunga Rasio ekuitas terhadap total aktiva Rasio ekuitas terhadap aktiva tetap % 48.43% 2.81% 4.87% % 93.92% 2.89% 5.40% % 51.57% 97.19% 90.26% % % % % Gambar 13. Trend perkembangan nilai rasio solvabilitas Rasio Total Hutang terhadap Total Aktiva Rasio ini digunakan untuk mengukur besarnya total aktiva yang dibiayai dari pinjaman. Berdasarkan hasil perhitungan selama empat tahun ( ), nilai rataan rasio ini adalah 29,12 persen. Hal ini berarti perusahaan mampu menjamin hutang sebesar Rp. 29,12,- dengan aktiva sebesar Rp. 100,- artinya perusahaan telah mampu menjamin kewajibannya dengan aktiva yang dimiliki. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 45,62 persen dari tahun sebelumnya seperti yang terlihat pada Gambar 13. Penurunan ini disebabkan oleh adanya penurunan total hutang pada tahun tersebut yang sangat besar, mencapai 193,63 persen sebagai efek dari menurunnya hutang dagang perusahaan, uang muka yang diterima perusahaan untuk transaksi yang akan datang, serta harga pokok penjualan tafsiran yang menurun karena setiap pembelian yang dilakukan perusahaan langsung menerima faktur pembelian.

21 57 2. Rasio Total Hutang terhadap Ekuitas Rasio ini dapat menunjukkan seberapa besar ekuitas yang dimiliki dapat menjamin hutang yang dimiliki perusahaan, dimana semakin kecil angka rasio ini menunjukkan kondisi yang semakin baik. Perkembangan rasio ini pada perusahaan memiliki kecenderungan menurun seperti yang terlihat pada Gambar 13. Nilai rata-rata dari rasio ini adalah 63,65 persen, hal ini dapat dikatakan cukup baik, karena perusahaan mampu menjamin hutang Rp. 63,65,- dengan Rp. 100,- modal, yang berarti perusahaan telah mampu menjamin semua kewajibannya dengan modal sendiri. Standar maksimum untuk rasio ini adalah 100 persen, maka besar rasio ini dibawah dari batas maksimum dan tergolong cukup baik, karena semakin kecil rasio ini, menunjukkan kondisi yang semakin baik. Proporsi yang cukup besar terjadi pada tahun 2007 dan 2008, namun mengalami penurunan yang sangat besar pada tahun 2009, yaitu sebesar 91,03 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan ini dikarenakan jumlah ekuitas perusahaan yang mengalami kenaikan sebesar 16,83 persen dari tahun sebelumnya yang disebabkan meningkatnya modal dari kantor pusat, sedangkan hutang mengalami penurunan yang sangat besar yang dikarenakan perusahaan tidak mendapatkan perjanjian transaksi suatu komoditi di tahun mendatang dengan perusahaan lain, dan setiap pembelian yang dilakukan perusahaan langsung mendapatkan faktur pembelian, sehingga tidak adanya harga pokok pembelian tafsiran yang dilakukan perusahaan. Hal ini cukup baik mengingat kemampuan solvabilitas perusahaan merupakan ukuran tingkat keamanan para kreditur untuk memberikan pinjaman. 3. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi jumlah aktiva yang dibiayai dari modal sendiri yaitu dengan membandingkan modal sendiri dengan total aktiva. Perkembangan nilai rasio ini

22 58 berfluktuasi dengan kecenderungan yang meningkat seperti yang terlihat pada Gambar 13. Nilai rata-rata rasio ini adalah 69,66 persen yang berarti bahwa aktiva perusahaan yang didanai oleh modal sendiri sebesar 69,66 persen, proporsi yang besar ini disebabkan karena modal perusahaan dari alokasi dana kantor pusat memiliki proporsi yang sangat besar karena merupakan salah satu sumber terbesar dalam pembiayaan cabang Medan, selain saldo laba-rugi tahun lalu dan tahun berjalan. Semakin kecil rasio ini, semakin besar aktiva perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Kenaikan yang terbesar terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 45,62 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan pada ekuitas sebesar 16,83 persen sebagai dampak dari meningkatnya modal dari kantor pusat dan diikuti oleh penurunan pada total aktiva sebesar 110,25 persen dari tahun sebelumnya yang diakibatkan penurunan yang besar pada aktiva tetap maupun pada aktiva lancar yaitu pada persediaan karena berkurangnya persediaan pupuk subsidi yang pada tahun sebelumnya memiliki proporsi sangat besar. Pada tahun 2010 terjadi penurunan, yaitu sebesar 6,93 persen dari tahun sebelumnya, dikarenakan terjadi penurunan pada ekuitas sebesar 4,8 persen sedangkan pada total aktiva terjadi peningkatan sebesar 8,58 persen karena meningkatnya total aset lancar, yaitu pada piutang usaha untuk komoditi borax, aspal dan semen. 4. Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi aktiva tetap yang dibiayai dari modal perusahaan itu sendiri. Nilai rata-rata rasio ini adalah sebesar 369,57 persen. Angka yang sangat besar ini menunjukkan bahwa aktiva tetap perusahaan sepenuhnya dibiayai oleh modal sendiri yang berasal dari kantor pusat dan saldo labarugi perusahaan, karena setiap cabang PT ITC tidak melakukan pinjaman ke pihak luar, karena mendapatkan alokasi dana langsung dari kantor pusat. Terlihat bahwa nilai dari rasio ini mengalami

23 59 peningkatan dari tahun ke tahun seperti yang terlihat pada Gambar 13, karena pertumbuhan ekuitas yang cenderung meningkat yang disebabkan meningkatnya modal dari kantor pusat, sedangkan pertumbuhan aktiva tetap yang menurun dari tahun ke tahun, yang diakibatkan adanya akumulasi penyusutan pada aktiva tetap perusahaan. 5. Rasio Laba terhadap Beban Bunga Rasio ini menunjukkan berapa besar jaminan keuntungan yang diberikan perusahaan dari hasil usahanya untuk menutupi beban bunga. Setiap cabang PT ITC tidak melakukan peminjaman ke bank atau peminjaman ke badan penyedia pinjaman lainnya maupun investor, karena kebutuhan dana setiap cabang langsung disediakan atau diperoleh dari kantor pusat, baik untuk kebutuhan jual-beli barang, modal maupun untuk membayar hutang dagang yang dimiliki perusahaan. Oleh karena itu tidak terdapat pinjaman dan beban bunga, sehingga tidak dapat dilakukan perhitungan mengenai rasio laba terhadap beban bunga ini Rasio Aktivitas Rasio digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini membandingkan antara tingkat penjualan dengan investasi pada berbagai jenis aktiva. Analisis tingkat rasio aktivitas PT ITC cabang Medan untuk periode dapat dilihat pada Gambar 14.

24 Rasio Aktivitas Rasio perputaran total aktiva Rasio perputaran aktiva tetap Periode perputaran piutang Perputaran persediaan Collecting period Gambar.14 Trend perkembangan nilai rasio aktivitas Rasio Perputaran Total Aktiva Rasio ini menunjukkan efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktivanya untuk melakukan penjualan dan memperoleh keuntungan. Jika perputarannya lambat, berarti aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan menjualnya. Nilai rasio ini menunjukkan perkembangan yang berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat, seperti yang terlihat pada Gambar 14. Nilai rata-rata dari rasio ini adalah 2,87. Angka ini menunjukkan bahwa dalam satu periode proses produksi, aktiva yang digunakan untuk melakukan penjualan adalah sebanyak 2,87 kali. Nilai rata-rata rasio ini juga menunjukkan bahwa setiap Rp.100,- aktiva dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 287,-. Tingginya nilai dari rasio ini menunjukkan bahwa sudah sangat baiknya tingkat efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan aktivanya dan menghasilkan keuntungan.

25 61 2. Rasio Perputaran Aktiva Tetap Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan aktiva tetap dalam usaha memperoleh pendapatan. Nilai rasio yang semakin besar menunjukkan semakin efisiensinya pemanfaatan aktiva tetap. Nilai rata-rata dari rasio ini pada PT ITC cabang Medan adalah 14,62 kali dengan menunjukkan perkembangan yang berfluktuasi dengan kecenderungan yang meningkat seperti yang terlihat pada Gambar 14. Hal ini berarti setiap Rp.100,- aktiva tetap akan menghasilkan penjualan sebesar Rp.1.462,-. Nilai ini menunjukkan bahwa perusahaan telah mampu menggunakan aktiva tetapnya secara efisien dan efektif untuk menghasilkan penjualan. 3. Rasio Perputaran Piutang Rasio ini mengukur perbandingan antara penjualan suatu perusahaan dengan besarnya piutang yang belum ditagih. Jika perusahaan mengalami kesulitan dalam penagihan piutangnya, berarti perusahaan mempunyai saldo piutang besar dan rasio rendah, begitu pula sebaliknya, jika perusahaan mempunyai kebijakan kredit dan prosedur penagihan baik, maka saldo piutang rendah dan rasio akan tinggi. Rasio ini juga menunjukkan berapa kali perusahaan melakukan penagihan terhadap piutang dalam satu periode. Nilai rata-rata dari rasio ini pada PT ITC cabang Medan adalah 16,67 kali. atau 21,60 hari (360 hari/16,67), berarti dalam satu periode, perusahaan mampu melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak kurang lebih 16 kali. Dilihat dari perkembangan nilai rasio ini pada Gambar 14, rasio perputaran piutang PT ITC cabang Medan cukup berfluktuasi dengan kecenderungan yang meningkat, dimana kenaikan terbesar terjadi pada tahun 2008 karena terjadi kenaikan dalam jumlah besar atas penjualan atau pendapatan usaha, karena meningkatnya penjualan semen, borax dan pupuk subsidi. Oleh sebab itu, perusahaan dapat dikatakan berhasil dalam melakukan penagihan piutang.

26 62 4. Collecting Period Indikator ini mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk menagih atau mengumpulkan piutangnya. Semakin lama waktu penagihan, maka semakin besar juga resiko piutang tersebut menjadi tak tertagih. Nilai rata-rata dari collecting period pada PT ITC cabang Medan adalah 27,94 hari. Standar maksimal dari collecting period adalah 60 hari, hal ini berarti, cabang Medan sangat baik dalam menagih dan mengumpulkan piutangnya karena berada dibawah standar maksimal, walaupun memiliki perkembangan yang cenderung meningkat seperti yang terlihat pada Gambar Perputaran Persediaan Rasio ini mengukur tingkat efisiensi pengelolaan persediaan barang dagangnya serta mencerminkan besarnya nilai penjualan yang dilakukan untuk setiap persediaan. Nilai rata-rata dari rasio ini untuk PT ITC cabang Medan adalah sebesar 44,62 hari, berarti perusahaan membutuhkan waktu 44,62 hari untuk mengubah persediaannya menjadi penjualan. Nilai ini menunjukkan bahwa perusahaan masih tidak efektif dalam mengelola persediaannya, hal ini disebabkan karena nilai persediaan pada setiap tahun yang cukup besar, bahkan persediaan mengalami peningkatan yang sangat besar pada tahun 2008, yaitu sebesar 611,09 persen dari tahun sebelumnya yang disebabkan karena banyaknya barang yang belum terjual, yaitu untuk komoditi pupuk subsidi dan persediaan untuk awal tahun depan (Gambar 14). Pada tahun berikutnya terlihat terjadi kecenderungan nilai perputaran persediaan yang semakin menurun untuk periode dua tahun terakhir ( ), hal ini menunjukkan perusahaan berusaha untuk memperbaiki efektifitas pengelolaan persediaan barang dagangnya.

27 Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Rasio ini juga merupakan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen dalam pengelolaan perusahaannya, juga dapat diketahui mengenai efisiensi perusahaan dalam pengelolaan modal yang dimiliki. Profitabilitas yang baik dapat meningkatkan posisi perusahaan dan memperkecil kemungkinan bangkrutnya perusahaan. Tidak terdapat standar umum dalam mengukur rasio ini, namun jika semakin tinggi nilai rasio pada perusahaan, maka dapat dikatakan semakin baik kondisi perusahaan. Analisis tingkat rasio profitabilitas PT ITC cabang Medan dapat dilihat pada Gambar 15. Persentase (%) % 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Rasio Profitabilitas Rasio margin laba kotor 7.86% 17.96% 18.69% 8.35% Rasio margin laba bersih 4.31% 12.18% 13.38% 4.65% Rasio operasi 92.34% 82.14% 81.90% 92.19% ROE 32.87% 50.38% 31.41% 20.80% ROA 13.03% 25.98% 30.52% 18.77% Gambar 15. Trend perkembangan nilai rasio profitabilitas Margin Laba Kotor Rasio margin laba kotor ini memberikan informasi mengenai laba kotor yang dicapai dari setiap penjualan. Rasio ini menggambarkan setiap hasil sisa penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Nilai rata-rata dari rasio ini pada

28 64 PT ITC cabang Medan selama periode adalah 13,22 persen yang berarti bahwa setiap Rp.100,- penjualan yang dilakukan, akan memperoleh keuntungan usaha (laba kotor) sebesar Rp.13,22,-. Terlihat pada Gambar 15, kenaikan terbesar terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 10,10 persen dari tahun sebelumnya, hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan laba kotor, karena terjadi kenaikan yang sangat tinggi pada penjualan, yang lebih besar daripada kenaikan yang terjadi pada harga pokok penjualan sebagai harga pembebanan harga perolehan atas barang dagangan yang dijual. Penurunan terjadi pada tahun 2010, dimana mengalami penurunan sebesar 10,34 persen, hal ini dikarenakan kenaikan pada harga pokok penjualan, yang disebabkan karena adanya kenaikan dari beban personil produksi, biaya pengiriman dan pajak bea cukai atas komoditi impornya. Rendahnya rasio ini berarti harga pokok barang yang dijual sangat tinggi. Sebenarnya perusahaan memiliki potensi untuk meningkatkan margin laba kotor seiring dengan meningkatnya nilai penjualan, namun kenaikan pada nilai penjualan juga diikuti oleh meningkatnya harga pokok penjualan (HPP), sehingga mengurangi margin laba kotor yang diperoleh perusahaan. 2. Margin Laba Bersih Rasio ini menggambarkan persentase dari setiap hasil sisa penjualan setelah dikurangi semua biaya dari pengeluaran, termasuk pajak. Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan, yang menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dalam penjualannya. Perkembangan rasio margin laba bersih perusahaan mengalami perkembangan yang berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat seperti yang terlihat pada Gambar 15. Nilai rata-rata rasio ini adalah sebesar 8,63 persen, yang berarti setiap Rp.100,- penjualan, perusahaan mampu menghasilkan

29 65 Rp.8,63,-. Terjadi kenaikan pada tahun 2008 dan 2009, hal ini disebabkan oleh penjualan yang tinggi dan perusahaan dapat menekan kenaikan pada harga pokok penjualan, sehingga nilai laba kotor juga ikut meningkat, dan diikuti oleh rendahnya beban usaha. Penurunan yang terbesar terjadi pada tahun 2010, yaitu sebesar 8,73 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan walaupun pada tahun 2010 merupakan tingkat penjualan yang terbesar, namun diikuti juga oleh meningkatnya harga pokok penjualan dan biaya usaha baik pada biaya penjualan langsung seperti biaya promosi dan biaya gudang, serta biaya umum dan administrasi, sehingga terjadi penurunan pada laba bersih. 3. Tingkat Pengembalian Aset (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atas aset yang dimiliki perusahaan. ROA juga digunakan untuk melihat efektivitas keseluruhan operasi perusahaan. Perkembangan nilai rasio ini untuk empat tahun terakhir ( ), mengalami perkembangan yang berfluktuasi seperti yang terlihat pada Gambar 15. Nilai rata-rata dari rasio ini adalah sebesar 22,07 persen yang berarti setiap Rp.100,- aktiva yang diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp.22,07,-. Nilai rata-rata dari rasio ini yang berada diatas standar yang digunakan yaitu jika dibandingkan dengan tingkat suku bunga umum yang berlaku, yaitu sekitar 6-8 persen yang berarti perusahaan mampu menghasilkan laba dari dana yang diinvestasikan. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 12,95 persen dari tahun sebelumnya, yang dikarenakan terjadi kenaikan dalam jumlah besar pada laba bersih, yaitu sebesar 397,60 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini sebagai pengaruh besarnya penjualan karena adanya penjualan komoditi impor yang mendorong pendapatan penjualan, sedangkan harga pokok penjualan serta biaya usaha yang cukup kecil.

30 66 4. Tingkat Pengembalian Modal (ROE) Rasio ini digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan atas modalnya sendiri yang ditanamkan untuk pembiayaan perusahaan. Nilai rata-rata dari rasio ini adalah sebesar 33,86 persen, yang berarti setiap Rp.100,- modal sendiri perusahaan mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp.33,86,-.Jika menggunakan standar yang ada, yaitu mengacu pada hal tingkat suku bunga yang berlaku pada saat itu (6-8 persen), mengindikasikan bahwa perusahaan telah mampu dalam menghasilkan laba yang tinggi. Kenaikan yang paling besar terjadi pada tahun 2008 (Gambar 15). Kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya laba bersih perusahaan sebagai dampak dari peningkatan total penjualan, yang didorong oleh penjualan pupuk subsidi yang besar jumlahnya dan total pendapatan lain yang mengalami kenaikan, sehingga laba bersih tahun tersebut meningkat. Penurunan pada dua tahun terakhir terjadi karena harga pokok penjualan dan biaya usaha yang mengalami perkembangan yang cenderung meningkat. Biaya usaha yang mengalami peningkatan pada dua tahun terakhir disebabkan meningkatnya biaya penjualan langsung, seperti biaya gudang dan promosi serta biaya umum dan administrasi perusahaan, yaitu pada biaya pegawai, biaya kantor dan biaya penyusutan aktiva tetap. 5. Rasio Operasi Rasio ini menunjukkan besarnya bagian penjualan yang digunakan untuk beban pokok penjualan dan operasi serta menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam operasi guna menghasilkan laba dari setiap penjualannya. Nilai rataan dari rasio ini pada PT ITC cabang Medan adalah sebesar 87,14 persen, berarti sebagian besar nilai pendapatan terserap ke komponen biaya operasional. Kondisi ini mengindikasikan rendahnya efisiensi kegiatan perusahaan.

31 Analisis Du Pont Perkembangan rasio ini pada PT ITC cabang Medan mengalami keadaan yang berfluktuasi dengan kecenderungan yang menurun pada tahun 2008 dan 2009, lalu meningkat di tahun 2010 (Gambar 15). Penurunan terjadi karena meningkatnya penjualan, sehingga jumlahnya mempunyai selisih yang cukup besar dibandingkan dengan harga pokok penjualan ditambah biaya operasi. Pada tahun 2010, rasio ini mengalami kenaikan kembali, yaitu sebesar 10,29 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini dikarenakan terjadi pada harga pokok penjualan yang disebabkan oleh meningkatnya biaya pengiriman, biaya pegawai teknis dan biaya pajak bea cukai. Kenaikan juga terjadi pada biaya operasi, walaupun diikuti oleh kenaikan pada penjualan, namun peningkatannya lebih kecil dibandingkan kenaikan pada harga pokok penjualan dan biaya operasi. Kondisi ini mengindikasikan rendahnya efisiensi kegiatan operasi perusahaan. Analisis Du Pont digunakan untuk mencari tingkat pengembalian ekuitas atau Return On Equity (ROE) suatu perusahaan. ROE digunakan untuk mengukur peningkatan prestasi perusahaan dan untuk melihat efektivitas pengelolaan sumberdaya dalam rangka untuk memaksimalkan pengembalian bagi pemegang saham. Perkembangan ROE dan komponen yang mempengaruhinya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Perkembangan nilai ROE serta komponennya periode Penggandaan Tingkat ROE Tahun ROA (%) Keuangan (kali) (%) ,03 2, , ,98 1, , ,52 1, , ,77 1, ,80 Rata-rata 22,07 1, ,86 Sumber : Laporan Keuangan PT.Indonesia Trading Company Cabang Medan periode

32 68 Berdasarkan hasil analisis Du Pont, perkembangan tingkat pengembalian ekuitas (ROE) pada PT ITC cabang Medan selama periode mengalami perkembangan yang berfluktuasi dengan kecenderungan yang menurun. Kenaikan hanya terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 17,51 persen dari tahun sebelumnya. Perkembangan ROE yang cenderung menurun ini disebabkan oleh penjualan yang cenderung meningkat, namun juga diikuti oleh peningkatan pada harga pokok penjualan, biaya operasional dan biaya umum administrasi sehingga berakibat pada berkurangnya laba bersih perusahaan. Berkurangnya laba yang disertai oleh proporsi ekuitas yang mengalami pertumbuhan yang meningkat, karena meningkatnya modal dari kantor pusat. Perkembangan ROE yang cenderung menurun mencerminkan kurangnya efektivitas pengelolaan sumberdaya perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan. Kenaikan terbesar terjadi pada tahun 2008 yang juga dikarenakan kenaikan pada nilai tingkat pengembalian asset (ROA) sebesar 12,95 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan ROA terjadi pada tahun 2010 yang disebabkan perusahaan mengalami penurunan pertumbuhan laba bersih yang diakibatkan meningkatnya harga pokok penjualan dan beban usaha. Penurunan ROA juga disebabkan oleh proporsi total aktiva yang besar, walaupun jika dilihat dari tingkat perputaran aktiva perusahaan sudah cukup baik, namun diharapkan perusahaan dapat lebih meningkatkan efisiensi dalam penggunaan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Pada dua tahun terakhir terjadi peningkatan yang sangat signifikan pada total aset lainlain perusahaan, yang disebabkan meningkatnya piutang jangka panjang, persediaan barang rusak, dan aktiva tetap yang tidak digunakan. Kenaikan atau penurunan nilai ROA akan berpengaruh lurus dengan nilai ROE, namun diharapkan agar nilai ROA terus meningkat agar nilai ROE juga akan meningkat. Hal tersebut dapat terealisasikan jika perusahaan dapat meningkatkan penjualannya secara relatif terhadap aktiva. Perkembangan ROA PT ITC cabang Medan periode dapat dilihat pada Tabel 8.

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT ITC dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan usaha perusahaan tersebut yang tercermin

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 92 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT. Goodyear Indonesia Tbk semula didirikan dengan nama NV The Goodyear Tire & Rubber Company Limited pada tanggal 26 Januari 1917 berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap neraca dan laporan laba-rugi PT Astra Otoparts Tbk dari tahun 2002 hingga tahun 2004 dengan menggunakan metode analisis horizontal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan. Hasil kegiatan perusahaan periode saat ini harus

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kepala Cabang, Supervisor dan Karyawan

Lampiran 1. Kepala Cabang, Supervisor dan Karyawan LAMPIRAN 81 Lampiran 1. Kepala Cabang, Supervisor dan Karyawan Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan susunan kepala cabang, supervisor dan karyawan PT Indonesia Trading Company cabang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang sangat kaya. Sektor pertanian dan perdagangan merupakan sektor yang paling

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menilai perkembangan kinerja keuangan Haneda Decorations adalah dengan melakukan analisis terhadap

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya yang dilakukan penulis pada bab IV, hasil penelitian pada PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk dapat disimpulkan sebagai berikut :

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan media yang penting untuk menilai prestasi serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat mengambil suatu keputusan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan Menurut Sawir (2000), kinerja keuangan adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan penghasilan atau untuk meraih keuntungan (laba) dan kemampuan dalam mengelola

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa BAB IV ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk IV.1 Analisis Laporan Arus Kas Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya.

Lebih terperinci

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) I. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga kelayakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian 58 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. XYZ Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kondisi keuangan dan hasil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LAPORAN KEUANGAN 1. Pengertian Laporan Keuangan Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Rasio PT United Tractors, Tbk Informasi yang ada pada laporan keuangan hanyalah informasi yang berupa angka-angka yang merupakan rekaman dari transaksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan Menurut Sawir (2005), kinerja adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan penghasilan atau meraih keuntungan (laba) dan kemampuan dalam mengelola perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Feriansya (2015:4) : Laporan keuangan merupakan tindakan pembuatan ringkasan dan keuangan perusahaan. Laporan

Lebih terperinci

Alur Pikir. Lampiran 1. Alur Pikir 73. Analisis Trend Analis Forecasting Analisis Common Size Analisis Rasio Analisis Du pont

Alur Pikir. Lampiran 1. Alur Pikir 73. Analisis Trend Analis Forecasting Analisis Common Size Analisis Rasio Analisis Du pont LAMPIRAN 72 73 Faktor-faktor internal yg berpengaruh Dapat dikendalikan : HPP, Hutang perusahaan Existing Problem Kinerja keuangan yang fluktuatif Faktor-faktor eksternal yg berpengaruh & tidak dpt dikendalikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu cara untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan adalah dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Analisis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Rasio Keuangan Rasio yang menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam perusahaan. Banyak perusahaan yang berskala besar atau kecil, akan mempunyai perhatian besar di bidang keuangan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu 50 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu perusahaan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Arti Pentingnya Laporan Keuangan. suatu proses akuntansi. Laporan keuangan berisikan data-data yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Arti Pentingnya Laporan Keuangan. suatu proses akuntansi. Laporan keuangan berisikan data-data yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian dan Arti Pentingnya Laporan Keuangan Laporan keuangan sering dinyatakan sebagai produk akhir dari suatu proses akuntansi. Laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Tujuan manajemen keuangan yakni memaksimalkan harga saham, bukan memaksimalkan laba per saham. Data akuntansi sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP A. SIMPULAN. Rasio lancar PT Matahari Department Store Tbk dari tahun 2010

BAB IV PENUTUP A. SIMPULAN. Rasio lancar PT Matahari Department Store Tbk dari tahun 2010 80 BAB IV PENUTUP A. SIMPULAN Rasio lancar PT Matahari Department Store Tbk dari tahun 2010 sampai tahun 2014 setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Walaupun berfluktuasi, rasio lancar cenderung menurun

Lebih terperinci

Rasio Lancar. Rasio Lancar 2.75

Rasio Lancar. Rasio Lancar 2.75 1. Likuiditas Perusahaan 2009 2010 2011 2012 Rasio Lancar 2.35 2.43 2.75 2.8 Rasio Cepat 1.5 1.6 1.76 1.82 Periode penagihan rata-rata 34.15 42.26 41.13 45.4 Perputaran piutang usaha 10.69 8.64 8.88 8.04

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Analisa laporan keuangan adalah suatu proses yang dapat digunakan untuk memeriksa data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam kondisi sehat akan mampu menghadapi tingkat persaingan dengan

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam kondisi sehat akan mampu menghadapi tingkat persaingan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem ekonomi yang semakin kompetitif menuntut perusahaan untuk bisa bersaing dan meningkatkan efisiensinya agar bisa tetap bertahan. Perusahaan yang berada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisis Laporan Keuangan Perusahaan Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak yang berkepentingan untuk menilai kerja dan posisi keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan didirikan oleh para pemiliknya dengan maksud untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan didirikan oleh para pemiliknya dengan maksud untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan didirikan oleh para pemiliknya dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi yang bersifat mencari laba (profit) mempunyai tujuan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hamidullah (2004) melakukan penelitian dengan judul Analisis Rasio Keuangan Sebagai Dasar Untuk Memprediksi Kondisi Keuangan Perusahaan Pada PT. Agro Max

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN COMMON SIZE DAN RASIO- RASIO KEUANGAN PADA PT SAPTA PRIMA ADIKARYA PALEMBANG

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN COMMON SIZE DAN RASIO- RASIO KEUANGAN PADA PT SAPTA PRIMA ADIKARYA PALEMBANG ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN COMMON SIZE DAN RASIO- RASIO KEUANGAN PADA PT SAPTA PRIMA ADIKARYA PALEMBANG Devi Mutiana Jurusan Akuntansi Politeknik PalComTech Palembang Abstrak Tujuan utama laporan

Lebih terperinci

JUMLAH AKTIVA

JUMLAH AKTIVA NERACA 31 DESEMBER 2007 AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan bank 3 866.121.482 3.038.748.917 Piutang usaha - bersih Hubungan istimewa 2b, 2c, 4, 5, 8 2.635.991.416 328.548.410 Pihak ketiga - setelah dikurangi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Umum 1. Analisa Laporan Keuangan PT Kalbe Farma Tbk Pada tahun 2011, PT Kalbe Farma mencatat pertumbuhan penjualan bersih sebesar 6,7% menjadi Rp 10,91 triliun.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 10 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Data laporan keuangan perusahaan konsolidasi digunakan sebagai dasar dari analisis manajemen piutang PT PLN (Persero). PT PLN (Persero) membutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebagaimana telah dikemukakan di muka, bahwa pengaturan tata cara

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebagaimana telah dikemukakan di muka, bahwa pengaturan tata cara BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagaimana telah dikemukakan di muka, bahwa pengaturan tata cara restrukturisasi pinjaman PDAM / penyelesaian piutang negara pada PDAM telah ditetapkan dalam PMK nomor

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston, 18 II. LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang ISO 9000 ISO merupakan suatu rangkaian dari lima standar mutu internasional yang dikembangkan oleh The International Organization for Standarization (ISO) di Geneva,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sejenis. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu memperbaiki kelemahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sejenis. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu memperbaiki kelemahan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah Perusahaan dalam melakukan kegiatannya pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utama suatu perusahaan adalah mencapai laba yang maksimal serta

Lebih terperinci

Alat analisis laporan keuangan H A S B I A N A D A L I M U N T H E S E., M. A K

Alat analisis laporan keuangan H A S B I A N A D A L I M U N T H E S E., M. A K Alat analisis laporan keuangan H A S B I A N A D A L I M U N T H E S E., M. A K Analisis Laporan Keuangan adalah suatu kegiatan penilaian, penelahaan atas laporan keuangan perusahaan dengan mendasarkan

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian

Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Tahap awal yang dilakukan untuk mengevaluasi kinerja keuangan pada usaha budiaya ikan kerapu macan yang dilakukan oleh Bapak X adalah membuat laporan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT Aneka Tambang, Tbk Informasi yang ada pada laporan keuangan adalah informasi yang berupa angka-angka

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan

BAB III PEMBAHASAN. A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu dari sistem manajemen secara keseluruhan. Manajemen yang baik dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian Bab 1 Pasal 1 ayat 1, koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk L1 ASET PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 DESEMBER 2008, 2009, DAN 2010 Periode Analisis Horizontal

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Bank Danamon Indonesia, Tbk didirikan pada tahun 1956 sebagai Bank Kopra Indonesia. Di tahun 1976 nama tersebut kemudian diubah menjadi PT Bank

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Harahap (2011:105) mendefinisikan laporan keuangan sebagai suatu laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Fungsi Akuntansi Keuangan 2.1.1 Pengertian Akuntansi Keuangan Data akuntansi merupakan salah satu sumber pokok analisis keuangan, oleh karena itu pemahaman terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu yang disusun

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Nilai CAR BRI periode

Lampiran 1. Perhitungan Nilai CAR BRI periode LAMPIRAN 61 62 Lampiran 1. Perhitungan Nilai CAR BRI periode 2006-2011 NO Deskripsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011 I Komponen Modal A. Modal Inti 13,104,120 15,448,235 17,795,610 21,137,919 27,673,231 38,214,079

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. satunya Prof. Dr. Ridwan S. Sundjaja, Drs., M.S.B.A., & Dra. Inge Berlian, Ak,

BAB II LANDASAN TEORI. satunya Prof. Dr. Ridwan S. Sundjaja, Drs., M.S.B.A., & Dra. Inge Berlian, Ak, BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan banyak dikemukakan beberapa ahli dan salah satunya Prof. Dr. Ridwan S. Sundjaja, Drs., M.S.B.A., & Dra. Inge Berlian, Ak,

Lebih terperinci

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani Analisis Kredit Analisa Laporan Keuangan Kelas CA Nadia Damayanti 115020300111008 Ranita Ramadhani 115020300111037 ANALISIS KREDIT LIKUIDITAS DAN MODAL KERJA Likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memaksa perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk sebisa

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memaksa perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk sebisa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini dengan semakin tingginya tingkat persaingan bisnis di Indonesia telah memaksa perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk sebisa mungkin mempertahankan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas

Lebih terperinci

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut :

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut : BAB IV Analisis dan Pembahasan Berdasarkan laporan keuangan PT. Astra Internasional pada tahun 2011 dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas Rasio ini menunjukkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan keuangan Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari pembuatan ringkasan

Lebih terperinci

METADATA INFORMASI DASAR

METADATA INFORMASI DASAR METADATA INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Indikator Sektor Korporasi 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi Statistik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Laporan Keuangan Dalam menganalisis permohonan kredit modal kerja, peneliti menggunakan data dari aspek keuangan yaitu menggunakan rasio keuangan dan metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk memberi

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS Bab ini memuat input data dan hasil perhitungan rasio, pembandingan dengan rasio rata-rata industri tambang serta analisisnya. 3.1. Perhitungan Sebelum melakukan perhitungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan 2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 Pengertian Modal Kerja Dalam aktivitas sebuah perusahaan tidak dipungkiri bahwa dibutuhkan dana untuk menjalankan operasinya, mulai dari membeli bahan baku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca,

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca, BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Laporan Keuangan Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Rentabilitas 2.1.1.1 Pengertian Rentabilitas Tingkat rentabilitas atau profitabilitas yang tinggi pada perusahaan akan meningkatkan daya saing antar perusahaan.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam dunia bisnis, tingginya tingkat persaingan membuat setiap perusahaan akan senantiasa meningkatkan kinerjanya agar dapat bertahan. Oleh karena itu, setiap perusahaan akan selalu berusaha memperoleh

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang industri farmasi dimana kegiatan utamanya menyediakan produk dan jasa pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Kinerja Perusahaan 2.1.1 Pengertian Kinerja Perusahaan Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu dasar informasi untuk menyusun dan mengevaluasi mengenai berbagai kebijakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Hasil akhir dari proses pencatatan akuntansi disebut dengan laporan keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. keuangan Optik Airlangga Surabaya selama tahun , dapat ditarik

BAB 5 PENUTUP. keuangan Optik Airlangga Surabaya selama tahun , dapat ditarik BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab 4 mengenai kinerja keuangan Optik Airlangga Surabaya selama tahun 2009-2012, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Indonesia yang tidak stabil seperti saat ini setiap

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Indonesia yang tidak stabil seperti saat ini setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi di Indonesia yang tidak stabil seperti saat ini setiap perusahaan dituntut dapat melaksanakan aktivitas operasionalnya dengan baik. Usaha ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk 30 BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Laporan Keuangan PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk mengelola operasi sistem tenaga listrik Jawa Bali, mengelola

Lebih terperinci

Analisis Rasio Keuangan pada PT Citra Tubindo Tbk.

Analisis Rasio Keuangan pada PT Citra Tubindo Tbk. Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis Vol. 2, No. 1, July 2014, 45-54 p-issn: 2337-7887 Article History Received May, 2014 Accepted June, 2014 Analisis Rasio Keuangan pada PT Citra Tubindo Tbk.

Lebih terperinci

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain: Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah merupakan suatu alat analisa yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan data perbandingan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 51 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas analisa kinerja keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dan kemudian dilakukan penelitian berdasarkan teori-teori dan konsep yang tercantum

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEMEN DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEMEN DI BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEMEN DI BURSA EFEK INDONESIA Rhesti Khoidha rhesti_khoidha@yahoo.com Titik Mildawati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)

Lebih terperinci

Contoh : (200) (250) 2.550

Contoh : (200) (250) 2.550 Rasio Profitabilitas Pengertian Rasio Profitabilitas Rasio ini merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Dalam PSAK No. 1, 2012 : 1,3, dalam Denny (2014) Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan industri barang konsumsi adalah salah satu perusahaan yang ikut berperan dalam pasar modal. Perusahaan industri barang konsumsi merupakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Piutang 1. Piutang Piutang adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan datang karena terjadinya transaksi dimasa lalu. Piutang digolongkan menjadi dua yaitu

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk diawali pada tahun 197 dengan rampungnya pendirian pabrik Indocement yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada untuk senantiasa meningkatkan efisiensinya. Hal ini dimaksudkan supaya perusahaan

Lebih terperinci

Catatan 31 Maret Maret 2010

Catatan 31 Maret Maret 2010 NERACA KONSOLIDASI ASET Catatan 31 Maret 2011 31 Maret 2010 ASET LANCAR Kas dan setara kas 2f, 3 220.361.019.579 10.981.803.022 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Pihak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja perusahaan dalam suatu periode produksi perlu dilakukan evaluasi untuk melihat dan mengetahui pencapaian yang telah dilakukan perusahaan baik dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas menurut Anoraga (1997:300) adalah menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Modal kerja sangat penting dalam operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk member uang muka pada pembelian bahan baku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media bagi manajer dalam sebuah perusahaan untuk mengkomunikasikan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. media bagi manajer dalam sebuah perusahaan untuk mengkomunikasikan kinerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan dilihat dari sudut pandang manajemen merupakan media bagi manajer dalam sebuah perusahaan untuk mengkomunikasikan kinerja keuangan perusahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Piutang Piutang meliputi semua klaim atau hak untuk menuntut pembayaran kepada pihak lain, yang pada umumnya akan berakibat adanya penerimaan kas di masa yang akan datang. Pengertian

Lebih terperinci

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain)

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain) NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 AKTIVA LANCAR K E T E R A N G A N 2003 2002 Kas dan setara kas 5,048,154 5,040,625 Piutang usaha Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 19,943,324 21,928,185 Pihak ketiga-setelah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Pasar modal juga menjadi sumber dana bagi pelaku dunia usaha dimana sumber dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan yang terus menerus (going concern) dan tanggung jawab sosial

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan yang terus menerus (going concern) dan tanggung jawab sosial 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laba atau profit merupakan salah satu tujuan utama berdirinya setiap badan usaha. Tanpa diperolehnya laba, perusahaan tidak dapat memenuhi tujuan lainnya

Lebih terperinci

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun 2007-2010 Tugas Manajemen Keuangan Lanjutan Dosen: Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME Oleh: Junita Nelly Panjaitan NIM. 127019020 Kelas A Pararel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan perekonomian sejak bulan Oktober 2014 hingga saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. keadaan perekonomian sejak bulan Oktober 2014 hingga saat ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian di Indonesia saat ini sedang dalam masa transisi di mana keadaan perekonomian sejak bulan Oktober 2014 hingga saat ini masih berada dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. dan interprestasi terhadap laporan keuangan badan yang bersangkutan.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. dan interprestasi terhadap laporan keuangan badan yang bersangkutan. BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Pada bab sebelumnya di jelaskan bahwa laporan keuangan merupkan sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kondisi keuangan dan hasil usaha suatu badan

Lebih terperinci