BENTUK KALIMAT INTEROGATIF DALAM BAHASA MINANGKABAU DI NAGARI KUNANGAN PARIT RANTANG KABUPATEN SIJUNJUNG Febri Mayora 1, Puspawati 2, Iman Laili 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BENTUK KALIMAT INTEROGATIF DALAM BAHASA MINANGKABAU DI NAGARI KUNANGAN PARIT RANTANG KABUPATEN SIJUNJUNG Febri Mayora 1, Puspawati 2, Iman Laili 2"

Transkripsi

1 BENTUK KALIMAT INTEROGATIF DALAM BAHASA MINANGKABAU DI NAGARI KUNANGAN PARIT RANTANG KABUPATEN SIJUNJUNG Febri Mayora 1, Puspawati 2, Iman Laili 2 1) Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,Universitas Bung Hatta febrimayora22@gmail.com 2) Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta FORM OF INTERROGATIVE SENTENCE IN MINANGKABAU LANGUAGE AT KUNANGAN PARIT RANTANG VILLAGE SIJUNJUNG REGENCY Abstract Interrogative sentence is sentencing which hoping answer from the addressee. Interrogative sentence needed intonation to clear the question that gives to the addressee. The problem in this research is how to form of interrogative sentence in Minangkabau language at Kunangan Parit Rantang village Sijunjung regency. This research is aim to describe form of interrogative sentence in Minangkabau language at Kunangan Parit Rantang village Sijunjung regency. This research used Chaer s theory with descriptive method. The data of this research are collected by using observation method with elicitation technique. The analysis is conducted by applying distributional method including deletion technique and reserve technique. The result of research in Minangkabau language at Kunangan Parit Rantang village Sijunjung regency about form of interrogative sentence found five interrogative sentences, they are (1) interrogative sentence which need yes/no answer; (2) interrogative sentence requesting answer regarding one element of a sentence formed with the help of question word; (3) interrogative sentence requesting the answer, the question words formed reason why; (4) interrogative sentence requesting the suggestion answer (about asking matter) formed with interrogative word how; and (5) interrogative sentence give requesting answer to support the question. Keywords: Interrogative sentence, in Minangkabau. Pendahuluan Bahasa adalah alat komunikasi yang berperan penting dalam kehidupan kita sehari-hari agar dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan yang lainnya. Untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi, satuan bahasa terlengkap yang digunakan adalah kalimat. Menurut Chaer (2009:44) kalimat merupakan satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya 1

2 berupa klausa dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Alwi dkk. (2003: 311) menyatakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Menurut Finoza (2009:162) kalimat dapat dibeda-bedakan berdasarkan beberapa jenis, yaitu (a) jumlah klausa pembentuknya, (b) kelengkapan unsurnya, (c) susunan subjek dan predikatnya, dan (d) bentuk/fungsinya isinya. Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas (1) kalimat tunggal dan (2) kalimat majemuk. Ditinjau dari kelengkapan unsurnya, kalimat dibagi atas (1) kalimat lengkap atau kalimat major dan (2) kalimat tak lengkap atau kalimat minor. Sementara itu, jika dilihat dari segi susunan unsur subjek dan predikatnya, kalimat dapat dibagi atas (1) kalimat biasa dan (2) kalimat inversi. Dilihat dari bentuk/fungsi isinya, kalimat dapat dibedakan menjadi empat, yaitu (1) kalimat deklaratif, (2)kalimat interogatif, (3) kalimat imperatif, (4) kalimat eksklamatif. Pembahasan ini lebih difokuskan pada kalimat interogatif. Kalimat interogatif adalah kalimat yang isinya mengharapkan adanya sebuah jawaban dari lawan tutur.chaer (2009:189) menyatakan bahwa kalimat interogatif adalah kalimat yang mengharapkan adanya jawaban secara verbal. Jawaban ini dapat berupa pengakuan, keterangan, alasan, atau pendapat dari pihak pendengar atau pembaca. Kalimat interogatif yang dikaji dalam penelitian ini adalah kalimat interogatif bahasa Minangkabau yang terdapat di daerah Kunangan Parit Rantang, Kabupaten Sijunjung. Kunangan Parit Rantang terletak di daerah Kabubapten Sijunjung antara perbatasan Sijunjung dan Riau. Dari kota Padang diperlukan waktu lebih kurang lima jam untuk dapat sampai ke Kunangan Parit Rantang dan jarak yang ditempuh adalah 145 Km. Di Kunangan Parit Rantang ini masih banyak penduduk asli daerah yang bahasanya tidak terpengaruh oleh bahasa pendatang, sehingga bahasa di daerah ini masih bahasa asli dan berbeda dengan bahasa Minangkabau pada umumnya. Perhatikan contoh dibawah ini. (1) Bapo ogo howew de tek? Berapa harga celana itu satu Tante? Berapa harga celana itu Tante? Berdasarkandata (1) dapat diamati bahwa kalimat pada data (1) merupakan kalimat interogatif yang ditandai dengan kata bapo berapa. 2

3 Bertolak data (1)penulis tertarik untuk meneliti kalimat interogatif bahasa Minangkabau Kunangan Parit Rantang, Kabupaten Sijunjung. Selain itu, sepengetahuan penulis kalimat interogatif bahasa Minangkabau yang ada di Kunangan Parit Rantang, Kabupaten Sijunjung ini belum pernah diteliti. Berdasarkan dari tinjauan pustaka yang penulis lakukan, peneltian ini belum pernah dilakukan.penelitian tentang kalimat yang telah dilakukan adalah yang berjudul Kalimat Perintah dalam Bahasa Minangkabau Dialek Pasaman (Nenti- 2005).Penelitian ini membahas tentang kalimat perintah dalam bahasa Minangkabau Dialek Pasaman. Kalimat perintah yang ditemukan dalam Dialek Pasaman adalah kalimat perintah taktransitif, kalimat perintah transitif, kalimat perintah halus dengan memakai kata mohlah marilah dan toloang tolong ; kalimat perintah ajakan dan harapan dengan menggunakan kata nah mari dan kok dapek hendaknya ; kalimat perintah larangan dengan menggunakan kata jangenlah janganlah dan indo buliah tidak boleh dan kalimat perintah pembiaran dengan menggunakan kata bialah biarlah. Kemudian, (Gusti-2013) menulis skripsi dengan judul Kalimat Imperatif bahasa Minangkabau di Lubuk Malako Solok Selatan. Hasil penelitiannya adalah kalimat imperatif halus dengan menggunakan kata bo coba dan tolong tolong ; suwun pinjam ; kalimat imperatif langsung dengan kata baliak pulang bak bawa, ambin ambil ; kalimat imperatif larangan dengan kata jan jangan, janlah janganlah, ko nek. Kalimat imperatif permintaan dengan kata wo bang ; kalimat ajakan dan harapan dengan kata buaok berharap. Penelitian yang penulis lakukan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang sudah diteliti oleh Nenti (2005), dan Gusti (2013). Nenti dan Gusti meneliti bentuk kalimat imperatif bahasa Minangkabau yang ditinjau dari seluk beluk bentuk kalimat yang digunakan dalam berkomunikasi. Sementara itu penulis meneliti kalimat interogatif Minangkabau di Nagari Kunangan Parit Rantang, Kabupaten Sijunjung. Metodologi Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sudaryanto (1993:62) metode deskriptif menyarankan bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomen yang memang secara empiris hidup 3

4 pada penutur-penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa perian bahasa yang biasa dikatakan sifatnya seperti potret: paparan seperti adanya. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode agih.menurut Sudaryanto (1993:15) metode agih itu alat penentunya justru bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Teknik yang digunakan untuk menganalisi data ialah teknik lesap dan teknik balik. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh di bawah ini. (2)Mak, seakan pupuak ko kini lai e? Bu, sebarkan pupuk ini sekarang lagi? Sebarkan sekarang pupuknya Bu? Penanda interogatif seakan sebarkan pada data (2) dapat dibalik posisinya dengan meletakkan kata pupuak pupuk di awal kalimat, seperti pada data (2a). Selanjutnya, di antara kata seakan sebarkan dan pupuak pupuk dapat ditambah partikel lah, sehingga data (2) dapat menjadi data (2b) yang maknanya tidak berubah. Perhatikan contoh berikut. (2a)Pupuak tu seakan kini lai e,mak? Pupuknya sebarkan ekarang lagi Ibu? Pupuknya sebarkan sekarang Ibu? (2b)Mak,seakanlah pupuak tu kini lai e? Ibu, sebarkan pupupkya sekarang lagi? Sebarkan pupuknya sekarang Ibu? Kalimat pada data (2a) maknanya tidak berubah meskipun posisi penanda interogatifnya berubah. Perluasan pada data (2b) dengan menambah partikel lah pada penanda interogatif seakan-lah sebarkanlah tidak mempengaruhi makna kalimat yang ada pada data (2). Hasil dan pembahasan Kalimat interogatif yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau Kunangan Parit Rantang Kabupaten Sijunjung ada lima macam, yaitu (a) kalimat interogatif yang meminta pengakuan jawaban ya atau tidak, (b) kalimat interogatif yang meminta jawaban mengenai salah satu unsur kalimat, (c) kalimat interogatif yang meminta alasan, (d) kalimat interogatif yang meminta pendapat atau buah pikiran orang lain,(e) kalimat interogatif yang menyungguhkan, mengharapkan jawaban yang, menguatkan yang ditanyakan. (1) kalimat interogatif yang meminta pengakuan jawaban ya atau tidak Kalimat interogatif yang meminta pengakuan jawaban `ya' atau `tidak' dalam bahasa Minangkabau Kunangan Parit Rantang yang ditemukan dimulai dengan kata yang berkategori nomina, verba dan frasa verbal, ajektiva, adverbia dan frasa 4

5 numeralia.untuk lebih jelasnya, perhatikan uraian berikut. (a) Berkategori Nomina dan Frasa Nominal (3) Papui lau ko, eh? Penghapus kamu ini, ya? `Penghapus kamu ini, ya?' Data (3) merupakan kalimat interogatif. dimulai dengan nomina papui`penghapus'. Sebagai penanda kalimat interogatif, nomina papui penghapus ini dapat dibalik posisinya seperti pada data (3a). (3a) Ko papui lau,eh? Ini penghapus kamu, ya? `Ini penghapus kamu, ya?' Dengan pembalikan ini terlihat susunan kalimat interogatif (3a) berubah, karena papui `penghapus' dalam data (3) diubah posisinya menjadi di tengah kalimat. Perubahan urutan kata pada data (3) menjadi (3a) tidak menyebabkan makna yang disampaikan ikut berubah. Di samping itu, data (3) juga dapat dianalisis dengan menggunakan teknik lesap. Artinya, jika kata papui penghapus (3) dilesapkan, data (3) akan menjadi data (3b) berikut ini. (3b) Lau ko,eh? Kamu ini,ya? `Kamu ini, ya?' Data (3b) menggunakan teknik lesap dengan melesapkan katainterogatif. Pelesapan kata papui penghapus tetap mempunyai makna dan tetap gramatikal walaupun penanda interogatifnya dihilangkan, dan bisa tidak berterima pada situasi tertentu. (b) Berkategori Verba dan Vrasa Verbal (4) Maninggauan bonia ang coca,jang? Meninggalkan pupuk kamu tadi,nak? `Meniggalkan pupuk, Nak?' Data (4) merupakan kalimat interogatif yang meminta pengakuan jawaban ya atau tidak. Pada data (4) kalimat interogatif dimulai dengan verbamaninggauan `meninggalkan', Kalimat interogatif yang dimulai dengan verba dapat dibalik posisinya seperti pada data (4a) yang dimulai dengan verba maninggauan `meninggalkan' yang menandai kalimat interogatif (4), seperti pada data (4a). lihat contoh berikut. (4a)Ang maninggauan bonia coca, Jang? Kamu meninggalkan pupuk barusan,nak? `Kamu meninggalkan pupuk, Nak?' Pada data (4a) terlihat posisi kata kalimat interogatif berubah, karena verba maninggauan `meninggalkan' pada data (4) diubah posisinya menjadi di tengah kalimat. Perubahan urutan tersebut tidak mengubah makna yang disampaikan. Namun, masyarakat Kunangan Parit Rantang lebih cendrung menggunakan kalimat pada data 5

6 (4). Di samping itu, data (4) juga dapat dianalisis dengan menggunakan teknik lesap. Artinya, jika kata maninggauan meninggalkan pada data (4) dilesapkan akan menjadi data (4b) berikut ini. (4b) Bonia ang coca, Jang? Pupuk kamu barusan, Nak? `Pupuk kamu barusan,nak?' Dengan pelesapan verba maninggauan meninggalkan pada data (4b)membuat kalimat tersebut tidak gramatikal. Artinya, pada kalimat tersebut verba maninggauan meninggalkan mutlak ada. b). berkategori frasa Verbal (5)pasti lau pai henyak ko? Pasti kamu kesini natik? Pasti kamu kesini? Data (5) merupakan kalimat interogatif.pada data (5) kalimat interogatif dimulai dengan adverbiapasti pasti. Sebagai penanda kalimat interogatif, adverbial pasti pasti ini dapat dibalik posisinya seperti pada data (5a). Seperti pada (5a) berikut. (5a) Lau pasti pai henyak ko? Kamu pasti kesini natik? Kamu pasti kesini? Pada data (5a) terlihat susunan kalimat interofgatif (5) karena pasti`pasti' dalam data (5) diubah posisinya dari awal kalimat menjadi di tengah kalimat. Perubahan urutan kata pada data (5) menjadi (5a) dan tidak menyebabkan makna yang disampaikan ikut berubah, tetapi walaupun maknanya sama kalimat interogatif yang cendrung digunakan adalah pada data (5). Di samping itu, data (5) juga dapat dianalisis dengan menggunakan teknik lesap. Artinya, jika kata pasti pasti (5) dilesapkanakan menjadi data (5b) berikut ini. (5b) Lau pai henyak ko? Kasti kamu kesini natik? Kamu kesini? Pada data (5b) terlihat susunan kalimat interogatif (5) berubah, karena ajektifa pasti pasti pada data (5) dilesapkan. Walaupun ajektiva pasti pasti dilesapkan, kalimat tersebut tetap gramatikal dan tetap merupakan kalimat interogatif. (c) Berkategori Ajektiva (6) Encak baju lau, yo? Bagus baju kamu,ya? `Bagus baju kamu, ya?' Data (6) merupakan kalimat interogatif yang meminta pengakuan jawaban ya atau tidak.kalimat interogatif ini dapat juga digunakan teknik balik seperti kalimat pada data (6a). Sementara itu, kalimat interogatif yang meminta pengakuan jawaban ya pada data (6a) adalah interjeksi yo ya dan pada kalimat interogatifnya adalah ajektiva encak bagus.dapat kita lihat dari data berikut. (6a) Baju lau encak,yo? Baju kamu bagus, ya? `Baju kamu bagus, ya?' 6

7 Pada data (6a) terlihat susunan kalimatnya berubah karena ajektiva encak `bagus' pada data (6a) diubah posisinya menjadi di tengah kalimat. Selain itu, pada data tersebut intonasi sangat memperjelas posisi kalimat yang disampaikan pada data (6a). Perubahan urutan kata pada data (6) menjadi (6a) dan tidak menyebabkan makna yang disampaikan berubah. Selain menggunakan teknik balik, teknik lesap juga dapat dilakukan, seperti pada data (6b) seperti data berikut. (6b) Baju lau,eh? Baju kamu, ya? `Baju kamu, ya?' Pada data (6b) terlihat pelesapan kalimat. Seperti pada data (6b) terjadi pelesapan kata encak `bagus'. Walaupun kata tersebut dilesapkan, kalimat itu masih gramatikal. Pelesapan pada kalimat(6b) adalah fras baju lau baju kamu. (d) Berkategori Adverbia (7)Bisuak Jam bapo Amak pai henyak Yo? Besok Jam berapa Ibu pergi kesiniyo? Besok jam berapa Ibu kesini Yo? Data (7) merupakan kalimat interogatif.pada data (7) kalimat interogatif dimulai dengan adverbia bisuak besok. Sebagai katakalimat interogatif, adverbiabisuak besok kalimat interogatif ini juga dapat digunakan teknik balik. Seperti pada data berikut. (7a) Jam bapo bisuak Amak pai henyak Yo? Jam berapa besok Ibu pergi kesiniyo? jam berapa besok Ibu kesini Yo? Pada data (7a) terlihat susunan kalimat interofgatif (7) berubah, karena bisuak besok pada data (7) diubah posisinya dari awal kalimat menjadi di tengah kalimat. Perubahan urutan kata pada data (7) menjadi (7a) tidak menyebabkan makna yang disampaikan ikut berubah. Tetapi walaupun maknanya sama kalimat interogatif yang cendrung digunakan adalah pada data (7). Di samping itu, data (7) dapat juga dapat dianalisis dengan menggunakan teknik lesap. Artinya, jika kata bisuak besok pada data(7) dilesapkan akan menjadi data (7b) berikut ini. (7b)Jam bapo Amak pai henyak Yo? Jam berapa besok Ibu pergi kesiniyo? Besok jam berapa Ibu kesini Yo? Pada data (7) terlihat susunan kalimat interogatif (7)berubah, karena bisuak besok pada data (7) dilesapkan dan menghilangkan kata interogatifnya, walaupun terjadi pelesapan, tidak menyebabkan bentuk gramatikal dari data (7b) berubah karena ditambah dengan kata eh pada untuk menguatkan yang ditanyakan. kalimat 7

8 (e) Berkategori Frasa Numeralia (8) Lapanbua ko bolipingganko nyo, Per? Delapan buah ini beli pirinng ini cuma,per? `Delapan buah ini beli piring,per?' Data (8) merupakan kalimat interogatif yang meminta pengakuan jawaban ya atau tidak.pada data (8) kalimat interogatif dimulaidengannumeralialapanbua delapan buah.kalimat interogatif ini juga dapat digunakan teknik balik seperti pada data (8a) berikut. (8a)Pinggan ko lapan bua ko babolinyo, Per? Piring ini delapan buah saja dibeli, Per? `Piring ini delapan buah saja, Per?' Pada data (8a) terlihat susunan kalimatnya berubah karena karena numeralia lapan delapan pada data (8) diubah posisinya menjadi di tengah kalimat selain itu pada data tersebut intonasi sangat memperjelas posisi kalimat yang disampaikan. Selain menggunakan teknik balik, teknik lesap juga dapat dilakukan, seperti pada data (8b) pada data berikut. (8b) Ko boli pinggan ko nyo, Per? Ini beli piring ini cuma, Per? `Ini beli piring cuma Per?' Pada data (8b) terlihat susunan kalimat interogatif (8) berubah, Walaupun kata tersebut dilesapkan, kalimat itu masih gramatikal. Pelesapan pada data (8b) adalah numeralia lapan delapan. 2. Kalimat Interogatif yang Meminta Jawaban Mengenai Salah Satu Unsur Kalimat Kalimat interogatif ini adalah kalimat yang mengharapkan sebuah jawaban berupa unsur kalimat seperti kata benda atau nama seseorang. Kalimat interogatifyang meminta jawaban mengenai salah satu unsur kalimat yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Kunangan Parit Rantnag ditandai dengan kata tanya apo 'apa'. Perhatikan contoh berikut. (9) Apo isi buntau tu, Nga? Apa isi kain itu, Nenek? `Apa isi kain, Nenek?' Penanda tanya apo apa pada data (9) merupakan kalimat interogatif yang meminta jawaban mengenai salah satu unsur kalimat. Penanda tanya apo apa digunakan untuk menanyakan benda. Data (9) juga dapat dianalisis dengan teknik balik, seperti data berikut. (9a) Isi buntau tu apo la, Nga? Isi kainitu apa la, Nek? Isi kain itu apa lah, Nek? Data (9a) menggunakan teknik balik. Setelah posisinya dibalik kalimat (9a) tetap gramatikal. Walaupun posisi penanda tanya 8

9 pada kalimat (9a) berubah menjadi di tengah kalimat. Selanjutnya, juga digunakan teknik lesap seperti pada data (9b) pada data berikut ini. (9b)* Isi buntau tu, Nga? Isi kain itu, Nek? Isikain itu, Nek? Pada data (9b) sampai dengan penanda tanya interogatif dilesapkan. Namun, kalimat (9b)tersebut tidak gramatikal karena tidak bisa menghilangkan penanda interogatifnya. 3. Kalimat Interogatif yang Meminta Alasan Kalimat interogatif yang meminta alasan yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Nagari Kunangan Parit Rantang ada dua macam penandanya, yaitu dek apo kenapa Perhatikan data berikut: (10) Dek apo onda de, Tuak? Kenapa motornya itu, Kek? `Kenapa motornya, Kek?' Kata dek apo kenapa pada data (10) merupakan kalimat interogatif yang meminta alasan. Penanda dek apo kenapa ini lebih cenderung kepada alasan penyebab terjadinya sesuatu. Sebagai penanda interogatif, kata dek apo kenapa ini dapat dibalik posisinya seperti pada data (10a) di bawah ini. (10a) Onda de dek apo, Tuak? Motornya itukenapa, Kek? `Motornya kenapa, Kek?' Data (10a) dapat dibalik posisinya seperti data (10a) setelah dibalik posisinya, kalimat (10a) tetap gramatikal dan tidak mengubah makna kalimat interogatifnya. Selain itu, data (10) dek apo kenapa bisa dianalis seperti data (10b) seperti data berikut. (10b)* Onda de, Tuak? Motor tu, Kakek? `Motor tu, Kakek?' Pada data (10b) terjadi pelesapan penanda interogatif dek apo `kenapa', dan menjadikan kalimat interogatif pada data (10) dek apo kenapa tidak berbentuk gramatikal, karena menghilangkan kalimat inti dari kalimat interogatif yang terdapat pada data (10). 4.Kalimat Interogatif yang Meminta Pendapat atau Buah Pikiran dari Orang Lain Kalimat interogatif ini adalah kalimat interogatif yang meminta jawaban berupa pendapat mengenai hal yang ditanyakan dan dibentuk dengan kata tanya bakpo bagaimana, dan menjelaskan terlebih dahulu apa yang ingin kita tanyakan. Perhatikan data berikut. 9

10 (11) Bakpo batungkai, adiak tu? Mengapa ditendang, adek tu? `Mengapa ditendang, adek?' Pada data (11) terlihat penandat interogatif bakpo `bagaimana' yang meminta jawaban berupa alasan atas apa yang telah dilakukan lawan tutur. Penanda interogatif bakpo bagaimana pada data (11) ini juga bisa dibalik posisinya seperti data (11a) berikut. (11a) Batungkai bakpo adiak tu? Ditendang kenapa adek tu? `Ditendang kenapa adek?' Dari data (11a) terlihat perubahan posisi penanda interogatif bakpo `bagaimana' yang diubah penanda interogatifnya dari awal kalimat menjadi di tengah kalimat tetapi tetap berbentuk gramatikal. Selain teknik balik data ini juga menggunakan teknik lesap seperti pada data (11b) (11b) Batungkai adiak, tu? Ditendang adek, tu? `Ditendang, adek?' Pada data (11b) dapat dilihat pelesapan kalimat interogatif bakpo bagaimana tetapi tidak mengubah bentuk gramatikal kalimat interogatif, dan mempertegas kalimat interogatif yang ada. 5. Kalimat Interogatif yang Menyungguhkan, Mengharapkan Jawaban yang Menguatkan yang Ditanyakan Kalimat interogatif ini adalah kalimat interogatif yang dibentuk dari sebuah pertanyaanyang diikuti dengan kata bukan disertai intonasi tanya dan ada kalanya jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan yang diharapkan.seperti data berikut. (12)Pera, nan mboli buku tu dak? Pera, yang membeli buku itu bukan? Pera, yang membeli buku itu bukan? Pada data (12) terlihat kalimat interogatif yangdibentuk dari sebuah pertanyaan yang diikuti dengan kata bukan untuk menguatkan yang ditanyakan. Kalimat interogatif ini juga bisa dibalik posisinya seperti data (12a) berikut. (12a)Dak Pera nan mboli buku tu? Bukan Pera yang membeli buku itu? Bukan Pera yang membeli buku itu? Dari data (12a) terlihat perubahan penanda posisi kalimat interogatif yang dibentuk dari sebuah pertanyaan yang diikuti dengan kata bukan untuk menguatkan yang ditanyakan. Walaupun data (12a) sampai dengan data (12a) letak penanda interogatifnya diubah tetapi tetap menjadikan kalimat ini gramatikal, karena tidak mengubah makna interogatifnya. Selain teknik balik data ini juga menggunakan teknik lesap seperti pada data (12b) berikut. (12b) Pera, nan mboli buku tu? Pera, yang membeli buku itu? Pera, yang membeli buku itu? 10

11 Pada data (12b) terjadi pelesapan penanda interogatif dak bukan, walaupun penanda interogatif pada data (12b) dilesapkan tidak mengubah makna dari kalimat interogatif dan tetap gramatikal. Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, dapat disimpulkan bahwa bentuk kalimat interogatif dalam bahasa Minangkabau Kunangan Parit Rantang, Kabupaten Sijunjung diemukan: a. Kalimat interogatif yang mengharapkan jawaban ya atau tidak yang terbagi dalam kategori nomina, verba, ajektiva, adverbia, numeralia. b. Kalimat interogatif kalimat interogatif yang meminta jawaban mengenai salah satu unsur kalimat dibentuk dengan bantuan kata tanya ditandai dengan apo apa, sapo siap, ano mana, bapo berapa, bilo kapan. c. Kalimat interogatif yang meminta jawaban berupa alasan dibentuk kata tanya mengapa atau kenapa yang ditandai oleh ngapo mengapa dek apo kenapa. d. Kalimat interogatif yang meminta jawaban berupa pendapat (mengenai hal yang ditanyakan) dibentuk dengan bantuan kata tanya bagaimana di tandai oleh kata tanya bakpo bagaimana. e. Kalimat interogatif yang menyungguhkan, sebenarnya mengharapkan jawaban untuk menguatkan yang ditanyakan dengan diikuti kata bukan. 11

12 Daftar Pustaka Alwi, Hasan, dkk Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesoa. Jakarta: BalaiPustaka Chaer, Abdul Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Finoza, Lamuddin Kompisisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insane Mulia Gusti, Fitri Irda Kalimat Imperatif Bahasa Minangkabau Di Lubuak Malako Solok Selatan. Skripsi. Padang: Universitas Bung Hatta. Nenti, Syafri Kalimat Perintah dalam Bahasa Minangkabau Dialek Pasaman. Skripsi. Padang: Universitas Bung Hatta. Sudaryanto Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. 12

13 13

untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Humaniora

untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Humaniora KALIMAT IMPERATIF BAHASA MINANGKABAU DI LUBUK MALAKO SOLOK SELATAN ARTIKEL untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Humaniora OLEH FITRI IRDA GUSTI NPM 0910014111022 JURUSAN SASTRA

Lebih terperinci

FORM OF IMPERATIVE SENTENCE IN MINANGKABAU LANGUAGE, SUPAYANG VILLAGE, PAYUNG SEKAKI DISTRICT, SOLOK REGENCY

FORM OF IMPERATIVE SENTENCE IN MINANGKABAU LANGUAGE, SUPAYANG VILLAGE, PAYUNG SEKAKI DISTRICT, SOLOK REGENCY FORM OF IMPERATIVE SENTENCE IN MINANGKABAU LANGUAGE, SUPAYANG VILLAGE, PAYUNG SEKAKI DISTRICT, SOLOK REGENCY Nurfitra Anska 1, Iman Laili 2, Eriza Nelfi 2 1) Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas

Lebih terperinci

KALIMAT TANYA PADA FILM DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAYZ Susi Rahmi 1, Iman Laili 2, Puspawati 2.

KALIMAT TANYA PADA FILM DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAYZ Susi Rahmi 1, Iman Laili 2, Puspawati 2. KALIMAT TANYA PADA FILM DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAYZ Susi Rahmi 1, Iman Laili 2, Puspawati 2 1 Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta E-mail

Lebih terperinci

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia Analisis Fungsi Mana dalam Bahasa Sri Puji Astuti Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro sripujiastuti0116@gmail.com Abstract The characteristic of interrogative sentence, one of them is the presence

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

KONJUNGSI SUBORDINATIF BAHASA MINANGKABAU DI KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Afrima Yosi 1, Puspawati 2, Iman Laili 2

KONJUNGSI SUBORDINATIF BAHASA MINANGKABAU DI KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Afrima Yosi 1, Puspawati 2, Iman Laili 2 KONJUNGSI SUBORDINATIF BAHASA MINANGKABAU DI KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Afrima Yosi 1, Puspawati 2, Iman Laili 2 1 Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF Kalimat Tanya Peserta (Dewi Restiani) 1 KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF INTERROGATIVE SENTENCE OF SMART GENIUS TUTORING CENTER S STUDENTS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, 53 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT INTEROGATIF PEMBAWA ACARA HITAM PUTIH DI TRANS 7 EDISI PERTENGAHAN APRIL- MEI 2014

ANALISIS KALIMAT INTEROGATIF PEMBAWA ACARA HITAM PUTIH DI TRANS 7 EDISI PERTENGAHAN APRIL- MEI 2014 ANALISIS KALIMAT INTEROGATIF PEMBAWA ACARA HITAM PUTIH DI TRANS 7 EDISI PERTENGAHAN APRIL- MEI 2014 ARTIKELE-JOURNAL Diajukanuntukmememenuhisebagianpersyaratanmemeperolehgelar SarjanaPendidikan (S. Pd.)

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN. Frasa 1 + dan + Frasa 2. Contoh: Veel kleiner dan die van Janneke

BAB IV SIMPULAN. Frasa 1 + dan + Frasa 2. Contoh: Veel kleiner dan die van Janneke BAB IV SIMPULAN Dan sebagai konjungsi menduduki dua kategori sekaligus yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Posisi konjungsi dan berada di luar elemen-elemen bahasa yang dihubungkan.

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final.

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. 1. KALIMAT 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. Perbedaan kalimat dan klausa Klausa : gabungan kata yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

JENIS KALIMAT IMPERATIF PADA TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SMK N 1 SAWIT KABUPATEN BOYOLALI

JENIS KALIMAT IMPERATIF PADA TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SMK N 1 SAWIT KABUPATEN BOYOLALI JENIS KALIMAT IMPERATIF PADA TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SMK N 1 SAWIT KABUPATEN BOYOLALI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF KALANGAN GURU PAUD PERMATA BUNDA DESA SEI BULUH KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF KALANGAN GURU PAUD PERMATA BUNDA DESA SEI BULUH KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF KALANGAN GURU PAUD PERMATA BUNDA DESA SEI BULUH KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL Oleh EKA PUTRI ANDAYANI NIM 120388201067 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Oleh Ratna Novita Punggeti

Oleh Ratna Novita Punggeti KALIMAT DLM BI Oleh Ratna Novita Punggeti STRUKTUR KALIMAT 1. SUBJEK Bagian kalimat yang menunjukkan pelaku/masalah. Menjawab pertanyaan: siapa, apa. Biasanya berupa kata benda/frasa (kongkret/abstrak)

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418 APA DAN MANA DALAM KALIMAT DEKLARATIF Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro ABSTRACT Kalimat merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan maksud

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh: ERNI FITRIANA A. 310090015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung menggunakan ragam lisan. Dalam ragam lisan terdapat kekhususan atau kekhasan suatu bahasa. Salah satu

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI Fitri Rahmawati Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU PADA ANAK USIA 5 TAHUN DI KAMBANG

PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU PADA ANAK USIA 5 TAHUN DI KAMBANG PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU PADA ANAK USIA 5 TAHUN DI KAMBANG Oleh: Melza Marta 1, Emidar 2, Nursaid 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL ILMIAH MOMON PRATAMA NPM.

PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL ILMIAH MOMON PRATAMA NPM. PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL ILMIAH MOMON PRATAMA NPM. 09080103 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND Berlian Pancarrani Pascasarjana, Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. Pendefinisian kalimat, baik segi struktur, fungsi, maupun maknanya banyak ditemukan dalam buku-buku tata

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia sosial, manusia tidak lepas dari interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia sosial, manusia tidak lepas dari interaksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia sosial, manusia tidak lepas dari interaksi dengan manusia lain. Interaksi tersebut dikemas dalam suatu wadah yang disebut komunikasi. Salah

Lebih terperinci

Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Minangkabau

Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Minangkabau Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Minangkabau Iman Laili Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Abstract: Demonstrative pronouns in Minangkabau language consist of demonstrative

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Astri Saraswati, Martono, Syambasril Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNTAN, Pontianak

Lebih terperinci

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS Sintaksis adalah bidang tataran linguistic yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK MODUL 4 Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK Modul 4 memuat materi kalimat efektif. Kalimat efektif adalah materi lanjutan dari modul sebelumnya, yaitu tata kalimat

Lebih terperinci

Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS KESALAHAN KEBAHASAAN DALAM SURAT DINAS DI KANTOR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2014 DAN 2015 DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA DALAM RANGKA PEMBELAJARAN MENULIS SURAT

Lebih terperinci

PRONOMINA BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN LADANG PANJANG KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN: KAJIANSTRUKTUR.

PRONOMINA BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN LADANG PANJANG KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN: KAJIANSTRUKTUR. PRONOMINA BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN LADANG PANJANG KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN: KAJIANSTRUKTUR Yenti 1, Elvina A. Saibi 2, Iman Laili 2 1 Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN KALIMAT BAHASA INDONESIA ANAK USIA EMPAT TAHUN DUA BULAN (4;2) (STUDI KASUS PADA SEORANG ANAK)

PEMEROLEHAN KALIMAT BAHASA INDONESIA ANAK USIA EMPAT TAHUN DUA BULAN (4;2) (STUDI KASUS PADA SEORANG ANAK) PEMEROLEHAN KALIMAT BAHASA INDONESIA ANAK USIA EMPAT TAHUN DUA BULAN (4;2) (STUDI KASUS PADA SEORANG ANAK) Nilda Gustanti 1, Novia Juita 2,Ngusman 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri

Lebih terperinci

KALIMAT PENDERITA AFASIA (STUDI KASUS PADA ANGGELA EFELLIN)

KALIMAT PENDERITA AFASIA (STUDI KASUS PADA ANGGELA EFELLIN) KALIMAT PENDERITA AFASIA (STUDI KASUS PADA ANGGELA EFELLIN) Oleh: Rezia Delfiza Febriani 1, Ngusman 2, Nursaid 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email:

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT DALAM TEKS ANEKDOT PADA SURAT KABAR TEMPO EDISI NOVEMBER Oleh

STRUKTUR KALIMAT DALAM TEKS ANEKDOT PADA SURAT KABAR TEMPO EDISI NOVEMBER Oleh STRUKTUR KALIMAT DALAM TEKS ANEKDOT PADA SURAT KABAR TEMPO EDISI NOVEMBER 2014 Oleh Gita Andriana Wini Tarmini Ni Nyoman Wetty Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung e-mail : gitandriana20@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pada bagian pendahuluan telah disampaikan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini diwujudkan dalam tipe-tipe

Lebih terperinci

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) Doretha Amaya Dhori 1, Wahyudi Rahmat², Ria Satini² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : 1402408239 BAB 6 SINTAKSIS Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologi sintaksis berarti

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KALIMAT NEGATIF dalam USE OF NEGATIVE SENTENCE IN LANGUAGE MONGONDOW, MONGONDOW DIALECT

PENGGUNAAN KALIMAT NEGATIF dalam USE OF NEGATIVE SENTENCE IN LANGUAGE MONGONDOW, MONGONDOW DIALECT PENGGUNAAN KALIMAT NEGATIF dalam BAHASA MONGONDOW DIALEK MONGONDOW USE OF NEGATIVE SENTENCE IN LANGUAGE MONGONDOW, MONGONDOW DIALECT Sri Diharti Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara Jalan Diponegoro No.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.

BAB V PENUTUP. dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. Secara garis besar kalimat imperatif bahasa Indonesia dapat

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muthi Afifah,2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muthi Afifah,2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut hasil penelitian The Japan Foundation tahun 2006 tentang kelembagaan bahasa Jepang di dunia diketahui bahwa Indonesia menduduki peringkat IV di dunia dengan

Lebih terperinci

BAHASA PEREMPUAN PADA MAJALAH FEMINA DAN SEKAR Azizah Kurnia Dewi Sastra Indonesia Abstrak

BAHASA PEREMPUAN PADA MAJALAH FEMINA DAN SEKAR Azizah Kurnia Dewi Sastra Indonesia Abstrak 1 BAHASA PEREMPUAN PADA MAJALAH FEMINA DAN SEKAR Azizah Kurnia Dewi Sastra Indonesia Abstrak Women's language is closely related to gender. Spoken word (language) used by the women are more subtle than

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasa Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT DEKLARATIF DAN KALIMAT INTEROGATIF DALAM TALK SHOW MATA NAJWA DI YOUTUBE UNGGAHAN JANUARI 2017

ANALISIS KALIMAT DEKLARATIF DAN KALIMAT INTEROGATIF DALAM TALK SHOW MATA NAJWA DI YOUTUBE UNGGAHAN JANUARI 2017 ANALISIS KALIMAT DEKLARATIF DAN KALIMAT INTEROGATIF DALAM TALK SHOW MATA NAJWA DI YOUTUBE UNGGAHAN JANUARI 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : kesalahan kebahasaan, surat dinas, pemerintahan desa grugu.

ABSTRAK. Kata kunci : kesalahan kebahasaan, surat dinas, pemerintahan desa grugu. KESALAHAN KEBAHASAAN PADA SURAT DINAS YANG DIBUAT OLEH PEMERINTAHAHAN DESA GRUGU KECAMATAN KALIWIRO KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2011 DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENULIS DI SEKOLAH Oleh: Desi Ria

Lebih terperinci

Analisis Kontaminasi Bahasa Asing terhadap Bahasa Indonesia dalam Iklan Surat Kabar Tribun BATAM Tanggal 17 Januari serta 5 Februari 2015

Analisis Kontaminasi Bahasa Asing terhadap Bahasa Indonesia dalam Iklan Surat Kabar Tribun BATAM Tanggal 17 Januari serta 5 Februari 2015 Analisis Kontaminasi Bahasa Asing terhadap Bahasa Indonesia dalam Iklan Surat Kabar Tribun BATAM Tanggal 17 Januari serta 5 Februari 2015 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh PUTRA PRASETIYO NIM 100388201301 JURUSAN

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan

LANDASAN TEORI. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan 8 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sintaksis Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologis, sintaksis berarti menempatkan

Lebih terperinci

PENGINVERSIAN KALIMAT PADA TEKS PROSEDUR SEBAGAI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR INOVATIF DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Oleh: BETTY MURNI LESTARI A

PENGINVERSIAN KALIMAT PADA TEKS PROSEDUR SEBAGAI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR INOVATIF DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Oleh: BETTY MURNI LESTARI A PENGINVERSIAN KALIMAT PADA TEKS PROSEDUR SEBAGAI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR INOVATIF DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang KALIMAT Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang lengkap. Secara struktural: bentuk satuan gramatis

Lebih terperinci

KALIMAT INVERSI DALAM BAHASA INDONESIA

KALIMAT INVERSI DALAM BAHASA INDONESIA KALIMAT INVERSI DALAM BAHASA INDONESIA Dhika Puspitasari 1) 1) Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Madiun Email: 1) dhikapuspitasari@yahoo.com. Abstrak Penelitian ini mengungkapkan pola-pola

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PREPOSISI DALAM BAHASA INDONESIA: TINJAUAN BENTUK DAN PERAN SEMANTISNYA

PREPOSISI DALAM BAHASA INDONESIA: TINJAUAN BENTUK DAN PERAN SEMANTISNYA PREPOSISI DALAM BAHASA INDONESIA: TINJAUAN BENTUK DAN PERAN SEMANTISNYA Nusarini Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta pos-el: nusarini@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO

FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO Ni Kadek Nomi Dwi Antari Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan sesamanya memerlukan sarana untuk menyampaikan kehendaknya. Salah satu sarana komunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA PENGHUBUNG DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BINTAN

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA PENGHUBUNG DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BINTAN ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA PENGHUBUNG DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BINTAN ARTIKEL E-JOURNAL Oleh RENIYULIA FITRI NIM 090388201253 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRAINDONESIA

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

KALIMAT INVERSI DALAM BAHASA INDONESIA

KALIMAT INVERSI DALAM BAHASA INDONESIA KALIMAT INVERSI DALAM BAHASA INDONESIA Bambang Eko Hari Cahyono IKIP PGRI Madiun behc.fpbs@gmail.com Abstrak Dalam bahasa Indonesia terdapat salah satu jenis kalimat, yaitu kalimat inversi. Kalimat inversi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang

Lebih terperinci

PERFORMA BAHASA INDONESIA DARI SEGI PENGGUNAAN STRUKTUR KALIMAT BUPATI DI SUMATERA BARAT DALAM YOUTUBE

PERFORMA BAHASA INDONESIA DARI SEGI PENGGUNAAN STRUKTUR KALIMAT BUPATI DI SUMATERA BARAT DALAM YOUTUBE PERFORMA BAHASA INDONESIA DARI SEGI PENGGUNAAN STRUTUR ALIMAT BUPATI DI SUMATERA BARAT DALAM YOUTUBE Feni Alvionita 1, Ermanto 2, Agustina 3 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA TUTURAN SISWA KELAS I SDN KESATRIAN 1 MALANG DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR

KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA TUTURAN SISWA KELAS I SDN KESATRIAN 1 MALANG DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA TUTURAN SISWA KELAS I SDN KESATRIAN 1 MALANG DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR Erni Surya Irawati *) Imam Suyitno Widodo Hs. Email: erniyemirawati@gmail.com Universitas Negeri

Lebih terperinci

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu FUNGSI ETERANGAN DALAM ALIMAT MAJEMU BERTINGAT DALAM OMPAS MINGGU TRULI ANJAR YANTI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI PADANG Risa Marjuniati ), Marsis ), Hj. Syofiani ) ) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ) Dosen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan. materi pelajaran dan tingkat perkembangan siswa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan. materi pelajaran dan tingkat perkembangan siswa. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Alat peraga 1. Pengertian Alat Peraga Dalam keseluruhan proses di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling inti. Hal ini mempunyai arti bahwa kegiatan

Lebih terperinci

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE Pelesapan Fungsi. (Satya Dwi) 128 PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE Oleh: Satya Dwi Nur Rahmanto,

Lebih terperinci

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis

Lebih terperinci

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat Matakuliah Tahun : 2010 : Bahasa Indonesia dalam Psikologi Kalimat Pertemuan 04 Tujuan 1. Menjelaskan pengertian dan ciri-ciri kalimat. 2. Menggunakan kata dan frasa sebagai pembentuk kalimat, 3. Memahami

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, 654 BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat

Lebih terperinci

Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat SARJANA S-1. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat SARJANA S-1. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK TK DHARMA WANITA VIII KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat SARJANA S-1 Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi) Lecture: Kapita Selekta Linguistik Date/Month/Year: 25 April 2016 Semester: 104 (6) / Third Year Method: Ceramah Credits: 2 SKS Lecturer: Prof. Dr. Dendy Sugono, PU Clues: Notes: Kapita Selekta Linguistik

Lebih terperinci

RAGAM KALIMAT DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI

RAGAM KALIMAT DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI RAGAM KALIMAT DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR oleh Nunung Sitaresmi Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemakaian jenis kalimat bahasa Indonesia dalam buku teks Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap bangsa tentunya memiliki bahasa sebagai identitas, seperti Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak hanya

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah BAB 4 KESIMPULAN 4.1 Pengantar Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah didapatkan, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dan disarankan untuk penelitian selanjutnya.

Lebih terperinci

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG JURNAL ILMIAH DELVIRA SUSANTI NPM.

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG JURNAL ILMIAH DELVIRA SUSANTI NPM. KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG JURNAL ILMIAH DELVIRA SUSANTI NPM. 10080207 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT DEKLARATIF, INTEROGATIF DAN IMPERATIF DALAM TAJUK KORAN SINDO EDISI MARET 2016 ARTIKEL E-JOURNAL NURFADILAH NIM

ANALISIS KALIMAT DEKLARATIF, INTEROGATIF DAN IMPERATIF DALAM TAJUK KORAN SINDO EDISI MARET 2016 ARTIKEL E-JOURNAL NURFADILAH NIM ANALISIS KALIMAT DEKLARATIF, INTEROGATIF DAN IMPERATIF DALAM TAJUK KORAN SINDO EDISI MARET 2016 ARTIKEL E-JOURNAL NURFADILAH NIM 120388201098 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS JENIS KALIMAT PADA KARANGAN GURU-GURU SD MAHAKAM ULU KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2015

ANALISIS JENIS KALIMAT PADA KARANGAN GURU-GURU SD MAHAKAM ULU KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2015 ANALISIS JENIS KALIMAT PADA KARANGAN GURU-GURU SD MAHAKAM ULU KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Penggunaan Frasa dan Klausa Bahasa Indonesia (Kunarto) 111 PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Kunarto UPT Dinas Pendidikan Kacamatan Deket Kabupaten Lamongan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

POLA KALIMAT PADA KUMPULAN DONGENG GADIS KOREK API KARYA H.C. ANDERSEN (SUATU KAJIAN SINTAKSIS)

POLA KALIMAT PADA KUMPULAN DONGENG GADIS KOREK API KARYA H.C. ANDERSEN (SUATU KAJIAN SINTAKSIS) POLA KALIMAT PADA KUMPULAN DONGENG GADIS KOREK API KARYA H.C. ANDERSEN (SUATU KAJIAN SINTAKSIS) Veria Septianingtias Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Muhammadiyah Pringsewu email: verianingtias@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci