KONJUNGSI SUBORDINATIF BAHASA MINANGKABAU DI KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Afrima Yosi 1, Puspawati 2, Iman Laili 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONJUNGSI SUBORDINATIF BAHASA MINANGKABAU DI KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Afrima Yosi 1, Puspawati 2, Iman Laili 2"

Transkripsi

1 KONJUNGSI SUBORDINATIF BAHASA MINANGKABAU DI KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Afrima Yosi 1, Puspawati 2, Iman Laili 2 1 Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta Afrimayosi@yahoo.co.id 2 Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta Abstract Subordinate Conjunction in Minangkabau Language at Kambang Regency Pesisir Selatan Subordinate conjunction is conjunction that connect equal parts, connect one clause to others clause in sentence. This reserch have purpose to describe form and meaning of subordinate conjunction in Minangkabau Language at Kambang Regency Pesisir Selatan. In analysing form and meaning of subordinate conjunction the writer used Alwi and Chaer theory. Method that used to collectiing data is observation method and elicitation technique. Next, to analyse data the writer used substitution technique and deletion technique. Subordinate conjunction that found in Minangkabau Language at Kambang Regency Pesisir Selatan are in form of monomorphemic and polymorphemic, meanwhile meaning of subordinate conjunction are (1) time subordinate conjunction are: sajak sejak, samanjak semenjak, wakatu waktu, katiko ketika, samantaro sementara, baitu begitu, salamo selama, sasudah sesudah, sabalun sebelum, salasai selesai, dan sampai sampai ; (2) konjungsi subordinatif syarat, yaitu kalau kalau, dan asakan asalkan. (3) requirement subordinate conjunction are: saandainyo seandainya, dan umpamonyo umpamanya ; (4) purpose subordinate conjunction are: supayo supaya, dan bia biar ; (5) subordinate conjunction concesive are: walaupun walaupun, dan sunguahpun sungguhpun ; (6) comparison subordinate conjunction are: cando seperti, ibarek ibarat, dan dagipado daripada ; (7) cause subordinate conjunction is dek karena ; dan (8) result subordinate conjunction is sahinggo sehingga. Key words: subordinate conjunction, form, meaning Pendahuluan Kalimat adalah satuan bahasa yang terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut (Alwi, 1998:311). Kalimat merupakan suatu tataran yang menghubungkan kata dengan kata diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru. Keberadaan konjungsi dalam sebuah kalimat sangat diperlukan karena menjelaskan makna yang terkandung di dalam sebuah paragraf. Konjungsi berfungsi untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya. Alwi (2003:296) mengatakan bahwa konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang sederajat atau yang tidak sederajat. Konjungsi dapat menghubungkan kata dengan kata, frase dengan frase, dan klausa dengan klausa. Selain itu, Ayub Page 1

2 (1993:123) mengatakan bahwa konjungsi menghubungkan dua buah klausa atau lebih. Konjungsi juga dapat dibagi atas dua bentuk, yaitu konjungsi antarkalimat dan intrakalimat. Konjungsi antarkalimat ialah konjungsi yang menghubungkan satuan kalimat dengan kalimat lain, sedangkan konjungsi intrakalimat ialah konjungsi yang menghubungkan satuan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa. dan klausa dengan Konjungsi intrakalimat dibagi menjadi dua, yaitu konjungsi subordinatif dan konjungsi koordinatif. Konjungsi koordinatif ialah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya (Alwi, 1998:297). Konjungsi subordinatif merupakan konjungsi yang menghubungkan klausa yang satu dengan klausa lainnya, yang disebut juga dengan kalimat majemuk bertingkat. Pada pembahasan ini penulis lebih memfokuskan pembahasan pada konjungsi subordinatif dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan. Perhatikan contoh berikut. (1) Dek ka agi ayo banyak Karena akan hari raya banyak Karena hari raya sudah dekat banyak ugang mambuek kue. orang membuat kue. orang membuat kue. (2) Kalau lah ujan agi, sadionlah Kalau sudah hujan hari, sediakanlah Kalau hari hujan, sediakan payung. payuang lai. puyung lagi. payung. Pada contoh (1) dan (2), terdapat konjungsi subordinatif, yaitu dek karena (1) dan kalau kalau (2). Konjungsi dek dan kalau tersebut menghubungkan klausa satu dengan klausa yang lain. Berdasarkan contoh tersebut penulis tertarik untuk menganalisis konjungsi subordinatif dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan. Penelitian terhadap konjungsi subordinatif bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan belum pernah dilakukan sebelumnya. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sudaryanto (1992:62) deskriptif adalah penelitian yang dilakukan sematamata hanya berdasarkan pada fakta, yang memang secara empiris hidup pada penuturpenutur, sehingga yang dihasilkan atau dicatat berupa bahasa yang bersifat seperti gambar. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah metode simak. Menurut Sudaryanto (1993:133) metode simak adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan Page 2

3 menyimak penggunaan bahasa. Selanjutnya, teknik yang digunakan untuk pengumpulan data ialah teknik simak libat cakap. Teknik simak libat cakap merupakan kegiatan menyadap yang dilakukan dengan berpartisipasi sambil menyimak pembicaraan. Jadi, si peneliti terlibat langsung dalam dialog (Sudaryanto, 1993:133). Selain itu, peneliti juga menggunakan teknik rekam dan teknik catat. Teknik rekam pertama-tama dilakukan perekaman terhadap tuturan, setidaknya tujuan merekam itu cenderung perekaman dilakukan tanpa sepengetahuan informan dengan menggunakan handphone. Teknik catat dilakukan dengan pencatatan dalam kartu data sesudah teknik rekam selesai dilakukan (Sudaryanto, 1993:135). Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode agih. Menurut Sudaryanto (1993:15) metode agih merupakan alat penentunya justru bagian dari bahasa yang bersangkutan. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian adalah teknik ganti. Teknik ganti adalah untuk mengetahui kadar kesamaan atau unsur yang akan diganti, khususnya bila tataran pengganti sama dengan tataran terganti atau saling menggantikan kedua unsur. (Sudaryanto, 1993:48). Selain itu, penulis juga menggunakan teknik lesap. Menurut Sudaryanto (1993:41) teknik lesap merupakan penghilangan atau pelesapan unsur satuan lingual data. Data itu akan menghasilkan tuturan berupa bentuk ABCD unsur D dilesapkan sehingga menghasilkan ABC maka unsur D menjadi pokok perhatian (Sudaryanto, 1993:41). Penerapan teknik lesap pada penelitian ini dapat dilihat pada contoh berikut. (3) Kalau amak pai, jan Kalau ibu pergi, jangan Kalau ibu pergi, jangan menangis kau ndak. menangis kamu tidak menangis kamu. Pada data (3) terdapat konjungsi kalau kalau yang termasuk ke dalam konjungsi subordinatif syarat yang berbentuk monomerfemis. Bentuk kalau kalau dapat dilesapkan, seperti pada (3a) berikut. (3a) Amak pai, jan manangi Ibu pergi, jangan menangis Ibu pergi, kamu tidak kau ndak. kamu tidak boleh menang. Walaupun konjungsi kalau kalau pada data (3a) dilesapkan, kalimat tersebut tetap gramatikal dan makna yang ditimbulkan berubah menjadi pernyataan. Hal ini memperlihatkan bahwa pada data (3a) konjungsi kalau kalau tidak merupakan unsur yang wajib hadir atau tidak mutlak hadir. Konjungsi kalau tidak Page 3

4 dapat diganti dengan konjungsi asakan asalkan, seperti pada data (3b) berikut. (3b) *Asakan amak pai, jan Asalkan ibu pergi, jangan Asalkan ibu pergi, kamu tidak manangi kau ndak. menangis kamu tidak. boleh menangis. Pada data (3b) konjungsi kalau kalau tidak dapat diganti bentuknya dengan asakan asalkan. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi kalau kalau tidak dapat saling menggantikan dengan konjungsi asakan asalkan dan tidak memiliki makna yang sama. Hasil dan Pembahasan Pada bab ini penulis menganalisis konjungsi subordinatif bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan ditinjau dari segi bentuk dan makna. Bentuk dan makna ini akan dianalisis sekaligus. Konjungsi subordinatif yang ditemukan berbentuk monomorfemis dan polimorfemis. Sementara itu, makna konjungsi subordinatif bahasa Minangkabau yang ditemukan di Kambang Pesisir Selatan ada delapan macam, yaitu (1) konjungsi subordinatif waktu, (2) konjungsi subordinatif syarat, (3) konjungsi subordinatif pengandaian, (4) konjungsi subordinatif tujuan, (5) konjungsi subordinatif konsesif, (6) konjungsi subordinatif perbandingan, (7) konjungsi subordinatif sebab, subordinatif hasil. dan (8) konjungsi 1. Konjungsi Subordinatif Waktu Konjungsi subordinatif waktu yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan adalah sajak sejak, samanjak semenjak, wakatu waktu, katiko ketika, samantaro sementara, baitu begitu, salamo selama, sasudah sesudah, sabalun sebelum, salasai selesai, dan sampai sampai. Pemakaian konjungsi tersebut dapat diperhatikan datanya sebagai berikut. a. Konjungsi sajak sejak Pemakaian konjungsi sajak sejak dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada data berikut. (4) Ancak uma uni ti sajak Bagus rumah kakak itu sejak Rumah kakak itu bagus sejak diabean dek anake. diperbaiki oleh anaknya. diperbaiki oleh anaknya. Pada data (4) terdapat konjungsi sajak sejak. Bentuk konjungsi sajak sejak tersebut termasuk ke dalam konjungsi subordinatif waktu yang berbentuk monomorfemis. Konjungsi sajak terletak pada klausa bawahan yang berupa anak Page 4

5 kalimat. Konjungsi sajak sejak menghubungkan klausa bawahan diabean dek anake dengan klausa atasan ancak uma uni ti, Konjungsi sajak sejak pada kalimat (4) menyatakan bahwa peristiwa yang disebutkan pada klausa bawahan, yaitu diabean dek anake merupakan permulaan waktu terjadinya peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan, yaitu ancak uma uni ti. Konjungsi sajak sejak pada kalimat di atas dapat diganti dengan konjungsi samanjak semenjak, dan dek karena seperti kalimat (4a) dan (4b) berikut. (4a) Ancak uma uni ti Bagus rumah kakak itu Rumah kakak itu bagus samanjak diabean dek anake semenjak diperbaik oleh anaknya semenjak diperbaiki oleh anaknya. (4b) Ancak uma uni ti dek Bagus rumah kakak itu karena Rumah kakak itu bagus karena diabean dek anake. diperbaiki oleh anaknya. diperbaiki oleh anaknya. Setelah konjungsi sajak sejak diganti bentuknya dengan samanjak semenjak dan dek karena pada data (4a) dan (4b) kalimat tersebut tetap berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi sajak tersebut dapat saling menggantikan dengan konjungsi samanjak tanpa mengubah makna kalimat, tetapi jika diganti dengan dek karena, makna kalimat berubah. Makna yang dinyatakannya adalah makna sebab. Selain itu, konjungsi sajak sejak pada kalimat (4) dapat dilesapkan, seperti kalimat (4c) berikut. (4c) Ancak uma uni ti diabean Bagus rumah kakak itu diperbaiki Rumah kakak itu bagus diperbaiki dek anake. oleh anaknya. oleh anaknya. Kalimat (4c) tersebut masih berterima walaupun konjungsinya dilesapkan. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi sajak sejak pada kalimat tersebut tidak mutlak ada. Dengan kata lain, konjungsi sajak sejak tidak merupakan unsur inti dalam kalimat (4). Selain itu, kalimat (4c) tidak lagi menunjukkan hubungan waktu. Artinya hubungan makna yang muncul menjadi tidak jelas setelah konjungsinya dilesapkan. 2. Konjungsi Subordinatif Syarat Konjungsi subordinatif syarat dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan yang ditemukan adalah konjungsi kalau kalau dan asakan asalkan. a. Konjungsi kalau kalau Konjungsi kalau kalau yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisr Selatan dapat dilihat datanya sebagai berikut. (5) Jan mangeceke kau lai kalau indak ka tau Page 5

6 Pada Jangan berbicaranya kamu lagi kalau tidak kan mengerti Jangan bicara kamu kalau tidak mengerti kecek ugang. pembicaraan orang. pembicaraan orang. data (5) terdapat konjungsi kalau kalau. Bentuk konjungsi kalau termasuk ke dalam konjungsi subordinatif syarat yang berbentuk monomorfemis. Konjungsi kalau kalau terletak pada klausa bawahan yang berupa anak kalimat. Konjungsi kalau menghubungkan klausa atasan jan mangecek kau lai dengan klausa bawahan indak ka tau kecek ugang. Konjungsi kalau kalau pada kalimat (5) menyatakan makna bahwa peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan, yaitu jan mangecek kau lai menyatakan syarat terjadinya peristiwa yang disebutkan pada klausa bawahan, yaitu indak ka tau kecek ugang. Konjungsi kalau pada kalimat di atas tidak dapat dilesapkan seperti (5a) berikut. (5a) *Jan mangeceke kau lai Jangan berbicaranya kamu lagi Jangan berbicara kamu indak ka tidak kan tidak akan tau mengerti kecek ugang. perkataan orang. perkataan orang. Kalimat (5a) tersebut tidak berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi kalau pada kalimat tersebut mutlak ada. Dengan kata lain, konjungsi kalau merupakan unsur inti. Konjungsi kalau kalau setelah dilesapkan masih termasuk ke dalam konjungsi subordinatif syarat tetapi dari segi makna berubah. Konjungsi kalau kalau tidak dapat saling menggantikan dengan konjungsi asakan asalkan seperti pada (5b) berikut (5b) *Jan mangeceke kau lai Jangan bicara kamu lagi Jangan berbicara kamu asakan indak ka tau asalkan tidak akan mengerti asalkan tidak mengerti kecek ugang perkataan orang perkataan orang. Setelah konjungsi kalau kalau diganti dengan konjungsi asakan asalkan, kalimat tersebut tidak gramatikal. 3. Konjungsi Subordinatif Pengandaian Konjungsi subordinatif pengandaian dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan adalah konjungsi saandainyo seandainya dan umpamonyo umpamanya. a. Konjungsi saandainyo seandainya Konjungsi saandainyo seandainya yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat datanya sebagai berikut. Page 6

7 (6) Den ka badua di Saya akan bersyukuran di Saya akan bersyukuran di uma saandainyo anak den sehat rumah seandainya anak saya sehat rumah seandainya anak saya sehat dagi panyakike. dari penyakitnya. dari penyakit. Pada data (6) di atas terdapat konjungsi saandainyo seandainya yang terletak pada klausa bawahan yang berupa anak kalimat. Bentuk konjungsi saandainyo termasuk ke dalam konjungsi pengandaian yang berbentuk polimorfemis, yaitu saandai + nyo menjadi saandainyo. Konjungsi saandainyo menghubungkan klausa bawahan anak den sehat dagi panyakike dengan klausa atasan den ka badua di uma. Konjungsi saandainyo seandainya pada kalimat (6) menyatakan makna bahwa peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan, yaitu den ka badua di uma, menyatakan pengandaian terhadap peristiwa yang disebutkan pada klausa bawahan, yaitu anak den sehat dagi panyakike. Konjungsi saandainyo pada kalimat di atas tidak dapat dilesapkan, seperti (17a) berikut. (6a) *Den ka badua di Saya akan bersyukuran di Saya akan bersyukuran di uma anak den sehat dagi rumah anak saya sehat dari rumah anak saya sehat dari panyakike. penyakitnya penyakitnya. Kalimat (6a) tersebut tidak berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi saandainyo seandainya pada kalimat tersebut mutlak ada. Dengan kata lain, konjungsi saandainyo merupakan unsur inti. Konjungsi saandainyo seandainya dapat diganti dengan konjungsi umpamonyo umpamanya, seperti (6b) berikut. (6b) Den ka badua di uma Saya akan bersyukuran di rumah Saya akan bersyukuran di rumah umpamonyo anak den sehat umpamanya anak saya sehat umpamanya anak saya sehat dagi panyakike. dari penyakitnya. dari penyakitnya. Setelah konjungsi saandainyo seandainya diganti bentuknya dengan umpamonyo umpamanya pada data (6b) kalimat tersebut masih berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi saandainyo seandainya tersebut dapat saling menggantikan dengan konjungsi umpamonyo umpamanya tanpa mengubah makna kalimat. 4. Konjungsi Subordinatif Tujuan Konjungsi subordinatif tujuan yang terdapat dalam bahasa Minangkabau di Page 7

8 Kambang Kabupaten Pesisir Selatan adalah supayo supaya dan bia biar. a. Konjungsi supayo supaya Konjungsi supayo supaya yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Kamabang Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat datanya sebagai berikut. (7) Supayo mangga ko labek Supaya mangga ini banyak Supaya mangga ini banyak bua, agia pupuak. buah, beri pupuk. buahnya, beri pupuk. Pada data (7) terdapat konjungsi supayo supaya yang terletak pada klausa bawahan yang berupa anak kalimat. Bentuk konjungsi supayo supaya termasuk ke dalam konjungsi subordinatif tujuan yang berbentuk monomorfemis. Konjungsi supayo supaya menghubungkan klausa bawahan mangga ko labek bua dengan klausa atasan agia pupuak. Konjungsi supayo supaya pada kalimat (7) menyatakan makna bahwa peristiwa yang disebutkan pada klausa bawahan, yaitu mangga ko labek bua menyatakan tujuan terjadinya peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan, yaitu agia pupuak. Konjungsi supayo supaya pada kalimat (7) tidak dapat dilesapkan, seperti (7a) berikut. (7a) *Mangga ko labek bua Mangga ini banyak buah Mangga ini banyak buah agia pupuak. kasih pupuk. kasih pupuk. Kalimat (7a) tersebut tidak berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi supayo supaya tersebut mutlak ada. Dengan kata lain, konjungsi supayo supaya merupakan unsur yang wajib ada pada data (7). 5. Konjungsi Subordinatif Konsesif Konjungsi subordinatif konsesif terdapat dalam bahasa Minangkabau Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu walaupun walaupun dan sungguahpun sungguhpun. a. Konjungsi walaupun walaupun Pemakaian konjungsi walaupun walaupun yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat datanya sebagai berikut. (8) Walaupun inyo ala Walaupun dia telah Walaupun dia telah mempunyai babini, inyo tetap mempunyai istri, dia tetap mempunyai istri, dia tetap muagia memberi memberi amake piti balanjo. ibunya uang belanja. ibunya uang belanja. Page 8

9 Pada data (8) terdapat konjungsi walaupun yang terletak pada klausa bawahan yang berupa anak kalimat. Bentuk konjungsi walaupun termasuk ke dalam konjungsi subordinatif konsesif yang berbentuk polimorfemis, yaitu walau + pun menjadi walaupun. Konjungsi walaupun menghubungkan klausa bawahan inyo ala babini dengan klausa atasan inyo tetap muagia amake piti balanjo. Konjungsi walaupun pada kalimat (8) menyatakan makna bahwa peristiwa yang disebutkan pada klausa bawahan, yaitu inyo ala babini menyatakan konsesif dengan peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan, yaitu inyo tetap muagia amake piti balanjo. Konjungsi walaupun pada kalimat di atas dilesapkan, seperti (8a) berikut. (8a) Inyo ala babini, inyo Dia telah mempunyai istri, dia Dia telah mempunyai istri, dia tetap muagia tetap meberi tetap member amake piti balanjo. ibunya uang belanja. ibunya uang belanja. dapat Kalimat (8a) tersebut berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi walaupun pada kalimat tersebut tidak mutlak ada. Dengan kata lain, konjungsi walaupun walaupun tidak merupakan unsur inti. 6. Konjungsi Subordinatif Perbandingan Konjungsi subordinatif perbandingan yang terdapat dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan adalah, konjungsi cando seperti, ibarek ibarat, dan dagipado daripada. a. Konjungsi cando seperti Pemakaian konjungsi cando seperti yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat berikut ini. (9) Unang ti sayang pado Ifa, Kakak itu sayang pada Ifa, Kakak sayang pada Ifa, cando nyo sayang ka adiake. seperti dia sayang kepada adiknya seperti dia sayang kepada adiknya. Pada data (9) terdapat konjungsi cando seperti. Bentuk konjungsi cando seperti termasuk ke dalam konjungsi subordinatif perbandingan yang berbentuk monomorfemis. Konjungsi cando seperti menghubungkan klausa bawahan nyo sayang ka adiake dengan klausa atasan unang sayang kapado Ifa. Konjungsi cando seperti pada kalimat (9) menyatakan bahwa peristiwa yang disebutkan pada klausa bawahan, yaitu nyo sayang ka adiake merupakan pembanding dengan peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan, yaitu unang ti sayang pado Ifa. Konjungsi cando seperti tidak dapat dilesapkan, seperti (9a) berikut. (9a) *Unang ti sayang pado Ifa, Page 9

10 Kakak itu sayang pada Ifa, Kakak sayang pada Ifa, nyo sayang ka dia sayang kepada dia sayang kepada adiake. adiknya. adiknya. Kalimat (9a) tersebut tidak berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi cando seperti pada kalimat tersebut mutlak ada. Dengan kata lain, konjungsi cando seperti merupakan unsur yang wajib ada. 7. Konjungsi Subordinatif Sebab Konjungsi subordinatif sebab yang terdapat dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan adalah dek karano dan karano karena. Pemakaian konjungsi dek karano dan karano karena pada bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat datanya sebagai berikut. (10) Dek karyawan buanti, Yuni Karena karyawan berhenti, Yuni Karena karyawan berhenti, Yuni tapaso bajaga sugang. terpaksa jualan sendiri terpaksa berjualan sendiri. Pada data (10) di atas terdapat konjungsi dek karena. Bentuk konjungsi dek karena termasuk ke dalam konjungsi subordinatif sebab yang berbentuk monomorfemis. Konjungsi dek karena menghubungkan klausa bawahan karyawan buanti dengan klausa atasan Yuni tapaso bajaga sugang, dan menghubungkan klausa atasan ugang ti ndak picayo samo uda de dengan klausa bawahan uda ti pancalia bana. Konjungsi dek karena pada kalimat (10) menyatakan makna bahwa peristiwa yang disebutkan pada klausa bawahan, yaitu karyawan buanti menyatakan sebab terjadinya peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan, yaitu Yuni tapaso bajaga sugang, Konjungsi dek pada kalimat di atas dapat dilesapkan, seperti (10a) berikut. (10a) Karyawan buanti, Yuni Karyawan berhenti, Yuni Karyawan berhenti, yuni tapaso bajaga surang. terpaksa jualan sendiri terpaksa berjualan sendiri. Kalimat (10a) tersebut dapat berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi dek karena pada kalimat tersebut tidak mutlak ada. Dengan kata lain, konjungsi dek dan karano karena tidak merupakan unsur inti. 8. Konjungsi Subordinatif Hasil Konjungsi subordinatif hasil yang terdapat dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan adalah sahinggo sehingga. Pemakaian konjungsi sahinggo sehingga pada bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Page 10

11 Pesisir Selatan dapat dilihat datanya sebagai berikut. (11) Adiak yo unang bacakak Adik dengan kakak berkelahi Adik dengan kakak berkelahi Adik dengan kakak berkelahi Adik dengan kakak berkelahi terus tarui, indak ado terus, tidak ada hingga tidak ada tarui sahinggo indak ado terus sehingga tidak ada terus sehingga tidak ada aman di dalam uma kedamaian di dalam rumah kedamaian di dalam rumah. ti. Itu. Pada data (11) di atas terdapat konjungsi sahinggo sehingga yang terletak pada klausa bawahan yang berupa anak kalimat. Bentuk konjungsi sahinggo sehingga termasuk ke dalam konjungsi subordinatif hasil yang berbentuk monomorfemis. Konjungsi sahinggo sehingga menghubungkan klausa bawahan indak ado aman di dalam uma ti dengan klausa atasan adiak yo unang bacakak tarui. Konjungsi sahinggo sehingga pada kalimat (11) menyatakan bahwa peristiwa yang disebutkan pada klausa bawahan, yaitu indak ado aman di dalam uma ti menyatakan hasil dari peristiwa yang disebutkan pada klausa atasan yaitu adiak yo unang bacakak tarui. Konjungsi sahinggo sehingga dapat dilesapkan, seperti (11a) berikut. (11a) Adiak yo unang bacakak aman di dalam umah ti. kedamaian di dalam rumah itu. kedamaian di dalam rumah. Kalimat (11a) tersebut berterima. Hal ini menunjukkan bahwa konjungsi sahinggo sehingga pada kalimat tersebut tidak mutlak ada. Dengan kata lain, konjungsi sahinggo sehingga tidak merupakan unsur inti. Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang sudah ditemukan pada bab IV, dapat disimpulkan: (1) Berdasarkan bentuk konjungsi subordinatif dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu berbentuk monomorfemis dan polimorfemis. (2) Berdasarkan makna, konjungsi subordinatif dalam bahasa Minangkabau di Kambang Kabupaten Pesisir Selatan ditemukan delapan macam, yaitu (a) konjungsi subordinatif waktu, (b) konjungsi subordinatif syarat, (c) konjungsi subordinatif pengandaian, (d) Page 11

12 konjungsi subordinatif tujuan, (e) konjungsi subordinatif konsensif, (f) konjungsi subordinatif perbandingan, (g) konjungsi subordinatif sebab, dan (h) konjungsi subordinatif hasil. (3) Konjungsi subordinatif sajak sejak, wakatu waktu, katiko ketika, samantaro sementara, baitu begitu, asakan asalkan, bia biar, walaupun walaupun, dan sahinggo sehingga, dapat dilesapkan, maknanya tetap gramatikal. (4) Konjungsi subordinatif samanjak semenjak, salamo selama, sasuda sesudah, sabalun sebelum, salasai selesai, sampai sampai, kalau kalau, saandainyo seandainya, umpamonyo umpamanya, supayo supaya, sungguahpun sungguhpun, cando seperti, ibarek ibarat, dan dagipado daripada, tidak dapat dilesapkan maknanya tidak gramatikal (5) Konjungsi subordinatif yang dapat diganti dengan makna yang sama, yaitu sajak sejak dengan samanjak samanjak dan dek karena ; samanjak semenjak dapat diganti dengan sajak sejak ; katiko ketika dapat diganti dengan wakatu waktu ; wakatu waktu dapat diganti dengan katiko ketika, samantaro sementara, dan salamo selama ; baitu begitu dapat diganti dengan sasuda sesudah ; sasuda sesudah dapat diganti dengan salasai selesai ; salasai selesai dapat diganti dengan sasuda sesudah ; asakan asalkan dapat diganti dengan kalau kalau ; saandainyo seandainya dapat diganti dengan umpamonyo umpamanya ; umpamonyo umpamanya dapat diganti dengan saandainyo seandainya. (6) Konjungsi subordinatif yang tidak dapat diganti, yaitu salamo selama; sabalun sebelum ; sampai sampai ; kalau kalau ; supayo supaya ; bia biar ; walaupun walaupun ; sungguahpun sungguhpun ; cando seperti ; ibarek ibarat ; dagipado daripada ; dek, karano karena ; dan sahinggo sehingga. Ucapan Terima Kasih Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah swt karena hanya dengan rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Konjungsi Subordinatif Bahasa Minangkabau di Kambang Pesisir Selatan. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta Padang. Page 12

13 Dalam melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: Ibu Dra. Hj. Puspawati, M. S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Bung Hatta dan Ibu Tienn Immerry, S.S., M. Hum. selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Bung Hatta, yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini; Ibu Dra. Hj. Puspawati, M. S. selaku pembimbing I dan Ibu Dra. Iman Laili, M. Hum. selaku pembimbing II, yang telah memberikan arahan, motivasi, ide-ide, saran, dan kritik kepada penulis, serta memberikan waktu untuk kelancaran penulisan skripsi; Ibu Dra. Elvina A. Saibi, M. Hum. selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia dan Ibu Dra. Aimifrina, M. Hum. selaku Sekretaris Jurusan Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan kepada penulis; Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen khususnya Jurusan Sastra Indonesia Universitas Bung Hatta yang telah memberikan ilmu dan seluruh staf karyawan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Bung Hatta yang telah membantu penulis dalam urusan akademik; Kepada ibunda, ayahnda, dan seluruh keluarga tersayang dan tercinta yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran serta memberikan dukungan moral dan materil, terima kasih atas semua pengorbanan, kepercayaan, dan dorongan serta kasih sayang yang diberikan; Teman-teman Sastra Indonesia seperjuangan yang selalu memberikan bantuan, dorongan, saran, dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini; Akhir kata, dengan ketulusan hati penulisan senantiasa menerima masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan.dkk Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ayub, Asni. dkk Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Pusat Pembimbing dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Chaer, Abdul Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sudaryanto Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Page 13

14 Triyani, Silvie Ketepatan Penggunaan Konjungsi Antar kalimat dalam Karangan Narasi Siswa Kelas X SMA Negeri 6 Padang. Skripsi. Padang: Universitas Bung Hatta. Page 14

untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Humaniora

untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Humaniora KALIMAT IMPERATIF BAHASA MINANGKABAU DI LUBUK MALAKO SOLOK SELATAN ARTIKEL untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Humaniora OLEH FITRI IRDA GUSTI NPM 0910014111022 JURUSAN SASTRA

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Budaya pada Jurusan Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial masyarakat. Noviatri dan Reniwati (2010:4) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial masyarakat. Noviatri dan Reniwati (2010:4) menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Parker (dalam Noviatri dan Reniwati 2010:4), pada komponenkomponen bahasa manusia, baik bahasa yang dipakai manusia di masa lampau, maupun sekarang, dijumpai

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011 ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT MAJEMUK SETARA RUBRIK SUPERSOCCER PADA KORAN SATELITEPOST

ANALISIS KALIMAT MAJEMUK SETARA RUBRIK SUPERSOCCER PADA KORAN SATELITEPOST ANALISIS KALIMAT MAJEMUK SETARA RUBRIK SUPERSOCCER PADA KORAN SATELITEPOST SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) oleh HARIYANTO 1101040107 PROGRAM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENANDA WAKTU DALAM BAHASA MINANGKABAU DAERAH BALAI SELASA KABUPATEN PESISIR SELATAN: KAJIAN STRUKTUR

PENANDA WAKTU DALAM BAHASA MINANGKABAU DAERAH BALAI SELASA KABUPATEN PESISIR SELATAN: KAJIAN STRUKTUR PENANDA WAKTU DALAM BAHASA MINANGKABAU DAERAH BALAI SELASA KABUPATEN PESISIR SELATAN: KAJIAN STRUKTUR Winda¹, Iman Laili 2 Elvina A. Saibi² ¹ Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

ANALISIS KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS XII IPS 3 SMA NEGERI 1 SUMBERLAWANG SKRIPSI

ANALISIS KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS XII IPS 3 SMA NEGERI 1 SUMBERLAWANG SKRIPSI ANALISIS KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS XII IPS 3 SMA NEGERI 1 SUMBERLAWANG SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

PRONOMINA BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN LADANG PANJANG KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN: KAJIANSTRUKTUR.

PRONOMINA BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN LADANG PANJANG KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN: KAJIANSTRUKTUR. PRONOMINA BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN LADANG PANJANG KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN: KAJIANSTRUKTUR Yenti 1, Elvina A. Saibi 2, Iman Laili 2 1 Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: Sinta Candra Timur A

Diajukan Oleh: Sinta Candra Timur A KONJUNGSI ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA DI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS KLAUSA SUBORDINASI DALAM WACANA BERITA OTOMOTIF PADA TABLOID OTOMOTIF NOVEMBER 2016

ANALISIS KLAUSA SUBORDINASI DALAM WACANA BERITA OTOMOTIF PADA TABLOID OTOMOTIF NOVEMBER 2016 ANALISIS KLAUSA SUBORDINASI DALAM WACANA BERITA OTOMOTIF PADA TABLOID OTOMOTIF NOVEMBER 2016 Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh RIZKI SETYO WIDODO 1201040076 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII C SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA

ANALISIS BENTUK KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII C SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA ANALISIS BENTUK KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII C SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi.di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak

Lebih terperinci

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT AS-SAJDAH

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT AS-SAJDAH RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT AS-SAJDAH SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Diajukan

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT INTEROGATIF DALAM BAHASA MINANGKABAU DI NAGARI KUNANGAN PARIT RANTANG KABUPATEN SIJUNJUNG Febri Mayora 1, Puspawati 2, Iman Laili 2

BENTUK KALIMAT INTEROGATIF DALAM BAHASA MINANGKABAU DI NAGARI KUNANGAN PARIT RANTANG KABUPATEN SIJUNJUNG Febri Mayora 1, Puspawati 2, Iman Laili 2 BENTUK KALIMAT INTEROGATIF DALAM BAHASA MINANGKABAU DI NAGARI KUNANGAN PARIT RANTANG KABUPATEN SIJUNJUNG Febri Mayora 1, Puspawati 2, Iman Laili 2 1) Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,Universitas

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA Himawatul Azmi Nur dan Prembayun Miji Lestari Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, FBS, Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat

Lebih terperinci

ANALISIS PENULISAN TANDA BACA, HURUF KAPITAL, DAN KATA TIDAK BAKU PADA KARANGAN SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 2 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2013/2014

ANALISIS PENULISAN TANDA BACA, HURUF KAPITAL, DAN KATA TIDAK BAKU PADA KARANGAN SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 2 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2013/2014 ANALISIS PENULISAN TANDA BACA, HURUF KAPITAL, DAN KATA TIDAK BAKU PADA KARANGAN SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 2 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Konjungsi yang Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro moejid70@gmail.com Abstract Conjunctions are derived from the basic + affixes, broadly grouped into two, namely the coordinative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, bahasa berfungsi

Lebih terperinci

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF Kalimat Tanya Peserta (Dewi Restiani) 1 KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF INTERROGATIVE SENTENCE OF SMART GENIUS TUTORING CENTER S STUDENTS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih 51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan

Lebih terperinci

KAJIAN DIALEK DALAM CAMPUR KODE TUTURAN MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)

KAJIAN DIALEK DALAM CAMPUR KODE TUTURAN MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK) 1 KAJIAN DIALEK DALAM CAMPUR KODE TUTURAN MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa (Ramlan, 2008:39). Tanpa kehadiran konjungsi, adakalanya

Lebih terperinci

KONJUNGSI ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA DI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN

KONJUNGSI ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA DI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN KONJUNGSI ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA DI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013 ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung menggunakan ragam lisan. Dalam ragam lisan terdapat kekhususan atau kekhasan suatu bahasa. Salah satu

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS Oleh Suci Sundusiah 1. Klausa sebagai Pembentuk Kalimat Majemuk Dalam kajian struktur bahasa Indonesia, kumpulan dua kluasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

HUBUNGAN SEMANTIS ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA KUMPULAN CERPEN BERJUANG DI TANAH RANTAU KARYA A. FUADI, DKK.

HUBUNGAN SEMANTIS ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA KUMPULAN CERPEN BERJUANG DI TANAH RANTAU KARYA A. FUADI, DKK. Hubungan semantis antarklausa (Siti Maghfirotun M) 85 HUBUNGAN SEMANTIS ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA KUMPULAN CERPEN BERJUANG DI TANAH RANTAU KARYA A. FUADI, DKK. THE INTER-CLAUSE SEMANTIC RELATION

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN EYD PADA SURAT PRIBADI SISWA KELAS VII SMP N 3 PURWOKERTO TAHUN AJARAN

ANALISIS PENGGUNAAN EYD PADA SURAT PRIBADI SISWA KELAS VII SMP N 3 PURWOKERTO TAHUN AJARAN ANALISIS PENGGUNAAN EYD PADA SURAT PRIBADI SISWA KELAS VII SMP N 3 PURWOKERTO TAHUN AJARAN 2015-2016 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia NIKEN

Lebih terperinci

KEUTUHAN STRUKTUR WACANA OPINI DALAM MEDIA MASSA CETAK KOMPAS EDISI BULAN MARET 2012

KEUTUHAN STRUKTUR WACANA OPINI DALAM MEDIA MASSA CETAK KOMPAS EDISI BULAN MARET 2012 KEUTUHAN STRUKTUR WACANA OPINI DALAM MEDIA MASSA CETAK KOMPAS EDISI BULAN MARET 2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI DAN MAKNA DENOTATIF KATA KERJA PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAH ALFAJR

PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI DAN MAKNA DENOTATIF KATA KERJA PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAH ALFAJR PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI DAN MAKNA DENOTATIF KATA KERJA PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAH ALFAJR SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

Oktorita Kissanti Rahayu

Oktorita Kissanti Rahayu PEMAKAIAN KONJUNGSI PADA BAHASA PERCAKAPAN ANAK USIA 7-9 TAHUN DI DESA PABELAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Juni 2013 KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMAN 1 REBANG TANGKAS TP 2012/2013

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Juni 2013 KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMAN 1 REBANG TANGKAS TP 2012/2013 KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA KELAS X SMAN 1 REBANG TANGKAS TP 2012/2013 Oleh Esi Pitriani 1 Siti Samhati 2 Eka Sofia Agustina 3 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Email: Esi.pitriany@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya ilmiah merupakan salah satu bentuk wacana tulis yang dilakukan berdasarkan prosedur ilmiah. Karya ilmiah merupakan suatu tulisan yang dihasilkan oleh seseorang

Lebih terperinci

ANALISIS KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERPEN DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI MINGGUAN BULAN MEI 2013

ANALISIS KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERPEN DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI MINGGUAN BULAN MEI 2013 NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERPEN DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI MINGGUAN BULAN MEI 2013 Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF DALAM DAKWAH DI RADIO NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF DALAM DAKWAH DI RADIO NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF DALAM DAKWAH DI RADIO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan BahasaSastra

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SIBERUT SELATAN E- JURNAL ILMIAH

PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SIBERUT SELATAN E- JURNAL ILMIAH PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SIBERUT SELATAN E- JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1) MORGENTINA

Lebih terperinci

ADVERB OF MINANGKABAU LANGUAGE IN SINGGALANG NEWSPAPER

ADVERB OF MINANGKABAU LANGUAGE IN SINGGALANG NEWSPAPER ADVERB OF MINANGKABAU LANGUAGE IN SINGGALANG NEWSPAPER Ruci Anggraini 1, Eriza Nelfi 2, Elvina A. Saibi 2 1 Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,Universitas Bung Hatta E-mail : ruci_

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN KALIMAT KOMPLEKS BAHASA INDONESIA DALAM BAHASA LISAN ANAK USIA 4-5 TAHUN SKRIPSI MAYA ANGELIKA SEMBIRING NIM

PEMEROLEHAN KALIMAT KOMPLEKS BAHASA INDONESIA DALAM BAHASA LISAN ANAK USIA 4-5 TAHUN SKRIPSI MAYA ANGELIKA SEMBIRING NIM PEMEROLEHAN KALIMAT KOMPLEKS BAHASA INDONESIA DALAM BAHASA LISAN ANAK USIA 4-5 TAHUN SKRIPSI MAYA ANGELIKA SEMBIRING NIM 120701018 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

ANALISIS KONJUNGSI SUBORDINATIF WAKTU DAN KONSESIF PADA NOVEL EDENSOR KARYA ANDREA HIRATA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

ANALISIS KONJUNGSI SUBORDINATIF WAKTU DAN KONSESIF PADA NOVEL EDENSOR KARYA ANDREA HIRATA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan ANALISIS KONJUNGSI SUBORDINATIF WAKTU DAN KONSESIF PADA NOVEL EDENSOR KARYA ANDREA HIRATA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT 1 CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN Dina Oktavia¹, Putri Dian Afrinda², Risa Yulisna² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

KALIMAT TANYA PADA FILM DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAYZ Susi Rahmi 1, Iman Laili 2, Puspawati 2.

KALIMAT TANYA PADA FILM DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAYZ Susi Rahmi 1, Iman Laili 2, Puspawati 2. KALIMAT TANYA PADA FILM DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAYZ Susi Rahmi 1, Iman Laili 2, Puspawati 2 1 Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta E-mail

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI SKRIPSI

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI  SKRIPSI 0 ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI HTTP://WWW.E-SMARTSCHOOL.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V. ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN SISWA KELAS V MI MUHAMMADIYAH KLOPOGODO, KECAMATAN GOMBONG, KABUPATEN KEBUMEN, TAHUN 2014/2015 Oleh: Sri Wardani Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu FUNGSI ETERANGAN DALAM ALIMAT MAJEMU BERTINGAT DALAM OMPAS MINGGU TRULI ANJAR YANTI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Minangkabau

Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Minangkabau Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Minangkabau Iman Laili Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Abstract: Demonstrative pronouns in Minangkabau language consist of demonstrative

Lebih terperinci

ANALISIS KONJUNGSI ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAH AL HAJJ

ANALISIS KONJUNGSI ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAH AL HAJJ ANALISIS KONJUNGSI ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAH AL HAJJ SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT EMOSIONAL MARAH DI KENAGARIAN LUBUK BASUNG KECAMATAN SANGKIR KABUPATEN AGAM Mira Novianti 1, Iman Laili 2, Puspawati 2

ANALISIS KALIMAT EMOSIONAL MARAH DI KENAGARIAN LUBUK BASUNG KECAMATAN SANGKIR KABUPATEN AGAM Mira Novianti 1, Iman Laili 2, Puspawati 2 ANALISIS KALIMAT EMOSIONAL MARAH DI KENAGARIAN LUBUK BASUNG KECAMATAN SANGKIR KABUPATEN AGAM Mira Novianti 1, Iman Laili 2, Puspawati 2 1 Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF DALAM DAKWAH DI RADIO SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhiSebagaiPersyaratan

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF DALAM DAKWAH DI RADIO SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhiSebagaiPersyaratan ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF DALAM DAKWAH DI RADIO SKRIPSI DiajukanUntukMemenuhiSebagaiPersyaratan GunaMencapaiDerajat Sarjana S-1 PendidikanBahasaSastra Indonesia

Lebih terperinci

Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS KESALAHAN KEBAHASAAN DALAM SURAT DINAS DI KANTOR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2014 DAN 2015 DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA DALAM RANGKA PEMBELAJARAN MENULIS SURAT

Lebih terperinci

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS KESALAHAN KEBAHASAAN PADA HASIL KARANGAN SISWA KELAS X SMK TAMTAMA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI

KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI p-issn 2086-6356 e-issn 2614-3674 Vol. 8, No. 2, September 2017, Hal. 59-63 KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI Rahmad Hidayat 1,

Lebih terperinci

ANALISIS KONJUNGSI PADA TERJEMAHAN SURAT AN NISA SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar S-1

ANALISIS KONJUNGSI PADA TERJEMAHAN SURAT AN NISA SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar S-1 ANALISIS KONJUNGSI PADA TERJEMAHAN SURAT AN NISA SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Disusun Oleh: ARIEF ABDILLAH FIKRI A 310

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Itulah gunanya tertib berbahasa yang sehari-hari disebut tata bahasa. Tata

BAB I PENDAHULUAN. Itulah gunanya tertib berbahasa yang sehari-hari disebut tata bahasa. Tata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa baku bahasa yang mempunyai pengaruh dalam segi bahasa di Indonesia. Tidak memandang siapapun yang memakai bahasa Indonesia, menggunakan dua macam bahasa yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENENTU PEMILIHAN BENTUK ORTOGRAFIS DALAM BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE)

FAKTOR-FAKTOR PENENTU PEMILIHAN BENTUK ORTOGRAFIS DALAM BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) FAKTOR-FAKTOR PENENTU PEMILIHAN BENTUK ORTOGRAFIS DALAM BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) SKRIPSI Oleh Indah Sri Wulandari NIM 030110201028 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS JEMBER

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X MA HUSNUL RI AYAH SITUBONDO

PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X MA HUSNUL RI AYAH SITUBONDO PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X MA HUSNUL RI AYAH SITUBONDO SKRIPSI Oleh Ely Hidayati NIM 070210402086 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

POLA KALIMAT PADA KUMPULAN DONGENG GADIS KOREK API KARYA H.C. ANDERSEN (SUATU KAJIAN SINTAKSIS)

POLA KALIMAT PADA KUMPULAN DONGENG GADIS KOREK API KARYA H.C. ANDERSEN (SUATU KAJIAN SINTAKSIS) POLA KALIMAT PADA KUMPULAN DONGENG GADIS KOREK API KARYA H.C. ANDERSEN (SUATU KAJIAN SINTAKSIS) Veria Septianingtias Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Muhammadiyah Pringsewu email: verianingtias@gmail.com

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

FORM OF IMPERATIVE SENTENCE IN MINANGKABAU LANGUAGE, SUPAYANG VILLAGE, PAYUNG SEKAKI DISTRICT, SOLOK REGENCY

FORM OF IMPERATIVE SENTENCE IN MINANGKABAU LANGUAGE, SUPAYANG VILLAGE, PAYUNG SEKAKI DISTRICT, SOLOK REGENCY FORM OF IMPERATIVE SENTENCE IN MINANGKABAU LANGUAGE, SUPAYANG VILLAGE, PAYUNG SEKAKI DISTRICT, SOLOK REGENCY Nurfitra Anska 1, Iman Laili 2, Eriza Nelfi 2 1) Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas

Lebih terperinci

KLAUSA RELATIF BAHASA INDONESIA: Suatu Tinjauan Sintaksis

KLAUSA RELATIF BAHASA INDONESIA: Suatu Tinjauan Sintaksis KLAUSA RELATIF BAHASA INDONESIA: Suatu Tinjauan Sintaksis SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU Ditulis Kepada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA DALAM JUAL BELI HANDPHONE DAN AKSESORIS HANDPHONE DI SURAKARTA: Suatu Pendekatan Sosiolinguistik

PEMAKAIAN BAHASA DALAM JUAL BELI HANDPHONE DAN AKSESORIS HANDPHONE DI SURAKARTA: Suatu Pendekatan Sosiolinguistik PEMAKAIAN BAHASA DALAM JUAL BELI HANDPHONE DAN AKSESORIS HANDPHONE DI SURAKARTA: Suatu Pendekatan Sosiolinguistik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DIAN TITISARI A

NASKAH PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DIAN TITISARI A KARAKTERISTIK PENGGUNAAN BAHASA INDONESI SEBAGAI BAHASA IBU PADA ANAK USIA 2-6 TAHUN DI PERUMAHAN GRIYA MAYANG PERMAI, KECAMATAAN GATAK, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA MINANGKABAU DALAM TINDAK TUTUR ANAK KEPADA ORANG YANG LEBIH TUA DI KENAGARIAN SUNUR KECAMATAN NAN SABARIS KABUPATEN PADANG PARIAMAN Ayu Wahyuni 1), Gusnetti 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

JENIS DAN MAKNA KONJUNGSI PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAH AL-MA IDAH

JENIS DAN MAKNA KONJUNGSI PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAH AL-MA IDAH JENIS DAN MAKNA KONJUNGSI PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAH AL-MA IDAH Intan Suri Maulani 1, Ermanto 2, Novia Juita 3 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang, Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA CERPEN LINTAH DALAM BUKU KUMPULAN CERPEN MEREKA BILANG SAYA MONYET KARYA DJENAR MAESA AYU

ANALISIS WACANA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA CERPEN LINTAH DALAM BUKU KUMPULAN CERPEN MEREKA BILANG SAYA MONYET KARYA DJENAR MAESA AYU ANALISIS WACANA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA CERPEN LINTAH DALAM BUKU KUMPULAN CERPEN MEREKA BILANG SAYA MONYET KARYA DJENAR MAESA AYU Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN SISWA KELAS V SDN SOROPADAN 108 LAWEYAN

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN SISWA KELAS V SDN SOROPADAN 108 LAWEYAN ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN SISWA KELAS V SDN SOROPADAN 108 LAWEYAN NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra,

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAH AL AHZAB

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAH AL AHZAB ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN SURAH AL AHZAB SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE Pelesapan Fungsi. (Satya Dwi) 128 PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE Oleh: Satya Dwi Nur Rahmanto,

Lebih terperinci

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) Doretha Amaya Dhori 1, Wahyudi Rahmat², Ria Satini² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI DAN TANDA BACA DALAM TEKS LHO PADA SISWA SMA KELAS X

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI DAN TANDA BACA DALAM TEKS LHO PADA SISWA SMA KELAS X P ISSN 2614-624X E ISSN 2614-6231 DOI: http://dx.doi.org/10.22460/p.v1i2p%25p.128 ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI DAN TANDA BACA DALAM TEKS LHO PADA SISWA SMA KELAS X Bella Novita 1, Endri Luki Pauji 2,

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA PEDAGANG SAYUR DALAM MELAYANI PEMBELI DI PASAR KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

KESANTUNAN BERBAHASA PEDAGANG SAYUR DALAM MELAYANI PEMBELI DI PASAR KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN 1 KESANTUNAN BERBAHASA PEDAGANG SAYUR DALAM MELAYANI PEMBELI DI PASAR KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Mutya Ramanda 1), Yetty Morelent 2), Romi Isnanda 2). 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

INTERFERENSI LEKSIKAL BAHASA ARAB KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH MIMBAR SKRIPSI. Oleh Ahmad Syaifuddin Zuhri NIM

INTERFERENSI LEKSIKAL BAHASA ARAB KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH MIMBAR SKRIPSI. Oleh Ahmad Syaifuddin Zuhri NIM INTERFERENSI LEKSIKAL BAHASA ARAB KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH MIMBAR SKRIPSI Oleh Ahmad Syaifuddin Zuhri NIM 060210402143 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RAGAM BAHASA REMAJA DALAM SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI. oleh ELIA PUTRI MAHARANI NIM

RAGAM BAHASA REMAJA DALAM SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI. oleh ELIA PUTRI MAHARANI NIM RAGAM BAHASA REMAJA DALAM SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI oleh ELIA PUTRI MAHARANI NIM 070210402091 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya dengan disertai data-data yang akurat serta kepustakaan yang lengkap sebagai buku acuan

Lebih terperinci

POLA INTERAKSI VERBAL DALAM KEGIATAN POSYANDU DI DESA CURAHMALANG KECAMATAN RAMBIPUJI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh. Erni Fadilah NIM

POLA INTERAKSI VERBAL DALAM KEGIATAN POSYANDU DI DESA CURAHMALANG KECAMATAN RAMBIPUJI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh. Erni Fadilah NIM POLA INTERAKSI VERBAL DALAM KEGIATAN POSYANDU DI DESA CURAHMALANG KECAMATAN RAMBIPUJI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh Erni Fadilah NIM 100110201031 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS JEMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk yang utuh berupa

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk yang utuh berupa BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menurut Harimurti Kridalaksana (Sumarlam,2009: 11), wacana merupakan satuan bahasa terlengkap: dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi

Lebih terperinci

CAMPUR KODE DALAM BAHASA ANAK TK DHARMA WANITA VIII KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR. NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

CAMPUR KODE DALAM BAHASA ANAK TK DHARMA WANITA VIII KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR. NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan CAMPUR KODE DALAM BAHASA ANAK TK DHARMA WANITA VIII KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA DALAM JUAL BELI HANDPHONE DAN AKSESORIS HANDPHONE DI SURAKARTA: Suatu Pendekatan Sosiolinguistik

PEMAKAIAN BAHASA DALAM JUAL BELI HANDPHONE DAN AKSESORIS HANDPHONE DI SURAKARTA: Suatu Pendekatan Sosiolinguistik PEMAKAIAN BAHASA DALAM JUAL BELI HANDPHONE DAN AKSESORIS HANDPHONE DI SURAKARTA: Suatu Pendekatan Sosiolinguistik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA N GONDANGREJO

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA N GONDANGREJO ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA N GONDANGREJO Skripsi Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada jurusan Pendidikan

Lebih terperinci