FORM OF IMPERATIVE SENTENCE IN MINANGKABAU LANGUAGE, SUPAYANG VILLAGE, PAYUNG SEKAKI DISTRICT, SOLOK REGENCY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FORM OF IMPERATIVE SENTENCE IN MINANGKABAU LANGUAGE, SUPAYANG VILLAGE, PAYUNG SEKAKI DISTRICT, SOLOK REGENCY"

Transkripsi

1 FORM OF IMPERATIVE SENTENCE IN MINANGKABAU LANGUAGE, SUPAYANG VILLAGE, PAYUNG SEKAKI DISTRICT, SOLOK REGENCY Nurfitra Anska 1, Iman Laili 2, Eriza Nelfi 2 1) Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta nurfitraanska@yahoo.co.id 2) Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta Abstract Imperative sentence is sentence which contains command to others to do something or sentence which used to get response based on speaker willingness. The problem on this research is how to form of imperative sentence in Minangkabau language, Supayang village, Payung Sekaki district, Solok regency. This research is aim to describe form of imperative sentence in Minangkabau language Supayang village, Payung Sekaki district, Solok regency. This research used Muchlis theory (2010). This research used descriptive method. The data of this research are collected by using elicitation technique. The analysis is conducted by applying distributional method including deletion technique, reserve technique, and wide technique. The result of analysis shows that there are nine imperative sentences found in Minangkabau language, Supayang village, Payung Sekaki district, Solok Regency, they are (1) intransitive imperative sentence in verb, adjective, and prepositional phrase categories; (2) active transitive imperative sentence which lost prefix man men nya; (3) passive imperative sentence which passive verb; (4) polite imperative sentence used toloang tolong and co coba ; (5) prohibitive imperative sentence used joan jangan and joangla janganlah ; (6) imperative-declarative and imperative-interrogative sentence; (7) request imperative used ntak minta and tariakan ambilkan ; (8) asking and hope imperative sentence pek ayo, kaniak mari, and ncak hendaknya ; and (9) permit imperative sentence used pidian biar and biananla biarkanlah. Keyword : imperative sentence, Minangkabau language Pendahuluan Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Chaer (2007:32) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Komunikasi itu dilakukan dengan menggunakan kalimat sesuai dengan situasi dan kondisi. Menurut Alwi dkk. (2010:317) kalimat merupakan satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Chaer (2011:327) menyatakan bahwa kalimat merupakan satuan bahasa yang berisi suatu pikiran atau amanat yang lengkap. 1

2 Menurut Muslich (2010:130) kalimat dapat dibedakan atas dua macam, yaitu kalimat dilihat dari segi bentuknya dan kalimat dilihat dari segi maknanya. Kalimat dilihat dari segi bentuknya dibagi atas dua, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat dilihat dari segi maknanya dibagi atas empat, yaitu (a) kalimat deklaratif, (b) kalimat imperatif, (c) kalimat interogatif, dan (d) kalimat interjektif. Dalam penelitian ini, penulis membahas kalimat imperatif. Kalimat imperatif adalah kalimat yang berisi perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu atau kalimat yang dipakai untuk mendapatkan tanggapan sesuai dengan kehendak penuturnya (Sibarani, 1997:124). Kalimat imperatif biasanya diakhiri dengan tanda seru (!) dalam penulisannya, sedangkan dalam bentuk lisan kalimat imperatif ditandai dengan intonasi tinggi. Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi kalimat imperatif mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara (Sibarani, 1997:125). Muslich (2010:140) menyatakan bahwa kalimat imperatif adalah kalimat yang maknanya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Bentuk kalimat yang dikaji dalam penelitian ini adalah bentuk kalimat imperatif dalam bahasa Minangkabau di Nagari Supayang, Kecamatan Payung Sekaki, Kabupaten Solok. Perhatikan contoh di bawah ini. (1) Oi, kaniakla kau duduak! hai, kemarilah kamu duduk Hai, kemarilah kamu duduk! (2) Toloang campakan sarok ko tolong buangkan sampah ini ka setan! ke bawah Tolong buangkan sampah ini ke bawah!. (3) Tariakan kaing tu ciek! ambilkan baju itu satu Ambilkan baju itu! Data (1), (2), dan (3) adalah kalimat imperatif, tetapi diungkapkan dengan bentuk yang berbeda. Pada data (1) dan (2) partikel -la lah dan toloang tolong sama-sama bermakna memperhalus perintah. Di samping itu, pada kalimat ini partikel -la -lah juga digunakan seseorang untuk mempertegas perintah kepada orang yang diperintah. Kata toloang tolong digunakan untuk memperhalus perintah kepada orang yang diperintah. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik mengkaji kalimat imperatif dalam bahasa Minangkabau di Nagari Supayang Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok. Di samping itu, sudah ada kecenderungan dari masyarakat untuk tidak menggunakan sapaan ketika memerintah seseorang. Hal itu dapat 2

3 dilihat pada contoh (2) dan (3) yang tidak menggunakan kata sapaan. Sepanjang pengetahuan penulis, bentuk kalimat imperatif di Nagari Supayang Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok belum pernah diteliti. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah penulis lakukan, Penelitian mengenai kalimat imperatif dalam bahasa Minangkabau pernah dilakukan oleh Nenti (2005) dengan judul Kalimat Perintah dalam Bahasa Minangkabau Dialek Pasaman. Hasil yang diperoleh dari penelitian tentang bentuk kalimat perintah dalam bahasa Minangkabau Dialek Pasaman adalah kalimat perintah taktransitif yang ditandai dengan verba dasar dan ajektiva dasar, frase ajektival, frase verbal yang berprefiks ber- dan meng, dan frase preposisional. Kalimat perintah transitif ditandai dengan poi pergi, kalimat perintah halus yang ditandai dengan kata mohlah marilah dan toloang tolong, kalimat perintah ajakan dan harapan yang ditandai dengan kata nah mari dan kok dapek hendaknya, kalimat perintah pembiaran yang ditandai dengan kata bialah biarlah. Sementara itu, Gusti (2013) membahas kalimat imperatif dengan judul Kalimat Imperatif Bahasa Minangkabau di Lubuk Malako Solok Selatan. Hasil penelitiannya adalah kalimat imperatif halus ditandai dengan kata bo coba, tolong tolong, dan suwun pinjam. Kalimat imperatif langsung ditandai dengan kata baliak pulang, bak bawa, dan ambin ambil. Kalimat imperatif larangan ditandai dengan kata jan jangan, janlah janganlah. Kalimat imperatif permintaan ditandai dengan kata agia minta. Kalimat ajakan dan harapan ditandai dengan kata naiakla naiklah, buaok berharap. Penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Perbedaan itu dapat lihat dari segi objek, lokasi penelitian, dan teori yang digunakan. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk kalimat imperatif dalam bahasa Minangkabau di Nagari Supayang Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok. Metodologi Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriptif. Menurut Sudaryanto (1993:62) metode deskriptif menyarankan, bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa perian bahasa yang biasa dikatakan sifatnya seperti potret : paparan seperti adanya. 3

4 Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah metode simak. Menurut Sudaryanto (1993:133) disebut metode simak karena memang berupa penyimakan: dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Selanjutnya, teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data ialah teknik simak bebas libat cakap, teknik pancing, teknik catat, dan teknik rekam. Teknik rekam dilakukan bersamaan dengan teknik simak libat cakap dan simak bebas libat cakap. Ketika percakapan sedang berlangsung, dilakukan pula perekaman dengan tape recorder atau handycam. Hasil dan Pembahasan Kalimat yang dibahas pada artikel ini adalah kalimat imperatif dalam bahasa Minangkabau di Nagari Supayang Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok. Kalimat imperatif yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau di Nagari Supayang Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok ada sembilan macam, yaitu (1) kalimat imperatif taktransitif, (2) kalimat imperatif transitif aktif, (3) kalimat imperatif pasif, (4) penghalusan kalimat imperatif, (5) bentuk ingkar pada kalimat (6) kalimat imperatif-deklaratif dan imperatif-interogatif, (7) kalimat imperatif permintaan, (8) kalimat imperatif ajakan dan harapan, dan (9) kalimat imperatif pembiaran. 1. Kalimat Imperatif Taktransitif Di dalam bahasa Minangkabau di Nagari Supayang Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok ditemukan kalimat imperatif taktransitif yang dapat diungkapkan dengan verba dasar, ajektiva dasar, dan frase preposisional. A. Verba Dasar Kalimat imperatif taktransitif dalam bahasa Minangkabau di Nagari Supayang Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok yang dimulai verba dasar dapat terlihat pada data (4) Minun ka dangau, Niang! minum ke rumah, Kak Minum ke rumah, Kak! Kalimat imperatif taktransitif pada data (4) dimulai oleh kata minun minum yang merupakan verba dasar. Data (4) dikatakan kalimat imperatif taktransitif karena data (4) tidak memiliki objek. Verba dasar minun minum pada data (4) dapat dilesapkan seperti (4a) (4a) Ka dangau Niang! ke rumah Kak Ke rumah Kak! 4

5 Pelesapan verba dasar minun minum tersebut menyebabkan data (4a) berubah maknanya walaupun data tersebut tetap berbentuk kalimat imperatif yaitu imperatif ajakan karena jawaban dari sebuah pertanyaan. Selanjutnya, pada data (4) verba dasar minun minum dapat dipindahkan di tengah kalimat seperti (4b) (4b) Ka dangau minun, Niang! Ke rumah minum, Kak Ke rumah minum, Kak! Perpindahan posisi verba dasar minun minum seperti data (4b) tidak mengubah makna kalimat. Selanjutnya, data (4) juga dapat diperluas dengan menambahkan partikel la lah setelah kata minun minum seperti terlihat pada (4c) (4c) Minunla ka dangau Niang! minumlah ke rumah Kak Minumlah ke rumah Kak! Perluasan kalimat pada data (4c) dengan menambahkan partikel la lah lebih mempertegas perintah yang disampaikan. B. Ajektiva Pada data (5) dan (6) kalimat imperatif taktransitif ditandai oleh ajektiva dasar dan ajektiva turunan. a. Ajektiva Dasar Dalam bahasa Minangkabau di Nagari Supayang Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok ditemukan kalimat ajektiva dasar, seperti terlihat pada data (5) Gageh jalan tu stek! cepat jalan itu sedikit Cepat jalan sedikit! Kalimat pada data (5) merupakan bentuk kalimat imperatif taktransitif ajektiva dasar yang dimulai oleh kata gageh cepat. Data (5) dikatakan kalimat imperatif taktransitif ajektiva dasar karena tidak memiliki objek. Ajektiva dasar gageh cepat pada data (5) tidak dapat dilesapkan seperti (5a) (5a) Jalan stek! jalan sedikit Jalan sedikit! Pelesapan ajektiva dasar gageh cepat menyebabkan data (5a) tidak mempunyai makna. Jadi, gageh cepat merupakan unsur inti dalam kalimat tersebut. Di samping itu, data (5) dapat menjadi (5b) dengan membalikkan penanda imperatifnya di tengah kalimat seperti (5b) Jalan tu gageh stek! jalan itu cepat sedikit Jalan cepat sedikit! Perpindahan posisi penanda imperatif seperti data (5b) di atas tidak mempengaruhi makna kalimat dari data (5). Selanjutnya, data (5) dapat diperluas dengan menambahkan partikel la lah setelah kata gageh cepat (5c) (5c) Gagehla jalan tu stek! cepatlah jalan itu sedikit Cepatlah jalan sedikit! 5

6 Perluasan penanda imperatif gageh cepat dengan menambahkan partikel la -lah menyebabkan data (5c) lebih mempertegas perintah yang disampaikan. b. Ajektiva Turunan Dalam bahasa Minangkabau di Nagari Supayang Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok ditemukan kalimat imperatif ajektiva turunan seperti terlihat pada data (6) Parancakan dangau di ate tan! baguskan rumah di atas Baguskan rumah di atas! Kalimat imperatif taktransitif pada data (6) dimulai oleh kata parancak baguskan ajektiva turunan. Pada data (6) dikatakan kalimat imperatif taktransitif karena data (16) tidak memiliki objek. Ajektiva turunan pada data (6) tidak dapat dilesapkan seperti terlihat pada data (6a) (6a) Dangau di ate tan! rumah di atas Rumah di atas! Pelesapan pada data (6a) menyebabkan kalimat tersebut tidak mempunyai makna. Selanjutnya, data (6) dapat dibalik posisinya dengan meletakkan penanda imperatif di akhir kalimat seperti data (6b) (6b) Dangau di ate tan parancakan! rumah di atas baguskan Rumah di atas baguskan! Pada data (6b) di atas meskipun posisi penanda imperatifnya dibalikkan maknanya tidak berubah. Selanjutnya, data (6) dapat diperluas dengan menambahkan partikel la lah setelah kata parancak baguskan seperti terlihat pada data (6c) (6c) Parancakanla dangau di ate tan! baguskanlah rumah di atas Baguskanlah rumah di atas! Perluasan pada data (6c) dengan menambahkan partikel la lah lebih mempertegas perintah yang disampaikan. C. Frasa Preposisional Pada data (7) kalimat imperatif taktransitif ditandai dengan frasa preposisional, seperti terlihat pada data (7) Mailang ka mudiak cacah, Niang! pergi ke atas sebentar, Kak Pergi ke atas sebentar, Kak! Kalimat pada data (7) yang ditandai oleh kata ka mudiak ke atas merupakan kalimat imperatif taktransitif frasa preposisional. Frasa ka mudiak ke atas pada data (7) dikatakan frasa preposisional karena kata ka ke merupakan kata depan. Frasa ka mudiak ke atas pada data (7) dapat dilesapkan seperti data (7a) (7a) Mailang cacah, Niang. pergi sebentar, Kak Pergi sebentar, Kak. 6

7 Pelesapan pada data (7a) menyebabkan makna kalimat berubah menjadi kalimat deklaratif. Di samping itu, penanda ka mudiak ke atas pada data (7) dapat dibalik posisinya dengan meletakkan penandanya di awal kalimat seperti terlihat pada data (7b) (7b) Ka mudiak mailang cacah, Niang! ke atas pergi sebentar, Kak Ke atas pergi sebentar, Kak! Meskipun frasa preposisional ka mudiak ke atas dipindahkan posisinya seperti (7b)_makna kalimat tidak berubah. Artinya, data (7b) tetap merupakan kalimat imperatif berkategori frasa preposisional. Selain itu, data (7) dapat pula diperluas dengan menambahkan partikel la lah setelah frasa preposisional ka mudiak ke atas seperti terlihat pada data (7c) (7c) Mailang ka mudiakla cacah, Niang! pergi ke ataslah sebentar, Kak Pergi ke ataslah sebentar, Kak! Perluasan pada data (7c) lebih mempertegas perintah yang disampaikan dan tidak mengubah makna. Informasi perintah yang disampaikn sama dengan makna kalimat pada data (7). 2. Kalimat Imperatif Transitif Aktif Pada data (8) kalimat imperatif transitif aktif ditandai dengan verba yang sudah dihilangkan prefiks man men nya. Perhatikan data (8) La, endek tapung ka pasa tan! La, giling tepung ke pasar! La, giling tepung ke pasar! Kalimat pada data (8) merupakan kalimat imperatif transitif aktif yang ditandai dengan verba endek giling yang sudah dihilangkan prefiks man men nya. Di samping itu, sebagai kalimat imperatif transitif aktif, data (8) juga ditandai dengan nomina tapung tepung di belakang verba endek giling sebagai objeknya. Jadi, pada kalimat imperatif transitif aktif terdapat dua penanda, yaitu endek giling dan tapung tepung. Dua penanda endek tapung giling tepung ini dapat dilesapkan seperti (8a) (8a) Ka pasa tan, La? ke pasar, La Ke pasar, La? Pelesapan dua penanda endek tapung giling tepung menyebabkan data (8a) berubah maknanya yaitu menjadi kalimat interogatif. Selanjutnya, dua penanda tersebut juga dapat dibalik posisinya seperti (8b) (8b) Ka pasa endek tapung tan, La! ke pasar giling tepung, La Ke pasar giling tepung, La! Perpindahan posisi endek tapung giling tepung pada (8b) sama sekali tidak mengubah makna kalimat tersebut. Artinya, data (8b) tetap merupakan kalimat imperatif transitif aktif. Penanda endek tapung giling tepung 7

8 dapat pula diperluas dengan partikel la lah. Untuk jelasnya, perhatikan data (8c). (8c) Endekla tapung ka pasa tan, La! gilinglah tepung ke pasar, La Gilinglah tepung ke pasar, La! Perluasan penanda endek tapung giling tepung menambahkan penekanan makna kalimat dan tidak mengubah makna kalimat. 3. Kalimat Imperatif Pasif Verba bentuk pasif yang ditemukan di Nagari Supayang Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok adalah sebagai (9) Ditanoan lu ka e, Da! ditanyakan dulu ke dia, Bang Ditanyakan dulu sama dia, Bang! Kalimat pada data (9) merupakan salah satu bentuk kalimat imperatif pasif yang dimulai dengan kata ditanoan ditanyakan. Penanda ditanoan ditanyakan pada data (9) dikatakan kalimat imperatif pasif karena verbanya bentuk pasif digunakan dengan maksud meminta orang lain melakukan sesuatu untuknya tetapi tidak secara langsung. Penanda imperatif ditanoan ditanyakan pada data (9) tidak dapat dilesapkan seperti data (9a) (9a) Lu ka e, Da! dulu ke dia, Bang Dulu sama dia, Bang! Pelesapan pada data (9a) menyebabkan kalimat tersebut tidak memiliki makna. Selanjutnya, penanda pada data (9) dapat dibalik posisinya dengan meletakkan penanda di tengah kalimat seperti (9b) beikut. (9b) Ka e ditanoan lu, Da! ke dia ditanyakan dulu, Bang Sama dia tanyakan dulu! Makna kalimat pada data (9b) tidak berubah meskipun penanda imperatif dibalik posisinya. Selain itu, kalimat (9) dapat diperluas dengan menambahkan partikel la lah seperti terlihat pada data (9c) Ditanoanla lu ka e, Da! ditanyakan dulu ke dia, Bang Ditanyakan dulu sama dia! Perluasan penanda ditanoan ditanyakan tidak mengubah makna kalimat. 4. Kalimat Imperatif Halus Di dalam bahasa Minangkabau di Nagari Supayang Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok ditemukan kalimat imperatif halus seperti terlihat pada data (10) Toloang dibarasian kuruak tu! tolong dibersihkan kamar mandi itu Tolong dibersihkan kamar mandi itu! Data (10) merupakan kalimat imperatif halus yang dimulai dengan kata toloang tolong. Penanda toloang tolong pada data (10) dapat dilesapkan dengan menghilangkan penanda imperatifnya seperti terlihat pada data (10a) 8

9 (10a) Dibarasian kuruak tu! dibersihkan kamar mandi itu Dibersihkan kamar mandi itu! Pelesapan penanda imperatif toloang tolong pada data (10a) menyebabkan perintah yang diucapkan lebih tegas. Di samping itu, penanda toloang tolong pada data (10) juga dapat dibalik posisinya dengan meletakkan penandanya di tengah kalimat. Untuk jelasnya, perhatikan data (10b) (10b) Kuruak tu toloang dibarasian! kamar mandi itu tolong dibersihkan Kamar mandi itu tolong dibersihkan! Perpindahan posisi penanda imperatif toloang tolong sama sekali tidak mengubah makna kalimat. Artinya, data (10b) tetap merupakan kalimat imperatif halus. Penanda toloang tolong dapat pula diperluas dengan menambahkan partikel la lah seperti terlihat pada data (10c) (10c) Toloangla dibarasian kuruak tolonglah dibersihkan kamar mandi tu! itu Tolonglah dibersihkan kamar mandi itu! Perluasan pada penanda toloang tolong lebih memperhalus perintah yang disampaikan dan tidak mengubah makna kalimat. 5. Kalimat Imperatif Larangan Di dalam bahasa Minangkabau di Nagari Supayang Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok ditemukan kalimat imperatif larangan yang terbagi atas dua, yaitu kalimat imperatif larangan tanpa deklaratif dan kalimat imperatif larangandeklaratif. a. Kalimat Imperatif Larangan tanpa Dekratif Kalimat imperatif larangan tanpa deklaratif ditandai dengan joan jangan, seperti data (11) Joan serakan sarok ka kincia,diak! jangan buang sampah ke sungai,dik Jangan buang sampah ke sungai, Dik! Kalimat pada data (11) merupakan kalimat imperatif larangan yang dimulai dengan kata joan jangan. Penanda joan jangan pada data (10) dapat dilesapkan seperti terlihat data (11a) Serakan sarok ka kincia, Diak! buang sampah ke sungai, Dik Buang sampah ke sungai, Dik! Pelesapan penanda joan jangan menyebabkan data (11a) berubah maknanya menjadi kalimat imperatif transitif aktif. Di samping itu, penanda pada data (11) juga dapat dibalik posisinya dengan meletakkan kata joan 9

10 jangan di tengah kalimat seperti terlihat pada data (10b) (11b) Diak, joan serakan sarok ka dik, jangan buang sampah ke kincia! sungai Dik, jangan buang sampah ke sungai! Perpindahan penanda joan jangan pada (11b) sama sekali tidak mengubah makna kalimat tersebut. Artinya, data (11b) tetap merupakan kalimat imperatif larangan. Akan tetapi, penekanan kalimat imperatif terletak pada sapaan diak dik. Penanda imperatif joan jangan dapat pula diperluas dengan dengan menambahkan partikel la lah seperti terlihat pada data (11c) (11c) Joanla serakan sarok ka kincia, janganlah buang sampah ke sungai, Diak! diak Janganlah buang sampah ke sungai, Dik! Perluasan pada penanda imperatif joan jangan menjadi joanla janganlah lebih mempertegas perintah yang disampaikan. b. Kalimat Imperatif Larangan- Deklaratif Dalam bahasa Minangkabau di Nagari Supayang Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok ditemukan kalimat imperatif larangan-deklaratif yang ditandai dengan kata joangla janganlah, seperti terlihat pada data (12) (12) Joanglah malawan jo ka Induak, janganlah melawan kepada Ibu, badoso wak dek nyo! berdosa kita olehnya Janganlah melawan kepada Ibu, berdosa kita! Kalimat pada data (12) tergolong kalimat imperatif larangan-deklaratif. Kata joangla janganlah pada klausa pertama menandai kalimat imperatif larangan dan klausa kedua badoso wak deknyo berdosa kita adalah klausa deklaratif. Klausa deklaratif dapat dilesapkan seperti data (12a) (12a) Joangla malawan jo ka janganlah melawan kepada induak! ibu Janganlah melawan kepada Ibu! Pelesapan klausa deklaratif sama sekali tidak mengubah makna kalimat tersebut. Artinya, data (12a) tetap merupakan kalimat imperatif larangan. Data (12) dapat menjadi data (12b) dengan membalikkan klausa deklaratif di depan kalimat. Untuk jelasnya, perhatikan data (12b) Badoso wak deknyo, joangla berdosa kita olehnya, janganlah malawan ka induak! melawan kepada Ibu Berdosa kita olehnya, janganlah melawan kepada Ibu! 10

11 Perpindahan klausa imperatif larangan tidak mengubah makna kalimat tersebut. Artinya, data (12b) tetap merupakan kalimat imperatif larangan-deklaratif. 6. Kalimat Imperatif-Deklaratif dan Imperatif -Interogatif Di dalam bahasa Minangkabau Nagari Supayang Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok ditemukan kalimat imperatif-deklaratif dan imperatif-interogatif. a. Kalimat Imperatif-Deklaratif Dalam bahasa Minangkabau di Nagari Supayang Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok ditemukan kalimat imperatifdeklaratif seperti terlihat pada data (13) (13) Mailang sae surang, den ndak dapek pergi sendiri, saya tidak bisa danganan kau do! menemani kamu Pergi sendiri, saya tidak bisa menemani Kamu! Kalimat pada data (13) tergolong kalimat imperatif-deklaratif. Kata mailang pergi pada klausa pertama menandai kalimat imperatif, klausa kedua adalah klausa deklaratif tersebut ditandai dengan subjek den saya dan ndak dapek danganan tidak bisa menemani sebagai predikat. Klausa deklaratif pada data (13) dapat dilesapkan, seperti (13a) di bawah ini. (13a) Mailang sae surang! pergi sendiri Pergi sendiri! Pelesapan klausa deklaratif menyebabkan data (13a) berubah menjadi kalimat imperatif yang maknanya lebih tegas daripada data (13). Selanjutnya, data (13) dapat menjadi data (13b) dengan membalikkan klausa deklaratif di depan kalimat. Untuk jelasnya, perhatikan data (13b) Den ndak dapek danganan kau saya tidak bisa menemani kamu, do mailang sae surang! pergi sendiri Saya tidak bisa menemani kamu, pergi saja sendiri! Perpindahan klausa deklaratif pada data (13b) sama sekali tidak mengubah makna kalimat tersebut. Artinya, data (13b) tetap merupakan kalimat imperatif-deklaratif. Selain itu, data (13) juga dapat diperluas dengan menambahkan partikel la lah setelah kata mailang pergi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan data (13c) (13c) Mailangla sae surang, den ndak pergilah sendiri, saya tidak dapek danganan kau do bisa menemani kamu Pergilah sendiri saya tidak bisa menemani kamu! Perluasan la -lah pada verba mailang pergi pada data (13c) menambah penegasan makna kalimat yang disampaikan. 11

12 b. Kalimat Imperatif-Interogatif Dalam bahasa Minangkabau di Nagari Supayang Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok ditemukan kalimat imperatifinterogatif seperti terlihat pada data (14) (14) Antaan onda tu ka tampek antarkan motor itu ke tempat pabasuan, bapo bayienyo! pencucian, berapa bayarnya Antarkann motor itu ketempat pencucian, berapa bayarnya! Kalimat pada data (14) tergolong kalimat timperatif-interogatif. Kata antaan antarkan pada klausa pertama menandai kalimat imperatif dan klausa kedua adalah klausa interogatif. Klausa interogatif tersebut ditandai dengan subjek bapo berapa dan bayienyo bayarnya sebagai predikat. Klausa interogatif dapat dilesapkan, seperti (14a) di bawah ini. (14a) Antaan onda tu ka tampek antarkan motor itu ke tempat pabasuan! pencucian Antarkan motor itu ke tempat pencucian! Pelesapan klausa interogatif menyebabkan data (14a) berubah menjadi kalimat imperatif yang maknanya lebih mempertegas perintah. Penanda antaan antarkan pada klausa imperatif posisinya dapat dibalik dengan meletakkan penanda tersebut di tengah kalimat, seperti terlihat pada data (14b) (14b) Onda tu antaan ka tampek honda itu antarkan ke tempat pabasuan, bapo bayienyo! pencucian, berapa bayarnya Honda itu antarkan ke tempat pencucian, berapa bayarnya! Perpindahan posisi penanda antaan antarkan pada data (14b) sama sekali tidak mengubah makna kalimat. Artinya, data (14b) tetap merupakan kalimat imperatifinterogatif. Selanjutnya, penanda data (14) dapat pula diperluas dengan menambahkan partikel la lah setelah kata antaan antarkan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan data (14c) (14c) Antaanla onda tu ka tampek antarkanlah motor itu ke tempat pabasuan, bapo bayienyo! pencucian, berapa bayarnya Antarkan motor itu ketempat pencucian,berapa bayarnya! Perluasan penanda pada data (14c) dengan menambahkan partikel -la -lah pada verba antaan antarkan lebih mempertegas perintah yang disampaikan. 7. Kalimat Imperatif Permintaan Dalam bahasa Minangkabau di Nagari Supayang Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok ditemukan kalimat imperatif permintaan seperti terlihat pada data (15), 12

13 (15) Ntak garan tan stek! minta garam sedikit Minta garam sedikit! Penanda ntak minta pada data (15) merupakan kalimat imperatif permintaan. Kata ntak minta dikatakan kalimat imperatif permintaan karena pada kata ntak minta menyatakan perbuatan meminta. Penanda data (15) tidak dapat dilesapkan seperti data (15a) (15a) Garan tan stek! garam sedikit Garam sedikit! Pelesapan penanda ntak minta pada data (15a) maknanya tidak berubah dan masih merupakan kalimat imperatif permintaan. Selanjutnya, penanda data (15) dapat pula dibalik posisinya dengan meletakkan kata ntak minta di tengah kalimat. Untuk lebih jelasnya, perhatikan data (15b) Garan tan ntak stek! garam minta sedikit Garam minta sedikit! Perpindahan posisi penanda ntak minta sama sekali tidak mengubah makna kalimat. Artinya, data (15b) tetap merupakan kalimat imperatif permintaan. Di samping itu, data (15) juga dapat diperluas dengan menambahkan partikel la lah setelah kata ntak minta seperti data (15c) (15c) Ntakla garan tan stek! mintalah garam sedikit Mintalah garam sedikit! Perluasan penanda ntak minta menambahkan penekanan makna kalimat dan tidak mengubah makna kalimat. 8. Kalimat Imperatif Ajakan dan Harapan Dalam bahasa Minangkabau di Nagari Supayang Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok ditemukan kalimat imperatif ajakan dan harapan seperti terlihat pada data (16) (16) Pek mailang wak lai! ayo pergi kita lagi Ayo pergi kita lagi! Kalimat pada data (16) merupakan salah satu bentuk kalimat imperatif ajakan yang dimulai dengan pek ayo. Kata pek ayo pada data (16) dikatakan kalimat imperatif ajakan karena kata pek ayo menyatakan perbuatan mengajak. Pada data (16) dapat dilesapkan seperti data (15a) di bawah ini. (16a) Mailang wak lai! pergi kita lagi Pergi kita lagi! Pelesapan pada penanda pek ayo sama sekali tidak mengubah makna kalimat. Artinya, data (16a) tetap berbentuk kalimat imperatif ajakan. Di samping itu, penanda juga dapat diperluas 13

14 dengan menambahkan partikel la lah setelah kata pek ayo seperti terlihat pada data (16b) (16b) Pekla mailang wak lai! ayolah pergi kita lagi Ayolah pergi kita lagi! Perluasan penanda pek ayo dengan partikel la -lah dengan partikel la lah menyebabkan kalimat imperatif ajakan lebih tegas. 9. Kalimat Imperatif Pembiaran Dalam bahasa Minangkabau di Nagari Supayang Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok ditemukan kalimat imperatif pembiaran seperti terlihat pada data (17) berikut ini. (17) Pidian den nan maurus dangau biar saya yang mengurus rumah tu! itu Biar saya yang mengurus rumah itu! Kalimat pada data (17) merupakan salah satu bentuk kalimat imperatif pembiaran yang dimulai dengan kata pidian biar. Kata pidian biar pada data (17) dikatakan kalimat imperatif pembiaran karena pidian biar menyatakan perbuatan tidak melarang. Pada data (17) dapat dilesapkan dengan menghilangkan penanda imperatifnya, sehingga menjadi data (17a) (17a) Den nan maurus dangau tu! saya yang mengurus rumah itu Saya yang mengurus rumah itu! Pelesapan penanda pidian biar mempengaruhi makna kalimat. Artinya, data (17a) tidak berbentuk kalimat imperatif pembiaran tetapi berbentuk kalimat deklaratif. Selanjutnya, penanda data (17) juga dapat dibalik posisinya dengan meletakkan kata pidian biar di tengah kalimat. Untuk jelasnya, perhatikan data (17b) (17b) Dangau tu pidian den nan rumah itu biar saya yang maurus! mengurus Rumah itu biar saya yang mengurus! Perpindahan penanda imperatif pidian biar sama sekali tidak mengubah makna kalimat tersebut. Artinya, data (17b) masih merupakan kalimat imperatif pembiaran. Selain itu, penanda pada data (17) dapat diperluas dengan menambahkan partikel la lah setelah kata pidian biar sehingga menjadi kalimat (17c) di bawah ini. (17c) Pidianla den nan maurus biarlah saya yang mengurus dangau tu! rumah itu Biarlah saya yang mengurus rumah itu! Perluasan pada data (17c) dengan menambahkan partikel la -lah lebih menegaskan perintah yang disampaikan. 14

15 Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa bentuk kalimat imperatif dalam bahasa Minangkabau di Nagari Supayang, Kecamatan Payung Sekaki, Kabupaten Solok seperti a. Kalimat imperatif taktransitif yang ditandai dengan verba dasar seperti maing main minun minum, ajektiva dasar gageh capek, dan frasa preposisional yang ditandai dengan ka mudiak ke atas. Di samping itu, juga ditemukan kalimat imperatif transitif aktif dan kalimat imperatif pasif. b. Kalimat imperatif halus yang ditandai dengan toloang tolong, co coba, kalimat imperatif larangan ditandai oleh joan jangan dan joangla janganlah. Kalimat imperatif permintaan ditandai oleh ntak minta dan tariak ambil. c. Kalimat imperatif ajakan dan harapan ditandai oleh pek ayo, kaniak mari, dan ncak hendaknya. Kalimat pembiaran yang ditandai dengan pidian biar dan biananla biarkanlah d. Kalimat imperatif-deklaratif yang ditandai dengan imbauan panggilkan dan kalimat imperatif-interogatif yang ditandai dengan antaan antarkan dan salang pinjam. Ucapan Terima Kasih rahmat dan karunia-nya serta kekuatan dan petunjuk yang telah dilimpahkan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Bentuk Kalimat Imperatif dalam Bahasa Minangkabau di Nagari Supayang Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu pesyaratan memperoleh Gelar Sarjana Humaniora. Dalam melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi ini, peneliti mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada: Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta yang telah memberikan izin untuk penelitian; Ketua dan Sekretaris Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta yang telah memfasilitasi sarana dan prasarana guna pembelajaran: Ibu Dra. Iman Laili, M.Hum. sebagai Pembimbing I dan Ibu Dra. Eriza Nelfi, M.Hum sebagai Pembimbing II sekaligus PA peneliti yang telah memberikan motivasi, saran, ide-ide, arahan, bimbingan dan kritik kepada peneliti, serta meluangkan waktu untuk penulisan skripsi ini. Alhamdulillah, segala puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, atas 15

16 Daftar Pustaka Alwi, Hasan, dkk Tata Bahasa Baku Bahasa Indoneia. Jakarta: BalaiPustaka. Chaer, Abdul Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Sibarani, Robert Sintaksis Bahasa Batak Toba. Medan: USU Press. Sudaryanto Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Gusti, Fitri Irda Kalimat Imperatif Bahasa Minangkabau Di Lubuak Malako Solok Selatan. Skripsi. Padang: Universitas Bung Hatta. Muslich, Masnur Garis-Garis Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Bandung: PT Rafika Aditama. Nenti, Syafri Kalimat Perintah dalam Bahasa Minangkabau Dialek Pasaman. Skripsi. Padang: Universitas Bung Hatta. 16

17 17

untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Humaniora

untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Humaniora KALIMAT IMPERATIF BAHASA MINANGKABAU DI LUBUK MALAKO SOLOK SELATAN ARTIKEL untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Humaniora OLEH FITRI IRDA GUSTI NPM 0910014111022 JURUSAN SASTRA

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT INTEROGATIF DALAM BAHASA MINANGKABAU DI NAGARI KUNANGAN PARIT RANTANG KABUPATEN SIJUNJUNG Febri Mayora 1, Puspawati 2, Iman Laili 2

BENTUK KALIMAT INTEROGATIF DALAM BAHASA MINANGKABAU DI NAGARI KUNANGAN PARIT RANTANG KABUPATEN SIJUNJUNG Febri Mayora 1, Puspawati 2, Iman Laili 2 BENTUK KALIMAT INTEROGATIF DALAM BAHASA MINANGKABAU DI NAGARI KUNANGAN PARIT RANTANG KABUPATEN SIJUNJUNG Febri Mayora 1, Puspawati 2, Iman Laili 2 1) Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,Universitas

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

JENIS KALIMAT IMPERATIF PADA TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SMK N 1 SAWIT KABUPATEN BOYOLALI

JENIS KALIMAT IMPERATIF PADA TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SMK N 1 SAWIT KABUPATEN BOYOLALI JENIS KALIMAT IMPERATIF PADA TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SMK N 1 SAWIT KABUPATEN BOYOLALI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh: ERNI FITRIANA A. 310090015

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF KALANGAN GURU PAUD PERMATA BUNDA DESA SEI BULUH KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF KALANGAN GURU PAUD PERMATA BUNDA DESA SEI BULUH KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF KALANGAN GURU PAUD PERMATA BUNDA DESA SEI BULUH KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL Oleh EKA PUTRI ANDAYANI NIM 120388201067 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia Analisis Fungsi Mana dalam Bahasa Sri Puji Astuti Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro sripujiastuti0116@gmail.com Abstract The characteristic of interrogative sentence, one of them is the presence

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.

BAB V PENUTUP. dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. Secara garis besar kalimat imperatif bahasa Indonesia dapat

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN KALIMAT BAHASA INDONESIA ANAK USIA EMPAT TAHUN DUA BULAN (4;2) (STUDI KASUS PADA SEORANG ANAK)

PEMEROLEHAN KALIMAT BAHASA INDONESIA ANAK USIA EMPAT TAHUN DUA BULAN (4;2) (STUDI KASUS PADA SEORANG ANAK) PEMEROLEHAN KALIMAT BAHASA INDONESIA ANAK USIA EMPAT TAHUN DUA BULAN (4;2) (STUDI KASUS PADA SEORANG ANAK) Nilda Gustanti 1, Novia Juita 2,Ngusman 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF Kalimat Tanya Peserta (Dewi Restiani) 1 KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF INTERROGATIVE SENTENCE OF SMART GENIUS TUTORING CENTER S STUDENTS

Lebih terperinci

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

KALIMAT PERINTAH BAHASA INDONESIA DALAM BAHASA PETUNJUK ARTIKEL E-JOURNAL

KALIMAT PERINTAH BAHASA INDONESIA DALAM BAHASA PETUNJUK ARTIKEL E-JOURNAL KALIMAT PERINTAH BAHASA INDONESIA DALAM BAHASA PETUNJUK ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

ANALISIS TUTURAN IMPERATIF DALAM BAHASA MELAYU DIALEK SINTANG KECAMATAN SERAWAI KAJIAN PRAGMATIK

ANALISIS TUTURAN IMPERATIF DALAM BAHASA MELAYU DIALEK SINTANG KECAMATAN SERAWAI KAJIAN PRAGMATIK ANALISIS TUTURAN IMPERATIF DALAM BAHASA MELAYU DIALEK SINTANG KECAMATAN SERAWAI KAJIAN PRAGMATIK Eti Ramaniyar Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP

Lebih terperinci

BENTUK IMPERATIF PADA BANNER DAN POSTER DI RUMAH SAKIT SE-KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016

BENTUK IMPERATIF PADA BANNER DAN POSTER DI RUMAH SAKIT SE-KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016 BENTUK IMPERATIF PADA BANNER DAN POSTER DI RUMAH SAKIT SE-KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh WARDAH AGUSTIANI 1201040001

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

KALIMAT TANYA PADA FILM DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAYZ Susi Rahmi 1, Iman Laili 2, Puspawati 2.

KALIMAT TANYA PADA FILM DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAYZ Susi Rahmi 1, Iman Laili 2, Puspawati 2. KALIMAT TANYA PADA FILM DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAYZ Susi Rahmi 1, Iman Laili 2, Puspawati 2 1 Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta E-mail

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah BAB 4 KESIMPULAN 4.1 Pengantar Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah didapatkan, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dan disarankan untuk penelitian selanjutnya.

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

KONJUNGSI SUBORDINATIF BAHASA MINANGKABAU DI KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Afrima Yosi 1, Puspawati 2, Iman Laili 2

KONJUNGSI SUBORDINATIF BAHASA MINANGKABAU DI KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Afrima Yosi 1, Puspawati 2, Iman Laili 2 KONJUNGSI SUBORDINATIF BAHASA MINANGKABAU DI KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Afrima Yosi 1, Puspawati 2, Iman Laili 2 1 Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 13 KOTA MAGELANG

PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 13 KOTA MAGELANG Penggunaan Kalimat Imperatifoleh Guru... 443 PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 13 KOTA MAGELANG THE USE OF IMPERATIVE SENTENCES BY A TEACHER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung menggunakan ragam lisan. Dalam ragam lisan terdapat kekhususan atau kekhasan suatu bahasa. Salah satu

Lebih terperinci

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang KALIMAT Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang lengkap. Secara struktural: bentuk satuan gramatis

Lebih terperinci

Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Minangkabau

Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Minangkabau Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Minangkabau Iman Laili Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Abstract: Demonstrative pronouns in Minangkabau language consist of demonstrative

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final.

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. 1. KALIMAT 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. Perbedaan kalimat dan klausa Klausa : gabungan kata yang

Lebih terperinci

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU PADA ANAK USIA 5 TAHUN DI KAMBANG

PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU PADA ANAK USIA 5 TAHUN DI KAMBANG PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU PADA ANAK USIA 5 TAHUN DI KAMBANG Oleh: Melza Marta 1, Emidar 2, Nursaid 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email:

Lebih terperinci

DESKRISPI KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN USTADZ MAULANA DENGAN TEMA BERSEDEKAH PADA ORANG TUA DAN DI BALIK SEBUAH MUSIBAH DI YOUTUBE

DESKRISPI KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN USTADZ MAULANA DENGAN TEMA BERSEDEKAH PADA ORANG TUA DAN DI BALIK SEBUAH MUSIBAH DI YOUTUBE DESKRISPI KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN USTADZ MAULANA DENGAN TEMA BERSEDEKAH PADA ORANG TUA DAN DI BALIK SEBUAH MUSIBAH DI YOUTUBE NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

Oleh Ratna Novita Punggeti

Oleh Ratna Novita Punggeti KALIMAT DLM BI Oleh Ratna Novita Punggeti STRUKTUR KALIMAT 1. SUBJEK Bagian kalimat yang menunjukkan pelaku/masalah. Menjawab pertanyaan: siapa, apa. Biasanya berupa kata benda/frasa (kongkret/abstrak)

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR IMPERATIF DALAM BAHASA SIDANG

TINDAK TUTUR IMPERATIF DALAM BAHASA SIDANG 25 TINDAK TUTUR IMPERATIF DALAM BAHASA SIDANG Charlina dkk.* Dosen FKIP Universitas Riau Pekanbaru Abstrak: Penelitian ini menganalisis Tindak Tutur Imperatif dalam Bahasa Sidang. Aspek yang dianalisis

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI Fitri Rahmawati Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND Berlian Pancarrani Pascasarjana, Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari penelitian lapangan, baik dari buku-buku maupun skripsi yang sudah ada. Hal

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT DEKLARATIF, INTEROGATIF DAN IMPERATIF DALAM TAJUK KORAN SINDO EDISI MARET 2016 ARTIKEL E-JOURNAL NURFADILAH NIM

ANALISIS KALIMAT DEKLARATIF, INTEROGATIF DAN IMPERATIF DALAM TAJUK KORAN SINDO EDISI MARET 2016 ARTIKEL E-JOURNAL NURFADILAH NIM ANALISIS KALIMAT DEKLARATIF, INTEROGATIF DAN IMPERATIF DALAM TAJUK KORAN SINDO EDISI MARET 2016 ARTIKEL E-JOURNAL NURFADILAH NIM 120388201098 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGUASAAN KALIMAT ANAK USIA DINI DI TK AISYIYAH 14 PADANG

PENGUASAAN KALIMAT ANAK USIA DINI DI TK AISYIYAH 14 PADANG PENGUASAAN KALIMAT ANAK USIA DINI DI TK AISYIYAH 14 PADANG Asri Wahyuni Sari, Syahrul R, Novia Juita Universitas Negeri Padang Email: asri.ws0103@yahoo.com Abstract: This article was written to describe

Lebih terperinci

PRONOMINA BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN LADANG PANJANG KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN: KAJIANSTRUKTUR.

PRONOMINA BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN LADANG PANJANG KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN: KAJIANSTRUKTUR. PRONOMINA BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN LADANG PANJANG KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN: KAJIANSTRUKTUR Yenti 1, Elvina A. Saibi 2, Iman Laili 2 1 Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418 APA DAN MANA DALAM KALIMAT DEKLARATIF Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro ABSTRACT Kalimat merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan maksud

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Budaya pada Jurusan Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, melainkan juga memberikan sarana kepada pembaca untuk menyampaikan gagasan, baik pada redaksi maupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu terlihat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KALIMAT NEGATIF dalam USE OF NEGATIVE SENTENCE IN LANGUAGE MONGONDOW, MONGONDOW DIALECT

PENGGUNAAN KALIMAT NEGATIF dalam USE OF NEGATIVE SENTENCE IN LANGUAGE MONGONDOW, MONGONDOW DIALECT PENGGUNAAN KALIMAT NEGATIF dalam BAHASA MONGONDOW DIALEK MONGONDOW USE OF NEGATIVE SENTENCE IN LANGUAGE MONGONDOW, MONGONDOW DIALECT Sri Diharti Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Utara Jalan Diponegoro No.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF DALAM DOA KATOLIK

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF DALAM DOA KATOLIK Agnes Adhani Analisis Penggunaan Kalimat Imperatif dalam Doa Katolik 1 ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF DALAM DOA KATOLIK Agnes Adhani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia - FKIP Universitas

Lebih terperinci

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-LAIL

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-LAIL RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-LAIL JURNAL untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

VERBA BAHASA MINANGKABAU BINJAI, KECAMATAN BASA AMPEK BALAI TAPAN, KABUPATEN PESISIR SELATAN Lidya Emilda 1, Eriza Nelfi 2, Iman Laili 2

VERBA BAHASA MINANGKABAU BINJAI, KECAMATAN BASA AMPEK BALAI TAPAN, KABUPATEN PESISIR SELATAN Lidya Emilda 1, Eriza Nelfi 2, Iman Laili 2 VERBA BAHASA MINANGKABAU BINJAI, KECAMATAN BASA AMPEK BALAI TAPAN, KABUPATEN PESISIR SELATAN Lidya Emilda 1, Eriza Nelfi 2, Iman Laili 2 1) Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL ILMIAH MOMON PRATAMA NPM.

PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL ILMIAH MOMON PRATAMA NPM. PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL ILMIAH MOMON PRATAMA NPM. 09080103 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kegiatan, peradaban kebudayaan manusia. Bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kegiatan, peradaban kebudayaan manusia. Bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan bahasa dengan manusia sangat erat, sebab tumbuh dan berkembangnya bahasa senantiasa bersama dengan berkembang dan meningkatnya kegiatan, peradaban kebudayaan

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAH LUQMAN

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAH LUQMAN RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAH LUQMAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh:

Lebih terperinci

RAGAM KALIMAT DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI

RAGAM KALIMAT DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI RAGAM KALIMAT DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun Oleh:

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH DAN KALIMAT TANYA PADA TERJEMAHAN AL QUR AN SURAT YUSUF SKRIPSI

ANALISIS KALIMAT PERINTAH DAN KALIMAT TANYA PADA TERJEMAHAN AL QUR AN SURAT YUSUF SKRIPSI ANALISIS KALIMAT PERINTAH DAN KALIMAT TANYA PADA TERJEMAHAN AL QUR AN SURAT YUSUF SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Progdi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang berjudul Bentuk Fungsi Makna Afiks men- dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar disusun oleh Rois Sunanto NIM 9811650054 (2001)

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Penggunaan Frasa dan Klausa Bahasa Indonesia (Kunarto) 111 PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Kunarto UPT Dinas Pendidikan Kacamatan Deket Kabupaten Lamongan

Lebih terperinci

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6 Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

Lebih terperinci

ANALISIS KESANTUNAN IMPERATIF DALAM TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AT TAUBAH: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

ANALISIS KESANTUNAN IMPERATIF DALAM TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AT TAUBAH: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan ANALISIS KESANTUNAN IMPERATIF DALAM TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AT TAUBAH: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT 1 CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN Dina Oktavia¹, Putri Dian Afrinda², Risa Yulisna² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pada bagian pendahuluan telah disampaikan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini diwujudkan dalam tipe-tipe

Lebih terperinci

KALIMAT PENDERITA AFASIA (STUDI KASUS PADA ANGGELA EFELLIN)

KALIMAT PENDERITA AFASIA (STUDI KASUS PADA ANGGELA EFELLIN) KALIMAT PENDERITA AFASIA (STUDI KASUS PADA ANGGELA EFELLIN) Oleh: Rezia Delfiza Febriani 1, Ngusman 2, Nursaid 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email:

Lebih terperinci

KALIMAT IMPERATIF BAHASA MASSENREMPULU (ImperativeSentence of Massenrempulu Language)

KALIMAT IMPERATIF BAHASA MASSENREMPULU (ImperativeSentence of Massenrempulu Language) SAWERIGADING Volume 20 No. 3, Desember 2014 Halaman 395 401 KALIMAT IMPERATIF BAHASA MASSENREMPULU (ImperativeSentence of Massenrempulu Language) Syamsul Rijal Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU Ditulis Kepada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. Pendefinisian kalimat, baik segi struktur, fungsi, maupun maknanya banyak ditemukan dalam buku-buku tata

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Astri Saraswati, Martono, Syambasril Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNTAN, Pontianak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT DEKLARATIF DAN KALIMAT INTEROGATIF DALAM TALK SHOW MATA NAJWA DI YOUTUBE UNGGAHAN JANUARI 2017

ANALISIS KALIMAT DEKLARATIF DAN KALIMAT INTEROGATIF DALAM TALK SHOW MATA NAJWA DI YOUTUBE UNGGAHAN JANUARI 2017 ANALISIS KALIMAT DEKLARATIF DAN KALIMAT INTEROGATIF DALAM TALK SHOW MATA NAJWA DI YOUTUBE UNGGAHAN JANUARI 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh

Lebih terperinci

FRASA VERBAL DAN FUNGSINYA DALAM KALIMAT BAHASA BATAK TOBA

FRASA VERBAL DAN FUNGSINYA DALAM KALIMAT BAHASA BATAK TOBA FRASA VERBAL DAN FUNGSINYA DALAM KALIMAT BAHASA BATAK TOBA SKRIPSI OLEH RUSMINA PANJAITAN NIM 030701008 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN 2007 FRASA VERBAL DAN

Lebih terperinci

Kaidah Imperatif Bahasa Indonesia dalam Buku Imperatif dalam Bahasa Indonesia Karya Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.

Kaidah Imperatif Bahasa Indonesia dalam Buku Imperatif dalam Bahasa Indonesia Karya Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Kaidah Imperatif Bahasa Indonesia dalam Buku Imperatif dalam Bahasa Indonesia Karya Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Dewi Kusumaningsih Jl. Slamet Riyadi 100 Sukoharjo. Telp. 087736303068 Email: dewikusumaningsih@gmail.com

Lebih terperinci

Oleh Septia Sugiarsih

Oleh Septia Sugiarsih Oleh Septia Sugiarsih satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Conth: Saya makan nasi. Definisi ini tidak universal karena ada kalimat yang hanya terdiri atas satu kata

Lebih terperinci

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi) Lecture: Kapita Selekta Linguistik Date/Month/Year: 25 April 2016 Semester: 104 (6) / Third Year Method: Ceramah Credits: 2 SKS Lecturer: Prof. Dr. Dendy Sugono, PU Clues: Notes: Kapita Selekta Linguistik

Lebih terperinci

TINDAK DIREKTIF BAHASA INDONESIA PADA POSTER BADAN LINGKUNGAN HIDUP DI TAMAN WISATA STUDI LINGKUNGAN KOTA PROBOLINGGO

TINDAK DIREKTIF BAHASA INDONESIA PADA POSTER BADAN LINGKUNGAN HIDUP DI TAMAN WISATA STUDI LINGKUNGAN KOTA PROBOLINGGO TINDAK DIREKTIF BAHASA INDONESIA PADA POSTER BADAN LINGKUNGAN HIDUP DI TAMAN WISATA STUDI LINGKUNGAN KOTA PROBOLINGGO Ventyana Haedar 48, Muji 49, Anita Widjajanti 50 Abstract : Directive speech act is

Lebih terperinci

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM BAHASA BATAK TOBA

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM BAHASA BATAK TOBA KESANTUNAN IMPERATIF DALAM BAHASA BATAK TOBA SKRIPSI OLEH NELLY S SITOHANG NIM 060701040 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN KALIMAT BAHASA MINANGKABAU: STUDI KASUS PADA ANAK USIA EMPAT TAHUN TIGA BULAN

PEMEROLEHAN KALIMAT BAHASA MINANGKABAU: STUDI KASUS PADA ANAK USIA EMPAT TAHUN TIGA BULAN PEMEROLEHAN KALIMAT BAHASA MINANGKABAU: STUDI KASUS PADA ANAK USIA EMPAT TAHUN TIGA BULAN Oleh: Zulhidayanti 1, Novia Juita 2, Andria Catri Tamsin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: KISWADI A

Diajukan Oleh: KISWADI A KODE, BAHASA, DAN JENIS KALIMAT BAHASA LISAN DOSEN PADA SITUASI RESMI : SEBUAH KAJIAN SINTAKSIS SERTA IMPLEMENTASI SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMPN 2 KARTASURA Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, 53 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

RINGKASAN PENELITIAN

RINGKASAN PENELITIAN RINGKASAN PENELITIAN KONSTRUKSI KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI GURU-GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN CIAMIS OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Penelitian yang berjudul Konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan dengan pendekatan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan dengan pendekatan teori yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Setiap orang pasti akan mendefinisikan bahasa dengan cara yang

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat 9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada

Lebih terperinci

KALIMAT IMPERATIF DALAM ACARA TALK SHOW THE COMMENT NET. TV Heru Candriko 1, Elvina A. Saibi 2, Puspawati 2

KALIMAT IMPERATIF DALAM ACARA TALK SHOW THE COMMENT NET. TV Heru Candriko 1, Elvina A. Saibi 2, Puspawati 2 KALIMAT IMPERATIF DALAM ACARA TALK SHOW THE COMMENT NET. TV Heru Candriko 1, Elvina A. Saibi 2, Puspawati 2 1 Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta E-mail : herucandriko12@gmail.com

Lebih terperinci

PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA. Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik.

PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA. Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik. PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik Abstract The language change could occur at all levels, both phonology,

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA Himawatul Azmi Nur dan Prembayun Miji Lestari Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, FBS, Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia mempunyai dua peran dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, yaitu sebagai pemberi informasi dan sebagai penerima informasi. Komunikasi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA TUTURAN SISWA KELAS I SDN KESATRIAN 1 MALANG DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR

KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA TUTURAN SISWA KELAS I SDN KESATRIAN 1 MALANG DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA TUTURAN SISWA KELAS I SDN KESATRIAN 1 MALANG DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR Erni Surya Irawati *) Imam Suyitno Widodo Hs. Email: erniyemirawati@gmail.com Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENGINVERSIAN KALIMAT PADA TEKS PROSEDUR SEBAGAI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR INOVATIF DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Oleh: BETTY MURNI LESTARI A

PENGINVERSIAN KALIMAT PADA TEKS PROSEDUR SEBAGAI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR INOVATIF DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Oleh: BETTY MURNI LESTARI A PENGINVERSIAN KALIMAT PADA TEKS PROSEDUR SEBAGAI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR INOVATIF DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO

FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO Ni Kadek Nomi Dwi Antari Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Lebih terperinci