KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA TUTURAN SISWA KELAS I SDN KESATRIAN 1 MALANG DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA TUTURAN SISWA KELAS I SDN KESATRIAN 1 MALANG DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR"

Transkripsi

1 KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA TUTURAN SISWA KELAS I SDN KESATRIAN 1 MALANG DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR Erni Surya Irawati *) Imam Suyitno Widodo Hs. erniyemirawati@gmail.com Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang ABSTRAK: Fokus penelitian ini adalah karakteristik bahasa Indonesia tuturan siswa kelas I SD dalam interaksi belajar mengajar yang meliputi karakteristik kelas kata, bentukan kata, dan struktur kalimat yang digunakan siswa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan kajian morfosintaksis. Data berupa transkrip rekaman tuturan siswa yang dianalisis menggunakan tabel klasifikasi. Hasil penelitian ini adalah kelas kata yang paling banyak digunakan siswa adalah nomina, terutama nomina konkret. Pemilihan bentukan kata banyak menggunakan kata serapan bahasa daerah dan bentuk kata yang lain diperoleh dengan proses meniru. Struktur kalimat yang digunakan siswa berupa kalimat tunggal yang sederhana dan berupa kalimat elips. Kata Kunci: kelas kata, bentukan kata, struktur kalimat ABSTRACT: The focus of this research is the characteristics of Indonesian of first grade elementary school students speech in teaching and learning interactions that include the characteristics of classes of words, word formation and sentence structure are used by students. This research is a qualitative descriptive and study morphosyntax. The data are transcripts of recorded students speech that were analyzed using the classification table. The results of this research are the class of word the mostly used by students are nouns, especially concrete nouns. The selection of the word many use the words formed by absorption of the local language and other forms of words obtained by imitating process. Sentence structure that used by students are single, simple sentences, and ellipse sentences. Keywords: class of words, word formation, sentence structure Bahasa digunakan pada semua aspek kehidupan, baik di lingkungan formal maupun informal. Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, bahasa menjadi dasar berlangsungnya proses tersebut. Bahasa, terutama bahasa lisan atau yang biasa disebut tuturan, digunakan untuk berinteraksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa lain. Penggunaan bahasa Indonesia dalam tuturan siswa inilah yang dikaji dalam penelitian ini. Fokus dalam penelitian ini yaitu karakteristik kelas kata, karakteristik bentukan kata, dan karakteristik struktur kalimat dalam tuturan siswa. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk memperhatikan perkembangan tuturan siswa dengan tujuan menciptakan karakteristik bahasa siswa yang berkualitas. Kelas kata dalam bahasa Indonesia menurut Alwi, dkk. (2010:91 316) terbagi menjadi lima, yaitu verba, nomina, ajektiva, adverbia, dan kata tugas. Kelas kata verba atau kata kerja mengandung makna perbuatan, proses, atau * Penulis adalah mahasiswa jurusan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang 1

2 keadaan yang bukan sifat atau kualitas. Dalam kelompok kelas kata nomina atau kata benda, ada kelompok pronomina atau kata ganti, dan numeralia atau kata bilangan. Kelas kata ajektiva atau kata sifat adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Adverbia atau kata keterangan adalah kata yang memberi keterangan pada verba, ajektiva, nomina predikatif, atau kalimat. Kata tugas dibagi menjadi lima kelompok yakni (1) preposisi, (2) konjungsi, (3) interjeksi, (4) artikula, dan (5) partikel penegas. Bentukan kata merupakan hasil dari proses pembentukan kata. Pembentukan kata merupakan sebuah proses morfologis dengan kata sebagai hasil dari proses tersebut. Proses membentuk kata terdiri dari proses afiksasi, reduplikasi, komposisi, dan abreviasi (Kridalaksana, 2007:12). Afiksasi adalah proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks (Kridalaksana, 2007:28). Reduplikasi adalah peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak (Muslich, 2008:48). Komposisi atau pemajemukan adalah proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata (Kridalaksana, 2007:104). Abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata. Istilah lain untuk abreviasi ialah pemendekan, sedangkan hasil prosesnya disebut kependekan (Kridalaksana, 2007:159). Putrayasa (2010a:25) menjelaskan bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat lima struktur (pola) kalimat dasar, yaitu (1) KB+KB (Kata Benda+Kata Benda), (2) KB+KK (Kata Benda+Kata Kerja), (3) KB+KS (Kata Benda+Kata Sifat), (4) KB+Kbil (Kata Benda+Kata Bilangan), dan (5) KB+Kdep (Kata Benda+Kata Depan). Pada pola tersebut, kata benda pertama menunjukkan subjek, sedangkan kata benda kedua, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dan kata depan sebagai predikat kalimat. Untuk menganalisis struktur kalimat, perlu diketahui unsur-unsur dari kalimat, yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Untuk menentukan subjek, kita dapat bertanya dengan memakai kata tanya apa atau siapa di hadapan predikat. Predikat biasanya berupa kata kerja atau kata keadaan. Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Objek pada kalimat aktif transitif dapat menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan. Pelengkap seringkali disalahartikan sebagai objek. Pelengkap tidak dapat menjadi subjek jika sebuah kalimat aktif diubah menjadi kalimat pasif. Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya karena keterangan dapat berada di akhir, awal, dan bahkan di tengah kalimat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik bahasa Indonesia tuturan siswa kelas I SD dalam interaksi belajar mengajar. Karakteristik bahasa Indonesia tuturan siswa tersebut dapat dilihat dari tiga aspek, yakni (1) kelas kata tuturan siswa dalam interaksi belajar mengajar, (2) bentukan kata tuturan siswa dalam interaksi belajar mengajar, dan (3) struktur kalimat tuturan siswa dalam interaksi belajar mengajar. 2

3 3 METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif dan kajian morfosintaksis. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang meneliti sesuatu yang tampak, yakni tuturan siswa SD dalam interaksi belajar mengajar. Tuturan siswa SD ini merupakan sesuatu yang tampak karena bisa diterima indra pendengaran manusia dan merupakan fakta (kenyataan) yang memang benar adanya. Penelitian ini memiliki karakteristik seperti ciri-ciri yang disebutkan Arikunto (2006:15), yaitu (1) mengembangkan konsep yang didasarkan atas data yang ada yakni teori morfologi dan sintaksis bahasa Indonesia, (2) menekankan pada setting alami, yakni interaksi belajar mengajar yang terjadi antara siswa dengan guru, (3) peneliti sebagai instrumen utama dan alat perekam elektronik, tabel klasifikasi yang telah dibaca oleh pakar, serta catatan lapangan sebagai instrumen pembantu, (4) mengadakan analisis data sejak awal melakukan penelitian, dan (5) penelitian ini menggambarkan fenomena yang ada, data yang diolah merupakan data asli yang diperoleh dari hasil rekaman audio yang ditranskripsikan. Data penelitian berwujud data verbal berupa rekaman tuturan siswa dalam interaksi belajar mengajar yang ditranskripsikan ke dalam korpus data. Tuturan siswa itu direkam dan dibuatkan transkripnya, sehingga transkrip itu merupakan korpus data yang berisi data verbal yang dapat dijadikan objek penelitian. Sumber data adalah siswa kelas IA dan IB SDN Kesatrian 1 Kota Malang tahun ajaran 2011/2012. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi nonpartisipasi. Peneliti mengamati dan merekam interaksi komunikasi siswa dalam interaksi belajar mengajar di kelas. Hasil rekaman tuturan siswa itu kemudian ditranskripsikan menjadi data verbal untuk dianalisis lebih lanjut. Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui pengamatan terhadap proses interaksi siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung di kelas. Peneliti merekam dan mencatat semua tuturan yang diucapkan oleh siswa. Datadata tersebut dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti. Tahap analisis data pada penelitian ini adalah (1) identifikasi data, (2) paparan data, dan (3) penyimpulan. Tahap identifikasi data meliputi pengecekan hasil rekaman, transkripsi hasil rekaman, pengecekan hasil catatan pengamatan penelitian, pemilihan data-data hasil transkripsi dan hasil catatan penelitian yang dimasukkan ke dalam data yang dianalisis. Tahap paparan data adalah kegiatan pengklasifikasian data, meliputi tahap pemilihan karakteristik kelas kata, karakteristik bentukan kata, dan karakteristik struktur kalimatnya. Setelah tahap paparan data, tahap selanjutnya adalah tahap penyimpulan. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini mencakup tiga aspek, yaitu (1) kelas kata, (2) bentukan kata, dan (3) struktur kalimat tuturan siswa dalam interaksi belajar mengajar. Setiap aspek tersebut dipaparkan sebagai berikut. Kelas Kata Pada aspek kelas kata ditemukan kelas kata yang paling banyak digunakan oleh siswa kelas I adalah nomina atau kata benda dengan jumlah 201 kata, diikuti verba atau kata kerja dengan jumlah 70 kata, kemudian adverbia atau kata

4 keterangan dengan jumlah 53 kata, kata tugas dengan jumlah 41 kata, dan yang paling sedikit digunakan adalah kelompok ajektiva atau kata sifat yakni dengan jumlah 19 kata. Setelah diadakan analisis dan reduksi data, terjadi perubahan jumlah kata yang digunakan siswa. Kelas kata yang paling banyak digunakan siswa kelas I adalah kelompok nomina, termasuk pronomina dan numeralia, sebanyak 83 kata. Kemudian diikuti kelas kata verba sebanyak 38 kata, adverbia sebanyak 16 kata, ajektiva sebanyak 15 kata, dan kata tugas sebanyak 13 kata. Kata-kata dalam kelompok nomina yang paling banyak digunakan siswa adalah kata benda yang berwujud. Siswa kelas I lebih sering mengucapkan namanama benda yang ada di sekitar mereka daripada nama-nama benda yang jarang mereka jumpai dalam kehidupan nyata. Beberapa kata benda tak berwujud yang mereka gunakan banyak diperoleh dari buku bacaan, misalnya energi, gerak, suara, cahaya, dan panas. Siswa kelas I SD sering menggunakan pronomina persona Bu untuk menarik perhatian guru. Pronomina penunjuk yang banyak dipilih siswa adalah ini dan itu. Siswa kelas I SD kurang menggunakan pronomina penanya. Numeralia yang digunakan siswa adalah numeralia pokok tentu yang berupa bilangan pokok sederhana. Kelas kata verba yang digunakan siswa kelas I SD dalam tuturan selama berinteraksi dengan guru memiliki karakteristik yang sederhana. Kata-kata yang digunakan adalah kata dasar yang bersifat umum. Kata yang telah mengalami proses morfologis yang digunakan siswa pun sederhana, hanya menggunakan proses afiksasi men-, ke-, di-, pelesapan prefiks men-, dan proses lainnya seperti reduplikasi pada kata bedek-bedekan (tebak-tebakan) dan hujan-hujanan, dan komposisi pada kata naik kelas. Prefiks ber- digunakan pada kata belajar dengan kata dasar ajar dan bentuknya berubah dari berajar menjadi belajar. Ada beberapa karakteristik kelas kata ajektiva yang digunakan dalam tuturan siswa selama interaksi belajar mengajar. Karakteristik yang pertama, kata sifat digunakan oleh siswa untuk menjelaskan kondisi di sekitar mereka dengan bahasa yang sederhana. Kedua, kata yang digunakan siswa masih menggunakan kata serapan dari bahasa daerah yakni pada kata padangan. Ketiga, untuk menyatakan apa yang mereka sukai, siswa memilih kata sifat yang sederhana seperti enak, manis, sedap, dan segar yang penggunaannya mengikuti ucapan teman sebelumnya. Tidak ditemukan kata yang termasuk dalam kelompok adverbia berafiks dan adverbia reduplikasi karena siswa kelas I SD masih berada pada tahap permulaan belajar bahasa. Dari 14 kata yang ditemukan dalam adverbia dasar, yang paling banyak digunakan siswa adalah kata yang dan tidak. Kata tidak pun memiliki beberapa variasi bentuk tidak baku yaitu gak, nggak, dan ndak. Adverbia gabungan yang digunakan siswa hanya adverbia tidak boleh dan gak apa-apa. kata tidak boleh digunakan untuk menyatakan perbuatan yang tidak diizinkan untuk dilakukan. Kata gak apa-apa digunakan untuk menyatakan keadaan baikbaik saja, menyatakan izin atau diperbolehkannya sesuatu, dan untuk memastikan sesuatu yang sebenarnya sudah diketahui. Pada kelas kata tugas ditemukan tiga macam jenis kata, yakni preposisi, konjungsi, dan partikel. Dari paparan data, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas I SD menggunakan preposisi di sebagai penanda keberadaan sesuatu. Konjungsi yang ditemukan pada data adalah karena, untuk, terus, sama,supaya, agar, dan dan. Secara umum penggunaan konjungsi-konjungsi ini sudah tepat. Namun, ada 4

5 yang perlu diperhatikan yakni pemilihan konjungsi terus untuk menggantikan kata kemudian dan pemilihan kata sama sebagai variasi kata dan. Pemilihan kedua kata ini merupakan serapan dari bahasa daerah yang digunakan siswa sehari-hari. Jenis kata tugas yang lain adalah partikel. Partikel yang ditemukan pada data tuturan siswa, yaitu kok, a, ya, dan tok. Partikel kok menyatakan keheranan. Partikel ya untuk meminta konfirmasi atau klarifikasi. Partikel a adalah bentuk lain dari kah yang merupakan serapan dari bahasa daerah dialek Malang. Partikel tok berasal dari bahasa Jawa yang artinya saja. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan partikel dalam tuturan siswa masih banyak menggunakan serapan dari bahasa daerah dan penggunaannya masih belum optimal. Bentukan Kata Pada aspek bentukan kata ditemukan bahwa bentukan kata yang digunakan siswa dibentuk melalui proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Kata-kata yang mengalami proses afiksasi paling banyak digunakan siswa, sedangkan proses yang lain hanya digunakan sebanyak satu sampai dua kali saja. Proses pembentukan kata ini menyebabkan pergeseran kelas kata, namun ada juga yang tidak mengalami pergeseran kelas kata. Jenis afiks yang digunakan siswa dalam tuturannya, yaitu prefiks, sufiks, dan kombinasi afiks. Penggunaan afiks dalam proses pembentukan kata pada tuturan siswa secara umum sama dengan orang dewasa. Namun, ada beberapa kata yang perlu diperhatikan, yakni kata mainan, padangan, mbawa, ketutup, ngerjakan, mbawa, nulis, nyari, dan nata. Beberapa dari kata-kata tersebut merupakan serapan dari bahasa daerah, ada juga yang mengalami pelesapan morfem, dan ada kata yang kurang tepat penggunaan afiksnya. Bentukan kata dari hasil reduplikasi hanya ditemukan pada kata hujanhujanan dan bedek-bedekan. Jenis reduplikasi yang digunakan pada kedua kata tersebut adalah jenis reduplikasi pembentuk verba yang bentuknya merupakan pengulangan berkombinasi dengan afiks. Kata hujan-hujanan merupakan bentuk tidak baku dari kata berhujan-hujanan. Kata bedek-bedekan maksudnya adalah tebak-tebakan, kata tersebut menggunakan bahasa Jawa. Bentukan kata dari hasil komposisi yang digunakan siswa dalam tuturannya tidak memiliki karakteristik khusus. Pemilihan bentukan kata tersebut karena intensitas siswa mendengar atau menjumpai orang lain mengucapkan kata-kata majemuk. Struktur Kalimat Pada aspek struktur kalimat, ditemukan bahwa siswa lebih banyak menggunakan struktur kalimat dengan beberapa unsur yang dilesapkan. Struktur kalimat yang digunakan pun sangat bervariasi, ditemukan 29 kalimat dengan pelesapan unsur dan 11 kalimat tanpa pelesapan unsur. Struktur kalimat pun lebih banyak berupa kalimat tunggal. Kalimat majemuk digunakan siswa hanya ketika guru meminta siswa membuat kalimat yang panjang, bukan untuk berinteraksi dengan guru maupun siswa yang lain. Beberapa kalimat siswa strukturnya seperti struktur kalimat pada bahasa daerah, dalam hal ini bahasa Jawa sebagai bahasa pertama yang diperoleh siswa. Penggunaan struktur kalimat pun seringkali mengikuti struktur kalimat teman yang bertutur sebelumnya. Dari beberapa karakteristik yang ditemukan, struktur kalimat dengan pelesapan unsur-unsur adalah yang paling terlihat. Tujuan penggunaan kalimat dengan pelesapan unsur adalah untuk efisiensi dan efektivitas 5

6 6 pengucapan. Dalam interaksi belajar mengajar, dibutuhkan efisiensi pengucapan karena untuk menciptakan pembelajaran yang efektif harus tercipta interaksi yang terarah. Penggunaan kalimat dengan pelesapan unsur dalam tuturan bukanlah kesalahan berbahasa karena disesuaikan dengan konteks keadaan dan situasi yang terjadi. Tuturan siswa ini tidak bisa dianggap sebagai bahasa Indonesia yang tidak baik dan tidak benar hanya karena ketidaklengkapan unsurnya. Pada dasarnya struktur kalimat yang digunakan sudah baik dan komunikatif, hanya ditemukan beberapa kesalahan dalam penggunaannya. PEMBAHASAN Karakteristik Kelas Kata dalam Tuturan Siswa Kelas kata yang paling banyak digunakan siswa kelas I SD adalah kelas kata nomina, termasuk juga pronomina dan numeralia. Berikutnya adalah kelas kata verba, diikuti adverbia, ajektiva, dan kata tugas. Sebagaimana diungkapkan Gentner dalam Dardjowidjojo (2000:305), yakni anak menggunakan nomina lebih dahulu dan jumlahnya paling banyak daripada kelas kata lainnya. Kelas kata nomina lebih banyak digunakan siswa dalam tuturannya karena kelas kata nomina sering ditemukan di lingkungan sekitar. Sumarsono dan Partana (2002:138) mengungkapkan pendapatnya bahwa kosakata anak kecil akan berkisar pada yang ada di sini dan yang ada sekarang (here and now). Oleh karena itu, nomina yang banyak digunakan siswa adalah nomina yang berwujud (konkret). Dari jumlah 66 nomina, tidak termasuk pronomina dan numeralia, kata benda yang berwujud ada sebanyak 38 kata. Siswa belajar makna kata dan bahasa sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat, dan mereka hayati dalam hidupnya seharihari (Sunarto dan Hartono, 2008:141). Karakteristik bahasa siswa tidak lepas dari peran orang tua dan guru. Orang tua sebagai pengajar bahasa pertama seharusnya mulai memperkenalkan anak pada kata-kata sejak dini guna menambah pengetahuan anak terhadap bendabenda yang ada di sekitar mereka. Anak dapat lebih mudah belajar bahasa, khususnya kata benda. Seperti pendapat seorang ahli psikolinguistik, pada anak nomina secara tipikal merujuk pada benda konkret dan yang dapat dipegang atau yang kasad mata (Dardjowidjojo, 2000:36). Siswa sering menggunakan pronomina persona Bu untuk memulai atau mengakhiri suatu tuturan. Pronomina persona Bu digunakan siswa untuk menarik perhatian guru karena anak usia enam sampai sepuluh tahun pada dasarnya suka mencari perhatian orang lain. Hurlock (1980:154) menyatakan bahwa masa akhir anak-anak, yakni usia enam sampai sepuluh tahun, adalah masa peer group. Masa peer group adalah masa anak mulai berkelompok dengan teman sebayanya dan ingin menjadi ketua dalam kelompok tersebut. Oleh karena itu, anak sering mencari perhatian guru supaya dianggap aktif dan pintar oleh teman-temannya. Siswa masih menggunakan jenis numeralia pokok tentu. Jenis numeralia yang digunakan siswa masih berupa bilangan pokok. Siswa belum menggunakan jenis bilangan lain seperti pecahan, ukuran (lusin, kodi, dan lain-lain), urutan (eka, panca, dan lain-lain), maupun numeralia tingkat. Hal ini dikarenakan, siswa kelas I SD berada pada fase awal pembelajaran bahasa Indonesia. Penggunaan verba atau kata kerja masih dominan menggunakan jenis verba dasar. Pendapat ini didukung oleh Sumarsono dan Partana (2002:136) yang menyatakan bahwa kata-

7 kata yang bertahan dalam tuturan anak adalah kata-kata yang penuh, yaitu kata yang mempunyai makna sendiri jika berdiri sendiri. Pemilihan kata banyak menggunakan kata serapan bahasa daerah. Bahasa ibu, yaitu bahasa pertama yang diperoleh anak, sangat berpengaruh terhadap karakteristik bahasa anak. Ketika anak mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, secara tidak langsung bahasa ibu juga mempengaruhi penggunaannya. Bahasa Indonesia yang digunakan siswa dalam tuturan formal masih diwarnai dialek-dialek bahasa ibu yang diperoleh anak sebagai bahasa pertama. Pada hasil analisis data, diketahui siswa mengucapkan sebuah kalimat yang jika dilihat secara struktur kalimat sudah benar, namun pilihan katanya kurang tepat. Dapat dilihat pada data A1, seorang siswa berkata Bu, ada yang mainan. Kata mainan perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan pilihan kata yang kurang tepat. Kata mainan berasal dari kata dasar main yang mendapat sufiks an. Menurut Muslich (2008:95), morfem imbuhan (afiks) dalam bahasa Indonesia yang mampu membentuk kelas kata benda salah satunya adalah sufiks an. Kata mainan, bentuknya sama seperti kata tulisan, bacaan, atau makanan. Kata-kata ini termasuk kategori kata benda atau nomina. Alwi, dkk. (2010:333) menyatakan bahwa predikat kalimat biasanya berupa frasa verbal atau frasa ajektival, namun pada kalimat yang berpola SP, predikat dapat pula berupa frasa nominal, frasa numeral, atau frasa preposisional. Kalimat berpola SP yang dimaksud Alwi, dkk. contohnya pada kalimat Saya mahasiswa. Kata mahasiswa yang berupa nomina menempati fungsi predikat, sedangkan kalimat pada data A1 tidak demikian walaupun pola kalimatnya pun SP. Kalimat pada data A1, yakni Bu, ada yang mainan berpola SP dengan kata mainan menempati fungsi predikat. Kata mainan pada data A1 merupakan pilihan kata yang kurang tepat dari kata bermain. Kata mainan ini merupakan serapan dari bahasa Jawa yang sehari-hari digunakan siswa. Siswa menyepadankan kata mainan dengan kata dulinan atau dolanan yang maknanya bermain. Kesalahan-kesalahan seperti ini pada hakikatnya bersifat perkembangan (development). Artinya, kesalahan itu terjadi dalam hubungan dengan perkembangan belajar, dalam hubungan dengan usaha untuk menggunakan keterampilan berikutnya (Sumarsono dan Partana, 2002:149). Siswa kelas I SD memiliki banyak variasi bahasa dan pilihan kata. Pada data yang telah dianalisis, ditemukan beberapa variasi untuk satu kata yang sama, yakni kata tidak. Variasi kata tidak yang digunakan siswa, yaitu gak, nggak, dan ndak. Siswa cukup kreatif menciptakan bentuk-bentuk baru yang menyimpang dari ragam baku atau yang dipelajari. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tuturan anak bersifat inovatif (Sumarsono dan Partana, 2002:150). Karakteristik Bentukan Kata dalam Tuturan Siswa Proses pembentukan kata dalam bahasa Indonesia ada tiga, yakni afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Proses pembentukan kata yang paling banyak digunakan siswa adalah proses afiksasi. Dari beberapa jenis afiks dalam bahasa Indonesia, yang digunakan siswa dalam tuturannya hanya tiga macam, yakni prefiks,sufiks, dan kombinasi afiks. Prefiks yang ditemukan dari data hasil penelitian, yaitu prefiks men-, di-, (men-), ke-, dan be-. Penggunaan prefiks pada umumnya sudah benar, namun masih ada beberapa bentukan kata yang dibentuk 7

8 dari serapan bahasa daerah. Selain kata serapan bahasa daerah, ada juga karakteristik lain yang dimiliki siswa, yakni adanya pelesapan morfem menuntuk mempersingkat pengucapan suatu kata. Dardjowidjojo (2000:306) berpendapat, prefiks akan muncul bersamaan atau lebih awal daripada sufiks apabila prefiks tersebut bersifat wajib dan dalam bahasa yang bersangkutan pola kalimat yang diwakili oleh prefiks tersebut adalah predominan. Pada kata mbawa, nata, nyari, nulis, dan ngerjakan, terjadi pelesapan morfem men- dari bentuk asal membawa, menata, mencari,menulis, dan mengerjakan. Siswa sering menggunakan kata-kata semacam ini dalam tuturannya dengan tujuan mempersingkat pengucapan dan memberi kesan akrab antara guru dan siswa. Bentukan kata semacam ini hanya ditemukan pada ragam lisan bahasa Indonesia, sedangkan pada ragam tulis tidak ditemukan penggunaan bentuk pelesapan men-. Selain pelesapan prefiks men-, siswa juga sering menggunakan bentukan kata dari pembubuhan prefiks di- pada tuturannya. Kata-kata yang berprefiks dipada tuturan siswa yaitu ditempel, diwarna,ditukar,dilatin, diberi, diminum, ditulis, dan digaris. Kata berprefiks di- yang terlihat menarik karena hampir tidak pernah dijumpai pada tuturan formal adalah kata diwarna, dilatin, dan digaris. Ketiga kata ini tidak dijumpai pada ragam formal maupun ragam informal orang dewasa. Bentukan kata seperti inilah yang menjadi karakteristik khusus tuturan anak. Kata diwarna dalam konteks data B14 adalah siswa bertanya pada guru apakah gambar diberi warna. Bentuk yang biasa digunakan dalam tuturan formal adalah diberi warna atau diwarnai. Kata dilatin pada data F13, H2, dan H4 maksudnya adalah ditulis dengan huruf tegak bersambung. Siswa biasa menyebut tulisan tegak bersambung dengan kata tulisan latin. Untuk mempermudah pengucapan, siswa menyingkat ditulis dengan huruf latin menjadi kata dilatin. Kata digaris pada data H22 maksudnya adalah diberi garis bawah atau digarisbawahi. Pengucapan yang kurang tepat ini dipilih siswa untuk mempermudah interaksi dengan guru. Bentukan kata dalam tuturan siswa juga terbentuk dari serapan bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa. Seperti pendapat Sawardi (1981:48), awalan, akhiran, sisipan, kombinasi awalan dan akhiran sudah digunakan oleh para siswa, dan pada umumnya bentuk-bentuk kata itu digunakan sesuai dengan fungsi imbuhan itu. Beberapa kesalahan yang terdapat dalam penggunaan bentuk-bentuk itu disebabkan oleh pengaruh bahasa daerah dan akibat kontaminasi. Sumarsono dan Partana (2002:149) menjelaskan bahwa anak-anak di Indonesia umumnya menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pertama (B1) dan bahasa Indonesia yang diajarkan di sekolah adalah bahasa kedua (B2). Mereka yang belajar B2 ini tutur B2-nya bisa dipengaruhi oleh B1-nya, meskipun tidak selamanya seperti itu. Pendapat ini sesuai dengan hasil temuan penelitian, yakni siswa banyak menggunakan kata serapan bahasa daerah. Contoh penggunaan serapan bahasa daerah pada bentukan kata siswa, yakni pada kata mainan, padangan, ketutup, dan bedek-bedekan. Kata padangan dan bedek-bedekan adalah murni bahasa Jawa, bentukan kata ini dipilih karena siswa kesulitan menemukan padanan kata tersebut dalam bahasa Indonesia. Kata mainan yang dimaksud siswa adalah kegiatan bermain, bukan benda yang dimainkan. Kata mainan ini dipengaruhi oleh adanya padanan kata dolanan atau 8

9 dulinan yang bermakna bermain pada bahasa Jawa. Kata ketutup yang dimaksud siswa adalah tertutup. Penggunaan kata ketutup ini dipengaruhi padanan kata ketutupan pada bahasa Jawa yang artinya tidak sengaja ditutup. Bentukan kata dari proses reduplikasi dan komposisi yang digunakan siswa tidak memiliki karakteristik khusus. Kata hujan-hujanan, bedek-bedekan, naik kelas, dan orang tua, merupakan bentukan kata dari proses reduplikasi dan komposisi. Kata-kata yang terbentuk dari kedua proses ini umumnya digunakan siswa karena kata-kata tersebut sering mereka dengar dalam tuturan sehari-hari oleh orang-orang di sekitar mereka. Seperti diungkapkan Sunarto dan Hartono (2008:141), bahasa berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena kekayaan lingkungan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang sebagian besar dicapai dengan proses meniru. Karakteristik Struktur Kalimat dalam Tuturan Siswa Kalimat yang diucapkan siswa dalam interaksi belajar mengajar memiliki karakteristik tertentu yang berbeda dengan struktur kalimat orang dewasa. Kalimat yang digunakan siswa dalam tuturan interaksi dengan guru berupa kalimat tunggal. Siswa seringkali melesapkan unsur-unsur pembentuk kalimat dan hanya memunculkan satu atau dua unsur saja sehingga unsurnya tidak lengkap. Kalimat tidak lengkap yang terjadi karena pelesapan beberapa bagian dari klausa dan diturunkan dari kalimat tunggal disebut kalimat elips (Cook dalam Putrayasa, 2009:106). Struktur kalimat anak ini dipengaruhi oleh komunikasi yang sering dilakukan anak dengan orang-orang di sekitarnya. Bahasa orang dewasa ketika berkomunikasi dengan anak pastinya berbeda dengan bahasa yang digunakan ketika berkomunikasi dengan sesama orang dewasa. Menurut Moskowitz, Pine, Barton, dan Tomasello (dalam Dardjowidjojo, 2000:49), bahasa yang dipakai untuk anak mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu (1) kalimatnya pendek-pendek, (2) tidak mengandung kalimat majemuk, (3) nada suara biasanya tinggi, (4) intonasinya agak berlebihan, (5) laju ujaran tidak cepat, (6) banyak redundansi, dan (7) banyak memakai sapaan. Ciri-ciri yang sesuai dengan tuturan siswa dari data yang diperoleh, yakni kalimatnya pendek, tidak mengandung kalimat majemuk, dan banyak memakai sapaan. Ciri-ciri bahasa orang dewasa inilah yang kemudian ditiru oleh anak. Ditemukan tiga kalimat majemuk pada data, namun penggunaan kalimat tersebut hanya untuk memenuhi perintah guru, bukan untuk berinteraksi. Kata sapaan banyak digunakan siswa dalam tuturannya. Hampir semua data tuturan siswa yang telah dianalisis mengandung kata sapaan, yakni kata Bu. Pada beberapa data ditemukan penggunaan kata sapaan Bu lebih dari satu kali pada satu kalimat. Struktur kalimat yang singkat dan banyak mengalami pelesapan unsur, bukan berarti siswa tidak menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Pada dasarnya siswa sudah mampu menggunakan kalimat dengan benar. Sebagaimana diungkapkan Hurlock (1980:152), anak usia enam tahun harus sudah menggunakan hampir semua jenis struktur kalimat. Dari enam sampai sembilan atau sepuluh tahun, panjang kalimat akan bertambah. Kalimat panjang biasanya tidak teratur dan terpotong-potong. Berdasarkan pendapat Hurlock ini, dapat disimpulkan bahwa kemampuan tata kalimat siswa dapat berkembang seiring pertambahan usia. Jika saat ini struktur kalimat siswa cenderung singkat, 9

10 10 tiga atau empat tahun mendatang siswa diperkirakan sudah mampu menggunakan kalimat yang lebih kompleks. Abe (2006) menjelaskan, anak-anak pada umumnya memiliki kosakata yang cukup banyak. Mereka dapat berkomunikasi dengan sesamanya melalui bentuk kalimat berita, kalimat tanya, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat lainnya. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena siswa hanya menggunakan kalimat majemuk ketika guru meminta siswa membuat kalimat. Jadi, kalimat majemuk tidak digunakan siswa untuk berkomunikasi dengan sesamanya, namun hanya digunakan untuk memenuhi tugas guru. Kalimat majemuk yang terdapat pada data, yakni pada data F4, F5, dan F6. Penggunaan struktur kalimat yang sederhana dalam proses belajar mengajar bukanlah sebuah kesalahan. Penggunaan bahasa siswa yang banyak melesapkan unsur, bukan berarti siswa tidak berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Putrayasa (2010b:81) menjelaskan bahwa bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang penggunaannya sesuai dengan situasi pemakaiannya dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Jadi, jika dalam sebuah tuturan lisan antara guru dan siswa digunakan struktur kalimat yang utuh, komunikasi yang terjalin terkesan kaku dan aneh. Seperti halnya interaksi antara penjual dan pembeli di pasar, penggunaan kalimat baku dalam situasi yang tidak tepat justru menjadi tidak baik walaupun secara kaidah sudah benar. Hal yang terpenting adalah komunikasi terjalin dengan baik. Sebagaimana diungkapkan Putrayasa (2010b:82), kesalahan ucapan, atau kesalahan pilihan kata, atau struktur kalimat yang salah asal komunikasi masih bisa berjalan, bahasa seseorang sudah tergolong baik. SIMPULAN DAN SARAN Secara umum dapat disimpulkan bahwa karakteristik bahasa Indonesia tuturan siswa kelas I SD dalam interaksi belajar mengajar bersifat sederhana dan mengacu pada hal-hal yang konkret. Tuturan siswa juga banyak menggunakan kata serapan bahasa daerah sehingga banyak kata atau kalimat yang berpola seperti bahasa daerah. Simpulan khusus dari penelitian ini ditinjau dari aspek kelas kata, bentukan kata, dan struktur kalimat. Tuturan siswa kelas I SD banyak menggunakan kelas kata nomina, terutama nomina yang berwujud (konkret). Siswa juga sering menggunakan pronomina Bu dalam interaksi dengan tujuan menarik perhatian guru. Karakteristik bahasa siswa yang masih sederhana terdeskripsikan dari penggunaan kelas kata numeralia yang masih terbatas pada jenis numeralia pokok tentu, khususnya kategori bilangan pokok. Kelas kata verba yang banyak digunakan siswa adalah jenis verba dasar, sedangkan penggunaan verba turunan pada tuturan siswa masih belum optimal. Bahasa daerah sebagai bahasa pertama siswa mempengaruhi penggunaan pilihan kata dalam tuturan siswa. Siswa memiliki banyak variasi bahasa dan pilihan kata dalam tuturannya. Variasi bahasa tersebut termasuk ragam lisan yang tidak baku. Tuturan siswa dalam interaksi belajar mengajar kebanyakan terbentuk dari proses afiksasi, walaupun ada beberapa kata yang merupakan bentukan dari proses pembentukan kata yang lain, yaitu reduplikasi dan komposisi. Bentukan kata yang membentuk kata kerja yang digunakan siswa cenderung mengalami pelesapan morfem men- untuk mempermudah pengucapan. Afiks yang paling sering

11 11 digunakan siswa adalah prefiks. Prefiks di- paling banyak dipakai siswa dengan tujuan untuk bertanya pada guru. Seperti pada kelas kata, penggunaan bentukan kata pun masih menggunakan serapan bahasa daerah, walaupun tidak semua kata diserap dari bahasa daerah. Bentukan kata baru yang diperoleh siswa sebagian besar dicapai dengan proses meniru, baik meniru orang lain maupun meniru dari buku. Tuturan siswa dalam interaksi belajar mengajar kalimatnya cenderung berupa kalimat tunggal atau kalimat yang tidak utuh. Pada beberapa data, struktur kalimat siswa cenderung mengikuti struktur kalimat teman yang lebih dahulu bertutur. Selain itu siswa juga banyak menggunakan struktur kalimat elips, yakni kalimat dengan pelesapan unsur. Siswa juga banyak menggunakan sapaan dalam tuturannya. Kalimat majemuk hanya digunakan siswa untuk memenuhi tugas guru, bukan untuk interaksi. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diajukan tiga saran. Pertama, para guru yang mengajar di kelas I SD disarankan untuk lebih memperhatikan karakteristik tuturan siswa dalam situasi formal, yakni dalam kegiatan belajar mengajar supaya penggunaan bahasa daerah dalam situasi formal dapat dikurangi. Kedua, peneliti lain diharapkan mengadakan penelitian pada aspek kebahasaan yang lain, misalnya pada aspek fonologi, semantis, dan lain sebagainya untuk memperkaya hasil penelitian tentang kebahasaan. Ketiga, para penulis buku teks dan pengembang media disarankan membuat buku teks dan media pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik bahasa hasil penelitian ini, misalnya dengan kata dan kalimat yang sederhana, sehingga isinya dapat dipahami oleh siswa. DAFTAR RUJUKAN Abe Perkembangan Bahasa Anak, (online), ( diakses 11 Oktober Alwi, Hassan. Dardjowidjojo, Soenjono. Lapoliwa, Hans. Moeliono, Anton M Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Dardjowidjojo, Soenjono ECHA: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Hurlock, Elizabeth Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Kridalaksana, Harimurti Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Muslich, Masnur Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Putrayasa, Ida Bagus Jenis Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama. Putrayasa, Ida Bagus. 2010a. Analisis Kalimat: Fungsi, Kategori, dan Peran. Bandung: Refika Aditama. Putrayasa, Ida Bagus. 2010b. Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika). Bandung: Refika Aditama. Sawardi Penguasaan Kosa Kata Bahasa Indonesia Murid Kelas VI Sekolah Dasar di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta: Depdikbud.

12 Sumarsono dan Partana, Paina Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sunarto dan Hartono, Agung Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rhineka Cipta. 12

KARAKTERISTIK BAHASA LISAN SISWA KELAS 1 SDN PENDEM I MAGETAN DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR TAHUN AJARAN 2013/2014

KARAKTERISTIK BAHASA LISAN SISWA KELAS 1 SDN PENDEM I MAGETAN DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR TAHUN AJARAN 2013/2014 KARAKTERISTIK BAHASA LISAN SISWA KELAS 1 SDN PENDEM I MAGETAN DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR TAHUN AJARAN 2013/2014 1) 2) 3) Dhika Puspitasari, Yunita Furinawati, dan Dihtia Rendra Pratama 1 Email: dhikapuspitasari@ymail.com

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI Fitri Rahmawati Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN 2010-2011 Vania Maherani Universitas Negeri Malang E-mail: maldemoi@yahoo.com Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkurang. Keterbatasan acara anak yang ditayangkan di televisi membuat anakanak

BAB I PENDAHULUAN. berkurang. Keterbatasan acara anak yang ditayangkan di televisi membuat anakanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Acara anak yang ditayangkan di televisi dari hari ke hari semakin berkurang. Keterbatasan acara anak yang ditayangkan di televisi membuat anakanak menonton

Lebih terperinci

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak Rina Ismayasari 1*, I Wayan Pastika 2, AA Putu Putra 3 123 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Kajian tentang morfologi bahasa khususnya bahasa Melayu Tamiang masih sedikit sekali dilakukan oleh para ahli bahasa. Penulis menggunakan beberapa

Lebih terperinci

ARTIKEL JURNAL LINA NOVITA SARI NPM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)

ARTIKEL JURNAL LINA NOVITA SARI NPM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1) PENGGUNAAN AFIKSASI PADA SKRIPSI PERIODE WISUDA KE-52 MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT ARTIKEL JURNAL Diajukan Sebagai

Lebih terperinci

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Wahyu Dwi Putra Krisanjaya Lilianan Muliastuti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya untuk media cetak, media sosial maupun media yang lainnya. Bahasa kini dirancang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN NOMINA BAHASA INDONESIA ANAK USIA 3;5 TAHUN: STUDI KASUS SEORANG ANAK DI LUBUK MINTURUN PADANG

PEMEROLEHAN NOMINA BAHASA INDONESIA ANAK USIA 3;5 TAHUN: STUDI KASUS SEORANG ANAK DI LUBUK MINTURUN PADANG PEMEROLEHAN NOMINA BAHASA INDONESIA ANAK USIA 3;5 TAHUN: STUDI KASUS SEORANG ANAK DI LUBUK MINTURUN PADANG Elvina Rahayu 1, Agustina 2, Novia Juita 3 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk dapat berinteraksi dengan manusia lainnya, di samping itu bahasa dapat menjadi identitas bagi penuturnya.

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA Himawatul Azmi Nur dan Prembayun Miji Lestari Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, FBS, Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang Oleh: Murliaty 1, Erizal Gani 2, Andria Catri Tamsin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI Nama : TITIS AIZAH NIM : 1402408143 LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI I. MORFEM Morfem adalah bentuk terkecil berulang dan mempunyai makna yang sama. Bahasawan tradisional tidak mengenal

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Penggunaan Imbuhan pen-, pe-, pen-an, -an, ke-, ke-an

ABSTRAK. Kata Kunci: Penggunaan Imbuhan pen-, pe-, pen-an, -an, ke-, ke-an Kemampuan Penggunaan Imbuhan pen-, pe-, pen-an, -an, ke-, ke-an dalam Kalimat Efektif Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Bintan Tahun Pelajaran 2013/2014 oleh Ika Septinur Hanifa. Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL Rahmi Harahap Program Studi S-1 Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Research on the structural

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

Oktorita Kissanti Rahayu

Oktorita Kissanti Rahayu PEMAKAIAN KONJUNGSI PADA BAHASA PERCAKAPAN ANAK USIA 7-9 TAHUN DI DESA PABELAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs,

Lebih terperinci

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR oleh Nunung Sitaresmi Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemakaian jenis kalimat bahasa Indonesia dalam buku teks Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam segala segi kehidupan, manusia tidak dapat terlepas dari bahasa. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu berhubungan dengan anggota masyarakat yang lain.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang berjudul Bentuk Fungsi Makna Afiks men- dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar disusun oleh Rois Sunanto NIM 9811650054 (2001)

Lebih terperinci

BUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum

BUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum i BUKU AJAR Bahasa Indonesia Azwardi, S.Pd., M.Hum i ii Buku Ajar Morfologi Bahasa Indonesia Penulis: Azwardi ISBN: 978-602-72028-0-1 Editor: Azwardi Layouter Rahmad Nuthihar, S.Pd. Desain Sampul: Decky

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia sudah tidak bisa ditahan lagi. Arus komunikasi kian global seiring berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa

Lebih terperinci

ANALISIS AFIKSASI DALAM ALBUM RAYA LAGU IWAN FALS ARTIKEL E-JOURNAL. Muhammad Riza Saputra NIM

ANALISIS AFIKSASI DALAM ALBUM RAYA LAGU IWAN FALS ARTIKEL E-JOURNAL. Muhammad Riza Saputra NIM ANALISIS AFIKSASI DALAM ALBUM RAYA LAGU IWAN FALS ARTIKEL E-JOURNAL Muhammad Riza Saputra NIM 100388201040 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KATA BERSUFIKS PADA TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN

KATA BERSUFIKS PADA TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN KATA BERSUFIKS PADA TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN Naskah Publikasi Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Terkait dengan kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap sebagai

Lebih terperinci

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang struktur kata dan cara pembentukan kata (Harimurti Kridalaksana, 2007:59). Pembentukan kata

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nominalisasi sebagai salah satu fenomena kebahasaan, mesti mendapatkan perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai peran yang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada karya sastra berbentuk puisi yang dikenal sebagai těmbang macapat atau disebut juga těmbang

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK Mardianti, Tuti. 2014. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa Kelas X AK 3

Lebih terperinci

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Maret 2014 THE ABILITY TO CHANGE ACTIVE SENTENCE INTO PASSIVE SENTENCE STUDENT CLASS X MA GISTING

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Maret 2014 THE ABILITY TO CHANGE ACTIVE SENTENCE INTO PASSIVE SENTENCE STUDENT CLASS X MA GISTING THE ABILITY TO CHANGE ACTIVE SENTENCE INTO PASSIVE SENTENCE STUDENT CLASS X MA GISTING Oleh M. Makmun Algani 1 Imam Rejana 2 Eka Sofia Agustina 3 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata unsur terpenting di dalam bahasa. Tanpa kata mungkin tidak ada bahasa, sebab itulah kata yang merupakan perwujudan bahasa (Chaer,2011:86). Kelas kata dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap bangsa tentunya memiliki bahasa sebagai identitas, seperti Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak hanya

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S )

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S ) RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S ) 1. Mata Kuliah : Bahasa Indonesia 2. SKS : 2 SKS 3. Semester : GANJIL 2014/2015 4. Program Studi :DESAIN INTERIOR 5. Dosen Pengampu : Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Indah, 2011:2). Anak mengalami sebuah proses belajar secara bertahap untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Indah, 2011:2). Anak mengalami sebuah proses belajar secara bertahap untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bahasa merupakan salah satu mata rantai pertumbuhan anak (Indah, 2011:2). Anak mengalami sebuah proses belajar secara bertahap untuk mencapai sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Wolio yang selanjutnya disingkat BW adalah salah satu bahasa daerah yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa Kerajaan Kesultanan

Lebih terperinci

PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA PRASEKOLAH PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA PRASEKOLAH Dyah Rahmawati* Sunaryo, H.S. Widodo, Hs. E-mail: rahmawati.dyah@yahoo.co.id Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang ABSTRACT: This

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengguna bahasa selalu menggunakan bahasa lisan saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini. Kemampuan ini hendaknya dilatih sejak usia dini karena berkomunikasi merupakan cara untuk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DIKSI DALAM TEKS PIDATO PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO PADA HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA. Oleh : Mentari Ade Fitri

PENGGUNAAN DIKSI DALAM TEKS PIDATO PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO PADA HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA. Oleh : Mentari Ade Fitri PENGGUNAAN DIKSI DALAM TEKS PIDATO PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO PADA HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA Oleh : Mentari Ade Fitri ABSTRAK Masalah penelitian ini adalah bagaimanakah penggunaan

Lebih terperinci

ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUB DIALEK MANTANG BESAR KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN ARTIKEL E-JOURNAL

ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUB DIALEK MANTANG BESAR KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN ARTIKEL E-JOURNAL ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUB DIALEK MANTANG BESAR KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN ARTIKEL E-JOURNAL Oleh ROSITA NIM 090388201278 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antara sesamanya, berlandaskan

Lebih terperinci

I. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam

I. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam I. KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam bahasa untuk menyampaikan maksud serta kesan tertentu dalam keadan yang sesuai. Hal

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Astri Saraswati, Martono, Syambasril Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNTAN, Pontianak

Lebih terperinci

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE Pelesapan Fungsi. (Satya Dwi) 128 PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE Oleh: Satya Dwi Nur Rahmanto,

Lebih terperinci

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF Kalimat Tanya Peserta (Dewi Restiani) 1 KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF INTERROGATIVE SENTENCE OF SMART GENIUS TUTORING CENTER S STUDENTS

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia Analisis Fungsi Mana dalam Bahasa Sri Puji Astuti Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro sripujiastuti0116@gmail.com Abstract The characteristic of interrogative sentence, one of them is the presence

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam berbahasa, kita sebagai pengguna bahasa tidak terlepas dari kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam berbahasa adalah sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa meliputi mendengar, berbicara, membaca, menulis. Keempat kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN. Frasa 1 + dan + Frasa 2. Contoh: Veel kleiner dan die van Janneke

BAB IV SIMPULAN. Frasa 1 + dan + Frasa 2. Contoh: Veel kleiner dan die van Janneke BAB IV SIMPULAN Dan sebagai konjungsi menduduki dua kategori sekaligus yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Posisi konjungsi dan berada di luar elemen-elemen bahasa yang dihubungkan.

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK TANJUNG AMBAT KECAMATAN SENAYANG

ANALISIS BENTUK MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK TANJUNG AMBAT KECAMATAN SENAYANG ANALISIS BENTUK MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK TANJUNG AMBAT KECAMATAN SENAYANG ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh SURYA NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Penggunaan Frasa dan Klausa Bahasa Indonesia (Kunarto) 111 PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Kunarto UPT Dinas Pendidikan Kacamatan Deket Kabupaten Lamongan

Lebih terperinci

Penguasaan Kelas Kata Bahasa Indonesia. Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 18 Padang. Sri Fajarini. Mahasiswa Universitas Andalas)

Penguasaan Kelas Kata Bahasa Indonesia. Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 18 Padang. Sri Fajarini. Mahasiswa Universitas Andalas) Penguasaan Kelas Kata Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 18 Padang Sri Fajarini Mahasiswa Universitas Andalas) Abstract: This study explains and describes mastery of the Indonesian language

Lebih terperinci

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA oleh I Gede Tunas Adiyasa, NIM 0812011039 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd KOMPOSISI BERUNSUR ANGGOTA TUBUH DALAM NOVEL-NOVEL KARYA ANDREA HIRATA Sarah Sahidah Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan hubungan maknamakna gramatikal leksem anggota tubuh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I, peneliti memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, uraian masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I, peneliti memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, uraian masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini. BAB I PENDAHULUAN Dalam BAB I, peneliti memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, uraian masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini. A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa

Lebih terperinci

INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL

INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL Leli Triana Masuad Edy Santoso Universitas Pancasakti Tegal

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA

ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk individu sekaligus makhluk sosial. Untuk memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa merupakan alat

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE Ni Made Suryaningsih Wiryananda email: nanananda41ymail.com Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstracts This study

Lebih terperinci

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588). BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan Judul Struktur dan Ciri Bahasa Teks Fabel dalam Karangan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Malang Tahun 2015 oleh Anitah Karisma Zaki 2015.

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa Indonesia. Akuntansi Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM

MODUL PERKULIAHAN BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa Indonesia. Akuntansi Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM MODUL PERKULIAHAN BAHASA INDONESIA Ragam Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 04 90008 Sri Rahayu Handayani, S.Pd. Abstract Ragam Bahasa merupakan variasi

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN 2013-2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd.) Pada Program Studi Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND Berlian Pancarrani Pascasarjana, Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Tuhan. Dalam berbagai hal manusia mampu melahirkan ide-ide kreatif dengan memanfaatkan akal dan pikiran

Lebih terperinci

REDUPLIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VII B SMP N 1 TERAS BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

REDUPLIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VII B SMP N 1 TERAS BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan REDUPLIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VII B SMP N 1 TERAS BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh: IDA

Lebih terperinci

RINGKASAN PENELITIAN

RINGKASAN PENELITIAN RINGKASAN PENELITIAN KONSTRUKSI KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI GURU-GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN CIAMIS OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Penelitian yang berjudul Konstruksi

Lebih terperinci