BAB II LANDASAN TEORI. Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk"

Transkripsi

1 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemerolehan Bahasa Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih kaidah tata bahasa yang paling baik dan paling sederhana dari bahasa yang bersangkutan (Kiparsky dalamtarigan, 2011: 1). Sementara itu, menurut Kushartati (2005: 24) bahwa pemerolehan bahasa adalah salah satu proses perkembangan yang terjadi pada seorang manusia sejak ia lahir. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa adalah suatu proses perkembangan yang terjadi pada manusia sejak ia lahir untuk menyesuaikan dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih kaidah tata bahasa yang paling baik Pemerolehan Bahasa pada Anak Pemerolehan bahasa pada anak-anak memang merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan sangat menakjubkan, di mana bisa mengetahui bagaimana anak-anak berbicara, mengerti, dan menggunakan bahasa, tetapi sangat sedikit sekali yang diketahui bahwa pemerolehan bahasa sangat banyak ditentukan oleh interaksi rumit aspek-aspek kematangan biologis, kognitif, dan sosial.

2 8 Pemerolehan bahasa anak dapat dikatakan mempunyai ciri khas kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit (sintaksis) Urutan Perkembangan Pemerolehan Bahasa Seperti juga halnya dalam bidang perkembangan fisik dan kognitif anak-anak, dalam perkembangan bahasanya pun mungkin saja memberikan hal-hal umum yang dapat diramalkan yang sebenarnya diikuti oleh semua anak walaupun dengan kecepatan yang beraneka ragam. Perkembangan yang bersifat urutan ini hanyalah merupakan suatu daftar prestasi atau kecakapan dalam masa tertentu saja. Urutan perkembangan bahasa dapat dibagi tiga bagian penting, (1) perkembangan prasekolah (2) perkembangan ujaran kombinatori (3) perkembangan masa sekolah. Berikut ini akan dibicarakan satu-persatu Prekembangan Sekolah Perkembangan pemerolehan bahasa anak-anak prasekolah dapat dibagi lagi atas dua bagian, (1) perkembangan pralinguistik dan (2) tahap satu kata. 1. Perkembangan Pralinguistik Ada kecenderungan untuk menanggap bahwa perkembangan bahasa anak-anak diawali ketika dia mengatakan kata pertamanya yang menjadi tugas para ibu untuk mencatatnya/merekamnya pada buku bayi anak tersebut. Selama tahun pertama, sang anak mengembangkan sejumlah konsep dan kemampuan yang merupakan syarat penting bagi ekspresi linguistik. Sang anak mengembangkan suatu pengartian mengenai diri sendiri dan orang lain sebagai kesatuan lahir yang

3 9 berbeda, pengertian yang harus dimiliki oleh seseorang kalau dirinya sedang berkomunikasi dengan yang lain. Pada akhir tahun pertama, secara khusus, sang anak telah mengembangkan landasan pengertian-pengertian kognitif yang banyak, konsep diri sendiri dan orang lain, konsep manusia dan benda, konsep sarana dan tujuan. Baik aspek koknitif maupun aspek sosial merupakan landasan penting bagi perkembangan bahasa selanjutnya. 2. Tahap Satu Kata Tahap satu kata merupakan suatu dugaan umum bahwa sang anak pada tahap satu kata terus menerus berupaya mengumpulkan nama-nama benda dan orang di dunia. Akan tetapi, secara khusus, kosakata permulaan sang anak mencakup tipe kata-kata lain juga. Sebagai tambahan terhadap perbedaan dalam jenis kata-kata yang dipakai oleh anak-anak pada tahap satu kata ini adalah pembagian berdasarkan cara mereka memakainya. Dengan sejumlah kata yang relatif terbatas, seorang anak dapat mengekspresikan berbagai ragam makna dan relasi dalam berbagai konteks. Sampai akhir tahap satu kata, sang anak dapat menggunakan nomina untuk memperkenalkan objek (misalnya: buku gambar permainan memberi nama dengan orang dewasa), untuk menarik perhatian seseorang pada sesuatu, atau menyatakan sesuatu yang diinginnya Perkembangan Ujaran Kombinatori Pembicaraan mengenai perkembangan ujaran kombinasi anak-anak ini akan kita bagi menjadi beberapa bagian, yaitu perkembangan negatif (penyangkalan),

4 10 perkembangan interogatif (pertanyaan), perkembangan penggabungan kalimat, dan perkembangan sistem bunyi. 1. Perkembngan Negatif Apabila kita menggunakan negatif, kalau kita mengatakan tidak, jelas kita ingin mengatakan berbagai hal. Paling tidak pengertian kita mengenai negatif mencakup noneksistensi, penolakan, dan penyangkalan. Uraian mengenai urutan perkembangan negasi telah dibuat oleh Klima dan Bellugi-Klima (1971) dan mereka menemui periode pertama yang menambahkan kata jangan pada awal kalimat. 2. Perkembangan Interogatif Pada umumnya, pertanyaan itu menuntut informasi dan menagih keterangan. Anak-anak harus mempelajari ucapan-ucapan mana yang merupakan pertanyaan, apa yang dimaksudkan oleh pertanyaan, dan bagaimana cara mengekspresikan atau mengemukakannya. Seperti juga halnya dengan negasi, perkembangan interogatif anak-anak pun berubah-ubah dalam periode yang terdiri atas beberapa tahun. Anak-anak memerlukan lingkungan yang baik untuk mempelajari pertanyaan-pertanyaan, selama proporsi yang tinggi dari ujaran ibu-ibu kepada anak-anaknya yang masih kecil justru dalam bentuk pertanyaan, seperti yang sering kita dengar sehari-hari. 3. Perkembangan Penggabungan Kalimat Aspek penting lain mengenai perkembangan bahasa anak-anak yang mermelukan rentangan masa selama beberapa tahun adalah penggabungan beberapa proposisi menjadi satu kalimat tunggal. Dari penelitian para pakar, kita dapat simpulkan

5 11 secara singkat bahwa sarana-sarana/cara-cara pengembangan penggabungan kalimat sang anak memperlihatkan gerakan melalui beberapa dimensi, yaitu dari penggabungan dua klausa setara menuju penggabungan dua klausa yang tidak setara, dari klausa-klausa utama yang tidak tersela menuju penggunaan klausaklausa yang tersela (penyisipan klausa bawahan di dalam klausa utama), dari klausa yang memuat kejadian tetap menuju klausa yang berfariasi, dan dari penggunaan perangkat-perangkat semantik-sintaksis yang kecil (adverbal, verbs komplemen) menuju perangkat yang lebih diperluas. 4. Perkembangan Sistem Bunyi Mengenai perkembangan pemerolehan bunyi pada anak-anak jelas terlihat bahwa anak-anak bergerak dari pembuatan bunyi ke arah pembuatan pengertian. Dalam perkembangan komponen bunyi bahasa, praktik nyata bunyi-bunyi tertentu dan kombinasi-kombinasi bunyi seolah-olah sama penting dengan representasirepersentasi mental bunyi dalam membimbing anak-anak ke arah ucapan-ucapan yang mirip orang dewasa. Praktik atau pelatihan yang jelas dan teratur mengandung manfaat yang lebih besar dalam wilayah pemerolehan ini daripada dalam wilayah semantik ataupun sintaksis. Keterampilan berucap atau mengucapkan kata-kata menjadi semakin terkontrol dan diperbaiki dengan pemakaian dalam praktik. Perkembangan komponen ini memang lebih fisik, dan seperti halnya dalam perkembangan kemampuan-kemampuan fisik lainnya (berdiri terbalik diatas kepala, berenang), praktik dan pelatihan sungguh membantu membawa keterampilan itu di bawah pengawasan atau kontrol.

6 Perkembangan Masa Sekolah Satu hal yang penting mengenai bahasa, yaitu bahwa perkembangan dan penggunaan bahasa adalah unik dan universal. Anak telah menciptakan sistem bahasanya berdasarkan seperangkat khusus pengalaman di rumah dan masyarakatnya sendiri, caranya sendiri mengekpresikan makna dalam berbagai situasi, dan setiap anak mempunyai ciri-ciri atau sifat-sifat kepribadiannya sendiri yang menyatakan diri dari cara sang anak menggunakan bahasa (Tarigan, 2011: 16-34) Pemerolehan Bahasa dalam Bidang Sintaksis Dalam bidang sintaksis, anak memulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata (atau bagian kata). Kata ini bagi anak sebenarnya adalah kalimat penuh, tetapi karena dia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil satu kata dari seluruh kalimat itu. Dalam pola pikir yang masih sederhana tampaknya anak sudah mempunyai pengetahuan tentang informasi lama versus inforrmasi baru. Kalimat diucapkan untuk memberikan informasi baru kepada pendengarnya. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dalam ujaran yang dinamakan ujaran satu kata, USK, (one word utterance) anak tidak sembarangan memilih kata itu; dia akan memilih kata yang memberikan informasi baru. Dari segi sintaktiknya, USK sangatlah sederhana karena memang hanya terdiri dari satu kata saja, bahkan untuk bahasa seperti bahasa Indonesia hanya sebagian saja dari kata itu. Namun dari segi semantiknya, USK adalah kompleks karena satu kata ini bisa memiliki lebih dari satu makna.

7 13 Sekitar umur 2;0 anak mulai mengeluarkan Ujaran Dua Kata, UDK (two word utterance). Anak mulai dengan dua kata yang diselingi jeda sehingga seolah-olah dua kata itu terpisah. Dengan adanya dua kata dalam UDK maka orang dewasa dapat lebih bisa menerka apa yang dimaksud oleh anak karena cakupan makna menjadi lebih terbatas. Cara lain dari UDK adalah bahwa kedua kata ini adalah kata-kata dari kategori utama: nomina, verba, adjektiva, atau bahkan adverbia. Belum ada kata fungsi seperti di, yang, dan, dsb. Pada UDK juga belum ditemukan afiks macam apa pun. Pada tahap ini anak juga sudah dapat menyatakan bentuk negatif. Pada anak Indonesia, proses mentalnya mungkin agak lebih rumit karena dalam bahasa kita terdapat beberapa macam bentuk negatif: bukan, belum, dan tidak. Pemerolehan bentuk negatif bukan secara dini mungkin dipengaruhi oleh konsep sini dan kini yang membuat nomina lebih dominan daripada kategori yang lain sehingga kata bukan merupakan negasi antara dua nomina. Munculnya bentuk negasi ini mulamula sebagai respon terhadap pertanyaan. Kemudian muncul negasi belum yang tampaknya juga berkaitan dengan konsep sini dan kini karena verba adalah kategori kedua setelah nomina. Kata negatif ndak atau nggak juga muncul hampir bersamaan dengan belum karena alasan yang sama. Setelah UDK tidak ada ujaran tiga kata yang merupakan tahap khusus. Pada umumnya, pada saat anak mulai memakai UDK, dia juga masih memakai USK. Setelah beberapa lama memakai UDK dia juga mulai mengeluarkan ujaran yang tiga kata atau bahkan lebih. Jadi, antara satu jumlah kata dengan jumlah kata yang lain bukan merupakan tahap yang terputus (Dardjowidjojo, 2008: ).

8 Kalimat Finoza (2009: 149) berpendapat bahwa kalimat adalah bagian ujaran atau tulisan yang mempunyai stuktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasi finalnya menunjukkan bagian ujaran atau tulisan itu sudah lengkap dengan makna (bernada berita, tanya, atau perintah). Sementara itu, Ramlan (2001: 21) kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri atas klausa (Cook dkk dalam Putrayasa, 2009: 1). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang berupa ujaran atau tulisan, terdiri atas klausa, dan mempunyai pola intonasi akhir Unsur-unsur Kalimat Finoza (2009: ) terdapat lima unsur yang terdapat dalam kalimat, yaitu subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap Subjek Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pelaku, tokoh, sosok, sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Sebagian besar S diisi oleh frasa benda atau nominal, klausa, atau frasa verbal Predikat Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan perbuatan (action) apa S, yaitu pelaku atau tokoh atau sosok dalam suatu kalimat. Selain itu,

9 15 P juga menyatakan sifat atau keadaan S. Termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. Verba atau ajektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomania, atau frasa nominal Objek Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang wajib hadirnya O Pelengkap Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu nomina dan frasa nominal Keterangan Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan P dalam sebuah kalimat. Posisi Ket boleh manasuka, di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket dapat berupa adverbia, frasa preposional, atau klausa Struktur Kalimat Dasar Kalimat dasar adalah kalimat yang (1) terdiri atas dua klausa, (2) unsur-unsurnya lengkap, (3) susunan unsur-unsurnya berdasarkan urutan yang paling umum, dan (4) tidak mengnadung pertanyaan atau pengingkaran. Dengan kata lain, kalimat dasar di sini identik dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif yang urutan unsur-unsurnya paling lazim.

10 16 Dalam pemerian kalimat, perlu dibedakan kategori sintaksis, fungsi sintaksis, dan peran semantis unsur-unsur kalimat. Setiap bentuk kata, atau frasa, yang menjadi konstituen kalimat termasuk dalam kategori kata atau frasa tertentu dan masingmasing mempunyai fungsi sintaksis serta peran semantis tertentu pula. Sejalan dengan kategori kata itu, terdapat kategori frasa yang dibedakan berdasarkan unsur utamanya seperti pada (1a, 1b). Perlu dicatat bahwa istilah frasa konjungtor atau frasa partikel tidak dikenal dengan kombinasi konjungtor atau partikel dengan kategori lain, kalau ada, dan sangat terbatas. (1) a. Frasa Nominal (FN) b. Frasa Preposional (FPrep) Frasa Verbal (FV) Frasa Adjektival (FAdj) Frasa Adverbial (FAdv) Kata seperti meja, pergi, sakit, sering, dan kepada masing-masing termasuk dalam kategori N, V, Adj, Adv, dan Prep; dan frasa meja itu, sudah pergi, agak sakit, sering sekali, dan kepada saya masing-masing tergolong FN, FV, FAdj, FAdv, dan FPrep. Sementara itu, kategori perlu pula dibedakan dari bentuk kata. Suatu bentuk kata dapat mempunyai keanggotaan rangkap dalam arti kata tersebut termasuk dalam dua kategori atau lebih. Dari uraian singkat di atas tampak bahwa antara bentuk, kategori, fungsi, dan peran tidak ada hubungannya satu lawan satu. Fungsi merupakan suatu tempat dalam struktur kalimat dengan unsur pengisi berupa bentuk (bahasa) yang tergolong dalam kategori tertentu dan mempunyai peran semantis tertentu pula.

11 17 Tabel 2.1 Struktur Kalimat Dasar Bentuk Ibu Saya Tidak Membeli Baju Baru Untuk Kami Minggu lalu Kate gori Kata N Pron Adv V N Adj Pren N N V Frasa FN FV FN FPrep FN Fung si Pe ran Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan Pelaku Perbuatan Sasaran Peruntung waktu Pola Kalimat Dasar Dalam suatu kalimat tidak selalu kelima fungsi sintaksis ini terisi, tapi paling tidak harus ada konstituen pengisi subjek dan predikat. Kehadiran kontstituen lainnya banyak ditentukan oleh konstituen pengisi predikat. Contoh: 1. Dia [S] tidur [P] di kamar depan [Ket]. 2. Mereka [S] sedang belajar [P] bahasa Inggris [Pel] sekarang [Ket]. 3. Mahasiswa [S] mengadakan [P] seminar [O] di kampus [Ket]. 4. Buku itu [S] terletak [P] di meja [Ket] kemarin [Ket]. Pada contoh di atas, konstituen yang dicetak miring dapat dihilangkan tanpa mengakibatkan kejanggalan kalimat dalam arti bahwa makna kalimat tetap dapat dipahami tanpa harus diketahui konteks situasi pemakainya. Tabel 2.2 Pola Kalimat Dasar Fungsi Tipe 1. S-P 2. S-P-O Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan Orang itu sedang tidur Saya Mahasiswa Ayahnya Membeli mobil baru - - Rani Mendapat Hadiah - - Beliau Menjadi - ketua koperasi -

12 18 3. S-P-Pel Pancasila Merupakan - dasar negara - kita Kami Tinggal - - di jakarta 4. S-P-Ket Kecelakaan itu Terjadi - - minggu lalu Dia Mengirim Ibunya Uang - 5. S-P-O- Pel Dian Mengmbilkan Adiknya air minum - 6. S-P-O- Ket Pak Raden Memasukkan uang - ke bank Beliau Memperlakukan Kami - dengan baik Jenis-jenis Kalimat Jenis kalimat dapat dibagi menjadi (1) kalimat berdasarkan jumlah klausa, (2) kalimat menurut fungsinya, (3) kalimat tak lengkap, dan (4) kalimat inversi Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat terdiri atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. 1. Kalimat Tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa (satuan gramatik yang terdiri S, P baik disertai O, Pel, dan Ket ataupun tidak). Hal itu berarti bahwa konstituen untuk setiap unsur kalimat, seperti subjek dan predikat, hanyalah satu atau merupakan satu kesatuan. Dalam kalimat tunggal tentu saja terdapat semua unsur wajib yang diperlukan. Di samping itu, tidak mustahil ada pula unsur manasuka sepeti keterangan tempat, waktu, dan alat. Dengan demikian, kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud yang pendek, tetapi juga dapat panjang seperti pada contoh berikut. 1. Dia akan pergi.

13 19 2. Kami mahasiswa Atma Jaya. 3. Mereka akan membentuk kelompok belajar. 4. Guru matematika kami akan dikirim ke luar negeri. 5. Pekerjaan dia mengawasi semua narapidana di sini. 2. Kalimat Majemuk Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal. Hal itu berarti dalam kalimat majemuk terdapat lebih dari satu klausa. Kalimat majemuk dibagi dua bagian yaitu kalimat majemuk setara dan bertingkat. 1. Kalimat Majemuk Setara Kalimat majemuk setara mempunyai ciri (1) dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal, dan (2) kedudukan tiap kalimat sederajat. Konjungtor yang menghubungkan klausa dalam kalimat majemuk setara jumlahnya cukup banyak. Konjungtor itu menunjuk beberapa jenis hubungan dan menjalankan beberapa fungsi. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini dibuatkan tabel penghubung klausa dalam kalimat majemuk setara. Tabel 2.3 Penghubung Klausa dalam Kalimat Majemuk Setara Jenis Hubungan Fungsi Kata penghubung penjumlahan pertentangan pemilihan menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, dan proses menyatakan bahwa hal yang dinyatakan dalam klausa pertama bertentangan dengan klausa kedua menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan dan, serta, baik, maupun tetapi, sedangkan, bukannya, melainkan atau

14 20 urutan menyatakan kejadian yang berurutan lalu, kemudian 2. Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat majemuk bertingkat berbeda dengan kalimat majemuk setara. Perbedaannya terletak pada derajat klausa pembentukannya yang tidak setara karena klausa kedua merupakan perluasan dari klausa pertama. Konjungtor yang menghubungkan klausa kalimat majemuk bertingkat berbeda dengan konjungtor pada kalimat majemuk setara. Dalam tabel di bawah ini dapat dilihat jenis hubungan antarklausa dan konjungtor dalam kalimat majemuk bertingkat. Tabel 2.4 Penghubung Klausa dalam Kalimat Majemuk Bertingkat No Jenis Hubungan Kata Penghubung Waktu syarat tujuan konsesif pembandingan sebab/alasan akibat/hasil cara/alat kemiripan kenyataan sejak, sedari, sewaktu, sementara, seraya, setelah, sambil, sehabis, sebelum, ketika, tatkala, hingga, sampai jika(lau), seandainya, andaikata, andaikan, asalkan, kalau, apabila, bilamana, manakala agar, supaya, untuk, biar walau(pun), meski(pun), sekali(pun), biar(pun), kendati(pun), sungguh(pun) seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana, daripada, alih-alaih, ibarat sebab, karena sehingga, sampai-sampai, maka dengan, tanpa seolah-olah, seakan-akan padahal, nyatanya

15 penjelas/kelengkapan bahwa Kalimat Menurut Fungsinya Kalimat menurut fungsinya dibagi menjadi empat kalimat yaitu kalimat deklaratif, imperatif, interogatif, dan ekslamatif. 1. Kalimat Berita Kalimat berita (deklaratif) adalah kalimat yang dipakai oleh penutur atau penulis untuk memberitakan sesuatu. Dalam pemakaian bahasa bentuk kalimat berita umumnya digunakan oleh pembicara/penulis jika pada suatu saat kita mengetahui ada kecelakaan lalu lintas dan kemudian kita menyampaikan peristiwa itu kepada orang lain, maka kita dapat memberitahukan kejadian itu dengan menggunakan bermacam-macam bentuk kalimat berita. Contoh kalimat deklaratif adalah sebagi berikut. 1. Tadi pagi ada tabrakan mobil di dekat Monas. 2. Saya lihat ada bus masuk Ciliwung tadi pagi. 3. Waktu ke kantor, saya lihat ada jip menabrak becak sampai hancur. 4. Saya ngeri lihat tabrakan antara bus PPD dan sedan Fiat tadi pagi. 5. Tadi pagi ada sedan Fiat mulus yang ditabrak bus PPD. Dari segi bentuknya, kalimat di atas bermacam-macam. Ada yang memperlihatkan inversi, ada yang berbentuk aktif, ada yang pasif, dan sebagainya. Akan tetapi, jika dilihat fungsi komunikasinya, maka kalimat di atas adalah sama, yakni semuanya merupakan kalimat berita. Dengan demikian, kalimat berita dapat bearupa bentuk apa saja, asalkan isinya merupakan pemberitaan. Dalam bentuk tulisnya, kalimat berita diakhirkan dengan tanda titik. Dalam bentuk lisan, suara berakhir dengan nada turun.

16 22 2. Kalimat Perintah Kalimat perintah (imperatif) dipakai jika penutur ingin menyuruh atau melarang orang berbuat sesuatu. Pada bahasa lisan kalimat ini berintonasi akhir menurun dan pada bahasa tulis kalimat ini diakhiri dengan tanda seru atau tanda titik. Perintah atau suruhan dan permintaan jika ditinjau dari isinya, dapat diperinci menjadi enam golongan: 1. Perintah atau suruhan biasa jika pembicara menyuruh lawan bicaranya berbuat sesuatu. 2. Perintah halus jika pembicara tampaknya tidak memerintah lagi, tetapi menyuruh mencoba atau mempersilahkan lawan bicara sudi berbuat sesuatu. 3. Permohonan jika pembicara, demi kepentingannya, minta lawan bicara berbuat sesuatu. 4. Ajakan dan harapan jika pembicara mengajak atau berharap lawan bicara berbuat sesuatu. 5. Larangan atau perintah negatif, jika pembicara menyuruh agar jangan dilakukan suatu. 6. Pembiaran jika pembicara minta agar jangan dilarang. Kalimat imperatif memiliki ciri formal seperti berikut. 1. Intonasi yang ditandai nada rendah di akhir tuturan, 2. Pemakaian partikel penegas, penghalus, dan kata tugas ajakan, harapan, permohonan, dan larangan, 3. Susunan inversi sehingga urutannya menjadi tidak selalu terungkap predikat-subjek jika diperlukan, dan

17 23 4. Pelaku tindakan selalu terungkap. Kalimat imperatif dapat diwujudkan sebagai berikut. 1. Kalimat yang terdiri atas predikat verbal dasar atau adjektiva, ataupun frasa preposional saja yang sifatnya taktransitif. 2. Kalimat lengkap yang berpredikat verbal taktransitif atau transitif. 3. Kalimat yang dimarkahi oleh berbagai kata tugas modalitas kalimat. 3. Kalimat Tanya Kalimat tanya (interogatif) adalah kalimat yang dipakai oleh penutur atau penulis untuk memperoleh informasi atau reaksi berupa jawaban yang diharapkan dari mitra komunikasinya. Kalimat tanya secara formal ditandai oleh kehadiran kata tanya seperti apa, siapa, berapa, kapan, dan bagaimana dengan atau tanpa partikel kah sebagai penegas. Dalam kalimat tanya sering hadir pula kata di mana, kapan, dan yang mana. Kalimat tanya digunakan untuk meminta (1) jawaban ya atau tidak dan (2) informasi mengenai sesuatu atau seseorang dari lawan bicara atau pembaca. Pada bahasa lisan kalimat ini diakhiri dengan intonasi naik dan pada bahasa tulis, kalimat diakhiri dengan tanda tanya (?). Berikut contoh kalimat tanya. 1. Dia isteri Pak Bambang. Apa dia isteri Pak Bambang? 2. Pemerintah akan memungut pajak deposito. Apa pemerintah akan memungut pajak deposito? 3. Suaminya ditangkap minggu lalu. Apakah suaminya ditangkap minggu lalu? 4. Perbuatannya ketahuan isterinya. Apakah perbuatannya ketahuan isterinya?

18 24 4. Kalimat Seru Kalimat seru (ekslamatif) dipakai penutur untuk mengungkapkan perasaan emosi yang kuat, termasuk kejadian yang tiba-tiba dan memerlukan reaksi spontan. Kalimat seru secara formal ditandai oleh kata alangkah, betapa, atau bukan main pada kalimat berpredikat adjektival. Kalimat seru ini juga dinamakan kalimat interjeksi biasa digunakan untuk menyatakan perasaan kagum atau heran. Cara pembentukan kalimat ekslamatif dari kalimat deklaratif mengikuti langkah berikut. 1. Balikkan urutan unsur kalimat dari S-P menjadi P-S. 2. Tambahkan partikel nya pada (adjektiva) P. 3. Tambahkan kata (seru) alangkah, bukan main, atau betapa di muka P jika dianggap perlu. Dengan menerapkan kaidah di atas, kita dapat membuat kalimat ekslamatif dari kalimat deklaratif seperti pada contoh berikut. 1. Pergaulan mereka bebas. 2. Bebas pergaulan mereka. (kaidah 1) Bebasnya pergaulan mereka! (kaidah 2) Alangkah bebasnya pergaulan mereka! (kaidah 3) Bukan main bebasnya pergaulan mereka! Betapa bebasnya pergaulan mereka! Kalimat Tak Lengkap Pada umumnya kalimat yang dibicarakan terdahulu merupakan kalimat tak lengkap. Pembicaraan ini terbatas pada kalimat tak lengkap yang juga disebut kalimat minor. Kalimat tak lengkap pada dasarnya adalah kalimat yang tidak ada subjek dan/atau predikatnya.

19 25 Perhatikan penggalan percakapan berikut. Amir : Kamu tinggal di mana Min? Amin : Di Kampung Melayu. Bentuk Di Kampung Melayu sebenarnya merupakan bagian dari bentuk kalimat lengkap Saya tinggal di Kampung Melayu. Di luar konteks wacana, Kalimat tak lengkap dapat digunakan dalam kalimat petunjuk, slogan, ucapan atau sapaan, dan grafiti. Perhatikan contoh berikut. 1. Menerima pegawai baru untuk di tempatkan di luar Jakarta. 2. Belok kiri boleh langsung. 3. Merdeka atau mati. 4. Ibu. Bentuk kalimat di atas itu tampaknya, secara berurutan, berasal dari contoh berikut. 1. Kami menerima pegawai baru untuk ditempatkan di luar Jakarta. 2. Yang akan berbelok kiri, boleh langsung berbelok. 3. Kita merdeka atau kita mati. Selain bentuk kalimat tak lengkap di atas, kita temukan pula ungkapan formula yang berdiri sendiri seperti kalimat. Perhatikan contoh berikut. 1. Selamat malam. 2. Selamat hari ulang tahun. 3. Apa kabar? 4. Merdeka! 5. Selamat jalan. 6. Sampai jumpa lagi. Bentuk kalimat di atas tidak mempunyai padanan bentuk lengkap.

20 Kalimat Inversi Kalimat inversi adalah kalimat yang Predikatnya mendahului Subjek sehingga terbentuk pola P-S. Selain merupakan variasi dari S-P, ternyata kalimat inversi dapat memberi penekanan atau ketegasan makna tertentu. Perhatikan kalimat yang berikut. 1. Ada tamu, Pak. 2. Ada kabar bahwa dia telah meninggal. 3. Ada seseorang yang mencari anda. Dari contoh di atas kita lihat bahwa verba ada terletak di muka nomina. Dengan kata lain, urutan fungsinya adalah predikat dulu, baru kemudian subjeknya. Tentu saja dua unsur wajib itu dapat pula diikuti oleh unsur lain seperti terlihat pada dua contoh terakhir di atas. Kalimat inversi, yakni kalimat yang urutannya terbalik, umumnya mensyaratkan subjek yang tak definit. 1. Ada tamu. Ada seorang tamu. 2. Ada pencuri di halaman. Ada seorang pencuri di halaman. 3. Ada tamu itu. Ada tamu tersebut. 4. Ada pencuri itu di halaman. Ada pencuri ini. Perlu diperhatikan bahwa ada juga dapat ditempatkan sesuai dengan urutan yang bisa, yakni sesudah subjek. Akan tetapi, urutan seperti itu mengandung makna yang berbeda. Dibandingkan kalimat yang berikut. 1. Ada buku di meja. 2. Buku itu ada di meja.

21 27 Pada kalimat (1) kita berbicara tentang adanya benda yang dinamakan buku dan benda itu terletak di meja. Jadi,buku yang dimaksud tidak bersifat difinit. Pada (2) kita mengacu ke benda yang telah diidentifikasi sebelumnya sebagai buku; dan buku itu ada di meja. Perbedaan kedua kalimat itu tampak pula pada wajib tidaknya verba. Pada kalimat (1) verbanya wajib hadir, sedangkan pada kalimat (2) verba itu dapat dihilangkan. Kalimat (1) kita terima, tetapi kalimat (2) kita tolak kecuali buku dipertetangkan dengan frasa nominal lain, seperti dalam konteks. 1. Buku itu di meja. 2. Koran di tempat tidur, buku di meja Intonasi Kalimat Intonasi merupakan salah satu alat sintaksis yang sangat penting. Dalam bahasa Indonesia tampaknya intonasi ini (yang berupa tekanan, nada, atau tempo) tidak berlaku pada tataran fonologi dan morfologi; melainkan hanya berlaku pada tataran sintaksis. Sebuah klausa yang sama, artinya terdiri dari unsur segmental yang sama, dapat menjadi kalimat deklaratif atau kalimat interogatif hanya dengan mengubah intonasinya. Intonasi merupakan hal yang sangat penting di dalam sintaksis. Intonasi merupakan ciri utama yang membedakan kalimat dari sebuah klausa, sebab bisa dikatakan, klausa ditambah intonasi sama dengan kalimat. Jadi, kalimat intonasi dari sebuah kalimat ditanggalkan maka sisanya yang tinggal adalah klausa. Kalau konsituen dasar kalimat dapat diuraikan atas segmen-segmennya berdasarkan ciri morfologi dan sintaksis, maka intonasi juga dapat diuraikan atas ciri-cirinya yang berupa tekanan, tempo, dan nada. Tekanan adalah ciri-ciri

22 28 suprasegmental yang menyertai bunyi ujaran. Tempo adalah waktu yang dibutuhkan untuk melafalkan suatu arus ujaran. Nada adalah unsur suprasegmental yang diukur berdasarkan kenyaringan suatu segmen dalam suatu arus ujaran. Kenyaringan ini terjadi karena getaran selaput suara (Chaer, 2012: ). 2.3 Perkembangan Bahasa pada Anak Pada aspek perkembangan bahasa, kompetensi dan hasil yang diharapkan adalah anak mampu menggunakan bahasa sebagai pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berpikir dan belajar dengan baik. Perkembangan bahasa anak tidak saja dipengaruhi oleh perkembangan neurologis tetapi juga oleh perkembangan biologisnya. Pada masa kanak-kanak awal, anak-anak mulai meninggalkan tahapan dua kata, mereka bergerak cepat menuju kombinasi tiga-empat-lima-kata. Peralihan dari kalimat-kalimat sederhana (yang mengekspresikan preposisi tunggal) menjadi kalimat-kalimat kompleks diawali antara usia dua hingga tiga tahun dan berlanjut hingga sekolah dasar (Bloom dalam Santrock, 2007: 360). Anak-anak prasekolah mempelajari dan mengaplikasikan aturan-aturan sintaksis. Setelah melampaui masa pengucapan dua kata, anak menunjukan penguasaan aturan-aturan kompleks terkait bagaimana kata-kata harus disusun. Anak-anak sekitar usia empat hingga lima tahun belajar mengubah pola percakapan mereka sesuai situasi. (Santrock, 2007: ).

23 Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Dini Pada aspek pengembangan bahasa, kompetensi dan hasil yang diharapkan adalah anak mampu menggunakan bahasa sebagai pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berpikir dan belajar dengan baik. Perkembangan bahasa anak tidak hanya dipengaruhi oleh perkembangan neurologis tetapi juga oleh perkembangan biologisnya. (Lennerberg dalam Yamin dkk, 2013: 104) mengatakan bahwa perkembangan bahasa seorang anak itu mengikuti dan sesui dengan jadwal perkembangan biologisnya yang tidak dapat ditawar-tawar. Seorang anak tidak dipaksa ataupun dipicu sekuat apapun untuk dapat mengujarkan atau mengucapkan sesuatu, bila saja kemampuan biologisnya belum memungkinkan untuk mengujarkan suatu kata. Sebaliknya, bila saja seorang anak secara biologis telah dapat mengucapkan atau mengujarkan sesuatu, maka dia tidak akan dapat dicegah atau ditahan untuk tidak mengujarkan atau mengucapkan. Pemerolehan bahasa pada anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan menakjubkan, dimana kita bisa mengetahui bagaimana anakanak dapat berbicara, mengerti, dan menggunakan bahasa, tetapi sangat sedikit sekali yang kita ketahui bahwa pemerolehan bahasa sangat banyak ditentukan oleh interaksi rumit aspek-aspek kematangan biologis, kognitif, dan sosial. Pemerolehan bahasa anak dapat dikatakan mempunyai ciri khas kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari satu kata sederhana menuju gabungan kata lebih rumit (sintaksis).

24 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak Bahasa anak dapat berkembang cepat jika anak memiliki kemampuan dan didukung oleh lingkungan yang baik. Berikut ini ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak usia dini. 1) Anak berada dalam lingkungan yang positif dan bebas dari tekanan. 2) Menunjukkan sikap dan minat yang tulus pada anak. 3) Menyampaikan pesan verbal diikuti dengan pesan nonverbal. 4) Dalam bercakap-cakap dengan anak, orang dewasa perlu menunjukkan ekspresi yang sesuai dengan ucapannya. Perlu diikuti gerakan, mimik muka, dan intonasi yang sesuai. 5) Melibatkan anak dalam komunikasi Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Menurut Vygosky ada tiga tahap perkembangan bahasa anak yang menentukan tingkat perkembangan berpikir. 1) Tahap eksternal yaitu tahap berpikir dengan sumber berpikir anak berasal dari luar dirinya. Sumber eksternal tersebut berasal dari orang dewasa yang memberikan pengarahan kepada anak dengan cara tertentu. 2) Tahap egosentris yaitu suatu tahap ketika pembicaraan orang dewasa tidak lagi menjadi persyaratan. Dengan suara khas, anak berbicara ssesuai dengan jalan pikirannya. 3) Tahap internal yaitu tahap ketika anak dapat menghayati proses berpikir, misalnya, seorang anak sedang menggambar seekor kucing. Pada tahap ini, anak memproses pikirannya sendiri, apa yang harus dia gambar?.

25 Pembelajaran Bahasa Indonesia di PAUD Pendidikan usia dini (PAUD) adalah merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulus pendidikan untuk membantu perkembangan, pertumbuhan, baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan yang lebih lanjut (UU No. 20 tahun 2003). Dalam pembelajaran di PAUD terdapat kurikulum yang dijabarkan ke dalam silabus. Kurikulum digunakan guru untuk mengetahui kegiatan-kegiatan siswa sesuai dengan perkembangan anak yang meliputi kognitif, sosial, emosional dan fisik yang memfokuskan pada pencapaian setiap langkah dalam pembelajaran. Kurikulum juga digunakan guru sebagai panduan mengenai kemampuan yang harus dicapai oleh anak yang sifatnya umum pada umur-umur tertentu. Kurikulum disusun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan para ahli pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam kurikulum PAUD berisi tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator.

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sangat penting bagi kehidupan manusia karena bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi dan alat untuk menuangkan pikiran, baik secara lisan, tulisan,

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, 53 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat

Lebih terperinci

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6 Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

Lebih terperinci

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK MODUL 4 Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK Modul 4 memuat materi kalimat efektif. Kalimat efektif adalah materi lanjutan dari modul sebelumnya, yaitu tata kalimat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final.

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. 1. KALIMAT 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. Perbedaan kalimat dan klausa Klausa : gabungan kata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. Pendefinisian kalimat, baik segi struktur, fungsi, maupun maknanya banyak ditemukan dalam buku-buku tata

Lebih terperinci

Oleh Ratna Novita Punggeti

Oleh Ratna Novita Punggeti KALIMAT DLM BI Oleh Ratna Novita Punggeti STRUKTUR KALIMAT 1. SUBJEK Bagian kalimat yang menunjukkan pelaku/masalah. Menjawab pertanyaan: siapa, apa. Biasanya berupa kata benda/frasa (kongkret/abstrak)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS Sintaksis adalah bidang tataran linguistic yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti

Lebih terperinci

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang

Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang KALIMAT Merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang tertinggi. Secara tradisional: suatu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan pikiran yang lengkap. Secara struktural: bentuk satuan gramatis

Lebih terperinci

Oleh Septia Sugiarsih

Oleh Septia Sugiarsih Oleh Septia Sugiarsih satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Conth: Saya makan nasi. Definisi ini tidak universal karena ada kalimat yang hanya terdiri atas satu kata

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA 7 TAHUN 3 BULAN DALAM BIDANG SINTAKSIS

PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA 7 TAHUN 3 BULAN DALAM BIDANG SINTAKSIS PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA 7 TAHUN 3 BULAN DALAM BIDANG SINTAKSIS Chairul Bachri Siregar Rizka Maya Sari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PPs Universitas Negeri Medan e-mail: rizkamaya_s@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar.

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi) Lecture: Kapita Selekta Linguistik Date/Month/Year: 25 April 2016 Semester: 104 (6) / Third Year Method: Ceramah Credits: 2 SKS Lecturer: Prof. Dr. Dendy Sugono, PU Clues: Notes: Kapita Selekta Linguistik

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kegiatan, peradaban kebudayaan manusia. Bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kegiatan, peradaban kebudayaan manusia. Bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan bahasa dengan manusia sangat erat, sebab tumbuh dan berkembangnya bahasa senantiasa bersama dengan berkembang dan meningkatnya kegiatan, peradaban kebudayaan

Lebih terperinci

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418 APA DAN MANA DALAM KALIMAT DEKLARATIF Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro ABSTRACT Kalimat merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan maksud

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua

BAB II LANDASAN TEORI. Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian yang berjudul Pola Hubungan Peran Semantik dalam Kalimat Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua penelitian yang

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT DALAM TEKS ANEKDOT PADA SURAT KABAR TEMPO EDISI NOVEMBER Oleh

STRUKTUR KALIMAT DALAM TEKS ANEKDOT PADA SURAT KABAR TEMPO EDISI NOVEMBER Oleh STRUKTUR KALIMAT DALAM TEKS ANEKDOT PADA SURAT KABAR TEMPO EDISI NOVEMBER 2014 Oleh Gita Andriana Wini Tarmini Ni Nyoman Wetty Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung e-mail : gitandriana20@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan dengan pendekatan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan dengan pendekatan teori yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Setiap orang pasti akan mendefinisikan bahasa dengan cara yang

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan

Lebih terperinci

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu FUNGSI ETERANGAN DALAM ALIMAT MAJEMU BERTINGAT DALAM OMPAS MINGGU TRULI ANJAR YANTI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

Unsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT?

Unsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT? KALIMAT? Kalimat merupakan bentuk bahasa atau wacana yang digunakan sebagai sarana untuk menuangkan dan menyusun gagasan secara terbuka agar dapat dikomunikasikan kepada orang lain (Mustakim, 1994). Kalimat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN. Frasa 1 + dan + Frasa 2. Contoh: Veel kleiner dan die van Janneke

BAB IV SIMPULAN. Frasa 1 + dan + Frasa 2. Contoh: Veel kleiner dan die van Janneke BAB IV SIMPULAN Dan sebagai konjungsi menduduki dua kategori sekaligus yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Posisi konjungsi dan berada di luar elemen-elemen bahasa yang dihubungkan.

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat 9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND Berlian Pancarrani Pascasarjana, Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu terlihat

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan

LANDASAN TEORI. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan 8 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sintaksis Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologis, sintaksis berarti menempatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

RELASI KONSESIF BAHASA INDONESIA

RELASI KONSESIF BAHASA INDONESIA RELASI KONSESIF BAHASA INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Oleh AGUSTIN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia berkembang melalui proses pendidikan, melahirkan suatu pandangan bahwa pendidikan pada dasarnya sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personel sepanjang

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja

KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Metode Bercerita Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA )

SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA ) SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA ) MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S.Pd. M.Pd. Disusun oleh : Kelompok

Lebih terperinci

Perhatikan kalimat di bawah ini!

Perhatikan kalimat di bawah ini! KLAUSA Perhatikan kalimat di bawah ini! 1) Kamu harus menjadi orang pintar, harus tetap bersemangat, rajin belajar supaya disayang keluarga. 2) Akan belajar. (Jawaban atas pertanyaan Kamu akan apa?) 3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap bangsa tentunya memiliki bahasa sebagai identitas, seperti Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan

Lebih terperinci

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia Analisis Fungsi Mana dalam Bahasa Sri Puji Astuti Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro sripujiastuti0116@gmail.com Abstract The characteristic of interrogative sentence, one of them is the presence

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Bentuk Frasa Pada Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XII SMA Karangan Dawud DKK Penerbit : Erlangga 2004 oleh

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami halhal lain

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau yang sudah ada dengan menyebutkan dan membahas seperlunya hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : 1402408239 BAB 6 SINTAKSIS Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologi sintaksis berarti

Lebih terperinci

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah HERU SUTRISNO

Lebih terperinci

5 Universitas Indonesia

5 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu penjelasan tentang teori Lexical Functional Grammar (subbab 2.1) dan penjelasan tentang struktur kalimat dalam bahasa Indonesia (subbab

Lebih terperinci

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA HUMANIORA Suhandano VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 70-76 KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA Suhandano* 1. Pengantar ahasa terdiri dari dua unsur utama, yaitu bentuk dan arti. Kedua unsur

Lebih terperinci

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat mempertahankan hasil dari suatu penelitian, seorang penulis akan lebih mudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat mempertahankan hasil dari suatu penelitian, seorang penulis akan lebih mudah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keputakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai datadata

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik (Syam, 1980:7).

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik (Syam, 1980:7). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Gilang Puspasari Fathiaty Murtadlo Asep Supriyana Abstrak. Penelitian

Lebih terperinci

I. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam

I. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam I. KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam bahasa untuk menyampaikan maksud serta kesan tertentu dalam keadan yang sesuai. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian keadaan kelompok

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.

BAB V PENUTUP. dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. Secara garis besar kalimat imperatif bahasa Indonesia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifakasikan diri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

SINTAKSIS Dr. Rusma Noortyani, M.Pd

SINTAKSIS Dr. Rusma Noortyani, M.Pd i BUKU AJAR SINTAKSIS Dr. Rusma Noortyani, M.Pd Editor M. Arsyad, S.Pd., M.Pd Penerbit Penerbar Media Pustaka i Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Dilarang memperbanyak, memfotokopi sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA

Lebih terperinci

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR oleh Nunung Sitaresmi Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemakaian jenis kalimat bahasa Indonesia dalam buku teks Sekolah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah BAB 4 KESIMPULAN 4.1 Pengantar Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah didapatkan, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dan disarankan untuk penelitian selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya

Lebih terperinci