ANALISIS JENIS KALIMAT PADA KARANGAN GURU-GURU SD MAHAKAM ULU KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS JENIS KALIMAT PADA KARANGAN GURU-GURU SD MAHAKAM ULU KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2015"

Transkripsi

1 ANALISIS JENIS KALIMAT PADA KARANGAN GURU-GURU SD MAHAKAM ULU KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh: Herningdyah Cahyaning Ratri NIM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017

2 ANALISIS JENIS KALIMAT PADA KARANGAN GURU-GURU SD MAHAKAM ULU KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh: Herningdyah Cahyaning Ratri NIM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i

3 Dosen Dosen Pembimbing II

4 Dipersiapkan dan ditulis oleh: Nama Ketua Sekretaris Anggota I Anggota2 Anggota 3 Yogyakarta, 28 Februari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sanata Dharma

5 PERSEMBAHAN Skripsi ini saya perembahkan untuk: 1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan memberikan pertolongan tepat pada waktu-nya. 2. Orang tua tercinta, bapak Heru Sigit Cahyanto dan Ibu Sri Budiningsih serta Bapak Ardi Suryanto dan Ibu Pandom Triasati yang selalu mendoakan dan memberikan semangat. 3. Prodi PBSI Universitas Sanata Dharma sebagai tempat untuk menuntut ilmu. iv

6 MOTO Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu (Lukas 21:19) Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa (Roma 12:12) -Ora et Labora- v

7 PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah dsebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 28 Februari 2017 Penulis Herningdyah C.R. vi

8 LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Herningdyah Cahyaning Ratri Nomor Mahasiswa : Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul Analisis Jenis Kalimat pada Karangan Guru-Guru SD Mahakam Ulu Kalimantan Timur Tahun Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun royalti kepada saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 28 Februari 2017 Saya yang menyatakan, Herningdyah Cahyaning Ratri vii

9 ABSTRAK Ratri, Herningdyah Cahyaning Analisis Jenis Kalimat pada Karangan Guru- Guru SD Mahakam Ulu Kalimantan Timur Tahun Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji jenis kalimat dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, pada tahun Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan: (1) jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan (2) jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksis pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu Kalimantan Timur. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Objek penelitian ini adalah jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan bentuk sintaksis. Sumber data penelitian ini adalah karangan tentang lingkungan yang dibuat para guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan dokumen berupa karangan. Tahap analisis data berupa identifikasi, klasifikasi, dan interpretasi. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan menjadi dua hal. 1) Berdasarkan jumlah klausa, jenis kalimat yang digunakan pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal ada empat jenis, yakni kalimat tunggal dengan predikat verba, nomina, adjektiva dan numeral. Sementara itu, kalimat majemuk ada tiga tipe, yakni kalimat majemuk setara, bertingkat, dan campuran. 2) Berdasarkan bentuk sintaksis, jenis kalimat yang digunakan pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur adalah kalimat deklaratif, kalimat imperatif, dan kalimat interogatif. Implikasi penelitian ini adalah kemampuan menulis guru-guru SD Mahakam Ulu sudah baik tetapi dapat ditingkatkan dalam penggunaan jenis kalimat terutama pada kalimat tunggal dengan predikat frasa preposisional, kalimat majemuk setara konjungsi penanda pemilihan, majemuk bertingkat anak kalimat pengandaian, pembandingan, cara, alat dan perkecualian serta kalimat eksklamatif. Oleh sebab itu, sebaiknya para guru khususnya guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur mempelajari berbagai macam jenis kalimat secara lebih mendalam dengan berbagai pelatihan. Kata Kunci: Kalimat, Jenis Kalimat dan Karangan viii

10 ABSTRACT Ratri, Herningdyah Cahyaning An Analysis of Type of Sentence Used in Essays Written by Elementary Teachers of Mahakam Ulu, East Kalimantan A Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University. This research analyzed the type of sentence used in essays written by Elementary Teachers of Mahakam Ulu, east Kalimantan in This research was aimed to describe: (1) type of sentence based on the amount of clause on essays written by Elementary Teachers of Mahakam Ulu and (2) type of sentence based on the form of syntax on essays written by Elementary Teachers of Mahakam Ulu, East Kalimantan. The research was a qualitative descriptive research. The object of the research was type of sentence based on the amount of clause and the form of syntax. The sources of this research was essays about environment written by elementary teachers of Mahakam Ulu, East Kalimantan. The technique to collect the data was conducted by using documentation method. The stages of data analysis were identification, classification, and interpretation. The result of the research can be concluded be two things. 1) Based on the number of clauses, the teachers of SD Mahakam Ulu, East Borneo used the simple and complex sentences in the written essays. There were four types of simple sentence, simple sentence with verb, noun, adjective, and numerals predicate. Furthermore, there were three types of complex sentence, compound sentence, complex sentence, and compound-complex sentence. 2) Based on the form of syntax, type of sentence used in essays written by Elementary Teachers of Mahakam Ulu, east Kalimantan were declarative sentence, imperative sentence, and interrogative sentence. The implication of this research was the writing ability of Elementary Teachers Mahakam Ulu are good but can be improved on the use of type of sentence, especially in the simple sentence with phrases prepositionalpredicate,compound sentence equivalent conjunctions marker election, compound, comparison, way, tools and the exception and eksklamative sentence. Therefore, it is better for the Elementary teachers in Mahakam Ulu, east Kalimantan to have a depth training in various type of sentence. Keywords: Sentence, Essay, and A type of sentence ix

11 KATA PENGANTAR Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Jenis Kalimat pada Karangan Guru-Guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kaimantan Timur Tahun 2015 dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Kelancaran dan keberhasilan proses pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. 3. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing pertama yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing, memberikan saran, serta kritikan yang membangun dalam proses penyusunan skripsi ini. 4. Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku dosen kedua yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing, memberikan saran, motivasi dan kritikan yang membangun dalam proses penyusunan skripsi ini. 5. Septina Krismawati, S.S, M.A selaku triangulator yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk menvalidasi hasil analisis data dalam penelitian ini. 6. Segenap dosen Prodi PBSI, dosen MKU, dan dosen MKK yang telah mendidik dan membimbing penulis selama mengikuti kuliah. 7. Robertus Marsidiq, selaku staf sekretariat Prodi PBSI yang selama ini telah banyak membantu dan memberi kemudahan dalam administrasi yang diperlukan. x

12 8. Orang tua terkasih, bapak Heru Sigit Cahyanto dan Ibu Sri Budiningsih serta Bapak Ardi Suryanto dan Ibu Pandom Triasati yang selalu mendoakan dan memberikan semangat. 9. Kakak tercinta, Putri Hambawani Setyaningrum dan Dyah Ayu Wikandari yang selalu mendengarkan keluh kesah dan memberikan semangat selama proses penulisan skripsi ini. 10. Nety Putri Perdani, Maria Magdalena Damar Isti Nugraheni, Francisca Dewi Wulansari, Brigitta Swaselia Kasita, dan Septian Purnomo Aji teman kelompok skripsi payung yang sudah menyemangati, berbagi waktu dan pikiran selama penulisan skripsi ini. 11. Karmelia Galih Runti Sari, Yuhacim Titto S, Hendra Sigalingging, Natalia Harsanti, Romo Margareta Dina yang selalu memberikan bantuan doa, semangat, dan perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Teman-teman mahasiswa PBSI angkatan 2012 yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah bersama menjalani dinamika belajar di PBSI USD selama empat tahun ini. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terimakasih atas dukungannya kepada penulis. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Namun, penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk para peneliti selanjutnya terutama dalam bidang pendidikan. Yogyakarta, 28 Februari 2017 Penulis, Herningdyah Cahyaning Ratri xi

13 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN MOTO... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Istilah Sistematika Penyajian... 6 BAB II STUDI KEPUSTAKAAN Penelitian Terdahulu Landasan Teori Kalimat Bagian-Bagian Kalimat xii

14 Fungsi Sintaksis Unsur Kalimat Pola Kalimat Jenis Kalimat Karangan Kompetensi Guru Sekolah Dasar (SD) Kerangka Berpikir BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Data dan Sumber Data Objek Penelitian Instrumen Penelitian Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data Triangulasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Data Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa Kalimat Tunggal dengan Predikat Nomina Kalimat Tunggal dengan Predikat Verba Kalimat Tunggal dengan Predikat Adjektiva Kalimat Tunggal dengan Predikat Numeral Kalimat Majemuk Setara Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat Majemuk Campuran Data Kalimat Berdasarkan Bentuk Sintaksis Kalimat Deklaratif Kalimat Imperatif xiii

15 Kalimat Interogatif Analisis Data Jenis Kalimat berdasarkan Jumlah Klausa Kalimat Tunggal Kalimat Majemuk Jenis Kalimat berdasarkan Bentuk Sintaksis Kalimat Deklaratif Kalimat Imperatif Kalimat Interogatif Pembahasan Hasil Penelitian Jenis Kalimat berdasarkan Jumlah Klausa Jenis Kalimat berdasarkan Bentuk Sintaksis BAB V PENUTUP Kesimpulan Implikasi Hasil Penelitian Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS xiv

16 DAFTAR TABEL Tabel 1 Perbedaan Objek dan Pelengkap Tabel 2 Pola-Pola Kalimat Dasar Tabel 3 Nama Guru dan Judul Karangan Tabel 4 Kode Fungsi Sintaksis Tabel 5 Kode Penomoran Karangan Tabel 6 Data Kalimat berdasarkan Jumlah Klausa Tabel 7 Data Kalimat berdasarkan Bentuk Sintaksis DAFTAR BAGAN Bagan 1 Jenis-Jenis Kalimat Bagan 2 Hubungan Koordinasi Kalimat Bagan 3 Hubungan Subordinasi Kalimat Bagan 4 Hubungan Antarklausa dalam Kalimat Majemuk Campuran Bagan 5 Alur Kerangka Berpikir DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Panduan Analisis Lampiran 2 Hasil Analisis Data dan Triangulasi Lampiran 3 Karangan Guru xv

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia karang-mengarang sudah tidak asing lagi bagi pendidikan di Indonesia dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Para pelajar sudah terbiasa belajar mengenai karangan. Buku-buku pelajaran pun termasuk dalam wujud karangan. Karangan yang dipelajari dari mulai tataran sekolah dasar hingga tataran perguruan tinggi merupakan salah satu hasil kegiatan menulis. Menurut The Liang Gie (1992: 17), karangan adalah bentuk gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Dalam proses membuat karangan diperlukan media untuk membawa gagasan dari pikiran penulis kepada pihak pembaca. Gagasan itu diwujudkan ke dalam bentuk kata-kata yang dirangkai menjadi ungkapan atau frasa, beberapa frasa digabung menjadi anak kalimat dan anak kalimat-anak kalimat itu membangun kalimat yang utuh. Kalimat-kalimat yang disusun menjadi paragraf-paragraf yang padu nantinya akan berkembang menjadi sebuah karangan. Hasan Alwi, dkk (2010: 317) mengatakan bahwa kalimat merupakan satuan bahasa terkecil dalam bentuk lisan maupun tulisan dan digunakan untuk mengungkapkan pikiran secara utuh. Hal ini menunjukkan bahwa kalimat merupakan unsur penting untuk membuat karangan. Untuk membuat karangan 1

18 2 yang padu, seseorang harus menyusun karangan itu dengan kalimat yang baik dan benar. Sebuah kalimat yang baik dan benar tentunya memiliki struktur yang baik dan benar pula. Struktur kalimat dalam bahasa Indonesia berkaitan dengan unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K). Menurut Hasan Alwi (dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, 2010: 328), kalimat yang baik harus memiliki sekurang-kurangnya konstituen pengisi unsur subjek dan predikat. Kehadiran konstituen lainnya ditentukan oleh kedua konstituen tersebut. Pengetahuan tentang struktur kalimat itu dapat menjadi dasar seseorang menentukan jenis-jenis kalimat yang akan dibuat. Pengetahuan tentang jenis kalimat juga perlu dikuasai oleh seorang penulis agar ia dapat memvariasikan jenis-jenis kalimat itu dalam karangannya. Menurut Abdul Chaer (2009: 45), jenis kalimat dapat dibagi menjadi tiga golongan yakni, berdasarkan kategori klausanya, berdasarkan jumlah klausanya, dan berdasarkan modusnya. Jenis kalimat merupakan salah satu hal penting dalam pengembangan kalimat yang harus dikuasai oleh para guru bahasa dalam mengajarkan keterampilan menulis, khususnya menulis karangan. Salah satu faktor penentu keberhasilan pelajar terletak pada kemampuan mengajar guru bahasa Indonesia dalam menulis karangan. Banyak faktor yang melatarbelakangi guru bahasa tidak optimal dalam memberikan materi pengajaran kepada siswa atau pelajar. Salah satunya adalah terbatasnya jumlah guru pada sekolah itu. Keterbatasan ini menyebabkan guru

19 3 yang tidak memiliki kemampuan dalam bidang studi tertentu harus mengajarkan bahasa Indonesia di kelas. Akibat dari hal itu adalah banyak kekeliruan dan keterbatasan dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik. Keterbatasan jumlah pendidik banyak dialami sekolah-sekolah yang terletak di daerah terpencil. Permasalahan seperti fenomena tersebut dialami juga oleh guru-guru SD di daerah Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Daerah Mahakam Ulu merupakan daerah baru di Kalimantan Timur. Daerah baru ini masih dalam taraf pembangunan dalam berbagai bidang diantaranya dalam bidang pendidikan. Sebuah situs di internet (disdik.kaltimprov.go.id) menunjukkan bahwa sumber daya guru di sana masih terbatas jumlahnya. Oleh sebab itu, masih banyak guru yang merangkap mengajar pada bidang yang tidak sesuai dengan keahliannya. Guru dengan latar belakang yang tidak sesuai dengan mata pelajaran bahasa Indonesia kemungkinan sangat terbatas mengajarkan bahasa Indonesia kepada para pendidiknya. Hal inilah yang mungkin menimbulkan kekeliruan-kekeliruan berbahasa, termasuk dalam menulis karangan. Untuk itulah, dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat kemampuan guru-guru dalam memahami bahasa Indonesia, khususnya dalam keterampilan menulis karangan. Penulis meneliti kalimat pada karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur dari segi sintaksis dengan fokus penelitian pada faktor-faktor gramatikalnya saja. Peneliti ingin melihat penggunaan jenis kalimat bahasa Indonesia dalam karangan mereka.

20 4 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. a. Apa sajakah jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa pada karangan yang digunakan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur? b. Apa sajakah jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksis pada karangan yang digunakan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur? 1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Mendeskripsikan jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa pada karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu. b. Mendeskripsikan jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksis pada karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi dunia pendidikan khususnya para guru sekolah dasar (SD), tentang penggunaan kalimat bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Dengan pemahaman tentang kalimat yang baik dan benar, para guru dapat menyampaikan materi pembelajaran terutama mata pelajaran bahasa Indonesia dengan benar. Bagi peneliti lain,

21 5 penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan penelitian selanjutnya terutama dalam bidang sintaksis tentang jenis kalimat bahasa Indonesia. 1.5 Batasan Istilah a. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh, (TBBBI, 2010: 317). b. Fungsi Sintaksis Unsur Kalimat Fungsi sintaksis unsur kalimat merupakan hubungan atau relasi gramatikal unsur-unsur kalimat. Unsur-unsur kalimat meliputi subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (K), (Khairah, 2014: 113). c. Pola Kalimat Pola kalimat adalah konsep sintaksis yang mencakup konstruksikonstruksi kalimat. (Kamus Linguistik, 2008: 196) d. Jenis Kalimat Jenis kalimat merupakan pengelompokan atau pengklasifikasian kalimat berdasarkan unsur-unsur kalimatnya (TBBBI, 2010: 343). e. Karangan Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca (The Liang Gie, 2002).

22 6 1.6 Sistematika Penyajian Penyajian penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I pendahuluan. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II landasan teori. Bab ini menguraikan penelitian yang relevan dan kajian teori. Bab III metodologi penelitian. Bab ini menguraikan jenis penelitian, data dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini menguraikan data, hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab V bagian penutup, bagian ini akan dipaparkan kesimpulan, implikasi, dan saran.

23 BAB II STUDI KEPUSTAKAAN 2.1 Penelitian Terdahulu Ada tiga penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu (a) penelitian Galih Puji Haryanto (2015), (b) penelitian Zahrulia Arina Rinanda (2012), dan (c) penelitian B. Bobby Prasetya Nugraha (2010). Penelitian Galih Puji Haryanto berjudul Analisis Struktur Kalimat dan Struktur Paragraf serta Pola Pengembangannya pada Wacana Undang-Undang tentang Pendidikan. Penelitian tersebut menganalisis 45 kalimat dengan tiga macam pola struktur, yaitu S-P-K, P-K-Pel berjumlah 28 kalimat; K,(S)-P-O-K berjumlah 7 buah kalimat; K-S-P- Konj.-P-K dan (K)-(S)-P-O-O1-O2-O3-O4-O5, P-O berjumlah 5 kalimat. Dari ketiga struktur itu, struktur S-P-K, P-K-Pel paling banyak terdapat dalam undangundang pendidikan. Penelitian yang dilakukan oleh Zahrulia Arina Rinanda berjudul Analisis Struktur Kalimat pada Wacana Iklan Brosur Provider Telekomunikasi. Ada dua kesimpulan dalam penelitian tersebut pertama, kalimat pada wacana iklan brosur provider telekomunikasi digolongkan menjadi empat jenis kalimat, yakni (a) kalimat tunggal dan majemuk, (b) kalimat deklaratif dan imperatif, (c) kalimat lengkap dan taklengkap, (d) kalimat biasa dan inversi. Kedua, struktur kalimat pada wacana iklan brosur provider telekomunikasi digolongkan menjadi dua 7

24 8 struktur, pertama yakni struktur kalimat tunggal dan kedua struktur kalimat majemuk. Penelitian B. Bobby Prasetya Nugraha berjudul Struktur Kalimat dalam Kolom Liputan Khusus Majalah Sekolah Bikar SMA Stella Duce II Yogyakarta. Penelitian itu mencakup analisis struktur kalimat dan analisis kelengkapan unsur kalimat. Penelitian tersebut mengambil empat buah majalah sebagai objek penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam kolom Liputan Khusus terdapat kalimat dengan beberapa struktur, yaitu kalimat tunggal, kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat dan kalimat yang tidak memiliki kejelasan struktur. Dari beberapa jenis kalimat tersebut, dari kolom majalah itu paling banyak ditemukan kalimat tunggal, yakni 107 kalimat. Peneliti juga menemukan kalimat yang strukturnya tidak lengkap dalam kalimat tunggal dan kalimat majemuk, baik majemuk setara maupun majemuk bertingkat. Kalimatkalimat pada kolom majalah Bikar tersebut kebanyakan memiliki kekurangan pada unsur S (subjek), P (predikat), atau S (subjek) dan P (predikat). Penelitian analisis jenis kalimat pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu ini masih relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh ketiga peneliti di atas. Ketiga penelitian itu juga dilakukan di bidang sintaksis yang berkaitan dengan struktur kalimat. Namun, penelitian ini dikhususkan pada analisis struktur kalimat pada karangan bidang pendidikan karena peneliti melihat bahasan penelitian tentang struktur kalimat di kalangan pendidikan khususnya guru-guru SD di Kalimantan Timur masih terbatas

25 9 2.2 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung temuan sehingga dapat memperkuat penelitian yang dilakukan. Teori yang dimaksud adalah kalimat, jenis kalimat, jenis karangan, dan kompetensi guru sekolah dasar (SD) Kalimat Dalam sintaksis, hal yang dikaji meliputi frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Namun, penelitian ini hanya akan mengkaji kalimat. Kalimat akan dianalisis dari segi jenisnya yang dipakai dalam karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Hasan Alwi, dkk (dalam TBBBI, 2010:317) menjelaskan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan maupun tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam bentuk lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi bunyi diikuti oleh kesenyapan. Dalam wujud tulisan (Latin), kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan, tanda tanya (?), atau tanda seru (!), sementara itu di dalamnya disertakan pula tanda koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi. Ramlan (2005: 21) menuturkan bahwa kalimat ada yang terdiri dari satu kata, dua kata, atau tiga kata. Sesungguhnya yang menentukan satuan kalimat bukannya banyaknya unsur, melainkan intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.

26 10 Miftaful Khairah (2014: 146) berpendapat bahwa kalimat bisa dibentuk oleh kata, frasa, dan klausa. Satuan bahasa dapat dikategorikan sebagai kalimat atau bukan, tidak bergantung pada banyaknya kata, melainkan pada intonasi final dan keutuhan makna. Dengan demikian, terdapat dua hal penting berkenaan dengan konsep kalimat, yaitu konstituen dasar dan intonasi final. Miftaful Khairah (2014: 147) menjelaskan bahwa konstituen dasar kalimat biasanya berupa klausa karena di dalam klausa sudah terdapat fungsi internal bahasa, yaitu fungsi semantik, fungsi sintaksis, dan fungsi pragmatiknya. Fungsi-fungsi ini membangun keutuhan makna sebuah klausa. Jika sebuah klausa diberi tanda baca atau intonasi final, terbentuklah sebuah kalimat yang lengkap. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kalimat itu merupakan satuan bahasa terkecil dari tataran analisis bahasa. Dalam pembentukannya, kalimat tidak ditentukan oleh banyak sedikitnya unsur kata yang membentuknya, tetapi oleh intonasi final dan keutuhan makna yang akan disampaikan Bagian-Bagian Kalimat Hasan Alwi, (2010: 318) mengatakan bahwa dilihat dari bentuknya, kalimat dapat dirumuskan sebagai konstruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih. Antara kalimat dan kata terdapat dua satuan antara, yaitu frasa dan klausa. Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung unsur predikasi, sedangkan frasa adalah satuan sintaksis

27 11 yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak mengandung unsur predikasi. Keduanya masih termasuk ke dalam satuan tata bahasa. Kalimat dalam banyak hal tidak berbeda dengan klausa. Keduanya samasama memiliki unsur predikasi. Dilihat dari segi struktur internalnya, kalimat dan klausa terdiri atas unsur predikat dan subjek dengan atau tanpa objek, pelengkap atau keterangan. Perbedaan antara klausa dan kalimat hanya terdapat bagaimana cara pandang dari kedua bentuk itu. Contoh-contoh di bawah ini dapat memperjelas uraian tentang klausa dan kalimat. (1) a. dia pandai (S + P) b. Dia pandai. (2) a. anak itu makan kue (S + P + O) b. Anak itu makan kue. (3) a. beliau memakai baju warna biru (S+ P + O + Pel) b. Beliau memakai baju warna biru. Bentuk (1)a, (2)a, (3)a di atas sering diacu sebagai klausa karena terdiri atas unsur-unsur predikasi sekurang-kurangnya unsur (S-P) tetapi tidak memperhatikan intonasi dan tanda baca. Namun, kutipan (1)b, (2)b, (3)b dapat dikatakan kalimat karena memperhatikan unsur-unsur predikasi dengan intonasi atau tanda baca akhir. Menurut Alwi, dkk (2010: 321), kalimat minimal terdiri atas unsur subjek dan predikat. Kedua unsur kalimat itu merupakan unsur yang wajib hadir. Di samping kedua unsur itu, ada kata atau kelompok kata yang kehadirannya dapat

28 12 dihilangkan tanpa mempengaruhi arti dari suatu kalimat. Perhatikanlah contoh kalimat di bawah ini! (4) Saya bertemu Andi kemarin di parkiran. Kalimat (4) di atas terdiri atas lima konstituen, yaitu 1) saya, 2) bertemu, 3) Andi, 4) kemarin, dan 5) di parkiran. Dari kelima konstituen kalimat itu, hanya kemarin dan di parkiran yang dapat dihilangkan tanpa mengubah arti atau makna kalimat itu. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dibedakan antara unsur wajib dan unsur takwajib (manasuka). Unsur wajib terdiri dari konstituen yang tidak dapat dihilangkan, karena jika dihilangkan akan mempengaruhi arti atau makna kalimat. Sebaliknya, unsur takwajib terdiri atas konstituen yang dapat dihilangkan atau manasuka. Pada umumnya, unsur keterangan pada kalimat termasuk dalam unsur takwajib, seperti contoh di atas. Namun, pada situasi tertentu, unsur keterangan itu harus hadir, karena sangat berpengaruh terhadap keutuhan makna kalimat. Contoh di bawah ini menunjukkan bahwa unsur keterangan justru harus hadir dalam sebuah kalimat. (5) Dia menuju ke pasar. (6) *Dia menuju. Bentuk ke pasar tidak dapat dihilangkan karena kalimat tersebut menjadi tidak memiliki konteks pembicaraan, sehingga kalimat tersebut tidak dapat ditafsirkan atau tidak memiliki makna. Contoh di bawah ini akan memperjelas peran unsur keterangan dalam sebuah kalimat.

29 13 (7) Paman tinggal di Bandung. (8) *Paman tinggal. Jika dilihat, kalimat (8) terasa ambigu dibanding dengan kalimat (7) yang diikuti keterangan tempat di Bandung. Kata tinggal pada kalimat (8) bermakna ambigu, yakni tinggal yang berarti diam atau tinggal dalam arti berdomisili. Berbeda dengan kalimat (7) yang diikuti dengan keterangan tempat, yang berarti Paman berdomisili di Bandung. Kedua contoh di atas membuktikan bahwa dalam situasi tertentu konstituen atau unsur tak wajib (manasuka) dapat berubah menjadi konstituen wajib hadir Fungsi Sintaksis Unsur-Unsur Kalimat Menurut Miftaful Khairah (2014: 113), fungsi sintaksis unsur kalimat berhubungan dengan relasi gramatikal suatu klausa. Fungsi sintaksis suatu kalimat meliputi S (subjek) P (predikat) O (objek) Pel (pelengkap) K (keterangan). Meskipun fungsi-fungsi sintaksis dalam suatu kalimat tidak harus muncul secara bersamaan, kadang dalam penulisan sebuah kalimat masih sering dijumpai kesalahan urutan fungsi-fungsi kalimat itu. Uraian di bawah ini akan membahas fungsi subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan secara berturut-turut. A. Subjek Menurut Hasan Alwi, dkk (2010: 334), subjek merupakan fungsi sintaksis terpenting yang kedua setelah predikat. Dalam sebuah kalimat majemuk fungsi subjek dapat dilesapkan tanpa mengubah struktur gramatikalnya.

30 14 Subjek merupakan bentuk gramatikal di dalam klausa yang berpotensi berperan sebagai pelaku, pengalaman, ukuran, peruntung dan pokok (Khairah, 2014:125). Pada umumnya, subjek berupa nomina, frasa nomina, atau pronomina. Contoh kalimat beserta kategori kata, peran dan fungsinya akan diuraikan di bawah ini. (9) Semua saudaraku berkumpul. S/FN/pelaku (10) Perang itu membuat fobia korbannya. S/FN/pngalaman P O (11) Ia mendapat nilai bagus. S/pronomina/peruntung P O P Fungsi subjek pada kalimat (9), (10), dan (11) dapat ditempati oleh kategori kata selain nomina, seperti frasa nomina dan pronomina. Subjek dalam kalimat (9) berlaku sebagai pelaku, subjek pada kalimat (10) berperan sebagai pengalaman, dan subjek dalam kalimat (11) berperan sebagai peruntung. Widjono Hs (2007: 148) menjelaskan unsur subjek memiliki ciri-ciri, yakni 1) dapat diketahui dari jawaban apa atau siapa, 2) subjek dapat disertai dengan pewatas yang, dan 3) subjek tidak didahului dengan preposisi. B. Predikat Predikat merupakan bentuk gramatikal di dalam kalimat yang berpotensi berperan sebagai perbuatan, proses, keadaan, pengalamaan, relasional, eksistensial, posisi, lokasi, kuantitas, dan identitas (Khairah, 2014 : 113). Predikat kalimat biasanya berupa frasa verbal atau fasa adjektival. Pada kalimat yang

31 15 berpola S P, predikat dapat berupa frasa nominal, frasa numeralia, atau frasa preposisional (Alwi, 2010 : 333). Perhatikan contoh di bawah ini! (12) Ibuku guru bahasa Inggris (P=FN) (13) Kakaknya tiga (P=FNum) (14) Adik sedang ke sekolah (P=FPrep) (15) Andi sedang bermain (P=FV) (16) Siswa itu pintar sekali (FAdj) Kalimat (12) hingga (16) menunjukkan bahwa unsur predikat tidak hanya dapat diisi oleh verba atau frasa verba, tetapi juga dapat diisi oleh kategori kata apapun sesuai dengan konteks kalimatnya. Widjono Hs (2007: 148) menguraikan bahwa unsur predikat memiliki ciri-ciri, yakni 1) dapat diketahui dari jawaban mengapa atau bagaimana, 2) predikat tidak bisa disertai dengan pewatas yang, 3) subjek dapat didahului dengan kata adalah, ialah, yaitu, dan yakni, dan 4) subjek dapat didahului dengan keterangan modalitas. C. Objek Objek merupakan bentuk gramatikal di dalam klausa yang berpotensi berperan sebagai sasaran, hasil, dan peruntung (Khairah, 2014: 128). Sementara itu, Alwi, dkk (2010: 335) juga menjelaskan bahwa kehadiran objek dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Verba aktif transitif biasanya afiks meng-, meng-kan, meng-i, memper-kan, dan memper-i. Jadi, kehadiran objek berfungsi untuk melengkapi predikat berupa aktif transitif. Objek pada kalimat aktif transitif akan menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan. Objek biasanya berupa nomina atau frasa nomina. Perhatikanlah contoh di bawah ini!

32 16 (17) Ibu memberikan. (18) Ibu memberikan uang saku kepada Andi. S P(transitif) O K Jika dilihat kalimat (17) dan (18), unsur objek sangat berperan ketika predikatnya berupa aktif transitif. Kalimat (17) tersebut sudah terdiri dari sekurang-kurangnya subjek dan predikat, tetapi kalimat tersebut belum cukup jelas maksudnya. Kalimat tersebut masih memerlukan objek untuk memperjelas makna kalimat itu. Unsur objek tersebut akan menentukan sasaran dari subjek dan predikat. Oleh karena itu, kalimat (18) dapat dikatakan kalimat yang utuh. D. Pelengkap Pelengkap merupakan bentuk gramatikal dalam klausa yang kedudukannya hampir mirip dengan objek (TBBBI, 2010: 336 ). Perannya pun hampir sama dengan objek, yakni sebagai sasaran, hasil, jangkauan identitas, dan ukuran. Pelengkap sering berwujud nomina dan menempati posisi setelah predikat yang berupa verba. Hal inilah yang sering membingungkan antara objek dan pelengkap, karena keduanya sama-sama dapat menempati posisi setelah predikat. Bagan di bawah ini akan menunjukkan persamaan dan perbedaan antara objek dan pelengkap.

33 17 Tabel 1. Perbedaan Objek dan Pelengkap (TBBBI, 2010 : 336) Objek Berwujud frasa nominal atau klausa. (19) Contoh: Badai Tsunami melanda Jepang. Berada langsung di belakang predikat. Contoh: (22) Hakim itu memberikan S P tersangka beberapa pilihan. O Pel Menjadi subjek setelah pemasifan kalimat. Contoh: (25) Jepang dilanda bencana banjir S P O Pelengkap Berwujud frasa nominal, frasa adjektival, frasa verbal atau klausa. (20) Saksi itu berkata jujur (Adj) (21) Artis itu pandai menari (V) Berada langsung di belakang predikat jika tak ada objek (contoh a) dan jika ada objek berada langsung di belakang objek itu (contoh b). Contoh: (23) Negara harus berlandaskan hukum. (24) Ahmad menuliskan adiknya S P O surat. Pel Tidak dapat menjadi pelengkap setelah pemasifan kalimat. Contoh: (26)*Hukum harus dilandaskan negara Dapat diganti dengan pronomina -nya. Contoh : (27) Presiden memanggil Menteri Pertanian (28) Presiden memanggilnya. Tidak dapat diganti dengan nya. Contoh: (29) Presiden bertemu beberapa menteri. (30) *Presiden bertemunya. E. Keterangan Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya (TBBBI, 2010: 337). Keterangan dapat berada di akhir, di awal, bahkan di tengah kalimat.

34 18 Menurut Khairah (2014:131), keterangan berfungsi memberikan penjelasan tambahan bagi unsur inti. Oleh karena itu, dalam struktur kalimat, keterangan termasuk unsur periferal atau tambahan. Letaknya pun paling mudah untuk berpindah. Konstituen keterangan, biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisional, atau frasa adverbial. Perhatikan contoh di bawah ini! (31) Dia memotong rambutnya kemarin. (Ket.Waktu) (32) Kemarin dia memotong rambutnya. (33) Dia kemarin memotong rambutnya. Kata kemarin dalam kalimat (31), (32), dan (33) merupakan unsur keterangan yang tidak terikat. Maksudnya adalah kata kemarin dapat berubahubah letaknya baik di depan subjek, di belakang subjek maupun di belakang objek Pola Kalimat Harimurti Kridalaksana (dalam Kamus Linguistik, 2008:196) mengatakan bahwa pola kalimat merupakan konsep sintaksis yang mencakup konstruksikonstruksi pembentuk kalimat itu. Adanya pola kalimat itu memudahkan penulis dalam membuat kalimat yang benar secara gramatikal. Selain itu, pola kalimat dapat menyederhanakan berbagai kalimat agar mudah dipahami. Hasan Alwi, dkk (dalam TBBBI, 2010: 326) mengatakan bahwa kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, unsur-unsurnya lengkap, susunan unsur-unsurnya menurut urutan paling umum dan tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran. Dengan kata lain, kalimat dasar tersebut identik dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif yang urutan unsur-unsurnya paling

35 19 lazim. Urutan unsur-unsur tersebut adalah S-P-(O)-(Pel)-(K) dengan catatan bahwa unsur objek, pelengkap, dan keterangan yang ditulis di antara tanda kurung tidak selalu hadir. Hasan Alwi, dkk (2010: 329) memaparkan bahwa umumnya ada enam pola kalimat dasar yang dapat diturunkan dari pola S-P-(O)-(Pel)-(K). Pola kalimat dasar tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Fungsi Tabel 2. Pola-Pola Kalimat Dasar Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan Tipe S-P Dina Mandi S-P-O Tito Membeli Bola - - S-P-Pel Dia Menjadi - ketua kelas - S-P-Ket Saya Bermain - - di halaman S-P-O-Pel Ibu membelikan Adik Baju - S-P-O-Ket Ayah menjemput Tono - di sekolah Dalam pengembangannya, suatu kalimat dasar itu dapat berubah sesuai dengan konteksnya, sehingga dapat berubah bentuk menjadi kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, ataupun kalimat majemuk campuran. Ada pula kalimat yang unsur-unsurnya atau fungsi sintaksinya tidak selalu hadir bersamaan, paling tidak ada konstituen subjek dan predikat. Konstituen lainnya banyak ditentukan oleh konstituen pengisi predikat. Pada umumnya, banyak dari kalimat yang ditemukan urutan unsurnya berbeda dengan urutan kelima fungsi sintaksis di atas, terutama yang menyangkut

36 20 letak keterangan dan letak predikat terhadap subjek kalimat. Keterangan memiliki banyak jenis dan letaknya dapat berpindah-pindah di dalam kalimat, baik di awal, tengah maupun di akhir kalimat. Banyak juga kalimat yang predikatnya mendahului subjek kalimat. Urutan fungsi dalam bahasa Indonesia bisa dikatakan mengikuti pola S-P- (O)-(Pel)-(K). Namun, ada satu pola kalimat dalam bahasa Indonesia yang predikatnya selalu mendahului subjek. Perhatikan contoh di bawah ini. (34) Ada pencuri di halaman itu. (35) Demikianlah hasil rapat hari ini. Verba ada dan demikianlah pada kalimat (34) dan (35) terletak di depan nomina. Dengan kata lain, urutan fungsinya adalah P-S-(O)-(Pel)-(Ket). Namun, susunan itu dapat diubah kembali menjadi urutan fungsi biasa yakni subjek mendahului predikat. Kalimat-kalimat yang predikatnya mendahului subjek tersebut disebut kalimat inversi (TBBBI, 2010: 372) Jenis Kalimat Menurut Hasan Alwi (dalam TBBBI 2010: 343), jenis kalimat dapat digolongkan menjadi empat, yaitu 1) jenis kalimat berdasar jumlah klausa, 2) jenis kalimat berdasar bentuk sintaksis, 3) jenis kalimat berdasar kelengkapan unsur, dan juga 4) jenis kalimat berdasar urutan fungsi sintaksis. Dari keempat jenis kalimat di atas, hanya akan dibahas dua jenis kalimat, yakni kalimat berdasarkan jumlah klausanya dan berdasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya.

37 21 Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat digolongkan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Hasan Alwi,dkk (2010: 343) menuturkan bahwa kalimat tunggal dapat dibeda-bedakan lagi berdasarkan kategori predikatnya menjadi lima golongan yakni 1) kalimat berpredikat verba, 2) kalimat berpredikat adjektiva, 3) kalimat berpredikat nomina dan pronomina, 4) kalimat berpredikat numeral, dan 5) kalimat berpredikat frasa preposisional. Kalimat majemuk juga dapat dibedakan lagi menjadi kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Menurut bentuknya atau kategori sintaksisnya, kalimat dapat pula digolongkan menjadi kalimat deklaratif, kalimat imperatif, kalimat interogatif, dan kalimat ekslamatif (Alwi, dkk, 2010: 344). Bagan 1. Jenis-jenis Kalimat Jumlah Klausa Tunggal Majemuk Jenis Kalimat Deklaratif Bentuk/Kategori Sintaksis Imperatif Interogatif Eksklamatif \

38 22 A. Kalimat berdasarkan Jumlah Klausa Jenis kalimat dapat digolongkan berdasarkan jumlah klausanya. Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. 1) Kalimat Tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Hal itu berarti bahwa konstituen untuk setiap unsur kalimat, seperti S dan P hanya ada satu. Dalam kalimat tunggal tentu ada unsur wajib yang diperlukan. Di samping itu, tidak menutup kemungkinan jika ada unsur-unsur manasuka yang ditambahkan di dalamnya, seperti keterangan, pelengkap, dan objek. Dengan demikian, kalimat tunggal tidak selalu berwujud pendek. Perhatikanlah contoh berikut! (36) Toni akan pergi. (37) Mereka akan membentuk kelompok belajar. (38) Guru Bahasa Indonesia kami akan dikirim ke luar negeri. (39) Pekerjaan Anwar mengurus tanaman di kebun raya Bogor. Contoh kalimat (36) hanya memiliki satu unsur subjek (Toni) dan satu unsur predikat (akan pergi). Kalimat (37) lebih lengkap karena ada unsur objek. Meskipun demikian, setiap unsurnya hanya ada satu. Kalimat (38) dan (39) juga hanya memiliki unsur wajib, yakni S dan P dan disertai unsur manasuka seperti O, Pel dan K, tetapi semua unsurnya hanya ada satu, baik berupa kata maupun frasa. Berdasarkan predikatnya kalimat tunggal dapat dibagi menjadi kalimat berpredikat verba, kalimat berpredikat adjektiva, kalimat berpredikat nomina,

39 23 kalimat berpredikat numeral, dan kalimat berpredikat frasa preposisional. Di bawah ini akan dijelaskan jenis-jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa itu. a. Kalimat Berpredikat Verba Menurut TBBBI (2010 : 345), kalimat berpredikat verba dapat dibagi pula menjadi kalimat taktransitif, kalimat ekatransitif, dan kalimat dwitransitif. Kalimat ekatransitif dan kalimat dwitransitif merupakan bagian dari kalimat transitif. Kalimat tidak transitif adalah kalimat yang tidak memiliki objek dan tidak memiliki pelengkap. Kalimat tersebut hanya memiliki dua unsur wajib, yaitu S dan P. Biasanya predikatnya dengan prefiks ber- atau meng-. Namun, kalimat itu dapat dilengkapi oleh unsur keterangan tempat, waktu, cara ataupun alat. Contoh-contoh kalimat yang menggunakan predikat tak transitif dapat dilihat pada kutipan (40), (41), serta (42) ini. (40) Bu Dina sedang berbelanja. (41) Padi itu telah menguning. (42) Samiun belum datang sejak tadi pagi. Kalimat ekatransitif adalah kalimat yang berobjek tetapi tidak berpelengkap. Kalimat tersebut memiliki tiga unsur wajib yaitu subjek, predikat, dan objek. Dari segi makna semua verba ekatransitif memiliki makna perbuatan. Di bawah ini merupakan contoh-contoh kalimat yang menggunakan predikat ekatransitif. (43) Pemerintah akan memasok semua kebutuhan Lebaran. (44) Nilai UAN menentukan kelulusan para siswa kelas IX.

40 24 Kalimat dwitransitif adalah kalimat yang predikatnya dapat mengungkapkan hubungan tiga wujud. Maksudnya adalah satu predikat dapat menentukan unsur-unsur yang mengikutinya dengan makna yang berbeda pula. Contoh-contoh kalimat yang menggunakan predikat dwitransitif dapat dilihat pada kalimat (45), (46), dan (47) ini. (45) Ida sedang mencari pekerjaan. (46) Ida sedang mencarikan pekerjaan. (47) Ida sedang mencarikan adiknya pekerjaan. Dari kalimat (45), dapat dijelaskan yang mencari pekerjaan adalah Ida. jika ditambahkannya sufiks kan pada predikat mencari, kalimat (46) berubah makna menjadi Ida mencari pekerjaan untuk orang lain. Kalimat (47) terdapat objek dan pelengkap yang berdiri di belakang verba dan semakin jelas bahwa makna yang dimaksud adalah Ida mencari pekerjaan untuk adiknya. b. Kalimat Berpredikat Ajektiva Menurut TBBBI (2010, 357), kalimat berpredikat adjektiva adalah kalimat statif. Kalimat statif kadang menggunakan verba untuk memisahkan subjek dengan predikatnya apabila subjek atau predikatnya sama-sama panjang. Perhatikan contoh berikut! (48) Gerakan badan penari pendet itu adalah anggun dan mempesona. Kata adalah dalam kalimat (48) dapat digunakan untuk memisahkan subjek, yakni gerakan badan penari pendet itu dan predikat yang berupa anggun

41 25 dan mempesona. Kata adalah dapat digunakan jika subjek atau predikat atau keduanya sama-sama panjang. c. Kalimat Berpredikat Nomina Dua nomina yang dijejerkan atau frasa nomina dapat menjadi kalimat apabila syarat untuk subjek dan predikatnya terpenuhi (TBBBI, 2010: 358). Syarat untuk kedua unsur itu penting. Jika tidak terpenuhi, jejeran nomina tadi tidak dapat membentuk kalimat. Perhatikan contoh berikut! (49) Buku cetakan Bandung itu... (50) Buku itu cetakan Bandung. Urutan kata seperti pada contoh (49) tersebut membentuk satu frasa dan bukan kalimat, karena cetakan Bandung merupakan pewatas (pembatas) dan bukan predikat. Sebaliknya, contoh (50) dapat disebut kalimat karena penanda batas itu memisahkan kalimat menjadi dua frasa, yakni buku itu sebagai subjek dan cetakan Bandung sebagai predikat. d. Kalimat Berpredikat Numeralia Selain macam-macam kalimat berpredikat verbal, adjektival, nominal, ada pula kalimat yang berpredikat numeral atau frasa numeral. Perhatikanlah contoh berikut! (51) Anaknya banyak. (52) Bekalnya hanya sedikit. (53) Tinggi pohon itu lebih dari tiga meter. Contoh (51) dan (52) menunjukkan bahwa kalimat dengan predikat numeralia (kata bilangan) tak tentu (banyak dan sedikit) tidak dapat diikuti kata

42 26 penggolongan. Sebaliknya, kalimat (53) menunjukkan predikat yang berupa numeralia tentu dapat diikuti penggolongan seperti orang, ekor, buah, dan wajib diikuti ukuran seperti meter (TBBBI, 2010: 360). e. Kalimat Berpredikat Frasa Preposisional Predikat kalimat dalam bahasa Indonesia juga dapat berupa frasa preposisional. Contoh-contoh kalimat di bawah ini menggunakan predikat berfrasa preposisi. (54) Ibu sedang ke pasar. (55) Andi sedang di sekolah. (56) Kue itu untuk Bagus. (57) Rumah saya di antara rumah Bela dan Ani. Tidak semua frasa preposisi dapat dijadikan sebagai predikat kalimat. Kalimat-kalimat di bawah ini terasa tidak pas jika tidak disertai verba. (58) Toko itu sepanjang malam. (59) Toni dengan Andi. (60) Tas itu kepada Aji. Kalimat (58), (59), dan (60) di atas menunjukkan bahwa tidak semua frasa preposisi dapat menduduki fungsi predikat. Frasa sepanjang malam, dengan Andi, kepada Aji meskipun merupakan frasa preposisi tetapi tidak dapat menjadi predikat, sehingga kalimat-kalimat tersebut tidak memiliki makna. 2) Kalimat Majemuk Menurut Ramlan (2005: 43), kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih antara klausa yang satu dan yang lain saling berhubungan. Umumnya, ahli bahasa membagi hubungan dua klausa itu ke dalam

43 27 dua jenis, yakni koordinasi (majemuk setara) dan subordinasi (majemuk bertingkat). a. Kalimat Majemuk Setara Hubungan koordinasi dalam suatu kalimat biasa disebut dengan kalimat majemuk setara. Hubungan koordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan yang setara dalam struktur konstituen kalimat (Alwi dalam TBBBI, 2010: 392). Maksudnya di sini adalah hubungan antarklausa tersebut tidak saling terikat atau bergantung satu sama lain. Klausa yang satu tidak bergantung dengan klausa yang lain, karena klausa yang satu bukanlah bagian dari klausa yang lain. Hubungan koordinasi dalam suatu kalimat tersebut dapat dilihat pada contoh di bawah ini. (61) Stres akan memicu ketegangan di otak. (62) Stres membuat energi otak habis (63) Stres akan memicu ketegangan di otak dan membuat energi otak habis. Kalimat (63) di atas terdiri dari dua klausa yang tidak saling terikat, yakni klausa (61) dan klausa (62) dan dihubungkan dengan konjungsi dan. Kalimat (62) juga terjadi pelesapan (penghilangan salah satu unsur kalimat) yakni unsur subjek pada klausa kedua setelah digabungkan, agar kalimat lebih efektif. Untuk lebih jelas, di bawah ini terdapat bagan tentang hubungan koordinasi kalimat.

44 28 Bagan 2. Hubungan Koordinasi Kalimat Kalimat Klausa Konjungtor Klausa Bagan di atas menunjukkan bahwa konjungtor tidak termasuk ke dalam klausa mana pun, tetapi merupakan konstituen tersendiri. Kedudukan klausa yang satu dengan klausa yang lain juga terlihat sejajar. Hal itu berarti klausa yang satu tidak menjadi bagian dari klausa yang lain. Alwi, dkk (2010: 398), menjelaskan bahwa ada beberapa konjungtor untuk menyusun hubungan koordinasi, yaitu sebagai berikut. dan, atau, tetapi, serta, lalu, kemudian lagipula, hanya, padahal, sedangkan, baik... maupun..., tidak... tetapi..., bukan(nya)... melainkan... Ramlan (2008: 40) membagi beberapa konjungtor koordinasi dalam beberapa golongan berdasarkan sifat hubungannya. Ada lima golongan konjungtor koordinatif jika dilihat dari hubungan semantisnya. (a) (b) (c) (d) Konjungsi yang menandai pertalian semantik penjumlahan: dan, dan lagi, lagi pula, dan serta. Konjungsi yang menandai pertalian semantik pemilihan: atau. Konjungsi yang menandai pertalian semantikperurutan: kemudian dan lalu. Konjungsi yang menandai pertalian semantik lebih: bahkan.

45 29 (e) Konjungsi yang menandai pertalian semantik perlawanan: tetapi. akan tetapi, melainkan, namun, padahal, sebalikmya, sedangkan, dan sedang. b. Kalimat Majemuk Bertingkat Hubungan subordinasi dalam suatu kalimat biasa disebut kalimat majemuk bertingkat. Hubungan subordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih secara bertingkat (TBBBI, 2010: 398). Maksudnya, salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa yang lain. Jadi, klausa-klausa yang disusun dalam kalimat majemuk dengan cara subordinasi itu tidak memiliki kedudukan yang setara atau dengan kata lain hubungan subordinasi menunjukkan hubungan yang hierarkis. Hubungan subordinasi dalam suatu kalimat tersebut dapat dilihat pada contoh di bawah ini. (64) Candi Gedung Songo itu menjadi mutiara kehidupan (klausa bawahan). (65) Candi Gedung Songo menjadi sumber nafkah bagi masyarakat sekitarnya. (66) Candi Gedung Songo menjadi mutiara kehidupan karena menjadi sumber nafkah bagi masyarakat sekitarnya. Kalimat (66) di atas terlihat ada penggabungan dua klausa yang saling terikat, yakni klausa (64) dan klausa (65), di mana klausa (64) menjadi klausa utama dan klausa (65) menjadi klausa bawahan dengan konjungtor karena. Berikut bagan tentang hubungan antarklausa dalam hubungan subordinasi.

46 30 Bagan 3. Hubungan Subordinasi Kalimat Kalimat Klausa 1 Klausa 2 Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa klausa 2 berkedudukan sebagai konstituen klausa 1 atau bagian dari klausa 1. Klausa 2 yang berkedudukan sebagai konstituen klausa 1 disebut klausa subordinatif, sedangkan klausa 1 merupakan tempat dilekatkannya klausa, disebut juga klausa utama. Menurut Alwi, dkk (2010: 400), ada sepuluh jenis konjungtor subordinatif dalam kalimat majemuk bertingkat. Kesepuluh klausa itu akan dijabarkan pada uraian di bawah ini. (a) Konjungsi waktu : setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai. (b) Konjungsi syarat : jika, kalau, asalkan, bila, manakala. (c) Konjungsi pengandaian : andaikan, seandainya, andaikata, sekiranya. (d) Konjungsi tujuan : agar, supaya. (e) Konsesif: biar(pun), meski(pun), sungguh(pun), sekalipun, walau(pun), kendati(pun). (f) Konjungsi pembandingan atau kemiripan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, bagaikan, laksana, daripada, alih-alih, ibarat. (g) Konjungsi sebab atau alasan: sebab, karena, oleh karena. (h) Konjungsi hasil atau akibat : sehingga, sampai(-sampai). (i) Konjungsi cara: dengan, tanpa. (j) Konjungsi alat: dengan, tanpa.

47 31 Ramlan (2008: 45) menambahkan tiga konjungtor subordinatif yang belum dijelaskan dalam TBBBI (2010) tersebut. Ketiga konjungtor subordinatif itu dapat dilihat pada uraian di bawah ini. (a) Konjungsi isi atau komplemen: bahwa. (b) Konjungsi perkecualian: kecuali. (c) Konjungsi penjumlahan: selain dan di samping. c. Kalimat Majemuk Kompleks (Campuran) Selain kedua bentuk kalimat majemuk di atas, masih ada satu bentuk kalimat majemuk, yakni kalimat majemuk kompleks. Menurut Chaer (2011: 347), kalimat majemuk kompleks adalah kalimat yang terdiri dari tiga atau lebih klausa. Kalimat tersebut ada yang berhubungan secara koordinatif (setara) dan ada yang berhubungan secara subordinatif (bertingkat). Penggabungannya biasanya dibantu dengan berbagai kata penghubung baik koordinatif maupun subordinatif. Kalimat majemuk kompleks ini biasa disebut dengan kalimat majemuk campuran. Perhatikan contoh berikut! (66) Untuk pendakian gunung besok pagi, hal pertama yang harus diperhatikan adalah kondisi fisik dan hal kedua adalah bekal makanan. Kalimat (66) di atas merupakan kalimat majemuk kompleks karena tersusun dari klausa bertingkat dan klausa setara. Klausa bertingkat pada kalimat di atas menduduki fungsi subjek, yakni pada klausa hal pertama yang harus diperhatikan. Frasa hal pertama diperluas dengan konjungsi yang lalu diikuti dengan fungsi predikat harus diperhatikan. Klausa setara pada kalimat di atas, yakni konjungsi dan lalu dilanjutkan dengan fungsi subjek pada

48 32 frasa hal kedua, predikat pada kata adalah, dan pelengkap pada frasa bekal makanan. Bagan di bawah ini menunjukkan hubungan antarkalimat majemuk campuran. Bagan 4. Hubungan Antarklausa dalam Kalimat Majemuk Campuran B. Kalimat berdasar Bentuk Sintaksis Berdasarkan bentuk sintaksis, kalimat dibagi atas 1) kalimat deklaratif atau kalimat berita, 2) kalimat imperatif atau kalimat perintah, 3) kalimat interogatif atau kalimat tanya, dan 4) kalimat eksklamatif atau kalimat seru (TBBBI, 2010: 360). Keempat jenis kalimat tersebut akan dipaparkan pada uraian berikut ini. 1) Kalimat Berita (Deklaratif) Menurut Alwi, dkk (2010: 284), kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan

49 33 berupa perhatian dari mitra tutur. Kadang respons atau bentuk dari perhatian itu jawaban ya dari mitra tutur. Di samping itu, dalam kalimat berita tidak terdapat kata-kata tanya seperti apa, siapa, di mana, mengapa, dan kata-kata ajakan seperti mari, ayo, kata persilakan silakan, serta kata larangang jangan. Dalam bentuk tulisan, kalimat berita diakhiri dengan sedangkan dalam bentuk lisan diakhiri dengan nada menurun. 2) Kalimat Perintah (Imperatif) Menurut Chaer (2011:356), kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan. Dalam bentuk tulisnya, kalimat perintah atau kalimat imperatif biasanya diakhiri dengan tanda seru (!). Sementara itu, dalam bentuk lisan, intonasi nada rendah diakhir tuturan. Ada tiga jenis kalimat imperatif, yaitu kalimat perintah, kalimat larangan, dan kalimat seruan. Pada TBBBI (2010), kalimat seruan tergolong pada kalimat eksklamatif. 3) Kalimat Tanya (Interogatif) Kalimat tanya adalah kalimat yang berfungsi untuk mengharapkan reaksi atau jawaban dari seseorang (Chaer, 2011: 350). Kalimat ini secara formal kehadiran kata tanya seperti apa, siapa, kapan, bagaimana, dan mengapa. Kalimat ini memiliki pola intonasi yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita. Perbedaan pola intonasi itu terutama terletak pada nada akhirnya.

50 34 Pada intonasi kalimat berita, bernada akhir turun, sedangkan pada kalimat tanya bernada akhir naik. 4) Kalimat Eksklamatif Kalimat eksklamatif atau kalimat seru, secara formal kata alangkah, betapa atau bukan main pada kalimat berpredikat adjektiva. Kalimat eksklamatif ini berfungsi untuk menyatakaan perasaan kagum atau heran. Menurut TBBBI (2010: 371), cara pembentukan kalimat eksklamatif sebagai berikut. a) Balikkan urutan unsur kalimat dari S-P ke P-S. b) Tambahkan partikel nya pada (adjektiva) P. c) Tambahkan kata (seru) alangkah, betapa, bukan main di depan P jika dianggap perlu. Agar lebih jelas, di bawah ini terdapat beberapa contoh kalimat eksklamatif. Perhatikan contoh di bawah ini! (67) Pergaulan mereka bebas. (68) a. Bebas pergaulan mereka b. Bebasnya pergaulan mereka! c. Alangkah bebasnya pergaulan mereka! Kalimat (67) di atas merupakan kalimat deklaratif, tetapi dapat dikembangkan menjadi kalimat eksklamatif (68)a, (68)b, dan (68)c. Contoh kalimat (68)a di atas menggunakan cara membalik urutan fungsi S-P menjadi P-S, sehingga predikat bebas berada di awal kalimat. Contoh kalimat (68)b menggunakan cara menambahkan partikel nya di belakang predikat adjektif bebas. Kalimat (68)c menggunakan cara menambahkan kata seru alangkah di depan predikat bebasnya.

51 Karangan Karangan merupakan hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca atau dimengerti oleh pembaca (Gie, 1992:23). Karangan secara umum dapat digolongkan menjadi lima jenis, yakni karangan narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, perusasi. Narasi merupakan salah satu bentuk wacana yang cerita. Narasi pada umumnya bertujuan menggerakan aspek emosi pembaca. Dengan narasi, penerima (pembaca) dapat membentuk citra imajinasi (Rani, dkk, 2006: 45). Narasi memiliki unsur-unsur cerita yang penting seperti unsur waktu, pelaku, dan peristiwa (Rani, dkk, 2006 : 45). Perhatikan contoh berikut ini! (69) Pada bulan Januari 1946, ada sebuah kapal penumpang bertolak dari kota Surabaya menuju Jakarta. Di antaranya ada sejumlah penumpang yang merupakan sukarelawan perang berasal dari Jakarta. Mereka dikirim satuannya untuk mempertahankan kota Surabaya. Tidak jauh dari mulut Selat Madura kapal tersebut meledak dan tenggelam beserta seluruh isinya (Keraf dalam Argumentasi dan Narasi, 2007). Unsur waktu pada kutipan di atas muncul di awal kalimat, yakni pada bulan Januari Sementara itu, unsur pelaku pada kutipan di atas adalah sejumlah penumpang yang merupakan sukarelawan perang. Unsur yang tidak kalah penting dalam kutipan (69) di atas adalah unsur Peristiwa yang diceritakan dalam kutipan di atas adalah kapal yang mengangkut sejumlah sukarelawan perang dari Jakarta meledak dan tenggelam di Selat Madura.

52 36 Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar pembaca percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis (Keraf, 2007: 3). Dalam karangan argumentasi, penulis menggunakan fakta-fakta atau bukti-bukti untuk memperkuat pendapatnya apakah suatu hal itu benar atau tidak. Fakta-fakta tersebut dapat menjadi dasar penulis untuk berpikir kritis dan logis, karena dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentatif, yakni berpikir kritis dan logis. Untuk memperjelas uraian tersebut, di bawah ini disajikan kutipan paragraf argumentasi. (70) Saat ini sampah berserakan di mana-mana. Hal ini dapat kita lihat di sekeliling kita. Sampah-sampah tersebut biasanya berasal dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan malas membuang sampah pada tempatnya. Sampah yang berkumpul itu menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga dapat membuat polusi udara. Selain itu, tumpukan sampah tersebut menjadi sarang berkembangbiaknya berbahaya. Sumber penyakit itu akan terbawa dengan udara sehingga akan terhirup oleh kita. Akibatnya, kita akan menjadi sakit dan tentunya juga akan menular kepada orang lain yang ada di sekitar kita ( Kutipan (70) di atas merupakan paragraf argumentasi sebab-akibat. Paragraf tersebut dalam pengembangannya berasal dari suatu permasalahan yang diawali dengan sebab-sebab terjadinya permasalahan itu. Setelah itu, paragraf tersebut mengarah pada suatu kesimpulan yang pendapat dengan bentuk akibat yang ditimbulkan dari sebab-sebab yang telah diuraikan sebelumnya. Menurut Keraf (2007: 118), karangan persuasi bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis/pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang. Persuasi

53 37 tidak mengambil bentuk paksaan terhadap orang yang menerimanya, tetapi berupaya untuk merangsang pembaca mengambil tindakan sesuai dengan yang diinginkan penulis. Upaya-upaya tersebut biasanya berupa bukti-bukti meskipun bukti tersebut tidak setegas seperti yang dilakukan oleh karangan argumentasi. Semua bentuk argumentasi biasanya menggunakan pendekatan emotif, yaitu berusaha membangkitkan emosi para pembaca. Contoh paragraf persuasi dapat dilihat pada kutipan (71) ini. (71) Tubuh kita sangat membutuhkan berbagai macam vitamin dan mineral yang berguna bagi kebutuhan hidup kita. Vitamin dan mineral tersebut banyak terdapat pada makanan-makanan yang bergizi, seperti buah, daging, susu, sayuran dan kacang-kacangan. Jika kebutuhan vitamin dan mineral tercukupi, maka kita menjadi sehat dan tidak mudah sakit. Sebaliknya, jika kita kekurangan vitamin dan mineral maka tubuh kita akan mudah terserang penyakit. Oleh karena itu, agar tubuh selalu sehat, makanlah makanan-makanan yang bergizi. Selain itu, janganlah lupa untuk mengimbanginya dengan olahraga secara teratur ( Kutipan (71) di atas menunjukkan bahwa penulis ingin mempengaruhi pembaca dengan cara memaparkan bukti-bukti tentang tubuh manusia membutuhkan berbagai macam vitamin dan mineral. Penulis juga memaparkan akibat seseorang jika kekurangan vitamin dan mineral. Bukti-bukti pada paragraf persuasi bertujuan untuk membangkitkan emosi pembaca. Selain dengan buktibukti, penulis juga memberikan kalimat persuasif atau ajakan agar pembaca mau makan makanan bergizi.

54 38 Eksposisi atau pemaparan adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran, yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca uraian tersebut (Keraf, 1982: 3). Bila dibandingkan dengan bentuk karangan lainnya, seperti argumentasi, deskripsi, dan narasi, pada dasarnya semua bentuk karangan itu bertujuan memperluas pengetahuan seseorang. Namun, tujuan yang paling menonjol pada karangan eksposisi adalah memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca sedangkan karangan lainnya menonjolkan aspek yang lain. Contoh kalimat eksposisi dapat dilihat pada kutipan (72) ini. (72) Para penjual makanan mengeluhkan kenaikan harga BBM. Pasalnya,naiknya harga BBM membuat bahan-bahan baku naik. Alhasil, para penjual harus menyiasati hal ini dengan memperkecil porsi atau menaikkan harga makanan yang mereka jual ( Hal yang paling ditonjolkan pada paragraf (72) di atas adalah tujuannya untuk memperluas pemahaman pembaca dengan memaparkan ide pokok pengarang. Ide pokok yang dipaparkan pada kutipan di atas adalah para penjual makanan mengeluhkan harga BBM yang mempengaruhi kenaikan bahan-bahan baku. Deskripsi merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan (Keraf, 1982: 93). Dalam deskripsi, penulis memindahkan kesankesannya, memindahkan hasil pengamatan, dan perasaannya pada pembaca. Ia

55 39 menyampaikan sifat dan semua perincian wujud yang dapat ditemukan pada obyek tersebut. Perhatikan contoh kalimat deskripsi berikut! (73) Pemandangan pantai Pangandaran sangat memesona. Di sebelah kanan terlihat perbukitan yang memanjang. Sementara itu, di sisi kiri terdapat perkampungan nelayan dengan beraneka perahu tradisional. Pantai ini pun banyak dipenuhi kios cinderamata, penginapan, dan toko kelontong. Bagi para wisatawan yang ingin mengabadikan momen bersama keluarga, pantai Pangandaran sangat tepat sebagai tempat tujuan wisata air ( Kutipan paragraf deskripsi (73) di atas bertujuan untuk memberikan perincian-perincian berupa pemandangan pantai pangandaran. Pengarang memerinci pemandangan pantai itu dengan cara menuliskan hasil pengamatannya pada objek tersebut. Hasil pengamatan yang dapat dilihat pada kutipan (73) tersebut adalah pantai pangandaran dibatasi oleh perbukitan yang memanjang di sebelah kanannya. Sebelah kiri pantai tersebut adalah perkampungan nelayan. Rincian-rincian letak objek tersebut merupakan salah satu contoh paragraf deskripsi Kompetensi Guru Sekolah Dasar (SD) Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat (10) dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melakukan tugas keprofesionalan. Menguasai mata pelajaran bahasa Indonesia adalah salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh guru SD terutama guru kelas. Mata pelajaran bahasa Indonesia untuk SD

56 40 merupakan mata pelajaran wajib diajarkan. Salah satunya adalah pengetahuan tentang mata pelajaran bahasa Indonesia. Dalam pembelajarannya, salah satu komponen pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar adalah keterampilan menulis. Guru harus siap dan memiliki wawasan yang baik dalam mengajarkan mata pelajaran bahasa Indonesia terlebih tentang menulis Kerangka Berpikir Kerangka berpikir penelitian ini adalah sebagai berikut. Kajian teori pada penelitian ini adalah jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan berdasarkan bentuk sintaksis dalam karangan. Jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan bentuk sintaksis menggunakan teori dari Alwi dalam TBBBI. Hal ini karena teori dari Alwi dirasa lebih relevan dengan data yang akan dianalisis yang berupa kalimat daripada teori lain. Menurut Alwi, dkk dalam TBBBI (2010: 317), kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran secara utuh. Dalam bentuk lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut disela jeda, serta diakhiri dengan intonasi bunyi diikuti oleh kesenyapan. Dalam wujud tulisan (Latin), kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan, tanda tanya (?), atau tanda seru (!). Sementara itu, di dalam kalimat itu disertakan pula tanda koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi.

57 41 Kalimat dapat digolongkan menjadi beberapa jenis. Menurut TBBBI ada empat penggolongan kalimat antara lain, yakni penggolongan kalimat berdasarkan jumlah klausa dan bentuk sintaksisnya. Berdasarkan jumlah klausa kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat digolongkan lagi menjadi kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat juga dapat digolongkan berdasarkan bentuk sintaksisnya, yakni kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), kalimat perintah (imperatif), dan kalimat seru (eksklamatif). Penelitian ini mencari jenis kalimat dalam wacana bidang pendidikan, secara khusus pada karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu. Berikut dipaparkan alur berpikir dalam penelitian ini.

58 42 Bagan 5. Alur Kerangka Berpikir KARANGAN GURU-GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN MAHAKAM ULU, KALIMANTAN TIMUR Proses Berpikir Kalimat JENIS KALIMAT KLASIFIKASI Alwi, dkk (2010) berpendapat bahwa berdasarkan jumlah klausa kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat digolongkan lagi menjadi kalimat Alwi, dkk (2010) berpendapat bahwa berdasarkan bentuk sintaksis kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), kalimat perintah Analisis Hasil Kesimpulan

59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif karena penelitian ini mendeskripsikan jenis kalimat dalam karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Hal ini selaras dengan pendapat Moleong (2006:11) bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menggunakan kata-kata dan gambar (bukan angka-angka) sebagai datanya. Dengan demikian, laporan penelitian nantinya kutipan-kutipan data yang berupa kalimat-kalimat untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Arikunto (2006: 10) berpendapat bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat keadaan sementara objek yang diamati pada saat penelitian. Menurut Moleong (2006: 6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif karena data yang diperoleh adalah 20 karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Objek penelitiannya berkaitan dengan fenomena atau kasus kebahasaan yang diwujudkan dalam bentuk karangan dan hasil analisis data dipaparkan dalam bentuk uraian. 43

60 Data dan Sumber Data Arikunto (2006: 129) memaparkan bahwa sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data penelitian ini adalah 20 karangan guruguru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur pada tahun Data yang dianalisis berupa kalimat pada karangan-karangan tersebut. Berikut ini dipaparkan nama dan judul karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Tabel 3. Nama Guru dan Judul Karangan No Nama Judul Jenis Karangan Asal Sekolah 1 Antonius Anyeq Lingkungan Eksposisi SDN 002 Ujoh Bilang 2 Antonius Bunsu Lingkungan Narasi SDN 004 Noha Silat, Kec. Long Apari 3 Albertus Hajang Lingkungan Persuasi SDN 008 Mandak Besar 4 Donatus Dia Jagalah Kebersihan Eksposisi SDN 001 Lahan 5 Eka Saptha Bahaya Banjir Narasi SDN 001 Ujoh Bilang 6 Havui Larah, Buanglah Persuasi SDN 005 Long S.Pd Sampah Pada Tempatnya Lunuk 7 Jumsaber Oang Lingkungan Narasi SDN 003 Long Penareh 8 Laan Lenjau Lingkungan Narasi SDN 004 Datah Bilang 9 Leris Uluk, S.Pd, Lingkungan Narasi SDN 004 Datah SD Bilang 10 Marta Hibau Lingkungan Eksposisi SDN 003 Long 11 Martha Tukau Luhau Rumahku Bangun Lingkungan Narasi SDN 008 Mahakam Teboq Ilir

61 45 12 Monika H. Lingkungan Narasi SDN 008 Mamahak Besar 13 Muhamad Nasir Lingkungan Eksposisi SDN 002 Muara Hatah 14 Natalia Hong Lingkungan Narasi SDN 002 Datah Bilang 15 P. Jaang Ajat Lingkungan Eksposisi SDN 002 Long Pahangai 16 Teofilius Ledok (Tidak ada judul) Persuasi SDN 001 Tiong Bu u 17 Theresia Hipui Lingkungan Narasi SDN 007 Mahakam Teboq 18 Theresia Novi Lingkungan Narasi SDN 001 Long Partiwi B. 19 Luhung Huvat Menciptakan Lingkungan Sehat Eksposisi Hubung SDN 003 Long Tuyoq 20 Ester Ms Libe Akibat Banjir Narasi SDN 011 Long Hurai 3.3 Objek Penelitian Objek penelitian ini ada dua, yakni jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksis. Kedua objek penelitian tersebut terdapat dalam karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. 3.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Moleong (2006: 9) bahwa ciri khas peneliti sebagai instrumen penelitian, yakni peran serta peneliti tersebut. Dalam suatu penelitian, peneliti dapat mengamati secara langsung objek yang akan ditelitinya. Peneliti dapat berhubungan langsung dengan data dan mampu

62 46 memahami serta menilai bentuk dari interaksi di lapangan. Maksudnya adalah peneliti mampu melihat bagaimana kondisi di lapangan yang sebenarnya. Peneliti sendiri melakukan pengamatan dengan cara membaca karangan kedua puluh guruguru SD se-kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Moleong (2006: 168) menjelaskan bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor penelitiannya. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan metode dokumentasi. Hal ini sesuai dengan teori Arikunto (1996: 234) bahwa metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan sebagainya. Sugiyono (2009: 329) berpendapat bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi karena karangan guru-guru SD Mahakam Ulu termasuk dalam dokumen yang berbentuk tulisan. Pengumpulan data dilakukan melalui empat tahap. Tahapan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Peneliti mengumpulkan 20 karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.

63 47 b. Peneliti membaca dan mengidentifikasi kalimat-kalimat dalam 20 karangan berdasarkan jumlah klausa dan bentuk sintaksis. c. Peneliti mencatat kalimat-kalimat tersebut berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan menggunakan komputer. d. Peneliti memberi kode untuk masing-masing data kalimat. 3.6 Teknik Analisis Data Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan metode agih. Sudaryanto (2015: 18) berpendapat bahwa alat penentu dalam metode agih ini jelas selalu berupa bagian dari bahasa yang berkaitan dengan objek sasaran penelitian itu sendiri, seperti kata, fungsi sintaksis, klausa, silabe kata, dan lainlain. Pada penelitian karangan guru-guru SD Mahakam Ulu ini, alat untuk menganalisis datanya adalah bagian atau unsur bahasa yang menjadi objek penelitian, yakni unsur-unsur kalimat yang disebut klausa dan pola dasar klausa serta bentuk-bentuk sintaksis kalimat. Metode agih ini memiliki dua teknik, yakni teknik dasar dan teknik lanjutan. Penelitian analisis struktur kalimat dan penalaran karangan guru-guru SD Mahakam Ulu ini menggunakan teknik dasar, yakni teknik bagi unsur langsung. Disebut demikian karena cara yang digunakan untuk menganalisis data dalam karangan ialah membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa unsur sintaksis. Analisis data tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut. a. Data yang telah ditulis pada kolom-kolom diberi kode berdasarkan jenis kalimatnya.

64 48 b. Peneliti menganalisis kalimat berdasarkan jumlah klausanya, seperti mengacu pada teori tentang klausa yang dijelaskan oleh Alwi (dalam TBBBI, 2010: 319). c. Peneliti juga menganalisis kalimat berdasarkan bentuk sintaksis, seperti mengacu pada teori tentang bentuk sintaksis kalimat yang dijelaskan oleh Alwi (dalam TBBBI, 2010: 360 ). d. Peneliti membuat kesimpulan berdasarkan langkah (b) dan (c) tersebut. e. Peneliti meminta triangulasi hasil analisis ini kepada ahli. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengkodean dalam analisis kalimat. Manfaat pengkodean adalah semakin memudahkan peneliti dan pembaca dalam mengamati jenis-jenis kalimat yang ada pada karangan. Berikut ini dipaparkan pengkodean yang digunakan oleh peneliti dalam tabel 4 dan 5 di bawah ini. Tabel 4. Kode Fungsi Sintaksis S = Subjek P = Predikat O = Objek Pel = Pelengkap K= Keterangan Tabel 5. Kode Penomoran Karangan Kr (1) Karangan (1) P (1) Paragraf (1) K (1) Kalimat (1) Contoh penggunaan kode penomoran karangan: kode (Kr1.P1.K1) menunjukkan karangan nomor urut pertama, pada paragraf pertama dan pada kalimat pertama.

65 Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moelong, 2006: 330). Setelah peneliti menyelesaikan analisis data, peneliti harus melakukan triangulasi. Jadi, peneliti melakukan pengecekan keabsahan data kepada ahli. Peneliti melakukan triangulasi kepada dua orang triangulator, yaitu Dr. Y. Karmin, M.Pd. dan Septina Krismawati, S.S., M.A. Setelah peneliti memperoleh data yang valid, peneliti dapat segera menyajikan data dalam bentuk deskripsi kata-kata.

66 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini terdiri atas tiga bagian, yaitu deskripsi data, analisis data, dan pembahasan. Bagian pertama, peneliti menguraikan data penelitian. Bagian kedua, peneliti menjelaskan hasil temuan dari analisis data berdasarkan kedua rumusan masalah, yaitu (1) jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa yang digunakan guruguru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, dan (2) jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksis yang digunakan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Bagian ketiga, peneliti membahas temuan penelitian dalam konteks teori yang dianut dan penelitian yang sejenis. 4.1 Deskripsi Data Data penelitian ini berupa kalimat-kalimat yang dihasilkan para guru SD Mahakam Ulu pada karangan mereka. Kalimat yang dari segi jumlah klausanya disebut sebagai kalimat tunggal dan majemuk serta kalimat yang dari segi bentuk sintaksisnya disebut sebagai kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Dari 20 karangan para guru ditemukan 188 kalimat yang dapat diambil sebagai data penelitan. Adapun rincian kalimat pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu adalah sebagai berikut. 50

67 Data Kalimat berdasarkan Jumlah Klausa Berdasarkan jumlah klausa, data kalimat yang terdiri dari satu klausa berupa kalimat tunggal berpredikat nomina, kalimat tunggal berpredikat verba, kalimat tunggal berpredikat adjektiva, dan kalimat tunggal berpredikat numeral. Sementara itu, data kalimat yang memiliki dua atau lebih klausa berupa kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran. Berdasarkan perhitungan, peneliti menemukan kalimat tunggal sebanyak 105 buah kalimat dengan rincian: (1) kalimat tunggal berpredikat nomina sebanyak 2 buah kalimat, (2) kalimat tunggal berpredikat verba sebanyak 100 buah kalimat, (3) kalimat tunggal berpredikat adjektiva sebanyak 2 buah kalimat, dan (4) kalimat tunggal dengan frasa numeral sebanyak 1 buah kalimat. sedangkan kalimat majemuk dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu berjumlah 83 buah kalimat dengan rincian : (1) kalimat majemuk setara sebanyak 23 kaimat, (2) kalimat majemuk bertingkat sebanyak 51 kalimat, dan majemuk campuran sebanyak 9 kalimat. Peneliti merinci hasil yang ditemukan di dalam Tabel 3 mengenai data kalimat berdasarkan jumlah klausa dan contoh kalimat yang dimaksud.

68 52 Tabel 6 Data Kalimat berdasarkan Jumlah Klausa Kr Kalimat Tunggal dengan Predikat Kalimat Majemuk V N Adj F.Prep Num MS MB MC Jumlah Keterangan Kr : Karangan N : Nomina MS : Majemuk Setara V : Verba MB : Majemuk Bertingkat Adj : Adjektiva MC : Majemuk Campuran F.Prep : Frasa Preposisional Num : Numerial

69 53 Peneliti mencantumkan contoh kalimat tunggal dan majemuk. Contoh data kalimat tunggal dapat diamati pada kutipan (1) hingga (4), yaitu kalimat tunggal dengan predikat frasa nomina, frasa verba, frasa adjektiva, dan frasa numeral. Contoh data kalimat majemuk dapat diamati pada kutipan (5) hingga (7), yaitu kalimat majemuk setara, majemuk bertingkat, dan majemuk campuran Kalimat Tunggal dengan Predikat Nomina Data yang berupa kalimat tunggal dengan predikat frasa nominal dapat dicermati pada kutipan (74) berikut ini. (74) Hutanlah yang menyediakan sumber makanan bagi kita. (Kr ) Kalimat (74) di atas merupakan kalimat tunggal yang ditemukan dalam karangan para guru SD Mahakam Ulu. Jumlah kalimat tunggal berpredikat nomina yang ditemukan peneliti sebanyak dua buah kalimat, termasuk data kalimat di atas Kalimat Tunggal dengan Predikat Verba Data yang berupa kalimat tunggal dengan predikat frasa verbal dapat diamati pada kutipan (75) berikut ini. (75) Hutan tidak lagi menjadi tempat hidup para tumbuhan dan binatang (Kr ) Kalimat (75) di atas merupakan kalimat tunggal. Jumlah kalimat tunggal berpredikat verba yang ditemukan peneliti sebanyak 100 kalimat, termasuk data kalimat di atas.

70 Kalimat Tunggal dengan Predikat Adjektiva Data yang berupa kalimat tunggal dengan predikat adjektiva dapat dicermati pada kutipan (76) berikut ini. (76) Dahulu hutan kami sangat lestari dan indah (Kr ) Kalimat (76) di atas merupakan kalimat tunggal. Jumlah kalimat tunggal berpredikat adjektiva yang ditemukan peneliti sebanyak dua kalimat, termasuk data kalimat di atas Kalimat Tunggal dengan Predikat Numeral Data yang berupa kalimat tunggal dengan predikat frasa numeral dapat dilihat pada kutipan (77) berikut ini (77) Di Indonesia masih banyak masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat (Kr 2.1.1) Contoh kalimat (77) di atas merupakan kalimat tunggal. Jumlah kalimat tunggal berpredikat frasa numeral yang ditemukan peneliti sebanyak satu kalimat, termasuk data kalimat di atas Kalimat Majemuk Setara Data yang berupa kalimat majemuk setara dapat dicermati pada kutipan (76) di bawah ini. (76) Kebiasaan buruk dengan membuang sampah sembarangan sudah tak akan asing lagi, bahkan seakan sudah terbiasa lingkungan kotor sudah menjadi ciri khas warga kota (Kr 1.1.1)

71 55 Kalimat (76) di atas merupakan kalimat majemuk setara dengan tipe lebih. Jumlah kalimat majemuk setara pada karangan para guru SD Mahakam Ulu sebanyak 23 kalimat Kalimat Majemuk Bertingkat Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dapat dicermati pada kutipan (77) di bawah ini. (77) Sampah sebaiknya dibuang di tempat pembuangan sampah agar tidak menimbulkan banyak masalah pada lingkungan. (Kr 6.1.2) Kalimat (77) di atas merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan tipe tujuan. Jumlah kalimat majemuk bertingkat pada karangan para guru SD Mahakam Ulu sebanyak 51 kalimat Kalimat Majemuk Campuran Data yang berupa kalimat majemuk campuran dapat dicermati pada kutipan (78) di bawah ini. (78) Apabila sampah dibuang ke dalam parit, saluran-saluran air akan tersumbat dan akan menyebabkan banjir. (Kr 3.2.2) Contoh kalimat (78) di atas merupakan kalimat yang terdiri dari tiga klausa dengan hubungan koordinatif-subordinatif. Jumlah kalimat majemuk bertingkat yang ditemukan peneliti sebanyak sembilan kalimat, termasuk salah satunya data kalimat di atas.

72 Data Kalimat berdasarkan Bentuk Sintaksis Berdasarkan bentuk sintaksis, kalimat dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yakni kalimat deklaratif, kalimat imperatif, kalimat interogatif dan kalimat eksklamatif. Berdasarkan perhitungan, peneliti menemukan 188 kalimat. Adapun perincian jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksis dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 7 Data Kalimat berdasarkan Bentuk Sintaksis Kr KD K.Im Kin K.Eks Jumlah

73 57 Keterangan Kr : Karangan K.In : Kalimat Interogatif KD : Kalimat Deklaratif K.Eks : Kalimat Eksklamatif K.Im : Kalimat Imperatif Berdasarkan tabel 4 di atas, peneliti dapat mengetahui bahwa dari empat kategori kalimat yang ditentukan, hanya ada tiga jenis kalimat. Ketiga jenis kalimat tersebut adalah kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kalimat yang ada pada karangan guru-guru tersebut, yakni penggunaan kalimat deklaratif sebanyak 183 buah kalimat, penggunaan kalimat imperatif sebanyak 5 buah kalimat, dan penggunaan kalimat interogatif sebanyak 4 buah kalimat. Berdasarkan data tersebut, frekuensi kalimat yang sering muncul adalah kalimat deklaratif. Berikut ini akan dipaparkan contoh-contoh kalimat berdasarkan bentuk sintaksis Kalimat Deklaratif Data yang berupa kalimat deklaratif dapat dicermati pada kutipan (79) di bawah ini. (79) Membuang sampah sembarangan juga akan menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti: diare, demam berdarah, tipus, dan lain-lain. (Kr.3.3.1) Kalimat (79) di atas termasuk dalam kalimat deklaratif. Jumlah kalimat deklaratif yang ditemukan peneliti sebanyak 183 buah kalimat, termasuk kalimat di atas Kalimat Imperatif Data yang berupa kalimat imperatif dapat dicermati pada kutipan (80) di bawah ini.

74 58 (80) Maka hendaklah kita bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya serta sampah yang dapat didaur ulang dapat digunakan untuk keperluan dan penghasilan hidup. (Kr ) Kalimat (80) di atas merupakan kalimat yang perintah ajakan. Jumlah kalimat imperatif yang ditemukan peneliti sebanyak lima data, termasuk kalimat di atas Kalimat Interogatif Data yang berupa kalimat interogatif dapat dicermati pada kutipan (81) di bawah ini. (81) Mengapa ada kata-kata tersebut dan apa tujuannya? (Kr ) Kalimat (81) di atas merupakan kalimat yang pertanyaan Jumlah kalimat interogatif yang ditemukan peneliti sebanyak empat kalimat, termasuk kalimat di atas. 4.2 Analisis Data Analisis data dilakukan berdasarkan jumlah klausa dan berdasarkan bentuk sintaksis. Berikut ini diuraikan analisis data beserta contohnya yang dibagi berdasarkan jumlah klausa dan bentuk sintaksis kalimat dalam karangan para guru SD Mahakam Ulu Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa Berdasarkan jumlah klausa, kalimat dapat dibagi menjadi dua yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kedua jenis kalimat ini digunakan guru-

75 59 guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur dalam karangannya. Berikut ini pemaparan hasil analisis terhadap kedua jenis kalimat tersebut Kalimat Tunggal Dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, kalimat tunggal paling banyak digunakan. Dalam karangan guru-guru tersebut, terdapat empat jenis kalimat tunggal, yakni (a) kalimat tunggal dengan predikat verba, (b) kalimat tunggal dengan predikat nomina, (c) kalimat tunggal dengan predikat adjektiva dan (d) kalimat tunggal dengan predikat numeralia. A. Kalimat Tunggal dengan Predikat Verba Kalimat tunggal dengan predikat verbal dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur muncul sebanyak 100 kali. Dari 100 kalimat itu, guru-guru menggunakan enam pola kalimat dasar. Keenam kalimat dasar yang digunakan guru-guru tersebut yakni 1) S-P, 2) S-P-O, 3) S-P-Pel, 4) S-P-K, 5) S- P-O-Pel, dan 6) S-P-O-K. Berikut ini contoh kalimat tunggal dengan predikat frasa verba. 1) Pola Dasar S-P Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat frasa verbal dengan pola S-P dapat dicermati pada kutipan (82) dan (83) di bawah ini. (82) Kebiasaan buruk ini sudah diperingati (Kr 5.1.5) S P (83) Yang pertama adalah menjaga kebersihan diri sendiri (Kr 4.2.1) S P

76 60 Kalimat (82) dan (83) ini hanya terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek (S) dan predikat (P). Unsur subjek pada kalimat (82) diisi oleh frasa nomina kebiasaan buruk ini dan unsur predikat diisi dengan frasa verbal intransitif sudah diperingati. Kalimat (82) ini disebut kalimat tunggal karena hanya mengandung satu klausa. Unsur subjek pada kalimat (83) di atas diisi oleh frasa nomina yang pertama sedangkan unsur predikatnya diisi dengan frasa verba menjaga kebersihan diri sendiri. Kata adalah dalam kalimat (83) hanya berfungsi untuk mengawali unsur predikat. Pola kalimat dasar seperti pada contoh (82) dan (83) dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 7.5.2), (Kr ), (Kr ), (Kr ) (Kr ), dan (Kr ) 2) Pola Dasar S-P-O Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verba dengan pola S-P-O dapat dicermati pada kutipan (84) dan (85) di bawah ini. (84) Sampah yang dibuang tidak pada tempatnya akan menyebabkan S P terserangnya berbagai penyakit (Kr 6.1.3). O (85) Air yang tergenang mengapa dapat menimbulkan penyakit? S kt tanya P O (Kr 1.3.4) Kalimat (84) ini terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek (S) predikat (P) dan objek (O). Unsur subjek diisi oleh frasa nomina sampah yang dibuang tidak pada tempatnya dan unsur predikat diisi dengan frasa verba aktif transitif akan menyebabkan. Predikat dengan verba aktif transitif membutuhkan kehadiran objek. Objek pada kalimat (84) diisi dengan frasa nomina terserangnya

77 61 berbagai penyakit. Objek ini pada bentuk pasif dapat berubah posisi menjadi subjek. Kalimat (85) memiliki struktur yang sama dengan kalimat (84). Unsur pengisi subjek pada kalimat (85) diisi oleh frasa nomina dan predikatnya diisi dengan frasa verba sedangkan objeknya diisi dengan nomina. Pola dasar tidak hanya berbentuk deklaratif atau berita tetapi juga bisa berbentuk kalimat interogatif seperti kalimat (85). Kalimat (84) dan (85) ini disebut kalimat tunggal karena hanya mengandung satu klausa. Pola kalimat dasar seperti pada contoh kedua kalimat di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 5.1.1), (Kr 5.1.2), (Kr 8.3.1), (Kr ), (Kr ), dan (Kr ). 3) Pola Dasar S-P-Pel Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verba dengan pola S-P-Pel dapat dicermati pada kutipan di bawah ini. (86) Hutan tidak lagi menjadi tempat hidup para tumbuhan dan binatang S P Pel (Kr ) (87) Sampah organik bisa kita olah menjadi hal yang berguna untuk S P Pel lingkungan rumah (Kr ) Ket peruntukan Kalimat (86) ini terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek (S) predikat (P) dan pelengkap (Pel). Unsur subjek diisi oleh nomina hutan dan unsur predikat diisi dengan frasa verba intransitif tidak lagi menjadi. Predikat dengan verba intransitif biasanya dapat diikuti oleh unsur pelengkap. Berbeda dengan objek, pelengkap pada bentuk pasif tidak bisa berubah menjadi subjek. Pelengkap pada kalimat (86), yakni tempat hidup tumbuhan dan binatang. Kalimat (86) ini

78 62 disebut kalimat tunggal karena hanya mengandung satu klausa. Kalimat (87) merupakan perluasan dari pola dasar S-P-Pel. Perluasan pola kalimat dasar ini diperluas dengan unsur keterangan peruntukan yakni untuk lingkungan rumah. Pola kalimat dasar seperti pada contoh (86) dan (87) dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (14.2.3), (Kr ), (Kr ), (Kr ), (Kr ) dan (Kr ). 4) Pola Dasar S-P-K Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verbal dengan pola S-P-K dapat dicermati pada kutipan di bawah ini. (88) Sumber penyakitpun terdapat pada penumpukan sampah, limbah S P Ket tempat pabrik hingga pada air yang tergenang (Kr 1.3.3) (89) Bukan hanya itu, lingkungan kotorpun terdapat di pemukiman padat, Konj S P Ket tempat padat pabrik, padat pariwisata serta kontrakan sekalipun (Kr 1.2.1) Kalimat (88) ini terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek (S) predikat (P) dan keterangan (Ket). Unsur subjek diisi oleh frasa nomina sumber penyakitpun dan unsur predikat diisi dengan frasa verba intransitif terdapat. Keterangan pada kalimat (88) yakni pada penumpukan sampah..... Kalimat (89) ini juga memiliki struktur yang sama dengan kalimat (88). Pola kalimat (89) yakni K-S-P-K. Unsur subjek pada kalimat (89) diisi dengan frasa nomina sedangkan unsur predikat diisi dengan frasa verba serta unsur objek diisi dengan frasa preposisi. Kalimat (88) dan (89) ini disebut kalimat tunggal karena hanya mengandung satu klausa. Pola kalimat dasar seperti pada contoh (88) dan

79 63 (89) dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 2.2.1a), (Kr 5.2.3), (Kr 6.1.1), (Kr 6.3.1), (Kr 7.5.1), (Kr 9.2.1a), (Kr ), (Kr12.4.3), (14.4.5) (Kr ), (Kr ), dan (Kr ). 5) Pola Dasar S-P-O-Pel Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verbal dengan pola S-P-O-Pel dapat dicermati pada kutipan di bawah ini. (90) Menjaga kebersihan diri sendiri seperti mandi dua kali sehari, S memotong kuku dan menggosok gigi akan membuat tubuh kita selalu P O Pel bersih (Kr 4.2.2) (91) Membuang sampah sembarangan juga akan menimbulkan berbagai S P O macam penyakit seperti diare, demam berdarah, tipus dan lain-lain Pel (Kr 3.3.1) Kalimat (90) dan (91) ini terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek (S) predikat (P), objek (O) dan pelengkap (Pel). Unsur subjek pada kalimat (90) dan (91) diisi oleh frasa verba yang dinominalkan yakni menjaga kebersihan diri sendiri... dan membuang sampah sembarangan. Masing-masing unsur predikat kalimat (90) dan (91) diisi dengan frasa verba aktif transitif akan membuat dan juga akan menimbulkan. Unsur objek dan pelengkap pada masingmasing kalimat dapat hadir bersamaan setelah unsur predikat. Pola kalimat dasar seperti pada contoh (90) dan (91) ini dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 4.3.2) dan (Kr ).

80 64 6) Pola Dasar S-P-O K Data yang berupa kalimat tunggal berpredikat verbal dengan pola S-P-O-K dapat dicermati pada kutipan di bawah ini. (92) Untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih, indah dan sehat, kita Ket peruntukan S harus membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan P O Ket tempat (Kr 3.1.1) (93) Seringkali Baim membuang sampah di sembarang tempat (Kr 5.1.3) Ket waktu S P O Ket tempat (94) Akibat dari kejadian tersebut banyak hal buruk menimpa-nya Ket akibat S P O (Kr5.3.1) Kalimat (92), (93), dan (94) ini terdiri dari satu klausa dengan unsur pengisi subjek (S) predikat (P), objek (O), dan keterangan (Ket). Pada kalimat (22), unsur subjek diisi pronomina kita dan unsur predikat diisi dengan frasa verba aktif transitif harus membuang. Predikat aktif transitif dapat diikuti objek yakni sampah. Letak unsur keterangan paling fleksibel di antara unsur-unsur lain karena keterangan dapat hadir mendahului subjek ataupun setelah objek. Dalam kalimat (92) unsur keterangan hadir di awal dan di akhir kalimat, yakni keterangan peruntukan dan keterangan tempat. Hal ini dapat dilihat pula pada kalimat (93) dan (94). Unsur keterangan muncul di awal kalimat pada kalimat (93) dan (94). Meskipun demikian, hal itu tidak mengubah pola dasar kalimatnya. Pola kalimat dasar seperti pada contoh (92), (93) dan (94) dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 8.1.1), (Kr ), (Kr ), (Kr ), (Kr18.1.5), (Kr ), (Kr ), (Kr 1.3.5), (Kr ), dan (Kr ).

81 65 7) Pola Kalimat Inversi Selain keenam pola dasar kalimat yang telah disebutkan, ada satu pola kalimat dalam bahasa Indonesia yang berbeda dengan pola kalimat dasar sebelumnya. Secara umum, pola kalimat dalam bahasa Indonesia yakni subjek, predikat, objek (jika ada), dan, pelengkap (jika ada). Akan tetapi, ada satu pola kalimat yang predikatnya selalu mendahului subjek. Pola kalimat ini dalam TBBBI (2010: 282) disebut sebagai kalimat inversi. Kalimat pada karangan guruguru SD Mahakam Ulu ada yang menggunakan pola inversi. Kalimat tersebut dipaparkan pada kalimat berikut ini. (95) Di sanalah terdapat ribuan jenis tumbuhan dan binatang yang saling Ket tempat P S hidup berdampingan (Kr ) Kalimat (95) di atas menunjukkan bahwa unsur predikat terdapat terletak di muka nomina. Dengan kata lain, urutan fungsinya adalah predikat dahulu lalu subjek mengikutinya. Dua unsur inti di atas juga dapat diikuti dengan unsur lain seperti contoh di atas. Keterangan tempat hadir sebelum predikat. Hal ini tidak menjadi masalah karena sifat unsur keterangan yang fleksibel. Fenomena seperti kalimat (95) di atas dapat ditemukan dalam lapiran dengan kode (Kr 5.2.1), (Kr ), (Kr ), dan (16.1.3). B. Kalimat Tunggal dengan Predikat Nomina Data yang berupa kalimat tunggal dengan frasa nominal ditemukan berjumlah dua kalimat. Kedua kalimat tersebut berpola P-S dan P-S-K. Kalimat tersebut dipaparkan pada kutipan (96) dan (97) di bawah ini.

82 66 1) Pola dasar P-S (Inversi) (96) Demikian cara hidup bersih yang bermanfaat yang bisa kita P S dapatkan(kr 4.4.1) 2) Pola Dasar P-S-K (Inversi) (97) Hutanlah yang menyediakan sumber makanan bagi kita (Kr ) P S Ket peruntukan Kalimat (96) terdiri dari P dan S. Hal ini menunjukkan kalimat tersebut hanya memiliki satu klausa. Unsur pengisi predikat pada kalimat tersebut berbentuk pronomina (nomina) yakni demikian. Kalimat (97) pun hanya memiliki satu klausa dengan struktur predikat (P)- subjek (S)- keterangan (K). Kalimat (97) ini menunjukkan bahwa unsur pengisi predikat berupa nomina. Pada umumnya, urutannya adalah frasa nomina yang pertama merupakan subjek dan frasa nomina kedua adalah predikat. Namun, kalimat tersebut terdapat kata hutan yang dibubuhi partikel lah. Oleh karena itu, kata hutanlah menjadi predikat. Hal ini disebabkan karena dalam struktur bahasa Indonesia secara keseluruhan partikel lah umumnya menandai predikat (TBBBI, 2010:359). Kedua kalimat tunggal di atas merupakan kalimat inversi di mana unsur predikat mendahului unsur subjek. C. Kalimat Tunggal dengan Predikat Adjektiva Data yang berupa kalimat tunggal dengan frasa adjektival ditemukan berjumlah dua kalimat. Kedua kalimat tersebut berpola S-P-K. Kalimat tersebut dipaparkan pada kutipan (98) dan (99) sebagai berikut. (98) Lingkungan hidup seperti air dan hutan di sekitar kampung sangatlah S Ket tempat

83 67 teduh dan nyaman (Kr ) P (99) Dahulu hutan kami sangat lestari dan indah (Kr ) Ket waktu S P Kalimat (98) terdiri dari S, K dan P. Hal ini menunjukkan kalimat tersebut hanya memiliki satu klausa. Unsur pengisi predikat pada kalimat tersebut berbentuk frasa adjektival yakni teduh dan nyaman. Kalimat (99) terdiri dari K, S dan P dengan unsur pengisi predikatnya berbentuk frasa adjektival, yakni sangat lestari dan indah. Meskipun unsur-unsur dua kalimat di atas tidak sama susunannya, kedua kalimat tersebut memiliki unsur yang sama yakni subjek (S), predikat (P) dan keterangan (Ket). D. Kalimat Tunggal dengan Predikat Numeral Data yang berupa kalimat tunggal dengan predikat numeral ditemukan berjumlah satu kalimat. Kalimat itu berpola K-P-S-K. Kalimat tersebut dipaparkan pada kutipan (100) di bawah ini. (100) Di Indonesia masih banyak masyarakat yang membuang sampah di Ket tempat P S sembarang tempat (Kr 2.1.1) Ket tempat Kalimat (100) terdiri dari K, P, S dan K. Hal ini menunjukkan kalimat tersebut hanya memiliki satu klausa. Unsur pengisi predikat pada kalimat tersebut berbentuk frasa numeral, yakni masih banyak. Frasa numeral pada kalimat (100) termasuk frasa numeral taktentu, sehingga tidak dapat diikuti kata penggolong (TBBBI, 2010: 360). Kalimat tunggal di atas merupakan kalimat inversi di mana unsur predikat mendahului unsur subjek.

84 Kalimat Majemuk Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih. Dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, kalimat majemuk banyak digunakan. Ada tiga jenis kalimat majemuk berdasarkan hubungan antarklausanya yakni (a) kalimat majemuk setara, (b)kalimat majemuk bertingkat, dan (c) kalimat majemuk campuran. A. Kalimat Majemuk Setara Kalimat majemuk setara memiliki hubungan koordinasi ataupun hubungan setara antarklausanya, baik tanpa maupun menggunakan konjungsi. Jika digolongkan berdasarkan konjungsinya, kalimat pada karangan tersebut hanya menggunakan empat jenis konjungsi. Keempat jenis konjungsi tersebut adalah konjungsi penanda penjumlahan, perlawanan, lebih, dan perurutan. Penggunaan kalimat majemuk setara dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu yakni, sebanyak 23 kalimat. Berikut ini dipaparkan contoh kalimat majemuk setara berdasarkan hubungan penanda konjungsinya. 1) Majemuk setara dengan pertalian semantik penjumlahan Data yang berupa kalimat majemuk setara dengan pertalian semantik penjumlahan ditemukan berjumlah delapan kalimat. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan (101) dan (102) di bawah ini. (101) Maka semoga ke depan kita akan semakin sadar dan tidak ada lagi Modalitas S P Konj P masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat apalagi S Ket tempat di sungai. (Kr 2.3.3)

85 69 (102) Musim kemarau telah berlalu dan musim hujan pun menghadang di S P Konj S P depan mata. (Kr ) Ket tempat Kalimat (101) dan (102) memperlihatkan bahwa kalimat tersebut memiliki dua klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat yang setara. Kedua klausa pada masing-masing kalimat tersebut dihubungkan dengan konjungsi koordinatif. Kedua kalimat tersebut disebut kalimat majemuk setara. Kalimat (101) terbentuk dari klausa dengan struktur S-P dan P-S-K sedangkan kalimat (102) terbentuk dari klausa dengan struktur S-P dan S-P-K. Kedua kalimat di atas dihubungkan dengan konjungsi pertalian penjumlahan, yakni dan. Oleh karena itu, hubungan antarklausa pada kalimat (101) dan (102) adalah penjumlahan. Pola kalimat majemuk setara seperti pada kedua contoh di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 9.3.1), (Kr ), (Kr ), (Kr ), (Kr a), dan (Kr ). 2) Majemuk setara dengan pertalian semantik perlawanan Peneliti menemukan enam buah kalimat majemuk setara dengan pertalian semantik perlawanan. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kalimat di bawah ini. (103) Penyakit tak datang dengan sendirinya melainkan (penyakit) dari S P Ket cara Konj (S) P lingkungan yang kotor (Kr 1.3.1) (104) Banyak orang mengklaim dirinya pecinta lingkungan hidup tetapi S P O Konj bila berhadapan dengan sampah nyalinya tak dapat berbuat banyak Ket P Ket cara S P (Kr )

86 70 Kalimat (103) dan (104) memperlihatkan bahwa kalimat tersebut memiliki dua klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat yang setara. Kedua klausa pada masing-masing kalimat tersebut dihubungkan dengan konjungsi koordinatif. Kedua kalimat tersebut disebut kalimat majemuk setara. Kalimat (103) terbentuk dari klausa dengan struktur S-P dan S-P sedangkan kalimat (104) terbentuk dari klausa dengan struktur S-P-O dan K-P-K-S-P. Kedua kalimat di atas dihubungkan dengan konjungsi pertalian perlawanan yakni melainkan dan tetapi. Dengan demikian, hubungan antarklausa pada kalimat (103) dan (104) adalah perlawanan. Pola kalimat majemuk setara seperti pada contoh (103) dan (104) di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr ), (Kr ), (17.1.3), dan (19.4,2). 3) Majemuk setara dengan pertalian semantik lebih Data yang berupa kalimat majemuk setara dengan pertalian semantik lebih ditemukan berjumlah dua kalimat. Kedua kalimat itu dipaparkan pada kutipan (105) dan (106) di bawah ini. (105) Kebiasaan buruk dengan membuang sampah sembarangan sudah tak S Ket cara P asing lagi bahkan seakan sudah terbiasa lingkungan kotor sudah menjadi konj P S P ciri khas warga kota (Kr1.1.1) Pel (106) Sumber penyakit dapat tumbuh dengan cepat bahkan dahsyat S P Ket cara Konj P berkembangnya (Kr 1.3.2) S

87 71 Kalimat (105) dan (106) memperlihatkan bahwa kalimat tersebut memiliki dua klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat yang setara. Kedua klausa pada masing-masing kalimat tersebut dihubungkan dengan konjungsi koordinatif. Kedua kalimat tersebut disebut kalimat majemuk setara. Kalimat (105) terbentuk dari klausa dengan struktur S-K-P dan P-S-P-Pel, sedangkan kalimat (106) terbentuk dari klausa dengan struktur S-P-K dan P-S. Kedua kalimat di atas dihubungkan dengan konjungsi pertalian lebih, yakni bahkan. Hubungan pertalian lebih maksudnya adalah klausa pertama kalimat tersebut mendapatkan penegasan dari klausa kedua. 4) Majemuk setara dengan pertalian semantik perurutan Data yang berupa kalimat majemuk setara dengan pertalian semantik penjumlahan ditemukan berjumlah satu kalimat. Kalimat itu dipaparkan pada kutipan (107) di bawah ini. (107) Andi berhenti sejenak lalu (Andi) berpikir (Kr18.1.3) S P K.wkt Konj (S) P Kalimat (107) memperlihatkan bahwa kalimat tersebut memiliki dua klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat yang setara. Kedua klausa pada kalimat (107) tersebut dihubungkan dengan konjungsi koordinatif. Kedua kalimat tersebut disebut kalimat majemuk setara. Kalimat (107) terbentuk dari klausa dengan struktur S-P-K dan S-P. Kalimat di atas dihubungkan dengan konjungsi pertalian perurutan yakni lalu.

88 72 5) Majemuk setara tanpa konjungsi Peneliti menemukan empat buah kalimat majemuk setara tanpa konjungsi. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan di bawah ini. (108) Hujan berlangsung sangat lama, air sungaipun mulai meluap S P Ket waktu S P (Kr12.3.2) (39) Lukman duduk termenung di atas atap rumahnya, melepaskan S P Pel Ket tempat P pandangannya ke sekeliling (Kr12.4.1) O Ket arah Kalimat (108) dan (109) adalah kalimat majemuk setara, karena terdiri dari dua klausa atau lebih yang digabungkan menjadi sebuah kalimat tetapi tidak dihubungkan dengan konjungsi. antarklausa pada kedua kalimat tersebut dihubungkan dengan tanda baca koma. Kalimat (108) terbentuk dari dua klausa dengan struktur S-P-K dan S-P. Kalimat (109) terbentuk dari dua klausa dengan struktur S-P-Pel-K dan (S)-P-O-K. Pada kalimat (109), unsur subjek klausa kedua dapat dilesapkan karena unsur subjeknya sama dengan subjek klausa pertama. Hal ini biasa ditemui pada hubungan koordinatif ataupun subordinatif jika subjek klausa kedua sama dengan subjek klausa pertama. Kedua klausa tersebut tidak dihubungkan dengan konjungsi tetapi dihubungkan dengan tanda baca koma (,). Pola kalimat majemuk setara seperti pada contoh (108) dan (109) di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr 8.3.3) dan (Kr ).

89 73 B. Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang memiliki hubungan antarklausa tidak sederajat yang biasanya disebut dengan hubungan subordinatif. Dalam kalimat majemuk bertingkat, ada satu klausa yang menjadi bagian dari klausa yang lain. Kalimat majemuk bertingkat disusun berdasarkan jenis anak klausanya. Kalimat majemuk bertingkat ada 13 macam. Pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, kalimat majemuk bertingkat hanya ada delapan macam. Delapan jenis anak kalimat tersebut, yakni anak klausa dengan keterangan akibat, komplementasi, waktu, sebab, syarat, tujuan, penjumlahan dan konsesif. Berikut ini contoh kalmat majemuk bertingkat. 1) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Akibat Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan akibat ditemukan berjumlah 13 kalimat. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan (110), (111) dan (112) di bawah ini. (110) Habislah sumber daya di dalam hutan sehingga kini manusia tidak bisa P S Ket tempat Konj Ket S P memanfaatkan lagi (Kr ) Ket akibat (111) Sebagian dari mereka ikut punah akibat kehilangan tempat tinggal S P Konj P S (Kr ) Ket akibat (112) Di Indonesia masih banyak masyarakat kurang memperhatikan tempat Ket tempat S P O membuang sampah sehingga ada sungai yang tercemar oleh sampah (Kr 9.1.1) Konj P S Ket.agentif

90 74 Kalimat (110), (111), dan (112) merupakan kalimat majemuk bertingkat. Hal ini dapat dilihat dari dua klausa yang saling berhubungan secara subordinatif. Dua klausa yang saling berhubungan secara subordinatif ini menunjukkan klausa yang satu terikat dengan klausa yang lain. Dengan kata lain, klausa yang satu merupakan anak klausa dari klausa induk. Kalimat (110), (111), dan (112) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan akibat. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada ketiga kalimat tersebut. Kalimat (110) dan (112) menggunakan konjungsi sehingga untuk menghubungkan dua klausanya sedangkan kalimat (111) menggunakan konjungsi akibat untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat (110), (111), dan (112) masing-masing memiliki struktur atau pola yakni P-S-K K K K, S-P, dan K-S-P-O K S P P S. Struktur ketiga P S K kalimat di atas hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. Polapola kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang menjadi kalimat majemuk, baik majemuk setara, majemuk bertingkat maupun campuran sesuai dengan konjungsinya. Pola kalimat majemuk bertingkat seperti pada contoh (110), (111), dan (112) di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (1.1.3), (8.1.4), (8.3.2), (9.1.1), (9.1.2), (10.2.2), (11.3.3), (14.3.5), (15.1.2), dan (19.3.4).

91 75 2) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Isi Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan komplemen ditemukan berjumlah enam kalimat. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan (113) dan (114) di bawah ini. (113) Jelas sekali manusia begitu paham bahwa membuang sampah Ket S P Konj S Ket komplemen sembarangan dapat menyebabkan terjadi banjir (Kr 7.2.2) P Pel (114) Ayah selalu menceritakan kepada anak-anak dan cucu-cucunya S P Ket tujuan bahwa dulu kehidupan masyarakat sangatlah mudah (Kr11.2.2) Konj Ket S P Kalimat (113) dan (114) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan komplemen atau isi. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat (113) dan (114) menggunakan konjungsi bahwa untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat (113) dan (114) masing-masing memiliki pola, yakni K-S-P-K K S P Pel dan S- K P K. Struktur kalimat (43) dan (44) hanya merupakan pengembangan K S P dari pola kalimat dasar. Pola-pola kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang menjadi kalimat majemuk baik majemuk setara, majemuk bertingkat maupun campuran sesuai dengan konjungsinya. Pola kalimat majemuk bertingkat seperti pada contoh (113) dan (114) di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (2.1.2), (7.2.2), (11.2.2), dan (18.1.6).

92 76 3) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Waktu Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan waktu ditemukan berjumlah sembilan kalimat. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan di bawah ini. (115) Ketika membuang sampah, Baim hanya membuang sampah di selokan Konj P O S P O Ket Ket waktu depan rumahnya (Kr5.1.4) tempat (116) Usai mengambi air, Lukman pun kembali ke rumah (Kr ) Konj P O S P Ket tujuan Kalimat (115) dan (116) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan waktu. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat (115) dan (116) menggunakan konjungsi ketika dan usai untuk menghubungkan dua klausanya. Kata usai memiliki padanan kata dengan kata setelah, sehingga usai dapat dikategorikan sebagai konjungsi waktu. Kalimat (115) dan (116) masing-masing memiliki pola, K K yakni S-P-O-K dan (S) P O (S) P O S-P-K. Subjek anak klausa pada kalimat (115) dan (116) tidak dihadirkan. Subjek tersebut dapat dilesapkan jika subjek anak klausa sama dengan subjek induk klausanya. Struktur kedua kalimat di atas hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola-pola kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang menjadi kalimat majemuk baik majemuk setara, majemuk bertingkat ataupun campuran sesuai dengan konjungsinya. Pola

93 77 kalimat majemuk bertingkat seperti pada contoh (115) dan (116) di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (7.4.1), (12.2.6), (12.3.1), (13.2.2), (20.2.3), (20.3.2) dan (20.3.5). 4) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Sebab Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan sebab ditemukan berjumlah tiga kalimat. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan (117) dan (118) di bawah ini. (117) Baim harus terbaring lemas di rumah sakit karena terkena penyakit S P Ket tempat Konj P Pel diare dan demam berdarah. (Kr 5.3.4) (118) Permasalahan-permasalahan tersebut timbul karena ulah manusia S P Konj S tidak mampu berterimakasih atas nikmat yang telah alam ini berikan. P Pel Ket sebab (Kr 7.1.2) Kalimat (117) dan (118) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan sebab. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kedua kalimat tersebut menggunakan konjungsi karena untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat-kalimat itu masing-masing memiliki pola yakni S-P-K K (S) P Pel serta S-P K S P Pel. Subjek anak klausa pada kalimat (117) tidak dihadirkan. Subjek tersebut dapat dilesapkan jika subjek anak klausa sama dengan subjek induk klausanya. Struktur kalimat (117) dan (118) hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar.

94 78 Pola-pola kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang menjadi kalimat majemuk baik majemuk setara, majemuk bertingkat maupun campuran sesuai dengan konjungsinya. Pola kalimat majemuk bertingkat seperti pada kedua contoh di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (20.1.1b). 5) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Syarat Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan syarat ditemukan berjumlah dua kalimat. Kedua kalimat itu dipaparkan pada kutipan (119) dan (120) di bawah ini. (119) Jika hal tersebut dibiarkan terus-menerus maka seluruh komponen Konj S P Pel S Ket syarat hidup yang ada di dalam air akan mati akibat air yang sudah tercemar P Ket.akibat (Kr 7.3.2) (120) Jika kita membuang sampah sembarangan maka kita semua akan Konj S P O Pel S P Ket syarat terkena dampaknya yaitu banjir. (Kr 8.1.3) Pel Kalimat (119) dan (120) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan syarat. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat (119) dan (120) menggunakan konjungsi jika untuk menghubungkan dua klausanya. Adanya konjungsi maka pada kedua kalimat di atas dapat dihilangkan. Penggunaan konjungsi lebih dari satu pada dua klausa majemuk bertingkat akan membuat kerancuan. Hal ini disebabkan klausa yang diawali dengan konjungsi merupakan anak klausa. Jika

95 79 masing-masing klausa dalam satu kalimat diawali dengan konjungsi, kalimat tersebut tidak memiliki induk klausa. Kalimat (119) dan (120) masing-masing memiliki pola kalimat yakni K K S-P-K serta S P Pel S P O Pel S-P-Pel. Kalimat (119) dan (120) hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. 6) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Tujuan Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan tujuan ditemukan berjumlah tujuh kalimat. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan di bawah ini. (121) Sampah sebaiknya dibuang di tempat pembuangan sampah agar S P Ket tempat Konj tidak menimbulkan banyak masalah pada lingkungan. (Kr 6.1.2) P O Ket tempat Ket tujuan (122) Sampah tidak berguna atau tidak berfungsi ditanam di dalam tanah S P Ket tempat supaya tidak mencemari lingkungan (Kr ) konj P O Ket tujuan Kalimat (121) dan (122) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan tujuan. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat (121) menggunakan konjungsi karena dan kalimat (122) menggunakan konjungsi supaya untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat (121) dan (122) masing-masing memiliki pola kalimat

96 80 yakni, S-P-K K (S) P O K serta S-P-K K. Subjek anak klausa pada (S) P O kalimat (121) dan (122) tidak dihadirkan. Subjek tersebut dapat dilesapkan jika subjek anak klausa sama dengan subjek induk klausanya. Pola kedua kalimat tersebut hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola-pola kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang menjadi kalimat majemuk, baik majemuk setara, majemuk bertingkat maupun campuran sesuai dengan konjungsinya. Pola kalimat majemuk bertingkat seperti pada kedua contoh di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (4.4.2), (6.2.2), (20.1.2), (12.4.4), dan (13.3.1). 7) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Penjumlahan Data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan penjumlahan ditemukan berjumlah dua kalimat. Contoh kalimat itu dipaparkan pada kutipan (123) di bawah ini (123) Selain menjadi tempat tinggal para tumbuhan dan binatang, hutan Konj P Pel S Ket penjumlahan juga merupakan sumber utama bagi kehidupan manusia. (Kr ) P Ket peruntukan Kalimat (123) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan penjumlahan.hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat (123) menggunakan konjungsi selain untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat (123) memiliki pola kalimat

97 81 yakni K (S) P Pel S-P-K. Subjek anak klausa pada kalimat (123) tidak dihadirkan. Subjek tersebut dapat dilesapkan jika subjek anak klausa sama dengan subjek induk klausanya. Kalimat (123) hanya merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola kalimat majemuk bertingkat seperti pada contoh kalimat di atas dapat ditemukan juga pada lampiran dengan kode (Kr4.3.1). 8) Kalimat Majemuk Bertingkat dengan Anak Klausa Pengganti Keterangan Konsesif Peneliti menemukan satu kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan konsesif dalam karangan para guru. Kalimat tersebut dipaparkan pada kalimat (124) di bawah ini. (124) Hingga sekarang ini masih banyak masyarakat belum memahami Ket waktu S P betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan walaupun mereka O Konj S sudah mengetahui akibat dari perbuatan yang tidak menjaga P O lingkungan. (Kr ) Kalimat (124) merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan konsesif. Hal ini dapat dilihat dari konjungsi yang digunakan pada kedua kalimat tersebut. Kalimat (124) menggunakan konjungsi walaupun untuk menghubungkan dua klausanya. Kalimat (124) memiliki pola K yakni, K-S-P-O. Kalimat (124) ini hanya merupakan pengembangan dari S P O pola kalimat dasar. Pola-pola kalimat dasar yang digabungkan dapat berkembang

98 82 menjadi kalimat majemuk, baik majemuk setara, majemuk bertingkat maupun campuran sesuai dengan konjungsinya. C. Kalimat Majemuk Campuran Penggunaan kalimat majemuk campuran pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur tidak terlalu banyak dibandingkan dengan kedua jenis kalimat majemuk yang lain. Penggunaan kalimat majemuk campuran pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu ditemukan sebanyak sembilan kalimat. Kalimat majemuk campuran merupakan gabungan dari kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, masih ada penggunaan konjungsi yang keliru sehingga mengakibatkan tidak adanya induk klausa. Berikut ini contoh kalimat majemuk campuran pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu. (125) Ketika datang musim penghujan, meluaplah sampah-sampah yang Konj P S P S bertumpuk di sugai, di selokan dan di parit-parit dan itu mengakibatkan banjir(kr2.2.1) Konj S P O (126) Sehingga jika kebersihan telah didapat, maka tubuh kita akan menjadi Konj S P S P sehat dan tidak akan mudah terserang penyakit (Kr4.2.3) Pel Konj P Pel (127) Sampah organik diolah menjadi pupuk, digunakan untuk tanaman di S P Pel P Ket peruntukan sekitar rumah supaya lingkungan rumah tetap hijau (Kr ) Konj S P

99 83 Kalimat (125) di atas memiliki tiga klausa dengan dua hubungan. Hubungan yang pertama adalah hubungan subordinatif (bertingkat) antara anak klausa pengisi keterangan waktu dan induk kalausanya. Anak klausa pengganti keterangan waktu pada kalimat (125) memiliki unsur predikat dan subjek. Hal ini adanya konjungsi subordinatif ketika di awal klausa. Induk klausa pada kalimat (125) juga memiliki hubungan koordinatif (setara) dengan ditandai dengan konjungsi koordinatif dan. Kalimat majemuk campuran juga merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar yang lebih kompleks. Pola majemuk campuran dikatakan lebih kompleks karena dalam satu kalimat ada dua hubungan K yakni, hubungan subordinatif dan koordinatif. Pola kalimat (125) ini adalah P S P-S, S-P-O. Lazimnya pada sebuah kalimat majemuk bertingkat, klausa yang didahului dengan konjungsi subordinatif merupakan anak klausa. Namun, pada kalimat (126) ini, konjungsi subordinatifnya ada tiga. Hal ini menyebabkan kebingungan untuk memilih induk klausa. Harus ada penghilangan dua konjungsi untuk menentukan induk klausanya sehingga konjungsi maka dan sehingga harus dihilangkan. Jika kedua konjungsi tersebut sudah dihilangkan, induk klausa pada kalimat (126) menjadi tubuh kita akan menjadi sehat. Anak klausa pada kalimat (126) menjadi kebersihan telah didiapat dengan diawali konjungsi subordinatif jika. Kalimat (126) juga terdapat hubungan koordinatif antarinduk klausa dengan ditandai konjungsi dan. Kalimat tersebut juga hanya pengembangan dari pola

100 84 kalimat dasar. Pola kalimat (1266) di atas adalah K S-P-Pel, (S)-P-Pel. Pada S P kalimat (126), subjek klausa kedua hubungan koordinatif mengalami pelesapan karena subjek klausanya sama dengan subjek klausa sebelumnya. Kalimat (127) di atas memiliki tiga klausa dengan dua hubungan. Hubungan yang pertama adalah hubungan koordinatif (setara) dan dihubungkan dengan tanda hubung koma (,). Pada kalimat (127) salah satu klausanya mengalami perluasan unsur keterangan tujuan. Perluasan unsur keterangan pada kalimat (127) di atas diawali dengan konjungsi supaya. Kalimat (127) tersebut juga hanya pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola kalimat (127) di atas adalah S-P-Pel, (S)-P-K K. Fenomena seperti kutipan (55), (56), dan (57) S P dapat dilihat pada lampiran dengan kode (Kr 3.2.1), (Kr 3.2.2), (Kr 7.3.1), (Kr ), (20.3.3b) dan (Kr ) Jenis Kalimat Berdasarkan Bentuk Sintaksis Berdasarkan bentuk sintaksisnya, kalimat dapat digolongkan menjadi empat jenis, yakni kalimat deklaratif, imperatif, interogatif, dan eksklamatif. Namun, hanya ada tiga jenis kalimat pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu. Tiga jenis kalimat itu adalah kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif Kalimat Deklaratif Sesuai dengan namanya, kalimat deklaratif atau kalimat berita berfungsi untuk memberikan informasi atau berita kepada orang lain. Dalam bentuk tulisan,

101 85 kalimat berita diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik(.). Kalimat deklaratif tersebut paling banyak digunakan oleh guru-guru SD Mahakam Ulu pada karangannya. Berikut ini contoh kalimat deklaratif. (128) Kurang lebih dua puluh tahun yang lalu di pedalaman Kalimantan Timur terdapat sebuah desa kecil yang terletak di pinggir perairan sungai Mahakam yaitu kampung Mamahak Teboq yang sangat nyaman, aman dan indah. (Kr11.1.1) (129) Selain menjaga kebersihan tubuh, menjaga keberihan lingkungan juga sangat penting di lakukan. (Kr4.3.1) (130) Baim harus terbaring lemas di rumah sakit karena terkena penyakit diare dan demam berdarah. (Kr 5.3.4) Masing-masing contoh kalimat di atas mengandung informasi. Informasi yang terkandung di dalam kalimat (128) adalah di pedalaman Kalimantan Timur terdapat desa yang nyaman, aman dan indah. Desa itu sudah ada di pedalaman Kalimantan Timur sejak kurang lebih dua puluh tahun yang lalu. Desa itu bernama Mamahak Teboq. Kalimat (129) juga mengandung informasi menjaga kebersihan lingkungan sama pentingnya dengan menjaga kebersihan tubuh. Sementara itu, kalimat (130) juga megandung informasi Baim sedang sakit demam berdarah dan dia dirawat di rumah sakit. Kalimat (128), (129) dan (130) di atas menyatakan bahwa kalimat deklaratif atau kalimat berita berfungsi memberitahukan sesuatu kepada orang lain. Sebagai kalimat deklaratif, ketiga kalimat di atas sudah disebut sebagai kalimat deklaratif yang baik. Hal ini ditunjukkan dari segi strukturnya kalimat ini diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik (.), sedangkan dari segi isinya kalimat ini sudah memberikan informasi yang jelas dan sudah

102 86 mengandung gagasan pokok dalam setiap kalimat. Kalimat-kalimat pada karangan para guru sebagian besar merupakan pola kalimat deklaratif. Pola-pola tersebut dapat dilihat pada lampiran antara lain dengan kode (Kr 1.1.1), (Kr 1.1.3), (8.1.2), dan (12.1.2) Kalimat Imperatif Kalimat imperatif pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu tidak terlalu banyak digunakan. Ada lima kalimat imperatif pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu. Berikut ini contoh kalimat imperatif dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu. (131) Jangan membuang sampah sembarangan, seperti ke kali atau sungai atau ke dalam parit. (Kr3.1.2) (132) Oleh karena itu, marilah kita semua menjaga kebersihan baik kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan agar kita menjadi sehat dan terhindar dari penyakit yang mengancam. (Kr4.4.2) (133)Marilah kita bersahabat kembali dengan mereka demi keberlangsungan hidup kita dn anak cucu kita kelak. (14.4.5) Sesuai dengan namanya, kalimat imperatif atau kalimat perintah berfungsi untuk memberikan perintah kepada seseorang. Kalimat imperatif atau perintah dapat dibagi mejadi enam golongan, yakni kalimat perintah biasa, kalimat perintah halus, permohonan, ajakan (harapan), larangan dan pembiaran. Berdasarkan penggolongan tersebut, kalimat (131) kalimat imperatif larangan. Hal ini dapat diketahui dari adanya kata larangan jangan pada awal kalimat. Kalimat (132) dan (133) termasuk dalam kalimat perintah ajakan atau

103 87 harapan. Hal ini dapat dilihat dari adanya kata modalitas marilah pada masingmasing kalimat. Lazimnya kalimat imperatif juga adanya tanda baca seru di akhir kalimat (!), tetapi pada kalimat (131), (132) dan (133), tanda baca yang digunakan adalah titik (.). Hal ini tidak menjadi masalah karena sudah ada kata modalitas yang dipakai sebagai penanda kalimat imperatif dan isinya juga bersifat perintah (imperatif) pola kalimat imperatif juga dapat dilihat pada lampiran dengan kode (16.1.1) dan (16.3.2) Kalimat Interogatif Kalimat interogatif adalah kalimat yang pertanyaan. Secara formal, kalimat interogatif biasanya adanya kata tanya apa, siapa, bagaimana, di mana, mengapa dan kapan serta pada akhir kalimat terdapat tanda baca tanya (?). Kalimat interogatif pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu paling sedikit digunakan. Ada empat kalimat interogatif pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu. Berikut ini contoh kalimat interogatif dalam karangan guruguru SD Mahakam Ulu. (134) Bagaimana tidak? (Kr 1.1.2) (135) Mengapa ada kata-kata tersebut dan apa tujuannya? (Kr ) Kalimat (134) tersebut sebenarnya belum dapat dikatakan sebagai kalimat tanya, karena subjek dan predikatnya belum ada atau dengan kata lain inti dari pertanyaannya tidak ada. Kalimat (134) tersebut sebenarnya hanya berfungsi

104 88 menghubungkan kalimat sebelumnya dengan kalimat sesudahnya yakni kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan sudah tidak asing lagi bagi warga kota dengan seperti masih banyak (sampah) berserakan di lingkungan. Berbeda dengan kalimat (134), kalimat (135) sudah dapat dikatakan sebagai kalimat interogatif yang baik karena ada inti pertanyaanya yakni menanyakan keberadaan kata-kata yang dimaksud dan tujuan kata-kata tersebut. Secara formal, kalimat (135) sudah benar. Penulis bisa memvarisikan kalimat tanya menggunakan kata tanya mengapa dan apa. Penulis juga sudah memberikan tanda baca tanya (?) dengan benar di akhir kalimat. Pola kalimat interogatif itu juga dapat dilihat pada lampiran dengan kode (Kr 1.1.4) dan (14.4.3) 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian Jenis Kalimat berdasarkan Jumlah Klausa Peneliti menemukan jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan bentuk sintaksis. Jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa yang digunakan guru-guru SD Mahakam Ulu pada karangannya yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Jika dilihat dari unsur pengisi predikatnya, kalimat tunggal pada karangan tersebut berjenis kalimat tunggal dengan predikat frasa verbal dengan pola dasar S-P, S-P- O, S-P-Pel, S-P-K, S-P-O-Pel dan S-P-O-K. Kalimat tunggal dengan predikat nomina memiliki pola P-S dan P-S-K. Kedua jenis kalimat tunggal dengan pola P- S dan P-S-K tersebut disebut dengan pola kalimat inversi.

105 89 Kalimat tunggal dengan predikat adjektival memiliki pola kalimat dasar S- P-K sedangkan kalimat tunggal dengan predikat frasa numeral hanya memiliki pola K-P-S-K. Jika dilihat dari urutan unsur-unsurnya, unsur keterangan dalam kalimat dapat diletakkan di awal kalimat, tengah maupun akhir kalimat bahkan dalam beberapa kalimat unsur keterangan dapat dilesapkan tanpa mengubah arti. Hal ini menunjukkan bahwa unsur keterangan merupakan unsur yang bersifat manasuka atau tidak wajib hadir dalam sebuah struktur kalimat. Penelitian ini relevan dengan teori yang dikemukakan oleh Alwi, dkk pada TBBBI (2010). Menurut Alwi,dkk dalam TBBBI (2010: 345), kalimat tunggal dapat dibagi menjadi kalimat berpredikat verba, kalimat berpredikat adjektiva, kalimat berpredikat nominal, kalimat berpredikat numeral, dan kalimat berpredikat frasa preposisional. Namun, ada satu jenis kalimat tunggal yang tidak ditemukan oleh peneliti pada karangan para guru. Dari perbandingan tersebut, guru-guru tidak menggunakan jenis kalimat tunggal dengan predikat frasa preposisional. Hal ini disebabkan tidak semua kalimat tunggal dengan frasa preposisional dapat digunakan sebagai unsur pengisi predikat. Jika merujuk pada TBBBI (2010), frasa preposisional pengisi predikat hanya digunakan pada pola kalimat dasar S-P berbeda dengan frasa lainnya yang bisa digunakan pada pola kalimat dasar manapun. Hal ini menunjukkan kalimat tunggal dengan frasa preposisional penggunaanya lebih terbatas dibandingkan dengan jenis kalimat tunggal lainnya.

106 90 Di samping itu, peran frasa preposisional atau preposisi dalam bahasa Indonesia adalah sebagai penanda hubungan tempat, peruntukan, sebab, kesertaan atau cara, pelaku, waktu, ihwal, dan milik. Dalam karangan para guru, hubungan tersebut digunakan pada unsur keterangan. Oleh karena itu, bisa jadi para guru SD Mahakam Ulu, masih terbatas menggunakan frasa preposisional sebagai unsur pengisi predikat dibandingkan sebagai unsur pengisi keterangan. Kalimat majemuk ditemukan dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu. Jenis kalimat majemuk itu adalah kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat dan kalimat majemuk campuran. Jika digolongkan berdasarkan konjungsinya, kalimat majemuk setara pada karangan tersebut hanya menggunakan empat jenis konjungsi. Keempat jenis konjungsi tersebut adalah konjungsi penanda penjumlahan, konjungsi penanda perlawanan, konjungsi penanda lebih, dan konjungsi penanda perurutan. Selain keempat konjungsi tersebut, ada kalimat yang tidak dihubungkan dengan konjungsi. Pola atau struktur pada keempat jenis kalimat majemuk tersebut hanya berupa pengembangan dari keenam pola kalimat dasar yang sudah ada. Pola-pola yang ditemukan pada kalimat majemuk setara tersebut, antara lain S-P-K,P-S; S-P-K,S- P-K; S-P-K,S-P dan S-P-Pel-K,(S)-P-O-K. Kalimat majemuk bertingkat juga dapat digolongkan berdasarkan anak klausa pengganti keterangannya. Ada delapan jenis kalimat majemuk bertingkat berdasarkan anak klausanya. Kedelapan jenis kalimat majemuk bertingkat tersebut adalah anak klausa dengan keterangan akibat, isi, waktu, sebab, syarat, tujuan,

107 91 penjumlahan dan konsesif. Pola yang ditemukan pada kalimat majemuk bertingkat tersebut antara lain K-S-P-K O K P S K. K S P Pel, P-S-K K K, S-P, dan K-S-P- K S P P S Kalimat majemuk campuran juga dapat ditemukan pada karangan para guru SD Mahakam Ulu. Jenis dan pola kalimat majemuk campuran paling kompleks daripada kalimat majemuk yang lain. Jenis dan pola kalimat majemuk campuran tersebut dikatakan kompleks karena menghubungkan hubungan koordinatif dan subordinatif (setara dan bertingkat) dalam suatu kalimat. Jenis dalam kalimat majemuk campuran antara lain kalimat majemuk campuran hubungan waktu-penjumlahan, hubungan syarat-penjumlahan, hubungan tujuanpenjumlahan. Pola kalimat campuran juga merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola pada kalimat majemuk campuran tersebut antara lain K P S P- S, S-P-O; K S P S-P-Pel, (S)-P-Pel; dan S-P-Pel, (S)-P-K K. S P Penelitian ini relevan dengan teori yang dikemukakan oleh Ramlan (2005). Menurut Ramlan (2005: 43), kalimat majemuk atau kalimat luas adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih. Klausa-klausa pada kalimat majemuk tersebut dihubungkan dengan konjungsi yang sesuai. Umumnya, ahli bahasa membagi hubungan dua klausa itu ke dalam dua jenis yakni koordinasi (majemuk setara) dan subordinasi (majemuk bertingkat).

108 92 Ramlan (2008) menegaskan majemuk setara dapat digolongkan berdasarkan kata penghubungnya atau konjungsinya. Menurut Ramlan (2010), ada lima macam hubungan dalam majemuk setara yakni hubungan penjumlahan, pemilihan, perurutan, lebih, perlawanan atau pertentangan. Menurut Alwi,dkk dalam TBBBI (2010) majemuk bertingkat salah satunya juga dapat digolongkan berdasarkan anak klausa pengganti keterangannya. Menurut Hasan Alwi, dkk (2010: 400), hubungan majemuk bertingkat terdiri dari anak klausa dengan keterangan waktu, syarat, pengandaian, tujuan, konsesif, pembandingan, sebab, akibat, cara dan alat. Penambahan hubungan majemuk bertingkat juga dilakukan oleh Ramlan (2008) yakni anak klausa dengan keterangan komplemen, perkecualian dan penambahan. Selain kedua jenis kalimat itu, Chaer (2011: 347) juga menambahkan ada jenis kalimat yang memiliki beberapa klausa. Klausa-klausa dalam satu kalimat itu merupakan campuran dari struktur kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Jenis kalimat tersebut biasa disebut majemuk campuran. Berdasarkan perbandingan tersebut, jenis kalimat majemuk setara yang tidak ditemukan pada karangan para guru yakni kalimat majemuk setara dengan konjungsi penanda pemilihan. Jenis kalimat majemuk bertingkat yang tidak terdapat pada karangan guru-guru tersebut juga meliputi anak klausa dengan keterangan pengandaian, pembandingan, cara, alat dan perkecualian. Hal itu menunjukkan para guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur kurang menguasai penggunaan konjungsi penanda pemilihan pada kalimat majemuk setara dan

109 93 konjungsi penanda pengandaian, pembandingan, cara, alat dan perkecualian pada kalimat majemuk bertingkat. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Galih Puji Haryanto (2015) dengan judul Analisis Struktur Kalimat dan Struktur Paragraf serta Pola Pengembangannya pada Wacana Undang-Undang tentang Pendidikan dan B. Bobby Prasetya Nugraha dengan judul Struktur Kalimat dalam Kolom Liputan Khusus Majalah Sekolah Bikar SMA Stella Duce II Yogyakarta. Persamaan penelitian ini adalah kalimat tunggal paling banyak digunakan pada karangan para guru SD Mahakam Ulu maupun pada kolom majalah Bikar. Perbedaan penelitian ini terletak pada jenis kalimat yang ditemukan. Pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, jenis kalimat yang digunakan lebih banyak dari jenis kalimat yang ada pada undang-undang tentang pendidikan. Undang-undang pendidikan tersebut hanya menggunakan tiga jenis kalimat dengan pola S-P-K, P-K-Pel berjumlah 28 kalimat; K,(S)-P-O-K berjumlah tujuh buah kalimat; K-S-P-Konj.-P-K dan (K)-(S)-P-O-O1-O2-O3-O4- O5, P-O berjumlah lima kalimat. Maka dari itu, posisi peneliti dalam penelitian ini adalah mengukuhkan dan melengkapi penelitian Galih Puji Haryanto (2015) dan Bobby Prasetyo (2010) Jenis Kalimat berdasarkan Bentuk Sintaksis Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, kalimat-kalimat pada karangan para guru juga dapat dikelompokkan menurut bentuk sintaksis.

110 94 menurut bentuk sintaksisnya, ada tiga jenis kalimat pada karangan para guru yakni, kalimat deklaratif, kalimat imperatif dan kalimat interogatif. Kalimat deklaratif atau kalimat berita pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu sudah digunakan dengan baik. Hal ini ditunjukkan dari segi strukturnya kalimat ini diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik (.), sedangkan dari segi isinya kalimat ini sudah memberikan informasi yang jelas dan sudah mengandung gagasan pokok yang jelas dalam setiap kalimat. Berdasarkan data yang ditemukan, kalimat deklaratif paling sering muncul daripada kalimat imperatif dan interogatif bahkan hampir seluruh karangan guru-guru tersebut menggunakan kalimat deklaratif. Hal ini sejalan dengan jenis karangan yang digunakan para guru SD Mahakam Ulu. Dari 20 karangan para guru, sebagian besar karangan itu merupakan karangan narasi dan eksposisi. Karangan narasi bertujuan untuk menceritakan suatu peristiwa sedangkan eksposisi bertujuan untuk menjelaskan atau menguraikan sesuatu. Tentu saja, kalimat yang digunakan pun adalah kalimat-kalimat yang bisa mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu atau peristiwa itu. Dalam karangan narasi dan eksposisi, penulis tidak meminta respons dari pembaca, sehingga kalimat-kalimat yang digunakan bersifat informatif saja. Oleh karena itu, para guru SD Mahakam Ulu dalam membuat karangannya lebih memilih kalimatkalimat informatif yakni kalimat deklaratif. Kalimat imperatif atau kalimat perintah pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu sudah digunakan dengan baik. Berdasarkan isinya, para guru dapat

111 95 menggunakan kalimat imperatif ajakan dan imperatif larangan. Hal ini menunjukkan adanya variasi dalam karangan mereka, meskipun pada strukturnya, kalimat imperatif tidak menggunakan tanda baca yang tepat. Tanda baca yang digunakan adalah tanda baca untuk kalimat deklaratif yakni titik dan bukan tanda seru (!). Ketidaktepatan penggunaan tanda baca imperatif menunjukkan guruguru tersebut masih bingung untuk membedakan tanda baca dalam penggunaannya merangkai kalimat deklaratif atau imperatif. Kalimat interogatif atau kalimat tanya pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu paling sedikit digunakan dibanding dengan kalimat deklaratif dan imperatif. Hanya ada empat kalimat interogatif dari jumlah keseluruhan kalimat. Penggunaan kalimat interogatif masih kurang tepat digunakan oleh guru-guru SD Mahakam Ulu tersebut. Hal ini tampak pada contoh kalimat berkode (Kr 1.1.3) berikut ini. (136) Bagaimana tidak? (Kr 1.1.3) Kalimat (136) tersebut belum bisa dikatakan sebagai kalimat interogatif karena informasi yang akan disampaikan tidak ada. Kalimat tersebut sebenarnya hanya berfungsi menghubungkan kalimat sebelumnya dengan kalimat sesudahnya tanpa adanya informasi yang disampaiakan pada kalimat (Kr 1.1.3). Hal ini sudah dijelaskan pada paparan subbab 4.2 di atas. Penelitian tentang jenis kalimat berdasarkan bentuk sintaksis ini relevan dengan Alwi,dkk dalam TBBBI (2010). Menurut Alwi, dkk (2010:360), kalimat dapat dibagi menjadi empat golongan berdasarkan bentuk sintaksisnya. Keempat

112 96 jenis kalimat tersebut yakni kalimat deklaratif, imperatif, interogatif dan eksklamatif. Pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur hanya ada tiga jenis kalimat saja yakni deklaratif, imperatif dan interogatif. Penggunaan kalimat berita pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu sangat mendominasi dari pada jenis kalimat lain. Hal ini menunjukkan kurangnya variasi dalam karangan guru-guru tersebut. Variasi kalimat dari segi makna sangat dibutuhkan dalam sebuah karangan agar karangan lebih menarik untuk dibaca. Penelitian ini juga memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zahrulia Arina Rinanda (2012) dengan judul Analisis Struktur Kalimat pada Wacana Iklan Brosur Provider Telekomunikasi. Hasil penelitian Zahrulia Arina Rinanda adalah penelitian ini meneliti ragam kalimat berdasarkan bentuknya. Namun, pada temuannya, penelitian Zahrulia Arina Rinanda ini hanya menemukan kalimat imperatif dan deklaratif pada data kalimatnya sedangkan penelitian ini menemukan tiga jenis kalimat yakni kalimat imperatif, kalimat deklaratif dan kalimat interogatif. Dari segi bentuknya, penggunaan kalimat pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu lebih variatif daripada penggunaan kalimat pada wacana iklan brosur provider tersebut. Maka dari itu, posisi peneliti dalam penelitian ini adalah mengukuhkan dan melengkapi penelitian Zahrulia Arina Rinanda (2012).

113 BAB V PENUTUP Pada bab penutup ini peneliti menguraikan tiga hal. Uraian tersebut meliputi (1) kesimpulan hasil analisis, (2) implikasi hasil penelitian, dan (3) saran. Berikut ini peneliti akan memaparkan masing-masing subbab. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data tentang jenis kalimat pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, peneliti dapat mengambil kesimpulan. Pertama, berdasarkan jumlah klausa, kalimat yang digunakan pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur adalah kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Menurut predikatnya, ada empat jenis kalimat tunggal yang digunakan dalam karangan tersebut. Keempat jenis kalimat tunggal itu adalah kalimat tunggal dengan predikat verba, kalimat tunggal dengan predikat nomina, kalimat tunggal dengan predikat adjektiva dan kalimat tunggal dengan predikat numeral. Sementara itu, pola kalimat dasar yang terdapat di dalam karangan itu, yakni S-P, S-P-O, S-P-Pel, S-P-K, S-P-O-Pel serta S-P-O-K. Kalimat majemuk yang digunakan dalam karangan guru-guru SD Mahakam Ulu itu ada tiga jenis, yakni kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran. Kalimat majemuk setara pada karangan itu hanya menggunakan empat jenis konjungsi. Keempat jenis konjungsi 97

114 98 tersebut adalah konjungsi penanda penjumlahan, konjungsi penanda perlawanan, konjungsi penanda lebih, dan konjungsi penanda perurutan. Selain keempat konjungsi tersebut, ada kalimat yang tidak dihubungkan dengan konjungsi. Polapola yang ditemukan pada kalimat majemuk setara tersebut, antara lain S-P-K,P- S; S-P-K,S-P-K; S-P-K,S-P dan S-P-Pel-K,(S)-P-O-K. Ada delapan jenis kalimat majemuk bertingkat berdasarkan anak klausanya. Kedelapan jenis kalimat majemuk bertingkat tersebut adalah kalimat majemuk bertingkat dengan anak klausa pengganti keterangan akibat, isi, waktu, sebab, syarat, tujuan, penjumlahan dan konsesif. Pola yang ditemukan pada kalimat majemuk bertingkat tersebut, antara lain K-S-P-K K K K K, S-P, dan K-S-P-O K S P P S P S K. K S P Pel, P-S- Kalimat majemuk campuran juga dapat ditemukan pada karangan para guru SD Mahakam Ulu. Jenis dalam kalimat majemuk campuran antara lain kalimat majemuk campuran hubungan waktu-penjumlahan, hubungan syaratpenjumlahan, dan hubungan tujuan-penjumlahan. Pola kalimat campuran juga merupakan pengembangan dari pola kalimat dasar. Pola pada kalimat majemuk campuran tersebut antara lain K P S P-S, S-P-O; K S-P-Pel, (S)-P-Pel dan S-P- S P K Pel,(S)-P-K. Kalimat yang paling banyak digunakan antara kalimat majemuk S P dan kalimat tunggal dalam karangan guru-guru tersebut, yakni kalimat tunggal.

115 99 Kedua, berdasarkan bentuk sintaksis, kalimat yang digunakan pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur adalah kalimat dengan jenis deklaratif, imperatif, dan interogatif. Dalam membuat karangan, guru-guru memiliki kecenderungan menggunakan kalimat deklaratif daripada dua jenis kalimat yang lainnya. 5.2 Implikasi Hasil Penelitian Kalimat yang digunakan oleh guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur pada karangannya kurang beragam. Kalimat-kalimat yang digunakan oleh para guru tersebut cenderung menggunakan salah satu jenis kalimat saja. Berdasarkan jumlah klausa, para guru cenderung menggunakan kalimat tunggal dengan predikat verba. Kalimat tunggal yang tidak ada pada karangan guru adalah kalimat tunggal dengan predikat frasa preposisional sedangkan pada kalimat majemuk, para guru tidak menggunakan kalimat majemuk setara konjungsi penanda pemilihan serta pada kalimat majemuk bertingkat tidak menggunakan kalimat majemuk bertingkat anak kalimat pengandaian, pembandingan, cara, alat dan perkecualian. Hal ini membuat karangan para guru menjadi tidak bervariasi dalam bentuk tulisan sehingga pembaca menjadi bosan dalam memahami pesan atau informasi yang disampaikan. Berdasarkan bentuk sintaksisnya, kalimat yang banyak digunakan oleh guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur adalah kalimat deklaratif.

116 100 Kalimat deklaratif yang terdapat pada karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Hal ini membuat karangan para guru menjadi tidak bervariasi, sehingga pembaca menjadi bosan dalam memahami pesan atau informasi yang disampaikan. Dari hasil penelitian ini, peneliti mendapatkan gambaran tentang kemampuan menulis guru-guru SD Mahakam Ulu. Kemampuan menulis guruguru SD Mahakam Ulu masih belum maksimal dalam penggunaan jenis kalimat terutama pada kalimat tunggal dengan predikat frasa preposisional, kalimat majemuk setara konjungsi penanda pemilihan, majemuk bertingkat anak kalimat pengandaian, pembandingan, cara, alat dan perkecualian serta kalimat eksklamatif. Kemampuan menulis guru tentu akan mempengaruhi pemahaman siswa dalam hal kemampuan menulis. Oleh sebab itu, sebaiknya para guru khususnya guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur mempelajari berbagai macam jenis kalimat secara lebih mendalam. 5.3 Saran Berdasarkan temuan data, hasil analisis dan kesimpulan, peneliti dapat memberi saran kepada para guru, khususnya, guru-guru di Mahakam Ulu Kalimantan Timur. Sejalan dengan temuan peneliti di atas, guru-guru SD Mahakam Ulu sebaiknya lebih giat mengasah kemampuan dalam hal keterampilan menulis dengan memperhatikan jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dan bentuk sintaksis terutama untuk kalimat tunggal dengan predikat frasa preposisional, kalimat majemuk setara konjungsi penanda pemilihan, majemuk

117 101 bertingkat anak kalimat pengandaian, pembandingan, cara, alat dan perkecualian serta kalimat eksklamatif agar para siswa dapat memperkaya wawasannya tentang keterampilan menulis. Bagi calon pendidik, memahami teori dasar kemampuan menulis terutama berkaitan tentang struktur dan jenis kalimat sangatlah penting. Hal ini dimaksudkan agar para siswa dapat menulis dengan baik berdasarkan struktur dan jenis kalimatnya. Pengungkapan ide yang baik sangat bergantung dari kemampuan menulis para siswa, sehinggga ada baiknya calon guru memahami penggunaan struktur dan jenis kalimat dengan tepat. Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, Peneliti lain juga dapat melakukan penelitian lanjutan. Penelitian lanjutan yang dimaksud seperti jenisjenis kalimat berdasarkan kelengkapan unsur dan susunan objek dan predikatnya pada karangan para siswa, kesalahan struktur kalimat dalam abstrak skripsi mahasiswa, kalimat efektif pada karangan para guru, dan lain sebagainya. Dengan demikian, hasil penelitian selanjutnya dapat memperkuat hasil penelitian ini.

118 102 DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, dkk Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia Edisi Revisi.Jakarta: Rineka Cipta Pengantar Dunia Karang-Mengarang. Yogyakarta: Liberty bekerja sama dengan Balai Bimbingan. Keraf, Gorys Eksposisi dan Deskripsi. Jakarta: Gramedia Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III. Jakarta: Gramedia. Khairah, Miftahul dan Sakura Ridwan Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi). Jakarta: Bumi Aksara. Kridalaksana, Harimurti Kamus Linguistik Edisi Ke-4. Jakarta: Gramedia. Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya. Ramlan, M Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV.Karyono. Ramlan, M Kalimat, Konjungsi, dan Preposisi Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karangan Ilmiah.Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Rani, Abdul Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayu Media Publishing.

119 103 Sudaryanto Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press. Sugiyono Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. The Liang Gie Pengantar Dunia Karang-Mengarang. Yogyakarta: Liberty bekerja sama dengan Balai Bimbingan. Widjono, Hs Bahasa Indonesia-Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. diakses pada 20 Juni diakses pada 20 Februari diakses pada 20 Juli diakses pada 20 Juli diakses pada 20 Juli 2016

120 104 PANDUAN ANALISIS UNSUR KALIMAT (TBBBI, 2010 dan Widjono, Hs, 2007) Ciri-ciri Subjek (S) Predikat (P) Objek (O) Pelengkap (Pel) Keterangan (K) 1. Predikat berpotensi 1. Objek di dalam 1. Pelengkap dalam 1. Keterangan berfungsi berperan sebagai klausa berpotensi klausa memberikan perbuatan, proses, berperan sebagai kedudukannya penjelasan tambahan keadaan, sasaran, hasil, dan hampir sama dengan bagi unsur inti. pengalamaan, peruntung. objek. relasional, 2. Keterangan dapat eksistensial, posisi, berada di akhir, di lokasi, kuantitas, dan awal, bahkan di identitas. tengah kalimat. 1. Subjek di dalam klausa berpotensi berperan sebagai pelaku, pengalaman, ukuran, peruntung dan pokok. 2. Pada umumnya, subjek berupa nomina, frasa nomina, atau pronomina. 3. subjek dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan siapa atau apa. 2. predikat dapat berupa frasa verbal, fasa adjektifal, frasa nominal, frasa numeral, atau frasa preposisional. 3. predikat dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana. 2. Kehadiran objek berfungsi untuk melengkapi predikat berupa aktif transitif. 3. Letak objek selalu setelah predikat. 4. Objek dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. 5. Objek biasanya berupa nomina, frasa nomina atau klausa. 2. Pelengkap berwujud frasa nominal, frasa adjectiva, frasa verbal atau klausa. 3. Letak pelengkap berada langsung di belakang predikat jika tak ada objek dan jika ada objek berada langsung di belakang objek itu. 4. Pelengkap tidak dapat menjadi subjek setelah pemasifan kalimat. 3. Konstituen keterangan, biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisional, atau frasa adverbial. 4. Keterangan bersifat manasuka (kehadirannya tidak wajib).

121 105 PANDUAN ANALISIS JENIS KALIMAT (TBBBI, 2010 dan Widjono, Hs, 2007) Ciriciri Jumlah Klausa Tunggal Majemuk setara Majemuk bertingkat 1. Kalimat 1. Kalimat majemuk majemuk setara terdiri setara terdiri dari dua dari dua klausa atau klausa atau lebih. lebih. 1. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. 2. Setiap unsur kalimat, seperti S dan P hanya ada satu pada kalimat tunggal. 3. Kalimat tunggal hanya mengandung satu informasi. 4. Kalimat tunggal tidak harus berbentuk pendek. 2. Dua klausa atau lebih dalam kalimat majemuk setara kedudukannya sama karena klausa satu bukan bagian dari klausa yang lain. 3. Klausa-klausa dalam kalimat majemuk setara dihubungkan dengan konjungtor koordinatif. 4. Konjungtor koordinatif. 2. Klausa-klausa dalam majemuk bertingkat kedudukannya tidak sama karena klausa satu merupakan bagian dari klausa yang lain. 3. Klausa-klausa dalam kalimat majemuk setara dihubungkan dengan konjungtor subordinatif. Majemuk Campuran 1. Kalimat majemuk setara terdiri dari lebih dari dua klausa. 2. Klausa-klausa dalam kalimat majemuk campuran ada yang hubungannya koordinatif dan subordinatif. 3. Klausa-klausa dalam kalimat majemuk campuran dihubungkan dengan konjungtor subordinatifkoordinatif atau koordinatifsubordinatif. Bentuk Sintaksis Deklaratif Imperatif Interogatif Eksklamatif 1. Kalimat deklaratif berfungsi atau pernyataan atau pemberitaan. 2. Kalimat deklaratif dapat berbentuk inversi, aktif atau pasif. 3. Bentuk tulisan kalimat berita diakhiri dengan sedangkan dalam bentuk lisan diakhiri dengan nada menurun. 1. Intonasi yang ditandai nada rendah di akhir tuturan dan tanda seru(!) pada akhir tulisan. 2. Pemakaian partikel penegas, penghalus, ajakan, harapan, permohonan dan larangan. 3. Susunannya inversi sehingga tidak selalu terungkap pola S-P. 4. Pelaku tindakan tidak selalu hadir. 1. Kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. 2. Kalimat ini kehadiran kata tanya seperti apa, siapa, kapan, bagaimana, dan mengapa. 3. Kalimat ini tanda tanya (?) pada bahasa tulis dan intonasi turun pada bahasa lisan. 1. Kalimat eksklamatif secara formal ditandai dengan kata alangkah, betapa atau bukan main pada kalimat berpredikat adjektival. 2. Biasa digunakan untuk menyatakaan perasaan kagum atau heran. 3. Kalimat ini ditandai dengan tanda seru (!)

122 106 Konjungsi Subordinatif dan Koordinatif TBBBI, 2010 dan Ramlan, 2008) Koordinatif a) Konjungsi penjumlahan : dan, lagi pula, dan lagi, serta. b) Konjungi pemilihan : atau. c) Konjungsi perurutan : kemudian dan lalu. d) Konjungsi lebih : bahkan. e) Konjungsi perlawanan : tetapi, melainkan, namun, padahal, sebaliknya, sedangkan. Subordinatif a) Konjungsi waktu : setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai. b) Konjungsi syarat : jika, kalau, asalkan, bila, manakala. c) Konjungsi pengandaian : andaikan, seandainya, andaikata, sekiranya. d) Konjungsi tujuan : agar, supaya. e) Konsesif: biar(pun), meski(pun), sungguh(pun), sekalipun, walau(pun), kendati(pun). f) Konjungsi pembandingan atau kemiripan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, bagaikan, laksana, daripada, alih-alih, ibarat, sama...dengan... g) Konjungsi sebab atau alasan: sebab, karena, oleh karena. h) Konjungsi hasil atau akibat : sehingga, sampai(-sampai), maka. i) Konjungsi cara: dengan, tanpa. j) Konjungsi alat: dengan, tanpa. k) Konjungsi isi: bahwa l) Konjungsi perkecualian : kecuali m) Konjungsi penjumlahan : selain dan di samping

123 107 KARANGAN 1 Analisis Struktur Kalimat Triangulator I Triangulator II No Kode Data Berdasarkan Jumlah Klausa Berdasarkan Bentuk Sintaksis Setuju Tidak Setuju Tidak Unsur Pola Jenis Unsur Jenis Setuju Setuju 1. P1.K1 Kebiasaan buruk/ dengan membuang S: kebiasaan buruk (FN; S-K-P, P-S-P-Pel Majemuk setara Kalimat ini berfungsi sampah pokok) Kalimat ini memberitahukan suatu Ket cara: dengan memiliki sembarangan/ membuang dua klausa sudah tak akan sampah dan dua asing lagi/, bahkan sembarangan informasi Kalimat ini seakan sudah terbiasa/ lingkungan kotor/ (Fprep;cara) P: sudah tak akan asing lagi (FV; diakhiri dengan sudah menjadi ciri keadaan). Konj: bahkan khas/ warga kota. P: seakan sudah terbiasa (FV; keadaan) S: lingkungan kotor (FN; pokok) P: sudah menjadi ciri khas (FV; keadaan; taktransitif) Pel: warga kota (FN; sasaran) 2. P1.K2 Bagaimana tidak? (tidak mengandung unsur S-P-O-K) 3. P1.K3 Seperti masih banyak berserakan/ di lingkungan, P: seperti masih banyak berserakan hanya berupa frasa karena tidak ada unsur wajib sekurangkurangnya S-P P-K-P-S Kedua klausa dihubungkan dengan konjungsi koordinatif bahkan. Majemuk bertingkat - - Interogatif Kalimat ini berfungsi menyatakan suatu

124 108 terlebih di sungai/ terlihat jelas/ banyak sampah, hingga/ hitam pekat/ warna air/ adanya pencemaran limbah. 4. P2.K1 Bukan hanya itu/ lingkungan kotor pun/ terdapat/ di pemukiman padat, padat pabrik, padat pariwisata, serta kontrakan sekali. (sampah) (FV; keadaan) perbuatan) K. tempat: di lingkungan (Fprep) P: terlihat jelas (FV;eksistensial) S: banyak sampah (FN; pokok) Konj: hingga P: hitam pekat (Fadj; eksistensial) P: hitam pekat (Fadj; eksistensial) S: warna air adanya pencemaran limbah (FN; pokok) Konj: bukan hanya itu S: lingkungan kotor (FN; pokok) P: terdapat (V; eksistensial; taktransitif) Ket tempat: di pemukiman padat... (Fprep) 5. P2.K2 Bagaimana tidak? (tidak mengandung unsur S-P-O-K) S-P-K hanya berupa frasa karena tidak ada unsur - Kalimat ini memiliki tiga klausa dan tiga informasi. - Ketiganya dihubungkan dengan tanda baca koma (,) untuk hubungan koordinasi dan konjungsi sehingga untuk hubungan subordinatif. Tunggal - Kalimat ini terdiri dari satu klausa dan satu informasi. - Kalimat ini diakhiri dengan Kalimat ini berfungsi memberitahukan suatu Kalimat ini diakhiri dengan - -

125 109 wajib sekurangkurangnya S-P 6. P3.K1 Penyakit/ tak datang/ dengan sendirinya/ melainkan/ dari lingkungan yang kotor. S: penyakit (N; pelaku) P: tak datang (FV; perbuatan) Ket cara: dengan sendirinya (Fprep) Konj: melainkan (S): penyakit (N; pelaku) P: dari lingkungan yang kotor (Fprep; eksistensial) S-P-K, (S)-P Majemuk setara terdiri dari dua klausa dan dua informasi. Dihubungka n dengan konjungsi koordinatif melainkan yang terletak diantara kedua klausa. 7. P3.K2 Sumber penyakit/ dapat tumbuh/ dengan cepat/ bahkan dahsyat berkembangnya. S: sumber penyakit (FN; pokok ) P: dapat tumbuh (FV; perbuatan; taktransitif) Ket cara : dengan cepat (Fprep) Konj: bahkan P: dahsyat (Fadj;keadaan) S:berkembangnya (N;pokok) S-P-K, P-S Majemuk setara terdiri dari dua klausa dan dua informasi. Dihubungka n dengan konjungsi koordinatif bahkan yang terletak diantara kedua klausa.

126 P3.K3 Sumber penyakitpun/ terdapat/ pada penumpukan sampah, limbah pabrik, hingga pada air yang tergenang. 9. P3.K4 Air yang tergenang/ (kenapa)/ dapat menimbulkan/ penyakit? 10. P3.K5 Air yang terlalu lama tergenang/ dapat merangsang/ serangga nyamuk /untuk dapat berkembang biak/ dengan cepat. S: sumber penyakitpun (FN; pokok) P: terdapat (V; eksistensial; taktransitif) Ket tempat : pada penumpukan.... (Fprep) S: air yang tergenang (FN; pengalaman) Kata tanya : kenapa P: dapat menimbulkan (FV;perbuatan; transitif) O: penyakit (N; sasaran) S: air yang terlalu... (FN; pengalaman) P: dapat merangsang (FV; perbuatan; transitif ) O: serangga nyamuk (FN; sasaran) Ket peruntukan : untuk dapat berkembang biak Ket cara: dengan cepat (Fprep) S-P-K S-P-O S-P-O-K-K Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi. harapam akan sesuatu. harapam akan sesuatu. harapam akan sesuatu.

127 111 KARANGAN 2 Analisis Struktur Kalimat Triangulator I Triangulator II No Tidak Setuju Tidak Setuju Berdasarkan Bentuk Sintaksis Setuju Tidak Setuju Tidak Setuju Unsur Pola Jenis Unsur Jenis Setuju Setuju 11. P1.K1 Di Indonesia/ Ket tempat :di K-P-S Tunggal masih banyak/ indonesia (Fprep) harapam masyarakat yang P: masih banyak akan sesuatu. terdiri dari membuang (Fnum; kuantitas; satu klausa sampah di taktransitif) dan satu sembarang S: masyarakat informasi. tempat. yang membuang sampah di sembarang tempat (FN; pelaku) 12. P1.K2 Akibat ketidaksadaran dari masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat, seperti di selokan, parit, dan sungai, /semuanya itu/ tanpa kita (di)sadari/ bahwa itu semua/ akan berakibat/ negarif /bagi kita dan juga masyarakat. Ket hal: akibat ketidaksadaran dari masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat... (FN; pokok) S: semuanya itu (FN) P: tanpa kita (di) sadari (FV; perbuatan) Konj isi: bahwa S: itu semua (FN; pokok) P: akan berakibat (FV;perbuatan) K-S-P Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa dan dua informasi. Keduanya dihubung-kan dengan konjungsi subordinatif bahwa yang terletak diawal klausa (mendahului klausa anak)

128 P2.K1 Sampah menumpuk di selokan, parit, dan sungai, ketika datang musim penghujan maka meluaplah sampah-sampah yang bertumpuk di sungai di selokan dan di parit-parit dan itu mengakibatkan banjir. Pel: negatif Ket peruntukan: bagi kita dan juga masyarakat (Fprep) Seharusnya klausa sampah menumpuk di selokan, parit dan sungai (dapat berdiri sendiri sebagai kalimat yang utuh, karena kalimat ini mengandung dua ide kalimat, sehingga harus dipecah). Kalimat 1 S: Sampah (N; pokok) P: menumpuk (V;keadaan ) Ket tempat: di selokan, parit, dan sungai (Fprep) Kalimat 2 Konj: ketika P: datang (V; keadaan) S: musim penghujan (FN; pokok) P: meluaplah (V; Kalimat 1 S-P-K Kalimat 2,P-S,S-P-O Kalimat 1 Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Kalimat 2 Majemuk campuran terdiri dari tiga klausa dan tiga informasi. Ketiganya dihubung-kan

129 P3.K1 menumpuknya sampah di sungai dan parit-parit/ juga mengakibat-kan tumbuh dan berkembang/ jentik-jentik nyamuk. keadaan) S: sampah-sampah yang bertumpuk di sungai di selokan dan di parit-parit (FN; pokok) Konj: dan S: itu (N; pokok) P: mengakibatkan (V; perbuatan) O: banjir (N; sasaran) S: menumpuknya sampah di sungai dan parit parit (klausa; pokok) P: juga mengakibatkan tumbuh dan berkembang (FV; perbuatan; transitif) O: jentik-jentik nyamuk (FN; sasaran) S-P-O dengan konjungsi subordinatif ketika dan konjungsi koordinatif dan. Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi. 15. P3.K2 Tanpa kita(di) sadari dari ulah kita/ maka kita sendiri yang menanggung akibatnya//. Tidak mengandung unsur S-P Tidak mengandung unsur S-P Frasa ini Fras ini diakhir kalimat ditandai dengan tanda titik (.)

130 P3.K3 Maka semoga kedepan/ kita/ akan semakin sadar/ dan tidak ada lagi/ masyarakat yang membuang sampah/ di sembarang tempat apalagi di sungai. Konj : maka K: semoga ke depan (Fprep) S: kita (N;pelaku ) P: akan semakin sadar (FV; perbuatan) Konj: dan P: tidak ada lagi (FV; keadaan) S: masyarakat yang...(fn; Pelaku) K: di sembarang tempat(fprep) K-S-P, P-S-K Majemuk setara terdiri dari dua klausa dan dua informasi. Keduanya ditandai dengan kehadiran konjungsi koordinatif dan yang terletak diantara kedua klausa.

131 115 KARANGAN 3 No Kode Data Berdasarkan Jumlah Klausa Berdasarkan Bentuk Sintaksis Setuju Tidak 17. P1.K1 Untuk menjaga Lingkungan agar tetap bersih, indah dan sehat/ kita/ harus membuang/ sampah/ pada tempat yang sudah disediakan//. 18. P1.K2 Jangan membuang/ sampah/ sembarangan,/ seperti kekali atau sungai atau kedalam parit//. Analisis Struktur Kalimat Triangulator I Triangulator II Setuju Tidak Unsur Pola Jenis Unsur Jenis Setuju Setuju Ket peruntukan : K-S-P-O-K Tunggal untuk menjaga lingkungan... terdiri dari satu (Fprep) klausa dan satu S: kita (Pronomina; informasi. pelaku ) P: harus membuang (FV; perbuatan; transitif) O: sampah (FN; sasaran) Ket tempat berada: pada tempat yang sudah disediakan (Fprep) Jangan: kata larangan (S): tidak dihadirkan P: membuang (V; perbuatan; transitif) O: sampah (N; sasaran) Pel: sembarangan (N; sasaran) Ket tempat tujuan: seperti ke kali atau sungai atau ke (S)-P-O-Pel-K Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi. diakhiri dengan tanda seru (!) menyatakan kalimat larangan dengan kata larangan jangan Imperatif

132 P2.K1 (Apabila) kita/ membuang/ sampah/ kedalam sungai atau kali/ akan membuat polusi/, (sehingga) ikanikan/ akan mati/, dan terjadi pendangkalan/ terhadap kali tersebut. dalam (Fprep) Konj: apabila S: kita (pronomina; pelaku) P: membuang (V; perbuatan; transitif) O: sampah (N; sasaran) Ket: ke dalam sungai atau kali (Fprep) P: akan membuat (FV; keadaan) O: polusi (N;sasaran) P-O, Majemuk campuran tanpa ada subjek pad induk klaus terdiri dari dua klausa dan dua informasi. Kedua klausa dihubungkan dengan konjungsi subordinatif apabila dan sehingga. 20. P2.K2 Demikian juga apabila/ sampah/ dibuang/ ke dalam parit/, Konj: sehingga S: ikan-ikan (N; pokok) P: akan mati dan terjadi pendangkalan (FV; perbuatan) Ket: terhadap kali tersebut (Fprep) Struktur pada kalimat ini rancu, sehingga harus ditata ulang P, (S)-P-O Majemuk campuran, terdiri dari

133 117 (sampah) akan menyebabkan/ banjir/ sebab/ pada saat musim hujan/ tiba/, saluran-saluran air/ akan tersumbat/ dan terjadilah banjir. menjadi apabila sampah dibuang ke dalam parit, saluransaluran air akan tersumbat dan akan menyebabkan banjir. unsur Konj antarkalimat: demikian juga Konj : apabila S: sampah (N; pokok) P: dibuang (V; perbuatan) K tempat tujuan: ke dalam parit (Fprep), tiga klausa dan tiga informasi. dikatakan sebagai majemuk campuran karena terdapat konjungsi koordinatif dan untuk menandai hubungan koordinasi dan konjungsi subordinatif apabila yang mengawali anak klausa S: saluran-saluran air (FN; pokok) P: akan tersumbat (FV;keadaan) Konj : dan 21. P3.K1 Membuang sampah sembarangan/ (S): sampah (N; pokok) P: akan menyebabkan (FV; perbuatan;transitif) O: banjir (N; hasil) S: membuang sampah sembarangan (FV; S-P-O-Pel Tunggal terdiri dari satu

134 118 juga akan menimbulkan/ berbagai macam penyakit/, seperti: diare, demam berdarah, tipus, dan lainlain/. 22. P3.K2 Oleh karena itu,/ untuk menjaga kesehatan/ buanglah/ sampah pada tempatnya. pokok) P: juga akan menimbulkan (FV; perbuatan; transitif ) O: berbagai macam penyakit (FN; hasil) Pel: seperti: diare, demam berdarah, tipus, dan lain-lain (FN) Konj: oleh karena itu Ket: untuk menjaga kesehatan (FPrep; peruntukan) P: buanglah (V; perbuatan) S: sampah (N; pokok) Ket tempat tujuan: pada tempatnya (Fprep) K-P-S-K klausa dan satu informasi. Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi.

135 119 KARANGAN 4 No Kode Data Berdasarkan Jumlah Klausa Berdasarkan Bentuk Sintaksis Setuju Tidak 23. P1.K1 Kebersihan/ adalah/ suatu keadaan/ dimana tak ada/ sampah/ berserakan di mana-mana. 24. P1.K2 Kebersihan/ sangatlah penting untuk dilakukan/, (karena) kebersihan/ akan menjaga /kita/ dari ancamanancaman penyakit. Analisis Struktur Kalimat Triangulator I Triangulator II Setuju Tidak Unsur Pola Jenis Unsur Jenis Setuju Setuju Majemuk Deklaratif S-P bertingkat pernyataan suatu S: kebersihan (N; pokok) P: adalah (V; identitas; taktransitif) Pel: suatu keadaan (N; sasaran) Konj: di mana P: tak ada (FV; keadaan) S: sampah (N; pokok) P: berserakan (V; keadaan) Ket tempat: di mana-mana (Fprep) S: kebersihan (N; pokok) P: sangatlah penting (FV; perbuatan) Ket peruntukan: untuk dilakukan (Fprep) Konj sebab: karena S: kebersihan (N; pokok) P: akan menjaga (FV: perbuatan) S-P-K terdiri dari dua klausa dan dua informasi. Kedua klausa dihubungkan dengan konjungsi subordinatif di mana. Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa dan dua informasi. Keduanya digabungkan oleh konjungsi subordinatif karena

136 P1.K3 Ada beberapa cara/ yang bisa dilakukan/ untuk mendapatkan/ kebersihan. 26. P2.K1 Yang pertama adalah menjaga kebersihan diri sendiri. 27. P2.K2 Menjaga kebersihan diri sendiri seperti mandi dua kali sehari, memotong kuku dan menggosok gigi/akan membuat/ tubuh kita/ selalu bersih. O: kita (Pronomina; sasaran) Ket asal: dari ancaman-ancaman... (Fprep) P: ada (V: keadaan) S:beberapa cara yang bisa dilakukan (FN; pokok) Ket peruntukan: untuk mendapatkan kebersihan (Fprep) S: yang pertama (Fnumeral; ukuran) P: adalah menjaga kebersihan diri sendiri (FV; perbuatan) S: menjaga kebersihan diri sendiri seperti mandi dua kali sehari... (FV; pokok) P: akan membuat (FV; perbuatan; transitif) O: tubuh kita (FN; sasaran) Pel: selalu bersih (FN; hasil) P-S-K S-P S-P-O-Pel Tunggal terdiri dari satu informasi dan satu kalausa. Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi.

137 Sehingga jika/ kebersihan/ telah didapat, maka/ tubuh kita/ akan menjadi sehat/ dan tidak akan mudah terserang/oleh penyakit. 29. P3.K1 Selain menjaga kebersihan tubuh/, menjaga/ kebersihan lingkungan tempat tinggal/ juga sangat penting dilakukan. Konj: jika S: kebersihan (N; pokok) P: telah didapat (FV; keadaan), S: tubuh kita (FN; pokok) P: akan menjadi sehat (FV; keadaan) Konj: dan (S): tubuh kita (FN; pokok) P: tidak akan mudah terserang (FV; keadaan) Ket agentif: oleh penyakit (Fprep) Konj: selain P: menjaga (V; perbuatan ) O: kebersihan tubuh (N; sasaran) S: menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal (klausa; pokok) P: juga sangat penting dilakukan (FV; perbuatan). S-P, (S)-P-K S-P Majemuk campuran terdiri daritiga klausa dan tiga informasi. Klausa yang memiliki hubungan subordinatif dihubung-kan oleh konjungsi jika dan klausa yang memiliki hubungan koordinatif dihubung-kan oleh konjungsi dan Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa dan dua informasi. dikatakan sebagai majemuk bertingkat karena terdapat konjungsi

138 122 subordinatif selain yang terletak di awal klausa Membersihkan seisi rumah dan lingkungan sekitar/ akan membuat/ lingkungan/ menjadi bersih dan tidak menjadi/ sarang/ bagi penyakit untuk tumbuh dan berkembang Ada/ beberapa cara yang dapat dilakukan/ untuk menjaga/ kebersihan lingkungan kita seperti, mengubur barang-barang bekas, menguras bak mandi dan menutup semua sumber air/ sehingga S: membersihkan seisi rumah dan lingkungan sekitar (FV; pokok) P: akan membuat (FV; perbuatan; transitif) O: lingkungan menjadi bersih dan tidak menjadi sarang (FN; hasil) Pel: bagi penyakit untuk tumbuh dan berkembang (Fprep; sasaran) P: ada (V; eksistensi) S: beberapa cara yang dapat dilakukakan (FN; pokok) Ket peruntukan: untuk menjaga kebersihan (Fprep; perbuatan) Pel : seperti... (FN; hasil) Konj: sehingga S-P-O-Pel P-S-K-Pel Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa dan dihubungkan oleh konjugsi subordinatif sehingga

139 123 nyamuk/ tidak bisa berkembang biak/ di sana Demikian cara hidup bersih yang bermanfaat yang kita bisa dapatkan Oleh karena itu, marilah/ kita semua/ menjaga/ kebersihan /baik kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan/ agar/ kita/ menjadi sehat/ dan terhindar/ dari penyakit yang mengancam. S: nyamuk (N; pelaku) P: tidak bisa berkembang biak (FV; perbuatan) K: di sana (Fprep; tempat) P: demikian S: cara hidup bersih yang bermanfaat yang kita (FN; pokok) Konj: oleh karena itu ajakan: marilah (V; perbuatan) S: kita semua (FN; pelaku) P: menjaga (V; perbuatan) O: kebersihan (N; sasaran) Pel: baik kebersihan diri maupun kebersihan.... (FN; sasaran) Konj: agar S: kita (Pronomina; pelaku) P: menjadi sehat P-S S-P-O-Pel Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi Majemuk terdiri dari dua klausa dan dihubungkan oleh konjugsi subordinatif agar ajakan, kata marilah Imperatif

140 124 dan terhindar (FV; keadaan) Pel: dari penyakit yang mengancam (Fprep; sasaran)

141 125 KARANGAN 5 Analisis Struktur Kalimat Triangulator I Triangulator II No Kode Data Berdasarkan Jumlah Klausa Berdasarkan Bentuk Sintaksis Setuju Tidak Setuju Tidak Unsur Pola Jenis Unsur Jenis Setuju Setuju 34. P1.K1 Aku/ mempunyai/ seorang teman/ yang bernama Baim. S-P-O Tunggal 35. P1.K2 Baim/ memiliki/ kebiasaan buruk yang dilakukan. 36. P1.K3 Seringkali/ Baim/ membuang/ sampah/ di sembarangan tempat. S: aku (pronomina; pelaku) P: mempunyai (V; keadaan; transitif) O: seorang teman yang bernama Baim (FN; peruntung) S: Baim (N; pelaku) P: memiliki (V; keadaan; transitif) O: kebiasaan buruk yang dilakukan (FN; sasaran) Ket waktu: seringkali (N; waktu) S: Baim (N; pelaku) P: membuang (V; perbuatan) O: sampah (N; sasaran) Ket tempat: di S-P-O K-S-P-O-K terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi.

142 P1.K4 Ketika/ membuang sampah, Baim/ hanya membuang/ sampah/ di selokan depan rumahnya. 38. P1.K5 Kebiasaan buruk ini/ sudah diperingati. 39. P2.K1 Suatu hari/ terjadi/ musim hujan yang berkepanjangan. sembarang tempat (Fprep; tempat) Konj waktu: ketika (S): Baim (N: pelaku) P: membuang (V; perbuatan) O: sampah (N; sasaran) S: Baim (N; pelaku) P: hanya membuang (FV; perbuatan; transitif) O: sampah (N; sasaran) Ket tempat: di selokan depan rumahnya (Fprep; tempat) S: kebiasaan buruk ini (FN; pokok) P: sudah diperingati (FV; perbuatan) Ket waktu: suatu hari (FN; waktu) P: terjadi (V; ( ) S-P K-P-S S-P-O-Ket Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa dan dihubungka n oleh konjugsi subordinatif ketika Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Tunggal terdiri dari

143 P2.K2 Akibat ulah Baim/ kampungnya/ mengalami /Banjir Bandang. 41. P2.K3 Keadaan ini/ berlangsung/ cukup parah 42. P3.K1 Akibat dari kejadian tersebut/, banyak hal buruk/ menimpanya//. keadaan) S: musim hujan yang berkepanjangan (FN; pengalaman) Ket akibat: akibat ulah Baim (Fprep; keadaan) S: Kampungnya (N; pokok) P: mengalami (V; keadaan) O: banjir bandang (FN; hasil) S: keadaan ini (FN; pengalaman) P: berlangsung (V; keadaan; taktransitif) Ket perihal: cukup parah (Fadj; hasil) K: Akibat dari kejadia tersebut (Fprep) S: banyak hal buruk (FN; pengalaman) P: menimpa(v; keadaan) O: -nya K-S-P-O S-P-K K-S-P-O satu klausa dan satu informasi. Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Tunggal Kalimat ini terdiri dari satu klausa dan satu informasi.

144 Diantaranya adalah seluruh harta bendanya rusak akibat banjir, kegiatan lainnya lumpuh total. (pronomina;sasar an) S: diantaranya (N; pokok) P: adalah seluruh harta bendanya rusak Ket akibat: akibat banjir (Fprep) S Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa dan dua informasi Baim/ harus terbaring lemas/ di rumah sakit/ karena/ terkena/ penyakit/ diare dan demam berdarah. S: kegiatan lainnya (FN; pengalaman) P: lumpuh total (FV; keadaan) S: Baim (N; pelaku) P: harus terbaring lemas (FV; perbuatan) Ket tempat: di rumah sakit (Fprep; tempat) Konj: karena P: terkena (V; keadaan; taktransitif) Pel: penyakit (N; hasil) S-P ( ) Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa yang dihubungka n dengan konjungsi subordinatif karena dengan anak kalimat terkena penyakit.

145 129 KARANGAN 6 Analisis Struktur Kalimat Triangulator I Triangulator II No Kode Data Berdasarkan Jumlah Klausa Berdasarkan Bentuk Sintaksis Setuju Tidak Setuju Tidak Unsur Pola Jenis Unsur Jenis Setuju Setuju Membuang/ S: membuang S-P-K Tunggal sampah/ di sampah di sembarang sembarang tempat Kalimat ini terdiri tempat/ akan (FV; pokok) dari satu berakibat tidak P: akan berakibat klausa baik/ bagi tidak baik (FV; dan satu kesehatan tubuh dan lingkungan. keadaan) Ket peruntukan: bagi kesehatan tubuh dan lingkungan (Fprep) informasi Sampah/ sebaiknya dibuang/ di tempat pembuangan sampah/ agar/ tidak menimbulkan/ banyak masalah/ pada lingkungan. S: sampah (N; pokok) P: sebaiknya dibuang (FV; perbuatan) Ket tempat: di tempat pembuangan sampah (Fprep; tempat) Konj: agar (S): sampah P: tidak menimbulkan (FV; perbuatan) O: banyak S-P ( ) Majemuk bertingkat Kalimat ini terdiri dari dua klausa yang dihubungk an dengan konjungsi subordinat if agar.

146 Sampah yang dibuang tidak pada tempatnya/ akan/ menyebabkan terserang/ berbagai penyakit Untuk menjaga/ lingkungan agar tetap bersih dan terhindar dari berbagai macam penyakit,/ Sampah/ harus dibuang/ pada tempatnya Kesadaran akan pentingnya masalah (FN; hasil) Ket: pada lingkungan (Fprep) S: Sampah yang dibuang tidak pada tempatnya (FN; pokok) P:akan menyebabkan (FV; keadaan; transitif) O: berbagai penyakit (FN; hasil) Ket peruntukan: Untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih dan terhinda dari berbagai... (Fprep) S: sampah (N; pokok) P: harus dibuang (FV; perbuatan) K: pada tempatnya (Fprep; tempat) Ket perihal: kesadaran akan.. S-P-O K-S-P-K K-S-P Tunggal Kalimat ini terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Tunggal Kalimat ini terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Majemuk bertingkat

147 131 lingkungan bersih dan sehat bebas dari sampah /masyarakat/ harus disiplin/ dalam menangani sampah/ agar/ tidak menjadi/ sumber penyakit Kebersihan lingkungan/ harus dijaga/ bersama /dengan kesadaran masyarakat akan hidup sehat dan nyaman. bebas dari sampah S: masyarakat (N; pokok) P: harus disiplin (FV; perbuatan) K: dalam menangani sampah (fprep) Konj : agar P:tidak menjadi (FV; keadaan; taktransitif) S : sumber penyakit (FN; hasil) S:kebersihan lingkungan (FN; pokok) P:harus dijaga (FV; perbuatan; taktransitif) Ket perihal: bersama dengan kesadaran masyarakat akan hidup dan nyaman.(fn; sasaran) S-P-K Kalimat ini terdiri dari dua klausa dan dihubung kan dengan konjungsi subordinat if agar yang berada di antara kedua klausa. Tunggal Kalimat ini terdiri dari satu klausa dan satu informasi.

148 132 KARANGAN 7 Analisis Struktur Kalimat Triangulator I Triangulator II No Kode Data Berdasarkan Jumlah Klausa Berdasarkan Bentuk Sintaksis Setuju Tidak Setuju Tidak Unsur Pola Jenis Unsur Jenis Setuju Setuju 51. P1.K1 Dalam Ket tempat : K-S-P-K Tunggal bermasyarakat/ dalam kita/ sering bermasyarakat terdiri dari dihadapkan/ pada (Fprep) satu klausa suatu S: kita dan satu permasalahan (Pronomina; informasi. alam yang terjadi/ di lingkungan sekitar kita. pelaku) P: sering dihadapkan (FV; keadaan) K: pada suatu permasalahan yang terjadi di lingk sekitar kita (Fprep) 52. P1.K2 Permasalahanpermasalahan tersebut/ timbul/ karena ulah manusia/ tidak mampu berterima kasih/ atas nikmat yang telah alam ini berikan. S: permasalahanpermasalahan tersebut (FN;pokok) P: timbul (V; keadaan) Ket sebab Konj : Karena S: ulah manusia (FN; pokok) P: tidak mampu berterimakasih S-P Majemuk bertingkat Kalimat ini terdiri dari dua klausa, dimana anak klausa diawali dengan kehadiran konjungsi subordinat

149 P1.K3 Manusia/ pada dasarnya tidak pernah puas/dengan apa yang sudah ada / maka pada akhirnya/ manusia/ tidak pernah sadar bahwa hal yang dilakukan berdampak sangat fatal bagi kehidupan. (FV; perbuatan; taktransitif) Pel : atas nikmat... (Fprep; sasaran) S: manusia (N; pelaku) Ket cara: pada dasarnya (Fprep) P: tidak pernah puas (FV; keadaan) Ket cara: dengan apa yang sudah ada (Fprep) Konj: maka Ket: pada akhirnya (Fprep) S: manusia (N; pelaku) P: tidak pernah sadar (FV; keadaan) S-K-P if karena. Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa. Hubungan subordinatif ditandai dengan konjungsi maka. 54. P2.K1 Dari sekian banyak kegiatan manusia/ yang sering merusak /lingkungan dan Ket isi/ perihal: bahwa hal yang dilakukan berdampak sangat fatal bagi kehidupan Ket asal: dari sekian banyak kegiatan... yang sering merusak K-S-P Tunggal Kalimat ini terdiri dari satu klausa

150 134 alam/, pembuangan sampah tidak pada tempatnya/ merupakan/ salah satu hal terburuk yang dilakukan. 55. P2.K2 Jelas sekali/ manusia/ begitu paham/ bahwa membuang/ sampah/ sembarangan/ dapat menyebabkan/ terjadi banjir. 56. P3.K1 Semakin sering/ manusia/ membuang/ sampah/ sembarangan atau lingkungan dan alam (Fprep; asal) S:pembuangan sampah... (FN;pokok) P: merupakan salah satu hal... (FV; identitas; taktransitif) Ket : jelas sekali (Fadj) S: manusia (FN, pokok) P: begitu paham (FV; perbuatan) Pelengkap Konj: bahwa S: membuang sampah sembarangan (FV; pokok) P: dapat menyebabkan (FV; keadaan) O: terjadi banjir (FN; hasil) K: semakin sering (FN; intensitas) S: manusia(fn; pokok) P: membuang (V; perbuatan) K-S-P K-S-P-O dan satu informasi. Majemuk bertingkat Kalimat ini terdiri dari dua klausa, dimana anak klausa diawali dengan kehadiran konjungsi subordina tif bahwa Majemuk campuran terdiri dari tiga klausa, dimana ada

151 135 tidak pada tempatnya/ maka/ semakin banyak/ sampah/ yang akan menumpuk/ dan pada akhirnya /siklus air tersumbat. 57. P3.K2 Jika hal tersebut/ dibiarkan/ terus menerus/ maka/ seluruh komponen hidup yang ada/ di dalam air/ akan mati/ akibat air yang sudah tercemar. O: sampah (N; sasaran) K: sembarangan ( N; tempat) Konj: maka K: semakin banyak (FN) S: sampah yang akan menumpuk (FN; pokok) Konj: dan Ket waktu: pada akhirnya (Fprep) S: siklus air (FN; pokok) P: tersumbat (V; keadaan) Ket syarat: jika S: hal tersebut (FN; pokok) P: dibiarkan (V; keadaan) K: terus menerus (Adj) S: seluruh komponen (FN; pokok) Ket tempat: di dalam air (Fprep) P: akan mati (FV; keadaan; taktransiif) Ket perihal: akibat air yang sudah tercemar S-K-P-K klausa anak dan klausa induk. Hubungan subordinatif ditandai dengan konjungsi maka Hubungan koordinatif ditandai dengan konjungsi dan Majemuk bertingkat Kalimat ini terdiri dari dua klausa, dimana anak klausa ditandai dengan kehadiran konjungsi subordina tif jika (anak klausa berada di awal).

152 P4.K1 Hal terburuk yang terjadi akibat tersumbatnya air karena sampah/ ialah ketika hujan turun maka akan menyebabkan terjadinya banjir. 59. P4.K2 Adanya/ banjir/ sangat berdampak buruk/ bagi manusia, misalnya rumah/ terendam/ air banjir/, lingkungan/ menjadi/ kotor serta berdampak buruk /bagi kesehatan manusia. S: Hal terburuk yang terjadi akibat tersumbatnya air karena sampah (FN; pengalaman) P: ialah Ket waktu Konj: ketika S: hujan turun P: akan menyebabkan O: terjadinya banjir S: adanya banjir (FN; pokok) P: sangat berdampak buruk (FV; keadaan) Ket: bagi manusia(fprep), Pel: misalnya rumah terendam S S-P-K-Pel Majemuk bertingkat Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi. 60. P5.K1 Banjir/ biasanya sangat identik /dengan timbulnya berbagai pemyakit/ S: banjir (N; pengalaman) P: biasanya sangat identik (FV; keadaan) K: dengan timbulnya S-P-K Tunggal Kalimat ini terdiri dari satu klausa dan satu

153 P5.K2 Penyakit /yang sering timbul/ dikala banjir/ yaitu /DBD, malaria, penyakit gatal-gatal, diare, muntaber, cacar,dll berbagai penyakit (Fprep) S: penyakit yang sering timbul di kala banjir (FN; pengalaman) P: yaitu DBD, malaria.... (FN; keadaan) S-P Tunggal informasi. Kalimat ini terdiri dari satu klausa dan satu informasi.

154 138 KARANGAN 8 Analisis Struktur Kalimat Triangulator I Triangulator II No Kode Data Berdasarkan Jumlah Klausa Berdasarkan Bentuk Sintaksis Setuju Alasan Setuju Alasan Unsur Pola Jenis Unsur Jenis 62. P1.K1 Di mana-mana/ kita/ sering melihat/ tulisan,/ baik dipinggir jalan, maupun di Sekolah, di Kantor, bahkan di rumah kita sekalipun. 63. P1.K2 Ada tulisan /yang membuat /kita/ sadar dan harus dipikirkan/ akibat perbuatan tersebut/ yaitu dilarang/ membuang/ sampah /sembarangan. 64. P1.K3 Jika kita/ membuang/ sampah/ Ket: di manamana (Fprep; tempat) S: kita (pronomina; pelaku) P: sering melihat (FV; perbuatan; transitif) O: tulisan (N; sasaran) Ket: baik dipinggir jalan... (Fprep) P: ada (V; eksistensi) S: tulisan yang membuat (FN; pokok) Pel: kita sadar dan harus dipikirkan (FV; perbuatan; taktransitif) P: yaitu dilarang membuang... (FV; perbuatan; taktransitif) Ket syarat Konj: jika S: kita K-S-P-O-Ket P-S-P Pel S-P-O- Tunggal Kalimat ini terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Majemuk bertingkat Kalimat ini terdiri dari dua klausa, dimana anak klausa ditandai dengan kehadiran konjungsi subordina tif akibat. Majemuk bertingkat

155 139 sembarangan, maka/ kita semua/ akan terkena/ dampaknya yaitu banjir. 65. P1.K4 Selokan-selokan air/ tersumbat/, sehingga air hujan/ tidak lancar mengalir/, terjadilah/ genangang air/ meluap /hingga ketinggian yang tidak diduga/ masyarakat. (Pronomina; pelaku) P: membuang (V;perbuatanl transitif) O: sampah (N; sasaran) Pel: sembarangan (N) S: kita semua (FN; pelaku) P: akan terkena (FV; keadaan; taktransitif) O: dampaknya, yaitu (N;hasil) Pel: banjir (FN; hasil) S: selokanselokan air (FN; pokok) P: tersumbat (V; keadaan) Konj: sehingga S: air hujan (FN; pokok) P: tidak lancar mengalir(fv; keadaan) S-P terdiri dari dua klausa, dimana anak klausa ditandai dengan kehadiran konjungsi subordinatif syarat Majemuk campuran P: terjadilah S: genangan air meluap hingga ketinggian yang tidak diduga masyarakat (Fprep)

156 P2.K1 Dengan adanya banjir/, warga /terpaksa mengungsi/ ke atas atap rumah/ 67. P3.K1 Dampak banjir/ dapat membawa/ wabah penyakit, seperti diare atau penyakit malaria. 68. P3.K2 Akibat genangan air/ dapat membuat/ lingkungan/ jadi kotor, sehingga membuat/ rasa udara/ tidak sedap dan segar. 69. P3.K3 Jadi semoga/ kita/ tidak kena/ musibah Ket : dengan adanya banjir (Fprep) S: warga(n; pelaku) P: terpaksa mengungsi (FV; perbuatan) Ket : ke atas atap rumah (Fprep) S: dampak banjir (FN; pengalaman) P: dapat membawa (FV; perbuatan; transitif) O: wabah penyakit seperti... (FN;hasil) S: akibat genangan air (FN; pokok) P: dapat membuat (FV; perbuatan) O: lingkungan jadi kotor (FN; hasil) Ket akibat Konj: sehingga P: membuat (V; perbuatan ) O: rasa udara tidak sedap dan... (FN; hasil) Kata harapan (seru): jadi semoga K-S-P-K S-P-O S-P-O ( ) S-P-Pel, P-S-P-K Tunggal Kalimat ini terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Tunggal Kalimat ini terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Majemuk bertingkat Kalimat ini terdiri dari dua klausa, dimana anak klausa ditandai dengan kehadiran konjungsi subordina t sehingga Majemuk setara

157 141 banjir/, diharapkan/ pada semua warga/ sadar/ akan akibat atau dampak membuang sampah sembarangan. S: kita (pronomina; pelaku) P: tidak kena (FV; keadaan) Pel: musibah banjir, (FN; sasaran) P: diharapkan (V; perbuatan) S: pada semua warga (FN;pelaku) P: sadar (V; perbuatan) K: akan akibat... (Fprep) Kalimat ini terdiri dari dua klausa, dimana anak klausa ditandai dengan kehadiran tanda baca (,)

158 142 KARANGAN 9 Analisis Struktur Kalimat Triangulator I Triangulator II No Kode Data Berdasarkan Jumlah Klausa Berdasarkan Bentuk Sintaksis Setuju Tidak Setuju Tidak Unsur Pola Jenis Unsur Jenis Setuju Setuju 70. P1.K1 Di Indonesia/ Ket tempat : di Majemuk K-S-P-O masih banyak Indonesia (Fprep) bertingkat masyarakat/ S: masih banyak Kalimat kurang masyarakat (FN; ini terdiri memperhatikan/ pokok) dari dua tempat P: kurang klausa membuang sampah/ memperhatikan (FV; perbuatan; transitif) yang dihubungkan sehingga ada/ O: tempat sungai yang membuang sampah dengan konjungsi tercemar/ oleh (FN; sasaran) akibat sampah. sehingga Ket akibat Konj: sehingga P: ada (V; eksistensi) S: sungai yang tercemar (FN;pengalaman) K:oleh sampah (Fprep) 71. P1.K2 Akibat membuang sampah sembarangan atau tidak membuang sampah pada tempatnya sehingga di Tidak memilki unsur subjek. (S) P: Akibat membuang sampah sembarangan atau tidak membuang sampah...(fprep; (S) Majemuk bertingkat Kalimat ini terdiri dari dua klausa yang dihubungkan

159 143 selokan, parit dan sungai semuanya itu tanpa kita sadari akan membawa dampak negatif bagi masyarakat. 72. P2.K1 Sampah/ menumpuk/ di selokan, parit dan sungai/ ketika datang/ musim hujan/ maka meluaplah/ sampah-sampah yang bertumpukan/ di selokan, paritparit dan sungai/ maka terjadilah/ banjir keadaan) Konj: sehingga Ket tempat: di selokan, parit dan sungai (Fprep) S: semuanaya itu (FN; pokok) P: tanpa kita sadari akan membawa dampak negatif (FV; keadaan) Ket untuk: bagi masyarakat (Fprep) Kalimat 1 S: sampah (N; pokok) P: menumpuk (V; keadaan) Ket: di selokan, parit dan sungai (Fprep) Kalimat 2 K waktu: ketika datang musim hujan ( Fprep) maka P: meluaplah (V; keadaan) S: sampah-sampah. (FN; pokok) Ket: di selokan... (Fprep) Kalimat 1 S-P-K Kalimat 2 K-P-S dengan konjungsi akibat sehingga Kalimat 1 Tunggal Kalimat ini terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Kalimat 2 Majemuk bertingkat Kalimat ini terdiri dari dua klausa yang dihubungkan dengan Deklaratif Deklaratif

160 P3.K1 dari penumpukan sampah/ di sungai dan diparit-parit itu juga/ mengakibatkan tumbuh dan berkembang jentik-jentik nyamuk dan /akibat nyamuk tersebut,/ bisa terserang/ penyakit demam berdarah (DBD) masyarakat yang ada di sekitar / yang berdomisili disitu. Konj: maka P: terjadilah (V; keadaan) S: banjir (N; pokok) S: penumpukan sampah (FN; pokok) K: di sungai.. (Fprep) P:mengakibatkan tumbuh dan...(fv; keadaan) Pel: jentik-jentik.. (FN; hasil) Konj: dan K: akibat nyamuk (Fprep) (S): masyarakat yang ada di sekitar yang berdomisili disitu (FN; pokok) P: bisa terserang (FV; keadaan) Pel: penyakit... (FN; hasil) S-K-P, K-S-P-Pel konjungsi akibat maka. Majemuk setara Kalimat ini terdiri dari tiga klausa. Ketiga klausa kedudukan -nya setara dan ditandai dengan kehadiran konjungsi koordinatif dan

161 145 KARANGAN 10 Analisis Struktur Kalimat Triangulator I Triangulator II No Kode Data Berdasarkan Jumlah Klausa Berdasarkan Bentuk Sintaksis Setuju Tidak Setuju Tidak Unsur Pola Jenis Unsur Jenis Setuju Setuju 74. P1.K1 Lingkungan S: lingkungan tempat Majemuk S-P-Pel tempat tinggal tinggal kita (FN; bertingkat kita/ pokok) merupakan/ hal P: merupakan (V; terdiri dari yang tidak keadaan; taktransitif) dua klausa terlepas/ dari Pel: hal yang tidak yang masyarakat banyak atau terlepas (FN; hasil) K: dari masyarakat dihubungkan dengan khalayak banyak.. (Fprep) konjungsi ramai,/ dimana dimana kesadaran masing-masing anggota rumah/ berbeda/ antara yang satu dengan yang lain. konj: dimana S: kesadaran masingmasing...(fn; pokok) P: berbeda (V; keadaan; taktransitif) Pel: antara yang satu dengan yang lain (FN; sasaran) 75. P1.K2 Supaya tercapai Lingkungan rumah yang sehat/ perlu ditanamkan/ rasa cinta lingkungan/ kepada anak sejak masih balita dan Ket syarat: supaya tercapai.. (Fprep) P: perlu ditanamkan (FV;perbuatan) S: rasa cinta lingkungan (FN; pokok) Ket tujuan : kepada anak sejak.. (Fprep) K-P-S-K Tunggal Hanya memiliki satu klausa dan satu informasi

162 146 selanjutnya masa anakanak. 76. P1.K3 Sampah organik/ bisa kita olah menjadi/ hal yang berguna untuk lingkungan rumah. 77. P1.K4 Sampah organik/ diolah menjadi/ pupuk/, digunakan untuk tanaman/ disekitar rumah/ supaya lingkungan rumah/ tetap hijau. S: sampah organik (FN; pokok) P: bisa kita olah menjadi (FV;perbuatan; taktransitif ) Pel: hal yang berguna (FN; hasil) Ket peruntukan: untuk lingkungan rumah (Fprep) S: sampah organik (FN; pokok) P: diolah menjai (V; perbuatan; taktransitif) Pel: pupuk (N; hasil) P: digunakan (V; perbuatan) K: untuk tanaman (Fprep) Konj:supaya S: lingkungan rumah (FN; pokok) P: tetap hijau (Fadj; identitas) S-P-Pel-K S-P-Pel, P Tunggal hanya memiliki satu klausa dan satu informasi Majemuk campuran memiliki tiga klausa dan memiliki hubungan koordinatif dan subordinati f Hubungan koordinatif dihubungk an dengan tanda baca koma (,) dan hubungan subordinatf

163 P2.K1 Sampah tidak berguna atau tidak berfungsi/ ditanam/ di dalam tanah,/ supaya tidak mencemari/ Lingkungan. 79. P2.K2 Lingkungan yang tercemar/ menyebabkan timbulnya/ berbagai penyakit salah satu akibat, membuang sampah sembarangan berakibat parit got meluap terjadi penumpukan sampah S: sampah tidak berguna..(fn; pokok) P: ditanam (V; perbuatan; taktransitif) K: di dalam tanah (Fprep) Konj : supaya (S): sampah (N; pokok) P: tidak mencemari (FV; keadaan) O: lingkungan (N; sasaran) S: lingkungan yang tercemar (FN; pokok) P: menyebabkan timbulnya (FV; keadaan; transitif) O: berbagai penyakit salah satu akibat, membuang sampah (FN; hasil) Konj : sehingga Ket waktu: waktu musim hujan (FN) S: air sungai (FN; pokok) S-P S-P-O ditandai dengan konjungsi supaya Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa yang dihubungkan dengan konjungsi supaya Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa yang dihubungkan dengan konjungsi sehingga

164 148 disungai, sungaipun menjadi dangkal/sehing ga waktu musim hujan /air sungai/ tidak bisa tertampung/ dengan semana mestinya. 80. P3.K1 Akibat semua itu/ banjir/ melanda/ perkampungan/ dan rumahpun/ menjadi bulanbunan/ air tergenang. 81. P3.K2 Semuanya ini/ menyebab-kan/ penyakit/ salah satunya diare dll. P: tidak bisa tertampung (FV; keadaan) Ket cara: dengan sebagaimana msetinya (Fprep) P: akibat semua itu (Fprep; keadaan) S: banjir (FN; pokok) P: melanda (FV; keadaan) O: perkampungan (N; sasaran) Konj: dan S: rumahpun (N; pokok) P: menjadi bulanbulanan (FV; keadaan; taktransitif) Pel: air tergenang (FN; sasaran) S: semuanya ini (FN; pokok) P: menyebabkan (V; keadaan; transitif) O: penyakit (N; hasil) Pel: salah satunya diare.dll (FN; hasil) P-S-P-O, S-P-Pel S-P-O-Pel Majemuk setara terdiri dari tiga klausa. Ketiga klausa kedudukannya setara dan ditandai dengan kehadiran konjungsi koordinatif dan Tunggal Kalimat ini hanya memiliki satu informasi dan satu klausa

165 149 `KARANGAN 11 Analisis Struktur Kalimat Triangulator I Triangulator II No Kode Data Brdasarkan Jumlah Klausa Berdaarkan Bentuk Sintaksis Setuju Tidak Setuju Tidak Unsur Pola Jenis Unsur Jenis Setuju Setuju 82. P1.K1 Kurang lebih Ket waktu : kurang K-K-P-S Tunggal dua puluh tahun lebih dua puluh tahun yang lalu di.. (FN) Kalimat ini hanya memiliki pedalaman Ket tempat: di satu informasi Kalimantan pedalaman... dan satu klausa Timur/ (Fprep) terdapat/ sebuah desa kecil/ yang terletak/ di pinggir perairan sungai Mahakam/ yaitu/ kampung Mamahak Teboq yang sangat-sangat nyaman, aman, dan indah. P: terdapat (V; keadaan) S: sebuah desa kecil yang terletak di pinggir... yaitu kampung Mamahak Teboq yang sangat nyaman (FN; pengalaman) 83. P2.K1 Sekarang/ kisah desaku/ yang nyaman, aman dan indah itu/ telah menjadi/ dongeng sebelum tidur/ oleh ayahku tercinta. Ket waktu : sekarang (N) S: kisah desaku yang aman.. (FN; pengalaman) P: telah menjadi (FV; keadaan) Pel: dongeng sebelum tidur (FN; hasil) K-S-P-Pel-K Tunggal Kalimat ini hanya memiliki satu informasi dan satu klausa

166 P2.K2 Ayah/ selalu menceritakan/ kepada anakanak dan cucucucunya/ bahwa dulu,/ kehidupan masyarakat/ sangatlah mudah. 85. P2.K3 Lingkungan hidup seperti air dan hutan/ di sekitar kampung/ sangatlah teduh dan nyaman. 86. P2.K3 Semua warga kampung/ sangat aktif/ dalam menjaga kebersihan kampung dan Ket agentif: oleh ayahku tercinta (Fprep) S: Ayah (N; pelaku) P: selalu menceritakan (FV; perbuatan) Ket untuk: kepada anak-anak dan cucucucunya (Fprep) Objek Konj: bahwa Ket waktu: dulu (N) S: keidupan masyarakat (FN; pengalaman) P: sangatlah mudah (FV; keadaan) S: lingkungan hidup seperti air dan hutan (FN; pengalaman) Ket tempat: di sekitar kampung (Fprep) P: sangatlah teduh dan nyaman (FV; keadaan) S: semua warga kampung (FN; pelaku) P: sangat aktif (FV; perbuatan) Ket cara: dalam S-P-K S-K-P S-P-K Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa yang dihubungkan dengan konjungsi bahwa. Tunggal Kalimat ini hanya memiliki satu informasi dan satu klausa Tunggal Kalimat ini hanya memiliki satu informasi dan satu klausa

167 151 kelestarian hutannya yang sangat hijau, rimbun dan teduh tempat segala hewanhewan berteduh. 87 P3.K1 Namun sekarang kurang lebih lima tahun terakhir ini/ telah datang/ orang-orang tidak kami kenal sebelumnya/ untuk mengambil dan merusak semua kekayaan alam yang kami miliki: tanah, hutan, Emas, batu bara, batu koral, pasir, dan kayu. 88. P3.K2 Kayu yang kami miliki/ diambil/ dengan cara membuka perusahaan menjaga... tempat segala hewan-hewan berteduh (Fprep) Konj : namun Ket waktu: sekarang kurang lebih...(fn) P: telah datang (FV; perbuatan) S: orang-orang tidak kami kenal sebelumnya (FN; pelaku) K: untuk mengambil dan merusak... (Fprep) S: kayu yang kami miliki (FN; pokok) P: diambil (V; perbuatan) K: dengan cara K-P-S-K S-P-K, S, S-P Tunggal Kalimat ini hanya memiliki satu informasi dan satu klausa Majemuk setara hanya memiliki dua klausa,

168 152 yang berujung pada pembabatan dan pengrusakan terhadap hutan secara besarbesaran/ Namun (tetapi) ujungnya selalu masyarakat/ yang disalahkan dan inilah buktinya kabut asap pun menutupi alam ini. membuka perusaaan... (Kprep) Konj: tetapi S: ujungnya selalu masyarakat yang disalahkan (FN; pokok) Konj: dan S:: inilah buktinya kabut asap pun P: menutupi alam ini meskipun setelah konjungsi tetapi terdapat unsur kalimat, tetapi itu bukan klausa melainkan frasa. Keduanya ditandai dengan konjungsi koordinatif dan 89. P3.K3 Banjir/ juga datang melanda/ sehingga segala macam penyakit/ datang/ tibatiba. S: banjir (N; pengalaman) P: juga datang melanda (FV; keadaan) Ket akibat konj: sehingga S: segala macam penyakit (FN; pengalaman) P: datang (V; keadaan) K: tiba-tiba (N; waktu) S-P Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa yang kedudukann ya bertingkat. Keduanya dihubungkan dengan konjungsi subordinatif sehingga

169 153 KARANGAN 12 Analisis Struktur Kalimat Triangulator I Triangulator II No Kode Data Brdasarkan Jumlah Klausa Berdaarkan Bentuk Sintaksis Setuju Tidak Setuju Tidak Unsur Pola Jenis Unsur Jenis Setuju Setuju 90 P1.K1 Kala itu/di suatu desa/, K-K-S-P-K Tunggal mentari/ belum bangun/ dari peraduannya. 91 P1.K2 Ayam-ayam jago pun/belum melakukan/ tugasnya. 92 P1.K3 Namun, Lukman/ telah keluar/ dari rumahnya. Ket waktu: kala itu (FN; waktu) Ket tempat: di suatu desa (Fprep; tempat) S: mentari (N; pokok) P: belum bangun (FV; perbuatan) Ket tempat : dari peraduannya (Fprep; tempat) S: ayam-ayam jago pun (FN; pokok) P: belum melakukan (FV; perbuatan; transitif) O: tugasnya (N; sasaran) konj: namun S:Lukman (N; pelaku) P: telah keluar (FV; perbuatan) Ket tempat asal: dari rumahnya (Fprep; tempat) S-P-O S-P-K terdiri dari satu klausa dan satu informasi tidak memiliki konjungsi Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi tidak memiliki konjungsi Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi 93 P1.K4 Hembusan S: Hembusan angin S-P-O Tunggal

170 154 angin pagi yang dingin/ berusaha membekukann ya/. 94 P1.K5 Tangannya yang kekar/ telah memegang/ sebuah ember/ hendak menimba/ air. 95 P2.K1 Pada saat/ Lukman/ melangkahkan / kakinya/ menuju/ ke sungai/, langkahnya/ terhenti/ oleh suatu pemandangan yang tidak mengenakkan. yang dingin (FN; pokok) P: berusaha membekukan (FV; perbuatan) O: -nya S: tangannya yang kekar (FN; pokok) P: telah memegang (FV; perbuatan; transitif) O: sebuah ember (FN) K : hendak menimba air Ket waktu: pada saat (Fprep) S: Lukman (N; pelaku) P: melangkahkan (V; perbuatan; transitif) O: kakinya (N; sasaran) Ket tempat tujuan: menuju ke sungai (FN) S: langkahnya(n; pokok) P: terhenti (N; perbuatan; taktransitif) Pel: oleh suatu S-P-O-K S-P-Pel terdiri dari satu klausa dan satu informasi Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa yang kedudukann ya bertingkat. Keduanya dihubungkan dengan tanda baca koma (,)

171 155 pemandangan yang...(fprep) 96 P2.K2 Dilihatnya/ P: dilihatnya(v; P-S Tunggal Pak Hadi yang perbuatan) dengan S: pak Hadi yang terdiri dari seenaknya saja dengan seenaknya satu klausa membuang/sa saja membuang dan satu mpah/ke sampah ke sungai informasi sungai. (FN; pokok) 97 P2.K3 Tanpa rasa Ket cara: tanpa rasa K-S-P-Pel Tunggal berdosa dan berdosa... (FN) bersalah/ pak S: pak Hadi pun (N; terdiri dari Hadi pun/ pelaku) satu klausa berlalu/ dari P: berlalu (V; dan satu pandangannya perbuatan) informasi. Pel: begitu saja (FN; sasaran) 98 P2.K4 Lukman/ ingin S: Lukman (N; S-P-O, S-P-K Majemuk setara sekali pelaku) menegur/ pak P: ingin sekali hanya Hadi/, namun menegur (FV; memiliki pak Hadi/ perbuatan; transitif) dua klausa, berlalu/ begitu O: pak Hadi (N; Kedua cepat. sasaran ) kalimat Konj: namun dihubungkan S: pak Hadi (N; dengan pelaku) konjungsi koordinatif P: berlalu (V; namun perbuatan; taktransitif) Ket cara: begitu cepat (FN; cara) 99 P2.K5 Lukman/ S: Lukman (N; S-P-O-K-K Tunggal

172 156 kembali melanjutkan/ langkah kakinya/ menuju/ sungai/ untuk mengambil/ air/. 100 P2.K6 Usai mengambil/ air/ Lukman pun/ kembali/ke rumah. 101 P3.K1 Setelah beberapa saat/lukman/ beristirahat/ di teras rumahnya/ tiba-tiba hujanpun/ pelaku) P: kembali melanjutkan (FV;perbuatan; taktransitif ) Pel: langkah kakinya (FN; sasaran) Ket tempat: menuju sungai (FN; tempat) Ket peruntukan :untuk mengambil air (Fprep) Ket waktu konj: usai (setelah ) P: mengambil (V; perbuatan; transitif) O: air (N; sasaran) S: Lukman pun (N; pelaku) P: kembali (V; perbuatan) Ket tujuan tempat: ke rumah (Fprep) Keterangan waktu Konj : setelah beberapa saat S: Lukman (N; pelaku) P: beristirahat (V; pebuatan) K: di teras rumahnya ( ) s-p-k K-S-P-K terdiri dari satu klausa dan satu informasi Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa yang kedudukann ya bertingkat. Keduanya dihubungkan dengan konjungsi subordinatif usai Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa yang kedudukann ya

173 157 turun/ dengan derasnya/, yang disertai/ angin kencang. 102 P3.K2 Hujan/ berlangsung/ sangat lama,/ air sungaipun/ mulai meluap. 103 P3.K3 Rumah Lukman/ yang terletak /tidak jauh/ dari pinggir sungai/ lamakelamaan/ tenggelam/ oleh luapan air sungai. 104 P3.K4 Lukman/ sangat sedih/ dengan musibah /yang menimpanya (Fprep; tempat) K: tiba-tiba(n; cara) S: hujanpun (N; pokok) P: turun (V; keadaan) K: dengan derasnya... (Fprep; cara) S: hujan (N; pokok) P: berlangsung (V; keadaan) K: sangat lama (FN; waktu) S: air sungaipun (FN; pokok) P: mulai meluap (FV; keadaan) S: rumah lukman yang terletak tidak jauh dari pinggir sungai (FN; pokok) Ket waktu: lamakelamaan (FN) P: tenggelam (V; keadaan) Ket agentif: oleh air sungai (Fprep) S: Lukman (N; pelaku) P: sangat sedih (FV; perbuatan) Ket peserta: dengan S-P-K, S-P S-K-P-K S-P-K bertingkat. Keduanya dihubungkan dengan konjungsi subordinatif setelah beberapa saat Majemuk setara hanya memiliki dua klausa, Kedua kalimat dihubungkan dengan tanda baca koma (,) Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu

174 158 dan warga /di desanya. 105 P3.K5 Dalam sekejap saja/ desanya / tergenang/ oleh luapan air sungai bak pulau di tengah lautan. 106 P4.K1 Lukman/ duduk termenung/ di atas atap rumahnya/ melepaskan/ pandangannya /ke sekeliling. musibah yang menimpanya dan warga di desanya (Fprep) Ket waktu: dalam sekejap saja (Fprep) S: desanya (N; pokok) P: tergenang (V; keadaan) Pelengkap: oleh luapan air sungai... (Fprep) S: Lukman (N; pelaku) P: duduk (V; perbuatan) Pel: termenung Ket tempat: di atas atap rumahnya (Fprep) K-S-P-Pel informasi Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi S-P-Pel-K,(S)-P-O-K Majemuk setara 107 P4.K2 Hatinya/ sedih. (S): Lukman P: melepaskan (V; perbuatan) O: pandangannya Ket tujuan: ke sekeliling (Fprep) S: hatinya (N; pokok) P: sedih (V; keadaan) S-P Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu

175 P4.K3 Dalam hatinya/ (dia)/ menggerutu. 109 P4.K4 Kapankah/ manusia/ mempunyai/ kesadaran/ agar tidak membuang/ sampah lagi/ ke sungai? 110 P4.K5 Inilah salah satu akibat/ yang sering terjadi/ jika kita/ sering membuang/ Ket tempat: dalam hatinya (Fprep) (S): dia (N; pelaku) P: menggerutu (V; perbuatan) Kata tanya : kapankah S: manusia (N; pelaku) P: mempunyai (V; perbuatan) O: kesadaran (N; sasaran) Ket tujuan konj: agar (S): manusia P: tidak membuang (FV; perbuatan; taktransitif) Pel: sampah lagi (FN; sasaran) K: ke sungai (Fprep; tempat) S: Inilah salah satu akibat yang sering terjadi (FN; pokok) Konj: jika S: kita (Pron; pelaku) P: sering membuang K-(S)-P S-P-O ( ) S-S-P-O informasi Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa yang kedudukann ya bertingkat. Keduanya dihubungkan dengan konjungsi subordinatif agar Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa yang

176 160 sampah/ ke sungai yang mengakibatkan tersumbatnya aliran sungai sehingga menyebabkan banjir. (FV; perbuatan; transitif) O: sampah (N; sasaran) K: ke sungai... (Fprep; tujuan) P: sehingga menyebabkan (V; keadaan; transitif) O: banjir (N; hasil) kedudukann ya bertingkat. Keduanya dihubungkan dengan konjungsi subordinatif sehingga

177 161 KARANGAN 13 Analisis Struktur Kalimat Triangulator I Triangulator II No Kode Data Brdasarkan Jumlah Klausa Berdaarkan Bentuk Sintaksis Setuju Tidak Setuju Tidak Unsur Pola Jenis Unsur Jenis setuju setuju 111. P1.K1 Di Indonesia Ket tempat : di K-K-S-P-K Tunggal sering/ kita/ Indonesia (Fprep) mendengar/ Ket intensitas: sering terdiri dari dari televisi, S: kita (Pron; pelaku) satu klausa koran dan P: mendengar (V; dan satu radio. perbuatan) informasi Ket asal : dari televisi... (Fprep) 112 P1.K2 Tentang bencana banjir yang melanda di perkampungan bahkan di perkotaan yang struktur daratan lendah. Pelengkap : Tentang bencana banjir yang melanda di perkampungan bahkan di perkotaan yang struktur daratan lendah. Pelengkap (tidak berpola) Bentuk P1.K2 belum dapat disebut kalimat, karena hanya ada unsur pelengkap saja. Pelengkap pada bentuk P1.K2 berwujud frasa nomina P2.K1 Banjir/ terjadi diakibatkan/ oleh sampahsampah warga/ yang tertampung/ di sungai atau pun di kalikali perkotaan. S: banjir (N; pengalaman) P: terjadi diakibatkan (FV; keadaan) Pel: oleh sampahsampah warga yang tertampung (Fprep) Ket tempat : di sungai atau pun di kali-kali perkotaan (Fprep) S-P-Pel-K Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi

178 P2.K2 air/ sulit mengalir/ dengan sempurna/, hingga air dalam parit pun meluas. 115 P3.K1 Jadi pemerintah kota/ memberi himbauan/ kepada masyarakat/ agar berpartisipasi/ dalam menjaga/ lingkungan/ dengan membersihkan parit-parit/ di lingkungan perumahan. S: air (N; pokok) P: sulit mengalir (FV; keadaan) Ket cara: dengan sempurna Ket batas akhir/ waktu: Konj: hingga S: air dalam parit pun (FN; pokok) P: meluas (V; keadaan) S: pemerintah kota (FN; pelaku) P: memberi (V; perbuatan; transitif) O: himbauan (N;sasaran) Ket peruntukkan: kepada masyarakat (FN; sasaran) Ket. kegunaan Konj: agar (S): masyarakat (N; pelaku) P: berpartisipasi (V; perbuatan) Ket. perihal: dalam menjaga lingkungan Ket cara: dengan membersihkan parit S-P-K S-P-O-K ( ) Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa yang kedudukann ya bertingkat. Keduanya dihubungkan dengan konjungsi subordinatif hingga Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa yang kedudukann ya bertingkat. Keduanya dihubungkan dengan konjungsi subordinatif agar

179 P3.K2 Membuang sampah pada tempatnya, mengangkat sampah dari sungai dan pemerintah memberi dan mengajak masyarakat mengolah limbah sampah menjadi kreasi yang dapat dimanfaatkan parit di lingkungan... (Fprep) S: Membuang sampah pada tempatnya, mengangkat sampah dari sungai dan pemerintah memberi dan mengajak masyarakat mengolah limbah sampah (FV;pokok) P: menjadi kreasi yang dapat dimanfaatkan (FV; keadaan) S-P Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi

180 164 KARANGAN 14 Analisis Struktur Kalimat Triangulator I Triangulator II No Kode Data Brdasarkan Jumlah Klausa Berdaarkan Bentuk Sintaksis Setuju Tidak Setuju Tidak Unsur Pola Jenis Unsur Jenis Setuju Setuju 117. P1.K1 Dahulu/ hutan K: dahulu (N; waktu) K-S-P Tunggal kami/ sangat S: hutan kami (FN; lestari/ dan pokok) terdiri dari indah. P: sangat lestari dan satu klausa indah (FV; keadaan) dan satu informasi 118. P1.K2 Di sanalah/ terdapat/ ribuan jenis tumbuhan/ dan binatang/ yang saling hidup berdampingan P1.K3 Selain menjadi tempat tinggal para tumbuhan dan binatang/, hutan/ juga merupakan/ sumber utama/ bagi kehidupan manusia. K: di sanalah (Fprep) P: terdapat (V; keadaan) S: ribuan jenis hewan dan binatang yang saling hidup berdampingan (FN; pokok) Ket penjumlahan Konj penjumlahan: selain P: menjadi (V; keadaan) S: tempat tinggal...(fn; pokok) Pel: para tumbuhan dan hewan (FN; hasil) S: hutan (N; pokok) P: juga merupakan (FV; keadaan; K-P-S S-P-Pel-K Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa yang kedudukann ya bertingkat. Keduanya dihubungkan dengan konjungsi subordinatif selain

181 P1.K4 Hutanlah yang menyediakan/ sumber makanan/ bagi kita P1.K5 Binatang dan tumbuhan yang ada di sana/ menjadi sumber makanan/ tidak terbatas/ bagi kita P2.K1 Namun, kini/ hutan/ telah kehilangan/ kelestariannya P2.K2 Mereka/ telah hancur bahkan hilang/ dengan taktransitif) Pel: sumber utama (FN; sasaran) Ket tujuan: bagi kehidupan manusia (Fprep) P: hutanlah yang menyediakan (FN; pokok) S: sumber makanan (FN; keadaan) Ket tujuan: bagi kita(fprep) S: binatang dan tumbuhan yang ada di sana (FN; pokok) P: menjadi sumber makanan (FV; keadaan;taktransitif) Pel: tidak terbatas (Fadj; sasaran) Ket peruntukan: bagi kita (Fprep) Ket waktu: kini (N; waktu) S: hutan (N; pokok) P: telah kehilangan (FV; keadaan) Pel: kelestariannya (N; hasil) S: mereka (Pron; pokok) P: telah hancur P-S-K S-P-Pel-K K-S-P-Pel S-P-K-Pel Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi Tunggal terdiri dari

182 166 beralih fungsi/ menjadi/ perkebunan dan pemukiman penduduk P2.K3 Hal ini/ disebabkan/ oleh manusiamanusia rakus P2.K4 Mereka dengan keinginan yang tidak bisa dibendung/ menebang/ pohon dan membunuh/ binatangbinatang bahkan. hilang (FV; keadaan; taktransitif ) Ket cara: dengan beralih fungsi Pel: menjadi perkebunan dan... (FN; hasil) S: hal ini (FN; pokok) P: disebabkan (V; keadaan) Pel: oleh manusiamanusia rakus (Fprep) S: mereka Ket cara: dengan keinginan yang tidak bisa dibendung (FN; pelaku) P: menebang (V; perbuatan) O: pohon (N; sasaran) (S): mereka (Pron; pelaku) P: dan membunuh (V; perbuatan) O: binatang-binatang (N; sasaran) 126. P3.K1 Akibat dari Ket akibat: akibat dari itu S-P-Pel S-K-P-O, (S)-P-O satu klausa dan satu informasi Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi Majemuk setara hanya memiliki dua klausa, Kedua kalimat dihubungkan dengan konjungsi koordinatif dan K-K-S-P-Pel Tunggal

183 167 itu/ saat ini/ hutan/ telah kehilangan/ fungsinya P3.K2 Hutan/ tidak lagi menjadi/ tempat hidup para tumbuhan dan binatang P3.K3 Sebagian dari mereka/ ikut punah/ akibat kehilangan tempat tinggal P3.K4 Hutan/ juga kini/ tidak bisa lagi menyediakan/ sumber makanan/ bagi manusia. Ket waktu: saat ini (FN) S: hutan (N; pokok) P: telah kehilangan (FV; keadaan; taktransitif) Pel: fungsinya(n; sasaran) S: hutan (N; pokok) P: tidak lagi menjadi (FV; keadaan; taktransitif) Pel: tempat hidup para tumbuhan dan binatang (FN; sasaran) S: sebagian dari mereka (FN; pokok) P: ikut punah (FV; keadaan; taktransitif) Ket akibat: akibat P:kehilangan S:tempat tinggal (FN; sasaran) S: hutan (N; pokok) K: juga kini (FN; waktu) P: tidak bisa lagi menyediakan (FV; keadaan; transitif) O: sumber makanan (FN; sasaran) K: bagi manusia S-P-Pel S-P S-K-P-O-K terdiri dari satu klausa dan satu informasi Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa dan dua informasi. Kedua klausa dihubungka n dengan konjungsi subordinatif akibat Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi

184 P3.K5 Habislah/ sumber daya/ di dalam hutan/ sehingga kini/ manusia/ tidak bisa memanfaatkan lagi P4.K1 Kini/ hutan/ seakan marah/ kepada manusia P4.K2 Mereka/ tidak mau lagi bersahabat P4.K3 Akibatnya terjadilah/ bencanabencana alam yang (Fprep; agentif) P: habislah (V; keadaan) S: sumber daya (FN; pokok) K: di dalam hutan (Fprep; tempat) Konj: sehingga Ket waktu: kini (N) S: manusia (N; pelaku) P: memanfaatkan lagi (FV; perbuatan) K: kini (N; waktu) S: hutan (N; pokok) P: seakan marah (FV; keadaan) K: kepada manusia (Fprep; peruntukan) S: mereka (Pron; pelaku) P: tidak mau lagi bersahabat (FV; perbuatan) P: akibatnya terjadilah (FV; keadaan) S: bencana-bencana alam yang P-S K-S-P-K S-P P-S-K Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa yang kedudukann ya bertingkat. Keduanya dihubungkan dengan konjungsi subordinatif sehingga Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi Tunggal terdiri dari satu klausa

185 169 mengerikan seperti tanah longsor dan kekeringan/ di mana-mana P4.K4 Tidakkah/ kita/ sering mendengar/ jeritan mereka P4.K5 Marilah/ kita/ bersahabat kembali/ dengan mereka/ demi keberlangsung an/ hidup kita dan anak cucu kita/ kelak. mengerikan seperti tanah dan kekekringan (FN; pokok) Ket tempat: di manamana (Fprep) Kata tanya: tidakkah S: kita (Pron; pelaku) P: sering mendengar (FV; perbuatan; transitif) O: jeritan mereka (FN; sasaran) Kata perintah (halus): marilah S: kita (Pron; pelaku) P: bersahabat kembali (FV; perbuatan) Ket cara: dengan mereka demi keberlangsungan hidup kita.. kelak (Fprep; hubungan) S-P-O S-P-K dan satu informasi Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi kalimat seruan dengan kata tanya tidakkah diakhiri dengan permohonan dengan kata perintah/ permintaan marilah Interogatif Imperatif

186 170 KARANGAN 15 Analisis Struktur Kalimat Triangulator I Triangulator II No Kode Data Brdasarkan Jumlah Klausa Berdaarkan Bentuk Sintaksis Setuju Tidak Setuju Tidak Unsur Pola Jenis Unsur Jenis Setuju Setuju 136. P1.K1 Lingkungan/ merupakan/ S: lingkungan (N; pokok) S-P-Pel Tunggal istana pertama P: merupakan istana pertama (V; identitas; terdiri dari tempat taktransitif) satu klausa manusia Pel: tempat manusia dan satu menaruh menaruh informasi kehidupannya. kehidupannya(fn; 137. P1.K2 Namun banyak manusia/ belum menyadari/ lingkungannya /, sehingga/ perbuatan manusia yang sering merusak lingkungan/ yang tidak ia sadari akan kejadian yang timbul/ atas tindakannya terhadap lingkungan sasaran) S: banyak manusia (FN; pelaku) P: belum menyadari (FV;perbuatan; transitif) O: lingkungannya (N; sasaran) Ket akibat Konj: sehingga S: perbuatan manusia sering yang sering merusak lingkungan (FN; pokok) P: timbul (V; keadaan) Ket: atas tindakannya terhadap lingkungan (Fprep) * Ada, unsur kalimat yang sebaiknya dihilangkan, agar kalimatnya memiliki S-P Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa yang kedudukann ya bertingkat. Keduanya dihubungkan dengan konjungsi subordinatif sehingga

187 171 makna P2.K1 Membabat hutan untuk mengambil kayu, dengan tidak bertanggung jawab, sehingga terjadi banjir yang melanda di mana-mana daerah Indonesia yang korban harta benda bahkan nyawa, wabah penyakit /menyerang/ warga. S: Membabat hutan untuk mengambil kayu, dengan tidak bertanggung jawab, sehingga terjadi banjir yang melanda di mana-mana daerah Indonesia yang korban harta benda bahkan nyawa, S:wabah penyakit (N; pokok) P : menyerang (V; keadaan; transitif) O:warga (N; sasaran) S, S-P-O Unsur sebelum wabah penyakit belum dapat disebut sebagai klausa karena tidak mengandung unsur S-P Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi 139. P3.K1 Memahami tentang lingkungan/ dilaksanakan/ oleh sebagian orang P3.K2 Mudahmudahan manusia/ sadar/ akan S: memahami tentang lingkungan (FV; pokok) P: dilaksanakan (V;keadaan ) Pel: oleh manusia (Fprep) modalitas: mudahmudahan S: manusia (N; pelaku) P: sadar (V; S-P-Pel S-P-K-K Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi Tunggal terdiri dari satu klausa

188 172 lingkungan/ yang sering mengancam/ manusia akibat perbuatan manusia sendiri. perbuatan; taktransitif) Ket perihal: akan lingkungan yang sering mengancam manusia.. (Fprep) Ket akibat: akibat perbuatan... dan satu informasi

189 173 KARANGAN 16 Analisis Struktur Kalimat Triangulator I Triangulator II No Kode Data Brdasarkan Jumlah Klausa Berdaarkan Bentuk Sintaksis Setuju Tidak Setuju Tidak Unsur Pola Jenis Unsur Jenis Setuju Setuju 141 P1.K1 Dilarang membuang/sampah/ sembarangan! (S)-P-O-K Tunggal Imperatif 142 P1.K2 Anda/ tentunya sering membaca/ tanda larangan tersebut/ bukan? 143 P1.K3 Mengapa/ ada/ kata-kata larangan tersebut dan/ apa/ tujuannya.? (S) : dapat dilesapkan P: dilarang membuang (FV; perbuatan ) O: sampah (N; sasaran) Ket tempat : sembarangan (N; sasaran) S: anda (pron; pelaku) P: tentunya sering membaca (FV; perbuatan; transitif) Ket perihal: tanda larangan tersebut (FN; sasaran) Kt tanya : bukan Kt Tanya : mengapa P: ada (V; keadaan; taktransitif) S: kata-kata larangan tersebut (FN; pokok) Kt tanya: apa (S): dilesapkan P: tujuannya? (N; keadaan) S-P-K P-S, P-(S) terdiri dari satu klausa dan satu informasi Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi Majemuk setara hanya memiliki dua klausa Kedua kalimat dihubungkan dengan konjungsi koordinatif dan permohonan dengan kata perintah dilarang pertanyaan. tanda tanya (?) interogatif

190 P1.K4 Tujuannya/ adalah/ kita/ diajak/ untuk bersama-sama menjaga kebersihan bersama/ dan agar lingkungan/ kita/ selalu bersih dan enak dipandang, dan sehat/ untuk kehidupan kita. 145 P3.K1 Ada pun dampak yang sering terjadi setelah kurang perhatian kita tentang kebersihan lingkungan/ adalah/timbulny a berbagai macam jenis penyakit seperti diare, gatalgatal, demam, dan berbagai macam penyakit lainnya. 146 P3.K2 Maka hendaklah/ kita S: Tujuannya (N; pokok) P: adalah (V; identitas; taktransitif) Pel: kita diajak untuk bersama... (FN; sasaran) Konj: dan S: lingkungan kita (FN; pokok) P: selalu bersih.. (FV; keadaan) S: adapun dampak yang..(fn; pokok) P: adalah (V; identitas;taktransitif) Pel: timbulnya... (FN; sasaran) modalitas : maka hendaklah S: kita bersama-sama S-P-Pel, S-P S-P-Pel S-P-Pel-K, S-P-K Majemuk setara hanya memiliki dua klausa Kedua kalimat dihubungkan dengan konjungsi koordinatif dan Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi Majemuk setara permohonan Imperatif

191 175 bersama-sama/ menjaga/ kebersihan lingkungan/ dengan membuang sampah pada tempatnya/ serta sampah yang dapat didaur ulang/ dapat digunakan/ untuk keperluan dan penghasilan hidup. (FN; pelaku) P: menjaga (V; perbuatan) Pel: kebersihan lingkungan (FN;sasaran ) Ket cara: dengan membuang sampah pada tempatnya (Fprep) Konj : serta S: sampah yang dapat didaur ulang (FN; pokok) P: dapat digunakan (FV; keadaan) Ket peruntukkan: untuk keperluan dan penghasilan hidup (Fprep ) hanya memiliki dua klausa Kedua kalimat dihubungkan dengan konjungsi koordinatif serta dengan kata perintah hendaklah

192 176 KARANGAN 17 Analisis Struktur Kalimat Triangulator I Triangulator II No Kode Data Brdasarkan Jumlah Klausa Berdaarkan Bentuk Sintaksis S/TS Alasan S/TS Alasan Unsur Pola Jenis Unsur Jenis 147 P1.K1 Suatu sore/ Anto/ disuruh/ ibunya/ membuang/ sampah/ di tempat pembuangan sampah/, tapi Anto/ ternyata membuang/ sampah itu/ di tempat yang bukan tempat pembuangan sampah. 148 P1.K2 Anto/ membuang/ sampah/ di pinggir jalan. Ket waktu: suatu sore (FN) S: Anto (N; pokok) P : disuruh (V; keadaan) Pel: ibunya (N; sasaran) P: membuang (V; perbuatan) O: sampah (N; sasaran) Ket tempat: di tempat pembuangan.. (FN; tempat) Konj: tapi S: Anto (N; pelaku) P: ternyata membuang (FV; perbuatan) Ol: sampah itu (FN; sasaran) Ket tempat: di tempat yang bukan... (FN) S: Anto (N; pelaku) P: membuang (V; perbuatan; transitif) O: sampah (N; sasaran) Ket tempat: di K-S-P-Pel-P-O-K, S-P-O-K S-P-O-K Majemuk setara hanya memiliki dua klaus Kedua kalimat dihubungkan dengan konjungsi koordinatif tapi Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi

193 P1.K3 Padahal di situ/ ada/ tulisan berupa larangan yaitu dilarang membuang sampah sembarangan,/ tetapi Anto/ malah melanggar/ aturan itu. pinggir jalan (FN) Konj: padahal K-P-S, S-P-O Majemuk setara Ket tempat: di situ (Fprep) P: ada (V; keadaan; taktransitif) S: tulisan berupa larangan yaitu dilarang... (FN; pokok) Konj: tetapi S: Anto (N; pelaku) P: malah melanggar (FV; perbuatan) O: aturan itu (FN; sasaran) hanya memiliki dua klaus Kedua kalimat dihubungkan dengan konjungsi koordinatif tetapi 150 P2.K1 Akibat dari lingkungan yang kotor/ karena pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya/cuaca pun/ menjadi /kotor. 151 P3.K2 Cuaca /yang kotor itu/ mengakibatkan/ banyak penduduk/ sakit. Ket: akibat dari lingkungan... (Fprep) S: cuacapun (N; pokok) P: menjadi (V; keadaan; taktransitif) Pel: kotor (adj; sasaran) S: cuaca yang kotor (FN; pokok) P: mengakibatkan (V; keadaan) O: banyak penduduk (FN;sasaran) K-S-P-Pel S-P Pel Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa dan dua

194 178 Pel: sakit (FN; hasil) informasi Pada unsur objek terdapat unsur S-P

195 179 KARANGAN 18 Analisis Struktur Kalimat Triangulator I Triangulator I No Kode Data Brdasarkan Jumlah Klausa Berdaarkan Bentuk Sintaksis Setuju Tidak Setuju Tidak Unsur Pola Jenis Unsur Jenis Setuju Setuju 152 P1.K1 Pada suatu hari/ Ket waktu: pada K-S-P-Pel-K Tunggal Andi/ suatu hari (Fprep) diperintahkan/ S: Andi (N; pokok) terdiri dari Ibunya/ untuk P: diperintahkan (V; satu klausa pergi membuang keadaan) dan satu sampah di Pel: ibunya informasi tempat pembuangan sampah. Ket peruntukkan: untuk membuang sampah di tempat... (Fprep; peruntukkan) 153 P1.K2 Andi pun/ bergegas mengambil/ sampah itu,/ tapi pada saat/ Andi/ ingin membuang/ sampah,/ Andi/melihat/ada sungai. S: Andi pun (FN; pelaku) P: bergegas mengambil (FV; perbuatan) O: sampah itu (FN; sasaran) Konj: tapi Ket waktu: pada saat (FN) S: Andi (N; pelaku) P: ingin membuang (FV; perbuatan) O: sampah (N; sasaran) S: Andi (N; pelaku) S-P-O, S-P-O Majemuk campuran memiliki tiga klausa Klausa pertama dan kedua dihubungkan dengan konjungsi koordinatif tetapi unsur keterangan pada klausa kedua mengandung klausa anak S-P-O

196 P1.K3 Andi/ berhenti sejenak/ lalu berpikir 155 P1.K4 Daripada/ saya/ jauh-jauh/ membuang sampah/ lebih baik buang/ disini saja. P: melihat ada (FV; perbuatan) O: sungai (N; sasaran) S: Andi (N; pelaku) P: berhenti (V; perbuatan) Ket waktu: sejenak (N) Konj: lalu (S): Andi (N; pelaku) subjek dilesapkan P: berpikir (V; perbuatan) Ket perihal Konj: daripada S: saya (Pron; pelaku) Ket jarak: jauh-jauh (N) P: membuang (V; perbuatan; transitif) O: sampah (N; sasaran) Konj: lebih baik (S): saya (Pron; pelaku) P: buang (V; perbuatan; S-P-K, (S)-P. (S)-P-K Majemuk setara hanya memiliki dua klausa Kedua kalimat dihubungkan dengan konjungsi koordinatif tapi dan tanda baca koma (,) Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa dan dua informasi. Kedua kalimat dihubungka n dengan konjungsi subordinatif lebh baik... dari pada yang terletak diantara

197 P1.K5 Andi pun/ menuangkan/ sampah itu/ di sungai tersebut. 157 P1.K6 Padahal di pinggir sungai/ ada/ sebuah papan/ yang bertuliskan larangan/ bahwa tidak boleh membuang sampah di sungai tersebut. taktransitif) Ket tempat : di sini saja (Fprep) S: Andi pun (FN; pelaku) P: menuangkan (V; perbuatan) O: sampah itu (FN;sasaran) Ket tempat: di sungai tersebut (Fprep) Ket tempat: padahal di pinggir sungai (Fprep) P: ada (V; keadaan; taktransitif) S: sebuah papan yang bertuliskan larangan (FN; pokok) Konj: bahwa (S): dapat dilesapkan P: tidak boleh membuang (FV;perbuatan; transitif ) O: sampah (N; sasaran) Ket tempat: di sungai tersebut (Fprep) S-P-O-K K-P klausa Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa dan dua informasi. Kedua kalimat dihubungka n oleh konjungsi subordinatif bahwa yang terletak diantara klausa 158 P1.K7 Karena sudah menjadi/ S: Karena sudah menjadi kebiasaan Tidak berpola Tunggal Kalimat Kalimat tanpa subjekt ini

198 182 kebiasaan/ warga/ di sana/ tidak mempunyai rasa prihatin/ terhadap lingkungan/ ahirnya berdampak buruk/ bagi semua warganya. warga di sana tidak mempunyai rasa prihatin terhadap lingkungan (bukan subjek karena diawali dengan preposisi, jika kata karena dihilangkan dapat menjadi subjek) P: ahirnya berdampak buruk (FV; keadaan) Ket peruntukan: bagi semua warganya. (Fprep) tanpa subjek ini terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Kalimat tanpa subjek ini 159 P2.K1 Warga/ sangat sering tertimpa/ banjir S: warga (N; pokok) Ket intensitas: sangat sering P: tertimpa (V;keadaan; taktransitif) Pel: banjir (N; sasaran) S-K-P-Pel Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi. 160 P2.K2 Rumah dan segalanya/ terlelap/ oleh banjir S: rumah dan segalanya (FN; pokok) P: terlelap (terendam) (V; keadaan) Pel: oleh banjir S-P-Pel Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi.

199 P2.K3 Pada saat itu/ warga/ hanya bisa merenungkan dan meratapi/ nasib/ di daerah mereka. (Fprep) Ket waktu: pada saat itu (Fprep) S: warga (N; pelaku) P: hanya bisa merenungkan dan...(fv; perbuatan) O: nasib Ket tempat: di daerah mereka (Fprep) K-S-P-O-K Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi. 162 P3.K1 Akibat yang sangat fatal/ banyak warga/ diserang/ penyakit/, baik anak-anak maupun orang dewasa. 163 P3.K2 Namun hingga sekarang ini/ masih banyak masyarakat/ belum memahami/ betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan/ Ket akibat: akibat yang sangat fatal S: banyak warga (FN; pokok) P: diserang (V; keadaan) Pel: penyakit (N; sasaran) Ket perihal:baik anak-anak maupun orang dewasa. Konj: Namun Ket waktu: hingga sekarang ini (FN) S: masih banyak masyarakat (FN; pelaku) P: belum memahami (FV; perbuatan; transitif) O: betapa pentingnya/ menjaga Ket-S-P-Pel-K K-S-P Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Majemuk bertingkat terdiri dari dua klausa dan dua informasi. dikatakan sebagai majemuk bertingkat

200 184 walaupun Mereka/ sudah mengetahui /akibat dari perbuatan yang tidak menjaga kebersihan lingkungan.. kebersihan lingkungan (FN; sasaran) Konj: walaupun S: mereka (Pron; pelaku) P: sudah mengetahui (FV; perbuatan; transitif) O: akibat dari perbuatan yang tidak menjaga kebersihan lingkungan.. (FN; hasil) karena terdapat konjungsi subordinatif walaupun yang terletak diantara klausa

201 185 KARANGAN 19 Analisis Struktur Kalimat Triangulator I Triangulator II No Kode Tidak Setuju Brdasarkan Jumlah Klausa Berdaarkan Bentuk Sintaksis Setuju Tidak Setuju Tidak Unsur Pola Jenis Unsur Jenis Setuju Setuju 164 P1.K1 Lingkungan S: lingkungan sehat.. S-P Tunggal sehat, bersih dan. (FN; pokok) asoi/ adalah P: adalah idaman terdiri dari /idaman setiap setiap manusia (FV; satu klausa manusia. identitas; taktransitif) dan satu informasi. 165 P1.K2 Karena lingkungan yang sehat dan bersih/ akan memberikan/ hal yang sehat dan positif pula/ bagi kita. 166 P2.K2 Apakah/ kita/ sudah bertanggung jawab/ dengan diri kita sendiri dan dengan orang lain? S: karena lingkungan yang sehat dan bersih (dapat disebut subjek jika kata karena dihilangkan P: akan memberikan (FV; perbuatan; transitif) O: hal yang sehat dan positif pula (FN; sasaran) Ket peruntukan: bagi kita (Fprep) K. Tanya : apakah S: kita (pron; pelaku) P: sudah bertanggung jawab (FV; perbuatan) Pel: dengan kita sendiri..(fprep) S-P-O-K S-P-Pel. Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi.

202 P3.K1 Meningkatnya kebutuhan manusia terhadap hal-hal yang praktis,/ ternyata tanpa disadari dampak dari kebutuhan itu pula yang pelan tapi pasti menambah beban sampah itu sendiri. 168 P3.K2 Tempat minuman, makanan bahkan sandang dan pangan/ juga berkontrusi/ untuk menambah lengkapnya pembuangan sampah sembarangan. 169 P3.K4 Yang lebih ironis lagi karena kita/ tidak memiliki rasa kepedulian/ terhadap S: Meningkatnya kebutuhan manusia terhadap hal-hal yang praktis (FV; pokok) P: ternyata tanpa disadari (FV; keadaan) Pel: dampak dari kebutuhan itu pula yang pelan tapi pasti menambah beban sampah itu sendiri (FN; hasil) S: tempat minuman, makanan...(fn; pokok) P: juga berkontruksi (FV; keadaan) Pel: untuk menambah... (Fprep) S: Yang lebih ironis lagi karena kita (FN; pokok) P: tidak memiliki rasa kepedulian (FV; keadaan) S-P-Pel S-P-Pel S-P-Pel Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi. Majemuk bertingkat Kalimat ini terdiri dari dua klausa dan dua

203 187 kebersihan lingkungan masing-masing, sehingga/ parit (got), bantaran sungai, pinggir jalan, bahakan sungai/ menjadi/ tong sampah terindah/ bagi kita. Pel: terhadap kebersihan lingkungan masingmasing (Fprep) Ket akibat Konj: sehingga S: parit (got), bantaran sungai, pinggir jalan, bahakan sungai (FN; pokok) P: menjadi (V; keadaan; taktransitif) Pel: tong ampah terindah (FN; sasaran) Ket peruntukkan: bagi kita (Fprep) informasi. dikatakan sebagai majemuk bertingkat karena terdapat konjungsi subordinatif sehingga yang terletak diantara klausa 170 P4.K1 Banyak orang/ mengklaim/ dirinya pecinta lingkungan hidup,/ tetapi bila/ berhadapan/ dengan sampah,/ nyalinya/ tak dapat berbuat banyak. S: banyak orang P: mengklaim Pel: dirinya pecinta lingkungan hidup Konj: tetapi Ket waktu: bila P: berhadapan K: dengan sampah S: nyalinya P: tak dapat berbuat banyak S-P-Pel, K-P-K-S-P Majemuk setara terdiri dari dua klausa dan dua informasi dikatakan sebagai majemuk bertingkat karena terdapat konjungsi koordinatif

204 P4.K2 Saat musim kemarau/ sampah/ bukan hal yang dipermasalahka n/, tetapi bila musim hujan tiba/ kita/ mulai uring-uringan. 172 P4.K3 Sebaliknya masalah sampah atau kebersihan lingkungan itu/ menjadi tanggung jawab/ pribadi/ untuk mau bersahabat dengan lingkungan. K: saat musim kemarau S: sampah P: bukan hal yang dipermasalahkan Konj: tetapi Ket waktu: bila musim hujan tiba S: kita P: mulai uringuringan... Konj : sebaliknya S: masalah sampah atau kebersihan lingkungan itu P: menjadi tanggung jawab Pel: pribadi K: untuk mau.. K-S-P, K-S-P S-P-Pel-K tetapi yang terletak diantara klausa Majemuk Setara terdiri dari dua klausa dan dua informasi dikatakan sebagai majemuk bertingkat karena terdapat konjungsi koordinatif tetapi yang terletak diantara klausa Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi. 173 P4.K4 Dengan bersahabat,/ K: dengan bersahabat S: kitapun K-S-P Tunggal

205 189 kitapun/ saling menghargai dan saling berkontribusi positif. 174 P4.K5 Masing-masing pribadi/ memiliki kesadaran/ untuk bersikap bijak dengan kebersihan lingkungan. P: saling menghargai dan saling berkontribusi positif S: masing-masing pribadi (FN; pokok) P: memiliki (V; keadaan; transitif) O: kesadaran (N; hasil) K: untuk bersikap bijak dengan...(fprep). terdiri dari satu klausa dan satu informasi. S-P-O-K Tunggal terdiri dari satu klausa dan satu informasi.

206 190 KARANGAN 20 Analisis Struktur Kalimat Triangulator I Triangulator II No Kode Data Brdasarkan Jumlah Klausa Berdaarkan Bentuk Sintaksis Setuju Tidak Setuju Tidak Unsur Pola Jenis Unsur Jenis Setuju Setuju 175 P1.K1 Hari Jumat yang Kalimat 1 Kalimat ini dapat Kalimat 1 lalu/, ketika Ket waktu: Hari dipecah menjadi dua Majemuk setara saya/ pulang/ Jumat yang lalu kalimat karena S: ketika saya dari sekolah/ mengandung ide pokok P: pulang dan melewati/ Ket tempat: dari lebih dari satu. jembatan keci sekolah yang membatasi desaku dengan desa tetangga,/ Konj: dan P: melewati O: jembatan keci Kalimat 1 S-P-K, (S)-P-O tiba-tiba/ yang membatasi Kalimat 2 desaku dengan desa langkah kakiku/ tetangga. terhenti/ karena S ( ) melihat/ Deni, Kalimat 2 teman sekelasku/ Ket cara: Tiba-tiba S: langkah kakiku membuang/ P:terhenti sampah/ di Kon: karena (S): aku Kalimat 2 Sungai Belawan P: melihat/ Majemuk yang merupakan O: Deni, teman bertingkat Sumber air sekelasku/ bersih bagi kami. membuang/ sampah/ di Sungai Belawan yang merupakan Sumber air bersih 176 P1.K2 Padahal, kami/ di sekolah/ selalu dinasehati/ oleh guru kami/ agar bagi kami. S: kami K:di sekolah P: selalu dinasehati Ket agentif: oleh guru kami S-K-P ( ) Majemuk bertingkat

207 191 tidak membuang/ sampah/ di sembarang tempat. 177 P1.K3 Seketika/ saya/ berteriak/ menghentikan/ tindakan Deni tersebut. 178 P1.K4 Tetapi Deni/ malah menjawab/, biarkan saja/ nanti/ juga akan hanyut terbawa/ arus sungai. 179 P1.K5 Saya/ hanya bisa menghela nafas panjang/ melihat/ kejadian tersebut/, melihat/ sampah sampah itu/ hanyut/ pelan Konj: agar (S): kami P:tidak membuang O: sampah K: di sembarang tempat Ket cara: seketika S: saya P: berteriak menghentikan Pel: tindakan Deni tersebut Konj: tetapi S: Deni P: malah menjawab (S):dapat dilesapkan P:biarkan saja Ket waktu: nanti P: juga akan hanyut terbawa Pel: arus sungai S: saya P: hanya bisa O: menghela nafas Pel: panjang (S): saya P: melihat O: kejadian tersebut, K-S-P-Pel Tunggal S ( ) S-P-O-Pel, (S)-P-O, (S)-P-Pel-K-Pel-K Majemuk bertingkat memiliki dua klausa. Klausa bawahan terdapat pada unsur predikat pada induk klausa. Majemuk setara

208 192 tapi pasti /hanyut dan mulai tenggelam/ ke dasar sungai. 180 P2.K1 Ternyata apa yang saya takutkan/ benarbenar terjadi. (S): saya P: melihat O: sampah-sampah itu Pel: hanyut dan mulai tenggelam Ket tujuan: ke dasar sungai S: ternyata apa yang saya takutkan P: benar-benar terjadi S: musim kemarau P: telah berlalu Kon: dan S: musim hujanpun P: menghadang K: di depan mata Ket waktu: semenjak... sampai di rumah S: hujanpun P: turun membasahi Pel: bumi Ket cara: dengan deras disertai... S-P Tunggal S-P,S-P-K Majemuk setara diakhiri dengan ( ) K 181 P2.K2 Musim Kemarau/ telah berlalu/ dan musim hujan pun/ menghadang/ di hadapan mata. 182 P2.K3 Semenjak pulang dari sekolah dan sampai di rumah/, hujanpun/ turun membasahi/ bumi/ dengan deras disertai kilat yang menyambar- S-P-Pel- Majemuk bertingkat diakhiri dengan

209 193 nyambar. 183 P2.K4 Kira-kira dua jam berlalu/, terlihat jelas/ Sungai Balawan/ mulai tinggi menggenangi/ halaman rumah para warga/ dan tampaklah/ sampah-sampah yang mengapung/ di permukaan air/, menyumbat/ aliran parit. 184 P3.K1 Dua hari/ desa kami/ terendam/ banjir/ yang sangat mengerikan. 185 P3.K2 Setelah sungainya/ surut/, kami/ mulai membersihkan/ rumah dan lingkungan sekitar. Ket waktu: kira-kira dua jam... P: terlihat jelas S: sungai Balawan P: mulai tinggi menggenangi O: halaman rumah... Konj: dan P: tampaklah S: sampah-sampah yang mengapung di permukaan air P: menyumbat Pel: aliran parit Ket waktu: dua hari S: desa kami P: terendam Pel: banjir yang sangat mengerikan Ket waktu Konj : setelah S: sungainya P: surut S: kami P: mulai membersihkan Pel: rumah dan lingkungan sekitar K-P-S-P-O, P-S-P-Pel Majemuk setara diakhiri dengan K-S-P-Pel Tunggal diakhiri dengan S-P-Pel Majemuk bertingkat diakhiri dengan

210 P3.K3 Tetapi sungguh menyedihkan/ ketika Saya/ sedang membantu/ orang tua/ membersihkan rumah,/ tiba-tiba Boni/ datang berlari mendekati/ saya dan mengatakan/ Deni/ sakit dan sekarang sudah dibawa ke rumah sakit. (Kalimat ini dapat dipecah menjadi dua) Kalimat 1 P: sungguh menyedihkan Ket waktu: ketika S: saya P: sedang membantu O: orang tua P: membersihkan O: rumah Ket waktu: tiba-tiba S: boni P: datang berlari mendekati Pel: saya Kalimat ini dapat dibagi menjadi dua Kalimat 1 P P-O, K-S- Kalimat 1 Majemuk campuran diakhiri tanda titik (.) Kalimat 2 Konj: dan (S): boni P: mengatakan O: deni Pel: sakit... Kalimat 2 (S) Kalimat 2 Majemuk bertingkat 187 P3.K4 Secepat kilat/ saya/ membersihkan/ badan/ dan mengajak /Boni menjenguk/ Deni di Rumah Sakit,/ baru kami/ K: secepat kilat S: saya P: membersihkan O: badan P: dan mengajak O: Boni P: menjenguk O: Deni K: di RS K-S-P-O, P-O-P-O-K, S Majemuk campuran diakhiri dengan

211 195 mengetahui/ bahwa Deni/ terserang/ penyakit muntaber 188 P3.K5 Setelah beberapa hari/ diopname/ di rumah sakit/, Denipun/ diperbolehkan/ pulang. S: kami P: mengetahui Konj: bahwa S:Deni P: terserang Pel: penyakit muntaber Ket waktu Konj: setelah Ket waktu:beberapa hari (S): Deni P: diopname Ket tempat: di rumah sakit S: Denipun P: diperbolehkan Pel: pulang ( ) S-P-Pel Majemuk bertingkat diakhiri dengan

212 196

213 197

214 198

215 199

216 200

217 201

218 202

219 203

220 204

221 205

222 206

223 207

224 208

225 209

226 210

227 211

228 212

229 213

230 214

231 215

232 216

233 217

234 218

235 219

236 220

237 221 BIOGRAFI PENULIS Herningdyah Cahyaning Ratri lahir di Gunungkidul pada tanggal 20 Agustus Ia menempuh pendidikan di SD Negeri Semanu, lulus pada tahun Ia melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Wonosari pada tahun Pendidikan menengah atas ia tempuh di SMA Negeri 1 Wonosari, lulus pada tahun Setelah itu, ia menempuh Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Sebagai tugas akhir, ia menulis skripsi dengan judul Analisis Jenis Kalimat pada Karangan Guru-Guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur Tahun 2015.

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6 Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

Lebih terperinci

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK MODUL 4 Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK Modul 4 memuat materi kalimat efektif. Kalimat efektif adalah materi lanjutan dari modul sebelumnya, yaitu tata kalimat

Lebih terperinci

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF Kalimat Tanya Peserta (Dewi Restiani) 1 KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF INTERROGATIVE SENTENCE OF SMART GENIUS TUTORING CENTER S STUDENTS

Lebih terperinci

RINGKASAN PENELITIAN

RINGKASAN PENELITIAN RINGKASAN PENELITIAN KONSTRUKSI KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI GURU-GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN CIAMIS OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Penelitian yang berjudul Konstruksi

Lebih terperinci

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu FUNGSI ETERANGAN DALAM ALIMAT MAJEMU BERTINGAT DALAM OMPAS MINGGU TRULI ANJAR YANTI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia Analisis Fungsi Mana dalam Bahasa Sri Puji Astuti Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro sripujiastuti0116@gmail.com Abstract The characteristic of interrogative sentence, one of them is the presence

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Astri Saraswati, Martono, Syambasril Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNTAN, Pontianak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

I. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam

I. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam I. KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam bahasa untuk menyampaikan maksud serta kesan tertentu dalam keadan yang sesuai. Hal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR KALIMAT PADA WACANA IKLAN BROSUR PROVIDER TELEKOMUNIKASI SKRIPSI

ANALISIS STRUKTUR KALIMAT PADA WACANA IKLAN BROSUR PROVIDER TELEKOMUNIKASI SKRIPSI ANALISIS STRUKTUR KALIMAT PADA WACANA IKLAN BROSUR PROVIDER TELEKOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat

: Bahasa Indonesia dalam Psikologi. Kalimat Matakuliah Tahun : 2010 : Bahasa Indonesia dalam Psikologi Kalimat Pertemuan 04 Tujuan 1. Menjelaskan pengertian dan ciri-ciri kalimat. 2. Menggunakan kata dan frasa sebagai pembentuk kalimat, 3. Memahami

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

ANALISIS KLAUSA SUBORDINASI DALAM WACANA BERITA OTOMOTIF PADA TABLOID OTOMOTIF NOVEMBER 2016

ANALISIS KLAUSA SUBORDINASI DALAM WACANA BERITA OTOMOTIF PADA TABLOID OTOMOTIF NOVEMBER 2016 ANALISIS KLAUSA SUBORDINASI DALAM WACANA BERITA OTOMOTIF PADA TABLOID OTOMOTIF NOVEMBER 2016 Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh RIZKI SETYO WIDODO 1201040076 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar sebagai media informasi dan publikasi. Surat kabar sebagai media cetak selalu identik dengan tulisan dan gambar-gambar yang dicetak pada lembaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE Pelesapan Fungsi. (Satya Dwi) 128 PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE Oleh: Satya Dwi Nur Rahmanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA )

SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA ) SINTAKSIS ( TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA ) MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S.Pd. M.Pd. Disusun oleh : Kelompok

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, 654 BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, 53 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

Oleh Septia Sugiarsih

Oleh Septia Sugiarsih Oleh Septia Sugiarsih satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Conth: Saya makan nasi. Definisi ini tidak universal karena ada kalimat yang hanya terdiri atas satu kata

Lebih terperinci

Perhatikan kalimat di bawah ini!

Perhatikan kalimat di bawah ini! KLAUSA Perhatikan kalimat di bawah ini! 1) Kamu harus menjadi orang pintar, harus tetap bersemangat, rajin belajar supaya disayang keluarga. 2) Akan belajar. (Jawaban atas pertanyaan Kamu akan apa?) 3)

Lebih terperinci

KALIMAT INVERSI DALAM BAHASA INDONESIA

KALIMAT INVERSI DALAM BAHASA INDONESIA KALIMAT INVERSI DALAM BAHASA INDONESIA Bambang Eko Hari Cahyono IKIP PGRI Madiun behc.fpbs@gmail.com Abstrak Dalam bahasa Indonesia terdapat salah satu jenis kalimat, yaitu kalimat inversi. Kalimat inversi

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya

Lebih terperinci

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

Oleh Ratna Novita Punggeti

Oleh Ratna Novita Punggeti KALIMAT DLM BI Oleh Ratna Novita Punggeti STRUKTUR KALIMAT 1. SUBJEK Bagian kalimat yang menunjukkan pelaku/masalah. Menjawab pertanyaan: siapa, apa. Biasanya berupa kata benda/frasa (kongkret/abstrak)

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final.

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. 1. KALIMAT 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. Perbedaan kalimat dan klausa Klausa : gabungan kata yang

Lebih terperinci

KONSTRUKSI KALIMAT DALAM KARANGAN MAHASISWA TRANSFER KREDIT YUNNAN MINZU UNIVERSITY (YMU) DI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SKRIPSI

KONSTRUKSI KALIMAT DALAM KARANGAN MAHASISWA TRANSFER KREDIT YUNNAN MINZU UNIVERSITY (YMU) DI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SKRIPSI KONSTRUKSI KALIMAT DALAM KARANGAN MAHASISWA TRANSFER KREDIT YUNNAN MINZU UNIVERSITY (YMU) DI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR oleh Nunung Sitaresmi Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemakaian jenis kalimat bahasa Indonesia dalam buku teks Sekolah

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat 9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian pola kalimat yang sudah pernah dilakukan adalah analisis pola kalimat berpredikat verba dalam bahasa Indonesia pada buku mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau yang sudah ada dengan menyebutkan dan membahas seperlunya hasil penelitian

Lebih terperinci

FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI

FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu terlihat

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI Fitri Rahmawati Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Penggunaan Frasa dan Klausa Bahasa Indonesia (Kunarto) 111 PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR Kunarto UPT Dinas Pendidikan Kacamatan Deket Kabupaten Lamongan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Gilang Puspasari Fathiaty Murtadlo Asep Supriyana Abstrak. Penelitian

Lebih terperinci

KLAUSA KONSESIF DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA INDONESIA

KLAUSA KONSESIF DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA INDONESIA KLAUSA KONSESIF DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA INDONESIA Sumiyanto dan Mukhlish Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa pos-el: sumiyanto.wening@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT DALAM TEKS ANEKDOT PADA SURAT KABAR TEMPO EDISI NOVEMBER Oleh

STRUKTUR KALIMAT DALAM TEKS ANEKDOT PADA SURAT KABAR TEMPO EDISI NOVEMBER Oleh STRUKTUR KALIMAT DALAM TEKS ANEKDOT PADA SURAT KABAR TEMPO EDISI NOVEMBER 2014 Oleh Gita Andriana Wini Tarmini Ni Nyoman Wetty Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung e-mail : gitandriana20@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia pada dasarnya mempunyai dua macam bentuk verba, (i) verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis,

Lebih terperinci

FUNGSI PELAKU DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA

FUNGSI PELAKU DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA FUNGSI PELAKU DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA Suher M. Saidi Universitas Muhammadiyah Surabaya, Suher_msaidi@yahoo.com ABSTRACT Function actors in Indonesian passive sentences often escape discussion

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS PADA TEKS DALAM BUKU PAKET BAHASA INDONESIA KELAS X SMA KURIKULUM 2013

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS PADA TEKS DALAM BUKU PAKET BAHASA INDONESIA KELAS X SMA KURIKULUM 2013 ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS PADA TEKS DALAM BUKU PAKET BAHASA INDONESIA KELAS X SMA KURIKULUM 2013 Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan sesamanya memerlukan sarana untuk menyampaikan kehendaknya. Salah satu sarana komunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT MAJEMUK SETARA RUBRIK SUPERSOCCER PADA KORAN SATELITEPOST

ANALISIS KALIMAT MAJEMUK SETARA RUBRIK SUPERSOCCER PADA KORAN SATELITEPOST ANALISIS KALIMAT MAJEMUK SETARA RUBRIK SUPERSOCCER PADA KORAN SATELITEPOST SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) oleh HARIYANTO 1101040107 PROGRAM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu 1. Frasa Nominal a. Pengertian frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata benda atau nomina. contoh : mahasiswa baru sepeda ini anak itu gedung sekolah b. Struktur Frasa Nomina Secara kategorial

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT PADA TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN SUARA MERDEKA EDISI 2-7 NOVEMBER 2015

STRUKTUR KALIMAT PADA TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN SUARA MERDEKA EDISI 2-7 NOVEMBER 2015 STRUKTUR KALIMAT PADA TAJUK RENCANA SURAT KABAR HARIAN SUARA MERDEKA EDISI 2-7 NOVEMBER 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN STRUKTUR KALIMAT PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

ANALISIS KESALAHAN STRUKTUR KALIMAT PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ANALISIS KESALAHAN STRUKTUR KALIMAT PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi) Lecture: Kapita Selekta Linguistik Date/Month/Year: 25 April 2016 Semester: 104 (6) / Third Year Method: Ceramah Credits: 2 SKS Lecturer: Prof. Dr. Dendy Sugono, PU Clues: Notes: Kapita Selekta Linguistik

Lebih terperinci

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN DESKRIPSI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR TENTANG WATAK ANGGOTA KELUARGA SKRIPSI

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN DESKRIPSI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR TENTANG WATAK ANGGOTA KELUARGA SKRIPSI ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN DESKRIPSI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR TENTANG WATAK ANGGOTA KELUARGA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia. Sumpah ini membuktikan bahwa berbangsa satu, bertanah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Bentuk Frasa Pada Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XII SMA Karangan Dawud DKK Penerbit : Erlangga 2004 oleh

Lebih terperinci

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA HUMANIORA Suhandano VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 70-76 KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA Suhandano* 1. Pengantar ahasa terdiri dari dua unsur utama, yaitu bentuk dan arti. Kedua unsur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kalimat Tunggal Bahasa jawa Siswa SLTP 2 Maos Cilacap (suatu Tinjauan Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis).

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kalimat Tunggal Bahasa jawa Siswa SLTP 2 Maos Cilacap (suatu Tinjauan Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis). 24 BAB II LANDASAN TEORI E. Penelitian yang Relevan 1. Kalimat Tunggal Bahasa jawa Siswa SLTP 2 Maos Cilacap (suatu Tinjauan Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis). Dari judul diketahui bahwa perbedaan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL ILMIAH MOMON PRATAMA NPM.

PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL ILMIAH MOMON PRATAMA NPM. PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL ILMIAH MOMON PRATAMA NPM. 09080103 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

5 Universitas Indonesia

5 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu penjelasan tentang teori Lexical Functional Grammar (subbab 2.1) dan penjelasan tentang struktur kalimat dalam bahasa Indonesia (subbab

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S )

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S ) RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S ) 1. Mata Kuliah : Bahasa Indonesia 2. SKS : 2 SKS 3. Semester : GANJIL 2014/2015 4. Program Studi :DESAIN INTERIOR 5. Dosen Pengampu : Dr.

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA PENELITIAN MINI MAHASISWA

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA PENELITIAN MINI MAHASISWA ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA PENELITIAN MINI MAHASISWA Eti Ramaniyar Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Pontianak, Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua

BAB II LANDASAN TEORI. Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian yang berjudul Pola Hubungan Peran Semantik dalam Kalimat Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifakasikan diri

Lebih terperinci

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS Sintaksis adalah bidang tataran linguistic yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi dan Objek Penelitian PENULIS PARSER Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian 14 Objek penelitian adalah objek yang akan digunakan untuk pengujian dan validasi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

RELASI FINAL DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA INDONESIA

RELASI FINAL DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA INDONESIA RELASI FINAL DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni

Lebih terperinci

Latihan untuk Modul 1, 2, dan 3

Latihan untuk Modul 1, 2, dan 3 Latihan untuk Modul 1, 2, dan 3 1. Penulisan tanda baca yang tidak benar terdapat dalam kalimat... (A) Banyak karyawan yang di-phk karena melakukan aksi unjuk rasa. (B) Pak Anwar, guru adik, akan pergi

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan

LANDASAN TEORI. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan 8 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sintaksis Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologis, sintaksis berarti menempatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA. Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik.

PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA. Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik. PERBANDINGAN GRAMATIKA TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA EDISI PERTAMA DAN EDISI KETIGA Miftahul Huda, S.Pd. SMA Kanjeng Sepuh, Gresik Abstract The language change could occur at all levels, both phonology,

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): Nama : Hengki Firmansyah Nim : 1402408324 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi

Lebih terperinci

KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI

KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI p-issn 2086-6356 e-issn 2614-3674 Vol. 8, No. 2, September 2017, Hal. 59-63 KESALAHAN PENULISAN KONJUNGTOR DALAM NOVEL GARIS WAKTU: SEBUAH PERJALANAN MENGHAPUS LUKA KARYA FIERSA BESARI Rahmad Hidayat 1,

Lebih terperinci

KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI

KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI Abstrak KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI Trismanto 1) Staf Pengajar Fakultas Bahasa dan Budaya Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Jalan Pemuda No. 70 Semarang 50132 Email : trismanto_tris@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap bangsa tentunya memiliki bahasa sebagai identitas, seperti Indonesia memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak hanya

Lebih terperinci

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT AS-SAJDAH

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT AS-SAJDAH RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT AS-SAJDAH SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Diajukan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR KALIMAT PADA SURAT PEMBACA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH SKRIPSI

ANALISIS STRUKTUR KALIMAT PADA SURAT PEMBACA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH SKRIPSI ANALISIS STRUKTUR KALIMAT PADA SURAT PEMBACA DI HARIAN KOMPAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH SKRIPSI Disusun Oleh : ADE NURUL ROSYIDA 0801055004 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini. Dalam masyarakat moderen, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian dari kehidupan

Lebih terperinci

Analisis Kontaminasi Bahasa Asing terhadap Bahasa Indonesia dalam Iklan Surat Kabar Tribun BATAM Tanggal 17 Januari serta 5 Februari 2015

Analisis Kontaminasi Bahasa Asing terhadap Bahasa Indonesia dalam Iklan Surat Kabar Tribun BATAM Tanggal 17 Januari serta 5 Februari 2015 Analisis Kontaminasi Bahasa Asing terhadap Bahasa Indonesia dalam Iklan Surat Kabar Tribun BATAM Tanggal 17 Januari serta 5 Februari 2015 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh PUTRA PRASETIYO NIM 100388201301 JURUSAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN SISWA KELAS V SDN SOROPADAN 108 LAWEYAN

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN SISWA KELAS V SDN SOROPADAN 108 LAWEYAN ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN SISWA KELAS V SDN SOROPADAN 108 LAWEYAN NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra,

Lebih terperinci

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h

Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok kata dalam kalimat dan menerangkan h BAHAN AJAR SINTAKSIS BAHASA INDONESIA (FRASA) 4 SKS Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI Apa itu sintaksis Sitindoan: Sintaksis ialah cabang dari tata bahasa yang mempelajari hubungan kata atau kelompok

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara

Lebih terperinci