3 METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3 METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran"

Transkripsi

1 3 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Petani hutan rakyat sebagai pemilik barang pribadi (private good) berupa hutan rakyat di dalam pengambilan keputusan pengelolaannya dipengaruhi suatu pendekatan asumsi. Pertama, bahwa siapapun dalam mengambil keputusan diasumsikan berfikiran rasional atau menggunakan logika konsekuensi (logic of consequentiality). Dia akan menyetujui terhadap sesuatu hal apabila mengandung konsekuensi manfaat bagi dirinya dan biasanya diukur berdasarkan materi, sehingga pendekatan ini disebut pendekatan pilihan rasional (rational choice). Kedua, bahwa siapapun yang dalam mengambil keputusan lebih mengutamakan logika kesesuaian (logic of appropriateness). Keputusan berdasarkan kepada manfaat, namun bukan manfaat berupa materi, bahkan di dalam hal tertentu ia dapat rugi secara materi tetapi merasa diuntungkan karena sesuai dengan kondisi yang dikehendaki, sehingga pendekatan ini disebut pendekatan normatif. Kebijakan legalitas kayu di hutan rakyat merupakan salah satu wujud kebijakan publik di ranah milik pribadi. Berdasarkan fakta yang telah dikemukakan pada pendahuluan, bahwa kebijakan tersebut telah menimbulkan kesenjangan antara teks dan praktek sosialnya. Maka di dalam penelitian ini dilakukan analisis kebijakan legalitas kayu di hutan rakyat tidak hanya secara teknis saja tetapi juga lebih ke arah prosesnya dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Di dalam pemahaman proses pembuatan kebijakan tersebut digunakan pendekatan diskursus/narasi kebijakan, politik/kepentingan, dan aktor/jaringan (Kelley & Scoones 2000; Sutton 1999; IDS 2006). Maka kerangka pendekatan penelitian ini secara skematik disajikan dalam Gambar 1.

2 20 Illegal Loging Illegal Trade POLICY PROCESS Discourse/ Narratives Politics/ Interests Actors/ Networks P.38/Menhut-II/2009 SVLK GAP Implementasi P.38/Menhut-II/2009 HUTAN RAKYAT Private Property: 1. Access Right 2. Withdrawal Right 3. Exclusion Right 4. Alienation Right Analisis Tipologi Hutan Rakyat Tersertifikasi Analisis Landasan Diskursif Penetapan Kebijakan Analisis Ruang dan Masa Depan Kebijakan REKOMENDASI Rumusan Kebijakan Legilitas Kayu Di Hutan Rakyat Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

3 21 Waktu dan Lokasi Penelitian Sejak bulan Desember 2010 sampai dengan bulan Oktober 2011 dilakukan penelitian pendahuluan untuk mengikuti proses implementasi P.38/Menhut- II/2009. Penelitian utama mulai dilakukan pada bulan November 2011 sampai Desember Pengamatan implementasi kebijakan legalitas kayu dilakukan pada di hutan rakyat yang dilakukan di 3 lokasi, yaitu Unit Manajemen Community Logging Giri Mukti Wana Tirta (Comlog GMWT) Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung, Unit Manajemen Koperasi Hutan Jaya Lestari (KHJL) Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara, dan Unit Manajemen Koperasi Serba Usaha Asosasi Pengrajin Industri Kecil (KSU APIK) Kabupaten Buleleng Provinsi Bali. Sedangkan sebagai pembanding sertifikasi mekanisme sukarela adalah Unit Manajemen Koperasi Wana Lestari Menoreh (KWLM) Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta. Selanjutnya pengamatan pada penelitian utama dilakukan penggalian informasi yang lebih spesifik dan mendalam terkait hutan rakyat, dengan informan kunci di Kemenhut. Selain itu dilakukan pula terhadap pihak-pihak yang terlibat di dalam proses perumusan kebijakan legalitas kayu khususnya untuk hutan rakyat yang dianggap memiliki pengaruh dalam menentukan arah perubahan kebijakan tersebut. Pengamatan implementasi kebijakan SVLK di hutan rakyat dilakukan dengan cara wawancara mendalam pada petani hutan rakyat di seluruh lokasi penelitian. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2, 3, 4, dan 5. Prosedur Data Data yang akan dikumpulkan sesuai tujuan yang ingin dicapai meliputi: a) data faktor-faktor penentu tipologi kesesuaian sertifikasi di hutan rakyat, b) data isi teks peraturan perundangan yang mengatur standar verifikasi legalitas kayu, dan c) data pandangan pembuat maupun pengguna kebijakan legalitas kayu. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Sumber data primer adalah responden, informan kunci dan objek pengamatan. Sumber data sekunder adalah dokumen peraturan perundangan, laporan dari

4 22 instansi terkait, pelaporan hasil penelitian, gambar, peta dan dokumen lainnya. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan informasi kepada pengumpul data, sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan informasi kepada pengumpul data, seperti halnya dokumen (Sugiyono 2010). Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data sesuai dengan kebutuhan studi adalah teknik observasi, wawancara tidak terstruktur, dan studi dokumen. Karena menurut Sitorus (1998) dengan memadukan sedikitnya tiga metode, yaitu observasi (pengamatan), wawancara, dan analisis dokumen, maka satu dan lain metode akan saling menutupi kelemahan sehingga tangkapan atas realitas sosial menjadi lebih valid. Teknik obervasi digunakan untuk mengetahui dan mempelajari secara langsung realitas sosial dan kondisi lingkungan. Menurut Nasution (1988) dalam Sugiyono (2010) observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui oservasi. Teknik wawancara mendalam digunakan untuk mengetahui aspek-aspek kualitatif secara lebih mendalam dan menyeluruh melalui tanya jawab secara tatap muka antara peneliti dan tineliti. Bungin (2005) menyatakan bahwa wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan temu muka baik menggunakan atau tanpa pedoman wawancara. Wawancara mendalam dikatakan sebagai percakapan dua arah dalam suasana kesetaraan, akrab, dan informal. Sasaran wawancara mendalam (interview) ini adalah informan kunci (key informant) yang memiliki kompetensi sesuai kajian, dalam hal ini adalah aktor-aktor terkait dalam kebijakan verifikasi legalitas kayu rakyat. Studi dokumen digunakan untuk mengumpulkan data yang ada kaitannya dengan penelitian dari dokumen-dokumen yang tersedia di kantor-kantor atau instansiinstansi yang ada kaitannya dengan penelitian. Kegiatan ini dilakukan terhadap berbagai peraturan perundangan, laporan instansi terkait, maupun dokumen lain seperti hasil-hasil penelitian (studi ) yang terkait, serta data dan informasi dari

5 23 Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian di Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung Gambar 3 Peta Lokasi Penelitian di Kecamatan Andolo, Baito, Lainea, Palangga Selatan, dan Palangga Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara

6 24 Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian di Kecamatan Gerokgak, Banjar, Sukasada, Buleleng, Sawan, dan Kubutambahan Kabupaten Buleleng Provinsi Bali Gambar 5 Peta Lokasi Penelitian di Kecamatan Girimulyo, Kalibawang, Nanggulan, dan Samigaluh Kabupaten Kulonprogo Provinsi DI Yogyakarta

7 25 sumber lainnya. Menurut Sugiyono (2010), dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu, dapat berbentuk tulisan, gambar atau karya monumental dari seseorang. Peraturan atau kebijakan dapat dikategorikan sebagai dokumen berbentuk tulisan. Teknik penentuan informan kunci Responden ditentukan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel yang dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2010; Bungin 2005). Informan kunci (key informan) ditentukan dengan menggunakan teknik snowball sampling, di mana penentuan sampel informan kunci dimulai dari orang yang memiliki pemahaman yang memadai tentang masalah yang dikaji, selanjutnya satu orang tersebut diminta untuk memilih seseorang atau temannya untuk dijadikan informan kunci berikutnya. Analisis tipologi hutan rakyat Secara umum, perkembangan hutan rakyat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor alam dan manusia. Faktor alam sangat ditentukan oleh aspek biofisik dari suatu wilayah. Sedangkan faktor manusia sangat ditentukan oleh aktivitas manusia, dalam hal ini aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan. Pengamatan faktor-faktor dominan sertifikasi di hutan rakyat tersebut maka dibuat model tipologi hutan rakyat, dan selanjutnya dibangun pemodelan spasialnya. Kebijakan legalitas kayu yang diturunkan dalam bentuk instrumen sertifikasi, diharapkan dapat menciptakan nilai-nilai baru dari pengelolaan hutan maupun industri perkayuan di Indonesia. Penerapan sertifikasi tersebut perlu dianalisis terhadap kesesuaian dari hutan rakyat. Analisis diawali dengan indentifikasi faktor-faktor yang menentukan tipologi kesesuaian sertifikasi di hutan rakyat. Faktor-faktor tersebut disajikan pada tabel di bawah ini.

8 26 Tabel 1 Faktor dan su-faktor penentu tipologi hutan rakyat FAKTOR SUB-FAKTOR VERIFIER KETERANGAN Biofisik Kelerengan Lahan 0-8% Datar 8-15% Landai 15-25% Agak Curam 25-40% Curam >40% Sangat Curam Penggunaan Lahan Sawah Rendah Pekarangan Sedang Pertanian lahan kering Tinggi Pembentukan Lokal Tidak terbentuk Harga Pasar berbeda pulau Kurang terbentuk satu pulau Terbentuk Sosial Ekonomi Pendapatan Pra KS Rendah KS Tinggi Kepadatan Penduduk >600 jw/km2 Sangat Rendah jw/km2 Rendah jw/km2 Cukup tinggi jw/km2 Tinggi 1-50 jw/km2 Sangat Tinggi Kelembagaan Kapasitas Organisasi Tidak berfungsi Lemah Berfungsi Kuat Pola Pemanenan Tebang butuh Tegakan tinggal rendah Tebang tunda Tegakan tinggal tinggi Faktor-faktor dominan yang menentukan tipologi tersebut dianalisis melalui pendekatan AHP (Analytical Hierarchy Process) (Saaty 1988). Pendekatan AHP ini berbasis pada expertises judgement, maka pemilihan informan ditujukan kepada informan yang benar-benar mengetahui permasalahan pengelolaan hutan rakyat tersertifikasi di lokasi tersebut. Informan diperoleh dengan teknik snow ball. Perangkat lunak yang digunakan untuk menganalisis proses AHP dalam penelitian ini adalah Expert Choice. Proses AHP diawali dengan tahap: 1) melakukan penyusunan hirarki keputusan dengan melakukan dekomposisi permasalahan menjadi hirarki suatu elemen yang saling terkait; 2) melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) untuk menghasilkan input data; 3) melakukan sintesis terhadap hasil evaluasi dan melakukan estimasi bobot relatif, dan 4) menentukan agregasi dari

9 27 bobot relatif dari suatu keputusan untuk mendapatkan suatu set proporsi dari suatu alternatif keputusan. Prinsip penilaian dalam AHP adalah membandingkan secara berpasangan tingkat kepentingan faktor satu dengan faktor lainnya yang berada pada satu tingkat berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut dapat berdasarkan pertimbangan literatur maupun fakta yang ditemui di lapangan. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, maka akan diperoleh total skor faktor penentu tipologi hutan rakyat tersertifikasi. Berikut ini adalah persamaannya: F = n i= 1 ( w i. f i ) Keterangan: F = skor total w i = bobot sub-faktor fi = skor sub-faktor ke-i Berdasarkan skor total dari seluruh lokasi penelitian, maka akan dibangun 3 kelas tipologi. Pembagian kelas berdasarkan prinsip bagi habis disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Kelas kesesuaian sertifikasi di hutan rakyat Kelas Kriteria Interval I Tidak sesuai XX MMMMMM ss. dd XX MMMMMM + XX MMMMMM XX MMMMMM KKKKKKKKKK II Kurang sesuai XX MMMMMM ss. dd XX MMMMMM + XX MMMMMM XXMMMMMM KKKKKKKKKK III Sesuai XX MMMMMM ss. dd XX MMMMMM + XX MMMMMM XXMMMMMM KKKKKKKKKK Analisis landasan diskursif penetapan kebijakan legalitas kayu di hutan rakyat Landasan diskursif penetapan kebijakan legalitas kayu di hutan rakyat berikut pengaruh-pengaruhnya diperoleh melalui analisis proses pembuatan kebijakan (IDS 2006). Analisis proses pembuatan kebijakan dengan pendekatan Institute of Development Studies (IDS) menjembatani antara teks sebagai legal formal dengan fakta sebagai interaksi sosialnya. Faktor-faktor yang

10 28 mempengaruhi kebijakan legalitas kayu di hutan rakyat akan diteliti berdasarkan narasi kebijakan, diskursus, aktor, jaringan, politik, dan kepentingan. Faktorfaktor tersebut dikelompokkan ke dalam tiga tema yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu: 1. Narasi kebijakan dan diskursus Narasi kebijakan merupakan gambaran sebuah cerita yang memiliki awal, tengah dan akhir dalam menguraikan peristiwa tertentu yang mempengaruhi perubahan-perubahan kebijakan. Sedangkan diskursus merupakan tatanan kerangka fikir yang mengkonstruksikan realita sosial dalam sebuah konteks tertentu, dapat berupa aliran pemikiran yang dominan maupun sebaliknya. Sebuah narasi dapat menjadi bagian dari diskursus jika menggambarkan cerita tertentu yang sejalan dengan nilai-nilai yang lebih luas dan prioritas. 2. Aktor dan jaringan Jaringan, koalisi dan aliansi aktor-aktor (individu dan institusi) dengan visi yang sama, keyakinan serupa, kode etik dan kesamaan perilaku sangat penting dalam menyebarkan dan mempertahankan narasi melalui pembujukan publik dan pengaruh seperti jurnal, konferensi, pendidikan atau cara-cara informal. Proses negosiasi dan tawar-menawar di antara kelompok kepentingan yang saling berkompetisi berperan penting dalam pembuatan kebijakan. 3. Politik dan kepentingan Proses kebijakan dipengaruhi oleh sejumlah kepentingan kelompok yang menggunakan kekuatan dan kewenangannya atas pembuatan kebijakan. Hal ini mempengaruhi setiap tahapan proses, dari pembentukan agenda, hingga identifikasi alternatif, pembobotan dan pemilihan opsi yang paling menguntungkan serta implementasinya. Kepentingan aktor dalam kebijakan berasal dari instansi pemerintah, organisasi donor dan independent expert. Di dalam mengoperasionalkan ketiga tema tersebut di atas, maka dilakukan analisis diskursus, analisis stakeholder, dan analisis asumsi. Analisis diskursus dilakukan terhadap diskursus sebagai teks (text), bingkai (frame), dan praktek sosial (social practices) (Arts & Buizer 2009).

11 29 Analisis diskursus sebagai bingkai dilakukan untuk mengungkap makna kata-kata dan teks. Penggunaan bahasa tidak lagi menjadi fokus perhatian, tetapi yang diutamakan adalah bingkai makna sebagai medium penggunaan bahasa. Kontroversi narasi kebijakan dilihat dari bingkai yang saling bertentangan. Menurut Eriyanto (2002), analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok) dibingkai oleh teks. Melalui analisis framing akan dapat diketahui siapa yang mengendalikan siapa, siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan, siapa yang membentuk dan siapa dibentuk dan seterusnya. Berdasarkan pemahaman mengenai konsep pembingkaian di atas, kemudian dilakukan analisis isi (content analysis) yang diawali dengan pemilahan dengan menyeleksi teks yang masuk kategori unit penelitian ini. Setelah dilakukan pemilihan teks berupa berita dari media massa, artikel, peraturan, jurnal, laporan dan buku, kemudian dilakukan interpretasi dan pemberian makna. Analisis diskursus sebagai praktek sosial dilakukan untuk melihat hubungan diskursus dengan praktek. Bagaimana narasi kebijakan proses perumusan kebijakan legalitas kayu rakyat dibentuk, bagaimana pertentangan antar narasi kebijakan yang berkembang, apa penyelesaian dari pertentangan narasi kebijakan tersebut, siapa aktor yang memainkan peran dominan dan apa kepentingannya. Analisis Pemangku Kepentingan. Proses pembuatan kebijakan tidak dapat dihindari dari aktivitas politik. Berbagai pihak dapat mempengaruhi maupun dipengaruhi untuk mencapai tujuannya. Pihak-pihak tersebut lazim disebut sebagai pemangku kepentingan dan perlu difahami siapa yang dipengaruhi oleh keputusan dan tindakan apa yang mereka ambil, serta siapa yang memiliki kekuatan untuk hasil keputusan mereka (Freeman 2010; Mitchell et al. 1997). Di dalam proses pembuatan kebijakan legalitas kayu di hutan rakyat terdapat aktor-aktor yang berperan dalam membuat kebijakan tersebut. Metode yang paling populer untuk menganalisis aktor yang terlibat adalah metode yang dikenal sebagai analisis pemangku kepentingan (Bryson 2004). Pengamatan partisipasi pemangku kepentingan di dalam proses pembuatan kebijakan legalitas kayu di hutan rakyat dilakukan dengan cara analisis pemangku kepentingan.

12 30 Analisis ini tujuan untuk memahami beragam kepentingan pemangku kepentingan (Friedman & Miles 2004). Analisis yang digunakan berupa modifikasi analisis pemangku kepentingan ODA (1995), Reitbergen et al. (1998), dan Mayer (2005), yaitu dengan tahapan sebagai berikut: 1. Menyusun tabel pemangku kepentingan, meliputi: a) mengidentifikasi dan membuat daftar pemangku kepentingan potensial; b) mengkategorisasinya ke dalam kelompok pemangku kepentingan kunci, pemangku kepentingan utama, pemangku kepentingan pendukung, c) mengidentifikasi kepentingan mereka (baik yang terang-terangan dan tersembunyi) terkaitan tujuan dan masalah yang sedang ditanganinya. perlu diperhatikan bahwa masingmasing pemangku kepentingan mungkin memiliki beberapa kepentingan. 2. Menilai kepentingan masing-masing pemangku kepentingan, yang ditunjukkan oleh keterlibatan aktif pemangku kepentingan tersebut untuk mencapai keberhasilan proses pembuatan kebijakan legalitas kayu di hutan rakyat (Jika kepentingan positif dinilai tinggi, jika negatif dinilai rendah, atau tidak diketahui). 3. Menilai pengaruh yang lebih menunjukkan pada tingkat kekuasaan yang dimiliki pemangku kepentingan terhadap berjalannya proses pembuatan kebijakan legalitas kayu di hutan rakyat (semakin berwenang mengambil keputusan kebijakan bernilai tinggi, semakin jauh dari kewenangan bernilai rendah). 4. Mengindentifikasi asumsi yang mempengaruhi proses pembuatan kebijakan legalitas kayu di hutan rakyat. 5. Melakukan analisis kinerja 4Rs (rights, responsibilities, revenues, relationships). Analisis 4Rs tersebut dibagi ke dalam 2 komponen, yaitu analisis keseimbangan 3Rs (rights, responsibilities, revenues) diantara seluruh pemangku kepentingan, kemudian melakukan analisis hubungan (Relationships) antar pemangku kepentingan (R ke-4). Diawali dengan cara: a) Melakukan observasi pada lokasi penelitian untuk mengetahui latar belakang daerah tersebut baik dari secara sosial, ekonomi, budaya, faktor-faktor sejarah, perbedaan geografis, konteks politik, hukum dan fiskal;

5 TIPOLOGI KESESUAIAN SERTIFIKASI DI HUTAN RAKYAT

5 TIPOLOGI KESESUAIAN SERTIFIKASI DI HUTAN RAKYAT 5 TIPOLOGI KESESUAIAN SERTIFIKASI DI HUTAN RAKYAT Sertifikasi di Hutan Rakyat Permenhut P. 38/Menhut-II/2009 merupakan salah satu pedoman SVLK pada pemegang izin maupun pada hutan rakyat, dimana mulai

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Community Logging Giri Mukti Wana Tirta (KGMWT) Letak dan luas Unit manajemen Community Logging Koperasi Giri Mukti Wana Tirta (Comlog GMWT) berlokasi di Jalan Raya Payung

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan hak atau sering disebut sebagai hutan rakyat yang merupakan lahan milik dengan hasil utama berupa kayu merupakan barang milik pribadi (private good) dari petani hutan

Lebih terperinci

TINJAUAN KRITIS KEBIJAKAN LEGALITAS KAYU DI HUTAN RAKYAT

TINJAUAN KRITIS KEBIJAKAN LEGALITAS KAYU DI HUTAN RAKYAT TINJAUAN KRITIS KEBIJAKAN LEGALITAS KAYU DI HUTAN RAKYAT (Kasus di Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung, Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara, Buleleng Provinsi Bali, dan Kulonprogo Provinsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif (survey). Pendekatan kualitatif menekankan pada proses-proses

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN.. xix

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN.. xix DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL........ xvi DAFTAR GAMBAR........ xvii DAFTAR LAMPIRAN.. xix I. PENDAHULUAN.... 1 1.1 Latar Belakang. 1 1.2 Rumusan Masalah. 4 1.3 Tujuan Penelitian... 4 1.4 Manfaat Penelitian....

Lebih terperinci

VIII. PRIORITAS KEBIJAKAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI INDONESIA

VIII. PRIORITAS KEBIJAKAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI INDONESIA 114 VIII. PRIORITAS KEBIJAKAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI INDONESIA 8.1. Pendahuluan Upaya pemberantasan IL yang dilakukan selama ini belum memberikan efek jera terhadap pelaku IL dan jaringannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan pendekatan kualitatif mampu memberikan pemahaman secara mendalam tentang suatu

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. Tipe Kajian

METODE KAJIAN. Tipe Kajian METODE KAJIAN Tipe Kajian Tipe kajian dalam rancangan ini adalah Evaluasi sumatif yaitu menentukan efektivitas tindakan dan intervensi manusia (program, kebijakan, dan lain-lain); penilaian dan perumusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pengumpulan Data Penelitian dilakukan di PT. Sarmiento Parakantja Timber (PT. SARPATIM), Kalimantan Tengah pada pertengahan bulan Maret sampai dengan April

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis yaitu penelitian dimaksudkan untuk menggambarkan atau menerangkan suatu fenomena sosial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembalakan liar di Indonesia dianggap sebagai salah satu pendorong

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembalakan liar di Indonesia dianggap sebagai salah satu pendorong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembalakan liar di Indonesia dianggap sebagai salah satu pendorong deforestasi dan degradasi, yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati, peningkatan emisi iklim,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sub DAS Keduang, daerah hulu DAS Bengawan Solo, dengan mengambil lokasi di sembilan Desa di Kabupaten Wonogiri yang menjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. organisasi dalam badan sosial tersebut. cukup untuk diolah, maka peneliti akan memperpanjang waktu.

BAB III METODE PENELITIAN. organisasi dalam badan sosial tersebut. cukup untuk diolah, maka peneliti akan memperpanjang waktu. BAB III METODE PENELITIAN D. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Badan Sosial Mardiwuto, Yayasan dr. Yap Prawirohusodo, Yogyakarta. Peneliti mengambil lokasi tersebut karena di tempat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten IV. METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis, Sifat, Lokasi, dan Waktu Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Adapun bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan bentuk kualitatif

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS 22 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 200 - Juni 200 di DAS Cisadane Hulu, di lima Kecamatan yaitu Kecamatan Tamansari, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di Provinsi Lampung yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung,

Lebih terperinci

Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian.

Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian. BAB III METODA PENELITIAN 3.. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Agustus 20. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Luwu, di 7 (tujuh) kecamatan yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik,

Lebih terperinci

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 1) Miskin sekali: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun lebih rendah 75% dari total pengeluaran 9 bahan pokok 2) Miskin: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun berkisar antara 75-125%

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desa Mungseng sebagai tempat penelitian karena desa Mungseng merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. desa Mungseng sebagai tempat penelitian karena desa Mungseng merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di desa Mungseng yang berada di wilayah Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, 98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tlogowungu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Peneliti melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Tlogowungu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Peneliti melakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Suwatu Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Peneliti melakukan penelitian di tempat

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pendekatan Konsep yang diajukan dalam penelitian ini adalah konsep pengelolaan wilayah pesisir terpadu secara partisipatif dengan melibatkan seluruh stakeholders yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut:

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap Negara tidak mampu untuk memproduksi suatu barang atau jasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap Negara tidak mampu untuk memproduksi suatu barang atau jasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap Negara tidak mampu untuk memproduksi suatu barang atau jasa untuk penduduknya sendiri. Diperlukan adanya pemasok, baik bahan baku maupun bahan pendukung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. 43 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2008) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Jenis Penelitian Berdasarkan tujuan dalam memperoleh data, jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualiatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena sedalam-dalamnmya melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metodologi artinya pengetahuan tentang berbagai cara kerja yang disesuaikan

BAB III METODE PENELITIAN. Metodologi artinya pengetahuan tentang berbagai cara kerja yang disesuaikan BAB III METODE PENELITIAN Metodologi artinya pengetahuan tentang berbagai cara kerja yang disesuaikan dengan objek studi ilmu yang bersangkutan. Dengan kata lain metodologi itu menjelaskan tata cara dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Industri Cilegon yang meliputi Anyer (perbatasan kota Cilegon-Kabupaten Serang), Merak, dan Cilegon, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) terhadap sebuah isu atau peristiwa melalui berita atau opini yang diterbitkannya. Praktik pembingkaian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantungan dengan orang-orang

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantungan dengan orang-orang 35 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Krik and Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data 13 3 METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi wilayah Kabupaten yang mencakup 10 kecamatan. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 6 bulan yaitu dari bulan Mei sampai Oktober

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 37 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan pasca penambangan nikel pada lahan konsesi PT. Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan Nikel Daerah Operasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Selo Ngisor dan Dusun Kaliduren yang terletak di Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Lokasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemilihan Supplier Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan kegiatan strategis terutama apabila supplier tersebut memasok item yang kritis atau akan digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah agar penelitian sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Langkah-langkah dalam

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 37 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan produk merupakan hal yang sangat penting bagi setiap perusahaan. Tahapan awal dari pengembangan produk adalah mengidentifikasi keinginan

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. Tipe Dan Aras Kajian. Tipe Kajian

METODE KAJIAN. Tipe Dan Aras Kajian. Tipe Kajian METODE KAJIAN Tipe Dan Aras Kajian Tipe Kajian Tipe kajian dalam kajian ini adalah tipe evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif yaitu menentukan efektivitas tindakan dan intervensi manusia (program, kebijakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan untuk menelusuri lebih jauh alur sejarah desa, pola pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam BAB III METODOLOGI Metodologi merupakan kumpulan prosedur atau metode yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian. Menurut Mulyana (2001, p114), Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 1994) mendefinisikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode kualitatif menurut Sugiono (2011:7) adalah proses penelitian dan

III. METODE PENELITIAN. Metode kualitatif menurut Sugiono (2011:7) adalah proses penelitian dan III. METODE PENELITIAN A. Tipe dan Jenis Penelitian Metode kualitatif menurut Sugiono (2011:7) adalah proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu karena dengan berbahasa kita dapat menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran untuk diucapkan dan tersampaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8 8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif. Menurut Meleong (2004: 26), penelitian kualitatif adalah penelitian

METODE PENELITIAN. deskriptif. Menurut Meleong (2004: 26), penelitian kualitatif adalah penelitian 37 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Meleong (2004: 26), penelitian kualitatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif, BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode untuk penyusunan perencanaan partisipatif berbasis kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif, yaitu suatu metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengembangkan atau memvaliditasi produk-produk yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengembangkan atau memvaliditasi produk-produk yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sugiyono dalam bukunya metode kuantitatif kualitatif dan R & D, menyatakan bahwa penelitian merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. instrumen penelitian dan prosedur analisis data dan metode verifikasi data.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. instrumen penelitian dan prosedur analisis data dan metode verifikasi data. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab metode penelitian ini menyajikan tentang jenis dan metode penelitian, objek penelitian, unit analisis, unit pengamatan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah dan judul penelitian yang didukung dengan suatu kajian pustaka. Hal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah dan judul penelitian yang didukung dengan suatu kajian pustaka. Hal BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Proses Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan pengamatan dilapangan, merumuskan masalah dan judul penelitian yang didukung dengan suatu kajian pustaka. Hal tersebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor mulai Desember 2010 Maret 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan. suatu kegiatan yang bersifat spekulatif (Ruslan, 2003: 206).

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan. suatu kegiatan yang bersifat spekulatif (Ruslan, 2003: 206). tanggungjawab sosial perusahaan dalam bentuk tulisan. Untuk penulisan ini juga dilakukan strategi by supplying good copy agar hasil penulisan layak untuk dimuat di dalam media cetak. BAB III METODE PENELITIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih penelitian ini III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih penelitian ini karena penelitian kualitatif bersifat menyeluruh (holistic), dinamis dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada umumnya mempunyai corak atau cirinya sendiri yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memilikinya,melainkan juga penting bagi masyarakat dunia.

BAB I PENDAHULUAN. memilikinya,melainkan juga penting bagi masyarakat dunia. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hutan memiliki arti penting bagi negara. Kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mencerminkan potensi ekonomi yang besar dan strategis bagi pembangunan nasional. Kekayaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 11 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian dilakukan dalam usaha untuk memperoleh data yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Menurut Basrowi (2008:15), penelitian

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi

BAB III METODE PENELITIAN. hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi 60 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pelaksanaan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif denganmetode studi kasus. Nasution (2003: 5) menyatakan bahwa: Penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Konsep dan Variabel Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Konsep dan Variabel Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Konsep dan Variabel Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode

Lebih terperinci

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai 45 METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Semakin ketatnya persaingan produk agroindustri pangan merupakan tantangan bagi industri dalam memenuhi harapan konsumen, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya.

BAB II METODE PENELITIAN. saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya. BAB II METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif menurut Hamidi (2005:14) lebih

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif menurut Hamidi (2005:14) lebih BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif menurut Hamidi (2005:14) lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Penelitian tentang volunterisme pemuda kota dalam KOPHI (Koalisi Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode penelitian kualitatif

Lebih terperinci

PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Temanggung ) RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. wawancara. Adapun teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tersruktur (structured

BAB III METODE PENELITIAN. wawancara. Adapun teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tersruktur (structured BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif eksploratif dengan metode survei dan teknik wawancara. Adapun teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Sistem pengetahuan dan sistem mata pencaharian hidup merupakan bagian dari unsur pokok kebudayaan universal. Koentjaraningrat (2002) menjelaskan tujuh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

III. METODE PENELITIAN. data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan ( fieldresearch),

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan ( fieldresearch), 91 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan ( fieldresearch), yang menggunakan pendekatan kualitatif, yakni sebuah penelitian yang cenderung bersifat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Metode Penelitian Untuk memperoleh data dari sebuah penelitian, diperlukan suatu metode penelitian. Menurut Arikunto (2006, hlm. 26) Metode Penelitian adalah cara yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL LAUT ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL LAUT ABSTRAK PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL LAUT Nurul Hudaningsi 1), Nurhadi Siswanto 2) dan Sri Gunani Partiwi 3) 1) Program Studi Teknik Industri, Pascasarjana Teknik Industri,

Lebih terperinci

PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, P ISSN X - E ISSN

PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, P ISSN X - E ISSN PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, 136-142 2016 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973 KETIMPANGAN SPASIAL PERKOTAAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER Ratih Yuliandhari 1, Agam Marsoyo 2, M Sani Royschansyah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. postpositivisme (realitas dipandang sebagai sesuatu yang konkrit, dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. postpositivisme (realitas dipandang sebagai sesuatu yang konkrit, dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dengan menginterpretasikan data kualitatif. Menurut Ronny Kountur (2003:105),

METODE PENELITIAN. dengan menginterpretasikan data kualitatif. Menurut Ronny Kountur (2003:105), III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh penulis adalah tipe penelitian deskriptif dengan menginterpretasikan data kualitatif. Menurut Ronny Kountur (2003:105), penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan di 51 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan di dalam melakukan penelitian. Sebagaimana metode penelitian dibutuhkan oleh peneliti untuk tahapan di dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Galuga dan sekitarnya, Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. Jenis Pendekatan Metode yang digunakan dalam penelitian tentang efek informasi Tabloid PULSA ini adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2005), metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian diskriptif kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Alokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lembaga Sosial Masyarakat Rumah Hebat Indonesia yang terletak di Rejosari RT 03 RW 15 Ngemplak, Gilingan, Banjarsari,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Timor Tengah Selatan dirancang sebagai penelitian cultural studies

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Timor Tengah Selatan dirancang sebagai penelitian cultural studies 62 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Kajian tentang hegemoni dan kontra hegemoni penguasaan cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan dirancang sebagai penelitian cultural studies (kajian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling

BAB III METODE PENELITIAN. sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yakni menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.

Lebih terperinci

METODE KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian

METODE KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian Tipe kajian yang digunakan dalam kajian ini adalah tipologi Kajian Deskripsi. Menurut Sitorus dan Agusta (2004) kajian deskripsi merupakan kajian yang mendokumentasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian dan Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sebagai awalan dalam bahasan ini, terlebih dahulu akan diulas tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pengenalan Bab Dalam bab ini peneliti membahas mengenai metode penelitian yang dilakukan dalam melakukan penelitian, yaitu meliputi jenis penelitian, fokus penelitian, sumber

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tahun, sebagian besar akibat kegiatan perambahan ilegal, sisanya karena

TINJAUAN PUSTAKA. tahun, sebagian besar akibat kegiatan perambahan ilegal, sisanya karena 4 TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Penutupan Lahan di Sumatera Utara Sekitar 100.000 Ha hutan di Sumatera Utara diperkirakan rusak setiap tahun, sebagian besar akibat kegiatan perambahan ilegal, sisanya karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat deskriktif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat deskriktif 56 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat deskriktif kualitatif karena berusaha menjelaskan bagaimana peran keberartian dan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilakukan untuk menunjang dan mendorong berkembangnya pembangunan daerah. Di samping itu, pembangunan daerah juga ditingkatkan untuk memperkokoh

Lebih terperinci