BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilakukan untuk menunjang dan mendorong berkembangnya pembangunan daerah. Di samping itu, pembangunan daerah juga ditingkatkan untuk memperkokoh pembangunan nasional dan menciptakan struktur perekonomian nasional yang mantap dan dinamis (Adisasmita, 2013). Dalam hal ini, baik pembangunan nasional maupun pembangunan wilayah diharapkan dapat bersinergi sehingga dapat mencapai pertumbuhan ekonomi wilayah dan pertumbuhan ekonomi nasional yang terus meningkat setiap tahunnya. Sehingga akan berdampak pada pencapaian keberhasilan pembangunan nasional dan daerah secara menyeluruh. Adisasmita (2013) menambahkan bahwa dalam hubungan analisis optimalitas (efesiensi) dengan perkembangan wilayah, masing masing wilayah memiliki karakteristik fisik, sosial dan ekonomi yang berbeda beda satu sama lainnya. Oleh karena itu dalam pembangunan di setiap wilayah harus disesuaikan dengan potensi dan kondisi yang dimilikinya, dengan demikian diharapkan akan mencapai keberhasilan pembangunan yang diharapkan. Hal tersebut kemudian didukung dengan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah yang menuntut pemerintah daerah untuk melaksanakan desentralisasi dan memacu pertumbuhan ekonomi. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sebagaimana dimaksudkan dari tujuan penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah. Disamping itu konsekuensi diberlakukan peraturan ini adalah adanya pelimpahan kewenangan dan pembiayaan kepada pemerintah daerah yang sebelumnya merupakan tanggung jawab pemerintah pusat. Kewenangan yang dimaksud adalah mencakup seluruh bidang 1

2 pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, agama, serta moneter dan fiskal. Kewenangan pembiayaannya, yaitu daerah dapat menggali sekaligus menikmati sumber-sumber potensi ekonomi, serta sumber daya alamnya tanpa ada intervensi terlalu jauh dari pemerintah pusat. Hal ini akan mempengaruhi perekonomian daerah yang pada akhirnya akan berdampak pada terciptanya peningkatan pembangunan daerah (Fachrurrazy, 2009). Dengan adanya prinsip desentralisasi dan otonomi daerah tersebut, Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui pemerintah daerah diberikan wewenang untuk mengatur dan mengelola sendiri pembangunan wilayahnya. Keberhasilan pembangunan tersebut kemudian dapat diukur melalui pertumbuhan ekonomi wilayah yang deperoleh dari peningkatan output agregat (barang dan jasa) yang dinyatakan dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Berikut adalah PDRB Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam koridor pembangunan ekonomi Bali Nusa Tenggara. Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan (2000) Provinsi NTT, Provinsi NTB dan Provinsi Bali tahun (miliar) Tahun Provinsi NTT Provinsi NTB Provinsi Bali ,537 14,928 19, ,867 15,184 21, ,369 15,604 22, ,902 16,369 24, ,430 16,832 25, ,921 18,874 27, ,547 20,073 28, ,523 19,440 30, *) 13,972 19,221 32, **) 14,746 20,417 34,788 Rata-rata 11,881 17,694 26,810 *) : Angka sementara, **) : Angka sangat sementara Sumber: BPS NTT dalam ViewTab3, BPS Bali dalam BPS NTB dalam dan olahan penulis,

3 Berdasarkan tabel diatas terlihat jelas bahwa dalam koridor Bali Nusa Tenggara, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang sangat rendah dibandingkan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Bali. Hal ini ditunjukan dengan nilai PDRB NTT selalu berada pada urutan terendah setiap tahunnya dibandingkan dengan kedua provinsi lainnya. Rata rata nilai PDRB NTT pada tahun hanya sebesar Rp miliar, sedangkan Provinsi NTB Rp miliar dan Provinsi Bali Rp miliar. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT, Provinsi NTB, Provinsi Bali dan Nasional tahun (%) Tahun Provinsi NTT Provinsi NTB Provinsi Bali Nasional *) **) Rata-rata *) : Angka sementara, **) : Angka sangat sementara Sumber: BPS NTT dalam ViewTab3, BPS Bali dalam BPS NTB dalam dan olahan penulis, 2015 Selain itu jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa rata rata laju pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT tahun masih tertinggal jauh dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali maupun Nasional. Rata rata pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT adalah 4,96%, lebih tinggi 1,34% dibandingkan dengan Provinsi NTB. Namun rata rata laju pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT lebih rendah dibandingkan dengan Provinsi Bali 5,90% dan Nasional 5,88%. 3

4 Hal ini menunjukkan bahwa sejauh ini pembangunan wilayah yang ditinjau melalui pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih tertinggal cukup jauh. Oleh karena itu hal ini perlu menjadi perhatian khusus oleh pemerintah daerah setempat untuk ditangani, melalui perumusan dan penentuan kebijakan yang tepat. Sehingga dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi agar sejajar dengan wilayah wilayah lainnya di Indonesia bahkan menjadi lebih tinggi. Provinsi NTT terdiri dari 21 kabupaten dan 1 kota. Sebagai wilayah kepulauan, masing masing wilayah kabupaten dan kota pada dasarnya memiliki karakter fisik, sosial, dan ekonomi serta potensi wilayah yang berbeda beda. Hal ini kemudian akan memberikan dampak terhadap perumusan strategi pembangunan wilayah yang berbeda beda pula, yang pada akhirnya akan secara langsung berdampak pada PDRB dan pertumbuhan ekonomi pada masing masing wilayah tersebut. Berikut adalah rata rata PDRB dan pertumbuhan ekonomi 21 kabupaten dan 1 kota di Provinsi NTT. Tabel 1.3 Rata Rata PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan (2000) Kabupaten dan Kota di Provinsi NTT Tahun No. Wilayah PDRB (miliar) Pertumbuhan Ekonomi (%) 1. Kab. Sumba Barat Kab. Sumba Timur Kab. Kupang 1, Kab. Timor Tengah Selatan Kab. Timor Tengah Utara Kab. Belu Kab. Alor Kab. Lembata Kab. Flores Timur Kab. Sikka Kab. Ende Kab. Ngada Kab. Manggarai Kab. Rote Ndao Kab. Manggarai Barat bersambung... 4

5 lanjutan Kab. Sumba Tengah Kab. Sumba Barat Daya Kab. Nagekeo Kab. Manggarai Timur Kab. Sabu Raijua Kab. Malaka Kota Kupang 2, Provinsi NTT 13, Sumber: BPS NTT dalam ViewTab3, dan olahan penulis, 2015 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa wilayah dengan nilai PDRB tertinggi adalah Kota Kupang Rp2.489 miliar dan disusul oleh Kabupaten Kupang Rp1.060 miliar. Hal ini disebabkan oleh keberadaan Kabupaten Kupang sebagai satu satunya wilayah kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan konsentrasi segala aktivitas jasa, perdagangan, dan pemerintahan sehingga memiliki daya tarik sendiri yang kemudian berdampak pada peningkatan PDRB. Begitu juga dengan Kabupaten Kupang, sebagai wilayah yang secara administratif berbatasan langsung dengan Kota Kupang, wilayah ini memperoleh keuntungan lokasi yang memberikan pengaruh positif terhadap pendapatan wilayah akibat kedekatan wilayah secara administratif. Sedangkan wilayah dengan nilai PDRB terendah adalah Kabupaten Sabu Raijua Rp160 miliar. Hal ini bisa disebabkan oleh letak wilayah yang berada pada pulau terpencil dan berada jauh dari wilayah wilayah lainnya di Provinsi NTT. Sehingga hal ini menjadi kandala dan tantangan sendiri bagi wilayah ini untuk dikembangkan. Namun dengan mengoptimalkan semua potensi wilayah yang ada diharapkan wilayah wilayah yang memiliki pendapatan yang masih dikategorikan rendah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah mereka masing masing. Kemudian jika dilihat dari rata rata pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di Provinsi NTT hanya terdapat 4 kabupaten dan 1 kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup baik jika dibandingkan dengan rata rata pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT yaitu Kab. Sumba Barat, Kab. Ngada, Kab. Sumba Barat Daya, Kab. Sabu Raijua dan Kota Kupang. Sedangkan 17 kabupaten 5

6 lainnya masih memiliki pertumbuhan ekonomi yang rendah. Sehingga hal ini menjadi tugas yang penting bagi pemerintah daerah setempat untuk mengoptimalkan semua potensi wilayah yang ada sehingga dapat membantu meningkatkan PDRB dan pertumbuhan ekonomi wilayahnya. Dengan melihat fakta fakta tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait prioritas pembangunan wilayah di Provinsi NTT dengan basis sektor unggulan masing masing wilayah kabupaten dan kota sebagai strategi untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi PDRB wilayah melalui optimalisasi pemanfaatan potensi wilayah yang ada. Dengan demikian diharapkan pembangunan di Provinsi NTT tidak tertinggal jauh dibandingkan dengan wilayah wilayah lainnya di Indonesia. Selain itu untuk mensinergikan kepentingan masing masing kabupaten dan kota pada dasarnya diperlukan satu dokumen produk penataan ruang yang bisa dijadikan pedoman untuk menangani berbagai masalah lokal, lintas wilayah, dan yang mampu memperkecil kesenjangan antar wilayah yang disusun dengan mengutamakan peran masyarakat secara intensif. Sehingga produk penataan ruang tersebut yang tertuang dalam berbagai jenis kebijakan baik nasional dan derah dapat menjadi dasar pengembangan wilayah. Kemudian dalam penelitian ini perlu dilakukan pengkajian untuk mengavaluasi relevansi kebijakan kebijakan penataan ruang yang ada untuk mengetahui kesesuaian penentuan arahan pembangunan di Provinsi NTT berdasarkan sektor unggulan wilayah. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota di Provinsi NTT sebagai rekomendasi dan bahan pertimbangan dalam perumusan strategi pembangunan wilayah dengan basis pengembangan potensi dan sektor unggulan wilayah. 1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, 6

7 pemerintah daerah telah diberikan wewenang untuk mengatur dan mengelola sendiri daerahnya. Dengan demikian, pemerintah daerah seharusnya dapat memaksimalkan pembangunan daerah dengan memanfaatkan segala potensi wilayahnya secara lebih kreatif, sehingga dapat meningkatkan PDRB dan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut sebagai bukti keberhasilan pembangunan. Namun pada keyataannya ditemukan fakta bahwa pembangunan wilayah di Provinsi NTT masih tertinggal jauh. Hal ini didukung dengan data data yang menunjukkan bahwa nilai PDRB NTT dan pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT tumbuh sangat rendah dibandingkan dengan Provinsi NTB, Bali dan nasional. Begitu pula dengan PDRB dan pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di Provinsi NTT, masih terdapat banyak wilayah kabupaten yang memiliki nilai PDRB dan pertumbuhan ekonomi yang rendah dalam skala regional. Oleh karena itu, perlu dirumuskan strategi pembangunan wilayah yang tepat melalui penentuan sektor sektor yang menjadi prioritas pembangunan wilayah di provinsi NTT berdasarkan sektor unggulan masing masing kabupaten dan kota. Selain itu juga perlu dikaji kebijakan kebijakan pembangunan di Provinsi NTT yang berlaku, apakah penentuan agenda prioritas pembangunan, sasaran dan strategi pembangunan yang ada sudah berlandaskan pada pengembangan potensi wilayah. Selain itu apakah berbagai kebijakan pembangunan baik di tingkat nasional maupun daerah sudah relevan, yang kemudian dapat menjadi dasar arahan pembangunan yang terpadu dan bersinergi sebagai bukti keberhasilan pembangunan di daerah. Dengan demikian pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Sektor apa saja yang menjadi prioritas pembangunan wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan analisis normatif mengenai sektor unggulan masing masing wilayah kabupaten dan kota? 2. Bagaimana relevansi kebijakan pembangunan daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur terhadap kebijakan pembangunan nasional dan daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur? 7

8 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menentukan sektor - sektor yang menjadi prioritas pembangunan wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan analisis normatif mengenai sektor unggulan masing masing wilayah kabupaten dan kota. 2. Mengkaji relevansi kebijakan pembangunan daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur terhadap kebijakan pembangunan nasional dan daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini akan didapatkan manfaat penelitian baik secara teoritis maupun praksis. 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah referensi mengenai pembangunan wilayah berbasis sektor unggulan sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam disiplin ilmu perencanaan wilayah dan kota. 2. Manfaat praksis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam merumuskan strategi dan kebijakan pembangunan wilayah terkait penentuan prioritas pengembangan sektor wilayah, terkhususnya sebagai rekomendasi dan masukan terhadap penyusunan revisi dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi NTT tahun dan Perda Pemprov NTT No. 1 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Nusa Tenggara Timur. 8

9 1.5 Batasan Penelitian Batasan penelitian yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi tiga, yaitu lokasi penelitian, fokus penelitian, dan periode waktu Lokasi Penelitian Lokus dari penelitian ini adalah seluruh wilayah administratif kabupaten dan kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang terdiri atas 21 kabupaten dan 1 kota. Berikut batas batas wilayah provinsi Nusa Tenggara Timur. Sebelah Utara : Laut Flores Sebelah Selatan : Samudera Hindia dan Australia Sebelah Barat : Selat Sape Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Sebelah Timur : Negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) Gambar 1.1 Peta Administratif Provinsi Nusa Tenggara Timur Sumber: Bappeda Provinsi NTT dan Modifikasi Penulis,

10 1.5.2 Fokus Penelitian Berikut adalah fokus penelitian terkait topik Evaluasi Relevansi Kebijakan Pembangunan Nasional dan Daerah Terkait Prioritas Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Timur. 1. Sektor unggulan Sektor unggulan dianalisis berdasarkan sektor basis dan potensi pengembangan sektor yang ada di masing masing 21 kabupaten dan 1 kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2. Prioritas pembangunan wilayah Prioritas pembangunan wilayah ditentukan berdasarkan potensi masing masing wilayah kabupaten dan kota di provinsi Nusa Tenggra Timur berdasarkan sektor sektor unggulan. Sektor dengan potensi pengembangan yang lebih besar menjadi prioritas utama pembangunan wilayah Periode Waktu Adapun penelitian ini akan dilakukan dalam jangka waktu 4 bulan dimulai dari bulan Februari hingga Mei 2014 dengan menggunakan data time series ( ) yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur dan BPS kabupaten dan kota di Provinsi NTT. 1.6 Keaslian Penelitian Berdasarkan pencarian dan pengamatan penulis, bahwa penelitian dengan topik Evaluasi Relevansi Kebijakan Pembangunan Nasional dan Daerah Terkait Prioritas Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Timur belum pernah dilakukan sebelumnya. Berikut adalah daftar penelitian penelitian terkait. 10

11 Tabel 1.4 Daftar Penelitian Terkait No Judul Peneliti Tahun Fokus Lokus 1. Sektor sektor Ekonomi Unggulan Kota Cimahi Periode Analisis Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor Unggulan Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur Diky Nurikhsan Muhammad Ghufron 2007 Mengidentifikasi sektor sektor unggulan (basis) di Kota Cimahi dan sektor unggulan yang kompetitif dan mempunyai spesialisasi pada perekonomian Kota Cimahi 2008 Mengidentifikasi sektor unggulan Kabupaten Lamongan, dampak pengganda (Multiplier) pendapatan, besarnya peranan sektor ungggulan terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi dan strategi kebijakan yang tepat untuk membangun sektor unggulan daerah Kota Cimahi Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur Metode Analisis Metode Location Quotient (LQ) & Shift-Share Metode Location Quotient (LQ), multiplier pendapatan, analisis Shift- Share & SWOT 3. Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Kabupaten Aceh Utara Dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB 4. Analisis Penentuan Sektor/Subsektor Unggulan dan Kaitannya dengan Perencanaan Pembangunan Ekonomi Kabupaten Lampung Utara 5. Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi Daerah Istimewa Fachrurrazy 2009 Menentukan sektor unggulan perekonomian wilayah Kabupaten Aceh Utara Zulfi Haris 2012 Mengidentifikasi sektor dan subsektor prioritas wilayah yang digunakan dalam perencanaan pembangunan ekonomi daerah Aditya Nugraha Putra 2013 Penentuan sektor basis, sektor yang memiliki potensi daya saing kompetitif dan Kabupaten Aceh Utara Kabupaten Lampung Utara Kabupaten dan Kota di Provinsi Daerah Istimewa bersambung... Metode Location Quotient (LQ), Shift- Share, & Tipologi Klassen Metode Location Quotient (LQ) & Shift-Share Motede Location Quotient (LQ), Model Rasio 11

12 lanjutan... Yogyakarta 6. Analisis Penentuan Sektor Unggulan Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Shift Share Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi di Kota Malang) Rizky Firmasyah komperatif, sektor yang memiliki keunggulan atau daya saing kompetitif maupun spesialisasi 2013 Menentukan sektor unggulan dan sektor yang berpotensi menjadi sektor unggulan Yogyakarta Kota Malang Sumber: Konstruksi Penulis dari Berbagai Jurnal Online dan Penelitian, 2015 Pertumbuhan (MRP), Overlay, Shift-Share, & Tipologi Klassen Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Shift-Share Dari beberapa penelitian di atas dapat dilihat bahwa penelitian penelitian tersebut memiliki perbedaan yang cukup mendasar dengan penelitian ini terkait fokus penelitian, lokus penelitian, dan metode analisis yang digunakan. Fokus penelitian dalam penelitian penelitian di atas secara umum sama dengan penelitian ini, yakni untuk menganalisis potensi wilayah yang diidentifikasi berdasarkan sektor unggulan masing masing wilayah penelitian. Namun dalam penelitian ini, peneliti tidak hanya sebatas menganalisis sektor unggulan wilayah saja, tetapi tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk menentukan prioritas pengembangan ekonomi wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan sektor sektor unggulan. Berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu Nurikhsan (2007), Facrurrazy (2009), Haris (2012) dan Firmansyah (2013) yang hanya sebatas menentukan sektor dan subsektor unggulan dalam penelitian mereka tanpa memasukkan unsur spasial maupun pembangunan wilayah. Sama halnya dengan penelitian ini, Guhfron (2008) tidak sebatas menganalisis sektor unggulan Kabupaten Lamongan saja, tetapi berdasarkan analisis sektor unggulan yang telah dilakukan kemudian digunakan untuk merumuskan rekomendasi berupa strategi kebijakan pengembangan sektor unggulan daerah. Selain itu, Putra (2013) dalam penelitiannya secara umum memiliki fokusan penelitian yang sama dengan penelitian ini, yakni tujuan akhir dalam penelitiannya adalah menentuakan prioritas pembangunan wilayah di 12

13 Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), namun terdapat perbedaan lokus penelitian dengan penelitian ini. Penelitian ini mengambil lokus penelitian seluruh wilayah administratif kabupaten dan kota di provinsi Nusa Tenggara Timur yang terdiri dari 21 kabupaten dan 1 kota dan belum pernah dilakukan sebelumnya. Putra (2013) dalam penelitiannya mengambil lokus seluruh wilayah administratif provinsi DIY yang terdiri dari 4 kabupaten dan 1 kota. Sedangkan kelima penelitian lainnya mengambil lokus yang lebih sempit yaitu dalam cakupan satu kota dan satu kabupaten. Nurikhsan (2007) Kota Cimahi, Ghufron (2008) Kabupaten Lamongan, Fachrurrazy (2009) Kabupaten Aceh Utara, Haris (2012) Kabupaten Lampung Utara, dan Firmansyah (2013) Kota Malang. Sedangkan metode analisis yang digunakan untuk melakukan analisis terhadap sektor sektor unggulan dalam penelitian penelitian sebelumnya dan penelitian ini adalah sama yaitu menggunakan metode LQ. Metode ini digunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis dalam wilayah amatan. Namun terdapat beberapa kombinasi metode yang digunakan dalam pencapaian tujuan akhir penelitian ini yang menjadikan penggunaan metode analisis secara keseluruhan dalam penelitian ini dengan penelitian penelitian sebelumnya berbeda. Guhfron (2008) menggunakan metode SWOT untuk merumuskan strategi kebijakan pengembangan sektor unggulan Kabupaten Lamongan, Firmansyah (2013) menggunakan kombinasi metode AHP untuk menentukan sektor unggulan, Putra (2013) menggunakan metode MRP & Overlay untuk menentukan sektor unggulan dan metode ranking untuk menentukan prioritas pembangunan wilayah. Sedangkan dalam penelitian ini, untuk menentukan sektor unggulan metode yang digunakan adalah sama dengan penelitian lainnya yaitu metode LQ, namun dalam penentuan prioritas pengembangan ekonomi wilayah metode yang digunakan adalah dengan memodifikasi model yang digunakan Putra (2013) dalam melakukan analisis terhadap penentuan prioritas pembangunan wilayah di Provinsi DIY yaitu dengan metode skoring. 13

14 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini akan disusun dengan alur penulisan yang terbagi dalam beberapa bab dan subbab yang dirinci sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan penjelasan terkait evaluasi kebijakan, teori pembangunan wilayah, sistem perencanaan pembangunan nasional dan MP3EI, otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, konsep dan teori pembangunan ekonomi wilayah, konsep PDRB menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI), sektor unggulan sebagai strategi pembangunan wilayah, prioritas pembangunan wilayah dan kerangka teori. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas jenis metode yang akan digunakan peneliti, pendekatan penelitian, unit amatan, unit analisis, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis, dan tahapan penelitian yang akan digunakan BAB IV DESKRIPSI WILAYAH Pada bab ini akan memberikan gambaran umum mengenai wilayah penelitian. Diantaranya adalah kondisi geografis dan administratif, kondisi kependudukan, kondisi sarana dan prasarana, serta kondisi perekonomian wilayah amatan. BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil pengolahan data dan analisis sektor unggulan wilayah dan menentukan prioritas pembangunan wilayah. Relevansi kesesuaian analisis dengan kebijakan kebijakan pembangunan terkait, dan diskusi temuan terkait temuan analisis oleh penulis. 14

15 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan penelitian yang telah dilakukan. Dan diharapkan dapat berguna untuk ditindaklanjuti penelitian yang telah dilakukan. Serta saran dan rekomendasi berdasarkan hasil temuan bagi pemerintah daerah dan peneltian selanjutnya. 15

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh setiap negara selalu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan ekonomi di negara yang sedang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/08/Th.IX, 8 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Kesenjangan Berdasarkan data PDRB per kapita, diketahui bahwa nilai PDRB per kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 03/09/Th. VIII, 13 September 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN Tahukah Anda? RIlis PDRB

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Kondisi Fisik Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi kepulauan dengan jumlah pulau sebanyak 1.192 pulau, 432 pulau mempunyai nama dan 44 pulau berpenghuni.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No.05/08/Th.V, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngada yang diukur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administratif BAB IV GAMBARAN UMUM Secara astronomi Provinsi Nusa Tenggara Timur terletak antara 8 0 12 0 Lintang Selatan dan 118 0 125 0 Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No14/02/53/Th.XVIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes)

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan total skoring dari hasil analisis sektor unggulan dengan metode LQ, keunggulan kompetitif dan spesialisasi sektor dengan metode Shift- Share modifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) sejak tahun 1990 dalam seri laporan tahunan yang diberi judul

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 08/08/Th.IV, 3 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN Ekonomi Kabupaten Ngada pada tahun 2011 tumbuh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi Produk Domestik

BAB III METODE PENELITIAN. data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi Produk Domestik BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang bersangkutan. Penyerahan berbagai kewenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bajo, kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Perkembangan yang. sektor, salah satunya yang sangat pesat ialah pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Bajo, kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Perkembangan yang. sektor, salah satunya yang sangat pesat ialah pariwisata. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang saat ini. Perkembangan tersebut merata keseluruh penjuru daerah yang ada di Indonesia. Salah satu daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010).

I. PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Magelang yang merupakan salah satu kota yang ditetapkan menjadi kawasan andalan wilayah jawa tengah pada Perda Jawa Tengah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011 No. 05, 7 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011 AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT 2,69% Angkatan kerja NTT pada Agustus 2011 mencapai 2.154.258 orang, bertambah 21,9 ribu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, memiliki jumlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berkembang, memiliki jumlah penduduk yang besar, dan memiliki kekayaan alam yang melimpah. Tentunya untuk memajukan perekonomian

Lebih terperinci

PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015

PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015 PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015 OUT LINE PAPARAN 1. GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 2. PENGELOLAAN PERTAMBANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembangunan Ekonomi Pembangunan adalah suatu proses yang mengalami perkembangan secara cepat dan terus-merenus demi tercapainya kesejahteraan masyarakat sampai

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang terdiri dari yang diperoleh dari website BPS Provinsi Lampung dan Bank Indonesia Provinsi Lampung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada system phisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN Tinjauan Ekonomi & Keuangan Daerah Provinsi NUSA TENGGARA TIMUR Peta Nusa Tenggara Timur 2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan

Lebih terperinci

BAB III TUGAS DAN FUNGSI BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA II

BAB III TUGAS DAN FUNGSI BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA II BAB III TUGAS DAN FUNGSI BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA II 3.1. UMUM S ejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan masyarakat mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT Pajak Air Permukaan adalah salah satu jenis penerimaan dan pendapatan yang dikelola

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Bagian I :

KATA PENGANTAR Bagian I : KATA PENGANTAR Segala Puji Syukur patut kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rakhmat-nya sehingga pelaksanaan Penelitian Baseline Economic Survey-KPJu Unggulan UMKM Provinsi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 HALAMAN SAMPUL DEPAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Struktur Ekonomi Sumbawa Barat Sebelum Transformasi Sektor pertambangan memiliki peran yang sangat signifikan bagi pembentukan nilai output Kabupaten Sumbawa Barat dengan nilai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. induknya dan membentuk daerah otonomi baru. Tujuan pemekaran daerah baru yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. induknya dan membentuk daerah otonomi baru. Tujuan pemekaran daerah baru yaitu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setelah munculnya era reformasi di Indonesia, pemekaran wilayah menjadi keniscayaan. Banyak daerah di Indonesia memekarkan diri atau memisahkan diri dari daerah induknya

Lebih terperinci

RILIS HASIL PSPK2011

RILIS HASIL PSPK2011 RILIS HASIL PSPK2011 Kementerian Pertanian Badan Pusat Statistik BPS PROVINSI NTT Hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia mulai 1-30

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ayat (3) pasal 33 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ayat (3) pasal 33 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan ayat (3) pasal 33 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan antara lain bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang saat ini lebih ditekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang saat ini lebih ditekankan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang saat ini lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan Provinsi Kepulauan dengan jumlah pulau 1.192, 305 kecamatan dan 3.270 desa/kelurahan. Sebanyak 22 Kabupaten/Kota di Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pandangan pembangunan ekonomi modern memiliki suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan ekonomi modern tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan proses dimana pemerintah daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan melakukan mitra kerja dengan

Lebih terperinci

Kinerja Pendapatan Ekonomi Rakyat dan Produktivitas Tenaga Kerja di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Kinerja Pendapatan Ekonomi Rakyat dan Produktivitas Tenaga Kerja di Provinsi Nusa Tenggara Timur 1 P age Kinerja Pendapatan Ekonomi Rakyat dan Produktivitas Tenaga Kerja di Provinsi Nusa Tenggara Timur Strategi pembangunan daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) dilakukan berdasarkan pertumbuhan melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan oleh sekian banyak Negara berkembang khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan oleh sekian banyak Negara berkembang khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan yang kian marak dilakukan oleh setiap pemerintah daerah pada era reformasi ini merupakan suatu proses yang memiliki tujuan untuk mensejahterakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian cukup strategis dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Selama sepuluh tahun terakhir, peranan sektor ini terhadap PDB menujukkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dharmawan (2016) dalam penelitiannya tentang Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengembangan Sektor Potensial Di Kabupaten Pasuruan Tahun 2008-2012 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral, dari pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan pemerintah daerah bersama dengan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Menurut akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari sarana, prasarana, yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia dalam membentuk jaringan prasarana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series, III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series, dengan periode pengamatan tahun 2007-2011. Data yang digunakan antara lain: 1. Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan nasional, karena pembangunan nasional di Indonesia dilakukan agar mampu menciptakan pemerataan pendapatan

Lebih terperinci

KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN NUSA TENGGARA TIMUR AGUSTUS 2010

KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN NUSA TENGGARA TIMUR AGUSTUS 2010 No. 01 Desember KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN NUSA TENGGARA TIMUR AGUSTUS Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun dilaksanakan dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Februari dan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

SISTEM BARU LISTRIK KEPULAUAN

SISTEM BARU LISTRIK KEPULAUAN PT PLN (PERSERO) WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR SISTEM BARU LISTRIK KEPULAUAN PENERAPAN DI NUSA TENGGARA TIMUR FORUM KTI Lombok, 19 Oktober 2011 TANTANGAN KELISTRIKAN DI NTT - Memerlukan investasi tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara berkembang hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi yang mengakibatkan lambatnya

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) . BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 13/09/53/Th. I, 2 September 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA) JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

Judul : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Provinsi Bali Nama : Luh Nyoman Fajar Nur Ayu NIM : Abstrak

Judul : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Provinsi Bali Nama : Luh Nyoman Fajar Nur Ayu NIM : Abstrak Judul : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Provinsi Bali Nama : Luh Nyoman Fajar Nur Ayu NIM :1306105170 Abstrak Provinsi Bali menerapkan otonomi daerah dengan memperhatikan pertumbuhan ekonomi daerahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga

BAB I PENDAHULUAN. perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi nasional pada dasarnya merupakan satu kesatuan dengan pembangunan ekonomi ragional. Pembangunan ekonomi nasional yaitu untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita dengan cara mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Provinsi Lampung adalah data sekunder berupa PDRB tiap kabupaten/kota di

III. METODE PENELITIAN. Provinsi Lampung adalah data sekunder berupa PDRB tiap kabupaten/kota di 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk menganalisis pengembangan potensi ekonomi lokal daerah tertinggal sebagai upaya mengatasi disparitas pendapatan di Provinsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembangunan Ekonomi Definisi Pembangunan ekonomi menurut Sajogyo (1985) adalah sebagai proses yang menggambarkan adanya pengembangan, baik meliputi proses pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada peraturan pemerintah Republik Indonesia, pelaksanaan otonomi daerah telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari 2001. Dalam UU No 22 tahun 1999 menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah yang bersangkutan dengan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014 No. 06/11/53/Th. XV, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,26% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2014 mencapai 3,26

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm Tulus Tambunan, Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri, Rajawali Pres,

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm Tulus Tambunan, Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri, Rajawali Pres, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan pemerintah dalam proses perkembangan ekonomi untuk masing-masing Negara mempunyai tingkatan yang berbeda-beda. 1 Dalam pembangunan negara Indonesia, perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat dari berbagai aspek. meluasnya kesempatan kerja serta terangsangnya iklim ekonomi di wilayah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat dari berbagai aspek. meluasnya kesempatan kerja serta terangsangnya iklim ekonomi di wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan sub sistem dari pembangunan nasional, sehingga adanya keterikatan antara pembangunan daerah dan pembangunan nasional yang tidak

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016 KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016 OLEH : DRS. HADJI HUSEN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PROVINSI NTT BADAN

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengelolaan pemerintah daerah baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota, memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No 22 tahun 1999 dan UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang pada umumnya termasuk di Indonesia masih memunculkan adanya dualisme yang mengakibatkan adanya gap atau kesenjangan antara daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu faktor penting dalam perencanaan pembangunan daerah adalah membangun perekonomian wilayah tersebut agar memiliki daya saing yang tinggi agar terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tersebut adalah melalui pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tersebut adalah melalui pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerataan pembangunan telah digariskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat, yang menyatakan bahwa fungsi sekaligus tujuan Negara Indonesia yakni memajukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kulon Progo yang merupakan salah satu dari lima kabupaten/kota yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sektor-sektor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Barat yang terdiri dari 14 (empat belas) kabupaten/kota (Gambar 3.1) dengan menggunakan data sekunder

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut BAB III A. Obyek/Subyek Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai obyek penelitan adalah sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut lapangan usaha

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 B A D A N P U S A T S T A T I S T I K No. 16/07/Th. XIX, 01 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Nusa Tenggara Timur Tahun 2015 Pembangunan manusia di NTT pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakteristik potensi wilayah baik yang bersifat alami maupun buatan, merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pembangunan. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB III TAHAPAN KEGIATAN PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB III TAHAPAN KEGIATAN PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB III TAHAPAN KEGIATAN PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, pekerjaan penetapan dan penegasan batas daerah di laut akan mencakup dua kegiatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua 42 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 B A D A N P U S A T S T A T I S T I K No. 05/05/53/Th. XX, 20 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Nusa Tenggara Timur Tahun 2016 Pembangunan manusia di NTT pada tahun 2016 terus

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Negara Indonesia memasuki era baru dalam sistem pemerintahannya, dari yang sentralistik

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari semua hasil pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Hasil analisis Model Rasio Pertumbuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran rencana pembangunan nasional adalah pembangunan disegala bidang dan mencakup seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan kinerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan kinerja pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi di setiap negara. Setiap Negara di dunia sangat memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah di wilayah negaranya. Dalam pembangunan perekonomian di suatu

BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah di wilayah negaranya. Dalam pembangunan perekonomian di suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara di dunia tentu memiliki tujuan atau keinginan untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi. Untuk mencapai tujuan itu pemerintah pada suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam melaksanakan pembangunan daerah yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dimana prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat merasakan kesejahteraan dengan cara mengelola potensi-potensi ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat merasakan kesejahteraan dengan cara mengelola potensi-potensi ekonomi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Potensi ekonomi merupakan sesuatu yang dimiliki daerah yang layak untuk dikembangkan. Dengan potensi ekonomi yang dimiliki suatu daerah, rakyat dapat merasakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada daerah Kabupaten Kubu Raya, yang merupakan satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan ekonomi bukan sebuah konsep baru. Selama berpuluh tahun para ahli sosial telah berusaha merumuskan tentang konsep pembangunan,

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI EKONOMI LOKAL UNTUK PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN DAYA SAING DAERAH DI KABUPATEN ALOR TAHUN

ANALISIS POTENSI EKONOMI LOKAL UNTUK PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN DAYA SAING DAERAH DI KABUPATEN ALOR TAHUN ANALISIS POTENSI EKONOMI LOKAL UNTUK PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN DAYA SAING DAERAH DI KABUPATEN ALOR TAHUN 2009-2013 Di Susun oleh: Semuel Johanis Atama NPM: 11 11 19223 Pembimbing Nurcahyaningtyas, SE.,M.Si

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlah potensinya cukup besar di Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlah potensinya cukup besar di Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengembangan sumber daya mineral yang jumlah potensinya cukup besar di Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan dapat mendukung bagi perekonomian

Lebih terperinci