LAPORAN SIMULASI DEBIT SUNGAI DAS CIKAPUNDUNG MENGGUNAKAN SWAT (Soil and Water Assessment Tool )
|
|
- Suryadi Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAPORAN SIMULASI DEBIT SUNGAI DAS CIKAPUNDUNG MENGGUNAKAN SWAT (Soil and Water Assessment Tool ) Disusun Oleh : Noer Sulistyarini ( ) Fithriyani F. ( ) Hazmanu Hermawan Y. ( ) PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK AIRTANAH FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN (FITB) INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG i
2 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN DAS Cikapundung adalah salah satu bagian dari sub DAS Citarum yang berfungsi sebagai drainase utama di pusat kota Bandung. Hingga saat ini sub DAS Cikapundung masih berpotensi sebagai penyedia air baku untuk kebutuhan penduduk meski debit bulanannya telah menurun hingga 20-30% dari debit normal. Kondisi hidrogeologi di daerah penelitian menunjukan sistem airtanah yang terdiri dari akuifer bebas dan sebagian kecil akuifer setengah tertekan. Litologi penyusun akuifer pada daerah tersebut berupa breksi vulkanik dan batu pasir tufaan. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu bahwa daerah resapan alamiah ditinjau dari kondisi tanah, kemiringan lereng, litologi dan daerah luahan memiliki luas 6 juta m². Dari arsip data historikal ( ) tercatat komponen hujan (P) dan debit air (Q) sebagai input watershed model, sebagai output diperoleh nilai koefisien limpasan (C) yang semakin besar seiring berjalannya waktu, yang merupakan akibat dari proses alih fungsi lahan dari lahan hutan menjadi lahan budidaya, pemukiman, pedesaan dan urban (Arwin, 2008). Sedangkan dari pengamatan selama 40 tahun dari tahun , koefisien limpasan telah meningkat dari 0,25 menjadi 0,3 (tutupan lahan didominasi budidaya pertanian dan permukiman). Untuk sampai pada pengelolaan DAS yang berkelanjutan diperlukan kajian yang tepat terhadap pola pengelolaan unsur-unsur di dalam DAS tersebut. Namun, seiring dengan peningkatan pembangunan dan laju alih fungsi kawasan konservasi menjadi lahan terbangun maka kapasitas infiltrasi air hujan di DAS ini menurun drastis, sehingga air yang mengalir di limpasan (surface runoff) menjadi besar dan masuk menjadi air tanah dan aliran dasar (baseflow) menjadi berkurang. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab bertambahnya resiko banjir di downstream DAS Cikapundung saat musim basah dan semakin kecilnya aliran di saat musim kering. Soil and Water Assessment Tool (SWAT) merupakan model dalam skala DAS yang dikonstruksi tahun 1990 oleh DR. Jeff Arnold dari USDA Agricultural Research Servise (ARS). SWAT dibentuk untuk memprediksi dampak dari manajemen perairan, sedimen dan bahan kimiawi pertanian dalam DAS besar dan kompleks. Sebagai salah satu pengaplikasian model SWAT akan dipakai untuk mensimulasikan debit sungai di DAS Cikapundung. Hasil simulasi rata-rata debit sungai tersebut nantinya akan dianalisa dengan kondisi iklim dan penggunaan tanah untuk melihat bagaimana resiko banjir di DAS Cikapundung. lapora Dalam laporan ini akan membahas mengenai pengaplikasian SWAT dalam memprediksi debit sungai di DAS Cikapundung, disertai dengan tahapan pengerjaan dan analisa hasil simulasi debit untuk resiko banjir Tujuan Tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai laporan hasil pengaplikasian simulasi SWAT untuk mengetahui debit sungai di Cikapundung serta keterkaitannya dengan resiko banjir.
3 2.1. Instalasi dan Review Aplikasi SWAT BAB II TAHAPAN PEMODELAN SWAT Aplikasi yang digunakan dalam pemodelan SWAT kali ini adalah MWSWAT2012. Aplikasi ini merupakan salah satu interface SWAT dengan menggunakan aplikasi Map Windows. Aplikasi MWSWAT merupakan aplikasi open sorce sehingga kita dapat secara bebas untuk mengunduh dan menggunakan aplikasi ini. Aplikasi ini memiliki beberapa versi pengembangan yaitu MWSWAT versi 2005, 2009 dan Ketiga versi aplikasi tersebut dapat dengan mudah diunduh dari : swat.tamu.edu/software/arcswat/swateditor/. Sebelum melakukan instalasi MWSWAT terlebih dahulu kita melakukan instalasi Map Windows. Map Windows merupakan aplikasi Geographic Information System (GIS) yang juga open source, dengan cara mengunduhnya melalui: Setelah menginstal Map Windows, Install MWSWAT2009 sebagai plugin di C:\Program Files\MapWindow\Plugins\MWSWAT. Untuk dapat menjalankan model SWAT selain kedua aplikasi tersebut diperlukan instalasi beberapa aplikasi pendukung lainnya, diantaranya adalah : 1. SWAT Editor a 2. SWATGraph and SWATPlot 3. MS Excel 4. MS Acces. Setelah melakukan instalasi, maka kita dapat melihat tampilan dari aplikasi Map Windows dan plug in MWSWAT2009 seperti pada gambar Persiapan Data Gambar 2.1 Tampilan Map Windows dan MWSWAT di dalamnya Data yang diperlukan untuk pemodelan prediksi debit sungai dengan menggunakan aplikasi MWSWAT2009 ini meliputi data dalam bentuk data spasial dan data iklim. Data spasial dan iklim yang diperlukan diantaranya seperti pada tabel
4 Tabel 2.1 Jenis dan Bentuk Data Jenis Data Kebutuhan Data Bentuk Data DEM (Digital Elevation Model) Data raster (.tif) Poligon DAS Cikapundung Shapefile (.shp) Data Jaringan sungai Shapefile (.shp) Spasial Tekstur tanah Data raster (.tif) Penggunaan tanah (tahun 2009) Data raster (.tif) Curah hujan harian Numerik Temperatur maksimum-minimum Numerik Data Iklim Kelembapan relatif Numerik Kecepatan angin Numerik Solar radiation Numerik Sebelum menjalankan MWSWAT maka terlebih dahulu data seperti pada tabel 2.1, perlu melakukan persiapan data untuk disesuaikan dengan Input Data dari MWSWAT. Tahapan untuk persiapan data tersebut adalah sebagai berikut: Proyeksi Data Spasial Untuk memasukkan data spasial dalam aplikasi MWSWAT perlu terlebih dahulu memastikan proyeksi datanya dalam bentuk proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator). Dalam mengubah bentuk proyeksi dapat menggunakan aplikasi Map Windows ataupun aplikasi GIS lainnya (ArcGIS, global mapper, atau lainnya). Karena data yang dipakai yaitu DAS Cikapundung, Jawa Barat. Maka proyeksi yang dipakai WGS 1984, Southern Hemisphere, zona 48. Tahapan untuk merubah proyeksi pada Map Windows adalah sebagai berikut: 1. Masukkan data pada software dengan klik Add Layer 2. Kemudian pada tab Toolbox, pilih Projections 3. Klik Assign Projection to Shapefile 4. Pada gambar 2.2, pilih jenis proyeksi pada panel kiri yaitu WGS 1984, Southern Hemisphere, zona Buka layer yang ingin diproyeksikan di panel kanan 6. Klik Assign 7. Lakukan hal yang sama untuk semua data (setiap ganti data yang ingin diproyeksikan, tutup program kemudian buka kembali agar proyeksi kembali seperti default awal). 3
5 Gambar 2.2 Merubah proyeksi pada Map Windows Membuat Database Projek Untuk mengolah data dari DAS Cikapundung kita perlu menambahkan data yang kita memiliki ke dalam database MWSWAT. Pembuatan database tersebut dilakukan pada format Access dengan menggunakan Microsoft Office Access yang di dalamnya memuat beberapa tabel informasi data pada daerah kajian yang akan disesuaikan dengan kode dari SWAT. Tabel yang perlu dibuat dalam database seperti pada gambar 2.3, yaitu meliputi : Gambar 2.3 Database DAS Cikapundung pada Ms.Access 4
6 ckpd_landuse : menghubungkan nilai dari peta penggunaan tanah dengan kode jenis penggunaan tanah SWAT. Gambar 2.4 Peta dan tabel database jenis penggunaan tanah ckpd_soil : menghubungkan nilai dari peta jenis tekstur tanah dengan nama tekstur tanah dari klasifikasi FAO sesuai nama di SWAT. Gambar 2.5 Peta dan tabel database jenis tekstur tanah 5
7 Weather_StasiunIklim : berisi informasi mengenai nama, posisi (longitude dan latitude) serta elevasi dari stasiun iklim yang akan digunakan. pcp : berisi data presipitasi harian selama satu tahun (365 hari) dari stasiun iklim yang digunakan. Penamaan tabel pada database harus disesuaiakan dengan nama stasiun agar SWAT tidak salah ketika menghubungkan data presipitasi dengan stasiun iklim yang digunakan (pcpxxx, dimana xxx diisi dengan nama atau nomor stasiun yang digunakan). hmd : berisi data kelembapan relatif harian selama satu tahun pada stasiun iklim yang digunakan (penamaan database sama seperti presipitasi). tmp : berisi data suhu maksimum dan minimum harian selama satu tahun (penamaan database sama seperti presipitasi). Slr : berisi data solar radiation harian selama satu tahun pada stasiun iklim yang digunakan (penamaan database sama seperti presipitasi). Gambar 2.5 Tabel database stasiun iklim dan presipitasi Membuat Input Data Iklim (.wgn ) Dalam SWAT sumber data iklim selain dalam bentuk tabular pada database (.mdb) juga memerlukan weather generator dalam bentuk input data (.wgn). Weather generator ini berfungsi untuk mengisi kelengkapan informasi data iklim. Tampilan dan informasi pada.wgn seperti terlihat pada gambar 2.6, yaitu meliputi : Baris 1 : Nama atau nomor stasiun iklim yang di pakai, pastikan penulisan nama sesuai dengan penulisan pada database (Weather_StasiunIklim). Baris 2 : Latitude dan longitude (dalam derajat). Baris 3 : Elevasi stasiun iklim dalam meter. Baris 4 : Jumlah tahun yang digunakan dalam menghitung curah hujan maksimum. 6
8 Mulai dari baris 5, setiap kolom (1-12) merupakan data rata-rata setiap bulan dari Januari sampai Desember. Baris 5 : Rata-rata harian suhu maksimum Baris 6 : Rata-rata harian suhu minimum Baris 7 : Standart deviasi suhu maksimum harian Baris 8 : Standart deviasi suhu minimum harian Baris 9 : pcpmm merupakan rata-rata presipitasi Baris 10 : pcpstd merupakan rata-rata standar deviasi presipitasi Baris 11 : pcpskew meruapakan ske koefisien dari presipitasi Baris 12 : probabilitas hari basah berdasarkan hari kering Baris 13 : probabilitas hari basah berdasarkan hari basah Baris 14 : pcpd merupakn jumlah hari hujan dalam satu bulan Baris 15 : ranihhr merupakan hujan ekstrim dalam 30 menit yang tercatat dalam satu bulan Baris 16 : solarav merupakan rata-rata solar radiation Baris 17 : rata-rata kelembapan dalam satu bulan Baris 18 : windav merupakan rata-rata kecepatan angin. Gambar 2.6 Tampilan informasi pada Weather Generator (.wgn) 2.3. Membuat Projek Baru Setelah melakukan instalasi dan menyiapkan data, maka tahapan pertama untuk menjalankan MWSWAT adalah membuat projek baru. Langkah pengerjaanya adalah sebagai berikut : 1. Buka MapWindow GIS, untuk menampilkan program MWSWAT, klik tab Plug-ins, pilih Edit Plugins, pastikan MWSWAT2009 dan Watershed Delineation terpilih sebagai plugin, klik Apply, lalu OK. 7
9 2. Klik tab MWSWAT2009, pilih New Project dan beri nama projek serta tentukan tempat untuk menyimpannya (Gambar 2.7). Gambar 2.7 Membuat projek baru 3. Akan muncul kotak peringatan, dan pilih OK. Setelah projek baru dibuat, kita dapat membuka kembali folder projek yang telah kita simpan sebelumnya. Ketika folder projek dibuka, terdapat beberapa file yang terdiri dari :.mwprj : ini merupakan file projek mapwindow yang menyimpan sistem MapWindow sehingga dapat dimulai ulang dengan peta yang sama..cfg : ini merupakan file konfigurasi MWSWAT. File ini menyimpan pilihan tertentu selama MWSWAT berproses untuk membantu memulai ulang projek..mdb : merupakan database projek awal Scenarios : subfolder ini akan digunakan untuk menyimpan hasil SWAT Source : subfolder ini akan digunakan untuk menyimpan input peta-peta, dan peta perantara yang akan dihasilkan. Pada tahapan persiapan data kita sebelumnya telah membuat database untuk DAS Cikapundung. Sebelum menjalankan MWSWAT lebih lanjut, kita perlu memasukkan database yang telah dibuat kedalam database pada projek baru yang kita buat. Tahapan pengerjaanya adalah sebagai berikut: 1. Buka folder projek, kemudian buka file database pada projek (.mdb ) melalui Ms.Access. 2. Klik External Data pada menu bar utama. 3. Klik Access 4. Klik Browse arahkan pada file database yang telah kita buat DATABASE_ckpd.mdb, kemudian pilih Open dan OK. 5. Klik Select All untuk memasukkan semua database DAS Cikapundung, dan klik OK (gambar 2.8). 6. Tutup Ms.Access. Sekarang semua database DAS Cikapundung telah menjadi bagian dari database SWAT. 8
10 2.4. Deliniasi DAS Gambar 2.8 Import database Cikapundung pada Ms.Access Setelah projek baru dibuat tahapan selanjutnya adalah deliniasi watershed dalam hal ini DAS Cikapundung. Langkah pengerjaanya adalah sebagai berikut : 1. Pada Step 1, klik Delineate Watershed (gambar 2.9). 2. Masukkan base DEM, dengan membuka file DEM yang telah disiapkan. 3. Klik Process DEM (gambar 2.10) Gambar 2.9 Step 1 (Delineate Watershed) Gambar 2.10 DEM Processing 9
11 4. Layer DEM secara otomatis ditampilkan di panel (gambar 2.11) Gambar 2.11 Automatic watershed deliniation 5. Pilih Stream Polyline Shapefile dengan memilih file aliran sungai DAS Cikapundung (dalam bentuk.shp) untuk menyesuaikan dengan data aliran sungai yang telah ada. 6. Pilih Use a Focusing Mask, lalu Use Grid or Shapefile for Mask dengan membuka file DAS Cikapundung (dalam bentuk.shp) yang telah disiapkan. 7. Klik Run, hasil pada gambar Pada Network Delineation by Threshold Method, pilih satuan sq km sebagai satuan luas. Jumlah sungai di dalam jaringan sungai ditentukan oleh threshold/ambang batas, luas daerah yang dibutuhkan untuk membentuk sungai, dapat kita atur sebagai jumlah sel dari grid DEM atau luas daerah. Pada pengerjaan kali ini, kita menggunakan daerah sebesar 1033 km 2, sehingga kita akan mengatur unit menjadi hectares, angka didalamnya adalah
12 Gambar 2.12 Setup dan Preprocessing 9. Klik Run, hasil pada gambar Lalu pilih Use a Custom Outlets/Inlets Layer 11. Karena belum ada file outlet/inlet sebagai output dan input aliran sungai, maka klik Draw Outlets/Inlets. 12. Buat shapefile outlet/inlets baru, kemudian pilih manual inlet dan outlet dari aliran sungai, lalu simpan. 13. Klik Run, hasil pada gambar Pada layer akan muncul inlet/outlet yang telah kita bentuk pada jaringan sungai baru. Gambar 2.13 Jaringan sungai baru yang terbentuk 11
13 Gambar 2.14 Inlet/outlet jaringan sungai baru yang terbentuk 14. Klik Run All untuk memproses gabungan hasil-hasil sebelumnya. Hasil watershed deliniation seperti pada gambar Sekarang, MapWindow menampilkan DAS yang telah dibuat batasnya. Peta tersebut menunjukkan jaringan sungai dan outlet sungai. Perhatikan bahwa DAS dibagi menjadi beberapa SubDAS. Gambar 2.15 Sub DAS yang terbentuk 12
14 2.5. Pembentukan HRU (Hydrologic Response Units) SWAT menggunakan pembagian SubDAS sebagai unit respon hidrologi (HRU). Masing- masing HRU merupakan kombinasi dari SubDAS, penggunaan lahan, tanah dan kelas lereng. Tahapan dalam membuat HRU adalah sebagai berikut: 1. Pada jendela MWSWAT, klik Create HRUs (gambar 2.16) Gambar 2.16 Step 2, Create HRUs 2. Pada jendela Create HRUs, Landuse Map pilih tombol folder dan pilih file landuse yang telah disiapkan LU_ckpd.tiff, klik Open. 3. Untuk Soil Map, pilih peta tekstur tanah yang telah disiapkan soil_ckpd.tiff, dan klik Open. 4. Pada Landuse Table dan Soil Table, pilih database ckpd_landuse dan ckpd_soil melalui menu pull-down. Ketika database DAS Cikapundung yang telah kita import ke database projek, maka secara otomatis tabel dari database akan masuk dalam sistem Input projek MWSWAT kita (gambar 2.17). Gambar 2.17 Opsi Maps and Tables 5. Beri tanda centang pada option Generate FullHRUshapefile, dan kemudian klik Read. 6. Pada pilihan Single/Multiple HRU, pilih Dominant landuse,soil,slope untuk membuat HRU berdasarkan area landuse, soil dan slope terbesar pada DAS (gambar 2.18). 7. Klik Create HRUs, dan tunggu selama proses pembuat HRU berlangsung. 8. Ketika proses Create HRU berhasil maka pada Map Windows akan muncul shapefile dari HRU yang terbentuk (gambar 2.19). Dari hasil pembuatan HRU diperoleh 16 HRU pada 16 sub DAS yang terbentuk. 13
15 Gambar 2.18 Create HRUs Gambar 2.19 HRU yang terbentuk pada tampilan Map Windows 14
16 9. Untuk mengetahui informasi pada HRU kita dapat melihatnya dengan cara pilih HRUs pada pilihan Reports di jendela MWSWAT. Kemudian akan muncul laporan informasi HRU yang menggambarkan distribusi untuk penggunaan lahan, tanah dan kelas lereng, dan juga informasi detil untuk setiap HRU (gambar 2.20) Set Up dan Run SWAT Gambar 2.20 Laporan hasil HRU Mendefinisikan Input Data Iklim Dalam SWAT Setalah HRU terbentuk maka tahapan selanjutnya adalah melakukan Set Up dan Run SWAT. Sebelum menjalankan SWAT, kita perlu mendefinisikan data iklim untuk projek SWAT terlebih dahulu. Adapun langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Pada jendela MWSWAT klik SWAT Setup and Run (gambar 2.21). Gambar 2.21 Step 3 SWAT Setup and Run 15
17 2. Pada jendela SWAT Setup and Run klik Choose untuk memilih Weather Sources (gambar 2.22). 3. Pada Weather Sources, pilih Database table dan pilih weather_stasiunikim sesuai input database yang telah kita import dalam SWAT sebelumnya. 4. Untuk Weather Generator masukkan data.wgn yang telah disiapkan (cikapundung.wgn) (gambar 2.22). 5. Klik Done Melakukan Input File SWAT Gambar 2.22 Tampilan Weather Sources Pada jendela SWAT Setup and Run menampilkan periode simulasi sesuai dengan database yang kita masukkan. Karena data iklim yang digunakan pada tahun 2013 maka pada periode simulasi akan dimulai pada tanggal 01 Januari 2013 dan berakhir pada tanggal 31 Desember Sebelum menjalankan simulasi model SWAT, perlu mengatur setup untuk input file yang akan diproses oleh SWAT. Adapun yang perlu dilakukan diantaranya : 1. Pada jendela SWAT Setup and Run, untuk pilihan jenis durasi Rainfall/Runoff/Routing pilih Daily/CN/Daily. 2. Pada pilihan Rainfall Distribution, pilih Skewed normal. 3. Untuk metode perhitungan Potential ET method, pilih Penman-Montheit. 4. Untuk Prinout frequency, pilih Monthly. 5. Kemudian untuk file data yang akan diproses, beri tanda centang dengan cara meng klik select all files. 6. Klik menu Write files, maka SWAT akan mengecek kembali semua data untuk melakukan pemrosesan. Jika data telah lengkap akan muncul jendela informasi seperti pada gambar Klik OK, dan proses peng inputan data selesai. 16
18 Menjalankan SWAT Gambar 2.23 Tampilan Writing files Adapun tahapan untuk menjalankan simulasi SWAT adalah sebagai berikut: 1. Pada jendela SWAT Setup and Run, klik Run. Pada jendela SWAT Run akan muncul seperti gambar Gambar 2.24 Tampilan proses Run SWAT 2. Jika proses Run SWAT berhasil maka akan muncul jendela informasi, yang memberikan informasi bahwa proses simulasi SWAT telah berhasil seperti pada gambar
19 Gambar 2.25 Jendela informasi bahwa SWAT Run berhasil 3. Selanjutnya klik OK. 4. Pada jendela SWAT Setup and run pilih menu Save run. 5. Kemudian beri nama proses runing SWAT yang baru saja dilakukan Run1, seperti pada gambar Klik tombol Save. 7. Setelah tersimpan klik Close Visualisasi Output SWAT Gambar 2.26 Tampilan Save run MWSWAT menawarkan visualisasi hasil dari SWAT, dengan memberi warna pada peta subdas sesuai dengan nilai dari variabel output SWAT. Output dari pemodelan SWAT dapat berdasarkan variabel subdas (dari output.sub) atau variabel sungai (dari output.rch), atau jika HRU tunggal yang dipilih, dari output.hru. Jenis visualisasi simulasi juga dapat berupa statistik ataupun animasi dinamik. Visualisasi statik menampilkan hanya satu nilai untuk masing- masing subdas. Karena output SWAT merupakan seris waktu, hasilnya berupa ringkasan angka dari beberapa output. Sedangkan Visualisasi dinamik menampilkan seris waktu berdasarkan animasi secara dinamik dari tampilan MapWindow. Dalam simulasi kali ini kita akan menggunakan simulasi 18
20 statistik saja. Adapun tahapan untuk memvisualisasikan statistik output dari SWAT adalah sebagai berikut : 1. Pada jendela MWSWAT, pilih Visualise (gambar 2.27). Gambar 2.27 Step 4 Visualise 2. Maka akan muncul jendela Visual output, pada pilihan Choose run pilih Run1 (sesuai dengan hasi Run SWAT yang telah disimpan sebelumnya). 3. Pada pilihan Choose SWAT output pilih reach (output divisualisasikan berdasarkan aliran sungai). 4. Klik Statistic data, untuk memvisualisasikan output berupa data statistik. 5. Pada pilihan Choose variable, karena tujuan dari simulasi SWAT ini adalah untuk mengetahui debit sungai maka variable yang dipilih yaitu reach \ FLOW_Incms, reach \ FLOW_Outcms, dan EVAPcms. Pilih variabel dengan cara klik Add untuk setiap variabel (gambar 2.28). 6. Pada Choose summary, pilih Monthly means untuk memvisualisasikan rata-rata bulanan. 7. Klik Save. Gambar 2.28 Tampilan Visual output 19
21 8. Akan muncul kotak dialog yang berisi pesan meminta kita memberi warna pada layer yang dihasilkan, klik OK. 9. Pada Map Windows akan muncul hasil dalam bentuk shapefile, tetapi semua subdas masih menunjukkan warna yang sama, untuk itu kita masih perlu mendefisikan/menampilkan informasi dari setiap variabel (gambar 2.29). Gambar 2.29 Tampilan Map Windows hasil dari visualisasi output SWAT 10. Untuk mendefinisikan tampilan pada Map windows, klik kanan pada result.shp, dan pilih Shapefile categories. 11. Pada jendela Shapefile categories, klik tombol 12. Jendela Category generation akan terbuka, pada Number of categories isikan jumlah kategori yang ingin dibuat, pada pilihan Classification field pilih variabel yang ingin ditampilkan (gambar 2.30). 13. Pada pilihan Visualization, pilih skema warna dan kemudian klik Ok. 14. Klik Apply atau OK, maka tampilan result.shp akan berubah warna sesuai klasifikasi yang dilakukan (gambar 2.31). 20
22 Gambar 2.30 Pemilihan kategori warna pada result.shp Gambar 2.31 Kategori Flow_Out (aliran permukaan keluar) pada result.shp 2.8. Menampilkan Output SWAT Terdapat dua aplikasi yang dapat membantu user untuk menampilkan output dari SWAT, yaitu SWATPlot dan SWATGraph. SWATPlot merupakan alat untuk mengekstrak data dari file output SWAT, apakah dari proses tunggal maupun beberapa proses. SWATGraph merupakan alat untuk menampilkan output dari SWATPlot. Tahapan untuk menampilkan output SWAT pada SWATPlot adalah sebagai berikut: 21
23 1. Buka aplikasi SWATPlot, maka jendela SWATPlot akan muncul seperti gambar (2.32). Gambar 2.32 Tampilan SWATPlot 2. Pada Select Scenario Folder pilih floder scenario dalam folder projek, tutorial\scenario. 3. Klik menu Add Plot 4. Pilih scenario Run1 (hasil Run SWAT yang telah disimpan), Source pilih reach, Sub-basin pilih 5, dan untuk Variable pilih FLOW_OUTcms. Variabel FLOW_OUTcms merupakan debit aliran sungai rata-rata harian yang keluar dari outlet (m 3 /s), sehingga dalam simulasi nantinya kita akan menggunakan variabel ini. 5. Lakukan tahapan 3 dan 4 untuk Sub-basin 2, 3, 10, dan 11 (gambar 2.33) Gambar 2.33 Pemilihan plot untuk visualisasi simulasi 22
24 6. Klik Plot, maka kita akan diminta untuk memberi nama hasil Plot dan menyimpanya, Klik Save. 7. Akan muncul SWATGraph yang menampilkan hasil dari Plot variabel (gambar 2.34). 8. Kita dapat merupah bentuk grafik dari bentuk 2d bar menjadi 2d line, dengan cara merubah Chart Type. Gambar 2.34 Pemilihan plot untuk visualisasi simulasi 9. Kita dapat melihat visualisasi output yang telah kita buat dalam bentuk Excell, dengan cara membuaka folder project kita, buka folder Scenario, kemudian buka dengan format file Excell (gambar 2.35). Gambar 2.35 Pemilihan plot untuk visualisasi simulasi 23
25 3.1. Deliniasi DAS Cikapundung BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN DAS Cikapundung merupakan salah satu sub DAS dari DAS Citarum yang berada di sebelah Utara Kota Bandung, Jawa Barat. DAS Cikapundung secara geografis terletak antara 107,598º 107,648º BT dan 6,814º 6,882ºLS. Berdasarkan proses deliniasi DAS Cikapundung menggunakan SWAT terbentuk 16 sub DAS Cikapundung seperti terlihat pada gambar 3.1. Total luas sub DAS yang terbentuk yaitu sekitar 184,14 km 2. Deliniasi DAS ini terbentuk berdasarkan data digital elevation model (DEM) DAS Cikapundung dengan menambahkan titik outlet sebagai outlet debit aliran sungai sebanyak empat titik (gambar 3.1). Gambar 3.1 Peta Sub DAS Cikapundung hasil deliniasi DAS menggunakan SWAT 24
26 3.2. HRU (Hydrologic Response Units) DAS Cikapundung Setelah proses delineasi, dilakukan pembentukan HRU (hydrological response unit). Pada tahap ini dilakukan overlay antara hasil data DEM, data penggunaan lahan, serta data tanah. Berdasarkan proses pembentukan HRU menggunakan SWAT HRU yang terbentuk 16 HRU yang berbeda pada setiap sub DAS. Pada setiap sub DAS memiliki karakteristik dominasi jenis penggunaan tanah dan jenis tekstur tanah yang berbeda-beda. Dominasi jenis penggunaan tanah dan tektur tanah seperti terlihat pada gambar 3.2. Gambar 3.2 Peta HRU dominasi a) Jenis Penggunaan Tanah b) Jenis Tekstur Tanah 3.3. Hasil Visualisasi Debit Sungai SWAT mampu mensimulasikan aliran masuk dan keluar pada setiap sub DAS yang terbentuk. Untuk simulasi debit sungai pada daerah kajian DAS Cikapundung kali ini akan menggunakan variabel aliran keluar (FLOW_OUT) sebagai aliran debit yang keluar dari outlet. Hasil dari simulasi debit sungai pada setiap sub DAS dapat dilihat pada gambar 3.3. Berdasarkan sebarannya, sub DAS yang menunjukkan debit aliran harian yang tinggi berada pada sub DAS 2, 3, dan 5 dengan besar debit aliran harian berkisar lebih dari 6 m 3 /s. Debit harian maksium hasil simulasi SWAT berada di sub DAS 2 dengan besar debit harian 13 m 3 /s. Sebagian besar sub DAS yang dekat dengan hulu DAS Cikapundung termasuk dalam kategori rendah yaitu rata-rata berkisar 2 m 3 /s. Pada proses deliniasi DAS, terdapat lima outlet yang dijadikan sebagai acuan simulasi debit sungai. Berdasarkan aliran sungai yang terbentuk, keempat outlet ini mengaliri air pada sub DAS 5, 2, 3, 10, dan 11. Aliran sungai pada sub DAS tersebut selanjutnya yang menjadi simulasi debit pada SWATPlot dan SWATGraph. Grafik rata-rata debit harian pada tahun 2013 berdasarkan hasil simulasi seperti terlihat pada gambar
27 Debit (m 3 /s) Gambar 3.3 Peta debit harian hasil simulasi SWAT 25,000 20,000 15,000 Debit Simulasi SWAT Sub DAS 5 Sub DAS 3 Sub DAS 2 Sub DAS 10 Sub DAS 11 10,000 5, Bulan Gambar 3.4 Grafik debit hasil simulasi SWAT 26
28 3.4. Karakteristik Debit Sungai Simulasi Karakteristik debit sungai berdasarkan simulasi SWAT pada sub DAS 2, 3, 5, 10, dan 11 dilihat dari grafik debit simulasi (gambar 3.4) menunjukkan grafik yang sama. Dimana sub DAS 2 memiliki rata-rata debit sungai yang tertinggi dibanding sub DAS lainnya. Ratarata debit sungai bulanan pada sub DAS 2 adalah 13,32 m 3 /s dengan debit maksimum mencapai 21,9 m 3 /s pada bulan Desember dan debit minimum sebesar 5,64 m 3 /s pada bulan September. Debit sungai pada sub DAS 3 menunjukan debit sungai rata-rata bulanan sebesar 8,54 m 3 /s. Debit maksimum pada sub DAS ini terjadi pada bulan April yaitu sebesar 14,18 m 3 /s, sedangkan debit minimumnya terjadi pada bulan Januari dengan besar debit sungai yaitu 3,4 m 3 /s. Pada sub DAS 5, debit rata-rata bulanannya sebesar 6,79 m 3 /s. Debit maksimum pada sub DAS ini terjadi pada bulan April yaitu sebesar 11,4 m 3 /s. Debit minimumnya mencapai 2,65 m 3 /s yang terjadi pada bulan September. Rata-rata debit sungai bulanan pada sub DAS 10 dan 11 menunjukkan rata-rata yang tidak berbeda jauh yaitu sebesar 3,96 m 3 /s untuk sub DAS 10 dan 3,8 untuk sub DAS 11. Debit sungai maksimum untuk kedua sub DAS ini terjadi pada bulan yang sama yaitu pada bulan Desember, dengan besar debit maksimum sebesar 6,9 m 3 /s untuk sub DAS 10 dan 6,7 m 3 /s untuk sub DAS 11. Sedangkan untuk debit minimum pada kedua sub DAS ini juga terjadi pada bulan yang sama yaitu pada bulan September dengan besar debit 1,25 m 3 /s untuk sub DAS 10 dan 1,2 m 3 /s untuk sub DAS 11. Berdasarkan karakteristik besar debit sungai setiap bulan pada sub DAS 2, 3, 5, 10, dan 11, debit sungai akan mencapai maksimum pada bulan April dan Desember dan debit minimum cenderung terjadi pada bulan September Hubungan Debit Sungai dan Kondisi Iklim Berdasarkan grafik debit rata-rata harian simulasi SWAT (gambar 3.4), debit sungai mencapai maksimum rata-rata pada bulan Februari, April, Juli dan Desember. Sedangkan debit sungai minimum rata-rata terjadi pada bulan Agustus dan September. Fluktuasi rata-rata debit simulasi SWAT tersebut jika dihubungkan dengan kondisi curah hujan rata-rata memiliki hubungan yang signifikan. Dimana seperti terlihat pada gambar 3.5, rata-rata curah hujan yang turun menunjukkan grafik yang sama dengan rata-rata debit sungai pada setiap DAS. Dengan demikian tingginya debit sungai yang terjadai pada sub DAS 2, 3, 5, 10 dan 11 berkaitan dengan fluktuasi curah hujan yang jatuh, dimana semakin besar intensitas hujan yang jatuh maka semakin besar pula debit sungai. 27
29 Debit (m 3 /s) Debit Simulasi SWAT dan Rata-Rata Curah Hujan 30,000 25,000 20,000 Sub DAS 5 Sub DAS 3 Sub DAS 2 Sub DAS 10 Sub DAS 11 Curah Hujan 15,000 10,000 5, Bulan Gambar 3.5 Grafik Hubungan debit simulasi dengan rata-rata curah hujan 3.6. Analisa Debit Sungai dan Resiko Banjir Seiring dengan peningkatan pembangunan dan laju alih fungsi kawasan konservasi menjadi lahan terbangun di daerah hulu DAS Cikapundung maka kapasitas infiltrasi air hujan di DAS ini menurun drastis, sehingga air yang mengalir di limpasan (surface runoff) menjadi besar dan masuk menjadi air tanah dan aliran dasar (baseflow) menjadi berkurang. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab bertambahnya resiko banjir di downstream DAS Cikapundung saat musim basah dan semakin kecilnya aliran di saat musim kering. Berdasarkan analisa debit sungai dengan jenis penggunaan tanah, diketahui bahwa sub DAS yang memiliki rata-rata debit sungai yang tinggi memiliki dominasi jenis penggunaan tanah berupa pemukiman (gambar 3.6). Sub DAS dengan rata-rata debit sungai yang tinggi terdapat pada sub DAS 2, 3, dan 5, jika dilihat dominasi jenis penggunaan tanahnya berupa pemukiman dan pertanian musim yang kering. Jika dilihat elevasinya (gambar 3.1), ketiga sub DAS ini cenderung tergolong menuju elevasi yang landai. Dengan demikian semakin bertambahnya alih fungsi lahan menjadi pemukiman serta dengan kondisi elevasi yang landai menyebabkan sub DAS 2, 3, dan 5 tergolong beresiko terhadap banjir. 28
30 Gambar 3.6 Peta Hubungan penggunaan tanah dan rata-rata debit sungai 29
31 BAB IV KENDALA DAN KELEBIHAN APLIKASI SWAT 4.1. Kendala Menjalankan Simulasi SWAT 1. Data - Ukuran Besar, data yang harus didownload yaitu : a. MapWindow GIS Installer (48.8 MB) b. MWSWAT 2012 plugin (13.8 MB) c. SWATeditor plugin (63.4 MB) d. World Data Grids (4 MB) e. Digital Elevation Map (DEM) (200 MB) f. Landuse Map (20 MB) g. Soil Map (5 MB) h. Globar River Basin Map (30 MB) i. Weather Data (5 MB) J. SWATplot (10 MB) - Totally Raw data Data yang telah didownload belum siap pakai, butuh proses lanjut agar dapat disimulasikan. 2. Proyeksi - Tutorial tidak memadai Karena data yang masih harus diproses lebih lanjut, dibutuhkan penjelasan yang lengkap dan sistematis. Dalam hal ini, tutorial yang tersedia tidak cukup jelas sehingga pada saat proyeksi dilakukan, banyak kendala yang dihadapi. - Trial & Error Akibat tutorial yang tidak memadai, hal yang harus dilakukan yaitu trial dan error dalam pengerjaan proyeksi data yang akan digunakan. - Time Consuming Proses trial dan error yang berkali-kali membutuhkan waktu yang lama sampai data siap untuk disimulasikan. 3. Simulasi - Konversi data Dalam proses simulasi MWSWAT 2012, dibutuhkan data cuaca. Format yang diperlukan agar dapat diproses yaitu.wgn. Proses yang dilakukan membutuhkan waktu yang lama. 30
32 - Butuh memori yang besar Proses running simulasi MWSWAT direkomendasikan di perangkat komputer yang memiliki memori RAM di atas 4 GB agar proses simulasi tidak gagal. - Banyak Bug Terkadang dalam simulasi, walaupun memori perangkat komputer telah cukup, proses simulasi gagal untuk menghasilkan output yang seharusnya. Setelah dicoba di perangkat komputer yang memorinya lebih rendah, proses berjalan sukses Kelebihan Menggunakan Simulasi SWAT 1. Data - Gratis Tidak dibutuhkan dana sedikitpun dalam simulasi MWSWAT dari awal sampai akhir dan sifatnya legal. - Tersedia lengkap Selain gratis, data yang tersedia lengkap. Data yang tersedia meliputi seluruh permukaan bumi. 2. Simulasi - Cepat dan ringkas Dengan syarat data telah siap setelah proses proyeksi dan konversi yang lama serta memori mencukupi, proses simulasi MWSWAT membutuhkan waktu hanya kurang dari 1 jam dari awal sampai akhir. 31
33 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil simulasi menggunakan SWAT diperoleh 16 sub DAS, dimana sub DAS yang sesuai dengan outlet debit sungai adalah sub DAS 2, 3, 5, 10, dan 11. Hasil simulasi debit harian dari simulasi SWAT menunjukkan grafik yang sama. Dimana rata-rata debit sungai terbesar berada di sub DAS 2, dengan rata-rata debit sungai adalah 13,32 m 3 /s. k Berdasarkan karakteristik besar debit sungai setiap bulan pada sub DAS 2, 3, 5, 10, dan 11, debit sungai akan mencapai maksimum pada bulan April dan Desember dan debit minimum cenderung terjadi pada bulan September. Hal ini sesuai dengan grafik rata-rata curah hujan pada DAS Cikapundung, dimana debit maksimum terjadi pada saat bulan yang menunjukan curah hujan tinggi. Sub DAS yang memiliki rata-rata debit sungai tinggi (sub DAS 2, 3 dan 5) didominasi jenis penggunaan tanah berupa pemukiman dan memiliki elevasi landai. Dengan demikian perkiraan adanya perubahan alih fungsi lahan menjadi pemukiman semakin besar serta dengan kondisi elevasi yang landai menyebabkan sub DAS 2, 3, dan 5 beresiko terhadap banjir. 32
34 DAFTAR PUSTAKA Neitsch, S.L. Arnold, J.G. Kiniry, J.R. and K.W. King.Williams, J.R. (2002). Soil and Water Assessment Tool Theoretical Documentation version Grassland, Soil and Water Research Laboratory. Agricultural Research Service. Temple, Texas. Blackland Research Center. Texas Agricultural Experiment Station. Temple, Texas. Published 2002 by Texas Water Resources Institute, College Station, Texas. Gassman, P.W., J.R. Williams, V.R. Benson, R.C. Izaurralde, L.M. Hauck, C.A. Jones, J.D. Atwood, J.R. Kiniry, and J.D. Flowers Historical Development and Applications of the EPIC and APEX models. CARD Working Paper 05-WP 397. Center for Agricultural and Rural Development, Iowa State University. Available at: Diakses pada 04 Oktober Gassman, P. W., M. Reyes, C. H. Green, and J. G. Arnold The Soil and Water Assessment Tool: Historical development, applications, and future directions. Trans. ASABE 50(4): Easton, Z.M, Fuka, D.R, Todd, W, Cowan, D.M, Schneiderman, E.M, Steenhuis, T.S. (2007). Re-conceptualizing the soil and water assessment tool (SWAT) model to predict runoff from variable source areas. Journal of Hydrology (2008) 348, Chandra, A Prediksi dan Karakteristik Daerah Aliran Cileungsi Hulu Kabupaten Bogor Tahun 2020 dan Skripsi. Universitas Indonesia Emiyati Hydrologic Response Unit (HRU) dan Debit Aliran Daerah Ci Rasea. Thesis. Universitas Indonesia 33
METODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian berada di sub-das Citarum Hulu, Kecamatan Bandung, Provinsi Jawa Barat seperti yang tampak pada Gambar 3 (BAPPEDA Provinsi Jawa Barat dan peta
Lebih terperinciANALISIS WILAYAH KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KURANJI DENGAN APLIKASI SWAT
ANALISIS WILAYAH KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KURANJI DENGAN APLIKASI SWAT Fadli Irsyad 1 dan Eri Gas Ekaputra 1 1 Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Univ. Andalas, Padang 25163 *
Lebih terperinciAnalisis Kondisi Hidrologi Daerah Aliran Sungai Kedurus untuk Mengurangi Banjir Menggunakan Model Hidrologi SWAT
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-107 Analisis Kondisi Hidrologi Daerah Aliran Sungai Kedurus untuk Mengurangi Banjir Menggunakan Model Hidrologi SWAT Santika
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN Analisis debit Sungai Cidanau dilakukan untuk mendapatkan ketersediaan air pada DAS Cidanau. Hal ini dilakukan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi pada jumlah air yang
Lebih terperinci2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Fisik Sub DAS Cisadane Hulu Daerah Legokmuncang Secara geografis Sub DAS Cisadane Hulu terletak pada 106 o 44 24 106 o 56 24 BT dan 006 o 35 60 006 o 46 48 LS. Sub
Lebih terperinciGambar 1. Siklus hidrologi (Ward et al, 1995)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hidrologi Cabang ilmu yang mempelajari tentang air disebut sebagai Hidrologi. Hidrologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata hydro (air) dan loge (ilmu) (Ward et al, 1995).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung yang meliputi area tangkapan (catchment area) seluas 142,11 Km2 atau 14.211 Ha (Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Lebih terperinciLAMPIRAN PROSEDUR ANALISA DENGAN ARCGIS
LAMPIRAN PROSEDUR ANALISA DENGAN ARCGIS Prosedur Pengolahan Pemetaan Dengan ArcGIS Software Arcgis berperan penting dalam analisis perhitungan sedimentasi pada penelitian ini, dikarenakan data-data yang
Lebih terperinciMAP VISION citrasatelit.wordpress.com MEI
MAP VISION citrasatelit.wordpress.com MEI 2015 1 [Tutorial] Reprojection di ArcGIS (ArcMap) Dalam pengerjaan pengolahan data citra satelit, terkadang ditemui kasus bahwa data citra satelit yang akan digabungkan
Lebih terperinciMasukkan CD Program ke CDROM Buka CD Program melalui My Computer Double click file installer EpiInfo343.exe
Epi Info Instalasi File Installer Masukkan CD Program ke CDROM Buka CD Program melalui My Computer Double click file installer EpiInfo343.exe File installer versi terbaru dapat diperoleh melalui situs
Lebih terperinci3.1 WAKTU DAN TEMPAT 3.2 ALAT DAN BAHAN
III. METODOLOGI 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilakukan di Sub DAS Cisadane hulu dengan menggunakan outlet sungai daerah Batubeulah. Sub DAS Cisadane Hulu secara geografis terletak pada 106 28 53.61-106
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Penggunaan lahan Sub DAS Cisadane Hulu
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Sub DAS Cisadane Hulu Sub Daerah Aliran Sungai Cisadane Hulu merupakan bagian dari DAS Cisadane yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian hilir, tengah,
Lebih terperinciMEMBUAT PETA POTENSI LONGSOR DAN RAWAN BANJIR BANDANG MENGGUNAKAN ArcGIS 10.0
MODUL PELATIHAN MEMBUAT PETA POTENSI LONGSOR DAN RAWAN BANJIR BANDANG MENGGUNAKAN ArcGIS 10.0 Februari 2012 Versi 2.1 DAFTAR ISI I. Mempersiapkan Data... 1 I.1. Digitasi area longsor dan mikrotopografi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di muara Sungai Cikapundung yang merupakan salah satu anak sungai yang berada di hulu Sungai Citarum. Wilayah ini terletak di Desa Dayeuhkolot,
Lebih terperinci10.1 Pelajaran: Menginstal dan mengatur Plugin
BAB 10 Modul: Plugin Plugin memungkinkan Anda untuk memperbanyak fungsi dalam QGIS. Dalam modul ini, Anda akan ditunjukkan bagaimana mengaktifkan dan menggunakan plugin. 10.1 Pelajaran: Menginstal dan
Lebih terperinciPENDUGAAN DEBIT ALIRAN SUNGAI CILIWUNG DI BENDUNG KATULAMPA MENGGUNAKAN SOFTWARE ARCSWAT PUTRI RODUA MARBUN
PENDUGAAN DEBIT ALIRAN SUNGAI CILIWUNG DI BENDUNG KATULAMPA MENGGUNAKAN SOFTWARE ARCSWAT PUTRI RODUA MARBUN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciPENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK
PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK DAS Cisadane Hulu merupakan salah satu sub DAS Cisadane yang
Lebih terperinciBAB 4 DIGITASI. Akan muncul jendela Create New Shapefile
BAB 4 DIGITASI 4.1. Membuat Data Spasial Baru Pada bagian ini, akan dipelajari bagaimana membuat data spasial baru dengan format shapefile yang merupakan format standard Arc View. Buka ArcCatalog Tentukan
Lebih terperinciAnalisis Debit Sungai dengan Menggunakan Model SWAT pada DAS Cipasauran, Banten
, Oktober 2015 Tersedia online OJS pada: Vol. 3 No. 2, p 113-120 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtep P-ISSN 2407-0475 E-ISSN 2338-8439 DOI: 10.19028/jtep.03.2.113-120 Technical Paper Analisis Debit
Lebih terperinci3 MEMBUAT DATA SPASIAL
3 MEMBUAT DATA SPASIAL 3.1 Pengertian Digitasi Peta Digitasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses konversi data analog ke dalam format digital. Objek-objek tertentu seperti jalan, rumah, sawah
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN III.1. Area Penelitian Area penelitian didasarkan pada data LiDAR, antara koordinat 7 50 22.13 LS 139 19 10.64 BT sampai dengan 7 54 55.53 LS 139 23 57.47 BT. Area penelitian
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Dukungan Perangkat Keras (Hardware) Perangkat keras yang diperlukan untuk menjalankan aplikasi Sistem Informasi Geografi Prediksi Banjir ini
Lebih terperinci12. DAERAH ALIRAN SUNGAI
D a e r a h A l i r a n S u n g a i 69 12. DAERAH ALIRAN SUNGAI Sumber (ArcGis Desktop Help) Fungsi pada bagian ini menerangkan tentang indentifikasi areaarea yang merupakan tempat berkumpulnya air (batas
Lebih terperinciLOCUS GIS. Oleh : IWAN SETIAWAN
LOCUS GIS Oleh : IWAN SETIAWAN FORUM FUNGSIONAL TERTENTU PROVINSI SULAWESI SELATAN AGUSTUS 2016 LOCUS GIS Locus GIS adalah program GIS berbasis Android yang dibuat oleh Asamm Software, Praha, Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I 1.1. Latar Belakang Pembukaan lahan untuk perumahan dan pemukiman pada daerah aliran sungai (DAS) akhir-akhir ini sangat banyak terjadi khususnya pada kota-kota besar, dengan jumlah dan pertumbuhan
Lebih terperinciMembuat File Database & Tabel
Membuat File Database & Tabel Menggunakan MS.Office Access 2010 Database merupakan sekumpulan data atau informasi yang terdiri atas satu atau lebih tabel yang saling berhubungan antara satu dengan yang
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN III.1. Data Penelitian Data yang digunakan dalam pelaksanaan Evaluasi Kesesuaian Tata Letak Bangunan Terhadap Sempadan Jalan Di Kawasan Central Business District Kota Semarang
Lebih terperinciE-Trik Visual C++ 6.0
DISCLAIMER Seluruh dokumen E-Trik di dalam CD ini dapat digunakan dan disebarkan secara bebas untuk tujuan belajar bukan komersial (non-profit), dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut penulis
Lebih terperinci16) Setelah layer contour masuk pilihan, pada kolom height_field pilih Elevation, dan pada kolom tag_field pilih <None>. Klik tombol OK.
16) Setelah layer contour masuk pilihan, pada kolom height_field pilih Elevation, dan pada kolom tag_field pilih . Klik tombol OK. 17) Proses pembuatan TIN memakan waktu cukup lama. Berbagai macam
Lebih terperinciIdentifikasi wilayah rawan longsor dengan menggunakan ekstensi SINMAP dalam Arc View 3.3
Identifikasi wilayah rawan longsor dengan menggunakan ekstensi SINMAP dalam Arc View 3.3 Oleh, Ardiansyah (Mahasiswa Geografi, Univ. Indonesia Tahun 2007) Sinmap merupakan salah satu ekstensi tambahan
Lebih terperinciSistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ArcGIS 10.2 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ArcGIS 10.2 Oleh: Deni Ratnasari 3513100040 Rizky Annisa Putri 3513100041 Cristian Febrianto 3513100051 Dody Pambudhi 3513100054 Kelas : Sistem Informasi
Lebih terperinciC. Prosedur Pelaksanaan
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan peta-peta digital beserta data tabulernya, yaitu peta administrasi, peta tanah, peta geologi, peta penggunaan Lahan (Landuse), peta lereng,
Lebih terperinciPengenalan SPSS 15.0
Pengenalan SPSS 15.0 1.1 Pengantar SPSS SPSS atau kepanjangan dari Statistical Product and Service Solution merupakan salah satu dari sekian banyak software statistika yang banyak digunakan oleh berbagai
Lebih terperinciCARA DOWNLOAD CITRA RESOLUSI TINGGI DARI GOOGLE EARTH DAN TRANSFORMASI KOORDINAT DATA RASTER MENGGUNAKAN SOFTWARE ARCMAP 10.1 PART 1 : download citra resolusi tinggi dari Google Earth Bagi sebagaian besar
Lebih terperinciMembuat File Database & Tabel
Membuat File Database & Tabel Menggunakan MS.Office Access 2013 Database merupakan sekumpulan data atau informasi yang terdiri atas satu atau lebih tabel yang saling berhubungan antara satu dengan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Hidrologi sebagai cabang ilmu yang basisnya adalah pengukuran Fenomena Alam, dihadapkan pada tantangan bagaimana memodelkan atau memprediksi proses hidrologi pada
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN PEMBANGUNAN INDEKS KERENTANAN PANTAI
MODUL PELATIHAN PEMBANGUNAN INDEKS KERENTANAN PANTAI Modul Pengolahan Data Tinggi Gelombang Signifikan Disusun oleh : Erwin Maulana M. Tri Hartanto 2010 Pendahuluan Tinggi gelombang signifikan (significant
Lebih terperinciPENGENALAN DAN PEMANFAATAN
PENGAMATAN CUACA DAN PENGELOLAAN DATA IKLIM MELALUI AUTOMATIC WEATHER STATION (AWS) TELEMETRI UNTUK PEMANTAUAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PERKEBUNAN BBP2TP SURABAYA - Latitude 7 34'2.85"S dan
Lebih terperinciMODEL HIDROGRAF BANJIR NRCS CN MODIFIKASI
MODEL HIDROGRAF BANJIR NRCS CN MODIFIKASI Puji Harsanto 1, Jaza ul Ikhsan 2, Barep Alamsyah 3 1,2,3 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan,
Lebih terperinciTUGAS. Otomatisasi Arc Hydro Tools menggunakan ModelBuilder. SIG untuk Teknik Sipil dan Lingkungan. Mahasiswa: Vita Ayu Kusuma Dewi NRP.
TUGAS SIG untuk Teknik Sipil dan Lingkungan Otomatisasi Arc Hydro Tools menggunakan ModelBuilder Mahasiswa: Vita Ayu Kusuma Dewi NRP. F451150121 PROGRAM MAGISTER DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
Lebih terperinciadalah jenis-jenis tombol-tombol (buttons) yang dipakai di dalam system ini : Gambar 4.63 : Tombol ruler
159 Selain alat Bantu (tool) seperti yang telah disebutkan di atas, ada juga tomboltombol (buttons) yang berfungsi untuk melakukan beberapa analisis peta. Di bawah ini adalah jenis-jenis tombol-tombol
Lebih terperinciusing ArcGIS Agus Wibowo MSc in IT for NRM Bogor Agricultural University
Watershed Application using ArcGIS Agus Wibowo MSc in IT for NRM Bogor Agricultural University e-mail: aw3126@yahoo.com Aplikasi GIS untuk Watershed Menentukan batas DAS / watershed boundaries Menentukan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di DAS Citarum hulu dengan luas DAS sebesar 12.000 km 2. Sungai Citarum yang berhulu di gunung Wayang, Kabupaten Bandung (1700 m
Lebih terperinciKUANTIFIKASI JASA LINGKUNGAN PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA DAS CISADANE HULU. Aji Winara dan Edy Junaidi ABSTRAK
KUANTIFIKASI JASA LINGKUNGAN PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA DAS CISADANE HULU Aji Winara dan Edy Junaidi ABSTRAK Sistem agroforestry merupakan integrasi antara beberapa aspek ekologis dan ekonomis.
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk pemakaian aplikasi yang
57 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Dalam bab ini, selain menjelaskan mengenai kebutuhan minimum untuk perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk pemakaian aplikasi yang dihasilkan, juga akan
Lebih terperinciARCVIEW GIS 3.3. Gambar 1. Tampilan awal Arcview 3.3
ARCVIEW GIS 3.3 1. Pengantar GIS GIS (Geographic Information System) merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengelola (input, manajemen, proses dan output) data spasial atau data yang bereferensi
Lebih terperinciGambar 1. Peta DAS penelitian
Gambar 1. Peta DAS penelitian 1 1.1. Proses Penentuan Model Kemiringan Lereng Kemiringan lereng ditentukan berdasarkan informasi ketinggian dan jarak pada data DEM yang berbasis raster (piksel). Besarnya
Lebih terperinciPengantar Saat ini terdapat beberapa aplikasi pemetaan yang digunakan di dunia baik yang berbayar maupun yang sifatnya gratis. Beberapa nama besar apl
PETUNJUK SINGKAT PENGGUNAAN UNTUK PEMETAAN TEMATIK http://www.labpemda.org April 2017 1 Pengantar Saat ini terdapat beberapa aplikasi pemetaan yang digunakan di dunia baik yang berbayar maupun yang sifatnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Daur Hidrologi. B. Daerah Aliran Sungai
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Daur Hidrologi Persediaan air segar dunia hampir seluruhnya didapatkan dalam bentuk hujan sebagai hasil dari penguapan air laut. Proses proses yang tercakup dalam peralihan uap
Lebih terperinciGambar 3. 1 Wilayah Sungai Cimanuk (Sumber : Laporan Akhir Supervisi Bendungan Jatigede)
45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini direncanakan di wilayah anak anak sungai Cimanuk, yang akan dianalisis potensi sedimentasi yang terjadi dan selanjutnya dipilih
Lebih terperinciModul : Grass Pelajaran :Pengaturan GRASS Ikuti bersama: Mulai Proyek GRASS Baru BAB 12
BAB 12 Modul : Grass GRASS (Geographic Resources Analysis Support System) merupakan perangkat lunak SIG open source yang memiliki banyak fungsi SIG dan sudah dikenal dengan baik. GRASS dirilis pertama
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metodologi Penelitian Pengumpulan Bahan Penelitian. Dalam penelitian ini bahan atau materi dikumpulkan melalui :
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Metodologi Penelitian 3.1.1 Pengumpulan Bahan Penelitian Dalam penelitian ini bahan atau materi dikumpulkan melalui : 1) Data primer, yaitu memperoleh sumber data penelitian langsung
Lebih terperinciGambar 2. Peta lokasi penelitian
III. METODE PEELITIA A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Sub DAS Ciliwung Hulu dari bulan Juni sampai bulan Desember 2010. Secara geografis lokasi Sub DAS Ciliwung Hulu terletak antara 6
Lebih terperincikebutuhannya, masyarakat merambah hutan untuk dikonversi menjadi lahan pertanian. Konversi hutan dan lahan juga dilakukan oleh kegiatan pembangunan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan yang dominan disebabkan oleh berubahnya kondisi tutupan lahan hutan akibat pemanfaatan lahan oleh aktivitas manusia yang tidak sesuai dengan peruntukannya.
Lebih terperinciBAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK
BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK Dalam mempelajari perilaku hidraulika lairan, perlu dilakukan permode;lan yang menggambarkan kondisi sebuah saluran. Permodelan dapat dilakukan dengan menggunakan software
Lebih terperinciMANUAL PENGOPERASIAN JSTOCKINVENTORY Twitter
MANUAL PENGOPERASIAN JSTOCKINVENTORY 2 www.jasaplus.com 082227927747 Twitter : @ringlayer email : ringlayer@gmail.com jasapluscom@yahoo.com DAFTAR ISI BAB 1. PENGENALAN DAN INSTALASI JSTOCKINVENTORY 1.1.
Lebih terperinciM O D U L PENYUSUNAN PETA STATUS KERUSAKAN TANAH
M O D U L PENYUSUNAN PETA STATUS KERUSAKAN TANAH MENGGUNAKAN QUANTUM GIS 1.8.0 LISBOA 2013 PUSAT PENGELOLAAN EKOREGION SULAWESI DAN MALUKU KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP 1. Membuat Folder Baru di Windows
Lebih terperinciSetting Client Pada PC (OS Windows 7 SP1) Last Update: 19 Agustus 2015
Setting Email Client Pada PC (OS Windows 7 SP1) Last Update: 19 Agustus 2015 File installer Mozilla Thunderbird bisa didownload pada halaman https://www.mozilla.org/en- US/thunderbird/ atau di http://cloud.mikroskil.ac.id
Lebih terperinciPenyusunan PETA RISIKO
Penyusunan PETA RISIKO LEMBAGA PENANGGULANGAN BENCANA DAN PERUBAHAN IKLIM NAHDATUL ULAMA Humanitarian OpenStreetMap Team 1 PETA RISIKO adalah peta yang menunjukkan tingkat risiko suatu wilayah dan/atau
Lebih terperinciPengenalan Hardware dan Software GIS. Spesifikasi Hardware ArcGIS
Software SIG/GIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Spesifikasi Hardware ArcGIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Table Of
Lebih terperinciSTUDI PENILAIAN INDIKATOR KINERJA DAS KONAWEHA AKIBAT PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN BERDASARKAN KRITERIA HIDROLOGIS
54 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 1, Mei 2014, hlm 54 60 STUDI PENILAIAN INDIKATOR KINERJA DAS KONAWEHA AKIBAT PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN BERDASARKAN KRITERIA HIDROLOGIS Riwin Andono 1 Lily Montarcih
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Sumber referensi yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini berasal dari jurnal-jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian. Jurnal-jurnal yang berkaitan
Lebih terperinciPENGANTAR : GEODATABASE 2. Personal Geodatabase 3 Komponen Geodatabase 3 Feature Class 4 ShapeFile 5 Tabel 6 LATIHAN : MEMBANGUN GEODATABASE 7
PENGANTAR : GEODATABASE 2 Personal Geodatabase 3 Komponen Geodatabase 3 Feature Class 4 ShapeFile 5 Tabel 6 LATIHAN : MEMBANGUN GEODATABASE 7 Menyiapkan hasil desain Skema Database 7 Membuat Struktur Database
Lebih terperinciTUGAS SISTEM INFORMASI PERENCANAAN PERMODELAN BUILDER
TUGAS SISTEM INFORMASI PERENCANAAN PERMODELAN BUILDER OLEH: LIARIZZA WARDANI 135060607111013 KELAS A JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciDaftar Isi. 1. Panduan Instalasi Aplikasi PDSR3 2. Panduan Merubah Region dan Language ke format Indonesia 3. Panduan Tambah Formulir Data Pribadi
Daftar Isi 1. Panduan Instalasi Aplikasi PDSR3 2. Panduan Merubah Region dan Language ke format Indonesia 3. Panduan Tambah Formulir Data Pribadi 4. Panduan Tambah Laporan Kegiatan PDSR3 5. Panduan Edit/Ubah
Lebih terperinciMODUL DASAR ArcGIS ver Pelatihan Software Himpunan Mahasiswa Sipil UNS
MODUL DASAR ArcGIS ver 10.1 Pelatihan Software Himpunan Mahasiswa Sipil UNS 2015 Modul Dasar ArcGIS 10.1 1. Deskripsi Umum ArcGIS merupakan salah satu perangkat lunak yang dapat menunjang Sistem Informasi
Lebih terperinciBab IV Metodologi dan Konsep Pemodelan
Bab IV Metodologi dan Konsep Pemodelan IV.1 Bagan Alir Metodologi Penelitian Bagan alir metodologi penelitian seperti yang terlihat pada Gambar IV.1. Bagan Alir Metodologi Penelitian menjelaskan tentang
Lebih terperinciLAMPIRAN Menggabungkan Citra dari Wikimapia dengan metode Panavue; Metode Panavue. 2. Kemudian pilih File, lalu New Project
LAMPIRAN Menggabungkan Citra dari Wikimapia dengan metode Panavue; Metode Panavue 1. Buka Logo Panavue 2. Kemudian pilih File, lalu New Project 3. Pada kotak dialog New Project, pastikan Project Types
Lebih terperinciPATCH ANALYSIS MENGGUNAKAN FRAGSTAT (Studi Kasus Area Jambi) Oleh : Muhammad Ramdhan
PATCH ANALYSIS MENGGUNAKAN FRAGSTAT (Studi Kasus Area Jambi) Oleh : Muhammad Ramdhan Pendahuluan Patch merupakan suatu terminologi dasar dalam ekologi lanskap didefinisikan sebagai sebuah area yang relatif
Lebih terperinciMODUL 3 IMPORT DATA DARI MAPINFO KE DATABASE. Praktikan dapat mengetahui cara meng-inport data dari MapInfo ke database pada PostgreSQL.
MODUL 3 IMPORT DATA DARI MAPINFO KE DATABASE A. Tujuan Praktikan dapat mengetahui cara meng-inport data dari MapInfo ke database pada PostgreSQL. B. Tools a. MapInfo 10.5 b. PostgreSQL c. PostGIS C. Teori
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Lingkup Sistem Sistem Informasi Prediksi Laju Erosi disusun dengan kombinasi bahasa pemrograman yaitu PHP, HTML, JavaScript. Sistem ini juga disusun dengan bantuan framework
Lebih terperinciPERTEMUAN 12 PEMBUATAN PETA TEMATIK QUERY DATA. Oleh: Andri Oktriansyah
PERTEMUAN 12 PEMBUATAN PETA TEMATIK QUERY DATA Oleh: Andri Oktriansyah JURUSAN SURVEI DAN PEMETAAN UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG 2017 1. QUERY DATA 1.1 Bekerja dengan Data Atribut Seperti yang
Lebih terperinciDimana: Tmxbulan. Dimana: Tmnbulan
VII. LAMPIRAN Lampiran 1. Tahapan pembuatan parameter-parameter pembangkit data iklim harian Proses pembuatan parameter-parameter pembangkit data iklim harian dapat dilakukan secara manual dengan menghitung
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK DAS Citarum merupakan DAS terpanjang terbesar di Jawa Barat dengan area pengairan meliputi Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Bekasi, Cianjur, Indramayu,
Lebih terperinciCara Install Java SE Development Kit (JDK) di Windows
Cara Install Java SE Development Kit (JDK) di Windows 1. Download Java JDK Versi Terbaru 2. Klik dua kali pada file instalasi yang sudah didownload dan akan membuka dialog installer java. 3. Klik next,
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN PELATIHAN PEMBANGUNAN INDEKS KERETANAN PANTAI
MODUL PELATIHAN PELATIHAN PEMBANGUNAN INDEKS KERETANAN PANTAI Modul Pengolahan Data Elevasi / Ketinggian Di susun oleh : Santoso 2010 PENDAHULUAN Salah satau paramater dalam penentuan indeks kerentanan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan
15 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran (KST); Sub DAS Kali Madiun, DAS Solo. Sebagian besar Sub-sub DAS KST secara administratif
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI DAN LAJU EROSI SEBAGAI FUNGSI PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN
EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI DAN LAJU EROSI SEBAGAI FUNGSI PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DESEMBER, 2014 KATA PENGANTAR Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 21/PRT/M/2010
Lebih terperinciBAB 3 KOREKSI KOORDINAT
BAB 3 KOREKSI KOORDINAT Sebagai langkah awal dalam memproduksi data spasial dalam format digital, petapeta analog (berupa print out atau cetakan) di-scan ke dalam format yang dapat dikenali oleh ArcGIS.
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Sumber referensi yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini berasal dari jurnal-jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian. Jurnal-jurnal yang berkaitan
Lebih terperinciBAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING
BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING APLIKASI GIS UNTUK PEMBUATAN PETA INDIKATIF BATAS KAWASAN DAN WILAYAH ADMINISTRASI DIREKTORAT PENGUKURAN DASAR DEPUTI BIDANG SURVEI, PENGUKURAN DAN PEMETAAN BADAN PERTANAHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan aspek fisik, sosial dan ekosistem yang di dalamnya mengandung berbagai permasalahan yang komplek, seperti degradasi
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
54 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Program 4.1.1 Spesifikasi Kebutuhan Program Spesifikasi Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan untuk merancang sistem ini adalah : Processor
Lebih terperinciLatihan 2 : Displaying data
Latihan 2 : Displaying data 2-2 Memulai aplikasi dan menambahkan (Add) layer objek line 2-3 Menambahkan layer objek polygon 2-5 Menambahkan layer objek point 2-6 Mengganti nama layer 2-7 Klasifikasi dan
Lebih terperinciGambar 1. Siklus Hidrologi (Ward, 1967)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siklus Hidrologi Siklus hidrologi didefinisikan sebagai suksesi tahapan-tahapan yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer (Seyhan, 1977). Sumber tenaga
Lebih terperinciBab I Pengenalan ArcGIS Desktop
Bab I Pengenalan ArcGIS Desktop Bab ini akan membahas tentang: - Pengenalan ArcGIS Desktop - Pembuatan project pada ArcMap - Penambahan layer pada ArcMap 1.1 Sekilas tentang ArcGIS Desktop ArcGIS Desktop
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Alat dan Data 1. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Perangkat Keras (Hardware) 1) Laptop Dell Intel Core 2 Duo CPU T6600 @2.20GHz 2.20 GHz, 2.00
Lebih terperinciPraktikum 2 - Digitasi Peta : Membuat Peta Digital
Praktikum 2 - Digitasi Peta : Membuat Peta Digital Oleh : Ahmad Luky Ramdani, S.Kom., M.Kom dan Hafiz Budi Firmansyah, S.Kom., M.Sc Sistem Informasi Geografis Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017-2018 Institut
Lebih terperinciESTIMASI DEBIT ALIRAN BERDASARKAN DATA CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS : WILAYAH SUNGAI POLEANG RORAYA)
JURNAL TUGAS AKHIR ESTIMASI DEBIT ALIRAN BERDASARKAN DATA CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS : WILAYAH SUNGAI POLEANG RORAYA) Oleh : LAODE MUH. IQRA D 111 10 310 JURUSAN
Lebih terperinciBAB I MENGENAL PLANNER
Bab I Mengenal Planner BAB I MENGENAL PLANNER Planner adalah tool manajemen proyek yang general purpose dan menyediakan berbagai fitur, yang tersedia melalui 4 layar terpisah yang disebut layout views.
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Untuk menjalankan alat bantu normalisasi ini dibutuhkan sarana perangkat keras
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Sistem Untuk menjalankan alat bantu normalisasi ini dibutuhkan sarana perangkat keras dan piranti lunak sebagai berikut : Spesifikasi
Lebih terperinciPraktikum 1 - Pengantar Quantum GIS
Praktikum 1 - Pengantar Quantum GIS Oleh : Ahmad Luky Ramdani, S.Kom., M.Kom dan Hafiz Budi Firmansyah, S.Kom., M.Sc Sistem Informasi Geografis Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017-2018 Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum tahun 1940-an analisis geografis dilakukan dengan melakukan tumpung tindih (overlay) beberapa jenis peta pada area tertentu. Namun sejak tahun 1950- an dikembangkan
Lebih terperinciPREDIKSI PERUBAHAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN SEBAGAI USAHA MITIGASI BANJIR DI MANADO
PREDIKSI PERUBAHAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI AKIBAT PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN SEBAGAI USAHA MITIGASI BANJIR DI MANADO Cindy Jeane Supit Jeffry Dantje Mamoto Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk Daerah Irigasi Banjaran meliputi Kecamatan Purwokerto Barat, Kecamatan Purwokerto Selatan,
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN PEMBANGUNAN INDEKS KERENTANAN PANTAI
MODUL PELATIHAN PEMBANGUNAN INDEKS KERENTANAN PANTAI Modul Pengolahan Data Tren Kenaikan Muka Laut Relatif Disusun oleh : M. Tri Hartanto Erwin Maulana 2010 Pendahuluan Data kenaikan muka laut ini didapatkan
Lebih terperinciMANUAL PENGGUNAAN GIS BENIH
MANUAL PENGGUNAAN GIS BENIH I. STRUKTUR FILE Struktur File di Sistem computer yang di harapkan adalah sebagai berikut : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Gambar 1. Struktur File Keterangan Gambar 1. : 1. Folder dan File
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Pera ngkat Lunak. program aplikasi dengan baik adalah sebagai berikut:
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Pera ngkat Lunak 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum hardware yang digunakan untuk menjalankan program aplikasi dengan
Lebih terperinciANALISIS PERUBAHAN BILANGAN KURVA ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF CURVE NUMBER) TERHADAP DEBIT BANJIR DI DAS LESTI
ANALISIS PERUBAHAN BILANGAN KURVA ALIRAN PERMUKAAN (RUNOFF CURVE NUMBER) TERHADAP DEBIT BANJIR DI DAS LESTI Lenny Febriana Ideawati 1, Lily Montarcih Limantara 2, Ussy Andawayanti 2 1 Mahasiswa Program
Lebih terperinci