3.1 WAKTU DAN TEMPAT 3.2 ALAT DAN BAHAN
|
|
- Ari Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 III. METODOLOGI 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilakukan di Sub DAS Cisadane hulu dengan menggunakan outlet sungai daerah Batubeulah. Sub DAS Cisadane Hulu secara geografis terletak pada BT dan LS. Outlet sungai pada Batubeulah terletak pada BT dan LS. Letak Sub DAS Cisadane Hulu dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Wilayah Sub DAS Cisadane Hulu (BPDAS Citarum-Ciliwung, 2007) Sub DAS Cisadane Hulu yang terletak pada Propinsi Jawa Barat memiliki DAS yang berbentuk radial, dengan bentuk DAS melebar dan anak-anak sungai mengalir dengan arah yang terkonsentrasi di satu titik yaitu outlet Batubeulah. Penelitian dilaksanakan pada bulan maret 2010 sampai dengan Januari ALAT DAN BAHAN 1. Alat penelitian ini dilaksanakan dengan alat bantu berupa perangkat komputer dengan menggunakan open souce software MapWindow GIS 4.6 SR, MWSWAT, dan SWAT Ploth and Graph, SWATCUP. 9
2 2. Bahan-bahan yangyang digunakan antara lain : a. Data global. berupa peta DEM (Digital Elevation Mode) dengan resolusi 90 m x 90 m yang berasal dari STRM (Shuttle Radar Thopography Mission) International Centre for tropical Agricultutre (CIAT) tahun Kemudian peta digital Australasia drainage basin. b. Data Lokal 1. Data debit outlet sungai Cisadane Batubeulah tahun 2009 dari Balai PSDA Bogor. 2. Peta tanah Sub DAS Cisadane Hulu skala 1 : dan peta batas Sub DAS Cisadane Hulu dari BPDAS Ciliwung Cisadane Bogor dan Limnologi Lipi Bogor. 3. Peta landuse olahan citra satelit Sub DAS Cisadane Hulu tahun 2008 skala 1: dari BPDAS Ciliwung Cisadane Bogor. 4. Data iklim harian stasiun iklim Darmaga tahun dari BKMG Jakarta. 5. Data curah hujan harian tahun dari pos hujan Sub DAS Cisadane Hulu dari Balai PSDA Bogor. 6. Daftar stasiun iklim (stsnlist.txt) yang berisi nomor dan nama stasiun dan pos hujan yang digunakan. 3.3 METODOLOGI PENELITIAN Tahapan penelitian terdiri dari lima tahap kegiatan. Kegiatan tersebut, antara lain: 1) pengumpulan data, 2) pengolahan data, 3) analisis MWSWAT, 4) kalibrasi data 5) validasi. Adapun diagram alir proses penelitian dapat dilihat pada gambar Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data didapat dari penelitian sebelumnya atau dari instansi terkait. Data data tersebut terdiri dari dua jenis data yaitu data spasial dan data teks (atribut). Data hidrologi DAS Cisadane Hulu berupa data debit harian di SPAS (Stasiun Pencatat Aliran Sungai) Batubeulah dan data curah hujan dari pos hujan yang berada di Sub DAS Cisadane Hulu. Peta penggunaan lahan (land use), peta jenis tanah, dan peta batas Sub DAS Cisadane Hulu, peta au basin, peta DEM dan daftar stasiun iklim (stnlist.txt). 2. Pengolahan Data a. Data spasial Beberapa data masukan yang diperlukan untuk menjalankan model hidrologi SWAT berupa data spatial (peta peta). Peta peta yang diperlukan seperti peta penggunaan lahan dan peta jenis tanah diperoleh dari BPDAS masih dalam bentuk vektor. Sedangkan SWAT hanya bisa mengolah data spasial dalam bentuk raster sehingga peta peta tersebut perlu diolah terlebih dahulu menggunakan tool yang ada di Map Window yaitu tool convert a shapefile a grid dengan ukuran cell 30x30, tipe data grid long interger, dan disimpan dalam bentuk TIF, kemudian peta tersebut di reprojected dengan bantuan gistool raster (reprojected grid). b. Data teks (atribut) Data atribut yang diperlukan sebagai masukan SWAT adalah data tanah, data iklim, dan data debit sungai Cisadane. Data tanah dalam SWAT dimasukkan dalam filesol yang terdapat di database MWSWAT. Data iklim yang merupakan masukkan dalam SWAT 10
3 adalah curah hujan, temperatur udara maksimum dan minimum harian ( 0 C), radiasi sinar matahari harian (MJ/m 2 /hari), kelembaban udara harian (%). Data data tersebut dikumpulkan file PCP, TMP, SLR, HMD, WGN. 3. Analisis MWSWAT Analisis dilakukan dengan membandingkan keluaran output debit hasil simulasi SWAT dengan debit outlet Batubeulah yang ada dilapangan (observasi) dengan menggunakan parameter p-value dan r-factor. Nilai p-value > 0.8 langsung ke proses validasi sedangkan Nilai p-value < 0.8 harus melalui proses kalibrasi dan r-factor < 1 langsung ke proses validasi sedangkan Nilai - r-factor > 1 harus melalui proses kalibrasi. 4. Kalibrasi Pada proses kalibrasi dimasukkan nilai parameter-parameter yang dalam bentuk range atau ketidakpastian, nilai parameter-parameter tersebut akan disimulasikan oleh SUFI2.SWATCUP. Nilai p-value > 0.8 langsung ke proses validasi sedangkan Nilai p-value < 0.8 harus melalui proses kalibrasi kembali dan r-factor < 1 langsung ke proses validasi sedangkan Nilai - r-factor > 1 harus melalui proses kalibrasi. Pada proses kalibrasi data mengenai iklim dan data debit sungai yang digunakan adalah data dari tahun 2004 sampai dengan 2006, sedangkan data mengenai peta tanah dan peta penggunaan lahan yang digunakan adalah tahun Validasi Pada proses validasi dimasukan nilai parameter-parameter hasil kalibrasi disimulasikan kembali untuk di pastikan bahwa hasil kalibrasi dapat valid digunakan. Model dianggap valid jika lebih dari 80% data hasil observasi perpotongan dengan luasan grafik 95PPU (p-value > 0.8). Selain itu, rata rata selisih nilai antara batas bawah (pada level 2.5%) dan batas atas (pada level 97.5%) grafik 95PPU lebih kecil dari standar deviasi data hasil observasi (r-fator < 1). Pada proses validasi data mengenai iklim dan debit yang digunakan adalah data dari tahun 2007 sampai dengan 2009, sedangkan data untuk peta tanah dan penggunaan lahan adalah tahun Map Window Soil and Water Assessment Tool (MWSWAT) 1. Pengumpulan data. Data yang diperoleh berupa data sekunder yang diperoleh dari Balai Pengolahan Sumber Daya Air (PSDA) Bogor, Balai Pengolahan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Ciliwung-Cisadane, Limnologi LIPI Bogor, dan BMKG Jakarta. 2. Pengolahan data. a. Pengolahan data peta digital dilakukan dengan menggunakan software Global Mapper v7, arc view 3.3 dan Mapwindow 4.6SR. 1. Memotong peta DEM, basin, landuse, dan tanah sesuai dengan daerah penelitian. 2. Memberi ID tambahan pada Tabel atribut peta tanah (SOIL_ID) dan landuse (LANDUSE_ID) sesuai dengan ID yang terdapat pada dabase mwswat.mdb. 3. Menyamakan sisten koordinat pada peta agar dapat digunakan bersama 11
4 Mulai Data iklim Data spatial Pengolahan Data : Pengolahan data peta dan iklim Analisis MWSWAT Kalibrasi p-value > 0.8 Tidak r-factor < 1 ya Validasi Menggunakan data Ya p-value > 0.8 r-factor < 1 Tidak selesai Gambar 4. Diagram Alir Validasi dan Kalibrasi model MWSWAT 12
5 3. Menyiapkan data iklim 1. Menyiapkan data stasiun (stnlist.txt) dengan kordinat, elevasi, serta nama dan pos yang digunakan. 2. Menyiapkan data hujan harian (.pcp) tahun 2009 dalam satuan mm yang berasal dari stasiun iklim Darmaga, pos hujan Empang serta PLTA Karacak. 3. Menyiapkan data temperatur harian dalam satuan C dari stasiun iklim Darmaga Menyiapkan data iklim tahun didalam file generator (.wgn). Untuk membentuk weather generator, data iklim yang ada diolah menjadi beberapa tahapan yang meliputi : a. TITTLE : judul pada baris pertama file. Wgn b. WLATITUDE : koordinat lintang pada stasiun iklim. c. WLONGITUDE : koordinat bujur pada stasiun iklim. d. WLEV : elevasi stasiun iklim (m). e. RAIN_YRS : jumlah tahun data iklim yang digunakan. f. Temperatur maksimum (TMPMX) Temperatur ini merupakan suhu maksimum rata rata harian pada satu bulan tertentu selama n tahun, untuk contoh suhu maksimum rata rata pada bulan Januari 10 tahun. Tmx,bulan = temperatur maksimum harian selama pencatatan pada bulantersebut ( 0 C). N = jumlah hari perhitungan temparatur maksimum pada bulan tersebut. g. Temperatur Minimum (TMPMN) Temperatur ini merupakan suhu minimum rata rata pada satu bulan tertentu selama n tahun. Contoh suhu minimum rata rata pada bulan Januari selama 10 tahun. Tmn,bulan = temperatur minimum harian selama pencatatan pada bulan itu ( 0 C). N = jumlah hari perhitungan temperatur minimum pada bulan tersebut. h. Standar Deviasi Suhu Maksimum Harian (TMPSTMTDMN) Standar deviasi ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan. 13
6 σmx Tmx bulan N = standar deviasi suhu maksimum. = suhu maksimum harian pada bulan tertentu. = periode waktu (tahun). i. Standar Deviasi Suhu Minimum Harian (TMPSTMTDMN) Standar deviasi ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan. Dimana: σmx Tmx bulan N = standar deviasi suhu minimum. = suhu minimum harian pada bulan tertentu. = periode waktu (tahun). j. Curah Hujan Rata rata (PCPMM) Curah hujan rata rata pada satu bulan selama n tertentu Dimana: R hari,bulan = curah hujan harian selama pencatatan pada bulan tersebut (mmh 2 O) N = total hari pencatatan selama bulan tersebut yang digunakan untuk menghitung rata rata. Tahun = jumlah tahun dari hujan harian dicatat. k. Standar Deviasi Untuk Curah Hujan Harian (PCPSTD) Standar deviasi ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan. σbulan n Rhari Rbulan N = standar deviasi suhu maksimum = curah hujan harian pada bulan tertentu. = rata rata curah hujan dalam satu bulan. = total bulan (jumlah tahun) l. Koefisien skew untuk curah hujan harian dalam satu bulan (PCP Skew) ģ bulan Rhari.bulan N σbulan n = koefisien Skew. = curah hujan harian pada bulan tertentu selama N tahun. = total tahun. = standar deviasi. 14
7 m. Perbandingan kemungkinan hari basah ke hari kering dalam satu bulan dengan jumlah hari kering dalam satu bulan (PR-Wl). hari W/D,i hari kering,i = jumlah hari basah yang diikuti hari kering. = jumlah hari kering selama hari pencatatan. n. Perbandingan jumlah hari kering ke hari kering dengan jumlah hari kering selama satu bulan (PR-W2). hari W/W,i Hari basah,i = jumlah hari basah yang diikuti hari basah. = jumlah hari basah selama periode pencatatan. o. Jumlah hujan rata rata pada bulan tertentu selama n tahun (PCPD) p. Jumlah curah hujan maksimum selama pencatatan (PCP mak) q. Radiasi Surya (SOLARAV) Rata rata radiasi surya pada satu bulan tertentu selama n tahun r. DEW point (titik beku) s. Kecepatan angin (WNDAV) Kecepatan angin rata rata (m/s) pada satu bulan tertentu selama N tahun. Perincian data input file yang diperlukan dalam SWAT dapat dilihat pada Tabel Operasi software SWAT a. Langkah pertama input data yang akan digunakan yaitu DEM, Sub DAS, dan penentuan outlet dari reach. b. Pembentukan Hidrologic Respons Unit (HRU), input data yang dimasukan adalah interval slope, peta raster landuse dan peta raster tanah. c. Simulasi. Setelah unit atau kelompok lahan terbentuk maka langkah selanjutnya adalah menjalankan model SWAT. d. Visualisasi hasil. Pada tahap ini, visualisai hasil diinginkan dapat dilihat. Misalnya dengan memilih parameter output debit aliran sungai harian. Visualisasi digambarkan dengan perubahan warna menurut nilai output parameter yang dipilih. 15
8 Tabel 1. File data input dalam SWAT untuk analisis hidrologi Nama File RTE CROP URBAN PCP TMP SLR HMD WGN SOL MGT CIO COD FIG BSN SUB HRU GW Fungsi File pergerakan air, sedimen, hara dan pestisida File parameter tumbuh tanaman File data terbangun atau urban area File data curah hujan harian File temperature udara maksimum dan minimum harian File radiasi matahari harian File kelembaban udara harian File data generator iklim File data tanah File scenario pengelolaan dan penutupan lahan File untuk mengontrol data input dan output Mengontrol file input dan output Mengidentifikasi jaringan hidrologi sungai Mengontrol keragaman parameter di tingkat DAS Mengontrol keragaman parameter di tingkat Sub DAS Mengontrol keragaman parameter di tingkat HRU File air bawah tanah 5. Analisis Hasil Simulasi Analisis dilakukan dengan membandingkan keluaran output debit hasil simulasi SWAT dengan debit outlet Batubeulah yang ada dilapangan (observasi) dengan menggunakan SWAT plot and graph. Pada SWAT plot and graph digunakan koefisien determinasi (R 2 ) dan Nash-Sutcliffe (NSI). Koefisien determinan menunjukkan seberapa besar kedekatan hasil nilai observasi dengan nilai simulasi. Sedangkan Nash-Sutcliffe (NSI) digunakan untuk mengevaluasi model pada SWAT plot and graph. Range NSI antara samapai dengan 1, dengan katagori layak (NSI > 0.75), memuaskan (0.7 >NSI>0.36), dan kurang memuaskan(nsi<0.36) (Van Liew et al, 2005 dalam Sethr, 2009). 6. Validasi dan kalibrasi Kalibrasi dan pengujian bertujuan agar output dari model yang digunakan hasilnya mendekati output dari DAS yang sebenarnya. Validasi dilakukan secara visual dengan membandingkan kurva debit hasil simulasi dengan kurva debit hasil pengukuran langsung di stasiun pengamat. Menurut Heuvelmans et al. (2004), kalibrasi dilakukan dengan cara merubah beberapa nilai parameter sensitif yang berpengaruh terhadap nilai debit hasil simulasi. Parameter tersebut antara lain CN2, SOL_K, SOL_AWC, GW_REVAP, REVAPMN, GW_DELAY, dan ALFA_BF. Proses kalibrasi dilakukan dengan menggunakan software SWAT-CUP. Langkah langkah dalam mengoperasikan SWAT- CUP dapat dilihat di bawah ini : 1. Install program SWAT-CUP dan operasikan progam tersebut. 2. Untuk proyek baru : a) Masukan SWAT TxtInOut directory sebagai sumber data masukan untuk membuat proyek baru. 16
9 b) Kemudian pilih salah satu program kalibrasi yang tersedia untuk proyek baru tersebut (SUFI2, GLUE, ParaSol, MCMC). c) Beri nama proyek baru tersebut. d) Tentukan lokasi untuk menyimpan file proyek tersebut. Ketika file proyek tersebut disimpan program akan membuat project directory yang diinginkan dan menyalin semua TxtInOut files di Backup directory. Parameter parameter yang ada pada file file tersebut merupakan parameter standar yang belum dikalibrasi. 3. Pada Project Explorer window terdapat Calibration Inputs yang berisi data parameter parameter yang akan dikalibrasi. Parameter parameter ini harus diteliti dan diubah secara hati hati. 4. Setelah nilai parameter parameter tersebut diubah langkah 5. selanjutnya adalah menjalankan proses kalibrasi dengan menekan tombol Execute pada Tool Bar. 6. Untuk suatu proyek yang baru pastikan anda mulai dari proses paling atas yang ada pada Tool Bar Execute. 7. Lihat hasil dari proses kalibrasi tersebut. 8. Jika diperlukan, ganti parameter-parameter di dalam Par_infsf2 dengan parameter parameter yang ada pada New_parssf2 dan lakukan iterasi lain. Parameter pada Par_infsf2 yang digunakan untuk mengganti parameter New_parssf2 harus memiliki interval yang lebih kecil. 9. Semua iterasi-iterasi disimpan dalam iteration history sehingga kita dapat melihat kemajuan dari proses kalibrasi. Pada proses kalibrasi dimasukan nilai parameter-parameter yang dalam bentuk range atau ketidakpastian, nilai parameter-parameter tersebut akan disimulasikan oleh SUFI2.SWATCUP dengan mensimulasikan setiap nilai parameter ( mulai dari range minumum sampai range maksimum) yang terdapat pada nilai absolut pada SWATCUP, kemudian hasil simulasi dengan parameter-parameter tersebut dibandingakan dengan data observasi dan dilihat seberapa besar nilai perpotongan antara hasil simulasi (dalam bentuk grafik 95PPU) dengan data observasi. Menurut Abbaspour (2007), model dianggap valid jika lebih dari 80% data hasil observasi perpotongan dengan luasan grafik 95PPU (Pvalue > 0.8). Selain itu, rata rata selisih nilai antara batas bawah (pada level 2.5%) dan batas atas (pada level 97.5%) grafik 95PPU lebih kecil dari stadar deviasi data hasil observasi (R-fator < 1). 17
Gambar 2. Peta lokasi penelitian
III. METODE PEELITIA A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Sub DAS Ciliwung Hulu dari bulan Juni sampai bulan Desember 2010. Secara geografis lokasi Sub DAS Ciliwung Hulu terletak antara 6
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian berada di sub-das Citarum Hulu, Kecamatan Bandung, Provinsi Jawa Barat seperti yang tampak pada Gambar 3 (BAPPEDA Provinsi Jawa Barat dan peta
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Penggunaan lahan Sub DAS Cisadane Hulu
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Sub DAS Cisadane Hulu Sub Daerah Aliran Sungai Cisadane Hulu merupakan bagian dari DAS Cisadane yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian hilir, tengah,
Lebih terperinciDimana: Tmxbulan. Dimana: Tmnbulan
VII. LAMPIRAN Lampiran 1. Tahapan pembuatan parameter-parameter pembangkit data iklim harian Proses pembuatan parameter-parameter pembangkit data iklim harian dapat dilakukan secara manual dengan menghitung
Lebih terperinciKALIBRASI DAN VALIDASI MODEL MWSWAT PADA ANALISIS DEBIT ALIRAN SUNGAI SUB DAS CISADANE HULU SKRIPSI IZHUL LAKSANA F
KALIBRASI DAN VALIDASI MODEL MWSWAT PADA ANALISIS DEBIT ALIRAN SUNGAI SUB DAS CISADANE HULU SKRIPSI IZHUL LAKSANA F14061041 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 CALIBRATION
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN Analisis debit Sungai Cidanau dilakukan untuk mendapatkan ketersediaan air pada DAS Cidanau. Hal ini dilakukan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi pada jumlah air yang
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di DAS Citarum hulu dengan luas DAS sebesar 12.000 km 2. Sungai Citarum yang berhulu di gunung Wayang, Kabupaten Bandung (1700 m
Lebih terperinciKALIBRASI DAN VALIDASI MODEL MW-SWAT PADA ANALISIS DEBIT ALIRAN SUNGAI SUB DAS CILIWUNG HULU SKRIPSI HAFID ARIFIANTO F
KALIBRASI DAN VALIDASI MODEL MW-SWAT PADA ANALISIS DEBIT ALIRAN SUNGAI SUB DAS CILIWUNG HULU SKRIPSI HAFID ARIFIANTO F14061259 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 Calibration
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Fisik Sub DAS Cisadane Hulu Daerah Legokmuncang Secara geografis Sub DAS Cisadane Hulu terletak pada 106 o 44 24 106 o 56 24 BT dan 006 o 35 60 006 o 46 48 LS. Sub
Lebih terperinciPENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK
PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK DAS Cisadane Hulu merupakan salah satu sub DAS Cisadane yang
Lebih terperinciKUANTIFIKASI JASA LINGKUNGAN PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA DAS CISADANE HULU. Aji Winara dan Edy Junaidi ABSTRAK
KUANTIFIKASI JASA LINGKUNGAN PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA DAS CISADANE HULU Aji Winara dan Edy Junaidi ABSTRAK Sistem agroforestry merupakan integrasi antara beberapa aspek ekologis dan ekonomis.
Lebih terperinciPENDUGAAN DEBIT ALIRAN SUNGAI CILIWUNG DI BENDUNG KATULAMPA MENGGUNAKAN SOFTWARE ARCSWAT PUTRI RODUA MARBUN
PENDUGAAN DEBIT ALIRAN SUNGAI CILIWUNG DI BENDUNG KATULAMPA MENGGUNAKAN SOFTWARE ARCSWAT PUTRI RODUA MARBUN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciSKRIPSI APLIKASI SOFTWARE MWSWAT DALAM ANALISIS DEBIT ALIRAN SUNGAI PADA SUB DAS CISADANE HULU DAERAH BATUBEULAH. Oleh : WINA FARADINA K F
SKRIPSI APLIKASI SOFTWARE MWSWAT DALAM ANALISIS DEBIT ALIRAN SUNGAI PADA SUB DAS CISADANE HULU DAERAH BATUBEULAH Oleh : WINA FARADINA K F14051537 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Lebih terperinciGambar 1. Siklus Hidrologi (Ward, 1967)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siklus Hidrologi Siklus hidrologi didefinisikan sebagai suksesi tahapan-tahapan yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer (Seyhan, 1977). Sumber tenaga
Lebih terperinciSKRIPSI PEMODELAN HIDROLOGI DENGAN MW-SWAT 1.5SR DI SUB DAS CISADANE HULU DAERAH LEGOKMUNCANG. Oleh : DITA YULIATI HARAKITA F
SKRIPSI PEMODELAN HIDROLOGI DENGAN MW-SWAT 1.5SR DI SUB DAS CISADANE HULU DAERAH LEGOKMUNCANG Oleh : DITA YULIATI HARAKITA F14051663 2010 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Daur Hidrologi. B. Daerah Aliran Sungai
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Daur Hidrologi Persediaan air segar dunia hampir seluruhnya didapatkan dalam bentuk hujan sebagai hasil dari penguapan air laut. Proses proses yang tercakup dalam peralihan uap
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi DAS Cipasauran IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Daerah Aliran Sungai Cipasauran secara geografis terletak pada 06 13 51-06 17 33 LS dan 105 49 50-105 56 40 BT, dan termasuk dalam zona 48 UTM. DAS Cipasauran
Lebih terperinciAnalisis Debit Sungai dengan Menggunakan Model SWAT pada DAS Cipasauran, Banten
, Oktober 2015 Tersedia online OJS pada: Vol. 3 No. 2, p 113-120 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtep P-ISSN 2407-0475 E-ISSN 2338-8439 DOI: 10.19028/jtep.03.2.113-120 Technical Paper Analisis Debit
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS DEBIT ALIRAN SUNGAI SUB DAS CILIWUNG HULU MENGGUNAKAN MW-SWAT. Oleh : MOHAMAD HAMDAN F
SKRIPSI ANALISIS DEBIT ALIRAN SUNGAI SUB DAS CILIWUNG HULU MENGGUNAKAN MW-SWAT Oleh : MOHAMAD HAMDAN F14050223 2010 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANALISIS
Lebih terperinciGambar 1. Siklus hidrologi (Ward et al, 1995)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hidrologi Cabang ilmu yang mempelajari tentang air disebut sebagai Hidrologi. Hidrologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata hydro (air) dan loge (ilmu) (Ward et al, 1995).
Lebih terperinciANALISIS WILAYAH KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KURANJI DENGAN APLIKASI SWAT
ANALISIS WILAYAH KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KURANJI DENGAN APLIKASI SWAT Fadli Irsyad 1 dan Eri Gas Ekaputra 1 1 Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Univ. Andalas, Padang 25163 *
Lebih terperinciANALISIS DEBIT PADA DAS AIR DINGIN MENGGUNAKAN MODEL SWAT ABSTRAK
ANALISIS DEBIT PADA DAS AIR DINGIN MENGGUNAKAN MODEL SWAT Nika Rahma Yanti 1, Rusnam 2, Eri Gas Ekaputra 2 1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau Manis-Padang 25163 2 Dosen Fakultas Teknologi
Lebih terperinciANALISIS KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN PADA BERBAGAI BENTUK PENGGUNAAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SWAT
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.7, No. 1: 1-8 ANALISIS KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN PADA BERBAGAI BENTUK PENGGUNAAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SWAT ANALYSIS OF SURFACE RUNOFF COEFFICIENT ON VARIOUS
Lebih terperinciAnalisis Kondisi Hidrologi Daerah Aliran Sungai Kedurus untuk Mengurangi Banjir Menggunakan Model Hidrologi SWAT
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-107 Analisis Kondisi Hidrologi Daerah Aliran Sungai Kedurus untuk Mengurangi Banjir Menggunakan Model Hidrologi SWAT Santika
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Debit Sungai Gerakan air di permukaan bumi dapat ditelusuri melalui siklus hidrologi, yang mencakup penguapan air dari permukaan bumi ke atmosfer kemudian kembali lagi ke permukaan
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN. Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian
18 3 METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2010 hingga Juni 2011 dengan lokasi penelitian yaitu Perairan Selat Makassar pada posisi 01 o 00'00" 07 o 50'07"
Lebih terperinciIII.BAHAN DAN METODE. Gambar 1. Lokasi Penelitian (DAS Ciliwung Hulu)
III.BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di DAS Ciliwung Hulu yang secara geografi terletak pada 6 o 38 01 LS 6 o 41 51 LS dan 106 o 50 11 BT 106 o 58 10 BT. Penelitian
Lebih terperinciBAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di DAS Ciliwung Hulu dan Cisadane Hulu. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2009 dan selesai pada
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan membandingkan hasil transformasi hujan-debit dan GR2M dengan debit
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Daerah Penelitian Daerah aliran sungai (DAS) Saba secara geografik terletak pada 8 O 10 30 8 O 20 30 LS dan 114 O 55 30 115 O 4 30 BT dan termasuk pada zona 50S UTM.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan
15 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran (KST); Sub DAS Kali Madiun, DAS Solo. Sebagian besar Sub-sub DAS KST secara administratif
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan sub DAS Ciliwung hulu yang memiliki luas ± 14,964 Ha. Daerah ini dalam koordinat geografis terletak antara 6 0 37 48
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS
Lebih terperinciLAPORAN SIMULASI DEBIT SUNGAI DAS CIKAPUNDUNG MENGGUNAKAN SWAT (Soil and Water Assessment Tool )
LAPORAN SIMULASI DEBIT SUNGAI DAS CIKAPUNDUNG MENGGUNAKAN SWAT (Soil and Water Assessment Tool ) Disusun Oleh : Noer Sulistyarini (22715002) Fithriyani F. (22715003) Hazmanu Hermawan Y. (22715004) PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai peluang pasar dan arti ekonomi cukup baik. digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Dinas Pertanian adalah sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan lahan yang semakin meningkat, langkanya lahan pertanian yang subur dan potensial, serta adanya persaingan penggunaan lahan antara sektor pertanian
Lebih terperinciBAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.
BAB III METODA ANALISIS 3.1 Lokasi Penelitian Kabupaten Bekasi dengan luas 127.388 Ha terbagi menjadi 23 kecamatan dengan 187 desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa. Sungai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di muara Sungai Cikapundung yang merupakan salah satu anak sungai yang berada di hulu Sungai Citarum. Wilayah ini terletak di Desa Dayeuhkolot,
Lebih terperinciPENGENALAN DAN PEMANFAATAN
PENGAMATAN CUACA DAN PENGELOLAAN DATA IKLIM MELALUI AUTOMATIC WEATHER STATION (AWS) TELEMETRI UNTUK PEMANTAUAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PERKEBUNAN BBP2TP SURABAYA - Latitude 7 34'2.85"S dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Geomorfologi Daerah Aliran Sungai Balai Pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung memiliki Stasiun Pengamatan Aliran Sungai (SPAS) yang merupakan satu-satunya alat pendeteksi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pengolahan data sekunder menggunakan hasil study screening dan laporan monitoring evaluasi BPDAS Brantas tahun 2009 2010. Analisis data dilakukan sejak bulan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Peninjauan terhadap keadaan wilayah sub-das Citarum Hulu dimaksudkan untuk memberikan informasi umum tentang lokasi penelitian. Ada 6 karakteristik DAS
Lebih terperinci12. DAERAH ALIRAN SUNGAI
D a e r a h A l i r a n S u n g a i 69 12. DAERAH ALIRAN SUNGAI Sumber (ArcGis Desktop Help) Fungsi pada bagian ini menerangkan tentang indentifikasi areaarea yang merupakan tempat berkumpulnya air (batas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 HIDROLOGI Cabang ilmu yang mempelajari tentang air disebut sebagai Hidrologi. Hidrologi berasal dari bahasa yunani yaitu kata hidro (air) dan loge (ilmu) (Ward et al, 1995). Dengan
Lebih terperinciPengertian Sistem Informasi Geografis
Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk
Lebih terperinciANALISIS ALIRAN PERMUKAAN MENGGUNAKAN MODEL SWAT DI DAS BILA SULAWESI SELATAN
ANALISIS ALIRAN PERMUKAAN MENGGUNAKAN MODEL SWAT DI DAS BILA SULAWESI SELATAN (The Analysis of Surface Runoff Using SWAT Model in Bila Watershed, South Sulawesi) IQRIMA STADDAL TENAGA PENGAJAR PROGRAM
Lebih terperinci(Oleh : Heru Ruhendi, S.Hut/ Fungsional PEH Pertama)
TEKNIK MONEV DAS PADA CATCHMENT AREA (CA) SPAS DI BPDAS CITARUM-CILIWUNG (Oleh : Heru Ruhendi, S.Hut/ Fungsional PEH Pertama) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) merupakan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2010 sampai Februari 2011 yang berlokasi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dan sekitarnya, Kabupaten
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. DAS sebagai suatu sistem hidrologi
6 TINJAUAN PUSTAKA DAS Sebagai suatu Sistem Berdasakan pendekatan hidrologis, DAS merupakan wilayah yang dibatasi punggung bukit (pemisahan topografi) yang mempunyai bentuk dan sifat alam yang khas dimana
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.
37 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Gambar 8. Lokasi Penelitian 38 B. Bahan
Lebih terperinciLampiran 1. Dinamika cuaca tahun 2004 di Stasiun Sigimpu
114 Lampiran 1. Dinamika cuaca tahun 2004 di Stasiun Sigimpu 3 Suhu Udara ( o C) 28.00 26.00 24.00 2 2 10 9 Kelembaban Udara Relatif (%) 8 7 6 5 4 1.60 1.40 Kecepatan Angin (m/s) 1.20 0.80 0.60 0.40 0.20
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan aspek fisik, sosial dan ekosistem yang di dalamnya mengandung berbagai permasalahan yang komplek, seperti degradasi
Lebih terperincikebutuhannya, masyarakat merambah hutan untuk dikonversi menjadi lahan pertanian. Konversi hutan dan lahan juga dilakukan oleh kegiatan pembangunan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan yang dominan disebabkan oleh berubahnya kondisi tutupan lahan hutan akibat pemanfaatan lahan oleh aktivitas manusia yang tidak sesuai dengan peruntukannya.
Lebih terperinciPENGARUH FENOMENA LA-NINA TERHADAP SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN MALANG
Pengaruh Fenomena La-Nina terhadap SPL Feny Arafah PENGARUH FENOMENA LA-NINA TERHADAP SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN MALANG 1) Feny Arafah 1) Dosen Prodi. Teknik Geodesi Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Sebagai suatu sistem, DAS dapat dipandang dari dua arah yakni satu sistem hidrologi dan satu ekosistem alami. Sebagai satu sistem hidrologi, DAS merupakan suatu
Lebih terperinciLAMPIRAN PROSEDUR ANALISA DENGAN ARCGIS
LAMPIRAN PROSEDUR ANALISA DENGAN ARCGIS Prosedur Pengolahan Pemetaan Dengan ArcGIS Software Arcgis berperan penting dalam analisis perhitungan sedimentasi pada penelitian ini, dikarenakan data-data yang
Lebih terperinciGambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.
25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.
39 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung. PETA LOKASI PENELITIAN Gambar 7. Lokasi
Lebih terperinciBAB III DATA DAN METODOLOGI
BAB III DATA DAN METODOLOGI 3.1 Data dan Daerah Penelitian 3.1.1 Data Input model REMO dapat diambil dari hasil keluaran model iklim global atau hasil reanalisa global. Dalam penelitian ini data input
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Selatan secara astronomis berada pada posisi 1 35 LS 5 LS dan 102 25 BT - 106 BT. Iklim daerah ini tropis dan basah, musim hujan terjadi antara
Lebih terperinciBab IV Metodologi dan Konsep Pemodelan
Bab IV Metodologi dan Konsep Pemodelan IV.1 Bagan Alir Metodologi Penelitian Bagan alir metodologi penelitian seperti yang terlihat pada Gambar IV.1. Bagan Alir Metodologi Penelitian menjelaskan tentang
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIVITAS WADUK CIAWI MENGGUNAKAN MODEL SWAT SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN BANJIR DAS CILIWUNG LUTFHI ADHYTIA PUTRA
ANALISIS EFEKTIVITAS WADUK CIAWI MENGGUNAKAN MODEL SWAT SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN BANJIR DAS CILIWUNG LUTFHI ADHYTIA PUTRA DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29
Lebih terperinciGambar 3.1 Peta lokasi penelitian Sub DAS Cikapundung
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Sub DAS Cikapundung yang merupakan salah satu Sub DAS yang berada di DAS Citarum Hulu. Wilayah Sub DAS ini meliputi sebagian Kabupaten
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS
BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Untuk mencapai tujuan penelitian ini, metoda analisis yang digunakan dibagi dalam lima bagian yaitu (a) analisis kondisi DAS Bekasi Hulu; (b) analisis hidrologi DAS Bekasi Hulu; (c)
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kompilasi dan Kontrol Kualitas Data Radar Cuaca C-Band Doppler (CDR) Teknologi mutakhir pada radar cuaca sangat berguna dalam bidang Meteorologi untuk menduga intensitas curah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
7 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan berdasarkan data sekunder DAS Brantas tahun 2009-2010 dan observasi lapang pada bulan Februari Maret 2012 di Stasiun Pengamat
Lebih terperinciPRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG
PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Pengembangan Pembangkit Listrik Mini Hidro (PLTMH) merupakan salah satu prioritas pembangunan yang dilaksanakan
Lebih terperinciPRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTA GARUT
PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTA GARUT 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan salah satu prioritas pembangunan yang dilaksanakan
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi penyusunan basis data, pemodelan dan simulasi pola sebaran suhu air buangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Tahapan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian. Tahap persiapan pada penelitian ini dimulai
Lebih terperinciGambar 6. Peta Kecamatan di DAS Sunter.
8 Gambar 5. Peta Tutupan lahan DAS Sunter (BPDAS Ciliwung-Cisadane 4.6.2 Kecamatan di DAS Sunter Daerah Aliran Sungai (DAS) Sunter memiliki beberapa kecamatan seperti yang terlihat pada gambar 6. Kecamatan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengelolaan DAS di Indonesia telah dimulai sejak tahun 70-an yang diimplementasikan dalam bentuk proyek reboisasi - penghijauan dan rehabilitasi hutan - lahan kritis. Proyek
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI Rancangan Penulisan
BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi penelitian adalah semacam latar belakang argumentatif yang dijadikan alasan mengapa suatu metode penelitian dipakai dalam suatu kegiatan penelitian. Metodologi
Lebih terperinciEKSTRAKSI MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI WILAYAH KOTA PEKANBARUUNTUK ANALISIS HIDROGRAF SATUAN SINTETIK
EKSTRAKSI MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI WILAYAH KOTA PEKANBARUUNTUK ANALISIS HIDROGRAF SATUAN SINTETIK Fatiha Nadia 1), Manyuk Fauzi 2), dan Ari Sandhyavitri 2) 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperincidilakukan pemeriksaan (validasi) data profil sungai yang tersedia. Untuk mengetahui
55 4.2 Validasi Data Profil Sungai Sebelum dilakukan pengujian model sistem polder Pluit pada program, maka harus dilakukan pemeriksaan (validasi) data profil sungai yang tersedia. Untuk mengetahui validasi
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran.
25 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran (KST) terletak di Sub DAS Kali Madiun Hulu. Secara geografis Sub-sub DAS KST berada di antara 7º 48 14,1 8º 05 04,3 LS
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian
BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada pada Daerah Tangkapan Air Banjarnegara, wilayah DAS Serayu, beberapa kabupaten yang masuk kedalam kawasan Daerah Tangkapan Air Banjarnegara
Lebih terperinciANALISA PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP EROSI, SEDIMEN, DAN LIMPASAN DI DAS REJOSO KABUPATEN PASURUAN MENGGUNAKAN ARCSWAT
ANALISA PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP EROSI, SEDIMEN, DAN LIMPASAN DI DAS REJOSO KABUPATEN PASURUAN MENGGUNAKAN ARCSWAT Ratu Husniah 1, Moh. Sholichin 2, Dian Chandrasasi 2 1 Mahasiswi Program
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Febuari 2009 sampai Januari 2010, mengambil lokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengolahan dan Analisis
Lebih terperinciPemodelan Aliran Permukaan 2 D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami. Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-20
Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-2 IV.7 Gelombang Menabrak Suatu Struktur Vertikal Pemodelan dilakukan untuk melihat perilaku gelombang ketika menabrak suatu struktur vertikal. Suatu saluran
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah adalah proses atau cara ilmiah untuk mendapatkan data yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan
Lebih terperinciPengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO
Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO Outline presentasi Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG) Komponen SIG Pengertian data spasial Format data spasial Sumber
Lebih terperinciANALISIS CURAH HUJAN DAN DEBIT MODEL SWAT DENGAN METODE MOVING AVERAGE DI DAS CILIWUNG HULU
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol. 7 No. 2 (Agustus 2017): 98-106 ANALISIS CURAH HUJAN DAN DEBIT MODEL SWAT DENGAN METODE MOVING AVERAGE DI DAS CILIWUNG HULU Analysis of Rainfall and
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Samudera Hindia bagian Timur
BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini mengambil lokasi di perairan Samudera Hindia bagian timur dengan koordinat 5 o LS 20 o LS dan 100 o BT 120 o BT (Gambar 8). Proses pengolahan dan
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN
16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan
Lebih terperinciBAB V ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :
37 BAB V ANALISA DATA Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu : 5.1 METODE RASIONAL 5.1.1 Analisa Curah Hujan Dalam menganalisa curah hujan, stasiun yang dipakai adalah stasiun yang
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN... iii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PERNYATAAN... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN.... xii INTISARI...
Lebih terperinciBAB III METODA ANALISIS
BAB III METODA ANALISIS 3.1 Metodologi Penelitian Sungai Cirarab yang terletak di Kabupaten Tangerang memiliki panjang sungai sepanjang 20,9 kilometer. Sungai ini merupakan sungai tunggal (tidak mempunyai
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah Sarana prasarana yang ada di Sungai Progo, yang melintasi dua Propinsi dan empat Kabupaten yaitu Kabupaten Magelang di Propinsi Jawa
Lebih terperinciGambar 1. Peta DAS penelitian
Gambar 1. Peta DAS penelitian 1 1.1. Proses Penentuan Model Kemiringan Lereng Kemiringan lereng ditentukan berdasarkan informasi ketinggian dan jarak pada data DEM yang berbasis raster (piksel). Besarnya
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii MOTTO iv DEDIKASI v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009. Lokasi penelitian berada di wilayah DAS Cisadane segmen Hulu, meliputi
Lebih terperinciPEMANFAATAN DATA TRMM ( TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSION
PEMANFAATAN DATA TRMM (TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSION) UNTUK ESTIMASI DATA CURAH HUJAN HILANG DALAM RANGKA KLASIFIKASI DAS DI SUB DAS KAMANTO (PATENAI), PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Agung Rusdiyatmoko
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Sistem terbuka dalam sebuah DAS
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Daerah Aliran Sungai Daerah aliran sungai (DAS) yang dalam Bahasa inggris sering disebut "Watershed", "Catchment Area", atau "Drainage Basin" merupakan satu contoh dari
Lebih terperinciIII. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian
III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai September 2011. Kegiatan penelitian ini meliputi tahap prapenelitian (persiapan, survei), Inventarisasi (pengumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum tahun 1940-an analisis geografis dilakukan dengan melakukan tumpung tindih (overlay) beberapa jenis peta pada area tertentu. Namun sejak tahun 1950- an dikembangkan
Lebih terperinciINFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN
INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut
Lebih terperinciGambar 2. Peta Batas DAS Cimadur
11 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian DAS, Banten merupakan wilayah yang diambil sebagai daerah penelitian (Gambar 2). Analisis data dilakukan di Laboratorium Penginderaan Jauh
Lebih terperinci