KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) SURVEIOR AKREDITASI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) SURVEIOR AKREDITASI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA"

Transkripsi

1 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) SURVEIOR AKREDITASI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR TAHUN 2014

2

3 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) a

4 b KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

5 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Filosofi Pelatihan... 3 II. PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI... 4 A. Peran... 4 B. Fungsi... 4 C. Kompetensi... 4 III. TUJUAN PELATIHAN... 5 IV. STRUKTUR PROGRAM... 6 V. GARIS GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN 7 A. Materi Dasar... 7 B. Materi Inti C. Materi Penunjang VI. DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN VII. PESERTA DAN PELATIH VIII. PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN 28 IX. EVALUASI X. SERTIFIKAT MATERI INTI 6 TEKNIK MELATIH KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) i

6 ii KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

7 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) SURVEIOR AKREDITASI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional, tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas merupakan garda depan dalam penyelenggara upaya kesehatan dasar. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas merupakan landasan hukum dalam penyelenggaraan Puskesmas, yang merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Pelayanan kesehatan perorangan kepada masyarakat juga dilaksanakan oleh Klinik, yang merupakan fasilitas pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 09 tahun KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 1

8 Agar fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dalam hal ini Puskesmas dan Klinik dapat menjalankan fungsinya secara optimal perlu dikelola dengan baik; baik kinerja pelayanan, proses pelayanan, maupun sumber daya yang digunakan. Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, serta dapat menjawab kebutuhan mereka, oleh karena itu upaya peningkatan mutu, manajemen risiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan dalam pengelolaan fasilitas kesehatan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif kepada masyarakat melalui upaya pemberdayaan masyarakat dan swasta. Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan penerapan manajemen risiko dilaksanakan secara berkesinambungan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, maka perlu dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan menggunakan standar yang ditetapkan yaitu melalui mekanisme akreditasi. Akreditasi merupakan upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Untuk melakukan penilaian secara objektif dengan menggunakan standar akreditasi perlu disediakan Surveior yang handal yang mampu melakukan penilaian akreditasi secara objektif berdasarkan standar dan instrumen yang ditetapkan. Agar tersedia Surveior Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, perlu dilakukan pelatihan bagi para calon surveior yang telah memenuhi persyaratan administrasi sebagaimana disebutkan dalam Pedoman Survei Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Untuk dapat melaksanakan kegiatan penilaian akreditasi diperlukan banyak surveior yang tersebar di semua provinsi di Indonesia, oleh karena itu 2 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

9 perlu dilakukan pelatihan pelatih surveior yang akan menghasilkan tenaga pelatih calon surveior yang mampu merencanakan, menyelenggarakan, dan mengevaluasi pelatihan Surveior Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. B. Filosofi Pelatihan Pelatihan Pelatih (TOT) Surveior Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama menggunakan nilai-nilai dan keyakinan yang menjiwai, mendasari dan memberikan identitas pada sistem pelatihan sebagai berikut: 1. Pelatihan menerapkan prinsip pembelajaran orang dewasa, dengan karakteristik: a) Pembelajaran pada orang dewasa adalah belajar pada waktu, tempat, dan kecepatan yang sesuai untuk dirinya. b) Setiap orang dewasa memiliki cara dan gaya belajar tersendiri dalam upaya belajar secara efektif. c) Kebutuhan orang untuk belajar adalah karena adanya tuntutan untuk mengembangkan diri secara professional. d) Proses pembelajaran melalui pelatihan diarahkan kepada upaya perubahan perilaku dalam diri manusia sebagai diri pribadi dan anggota masyarakat. e) Proses pembelajaran orang dewasa melalui pelatihan perlu memperhatikan penggunaan metode dan teknik yang dapat menciptakan suasana partisipatif. 2. Proses pelatihan memanfaatkan pengalaman peserta dalam melaksanakan pelatihan, KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 3

10 dan digunakan pada setiap tahap proses pembelajaran. 3. Proses pembelajaran lebih banyak memberi pengalaman melakukan sendiri secara aktif tahap-tahap penyelenggaraan pelatihan, atau menggunakan metode learning by doing. II. PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI A. Peran Setelah mengikuti pelatihan, peserta berperan sebagai pelatih pada pelatihan Surveior Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. B. Fungsi Dalam melaksanakan perannya peserta mempunyai fungsi sebagai pelaksana pelatihan surveyor akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. C. Kompetensi Untuk menjalankan fungsinya maka peserta memiliki kompetensi: 1. Melakukan penilaian dengan menggunakan standar dan instrumen akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. 2. Melakukan identifi kasi Dokumen akreditasi 3. Menjelaskan Tata Laksana dan Metode Survei Akreditasi FKTP. 4. Melaksanakan survei akreditasi FKTP 5. Menyusun laporan survei akreditasi 6. Menjelaskan kurikulum pelatihan surveior 4 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

11 7. Melatih pada pelatihan surveior akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. III. TUJUAN PELATIHAN 1) Tujuan Umum Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu melatih pada pelatihan surveior akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. 2) Tujuan Khusus Setelah proses pelatihan, peserta latih mampu: a. Melakukan penilaian dengan menggunakan standar dan instrumen akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama b. Melakukan identifi kasi Dokumen akreditasi c. Menjelaskan Tata Laksana dan Metode survei Akreditasi FKTP. d. Melaksanakan survei akreditasi FKTP e. Menyusun laporan survei akreditasi f. Menjelaskan kurikulum pelatihan surveior g. Melatih pada pelatihan surveior akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 5

12 IV. STRUKTUR PROGRAM Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka disusun materi yang akan diberikan secara rinci pada tabel berikut : No Materi Jam Pelajaran T P PL JML A. Materi Dasar 1. Kebijakan akreditasi Fasilitas 2 2 Kesehatan Tingkat Pertama 2. Tugas dan Fungsi Surveior Kode etik Surveior Akreditasi FKTP Organisasi Komisi Akreditasi 2 2 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. 5 Konsep Mutu 2 2 Jumlah B. Materi Inti 1. Standar dan instrument akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. 2. Identifikasi Dokumen akreditasi FKTP 3 Tata Laksana dan Metode Survei Akreditasi FKTP 4. Pelaksanaan Survei Akreditasi Penyusunan Laporan Survei Akreditasi FKTP 6. Tehnik Melatih Jumlah C. Materi Penunjang 1 Anti korupsi Pengenalan Kurikulum Pelatihan Surveior Akreditasi FKTP BLC RTL Jumlah Jumlah (A+B+C) Ket : 1 jpl = 45 menit Materi Standar dan instrumen Akreditasi FKTP dibagi 3 12 jpl Materi praktek teknik melatih dibagi 3 7 Jpl 6 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

13 V. GARIS GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN A. MATERI DASAR Materi Dasar 1 : Kebijakan Akreditasi FKTP Waktu : 2 JPL (T = 2JPL) Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti materi ini, peserta memahami tentang Kebijakan Akreditasi Fasilitas Kesehatan Umum (TPU) Tingkat Pertama. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi ini peserta latih mampu menjelaskan : 1. Kebijakan Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. 2. Kebijakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. 3. Keterkaitan antara Kebijakan Pelayanan Kesehatan Primer dan Akreditasi Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 1. Kebijakan Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama 2. Kebijakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama 3. Keterkaitan antara Kebijakan Pelayanan Kesehatan Primer dan Akreditasi Metode Media dan Alat Bantu 1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Curah Pendapat Media: 1. Handout 2. Modul Alat Bantu: 1. LCD 2. Laptop 3. Flipchart 4. Spidol Referensi 1. Permenkes No. 09 Tahun 2014 tentang Klinik. 2. Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas. 3. Pedoman Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 7

14 Materi Dasar 2 : Tugas dan Fungsi Surveior Waktu : 2 JPL (T = 2JPL) Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti materi ini peserta mampu memahami tugas dan fungsi surveior sesuai dengan Umum (TPU) ketentuan yang berlaku Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan tentang: 1. Tugas surveior 2. Fungsi surveior Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 1. Tugas surveior 2. Fungsi surveior Metode Media dan Alat Bantu 1. Curah pendapat 2. Ceramah 3. Tanya Jawab 4. Diskusi Media: 1. Modul 2. Lembar Petunjuk Diskusi Alat Bantu: 1. LCD 2. Laptop 3. Flipchart 4. Spidol Referensi Pedoman Survei Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama 8 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

15 Materi Dasar 3 : Kode Etik Surveior Akreditasi FKTP Waktu : 2 JPL (T = 2JPL) Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti materi ini peserta mampu memahami kode etik surveior sesuai Umum (TPU) dengan Pedoman Survei Akreditasi FKTP Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi ini peserta latih mampu menjelaskan : 1. Kode etik surveior 2. Hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh surveior Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 1. Kode etik surveior 2. Hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh surveior Metode Media dan Alat Bantu 1. Curah pendapat 2. Ceramah 3. Tanya Jawab Media: Modul Alat Bantu: 1. LCD 2. Laptop 3. Flipchart 4. Spidol Referensi Pedoman Surveior Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 9

16 Materi Dasar 4 : Organisasi Komisi Akreditasi FKTP Waktu : 2 JPL (T = 2JPL) Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami organisasi Komisi Akreditasi Umum (TPU) FKTP Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan: 1. Susunan Organisasi 2. Tugas dan Fungsi Komisioner 3. Tugas dan Fungsi Koordinator Surveior 4. Tugas dan Fungsi Surveior Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 1. Susunan Organisasi 2. Tugas dan Fungsi Komisioner 3. Tugas dan Fungsi Koordinator Surveior 4. Tugas dan Fungsi Surveior Metode Media dan Alat Bantu 1. Ceramah 2. Tanya jawab Media: Modul Alat Bantu: 1. LCD 2. Laptop 3. Flipchart 4. Spidol Referensi Pedoman Survei Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama 10 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

17 Materi Dasar 5 : Konsep Mutu Waktu : 2 JPL (T = 2 JPL, P = 0, PL = 0) Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti materi ini peserta mampu memahami konsep mutu Umum (TPU) Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan tentang: 1. Konsep mutu pelayanan kesehatan 2. Penerapan mutu pelayanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 1. Konsep mutu Pelayanan kesehatan. 2. Penerapan mutu pelayanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Metode Media dan Alat Bantu 1. Ceramah 2.Tanya jawab 3. Curah Pendapat 1. Slide 2. LCD 3. Laptop 4. Flipchart 5. Spidol Referensi 1. Total Quality Manajemen Pelayanan Kesehatan 2. Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat 3. Permenkes 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada JKN 4. Standar dan instrumen Akreditasi Puskesmas, Klinik, dan Praktik Mandiri KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 11

18 B. MATERI INTI Materi Inti 1 : Standar dan Instrumen Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Waktu : 12 JPL (T = 6 JPL P = 6 JPL) Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan penilaian dengan menggunakan Umum (TPU) Standar dan Instrumen Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi ini, peserta latih mampu melakukan penilaian : 1. Administrasi Manajemen 2. Upaya Kesehatan Masyarakat Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 1. Administrasi Manajemen : a. Penyelenggara an Pelayanan Puskesmas b. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas c. Peningkatan Mutu Puskesmas 2. Upaya Kesehatan Masyarakat : Metode Media dan Alat Bantu 1. Curah 2. Pendapat 3. Ceramah 4. tanya jawab 5. Diskusi 6. Penugasan Pengisian Instrumen Akreditasi Media: 1. Handout 2. Modul 3. Profil Puskesmas dan Klinik 4. Data Puskesmas dan Klinik Alat Bantu: 1. LCD 2. Laptop 3. Flipchart 4. Spidol 5. Petunjuk Diskusi Akreditasi Referensi 1. Pedoman Penilaian Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama 2. Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas 3. Permenkes No. 09 Tahun 2014 tentang Klinik 4. Permenkes 2052/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran 12 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

19 3. Upaya Kesehatan Perorangan dengan menggunakan Standar dan Instrumen Akreditasi FKTP a. Upaya Kesehatan Masyarakat yang Berorientasi Sasaran b. Kepemimpinan dan Manajemen Upaya Kesehatan Masyarakat c. Sasaran Kinerja dan MDG s 3. Upaya Kesehatan Perorangan : a. Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien b. Manajemen Penunjang Layanan klinis c. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien 6. Instrumen akreditasi KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 13

20 Materi Inti 2 : Identifikasi Dokumen Akreditasi FKTP Waktu : 4 JPL (T=2 JPL, P= 2JPL) Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan identifikasi dokumen Akreditasi Umum (TPU) Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.sesuai dengan Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi ini peserta mampu : 1. Menjelaskan jenis-jenis dokumen akreditasi 2. Melakukan identifikasi kelengkapan dokumen akreditasi FKTP Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Jenis dokumen akreditasi: a. Kebijakan b. Pedoman/pand uan c. Standar Operasional Prosedur d. Kerangka Acuan Metode Media dan Alat Bantu 1. Ceramah 2. tanya jawab 3. Diskusi Media: 1. Format dokumen akreditasi 2. Modul 3. Handout Alat Bantu: 1. LCD 2. Laptop 3. Flipchart 4. Spidol 5. Petunjuk diskusi dokumen akreditasi. Referensi Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. 14 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

21 Materi Inti 3 : Tata Laksana dan Metode Survei Akreditasi FKTP Waktu : 5 JPL ( T = 2 JPL; P = 3 JPL) Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti materi ini peserta mampu memahami Tata Laksana dan Metode Umum (TPU) Survei Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama sesuai dengan Pedoman Survei Akreditasi FKTP di FKTP Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan: 1. Tata Laksana 2. Metode Survei Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 1. Tata Laksana a. Pengajuan penilaian akreditasi b. Pelaksanaan survei akreditasi c. Penetapan dan rekomendasi hasil survei d. Penentuan kelulusan akreditasi 2. Metode survei a. Metode Survei Akreditasi Manajemen b. Metode Survei Upaya Kesehatan Metode Media dan Alat Bantu 1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Curah pendapat 4. Latihan Pengisian instrumen lembar bantu 5. Role Play Media: 1. Handout 2. Modul Alat Bantu: 1. LCD 2. Laptop 3. Flipchart 4. Spidol 5. Petunjuk Latihan Pemeriksaan dan telusur dokumen 6. Lembar bantu pemeriksaan dokumen 7. Skenario Role Play Referensi 1. Pedomen Survei Akreditasi FKTP. KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 15

22 3. Pengelolaan Survei Akreditasi Masyarakat c. Metode Survei Upaya Kesehatan Perorangan 3. Pengelolaan Survei Akreditasi : a. Teknik memimpin pertemuan pra survei b. Teknik Memimpin Pertemuan Pembukaan (opening meeting) c. Teknik memberikan klarifikasi dan masukan d. Teknik Memimpin Pertemuan Penutupan (closing meeting) 16 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

23 Materi Inti 4 : Pelaksanaan Survei Akreditasi Waktu : 35 JPL (T=5 JPL, P= 9 JPL, PL=21 JPL) Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti materi peserta mampu melaksanakan survei Akreditasi Fasilitas Umum (TPU) Kesehatan Tingkat Pertama. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi peserta mampu : 1. Melakukan persiapan survei akreditasi 2. Menyusun rencana survei akreditasi Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 1. Persiapan survei akreditasi : a. Pembentukan Tim survei b. Koordinasi dengan surveior, Dinkes kab/kota, FKTP 2. Penyusunan rencana survei akreditasi a. Penyusunan jadwal survei (sesuai kondisi fktp) b. Penyiapan dokumen survei akreditasi Metode Media dan Alat Bantu - Curah pendapat - Ceramah - Tanya jawab - Diskusi kasus 1 - Diskusi penyusunan pertanyaan survei - Presentasi Media: - Handout - format rencana survei - kasus 1 (penyiapan survei) - kasus 2 (penilaian menggunakan instrumen) Alat Bantu: 1. LCD 2. Laptop 3. Flipchart 4. Spidol 5. Jadwal survei 6. Mapping dokumen 7. Petunjuk diskusi 8. Petunjuk bermain peran Referensi Pedoman Survei Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 17

24 3. Melaksanakan survei akreditasi c. Penyusunan daftar pertanyaan 3. Pelaksanaan survei akreditasi: a.ketentuan penilaian akreditasi b. Pelaksanaan Survei akreditasi -Demonstrasi - Bermain peran - Studi kasus penilaian akreditasi - Praktek Lapangan 9. Petunjuk demonstrasi 10. Petunjuk praktik lapangan 18 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

25 Materi Inti 5 : Penyusunan Laporan Survei Akreditasi FKTP Waktu : 7 JPL (T=1 JPL, P = 6 JPL) Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti materi peserta mampu menyusun laporan survei Akreditasi Fasilitas Umum (TPU) Kesehatan Tingkat Pertama Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi peserta mampu: 1. Menjelaskan fitur software akreditasi 2. Melakukan pengisian software penilaian akreditasi 3. Menyusun laporan survei akreditasi sesuai ketentuan. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 1. Fitur software akreditasi : a. penilaian akreditasi b. laporan survei 2. Pengisian software penilaian akreditasi 3. Laporan survei akreditasi menggunakan Software laporan akreditasi Metode Media dan Alat Bantu Ceramah, Tanya jawab, Latihan : a. Menggunakan intrumen penilaian b. Menggunakan soft ware penilaian akreditasi c. Menyusun Laporan Survei Media: 1. Instrumen Penilaian Akreditasi FKTP 2. software penilaian akreditas 3. Software laporan akreditasi 4. Handout Alat Bantu: 1. LCD 2. Laptop 3. Flipchart 4. Spidol Referensi Pedoman Survei Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 19

26 Materi Inti 6 : Teknik Melatih Waktu : 23 JPL (T= 15 JPL, P=8 JPL, PL=0) Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan pelatihan Surveior Akreditasi (TPU) Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Tujuan Pembelajar an Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu: 1. Menerapkan prinsip Pembelajaran Orang Dewasa 2. Mengembangkan keterampilan melalui berbagai metode pembelajaran 3. Merencanakan pelatihan dengan memanfaatkan Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 1. Prinsip Pembelajaran Orang Dewasa 2. Metode Pembelajaran: a. ceramah, b. tanya jawab, c. curah pendapat, d. diskusi kelompok, e. latihan, f. studi kasus, g. simulasi, h. demonstrasi, i. role-play, j. praktik lapangan 3. Perencanaan pelatihan dengan Metode Media dan Alat Bantu 1. Ceramah, 2. tanya jawab, 3. diskusi kelompok, 4. simulasi, 5. role-play, 6. latihan micro teaching Media: 1. Modul 2. Slide 3. Format SAP 4. Petunjuk diskusi 5. Petunjuk simulas 6. Petunjuk roleplay 7. Petunjuk micro teaching 8. Lembar evaluasi. Alat Bantu: 1. Flipchart 2. LCD 3. White board 4. Spidol 5. Laptop Referensi 1. Kurikulum Pelatihan Survei Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. 2. Pedoman Penyusunan Kurikulum dan Modul Pelatihan di Bidang Kesehatan 3. Standar Penyelenggara Pelatihan di Bidang Kesehatan 20 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

27 media dan alat bantu pembelajaran 4. Melakukan evaluasi pembelajaran 5. Membuat rencana pembelajaran melalui penyusunan Satuan Acara Pembelajaran (SAP) 6. Menciptakan suasana menyenangkan dalam suatu pelatihan (iklim pembelajaran) 7. Menerapkan teknik presentasi interaktif memanfaatkan media dan alat bantu pembelajaran 4. Evaluasi pembelajaran 5. Rencana Pembelajaran melalui penyusunan SAP 6. Iklim Pembelajaran 7. Teknik Presentasi interaktif KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 21

28 C. MATERI PENUNJANG Materi Penunjang 1 : Anti Korupsi Waktu : 3 JPL (T= 3 JPL) Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami budaya anti korupsi di Umum (TPU)/ Kompetensi lingkungan kerja Dasar Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu : 1. Menjelaskan Konsep Korupsi. 2. Menjelaskan Anti Korupsi. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 1. Konsep Korupsi: a. Definisi Korupsi. b. Ciri-ciri Korupsi. c. Bentuk/jenis Korupsi. d. Tingkatan Korupsi. e. Penyebab Korupsi. f. Dasar Hukum. 2. Anti Korupsi: a. Konsep Anti Korupsi. b. Nilai-nilai Anti Korupsi. c. Prinsip-prinsip Metode Media dan Alat Bantu 1. Ceramah 2. Tanya jawab 1. Slide 2. LCD 3. Laptop 4. Flipchart 5. Spidol Referensi Modul Anti Korupsi, Pusdiklat Aparatur, Badan PPSDM Kesehatan, Kemkes RI, KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

29 3. Menjelaskan Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. 4. Menjelaskan Tata Cara Pelaporan Dugaan Pelanggaran Tindakan Pidana Korupsi (TPK). 5. Menjelaskan Gratifikasi. 6. Menjelaskan kasus-kasus korupsi. Anti Korupsi. 3. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi: a. Upaya Pencegahan Korupsi. b. Upaya Pemberantasan Korupsi. c. Strategi Komunikasi Anti Korupsi. 4. Tata cara pelaporan dugaan pelanggaran TPK: a. Laporan. b. Pengaduan. c. Tata Cara Penyampaian Pengaduan. 5. Gratifikasi 6. Kasus-Kasus Korupsi KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 23

30 Materi Penunjang 2 : Pengenalan Kurikulum Pelatihan Surveior Akreditasi FKTP Waktu : 2 JPL (T=2 JPL) Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti materi ini peserta memahami struktur program dan GBPP Umum (TPU)/ Kompetensi Pelatihan Surveior. Dasar Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan : 1. Struktur program 2. GBPP Pelatihan Surveior Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 1. Struktur program 2. GBPP Pelatihan Surveior Metode Media dan Alat Bantu 1. Ceramah 2. tanya jawab Alat Bantu: 1. LCD 2. Laptop 3. Flipchart 4. Spidol Referensi Pedoman Penyusunan Kurikulum dan Modul Pelatihan di Bidang Kesehatan, Pusdiklat Aparatur, KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

31 Materi Penunjang 3 : BLC (Membangun Komitmen Belajar) Waktu : 3 JPL (P= 3 JPL) Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti materi ini peserta mampu memahami komitmen semua peserta Umum (TPU)/ Kompetensi pelatihan agar proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik dan tujuan Dasar pelatihan dapat tercapai. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu : 1. Mempunyai komitmen yang sama tentang jalannya proses pembelajaran. 2. Menyepakati aturan disiplin selama pelatihan 3. Menyepakati sanksi yang diberlakukan selama pelatihan. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 1. Komitmen bersama 2. Aturan disiplin yang disepakati selama pelatihan 3. Sanksi yang diberlakukan selama pelatihan Metode Media dan Alat Bantu 1. Game 2. Role play Referensi Menyesuaikan Menyesuaikan KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 25

32 Materi Penunjang 4 : Penyusunan RTL Waktu : 3 JPL (P= 3 JPL) Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menyusun Rencana Tindak Lanjut pasca Umum (TPU)/ Kompetensi pelatihan. Dasar Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu: 1. Menjelaskan format RTL 2. Menyusun RTL Pasca Pelatihan Surveior Akreditasi Puskesmas 3. Menyajikan RTL dan umpan balik Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 1. Format penyusunan RTL 2. Penyusunan RTL Pasca Pelatihan Surveior 3. Penyajian dan umpan balik terhadap RTL yang disusun Metode Media dan Alat Bantu 1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Latihan menyusun RTL Media: 1. Modul 2. form penyusunan RTL. Alat Bantu: 1. LCD 2. Laptop 3. Flipchart 4. Spidol Referensi Pedoman Survei Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama 26 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

33 VI. DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN. Pretest Pembukaan Building Learning Commitment Wawasan/Pengetahuan/Kemampuan: 1. Kebijakan akreditasi FKTP 2. Standar dan Instrumen Akreditasi FKTP 3. Organisasi Komisi AkreditasiFKTP Metoda: 1. Ceramah Tanya Jawab 2. Diskusi Kelompok 3. Curah Pendapat 4. Penugasan Keterampilan: 1. Memahami dan menjelaskan: penilaian akreditasi, tugas dan kewajiban surveyor, kode etik, tata laksana survei akreditasi, metoda survei akreditasi, perencanaan survei akreditasi, penyusunan survei akreditasi 2. Proses Pembelajaran Orang Dewasa 3. Tehnik Belajar Mengajar 4. Merencanakan dan Mengevaluasi Pelatihan 5. Tehnik Micro teaching Metoda: 1. Ceramah Tanya Jawab 2. Diskusi Kelompok 3. Bermain peran 4. Praktik Lapaangan RTL Post Test Ujian Komprehensif Penutupan VII. PESERTA DAN PELATIH A. Peserta 1. Kriteria Peserta: Peserta adalah komisioner akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan perwakilan dari Kementerian Kesehatan/ Dinas Kesehatan Provinsi dengan kriteria: a. Pendidikan minimal S-1, memiliki latar belakang pendidikan Kesehatan. b. Diutamakan mempunyai pengalaman sebagai pendidik/ pelatih, minimal 2 tahun. KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 27

34 c. Mempunyai pengalaman bekerja di Puskesmas minimal 2 tahun. d. Bersedia menjadi pelatih surveior akreditasi FKTP minimal 3 tahun e. Memperoleh rekomendasi dari Kementerian Kesehatan/ Dinas Kesehatan Provinsi. 2. Jumlah Peserta dalam satu kelas minimal 30 orang. B. Pelatih/fasilitator/Instruktur : Kriteria Pelatih/Fasilitator: 1. Pendidikan minimal S-2, memiliki latar belakang pendidikan bidang Kesehatan 2. Menguasai materi yang akan dilatihkan 3. Diutamakan pernah menjadi mengikuti pelatihan akreditasi/ sertifikasi mutu 4. Diutamakan yang pernah mengikuti proses penyusunan standar dan instrument akreditasi Puskesmas dan Klinik VIII. PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN A. Penyelenggara Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar bekerjasama Pusdiklat Aparatur Kementerian Kesehatan Republik Indonesia B. Tempat Penyelenggaraan Pusdiklat Aparatur Kementerian Kesehatan Republik Indonesia atau Lembaga Diklat Kesehatan. 28 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

35 IX. EVALUASI Tujuan evaluasi/penilaian adalah untuk mengetahui kemajuan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dicapai peserta, penilaian proses pembelajaran dan penyelenggaraan Diklat. Evaluasi dilakukan terhadap: 1. Peserta: Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil pembelajaran dan kelayakan dari peserta, dilakukan melalui: a. Penjajakan awal melalui pre-test b. Pemahaman peserta terhadap materi yang telah diterima melalui post test c. Pengamatan dan penilaian terhadap sikap selama pelatihan dan tugas yang diberikan d. Penerapan RTL setelah bertugas 2. Fasilitator/Pelatih: Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan fasilitator/pelatih dalam menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan 3. Penyelenggaraan: Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap pelaksanaan pelatihan. Objek evaluasi adalah pelaksanaan administrasi dan akademis, yang meliputi: a. Tujuan pelatihan b. Relevansi program pelatihan dan tugas c. Manfaat setiap pokok bahasan terhadap pelaksanaan tugas d. Manfaat pelatihan bagi peserta KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 29

36 e. Hubungan peserta dengan pelaksana pelatihan f. Pelayanan sekretariat terhadap peserta g. Pelayanan akomodasi h. Pelayanan konsumsi i. Pelayanan perpustakaan X. SERTIFIKAT Setiap peserta yang telah menyelesaikan seluruh proses pembelajaran dengan minimal kehadiran 95% akan diberikan sertifi kat kepesertaan pelatihan yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dengan memperoleh 2 (dua) angka Kredit, ditandatangani oleh Kepala Pusdiklat Aparatur atas nama Menteri Kesehatan. 30 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

37 MATERI INTI 6 TEKNIK MELATIH I. DESKRIPSI SINGKAT Pada setiap pelatihan, tugas utama seorang Pelatih atau Fasilitator adalah melatih/memfasilitasi peserta pelatihan untuk belajar dengan lebih baik secara bersama-sama. Dengan kata lain fasilitator harus menguasai teknik memfasilitasi peserta untuk belajar bagaimana caranya belajar. Untuk itu, fasilitator hendaknya tidak hanya mengembangkan minatnya dalam isi/substansi tapi juga dalam hal bagaimana proses peserta pelatihan belajar. Pada umumnya, semakin mampu seorang fasilitator menjaga kendali atas dirinya sendiri, untuk tidak banyak terlibat dalam proses pembelajaran, akan semakin baik fasilitator tersebut melakukan fasilitasi. Fasilitator harus menguasai teknik melatih/pembelajaran orang dewasa mulai dari merancang pelatihannya, melaksanakan proses pembelajaran, melaksanakan pengendalian dan evaluasi proses pelatihan tersebut sehingga tercapai tujuan kurikuler yang telah ditetapkan. Dengan demikian pelatih/ fasilitator dapat memfokuskan perhatiannya pada proses pembelajaran agar dapat melakukan fasilitasi secara maksimal, bukannya mengajar. Modul ini menguraikan bagaimana fasilitator mengembangkan ketrampilannya melalui tahapan fasilitasi proses pembelajaran sehingga dapat berperan penuh dan menampilkan dirinya sendiri dengan segala kreatifi tasnya. II. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Pembelajaran Umum: Meningkatnya kemampuan peserta dalam melaksanakan Teknik melatih/fasilitasi pada pelatihan tenaga pelaksana Program BPJS. KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 31

38 Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah sesi ini selesai, peserta diharapkan mampu: 1. Menjelaskan konsep pembelajaran orang dewasa 2. Merancang pelatihan 3. Melaksanakan proses pembelajaran pelatihan 4. Melaksanakan pengendalian proses pelatihan Melaksanakan evaluasi proses pelatihan III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN 1. Konsep Pembelajaran orang dewasa a. Cara Belajar Orang Dewasa (CBOD) b. Peran sebagai Pelatih/Fasilitator 2. Perancang pelatihan tenaga pelaksana Program BPJS a. Kurikulum dan GBPP b. Satuan Acara Pembelajaran (SAP) 3. Proses pembelajaran pelatihan tenaga pelaksana BPJS a. Menciptakan iklim pembelajaran b. Metode pembelajaran c. Media dan alat bnatu pembelajaran d. Teknik presentasi interaktif 4. Pengendalian proses pelatihan tenaga pelaksana BPJS 5. Evaluasi proses pembelajaran 32 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

39 IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. Fasilitator memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai; 2. Fasilitator menjelaskan konsep Pembelajaran orang dewasa; 3. Fasilitator menjelaskan perancang pelatihan 4. Fasilitator menjelaskan tentang proses pelatihan/ fasilitasi 5. Fasilitator menjelaskan cara pengendalian proses pelatihan 6. Fasilitator menguraikan tentang pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran. V. URAIAN MATERI Tujuan dari pelatihan tersebut adalah untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kepedulian, komitmen, dan partisipasi aktif dari para pelaksana program. Pada modul ini akan dibahas beberapa metode pembelajaran yang dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) kelompok besar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, yaitu (1) metode pembelajaran yang ditujukan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada peserta dan (2) metode pembelajaran untuk membantu dalam peningkatan kemampuan sikap dan ketrampiulan peserta. Salah satu tujuan dari modul ini adalah membantu fasilitator untuk menggunakan pengetahuan, pemikiran, dan keterampilan dasar yang sudah dimiliki dalam bekerja dengan peserta. Seseorang tidak akan langsung menjadi seorang fasilitator yang efektif hanya dengan membaca sebuah buku. Fasilitator perlu menggabungkan pengalaman, umpan-balik, observasi dan refleksi guna KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 33

40 membangun kompetensi, karena kenyataan menunjukkan bahwa pengalaman adalah alat pembelajaran yang paling efektif. 34 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

41 Pokok Bahasan 1: Konsep Pembelajaran Orang Dewasa A. Cara Belajar Orang Dewasa (CBOD) Peserta latih pada Pelatihan Program API adalah peserta belajar dewasa (adult learners). Pelatih/ Fasilitator harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa, antara lain seperti berikut: 1. Orang dewasa memiliki konsep diri, nilai, keyakinan dan pendapat. 2. Orang dewasa mempunyai banyak pengalaman dan kaya akan informasi. Pengalaman peserta tidak bisa diabaikan atau bahkan dilecehkan. Sebagai peserta mereka merupakan sumber belajar bagi yang lain termasuk bagi fasilitator. Mereka setara dengan fasilitator dengan asumsi bahwa mereka datang bukan tanpa isi. 3. Orang dewasa mempunyai gaya dan kesiapan belajar yang tidak sama pada setiap orang. Gunakan beberapa strategi dan metode pembelajaran yang tepat. 4. Orang dewasa mempunyai kebutuhan sangat besar untuk mengarahkan dirinya sendiri. Mereka memiliki orientasi waktu dan arah belajar yang jelas. Atur beberapa saat tertentu untuk istirahat. Meskipun hanya peregangan badan selama 2 menit, akan sangat bermanfaat. 5. Orang dewasa mempunyai kebanggaan. Beri dukungan peserta sebagai perorangan. Kepercayaan diri dan kepribadian seseorang akan menjadi resiko di dalam lingkungan kelas yang tidak aman dan mendukung. Peserta tidak akan berani bertanya atau berpartisipasi dalam pembelajaran jika ada kekhawatiran diremehkan atau tidak dihargai. KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 35

42 Kesempatan diberikan merata dan adil pada semua peserta. 6. Orang dewasa cenderung belajar dengan berorientasi kepada masalah. Upayakan belajar dalam format yang praktis dengan menggunakan metode audio-visual, raba dan partisipatori. Melalui metoda dan teknik pembelajaran yang sangat bervariasi seperti: studi kasus, kelompok pemecahan masalah dan kegiatan partisipatori lainnya seperti demonstrasi, tugas praktek, dll akan sangat meningkatkan kemampuan pembelajaran. Orang dewasa umumnya ingin segera menerapkan informasi atau ketrampilan baru kepada masalah atau situasi terkini. B. Peran Sebagai Pelatih/ Fasilitator Agar dapat berperan sebagai Pelatih/Fasilitator, hendaknya dipahami hal-hal sebagai berikut : 1. Hindari menggurui & memaksakan kehendak 2. Hindari menyalahkan pelatih lain didepan peserta 3. Jangan langsung menjawab pertanyaan, beri kesempatan pada peserta yg lain 4. Hindari menguraikan sesuatu secara berbelit 5. Hindari memberi contoh dengan menguraikan pengalaman pribadi berlebihan. Selain itu ada beberapa persiapan yang harus dilaksanakan dan dikuasai, antara lain sebagai berikut: 1. Mempersiapkan topik & bahan yang akan disampaikan 2. Mempersiapkan metoda pembelajaran yg efektif bagi orang dewasa 3. Memiliki sifat sabar & mau mendengar 36 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

43 4. Mampu berkomunikasi dengan baik 5. Memiliki kemampuan mengelola waktu 6. Memiliki sifat fl eksibel dan terbuka 7. Menunjukan penampilan yang rapi KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 37

44 Pokok Bahasan 2: Perancang Pelatihan Pengertian Pelatihan: Adalah proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kinerja, profesionalisme dan atau menunjang pengembangan karir tenaga/sdm dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Agar tujuan pelatihan dapat tercapai sesuai kompetensi yang harus diperoleh peserta, maka sebelum pelatihan berlangsung harus terlebih dahulu disusun Kurikulum pelatihan tersebut, sama seperti halnya pada proses pendidikan. Selain itu untuk berlangsungnya proses pembelajaran dengan baik diperlukan pula GBPP dan SAP. (Biasanya kurikulum dan GBPP sudah dipersiapkan saat menyusun Modul Pelatihan.) A. Penyusunan Kurikulum dan GBPP 1. Penyusunan Kurikulum Pengertian Kurikulum: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta metoda yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Fungsi Kurikulum: a. Perencanaan pelaksanaan pelatihan/ pembelajaran (Curriculum is plan for learning) b. Menentukan materi yang akan dipelajari, kegiatan yang harus dilaksanakan dan pengalaman yang harus diperoleh (curriculum is matter of choice) c. Pemandu pelatihan untuk mencapai tujuan d. Sentral dari kegiatan pelatihan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pelatihan 38 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

45 Komponen Kurikulum, adalah sebagai berikut: I. Pendahuluan: 1. Latar belakang 2. Filosofi II. Sasaran dan Kompetensi yang diharapkan pasca pelatihan III. Tujuan Pelatihan IV. Materi Pelatihan: 1. Struktur Program 2. Garis2 Besar Pokok Pembelajaran (GBPP) V. Alur Proses Pembelajaran: 1. Proses Pembelajaran 2. Metoda dan Media pembelajaran VI. Tempat dan waktu pelatihan VII. Monitoring dan Evaluasi Pelatihan VIII. Akreditasi dan Sertifi kasi Pelatihan 2. Penyusunan GBPP (Garis-Garis Besar Program Pembelajaran) Pengertian GBPP: Menurut literatur adalah Course Outline yang merupakan rumusan dan pokok-pokok isi materi pembelajaran. GBPP merupakan bagian suatu kurikulum pelatihan dan disusun berdasarkan tujuan kurikuler (pelatihan) khusus yang berisi kompetensi umum. Kompetensi ini diharapkan dapat dicapai dan dimiliki peserta setelah mengikuti sesi bersangkutan. KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 39

46 Komponen komponen yang dikandung GBPP meliputi: a. Judul materi pembelajaran, yaitu judul substansi sesuai pengetahuan atau ketrampilan yang dilatihkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. b. Tujuan pembelajaran, yaitu arah yang harus dicapai setelah sesi materi berakhir. Tujuan pembelajaran menggambarkan kompetensi yang harus dapat dicapai peserta latih setelah selesai mengikuti sesi materi. Merumuskan tujuan pembelajaran dengan menggunakan rumusan ABCD, yaitu: A = (Audience/ada subyek yang belajar), B = (Behaviour/kata kerja operasional mengacu pada taksonomi BLOOM), C = (Condition/kondisi yang dicapai pada akhir sesi), dan D = (Degree/tingkat kualitas dan atau kuantitas kemampuan). Di dalam merumuskan tujuan pembelajaran, tidak harus selalu lengkap mencakup ABCD, bisa saja cukup dengan ABC sesuai situasi. c. Pokok Bahasan dan atau Sub Pokok Bahasan, yaitu bahasan yang terkandung dalam materi. Pokok bahasan dan atau sub pokok bahasan dirumuskan sesuai dengan kompetensi yang telah dijabarkan dalam tujuan kurikuler pelatihan/ pembelajaran. d. Alokasi waktu, yaitu waktu dari masing-masing kegiatan pembelajaran. 40 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

47 e. Metode pembelajaran, yaitu cara-cara dan teknik komunikasi yang digunakan oleh pelatih dalam menyampaikan materi pembelajaran dan melaksanakan proses pembelajaran. f. Media pembelajaran, yaitu berbagai alat yang menggunakan isi materi pembelajaran secara fi sik digunakan untuk menyampaikan isi tersebut. Misalnya bahan cetak berupa buku, hand out, bahan digital, fi lm, dsb. g. Alat bantu pembelajaran, yaitu seperangkat benda yang digunakan sebagai pembantu fasilitator/ pelatih untuk mempermudah dan mempercepat proses penyampaian materi pembelajaran kepada peserta latih. Misalnya OHP, slide/ fi lm projector, manekin (boneka model anatomik), alat peraga, dsb. h. Referensi, yaitu buku-buku atau sumber lainnya yang digunakan dalam menyusun materi pembelajaran. Cara menuliskan referensi bermacam-macam. GBPP penting baik bagi fasilitator maupun bagi penyelenggara pelatihan. Untuk penyelenggara pelatihan dapat dipakai sebagai pegangan kunci untuk melaksanakan proses pembelajaran sesuai tujuan kurikuler yang akan dicapai, juga untuk merancang sequence/ urutan materi yg harus diberikan dalam pelatihan tersebut. Untuk fasilitator GBPP diperlukan dalam menyusun Satuan Acara Pembelajaran agar tetap berada di dalam ruang lingkup materi. GBPP disusun untuk seluruh sesi pembelajaran dalam satu pelatihan. Di bawah ini, tersedia 2 (dua) alternatif format GBPP yang dapat dipilih sesuai kebutuhan. KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 41

48 Garis-Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) Judul Materi Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok Bahasan & Sub Pokok Bahasan Alokasi Waktu Metode Media Alat Bantu Refe rensi Dst. B. Satuan Acara Pembelajaran (SAP) Apabila GBPP telah tersedia, kegiatan pelatih/fasilitator dilanjutkan dengan menyusun SAP atau Satuan Acara Pembelajaran dengan ketentuan berikut: 1. SAP atau Satuan Acara Pembelajaran adalah dokumen berisi skenario proses pembelajaran suatu topik tertentu dalam pelatihan. 2. SAP disusun untuk setiap sesi pertemuan. Format SAP disusun secara naratif agar dapat dioperasionalkan dengan mudah. 3. SAP dikembangkan berdasar semua komponen yang terdapat dalam GBPP. 4. SAP menguraikan secara rinci langkah demi langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan estimasi waktunya untuk masing-masing tahapan kegiatan tersebut. Uraian meliputi tiap tahap pembelajaran mulai dari pendahuluan hingga penutupan. 5. SAP diperlukan sebagai pegangan fasilitator dalam memfasilitasi, agar tidak menyimpang dari alur dan lingkup materi sajian pembelajaran. 6. SAP mengacu pada GBPP namun tidak persis sama dengan GBPP. 42 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

49 Format SAP Komponen SAP untuk satu sesi pembelajaran tercantum dalam format berikut ini : 1. Mata Diklat ( Materi Pembelajaran) 2. Pokok Bahasan / Sub Pokok Bahasan 3. Waktu (hari, tgl, jam, durasi) 4. Tujuan Pembelajaran Umum 5. Tujuan Pembelajaran Khusus 6. Kegiatan Pembelajaran a. Materi Pembelajaran b. Metode Pembelajaran c. Langkah Kegiatan & Estimasi Waktu d. Media & Alat bantu Pembelajaran 7. Evaluasi 8. Referensi KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 43

50 Pokok Bahasan 3: Pelaksanaan Proses Pembelajaran A. Penciptaan Iklim Pembelajaran Yang Kondusif Pelatihan berorientasi pembelajaran memberi kesempatan kepada masing-masing peserta untuk memperoleh pemahaman dan ketrampilan mereka secara alamiah. Tiga karakteristik berikut diperlukan untuk membangun suasana pembelajaran efektif di kelas (Combs, 1976): 1. Atmosfi r belajar harus diciptakan agar dapat memfasilitasi pencarian pengetahuan dan pemahaman baru. Peserta harus merasa aman dan diterima. Mereka perlu memahami risiko dan manfaatnya. Kelas harus mengakomodir pendekatan keterlibatan, interaksi dan sosialisasi sebagaimana orang bekerja menyelesaikan tugasnya. 2. Peserta harus diberi kesempatan secara berkala untuk menghadapi informasi dan pengalaman baru ketika proses berlangsung. Sekalipun demikian, kesempatan ini harus diatur sedemikian rupa agar peserta lebih banyak melakukan sesuatu daripada sekedar menerima informasi. Peserta harus diperbolehkan untuk mengkonfi rmasi tantangan baru dengan menggunakan pengalaman mereka di masa lalu tanpa dominasi fasilitator atau pemberi informasi. 3. Pengetahuan dan pemahaman baru harus diperoleh melalui proses pencarian yang dilakukan secara mandiri. Metode yang digunakan mendorong pencarian secara mandiri tersebut sangat individual dan diadaptasikan pada gaya dan kecepatan belajar masing-masing. Pada pembelajaran orang dewasa lebih diterima apabila peserta dapat dilibatkan/ partisipasi secara penuh, misalnya melalui praktek, diskusi dsbnya. 44 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

51 Untuk itu, seorang fasilitator ketika memfasilitasi proses pembelajaran pada suatu pelatihan harus memiliki penguasaan dan kesiapan atas berbagai aspek yang berperan besar dalam pencapaian tujuan pelatihan. Kesiapan dapat diperoleh antara lain dengan memahami hal-hal berkaitan pengelolaan/mengendalikan dan mengorganisasikan kelas yang mencakup lingkungan fi sik dan lingkungan sosio-emosional. Tujuan pengelolaan kelas tentu saja agar tujuan pelatihan dapat tercapai secara efektif dan efi sien. Untuk mencegah terjadinya masalahmasalah di kelas, maka perlu dilakukan pengelolaan kelas antara lain sebagai berikut : 1. Menciptakan iklim kelas yang baik (tindakan positif atau preventif). Fasilitator menyampaikan bahasan dengan baik dan lancar, serta melibatkan peserta dalam kegiatan pembelajaran di kelas dan dengan demikian mencegah timbulnya gangguan atau penyelewengan. 2. Memberikan motivasi Motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan dasar, kebutuhan akan rasa aman, dan kebutuhan untuk diakui. Dalam proses pembelajaran, motivasi peserta dapat di tumbuhkan dengan memenuhi kebutuhan untuk di hormati dan dihargai dengan ikut berpartisipasi. Proses pembelajaran harus dilakukan tanpa ancaman, lakukan motivasi dengan cara yang wajar, alamiah, namun demikian tetap dijaga agar tidak berlebih-lebihan. 3. Memberi umpan balik positip kepada peserta Fasilitator harus mempunyai kumpulan kata-kata positif pilihan. Peserta yang mendapat umpan balik positif akan menebarkan semangat positif kepada peserta lain. Peserta yang tersinggung atas umpan negatif akan menjadi masalah kelas yang menetap. KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 45

52 Learning is most effective when it s fun. Dapat disimpulkan bahwa pelatih lebih banyak berperan sebagai manajer (pengelola) kelas, agar kegiatan pembelajaran bagi peserta dapat berlangsung dengan efi sien dan efektif. Hal ini sejalan dengan tuntutan perkembangan, bahwa pelatih harus lebih berperan sebagai fasilitator, motivator, dinamisator daripada sebagai penyampai informasi, penceramah apalagi operator. B. Pemilihan Metode Pembelajaran 1. Pengertian Metode pembelajaran adalah cara dan teknik komunikasi/transfer subject/materi yang digunakan oleh pelatih dalam melakukan proses interaksi pembelajaran dengan sasaran/peserta belajar, dalam untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Sudjana, N dan Rivai, A, 2000) Pemilihan metode pembelajaran dilakukan untuk mendukung tercapainya tujuan subject/ materi pembelajaran. Pemilihan jenis metode pembelajaran yang akan digunakan tergantung pada banyak faktor, antara lain: kompetensi yang harus dicapai, kriteria dan jumlah peserta, tujuan materi, waktu dan sarana/ prasarana pembelajaran yang tersedia, kemampuan fasilitator dll. 2. Ragam metode Pembelajaran Beberapa pilihan metode pembealajaran yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran di dalam kelas meliputi: 46 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

53 a. Ceramah/ kuliah/presentasi Pengertian: Metode ceramah seringkali disebut metode kuliah (The Lecture Method). Dapat pula disebut dengan metode deskripsi. Metode ceramah merupakan metode yang memberikan penjelasan atau memberi deskripsi lisan secara sepihak (oleh seorang fasilitator) tentang materi pembelajaran tertentu. b. Brainstorming / curah pendapat (gagasan) Pengertian: Curah pendapat adalah metode penggalian sebanyak mungkin ide, gagasan, dan pendapat dari peserta. Fasilitator melontarkan suatu topik, isu, atau permasalahan dan mendorong peserta untuk mengembangkan pendapat-pendapatnya dan orang lain bisa melengkapi. Curah pendapat pada prinsipnya meniadakan kritik terhadap setiap pendapat, membiarkan peserta bebas berimajinasi dan memberikan kontribusi masing-masing. Setiap kontribusi dicatat dan ditayangkan sehingga terlihat oleh seluruh peserta. Hal ini sangat membantu fasilitator untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta sebelum penyampaian materi oleh pelatih. c. Latihan/Penugasan Praktek Pengertian Kegiatan yang dilakukan secara perorangan atau berkelompok untuk melaksanakan suatu tugas tertentu untuk mencapai suatu hasil berupa ketrampilan yang telah ditentukan dengan mengikuti pedoman yang ada. Latihan KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 47

54 memberikan suatu pengalaman belajar yang terstruktur. Kegiatan dapat berupa olah pikir, olah rasa (emosi), olah verbal atau olah motorik. Fasilitator perlu memiliki kemampuan untuk mempersiapkan bahan dan instrumen secara matang dan memilih jenis latihan yang tepat, antara lain: tugas praktek, assignment (penugasan) membahas/ menjawab pertanyaan/ soal esai, latihan verbal seperti latihan debat, diskusi dan dialog. d. Role play/bermain peran Pengertian Peserta memerankan dirinya sebagai orang lain atau tokoh tertentu pada situasi yang dirancang secara spesifi k atau seperti situasi nyata dan melakukan dialog seperti permintaan skenario. Melalui penokohan tersebut, peserta melibatkan dirinya dalam situasi tertentu dan mengekspresikan sikapnya ketika berada dalam situasi tersebut. Penekanan permainan terletak pada karakter, sifat atau sikap yang perlu dianalisa dan peserta mampu menggunakan pengalaman tersebut dalam menghadapi permasalahan di tempat kerjanya. Tunjuk beberapa pengamat yang bertugas mengamati dan mencatat kejadian selama role play dan lengkapi dengan instrumen pengamatan. Setelah selesai, para pengamat diminta menyampaikan hasil pengamatannya dan para pemeran diminta mengemukakan pengalamannya dalam memainkan perannya dan menganalisis peranan itu sendiri. 48 KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT)

55 e. Simulasi Pengertian Simulasi berasal dari bahasa inggris Simulation artinya tiruan. Situasi merupakan tiruan dan kegiatan yang dilakukan bersifat pura-pura atau tidak dalam kondisi sesungguhnya. Menanamkan pemahaman melalui pengalaman berbuat dalam situasi yang mirip sesungguhnya. Lebih tepat bila dikatakan bahwa simulasi meningkatkan ketrampilan tertentu dengan jalan melakukan sesuatu dalam kondisi tidak nyata. Misalkan melakukan pemadaman kebakaran, atau mengemudikan pesawat terbang. Simulasi digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk memberi kesempatan kepada peserta meniru satu kegiatan yang dituntut dalam pekerjaan seharihari, yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya atau kegiatan yang akan dan harus dilakukannya. Fasilitator harus mempersiapkan skenario simulasi berikut prosedur tetap (protap) penggunaan alat-alat, urutan dan waktu untuk setiap langkah-langkah. Rinci dan jelas. Berikan umpan balik dari para pengamat atau fasilitator setelah simulasi dilakukan, setelah itu refl eksi peserta dan ditutup dengan rangkuman dari fasilitator. f. Demonstrasi Pengertian Metode ini dipakai dalam pembelajaran dengan cara mempertunjukan objek dan dan/atau memperagakan proses suatu kegiatan. Metode demonstrasi digunakan untuk memperjelas suatu objek dan proses suatu kegiatan bagi peserta,juga untuk memberi contoh. KURIKULUM PELATIHAN PELATIH (TOT) 49

KURIKULUM PELATIHAN PENDAMPING AKREDITASI PUSKESMAS DAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

KURIKULUM PELATIHAN PENDAMPING AKREDITASI PUSKESMAS DAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA KURIKULUM PELATIHAN PENDAMPING AKREDITASI PUSKESMAS DAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan pelayanan sarana kesehatan dasar khususnya Puskesmas kepada

Lebih terperinci

KURIKULUM PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN PENGANGKATAN PERTAMA JENJANG AHLI DI BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO TAHUN 2015

KURIKULUM PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN PENGANGKATAN PERTAMA JENJANG AHLI DI BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO TAHUN 2015 KURIKULUM PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN PENGANGKATAN PERTAMA JENJANG AHLI DI BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO TAHUN 015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan tata pemerintahan

Lebih terperinci

KURIKULUM PELATIHAN KOMUNIKASI MOTIVASI DALAM PROGRAM PENGENDALIAN TB BAGI PETUGAS KESEHATAN DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

KURIKULUM PELATIHAN KOMUNIKASI MOTIVASI DALAM PROGRAM PENGENDALIAN TB BAGI PETUGAS KESEHATAN DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN KURIKULUM PELATIHAN KOMUNIKASI MOTIVASI DALAM PROGRAM PENGENDALIAN TB BAGI PETUGAS KESEHATAN DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN R.I DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

Lebih terperinci

KURIKULUM PELATIHAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PIMPINAN BBPK/BAPELKES/INSTITUSI DIKLAT KESEHATAN I. PENDAHULUAN. A. LatarBelakang

KURIKULUM PELATIHAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PIMPINAN BBPK/BAPELKES/INSTITUSI DIKLAT KESEHATAN I. PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Kementerian Kesehatan KURIKULUM PELATIHAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PIMPINAN BBPK/BAPELKES/INSTITUSI DIKLAT KESEHATAN I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

KURIKULUM PELATIHAN TENAGA PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS

KURIKULUM PELATIHAN TENAGA PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS KURIKULUM PELATIHAN TENAGA PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS Departemen Kesehatan, 2008 Kurikulum Pelatihan Tenaga Promosi Kesehatan Bagi Puskesmas 0 Kata Pengantar Kurikulum Pelatihan Tenaga Promosi Kesehatan

Lebih terperinci

PANDUAN PELATIHAN AUDITOR MUTU INTERNAL

PANDUAN PELATIHAN AUDITOR MUTU INTERNAL PANDUAN PELATIHAN AUDITOR MUTU INTERNAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sistem penjaminan mutu internal merupakan langkah strategis untuk meningkatkan mutu perguruan tinggi. Dengan diundangkannya

Lebih terperinci

KURIKULUM PELATIHAN PENDEKATAN PRAKTIS KESEHATAN PARU (PRACTICAL APPROACH TO LUNG HEALTH / PAL) UNTUK TENAGA PUSKESMAS

KURIKULUM PELATIHAN PENDEKATAN PRAKTIS KESEHATAN PARU (PRACTICAL APPROACH TO LUNG HEALTH / PAL) UNTUK TENAGA PUSKESMAS KURIKULUM PELATIHAN PENDEKATAN PRAKTIS KESEHATAN PARU (PRACTICAL APPROACH TO LUNG HEALTH / PAL) UNTUK TENAGA PUSKESMAS I. PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pendekatan Praktis Kesehatan Paru (Practical Approach

Lebih terperinci

Berkaitan dengan hal tersebut, maka disusun kurikulum pelatihan Monev Diklat.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka disusun kurikulum pelatihan Monev Diklat. Kurikulum PELATIHAN MONITORING DAN EVALUASI DIKLAT Bahan belajar PENDAHULUAN SASARAN PERAN DAN FUNGSI SETELAH PELATIHAN KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN TUJUAN MATERI DAN STRUKTUR PROGRAM PROSES DAN METODOLOGI

Lebih terperinci

Pencegahan Akibat Kerja Pada Home Industri

Pencegahan Akibat Kerja Pada Home Industri Kurikulum Pelatihan Pencegahan Akibat Kerja Pada Home Industri I. Dasar Pemikiran Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENATALAKSANAAN HIV AIDS DAN IMS BAGI PERAWAT/BIDAN FASYANKES DI BBPK CILOTO, 27 JULI SD 03 AGUSTUS 2016

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENATALAKSANAAN HIV AIDS DAN IMS BAGI PERAWAT/BIDAN FASYANKES DI BBPK CILOTO, 27 JULI SD 03 AGUSTUS 2016 KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENATALAKSANAAN HIV AIDS DAN IMS BAGI PERAWAT/BIDAN FASYANKES DI BBPK CILOTO, 27 JULI SD 03 AGUSTUS 2016 I. PENDAHULUAN Perkembangan epidemi HIV AIDS di dunia telah menyebabkan

Lebih terperinci

Modul Pelatihan MODUL MP-1 I. DESKRIPSI SINGKAT

Modul Pelatihan MODUL MP-1 I. DESKRIPSI SINGKAT Modul Pelatihan MODUL MP-1 BUILDING LEARNING COMMITMENT (BLC) I. DESKRIPSI SINGKAT Dalam suatu pelatihan terutama pelatihan dalam kelas, bertemu sekelompok orang yang belum saling mengenal sebelumnya,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN SUBSTANSI DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

Lebih terperinci

2013, No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2013, No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 2013, No.415 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS PENYELENGGARA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SURVEI AKREDITASI PUSKESMAS

PELAKSANAAN SURVEI AKREDITASI PUSKESMAS PELAKSANAAN SURVEI AKREDITASI PUSKESMAS AKREDITASI PUSKESMAS DAN KLINIK Akreditasi puskesmas adalah proses penilaian eksternal oleh Komisioner Akreditasi terhadap puskesmas apakah sesuai dengan standar

Lebih terperinci

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan Dasar Hukum Pengertian Akreditasi Maksud dan Tujuan Akreditasi Proses Akreditasi Undang-Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

MODUL PENULISAN KERTAS KERJA

MODUL PENULISAN KERTAS KERJA MODUL PENULISAN KERTAS KERJA PUSDIKLAT APARATUR BADAN PPSDM KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN 2013 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i A. Deskripsi Singkat... 1 B. Tujuan Pembelajaran... 1 C. Pokok Bahasan dan Sub

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan C05 Pemetaan Swadaya PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Alur dan GBPP OJT PS 1 Kegiatan 1 Curah Pendapat Harapan dan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT/GBPP

RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT/GBPP RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT/GBPP 1. Nama Diklat : Diklatpim Tingkat I 2. Mata Diklat : Evaluasi Kean 3. Alokasi Waktu : 12 Jp 4. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini memfasilitasi peserta untuk

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN SUBSTANSI DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

Lebih terperinci

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU BUKU

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU BUKU PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU BUKU 3 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN CALON TIM PENILAI JABATAN FUNGSIONAL GURU KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan Dasar Hukum Pengertian Akreditasi Maksud dan Tujuan Akreditasi Proses Akreditasi Undang-Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

2016, No menetapkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana tentang Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana; Mengingat

2016, No menetapkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana tentang Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana; Mengingat No.1836, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPP. Diklat PB. Pencabutan PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

Analisa Tujuan Pembelajaran Pelatihan VCA dan PRA untuk Pelatih

Analisa Tujuan Pembelajaran Pelatihan VCA dan PRA untuk Pelatih Analisa Tujuan Pembelajaran dan untuk Pelatih Kompetensi Tujuan Pembelajaran Indikator Materi Belajar 1. Memahami konsep dasar dan Vulnerability and Capacity Assessment () atau asesmen kerentanan dan kapasitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 5 2013, No.414 PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS ANALISIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENANGGULANGAN BENCANA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENANGGULANGAN BENCANA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENANGGULANGAN BENCANA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA BNPB BHIN L IKA BADAN NASIONAL

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Manjilala

PENDAHULUAN. Manjilala PENDAHULUAN Manjilala www.gizimu.wordpress.com PENDAHULUAN Selama ini Kader Posyandu lebih sering menjadi pelaksana kegiatan saja, bukan pengelola Posyandu. Pengelola Posyandu artinya bukan hanya melaksanakan

Lebih terperinci

KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA,

KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA, KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 4 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) BAGI PENYELENGGARAAN DIKLAT (TRAINING OFFICER COURSE / TOC) KEPALA

Lebih terperinci

PEDOMAN SURVEI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

PEDOMAN SURVEI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA Pedoman PEDOMAN SURVEI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA 1 Pedoman A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka peningkatan layanan kepada masyarakat oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama

Lebih terperinci

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut: Nama : Hana Meidawati NIM : 702011109 1. Metode Ceramah Penerapan metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan tidak asing lagi dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 6 TAHUN 2003 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 6 TAHUN 2003 TENTANG KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 6 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) BAGI PENGELOLA DIKLAT (MANAGEMENT OF TRAINING/MOT) LEMBAGA ADMINISTRASI

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012

Petunjuk Teknis Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012 i Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012 LPPKS INDONESIA 2013 ii Pelaksanaan In-Service Learning 1 Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah Tahun 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN International Labour Organization UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK PEDOMAN UNTUK PENDIDIK Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Bekerja sama dengan Proyek

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT 1) Nama Diklat : Diklat Kepemimpinan TK.IV 2) Mata Diklat :Integritas 3) Alokasi Waktu : 18 Jp 4) Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membekali peserta dengan kemampuan

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) Untuk mempersiapkan mahasiswa dalam melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) baik yang dipersiapkan

Lebih terperinci

AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI Draf 07 Agustus 2011 BAN-PT AKREDITASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI BUKU VII PEDOMAN ASESMEN LAPANGAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI JAKARTA 2011 DAFTAR ISI halaman DAFTAR ISI 1 BAB

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) Untuk mempersiapkan mahasiswa dalam melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) baik yang dipersiapkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. SERTIFIKASI. Widyaiswara. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. SERTIFIKASI. Widyaiswara. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. SERTIFIKASI. Widyaiswara. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI

Lebih terperinci

INTEGRITAS DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA 2013

INTEGRITAS DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA 2013 INTEGRITAS DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA 2013 1 RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT 1) Nama Diklat : Diklat Kepemimpinan TK.IV 2) Mata Diklat : Integritas

Lebih terperinci

KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA,

KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA, KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 6 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) BAGI PENGELOLA DIKLAT (MANAGEMENT OF TRAINING / MOT) KEPALA LEMBAGA

Lebih terperinci

INTEGRITAS. BADAN DIKLAT DIY DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA 2013

INTEGRITAS. BADAN DIKLAT DIY  DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA 2013 INTEGRITAS BADAN DIKLAT DIY http://diklat.jogjaprov.go.id DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA 2013 1 RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT 1) Nama Diklat :

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN UJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN UJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN UJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN A. Rasional Standar proses proses pembelajaran merupakan acuan penyelenggaraan serta bentuk akuntabilitas perguruan tinggi

Lebih terperinci

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama Kali Dalam Jabfung Adminkes MODUL MATERI INTI. 6 AKREDITASI INSTITUSI DAN PROGRAM KESEHATAN

Modul Pelatihan Pengangkatan Pertama Kali Dalam Jabfung Adminkes MODUL MATERI INTI. 6 AKREDITASI INSTITUSI DAN PROGRAM KESEHATAN MODUL MATERI INTI. 6 AKREDITASI INSTITUSI DAN PROGRAM KESEHATAN I. DESKRIPSI SINGKAT Seorang Administrator Kesehatan (Adminkes), tugas pokoknya adalah melaksanakan analisis kebijakan di bidang administrasi

Lebih terperinci

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U No.132, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Kedokteran. Akademik. Profesi. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5434) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH

UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH Pendahuluan Pengawas sekolah adalah tenaga kependidikan profesional yang berfungsi sebagai unsur pelaksana supervisi pendidikan yang mencakup supervisi

Lebih terperinci

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 122 /Dik-1/2010 T e n t a n g

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT/GBPP

RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT/GBPP RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT/GBPP 1. Nama Diklat : Diklatpim Tingkat I 2. Mata Diklat : Merancang Policy Brief 3. Alokasi Waktu : Penjelasan Policy Brief : 3 Jp @ 45 menit = 135 menit Perancangan

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN DIKLAT KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG TINGKAT MADYA TAHUN 2014 DI PUSAT DIKLAT KEHUTANAN

PENYELENGGARAAN DIKLAT KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG TINGKAT MADYA TAHUN 2014 DI PUSAT DIKLAT KEHUTANAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG TINGKAT MADYA TAHUN 2014 DI PUSAT DIKLAT KEHUTANAN Oleh : Harmini Sudjiman Widyaiswara Pusat Diklat Kehutanan Abstrak Diklat Kewidyaiswaraan Berjenjang

Lebih terperinci

INTEGRITAS DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA 2013

INTEGRITAS DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA 2013 INTEGRITAS DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA 2013 RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT 1) Nama Diklat : Diklat Kepemimpinan TK.III 2) Mata Diklat : Integritas

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR 203 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR 203 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT) PERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR 203 TAHUN 2011 TENTANG KURIKULUM DAN METODE PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PEREKAYASA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR 2013, No.1242 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR PEDOMAN

Lebih terperinci

Mengidentifikasi fokus pendampingan. Melaksanakan pendampingan sesuai kaidah pendampingan yang baik.

Mengidentifikasi fokus pendampingan. Melaksanakan pendampingan sesuai kaidah pendampingan yang baik. UNIT 7 BAGAIMANA MELAKUKAN PENDAMPINGAN YANG EFEKTIF? (Unit 7 ini khusus untuk Pelatihan Fasilitator) UNIT 7 BAGAIMANA MELAKUKAN PENDAMPINGAN YANG EFEKTIF? Pendahuluan Guru seringkali mengalami kesulitan

Lebih terperinci

MATERI RAPAT KOORDINASI PERSIAPAN UJI KOMPETENSI JABFUNGKES. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 18 Oktober 2017

MATERI RAPAT KOORDINASI PERSIAPAN UJI KOMPETENSI JABFUNGKES. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 18 Oktober 2017 MATERI RAPAT KOORDINASI PERSIAPAN UJI KOMPETENSI JABFUNGKES Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 18 Oktober 2017 DASAR HUKUM 1. UU no. 36/2009 tentang Kesehatan 2. UU no. 5/2014 tentang ASN 3. UU no 23/2014

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates Wonotunggal Batang 1. Perencanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR STBM - STUNTING

KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR STBM - STUNTING KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR STBM - STUNTING Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2017 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Filosofi Pelatihan... BAB II PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI...

Lebih terperinci

UNIT 1 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP

UNIT 1 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP UNIT 1 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP UNIT 1 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP Pendahuluan Pembelajaran di dalam kelas, pada dasarnya dimaksudkan

Lebih terperinci

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-03.PP.01.02 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN BIMBINGAN TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Keberhasilan pelayanan kesejahteraan sosial bagi kesejahteraan anak, sangat ditentukan oleh pemahaman petugas atau pekerja sosial anak terhadap perkembangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan angka angka dan rumus rumus. Dari hal ini muncul. anggapan bahwa kemampuan komunikasi matematika belum dapat dibangun

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan angka angka dan rumus rumus. Dari hal ini muncul. anggapan bahwa kemampuan komunikasi matematika belum dapat dibangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika pada umumnya identik dengan perhitungan menggunakan angka angka dan rumus rumus. Dari hal ini muncul anggapan bahwa kemampuan komunikasi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI WIDYAISWARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI WIDYAISWARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI WIDYAISWARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA, Menimbang: a. bahwa dengan

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2013 tentang Lembaga Administrasi Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 12

2016, No Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2013 tentang Lembaga Administrasi Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 12 No.2067, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. TRAINING OF FACILITATOR. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN PELATIHAN PENERAPAN

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL A. Persiapan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Pengalaman Lapangan dikasanakan hanya satu bulan, berbeda dengan tahun tahun sebelumnya yang pelaksanaannya

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGARAAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG

SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGARAAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGARAAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2031,2015 KEMENKES. Diklat. Jabatan Fungsional. Kesehatan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Mata Diklat : BUILDING LEARNING COMMITMENT Nama Diklat : Diklat Fungsional Nutrisionis Jenjang Ahli

Mata Diklat : BUILDING LEARNING COMMITMENT Nama Diklat : Diklat Fungsional Nutrisionis Jenjang Ahli Mata Diklat : BUILDING LEARNING COMMITMENT Nama Diklat : Diklat Fungsional Nutrisionis Jenjang Ahli Fasilitator : Dr. LILIN BUDIATI SH.MM lilinbudiati@yahoo.com PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BADAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL A. KEGIATAN PPL 1. Persiapan PPL Untuk mempersiapkan mahasiswa dalam melaksanakan PPL baik yang dipersiapkan berupa persiapan fisik maupun mentalnya untuk

Lebih terperinci

gugushandaka.wordpress.com RESEP PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP Waktu : 3 jam

gugushandaka.wordpress.com RESEP PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP Waktu : 3 jam Unit 8 gugushandaka.wordpress.com RESEP PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP Waktu : 3 jam A. PENGANTAR Banyak upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional guru. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah

Lebih terperinci

UNIT 5 MEMBUAT RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

UNIT 5 MEMBUAT RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) UNIT 5 MEMBUAT RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) UNIT 5 MEMBUAT RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) Pendahuluan Peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan oleh semua pihak secara berkesinambungan. Peran kepala sekolah,

Lebih terperinci

PERANGKAT MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN SEKOLAH DASAR KELAS AWAL KELOMPOK KOMPETENSI H

PERANGKAT MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN SEKOLAH DASAR KELAS AWAL KELOMPOK KOMPETENSI H PERANGKAT MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN SEKOLAH DASAR KELAS AWAL KELOMPOK KOMPETENSI H DIREKTORRAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2017 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Ketua Eksekutif KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit Seluruh Indonesia), Disamping itu juga sebagai Board Member of ASQua (Asia Society for Quality in

Ketua Eksekutif KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit Seluruh Indonesia), Disamping itu juga sebagai Board Member of ASQua (Asia Society for Quality in 1 CURICULUM VITAE: DR.Dr.Sutoto,M.Kes Ketua Eksekutif KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit Seluruh Indonesia), Disamping itu juga sebagai Board Member of ASQua (Asia Society for Quality in Health Care),

Lebih terperinci

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO STANDAR PROSES PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI-UNDIP SM 04 07 SEMARANG 2O16 Standar Proses Pembelajaran Sistem Penjaminan Mutu Internal Fakultas

Lebih terperinci

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN PIJAT PENGOBATAN REFLEKSI JENJANG III BERBASIS

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN PIJAT PENGOBATAN REFLEKSI JENJANG III BERBASIS KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN PIJAT PENGOBATAN REFLEKSI JENJANG III BERBASIS Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENJENJANGAN JABATAN FUNGSIONAL SANDIMAN

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENJENJANGAN JABATAN FUNGSIONAL SANDIMAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENJENJANGAN JABATAN FUNGSIONAL SANDIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI

Lebih terperinci

K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 40/Dik-2/2011. T e n t a n g

K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 40/Dik-2/2011. T e n t a n g KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 40/Dik-2/2011

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 148/Dik-2/2012

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA DOSEN DALAM PERKULIAHAN

EVALUASI KINERJA DOSEN DALAM PERKULIAHAN EVALUASI KINERJA DOSEN DALAM PERKULIAHAN Evaluasi kinerja dosen dalam perkuliahan ini ditujukan untuk memastikan bahwa kinerja dosen dalam pembelajaran tiap semester telah dilaksanakan dengan baik sesuai

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN HASIL ANALISIS

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN HASIL ANALISIS BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN HASIL ANALISIS Kegiatan PPL merupakan program kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi mahasiswa sebagai calon pendidik atau

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB I PENDAHULUAN

PENYELENGGARAAN ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB I PENDAHULUAN 2013, No.1274 14 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PENYELENGGARAAN ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 126 /Dik-2/2012 KURIKULUM DIKLAT PENDAMPINGAN SVLK BAGI PENYULUH

K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 126 /Dik-2/2012 KURIKULUM DIKLAT PENDAMPINGAN SVLK BAGI PENYULUH KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 126 /Dik-2/2012

Lebih terperinci

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, email: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBELAJARAN. C. Prinsip Prinsip yang digunakan dalam proses pembelajaran anak usia dini sebagai berikut.

PEDOMAN PEMBELAJARAN. C. Prinsip Prinsip yang digunakan dalam proses pembelajaran anak usia dini sebagai berikut. SALINAN LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PEDOMAN PEMBELAJARAN I. PENDAHULUAN Pendekatan pembelajaran

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 178/Dik-2/2012

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 1

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 1 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 1 PROGRAM PENYIAPAN CALON KEPALA SEKOLAH TAHUN 2012 LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2011 i Pelaksanaan

Lebih terperinci

DESAIN KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PENGEMBANGAN DIKLAT SISTEMIK MODEL ADDIE)

DESAIN KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PENGEMBANGAN DIKLAT SISTEMIK MODEL ADDIE) DESAIN KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PENGEMBANGAN DIKLAT SISTEMIK MODEL ADDIE) DisampaikanpadaPenataranPenyusunanDraft Desain Kurikulum Diklat Manajemen PerkantoranpadaBadanDiklatPropinsiDI

Lebih terperinci

2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab. 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses yang aktif.

2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab. 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses yang aktif. COACHING PROSES Pengertian : 1). Pemberdayaan kualitas potensial mahasiswa 2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi pendahuluan, uji coba model, dan uji validasi model, serta pembahasan penelitian,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN LEMBAGA ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL Kegiatan PPL di SMK PI AMBARRUKMO dilaksanakan terhitung dari 1 Juli sampai dengan 15 September 2014. Uraian tentang pelaksanaan program PPL tersebut sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I A. LATAR BELAKANG Bagian V.1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia secara geografis dan demografis merupakan negara yang rawan akan bencana, baik bencana alam (natural disaster) maupun bencana karena

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) Untuk mempersiapkan mahasiswa dalam melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) baik yang dipersiapkan

Lebih terperinci

2012, No.1251 BAB I PENDAHULUAN

2012, No.1251 BAB I PENDAHULUAN 5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SANDIMAN LANJUTAN BAB I PENDAHULUAN A. Umum Pembinaan SDM Sandi perlu dilakukan

Lebih terperinci

AKREDITASI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

AKREDITASI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN BAN-PT AKREDITASI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN BUKU VII PEDOMAN ASESMEN LAPANGAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI JAKARTA 2014 DAFTAR ISI halaman DAFTAR ISI 1 BAB I 2 PENDAHULUAN 2 BAB II 3 PROSEDUR

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N No.308, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Keselamatan Pasien. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL. Oleh Supartinah, M.Hum.

PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL. Oleh Supartinah, M.Hum. PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL Oleh Supartinah, M.Hum. supartinah@uny.ac.id Pendahuluan Budaya dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir,

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang No.1648, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKOMINFO. Jabatan Fungsional. Pranata Hubungan Masyarakat. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

Tata laksana dan metoda survey akreditasi

Tata laksana dan metoda survey akreditasi Tata laksana dan metoda survey akreditasi Pelaksanaan survei Periksa dokumen yang menjadi regulasi: dokumen eksternal dan internal Telusur: Wawancara: Pimpinan puskesmas Penanggung jawab program Staf puskesmas

Lebih terperinci

PRAKTEK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN 8 JP

PRAKTEK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN 8 JP PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SMK PRAKTEK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN 8 JP DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan diterapkan seiring dengan pemanfaatan media dan sumber belajar (Prawiradilaga, 2008). Menurut

Lebih terperinci