KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR STBM - STUNTING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR STBM - STUNTING"

Transkripsi

1 KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR STBM - STUNTING Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2017

2 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Filosofi Pelatihan... BAB II PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI... A. Peran... B. Fungsi... C. Kompetensi... BAB III TUJUAN PELATIHAN... A. Tujuan Umum... B. Tujuan Khusus... BAB IV STRUKTUR PROGRAM... BAB V GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)... BAB VI DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN... BAB VII PESERTA DAN PELATIH... A. Peserta... B. Pelatih/fasilitator/instruktur... BAB VIII PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN... A. Penyelenggara... B. Tempat Penyelenggaraan... Hal: i

3 BAB IX EVALUASI... A. Peserta... B. Pelatih... C. Penyelenggara... BAB X SERTIFIKAT... LAMPIRAN... A. Jadwal Pelatihan... B. Bank Soal... Hal: ii

4 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara terbesar kelima dengan jumlah anak stunting di dunia. Studi Pemantauan Status Gizi (PSG) Kementerian Kesehatan tahun 2016 mencatat terdapat 28% balita stunting di Indonesia. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun, dimana anak secara fisik terlihat lebih pendek daripada anak lain seumurnya. Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit, memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa, dan tidak memiliki kekampuan kognitif yang memadai, sehingga tidak saja mengakibatkan kerugian bagi individu tetapi juga kerugian sosial ekonomi jangka panjang bagi Indonesia. Stunting bukan hanya karena kurang makan. Stunting disebabkan oleh berbagai faktor yang berakar pada kemiskinan, ketahanan pangan dan gizi, serta pendidikan. Secara tidak langsung akar masalah ini mempengaruhi ketersediaan dan pola konsumsi rumah tangga, pola asuh, pelayanan kesehatan, dan kesehatan lingkungan yang kemudian mempengaruhi asupan makanan dan menyebabkan berbagai infeksi, sehingga menimbulkan gangguan gizi ibu dan anak Hal: 1

5 (UNICEF 1990, disesuaikan dengan kondisi Indonesia). Untuk mencegah dan mengatasi stunting, dilakukan dua model intervensi yaitu intervensi spesifik dan sensitif. Intervensi spesifik mencakup upaya-upaya mencegah dan mengurangi gangguan secara langsung misalnya melalui imunisasi, pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dan balita, dan pemantauan pertumbuhan. Intervensi sensitif mencakup upaya-upaya mencegah dan mengurangi gangguan secara tidak langsung misalnya melalui penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi, peningkatan pendidikan, penanggulangan kemiskinan, dan peningkatan kesetaraan gender. Studi Lancet (2008) menemukan bahwa intervensi spesifik hanya mendukung 20% upaya pencegahan/penurunan stunting, sementara intervensi sensitif berkontribusi hingga 80%. Sementara itu berbagai studi yang dilakukan oleh WHO, UNICEF, World Bank, dan dari kalangan akademisi menemukan bahwa ketersediaan akses air minum yang aman dan sanitasi yang layak merupakan kunci untuk mencegah paparan penyakit-penyakit berbasis lingkungan yang menjadi penyebab terjadinya diare, cacingan, infeksi saluran pernafasan, dan stunting. Hingga akhir 2016, BPS mencatat 87% penduduk Indonesia telah memiliki akses air minum yang aman dan 61% memiliki akses sanitasi yang layak. Terdapat peningkatan akses yang cukup besar sejak tahun 2008, terutama setelah pemerintah menerapkan pendekatan Sanitasi Hal: 2

6 Total Berbasis ke dalam program-program sanitasi dan air minum. Pembangunan Kesehatan tahun merupakan salah satu komponen pelaksanaan ke-5 dari Nawacita Presiden, yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) , pemerintah menetapkan target tersedianya akses air minum dan sanitasi universal (100%) bagi seluruh rakyat Indonesia dan penurunan angka stunting dari 40% ke 28% pada tahun Secara spesifik, Kementerian Kesehatan menetapkan empat prioritas kesehatan , yaitu: 1) menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi, 2) menurunkan prevalensi balita pendek (stunting), 3) menanggulangi penyakit menular HIV-AIDS, Tuberculosis, dan Malaria, dan 4) menanggulangi penyakit tidak menular Hipertensi, Diabetes, Obesitas, Kanker, dan gangguan jiwa. Dalam upaya menurunkan angka stunting dan mencapai target akses universal air minum dan sanitasi, diperlukan kolaborasi dan integrasi antara program air minum, sanitasi, dan gizi. Kolaborasi ini memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang mampu mengelola kegiatan terkait STBM dan stunting yang tersebar merata di seluruh Indonesia. Kolaborasi dan integrasi antara SDM yang memahami STBM dan memahami isu stunting merupakan hal baru. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan pengembangan sumber daya manusia, khususnya melalui pelatihan. Hal: 3

7 Dalam upaya penguatan kapasitas pengelola program STBM dan program penurunan stunting, perlu disusun Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator STBM Stunting. Diharapkan pelatihan ini mampu mencetak fasilitator-fasilitator yang mampu menggunakan pendekatan STBM untuk berkontribusi menurunkan angka Stunting di wilayah kerjanya masing-masing sesuai dengan peran dan fungsinya. Kurikulum ini didesain dengan pendekatan learner centered yakni pendekatan yang menempatkan pembelajar sebagai pusat perhatian, sedangkan pelatih/fasilitator lebih berperan sebagai katalisator (catalyst), pembantu proses (process helper), dan penghubung sumber daya (resource linker). Mengingat adanya perbedaan gaya pengajaran dan budaya setempat, maka tujuan pembelajarannyapun diarahkan pada tumbuhnya proses penemuan sendiri (self-discovery), sehingga kompetensi yang telah diperoleh dapat diterapkan dalam pelaksanaan tugas. B. Filosofi Pelatihan Pelatihan Fasilitator STBM Stunting ini diselenggarakan dengan memperhatikan: 1. Prinsip pembelajaran orang dewasa (andragogi), dimana selama pelatihan peserta berhak untuk: a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya mengenai pemberdayaan masyarakat, perubahan perilaku, advokasi, komunikasi, Hal: 4

8 penyelenggaraan STBM, dan perbaikan gizi. b. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapat, sejauh berada di dalam konteks pelatihan. c. Diberikan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam setiap proses pembelajaran. d. Tidak dipermalukan, dilecehkan ataupun diabaikan. 2. Berorientasi kepada peserta, di mana peserta berhak untuk: a. Mendapatkan 1 paket bahan belajar tentang STBM Stunting. b. Mendapatkan pelatih profesional yang dapat menfasilitasi dengan berbagai metode, melakukan umpan balik, dan menguasai materi STBM Stunting. c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki, baik secara visual, auditorial maupun kinestetik (gerak). d. Belajar dengan modal pengetahuan yang dimiliki masing-masing tentang STBM Stunting, saling berbagi antar peserta maupun fasilitator. e. Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara terbuka. f. Melakukan evaluasi dan dievaluasi tingkat kemampuannya. 3. Berbasis kompetensi, yang memungkinkan peserta untuk a. Mengembangkan keterampilan langkah demi langkah dalam memperoleh Hal: 5

9 kompetensi yang diharapkan dalam mengelola program STBM Stunting. b. Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan berhasil mencapai kompetensi yang diharapkan pada akhir pelatihan. 4. Melakukan experimentasi dengan menggunakan metode Experimental Learning Cycle (ELC) yang memberikan petunjuk praktis tentang desain pembelajaran, dengan karakteristik: a. Terkait dengan kehidupan nyata, b. Mendorong peserta untuk dapat mengekspresikan perasaan dan opini berdasarkan pengalaman dan pengetahuan mereka, dan c. Menerapkan evaluasi terintegrasi dengan memberikan umpan balik kepada peserta latih tentang kemajuan yang telah dicapai. Hal: 6

10 BAB II PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI A. Peran Setelah mengikuti pelatihan, peserta berperan sebagai fasilitator pada kegiatan STBM Stunting di wilayah kerjanya masing-masing. B. Fungsi Dalam melaksanakan perannya peserta mempunyai fungsi yaitu melakukan fasilitasi kegiatan STBM stunting di wilayah kerjanya masing-masing. C. Kompetensi Untuk menjalankan fungsinya, peserta memiliki kompetensi dalam: 1. Menjelaskan arah dan kebijakan program kesehatan masyarakat. 2. Menjelaskan konsep dasar STBM Stunting. 3. Menerapkan pemberdayaan masyarakat dalam STBM Stunting. 4. Melakukan advokasi dan fasilitasi STBM Stunting 5. Melakukan pemicuan STBM Stunting di komunitas. Hal: 7

11 BAB III TUJUAN PELATIHAN A. Tujuan Umum Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu melakukan fasilitasi kegiatan STBM stunting di wilayah kerjanya masing-masing sesuai dengan peran dan fungsinya. B. Tujuan Khusus Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu: 1. Menjelaskan arah dan kebijakan program kesehatan masyarakat. 2. Menjelaskan konsep dasar STBM Stunting. 3. Menerapkan pemberdayaan masyarakat dalam STBM Stunting. 4. Melakukan advokasi dan fasilitasi STBM Stunting 5. Melakukan pemicuan STBM Stunting di komunitas. Hal: 8

12 BAB IV STRUKTUR PROGRAM Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka disusunlah materi yang akan diberikan secara rinci pada tabel berikut: No MATERI WAKTU T P PL JML A. MATERI DASAR 1. Kebijakan Pembangunan Kesehatan dalam Percepatan Perbaikan Gizi dengan STBM B. MATERI INTI 1. Konsep Dasar STBM Stunting 2. Pemberdayaan Masyarakat STBM Stunting 3. Advokasi dan Fasilitasi STBM Stunting 4. Pemicuan STBM Stunting di komunitas C. MATERI PENUNJANG 1. Building Learning Commitment (BLC) 2. Rencana Tindak Lanjut (RTL) 3. Anti Korupsi Subtotal Subtotal Subtotal Total Keterangan: 1 45 menit; T = Teori; P = Penugasan di kelas; PL = Praktik Lapangan Hal: 9

13 BAB V GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) Nomor : MD.1 Judul Materi : Kebijakan Pembangunan Kesehatan dalam Percepatan Perbaikan Gizi dengan STBM Waktu : 2 JPL (T=2 jpl; P=0 jpl; PL=0 jpl) Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan pembangunan kesehatan untuk percepatan perbaikan gizi dengan STBM. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi/ sesi ini peserta latih mampu menjelaskan: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi 1. Kebijakan Pembangunan 1. Kebijakan Pembangunan Kesehatan: Ceramah Bahan RPJMN Hal: 10

14 Kesehatan a. Konsep Pembangunan dan Prioritas Kesehatan b. Pendekatan keluarga dalam pencapaian prioritas pembangunan kesehatan c. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat 2. Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi 3. Kebijakan dan Strategi Nasional STBM 2. Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. 3. Kebijakan dan Strategi Nasional STBM. tanya jawab (CTJ) tayangan (Slide power point) Komputer LCD Projector Sound System Flip chart Spidol (ATK) Modul Inpres No. 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi Renstra Kementerian Kesehatan Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan Hal: 11

15 Perbaikan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK) Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga. Permenkes No. 3 tahun 2014 tentang STBM Hal: 12

16 Nomor : MI.1 Judul Materi : Konsep Dasar STBM Stunting Waktu : 6JPL (T=3 jpl; P=3 jpl; PL=0 jpl) Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami konsep dasar STBM dan Stunting. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi ini peserta mampu: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi 1. Menjelaskan konsep STBM 2. Menjelaskan strategi STBM 1. STBM a. Pengertian STBM, b. Tujuan STBM, c. Sejarah program pembangunan sanitasi, 2. Strategi STBM : a. Peningkatan kebutuhan dan permintaan sanitasi CTJ Curah Pendapat Pemutaran Film Diskusi kelompok Bahan tayang (slide,ppt,film ) LCD Komputer/ laptop Flipchart Materi Advokasi STBM, Buku Sisipan STBM: Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Hal: 13

17 Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) 3. Menjelaskan lima pilar STBM 4. Menjelaskan Prinsip- Prinsip STBM Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan b. Peningkatan layanan penyediaan sanitasi c. Penciptaan lingkungan yang kondusif 3. Lima Pilar STBM a. Pengertian pilar-pilar dalam STBM b. Tujuan pelaksanaan 5 pilar STBM c. Penyelenggaraan pelaksanaan 5 pilar STBM d. Manfaat pelaksanaan 5 pilar STBM 4. Prinsip-Prinsip STBM a. Tanpa subsidi b. Masyarakat sebagai pemimpin c. Tidak menggurui/ memaksa, d. Totalitas seluruh Metode Media dan Alat Bantu Spidol Meta plan Kain tempel Lem semprot kain Modul Film Memicu Perubahan Menuju Sanitasi Total di Maharashtra India Panduan Diskusi Referensi Bidang Kesehatan, 2013 Depkes Dit. PL, Modul Pelatihan Stop BABS, Kemenkes RI, Dit. Penyehatan Lingkungan, Modul Hiegiene Sanitasi Makanan dan Minuman, Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasioanal Percepatan Perbaikan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 Hal: 14

18 Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) 5. Menjelaskan Stunting 5. Stunting a. Pengertian stunting b. Penyebab Stunting c. Akibat Stunting 6. Menjelaskan Pencegahan Stunting 7. Menjelaskan Tangga Perubahan Perilaku Pokok Bahasan dan Metode Media dan Referensi Sub Pokok Bahasan Alat Bantu komponen masyarakat HPK) 2013 Kemenkes RI, Dit Gizi Pedoman Gizi Seimbang Pencegahan Stunting a. Pendekatan secara langsung b. Pendekatan secara tidak langsung. 6. Tangga Perubahan perilaku a. Tangga perubahan Perilaku Sanitasi b. Tangga perubahan perilaku asupan gizi c. Tangga perubahan perilaku visi STBM- Stunting Materi Kesehatan dan Gizi bagi pendamping PKH, 2014 Environmental Health Perspective Volume 112 no 11, November 2014, Beyond Malnutrition The role of Sanitatiin in Stunted Grow. Nutrition Landscape Informtion System (NLIS) WHO, 2010 Permenkes No.3/2014 tentang STBM Hal: 15

19 Nomor : MI.2 Judul Materi : Pemberdayaan Masyarakat STBM Stunting Waktu : 3 JPL (T=1 jpl; P=2 jpl; PL=0 jpl) Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menerapkan pemberdayaan masyarakat STBM Stunting. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi ini peserta mampu: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi 1. Menjelaskan partisipasi masyarakat 2. Menerapkan pemberdayaan masyarakat dalam STBM Stunting 1. Partisipasi masyarakat a. Pengertian partisipasi masyarakat b. Tingkatan partisipasi masyarakat 2. Pemberdayaan masyarakat dalam STBM Stunting a. Pengertian pemberdayaan masyarakat b. Prinsip dasar Ceramah Tanya jawab Curah Pendapat( TPK 1.B) Diskusi Kelompok (TPK 2.C) Bermain Peran Bahan tayang LCD Komputer/ laptop Flipchart Spidol Meta plan Kain tempel Modul Panduan Permenkes No. 65/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan. Permenkes No. 3/2014 tentang STBM. Hal: 16

20 Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan pemberdayaan masyarakat c. Tahapan pemberdayaan masyarakat d. Penerapan pemberdayan masyarakat dalam STBM Stunting. Metode (TPK 2.D) Media dan Alat Bantu diskusi kelompok Panduan bermain peran Lembar kasus Referensi Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator STBM, Kemenkes RI, Health Promotion and Community Participation, WHO, Hal: 17

21 Nomor : MI.3 Judul Materi : Komunikasi, Advokasi dan Fasilitasi STBM-Stunting Waktu : 8 JPL (T=2 jpl; P=6 jpl; PL=0 jpl) Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan advokasi dan fasilitasi STBM Stunting Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi ini peserta mampu: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi 1. Melakukan komunikasi STBM-Stunting 2. Melakukan Advokasi STBM Stunting 1. Komunikasi Pengertian dan bentukbentuk komunikasi Komunikasi efektif Strategi komunikasi STBM-Stunting 2. Advokasi a. Pengertian advokasi b. Cara melakukan advokasi yang efektif c. Langkah-langkah advokasi STBM CTJ Curah pendapat Diskusi Kelompok Diskusi Pleno Bermain peran Praktik Bahan tayang (slide ppt) LCD Komputer/ laptop Flipchart Spidol Meta plan Modul Panduan role play Buku Sisipan Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan, Jakarta: Modul Teknologi Advokasi Kesehatan Bagi Hal: 18

22 Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) 3. Melakukan fasilitasi STBM Stunting Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Stunting 3. Teknik fasilitasi STBM Stunting a. Prinsip-prinsip fasilitasi STBM Stunting 1. Pengertian fasilitasi 2. Prinsip dasar fasilitasi 3. Peran fasilitator 4. Perilaku fasilitator dalam STBM Stunting b. Teknik-Teknik fasilitasi 1. Teknik mendengar 2. Teknik bertanya 3. Teknik menghadapi situasi sulit Metode Media dan Alat Bantu Kain tempel Panduan bermain peran Panduan diskusi kelompok Panduan praktik Referensi Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli, Puspromkes, Kemenkes: Materi Teknik Fasilitasi Partisipatif, Eko Dermawan, Health Principles of Housing, WHO, 1989 Issue in Health Advocay, JHU, Facilitator s Guide to Participatory Decision Making, Kaner, S,et all Buku Acuan Penerapan PRA, Hal: 19

23 Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 4. Dinamika bertanya 5. Curah pendapat Metode Media dan Alat Bantu Referensi Berbuat Bersama Berperan Setara, Djohani, Rianingsih, Ed Hal: 20

24 Nomor : MI.4 Judul Materi : Pemicuan STBM Stunting di Komunitas Waktu : 22 JPL (T=4 jpl; P=8 jpl; PL=10 jpl) Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pemicuan STBM Stunting di komunitas. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi ini peserta mampu: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi 1. Melakukan kegiatan pra-pemicuan 1. Kegiatan pra-pemicuan a. Screening Stunting dan faktor resikonya b. Pemahaman budaya lokal c. Advokasi TOMA d. Pembentukan tim pemicuan e. Menyiapkan alat bantu fasilitasi pemicuan f. Persiapan logistik CTJ Diskusi Kelompok Bermain peran Latihan Penugasan Praktek Lapangan Pemutaran film Bahan tayang (slide ppt) LCD Komputer / laptop Flipchart Meta Plan Skenario Kain Tempel Panduan Penugasan 1. Permenkes No. 3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat 2. Permenkes no. 40 tahun 2011/2012 tentang Pemberian Makanan Bayi dan Anak 3. Perpres no.42 tahun 2013 tentang Hal: 21

25 2. Melakukan kegiatan pemicuan 3. Melakukan kegiatan paska pemicuan. g. Penentuan lokasi h. Penentuan peserta pemicuan 2. Langkah-langkah Pemicuan a. Perkenalan dan penyampaian tujuan b. Bina suasana c. Analisa partisipatf dan pemicuan d. Tindak lanjut oleh masyarakat. 1. Paska Pemicuan a. Cara membangun ulang komitmen b. Pilihan teknologi sanitasi untuk 5 pilar STBM c. Cara membangun jejaring layanan penyediaan sanitasi Screening Stunting Panduan praktek lapangan Panduan Simulasi Panduan Penugasan Bina Suasana Panduan Bermain Peran Advokasi Buku KIA Lembar Observasi Tabel WHO 2005 Film singkat pengukuran tinggi badan (MCAI) Gerakan Nasional Percepatan Pebaikan Gizi. 4. Surat Edaran Menteri Kesehatan no. 184 tahun 2015 tentang Proporsi Pendanaan STBM dalam APBD 5. PP no. 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif. 6. PP no. 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan. 7. Inpres no.1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat 8. Pedoman Teknis Wirausaha Sanitasi Hal: 22

26 d. Pendampingan dan monitoring e. Media promosi untuk perubahan perilaku yang berkelanjutan. Film Pemicuan STBM Alat LiLA (Lingkar Lengan Atas) 9. Permenkes no.75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi Bagi Bangsa Indonesia 10. Permenkes no.23 tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi 11. Permenkes no. 35 tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenglenggara an Program Keluarga Sehat Dengan Pendekatan Keluarga 12. Kepmenkes no tahun 2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak Hal: 23

27 Nomor : MP.1 Judul Materi : Membangun Komitmen Belajar (BLC) Waktu : 3 JPL (T=0 jpl; P=3 jpl; PL=0 jpl) Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membangun komitmen belajar dalam rangka menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif selama proses pelatihan berlangsung. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi ini peserta mampu: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi 1. Mengenal sesama warga pembelajar pada proses pelatihan 2. Menyiapkan diri untuk belajar bersama secara aktif dalam suasana yang kondusif 1. Perkenalan CTJ Curah pendapat Permainan 2. Pencairan (ice breaking) Diskusi kelompok 3. Merumuskan harapan- 3. Harapan-harapan dalam Bahan tayang (slide ppt) Flipchart/ papan tulis Spidol Meta plan Jadwal dan alur Buku Panduan Dinamika Kelompok (LAN 2010 dan Pusdiklat Aparatur) Depkes RI,Pusdiklat Kesehatan, 2004, Kumpulan Games dan Energizer, Jakarta. Hal: 24

28 Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) harapan yang ingin dicapai bersama baik dalam proses pembelajaran maupun hasil yang ingin dicapai di akhir pelatihan. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan proses pembelajaran dan hasil yang ingin dicapai Metode Media dan Alat Bantu Pelatihan Norma/ tata tertib standar pelatihan Panduan permainan Referensi Munir, Baderal, 2001, Dinamika Kelompok, Penerapannya Dalam Laboratorium Ilmu Perilaku, Jakarta 4. Merumuskan kesepakatan norma kelas yang harus dianut oleh seluruh warga pembelajar selama pelatihan berlangsung. 5. Merumuskan kesepakatan bersama tentang kontrol kolektif dalam pelaksanaan norma kelas 4. Norma kelas dalam pembelajaran 5. Kontrol kolektif dalam pelaksanaan norma kelas 6. Membentuk organisasi kelas 6. Organisasi kelas Hal: 25

29 Nomor : MP. 2 Materi : Anti Korupsi Waktu : 2 Jpl (T = 2, P = 0, PL = 0) Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami Anti Korupsi Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi 1. Konsep korupsi 1. Konsep korupsi a. Definisi korupsi b. Ciri-ciri korupsi c. Bentuk/jenis korupsi d. Tingkatan korupsi e. Faktor penyebab korupsi f. Dasar hukum tentang korupsi Curah pendapat Ceramah tanya jawab Latihan kasus Modul Bahan tayang Komputer Flipchart Spidol Panduan latihan Kasus Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Hal: 26

30 Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan 2. Konsep anti korupsi 2. Konsep anti korupsi a. Definisi anti korupsi b. Nilai-nilai anti korupsi c. Prinsip-prinsip anti korupsi 3. Upaya pencegahan korupsi dan pemberantasan korupsi 3. Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi a. Upaya pencegahan korupsi b. Upaya pemberantasan korupsi c. Strategi komunikasi Pemberatasan Korupsi (PK) Metode Media dan Alat Bantu Referensi Korupsi Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2013 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 232/MENKES/SK/ VI/2013 tentang Strategi Komunikasi Pekerjaan dan Budaya Anti Korupsi Modul Anti Korupsi, Kemenkes, Tata cara pelaporan dugaan pelanggaran tindak pidana korupsi 4. Tata cara pelaporan dugaan pelanggaran Tindak Pidana Korupsi (TPK) a. Laporan Hal: 27

31 Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan b. Penyelesaian hasil penanganan pengaduan masyarakat c. Pengaduan d. Tatacara penyampaian pengaduan e. Tim penanganan pengaduan masyarakat terpadu di lingkungan Kemenkes. f. Pencatatan pengaduan Metode Media dan Alat Bantu Referensi 5. Gratifikasi 5. Gratifikasi a. Pengertian gratifikasi b. Aspek hukum c. Gratifikasi dikatakan sebagai Tindak Pidana Korupsi (TPK) Hal: 28

32 Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan d. Contoh gratifikasi e. Sanksi gratifikasi Metode Media dan Alat Bantu Referensi Hal: 29

33 Nomor : MP.3 Judul Materi : Rencana Tindak Lanjut (RTL) Waktu : 3 JPL (T=1 jpl; P=2 jpl; PL=0 jpl) Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menyusun rencana tindak lanjut pelaksanaan kegiatan STBM Stunting di wilayah kerjanya masing-masing. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mengikuti materi ini peserta mampu: Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Media dan Alat Bantu Referensi 1. Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup RTL. 2. Menjelaskan langkahlangkah penyusunan RTL 3. Menyusun RTL dan Gantt Chart untuk kegiatan yang akan dilakukan. 1. RTL: a. Pengertian RTL b. Ruang lingkup RTL. 2. Langkah-langkah penyusunan RTL. 3. Penyusunan RTL dan gantt chart untuk kegiatan yang akan dilakukan. Ceramah Tanya Jawab Latihan Diskusi kelompok Flipchart Spidol Meta plan Kain tempel LCD Presentasi Lembar/ Format RTL Kemenkes RI, Pusdiklat Aparatur, Rencana Tindak Lanjut, Kurmod Surveillance, Jakarta: BPPSDM Kesehatan, Rencana Tindak Lanjut, Modul TOT NAPZA, Jakarta: Hal: 30

34 Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) 4. Melakukan evaluasi pelaksanaan STBM- Stunting Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan 4. Evaluasi pelaksanaan STBM-Stunting Metode Media dan Alat Bantu Referensi Kemenkes RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, Jakarta: 2010, Kemenkes RI, Second Decentralized Health Services Project, Model Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas Puskesmas, Jakarta: Hal: 31

35 BAB VI DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN PRE TEST PEMBUKAAN Building Learning Commitment (BLC) E V A L U A S I Wawasan Materi dasar: 1. Kebijakan Pembangunan Kesehatan dalam Percepatan Perbaikan Gizi dengan STBM 2. Anti korupsi Metode: Ceramah Tanya Jawab, Curah Pendapat, Pengetahuan dan Keterampilan Materi Inti: 1. Konsep Dasar STBM Stunting 2. Pemberdayaan Masyarakat dalam STBM Stunting 3. Komunikasi, Advokasi, dan Fasilitasi STBM Stunting 4. Pemicuan STBM Stunting di komunitas Metode: Ceramah Tanya Jawab Curah pendapat Diskusi kelompok Diskusi pleno Bermain peran/roleplay Simulasi Pemutaran film Praktek Lapangan (PL) Rencana Tindak Lanjut (RTL) Penutupan Post Test & Evaluasi penyelenggaraan

36 Rincian rangkaian alur proses pelatihan sebagai berikut: 1. Pre Test Pelaksanaan pre tes dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal peserta terhadap materi yang akan diberikan pada proses pembelajaran. 2. Pembukaan Proses pembukaan pelatihan meliputi beberapa kegiatan berikut: a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan dan penjelasan program pelatihan. b. Pengarahan dari pejabat yang berwenang tentang latar belakang perlunya pelatihan dan dukungannya terhadap program STBM Stunting. 3. Building Learning Commitment (BLC)/ Membangun Komitmen Belajar Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta dalam mengikuti proses pelatihan. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam proses BLC adalah tujuan pelatihan, peserta (jumlah dan karakteristik), waktu yang tersedia, sarana dan prasarana yang tersedia. Proses pembelajaran dilakukan dengan berbagai bentuk permainan sesuai dengan tujuan pelatihan. Proses BLC dilakukan dengan alokasi waktu 3 jpl dan proses tidak terputus. Dalam prosesnya, 1 (satu) orang fasilitator memfasilitasi maksimal 30 orang peserta. Hal: 33

37 Proses pembelajaran meliputi: a. Forming Pada tahap ini setiap peserta masing-masing masih saling observasi dan memberikan ide ke dalam kelompok. Pelatih berperan memberikan rangsangan agar setiap peserta berperan serta dan memberikan ide yang bervariasi. b. Storming Pada tahap ini mulai terjadi debat yang makin lama suasananya makin memanas karena ide yang diberikan mendapatkan tanggapan yang saling mempertahankan idenya masingmasing. Pelatih berperan memberikan rangsangan pada peserta yang kurang terlibat agar ikut aktif menanggapi. c. Norming Pada tahap ini suasana yang memanas sudah mulai reda karena kelompok sudah setuju dengan klarifikasi yang dibuat dan adanya kesamaan persepsi. Masing-masing peserta mulai menyadari dan muncul rasa mau menerima ide peserta lainnya. Dalam tahap ini sudah terbentuk norma baru yang disepakati kelompok. Pelatih berperan membulatkan ide yang telah disepakati menjadi ide kelompok. d. Performing Pada tahap ini kelompok sudah kompak, diliputi suasana kerjasama yang harmonis sesuai dengan norma baru yang telah disepakati bersama. Pelatih berperan memacu kelompok agar masing-masing peserta ikut secara aktif dalam setiap Hal: 34

38 kegiatan kelompok dan tetap menjalankan norma yang telah disepakati. Hasil yang didapatkan pada proses pembelajaran adalah: a. Harapan yang ingin dicapai b. Kekhawatiran c. Norma kelas d. Komitmen e. Pembentukan tim (organisasi kelas) 4. Pengisian wawasan Setelah materi BLC/Membangun Komitmen Belajar, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan materi sebagai dasar pengetahuan/ wawasan yang sebaiknya diketahui peserta dalam pelatihan ini, yaitu: Arah dan Kebijakan Program Kesehatan Masyarakat. 5. Pemberian pengetahuan dan keterampilan Pemberian materi pengetahuan dan keterampilan dari proses pelatihan mengarah pada kompetensi yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan berbagai metode yang melibatkan semua peserta untuk berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi tersebut, yaitu ceramah tanya jawab, curah pendapat, diskusi kelompok, diskusi pleno, bermain peran, simulasi, pemutaran film, dan praktek lapangan. Pengetahuan dan keterampilan yang disampaikan meliputi materi: a. Konsep Dasar STBM Stunting. b. Pemberdayaan Masyarakat STBM Stunting. c. Advokasi dan Fasilitasi STBM Stunting. Hal: 35

39 d. Pemicuan STBM Stunting di komunitas Setiap hari sebelum proses pembelajaran dimulai, pelatih/fasilitator melakukan kegiatan refleksi dimana pada kegiatan ini pelatih/fasilitator bertugas untuk menyamakan persepsi tentang materi yang sebelumnya diterima sebagai bahan evaluasi untuk proses pembelajaran berikutnya. 6. Evaluasi a. Evaluasi yang dimaksudkan adalah evaluasi terhadap proses pembelajaran tiap hari (refleksi) dan terhadap pelatih/fasilitator. b. Evaluasi tiap hari (refleksi) dilakukan dengan cara mereview kegiatan proses pembelajaran yang sudah berlangsung, sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses pembelajaran selanjutnya. c. Evaluasi terhadap fasilitator dilakukan oleh peserta pada saat pelatih/fasilitator telah mengakhiri materi yang disampaikannya. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan form evaluasi terhadap pelatih/fasilitator. 7. Praktek Lapangan Praktek lapangan dilaksanakan setelah seluruh materi dasar dan materi inti diberikan. Praktek lapangan bertujuan agar peserta dapat mengimplementasikan keterampilan yang sudah didapatkan di kelas. 8. Rencana Tindak Lanjut (RTL) Masing-masing peserta menyusun rencana tindak lanjut hasil pelatihan sesuai dengan peran dan fungsinya di wilayah kerja masing-masing. Hal: 36

40 9. Post-test dan evaluasi penyelenggaraan Post-test dilakukan untuk mengetahui pengetahuan peserta setelah mendapat materi selama pelatihan. Selain post-tes, dilakukan evaluasi kompetensi yaitu penilaian terhadap kemampuan yang telah didapat peserta melalui penugasan-penugasan. Setelah itu dilakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan setelah semua materi disampaikan dan sebelum penutupan. Tujuan evaluasi penyelenggaraan adalah mendapatkan masukan dari peserta tentang penyelenggaraan pelatihan yang akan digunakan untuk menyempurnakan penyelenggaraan pelatihan berikutnya. 10. Penutupan Acara penutupan adalah sesi akhir dari semua rangkaian kegiatan, dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang dengan susunan acara sebagai berikut: a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan. b. Pengumuman peringkat keberhasilan peserta. c. Pembagian sertifikat. d. Kesan dan pesan dari perwakilan peserta. e. Pengarahan dan penutupan oleh pejabat yang berwenang. f. Pembacaan doa. Hal: 37

41 BAB VII PESERTA DAN PELATIH A. Peserta 1. Kriteria Peserta adalah: a. Bersedia menjadi Fasilitator STBM Stunting. b. Mendapat rekomendasi dari pemerintah setempat dan lembaga lainnya yang kompeten. 2. Jumlah Peserta : Jumlah peserta dalam satu kelas maksimal 30 orang. B. Pelatih/fasilitator/instruktur Pelatih adalah tim pelatih/fasilitator STBM Stunting dari Kementerian Kesehatan dan praktisi STBM dan Gizi dari berbagai instansi dan proyek pendukung, dengan memenuhi kriteria berikut ini: a. Memiliki latar belakang pengetahuan, pengalaman, dan terlibat dalam kegiatan STBM dan Gizi. b. Memiliki pengalaman sebagai pelatih dalam kegiatan STBM dan/atau Gizi. c. Menguasai kurikulum dan substansi yang akan dilatihkan. d. Telah mengikuti TOT/ TPPK/ Widyaiswara Dasar. e. Pejabat struktural yang membidangi kesehatan lingkungan dan gizi. Hal: 38

42 BAB VIII PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN A. Penyelenggara Pelatihan Fasilitator STBM Stunting diselenggarakan oleh Institusi pelatihan yang terakreditasi/ bekerjasama dengan Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK)/ Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) dan mitra pembangunan air minum, sanitasi, dan gizi yang dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan penanggung jawab program, dengan kriteria: 1. Memiliki tenaga Pengendali Pelatihan atau seseorang yang ditunjuk sebagai pengendali proses pembelajaran yang menguasai materi pelatihan. 2. Memiliki minimal 1 orang tenaga SDM yang telah mengikuti pelatihan penyelenggara pelatihan (Training Officer Course/TOC). B. Tempat Penyelenggaraan Pelatihan Fasilitator STBM Stunting diselenggarakan di Institusi pelatihan yang terakreditas/ instansi lainnya yang memiliki sarana dan fasilitas yang memenuhi kebutuhan/persyaratan untuk pelatihan. Hal: 39

43 BAB IX EVALUASI Evaluasi dilakukan terhadap: A. Peserta Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil pembelajaran dari peserta. Evaluasi terhadap peserta dilakukan melalui: 1. Penjajagan awal melalui pre test. 2. Post test untuk mengukur pemahaman peserta terhadap materi yang telah diterima. Soal pre dan post test dapat menggunakan soal dari bank soal (terlampir) sebanyak 30 soal. Komposisi soal mencakup materi dasar dan materi inti. B. Pelatih Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan pelatih/ fasilitator dalam menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan yang dapat dipahami dan diserap peserta, yaitu: 1. Penguasaan materi 2. Ketepatan waktu 3. Sistematika penyajian 4. Penggunaan metode dan alat bantu pelatihan 5. Empati, gaya dan sikap terhadap peserta 6. Penggunaan bahasa dan volume suara 7. Pemberian motivasi belajar kepada peserta 8. Pencapaian Tujuan Pembelajaran Umum Hal: 40

44 9. Memberikan kesempatan tanya jawab 10. Kemampuan menyajikan 11. Kerapihan berpakaian 12. Kerjasama antar Tim pelatih C. Penyelenggara Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap pelaksanaan pelatihan sesuai form terlampir. Hal: 41

45 BAB X SERTIFIKAT Setiap peserta yang telah mengikuti pelatihan dengan ketentuan kehadiran minimal 95% dari keseluruhan jumlah jam pembelajaran akan mendapatkan sertifikat pelatihan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI dengan angka kredit 1 (satu). Sertifikat ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dan oleh panitia penyelenggara. Apabila tidak memenuhi ketentuan tersebut maka peserta hanya akan mendapatkan surat keterangan telah mengikuti pelatihan yang ditandatangani oleh ketua panitia penyelenggara. Hal: 42

46 LAMPIRAN A. Jadwal Pelatihan (tentatif) Hari Pertama Jam Kegiatan/Materi Fasilitator/ Narasumber Registrasi, Cek In, dan (3 JPL) (2 JPL) Makan Siang Pembukaan: Penjelasan penyelenggaraan ujicoba pelatihan Sambutan pengarahan dan pembukaan Pengantar tentang STBM dan Stunting di Provinsi Banten Pejabat terkait dan Kabupaten Lebak. Materi Penunjang MOT Membangun Komitmen Belajar (BLC) Pretest Sekretariat Materi Penunjang Anti Korupsi Makan Malam dan istirahat MOT Hari Kedua Materi Dasar Pejabat Kebijakan Pembangunan terkait/fasilitator (2 JPL) Kesehatan dalam Percepatan Perbaikan Gizi dengan STBM Coffee Break Materi Inti 1 Fasilitator sesi Hal: 43

47 12.00 Konsep Dasar STBM- (3 JPL) Stunting Istirahat Makan Siang Lanjutan Materi Inti Konsep Dasar STBM- (3 JPL) Stunting Coffee Break Materi Inti Pemberdayaan (3 JPL) Masyarakat dalam STBM Makan Malam Hari Ketiga Materi Inti Komunikasi, Advokasi, (3 JPL) dan Fasilitasi STBM- Stunting Coffee Break Lanjutan Materi Inti Komunikasi, Advokasi, (2 JPL) dan Fasilitasi STBM- Stuntng Istirahat Makan Siang Lanjutan Materi Inti Komunikasi, Advokasi, (3 JPL) dan Fasilitasi STBM- Stunting Coffee Break Materi Inti Pemicuan STBM-Stunting (3 JPL) di Komunitas Makan Malam (3 JPL) Hari Keempat Lanjutan Materi Inti 4 Pemicuan STBM-Stunting di Komunitas Fasilitator sesi Fasilitator sesi Fasilitator sesi Fasilitator sesi Fasilitator sesi Fasilitator sesi Fasilitator sesi Hal: 44

48 (10 JPL) Lanjutan Materi Inti 4 Pemicuan STBM-Stunting di Komunitas (Makan siang di lapangan) Coffee Break Lanjutan Materi Inti Pemicuan STBM-Stunting (3 JPL) di Komunitas Makan Malam Lanjutan Materi Inti Pemicuan STBM-Stunting (3 JPL) di Komunitas Hari Kelima Materi Penunjang Rencana Tindak Lanjut (3 JPL) Coffee Break Fasilitator sesi Fasilitator sesi Fasilitator sesi MOT Post-Test Sekretariat Penutupan Makan siang, peserta kembali ke daerah masing-masing Sekretariat Hal: 45

49 B. Bank Soal I. Materi Dasar- Kebijakan Pembangunan Kesehatan dalam Percepatan Perbaikan Gizi dengan STBM 1. Berikut ini merupakan salah satu dari 3 pilar program Indonesia sehat: a. Paradigma sehat b. upaya kuratif c. upaya rehabilitatif d. upaya informatif 2. Strategi yang dilakukan dalam paradigma sehat adalah? a. Upaya kuratif b. upaya rehabilitatif c. pemberdayaan d. penguatan pelayanan kesehatan 3. Masa emas (golden period) pada masa pertumbuhan manusia dikenal dengan istilah: a. masa kehamilan b. masa remaja c. masa 1000 Hari Pertama Kehidupan d. masa menyusui 4. Intervensi yang mempunyai kontribusi sampai 70% dalam perbaikan gizi balita adalah: a. Intervensi sensitif b. Intervensi spesifik c. Intervensi sektor kesehatan d. Intervensi partisipatif 5. Sebagai contoh intervensi adalah pemberian makanan tambahan pada ibu hamil. Bentuk intervensi tersebut merupakan contoh dari: a. Intervensi sensitif b. Intervensi spesifik c. Intervensi sektor kesehatan d. Intervensi partisipatif 6. Intervensi yang mempunyai kontribusi sampai 30% dalam perbaikan gizi balita adalah: a. Intervensi sensitif Hal: 46

50 b. Intervensi spesifik c. Intervensi sektor kesehatan d. Intervensi partisipatif 7. Indikator % cakupan pemberian MP ASI anak usia > 6 bulan merupakan kegiatan dari: a. Perlindungan terhadap kekurangan yodium b. Perlindungan terhadap kekurangan zat besi c. Pemberian makanan pendamping AsiI (MPASI) d. Fortifikasi pangan 8. Gugus tugas Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dipimpin oleh: a. Menteri Kesehatan b. Menteri pertanian c. Menteri kesejahteraan sosial d. Menteri Koordinator Pembangunan manusia dan kebudayaan 9. Berikut ini yang merupakan kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yaitu: a. Perilaku tidak merokok b. Perilaku tidak minum alkohol c. Peningkatan aktifitas fisik d. Kebiasaan makan sayur dan buah 10. Pendekatan keluarga yang dilakukan untuk meningkatkan jangkauan sasaran pelayanan kesehatan dengan cara: a. Kunjungan keluarga. b. Pemberdayaan masyarakat c. Partisipasi masyarakat d. Pos pelayanan terpadu II. Materi Inti 1- Konsep Dasar STBM dan Stunting 1. Stunting adalah... a. Kondisi anak dimana Berat Badan menurut umurnya tidak normal(tidak sesuai standar) b. Kondisi anak dimana Berat Badan menurut Tinggi Badannya tidak normal c. Kondisi anak dimana Panjang Badan menurut umurnya tidak normal Hal: 47

51 d. Kondisi anak dimana Indeks masa Tubuh menurut umurnya tidak normal 2. Faktor penyebab langsung terjadinya stunting adalah... a. Sosial politik budaya dan budaya b. Asupan yang kurang dan penyakit infeksi c. Sanitasi dan pelayanan kesehatan d. Karena anak sering sakit 3. Stunting pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena... a. Ibu hamil yang menderita Kurang Energi Khronis (KEK) b. Ibu hamil yang tinggi badannya lebih dari 150 cm c. Ibu hamil yang usainya diatas umur 30 tahun d. Bayi yang diberi ASI ekslusif 4. Akibat dari anak yang menderita stunting a. Anak gemuk dan gangguan pendengaran b. Anak kurus dan mudah terserang panyakit c. Anak kurus dan pertumbuhan sel otak terganggu d. Anak pendek dan pertumbuhan sel otak terganggu 5. Penanggulangan stunting pada bayi & anak 0-24 bulan dari aspek gizi a. Pemantauan pertumbuhan, Pemberian ASI ekslusif, Pemberian makan sesuai anjuran b. Pemantauan pertumbuhan, Pemberian susu pengganti ASI, Makanan bervariasi c. Pemberian makanan sesuai anjuran, Pemberian ASI ekslusif, Immunisasi d. Immunisasi, Penimbangan secara rutin dan Pemberian makanan tambahan 6. Komponen STBM yang mencakup advokasi kepada pemerintah, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan dalam mengembangkan komitmen bersama untuk melembagakan program pembangunan sanitasi perdesaan, yaitu a. Penciptaan lingkungan yang kondusif b. Peningkatan kebutuhan sanitasi c. Peningkatan penyediaan akses sanitasi Hal: 48

52 d. Mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi 7. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah: a. Pemberdayaan masyarakat melalui pemicuan untuk menurunkan kejadian diare. b. Pendekatan untuk merubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. c. Pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat untuk menurunkan kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya. d. Pendekatan untuk merubah perilaku hidup bersih dan sehat melalui upaya pemberdayaan masyarakat 8. Yang tidak termasuk upaya untuk mencegah terjadinya stunting adalah: a. Perbaikan kondisi sanitasi lingkungan. b. Bayi mendapatkan asupan makanan bergizi seimbang c. Bayi mendapatkan imunisasi yang lengkap d. Menggalakkan posyandu 9. Tiga pondasi utama perubahan perilaku fasilitator, adalah: a. Perubahan perilaku dan kebiasaan (Attitude and behavior change), berbagi (sharing), dan metode (method). b. Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment), peningkatan kebutuhan (demand creation), dan peningkatan suplai layanan (supply creation). c. Inisiatif masyarakat, totalitas, dan solidaritas masyarakat. d. Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment), totalitas dan solidaritas masyarakat, dan peningkatan suplai layanan (supply creation). 10. Seorang fasilitator STBM hendaknya menempatkan masyarakat sebagai: a. Mitra kerja b. Guru Hal: 49

53 c. Kelompok yang perlu ditolong d. Kelompok yang perlu diajar 11. Seorang fasilitator hendaknya memiliki perilaku: a. Sebagai penolong masyarakat b. Sebagai guru masyarakat c. Sebagai motivator dan pendamping bagi masyarakat d. Sebagai pemberi solusi atas permasalahan masyarakat 12. Penyakit diare dalam tinja dapat disebarkan melalui: a. Air, tanah, lalat, makanan, kaki b. Air, tanah, lalat, tangan, makanan c. Tangan, kaki, tanah, lalat d. Tangan, air, kaki, lalat 13. Di bawah ini yang bukan termasuk prinsip-prinsip STBM adalah: a. Masyarakat sebagai pemimpin b. Tanpa subsidi c. Melakukan penyuluhan d. Totalitas seluruh komponen masyarakat 14. Yang tidak termasuk manfaat dari Peta sanitasi di masyarakat? a. Sebagai media bagi Puskemas untuk membangun fasilitas sanitasi b. Mengetahui kondisi sanitasi yang ada di masyarakat c. Sebagai alat memicu masyarakat yang belum mengakses jamban sehat d. Sebagai alat monitoring perkembangan akses sanitasi di masyarakat 15. Tingkatan partisipasi masyarakat yang paling sesuai dengan pendekatan STBM adalah: a. Masyarakat hanya menerima informasi b. Masyarakat mulai diajak untuk berunding c. Membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan pihak luar Hal: 50

54 d. Masyarakat mendapatkan wewenang untuk mengatur sumber daya dan membuat keputusan 16. Urutan pendampingan STBM ke masyarakat adalah: 1. Monitoring dan Verifikasi 2. Pemicuan 3. Pengumpulan data awal 4. Advokasi kepada Toma Toga a b c d Sebelum melakukan pemicuan perlu dikumpulkan data awal. Data yang tidak perlu dikumpulkan di tingkat desa adalah: a. Data awal jumlah masyarakat yang memiliki dan menggunakan jamban sehat, tidak sehat, numpang, dan BAB sembarangan b. Data awal volume limbah ternak c. Data awal jumlah keluarga yang telah mengelola limbah cair d. Data awal jumlah keluarga yang telah mengelola sampahnya 18. Tim Pemicu terdiri dari unsur apa saja? a. Fasilitator utama, pembuat peta sosial, perekam proses, penjaga alur, dan penata suasana. b. Fasilitator utama, asisten fasilitator, perekam proses, penjaga alur, dan penata suasana. c. Fasilitator utama, promotor kesehatan, perekam proses, penjaga alur, dan penata suasana. d. Promotor kesehatan, fasilitator, pembuat peta sosial, penjaga alur, dan penata suasana. 19. Dibawah ini yang tidak termasuk dalam elemen pemicuan, sbb : a. Rasa malu dan takut sakit. b. Takut dosa. c. Harga diri d. Sakit hati Hal: 51

55 20. Dalam jendela fasilitator, seorang fasilitator harus: a. Banyak bertanya, banyak menjelaskan b. Banyak bertanya, sedikit menjelaskan c. Sedikit bertanya, banyak menjelaskan d. Sedikit bertanya, sedikit menjelaskan 21. Jika masyarakat ingin membangun jamban sehat dengan harga terjangkau bisa menghubungi siapa? a. Toko material. b. Wirausaha sanitasi dan penyedia layanan sanitasi c. Koperasi. d. Puskesmas. 22. Yang bukan bagian dari manfaat kegiatan monitoring dalam STBM adalah: a. Mengetahui perkembangan komitmen masyarakat b. Memberikan informasi untuk kegiatan tindak lanjut c. Strategi perencanaan kegiatan d. Mendapatkan dana bantuan 23. Strategi pelaksanaan monitoring STBM di desa sebagai berikut, kecuali: a. Pelibatan aktif kader dengan melibatkan komite/natural leader dan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat b. Menggunakan peta sanitasi dan melihat data perkembangan c. Dilakukan secara berkala, terjadual dan berkelanjutan d. Melalui pertemuan pleno desa 24. Kegiatan pemicuan terdiri dari tiga tahapan yaitu pra pemicuan, pemicuan dan paska pemicuan. Yang tidak perlu dipersiapkan dalam pemicuan, adalah: a. Tim pemicu b. Alat dan bahan pemicuan, format-format pendukung c. Menghadirkan Toma dan Toga d. Pengumpulan data awal Hal: 52

56 25. Kegiatan-kegiatan paska pemicuan, kecuali: a. Monitoring dan membangun ulang komitmen b. Mempersiapkan alat dan bahan pemicuan c. Pemicuan lanjutan d. Membangun jejaring dengan wirausaha sanitasi dan penyedia jasa sanitasi III. Materi Inti 2- Pemberdayaan Masyarakat STBM Stunting 1. Pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan karena? a. 80% sumber daya pembangunan berasal dari kontribusi/partisipasi masyarakat. b. Perilaku masyarakat merupakan faktor utama terjadinya masalah kesehatan. c. Pemerintah memiliki cukup sumber dana untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat. d. Masalah kesehatan masyarakat semakin kompleks dan mahal. 2. Keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan melaksanakan keputusan disebut? a. Pelibatan masyarakat b. Partisipasi masyarakat c. Pemberdayaan masyarakat d. Pengembangan masyarakat 3. Kunci partisipasi masyarakat dalam STBM adalah? a. STBM adalah inisiatif masyarakat, dilakukan secara total, memerlukan solidaritas masyarakat, dan semua oleh masyarakat. b. STBM adalah inisiatif fasilitator, dilakukan secara total, memerlukan solidaritas bersama, dan didukung oleh pemerintah. c. STBM adalah inisiatif bersama masyarakat dan pemerintah, dilakukan secara total, memerlukan solidaritas masyarakat, dan semua oleh masyarakat. Hal: 53

57 d. STBM adalah inisiatif masyarakat, dilakukan bersama total, memerlukan partisipasi masyarakat, dan semua oleh masyarakat. 4. Tingkatan partisipasi masyarakat dalam STBM Stunting adalah? a. Masyarakat hanya menerima informasi b. Masyarakat mulai diajak untuk berunding c. Membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan pihak luar d. Masyarakat memiliki wewenang untuk mengatur sumber daya dan membuat keputusan. 5. Pemberdayaan masyarakat Adalah? a. Instruksi untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat. b. Fasilitasi non instruktif untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat. c. Dukungan pemerintah untuk mendidik dan meningkatkan kemampuan masyarakat. d. Bantuan fasilitator untuk mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahan masalah di masyarakat. 6. Pemberdayaan masyarakat bersifat dua arah atau resiprokal, artinya? a. Pemerintah memberi informasi dan instruksi, masyarakat melakukan kegiatan. b. Pemerintah memberi informasi, masyarakat mendiskusikannya kemudian membuat rencana tindak lanjut. c. Pemerintah memberi informasi, masyarakat mendiskusikannya, membuat rencana, menerapkan, mengevaluasi, dan memberi umpan balik kepada pemerintah. d. Pemerintah memberi informasi, masyarakat mendiskusikannya, membuat rencana, menerapkan, mengevaluasi, memberi umpan balik kepada pemerintah, dan pemerintah memberi respon dan mengakomodasi umpan balik masyarakat. Hal: 54

58 7. Pemberdayaan masyarakat diarahkan agar masyarakat lebih? a. Mandiri dan kuat b. Mampu, proaktif, terbuka c. Mampu, proaktif, dan aspiratif d. Mandiri, proaktif, terbuka, aspiratif. 8. Yang tidak termasuk prinsip dasar pemberdayaan masyarakat adalah? a. Kesukarelaan b. Partisipatif c. Kesinambungan d. Keterbukaan 9. Prinsip pemberdayaan masyarakat yang artinya dapat dipertanggungjawabkan dan terbukan untuk diawasi oleh siapa saja, adalah? a. Prinsip demokratis b. Prinsip desentralisasi c. Prinsip keterbukaan d. Prinsip akuntabilitas 10. Prinsip-prinsip tambahan atau landasan lain dari pemberdayaan masyarakat adalah? a. Prinsip ekologi b. Prinsip gender c. Prinsip globalisasi d. Prinsip perdamaian 11. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi mau, dan dari mau menjadi melaksanakan perilaku. Apakah itu dalam pemberdayaan masyarakat? a. Prinsip pemberdayaan masyarakat b. Tahapan pemberdayaan masyarakat c. Tingkatan pemberdayaan masyarakat d. Strategi pemberdayaan masyarakat 12. Dimanakah tercantum pedoman tentang pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan? a. Permenkes No. 3/2014 b. Permenkes No. 45/2014 c. Permenkes No. 65/2013 Hal: 55

KURIKULUM PELATIHAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PIMPINAN BBPK/BAPELKES/INSTITUSI DIKLAT KESEHATAN I. PENDAHULUAN. A. LatarBelakang

KURIKULUM PELATIHAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PIMPINAN BBPK/BAPELKES/INSTITUSI DIKLAT KESEHATAN I. PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Kementerian Kesehatan KURIKULUM PELATIHAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PIMPINAN BBPK/BAPELKES/INSTITUSI DIKLAT KESEHATAN I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

KURIKULUM PELATIHAN TENAGA PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS

KURIKULUM PELATIHAN TENAGA PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS KURIKULUM PELATIHAN TENAGA PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS Departemen Kesehatan, 2008 Kurikulum Pelatihan Tenaga Promosi Kesehatan Bagi Puskesmas 0 Kata Pengantar Kurikulum Pelatihan Tenaga Promosi Kesehatan

Lebih terperinci

KURIKULUM PELATIHAN PENDAMPING AKREDITASI PUSKESMAS DAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

KURIKULUM PELATIHAN PENDAMPING AKREDITASI PUSKESMAS DAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA KURIKULUM PELATIHAN PENDAMPING AKREDITASI PUSKESMAS DAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan pelayanan sarana kesehatan dasar khususnya Puskesmas kepada

Lebih terperinci

PANDUAN PELATIHAN AUDITOR MUTU INTERNAL

PANDUAN PELATIHAN AUDITOR MUTU INTERNAL PANDUAN PELATIHAN AUDITOR MUTU INTERNAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sistem penjaminan mutu internal merupakan langkah strategis untuk meningkatkan mutu perguruan tinggi. Dengan diundangkannya

Lebih terperinci

KURIKULUM PELATIHAN KOMUNIKASI MOTIVASI DALAM PROGRAM PENGENDALIAN TB BAGI PETUGAS KESEHATAN DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

KURIKULUM PELATIHAN KOMUNIKASI MOTIVASI DALAM PROGRAM PENGENDALIAN TB BAGI PETUGAS KESEHATAN DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN KURIKULUM PELATIHAN KOMUNIKASI MOTIVASI DALAM PROGRAM PENGENDALIAN TB BAGI PETUGAS KESEHATAN DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN R.I DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

Lebih terperinci

KURIKULUM PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN PENGANGKATAN PERTAMA JENJANG AHLI DI BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO TAHUN 2015

KURIKULUM PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN PENGANGKATAN PERTAMA JENJANG AHLI DI BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO TAHUN 2015 KURIKULUM PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN PENGANGKATAN PERTAMA JENJANG AHLI DI BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO TAHUN 015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan tata pemerintahan

Lebih terperinci

Pencegahan Akibat Kerja Pada Home Industri

Pencegahan Akibat Kerja Pada Home Industri Kurikulum Pelatihan Pencegahan Akibat Kerja Pada Home Industri I. Dasar Pemikiran Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia

Lebih terperinci

KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) BAGI DOSEN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK KESEHATAN DI INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2013 363.72 Ind

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENATALAKSANAAN HIV AIDS DAN IMS BAGI PERAWAT/BIDAN FASYANKES DI BBPK CILOTO, 27 JULI SD 03 AGUSTUS 2016

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENATALAKSANAAN HIV AIDS DAN IMS BAGI PERAWAT/BIDAN FASYANKES DI BBPK CILOTO, 27 JULI SD 03 AGUSTUS 2016 KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENATALAKSANAAN HIV AIDS DAN IMS BAGI PERAWAT/BIDAN FASYANKES DI BBPK CILOTO, 27 JULI SD 03 AGUSTUS 2016 I. PENDAHULUAN Perkembangan epidemi HIV AIDS di dunia telah menyebabkan

Lebih terperinci

KURIKULUM PELATIHAN PENDEKATAN PRAKTIS KESEHATAN PARU (PRACTICAL APPROACH TO LUNG HEALTH / PAL) UNTUK TENAGA PUSKESMAS

KURIKULUM PELATIHAN PENDEKATAN PRAKTIS KESEHATAN PARU (PRACTICAL APPROACH TO LUNG HEALTH / PAL) UNTUK TENAGA PUSKESMAS KURIKULUM PELATIHAN PENDEKATAN PRAKTIS KESEHATAN PARU (PRACTICAL APPROACH TO LUNG HEALTH / PAL) UNTUK TENAGA PUSKESMAS I. PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pendekatan Praktis Kesehatan Paru (Practical Approach

Lebih terperinci

Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM

Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM 363. 72 Ind k Kurikulum dan Modul Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Fasilitator STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di indonesia KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2014 i Katalog Dalam Terbitan.

Lebih terperinci

Modul Pelatihan MODUL MP-1 I. DESKRIPSI SINGKAT

Modul Pelatihan MODUL MP-1 I. DESKRIPSI SINGKAT Modul Pelatihan MODUL MP-1 BUILDING LEARNING COMMITMENT (BLC) I. DESKRIPSI SINGKAT Dalam suatu pelatihan terutama pelatihan dalam kelas, bertemu sekelompok orang yang belum saling mengenal sebelumnya,

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI I. PENJELASAN UMUM Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

RPJMN KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT

RPJMN KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT RPJMN 2015-2019 KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT ISU YANG BELUM TERSELESAIKAN Tingginya Kematian Ibu dan Bayi Tingkat Fertilitas yang Stagnan Ketersediaan Farmasi dan Alkes Akses terhadap Air Minum dan Sanitasi

Lebih terperinci

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN 5.1 Sejarah Perkembangan Promosi Kesehatan Pada jaman awal kemerdekaan, upaya untuk mempromosikan produk atau jasa (jaman kemerdekaan istilahnya propaganda) di

Lebih terperinci

PELATIHAN BUSNINESS PLAN: PENINGKATAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PELAKU USAHA DI PROVINSI PAPUA

PELATIHAN BUSNINESS PLAN: PENINGKATAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PELAKU USAHA DI PROVINSI PAPUA PELATIHAN BUSNINESS PLAN: PENINGKATAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PELAKU USAHA DI PROVINSI PAPUA 1. Pendahuluan Sejarah perempuan Papua tampak adalah sejarah pergumulan yang dinamis & dialektis. Dulu di era

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

2013, No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2013, No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 2013, No.415 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS PENYELENGGARA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELATIHAN KELAS GIZI DAN KEGIATAN PRAKTIK PERILAKU PEMULIHAN GIZI DENGAN PENDEKATAN POSITIVE DEVIANCE

KERANGKA ACUAN PELATIHAN KELAS GIZI DAN KEGIATAN PRAKTIK PERILAKU PEMULIHAN GIZI DENGAN PENDEKATAN POSITIVE DEVIANCE KERANGKA ACUAN PELATIHAN KELAS GIZI DAN KEGIATAN PRAKTIK PERILAKU PEMULIHAN GIZI DENGAN PENDEKATAN POSITIVE DEVIANCE BAGI KADER POSYANDU DESA PIANTUS KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT

PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE-57 25 JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT 3 DIMENSI PEMBANGUNAN: PEMBANGUNAN MANUSIA, SEKTOR UNGGULAN, PEMERATAAN

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) I. Pendahuluan II. III. IV. Pangan dan Gizi Sebagai Investasi Pembangunan Analisis Situasi Pangan dan Gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari membangun manusia seutuhnya yang diawali dengan pembinaan kesehatan anak mulai sejak dini. Pembinaan kesehatan anak sejak awal

Lebih terperinci

SAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK) RABU, 27 JULI 2016

SAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK) RABU, 27 JULI 2016 SAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK) RABU, 27 JULI 2016 YTH. KETUA, WAKIL KETUA, DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

2 Mengingat Golongan I, Golongan II, dan Golongan III Yang Diangkat Dari Tenaga Honorer Kategori 1 dan/atau Kategori 2; c. bahwa pedoman sebagaimana d

2 Mengingat Golongan I, Golongan II, dan Golongan III Yang Diangkat Dari Tenaga Honorer Kategori 1 dan/atau Kategori 2; c. bahwa pedoman sebagaimana d BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1182, 2014 LAN. Pendidikan. Pelatihan. Prajabatan. Calon PNS. Golongan I. Golongan II. Golongan III. Tenaga Honorer. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA

Lebih terperinci

Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Kader Posyandu

Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Kader Posyandu Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Kader Posyandu Ayo ke Kementerian Kesehatan RI bekerjasama dengan POKJANAL POSYANDU PUSAT 2012 kurmod fasilitator final 12des12.indd 1 12/12/2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 5 2013, No.414 PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS ANALISIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Kurikulum dan Modul. Pelatihan. Posyandu. Ayo ke. kurmod kader final_12des12.indd 1 12/12/2012 5:17:56

Kurikulum dan Modul. Pelatihan. Posyandu. Ayo ke. kurmod kader final_12des12.indd 1 12/12/2012 5:17:56 Kurikulum dan Modul Pelatihan Kader Posyandu Ayo ke Kementerian Kesehatan RI bekerja sama dengan POKJANAL Posyandu PUSAT 2012 kurmod kader final_12des12.indd 1 12/12/2012 5:17:56 362. 11 Ind k Katalog

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Posyandu Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian dari kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Departemen Kesehatan pada

Lebih terperinci

Analisa Tujuan Pembelajaran Pelatihan VCA dan PRA untuk Pelatih

Analisa Tujuan Pembelajaran Pelatihan VCA dan PRA untuk Pelatih Analisa Tujuan Pembelajaran dan untuk Pelatih Kompetensi Tujuan Pembelajaran Indikator Materi Belajar 1. Memahami konsep dasar dan Vulnerability and Capacity Assessment () atau asesmen kerentanan dan kapasitas

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN PERLUASAN & PENGARUS UTAMAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN

KEMENTERIAN KESEHATAN PERLUASAN & PENGARUS UTAMAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PERLUASAN & PENGARUS UTAMAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN 1 Target Pemerintah dalam bidang Sanitasi Akses Air Minum dan Sanitasi Layak Indikator

Lebih terperinci

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN Program Promosi Kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PROMOSI KESEHATAN TINGKAT MASYARAKAT

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PROMOSI KESEHATAN TINGKAT MASYARAKAT KERANGKA ACUAN PELATIHAN PROMOSI KESEHATAN TINGKAT MASYARAKAT I. PENDAHULUAN Pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah tercapainya bangsa yang maju dan mandiri, sejahtera lahir dan bathin.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT/ SASARAN PROGRAM No.

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT/ SASARAN PROGRAM No. PUSKESMA IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT/ SASARAN PROGRAM Revisi Halaman 1. Pengertian Identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat / sasaran program adalah Kegiatan mencari, menemukan,

Lebih terperinci

PENANGANAN STUNTING TERPADU TAHUN 2018

PENANGANAN STUNTING TERPADU TAHUN 2018 PENANGANAN STUNTING TERPADU TAHUN 2018 Direktur Anggaran Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Jakarta, 16 Januari 2018 1 1 Outline 1 2 3 Kondisi Stunting di Indonesia Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MDGs lainnya, seperti angka kematian anak dan akses terhadap pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. MDGs lainnya, seperti angka kematian anak dan akses terhadap pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus kekurangan gizi pada anak balita yang diukur dengan prevalensi anak balita gizi kurang dan gizi buruk digunakan sebagai indikator kelaparan, karena mempunyai

Lebih terperinci

Kompetensi Pelatihan VCA dan PRA untuk KSR

Kompetensi Pelatihan VCA dan PRA untuk KSR Kompetensi Pelatihan untuk KSR Kompetensi Utama: Memahami VCA (Vulnerability Capacity Assessment/Asesmen Kerentanan dan Kapasitas) dan PRA (Participatory Rural Appraisal/Pengkajian Desa secara Partisipatif)

Lebih terperinci

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT MODUL: KEBIJAKAN DIKLAT KESEHATAN LINGKUNGAN DALAM PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT I. DESKRIPSI SINGKAT P ada saat ini sekitar 70 juta penduduk Indonesia belum memiliki akses terhadap layanan

Lebih terperinci

Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting

Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting Kata Sambutan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Assalamu alaik um warahmatullahi wa barak atuh Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN RI

DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN RI 1 2 SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN RI Gizi merupakan salah satu komponen yang harus dipenuhi suatu bangsa untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, terutama pada periode

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN ( STOP BABS ) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Manjilala

PENDAHULUAN. Manjilala PENDAHULUAN Manjilala www.gizimu.wordpress.com PENDAHULUAN Selama ini Kader Posyandu lebih sering menjadi pelaksana kegiatan saja, bukan pengelola Posyandu. Pengelola Posyandu artinya bukan hanya melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN` Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN` Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya BAB I PENDAHULUAN` 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO,2006); sanitasi merupakan upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang akan menimbulkan hal-hal yang merugikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapainya, faktor

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KESEHATAN LINGKUNGAN

ANALISIS POTENSI KESEHATAN LINGKUNGAN MODUL: ANALISIS POTENSI KESEHATAN LINGKUNGAN I. DESKRIPSI SINGKAT U ntuk mewujudkan lingkungan perumahan yang sehat harus memperhatikan lokasi, kualitas tanah dan air tanah, kualitas udara ambien, kebisingan,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 6 TAHUN 2003 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 6 TAHUN 2003 TENTANG KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 6 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) BAGI PENGELOLA DIKLAT (MANAGEMENT OF TRAINING/MOT) LEMBAGA ADMINISTRASI

Lebih terperinci

PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita

PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita 306.874 3 Ind p Departemen Kesehatan Republik Indonesia PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita Untuk Petugas Kesehatan BUKU PANDUAN PESERTA DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini negara Indonesia sedang menghadapi masalah gizi ganda, yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari kemajuan jaman pada latar

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Sanitasi. Berbasis Masyarakat. Total. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK ISSN 2442-7659 InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI 13 12 11 10 9 8 7 Hari Anak-Anak Balita 8 April 6 5 4 3 SITUASI 2 BALITA PENDEK BALITA PENDEK Pembangunan kesehatan dalam periode

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG PEMENUHAN HAK KESEHATAN REPRODUKSI DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN NOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang

Lebih terperinci

DITINGKATKAN Permenkes RI No. 3 tahun 2014 tentang STBM

DITINGKATKAN Permenkes RI No. 3 tahun 2014 tentang STBM STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ) pendekatan perubahan perilaku higiene sanitasi melalui kegiatan pemicuan Kepmenkes RI No. 852/tahun 2008 tentang strategi nasional STBM DITINGKATKAN Permenkes

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN International Labour Organization UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK PEDOMAN UNTUK PENDIDIK Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Bekerja sama dengan Proyek

Lebih terperinci

Mencegah kekurangan gizi pada anak, mencegah stanting.

Mencegah kekurangan gizi pada anak, mencegah stanting. v Mencegah kekurangan gizi pada anak, mencegah stanting. Direktur PKGBM MCA-Indonesia, Iing Mursalin STANTING STANTING ADALAH Ketika balita lebih pendek dari standar tinggi badan seumurnya. Hampir 9 juta

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PELAYANAN PUBLIK

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PELAYANAN PUBLIK 5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PELAYANAN PUBLIK 6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

2013, No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2013, No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 2013, No.361 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KHUSUS REFORMASI BIROKRASI BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita adalah penerus masa depan kita, anak balita juga menentukan masa depan bangsa, anak balita sehat akan menjadikan anak balita yang cerdas. Anak balita salah

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 44 2014 SERI : E BEKAPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Bab 5 Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI secara Eksklusif Ditinjau dari Aspek Hukum dan Kebijakan Kesehatan merupakan modal penting dalam

Lebih terperinci

MENEROBOS KETERBATASAN BERBAGI PENGALAMAN IMPLEMENTASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI JAKARTA UTARA

MENEROBOS KETERBATASAN BERBAGI PENGALAMAN IMPLEMENTASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI JAKARTA UTARA MENEROBOS KETERBATASAN BERBAGI PENGALAMAN IMPLEMENTASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI JAKARTA UTARA OVERVIEW 1. WAHANA VISI INDONESIA 2. SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) 3. CLEAN

Lebih terperinci

BAB IX PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IX PENUTUP. A. Kesimpulan BAB IX PENUTUP A. Kesimpulan Desa Pecuk, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah merupakan daerah dengan lingkungan rentan giz, karena pendapatan masyarakatnya yang relatif rendah, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 2013, No.416 4 PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAANPENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS PENGELOLA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA 1 SAMBUTAN Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan SDM seutuhnya dimana untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas harus dimulai sejak usia dini. Berbagai studi menunjukkan bahwa periode

Lebih terperinci

Berkaitan dengan hal tersebut, maka disusun kurikulum pelatihan Monev Diklat.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka disusun kurikulum pelatihan Monev Diklat. Kurikulum PELATIHAN MONITORING DAN EVALUASI DIKLAT Bahan belajar PENDAHULUAN SASARAN PERAN DAN FUNGSI SETELAH PELATIHAN KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN TUJUAN MATERI DAN STRUKTUR PROGRAM PROSES DAN METODOLOGI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan merupakan investasi sehingga perlu dijaga, dilindungi dan ditingkatkan kualitasnya. Kesehatan juga merupakan faktor penting untuk

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-03.PP.01.02 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN BIMBINGAN TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN DIKLAT KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG TINGKAT MADYA TAHUN 2014 DI PUSAT DIKLAT KEHUTANAN

PENYELENGGARAAN DIKLAT KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG TINGKAT MADYA TAHUN 2014 DI PUSAT DIKLAT KEHUTANAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG TINGKAT MADYA TAHUN 2014 DI PUSAT DIKLAT KEHUTANAN Oleh : Harmini Sudjiman Widyaiswara Pusat Diklat Kehutanan Abstrak Diklat Kewidyaiswaraan Berjenjang

Lebih terperinci

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME 3 Nomor 03 November 2012 Tinjauan Pustaka PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU MONITORING THE GROWTH OF INFANTS IN POSYANDU Fatmalina Febry Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit fungsional pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota atau kabupaten yang melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN TRAINING OF TRAINER (TOT) STBM BAGI KOORDINATOR STBM PROVINSI DAN FASILITATOR STBM KABUPATEN/KOTA PROGRAM PAMSIMAS II TA 2014

KERANGKA ACUAN KEGIATAN TRAINING OF TRAINER (TOT) STBM BAGI KOORDINATOR STBM PROVINSI DAN FASILITATOR STBM KABUPATEN/KOTA PROGRAM PAMSIMAS II TA 2014 KERANGKA ACUAN KEGIATAN TRAINING OF TRAINER (TOT) BAGI KOORDINATOR PROVINSI DAN FASILITATOR KABUPATEN/KOTA PROGRAM PAMSIMAS II TA 2014 1. Latar Belakang Program Pamsimas II merupakan kelanjutan dari Program

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat. Visi ini dicapai dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, oleh karena itu

Lebih terperinci

LEMBAR PRATES DAN POST-TEST PELATIHAN DENGAN METODE SIMULASI KEPADA TOKOH MASYARAKAT TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TATANAN RUMAH TANGGA

LEMBAR PRATES DAN POST-TEST PELATIHAN DENGAN METODE SIMULASI KEPADA TOKOH MASYARAKAT TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TATANAN RUMAH TANGGA LEMBAR PRATES DAN POST-TEST PELATIHAN DENGAN METODE SIMULASI KEPADA TOKOH MASYARAKAT TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TATANAN RUMAH TANGGA DATA PRIBADI Nama : Jenis Kelamian : L / P Umur : tahun

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan masalah gizi di Indonesia saat ini semakin kompleks. Masalah gizi yang sedang dihadapi Indonesia adalah masalah gizi ganda yaitu keadaan balita yang

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi

BAB VII PENUTUP. a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi 1 BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Input a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi di Kota Bengkulu yaitu pada tahun 2013 sebesar Rp. 239.990.000,00 (proporsi 0,64%)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA,

KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA, KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 6 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) BAGI PENGELOLA DIKLAT (MANAGEMENT OF TRAINING / MOT) KEPALA LEMBAGA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT DI PROVINSI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Masyarakat (IPM). IPM terdiri dari tiga aspek yaitu pendidikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Masyarakat (IPM). IPM terdiri dari tiga aspek yaitu pendidikan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan suatu bangsa dinilai dengan Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM). IPM terdiri dari tiga aspek yaitu pendidikan, ekonomi dan kesehatan.

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1646, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Pendidikan dan Pelatihan. Pengujian Mutu Barang. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/M-DAG/PER/12/2013

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELATIHAN KONVENSI HAK ANAK (KHA) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

KERANGKA ACUAN PELATIHAN KONVENSI HAK ANAK (KHA) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 KERANGKA ACUAN PELATIHAN KONVENSI HAK ANAK (KHA) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 A. Pendahuluan Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA) sejak 25 Agustus 1990 melalui Keputusan Presiden Nomor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada

Lebih terperinci

PROGRAM PENGUATAN KEBERLANJUTAN UNTUK STBM KABUPATEN/KOTA DAN MASYARAKAT

PROGRAM PENGUATAN KEBERLANJUTAN UNTUK STBM KABUPATEN/KOTA DAN MASYARAKAT PROGRAM PENGUATAN KEBERLANJUTAN UNTUK STBM KABUPATEN/KOTA DAN MASYARAKAT PAMSIMAS II: Komponen Kesehatan Direktur Penyehatan Lingkungan Disampaikan Pada Rapat Koordinasi Regional 3 Denpasar, Bali 29 Sept

Lebih terperinci