BAB III PEMBAHASAN. Pembahasan pada bab ini adalah penentuan rute tercepat pendistribusian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PEMBAHASAN. Pembahasan pada bab ini adalah penentuan rute tercepat pendistribusian"

Transkripsi

1 BAB III PEMBAHASAN Pembahasan pada bab ini adalah penentuan rute tercepat pendistribusian makanan ringan PT. Sri Aneka Pangan Nusantara dengan aplikasi Logika Fuzzy dan Algoritma Semut. Logika fuzzy digunakan untuk memodelkan karakteristikkarakteristik yang dimiliki oleh jalan, yaitu panjang jalan derajat kejenuhan jalan, dan persentase kerusakan jalan. Model logika fuzzy yang digunakan adalah fuzzy Mamdani. Hasil keluaran dari logika fuzzy yang merupakan nilai lama waktu tempuh diolah dengan Algoritma Semut untuk menentukan rute tercepat. A. Merepresentasikan Data ke Dalam Notasi Simpul Pendistribusian makanan ringan oleh PT. Sri Aneka Pangan Nusantara dilaksanakan pada hari senin s/d sabtu dengan 4 mobil box. Pada hari senin, salah satu mobil melakukan pendistribusian di 22 outlet dengan lokasi kabupaten Bantul. Data tersebut yang akan dijadikan objek penelitian ini, selanjutnya akan direpresentasikan ke dalam bentuk simpul-simpul. PT. Sri Aneka Pangan Nusantara menjadi lokasi awal dan akhir rute. Berdasarkan hal tersebut maka berikut daftar simpul-simpul yang merepresentasikan PT. Sri Aneka Pangan Nusantara dan data outlet: Tabel 3.1 Simpul Representasi PT Sri Aneka Pangan Nusantara dan data outlet Simpul v 1 v 2 v 3 v 4 v 5 Nama Outlet PT. Sri Aneka Pangan Nusantara Toko Amira Toko Christa Emirate Market Toko Ridho Jaya 54

2 Simpul v 6 v 7 v 8 v 9 v 10 v 11 v 12 v 13 v 14 v 15 v 16 v 17 v 18 v 19 v 20 v 21 v 22 v 23 Toko Fan s Toko Kuncoro Toko Ana Toko Mubarok Toko Putra Menara Toko Samirejo Toko Fitri Toko Berkah Enha Mart Toko Pandi Toko Rumana Toko Sakinah Toko Rida Toko Anugerah Toko Rejeki Bendo Toko Sidoharjo Toko Lestari Imogiri Toko Protelon Nama Outlet Selanjutnya simpul-simpul pada Tabel 3.1 direpresentasikan dalam sebuah graf berarah. Representasi simpul-simpul ke dalam graf berarah didasarkan pada peta lokasi outlet seperti yang terlampir dalam Lampiran 1. Berikut representasi PT Sri Aneka Pangan Nusantara dan data outlet: 55

3 Gambar 3.1 Graf Hasil Representasi PT. Sri Aneka Pangan Nusantara dan 22 outlet 56

4 Gambar 3.1 menggambarkan representasi PT. Sri Aneka Pangan Nusantara dan 22 outlet yang terhubung dan berarah. Anak panah pada dua ujung sisi menunjukkan bahwa dua simpul merupakan jalan dua arah, sedangkan sisi dengan satu anak panah menunjukkan bahwa jalan searah ke arah yang ditunjukkan oleh anak panah. B. Menentukan Panjang Jalan, Derajat Kejenuhan, dan Persentase Kerusakan Jalan Tahap selanjutnya dicari panjang jalan yang dilalui dari simpul-simpul terhubung dengan bantuan google maps dari peta outlet yang termuat dalam Lampiran 1. Berikut data jalan yang dilalui dari simpul-simpul terhubung beserta panjang jalan, derajat kejenuhan, dan persentase kerusakan jalan: Tabel 3. 2 Jalan yang Dilalui dari Simpul-simpul Terhubung Simpul Terhubu ng Jalan yang Dilalui 57 Panjang Jalan yang Dilalui (meter) 890, 2890, 440, Derajat Kejenuh an Persenta se Kerusak an Jalan v 1, v 9 Jl. Wahidin Sudiro Husodo, Jl. Parangtritis, Jl. Tembi 0,36 0,73 0, v 1, v 13 Jl. Wahidin Sudiro Husodo, 765, 0, v 1, v 15 v 1, v 18 v 2, v 3 Jl. Wahidin Sudiro Husodo, Jl. Manding-Imogiri, Jl. Wahidin Sudiro Husodo, Jl. Parangtritis, Jl. Ngentak, Jl. Bibis, Jl. Nasional III, Jl. Imogiri Barat 890, 2990, 890, 1630, 500, 2590, 5600, ,36 0,46 0,36 0,73 0,51 0,61 0,20 0, v 2, v 5 Jl. Ngentak, Jl. Bibis, Jl. Karangjati, Jl. Raya Kasongan 500, 460, 2260, ,51 0,61 0,42 0, v 2, v 12 Jl. Ngentak, 500, 0,

5 v 3, v 4 v 5, v 3 v 3, v 6 v 3, v 9 v 4, v 9 v 4, v 14 v 5, v 8 v 5, v 10 v 5, v 12 v 6, v 7 v 6, v 9 v 7, v 8 v 7, v 9 Jl. Bibis, Jl. Goa Selarong, Jl. Gatot Subroto Jl. Imogiri Barat, Jl. Nasional III, Jl. Ngipik, Jl. Wiyoro, Jl. Raya Kasongan, Jl. Bantul, Jl. Nasional III, Jl. Imogiri Barat, Jl. Imogiri Barat, Jl. Nasional III, Jl. Parangtritis, Jl. KH Ali Maksum, Jl. Imogiri Barat, Jl. Nasional III, Jl. Parangtritis, Jl. Tembi, Jl. Wiyoro, Jl. Ngipik, Jl. Nasional III, Jl. Parangtritis, Jl. Tembi, Jl. Wiyoro, Jl. Ngipik, Jl. Raya Pleret, Jl. Jejeran, Jl. Imogiri Timur, Jl. Raya Kasongan, Jl. Jogoripon, Jl. Raya Kasongan, Jl. Bantul, Jl. S. Parman, Jl. Raya Kasongan, Jl. Bantul, Jl. Prof. Dr. Supomo, Jl. KH. Ali Maksum, Jl. Puri Sewon Asri, Jl. KH Ali Maksum, Jl. Parangtritis, Jl. Tembi, Jl. Puri Sewon Asri, Jl. Jogoripon, Jl. Puri Sewon Asri, Jl. Sewon Indah, 1540, 4920, 1140, 1170, 4630, 480, 430, 215, 2460, 2757, 1170, 1170, 970, 780, 670, 1170, 970, 4110, 440, 430, 480, 5600, 4110, 440, 430, 140, , 2030, 215, 850, 215, 4470, 170, 215, 5200, 340, 420, 430, 670, 3330, 4440, 470, 430, 470, 600, 0,61 0,58 0,61 0,61 0,20 0,67 0,65 0,64 0,72 0,20 0,61 0,61 0,20 0,73 0,69 0,61 0,20 0,73 0,72 0,65 0,67 0,20 0,73 0,72 0,65 0,67 0,82 0,69 0,61 0,64 0,50 0,64 0,72 0,13 0,64 0,72 0,47 0,69 0,24 0,69 0,73 0,72 0,24 0,50 0,24 0, ,45 0,20 0,21 58

6 Jl. Parangtritis, Jl. Tembi, 1904, 440, 0,73 0,72 0,20 0,22 v 8, v 9 Jl. Jogoripon, Jl. Tegal Sari, Jl. Cepit-Tembi, Jl. Parangtritis, Jl. Tembi, 450, 1670, 300, 170, 440, 0,50 0,16 0,69 0,73 0,72 0,45 0,20 0,23 0,20 0,22 v 9, v 11 Jl. Tembi, Jl. Parangtritis, Jl. Pramuka, Jl. Mgr. Sugiyo Pranoto, 440, 1450, 1630, 640, 0,72 0, ,35 0,22 0,20 0,17 0,18 v 9, v 14 Jl. Tembi, Jl. Sultan Agung, Jl. Imogiri Timur, 1660, 2370, 260, 0,72 0,63 0,61 0,22 0,15 0,50 v 9, v 15 Jl. Tembi, Jl. Imogiri Barat, Jl. Manding-Imogiri, 1660, 2660, 710, 0,72 0,61 0,61 0,22 0,32 0,21 v 9, v 18 Jl. Tembi, Jl. Parangtritis, 440, 4530, 0,72 0,73 0,22 0,20 v 10, v 11 Jl. S. Parman, Jl. Mgr. Sugiyo Pranoto, 270, 120 0,13 0,35 0,15 0,18 v 10, v 12 Jl. S. Parman, Jl. Jend. Sudirman, Jl. Prof. Dr. Supomo, 170, 490, 340 0,13 0,34 0,47 0,15 0,45 0,16 v 10, v 13 Jl. S. Parman, Jl. Jend. A. Yani, Jl. HOS Cokro Aminoto, Jl. Wahidin Sudiro Husodo, 75, 390, 620, 365, 0,13 0,52 0,52 0,36 0,15 0,28 0,24 0,17 v 11, v 13 Jl. Mgr. Sugiyo Pranoto, Jl. HOS Cokro Aminoto, Jl. Wahidin Sudiro Husodo, 870, 100, 365, 0,35 0,52 0,36 0,18 0,24 0,17 v 12, v 13 Jl. Prof. Dr. Supomo, Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Wahidin Sudiro Husodo, 220, 1000, 365, 0,47 0,38 0,36 0,16 0,16 0,17 v 12, v 17 Jl. Prof. Dr. Supomo, Jl. KH Wahid Hasyim, Jl. Sultan Agung, 220, 1700, 650, 0,47 0,60 0,63 0,16 0,18 0,15 v 14, v 16 Jl. Imogiri Timur, ,61 0,50 v 15, v 16 Jl. Manding-Imogiri, Jl. Imogiri Timur, 550, 125, 0,61 0,61 0,21 0,50 v 15, v 18 Jl. Manding-Imogiri, Jl. Parangtritis, 2990, 1630, 0,61 0,73 0,21 0,20 v 15, v 19 Jl. Manding-Imogiri, Jl. Imogiri Barat, Jl. Bakulan-Imogiri, 710, 1820, 1350, 0,61 0,61 0,28 0,21 0,32 0,09 59

7 v 15, v 20 Jl. Manding-Imogiri, Jl. Imogiri Timur, 550, 1480, 0,61 0,61 0,21 0,50 v 16, v 20 Jl. Imogiri Timur, 1600, 0,61 0,50 v 17, v 18 Jl. Sultan Agung, 2880, 0,63 0,15 v 18, v 19 Jl. Bakulan-Imogiri, ,28 0,09 v 19, v 21 Jl. Bakulan-Imogiri, Jl. Imogiri Timur, 2530, 430, 0,28 0,61 0,09 0,50 v 19, v 22 Jl. Bakulan-Imogiri, Jl. Makam Raja, 2600, 200 0,28 0,51 0,09 0,33 v 20, v 21 Jl. Imogiri Timur, 480, 0,61 0,50 v 21, v 22 Jl. Imogiri Timur, Jl. Makam Raja, 510, 200, 0,61 0,51 0,50 0,33 v 21, v 23 Jl. Imogiri Timur, Jl. Makam Raja, 510, 950, 0,61 0,51 0,50 0,33 v 22, v 23 Jl. Makam Raja, 750, 0,51 0,33 C. Pembentukan Nilai Lama Waktu Tempuh dengan Logika Fuzzy 1. Penentuan Variable Input dan Output Dalam membentuk nilai lama waktu tempuh, diperlukan beberapa variable, yaitu variable input dan output, yaitu: a. Variable Input Variable kebutuhan input merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kemacetan jalan, yaitu panjang jalan, derajat kejenuhan, dan kerusakan jalan. b. Variable Output Output yang dihasilkan adalah nilai waktu tempuh dari tiap jalan. 2. Penentuan Himpunan Universal Himpunan universal merupakan keseluruhan nilai yang diperbolehkan untuk dioperasikan dalam suatu variabel fuzzy. 60

8 a. Himpunan Universal pada Variable Input 1) Variable Panjang Jalan Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis diketahui bahwa panjang jalan terpendek yang dilalui dari ke outlet lainnya adalah 75 m dan panjang jalan terpanjang adalah 5600 m sehingga himpunan universal untuk panjang jalan adalah [75, 5600]. 2) Variable Derajat Kejenuhan Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian yang dilakukan di Dinas Perhubungan Kabupaten Bantul dan penelitian yang dilakukan penulis, diketahui bahwa kepadatan terendah adalah 0,20 dan kepadatan tertinggi adalah 0,73. Sesuai kriteria kemacetan berdasarkan derajat kejenuhan pada Lampiran 2, himpunan universal untuk derajat kejenuhan adalah [0, 1] 3) Variable Persentase Kerusakan Jalan Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis diketahui bahwa persentase kerusakan jalan terkecil yang dilalui dari outlet ke outlet lainnya adalah 0,09 dan persentase kerusakan jalan terbesar adalah 0,50. Sesuai dengan kriteria tingkat kerusakan jalan oleh Bina Marga seperti yang tertera pada Lampiran 3, himpunan universal untuk kerusakan jalan adalah [0, 1] b. Himpunan Universal pada Variable Output Output pada penelitian ini adalah nilai waktu tempuh yang dimiliki oleh tiap ruas jalan. Nilai waktu tempuh terendah adalah 0 dan nilai waktu tempuh tertinggi adalah 1 sehingga himpunan universal untuk nilai waktu tempuh adalah [0,1]. 61

9 3. Penentuan Himpunan Fuzzy a. Himpunan Fuzzy pada Input Data yang diperoleh dari penelitian merupakan data tegas yang kemudian akan diubah menjadi himpunan fuzzy dengan menentukan fungsi keanggotaannya. 1) Panjang Jalan Panjang jalan dilambangkan dengan notasi P. Fungsi keanggotaan panjang jalan dibagi menjadi tiga derajat keanggotaan, yaitu pendek, sedang, dan panjang. Gambar 3.2 Fungsi Keanggotaan Himpunan Panjang Jalan Gambar 3.2 menggambarkan fungsi keanggotaan untuk panjang jalan. Fungsi keanggotaan pendek berada pada himpunan [75, 2170], fungsi keanggotaan sedang berada pada himpunan [767, 4773] dan fungsi keanggotaan panjang berada pada himpunan [3505, 5600]. Tiap fungsi keanggotaan, memiliki fungsi linier sebagai berikut: 62

10 a) Fungsi linear untuk fungsi pendek Representasi fungsi keanggotaan pendek yaitu representasi trapesium, sehingga fungsi linear untuk himpunan pendek ditentukan berdasarkan rumus fungsi keanggotaan (2.7). 1 ; x x P pd (x) = { 1560 ; 610 x ; 2170 x Dengan cara yang sama, diperoleh fungsi linear untuk himpunan sedang dan fungsi linear himpunan panjang. b) Fungsi linear untuk fungsi sedang P s (x) = 0 x x { 0 ; ; ; ; x x x x c) Fungsi linear untuk fungsi panjang 0 ; x 3505 x 3505 P pj (x) = { 1560 ; 3505 x ; 5065 x 2) Derajat Kejenuhan lalu-lintas Derajat kejenuhan lalu-lintas dilambangkan dengan notasi D. Fungsi keanggotaan derajat kejenuhan bedasarkan ketentuan dari Dishubkominfo seperti yang tertera dalam Lampiran 4 dibagi menjadi tiga derajat keanggotaan, yaitu lengang, normal, dan padat. 63

11 Gambar 3.3 Fungsi Keanggotaan Himpunan Derajat Kejenuhan Gambar 3.3 menggambarkan fungsi keanggotaan untuk derajat kejenuhan lalu-lintas. Fungsi keanggotaan lengang berada pada himpunan [0, 0.6], fungsi keanggotaan normal berada pada himpunan [0.29, 1] dan fungsi keanggotaan padat berada pada himpunan [0.69, 1]. Tiap fungsi keanggotaan, memiliki fungsi linier sebagai berikut: a) Fungsi linear untuk fungsi lengang Representasi fungsi keanggotaan pendek yaitu representasi trapesium, sehingga fungsi linear untuk himpunan pendek ditentukan berdasarkan rumus fungsi keanggotaan (2.7) 1 ; x x D l (x) = { 0.16 ; 0.44 x ; 0.6 x Dengan cara yang sama, diperoleh fungsi linear untuk himpunan normal dan fungsi linear himpunan padat. 64

12 b) Fungsi linear untuk fungsi normal D n (x) = { 0 ; x 0.29 x ; 0.29 x ; 0.45 x x 0.16 ; 0.84 x 1 0 ; 1 x c) Fungsi linear untuk fungsi padat 0 ; x 0.69 x 0.69 D s (x) = { 0.16 ; 0.69 x ; 0.85 x 3) Persentase Kerusakan Jalan Persentase kerusakan jalan dilambangkan dengan notasi K. Berdasarkan Bina Marga, persentase kerusakan jalan dibagi menjadi 7 kategori seperti yang tertera dalam Lampiran 3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis diketahui bahwa persentase kerusakan jalan yang dilalui dari outlet ke outlet lainnya termasuk dalam kriteria sempurna hingga sedang, sehingga fungsi keanggotaan persentase kerusakan jalan dibagi menjadi empat derajat keanggotaan, yaitu sempurna, sangat baik, baik, dan sedang. 65

13 Gambar 3.4 Fungsi Keanggotaan Himpunan Persentase Kerusakan Jalan Gambar 4.2 menggambarkan fungsi keanggotaan untuk persentase kerusakan jalan. Fungsi keanggotaan sempurna berada pada himpunan [0, 0.2], fungsi keanggotaan sangat baik berada pada himpunan [0.11, 0.16], fungsi keanggotaan baik berada pada himpunan [0.26, 0.49], dan fungsi keanggotaan sedang berada pada himpunan [0.4, 0.6]. Tiap fungsi keanggotaan, memiliki fungsi linier sebagai berikut: a) Fungsi linear untuk fungsi sempurna Representasi fungsi keanggotaan sempurna yaitu representasi trapesium, sehingga fungsi linear untuk himpunan pendek ditentukan berdasarkan rumus fungsi keanggotaan (2.7). 1 ; x x K sm (x) = { 0.05 ; 0.15 x ; 0.2 x 66

14 Dengan cara yang sama, diperoleh fungsi linear untuk himpunan sangat baik, fungsi linear untuk himpunan baik, dan fungsi linear himpunan sedang. b) Fungsi linear untuk fungsi sangat baik 0 ; x 0.11 x ; 0.11 x 0.16 K sb (x) = 1 ; 0.16 x x ; 0.3 x { 0 ; 0.35 x c) Fungsi linear untuk fungsi baik 0 ; x 0.26 x 0.26 ; 0.26 x K b (x) = 1 ; 0.31 x x ; 0.44 x { 0 ; 0.49 x d) Fungsi linear untuk fungsi sedang 0 ; x 0.4 x ; 0.4 x 0.45 K s (x) = 1 ; 0.45 x x ; 0.6 x { 0 ; 0.65 x e) Fungsi linear untuk fungsi jelek K j (x) = { 0 ; x 0.56 x ; 0.56 x ; 0.61 x x 0.05 ; 0.75 x ; 0.8 x 67

15 f) Fungsi linear untuk fungsi sangat jelek K sj (x) = { 0 ; x 0.71 x ; 0.71 x ; 0.76 x x 0.05 ; 0.9 x ; 0.95 x g) Fungsi linear untuk fungsi gagal 0 ; x 0.86 x 0.86 K g (x) = { 0.05 ; 0.86 x ; 0.91 x b. Himpunan Fuzzy pada Output Himpunan fuzzy pada output merupakan nilai waktu tempuh dilambangkan dengan notasi W. Banyaknya himpunan fuzzy ditentukan dengan cara trail and error agar mendapatkan nilai lama waktu tempuh yang optimal. Dari hasil trial and error nilai waktu tempuh dibagi menjadi 11 himpunan, yaitu W1, W2, W3, W4, W5, W6, W7, W8, W9, W10, dan W11. Gambar 3.5 Derajat Keanggotan Himpunan Lama Waktu Tempuh 68

16 Gambar 3.5 menggambarkan fungsi keanggotaan untuk derajat kejenuhan lalu-lintas. Fungsi keanggotaan W1 berada pada himpunan [0, 0.1], fungsi keanggotaan W2 berada pada himpunan [0, 0.2], fungsi keanggotaan W3 berada pada himpunan [0.1, 0.3], fungsi keanggotaan W4 berada pada himpunan [0.2, 0.4], fungsi keanggotaan W5 berada pada himpunan [0.3, 0.5], fungsi keanggotaan W6 berada pada himpunan [0.4, 0.6], fungsi keanggotaan W7 berada pada himpunan [0.5, 0.7], fungsi keanggotaan W8 berada pada himpunan [0.6, 0.8], fungsi keanggotaan W9 berada pada himpunan [0.7, 0.9], fungsi keanggotaan W10 berada pada himpunan [0.8, 1], dan fungsi keanggotaan W11 berada pada himpunan [0.9, 1]. Fungsi Tiap fungsi keanggotaan memiliki fungsi linier sebagai berikut: a) Fungsi linear untuk fungsi W1 Representasi fungsi keanggotaan W1 yaitu representasi segitiga, sehingga fungsi linear untuk himpunan W1 ditentukan berdasarkan rumus fungsi keanggotaan (2.7). 1 ; x x W 1 (x) = { 0.1 ; 0 x ; 0.1 x Dengan cara yang sama, diperoleh fungsi linear untuk himpunan W1, W2. W3, W4, W5, W6, W7, W8, W9, W10, dan fungsi linear himpunan W11. 69

17 b) Fungsi linear untuk fungsi W2 0 ; x 0 x ; 0 x W 2 (x) = 0.2 x ; 0.1 x { 0 ; 0.2 x c) Fungsi linear untuk fungsi W3 0 ; x 0.1 x 0.1 ; 0.1 x 0.2 W 3 (x) = x ; 0.2 x { 0 ; 0.3 x d) Fungsi linear untuk fungsi W4 0 ; x 0.2 x 0.2 ; 0.2 x 0.3 W 4 (x) = x ; 0.3 x { 0 ; 0.4 x e) Fungsi linear untuk fungsi W5 0 ; x 0.3 x 0.3 ; 0.3 x 0.4 W 5 (x) = x ; 0.4 x { 0 ; 0.5 x f) Fungsi linear untuk fungsi W6 0 ; x 0.4 x 0.4 ; 0.4 x 0.5 W 6 (x) = x ; 0.5 x { 0 ; 0.6 x 70

18 g) Fungsi linear untuk fungsi W7 0 ; x 0.5 x 0.5 ; 0.5 x 0.6 W 7 (x) = x ; 0.6 x { 0 ; 0.7 x h) Fungsi linear untuk fungsi W8 0 ; x 0.6 x 0.6 ; 0.6 x 0.7 W 7 (x) = x ; 0.7 x { 0 ; 0.8 x i) Fungsi linear untuk fungsi W9 0 ; x 0.7 x 0.7 ; 0.7 x 0.8 W 9 (x) = x ; 0.8 x { 0 ; 0.9 x j) Fungsi linear untuk fungsi W10 W 10 (x) = { 0 ; x 0.8 x 0.8 ; 0.8 x x ; 0.9 x ; 1 x k) Fungsi linear untuk fungsi W11 0 ; x 0.9 x 0.9 W 11 (x) = { 0.1 ; 0.9 x 1 1 ; 1 x 71

19 4. Penentuan Rule Pada tiap fungsi keanggotaan himpunan input memiliki masing-mas ing memiliki tiga, tiga, dan tujuh variabel keanggotaan, maka aturan atau rule evaluation sebagai berikut Ru 1 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is sempurna) then (lama_tempuh is W1) Ru 2 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is sangat_baik) then (lama_tempuh is W2) Ru 3 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is baik) then (lama_tempuh is W3) Ru 4 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is sedang) then (lama_tempuh is W4) Ru 5 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is jelek) then (lama_tempuh is W5) Ru 6 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is sangat_jelek) then (lama_tempuh is W6) Ru 7 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is gagal) then (lama_tempuh is W7) Ru 8 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is sempurna) then (lama_tempuh is W2) 72

20 Ru 9 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is sangat_baik) then (lama_tempuh is W3) Ru 10 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is baik) then (lama_tempuh is W4) Ru 11 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is sedang) then (lama_tempuh is W5) Ru 12 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is jelek) then (lama_tempuh is W6) Ru 13 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is sangat_jelek) then (lama_tempuh is W7) Ru 14 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is gagal) then (lama_tempuh is W8) Ru 15 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is padat) and (persentase_kerusakan_jalan is sempurna) then (lama_tempuh is W3) Ru 16 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is padat) and (persentase_kerusakan_jalan is sangat_baik) then (lama_tempuh is W4) Ru 17 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is padat) and (persentase_kerusakan_jalan is baik) then (lama_tempuh is W5) 73

21 Ru 18 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is padat) and (persentase_kerusakan_jalan is sedang) then (lama_tempuh is W6) Ru 19 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is padat) and (persentase_kerusakan_jalan is jelek) then (lama_tempuh is W7) Ru 20 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is padat) and (persentase_kerusakan_jalan is sangat_jelek) then (lama_tempuh is W8) Ru 21 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is padat) and (persentase_kerusakan_jalan is gagal) then (lama_tempuh is W9) Ru 22 : If (panjang_jalan is sedang) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is sempurna) then (lama_tempuh is W2) Ru 23 : If (panjang_jalan is sedang) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is sangat_baik) then (lama_tempuh is W3) Ru 24 : If (panjang_jalan is sedang) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is baik) then (lama_tempuh is W4) Ru 25 : If (panjang_jalan is sedang) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is sedang) then (lama_tempuh is W5) Ru 26 : If (panjang_jalan is sedang) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is jelek) then (lama_tempuh is W6) 74

22 Ru 27 : If (panjang_jalan is sedang) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is sangat_jelek) then (lama_tempuh is W7) Ru 28 : If (panjang_jalan is sedang) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is gagal) then (lama_tempuh is W8) Ru 29 : If (panjang_jalan is sedang) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is sempurna) then (lama_tempuh is W3) Ru 30 : If (panjang_jalan is sedang) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is sangat_baik) then (lama_tempuh is W4) Ru 31 : If (panjang_jalan is sedang) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is baik) then (lama_tempuh is W5) Ru 32 : If (panjang_jalan is sedang) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is sedang) then (lama_tempuh is W6) Ru 33 : If (panjang_jalan is sedang) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is jelek) then (lama_tempuh is W7) Ru 34 : If (panjang_jalan is sedang) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is sangat_jelek) then (lama_tempuh is W8) Ru 35 : If (panjang_jalan is sedang) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is gagal) then (lama_tempuh is W9) 75

23 Ru 36 : If (panjang_jalan is sedang) and (derajat_kejenuhan is padat) and (persentase_kerusakan_jalan is sempurna) then (lama_tempuh is W4) Ru 37 : If (panjang_jalan is sedang) and (derajat_kejenuhan is padat) and (persentase_kerusakan_jalan is sangat_baik) then (lama_tempuh is W5) Ru 38 : If (panjang_jalan is sedang) and (derajat_kejenuhan is padat) and (persentase_kerusakan_jalan is baik) then (lama_tempuh is W6) Ru 39 : If (panjang_jalan is sedang) and (derajat_kejenuhan is padat) and (persentase_kerusakan_jalan is sedang) then (lama_tempuh is W7) Ru 40 : If (panjang_jalan is sedang) and (derajat_kejenuhan is padat) and (persentase_kerusakan_jalan is jelek) then (lama_tempuh is W8) Ru 41 : If (panjang_jalan is sedang) and (derajat_kejenuhan is padat) and (persentase_kerusakan_jalan is sangat_jelek) then (lama_tempuh is W9) Ru 42 : If (panjang_jalan is sedang) and (derajat_kejenuhan is padat) and (persentase_kerusakan_jalan is gagal) then (lama_tempuh is W10) Ru 43 : If (panjang_jalan is panjang) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is sempurna) then (lama_tempuh is W3) Ru 44 : If (panjang_jalan is panjang) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is sangat_baik) then (lama_tempuh is W4) 76

24 Ru 45 : If (panjang_jalan is panjang) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is baik) then (lama_tempuh is W5) Ru 46 : If (panjang_jalan is panjang) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is sedang) then (lama_tempuh is W6) Ru 47 : If (panjang_jalan is panjang) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is jelek) then (lama_tempuh is W7) Ru 48 : If (panjang_jalan is panjang) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is sangat_jelek) then (lama_tempuh is W8) Ru 49 : If (panjang_jalan is panjang) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is gagal) then (lama_tempuh is W9) Ru 50 : If (panjang_jalan is panjang) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is sempurna) then (lama_tempuh is W4) Ru 51 : If (panjang_jalan is panjang) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is sangat_baik) then (lama_tempuh is W5) Ru 52 : If (panjang_jalan is panjang) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is baik) then (lama_tempuh is W6) Ru 53 : If (panjang_jalan is panjang) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is sedang) then (lama_tempuh is W7) 77

25 Ru 54 : If (panjang_jalan is panjang) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is jelek) then (lama_tempuh is W8) Ru 55 : If (panjang_jalan is panjang) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is sangat_jelek) then (lama_tempuh is W9) Ru 56 : If (panjang_jalan is panjang) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is gagal) then (lama_tempuh is W10) Ru 57 : If (panjang_jalan is panjang) and (derajat_kejenuhan is padat) and (persentase_kerusakan_jalan is sempurna) then (lama_tempuh is W5) Ru 58 : If (panjang_jalan is panjang) and (derajat_kejenuhan is padat) and (persentase_kerusakan_jalan is sangat_baik) then (lama_tempuh is W6) Ru 59 : If (panjang_jalan is panjang) and (derajat_kejenuhan is padat) and (persentase_kerusakan_jalan is baik) then (lama_tempuh is W7) Ru 60 : If (panjang_jalan is panjang) and (derajat_kejenuhan is padat) and (persentase_kerusakan_jalan is sedang) then (lama_tempuh is W8) Ru 61 : If (panjang_jalan is panjang) and (derajat_kejenuhan is padat) and (persentase_kerusakan_jalan is jelek) then (lama_tempuh is W9) Ru 62 : If (panjang_jalan is panjang) and (derajat_kejenuhan is padat) and (persentase_kerusakan_jalan is sangat_jelek) then (lama_tempuh is W10) 78

26 Ru 63 : If (panjang_jalan is panjang) and (derajat_kejenuhan is padat) and (persentase_kerusakan_jalan is gagal) then (lama_tempuh is W11) 5. Sistem Inferensi Fuzzy Sistem inferensi fuzzy yang digunakan adalah metode Mamdani. Pada metode ini, aturan yang digunakan pada fungsi implikasi adalah aturan MIN. Dengan menggunakan fungsi keanggotaan pada masing-masing input, maka diperoleh nilai derajat keanggotaan. Sebagai contoh pada simpul (v 1, v 13 ) sebagai berikut: Tabel 3. 3 Derajat Keanggotaan Variable Input Nilai Input Derajat Keanggotaan Panjang Jalan 765 Pendek = Derajat Kejenuhan 0.36 lengang = 1 Normal = Persentase Kerusakan Jalan 0.17 Sempurna = 0.6 Sangat baik = 1 Dari hasil perhitungan derajat keanggotaan pada Tabel 3.3, aturan yang dapat diaplikasikan untuk melakukan inferensi mamdani hanya rule 1, 2, 8, dan 9. Berikut perhitungan a untuk rule tersebut: Ru 1 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is sempurna) then (lama_tempuh is W1) a predikat = P pd D l K sm = min P pd 765, D l 0.36, K sm 0.17 = min ; 1; 0.6 =

27 Ru 2 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is lengang) and (persentase_kerusakan_jalan is sangat_baik) then (lama_tempuh is W2) a predikat = P pd D l K sb = min P pd 765, D l 0.36, K sb 0.17 = min ; 1; 1 = Ru 8 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is sempurna) then (lama_tempuh is W2) a predikat = P pd D n K sm = min P pd 765, D l 0.36, K sm 0.17 = min ; ; 0.6 = Ru 9 : If (panjang_jalan is pendek) and (derajat_kejenuhan is normal) and (persentase_kerusakan_jalan is sangat_baik) then (lama_tempuh is W3) a predikat = P pd D n K sb = min P pd 765, D l 0.36, K sb 0.17 = min ; ; 1 = Langkah selanjutnya yaitu mengaplikasi fungsi tiap aturan untuk melakukan komposisi antar semua aturan. Aplikasi fungsi setiap aturan menggunakan metode MAX. μ B k(y) = max [min [μ k A1 k(x i ), μ A2 k(x j ), μ A3 k(x k )]] 80

28 Nilai inferensi yang diperoleh dari komposisi antar semua aturan adalah 0.6 yang merupakan derajat keanggotaan untuk himpunan output W1, merupakan derajat keanggotaan untuk himpunan output W2, dan merupakan derajat keanggotaan untuk himpunan output W3, didapat pada Gambar 3.6. Gambar 3.6 Aplikasi Fungsi Implikasi Rule 1, Rule 2, Rule 8, dan Rule 9 Langkah selanjutnya adalah mencari titik potong grafik pada Gambar 3.6 menggunakan fungsi keanggotaan himpunan fuzzy lancar pada output. Ru 1 : 0,6 = 0,1 a 1 0,1 a 1 = 0,1 0,06 a 1 = 0,04 Ru 2 : = a 2 0 0, = 0,2 a 3 0,1 a 2 = ,1 atau 0,2 a 3 = ,1 a 2 = a 3 =

29 Ru 8 : 0,4375 = 0,2 a 4 0,1 0,2 a 4 = 0,4375 0,1 a 4 = 0,15625 Ru 9 : 0,4375 = 0,3 a 5 0,1 0,3 a 5 = 0,4375 0,1 a 5 = 0, Dengan demikian, fungsi keanggotaan untuk hasil komposisi di atas adalah: 0,6 ; 0 z 0,04 0,1 z ; 0,04 z 0,05 0,1 z ; 0,05 z 0, ,1 μ z 0, ; 0, z ,2 z ; z 0, ,1 0,4375 ; 0,15625 z 0, ,3 z { 0,1 ; 0,25625 z 0,3. 6. Defuzzifikasi Proses terakhir dari pencarian nilai output dengan logika fuzzy adalah proses defuzzifikasi. Tujuan dari defuzzifikasi adalah mengkonversi setiap hasil dari FIS yang diekspresikan dalam bentuk himpunan fuzzy ke suatu bilangan real. Metode defuzzifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Centroid. Untuk memperoleh hasil output nilai waktu tempuh adalah sebagai berikut: 82

30 z z = z z μ(z)dz μ(z)dz = M 1 + M 2 + M 3 + M 4 + M 5 + M 6 + M 7 A 1 + A 2 + A 3 + A 4 + A 5 + A 6 + A 7 dengan M i adalah momen ke-i dan A i merupakan luas daerah ke-i. Sebelum melakukan perhitungan untuk memperoleh hasil defuzzifikasi dengan metode Centroid, akan dicari momen untuk setiap daerah sebagai berikut: a. Inferensi yang pertama, merupakan fungsi linear, sehingga 0,04 M 1 = (0,6)zdz = [ 0,6 0 dan 2 z2 ]0 0,04 A 1 = (0,6)dz = [0,6z] 0, ,04 = [0, ] = 0,00048 = 0,06[0,04 0] = 0,024. b. Inferensi yang pertama, merupakan fungsi turun, sehingga M 2 = (1 z ) zdz = [z2 0,1 2 z3 0,05 0,05 0,3 ] 0,04 0,04 dan A 2 = (1 z 0,05 0,05 z2 ) dz = [z 0,1 0,2 ] 0,04 0,04 = [0, ] = 0, = [0,0375 0,032] = 0,

31 c. Inferensi yang pertama, merupakan fungsi naik, sehingga M 3 = ( z 0, , z3 ) zdz = [ 0,1 0,3 ] 0,05 0,05 dan = [0, , ] = 0, A 3 = ( z 0, , z2 ) dz = [z 0,1 0,2 ] 0,05 0,05 = [0, ,0125] = 0, d. Inferensi yang pertama, merupakan fungsi linier, sehingga M 4 = (0, )zdz = [ 0, dan 0, z 2 ] 0, = [0, , ] = 0, A 4 = (0, )dz = [0, z] , , = [0, , ] = 0, e. Inferensi yang pertama, merupakan fungsi turun, sehingga M 5 = 0, (2 z 0,1 ) zdz = [z2 z3 0, ,3 ] = [0, , ] = 0, dan 84

32 A 5 = 0, (2 z 0,15625 z2 ) dz = [2z 0,1 0,2 ] = [0, , ] = 0, f. Inferensi yang pertama, merupakan fungsi linier, sehingga 0,25625 M 6 = (0,4375)zdz = [ 0,4375 0,25625 z 2 ] 2 0,15625 dan 0, , ,25625 A 6 = (0,4375)dz = [0,4375z] 0, ,15625 = [0, , ] = 0, = [0, , ] = 0, g. Inferensi yang pertama, merupakan fungsi turun, sehingga M 7 = dan A 7 = 0,3 0, ,3 0,25625 (3 z ) zdz = [3z2 0,1 2 z3 0,3 0,3 ] 0,25625 = [0,045 0, ] = 0, (3 z 0,3 z2 ) dz = [3z 0,1 0,2 ] 0, = [0,45 0, ] = 0, Titik pusat diperoleh dengan mensubstitusi momen dan luas dari daerah ke dalam z z = 0, , , , , , , = , , , , , , ,

33 Perhitungan defuzzifikasi lainnya dilakukan dengan software bantu Matlab R2013a. Sebagai contoh untuk proses defuzzifikasi, untuk simpul (v 1, v 13 ) memiliki panjang jalan 765, derajat kejenuhan 0,36, dan persentase kerusakan jalan 0,17 maka proses defuzzifikasi ditunjukkan seperti Gambar 3.7 dengan nilai output sebesar 0,124. Nilai panjang jalan, derajat kejenuhan, dan persentase kerusakan jalan diproses dengan 63 rule evaluation yang telah dibentuk sebelumnya. Gambar 3.7 Proses Defuzzifikasi 86

34 Hasil defuzzifikasi dari pengolahan data panjang jalan, derajat kejenuhan, dan persentase kerusakan jalan pada simpul satu ke simpul lainnya ditunjukkan pada Lampiran 5. D. Perhitungan Rute Tercepat dengan Algoritma Semut Langkah selanjutnya adalah menentukan rute tercepat distribusi. Berikut representasi simpul-simpul ke dalam graf terhubung berbobot didasarkan pada peta lokasi outlet dan nilai waktu tempuh hasil defuzzifikasi. 87

35 Gambar 3.8 Representasi Graf Terhubung, Berarah, dan Berbobot 88

36 Pada gambar 3.8, masing-masing sisi antar dua simpul telah memiliki bobot nilai waktu tempuh dari tiga karakteristik jalan yang diproses dengan Logika Fuzzy. Bobot setiap dua simpul yang terhubung ini selanjutnya akan dipergunakan sebagai input dalam pemilihan rute tercepat distribusi PT. Sri Aneka Pangan Nusantara dengan Algoritma Semut. Berikut langkah-langkahnya. 1. Inisialisasi Harga Parameter Algoritma dan Feromon Awal Inisialisasi awal semut dilakukan dengan meletakkan semua semut pada suatu simpul awal, yaitu simpul v 1 (PT. Sri Aneka Pangan Nusantara). Kemudian semut pertama akan melewati sejumlah simpul yang telah ditentukan dan berakhir pada simpul awal kembali. Selanjutnya pemilihan parameter α, β, dan ρ ditentukan berdasarkan penelitian yang pernah ditulis oleh Agus Leksono (2009:44-46) tentang pengaruh α, β, dan ρ terhadap performa Algoritma Semut. Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa perhitungan dengan parameter α (0,5 ; 0,8 ; 1), β (0,1 ; 0,5 ; 0,8 ; 1), dan ρ (0,05 ; 0,01 ; 0,1) menunjukkan hasil optimal untuk α = 1, β = 1, dan ρ = 0,05. Berikut ini disajikan parameter-parameter selengkapnya. a. Banyak simpul (n) = 23 b. Tetapan siklus semut (Q) = 1 c. Tetapan pengendali intensitas jejak semut (α) = 1 d. Tetapan pengendalian visibilitas (β) = 1 e. Banyak semut (m) = 23 f. Tetapan penguapan jejak semut (ρ) = 0,05. 89

37 Data jarak antar simpul (d ij ) disajikan dalam Tabel 3.4 berikut, tabel selengkapnya tersaji pada Lampiran 6. Tabel 3.4 Jarak Antar Simpul v 1 v 2 v 3 v 4 v 5 v 23 v v v v v v Langkah selanjutnya, dicari visibilitas antar node (η ij ) dengan rumus: η ij = 1 d ij sehingga didapatkan nilai visibilitas antar node (η ij ) seperti dalam Tabel 3.5 berikut, tabel selengkapnya tersaji pada Lampiran 7. Tabel 3.5 Visibilitas Antar Node v 1 v 2 v 3 v 4 v 5 v 23 v v v v v v Langkah selanjutnya adalah pemberian nilai feromon awal (τ ij ) dengan probabilitas sesuai dengan kemungkinan yang berlaku, yaitu 1 n dimana n merupakan banyaknya node yang dapat dituju dari sebuah node. Maka didapatkan 90

38 data feromon awalnya seperti tersaji pada Tabel 3.6 berikut, tabel selengkapnya tersaji pada Lampiran 8. Tabel 3.6 Tabel Feromon Awal v 1 v 2 v 3 v 4 v 5 v 23 v v v v v v Setelah diperoleh tabel feromon, kemudian menempatkan titik pada node awal. 2. Pengisian Tabu List Masing-masing semut memilih node awal secara acak, hasil selengkapnya tersaji pada Tabel 3.7 Tabel 3.7 Pemilihan Node Awal Semut Node awal 0 v 1 1 v 2 2 v 3 3 v 4 4 v 5 5 v 6 6 v 7 7 v 8 8 v 9 9 v v v v v v v v 17 91

39 Semut Node awal 17 v v v v v v 23 Berdasarkan penentuan node awal sebelumnya, tabu list akan diisi dengan node yang terpilih sebelumnya. Berikut penyajian tabu list-nya: Tabel 3.8 Tabu List Awal Tabu Node 0 v 1 1 v 2 2 v 3 3 v 4 4 v 5 5 v 6 6 v 7 7 v 8 8 v 9 9 v v v v v v v v v v v v v v 23 kemudian untuk menghitung node selanjutnya, dilakukan perhitungan probabilitas dengan rumus: 92

40 p k ij = { (τ ij ) α (η ij ) β (τ ik ) α (η ik ) β, j [N Tabu k ] 0, j yang lain. k [N Tabu k ] Pada s=1, misalnya pada semut 0 dengan node awal adalah v 1 maka perhitungannya berupa: (τ ik ) α (η ik ) β k [N Tabu k ] = τ v1 v 9 (η v1 v 9 ) + τ v1 v 13 (η v1 v 13 ) + τ v1 v 15 (η v1 v 15 ) + τ v1 v 19 (η v1 v 18 ) = 0,111(1.4663) + 0,25(8.0645) + 0,2(2.6178) + 0,2(2.849) = 0, , , ,5698 = 3, Jadi probabilitas node v 1 ke node v 9 adalah: 0 p v1 v 9 = τ v 1 v 9 (η v1 v 9 ) 3,27241 = 0, ,27241 = 0, Demikian juga dengan node-node lainnya, hasilnya disajikan dalam Tabel 3.9 berikut, tabel selengkapnya tersaji pada Lampiran 9. Tabel 3.9 Probabilitas pada s=1 v 1 v 2 v 3 v 4 v 5 v 23 v v v v v v

41 Langlah selanjutnya dipilih bilangan acak [0 1]. Kemudian dipilih node yang memiliki jumlahan probabilitas yang mendekati nilai bilangan acak tersebut. Bilangan acak [0 1] yang terpilih seperti pada Tabel Tabel 3.10 Bilangan acak [0 1] pada s = 1 Semut Bilangan acak Diperoleh bilangan acak [0 1] sebesar 0,646 pada semut 0, sehingga semut tersebut akan memilih node v 13, karena nilai bilangan acak [0 1] sebesar 0,646 mendekati jumlahan node v 9 dan node v 13 sebesar 0, ,6161 = 0,6659. Semut-semut lainnya akan melakukan dengan cara yang sama. Sehingga hasil selengkapnya tersaji pada Tabel

42 Tabel Tabu pada s = 1 Semut Tabu 0 v 1, v 13 1 v 2, v 12 2 v 3, v 6 3 v 4, v 3 4 v 5, v 2 5 v 6, v 3 6 v 7, v 8 7 v 8, v 9 8 v 9, v 1 9 v 10, v v 11, v v 12, v 2 12 v 13, v v 14, v v 15, v v 16, v v 17, v v 18, v v 19, v v 20, v v 21, v v 22, v v 23, v 21 Selanjutnya membuat tabel probabilitas baru dimana simpul yang telah dilewati bernilai 0, hasilnya seperti dalam Tabel 3.12 berikut, selengkapnya terdapat pada Lampiran 10. Tabel 3.12 Probabilitas pada s = 2 v 1 v 2 v 3 v 4 v 5 v 24 v v v v v v

43 Kemudian dipilih bilangan acak [0 1]. Dengan cara yang sama saat s =1, didapatkan tabu list pada s = 24, seperti pada Tabel Tabu Tabel 3.13 Tabu pada s = 24 Node v 1, v 13, v 11, v 10, v 12, v 17, v 18, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 15, v 16, v 14, v 4, v 3, v 2, v 5, v 6, v 7, v 8, v 9, v 1 v 2, v 12, v 17, v 18, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 15, v 16, v 14, v 4, v 3, v 6, v 7, v 8, v 9, v 1, v 13, v 11, v 10, v 5, v 2 v 3, v 6, v 7, v 8, v 9, v 4, v 14, v 16, v 20, v 21, v 23, v 22, v 19, v 15, v 1, v 18, v 17, v 12, v 13, v 11, v 10, v 5, v 2, v 3 v 4, v 3, v 6, v 7, v 8, v 5, v 2, v 12, v 17, v 18, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 16, v 15, v 1, v 13, v 10, v 11, v 9, v 14, v 4 v 5, v 2, v 12, v 17, v 18, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 15, v 16, v 14, v 4, v 3, v 6, v 7, v 8, v 9, v 1, v 13, v 11, v 10, v 5 v 6, v 3, v 4, v 14, v 16, v 15, v 20, v 21, v 23, v 22, v 19, v 18, v 17, v 12, v 2, v 5, v 10, v 11, v 13, v 1, v 9, v 8, v 7, v 6 v 7, v 8, v 5, v 2, v 12, v 17, v 18, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 16, v 15, v 1, v 13, v 10, v 11, v 9, v 14, v 4, v 3, v 6, v 7 v 8, v 9, v 11, v 13, v 10, v 5, v 2, v 12, v 17, v 18, v 1, v 15, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 16, v 14, v 4, v 3, v 6, v 7, v 8 v 9, v 1, v 13, v 11, v 10, v 12, v 17, v 18, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 15, v 16, v 14, v 4, v 3, v 2, v 5, v 6, v 7, v 8, v 9 v 10, v 11, v 13, v 1, v 9, v 4, v 14, v 16, v 15, v 20, v 21, v 23, v 22, v 19, v 18, v 17, v 12, v 2, v 3, v 6, v 7, v 8, v 5, v 10 v 11, v 10, v 12, v 17, v 18, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 16, v 14, v 4, v 3, v 2, v 5, v 8, v 7, v 6, v 9, v 15, v 1, v 13, v 11 v 12, v 2, v 5, v 8, v 7, v 6, v 3, v 4, v 14, v 16, v 20, v 21, v 23, v 22, v 19, v 15, v 1, v 13, v 10, v 11, v 9, v 18, v 17, v 12 v 13, v 11, v 10, v 12, v 17, v 18, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 15, v 16, v 14, v 4, v 3, v 2, v 5, v 8, v 7, v 6, v 9, v 1, v 13 v 14, v 16, v 15, v 20, v 21, v 23, v 22, v 19, v 18, v 17, v 12, v 10, v 11, v 13, v 1, v 9, v 6, v 7, v 8, v 5, v 2, v 3, v 4, v 14 v 15, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 16, v 14, v 4, v 3, v 6, v 7, v 8, v 9, v 11, v 13, v 10, v 5, v 2, v 12, v 17, v 18, v 1, v 15 v 16, v 14, v 4, v 3, v 6, v 7, v 8, v 5, v 2, v 12, v 17, v 18, v 9, v 11, v 10, v 13, v 1, v 15, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 16 v 17, v 18, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 15, v 16, v 14, v 4, v 3, v 2, v 5, v 8, v 7, v 6, v 9, v 1, v 13, v 11, v 10, v 12, v 17 v 18, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 15, v 16, v 14, v 4, v 3, v 2, v 5, v 8, v 7, v 6, v 9, v 1, v 13, v 11, v 10, v 12, v 17, v 18 v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 16, v 14, v 4, v 3, v 6, v 7, v 8, v 5, v 2, v 12, v 17, v 18, v 1, v 13, v 10, v 11, v 9, v 15, v 19 96

44 Tabu Node v 20, v 15, v 16, v 14, v 4, v 3, v 2, v 5, v 8, v 7, v 6, v 9, v 1, v 13, v 11, v 10, v 12, v 17, v 18, v 19, v 22, v 23, v 22, v 20 v 21, v 20, v 16, v 14, v 4, v 3, v 6, v 7, v 8, v 5, v 2, v 12, v 17, v 18, v 1, v 13, v 10, v 11, v 9, v 15, v 19, v 22, v 23, v 21 v 22, v 23, v 21, v 20, v 16, v 14, v 4, v 3, v 2, v 5, v 8, v 7, v 6, v 9, v 1, v 13, v 11, v 10, v 12, v 17, v 18, v 15, v 19, v 22 v 23, v 21, v 20, v 16, v 14, v 4, v 3, v 2, v 5, v 8, v 7, v 6, v 9, v 11, v 13, v 10, v 12, v 17, v 18, v 1, v 15, v 19, v 22, v Menghitung Panjang Perjalanan Langkah selanjutnya adalah menghitung panjang perjalanan pada setiap tabu. Pada tabu 0 dengan rute v 1 v 13 v 12 v 17 v 17 v 2 v 3 v 6 v 7 v 8 v 5 v 10 v 11 v 9 v 4 v 14 v 16 v 15 v 21 v 22 v 24 v 23 v 20 v 19 v 1 diperoleh panjang perjalanan (L k ) sebagai berikut. L k = 0, , , , , , ,449 +0, , , , ,77 + 1, , ,435 +0,6 + 0, ,0,4 + 0, , , , ,351 = 14,3628 Demikian juga untuk tabu yang lainnya. Hasil selengkapnya tersaji pada Tabel 3.14 Tabel Tabel Rute Tabu Rute L k 0 v 1, v 13, v 11, v 10, v 12, v 17, v 18, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 15, v 16, v 14, v 4, v 3, v 2, v 5, v 6, v 7, v 8, v 9, v v 2, v 12, v 17, v 18, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 15, v 16, v 14, v 4, v 3, v 6, v 7, v 8, v 9, v 1, v 13, v 11, v 10, v 5, v v 3, v 6, v 7, v 8, v 9, v 4, v 14, v 16, v 20, v 21, v 23, v 22, v 19, v 15, v 1, v 18, v 17, v 12, v 13, v 11, v 10, v 5, v 2, v

45 Tabu Rute L k 3 v 4, v 3, v 6, v 7, v 8, v 5, v 2, v 12, v 17, v 18, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 16, v 15, v 1, v 13, v 10, v 11, v 9, v 14, v v 5, v 2, v 12, v 17, v 18, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 15, v 16, v 14, v 4, v 3, v 6, v 7, v 8, v 9, v 1, v 13, v 11, v 10, v v 6, v 3, v 4, v 14, v 16, v 15, v 20, v 21, v 23, v 22, v 19, v 18, v 17, v 12, v 2, v 5, v 10, v 11, v 13, v 1, v 9, v 8, v 7, v v 7, v 8, v 5, v 2, v 12, v 17, v 18, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 16, v 15, v 1, v 13, v 10, v 11, v 9, v 14, v 4, v 3, v 6, v v 8, v 9, v 11, v 13, v 10, v 5, v 2, v 12, v 17, v 18, v 1, v 15, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 16, v 14, v 4, v 3, v 6, v 7, v v 9, v 1, v 13, v 11, v 10, v 12, v 17, v 18, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 15, v 16, v 14, v 4, v 3, v 2, v 5, v 6, v 7, v 8, v v 10, v 11, v 13, v 1, v 9, v 4, v 14, v 16, v 15, v 20, v 21, v 23, v 22, v 19, v 18, v 17, v 12, v 2, v 3, v 6, v 7, v 8, v 5, v v 11, v 10, v 12, v 17, v 18, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 16, v 14, v 4, v 3, v 2, v 5, v 8, v 7, v 6, v 9, v 15, v 1, v 13, v v 12, v 2, v 5, v 8, v 7, v 6, v 3, v 4, v 14, v 16, v 20, v 21, v 23, v 22, v 19, v 15, v 1, v 13, v 10, v 11, v 9, v 18, v 17, v v 13, v 11, v 10, v 12, v 17, v 18, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 15, v 16, v 14, v 4, v 3, v 2, v 5, v 8, v 7, v 6, v 9, v 1, v v 14, v 16, v 15, v 20, v 21, v 23, v 22, v 19, v 18, v 17, v 12, v 10, v 11, v 13, v 1, v 9, v 6, v 7, v 8, v 5, v 2, v 3, v 4, v v 15, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 16, v 14, v 4, v 3, v 6, v 7, v 8, v 9, v 11, v 13, v 10, v 5, v 2, v 12, v 17, v 18, v 1, v v 16, v 14, v 4, v 3, v 6, v 7, v 8, v 5, v 2, v 12, v 17, v 18, v 9, v 11, v 10, v 13, v 1, v 15, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v v 17, v 18, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 15, v 16, v 14, v 4, v 3, v 2, v 5, v 8, v 7, v 6, v 9, v 1, v 13, v 11, v 10, v 12, v v 18, v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 15, v 16, v 14, v 4, v 3, v 2, v 5, v 8, v 7, v 6, v 9, v 1, v 13, v 11, v 10, v 12, v 17, v v 19, v 22, v 23, v 21, v 20, v 16, v 14, v 4, v 3, v 6, v 7, v 8, v 5, v 2, v 12, v 17, v 18, v 1, v 13, v 10, v 11, v 9, v 15, v v 20, v 15, v 16, v 14, v 4, v 3, v 2, v 5, v 8, v 7, v 6, v 9, v 1, v 13, v 11, v 10, v 12, v 17, v 18, v 19, v 22, v 23, v 22, v v 21, v 20, v 16, v 14, v 4, v 3, v 6, v 7, v 8, v 5, v 2, v 12, v 17, v 18, v 1, v 13, v 10, v 11, v 9, v 15, v 19, v 22, v 23, v v 22, v 23, v 21, v 20, v 16, v 14, v 4, v 3, v 2, v 5, v 8, v 7, v 6, v 9, v 1, v 13, v 11, v 10, v 12, v 17, v 18, v 15, v 19, v v 23, v 21, v 20, v 16, v 14, v 4, v 3, v 2, v 5, v 8, v 7, v 6, v 9, v 11, v 13, v 10, v 12, v 17, v 18, v 1, v 15, v 19, v 22, v

46 4. Memperbarui Feromon Proses memperbarui feromon dilakukan dengan rumus τ ij = (1 ρ)τ ij + τ ij k n k=1 dengan Pada pasangan node v 1, v 9 = (1 ρ)τ v1,v 9 + τ v1,v 9 k τ v1,v 9 23 k=1 τ v1,v 9 = (1 0,05)0,682 τ v1,v 9 = 0, ( 13, , , , , , , , , , , ,0297 ) Proses perhitungan dilakukan untuk semua pasangan node sehingga diperoleh tabel feromon baru seperti pada Tabel 3.15, hasil selengkapnya terdapat pada Lampiran 11. Tabel Feromon Baru v 1 v 2 v 3 v 4 v 5 v 23 v v v v v v

47 Matriks peromon di atas akan digunakan pada iterasi berikutnya. Nilai pada matriks feromon yang lebih besar menandakan bahwa lebih banyak semut yang memilih jalur tersebut. Dari serangkaian proses di atas diperoleh nilai lama waktu tempuh minimal adalah Dengan rute v 1 v 13 v 11 v 10 v 12 v 17 v 18 v 19 v 22 v 23 v 21 v 20 v 16 v 14 v 4 v 3 v 2 v 5 v 8 v 7 v 6 v 9 v 15 v 1 v 13 v 11 v Perhitungan dengan Program Perhitungan rute tercepat dengan algoritma semut dilakukan dengan software Matlab R2013a. List program terdapat pada Lampiran 12. Parameter-parameter yang digunakan adalah sebagai berikut. a. Banyak simpul (n) = 23 b. Tetapan siklus semut (Q) = 1 c. Tetapan pengendali intensitas jejak semut (α) = 1 d. Tetapan pengendalian visibilitas (β) = 1 e. Banyak semut (m) = 23 f. Tetapan penguapan jejak semut (ρ) = 0,05 g. Banyaknya iterasi (NCmax) = 100 berikut: Dengan menggunakan software Matlab R2013a diperoleh hasil sebagai 100

48 Gambar 3. 9 Grafik Rute Optimal Dari grafik di atas, diperoleh rute optimal yang sama pada setiap iterasi, dengan nilai lama waktu tempuh minimal adalah , dengan rute v 1 v 13 v 11 v 10 v 12 v 17 v 18 v 19 v 22 v 23 v 21 v 20 v 16 v 14 v 4 v 3 v 2 v 5 v 8 v 7 v 6 v 9 v 15 v 1. Output program berupa pemilihan rute dan nilai lama waktu tempuh pada iterasi ke 100 terdapat pada Lampiran 13. Hasil tersebut sama dengan perhitungan algoritma semut secara manual. Berikut gambar rute tercepat. 101

49 Gambar 3.10 Rute Tercepat Hasil Logika Fuzzy dan Algoritma Semut 102

50 Rusuk dengan warna merah pada Gambar 3.10 menunjukkan graf rute optimum dari PT. Sri Aneka Pangan Nusantara ke 22 outlet dengan bobot nilai lama waktu tempuh. Hal ini berarti rute tercepat berdasarkan nilai lama waktu tempuh yang paling minimum dari PT. Sri Aneka Pangan Nusantara ke 22 outlet telah berhasil ditemukan. E. Perbandingan Rute Distribusi Saat Ini dengan Hasil Penelitian Pada saat ini, rute distribusi PT. Sri Aneka Pangan Nusantara yang sering digunakan adalah PT. Sri Aneka Pangan Nusantara Toko Berkah-Toko Fitri Toko Rida Toko Sakinah Toko Amira Toko Christa Toko Fan s Toko Kuncoro Toko Ana Toko Ridho Jaya Toko Putra Menara Toko Samirejo Toko Mubarok Emirate Market Enha Mart Toko Rumana Toko Pandi Toko Sidoharjo Toko Lestari Imogiri Toko Pertelon Toko Rejeki Bendo Toko Anugerah PT. Sri Aneka Pangan Nusantara. Dengan rute tersebut, diperoleh hasil nilai waktu tempuh sebesar 14,3628. Nilai tersebut lebih besar daripada hasil perhitungan dengan algoritma semut yaitu 12,7428, dengan selisih nilai waktu tempuh sebesar 1,62. Lama waktu tempuh dengan rute yang diterapkan PT. Sri Aneka Pangan Nusantara pada saat ini adalah 3,5 jam. Dengan menggunakan perbandingan, didapat lama waktu tempuh dari hasil perhitungan adalah 3,1 jam dengan selisih waktu 0,4 jam. Dengan demikian, rute distribusi hasil penelitian dengan algoritma semut lebih optimal daripada rute distribusi saat ini. 103

OPTIMISASI POLA DISTRIBUSI DENGAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA SEMUT PADA PT. SRI ANEKA PANGAN NUSANTARA

OPTIMISASI POLA DISTRIBUSI DENGAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA SEMUT PADA PT. SRI ANEKA PANGAN NUSANTARA Optimisasi Pola Distribusi... (Rizka Nur Pratiwi) 11 OPTIMISASI POLA DISTRIBUSI DENGAN LOGIKA FUZZY DAN ALGORITMA SEMUT PADA PT. SRI ANEKA PANGAN NUSANTARA OPTIMIZATION OF ROUTE DISTRIBUTION WITH FUZZY

Lebih terperinci

OPTIMISASI POLA DISTRIBUSI DENGAN LOGIKAFUZZY DAN ALGORITMA SEMUT PADA PT. SRI ANEKA PANGAN NUSANTARA TUGAS AKHIR SKRIPSI

OPTIMISASI POLA DISTRIBUSI DENGAN LOGIKAFUZZY DAN ALGORITMA SEMUT PADA PT. SRI ANEKA PANGAN NUSANTARA TUGAS AKHIR SKRIPSI OPTIMISASI POLA DISTRIBUSI DENGAN LOGIKAFUZZY DAN ALGORITMA SEMUT PADA PT. SRI ANEKA PANGAN NUSANTARA TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Proses distribusi barang dari suatu tempat ke tempat

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Proses distribusi barang dari suatu tempat ke tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan optimisasi merupakan permasalahan yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Proses distribusi barang dari suatu tempat ke tempat lain merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibandingkan antara aplikasi teori graf fuzzy dan

BAB IV PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibandingkan antara aplikasi teori graf fuzzy dan BAB IV PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibandingkan antara aplikasi teori graf fuzzy dan teori aljabar max-plus dalam pengaturan lampu lalu lintas di simpang empat Beran Kabupaten Sleman Provinsi Daerah

Lebih terperinci

SISTEM ALOKASI PENYIMPANAN BARANG PADA GUDANG

SISTEM ALOKASI PENYIMPANAN BARANG PADA GUDANG SISTEM ALOKASI PENYIMPANAN BARANG PADA GUDANG Achmad Hambali Jurusan Teknik Informatika PENS-ITS Kampus PENS-ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60 Telp (+6)3-59780, 596, Fax. (+6)3-596 Email : lo7thdrag@ymail.co.id

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MASALAH

BAB IV ANALISIS MASALAH BAB IV ANALISIS MASALAH 4.1 Tampilan Program Persoalan TSP yang dibahas pada tugas akhir ini memiliki kompleksitas atau ruang solusi yang jauh lebih besar dari TSP biasa yakni TSP asimetris dan simetris.

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Bab Konsep Dasar Graf. Definisi Graf

LANDASAN TEORI. Bab Konsep Dasar Graf. Definisi Graf Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graf Definisi Graf Suatu graf G terdiri atas himpunan yang tidak kosong dari elemen elemen yang disebut titik atau simpul (vertex), dan suatu daftar pasangan vertex

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Aplikasi Fuzzy Logic untuk Menilai Kolektibilitas Anggota Sebagai. Pertimbangan Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit

BAB IV PEMBAHASAN. A. Aplikasi Fuzzy Logic untuk Menilai Kolektibilitas Anggota Sebagai. Pertimbangan Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit BAB IV PEMBAHASAN A. Aplikasi Fuzzy Logic untuk Menilai Kolektibilitas Anggota Sebagai Pertimbangan Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit Aplikasi fuzzy logic untuk pengambilan keputusan pemberian kredit

Lebih terperinci

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ P.A Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Kampus 3 UAD, Jl. Prof. Soepomo rochmahdyah@yahoo.com Abstrak Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT PELUNASAN PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN MOBIL DI PT AUTO 2000 MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI

PENENTUAN TINGKAT PELUNASAN PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN MOBIL DI PT AUTO 2000 MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI PENENTUAN TINGKAT PELUNASAN PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN MOBIL DI PT AUTO 2000 MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI Hilda Lutfiah, Amar Sumarsa 2, dan Sri Setyaningsih 2. Program Studi Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 7 terboboti dari daerah output fuzzy. Metode ini paling dikenal dan sangat luas dipergunakan. First of Maxima (FoM) dan Last of Maxima (LoM) Pada First of Maxima (FoM), defuzzifikasi B( y) didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Permintaan, Persediaan dan Produksi 2.1.1 Permintaan Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV berisi pembahasan tahapan penelitian, yaitu klasifikasi logika. A. Identifikasi Data Cadangan Hidrokarbon

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV berisi pembahasan tahapan penelitian, yaitu klasifikasi logika. A. Identifikasi Data Cadangan Hidrokarbon BAB IV PEMBAHASAN BAB IV berisi pembahasan tahapan penelitian yaitu klasifikasi logika fuzzy hasil pembahasan analisis pengujian model fuzzy dan visualisasi model fuzzy pada perhitungan cadangan hidrokarbon

Lebih terperinci

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Zulfikar Sembiring Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Medan Area zoelsembiring@gmail.com Abstrak Logika Fuzzy telah banyak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan BAB II LANDASAN TEORI 2.. Logika Fuzzy Fuzzy set pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Zadeh, 965 orang Iran yang menjadi guru besar di University of California at Berkeley dalam papernya yang monumental

Lebih terperinci

Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System

Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System Ketentuan Praktikum 1. Lembar Kerja Praktikum ini dibuat sebagai panduan bagi mahasiswa untuk praktikum pertemuan ke - 8 2. Mahasiswa akan mendapatkan penjelasan

Lebih terperinci

Matematika dan Statistika

Matematika dan Statistika ISSN 1411-6669 MAJALAH ILMIAH Matematika dan Statistika DITERBITKAN OLEH: JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIVERSITAS JEMBER Majalah Ilmiah Matematika dan Statistika APLIKASI ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA CHEAPEST

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. graf, optimisasi, Travelling Salesman Problem (TSP), algoritma semut, logika

BAB II KAJIAN TEORI. graf, optimisasi, Travelling Salesman Problem (TSP), algoritma semut, logika BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini, diuraikan mengenai landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya. Landasan teori yang dibahas pada bab ini yaitu mengenai teori graf, optimisasi, Travelling

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Himpunan Himpunan adalah setiap daftar, kumpulan atau kelas objek-objek yang didefenisikan secara jelas, objek-objek dalam himpunan-himpunan yang dapat berupa apa saja: bilangan, orang,

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan memberikan penjelasan awal mengenai konsep logika fuzzy beserta pengenalan sistem inferensi fuzzy secara umum. 2.1 LOGIKA FUZZY Konsep mengenai logika fuzzy diawali

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Logika Fuzzy Fuzzy secara bahasa diartikan sebagai kabur atau samar yang artinya suatu nilai dapat bernilai benar atau salah secara bersamaan. Dalam fuzzy dikenal derajat keanggotan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Adapun landasan teori yang dibutuhkan dalam pembahasan tugas akhir ini di antaranya adalah definisi graf, lintasan terpendek, lintasan terpendek fuzzy, metode rangking fuzzy, algoritma

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan BAB III PEMBAHASAN Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan Algoritma Genetika dan Metode Nearest Neighbour pada pendistribusian roti di CV. Jogja Transport. 3.1 Model Matetematika

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN HARGA MOBIL BEKAS MENGGUNAKAN METODE FUZZY INFERENCE SYSTEM (FIS) MAMDANI DAN TSUKAMOTO

ANALISIS PERBANDINGAN HARGA MOBIL BEKAS MENGGUNAKAN METODE FUZZY INFERENCE SYSTEM (FIS) MAMDANI DAN TSUKAMOTO Jur. Ris. Ap. Mat. Vol. 1, No. 1 (2017), pp. 1 52. Jurnal Riset dan Aplikasi Matematika e-issn 2581-0154 URL: journal.unesa.ac.id/index.php/jram ANALISIS PERBANDINGAN HARGA MOBIL BEKAS MENGGUNAKAN METODE

Lebih terperinci

BAB III METODE FUZZY MAMDANI

BAB III METODE FUZZY MAMDANI 29 BAB III METODE FUZZY MAMDANI Fuzzy Inference System merupakan sebuah kerangka kerja perhitungan berdasarkan konsep teori himpunan fuzzy dan pemikiran fuzzy yang digunakan dalam penarikan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian diagnosa penyakit asma dengan menggunakan metode fuzzy Tsukamoto, dibutuhkan data mengenai gejala penyakit dari seorang pakar atau

Lebih terperinci

KASUS PENERAPAN LOGIKA FUZZY. Fuzzy tsukamoto, mamdani, sugeno

KASUS PENERAPAN LOGIKA FUZZY. Fuzzy tsukamoto, mamdani, sugeno KASUS PENERAPAN LOGIKA FUZZY Fuzzy tsukamoto, mamdani, sugeno CARA KERJA LOGIKA FUZZY MELIPUTI BEBERAPA TAHAPAN BERIKUT : 1. Fuzzyfikasi 2. Pembentukan basis pengetahuan fuzzy (rule dalam bentuk if..then).

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI Ahmad Mufid Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telpon

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI Much. Djunaidi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta email: joned72@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tingkat kesehatan bank dapat diketahui dengan melihat peringkat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tingkat kesehatan bank dapat diketahui dengan melihat peringkat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Tingkat kesehatan bank dapat diketahui dengan melihat peringkat komposit bank tersebut. Menurut peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA ANT SYSTEM (AS) PADA KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

ANALISIS ALGORITMA ANT SYSTEM (AS) PADA KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3 (2015), hal 201 210. ANALISIS ALGORITMA ANT SYSTEM (AS) PADA KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP) Cindy Cipta Sari, Bayu Prihandono,

Lebih terperinci

BAB III ALGORITMA ANT DISPERSION ROUTING (ADR)

BAB III ALGORITMA ANT DISPERSION ROUTING (ADR) BAB III ALGORITMA ANT DISPERSION ROUTING (ADR) Pada permasalahan pencarian rute optimal dalam rangka penyebaran rute lalu lintas untuk mencapai keseimbangan jaringan lalu lintas sebagai upaya untuk mengurangi

Lebih terperinci

Penilaian Hasil Belajar Matematika pada Kurikulum 2013 dengan Menggunakan Logika Fuzzy Metode Mamdani

Penilaian Hasil Belajar Matematika pada Kurikulum 2013 dengan Menggunakan Logika Fuzzy Metode Mamdani SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Penilaian Hasil Belajar Matematika pada Kurikulum 2013 dengan Menggunakan Logika Fuzzy Metode Mamdani M-4 Dewi Mardhiyana Universitas Pekaloangan dewimardhiyana139@gmail.com

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SISTEM INFERENSI FUZZY UNTUK PENENTUAN JURUSAN DI SMA NEGERI 1 BIREUEN

PENGGUNAAN SISTEM INFERENSI FUZZY UNTUK PENENTUAN JURUSAN DI SMA NEGERI 1 BIREUEN Saintia Matematika Vol. 1, No. 3 (2013), pp. 233 247. PENGGUNAAN SISTEM INFERENSI FUZZY UNTUK PENENTUAN JURUSAN DI SMA NEGERI 1 BIREUEN Zati Azmiana, Faigiziduhu Bu ulolo, dan Partano Siagian Abstrak.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017.

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam bab ini diasumsikan sebagai data perkiraan harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. Dengan demikian dapat disusun model Fuzzy

Lebih terperinci

PENERAPAN LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN SISTEM INFERENSI METODE TSUKAMOTO PADA PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS DI PEREMPATAN MANDAN KABUPATEN SUKOHARJO

PENERAPAN LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN SISTEM INFERENSI METODE TSUKAMOTO PADA PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS DI PEREMPATAN MANDAN KABUPATEN SUKOHARJO PENERAPAN LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN SISTEM INFERENSI METODE TSUKAMOTO PADA PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS DI PEREMPATAN MANDAN KABUPATEN SUKOHARJO Kartika Dewayani, Titin Sri Martini, dan Mania Roswitha Program

Lebih terperinci

Perbandingan Algoritma Dijkstra Dan Algoritma Ant Colony Dalam Penentuan Jalur Terpendek

Perbandingan Algoritma Dijkstra Dan Algoritma Ant Colony Dalam Penentuan Jalur Terpendek Perbandingan Algoritma Dijkstra Dan Algoritma Ant Colony Dalam Penentuan Jalur Terpendek Finsa Ferdifiansyah NIM 0710630014 Jurusan Teknik Elektro Konsentrasi Rekayasa Komputer Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Jurnal Informatika SIMANTIK Vol. 2 No. 2 September 2017 ISSN:

Jurnal Informatika SIMANTIK Vol. 2 No. 2 September 2017 ISSN: PENERAPAN LOGIKA FUZZY UNTUK MENENTUKAN MAHASISWA BERPRESTASI DI STMIK CIKARANG MENGGUNAKAN JAVA NETBEANS DAN MYSQL Ema Dili Giyanti 1), Ali Mulyanto 2) 1) Program Studi Teknik Informatika, STMIK Cikarang

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN HAK CIPTA ABSTRAK...

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN HAK CIPTA ABSTRAK... DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN HAK CIPTA ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR SIMBOL... ix BAB I PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

ALGORITMA SEMUT PADA PENJADWALAN PRODUKSI JOBSHOP

ALGORITMA SEMUT PADA PENJADWALAN PRODUKSI JOBSHOP Media Informatika, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 75-81 ISSN: 0854-4743 ALGORITMA SEMUT PADA PENJADWALAN PRODUKSI JOBSHOP Zainudin Zukhri, Shidiq Alhakim Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,Universitas

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Model keseimbangan air pada waduk (Sumber : Noor jannah,2004)

BAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Model keseimbangan air pada waduk (Sumber : Noor jannah,2004) BAB IV METODOLOGI 4.1 Sistem Pengoperasian Waduk. Tujuan di bangun suatu sistem waduk sangat mempengaruhi strategi pengoperasian sistem waduk yang bersangkutan. Dalam mengembangkan model optimasi pengoperasian

Lebih terperinci

Penyelesaian Traveling Salesperson Problem dengan Menggunakan Algoritma Semut

Penyelesaian Traveling Salesperson Problem dengan Menggunakan Algoritma Semut Penyelesaian Traveling Salesperson Problem dengan Menggunakan Algoritma Semut Irfan Afif (13507099) Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

Optimasi Pencarian Jalur Lalu Lintas Antar Kota di Jawa Timur dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Floyd Warshall

Optimasi Pencarian Jalur Lalu Lintas Antar Kota di Jawa Timur dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Floyd Warshall 165 Optimasi Pencarian Jalur Lalu Lintas Antar Kota di Jawa Timur dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Floyd Warshall Imam Khairi, Erni Yudaningtyas, Harry Soekotjo Dachlan AbstrakSistem pencarian jalur yang

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM UNTUK PENGONTROLAN LAMPU DAN AIR CONDITIONER DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

SIMULASI SISTEM UNTUK PENGONTROLAN LAMPU DAN AIR CONDITIONER DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY SIMULASI SISTEM UNTUK PENGONTROLAN LAMPU DAN AIR CONDITIONER DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY Nesi Syafitri. N Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution No. 3,

Lebih terperinci

Implementasi Logika Fuzzy Mamdani untuk Mendeteksi Kerentanan Daerah Banjir di Semarang Utara

Implementasi Logika Fuzzy Mamdani untuk Mendeteksi Kerentanan Daerah Banjir di Semarang Utara Scientific Journal of Informatics Vol. 2, No. 2, November 2015 p-issn 2407-7658 http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/sji e-issn 2460-0040 Implementasi Logika Fuzzy Mamdani untuk Mendeteksi Kerentanan

Lebih terperinci

Aplikasi Fuzzy Logic Controller pada Sistem Lalu Lintas di Jalan Abu Bakar Ali, Yogyakarta

Aplikasi Fuzzy Logic Controller pada Sistem Lalu Lintas di Jalan Abu Bakar Ali, Yogyakarta SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Aplikasi Fuzzy Logic Controller pada Sistem Lalu Lintas di Jalan Abu Bakar Ali, Yogyakarta Indah Puspita, Erma Suryani, Agus Maman Abadi Program Studi

Lebih terperinci

Aplikasi Graf Fuzzy dan Aljabar Max-Plus untuk Pengaturan. Lampu Lalu Lintas di Simpang Empat Beran Kabupaten Sleman

Aplikasi Graf Fuzzy dan Aljabar Max-Plus untuk Pengaturan. Lampu Lalu Lintas di Simpang Empat Beran Kabupaten Sleman Aplikasi Graf Fuzzy dan Aljabar Max-Plus untuk Pengaturan Lampu Lalu Lintas di Simpang Empat Beran Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh: Arifudin Prabowo Kurniawan 13305144011 ABSTRAK

Lebih terperinci

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA Rima Liana Gema, Devia Kartika, Mutiana Pratiwi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang email: rimalianagema@upiyptk.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

PENCARIAN RUTE TERPENDEK OBJEK WISATA DI MAGELANG MENGGUNAKAN ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO)

PENCARIAN RUTE TERPENDEK OBJEK WISATA DI MAGELANG MENGGUNAKAN ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO) PENCARIAN RUTE TERPENDEK OBJEK WISATA DI MAGELANG MENGGUNAKAN ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO) Bagus Fatkhurrozi *, Ika Setyowati Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Tidar Jl. Kapten Suparman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sangat penting dalam kelangsungan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan beras, setiap manusia mempunyai cara-cara

Lebih terperinci

Himpunan Fuzzy. Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi

Himpunan Fuzzy. Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi Himpunan Fuzzy Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi Outline Himpunan CRISP Himpunan Fuzzy Himpunan CRISP Pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan suatu item dalam suatu himpunan A, yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. semut, dan travelling salesman problem. Teori graf digunakan untuk menerapkan

BAB II KAJIAN TEORI. semut, dan travelling salesman problem. Teori graf digunakan untuk menerapkan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab kajian teori akan dibahas tentang teori graf, algoritma, algoritma semut, dan travelling salesman problem. Teori graf digunakan untuk menerapkan aplikasi rute Trans Jogja.

Lebih terperinci

Perbandingan Regresi Linear, Backpropagation Dan Fuzzy Mamdani Dalam Prediksi Harga Emas

Perbandingan Regresi Linear, Backpropagation Dan Fuzzy Mamdani Dalam Prediksi Harga Emas TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 016 ISSN : 085-418 Perbandingan Regresi Linear, Backpropagation Dan Fuzzy Mamdani Dalam Prediksi Harga Emas Nur Nafi iyah Program Studi Teknik Informatika Universitas Islam

Lebih terperinci

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY 1. LOGIKA FUZZY Logika fuzzy adalah suatu cara tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output. Teknik ini menggunakan teori matematis himpunan fuzzy. Logika fuzzy berhubungan dengan

Lebih terperinci

Optimalisasi Jumlah Produksi Jamu Jaya Asli Dengan Metode Fuzzy Tsukamoto

Optimalisasi Jumlah Produksi Jamu Jaya Asli Dengan Metode Fuzzy Tsukamoto Optimalisasi Jumlah Produksi Jamu Jaya Asli Dengan Metode Fuzzy Tsukamoto SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom.) Pada Program Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

SIMULASI MENENTUKAN WAKTU MEMASAK BUAH KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI

SIMULASI MENENTUKAN WAKTU MEMASAK BUAH KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI SIMULASI MENENTUKAN WAKTU MEMASAK BUAH KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI Nofriadi * 1), Havid Syafwan 2) 1) Program Studi Sistem Informasi, STMIK Royal Kisaran Jl. Prof. M. Yamin 173 Kisaran, Sumatera

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN HASIL PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN HASIL PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN HASIL PENGUJIAN 4.1 Implementasi Sistem Implementasi sistem merupakan tahapan dimana sistem yang telah dirancang sebelumnya dapat berjalan dan dioperasikan. Implementasi sistem

Lebih terperinci

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima Sistem Berbasis Pengetahuan LOGIKA FUZZY Kelompok Rhio Bagus P 1308010 Ishak Yusuf 1308011 Martinus N 1308012 Cendra Rossa 1308013 Rahmat Adhi 1308014 Chipty Zaimima 1308069 Sekolah Tinggi Manajemen Industri

Lebih terperinci

Simulasi Pengaturan Lalu Lintas Menggunakan Logika Fuzzy

Simulasi Pengaturan Lalu Lintas Menggunakan Logika Fuzzy Simulasi Pengaturan Lalu Lintas Menggunakan Logika Fuzzy Raka Yusuf 1, Andi Andriansyah 2, Febi Pratiwi 3 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Mercu Buana 1,3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Sistem Inferensi Fuzzy

Sistem Inferensi Fuzzy Sistem Inferensi Fuzzy METODE SUGENO 27 Sistem Inferensi Fuzzy Metode Tsukamoto Metode Sugeno! Diperkenalkan oleh Takagi-Sugeno-Kang, tahun 1985.! Bagian output (konsekuen) sistem tidak berupa himpunan

Lebih terperinci

BAB II. Konsep Dasar

BAB II. Konsep Dasar BAB II Konsep Dasar 2. Definisi Graf Graf G = (V G,E G ) terdiri dari himpunan tidak kosong V G, disebut himpunan titik, dan himpunan E G, disebut himpunan sisi, yang beranggotakan pasangan tak terurut

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN ALGORITMA CHEAPEST INSERTION HEURISTIC DAN ANT COLONY SYSTEM DALAM PEMECAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

STUDI PERBANDINGAN ALGORITMA CHEAPEST INSERTION HEURISTIC DAN ANT COLONY SYSTEM DALAM PEMECAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI ) ISSN: `1907-5022 Yogyakarta, 19 Juni STUDI PERBANDINGAN ALGORITMA CHEAPEST INSERTION HEURISTIC DAN ANT COLONY SYSTEM DALAM PEMECAHAN TRAVELLING SALESMAN

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. Implementasi dan pengujian dalam merancang program aplikasi

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. Implementasi dan pengujian dalam merancang program aplikasi BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 41 Implementasi Sistem 411 Spesifikasi Hardware dan Software Implementasi dan pengujian dalam merancang program aplikasi penentuan jalur pendistribusian barang ini

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE FUZZY MAMDANI DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS

IMPLEMENTASI METODE FUZZY MAMDANI DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS IMPLEMENTASI METODE FUZZY MAMDANI DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS Alfa Saleh Teknik Informatika, Fak Ilmu Komputer Universitas Potensi Utama Jl KL Yos Sudarso KM 65 No3-A, Tanjung Mulia,

Lebih terperinci

Proses Defuzzifikasi pada Metode Mamdani dalam Memprediksi Jumlah Produksi Menggunakan Metode Mean Of Maximum

Proses Defuzzifikasi pada Metode Mamdani dalam Memprediksi Jumlah Produksi Menggunakan Metode Mean Of Maximum Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN: 2460-6464 Proses Defuzzifikasi pada Metode Mamdani dalam Memprediksi Jumlah Produksi Menggunakan Metode Mean Of Maximum 1 Fitria Tri Suwarmi, 2 M. Yusuf Fajar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Logika fuzzy merupakan suatu metode pengambilan keputusan berbasis aturan yang digunakan untuk memecahkan keabu-abuan masalah pada sistem yang sulit dimodelkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program linear, metode simpleks, dan program linear fuzzy untuk membahas penyelesaian masalah menggunakan metode fuzzy

Lebih terperinci

PREDIKSI JUMLAH PRODUKSI BARANG BEDASARKAN JUMLAH PERMINTAAN DAN DATA JUMLAH PERSEDIAAN CV.CIHANJUANG INTI TEKNIK MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY MAMDANI

PREDIKSI JUMLAH PRODUKSI BARANG BEDASARKAN JUMLAH PERMINTAAN DAN DATA JUMLAH PERSEDIAAN CV.CIHANJUANG INTI TEKNIK MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY MAMDANI PREDIKSI JUMLAH PRODUKSI BARANG BEDASARKAN JUMLAH PERMINTAAN DAN DATA JUMLAH PERSEDIAAN CV.CIHANJUANG INTI TEKNIK MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY MAMDANI Rizka Munia Yogaswara 1), Gunawan Abdillah 2), Dian Nursantika

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALOKASI JADWAL MATA PELAJARAN SMU MENGGUNAKAN ALGORITMA KOLONI SEMUT (AKS)

IMPLEMENTASI ALOKASI JADWAL MATA PELAJARAN SMU MENGGUNAKAN ALGORITMA KOLONI SEMUT (AKS) IMPLEMENTASI ALOKASI JADWAL MATA PELAJARAN SMU MENGGUNAKAN ALGORITMA KOLONI SEMUT (AKS) Devie Rosa Anamisa, S.Kom, M.Kom Jurusan D3 Teknik Multimedia Dan Jaringan-Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo

Lebih terperinci

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom PENDAHULUAN Logika Fuzzy pertama kali dikenalkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh tahun 1965 Dasar Logika Fuzzy adalah teori himpunan fuzzy. Teori himpunan fuzzy adalah peranan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI 3.1. PENDAHULUAN BAB III METODOLOGI 3.1. PENDAHULUAN Dalam melakukan studi Tugas Akhir diperlukan metodologi yang akan digunakan agar studi ini dapat berjalan sesuai dengan koridor yang telah direncanakan di awal. Dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PERENCANAAN JUMLAH PRODUKSI ROTI MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI

PERANCANGAN SISTEM PERENCANAAN JUMLAH PRODUKSI ROTI MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI PERANCANGAN SISTEM PERENCANAAN JUMLAH PRODUKSI ROTI MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI Murni Marbun 1, Hengki Tamando Sihotang 2, Normi Verawati Marbun 3 2 Teknik Informatika STMIK Pelita Nusantara Medan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi graf, permasalahan optimasi, model matematika dari objek wisata di Yogyakarta, dan algoritma genetika

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Aplikasi Sistem Inferensi Fuzzy Metode Sugeno dalam Memperkirakan Produksi Air Mineral dalam Kemasan Oleh Suwandi NRP 1209201724 Dosen Pembimbing 1. Prof. Dr M. Isa Irawan, MT 2. Dr Imam Mukhlash, MT Institut

Lebih terperinci

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani dalam Perencanaan Produksi Roti

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani dalam Perencanaan Produksi Roti ISSN: 0216-3284 885 Penerapan Metode Fuzzy Mamdani dalam Perencanaan Produksi Roti Novi Apriyanti 1, Huzainsyahnoor Aksad 2 Program Studi Sistem Informasi STMIK Banjarbaru 1 Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai landasan teori yang digunakan pada penelitian ini. Penjabaran ini bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam kepada penulis

Lebih terperinci

IV PENGEMBANGAN FUZZY INFERENSI SISTEM SELEKSI METODE EOR

IV PENGEMBANGAN FUZZY INFERENSI SISTEM SELEKSI METODE EOR IV PENGEMBANGAN FUZZY INFERENSI SISTEM SELEKSI METODE EOR 4.1. Fuzzy Inferensi Sistem Tahapan-tahapan yang dilakukan pada Pengembangan Fuzzy Iinferensi Sistem untuk Seleksi Metode EOR antara lain: mendefinisikan

Lebih terperinci

MODUL 8 APLIKASI NEURAL NETWORK DAN FUZZY LOGIC PADA PERKIRAAN CUACA

MODUL 8 APLIKASI NEURAL NETWORK DAN FUZZY LOGIC PADA PERKIRAAN CUACA MODUL 8 APLIKASI NEURAL NETWORK DAN FUZZY LOGIC PADA PERKIRAAN CUACA Muhammad Ilham 10211078 Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia Email: muhammad_ilham@students.itb.ac.id Asisten:

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM

BAB III ANALISIS SISTEM BAB III ANALISIS SISTEM 3. Identifikasi Masalah Masalah yang dihadapi adalah sebagai berikut :. Banyak kriteria yang terlibat dalam perhitungan yang masih menggunakan cara konvensional sehingga membutuhkan

Lebih terperinci

NURAIDA, IRYANTO, DJAKARIA SEBAYANG

NURAIDA, IRYANTO, DJAKARIA SEBAYANG Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 543 555. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN BERDASARKAN PELAYANAN, HARGA DAN KUALITAS MAKANAN MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI (Studi Kasus pada Restoran Cepat Saji

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai model matematika pada pendistribusian raskin di Kota Yogyakarta, penyelesaian model matematika tersebut menggunakan algoritma genetika serta perbandingan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam pelaksanaan pembelajaran selalu ditemui evaluasi-evaluasi untuk menguji tingkat pemahaman terhadap suatu bahan yang dipelajari. Evaluasi-evaluasi ini tidak boleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi setiap harinya. Beras memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Untuk memenuhi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI FUZZY MAMDANI DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN KESESUAIAN BIDANG PEMINATAN MAHASISWA (STUDI KASUS : UNIVERSITAS POTENSI UTAMA)

IMPLEMENTASI FUZZY MAMDANI DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN KESESUAIAN BIDANG PEMINATAN MAHASISWA (STUDI KASUS : UNIVERSITAS POTENSI UTAMA) IMPLEMENTASI FUZZY MAMDANI DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN KESESUAIAN BIDANG PEMINATAN MAHASISWA (STUDI KASUS : UNIVERSITAS POTENSI UTAMA) Alfa Saleh Teknik Informatika, Fak. Ilmu Komputer

Lebih terperinci

SIDANG TESIS. Oleh : Enny Rohmawati Malik. Dosen Pembimbing : Dr. Imam Mukhlash,S.Si,M.T

SIDANG TESIS. Oleh : Enny Rohmawati Malik. Dosen Pembimbing : Dr. Imam Mukhlash,S.Si,M.T SIDANG TESIS APLIKASI SISTEM INFERENSI FUZZY DAN METODE REGRESI UNTUK MENGETAHUI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PERBANKAN (Studi Kasus Bank di Indonesia Periode 2005-2009) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Himpunan adalah kata benda yang berasal dari kata himpun. Kata kerjanya adalah menghimpun. Menghimpun adalah kegiatan yang berhubungan dengan berbagai objek apa saja.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 TEORI GRAF 2.1.1 Definisi Definisi 2.1 (Munir, 2009, p356) Secara matematis, graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V,E), ditulis dengan notasi G = (V,E), yang dalam hal

Lebih terperinci

Siska Ernida Wati, Djakaria Sebayang, Rachmad Sitepu

Siska Ernida Wati, Djakaria Sebayang, Rachmad Sitepu Saintia Matematika Vol. 1, No. 3 (2013), pp. 273 24. PERBANDINGAN METODE FUZZY DENGAN REGRESI LINIER BERGANDA DALAM PERAMALAN JUMLAH PRODUKSI (Studi Kasus Produksi Kelapa Sawit di PT. Perkebunan III (PERSERO)

Lebih terperinci

VEHICLE ROUTING PROBLEM UNTUK DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

VEHICLE ROUTING PROBLEM UNTUK DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT VEHICLE ROUTING PROBLEM UNTUK DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT Agung Hadhiatma 1*, Alexander Purbo 2* 1,2 Program Studi Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Model Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP) untuk Optimasi Rute

BAB III PEMBAHASAN. A. Model Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP) untuk Optimasi Rute BAB III PEMBAHASAN A. Model Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP) untuk Optimasi Rute Distribusi Gula di Pabrik Gula Yogyakarta Alur pendistribusian gula dimulai dari pemesanan gula yang dilakukan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA GURU DENGAN MENGGUNAKAN FUZZY INFERENCE SYSTEM (FIS) MAMDANI

EVALUASI KINERJA GURU DENGAN MENGGUNAKAN FUZZY INFERENCE SYSTEM (FIS) MAMDANI EVALUASI KINERJA GURU DENGAN MENGGUNAKAN FUZZY INFERENCE SYSTEM (FIS) MAMDANI Karmila Suryani 1), Khairudin 2) 1) FKIP Universitas Bung Hatta Padang 2) FKIP Universitas Bung Hatta Padang e-mail: karmilasuryani.ptik@gmail.com,khaihatta@yahoo.com

Lebih terperinci

DENIA FADILA RUSMAN

DENIA FADILA RUSMAN Sidang Tugas Akhir INVENTORY CONTROL SYSTEM UNTUK MENENTUKAN ORDER QUANTITY DAN REORDER POINT BAHAN BAKU POKOK TRANSFORMER MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS : PT BAMBANG DJAJA SURABAYA) DENIA FADILA

Lebih terperinci

OPTIMASI RUTE ARMADA KEBERSIHAN KOTA GORONTALO MENGGUNAKAN ANT COLONY OPTIMIZATION. Zulfikar Hasan, Novianita Achmad, Nurwan

OPTIMASI RUTE ARMADA KEBERSIHAN KOTA GORONTALO MENGGUNAKAN ANT COLONY OPTIMIZATION. Zulfikar Hasan, Novianita Achmad, Nurwan OPTIMASI RUTE ARMADA KEBERSIHAN KOTA GORONTALO MENGGUNAKAN ANT COLONY OPTIMIZATION Zulfikar Hasan, Novianita Achmad, Nurwan ABSTRAK Secara umum, penentuan rute terpendek dapat dibagi menjadi dua metode,

Lebih terperinci

Penerapan Fuzzy Logic Sebagai Pendukung Keputusan Dalam Upaya Optimasi Penjualan Barang

Penerapan Fuzzy Logic Sebagai Pendukung Keputusan Dalam Upaya Optimasi Penjualan Barang Penerapan Fuy Logic Sebagai Pendukung Keputusan Dalam Upaya Optimasi Penjualan Barang Thomson Mary Program Studi Pendidikan Informatika, STKIP PGRI Sumatera Barat Kampus II, Gunung Pangilun, Padang Email:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan sistem yang kompleks. Logika fuzzy memberikan rangka kerja yang kuat dalam memecahkan masalah

Lebih terperinci

Saintia Matematika ISSN: Vol. 2, No. 2 (2014), pp

Saintia Matematika ISSN: Vol. 2, No. 2 (2014), pp Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 2, No. 2 (2014), pp. 115 126. PERENCANAAN JUMLAH PRODUKSI MIE INSTAN DENGAN PENEGASAN (DEFUZZIFIKASI)CENTROID FUZZY MAMDANI (Studi Kasus: Jumlah Produksi Indomie

Lebih terperinci

PREDIKSI PERMINTAAN PRODUK MIE INSTAN DENGAN METODE FUZZY TAKAGI-SUGENO

PREDIKSI PERMINTAAN PRODUK MIE INSTAN DENGAN METODE FUZZY TAKAGI-SUGENO PREDIKSI PERMINTAAN PRODUK MIE INSTAN DENGAN METODE FUZZY TAKAGI-SUGENO Ahmad Bahroini 1, Andi Farmadi 2, Radityo Adi Nugroho 3 1,2,3Prodi Ilmu Komputer FMIPA UNLAM Jl. A. Yani Km 36 Banjarbaru, Kalimantan

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Semut dalam Proses menemukan sumber makanan

Gambar 3.1. Semut dalam Proses menemukan sumber makanan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Algortima Semut Koloni semut merupakan algoritma yang bersifat heuristik untuk menyelesaikan masalah optimasi. Algoritma ini diinspirasikan oleh lingkungan koloni semut pada

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Sistem yang Berjalan Analisa sistem yang berjalan bertujuan untuk mengidentifikasi persoalanpersoalan yang muncul dalam pembuatan sistem, hal ini dilakukan

Lebih terperinci

Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi

Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi Berdasarkan Data Persediaan dan Jumlah Permintaan Ria Rahmadita Surbakti 1), Marlina Setia Sinaga 2) Jurusan Matematika FMIPA UNIMED riarahmadita@gmail.com

Lebih terperinci