PASANG SURUT PERKEMBANGAN PEMIKIRAN KEPENDUDUKAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMBANGUNAN DI INDONESIA. Oleh : Mauled Moelyono 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PASANG SURUT PERKEMBANGAN PEMIKIRAN KEPENDUDUKAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMBANGUNAN DI INDONESIA. Oleh : Mauled Moelyono 1"

Transkripsi

1 PASANG SURUT PERKEMBANGAN PEMIKIRAN KEPENDUDUKAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMBANGUNAN DI INDONESIA Oleh : Mauled Moelyono 1 PERKEMBANGAN PEMIKIRAN KEPENDUDUKAN Dari literatur ekonomi dan kependudukan dapat diketahui bahwa kesadaran akan pentingnya pengendalian jumlah penduduk telah lama dikemukakan oleh para ahli filsafat Kong Hu Cu ( SM) dan ahli-ahli Cina Kuno. Mereka berpandangan bahwa ketika perekembangan jumlah penduduk telah melewati batas perimbangan dengan ketersediaan lahan, maka akan muncul kemiskinan. Oleh karena itu mereka menyarankan perlunya pemindahan penduduk dari daerah yang padat ke daerah yang masih kurang penduduknya. Kemudian, para pemikir seperti Konfusius, Plato, Aristoteles, Ibnu Khaldun, dan Giovanni Botero, mempertajam pemikiran di atas dengan menekankan pentingnya memanfaatkan variabel kependudukan dalam perencanaan pembangunan. Mereka melihat adanya hubungan timbal balik antara pertumbuhan penduduk dengan pembangunan ekonomi. Ketika ekonomi membaik, jumlah penduduk meningkat dengan cepat, melebihi kecepatan peningkatan produksi pangan. Hipotesis tersebut juga pernah dikemukakan oleh Adam Smith dan Benjamin Franklin, kemudian Malthus ( ), menambahkan bahwa bila tak ada pencegahan, jumlah penduduk akan meningkat secara geometris melebihi percepatan pertumbuhan secara aritmetis pada produksi pangan. Sebagai implikasi kebijakan, ia menyarankan perlunya moral constraint, yaitu sebagian penduduk hidup melajang atau menunda usia kawin. Tanpa moral constraint, pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat akan dihentikan oleh kemerosotan perekonomian. Pemikiran tersebut kemudian mewarnai pemikiran ekonom waktu itu, yang dikenal sebagai aliran ekonomi klasik, dengan para pemikirnya seperti David Ricardo dan John Stuart Mill ( ). Perkembangan pemikiran dan perdebatan tentang penduduk ketika itu bergulir dengan sangat intensif, tidak saja mendiskusikan jumlah penduduk yang optimum dari sudut ekonomi akan tetapi 1 Dosen Tetap Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako 1

2 juga dari segi pengembangan potensi penduduk, bahkan sampai pada cara-cara dalam pengendalian penduduk pun syarat dengan perdebatan. Namun, benang merah yang dapat ditarik dari perdebatan tentang perspektif kependudukan pada saat itu menunjukkan kekhawatiran yang makin menguat terhadap berbagai akibat yang ditimbulkan oleh tidak terkendalikannnya perkembangan jumlah penduduk. Memasuki abad ke-19, perkembangan pemikiran ekonomi yang kemudian disebut aliran ekonomi neo-klasik, tetap memberikan perhatian yang besar akan pentingnya peran penduduk (employment) dalam pertumbuhan ekonomi, bahkan mereka mendukung hipotesis bahwa pertumbuhan penduduk itu cenderung menurunkan upah dan menimbulkan kemiskinan. Pandangan seperti ini masih terus berlangsung hingga munculnya beberapa pemikiran ekonomi seperti yang dikemukakan oleh Keynes dan para pengikutnya. Namun, ketika Hicks (1937) dan Hansen (1953) mencoba menafsir (reinterpretation) teori Keynes dengan baju IS-LM, pasar kerja hilang dari analisis. Mulai saat itu, analisis ekonomi kehilangan minat pada masalah penduduk. Kerangka analisis IS-LM sangat mendominasi buku teks ekonomi makro hingga akhir dasa warsa enam puluhan. Masalah kependudukan seakan-akan bukan lagi bidang yang perlu ditekuni oleh pemikir ekonomi. Bahkan sebagian ekonom yang dibesarkan dalam lingkungan IS-LM, beranggapan bahwa analisis kependudukan berada di luar jangkauan analisis ekonomi. Sejak itu, para ilmuwan di luar bidang ekonomi memimpin dominasi pemikirannya dalam bidang kependudukan. Ketika para ekonom negara maju mulai tertarik pada perekonomian di negara berkembang, masalah kependudukan kembali muncul dalam analisis ekonomi. Studi Coale-Hoover (1958) di banyak negara miskin (low income countries), menunjukkan bahwa kemiskinan di negara miskin itu bukan merupakan akibat kurangnya permintaan agregate, akan tetapi kurang tersedianya modal fisik dan dana pembangunan. Mereka berkesimpulan bahwa pertumbuhan penduduk yang rendah akan menguntungkan pembangunan ekonomi, atau dengan kata lain pertumbuhan penduduk yang tak terkendali dianggap sebagai faktor penghambat penting dalam pembangunan. Apresiasi terhadap pemikiran dan kesimpulan hasil-hasil studi di atas, kemudian dijadikan spirit dalam menangani berbagai masalah kependudukan melalui pengembangan program keluarga berencana (family planning), terutama di negara-negara yang sedang berkembang, termasuk 2

3 Indonesia 2. Begitulah perkembangan pemikiran dan kepedulian terhadap masalah-masalah kependudukan yang mengalami pasang surut dari waktu ke waktu. Sengaja hal ini dikemukakan untuk mengingatkan kepada semua pihak, agar dapat menyadarkan betapa masalah kependudukan sudah amat serius, kompleks dan tak akan pernah surut. Oleh karena itu proses marjinalisasi aspek kependudukan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang kian menguat akibat merebaknya masalah sosial, ekonomi dan politik yang belum jelas kapan akan berakhir, sejauh mungkin dapat dihindari. Begitu pentingnya wacana pembangunan yang berwawasan kependudukan (People Centered Development), sehingga terdapat begitu banyak saran dan rekomendasi mengenai pentingnya mengkaji ulang perkembangan dan peran penduduk (keluarga) dalam pembangunan 3. Begitupun perlunya suatu model pengintegrasian variabel kependudukan pada setiap perencanaan pembangunan harus dijadikan sebagai syarat perlu bagi penyelenggaraan program-program pembangunan. BEBERAPA PENGERTIAN PENTING Hauser dan Duncan dalam Ananta (1993) membedakan antara analisis demografi (demographic analysis) dengan studi kependudukan (population study). Analisis demografi mempelajari perubahan komponen demografi (fertilitas, mortalitas dan migrasi), sedangkan studi kependudukan mempelajari perubahan variabel kependudukan kaitannya dengan perubahan pada berbagai variabel ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lingkungan alam 4. Dalam analisis demografi, komponen demografi itu diartikan sebagai berikut : A. Fertilitas, adalah hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita 5. Pengukurannya dapat menggunakan pendekatan yearly performance atau reproductive history. Dalam yearly performance mengukur fertilitas dari sekelompok atau berbagai kelompok wanita untuk jangka waktu satu tahun(current fertility). Sedangkan reproductive history mengukur 2 Pelaksanaan program KB di Indonesia cukup unik karena merupakan hasil dialektika antara masyarakat dan pemerintah. Mulanya, gagasan dan program KB datang dari inisiatf beberapa kelompok masyarakat dan bukan dari pemerintah. Perkembangan selanjutnya, program KB kemudian diambil penuh oleh pemerintah dengan membuka ruang seluas-luasnya bagi prakarsa dan partisipasi masyarakat. 3 Dari literatur ekonomi diketahui adanya arus memutar dari beberapa pelaku ekonomi dalam suatu perekonomian, diantaranya adalah rumah tangga dan perusahaan. Peran rumah tangga terlihat demikian jelas dalam perekonomian, ini berarti perubahan dalam jumlah dan komposisi anggota rumah tangga sebagai pelaku ekonomi akan sangat berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Namun pembahasan mengenai perubahan dan peran rumah tangga dalam perekonomian masih sangat kurang. 4 Variabel ekonomi dapat meliputi aktivitas ekonomi, jenis pekerjaan, status pekerjaan, lapangan pekerjaan, dan pendapatan. Sedangkan variabel sosial dapat meliputi status keluarga, tempat lahir, tingkat pendidikan, dan lain sebagainya. Sedangkan aspek budaya berkaitan dengan persepsi, aspirasi dan harapan-harapan. 5 Ukuran reproduksi yang digunakan di Indonesia mengacu kepada jumlah anak lahir hidup dari seorang wanita yang telah melakukan perkawinan secara syah (legal). 3

4 banyaknya kelahiran dari sekelompok atau beberapa kelompok wanita selama masa reproduksinya, yang kemudian disebut paritas (parity). B. Mortalitas, adalah ukuran kematian berupa angka atau indeks yang dipakai sebagai dasar dalam penentuan tinggi rendahnya tingkat kematian suatu penduduk atau kelompok penduduk. Adapun pengukurannya dapat dilakukan dengan menggunakan konsep ukuran kematian kasar, kematian menurut kelompok umur, dan angka kematian bayi. C. Migrasi, adalah suatu bentuk mobilitas penduduk yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain. Ada dua dimensi penting yang perlu itinjau dalam kajian migrasi ini, yaitu dimensi waktu dan dimensi daerah 6. Adapun ukuran migrasi yang digunakan adalah CNMR (Crude Net Migration Rate). ANALISIS SITUASI KEPENDUDUKAN Pada bagian ini dikemukakan analisis situasi kependudukan, dengan menggunakan kerangka analisis siklus demografi sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1. Analisis ini bertujuan untuk melihat keterkaitan antara perubahan-perubahan yang terjadi pada masing-masing kotak terhadap kotak yang lainnya mengikuti arah panah. Analisis dimulai dari perubahan komponen demografi pada kotak tiga (fertilitas, mortalitas, dan mobilitas). Kemudian, perubahan pada komponen demografi dalam kotak tiga dianalisis apakah ada hubungannya dengan dinamika kependudukan pada kotak satu (jumlah, pertumbuhan, dan komposisi penduduk). Analisis selanjutnya, mempelajari kaitan dinamika kependudukan pada kotak satu dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada kotak dua (aspek ekonomi, sosial, budaya, politik dan lingkungan alam). Sampai pada siklus ini, analisis masih diteruskan dengan mempelajari kaitan perubahan-perubahan pada aspek ekonomi, sosial, budaya, politik dan lingkungan alam dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada komponen demografi. Kotak Satu Kotak Dua Kotak Tiga 1. jumlah penduduk 2. pertumbuhan penduduk 3. komposisi penduduk 1. ekonomi 2. social 3. budaya 4. politik 5. lingkungan alam 1. fertilitas 2. mortalitas 3. mobilitas 6 Berdasarkan Sensus penduduk tahun 1961 batasan waktu bagi migran adalah tiga bulan sedangkan untuk Sensus Penduduk 1971; 1980; 1990 batasannya enam bulan. Batasan unit wilayah bagi migrasi di Indonesia menurut Sensus Penduduk 1961; 1971; 1980; dan 1990 adalah propinsi.. 4

5 Gambar 1 : Analisis Siklus Demografi Untuk melihat perubahan dalam komponen demografi pada kotak tiga, analisis diawali dengan mengemukakan beberapa pengalaman dan keberhasilan dalam pelaksanaan program keluarga berencana (KB). Pelajaran yang diperoleh dari pengalaman bertahun-tahun melaksanakan program KB di Indonesia, ternyata dukungan beberapa faktor berikut ini sangat besar peranannya bagi keberhasilan program KB, yaitu : (1) prakarsa dan langkah pro aktif dari berbagai institusi pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam proses penyadaran dan pengenalan program KB dapat direspons dengan baik oleh masyarakat; (2) legitimasi secara institusional tentang konsep pembatasan keluarga dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat; (3) anggapan bahwa penurunan fertilitas sebagai suatu hal yang menguntungkan dapat secara cepat tersosialisasikan kepada kelompok masyarakat; dan (4) teknik untuk mencapai norma keluarga yang baru tersedia dan terjangkau oleh yang membutuhkan. Selain faktor-faktor tersebut, menurut Adioetomo (1994), perubahan persepsi tentang jumlah anak ideal juga berperan penting dalam pembatasan keluarga. Mekanismenya, mula-mula ada latent demand pembatasan keluarga dan dengan dilegitimasikannya konsep pembatasan kelahiran dan penyediaan alat-alat kontrasepsi maka jumlah wanita yang tidak ingin menambah anak lagi bertambah banyak. Pemakaian kontrasepsi secara sukses dari beberapa akseptor memberikan kepercayaan kepada pasangan lain bahwa mempunyai anak sedikit adalah mungkin dan realistis dapat dijalankan. Ini memotivasi mereka untuk memakai kontrasepsi dan akhirnya menunjang kelanjutan penurunan fertilitas. Namun demikian, proses kristalisasi konsep Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) di Indonesia tidaklah semudah yang dipikirkan sebab menyangkut usaha merubah persepsi masyarakat dan para tokoh nya serta pejabat yang tadinya tidak menyetujui ide pembatasan keluarga. Dalam hal keberhasilan pelaksanaan program KB di Indonesia, diketahui adanya beberapa catatan sebagai berikut : 1. Selama sekitar 24 (dua puluh empat) tahun pelaksanaan KB, telah dicapai beberapa keberhasilan seperti : meningkatnya jumlah akseptor KB, usia kawin pertama, jumlah PLKB, jumlah klinik KB, dan meningkatnya penyediaan alat kontrasepsi. 5

6 2. TFR (Total Fertlity Rate) telah berhasil diturunkan dari 5,6 pada tahun 1971 menjadi 2,6 pada tahun Dampak penurunan TFR ini selanjutnya secara bertahap disertai oleh perubahan jumlah dan rata-rata anggota rumah tangga, baik di daerah perdesaan maupun perkotaan (lihat Tabel 1). Makin mengecilnya jumlah anggota rumah tangga, akan mendorong tingginya mobilitas penduduk. 3. Penurunan angka kematian bayi (IMR) dari 142 per kelahiran hidup pada tahun 1971 menjadi 50 per kelahiran hidup pada tahun Umur harapan hidup (e 0 ) penduduk laki-laki meningkat dari 45,0 pada tahun 1971 menjadi 62,8 pada tahun1997, sedangkan untuk penduduk perempuan meningkat dari 48,0 pada tahun 1971 menjadi 66,7 pada tahun Tabel 1 Komposisi Rumah Tangga Menurut Jumlah dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga, di Indonesia, Kota Desa Jumlah Kota Desa Jumlah 1 7,0 5,1 5,7 6,1 4,3 4,8 2 8,0 11,7 10,4 10,6 11,9 11,5 3 15,3 19,9 18,3 17,6 21,2 20,2 4 20,4 20,5 20,5 20,3 22,7 22,1 5 17,4 17,3 17,3 18,5 17,7 18,0 6 13,2 11,7 12,2 12,1 10,8 11,1 7 8,3 7,0 7,4 6,9 5,9 6,2 8 4,3 3,2 3,6 3,7 2,9 3,2 9+ 6,2 3,5 4,4 4,2 2,5 3,0 Jumlah Anggota RT Rata-rata Anggota RT 4,7 4,4 4,5 4,5 4,3 4,3 Sumber : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 1997 Kaitan antara perubahan komponen demografi dengan aspek kependudukan dapat ditunjukkan sebagai berikut: 1. Penurunan TFR berkaitan dengan menurunnya laju pertumbuhan penduduk. Kalau pada periode pertumbuhan penduduk Indonesia masih di atas 2,3 persen per tahun maka pada tahun 1997 menurun menjadi 1,67 persen per tahun. Ini juga berarti bahwa, berkurangnya laju pertumbuhan penduduk dapat mengurangi pertambahan jumlah penduduk secara absolut. 2. Menurunnya IMR yang disertai dengan meningkatnya umur harapan hidup yang bervariasi antara penduduk laki-laki dan perempuan, menyebabkan berubahnya komposisi penduduk, baik dilihat 6

7 berdasarkan kelompok umur maupun jenis kelamin. Kalau pada tahun 1971 masih ada 43,96 persen penduduk berusia < 15 tahun, maka pada tahun 1997 tinggal sekitar 33,5 persen. Untuk kelompok penduduk usia produktif (15-64 tahun), meningkat dari 54 persen pada tahun 1971 menjadi 61,8 persen pada tahun Sedangkan untuk kelompok usia 65 tahun ke atas (Lansia) meningkat dari 2,5 persen pada tahun 1971 menjadi 4,7 persen pada tahun Akibat dari perubahan komposisi penduduk, rasio beban ketergantungan cenderung menurun. Kalau pada tahun 1971 setiap 100 orang usia produkif menanggung sebanyak 87 orang usia tidak produktif, maka pada tahun 1997 hanya sekitar 62 orang yang harus ditanggung. Dalam kaitan perubahan komponen demografi dengan perubahan aspek kependudukan sebagaimana diuaraikan di atas dapat dikemukakan data pendukung pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 : Perkembangan Indeks Kependudukan di Indonesia I n d e k s Sensus Sensus Supas Sensus Proyeksi Penduduk (jutaan) 119,2 147,5 164,6 179,4 201,4 Pertumbuhan penduduk 2,10 2,32 2,22 1,98 1,67 Kepadatan penduduk (per km 2 ) 62,4 77,0 85,0 93,0 103,5 Persentase penduduk kota 17,3 22,3 26,2 30,9 36,0 PERIODE Angka kelahiran kasar (CBR) 40,6 35,5 32,0 27,9 22,7 Angka kematian kasar (CDR) 19,1 13,,1 11,4 8,9 7,7 Angka kelahiran total (TFR) 5,6 4,7 4,1 3,3 2,6 Angka kematian bayi (IMR) Angka harapan hidup (e 0 ) Laki-laki 45,0 50,9 57,9 57,9 62,8 Perempuan 48,0 54,0 61,5 61,5 66,7 Sumber : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, Implikasi dari perubahan aspek kependudukan, baik secara langsung maupun tidak, akan mempengaruhi aspek ekonomi, sosial, budaya, politik dan lingkungan alam. Perubahan struktur rumah tangga di satu sisi dan rasio beban ketergantungan di sisi yang lain, pengaruhnya terhadap aspek ekonomi dapat dilihat dari perubahan pola pengeluaran, pendapatan, kemampuan menabung dan aktivitas ekonomi penduduk. Terhadap aspek sosial, dapat dilihat dari perubahan akan kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan kegiatan-kegiatan sosialnya. Sedangkan terhadap aspek budaya, berubahnya struktur rumah tangga (yang mengecil) diantaranya dapat dilihat dari bergesernya nilai, fungsi dan peran keluarga beserta anggota-anggotanya. Nilai anak misalnya, tidak lagi sebagai 7

8 jaminan hari tua (jaminan menghadapi risiko ekonomi) atau sebagai sumber tenaga kerja keluarga, melainkan telah berorientasi pada mutu dan kesejahteraan anak. Oleh karena itu, keluarga masa depan seharusnya adalah keluarga yang lebih bermutu. Begitupun mengenai fungsi pendidikan anak, peran Ayah atau Ibu dalam pengasuhan anak juga makin berubah. Pengasuhan anak tidak semata menjadi tugas ibu, melainkan merupakan tugas bersama. Ayah tidak hanya sebagai pencari nafkah tetapi juga sebagai pengasuh anak. Begitu juga dengan peran ibu, tidak hanya mengelola rumah tangga, mengasuh dan mendidik anak, tetapi juga bekerja di luar rumah (aktivitas soaial) dan menencari nafkah (ekonomi). Ada kecenderungan bahwa aktivitas pengasuhan anak lebih diserahkan pada institusi pendidikan formal. Ringkasnya, perubahan-perubahan yang terjadi pada aspek kependudukan serta kecenderungannya, jika dikaji secara lebih mendalam sebenarnya merupakan informasi dasar yang amat bermanfaat dalam kegiatan perencanaan, baik dalam lingkup perencanaan publik maupun dalam lingkup perencanaan bisnis. Bahkan, jika dapat dikelola dengan baik dan ditingkatkan mutunya, maka akan menjadi modal pembangunan, dan bukan sebagai beban pembangunan. Akhirnya, pada penghujung analisis siklus demografi ini akan ditunjukkan hubungan antara perubahan pada kotak dua dengan kotak tiga. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan politik di Indonesia yang dampaknya masih dirasakan hingga saat ini, telah menimbulkan problem ekonomi, keamanan dan sosial budaya yang amat serius. Jikapun krisis akan segera dapat diatasi, dalam jangka waktu yang lama, risiko mendapatkan fasilitas kesehatan yang buruk tetap tinggi. Kondisi ini akan terlihat jelas pada keluarga-keluarga miskin yang jumlahnya telah melampaui angka 80 juta jiwa 7. Kondisi ini juga mempengaruhi bayi, anak-anak, ibu hamil, dan para lanjut usia. Hal ini secara nyata menurunkan kualitas hidup penduduk, khususnya penduduk miskin, sehingga pada gilirannya akan secara serius menghalangi usaha mengentaskan kemiskinan. Walaupun diakui krisis ekonomi telah mempengaruhi kemampuan membayar untuk semua pendapatan, namun yang lebih penting adalah memberikan perhatian secara khusus kepada penduduk miskin. Bagi mereka ini, mutu kesehatan yang sudah amat memburuk karena tidak terpenuhinya secara memadai kebutuhan gizi 8 disertai dengan menunda mengurus penyakitnya selama krisis ekonomi berlangsung, berarti kesakitannya akan menjadi lebih serius. 7 Kesimpulan sementara hasil SUSENAS 1999 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin diperkirakan telah mulai berkurang menjadi 37 juta jiwa atau 17% dari total penduduk. 8 Data terakhir dari Kantor Menteri Negara Kependudukan (1999) menunjukkan sekitar 70% penduduk mengalami kekurangan gizi, dan sekitar 50% ibu hamil mengalami anemia gizi. 8

9 Dapat dibayangkan, jika krisis ekonomi tak kunjung teratasi, betapa berat kesusahan akan menyiksa jutaan orang, khususnya penduduk miskin. Mereka, laki-laki dan perempuan serta anakanak, akan keletihan berteriak ditengah kesengsaraan hidup. Jika kemudian kondisi ini dijadikan titik tolak dalam perencanaan bidang kependudukan yang secara kuantitatif telah dicapai selama ini, maka pengaruhnya terhadap perubahan pada besaran angka-angka proyeksi yang selama ini digunakan menjadi amat berbeda (overestimate).. Ditengah kesengsaraan itu, mau tidak mau perilaku fertilitas dan mortalitas dengan amat cepat mengalami perubahan. Jumlah ibu hamil dan kemudian melahirkan akan meningkat, dan hal ini tentu saja diikuti dengan meningkatnya jumlah balita, namun pada saat yang hampir bersamaan jumlah penduduk yang meninggal, khususnya kelompok penduduk miskin, juga terus bertambah 9. Hal yang patut dicatat, walaupun terdapat tanda-tanda recovery dalam perekonomian, waktu dua tahun depresi akan cukup waktu untuk melahirkan bayi diantara lebih dari 80 juta penduduk miskin, menjadi generasi terbelakang dari segi pengembangan psikis yang optimal. Menurut Ananta (1999) keterbelakangan ini mempunyai implikasi yang besar pada penurunan mutu SDM pada masa yang akan datang. Dari analisis siklus demografi, tampak bahwa masalah kependudukan itu sangat kompleks, tidak berdiri sendiri, sehingga pemecahannya tidak bisa dilakukan melalui pendekatan yang sifatnya parsial (sektoral), melainkan melalui pendekatan yang berciri lintas sektoral. Untuk meredam ledakan bayi yang sangat dikhawatirkan itu misalnya, maka upaya mempertahankan yang dilanjutkan dengan meningkatkan keberhasilan pengendalian kelahiran yang telah dicapai selama ini perlu mendapatkan prioritas. Untuk itu perlu dilaksanakan program terpadu antara kependudukan dan KB yang arahnya tidak hanya memperlambat pertumbuhan penduduk melainkan juga meningkatkan kualitas dan potensi SDM 10. KECENDERUNGAN UMUM KEPENDUDUKAN Pada bagian ini disajikan perubahan trend kependudukan dan analisis perbandingan penduduk Indonesia dengan penduduk Asia dan Dunia serta beberapa kecenderungan umum parameter demografi. 9 Dalam harian Kompas (9 Oktober 1999) dikemukakan bahwa dengan skenario krisis, angka kematian bayi pertahun dari 1995 s.d meningkat dari 43,86 menjadi 56,67 pada periode , namun setelah itu turun menjadi 51,67 pada periode Publikasi Kantor Menteri Negara Kependudukan (1999) menjelaskan perihal pengembangan SDM Potensial ini hendaknya dilakukan secara bertahap menurut perkembangan usia(penyiapan, peningkatan, dan pendayagunaan) baik sebagai insan maupun sebagai sumber daya. 9

10 Posisi Indonesia dalam kependudukan dunia, berdasarkan proyeksi terbaru United Nation, setelah tahun 2025, diperkirakan akan digeser Nigeria ke urutan kelima dari urutan keempat dunia. Hal ini dapat dimengerti mengingat Indonesia secara terus menerus dapat menurunkan angka kelahiran dan diperkirakan akan mencapai replacement level pada periode Hal yang patut mendapatkan perhatian adalah terjadinya pasang surut. posisi Indonesia dalam peta kependudukan dunia. Hal ini, nampaknya merupakan implikasi adanya perubahan kebijakan politik, ekonomi serta parameter kependudukan. Khusus mengenai perubahan parameter kependudukan sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan penduduk dunia. Tabel 3 Jumlah dan Persentase Penduduk Indonesia, Asia dandunia Dengan Dasar Pembanding Indonesia, Tahun Indonesia Asia Dunia (100) (1.764) (3.104) (100) (1.751) (3.016) (100) (1.728) (2.957) ) (1.737) (2.953) (100) (1.752) (2.962) (100) (1.772) (2.988) (100) (1.789) (3.024) (100) (1.854) (3.126) Konstribusi Indonesia dalam kependudukan, baik terhadap penduduk Asia maupun penduduk dunia, dalam periode , menunjukkan kecenderungan yang menurun. Hal ini terutama atas keberhasilannya menurunkan angka pertumbuhan. Sedangkan pada periode memperlihatkan suatu kecenderungan yang menaik, akan tetapi kenaikan itu tidak secara otomatis menaikkan peringkat Indonesia karena jumlah penduduknya yang besar. Naiknya konstribusi Indonesia dalam kependudukan baik pada lingkup Asia maupun Dunia, nampaknya lebih dominan dipengaruhi oleh faktor-faktor domestik, seperti perkembangan kondisi politik, sosial dan ekonomi negara yang kurang kondusif untuk mempertahankan keberhasilan program KB yang telah dicapai selama ini. Selain karena alasan itu, naiknya konstribusi Indonesia dalam kependudukan dunia juga sangat mungkin disebabkan oleh tingkat keberhasilan yang lebih baik dalam pengendalian jumlah kelahiran di beberapa negara maju dan negara yang jumlah 10

11 penduduknya besar seperti Amerikia Serikat dan RRC, sehingga mereka lebih dapat mengerem laju pertumubuhan penduduknya. Trends dan kecenderungan kependudukan seperti dikemukakan di atas, secara langsung dipengaruhi oleh perubahan dan kecenderungan umum parameter demografi. Dalam Tabel 4 berikut ini, disajikan data mengenai kondisi, trends dan kecenderungan umum parameter demografi perbandingan Indonesia - Sulawesi Tengah. Jika perubahan dan kecenderungan umum parameter demografi itu diasumsikan dapat dipertahankan, maka dapat diproyeksikan jumlah dan struktur penduduk, baik berdasarkan kelompok umur maupun jenis kelamin. Secara umum kecenderungan dalam perubahan struktur penduduk di Indonesia termasuk juga di provinsi Sulawesi Tengah, ditunjukkan oleh makin menurunnya proporsi penduduk pada kelompok umur 0-24 tahun, sebaliknya pada kelompok umur 25 tahun ke atas mengalami kenaikan. Perubahan sruktur kependudukan itu cenderung sama antara kelompok penduduk laki-laki dan perempuan (lihat Tabel 5;6 dan 7), baik dalam lingkup nasional maupun regional Sulawesi Tengah, yaitu mengarah kepada struktur penduduk yang makin menua. 11 Kecenderungan lain yang menyertai perubahan struktur itu adalah selain makin terpusatnya penduduk yang bertempat tinggal di wilayah perkotaan, mereka juga makin berpendidikan. Tahun Tabel 4: Parameter Demografi di Indonesia, Tahun Parameter Kependudukan TFR NRR GFR CBR CDR n CNMR r e 0f e 0M IMR f IMR m ,91 1,26 103,1 24,9 8,2 1,6 0,67 1,6 64,4 61,3 52,9 63, ,55 1,12 88,9 22,3 7,7 1,5 0,69 1,5 66,1 63,3 46,2 53, ,23 2, ,08 2,56 1,01 1,17 0,94 1,10 77,7 98,1 72,2 89,2 19,7 24,3 18,1 21,8 Sumber : 1. Demographic Institue; Population Projection Series No. 5, June Demographic Institue; Population Projection Series No. 22, August ,4 8,1 7,4 7,8 1,2 1,6 1,1 1,4 0,74 0,61 0,78 0,61 1,3 2,23 1,1 2,02 67,5 61,4 68,7 63,3 65,0 61,4 88,4 63,9 40,7 65,1 36,1 57,3 46,0 60,7 40,0 51,3 11 Indikator struktur penduduk yang makin menua biasanya ditandai oleh menaiknya umur median. 11

12 Baik dilihat dari kelompok umur maupun jenis kelamin, perubahan struktur penduduk merupakan informasi yang amat dasar. Umur tidak sekadar menentukan di dalam kelompok mana seseorang dapat digolongkan dan jangka waktu yang tersisa dalam kelompok tersebut, melainkan umur juga amat membedakan sikap dan perilaku sekelompok masyarakat dari kelompok lainnya. Struktur umur yang berbeda berpengaruh terhadap sikap dan perilaku baik menurut demografi maupun sosial ekonomi. Demikian pula dengan implikasi dari perubahan struktur umur dalam bidang konsumsi pangan, sandang, perumahaan, pendidikan, pembinaan dan pengembangan serta pengadaan tenaga kerja. Demikian halnya dengan jenis kelamin, akan membedakan perilaku mereka dalam berbagai kebutuhan ekonomidan sosial serta tingkat aspirasinya. Tabel 5 : Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Perbandingan Indonesia - Sulawesi Tengah, Perempuan + Laki-laki Kelompok Umur ,16 10,14 9,10 8, ,59 10,23 9,43 8, ,85 9,79 9,58 8, ,94 10,94 9,15 9, ,61 10,08 10,20 8, ,17 8,83 9,38 9, ,90 7,49 8,20 8, ,67 7,22 6,95 7, ,61 6,08 6,67 6, ,02 5,07 5,57 6,18 12

13 ,72 3,59 4,59 5, ,22 3,25 3,19 4, ,25 2,73 2,81 2, ,00 1,82 2,25 2, ,12 1,49 1,38 1, ,18 1,24 1,53 1,62 Total Perempuan Tabel 6 : Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Perbandingan Indonesia - Sulawesi Tengah, Kelompok Umur Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia ,92 9,92 8,90 8, ,30 10,03 9,24 8, ,50 9,54 9,40 8, ,62 10,64 8,93 8, ,54 9,80 9,94 8, ,64 8,78 9,13 9, ,24 7,94 8,17 8, ,71 7,55 7,37 7, ,41 6,12 6,99 6,89 13

14 ,06 4,91 5,63 6, ,79 3,65 4,47 5, ,30 3,35 3,27 4, ,37 2,84 2,93 2, ,08 1,95 2,38 2, ,19 1,59 1,52 1, ,32 1,38 1,71 1,84 Total Tabel 7 : Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Perbandingan Indonesia - Sulawesi Tengah, Laki-laki Kelompok Umur Indonesia Sulteng Indonesia Sulteng Indonesia Sulteng Indonesia Sulteng ,39 12,42 10,36 11,68 9,30 10,81 8,63 9, ,87 11,44 10,44 11,02 9,63 10,49 8,73 9, ,19 12,22 10,04 10,23 9,76 9,94 9,08 9, ,27 11,70 11,24 10,89 9,38 9,21 9,19 9, ,67 10,06 10,35 10,62 10,46 9,99 8,81 8, ,69 7,81 8,87 9,29 9,62 9,90 9,81 9, ,55 7,53 7,04 7,20 8,24 8,61 9,02 9,29 14

15 ,64 6,61 6,90 6,82 6,52 6,62 7,70 8, ,81 5,66 6,04 5,90 6,36 6,15 6,07 6, ,98 3,94 5,23 4,96 5,52 5,24 5,87 5, ,64 3,49 3,54 3,41 4,71 4,35 5,03 4, ,14 2,72 3,16 2,93 3,11 2,91 4,20 3, ,13 1,56 2,62 2,18 2,68 2,38 2,68 2, ,93 1,32 1,69 1,18 2,11 1,68 2,19 1, ,06 0,75 1,40 0,92 1,25 0,84 1,59 1, ,04 0,77 1,09 0,76 1,36 0,88 1,40 0,90 Total AKHIR KATA Pelaksanaan program KB di Indonesia, termasuk juga di Daerah Sulawesi Tengah, telah berperan besar dalam pengendalian penduduk secara kuantitatif.. Namun terpaan badai krisis ekonomi yang berlangsung dalam dua tahun terakhir, telah manambah beban yang amat berat dalam mempertahankan, apalagi meningkatkan keberhasilan pengendalian penduduk itu secara lebih kualitatif. Dari analisis siklus demografi, diketahui bahwa krisis ekonomi telah menimbulkan dampak secara berantai terhadap perubahan komponen demografi dan variabel kependudukan. Perubahanperubahan yang terjadi pada komponen demografi sangat besar pengaruhnya terhadap dinamika kependudukan, termasuk didalamnya perubahan struktur keluarga. Berdasarkan perubahan-perubahan itu, maka dinamika kependudukan di Indonesia, termasuk juga Sulawesi Tengah, telah menunjukkan konvergensi dan kecenderungan umum yang sama, yaitu dengan ciri-ciri sebagai berikut : 15

16 1. Penduduk makin menua; umur median dan proporsi penduduk Lansia meningkat. 2. Penduduk makin mengkota; tingkat urbanisasi makin tinggi. 3. Penduduk makin lincah ; mobilitas penduduk makin tinggi. 4. Penduduk makin pandai : pendidikan penduduk meningkat. 5. Penduduk makin sibuk ; partisipasi kerja (terutama wanita) terus meningkat. 6. Struktur keluarga mengecil; rata-rata jumlah anggota keluarga makin kecil. Perubahan dan arah kecenderungan kependudukan tersebut merupakan informasi dasar sekaligus sinyal penting dalam proses perubahan orientasi perencanaan pembangunan dan dinamika pasar. Karena itu, integrasi variabel kependudukan dalam perencanaan pembangunan dan bisnis menjadi semakin diperlukan. Daftar Pustaka 1. Adioetomo, Sri Moertiningsih (1994); Prospek dan Tantangan Menuju Transisi Demografi Berkelanjutan; Lembaga Demografi FE-UI, Jakarta. 2. Adioetomo, Sri Moertiningsih (1995); Profil Kependudukan, Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Berdasarkan SAKERT 1993, Lembaga Demografi FE-UI, Jakarta. 3. Ananta, Aris (1998); Pembiayaan Kesehatan Selama Krisis Kepercayaan di Indonesia; Warta Demografi, Tahun Ke-28 No.2 4. Ananta, Aris (1992); Ciri demografis, Kualitas penduduk dan Pembangunan Ekonomi, Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta. 5. Anwar, Evi Nurvidya Dkk (1995) ; Population Projection Series No.22, Lembaga Demografi FE-UI, Jakarta. 6. BPS (1998); Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Singarimbun, Masri (1996); Penduduk dan Perubahan, Pustaka Pelajar, Yogjakarta. 16

17 17

BAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran

BAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan merupakan basis utama dan fokus dari segala persoalan pembangunan. Hampir semua kegiatan pembangunan baik yang bersifat sektoral maupun lintas sektor terarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian terhadap penduduk terutama jumlah, struktur dan pertumbuhan dari waktu ke waktu selalu berubah. Pada zaman Yunani dan Romawi kuno aspek jumlah penduduk sangat

Lebih terperinci

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 Perwakilan BKKBN Provinsi Jambi 2015 Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 (Berdasarkan Proyeksi Penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berharga bagi setiap bangsa. Penduduk dengan demikian menjadi modal

BAB I PENDAHULUAN. berharga bagi setiap bangsa. Penduduk dengan demikian menjadi modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan titik sentral pembangunan. Konsep ini lahir dari Konfrensi Asia Pasifik ke 5 di Bangkok, Thailand pada Desember 2002. Dalam konsep ini, penduduk

Lebih terperinci

HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 I. Pendahuluan Laju pertumbuhan penduduk satu dasawarsa terakhir ini lebih tinggi

Lebih terperinci

Peran Analisis Demografi dalam Perencanaan Ketenagakerjaan

Peran Analisis Demografi dalam Perencanaan Ketenagakerjaan Peran Analisis Demografi dalam Perencanaan Ketenagakerjaan Aris Ananta Jakarta: Program Studi Kependudukan dan Ketenagakerjaan, Program Pascasarjana UI, 1 Oktober 2013 Outline 3 Kotak Ajaib: Siklus Analisis

Lebih terperinci

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA (Diterjemahkan dari Salim, E dkk 2015, Population Dynamics and Sustainable Development in Indonesia, UNFPA Indonesia, Jakarta) Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk yang begitu besar di Negara yang sedang berkembang seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara tersebut. Dalam Wicaksono

Lebih terperinci

Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi

Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi Sri Moertiningsih Adioetomo Kuliah Penduduk dan Pembangunan S2KK, Semester Gasal 2011/2012. 30 September 2011.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat

Lebih terperinci

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) BAB I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara berkembang yang memiliki banyak permasalahan penduduk, salah satunya adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2010 2035 Dr. Sukamdi Agus Joko Pitoyo, M.A. Eddy Kiswanto, M.Si M. Arif Fahrudin Alfana PENDAHULUAN Proyeksi penduduk merupakan cara penggambaran jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju

I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat menjadi masalah yang membutuhkan perhatian serius dalam proses pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi

Lebih terperinci

Studi Kependudukan - 1. Demografi formal. Konsep Dasar. Studi Kependudukan - 2. Pertumbuhan Penduduk. Demographic Balancing Equation

Studi Kependudukan - 1. Demografi formal. Konsep Dasar. Studi Kependudukan - 2. Pertumbuhan Penduduk. Demographic Balancing Equation Demografi formal Pengumpulan dan analisis statistik atas data demografi Dilakukan ahli matematika dan statistika Contoh : jika jumlah perempuan usia subur (15-49) berubah, apa pengaruhnya pada tingkat

Lebih terperinci

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU irdsall, Kelley dan Sinding eds (2001), tokoh aliran Revisionis dalam masalah demografi membawa pemikiran adanya hubungan antara perkembangan penduduk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi wilayah atau regional merupakan salah satu bagian penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari tiga perempat penduduk dunia bertempat tinggal di negara-negara sedang

I. PENDAHULUAN. dari tiga perempat penduduk dunia bertempat tinggal di negara-negara sedang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk di dunia saat ini sudah mencapai tujuh miliar dan diperkirakan akan melonjak menjadi sembilan miliar pada tahun 2035. Lebih dari tiga perempat penduduk

Lebih terperinci

ASPEK KEPENDUDUKAN III. Tujuan Pembelajaran

ASPEK KEPENDUDUKAN III. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Geografi K e l a s XI ASPEK KEPENDUDUKAN III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami perhitungan angka kelahiran.

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Permasalahan Universitas Indonesia

1.1. Latar Belakang Permasalahan Universitas Indonesia 1 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Proses perencanaan pembangunan mutlak memerlukan integrasi antara variabel demografi dan variabel pembangunan. Perubahan yang terjadi dalam jumlah,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri: 1984). Usaha untuk melihat situasi pada masa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1998 Indonesia dihadapkan dengan masalah jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Sesuai dengan pendapat Malthus yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1 yang bersifat menyeluruh. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya

Lebih terperinci

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU I. Pendahuluan Propinsi Bengkulu telah berhasil melaksanakan Program Keluarga Berencana ditandai dengan penurunan fertilitas dari 3% hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk sebesar 237.641.326 jiwa sedangkan jumlah penduduk Provinsi Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk adalah subyek dan obyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak, inflasi juga naik dan pertumbuhan ekonomi melambat. Kemiskinan yang terjadi dalam suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Kependudukan PBB (UNFPA), menyatakan bahwa jumlah penduduk dunia tahun 2010 telah mencapai 7 miliar jiwa atau bertambah 1 miliar jiwa hanya dalam waktu 10 tahun.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan angka fertilitas atau total fertility rate (TFR) 2,6. Indonesia masih berada

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan angka fertilitas atau total fertility rate (TFR) 2,6. Indonesia masih berada 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk dunia semakin meningkat. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memprediksikan tahun 2016 jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 miliyar, tahun

Lebih terperinci

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 200 SAMPAI DENGAN 2035 I. Pendahuluan Perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER EKONOMI KEPENDUDUKAN PROGRAM STUDI : EKONOMI PEMBANGUNAN - FAKULTAS EKONOMI MATAKULIAH : EKONOMI KEPENDUDUKAN KODE MATA KULIAH : PE 4706 SKS : 2 SEMESTER : VII MATA KULIAH

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

MASALAH KEPENDUDUKAN DI NEGARA INDONESIA. Sri Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

MASALAH KEPENDUDUKAN DI NEGARA INDONESIA. Sri Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara MASALAH KEPENDUDUKAN DI NEGARA INDONESIA Sri Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 1.PENDAHULUAN Dari hasil sensus penduduk tahun 1990 jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan distribusi penduduk karena perubahan beberapa komponen demografi seperti Kelahiran (Fertilitas),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

Masalah lain yang muncul adalah berubahnya struktur

Masalah lain yang muncul adalah berubahnya struktur Di Indonesia proses transisi demografi dapat dikatakan berhasil yang ditunjukkan dengan penurunan tingkat kematian bayi dan kematian maternal secara konsisten. Di sisi yang lain, terjadi peningkatan angka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia dikategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencakup lima masalah

Lebih terperinci

Ruang Lingkup dan Fungsi Dasar Mempelajari Ilmu Kependudukan

Ruang Lingkup dan Fungsi Dasar Mempelajari Ilmu Kependudukan Ruang Lingkup dan Fungsi Dasar Mempelajari Ilmu Kependudukan Kependudukan Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Konsep Demografi Demografi adalah studi ilmiah tentang penduduk, terutama tentang jumlah penduduk,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan modal dasar utama dalam pembangunan suatu negara. Penduduk yang besar dan berkualitas merupakan investasi yang berharga dengan produktifitasnya yang

Lebih terperinci

ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU

ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU 1. Sensus Penduduk 2010 dan penyebaran tingkat Kabupaten/Kota Penduduk Provinsi Bengkulu hasil sensus penduduk tahun

Lebih terperinci

lamban. 1 Pada tahun 2016 jumlah penduduk Indonesia mengalami lonjakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat setelah Cina, India

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN BAGI STAKEHOLDERS DAN MITRA KERJA DI PROVINSI BANTEN. Oleh. Riny Handayani

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN BAGI STAKEHOLDERS DAN MITRA KERJA DI PROVINSI BANTEN. Oleh. Riny Handayani KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN BAGI STAKEHOLDERS DAN MITRA KERJA DI PROVINSI BANTEN Oleh Riny Handayani gmriny@yahoo.co.id Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ISTILAH-ISTILAH 2.1.1 Dinamika Penduduk [Population Dynamics] Dinamika penduduk adalah proses perubahan yang terjadi secara terus menerus yang mempengaruhi jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental, maupun sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kependudukan telah menjadi perhatian pemerintah Indonesia sejak ditandatanganinya deklarasi mengenai kependudukan oleh para pemimpin dunia termasuk presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati oleh 191 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk dicapai pada tahun 2015 (WHO, 2013).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia di kategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencangkup lima masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan termasuk pembangunan dibidang kesehatan harus didasarkan pada dinamika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) Nasional yang dicanangkan sejak tahun 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan

Lebih terperinci

(S.5) SIMULASI PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA DENGAN ASUMSI TFR NAIK DAN TURUN Yayat Karyana

(S.5) SIMULASI PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA DENGAN ASUMSI TFR NAIK DAN TURUN Yayat Karyana (S.5) SIMULASI PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA DENGAN ASUMSI TFR NAIK DAN TURUN Yayat Karyana Jurusan Statistika FMIPA UNISBA E-mail : yayatkaryana@gmail.com ABSTRAK Berdasarkan hasil Sensus Penduduk dari

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN II PROFIL DAN MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

POKOK BAHASAN II PROFIL DAN MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA POKOK BAHASAN II PROFIL DAN MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA Masalah kependudukan yang menjadi perhatian dunia saat ini adalah tetap tingginya angka kelahiran. Dengan didasarkan pada hasil perhitungan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas Latar belakang Kabupaten Gunung Mas merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fertilitas (kelahiran) sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda kehidupan misalnya bernafas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penurunan fertilitas (kelahiran) di Indonesia selama dua dekade

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penurunan fertilitas (kelahiran) di Indonesia selama dua dekade BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penurunan fertilitas (kelahiran) di Indonesia selama dua dekade terakhir dinilai sebagai prestasi yang sangat baik. Pada tahun 1971-an Total Fertility Rate (TFR)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kependudukan. Berbagai program pembangunan digulirkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. masalah kependudukan. Berbagai program pembangunan digulirkan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu daerah di Indonesia yang tidak luput dari masalah kependudukan. Berbagai program pembangunan digulirkan untuk mengatasi masalah kependudukan,

Lebih terperinci

KEPENDUDUKAN DAN PERKEMBANGAN EKONOMI PENGARUH PERKEMBANGAN EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN PENDUDUK

KEPENDUDUKAN DAN PERKEMBANGAN EKONOMI PENGARUH PERKEMBANGAN EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN PENDUDUK KEPENDUDUKAN DAN PERKEMBANGAN EKONOMI PENGARUH PERKEMBANGAN EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN PENDUDUK PROF., MA, PHD. 1 THEORI UNIVERSITAS AIRLANGGA, SURABAYA TRANSISI DEMOGRAFI MASYARAKAT AGRARIS MEMPUNYAI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara sedang berkembang yang tidak luput dari masalah kependudukan. Berdasarkan data hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA 3.1. Pengertian Demografi Untuk dapat memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau negara, maka perlu didalami kajian demografi.

Lebih terperinci

ASPEK KEPENDUDUKAN I. Tujuan Pembelajaran

ASPEK KEPENDUDUKAN I. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Geografi K e l a s XI ASPEK KEPENDUDUKAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian antroposfer. 2. Memahami

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng KATA PENGANTAR Puja Angayu bagia kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas waranugraha-nya maka penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

MENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP MASALAH KEPENDUDUKAN

MENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP MASALAH KEPENDUDUKAN MENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP MASALAH KEPENDUDUKAN Oleh: Wahyu Roma Ratnasari Ada cita-cita besar yang ingin diraih oleh pemerintah dalam hal pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) hingga

Lebih terperinci

Data dan Informasi dalam Perencanaan

Data dan Informasi dalam Perencanaan Data dan Informasi dalam Perencanaan http://en.wikipedia.org/wiki/data Data adalah sekumpulan fakta Data adalah suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya, hasil pengukuran atau pengamatan suatu

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA LAMPIRAN INSTRUKSI NOMOR : 14 TAHUN 1999 TANGGAL : 7 OKTOBER 1999 PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA I. UMUM 1. Penduduk merupakan titik sentral dari pembangunan yang berkelanjutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia, tercatat saat ini jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa (menurut sensus 2010) dan laju

Lebih terperinci

Visi Indonesia 2030: Tinjauan Upaya Pencapaian dari Aspek Dinamika Kependudukan

Visi Indonesia 2030: Tinjauan Upaya Pencapaian dari Aspek Dinamika Kependudukan Visi Indonesia 2030: Tinjauan Upaya Pencapaian dari Aspek Dinamika Kependudukan Author: Junaidi Junaidi Abstract Visi Indonesia 2030 yang ingin menempatkan Indonesia pada posisi ekonomi nomor lima terbesar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian-pengertian Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu Demos yang artinya rakyat atau penduduk dan Grafien

Lebih terperinci

SEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003

SEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003 SEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003 BAB I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Secara kuantitatif demografis Program KB Nasional mempunyai fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1. Arti dan Tujuan Demografi Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau penduduk dan Grafein adalah menulis. Demografi adalah ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Proyeksi Penduduk Dalam rangka perencanaan pembangunan di segala bidang, diperlukan informasi mengenai keadaan penduduk seperti jumlah penduduk, persebaran penduduk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

Ambon, 20 Mei Drs. Djufry Assegaff Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku. iii

Ambon, 20 Mei Drs. Djufry Assegaff Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku. iii KATA PENGANTAR Menyatukan persepsi atau pemahaman tentang penting dan strategisnya Program Kependudukan dan Keluarga Berencana bagi kesejahteraan dan kemajuaan daerah atau bangsa di masa depan merupakan

Lebih terperinci

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia ==================================================================================== BAB I Pendahuluan Secara harfiah kata Demografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, maka keadaan yang demikian itu menuntut Pengembangan Sistem Administrasi Kependudukan. Undang Undang

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jumlah penduduk di Provinsi Bali dari periode ke periode, selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 1971 jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER www.bimbinganalumniui.com 1. Pada umumnya bahan-bahan yang dikumpulkan dari sensus bersifat demografis, ekonomis, dan sosial. Bahanbahan yang bersifat demografis (1) Kewarganegaraan (2) Umur (3) Pendidikan

Lebih terperinci

1. Masalah Jumlah Penduduk

1. Masalah Jumlah Penduduk Pengertian Penduduk Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus / kontinu. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia tua merupakan waktu bagi seseorang untuk bersantai dan menikmati sisa kehidupannya, tetapi tidak di sebagian besar negara berkembang seperti di Indonesia. Mereka

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan kependudukan adalah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PRESPEKTIF DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL YANG BERWAWASAN KEPENDUDUKAN

KEBIJAKAN PRESPEKTIF DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL YANG BERWAWASAN KEPENDUDUKAN KEBIJAKAN PRESPEKTIF DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL YANG BERWAWASAN KEPENDUDUKAN Wahyu Saputra Mahasiswa Kependudukan Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya Jalan Padang Selasa No.524, Bukit Besar Palembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demografi mempelajari jumlah, persebaran, teritorial dan komposisi penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demografi mempelajari jumlah, persebaran, teritorial dan komposisi penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demografi mempelajari jumlah, persebaran, teritorial dan komposisi penduduk serta perubahan perubahannya dan sebab sebab perubahan itu, yang biasanya timbul karena

Lebih terperinci

Pengukuran dalam Demografi

Pengukuran dalam Demografi Pengukuran dalam Demografi Demografi (Kependudukan) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Pengukuran dalam Demografi Ukuran Absolut Awal data demografi disajikan dalam bentuk bilangan atau jumlah absolut

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia dikategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencakup lima masalah pokok

Lebih terperinci

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN 2011-2014 PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI JAKARTA 2011 KATA PENGANTAR Dalam rangka pemantauan rencana aksi percepatan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Para pemakai data kependudukan, khususnya para perencana, pengambil kebijaksanaan, dan peneliti sangat membutuhkan data penduduk yang berkesinambungan dari tahun ke

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah penduduk mencapai 7.608.405 jiwa, sedangkan hasil sensus penduduk tahun 2000 mencatat jumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR 1. Penyebaran Penduduk Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat Propinsi Sulawesi Selatan dengan batas-batas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

Demografi formal = Demografi murni. Sumber data Sekunder. Pengambilan Data Penduduk. Registrasi Survai

Demografi formal = Demografi murni. Sumber data Sekunder. Pengambilan Data Penduduk. Registrasi Survai PB 3 KEPENDUDUKAN Beberapa pengertian Demografi (demos=rakyat,grafein=tulisan) : ilmu tentang penduduk dengan karakteristiknya yg khusus Demografi Demografi formal = Demografi murni Demografi sosial =

Lebih terperinci

FERTILITAS RUMUS DAN FAKTOR

FERTILITAS RUMUS DAN FAKTOR FERTILITAS RUMUS DAN FAKTOR FERTILITAS RUMUS DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEFINISI Fertilitas (Fertility): merujuk pada jumlah kelahiran hidup dari penduduk wanita Fekunditas (Fecundity): merujuk pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Penduduk ialah orang atau individu yang tinggal atau menetap pada suatu daerah tertentu dalam jangka waktu yang lama. Ada beberapa pengertian yang secara singkat perlu

Lebih terperinci

Beberapa Konsep Dasar Kependudukan Terkait dengan Kerjasama Pendidikan Kependudukan

Beberapa Konsep Dasar Kependudukan Terkait dengan Kerjasama Pendidikan Kependudukan Beberapa Konsep Dasar Kependudukan Terkait dengan Kerjasama Pendidikan Kependudukan Ukuran-ukuran Demografi Angka absolut (count) adalah banyaknya peristiwa demografi tertentu di suatu wilayah dalam jangka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian pengertian Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk dan Grafein adalah menulis. Jadi demografi adalah tulisantulisan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROFIL DAN DATA KEPENDUDUKAN KABUPATEN/KOTA

PENYUSUNAN PROFIL DAN DATA KEPENDUDUKAN KABUPATEN/KOTA PENYUSUNAN PROFIL DAN DATA KEPENDUDUKAN KABUPATEN/KOTA KOALISI INDONESIA UNTUK KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan yang tepat sasaran dan

Lebih terperinci