DAMPAK KEBIJAKAN HARGA BBM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA : Sebuah Pendekatan Model Dinamik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAMPAK KEBIJAKAN HARGA BBM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA : Sebuah Pendekatan Model Dinamik"

Transkripsi

1 DAMPAK KEBIJAKAN HARGA BBM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA : Sebuah Pendekatan Model Dinamik Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.Eng., Kuntum Khoiro Ummatin Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya purple_kuntum@yahoo.co.id ; santoso@ie.its.ac.id Abstrak Gejolak perekonomian global melanda hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Untuk itu, berbagai kebijakan pengendalian harga BBM telah dilakukan pemerintah yang berdampak pada tingkat PDB, jumlah pengangguran, serta jumlah orang miskin. Data BPS menyebutkan jumlah orang miskin 2008 sebesar % penduduk Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara kebijakan harga BBM dengan angka kemiskinan. Sehingga diketahui variabelvariabel yang berpengaruh terhadap sistem untuk dapat mengelaborasi pengaruh kebijakan harga BBM terhadap masyarakat miskin di Indonesia. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah permodelan sistem dinamik untuk mengevaluasi kebijakan yang telah dilakukan. Variabel yang mempengaruhi kemiskinan antara lain adalah pendapatan, pendidikan, kesehatan dan tingkat kesempatan kerja. Hasil penelitian menyebutkan dari simulasi skenario didapatkan bahwa skenario kebijakan kompensasi BBM secara langsung pada masyarakat miskin dapat mengurangi angka kemiskinan. Dengan skenario ini jumlah orang miskin pada tahun 2015 sebesar 1.09 %. Sedangkan dengan skenario kedua yaitu penurunan harga BBM didapatkan bahwa jumlah orang miskin pada 2015 sebesar 13.2 %. Namun untuk variabel tingkat pendapatan dan tingkat kesempatan kerja, nilai yang lebih tinggi ditunjukkan pada skenario penurunan harga BBM. Kata kunci : Harga BBM, kemiskinan, Kebijakan, model, sistem dinamik ABSTRACT Global economic fluctuate stricken almost the whole state around the world include Indonesia. Because of that, vary of fuels price policies had been done that impact at PDB level, amount of unemployment, and also the amount of pauper. BPS data mention the amount of pauper at 2008 equal to percent of total Indonesian population.this research is done to find the relation between fuels price and the poverty rate. So variables influence the system that elaborate fuels policy relation with Indonesian poverty rate could be found. One of approximation method used is dynamic system model. This method to evaluate the policy that had been done. The result of scenario simulation shows that policy of direct fuels compensation to pauper scenario could reduce the poverty rate. With this scenario amount of the pauper at 2015 is 1.09%. Whereas with the second scenario, fuels price reduction, amount of the pauper at 2015 is 13.2%. But for the rate of return and job opportunities variables, fuels price reduction scenario shows bigger value than other scenario. Keywords: fuels price, poverty, policy, model, dynamic system 1. Pendahuluan Di Indonesia, tingkat kesejahteraan masyarakat termasuk pada urutan ke 111 dari sebanyak 174 negara di dunia (BKKBN, 2005). Terdapat tiga pilar yang menjadi parameter kualitas kesejahteraan tersebut adalah indeks pembangunan manusia (HDI) yaitu pendidikan, pendapatan dan kesehatan. Berdasarkan data kemiskinan yang terakhir diterbitkan Badan Pusat Statistik, yang selanjutnya disebut BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia, pada tahun 2006 terjadi peningkatan angka kemiskinan yang tak terduga. Ada dua hal yang menjadi penyebab utama kenaikan tersebut, yaitu akibat krisis pangan yang diindikasikan dengan melonjaknya harga beras. Penyebab kedua adalah krisis energi yang diindikasikan oleh kenaikan harga BBM. 1

2 Diperkirakan kenaikan sekitar 33 persen harga beras yang dikonsumsi kaum miskin, antara bulan Februari 2005 dan Maret 2006, yang sebagian besar menyebabkan peningkatan jumlah penduduk miskin menjadi 17,75 persen. Angka kemiskinan (%) Sumber: BPS (diolah) Tahun Grafik 1.1 Angka Kemiskinan di Indonesia Berbagai kebijakan telah dikeluarkan pemerintah dalam rangka meminimumkan jumlah penduduk miskin demi tercapainya kesejahteraan rakyat dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Salah satu kebijakan yang mempengaruhi angka kemiskinan adalah kebijakan penentuan harga BBM. Karena Harga BBM inilah yang mempengaruhi inflasi yang menjadi salah satu indikator kunci perekonomian. Berikut merupakan tabel fuktuasi harga BBM selama periode lima tahun terakhir. Tabel 1.1 Fluktuasi harga BBM selama periode 5 tahun Terakhir Sumber : Data harga premium, pertamina (diolah) Harga BBM mempengaruhi pola konsumsi masyarakat, baik konsumsi langsung dan tidak langsung. Karena dampak dari perubahan harga BBM ini mempengaruhi distribusi, transportasi, biaya produksi sehingga berpengaruh juga pada hargaharga barang yang lain. Kebutuhan bahan makanan pokok pun juga terpengaruh, antara lain beras dan minyak goreng. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah yang selama ini belum dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Indonesia, maka diperlukan suatu kajian atau studi yaitu dengan penghampiran permodelan sistem. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah melalui pendekatan sistem dinamik. Dengan demikian dapat dilakukan pengendalian pada perilaku variabelvariabel yang mempengaruhi suatu sistem tersebut. sehingga didapatkan alternatif skenario perbaikan dari kebijakan yang telah diambil sebelumnya. Maka dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan pembuatan model untuk mengidentifikasi indikatorindikator yang berhubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat di Indonesia kemudian disimulasikan. Dalam model simulasi tersebut dimasukkan nilainilai harga BBM tertentu dan mengevaluasi pada nilai harga BBM berapa didapatkan alternatif skenario perbaikan dari kebijakan pemerintah. Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian tugas akhir kali ini adalah Bagaimana hubungan antara kebijakan harga BBM dengan angka kemiskinan Adapun tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi variabelvariabel yang berpengaruh terhadap sistem kemiskinan khususnya terkait dengan kebijakan penyesuaian harga BBM 2. Merumuskan permodelan sistem untuk dapat mengelaborasi pengaruh kenaikan BBM terhadap masyarakat miskin di Indonesia. 3. Mengetahui perilaku sistem dari waktu ke waktu mengenai dampak harga BBM terhadap jumlah orang miskin di Indonesia 4. Memberikan alternatif evaluasi kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penentuan harga BBM dalam usaha untuk meminimasi bertambahnya jumlah orang miskin. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari kajian ini maka terdapat beberapa hal yang menjadi batasan dalam penelitian ini, diantaranya: 1. Sistem yang dimodelkan dalam penelitian ini adalah jumlah orang miskin di Indonesia yang dipengaruhi oleh dampak fluktuasi harga BBM 2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari BPS, dan 2

3 data sekunder dari instasi pemerintahan yang terkait. 3. Pembuatan model sistem dalam penelitian ini hanya melihat dari sudut pandang pemerintah saja 4. Harga BBM dan harga pangan merupakan faktor yang mempengaruhi inflasi. Sedangkan asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah perubahan kebijakan pemerintah atas harga BBM digunakan dalam model sebagai skenario kebijakan. 2. Metodologi Penelitian 2.1 Tahap Identifikasi dan Perumusan Masalah Identifikasi dan Perumusan Masalah Tahapan awal dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi permasalahan yang akan dijawab pada penelitian ini. Permasalahan yang akan diteliti adalah menentukan bagaimana hubungan antara dampak kebijakan harga BBM terhadap angka kemiskinan. Penetapan Tujuan dan Manfaat Penelitian Untuk dapat merencanakan langkahlangkah yang dapat diambil pada penelitian nanti maka harus ditetapkan terlebih dahulu tujuan dari penelitian ini berdasarkan permasalahan yang ada. Selain itu peneliti dapat memfokuskan diri pada langkahlangkah tersebut, sehingga penelitian dapat dijalankan dengan lancar. Adapun tujuan penelitian telah dirumuskan dan dinyatakan dalam Bab I Pendahuluan. Juga ditentukan manfaat dari penelitian yang akan dilakukan. Studi Pustaka Sebagai dasar penelitian, harus ada studi literatur yang digunakan sebagai pedoman dalam menyelasaikan masalah dan mencapai tujuan penelitian. Dengan adanya studi pustaka ini, maka diharapkan dapat menjadi pembanding antara apa yang terjadi di dunia nyata dan sebagai penuntun langkahlangkah atas tindakan yang akan diambil untuk penelitian ini. Pustaka yang digunakan dapat diambil dari buku buku teks dan jurnal yang dapat dijadikan sebagai referensi dari penelitian. Identifikasi Variabel Pada tahapan ini dilakukan identifikasi semua variabel dari datadata sekunder yang diambil dari BPS dan informasi dari sumber sumber yang ada. 2.2 Tahap Pembuatan model Setelah mengatahui variabelvariabel input, dan informasiinformasi yang diperoleh, maka dilakukan pembuatan model jumlah orang miskin yang terintegrasi. Tahapan dalam pembuatan model ini terdiri dari pengumpulan data dan pembuatan model. Pengumpulan Data Pengumpulan data disini adalah datadata yang digunakan sebagai variabel input dalam model kemiskinan di Indonesia. Data yang dikumpulkan adalah datadata sekunder yang berkaitan dengan kondisi perekonomian di Indonesia, data demografi penduduk, serta informasiinformasi lain yang dibutuhkan untuk membangun konseptualisasi dari sistem yang diamati. Pembuatan Model Dampak Harga BBM terhadap Kemiskinan Berdasarkan data data yang ada maka dapat dilakukan pembuatan model. Pembuatan model ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak yaitu Vensim. Setelah model dibuat, maka dilalukan percobaan dan melihat apakah model sesuai atau tidak. 2.3 Tahap Simulasi dan Evaluasi Kebijakan Formulasi Model Berdasarkan diagram sebabakibat, diagram alir disusun dan dibuat persamaan matematis dari variabelvariabel yang terdapat dalam sistem. Menjalankan Simulasi dan validasi model Setelah semua variabel input dimasukkan, maka simulasi dijalankan. Disini variabelvariabel tersebut akan disimulasikan berdasarkan periode waktu yang telah ditentukan dan didapatkan hasil berupa berapa tingkat signifikansi kebijakan harga BBM dalam mempengaruhi kemiskin di Indonesia. Selanjutnya dilakukan validasi terhadap output dari simulasi model. Simulasi Perubahan Kondisi dan Evaluasi Kebijakan Perubahan kondisi pada model dilakukan dengan membuat skenario kebijakan baru atau mengubah nilai parameter variabel pada model sistem. Dari perubahan kondisi yang dilakukan dihasilkan output simulasi yang berbeda. Berdasarkan output simulasi tersebut dapat dilihat pengaruh perubahan kondisi yang terjadi atau penerapan kebijakan baru terhadap sistem. 2.4 Tahap Analisa dan Kesimpulan Analisa dan Interpretasi Variabel Hasil yang didapat dari simulasi selanjutnya dianalisis bagaimana pengaruh 3

4 penyesuaian harga BBM terhadap kemiskinan di Indonesia. Tabel 3.1. Mutasi penduduk miskin feb 2005 mrt 2007 Kesimpulan dan Saran Ini merupakan tahapan terakir dalam penelitian. Dari hasil analisa maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian dan dapat memberikan saransaran untuk pemerintah berdasarkan hasil penelitian. Langkahlangkah penelitian dapat disusun dalam bentuk flowchart seperti pada Gambar 2.1. Sumber : Susenas Panel 2005, 2006, & Kebijakan Kompensasi BBM Agenda kesejahteraan masyarakat sudah menjadi agenda yang tertuang dalam SJSN. Peran pemerintah terhadap kelangsungan sistem jaminan sosial pekerja sangat diperlukan yaitu untuk menekan tingkat inflasi serendah mungkin menyusul memberlakukan tingkat bunga pasar yang rendah dan membuat mata uang stabil sehingga investasi dapat diarahkan untuk tujuan jangka panjang. Tabel 3.2 Distribusi Pengeluaran Untuk BBM menurut kelompok Pengeluaran (orang/bulan) Gambar 2.1 Diagram Alir Langkah Penelitian 3. Pengembangan Model 3.1 Perkembangan Jumlah penduduk miskin Indonesia BPS menghitung jumlah dan persentase penduduk miskin. Sumber data utama merupakan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Dan Metode penghitungan yang digunakan adalah Metode Head Count Index berdasarkan Pendekatan Kebutuhan Dasar (Basic Needs Approach). Kelompok Pendapatan Distribusi Subsidi BBM Dalam Triliun Rupiah 20 % Teratas 43 % % kedua teratas 23 % % di tengah 16 % % kedua terbawah 11 % % terbawah 7 % 7.9 Jumlah 100% 113 Sumber : Diolah dari data BPS 2002 Diagram dibawah ini menggambarkan ringkasan keseluruhan program. 4

5 3.3.2 Penyusunan Causal Loop Diagram Sumber : Depkominfo Gambar 3.1. Program Pengurangan Orang Miskin Konseptualisasi Model Pembatasan Model (Model Boundary Chart) Pembatasan model dilakukan dengan membatasi lingkup pemodelan dengan mengidentifikasi variabel apa yang akan masuk dalam model, berupa variabel endogenous atau exogenous dan variabel apa saja yang tidak termasuk di dalam pemodelan (excluded from the model). Tabel 3.3. Model Boundary Chart Secara Garis Besar, model yang akan dibuat nantinya akan mencakup faktorfaktor yang mempengaruhi kemiskinan yaitu pendapatan, kesempatan kerja, pendidikan dan kesehatan. Dari masingmasing variable tersebut dapat terjadi hubungan atau keterkaitan dengan variable yang lain. Artinya satu variable dapat mempengaruhi variable yang lain. Hubungan tersebut bisa bersifat positif jika penambahan pada satu variabel akan menyebabkan penambahan pada variabel lain, namun juga bisa bersifat negatif jika penambahan pada satu variabel menyebabkan pengurangan pada variabel lain. Setelah dilakukan identifikasi terhadap variablevariabel yang terlibat dalam sistem, kemudian ditentukan hubungan yang logis antar variable tersebut. Pendekatan sistem juga dilakukan dengan mendefinisikan interaksi antar elemen sistem yang akan digambarkan dengan causal loop diagram seperti gambar 3.2 Dari konseptualisasi model melalui Causal Loop Diagram tersebut, terlihat bahwa tujuan utama pemodelan adalah untuk mengetahui seberapa jauh dampak harga BBM terhadap kemiskinan di Indonesia. Elemenelemen yang mempengaruhi, didefinisikan sesuai dengan identifikasi variabel yang telah dilakukan sebelumnya. Tanda positif () di ujung tanda panah mengindikasikan bahwa kedua variabel yang terhubung memiliki hubungan yang sebanding, sedangkan tanda negatif () mengindikasikan bahwa kedua variabel yang terhubung memiliki hubungan yang saling berkebalikan. Misalnya variabel fraksi peningkatan harga BBM dan variabel inflasi memiliki hubungan positif, artinya semakin besar fraksi peningkatan harga BBM maka tingkat inflasi juga semakin besar. Variabel inflasi memiliki hubungan negatif dengan variable daya beli, artinya semakin besar tingkat inflasi akan semakin menurunkan daya beli masyarakat.

6 Model Utama "Dampak Kebijakan BBM terhadap Kemiskinan di Indonesia" <Pengeluaran RT lainlain> Total pengeluaran orang miskin <Pengeluaran kesehatan> Fraksi peningkatan harga BBM <Pengeluaran pendidikan> Pendapatan Riil <Konsumsi makanan> Pendapatan riil per bulan <Menjadi miskin> Inflasi <Pertambahan PDB> Inflasi base year Daya Beli PDB Jumlah orang miskin <Tidak rentan miskin> <Pengurangan PDB> Initial PDB Initial kapasitas produksi Pendapatan per kapita Kapasitas produksi <Jumlah penduduk Indonesia> Indeks peningkatan kesejahteraan <Laju penurunan lapangan kerja> Keluar dari kemiskinan <Total pendapatan orang miskin> Pengurangan lapangankerja <Jumlah perusahaan industri pengolahan> Pertumbuhan ekonomi Peningkatan kesejahteraan <Garis kemiskinan> Jumlah lapangan kerja Tingkat kesempatan kerja Peningkatan lapangan kerja <Angkatan kerja> <Indeks akses sarana kesehatan> <Indeks taraf pendidikan> <Rasio peningkatan pendapatan> Tingkat pengangguran Gambar 3.2 Causal Loop Diagram dampak Kebijakan BBM terhadap kemiskinan Penyusunan Stock and Flow Maps Dalam pemodelan Dampak harga BBM terhadap angka kemiskinan, penyusunan Stock and Flow Maps dilakukan dengan menyusun model utama dan pembagian sub modelnya. Penyusunan sub model dimaksudkan agar model akan semakin detail. Model utama dalam Sistem ini adalah dampak harga BBM terhadap angka kemiskinan. Sedangkan submodel (subsistem) yaitu sebagai berikut : 1. Sub Model Dampak harga BBM terhadap Inflasi Dari sub model dampak harga BBM terhadap inflasi gambar 3.3, diketahui bahwa variabel yang mempengaruhi inflasi adalah adanya kenaikan harga dari berbagai komoditas. Dalam model tersebut, diasumsikan bahwa variabel yang menjadi kontrol dalam naik turunnya inflasi adalah variabel harga BBM dan harga pangan. Karena kedua komoditas tersebut adalah barang kebutuhan primer dan bukan barang substitusi sehingga bobot terhadap pengeluaran besar. 2. Sub Model Kemiskinan Pada sub model kemiskinan tersebut, yang menjadi variabel utama adalah banyaknya jumlah orang miskin, yang dipengaruhi oleh variabel Fraksi peningkatan harga makanan Bobot indeks bahan makanan bobot makanan jadi Indeks Bahan Makanan Indeks makanan jadi bobot indeks BBM Sub Model Inflasi Fraksi peningkatan harga BBM bobot Indeks jasa transportasi Indeks jasa transportasi Inflasi Indeks BBM bobot indeks sandang Indeks Pendidikan Indeks Sandang <Time> Indeks Kesehatan Gambar 3.3 Stock and Flow Maps Sub Model Dampak Harga BBM pada inflasi menjadi miskin dan variabel keluar dari kemiskinan. Variabel menjadi miskin dipengaruhi variabel rentan miskin. bobot indeks pendidikan bobot indeks kesehatan

7 Tidak rentan miskin <Jumlah penduduk Indonesia> Persentase penduduk rentan miskin Jumlah penduduk rentan miskin Menjadi miskin Jumlah orang miskin Keluar dari kemiskinan Total pendapatan orang miskin Program BOS Program BLT Program JAMKESMAS Raskin Pendapatan orang miskin <Peningkatan kesejahteraan> Indeks peningkatan kesejahteraan Pengeluaran orang miskin Total pengeluaran orang miskin Pengeluaran pendidikan Proporsi Pendidikan Konsumsi makanan Proporsi Konsumsi makanan Laju pertambahan garis kemiskinan rate pertambahan garis kemiskinan Garis kemiskinan Pengeluaran kesehatan Pengeluaran RT lainlain Proporsi Keperluan RT yang lain Proporsi Kesehatan Gambar 3.4 Stock and Flow Maps Sub Model Kemiskinan Jika besar pendapatan orang miskin kurang dari garis kemiskinan, dimana dimana garis kemiskinan dihitung dari pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) seperti kebutuhan pangan, pendidikan, kesehatan dan pengeluaran rumah tangga lainnya, maka penduduk yang rentan miskin akan menjadi miskin. Sedangkan jika pendapatan orang miskin bertambah (jika ada kebijakan kompensasi BBM) sehingga pendapatan orang miskin lebih besar daripada pengeluaran orang miskin maka penduduk miskin akan keluar dari kemiskinan. Jumlah orang miskin juga dipengaruhi oleh jumlah orang tidak rentan miskin. Kelompok tidak rentan ini dianggap tidak berpengaruh meskipun terjadi perubahan harga. Jumlah penduduk tidak rentan miskin adalah sebesar 51 % dari penduduk Indonesia. Jumlah ini diketahui dari data dari bank dunia 2007 yang menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin sebesar 49 %. 3. Sub Model Tingkat Kesempatan Kerja Dalam sub model ini, yang menjadi variabel utama adalah tingkat kesempatan kerja yang secara langsung mempengaruhi persentase jumlah pengangguran. Tingkat kesempatan kerja ini adalah perbandingan antara jumlah lapangan kerja dan jumlah tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja akan dipengaruhi oleh laju peningkatan angkatan kerja. Sedangkan jumlah lapangan kerja dipengaruhi oleh peningkatan lapangan kerja yang disebabkan faktor pertumbuhan ekonomi, peningkatan kapasitas produksi dan peningkatan jumlah industri, dimana dalam model ini hanya memperhitungkan jumlah industri pengolahan karena sektor ini mempunyai kontribusi cukup besar dalam lapangan kerja utama penduduk Indonesia. Sedangkan pengurangan lapangan kerja dipengaruhi oleh laju penurunan lapangan kerja yang disebabkan oleh fraksi peningkatan harga BBM. 4. Sub Model Pendapatan riil Variabel utama dalam sub model ini yaitu pendapatan riil per bulan yang akan dipengaruhi oleh pendapatan perkapita nasional per kapita dan inflasi. Pendapatan per kapita per bulan merupakan pembagian antara besar PDB dan Jumlah penduduk Indonesia. Variabel PDB dipengaruhi oleh variable pertambahan PDB yang dipengaruhi oleh Faktor pembentuk PDB dari sisi pengeluaran, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentuk modal tetap domestik bruto, serta ekspor barang dan jasa dimana nilai sektor tersebut diketahui dari proporsi masingmasing sektor tersebut berdasarkan data PDB dari BPS. (lihat gambar 3.5) Sedangkan variabel yang mempengaruhi pengurangan PDB adalah variable impor, dimana peningkatan impor dipengaruhi oleh faktor komoditas dalam negeri kurang dan faktr harga komoditas. Karena sering kali banyak dilakukan impor karena harga barang impor lebih rendah dari pada komoditas dalam negeri. Untuk bobot masingmasing faktor tersebut diasumsikan sesuai dengan subjektifitas penulis. Untuk varibel yang mempengaruhi pengurangan impor disebabkan oleh adanya kebijakan proteksi dari pemerintah. 1

8 Sub Model Pendapatan Riil Per kapita Laju pertambahan penduduk Laju pengurangan penduduk Pendapatan riil per bulan <Fraksi peningkatan harga BBM> Komoditas dalam negeri kurang Harga komoditas Inflasi peningkatan impor Pendapatan Riil Impor Pertambahan penduduk Pendapatan per kapita Pengurangan PDB pengurangan impor Kebijakan proteksi Jumlah penduduk Indonesia PDB <Initial PDB> Pengurangan penduduk Pengeluaran konsumsi RT Pertambahan PDB Pengeluaran konsumsi pemerintah Pembentukan modal tetap domestik bruto Ekspor barang&jasa Gambar 3.5. Stock and Flow Maps Sub Model Pendapatan riil 5. Sub Model Indeks Kesejahteraan Indeks Kesejahteraan ini merupakan variabel yang mempengaruhi jumlah orang miskin. Variabel ini dipengaruhi oleh indeks taraf pendidikan, indeks akses sarana kesehatan, tingkat pengangguran dan rasio peningkatan pendapatan. Semakin besar kesempatan akses sarana pendidikan, akses sarana kesehatan, dan akses pangan maka akan semakin besar pula nilai indeks kesejahteraan. Berikut adalah gambar diagram alir indeks peningkatan kersejahteraan. Raskin Program JAMKESMAS Ratarata lama sekolah Akses Pangan Akses Pendidikan Program BOS Akses Kesehatan RT dengan sumber air minum dari mata air Angka melek huruf kelahiran balita ditolong tenaga medis Indeks taraf pendidikan Indeks akses sarana kesehatan Tingkat pengangguran <Jumlah perusahaan industri pengolahan> Indeks peningkatan kesejahteraan Rasio peningkatan pendapatan <Pendapatan riil Initial pendapatan per bulan> <Tingkat kesempatan kerja> Gambar 3.6. Stock and Flow Maps Sub Model Indeks Kesejahteraan 3.4 Simulasi Software Vensim Simulasi ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat perilaku dari model sistem yang telah dibuat, dengan cara memasukkan nilainilai pada konstanta dan tabel fungsi sesuai dengan kondisi yang terdapat pada sistem nyata. 2

9 Untuk memudahkan dalam membandingkan perbedaan antar variabel, maka output grafik hasil running dikelompokkan menurut keterkaitan antar variabel. Hasil running atau simulasi model pada software Vensim dapat dilihat pada grafik. Pada grafik perbandingan jumlah orang miskin pada grafik 3.1 diperlihatkan perbandingan dari jumlah penduduk Indonesia, jumlah penduduk rentan miskin dan jumlah penduduk miskin. Dari aspek tersebut terlihat bahwa dengan adanya kenaikan harga BBM tanpa disertai adanya kompensasi dari pemerintah menyebabkan jumlah penduduk miskin yang selalu bertambah bahkan jika dibiarkan dalam jangka panjang, semua penduduk yang rentan miskin akan menjadi miskin. 1. Aspek Jumlah Penduduk Miskin 400 M 300 M 200 M 100 M Perbandingan Jumlah Orang miskin Time (Year) Jumlah penduduk Indonesia : Model Awal Jumlah orang miskin : Model Awal Jumlah penduduk rentan miskin : Model Awal Orang Orang Orang Grafik 3.1. Output Vensim untuk Jumlah Penduduk 2. Aspek Tenaga kerja Pada aspek tenaga kerja ini, diketahui bahwa kenaikan harga BBM akan menyebabkan meningkatnya tingkat pengangguran karena kesempatan kerja yang semakin menurun. Artinya jika laju pertumbuhan angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan lapangan kerja akan menyebabkan kesempatan kerja semakin menurun dari tahun ke tahun. 80 M Unit 200 M Orang 80 persen 40 M Unit 150 M Orang 40 persen Perbandingan aspek tenaga kerja 0 Unit 100 M Orang 0 persen Time (Year) Jumlah lapangan kerja : Model Awal Angkatan kerja : Model Awal Tingkat kesempatan kerja : Model Awal Grafik 3.2. Output Vensim untuk Aspek Tenaga Kerja 3. Aspek Pendapatan Unit Orang persen Output yang akan diperbandingkan dalam aspek pendapatan ini adalah variabel PDB, pendapatan riil dan pendapatan per kapita. Berikut ini adalah grafik perbandingannya. 20 M Rp/Year 20 M Rp/Year 4e015 Rp/Year 13 M Rp/Year 13 M Rp/Year 2.5e015 Rp/Year Perbandingan aspek pendapatan 6 M Rp/Year 6 M Rp/Year 1e015 Rp/Year Time (Year) Pendapatan Riil : Model Awal Pendapatan per kapita : Model Awal PDB : Model Awal Rp/Year Rp/Year Rp/Year Grafik 3.3. Output Vensim untuk Aspek Pendapatan Pada aspek pendapatan ini, terlihat bahwa pendapatan per kapita mengikuti pertumbuhan PDB. Faktor inflasi yang menyebabkan pendapatan riil lebih kecil dari pada pendapatan per kapita. Faktor yang mempengaruhi nilai PDB antara lain adalah perkembangan ekspor dan impor barang dan jasa. Peningkatan PDB ini yang menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. 4. Aspek Kesejahteraan Pada aspek kesejahteraan, variabel yang berpengaruh antara lain adalah indeks akses sarana pendidikan dan indeks taraf pendidikan dimana menunjukkan tren meningkat setiap tahun. Peningkatan indeks akses sarana kesehatan dan taraf pendidikan menyebabkan peningkatan kesejahteraan. 2

10 45 Dmnl 62 Dmnl 2 Dmnl 44 Dmnl 61 Dmnl 1 Dmnl Perbandingan indikator kesejahteraan 200 M 150 M 100 M Jumlah orang miskin 43 Dmnl 60 Dmnl 0 Dmnl Time (Year) Indeks akses sarana kesehatan : Model Awal Indeks taraf pendidikan : Model Awal Indeks peningkatan kesejahteraan : Model Awal Dmnl Dmnl Dmnl Grafik 3.4. Output Vensim untuk Aspek Kesejahteraan 50 M Time (Year) Jumlah orang miskin : Model Awal Jumlah orang miskin : Model Skenario 1 Jumlah orang miskin : Model Skenario 2 Orang Orang Orang Grafik 3.5. Output simulasi model awal dan 2 skenario 3.5 Desain Skenario Kebijakan Dalam perancangan skenario kebijakan, terdapat variabel yang akan dijadikan indikator utama. Variabel ini merupakan variable yang berpengaruh dalam mengurangi jumlah orang miskin, yaitu: 1. Fraksi peningkatan harga BBM 2. Adanya bantuan untuk kompensasi kenaikan harga BBM Skenario perbaikan yang akan dilakukan, diambil berdasarkan kondisikondisi yang memungkinkan untuk dikontrol, Skenario perbaikan yaitu sebagai berikut : 1. Skenario 1 : Harga Naik 30 %, Terdapat program kompensasi BBM 2. Skenario 2 : Harga Turun 30 %, Tidak ada program kompensasi BBM Dalam skenario ini, fraksi peningkatan harga BBM diturunkan sebesar 30% dan tidak ada program kompensasi BBM yang diberikan karena dana kompensasi ini sudah disalurkan dalam bentuk Dari kedua skenario tersebut, setelah dirunning pada Vensim, maka dapat dilihat output salah satu variabel kontrol yaitu variabel jumlah orang miskin yaitu sebagai berikut : Dari Grafik 3.5 dapat dilihat bahwa, semua skenario memperlihatkan adanya penurunan jumlah orang miskin dibandingkan dengan model awal tanpa skenario. Pada skenario 1 menunjukkan penurunan yang lebih signifikan dibandingkan dengan skenario Analisa dan Intepretasi 4.1 Analisa Hasil Simulasi Model Awal 1. Aspek Jumlah Penduduk Miskin Pada aspek jumlah penduduk miskin, selama 10 tahun kedepan diperkirakan terus terjadi peningkatan. Data dapat dilihat pada tabel 5.1. Hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah penduduk Indonesia, jumlah penduduk rentan miskin dan jumlah penduduk miskin. Dari aspek tersebut terlihat bahwa dengan adanya kenaikan harga BBM tanpa disertai adanya kompensasi dari pemerintah menyebabkan jumlah penduduk miskin yang selalu bertambah bahkan jika dibiarkan dalam jangka panjang, semua penduduk yang rentan miskin akan menjadi miskin. Oleh karena itu ketika harga BBM dinaikkan yang berarti bahwa harga kebutuhan lain ikut naik, pemerintah harus mengkompensasi hal tersebut untuk meminimasi bertambahnya jumlah orang miskin di Indonesia. Tabel 4.1. Nilai Perubahan Variabel pada aspek jumlah penduduk miskin Tahun Jumlah penduduk Indonesia Jumlah penduduk rentan Jumlah penduduk miskin 3

11 miskin Aspek Tenaga kerja Pada aspek tenaga kerja ini, diketahui bahwa kenaikan harga BBM akan menyebabkan meningkatnya tingkat pengangguran karena kesempatan kerja yang semakin menurun. Pada titik perpotongan antara lapangan kerja dan jumlah angkatan kerja adalah titik kesempatan kerja sama dengan satu. Artinya jika laju pertumbuhan angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan lapangan kerja akan menyebabkan kesempatan kerja semakin menurun dari tahun ke tahun. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan produktivitas untuk faktor yang mempengaruhi pertumbuhan lapangan kerja, sehingga dapat mengimbangi laju pertumbuhan angkatan kerja yang mengikuti laju pertumbuhan penduduk. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan lapangan kerja adalah besar kapasitas produksi serta pertumbuhan ekonomi yang dipengaruh oleh peningkatan ekspor dan peningkatan investasi. Jadi, ketika banyak industri pengolahan dimana industri ini banyak menggunakan BBM sebagai bahan dalam produksinya. Sehingga kapasitas produksinya berkurang disebabkan daya beli masyarakat menurun akibat adanya kenaikan harga BBM bisa ditingkatkan untuk investasi dan peningkatan ekspor untuk bidang lain, sehingga pertumbuhan lapangan kerja tetap mengesuaikan dengan laju pertumbuhan angkatan kerja. Hal ini dapat memperbesar kesempatan kerja. Tabel 4.2. Nilai Perubahan Variabel pada aspek tenaga kerja Time (Year) Jumlah lapangan kerja Tingkat kesempatan kerja Angkatan kerja Aspek Pendapatan Aspek pendapatan memperlihatkan kenaikan terus menerus dari tahun ke tahun. Variabel yang diperhatikan dalam aspek ini adalah PDB, pendapatan per kapita dan pendapatan riil per bulan. Pendapatan riil per bulan adalah pendapatan per kapita yang diterima setiap penduduk Indonesia setelah mendapatkan penguranan nilai dari faktor inflasi. Namun, variabel pendapatan riil ini tetap meningkat secara terus menerus dari tahun ke tahun setelah memperhitungkan faktor inflasi. Tabel 4.3. Nilai Perubahan Variabel pada Aspek Pendapatan Time (Year) PDB Pendapatan per kapita Pendapatan riil per bulan E E E E E E E E E E E Peningkatan pendapatan ini akan menunjukkan besar pertumbuhan ekonomi suatu negara. Jadi perlu diperhatikan variabel yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan PDB. Pada tabel 5.4 berikut besar impor yang menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun merupakan variabel yang mengurangi PDB. Jadi, 4

12 peningkatan nilai impor juga harus disertai dengan peningkatan nilai ekspor dan investasi. Tabel 4.4. Nilai Perubahan Variabel pada Aspek Pertambahan dan Pengurangan Pendapatan Time (Year) Impor Pertambahan PDB E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E14 4. Aspek Kesejahteraan Pada aspek kesejahteraan, variabel yang berpengaruh antara lain adalah indeks akses sarana pendidikan dan indeks taraf pendidikan dimana sesuai dengan grafik 4.6 menunjukkan tren meningkat setiap tahun. Peningkatan indeks akses sarana kesehatan dan taraf pendidikan menyebabkan peningkatan kesejahteraan. Jadi untuk mewujudkan peningkatan keejahteraan sehingga dapat meminimiasi pertambahan jumlah orang miskin diperlukan kebijakan untuk memberikan kemudahan untuk mendapatkan akses pangan, kesehatan, dan pendidikan bagi orang miskin. Peningkatan indeks kesejahteraan ini secara jangka panjang dapat mengurangi kemiskinan. Dalam model penelitian ini, diasumsikan indeks kesejahteraan bisa mengurangi jumlah orang miskin sebesar 1 %. 4.2 Analisa Hasil Simulasi Model Skenario Perancangan skenario dan running simulasinya akan dipergunakan untuk pertimbanganpertimbangan atas kebijakan apa saja yang diperlukan dalam usaha meminimasi bertambahnya jumlah orang miskin dan peningkatan kesejahteraan sebagai dampak kebijakan BBM. Pada simulasi model skenario, variabel yang terus diamati adalah Jumlah orang miskin, besar pendapatan riil per bulan, Persentase pengangguran, dan indeks peningkatan kesejahteraan. Dari dua skenario yang telah dijalankan, maka akan terlihat pada skenario mana yang paling mempercepat penurunan jumlah orang miskin di Indonesia. Seperti terlihat pada tabel 5.7 di bawah ini. Variabel jumlah lapangan kerja, tingkat kesempatan kerja, menunjukkan nilai tertinggi adalah pada skenario 2. Karena dalam skenario 2, dengan penurunan harga BBM sebesar 30 % menyebabkan nilai faktor inflasi yang turun sehingga mempengaruhi variabel makro perekonomian, yaitu jumlah lapangan kerja yang meningkat, sehingga tingkat kesempatan kerja pun meningkat. Dengan penurunan harga BBM akan memberi kesempatan pada industri yang banyak membutuhkan BBM sebagai bahan utamanya untuk membuka lapangna kerja. Dengan penurunan ini pula kapasitas produksi bisa lebih besar akibat adanya daya beli masyarakat yang naik sehingga permintaan barang dan jasa meningkat pula. Namun jumlah orang miskin yang lebih kecil ditunjukkan pada skenario 1, yaitu dengan meningkatkan harga BBM sebesar 30 % namun memberikan kebijakan kompensasi pada orang miskin akibat peningkatan harga BBM tersebut. Demikian juga nilai indeks peningkatan kesejahteraan yang lebih besar pada skenario 1. Hal ini dikarenakan dengan adanya kebijakan komsensasi menyebabkan akses pada faktor penentu kesejahteraan, yaitu akses pangan, akses pendidikan dan akses kesehatan difasilitasi dengan adanya kebijakan BLT, BOS, JAMKESMAS, dan Raskin. Dengan adanya hal tersebut, maka tingkat kesejahteraan penduduk miskin akan meningkat dan jumlah penduduk miskin pun akan berkurang. Pada skenario 1, program kompensasi berupa pemberian uang tunai sebesar Rp ,00 dan dengan adanya program BOS, BLT, dan JAMKESMAS maka akses penduduk miskin dalam pendidikan, kesehatan dan pengan akan bertambah. Hasil Output Angka hasil Simulasi Skenario dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.5. Output Angka hasil Simulasi Skenario Variabel Model Awal Model Model 5

13 Skenario 1 Skenario 2 Jumlah lapangan kerja 6,730, ,420 65,900,000 Tingkat kesempatan kerja Jumlah orang miskin Indeks peningkatan kesejahteraa n : nilai tertinggi Dari semua analisis yang telah dilakukan sebelumnya, ditambahkan dengan analisis hasil simulasi model skenario, dengan memfokuskan tujuan penelitian untuk meminimasi jumlah orang miskin dan meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa skenario 1 yaitu pemberian kompensasi BBM ketika terjadi kenaikan harga BBM merupakan kebijakan yang paling signifikan mempercepat penurunan jumlah orang miskin di Indonesia. Walaupun dengan skenario 1, faktor penentu variabel makro mempunyai nilai yang lebih tinggi, namun untuk kesejahteraan masyarakat miskin, pemberian kompensasi secara langsung dan memberi kesempatan akses pangan, pendidikan dan kesehatan akan lebih mensejahterakan bagi penduduk miskin. 4.3 Analisa Kebijakan Kompensasi untuk Mengurangi Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Untuk melihat tingkat kesejahteraan penduduk miskin, dipergunakan pengukuran jumlah penduduk miskin di Indonesia. Talah diketahui dalam skenario simulasi model kemiskinan bahwa dengan adanya program kompensasi ketika BBM dinaikkan sebesar 30 % merupakan kebijakan yang cukup efektif dalam meminimasi jumlah orang miskin. Pengalihan dana subsidi Harga BBM pada subsidi kompensasi yang diberikan langsung pada orang miskin memberikan dampak yang signifikan dalam penurunan jumlah orang miskin. Hal ini dikarenakan distribusi subsidi BBM untuk 20 % terbawah (golongan termiskin) hanya sebesar 7 % dari total subsidi BBM, sedangkan porsi terbesar adalah untuk kelompok pendapatan 20 % teratas (golongan terkaya), yaitu sebesar 43 %. Meskipun hal ini tidak dimasukkan dalam simulasi model, namun dapat dilihat pada tabel 4.5 distribusi pengeluaran untuk BBM menurut kelompok pengeluaran. Berdasarkan simulasi scenario Kebijakan, Skenario 1 dengan pemberian kompensasi pada orang miskin merupakan scenario dengan jumlah orang miskin yang menurun secara signifikan, karena untuk subsidi kompensasi berupa bantuan langsung pada masyarakat miskin memberikan manfaat antara lain sebagai berikut: 1. Untuk jangka pendek memberikan income effect kepada rumah tangga miskin melalui pengurangan beban pengeluaran rumah tangga miskin. 2. Untuk jangka panjang dapat memutus rantai kemiskinan antar generasi melalui: Peningkatan kualitas kesehatan/nutrisi, pendidikan dan kapasitas pendapatan anak di masa depan (price effect anak keluarga miskin) Memberikan kepastian kepada si anak akan masa depannya (insurance effect). 3. Merubah perilaku keluarga miskin untuk memberikan perhatian yang besar kepada pendidikan dan kesehatan anaknya. 4.4 Analisa Asumsi Inflasi Besaran inflasi sangat menentukan dalam menilai dampak kenaikan harga BBM terhadap kemiskinan. Karena faktor inilah yang langsung terkena dampak dari penyesuaian harga BBM. Dari kenaikan besaran inflasi ini akan mempengaruhi variabel makro ekonomi lain. Dalam penelitian ini, diasumsikan bahwa fraksi peningkatan harga BBM dan fraksi peningkatan harga pangan yang mempengaruhi besaran inflasi, sedangkan faktor lain dianggap konstan. Dua variabel ini yang digunakan untuk mengasumsikan besaran inflasi karena kedua komoditas tersebut merupakan kebutuhan primer dan bukan barang substitusi. Kenaikan besaran inflasi ditentukan oleh kenaikan harga BBM dan bahan pangan, namun penurunan harga BBM hanya dipengaruhi oleh penurunan 6

14 harga BBM namun tidak diikuti penurunan harga pangan. Sedangkan akibat buruk dari inflasi adalah besaran inflasi ini biasanya berlaku lebih cepat dari kenaikan upah para pekerja. Namun kondisi ini belum dimasukkan dalam model penelitian. 4.5 Dampak kenaikan harga BBM terhadap kinerja Ekonomi Makro Secara teoritis, kenaikan biaya BBM akan meningkatkan biaya produksi, selanjutnya hargaharga di pasar akan naik (inflasi) dan output keseimbangan yang baru menjadi turun. Dari sisi konsumen inflasi akan menyebabkan daya beli menjadi berkurang. Sedangkan dari sisi produsen, turunnya output akan menurunkan permintaan tenaga kerja. Kondisi ini tentu saja berimplikasi terhadap tingkat pengangguran di Indonesia, yang kemungkinan besar akan meningkat dan kondisi ini juga menyebabkan pendapatan riil masyarakat yang semakin berkurang. Dari simulasi kebijakan yang telah dilakukan, maka untuk variabel makro ekonomi yaitu jumlah lapangan kerja dan dan kesempatan kerja menunjukkan bahwa penurunan harga BBM sebesar 30 % akan menyebabkan kedua variabel terebut meningkat. Berikut adalah grafik simulasi skenario kebijakan tersebut Tingkat kesempatan kerja Time (Year) Tingkat kesempatan kerja : Model Skenario 2 Tingkat kesempatan kerja : Model Skenario 1 Tingkat kesempatan kerja : Model Awal persen persen persen Grafik.4.1 Output Simulasi Skenario Kebijkan untuk variabel tingkat kesempatan kerja. Peningkatan harga BBM akan mempengaruhi produksi industri lainnya, terutama industri yang banyak menggunakan bahan baku BBM. Industri yang mengurangi konsumsi BBM nya karena kenaikan harga ini berdampak pada turunnya produksi di seluruh sektor. Dalam model penelitian ini diasumsikan dengan peningkatan harga BBM akan menurunkan jumlah lapangan kerja sebesar 6.8 %. 5. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat ditarik sesuai tujuan penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Variabel yang berpengaruh terhadap sistem kemiskinan khususnya terkait dengan kebijakan penyesuaian harga BBM antara lain adalah : tingkat inflasi, yaitu adanya peningkatan harga komoditas pendapatan nasional, yang turut mempengaruhi nilai pendapatan per kapita setiap penduduk Indonesia Tingkat kesempatan kerja, Aspek pendidikan dan aspek kesehatan 2. Dampak kenaikan harga BBM dimulai dari fraksi peningkatan harga BBM yang mempengaruhi besaran inflasi. Kenaikan inflasi akan menyebabkan turunnya daya beli sehingga kapasitas produksi juga akan menurun. Kapasitas produksi yang menurun ini yang kemudian mempengaruhi tingkat kesempatan kerja dan kesejahteraan. Inflasi juga menyebabkan pendapatan riil yang diterima menjadi berkurang. Faktor pendapatan inilah yang menjadi faktor utama dalam menentukan kesejahteraan masyarakat. 3. Simulasi dengan menaikkan harga BBM dengan model awal tanpa scenario kebijakan untuk mengkonpensasikannya didapatkan bahwa jumlah orang miskin akan semakin meningkat dari tahun ke tahun, orang yang rentan akan menjadi miskin. Total jumlahnya mencapai 105,1 juta pada tahun 2015, meningkat hampir tiga kali lipat dari jumlah awal 35.1 juta orang 4. Dari dua skenario perbaikan yang diberikan, pada skenario 1 dimana harga BBM dinaikkan namun terdapat kompensasi berupa cash transfer sebesar Rp , program bantuan 7

15 JAMKESMAS, BOS dan Raskin didapatkan hasil jumlah orang miskin menunjukkan angka paling sedikit dibanding dengan yang lain. Namun untuk variabel pendapatan riil per bulan, tingkat pengangguran, dan bahwa skenario kedua lebih baik, yaitu dengan menurunkan harga BBM sebesar 30 % namun tidak memberikan bantuan kompensasi. 6. Daftar Pustaka Ala, Andre Bayo (1996). Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskinan. Liberty, 3 BAPPENAS, Desember Kebijakan Peningkatan Kesempatan dan Kesejahteraan Masyarakat Vol 4. No.2, 4253 Borschev.A, & Filippov.A From system dynamics and discrete event to practical agent based modelling:reason, technique, tools. Paper of St.Petersburg Technical University&XJ Technologies, Rusia Bowerman, O Connel, & Koehler Time Series and Regression Analysis, fourth edtion. Thomson, USA. BPS. Perkembangan beberapa indikator utama sosialekonomi Indonesia, BPS Maret 2008, <URL:http// diakses 12 Agustus 2008 BPS Statistik Indonesia: Statistical Yearbook of Indonesia Jakarta: BPS BPS Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas Panel 2008). Jakarta: BPS Bulog (2006) Laporan Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Program Raskin Tahun Anggaran 2006.Jakarta: Bulog Depkeu, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), Jakarta: Depkeu Depkominfo Enam Pertanyaan Penting Tentang Kebijakan BBM. Jakarta: Depkominfo Deptan, Direktorat Jenderal Penelitian dan Pengembangan: Mutasi penduduk Miskin. Jakarta: Deptan Dumairy. 1997: Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga. Jakarta Eriyatno (1999), Ilmu Sistem, Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen, Bogor : IPB Press. Fajarningtyas, L (2008). Pemodelan Sistem Pembiayaan Di Bank Syari ah Dengan Pendekatan Metodologi Sistem Dinamik : Studi Kasus Pembiayaan Pada Usaha Sapi Perah Dan Perkebunan Tebu.Laporan Tugas Akhir. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Harimurti, T (2005). Rekaan Kebijakan Pengentasan Masyarakat Miskin Di Kota Surabaya Dengan Pendekatan Sistem Dinamik.Laporan Tugas Akhir. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Ihsan, Muhammad. 2005< Kajian LPEM soal Kenaikan Harga BBM dan Kemiskinan.htm> diakses 2 februari 2009 Kementerian Sekretaris Negara RI. 2009, <URL:htp:// /Implikasi Kebijakan Penurunan Harga BBM.htm.diakses 1 Februari 2009 Kompas(Jakarta), Januari. Pengangguran Terdidik Muttaqien, Arip Paradigma Baru Pemberantasan Kemiskinan: Rekonstriuksi Arah Pembangunan Menuju Masyarakat yang Berkeadailan, Terbebaskan, dan Demokratis. Menuju Indonesia Sejahtera.338. Jakarta: Khanata, Pustaka LPES Modjo, Mohammad Ikhsan Kebijakan BTL Hanya Seperti Balsem. <URL: Muttaqien, Arip, dkk Menuju Indonesia Sejahtera: Upaya Konkret Pengentasan kemiskinan. Jakarta: Khanata, Pustaka LP3ES Indonesia 8

16 Prihartini, Diah Aryati Perbandingan Total Kemiskinan Versi Pemerintah Indonesia Dan Bank Dunia Dengan Peran Strategis Dari Usaha Mikro Untuk Pengentasan Kemiskinan. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma : Jakarta Soesastro, Hadi.dkk Pemikiran Dan Permasalahan Ekonomi Di Indonesia Dalam Setengah Abad Terakhir: Proses Pemulihan Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Suharto ANALISIS : BLT Plus?. URL: Sukirno, Sadono Makro ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Tempointeraktif Dewan Desak Menteri Kesehatan Tinjau Ulang Jamkesmas Utomo, Tri Widodo W. Analisis Strategis Mengenai Implikasi Krisis Moneter, Khususnya Di Sektor Pendidikan Ventana System, Inc The Ventana Simulation Environment World Bank Era Baru dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia World Bank, indikator utama kemiskinan <URL: /Penurunan harga premium tak berdampak signifikan.htm> diakses 2 februari

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya 1 Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya Dewi Indiana dan Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.Eng. Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso

Lebih terperinci

Disusun Oleh Arini Ekaputri Junaedi ( ) Dosen Pembimbing Yudha Prasetyawan, S.T., M.Eng.

Disusun Oleh Arini Ekaputri Junaedi ( ) Dosen Pembimbing Yudha Prasetyawan, S.T., M.Eng. PERUMUSAN SKENARIO KEBIJAKAN SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN DI SURABAYA BERDASARKAN EVALUASI DAMPAK PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN LINGKUNGAN : SEBUAH PENDEKATAN SISTEM DINAMIK Disusun Oleh Arini Ekaputri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Putri Amelia dan

Lebih terperinci

Paramita Anggraini ( ) Pembimbing : Dr.Ir. Sri Gunani Partiwi. Co Pembimbing : Prof.Dr.Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.

Paramita Anggraini ( ) Pembimbing : Dr.Ir. Sri Gunani Partiwi. Co Pembimbing : Prof.Dr.Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M. ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PENYELARASAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN DUNIA INDUSTRI (STUDI KASUS : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 5 (SMKN 5) DAN INDUSTRI MANUFAKTUR) JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Materi Perkuliahan: 1. Ruang Lingkup Analisis Makroekonomi (Konsep dasar ekonomi makro) 2. Aliran kegiatan perekonomian (aliran sirkular atau circular

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Tarif Cukai Terhadap Pendapatan Negara Dan Keberlangsungan Usaha Industri Rokok (Sebuah Pendekatan Sistem Dinamik)

Analisis Pengaruh Tarif Cukai Terhadap Pendapatan Negara Dan Keberlangsungan Usaha Industri Rokok (Sebuah Pendekatan Sistem Dinamik) Presentasi Sidang Tugas Akhir Analisis Pengaruh Tarif Cukai Terhadap Pendapatan Negara Dan Keberlangsungan Usaha Industri Rokok (Sebuah Pendekatan Sistem Dinamik) oleh Puja Kristian Adiatma 2507 100 049

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

V. TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN

V. TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN V. TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN Pada tahap pertama pengolahan data, dilakukan transfer data dari Podes 2003 ke Susenas 2004. Ternyata, dari 14.011 desa pada sample SUSENAS 13.349 diantaranya mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dasarnya. Seseorang yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dasarnya. Seseorang yang melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya memenuhi kebutuhannya, seseorang akan melakukan sesuatu kegiatan yang disebut konsumsi. Konsumsi merupakan suatu kegiatan menikmati nilai daya guna dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia selama hidupnya selalu melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhannya, baik berupa kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat perlindungan, hiburan dan kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA Abstract Inflasi dan pengangguran adalah masalah pelik yang selalu dihadapi oleh Negara Indonesia terkait belum berkualitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi terwujudnya ketahanan

Lebih terperinci

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya di Kota Surabaya

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya di Kota Surabaya Tugas Akhir- TI 9 Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya di Kota Surabaya Oleh : Dewi Indiana (576) Pembimbing : Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi seyogyanya dapat memperlihatkan perkembangan yang meningkat dari tahun ke tahun karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan guna mempercepat perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN RUMAH SECARA KREDIT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN RUMAH SECARA KREDIT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN RUMAH SECARA KREDIT Oleh : Tim Riset SMF Abstrak Rumah merupakan kebutuhan primer masyarakat. Masyarakat memiliki beberapa pilihan dalam memiliki rumah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

S U T A R T O NIM : Program Studi Teknik dan Manajemen industri

S U T A R T O NIM : Program Studi Teknik dan Manajemen industri PENGEMBANGAN MODEL KEBIJAKAN SEKTOR INDUSTRI KOMPONEN ELEKTRONIKA (KBLI 321) DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM TESIS Karya Tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari Institut

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat inflasi yang terkendali, nilai tukar dan tingkat suku bunga yang stabil serta tingkat pengangguran yang rendah atau bahkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidup pada tahap subsisten dan mata pencarian utama adalah dari mata. pencaharian di sektor pertanian, perikanan dan berburu.

I. PENDAHULUAN. hidup pada tahap subsisten dan mata pencarian utama adalah dari mata. pencaharian di sektor pertanian, perikanan dan berburu. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat merupakan fenomena penting yang dialami dunia semenjak dua abad belakangan ini. Dalam periode tersebut dunia telah mengalami perubahan

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( ) SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT (1996-2010) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program Studi S1 Ilmu Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa Selama periode 2001-2010, terlihat tingkat inflasi Indonesia selalu bernilai positif, dengan inflasi terendah sebesar 2,78 persen terjadi pada

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laju inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama pengambil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laju inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama pengambil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama pengambil kebijakan ekonomi. Laju inflasi tinggi dan biasanya juga cenderung tidak stabil dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima simpanan dan membuat pinjaman serta sebagai lembaga perantara interaksi antara pihak yang kelebihan dana dan kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil komoditas pertanian berupa padi. Komoditas padi dikonsumsi dalam bentuk beras menjadi nasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka pangjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami dunia belakangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam meningkatkan kesejahteraan tersebut, salah satunya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sebagai suatu proses berencana dari kondisi tertentu kepada kondisi yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan tersebut bertujuan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2011 No. 05/01/33/Th. VI, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2011 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK

PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK Dhani Kurniawan Teguh Pamuji Tri Nur Hayati Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Fattah Demak Email : ujik_angkung@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rate in the United Kingdom yang dimuat pada jurnal Economica, menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Rate in the United Kingdom yang dimuat pada jurnal Economica, menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan antara inflasi dan pengangguran mulai menarik perhatian para ekonom pada akhir tahun 1950an, ketika A W Phillips dalam tulisannya dengan judul The Relationship

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pemerintah mempunyai berbagai kekuasaan untuk mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu produk, menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis keterkaitan..., Bhima 1 Nur Santiko, FE UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisis keterkaitan..., Bhima 1 Nur Santiko, FE UI, 2009 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan bukan merupakan hal baru bagi perekonomian Indonesia. Tingginya tingkat subsidi yang diberikan pemerintah Indonesia kepada rakyat merupakan salah satu bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Sebagai negara yang menganut sisitem perekonomian terbuka maka sudah barang tentu pertumbuhan ekonominya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

KONDISI EKSISTING INDUSTRI. POTENSI Tulungagung Penghasil marmer terbesar di Indonesia (wikipedia.org) (Disperindag,2009)

KONDISI EKSISTING INDUSTRI. POTENSI Tulungagung Penghasil marmer terbesar di Indonesia (wikipedia.org) (Disperindag,2009) 8// PRESENTASI SIDANG TUGAS AKHIR Departemen Perdagangan RI LATAR BELAKANG 4 subsektor industri kreatif KONTRIBUSI SDA DAERAH NurmaAnita 56..46 Dosen Pembimbing Prof.Dr.Ir.Budisantoso Wirjodirdjo, M.Eng.

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM DINAMIK ANALISIS PENGARUH PERFORMA EKONOMI MAKRO TERHADAP ANGKA KEMISKINAN

SIMULASI SISTEM DINAMIK ANALISIS PENGARUH PERFORMA EKONOMI MAKRO TERHADAP ANGKA KEMISKINAN SIMULASI SISTEM DINAMIK ANALISIS PENGARUH PERFORMA EKONOMI MAKRO TERHADAP ANGKA KEMISKINAN YULITA ROSIANA NRP. 5208 100 138 Dosen Pembimbing Erma Suryani, S.T., M.T., Ph.D. JURUSAN SISTEM INFORMASI Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah negara. Peran sektor pertanian sebagai penyedia bahan makanan utama merupakan peran strategis terkait

Lebih terperinci

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, () ISSN: 7-59 (-97 Print) Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal Yennita Hana Ridwan dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi dalam suatu negara tidak terlepas dengan peran perbankan yang mempengaruhi perekonomian negara. Segala aktivitas perbankan yang ada di suatu negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bukti empiris menunjukkan sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian sebagian besar negara berkembang. Hal ini dilihat dari peran sektor

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan ekonomi dinegara berkembang adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pencapaian kesejahteraan tersebut dapat diukur dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari negara yang bersangkutan. Begitu juga dengan negara

Lebih terperinci

f f f i I. PENDAHULUAN

f f f i I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang kaya akan simiber daya alam di Indonesia. Produksi minyak bumi Provinsi Riau sekitar 50 persen dari total produksi minyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEMACETAN DAN TINGKAT PERTUMBUHAN JUMLAH WISATAWAN DI KOTA BANDUNG: PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS TESIS NURILLAH UTAMI NIM :

HUBUNGAN TINGKAT KEMACETAN DAN TINGKAT PERTUMBUHAN JUMLAH WISATAWAN DI KOTA BANDUNG: PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS TESIS NURILLAH UTAMI NIM : HUBUNGAN TINGKAT KEMACETAN DAN TINGKAT PERTUMBUHAN JUMLAH WISATAWAN DI KOTA BANDUNG: PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut

Lebih terperinci

Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan

Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan Asep Suryahadi, Niken Kusumawardhani, Ridho Al Izzati The SMERU Research Institute % Ekonomi terus tumbuh, kemiskinan menurun,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2000-2014 NADIA IKA PURNAMA Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara email : nadiaika95@gmail.com

Lebih terperinci

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu dampak

Lebih terperinci

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK,

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK, Manajemen Proyek PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK, SOSIAL DAN BUDAYA Aspek Politik UMUMNYA ASPEK POLITIK YANG BERKAIT DENGAN MANAJEMEN PROYEK ADALAH : A. STABILITAS POLITIK B. ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PENGARUH PDRB, INFLASI DAN UMR TERHADAP PENGANGGURAN TERBUKA DI JAWA TIMUR TAHUN

PENGARUH PDRB, INFLASI DAN UMR TERHADAP PENGANGGURAN TERBUKA DI JAWA TIMUR TAHUN PENGARUH PDRB, INFLASI DAN UMR TERHADAP PENGANGGURAN TERBUKA DI JAWA TIMUR TAHUN 1994 2013 Mualif Ainur Rohman, Mamak Moh. Balafif, Susi Tri Wahyuni Prodi Ekonomi Pembangunan Ekonomi Universitas Bhayangkara

Lebih terperinci

Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Faktor Penyebabnya. Oleh: Sunaryo Urip

Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Faktor Penyebabnya. Oleh: Sunaryo Urip Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Faktor Penyebabnya Oleh: Sunaryo Urip I. Pendahuluan (1) Sejak tahun 1984 Badan Pusat Statistik menghitung jumlah dan persentase penduduk miskin Sumber data utama:

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH SEBAGAI DANA PRODUKTIF DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI UNTUK USAHA MIKRO

PEMODELAN SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH SEBAGAI DANA PRODUKTIF DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI UNTUK USAHA MIKRO PEMODELAN SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH SEBAGAI DANA PRODUKTIF DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI UNTUK USAHA MIKRO Septianing Handayani, Naning Aranti W, Ahmad Rusdiansyah Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia selalu mengalami perjalanan yang berfluktuasi, minyak dan gas alam yang selama ini menjadi mesin pertumbuhan, harganya dipasar internasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penganut sistem perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama beberapa tahun terakhir (2005-2009), ekonomi Indonesia membaik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,5 persen. Namun kinerja itu masih jauh jika dibanding

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010 ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010 Penyusun: 1. Bilmar Parhusip 2. Basuki Rachmad Lay Out Budi Hartadi Bantuan dan Dukungan Teknis Seluruh Pejabat/Staf Direktorat Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertiga penduduk Indonesia tinggal di daerah pedesaan dan sebagian besar masih

BAB I PENDAHULUAN. pertiga penduduk Indonesia tinggal di daerah pedesaan dan sebagian besar masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di segala bidang merupakan arah dan tujuan kebijakan pemerintah Indonesia. Hakikatnya sosial dari pembangunan itu sendiri adalah upaya peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan mengacu pada Trilogi Pembangunan (Rochmat Soemitro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci