BAB IV HASIL PENELITIAN. penghambatan pertumbuhan. Daerah hambat yaitu jarak antara koloni

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN. penghambatan pertumbuhan. Daerah hambat yaitu jarak antara koloni"

Transkripsi

1 52 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data hasil penelitian berupa data hasil pengukuran lebar daerah penghambatan pertumbuhan. Daerah hambat yaitu jarak antara koloni Staphylococcus aureus dengan sisi terluar paper disc pada medium NA (Nutrient Agar) yang mengandung ekstrak daun panamar gantung (Tinospora crispa L.). Pengukuran dilakukan pada saat kultur Staphylococcus aureus yang di tumbuhkan pada medium NA (Nutrient Agar) berumur 1 x 24 jam, 2 x 24 jam, 3 x 24 jam, dan 4 x 24 jam. 1. Hasil Pengukuran Lebar Daerah Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 1 x 24 Jam. Data hasil pengukuran lebar daerah hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 1 x 24 jam selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1 yaitu pada poin 1.1 dan 1.2, sedangkan rata-ratanya disajikan pada Tabel

2 53 Tabel 4.1 Rata-rata Lebar Daerah Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 1 x 24 Jam Setelah Ditransformasikan ke Perlakuan Data Asli Data Transformasi Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata S 0 0% 0,000 0,000 2,121 0,707 S 1 40% 3,850 1,283 4,004 1,335 S 2 50% 4,300 1,433 4,157 1,386 S 3 60% 5,600 1,867 4,588 1,529 S 4 70% 6,600 2,200 4,929 1,643 S 5 80% 5,200 1,733 4,471 1,490 S 6 90% 6,050 2,017 4,724 1,575 Data pada Tabel 4.1 di atas menunjukan hasil pengukuran rata-rata lebar daerah penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yang disebabkan oleh pemberian ekstrak daun panamar gantung untuk setiap taraf perlakuan terlihat bervariasi. Hal ini terlihat pada rata-rata lebar daerah penghambatan terkecil adalah 0,707 mm yaitu pada perlakuan S 0 (0%) dan rata-rata daerah penghambatan terbesar adalah 1,643 mm yaitu pada perlakuan S 4 (70%). Hasil analisis variansi juga dapat diketahui bahwa pengaruh ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel ringkasan analisis variansi yang terdapat pada Tabel 4.2, sedangkan untuk perhitungan lebih lengkap terdapat pada Lampiran 1 poin 1.3.

3 54 Tabel 4.2 Ringkasan Analisis Variansi untuk Pemberian Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 1 x 24 Jam setelah ditransformasikan ke. Sumber Keragaman Db JK KT F Hitung F Tabel 5% Perlakuan 6 1,787 0,298 15,114* 2,85 Galat 14 0,276 0, Total 20 2, Keterangan : * = Berbeda Nyata ( F hitung > F 5% ) Tn = Tidak Berbeda Nyata ( F hitung < F 5% ) Tabel 4.2 di atas menunjukan bahwa perlakuan pemberian ekstrak daun panamar gantung berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf pengujian 5% dengan nilai F hitung (15,114) yang lebih besar dari nilai F tabel (2,85), sehingga hipotesis penelitian (H 1 ) dapat diterima sedangkan hipotesis nol (H 0 ) ditolak pada taraf signifikansi 5% untuk parameter pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 1 x 24 Jam. Pengamatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 1 x 24 jam memiliki nilai Koefesien Keragaman (KK) sebesar 10,165% mendukung nilai F hitung (15,114) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85) yang menunjukan adanya variasi data yang masuk dalam syarat keragaman taraf 5%. Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui taraf optimal dari pengaruh setiap taraf perlakuan pemberian ekstrak daun panamar gantung terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu dilakukan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%, karena nilai koefesien keragaman (KK) pada pengamatan penghambatan pertumbuhan

4 55 Staphylococcus aureus pada umur 1 x 24 jam sebesar 10,165% pada kondisi data hasil pengukuran yang heterogen. Hal ini sesuai dengan ketentuan hubungan nilai KK dan macam uji beda yang sebaiknya dipakai seperti tertulis pada buku berjudul Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi Edisi Ketiga yang disusun oleh Dr. Ir. Kemas Ali Hanafiah, M.S pada halaman Berikut data hasil uji lanjut yang dilakukan dengan uji BNT 5% pada umur 1 x 24 jam selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3, sedangkan perhitungan lebih lengkap terdapat pada Lampiran 1 poin 1.4. Tabel 4.3 Uji Beda Nyata Terkecil (5%) untuk Pemberian Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 1 x 24 jam setelah ditransformasikan ke No Perlakuan Rata-Rata dan Notasi 1 S 0 0% 0,707 a 2 S 1 40% 1,335 b 3 S 2 50% 1,386 b 4 S 3 60% 1,529 bc 5 S 4 70% 1,643 c 6 S 5 80% 1,490 bc 7 S 6 90% 1,575 bc BNT 0,05 = 0,247 Keterangan = Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5%) Berdasarkan hasil dari uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (5%) bahwa perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan S 4 (70%) berbeda tidak nyata dengan perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan S 3 (60%), S 5 (80%), dan S 6 70 Kemas Ali Hanafiah, Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi Jilid 3, Jakarta : Rajawali Pers, 2010, h. 41.

5 Lebar daerah Hambat (mm) 56 (90%), dan berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan lainnya. Adapun perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus yang optimal adalah pada taraf perlakuan S 4 (70%), sedangkan kisaran optimal untuk perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus terdapat pada taraf perlakuan S 3 (60%) - S 4 (70%). Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus Pada Umur 1 x 24 Jam S0 0% 2 S1 40% S2 50% S3 60% S0 0% S1 40% S2 50% S3 60% S4 70% S5 80% S6 90% Macam Kosentrasi S4 70% S5 80% S6 90% Berdasarkan Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa perlakuan dari beberapa taraf perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 1 x 24 jam memiliki pengaruh penghambatan terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus, hal

6 57 ini dibuktikan dengan adanya rata-rata lebar daerah hambat yang dihasilkan dari setiap taraf konsentrasi perlakuan. 2. Hasil Pengukuran Lebar Daerah Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 2 x 24 Jam. Data hasil pengukuran lebar daerah hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 2 x 24 jam selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2 yaitu pada poin 2.1 dan 2.2, sedangkan rata-ratanya disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Rata-rata Lebar Daerah Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 2 x 24 Jam Setelah Ditransformasikan ke Perlakuan Data Asli Data Transformasi Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata S 0 0% 0,000 0,000 2,121 0,707 S 1 40% 2,400 0,800 3,315 1,105 S 2 50% 4,300 1,433 4,157 1,386 S 3 60% 5,600 1,867 4,588 1,529 S 4 70% 6,600 2,200 4,929 1,643 S 5 80% 5,200 1,733 4,471 1,490 S 6 90% 6,050 2,017 4,724 1,575 Data pada Tabel 4.4 di atas menunjukan hasil pengukuran rata-rata lebar daerah penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yang disebabkan oleh pemberian ekstrak daun panamar gantung untuk setiap taraf perlakuan terlihat bervariasi. Hal ini terlihat pada rata-rata lebar daerah penghambatan terkecil adalah 0,707 mm yaitu pada perlakuan S 0 (0%) dan rata-rata daerah penghambatan terbesar adalah 1,643 mm yaitu pada perlakuan S 4 (70%).

7 58 Hasil analisis variansi juga dapat diketahui bahwa pengaruh ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel ringkasan analisis variansi yang terdapat pada Tabel 4.5, sedangkan untuk perhitungan lebih lengkap terdapat pada Lampiran 2 poin 2.3. Tabel 4.5 Ringkasan Analisis Variansi untuk Pemberian Ekstrak Daun Panamar gantung Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 2 x 24 Jam setelah ditransformasikan ke. Sumber Keragaman Db JK KT F Hitung F Tabel 5% Perlakuan 6 1,986 0,331 9,125* 2,85 Galat 14 0,508 0, Total 20 2, Keterangan : * = Berbeda Nyata ( F hitung > F tabel 5% ) Tn = Tidak Berbeda Nyata ( F hitung < F tabel 5% ) Tabel 4.5 di atas menunjukan bahwa perlakuan pemberian ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus mempunyai pengaruh yang nyata, terlihat dari nilai F hitung (9,125) yang lebih besar dari nilai F tabel (2,85), sehingga hipotesis penelitian (H 1 ) dapat diterima sedangkan hipotesis nol (H 0 ) ditolak pada taraf signifikansi 5% untuk parameter pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 2 x 24 Jam. Pengamatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 2 x 24 jam memiliki nilai Koefesien Keragaman (KK) sebesar 14,129% mendukung nilai F hitung (9,125) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85) yang menunjukan adanya variasi data yang masuk dalam syarat keragaman taraf 5%. Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui taraf optimal dari

8 59 pengaruh setiap taraf perlakuan pemberian ekstrak daun panamar gantung terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu dilakukan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%, karena nilai koefesien keragaman (KK) pada pengamatan penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 2 x 24 jam sebesar 14,129% pada kondisi data hasil pengukuran yang heterogen. Berikut data hasil uji lanjut yang dilakukan dengan uji BNT 5% pada umur 2 x 24 jam selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.6, sedangkan perhitungan lebih lengkap terdapat pada Lampiran 2 poin 2.4. Tabel 4.6 Uji Beda Nyata Terkecil (5%) untuk Pemberian Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 2 x 24 jam setelah ditransformasikan ke No Perlakuan Rata-Rata dan Notasi 1 S 0 0% 0,707 a 2 S 1 40% 1,105 b 3 S 2 50% 1,386 c 4 S 3 60% 1,529 cd 5 S 4 70% 1,643 d 6 S 5 80% 1,490 cd 7 S 6 90% 1,575 cd BNT 0,05 = 0,248 Keterangan = Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5%) Berdasarkan hasil dari uji Beda Nyata Terkecil (5%) bahwa perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan S 4 (70%) berbeda tidak nyata dengan perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan S 3 (60%), S 5 (80%), dan S 6 (90%), dan berbeda

9 Lebar Daerah Hambat (mm) 60 nyata dengan perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan lainnya. Adapun perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus yang optimal adalah pada taraf perlakuan S 4 (70%), sedangkan kisaran optimal untuk perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus terdapat pada taraf perlakuan S 3 (60%) - S 4 (70%). Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus Pada Umur 2 x 24 Jam S0 0% S1 40% S2 50% S3 60% S4 70% S5 80% 0 S0 0% S1 40% S2 50% S3 60% S4 70% S5 80% S6 90% Macam Kosentrasi S6 90% Gambar 4.2 di atas terlihat bahwa perlakuan dari beberapa taraf perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 2 x 24 jam memiliki pengaruh penghambatan terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus, hal ini dibuktikan dengan adanya rata-rata lebar daerah hambat yang dihasilkan dari setiap konsentrasi taraf perlakuan. Namun pada umur 2 x 24 jam ini

10 61 terlihat ada rata-rata lebar daerah hambat yang mulai mengalami penurunan dari umur sebelumnya yaitu pada taraf konsentrasi perlakuan S 1 (40%). 3. Hasil Pengukuran Lebar Daerah Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 3 x 24 Jam. Data hasil pengukuran lebar daerah hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 3 x 24 jam selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 yaitu pada poin 3.1 dan 3.2, sedangkan rata-ratanya disajikan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Rata-rata Lebar Daerah Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 3 x 24 Jam Setelah Ditransformasikan ke Perlakuan Data Asli Data Transformasi Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata S 0 0% 0,000 0,000 2,121 0,707 S 1 40% 2,250 0,750 3,257 1,086 S 2 50% 4,250 1,417 4,137 1,379 S 3 60% 3,550 1,183 3,695 1,232 S 4 70% 6,100 2,033 4,770 1,590 S 5 80% 5,050 1,683 4,420 1,473 S 6 90% 5,950 1,983 4,694 1,565 Data pada Tabel 4.7 di atas menunjukan hasil pengukuran rata-rata lebar daerah penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yang disebabkan oleh pemberian ekstrak daun panamar gantung untuk setiap taraf perlakuan terlihat bervariasi. Hal ini terlihat pada rata-rata lebar daerah penghambatan terkecil adalah 0,707 mm yaitu pada perlakuan S 0 (0%) dan rata-rata daerah penghambatan terbesar adalah 1,590 mm yaitu pada perlakuan S 4 (70%).

11 62 Hasil analisis variansi juga dapat diketahui bahwa pengaruh ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel ringkasan analisis variansi yang terdapat pada Tabel 4.8, sedangkan untuk perhitungan lebih lengkap terdapat pada Lampiran 3 poin 3.3. Tabel 4.8 Ringkasan Analisis Variansi untuk Pemberian Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 3 x 24 Jam setelah ditransformasikan ke. Sumber Keragaman Db JK KT F Hitung F Tabel 5% Perlakuan 6 1,779 0,296 4,539* 2,85 Galat 14 0,914 0, Total 20 2, Keterangan : * = Berbeda Nyata ( F hitung > F tabel 5% ) Tn = Tidak Berbeda Nyata ( F hitung < F tabel 5% ) Tabel 4.8 di atas menunjukan bahwa perlakuan pemberian ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus mempunyai pengaruh yang nyata, terlihat dari nilai F hitung (4,539) yang lebih besar dari nilai F tabel (2,85), sehingga hipotesis penelitian (H 1 ) dapat diterima sedangkan hipotesis nol (H 0 ) ditolak pada taraf signifikansi 5% untuk parameter pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 3 x 24 Jam. Pengamatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 3 x 24 jam memiliki nilai Koefesien Keragaman (KK) sebesar 19,811% mendukung nilai F hitung (4,539) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85) yang menunjukan adanya variasi data yang masuk dalam syarat keragaman

12 63 taraf 5%. Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui taraf optimal dari pengaruh setiap taraf perlakuan pemberian ekstrak daun panamar gantung terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu dilakukan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%, karena nilai koefesien keragaman (KK) pada pengamatan penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 3 x 24 jam sebesar 19,811% pada kondisi data hasil pengukuran yang heterogen. Berikut data hasil uji lanjut yang dilakukan dengan uji BNT 5% pada umur 3 x 24 jam selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.9, sedangkan perhitungan lebih lengkap terdapat pada Lampiran 3 poin 3.4. Tabel 4.9 Uji Beda Nyata Terkecil (5%) untuk Pemberian Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 3 x 24 jam setelah ditransformasikan ke No Perlakuan Rata-Rata dan Notasi 1 S 0 0% 0,707 a 2 S 1 40% 1,086 ab 3 S 2 50% 1,379 bc 4 S 3 60% 1,232 bc 5 S 4 70% 1,590 c 6 S 5 80% 1,473 bc 7 S 6 90% 1,565 c BNT 0,05 = 0,447 Keterangan = Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5%) Berdasarkan hasil dari uji Beda Nyata Terkecil (5%) bahwa perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan S 4 (70%) berbeda tidak nyata dengan perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus

13 Lebar Daerah Hambat (mm) 64 aureus pada taraf perlakuan S 2 (50%), S 3 (60%), S 5 (80%), dan S 6 (90%), dan berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan lainnya. Adapun perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus yang optimal adalah pada taraf perlakuan S 4 (70%), sedangkan kisaran optimal untuk perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus terdapat pada taraf perlakuan S 2 (50%) - S 4 (70%). Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus Pada Umur 3 x 24 Jam S0 0% S1 40% S2 50% S3 60% S4 70% S5 80% 0 S0 0% S1 40% S2 50% S3 60% S4 70% S5 80% S6 90% Macam Kosentrasi S6 90% Berdasarkan Gambar 4.3 di atas terlihat bahwa perlakuan dari beberapa taraf konsentrasi perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 3 x 24 jam memiliki pengaruh penghambatan terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus, hal ini dibuktikan dengan adanya rata-rata lebar daerah hambat yang dihasilkan dari setiap konsentrasi taraf perlakuan. Namun pada umur 3 x 24

14 65 jam ini terlihat rata-rata lebar daerah hambat dari setiap taraf kosentrasi perlakuan mulai mengalami penurunan dari umur sebelumnya, hal ini menunjukan bahwa zat-zat antimikroba yang terkandung pada ekstrak daun panamar gantung sudah mulai kurang efektif dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. 4. Hasil Pengukuran Lebar Daerah Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 4 x 24 Jam. Data hasil pengukuran lebar daerah hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 4 x 24 jam selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 yaitu pada poin 4.1 dan 4.2, sedangkan rata-ratanya disajikan pada Tabel Tabel 4.10 Rata-rata Lebar Daerah Hambat (mm) Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 4 x 24 Jam Setelah Ditransformasikan ke Perlakuan Data Asli Data Transformasi Jumlah Rata-Rata Jumlah Rata-Rata S 0 0% 0,000 0,000 2,121 0,707 S 1 40% 2,200 0,733 3,237 1,079 S 2 50% 3,550 1,183 3,892 1,297 S 3 60% 3,350 1,117 3,635 1,212 S 4 70% 5,550 1,850 4,588 1,529 S 5 80% 4,550 1,517 4,239 1,413 S 6 90% 4,450 1,483 4,223 1,408 Data pada Tabel 4.10 di atas menunjukan hasil pengukuran rata-rata lebar daerah penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yang disebabkan oleh pemberian ekstrak daun panamar gantung untuk setiap taraf perlakuan terlihat bervariasi. Hal ini terlihat pada rata-rata lebar daerah

15 66 penghambatan terkecil adalah 0,707 mm yaitu pada perlakuan S 0 (0%) dan rata-rata daerah penghambatan terbesar adalah 1,529 mm yaitu pada perlakuan S 4 (70%). Hasil analisis variansi juga dapat diketahui bahwa pengaruh ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel ringkasan analisis variansi yang terdapat pada Tabel 4.11, sedangkan untuk perhitungan lebih lengkap terdapat pada Lampiran 4 poin 4.3. Tabel 4.11 Ringkasan Analisis Variansi untuk Pemberian Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 4 x 24 Jam setelah ditransformasikan ke. Sumber Keragaman Db JK KT F Hitung F Tabel 5% Perlakuan 6 1,370 0,228 4,236* 2,85 Galat 14 0,754 0, Total 20 2, Keterangan : * = Berbeda Nyata ( F hitung > F tabel 5% ) Tn = Tidak Berbeda Nyata ( F hitung < F tabel 5% ) Tabel 4.11 di atas menunjukan bahwa perlakuan pemberian ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus mempunyai pengaruh yang nyata, terlihat dari nilai F hitung (4,236) yang lebih besar dari nilai F tabel (2,85), sehingga hipotesis penelitian (H 1 ) dapat diterima sedangkan hipotesis nol (H 0 ) ditolak pada taraf signifikansi 5% untuk parameter pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 4 x 24 Jam.

16 67 Pengamatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 4 x 24 jam memiliki nilai Koefesien Keragaman (KK) sebesar 18,795% mendukung nilai F hitung (4,236) yang lebih besar dari nilai F tabel 5% (2,85) yang menunjukan adanya variasi data yang masuk dalam syarat keragaman taraf 5%. Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui taraf optimal dari pengaruh setiap taraf perlakuan pemberian ekstrak daun panamar gantung terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu dilakukan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%, karena nilai koefesien keragaman (KK) pada pengamatan penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 4 x 24 jam sebesar 18,795% pada kondisi data hasil pengukuran yang heterogen. Berikut data hasil uji lanjut yang dilakukan dengan uji BNT 5% pada umur 4 x 24 jam selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.12, sedangkan perhitungan lebih lengkap terdapat pada Lampiran 4 poin 4.4. Tabel 4.12 Uji Beda Nyata Terkecil (5%) untuk Pemberian Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 4 x 24 jam setelah ditransformasikan ke No Perlakuan Rata-Rata dan Notasi 1 S 0 0% 0,707 a 2 S 1 40% 1,079 ab 3 S 2 50% 1,297 bc 4 S 3 60% 1,212 bc 5 S 4 70% 1,529 c 6 S 5 80% 1,413 bc 7 S 6 90% 1,408 bc BNT 0,05 = 0,408 Keterangan = Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5%)

17 Lebar Daerah Hambat (mm) 68 Berdasarkan hasil dari uji Beda Nyata Terkecil (5%) bahwa perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan S 4 (70%) berbeda tidak nyata dengan perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan S 2 (50%), S 3 (60%), S 5 (80%), dan S 6 (90%), dan berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada taraf perlakuan lainnya. Adapun perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus yang optimal adalah pada taraf perlakuan S 4 (70%), sedangkan kisaran optimal untuk perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus terdapat pada taraf perlakuan S 2 (50%) - S 4 (70%). Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus Pada Umur 4 x 24 Jam S0 0% S1 40% S2 50% S3 60% S4 70% S5 80% 0 S0 0% S1 40% S2 50% S3 60% S4 70% S5 80% S6 90% Macam Kosentrasi S6 90%

18 69 Berdasarkan Gambar 4.4 di atas terlihat bahwa perlakuan dari beberapa taraf konsentrasi perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 4 x 24 jam memiliki pengaruh penghambatan terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus, hal ini dibuktikan dengan adanya rata-rata lebar daerah hambat yang dihasilkan dari setiap konsentrasi taraf perlakuan. Namun pada umur 4 x 24 jam ini terlihat rata-rata lebar daerah hambat dari setiap taraf konsentrasi perlakuan mulai mengalami penurunan dari umur sebelumnya, hal ini menunjukan bahwa zat-zat antimikroba yang terkandung pada ekstrak daun panamar gantung sudah mulai kurang efektif dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. 5. Rangkuman Hasil Analisis Pengaruh Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 1 x 24 jam, 2 x 24 jam, 3 x 24 jam, dan 4 x 24 Jam. Rangkuman dari hasil analisis pengaruh ekstrak daun panamar gantung terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada Tabel 4.13 Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Analisis Pengaruh Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada Umur 1 x 24 jam, 2 x 24 jam, 3 x 24 jam, dan 4 x 24 jam. Nilai F hitung Pada Setiap Umur Pertumbuhan F Staphylococcus aureus tabel 5% 1 x 24 Jam 2 x 24 Jam 3 x 24 Jam 4 x 24 jam 15,114* 9,125* 4,539* 4,236* 2,85 Keterangan : * = Berbeda Nyata ( F hitung > F tabel 5% ) Tn = Tidak Berbeda Nyata ( F hitung < F tabel 5% )

19 Lebar Daerah hambat (mm) 70 Tabel 4.13 di atas merupakan rangkuman dari keseluruhan hasil analisis pengaruh ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus selama pengamatan dilakukan. Berdasarkan Tabel 4.13 ini pula terlihat nilai rata-rata lebar daerah hambat yang disebabkan oleh ekstrak daun panamar gantung mengalami penurunan jika dilihat dari nilai F hitung tiap umur pertumbuhannya. Meskipun terjadi penurunan nilai F hitung pada tiap umur pengamatan namun nilai F hitung tersebut apabila dibandingkan dengan nilai F tabel masih memiliki perbedaan yang nyata. Gambar 4.5 Grafik Pengaruh Ekstrak Daun Panamar Gantung Terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus Pada Umur 1 x 24 Jam, 2 x 24 Jam, 3 x 24 Jam, dan 4 x 24 Jam S0 (0%) S1 (40%) S2 (50%) S3 (60%) S4 (70%) x 24 Jam 2 x 24 Jam 3 x 24 Jam 4 x 24 Jam Umur Pengukuran S5 (80%) S6 (90%) Berdasarkan Gambar 4.5 di atas terlihat bahwa perlakuan dari beberapa taraf konsentrasi perlakuan ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada umur 1 x 24 jam sampai dengan 4 x 24 jam memiliki pengaruh penghambatan yang nyata terhadap

20 71 pertumbuhan Staphylococcus aureus, hal ini dibuktikan dengan adanya ratarata lebar daerah hambat yang dihasilkan dari setiap taraf kosentrasi perlakuan. Pada Gambar 4.5 ini pula terlihat adanya penurunan rata-rata lebar daerah hambat dari tiap umur perlakuan. B. Pengujian Hipotesis Berdasarkan deskripsi data dari data hasil pengukuran lebar daerah penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus yang disebabkan oleh ekstrak daun panamar gantung mulai pengukuran umur 1 x 24 jam, 2 x 24 jam, 3 x 24 jam, dan 4 x 24 jam dapat diambil kesimpulan dari hipotesis yang telah diajukan yaitu hipotesis penelitian (H 1 ) dapat diterima sedangkan hipotesis nol (H 0 ) ditolak pada taraf signifikansi 5%, hal ini dikarenakan F hitung dari semua umur pengukuran lebih besar dari F tabel 5%. 1. Aplikasi Penelitian Murni Biologi Dengan Dunia Pendidikan Berdasarkan kurikulum Tadris Biologi STAIN Palangka Raya, khususnya pada mata kuliah mikrobiologi, yang menjadi tujuan pembelajaran yaitu mahasiswa mampu menganalisis konsep dasar berbagai aspek kehidupan mikroba terutama kaitannya dengan kehidupan manusia, mengkomunikasikan keilmuan mikrobiologi dan menerapkan mikrobiologi secara umum meliputi sejarah mikrobiologi, klasifikasi, morfologi dan sitologi, pertumbuhan dan perkembangbiakan, mikroba sebagai biodegradator dan bioindikator, mikroba dan penyakit, mikroba dalam industri makanan, pertanian, obat-obatan, dan mikroba sebagai wahana rekayasa genetika yang dihubungkan dengan dunia pendidikan.

21 72 Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam kegiatan pembelajaran dan praktikum pada mata kuliah mikrobiologi, khususnya materi tentang mikroba dan penyakit. Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, karena dengan pendekatan ini, mahasiswa mampu memperoleh kecakapan hidup. Selain itu juga dapat memberi informasi kepada khalayak umum tentang manfaat daun panamar gantung sebagai penghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus yang ditumbuhkan pada medium buatan atau dalam hal ini medium NA (Nutrient Agar). Dari hasil penelitian ini juga, peneliti membuat penuntun praktikum terkait dengan penelitian yang telah dilakukan, yang dapat di lihat pada bagian lampiran.

BAB IV HASIL PENELITIAN. penambahan berat badan Mencit (Mus musculus). Jarak penimbangan pada

BAB IV HASIL PENELITIAN. penambahan berat badan Mencit (Mus musculus). Jarak penimbangan pada BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data hasil penelitian ini berupa data yang diambil berdasarkan dari penambahan berat badan Mencit (Mus musculus). Jarak penimbangan pada objek penelitian berkisar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. jarak antara koloni bakteri Staphylococcus aureus dengan sisi terluar paper

BAB IV HASIL PENELITIAN. jarak antara koloni bakteri Staphylococcus aureus dengan sisi terluar paper 64 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data hasil penelitian ini berupa data hasil pengukuran lebar daerah (zona) bening atau zona hambat pertumbuhan. Daerah (zona) hambat yaitu jarak antara koloni

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Cancida albicans dengan sisi terluar paper disc yang mengandung ekstrak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Cancida albicans dengan sisi terluar paper disc yang mengandung ekstrak 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data hasil penelitian ini berupa data hasil pengukuran lebar zona hambat pertumbuhan atau zona bening. Zona bening yaitu jarak antara koloni

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. ketebalan (dengan satuan mm). Tingkat ketebalan adalah ukuran dari tinggi zona

BAB IV HASIL PENELITIAN. ketebalan (dengan satuan mm). Tingkat ketebalan adalah ukuran dari tinggi zona 51 BAB IV HASIL PENELITIAN Data diambil dari semua unit penelitian, berupa hasil pengukuran tingkat ketebalan (dengan satuan mm). Tingkat ketebalan adalah ukuran dari tinggi zona nata de banana yang terbentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan apa-apa yang akan terjadi bila variabel-variabel tertentu dikontrol

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan apa-apa yang akan terjadi bila variabel-variabel tertentu dikontrol 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (TREATMENT) TERHADAP OBJEK PENELITIAN SERTA ADANYA KONTROL PENELITIAN. 50

BAB III METODE PENELITIAN. (TREATMENT) TERHADAP OBJEK PENELITIAN SERTA ADANYA KONTROL PENELITIAN. 50 BAB III METODE PENELITIAN. (TREATMENT) TERHADAP OBJEK PENELITIAN SERTA ADANYA KONTROL PENELITIAN. 50 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. aktivitas antimikroba ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan

BAB V PEMBAHASAN. aktivitas antimikroba ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan 73 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Konsentrasi ekstrak daun panamar gantung yang digunakan pada uji aktivitas antimikroba ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dibuat dalam

Lebih terperinci

Lampiran 2. Daftar Analisis Ragam dan Uji LSR Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Diameter Zona Hambat Escherichia coli

Lampiran 2. Daftar Analisis Ragam dan Uji LSR Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Diameter Zona Hambat Escherichia coli Lampiran 2. Daftar Analisis Ragam dan Uji LSR Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Diameter Zona Hambat Escherichia coli Daftar Analisis Ragam Pengaruh Jenis Pelarut terhadap Diameter Zona Hambat Escherichia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Data diambil dari semua unit penelitian, berupa hasil penghitungan jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN. Data diambil dari semua unit penelitian, berupa hasil penghitungan jumlah 60 BAB IV HASIL PENELITIAN Data diambil dari semua unit penelitian, berupa hasil penghitungan jumlah bakteri Coliform pada medium Kaldu Laktosa (KL), jumlah total bakteri Coliform fecal pada medium Brilliant

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR. adanya perlakuan yang diberikan pada objek yang diteliti serta adanya kontrol

BAB III METODE DAN PROSEDUR. adanya perlakuan yang diberikan pada objek yang diteliti serta adanya kontrol 32 BAB III METODE DAN PROSEDUR A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian eksperimen, karena adanya perlakuan yang diberikan pada objek yang diteliti serta adanya kontrol penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. setiap unit penelitian (baglog). Berat segar tubuh buah dan jumlah tubuh buah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. setiap unit penelitian (baglog). Berat segar tubuh buah dan jumlah tubuh buah 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data diambil dari semua unit penelitian, berupa hasil pengukuran berat segar tubuh buah (dengan satuan gram) dan jumlah tubuh buah pada setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), karena faktor kondisi lingkungan dapat diseragamkan (homogen),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian. 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen murni (Pure Eksperimen) pada skala laboratorium, dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar analisis sidik ragam kadar air tepung daun bangun-bangun

Lampiran 1. Daftar analisis sidik ragam kadar air tepung daun bangun-bangun Lampiran 1. Daftar analisis sidik ragam kadar air tepung daun bangun-bangun SK db JK KT F hit. F.tabel,5,1 Perlakuan 2,628198,3199 3,184 tn 5,14 1,92 Galat 6,629,1148 Total 8 Keterangan : FK = 365,5446

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Sidik Ragam Rendemen

Lampiran 1. Daftar Sidik Ragam Rendemen Lampiran 1 Daftar Sidik Ragam Rendemen SK db JK KT F Hit F 0,05 F0,01 Perlakuan 15 2,084.636 138.976 46.953 ** 1.97 2.62 P 3 1,923.078 641.026 216.572 ** 2.90 4.46 Lin 1 1,602.530 1,602.530 541.417 **

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian merupakan penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 58 BAB IV HASIL PENELITIAN Data diambil dari semua unit penelitian yang sudah dilaksanakan, berupa hasil pengukuran tingkat ketebalan lapisan nata dari bahan sari buah nipah dan air kelapa dengan satuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. pada Droshopilla sp pada strain white (W) dan strain Normal (N), yang

BAB IV HASIL PENELITIAN. pada Droshopilla sp pada strain white (W) dan strain Normal (N), yang BAB IV HASIL PENELITIAN Data hasil penelitian pengaruh waktu kopulasi terhadap jumlah keturunan pada Droshopilla sp pada strain white (W) dan strain Normal (N), yang dikelompokkan menurut lama kopulasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian. 23

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian. 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen murni (Pure Experiment) pada skala laboratorium, dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap objek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, karena adanya perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. larutan kulit bawang dengan konsentrasi 10%-100%. Penelitian ini terdiri dari

BAB III METODE PENELITIAN. larutan kulit bawang dengan konsentrasi 10%-100%. Penelitian ini terdiri dari BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian eperimen. Faktor pemberian larutan kulit bawang dengan konsentrasi 10%-100%. Penelitian ini terdiri dari 10 taraf

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Hasil Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang berasal dari daerah Sumalata, Kabupaten Gorontalo utara. 4.1.1 Hasil Ektraksi Daun Sirsak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian murni (Eksperimen) didalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian murni (Eksperimen) didalam 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian murni (Eksperimen) didalam laboratorium dengan memberikan perlakuan terhadap objek penelitian. Penelitian eksperimen

Lebih terperinci

B. Analisis Variansi Pengaruh Komposisi, Konsentrasi dan Interaksi Terhadap Total Keasaman Soyghurt

B. Analisis Variansi Pengaruh Komposisi, Konsentrasi dan Interaksi Terhadap Total Keasaman Soyghurt 78 Lampiran 1. Hasil Penelitian A. Data Hasil Uji Total Keasaman Soyghurt Komposisi Konsentrasi Ulangan Total Ratarata (P) (K) 1 2 3 4 5 ( X) Kontrol (P0K0) 0.20 0.30 0.30 0.20 0.30 1.30 0.26* P1 0.52

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu semai bibit tomat sampai tanaman dipindahkan di polybag adalah 3 minggu. Pengukuran tinggi tanaman tomat dimulai sejak 1 minggu setelah tanaman dipindahkan

Lebih terperinci

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data diambil dari semua unit penelitian, berupa jumlah akar dan hasil

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data diambil dari semua unit penelitian, berupa jumlah akar dan hasil 43 BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data diambil dari semua unit penelitian, berupa jumlah akar dan hasil pengukuran panjang akar (dengan satuan cm) pada tiap-tiap cangkokan pada

Lebih terperinci

Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri

Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri A 2 lup biakan bakteri padat Inkubasi+shaker (suhu kamar, 18-24 jam) a b b b 0.1 ml 0.1 ml 0.1ml 1:10-1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment)

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap objek

Lebih terperinci

Uji Lanjut: BEDA NILAI TERKECIL (BNT) (Least Significant Difference (LSD)) Forcep Rio Indaryanto, S.Pi., M.Si Muta Ali Khalifa, S.IK., M.Si.

Uji Lanjut: BEDA NILAI TERKECIL (BNT) (Least Significant Difference (LSD)) Forcep Rio Indaryanto, S.Pi., M.Si Muta Ali Khalifa, S.IK., M.Si. Uji Lanjut: BEDA NILAI TERKECIL (BNT) (Least Significant Difference (LSD)) Forcep Rio Indaryanto, S.Pi., M.Si Muta Ali Khalifa, S.IK., M.Si. Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment)

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap objek

Lebih terperinci

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I) Lampiran 1. Bagan Percobaan U V4(IV) V5 (II) V1 (II) V3(III) V2 (II) V3 (I) V3 (II) V4 (I) V1(IV) V2(III) V5(III) V0 (II) V0 (I) V4 (II) V0(IV) V2(IV) V5 (I) V1(III) V4(III) V5(IV) V3(IV) V0(III) V2 (I)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Eksperimen merupakan observasi dibawah kondisi buatan dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Larutan Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Larutan Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Larutan Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Jumlah Akar Batang Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum) Data hasil pengamatan jumlah akar stek batang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perlakuan dalam penelitian ini tersusun atas lima taraf perlakuan. Dalam setiap perlakuan terdapat lima kali ulangan. Kelima perlakuan tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam penelitian murni (Pure Eksperimen)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam penelitian murni (Pure Eksperimen) BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian murni (Pure Eksperimen) dengan skala laboratorium, dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap objek penelitaian

Lebih terperinci

Jika Ho ditolak berarti ada minimal satu mean yang berbeda nyata dengan yang lain :

Jika Ho ditolak berarti ada minimal satu mean yang berbeda nyata dengan yang lain : perlu dilakukan pengujian lanjutan melacak perbedaan diantara nilai-nilai rerata perlakuan uji perbandingan berganda: LSD : least Significant Difference Uji Tukey : Honestly Significant Difference DMRT

Lebih terperinci

B. Kontrol negatif C. Sediaan ekstrak pegagan D. Sediaan pegagan segar E. Sediaan air rebusan pegagan

B. Kontrol negatif C. Sediaan ekstrak pegagan D. Sediaan pegagan segar E. Sediaan air rebusan pegagan Lampiran 1. Data Uji Statistik Tabel 1.1. Data dan analisis histologis pankreas tikus putih yang diinduksi aloksan monohidrat dengan berbagai bentuk sediaan pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan persoalan yang diteliti, yang bertujuan untuk meneliti pengaruh perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan persoalan yang diteliti, yang bertujuan untuk meneliti pengaruh perlakuan 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian eksperimen.penelitian eksperimen adalah suatu percobaan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. , Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi, Palembang: USB, 2010.

DAFTAR PUSTAKA. , Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi, Palembang: USB, 2010. 117 DAFTAR PUSTAKA Akhmadi, Analisis Data Berdasarkan Rancangan Percobaan, Makalah, Palangka Raya: Universitas Palangka Raya, 1999. Ali Hanafiah, Kemas, Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi, Jakarta:

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Tinggi Tanaman Minggu Ke 8

Lampiran 1. Data Tinggi Tanaman Minggu Ke 8 39 Lampiran 1. Data Tinggi Tanaman Minggu Ke 8 T1P1 135,8 137,2 154,7 427,7 T1P2 142 141,5 155,7 439,2 T1P3 153 155,7 148,1 456,8 T1P4 149,1 121,4 151,7 422,2 T1P5 140 140,5 148 428,5 T2P1 167,2 158,4

Lebih terperinci

Kelompok (Lama. Penyimpanan/hari) A0 A1 A2 A3 6,422 6,832 7,179 7,862 24,286 26, ,969 5,892 6,244 6,926 7,032 7,491 7.

Kelompok (Lama. Penyimpanan/hari) A0 A1 A2 A3 6,422 6,832 7,179 7,862 24,286 26, ,969 5,892 6,244 6,926 7,032 7,491 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Persentase Kadar Air Kerupuk Ikan Selais ( Crytopterus bicirhis) Dengan Penambahan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Yang Berbeda Selama Penyimpanan. Kelompok (Lama Penyimpanan/hari)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Genotipe yang Digunakan sebagai Bahan Penelitian pada Percobaan Pendahuluan

Lampiran 1. Genotipe yang Digunakan sebagai Bahan Penelitian pada Percobaan Pendahuluan LAMPIRAN Lampiran 1. Genotipe yang Digunakan sebagai Bahan Penelitian pada Percobaan Pendahuluan Varietas/Genotipe Padi Sawah Padi Gogo Padi Rawa Aek Sibundong Batu Tegi B11586F-MR-11-2-2 B11283-6c-PN-5-MR-2-3-Si-1-2-

Lebih terperinci

Data pengamatan kadar air terasi yang dihasilkan 33, , , , ,0032 H 1 C 2 32, , , , ,4539 H 1 C 3

Data pengamatan kadar air terasi yang dihasilkan 33, , , , ,0032 H 1 C 2 32, , , , ,4539 H 1 C 3 87 Lampiran 1. Data pengamatan kadar air terasi yang dihasilkan Kombinasi Ulangan Perlakuan 1 2 3 Total Rataan H 1 C 1 33,5525 31,1597 31,2973 96,0095 32,0032 H 1 C 2 32,0751 30,9747 31,3120 94,3618 31,4539

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap. Pertumbuhan Staphylococcus aureus.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap. Pertumbuhan Staphylococcus aureus. 87 BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus. Taraf perlakuan ekstrak Daun Meniran dengan berbagai konsentrasi menunjukan hasil

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Ketebalan (cm) Pada Nata de Watermelonskin Perlakuan Ulangan Analisa (berat kulit semangka) I II III Total Rataan 30 gram (tanpa )/kontrol 0,70 0,65 0,65 2,00 0,67

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sidik Ragam Persentase Kematian Tanaman

Lampiran 1. Sidik Ragam Persentase Kematian Tanaman LAMPIRAN Lampiran 1. Sidik Ragam Persentase Kematian Tanaman Perlakuan 7 36,45586 5,20798 2,21161 JK Faktor A (Media Tanam) 1 0,498032 0,498032 0,211493 tn 4,26 7,82 JK Faktor B (Mikroorganisme) 3 29,47075

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Analisa Persentase Perkecambahan. Ulangan I II III

Lampiran 1. Hasil Analisa Persentase Perkecambahan. Ulangan I II III Lampiran 1. Hasil Analisa Persentase Perkecambahan 1.1. Data Persentase Perkecambahan (%) A0 B0 C0 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00 C1 66.67 66.67 100.00 233.34 77.78 B1 C0 100.00 100.00 100.00 300.00

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakter Morfologi Polong Kedelai 4.1.1 Panjang Trikoma Trikoma sebagai salah satu karakter morfologi polong kedelai, dapat ditentukan oleh panjang trikoma. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN PANAMAR GANTUNG (Tinospora crispa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus

UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN PANAMAR GANTUNG (Tinospora crispa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN PANAMAR GANTUNG (Tinospora crispa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian. 50

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian. 50 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen murni (Pure Eksperimen) pada skala laboratorium, dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap objek

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Pengujian Organoleptik Kerupuk Kulit Kelinci KUISIONER UJI ORGANOLEPTIK. : Ujilah sampel-sampel berikut terhadap warna, aroma,

Lampiran 1. Kuisioner Pengujian Organoleptik Kerupuk Kulit Kelinci KUISIONER UJI ORGANOLEPTIK. : Ujilah sampel-sampel berikut terhadap warna, aroma, 70 Lampiran 1. Kuisioner Pengujian Organoleptik Kerupuk Kulit Kelinci KUISIONER UJI ORGANOLEPTIK Nama Penguji : Nama Produk : Hari/Tanggal : Instruksi : Ujilah sampel-sampel berikut terhadap warna, aroma,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Dari penelitian yang dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan, diperoleh hasil pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Tabel 2 : Hasil pengukuran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini, terbukti bahwa pada akar tomat memang benar terdapat nematoda setelah dilakukan ekstraksi pertama kali untuk mengambil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 12 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman Berdasarkan Tabel 2 di bawah parameter tinggi tanaman umumnya perlakuan jarak tanam berbeda nyata pada 2, 4 dan 6 MST.Variasi varietas tanaman jagung berbeda

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Jumlah Badan Buah Jamur Merang Setelah 14 Hari Masa Tanam. Perlakuaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Jumlah Badan Buah Jamur Merang Setelah 14 Hari Masa Tanam. Perlakuaan 22 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Data Hasil Penelitian Berdasar hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan pada masing-masing obyek penelitian tentang pengaruh pemberian blotong

Lebih terperinci

Ulangan F Tabel DB JK KT F hitung ragam

Ulangan F Tabel DB JK KT F hitung ragam lampiran 1. Analisis tinggi tanaman Data tinggi tanaman saat panen P0 tanah (kontrol) 30,5 30,7 31,42 92,62 30,87 P1 bata Halus 29,9 31,04 31,12 92,06 30,69 P2 bata Kasar 29,68 30,8 31,14 91,62 30,54 P3

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ashari.Sumeru,Holtikultura Aspek Budidaya,Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).1995

DAFTAR PUSTAKA. Ashari.Sumeru,Holtikultura Aspek Budidaya,Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).1995 DAFTAR PUSTAKA Ashari.Sumeru,Holtikultura Aspek Budidaya,Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).1995 Adinugraha, H. A. dkk.teknik Perbanyakan Vegetatif Jenis Tanaman Acacia mangium. BIOMA,2009.11

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Pengamatan Jumlah Muncul Tunas (Tunas) PERLAKUAN ULANGAN

Lampiran 1. Data Pengamatan Jumlah Muncul Tunas (Tunas) PERLAKUAN ULANGAN Lampiran 1. Data Pengamatan Jumlah Muncul Tunas (Tunas) G1A1 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 5,0 1,0 G1A2 0 1,0 0 1,0 0 2,0 0,4 G1A3 1,0 0 1,0 0 0 2,0 0,4 G1A4 1,0 0 1,0 1,0 1,0 4,0 0,8 G1A5 1,0 1,0 0 1,0 1,0 4,0

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis presentase karkas ayam pedaging. Perlakuan

Lampiran 1. Analisis presentase karkas ayam pedaging. Perlakuan Lampiran 1. Analisis presentase karkas ayam pedaging Perlakuan 1 2 3 4 5 total Rata-rata P0 61.50 61.23 61.51 62.00 61.02 307.26 61.45 P1 61.19 62.30 62.06 62.46 62.00 310.01 62.002 P2 62.30 63.20 63.20

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Koi Pada Penelitian Pendahuluan.

Lampiran 1. Perhitungan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Koi Pada Penelitian Pendahuluan. Lampiran 1. Perhitungan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Koi Pada Penelitian Pendahuluan. Perlakuan N0 Nt SR% A (0,1 ml/l) 10 2 20 B (0,3 ml/l) C (0,5 ml/l) D (0,7 ml/l) E (0,9 ml/l) F (1,1 ml/l) G (1,3 ml/l)

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS) AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS) Nurhidayati Febriana, Fajar Prasetya, Arsyik Ibrahim Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembanding. Penelitian eksperimen adalah suatu percobaan yang berhubungan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembanding. Penelitian eksperimen adalah suatu percobaan yang berhubungan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen dengan skala lapangan, karena adanya perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding.

Lebih terperinci

Lampiran 2.Rataan persentasi perkecambahan (%)

Lampiran 2.Rataan persentasi perkecambahan (%) 51 Lampiran 1.Rataan umur perkecambahan (hari) P0 0 0 0 0 0 P1 16 0 0 16 5.33 P2 0 0 0 0 0 P3 19 0 19 38 12.66 P4 18 22.4 19.8 60.2 20.06 P5 19.18 18.16 17,167 54.51 18.17 P6 18 0 0 18 6 P7 17 19 18 54

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap objek penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap kualitas mikrobiologi air minum isi ulang. ulang berbahan baku air tanah (sumur bor).

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap kualitas mikrobiologi air minum isi ulang. ulang berbahan baku air tanah (sumur bor). 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, yaitu penelitian yang dapat menguji secara benar hipotesis menyangkut hubungan kausal (sebab akibat).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan yang teramati selama aklimatisasi menunjukkan suhu rata-rata 30 o C dengan suhu minimum hingga 20 o C dan suhu maksimum mencapai 37 o C. Aklimatisasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan. 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Papan Komposit Anyaman Pandan 4.1.1 Kerapatan Sifat papan yang dihasilkan akan dipengaruhi oleh kerapatan. Dari pengujian didapat nilai kerapatan papan berkisar

Lebih terperinci

LAMPIRAN. % dari pakan

LAMPIRAN. % dari pakan LAMPIRAN Lampiran 1. Formulasi Pakan dengan penambahan 30 % kulit daging buah kopi tanpa diamoniasi. No % dari pakan PK LK SK TDN Bahan pakan 1 Kulit Daging Buah Kopi tanpa amoniasi 15.00 2.02 0.22 5.12

Lebih terperinci

Berdasarkan data nilai HU telur itik tegal pada Tabel 5 diperoleh perhitungan

Berdasarkan data nilai HU telur itik tegal pada Tabel 5 diperoleh perhitungan LAMPIRAN 45 46 Berdasarkan data nilai HU telur itik tegal pada Tabel 5 diperoleh perhitungan analisis ragam sebagai berikut : Faktor koreksi C = Y.. 2 = (1815,31) 2 r.p 24 = 3.295.350,40 24 = 137.306,27

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil analisis proksimat bahan pakan No Bahan Protein (%)

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil analisis proksimat bahan pakan No Bahan Protein (%) DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil analisis proksimat bahan pakan No Bahan Protein LK SK TDN 1 Kulit Daging Buah Kopi tanpa amoniasi 13,46 1,45 34,11 60,50 2 Kulit Daging Buah Kopi yang diamoniasi 22,47

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Konsentrasi Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol Pisang Nangka Terhadap Penambahan Panjang Akar Semai Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan rancangan yang paling

Lebih terperinci

LAMPIRAN. A. Penanaman (Trapping) Kedelai Pada Tanah Gambut. Pengambilan sampel tanah gambut. Penanaman Kedelai. Pemanenan kedelai

LAMPIRAN. A. Penanaman (Trapping) Kedelai Pada Tanah Gambut. Pengambilan sampel tanah gambut. Penanaman Kedelai. Pemanenan kedelai LAMPIRAN A. Penanaman (Trapping) Kedelai Pada Tanah Gambut Pengambilan sampel tanah gambut Penanaman Kedelai - Dilakukan di kebun Paya Pinang secara komposit - penanaman di polybag dilahan terbuka Pemanenan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Format uji organoleptik UJI ORGANOLEPTIK KARAKTERISTIK FLAT WAFER DARI TEPUNG KOMPOSIT KASAVA TERMODIFIKASI DENGAN BERBAGAI JENIS MOCAF

Lampiran 1. Format uji organoleptik UJI ORGANOLEPTIK KARAKTERISTIK FLAT WAFER DARI TEPUNG KOMPOSIT KASAVA TERMODIFIKASI DENGAN BERBAGAI JENIS MOCAF 65 Lampiran 1. Format uji organoleptik UJI ORGANOLEPTIK KARAKTERISTIK FLAT WAFER DARI TEPUNG KOMPOSIT KASAVA TERMODIFIKASI DENGAN BERBAGAI JENIS MOCAF Nama Produk : Flat Wafer Dari Tepung Komposit Kasava

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Tembakau (Nicotiana tabacum)

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Tembakau (Nicotiana tabacum) 72 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Tembakau (Nicotiana tabacum) Nama Varietas : Coker 176 Tanggal uji : 23 Juli 2010 Uji daya kecambah : 98% Uji kadar air : 6,9% penyimpanan : 16-18 C Tahun Lepas : 2011

Lebih terperinci

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 PENGUJIAN HIPOTESIS V. PENGUJIAN HIPOTESIS Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah. Setiap

Lebih terperinci

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS VARIANSI DENGAN ANALISIS KOVARIANSI DALAM RANCANGAN PETAK-PETAK TERBAGI PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN DATA HILANG

PERBANDINGAN ANALISIS VARIANSI DENGAN ANALISIS KOVARIANSI DALAM RANCANGAN PETAK-PETAK TERBAGI PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN DATA HILANG PERBANDINGAN ANALISIS VARIANSI DENGAN ANALISIS KOVARIANSI DALAM RANCANGAN PETAKPETAK TERBAGI PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN DATA HILANG Sri Wahyuningsih R 1, Anisa 2, Raupong ABSTRAK Analisis variansi

Lebih terperinci

Tabel 7. Mortalitas Benih Ikan Nila pada Uji Selang Konsentrasi (Range Finding Test)

Tabel 7. Mortalitas Benih Ikan Nila pada Uji Selang Konsentrasi (Range Finding Test) 53 Lampiran. Uji Selang Konsentrasi Tabel 7. Mortalitas Benih Ikan Nila pada Uji Selang Konsentrasi (Range Finding Test) Akuades Ulangan Ulangan Ulangan 0,0 mg/l 0 0 0 0, mg/l 0 0 0 mg/l 0 0 9 0 mg/l 0

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tekstur Buah Alpukat pada hari ke-3

Lampiran 1. Tekstur Buah Alpukat pada hari ke-3 Lampiran 1. Tekstur Buah Alpukat pada hari ke-3 Tabel Data Hasil Pengamatan Perlakuan Ulangan Total Rerata (N) 1 2 3 K 0 L 1 4,7 4,2 4,6 13,5 4,5 K 0 L 2 4,3 4,6 4,6 13,5 4,5 K 0 L 3 4,5 4,5 4,2 13,2 4,4

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK DAUN MENIRAN (Phyllanthus niruri, L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus SKRIPSI

PENGARUH EKSTRAK DAUN MENIRAN (Phyllanthus niruri, L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus SKRIPSI PENGARUH EKSTRAK DAUN MENIRAN (Phyllanthus niruri, L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh: MUHAMAD

Lebih terperinci

Mulai. Dipersiapkan alat dan bahan. Diatur silinder pada jarak 1 mm; 1,5 mm dan 2 mm. Dihidupkan alat pencetak keripik biji-bijian

Mulai. Dipersiapkan alat dan bahan. Diatur silinder pada jarak 1 mm; 1,5 mm dan 2 mm. Dihidupkan alat pencetak keripik biji-bijian 31 Lampiran 1. FlowChart pelaksanaan penelitian. Mulai Dipersiapkan alat dan bahan Diatur silinder pada jarak 1 mm; 1,5 mm dan 2 mm Dihidupkan alat pencetak keripik biji-bijian Dimasukkan bahan ke dalam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST) Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST) Perlakuan Persentase Hidup (%) 0% 100 25% 100 50% 100 75% 100 Total

Lebih terperinci

LAMPIRAN DATA. Lampiran 1. Contoh Lengkap Data Pengamatan Jumlah Daun (helai) Umur 1 MST Ulangan Perlakuan

LAMPIRAN DATA. Lampiran 1. Contoh Lengkap Data Pengamatan Jumlah Daun (helai) Umur 1 MST Ulangan Perlakuan LAMPIRAN DATA Lampiran 1. Contoh Lengkap Data Pengamatan Jumlah Daun (helai) Umur 1 MST Ulangan Total Rataan I II III U 1 F 0 4,000 4,000 3,000 11,000 3,667 U 1 F 1 4,000 4,000 4,000 12,000 4,000 U 1 F

Lebih terperinci

General Linear Model: Kadar Air versus Pembumbuan; Penyimpanan Faktor Tipe Level Nilai Penambahan bel. wuluh tetap 3 0; 1; 2 Penyimpanan tetap 2 1; 2

General Linear Model: Kadar Air versus Pembumbuan; Penyimpanan Faktor Tipe Level Nilai Penambahan bel. wuluh tetap 3 0; 1; 2 Penyimpanan tetap 2 1; 2 LAMPIRAN 46 Lampiran 1. Hasil Anova Kadar Air Perlakuan Penambahan Belimbing Wuluh Lama Penyimpanan (Suhu Ruang) B0 B1 0,2043 0,2293 0,2131 0,2192 0,1933 0,2382 0,2218 0,2065 0,2295 0,2014 0,2245 0,2209

Lebih terperinci

ESTIMASI REGRESI ROBUST M PADA FAKTORIAL RANCANGAN ACAK LENGKAP YANG MENGANDUNG OUTLIER

ESTIMASI REGRESI ROBUST M PADA FAKTORIAL RANCANGAN ACAK LENGKAP YANG MENGANDUNG OUTLIER ESTIMASI REGRESI ROBUST M PADA FAKTORIAL RANCANGAN ACAK LENGKAP YANG MENGANDUNG OUTLIER Siswanto 1, Raupong 2, Annisa 3 ABSTRAK Dalam statistik, melakukan suatu percobaan adalah salah satu cara untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental. Metode ini digunakan karena ingin mengetahui tingkat kematian pada variabel dari setelah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Kebutuhan Molase Perhitungan untuk molase adalah sebagai berikut :

Lampiran 1. Perhitungan Kebutuhan Molase Perhitungan untuk molase adalah sebagai berikut : LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Kebutuhan Molase Perhitungan untuk molase adalah sebagai berikut : CH = N %C x E /(C /N) Keterangan : CH :Jumlah karbon yang harus ditambah. N :Degradasi residu N oleh

Lebih terperinci

Bagan Penelitian BI CI CII DIII

Bagan Penelitian BI CI CII DIII Lampiran. Bagan Penelitian di Areal TOT Bagan Penelitian U FI AI BI BII AII FIII CI EIII EI CII DII EII FII DI DIII CIII BIII AIII Lampiran. Jadwal Penelitian Jenis Kegiatan Survei Lapangan Penandaan unit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. 2. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Ekstrak pelepah pisang (Musa paradisiaca L.) memiliki kemampuan untuk menghambat

BAB V PENUTUP. 1. Ekstrak pelepah pisang (Musa paradisiaca L.) memiliki kemampuan untuk menghambat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwaekstrak pelepah pisang (Musa paradisiacal.) : 1. Ekstrak pelepah pisang (Musa paradisiaca L.) memiliki kemampuan untuk

Lebih terperinci

Contoh RAK Faktorial

Contoh RAK Faktorial 68 (1) Olah Tanah Pupuk Kelompok (K) Grand Total (A) Organik (B) 1 2 3 AB 1 0 154 151 165 470 10 166 166 160 492 20 177 178 176 531 30 193 189 200 582 2 0 143 147 139 429 10 149 156 171 476 20 160 164

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian. 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini jenis penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Percobaan Percobaan pendahuluan dilaksanakan pada bulan November 2011-Februari 2012. Penelitian utama akan dilaksanakan pada bulan Mei 2012. Penelitian

Lebih terperinci

Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV

Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV Lampiran 1. Bagan Penelitian Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV A0B2 A3B1 A2B0 A1B0 A0B3 A3B0 A2B1 A1B1 A1B2 A2B0 A0B2 A0B0 A1B3 A2B1 A0B3 A0B1 A3B0 A3B2 A2B2 A3B2 A3B1 A3B3 A2B3 A3B3 A0B0 A0B2

Lebih terperinci